KONSEP KEIMANAN MENURUT AGAMA KHONGHUCU (Studi Analisis)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Ushuluddin Jurusan Tasawuf Terapi (TP)
Disusun Oleh: SIGIT TRI PRASETYO NIM : 4103060
FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2008
KONSEP KEIMANAN MENURUT AGAMA KHONGHUCU (Studi Analisis)
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Ushuluddin Jurusan Tasawuf Terapi (TP)
Oleh :
SIGIT TRI PRASETYO NIM : 4103060
Semarang, 16 Januari 2008 Disetujui oleh: Pembimbing II
Pembimbing I
(Rokhmah Ulfa, M.Ag.) NIP. 150 289 731
(Dr. Ahmad Suriadi, MA) NIP. 150 263 849
ب
PENGESAHAN : Skripsi saudari Sigit Tri Prasetyo dengan
nomor
induk
mahasiswa
(NIM) 4103060 di munaqosahkan oleh
penguji
skripsi
Fakultas
Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, pada tanggal: 30 Januari 2008 Dan telah di terima dan di sahkan sebagai
salah
satu
syarat
guna
memperoleh gelar sarjana dalam ilmu Ushuluddin Pembantu Dekan III/ Ketua Sidang
Dr. Yusuf Suyono, MA. NIP. 150 203 668 Pembimbing I
Penguji I
Dr. Ahmad Suriadi, MA. NIP. 150 263 849
Dr. Muhyar Fanani. M.Ag. NIP. 150 318 451
Pembimbing II
Penguji II
Rohmah Ulfah, M.Ag. NIP. 150 289 731
Fitriyati, S.Psi,M.Si NIP. 150 374 353
Sekretaris Sidang
Sulaiman al Kumayi, M.Ag. NIP. 150 327 163
ج
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah ditulis orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan rujukan.
Semarang, 20 Januari 2008 Deklarator
Nur Latifah NIM 4103050
د
MOTTO
ö/ä3s9 ö/ä3ãΨƒÏŠ u’Í
“Bagimu agamamu, dan bagiku agamaku.” (QS. Al-Kafirun:6)
ﻩ
PERSEMBAHAN
Dengan kesederhanaan dan kerendahan hati, simpul-simpul kata dalam jilidan kertas ini, penulis persembahkan kepada: • Abah (alm) dan Ibu tercinta • Kakak (Eka Agust, Dwi Arie, Anwar) dan adik (Iful) serta keponakanku tercinta (Dafa) • Temen-temenku seperjuangan (Fahmi, Aji, Dian, Irfan, Sutrisno, Refi) • Temanku nan jauh disana • Temen-teman IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) yang selalu memberi dukungan dan pengertiannya • Temen-temen Wisma al-Faruqi (Kang Joyo, Kang Rifen, Tajib, Sudargono)
و
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha penyayang, sebab atas hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Salam tadhim teruntuk kekasih Allah Muhammad SAW yang kehadirannya melahirkan peradaban yang santun dan agung. Tak lupa salam sejahtera juga teruntuk keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Skripsi yang berjudul "Diskusi Kelompok Terarah (DKT) dalam Penanganan Juvenile Delinquency (Studi Kasus di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kutoarjo)" disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar S1, pada fakultas Ushuluddin, IAIN Walisongo Semarang. Penulis sadar sepenuhnya, bahwa skripsi ini tidak akan mungkin dapat terselesaikan tanpa uluran tangan, bimbingan dan bantuan dari semua pihak baik yang bersifat materiil maupun spirituil. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Jamil, MA, selaku rektor IAIN Walisongo Semarang beserta staf. Yang telah bertanggung jawab penuh terhadap berlangsungnya proses belajar-mengajar di lingkungan IAIN Walisongo. 2. Bapak Dr. Abdul Muhaya, MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang beserta staf. Yang telah memberikan sarana dan prasarana dalam penulisan skripsi ini. 3. Bapak Dr. Ahmad. Suriadi, MA dan Ibu Rohmah Ulfah, M.Ag, selaku dosen pembimbing. Yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Bapak, Ibu dosen pengajar dan staf karyawan di lingkungan fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang yang membekali berbagai ilmu pengetahuan dan stimulan intelektual yang sangat berharga selama studi. 5. Bapak dan Ibu tercinta, Wagimin, BA dan Sulastri atas cinta, bimbingan, doa serta segala buai tak terhingga yang tiada tara putusnya.
ز
6. Bapak Kepala Departemen Hukum dan HAM Wilayah Jawa Tengah beserta staf. Yang telah memberikan izin untuk penelitian di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kutoarjo. 7. Bapak Nur salim, BC.IP.SPd.Msi, selaku Kepala Lembaga Pemasyarakatan Anak Kutoarjo beserta staf. Yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. 8. Sahabat-sahabatku di Metamorfosa house yang setia menemani dan mencurahkan perhatiannya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 9. New Comp. Yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Harapan dan doa penulis, semoga amal dan jasa baik dari semua pihak dapat menjadi amal yang baik dan semoga mendapat balasan dari Allah SWT. Pada akhirnya, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam makna yang sesungguhnya. Akan tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat, baik bagi penulis maupun pembaca pada umumnya. Semarang, 20 Januari 2008 Penulis
Sigit Tri Prasetyo
ح
ABSTRAKSI Juvenile delinquency merupakan perilaku anak-anak atau remaja yang bersifat pelanggaran hukum yang berlaku dan nilai-nilai moral yang bertentangan dengan norma sosial yang ada dalam lingkungan masyarakat dan banyak merujuk pada masalah sosiopsikologis, kadang pula digolongkan penyakit sosial. Kejahatan anak remaja (juvenile delinquency) makin hari makin menunjukkan kenaikan jumlah dalam kualitas kejahatan dan peningkatan kegarangan serta kebengisan yang dilakukan dalam aksi-aksi kelompok seperti kebut-kebutan di jalan raya yang membahayakan, ugal-ugalan, perkelahian antar gang, kecanduan dan ketagihan bahan narkoba dan sebagainya. Gejala ini akan berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi, industrialisasi dan urbanisasi. Sehingga menimbulkan dampak negatif pada dirinya, keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu, harus ada yang bertanggung jawab penuh terhadap juvenile delinquency. Salah satunya yakni lembaga pemasyarakatan anak Kutoarjo yang merupakan tempat untuk menangani juvenile delinquency. Penanganan juvenile delinquency di lembaga pemasyarakatan anak Kutoarjo diantaranya yakni melalui kegiatan diskusi kelompok terarah (DKT). Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui gambaran umum diskusi kelompok terarah (DKT) di lembaga pemasyarakatan anak Kutoarjo, 2) Untuk mengetahui penanganan juvenile delinquency di lembaga kemasyarakatan anak Kutoarjo dan 3) Untuk mengetahui faktor munculnya juvenile delinquency di lembaga pemasyarakatan anak Kutoarjo. Berangkat dari permasalahan di atas penulis ingin mengkajinya dengan metode analisa kualitatif deskriptif yaitu suatu teknik yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan mengenai apa yang ada tentang kondisi suatu obyek , setting sosial, sistem penelitian atau suatu peristiwa pada masa sekarang. Data yang terkumpul kemudian dianalisa dengan teknik analisis kualitatif dan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diskusi kelompok terarah (DKT) di LP anak merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan dalam upaya menangani juvenile delinquency. Penanganan juvenile delinquency di Lembaga Pemasyarakatan anak Kutoarjo menggunakan dua cara; yakni penanganan secara khusus (diskusi) dan penanganan secara umum (pendidikan). Pelaksanaan diskusi kelompok terarah (DKT) yang diadakan di LP anak Kutoarjo, mempunyai pengaruh yang positif terhadap penanganan juvenile delinquency. Dan faktor munculnya juvenile delinquency di lembaga pemasyarakatan anak Kutoarjo yakni: faktor internal anak didik, faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor lingkungan.
ط
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................. i HALAMAN NOTA PEMBIMBING ......................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii HALAMAN MOTTO ................................................................................. iv HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. v KATA PENGANTAR ............................................................................... vi ABSTRAKS ............................................................................................... vii HALAMAN PERNYATAAN ................................................................... viii DAFTAR ISI .............................................................................................. ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................................................................... 1 B. Pokok Masalah ....................................................................... 4 C. Tujuan Penulisan Skripsi .......................................................... 5 D. Manfaat Penulisan Skripsi ........................................................ 5 E. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 5 F. Metode Penelitian Skripsi ........................................................ 6 G. Sistematika Penulisan Skripsi .................................................. 8 BAB II KAJIAN AGAMA KHONGHUCU A. Siapa Itu Nabi Khonghucu ....................................................... 10 1. Masa Kecil Nabi Khonghucu ............................................. 10 2. Masa Muda Nabi Khonghucu ............................................ 13 B. Bagaimana Ajaran-Ajaran Agama Khonghucu ........................ 17 1. Ajaran Metafisika .............................................................. 18 2. Ajaran Etika ....................................................................... 20 3. Ajaran Tentang Peribadatan .............................................. 23 BAB III KONSEP KEIMANAN AGAMA KHONGHUCU A. Pengertian Agama .................................................................... 27 B. Pengertian Keimanan Menurut Agama Khonghucu ................ 32
ي
C. Macam-Macam Keimanan ....................................................... 35 1. Delapan Ajaran Iman ......................................................... 35 2. Konsep Ketuhanan Dalam Agama Khonghucu ................. 38 BAB IV ANALISIS A. Tentang Konsep Keimanan Menurut Agama Khonghucu ...... 42 B. Implikasi Konsep Keimanan Dalam Kehidupan Sehari-hari ... 45 C. Konsep Keimanan Agama Khonghucu dalam Perspektif Islam ......................................................................................... 48 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................. 51 B. Saran ......................................................................................... 52 C. Penutup ..................................................................................... 53 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ك
Judul
: Konsep Keimanan Menurut Agama Konghucu Dan Agama Islam (Studi Komperatif)
Nama
: Sigit Tri Prasetyo
NIM
: 4103060
Jurusan
: Perbandingan Agama
A. Latar Belakang Berbagai kepercayaan dan peribadatan agama sudah menjadi ciri universal masyarakat manusia. namun manusia tidak hanya berdoa menyembah (Tuhan) dan berkorban, mereka juga memikirkan secara mendalam
peribadatan-peribadatan
mereka
sendiri,
dengan
demikian
berkembang kajian-kajian mengenai keagamaan. Agama merupakan kebutuhan manusia yang pokok, agama juga bisa memberikan rasa berani dan rasa takut. Agama menurut E.B. Taylor yaitu suatu kepercayaan terhadap wujud-wujud spiritual. Agama bisa diartikan suatu ekspresi yang berbentuk ketergantungan kepada kekuatan di luar diri kita sendiri, yakni kekuatan yang dapat kita katakan sebagai kekuatan spiritual atau kekuatan moral. Keagamaan adalah lambang-lambang masyarakat, kesakralan bersumber pada kekuatan yang dinyatakan berlaku oleh masyarakat secara keseluruhan, dan berfungsi untuk mempertahankan dan memperkuat rasa solidaritas dan kewajiban sosial. Berbicara masalah agama tentu berkaitan dengan masalah keimanan seseorang, iman bisa diartikan sebagai percaya pada hal-hal yang tidak nampak, tidak bisa diterima oleh akal tapi kita percaya bahwa di dunia ini adanya Kausa Prima. Setiap agama di Indonesia boleh hidup dan berkembang selama agama tersebut tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945, apalagi bangsa ini dikenal dengan pluralis keberagamaan dan hidup berdampingan antar pemeluk agama.
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana perbedaan dan persamaan iman menurut agama Konghucu dan agama Islam ? 2. Bagaimana implementasi terhadap kehidupan sehari-hari ? 3. Bagaimana implementasi dalam kehidupan beragama ?
C. Sumber Data 1. Sumber data primer Adalah sumber data yang memberikan data langsung. Dalam hal ini yang menjadi sumber data primer adalah kitab suci agama Konghucu dan Wu Jing) dan kitab suci agama Islam (al-Qur'an dan Hadist). 2. Sumber data sekunder Adalah data-data yang mendukung untuk melengkapi sumber data primer (buku-buku yang berkaitan dengan judul)
D. Metode pengumpulan data Data kepustakaan yaitu mengumpulkan data-data yang berasal dari buku-buku pendapat yang intinya akan dijadikan sebagai landasan dalam teori. Data kepustakaan ini dipakai untuk mencari dan mengumpulkan data atau keterangan dengan cara membaca buku yang ada hubungannya dengan permasalahan yang dibahas.
