KONSEP KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM MENURUTHASANLANGULUNG (TELA' AH ISLAMISASI ILMU ) Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
1111 - - - - .
Ulll Universitas Islam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Disusun oleh:
Maya Yuningsih
105011000149
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH '·
JAKARTA 1431 H/2010 M
NO.Dokum~n-- .FITK-:f-R-::AKD-i589j
----··--------·-----~·-··----
i'l l?f.".....
1rn ____ w .·
DEPARTEMEN AGAMA UIN JAl~ART A FITK
Tgl. Terbit No. Revisi:
FORM (FR)
JI. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 !ndonesin
Hal
: :
27 Juli 2009 00
----·--··------1/1
------·-----------~
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI - - - - - - - ··----------------·--- -------------··--·-·-·------·--·-' aya yang berianda langan di bawah ini,
Na 111 a
: .. M.~{) kl ... .?.J.Y.r\r.Y\.
........ .
Ternpat/Tgl. Lahir : ... B.<.1<,a,.?. \ .; ..."& .. J!A.0.1.. ....l~.~~.
N~ivl
: .. J9..~.q.l.l.D.C?~Y.:19.............. ..
Jurusan I Prodi
: ...
Judul Skripsi
P11.................................. .
: ...~C?.~.~.~.P. ....ke.\'i ~ l~~ .... !Je.'!41c:IJ.~.,t;1.0... ·'·~ \ 0 M .... . .... ~~!'~.:.~..... :ll~~~......~~'i\:!J~0.9........................ . ................................... ,..........................................................
Doscn Pemhimbing
: I. .. 0.f.'t:<.:...
t:fJ.: .. D.Jv.0.D.~t!.1... fvlY.00~o._rc._~, ..M.t\ .
2 ....................................................................... .
engan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri clan aya bertanggungjawab secara akademis alas apa yang saya tulis. 'ernyalaan ini dibuat sebagai salah satu syarat rnencrnpuh Ujian Mu1rnqasah.
:-:::,.,~~\
·M~~o;:.~JM~i:1h. ....... . NIM .. \0.f9.. ll .().C>.1.Lf:~..... .
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
KONSEP KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM MENURUTHASANLANGGULUNG (Tela'ah Islamisasi limn)
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh
Maya Yuningsih 105011000149
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
2010/1431 H PENGESAHAN P ANITIA UJIAN Skripsi berjudul: "Konsep Kurikulum Pendidikan Islam Menurut Hasan Langgulung (Tela'ah Islamisasi Ilmu)" telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah · Jakarta pada tanggal 22 Maret 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)
Jakarta, 22 Maret 2010 Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua Jurusan
Tanggal
Dr,, H. Abdul Fattah Wibisono, M.Ag NIP.: 19580112.198803.1.002
~~-LJ.__~~~-- ~
Sekretaris (Sekretaris Jurusan) Drs. Sapiudin Siddiq, M.Ag NIP.: 19670328.200003.1.001 Penguji I Prof. Dr. Armai Arief, M.A NIP.: 19560119.198603.1.003 Penguji II
J.3 6,2.o{ _ D ----{: ________
Drs. Sapiudin Siddiq, M.Ag NIP.: 19670328.200003.1.001
Mengetahui Dekan,
Tanda Tangan
ABSTRAK MAYA YUNINGSIH NIM : 105011000149 Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Maret2010 Pendidikan Islam sebagai salah satu pembicaraan yang tidak pemah akan tuntas, selalu membuahkan berbagai macam penafsiran dan pemikiran sesuai dengan perkembangan zaman. Pendidikan Islam sebagai ha! yang sangat krusial bagi orang-orang muslim di seluruh dunia, selalu membutuhkan modifikasi dan inovasi agar dapat memberikan kontribusi yang besar bagi agama, ihnu pengetahuan dan teknologi. Oleh sebab itu, dalam skripsi ini penulis membahas mengenai salah satu pemikiran dalam dunia pendidikan Islam yang dapat memberikan suatu kontribusi dan pengembangan bahkan sebagai penyempuma dari pendidikan-pendidikan Islam yang telah ada. Yaitu Pendidikan Islam yang digagas oleh tokoh dari Indonesia yang banyak berpengalaman di luar negeri. Beliau adalah Prof. Dr. Hasan Langgulung, MA. Oleh karena pandangan-pandangan beliau yang sangat luas dalam bidang pendidikan khususnya mengenai kondisi-kondisi yang terjadi dalam masalah-masalah pendidikan di negara-negara Islam. Salah satu perhatian Hasan yang ditujukan pada dunia pendidikan Islam adalah masalah kurikulum. Menurut Hasan perlunya penyusunan kembali dasardasar kurikulum dalam pendidikan Islam (islamisasi ilmu) melalui format yang integralistik dengan berupaya menginternalisasikan nilai-nilai Islam ke dalam pendidikan umum dan sebaliknya. Tidak ada dikotomi dalam pembelajaran, semua ihnu pengetahuan diajarkan secara seimbang karena semuanya itu berasal dari satu sumber yaitu Allah. Skripsi ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi konsep-konsep dasar sebuah filosofi dari pendidikan Islam dan daripadanya memperoleh inti masalah kurikulum pendidikan Islam. Selain itu, tulisan ini menunjukkan bahwa desain kurikulum secara fundamental tergantung pada filosofi pendidikan yang bisa memberi landasan moral bagi perorangan maupun masyarakat.
KATA PENGANTAR Sujud syukur kepada Allah SWT Yang Maha Kuasa yang telah menciptakan bumi beserta isinya. Dialah yang telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang sempurna dan memposisikan sebagai khalifah dimuka bumi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW, Yang telah menyampaikan risalahnya dan mengajarkan kepada umat manusia tentang kebaikan dan pemaknaan tentang hakikat hidup dan semoga apa yang telah diajarkan kepada umat manusia akan tetap abadi sampai akhir zaman. Penulis bersyukur karena berkat rahmat dan hidayah-Nya. Skripsi ini dengan judul "Konsep Kurikulum Peudidikau Islam Menurut Hasan Langgulung (Tela'ah lslamisasi limn)" dapat diselesaikan dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Usaha penulis dalam rangka penulisan skripsi ini sudah sangat maksimal, namun penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada ; 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN SyarifHidayatullah Jakarta
yang telah mengizinkan serta memberikan restu kepada penulis guna menyusun skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana. 2. Ketua dan Sekretaris Jurusaan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, penulis haturkan terima kasih yang telah banyak membantu dalam bidang administrasi dan supportnya dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Dra. Hj. Djunaidatul Munawarah M.A. selaku pembimbing yang telah dengan sabar, ikhlas, dan tulus dalam memberikan bimbingan, dan telah mengorbankan waktunya sehingga skripsi ini dapat terwujud.
4. Kepada kedua orang tua ayahanda (M. Mait) dan Ibunda (Neng Damia) tercinta yang telah memberikan do'a tanpa lelah dan dorongan semangat baik moril maupun materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Kakakku
(Ahmad Firmansyah) dan adikku tercinta (lka Tasabilah)
terimakasih atas motivasi, saran dan kritik selama ini, you are the best. 6. Kepada sahabat-sahabat terbaikku Umi Habibah, Lia Nurfauziah, Endah Nurfauziah, Myra Mursidah, Hanifah, Siti Khoiriah, Tuti Alawiyah, Yasir Muttaqin, Asep Sugiarto, Ahmad Qasim, Jhonson Harianto (thanks bukunya) serta seluruh anggota PAI angkatan 2005 (khususnya kelas D, Bilingual Class, Tafsir Hadits) yang tidak disebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa sayang penulis terhadap kalian, terima kasih atas bantuan kalian selama ini, canda tawa yang selalu menghiasi hari-hari penulis sehingga rasa lelah dan penat terasa hilang dengan adanya kehadiran kalian. 7. Kepada keluarga besar yang berada di Mayestik khususnya Nenekku tercinta, Tante Ime, Nopiyati, yang telah membantu dan mendukung penulis untuk menyelesaikan studi di kampus tercinta. Akhimya skripsi ini dapat terselesaikan, semoga skripsi ini bermanfaat bagi teman-teman mahasiswa umumnya dan bagi penulis khususnya. Penulis menyatakan sebagai manusia yang tidak sempuma, maka dengan senang hati penulis akan menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempumanya skripsi ini. Alhamdulillahirrabil 'aalamiiin.
Jakarta,18 Maret 2010
Penulis
DAFTARISI HALAMAN JUDUL .................................................................................... .. HALAMAN PERNYATAAN........................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
iv
ABSTRAK .....................................................................................................
v
KATA PENGANTAR....................................................................................
vi
DAFTAR 181...................................................................................................
viii
BABI
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...... .. ............ ... ..... ...... .. ............ .... .. ..
1
B. Identifikasi Masalah ..............................................................
7
C. Pembatasan Masalah .............................................................
7
D. Perumusan Masalah...............................................................
8
E. Tujuan Penelitian...................................................................
8
F. Manfaat Penelitian.................................................................
8
KAJIAN TEORI
A. Islamisasi Ilmu ......................................................................
9
1. Latar Belakang lslamisasi Ilmu ......................................
9
2. Definisi lslamisasi Ilmu ..................................................
13
3. Langkah-Langkah dalam Upaya Islamisasi Ilmu............
16
B. Kurikulum Pendidikan Islam ................................................
18
I. Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam........................
18
2. Fungsi Kurikulum dalam Pendidikan Islam...................
22
3. Landasan Pengembangan Kurikulum
24
a. Landasan Agama .... .... ... ....... .... .... .. ........ ........ ...... ......
24
b. Landasan Falsafah ......................................................
26
c. Landasan Psikologis...................................................
27
d. Landasan Sosial ..........................................................
29
e. Landasan Organisatoris ..............................................
31
4. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum dalam Pendidikan
BAB III
BAB IV
Islam...............................................................................
31
5. Rancangan Ideal Sebuah Kurikulum ..............................
33
METODOLOGI PENELITIAN A. Latar Penelitian (Biografi Tokoh) .........................................
36
1. Riwayat Hidup dan Riwayat Pendidikan.........................
36
2. Penghargaan .... ................ .. .............. ........ ........ .. .... ..........
37
3. Karya-Karyanya...............................................................
38
B. Jen is Dan Pendekatan Penelitian ...........................................
38
C. Metode Penelitian..................................................................
40
D. Sumber Data..........................................................................
41
E. Teknik Pengumpulan Data....................................................
42
F. TeknikPengolahan Data........................................................
42
G. Metode Penulisan ...... .... .. .............. ........ ............... ....... .. ........
43
ISLAMISASI ILMU DALAM KURIKULUM PENIDIKAN ISLAM MENURUT HASAN LANGGULUNG A. lslamisasi Ilmu ......................................................................
44
1. Islam dan Ilmu Pengetahuan ...........................................
44
2. Islamisasi Ilmu Menurut Hasan Langgulung ..................
50
B. Implementasi Islamisasi Ilmu dalam Kurikulum Pendidikan Islam Menurut Hasan Langgulung ........................................
52
1. Merumuskan Konsep Kurikulum dalam Pendidikan Islam 53
2. Menyusun Kembali Komponen Kurikulum dalam Pendidikan Islam................................................................................
55
a. Tujuan .........................................................................
56
b. Isi Kurikulum .............................................................
61
c. Metodologi Pendidikan ..............................................
63
d. Penilaian .....................................................................
66
3. Menetapkan Prinsip-Prinsip Kurikulum dalam Pendidikan Islam................................................................................
68
4. Merumuskan Jenis dan Jenjang Kurikulum dalam Pendidikan
BABY
Islam................................................................................
70
C. Analisis Terhadap Pemikiran Hasan Langgulung .................
73
PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................
76
B. Saran......................................................................................
77
DAFTARPUSTAKA
BABI
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Hakikat pendidikan merupakan upaya mewariskan nilai yang akan menjadi penolong dan penuntun umat manusia dalam menjalani kehidupan dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban manusia. Tanpa pendidikan dapat dipastikan bahwa manusia sekarang tidak berbeda dengan generasi manusia masa lampau. Bila ditinjau dari perspektif Pendidikan Islam, Pendidikan merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan manusia menuju kedewasaan. Kedewasaan dalam bentuk aka!, mental, maupun moral dalam rangka menjalankan fungsi kemanusiaan yang diemban sebagai seorang hamba dihadapan khalik-Nya dan juga sebagai khalifatul fil ardh pada alam semesta ini. Pendidikan Islam berarti menanamkan akhlak yang mulia ke dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan petunjuk dan nasihat, sehingga ald1lak mereka menjadi salah satu kemampuan yang meresap dalam jiwanya dan mewujudkan keutamaan, kebaikan, dan cinta beke1ja bagi kemanfaatan tanah air. 1 Menurut
M.
Arifin
pendidikan
Islam
bertugas
mempertahankan,
menanamkan dan mengembangkan kelangsungan fondasi nilai-nilai Islam
1
60.
Abudin Nata, (ed.), Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Bandung: Angkasa, 2003), h 59-
3
cerdas, lebih berkemampuan dan lebih kreatif serta inovatif. Kurikulum mempunyai andil besar dalam melahirkan harapan tersebut. Di Indonesia dalam hampir 30 tahun terakhir telah dilakukan beberapa kali pembaharuan kurikulum sekolah, yaitu tahun 1975, 1984 (CBSA), 1994 , 2004 (KBK), sampai yang sekarang yaitu KTSP. Pada hakikatnya seluruh kurikulum tersebut diharapkan dapat menjawab berbagai permasalahan yang sedang dihadapi bangsa ini yaitu mencerdaskan generasi penerus dengan akhlak yang baik. Seiring bergulirnya waktu, suatu fakta menunjukkan bahwa kurikulum dalam pendidikan yang semestinya membantu mencerdaskan dan mencapai tujuan pendidikan, sedikit demi sedikit tekikis oleh perkembangan zaman, menjadi
bersifat sekuler-materialistik. Penekanan tujuan pendidikan
diprioritaskan
hanya
pada
aspek
pengetahuan
saja
dan
cenderung
mengabaikan aspek spiritual. 5 Senada dengan ungkapan Prof. Dr. Muktar Buchori bahwa: Sistem pendidikan di Indonesia saat ini telah kehilangan makna dan nilai. Pendidikan agama yang berlangsung terjebak hanya pada "pengetahuan agama" yang lebih menekankan aspek kognitif siswa semata yang hanya akan menghasilkan siswa yang mengetahui dan menguasai isi dan ajaran agamanya namun tidak memiliki kemampuan bagaimana mengimplementasikannya dalam realitas sosial. 6 Maraknya pemblokadean terhadap pengajaran agama, baik itu dari segi materi ataupun dari moral. Dari segi materi, pengajaran agama selalu dipojokkan dengan mengatakan bahwa tidak ada gunanya mempelajari pelajaran agama, itu hanya urusan akhirat. Sedangkan dari segi moral bahwa sarana-sarana pengajaran keagamaan selalu disudutkan sehingga guru dan murid menjauh dari agamanya. 7
5 Muhammad Ismail Yusanto, Menggagas Pendidikan lntegratif dan Optinza/isasi Negara Dala111 Penyelenggaraan Pendidikan 111enuju Generasi sho/eh Muslih, Maka/ah Dalam Seminar Nasianal Pendidikan, Syahida INN, UIN Jakarta 2008. h. I. 6
Choirul Fuad Yusuf (Ed), Kajian Peraturan dan Perundang-undangan Pendidikan Agama Pada Seka/ah, (Jakarta: Pena Citasatria, 2008), Cet I, h 64-65. 7 Abdullah Bin Hamd Asy Syabanah, Keterpurukan Mora/itas Umat Islam, Terj. dari AlMuslimun Wa Dzahiratul Hazimah An-Nafsiyah aleh Muhammad Suhadi, (Jakarta: lqra lnsan Press, 2004), Cet I, h. 2.
3
cerdas, lebih berkemampuan dan lebih kreatif serta inovatif. Kurikulum mempunyai andil besar dalam melahirkan harapan tersebut. Di Indonesia dalam hampir 30 tahun terakhir telah dilakukan beberapa kali pembaharuan kurikulum sekolah, yaitu tahun 1975, 1984 (CESA), 1994 , 2004 (KBK), sampai yang sekarang yaitu KTSP. Pada hakikatnya seluruh kurikulum tersebut diharapkan dapat menjawab berbagai pennasalahan yang sedang dihadapi bangsa ini yaitu mencerdaskan generasi penerus dengan akhlak yang baik. Seiring bergulirnya waktu, suatu fakta menunjukkan bahwa kurikulum dalam pendidikan yang semestinya membantu mencerdaskan dan mencapai tujuan pendidikan, sedikit demi sedikit tekikis oleh perkembangan zaman, menjadi
bersifat sekuler-materialistik. Penekanan tujuan pendidikan
diprioritaskan
hanya
pada
aspek
pengetahuan
saja
dan
cenderung
mengabaikan aspek spiritual.5 Senada dengan ungkapan Prof. Dr. Muktar Buchori bahwa: Sistem pendidikan di Indonesia saat ini telah kehilangan makna dan nilai. Pendidikan agama yang berlangsung te1jebak hanya pada "pengetahuan agama" yang lebih menekankan aspek kognitif siswa semata yang hanya akan menghasilkan siswa yang mengetalrni dan menguasai isi dan ajaran agamanya namun tidak memiliki kemampuan bagaimana mengimplementasikannya dalam realitas sosial. 6 Maraknya pemblokadean terhadap pengajaran agama, baik itu dari segi materi ataupun dari moral. Dari segi materi, pengajaran agama selalu dipojokkan dengan mengatakan bahwa tidak ada gunanya mempelajari pelajaran agama, itu hanya urusan akhirat. Sedangkan dari segi moral bahwa sarana-sarana pengajaran keagamaan selalu disudutkan sehingga guru dan murid menjauh dari agamanya. 7
5
Muhammad Ismail Yusanto, Menggagas Pendidikan Integratif dan Optbnalisasi Negara Dalani Penyelenggaraan Pendidikan nzenuju Generasi sholeh Muslih, Maka/ah Dalam Seminar Nasional Pendidikan. Syahida INN, UIN Jakarta 2008. h. I. 6 Choirul Fuad Yusuf (Ed), Kajian Peraturan dan Perundang-undangan Pendidikan Agama Pada Seka/ah, (Jakarta: Pena Citasatria, 2008), Cet I, h 64-65. 7 Abdullah Bin Hamd Asy Syabanah, Keterpzm1kan Mora/itas Umat Islam, Terj. dari AlMuslimun Wa Dzahiratul Hazimah An-Nafsiyah oleh Muhammad Suhadi, (Jakarta: Iqra Insan Press, 2004), Cet I, h. 2.
