KONSEP MENUNTUT ILMU DALAM KITAB RISALATUL MU’AWANAH KARYA SAYYID ABDULLAH BIN ALWI AL-HADDAD SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh: ATIK ZAKIYAH NIM: 111 11 116 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTASTARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA TAHUN 1437 H/2017 M
i
ii
iii
iv
v
MOTTO Berangkat dengan penuh keyakinan, belajar dengan penuh keikhlasan, istiqomah dalam menghadapi cobaan Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain karena hidup hanya sekali. Ingat hanya pada Allah apapun dan dimanapun kita berada, kepada Dialah tempat meminta dan memohon
vi
PERSEMBAHAN
Dengan penuh ketulusan dan rasa syukur yang mendalam kepada-Mu ya Robb, maka skripsi yang penulis susun ini di persembahkan kepada: Allah SWT dan Rasullah SAW, sebagai sedikit bukti pengabdian hamba kepada agama-Mu yakni al Din al Islam. Mamak dan Bapakku tercinta yang senantiasa memberikan semangat, nasehat, dukungan serta doa. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adek-adekku (dek Rani, dek Nova, dek Aziz, dek Ririn, dek Azzam) yang telah dan selalu memberi semangat, motivasi sampai penulis menyusun skripsi ini. Syaikh Murobbi Rukhina Romo Kyai As‟ad Haris Nasution Fatkurrohman, Ibunda Nyai Fatikhah Ulfah Imam Fauzi dan Ibunda Nyai Chusnul Chalimah beserta seluruh ahlul bait beliau yang senantiasa dengan tulus ikhlas mendidik kerohanianku dan motivasi spiritual hingga sekarang. Teman-temanku pondok pesantren putri Al-Manar (Mbk khoir, Mbk Umi, Mbk Nur, Mbk Rif‟a, Mbk Dita, Mbk Latifah, Mbk Wiwik, Mbk Ummah, Mbk Navisah ) yang tidak pernah henti-hentinya mendukung aku sampai skripsi ini terselesaikan. Kaum muslimin dan muslimat yang senantiasa belajar dan berusaha meraih Ridho-Nya dan seluruh pembaca yang budiman yang bersedia membaca
vii
skripsi ini. Seluruh makhluk hidup didunia ini yang ikut menjadi inspirasi penulis. Almamaterku tercinta, IAIN Salatiga, tempat diri ini menimba Ilmu. Sekolah ku dari SD, MTS, hingga MA yang telah memberiku lahan ilmu dan wawasan. Teruntuk calon imamku, terima kasih telah mendukung dan menunggu sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
viii
KATA PENGANTAR
الرحيم ّ الرمحن ّ بسم هللا ِ ِِ بصائر احلمد هللِ الّ ِذي ُ َ السعادة للمت ّق َ ِيق للطّالب ّ ،ني َ أوضح الطّر ّ ،ني َ وسه َل َ َ وبصَر ّ منهج ِ ِ ِ ِ ِ اإلحسان اإلميان وأنو َار ومنحهم أسر َار َ ادلص ّدق َ ،ني بسائ ِر احلك ِم واألحكام يف ال ّدي ِن ِ واليق أشهد أ ّن ُّ ادللك ُ و،ادلبني َ ُأشهد أ ْن آل إلو ّإّل هللا ُ و،ني ُ ُيك لو َ وحده ّل شر ُ احلق القائل َم ْن يُِرِد هللاُ بِِو َخْي ًرا يُ َف ِّق ْهوُ ِيف الوعد ُ الص ُ ادق ُ حممدا ً سيّ َدان ُ ّ عبده ورسولُو ُ ،اّلمني ِ حسان َإإ ِ ِ ِ ِ ٍ .يوم ال ّدي ِن ذلم،ني َ لّ هللاُ عليو وعلَ لو وأ حابِو والتّابع،ال ّديْ ِن Puji syukur penulis panjatkan kepada Sang Raja alam semesta (Allah „Azza wa Jalla). atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, meskipun dalam wujud yang sederhana dan jauh dari sempurna. Sholawat dan salam Allah SWT, semoga senantiasa terlimpahkan kepada Sang Pemimpin hidupmanusia dan yang menjadi cakrawala rindu para umatnya (nabi Muhammad SAW). Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat diselesaika tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1.
Bapak, Ibuku dan seluruh keluargaku yang telah mendo‟akan dan membantuku dalam menyelesaikan studi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.
2.
Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Selaku RektorInstitut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
3.
Bapak Rovi‟in M.Ag. Selaku pembimbing yang telah membimbing dalam penulisan skripsi ini.
ix
x
ABSTRAK
Atik Zakiyah. 2016. Konsep Menuntut Ilmu Dalam Kitab Risalatul Mu’awanah Karya Sayyid Abdullah Bin Alwi Al-Haddad.Skripsi. JurusanPendidikan Agama Islam.Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Rovi‟in, M.Ag. Kata kunci: Konsep Menuntut Ilmu Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad adalah seorang tokoh tasawuf yang terkenal. Salah satu kitabnya adalah Risalatul Mu’awanah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahuibagaimanapendidikan menuntut ilmub menurut Sayyid Abdullah Bin Alwi Al-Haddad dalam kitab Risalatul Mu’awanah. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah pemikiran Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad dalam kitab Risalatul Mu’awanah? (2) Bagaimanakah konsep Menuntut Ilmu yang terdapat dalam kitab Risalatul Mu’awanah? (3) Bagaimanakah relevansi konsep Menuntut Ilmu kitab Risalatul Mu’awanah dalam konteks kehidupan sehari-hari. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library research). Sumber data primer adalah kitab Risalatul Mu’awanah, sumber sekundernya adalah terjemahannya dan sumber tersiernya adalah kitabkitabdanbuku-buku lain yang bersangkutan dan relevan dengan penelitian.Adapun teknis analisis data menggunakan metode deskriptif analitis, content analysis dan reflektif thinking. Temuan penelitian ini, menunjukkan bahwa konsep menuntut ilmu yang ada dalam kitab Risalatul Mu’awanah karya Sayyid Abdullah bin Alwi AlHaddad sangat relevan dengan pendidikan sekarang, dan sangat dibutuhkan untuk merubah para pelajar yang saat ini masih menuntut ilmu menjadi pribadi yang mempunyai ilmu yang baik dan manfaat. Model menuntut ilmu dalam kitab Risalatul Mu’awanah bisa dibilang sangat praktis dan tetap berpegang teguh dengan Al-Qur‟an dan Hadis. Di setiap babnya terdapat uraian-uraian tentang kewajiban, kesunahan dan anjuran yang harus dilakukan oleh seseorang yang cinta bersikap menuju jalan akhirat, yang dari setiap uraiannya disertakan dasardasar (dalil-dalilnya). Dengan demikian, bagi siapa saja yang mempelajarinya pasti akan menjadi lebih yakin, mantap dan termotivasi untuk melaksanakannya.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i LOGO IAIN .................................................................................................... ii NOTA PEMBIMBING .................................................................................. iii PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIHAN TULISAN .................................................. v MOTTO .......................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii KATA PENGANTAR .................................................................................... ix ABSTRAK ...................................................................................................... xi DAFTAR ISI ................................................................................................... xii BAB I
PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah ................................................................ 1 B. RumusanMasalah ........................................................................ 5 C. TujuanPenelitian ......................................................................... 5 D. KegunaanPenelitian..................................................................... 5 E. PenegasanIstilah .......................................................................... 6 F. MetodePenelitian......................................................................... 8 G. SistematikaPenulisan................................................................... 9 BAB II
BIOGRAFI
SAYYID
ABDULLAH
BIN
ALWI
AL-HADDAD A. RiwayatHidupSayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad ................ 11 B. Pemerintah Masa Kehidupan Sayyid Abdullah Bin Alwi Al-Haddad ..................................................................................................... 18 C. Madzhab Sayyid Abdullah Bin Alwi Al-Haddad ....................... 19 D. Guru-Guru Sayyid Abdullah Bin Alwi Al-Haddad .................... 20 xii
E. Karya-karyaSayyid Abdullah Bin Alwi Al-Haddad ................... 24 F. Bidang Ilmu Kitab Risalatul Mua’awanah ................................. 30 G. Pemikiran Sayyid Abdullah Bin Alwi Al-Haddad ...................... 32 BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN SAYYID ABDULLAH BIN ALWI ALHADDAD TENTANG KONSEP MENUNTUT ILMU A. Pemikiran Sayyid Abdullah Bin Alwi Al-Haddad Tentang Konsep Menuntut Ilmu di Dalam Kitab Risalatul Mua’wanah ............... 48 1. Ilmu Terhadap Allah SWT ....................................................... 49 2. Ilmu Terhadap Diri Sendiri ...................................................... 51 3. Ilmu Terhadap Lingkungan ...................................................... 55 B. PengertianKonsep Dalam Menuntut Ilmu ................................... 59 C. Bentuk-Bentuk Konsep Menuntut Ilmu ...................................... 60 D. Pengertian Menuntut Ilmu........................................................... 62 E. Etika Atau Cara Menuntut Ilmu ................................................. 63 F. Manfaat Menuntut Ilmu ............................................................. 67 G. Tujuan Menuntut Ilmu ............................................................... 68 BAB IV ANALISIS RELEVANSI KONSEP MENUNTUT ILMU KITAB RISALATUL MU’AWANAH DALAM KONTEKS KEHIDUPAN SEHARI-HARI A. Latar Belakang Penulisan Kitab Risalatul Mu’awanah .............. 70 B. Metode yang Digunakan Dalam Menuntut Ilmu ........................ 73 C. Konsep Menuntut Ilmu Kitab Risalatul Mua’awanah Dalam Kontek Kehidupan Sehari-Hari................................................................ 76 1. Ilmu Terhadap Allah SWT ....................................................... 77 2. Ilmu Terhadap Diri Sendiri ...................................................... 79 3. Ilmu Terhadap Lingkungan ...................................................... 83 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................. 88 B. Saran............................................................................................ 90 C. Implikasi Penelitian..................................................................... 91 D. Kata Penutup ............................................................................... 93
xiii
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Berbekal dengan ilmu engkau dapat mengetahui sesuatu yang wajib, sunnah dan haram.Dengan ilmu itu pula engkau mengetahui tata cara melaksanakan kewajiban dan hal yang sunnah, serta mengetahui bagaimana cara menjahui keharamaan. Karena begitu besar peran ilmu, maka diwajibkan menurut dan mengamalkannya. Dengan mengamalkan ilmu engkau dapat memperoleh kesuksesan dunia dan akhirat. Ilmu yang wajib dituntut oleh setiap muslim, yaitu ilmu yang menjelaskan tentang ketentuan yang diwajibkan oleh Allah SWT. dan keharaman yang diharamkan-Nya. (AlHaddad, 2007:83). Terlebih pada pertumbuhan anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah. Baik buruknya lingkungan sedikit banyak akan diikuti oleh mereka. Padahal semua orang telah menyaksikan bagaimana perilaku orang-orang yang berada di sekelilingnya sangat memprihatinkan. Kemerosotan ilmu pada anak-anak saat ini dapat dilihat dengan banyaknya tawuran, mabuk, membolos, berani dan durhaka kepada orang tua, bahkan sampai membunuh. (Jawa Pos, 2014: 1). Hal ini menjadi keprihatinan bersama. Apabila tidak ada cara untuk membentengi anak-anak (pelajar) dari terjangan lingkungan yang buruk, maka bisa dipastikan mereka akan terpengaruh oleh lingkungan yang
1
buruk, dan bukan tidak mungkin mereka juga akan menjadi terbiasa untuk melakukan perbuatan yang buruk. Sesungguhnya manusia mereka yang masih janin, bayi, kanak-kanak, remaja dan lain-lain. Itu nantinya sudah tentu mereka akan menjadi dewasa, menjadi manusia besar yang akan merupakan generasi baru untuk menggantikan para orangtua sekarang yang sudah tua-tua. Orangtua pun secara pasti akan meninggalkan hidup mereka di alam fana ini, melanjudkan perjuangan dan pengkhidmatan pendahulunya terhadap bangsa, negara, juga agama. (Al-Ghalayaini, 2000: 313). Oleh karena itu, orangtua harus lebih memperhatikan anak-anaknya dalam soal pendidikan, terutama pendidikan tentang menuntut ilmu. Supaya mereka tidak mudah terpengaruh dengan keadaan lingkungan yang buruk seperti saat ini. Pada masa yang akan datang kelak, mereka akan menjadi pilar-pilar penerus perjuangan yang memiliki ilmu yang baik dan berguna, menjadi penerus bangsa negara, dan juga agama. Menuntut ilmu merupakan bagian besar dari isi pendidikan Islam, posisi ini terlihat dari kedudukan Al-Qur‟an sebagai referensi paling penting tentang ilmu bagi kaum muslimin: individu, keluarga, masyarakat, dan umat. Ilmu merupakan buah Islam yang bermanfaat bagi manusia dan kemanusiaan serta membuat hidup dan kehidupan menjadi baik. Ilmu merupakan alat kontrol psihis dan sosial bagi individu dan masyarakat. Tanpa ilmu, masyarakat manusia tidak akan berbeda dari kumpulan binatang. (Munzier, 2008: 89).
2
Dengan bekal menuntut ilmu, seseorang dapat mengetahui batas mana yang baik dan mana yang buruk. Juga dapat menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya. Orang yang berilmu dapat memperoleh irsyad, taufik, dan hidayah sehingga dapat bahagia di dunia dan di akhirat. Kebahagian hidup oleh setiap orang selalu didambakan kehadirannya di dalam lubuk hati. Hidup bahagia merupakan hidup sejahtera dan mendapat ridha dari Allah SWT dan selalu disenangi oleh sesama makhluk. (FIP-UPI, 2007: 18). Salah seorang ulama‟ yang mengkaji dan memberikan ilmu secara mendalam adalah Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad. Dia adalah seorang guru besar dalam bidang menuntut ilmu, baik ilmudhahir (lahir) maupun bathin (batin). Sejarah menyebutkan bahwa Sayyid Abdullah Al-Haddad tidak tidur di waktu malam untuk beribadah kecuali sedikit saja. Yang demikian itu adalah untuk meneladani amalan Rasulullah SAW yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk tidak tidur di waktu malam kecuali sedikit saja. Rasulullah SAW bersabda:
) (رواه البيهق.َلَ ُ الْعِْل ِم َ ِريْ َ ٌ َعلَ ُ ِّل ُم ْسلِ ٍم
Artinya :“Menuntutilmuituwajibatassemua BaihaqidariAnas).
orang
Islam”.
(HR.
Sayyid Abdullah Al-Haddadberkata: "Kami telah melaksanakan segala sunnah Nabi SAW, dan tiada satu sunnah yang kami tinggalkan”. Sebagai membenarkan akan ucapannya itu, Syyaid AbdullahAl-Haddadpada akhir umurnya memanjangkan rambutnya hingga bahu, karena rambut Rasulullah SAW adalah demikian. 3
(http://www.darulmurtadza.com/2011/12/riwayat-hidup-imam-abdullah-binalwi-al.html). Selain dikenal sebagai seorang yang ahli dalam mendidik ilmu, Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad juga dikenal sebagai seorang yang produktif dalam karya tulis. (Musthofa, 1994: 163). Karya-karya dari Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad banyak sekali, salah satu karyanya yang ada di Indonesia, yang banyak dikaji oleh majlis-majlis pengkajian ilmu adalah kitab Risalatul Mu’awanah. Kitab ini tergolong sangat praktis, di dalamnya terdapat berbagai ulasan-ulasan yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan akhlak yang disertai dengan dalil-dalilnya (dasar-dasarnya), yang bisa dijadikan sebagai acuan untuk mempengaruhi dan memformulasikan nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kehidupan sehari-hari para siswa (pelajar). Dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk menggali konsep menuntut ilmu yang terdapat dalam kitabRisalatul Mu’awanah,yang memuat ulasan-ulasan pemikiran dari Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad tentang tata cara dan langkah-langkah seseorang menempuh jalan kehidupan menuju kebahagiaan dunia akhirat. Untuk itu, maka dalam penelitian ini penulis memberi
judul:
KONSEP
MENUNTUT
ILMU
DALAM
KITAB
RISALATUL MU’AWANAH KARYA SAYYID ABDULLAH BIN ALWI AL-HADDAD. Penulis akan berusaha mengulas konsep menuntut ilmu yang ada dalam kitab Risalatul Mu’awanah. Diharapkan nantinya dapat dijadikan referensi dalam pembimbingan akhlak para pelajar dan juga masyarakat umum. 4
B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.
Bagaimanakah pemikiran Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddaddalam kitab Risalatul mu’awanah?
2.
Bagaimanakah konsep Menuntut Ilmu yang terdapat dalam kitab Risalatul Mu’awanah?
3.
Bagaimanakah relevansi konsep Menuntut Ilmu kitab Risalatul Mu’awanah dalam konteks kehidupan sehari-hari?
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1.
Mengetahui pemikiran Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad dalam kitab Risalatul Mu’awanah.
2.
Mengetahui bagaimanakah Konsep Menuntut Ilmu yang terdapat dalam kitab Risalatul Mu’awanah.
3.
Mengetahui relevansi Konsep Menuntut Ilmu dalam kitab Risalatul Mu’awanah dalam konteks kehidupan sehari-hari.
D. KegunaanPenelitian Kegunaan dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua bagian, yaitu: 1.
Kegunaan Teoritis Penelitianini diharapkan dapat memberikan kontribusi teoritis bagi dunia pendidikan dalam menuntut ilmu.
5
2.
Kegunaan Praktis Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas lembaga pendidikan terutama pendidikan Islam. Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk diterapkan dalam dunia pendidikan pada lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Indonesia.
E. PenegasanIstilah Untuk menghindari penafsiran dan kesalahpahaman, maka penulis kemukakan pengertian dan penegasan judul skripsi ini sebagai berikut: 1.
Konsep Menuntut Ilmu Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memehami halhal lain. (Kamus Besar Bahasa Indonesia.2007:588). Selain pengertian tersebut ada juga yang mengartikan bahwa konsep adalah pokok pertama yang
mendasari
keseluruhan
pemikiran.
(Ensiklopedi
indonesia,
1991:1856). Dengan demikian sebuah konsep akan membingkai atau menyusun sebuah penjelasan tentang suatu hal atau perkara yang di teliti. Menuntut adalah meminta dengan keras (setengah mengharuskan supaya dipenuhi).(Kamus Besar Bahasa Indonesia,2007:589). Ilmu adalah syarat benarnya perkataan dan perbuatan, keduanya tidak tidak akan bernilai kecuali dengan ilmu, maka ilmu harus ada sebelum perkataan dan perbuatan karena ilmu merupakan pembenar niat,
6
sedangkan amal tidak akan di terima kecuali dengan niat yang benar. (AlJaza‟iri, tt: 223). Dengan demikian menuntut ilmu adalah sesuatu yang dianggap baik untuk diusahakan dalam membimbing dan mengarahkan seseorang supaya mencapai ilmu yang baik dan benar, serta menjadikannya sebagai suatu kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. 2.
Risalatul Mu’awanah Ini adalah kitab yang ditulis oleh Sayyid Abdullah bin Alwi AlHaddad pada abad ke-12 Hijriyah. Ketika ia masih berumur 26 tahun. Arti kitab ini mempunyaipengertian ringkasan pertolongan bagi orangorang mukmin yang cinta bersikap menuju jalan akhirat. Sebagaimana judulnya, kitab ini membahas penjelasan berbagai mau’idloh (nasehat) tentang tata cara dan langkah-langkah yang harus ditempuh oleh setiap orang mukmin yang mengharapkan kebahagian di dunia dan akhirat. Kitab ini terdiri 38 bab pembahasan, dimulai dari pengenalan terhadap pengarang (ta’rif al-muallif), kemudian khutbah kitab dilanjutkan dengan bab satu, dua, tiga sampai 38. Pada bagian akhir ditulis beberapa wasiat al-rohaniah (wasiat yang bersifat kerohaniahan) dari Allah SWT. yang diturunkan melalui beberapa hadis qudsi dengan periwayatan yang shahih, yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW,dan fahrasat (daftar isi).