KONSEP RUKUN IMAN MENURUT AGAMA KONGHUCU DAN AGAMA ISLAM (STUDI KOMPERATIF)
PROPOSAL Diajukan Untuk Memenuhi Dan Melengkapi Syarat Pembuatan Skripsi Dalam Ilmu Ushuluddin
Disusun Oleh SIGIT TRI PRASETYO NIM : 4103060
FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2008
BAB II KAJIAN AGAMA KHONGHUCU
A. Siapa Itu Nabi Khonghucu ? 1. Masa Kecil Nabi Khonghucu Khonghucu lahir di kota Tsou, di negeri Lu. Leluhurnya adalah Kung Fang Shu (yang merupakan generasi ke sembilan dari raja muda negeri Sung dan generasi ke empat sebelum Kong Hu Zu).1 Khonghucu adalah keturunan bangsawan miskin lahir tahun 551 SM dan wafat tahun 479 SM (dalam usia 72 tahun) berasal dari propinsi Syantung.2 Dari sebuah keluarga yang sederhana, jujur dan setia berbakti kepada Thian. Konon lahirnya di iringi oleh peristiwa-peristiwa ajaib, pada tubuhnya juga tampak juga tampak tanda-tanda yang luar biasa.3 Hut adalah ayah Khonghucu, istrinya berasal dari seorang wanita dari keluarga Yen, muridmuridnya pada masa itu menyebut Khonghucu yang berarti “guru Kong”. Setelah Khonghucu lahir, ayahnya wafat dan dimakamkan di Fangshon. Yang terletak dibagian paling timur negeri Lo (di Shan-Tung). Khonghucu ragu atas lokasi kuburan bapaknya yang sebenarnya, sebab itu ibunya telah merahasiakan hal itu. Ketika Khonghucu masih kanak-kanak dia membuat mainan penyembahan untuk korban dan nyanyian upacara.4 Pada waktu ayahnya meninggal usia Khonghucu 3 tahun, kemudian Khonghucu di asuh oleh ibu dan kakeknya.5 Pada saat ibu Khonghucu wafat, dia dikuburkan sementara waktu, untuk kepentingan penyembahan.
Ibunya
wafat
pada
saat
ibu
dari
Wanfu
Tsau
memberitahukan kepada Khonghucu tentang kuburan ayahnya yang
1
M. Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia, Pelita Kebajikan, Jakarta, 2005, hlm. 12. 2 Hasbullah Bakry, Ilmu Perbandingan Agama, Bumirestu, Jakarta, 1986, hlm. 95. 3 A. Mukti Ali, dkk, Agama-agama di Dunia, IAIN Sunan Kalijaga Press, Yogyakarta, 1988, hlm.219 4 M. Ikhsan Tanggok, op.cit., hlm. 13. 5 M. Nahar Nawawi, Memahami Khonghucu Sebagai Agama, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003, hlm. 11.
10
11
sebenarnya. Setelah ia tahu mengenai lokasi kuburan tersebut, segera Khonghucu memakamkan ibunya di dekat kuburan ayahnya di Fangshan. Ketika Khonghucu berusia 4 tahun, ia bermain dengan temanteman sebayanya, dalam bermain ia senang memimpin teman-temannya dalam menirukan orang-orang dewasa melakukan upacara sembahyang. Pada ibunya, ia pernah meminta alat-alat sembahyang tiruan yang disebut Coo-Coo dan Too.6 Kedua alat tersebut selalu digunakan orang cina dalam melakukan sembahyang, ini menunjukkan sejak kecil Khonghucu telah memperlihatkan sifat-sifat yang mulia, yaitu sangat menghargai atau menghormati para leluhurnya.7 Pada waktu itu Khonghucu sudah mulai membantu ibunya untuk memenuhi kebutuhan keuangan, Khonghucu terpaksa mencari nafkah sendiri, mula-mula dengan melakukan kerja kasar. Penderitaan dan kemiskinan sejak masa muda menyebabkan beliau merasa mempunyai ikatan dengan kebanyakan, yang akan terbayang dalam nada demokratis dari keseluruhan filsafatnya.8 Pada usia 7 tahun, Khonghucu secara formal bersekolah di Perguruan Yan Ping Tiong sekolah yang dikelola oleh ayah Yan Ping Tiong. Yan Ping Tion adalah orang yang kemudian terkenal sebagai Perdana Menteri Negeri Cee. Di sekolah, Khonghucu dan teman-temannya diajari cara menyiram, membersihkan lantai, tanya jawab, budi pekerti, musik, naik kuda, memanah, bahasa dan berhitung. Pendidikan formal Khonghucu hanya berlangsung selama tujuh tahun dan setelah itu pada saat usia 17 taun ia terpaksa meninggalkan sekolah untuk bekerja demi meringankan pekerjaan ibunya.9 2. Masa Muda Nabi Khonghucu Pada usia 19 tahun, Khonghucu menikah dengan seorang gadis dari keluarga Kian-Kwan dari negeri Song. Acara pernikahan hanya dilakukan
6
Coo adalah sejenis kotak untuk menempatkan manisan dan Too adalah sejenis mangkok M. Ikhsan Tanggok, op.cit., hlm. 13-14. 8 Huston Smith, Agama-Agama Manusia, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2001, hlm. 7
189. 9
M. Ikhsan Tanggok, op.cit., hlm. 14.
12
secara sederhana dan tidak terlalu mencolok seperti yang dilakukan orang pada saat itu. Dari pernikahan tersebut, ia mendapatkan seorang anak lakilaki yang diberi nama “Li” atau “Pik-Gi”, Li berarti “ikan gurami” sedangkan “Pik-Gi” adalah putra pertama yang bernama ikan. Pik-Gi tampaknya tidak secemerlang ayahnya namun anaknya (cucu Khonghucu) yang bernama Cu Su berhasil meneruskan kakeknya (Khonghucu) dengan membukukan kitab Tiong Yong (tengah sempurna). Kitab Tiong Yong tersebut dijadikan tuntunan keimanan bagi umat Khonghucu di Indonesia. Ketika Khonghucu berusia 20 tahun, ia bekerja kepada keluarga bangsawan besar Kwi-Sun. hal ini ia lakukan untuk membiayai kehidupan rumah tangganya.10 Khonghucu sangat cerdas dan suka bergaul serta berminat pada pengetahuan. Umur 22 tahun Khonghucu telah dapat mendirikan sebuah sekolah untuk memberi pelajaran bagi anak-anak muda. Sekolahnya sangat disukai dan pelajarannya sendiri menarik perhatian masyarakat.11 Di kepala keluarga bangsawan besar Kwin-Sun. Khonghucu diberi tugas sebagai kepala dinas pertanian. Meskipun pekerjaan ini kurang sesuai dengan keahlian yang dimilikinya, namun Khonghucu tetap dapat melaksanakan itu sebaik-baiknya. Dalam menguasai seluruh pekerjaan pengumpulan hasil bumi kepala keluarga bangsawan besar Kwi-Sun, Khonghucu selalu menjaga jangan sampai ada kekurangan dan pemerasan yang dapat merugikan para petani. Disamping itu, mereka juga banyak berdialog dan beramah-tamah dengan para petani. Karena sikapnya yang ramah ini, ia jadi banyak tahu tentang persoalan yang dihadapi para petani.12 Berkat ketekunan dan pandai bergaulnya Khonghucu akhirnya diberi kepercayaan oleh bangsawan besar Kwin-Sun untuk mengelola Dinas peternakan yang ada pada waktu itu mempunyai banyak masalah. Semasa kecilnya Khonghucu sudah ditinggalkan oleh ayahnya pada usia 3 tahun. Pada usia 26 tahun, ibu Khonghucu wafat. Jadi pada 10
Ibid Hasbullah Bakry, op.cit., hlm.95. 12 M. Ikhsan Tanggok, op.cit., hlm.15. 11
13
usia 26 tahun ia sudah tidak mempunyai kedua orang tua. Ayahnya bernama Siok-Ling Hut dan ibunya bernama Tien-cai. Untuk kepentingan berkabung, terpaksa Khonghucu melepaskan jabatannya sebagai pemimpin Dinas pertanian dan peternakan sebelum ibunya wafat. Baru setelah 27 bulan kemudian ia aktif kepada pekerjaannya. Selain
melakukan
perkabungan
atas
wafat
orang
tuanya,
Khonghucu pada usia 29 tahun tersebut juga belajar musik dari Su Sing, si guru musik. Hal ini, di siapkan untuk melaksanakan tugas suci-nya nanti. Oleh karena itu pada usia 30 tahun ia telah teguh pendiriannya. Ketika Khonghucu berusia 30 tahun, Cee King Kong, raja muda generasi Cee dan perdana menterinya Yan Ing atau Yang Ping Tiong, berkunjung ke negeri Lo. Kepada Khonghucu ia bertanya, mengapa Chien Bok Kong, raja muda negerinya kecil dan terletak di daerah perbatasan barat diakui sebagai raja muda pemimpin. Khonghucu menjelaskan, meskipun negeri Chien itu kecil, terletak jauh dari pusat dan negeri-negeri yang besar, tetapi Chien Bok Kong mampu membina rakyat sehingga mempunyai keberanian, cinta tanah air, dapat menjalankan pemerintahan yang adil, bersih dan sejahtera. Setelah mengadakan pertemuan dengan Khonghucu di negeri Lo, Cee King Kong merasa terkesan dengan pertemuan itu. Untuk itulah tidak lama kemudian ia mengirim utusan ke negeri Lo untuk mengundang Khonghucu ke negerinya dan memberikan hadiah sawah yang terletak di daerah Liem Khiu kepada Khonghucu karena merasa belum pantas menerima pemberian dari Cee King Kong, Khonghucu terpaksa menolak pemberian tersebut.13 Pada umur 31 tahun Khonghucu diangkat sebagai gubernur dari propinsi Tyung Tu, kemudian diangkat oleh raja sebagai menteri kehakiman
setelah
raja
yang
mengangkatnya
wafat
Khonghucu
mengembara beserta tiga orang muridnya yang terkenal, Yen Hwei, Tse 13
Ibid., hlm.15-16
14
Kung dan Tse Lu. Pada tahun 484 SM (dalam umur 67 tahun), Khonghucu kembali menetap di kota Lu (mendirikan sekolah) dan menyebarkan ajarannya sehingga wafat.14 Sejak berumur 35 tahun ia mulai terlihat dalam percaturan pemerintah yakni sejak raja muda Ciau. Pada usia antara 51-55 tahun Khonghucu aktif dalam pemerintahan dan terakhir menjabat sebagai menteri kehakiman merangkap perdana menteri. Dalam waktu relatif singkat, ia mampu mengangkat martabak negeri Lo sehingga dihormati oleh negeri-negeri lain. Ia berhasil dan berpengalaman dalam memperbaiki pemerintahan
Lo
yang
kacau,
penuh
peperangan,
korupsi
dan
kesengsaraan rakyat, melalui perbaikan sistem pemerintahan, filsafat dan etika, dengan tetap berakhir pada tradisi kepercayaannya. Pengalaman birokrasi pemerintahan dan politik itu tidak begitu lama, karena raja muda Tiang jatuh karena mengabaikan sistem pemerintahan yang telah lama dibina oleh Khonghucu. Dalam usia 56 taun ia meninggalkan negeri Lo dan mengembara ke dalam dunia spiritual serta memposisikan sebagai BOK TOK (genta rohani). Selama 13 tahun Khonghucu mengembara dan menyampaikan ajaran ke berbagai negeri, sambil menyempurnakan agama Li Kau yang saat itu mulai pudar karena kekalutan zaman.15 Ketika di izinkan ke negerinya, ia sudah berumur 68 tahun, sisa hidupnya dihabiskan untuk mengajarkan
pahamnya
dan
meneliti
warisan-warisan
lama.