5
pendidikan agama berjalan tanpa dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebaliknya pendidikan umum hadir tanpa sentuhan agama. Adanya kesenjangan antara tujuan pendidikan dengan hasil yang di· harapkan yakni cenderung hanya sekedar mengetahui konsep, tetapi tidak ada pengamalan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak berfungsinya guru dan lingkungan sekolah sebagai medium pendidikan sebagaimana mestinya serta kehidupan keluarga dan masyarakat yang tidak mendukung. Melihat gejala sosial seperti yang telah dipaparkan, Salah satu tokoh Pendidikan Islam yaitu Prof. Dr. Hasan Langgulung juga menyatakan bahwa masa-masa kejayaan dan keemasan pendidikan Islam yang ditandai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan tengah berlalu, dan kini berubah menjadi masa keruntuhan dan kebekuan umat. Islam yang menjadi landasan umat mengalami kebekuan dan kejumudan, sifat-sifat positifnya menjadi negatif dan lebih merupakan slogan daripada · sebagai tindakan. Al-Qur'an tidak lagi merupakan jiwa umat tetapi menjadi kitab yang hanya dibaca, dikubur dan ditulis dengan tinta emas dengan hurufhuruf di atas kertas yang indah. Dalam bidang pemikiran aktivitas hanya berkisar pada silat lidah mengenai soal-soal formal dan masalah-masalah furu' .10 Oleh sebab ilu, Hasan Langgulung memandang perlu menggagas sebuah ide gerakan yang bersifat pendidikan, pembaharuan dan konservatif. Hasan konservatif sebab mengajak kembali kepada sumber-sumber pokok Islam, yaitu al-Qur'an dan Sunnah. Hasan bersifat pembaharuan sebab mengajak membaharui pemahaman terhadap Islam dan membenarkan aqidah dan memumikannya dari segi paham dan kebatilan yang menghalangi pemahaman. yang benar terhadap Islam. Dalam konteks pendidikan, jalan yang ditempuh oleh Hasan adalah mengembangkan konsep islamisasi ilmu dalam pendidikan Islam yaitu pada aspek kurikulum. Oleh sebab kurikulum yang berjalan saat ini telah
10
I-Iasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Isla111. .. , h. 82.
6
disekulerkan oleh dunia barat, dengan mengikis sedikit demi sedikit nilai-nilai Islam dan menggantinya dengan budaya dan ajaran Barat. Pada
hakikatnya,
ide
Islamisasi
ilmu
pengetahuan
muncul
dan
dihubungkan dengan tokoh seperti Syed Naquib al-Artas, Ismail Raji al-· Faruqi, Oesman Bakar dan lain-lain. Akan tetapi secara subtantif ide tersebut telah muncul pada abad ke-19, yaitu ketika Syah Waliyallah da Sir Sayyid Akhmad Khan yang mendirikan universitas Aligarth. Kedua tokoh ini mempelopori kebangkitan pemikiran dan pengetahuan yang berorientasi kepada Islam dan sekaligus bercorak modern. 11 Pada dasarnya, praktik Islamisasi ilmu pengetahuan telah berlangsung sejak pennulaan Islam hingga zaman kita sekarang. Ayat pertama yang diwahyukan kepada Nabi secara jelas menegaskan semangat Islamisasi ilmu pengetahuan kontemporer, yaitu ketika Tuhan menekankan bahwa Dia adalah sumber dan Asal ilnm pengetahuan manusia. 12 Dalam konteks islamisasi ilmu, Hasan Langgulung menegaskan bahwa · dalam proses pelaksanaan sebuah kurikulum hendaknya mampu mendorong bagi terciptanya kondisi pembinaan kepribadian peserta didik yang tidak hanya ditekankan pada aspek kognitif dan psikomotorik, tapi juga pada tataran afektif. Karena kurikulum dipandang sebagai tahapan-tahapan yang harus dilalui pendidikan dalam mengembangkan aspek kepribadian peserta didik. Oleh sebab itu beliau mendefinisikan kurikulum dengan ruang lingkup yang luas, yakni : Sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-murid di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkahlaku mereka sesuai dengan tujuantujuan pendidikan.13 Selain mampu mengembangkan potensi peserta didik, menurutnya · kurikulum hendalmya mampu menciptakan sesuatu proses dalam belajar 11
Mohan1mad Muchlis Solichin, lsla1nisasi Iflnu Pengetahuan dan Aplikasinya ... , h.16. Syed Naquib Al-Attas, Fi/safat dan Praktik Pendidikan Islam, Terj. dari The Educational Philosophy and Practice of Syed Muhammad Naquib Al-Atlas oleh Wan Mohd Nor Wan Daud, (Bandung: Mizan, 1998), Cet. I, h. 340. 13 Hasan Langgulung, Peralihan Paradign1a Dalam Pendidikan Js!a1n dan Sains Sosial, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), Cet I, h 241. 12
7
mengajar yang dapat menjawab tantangan zaman. Dalam ha! ini lembaga pendidikan yang diharapkan adalah lembaga pendidikan yang mampu membantu terciptanya kehidupan masyarakat yang harmonis. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengangkat judul skripsi yakni KONSEP KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM. MENURUT HASAN LANGGULUNG (Tela'ah Islamisasi Ilmu)
B. ldentifikasi Masalah
I. Rendahnya kualifikasi dan kompetensi siswa dalam memahami pelajaran agama karena agama dianggap sebagai simbol dan sekedar ritual keagamaam. 2. Rendahnya proses pelaksanaan pembelajaran pada taraf implementasi, sehingga
siswa
hanya
mengetahui
konsep
tapi
tidak
dapat
mengamalkannya. 3. Adanya ketimpangan dalam melaksanakan tujuan pendidikan. 4. Terdapat pemikiran yang khas yaitu islamisasi ilmu oleh Hasan· Langgulung da!am kirikulum Pendidikan Islam. 5. Adanya upaya pengislaman ilmu oleh Hasan Langgulung terhadap kurikulum yang telah terpengaruh oleh budaya Barat.
C. Pembatasan Masalah Untuk lebih memperje!as dan memberi arah yang tepat dalam penulisan skripsi ini maka penulis memberi batasan kajian dalam sk:ripsi ini. Dalam ha! ini penjelasan difokuskan pada kajian pemikiran pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung tentang islamisasi ilmu dalam kurikulum, yang dibatasi pada pengertian dan implementasi islamisasi ilmu Hasan Langgulung dalam kurikulum Pendidikan Islam. Islamisasi ilmu dalam konteks Hasan Langgulung di sini yakni menyusun kembali dasar-dasar kurikulum pendidikan Islam dengan format yang lebih integral, yang memadukan sistem terbaik dari peradaban pendidikan Islam
8
dengan pendidikan secara umum, serta implementasi adalah langkah-langkah yang ditempuh dalam upaya pencapaian islamisasi ilmu tersebut.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah sebagaimana tersebut di atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini · yaitu:
•
Bagaimana konsep islamisasi ilmu dalam kurikulum Pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung?
•
Dimana letak islamisasi ilmu Hasan Langgulung terhadap pemikiran Islam?
•
Langkah-langkah apa saja yang ditempuh oleh Hasan Langgulung sehingga proses islamisasi ilmu tersebut?
E. Tujuan Penelitian
I. Untuk mendeskripsikan pemikiran Hasan Langgulung tentang islamisasi ilmu dalam kurikulum Pendidikan Islam. 2. Untuk
dapat
mendeskripsikan
komponen-komponen
kurikulum
pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung. 3. Untuk dapat menjelaskan konsep kurikulum pendidikan dari segi filosofis. 4. Untuk dapat menjelaskan implementasi islamisasi ilmu menurut Hasan Langgulung.
F. Manfaat Penelitian I. Manfaat bagi mahasiswa; menjadi bahan referensi dan menambah kajian
keilmuan dalam meningkatkan wawasan akademis serta menjadi bahan pijakkan untuk melaksanakan penelitian lanjutan. 2. Manfaat bagi institusi; menjadi bahan referensi dalam menentukan. kebijakan terhadap kurikulum. 3. Manfaat bagi guru; menjadi pedoman dalam kegiatan pembelajaran. 4. Menambah khazanah keilmuan.
BAB II KERANGKA TEORITIS
A. lslamisasi llmu 1. La tar Belakang lslamisasi llmu
Perkembangan sains dan teknologi Barat atas masyarakat negaranegara di seluruh dunia membawa pengaruh yang sangat besar terhadap gaya, corak dan pandangan kehidupan masyarakat. Seluruh masyarakat seperti tak sadarkan diri mengikuti pola-pola pemikiran dari sains Barat, sehingga cara berpikimya, cara pandangnya, dan persepsinya terhadap sains dan hal-hal terkait yang menjadi implikasinya menjadi terbaratkan. Selayaknya, perkembangan dan kemajuan yang tengah dirasakan membawa kebahagiaan kepada manusia. Akan tetapi suatu kenyataan yang amat pahit harus ditelan bahwa kebahagiaan itu ternyata semakin jauh, hidup semakin sulit dan kesukaran-kesukaran material berganti dengan kesukaran mental. Beban jiwa semakin berat dan perasaan tertekan kian meningkat sehingga tidak ada kebahagiaan. 1 Masyarakat modern telah berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih untuk mengatasi berbagai masalah kehidupannya, namun pada sisi lain ilmu pengetahuan dan teknologi canggih tersebut
1 Zakiah Daradjat Peranan Agama da/am Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 1979), Cet IV, h. IO.
11
masyarakal pada umumnya unluk mendapalkan pembenaran-pembenaran secara ilmiah. Dari penerapan konsep sekulerisasi ini, ada beberapa kelompok masyarakal yang dirugikan, mereka adalah kelompok masyarakal yang memilki ikalan moral dengan ajaran agamanya, lerulama masyarakal Muslim. Kelika mengikuli ams perkembangan sains modern dari Baral, mereka secara sadar maupun lerpaksa harus mengganlikan nilai-nilai religius mereka dengan nilai-nilai sekuler yang sangal konlras. Pada hakikalnya, agama diyakini memilki peranan unluk mewarnai bangunan ilmu pengelahuan dan unsur-unsur lain yang lerkait. Namun kenyalaannya, masyarakal muslim seolah dipaksa unluk melaksanakan ajaran sekuler (sekulerisme) dalam seluk beluk kehidupan lanlaran · derasnya arus sekularisasi. Secara riil sekarang ini mereka semakin menjauhi nilai-nilai religius Islam. Syed Naquib al-Attas secara legas menyalakan bahwa lanlangan lerbesar yang secara diam-diam lelah limbul dalam zaman kila adalah lanlangan pengelahuan yang disebarkan ke seluruh dunia oleh peradaban Baral. Sifal pengelahaun Baral lersebut lelah menjadi penuh permasalahan karena lelah kehilangan maksud yang sebenarnya sebagai akibat dari pemahaman yang lidak adil. 3 Apa yang dirumuskan dan disebarkan oleh Barat adalah ilmu pengetahuan yang telah dituangi dengan walak dan kepribadian peradaban barat ilu sendiri. Ilmu pengalahuan yang disebarkan itu hanyalah · pengelahuan semu yang dilebur secara halus dengan sejali sehingga orangorang yang mengambil dengan tidak sadar seakan-akan menerima pengelahuan yang sejali. Berkembangnya ilmu pengetahuan yang lelah salah dalam memahami ilmu dan keluar dari maksud dan lujuan ilmu itu sendiri meskipun ilmu pengetahuan yang di kembangkan oleh peradaban Baral telah memberikan manfaal dan ke makmuran kepada manusia, namun ilmu pengelahuan itu 3
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Islam dan .. ., h 195
12
juga telah menimbulkan kerusakan dan kehancuran di muka bumi. Ilmu pengetahuan modem yang di kembangkan di atas pandangan hidup, budaya dan paradaban Barat, menurut Al-attas dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu: a. Mengandalkan akal untuk membimbing kehidupan manusia, b. Bersikap dualistik terhadap relaitas dan kebenaran, c. Menegaskan aspek eksistensi yang memproyeksikan kehidupan sekuler, d. Membela doktrin humanisme, e. Menjadikan drama dan tragedi sebagai unsur-unsur yang dominan dalam fitrah dan eksistensi manusia.4 Berkaitan dengan keprihatinan itu, para tokoh Islam menggagas Islamisasi ilmu pengetahuan sebagai upaya untuk menetralisir pengaruh · sains Barat modem sekaligus menjadikan Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Mereka berupaya membersihkan pemikiran-pemikiran muslim dari pengaruh negatif kaidah-kaidah berpikir ala sains modem, sehingga pemikiran muslim benar-benar steril dari konsep sekuler. Munculnya gagasan Islamisasi ilmu pengetahuan ini menunjukkan adanya
kesadaran
di
kalangan
cendekiawan
muslim
terhadap
ketimpangan-ketimpangan yang merupakan akibat terpisah dan terkotakkotaknya sains dengan agama, antara lain berupa perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin lama semakin canggih, tetapi ternyata makin meninggalkan nilai etis dan agamis. Dalam bahasa lain, seakan al-Faruqi mengatakan bahwa masalah · dikotomi pendidikan Islam berangkat dari kegagalan dalam merumuskan tauhid dan bertanhid. Kegagalan ini tentunya melahirkan syirik yang berakibat adanya dikotomi pemikiran Islam, dikotomi pemikiran Islam melahirkan adanya dikotomi keilmuan dan kurikulum. 4
5
Mohammad Muchlis Solihin, ls!an1isasi J/Jnu Pengetahuan dan Aplikasinya dalan1 Pendidikan Js/a1n, Tadris, Volume 3, Non1or 1, 2008, h. 22. 5 http://zaldym.wordpres.Com/2009/01/11/suatu-analisa-tentang-konsep-pendidikanIslam/
13
Dikotomi
keilmuan
dan
kurikulum
mengakibatkan
terjalinnya
dikotomi proses pencapaian tujuan pendidikan. Dikotomi keilmuan dan kurikulum mengakibatkan terjadinya dikotomi proses pencapaian tujuan pendidikan.
Dikotomi
proses
tujuan
pendidikan
pada
akhirnya
menyebabkan dikotomi alumni pendidikan yang berkepribadian ganda yang justru melahirkan dan kemudian memperkokoh sistem kehidupan umat yang rasionalistis, sekularistis, dan matrealistis. Kerangka seperti ini pada intinya muncul oleh karena gagalnya mendefinisikan tauhid dalam dunia pendidikan.
2. Definisi lslamisasi Ilmu lslamisasi ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah suatu respon terhadap krisis masyarakat modern yang disebabkan karena pendidikan Barat yang be1tumpu pada suatu pandangan dunia yang bersifat · materialistis dan relavistis, menganggap bahwa pendidikan bukan untuk membuat manusia bijak, yakni mengenali dan mengakui posisi masingmasing dalam tertib realitas, tapi memandang realitas sebagai sesuatu yang bermakna secara material bagi manusia. 6 Islamisasi ilmu pengetahuan pertama kali dilontarkan oleh Syed Muhammad Naquib al-Attas. Definisi lslamisasi ilmu dalam konsepsi alAttas lahir dari pengetahuan dan pemahamannya terhadap konsep Islamisasi ilmu secara umum sebagaimana yang terjadi dalam sejarah Islam. al-Attas mendefinisikan Islamisasi secara umum yaitu: lslamisasi adalah pembebasan manusia, pertama dari tradisi magis, mitos, animis, dan faham kebangsaan dan kebudayaan pra-Islam, kemudian dari kendali · sekuler atas nalar dan bahasanya. 7 Dari pengertian Islamisasi di atas, terdapat dua lapisan sasaran penting dalam proyek lslamisasi, yaitu tingkat individu dan pada tingkat bahasa 6
Abudin Nata (ed), Kapita Se/ekta Pendidikan Islam, (Bandung: Angkasa, 2003), Cet I, h
126-127. 7
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Konsep Pendidikan Dalatn Js/a1n, Bandung: Mizan, Cet VII, 1996, h95.
14
(linguistik). Pada tingkat individu dan pribadi, Islamisasi berkenaan
dengan pengakuan terhadap Nabi sebagai pemimpin dan pribadi teladan bagi umat manusia; pada tingkat kolektif, sosial dan historis, ia berkaitan dengan perjuangan umat ke arah realisasi kesempurnaan moralitas dan · etika yang telah dicapai pada zaman Nabi. 8 Sedangkan pada tingkat bahasa, Islamisasi berarti membersihkan dan merehabilitasi kata-kata kunci yang penting bagi pembahasan ilmu dari sisa-sisa efek sekularisasi yang ada. Islamisasi akan mengembalikan bentuk semantik kata-kata kunci tersebut, kepada bentuk asalnya sehingga pemahaman yang didapatkan darinya akan sesuai dengan pandangan hidup serta pengalaman historis dan kultural di mana kata-kata itu terbentuk. Tokoh lainnya yang menggagas Islamisasi ilmu pengetahuan adalah Ismail Raji al-Faruqi, seorang ilmuwan kelahiran Palestina yang bermukim di Amerika. Ia melontarkan ide Islamisasi ilmu pengetahuan yang diikuti dengan pendirian sebuah lembaga penelitian International· Institute ofIslamic Thought yang terkenal dengan singkatan III-T.
