1
KONSEP SABAR DALAM ISLAM DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENCEGAHAN STRES (Tinjauan Konseling Islam) Proposal Penelitian Skripsi Program Sarjana (S-1) Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI)
Oleh : Basuki Rahman 1100103
FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO 2004
2
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Manusia bukan hanya sekedar binatang menyusui yang hanya makan, minum, dan berhubungan seks, bukan juga hanya sekedar hewan yang berfikir (Thinking animal), tetapi lebih dari itu. Ia memiliki potensi yang menjadikannya berbeda dari yang lainya.1 Sebagian potensi dan sifat manusia telah terungkap lama tetapi sebagian lainnya belum bahkan atau tidak akan pernah terungkap. A. Carrel dalam bukunya Man The Unknown mengakhiri pasal pertama uraianya tentang kebutuhan mengenal manusia lebih baik dengan penegasannya:
“ jelas
sekali bahwa semua yang telah dihasilkan para pakar dalam bidang studi tentang manusia belum cukup atau tuntas. Pengetahuan kita tentang diri kita pada umumnya masih pada tahap awal”2 Dalam melihat gejala tingkah laku manusia, tokoh barat yang mengembangkan teori psikologi humanistik, Abraham Maslow, memiliki asumsi dasar, bahwa tingkah laku manusia dapat ditelaah melalui kecenderungannya dalam memenuhi kebutuhan hidup, sehingga bermakna
1
Quiraish Shihab,. Manusia Dalam Pandangan Al qur’an , dalam. M.Thoyibi dan M. Ngemron, Psikologi Islam, Muhammadiyah University Press, Surakarta, 2000.hlm. 35 2 Ibid
3
dan terpuaskan.3 Untuk itu Maslow menempatkan motivasi dasar manusia sebagai sentral teorinya.4 Manusia memiliki sifat dasar yang tidak akan pernah merasa puas, karena kepuasan bagi manusia lebih bersifat sementara. Ketika suatu kebutuhan terpuaskan, maka akan muncul kebutuhan lain yang lebih tinggi nilainya, yang menuntut untuk dipuaskan, begitu seterusnya. Untuk itu Maslow memilki gagasan, bahwa manusia dimotivasi oleh sejumah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk semua spesies, tidak berubah, dan berasal dari sumber genetik atau naluriah. Kebutuhan dasar tersebut tersusun secara hirarkis dalam lima strata yang bersifat relatif, yaitu: 1. Kebutuhan fisiologis (fa’al). 2. Kebutuhan akan keselamatan. 3. Kebutuhan akan rasa aman. 4. Kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki. 5. Kebutuhan akan aktualisasi diri.5 Kebutuhan-kebutuhan ini senantiasa muncul, meskipun dimungkinkan tidak secara berurutan. Dalam pengertian, bahwa kebutuhan yang paling dasar akan bergejolak dan mendominasi untuk muncul terlebih dahulu dan menuntut untuk dapat terpuaskan. 3
Hasyim Muhammad, Dialog antara Tasawuf Dan Psikologi: Telaah Atas Pemikiran Psikologi Humanistik Abraham Maslow, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002 hlm.70 4 Penempatan teori motivasi sebagai dasar teori psikologi pada dasarnya juga ada pada aliran psikologi sebelumnya. Seperti aliran Psikoanalisis Fruedian yang menyatakan bahwa perbuatan dan perasaan manusia ditentukan oleh motivasi yang tidak disadari. Diakui oleh Maslow , bahwa teorinya tentang motivasi manusia mengikuti tradisi Wiliam James John Dewey yang dipadu dengan unsur-unsur Frued, From, Horney,Reich, Jung, dan Adler yang malahirkan Teori Holistik Dinamis. Lihat, Maslow, Motivasi dan Kepribadian, Terj. Nurul Iman, Bandung: Pustaka Binaman Pressindo, 1993, Jilid I, hlm.43. 5 Hasyim Muhammad, Op.Cit
4
Dengan melihat pemenuhan kebutuhan dasar manusia, akan dapat disimpulkan sejauhmana kualitas kepribadian seseorang berkembang. Semakin tinggi hirarki kebutuhan seseorang terpuaskan, maka dia akan semakin
dapat
mencapai
derajat
individualitas
atau
kemandirian,