Ia
menghasilkan sebuah karya yang disebut Ch’un-Tsi’in, “Sejarah Musim Semi dan Musim Gugur”.16 Kemudian ia wafat pada usia 72 tahun. Tepatnya pada tanggal 18 bulan dua Imlek, 479 SM dan dimakamkan di kota Chii Fu, Shantung. Misi genta rohani (Bok Tok) dilanjutkan oleh murid-muridnya dan para penganut. Salah satu penganut yang terkenal berjasa ialah Bing Cu, seorang penulis terakhir kitab suci Khonghucu, yang diberi gelar A Sing (wakil Nabi). Penulis, serta penafsir, juga penerus 14
Hasbullah Bakry, op.cit., hlm.95 M. Nahar Nawawi, op.cit., hlm.11-12 16 A. Mukti Ali, op.cit., hlm.219 15
15
ajaran Khonghucu. Ia lair 107 tahun sesudah Khonghucu meninggal atau tepatnya 375 SM. Ia berhasil menulis kitab suci Mencius (ajaran Bing Cu) dan berjuang dengan gigih menjaga kelurusan ajaran agama Khonghucu menanggapi berbagai ajaran yang muncul pada zaman peperangan antar negeri.17
B. Bagaimana Ajaran-Ajaran Agama Khonghucu 1. Ajaran Khonghucu Bila kita membicarakan ajaran agama-agama seperti Hindu atau Budha, maka tidak akan lengkap bila kita tidak membahas tentang ajaran agama Khonghucu. Konfucianisme adalah suatu pandangan hidup yang pernah diajarkan Khonghucu. Di dalam ajaran Khonghucu menuangkan hasil pikirannya dalam bentuk filsafat yang mengandung tendensi psikologis, sosial dan kebudayaan pada zamannya. Dengan ajaranajarannya itu dia terkenal dengan “guru kung” karena ia memang pantas dipandang demikian terutama pengikut-pengikutnya.18 Ajaran-ajaran
Khonghucu
berisi
pandangan
yang
banyak
berhubungan dengan masalah humanisme (kemanusiaan), tata susila dan watak-watak kemanusiaan yang berguna untuk hidup bermasyarakat. Dengan kata lain dapatlah dianggap bahwa ajaran Khonghucu tersebut mengandung unsur pembentukan akhlak yang mulia bagi bangsa Tiongkok serta konsepsi yang mempedomani cara-cara mengatur pemerintahan yang sebaik-baiknya pada masa itu.19 Dilihat dari ajarannya, Khonghucu merupakan kumpulan agama ajaran agama yang bersumber dari ajaran klasik sebelum Khonghucu lahir. Menurut penganut-Nya, Khonghucu merupakan ajaran yang telah diturunkan oleh Thian (Tuhan Yang Maha Esa) lewat para Nabi dan raja suci purba, ribuan tahun sebelum Khonghucu lahir. Sejak raja suci Tong 17
Muh. Nahar Nawawi, op.cit., hlm.12-13 M. Arifin, Menguak Misteri Ajaran Agama-agama Besar, (Jakarta: Golden Terayon Press, 1990), hlm.25 19 Ibid., hlm.29 18
16
Giau (2357 SM -2255 SM) dan Gi Sun (2255 SM -2205 SM) telah diletakkan dasar-dasar agama Khonghucu. Dengan didampingi oleh Nabi Koo You dan Nabi Ik yang sekarang tersusun dan dapat dalam Su King (kitab dokumentasi sejarah suci). Disamping Su King (ajaran klasik) terdapat juga kitab Siking (sajak), Ya King (kejadian), Lee King (kesusilaan dan kepribadian) dan Chun Chin King (sejarah zaman Chun Chin). Kelima kitab ini merupakan kitab suci (Ngo King) klasik yang sudah ada di abad sebelum Khonghucu lahir. Khonghucu lebih berperan sebagai penghimpun, penyusun dan penerus ajaran raja suci dan Nabi purba, ia bukan pencipta ajaran klasik Ji Kau, sebagaimana diajarkan dalam kitab sabda suci VII, 1.2 : “Aku hanya meneruskan, tidak menciptakan. Aku sangat menaruh percaya dan suka pada yang kuno itu”. Dengan demikian apa yang sekarang yang disebut ajaran Khonghucu atau agama Khonghucu (Ji Kau : Ru Chioo) bukanlah agama yang ada dan lahir pada zaman Khonghucu hidup, tetapi sudah ada 2068 tahun sebelumnya. Khonghucu berperan menghidupkan kembali ajaran klasik. Komponen kedua, tetapi merupakan pokok dari ajaran Khonghucu ialah semua ajaran yang termaktub dalam kitab suci atau kitab yang empat yakni Thai Hak (kitab ajaran besar), Tiong Young (kitab tengah sempurna) Lung Gi (kitab sabda suci) dan kitab Mancius (kitab Bingsu) sebenarnya yang murni ajaran Khonghucu adalah 3 kitab, sedang kitab
Plencius
merupakan ajaran dari Bingsu yang hidup satu abad setelah Khonghucu wafat. Isinya merupakan percakapan Bingsu dengan raja-raja, tokoh-tokoh aliansi dan pemikir yang ada pada waktu itu. Meskipun Bing Su terpisah dengan Khonghucu oleh waktu yang lama, tetapi Bing Cu diyakini sebagai (wakil). Wakil Nabi yang telah berjasa menegakkan meluruskan kembali
17
kemurnian ajaran Khonghucu. Oleh karena itu ajarannya dimasukkan dalam bagian kitab suci.20
2. Ajaran Metafisika Nabi Khonghucu menghindari membicarakan hal-hal yang metafisika dan abstrak.21 Namun ia tidak meragukan tentang adanya tuhan Yang Maha Esa yang dianut masyarakatnya. Bahkan ia lebih meneguhkan pemujaan terhadap leluhur, dengan kesetiaan pada sanak keluarga dan penghormatan pada orang tua.22 Ajaran metafisika justru banyak bersumber pada kitab klasik, kitab yang sudah ada sebelum Khonghucu lahir. Yang dimaksud disini ialah ajaran yang mencakup konsep tentang Tuhan, manusia, alam semesta dan konsep tentang hidup sesudah mati. Tuhan dalam ajaran Khonghucu sering disebut dengan istilah Thisu atau Tee artinya tuhan yang maha besar atau tuhan yang menguasai langit dan bumi. Di dalam kitab Ngo King biasa diberi kata sifat sebagai berikut : -
Siang Thian artinya thisu yang maha tinggi
-
Hoo Thian artinya thisu yang maha besar
-
Chong thian artinya thisu yang maha suci
-
Bien thisu artinya thisu yang maha pengasih
-
Hong thisu artinya thisu yang maha kuasa, maha pencipta
-
Sing tee artinya tee yang menciptakan alam semesta Khonghucu sendiri percaya adanya thisu yang selalu harus
dihormati dan dipuja karena dialah yang menjaga alam semesta. Oleh karena itu, manusia harus melakukan upacara keagamaan sederhana dan senikmat mungkin akan mendapatkan berkah dari thisu. Dalam kaitan ini,
20
Muh. Nahar Nawawi, op.cit., hlm.33-35 A. Mukti Ali, dkk., op.cit., hlm.220 22 Hilman Hadikusuma, Antropologi Agama Bagian I, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 19930, hlm.252 21
18
umat manusia harus mencermati dan melandasi tingkah laku orang tua, karena menurut Khonghucu orang tua adalah wakil thisu.23 Selain kepercayaan terhadap thisu dalam ajaran Khonghucu terdapat juga terdapat kepercayaan terhadap malaikat (dewa-dewa), rohroh suci dan para Nabi, para penganutnya perlu melakukan penghormatan, sesaji dna kepribadian pada mereka, pada prinsipnya manusia dilahirkan dalam kondisi yang baik. Manusia berkewajiban merealisasikan kodrat yang baik dan memelihara yang sudah mati. Selain itu manusia terdiri dari kehidupan jasad (phik) tempat berkembangnya nyawa (kwi) dan semangat (khi) sebagai tempat berkembangnya roh yang harmonis itulah yang hendak dicapai dalam bimbingan agung.24 Suatu ketika, Chung Yu, salah seorang muridnya bertanya kepada Khonghucu tentang jiwa, yang dijawabnya: “Jika kamu tidak dapat mengetahui orang bagaimana kamu dapat mengetahui jiwa?” Apabila ia ditanya tentang kematian; ia menjawab: “Jika kamu belum mengerti tentang hidup, bagaimana kamu bisa mengetahui tentang kematian?” Juga dikatakan tentang dia, bahwa dia tidak pernah berbicara tentang keajaiban, kekuatan, atau masalah ketuhanan. Tetap tidak ada keraguan bahwa Khonghucu percaya pada Tuhan dan ia adalah seorang monoteis yang etis. Ia menyatakan bahwa kehendak Tuhan telah dibukakan untuknya dan karena itu misinya adalah membuat kehendak tersebut berlaku di dunia ini.25
3. Ajaran Etika Ajaran Khonghucu sangat menekankan etika. Etika menempati posisi yang sangat sentral dalam semua aspek kehidupan, termasuk dalam dunia
politik.