7
F. Metode Penelitian 1.
Pendekatan Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif Literer. Yaitu pendekatan yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka secara langsung.Dalam hal ini hendak diuraikan nilai-nilai pendidikan akhlak dalam Kitab Risalatul Mu’awanah dan relevansinya dengan kehidupan kontemporer.
2.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode library research (penelitian kepustakaan). Maka peneliti menggunakan teknik yang diperoleh dari perpustakaan dan dokumentasi dikumpulkan dari kitab-kitab dan bukubuku yang berkaitan dengan objek penelitian. Yang terdiri dari tiga sumber: a.
Sumber Primer, adalah sumber yang langsung berkaitan dengan permasalahan yang didapat yaitu: kitab Risalatul Mu’awanah.
b.
Sumber Skunder, adalah data yang diperoleh dari sumber pendukung untuk memperjelas data primer. Yaitu terjemahan kitab Risalatul Mu’awanah, buku-buku dan media elektronik seperti internet, yang mendukung objek penelitian.
3.
Teknik Analisis Data Dalam menganalisis data yang ada, penulis menggunakan dua metode yaitu:
8
a.
Metode Content Analysis Metode
Content
Analysis
(analisis
isi)menurutWeber
sebagaimana yang dikutip oleh Soejono dalam bukunya yang berjudul:Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan, adalah: “metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen”. (Soejono, 2005: 13). Dengan teknik analisis ini penulis akan menganalisis terhadap makna atau pun isi yang terkandung dalam ulasan-ulsan kitab Risalatul Mu’awanah dan kaiatanya dengan nilai-nilai pendidikan akhlak. b.
Metode Reflektif Thinking Metode Reflektif thinking yaitu berfikir yang prosesnya mondar-mandir antara yang emperi dengan yang abstrak. Emperi yang khusus dapat saja menstimulasi berkembangnya yang abstrak yang luas, dan menjadikan mampu melihat relevansi emperi pertama dengan emperi-emperi yang lain yang termuat dalam abstrak baru yang dibangunnya. (Muhadjir, 1991: 66-67). Metode ini digunakan untuk melihat relevansi antara kitab Risalatul Mu’awanah dan nilainilai pendidikan akhlak kontemporer.
G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang penulis maksud disini adalah sistematika penyusunan skripsi dari bab ke bab. Sehingga skripsi ini menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan.Hal ini bertujuan agar
9
tidak ada pemahaman yang menyimpang dari maksud penulisan skripsi ini.Adapun sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut: Bab Pertama. Pendahuluan, menguraikan tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Penelitian, Metode Penelitian, dan sistematika Penulisan sebagai gambaran awal dalam memahami skripsi ini. Bab Kedua. Biografi dan pemikiran Syaiid Abdullah bin Alwi AlHaddad dalam kitab Risalatul Al mua’wanah menguraikan tentang: Biografi Sayyid Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad, yang meliputi riwayat kelahiran, kehidupan intelektual, dan perjalanankarirnya. Selain itu dalam bab ini juga membahas perkembangan intelektualdan karya-karyanya serta pemikiran-pemikirannya dalam kitab Risalatul Almu’awanah. Bab Ketiga. Deskripsi pemikiran Sayyid Abdullah bin Alwi AlHaddad tentang konsep menuntut ilmu. Bab Keempat. Pembahasan, menguraikan signifikansi pemikiran, relevansi pemikiran, dan implikasi. Bab Lima. Penutup, menguraikan kesimpulan, saran, implikasi penelitian, dan kata penutup.
10
BAB II BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN SAYYID ABDULLAH BIN ALWI ALHADDAD
A. Riwayat Hidup Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad 1.
Kelahiran, Keturunan dan Tempat Tinggal Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad dilahirkan pada malam senin tanggal 5 Shafar tahun 1044 H/ 30 Juli tahun 1634 M. di Subair (sebuah perkampungan di pinggiran kota Tarim, Hadlramaut, Yaman). Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad adalah Keturunan dari Sayyid Alwi bin Muhammad Al-Haddad, yang dikenal sebagai seorang yang shaleh, serta diyakini sudah mencapai derajad Al-Arifin (ma‟rifat) dengan Syarifah Salma binti Idrus bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsyi, yang juga dikenal sebagai seorang wanita yang shalehah. (Al-Badawi, 1994: 39-40). Nasab Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad bersambung kepada kekasih Allah SWT, yaitu Nabi Muhammad SAW melalui jalur Sayyiduna Al-Husein RA, putra dari Amirul Mukminin Sayyiduna Ali bin Abi Thalib RA, dan Sayyidatuna Fathimah Az-Zahro RA, putri dari Rasulullah SAW. Urutan nasabSayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad yang hingga sampai kepada Nabi Muhammad SAW dapat dilihat pada bagan sebagai berikut:
11
Sayyiduna Muhammad SAW
Sayyidatuna Khatijah AlKubro RA
Sayyidatuna Fathimah Az-Zahro RA Sayyiduna Ali bin Abi Tholib RA Al-Imam Al-Husein
Ali Zainal „Abidin
Ja‟far As-Shodiq
Muhammad Al-Baqir
Ali Al-Uraydhi
Muhammad An-Naqib
Ahmad Al-Muhajir
Isa Ar-Rumiy
Ubaidillah
Alwi Ba‟lawi Shohib Saml
Alwi
Muhammad
Ali Kholi‟ Qosam
Muhammad Sohib Mirbath
Abdurrahman
Alwi Al-Faqih Al-Muqaddam
Ahmad Al-Faqih
Abdullah
Ahmad
Muhammad
Abu Bakar
Ahmad Al-Haddad
Muhammad
Alwi
Abdullah
Ahmad
Sayyid Alwi
Muhammad Al-Haddad
Syarifah Salma binti Idrus Al-Imam Al-„Alamaah, Sayyid Abdullah Al-Haddad, AlHadlromiy, Asy-Syafi‟i, Al-Asy‟ari. 12
Demikianlah runtunan nasab Sayyid Abdullah bin Alwi AlHaddad yang sampai pada baginda Nabi Muhammad SAW melalui jalur Sayyiduna Al-Husain RA.(http://darulmurtadza.com/imam-abdullah-binalwi-al-haddad/). Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad tinggal disebuah tempat bernama Al-Hawi. Al-Hawi adalah sebuah kawasan yang berdekatan dengan Tarim, ia menetap disana (Al-Hawi) pada tahun 1099 H. Sayyid Muhammad bin Ahmad Al-Syathiri (Sejarawan dari Hadlramaut) berkata: ”Sesungguhnya Sayyid Abdullah Al-Haddad mendirikan AlHawi semata-mata untuk mempunyai tapak yang berdiri sendiri untuknya dan ahli keluarganya serta para pengikutnya, dan tidak tertakluk kepada pentadbiran (pemikiran) Qadli Tarim pada masa itu. Ia merupakan tempat yang strategis untuk mendapatkan segala yang baik daripada Tarim, dan kawasan yang terlindung dari segala fitnah dan kejahatan dari tempat itu”. Dengan demikian Al-Hawi menjadi kawasan yang selamat lagi dihormati. Sayyid Abdullah Al-Haddad membangun rumahnya di Al-Hawi pada tahun 1074 H, lalu berpindah dari Subair kesana pada tahun 1099 H. Ia membangun masjidnya berhampiran dengan rumahnya, dan mengajar di sana selepas salat asar setiap hari, dan pagi hari kamis dan senin, serta hadlrah (rebana) pada setiap malam Jum‟at selepas salat isya‟. Maka dengan berbagai aktivititas, Al-Hawi menjadi tumpuan kepada para ulama‟, dan orang-orang shaleh, serta tempat perlindungan
13
bagi kaum fakir miskin, dan merupakan zona selamat, aman, dan tenteram. 2.
Ketekunan Ibadah Sayyid Abdullah binAlwi Al-Haddad Pada tahun 1079 H, Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad telah berangkat untuk menunaikan ibadah haji. Setelah sampai di Makkah, ramai penduduk Makkah yang menyambut kedatangannya, dan di sana ia tinggal di rumah Sheikh Husain Ba Fadal. Sayyid Abdullah Al-Haddad menceritakan keberadaannya dirumah Sheikh Husain Ba Fadlal, Sayyid Abdullah
berkata:“Sesungguhnya
Sheikh
Husain
berkata:
Aku
mempunyai dua lautan di mana aku mengambil dari keduanya, yang pertama: adalah lautan dzahir, yaitu Sheikh Ahmad Al-Qusyasyi, yang kedua: lautan batin, yaitu Sayyid Muhammad bin Alwi As-Seggaf, dan Allah SWT telah mengumpulkan kedua lautan itu padamu untukku”. (http://darulmurtadza.com/imam-abdullah-bin-alwi-al-haddad/). Pada tahun itu, wuquf di Arafah jatuh pada hari jum‟at, ramai penduduk Makkah pada ketika itu yang datang kepadanya.Ketika Sayyid Abdullah Al-Haddad sedang duduk di sebelah Hijir Isma‟il, ia didatangi oleh Syarif Barakaat bin Muhammad, lalu meminta do‟a kepadanya agar permintaanya di kabulkan oleh Allah SWT (tanpa memberitahu apakah hajatnya itu), maka Sayyid Abdullah Al-Haddad mendo‟akan untuknya. Ketika Syarif Barakaat pergi, Sayyid Abdullah Al-Haddad bertanya: Siapakah dia itu? ia diberitahu kalau dia adalah salah seorang yang besar di Makkah. Lalu Sayyid Abdullah berkata: “Dia meminta untuk menjadi
14
raja di Makkah, dan Allah SWT telah mengabulkan permintaanya”. Syarif Barakaat di lantik menjadi pemimpin di Hijaz pada tahun 1082 H. (http://darulmurtadza.com/imam-abdullah-bin-alwi-al-haddad/). Pada hari Jum‟at 1 Muharram 1080 H, bertepatan dengan masuknya waktu salat fajar, Sayyid Abdullah Al-Haddad telah di pelawa untuk menjadi imam pada shalat subuh di Masjidil Haram di Makkah. Ia membaca surah As-Sajdah dan surah Al-Insan. Sayyid Abdullah Al-Haddad melangsungkan perjalanannya menuju kota Madinah Al-Munawwarah. Telah diceritakan bahwa, ia tidak tidur dalam perjalanannya menuju kota Madinah kecuali sedikit sekali, di sebabkan kerinduan yang mendalam di dalam hatinya. Dia mengungkapkan akan kerinduannya itu dalam syairnya:
ِ ْ ّ ُاحل
ِل األرواا ِمن خال َ ْ َ َ ْ َ يَل ّذ لَناَ أ ْن ّلَ يل ّذ لنا ال َكَرى * دلا َخال
Artinya:”Sungguh kami merasakan kenikmatan dimana kami tidak meraza nikmat dengan tidur, Ketika kemurnian cinta telah menyatu dengan ruh”.
Ketika Sayyid Abdullah Al-Haddad menghampiri kota Madinah, ia dapat mencium bau wangi serta merasakan adanya cahaya yang bersinar. Ia mengungkapkan dalam syairnya:
لما بلغ نا ي ب ً ورب وعه ا * مشمنا شذى يزري بعرف العن ِرب أشرقت األنو ُار من ّل جان * وّلا السنا من خري ّل ادلقاب ِر ْ و ابلسعادةِ سا ر ٍ * مع الفجر و لنا وا ينا ادلدين اب من ّ باا علينا
Artinya:”Ketika kami sampai di Thaibah (Madinah), kami mencium bau sangat wangi, mengalahkan wangian-wangian anbar.Cahaya menyinari segala penjuru, cahaya itu bersinar melalui kubur sebaik-baik
15
manusia.Bersamaan dengan waktu fajar, kami sampai ke Madinah, sungguh indah pagi itu bagi kami dengan kebahagiaan”. Sejarah menyebutkan bahwa Sayyid Abdullah Al-Haddad tidak tidur di waktu malam untuk beribadah kecuali sedikit saja. Yang demikian itu adalah untuk meneladani amalan RasulullahSAW yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk tidak tidur di waktu malam kecuali sedikit saja. Firman Allah SWT:
Artinya: “Hai orang yang berselimut (Muhammad)!, bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya)”. (Q.S. AlMuzammil:1-2). (http//www.Al-Quran-digital.com). Allah SWT juga telah memuji mereka yang menghidupkan malam dengan ibadah kepadaNya. Firman Allah SWT:
Artinya: “Adalah mereka itu sedikit tidur pada malam hari. Dan ketika waktu sahur mereka meminta ampun (kepada Allah).” (Q.S. AdzDzariyat: 17). (http//www.Al-Quran-digital.com). Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad berkata: "Kami telah melaksanakan segala sunah Nabi SAW, dan tiada satu sunah pun yang kami tinggalkan”. Sebagai membenarkan akan ucapannya itu, beliau pada akhir umurnya memanjangkan rambutnya sehingga sampai pada bahunya,
Karena
rambut
Rasulullah
SAW
adalah
demikian.(http://www.darulmurtadza.com/2011/12/riwayat-hidup-imamabdullah-bin-alwi-al.html)
16
3.
Peristiwa Wafat Sayyid Abdullah binAlwi Al-Haddad Sayyid Abdullah Al-Haddad menghabiskan umurnya untuk menuntut ilmu dan mengajar, berdakwah dan mencontohkannya dalam kehidupan. Hari kamis 27 Ramadhan 1132 H, dia sakit tidak ikut salat asar berjama‟ah di masjid dan pengajian rutin sore. Ia memerintahkan orang-orang untuk tetap melangsungkan pengajian seperti biasa dan ikut mendengarkan dari dalam rumah. Malam harinya, ia salat isa‟ berjama‟ah dan tarawih. Keesokan harinya ia tidak bisa menghadiri salat jum'at. Sejak hari itu, penyakitnya semakin parah. Ia sakit selama 40 hari sampai akhirnya pada malam selasa, 7 Dzul-qo‟dah 1132 H / 10 September 1712 M, ia kembali menghadap Yang Kuasa di Al-Hawi, disaksikan anaknya, Hasan. Ia wafat dalam usia 89 tahun. Ia meninggalkan banyak murid, karya dan nama harum di dunia. Di kota tarim, di pemakaman Zanbal ia dimakamkan. (Al-Badawi, 1994: 171-172). Putranya yang bernama Hasan yang merawatnya ketika sakit. Sayyid Hasan menceritakan bahwa: Sesungguhnya Sayyid Abdullah AlHaddad dalam sakitnya banyak mengulangi hadis yang terakhir dalam Shahih Al-Bukhari, yaitu:
ِ َ حبِيب ت،ان ِيف الْ ِميز ِان ِ َ ثَِقيلَت،ان ِ ان علَ اللِّس ِ ِ ِ ِ ُُهَا،الر ْمحَ ِن َّ ان إِ َإ َ ََ ل َمتَان َخفي َفت َ َ َ َ .ااِ الْ َع ِ ي ِم َّ ُسْب َحا َن،ِااِ َوِ َ ْم ِده َّ ُسْب َحا َن
Artinya: Dua kalimat ringan dilisan, berat di timbangan, di senangi oleh َِّ سبحا َن,اا وِ م ِد ِه ِ Yang maha Pengasih yaitu: اا الْ َع ِ ي ِم َ ْ ُ ْ َ َ َّ ُسْب َحا َن. Sayyid Abdullah Al-Haddad meninggal dunia pada 1/3 malam yang pertama, tak seorang pun yang mengetahui berita kewafatannya 17
kecuali di waktu pagi. Keadaan menjadi sangat memilukan ramai pengikutnya. Berduyun-duyun manusia datang untuk menghadiri pemakamannya. Sayyid Hasan (putranya) dan Sayyid Umar bin Hamid adalah orang yang menangani pemandiannya. Shalat jenazah diimamkan oleh Sayyid Alwi (putranya), dan di hadiri oleh lebih kurang dua puluh ribu (20.000) orang. Sayyid Abdullah Al-Haddad dimakamkan bersamaan dengan terbenamnya matahari, oleh karena terlalu ramai manusia yang mengahdiri jenazahnya. (Al-Badawi, 1994: 173). B. Pemerintahan Masa Kehidupan Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad (1044-1132 H/ 1634-1720 M) Sayyid Abdullah Al-Haddad lahir pada masa Dinasti Turki Usmani, yang dipimpin oleh Sultan Murad IV (1623-1640 M). Yaman yang pada waktu itu di bawah kekuasaan Turki Usmani. Sayyid Abdullah Al-Haddad melewati tujuh periode kepemimpinan kerajaan, mereka adalah: 1.
Sultan Murad IV (1623-1640 M).
2.
Sultan Ibrahim (1640-1648 M).
3.
Sultan Muhammad IV (1648-1678 M).
4.
Sultan Sulaiman II (1678-1691 M).
5.
Sultan Ahmad II (1691-1695 M).
6.
Sultan Musthofa II (1695-1703 M).
7.
Sultan Ahmad III (1703-1730 M).
18
Pergantian pemimpin yang cepat dalam beberapa periode ini, menunjukkan bahwa pada masa itu Islam sedang dalam periode kemunduran, keperkasaan pasukan Islam waktu itu sedang mengalami masa stagnan. Pada masanya, Inggris sudah terbiasa berdagang di Yaman, sedang Portugis telah menguasai pulau Socotra, 350 km lepas pantai. Ekspansi Islam pun sudah berhenti. Selain itu, kawasan Hadramaut mengalami periode kehancuran. Ketika Sayyid Abdullah Al-Haddad berusia 25 tahun, Hadramaut ditaklukkan oleh kelompok Qasimi Zaydiyah dari Yaman Utara. Kaum Hadrami mendapatkan kembali kemerdekaannya pada tahun 1715 Hijriyyah, saat Sayyid Abdullah berusia 81 tahun. (http://anneahira.com/sejarah-kerajaanturki -usmani.html). C. Madzhab Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad Sayyid Abdullah Al-Haddad dalam sejarah Islam, ia dikenal sebagai salah satu mursyid tarekat (toriqoh ba‟lawi), ia adalah penganut aqidah Sunni Asy‟ariyah, dan pengikut madzhab Syafi‟i. Sayyid Abdullah sangat memahami kitab-kitab madzhab Imam Syafi‟i. Sampai-sampai yang dahulu adalah gurunya, kemudian menjadi muridnya. Salah satunya yaitu Sheikh Bajubair, dimana Sayyid Abdullah Al-Haddad dulunya telah berguru kepada Sheikh Bajubair dalam ilmu Fiqh, dan ia telah belajar kitab Al Minhaj (kitab Fiqh madzhab Imam Syafi‟i) dari Sheikh Bajubair. Sheikh Bajubair merantau ke negeri India, setelah beberapa lama berada di sana, lalu kemudian ia kembali ke Hadlramaut. Setelah berada di Hadlramaut ia belajar kitab Ihya ‘Ulumuddin Karya Imam Al-Ghozali kepada
19
Sayyid Abdullah Al-Haddad. Hal ini menunjukkan akan keluasan ilmu Sayyid Abdullah yang diberikan oleh Allah SWT. kepadanya. D. Guru-guru Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad tumbuh besar dalam lingkungan keluarga yang baik, ia mendapat didikan awal dari ayahandanya Sayyid Alwi bin Muhammad Al-Haddad dan ibundanya Syarifah Salma binti Idrus bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsyi. Di masa kecilnya, ia menyibukkan diri untuk menghafal Al-Qur‟an, dan bermujahadah untuk mencari ilmu, sehingga berjaya mendahului rekan-rekannya. Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad sangat gemar menuntut ilmu. Kegemarannya ini membuatnya seringkali melakukan perjalanan berkeliling ke berbagai kota di Hadlromaut, menjumpai kaum sholihin (orang-orang yang saleh) untuk menuntut ilmu dan mengambil berkah dari mereka. Telah dicatatkan bahwa, jumlah bilangan guru-guru Sayyid Abdullah melebihi 140 guru, ia telah mengambil ilmu dan berkah dari para guru-gurunya itu. Di antara guru-guru dari Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad adalah sebagai berikut: 1.
Al-Quthb Anfas Sayyid Umar bin Abdurrahman Al-„Athos bin „Aqil bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman Asseqaf (wafat: 1072 H),
2.
Al-„Allamah Sayyid Abdurrahman bin Syekh Maula „Aidid Ba'Alawy (wafat: 1068 H),
3.
Al-„Allamah Sayyid Sahl bin Ahmad BaHasan Al-Hudaily Ba'Alawy,
20
4.