Ide ini lahir ketika al-Faruqi melihat kekalahan dan keterbelakangan umat Islam dalam menghadapi dominasi dan kemajuan dunia Barat. Kekalahan-kekalahan ini mengakibatkan kaum muslim dibantai, dirampas kekayaannya, dirampas hak-hak dan kehidupannya. Dalam ha! ini umat Islam disekulerkan, diwesternisasikan, dan dijauhkan dari
nilai-nilai
agama, sehingga umat Islam pada saat itu menjadi umat yang mempunyai citra buruk. Sementara dalam kehidupan politik umat Islam terjadi perpecahan dan pertikaian yang sengaja diciptakan oleh negara-negara Barat, sehingga umat Islam terpecah menjadi lebih dari lima puluh negara yang berdiri. sendiri. Untuk lebih menciptakan kestabilan di negara-negara Islam mereka memasukkan orang-orang asing ke negara-negara Islam. 9
8
Syed Naquib Al-Attas, Filsafat dan Praktik ... , h. 336. Ismail Raji Al-Faruqi, Jslamisasi I/mu Pengetahuan, (Bandung: Perpustakaan Salman !TB, 1984), Cet !, h. 3-4. 9
16
3. Langkah-Langkah dalam Upaya lslamisasi limn Menurut Muhaimin, dalam kerangka operasionalnya Islamisasi ilmu pengetahuan memiliki beberapa model antara lain: a. Purifikasi, yaitu Islamisasi ilmu pengetahuan yang mempunyai arti penyucian dan pembersihan. Dalam pirifikasi ini mengandung arti . bahwa Islamisasi ilmu pengetahuan harus dapat menyucikan ilmu pengetahuan agar sesuai dan sejalan dengan ajaran Islam. b. Modernisasi. Islamisasi ilmu pengetahuan model modernisasi adalah membangun semangat umat Islam untuk selalu modern, maju, progresif, terus menerus mengusahakan perbaikan-perbaikan bagi diri dan
masyarakatnya
agar
terhindar
dari
keterbelakangan
dan
ketertingalan di bidang ilmu pengetahuan. c. Neo-Modernisme.
Islamisasi
ilmu
pengetahuan
dengan
pola
neomodernisme adalah upaya memahami ajaran-ajaran Islam yang terkandung dalam al-Quran dan al-Hadits dengan memperhatikan pemkiran intelektual muslim klasik dengan menggunakan pendekatanpendekatan yang digunakan ilmu pengetahuan kontemporer. Dalam ha! upaya Islamisasi ilmu, Ismail Raji al-Faruqi menegaskan bahwa kewajiban pemikir muslim adalah melakukan Islamisasi, untuk mendefinisikan dan menerapkan relevansi Islam hingga ke item-itemnya di dalam kehidupan sehari-hari. Lebih jauh lagi al-Faruqi menawarkan konsep operasionalnya berupa langkah-langkah konkrit dalam upaya Islamisasi ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut: a. Penguasaan disiplin ilmu modern. b. Survey disiplin ilmu. c. Penguasaan khazanah Islam: sebuah antologi. d. Penguasaan khazanah ilmiah Islam tahap analisa. e. Penentuan relevansi Islam yang khas terhadap disiplin-disiplin ilmu.
f.
Penilaian
kritis
terhadap
perkembangannya di masa kini.
disiplin
ilmu
modern;
tingkat
17
g. Penilaian kritis terhadap khasanah Islam; tingkat perkembangannya dewasa ini. h. Survei permasalahan yang dihadapi umat Islam. i.
Survei permasalahan yang dihadapi umat manusia.
j.
Analisa kreatif dan sintesa.
k. Penuangan kembali disiplin ilmu modern ke dalam kerangka Islam: . buku-buku daras tingkat universitas. I.
Penyebarluasan ilmu yang telah dilslamiskan. 12 Sedangkan al-Atlas menjelaskan secara konkrit bahwa upaya
Islamisasi ilmu pengetahuan dapat dilakukan dengan mengisolir unsurunsur dan konsep-konsep kunci yang membentuk peradaban Baral yang dimiliki oleh pengetahuan modern saat ini terutama ilmu pengetahuan humaniora. Dengan demikian, ilmu-ilmu alam, fisika dan aplikasinya harus ditundukan dengan ajaran Islam, khususnya dalam fakta-fakta dan formulasi teori-teori lainnya. Fakta dianggap tidak benar jika itu bertentangan dengan pandangan hidup Islam. Selanjutnya memasukkan unsur-unsur, konsep-konsep Islam dalam setiap bidang dari ilmu pengetahuan modern yang relevan. Konsep-konsep Islam yang harus menggantikan konsep-konsep barat tersebut adalah: manusia, din, ilm dan ma 'rifah, hikmah, al-ad!', amal-adab, dan konsep kulliyatjam 'iyah (universitas). 13
Jika kedua proses Islamisasi tersebut dilakukan, maka manusia akan terbebas dari magic dan budaya yang bertentangan dengan Islam. Islamisasi akan membebaskan manusia dari keraguan, dugaan, dan argumentasi kosong menuju keyakinan akan kebenaran mengenai realitas spiritual dan materi. Islamisasi akan membebaskan ilmu pengetahuan dari ideologi, makna dan pernyataan-pernyataan sekuler. Secara substansial, Islamisasi ilmu memiliki tujuan yang jelas yaitu untuk meluruskan pemikiran-pemikiran orang Islam dari penyelewengan12
Ismail Raji Al-Faruqi, Is/amisasi I/mu ... , h. 99-115.
13
Mohammad Muchlis Solichin, Islamisasi Ihnu Pengetahuan danAplikasinya ... , h. 24.
19
terdapat pula dalam bahasa Perancis "courir" artinya "to run" artinya "berlari". Istilah ini digunakan untuk sejumlah "courses" atau mata pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai gelar atau ijazah. 14 secara tradisional kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Sedangkan secara terminologis, kurikulum memiliki banyak arti, menurut William B. Ragan, sebagaimana dikutip S. Nasution, berpendapat bahwa kurikulum meliputi seluruh program dan kehidupan di sekolah .. Kurikulum tidak hanya meliputi bahan pelajaran, tetapi seluruh kehidupan di kelas. 15 Secara sederhana kurikulum disebut sebagai program pendidikan untuk sampai pada tujuan-tujuan pendidikan. Menu rut J .G Sailor pengertian kurikulum adalah seperangkat bahan pelajaran, rumusan basil belajar, penyediaan kesempatan belajar, kewajiban dan pengalaman peserta didik. 16 Menurut Prof. Dr. Oemar Hamalik kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa. Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga mendorong perkembangan dan pertumbuhannya sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. 17 Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pendidikan. Tanpa kurikulum, proses pendidikan tidak akan berjalan mulus. Kurikulum diperlukan sebagai salah satu komponen untuk menentukan tercapainya tujuan pendidikan.
Di
dalam
kurikulum
terangkum berbagai kegiatan dan pola pengajaran yang dapat menentukan arah proses pembelajaran.
14
Armai Arief, Pengantar I/mu Dan Metodologi Pendidikan Jsla1n, Jakarta: Ciputat Pers,
2002, Cet I, h 29. 15 S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, Jakmta: Bumi Aksara, 1995, Cet II, h. 5-6. 16 Choirul Fuad Yusuf (Ed), Kajian Peraturan dan Pe11rndang-undangan Pendidikan Agama Pada Seka/ah, Jakarta: Pena Citasatria, 2008, Cet I, h 36. 17 Oemar Hamalik, Afanajemen Penge111bangan Kurikultnn, Bandung: PT Remaja · Rosdakarya, 2006, Cet I, h I 0.
21
memikul
tanggung jawab
dan
peranan
yang
diharapkan
dalam
pelajaran
harus
masyarakat. 19 Dalam
kurikulum
pendidikan
Islam
materi
mencerminkan idealitas Qur'an yang tidak memilah-milah jenis disiplin ilmu secara taksonomis dikotomik. Senada dengan ini pandangan alFarabi, Ibn Sina dan para ahli didik Ikhwanus Shofa menegaskan bahwa kesempurnaan ajaran agama itu tidak akan tercapai kecuali dengan menserasikan antara agama dan ilmu pengetahuan. 20 Materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan Islam itu nilainya diukur berdasarkan keserasian antara iman (agama) dan ilmu. pengetahuan (umum). Sebab keduanya terdapat hubungan fungsional yang bersifat saling memperkokoh dan saling mempengaruhi, sehingga orang yang makin bertambah ilmunya maka semakin kuat imannya, dan semakin kuat imannya semakin terdorong pula untuk menambah ilmu. Pandangan al-Ghazali terhadap kurikulum terkait dengan konsepnya tentang ilmu pengetahuan, menurut beliau dalam menyusun kurikulum pelajaran lebih memberikan perhatian khusus pada ilmu agama dan etika. Ibnu Khaldun menjelaskan bahwa al-Qur'an merupakan dasar pengajaran bagi seluruh kurikulum sekolah dinegeri Islam sebab al-Qur' an merupakan syiar agama yang menguatkan aqidah dan meresapkan keimanan. AlQur'an dan Sunnah sebagai sumber inspirasi memberikan gambaran. tentang materi yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan proses kependidikan. 21 Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan landasan yang digunakan pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke arah tujuan pendidikan yang diinginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental. Ini menunjukkan
19
Abudin Nata dan Fauzan, Pendidikan Da/am Perspektif Hadits, Jakarta: UIN Press, 2005, Cet I, h 182. 20 Abudin Nata, Pendidikan Da/am ... , h 183-184. 21 Abudin Nata, Pendidikan Da/am ... , h 191.
22
bahwa proses kependidikan Islam harus mengacu pada konseptualisasi manusia paripuma (baik sebagai khalifah maupun abd).
2. Fungsi Kurikulum dalam Pendidikan Islam
Kurikulum dipersiapkan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan pendidikan, yakni mempersiapkan peserta didik agar mereka dapat hidup di masyarakat, tidak hanya menginternalisasi nilai atau hidup sesuai dengan norma-norma masyarakat akan tetapi pendidikan juga harus berisi tentang pemberian pengalaman agar anak dapat mengembangkan kemampuannya sesuai dengan minat dan bakat mereka. Orientasi kurikulum sebagai bahan ajar (subject matter) merupakan. gambaran dari suatu kurikulum sebagai bahan untuk membentuk kerangka isi materi (contents) untuk disampaikan dan dilatih kepada siswa. Dalam konteks ini, kurikulmn berfungsi sebagai acuan untuk menentukkan bahan ajar yang akan disampaikan dan dilatihkan kepada siswa dalam pencapaian kompetensi yang telah direncanakan dan ditetapkan. 22 Kurikulum
juga
sebagai
seperangkat
pengalaman,
merupakan
gambaran bahwa kurikulum yang disusun dapat memberikan peluang kepada siswa untuk melakukan pembelajaran atas dasar pengalaman mereka (learning by experiences). Melalui pengalaman-pengalaman, siswa akan dapat memperoleh banyak bentuk belajar dan dalam ha! ini guru memposisikan diri sebagai fasilitator untuk mengeksplorasi pengalaman-. pengalaman siswa tersebut.23 Dalam konteks ini, kurikulum berfungsi sebagai instrumen untuk memberikan peluang kepada siwa untuk memulai pembelajaran atas dasar pengalaman-pengalaman yang telah diperolehnya untuk kemudian didiskusikan dengan teman-temannya dalam proses pembelajaran. Kurikulum juga dianggap sebagai sebuah alat reproduksi budaya yang merupakan gambaran bahwa dalam kurikulum hendaknya dapat memuat 22
Zurinal Z, llnzu Pendidikan, Pengantar dan Dasar-Dasar Pe/aksanaan Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006, h 87-88. 23 Zurinal Z, I/mu Pendidlkan. .. , h 88.
25
Isi al-Qur' an mencakup seluruh dimensi manusia dan mampu menyentuh seluruh potensi manusia, baik itu motivasi untuk mempergunakan pancaindera dalam menafsirkan alam semesta bagi . kepentingan formulasi lanjut pendidikan manusia, motivasi agar manusia mempergunakan akalnya, dan motivasi agar manusia mempergunakan
hatinya
untuk
mampu
mentransfer
nilai-nilai
pendidikan Ilahiah. Dasar pendidikan Islam kedua adalah Hadits. Eksistensi Hadits merupakan sumber inspirasi ilmu pengetahuan yang berisikan keputusan dan penjelasan Nabi dari pesan-pesan Ilahiah yang tidak terdapat dalam al-Qur' an, maupun yang terdapat dalam al-Qur' an, tapi masih membutuhkan penjelasan lebih lanjut secara terperinci. 26 Proses pendidikan Islam yang ditunjukkan Nabi Muhammad SAW. merupakan bentuk pelaksanaan pendidikan yang bersifat fleksibel dan . universal, sesuai dengan potensi yang dimiliki peserta didik, kebiasaan (adat istiadat) masyarakat, serta kondisi alam di mana proses pendidikan tersebut berlangsung dengan dibalut oleh pilar-pilar akidah Islamiah. Sementara sumber-sumber lainnya yang sering digolongkan oleh para ahli seperti ijma', qiyas, kepentingan umum, dan yang dianggap baik (ihtihsan), adalah merupakan penjabaran dari kedua sumber diatas. Pembentukan kurikulum pendidikan Islam harus diletakkan pada apa yang telah digariskan oleh sumber-sumber tersebut dalam rangka menciptakan manusia yang bertaqwa sebagai abd' dan tegar sebagai khalifah Allah dimuka bumi. Pendidikan yang berdasar pada agama Islam haruslah berusaha agar kurikulumnya dapat menolong pelajar-pelajarnya untuk membina iman yang kuat dan sehat kepada Allah, rasul-rasul, malaikat, kitabkitab, qadha dan qadar, hari akhirat dan apa yang terkandung di
26
Samsul Nizar, Dasar-Dasar Pen1ikiran ... , h 98.
26
dalamnya termasuk kebangkitan, penghimpunan, perkiraan dan pembalasan. 27 Dengan landasan agama in, kurikulum diharapkan dapat menolong siswa untuk teguh terhadap ajaran agama, berakhlak mulia dan · melengkapinya dengan ilmu yang bermanfaat di dunia dan di akhirat.
b. Landasan Falsafah dalam Pengembangan Kurikulum Filsafat sebagai Iandasan pengembangan kurikulum dan sebagai suatu landasan fundamental, filsafat memegang peranan penting dalam parses pengembangan kurikulum. Ada empat fungsi filsafat dalam proses pengembangan kurikulum. Pertama, filsafat dapat menentukan arah dan tujuan pendidikan. Dengan filsafat sebagai pandangan hidup atau value system, maka dapat ditentukan hendak dibawa kemana siswa yang dididik itu. Kedua, filsafat dapat menentukan isi atau materi pelajaran yang harus diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin. dicapai.
Ketiga,
filsafat dapat menentukan strategi atau cara
pencapaian tujuan. Filsafat sebagai sistem nilai dapat dijadikan pedoman dalam merancang kegiatan pembelajaran. Keempat, melalui filsafat
dapat
ditentukan
bagaimana
menentukan
tolak
ukur
keberhasilan proses pendidikan. 28 Kurikulum pada hakikatnya berfungsi untuk mempersiapkan anggota masyarakat yang dapat mempertahankan, mengembangkan dan dapat hidup dalam sistem nilai masyarakatnya sendiri, oleh sebab itu dalam proses pengembangan kurikulum harus mencerminkan sistem nilai masyarakat. Jadi, asas filosofis berkenaan dengan tujuan pendidikan yang . sesuai dengan filsafat negara. Perbedaan filsafat suatu negara menimbulkan implikasi yang berbeda di dalam merumuskan tujuan pendidikan, menentukan bahan pelajaran dan tata cara mengajarkan, 27
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Fa/sq/ah Pendidikan Islam, Alih Bahasa: DR. Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 524. 28 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembe/ajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), h 43.
27
serta menentukan cara-cara evaluasi yang ditempuh. Di Indonesia, penyusunan, pengembangan, dan pelaksanaan kurikulum harus memperhatikan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan GarisGaris Besar Haluan Negara sebagai landasan filosofis negara.
c. Landasan Psikologis dalam Pengembangan Kurikulum
Imam Ghazzali adalah salah seorang di antara pendidik-pendidik Islam yang sangat memberatkan pengkajian terhadap spikologi pelajar, ciri-ciri
psikologinya,
dan
perlunya
menaruh
perhatian
pada
perbedaan-perbedaan perseorangan di kalangan murid-murid.29 Pada dasarnya, terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan mengkaji tentang hakikat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas. perkembangan individu, serta ha! lainnya yang berhubungan dengan . ct•1v1•ct u. 30 perkem bangan m Sedangkan psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakikat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar yang semuanya dapat dijadikan
sebagai
bahan
pengembangan kurikulum.
pertimbangan
sekaligus
mendasari
31
Sekolah didirikan untuk anak, untuk kepentingan anak, yakni menciptakan situasi-situasi yang memungkinkan anak dapat belajar mengembangkan
bakatnya.