Khonghucu
selalu
mengacu
kepada
dikembangkan oleh kaum bijak kuno (Nabi dan Raja Suci).26 23
Muh. Nahar Nawawi, op.cit., hlm.37-38 Ibid., hlm.41-42 25 A. Mukti Ali, dkk, op.cit., hlm.220 26 Muh. Nahar Nawawi, op.cit., hlm.43 24
etika
yang
19
Khonghucu percaya bahwa di dunia ii dibangun atas dasar moral. Jika masyarakat dan negara secara moral rusak, maka tatanan alam tersebut juga akan terganggu, sehingga terjadilah perang, banjir, gempa, kemarau panjang, penyakit dan sebagainya. Khonghucu memberi penghormatan yang sangat tinggi kepada manusia, yang diyakininya untuk diberkahi dengan cahaya ketuhanan. Ia berkata: “Orang-orang yang membuat sistem-sistem itu menjadi hebat, bukan sistem-sistem yang membuat mereka hebat.” Khonghucu percaya bahwa seseorang itu asalnya adalah baik dan akan kembali ke sifat yang baik. Ia percaya bahwa orang tidak memerlukan juru selamat. Apa yang diperlukan oleh manusia adalah guru berbudi, dengan melakukan sungguh-sungguh ajarannya, serta menjadi contoh teladan bagi orang lain.27 Khonghucu mengatakan bahwa ada tiga hal yang menjadi tempat orang besar, yaitu kagum terhadap perintah Tuhan, kagum terhadap orangorang penting dan kagum terhadap kata-kata yang bijaksana. Orang yang tidak kagum terhadap tiga hal tersebut atau malahan perilaku tidak sopan dan menghina kata-kata bijaksana adalah orang-orang yang picik (Lun Yu 16 : 8). Ia berkeyakinan bahwa adanya negara itu tidak lain untuk (penguasa) negara maka penguasa pemerintahan harus memberi contoh suri tauladan yang moralitas terhadap rakyat dan bukan bertindak zalim. Khonghucu berkata apa yang kamu tidak suka orang lain berbudi atas dirimu jangan lakukan.28 Yang perlu bagi manusia adalah adanya guru yang berbudi. Guru yang berbudi akan berusaha sungguh-sungguh mengajarkan ajarannya serta menjadi contoh teladan yang baik bagi orang lain. Khonghucu sendiri menyatakan dirinya adalah seorang guru yang mendapat petunjuk dari Tuhan. Sebagaimana dikemukakan dalam kitab Lun Yu tentang budi luhur antara lain sebagai berikut:
27 28
A. Mukti Ali, dkk, op.cit., hlm.220. Hilman Hadikusuma, op.cit., hlm.252
20
1. Laksanakan yang diajarkan, baru kemudian ajarkan yang dilaksanakan (Lun Yu 2 : 13) 2. Orang yang unggul (cerdas) mengerti apa yang benar, orang yang kurang cerdas (hanya) mengerti apa yang dijual (Lun Yu 4 : 16) 3. Orang yang unggul (berada) mencintai jiwanya, orang yang kekurangan mencintai miliknya. 4. Orang atasan selalu teringat bagaimana ia dihukum karena salahnya. Orang rendah selalu teringat pada hadiah yang diterimanya (Lun Yu 4 : 11) 5. Orang atasan akan menyalahkan diri sendiri, orang rendahan akan menyalahkan orang lain (Lun Yu 15 : 20) 6. Orang atasan jika dihargai akan merasa senang tetapi tidak bangga, orang bawahan bangga tetapi tidak dihargai (Lun Yu 13 : 26) 7. Orang unggul bersifat liberal terhadap pendapat orang lain, tetapi tidak menyetujuinya dengan sempurna, orang rendahan hanya menyetujui dengan sempurna pendapat orang lain, tetapi tidak liberal terhadap mereka (Lun Yu 13 : 23) 8. Orang-orang cerdas berpandangan universal, jujur dan adil, orangorang awam tidak jujur dengan pandangan yang tidak universal (Lun Yu 12 : 14) Ajaran Khonghucu di bidang kesusilaan menekankan pada rasa setia kawan secara timbal balik, menanamkan rasa simpati dan kerja sama yang harus dimulai dari lingkungan keluarga sampai pada masyarakat luas. Sebagaimana diajarkan di kalangan masyarakat China sudah menjadi tradisi, adanya lima macam hubungan manusia yaitu: a. Hubungan antara penguasa dan warga masyarakatnya b. Hubungan antara ayah dan anak laki-laki c. Hubungan antara kakak laki-laki dan adik laki-laki d. Hubungan antara suami dan istri e. Hubungan antara teman-teman
21
Menurut Khonghucu timbulnya kekacauan di Tiongkok karena kelima hubungan tersebut tidak seimbang, jika masing-masing pihak tahu kedudukan
dan
memenuhi
tempatnya
maka
keseimbangan
tidak
terganggu. Ketika Khonghucu ditanya dengan istilah tunggal apakah yang sebaiknya digunakan dalam kehidupan yang timbal balik. Ia menjawab: jangan berbuat terhadap orang lain, jika anda tidak ingin orang lain berbuat terhadap anda (Lun Yu 15 : 24)29 Men Tze (372 – 289 SM)30 menjabarkan lima asas susila (five constant virtues) Shu tersebut sebagai berikut: 1. Jen, bersikap asih yaitu hasrat untuk melakukan hal-hal yang membawa kebajikan bagi bawahan. 2. I, bersikap adil yaitu jangan lakukan terhadap bawahan itu apapun yang tidak disenangi untuk dilakukan orang lain terhadap diri sendiri. 3. Li, bersikap ramah terhadap bawahan yakni jangan bersikap angkuh, sombong, congkak. 4. Chih, bersikap bijaksana yakni menetapkan sesuatu keputusan mestilah didasarkan atas pengetahuan dan hikmah. 5. Hsin, bersikap jujur, karena tanpa kejujuran dari pihak yang berkuasa akan rusak susunan kemasyarakatan. Khonghucu
menyatakan
bahwa
kebangsawanan
itu
tidak
tergantung pada darah dan turunan akan tetapi pada budi dan pekerti.31
4. Ajaran tentang Peribadatan Ajaran Khonghucu amat mendorong umatnya untuk melaksanakan peribadatan. Peribadatan sangat penting, bahkan lebih penting dari pada kesusilaan. Peribadatan yang dilakukan secara khidmat akan memancarkan kesusilaan. Setiap peribadatan yang dilakukan dengan tulus, penuh kepercayaan, penuh satya dan penuh hormat akan memperoleh keberkahan 29
Ibid., hlm.253-255 Men Tze adalah seorang komentator pada masa cucunya Khonghucu (Tzu Szu) 31 Joesoef Sou’yb, Agama-Agama Besar di Dunia, (Jakarta: PT. Nusna Zikra, 1996), 30
hlm.177
22
atau kesempurnaan. Peribadatan dilaksanakan menurut kesusilaan, dikhidmatkan dengan musik dan lagu, serta disesuaikan dengan musim.32 Peribadatan yang ada diteruskan dan diikuti oleh para pengikut ajaran Khonghucu hingga sekarang ini. Peribadatan bangsa Tionghua hanya dipengaruhi sedikit (di belakang hari) oleh agama Budha, yakni pengorbanan untuk dewa-dewa yang sebelumnya (sebelum Khonghucu) tidak terdapat di Tionghua. Peribadatan Tionghua yang diteruskan oleh Khonghucu adalah sebagai berikut: 1. Raja dan pembesar memimpin pengorbanan hewan dan selamatan pada hari-hari penting kerajaan atau hari-hari pertanian (musim-musim gandum dan musim panen) 2. Penguburan jenazah dilakukan dengan upacara besar-besaran, pakaian tertentu, dan dengan acara-acara kebaktian tertentu pula. 3. Korban-korban untuk kepentingan golongan, kaum, dan keluarga, tetapi tidak dilakukan oleh perorangan. 4. Perbuatan-perbuatan
ibadah
ditentukan
oleh
hubungan
kemasyarakatan, yaitu secara feodal. Apa yang dilakukan raja dan pembesar serta rakyat umum diatur dalam suatu buku (kode) tertentu, hal yang dianggap sudah diketahui oleh semua orang Tionghua. Orang yang paling hafal isi buku tersebut mendapat penghormatan orang arif atau orang yang terhormat. Yang dalam agama lain disebut Imam, Pendeta atau Pedanda, merekalah yang memimpin upacara atau penasehat yang menentukan jalannya upacara yang dilakukan oleh anggota keluarga. 5. Peribadatan Budhisme di Tiongkok dianggap tidak bertentangan dengan ajaran Khonghucu, tetapi dianggap malah menguatkan.33 Upacara keagamaan dalam ajaran agama Khonghucu tidak hanya menyangkut siklus musim tetapi juga berkaitan dengan penghormatan 32 33
Muh. Nahar Nawawi, op.cit., hlm.47 Hasbullah Bakry, op.cit., hlm.98-99
23
terhadap orang yang dianggap suci, roh orang tua dan leluhurnya serta malaikat (dewa-dewa) yang dianggap mempengaruhi nasib manusia. Karena ajaran Khonghucu menekankan pentingnya ritual itulah, wajarlah jika para penganutnya banyak melakukan ritual keagamaan dan menyembah berbagai macam objek pemujaan, seperti raja suci, NabiNabi, malaikat (dewa-dewa) dan para leluhur. Dalam ajaran Khonghucu tidak ada larangan terhadap pemeluknya untuk menyembah Lao-Tzu (Nabi Taoisme) atau Budha Gautama karena masih dalam koridor menghormati orang yang dianggap suci.34 Secara individual mereka mempunyai agama yang diyakini satu tetapi dalam peribadatan menganut faham pragmatis, sesuai dengan motivasi hidup mereka yaitu kemakmuran duniawi, usia panjang dan jauh dari malapetaka. Ritual keagamaan tersebut amat terkait dengan hajat (kebutuhan) hidup. Karena itu, penyembahan terhadap orang-orang yang dianggap suci amat sering disertai dengan permintaan. Mereka memilih dewa-dewa atau orang-orang suci yang dianggap mungkin memperhatikan kepentingan
mereka,
sehingga
diharapkan
juga
akan
memenuhi
permintaan mereka itu. Menurut persepsi mereka, masing-masing orang suci mempunyai keutamaan.35 Kebaktian bersama di tempat ibadah, bukan saja merupakan pelaksanaan persujudan, tetapi juga menjadi sarana pembinaan kehidupan mental, moral dan spiritual umat memasuki pintu gerbang kebajikan. Amalan pembinaan diri pribadi meliputi wawas diri (Sing Sien), berpantang dan bersuci (puasa) dan melatih diri dengan meditasi (Cing Cou). Upacara sidi dan upacara wajib dilaksanakan umat antara lain di kelahiran anak, sidi akil balik, sidi pernikahan, sidi pengakuan iman, upacara kematian dan kebaktian bagi arwah leluhur. Setiap hari, pagi, siang, sore sesaat sebelum makan, seorang Khonghucu diwajibkan bersembahyang ucapan syukur. Disamping itu tiap pagi dan sore 34 35
Muh. Nahar Nawawi, op.cit., hlm.48 Ibid., hlm.49
24
melakukan sembahyang dengan penaikan/menggunakan hio (dupa) di hadapan altar khusus. Bila tidak ada altar khusus dapat dilaksanakan dengan menghadap keluar pintu/jendela. Dianjurkan umat untuk berpuasa, berpantang daging setiap tanggal 1 dan 15 dari penanggalan Imlek (lunar). Puasa wajib dilakukan mulai hari ketiga setelah tahun baru Imlek dalam rangka menyongsong sembahyang besar kepada Tuhan yang Maha Esa pada malam tanggal 8 (menjelang 9) bulan satu penanggalan Imlek (lunar). Diwajibkan umat Khonghucu untuk melakukan sembahyang sadranan/ziarah kepada orang yang tua/kakek/nenek yang sudah meninggal sebagai perwujudan ajaran bhakti pada setiap tanggal 5 April.36
36
Moch. Qosim Mukhtar, Sejarah Teologi dan Etika Agama-agama, (Yogyakarta: Din Interfidel, 2005), hlm.58-59
BAB III KONSEP KEIMANAN AGAMA KHONGHUCU
A. Pengertian Keimanan Menurut Agama Khonghucu 1. Pengertian Agama Sejarah merupakan rangkaian proses yang mencatat tumbuh kembangnya aneka ragam nilai-nilai sosial religius dan moral, kultur serta persoalan umat manusia yang sepanjang zaman, yang patut kita syukuri sebagai jejak wahyu penciptaan alam semesta dan segala bentuk kehidupan di dalamnya oleh sang Khaliq yang Esa. Sejarah diturunkan nilai-nilai rokhani lewat aspek religius berbagai agama merupakan yang tak kunjung padam dari karunia kehidupan insani, sebagaimana yang dikehendaki Tuhan.1 Semua agama mencerminkan pengalaman manusia, walaupun masing-masing menurut keaslian adikodrati atau ajaran pokok yang bersifat wahyu, selayang pandang terhadap sejarah, memberi kesan bahwa agama-agama itu berbeda-beda, seperti halnya pengalaman manusia. Laksana musik, pernyataan agama menayangkan rangkaian gejala-gejala pengalaman manusia yang luas dan beraneka warna.2 Sudah diakui secara umum oleh para pengkaji bahwa semua masyarakat yang dikenal di dunia ini, sampai batas tertentu, bersifat religius. Pengakuan ini merupakan kesepakatan mengenai apa sajakah yang membentuk perilaku keagamaan, namun dalam kenyataannya kesepakatan mengenai hal ini lebih sulit bisa diperoleh. Argumen yang dikemukakan mengenai bagaimana cara mendefinisikan agama dan bagaimana membedakannya di satu pihak dengan magi, sains, dan filsafat dan dengan beberapa ilmu sosial.3