Al-„Allamah Sayyid „Aqil bin Abdurrahman bin Muhammad bin Ali bin „Aqil bin Syaikh Ahmad bin Abu Bakar bin Syaikh bin Abdurrahman Asseqaf,
5.
Al-Mukarromah Sayyid Muhammad bin Alwi bin Abu Bakar bin Ahmad bin Abu Bakar bin Abdurrahman Asseqaf yang tinggal di Mekkah (1002–1071 H).
6.
Syaikh Sayyid Abu Bakar bin Imam Abdurrahman bin Ali bin Abu Bakar bin Syaikh Abdurrahman Asseqaf,
7.
Sayyid Syaikhon bin Imam Husein bin Syaikh Abu Bakar bin Salim,
8.
Sayyid Syihabuddin Ahmad bin Syaikh Nashir bin Ahmad bin Syaikh Abu Bakar bin Salim,
9.
Sayyidi Syaikh Sayyid Jamaluddin Muhammad bin Abdurrahman bin Muhammad bin Syaikh Al-‟Arif Billah Ahmad bin Quthbil Aqthob Husein bin Syaikh Al-Quthb Al-Robbani Abu Bakar bin Abdullah AlIdrus (1035-1112 H),
10. Syaikh Al-Faqih Al-Sufi Abdullah bin Ahmad Ba Alawy Al- Asqo, 11. Sayyidi Syaikh Al-Imam Ahmad bin Muhammad Al-Qusyasyi (wafat 1071 H). 12. Al-„Arifbillah Syaikh Muhammad bin „Alawi as-Saqqaf al-Makki Dari guru-gurunya itulah Sayyid Abdullah Al-Haddad menerima banyak ilmu hingga menekuni tasawwuf, dan dari guru-gurunya tersebut dengan kajiannya yang mendalam di berbagai ilmu keislaman menjadikannya benar-benar menjadi orang yang `alim, menguasai seluk-beluk syari`at dan
21
hakikat, memiliki tingkat spiritualitas yang tinggi dalam bidang tasawwuf, sampai ia menyusun sebuah Ratib (wirid-wirid perisai diri, keluarga dan harta) yang kini dikenal di seluruh penjuru dunia. Hingga diakhiri memperoleh tingkat Al-Qutub Al-Ghauts (Wali tertinggi yang bisa menjadi wasilah pertolongan). (http://darulmurtadza.com/imam-abdullah-bin-alwi-alhaddad/). Sanad keilmuan Sayyid Abdullah Al-Haddad dengan guru-gurunya di atas, bersambung sampai Rasulullah SAW, dan Rasul sendiri menerimanya dari Allah SWT. Di sini penulis akan menerakan salah satu mata rantai keilmuan Sayyid Abdullah yang hingga sampai kepada Allah SWT. Penulis akan menerakan urutan keilmuannya, yang melalui Al-Quthb Anfas Sayyid Umar bin Abdurrahman Al-„Athos. Mata rantai keilmuannya adalah sebagai berikut:
22
Allah ‘Azza wa Jalla
Sayyiduna Muhammad SAW Sayyiduna Ali bin Abi Tholib RA
Al-Imam Al-Husein
Ali Zainal „Abidin
Ja‟far As-Shodiq
Muhammad Al-Baqir
Ali Al-Uraydhi
Muhammad An-Naqib
Ahmad Al-Muhajir
Isa Ar-Rumiy
Ubaidillah
Alwi Shohib Saml
Alwi
Muhammad
Ali Kholi‟ Qosam
Muhammad Sohib Mirbath
Muhammad al Faqih al Muqaddam Alwi al Ghoyur
Ali Ali
Syeikh Abdurrahman As-Seggaf
Muhammad Maulah Dawilah
Abdullah
Abdurrahman
Salim
Ubaidullah
Aqil
Abdurrahman
Al-Quthb Anfas Sayyid Umar Al-„Athos Al-Imam Al-„Alamaah, Sayyid Abdullah Al-Haddad, AlHadlromiy Asy-Syafi‟i Al-Asy‟ari 23
Sayyid Abdullah Al-Haddad adalah seorang da‟i yang menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan sangat mengesankan dan sebagai seorang penulis yang produktif, yang karya-karyanya tetap dipelajari orang sampai saat ini. Banyak dari para penuntut ilmu yang datang untuk berguru kepadanya. Keaktifannya dalam berdakwah menjadikannya digelari Quthbid Dakwah wal Irsyad( Wali Tertinggi yang memimpin dakwah). Berkat ketekunan dan akhlakul karimah yang Sayyid Abdullah AlHaddad miliki pada saat usia yang sangat dini, ia dinobatkan oleh Allah SWT dan guru-gurunya sebagai da‟i, yang menjadikan namanya harum di seluruh penjuru wilayah Hadlramaut dan mengundang datangnya para murid yang berminat besar dalam mencari ilmu. Mereka ini tidak datang hanya dari Hadlramaut tetapi juga datang dari luar Hadlramaut. Mereka datang dengan tujuan menimba ilmu, mendengar nasihat dan wejangan serta tabarrukan (mencari berkah), memohon do‟a darinya. (http://darulmurtadza.com/imamabdullah-bin-alwi-al-haddad/). E. Karya-karya Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad Selain dikenal sebagai seorang yang ahli dalam berdakwah, Sayyid Abdullah Al-Haddad juga dikenal sebagai salah seorang penulis yang produktif. Ia mulai menulis ketika berumur 25 tahun dan karya terakhirnya ditulis pada ketika usianya 86 tahun. Keindahan susunan bahasa serta mutiara-mutiara nasehat yang terdapat dalam karya-karyanya, menunjukkan akan keahliannya dalam berbagai ilmu agama. Bukan hanya kaum awam saja
24
yang membaca dan menggemarinya, akan tetapi sebagian ulama‟ pun menjadikannya sebagai pegangan dalam berdakwah. (Al-Badawi, 1994: 163). Keistimewaan dari karya-karya Sayyid Abdullah adalah mudah difahami oleh semua kalangan, mengikut kefahaman masing-masing. Sehingga buku-bukunya telah dicetak beberapa kali dan sudah diterjemahkan kedalam beberapa bahasa. Adapun karya-karya Sayyid Abdullah Al-Haddad diantaranya adalah sebagai berikut: 1.
Risalah Al-Mudzaakarah Ma’a Al-Ikhwan Al-Muhibbin Min Ahl AlKhair Wa Ad-Din (ٍِّ)رساىح اىَذامزج ٍع اإلخىاُ واىَحثٍِّ ٍِ أهو اىخٍز واى Berisi tentang definisi takwa, cinta menuju jalan akhirat, zuhud dari dunia, kitab ini sangat cocok untuk menerangkan hati. Kitab ini selesai ditulis oleh Sayyid Abdullah pada hari ahad sebelum waktu dhuhur, akhir bulan Jumadil Awwal tahun 1069 H. (Al-Badawi, 1994: 163).
2.
Risalah al-Mu’aawanah wa al-Mudzaaharah wa al-Mu`aazirah li arRaghibin minal Mu’minin fi Suluki Thoriqil Akhirah ( رساىح اىَعاوّح )واىَظاهزج واىَؤاسرج واىَؤسرج ىيزاغثٍِ ٍِ اىَؤٍٍِْ فى سيل طزٌق األخزج Kitab ini selesai ditulis pada tahun 1069 H, sewaktu Sayyid Abdullah berusia 26 tahun. Dan ditulis atas permintaan Habib Ahmad bin Hasyim Al-Habsyi. (Al-Badawi, 1994: 165-166).
3.
Risalah AadabSuluk al-Murid ()رساىح آداب سيىك اىَزٌذ
25
Tentang kewajiban bagi seorang murid (orang yang mencari Allah dan kehidupan akhirat) meliputi adab dan amal lahir dan batin. Kitab ini selesai penulisannya pada tanggal 7 atau 8 Ramadhan, tahun 1071 H. (Al-Badawi, 1994: 164). 4.
Ithaf as-Saail bi Jawaab al-Masaail ()اذّحاف اىسائو تأجىتح اىَسائو Kitab ini selesai ditulis pada hari Jum‟at, 15 Muharram 1072 H, Ketika ituSayyid Abdullah berumur 28 tahun. Kitab ini adalah merupakan kumpulan jawaban atas berbagai persoalan yang diajukan kepadanya oleh Syaikh „Abdurrahman Ba‟Abbad Asy-Syibaami. Kitab itu ditulis sewaktu ia berkunjung ke Dau‟an pada tahun 1072 H. Kitab ini mengandung 15 pertanyaan dengan jawaban dan ulasan yang mendalam darinya. Selesai ditulis pada hari Jum‟at, 15 Muharram 1072 H. (AlBadawi, 1994: 165).
5.
An-Nashoih ad-Diniyah wa al-Washoya al-Imaniyah ( اىْصائح اىذٌٍّْح واىىصاٌا )اإلٌَاٍّّح Kitab ini Sayyid Abdullah tulis pada usia 45 tahun. Selesai ditulis pada hari Ahad, 22 Sya‟ban tahun 1089 H. Kitab ini mendapat pujian dari para ulama‟ karena isinya merupakan suatu ringkasan daripada kitab Ihya‟. Kata-kata di dalam kitab ini mudah, kalimatnya jelas, pembahasannya sederhana dan disertai dengan dalil yang kukuh. Sesuai dibaca oleh orang awam dan juga khawas (khusus). (Al-Badawi, 1994: 165).
26
6.
Sabil al-Iddikar wa al-I’tibaar bima Yamurru bi al-Insan wa Yanqadhi lahu min al-’A’maar (ٌَز تاإلّساُ ٍِ األعَار ّ )سثٍو االدّمار واالعرثار تَا Terdapat perbedaan pendapat mengenai usia Imam Al-Haddad pada saat menulis kitab ini. Ada yang mengatakan pada ketika ia berusia 67 tahun (1110 H). dan ada yang mengatakan kitab ini diselesaikan pada hari Ahad 29 Sya‟ban 1110 H. Kitab ini membahaskan mengenai fasafasa hidup manusia. (Al-Badawi, 1994: 166).
7.
Ad-Da’wah at-Tammah wa at-Tadzkirah al-‘Ammah ( اىذعىج اىراٍح واىرذمزج )اىعاٍح Kitab ini diselesaikan oleh Sayyid Abdullah pada saat usianya 70 tahun. Selesai ditulis pada jum‟at pagi 27 atau 28 Muharram tahun 1114 H. (Al-Badawi, 1994: 166).
8.
An-Nafais al-‘Uluwiyyah fi al-Masaail as-Shufiyyah (
ًاىّْفائس اىعيىٌّح ف
صىفٍّح ّ )اىَسائو اى Kitab ini selesai ditulis pada hari kamis, bulan Dzulqo‟dah tahun 1125 H. Usia Sayyid Abdullah pada waktu itu adalah 81 tahun. Kitab ini membahaskan masalah yang berkaitan dengan sufi. 9.
Al-Fushul al-‘Ilmiyyah wa al-Ushul al-Hikamiyah ( اىفصىه اىعيٍَّح واألصىه )اىحنٍَّح Terdiri dari 40 fasal. Kitab ini selesai ditulis pada 12 Shafar tahun 1130 H, ketika Sayyid Abdullah berusia 86 tahun, yaitu 2 tahun sebelum kewafatannya. (Al-Badawi, 1994: 167).
27
Selain itu, terdapat pula ucapan-ucapan dan ajaran-ajaran yang sempat dicatat oleh murid-muridnya dan para pecintanya, diantaranya adalah : 1.
Kitab al-Hikam (ٌ)مراب اىحن
2.
Al-Mukhatabat wa Washoya ()اىَناذثاخ ووصاٌا
3.
Wasilah al-‘Ibaad ila Zaad al-Ma’aad ()وسٍيح اىعثاد إىى ساد اىَعاد Kitab ini dikumpulkan oleh As-Sayyid Alwi bin Muhammad bin Thohir Al-Haddad.
4.
Ad-Durr al-Mundzum li Dzaawil ‘Uqul wa al-Fuhuum ( اىذّر اىَْظىً ىذوي ً)اىعقىه واىفهى Kitab ini dikumpulkan oleh muridnya Alwi bin Ahmad bin Hasan bin Abdillah Al-Haddad.
5.
Tastbit al- Fuad bi adz-Dzikri Majaalisi al-Quthbi Abdillah Al-Haddad ()ذثثٍد اىفؤاد تذمز ٍجاىس اىقطة عثذ هللا اىحذّاد Dikumpul oleh muridnya Syaikh Ahmad bin Abdul Karim alHasawi asy-Syajjar tahun 1981 M. (Al-Badawi, 1994: 169).
6.
Ghoyahal-Qosod wa al-Murod ()غاٌح اىقصذ واىَزاد Diakui oleh para sufi, bahwa ada ketinggian dan keindahan
spiritualitas yang tinggi pada kesufian Sayyid Abdullah. Dapat dilihat dari karya-karyanya tersebut betapa sejuk dan indahnya bertasawwuf. Tasawwuf bagi Sayyid Abdullah adalah ibadah, zuhud, akhlak, dan dzikir, suatu jalan membina dan memperkuat kemandirian menuju kepada Allah SWT. Selain karya tulis, Sayyid Abdullah juga meninggalkan banyak do‟ado‟a serta dzkir-dzikir susunannya. Diantara do‟a dan dzikir-dzikir yang
28
disusun, Ratib Al-Haddad inilah yang paling masyhur di kalangan ummat Islam, khususnya di Indonesia. Ratib ini disusun oleh Sayyid Abdullah pada salah satu malam di bulan Ramadhan tahun 1071 H, untuk memenuhi permintaan salah seorang muridnya yang bernama `Amir dari keluarga Bani Sa`ad yang tinggal di kota Syibam (salah satu kota di propinsi Hadlramaut). Tujuan `Amir meminta Sayyid Abdullah untuk menyusun ratib ini adalah, agar diadakan suatu wirid dan dzikir di kampungnya, supaya mereka dapat mempertahankan dan menyelamatkan diri dari ajaran sesat yang ketika itu sedang melanda Hadlramaut. Mulanya ratib ini hanya dibaca di kampung `Amir sendiri, yaitu kota Syibam. Setelah mendapat izin dan ijazah dari Sayyid Abdullah Al-Haddad, ratib ini pun kemudian mulai dibaca di masjidmasjid di kota Tarim. Pada kebiasaannya, ratib ini dibaca secara berjama‟ah setelah salat Isya`, dan pada bulan Ramadhan, ratib ini dibaca sebelum salat Isya` untuk mengisi kesempitan waktu menunaikan salat tarawih, dan ini adalah waktu yang telah ditartibkan Sayyid Abdullah untuk kawasan-kawasan yang mengamalkan ratib ini. Dengan izin Allah SWT, kawasan-kawasanyang mengamalkan ratib ini pun selamat dan tidak terpengaruh dari ajaran sesat tersebut. Setelah Sayyid Abdullah Al-Haddad berangkat menunaikan ibadah haji, Ratib Al-Haddad pun mulai dibaca, diamalkan di Makkah dan Madinah. Sayyid Ahmad bin Zain Al-Habsyi berkata, “Barangsiapa yang membaca
29
Ratib Al-Haddad dengan penuh keyakinan dan keikhlasan, niscaya dia akan mendapatkan sesuatu yang diluar dugaannya”. (http://majlismajlas.blogspot.com/2006/08/hikam-al-haddad-3.html) Ketahuilah bahwa setiap ayat, do‟a, dan nama Allah SWT yang disebutkan dalam ratib ini dipetik dari Al-Qur`an dan Hadis Nabi SAW. Bilangan bacaan disetiap do‟a dibuat sebanyak tiga kali, karena itu adalah bilangan ganjil (witir). Semua ini berdasarkan petunjuk Sayyid Abdullah AlHaddad sendiri. Ia menyusun dzikir-dzikir yang pendek dan dibaca berulang kali, agar memudahkan pembacanya. Dzikir yang pendek ini jika selalu dibaca secara istiqamah, maka lebih utama dari pada dzikir yang panjang namun tidak dibaca secara istiqamah. (http://www.darulmurtadza.com/2011/12/riwayat-hidup-imam-abdullah-binalwi-al.html). F. Bidang Ilmuyang Ada dalam Kitab Risalatul Mu’awanah Kitab ini berisi tentang kewajiban bagi seorang muslim, untuk memenuhi semua kewajiban, kesunahaan, melakukan amalan-amalan yang memiliki keutamaan, berakhlak, menjaga diri dari hal-hal yang bisa merusak ibadah dan keharmonisan dalam bermasyarakat. Serta berisi tentang hal-hal yang ada di akhirat. (Al-Badawi, 1994: 166). SayyidAbdullah Al-Haddad, dalam menyusun kitab ini, lebih menekankan pada ke-Tasawuf-an. Segala amal perbuatan yang dilakukan ditujukan untuk menambah keimanan dan ketaqwaan kepadaNya. Agar semakin dekat kepada Allah SWT. Lebih utamanya, beliau membahas tentang peribadatan yang ditujukan untuk menggapai esensi ma’rifatullah. 30
Pokok isi kitab Risalatul Mu‟awanah terdiri dari 38 pembahasan diantaranya yaitu: 1.
Yakin.
2.
Niat.
3.
Muroqobah (mawas diri).
4.
Memanfaatkan Waktu.
5.
Zikir.
6.
Tafakur.
7.
Al-Qur‟an, Hadis, Bid‟ah dan Ulama.
8.
Pelurusan Akidah.
9.
Ibadah Fardhu dan Sunnah.
10. Menuntut Ilmu. 11. Kebersihan. 12. Aktivitas Sehari-hari. 13. I‟tikaf. 14. Azan,Iqomah dan Salat. 15. Zakat. 16. Puasa. 17. Haji. 18. Salat Istikharah, Nazar, Sumpah dan Saksi. 19. Wara‟. 20. Amar Makruf Nahi Mungkar. 21. Adil.
31
22. Berbakti Kepada Kedua Orang Tua. 23. Silaturohmi. 24. Cinta dan Benci Karena Allah. 25. Ketulusan Hati. 26. Tobat. 27. Sabar. 28. Bersyukur. 29. Zuhud. 30. Tawakal. 31. Rela Dengan Ketentuan Allah. 32. Wasiat-Wasiat Allah. Ke-32 bab di atas adalah pokok isi yang ada di dalam kitab Risalatul Mu’awanah Karya Sayyid Abdullah Al-Haddad. Dilihat dari isin-isinya di atas dapat disimpulkan bahwa bidang ilmu yang ada dalam kitab Risalatul Mu’awanah adalah bidang ilmu tasawwuf. Karena dari ke-38 bab di atas semuanya berhubungan dengan amaliah yang bersifat lahir dan diatur dengan kekuatan batin. G. Pemikiran-pemikiran Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad dalam kitab Risalatul mua’awanah 1.
Keyakinan Keyakinan adalah ungkapan tentang kekuatan dan keteguhan iman yang sudah mendarah daging dan menyatu dalam hati, laksana sebuah gunung yang menjulang tinggi. Karena itu, segala bentuk
32
keraguan dan praduga tak akan mampu menghampaskannya, hingga akhirnya keduanya hilang tanpa bekas. Jika keraguan dan praduga itu datangnya dari luar, kedua telinganya tidak mau mendengarkannya sedangkan hatipun tidak mempedulikannya. Setan pun tak kuasa mendekati dan menggoda orang yang memiliki keyakinan seperti ini, bahkan ia lari ketakutan menyelamatkan diri darinya. Manusia yang memiliki ciri-ciri diatas ialah Umar bin Khattab. (Al-Haddad, 2007 : 13). 2.
Niat Wahai saudaraku, hendaklah anda selalu memperbaiki dan menuluskan niat mu sebelum beramal. Karena ia merupakan sendi segala amal. Baik buruknya amal, selalu tergantung pada niatnya.Oleh karena itu janganlah anda sekalian berbicara, bekerja dan berkehendak tanpa di dasari dengan niat untuk mendekatkan diri kepada Allah serta senantiasa mengharap pahala-Nya. Dengan demikian Allah SWT pasti memberikan anugerah dan kemuliaan padamu. (Al-Haddad, 2007 : 17).
3.