Selama
berabad-abad,
anak
tidak.
dipandang sebagai manusia yang lain daripada orang dewasa. Hal ini 29
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Fa/safah Pendidikan .. ., h. 513. Latifah, Kurikulum Pendidikan Islam, dalam Jurnal Lektur, Vol. 13, No. 2 Desember 2007, h. 244 31 Latifah, Kurikulum Pendidikan .. ., h. 244. 30
29
maupun
potensi
yang
dimilikinya
sesuai
dengan
tahapan
perkembangannya. Kurikulum merupakan pedoman bagi guru dalam mengantar anak didik sesuai dengan harapan dan tujuan pendidikan. Pemahaman tentang anak bagi seorang pengembang kurikulum sangatlah penting. Dengan demikian, kurikulum harus memperhatikan kondisi psikologi perkembangan anak dan psikologi belajar anak.
d. Landasan Sosial dalam Pengembangan Kurikulum
Pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk te1jun ke lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan
semata,
namun
memberikan
bekal
pengetahuan,
keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat. Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan. dan sekaligus acuan bagi pendidikan. Oleh sebab itu, di situ ia harus memenuhi tugas-tugas yang harus dilakukannya dengan penuh tanggung jawab, baik sebagai anak maupun sebagai orang dewasa kelak. Ia banyak menerima jasa dari masyarakat dan ia sebaliknya harus menyumbangkan baktinya bagi kemajuan masyarakat. Sekolah berfungsi untuk mempersiapkan anak didik agar mereka dapat berperan aktif di masyarakat. Oleh karena itu, kurikulum sebagai alat dan pedoman dalam proses pendidikan di sekolah harus relevan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Sekolah tidak hanya berfungsi
sebagai dalam mewarisi kebudayaan dan nilai-nilai
30
masyarakat, tapi juga mempersiapkan anak didik dalam kehidupan masyarakat.33 Tiap masyarakat mempunyai norma-norma, adat kebiasaan yang harus
dikenal
dan
diwujudkan
anak dalam
pribadinya,
lalu
dinyatakannya dalam kelakuan. Tiap masyarakat berlainan corak nilainilai yang dianutnya. Tiap anak akan berbeda latar belakang kebudayaanya. Perbedaan ini harus dipertimbangkan dalam kurikulum. Selain itu, perubahan
masyarakat akibat perkembangan
iptek .
merupakan faktor yang benar-benar harus dipe1timbangkan dalam pengembangan kurikulum. Karena masyarakat merupakan faktor penting dalam pengembangan kurikulum, masyarakat dijadikan salah satu asas. Tugas kurikulum berdasar pada landasan sosial adalah menuntun anak agar turut serta dalam proses pemasyarakatan (socialization), membantu mereka beradaptasi di tempat mereka hidup, mendapatkan kebiasaan dan sikap yang baik pada masyarakatnya dan cara berfikir dan tingkah laku yang diinginkan, sikap kerjasama dan menghargai tanggungjawab dan kesediaan berkorban demi membela akidah, tanah air. 34 Sehubungan
dengan
landasan
sosial
dalam
pengembangan
kurikulum, maka dalam hal ini para pengembang kurikulum hendaknya melaksanakan hal-hal berikut: pertama, mempelajari dan memahami kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang selalu berkembang mengikuti tuntutan zaman. Kedua, menganalisis budaya masyarakat tempat sekolah berada. Ketiga, menganalisis kekuatan serta potensipotensi daerah. Keempat, menganalisis syarat dan tuntutan tenaga kerja. Kelima, menginterpretasi kebutuhan individu dalam rangka kepentingan masyarakat. 35
33 34
35
Wina Sanjaya, Kurikulun1 dan Penibelajaran .. ., h 55. Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan ... , h. 53 l. Wina Sanjaya, Kurik·ulznn dan ... ,h 42-55.
31
e. Landasan Organisatoris Secara umum tujuan landasan orgnisatoris yakni memberikan gambaran tentang bagaimana suatu kurikulum disusun dan sejauh mana
cakupannya. 36
Secara
akademik,
organisasi
kurikulum
dikembangkan dalam bentuk-bentuk organisasi sebagai berkut: I) Kurikulum memusat pelajaran (subject centered curriculum) yaitu kurikulum yang terdiri dari mata pelajaran terpisah antara satu dengan yang lain. 2) Kurikulum korelasi/kurikulum meluas (correlated curriculum)· adalah suatu bentuk kurikulum yang menunjukkan adanya suatu hubungan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, tetapi tetap memperhatikan ciri/karakteristik tiap bidang studi tersebut. 3) Kurikulum terintegrasi (integrated curriculum) yaitu kurikulum yang meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dalam bentuk unit atau keselurihan. 4) Kurikulum memusat pada masyarakat (community centered
curriculum) yaitu kurikulum yang mengutamakan antara hubungan sekolah dengan masyarakat. 5) Kurikulum inti (core curriculum) yaitu bagian dari seluruh. program penidikan yang dianggap penting, fundamental dan esensial, dan harus diberikan anak didik agar menjadi warga negara yang berguna serta efektif. 37
4. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum dalam Pendidikan Islam Pendidikan Islam dibangun atas dasar pemikiran yang Islami, bertolak dari pandangan hidup dan pandangan tentang manusia, serta diarahkan kepada tujuan pendidikan yang dilandasi kaidah-kaidah Islam. Pemikiran 36
Malik TvfTT. Inovasi Kurikulzun Berbasis Loka/ di Pondok Pesantren. (Jakarta: Departemen Agama, 2008), h. 34. 37 Iskandar Wiryokusurno dan Usman Mulyadi, Dasar-Dasar Penge111bangan Kuriku/zun, Jakarta: PT Bina Aksara, 1988, Cet I, h. 62-63.
32
tersebut pada akhimya akan melahirkan kurikulum yang khas Islami. Menurut Abdurrahman al-Nahlawi kurikulum pendidikan Islam mengacu pada prinsip-prinsip sebagai berikut: Pertama, kurikulum merupakan rel-nya pendidikan untuk membawa
siswa agar dapat hidup sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat serta membekali siswa baik dalam bidang pengetahuan, sikap maupun keterampilan sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat. Oleh sebab itu, sistem dan pengembangan kurikulum hendaknya memperhatikan fitrah manusia, agar tetap berada dalam kesuciannya dan tidak menyimpang. Kedua,
Kurikulum
perlu
disusun
secara
bertahap
mengikuti ·
periodesasi perkembangan peserta didik. Perlu juga disusun kurikulum khusus berdasarkan perbedaan jenis kelamin (wanita dan pria) mengingat adanya perbedaan peranan dan tugas masing-masing dalam kehidupan sosial.
Dalam
kesinambungan
penyusunan
materi
pelajaran
perlu
diperhatikan
dan sating keterkaitan antara materi pelajaran pada
berbagai jenjang dan jenis program pendidikan. Prinsip ini berfungsi untuk menjaga agar tidak ada pengulangan materi pelajaran yang memungkinkan program pengajaran tidak berjalan efektif dan efisien, dan juga untuk menunjang keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran pada jenjang pendidikan tertentu. Ketiga, Kurikulum hendaknya memperhatikan kepentingan nyata .
masyarakat seperti kesehatan, keamanan, administrasi, dan pendidikan. Kurikulum hendaknya pula disesuaikan dengan kondisi dan liungkungan, seperti iklim dan kondisi alam yang memungkinkan adanya perbedaan pola kehidupan: agraris, industrial, dan komersial. Keempat, kurikulum hendaknya terstruktur dan terorganisasi secara
integral. Hubungan antar bidang studi, bahasan pokok, dan jenjang pendidikan dijalin dengan satu "benang merah" yang mengacu kepada tujuan akhir pendidikan Islam, serta bersumber pada satu dasar pandangan bahwa seluruh alam adalah milik Allah dan seluruh manusia adalah
33
hamba-hamba-Nya yang hidup sesuai dengan kehendak dan menurut syariat-Nya. Ke/ima, metode pendidikan yang merupakan salah satu komponen
kurikulum itu hendaknya fleksibel. Fleksibel berarti tidak kaku, ada ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan di dalam bertindak. Di dalam kurikulum, fleksibelitas tidak hanya mencakup metode pendidikan, tapi juga mencakup fleksibelitas murid di dalam memilih program pendidikan dan fleksibilitas bagi guru dalam pengembangan program pengajaran. Prinsip fleksibelitas memilki dua sisi, (!) fleksibel bagi guru, kurikulum harus memberikan ruang gerak bagi guru untuk mengembangkan program pengajarannya sesuai dengan kondisi yang ada. (2) fleksibel bagi siswa, · kurikulum harus menyediakan berbagai kumungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa. Keenam, Kurikulum hendaknya memperhatikan tingkat perkembangan
peserta didik, baik fisik, emosioanl, ataupun intelektualnya; serta berbagai yang dihadapi dalam setiap tingkat perkembangan seperti pertumbuhan bahasa, kematangan sosial, dan kesiapan religiusitas. Ketzljuh, Kurikulum hendaknya memperhatikan aspek-aspek tingkah
laku amaliah Islami yang mengejawantahkan segala rukun, syi 'ar, dan etika Islam baik dakehidupan individual maupun dalam hubungan sosial peserta didik. 38
5. Rancangan Ideal Sebuah Kurikulum Kurikulum merupakan rancangan pengajaran yang isinya mencakup sejumlah aspek mata pelajm·an yang diusun secara sistematis dan diperuntukan bagi suatu proses kegiatan pembelajaran. pada dasarnya kurikulum merupakan suatu refleksi dari kebudayaan dimana kurikulum itu berada, sehingga ketika sebuah kurikulum digelar maka diharapkan dapat menjawab sebagian besar permasalahan yang dihadapinya.
38
Hery Neer Aly, Jlmu Pendidikan .. ., h 164-165.
34
Sesuai dengan hakikat kurikulum Pendidikan Islam, maka rancangan · kurikulum Pendidikan Islam yang ideal itu adalah mencakup seluruh aspek-aspek yang terdapat dalam kurikulum Pendidikan Islam, yang setiap aspeknya dikaitkan dengan nilai-nilai Islam. 39 Di dalam setiap bidang keilmuan dirumuskan upaya pengintegrasian yang menyatu antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum. Penyatuan itu tidak hanya mencakup dengan memasukkan mata pelajaran agama Ice sekolah-sekolah umum dan mata pelajaran umum ke pesantren dan madrasah. Akan tetapi, yang tidak kalah pentingnya adalah rancangan dari keduajenis ilmu itu agar ada saling keterkaitannya. 40 Misalnya dalam pelajaran Sains/IPA membahas tentang pengaruh zat adiktif dan psikotropika, seorang guru tidak hanya fokus membahas dari · satu
sudut
keilmuan
saja,
akan
tetapi
seorang
guru
dapat
mengintegrasikannya dengan pelajaran agama, bahwa zat tersebut merupakan makanan dan minuman yang haram untuk dikonsumsi. Demikian
dengan
mata
pelajaran
yang
lainnya,
dengan
mengintegrasikannya dengan berbagai bidang ilmu siswa akan berfikir secara holistik atau menyeluruh, sehingga dapat menganalisa masalah dari berbagai sudut pandang dan dapat dengan mudah mencari solusinya. Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan yaitu: a. Merancang keterkaitan ilmu-ilmu agama dan umum. Materi pelajaran agama tidak hanya berdiri sendiri, dari materi ilmu-ilmu agama dapat dikaitkan dengan ilmu sosial, humainora, dan ilmu-ilmu kealaman. b. Merancang nilai-nilai Islami pada setiap mata pelajaran. Adanya keterkaitan ilmu-ilmu tersebut dengan nilai-nilai Islam. Di dalam mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu dengan ajaran Islam, dapat dilakukan dengan cara : I) Dengan mengimplikasikan nilai-nilai Islam ke dalam setiap mata pelajaran. 39
40
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam ... , h 158. Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam... , h 158.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Latar Penelitian (Biografi Tokoh)
Dalam latar penelitian ini penulis mengangkat dan menjelaskan tokoh · yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Hasan Langgulung. 1. Riwayat Hidup Dan Riwayat Pendidikan Hasan Langgulung di sini adalah putra kelahiran Rappang, Sulawesi Selatan, Indonesia pada Tanggal 16 Oktober 1934. 1 Prof Hasan Langgulung meninggal dunia pada usia 73 tahun, di Kuala Lumpur pada Sabtu Juli 2008 Pukul 19.47 waktu setempat. Hasan memulai sekolah formal di sekolah dasar di desa kelahirannya (Rappang). Kemudian beliau melanjutkan pendidikannya di sekolah menengah pertama dan sekolah menengah Islam di Ujung Pandang pada tahun
1942-1952. setelah menyelesaikan pendidikannya di Ujung
Pandang, beliau meneruskan studinya ke sekolah guru Islam Atas, juga di · Ujung Pandang pada tahun 1952-1955 dan B.l. di Ujung Pandang tahun 1957-1062. Kemudian Hasan melanjutkan studi di Ein Syam University, Cairo tahun 1963-1964 untuk mendapatkan gelar Diploma of Education. Pada tahun yang sama ia juga memperoleh gelar Diploma dalam Bahasa Arab modern dari Institut of Higher Arab Studies, Arab League (Cairo). Ia 1
Ramayulis dan Nizar Samsul, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, Mengenal Tokoh Pendidikan Di Dunia Islam Dan Indonesia, (Ciputat: Quantum Teaching, 2005), Cet I, h. 157,
37
kemudian melanjutkan studi pada program Pasca Sarjana di Ein Syam University, Cairo pada tahun 1967 dan memperoleh gelar M.A dalam bidang Psikologi dan Mental Hygiene. Pada tahun 1971, ia memperoleh gelar Ph.D dalam bidang Psikologi dari University of Georgia, Amerika Serikat. Hasan Langgulung pernah mengajar di Universiti Kebangsaan Malaysia sebagai profesor senior selama beberapa tahun dan mengajar di Universiti Islam Antar Bangsa Kuala Lumpur, Malaysia. Juga sebagai Profesor senior pada tahun 2002. Beliau mendapatkan penghargaan profesor agung (Royal Profesor) pada tahun 2002 di Kuala Lumpur, oleh masyarakat akademik dunia. 2 Hasan langgulung telah menghadiri persidangan dan konferensikonferensi di dalam dan di luar negeri seperti Amerika Serikat, Eropa, · Timur Tengah, Jepang, Australia, Fiji, selain dari negara-negara ASEAN sendiri. 3 2. Penghargaan Nama Hasan Langgulung tercatat dalam buku-buku penghargaan, antara lain:
a. Directry ofAmerican Psychological Association. b. Who Is Waho Jn Malaysia. c. International Who's Whe OfIntellectuals. d. Who's Who In The World e. Directory Of Cross-Cultural Research And Researchers.
f
Directory OfInternational Biography.
g. Men OfAchievement.
h. The international register profiles i.
Who's who in the commonwealth.
j.
The international book ofhonour.
2
Diambil dari Tentang Penulis, dalam buku Pera/ihan Paradig111a Da/am Pendidikan Islam dan Sains Sosial, (Jakmta: Gaya Media Pratama, 2002), Cet I, h 299. 3 Diambil dari Tentang Penulis, dalam buku Pendidikan dan Peradaban Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, I 985), Cet Ke-III, h.249.
38
k. Directory of american educational research association. l.
Asia's who's who of men and women of achievement and distinction.
m. Community leaders of the world.
n. Progressive personalities in profile. 4 3. Karya-Karyanya Selama hidupnya, Hasan telah menulis 32 buku mengenai pendidikan dalam berbagai bahasa antara lain Inggris, Indonesia, dan Melayu. Bahkan beberapa di antaranya diterjemahkan kembali ke dalam bahasa lain seperti Filipina. Hasan langgulung juga tel ah memberikan buah karya berupa tesis yang berjudul Al-Murahiq Al-Jndonesi : Jttijahatuh Wa Daljat Tawafuq'
Jndahu. Tesis M.A. Ein Syam University, Cairo, pada tahun 1967. Disertasinya berjudul A Cross-Cultural Study Of The Child Conception Of
Situational Causality In India, Western Samoa, Mexico And The United States, Disertasi Ph.D., University Of Georgia, AS, tahun 1971.
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian ini menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Penelitian kualitatif didasarkan pada upaya membangun pandangan yang diteliti secara rinci, dibentuk dengan kata-kata dan digambarkan secara holistik. Menurut Jane Richi, penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan. dunia sosial dan perspektifnya di dalam dunia dari segi konsep, perilaku, persepsi dan persoalan tentang manusia yang diteliti. Dari definisi tersebut
4
Diambil dari Tentang Penulis, dalam buku Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 2008), Cet Ke-VI, h. 413.
39
tergambar bahwa peranan penting dari apa yang seharusnya diteliti yaitu konsep, perilaku, persepsi dan persoalan tentang manusia yang diteliti. 5 Adapun maksud dan tujuan dari penelitian kualitatif ini yaitu untuk mendeskripsikan pemikiran Hasan Langgulung berdasarkan konteks yang· relevan dengan kondisi sosial dan latar belakang keilmuan secara holistik sehingga diperoleh pemahaman mendalam dan bermakna. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan filosofis dan pendekatan sosiologis. I. Pendekatan Filosofis
Berdasarkan pendekatan filosofis, Pendidikan Islam diartikan sebagai studi proses tentang kependidikan yang didasari dengan nilai-nilai ajaran Islam. Konsepsi filosofis bersumberkan kitab suci al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad saw. Pendekatan ini memandang bahwa manusia adalah makhluk
rasional
sehingga
segala
sesuatu
yang
menyangkut
pengembangannya didasarkan pada sejauh mana pengembangan berfikir · dapat dikembangkan. 6 Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum senantiasa berpijak pada aliran-aliran filsafat tertentu seperti yang dikemukakan oleh Hasan Langgulung, yang akan mewarnai konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan. Pendekatan filosofis ini berfungsi memberikan arah agar teori yang pendidikan yang telah dikembangkan oleh Hasan Langgulung mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata. Pandangan filosofis yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam pratek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat. Alasan penulis menggunakan pendekatan ini, bahwa pada hakikatnya tidak 5
semua
masalah
kependidikan
dapat
dipecahkan
dengan
Lexy, J. Moleong, Metodo/ogi Penelilian Kua/itatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet 22, h. 6. 6 Armai Arief, Pengantar I/mu Dan Metodologi Pendidikan Islam. (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet I, h. I 00.