1
Sidartanto Duanadjaya, Agama Khonghucu, Matakin, Solo, 2002, hlm. 4 Lee T. Dei, Khonghucu Adalah Agama, Matakin, Solo, 1994, hlm. 1 3 Betty B. Schart, Kajian Sosiologi Agama, PT. Tiara Wacana, Yogyakarta, 1995, hlm.29 2
25
26
E.B. Tylor dalam buku perintisnya, Primitive Culture, yang diterbitkan pada tahun 1871, mengemukakan apa yang dikenal dengan “definisi minimum” agama yang tidak akan memberikan penilaian lagi mengenai sumber atau fungsinya. Dia mendefinisikan agama sebagai “kepercayaan adanya wujud-wujud spiritual. Menurut Red-Cliffe-Brown, salah seorang ahli antropologi, menawarkan definisi yang berusaha memperbaiki ketidaksempurnaan. “Agama” didefinisikan sebagai ekspresi suatu bentuk ketergantungan pada kekuatan di luar diri kita sendiri, yakni kekuatan yang dapat kita katakan sebagai kekuatan spiritual
atau
kekuatan moral. Menurut pendapat Durkheim, agama adalah sistem yang menyatukan mengenai berbagai kepercayaan dan peribadatan yang berkaitan dengan benda-benda sakral, yakni katakanlah benda-benda yang terpisah dan terlarang, kepercayaan dan peribadatan yang mempersatukan semua orang yang penganutnya ke dalam suatu komunitas moral yang disebut gereja.4 Ahli sosiologi kontemporer dari Amerika, Yinger, menyatakan bahwa dia lebih senang dengan definisi fungsional, dan tetap menyatakan secara dogmatis bahwa “agama merupakan sistem kepercayaan dan peribadatan yang digunakan berbagai bangsa dalam perjuangan mereka mengatasi persoalan-persoalan tertinggi dalam kehidupan manusia. Agama merupakan keengganan untuk menyerah dalam menghadapi frustasi,
dan
untuk
menumbuhkan
rasa
permusuhan
terhadap
penghancuran ikatan-ikatan manusia. Jelas bahwa kedua kalimat dalam definisi Yinger itu haus dibaca bersama-sama, sebab bila tidak definisi itu tidak hanya mencakup agama tetapi juga filsafat,
sains (ilmu
pengetahuan) dan teknologi. Dengan mengambil utuh rumusan itu, jelas bahwa definisi itu merupakan definisi yang maksimum, bukan minimum, karena ia memadukan pandangan yang mengatakan bahwa agama memberikan kemungkinan manusia untuk berjuang supaya berhasil 4
Ibid., hlm.30
27
menghadapi kecemasan dan kebencian. Yinger mengatakan bahwa pemikiran rasional tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang makna hidup, meski pertanyaan ini hanya bisa diajukan oleh makhluk rasional. Karena itu loncatan keyakinan agama dianggap sebagai salah satu alternatif untuk menghadapi keputusasaan.5 Menurut Clifford Geertz agama adalah “sistem lambang yang berfungsi menegakkan berbagai perasaan dan motivasi yang kuat, berjangkauan luas dan abadi pada manusia dengan merumuskan berbagai konsep mengenai keteraturan umum eksistensi, dan dengan menyelubungi konsepsi ini dengan sejenis tuangan faktualitas sehingga perasaanperasaan dan motivasi-motivasi itu secara unik tampak realistik.6 Kita lihat bermacam-macam definisi atau pengertian agama, mulai dari pengertian menurut ilmu pengetahuan, peristilahannya sampai kepada definisi agama menurut Agamanya masing-masing. Dalam bahasa Sansekerta istilah “agama” berasal dari: a = kesini dan gam = gaan, go, gehen, = berjalan-jalan Sehingga dapat berarti peraturan tradisional, ajaran, kumpulankumpulan hukum, pendeknya apa saja yang turun temurun dan ditentukan oleh adat kebiasaan. Kemudian di kepulauan Nusantara mendapat arti seperti adat, kepercayaan, upacara, pandangan hidup, sopan santun. Sekarang kata agama atau igama/ugama hampir sama artinya dengan religi (Latin) atau din (Arab).7 Pengertian agama menurut masing-masing agama: a. Pengertian agama menurut agama Hindu Dalam ajaran agama Hindu “agama’ mengandung pengertian satya, arta, diksa, tapa, brahma dan yajna. Satya adalah kebenaran
5
Ibid., hlm.31-32 Ibid., hlm.32 7 Mudjahadi Abdul Manaf, Sejarah Agama-agama, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999, hlm.1-2 6
28
yang absolut. Arta adalah dharma atau perundang-undangan yang mengatur hidup manusia. Diksa adalah penyucian. Tapa adalah semua perbuatan suci. Brahma adalah doa atau mantra-mantra. Yajna adalah kurban. Pengertian lain juga disebutkan dharma. Dharma atau kebenaran abadi yang mencakup seluruh jalan kehidupan manusia. Agama adalah kepercayaan hidup pada ajaranajaran suci yang diwahyukan oleh Sang Hyang Widhi yang kekal dan abadi. b. Pengertian agama menurut agama Budha Agama dapat diartikan sebagai “suatu badan dari pelajaran keSuSilaan dan filsafat dan pengakuan berdasarkan keyakinan terhadap pelajaran yang diakui baik.” Dalam hal demikian, ajaran Sang Budha itu adalah suatu agama dan umat Budha memiliki suatu agama yang sangat mulia untuk dianut. Selanjutnya dikatakan juga bahwa agama adalah cara tertentu untuk pemujaan kepada para Dewa-Dewa Agung. Dengan kata para Dewa Agung mereka maksudkan adanya kekuatan gaya tak terlihat yang menguasai alam semesta atau sedikit-dikitnya yang bersangkut paut dengan itu, dengan istilah agama tadi mereka maksudkan sikap seluruhnya yang harus diusahakan terhadap kekuatan-kekuatan gayagaya itu. c. Pengertian agama menurut Islam • Menurut Prof. K.H.M. Taib Thahir Abdul Mu’in agama adalah suatu peraturan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal, memegang peraturan Tuhan dengan kehendak sendiri, untuk mencapai hidup di dunia dan kebahagiaan kelak di akhirat. •
Menurut Hadijah Salim agama ialah peraturan Allah SWT yang diturunkan-Nya kepada rasul-rasul-Nya yang telah lalu yang berisi perintah, larangan dan sebagainya, yang wajib ditaati oleh umat manusia dan menjadi pedoman serta pegangan hidup, dan barang
29
siapa hidupnya tak terkendalikan niscaya manusia itu akan terjerumus
dan
tidak
akan
menentu
arah
tujuan,
maka
membahayakan pada diri mereka sendiri. d. Pengertian agama menurut Kristen Katholik Agama adalah segala bentuk hubungan manusia dengan yang suci. Terhadap yang suci ini manusia kurang pantas, sama sekali tergantung, takut atau takwa karena sifat-Nya yang dahsyat, tetapi manusia sekaligus merasa pula tertarik kepadanya karena sifat-sifat yang mempesonakan.8 e. Pengertian agama menurut Khonghucu L iman agama Khonghucu atau Ru Jiao, pengertian agama atau Jiao adalah wahyu Tuhan yang membimbing manusia sebagai rakyat Tuhan atau Tian Ming agar mampu hidup selaras mengikuti benih kebajikan dalam watak sejati, Xing, yang merupakan kuasa firman Tuhan, Tim Ming, agar dengan begitu manusia mampu hidup menempuh jalan suci Dao, jalan hidup yang tegak menggemilangkan firman-Nya. Wahyu Tuhan yang turun melalui para Nabi purba/raja suci itu terangkum sebagai mutiara kebajikan sepanjang sejarah tumbuh kembang nilai-nilai mulia keagamaan Fujiao, yang kini lebih dikenal dunia sebagai agama Khonghucu.9 Fungsi agama adalah sebagai tuntunan hidup yang telah Tian (Tuhan yang Maha Esa) diturunkan melalui para Nabi-Nya untuk menuntun manusia kembali ke jalan suci, jalan yang diridhoi dan dirakhmati semasa hidup di dunia maupun bila sudah saatnya kembali keharibaan kebajikan Tuhan.10
8
Ibid., hlm.2-4 Sidarto Buanadjaya, op.cit., hlm.9 10 Setianda Tirtarasa, Menuju Masyarakat Anti Korupsi Perspektif Agama Khonghucu, Departemen Komunikasi dan Informasi, Jakarta, 2006, hlm.117-118 9
30
2. Pengertian Keimanan Menurut Agama Khonghucu Kita sering menyebut kata “iman”, biasanya yang terlintas dalam benak kita adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan dan perkara yang berhubungan dengan hati dan hal-hal yang ghaib.11 Kita juga sering membicarakan tentang keimanan dengan pengaruhnya dalam jiwa dan dalam kehidupan, keimanan yang mencapai puncaknya dan tertanam dalam hati, serta terlukis dalam lubuk jiwa, bukan keimanan yang lemah dan ragu-ragu, keimanan yang terbius dari tidur, tetapi keimanan yang hidup dan terjaga dan kita tahu bahwa yang mempunyai keimanan semacam itu tentu sedikit jumlahnya. Perbincangan tentang segi-segi agama yang dihayati dan diajarkan agama Khonghucu, bisanya berpusat di sekitar kepercayaan akan adanya roh-roh yang telah meninggal dan mempercayai adanya Tuhan Yang Maha Esa. Dalam masa pra Konfucianisme, Tuhan Yang Maha Esa dimengertikan sebagai tenaga tertinggi yang dipribadikan, yang mendikte peristiwa-peristiwa alam dan manusia, menjalankan kekuasaan pemberi hadiah dan hukuman…. Kata Tuhan (Tien).12 Selain memiliki ajaran tentang Thian (Tuhan Yang Maha Esa), Khonghucu juga memiliki ajaran tentang keimanan. Ajaran tentang keimanan itu terdapat dalam kitab SuSi. Oleh umat Khonghucu di Indonesia ajaran Khonghucu yang dapat dalam kitab SuSi, yang berhubungan
dengan
keimanan
dijadikan
landasan
utama
dalam
menetapkan konsep keimanan umat Khonghucu di Indonesia. Selain menjelaskan ajaran keimanan yang terdapat dalam kitab SuSi yaitu kitab yang menjadi dasar agama Khonghucu dewasa ini, terlebih dahulu akan dijelaskan apa pengertian keimanan dalam pandangan
11
Hepi Anda Bastoni, Beriman dengan Segenap Jiwa Raya, Sabili, 22 Maret 2007,
hlm.87 12
Lee T. Oei, Ketuhanan Keagamaan Cinta Kasih Keibadahan dalam Konfucianisme, Matakin, Solo, 1994, hlm.11
31
umat Khonghucu di Indonesia.13 Menurut Tjhie Tjay Ing keimanan berasal dari kata “iman” yang artinya ialah kepercayaan atau keyakinan yang berhubungan
dengan
nilai-nilai
keagamaan
yang
dipeluk:
yaitu
menyangkut ketulusan keyakinannya, pengakuan terhadap kebenaran dan kesungguhan dalam mengamalkannya.14 Menurut istilah iman ialah terjemahan dari kata “cheng” yang mengandung makna “sempurna kata, batin dan perbuatan”. Maka iman itu ialah sikap atau suasana batin yang menunjukkan sempurnanya kepercayaan, keyakinan kepada Tian, Tuhan yang Maha Esa, kepada Muduo atau Genta Rokhaninya serta kebenaran ajaran agama yang dibimbingkan.15 Menurut Tjhie Tjay Ing, umat Khonghucu wajib memiliki Sing (iman) terhadap kebenaran yang mereka anut. Ungkapan-ungkapan Khonghucu yang erat hubungannya dengan keimanan, yang terdapat dalam kitab SuSi sebagai berikut : “Iman itulah jalan suci Tuhan, Tuhan yang Maha Esa, berusaha beroleh iman, itulah jalan suci umat manusia yang beroleh iman ialah orang yang setelah memilih kepada yang baik lalu didekap sekokoh-kokohnya” (Bing Cu IVA 12:3) “Yang mencapai puncak iman tetapi tidak dapat menggerakkan hati, itu belum pernah ada. Bila tiada iman, takkan pula menggerakkan hati.” (Bing Cu IVA, 12:2) Bing Cu berkata, “Bila pihak bawah tidak dapat kepercayaan dari pihak atas, seperti rakyat pun tidak akan didapat dan pemerintah takkan berjalan lancar untuk mendapatkan kepercayaan dari pihak atas ada jalannya. Bila tidak dapat menggembirakan orang tua, niscaya tidak akan mendapat kepercayaan dari teman-teman. Untuk dapat menggembirakan orang tua ada jalannya. Bila tidak dapat memenuhi diri dengan iman, 13