Muraqabah Hendaknya anda selalu mawas diri kepada Allah SWT, dalam setiap aktivitasmu dan hendaklah anda sadar bahwa allah selalu berada di dekatmu. Ia selalu mengetahui dan mengawasi gerak-gerikmu, bagi-Nya tak ada sesuatu yang rahasia dan samar. Makhluk sekecil apapun yang ada dibumi dan langit tak akan pernah akan lepas dari pengawasan-Nya. Ingatlah bahwa Dia senantiasa mengetahui apa yang engkau
33
bicarakan baik engkau bersuara keras maupun pelan. Dimana saja engkau berada Dia selalu bersamamu, dan Dialah Yang Maha Kuasa. Hendaklah engkau malu kepada-Nya kerjakanlah perintah-perintah-Nya dan jahui segalalarangan-Nya serta beribadahlah kepada-Nya seakan-akan engkau melihat-Nya. Dan apabila engkau tidak melihat-Nya ketahuilah bahwa Dia selalu melihatmu. (Al-Haddad, 2007 : 23). 4.
Mengisi Waktu Hendaklah engkau mengisi waktumu dengan segala aktivitas ibadah hingga tak ada waktu sedikit pun, baik siang maupun malam kecuali untuk mengabdi kepada Allah. Dengan demikian tampaklah bagimu keberkahan waktu memeperoleh faedah umur dan senantiasa menghadap diri kepada-Nya. Demikian pula sediakan waktu khusus untuk mengerjakan kebiasan sehari-hari seperti makan, minum dan mencari nafkah. Ketahuilah bahwa setiap wirid mempunyai pengaruh dalam menyinari hati dan menguasai anggota lahiriahnya. Namun pengaruh ini hanya bisa di rasakan oleh orang yang selalu bersungguhsungguh, mengulang-ngulang dan tepat waktu dalam berwirid. (AlHaddad, 2007 : 29)
5.
Zikir Hendaklah engkau jadikan zdikrullah sebagai wirid dengan waktu dan jumlah yang telah ditentukan dan tak ada salahnya kita gunakan tasbih untuk menentukannya.Sebagai orang arif berkata: “Zikir
34
adalahrukun tariqat, kunci hakikat, senjata murid dan pancaran sinar kewalia”.(Al-Haddad, 2007: 55). 6.
Tafakur Hendaklah engkau selalu bertafakur (merenungkan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT) setiap siang dan malam sesuai dengan waktu yang sudah kau tentukan baik satu jam atau beberapa jam. Waktu yang terbaik untuk bertafakur ialah ditengah malam karena saat itulah saat yang kosong dan bebas dari aktivitas dan mampu membawa dampak positif pada hati kita.Kebaikan hidup di dunia dan keutuhan agama tergantung pada kesempurnaan tafakur. Barang siapa melaksanakannya dengan baik maka akan memperoleh kebaikan yang berlimpah. (AlHaddad, 2007: 61).
7.
Al-Qur‟an, Hadis, Bid‟ah dan Ulama. a.
Al-Qur‟an dan Hadis Hendaklah engkau selalu berpegang teguh pada Al-Qur‟an dan Hadis karena keduanya adalah inti agama dan petunjuk jalan yang lurus. Oleh karena itu barang siapa berpegang teguh pada keduanya maka ia akan beruntung dan selamat serta mendapatkan hidayah dan selalu berada dalam lindungan Allah SWT. Sebaliknya, barang siapa berpaling dari keduanya maka ia akan tersesat, menyesal, dan menemui kehancuran.
35
b.
Bid‟ah Janganlah engkau menciptakan sesuatu yang baru yang tidak terjadi dizaman Rasululllah dan janganlah engkau ikuti jalan hidup orang-orang diluar islam yang akan memberimu kerugian yang nyata didunia dan di akhirat. Hati-hatilah engkau pada sesuatu yang baru dan tidak sesuai dengan akal.
c.
Ulama‟ Ketahuilah bahwa tak seorang pun mampu menyelesaikan segala persoalannya sendiri baik lahir maupun batin sesuai dengan Al-Qur‟an dan hadis, karena kemampuan tersebut hanya dimiliki oleh ulama yang ilmunya sudah mendalam.Jika engkau menghadapi suatu masalah yang tak mampu engkau selesaikan sendiri maka kembalikanlah permasalahannya itu pada orang-orang yang dipilih Allah sebagai tempat kembali (ulama). (Al-Haddad, 2007: 73).
8.
Pelurusan Akidah Hendaknya
engkau
selalu
memperbaiki
dan
memperkuat
akidahmu yang sesuai dengan golongan yang selamat yang disebut ahlu sunnah wal jama‟ah. Karena golongan ini selalu berpegang teguh dan mengikuti jejak Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Wajib bagi orang yang beriman menjaga akidahnya dan mengikuti para ulama yang agung dan berpegang teguh dalam ilmunya, akidah yang jelas terhindar dari syubhat atau keraguan. Hal ini sesuai dengan Akidah Imam Al-Ghozali yang telah dijelaskan pada bab
36
Qawaidil „Aqaid pasal pertama dan ketiga dalam kitah Ihya‟ Ulumuddin. (Al-Haddad, 2007: 79). 9.
Ibadah Fardhu dan Sunnah Hendaknya engkau selalu menjalankan segala kewajiban, menjahui setiap larangan serta mwmperbanyak ibadah sunnah karena Allah semata. Jika itu semua sudah engkau laksanakan, maka engkau akan mencapai tempat yang paling dekat disisi Allah dan engkau pun akan diselimuti dengan selubung mashabah oleh-Nya. Dengan demikian, setiap diam dan gerakmu hanya karena-Nya, inilah selimut para Waliyullah dan Khalifatullah (perwakilan Allah). (Al-Haddad, 2007: 81)
10. Menuntut Ilmu Ketahuilah bahwa engkau tak dapat menjalankan ketentuan yang difardhukan Allah menjahui kemaksiatan yang diharamkan Allah apalagi ibadah sunnah yang berfungsi mendekatkan diri kepada Allah kecuali dengan Ilmu. Karena itu tuntutlah ilmu.Dengan ilmu engkau dapat mengetahui sesuatu yang wajib, sunnah dan haram. Dengan ilmu itu pula engkau mengetahui tata cara melaksanakan kewajiban dan hal yang sunnah, serta mengetahui bagaimana cara menjahui keharaman. Karena begitu besar peranan ilmu, maka diwajibkan menuntut dan mengamalkannya. Dengan mengamalkan ilmu engkau dapat memeperoleh kesuksesan dunia dan akhirat. (Al-Haddad, 2007: 83).
37
11. Kebersihan Hendaklah engkau selalu menjaga kebersihan lahir batin, sesungguhnya orang yang sempurna kebersihan jiwa dan hatinya laksna malikat yang berbentuk manusia. (Al-Haddad 2007: 87) 12. Aktivitas Sehari-Hari Hendaklah dalam mengerjakan aktivitas yang lahir dan batin, adat kebiasaan atau ibadah engkau selalu mengikuti sunnah Rasul, agar menjadi pengikutnya yang sejati. Jika ingin masuk dalam golongan ash Shadiqin, yaitu orang-orang yang tulus ikhlas pada Allah, maka janganlah engkau mengerjakan aktivitas yang bergubungan dengan adat kebiasan dan lebih-lebih ibadah sebelum engkau mengetahui terlebih dahulu. Apakah Rasulullah dan para sahabatnya telah mengerjakannya. Jika tak seorng pun di antara mereka mengerjakannya maka janganlah engkau kerjakan amalan itu, karena mereka para sahabat tak akan meninggalkan suatu pekerjaan kecuali ia telah mengetahui adanya manfaat yang lebih besar dalam meninggalkan amalan tersebut. (AlHaddad, 2007: 93). 13. I‟tikaf Hendaklah engkau selalu duduk didalam masjid dengan niat i‟tikaf, karena masjid adalah rumah Allah dan tempat yang paling dicintai-Nya. Dan Rasulalullah menjanjikan dengan memasukkannya kedalam tujuh golongan manusia yang akan dinaungi Allah di bawah Arsy-Nya pada hari yang tidak dinaungan kecuali naungan-Nya, jika
38
engkau berada didalam masjid, maka biasakanlah duduk dengan sopan muliakan masjid dan jangan berbicara yang tak berfaedah apalagi yang diharamkan. Bila engkau ingin membicarakan urusan dunia, keluarlah dari masjid. Janganlah mengerjakan sesuatu didalam masjid selain ibadah. Karena tujuan dibangunya masjid ialah untuk beribadah kepada Allah ta‟ala. (Al-Haddad, 2007: 109). 14. Azan, Iqomqh dan Salat a.
Azan dan Iqamah Ketika engkau mendengarkan adzan jawablah adzan itu sama yang diucapkan muadzin, kecuali pada kalimat Hayya alash shalah dan Hayya alla falah, maka jawablah :
ِّلَحو َل وّلَقُ َّوَةإِّلَّابِ هلل َ َْ
“ Tiada daya dan kekuatan, kecuali dengan pertolongan Allah”.
Pada shalat subuh, ketika muazin menyeru Ash-shalatu khairumminannaum, maka jawablah dengan :
ِ ك ِم َن الشَّا ِى ِديْ َن َ ت َوأ ََان َعلَ ذَ ل َ ت َوبََرْر َ َْ َد ق
“Benar dan baguslah ucapanmu dan dalam hal ini aku pun termasuk orang yang menjadi saksi.” Perbanyaklah do‟a antara adzan dan iqomah, karena do‟a diantara dua waktu tak akan tertolak. b.
Shalat Hendaklah engkau selalu bergegas shalat diawal waktu, sehingga ketika muazin menyerukan azannya engkau sudah berada didalam masjid dan dalam keadaan berwudhu. Apabila engkau tak 39
mampu melakukan hal itu minimal ketika azan diserukan hendaklah sudah siap untuk shalat. (Al-Haddad, 2007: 113). 15. Zakat Hendaklah engkau bergegas memisahkan harta zakat yang wajib engkau keluarkan dari harta pokok, ketika telah tiba waktunya tanpa ada penundaan. Jika kewajiban ini engkau kerjakan dengan hati yang tulus semata-mata mengharapkan keridhaan Allah maka turunlah keberkahan dan kebaikan yang berlimpah kepadamu dan terhindarlah hartamu dari segala bencana dan mala petaka. (Al-Haddad, 2007: 123). 16. Puasa Hendaklah engkau selalu memperbanyak amal kebajikan, khususnya dibulan ramandhan. Karena pahala ibadah sunnah dibulan itu sejajar dengan ibadah fardhu di bulan yang lain. Dan dalam bulan ramadhan itu akan diperoleh juga kemudahan dan semangat untuk melakukan amal-amal kebajikan yang jarang ditemukan pada bulanbulan yang lain. (Al-Haddad, 2007: 127). 15. Haji Hendaknya engkau segera menunaikan ibadah haji disaat engkau mampu. Janganlah engkau tunda kesempatan baik itu, sebab bisa saja engkau kehilangan kemampuan dan kesempatan itu dikarenakan meninggal dunia, maka kewajiban haji dan umrah itu tetap menjadi tanggunganmu hingga engkau dimasukkan dalam golongan orang-orang yang ceroboh. (Al-Haddad, 2007: 131) .
40
16. Salat Istikharah,Nazar,Sumpah dan Saksi a.
Salat Istikharah Hendaklah engkau selalu bermusyawaroh dengan orang yang dapat dipercaya dan seagama denganmu, ketika akan melaksanakan hal-hal yang penting seperti pergi jauh dan menikah dan jika isyaratnya sesuai dengan pikiran dan hatimu, maka shalatlah sunnah dua rekaat dengan niat salat istikharah lalu berdo‟alah dengan do‟a yang sudah lazim dilakukan pada salat istikharah.
b.
Nadzar Hendaklah engkau bernadzar karena Allah seperti shalat, sedekah, dan lain sebagainya. Jika waktu nadzar telah tiba bergegaslah untuk melaksanakannya. Janganlah membiasakan diri untuk bernazar karena kadang-kadang setan menipumu untuk melanggarnya.
c.
Sumpah dan Saksi Apabila engkau mengerjakan sesuatu dengan sumpah kemudian terlihat adanya kebaikan untuk digagalkan atau engkau bersumpah untuk tidak melakukan sesuatu tetapi kemudian terlihat adanya kebaikan apabila ia dilakukan, maka engkau boleh melanggar sumpah itu, tetapi wajib atasmu membayar kafarah. Jangan bersumpah atau menjadi saksi semata-mata karena dugaan walaupun ternyata benar apalagi yang didasarkan pada keraguan. (Al-Haddad, 2007: 133).
41
17. Wara‟ Hendaklah engkau selalu wara‟ yaitu menjauhkan diri dari dosa, maksiat dan syubhat (perkara yang tidak diketahui halal dan haramnya). Wara‟ merupakan senjata sakti penjunjung agama. Wara‟ inilah yang menjadi ciri ulama yang mengamalkan ilmunya. Ketehuilah orang yang memperoleh sesuatu yang haram atau syubhat, maka sedikitlah ia mendapatkan tufiq, pertolongan Allah untuk beramal shaleh. Jika ia beramal saleh maka ia tak akan terlepas dari penyakit batin dalam setiap amaliyah seperti ujub dan riya‟. (Al-Haddad, 2007: 135). 18. Amar Makruf Nahi Mungkar Hendaklah engkau selalu beramar makruf nahi mungkar yaitu memerintah kearah kebaikan dan mencegah diri dari kemungkaran. Karena hal itu merupakan sandi pokok agama dan karena itu pula Allah menurunkan Al-Qur‟an dan mengutus para Rasul-Nya. Para ulama memutuskan bahwa amar makruf nahi munkar hukumnya wajib. (AlHaddad, 2007: 143). 19. Adil Hendaklah engkau berlaku adil kepada rakyatmu yang terkhusus dan umum. Plihara dan jaga mereka dengan seksama. Karena Allah akan meminta pertanggungjawabanmu dan setiap pengembala akan ditanya tentang pengembalanya. (Al-Haddad, 2007: 149).
42
20. Berbakti Kepada Kedua Orang Tua Hendaklah engkau selalu berbakti kepada kedua orang tuamu karena hukumnya wajib dan durhaka kepada keduanya tergolong dosa besar. Renungkanlah bagaimana Allah menertakan perintah berbakti kepada kedua
orang tua dan bertauhid kepada-Nya, serta bersyukur
kepada mereka berdua dengan bersyukur kepada-Nya. Salah satu sifat kedurhakaan ialah menyakiti keduanya dan tidak memberikan sesuatu yang pada hakikatnya dan engkau kerjakan. Apalagi jika engkau bermuka masam dan membentak mereka. (Al-Haddad, 2007: 153). 21. Silaturahmi Hendaklah engkau selalu bersilaturahmi kepada keluarga yang paling dekat, kemudian yang lainnya, juga pada tetangga yang paling dekat dengan pintu rumahmu, kemudian kepada yang lainnya. Silaturahmi dan berbuat baik kepada tetangga tidak akan mencapai kesempurnaan, kecuali denngan menahan gangguan terhadap mereka, sabar menerima gangguan mereka dan berbuat baik sekuat tenaga terhadap mereka. (Al-Haddad, 2007: 157). 22. Cinta dan Benci Karena Allah Hendaklah engkau selalu cinta dan benci karena Allah karena sikap inilah yang menjadi tali pengikat keimanan. Apabila engkau mencintai seorang hamba yang taat disebabkan oleh kepatuhan yang ia kerjakan dan membenci kepada pelaku kemaksiatan dikarenakan oleh
43
kemaksiatan yang ia jalani tanpa ada tujuan lain, maka engkau benarbenar termasuk dalam golongan orang yang cinta karena Allah dan benci karena Allah. Sebaliknya, jika di dalam hatimu tidak ada rasa cinta kepada ahli kebajikan karena kebaikan yang mereka kerjakan dan tidak membenci pelaku kemungkaran karena kemungkaran mereka, maka ketahuilah bahwa tingkat keimananmu masih lemah. (Al-Haddad, 2007: 161). 23. Ketulusan Hati Hendaklah engkau selalu bertulus hati terhadap setiap muslim dengan maksud agar engkau tidak menyembunyikan sesuatu darinya yang dapat menunujukkan jalan kebaikan dan menjauhkannya dari kejelekan. Bersikap tuluslah kamu pada sesama muslim dalam setiap kehadirannya maupun dalam ketidak hadirannya. Janganlah melebihkan rasa tulusmu yang ada pada ucapanmu dengan perasaan sebenarnya yang ada pada hatimu. Jika engkau sedang bermusyawarah dengan sesama saudaramu muslim, kemudian engkau mengetahui bahwa pendapatnya salah, maka katakan kepadanya segala sesuatu yang benar menurut anggapanmu. (Al-Haddad, 2007: 179). 24. Tobat Hendaklah engkau selalu bertobat dari sebuah dosa kecil atau besar, nyata atau tersembunyi. Karena tobat merupakan langkah awal seorang hamba menuju jalan Allah SWT. Dan tobatpun merupakan dasar dari setiap maqam di sisi Allah. Serta ia pun mencintai orang-orang yang
44
bertobat. Ketahilah bahwa suatu tobat tak akan sah jika tidak diikuti dengan meninggalkan dosa itu, menyesalinya dan membulatkan tekad untuk tidak mengulangi perbuatan itu selama hidupnya. (Al-Haddad, 2007: 193) 25. Sabar Hendaklah engkau bersabar, karena sabar adalah sendi dasar yang harus kau miliki selama kamu hidup di dunia ini. Ia pun termasuk akhlak yang mulia dan keutamaan-keutamaan yang agung. Ketahuilah, cita-cita dapat diraih dengan sukses bila ia sering mendekatkan diri kepada Allah. Realisasi pendekatan dapat dilaksanakan dengan mengikuti yang hak dan menjauhi kebatilan selama-lamanya. (Al-Haddad, 2007: 203). 26. Bersyukur Hendaklah engkau selalu bersyukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan kepadamu secara lahir dan batin serta yang berhubungan dengan agama dan duniamu. Ingatlah semua nikmat adalah dari Allah SWT. Nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepadamu tak akan mampu kau jumlah dan kau hitung, apalagi kau sukuri dengan sempurna. Orang yang fakir atau yang sakit parah seumpamanya mau berfikir, niscaya ia bersyukur dengan menjalani kesabaran bagaimanapun beratnya. (AlHaddad, 2007: 211). 27. Zuhud Hendaklah engkau selalu zuhud, tidak tergiur akan keduniaan. Karena hal itu merupakan kebahagiaan sejati, penerang inayah dan
45
sebagai tanda kewalian. Sebagaimana cinta keduniaan merupakan sumber kesalahan, maka sebaliknya, kebenci kepadanya adalah sumber ketaatan dan kebaikan. Allah SWT, pun telah menegaskan di dalam beberapa ayat Al-Quran bahwa dunia adalah suatu perhiasan yang menipu. Allah menerangkan bahwa dunia ibarat senda gurau dan mainmain. Bagi mereka yang mampu menggunakan akal sehatnya tentu mereka tak akan terbuai kecuali orang-oarang yang bodoh dan dungu yang akan terjerumus ke dalamnya. (Al-Haddad, 2007: 215). 28. Tawakal Hendaklah engkau selalu bertawakal kepada Allah SWT. Karena barang siapa tawakal dan pasrah kepada Allah, maka ia kan akan dicukupi, ditolong dan selalu dikasihaniNya. Tawakal tumbuh dari buah tauhid yang mantap dan sudah mendarah daging dalam hati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, tak ada alasan bagi setiap makhluk untuk tidak selalu bertawakal, bahkan Allah pun selalu memerintahkan mereka untuk itu karena Ia sangat mencintai orang-orang yang bertawakal. (Al-Haddad, 2007: 221). 29. Rela dengan Ketentuan Allah Hendaknya engkau pun selalu rela dengan ketentuan Allah Ta‟ala, karena kerelaan merupakan hasil dari mahabah dan makrifat yang paling mulia. Orang yang cinta sudah sewajarnya rela dengan tindakan kekasihnya manis atau pahit baginya sama saja.