kematangan jiwa, berjiwa sehat dan begitu sebaliknya.6 Dalam kaitanya dengan kebutuhan dasar manusia, Islam membaginya dalam dua kelompok, pertama, kebutuhan akan ruhani. Ruh adalah dimensi ketuhanan dalam diri manusia yang memungkinkan manusia dapat mencapai derajat yang lebih tinggi dan dapat berhubungan “langsung” dengan Tuhan. Pengaruh ruh pada diri manusia adalah timbulnya dorongan untuk berbuat kebaikan dan kebajikan. Seperti dikatakan oleh syeh Nuruddin Ar Raniri, seorang tokoh sufi dari Sumatra, bahwa ruh merupakan sumber akhlak mulia dalam diri manusia.7 Kedua, kebutuhan jasmani. Hal ini berkaitan erat dengan jasad (badan atau fisik) yang menurut Ali Shari’ati yang dikutib oleh subandi, berasal dari tanah lumpur dan merupakan simbul yang menunjukan pada kecenderungan manusia pada keburukan, kejahatan, stagnan. Pengaruh unsur tanah ini membuat manusia memiliki dorongan-dorongan primitif (nafsu).8 Namun seringkali kebutuhan dalam hidup tidak selamanya akan dapat tercukupi dan terpuaskan. Karena keinginan dan kebutuhan yang dimiliki oleh manusia yang begitu beragam dan sangat kompleks sementara 6
Ibid. Subandi . Membangun Psikoterapi Berwawasan Islam, Lihat, M. Thyibi, Mgemron. op. cit. hlm.94. 8 Ibid 7
5
kemampuan manusia sungguh sangat dibatasi oleh kehendak Allah (sunnah tullah). Bila dipandang dengan kacamata Islam, tidakterpenuhinya keinginan-keinginan dalam hidup ini tidak hanya semata-mata karena kesalahan mekanisme dan prosesnya saja tetapi selaku umat Islam berkeyakinan ada kekuatan lain yang berasal dari Allah; inilah yang sering dipahami dengan ujian atau cobaan atau musibah dari Allah. Sebagaimana dalam surat Al Baqoroh Allah telah berfirman:
!" Artinya: “Dan sesungguhnya akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buahbuahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Q.S.2: 155) Menurut Yusuf Qardhawi yang dimaksud dengan cobaan adalah cobaan umum yang menimpa hati dengan ketakutan, menimpa perut dengan kelaparan, menimpa harta dengan kekurangan, menimpa jiwa dengan kematian, menimpa buah dengan kegagalan panen dan seterusnya9 Perubahan sosial yang serba cepat sebagai konsekuensi modernisasi, industrialisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi bisa menjadi musibah bagi masyarakat, manakala masyarakat tersebut belum siap dan belum mampu mengikuti arus perubahan tersebut. Orang yang tidak mampu menyesuaikan
9
diri
dengan
perubahan-perubahan
tersebut
dapat
Yusuf Qordhowi . Al Qur’an Menyuruh kita sabar. terj. H.A. Aziz Salim Basyarahil. Gema Insani Press, Jakarta, 1989 hlm. 23
6
menimbulkan ketegangan atau stres pada dirinya.10 Stres dapat merupakan faktor pencetus, penyebab, atau akibat suatu penyakit; sehingga taraf kesehatan fisik atau kesehatan jiwa dari orang yang bersangkutan menurun. Perubahan– perubahan tersebut yang sering kali bercorak sekuler telah mengakibatkan dehumanisasi.11 Dengan melihat dinamika tersebut, Islam tampil sebagai sumber aturan dan tata nilai terhadap setiap fenomena yang terjadi di dunia ini. Ajaran Islam yang universal dan mencakup seluruh dimensi dalam kehidupan manusia baik itu permasalahan-permasalahan manusia yang bersifat material maupun kejiwaan (psikis) . Islam telah banyak memberikan konsep-konep yang selalu up-to date di setiap zaman. Seperti halnya dalam menangkap problem yang dihadapi karena gangguan mental maka ada sebuah terapi dengan menggunakan prinsip bimbingan dan konseling Islam. Demikian pula dengan melihat fenomena perubahan-perubahan sosial ini, Islam telah menawarkan konsep sabar sebagai langkah prefentif untuk menghindari adanya frustasi, depresi dan stres. Oleh karena itu dalam skripsi ini akan dikaji dan diteli secara mendalam tentang “ Konsep sabar Dalam Islam Dan Implikasinya terhadap Pencegahan stres. (Tinjauan Koneling Islam).
