KONSEP DIRI ANGGOTA HIJAB COSPLAY ISLAMIC OTAKU COMMUNITY EPISODE UIN JAKARTA DALAM MEMPERTAHANKAN IDENTITAS KEISLAMAN
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh Nurfitriani 1112051000033
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H./2016 M.
ABSTRAK Oleh:Nurfitriani Konsep Diri Anggota Hijab Costum Player (Hijab Cosplay) Islamic Otaku Community Dalam Mempertahankan Identitas Keislaman Kemunculan hijab costum player (cosplay) memunculkan pro kontra di kalangan pecinta Jepang maupun masyarakat umum. mempengaruhi khalayak yang beragama islam. Kelompok pro akan mendukung dengan alasan hijab cosplay merupakan tren positif dan unik, sedangkan kelompok kontra beralasan bahwa hijab cosplay dapat merusak karakter asli. Respon pro dan kontra ternyata dapat mempengaruhi konsep diri yang dimiliki oleh cosplayer. Konsep diri cosplayer bisa terbentuk dan berubah menjadi positif atau negatif tergantung dari stimulus dari luar dan penilaian mereka terhadap diri sendiri. Konsep diri inilah yang akan mempengaruhi cosplayer bersedia atau tidak untuk mempertahankan identitas agamis yang mereka miliki. Berdasarkan pada konteks di atas penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menjawab pertanyaan mengenai: bagaimana konsep diri anggota hijab cosplay Islamic Otaku Community (IOC) episode UIN Jakarta? Dan bagaimana cara yang dilakukan oleh anggota hijab cosplay Islamic Otaku Community (IOC) episode UIN Jakarta dalam mempertahankan identitas keislaman sebagai Muslimah? Teori yang akan dipakai ialah teori konsep diri William D.Brooks yang menyatakan bahwa konsep diri dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor orang lain, kelompok rujukan dan diri sendiri dan teori identitas spiritual menurut Penney Upton bahwa identitas spiritual berupa keyakinan-keyakinan, sikap-sikap dan spiritualitas. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dan instrumen penelitian yang digunakan berupa observasi, Focus Group Discussion (FGD), wawancara, studi dokumentasi dan partisipasi peneliti pada setiap acara yang dihadiri oleh hijab cosplay IOC episode UIN Jakarta. Berdasarkan hasil penelitian didapati bahwa hijab cosplay IOC episode UIN Jakarta memiliki konsep diri yang positif. Hal itu disebabkan karena kebanggaan dan kepercayaan diri mereka sebagai hijab cosplay, berupa keaktifan, kekreatifan dan keinovatifan. Pada realitasnya IOC memberikan wadah kepada pecinta Jepang yang beragama Islam dan ingin bercosplay memiliki kepercayaan diri untuk berhijab cosplay atau beralih menjadi hijab cosplay. Cara yang dilakukan oleh anggota IOC episode UIN Jakarta untuk menjaga identitas keislaman berbentuk peraturan yang harus ditaati oleh seluruh anggota. Diantaranya, menjaga perkataan, tidak boleh menghina dan bertengkar, tidak membahas dan menyebarluaskan pornografi dalam bentuk apapun, memanggil dengan panggilan yang tidak disukai dan menjaga jarak dengan lawan jenis. Bagi cosplayer, pemilihan karakter, kostum yang sudah dimodifikasi agar tidak melanggar etika berbusana dalam Islam dan cara berhijab menjadi acuan dalam mempertahankan identitas keislaman. Selain itu, menunaikan sholat menjadi kewajiban yang paten bagi mereka laksanakan dimanapun event cosplay yang diadakan dan dalam keadaan apapun. Kata kunci: konsep diri, identitas keislaman, cosplay, karakter, hijab cosplay
ii
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh… Alhamdulillah. Puji dan Syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat, kasih sayang, dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu Allah curahkan kepada Nabi besar, Nabi agung tauladan manusia, Nabi Muhammad SAW semoga kita termasuk umatnya yang mendapatkan syafaatnya kelak di hari kiamat. Alhamdulillah, berkat usaha dan do’a skripsi yang berjudul “Konsep Diri Anggota Hijab Cosplay Islamic Otaku Community Episode UIN Jakarta dalam Mempertahankan Identitas Keislaman” ini dapat penulis selesaikan. Beribu-ribu ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu, mendukung, dan membimbing penulis selama proses penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis ucapkan sedalam-dalamnya kepada yang terhormat: 1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Suparto, M.Ed, Ph.D selaku wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan. 2. Drs. Masran, M.A dan Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. 3. Drs. Hamdani, M.A selaku Dosen Pembimbing Akademik.
iii
4. Dr. Armawati Arbi, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah bersedia membimbing dan banyak memberikan masukan serta saran kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini berlangsung. 5. Segenap Bapak/ Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, terima kasih atas keikhlasannya telah mengajari dan memberikan ilmu kepada penulis. Penulis memohon maaf apabila dalam proses perkuliahan, ada sikap atau sifat penulis yang kurang berkenan di hati Bapak/ Ibu. Penulis sangat mengharapkan doa dari Bapak/ Ibu, semoga ilmu yang telah Bapak/ Ibu berikan berkah dan bermanfaat baik bagi penulis maupun orang lain. 6. Seluruh karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta pengelola perpustakaan Fakultas dan perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terima kasih atas layanan dan kerja samanya. Semoga pelayanan kepada mahasiswa menjadi lebih baik lagi kedepannya. 7. Bapak Ahmad Damyati dan Ibu Sukwati serta Teteh Yayah Fauziah, terima kasih untuk berbait-bait do’a yang tak pernah berhenti terucap untuk penulis. Terima kasih juga untuk motivasi, semangat dan dukungannya selama ini. I’m so grateful to have you All 8. KLISE FOTOGRAFI yang telah banyak memberikan penulis pelajaran dan pengalaman.
IOC
Episode
UIN
Jakarta
yang
sangat
kooperatif,
menyenangkan dan baik sekali selama penelitian. 9. TIJEL (Dita, Keke, Epang, Tiray). TIWZ (Nunu dan Devi Jawir), MaLoveSoul (Pammy dan Rween). KPI B angkatan 2012, KKN ORION 2015 dan teman-teman yang selalu menjadi penyemangat, kakak Dinda,
iv
Cotee, Fafa, Della, Malia, Bachan, Aish, Emei, Panji dan Aini. THANKYOU DARLA! Dengan segala kekurangan dan keterbatasan penulis, dengan lapang dada penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga segala apa yang telah penulis lakukan dan hasilkan dapat membuahkan manfaat serta memberikan nilai kebaikan baik untuk penulis maupun para pembaca sekalian. Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh. Jakarta, 20 September 2016 Penulis
Nurfitriani
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................. 7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 8 D. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 10 E. Kerangka Konsep ...................................................................... 14 F. Metodologi Penelitian ............................................................... 18 G. Sistematika Penulisan ............................................................... 25
BAB II
KERANGKA TEORITIS A. Konsep Diri ............................................................................... 27 B. Identitas Diri.............................................................................. 35 C. Adab Berpakaian Bagi Wanita dalam Islam ............................. 40 D. Cosplay dan Model Cosplay .................................................... 47
BAB III
GAMBARAN UMUM A. Sejarah Islamic Otaku Community (IOC) ................................. 53 B. Visi dan Misi ............................................................................. 56 1. Visi ..................................................................................... 56 2. Misi .................................................................................... 56 C. Program-Program ...................................................................... 56 1. Program Jangka Panjang ..................................................... 56 2. Program Jangka Pendek ...................................................... 58
vi
D. Kegiatan IOC Episode UIN Jakarta periode 2015-2016 ........... 58 E. Peraturan Islamic Otaku Community ........................................ 61 F. Struktur Besar Kepengurusan Islamic Otaku Community ........ 63 G. Struktur Inti Kepengurusan IOC Episode UIN Jakarta ............. 64
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS ............................................................... 65 A. Konsep Diri Anggota Islamic Otaku Community (IOC) Episode UIN Jakarta ................................................................. 65 1. Latar Belakang Subjek Focus Group Discussion (FGD) ..... 65 2. Konsep Diri Anggota Hijab Cosplay IOC Episode UIN Jakarta ................................................................................... 68 a. Berdasarkan Penilaian Diri Sendiri ................................. 69 b. Berdasarkan Penilaian Orang Lain .................................. 83 c. Berdasarkan Penilaian Kelompok Rujukan ..................... 87 d. Konsep Diri Positif dan Negatif Hijab Cosplayer Anggota IOC Episode UIN Jakarta ................................. 91 B. Cara Anggota Islamic Otaku Community (IOC) Episode UIN Jakarta Mempertahankan Identitas Keislaman ................. 95
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................... 107 B. Saran ......................................................................................... 110
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 111 LAMPIRAN ...................................................................................................... 116
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Hatsune Miku, Japan Idol Star ................................................. 50 Gambar 2.2. Shinoa Dan Mitsuba dalam Anime Owari No Seraph ............... 51 Gambar 2.3. Cross Dress dari Anime Bleach .................................................. 51 Gambar 2.4. Harajuku Style............................................................................. 52 Gambar 2.5. Tokusatsu atau Superhero Fiksi dari Jepang .............................. 52 Gambar 3.1. Project Cosplay Tokyou Ghoul ..................................................59 Gambar 3.2. Cosplay Owari No Seraph, IOC Episode UIN Jakarta ............... 60 Gambar 3.3. Cosplayer IOC Episode UIN dalam IC Fest .............................. 60 Gambar 3.4. Cosplay Tokyo Ghoul pada Hello Fest 2015.............................. 60 Gambar. 3.5. Gathering IOC pada Acara di Pikologi UIN Jakarta ................. 61 Gambar 3.6. Struktur Kepengurusan Islamic Otaku Community ................... 63 Gambar 4.1. (Kanan) Gaya Berpakaian Dwi Sehari-Hari ............................... 70 Gambar 4.2. (Kiri) Dwi Saat Bercosplay Menjadi Shinoa .............................. 70 Gambar 4.3. (Kanan) Gaya Berpakaian Tina Sehari-Hari............................... 73 Gambar 4.4. (Kiri)Tina Bercosplay Mitsuba ................................................... 73 Gambar 4.5. (Kanan)Gaya Berpakaian Nada Sehari-Hari .............................. 76 Gambar 4.6. (Kiri) Nada Saat Bercosplay Menjadi Mito ................................ 76 Gambar 4.7. (Kanan) Mayya Saat Bercosplay Sebagai Shinon ...................... 78 Gambar 4.8. (Kiri) Gaya Berpakaian Mayya Sehari-Hari ............................... 78 Gambar 4.9. (Kanan) Rosi Yang Bercosplay Sebagai Silica .......................... 80 Gambar 4.10. (Kiri) Gaya Berpakaian Rosi Sehari-Hari................................. 80 Gambar 4.11. (Kiri)Gaya Berpakaian Rifka Sehari-Hari ................................ 81 Gambar 4.12. (Kanan) Rifka Saat Menjadi Hijab Cosplayer .......................... 81 Gambar 4.13. (Kiri) Dwi Berhijab Cosplay Sebagai Shinoa ........................ 101 Gambar 4.14. (Kanan) Karakter Shinoa Owari No Seraph .......................... 101 Gambar 4.15. (Kiri) Tina Berhijab Cosplay Sebagai Mitsuba ...................... 101 Gambar 4.16. (Kanan) Karakter Mitsuba Owari No Seraph ......................... 101 Gambar 4.17. (Kiri) Nada Berhijab Cosplay Sebagai Mito .......................... 101 Gambar 4.18. (Kanan) Karakter Mito Owari No Seraph .............................. 101 Gambar 4.19. (Kiri) Mayya Berhijab Cosplay Sebagai Sayuri ..................... 102 Gambar 4.20. (Kanan) Karakter Sayuri Owari No Seraph ............................ 102 Gambar 4.21. (Kiri) Rosi Berhijab Cosplay Sebagai Yukimi ....................... 102 Gambar 4.22. (Kanan) Karakter Yukimi Owari No Seraph .......................... 102 Gambar 4.23. (Kanan) Rifka Berhijab Cosplay Sebagai Kotori ................... 102 Gambar 4.24. (Kiri) Karakter Kotori Anime Love Live ................................ 102
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Kegiatan IOC Episode UIN Periode 2015-2016 ............................ 58 Tabel 4.1. Konsep Diri Anggota Hijab Cosplay IOC Berdasarkan Penilaian Diri Sendiri ...................................................................... 69 Tabel 4.2. Ciri-Ciri Sifat Ekstrovert dan Introvert ........................................... 82 Tabel 4.3. Konsep Diri Anggoa Hijab Cosplay IOC Eps UIN Jakarta Berdasarkan Penilaian Orang Lain .................................................. 84 Tabel 4.4. Konsep Diri Anggota Hijab Cosplay IOC Eps UIN Jakarta Berdasarkan Penilaian Kelompok Rujukan ..................................... 87
ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena
perkembangan
budaya-budaya
populer
banyak
mempengaruhi dalam bidang seni yang membawanya melewati batas wilayah negara. Majunya teknologi dan penyebaran informasi yang syarat akan budaya yang terbawa di dalamnya membuat orang-orang yang berada di bagian dunia lain dapat mengetahui, belajar, juga mengadopsi budaya luar yang masuk untuk dijadikan landasan dalam perilaku juga gaya hidup. Budaya asing dapat masuk kapan saja dan membuat perubahan yang signifikan mulai dari pola pikir, perilaku maupun pola hidup masyarakat. Hal itu berkaitan dengan konsep diri yang dibangun oleh individu dan cara menyikapi masuknya budaya asing tersebut. Konsep diri yang positif akan membawa individu pada keberhasilan dalam hidupnya, karena individu akan lebih optimis dan menanggapi pendapat orang lain sebagai masukan untuk memperbaiki dirinya. Berbanding terbalik dengan konsep diri yang dibangun oleh individu itu negatif maka ia akan lebih pesimis menjalani hidup, lebih banyak ketakutan dan berlaku inferior. Konsep diri sendiri bisa dilihat dari sikap yang ditunjukkan oleh individu dalam menjalani kesehariannya. Saat ini, budaya populer seperti costum player atau biasa disebut dengan cosplay yang sudah menjadi tren di berbagai belahan dunia seperti, Amerika, Jepang, Eropa, bahkan Indonesia. Fenomena cosplay (costum player) atau dalam bahasa Jepang disebut dengan kosupure. Dan dalam bahasa Indonesia dikenal dengan seni penampilan dengan mengenakan
1
2
kostum dan aksesoris yang terkonstruksi dari berbagai budaya populer seperti manga (komik), anime (kartun) dan game. Cosplay biasanya mengidentifikasi diri mereka dengan karakter-karakter fiksi melalui pakaian atau penampilan yang berbeda dengan orang kebanyakan. Pakaian yang digunakan akan terlihat mencolok begitupun dengan aksesoris dan riasan yang dipakai. Selain itu para pelaku cosplay berusaha menirukan adegan-adegan atau gerakan karakter yang sedang diperankannya untuk mendukung dan melengkapi penampilan mereka agar semirip mungkin. Pelaku cosplay disebut dengan cosplayer/ coser. Biasanya cosplayer
akan berkumpul pada acara-acara
tertentu bersama cosplayer lainnya dan juga penikmat cosplay. Terdapat beberapa jenis cosplay yang sering diperankan dan ditiru oleh banyak coser diantaranya cosplay anime atau manga, cosplay game, cosplay gothic, cosplay original, cosplay dongeng dan harajuku style.1 Hijab cosplay sendiri merupakan salah satu project atau program yang dimiliki oleh Islamic Otaku Community yang ada pada tiap chapter maupun tiap episodenya, salah satunya episode UIN Jakarta. Anggota-anggotanya terdiri dari mahasiswi-mahasiswi dari berbagai fakultas. Latar belakang terbentuknya Islamic Otaku Community di UIN Jakarta dikarenakan banyaknya tanggapan miring mengenai pecinta Jepang yang bersumber dari komunitas-komunitas Islam maupun dari civitas akademik UN Jakarta. Oleh karena itu, dicetuskanlah Islamic Otaku Community yang menjawab bahwa
1
Nur Aini, Definisi Cosplay dan Jenisnya, artikel diakses pada 4 April 2016 dari http://galleryotaku.blogspot.co.id/2014/05/cosplay-definisi-sejarah-dan-jenis.html
3
tidak semua pecinta Jepang dan cosplay melupakan identitas diri mereka sebagai seorang muslim atau muslimah.2 Cosplayer
atau
coser
meniru
dan
menggunakan
berbagai
perlengkapan yang menunjangnya agar menyerupai bahkan sama dengan karakter yang diperankannya, meninggalkan karakter asli mereka yang biasanya dijalankan sehari-hari menjadi karakter lain yang disenangi dan sedang diperankannya. Namun, banyak juga Cosplayer yang tidak hanya mengubah penampilan saat menjadi karakter tertentu, tapi juga mengubah perilaku dan gaya hidup cosplayer yang bersangkutan. Konsep diri yang dibangun oleh seorang coser berubah dan berkembang sejalan dengan akumulasi pengalaman seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Konsep diri mencakup keseluruhan persepsi individu tentang karakter dirinya, citra tubuh, kemampuan yang dimiliki, emosi serta hubungan dengan orang lain. Keberadaan Islamic Otaku Community yang muncul akibat masuknya budaya pop Jepang dianggap dapat membuat perubahan pada anggotanya yang merupakan mahasiswi UIN Jakarta dan ikut terjun langsung menjadi hijab cosplay, juga bagi dunia cosplay Jepang yang ada di Indonesia saat ini. Dikarenakan UIN Jakarta merupakan instansi pendidikan Islam yang didalamnya menegaskan dan mengharuskan setiap civitas akademiknya menanamkan nilai Islam, baik dari segi fisik yang terlihat maupun nafs (jiwa). Munculnya Islamic Otaku Community terutama Hijab cosplay memunculkan terjadinya percampuran antara nilai-nilai Islam dengan budaya Pop Jepang
2
Observasi Awal, primary reaserch dilakukan pada bulan Januari 2016 di UIN Jakarta
4
yang dapat mengakibatkan perubahan pada identitas, gaya berpakaian, perilaku, maupun gaya hidup hijab cosplay. Hal ini menjadi tantangan untuk nilai-nilai dasar norma dan agama.3 Menurut William D.Brooks konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya yang terdiri dari dua komponen yaitu kognitif dan afektif yang dipengaruhi oleh persepesi orang lain dan dirinya sendiri. komponen kognitif berupa citra diri dan komponen afektif yaitu harga diri. Seseorang yang dinilai bodoh maka akan ada dua kemungkinan harga diri yang dimilikinya,. Pertama, ia malu menjadi orang bodoh dan yang kedua dia tidak peduli dengan dirinya yang bodoh.4 William H. Fitts berpendapat bahwa konsep diri berpengaruh kuat terhadap tingkah laku seseorang. Perilaku, penampilan dan gaya hidup yang dibawa dalam budaya Jepang berpengaruh terhadap pelaku-pelaku atau generasi muda yang terpikat dan mengadopsi budaya dalam hal ini cosplay Jepang dalam kehidupan mereka terutama dalam membangun konsep diri mereka.5 Selain itu, konsep diri akan melahirkan identitas diri yang bermakna kesamaan atau identifikasi dengan seseorang atau sesuatu. 6 Dalam hal ini banyak cosplayer yang mengubah identitas diri mereka di kehidupan nyata demi melebur dengan karakter yang sedang diperankannya. Tetapi tidak sedikit pula yang menjadikan identitas dalam karakter yang diperankannya 3
Islamicotaku.co.id/profile diakses pada tanggal 31 Juli 2016 pukul 19.20 WIB Armawati Arbi. Psikologi Komunikasi dan Tabligh. (Jakarta: Penerbit Amzah.2012). h.
4
160
5
Antar Venus dan Lucky Helmi, Budaya Populer Jepang di Indonesia: Catatan Studi Fenomenologis Tentang Konsep Diri Anggota Cosplay Party Bandung. (Jurnal Aspikom: Universitas Padjajaran, 2010), h. 76. 6 Jenkins, Richards, Identitas Sosial, (Medan: Bina Media Perintis, 2004), h. 47
5
menjadi identitas mereka yang terbawa hingga ke dunia nyata. Tapi nyatannya menurut Lestari dalam Ganendra Widigdya menyatakan bahwa terjadi skizofrenia sosial atau kepanikan yang menyebabkan seseorang semakin menjauhi nilai identitas asal mereka. Sehingga tidak ada persamaan antara karakter fisik maupun sifat orang yang melakukan cosplay dengan diri mereka sehari-hari.7 Fenomena cosplay yang terus berkembang didukung dengan budaya populer dari luar negeri yang juga masuk ke Indonesia tanpa hambatan membuat akulturasi budaya yang saling mengkombinasi satu sama lainnya. Di kutip dari Republika.co.id bahawa dalam catatan The Pew Forum on Religion & Public Life 2010 menyatakan Indonesia berada di Peringkat pertama sebagai negara dengan populasi orang Islam tertinggi di dunia dengan persentase sekitar 88.1 persen penduduk memeluk agama Islam atau hampir 12.7 persen dari populasi dunia.8 Sehingga tidak dipungkiri banyak bermunculan orang Islam yang juga ikut menggemari dan menjadi pelakupelaku cosplay. Tentu saja, hal ini memunculkan pertanyaan mengenai konsep diri yang dibangun oleh pemuda-pemudi Islam yang juga ikut terjun dalam seni berkostum ini. Mengapa demikian? Dan bagaimana identitas keislaman terutama bagi muslimah yang menjadi hijab cosplay.
Karena
tentunya ada perbedaan antara cosplay secara umum dengan cosplay
7
Lestari Indah, Cosplay: Postmodernisme and Japanese popular Culture in Indonesia, terms paper: reading in literary Theory & Criticism, Jawaharlal Nehru University, New Delhi, India, 2011. 8 Angga Indrawan, Inilah 10 negara dengan Populasi Muslim Terbesar di Dunia. dipublikasikan pada 27 Mei 2015, pukul 06.16 WIB m.republika.co.id/berita/dunia-islam/islamnusantara/15/05/27noywh5-inilah-10negara-dengan-populasi-muslim-terbesar-di-dunia diakses pada 1 Agustus 2016 Pukul 1.03 WIB.
6
Muslimah, juga konsep diri serta identitas diri seperti apa yang mereka tonjolkan dalam kehidupan. Perbedaan yang mendasar dari cosplay umum dengan cosplay Muslimah diantaranya ialah cara berpakaian sesuai karakter yang mereka perankan serta cara berhubungan dalam mendalami karakter yang sedang mereka perankan di area bercosplay. Banyak di antara cosplay umum memamerkan lekukan tubuh atau dengan pakaian yang minim yang sama persis dengan karakter idola mereka. Sedangkan, pada cosplay Muslimah, penampilan sexy dan membentuk lekuk tubuh sangat dihindari begitu juga dengan penggunaan wig yang disiasati dengan memodifikasi hijab sehingga menyerupai rambut pada karakter yang mereka perankan. Karakter-karakter dalam cosplay sedikit banyak memamerkan lekuk tubuh juga mempertontonkan aurat yang menurut ajaran dan konsep berpakaian dalam Islam seharusnya ditutupi untuk menghindari dari berbagai macam hal buruk. Adab berpakaian dalam Islam yang mengharuskan agar setiap Muslimah agar tidak menampakan lekuk tubuh, juga tidak memakai pakaian yang tipis sehingga tidak nampak kulit pemakainya agar terhindar dari adanya fitnah.9 Komunitas-komunitas cosplay yang berbasis Islam memang belum banyak bermunculan di Indonesia, namun eksistensi mereka saat ini juga tidak dapat diabaikan. Komunitas yang mengatasnamakan komunitas Islam dengan ciri khas cosplaynya yang memakai hijab diantaranya ialah Islamic Otaku Community dan Hijab Cosplay Indonesia. Tentunya kemunculan 9
M.Quraish Shihab, Jilbab Pakaian Wanita Muslimah, (Jakarta: Lentera Hati, 2010), h.124-127.
7
cosplayer-cosplayer Muslimah ini menimbulkan berbagai macam tanggapan di masyarakat, baik dari sesama pelaku cosplay yang mendukung ataupun cosplayer lain yang menganggap bahwa hijab cosplay dapat merusak karakter asli (OOC atau out of Character). Stigma positif dan negatif yang diterima oleh cosplayer Muslimah dengan upaya memodifikasi penampilan karakter yang diperankan dengan hal yang dapat mempertahankan identitas keislaman mereka dan tetap menjaga syariat agama, terutama dalam beebusana, beriskap dan berperilaku. Berdasarkan pada alasan-alasan di atas, maka penelitian ini diberi judul
“KONSEP DIRI ANGGOTA HIJAB COSPLAY ISLAMIC
OTAKU
COMMUNITY
EPISODE
UIN
JAKARTA
DALAM
MEMPERTAHANKAN IDENTITAS KEISLAMAN”. B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Berdasarkan pada masalah di atas maka penelitian ini akan membatasi masalah hanya pada member atau anggota dan pengurus Islamic Otaku Community (IOC) sebagai individu. Sebaliknya, penelitian ini tidak memfokuskan pada pesan berupa teks dan makna mengenai Islamic Otaku Community (IOC), tidak juga pada organisasi yang menaunginya dan dampak dari kegiatan bercosplay.
8
2. Rumusan Masalah Adapun pokok masalah yang menjadi kajian berdasarkan pada masalah penelitian di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti, meliputi: 1. Bagaimana konsep diri yang dibangun oleh anggota hijab cosplay Islamic Otaku Community (IOC) Episode UIN Jakarta berdasarkan pada penilaian diri sendiri, orang lain, kelompok rujukan terkait konsep diri milik William D.Brooks ? 2. Bagaimana cara Hijab cosplayer mempertahankan identitas keislaman sebagai seorang Muslimah berdasarkan pada konsep identitas agamis Penney Upton? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk memberikan gambaran mengenai konsep diri yang dibangun oleh anggota hijab cosplay yang tergabung dalam Islamic Otaku Community (IOC) Episode UIN Jakarta berdasarkan pada penilaian diri sendiri, orang lain dan kelompok rujukan. b. Untuk memberikan gambaran mengenai cara mempertahankan identitas keislaman sebagai seorang hijab cosplayer berdasarkan pada konsep identitas agamis Penney Upton.
9
2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dalam penelitian ini, dibagi menjadi dua aspek yaitu manfaat akademis dan manfaat praktis a. Manfaat Akademis Diharapkan dengan adanya skripsi mengenai konsep diri dalam mempertahankan identitas keislaman dengan subjek Hijab Cosplay Episode UIN Jakarta, penelitian ini akan menyumbangkan dan menambah referensi pada penelitian yang sejenis dan referensi Ilmu Komunikasi, terutama dalam bidang Psikologi Komunikasi, yaitu komunikasi antar personal mengenai konsep diri (William D. Brooks) dan identitas agamis (Penney Upton) dalam hal ini identitas keislaman yang dibangun dan ditimbulkan dengan adanya budaya pop Jepang yang mencampurkan antara budaya Jepang yang bebas dengan etika Islam. b. Manfaat Praktis 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi anggota Islamic Otaku Community (IOC) baik yang berada di dalam dan di luar UIN Jakarta, maupun bagi cosplayer di luar Islamic Otaku Community untuk memberikan gambaran terkait perihal konsep diri anggota komunitas Islamic Otaku Community . 2. Menggambarkan
upaya
komunitas
dan
anggota
dalam
mempertahankan identitas Islami dalam hal berbusana, bersikap dan berperilaku bagi para pembaca dan peminat Hijab Cosplay.
10
D. Tinjauan Pustaka Uraian berikut akan memaparkan beberapa penelitian yang sudah dilakukan, sehingga menjadi jelas bagaimana penelitian ini relevan dan penting dilakukan. 1. Genendra Widigdya membuat makalah individu singkat dengan dosen pengampu Drs. Sudiyono S.U Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan judul Komunitas Cosplay: Tantangan Bagi Identitas Sosial Indonesia. Pada penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwasanya cosplay menjadi tantangan bagi setiap bangsa terutama bagi bangsa di kawasan Asia dikarenakan kegiatan bercosplay yang dianggap menjauhi identitas diri di dunia nyata dengan identitas saat seseorang sedang melakukan aktivitas cosplay. Cosplayer cenderung terfokus pada bagaimana menjadi karakter ideal dan menjadi semirip mungkin dengan idola yang mereka dengan melakukan transformasi dari segi fisik maupun karakter yang berlawanan dengan identitas asli mereka yang bahkan tidak ada dalam identitas asal cosplayer. Pada penelitian yang dibuat oleh Genendra Widigdya diperoleh persamaan dalam segi subjek yang diteliti yaitu mengnai identitas cosplayer. Namun, pada penelitian ini cosplayer yang diteliti ialah cosplayer secara umum atau konvensional dan subjek penelitiannya hanya identitas bangsa, sedangkan pada penelitian ini akan menitikkan pada konsep diri dan identitas cosplayer pada komunitas cosplay Islami. 2. Rizma Afian Azhiim dalam karya ilmiah yang dibuatnya mengenai pengantar Antropologi dari Universitas Al-Azhar Indonesia tahun 2013,
11
dengan judul Identitas dan Subjektivitas Budaya Populer Cosplay di Indonesia. Pada penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa budaya populer Jepang dibawa akibat dari berkembangnya teknologi yang dapat melintasi rruang dan waktu. Peran pemerintah Jepang melalui jalur diplomasi membuat budaya juga nilai-nilai masyarakat Jepang ke seuruh dunia. adanya cosplay secara bersamaan maupun bertahap merasuk ke ranah subjektivitas dan identitas masyarakat Indonesia, contoh nyatanya yaitu gaya berpakaian anak muda yang banyak meniru role model yang disenanginya. Pada penelitian ini, subjek yang diangkat ialah Cosplayer Indonesia secara umum atau konvensional. Dan objek yang diteliti mengenai subjektivitas dan identitas budaya yang dibawa oleh cosplayer. Dan meenggunakan pendekatan psikoanalisis dengan teori subjektivitas Foucault, dimana menurut Foucault subjectivitas muncul akibat sesuatu yang dimunculkan atau bahkan dibuat-buat untuk membentuk suatu produk historis. 3. Fidy Ramzielah F membuat Kajian Sastra dan Budaya, Fakultasi Ilmu Budaya S2, Universitas Airlangga, Surabaya yang berjudul Komunitas Hijab Cosplay Gallery: Representasi Komunitas SubkulturVirtual di Indonesia. Pada penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa hijab cosplay muncul akibat adanya akulturasi subkultural budaya yang masuk dengan budaya yang menetap di dalamnya. Hijab cosplay gallery menjadi wadah tersendiri bagi hijab cosplayer yang awal mulanya berada pada komunitas cosplay konvensional. Namun komunitas hijab cosplay
12
gallery terkesan membatasi dirinya terjhadap cosplay konvensional dan hanya pada orang-orang yang memiliki sambungan internet saja. karena hanya dapat dilihat pada web atau social media mereka. Subjek penelitian yang diangkat mengenai hijab cosplayer yang ada di Indonesia maupun di mancanegara. Sedangkan objek penelitian yang diangkat ialah bagaimana hijab cosplay gallery menyebarkan tren cosplay berhijab, yaitu dengan menggunakan sosial media dan website resmi dari hijab cosplay gallery dan menjadikannya sebagai wadah untuk bersilaturahmi dan mensosialisasikan keutamaan dari berhijab bagi wanita. 4. Diny Fitriawati membuat penelitian untuk Program Magister Ilmu Komunikasi, Fakultas
Ilmu Komunikasi,
Universitas Padjajaran,
Bandung dengan judul “Konsep Diri Dan Pola Komunikasi Cosplayer : Self Concept And Communication Patterns In Cosplayer” Pada penelitian ini didapatkan bahwa konsep diri anggota cosplay AEON cosplay team cenderung psitif karena baiknya interaksi yang dialkukan oleh sesama anggota kelompk tersebut. hal itu dikarenakan adanya kesamaan motif yang melatarbelakangi anggotanya untuk masuk dan mengikuti kegiatan bercosplay. Konsep diri yang dibentuk oleh AEON cosplay team dapat dilihat dari tindakan terlihat yang dilakukan oleh anggotanya yang juga menyertakan pesan yang bersifat verbal maupun non-verbal. Pola komunikasi AEON cosplay team terbentuk dari motif, konsep diri dan simbolisasi anggotanya.