46
Oleh karena itu wajib bagi dirimu wahai orang yang beriman untuk mengetahui dan menyakini dengan sungguh-sungguh bahwa hanya Allah yang memberi petunjuk dan kesesatan, kesusahan, kebahagiaan, mendekatkan dan menjauhkan, memberi dan menahan, merendah dan meninggikan, memberi madharat dan manfaat. Bila kesemuanya telah engkau ketahui dan engkau beriman kepadanya maka wajib bagimu untuk tidak menantang Allah secara lahir dan batin atau dengan perkataan yang bersifat memprotes Allah SWT. (Al-Haddad, 2007: 227). 30. Wasiat-wasiat Allah Allah ta‟ala memberi wahyu kepada Nabi Adam as: empat perkara yang dapat mengumpulkan kebaikan bagimu dan anak cucumu, yaitu pertama, yang bersangkutan denganKu. Kedua, bersangkutan denganmu. Ketiga, berkaitan antara engkau denganKu. Keempat antara engkau dengan hamba-hambaKu. Adapun perkara yang bersangkutan denganKu, hendaknya engkau bersikap tulus kepadaKu dan jangan kau sekutukan Aku dengan sesuatu pun. Perkara yang bersangkutan denganmu ialah amal-amalmu, maka Aku akan membalasnya. Perkara yang berkaitan antara engkau dan Aku, hendaklah engkau selalu berdoa dan sudah menjadi kewajibanKu untuk mengabulkannya. Perkara yang berurusan antara engkau dan hamba-hambaKu, maka bergaullah dengan mereka, seperti mereka juga ingin bergaul denganmu. (Al-Haddad, 2007: 235).
47
BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN SAYYID ABDULLAH BIN AWI AL-HADDAD TENTANG KONSEP MENUNTUT ILMU DI DALAM KITAB RISALATUL AL-MU’AWANAH
A. Pemikiran Sayyid Abdullah Bin Alwi Al-Haddadtentang Konsep Menuntut Ilmudalam Kitab Risalatul Al-Mu’awanah Salah satu karya monumental Sayyid Abdullah Al-Haddad yang berbicara tentang menuntut ilmu secara mendalam adalahkitab Risalatul Mu’awanah. Karakteristik pemikiran menuntut ilmu Sayyid Abdullah dalam kitab tersebut dapat digolongkan dalam corak praktis yang tetap berpegang teguh pada Al-Qur‟an dan Hadis. Kecenderungan pemikiran yang menonjol dari Sayyid Abdullah dalam kitab Risalatul Mu’awanah adalah mengetengahkan nilai-nilai etis yang bernafaskan sufistik. Kecenderungan ini dapat terbaca dalam gagasangagasannya, misalnya keutamaan menguatkan keyakinan. Menurut Sayyid Abdullah, menguatkan keyakinan hukumnya adalah wajib, karena ilmu yang mulia dapat terwujud jika seseorang itu keyakinannya kuat. Pendapatnya ini juga senada dengan pendapat seorang tokoh akhlak yang dibicarakan di dalam Al-Qur‟an, yaitu Luqman AS. Luqman AS, berkata:
ِ ِ ِ يقصر عملُو ُ يعمل ُ وّل،العبد ّإّل بقدر يقينو ُ وّل،العمل ّإّل ابليقني ُ ُّل يستطاع
.حّت ينق َ يقينُو ّ
Artinya: ”Suatu amal tidak mampu diwujudkan, kecuali dengan yaqin. Tidaklah seorang hamba mampu mengerjakan apapun, kecuali sesuai dengan 48
kadar yakinnya dan tidaklah amalnya terkurangi hingga keyakinannya berkurang”. (Al-Haddad, 2010: 18). Pemikiran Sayyid Abdullah tentang menuntut ilmu di dalam kitab Risalatul Mu’awanah memang sangat luas. Di dalam kitab ini terdapat banyak sekali nilai-nilai pendidikan menuntut ilmu yang bisa ditanamkan dan diterapkan kepada para pelajar, agar mereka mengetahui dan bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan. Dan dengan ilmu engkau dapat mengetahui sesuatu yang wajib, sunnah dan haram. Dengan ilmu itu pula engkau mengetahui tata cara melaksanakan kewajiban dan hal yang sunnah, serta mengetahui bagaimana cara menjahui yang haram. Karena begitu besar peran ilmu maka di wajibkan menuntut ilmu dan mengamalkannya. Dengan mengamalkan ilmu engkau dapat memperoleh kesuksesan dunia dan akhirat. Ketahuilah orang yang beribadah tanpa ilmu akan menimbulkan bermacam-macam bahaya yang akan menimpa dirinya sendiri dan bahayanya jauh lebih besar dari manfaatnya. Menuntut ilmu yang ada pada kitab Risalatul Mu’awanah dapat penulis kelompokkan menjadi tiga skala besar. Pertama: Menutut Ilmu karena Allah SWT. Kedua: Ilmuterhadap diri sendiri. Ketiga: Ilmu terhadap lingkungan. 1.
Ilmu terhadap Allah SWT Allah adalah kholiq (Pencipta) dan manusia adalah makhluq (makhluk). Sebagai makhluk tentu saja manusia sangat tergantung kepadaNya. Sebagaimana firmanNya: 49
Artinya: “Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu”. (Q.S. Al-Ikhlas: 2). (http//www.Al-Quran-digital.com). Sebagai yang Maha Agung dan yang Maha Tinggi Dialah yang wajib disembah dan ditaati oleh segenap manusia. Dalam diri manusia hanya ada kewajiban beribadah kepada Allah SWT, hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (Q.S. Adz-Dzaariyaat: 56). (http//www.Al-Quran-digital.com). Dalam hubungannya dengan pendidikan menuntut ilmu pada para pelajar tentang ilmu kepada Allah SWT, sikap yang harus ditanamkan antara lain: a.
Cinta kepada Allah SWT Penanaman rasa cinta kepada Allah SWT adalah prinsip yang harus ditanamkan kepada para pelajar. Mereka harus dibiasakan untuk mencintai AllahSWT dengan diwujudkan dalam bentuk sikap selalu mengikuti perintah-perintahNya, dan menjauhi laranganlaranganNya. Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
ِ حّت ّل َّ بل َ َّ يصري سبحانَوُ أح َ ّ وعليك ابحل ِّ ِِف هللا َ حّت ْ ،ُسواه َ إليك ممَّا لك َ يصري ٌ ُحمبوب ّإّل ّإإه َ
Artinya: “Dan wajib bagimu cinta kepada Allah, sehingga Allah SWT menjadi lebih kamu cintai daripada yang lain. Bahkan kamu
50
tidak mencintai sesuatu apapun, kecuali cinta kepadaNya”. (AlHaddad, 2010: 146). b.
Rela dengan keputusan Allah SWT Para pelajar harus dibiasakan untuk selalu rela terhadap apa saja yang menjadi keputusan Allah, karena rela dengan keputusan Allah SWT adalah merupakan buah dari rasa cinta dan ma‟rifat kepadaNya. Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
ِ ِ الرضا ابلق ِاء من،هللا ِ أشرف مثر ،ِ ات احملبّ ِ وادلعر َ َ ّ ِ ضا بق اء َ ابلر ّ وعليك ِ ِ ومن ِ مرا يرض ِّ حلوا ان أو َ شأن احمل ِّ أ ْن ْ ً لفعل حمبوبِو
Artinya: “Dan wajib bagimu rela dengan ketetapan Allah, karena rela dengan keputusan Allah merupakan buah rasa cinta dan ma‟rifat. Sedangkan diantara sikap orang yang cinta itu sendiri adalah rela terhadap perilaku yang ia cintai (Allah)”. (Al-Haddad, 2010: 148). c.
Berharap dan takut kepada Allah SWT Para pelajar harus diajari untuk selalu berharap dan takut kepada Allah SWT. Karena kedua sikap itu adalah merupakan buah yakin yang paling mulia. Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
ِ وعليك ابإل ثا ِر ِمن ِ إّنما ِمن أشر ِ ِ اف ِ مثرت اليق ني َ ْ ّ ،الرجاء واخلوف ّ َ
Artinya: “dan wajib bagimu memperbanyak berharap dan takut (kepada Allah) karena sesungguhnya keduanya adalah buah yakin yang paling mulia ”. (Al-Haddad, 2010: 129). 2.
Ilmu terhadap diri sendiri Manusia adalah ciptaan Allah SWT yang paling sempurna, ia diberi akal dan juga nafsu. Apabila dia mampu menggunakan akalnya 51
dengan baik, maka derajadnya bisa melebihi makhluk Allah yang tidak pernah
membangkang atau
bermaksiat
padaNya
yaitu
malikat.
Sebaliknya, apabila akalnya kalah dengan nafsunya, maka derajadnya bisa turun di bawah hewan. Oleh sebab itu, setiap individu harus dibekali dengan ilmu yang berhubungan dengan dirinya, meliputi hal-hal yang harus dimiliki dan yang harus dilakukan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam hubungannya dengan pendidikan menuntut ilmupada para pelajar tentang ilmu kepada diri sendiri, sikap yang harus ditanamkan antara lain: a.
Selalu memperkuat keyakinan Dengan bekal keyakinan yang kuat, maka seseorang akan merasa tenang, dan selalu bercita-cita untuk taat kepadaNya, serta memaksimalkan
segala
kemampuannya
untuk
mendapatkan
ridlaNya. Di dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
َّ ،األخ احلبي ُ بتقويِّ يقينِك وحتسينِو اليقني إذا مت ّك َن ِم َن َ ُ وعليك أيّ َها َ إن ِ القل ِ واستوإ ٌعليو َار الغي ُ أنّو شهادة
Artinya: “Wahai saudaraku tercinta, wajib bagimu untuk menguatkan dan memperbaiki keyakinanmu! Karena, jika keyakinan telah kukuh dalam hati, dan ia menguasainya, maka hal yang ghoib menjadi seperti tampak”. (Al-Haddad, 2010: 16). b.
Selalu bersikap mawas diri Sikap ini harus ditanamkan pada para pelajar, karena dengan selalu mawas diri, maka seseorang akan bisa taat kepada Allah SWT. 52
sebab ia selalu merasa diawasi olehNya, dan sikap inilah yang dinamakan maqom(derajad) ihsan. Di dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
ِ وعليك إ أخي مبراقب ِ هللاِ تعاإ يف حر اتِك وسكناتِك وحل اتِك و ر اتِك َ واستشعر قربَو منك،وخطراتِكوإراداتِك وسائ ِر حاّلتِك
Artinya: “Dan wajib bagimu, wahai saudaraku, yaitu mawas diri kepada Allah SWT, baik dalam setiap gerak atau diammu, dalam serentang waktu atau beberapa rentang waktu. Dalam getaran rasa hatimu atau kehendakmu, dan seluruh keberadaanmu senantiasa merasakan kedekatanmu dengan Allah SWT”. (Al-Haddad, 2010: 22). c.
Selalu bersikap wira‟i. Sikap ini harus ditanamkan pada para pelajar. Karena dengan selalu bersikap wira‟i, maka berarti mereka tetap dalam naungan para ulama‟. Mereka akan selalu berhati-hati dalam setiap langkahnya. Karena wira‟i adalah merupakan sebagian inti dari agama. Di dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
ِ ّ مات و ِ وعليك ابلورِع عن احملر ِ مالك ال ّدي ِن والّذي عليو ُ ع َ َ إ ّن الور،الشبهات ّ ِ .العاملني العلماء ادلدار عند َ ُ
Artinya: “Dan wajib bagimu wira‟i (menjauhi) dari hal-hal yang haram dan syubhat. Karena wira‟i merupakan inti agama, dan orangorang yang berada di kawasan itu, adalah orang yang di antara bimbingan ulama‟”.(Al-Haddad, 2010: 90). d.
Selalu bertobat atas segala dosa. Para pelajar harus diajari untuk selalu bertobat dari segala dosa baik besar maupun kecil. Dengan selalu bertobat dari segala
53
dosa walaupun itu dosa yang kecil, maka orang itu kelak akan menjadi orang yang baik. Karena inti dari taubat adalah memperbaiki diri. Di dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
ِِ ٍ ،ظاىرا أو اب نًا َ ً غريا أو ً سواءٌ ا َن، وعليك ابلتّوب م ْن ِّل ذن ً ،بريا ِ ِ ِ ،ادلقامات أساس مجي ِع ُ إ ّن التّوب َ ّأو ُل قَ َدٍم ي ُعها ُ وىي،العبد ِف ريق هللا .ابني َ وهللاُ ُّ التّ ّو
Artinya: “Dan wajib bagimu bertaubat dari semua dosa, yaitu bertaubat baik dari dosa kecil maupun besar, baik dhohir ataupun bathin, karena taubat merupakan langkah pertama seorang hamba yang hendak menapakkan kakinya di jalan Allah. Taubat pun merupakan pondasi dari seluruh maqom (tingkatan) karena Allah mencintai orang-orang yang bertaubat”. (Al-Haddad, 2010: 127). e.
Selalu bersabar dalam menghadapi segala masalah Para pelajar harus ditekankan untuk selalu bersabar dalam menghadapi segala masalah. Karena dengan itu mereka akan mendapatkan ilmu yang banyak, dan pengetahuan yang memadai. Di dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
َّ ،مالك األم ِر ،الدا ِر ُ إنّو،ابلص ِرب ّ ِمادمت ِف ىذه َ وّلبد َ ْ ُلك منو ّ وعليك ِ ِ األخالق الكرمي ِ والف .ِ ائل الع يم وىو من Artinya: “Dan wajib bagimu bersabar, karena sabar itu merupakan pusat penentu segala permasalahan, dan hal itu harus kamu lakukan sepanjang hidup di dunia ini, ia pun termasuk dari akhlakul karimah serta terdapat beberapa keutamaan”. (Al-Haddad, 2010: 133). f.
Selalu bertawakkal kepada Allah SWT Sikap selalu bertawakal kepada Allah SWT adalah obat dari segala masalah. Karena ia sadar bahwa semua itu adalah dariNya,
54
baik hal itu yang ia rasa enak maupun yang tidak enak untuknya. Sikap seperti ini adalah menunjukkan eksistensi dari seorang hamba kepada Tuhannya. Di dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
وتوّله ّ إ ّن َم ْن توّ َل عل هللاِ َفاهُ وأعانَو،وعليك ابلتّوّ ِل عل هللاِ تعاإ َ .أوّله َو
Artinya: “Dan wajib bagimu (berserah diri) kepada Allah SWT, karena sesungguhnya orang yang berserah diri kepada Allah, maka ia akan diberi kecukupan, ditolong , dilindungi serta diutamakan oleh Allah”. (Al-Haddad, 2010: 143). 3.
Ilmu terhadap lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar tempat hidup
dan
sangat
dibutuhkan
untuk
kelangsungan
hidup.
Di
lingkunganlah tempat mereka melakukan segala aktifitasnya, di dalam lingkungan ini ada berbagai macam kalangan. Di sini penulis akan membahas tentang kalangan keluarga, kalangan sekolah dan kalangan masyarakat. Adapun dalam hubungannya dengan pendidikan menuntut ilmu pada para pelajar tentang ilmuterhadap lingkungannya, sikap yang harus ditanamkan dapat diuraikan sebagai berikut: a.
Ilmu terhadap lingkungan keluarga Sikap utama yang harus dikembangkan pada anak atau para pelajar dalam lingkungan keluarga, yang utama yaitu: 1) Berbakti kepada kedua orangtua Berbakti kepada ibu dan bapak yang telah bersusah payah merawat dan mendidik dengan penuh kasih sayang, 55
adalah termasuk suatu kewajiban bagi setiap anak. Jangan sampai seorang anak durhaka kepada keduanya, karena itu termasuk dosa yang sangat besar. Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
ِ ِ ِ ِ َ ُ إنّو،وإإ َك وعقوقهم ّ إنّوُ م ْن أوج ِ الواجبات؛،برب الوالدي ِن ّ وعليك من أ ِرب الكبائ ِر ْ
Artinya: “Dan wajib bagimu berbakti kepada kedua orang tua, karena hal itu merupakan yang paling wajib diantara perkara wajib yang lain, takutlah kamu durhaka kepada keduannya, karena hal itu merupakan dosa yang paling besar diantara dosadosa besar yang lainnya”. (Al-Haddad, 2010: 103). Allah SWT memerintahkan manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya dan berlaku lemah lembut kepada keduanya, serta menaati keduanya, selain dalam kemaksiatan kepadaNya, dan menjalin hubungan dengan keduanya, bahkan sekalipun keduanya kafir. (Al-Ghomidi, 2011: 138). 2) Menyayangi saudara Pendidikan untuk selalu berbicara baik dengan anggota keluarga. Para pelajar harus diajari untuk selalu berbicara baik dengan anggota keluarga. Karena hal itu yang akan menjadikan suasana rumah menjadi damai dan tentram. Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
ٍ عليك َ طق ِبو ُرم َ ُ ّ و َّل الم ّل ُّل الن،تنطق ّإّل خب ٍري ُ وعليكأن ّل ِ ،ُورتِّْبو َ الم َ وإذا تكلّ ْم،اإلستماعُ إليو َ ت رتّ ْل َ ك
Artinya: “Dan wajib bagimu, agar tidak mengucapkan sesuatu apapun, kecuali dengan baik, jangan pula mengucapkan 56
perkataan yang tidak dihalalkan (dilarang) serta mendengarkan perkataan yang haram didengarkan. Jika kamu ingin mengucapkan suatu perkataan, maka hendaklah ditata terlebih dahulu dan susunlah dengan kalimat yang benar”. (Al-Haddad, 2010: 63). b.
Ilmu terhadap lingkungan sekolah Untuk terciptanya suasana yang khidmat di lingkungan sekolah, para pelajar harus di tanamkan sikap-sikap seperti: 1) Adil pada dirinya dan dan pada orang lain Bersikap adil pada diri sendiri dan pada orang lain ini, harus ditanamkan pada para pelajar. Supaya mereka tidak mudah berbuat curang, dan semena-mena pada temannya yang lain. Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
ِ مل ِ ِ ابلعدل ِف رعيتِك اخلا ّ ِ والعام ِ و ،احلفظ والتف ّق ِد ذلَا وعليك َ َّ مسسل عن رعيّتِ ِو ٌ و ُّل ر ٍاع،عنها َ إن هللاَ سائلُك
Artinya: “Dan wajib bagimu berbuat adil di dalam pengembalaanmu, baik yang khusus maupun yang umum, di samping tetap dengan sempurna menjaga dan mengawasinya, Karena Allahakan meminta pertanggung jawaban kepada kamu atasnya. sebab setiap pengembala pasti akan dimintai pertanggung jawaban atas gembalaannya”.(Al-Haddad, 2010: 101). 2) Amar ma‟ruf nahi munkar Penanaman Amarma‟ruf nahi munkar ini harus ada pada para pelajar. Supaya mereka dapat mengingatkan antara satu sama lainnya dalam menjalani aktifitas di sekolah. Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
57
ِ ِ إنّو القط الّذي،ابدلعروف والنّه ِي عن ادلنك ِر عليو وعليك ابألم ِر َ ُ ُ ادلرسلني أرسل َ وألجلِو،الدي ِن ّ مدار أم ِر َ ُ َ أنزل هللاُ الكت َ و
Artinya: “Dan wajib bagimu menyerukan kebaikan dan mencegah kemungkaran, karena ini merupakan pusat perputaran sendi-sendi agama. Karena itu pula Allah menurunkan AlQur‟an dan mengutus para Rasul”.(Al-Haddad, 2010: 97). c.
Ilmu terhadap lingkungan masyarakat 1) Mengikat tali persaudaraan dengan tetangga Mengikat tali persaudaraan dengan tetangga adalah termasuk hal yang diperintahkan oleh Allah SWT, dan hal yang menjadikan hubungan antara sesama berjalan dengan harmonis. Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
ِ وعليك بصل ِ ِ ِ ،وابإلحسان إإ اجلري ِان األقرب؛ األقرب ،األرحام َ ُ َ ً األدَن َاباب األدَن
Artinya: “Dan wajib bagimu menyambung tali silaturrahhim, dengan handai taulan yang paling dekat, berbuat baik kepada tetangga, khususnya pintu tetangga yang paling dekat”. (AlHaddad, 2010: 104). Selain itu diperintahkan oleh Allah mengikat tali persaudaraan juga sebagai tanda bagi orang yang beriman kepada Allah SWT. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
)(رواه البخاري.َُرِمحَو
ِ من َ ا َن ي ْسِمن ِابهللِ والْي وِم ْاأل ِف ص ْل َخ ِْري ْيَل َْ َْ َ ُ ُ
Artinya: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka sebaiknya dia menyambung tali persaudaraannya”. (H.R. Bukhori). (Al-Haddad, 2010: 105).