M. Ikhsan Tanggoh, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia, Pelita Kebajikan, Jakarta, 2005, hlm.51 14 Tjhie Tjay Ing, Tanya Jawab Keimanan Konfusiani, Edisi IV, Genta Harmoni, 2004, hlm.25 15 Ibid., hlm.25
32
niscaya tidak dapat menggembirakan orang tua; untuk dapat memenuhi diri dengan iman ada jalannya; bila tidak dapat benar-benar sadar tentang apa yang baik, niscaya tidak dapat memenuhi diri dengan iman”. (Bing Cu IVA 12:1). Dari beberapa ayat kitab SuSi yang berhubungan dengan iman di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan tentang iman. Iman menurut Khonghucu. Beberapa pengertian tersebut adalah: a. Iman adalah jalan suci Thian b. Iman berfungsi menggerakkan hati manusia ke arah yang lebih baik c. Iman itu dapat diperoleh kalau manusia dapat berbudi hal-hal yang baik d. Untuk dapat menggembirakan orang tua, manusia terlebih dahulu memenuhi dirinya dengan iman.16
B. Macam-macam Keimanan 1. Delapan Ajaran Iman Agama Khonghucu di Indonesia mengajak umat mengutamakan perlunya menegakkan iman (Cheng) sebagaimana disuratkan dalam kitab Tengah Sempurna, “iman itu harus disempurnakan sendiri dan jalan suci (TAO) itu harus dijalani sendiri. Iman itulah pangkal suatupun tiada. Maka seorang Susilawan memuliakan iman” (Zhong Yong XXIV: 1&2), “Berlaksana benda tersedia lengkap di dalam diri, kalau memeriksa diri ternyata penuh iman, sesungguhnya tiada kebahagiaan yang lebih besar dari ini.” (Meng Zi VIIA : 4). Seorang umat Khonghucu wajib beriman akan kebenaran yang dikaruniakan Tian sebagaimana tersurat dalam kitab Zhong Young firman Tuhan itu dikatakan firman sejati (Xing), hidup mengikuti watak sejati itulah dinamai dalam suci (DAD), bimbingan menempuh jalan suci itulah dinamai agama (JIAO). Adapun jalan suci yang dibawakan ajaran besar (agama) ini, ialah menggemilangkan kebajikan yang bercahaya (Ming De), 16
M. Ikhsan Tanggok, op.cit., hlm.51-52
33
mengasihi rakyat (Tian), dan berhenti pada puncak kebaikan (Zhi Shan). Demikian mengapa seorang umat Khonghucu wajib mengutamakan perilaku kebajikan dalam hidupnya dan diimani sebagai perwujudan satya dan bakti kepada Thian, dan di dalam kebajikan hidupnya ber… dan diberkati. Hal ini dapat dihayati dalam salam iman yang berbunyi “Hanya kebajikan berkenan kepada Tian” (Wei De Dong Thian; Shu Jing II, II, III, 21) dan dijawab, “Marilah bersama kita miliki yang satu itu, kebajikan” (Xian You Yi De, Shu Jing IV, VI, III, 3) Sesungguhnya, suatu ajaran etika dan moral yang tidak didasari iman kepada Tian atau kepada ibadah agama, tidak akan memiliki nilai yang sempurna bagi manusia. Sistematika dan pendidikan moral secara praktis mungkin dapat memberi tuntunan bagi manusia dalam pergaulan bermasyarakat dan menjadi pembimbing dan panduan untuk sukses dalam bekerja dan berusaha, namun tidak akan memberikan kedamaian batin yang sempurna, karena bagi manusia hidup ini bukan sekedar soal perut, meskipun benar dikatakan, “Perut tidak dapat menunggu”. Karena, seorang umat Khonghucu perlu menegakkan pilar agamanya dengan delapan pengakuan iman.17 Delapan pengakuan iman berisi: a. Adanya Thian -
Sing Sie Hong Thian (sepenuh iman percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa)
-
Buji Bu Gi (jangan mendua hati, jangan bimbang)
-
Siang Tee Liem Li (Tuhan yang Maha Tinggi besertamu)
b. Adanya nilai mutlak pentingnya kebajikan
17
-
Sing Cun Koot Til (Sepenuhnya iman menjunjung kebajikan)
-
Bu Wan Hut Kai (tiada jarak jauh tidak terjangkau)
-
Khik Hiang Thian Siem (sungguh hati Tuhan merahmati)
Tjie Tjy Ing, Beriman Kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah Jiwa Etika dan Moral Khonghucu, Edisi Kedua, Genta Harmoni, 2004, hlm.40
34
c. Adanya firman/takdir/watak sejati -
Sing Liep Bing-bing (sepenuh iman menegakkan firman gemilang)
-
Cun Siem Yang Sing (jagalah hati, rawatlah watak sejati)
-
Cik Ti Su Thian (demikian mengenal/mengabdi Tuhan)
d. Adanya roh (Sien) dan nyawa (Kwi) -
Sing Ti Kwi Sien (sepenuh iman sadar adanya nyawa dan roh)
-
Cien Siu Kwa yok (tekunlah membina diri, kurang keinginan)
-
Hwat kai Tiong Ciat (bila nafsu timbul, jagalah tetap dibatas tengah)
e. Adanya perwalian orang tua atas anak-anaknya -
Sing Yang Haw Su (sepenuhnya iman merawat cinta berbakti)
-
Liep Sien Hing Too (tegakkan diri menempuh jalan suci)
-
I Hian Hu Boo (demi memuliakan ayah bunda)
f. Adanya Thian menjadi Nabi Khonghucu sebagai genta rohani -
Sing Sun Bok Tok (sepenuh iman mengikuti genta rohani)
-
Ci Cun Ci Sing (yang terjunjung, Nabi Agung)
-
Ing Poo Thian Bing (yang dilindungi firman Tuhan)
g. Adanya Kebenaran kitab suci SuSi -
Sian Khiem SuSi (sepenuh iman memuliakan SuSi)
-
Thian He Tsi King (kitab suci besar dunia)
-
Liep Bing Tsi Pun (pokok besar tegakkan firman)
h. Adanya jalan suci yang agung -
Sing Hing Tai Too (sepenuh iman menempuh jalan suci yang agung)
-
Su Ji Put Li (sekejap pun tidak terpisah)
-
Bung Kiong Ci Hiu (tempat sentosa yang tanpa batas).18 Ini suatu kenyataan, etika dan moral yang tidak didasari iman
kepada Tian yang Maha Esa dan ibadah agama, itu akan tidak ubahnya
18
Tjhie Tjay Ing, Pokok-pokok Keimanan Konfusionisme (Agama Khonghucu), Matakin, Solo, tth., hlm.2
35
dengan sebuah bangunan, yang sekalipun betapa megah, tetapi dibangun di atas pasir dan bila suatu saat ada topan atau gempa, akan mendadak hancur berantakan.19 Keimanan seseorang bisa juga diibaratkan sebagai pondasi, apabila pondasi itu kuat maka kuatlah keimanan seseorang dan apabila pondasi itu tidak kuat maka seseorang akan jauh dari agama. Agama (JIAO) bukanlah sekedar ajaran tentang pemujaan (Zong Jiao) atau ajaran untuk orang hidu dalam kerahasiaan dan melakukan perbuatan aneh-aneh (Zhong Yong X : 1). Agama adalah bimbingan karunia Tian bagi manusia untuk membangun pribadi atau membina diri, untuk menempuh jalan suci (DAO), untuk menggenapi tuntunan watak sejatinya,
dengan
sepenuh
iman
menegakkan
firman
Tian,
menggemilangkan kebajikan yang bercahaya itu, untuk mengamalkan kebajikan itu dalam hidupnya dan mengusahakan sebaik-baiknya. Sehingga boleh mencapai puncak baik (Zhi Shan), lewat tuntunan Nabi sebagai utusan atau genta rokhani (Mu Duo) Tian yang Maha Esa. Nabi Khonghucu bersabda: “Seorang yang tanpa kepercayaan (tidak dapat dipercaya), entah apa yang dapat dilakukan? Itu seumpama kereta besar yang tidak mempunyai sepasang gandaran atau seumpama kereta kecil yang tidak mempunyai sebuah gandaran, entah bagaimana menjalankannya? (Lu Yu II: 22).20 Untuk memperteguh iman dalam menempuh jalan suci, harus dapat meninggalkan 4 larangan: 1) Yang tidak susila jangan dibicarakan (Hwie Lee But Gan) 2) Yang tidak susila jangan dilihat (Hwie Lee But Si) 3) Yang tidak susila jangan didengar (Hwie Lee But Si) 4) Yang tidak susila jangan dilakukan (Hwie Lee But Tong).21
19
Tjhie Tjay Ing, Edisi II, op.cit., hlm.41 Ibid., hlm.41 21 Thio Tiong Gie, “Agama Kebajikan; Agama Universal Perspektif Khonghucu”, Makalah Seminar 3 September 2003, di Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang 20
36
2. Konsep ketuhanan dalam agama Khonghucu Tuhan adalah hakekat yang pertama, tetapi dalam kesadaran kita yang terang, tidak mengartikan sebagai yang pertama. Dalam kesadaran dan pengertian kita, yang kita sentuh adalah benda-benda atau jasmaniah. Dalam pengertian demikian, kita mengerti bahwa diri kita sendiri serba terhubung dengan alam jasmani.22 Dan kita terkadang terlena dengan kepentingan dunia, sehingga kita lali terhadap kewajiban sebagai makhluk Tuhan. Sebenarnya, pengertian tentang adanya Tuhan itu tidak timbul melalui kodrat manusia, tetapi timbul karena pengaruh agama-agama. Pandangan ini berpangkal pada Tuhan, dapat kita mulai suatu pandangan dengan bertolak pada manusia. Manusia merupakan cinta kasih, cinta kasih bukan merupakan sesuatu yang pasif melainkan sesuatu yang aktif, katakanlah cinta kasih sebagai dorongan. Dorongan ini menuju ke arah sesama manusia. Pada hakekatnya juga ke arah Tuhan. Sebab dorongan itu berasal dari Tuhan dan merupakan kebahagiaan, pada akhirnya tiada sesuatu yang dapat memenuhinya, kecuali Tuhan sendiri. Agama juga merupakan kebutuhan mutlak untuk dijadikan pegangan dalam hidup dan untuk melawan badai kesukaran yang datang pada manusia. Dalam agama orang menyerahkan dirinya kepada Tuhan dan dirasakan sebagai syarat mutlak untuk berbahagia di dunia ini.23 Istilah Tuhan dalam agama Khonghucu pada umumnya disebut Thian atau Siang Tee, Tuhan/Thian mempunyai sifat-sifat antara lain: a. Maha Sempurna, Khalik/Pencipta, yang menjadikan alam semesta ini (Gwon) b. Maha meliputi, menjalin, menembusi dimanapun (Hing) c. Maha Murah, yang menurunkan rahmat, yang menjadikan orang menuai hasil perbuatannya (Li) 22
Lee T. Oei, Kesaksian Adanya Tuhan Yang Maha Esa di Dalam Agama Konfucian, Matakin, Solo, 1992, hlm.14 23 Ibid., hlm.15-16
37
d. Yang Maha kokoh, yang mempunyai hukum abadi (Ling). (Kitab Ya King) e. Dilihat tiada tampak, di dengar tiada terdengar, namun tiap wujud tiada yang tanpa Dia. f. Adapun kenyataan Tuhan itu tidak boleh diperkirakan, lebih-lebih tidak dapat ditetapkan. g. Sungguh Maha Besar Dia, sehingga terasakan di atas dan di kanan kiri kita. h. Tuhan yang Maha Tinggi dan pendukung semuanya itu tiada bersuara dan tiada berbau. Demikian Maha kesempurnaan-Nya. i. Tuhan menjadikan segenap wujud masing-masing selalu dibantu sesuai dengan sifatnya. Maka sungguh jelas sifat-Nya yang halus itu, sehingga tidak dapat disembunyikan dari iman kita. (Kita Tiong Yong Bab XV bab XXXII).24 Selain istilah Thien atau Thian yang banyak dijumpai dalam kitabkitab Khonghucu, kita juga mengenal istilah Thian Li dan Thian Ming. a. Thian Li Thian adalah Tuhan yang Maha Esa atau sesuatu yang absolut, yang mutlak dan tidak dijadikan oleh siapapun, segala sesuatu yang berada di alam semesta ini berjalan menurut hukum-hukumnya. Pengaturan hukum itu disebut Thien Li ini sebenarnya pada pengertian Thian yang mengalami perluasan pada masa Neo Konfusionisme. Jadi, Thian Li itu sendiri bukan nama lain dari Thian, tetapi lebih dekat dengan pengertian firman Thian atau hukum-hukum dan peraturan yang bersumber dari Thian. b. Thim Ming Thian Ming dapat diartikan sebagai sesuatu yang telah dijadikan atau sesuatu yang terjadi. Manusia harus menjalankan tugas dan kewajibannya sesuai dengan kehendak Tuhan atau Thian. Kunci untuk 24
Suryo Hutomo, Tata Ibadah dan Dasar Agama Khonghucu, Jakarta, 1983.