13
Metode penelitian yang dilakukan ialah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis dengan objek penelitian mengenai konsep diri dan pola komunikasi anggota kelompoknya. Sedangkan subjek penelitian yang diambil ialah anggota komunitas AEON cosplay team Bandung. 5. Felicia Wonodihadrjo dalam jurnal E-komunikasi Volume 2 Nomor 3 Tahun 2014. Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Kristen Petra, Surabaya dengan judul penelitian “Komunikasi Kelompok yang Mempengaruhi Konsep Diri Dalam Komunitas Cosplay “COSURA” Surabaya”. Kesimpulan yang didapat pada penelitian ini bahwa konsep diri individu terbentuk dari komunikasi yang dijalin antar anggota kelompok dalam kelompok itu sendiri. konsep diri negatif biasanya dimiliki oleh anggota baru dalam kelompok cosplay COSURA karena anggota baru belum banyak berkontribusi dan masih tertutup terhadap anggota kelompok lainnya. Namun, bagi anggota yang memiliki konsep diri negatif, setelah lama bergabung maka konspe diri yang dimiliki berangsunr menjadi positif. Hal itu dikarenakan sudah terciptanya komunikasi yang baik dan saling keterbukaan antar anggota kelompok cosplay tersebut. Objek penelitian ini menitik beratkan pada konsep diri anggota cosplay dan juga teori konsep diri postif-negatif milik William D. Brooks. Sedangkan subjek penelitian yang diambil ialah anggota cosplay COSURA yang aktif mengikuti rapat mingguan ataupun event komunitas tersebut. penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
14
menggunakan metode survey dan berlandaskan pada teori mengenai komunikasi kelompok, juga konsep diri. E. Kerangka Konsep
KONSEP DIRI (WILLIAM D.BROOKS)
IDENTITAS AGAMIS (PENNEY UPTON)
COSPLAY DAN MODEL/ TIPE COSPLAY (Antar Venus dan Lucky Helmi dalam Jurnal Aspikom: Universitas Padjajaran)
ETIKA BERPAKAIAN BAGI WANITA DALAM ISLAM (Ibrahim Muhammad AlJamal, Fiqh Wanita,)
1. Konsep diri Konsep diri meliputi apa yang kita pikirkan dan apa yang kita rasakan. Dalam hal ini seorang manusia akan mempersepsikan dirinya sendiri berdasarkan apa yang dia rasakan dan juga berdasarkan atas persepsi orang lain dalam melihat dan memandang dirinya. Penilaian yang diberikan oleh diri sendiri dan penilaian dari orang lain memberikan pengaruh terhadap konsep diri atau makna realitas diri yang dibangun oleh manusia.10 William D. Brooks menyatakan konsep diri diartikan sebagai persepsi tentang diri yang sifatnya fisik berupa penampilan dan bentuk 10
h.100.
Nina Mutmainah, et al. Psikologi Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1997),
15
tubuh yang dapat dilihat dan dirasakan oleh panca indera. Juga bersifat psikologis berupa karakter diri, keadaan emosional dan juga bersifat sosial yang berhubungan dengan interaksi yang dilakukan bersama individu lainnya.11 2. Identitas Hogg & Abram menyatakan bahwa identitas diri adalah konsep yang digunakan oleh orang-orang untuk menyatakan mengenai tentang siapakah mereka, orang macam apa mereka dan bagaimana mereka berhubungan dengan orang lain.12 Sehingga akan terlihat identifikasi dan kesamaan pada seseorang atau sesuatu tersebut yang diakui oleh banyak orang yang melihatnya, dimana kita yang menjadi objek dalam identifikasi tersebut diimajinasikan dan direpresentasikan kepada diri sendiri untuk memberikan dan menampilkan identitas dirinya kepada orang lain. Sedangkan identitas spiritual atau identitas agamis berkaitan dengan keyakinan-keyakinan, sikap-sikap, praktik dan perilaku-perilaku agamis yang berkaitan dengan moral dan etik suatu agama.13 Dalam Islam, seorang Muslim atau Muslimah akan menampilkan identitas keislaman mereka dengan menggunakan busana yang sesuai dengan ajaran atau bagi Muslimah menggunakan jilbab atau hijab sebagai penutup kepala yang merupakan aurat wanita. 11
Nina Mutmainah, et al, Psikologi Komunikasi, h. 100. Hogg, Michael A & Abrams, D (1990). Social Identification; A Psychology of Intergroup Relation and Group Process. [On-line] http://books.google.co.id/books?id=50OV4gqcFA0C&printsec=frontcover&dq=Social+Identifica ion%3B+A+Psychology+of+Intergroup+Relation+and+Group+Process&hl=en&sa=X&ei=kpnn Yr9NMHrrQeAzIHwDQ&redir_esc=y diakses tanggal 9 Mei 2016. pukul 11.20. 13 Penney Upton. Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012), h. 194. 12
16
3. Etika Berpakaian Bagi Wanita dalam Islam Menurut M. Quraish Shihab, adab berpakaian dalam Islam selain menutup aurat bagi laki-laki maupun perempuan, juga yang dianjurkan seharusnya ialah menutupi seluruh tubuh (aurat) selain wajah dan kedua telapak tangan, sederhana dalam berpakaian dan berhias, menampakan lekuk tubuh juga tidak tipis sehingga tidak nampak kulit pemakainya agar terhindar dari adanya fitnah, dikenal oleh masyarakat Islam, tidak menyerupai pakaian lelaki bagi wanita dan bagi lelaki tidak menyerupai pakaian wanita 14 Sedangkan menurut Ibrahim Muhammad Al-Jamal, dalam Fiqh Wanita, etika berpakian bagi wanita diantaranya menutupi seluruh tubuh (aurat) selain wajah dan kedua telapak tangan, sederhana dalam berpakaian dan berhias, tidak tipis menerawang sehingga warna kulit masih bisa terlihat, dikenal oleh masyarakat islam, tidak menyerupai pakaian lelaki bagi wanita dan bagi lelaki tidak menyerupai pakaian wanita, dan berbeda dengan pakaian wanita kafir.15 4. Model dan Tipe Cosplay Gerald S. Wilson dan Michael S. Hanna mengungkapkan bahwasanya ada tiga hal yang menyebabkan seorang individu memutuskan untuk menjadi atau masuk dalam keanggotaan kelompok tertentu, yaitu daya tarik yang dimiliki oleh anggota kelompok yang akan dimasukinya, kegiatan dan tujuan kelompok, terakhir berdasarkan atas
14 15
h.130.
M.Quraish Shihab, Jilbab Pakaian Wanita Muslimah, h.124-127. Ibrahim Muhammad Al-Jamal, Fiqh Wanita, (Bandung: Gema Insani Press, 2002),
17
alasan-alasan individu tersebut, dapat berupa alasan yang menyangkut pribadi, sosial, simbolik maupun ekonomi.16 Ada beberapa komponen yang membedakan seseorang masuk dalam sebuah komunitas, diantaranya berdasarkan lokasi orang tersebut tinggal, berdasarkan minat dan kesenangan dan terakhir berdasarkan komuni atau ide-ide yang muncul saat mereka bersama.17 Dalam hal ini, komunitas cosplay disatukan dengan persaaan akan minat dan kesenangan yang sama dan mereka melakukan kegiatan bersama untuk menyalurkan minat dan memberikan kesenangan sendiri bagi individu yang melakukannya. Terdapat beberapa jenis cosplay yang sering diperankan dan ditiru oleh banyak coser diantaranya: pertama, cosplay anime atau manga pada jenis ini coser meniru karakter yang terdapat dalam komik maupun kartun. Kedua, cosplay game dimana pada jenis ini coser memerankan dan meniru karter yang ada dalam game. Ketiga, cosplay gothic bebeda dengan jenis sebelumnya. Pada jenis ini coser akan menggunakan busana yang bernuansa gelap dan misterius, dalam jenis ini juga terdapat jenis lainnya yang dinamakan gothic lollyta yang menggnakan pakaian serba hitam namun kali ini dipadukan dengan pakaian yang berenda dan imut. Keempat, cosplay original jenis ini menampilkan karkter yang belum pernah ada baik dalam anime maupun manga. Biasanya juga para coser
menggabungkan karakter-karakter
yang ada dalam satu penampilan atau dapat dikatakan sebagai kombinasi. 16
Nina Mutmainah, et al. Psikologi Komunikasi, h. 144. Rulli Nasrullah, Komunikasi Antarbudaya di Era Budaya Siber. (Jakarta: Kencana, 2012), h.138. 17
18
Kelima, cosplay dongeng seperti namanya jenis ini menjadikan dongeng dan legenda sekitar sebagai modelnya. Terakhir, harajuku style.18 F. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Pada pendekatan ini menekankan pada semua temuan yang didapatkan saat melakukan penelitian dilandaskan pada data, sehingga temuan tersebut lebih bisa dipercaya sebelum dikatakan sebagai teori.19 Jenis penelitian yang digunakan ialan deskriptif kualitatif. Pada metode jenis ini penulis mengumpulkan, pengklasifikasikan dalam hal ini berdasarkan pada keaktifan anggota IOC episode UIN Jakarta dalam kegiatan yang diadakan komunitas, lalu mendeskripsikan dan mencatat hasil temuan di lapangan yang dikumpulkan dari observasi, FGD dan wawancara. Selanjutnya, peneliti menganalisis data yang menggambarkan situasi keadaan dan hasil temuan lapangan yang bersifat non hipotesis dan menginterpretasikan konsep diri anggota hijab cosplay IOC episode UIN Jakarta sesuai dengan apa yang dilihat, didengar dirasakan dan ditanyakan.20 Penelitian deskriptif kualitatif dirancang untuk mengumpulkan informasi mengenai keadaan yang ada dan sedang berlangsung. Jenis penelitian ini dilakukan untuk meneliti sekelompok manusia taua objek
18
Nur Aini, Definisi Cosplay dan Jenisnya, artikel diakses pada 4 April 2016 dari http://galleryotaku.blogspot.co.id/2014/05/cosplay-definisi-sejarah-dan-jenis.html .
19
yang bertujuan untuk menggambarkan suatu fenomena yang disellidiki secara sistematis, faktual dan akurat.21 2. Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian ialah 6 anggota Islamic Otaku Community yang berperan sebagai hijab cosplay yang ditetapkan berdasarkan keaktifan dalam kegiatan yang diadakan komunitas. 6 anggota yang menjadi subjek penelitian yaitu Mayya (FAH), Dwi (FDK), Tina (Tarbiyah), Rifka (SAINTEK), Rosi (FDK) dan Nada (FSH). b. Objek Penelitian Adapun objek penelitian dalam penelitian ini ialah konsep diri dan cara anggota hijab cosplay Islamic Otaku Community dalam mempertahankan identitas keislaman oleh anggota Islamic Otaku Community yang turut aktif dalam kegiatan Cosplay. 3. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian yang didatangi oleh saya sebagai peneliti untuk mendapatkan data-data yang akurat ialah UIN Jakarta, tempat anggota Muslimah komunitas Islamic Otaku Community ini berkumpul dalam melakukan kegiatan mereka dan beberapa kegiatan di luar kampus seperti
19
A Khaidar Alwasilah, Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan Melakukan penelitian Kualitatif, (Jakarta: Pustaka jaya. 2002) cetakan ke- 1, h. 102 20 Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rodakarya. 2005), h. 9. 21 Convelo G. Cevilla, dkk, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1993), h.73
20
gathering cosplayer dan matsuri (festival Jepang) yang mereka hadiri dan saat photo session. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2016 sampai dengan September 2016. Intensitas pertemuan sebanyak 6 kali selama 5 bulan waktu penelitian. 4. Sumber Data Ada dua data yang digunakan dalam penelitian yaitu data primer dan data sekunder a. Data primer yaitu data yang peneliti kumpulkan secara langsung yang diperoleh saat penelitian berlangsung. Dalam hal ini, data tersebut didapat saat melakukan wawancara dan observasi subjek penelitian yaitu ikut pada kegiatan hijab cosplay dan mengamati perilaku hijab cosplayer dari jarak dekat dan sedang. Data primer didapat dari 6 anggota Muslimah Islamic Otaku Community yang aktif berkegiatan di komunitas. Selain itu, sebanyak 6 anggota lainnya dari komunitas Islamic Otaku Community sebagai kelompok rujukan untuk menilai konsep diri anggota hijab cosplay yang menjadi subjek penelitian utama dan 6 orang mahasiswi UIN Jakarta yang merupakan sahabat dari subjek penelitian. b. Data sekunder yaitu data pustaka yang dihimpun dari sejumlah bukubuku, jurnal, artikel-artikel dari internet dan sumber-sumber bacaan lain yang berkaitan dengan masalah penelitian ini. 5. Tahapan Penelitian Proses penelitian ini melalui beberapa tahapan penelitian, yaitu:
21
a. Pengumpulan Data 1. Observasi Obesrvasi atau pengamatan ialah kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan hasil penelitian yang sesuai dengan fakta di lapangan. Pengamatan yang dilakukan dengan cara sistematik terhadap fenomena-fenomena yang akan diselidiki kebenarannya. 22 Dalam hal ini peneliti menempatkan diri sebagai obeservasi aktif, dimana peneliti ikut melakukan kegiaatan yang dilakukan oleh subjek penelitian, seperti pada acara-acara yang mereka hadiri dan berperan sebagai fotografer cosplayer. Pada saat tertentu, saya sebagai peneliti menempatkan diri sebagai bagian dari anggota hijab cosplay dan di lain waktu, saya sebagai peneliti memberikan jarak dengan anggota hijab cosplay untuk mendapatkan fakta dilapangan mengenai respon nyata orang lain dalam menilai hijab cosplay. 2. FGD FGD atau Focus Group Discussion ialah diskusi kelompok terarah, dimana kegiatan diskusi ini dilakukan untuk pengumpulan data dengan wawancara kelompok dan pembahasan yang dilakukan secara berkelompok pula. FGD juga dikenal dengan teknik pengumpulan data kualitatif dengan cara wawancara kelompok.
22
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 56.
22
Wawancara yang dilakukan membahas tentang fokus permasalahan tertentu yang dipandu oleh seorang fasilitator dan juga moderator.23 Brajtman dalam Yati Afiyanti menyatakan bahwa metode FGD dilakukan untuk mengeksplorasi suatu fenomena yang terjadi dalam kehidupan melalui interaksi sosial antara diri seseorang dengan kelompoknya. Tujuannya ialah meningkatkan kedalaman informasi yang diperoleh untuk menyingkap fenomena dan memberi penjelasan terhadap fenomena tersebut. Umumnya metode FGD mengangkat mengenai isu sosial yang berhubungan dengan syigma buruk terhadap individu dan kelompok tertentu.24 Pada penelitian ini FGD yang dilakukan kepada 6 orang anggota hijab cosplay IOC UIN Jakarta. yaitu, Mayya, Dwi, Nada, Rosi, Rifka dan Tina mengenai konsep diri anggota cosplay dalam mempertahankan identitas keislaman komuniats Islamic Otaku episode UIN Jakarta. Setelah FGD terlaksana diadakan wawancara kembali untuk memperteguh hasil FGD. 3. Wawancara Teknik pengumpulan data dengan wawancara berdasarkan pada laporan pribadi yang didapatkan peneliti dari hasil tanya jawab yang dilakukan kepada repsonden yang menghasilkan pengetahuan atau keyakinan pribadi dari responden tersebut. Pada penelitian ini,
23
Edi Indrizal. Fakultas Ilmu Politik dan Ilmu Sosial, Jurusan Antropologi. Universitas Andalas, Padang. “Diskusi Kelompok Terarah: Focus Group Discuussion (FGD), Prinsip-Prinsip dan Pelaksanaan di Lapangan”, Jurnal Antropologi FISIP UNAND, h. 75-76. 24 Yati Afiyanti, Staf Akademik Keperawatan Maternitas FIK UI. “Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok Terfokus) Sebagai Metode Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif”, Jurnal keperawatan Indonesia volume 12, nomor 1, Maret 2008. h.58-62.
23
peneliti melakukan wawancara dengan anggota Muslimah Islamic Otaku Community yang aktif dalam kegiatan-kegiatan Jepang baik yang dilakukan di area komunitas maupun di luar komunitas bahkan di luar kampus. Selain itu juga peneliti melakukan wawancara dengan sahabat dari anggota hijab cosplay IOC UIN Jakarta untuk mendapatkan hasil yang maksimal, lalu wawancara dengan anggota kelompok yang sama mengenai subjek (Hijab cosplayer) yang sedang diteliti. Dalam wawancara yang dilakukan kepada beberapa responden akan membantu peneliti dalam mendapatkan hasil yang maksimal dengan membandingkannya dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti. Tanya jawab yang dilakuukan saat wawancara juga memberikan gambaran atas pengetahaun responden terhadap konsep diri, keyakinan, sikap dan perilaku yang selama ini dilakukannya. 4. Dokumentasi Teknik pengumpulan data dari dokumen memanfaatkan catatan peristiwa yang telah lalu. Dokumen dapat berbentuk tulisan yang diambil dari blog-blog penikmat dan pelaku cosplay terutama dalam
web
resmi
Islamic
Otaku
Community
(Islamicotakucommunity.com), juga jurnal-jurnal mengenai budaya pop Jepang, gambar atau foto diambil dari kegiatan yang dilakukan oleh anggota cosplay IOC dan koleksi pribadi mereka, koleksi pribadi peneliti dan karya-karya lainnya. Dokumen juga berguna sebagai penguat atas hasil data yang didapat dari observasi dan wawancara
24
yang dilakukan oleh saya sebagai peneliti. Adapun dalam hal ini, peneliti mendapatkan data dokumen dari hasil penelitian terdahulu, buku psikologi komunikasi yang membahas mengenai konsep diri dan data-data kegiatan yang ditulisakan dalam catatan kegiatan Islamic Otaku Community, juga foto-foto kegiatan mereka dari tahun 2015 hingga 2016. b. Analisa Data Analisis data ialah teknik penyederhanaan hasil penelitian sehingga lebih mudah untuk diinterpretasikan. Miles Hubermas membagi teknik analisis data menjadi 3 yaitu, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Dimana pada tahap reduksi data. Pada tahap ini peneliti mengolah data hasil observasi dan wawancara ditajamkan, digolongkan juga membuang data yang tidak perlu dan mengorganisirnya dan kemudian dideskripsikan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami.
25
Jika pereduksian dan penarikan kesimpulan dari hasil
pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan dokumen telah selesai. Maka dilanjutkan dengan pengolahan data dan penganalisisan data yang diperoleh hingga menghasilkan laporan penelitian. Tahap olah data yang dilakukan oleh penulis adalah menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Yaitu data-data yang ditemukan di lapangan
disimpulkan
secara
umum
dengan
cara
menjabarkan,
menerangkan dan menginterpretasikannya dalam bentuk tabel. Data data
25
Ariesto Hadi Sutopo dan Andriana Arief, Terampil Mengolah Data Kualitatif dengan NVIVO, (Jakarta: Prenada Media Grup. 2010), h. 78
25
tersebut diperoleh dari hasil observasi, FGD, wawancara dan dokumendokumen yang berhubungan dengan objek penelitian. c. Pedoman Penulisan Skripsi Pada penelitian ini, teknik dan metode penulisan laporan penelitian mengacu pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi” yang disusun oleh Hamid Nasuhi, Ismatu Ropi dkk. G. Sistematika Penulisan Untuk lebih terarah dalam pembahasan skripsi ini, penulis membuat sistematika penulisan sesuai sengan masing-masing bab. Penulis membaginya menjadi 5 bab, yang masing-masing terdiri dari beberapa sub bab yang merupakan penjelasan dari bab tersebut. Adapun sistematika penulisan adalah sebagai berikut: BAB I
: PENDAHULUAN Bab ini memaparkan latar belakang penelitian mengenai konsep diri
yang dibangun dan dibentuk oleh anggota hijab cosplay Islamic Otaku Community Episode UIN Jakarta dalam mempertahankan identitas keislaman yang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu diri sendiri, orang lain dan kelompok rujukan. BAB II
: TINJAUAN TEORITIS Bab ini menjelaskan mengenai konsep diri sebagai muslimah yang
terdapat dalam subjek Psikologi Komunikasi mengenai. Konsep diri menurut William D. Brooks dan Identitas Spiritual menurut Penney Upton dalam pandangan Islam dan juga ayat maupun hadist yang bersangkutan dengan konsep dan identitas diri dalam Islam.
26
BAB III : GAMBARAN UMUM Merupakan gambaran umum mengenai sejarah, kegiatan, visi misi dan struktur kepengurusan Islamic Otaku Community yang menjadi subjek penelitian ini. BAB IV : ANALISIS DAN TEMUAN DATA Bab ini berisikan pemaparan atas hasil analisa temuan yang ditemukan oleh peneliti di lapangan, terkait dengan penelitian yang dilakukan. Peneliti akan menganalisis mengenai konsep diri anggota muslimah komunitas Islamic Otaku Community dan cara anggota maupun pengurus dalam mempertahankan identitas keislaman BAB V
: PENUTUP Bab ini merupakan bab akhir yang terdiri dari kesimpulan dari bab-
bab sebelumnya dan juga saran untuk penelitian yang akan datang. Bab ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang diperlukan dan berkaitan dengan penulisan skripsi
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Diri Konsep Diri menurut Rudolph V. Verderber dalam buku Psikologi Umum milik Alex Sobur didefinisikan sebagai: “A collection of perception of every aspect of your being: your appearance, physical and mental capabilities, vocational potencial, size, strength and so forth”1 Dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimaksud ialah kumpulan dari persepsi dari berbagai aspek yang ada dalam diri kita, baik dari segi penampilan, kemampuan fisik dan mental yang dimiliiki, potensi keterampilan yang berhubungan dengan ukuran kekuatan dan sebagainya. Menurut Deaux, Dane dan Wrightsman, konsep diri merupakan sekumpulan keyakinan dan perasaan seseorang mengenai dirinya sendiri, berkaitan dengan minat, bakat, kemampuan, penampilan dan psikologis.2 William D. Brooks dalam bukunya Speech Communication yang dikutip dalam buku Psikologi Komunikasi karya Jalaluddin Rakhmat memberikan pengertian yang tidak jauh berbeda seperti Rudolph V. Verderber, ia menyatakan bahwa: “Those physical, social, and physicological perceptions of ourselves that we have derived from experiences and our interaction with others”3
1
Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2003), h. 506. Sarlito W. Sarwono, et,al, Psikologi Sosial, (Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2009), h. 53. 3 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 99. 2
27
28
Maksudnya ialah Brooks setuju konsep diri yang merupakan persepsi, baik berupa pandangan dan perasaan seseorang yang bersifat fisik, psikologis, maupun sosial. Persepsi diri yang berupa fisik dapat berupa penampilan dan bentuk tubuh, sedangkan persepsi psikologis berupa mental, emosi dan karakter. Dan sosial berupa hubungan dengan indiviu lainnya atau dapat dibilang interaksi.4 Goss dan O’Hair berpendapat bahwa konsep diri mengacu pada penilaian seseorang mengenai dirinya yaitu berdasarkan seberapa berharga dirinya tersebut, penghargaan diri inilah yang dikatakan oleh Myers dan Myers dalam buku Psikologi Umum karya Alex Sobur sebagai perasaan yang diperoleh seseorang pada saat tindakan yang dilakukannya sesuai dengan versi ideal orang tersebut mengharapkannya. 5 Dengan kata lain, seseorang akan merasa berharga apabila suatu hal yang dilakukannya mendapatkan penghargaan yang sama dengan apa yang diharapkannya dari orang lain dan berdampak pada perasaan berharga pada dirinya sendiri. Persepsi yang membangun konsep diri seseorang berdasarkan penilaian terhadap dirinya sendiri dan berdasarkan pada penilaian orang lain mengenai dirinya menjadikan manusia sebagai objek sekaligus subjek persepsi tersebut atau dalam istilah lainnya menurut Charles H. Cooley adalah looking glass self. Yaitu dimana ia membayangkan dirinya sebagai orang lain dan mulai melakukan penilaian bagaimana nantinya jika orang lain melihat dirinya dan dirinya melihat dirinya yang lain tersebut dari 4
Nina Mutmainah, et,al. Psikologi Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1997), h.
100 5
Alex Sobur, Psikologi Umum, h. 507
29
sudut pandang sebagai objek penilaian. Dan kecenderungan untuk berperilaku sesuai dengan konsep diri yang dimiliki disebut dengan selffulfilling prophecy. 6 Misalnya, seseorang yang memiliki konsep diri dengan mempersepsikan dirinya bahwa ia kreatif, maka pada saat diminta untuk mengumpulkan ide-ide cemerlang ia akan maemberikan ide cemerlang yang dapat menyakinkan orang lain dengan idenya dan membuat idenya terealisaasi. Namun, penilaian dan evaluasi dari orang lain bukan satu-satunya hal yang membentuk konsep diri seseorang, melainkan hasil tindakan dari orang tersebut juga lah yang dapat mempengaruhi pembentukan konsep diri.7 Sebagai contoh, seseorang yang belajar memainkan alat musik, menghafal not, menampilkannya hasil latihannya. Maka ia akan menyadari, dirinya termasuk orang yang mudah atau lambat dalam memahami dan belajar memainkan instrumen musik. Ada dua komponen menggenai konsep diri, yang pertama ialah komponen kognitif atau citra diri (self image) pengetahuan individu menganai dirinya dan komponen afektif atau harga diri (self esteem) penilaian individu terhadap diri. 8 Sebagai contoh, komponen kognitif mengatakan, “saya orang miskin”. Komponen afektifnya bisa menjadi dua kemungkinan. Pertama, “saya bahagia menjadi orang miskin, karena mendapat banyak sumbangan dari orang kaya.” Atau” saya lelah menjadi orang miskin karena kurang bekerja keras.”
6
Nina Mutmainah, et al. Psikologi Komunikasi, h. 100. Sarlito W. Sarwono, et Al. Psikologi Sosial, h. 54. 8 Armawati Arbi. Psikologi Komunikasi dan Tabligh. (Jakarta: Penerbit Amzah.2012). H. 7
160.
30
Banyak faktor atau pihak-pihak yang dapat mempengaruhi konsep diri seseorang, diantaranya: 1. Orang lain Harry Stack Sullivan dalam buku Psikologi Komunikasi karya Jalaluddin Rakhmat mengatakan bahwa seseorang dapat mengenal dirinya sendiri dengan mengenal orang lain terlebih dahulu. Maksudnya ialah kita akan lebih menghargai ataupun merasa diremehkan apabila orang lain tersebut yang merasakan dan mepresepsikannya hingga diri kita tahu. 9 Intinya apabila cita diri kita positif pada penilaian orang lain dan sudah terbentuk citra diri yag sedemikian rupa pada diri kita, maka secara langsung ataupun tidak kita akan berusaha lebih baik ataupun mempertahankan citra diri tersebut untuk diri kita demi mendapatkan penghargaan yang sama dari orang lain. Namun tidak semua orang dapat berpengaruh terhadap diri kita. Seperti yang dikemukakan oleh Mead, orang-orang yang paling berpengaruh ialah yang memiliki hubungan paling dekat dengan diri kita atau dapat disebut dengan significant others. Orang-orang tersebut diantaranya, keluarga, sahabat, orang yang tinggal satu rumah denga kita atau bertemu setiap hari, saudara, guru dan sebagainya. Orang-orang yang termasuk dalam significant other dapat mempengaruhu pikiran, perilaku dan perasaan kita. Dapat juga termasuk seseorang yang diidolakan, seperti bintang film, pahlawan, tokoh dan seseorang yang disukai.10 2. Kelompok Rujukan atau kelompok acuan (reference group) 9
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, h.101. Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, h. 101-103.
10
31
Semakin bertambah dewasa dan bertambah usia, significant others yang tadinya berperan paling berpengaruh dalam pembentukan konsep diri, kini tidak lagi menjadi satu-satunya pihak yang dapat mepengaruhi konsep diri. Diri akan mulai bergaul secara luas di masyarakat, kita dapat menjadi anggota sebuah kelompok hobi atau minat, maupun organisasi di universitas maupun di masyarakat. Pada kelompok atau organisasi tersebut ada yang mengikat anggotanya berdasarkan pada peraturan serta norma yang menjadi acuan dan pedoman kelompok atau organisasi tersebut, mengarajkan perilaku dan menyesuaikan diri dengan ciri-ciri kelompoknya, sehingga dapat mempengaruhi konsep diri anggotanya. Kelompok atau organisasi inilah yang disebut dengan kelompok rujukan atau kelompok acuan.11 3. Diri Sendiri Bagaimanapun persepsi dari orang lain dan kelompok rujukan, konsep diri tetap dipengaruhi oleh persepsi individu sendiri. mereka akan melakukan hal yang sejalan dengan harapan mereka, entah itu akan berakhir dengan penilaian positif ataupun negatif. Individu Islami akan berperilaku secara Islami dan menjaga dirinya agar selalu dan sesuai dengan kepribadian Islam.12 Terdapat dua kualitas dalam menilai konsep diri seseorang, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif.tentu saja konsep diri yang positif akan mendukung komunikasi dengan orang lain menjadi positif pula. Terdapat beberapa indikator konsep diri menurut Islam, diantaranya: 11
Alex Sobur, Psikologi Umum, h. 521. Armawati Arbi. Psikologi Komunikasi dan Tabligh, h.161
12
32
a. Sebagai makhluk basyariah atau sehat jasmani. Maksudnya ialah dengan mengkonsumsi segala hal yang baik dan halal dan hidup di lingkungan yang baik pula. b. Sebagai makhluk isyaniah atau sehat rohani, dengan menerapkan rukun islam. Profesional dalam menjalankan kepemimpinan ataupun pekerjaannya dan selalu ingat akan jati diri sebagai otang Islam. c. Mengetahui potensi akal atau dapat dikatakan menjadi pemikir, inovator, menjadi ulil albab. d. Menjadi orang yang mensucikan diri (qalb) yang selalu menghadirkan Allah dalam segala hal yang dilakukannya. e. Potensi nafs. Berusaha ikhlas dalam menjadi juru damai dan hamba Allah. Dalam setiap yang dilakukannya menanamkan keihlasan karena Allah, sebagai muslim pasrah dengan segala kehendak Allah. f. Sebagai manusia yang sempurna dan utuh. Percaya akan dirinya dengan segala potensi yang diberikan Allah kepadanya.13 Terdapat beberapa ciri yang menunjukan konsep diri yang dibangun oleh seseorang termasuk konsep diri postif atau negatif. William D. Brooks dan Philip Emmert mengemukakan ciri konsep diri positif sebagai berikut : a. Yakin dengan kemampuannya. Apabila ia menghadpi masalah atau kegagalan ia yakin bisa mengatasi itu
13
Armawati Arbi. Psikologi Komunikasi dan Tabligh, h.162
33
b. Merasa sama dan setara dengan orang lain atau percaya diri c. Menerima pujian tanpa rasa malu dan menerima penghargaan tanpa rasa bersalah d. Berusaha memperbaiki dirinya
dan menyadari kesalahan yang
diperbuat e. Menyadari bahwa setiap orang memiliki hal yang berbeda karena mereka memiliki perasaan, keinginan dan juga perilaku yang tidak sepeuhnya diterima dan disenangi oleh masyarakat.14 Sedangkan konsep diri yang negatif, juga mempengaruhi dan mengganggu keberhasilan komunikasi dengan orang lain. Ciri dari seseoranng yang memiliki konsep diri negatif, antara lain: a. Peka terhadap kritik yang diterimanya. Mudah emosi akan kritik tersebut dan sulit menerimanya b. Antusias terhadap pujian yang diberikan kepada dirinya. Mudah menjatuhkan dan menjelek-jelekan orang lain c. Hiperkritis, ialah mereka akan sulit memberikan pujian kepada orangg lain dan selalu saja mencari kekurangan. Penghargaan dan pengakuan akan kelebihan orang lain menjadi hal yang sulit untuk diberikan d. banyak tidak disenangi orang lain karena sifatnya dan sulitnya mereka akrab dengan orang lain, dan menganggap dirinya sebagai korban dalam hubungan sosial masyarakat
14
Nina Mutmainah, et al. Psikologi Komunikasi, h.101.