10
Dadang Hawari, Psikiater. Al Qur’an Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Jiwa,PT. dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta, 1997. hlm. 2 11 Menurut Dadang Hawari dehumanisasi adalah menurunnya nilai kemanusiaan, yang pada gilirannya dapat mengakibatkan seseorang menjadi sakit. Lihat, Dadang Hawari.Istilah ini juga dipakai oleh Nurcholish Madjid untuk memberi label kepada manusia yang teralienasi (terasing dari kemanusiaan diri sendiri karena terkuasasi oleh kerja sebagai implikasi pemberhalaan terhadap ilmu pengetahuan dan tehnologi). Lihat Nurcholish Madjid, Masyarakat Religius: Membumikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan masyarakat, Paramadina, Jakarta, 2000. hlm.14
7
1.2. Rumusan Masalah Dari judul penelitian ini mengandung pengertian bahwa penulis berusaha mengetahui
sebenarnya
tentang
konsep
sabar
dalam
Islam
yang
dikorelasikan dengan upaya pencegahan gejala kejiwaan dalam diri manusia (stres). Oleh karena itu, untuk melihat lebih fokus maka, rumusan masalah penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Bagaimana konsep Islam tentang sabar ? 2. Bagaimana implikasi sabar dalam upaya pencegahan stres bila ditinjau dari konseling Islam?
1.3. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui konsep Islam tentang sabar. 2. Untuk Mengetahui implikasi sabar dalam upaya pencegahan stress ditinjau dari konseling Islam.
1.4. Telaah Pustaka Untuk memetakan orisinilitas penelitian ini, maka akan penulis sampaikan beberapa penelitian yang relevan dengan judul skripsi ini yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti lain. Antara lain: Konsep al Qur’an tentang Sabar dan Implikasinya terhadap Pencegahan Penyakit Mental”. yang dilakukan oleh Diah Rahmawati pada tahun 200112. Dalam penelitian ini disebutkan bahwa sabar bila diaplikasikan dalam kehidupan manusia 12
Diah Rahmawati, Konsep al Qur’an Tentang sabar dan Implikasinya Terhadap Pencegahan Penyakit Mental, Skripsi Fakultas Dakwah, IAIN Walisongo Semarang, 2001
8
sehari-hari secara umum akan memberikan manfaat bagi pelaku sabar itu sendiri seperti : kesertaan Allah dalam setiap langkah kehidupan. Dalam al Qur’an, sabar memberikan implikasi yang jelas dalam kehidupan antara lain; pertama, pada perilaku manusia mendapatkan standarisasi sebagai perilaku yang sehat dengan cara menghadapi cobaan hidup. Kedua, memberikan kekuatan mental pada diri seseorang. Untuk selanjutnya adalah penelitian yang berjudul “ Urgensi Iman dalam menanggulangi Stress Tinjauan Koseling Islam” yang dilakukan oleh Saudara Mukhlisin pada tahun 2003.13 Dalam penelitian ini dinyatakan bahwa stres dipahami sebagai gangguan kejiwaan terhadap seseorang yang diakibatkan karena tidak tercapainya suatu keinginan dan ketidakmampuan manusia untuk mengatasi konflik yang terjadi di dalam dirinya. Konflik di sini bisa berupa konflik fisik seperti cacat tubuh dan konflik non-fisik seperti konflik psikis yang muncul karena beberapa faktor yaitu permasalahan keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan kerja dan sebagainya Iman yang ada dalam diri seseorang dapat berfungsi sebagai pembimbing dan pemberi petunjuk kearah yang baik , agar selaras dengan petunjuk Allah yang selalu akan menuruti ajaran Al Qur’an jika menemukan problematika dalam hidupnya. Karena dengan iman yang selalu bersemayam dalam hati, orang akan mampu mengendalikan dirinya sekaligus mengontrol segala aktivitas yang dilakukan. Iman yang memiliki daya guna tidak saja
13
Mukhlisin, Urgensi Ima Dalam Menanggulangi Stress Tinjauan Koseling Islam, Skripsi,Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, 2003
9