58
2) Selalu bersikap tawadlu‟ Tawadlu‟ adalah termasuk perilaku seorang mukmin yang sejati, dan seseorang yang tidak memiliki perilaku ini sangatlah dibenci oleh Allah SWT. Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
ِ أخالق من َ َ ّ ّوإإ َك والت ّ ،ادلسمنني ْ ُ إنّو،وعليك ابلتّواض ِع َ إ ّن هللا،كرب .ُوضعوُ هللا ّ ُّ ّل َ وم ْن تكبّ َر َ ،ُاضع ر َعوُ هللا َ ين؛ َ وم ْن تو َ ادلتكرب
Artinya: “Dan wajib bagimu bersikap tawadlu‟, karena sikap ini adalah perilaku orang-orang mukmin, dan takutlah kamu berbuat takabbur (sombong), karena sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang sombong. Sebab, barangsiapa bersikap merendahkan diri, Allah SWT akan mengangkatnya, barangsiapa bersikap sombong, Allah akan merendahkannya”. (Al-Haddad, 2010: 122). B. Pengertian Konsep Dalam Menuntut Ilmu Konsep adalah pokok pertama yang mendasari keseluruhan pemikiran. (Ensiklopedi Indonesia, 1991:1856). Selain itu, ada juga yang mengartikan bahwa konsep adalah Gambaran mental dari obyek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:588). Penerimaan konsep oleh manusia tidak dilakukan secara pasif melainkan secara aktif dan kreatif. Dalam proses penerimaan konsep oleh manusia ini, terjadi hubungan dialektis antara roh objektif dengan roh subjektif. Artinya roh objektif akan berkembang manakala roh didukung oleh roh subjektif, sebaliknya roh subjektif terbentuk dan berkembang dengan
59
berpedoman pada roh objektif yang diposisikan sebagai cita-cita yang harus dicapai. (Asrori, 2008:153). Dengan demikian, konsep merupakan sesuatu yang diyakini kebenarannya dan mendorong orang untuk mewujudkannya. Konsep merupakan sesuatu yang memungkinkan individu atau kelompok sosial untuk membuat keputusan mengenai apa yang dibutuhkan atau sebagai sesuatu yang ingin dicapai. Secara dinamis, nilai dipelajari dari produk sosial dan secara perlahan diinternalisasikan oleh individu ke dalam dirinya serta diterima sebagai milik bersama dengan kelompoknnya. Konsep merupakan standar konseptual yang relatif stabil yang secara eksplisit atau implisit membimbing individu dalam menentukan tujuan yang ingin dicapai serta aktivitas dalam memenuhi kebutuhan psikologisnnya. (Asrori, 2008: 153). C. Bentuk-Bentuk Konsep Menuntut Ilmu Ada dua pembagian besar tentang bentuk-bentuk konsep. Pertama, konsep dipandang sebagai nilai, dalam arti memberi nilai atau timbangan (to value). Kedua, konsep dipandang sebagai proses penetapan hukum atau penilaian (to evaluate). Bentuk-bentuk konsep menuntut ilmu dapat juga dibedakan dengan mendefinisikan apa “yang diingini” dan apa “yang disukai”. Artinya, tidak setiap yang diingini seseorang mesti disukai atau diterima olehnya. Sebagaimana diketahui, keinginan merupakan ungkapan tentang kebutuhan biologis atau diri atau tuntutan fisik. Keinginan tidak mesti selalu berada pada taraf hal yang diterima atau diingini secara sosial. Untuk mencapai taraf tersebut, keinginan harus diukur dengan norma-norma lain
60
yang lebih tinggi daripada sekedar kesenangan fisik. Artinya, nilai pendidikan dalam hubungannya dengan keinginan bisa berbentuk “apa yang diingini” pada taraf individu dan “apa yang disukai” atau “apa yang dicintai” pada taraf sosial. Keduanya mengekspresikan keinginan yang didasarkan atas indra dan emosi pada satu sisi dan keinginan yang didasarkan atas akal pada sisi yang lain. (Munzier, 2008: 137). Pembahasan tentang perbandingan konsep berdasarkan keinginan membawa dua pembagian lain tentang konsep ilmu, yaitu nilai instrumental (instrumental value) dan nilai intrinsik (intrinsic value). Nilai yang pertama ada ketika seseorang mengutamakannya karena kebaikan yang ada padanya. Dengan kata lain, sesuatu itu bernilai karena berguna bagi hal tertentu atau bermanfaat untuk tujuan tertentu. Umpamanya, seseorang menetapkan isi program latihan atau kurikulum sekolah bagi sekelompok guru karena ia memandangnya berguna untuk mencapai tujuan langsung yang mereka dipersiapkan untuk itu. Yang kedua, sesuatu itu baik bukan hanya karena sesuatu itu baikuntuk mencapai tujuan tertentu, melainkan karena sesuatu itu sendiri baik. Dengan kata lain, nilai baik sesuatu itu tidak tergantung pada selainnya, tetapi lahir dari karakteristik asli yang ada di dalam dirinya. Nilai intrinsik ini dapat dirumuskan dalam perspektiftabiat dan fungsi asli. Ambillah contoh bangku dan laci siswa di dalam kelas. Nilai laci itu lahir dari fungsi aslinya bagi siswa, yang tidak dapat diganti oleh sesuatu yang lain. Dengan kata lain, nilai laci itu berada pada taraf objektif, bukan penghargaan subjektif. (Munzier, 2008: 138).
61
Sebagian pendidik memandang konsep ilmu dapat diperoleh dengan menghimpun dua bentuk nilai di atas secara simultan; artinya, nilai intrinsik bisa sekaligus merupakan nilai instrumental pada waktu yang bersamaan sesuai dengan taraf keinginan dan jenis situasi. Akan tetapi, sekelompok kaum pragmatis, terutama pendukung mazhab instrumentalisme, menolak sama sekali dualisme tersebut, karena dua bentuk nilai tersebut benar-benar kontradiktif. (Munzier, 2008: 138). Implikasinya, konsep-konsep yang didasarkan atas keinginan yang berhubungan dengan akal menempati kedudukan lebih tinggi dibanding nilai yang didasarkan atas keinginan yang berhubungan dengan indra atau emosi. Demikian pula nilai yang memiliki banyak aspek dan berlangsung terusmenerus lebih utama ketimbang nilai yang memiliki aspek terbatas dan berlangsung sementara. (Munzier, 2008: 138). D. Pengertian Menuntut Ilmu Menuntut ilmu adalah
Ibnu Munir berkata : “Ilmu adalah syarat
benarnya perkataan dan perbuatan, keduanya tidak akan bernilai kecuali dengan ilmu, maka ilmu harus ada sebelum perkataan dan perbuatan, karena ilmu merupakan pembenar niat, sedangkan amal tidak akan di terima kecuali dengan niat yang benar”. Dalam pengertian lain “Ilmu itu modal, tak punya ilmu keuntungan apa yang bisa didapat, ilmu adalah kunci untuk membuka pintu kebaikan kesuksesan, kunci untuk menjawab pertanyaan dan masalah di dunia.
62
Berdasarkan beberapa definisi tentang pengertian ilmu di atas dapat disimpulkan bahwa, ilmu merupakan sesuatu yang penting bagi kehidupan manusia karena dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah baik secara lisan (perkataan), maupun berupa perbuatan (anggota badan), tanpa ilmu kesuksesan tak pernah ketemu karena ilmu merupakan bagian terpenting dalam kehidupan seperti kebutuhan
setiap
manusia
akan
oksigen
untuk
dapat
bernapas.(https://idauniq.wordpress.com/2012/07/12/pengertian-ilmu/). Ternyata orang yang berilmu itu muliya dan dilahirkan oleh orang tua yang bernama. Ilmu itu senantiasa mengangkat seseorang menjadi besar di mata masyarakat. Mereka dijadikan panutan dalam segala ha, bagikan pengembala selalu di ikuti oleh binatang pliharannya. Tanpa ilmu seseorang tak mungkin memperoleh kebahagian dan tak mungkin mengetahui yang halal dan yang haram. Adapun menuntut ilmu itu mempunyai beberapa langkah. Dalam langkah-langkah tersebut yaitu Etika atau tata cara dalam menuntut ilmu, manfaat ilmu tersebut dan tujuan menuntut ilmu. Dan penulis ingin menguraikan Etika atau cara menuntut ilmu. E. Etika Atau Cara Menuntut Ilmu Dalam hubungannya dengan cara atau etika menuntut ilmupada para pelajar tentang menuntut ilmu, sikap yang harus ditanamkan antara lain: 1.
Selalu memperkuat keyakinan
63
Dengan bekal keyakinan yang kuat, maka seseorang akan merasa tenang, dan selalu bercita-cita untuk bisa selalu taat kepadaNya, serta memaksimalkan segala kemampuannya untuk mendapatkan ridlaNya. 2.
Selalu bersikap mawas diri Sikap ini harus ditanamkan pada para pelajar, karena dengan selalu mawas diri, maka seseorang akan bisa taat kepada Allah SWT. sebab ia selalu merasa diawasi olehNya, dan sikap inilah yang dinamakan maqom (derajad) ihsan.
3.
Selalu bersikap wira‟i. Sikap ini harus ditanamkan pada para pelajar. Karena dengan selalu bersikap wira‟i, maka berarti mereka tetap dalam naungan para ulama‟. Mereka akan selalu berhati-hati dalam setiap langkahnya. Karena wira‟i adalah merupakan sebagian inti dari agama.
4.
Selalu bersikap Sabar Sikap ini harus di tanamkan pada para pelajar. Karena dengan selalu bersikap sabar karena kegagalan mencari ilmu terletak pada ketidak sungguhan menghadapi hal itu. Barang siapa yang tidak pernah merasakan pahitnya mencari ilmu walau sesaat maka ia akan terjerumus dalam kebodohan yang hina selama hayat.
5.
Selalu bersikap Taqwa Sikap ini harus ditanamkan pada para pelajar. Karena dengan selalu bersikap taqwa segala perintah Allah yang Maha Tinggi dan Maha Besar serta menjauhi larangaNya secara tersembunyi dan terang-
64
terangan,maka tidak sempurna Taqwa kecuali dengan mengosongkan semua keburukan dan menghiasi kebaikan-kebaikan.Taqwa ialah suatu jalan seseorang yang menempuhnya akan terpetunjuk dan tali yang kuat siapa saja yang memegangnya akan selamat. 6.
Selalu bersikap amanah Sikap ini harus ditanamkan pada para pelajar. Karena dengan selalu bersikap amanah untuk menjaga(memelihara) hak-hak Allah dan hamba-Nya. Dengan amanah sempurnalah Agamamu,terpelihara kehormatan dan harta benda,sebab menjaga hak Allah berarti melakukan perintah dan menjauhi larangan.memelihara hak-hak hamba berarti mengembalikan barang
titipan,tidak
mengurangi
sukatan
dan
timbangan
atau
ukuran(hasta),tidak menyebarkan rahasia-rahasia dan aib-aib,memilih yang paling baik pada Agama,dunia dan dirinya. 7.
Selalu bersikap kharisma (murah) Sikap ini harus ditanamkan pada para pelajar. Karena dengan selalu bersikap kharisma (murah) ialah sifat yang mendorong seseorang memegang kemulian Akhlaq dan kebiasaan baik. Sebab-sebabnya: Cita-cita tinggi,berjiwa mulia,sesungguhnya cita-cita tinggi akan menghasilkan menjaga ketinggian,mendapatkan semua
kebaikan,membangun
kemulian,murah
hati,mencegah
bahaya.Muru‟ah adalah tanda „iffah(memelihara diri),suci dari yang tidak baik,terpelihara,karena itu tidak terlihat pada orang yang memiliki
65
murah(kharisma) kecuali ketaqwaan,jauh dari tamak dan ridha dengan apa yang dibagi Allah,tiada melihat apa yang ada di tangan manusia. 8.
Selalu bersikap bijaksana Sikap ini harus ditanamkan pada para pelajar. Karena dengan selalu bersikap bijaksana akan membawa pemiliknya tidak membalas orang yang membuatnya marah padahal dia mampu untuk membalasnya. Sebab-sebab bijaksana: Menyayangi orang-orang bodoh,tidak mencaci maki,malu memberi jawaban,ramah pada orang yang berbuat jahat,menjaga nikmat yang lalu, diplomatis, menanti peluang,tidak mencaci maki sebagian dari berjiwa mulia dan tinggi cita-cita.Malu sebagian dari memelihara jiwa dan sempurna kharisma.Memelihara nikmat yang lalu sebagian dari menyempurnakan janji. Diplomatis dan melihat peluang sebagian dari kecerdikan sebab seseorang yang menampakkan kemarahan sedikit caranya.
9.
Selalu bersikap tawadhu‟ Sikap ini harus ditanamkan pada para pelajar. Karena dengan selalu bersikap tawadhu‟ Merendahkan diri dan berhati lembut tanpamenghina. Tujuan Tawaddu‟ ialah memberikan tiap-tiap yang punya hak akan haknya,tidak mengangkat derajat orang hina dan tidak menurunkan yang mulia, tawadlu‟ sebagian dari sebab-sebab bermartabat tinggi dan mengantarkan ketempat kemulian.
66
10. Selalu bersikap berjiwa besar Sikap ini harus ditanamkan pada para pelajar. Karena dengan selalu bersikap berjiwa besar agar sifat yang menempatkan manusia pada tempat tinggi dan mulia,sebab berjiwa besar adalah manusia mengenal ukuran dirinya,hasil dari berjiwa besar adalah melakukan kebaikan,sabar pada masa susah,tidak melahirklan hajat(tidak menampakkan kebutuhan kepada orang lain),manusia memuliakannya, mendapat balasan kebaikan dari Allah. 11. Selalu bersikap adil Sikap ini harus ditanamkan pada para pelajar. Karena dengan selalu bersikap adil agar seimbang pada semua urusan dan sesuai dengan syariat.Adil ada 2 macam yaitu adil pada dirinya sendiri dan berjalan dijalur yang istiqomah dan adil kepada orang lain. Adapun adil kepada orang lain dibagi menjadi tiga yaitu: adil raja kepada rakyaat lewat memberi kemudahan dan memberikan setiap orang yang mempunyai hak akan haknya, adil rakyat pada sultan (pemimpin), murid pada guru, anak pada ayah yaitu dengan taat secara ikhlas dan tulus, adil manusia sesama sebaya (sederajatnya) dengan tidak takabur dan tidak menyakiti mereka. F. Manfaat Menuntut Ilmu 1.
Berada di jalan Allah
2.
Mendapatkan pahala yang mengalir terus menerus
3.
Agar tidak di murkai Allah
4.
Di tinggikan derajatnya
67
5.
Dimudahkan jalan menuju surga
6.
Menjadi pandai
7.
Pengetahuannya luas
8.
Mendapatkan gelar
9.
Tidak canggung apabila bersosialisasi
10. Dihormati orang jika jadi orang pandai. G. Tujuan menuntut ilmu 1.
Betulkan niat untuk menuntut ilmu maksutnya adalah Niat sangat penting dalam melakukan sesuatu perkara dan ia akan menentukan sama ada amalan itu diterima atau tidak oleh Allah SWT.
2.
Untuk beramal tujuan kedua kita menuntut ilmu adalah tak lain dan tak bukan adalah untuk beramal sehingga ramai dikalangan ulama memukaddimahkan ilmu itu dari amalan. Ilmu dan amal itu memang tidak dapat dipisahkan diibaratkan aur dengan tebing, Isi dengan kuku dan sebagainya.
3.
Untuk keluar daripada kejahilan dan memperbaiki diri demi mencari kebenaran.Kejahilan atau dalam bahasa mudahnya ialah kebodohan. Ilmu akan memimpin manusia keluar daripada kebodohan dan ini akan menyukarkan orang yang berkepentingan untuk menipu dan mengambil kesempatan terhadap kita. Di samping itu, akidah kita terhadap Allah dapat dipelihara serta menambahkan lagi kecintaan kita kepada Allah. Dengan mendalami ilmu, kita dapat memperbaiki diri supaya menjadi lebih baik. Sebagai contoh, dengan ilmu, solat kita bertambah khusyuk,
68
setiap ibadah yang dilaksanakan bertambah sempurna, kemajuan negara bertambah sistematik, dan sebagainya. 4.
Mensyukuri karunia dan nikmat-nikmat Allah kepada kita.
5.
Memperjuangkan agama islam.
6.
Akal fikiran mampu berfikir dengan adil.
7.
Sebagai kesinambungan generasi akan datang.
69
BAB IV RELEVANSI KONSEP MENUNTUT ILMU KITAB RISALATUL MUA’AWANAH DALAM KONTEKS KEHIDUPAN SEHARI-HARI
A. Latar Belakang Penulisan Kitab Risalatul Mu’awanah Sayyid Abdullah Al-Haddad, dalam menyusun kitab ini memiliki berbagai alasan, tujuan, dan latar belakang. Ia mengatakan bahwa alasan yang mendorongnya untuk menulis risalah ini adalah untuk melaksanakan perintah agung, perintah Allah SWT dan Rasul-Nya, dan berusaha meraih janji yang mulia yaitu untuk memperoleh janji yang benar (al Wa’ddu al Shaadiqu) yang dijanjikan bagi mereka yang menyeru kepada jalan kebaikan dan menyebarkan ilmu, disamping juga permintaan dari Sayyid Ahmad bin Hasyim al-Habsyi. (Al-Haddad, 2010: 13). Selain dengan alasan itu semua, memang juga karena masyarakat yang hidup pada masa itu, sedang dalam kondisi minus akhlak, banyak kerajaan kerajaan
yang
masyarakatnya
melancarkan
peperangan,
kurang mendapat
berebut
perhatian dari
kekuasaan,
penguasanya,
dan yang
menyebabkan satu sama lain dari mereka berbuat hal-hal yang diluar tuntunan syari‟at
islam.
Akibat
kurangnya
tuntunan
dari
pemimpinnya.
(http://anneahira.com/sejarah-kerajaan-turki-usmani.html). Sayyid Abdullah Al-Haddad juga memohon ampun kepada Allah SWT, karena sebenarnya dia tidak hendak mengatakan bahwa yang mendorongnya menyusun risalah ini semata-mata karena tujuan-tujuan
70
keagamaan yang baik. Sebab ia mengetahui, masih adanya keinginankeinginan tersembunyi, nafsu yang merajalela, dan cinta dunia di dalam hatinya, dan ia tidak membebaskan diri dari kesalahan, karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Haddad, 2010: 13). Dengan kearifannya, ia mengatakan pula bahwa hamba yang fakir, hamba yang mengaku akan kekurangan dan kelalaian, yang berharap akan ampunan Tuhannya Yang Kuasa. (Al-Haddad, 2010: 13). Menuntut ilmu merupakan suatu proses tuntutan, memelihara, membentuk, dan memberikan latihan mengenai ilmu dan kecerdasan berfikir baik yang bersifat formal maupun informal yang didasarkan pada ajaran ajaran islam. Pada sistem pendidikan Islam ini khusus memberikan pendidikan tentang ilmu dan moral yang bagaimana yang seharusnya dimiliki oleh seorang muslim agar dapat mencerminkan kepribadian seorang muslim. (FIP-UPI, 2007: 39). Beberapa hikmah yang dapat diraih apabila menuntut ilmu ditanamkan pada anak antara lain: Pertama, menuntut ilmu mewujudkan kemajuan rohani. Kedua, menuntut ilmu menuntun kebaikan. Ketiga, menuntut ilmu mewujudkan kesempurnaan iman. Keempat, menuntut ilmu memberikan keutamaan hidup di dunia dan kebahagiaan di hari kemudian. Kelima, menuntut ilmu akan mebawa kepada kerukunan rumah tangga, pergaulan di masyarakat dan pergaulan umum.