34
e. enggan untuk bersaing, karena memiliki sifat pesimis. Dan tidak mau melakukan hal yang merugikan bagi dirinya. 15 Sehingga dapat disimpulkan bahwa konsep diri merupakan persepsi individu mengenai dirinya sendiri baik yang bersifat fisik, psikologis maupun sosial, yang juga dipengaruhi oleh penilaian yang diberikan oleh orang lain dan kelompoknya yang nantinya berpengaruh terhadap konsep diri mereka akan bersifat positif atau negatif. Menurut Ikhwan Lutfi dalam bukunya yang berjudul Psikologi Sosial menyatakan bahwa konsep diri memberikan sumbangan terhadap identitas seseorang sepanjang kehidupan yang dilaluinya. Konsep diri juga mengandung impilkasi motivasi yang mempengaruhi diri seseorang mengenai serangkaian konsep yang dikonstruksikan berdasarkan pada pengalaman mereka yang dapat mempengaruhi pengalaman di masa depan, yang berkorelasi antara rekasi dan akibat yang akan ditimbulkan dari pengalaman yang dilaluinya. 16 Penggunaan teori konsep diri William D.Brooks dianggap peneliti dapat mencakup berbagai aspek dari konsep diri seseorang yang dinilai dari aspek fisik, psikologi dan sosial. Selain itu, Brooks juga menguatkan teorinya dengan tiga faktor pembentukan dan perunbahan konsep diri yang dipengaruhi oleh faktor diri sendiri, orang lain dan kelompok rujukan.
15
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, h.105. Ikhwan Lutfi, et al. Psikologi Sosial. (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009),
16
h. 29-32.
35
B. Identitas Sih Natalia Sukmi menyatakan bahwa identitas adalah konsepsi diri atas keberadaan seseorang agar dapat dipandang sebagai human being, maksudnya ialah manusia yang selalu mengapresiasikan hidupnya dimanapun mereka berada dengan
selalu mencurahkan yang terbaik
terhadap segala hal yang mereka lakukan dan kerjakan.17 Stephen
W.
Littlejohn
dalam
buku
Encyclopedia
of
Communication Therory dikatakan bahwa: “Identity is defined as cultural, societal, relational, dan individual images of self-conception and this composite identity has group membership interpersonal and individual self-reflective implications”18 Stephen W. Littlejohn mendefinisikan identitas sebagai budaya , sosial , hubungan dengan masyarakat dan identitas merupakan gambaran mengenai individu dari konsepsi diri dan identitas yang dibuatnya. Hal ini tentu
saja
memiliki
implikasi
terhadap
keanggotaan
kelompok
interpersonal dan diri individu yang menjalaninya.19 Penney Upton meyatakan bahwa identitas dibentuk berdasarkan pada interaksi sosial yang dilakukan oleh diri seseorang dalam kehidupan mereka. Pandangan dan reaksi orang lain pada diri seseorang akan memberikan respon terhadap diri orang tersebut, bisa dalam sebuah tindakan ataupun perilaku. Identitas menyangkut tentang bagaimana seseorang membangun dirinya berdasarkan pada bagaiman ia mamandang dirinya sendiri, bagaimana ia ingin dipandang oleh orang lain dan 17
Sih Natalia Sukmi, Konstruksi Identitas pengguna media yang Konvergen, (Jakarta: FISIP Universitas Indonesia, 2013), h.456. 18 Stephen W. Littlejohn, et, Al. Encyclopedia of Communication Theory, (Singapore: Sage Publication Inc, 2009), h. 492. 19 Stephen W. Littlejohn, et, Al. Encyclopedia of Communication Therory, h. 492.
36
bagaimana orang lain memandang dia. Pada awalnya, identitas bisanya dilakukan dengan merujuk pada orang lain dalam keadaan sadar dan mengembangkan rasa diri yang berbeda sebagai individu. 20 Lalu hal ini akan memberikan respon atau feed back dari orang lain atas dirinya yang akan sangat berpengaruh terhadap identitas dan konsep diri yang dibangun oleh seseorang. Selain itu masih menurut Penney Upton, identitas personal akan membuat seseorang menunjukan dirinya berdasarkan pada atribut atau ciri khas yang membedakan dengan orang lain dan hubungan antar pribadi yang dimiliki. 21 Sedangkan, Identitas spiritual atau identitas agamis berkaitan dengan keyakinan-keyakinan, sikap-sikap, praktik dan perilakuperilaku agamis yang berkaitan dengan moral dan etik suatu agama.22 Dennis
McQuail
berpendapat
bahwasannya
identitas
juga
dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya seperti, kebangsaan, bahasa, pekerjaan, etnis, agama, kepercayaan, gaya hidup, dan lain-lain.23 Identitas memiliki pemahaman yang berbeda-beda, di Asia identitas dianggap sebagai usaha individu yang didapatkannya dari hubungan interaksi dengan kelompok dan anatar manusia lainnya. Dan bagi orang Yunani, identitas akan dianggap sebagai suatu hal yang sifatnya pribadi dan melihat dirinya berbeda dengan orang lain.24
20
Penney Upton. Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012), h. 195. Sarlito W. Sarwono, et Al. Psikologi Sosial, h. 55. 22 Penney Upton. Psikologi Perkembangan, h.194. 23 Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2010), h. 163. 24 Stephen W. Littlejohn, et, Al. Teori Komunikasi, (Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2009), h. 130. 21
37
Namun menurut Ervin Goffman, individu menjadikan identitas diri mereka hanya sebagai ilustrasi atas apa yang ingin dilihat oleh orang lain atau masyarakat di luar sana, hanya dengan tujuan untuk mendapatkan pengakuan sosial. Individu mengkonstruksikan apa yang ingin dilihat, diekspektasikan dan diinginkan masyarakat atas dirinya sendiri setelah itu mereka akan menampilkan diri (self performance) demi mendapatkan pengakuan sosial yang terkadang berlainan dengan identitas sebenarnya yang sudah ada pada diri mereka.25 Hecht menguraikan bahwa identitas memiliki dimensi yang menghubungkan antara dimensi diri dengan dimensi yang digambarkan dan
keduanya
dibagi
menjadi
beberapa
tingkatan
dalam
mengidentifikasikannya. Pertama, personal layer yaitu rasa “eksis” atau “ada” dalam berbagai situasi yang melibatkan diri individu. Maksudnya, individu dapat merasakan siapa dirinya dan seperti apa dirinya saat dalam situasi tersebut, entah individu tersebut saat berada bersama teman ataupun keluarganya. Kedua, enacment layer dimana tingkatan ini merupakan pemahamaan dan pengetahuan orang lain mengenai diri individu sebagai subjeknya. Orang lain akan memahami dan mengetahui identitas individu berdasarkan atas tindakan, apa yang dilakukan, dimiliki maupun dipakai oleh individu tersebut. Ketiga, relational atau hubungan dengan individu lain. Interaksi yang dilakukan berdasarkan peran tertentu yang saling mengikat. Dan terakhir, communal dimana pada tingkatan ini identitas dibentuk berdasarkan pada kelompok atau budaya yang dimiliki oleh 25
142.
Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber, (Jakarta: Kencana Media Grup, 2014), h.
38
individu tersebut, dan individu menyesuaikan diri pada identitas yang dibuat oleh kelompok, budaya atau komunitas tersebut.26 Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa hal yang mempengaruhi identitas diantaranya adalah agama, kepercayaan dan gaya hidup. Begitupun
dengan
agama
islam
yang
memiliki
ciri-ciri
dalam
menampilkan identitasnya untuk membedakan dengan agama-agama lain. Natsir bin Muhammad abu Laits As-Samarqandi dalam kitabnya Tanbihul Ghaafiliin menyebutkan terdapat tujuh indikator yang dapat mencirikan sebagai identitas seorang muslim, yaitu mengawali aktivitas dengan membaca basmallah dan mengakhirinya dengan membaca hamdallah, membaca istighfar ketika melakukan kekhilafan, mengucapkan insya Allah ketika akan membuat janji atau suatu keputusan kepada orang lain yang membutuhkan tanggung jawab, laa haula walaa kuwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘adzim sebagai tanda ketawakalan kepada Allah, berdzikir dan mengingat Allah, mengingat dan mempercayai bahwa segala sesuatu yang berada di bumi hanya milik Allah dan suatu saat akan kembali kepada-Nya.27 Syekh Abdurrahman As-Sudais yang merupakan Imam Masjidil Haram Mekkah dalam ceramahnya mengatakan bahwa ada beberapa hal penting yang dapat dilakukan demi mengokohkan identitas keislaman seorang muslim dan muslimah diantaranya ialah menjalankan aqidah islam yang benar karena aqidah merupakan landasan utama seorang muslim
26
Stephen W. Littlejohn, et, al. Teori Komunikasi, h. 131-132. Al Faqih, Identitas Seorang Muslim, http://artikelalfaqihwarsono.blogspot.co.id/2011/08/identitas-seorang-muslim.html diakses pada 11 Mei 2016. Pukul 22.29. 27
39
dalam melakukan perbuatannya. Lalu, asas pertengahan dan keadilan maksudnya ialah hendaklah seorang yang beragama Islam menjadi penengah dalam menegakan keadilan bukan menjadi kalangan yang membuat perselisihan. Selanjutnya, menjaga dan menghidupkan Sunnah Rasul. Kemudian, menjadikan Al-Qur’an sebagai panduan dalam melakukan setiap perbuatan. Selain itu, ilmu. Menyelaraskan Ilmu dengan Amal. Berdakwah, dan berakhlah islami.28 Bahruddin menyatakan bahwa kepribadian seorang muslim mengacu pada struktur jasmani dan rohani yang akan bertahan apabila berada dan selalu diarahkan pada bingkai fitrah yang dimiliki, yaitu dimana manusia sudah memfungsikan beberapa dimensi di dalam dirinya seperti, al-ruh, al- qalb, al-nafsu, dan al-jism. 29 Keseimbangan akan kepribadian muslim tampak terlihat dari penampilan jasmani, ruhani dan lingkungannya, maka dari itu terdapat ciri fisik yang dapat membedakan identitas seorang muslim atau Muslimah dengan non-muslim salah satunya ialah pakaian yang dikenakan.30 Dalam hadits riwayat Abu Dawud, Rosulullah pernah bersabda: َم ْن تَ َشبَّهَ بِقَوْ ٍم فَه َُو ِم ْنهُم “Barangsiapa menyerupai (meniru-niru) tingkah-laku suatu kaum maka dia tergolong dari mereka.” 31
28
Forum tarbiyah IIUM. Mengokohkan Identitas Keislaman. Kliktarbiyah.blogspot.com/2011/04/mengokohkan-identitas-keislaman.html?m=1 diakses pada 9 Mei 2016. Pukul 23.14. 29 Bahruddin, Paradigma Psikologi Islam, (Yogyakarta: Penata Aksara, 2007), h. 287, 364, 380. 30 Armawati Arbi. Psikologi Komunikasi dan Tabligh. (Jakarta: Penerbit Amzah.2012). h. 157. 31 Yhouga Pratama https://muslim.or.id/22750-fatwa-ulama-batasan-dalam-menyerupaiorang-kafir.html diakses pada tanggal 31 Mei 2016 pukul 13.10
40
C. Adab Berpakaian Bagi Wanita Dalam Islam Islam memberikan pedoman dalam berbagai hal dalam Al-quran dan hadits, salah satunya ialah pedoman dalam berbusana. Tentu saja busana merupakan salah satu petunjuk yang membedakan identitas orang muslim dengan non-muslim. Busana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah pakaian. 32 kain penutup yang dapat melindungi tubuh
dari
sinar
matahari,
binatang
ataupun
digunakan
untuk
mempercantik diri. Dijabarkan oleh Nina Surtiretna dalam bukunya yang berjudul Anggun Berjilbab, Pakaian Wanita Muslimah bahwa busana merupakan suatu benda yang melekat di badan seperti baju, celana, kain yang menutupi tubuh. Busana juga berupa semua benda yang gunanya untuk melengkapi pakaian bagi si pengguna, seperti topi, ikat pinggang dan sarung kaki atau tangan. Selain itu busana juga berupa segala sesuatu yang berguna untuk mempercantik dan memberikan keindahan, seperti perhiasan dan juga aksesoris.33 Dalam artian sederhana busana dapat dikatan sebagai sesuatu yang melekat pada diri seseorang yang berguna untuk melindungi diri juga tubuhnya dan melekat dari ujung kepala hingga ujung kaki. Sebenarnya kewajiban memakai pakaian muslimah tidak hanya sebagai penutup aurat, tetapi juga memiliki manfaat lainnya yaitu terhindar dari panas matahari yang menyengat dan debu juga kotoran. Selain itu, busana muslimah
32
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia; Edisi Kedua, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), h.160. 33 Nina Surtiretna et, Al. Anggun Berjilbab, Pakaian Wanita Muslimah, (Bandung: Mizan, 1995), h. 27-28.
41
menghindari dari berbagai kejahilan dan fitnah yang memungkinkan akan terjadi, namun yang terpenting pemakaian busana msulimah memberikan identitas fisik kepada kita sebagai perempuan muslimah.34 Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.35 Busana atau pakaian selain digunakan sebagai pelindung tubuh, ia juga digunakan sebagai alat komunikasi non verbal karena dalam pakaian atau busana yang dipakai oleh seseorang mengandung banyak simbol yang bersifat multi-makna. Seperti yang diketahui dalam pembahasan mengenai identitas, bahwa identitas seorang muslim atau muslimah dilihat dari akhlak yang mereka miliki. Akad dalam berapakaian merupakan salah satu dari bagian akhlak seorang muslim dan muslimah. Jilbab ialah sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, muka dan dada. Terdapat aturan yang tercantum baik dalam al-Quran maupun hadist mengenai akad berpakaian bagi wanita-wanita muslimah. menurut Ibrahim Muhammad Al-Jamal dalam bukunya, Fiqh Wanita, mengatakan bahwa seorang muslimah dalam berbusana hendaknya memperhatikan adab atau aturannya, Diantaranya sebagai berikut: 36
34
Indria Rusman Dani, Pintar Membuat Abaya, (Jakarta: Qultum Media, 2009), h. 3. Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahnya, Al- Ahzab: 59. 36 Ibrahim Muhammad Al-Jamal, Fiqh Wanita, (Bandung: Gema Insani Press, 2002), h. 35
130.
42
a. Menutupi seluruh tubuh (aurat) selain wajah dan kedua telapak tangan. Menggunakan pakaian hijab atau dapat dikatakan sebagai pakaian yang menyembunyikan aurat, tersurat dalam arti hijab yang artinya bersembunyi dari penglihatan. 37 Aurat merupakan bagian tubuh manusia yang tidak boleh dibuka dan dilihat oleh orang lain. Batasan aurat laki-laki antara pusar sampai lutut, sedangkan perempuan adalah semua anggota tubuh kecuali muka dan telapak tangan. “Hai anak Adam, Sesungguhnya kami Telah menurunkan kepadamu Pakaian untuk menutup auratmu dan Pakaian indah untuk perhiasan. dan Pakaian takwa. Itulah yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat. 38(Al-Araf:26) Seorang perempuan tidak dilarang untuk menjadi cantik dengan busana yang digunakannya, namun di dalam Islam ada batasan bahwa busana yang dikenakan haruslah tidak merangsang lawan jenis. Dan penggunaan jilbab untuk menutupi kepala kecuali wajah merupakan salah satu contoh anjuran mengenai busana penutup aurat, bahkan dianjurkan untuk menjulurkannya hingga ke dada agar tidak menampakan lekuk tubuh.
37
Fatimah Mernissi, Wanita di dalam Islam:,terj, Yeziar Redianti (Bandung: Pusaka, 1991), h. 118. 38 Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahannya, Al- Araf: 26.
43
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.39 Seorang perempuan terlihat dan dipandang terhormat, mulia dan cerdas dan diangkat derajatnya. Karena sesungguhnya wanitawanita hanya dianjurkan untuk memamerkan perhiasan mereka kepada suami dan keluarganya saja. hal itu bertujan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan40 b. Sederhana dalam berpakaian dan berhias 39 40
Departemen Agama Ri, Al-Qur-an dan Terjemahnnya, An-Nuur: 31. Farid L. Ibrahim, Perempuan dan Jilbab, (Jakarta: Mitra Aksara Panaitan, 2011), h.24.
44
Keserasian atau keseimbangan dalam berpakaian dan berhias bagi kaum wanita bertujuan agar menjauhi dari pemicupemicu terjadinya fitnah. Muslimah wajib berpegangan pada perhiasan lahir seperti pewarna tangan, celak mata dan sedikit wewangian baik di dalam ataupun di luar rumah. 41
Tidak
berlebihan dalam berpakaian bagi wanita ialah tidak menarik peratian bagi lawan jenis dan tidak juga membangkitkan syahwat lawan jenis (tabarruj). 42 c. Tidak tipis menerawang sehingga warna kulit masih bisa terlihat. Dari abdullah bin umar r.a, dia menceritakan , aku pernah mendengar rasulallah saw bersbda: “Pada akhir umatku nanti akan ada beberapa orang lakilaki yang menaiki pelana, mereka singgah di beberapa pintu masjid yang wanita-wanita mereka berpakaian tetepi seperti telanjang, diatas kepala mereka terdapat sesuatu seperti punuk unta yang miring. Laknat mereka, karena mereka semua terlaknat.” (HR. Ibnu Hibban).43 d. Dikenal oleh masyarakat Islam Orang Islam dianjurkan untuk menggunakan pakaian yang dikenal oleh orang islam lainnya, dengan tidak mengenakan pakaian yang menyimpang dari pakaian masyarakat islam dengan masud menarik perhatian dan menjadi populer. Namun, apabila ada dorongan atas suatu kepentingan baik yang menjadi keperluan dan tidak bertentangan dengan syariat islam maka mengenakan pakaian
41
Abdul Halim Abu Syuqqoh, “Kebebasan Wanita”, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997),
42
Abdul Halim Abu Syuqqoh, Kebebasan Wanita, h. 342. Ibrahim Muhammad Al-Jamal, Fiqh Wanita, h. 660.
h. 333. 43
45
yang berbeda dengan kebiasaan manusia, tidak dilarang. 44 Seperti yang terdapat dalam hadist berikut: Abdullah bin Umar berkata, Rasulallah bersabda: “Barangsiapa yang memakai pakaian kemahsyuran di dunia, maka Allaha akan memakaikan kepdanya pakaian kehinaan pada hari kiamat, kemudian dinyalakan untuknya api neraka.”45(HR. Abu Dawud) e. Tidak menyerupai pakaian lelaki bagi wanita dan bagi lelaki tidak menyerupai pakaian wanita Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, beliau berkata : " Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat lakilaki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai lakilaki".46 (HR. Bukhari) Dan di dalam lafazh yang lain: "Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang berperilaku layaknya wanita dan wanita yang berperilaku layaknya laki-laki. Dan berkata keluarkanlah mereka dari rumahrumah kalian.”47 Penyerupaan tersebut bisa dalam artian gaya berpakaian, gaya berbicara dan gaya berjalan. Dan apabila penyerupaan gaya berpakaian tersebut sesuai dengan idola atau orang lain, terdapat hadist yang juga meriwayatkan bahwa: “Ibnu Hajar bekata : “ Adapun seseorang yang penyerupaan tersebut merupakan sifat aslinya maka ia hanya diperintahkan agar berupaya meninggalkan sifat tersebut dan membiasakan untuk meninggalkan kebiasaannya itu secara bertahap, apabila dia tidak melaksanakannya dan terus menerus bersifat seperti itu maka dia masuk ke dalam celaan, terlebih lagi apabila nampak darinya apa yang menunjukkan akan keridhaan
44
Abdul Halim Abu Syuqqoh, Kebebasan Wanita, h. 372. Shahih sunan abu dawud, kitab al-libas, bab fi labsisi-syuhrah, hadits nomor 3399. 46 Abdul Halim Abu Syuqqoh, Kebebasan Wanita, h. 373. 47 HR. Al-Bukhari (5885) (5886) Ahmad (1983) At-Tirmidzi (2783) Abu Daud (4097) Ibnu Majah (1904) dan Ad-Darimi (2649). (al bukhari, kitab al-libas, bab al mutasyabbihina bin Nisa’ wal mutasyabbihati bir Rijal, juz 12, h. 452. 45
46
akan sifat tersebut. Hal ini merupakan perkara yang jelas dari lafazh Al-Mutasyabbihin” Menyerupai dalam hal ini, bahwa pada tiap negeri terdapat perbedaan dalam tradisi yang dijalaninya, kadang pakaian yang dikenakan oleh wanita sedikit atau bahkan tidak memiliki perbedaan dengan kaum laki-laki. Tetapi kaum wanitanya tetap berhijab dan menutup tubuh mereka. Penggunaan hijab dan penutup tubuh inilah yang dapat membedakan mereka dengan kaum lelaki. 48 f. Berbeda dengan pakaian wanita kafir Abdullah bin umar bin abi al ash berkata, “rasulallah saw melihat aku mengenakan dua pakaian yang keduanya bercelup kuning. Maka beliau berkata, “seseungguhnya ini termasuk pakaian orang-orang kafir, maka janganlah engkau 49 memakainya.” (HR. Muslim) Dalam hadits ini memberikan nabi memberikan peringatan untuk menjauhi hal yang akan menyamakan umat islam dari kaum kafir, karena persamaan lahir akan memungkinkan untuk menjadikan orang yang menyerupai orang kafir tersebut melakukan penyimpangan akidah dan merusak akhlak orang tersebut.50 Hikmah membedakan dengan pakaian wanita-wanita kafir menurut Abdul Halim Abu Syuqqoh ialah agar muslimah menjauhi segala hal yang memungkinkan terjadinya persamaan lahir yang akan menjadikan seorang muslim menyerap akidah dan akhlak yang menyimpang dari diri orang yang diserupai olehnya. Dalam
48
Abdul Halim Abu Syuqqoh, Kebebasan Wanita, h. 376. Abdul Halim Abu Syuqqoh, Kebebasan Wanita, h. 378-379. 50 Ibrahim Muhammad Al-Jamal, Fiqh Wanita, h. 660. 49
47
hal ini berupa keadaan umum muslimah yang bila dilihat menyerupai orang kafir dalam hal berpakaian.51 D. Cosplay Dan Model Cosplay Cosplay atau singkatan dari costum player dalam bahasa Jepang disebut dengan kosupure merupakan seni penampilan dan berperan dengan kostum dan aksesoris yang terkonstruksi dari berbagai budaya populer seperti manga (komik), anime (kartun), game dan juga dapat berasal dari berbagai tokoh fiksi. Cosplay biasanya mengidentifikasi diri mereka dengan karakter-karakter fiksi melalui pakaian atau penampilan yang berbeda dengan orang kebanyakan.52 Pakaian yang dikenakan oleh cosplayer, sebutan untuk orang yang melakukan cosplay, biasanya dilengkapi dengan aksesoris-aksesoris pendukung juga pakaian-pakaian yang sama seperti tokoh fiksi yang sedang diperankannya. Akesoris yang dipakai dapat berupa wig, bahkan ditambahkan dengan aksesoris tambahan seperti pedang, panah, tongkat, topeng dan lain-lain, sesuai dengan tokoh yang sedang diperankannya. Seorang cosplayer selain berpakaian sesuai dengan karakter yang diperankan, mereka juga merias wajah mereka semirip mungkin dengan karakter tersebut, bertingkah laku dan beradegan sesuai dengan ciri khas karakter yang mereka jadikan role model.Di Indonesia, cosplay mulai muncul dan dikenal sekitar tahun 2004 saat diadakannya acara festival Jepang. Hal itu pun bermula dari kota besar seperti Jakarta, lalu mulai 51
Abdul Halim Abu Syuqqoh, Kebebasan Wanita, h. 380. Noviy Hasanah dan Meirisyah Eldinah, Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya; Profil Tiga Cosplayer pada Komunitas Sebagai Pembentuk Identitas Diri Remaja. (Program Studi Pendidikan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, 2015), h. 82. 52
48
menyebar luas dan di kenal luas oleh masyarakat di kota-kota besar lainnya, seperti Bandung dan Surabaya. 53 Cosplayer biasa ditemui pada acara-acara Jepang atau J-Fest (Japan Festival) yang sudah tersebar hampir di banyak kota besar di Indonesia. Bahkan acara-acara Jepang di Indonesia khususnya Jakarta intensitasnya lumayan banyak, sebagai ajang para cosplayer menyalurkan hobi dan kreativitas diri mereka. Festival tersebut diadakan oleh instansi sekelas perkumpulan orang-orang Jepang yang menetap di Indonesia, maupun kedutaan besar Jepang, bahkan banyak juga universitas-universitas yang memiliki jurusan Sastra Jepang dan Sekolah Menengah. Beberapa festival Jepang yang sudah terkenal dan banyak di datangi oleh cosplayer diantaranya ialah Jakarta-Japan Matsuri (JJM), CLAS:H, Gelar Jepang UI (GJUI), Hellofest, Ennichisai Blok M, Harumatsuri UHAMKA, Jiyuu Matsuri UNJ dan masih banyak lagi. Bahkan sekarang ini sudah banyak Sekolah Menengah Pertama yang mengadakan Festival Jepang dan tidak terlepas dari keberadaan cosplay di dalamnya. Pada awalnya cosplay bukan dicetuskan oleh orang-orang Jepang, melainkan oleh orang Amerika pada sekitar tahun 1960-an. Hal ini terjadi karena banyaknya fiksi ilmiah yang menjadi sorotan oleh orang Amerika, seperti star trek. Dimana dengan hadir dan banyaknya fiksi ilmiah tersebut diadakanlah sebuah konvensi mengenai fiksi ilmiah yang menghruskan setiap orang yang datang mengenakan kostum seperti karakter fiksi 53
Antar Venus dan Lucky Helmi, Budaya Populer Jepang di Indonesia: Catatan Studi Fenomenologis Tentang Konsep Diri Anggota Cosplay Party Bandung. (Jurnal Aspikom: Universitas Padjajaran, 2010), h. 74.
49
mereka. Selanjutnya, pada sekitar tahun 1970-an tradisi memakai kostum ini pun masuk ke Jepang dengan diadakannya konvensi fiksi ilmiah tahun 1978 di Ashinoko, Prefektur Kanagawa dalam acara pesta topeng Nihon SF Taikai ke-17.54 Seorang kritikus fiski ilmiah Mari Kotani yang saat dalam konvensi fiksi ilmiah berkostum seperti tokoh dalam gambar sampul cerita“A Fighting Man of Mars” karya Edgar Rice Burroughs, disalah artikan oleh orang-orang yang melihatnya sebagai tokoh manga “Triton off the Sea” karya Osamu Tezuka. Sehingga banyak media menyatakan bahwa saat itulah pertama kalinya tokoh manga (komik Jepang) pertama kali di cosplay kan.55 Setelahnya banyak cosplay-cosplay dengan tokohtokoh manga (komik) maupun anime dan game yang bermunculan. Pemilihan karakter-karakter yang bermacam-macam juga didukung dengan industri kreatif dunia, terutama Jepang yang sangat pesat dan mendunia sehingga memberikan banyak pilihan bagi cosplayer untuk menentukan tokoh yang akan diperankannya. Hijab Cosplay baru muncul di Indonesia dimulai sekitar tahun 2012. Hijab cosplay merupakan modifikasi dari cosplay konvesional yang sudah umum ada. Namun, pada hijab cosplay pakaian dari karakter fiksi yang mereka kenakan mengalami modifikasi dari segi penggunaan wig yang diganti dengan hijab bagi para wanita dan modifikasi pada kostum 54
Cosplay Bukan Sekedar Pakai Kostum, http://www.loop.co.id/articles/cosplay-bukansekedar-pakai-kostum (LOOP KITA - Posted by on 2015-09-17) diakses pada 12 Mei 2016. Pukul 00.57. 55 Noviy Hasanah dan Meirisyah Eldinah, Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya; Profil Tiga Cosplayer pada Komunitas Sebagai Pembentuk Identitas Diri Remaja. (Program Studi Pendidikan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, 2015), h. 81-83.
50
lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan para cosplayer dalam menurut aurat dan tetap pada etika berbusana dalam Islam.56 Cara yang dilakakukan oleh hijab cosplayer untuk menutup aurat saat bercosplay bermacammacam. Salah satunya ialah dengan memanjangkan kostum yang seharusnya pendek tanpa menghilangkan sifat karakter aslinya. Terdapat berbagai jenis cosplay yang dikenal secara umum dan banyak dilihat saat acara-acara Jepang diadakan, diantaranya: 1. Cosplay Japanese Star, yang dibagi menjadi dua yaitu J-Pop dan JRock, pada cosplay jenis ini cosplayer selaku orang yang menggunakan kostum dan berperan meniru Japanese Star baik yang termasuk dalam Band Jepang ataupun artis.
Gambar 2.1 Hatsune Miku, Japan Idol Star57 2. Cosplay Anime, yaitu cosplay yang terinspirasi dari anime (kartun Jepang), baik dari segi kostum dan aksesoris yang dipakai, maupun karakter yang didalami.
56
Fidy Ramzielah F, Komunitas Hijab Cosplay Gallery: Representasi Komunitas Subkultur Virtual di Indonesia, (S2 Kajian Sastra dan Budaya, Universitas Airlangga Surabaya), h. 68. 57 Animesecret.org diakses pada tanggal 7 Oktober 2016, pukul 21.33 WIB.