40
menggunakan metode ilmiah semata-mata. Banyak di antara masalahmasalah kependidikan tersebut yang merupakan pertanyaan-pertanyaan filosofis,
yang
memerlukan
pendekatan
filosofis
pula
dalam
pemecahannya. Oleh karena analisa filsafat terhadap masalah-masalah kependidikan · dengan
berbagai
cara
pendekatannya,
akan
dapat
menghasilkan
pandangan-pandangan tertentu mengenai masalah-masalah kependidikan tersebut, dan atas dasar itu bisa disusun secara sistematis teori-teori pendidikan. 2. Pendekatan Sosiologis Sosiologi adalah suatu ilmu yang menggambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap dengan struktur lapisan serta gejala sosial lainnya yang saling berkaitan. Dengan ilmu ini sesuatu fenomena sosial dapat dianalisis dengan faktor-faktor yang mendorong terjadinya hubungan, mobilitas sosial serta keyakinan-keyakinan yang mendasari terjadinya proses tersebut. Selanjutnya sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam memahami pendidikan. Dalam proses pendidikan itu sendiri guru dan murid berada dalam lingkup sosial yang selalu diarahkan pada pembelajaran yang memberikan dampak positif bagi masyarakat dan bermanfaat bagi kehidupan individu tersebut. Dengan pendekatan sosiologi ini, penulis banyak melihat gejala sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat, serta berupaya menemukan pemecahan melalui pemikiran Hasan Langgulung, karena banyak sekali konsep pendidikan beliau yang berkaitan dengan masalah sosial.
C. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam pencarian data adalah penelitian kepustakaan
(library research)
dengan membaca karya-karya Hasan
Langgulung sendiri sebagai data primer, buku-buku, majalah, dokumen, catatan, serta jurnal sebagai data sekunder.
41
Dalam memaparkan analisa isi, penulis menggunakan metode sinkronik yaitu metode pemahaman konsep dari tokoh yang diteliti sambil mencari kesamaan-kesamaan dengan kondisi realitas dan keadaan situasi lingkungan sosial-kultural yang mempengaruhi pemikiran sang tokoh. Adapun model analisis yang digunakan dalam Penelitian kualitatif ini, penulis menggunakan analisis data secara deskriptif, yakni metode yang· memberikan gambaran dan paparan konsep dengan berfikir rasional dan reflektif. Pendekatan ini diharapkan dapat menghasilkan informasi yang menjelaskan latar belakang munculnya konsepsi tersebut dan menjelaskan pemikiran Hasan Langgulung secara mendalam.
D. Somber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua sumber data, yaitu primer dan sekunder. Sumber data primer berupa buku inti yaitu buku-buku karya Hasan Langgulung diantaranya: I. Asas-asas Pendidikan Islam
2. Peralihan Paradigma Dalam Pendidikan Islam dan Sains Sosial, 3. Pendidikan Dan Peradaban Islam Suatu Analisa Sosio-Psikologi, 4. Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan dan 5. Pendidikan Islam Menghadapi Abad Ke-21. 6. Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam.
Selain itu, penulis juga mengacu pada tulisan-tulisan yang masih relevan mengenai Hasan Langgulung diantaranya: I. Skripsi yang ditulis Anwar yang berjudul konsep pendidikan anak menurut pemikiran Hasan Langgulung (analisa ilmu Pendidikan Islam).
2. Jurnal yang ditulis Departemen Agama Badan Litbang dan Diklat Balai Penelitian dan Pengembangan Agama yang berjudul Perkembangan Pemikiran Pendidikan Islam: Pada Era Global dan Modern.
3. Jurnal yang ditulis Latifah yang berjudul Kurikulum Pendidikan Islam. Sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan-bahan tertulis seperti manuskrip, laporan, dan buku-buku pendidikan
42
yang mendukung dan memperkuat satuan bahasan. Bahan terebut kemudian di tela' ah, di kategorisasikan, di hubungkan antara satu dengan lainya, di analisis secara deskriptif kemudian di simpulkan.
E. Tekhnik Pengumpulan Data Tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam tulisan ini adalah study literatur (book survey), yakni mengumpulkan bahan-bahan yang terkait dan. melakukan
pengmatan
secara
longitudinal
terhadap
masalah-masalah
pendidikan. Adapun langkah-langkah yang ditempuh penulis dalam tekhnik pengumpulan data ini adalah: I. Mengumpulkan/inventarisasi, mencatat dan mengutip data-data yang
berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, dengan mengambil dari beberapa sumber buku yang saling berkaitan. 2. Menyusun data menjadi satuan bahasan. 3. Menganalisis data-data dari
sumber tersebut
yakni
dengan
cara
mengelompokkan data berdasarkan jenisnya.
F. Teknik pengolahan data Setelah
melalui
tahap
pengumpulan
data,
selanjutnya
dilakukan
pengolahan data, sehingga data yang diperoleh dapat digunakan untuk menganalisis permasalahan yang akan diteliti. Dalam menganalisis data, digunakan metode analisis isi (content analyzing) yaitu menarik kesimpulan dalam usaha menemukan karakteristik pesan yang dilakukan secara obyektif dan sistematis. Metode ini dimaksudkan untuk menganalisis makna yang terkandung dalam pemikiran kurikulum Hasan Langgulung dan isi yang terkandung dalam pemikiran ini, kemudian dikelompokkan melalui tahap identifikasi, klasifikasi, dan kategorisasi, kemudian dilanjutkan dengan interpretasi. Menurut Bogdan & Biklen, analisis data kualitatif adalah suatu upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensiskannya,
43.
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain. 7 Adapun langkah-langkah pengolahan data yang digunakan penulis yaitu melalui tahap-tahap sebagai berikut:
I. Pemeriksaan data Data yang terkumpul diperiksa kembali apakah masih terdapat kekurangan atau ada yang tidak cocok dengan masalah penelitian. 2. Klasifikasi data Klasifikasi data dilalrnkan dengan cara mengelompokkan data sesuai dengan pokok bahasan agar mempermudah dalam menganalisa. 3. Penyusunan data Penyusunan data dilakukan dengan cara menyusun dan menempatkan data pada setiap pokok bahasan secara sistematis sehingga memudahkan menganalisis permasalahan.
G. Metode Pen ulisan Teknik penulisan yang dugunakan dalam penulisan skripsi ini ialah dengan mengacu pada buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Ilamu Tarbiyah dan Keguruan UIN SyarifHidayatullah Jakarta 2007.
7
Lexy, J. Moleong, Metodologi Penelition ... , h. 248.
BAB IV KONSEP ISLAMISASI ILMU DALAM KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM MENURUT HASAN LANGGULUNG
A. Islamisasi Ilmu 1. Islam dan Ilmu Pengetahuan
Secara bahasa, istilah ilmu pengetahuan memiliki kesamaan arti dengan ilmu, pengetahuan, al- 'ilm, dan sains. Keempat istilah itu memiliki makna dan maksud yang sama, sehingga istilah tersebut bebas digunakan dalam wacana keilmiahan tanpa dikaitkan dengan konotasi-konotasi pemahaman yang spesifik dan tertentu. 1 Menurut Imam Al-Nawawi ilmu adalah keyakinan yang kuat, tetap dan sesuai dengan realita. Bisa juga berarti sifat yang membuat perbedaan tanpa kritik. Atau, ilmu adalah tercapainya bentuk sesuatu dalam aka!.2 Hasan Langgulung menegaskan bahwa ilmu pengetahuan adalah suatu yang dapat diperoleh manusia baik yang bersumber dari wahyu maupun yang diperoleh berdasarkan usaha manusia. 3 Konsep ilmu pengetahuan Hasan Langgulung, sejalan dengan pemyataan dalam Konferensi Intemasional tentang Pendidikan Islam tahun 1980 membuat rekomendasi bahwa semua pengetahuan datang dari 1
Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam Dari Metode Rasional Hingga Metode Kritk, (Jakarta: Erlangga, 2005), h. 104. 2 Abu Fatiyah Al-Adnani, Agenda Al-Mizan, (Solo: Tim Pustaka Amanah, 2002) Cet Ke1, h. 11.
45
Allah. Sebagian diwahyukan kepada orang yang dipilihnya, sebagian lain diperoleh manusia dengan menggunakan indera, akal, dan hatinya. Pengetahuan yang diwahyukan mempunyai kebenaran yang absolut, sedangkan pengetahuan yang diperoleh, kebenarannya tidak mutlak.4 Hasan Langgulung membagi ilmu dalam berbagai kelompok dan jenis, yaitu: Pengetahuan agama dan syariah, merupakan ilmu yang akan memberikan arah kepada peserta didik dalam kehidupan seharihari. Ilmu-ilmu bahasa dan sastra, ilmu ini akan mengantarkan peserta didik untuk mengetahui ilmu-ilmu lainnya. llmu-ilmu sejarah dan sosial, ilmu ini merupakan ilmu yang
ILMU
berhubungan dengan manusia dan kebudayaan.
Ilmu-ilmu falsafah, logika, debat dan diskusi. ilmu-ilmu murni, seperti matematika, falaq dan musik.
Ilmu-ilmu kealaman dan eksperimental: ilmu-ilmu terapan dan praktis.5 Meskipun nampak terpisah, menurut Hasan Langgulung pemisahan tersebut hanya sekedar untuk analisa saja. Karena dalam al-Qur' an tidak ada dualisme dalam kandungan ilmu pengetahuan yang mengekalkan dikotomi antara tanda-tanda (ayat) Allah, antara manusia dan alam jagat raya. Setiap ilmu pengetahuan harus memberikan sumbangan ke arah pertumbuhan dan perkembangan Muslim yang baik yang menjadi anggota dari suatu umat yang terbaik.
4
Ahmad Tafsir, I/mu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet Ke-VII, h. 8. 5 Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad Ke-2I, (Jakarta: Pustaka AlHusna, 1988), h. 10-12.
46
Sosiolol!i
Kemanusiaan
Antropolo2i
Behaviour
Psikolol!i
Cot?11it
Ekonomi
Lain-Lain
DICARI
Se_iarah IlmuMurni
Matematika
Biolol!i Fisikal lLMU
Fisika
Kimi a Ashari
Ka lam Mu'tazilah
Tasawuf
Malild WAHYU
Hanafi
Fiqh Shafi'i
Falsafah
Hambali
Klasifikasi limn Hasan Lauggulung6 Dalam mukaddimah rekomendasi-rekomendasi konferensi dunia pertama tentang pendidikan Islam, pengetahuan diklasifikasikan kepada dua kategori sebagai berikut: a. Ilmu abadi (Parennial Knowledge) yang berdasar pada wahyu Ilahi yang tertera dalam al-Qur'an dan Hadits dan segala yang dapat diambil dari keduanya dengan menekankan bahasa Arab sebagai anak suci untuk memahami keduanya. 6
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan .. ., h. 25.
47
b. Ilmu dicari (Acquired Knowledge) termasuk sains kealaman dan terapan yang dapat berkembang secara kuantitatif dan penggandaan, variasi terbatas dan pinjaman antara budaya selama tidak bertentangan dengan syari'ah sebagai sumber nilai.7 Konsepsi ilmu di atas sesuai dalam Al-Qur'an, Allah berfirman dan memberitahukan kepada umat tentang fenomena alam semesta melebihi isi kitab-kitab yang lain, dan hampir semua diakui kesesuaiannya oleh ilmu pengetahuan. Menurut perhitungan Muhammad Ijazul Khatib dari Universitas Damaskus, 750 ayat Al-Qur'an hampir seperdelapan dari seluruh isinya, menegur orang-orang mukmin untuk mempelajari alam semesta, untuk berfikir, dan untuk menjadikan kegiatan ilmiah sebagai sesuatu yang tak terpisahkan dari kehidupan integral umat.8 Islam memandang ilmu pengetahuan sebagai satu yang suci, karena pada akhirnya semua pengetahuan menyangkut semacam aspek dari manifestasi Tuhan kepada manusia. Konsep pengetahuan dalam Islam secara tegas disebutkan oleh Qur'an Surat Al-Alaq ayat 1-5:
Baca/ah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Baca/ah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Perkataan pertama ialah "bacalah", sekalipun perintah itu asalnya untuk Muhammad SAW, tetapi menjadi kewajiban
setiap umat
Muhammad SAW untuk mempelajari ilmu pengetahuan. Setiap umat diwajibkan, dan hukumnya fardhu 'ain. Ayat ini datang bukan dalam bentuk pernyataan, tetapi dalam bentuk perintah bagi tiap Muslim untuk 7
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam .. ., h. 384. Mulyanto, Is/amisasi I/mu Pengetahuan, dalam Moeflich Hasbullah, Gagasan dan Perdebatan Is/amisasi I/mu Pengetahuan, (Jakarta: PT Pusataka Cidesindo, 2000), h. 24. 8
48
sejalan dengan aka! yang diberikan kepada manusia, dan untuk mencari ilmu pengetahuan. Kata-kata membaca, mengajar, pena dan mengetahui berhubungan erat dengan konsep ilmu pengetahuan yang mendalam. Selain itu, ayat ini mengandung Ilmu tentang asal-usul manusia dan tentang dasar dari segala dasar, rahasia penciptaan manusia, siapa yang menciptakan dan dari apa diciptakan.9 Mu'adz Bin Jabbal berkata: pelajarilah ilmu karena mempelajari ilmu dapat mengharap wajah Allah, itu mencerminkan rasa khasyah, mencarinya adalah ibadah, mengkajinya adalah tasbih, menuntutnya adalah jihad, mengajarkan kepada orang lain yang belum mengetahui merupakan shadaqah dan membelanjakannya untuk keluarga adalah taqarrnb. 10
Dalam Islam, ilmu pengetahuan berasal dari dua sumber yaitu: a. Wahyu. Sebagai sumber asli seluruh pengetahuan memberi kekuatan yang sangat besar terhadap bangunan pengetahuan, bersifat absolut dan mutlak benar. Di samping itu, wahyu memberikan bantuan intelektual yang tidak terjangkau oleh kekuatan rasional dan empiris, sehingga pengetahuan yang berdasarkan wahyu memiliki khazanah intelektual yang lebih lengkap daripada sains. 11 b. Akal. Dalam pemikiran Islam aka! tidak pernah membatalkan wahyu. Akal tetap tunduk kepada teks wahyu, karena teks wahyu tetap dianggap mutlak benar. Penggunaan aka! hanya untuk memahami teks wahyu dan tidak untuk menentang wahyu. Akal hanya memberi interpretasi terhadap teks wahyu sesuai dengan kecenderungan dan kesanggupan pemberi interpretasi. 12
9
Harun Nasution, Akal dan Wahyu dalam Islam, (Jakarta: UI Press, 1986), Cet Ke-II, h.
50. "Abu Fatiyah Al-Adnani, Agenda Al-Mizan .. ., h. 13. 11 Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam .. ., h. 105. 12 Harun Nasution, Akal dan Wahyu ... , 101.
50
Selama enam abad lebih, intelekual Muslim memainkan peranan dominan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, sebagai wujud dari kepatuhan mereka dalam melaksanakan perintah 750 ayat Qur'an tersebut. Zaman-zaman setelah itu, obor ilmu pengetahuan dunia Islam melemah bersama timbulnya pembagian ilmu pengetahuan ke dalam bentuk ilmu sarat nilai dan bebas nilai. Dalam masa kesuraman Islam, ilmu-ilmu kealaman (natural sciences) mendapat tempat lebih rendah dari ilmu-ilmu lainnya, yang akibatnya kesatuan ilmu pengetahuan dan agama terbelah. Titik terbawah dari itu semua adalah cerita umat hari ini, di mana umat hanya bisa menatap tak berdaya perkembangan ilmu pengetahuan dari buaian orang lain dan budaya lain yang berbeda dengan Islam dan akhirnya umat Islam tanpa bisa mengelak menerima akibat-akibat negatifyang ditimbulkannya. Orang-orang Islam menerima serangan ilmu-ilmu Barat yang mengancam jenjang ilmu dalam Islam dan keseimbangan dalam sistem pendidikannya, berujung pada kehancuran yang belum pernah terjadi dalam sejarah Islam pada abad ke-19 masehi/abad ke-13 hijriah. Oleh sebab itu, perlu adanya upaya jihad intelektual atau islamisasi ilmu dalam pengembangan pendidikan Islam sehingga sintesis antara prinsip-prinsip dan ethos Islam dalam ilmu pengetahuan.