71
Ada banyak cara yang dapat dilakukan dalam menanamkan nilai-nilai akhlakul karimah pada anak, tentunya dengan konsep pembelajaran yang tepat dan penanaman yang sesuai. keterangan dalam kitab Risalatul Mu’awanah memberikan beberapa pendidikan menuntut ilmu yang dapat dijadikan pedoman bagi orang tua, sekolah dan masyarakat dalam menanamkan nilai-nilai menuntut ilmu. Karena pada dasarnya materi yang terkandung dalam kitab Risalatul Mu’awanah memang membahas tentang berbagai macam persoalan yang ada pada kehidupan yang berhubungan dengan akhlak-akhlak dan ilmu seorang yang tinggi derajatnya di sisi Sang Penciptanya. Dalam mendidik ilmu yang luhur setiap mursyid (guru) mempunyai berbagai ragam model yang berbeda-beda. Model dasar yang digunakan oleh Sayyid Abdullah Al-Haddad dalam kitab Risalatul Mu’awanah dalam menuntut ilmu meliputi dua aspek. Pertama: Aspek perbuatan yang dilakukan oleh bathin. Kedua: Aspek perbuatan yang dilakukan oleh dhohir. Adapun dalam kaitannya dengan ilmu, bahwa yang dimaksud tujuan menuntut ilmu dalam pembahasan ini adalah tujuan yang ingin dicapai dengan diadakannya suatu pendidikan, pembinaan dan penanaman ilmu yang bagus. Apa yang akan dicapai dalam menuntut ilmu tidak berbeda dengan tujuan pendidikan Islam itu sendiri. Tujuan tertinggi agama dan ilmu ialah menciptakan kebahagiaan dua kampung (dunia dan akhirat), kesempurnaan jiwa bagi individu dan menciptakan kebahagiaan, kemajuan, kekuatan dan keteguhan bagi masyarakat.
72
Tujuan dari menuntut ilmu dalam Islam adalah untuk mewujudkan orang-orang yang baik ilmunya, keras kemauannya, sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku dan perangai, bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas dan suci, dan yang paling inti sebagaimana dikatakan oleh Sayyid Abdullah Al-Haddad muqoddimah (pembukaan) kitab Risalatul Mu’awanah adalah bersikap menuju jalan akhirat, yaitu taat kepada Allah SWT atas segala apa yang diperintahkan olehNya. (Al-Haddad, 2010: 15). Dengan gambaran uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan menuntut ilmu adalah untuk terbinanya ilmu yang manfaat dan mulia sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW dan karenanya dapat tercapai keselamatan dunia dan akhirat. B. Metode yang Digunakan dalam Menuntut Ilmu Metode yang digunakan dalam kitab Risalatul Mu’awanah untuk menuntut ilmu
seseorang supaya terbiasa berbuat baik, adalah dengan
metode motivasi, pemberian pengetahuan cara dan sebuah pelatihan. Pelatihan ini berupa usaha-usaha yang dilakukan oleh bathin (jiwa)agar tercipta suatu kondisi yang kuat yang tertanam dalam bathin, untuk selalu cenderung/condong kepada hal-hal yang baik dan mulia dimata manusia dan Tuhan. Selain itu juga dengan melalui amalan-amalan yang yang dilakukan oleh dhohiriyyah (jasad).
73
Diantara contoh pelatihan-pelatihan yang diajarkan atau diberikan oleh Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad dalam kitab Risalatul Mu’awanah antara lain:
ٍ :سباب سن ُ ويقوى ُ اليقني و استماع العبد بقلبِو وأذنِو إإ ِ ُ أن يصغَي،ادلدار ُ وىو األ ُل والذي عليو:منها ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ربإئِو وانفر ِاده ابخللق َ اآلإت واألخبا ِر الدَّال عل جالل هللا تعاإ و مالو وع متو و ِ ِ ِِ ِ ِ وما السلطان والقه ِر وعل و،واألم ِر ُّ دق َ وما أيّ ُدوا بو م َن ادلعجزات َ الر ُس ِل و ماذلم ِ العقوابت وما ورد يف ِ حل ِ ِ اليوم اآلخ ِر ِمن إاثب ِ احملسنِني ومعاقب مبعانديهم ِم ْن أنو ِاع َّ َ َ َْ ْ ِ ادلسيئِني؛ وإإ ِ ون ى َذا األم ِر ا ياً يف إ ادةِ اليق ني اإلشارةُ بقولِو َْ . )اآلي(:تعاإ ِ السماو ِ ِ السب الثّاين أن ين ر بع ِ ات و َّ وما ني اّلعتبا ِر يف َّ ملكوت َ ،األرض ُبث هللا ُ ّ َ ِ ِ ِ ِ اليقني اإلشارةُ بقولِو َ وبدائ ِع ادلكوانت؛ وإإ إ ادتو،يهما م ْن عجائ ِ ادلصنوعات .)( :تعاإ ذلك ًمن ِبو ظاىراً واب نا َّ ُ ّالسب ُ الث َ ويشمر يف َ يعمل عل مقت َ َما ّ َ الث أن ِ ِ ِ :ك؛ وإإ إ ادتو اإلشارةُ بقولو تعاإ ُ ُوي َ يما ىنَال َ َ بذل اّلستطاع .)( Artinya: “Dan yakin akan menjadi kuat dengan beberapa sebab diantaranya: 1) Hendaknya hamba Allah mencurahkan segala perhatiannya dan hatinya dan memperhatikan dengan telinganya untuk mendengarkan ayat dan hadis yang menunjukkan kebesaran Allah „Azza wa Jalla dan kesempurnaanNya, dan keagunganNya, dan kekuasaanNya dan kesendirianNyadalam mengatur urusan semua makhluk,dan kekuasanNya, serta memperhatikan akan kebenaran para Rasul As. Dan kesempurnaan mereka, dan terhadap apa-apa yang menguatakan risalah mereka dari beberpapa mukjizat, demikian juga memperhatikan mereka yang mendustakan Rasul hingga mereka mendapat siksa dari Allah,dan memperhatikan dengan segenap hatinya apa yang akan datang kelak di hari akhirat berupa pahala yang bagus dari Allah yang dijanjikan bagi hambanya yang beriman dan berbuat kebajikan, demikian juga siksa 74
yang akan dihadapi orang-orang yang berbuat maksiat. Firman Allah: “Apakah belum cukup sesungguhnya Kami turunkan kepada kamu AlKitab yang dibacakan kepada mereka”. 2) Hendaklah engkau melihat dengan i‟tibar pada kerajaan langit dan bumi dan apa yang diciptakan Allah dari ciptan-ciptaan yang sangat ajaib. Dan memperhatikan permulaan adanya segala yang diciptakan. Firman Allah: “Dan akan Aku perlihatkan kepada mereka ayat-ayatKu di alam raya dan juga pada diri mereka hingga tampak jelas bahwasanya Allah Maha Benar”. 3) Hendaklah mengamalkan apa saja yang sesuai dengan keimanannya lahir bathin dan memperlihatkan ketaatan kepada Allah Azza Wa Jalla. Firman Allah: “Dan bagi orang-orang yang bersungguh-sungguh mencariKu niscaya akan Aku tunjukkan jalanKu”. (Al-Haddad, 2010: 16-17). Pendidikan ke arah pemilik ilmu
yang luhur untuk para siswa
(pelajar) adalah merupakan tanggung jawab semua guru. Oleh karena itu, pembinaannya pun harus oleh semua guru. Dengan demikian, kurang tepat kalau dikatakan bahwa mendidik para siswa agar memiliki ilmu luhur hanya tanggung jawab guru mata pelajaran tertentu, misalnya guru PPKn atau guru pendidikan agama. Walaupun dapat dimengerti bahwa porsi yang dominan untuk mengajarkan (pelajaran akhlak) adalah para guru yang relevan dengan pelajaran tersebut. (Rahmat, tt: 3). (TPIP, FIP-UPI, 2007: 35). Guru sangat berperan penting dalam menuntut ilmu para pelajar, karena mereka menganggap guru adalah sumber dari segala ilmu, mereka beranggapan bahwa guru itu mengetahui segalanya tentang ilmu, mereka juga selalu mempercayai apa saja yang dikatakan oleh seorang guru. Dan mereka menjadikan guru sebagai panutan dan teladan untuk mereka. Peran guru dalam menuntut ilmu, yang terdapat pada uraian kitab Risalatul Mu’awanah adalah:
75
1.
Memotivasi mereka supaya mereka mau melakukan suatu kegiatan yang menjadikan mereka beranggapan bahwa menuntut ilmu
itu sangat
penting bagi mereka karena ilmu yang baik itu merupakan pusat dari segala aktivitas yang ada di dunia ini 2.
Memberikan pengetahuan kepada mereka bahwa orang yang berilmu, hidupnya akan bahagia, baik itu kehidupan dunia maupun kehidupan di akhirat. Dengan cara menunjukkan dalil-dalil naqli(dalil yang diambil dari Al-Qur‟an ataupun dari Al-Hadits) dan ‘aqli(dalil dari keadaan yang bisa diterima oleh akal), yang berisi tuntutan, hikmah dan balasan bagi orang yang berilmu. Supaya mereka merasa mantap dan antusias dalam menjalankannya.
3.
Mengarahkan dan memberikan contoh kepada mereka (para pelajar) di dalam menjalankan segala aktivitas yang ada pada kehidupan sehari-hari, berupa kewajiban-kewajiban, kesunahan-kesunahan, anjuran-anjuran, dan segala sesuatu yang dituntut oleh syara‟, yang meliputi tentang ibadah dan muamalah.
C. Konsep Menuntut Ilmu Kitab Risalatul Mu’awanah dalam Konteks Kehidupan Pelajar Sekarang Dari keterangan diatas begitu banyak konsep-konsep ilmu yang dapat kita ambil dari kitab Risalatul Mu’awanah dan dapat diterapkan kepada para pelajar sekarang, untuk menata kehidupan mereka yang saat ini sedang dalam kemerosotan moral.
76
Menuntut ilmu yang ada pada kitab Risalatul Mu’awanah sangatlah relevan jika di terapkan untuk pelajar sekarang, karena dalam pembahasannya tentang menuntut ilmu sangat komplit disertai dengan contoh dan dalildalilnya. Di dalam kitab tersebut dijelaskan bagaimana menuntun dan mengarahkan
diri
kepada
bersikap
yang sesuai
dengan
nilai-nilai
kehidupan.Sehingga apabila diterapkan pada para pelajar, mereka akan menjadi orang yang cerdas hati dan fikirannya serta menjadi lebih kuatdalam mengarungi dan menghadapi tantangan kehidupan yang akan datang. Diantara konsep-konsep yang dapat diambil dan diterapkan terhadap para pelajar daridalam Kitab Risalatul Mu’awanah yang berhubungan dengan tiga subtansi besar yaitu ilmu terhadap Allah SWT, ilmuterhadap diri sendiri dan ilmu terhadap lingkungan, antara lain dapat penulis uraikan sebagai berikut: 1.
Ilmu terhadap Allah SWT Allah adalah kholiq (Pencipta) dan manusia adalah makhluq (makhluk). Sebagai makhluk tentu saja manusia sangat tergantung kepadaNya. Sebagaimana firmanNya:
Artinya: “Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu”. (Q.S. Al-Ikhlas: 2). (http//www.Al-Quran-digital.com). Sebagai yang Maha Agung dan yang Maha Tinggi Dialah yang wajib disembah dan ditaati oleh segenap manusia. Dalam diri manusia hanya ada kewajiban beribadah kepada Allah SWT, hal ini sesuai dengan firman Allah SWT: 77
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (Q.S. Adz-Dzaariyaat: 56). (http//www.Al-Quran-digital.com). Dalam hubungannya dengan pendidikan menuntut ilmu pada para pelajar tentang ilmu kepada Allah SWT, sikap yang harus ditanamkan antara lain: a.
Cinta kepada Allah SWT Penanaman rasa cinta kepada Allah SWT adalah prinsip yang harus ditanamkan kepada para pelajar. Mereka harus dibiasakan untuk mencintai AllahSWT dengan diwujudkan dalam bentuk sikap selalu mengikuti perintah-perintahNya, dan menjauhi laranganlaranganNya. Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
ِ حّت ّل َّ بل َ َّ يصري سبحانَوُ أح َ ّ وعليك ابحل ِّ ِِف هللا َ حّت ْ ،ُسواه َ إليك ممَّا لك َ يصري ٌ ُحمبوب ّإّل ّإإه َ
Artinya: “Dan wajib bagimu cinta kepada Allah, sehingga Allah SWT menjadi lebih kamu cintai daripada yang lain. Bahkan kamu tidak mencintai sesuatu apapun, kecuali cinta kepadaNya”. (AlHaddad, 2010: 146). b.
Rela dengan keputusan Allah SWT Para pelajar harus dibiasakan untuk selalu rela terhadap apa saja yang menjadi keputusan Allah, karena rela dengan keputusan Allah SWT adalah merupakan buah dari rasa cinta dan ma‟rifat kepadaNya. Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan: 78
ِ ِ الرضا ابلق ِاء من،هللا ِ أشرف مثر ،ِ ات احملبّ ِ وادلعر َ َ ّ ِ ضا بق اء َ ابلر ّ وعليك ِ ِ ومن ِ مرا يرض ِّ حلوا ان أو َ شأن احمل ِّ أ ْن ْ ً لفعل حمبوبِو
Artinya: “Dan wajib bagimu rela dengan ketetapan Allah, karena rela dengan keputusan Allah merupakan buah rasa cinta dan ma‟rifat. Sedangkan diantara sikap orang yang cinta itu sendiri adalah rela terhadap perilaku yang ia cintai (Allah)”. (Al-Haddad, 2010: 148). c.
Berharap dan takut kepada Allah SWT Para pelajar harus diajari untuk selalu berharap dan takut kepada Allah SWT. Karena kedua sikap itu adalah merupakan buah yakin yang paling mulia. Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
ِ وعليك ابإل ثا ِر ِمن ِ إّنما ِمن أشر ِ ِ اف ِ مثرت اليق ني َ ْ ّ ،الرجاء واخلوف ّ َ
Artinya: “dan wajib bagimu memperbanyak berharap dan takut (kepada Allah) karena sesungguhnya keduanya adalah buah yakin yang paling mulia ”. (Al-Haddad, 2010: 129). 2.
Ilmu terhadap diri sendiri Manusia adalah ciptaan Allah SWT yang paling sempurna, ia diberi akal dan juga nafsu. Apabila dia mampu menggunakan akalnya dengan baik, maka derajadnya bisa melebihi makhluk Allah yang tidak pernah
membangkang atau
bermaksiat
padaNya
yaitu
malikat.
Sebaliknya, apabila akalnya kalah dengan nafsunya, maka derajadnya bisa turun di bawah hewan. Oleh sebab itu, setiap individu harus dibekali dengan ilmu yang berhubungan dengan dirinya, meliputi hal-hal yang harus dimiliki dan yang harus dilakukan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
79
Dalam hubungannya dengan pendidikan menuntut ilmupada para pelajar tentang ilmu kepada diri sendiri, sikap yang harus ditanamkan antara lain: a.
Selalu memperkuat keyakinan Dengan bekal keyakinan yang kuat, maka seseorang akan merasa tenang, dan selalu bercita-cita untuk taat kepadaNya, serta memaksimalkan
segala
kemampuannya
untuk
mendapatkan
ridlaNya. Di dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
َّ ،األخ احلبي ُ بتقويِّ يقينِك وحتسينِو اليقني إذا مت ّك َن ِم َن َ ُ وعليك أيّ َها َ إن ِ القل ِ واستوإ ٌعليو َار الغي ُ أنّو شهادة
Artinya: “Wahai saudaraku tercinta, wajib bagimu untuk menguatkan dan memperbaiki keyakinanmu! Karena, jika keyakinan telah kukuh dalam hati, dan ia menguasainya, maka hal yang ghoib menjadi seperti tampak”. (Al-Haddad, 2010: 16). b.
Selalu bersikap mawas diri Sikap ini harus ditanamkan pada para pelajar, karena dengan selalu mawas diri, maka seseorang akan bisa taat kepada Allah SWT. sebab ia selalu merasa diawasi olehNya, dan sikap inilah yang dinamakan maqom(derajad) ihsan. Di dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
ِ وعليك إ أخي مبراقب ِ هللاِ تعاإ يف حر اتِك وسكناتِك وحل اتِك و ر اتِك َ واستشعر قربَو منك،وخطراتِكوإراداتِك وسائ ِر حاّلتِك
Artinya: “Dan wajib bagimu, wahai saudaraku, yaitu mawas diri kepada Allah SWT, baik dalam setiap gerak atau diammu, dalam serentang waktu atau beberapa rentang waktu. Dalam getaran rasa 80
hatimu atau kehendakmu, dan seluruh keberadaanmu senantiasa merasakan kedekatanmu dengan Allah SWT”.(Al-Haddad, 2010: 22). c.
Selalu bersikap wira‟i. Sikap ini harus ditanamkan pada para pelajar. Karena dengan selalu bersikap wira‟i, maka berarti mereka tetap dalam naungan para ulama‟. Mereka akan selalu berhati-hati dalam setiap langkahnya. Karena wira‟i adalah merupakan sebagian inti dari agama. Di dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
ِ ّ مات و ِ وعليك ابلورِع عن احملر ِ الدي ِن والّذي عليو ُ ع ّ مالك َ َ إ ّن الور،الشبهات ّ ِ .العاملني العلماء ادلدار عند َ ُ
Artinya: “Dan wajib bagimu wira‟i (menjauhi) dari hal-hal yang haram dan syubhat. Karena wira‟i merupakan inti agama, dan orangorang yang berada di kawasan itu, adalah orang yang di antara bimbingan ulama‟”.(Al-Haddad, 2010: 90). d.
Selalu bertobat atas segala dosa. Para pelajar harus diajari untuk selalu bertobat dari segala dosa baik besar maupun kecil. Dengan selalu bertobat dari segala dosa walaupun itu dosa yang kecil, maka orang itu kelak akan menjadi orang yang baik. Karena inti dari taubat adalah memperbaiki diri. Di dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
81
ِِ ٍ ،ظاىرا أو اب نًا َ ً غريا أو ً سواءٌ ا َن، وعليك ابلتّوب م ْن ِّل ذن ً ،بريا ِ ِ ِ ،ادلقامات أساس مجي ِع ُ إ ّن التّوب َ ّأو ُل قَ َدٍم ي ُعها ُ وىي،العبد ِف ريق هللا .ابني َ وهللاُ ُّ التّ ّو
Artinya: “Dan wajib bagimu bertaubat dari semua dosa, yaitu bertaubat baik dari dosa kecil maupun besar, baik dhohir ataupun bathin, karena taubat merupakan langkah pertama seorang hamba yang hendak menapakkan kakinya di jalan Allah. Taubat pun merupakan pondasi dari seluruh maqom (tingkatan) karena Allah mencintai orang-orang yang bertaubat”. (Al-Haddad, 2010: 127). e.
Selalu bersabar dalam menghadapi segala masalah Para pelajar harus ditekankan untuk selalu bersabar dalam menghadapi segala masalah. Karena dengan itu mereka akan mendapatkan ilmu yang banyak, dan pengetahuan yang memadai. Di dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
َّ ،مالك األم ِر ،الدا ِر ُ إنّو،ابلص ِرب ّ ِمادمت ِف ىذه َ وّلبد َ ْ ُلك منو ّ وعليك ِ ِ األخالق الكرمي ِ والف .ِ ائل الع يم وىو من Artinya: “Dan wajib bagimu bersabar, karena sabar itu merupakan pusat penentu segala permasalahan, dan hal itu harus kamu lakukan sepanjang hidup di dunia ini, ia pun termasuk dari akhlakul karimah serta terdapat beberapa keutamaan”. (Al-Haddad, 2010: 133). f.
Selalu bertawakkal kepada Allah SWT Sikap selalu bertawakal kepada Allah SWT adalah obat dari segala masalah. Karena ia sadar bahwa semua itu adalah dariNya, baik hal itu yang ia rasa enak maupun yang tidak enak untuknya. Sikap seperti ini adalah menunjukkan eksistensi dari seorang hamba kepada Tuhannya. Di dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
82
وتوّله ّ إ ّن َم ْن توّ َل عل هللاِ َفاهُ وأعانَو،وعليك ابلتّوّ ِل عل هللاِ تعاإ َ .أوّله َو
Artinya: “Dan wajib bagimu (berserah diri) kepada Allah SWT, karena sesungguhnya orang yang berserah diri kepada Allah, maka ia akan diberi kecukupan, ditolong , dilindungi serta diutamakan oleh Allah”. (Al-Haddad, 2010: 143). 3.