51
Gambar 2.2 Shinoa dan Mitsuba dalam anime Owari No Seraph 3. Cross play atau bisa disebut juga cross dress. Pada cosplay jenis ini, cosplayer laki-laki berdandan seperti perempuan dan sebaliknya
Gambar 2.3 cross dress dari anime Bleach 4. Cosplay Original, yaitu jenis cosplay yang lebih bebas dalam menentukan kostum yang akan dipakai dan karakter yang dicosplaykan. Pada cosplay original, cosplayer dapat memodifikasi dan memadupadankan kostum yang dipakainya dengan ciri utama berdasarkan pada aliran tertentu. Misalnya gothic, lolita, atau harajuku style
52
Gambar 2.4 Harajuku style58 5. Tokusatsu, jenis cosplay yang meniru superhero Jepang, seperti power ranger, gundam, mask rider dan sebagainya. Namun, tidak menutup kemungkinan cosplayer yang menggunakan kostum superhero asli negera mereka. Misal, Indonesia dengan Gatot Kaca.59
Gambar 2.5 tokusatsu atau superhero fiksi dari Jepang
58
s-media-cache-ak0.pinimg.com diakses pada tanggal 7 Oktober 2016, pukul 21.37
WIB. 59
Antar Venus dan Lucky Helmi, Budaya Populer Jepang di Indonesia: Catatan Studi Fenomenologis Tentang Konsep Diri Anggota Cosplay Party Bandung. (Jurnal Aspikom: Universitas Padjajaran, 2010), h. 74.
BAB III GAMBARAN UMUM A. Sejarah Islamic Otaku Community (IOC) IOC atau singkatan dari Islamic Otaku Community adalah sebuah wadah untuk para penggemar hal-hal yang berhubungan dengan Jepang, namun disajikan dengan nilai-nilai keislaman di dalamnya. Kemunculan komunitas hobi berbasis Islam ini, tentunya berdasarkan pada perkembangan budaya-budaya pop Jepang yang semakin tumbuh di masyarakat. Latar belakang terbentuknya Islamic Otaku Community dikarenakan semakin mengakarnya budaya pop Jepang yang masuk ke Indonesia dan mempengaruhi perilaku juga gaya hidup terutama pada remaja. Indonesia yang memiliki penduduk islam sebagai
mayoritas, menjadi tantangan
tersendiri terutama bagi remaja-remajaMuslimah
yang kian banyak
mengadopsi budaya dari luar. Komunitas-komunitas hobi yang berhubungan dengan Jepang tentunya sudah banyak bermunculan, stigma mengenai komunitas penyuka dan hobi Jepang tidak sedikit mendapatakan pandangan negatif yang mengatakan tentang ke-hedonisan padara anggotanya. Islamic Otaku Community berupaya membuat sebuah wadah bagi remaja Muslimah yang juga menyukai budaya pop Jepang, namun tetap mempertahankan dan tidak meninggalkan identitas mereka sebagai seorang Muslimah. Islamic Otaku Community beusaha menggabungkan keduanya, dimana “otaku” (sebutan untuk orang-orang yang menyukai hal tertentu seperti, game, anime, manga, cosplay) tetap bisa memiliki wadah yang tepat untuk mengapresiasikan
53
54
dirinya juga memberikannya ruang menyalurkan hobi dengan tetap mempertahankan identitas mereka sebagai seorang Muslimah.1 Islamic Otaku Community beranggapan bahwa dakwah dan syiar Islam tidak melulu dibalik mimbar ataupun di dalam masjid, tetapi mereka memanfaatkan globalisasi yang tidak dapat dihentikan dengan masuknya budaya dari luar untuk menjadi senjata ampuh dalam menyebarkan dakwah dengan cara yang lebih kreatif dan inovatif. Masuknya budaya pop Jepang, seperti manga (komik), anime (kartun), dan Japan Style, dimodifikasi kedalam
kultur-kultur
Islam
seperti
yang
sekarang
sudah
banyak
bermunculan. Contohnya, islamic manga (komik Islam), islamic Japanase style (gaya berpakaian yang memadu padankan antara gaya Jepang namun tidak menyalahi aturan berpakaian secara Islami) dan tentu saja Hijab Cosplay (costum Player , namun tetap memepertahankan identitas mereka sebagai Muslimah).2 Islamic Otaku Community sudah memiliki beberapa cabang di antaranya, Jakarta, Depok, Lampung, Bekasi, Bogor, Bandung, Jawa Tengah, Jogja dan Jawa Timur. Beberapa di antaranya bertempat dalam instansi pendidikan seperti IOC episode UIN Jakarta, IOC episode UHAMKA dan IOC episode MAN 6. 3 IOC episode UIN Syarif Hidayatullah Jakarta resmi terbentuk pada tanggal 20 Mei 2015, dilatar belakangi dengan cukup bayakanya mahasiswa-
1
Islamicotaku.co.id/profile diakses pada tanggal 31 Juni 2016, pukul 19.43 WIB www.islamicotaku.com. 2 Sekilas Tentang Islamic Otaku Community. http://www.islamicotaku.com/2015/03/sekilas-tentang-islamic-otaku-community.html diakses pada 14 Mei 2016. 3 Islamic Otaku Community Profile, dokumen pribadi komunitas.
55
mahasiwi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang menyukai budaya pop Jepang, terutama dibidang seni kostum atau COSPLAY. Banyaknya event Jepang yang diadakan dari berbagai kalangan dan besarnya minat mahasiswa UIN Jakarta untuk menghadiri acara-acara Jepang tersebut, maka tercetuslah pikiran untuk membuat IOC episode UIN Jakarta yang tujuan awalnya hanya sebagai teman berangkat ke acara bernuansa Jepang. Sebutan untuk episode diberikan untuk grup-grup IOC yang tidak berada di daerah-daerah, melainkan di instansi pendidikan, salah satunya ialah episode UIN Jakarta.4 Karena pada dasarnya kata otaku di negara asalnya bermakna negatif. IOC menjadikan Komunitas otaku yang memiliki ciri khas yang bernilaikan Islam di dalamnya dan menjadikan nilai Islam sebagai sifat yang harus dijunjung oleh setiap anggotanya.5 Islamic Otaku Community ingin memberikan gambaran bahwasannya Islam merupakan agama yang universal, dimana setiap bidang kehidupan dapat dimasukinya. baik dalam bidang keilmuan (ekonomi, sosial, politik, hukum, dan sebagainya), maupun dalam bidang kesenian dan hobi. Juga gambaran pembuktian mengenai hijab bukan sebuah penghalang seorang Muslimah untuk bertindak kreatif dan penghambat dalam melakukan hobi mereka.
4
Wawancara Pribadi dengan Wakil Ketua Islamic Otaku Community, Zia. Pada tanggal 27 Juli 2016 di UIN Jakarta. 5 Akulturasi Islam dan Jepang dalam IOC | LPMINSTITUT.COM - UIN JAKARTA diakses pada 12 Juli 2106, pukul 11.26.
56
B. Visi dan Misi 1. Visi “Menikmati Hobi Tanpa Melupakan Kewajiban Agama Sebagai Yang Utama”. 2. Misi Komunitas
otaku
yang
menanamkan
nilai-nilai
islam,
menyesuaikan hobi dengan syariat islam. Juga menjaga karakter Islam dalam setiap kegiatannya.6 C. Program –Program 1. Program Jangka Panjang Karena pada dasarnya IOC episode UIN merupakan cabang dari Islamic Otaku Community, maka program jangka panjang yang dimiliki Islamic Otaku Community episode UIN mengikuti IOC wadah utamanya, di antara program-program jangka panjang yang dimilikinya. Yaitu: a. Islamic Mangaka Indonesia Kegiatan ini ditujukan untuk para anggota IOC yang hobi menggambar, dan bertujuan untuk menciptakan mangaka-mangaka (komikus) Muslim yang dapat bersaing dengan komikus lainnya. b. IOC Cosmaker Wadah yang dieberikan oleh IOC untuk para anggotanya yang memiliki keterampilan dan keratifitas dalam bidang pembuatan kostum dan Armor (senjata) untuk cosplay. Divisi ini menjadi salah
6
Islamic Otaku Community Profile, dokumen pribadi komunitas.
57
satu bisnis yang menjadi sumber penghasilan bagi kerator maupun IOC. c. IOC Merchandizer Salah satu yang juga menjadi sumber pendapatan untuk IOC karena merupakan bagian dari divisi bisnis seperti IOC cosmaker. Dimana pada IOC merchandizer menjual berbagai merrchandise anime (kartun), manga (komik) dan merchandise official Islamic Otaku. Seperti kaos, Pin, mug dan lain sebagainya. d. IOC Writing IOC writing ditujukan untuk para member (anggota) IOC yang gemar menulis. Hasil dari tulisan para anggota dapat dilihat dan dibaca pada web resmi Islamic Otaku Community. Dengan berbagai tema yang menarik tiap minggunya. e. IOC Akhwat IOC memberikan wadah bagi para akhwat yang menjadi anggotanya untuk mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan perempuan,
juga
mengadakan
workshop
kegiatan
untuk
perempuan. f. IOC Berbakti Merupakan kegiatan sosila yang diadakan oleh IOC. Hal ini bertujuan
untuk
membuktikan
bahwa
IOC
tidak
hanya
memprioritaskan hobi saja tetapi juga memberikan perhatian lebih pada hal agama dan lingkungannya. 7
7
Islamic Otaku Community Profile. Dokumen milik Komunitas. h. 8-9
58
Selain yang di atas IOC berupaya memiliki butik yang menjual kostum-kostum untuk coser (orang yang melakukan cosplay), baju dengan tema Japanese Style dan harajuku namun tetap dengan prinsip modifikasi dalam mode syar’i, dengan harapan orang Muslimah yang menyukai hobi semacam ini tidak lagi kesulitan untuk mendapatkan kostum yang mereka inginkan namn tetap syar’i. 2. Program Jangka Pendek Islamic Otaku Community juga memiliki program bakti sosial dengan memebagi-bagikan hijab dan mengajarkan macam-macam cara memanfaatkan hijab syar’i. Selain itu untuk per episode cabang, terutama pada cabang UIN Jakarta, diadakan kuis pada tiap malam minggu oleh admin media sosial per cahpter atau episode. Dan pada malam selasa diadakan sharing pengetahuan tentang Jepang, baik berupa sejarah, bahasa, budaya, anime, manga, dan lain sebagainya.8 D. Kegiatan Islamic Otaku Community Periode 2015-2016 Tabel 3.1 Kegiatan IOC episode UIN periode 2015-20169 Nama Kegiatan Project Cosplay Team Tokyo Ghoul di Jakarta-japan Matsuri Bakti sosial membagikan hijab di Monas dan Bundaran HI Buka Puasa bersama antar Komunitas Jepang UIN Jakarta 2015 Cosplay team Tokyo Ghoul di Jiyuu Matsuri, UNJ pada 8
Waktu September 2015 14 februari 2016 Juni 2015 November 2016
Wawancara dengan wakil ketua 2 IOC episode UIN, Roma Febrianto, Pada tanggal 27 Juli 2016 di UIN Jakarta. 9 Wawancara dengan Wakil Ketua 1 IOC Episode UIN Jakarta, Zia. Pada tanggal 27 Juli 2016 di UIN Jakarta.
59
Gathering akbar IOC UIN Jakarta Event Cosplay team Tokyo Ghoul di Bintaro Xchange Media partner pada event Sekolah Alam Bintaro Cosplay Owari No Seraph di Ennichisai Blok M 1st anniversary IOC episode UIN Jakarta Buka puasa bersama IOC episode UIN Jakarta Event Cosplay International Culture Festival di SC UIN Jakarta Gathering Event Psikologi UIN Jakarta Open recruitment anggota baru FISIP Cmmunity EXPO Narasumber RDK FM Narasumber DNK TV Pawai bersama No Tobacco Community Pawai bersama dalam acara IC Fest UIN Jakarta Cosplay Project dalam acara BEM-U bersama Sing Out Asia Kegiatan Origami Cosplay Perform acara penutupan IC Fest
31 Oktober 2015 Januari 2016 Januari 2016 Mei 2016 20 Mei 2016 Juli 2016 Mei 2015 Agustus 2015 September- Oktober 2015 Oktober 2015 September 2015 April 2015 April 2016 31 Agustus 2016 6 September 2016 15 September 2016 17 Sepptember 2016
Gambar 3.1Project Cosplay Tokyo Ghoul10
10
Dokumentasi Pribadi Anggota Islamic Otaku Community
60
Gambar 3.2 Cosplay Owari No Seraph, IOC episode UIN Jakarta11
Gambar 3.3 Cosplayer IOC episode UIN dalam IC Fest12
Gambar 3.4 cosplay tokyo Ghoul pada Hello fest 201513
11
Dokumentasi Pribadi Peneliti Photo Session Owari No Seraph Cosplay Akulturasi Islam dan Jepang dalam IOC | LPMINSTITUT.COM - UIN JAKARTA diakses pada 12 Juli 2106, pukul 11.26. 13 Dokumentasi Pribadi Anggota Islamic Otaku Community 12
61
Gambar. 3.5 Gathering IOC pada Acara di Psikologi UIN Jakarta14 Kegiatan rutin yang dilakukan oleh IOC episode UIN Jakarta untuk tetap menjaga komunikasi dan silaturahimi antar anggota, diantaranya: a. Re-Gath atau kumpul bersama yang dilakukan oleh anggota IOC episode UIN setelah masa liburan semester b. Gathering bulanan yang diadakan untuk membahas project penting untuk rencana selanjutnya c. Gathering mingguan, bertujuan untuk diskusi dan saling menukar informasi mengenai ke-Jepangan. Juga saling bertukar anime, dan sebagainya.15 E. Peraturan Islamic Otaku Community Islamic Otaku Community memiliki peraturan yang menggharuskan para anggotanya untuk mematuhinya selama menjadi member, diantaranya: 1. Member diwajibkan menjaga kedamaian di Islamic Otaku community 2. Wajib menjaga perkataan, tidak mengganggu lawan jenis 3. Dilarang melakukan penghinaan dan pertengkaran sesama member di lingkungan internal Islamic Otaku Community 14 15
IslamicOtaku.com diakses pada 12 Juni 2016 Wawancara dengan wakil ketua 1 IOC episode UIN Jakarta, Zia
62
4. Dilarang keras membahasa dan menyebarkan pornografi ataupun yang menjurus pada pornografi 5. Tidak memanggil member lain dengan nama yang tidak diridhainya. Apalagi dengan istilah mengejek. 6. Semua kegiatan resmi (rombongan event/ gathering/ project/ pembukaan cabang baru/ cosplay) diumumkan oleh para admin Islamic Otaku Community 7. Cosplay Islamic Otaku adalah cosplay yang memenuhi syarat desain khusus cosplay islamic otaku 8. Member dilarang menyentuh member lawan jenis 9. Member yang melanggar peraturan-peraturan diatas akan dikenai perringatan, phingga tidak diterima lagi dalam Islamic Otaku Community.16
16
Islamic Otaku Community Profile. Dokumen milik Komunitas. H. 15
63
F. Struktur Kepengurusan Islamic Otaku Community
Gambar 3.6 Struktur Kepengurusan Islamic Otaku Community17
17
Dokumen Komunitas Islamic Otaku Community
64
G. Struktur Inti Kepengurusan IOC Episode UIN Jakarta
KETUA/ CAPTAIN ISTIANA
WAKIL KETUA 1
WAKIL KETUA 2
ZIA
ROMA
SEKRETARIS
BENDAHARA
ZIA
SUCI
Gambar 3.7 Struktur Kepengurusan Inti Islamic Otaku Community Episode UIN Jakarta 18 Islamic Otaku Community menyematkan panggilan Captain sebagai pengganti panggilan ketua pada IOC episode UIN Jakarta. IOC episode UIN Jakarta sendiri di ketuai oleh Istiana atau yang biasa dikenal dengan panggilan Isma. Kestrukturan IOC episode UIN Jakarta memiliki dua wakil captain atau dua wakil ketua, yaitu Zia sebagai wakil captain 1 dan Roma sebagai wakil captain 2. Selain sebagai wakil ketua, Zia juga merangkap sebagai sekretaris, ditambah dengan Suci sebagai bendahara yang mengatur keuangan IOC episode UIN Jakarta.
18
Dokumen Komunitas Islamic Otaku Community
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS A. Konsep Diri Anggota Islamic Otaku Community (Ioc) Episode UIN Jakarta 1. Latar Belakang Subjek Focus Group Discussion (FGD) a. Zuhroh Annada atau biasa dipanggil dengan nama Nada, mahasiswi semester 9 Fakultas Syariah dan Hukum, Jurusan Perbankan Syariah. Kesibukan yang sedang digeluti Nada selain menyusun tugas akhir atau skripsi ia juga masih aktif dalam kegiatan IOC dan berhijab cosplay. Usianya saat ini menginjak 21 tahun. Ia memiliki hobi menggambar dan membuat doodle. Anak kedua dari tiga bersaudara ini paling dekat dengan kakak pertamanya yang juga sesama perempuan. Saat ini Nada tinggal di Depok bersama keluarganya. Dengan Ayah dan Ibu yang asli keturunan Jawa. b. Nabilah Sumayyah, berusia 19 tahun. Mahasiswi fakultas Adab dan Humaniora, jurusan Ilmu Perpusatakaan ini biasa dipanggil Mayya atau Nabilah. Namun, semenjak SMP karena banyaknya nama Nabilah dan ada kekhawatiran akan membingungkan apabila ada yang memanggil dirinya, maka mulai dibiasakanlah panggilan Mayya. Mayya, panggilan anak IOC pada dirinya ini memiliki hobi bermain badminton, makan dan “tenggelam” di dunia maya alias browsing. Saat ini maya bertempat tinggal di Tanjung Priok. Biasanya ia naik kereta atau transjakarta untuk pergi dan pulang dari kampus. Sama seperti Nada, maya merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Ayah
65
66
dan
ibunya
bersuku
Sunda.
Menurutnya
kedekatan
dengan
keluarganya itu berimbang, tidak ada yang lebih dominan. c. Astina Riyana, banyak panggilan untuk perempuan berusia 20 tahun ini. Astina, untuk teman-teman akademiknya dan teman di UKM FLAT. Tina, panggilan bagi teman-teman di IOC UIN. Shin, bagi teman-teman yang mengenal dirinya sebagai “pecinta” Jepang dan Tin, penggalan dari nama akhirnya. Tina, memiliki hobi yang sangat terlihat dari karakternya yang pendiam. Ia lebih suka membaca buku baik novel maupun komik, menjahit dan tentunya hobi makan seperti Mayya. Saat ini, ia sedang menempuh pendidikan di Fakultas tarbiyah dan Ilmu Keguruan, jurusan Manajemen pendidikan. Sebenarnya Tina merupakan mahasiswi ali Lampung yang tinggal dengan cara nge-kost di daerah sekitar kampusnya. Ia merupakan anak pertama dari 3 bersaudara dan merasa dirinya paling dekat denggan Ibu, jika sedang berada di rumah. d. Dwi Rahmah Najiibah alias Dwi dan teman-temannya sering menulis namanya dengan “Dvvi” atau “Dui”. Mahasiswi berumur 19 tahun yang sedang melanjutkan pendidikan semester 5 di Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, jurusan Jurnalistik ini memiliki hobi tidur dan bermain game. Dwi merupakan warga asli Jakarta dan menetap di Jakarta bersama ayah, ibu, adik dan saudara kembar yang menurutnya tidak mirip dengan dirinya. Namun, walaupun ia memiliki saudara kembar sesama perempuan, Dwi mengatakan kalau dirinya lebih dekat dengan Ibu, saat di rumah.
67
e. Rifka Miftahul Aini, memiliki dua panggilan yang berbeda saat berada di lingkungan sekolah (pendidikan) dan saat berada di rumah. Rifka merupakan panggilan yang tersemat pada dirinya sejak memasuki jenjang SMP karena “Rifka” merupakan nama depannya dan mudah diingat. Sedangkan, panggilan Mita hanya digunakan oleh keluarga dan orang-orang di lingkungan rumahnya saja. Rifka saat ini masih berusia 18 tahun dan berkuliah di Fakultas Sains dan teknologi, Jurusan Matematika. Seperti kebanyakan penyuka Jepang, Rifka juga memiliki hobi yang sama dengan teman-teman sejenisnya yaitu menggambar. Ia merupakan suku asli Jawa yang menetap di daerah Kampung Makassar, Jakarta Timur. Berbeda dengan Mayya yang kedekatannya dengan keluarga berimbang. Menurut rifka, dirinya merupakan orang yang introvert saat berada di rumah. Karena kesehariannya lebih banyak dihabiskan di luar rumah dan kamar saja. Rifka merupakan kakak tertua dari kedua adik laki-lakinya. f. Rosiana Pratama Efendi, mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Juruusan Komunikasi Penyiaran Islam semester 5. Dirinya biasa dipanggil Oci oleh teman-teman dan keluarga. Anak pertama dan anak satu-satunya dari ayah dan ibu yang berasal dari tanah Sumatera. Keluarga Oci sekarang menetap di Tangerang, sedangkan dirinya hidup nge-kost di dekat kampus UIN Jakarta. Saat ini Oci berumur 20 tahun dan hobinya membaca novel sebelum tidur. Di dalam keluarga Oci paling dekat dengan ibunya.
68
Berdasarkan latar belakang keenam subjek diatas dapat disimpulkan bahwa 5 dari 6 subjek penelitian memiliki kedekatan dengan keluarganya baik ibu atau kakak perempuan yang dimilikinya dan hanya Rifka saja yang memiliki sifat tertutup dalam keluarga karena ia anak pertama dari tiga adik laki-laki yang dimilikinya. Rifka dan nada bersuku Jawa, lalu Tina dan Rosi berasal dari tanah Sumatera. Sedangkan Dwi bersuku Betawi dan Mayya bersuku Sunda. 2. Konsep Diri Anggota Hijab Cosplay IOC Episode UIN Jakarta Konsep diri merupakan bagian dari komunikasi interpersonal yang memiliki pengaruh terhadap perilaku seseorang. Karena seseorang akan bertingkah laku sesuai dengan konsep diri yang dimilikinya dan label yang melekat pada diri orang tersebut. Selain itu, konsep diri yang dibentuk oleh seseorang baik yang bernilai positif maupun negatif dapat mempengaruhi kesuksesan dalam berkomunikasi interpersonalnya.1 Jalaluddin Rahmat dalam bukunya yang berjudul Psikologi Komunikasi mengemukakan sebuah dalil yang berbunyi: “anda hanya mendengar apa yang anda mau dan anda tidak akan mendengar, apa yang tidak ingin anda dengar.” Seseorang akan bereaksi seperti dalil diatas apabila ada kritikan ataupun stimulus yang mengancam atau membuatnya tidak senang terhadap apa yang didengar maupun diberikan oleh orang lain yang tidak sesuai dengan harapan dan keinginan kita.2
1
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999),
2
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, h. 90.
h.104.
69
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dalam pembentukan konsep diri seseorang, yaitu: a. Berdasarkan penilaian diri sendiri Pengalaman-pengalaman yang datang dan kita lalui dapat berpengaruh terhadap perubahan dan pembentukan konsep diri seseorang. Walaupun tidak semua pengalaman tersebut memiliki pengaruh yang dominan. Karena hanya pengalaman yang sesuai dengan nilai dan konsep diri kita sajalah yang dapat diterima. Berdasarkan pada pengalaman tersebut
maka
akan
timbul
keinginan
dalam
diri
kita
untuk
mempertahankan atau ingin mengubah konsep diri yang kita miliki sebelumnya.3 Bagan dibawah ini memaparkan mengenai konsep diri secara umum yang dilakukan berdasarkan penilaian diri sendiri oleh anggota Hijab Cosplayer IOC episode UIN Jakarta Tabel 4.1 Konsep diri anggota hijab cosplay IOC berdasarkan penilaian diri sendiri4 NAMA ANGGOTA DWI
FIDKOM
MAYA
FAH
ROSI
3 4
FAKULTAS
FIDKOM
1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3.
KONSEP DIRI Cerewet Jahil Percaya diri Kekanak-kanakan Ramah Percaya diri Pendengar dan pemberi tanggapan yang baik Cuek dengan penampilan Introvert Solitary (lebih suka sendiri) Kurang Percaya Diri
Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2003), h. 516. wawancara dengan Anggota Hijab Cosplay IOC episode UIN pada tanggal 31 Mei 2016.
70
TINA
NADA
RIFKA
4. 1. 2. TARBIYAH 3. 4. 1. 2. FSH 3. 4. 5. 1. SAINTEK 2. 3.
Mudah terbawa lingkungan Pendiam Susah akrab dengan orang baru Cuek Kurang percaya diri Kekanak-kanakan Berani mengambil sikap Ceria Percaya diri Humoris Tomboy Pendiam kalau di rumah Banyak bicara kalau di luar rumah
Dwi sudah dikenal sebagai hijab cosplayer oleh teman-teman terdekatnya bahkan dosen di kampusnya. Hal ini memunculkan identitas baru bagi Dwi sebagai “Pecinta Jepang”. Kepercayaan diri Dwi terbentuk dari respon-respon positif yang diberikan orang lain saat melihat dirinya berhijab cosplay, respon tersebut berbentuk applause, orang-orang yang meminta foto bersama dirinya, dan beberapa media komunitas yang turut serta mewawancarai dirinya saat menjadi hijab cosplayer. Hal itulah yang membuat diirinya merasa diterima di masyarakat. Namun, ada saatnya kepercayaan diri Dwi menjadi turun saat ia merasa cemas dengan penampilannya dan tatapan-tatapan sinis yang diberikan oleh orang lain saat melihat dan menganggapnya out of character.
Gambar 4.1: (kanan) Gaya berpakaian dwi sehari-hari Gambar 4.2: (kiri) Dwi saat bercosplay menjadi Shinoa Owari No Seraph
71
Sesungguhnya
saat
seseorang
mendapatkan
respon
atau
tanggapan negatif yang ditujukan kepada dirinya, maka dibutuhkan waktu untuk mengembalikan kesadaran diri seseorang untuk kembali ke fitrahnya. Karena sedikit banyak respon atau tanggapan negatif akan mempengaruhi
pola
pikir
juga
karakter
seseorang.
Untuk
menyeimbangkannya maka dibutuhkan pengalaman positif untuk menetralkan kembali hati serta pikiran yang sudah terpengaruh oleh dampak yang ditimbulkan dari lingkungan tempat anggota hijab cosplayer melakukan pertunjukan. 5 Itulah yang terjadi pada Dwi dan anggota hijab cosplayer lainnya. Saat ada tanggapan negatif yang menerpanya, salah satu energi positif yang didapatnya untuk menetralkan kembali kepercayaan diri mereka adalah dengan respon positif dan apresiasi yang ditunjukan oleh masyarakat yang menerimanya. Selain itu, dukungan dari anggota kelompok lainnya juga memberikan dampak positif bagi diri cosplayer. Pada kesehariannya Dwi dikenal dengan pribadi yang cerewet dalam arti kata ia seseorang yang suka sekali berbicara (bukan pendiam) dan ceria, tetapi saat ia sudah menjadi karakter yang dicosplaykan, maka karakter asli Dwi tergantikan dengan karakter yang sedang dimainkannya. Konsep diri yang dibangun oleh Dwi di kehidupan nyata tidak berpengaruh terhadap dirinya yang sedang bercosplay, hal itu dikarenakan karakter cosplay dengan karakter asli Dwi memiliki perbedaan dan Dwi tidak mencampur-adukan keduanya saat ia 5
Ary Ginanjar Agustian. ESQ (Emotional Spiritual Quotient). ( Jakarta: Penerbit Arga, 2005). h.282.
72
bercosplay maupun di kesehariannya. Seperti petikan beberapa wawancara berikut wawancara berikut: “.....Kalo saat bercosplay sih biasanya sesuai sama karakter yang lagi di cosplay-in, misalnya karakter yang sekarang tuh lebih ke pendiem, suka senyum. Tapi senyumnya tuh senyum palsu.”6 “....Pas lagi cosplay ya pada keget juga. “ini dwi, kok gini sih?” biasanya lo cerewet kok jadi diem?”7 “karakternya sih engga mempengaruhi, jadi masing-masing. Cosplaynya gimana, akunya gimana.”8 Selain itu, kepercayaan diri saat Dwi berhijab cosplay bersama lebih tinggi dibanding saat ia berhijab cosplay sendiri. Karena dirinya masih merasa canggung bila berhijab cosplay sedirian pada sebuah event. Pada lingkungan sosial dan keluarga, orang tua Dwi hanya tahu bahwa dirinya suka dengan hal yang berhubungan dengan Jepang, begitupun dengan dosennya. Tetapi mereka tidak tahu bahwa Dwi adalah seorang hijab cosplayer. Hanya teman-teman terdekatnya dan teman komunitas sajalah yang mengetahui bahwa dirinya seeorang hijab cosplayer. Awal mula Tina bercosplay karena rasa iri melihat orang lain bisa bercosplay, sedangkan dirinya terhalang dengan dirinya yang memakai jilbab. Tetapi setelah tahu akan adanya hijab cosplay dan masuk menjadi anggota IOC, Tina bertemu dengan teman-teman yang memiliki kendala sama dengan dirinya dan IOC menjadi wadah untuk dirinya membentuk diri sebagi hijab cosplayer profesional.
6
Wawancara langsung dengan Dwi saat photo session ke 2, tanggal 11 Juni 2016 di UIN
7
Wawancara langsung dengan Dwi saat photo session ke 2, tanggal 11 Juni 2016 di UIN
8
Wawancara langsung dengan Dwi saat photo session ke 2, tanggal 11 Juni 2016 di UIN
Jakarta. Jakarta. Jakarta.
73
Gambar 4.3: (kanan) gaya berpakaian Tina sehari-hari Gambar 4.4: (kiri)Tina bercosplay sebagai Mitsuba Tina merupakan tipe orang yang pendiam dan sulit akrab dengan orang-orang yang baru ataupun sebentar dikenalnya. Bahkan kepada sesama anggota IOC pun masih tidak terlalu akrab, hal itu dikarenakan intensitas dirinya ikut dalam kegiatan IOC terbagi dengan organisasi lain yang diikutinya. Tina termasuk orang yang cuek dengan respon negatif yang ditujukan orang lain kepada dirinya saat menjadi hijab cosplayer. Walaupun seperti itu, terkadang ia juga merasakan takut dengan tanggapan orang lain yang ditujukan kepada dirinya, hal itu disebabkan karena dirinya pernah merasakan langsung pandangan “aneh” dan tidak suka saat dirinya menjadi hijab cosplay. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara berikut: “....kalo omongan orang sih biarin aja, engga usah dimasukin ke hati.” “di luar nge-cosplay sih orang-orang ya cuek aja, sebenernya kalo pas nge-cosplay takut di bilang out of character sih, takutnya dibilang “kok lo jauh banget sih dari karakter yang lo cosplay-in”9
9
Wawancara langsung dengan Tina saat photo session ke-2, pada tanggal 11 Juni 2016 di UIN Jakarta.