2. Islamisasi Ilmu Menurut Hasan Langgulung Islam sebagai sebuah sistem nilai, berfungsi memberi makna dan etika dalam ilmu pengetahuan. Dalam upaya islamisasi ilmu pengetahuan tidak hanya sekedar menerapkan etika Islam dalam pemanfaatannya, tetapi harus mampu merombak dan masuk pada struktur terdalamnya. Salah satu gagasan Hasan Langgulung terhadap pemikiran umat Islam kontemporer adalah uraiannya tentang masalah kurikulum yang secara instrinsik berhubungan dengan proses islamisasi. Sebab, masalah yang dihadapi oleh umat Islam hanya dapat diselesaikan dengan memahami
51
kembali unsur-unsur pendidikan yang selama ini telah jauh dari nilai agama. Islamisasi ilmu menurut Hasan Langgulung yakni menyusun kembali dasar-dasar kurikulum pendidikan Islam dengan format yang lebih integral, yang memadukan sistem terbaik dari peradaban pendidikan Islam dengan pendidikan secara umum. 16 Konsep ini berupaya mempertahankan tradisi keilmuan Islam dengan segala perubahan dan perkembangan, serta berupaya mengambil nilai-nilai positif dari peradaban yang selalu berkembang. Menurut Hasan, pengertian pengislaman kurikulum sama halnya dengan penerapan nilai Islam dalam kurikulum yang menempatkan empat komponen kurikulum dalam konsepsi Islam. Dapat disimpulkan bahwa proses pengislaman itu mengandung dua proses sebagai berikut: a. Proses pembenaran konsep dan konsepsi yang tidak Islam yang terkandung dalam kurikulum tersebut, dan menerangkan kesalahan yang ada serta menunjukkan konsep yang benar. b. Proses meletakkan konsep dan konsepsi yang terkandung dalam Kurikulum dan tidak bertentangan dengan prinsip Islam dalam kerangka dan paradigma Islam. Konsep islamisasi ilmu Hasan Langgulung berbeda dengan konsep islamisasi menurut al-Attas yang bersifat purifikasi, menyatakan bahwa Islamisasi sebagai pembebasan manusia dari tradisi magis, mitos, animis, dan faham kebangsaan dan kebudayaan pra-Islam, kemudian dari kendali sekuler atas nalar dan bahasanya. Berdasarkan
kerangka
operasionalnya,
islamisasi
ilmu
Hasan
Langgulung bercorak modernisasi. Implikasi dari modernisasi ini adalah membangun semangat umat Islam untuk selalu maju, progressif, selalu melakukan perbaikan-perbaikan bagi diri sendiri dan masyarakatnya agar
16
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam ... , h. 295.
52
terhindar dari keterbelakangan dan ketertinggalan di bidang ilrnu pengetahuan. Islamisasi ilmu pengetahuan dengan model modernisasi dalam konteks pendidikan berupa merumuskan kembali konsep kurikulum yang selama ini lepas dari kendali umat Islam dan beralih ke Barat. Sebab ideologi, filosofi dan peradaban Barat dalam banyak hal tidak sejalan dan berseberangan dengan Islam.
B. Implementasi Islamisasi ilmn dalam Kurikulnm Pendidikan Islam Mennrut Hasan Langgulung Islamisasi sebagaimana didengungkan oleh dua tokoh sentral yang sangat terkenal yaitu al-Attas dan al-faruqi, menunjukkan bahwa proses islamisasi sangat urgen untuk dilakukan dalam pendidikan Islam mengingat konsep ilrnu pengetahuan saat ini tengah mengalami deislamisasi oleh pengaruh peradaban Barat. Demikian pula Hasan Langgulung, menangkap suatu kondisi yang sangat memprihatinkan dalam dunia pendidikan, Hasan memandang perlu mengubah paradigma ilmu pengetahuan yang telah kehilangan identitas Islam melalui proses islamisasi ilmu terhadap salah satu komponen dalam pendidikan Islam yaitu kurikulum. Hasan menguraikan proses islamisasi ilmu melalui penyusunan kembali dasar-dasar kurikulum oleh karena pendidikan Islam selama ini telah kehilangan makna dan jauh dari tujuan-tujuan pendidikan yang diharapkan. Menurutnya proses islamisasi ilmu tidak hanya fokus pada segi ilmu pengetahuan saja, tetapi juga meliputi tiga komponen kurikulum yakni tujuan pendidikan, metodologi pengajaran dan penilaian. 17 Hasan Langgulung menuangkan konsep islamisasi ilmu dalam sebuah kurikulum. Hasan memandang bahwa kurikulum pendidikan Islam perlu diformat lebih integralistik dan bersifat universal dengan menyatukan unsur
17
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam .. ., h. 296.
53
agama dan umum. Menurutnya, kurikulum hendaknya mampu menyentuh seluruh potensi peserta didik dan seluruh aspek kehidupan manusia. Perlunya proses islamisasi ilmu dalam pendidikan, sebab dalam proses pendidikan tersebut tidak hanya menyangkut transfer ilmu, tetapi bagaimana menjadikan manusia makbluk berakblak dengan akblak yang baik serta dari hasil pendidikan itu dapat membantu kehidupan diri dan kemasyarakatannya dengan berlandasan ajaran Islam. Dalam hubungannya dengan proses islamisasi yang dipaparkan oleh Hasan Langgulung diatas, nampaknya sejafan dengan apa yang telah diawali oleh AlGhazali. Al-Ghazali menekankan betapa pentingnya masalah moral dalam pendidikan, seperti yang dikatakannya: "Seorang yang berilmu hendaknya menggeluti ilmu secara terus menerus dan mengamalkannya". 18
Faktor agama tampaknya memang tak dapat dipisahkan dari hubungannya dengan perilaku manusia, baik secara individu maupun secara kelompok. Adapun langkah-langkah islamisasi ilmu Hasan Langgulung antara lain:
1. Merumuskan Konsep Kurikulum dalam Pendidikan Islam
Hasan Langgulung menguraikan pengertian kurikulum Pendidikan Islam sebagai berikut: Sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-murid di dalam dim di luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkahlaku mereka sesuai dengan tujuantujuan pendidikan. 19 Dari definisi kurikulum di atas menunjukkan bahwa konsep kurikulum Hasan Langgulung adalah konsep kurikulum modern, melalui pengertian yang
luas terhadap
kurikulum, kurikulum tidak hanya meliputi
matapelajaran dan pengalaman-pengalaman yang telah tersusun yang berlaku di dalam kelas, akan tetapi meliputi juga semua kegiatan kebudayaan, kesenian, olah raga, dan sosial yang dilakukan oleh siswa di luar kelas dan di bawah kelola sekolah. 18
19
Jurnal Penamas Vol. XX! No. 2 Th. 2008, h. 258. Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan ... , h 24 I.
54
Sekolah mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap konsep yang luas, tugas sekolah bukan hanya menyediakan pengalaman itu sendiri, tetapi tugasnya adalah menyediakan suasana dan keadaan yang sesuai yang membawa kepada interaksi yang berguna itu, dan selanjutnya memberi peluang memperoleh pengalaman tersebut. Berdasarkan rumusan ini, kegiatan-kegiatan kurikuler tidak terbatas dalam ruangan kelas, melainkan juga mencakup juga kegiatan-kegiatan di luar
kelas.
Pandangan
ini
menjelaskan
bahwa
antara
kegiatan
intrakurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler tidak ada pemisahan secara tegas.
Semua
kegiatan
yang
bertujuan
memberikan
pengalaman
pendidikan kepada siswa tercakup dalam kurikulum. Konsepsi kurikulum diatas sejalan dengan rumusan kurikulum yang dikemukakan oleh al-Syaibany yang mengatakan: Kurikulum pendidikan sebagai alat untuk mendidik generasi muda dengan baik dan menolong mereka untuk membuka dan mengembangkan kesediaan-kesediaan, bakat-bakat, kekuatan-kekuatan, dan ketrampilan mereka yang bermacam-macam dan menyiapkan mereka dengan baik untuk menjalankan hak-hak dan kewajiban, memikul tanggung jawab terhadap diri, keluarga-masyarakat, bangsanya, dan turut serta secara aktif 20 untuk kemajuan masyarakat dan baugsanya. Hal-ha! yang perlu diperhatikan dalam menyusun kurikulum pendidikan Islam yaitu: Pertama, konsep Islam tentang manusia sangat luas. Kedua, pengetahuan adalah sumber kemajuan dan perkembangan, Islam tidak membatasi pencapaian pengetahuan. Ketiga, besarnya penilikan harus komprehensif. Keempat, aspek spiritual, moral, intelektual, imajinatif dan fisik dan kepribadian seseorang harus diperhatikan ketika membuat interelasi antara berbagai disiplin. Pertumbuhan kemampuan dan pikiran seorang anak harus menjadi pertimbangan untuk menyusun subyek dan rangkaian pelajaran dalam tahap-tahap yang bertingkat. Kelima, perkembangan kepribadian seharusnya dilihat dalam konteks hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan alam.
20
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Fa/sqfah Pendidikan Islam. Alih Bahasa: DR. Hasan Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 476.
55
Dalam melaksanakan sebuah proses kurikulum, Hasan menegaskan prinsip-prinsip kurikulum yang difungsikan sebagai acuan, antara lain: a. Setiap acuan hendaknya mencerminkan pengetahuan yang bersifat universal. b. Formulasi kurikulum hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, yaitu dari segi kebutuhan perkembangan dan minat, agar kurikulum lebih berkesan dan lebih efektif dan efisien. c. Harus relevan dengan alam sekitar, yaitu sesuai dengan kebudayaan masyarakat.21 Dapat disimpulkan bahwa dalam konteks islamisasi ilmu, konsep kurikulum Hasan Langgulung menggambarkan penyatuan terhadap berbagai disiplin ilmu dengan memperhatikan seluruh aspek perkembangan siswa. Tidak ada pemisahan atau melakukan kepentingan sepihak atas mata pelajaran tertentu, semua ilmu diprioritaskan kepada siswa oleh sebab adanya tuntunan zaman. Konsep ini menggambarkan bahwa semua ilmu perlu diajarkan dan dikembangkan berdasarkan kerangka Islam yaitu al-
2. Mcnyusun
Kcmbali
Komponcn-Komponcn
Qur' an dan Hadits.
Kurikulum
dalam
Pcndidikan Islam Pengajaran adalah suatu sistem, artinya suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang berinterelasi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya dan dengan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Oemar Hamalik menguraikan komponen kurikulum menjadi tujuh bagian yang sating terkait, yaitu: tujuan pendidikan dan pengajaran, peserta didik, tenaga kependidikan (guru), perencanaan pengajaran, strategi pembelajaran, media pengajaran, dan evaluasi pengajaran.
22
Sedangkan menurut Hasan Langgulung, mengikuti konsep yang luas dan menyeluruh, kurikulum itu memiliki empat komponen utama, yaitu: 21 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psiko/ogi ... , h. 195-196. "Oemar Hamalik, Proses Be/ajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003, h. 77.
56
1) Tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan itu. 2) Pengetahuan (knowledge), informasi-informasi, data-data, aktivitasaktivitas dan pengalaman-pengalaman dari mana terbentuk kurikulum itu (matapelajaran). 3) Metode dan cara-cara mengajar yang dipakai oleh guru-guru untuk mengajar dan mendorong murid-murid belajar dan membawa mereka ke arah yang dikehendaki oleh kurikulum. 4) Metode dan cara penilaian yang dipergunakan dalam mengukur dan menilai kurikulum dan hasil proses pendidikan yang direncanakan dalam kurikulum. 23 Dalam pandangan beliau kurikulum mempunyai empat aspek utama, yaitu tujuan-tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh kurikulum; pengetahuan-pengetahuan, data-data, kegiatan-kegiatan, dan pengalamanpengalaman dari mana terbentuk kurikulum itu; metode dan cara-cara mengajar dan bimbingan; dan cara menilai yang digunakan dalam mengukur dan dan menilai kurikulum dan basil proses pendidikan yang dapat dicapai untuk meraih tujun-tujuan dan maksud yang telah direncanakan.
a. Tujuan Pendidikan Tujuan adalah batas akhir yang dicita-citakan seseorang dan dijadikan pusat perhatiannya untuk dicapai melalui usaha. Dalam usaha
terkandung
cita-cita,
kehendak,
kesengajaan
serta
berkonsekwensi penyusunan daya upaya untuk mencapainya. Tujuan pendidikan merupakan masalah sentral dalam proses pendidikan. Hal ini disebabkan oleh fuingsi-fungsi yang dipikulnya. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim yang seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmaniah maupun rohaniah,
23
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidilwn ... , h. 295-296.
57
menumbuh suburkan hubungan harmonis setiap pribadi dengan Allah, manusia dengan alam semesta.24 Menurut Hasan Langgulung berbicara tentang tujuan pendidikan sama halnya berbicara tentang tujuan hidup manusia. Sebab pendidikan hanyalah suatu alat yang digunakan oleh manusia untuk memelihara kelanjutan hidupnya baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat. Hasan merumuskan tujuan pendidikan sebagai usaha dalam mengadakan pengembangan dan penumbuhan seluruh aspek pribadi individu dan mempersiapkannya untuk kehidupan yang mulia dan berhasil
dalam
suatu
masyarakat.
Pendidikan juga
berusaha
memajukan, mengembangkan, dan merubah masyarakat ke arah yang lebih baik dalam segala bidang kehidupan: sosial, budaya, ekonomi dan politik. 25 Tujuan Pendidikan Islam yang hendak dicapai oleh Hasan Langgulung adalah keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa,
aka! pikiran (intelektual), diri manusia yang rasional, perasaan dan indera.
Oleh
karena
itu,
pendidikan
hendaknya
mencakup
perkembangan seluruh aspek fitrah peserta didik, yang meliputi aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif, dan mendorong semua aspek tersebut berkembang ke arah kebaikan dan kesempumaan. Berpijak dari pandangan di atas, pendidikan Islam hendaknya senantiasa memperhatikan keseimbangan antara ilmu pengetahuan umum dengan nilai-nilai agama kepada peserta didik. Sehingga peserta didik mampu menjawab tantangan zaman yang timbul dalam kehidupan. Salah satu cara terbaik adalah dengan membuka diri
24
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Kencana, 2004), h 153. 25 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan ... , h. 58.
58
terhadap ilmu pengetahuan umum dengan tanpa mengabaikan nilainilai agama. Dalam pandangan Hamka, tujuan Pendidikan Islam adalah mengenal dan mencari keridhaan Allah, membangun budi pekerti untuk berakhlak mulia serta mempersiapkan peserta didik untuk hidup secara layak dan berguna ditengah-tengah komunitas sosialnya. 26 Sehubungan dengan tujuan Pendidikan Islam, menurut Jusuf Amir Faisal tujuan Pendidikan Islam dapat dipecahkan menjadi tujuantujuan berikut: a. Membentuk manusia muslim yang dapat melaksanakan ibadah mahdah; b. Membentuk manusia yang disamping dapat melaksanakan ibadah mahdah dapat juga melaksanakan ibadah muamalah dalam kedudukannya sebagai seorang atau sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan tertentu; c. Membentuk warga negara yang bertanggung jawab kepada masyarakat dan bangsanya dalam rangka bertanggung jawab kepada Allah sebagai penciptanya; d. Membentuk dan mengembangkan tenaga profesional yang siap dan terampil atau tenaga setengah terampil untuk memungkinkan mamasuki tekno-struktur masyarakatnya; e. mengembangkan tenaga ahli di bidang ilmu agama dan ilmu-ilmu . Iamt. l amnya. . 21 1s Titik fokus Pendidikan Islam tidak terbatas pada kemampuan beribadah, membaca Al-Qur' an, shalat dan sebagainya sebagaimana asumsi sebagaian orang. Oleh karena itu yang dirnaksud dengan taat kepada Allah dan menghamba kepada-Nya tidak terbatas pada ibadah dan mengabdi serta berbakti saja, tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan. Hasan menegaskan bahwa dalam mengukur keberhasilan tujuan pendidikan, tidak hanya menggunakan kriteria kuantitatif saja seperti kemajuan ekonomi dan pembangunan, nilai materi yang diraih dan lain 26
Samsul Nizar, Men1perbincangkan Dinamika lntelektual Dan Pemikiran Hamka
Tentang Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet 1, h 117. 27 Jusuf Amir Feisal, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Gema lnsani Press, 1995), h.96.
59
sebagainya. Namun, penilaian keberhasilan pendidikan juga perlu menggunakan kriteria kualitatif seperti kebahagiaan, ketentraman, kesehatan mental dan lain-lain. Disini, Hasan Langgulung membagi tujuan Pendidikan Islam menjadi dua tujuan pokok, yaitu pembentukan insan saleh yang beriman kepada Allah dan agama-Nya, dan pembentukan masyarakat saleh yang mengikuti petunjuk agama Islam dalam segala urusannya.28 a. Pembentukan Insan Saleh Secara bahasa Insan saleh berarti manusia yang mendekati kesempumaan. Yang dimaksud dengan pembentukan insan saleh adalah pengembangan manusia yang menyembah dan bertakwa kepada Allah, manusia yang penuh keimanan dan takwa, berhubungan dengan Allah, memelihara dan menghadap kepadaNya dalam segala perbuatan yang dikerjakan dan segala tingkah laku yang dilakukannya, segala pikiran yang tergores dihatinya dan segala perasaan yang berdetak dijantungnya. Oleh karena ia mempunyai risalah ketuhanan yang harus dilaksanakan, maka ia selalu menuju pada kesempumaan akhlak yang mulia. Akhlak insan saleh dalam Islam ialah harga diri, perikemanusiaan, kesucian, kasih sayang, kecintaan, kekuatan jasmani dan rohani, menguasai diri, dinamisme, dan tanggungjawab. Memerintahkan yang ma'ruf dan melarang yang mungkar. Bersifat benar, jujur, ikhlas, memiliki rasa keindahan dan memiliki keseimbangan pada kepribadiannya dan memakmurkan dunia dan mengeluarkan hasilnya b. Pembentukan Masyarakat Saleh Sedangkan masyarakat saleh adalah masyarakat yang percaya bahwa masyarakat itu mempunyai risalah untuk umat manusia yaitu keadilan, kebenaran dan kebaikan. Masyarakat Islam selalu
28
Hasan Langgulung, Pera/ihan Paradigma ... , h. 25.