sebagai pengobat akan tetapi lebih dari itu sebagai pencegah dari kemungkinan timbulnya stres. Selain dari kedua penelitian di atas, ada penelitian yang dilakukan oleh Mubasyir pada tahun 2002 yang berjudul Konsep Bimbingan dan konseling Islam Dalam Upaya Menanggulangi Stres Remaja : Studi komparatif Pemikiran Dr Djamaluddin Ancok Dengan Prof. Dr.dr. H. Dadang Hawari.14 Dalam penelitian ini didasarkan pada pemikiran dua tokoh Psokologi Indonesia yaitu Dadang Hawari dan Djamaluddin Ancok dalam menanggulangi stres Remaja. Menurut Mubasyir, pemikiran kedua tokoh tersebut memiliki titik persamaan dalam hal konsep bimbingan Konseling Islam yang di dalamnya terdapat dasar-dasar, tujuan, fungsi dan metode dalam upaya preventif dan kuratif terhadap stres yang dialami oleh remaja dengan mengedepankan proses pemberian bantuan seseorang agar mampu hidup dengan teguh dan tanggung jawab sesuai dengan ajaran al Qur’an dan Hadits serta koridor norma-norma agama Islam. Selain dari tiga penelitian tersebut juga ditunjang dengan buku-buku seperti Al Qur’an Menyuruh Kita Sabar karya Dr. Yusuf Qadhawi yang diterjemahkan oleh H.A. Aziz Salim Basyarahil dari judul asli Ashsobru Fil Qur’an. Dalam buku ini dijelaskan beberapa istilah sabar yang ada dalam Al-Qur’an korelasinya dengan kehidupan manusia.
14
Mubasyir, Konsep Bimbingan dan konseling Islam Dalam Upaya Menanggulangi Stres Remaja : Studi komparatif Pemikiran Djamaluddin Ancok Dengan Prof. Dr.dr. H. Dadang Hawari, Skripsi Fakultas dakwah IAIN Walisogo Semarang, 2002
10
Dari ketiga hasil penelitian dan beberapa buku yang penulis paparkan diatas sebagai telaah pustaka dalam penelitian ini untuk menunjukkan bahwa judul ini belum pernah diteliti dan ada penelitian yang relevan tetapi berbeda. Penelitian Diah Rahmawati, dia dalam memahmi sabar hanya terfokus pada Al Qur’an saja. Padahal dalam Islam itu tidak bisa dilepaskan antara Al Qur’an, Al Hadits, dan Ulama’ (Tokoh Islam). Sedangkan dua penelitian berikutnya ( Mukhlisisn dan Mubasyir) mengkaji masalah stres, tetapi hanya dalam upaya penanggulangannya.
1.5. Kerangka Teoritik Hujjatul Islam Imam Al Ghazali mengatakan bahwa sabar ialah tegaknya dorongan agama berhadapan dengan dorongan hawa nafsu. Dengan agama manusia akan memperoleh hidayah Allah, sehingga dapat mengenal-Nya, Rasul-Nyaserta mengetahui dan mengamalkan ajaran-Nya. Sabar merupakan sifat yang membedakan manusia dengan hewan dalam hal menundukkan hawa nafsu.15 Sabar juga bermakna ketundukan secara total terhadap kehendak Allah.16 Al-Ghazali lebih lanjut menyatakan bahwa sabar adalah kondisi jiwa yang timbul karena dorongan keimanan.17 H. Fachruddin mendevinisikan sabar adalah keteguhan hati dalam menghadapi kesulitan dan bahaya atau dalam memperoleh lapangan dan
15
Ibnu Athoillah Assukandari, Pembersihan Jiwa, Putra Pelajar, 2001, hlm. 89 Amatullah Armstrong, Khasanah Istilah Sufi: Kunci memasuki Dunia tasawwuf, Terj. MS. Nasrullah Dan Ahmad Baiqudin , Bnadung: Mizan, 1996. hlm.175 16
17
Al-Ghazali, Op.Cit., Juz. IV, hlm. 66
11
kecukupan. Juga keteguhan hati dalam meneruskan pekerjaan dan melanjutkan perjuangan. Menurut Toto Tasmara, sabar berarti menetapkan harapan (tujuan, perjumpaan dan berjalan menggapai ridha Allah) . Dalam hal ini orang yang sabar dia memiliki ketabahan dan daya yang sangat kuat untuk menerima beban, ujian atau tantangan tanpa sedikitpun mengubah harapan untuk menuai hasil yang ditanamnya. 18 Sabar juga diartikan keteguhan hati dalam menghadapi kesulitan dan bahaya atau dalam memperoleh kelapangan dan kecukupan.19 Jangan diartikan sabar sebagai sebuah kondisi fatalistis, seakan tidak mau berbuat apa-apa kecuali berdiam menyerah dan berputus asa.20 Namun yang dimaksud penulis dalam penelitian ini adalah sabar yang berarti terpatrinya sebuah harapan yang kuat dan optimisme yang tinggi dengan dilandasi oleh keimanannya terhada qadha’ dan qadar (ketetapan Allah) untuk menggapai cita-cita yakni kesuksesan dinunia dan diakhirat. Islam adalah nama agama yang dikirim Tuhan dengan perantara wahyu kepada nabi Muhammad SAW untuk dikembangkan kepada umat manusia dengan pedoman pokok dan sumber hukumnya berupa kitab suci Al Qur’an