74
Namun, tidak sedikit juga menurutnya yang memberikan tanggapan positif terhadapnya. Selain itu, Tina termasuk orang yang suka belajar untuk memperbaiki dirinya menjadi yang lebih baik, hal itu diketahui dari dirinya yang rajin membuka tutorial di Youtube tentang cara-cara membuat karakter cosplay yang mirip. Tina, melakukan introspeksi atau peninjauan terhadap apa yang sudah dilakukannya pada kejadian yang telah lalu dan kemudian berkaca dengan dirinya sendiri untuk menghasilkan pemahaman dari perilaku yang sudah dilakukannya terhadap perilaku yang akan dilakukan selanjutnya.10 Tina bukan seorang pemula dalam bercosplay, namun dirinya masih merasa tidak percaya diri dan takut. Karena hijab cosplay dalam project ONS IOC merupakan debut pertamanya bercosplay dengan memakai hijab. Sebelumnya ia bercosplay namun tidak memakai hijab, walaupun kostum yang dipakainya tidak mengumbar aurat. Keikutsertaan Tina dalam hijab cosplay mempengaruhi dirinya dalam hal merawat dan memperbaiki diri dalam keseharian dan meningkatkan kemampuannya dalam menampilakan karakter cosplay yang lebih baik agar lebih percaya diri saat behijab cosplay. Motif yang melatarbelakangi keikutsertaan Nada menjadi anggota IOC dan menjadi hijab cosplay disebabkan menjadi cosplayer memang sudah keinginannya sejak lama, tetapi hal itu terkendala dengan masih sedikitnya komunitas hijab cosplay yang diketahui dan berada dekat dengannya. Namun, setelah mengetahui adanya IOC epiisode UIN yang 10
Agus Abdurrahman. Psikologi sosial: Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan Empirik. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013) h. 51.
75
mewadahi para pecinta Jepang terutama bagi wanita berhijab untuk tetap bercosplay, maka Nada tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk ikut menjadi bagian dari Hijab cosplay IOC episode UIN. Karakter Nada sehari-hari yang dikenal kekanak-kanakan mempengaruhi
dirinya
dalam
memilih
karakter
yang
ingin
dicosplaykannya, seperti karater yang “moe” atau imut-imut. Terkadang pengaruh atas respon negatif yang diberikan oleh orang lain saat Nada sedang berhijab cosplay membuat dirinya tidak percaya diri. Namun, dukungan dari teman-teman dan anggota komunitas IOC membuat dirinya tidak terlalu terpengaruh dengan respon negatif tersebut. Selain kekanak-kanakan, menurut dirinya ia orang yang ceria, percaya diri, dapat memimpin dan ia tidak suka sendirian, lebih suka suasana ramai. Selain itu, Nada juga menyukai kekompakan, seperti yang dikatakannya: “.....kadang satu tim engga bisa kumpul jadi satu. Jadi kurang lengkap. Padahal maunya kita harus lengkap. Tapi sayangnya engga bisa lengkap.”11 Teman-teman dan lingkungan sekitarnya mengenal Nada sebagai seseorang yang humoris dan ceria, hal itu terlihat dari dirinya yang selalu bisa membuat orang lain tertawa dengan kelakuan yang dibuatnya. Itu terlihat jelas dari beberapa kali peneliti ikut dalam berbagai kegiatan IOC episode UIN. Nada sering kali melakukan hal yang dapat membuat teman-temannya tertawa.Walaupun demikian, Nada ialah orang yang berani mengambil sikap terhadap apa yang dikatakannya. “Pantaslah, makanya aku berani ngecosplay”12 11
Wawancara langsung dengan Nada saat photo session ke-2, pada tanggal 11 Juni 2016 di UIN Jakarta.
76
Itulah yang dikatakannya saat ditanya mengenai kepantasannya menjadi seorang hijab cosplay. Ia berani membuktikan bahwa dirinya pantas bercosplay dan tampil di depan publik. Hal yang tidak diketahui oleh banyak orang ialah Nada yang seorang lulusan pondok pesantren, tetapi karena penampilannya yang biasa saja maka tidak ada yang menyangka dirinya dahulu seorang santriwati.
Gambar 4.5: (kanan)gaya berpakaian Nada sehari-hari Gambar 4.6: (kiri) Nada saat bercosplay menjadi Mito Kepercayaan diri Nada terbentuk karena dukungan penuh oleh keluarga, terutama ibunya. Menurut ibunya Nada termasuk orang yang ambisius terhadap hobinya menjadi hijab cosplay. Ia tidak pernah menyesali membeli kostum dan aksesoris yang mendukungnya untuk menjadi hijab cosplayer. Ia juga membuktikan kepada ibunya bahwa tanpa menanggalkan hijabnya ia masih bisa menekuni hobinya menjadi cosplayer. Hal itu membuat kebanggan tersendiri untuk dirinya dan juga ibunya. Selain itu, menjadi hijab cosplayer memberikan dampak positif pada kepercayaan diri dan kreatifitasnya, juga mengajarkan untuk merawat dan menghias diri sebagai perempuan.
12
Wawancara langsung dengan Nada saat photo session ke-2, pada tanggal 11 Juni 2016 di UIN Jakarta.
77
Keputusan yang diambil oleh Mayya untuk menjadi hijab cosplayer dikarenakan dirinya memang sudah menyukai hal-hal tentang Jepang dan budayanya. Salah satu hal baru yang ingin dicobanya ialah menjadi seorang hijab cosplay. Ia beralasan bahwa dengan menjadi hijab cosplay dirinya juga ikut berdakwah melalui hobinya. Mayya dikenal sebagai seseorang yang ramah dan percaya diri, ia paling tidak suka bila dirinya dihiraukan dan tidak ada yang bisa mengimbangi pembicaraannya. Mayya mudah berbaur dan beradaptasi dengan lingkungannya, oleh sebab itu ia menjadi teman yang baik saat diajak berkomunikasi. Saat bercosplay, Maya tipe orang yang tidak peduli dengan cibiran negatif yang diberikan untuknya, selagi masih ada orang-orang yang selalu mendukung dan mengapresiasi dirinya sebagai hijab cosplayer. Mayya lebih peduli pada respon orang tua apabila dirinya yang pulang larut saat dirinya menghadiri event cosplay. Walaupun begitu, Maya terkadang masih merasa canggung apabila ada temannya yang baru tahu dan melihat dirinya saat menjadi hijab cosplayer. “Mereka ngeliat aku, ya aku asik, kata mereka yaa. Bukan kata aku. Soalnya kata mereka aku nyambung mau diajak ngobrol apa aja aku bisa. Soalnya aku mengikuti mereka juga, temen aku ada yang suka korea, aku suka. Suka Jepang, suka thailand, aku juga suka. Jadi aku mengimbangi juga ke mereka.”13 Mayya yang di cap “asyik” oleh lingkungannya berusaha menjadi sesorang yang “asyik” untuk diajak membicarakan banyak hal dengan orang lain. Karena ia bertingkah laku berdasarkan apa yang dilihat dan
13
Wawancara langsung dengan Mayya saat photo session, pada tanggal 11 Juni 2016 di UIN Jakarta.
78
dirasakan oleh lingkungan sekitarnya. Sehingga secara sadar, mayya mengikuti dan menjadikan cap “asyik” dari lingkungannya menjadi konsep dirinya.
Gambar 4.7 Mayya saat bercosplay sebagai Shinon Gambar 4.8 gaya berpakaian Mayya sehari-hari Hampir semua teman sekelas Maya sudah mengetahui bahwa dirinya hijab cosplayer, mereka mendukung Mayya dengan cara datang ke event dimana Maya ikut berpartisipasi menjadi hijab cosplayer. Demikian itulah yang memotivasi Mayya untuk tetap bercosplay. Dukungan juga diperoleh Mayya dari orang tua dan neneknya yang sudah mengetahui mengenai hobi menggunakan kostum karakterkarakter fiksi dan beradu peran ini. Ia beranggapan bahwa menjadi hijab cosplayer membuat dirinya bangga karena dapat menyebarkan trend positif ke masyarakat luas. Walaupun penampilan sehari-hari yang ditunjukan oleh Maya terkesan cuek. Namun, Maya merasa pantas dan yakin akan dirinya saat menjadi hijab cosplayer.
79
“aku pantas, karena aku memang merasa pantas” 14 Imbuhnya dengan percaya diri saat ditanyakan mengenai kepantasannya menjadi seorang hijab cosplay. Lain halnya dengan latar belakang Rosi ikut dalam kegiatan hijab cosplay, alasan atas dasar ajakan teman dan tidak ingin mengecewakan teman yang sudah mengajaknya untuk terjun ke hobi yang terbilang baru baginya membuat Rosi masuk dalam IOC episode UIN Jakarta dan mulai mencoba berhijab cosplay. Rosi mengenal dirinya sebagai pribadi yang introvert, suka melakukan segala hal sendiri, agak sedikit pendiam, kurang percaya diri, mudah terbawa suasana, suka menyenangkan dirinya sendiri, cuek terhadap penampilan dan mudah sekali kepikiran dengan banyak hal. Dalam petikan wawancara berikut, Rosi mengungkapkan bahwa dirinya yang kurang percaya dengan dirinya sendiri dan mudah merasa cemas: “....Pas lagi ngecosplay sedihnya, yaa karena engga bisa make up banget yaa, jadi minta dandanin sana-sini. Aku ngerasa, kok aku engga punya bakat banget jadi cewek. Bahagianya karena temen-temennya mau nolong, asik-asik, temen-temennya care gitu.”15 “cemas kalau waktu yang bertabrakan aja sih gitu, misalnya cosplay kapan dan saat itu ada tugas yang penting juga. Padahal duaduanya pengen selesai bareng-bareng.”16 Tetapi walaupun seperti itu, Rosi mudah beradaptasi dengan teman-temannya dikarenakan dirinya yang dapat menempatkan diri pada kelompok pertemanan dengan baik, terutama di lingkungan yang membuatnya nyaman. Rosi akan mudah dekat dengan teman-teman yang menurutnya menyenangkan dan dapat diajak susah maupun senang 14
Wawancara langsung dengan Mayya saat photo session, pada tanggal 11 Juni 2016 di UIN Jakarta. 15 Wawancara langsung dengan Rosi saat photo session, pada tanggal 11 Juni 2016 di UIN Jakarta. 16 Wawancara langsung dengan Rosi saat photo session, pada tanggal 11 Juni 2016 di UIN Jakarta.
80
bersama. Rosi suka melakukan banyak hal sendiri disebabkan oleh dirinya yang merupakan anak tunggal dikeluarganya, namun saat ia merasa sendiri dan butuh teman, dirinya tidak akan segan mengajak teman dekatnya yang lain untuk menemaninya.
Gambar 4.9: (kanan) Rosi yang bercosplay sebagai Gambar 4.10: (kiri) Gaya berpakaian Rosi sehari-hari Sejauh ini, hanya sedikit orang yang mengetahui identitas Rosi sebagai seorang hijab cosplay. Seperti, teman dekatnya di universitas dan teman-teman dari IOC saja. Hal itulah yang membuat Rosi kurang percaya diri saat dirinya sedang menjadi hijab cosplyer selain hijab cosplay pada project ONS ini merupakan debut pertamanya sebagai hijab cosplayer, walaupun menurutnya teman-teman dekatnya suka akan dirinya yang menjadi hijab cosplayer dan hanya orang lain (asing atau tidak dikenalnya) yang berbisik dibelakang dengan guyonan mereka tentang karakter cosplay yang dihijabkan. Sama halnya dengan Rosi yang menilai dirinya sebagai pribadi yang introvert. Rifka pun menilai dirinya sebagai pribadi yang introvert, namun ia menjadi pribadi yang tertutup dan pendiam hanya saat berada di rumah saja. ia lebih banyak menghabiskan waktu di kamar apabila
81
sedang berada di rumah. Rifka menyadari hal itu dan memberikan alasan bahwa jika di rumah ia tidak memiliki teman berbagi cerita layaknya teman. Rasa tidak enak membagi cerita terutama hal “percintaan” dengan orang tua membuatnya lebih suka menyimpannya saja jika berada di rumah. Ditambah ia merupakan anak pertama dari dua adik yang semuanya laki-laki. Selain mengenal dirinya sebagai seorang yang ambievert. Ia juga menilai dirinya agak sedikit tomboy. Walaupun gaya busananya selama tiga tahun terakhir ini hanya menggunakan pakaian berjenis rok. Banyak teman-temannya yang tidak percaya kalau dirinya sering bercosplay dengan karakter-karakter yang berkebalikan dengan karakter yang ditunjukan Rifka sehari-hari. apa yang ditunjukan Rifka di depan temantemannya menganai pribadinya yang tomboy berbanding terbalik dengan keinginan hatinya yang selalu menginginkan menjadi wanita yang lebih manis.
Gambar 4.11 gaya berpakaian Rifka sehari-hari Gambar 4.12 Rifka saat menjadi hijab cosplayer Setiap orang memiliki sifat ekstrovert dan introvert dalam diri masing-masing. Yang membedakan hanya lebih dominan sikap mana
82
yang terdapat dalam diri orang tersebut.baukan berarti buruk dan introvert bukan berarti baik. Keduanya sama saja, tergantung pada kondisi dan pada aspek apa sifat itu diuntungkan.
17
Eysencek
mengelompokan ciri dua kepribadian berikut menjadi: Tabel 4.2 Ciri-ciri sifat ekstrovert dan introvert18 Ekstrovert Banyak teman, Butuh teman bicara, Tidak menyukai kesendirian, Menyukai kegembiraan, Senang bercanda, Mudah berteman, Optimistik, aktif, berani mengambil resiko, bebas, menyukai perubahan
Introvert Pendiam, Tenang, Introspektif, Lebih senang membaca buku daripda berhubungan degan orang lain, Tidak mudah marah, Mengambil jarak kecuali pada teman dekat, Menjaga perasaan, pesimistik, serius, hidup teratur.19
Oci, orang yang kurang bisa membanggakan dirinya akan lebih membutuhkan persetujuan sosial dari lingkungannya dan lebih sensitif terhadap bentuk-bentuk penolak yang ditujukan kepadanya.20Perubahaan suasana hati dapat mendorong seseorang mengubah atau mengatur dirinya. Saat suasana hati menjadi buruk maka hal itu akan mendorong seseorang untuk mencari teman atau merileksasikan dirinya Dari pemaparan tindakan, sikap, respon dan latar belakang enam hijab cosplayer IOC episode UIN diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa baik Rosi, Tina maupun Rifka memiliki pribadi introvert pada situasi dan lingkungan tertentu dan mereka akan berubah menjadi pribadi ekstrovert di lingkungan yang membuat mereka nyaman sehingga membawa
17
Rafy Sapuri, Psikologi Islam.: Tuntunan Jiwa Manusia Modern, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009) h. 168. 18 Rafy Sapuri , Psikologi Islam.: Tuntunan Jiwa Manusia Modern, h. 168. 19 Rafy Sapuri . Psikologi Islam: Tuntunan Jiwa Manusia Modern, h. 155. 20 Agus Abdul Rahman. Psikologi Sosial., h. 14.
83
mereka menjadi lebih terbuka dan dapat secara lepas mengekspresikan diri tanpa takut mendapatkan respon negatif ataupun tidak mendapatkan dukungan. Sedangkan bagi ketiga cosplayer lainnya yang memiliki pribadi yang dominan ekstrovert dan memiliki kepercayaan diri tinggi, selain disebabkan oleh dukungan dari orang-orang terdekat terutama keluarga, lingkungan komunitas yang membuat mereka nyaman juga membantu dalam meningkatkan kepercayaan diri hijab cosplayer. b. Berdasarkan Penilaian Orang Lain Orang lain dapat memberikan penilaian terhadap diri kita baik secara langsung dengan cara memberikan feedback secara aktif mengenai diri kita, juga penilaian secara tidak langsung yaitu dengan cara melakukan refleksi terhadap reakasi yang diberikan oleh orang lain menyangkut perilaku yang kita lakukan. Maksudnya ialah mengamati cara orang lain bersikap dan memandang diri kita saat bersama dengannya, lalu memasukan pandangan tersebut ke dalam konsep diri yang kita miliki.21 Tabel 4.3 Konsep diri anggoa hijab cosplay IOC Eps UIN Jakarta berdasarkan penilaian orang lain22 NAMA FAKULTAS KONSEP DIRI ANGGOTA 1. Pendengar dan pemberi tanggapan yang baik DWI FIDKOM 2. Pintar 3. Banyak bergerak/ aktif 21
Agus Abdurrahman. Psikologi sosial: Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan Empirik,. h. 54. 22 Hasil Wawancara dengan Sahabat dari Anggota Hijab Cosplay IOC Episode UIN Jakarta.
84
MAYA
ROSI
TINA
NADA
RIFKA
4. 1. FAH 2. 3. 1. 2. FIDKOM 3. 4. 1. 2. TARBIYAH 3. 4. 1. FSH 2. 3. 1. SAINTEK 2. 3.
Baik Menyenangkan Antusias dalam bercerita Tekun dengan hobinya Ceria dalam situasi tertentu Mudah panik dan nangis Peduli Jahil Baik Menyenangkan Humoris Introvert Baik Pintar Tekun dengan hobinya Tomboy Humoris Tertutup kalau di rumah
Sifat Dwi yang kekanak-kanakan ternyata juga dirasakan oleh teman sepermainan dan seperjalanan pulang dari kampus. Aida mengatakan bahwa Dwi memiliki sifat yang tidak bisa diam. “Dwi sehari-hari baik, enak diajak ngobrol, menurut saya dia termasuk mahasiswi pintar di kelas, Cuma gara-gara dia suka banget sama anime dan Jejepangan jadi suka “lebay” sendiri kak. Suka jogetjoget engga jelas kayak JKT 48, tiap pulang kampus...”23 Hal serupa pun dirasakan oleh teman dekat Mayya. Mega menguatkan bawasannya Mayya memang sudah sangat mengenal dirinya sendiri. Menurut Mega, Mayya pribadi yang menyenangkan untuk diajak berkomunikasi dan berteman. Walaupun terkadang, ia merasa Mayya menjadi orang yang berbeda saat sedang dihadapkan dengan hobinya. “Mayya itu asik, seru, terus selalu antusias kalau lagi cerita. Tapi kalau udah berurusan sama anime di laptopnya dia kayak punya dunia sendiri. ”24 Ungkap Mega saat diwawancarai
23 24
Wawancara dengan Aida (teman dekat Dwi), pada tanggal 20 Juni 2016. Wawancara dengan Mega (teman dekat Mayya), pada tanggal 19 Juni 2016.
85
Berbeda dengan Rosi yang menilai dirinya pribadi yang introvert, sedangkan Ica (teman dekatnya) mengatakan bahwa Rosi memiliki kepribadian ceria, suka menjahili temannya, namun tetap peduli dengan teman. Walaupun ia sangat mudah panik dan menjadi pendiam saat sedang ada masalah. Pribadi menutup diri dan mudah terbawa suasana, secara tidak sadar dirasakan oleh Ica sebagai teman dekat Rosi, biarpun Rosi tidak memberitahukannya secara terang-terangan. Sama halnya dengan Tina yang menilai dirinya lebih banyak dengan sifat yang menujurus pada sifat negatif. Pipit, teman dekat Tina sejak SMA memberikan penilaian yang bertolak belakang dengan penilaian Tina atas dirinya. “Astina orang yang baik, seru, kocak. Cuma terkadang dia orangnya tidak terlalu terbuka kalau tidak dipaksa untuk bercerita. Dan cenderung nyimpen masalahnya sendiri. dan lebih senang ngabisin waktu dengan hobinya”25 Namun begitu, sifat Tina yang introvert dan cenderung menyimpan masalah sendiri jika tidak dipaksa untuk bercerita , sesuai dengan penilaian Tina atas dirinya. Tina sendiri mengatakan bahwa dirinya memang lebih terbuka dengan teman yang sudah dianggapnya dekat saja. Maka dari itu, Pipit yang sudah berteman dengan Tina sejak SMA dapat merasakan sifat Tina yang lain seperti Tina yang memiliki pribadi menyenangkan dan humoris. Tina yang memiliki sifat introvert disebabkan oleh tingkah laku, perasaan dan pikiran orang dengan sifat ini akan lebih dipengaruhi oleh dirinya sendiri, tidak banyak tingkah dan cenderung pendiam. Emosi 25
Wawancara dengan Pipit (teman dekat Tina), pada tanggal 20 Juni 2016.
86
yang dimiliknya tidak mencolok, tenang, pemalu dan suka menyendiri. Ia juga kurang menarik perhatian orang lain, karena ia merasa canggung dan mudah khawatir. 26 Selain itu, orang-orang yang cenderung lebih memiliki sifat introvert, mereka akan sulit berkomunikasi dengan orang baru dan tertutup mengenai diri mereka. 27 Sedangkan, Nada dinilai sebagai teman yang baik dan pintar oleh teman dekatnya, Ayu. Namun, Ayu yang tidak begitu tahu tentang hijab cosplay. Ia hanya merasakan perubahan sedikit dari cara berpakaian Nada yang dinilainya terbawa ketika sedang bercosplay. Berbeda dengan Rifka yang dinilai oleh sahabat selama 4 tahun bersamanya hingga bangku perguruan tinggi, Alifia. Bahkan banyak yang mengatakan bahwa Alifia sebagai kembaran Rifka karena selalu bersama. Bedanya, Alifia memiliki sikap lebih feminin dan lembut dibanding Rifka yang sedikit tomboy. Alif menilai karakter yang ada pada Rifka sama persis sama dengan penilaian Rifka terhadap dirinya sendiri. “Engga terlalu feminin, kuat banget tenaganya apalagi kalau lagi bercanda, lucu banget kalau lagi ngasih guyonan........ Kalau lagi bercosplay biasanya dia jadi jaga image gitu, karena situasi juga soalnya. Dan di rumah dia tuh, pendiam. Lebih banyak di kamar.”28 Ungkapnya saat ditanyakan bagaimana Rifka pada kesehariannya dan saat sedang bercosplay Kesimpulannya, sebagian besar dari sahabat dekat para cosplayer mengetahui dengan eksistensi temannya sebagai hijab cosplayer dan mendukung juga memotivasi mereka dengan berbagai cara. Mulai dari memberikan masukan mengenai pemilihan karakter dan kostum yang 26
Agus Abdurrahman, Psikologi sosial: Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan Empirik, h.154. 27 Rafy Sapuri . Psikologi Islam: Tuntunan Jiwa Manusia Modern, h. 168. 28 Wawancara dengan Alifia pada tanggal 17 September 2016 di acara IC Fest.
87
akan dibuat, dandanan atau make up yang akan digunakan, bahkan samapai datang menyemangati saat temannya sedang menjadi hijab cosplay di event tertentu. Namun didapati ada beberapa cosplayer yang memiliki perbedaan pendapat mengenai penilaian diri menurutnya dan sahabatnya. Perbedaan tersebut disebabkan cosplayer yang memiliki sifat introvert juga sekaligus ambievert, dimana mereka akan merasa lebih nyaman, percaya dan lebih terbuka dengan teman-teman yang sudah dekat dan mengenalnya sejak lama, seperti Rifka yang nyaman dengan Alifia, Rosi yang percaya pada Ica dibanding teman lain di luar komunitas dan Tina yang menunjukan sifat menyenangkan juga humorisnya kepada Pipit. c. Berdasarkan Penilaian Kelompok Rujukan Kelompok rujukan dalam hal ini IOC episode UIN Jakarta memiliki norma-norma tertentu yang mengatur tingah laku para anggotanya, sehingga setiap anggota menyesuaikan diri dengan nilainilai yang dimiliki kelompok rujukan dan menyesuaikannya dengan ciri dari kelompok tersebut. Menurut Al-Ghazali, kekurangan yang dimiliki oleh diri seseorang dapat diketahui melalui pergaulan yag dilakuan oleh orang tersebut dengan teman-teman atau kelompok yang menjaga nilai keagamaan. Karena pemahaman kita mengenai penilaian diri yang membentuk konsep diri kita terjadi karena adanya sosialisasi dalam kelompok maupun masyarakat.29
29
Agus Abdurrahman. Psikologi sosial: Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan Empirik, h. 56.
88
Tabel 4.4 Konsep Diri Anggota Hijab Cosplay IOC Eps UIN Jakarta Berdasarkan Penilaian Kelompok Rujukan30 NAMA ANGGOTA
FAKULTAS
DWI
FIDKOM
MAYA
FSH
ROSI
TINA
NADA
RIFKA
1. 2. 3. 4. 1. 2.
3. 4. 5. 1. 2. FIDKOM 3. 4. 1. TARBIYAH 2. 3. 1. 2. FSH 3. 4. 1. 2. 3. SAINTEK 4. 5.
KONSEP DIRI Cerewet Suka bergerak/ aktif Responsif Heboh Ramah situasional (tidak terlalu cerewet ataupun hiperaktif) Responsif Dewasa menghadapi masalah Heboh Keingintahuan Tinggi Cerewet Responsif Heboh Pendiam Kalem Tertutup (introvert) Tidak bisa diam/ aktif Heboh (saat-saat tertentu) Dewasa menghadapi masalah Cepat mengendalikan diri Aktif Cerewet Mudah berteman Penurut Ceria
Kesamaan yang didapati dari penilaian kelompok dan diri Dwi, Mayya dan Rosi ialah yang menyatakan bahwa ketiganya memiliki pribadi yang cerewet dan tidak suka diam. Walaupun Mayya lebih dewasa dari dua lainnya dalam menempatkan diri dan menghadapi masalah. Anggota kelompok yang lainpun sepakat bahwa Dwi, Mayya dan Rosi termasuk anggota yang responsif dengan segala hal yang terjadi baik dalam grup komunikasi kelompok maupun kegiatan yang dibuat 30
Asia.
Hasil Wawancara dengan Pengurus Pada Tanggal 31 Mei 2016 pada aacara Sing Out
89
oleh IOC. Mereka akan cepat memberikan tanggapan dan feedback atas umpan yang dilempar oleh pengurus maupun anggota yang lain. Pernyataan tersebut didapat dari wawancara dengan sekretaris sekaligus wakil kapten IOC episode UIN Jakarta, Zia: “Kalau lagi engga cosplay, yang sering muncul di kegiatan IOC itu, Rosi, Dwi dan Mayya. Biar Cuma di grup whatsapp juga, mereka rajin banget munculnya.bahkan bisa dibilang berisik banget kalo udah ngumpul bertiga.”31 “...Nada, rosi, dwi dan Maya bisa heboh banget. Dwi apalagi, bisa saingan hebohnya ama Rosi dan Mayya.... Kalau Nada sih hebohnya pas di awal-awal doang. Sambil pake kostum atau dandan dan dia bisa kalem sendiri kok nantinya”32 Hal itu diperkuat oleh Isma yang merupakan Kapten IOC episode UIN Jakarta, menurutnya: “Maya, Dwi, Nada, Oci itu karakternya mirip-mirip dalam kesehariannya.”33 Rifka dinilai oleh pengurus IOC episode UIN sebagai anggota yang aktif karena dirinya selalu datang pada kegiatan yang IOC adakan dan aktif ikut bercosplay pada setiap kesempatan yang ada. Dirinya disebut sebagai seorang yang ceria dan penurut. Walaupun Isma, kapten dari IOC UIN mengatakan kalau Rifka termasuk orang yang boros karena suka traktir teman-teman komunitas. “Rifka tuh baik, penurut, periang, suka trakir juga. Makanya dia anggota paling boros dan paling polos.”34
31
Wawancara dengan wakil kapten sekaligus sekretaris IOC episode UIN Jakarta, Zia. Pada tanggal 27 Juli 2016. 32 Wawancara dengan wakil kapten sekaligus sekretaris IOC episode UIN Jakarta, Zia. Pada tanggal 27 Juli 2016. 33 Wawancara dengan kapten IOC episode UIN Jakarta, Isma. Pada tanggal 6 september 2016. 34 Wawancara dengan kapten IOC episode UIN Jakarta, Isma. Pada tanggal 6 september 2016.
90
Dari 6 anggota cosplay yang menjadi subjek pengamatan konsep diri, memang hanya Tina yang memiliki kepribadian yyang berbeda dibanding yang lain. Begitupun yang dirasakan oleh pengurus dan anggoa IOC episode UIN. Bahkan Zia menyatakan dalam wawancaranya kalau ia harus mengingat wajah dan suara Tina, karena kepribadian Tina yang pendiam dan sulit diingat. Dalam kasus ini, Rosi yang dinilai oleh dirinya sendiri bahwa memiliki pribadi introvert, berubah menjadi pribadi ekstrovert apabila berada di dalam IOC episode UIN Jakarta. Hal itu terjadi demikian karena konsep diri berkembang sejalan dengan interaksi dan timbal balik yang diberikan oleh orang lain terhadap diri kita. Segala hal yang dirasakan dan dialami oleh diri selama perjalanan hidup dapat mempengaruhi terbentuk, berubah dan berkembangnya konsep diri yang sudah ada.35 Lingkungan yang seringkali tidak sesuai dengan keinginan dan harapan seseorang akan membuat orang tersebut merasa kecewa bahkan depresi akibat ketidaksesuaian atas harapan yang dimilikinya dengan kenyataan sesungguhnya. Selain itu, menarik diri dan menjaga jarak berarti kita telah kehilangan kecerdasan emosional dan kreatifitas dalam menghadapi masalah. 36 Lingkungan komunitas, anggota-anggota dan program-program yang menyenangkan membuat Rosi yang biasanya kaku
dengan
teman-teman
perkuliahannya
merasa
mengekspresikan diri di dalamnya. 35
Agus Abdurrahman, Psikologi Sosial, h. 63. Ary Ginanjar Agustian, ESQ (Emotional Spiritual Quotient), h. 284.
36
lebih
bisa
91
Kesimpulannya, tingkah laku, sikap dan tindakan yang dilakukan oleh anggota hijab cosplay yang tergabung dalam IOC episode UIN Jakarta menunjukan tingkah laku yang positif dan terbuka. Lima dari enam anggota selalu menunjukan keaktifannya dalam berbagai kesempatan yang ada, mulai dari event maupun memberikan respon terhadap topik di grup komunikasi. Lingkungan komunitas yang menyenangkan membantu anggota hijab cosplay untuk lebih terbuka dengan sesama anggota lainnya dan membentuk konsep diri baru apabila sedang bersama komunitas tersebut. d. Konsep Diri Positif Dan Negatif Hijab Cosplayer Anggota IOC Episode UIN Konsep diri tidak ada yang sepenuhnya bersifat negatif maupun positif. Hanya saja seiap orang pasti memiliki konsep diri mana yang lebih dominan dimilikinya. Kesuksesan komunikasi interpersonal dan keefektifannya tergantung pada konsep diri yang dimiliki oleh orang yang bersangkutan. Berikut ini merupakan tabel yang berisikan pertanyaan mengenai konsep diri positif yang dimiliki oleh anggota hijab cosplay IOC episode UIN Jakarta berdasarakan karakteristik yang disebutkan oleh D.E Hamchek. Berdasarkan pada tabel yang berisikan pertanyaan mengenai konsep diri positif dan negatif anggota hijab cosplay IOC episode UIN Jakarta dapat ditarik kesimpulan bahwa anggota hijab cosplay memiliki konsep diri positif. Karena hanya didapati ada 3 dari 10 pertanyaan yang
92
dijawab ragu oleh anggota hijab cosplay, yaitu mengenai kesetaraan dengan cosplayer konvensional, perasaan diterima oleh masyarakat luas dan kepekaan tiap anggota terhadap anggota lainnya pada saat bercosplay. Selebihnya, tiap anggota meyakini akan nilai dan prinsip keislaman berkaitan dengan busana dan perilaku, bersedia memepertankan diri sebagai hijab cosplayer, tidak merasa berlebihan baik dalam berbusana maupun bersikap, optimis dapat menyelesaikan persoalan yang datang dari masyarakat mengenai respon negatif yang aditerima saat menjadi hijab cosplayer, percaya diri dengan masa depan hijab cosplay, tetap menikmati hobi sebagi hijab cosplay dan merasakan kebahagiaan atas pujian yang diberikan masyarakat terhadap usaha mereka bercosplay dengan menggunakan hijab. Beginilah yang dikatakan Nada saat ditanya mengenai tekanan yang diberikan oleh kelompok lain. “iya, karena perempuan Muslimah wajib berhijab, dan bercosplay adalah hobi saya, saya tidak akan berhenti menekuni hobi hanya karena tekanan kelompok lain”37 Selain itu hijab cosplayer IOC UIN, juga meyakini bahwa mereka dapat mengatasi persoalan mengenai pro-kontra masyarakat dengan gaya bercosplay yang terbilang masih minoritas bahkan di kalangan pecinta Jepang tanah air. “ya tentu, dengan meyakinkan lingkungan sekitar tentang hijab cosplay dan dibantu teman-teman dari komunitas, saya yakin suatu saat nanti hijab cosplay akan mendapat tempat dihati seluruh masyarakat dan penikmat Jejepangan”38 imbuh Nada kembali Keragu-raguan
dirasakan
oleh
Tina
bahwa
masih
ada
ketidaksetaraan yang diberikan oleh para pecinta Jepang dan cosplayer 37 38
Hasil FGD pada tanggal 6 September 2016 di UIN Jakarta. Hasil FGD pada tanggal 6 September 2016 di UIN Jakarta.