62
bumi. Baik sebagai khalifah fil al-ardh maupum al-abd '. Dalam ha! ini Pendidikan Islam dituntut untuk menawarkan materi pendidikan universal. Yaitu pendidikan yang dapat menyentuh seluruh aspek (potensi) peserta didik. Sejalan dengan Hasan Langgulung, Nana Sudjana menegaskan bahwa ada tiga kriteria dalam memilih isi materi kurikulum, antara lain: 1) Isi kurikulum hams sesuai, tepat, bermakna bagi perkembangan siswa. 2) Isi kurikulum hams mencerminkan kenyataan sosial yaitu sesuai dengan tuntutan hidup nyata dalam masyarakat. 3) Isi kurikulum hams mengandung pengatahuan ilmiah yang komprehensif yaitu mengandung aspek intelektual, moral dan sosial secara seimbang. 4) Isi kurkulum harus mengandung bahan yang jelas. Teori, prinsip dan konsep yang terdapat di dalamnya bukan sekedar informasi faktual belaka. 5) Isi kurikulum hams menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Dalam ha! komponen isi cakupan mata pelajaran, Hasan Langgulung menjelaskan rumusan ilmu dalam kurikulum Pendidikan Islam yaitu: 1) Mata pelajaran dalam kurikulum
penidikan Islam adalah
matapelajaran yang berkaitan dengan al-Qur'an dan hadits (ilmu yang diwahyukan/ reveald knowledge). 2) Ilmu-ilmu tersebut membahas tentang manusia sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat (psikologi, sosiologi, sejarah). 3) Ilmu pengetahuan yang mengkaji alam (al-ulum kauniyahl natural
science) yang meliputi astronomi, biologi, botani dan lain-lain. Formulasi materi pendidikan yang demikian akan menghasilkan sosok peserta didik sebagai manusia seutuhnya (insan kamil). Dalam Islam, manusia senantiasa dipandang secara integral dan seimbang.
63
Oleh karenanya wajar jika Pendidikan Islam dituntut untuk menawarkan materi pendidikan universal yang mengayomi seluruh aspek (potensi) peserta didik secara utuh, baik sebagai makhluk individu maupun sosial. Melihat materi yang termuat dalam kurikulum di atas, terlihat bahwa Hasan Langgulung tidak membedakan antara ihnu-ilmu keagarnaan dan ilmu-i!mu umum, meskipun pada konsepnya masih tergambar pemisahan ilmu. Menurutnya dalam Pendidikan Islam tidak mengenal adanya dualisme dalam kandungan kurikulum sebagaimana pendidikan yang berlangsung saat ini. Pandangan Hasan Langgulung dalarn konteks isi kurikulum, senada dengan upaya islamisasi ilmu yang beliau dengungkan, mengintegrasikan antara ilmu agama dengan ilmu umum, tidak ada dikotomi antara keduanya.
c. Metodologi Pendidikan Secara literal metode berasal dari bahasa Greek yang terdiri dari dua kosa kata, yaitu meta yang berarti melalui dan hodos yang berarti jalan. Jadi metode berarti jalan · yang dilalui. Runes menerangkan metode sebagai suatu prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan dan suatu teknik yang dipakai dalarn proses mencari ihnu pengetahuan dari suatu materi tertentu.31 Konsep metodologi pendidikan menurut Hasan Langgulung tidak hanya terbatas pada hal-hal pengajaran saja, tetapi meliputi berbagai aspek yang akan membawa proses belajar mengajar bisa lebih efektif seperti pengurusan (managerial) yang meliputi administrasi dan kepegawaian, pendidikan guru, buku-buku teks, teknologi pendidikan yang melipti berbagai aspek seperti audio visual material, teaching aids dan lain-lain. 31
66.
Al-Rasyidin, Fi/safat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), Cet ke-2, h 65-
64
Dalam ha! metodologi, Hasan juga memfokuskan tinjauan pada kajian psikologi guru dan murid, bahwa dalam penetapan sebuah kurikulum oleh perancang dan guru-guru hams mengetahui teori pertumbuhan dan perkembangan, sebab dengan memperhatikan gejala psikologi, akan terjadi umpan batik yang seimbang dengan adanya respon yang positif dari anak didik terhadap pendidikan. Bakat, potensi,
dan minatnya tersalurkan jika pendidikan
memperhatikan aspek perkembangan anak didik. Guru dengan mudah mengajar dan memberikan materi dengan metode tepat. Seluruh tingkah laku guru baik yang bersifat verbal ataupun non-verbal terhadap murid menjadi sumber pengajaran yang sangat efektif.32 Pendapat Hasan tersebut didukung oleh Al-Syaibany yang mengatakan: Metode pendidikan adalah segala segi kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri perkembangan peserta didikuya, suasana a!am sekitamya dan tujuan membimbing peserta didik untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka. 33 Agar proses pendidikan berjalan secara efektif dan efisien, maka seorang pendidik dituntut untuk menggunakan berbagai macam metode, karena dengan menggunakan metode tertentu proses interaksi akan mudah dipahami dan dapat diterima oleh peserta didik. Dalam ha! metode pendidikan, ada tiga aspek yang perlu diperhatikan. I) Pendidik hams aktif dalam membina karakter dalam diri siswa. Seorang pendidik Islam bertanggung jawab mengasuh seorang siswa dengan cara-cara tertentu, peranannya bukan hanya mengusahakan suasana pengajaran menjadi baik saja tapi juga membina pelajar dalam menentukan pilihan.
32
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidlkan... , h. 308-309. Omar Muhammad AI-Thoumi Al-Syaibany, Fa/safah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h 553. 33
66
digunakan hendaknya tidak bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam sebagaimana yang terkandung dalam Al-Qur'an dan Hadis.
d. Penilaian Penilaian atau evaluasi merupakan proses yang sangat penting dalam pendidikan, karena dengan adanya penilaian dapat diketahui tingkat keberhasilan dan kelemahan suatu proses pendidikan, dengan seluruh komponen yang terlibat didalamnya, dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Menurut
Hasan
Langgulung,
penilaian
dalam
kurikulum
Pendidikan Islam adalah upaya dalam menentukan keberhasilan pendidikan yang ditinjau melalui tujuan pendidikan. Oleh karena tujuan Pendidikan Islam mempunyai keistimewaan yaitu untuk menyembah dan berbakti kepada Allah sepanjang hayat. Dengan diadakannya penilaian, dapat dilihat tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan pembelajaran serta tingkat efektifitas strategi pembelajaran yang dilaksanakan. Dengan demikian, hasil kegiatan penilaian dapat digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan perbaikan dan peningkatan kegiatan pendidikan. Fungsi
dari
penilaian adalah
untuk memilih orang-orang
berdasarkan kesanggupannya untuk mencapai tujuan-juan pendidikan, juga sebagai peneguhan (ganjaran) bagi pelajar-pelajar. Landasan ini mengacu pada teori psikologi, yang mengatakan bahwa segala tingkah laku yang diteguhkan akan tetap, dan pendidikan pun mencapai tujuannya. Sedang tingkah laku yang yang tidak diteguhkan akan hilang. Menurut Ngalim Purwanto,
fungsi
evaluasi adalah untuk
mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama jangka
67
waktu tertentu dan untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran. 36 Peneguhan dalam penilaian Pendidikan Islam tidak hanya bersifat matrealistis seperti pemberian hadiah dan uang, tetapi ada peneguhan yang bersifat non matrealistis seperti tepuk tangan, senyum, dan lainlain yang semua ini harus berjalan seimbang. Kalaupun menggunakan yang bersifat matrealistis harus diasumsikan bahwa itu sebagai alat bukan tujuan. Adapun kriteria penilaian yang baik yaitu dengan dilakukan secara terus-menerus (kontinuitas). Menurut Hasan, kriteria penilaian harus berlainan dengan pendidikan dari falasafah-falsafah lain yaitu bukan sekedar lulus ujian saja, tetapi harus dimasukkan juga kebijaksanaan dan budi pekerti yang baik sebagai kriteria. Senada dengan pendapat Hasan, Colin Marsh dan Ken Stafford menegaskan bahwa perlu adanya penekanan terhadap pembelajaran nilai-nilai moral di sekolah. Sebab meningkatnya tindak kriminal dan kenakalan remaja seperti masalah pomografi, obat-obatan terlarang dan lain sebagainya menjadi alasan perlunya penekanan masalah moral terhadap peserta didik. 37 Untuk mendapatkan kurikulum yang ideal, Hasan Langgulung menjalaskan bahwa ada tiga pinsip pokok yang harus diperhatikan dalam merancang kurikulum, yaitu:
a
Setiap rancangan kurikulum harus mencerminkan pengetahuan (knowledge) yang bersifat universal.
b. Kurikulum harus sesuai dengan kebolehan-kebolehan anak-anak yang diajar dari segi kebutuhan peringkat perkembangan dan minat, agar kurikulum lebih berkesan dan efisien dipelajari oleh murid-murid. 36
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008, Cet Ke-14, h. 5. 37 Colin Marsh dan Ken Stafford, Curriculum Practices and Issues, Australia: McGrawHill Book Company, 1988), ed II, h. 252.
68
Kurikulum harus relevan dengan alam sekitar muricl, ini berarti bahwa kebudayaan memegang peranan utama dalam menentukan kandungan kurikulum.38
3. Menetapkan Prinsip-Prinsip Kurikulnm dalam Pendidikan Islam
Untuk mencapai kurikulum sesuai dengan yang diharapkan, menurut Hasan Langgulung kurikulum Pendidikan Islam hendaknya mengacu pada dasar-dasar pokok sebagai berikut: a. Keutuhan, kurikulum Pendidikan Islam harus bersifat utuh. Proses ini menunjukkan bahwa pendidikan Islam harus memperhatikan seluruh aspek manusia: badan, jiwa, akal, dan rohnya Sedangkan dari segi pelaksanaannya, harus meliputi segala aktivitas pendidikan
forma~
non-formal dan informal seperti pendidikan di rumah, masj id, pekerjaan, lembaga sosial dan budaya. b. Keterpaduan, kurikulum Pendidikan Islam harus memadukan berbagai macam komponen dari segi jenis dan tahap pendidikan, memadukan individu dengan masyarakat luas, dan memadukan individu itu sendiri dengan kepribadiannya: jasad, jiwa, aka! dan rob yang berkaitan secara organik dan berbaur satu dengan yang lain sehingga apabila terjadi perubahan pada salah satu komponennya, maka akan berlaku perubahan pada komponen-komponen yang lain. Pendidikan Islam harus bertolak dari keterpaduan individu di kalangan mayarakat Islam dan dari keterpaduan di Negara Islam. Pendidikan Islam mendidik individu-individu agar memiliki semangat setiakawan dan kerjasama dengan mendasarkan aktivitasnya atas semangat dan ajaran Islam. "keljasama/ah kamu atas kebaikan dan takwa". (Qs. 5:3) c. Kesinambungan,
kurikulum
yang
digunakan
hendaknya
berkesinambungan dari segi umur, jenjang persekolahan, dan suasana. Sistematika pembelajarannya dibangun dari yang mudah sampai pada
38
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan .. ., h 195-196.
69
yang sulit yang diberikan secara terus menerus dan antara materi yang satu dengan materi yang lainnya saling terkait. "Tuntutlah i/mu dari buaian sampai ke Jiang lahat ", "Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina". Ibnu Qhutaibah berkata: "Seorang tetap menjadi orang a/im selama ia masih menuntut ilmu, apabila ia menyangka telah tahu, sebenarnya ia adalah bodoh". d. Keaslian,
knrikulum
Pendidikan Islam
hendaknya
mengambil
komponen, tujuan, kandungan, dan metodologi dari ajaran Islam tanpa menolak unsur yang datang dari luar selama tidak bertentangan dengan ruh ajaran Islam. Pendidikan Islam harus memberikan prioritas terhadap
pendidikan
kerohanian
yang
diajarkan
oleh
Islam,
mengangkat derajat manusia tanpa meninggalkan alam kebendaan. e. Bersifat ihniah, knrikulum Pendidikan Islam hendaknya memandang sains dan teknologi sebagai salah satu komponen terpenting dari peradaban modem, hanya dalam mengaplikasikannya harus sesuai dengan semangat Islam. f.
Bersifat praktikal, kurikulum Pendidikan Islam tidak hanya mengacu pada tataran teoritis saja, tetapi harus mengandung nilai-nilai praktikal yang dapat dimanfaatkan Jangsung dalam kehidupan sehari-hari. Tugas pendidikan Islam, selain membentuk manusia yang beriman kepada ajaran Islam juga membentuk pekerja produktif dalam bidang ekonomi dan individu yang aktif dalam masyarakat.
g. Kesetiakawanan, di antara ajaran terpenting dalam Islam ialah kerjasama, persaudaraan dan keterpaduan di kalangan kaum Muslim. Kuriknlum Pendidikan Islam harus menanamkan dan menumbuhkan rasa setia kawan dan persaudaraan dikalangan kaum muslimin, dan antara pendidik dan peserta didik. h. Keterbukaan, dalam kurikulum Pendidikan Islam harus ditanamkan rasa kesamaan hak antar individu dan menghilangkan rasa fanatisme karena di dalam Islam tiada etnisitas, hanya takwa dan iman yang dapat membedakan seseorang. Pendidikan Islam adalah pendidikan
70
kemanusiaan yang berdiri di atas persaudaraan seiman dan perutusan untuk umat manusia seluruhnya.39
4. Merumuskan Jenis dan Jenjang Kurikulum dalam Pendidikan Islam
Dalam rangka merumuskan jenis dan jenjang kurikulum dalam pendidikan Islam, pembuat-pembuat kurikulum dan guru-guru harus mengetahui teori-teori pertumbuhan dan perkembangan agar dapat menyuguhkan berbagai
aspek pengetahuan
sesuai dengan tahap
perkembangan anak-anak. Hasan Langgulung merumuskan jenis dan jenjang menjadi tiga bagian, yaitu: a. Pendidikan Kanak-Kanak Pra Sekolah dan Taman Kanak-Kanak Ditinjau dari fase perkembangan manusia, usia anak pendidikan kanak-kanak pra sekolah dan taman kanak-kanak terletak antara dua tahun sampai enam tahun. Sedangkan dari segi institusi pendidikan sebagian negara-negara menganggapnya sebagai institusi non formal dan ada pula sebagian negara yang menganggapnya sebagai institusi formal. Kurikulum pada tahap ini sedapat mungkin bersifat umum, terpadu dan merata bagi semua yang mengikuti pelajarannya. Proses ini bertujuan mendidik jiwa dan akhlak pelajar, memperbaiki bahasanya, mengasah ingatan, menguatkan pribadinya, dan membiasakannya berfikir menggunakan aka!. Adapun aspek-aspek yang perlu dikembangkan pada fase ini adalah: Aspek intelektual, emosional, sosial, jasmani, pergerakan, estetik dan moral. Dari segi materi pendidikan, Hasan Langgulung mengutip pemyataan Al-Ghazali, bahwa pada fase ini anak harus dibimbing untuk mempelajari al-Qur'an, hadits, riwayat orang-orang
39
Hasan Langgulung, Pendidilwn Islam ... , h 142-145.
71
baik, syair-syair, dan kehalusan budi pekerti, supaya tertanam dalam dirinya sebuah kebaikan dan kecintaan tehadap Allah dan Rasul-Nya.40 b. Sekolah Dasar dan Menengah Pelaksanaan kurikulum dalam sekolah dasar harus sesuai dengan kebolehan-kebolehan anak-anak yang diajar dari segi kebutuhan tingkat perkembangan dan minat, agar kurikulum Jebih berkesan dan efisien bagi siswa. Aspek utama yang perlu dikembangkan pada sekolah dasar adalah ketrampilan kemahiran dasar (basic skill) meliputi membaca, menulis dan menghitung. Hasan mengutip pemyataan dalam Konferensi Dunia Kedua tentang pendidikan Islam dinyatakan bahwa matapelajaran pada tingkat dasar adalah sebagai berikut: l) Al-Qur'an: bacaan dan hapalan 2) Diniyat: Tauhid dan Fiqh 3) Sejarah Islam dan tamadun Islam 4) Ilmu alam 5) Matematika
6) Syair-syair dan kisah
7) Sains dasar 41 8) Bahasa Arab
Sedangkan
pada
tahap
sekolah
menengah
digunakan
"interdisiplinary approach" seperti misalnya ilmu alam yang menggabungkan berbagai disiplin ilmu, atau pengajaran berkelompok
(team teaching) yang digunakan untuk mengajarkan berbagai aspek misalnya mengenai kependudukan yang ditinjau dari berbagai aspek ilmu pengetahuan. Yusuf Amir Feisal menegaskan bahwa pada jenjang menengah program pendidikan diorientasikan pada pembinaan manusia Muslim
40 Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaban Islam Suatu Analisa Sosio-Psiko/ogi, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1985), Cet ke-III, h. 69. 41 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan .. ., h. 198.