38
melaksanakan Thian Ming adalah kebajikan. Siapa yang gagal dalam melaksanakan tugasnya, berarti ia kehilangan mandat (amanat atau tugas) sedangkan orang yang menumbuhkembangkan kebajikan akan hidup harmonis dan akan berhasil hidupnya, sebenarnya pengertian Thian Li dan Thian Ming tidak jauh berbeda, namun pengertian Thian Ming lebih diarah pada perbuatan yang dilakukan oleh manusia sesuai dengan mandat atau perintah yang berasal dari Thian. Thian Li juga berarti perintah namun masih bersifat umum, dan bersifat anjuran yang harus dilakukan manusia. Dalam Thian Ming anjuran itu sudah dilakukan manusia, namun ada yang berhasil menumbuhkembangkan perintah itu dan ada yang tidak.25
25
M. Ikhsan Tanggok, op.cit., hlm.48-49
BAB IV ANALISIS
A. Menganalisis tentang Konsep Keimanan Menurut Agama Khonghucu Agama Khonghucu yang asli disebut Ru Jiao atau agama bagi umat yang lembut. Agama yang disebarkan oleh Khonghucu maka agama ini sering disebut dengan agama Khonghucu. Agama menurut Khonghucu adalah wahyu Tuhan yang membimbing manusia sebagai rakyat Tuhan agar mampu hidup selaras mengikuti kebajikan dan watak sejati yang merupakan kuasa firman Tuhan, dengan begitu manusia mampu hidup menempuh jalan suci atau beriman kepada Tuhan yang Maha Esa. Keimanan berasal dari kata iman yang artinya ialah kepercayaan atau keyakinan yang berhubungan dengan nilai-nilai keagamaan yang dipeluk yaitu menyangkut ketulusan keyakinannya, pengakuan terhadap kebenaran dan kesungguhan dalam mengamalkannya. Istilah iman sering disebut dengan kata Cheng yang berarti sempurna kata, batin dan perbuatan. Maka iman itu adalah sikap atau suasana batin yang menunjukkan sempurna kepercayaannya, keyakinan kepada Tian (Tuhan Yang Maha Esa) kepada Genta rohaninya serta kebenaran ajaran agama Khonghucu. Iman disini tidak dimaksudkan selesai dengan menyempurnakan diri sendiri, melainkan menyempurnakan segenap wujud, cinta kasih yang menyempurnakan diri dan bijaksana itulah untuk menyempurnakan segenap wujud. Inilah kebajikan watak sejati dan inilah keesaan luar dalam dari jalan suci. Di dalam ajaran agama Khonghucu, mereka juga mempercayai adanya Thian (Tuhan yang Maha Esa) dan ajaran tentang keimanan. Umat Khonghucu juga melakukan pengakuan iman dengan mempercayai firman Thian yang sering diumpamakan watak sejati. Hidup mengikuti watak sejati itulah dinamakan menempuh jalan suci, itulah yang dinamakan dengan agama. Adapun jalan suci yang dibawakan ajaran ini ialah menggemilangkan
39
43
kebajikan yang bercahaya, mengasihi rakyat dan berhenti pada puncak kebaikan. Pengertian yang menyangkut iman kepada Tuhan yang Maha Esa. Itu tersurat di semua kitab agama Khonghucu, baik dalam kitab suci yang lima atau Wu Jing maupun kitab suci yang empat atau Susi. Mengenai keberadaan Tuhan, dalam pengertian fisik tidak dapat dikatakan dimana Tian berada. Hanya di dalam rasa, kesadaran dan iman yang dihayati keberadaan disebutkan di tempat yang Maha Luhur dan Maha Mulia. Kitab Konfusian menyebutkan Tuhan Yang Maha Esa mempunyai sifat-sifat yang utama atau empat kebajikan Tuhan (Si De) yakni Yuan (Maha Kuasa, Maha Sempurna, Khalik semesta alam, yang menjadi mulia dan berpulang semua makhluk dan benda). Sifat utama kedua Heng (Yang Maha Besar, Maha Indah, Maha Luhur). Sifat utama ketiga Li (Maha pemberkah yang menjadikan hukum sebab akibat, maka ada sifat utama, keempat Zheny (Maha Kuasa, Maka Kokoh). Apakah dosa itu? Dosa (Zui) adalah segala perbuatan yang melanggar jalan suci (Doa), mengingkari kebajikan, yang meninggalkan bahkan bertentangan dengan cinta kasih, kebenaran, susila dan kebijaksanaan dan dilakukan secara sadar. Dosa terbesar adalah perbuatan Ni Tian (Melawan Tian dan melanggar Hukum-Nya) dan Wu Do (meninggalkan jalan suci) sehingga orang itu akan merusak diri dan menjadi pencuri/perusak kemanusiaan.1 Di dalam ajaran agama Khonghucu terdapat delapan jalan pengakuan iman, pertama, sepenuh iman percaya kepada Tian (Tuhan yang Maha Esa), kedua, sepenuh iman menjunjung kebajikan, ketiga, sepenuh iman menegakkan firman gemilang, keempat, sepenuh iman menyadari adanya nyawa dan rokh, kelima, sepenuh iman memupuk cita bakti, keenam, sepenuh iman
1
mengikuti genta rokhani Nabi Khonghucu, ketujuh, sepenuh iman
Khonghucu, Tata Nilai Etika-Moral Berdasarkan Iman, Kedaulatan Rakyat, 7 Mei 2006, hlm.15
44
memuliakan kitab Wujing dan SuSi, Kedekapan, sepenuh iman menempuh jalan suci. Nabi Khonghucu bukanlah pencipta ajaran atau agama baru dan yang meninggalkan atau menolak ajaran terdahulunya. Apa yang tersurat di dalam Wujing menjadi pokok dasar di dalam agama Khonghucu dengan SuSi atau kitab yang empat sebagai kitab suci yang pokok. Sungguh tidak salah kalau Nabi Khonghucu adalah bukan seorang pendiri sebuah agama baru tetapi Nabi Khonghucu jelas seorang pembaru dari pada suatu ajaran yang sudah ada. Hal ini adalah sangat penting dakwah keimanan seorang umat Khonghucu, khususnya dalam hal bagaimana wajib beriman kepada Tian atau Shang Di Tuhan yang Maha Esa, yang Maha Kuasa. Dan umat Khonghucu wajib benar-benar meyakini kebenaran sabda Nabi Khonghucu, “Aku hanya meneruskan, tidak menciptakan aku sangat menaruh percaya dan suka kepada yang kuno (kitab-kitab suci pembawa kebenaran itu).2 Ungkapan Khonghucu yang erat hubungannya dengan keimanan, yang terdapat dalam kitab SuSi adalah sebagai berikut: “Iman itu adalah jalan suci Tuhan, Tuhan Yang Maha Esa; berusaha beroleh iman, itulah jalan suci manusia, yang beroleh iman ialah orang yang telah memilih kepada yang baik lalu didekap sekokoh-kokohnya.” (Bing Cu IVA, 12:3) “Yang mencapai puncak iman tetapi tidak dapat menggerakkan hati, itu belum pernah ada. Bila tiada iman, takkan pula dapat menggunakan hati.” (Bing Cu IVA, 12 :2) Khonghucu tidak hanya berbicara mengenai moral atau etika semata namun juga berbicara mengenai Tuhan yang Maha Esa (Thian). Thian adalah sumber dari segala yang ada di dunia ini. Konsep Thian yang digambarkan kitab-kitab Khonghucu atau Thien atau Thim yang bersifat roh (Tiong Yong XV: 1,2,3), ada Tuhan Yang Maha Esa (Siang Tee) (Tiong Yong XVIII : 6)
2
Tjhie Tjay Ing, Beriman Kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah Jiwa Etika dan Moral Kofuciani, Edisi II, Genta Harmoni, 2004, hlm.41
45
Dalam kitab Tiong Yong (tengah sempurna) ada ayat-ayat yang berbicara tentang Tuhan yang Maha Esa yaitu: “Firman Thian (Tuhan yang Maha Esa) itulah dinamai watak sejati. Hidup mengikuti watak sejati itulah dinamai menempuh jalan suci. Bimbingan menempuh jalan suci itulah dinamai agama” (Tiong Yong Bab Utama: 1) “Nabi (Khonghucu) bersabda, sungguh Maha Besarlah kebijakan Kwi Sien (tuhan yang Maha Roh)” (Tiong Yong XV:1) “Demikianlah
menjadikan
umat
manusia
di
dunia
berpuasa,
membersihkan hati, menggunakan pakaian lengkap, dan sujud bersembah yang kepada-Nya. Sungguh Maha Besar Dia (Thian) rasanya di atas dan di kanan kiri kita” (Tiong Yong XV:3)3
B. Implikasi Konsep Keimanan dalam Kehidupan Sehari-hari Ajaran Khonghucu adalah way of life atau jalan hidup. Ada dua pokok terpenting dalam ajaran ini, yakni berbakti kepada orang tua dan berbakti pada agama. Jika kedua hal ini sudah dilaksanakan dengan baik maka kehidupan akan tercapai, tenang dan tentram jika berbakti terhadap sesama dapat dilaksanakan dengan baik. Ajaran berbakti merupakan ajaran yang penting apalagi ada ungkapan segala kebajikan diawali dengan berbakti. Agama Khonghucu
juga
mengajarkan
kebajikan
persaudaraan,
kesopanan,
kebijaksanaan dan keyakinan. Agama Khonghucu juga mengajarkan norma-norma hubungan keluarga menjadi pilar untuk berbuat kebajikan. Norma-norma hubungan keluarga dapat secara alami diperluas menjadi norma-norma masyarakat. Berbakti juga bisa dijabarkan lebih luas menjadi kesetiaan. Umat Khonghucu yang berbakti artinya hidup di jalan yang benar akan masuk surga. Namun jika mengabaikan baktinya tentunya akan masuk neraka. Jika umat Khonghucu tidak berbakti merupakan salah satu dosa.
3
M. Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat “Agama Khonghucu” di Indonesia, Pelita Kebijakan, Jakarta, 2005, hlm.45-47
46
Bentuk dari kesetiaan, antara lain rakyat terhadap pemerintah, hormat terhadap yang lebih tua dalam hubungan antara saudara dalam keluarga, dapat diperluas lagi menjadi persaudaraan sesama teman. Agama Khonghucu juga mengajarkan kasih sayang orang tua, bakti anak terhadap orang tua, persahabatan antar saudara, penghormatan adik terhadap kakak.4 Ajaran Khonghucu dibidang susila menekankan pada rasa setia kawan secara timbal balik, menanamkan rasa simpati dan kerja sama yang harus dimulai dari lingkungan keluarga sampai pada masyarakat luas. Sebagaimana diajarkan di kalangan mayoritas China. Dan mereka mengajarkan Sankang (tiga hubungan tata krama), ngalun (lima norma kesopanan dalam masyarakat). 1. Sankang (tiga hubungan tata krama) Pengertian dari sankang atau tiga hubungan tata krama ini adalah sebagai berikut: a. Hubungan seorang raja dengan menterianya atau hubungan atasan dengan bawahannya. “Seorang raja memperlakukan menterinya dengan Li (kesopanan atau penuh dengan budi pekerti yang baik) seorang menteri mengabdi kepada raja dengan kesetiaan.” (Lun Gi : III : 19) Perkataan Khonghucu di atas menggambarkan bahwa seorang pemimpin haruslah bersifat arif dan bijaksana terhadap orang yang dipimpinnya, dan begitu juga seorang bawahan haruslah dapat menghormati siswanya sebagaimana layaknya seorang atasan. b. Hubungan orang tua dengan anaknya “Raka berfungsi sebagai raja, menteri berfungsi sebagai menteri, ayah berfungsi sebagai ayah dan anak berfungsi sebagai anak”. (Lun Gi XII : 11) Perkataan Khonghucu di atas menggambarkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, seorang harus dapat berfungsi sosial dengan baik.
4
Berbakti Kepada Orang Tua dan Agama, Kedaulatan Rakyat, 7 Mei 2006, hlm.15
47
c. Hubungan suami dengan istri “Menurut (mengikuti) sifat-sifat yang benar itulah jalan suci bagi seorang wanita”. (Mencius III, 2 : 2) Istri yang baik itu adalah istri yang tunduk dan patuh terhadap perintah suaminya, dan istri yang tidak baik adalah istri yang selalu melanggar perintah suaminya. Perintah suami yang semestinya diikuti oleh istri adalah perintah yang tidak bernuansa keburukan.