93
konvensional saat melihat hijab cosplay di sekeliling mereka. Walaupun itu hanya sekedar tatapan tidak suka atau guyonan. Seperti yang dikatakannya: “kalau dimata orang secara umum dan belum terbiasa dengan hijab cosplay itu masih banyak komentar negatif, jadi masih agak sedikit terhina. Tapi kalau sama teman-teman di lingkungan hijab cosplay kita sangat dihargaian dan malah merasa lebih tinggi dari cosplay lain. Yaa tergantung lingkungan sih.”39 Sedangkan, Dwi merasa diterima di masyarakat dengan apresiasi yang diberikan saat menjadi hijab cosplay, tetapi dirinya masih belum merasakan kalau hijab cosplay dianggap penting pada event-event yang ada. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Dwi, sebagai berikut: “merasa diterima sih iya. Tapi kalau dianggap penting sih biasa aja. Pasti orang-orang lebih mentingin yang mirip banget dengan karakternya. Ya kalau kita sih karena pakai hijab seperti ini, diterima alhamdulillah. Tapi belum merasa dipentingkan”40 Namun, semuanya sepakat bahwa mereka tidak merasa berlebihan dengan hijab cosplay yang digunakan maupun dengan penampilan mereka, karena hal itu mereka anggap tidak menyalahi aturan dalam Islam maupun dalam cosplay sendiri. selain itu, tidak ada kecemasan bagi mereka akan nasib dari hijab cosplay kedepannya, karena pada saat ini hijab coplay sudah mulai dikenal oleh masyarakat luas. Seperti yang tersurat dalam petikan diskusi dengan Mayya berikut: “Berlebihan sih engga ya. Soalnya apa yang kita pakai udah sesuai aturan dalam islam. Kita bukan memakai pakaian yang terbuka, kita malah pakai yang menutup aurat.”41
39
Hasil FGD pada tanggal 6 September 2016 di UIN Jakarta. Hasil FGD pada tanggal 6 September 2016 di UIN Jakarta. 41 Hasil FGD pada tanggal 6 September 2016 di UIN Jakarta. 40
94
Nada, Dwi, Oci, Tina, Rifka dan Mayya memiliki sifat terbuka terhadap kritik dan saran membangun yang diberikan kepada meraka saat bercosplay, selagi saran itu lebih baik. Namun, keenamnya menyatakan apabila saran tersebut ternyata tidak lebih baik. Masing-masing dari mereka akan menyeleksi, memilih lebih mengikui keyakinan sendiri, kembali kepada peraturan komunitas yang sudah ada, memadukan saransaran yang ada atau bahkan tidak memedulikannya. “Dia mengatur pasti ada alasannya kan, karena saat kita bercoplay kan mereka yang lihat. Mungkin mereka melihatnya engga cocok atau kurang, yaudah kita terima saran. Kalau misal kita engga suka dengan sarannya, kita buat bagaimana pendapat dia dengan pendapat kita dapat disatukan” ungkap Mayya di hadapan kelima anggota hijab cosplayer lainnya saat FGD Sedangkan, sewajarnya manusia mereka akan merasa senang apabila
menerima
mengkonstruksikan
pujian
atas
karakter-karakter
hasil fiksi
jerih secara
payah nyata
mereka tanpa
melepaskan nilai-nilai Islam dengan bercosplay hijab. Merekapun merespon sewajarnya dan mengucapkan terimakasih apabila ada yang meminta foto bersama. Karena bagi para cosplayer, permintaan berfoto bersama sama saja apresiasi, energi positif dan bentuk penerimaan terhadap mereka. Initinya, dari keenam anggoat hijab cosplay yang mengikuti diskusi terarah diatas dihasilkan bahwa anggota hijab cosplay memiliki konsep diri positif walaupun ada beberapa yang menyatakan keraguan terhadap jawabannya. Namun sebagian besar dari jawaban yang diberikan oleh keenamnya menunjukan sikap tegas terhadap penolakan akan dominasi kelompok lain. Penerimaan terhadap saran yang
95
membangun. Kepercayaan diri atas gaya, perilaku dan sikap yang mereka tunjukan saat bercosplay dan keyakinan bahwa dirinya tidak menyalahi aturan Islam maupun aturan bercosplay, juga keyakinan dapat memberikan pemahaman dann membuat masyarakat dapat menerima hijab cosplay. B. Cara Anggota Islamic Otaku Community (IOC) Episode UIN Jakarta Mempertahankan Identitas Keislaman Identitas agamis berupa keyakinan anggota hijab cosplay IOC episode UIN yang meyakini bahwa diri mereka ialah cosplayer Muslimah yang tetap memegang prinsip dan aturan dalam Islam. Keyakinan yang dimiliki oleh tiap anggota menghasilkan sikap yang bersifat positif, negatif, optimis, pesimis, fanatis, toleran, tradisional maupun modern, sikap inilah yang berasal dari konsep diri yang dibangun oleh anggota hijab cosplay IOC episode UIN Jakarta. Sikap terbentuk dari persepsi mengenai diri tiap anggota baik berupa fisik, psikologis maupun sosila dan berasal dari penilaian yang diberikan oleh orang lain yanng memiliki ikatan emosional dengan para anggota dalam hal ini sahabat yang mereka miliki, penilaian yang berasal dari kelompok rujukan, dan peneilaian yang berasal dari diri sendiri. penilaian yang berasal dari diri sendiri berdasarkan pada hasil tindakan orang yang bersangkutan. Pembahasan mengenai sikap dapat dilihat dalam sub mengenai konsep diri anggota hijab cosplay IOC episode UIN Jakarta. Hasil dari sikap ialah motif anggota hijab cosplay dalam bertindak dan berperilaku. Motif yang dimiliki oleh hijab cosplayer untuk berdakwah
96
melalui hobi menuntun anggota hijab cosplay IOC episode UIN Jakarta tetap mempertahankan identitasnya sebagai seorang Muslimah. Motif tersebut menghasilkan perilaku yang dijadikan anggota hijab cosplay dalam bertindak, diantaranya perilaku tersebut seperti yang terlihat dalam tahaptahap sebelum bercosplay, saat bercospaly dan selesai bercosplay. Anggota cosplay memiliki tahapan sampai dirinya terjun langsung dalam suatu event, tahapan yaitu: Pertama, sebelum bercosplay anggota Hijab Cosplay IOC episode UIN Jakarta memilih karakter-karakter yang baik dan sesuai dengan keinginan cosplayer. Karakter anime, manga, game atau original yang akan dicosplaykan memiliki kriteria-kriteria yang harus diperhatikan oleh cosplayer, seperti yang dikatakan oleh Isma sebagai kapten dari IOC episode UIN Jakarta berikut: “IOC itu punya karakteristik tersendiri yang ada dalam rules IOC. Pertama, dia bukan dari anime yang echi (kalau kita nyebutnya yang mesum). Dan karakternya juga bukan karakter mesum. Kalau dari kostum sebenarnya itu tidak jadi masalah, soalnya kita konvert dari yang bukan hijab menjadi berhijab. Jadi kalau dari segi kostum karakter apa aja bisa. Kalau dari segi sifat dan karakteristik karakternya itu yang biasanya kita permasalahkan. Karena yang namanya bercosplay itukan tidak hanya membawa kostum aja, tapi harus sesuai dengan karakter juga.”42 Langkah senajutnhya yang dilakukan sebelum terjun langsung di lapangan yaitu pembuatan kostum. Pada tahap ini, sebelum pembuatan kostum, cosplayer akan meminta saran kepada anggota lain untuk memodifikasi kostum yang akan digunakan dan dipadukan dengan hijab. Seperti penuturan Dwi berikut ini:
42
2016.
Wawancara dengan kapten IOC episode UIN Jakarta, Isma. Pada tanggal 6 september
97
“di IOC sendiri kan ada rulesnya. Jadi kalau mau cosplay nanya dulu, kalau karakter tersebut boleh atau engga, kalau misalnya engga boleh atau kurang baik ya lebih baik engga di cosplaykan. Terus ganti, tapi dikasih saran untuk kostumnya untuk dipanjangin dikit kalau udah dapet persetujuan baru deh ke cosmaker”43 Lalu hal tersebut dikuatkan dengan ucapannya yang terekam dalam wawancara berikut: “sebenernya roknya engga panjang sebetis (sambil ngasih liat rok cosplay yang sedang dipakai). Ini tuh sebenernya roknya di atas lutut ya pendek banget, terus bajunya yang ngepas banget dibuat agak longgarin, terus roknya juga panjangin.” 44 Seorang perempuan tidak dilarang untuk menjadi cantik dengan busana yang digunakannya, namun di dalam Islam ada batasan bahwa busana yang dikenakan haruslah tidak merangsang lawan jenis. Dan penggunaan jilbab untuk menutupi kepala kecuali wajah merupakan salah satu contoh anjuran mengenai busana penutup aurat, bahkan dianjurkan untuk menjulurkannya hingga ke dada agar tidak menampakan lekuk tubuh.45 Selain pemilihan karakter yang menutupi aurat, pemilihan kostum dalam bercosplay pun tidak dianjurkan untuk melakukan cross dress, yaitu anggota wanita hijab cosplay yang menggunakan kostum karakter pria dan sebaliknya. Seperti yang dikatakan Roma yang berperan sebagai wakil ketua 2 IOC episode UIN Jakarta, berikut: “Misalkan kalau dia nge-cosplay yang penting engga boleh ngebentuk banget. Ketika dia ngebikin kostum ya enggak boleh fit body khusus cewek. Ya maksudnya di hijab itu sendiri ngeconvertnya di share dulu gitu “gue nanti kayak gini, gimana? Ada perbaikan engga?” misalnya buatnya engga terlalu ketat, terus kalo couple harus sama mahrom. Engga 43
Hasil FGD pada tanggal 6 September 2016 di UIN Jakarta. Hasil FGD pada tanggal 6 September 2016 di UIN Jakarta. 45 Fatimah Mernissi, Wanita di dalam Islam:,terj, Yeziar Redianti (Bandung: Pusaka, 1991), h. 118. 44
98
boleh kalo tiba-tiba couple aja. Terus misal cross dress, cowok engga boleh kayak cewek, kalo cewek mau jadi cowok, aturannya auratnya harus tetep ketutup.” Sesungguhnya dalam hadits sahih telah terdapat larangan mengenai perempuan yang menyerupai laki-laki dan laki-laki yang menyerupai perempuan Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiallahu‘anhuma, beliau berkata : "Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki".46 (HR. Bukhari) Namun, sejauh penelitian ini berjalan. Anggota hijab cosplay IOC belum ada yang melakukan cross dress atau bisa disebut sebagai membalikan karakter. Lalu sebagai seorang muslimah yang bercosplay Tina, Dwi, Maya, Nada, Rifka dan Oci tidak merasa berlebihan dalam berpakaian atau berhias.seperti kutipan Mayya berikut: “berlebihan sih engga ya. Soalnya apa yang kita pakai udah sesuai aturan dalam islam. Kita bukan memakai pakaian yang terbuka, kita malah pakai yang menutup aurat. Jadi saya rasa itu engga berlebihan sih”47 Tidak berlebihan dalam berpakaian bagi wanita ialah tidak menarik peratian bagi lawan jenis dan tidak juga membangkitkan syahwat lawan jenis (tabarruj).48 Karena pada dasarnya kostum yang dipakai oleh cosplayer tidak juga menampilkan lekuk tubuh yang dapat membangkitkan syahwat dan juga tidak menerawang. Hijaab cosplayer sebisa mungkin memodifikasi kostum mereka dengan berbagai cara, bisa dengan baju manset, celana panjang, atau rok yang dipanjangkan dan baju yang dibuat lebih besar dari ukuran tubuh. 46
Abdul Halim Abu Syuqqoh, Kebebasan Wanita, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h.
47
Hasil FGD pada tanggal 6 September 2016 di UIN Jakarta. Abdul Halim Abu Syuqqoh, Kebebasan Wanita, h. 342.
373. 48
99
Tahap kedua, setelah membuat baju ke cosmaker dengan memperhatikan batasan-batasan dan saran yang sudah diterima dari anggota dan pengurus lainnya. Maka, cosplayer siap untuk tampil di depan umum dengan kostum yang sudah dimodifikasi agar pantas dipadukan dengan hijab sebagai pengganti wig. Pada tahap ini cosplayer akan berdandan sesuai dengan karakter asli. Disinilah kepekaan terhadap lingkungan dan teman sesama cosplayer di uji. Hijab cosplay IOC episode UIN memiliki cara untuk menjaga lingkungan selama bercosplay diantaranya mengumpulkan dan membuang sampah tisu sisa berdandan, bekas makan minum ke plastik yang biasanya selalu mereka sediakan selama bercosplay. Selain itu, bada memberikan tambahan mengenai cinta lingkungan saat dirinya sedang bercosplay “sejauh ini yang aku tahu temen-temen cosplayer cinta lingkungan kok, tiap kita abis kumpul kumpu kita beresin lagi tempatnya, kita juga kalau kumpul tetep menjaga ketertiban berusaha enggak mengganggu sekitar. Terus kita juga kadangan manfaatin limbah kertas untuk bikin weapon gitu”49 “kita kan hijab cosplayer dan kita muslim, kita tau kalau :annadhofathu minal iman” kalau kebersihan itu sebagian dari iman, ada sampah ya kita kumpulin dan kalau kita pindah dibuang dulu. Karena kita datang tempat itu bersih, jadi pas kita tinggaalin juga tempat itu harus bersih.”50 Timpal Mayya Selektif dalam memilih makanan yang halal dalam event yang mereka hadiri pun menjadi salah satu tindakan yang mereka pilih untuk menjaga identitas mereka sebagai muslimah yang taat bahkan pada makanan yang akan masuk kedalam tubuh mereka. Seperti yang terdapat dalam peraturan IOC besar, bahwa selama bercosplay, hijab cosplay IOC dianjurkan untuk menjaga jarak saat ada lawan jenis yang ingin meminta 49 50
Hasil FGD pada tanggal 6 September 2016 di UIN Jakarta. Hasil FGD pada tanggal 6 September 2016 di UIN Jakarta.
100
foto bersama mereka. Tahap ketiga setelah bercosplay ialah evaluasi. Apabila melanggar peraturan yang sudah dibuat oleh komunitas maka cosplayer bersangkutaan akan mendapatkan teguran dari pengurus dengan tiga tahap peneguran. Kartu kuning, kartu merah dan danger. Perilaku hijab cosplayer menghasilkan prraktik di lapangan dan pengaplikasian yang dilakukan oleh anggota hijab cosplay IOC episode UIN Jakarta. Berikut cara yang dilakukan oleh 6 anggota hijab cosplay IOC episode UIN dalam mempertahankan identitas mereka sebagai Muslimah. Dwi, Tina, Nada, Rifka, Oci dan Mayya berupaya memodifikasi kostum agar tetap berada pada koridor etika berpakaian dalam Islam yaitu busana yang menutup aurat dan tidak membentuk lekuk tubuh, Dwi menyatakan bahwa hijab jangan dibuat terlalu mirip dengan wig, hal itu tidak dianjurkan oleh komunitasnya karena menyamakan dengan rambut asli. Maka, hijab cosplay yang diperankannya memakai jilbab seperti biasa dan hanya
menambahkan
mengungkapkan
bahwa
aksesoris memakai
seperti
di
pakaian
karakter yang
aslinya.
besar
dan
Rosi tidak
menampakan lekuk tubuh sudah menjadi keseharian, dirinya akan merasa tidak nyaman apabila memakai busana yang terlalu ketat di badan. Berikut merupakan perbandingan antara karakter asli yang dicosplaykan dengan modifikasi kostum yang dilakukan anggota hijab cosplay IOC episode UIN Jakarta:
101
Gambar 4.13: (kiri) Dwi berhijab cosplay sebagai Shinoa Gambar 4.14: (kanan) Karakter shinoa Owari no Seraph
Gambar 4.15: (kiri) Tina berhijab cosplay sebagai Mitsuba Gambar 4.16: (kanan) google.com/ Mitsuba Owari No Seraph
Gambar 4.17: (kiri) Nada berhijab cosplay sebagai Mito Gambar 4.18: (kanan) Karakter Mito Owari No Seraph
102
Gambar 4.19: (kiri) Mayya berhijab cosplay sebagai Sayuri Gambar 4.20: (kanan) Karakter sayuri Owari No Seraph
Gambar 4.21: (kiri) Rosi berhijab cosplay sebagai Yukimi Gambar 4.22: (kanan) karakter Yukimi Owari No Seraph
Gambar 4.23: (kanan) Rifka berhijab cosplay sebagai Kotori Gambar 4.24: (kiri) Karakter Kotori anime Love Live
103
Selain itu, peraturan yang dibuat oleh IOC pusat dianggapnya melindungi anggota-anggota IOC terutama untuk anggota wanitanya. Peraturan IOC menurut Tina membantunya mempertahankan identitasnya sebagai seorang Muslimah dengan adanya kriteria bagi Muslimah yang akan bercosplay dan aturan lainnya seperti tidak diperbolehkannya berpacaran antar sesama anggota IOC, tidak diperbolehkan meledek maupun bercanda yang bisa menyakiti hati orang lain. Upaya lainnya yang dilakukan anggota untuk mempertahankan identitas sebagai seorang Muslimah ialah menjaga jarak dengan lawan jenis saat bercosplay maupun saat tidak bercosplay. Hal terpenting yang dilakukan oleh anggota hijab cosplay IOC episode UIN Jakarta dalam mempertahankan identitas mereka sebagai Muslimah yaitu menjaga wudhu dan melaksanakan sholat kapanpun mereka bercosplay. Hijab cosplayer mengambil wudhu terlebih dahulu sebelum menggunakan make-up dan terus menjaga wudhu mereka. Maya pun mengungkapkan dengan tegas mengenai dirinya yang selalu melaksanakan sholat walaupun dirinya sedang bercosplay. “Alhamdulillah selama bercosplay saya tidak meninggalkan sholat. Kalau make up yang luntur bisa diperbaiki, tapi kalau sholat ditinggalkan kan tidak bisa diperbaiki.” Sholat menciptakan pengalaman batiniah sekaligus fisik yang akan memberikan makna. Selain itu, solat juga memberikan pengalaman yang mendorong ke arah positif karena segala hal yang dilakukan berulang-ulang dan rutin akan mennciptakan kebiasaan dan pembentukan nilai. 51 Shalat adalah salah satu cara untuk menampung dorongan energi positif yang akan menghasilkan daya, semangat, energi, stamina dan kegigihan. Karena saat 51
Ary Ginanjar Agustian, ESQ (Emotional Spiritual Quotient), h. 283.
104
seseorang shalat itu berarti ia menyeimbangkan dan menyelaraskan hati, pikiran dan perasaanya dalam satu waktu yang akan menambah energi baru untuk mendorong dirinya agar berkarya dan mengaplikasikan pemikirannya ke dalam kehidupan nyata.52 Tujuan IOC mempublikasikan hijab cosplay di dalam UIN maupun di luar UIN yaitu sebagai saran berdakwah kreatif melalui hobi. Selain menekuni hobi menjadi cosplayer, IOC hijab cosplayer juga ikut berkontribusi dalam menyiarkan dakwah Islam untuk menutup aurat dan mengenakan hijab bagi perempuan Muslimah. Bahwa berjilbab bukan jadi penghalang untuk menekuni hobi, begitupun sebaliknya. IOC juga berusaha mengenalkaan Islam melalui hijab cosplay dan membuat cosplayer Islam lainnya tertarik juga terinspirasi untuk berubah dari cosplayer konvensional menjadi cosplayer yang tetap mempertahankan identitas mereka sebagai seorang Muslimah dengan cara tetap memakai hijab saat bercosplay. Sejauh ini, pengurus dan anggota merasakan bahwa hijab cosplay diterima baik di kalangan cosplayer lain dan masyarakat yang menyukai “jejepangan”. Dilihat dari apresiasi penikmat dengan meminta berfoto bersama, media yang meliput dan jurnal ilmiah yang membahasnya. Walaupun masih ada juga orang-orang yang memberikan sindiran maupun guyonan saat mereka sedang berhijab cosplay. Tetapi hanya ditanggapi dengan baik dan senyum saja oleh hijab cosplayer IOC UIN. Manusia yang dapat menyadari bahwa dirinya diciptakan oleh Allah dengan membawa sifat-sifat Allah untuk memberi kemajuan dan
52
Ary Ginanjar Agustian, ESQ (Emotional Spiritual Quotien), h. 285.
105
kesejahteraan dan selalu memupuk sifat-sifat tersebut agar tidak menjadi seorang yang kalah lagi gagal dalam hidupnya, maka akan menghasilkan motivasi yang besar untuk dirinya sendiri. Seseorang dengan motivasi yang tinggi dan sadar akan potensi diri tidak akan menyia-nyiakan peluang yang datang pada dirinya. Karena tantangan yang datang kepadanya menjadi ajang pembuktian atas kualitas dirinya. Bagi para anggota hijab cosplay didapati bahwa keaktifan mereka dilihat dan dihitung dari seberapa sering mereka datang dan ikut meramaikan menjadi hijab cosplay dalam event-event yang ada. Aspek kreatif yang mereka dapati yaitu kemampuan mereka dalam membuat senjata (palsu) dan aksesoris untuk bercosplay, meningkatkan kempuan modifikasi hijab dari tutorial di internet dan mendesain baju sendiri yang pantas dipadukan denga hijab. Sedangkan menurut mereka hijab cosplay sendiri sudah termasuk inovasi dalam hal bercosplay. Bagi pengurus, keaktifan anggota dilihat dari intensitas pertemuan dan kehadiran dalam berbagai event yang melibatkan IOC. Baik dalam project besar yang masuk dalam program IOC maupun kegiatan luar yang mengundang hijab cosplay IOC untuk ikut memeriahkan acara mereka. Kreatifitas anggota hijab cosplay IOC dapat dilihat dari kreatifitas anggotanya dalam membuat weapon (senjata), aksesoris cosplay sendiri dengan memanfaatkan barang-barang yang lebih terjangkau harganya dan ada di sekeliling mereka. Selain itu, anggota dan pengurus belajar memodifikasi dan mengkrasikan hijab untuk mendukung penampilan mereka saat bercosplay. Inovasi dalam berhijab cosplay dilihat secara nyata
106
dari kostum yang sebenarnya tidak layak untuk di cosplaykan dengan memakai hijab diubah agar layak dipadukan dengan jilbab bahkan dibuat tutorial hijabnya yang dibagikan untuk hijab cosplayer yang membutuhkan. Dari keenam hijab cosplay yang menjadi subjek penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa cara mereka mempertahankan identitas keislaman mereka dengan berbagai cara, seperti, menjaga jarak dengan lawan jenis, tidak menggunakan kaa-kata kasar, bergaya hidup sehat dengan makanmakanan yang halal, menjaga lingkungan sekitar dan yang terpenting ialah tetap berbusana sesuai dengan etika berbusana dalam Islam dengan tidak memamerkan aurat dan lekuk tubuh, tidak berlebihan dalam berbusana yang akan mengundang nafsu orang yang melihat, tidak berbusana menyerupai wanita bagi lelaki dan sebaliknya. Selain itu, hal wajib yang tidak mereka tinggalkan ialah menjalankan sholat 5 waktu dimanapun dan kapanpun.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan BAB I sampai dengan BAB IV mengenai konsep diri dan cara memepertahankan identitas keislaman anggota hijab cosplay IOC episode UIN Jakarta, penulis menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut: 1. Konsep diri anggota hijab cosplay IOC episode UIN Jakarta Ke enam anggota hijab cosplay yang mengikuti diskusi terarah diatas dihasilkan bahwa anggota hijab cosplay memiliki konsep diri positif walaupun ada beberapa yang menyatakan keraguan terhadap jawabannya. Namun, sebagian besar dari jawaban yang diberikan oleh keenamnya menunjukan sikap tegas terhadap penolakan akan dominasi kelompok
lain.
Penerimaan
terhadap
saran
yang
membangun.
Kepercayaan diri atas gaya, perilaku dan sikap yang mereka tunjukan saat bercosplay dan keyakinan bahwa dirinya tidak menyalahi aturan Islam maupun aturan bercosplay, juga keyakinan dapat memberikan pemahaman dann membuat masyarakat dapat menerima hijab cosplay. Motivasi atau dukungan dari keluarga dan teman-teman terdekat memberikan dorongan bagi keenam anggota yang menjadi subjek penelitian ini, untuk terus berkreatifitas dan menyalurkan hobi mereka untuk bercosplay. Karena menurut mereka, gaya bercosplay yang mereka bawa ke masyarakat tidak menyalahi batasan dalam bercosplay maupun agama
107
108
Tidak banyak tindakan atau kepribadian karakter dalam bercosplay ikut terbawa hingga kehidupan sehari-hari, dikarenakan karakter saat bercosplay memiliki perbedaan dengan karakter mereka sehari-hari. Hanya saja, kepercayaan diri dan menjaga citra diri saat anggota IOC berhijab cosplay, sedikitnya terbawa hingga keseharian mereka Konsep diri dapat dibentuk dan diubah seiring berjalannya waktu dan bertambahnya pengalaman, selain itu, lingkungan dimana anggota bersosialisasi juga berpengaruh terhadap konsep diri mereka. Tiga anggota yang menyatakan bahwa dirinya sebagai pribadi yang introvert pada kehidupan sehari-hari, nyatanya memiliki kepercayaan diri dalam menghadapi respon negatif dan persoalan penerimaan hijab cosplay di hati masyarakat dan tidak membuat mereka ingin berhenti menyebarkan trend positif sebagai hijab cosplay. Penilaian mengenai sifat introvert yang dimiliki oleh tiga anggota yang menjadi subjek penelitian oleh dirinya sendiri, nyatanya tidak disetujui secara penuh oleh teman dekat mereka yang memberikan penilaian terhadap karakter hijab cosplayer tersebut sehari-hari. Karena pada dasarnya karakter introvert yang ditunjukan oleh hijab cosplayer tersebut disebabkan oleh lingkungan yang tidak begitu mendukung untuk membuat keterbukaan sifat mereka dan mereka lebih memilih untuk terbuka dan menujukan sifat ceria juga humorisnya hanya pada teman dekat ataupun lingkungan yang membuatnya nyaman saja
109
2. Cara Anggota Hijab Cosplay Mempertahankan Identitas Keislaman Latar belakang dan tujuan hijab cosplay selain sebagai identitas bagi
komunitas
dan
diyakini
sebagai
cara
berdakwah
dan
menyebarluaskan tren positif mengenakan hijab melalui hobi. Hijab cosplayer IOC memiliki peraturan sendiri yang mengharuskan anggotanya, terutama yang bercosplay untuk menjaga identitas agamis yang mereka bawa. Diantaranya, menjaga jarak dengan lawan jenis, baik saat berada alam komunitas maupun sedang bercosplay. Tidak menggunakan kata-kata kasar saat berbicara dan memanggil dengan panggilan yang tidak disukai oleh orang tersebut, karena bagi cosplayer IOC mereka tidak hanya membawa kostum untuk ditampilkan saja tetapi membawa karakter baik sebagai seorang Muslimah. Menggunakan kostum yang menutup aurat dan tidak menunjukan lekuk tubuh cosplayer dan tetap menjalankan sholat kapan dan dimanapun mereka bercosplay Anggota maupun pengurus mengungkapkan bahwa keaktifan, kekreatifan dan keinovatifan dibuktikan dengan intensitas kehadiran anggota dalam setiap event dan keikutsertaan dalam project yang dibuat oleh komunitas. Lalu, kekeratifan dapat dilihat dari kostum modifikasi dan peralatan juga akseseris yang dibuat sendiri oleh anggotanya. Sedangkan, menjadi hijab cosplay sudah menjadi inovasi tersendiri untuk dunia hobi berkostum ini.
110
B. Saran Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian penulis terhadap konsep diri anggota hijab cosplay IOC UIN Jakarta dalam mempertahankan identitas keislaman. Penulis menyarankan agar: 1. Bagi IOC Episode UIN Jakarta, selama penelitian peneliti belum pernah melihat cosplayer IOC UIN yang menggunakan karakter asli Indonesia yang di cosplaykan pada acara yang dihadiri. Karena kita tinggal di Indonesia, mungkin sedikitnya karakter fiksi asli Indonesia juga ikut di cosplaykan. Selain itu IOC diharapkan dapat meningkatkan sosilalisai mengenai Hijab cosplay karena saat ini masih orang-orang tertentu saja yang mengetahui mengenai Hijab Cosplay. 2. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan melengkapi pembahasana mengenai hijab cosplay secara lebih luas. Tidak hanya di UIN saja dan menambahkan subjek penelitian agar lebih valid dan kaya informasi. Diharapkan penelitian selanjutnya juga menambah dan kembangkan mengenai teori identitas spiritual.