72
dan rnanusia yang kaya akan informasi teoritis yang lebih rneningkat atau Iebih intensif dan ekstensif dibandingkan dengan apa yang dipelajari pada jenjang dasar. Rumpun ilrnu yang diberikan diambil dari rurnpun ihnu yang sarna seperti pada jenjang dasar dengan aksentuasi pada kompetensi pemecahan rnasalah.42 c. Perguruan Tinggi Perguruan tinggi adalah suatu bentuk institusi sosial yang berfimgsi sebagai pengajaran, penyelidikan dan pengabdian kepada masyarakat. Instansi
ini
hams
hams
sanggup
mengolah,
rnenggarap,
rnengernbangkan dan rnenciptakan nilai-nilai budaya pada masyarakat, rnemindahkan dan melanjutkan nilai-nilai budaya kepada generasigenarasi rnendatang. Pewarisan kebudayaan dalam perguruan tinggi tidak hanya memindahkan atau mengajarkan nilai-nilai sebagairnana adanya, tetapi mengolah dan rnengembangkan nilai-nilai agar siap rnenghadapi tantangan zaman yang selalu berkembang, sebab Perguruan tinggi sebagai "agen pembaharu" atau "pusat pembaharuan". Perguruan tinggi juga berfungsi sebagai pelayanan umum (public service) atau disebut dengan pengabdian rnasyarakat, dimana perguruan tinggi turut aktif mernberi sumbangan terhadap rnasalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat.43 Pada perguruan tinggi pelajar-pelajar diberi peluang sebesarbesamya untuk mengembangkan potensi-potensinya sendiri dalam bentuk pilihan yang luas dalam kursus-kursus dan aktivitas-aktivitas baik rnelalui kemudahan-kernudahan pelajaran yang disediakan seperti perpustakaan,
olahraga,
komputer,
laboratoriurn,
atau
melalui
pelayanan-pelayanan yang disediakan oleh universitas terutama pelayanan pelajar seperti: birnbingan dan penasehat disiplin, kegiatan agarna, kebudayan dan lain-lain. 42 43
Jusuf Amir Feisal, Reorientasi Pendidikan Islam .. ., h. 122. Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaban Islam .. ., h. 93.
73
Pada tingkat tinggi program pendidikan ditujukan untuk mengisi tenaga ahli suatu bidang studi yang menjadi pilihan mahasiswa. Struktur
pendidikan
terdiri
atas
strata
dan
program
yang
menggambarkan keahlian (teori) seperti program guru, program akta dan lain sebagainya. Dalam konteks islamisasi ilmu, Hasan Langgulung merumuskan jenis dan jenjang pendidikan dan memberikan penekanan pendidikan agama mulai tahap Pendidikan Kanak-Kanak Pra Sekolah dan Taman Kanak-Kanak serta Sekolah Dasar dan Menengah,
mengantarkan
pendidikan agama sampai siswa masuk usia baligh. Sedangkan dalam jenjang perguruan tinggi titik fokus pada pengembangan potensi dan pengabdian terhadap masyarakat
C. Analisis Terhadap Pemikiran Pendidikan Islam Hasan Langgulung
Berdasarkan kondisi pendidikan saat ini sebagaimana yang telah diuraikan pada bahasan sebelumnya, maka pemikiran Pendidikan Islam yang ditawarkan oleh Hasan Langgulung nampaknya memiliki relevansi dan signifikansi yang tinggi serta layak untuk dipertimbangkan sebagai solusi altematif untuk diaktualisasikan dalam dunia Pendidikan Islam. Karena pada dasamya gagasan Hasan tentang islamisasi tersebut merupakan upaya pemecahan masalah pendidikan yang berusaha untuk mengintegrasikan dikotomi ilmu pengetahuan dan menjaga keseirnbangan antara ilmu agama dan umum. Konsepsi ini sesuai dengan corak pemikiran Al-Attas, yang menekankan integrasi antara ilmu umum dan ilmu agama. Seluruh pengetahuan mengenai individu, kelompok manusia, alam, agama ataukah sains, harus disusun kembali berdasar prinsip tauhid, yaitu Allah SWT sebagai Pencipta, Penguasa, Pelindung, Pemberi rizki, Akhir, tujuan dan sebab metafisis segala sesuatunya. Seluruh pengetahuan objektif mengenai dunia berarti pengetahuan tentang kehendak, pengaturan dan kebijakan-Nya. Kebahagiaan akan terlahir jika manusia berpegang kuat pada ilmu Allah.
74
Melalui pemikiran pendidikan yang berlandaskan kepada wahyu Tuhan menuntut terwujudnya suatu sistem pendidikan yang
komprehensi~
yang
nantinya akan mampu melahirkan pribadi-pribadi pendidik yang akan berperan dalam mengintemalisasikan nilai-nilai Islam dan mampu mengembangkan peserta didik ke arah pengamalan nilai-nilai Islam secara dinamis dan fleksibel dalam batas-batas konfigurasi realitas wahyu Tuhan. Apabila ditelaah dengan cermat, bahwa pemikiran Hasan Langgulung mengarahkan pada pendidikan yang bercorak moral-religius dengan tetap menjaga keseimbangan dan keterpaduan sistem. Hal tersebut tersirat dalam konsep kurikulumnya yang menjadikan akhlaq sebagai titik fokus dalam pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang telah ditawarkan oleh Hasan Langgulung mengacu pada aspek moral dan juga tidak mengabaikan aspek ilmu pengetahuan dan ketrampilan. Ini relevan dengan aspirasi Pendidikan Islam, yakni aspirasi yang bemafaskan moral dan agama.
44
Dari uraian diatas, format pemikiran pendidikan yang ditawarkan oleh Hasan Langgulung, tampaknya berusaha untuk menampilkan wajah Pendidikan Islam sebagai suatu sistem pendidikan terpadu. Hal tersebut secara jelas dapat dilihat dari tujuan pendidikan yang dirumuskannya yaitu tujuan akhir dari Pendidikan Islam adalah untuk mewujudkan manusia yang baik, yaitu manusia universal (Jnsan Kami[). Senada dengan Yusuf Amir Feisal yang menyatakan bahwa rumusan sistem pendidikan Islam hendaknya memadukan pendekatan normatif deduktif yang bersumber pada sistem nilai yang mutlak, yaitu Al-Qur' an, As-Sunnah, dan hukum Allah yang terdapat dalam alam semesta. Dengan sistem ini akan menghasilkan uot put yang berkualitas dari segi intelektualitas dan spiritualitas.45 Konsekwensi dari sistem pendidikan terpadu tersebut perlu didukung oleh konseptualisasi dan latihan terhadap pendidik, karena pendidik menjadi model bagi siswa. Untuk itu pendidik hendaknya mengetahui teori tentang pendidikan
44 45
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan ... , h 113. Jusuf Amir Feisal, Reorientasi Pendidikan ... , h. 116.
75
Islam dan diajarkan untuk menyadari keunggulan system pendidikan Islam dibanding dengan pendidikan Barat. Menurut penulis, gagasan beliau menunjukkan perhatian dan kepedulian yang besar terhadap dunia pendidikan dalam menghadapi tantangan zaman. Karena tantangan yang dihadapi selalu berbeda mengikuti perkembangan zaman. Karenanya, pembicaraan masalah kependidikan ini mempunyai peran strategis bila memang Pendidikan Islam ingin turut bersaing dengan percaturan global. Pendidikan harus mengarah pada penciptaan anak didik dengan kemampuan dan perkembangan pengetahuan dan ketrampilan yang memadai, tanpa harus mengabaikan nilai-nilai moral dan etika Islam yang telah teruji kebenarannya. Tampilnya lembaga-lembaga pendidikan Islam diharapkan tidak hanya menjadi jawaban terhadap keringnya filosofi dan ideologi pendidikan dari nilai-nilai etika dan moral tapi juga dapat menjadi kendali kemajuan pendidikan di Indonesia. Perin adanya metode yang tepat untuk mendidik anak agar berakhlak mulia. Metode yang dapat diandalkan dan mudah di lakukan. Di samping itu perlu adanya kesamaan antara pendidikan di rumah, sekolah dan lingkungan masyarakat, sehingga dimungkinkan pendidikan jalan searah dalam mencapai tujuan. Kurikulum Hasan Langgulung memberikan kontribusi besar terhadap dunia pendidikan. Konsep kurikulum yang tidak kaku dan fleksibel, yakni mengajarkan suatu fakta berdasar kesanggupan murid-muridnya. Kurikulum yang dituangkan mencoba menjawab berbagai permasalahan Pendidikan Islam, yang selama ini selalu dinilai terbelakang. Dengan adanya gagasan yang ideal ini, semoga saja instansi pendidikan senantiasa berbenah untuk kemajuan pendidikan di masa datang. Amin.
BABY
PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan basil penelitian penulis terhadap konsep Islamisasi ilmu dalam kurikulum pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Konsep islamisasi ilmu dalam kurikulum pendidikan Islam berarti
menyusun kembali konsep-konsep kurikulum dengan format yang lebih integral antara pengetahuan urnum dengan pngetahuan agama. 2. Konsep islamisasi ilmu Hasan Langgulung berbeda dengan konsep islamisasi ilmu yang digagas oleh syed Naquib al-Attas, yaitu bersifat modernisasai. 3. Prioritas tujuan
kurikulum
pendidikan
Islam
menurut Hasan
Langgulung tidak hanya bersifat materi akan tetapi kebahagiaan dengan akhlak dan perilaku yang baik bersandarkan pad a al-Qur' an dan Sunnah Rasul. 4. Pelaksanaan islamisasi ilmu menurut Hasan Langgulung yakni dengan
cara: a. Merumuskan Konsep Kurikulum dalam Pendidikan Islam b. Menyusun Kembali Komponen Kurikulum dalam Pendidikan Islam c. Menetapkan Prinsip-Prinsip Kurikulum dalam Pendidikan Islam d. Merumuskan Jenis dan Jenjang Kurikulum dalam Pendidikan Islam
77
B. Saran Setelah berbicara jauh tentang islamisasi ilmu yang dilakukan oleh Hasan Langgulung, penulis mengungkapkan gagasan berupa saran diantaranya: I. Menempatkan kembali seluruh aktifitas pendidikan di bawah frame work
agama. 2. Perancang kurikulum dan pelaksana pendidikan Islam hams berani mengembangkan kerangka pengetahuan masa kini yang terartiknlasi sepenuhnya dan kerangka pengetahuan hams dirancang secara aplikatif. 3. Perancang kurikulum pendidikan Islam hendaknya menciptakan teori-teori sistem pendidikan yang memadukan ciri-ciri terbaik sistem tradisional dan sistem modem. 4. Sistem pembelajaran harus menggambarkan kerangka teoritis ilmu dan teknologi yang di dalamnya terdapat gaya-gaya dan metode-metode aktivitas ilmiah dan teknologi yang sesuai dengan tinjauan dunia dan mencerminkan nilai dan norma budaya muslim.
5. Dalam hal strategi, pendidik hendaknya menggunakan strategi pendidikan yang membumi. 6. Perlu adanya perhatian dan dukungan dari pemimpin (pemerintah) atas proses penggalian dan pembangkitan dunia pendidikan Islam ini.
DAFI'ARPUSTAKA
Al-Adnani, Abu Fatiyah. 2002. Agenda Al-Mizan. Solo: Tim Pustaka Amanah. Al-Attas, Syed Muhammad Naquib. 1981. Islam dan Sekulerisme. Bandung: Pustaka. _ _ , 1996. Konsep Pendidikan Dalam Islam. Bandung: Mizan. _ _ , 1998. Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam, Terj. dari The Educational
Philosophy and Practice of Syed Muhammad Naquib Al-Attas oleh Wan Mohd Nor Wan Daud, Bandung: Mizan. Al Djamaly, Fadhil. 1988. Menerabos Krisis Pendidikan Dunia Islam. Jakarta: Golden Terayon Press. Al-Faruqi,
Ismail Raji.
1984. Islamisosi llmu
Pengetahuan.
Bandung:
Perpustakaan Salman ITB. Al Rasyidin dan Nizar Samsul. 2005. Filsafat Pendidikan Islmn. Ciputat: PT Ciputat Press. Al-Syaibany, Omar Mohammad Al-Toumy. 1979. Falsafah Pendidikan Islam. Alih Bahasa: DR. Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang. Aly, Hery Noer. 1999. I/mu Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Arief, Armai. 2002. Pengantar I/mu Dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers. Daradjat, Zakiah. 1979. Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Jakarta: Gunung Agung. Fattah, Nanang. 2006. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Feisal, Jusuf Amir. 1995. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Gema Insani Press. Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara. -'
2006. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Langgulung, Hasan. 1980. Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, Bandung: Al-Ma'arif
__,1985. Pendidikan Dan Peradaban Islam Suatu Analisa Sosio-Psikologi. Jakarta: Pustaka Al-Husna. _ _, 1988. Pendidikan Islam Menghadapi Abad Ke-21, Jakarta: Pustaka AlHusna. _ _ , 1995. Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikalogi dan Pendidikan. Jakarta: PT Al-Husna Zik:ra. _ _ , 2002. Peralihan Paradigma Dalam Pendidikan Islam dan Sains Sosial. Jakarta: Gaya Media Pratama. ___, 2008. Asas-Asas Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Pustaka Al-Husna Baru. Malik MTT. 2008. lnovasi Kurikulum Berbasis Lokal di Pondok Pesantren. Jakarta: Departemen Agama. Marsh, Colin dan Stafford, Ken. 1988. Curriculum Practices
and Issues,
Australia: McGraw-Hill Book Company.s Muhaimin. 2006. Nuansa Boru Pendidikan Islam, Mengurai Benamg Kusut Dunia
Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Mulyanto. 2000. lslamisasi I/mu Pengetahuan. Dalam Moeflich Hasbullah,
Gagasan dan Perdebatan lslamisasi flmu Pengetahuan, Jakarta: PT Pusataka Cidesindo. Nasution, Harun. 1986. Akal dan Wahyu dalam Islam. Jakarta: UI Press. Nasution, S. 1995. Asas-Asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara. Nata, Abudin. 2003. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Bandung: Angkasa. Nata, Abudin dan Fauzan. 2005. Pendidikan Dalam Perspektif Hadits, Jakarta: UJNPress. Nizar, Samsul, 2002, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers. _ _, 2008. Memperbincangkan Dinamika lntelektual Dan Pemikiran Hamka
Tentang Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana. Purwanto, M. Ngalim. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. ~
'J)
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Putrafaulay, Haidar. 2004. Pendidikan ls/am Dalam Sistem Pendidikan Nasional
di Indonesia. Jakarta: Kencana.
Qomar, Mujamil. 2005. Epistemologi Pendidikan Islam Dari Metode Rasional Hingga Metode Kritk, Jakarta: Erlangga. Ramayulis dan Nizar, Samsul. 2005. Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, Mengenal Tokoh Pendidikan Di Dunia Islam Dan Indonesia. Ciputat: Quantum Teaching. Sanjaya, Wina. 2008a. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana. _ _ , 2008b. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Kencana. Soetopo, Hendyat dan Soemanto, Wasti. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sebagai Substansi Problem Administrasi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara. Shofan,
Mohammad. 2004. Pendidikan Berparadigma Profetik,
Upaya
Konstruktif Membongkar Dikotomi Sistem Pendidikan Islam, Yogyakarta: Ircisod. Sudja'ie, Ahmad. 1999. Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer. Semarang: Pustaka Pelajar. Tafsir, Ahmad. 2007. I/mu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Wiryokusumo,
lskandar
dan
Mulyadi,
Usman.
1988.
Dasar-Dasar
Pengembangan Kurikulum, Jakarta: PT Bina Aksara. Yusuf, Choirul Fuad (Ed). 2008. Kajian Peraturan dan Perundang-undangan PendidikanAgama Pada Sekolah. Jakarta: Pena Citasatria. Zurinal. 2006. flmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press.
Makalah dan Jurnal Ismail Yusanto, Muhammad. Menggagas Pendidikan Integratif dan Optima/isasi Negara Dalam Penyelenggaraan Pendidikan menuju Generasi sholeh Muslih, dalam Seminar Nasional Pendidikan, Syahida INN, UIN Jakarta 2008. Latifah, Kurikulum Pendidikan Islam, dalam Jumal Lektur, Vol. 13, ·No. 2 Desember 2007. Solichin, Mohammad Muchlis. Islamisasi I/mu Pengetahuan dan Ap/ikasinya Dalam Pendidikan Islam, dalam Jumal Tadris, No 1, Volume 3, 2008.
· --DEPARTEMEN
~,.
AGAMA.
-~-~·--·------,--~------------~~-.,..,.,~~~
(..
UIN JAKARTA
'-~-'
Jf. fr. H. Juanda No 95 Cipulat 15412 Indonesia
[ ~ ~=.·· :f"~-'.
FORM (FR)
FITK
NQ, Dokumen
FITK,FR-AKD-081
lgl. Terbit
5 Januari 2009
No. Revisi: Hal
00 1/1
SURAT'BIMBINGAN SKRIPSI Nomor : Un.01/F.l/PP.0~91 .. ?§'8..12009 Lamp. Hal : Bimbingan Skripsi
Jakarta, 28 April 2009
Kepada Yth. Dra. Djunaedatul M., M.Ag: Pembimbing Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan . Ul]\j SyarifHidayatullah J akarti Assa/amu ·a/aikum llr. wb. Dengan ini diharapk&r; kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing l/ll (materi/teknis) penu\isan skripsi mahasis\Va:· Nama NIM Sein ester Jurusan Judul Skipsi
: Maya Yuningsih 105011000149 . .: VUI (Delapan) :. Pendidikan Agama Islam : '.'Kurikulum Pendidikan Islam Menurut Hasan Langgulung (Analisa Perbandingan Dengan Kurikulum Nasional".
Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 27 April 2009, abstraksi/ow/i11e terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksio;ial pada judul tersebut. Aµabi\a pernbahan ~ubstansial dianggap perk mnhon pembimbing m<•nghuh1ngi JL:rusan terlebih da\w.lu. Bimbingan skripsi ini diharapkan se\esai dalam waktu 6 (enam) bulan. dan dapat c\iperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tan pa surat perpanjangan. Atas perhatian dan keija sama Saudara, kami ·ucapkan terima kasih. Wassala11111 'a/aik1111111·r. ll'b.
Tembusan: I . Dek&ri FITK