Ilmu terhadap lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar tempat hidup
dan
sangat
dibutuhkan
untuk
kelangsungan
hidup.
Di
lingkunganlah tempat mereka melakukan segala aktifitasnya, di dalam lingkungan ini ada berbagai macam kalangan. Di sini penulis akan membahas tentang kalangan keluarga, kalangan sekolah dan kalangan masyarakat. Adapun dalam hubungannya dengan pendidikan menuntut ilmu pada para pelajar tentang ilmuterhadap lingkungannya, sikap yang harus ditanamkan dapat diuraikan sebagai berikut: a.
Ilmu terhadap lingkungan keluarga Sikap utama yang harus dikembangkan pada anak atau para pelajar dalam lingkungan keluarga, yang utama yaitu: 1) Berbakti kepada kedua orangtua Berbakti kepada ibu dan bapak yang telah bersusah payah merawat dan mendidik dengan penuh kasih sayang, adalah termasuk suatu kewajiban bagi setiap anak. Jangan sampai seorang anak durhaka kepada keduanya, karena itu termasuk dosa yang sangat besar. Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan: 83
ِ ِ ِ ِ َ ُ إنّو،وإإ َك وعقوقهم ّ إنّوُ م ْن أوج ِ الواجبات؛،برب الوالدي ِن ّ وعليك من أ ِرب الكبائ ِر ْ
Artinya: “Dan wajib bagimu berbakti kepada kedua orang tua, karena hal itu merupakan yang paling wajib diantara perkara wajib yang lain, takutlah kamu durhaka kepada keduannya, karena hal itu merupakan dosa yang paling besar diantara dosadosa besar yang lainnya”. (Al-Haddad, 2010: 103). Allah SWT memerintahkan manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya dan berlaku lemah lembut kepada keduanya, serta menaati keduanya, selain dalam kemaksiatan kepadaNya, dan menjalin hubungan dengan keduanya, bahkan sekalipun keduanya kafir. (Al-Ghomidi, 2011: 138). 2) Menyayangi saudara Pendidikan untuk selalu berbicara baik dengan anggota keluarga. Para pelajar harus diajari untuk selalu berbicara baik dengan anggota keluarga. Karena hal itu yang akan menjadikan suasana rumah menjadi damai dan tentram. Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
ٍ عليك َ طق ِبو ُرم َ ُ ّ و َّل الم ّل ُّل الن،تنطق ّإّل خب ٍري ُ وعليكأن ّل ِ ،ُورتِّْبو َ الم َ وإذا تكلّ ْم،اإلستماعُ إليو َ ت رتّ ْل َ ك
Artinya: “Dan wajib bagimu, agar tidak mengucapkan sesuatu apapun, kecuali dengan baik, jangan pula mengucapkan perkataan yang tidak dihalalkan (dilarang) serta mendengarkan perkataan yang haram didengarkan. Jika kamu ingin mengucapkan suatu perkataan, maka hendaklah ditata terlebih dahulu dan susunlah dengan kalimat yang benar”. (Al-Haddad, 2010: 63).
84
b.
Ilmu terhadap lingkungan sekolah Untuk terciptanya suasana yang khidmat di lingkungan sekolah, para pelajar harus di tanamkan sikap-sikap seperti: a.
Adil pada dirinya dan dan pada orang lain Bersikap adil pada diri sendiri dan pada orang lain ini, harus ditanamkan pada para pelajar. Supaya mereka tidak mudah berbuat curang, dan semena-mena pada temannya yang lain. Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
ِ مل ِ ِ ابلعدل ِف رعيتِك اخلا ّ ِ والعام ِ و احلفظ والتف ّق ِد وعليك َ َّ ،ذلَا مسسل عن رعيّتِ ِو ٌ و ُّل ر ٍاع،عنها َ إن هللاَ سائلُك
Artinya: “Dan wajib bagimu berbuat adil di dalam pengembalaanmu, baik yang khusus maupun yang umum, di samping tetap dengan sempurna menjaga dan mengawasinya, Karena Allahakan meminta pertanggung jawaban kepada kamu atasnya. sebab setiap pengembala pasti akan dimintai pertanggung jawaban atas gembalaannya”.(Al-Haddad, 2010: 101). b.
Amar ma‟ruf nahi munkar Penanaman Amarma‟ruf nahi munkar ini harus ada pada para pelajar. Supaya mereka dapat mengingatkan antara satu sama lainnya dalam menjalani aktifitas di sekolah. Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
ِ إنّوُ القط ُ الّذي،ابدلعروف والنّه ِي عن ادلنك ِر وعليك ابألم ِر َ ِ ادلرسلني أرسل َ وألجلِو،مدار أم ِر ال ّدي ِن َ ُ عليو َ أنزل هللاُ الكت َ و 85
Artinya: “Dan wajib bagimu menyerukan kebaikan dan mencegah kemungkaran, karena ini merupakan pusat perputaran sendi-sendi agama. Karena itu pula Allah menurunkan Al-Qur‟an dan mengutus para Rasul”.(AlHaddad, 2010: 97). c.
Ilmu terhadap lingkungan masyarakat a.
Mengikat tali persaudaraan dengan tetangga Mengikat tali persaudaraan dengan tetangga adalah termasuk hal yang diperintahkan oleh Allah SWT, dan hal yang menjadikan hubungan antara sesama berjalan dengan harmonis. Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
ِ وعليك بصل ِ ِ ِ ،وابإلحسان إإ اجلري ِان األقرب؛ األقرب ،األرحام َ ُ َ ً األدَن َاباب األدَن
Artinya: “Dan wajib bagimu menyambung tali silaturrahhim, dengan handai taulan yang paling dekat, berbuat baik kepada tetangga, khususnya pintu tetangga yang paling dekat”. (Al-Haddad, 2010: 104). Selain itu diperintahkan oleh Allah mengikat tali persaudaraan juga sebagai tanda bagi orang yang beriman kepada Allah SWT. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
)(رواه البخاري.َُرِمحَو
ِ من َ ا َن ي ْسِمن ِابهللِ والْي وِم ْاأل ِف ص ْل َخ ِْري ْيَل َْ َْ َ ُ ُ
Artinya: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka sebaiknya dia menyambung tali persaudaraannya”. (H.R. Bukhori). (Al-Haddad, 2010: 105).
86
b.
Selalu bersikap tawadlu‟ Tawadlu‟ adalah termasuk perilaku seorang mukmin yang sejati, dan seseorang yang tidak memiliki perilaku ini sangatlah dibenci oleh Allah SWT. Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:
ِ أخالق من َ َ ّ ّوإإ َك والت ّ ،ادلسمنني ْ ُ إنّو،وعليك ابلتّواض ِع َ إ ّن هللا،كرب .ُوضعوُ هللا ّ ُّ ّل َ وم ْن تكبّ َر َ ،ُاضع ر َعوُ هللا َ ين؛ َ وم ْن تو َ ادلتكرب
Artinya: “Dan wajib bagimu bersikap tawadlu‟, karena sikap ini adalah perilaku orang-orang mukmin, dan takutlah kamu berbuat takabbur (sombong), karena sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang sombong. Sebab, barangsiapa bersikap merendahkan diri, Allah SWT akan mengangkatnya, barangsiapa bersikap sombong, Allah akan merendahkannya”. (Al-Haddad, 2010: 122).
87
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah dijelasakan penulis pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.
Pemikiran Sayyid Abdullah bin Alwi Alwi Al-haddad dalam kitab Risalatul Mu’awanah adalah beliau menyampaikan bahwa keyakinan adalah ungkapan tentang kekuatan dan keteguhan iman yang sudah mendarah daging dan menyatu dalam hati, laksana sebuah gunung yang menjulang tinggi.Wahai saudaraku, hendaklah anda selalu memperbaiki dan menuluskan niat mu sebelum beramal. Karena ia merupakan sendi segala
amal.
Baik
buruknya
amal,
selalu
tergantung
pada
niatnya.Hendaknya anda selalu mawas diri kepada Allah SWT, dalam setiap aktivitasmu dan hendaklah anda sadar bahwa allah selalu berada di dekatmu. 2.
Konsep dasar yang digunakan oleh Sayyid Abdullah Al-Haddad pada kitab Risalatul Mu’awanah dalam menuntut ilmu adalahpenerimaan konsep oleh manusia tidak dilakukan secara pasif melainkan secara aktif dan kreatif. Dalam proses penerimaan konsep oleh manusia ini, terjadi hubungan dialektis antara roh objektif dengan roh subjektif. Artinya roh objektif akan berkembang manakala roh didukung oleh roh subjektif, sebaliknya roh subjektif terbentuk dan berkembang dengan berpedoman
88
pada roh objektif yang diposisikan sebagai cita-cita yang harus dicapai. (Asrori, 2008:153). Dengan demikian, konsep merupakan sesuatu yang diyakini kebenarannya dan mendorong orang untuk mewujudkannya. Konsep merupakan sesuatu yang memungkinkan individu atau kelompok sosial untuk membuat keputusan mengenai apa yang dibutuhkan atau sebagai sesuatu yang ingin dicapai. Secara dinamis, nilai dipelajari dari produk sosial dan secara perlahan diinternalisasikan oleh individu ke dalam dirinya serta diterima sebagai milik bersama dengan kelompoknnya. Konsep merupakan standar konseptual yang relatif stabil yang secara eksplisit atau implisit membimbing individu dalam menentukan tujuan yang ingin dicapai serta aktivitas dalam memenuhi kebutuhan psikologisnnya. 3.
Menuntut ilmu yang ada dalam kitab Risalatul Mu’awanah dengan konteks kehidupan pelajar sekarang sangatlah relevan dan sesuai. Pendidikan-pendidikan menuntut ilmu yang dapat diambil dan diterapkan pada para pelajar sekarang dari kitab ini antara lain: a.
Ilmu terhadap Allah SWT Ilmu terhadap Allah SWT, meliputi penanaman rasa cinta padaNya, rela dengan segala keputusanNya dan pendidikan untuk selalu berharap dan takut kepadaNya.
89
b.
Ilmu terhadap diri sendiri Ilmu terhadap diri sendiri, meliputi pendidikan untuk selalu memperkuat keyakinan, mawas diri, wira‟i, bertobat dari segala dosa, bersabar dalam menghadapi segala masalah, danpendidikan untuk selalu bertawakkal kepada Allah SWT.
c.
Ilmu terhadap lingkungan Ilmu terhadap lingkungan ini, penulis kelompokkan menjadi tiga. Pertama: lingkungan keluarga, kedua: lingkungan sekolah, dan ketiga: lingkungan masyarakat. Pendidikan di lingkungan keluarga, meliputi penanaman sikap berbakti kepada kedua orang tua, dan ilmu untuk selalu berinteraksi dengan baik antara anggota keluarga satu dengan yang lainnya. Di lingkungan sekolah, meliputi penanamanagar selalu adil pada dirinya juga pada orang lain (temannya), dan pendidikan untuk selaluAmar ma’ruf nahi munkar. Di lingkungan masyarakat, meliputi penanamanuntuk selalu mengikat tali persaudaraan dengan tetangga, dan pendidikan untuk selalubersikap tawadlu‟.
B. Saran Perlu diketahui bahwa di Indonesia nama Sayyid Abdullah Al-Haddad sudah lama populer dikalangan Muslimin, dengan karya-karyanya yang monumental.Salah satunya yaitu kitab Risalatul Mu’awanah. Nilai yang terkandung di dalam kitab-kitab karyanya menunjukkan hal yang mulia, bahwa bagi kaum akademisi sudah tentu menjadi sebuah khazanah keislaman
90
yang perlu direspons secara positif melalui kegiatan-kegiatan ilmiah, salah satunya yakni meneliti aspek motivasi para pengikutnya dalam mengamalkan ajaran ataupun kegiatan spiritual keagamaan. Untuk itu, ada beberapa hal dari hasil penelitian ini yang patut untuk dijadikan saran-saran sebagai berikut: 1.
Penyajian bahasa dalam Kitab Risalatul Mu’awanah yang banyak mengandung majaz (perumpamaan) yang kadangkala sulit untuk diakses langsung oleh masyarakat awam. Karenanya, perlu disederhanakan melalui dua cara, yaitu ringkasan-ringkasan tematik (bentuk tulisan) dalam bahasa yang lugas dan singkat serta suguhan contoh yang rill sesuai dengan kodisi masyarakat.
2.
Mengembangkan pola menuntut ilmu bagi peserta didik dan masyarakat umum secara terpadu, sehingga terwujud suatu kondisi di mana tradisi "pengajaran" dan "pendidikan" yang integral bisa diterapkan secara nyata.
C. Implikasi Penelitian Pada taraf yang lebih operasional, kesimpulan di atas membawa beberapa implikasi ke luar dari pokok pembahasan penelitian. Dari pembahasan tentang konsep menuntut ilmu
dalam kitab Risalatul
Mu’awanah karya Sayyid Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad di atas, penulis menemukan beberapa implikasi positif dan implikasi negatif terutama untuk menjawab relevensi dengan kebutuhan pelajar sekarang dan masyarakat:
91
1.
Menuntut ilmu yang berfungsi untuk memperkokoh daya-daya positif yang natural di dalam diri manusia mengharuskan ada sistem menuntut ilmu yang didasarkan pada perkembangan jiwa manusia secara integral.
2.
Secara implisit diketemukan semangat penanaman konsep menuntut ilmu yang berkiblat kepada satu arah yakni Al-Qur'an dan Rasulullah sendiri sebagai kiblat akhlakul karimah.
3.
Usaha mentransformasikan konsep-konsep dan membina kepribadian umat Islam ditinjau dari sudut menuntut ilmu walaupun relatif sukses, namun memerlukan tindak lanjut atau kontribusi dari berbagai kalangan, khususnya para pencinta ilmu. Penjelasan yang lebih dalam tentang konsep-konsep yang terkandung dalam kitab Risalatul Mu’awanah perlu diungkapkan sehingga para pengkajit kitab tersebut tidak hanya faham dalam dataran teknisi namun juga secara esensial konsep kitab Risalatul Mu’awanah.
4.
Dalam proses pembelajaran, aspek yang dikedepankan adalah bagaimana audiensnya dapat lebih menambah wawasan dan pemahaman terhadap ajaran agama Islam dan menambah ketaatan beragama dengan tidak mengabaikan disiplin ilmu lain. Sehubungan dengan implikasi di atas, dapat dikatakan bahwa
implikasi dari konsep menuntut ilmu dalam kitab Risalatul Mu’awanah tidak hanya memberikan kepuasan jiwa dalam menendangkan kata-kata yang indah, tetapi memiliki kemampuan "meneladankan" nilai-nilai positif kepada peserta didik.
92
D. Kata Penutup Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas rahmat, taufik serta hidayah-Nya yang dilimpahkan kepada penulis dalam menyusun skripsi yang sangat sederhana dengan segala keterbatasannya. Akhirnya, semoga walaupun penuh dengan kekurangan dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya, dan para pembaca pada umumnya. Dan hanya kepada Allah SWT penulis memohon semoga Allah memberikan manfaat
dengan skripsi ini, serta memberikan segala hal yang diangan-
angankan oleh penulis.
93
DAFTAR PUSTAKA
Al-Haddad, Abdullah bin Alwi. 2010. Risalatul Mu’awanah wa AlMudhaharah wa Al-Muwazarah li Ar-Rhaghibin min Al-Mu’minin fi Suluk Thariq Al-Akhirah, Jakarta: Dar Al-Kutub Al-Islamiyah. ......................................................... Tt. Risalah Al-Mu’awanah wa AlMuwazhaharah wa Al-Muwazarah Li Ar-Rhaghibin min Al-Mu’minin fi Suluk Thariq Al-Akhirah. Terjemah oleh Ihsan, H. Ainul Ghoerry Suchaimi. Tt. Surabaya: Al-Hidayah. Al-Badawi, Mustofa Hasan. 1994. Al-Imam Al-Haddad Mujaddid Al-Qur’an Atsani ‘Asyaro Sirotuhu wa Manhajuhu. Dar Al-Hawi. Al-Ghalayaini, Musthafa. „Idhatun Nasyi’in. Terjemah oleh Abdai Rathomy. 2000. Semarang: PT. Karya Toha Putra. Al-Ghazali, Muhammad. Tt. Ihya’ Ulumudin. Indonesia: Al-Haromain. ......................................... Khulukul Qur’an. Terjemah oleh Anwar, Masy‟ari. 2008. Surabaya: PT. Bina Ilmu. ....................................... Tt. Al-‘Ilm. Terjemah oleh Al-Baqir, Muhammad. 1996. Bandung: Karisma. Al-Jazairi, Abu Bakar Jabir. Tt. Minhajul Muslim. Terjemah oleh Mustofa aini, Amir Hamzah Fachrudin, Kholif Mutaqin. Malang: PT. Megatama Sofwa Pressindo. Al-Nawawi, Yahya bin Syarifudin. Tt. Al-Arba’in Nawawi. Semarang: Pustaka Aalawiyah. Al-Ghamidi, Abdullah. 2011. Cara Mengajar (Anak/ Murid) Ala Luqman AlHakim. Terjemah oleh Imam Khoiri. Jakarta Selatan: Sabil. Al-Qasimi, Muhammad Jamaludin. 2005. Mauidzatul Mu’minin. Jakarta: Dar Al-Kutub Al-Islamiyah. Al-Hasan, Yusuf Muhammad. Al-Wajiz fi at-Tarbiyah. Terjemah oleh Muhammad Yusuf Harun. 2014. Jakarta: Darul Haq. Asrori, Mohammad. 2008. PsikologiPembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. Az-Zarnuji. 2010. Ta’limul muta’allim. Jakarta: Dar Al-Kutub Al-Islamiyah.
..................................... Tanbihul Ghafilin. Terjemah oleh Abu Imam Taqiyuddin. 2009. Surabaya: Mutiara Ilmu. Darajat, Zakiyah. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Ensiklopedi Nasional Indonesia. 1990. Jakarta: Cipta Adi Pustaka. Hadi, Sutrisno. 1990. Metodologi Research. Yogyakarta: Ando Offset. Mardalis. 1995. METODE PENELITIAN Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara. Munzier dan Ali, Heri Noer. 2008. Watak Pendidikan Islam. Jakarta Utara: Friska Agung Insani. Muhadjir, Noeng. 1991. Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin. Nata, Abuddin. (Ed). 2003. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Bandung: Angkasa. Pusat Bahasa Departemen Pendidikana Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Samarqandi, Abu Laits. Tanbihul Ghafilin. 2010. Lebanon: Dar Al-Ghad AlJadid. Sulaiman, Abu Amr Ahmad. Minhaj ath-Thifl al-Muslim fi Dhau’ al-Kitab wa as-Sunnah. Terjemah oleh Luqman Hakim. 2014. Jakarta: Darul Haq. Siroj, Zaenuri dan Al-Arif, Adib. 2009. Hebatnya Akhlak di atas Ilmu dan Tahta Jilid 1 . Surabaya: Bintang Books. ...................................................... 2009. Hebatnya Akhlak di atas Ilmu dan Tahta Jilid 2 . Surabaya: Bintang Books. Sadly, Hasan. 1991. Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve. Suharso dan Ana Retroningsih. 2011. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Semarang: Widya Karya. Soejono dan Abdurrahman. 2005. METODE PENELITIAN Suatu Pemikiran dan Penerapan. Jakarta: PT. Bina Adiaksara. PT. Rineka Cipta.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan bagian I. Bandung. PT. Imperial Bhakti Utama. .............................................................................. 2007. Ilmu Dan Aplikasi Pendidikkan bagian III. Bandung: PT. Imperial Bhakti Utama. http//www.al-quran-digital.com http//www.maktabahsamilah.com http://anneahira.com/sejarah-kerajaan-turki-usmani.html http://majlismajlas.blogspot.com/2006/08/hikam-al-haddad-3.html http://www.alhawi.net/riwayat.htm https://id.wikipedia.org/wiki/Abdullah_bin_Alawi_al-Haddad http://nurulmusthofabintaro.blogspot.com/2011/03/manaqib-al-habib abdullah bin-alwi-bin.html