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Agus. PSikologi Sosial: Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan Empirik . Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2013. Agustian, Ary Ginanjar. ESQ (Emotional Spiritual Quotient. Jakarta : Penerbit Arga, 2005. Al-Jamal, Ibrahim Muhammad. Fiqih Wanita. Bandung : Gema Insani Press, 2002. Alwasilah, A. Khaidar. Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. cetakan ke-2. Jakarta : Pustaka Jaya, 2002. Arbi, Armawati. Psikologi Komunikasi dan Tabligh. Jakarta : Penerbit Amzah, 2012. Ardianto, Elvinaro. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung : Simbiosa, 2007. Arief, Ariesto Hadi Sutopo dan Andriana. Terampil Mengolah Data Kualitatif dengan NVIVO. Jakarta : Prenada Media Grup, 2010. Bahruddin. Paradigma Psikologi Islam. Yogyakarta : Penata Aksara, 2007. Dani, Indria Rusman. Pintar Membuat Abaya. Jakarta : Qultum Media, 2009. Frank Jefkins, Daniel Yadin. Public Relations. United Kingdom : Penerbit Erlangga, 2004. Gamble, T. Kwal. Communication Work. New York : The McGraw-Hill Companies, 2005. G. Cevilla, Convelo, dkk. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta : Universitas Indonesia. 1993. Ibrahim, Farid L. Perempuan dan Jilbab. Jakarta : Mitra Aksara Panaitan, 2011. Jenkins, Richard. Identitas Sosial. Medan : Bina Media Perintis, 2014. Kottak, Conrad Phillip. Mirror for humanity: A concise Introduction to Cultural Anthropology. New York : McGraw- Hill Companies, 2010. LittleJohn, Stephan. W. Teori Komunikasi. Jakarta : Salemba Humanika, 2009. Littlejohn, Stephen W. Encyclopedia of Communication Theory. Singapore : Saga Publication Inc, 2009. Lutfi, Ikhwan. Psikologi Sosial. Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009. McQuail, Dennis. Teori Komunikasi Massa. Jakarta : Penerbit Salemba Humanika, 2009. 111
112
Mernissi, Fatimah. Wanita dalam Islam. [trans.] Yeziar Redianti. Bandung : Pusaka, 1991. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005. Mulyana, Dedy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2008. Mutmainah, Nina. Psikologi Komunikasi. Jakarta : Universitas Terbuka, 1997. Nasrullah, Rulli. Komunikasi Antarbudaya di Era Media Siber. Jakarta : Kencana, 2012. —. Teori dan Riset Media Siber. Jakarta : Kencanaa media Grup, 2014. Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007. Ritzer & Goodman. Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Prenada, 2004. Sapuri, Rafy. Psikologi Islam: Tunyunan Jiwa Manusia Modern. Jakarta : Rajawali Press, 2009. Sarwono, Sarlito W. Psikologi Sosial. Jakarta : Penerbit Salemba Humanika, 2009. Shihab, M. Quraish. Jilbab Pakaian Wanita Muslimah. Jakarta : Lentera Hati, 2010. Sobur, Alex. Psikologi Umum. Bandung : CV Pusaka Setia, 2003. Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan. pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta, 2010. Sukmi, Sih Natalia. Konstruksi Identitas Pengguna Media yang Konvergen. Jakarta : FISIP Universitas Indonesia, 2013. Surtiretna, Nina. Anggun Berjilbab: Pakaian Wanita Muslimah. Bandung : Mizan, 1995. Syuqqoh, Abdul Halim Abu. Kebebasan Wanita. Jakarta : Gema Insani Press, 1997. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 1995. Upton, Penney. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Penerbit Erlangga, 2012.
113
Yulianita, DR. Neni. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung : P2U-LPPM UNISBA, 2007. PENELITIAN DAN JURNAL Indrizal, Edi. Diskusi Kelompok Terararh: Focus Group Discuussion (FGD), Prinsip-Prinsip Dan Pelaksanaan Di Lapangan. Fakultas Ilmu Politik dan Ilmu Sosial, Jurusan Antropologi. Universitas Andalas, Padang. Afiyanti, Yati. Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok Terfokus) Sebagai MetodePengumpulan Data Penelitian Kualitatif, Staf akademik keperawatan maternitas FIK UI. Jurnal Keperawatan Indonesia volume 12, nomor 1, Maret 2008. Venus, Antar dan Lucky Helmi. Budaya Populer Jepang di Indonesia: Catatan Studi Fenomenologis Tentang Konsep Diri Anggota Cosplay Party Bandung Jurnal Aspikom: Universitas Padjajaran, 2010. Hasanah, Noviy dan Meirisyah Eldinah. Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya; Profil Tiga Cosplayer pada Komunitas Sebagai Pembentuk Identitas Diri Remaja.. Program Studi Pendidikan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, 2015. F, Ramzielah Fidy. Komunitas Hijab Cosplay Gallery: Representasi Komunitas Subkultur Virtual di Indonesia, Tesis, S2 Kajian Sastra dan Budaya, Universitas Airlangga, Surabaya. ONLINE Aini, Nur. 2014. Definisi Cosplay dan Jenisnya. [Online] Mei 2014. [Cited: April 4, 2016.] http://galleryotaku.blogspot.co.id/2014/05/cosplay-definisisejarah-dan jenis.html Azhiim, Rizma Afian. 2015. Identitas dan Subjektivitas Budaya Populer Cosplay di Indonesia. [Online] November 2015. [Cited: Februari 16, 2016.] http://www.academia.edu/4240627/identitas dan subjektivitas budaya populer cosplay di Indonesia. Faqih, Al. 2011. Identitas Seorang Muslim. [Online] Agustus 2011. [Cited: Mei 11, 2016.] http://artikelalfaqihwarsono.blogspot.co.id/2011/08/identitas seorang muslim.html. IIUM, Forum Tarbiyah. 2011. Mengokohkan Identitas Keislaman. [Online] April 2011. [Cited: Mei 9, 2016.] Kliktarbiyah.blogspot.com/2011/04/mengokohkan-identitas keislaman.html?m=1. Indrawan, Angga. 2015. Republika Online. Inilah 10 Negara dengan Populasi Muslim Terbesar di Dunia. [Online] Mei 27, 2015. [Cited: Agustus 1, 2016.]
114
m.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam nusantara/15/05/27noywh5 inilah 10negara-dengan-populasi-muslim terbesar-di-dunia. Islamic Otaku Community. 2015. Sekilas Mengenai Islamic Otaku Community. [Online] Maret 2015. [Cited: Mei 14, 2016.] http://www.islamicotaku.com/2015/03/sekilas-tentang-islamic-otaku community.html. LOOP KITA. 2015. loop.co.id. [Online] September 17, 2015. [Cited: Mei 2016, 2016.] http://www.loop.co.id/articles/cosplay-bukan-sekedar-pakai kostum. LPM INSTITUT. Akulturasi Islam dan Jepang dalam IOC. [Online] [Cited: Juli 12, 2016.] Akulturasi Islam dan Jepang dalam IOC | LPMINSTITUT.COM - UIN JAKARTA. FGD DAN WAWANCARA Wawancara dengan kapten IOC episode UIN Jakarta, Isma. Pada tanggal 6 September 2016 di UIN Jakarta FGD pada tanggal 6 September 2016 di UIN Jakarta Wawancara langsung dengan Dwi saat photo session ke 2, tanggal 11 Juni 2016 di UIN Jakarta Wawancara langsung dengan Tina saat photo session ke-2, pada tanggal 11 Juni 2016 di UIN Jakarta Wawancara langsung dengan Nada saat photo session ke-2, pada tanggal 11 Juni 2016 di UIN Jakarta Wawancara langsung dengan Mayya saat photo session, pada tanggal 11 Juni 2016 di UIN Jakarta Wawancara langsung dengan Rosi saat photo session, pada tanggal 11 Juni 2016 di UIN Jakarta Wawancara dengan Aida ( Sahabat Dwi), pada tanggal 20 Juni 2016 Wawancara dengan Mega (Sahabat Mayya), pada tanggal 19 Juni 2016 Wawancara dengan Pipit (Sahabat Tina), pada tanggal 20 Juni 2016 Wawancara dengan Alifia (Sahabat Rifka) pada tanggal 17 September 2016 di acara IC Fest Wawancara dengan Ayu (Sahabat Nada), pada tanggal 20 Juni 2016
115
Wawancara dengan wakil kapten sekaligus sekretaris IOC episode UIN Jakarta, Zia. Pada tanggal 27 Juli 2016 DOKUMENTASI Dokumentasi Pribadi Anggota Komunitas Dokumentasi Pribadi Peneliti Google.com/Owari NoSeraphCosplay Google.com/CrossdressCosplay Google.com/tokusatsu Google.com/idolstar \cospaly
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA DAN FGD Pertanyaan penelitian yang disusun sebagai panduan wawancara untuk menggali informasi mengenai konsep diri dan identitas keislaman dari responden Hijab Cosplayer Islamic Otaku Community, antara lain: Pertanyaan Konsep Diri 1. Apakah anda meyakini akan nilai-nilai keislaman dan prinsip keislaman? (dalam hal ini berkaitan dengan etika berbusana bagi wanita) 2. Apakah anda bersedia mempertahankan untuk menjadi hijab cosplayer, walaupun menghadapi tekanan dari kelompok yang lebih kuat? 3. Apakah anda merasa berlebihan ataupun bersalah ketika menjadi hijab cosplayer? 4. Apakah anda merasa cemas dengan masa depan hijab cosplay? Apakah anda merasa bangga menjadi bagian dari hijab cosplay itu sendiri? 5. Apakah anda bisa mengatasi persoalan, apabila hijab cosplay belum mendapat tempat di hati masyarakat? 6. Apakah anda merasa setara atau sama dengan cosplayer-cosplayer lain saat anda sedang menjadi seorang hijab cosplayer? 7. Apakah anda merasa diterima oleh orang lain atau dianggap penting oleh orang lain saat sedang bercosplay? 8. Bagaimana respon dan sikap anda apabila menerima pujian dari orang lain saat sedang bercosplay? 9. Apa respon anda, apabila ada orang lain yang mengatur model cosplay yang anda pilih? 10. Apakah anda merasa bahagia dan puas ketika karater yang anda cosplaykan sesuai dengan impian anda? 11. Apakah anda menikmati menjadi hijab cosplayer (dalam berbagai kegiatan, persahabatan dan waktu luang)? 12. Apakah anda peka terhadap kebutuhan (gagasan/koreksi/saran/motivasi) yang dubutuhkan oleh teman anda sebagai sesama cosplayer? Pertanyaan Identitas Keislaman 1. Apakah cosplayer merasa bergaya hidup sehat dengan asupan makanan halal? 2. Apakah cosplayer termasuk orang yang cinta dengan lingkungannya? Contohnya? 3. Bagaimana cara anda mempertahankan menjadi hijab cosplayer profesional? 4. Bagaimana cara anda menjadi aktif, kreatif dan inovatif dalam bercosplay? 5. Apa upaya yang anda lakukan apabila ada orang yang mencaci maki karakter yang anda perankan?
6. Apakah tindakan dalam bercosplay yang terbawa hingga dalam kehidupan sehari-hari? 7. Bagaimana cara anda mengimbangi antara menjadi hijab cosplayer profesional sekaligus mempertahankan keislaman?
PEDOMAN WAWANCARA DAN FGD Pertanyaan penelitian yang disusun sebagai panduan wawancara untuk menggali informasi mengenai konsep diri dan identitas keislaman hijab cosplayer dari responden Pengurus Islamic Otaku Community, antara lain: Pertanyaan Konsep Diri 1. Apakah yang anda ketahui juga pahami mengenai hijab cosplay? Dimanakah perbedaan antar hijab cosplay dengan cosplay secara umum? 2. Bagaimana sikap dan tanggapan anda terhadap hijab cosplay? 3. Apakah niat yang dimiliki kelompok dalam mempublikasikan hijab cosplay? 4. Bagaimana cara dan upaya kelompok mempertahankan identitas keislaman anggotanya yang menjadi hijab cosplayer? 5. Batasan-batasan cosplay seperti apakah yang bisa berubah dan tidak bisa berubah saat menjadi hijab cosplayer? 6. Apakah menjadi hijab cosplayer merubah tindakan dan perilaku dari hijab cosplayer itu sendiri? Pertanyaan Identitas Keislaman 1. Bagaimana cara kelompok dalam mempertahankan menjadi hijab cosplayer profesional? 2. Bagaimana cara menjadi aktif, kreatif dan inovatif dalam bercosplay? 3. Apa upaya yang anda lakukan apabila ada orang yang mencaci karakter yang sedang diperankan oleh hijab cosplayer?
PEDOMAN WAWANCARA DAN FGD Pertanyaan penelitian yang disusun sebagai panduan wawancara untuk menggali informasi mengenai konsep diri dari responden Sahabat anggota IOC, antara lain: 1. Apakah yang anda ketahui juga pahami mengenai hijab cosplay? Dimanakah perbedaan antar hijab cosplay dengan cosplay secara umum? 2. Bagaimana sikap dan tanggapan anda terhadap hijab cosplay? 3. Dampak seperti apakah yang ditimbulkan dari munculnya hijab cosplay? 4. Bagaimanakah karakter (subjek) dalam kehidupan sehari-hari? 5. Adakah tindakan (subjek) saat bercosplay yang terbawa hingga kehidupan sehari-hari?
Tabel 4.5 Karakteristik Konsep Diri Positif Berdasarkan Modifikasi Hamachek1
1
2
3
4
5
6
1
Pertanyaan
Nada
Dwi
Tina Maya
Rosi
Rifka
Apakah anda meyakini akan nilainilai keislaman dan prinsip keislaman? (dalam hal ini berkaitan dengan etika berbusana bagi wanita) Apakah anda bersedia mempertahankan untuk menjadi hijab cosplayer, walaupun menghadapi tekanan dari kelompok yang lebih kuat? Apakah anda merasa berlebihan ataupun bersalah ketika menjadi hijab cosplayer? Apakah anda merasa cemas dengan masa depan hijab cosplay? Apakah anda merasa bangga menjadi bagian dari hijab cosplay itu sendiri? Apakah anda bisa mengatasi persoalan, apabila hijab cosplay belum mendapat tempat di hati masyarakat? Apakah anda merasa setara atau sama dengan cosplayercosplayer lain saat anda sedang menjadi seorang hijab cosplayer?
YA
YA
YA
YA
YA
YA
YA
YA
YA
YA
YA
YA
TD
TD
TD
TD
TD
TD
TD
TD
TD
TD
TD
TD
YA
YA
YA
YA
YA
YA
YA
YA
R
YA
YA
YA
hasil FGD yang dilakukan pada 11 September 2016.
7
8
9
10
Apakah anda merasa R diterima oleh orang lain atau dianggap penting oleh orang lain saat sedang bercosplay? Apakah anda merasa YA bahagia dan puas ketika karakter yang anda cosplaykan sesuai dengan impian anda?
YA
YA
YA
YA
YA
YA
YA
YA
YA
YA
Apakah anda YA menikmati menjadi hijab cosplayer (dalam berbagai kegiatan, persahabatan dan waktu luang)? Apakah anda peka YA terhadap kebutuhan (gagasan/koreksi/sara n/motivasi) yang dubutuhkan oleh teman anda sebagai sesama cosplayer?
YA
YA
YA
YA
YA
YA
R
YA
R
R
Tabel 4.6 Sikap dan Tindakan Anggota Hijab Cosplay IOC Episode UIN No Pertanyaan 1
2
3
Nada
Apakah cosplayer YA merasa bergaya hidup sehat dengan asupan makanan halal? Apakah cosplayer YA termasuk orang yang cinta dengan lingkungannya? Apakah tindakan YA dalam bercosplay yang terbawa hingga dalam kehidupan sehari-hari?
Dwi
Tina Maya
Rosi
Rifka
YA
YA
YA
YA
YA
YA
YA
YA
YA
YA
TD
YA
YA
TD
YA
K
K
TRANSKRIP HASIL FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) Narasumber: 1. Zuhroh Annada
(Fakultas Syariah dan Hukum/ Perbankan Syariah)
2. Nabilah Sumayyah
(Fakultas Adab dan Humaniora/ Ilmu Perpustakaan)
3. Astina Riyana
(Fakultas Tarbiyah/ Manajemen Pendidikan)
4. Dwi Rahmah Najiibah(Fakultas Dakwah dan Komunikasi/ Jurnalistik) 5. Rifka Miftahul Aini
(Fakultas Sains dan Teknologi/ Matematika)
6. Rosiana Pratama Efendi (Fakultas Dakwah dan Komunikasi/ KPI) Waktu dan Tempat
: 6 September 2016/ Student Center
Pertanyaan Konsep Diri 1. Apakah anda meyakini akan nilai-nilai keislaman dan prinsip keislaman? (dalam hal ini berkaitan dengan etika berbusana bagi wanita) OCI: iya, soalnya di IOC kayak ada rulesnya, ada peraturannya sendiri. walaupun kita cosplay, kerudung itu harus menutupi dada, walaupun bercosplay juga kita engga boleh melanggar peraturan-peraturan keislaman itu sendiri. DWI: kalo menurut aku sih iya. Soalnya kan dalam IOC sendiri itu banyak banget larangannya, misalnya engga boleh anime yang echi atau anime yang terbuka. Jadi tuh kita harus cati anime yang aman-aman, yang udah tertutup rapat jadi kita cosplaynya engga usah di vermak-vermak lagi. RIFKA: kalo menurut saya, dalam islam sendiri itu kan wanita memang diwajibkan untuk menggunakan hijab dengan menutup aurat. Nah, walaupun kita otaku tapi kita mau cosplay. Jadi kita harus tetap menutup aurat juga. Engga yang buka-tutup gitu. Kalo misal masalah kostum, misalnya di karakter itu dia terbuka contoh rok mini, ya kita akalin aja, misalnya roknya jadi panjang. TINA: tentu saja saya meyakininya, terlebih lagi saat cosplay kita memilih dari awal akan memakai karakter yang seperti apa. Kalau mau memilih karakter yang terbuka, pasti akan dipikir berulang kali untuk mengcosplaykannya. NADA: ya, saya nilai-nilai dalam etika berbusana, namun bukan berarti dalam berbusana kita harus mengikuti tradisi orang arab, karena indonesia memiliki ciri khas berbusana sendiri. 2. Apakah anda bersedia mempertahankan untuk menjadi hijab cosplayer, walaupun menghadapi tekanan dari kelompok yang lebih kuat?
OCI: kepercayaan diri masing-masing aja sih, jdi kita hijab cosplay juga engga sendiri, bareng teman-teman. Saat teman-teman percaya diri, kita juga jadi ikutan percaya diri. Mau orang ngomong apa juga, kita tutup kuping, toh kita juga engga menyalahi aturan apapun. Kita hijab cosplay tetap dalam aturan islami dan kita engga merugikan mereka, engga merugikan siapapun jadi kita biasa aja DWI: kalo saya sendiri waktu itu pernah ada yang ngjudge juga. Pernah ada yang bikin postingan-postingan negatif. Tekanannya sih biasa aja. Karena kitta berpikir, ini hobi saya, dan saya bisa kok memisahkan yang mana agama yang mana hobi saya. Jadi tenang aja, engga perlu dibesarin, kita juga udah sadar kok. RIFKA: mereka itu kan haters ya, dia lagi mengumbar-umbar keburukan kita. Anggap aja dia lagi promosiin kita, jadi semacam promosi gratis gitu kan. Kalo masalah dijelek-jelekin gitu, misal yang jelek-jelekin non islam, ya pegangannya ya “la kum diinukum wa liyadin”. MAYA: aku memilih jadi hijab cosplayer karena itu pilihan akku. Mereka engga berhak marah-marah atas pilihan aku TINA: insya Allah bersedia. Kalau disini (FLAT) baru tahu kalau saya ikut cosplay dan mereka bilang kalau saya di IOC lebih terhormat, lebih dihargain. Kalau di organisasi lain (FLAT) mereka udah tahu banget aku kayak gimana, jadi udah akrab banget. Kalau di IOC saat cosplay merasa dihargainnya dengan mereka nyebut kalau kita itu cosplayer NADA: iya, karena perempuan muslim wajib berhijab, dan bercosplay adalah hobi saya, saya tidak akan berhenti menekuni hobi hanya karena tekanan kelompok lain 3. Apakah anda merasa berlebihan ataupun bersalah ketika menjadi hijab cosplayer? OCI: engga merasa berlebihan, kan yang kita pakai kostumnya bukan yang membuka diri ataupun buka-bukaan banget gitu. Emang udah tertutup, misalnya itu rok mini yaa roknya dipanjangin. DWI: kalo berlebihan sih engga. Soalnya kan kita udah sadar sendiri karakternya seperti itu. Misal ada orang yang bilang “ih berlebihan banget, masa
roknya dipanjang-panjangin”, kita sih nanggapinnya “yaudah terserah kamu, ini kan gaya cosplay saya. Dan saya tidak menyalahi aturan dalam islam.” RIFKA: engga berlebihan sih, malah ngerasa seneng banget karena hijab cosplay. MAYA: berlebihan sih engga ya. Soalnya apa yang kita pakai udah sesuai aturan dalam islam. Kita bukan memakai pakaian yang terbuka, kita malah pakai yang menutup aurat. Jadi saya rasa itu engga berlebihan sih TINA: kadang ada perasaan begitu. Tapi kalau saya, kalau mau cosplay ya milih-milih gitu juga karakternya yang sesuai dan background dari karakternya engga nyeleneh juga. Jadi saat orang lain melihat kita cosplay dengan hijab tidak memandang dengan tatapan yang terlalu aneh. Yaa walaupun ada guyonanguyonan yang bilang langsung bakalan bilang karakter yang sedang kita cosplaykan dengan versi pakai “gamis”. Tapi after all, engga ngerasa berlebihan sih. NADA: menurut saya tidak berlebihan karena saya hanya mengganti wig dengan jilbab, saya merasa bersalah jika kostumnya kurang totalitas seperti engga ada weapon atau senjata kurang maksimal terus warna kostum engga mirip seperti di anime 4. Apakah anda merasa cemas dengan masa depan hijab cosplay? Apakah anda merasa bangga menjadi bagian dari hijab cosplay itu sendiri? OCI: oh engga cemas, solanya hijab cosplay jadi sesuatu yang unik. Jadi kita malah bersemangat untuk membuat hijab cosplay sebagi suatu trending fasihion tersendiri. Dan tentunya bangga menjadi hijab cosplay, karena jarang ada dan kita yang mempelopori DWI: kalo cemas sih engga, soalnya kan dari kepercayaan diri kita sendiri. misalnya kalo kita udah ada orang ang ngejudge kita tutup kuping, jadi dibawa santai aja. Kalo bangga pasti, apalagi kalau lagi dalam event-event gitu terus ada yang bilang “eh liat deh ada yang syariah”, tapi mereka bukan ngatain kita tapi malah minta foto sama kita. Jadi agak bingung sih, tapi ikutin aja. RIFKA: mungkin kalau untuk para cosmaker hijab cosplay dapat menambah penghasilan mereka sih, banyak cosplay hijab yang mesan baju ke mereka. Bahkan saya sendiri ingin belajar bikin costum.
MAYA: aku sih engga cemas yaa. Tapi justru kita bisa ajak teman-teman yang tidak berhijab untuk mencoba hijab cosplay. Lama-lama mereka akan ikut hijab beneran. Terus kita kan menyebarkan syiar islam juga, jadi biar sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Yaa pencapaiannya sekaligus, hobinya dapet dakwahnya juga ada. TINA: kalau menurut saya, hijab cosplay sudah mulai terangkat, tidak dipandang sebelah mata lagi dan udah banyak yang kreatif juga dengan pakai hijab cosplay. Bangga juga menjadi hijab cosplay, tapi kalau di lingkungan UIN sendiri sih masih agak malu untuk memperkenalkan diri sebagai cosplayer, karena sedikit pesimisi dan takut diejek tapi kenyataannya mengga diejek juga. Sekarang sih mencoba untuk engga malu. NADA: saat ini saya tidk cemas, karena semakin banyak yg bisa menerima hijab cosplay selain itu sudah banyak teman teman yg tertarik juga untuk berhijab cosplay. Tentu saya bangga karena bisa menikmati hobi tanpa harus keluar dari nilai nilai islam. 5. Apakah anda bisa mengatasi persoalan, apabila hijab cosplay belum mendapat tempat di hati masyarakat? OCI: tergantung seleera masyarakat masing-masing yaa. Jadi mereka memiliki pendapat yang berbeda-beda ada yang suka ada yang engga. Toh waktu pertama kita cosplay banyak yang minta foto. Berarti alhamdulillah kita diterima baik di masyarakat. DWI: kita ngajak dan memperkenalkan budaya kita aja sih, terutama karena mayoritas kita islam jadi mencampurkannya dengan budaya jepang. Islam kan identik dengan baju panjang, sopan, kita ikutin syariat islam. Sekaligus kita memperkenalkan pada masyarakat yang belum tahu. RIFKA: tanya ke orang terdekat dulu, mereka tahu cosplay atau tidak. misal mereka bilang “tahu” terus bilang deh kalau kita cosplay hijab, lalu jelasin cosplay hijab itu apa, lama-lama mereka jadi mengenal dan menerima hijab cosplay itu sendiri. MAYA: semua orang punya selera masing-masing, kalau mereka belum bisa terima ya engga apa-apa yang penting kita udah ngasih pemahaman kalau
hijab cosplay itu seperti ini. kalau mereka bisa terima ya alhamdulillah, kalau mereka belum bisa terima yasudah itu hak mereka TINA: secara umum sih kalau menurut saya biar bisa diterima di masyarakat yaa dengan nunjukin prestasi. Kalau hijab cosplay dan untuk orang yang paham dengan cosplay tunjukin kalau kita tidak OUT OF CHARACTER NADA: ya tentu, dengan meyakinkan lingkungan sekitar tentang hijab cosplay dan dibantu teman-teman dari komunitas, saya yakin suatu saat nanti hijab cosplay akan mendapat tempat dihati seluruh masyarakat dan penikmat jejepangan 6. Apakah anda merasa setara atau sama dengan cosplayer-cosplayer lain saat anda sedang menjadi seorang hijab cosplayer? OCI: kita engga pernah dapet diskriminasi kalo untuk masalah cosplay hijab maupun cosplay konvensional. Sewaktu cosstreet, lomba ataupun tampil kita punya hak yang sama dengan cosplayer-cosplayer lainnya DWI: kita sama sih dengan cosplayer-cosplayer lainnya. Contohnya aja dalam event ennichisai kemarin, panitianya malah nyuruh kita untuk naik ke atas panggung, kita kan hijab apa bisa diterima? Ternyata respon yang bagus tuh banyak. Pas naik ke atas panggung tuh udah seru jadi kita ngerasa setara dengan yang lainnya RIFKA: setara aja. Tapi pandangan orang kan beda-beda sesuai kreasinya sendiri. kayak semakin bagus kreasinya, semakin unik semakin tinggi antusias di masyarakat dan otaku-otaku yang lain MAYA: setara. Karena kita sama-sama cosplayer Cuma bedanya kita pakai hijab. Ya mungkin mentalnya saja yang masih beda, perlu ditingkatin lagi. TINA: kalau dimata orang secara umum dan belum terbiasa dengan hijab cosplay itu masih banyak komentar negatif, jadi masih agak sedikit terhina. Tapi kalau sama teman-teman di lingkungan hijab cosplay kita sangat dihargaian dan malah merasa lebih tinggi dari cosplay lain. Yaa tergantung lingkungan sih. NADA: kalau dalam bercosu saya merasa sama dengan cosplayer lain,sama-sama memerankan karakter dari suatu anime, sama sama menghayati karakter, sama sama berusaha totalitas. Yang membedakan disini saya muslim saya tidak bisa meinggalkan kewajiban saya untuk berhijab. Oleh karena itu saya
berjilbab, saya tidak merasa dengan berjilbab maka pribadi saya lebih baik dari cosplayer lain. Saya menyadari bahwa saya juga manusia yangg tidak sempurna, setidaknya dengan berhijab cosplay saya bisa menjaga diri agar tidak lupa dengan nilai islam. 7. Apakah anda merasa diterima oleh orang lain atau dianggap penting oleh orang lain saat sedang bercosplay? OCI: ya masih tergantung responnya di masyarakat. Misalnya mereka suka kita ya kita dianggap spesial, dengan minta foto. Terus misal mereka engga suka samakita, belum diterima, ya itu hak mereka kita engga bisa maksa juga. DWI: merasa diterima sih iya. Tapi kalau dianggap penting sih biasa aja. Pasti orang-orang lebih mentingin yang mirip banget dengan karakternya. Ya kalau kita sih karea pakai hijab seperti ini, diterima alhamdulillah. Tapi belum merasa dipentingkan RIFKA: diterima dan dianggap penting itu biasanya di event-event komunitas islam gitu, biasanya kita selalu diundang, hijab cosplay selalu diundang untuk ikut dalam parade di cfd atau di UIN. Jadi merasa penting kita tuh MAYA: saya merasa diterima melihat dari antusias yang kemarin kita di event ennichisai. Dianggap penting sih mungkin bukan kitanya, tetapi hijab cosplay secara keseluruhan. Seperti nanti akan ada acara hijab solidarity, disitu akan mengundang hijab cosplayer juga, nanti kita akan parade dan berkeliling membagi-bagikan hijab TINA: yaa ngerasa. NADA: sejauh ini sih saya merasa diterima aja ya. Soalnya pas ngecosu tuh gak cuma satu atau dua orang yangg minta foto tapi banyak sampai cape. Selain itu temen temen hijab cosplay juga banyak diundang untuk meriahkan acara, kayak acara ihsd itu loooh lupa panjangannya, terus kemaren juga kita diundang di acara seminar tentang jejepagan di kampus. Terus baru kemaren tgl 6 kalo tidak salah diundang buat meriahin pawai untuk pembukaan acara ICFest kampus. Saya tidak ikut tapi hahaha hiatus dulu mau nyekrip 8. Bagaimana respon dan sikap anda apabila menerima pujian dari orang lain saat sedang bercosplay?