18
Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah (Transendental Intelligence) : Membentuk Kepribadian yang Bertanggung Jawab Profesional, dan Berakhlak, Gema Insani Press, Jakarta, 2001, hlm. 30 19 Fachruddin, HS, Ensiklopedi al Qur’an , Rineka Cipta, Jakarta,1992. hlm.348 20 Dalam bahsa Arab , asa dapat diartikan sebagai cita-cita atau harapan, sehingga orang yang putus asa berarti orang yang kehilangan harapan atau terputus cita-citanya.Lihat, Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah: Membentuk Kepribadian…op.cit. hlm.29
12
dan dijelaskan dengan perkataan, perbuatan dan contoh teladan dari Nabi Muhammad SAW yang dinamakan dengan hadits atau Sunnah Rasul.21 Sehingga untuk mengeksplor konsep dari Islam dalam penelitian skripsi ini mengambil tiga sumber yaitu Al Qur’an, Hadits dan pendapat tokoh Islam. Stres menurut Dadang Hawari adalah tanggapan/reaksi tubuh terhadap berbagai tuntutan atau beban atasnya yang bersifat non spesifik.22 Sedangkan Idrus Alkaf dalam bukunya “ Mengobati stres dengan dzikir dan do’a” mendefinisikan, bahwa stres adala reaksi tubuh akibat permasalahan kehidupan yang menimpa diri seseorang yang dapat mmenimbulkan fungsi / faal organ tubuh.23
Dalam penelitian ini stres diartikan sama dengan
depresi24 dan berkaitan erat dengan anxiety (rasa cemas).
Jadi dalam penelitian penulis bermaksud untuk mengungkap kembali konsep sabar yang diambil dari tokoh-tokoh psikologi, tasawuf dan tafsir yang berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi. Setelah itu dicari implikasinya terhadap fenomena stres yang sering dialami oleh seseorang ditinjau dari metode dalam konseling Islam.
1.6. Metode Penelitian Dalam penelitian ini agar terarah dan dapat memperoleh hasil yang optimal maka penulis memakai metode sebagai berikut. 21
Fachruddin, Hs, op cit. hlm. 521 Dadang Hawari, op.cit. hlm.44 23 Idrus Alkaf, Mengobati Stres Dengan Dzikir Dan Do’a, Alina Press, Semarang. Hlm. 10 24 Depresi adalah Reaksi kejiwaan seseorang terhadap stresor yang dialaminya (kondisi tertekan). Lihat Idrus Alkaf, Mengobati stres…Ibid. 22
13
1.6.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Di dalam penelitian skripsi ini mengunakan jenis penelitian deskreptif kualitatif. Maksudnya dalam penelitian ini penulis menggunakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan,25 serta data yang dikumpulkan berupa kata-kata bukan angka.26 Pendekatan
yang
dipakai
adalah
psikologis-sufistik,
maksudnya, dalam penelitian ini penulis menggunakan dua pendekatan keilmuan yaitu psikologi yang mengkaji tentang kejiwaan manusia27 dan sufistik atau tasawwuf yaitu ilmu yang membahas tentang kesucian hati dan jalan kembali ke keadaan azali manusia28 1.6.2. Data Data yang akan dikaji dalam penelitian skripsi ini antara lain: hakekat sabar dalam Islam, hakekat stress dan implikasinya terhadap kehidupan manusia, kedudukan konseling Islam dalam pencegahan problem stres. 1.6.3. Sumber data Dalam penelitian ini ada dua sumber data yaitu; data primer dan data sekunder. Adapun data primer yaitu Al Qur’an dan hadits 25
hlm.3
26 27
hlm.9
28
Lexy J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosda Karya, Bandung, 1990. Ibid. hlm.6 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, Bulan Bintang, Jakarta, 1974.