Dari pengertian Sangkang (tiga hubungan) dengan panjang lebar, terus ditambah dengan pengertian Ngolun yaitu: a. Hubungan saudara dengan saudara “Seorang muda, di rumah hendaklah berlaku bakti, di luar (rumah) hendahklah bersikap rendah hati, hati-hati sehingga dapat dipercaya, menaruh cinta kepada masyarakat, dan berhubungan erat dengan seorang yang berperi cinta kasih.” (Lun Gi, I : 6) Khonghucu mengatakan :”seorang muda, di rumah hendaklah berlaku adil…” Perkataan ini bisa diartikan Khonghucu menekankan
48
bahwa dalam kehidupan keluarga sebaiknya yang tua (saudara yang tua) hendaklah menghormati yang muda (saudara yang muda). Apabila terjadi, akan terwujud keharmonisan antara saudara dalam kehidupan rumah tangga. b. Hubungan teman dengan teman “Ada tiga macam sahabat yang manfaat dan ada tiga macam sahabat yang membawa celaka. Seorang sahabat yang lurus, yang jujur dan yang berpengetahuan luas, akan membawa manfaat. Seorang sahabat yang licik, yang lemah dalam hal-hal yang baik, dan hanya pandai memutar lidah akan membawa celaka.” (Lung Ci XIV: 4) Dari perkataan itu, tampaknya Khonghucu sanksi menekankan pentingnya memilih teman yang baik. Salah satu ciri teman yang baik adalah teman yang dapat manfaat, sedangkan teman yang tidak baik adalah teman yang tidak dapat memberikan manfaat bagi yang lain.9 Apabila umat Khonghucu melaksanakan sankang dan ngolun akan terwujud hubungan yang harmonis di keluarga, masyarakat maupun dalam negara. Karena sangkang dan ngolun merupakan lima kesopanan dalam hidup bermasyarakat. Jika sankang dan ngolun diterapkan di dalam kehidupan bermasyarakat maka akan terjadi timbal balik saling menghargai, saling menghormati, saling percaya dan lain sebagainya.
C. Konsep Keimanan Agama Khonghucu dalam Perspektif Agama Islam Tidak dipungkiri lagi bahwa agama adalah hal yang sangat penting bagi setiap manusia. Hal ini disadari atau tidak bahwa setiap manusia menginginkan menjadi orang yang soleh dan lurus. Tapi dalam kenyataannya tidak bisa terwujud dengan mudah karena agama mengajarkan fanatik dan berprasangka pada golongan lain. Agama juga mengajarkan kepada manusia untuk saling menghormati, saling menghargai, hidup bertoleransi, hidup berdampingan dan hidup damai. Ini sesuai dengan al-Quran surat al-Kafirun ayat 6 yang berbunyi: 9
M. Ikhsan Tanggok, op.cit., hlm.62-66
49
∩∉∪ È⎦⎪ÏŠ u’Í
«!$$Î/ z⎯tΒ#u™ ô⎯tΒ š⎥⎫Ï↔Î7≈¢Á9$#uρ 3“t≈|Á¨Ζ9$#uρ (#ρߊ$yδ š⎥⎪Ï%©!$#uρ (#θãΨtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# ¨βÎ) Ÿωuρ öΝÍκön=tæ ì∃öθyz Ÿωuρ óΟÎγÎn/u‘ y‰ΨÏã öΝèδãô_r& öΝßγn=sù $[sÎ=≈|¹ Ÿ≅Ïϑtãuρ ÌÅzFψ$# ÏΘöθu‹ø9$#uρ ∩∉⊄∪ šχθçΡt“øts† öΝèδ Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orangorang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari Kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah:62) Dalam ayat ini Allah menjelaskan keadaan tiap-tiap umat atau bangsa yang benar-benar berpegang pada ajaran-ajaran Nabi mereka serta beramal soleh, mereka akan memperoleh ganjaran di sisi Allah, karena rahmat dan maghfirah Tuhan selalu terbuka bagi hamba-hamba-Nya atau untuk agama lainnya (Kristen, Hindu, Budha, dan agama Khonghucu). Siapa saja yang berbuat dosa besar yang membawamu ke Tuhan, kehinaan akan menimpanya,
50
tetapi bilamana ia beriman dan bertaubat niscaya Allah mengampuni dan memberikan ganjaran kepadanya di dunia dan di akhirat. Jadi, agama apapun sepanjang jalan menuju Allah yaitu Islam, Yahudi, Nasrani, Hindu, Budha, Khonghucu atau tidak beragama sekalipun asalkan dia beriman kepada Allah dan beramal soleh akan memperoleh ganjaran dari Allah. Nama-nama seperti Yahudi, Kristen atau Sabi’in, adalah hanya label yang dipakai manusia, mungkin pada hakekatnya mereka itu adalah sebenarnya Islam pada pandangan Allah. Islam bermaksud tunduk, patuh kepada Allah dengan mempercayai dan mentaati ayat-ayat lalu didapati bukan orang-orang yang melabelkan dirinya sebagai Islam yang tunduk patuh kepada perintah Allah, dan orang-orang lain juga didapati mentaati perintah Allah, misalnya pada rezeki yang dikaruniakan Tuhan kepada manusia, sekiranya orang-orang
yang
melabelkan
dirinya
sebagai
Islam menolak
atau
mengharamkannya, maka mereka bukanlah Islam dalam perbuatannya itu. Sebaliknya pula jika orang-orang yang memakai label sebagai Islam dan tidak mengharamkan rezeki dari pada-Nya, maka mereka adalah Islam dalam perbuatan tersebut. Atau dalam amalan sedekah, sekiranya orang-orang yang melabelkan diri sebagai Islam tidak bersedekah, atau bersedekah dengan orang-orang yang sebangsa atau seagama saja, maka mereka bukanlah Islam pada amalan sedekah tersebut. Akan tetapi sekiranya orang yang memakai label lain yang mengamalkan sedekah tanpa memandang agama atau warna kulit, maka mereka adalah sebenarnya Islam dalam amalan sedekah mereka.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Khonghucu dikenal seorang guru yang bijaksana dan dikatakan sebagai pemimpin pada dewa-dewa, toh leluhur, roh leluhur, sudah ada sejak ada sebelum
Khonghucu lahir. Khonghucu bukanlah sebagai pencipta agama
tetapi hanya sebagai penerus ajaran agama Khonghucu. Menurut Khonghucu keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh kekuasaan, tetapi yang lebih penting adalah etika yang mulia. Etika diperoleh melalui proses belajar. Oleh karena itu, dalam hidupnya Khonghucu menekankan pada pentingnya belajar. Agama Khonghucu atau Ru Jiao, pengertian agama adalah wahyu Tuhan yang membimbing manusia sebagai rakyat Tuhan agar mampu hidup selaras mengikuti benih kebajikan dalam watak sejati, Xing yang merupakan firman Tuhan dengan begitu manusia mampu hidup menempuh jalan suci dengan menegakkan firman Tuhan. Fungsi agama menurut agama Khonghucu adalah sebagai tuntunan yang telah Thian turunkan melalui para Nabi-Nya untuk menentukan manusia kembali ke jalan suci, jalan yang diridloi dan dirakhmati semasa hidup maupun bila sudah saatnya kembali keharibaan kebajikan Tuhan. Dengan memeluk agama manusia akan mendapatkan pengertian, pemahaman dan mengimami apa makna hidup manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Dari ajaran agama Khonghucu mendasarkan pada ajaran bimbingan keyakinan terhadap Thian, dan firman-Nya yang harus dilaksanakan di dalam hidupnya. Melaksanakan ajaran Khonghucu sebagai tat nilai etika dan norma moral tanpa didasari keyakinan, kepercayaan dan iman kepada Thian, itu dinamai melupakan pokok atau kehilangan akar. Ajaran Nabi Khonghucu menggenapkan dan menyempurnakan Ru Jiao atau agama Khonghucu di dalam bimbingan umat beriman kepada Tuhan, melaksanakan Firman-Nya, takwa dan lurus dalam kehidupan ini.
46
47
Keimanan berasal dari kata iman yang artinya atau keyakinan yang berhubungan dengan nilai-nilai keagamaan yang dipeluk, yaitu menyangkut ketulusan keyakinan, pengakuan terhadap kebenaran dan kesungguhan dalam masyarakatnya. Seorang umat Khonghucu harus menegakkan pilar agamanya dengan delapan pengakuan iman: 1. Adanya Thian 2. Adanya nilai mutlak kebajikan 3. Adanya Firman / Takdir / watak sejati 4. Adanya roh (sien) dan ngawa (kwi) 5. Adanya penilaian orang tua atas anak-anaknya 6. Adanya Tian menjadi Nabi Khonghucu sebagai genta rokhani 7. adanya kebenaran kitab suci Susi. B. Saran-saran Setelah mempelajari sejarah Khonghucu, pengertian agama, konsep, keimanan maka penulis mempunyai beberapa saran: 1. Untuk umat Khonghucu, agar mau menjalankan Sankang dan Ngolun yang sering disebut lima kesopanan dalam masyarakat 2. Untuk umat Khonghucu menegakkan, pilar agamanya dengan delapan pengakuan iman. 3. Persoalan keimanan seyogyanya tidak menyentuh ranah-ranah mistik akan tetapi diimplementasikan ke dalam ranah sosial karena setiap agama bertanggung jawab terhadap persoalan bangsa seperti kemiskinan, kaum marginal dan dampak sosial yang lain diharamkan dengan adanya tanggung jawa ini akan memunculkan kesalehan yang lain diharapkan dengan adanya tanggung jawab ini akan memunculkan kesalehan yang tinggi C. Penutup Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah, karena dengan hidayah dan taufiq-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, A. Mukti, dkk, Agama-agama di Dunia, IAIN Sunan Kalijaga Press, Yogyakarta, 1988, 219 Arifin, M., Menguak Misteri Ajaran Agama-agama Besar, Jakarta: Golden Terayon Press, 1990. Bakry, Hasbullah, Ilmu Perbandingan Agama, Bumirestu, Jakarta, 1986. Bastoni, Hepi Anda, Beriman dengan Segenap Jiwa Raya, Sabili, 22 Maret 2007. Dei, Lee T., Khonghucu Adalah Agama, Matakin, Solo, 1994. Duanadjaya, Sidartanto, Agama Khonghucu, Matakin, Solo, 2002. Gie, Thio Tiong, “Agama Kebajikan; Agama Universal Perspektif Khonghucu”, Makalah Seminar 3 September 2003, di Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang. Hadikusuma, Hilman, Antropologi Agama Bagian I, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1999 Hutomo, Suryo, Tata Ibadah dan Dasar Agama Khonghucu, Jakarta, 1983. Ing, Tjhie Tjay, Beriman Kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah Jiwa Etika dan Moral Kofuciani, Edisi II, Genta Harmoni, 2004. _______, Pokok-pokok Keimanan Konfusionisme Agama Khonghucu, Matakin, Solo, tth. _______, Tanya Jawab Keimanan Konfusiani, Edisi IV, Genta Harmoni, 2004. _______, Beriman Kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah Jiwa Etika dan Moral Khonghucu, Edisi Kedua, Genta Harmoni, 2004. Kedaulatan Rakyat, 7 Mei 2006. Khonghucu, Tata Nilai Etika-Moral Berdasarkan Iman, Kedaulatan Rakyat, 7 Mei 2006. Manaf, Mudjahadi Abdul, Sejarah Agama-agama, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999. Mukhtar, Moch. Qosim, Sejarah Teologi dan Etika Agama-agama, Yogyakarta: Din Interfidel, 2005.
Nawawi, M. Nahar, Memahami Khonghucu Sebagai Agama, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003. Oei, Lee T., Kesaksian Adanya Tuhan Yang Maha Esa di Dalam Agama Konfucian, Matakin, Solo, 1992. _______, Ketuhanan Keagamaan Cinta Kasih Keibadahan dalam Konfucianisme, Matakin, Solo, 1994. Schart, Betty B., Kajian Sosiologi Agama, PT. Tiara Wacana, Yogyakarta, 1995. Smith, Huston, Agama-Agama Manusia, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2001. Sou’yb, Joesoef, Agama-Agama Besar di Dunia, Jakarta: PT. Nusna Zikra, 1996. Tanggoh, M. Ikhsan, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia, Pelita Kebajikan, Jakarta, 2005. Tirtarasa, Setianda, Menuju Masyarakat Anti Korupsi Perspektif Agama Khonghucu, Departemen Komunikasi dan Informasi, Jakarta, 2006.