Lynn Wilcox, Ilmu Jiwa Berjumpa Tasawwuf : Sebuah Upaya Spiritualisasi Psikologi, PT Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2003. hlm. 19
14
Nabi Muhammad Saw tentang sabar. Yang termasuk data pokok adalah data-data atau ayat-ayat yang berasal dari Al Qur’an terjemahan dan tafsirnya serta hadits. Untuk memahami isi kandungan teks Al Qur’an dan Hadits , penulis mempergunakan kitab tafsir An Nuur, Al Azhar, Al Maraghi dan lain-lain, serta kitab hadits seperti Bukhori, Muslim dan lainlain. Sedangkan yang termasuk data sekunder adalah buku-buku penunjang yang berhubungan dengan konseling Islam dan bukubuku, jurnal, majalah atau koran yang relevan dengan judul. 1.6.4. Teknik pengumpulan data Karena penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan (library Research) yaitu dengan jalan melakukan penelitian terhadap sumbersumber
tertulis,29
maka
penulis
hanya
mengumpulkan
dan
menginfentarisir data-data yang berbentuk buku-buku dan tulisantulisan yang relevan seperti dalam majalah, koran, buletin dan lain sebagainya.
1.6.5. Metode Analisis Data Untuk menemukan hasil penelitian yang valid dan bisa dipertanggungjawabkan maka skripsi ini akan menggunakan
29
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian, STIA lan Press, Jakarta, 1999.hlm.65
15
beberapa metode analisis untuk dikolaborasikan. Metode analisis yang dipergunakan sebagai berikut: 1. Deskriptif, ekstrapolasi dan pemaknaan Model ini digunakan untuk menjelaskan suatu fakta atau pemikiran sehingga dapat diterima secara rasional.30 Dalam hal ini berbagai pemikiran dan konsep dari tokoh-tokoh Islam selama ini tentang sabar, direkontruksi dan dipaparkan kembali dengan apa adanya. Sementara metode ekstrapolasi diperlukan untuk menangkap indikator-indikator atau tanda-tanda dibalik fakta yang tersurat.31 Sedangkan metode pemaknaan digunakan untuk memberikan makna baru terhadap konsep sabar . 32 2. Interpretasi Dalam hal ini sambil mengkonstruksi teks naskah (ayat Al Qur’an) atau sambil diterjemahkan isinya, naskah diselami untuk mengungkapkan arti dan nuansa yang dimaksud secara khas dalam teks tersebut.33 Kemudian dalam menyelami dan menerjemahkan isi ayat, penulis menggunakan kitab tafsir yang telah disebut dalam sumber data, kemudian barulah penulis berusaha mengambil makna dari apa yang terkandung di dalam nash serta hadits.
30
Ibid. hlm.60 Noeng Muhadjir op.cit. hlm. 138 32 Ibid. 33 Anton Bakker dan Achmad Kanesius.Yogyakarta,1990. hlm. 74 31
Charis
Zubair,
Metode
Penelitian
Filsafat,
16
1.7. Sistematika Penulisan Bab pertama, pendahuluan, mencakup: Latar belakang, Rumusan masalah, Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian, Telaah Pustaka, Kerangka Teoritik, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan Bab kedua, konsep Islam tentang sabar dan konseling Islam, mencakup: Pengertian sabar, hakekat dan pentingnya sabar, macam-macam sabar, sabar kaitannya dengan kecerdasan emosional, pengertian konseling Islam, dasar-dasar konseling Islam, fungsi konseling Islam dan tujuan konseling Islam. Bab ketiga, stres dan kehidupan manusia, mencakup: pengertian stres, pengaruh dan dampak stres bagi kehidupan manusia, upaya pencegahan stres. Bab keempat, analisis terhadap konsep sabar dalam Islam guna pencegahan stress dalam tinjauan konseling Islam, mencakup: peran konsep sabar dalam upaya mengantisipasi gejala stres ditinjau dari konseling Islam. Bab kelima, penutup. mencakup kesimpulan, saran-saran terhadap hasil penelitian.