OCI: kalau dapet pujian kita seneng, kita syukurin aja. Kita juga kan bukan model yang benar-benar dibayar. Biasanya kita bilang “makasih” engga berlebihan juga. Senengnya dalam hati DWI: senengnya banget, dapet energi positif. Saat ada yang bilang cantik dengan menggunakan cosplay hijab, seneng aja. RIFKA: dipuji atau engga kan hak mereka ya. Saya kkan sering upload foto di instagram pake hastag, banyak orang luar negeri yang komen “nice” atau “awesome” ya kita jadi bangga sendiri. kadang di repost sama akun cosplayer indonesia, yaa jadi seneng banget. MAYA: ya kalau dipuji Alhamdulillah. Tapi jangan karena kita dipuji jadi ngerasa kayak diatas angin, karena ada yang muji dan ada juga sebagian orang yang engga suka sama kita. Jadi kita harus tetap bersyukur TINA: senang sih kalau dipuji. Kalau saat dipuji bersikap sewajarnya aja dengan bilang “terima kasih” gitu aja sih NADA: namanya juga dipuji ya seneng, dan makin semangat buat ngecosu chara lain. 9. Apa respon anda, apabila ada orang lain yang mengatur model cosplay yang anda pilih? OCI: kita terima saran, misal kita engga cocok cosplay ini tapi cocoknya karena karakter asli kita seperti ini maka cocoknya seperti ini. ada yang saran kayak gitu. Kalau misalnya kita masih suka saran mereka ya kita ikutin, tapi misalnya kita tetep engga suka ya kita bisa pikir ulang, salahnya dimana. Apa salah di karakter animenya atau di karakter kita sendiri, atau di desain bajunya. Jadi kalau misalnnya seperti itu kita lihat dari berbagai sisi. Sejauh ini pada saat milih karakter sih diterima-terima aja, belum ada yang protes. DWI: di IOC sendiri kan ada rulesnya. Jadi kalau mau cosplay nanya dulu, kalau karakter tersebut boleh atau engga, kalau misalnya engga boleh atau kurang baik ya lebih baik engga di cosplaykan. Terus ganti, tapi dikasih saran untuk kostumnya untuk dipanjangin dikit kalau udah dapet persetujuan baru deh ke cosmaker. RIFKA: awalnya aku tuh cosplay yang bajunya kayak gaun gitu, terus cosplay ke dua aku pakai kostum yang potongan atas dan bawah. Ada teman yang
komentar, kalau aku lebih bagus pakai yang gaun, karena lebih anggun. Tapi menurut aku, sesuai sama diriku sendiri sih, aku ngeliat dari bajunya lucu atau engga, ngeliat karakternya, sifatnya baik atau engga, kalau engga baik ya engga aku pilih MAYA: dia mengatur pasti ada alasannya kan, karena saat kita bercoplay kan mereka yang lihat. Mungkin mereka melihatnya engga cocok atau kurang, yaudah kita terima saran. Kalau misal kita engga suka dengan sarannya, kita buat bagaimana pendapat dia dengan pendapat kita dapat disatukan TINA: kalau sudah milih karater kan itu tergantung dari kita, sukanya yang mana, cocoknya yang mana. Ehm.. kalau diatur banget sih engga suka tapi kalau misalnya diusulkan dan diberi masukan lebih cocok yang mana, itu bisa saya terima. Dan kalau “dia” mau mengatur cara saya makai hijab, misal “dia” ngajarin yaa saya terima aja. Tapi kalau ternyata saya sudah bisa dan yang dia ajarkan ternyata tidak lebih bagus saya lebih milih megatur sendiri. lebih selektif aja NADA: kalo ngaturnya buat kebaikan sendiri sih seneng banget itu artinya kan kita dibimbing biar engga salah. Tapi kalo ngaturnya sok-sokan gitu atau engga bener gitu ya paling engga di dengerin 10. Apakah anda merasa bahagia dan puas ketika karater yang anda cosplaykan sesuai dengan impian anda? OCI: jadi sekiranya kita cocok. Hampir mirip, engga mungkin banget kalau mirip. Seneng apalagi kalau liat bajunya cosplay yang lucu-lucu dan bagusbagus. Jadi, kalau bajunya bagus kita jadi percaya diri gitu makainya. DWI: bahagia dan puas pati dan tentunya. Karena kita udah mengeluarkan banyak biaya untuk bikin kostum dan beli aksesoris. Bagngga, puas terus disandingin dengan cosplay karakter kita, diedit dan di share. RIFKA; puas atau engganya sih tergantung kostumnya. Misalnya desainku roknya agak ngembang eh pas udah jadi ternyata engga ngembang. Itu bikin sedikit kecewa sih tapi harus diterima aja. Tapi kalo misalkan ada yang cosmakernya kerjanya maksimal banget. Itu seneng banget. MAYA: yang pasti bahagia. Kita hijab cosplay dilihat dari kostumnya sendiri. kalau kostumnya udah “fua-fua” banget atau udah “wow” banget tinggal
kita sendiri bagaimana mengkombinasikan hijab dan make upnya. Yang pasti seneng banget. TINA: ya banget! Pasti seneng banget. NADA: puas banget....bahagianya sampe gabisa diungkapin dengan kata kata. 11. Apakah anda menikmati menjadi hijab cosplayer (dalam berbagai kegiatan, persahabatan dan waktu luang)? OCI: menikmati setip event. Tapi ada saatnya kita cape juga, dimana saat kita mau keliling di event tapi engga bisa keliling karena kecegat sama temantteman yang suka sama kita dang ngajak foto-foto. Lellah juga mungkin, karena harus memaksakan senyum setiap ada yang ngajak foto DWI: menikmati banget. Tapi dalam arti kata menikmatinya ingin ngeliat orang bahagia saat melihat kita gitu RIFKA: saya menikmati. kalau mau pergi kemana-mana event bilang sama orang tua kalau ada acara. Orangtua tau banget kalau aku cosplay, jadi bilang aja mau ngisi acara. MAYA: menikmati. Karena saat kita terjun menjadi hijab cosplay kita sudah menentukan kalau kita memang mau hijab cosplay. TINA: kalau dalam pertemanan menikmati. Sebenarnya lebih menikmati menjadi hijab cosplay soalnya kita lebih tertutup dan tidak terekspos. Sama aja seperti kalau berhijab sehari-hari NADA: ya menikmati banget, kegiatannya seruu, temen-temennya asik asik, kalau kumpul juga pas banget waktunya cuma kadang males aja berangkat dari rumahnya. Tapi pas ketemu atau kumpul mah hilang malesnya 12. Apakah anda peka terhadap kebutuhan (gagasan/koreksi/saran/motivasi) yang dubutuhkan oleh teman anda sebagai sesama cosplayer? OCI: lebih sering dalam hal make up yaa kalau itu. Mungkin kita lebih membantu satu sama lain. Yang engga bisa pakai make up ya diratain, kalau engga bisa pakai alis ya kita pakaikan. Terus apalagi yang engga bisa pakai hijab, soalnya hijabnya kan beda, butuh penanganan khusus, susah dipakai sendiri. jadi kita saling membantu aja satu sama lain. Saling support. Terus kita sering bareng, jadi kita harus kompak.
DWI: kita saling mengingatkan aja sih. Misal ada barang atau aksesoris yang belum punya, terus kita ngumpulin uang untuk beli. Selain itu soal make up soalnya kan ribet dan beda dengan make up sehari-hari, jadi yang lebih mengerti akan ngasih tau cara yang benar dalam make up karakter. Di IOC sendiri ada IOC cantik, dia akan ngasih tutorial untuk make up dan pakai hijab. Mereka dateng kalau kita butuh, kita akan dipinjamkan alat-alat make up punya mereka untuk belajar RIFKA: biasanya aku sih yang lebih ngeberatin mereka. Kayak misalnya “jarum pentul” aku suka banget lupa bawa dan mereka yang akan pinjemin ke aku. Kalau aku bantuinnya kalau ada yang mita tolong ke aku. MAYA: tergantung orang-orangnya sih. Kalau aku hanya sekedar mengingatkan saja, misall aksesorisnya sudah lengkap atau belum. Misal belum ada ya aku bantu belikanan atau subsidikan. TINA: misalnya saya lagi engga ngelihat teman-teman yang cosplay dan dia lagi butuh bantuan, kadang saya engga peka. Jadi harus ada yang nanya atau misal saya secara langsung ngelihat dia kesusahan, baru saya bantu. Itupun kalau saya melihat secara langsung. Tapi kalau saya lagi engga merhatiin dia dan dia engga minta tolong juga yaa saya engga bisa apa-apa. NADA: Mungkin kadang saya lebih suka mengkoreksi dalam berhijabnya, soalnya tuh kan suka ada tuh yang hijabnya masih berantakan atau jilbabnya kependekan gitu. Pertanyaan Identitas Keislaman 1. Apakah cosplayer merasa bergaya hidup sehat dengan asupan makanan halal? OCI: kalau makan yang setau kita makanannya engga harus label halal sih tapi kita tahu komposisinya tidak ada yang haram aja. Kita kan makan biasanya bareng-bareng gitu, jadi untuk label halalnya diyakini aja. Soalnya kan temanteman yang lain juga ikutan makan. MAYA: kalau makanan jepang yang di Indonesia, kan Insya Allah ini di Indonesia yaa yang haram tuh tabu banget disini. Jadi bisanya makanan yang komposisinya daging babi diganti dengan dengan danging ikan atau daging ayam. Liat komposisinya juga kalo makan-makanan apalagi yang dari luar negeri gitu
DWI: untuk makanan yang baik dan halal sih, banyak temen juga yang sering beli makanan langsung dari jepang dan makan bareng. Emang sih engga ada label halalnya juga, pas dilihat komposisinya ternyata ada alkoholnya. Pernah engga tau dan nyoba-nyobain aja saat itu. Sekali itu aja sih, engga lagi. Takut dosa. RIFKA: aku sih liat dulu dari komposisinya, terbuat dari apa aja. Misalnya terbuat dari minyak babi, yaa engga usah dimakan. TINA: kita selektif aja sih untuk diri sendiri. soalnya kan kita udah ngerti peraturan dalam islam mengenai makanan, jadi pili-pilih lah mana yang halal dan mana yang tidak boleh. Jangan beli yang macem-macem juga NADA: sejauh ini sih kayaknya saya makan makanan halal terus, soalnya jarang jajan di restoran yang make bahasa asing gitu hampir engga pernah malah paling cuma sekali dua kali. Seringnya makan di warteg. 2. Apakah cosplayer termasuk orang yang cinta dengan lingkungannya? Contohnya? OCI: kita pasti menjaga lingkungan tempat kita ngecosplay. Kalau kita buang sampah dan berantakin tempat sehabis make up, terus kita kumpulin dalam plastik dan buang ke tempat sampah. Ya walaupun sewaktu make up berserakan dimana-mana tapi kalau sudah selesai ya kita bereskan kembali semuanya DWI: kadang aku suka lupa, buang tisu sembarangan. Kadang teman ingetin buat buang sampah milik sendiri. yaa saling ingetin aja sih, solanya kan aku orangnya suka lupa, kadang bahkan botol minum sering ketinggalan RIFKA: kalau aku misalnya selesai dandan yang membutuhkan tisu, pasti aku simpan di dalam tas. Terus masalah kalau lagi ngumpul-ngumpul di event, kita pasti sedia plastik sampah untuk mungutin kembali sampah di sekitar situ. MAYA: kita kan hijab cosplayer dan kita muslim, kita tau kalau :annadhofathu minal iman” kalau kebersihan itu sebagian dari iman, ada sampah ya kita kumpulin dan kalau kita pindah dibuang dulu. Karena kita datang tempat itu bersih, jadi pas kita tinggaalin juga tempat itu harus bersih. TINA: sedikit peka. Kadang kalau sampah orang lain saya akan nyuruh orang itu untuk membuang sampahnya sendiri. tapi kalau dia engga mau buang, ya saya yang buang.
NADA: sejauh ini yang aku tahu temen-temen cosplayer cinta lingkungan kok, tiap kita abis kumpul kumpu kita beresin lagi tempatnya, kita juga kalau kumpul tetep menjaga ketertiban berusaha enggak mengganggu sekitar. Terus kita juga kadangan manfaatin limbah kertas untuk bikin weapon gitu. 3. Bagaimana
cara
anda
mempertahankan
menjadi
hijab
cosplayer
profesional? RIFKA: kan ada hijab cosplay yang dia Cuma pakai daleman ninja doang, terus dia pakai wig llagi. Nah dia itu menurutku kurang profesional, soalnya dia cosplaynya setengah-setengah. Maksudnya dia ingin cosplay hijab tapi dia tetap pakai wig. Auratnya tetap kelihatan, kalau misalnya hijab cosplay kan tetap menutup aurat, dada tertutup, bagian kakai bisasanya celana dibuat longgar. Kalau hijab kurang profesional, biasanya mereka hanya pakai legging atau stocking dan roknya pendek. Ih sebal banget lihatnya. MAYA: banyak juga hijab cosplay yang dia pakai daleman ninja dan hijabnya sudah dibentuk-bentuk tapi hijabnya tidak menutupi dada, tidak sesuai dengan anjuran islam. Nah kalau kita tetap sesuai dengan syariat namun berusaha agar karakter yang kita cosplaykan keluar (all out) OCI: aku belum tahu profesinalnya hijab cosplay tuh seperti apa dan batasan-batasannya juga DWI: pasti hijab cosplay ada aja yang kritik untuk buat hijabnya semacam rambut. Kalau begitu sekalian aja kita pakai wig, tapi kita tidak maau seperti itu. Makanya kita pakai hijab seperti biasa, tinggal memakai aksesooris. Dan menurut kapten IOC IUN jangan terlalu mirip dengan wig, karena itu tidak dianjurkan banget. Alasannya kerena terlalu dimirip-miripkan dengan rambut asli. TINA: kalau saya, dari diri sendiri misal pakai hijab yang tidak menutupi dada agak merasa engga nyaman. Nah kalau kita cosplay dan berhijab, itu kan dipandang oleh orang lain baik yang islam maupun yang non-islam. Misal dia islam dan mengerti agama, saat melihat hijab cosplay tapi malah hijabnya pendek jadi ngerasa malu sendiri sih NADA: ya terus meningkatkan skill modifikasi jilbab biar makin mirip sama karakter, belajar make up jugaa. Terus cari cosmaker yang terpercaya dan
memuaskan hasilnya. Kalo bisa sih pengen jahit sendiri. Yang paling penting mendalami karakter yang di cosplaykan biar makin woow. 4. Bagaimana cara anda menjadi aktif, kreatif dan inovatif dalam bercosplay? DWI: aktifnya kita sering-sering ikut event, kreatifnya kita belajar buat weapon dan aksesoris sendiri. kita belajar make up sendiri MAYA: kreasi hijabnya juga kan kita mengkreasikannya sendiri. terutama karakter cosplaynya kan tidak berhijab, jadi kita mengkreasikannya hijabnya sesuai dengan karakter dan batasan-batasan dalam islam juga. OCI: kita juga belajar menawar harga kostum di cosmaker RIFKA: ya sama seperti yang lain TINA: kalau dari segi kreatif sih belajar dari tutorial yang ada di youtube atau google. Soalnya saya sering lihat tutorila hijab cosplay yang rambutnya dibentuk-bentuk, jadi pengen nyoba. Aktifnya dengan ikut berbagai kegiatan, aku dateng ke evemt sih udah lumayan sering. Dan dalam setahun ini kaku hijab cosplay di event udah sekitar 4 kali. NADA: yah gimana yak .mungkin pertama bikin weapon sendiri, terus ngedesain baju sendiri soalnya kan kadang bajunya tuh kebuka gitu jadi dibikin sendiri gitu versi hijabnya baru pesen di penjahitnya nah itu kadang penjahitnya suka salah, makannya pengennya sih ngejahit sendiri maybe next time kalo ada waktu luang. 5. Apa upaya yang anda lakukan apabila ada orang yang mencaci maki karakter yang anda perankan? OCI: kalau ada yang mencaci pasti kita merasa kecewa dan sakit hati. Upayanya ya diam aja sih, show must go on sih. Engga mau cari ribut, masa mentang-mentang dia engga suka dengan kita jadi kita harus ribut dengan dia. Ya engga kan DWI: kita jangan memusuhi dia tapi kita balas dengan mencintai dia. Misalnya dia ngejudge kita karena pakai karakter waifunya dan dia ngerasa kalau kita ngerusak citra karakternya, yaudah mau diapain. Kalau dia tidak terima tapi kan masih ada orang lain yang terima kita RIFKA: tergantung karakternya yaa, ada karakter yang menyimpang gitu kalau kata aku itu wajar sih dihina. Ada yang karakternya echi gitu, karakternya
aja engga baik dan engga pantas untuk ditiru. Ngapain juga di cosplaykan, kalau itu sih wajar kata aku. Kalau menurut kita itu karakternya baik-baik aja, paling kayak introspeksi sih emang karakter di animenya ada yang salah atau engga baik untuk cosplaykan MAYA: kalau mencaci kata aku sih wajar yaa, kalau ada yang engga suka mungkin dia belum rela aja karakternya. Jangan terima caci maki itu sebagai penurun percaya diri. Tetapi jadikan cavi maki sebagai motivasi untuk bisa lebih baik lagi. Supaya nanti kita bisa lebih baik dan siapa tahu lambat-laun dia bisa menerima hijab cosplay TINA: aku tipe yang “yaudah” diam aja. Terserah orang lain mau komentar apa aja. Kalau didepan mereka yang menghina, saya diam aja. Soalnya kalau di lawan nanti malah jadi ribut. Yaudah jadi dipendem aja, kadang ngomongin sama temen-temen hijab cosplay yang lain. Karena mereka juga ngalamin yang seperti itu NADA: aku sih engga peduli dengan cacian orang, aku lebih peduli sama orang yang ngedukung akuh. 6. Apakah tindakan dalam bercosplay yang terbawa hingga dalam kehidupan sehari-hari? OCI: aku sih engga ada yaa DWI: aku juga engga ada. Kenapa engga ada? Soalnya kan karakter yang kita cosplay-in dan karakter di dunia nyata beda. Kalau aku, karakter yang aku cosplay-in egois, pendiam yaa saat cosplay aku menjadi karakter itu. Padahal kalau di duniaa nyata, aku orangnya engga bisa diam, hiperaktif dan reaktif gitu. RIFKA: kalau dari segi berpakaian sempat kebawa sih. Pernah ke sekolah bawa dasi untuk cosplay, terus coba-coba dan foto-foto untu dipakai di seragam. Kadang juga kerudungnya diiket-iket semacam kunciran. MAYA: yang kebawa di aku sih make up. Di hijab cosplay kita make up sendiri, jadi pas lagiengga cosplay bisa make up sendiri. kemarin pas teman aku wisuda, aku make up in dia dan hasilnya bagus. Aku seneng banget. Dari hijab cosplay itu aku bawa pulang pengalaman TINA: mungkin lebih ke menjaga image aja kali yaa, karena kan kalau nge-cosplay kita juga menjaga image karakter
NADA: Mungkin kan pas cosplay tuh kita mek up-an naah sehari hari jadi gatel gitu belanja alat mekup padahal dipake cuma buat ngecosu doang. 7. Bagaimana cara anda mengimbangi antara menjadi hijab cosplayer profesional sekaligus mempertahankan keislaman? RIFKA: selain kita hijab cosplay, dibalik itu kita harus menjaga ibadah. Walaupun sering ikut event tapi sholat harus tetap dijaga. Sholatnya engga bolong-bolong, ngajinya juga. Dari perkataan juga, engga boleh menggunakan kata-kata kasar pada saat jadi hijab cosplayer. Menjaga pandangan orang juga kalau cosplay hijab bicaranya engga kasar. DWI: selagi kita engga melanggar batas-batas dan membelokan akidah kita, kita aman-aman aja. Wajar saja kalau banyak yang ngejudge kita, tapi selagi kita engga ngelanggar batas-batas keislaman yang ada. Engga perlu takut MAYA: seperti saat ini, mendekati waktu zuhur. Sebelum make up kita wudhu dan jaga wudhu. Jadi kita tetap sholat. Jangan gara-gara kita udah make up tebal dan belum wudhu pas diajak sholat kita engga mau. Kalau kita mampu ya kita harus kerjakan. Kita hijab cosplayer harus menjaga identitas yang udah kita buat sebagai orang islam. OCI: ya sama seperti yang mereka sudah katakan kak TINA: dengan kita menjadi hijab cosplay sendiri aja sudah mengimbangi keislaman kita. Hijab cosplay dengan tidak mengumbar aurat atau jilbab yang terbuka, yang sesuai dengan islam dan bajunya juga engga ketat dan sebagainya, masa kita udah islam dan berhijab tapi ga ngimbangin dengan pakaiannya juga. NADA: kalo ngecosu ya gitu yang penting kostumnya nutup aurat dan engga lupa biasanya kalo ada ngefen kan sampai malam ya jangqn sampai lupa lah sama sholatnya. Terus kalau saya pribadi sih kalo bisa sebelum adzan isya udah harus dirumah. Itu kebiasaan dari dulu sih.
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA BERSAMA PENGURUS ISLAMIC OTAKU COMMUNITY EPISODE UIN JAKARTA
Narasumber: Istiana
(kapten IOC eps UIN Jakarta)
Zia
(wakil Kapten dan Sekretaris IOC eps UIN Jakarta)
Suci
(bendahara IOC eps UIN Jakarta)
Roma
(wakil Ketua 2 IOC eps UIN Jakarta)
Annas
(anggota IOC eps UIN Jakarta)
Waktu dan tempat : 27 Juli 2016 dan 6 September 2016/ UIN Jakarta Pertanyaan Konsep Diri 1. Apakah yang anda ketahui juga pahami mengenai hijab cosplay? Dimanakah perbedaan antar hijab cosplay dengan cosplay secara umum? ISMA: hijab cosplay tuh seperti identitas untuk komunitas kita. Karena yang membedakan kita dengan yang lainnya itu ya hijab cosplaynya. Komunitas lain walaupun dia berhijab tetapi tidak mewajibkan cosplayernya untuk berhijab tapi kita dengan segala aturannya sudah menjadikan hijab cosplay sebagai identitas IOC itu sendiri SUCI: secara tidak langsung dengan adanya hiijab cosplay, IOC mengenalkan islam kepada orang lain. Jadi jika sebelumnya ada orang islamyang juga
ikut
bercosplay
namun
dengan
cosplay
yang
terbuka,
dengan
diperkenalkannya hijab cosplay ini membuat dia tertarik dan terinspirasi untuk berubah dan menjadi hijab cosplayer. 2. Bagaimana sikap dan tanggapan anda terhadap hijab cosplay? ANNAS: oke-oke aja, soalnya engga ada yang salah dari mereka gitu. Soalnya engga nyalahin aturan islam juga. Daripada mereka hobi tapi engga hijab, mendingan ngelanjutin tetep make hijab ya engga apa-apa. 3. Apakah niat yang dimiliki kelompok dalam mempublikasikan hijab cosplay? ISMA: niatnya pastinya untuk berdakwah SUCI: niatnya yaitu berdakwah melalui hobi. jadi kita bercosplay itu bukan semata-mata hanya hobi, tapi kita juga menyiarkan islam dengan cara bercosplay hijab. Yang pastinya sesuai dengan syariat islam
4. Bagaimana cara dan upaya kelompok mempertahankan identitas keislaman anggotanya yang menjadi hijab cosplayer? ISMA: kalau kita bercosplay kan biasanya ada foto session dan foto bareng. Itu ada batasannya, seperti dia engga boleh pegang-pegang, sentuhmenyentuh dan engga boleh berpasangan cosplaynya. Karena itukan salah satu identitas kita sebagai seorang muslim. Untuk menjaga jarak antara laki-laki dan perempuan, tidak berdekatan, beduaan yang melebihi batas kalau sedang foto-foto. 5. Batasan-batasan cosplay seperti apakah yang bisa berubah dan tidak bisa berubah saat menjadi hijab cosplayer? ISMA: IOC itu punya karakteristik tersendiri yang ada dalm rules IOC. Pertam, dia bukan dari anime yang echi (kalau kita nyebutnya yang mesum). Dan karakternya juga bukan karakter mesum. Kalau dari kostum sebenarnya itu tidak jadi masalah, soalnya kita konvert dari yang bukan hijab menjadi berhijab. Jadi kalau dari segi kostum karakter apa aja bisa. Kalau dari segi sifat dan karakteristik karakternya itu yang biasanya kita permasalahkan. Karena yang namanya bercosplay itukan tidak hanya membawa kostum aja, tapi harus sesuai dengan karakter juga. ROMA: kita punya dua aturan. Pertama, aturan di grup. Yaa engga boleh melanggar SARA, memanggil orang dengan panggilan yang dia engga suka, engga boleh berkata kotor. Yaa, kayak-kayak anak gaul yang ngomong “anjay”, ya secara “anjay” kalo di grup-grup biasa itu no problem, Cuma “anjay” itu kesannya, gimanaa gitu. Kalo aturan selain di Grup, itu aturan cosplayer. Jadi, misalkan kalo dia nge-cosplay yang penting engga boleh ngebentuk banget. Ketika dia ngebikin kostum ya enggak boleh fit body khusus cewek. Ya maksudnya di hijab itu sendiri ngeconvertnya di share dulu gitu “gue nanti kayak gini, gimana? Ada perbaikan engga?” misalnya buatnya engga terlalu ketat, terus kalo couple harus sama mahrom. Engga boleh kalo tiba-tiba couple aja. Terus misal cross dress, cowok engga boleh kayak cewek, kalo cewek mau jadi cowok, aturannya auratnya harus tetep ketutup. 6. apa sanksi untuk yang melanggar aturan-aturan tersebut? ROMA: mereka akan kena tegur. Istilah kita tuh ada kartu kuning, kartu merah, dan grup danger. Kartu kuning itu misalkan, si anggota caper (cari
perhatian) ke cewek dan intens banget. Kalo sekedar PM (personal message) sih engga apa-apa, tapi kalo misalkan belom kenal, baru ketemu tiba-tiba nge PM intens dan ngebuat risih, nah itu yang bersangkutan boleh lapor ke admin dan adminnya nanti bakal nindak. Dapet kartu merah, misalkan kalo omongannya udah kotor dan berani meluk-meluk. Misal lagi Gathering tiba-tiba meluk cewek. Nah kalo udah dapet kartu merah otomatis lo masuk ke grup Danger, di danger yang bersangkutan Cuma berdua dengan kaichou (ketua) doang, disana akan diceramahin terus sama dia. Misal kita left group bakalan dimasukin lagi, tersu misal kita nge-blokir, admin lain yang bakalan masukin kita lagi dalam grup itu, engga bakalan bisa kabur. Kalo mau kabur ya ganti nomer. Itu sampe kita tobat, minta maaf dan engga mau ngulang lagi. Dari IOC Episode UIN sih belom ada yang masuk grup Danger. 7. Apakah menjadi hijab cosplayer merubah tindakan dan perilaku dari hijab cosplayer itu sendiri? ANNAS: sikap dari saat menjadi cosplay dan tidak menjadi cosplay tentu beda. Soalnya mereka saat jadi cosplay menjadi karakter yang diperankan, engga Cuma penampilan tapi juga karakter dalam tokoh yang diperankan. Yang aslinya orangnya all out banget tapi saat jadi cosplayer misalnya karakternya pendiam dia jadi pendiam juga. Soalnya kan mereka cosplay karakter juga engga penampilan doang. 8. Bagaimana cara menjadi aktif, kreatif dan inovatif dalam bercosplay? ISMA: kalau keaktifan kan diliatnya dari itensitas kita bertemu dan ikut event yaa. Untuk project besar sendiri IOC UIN udah 3 kali ada project cosplay. Pertama tokyo ghoul. Kedua ONS dan yang ketiga sedang on going dengan project dororonpa. ISMA: kalau kekreatifan kayak kita buat project dan weapon bareng. Sama-sama belajar mengkreasikan jilbab ada tutorialnya untuk meningkatkan kreatifitas teman-teman. Jadi kita tidak langsung ke cosmaker, jika kita bisa buat sendiri, ya kita usahakan untuk buat sendiri. ISMA: inovatifnya seperti kita membuat karakter yang tadinya bukan hijab cosplay menjadi hijab. Seperti yang project cosplay ONS ini, tadinya kan tidak ada tutorialnya, tetapi kita buat sendiri tutorialnya. Gimana yang itu
harusnya wig tapi dibuat dari hijab dan pas untuk karakternya dan diulang-ulang supaya yang copplay bisa bikin hijabnya sendiri. 9. Apa upaya yang anda lakukan apabila ada orang yang mencaci karakter yang sedang diperankan oleh hijab cosplayer? ISMA: sejauh ini, dalam projek ONS maupun tokyo ghoul belum pernah kejadian ada yang mencaci langsung paling kita hanay diteriaki “cosplayer barokah”. Atau pas ada teim SAO disebutnya SAO versi ramadhan. Adanya sih guyonan seperti itu. Kita tanggapannya paling hanya senyum-senyum aja. Kalau ada yang minta foto tetep kita layanin juga. Kita tetap berkreasi semampu kita. Kita merasa tidak merugikan orang lain dan kita juga merasa tidak dirugikan 10. Tanggapan anda mengenai karakter dari 5 hijab cosplayer (maya, dwi, oci, nada, rifka dan Tina) pada saat bercosplay dan sehari-hari di komunitas? ZIA: well kalo keseharian mereka beda-beda. Banget. NADA, keliatannya pendiem tapi suka heboh sendiri kadang malah hiperaktif. TINA, yang pendiem banget, sampai harus diingetin muka plus suaranya. ROSI, yang banyak tanya plus banyak ngemil. DWI, yang banyak makan plus paling bawel dan rada-rada. MAYA, yang ditengah-tengah, maksudnya engga terlalu kalem tapi juga engga terlalu bawel. Tapi mereka sama untuk satu hal. Mereka kalau udah cosplay, bisa banget pas sama karakter yang di cosplay-in. Maksudku bisa banget “masuk” ke karakternya. Eh gimana ya, mungkin kayak, they really into it. They really turn into the character. Misalanya kayak waktu pada cosplay karakter owari no seraph, pas siap-siap ganti kostum dan danda. Nada, rosi, dwi dan Maya bisa heboh banget. Dwi apalagi, bisa saingan hebohnya ama rosi dan maya. Sementara Tina kalem-kalem aja tuh. Yah, walau akhirnya Tina suka engga sengaja ketinggalan didandanin atau dibatu ngurus aksesoris cosplaynya. Kalo nada sih hebohnya pas di awal-awal doang. Sambil pake kostum atau dandan dan dia bisa kalem sendiri kok nantinya. Nah, pas udah kelar dandan, mereka siap. Dan tiba-tiba aja image heboh, berisik atau apalah itu, ilang. Langsung berubah jadi karakter yang mereka cosplay-in. Salut deh sama mereka. Kalo lagi engga cosplay, yang sering muncul bataang hidungnya di kegiatan IOC itu, Rosi, dwi dan maya. Biar Cuma di grup whatsapp juga, mereka rajin banget munculnya.bahkan bisa dibilang berisik banget kalo udah ngumpul bertiga. Lain
sama nada dan tina. Nada bisanya baru muncul kalo obrolan di grup lagi seru dan bisa diikutin. Sementara tina lebih milih jadi reader aja. Kalau untuk kumpulkumpul, nada biasanya menyesuaikan. Bolak-balik soalnya jadi engga pernah bisa kumpul sampai malem. Sementara IOC kalo kumpul suka lupa waktu. Dan kalo Tina sebisanya, soalnya tina punya kegiatan lain yang menurut dia lebih penting dari kumpul IOC.bukan gimana-gimana, tapi dari awal IOC engga pernah mengikat kok. Kita engga ngeharusin buat kumpul kalau engga bisa. Karena ada yang lebih di prioritaskan sama masing-masing member IOC. ISMA: maya sehari-hari karakternya periang, selalu tersenyum, baik, sering traktir, intinya sih baik. Maya, dwi, nada, oci itu karakternya mirip-mirip dalam kesehariannya. Cuma Tina yang agak lebih pendiam, tidak banyak bicara. Kalau pas cosplay sama aja, karakter mereka engga berubah. Kecuali pada saat photo session, atau saat memerankan karakter di lomba, atau saat ada yang meminta foto bareng di event. Biasanya akan mengikuti karakter dari yang dicosplaykan. Selain itu, yang berbeda dari mereka itu kedewasaan menghadapi atau menanggapi masalah. Kalo diurut dari yang paling dewasa sapai yang kurang dewasa itu, Maya, nada, dwi, oci. Kalo Tina saya belum terlalu tahu banyak karakternya. Ketemu juga belum lebih dari sepuluh kali. Karena tina baru masuk saat project ONS.
HASIL WAWANCARA BERSAMA 6 ANGGOTA HIJAB COSPLAY ISLAMIC OTAKU COMMUNITY EPISODE UIN JAKARTA Narasumber: 1. Zuhroh Annada
(Fakultas Syariah dan Hukum/ Perbankan Syariah)
2. Nabilah Sumayyah
(Fakultas Adab dan Humaniora/ Ilmu Perpustakaan)
3. Astina Riyana
(Fakultas Tarbiyah/ Manajemen Pendidikan)
4. Dwi Rahmah Najiibah(Fakultas Dakwah dan Komunikasi/ Jurnalistik) 5. Rifka Miftahul Aini
(Fakultas Sains dan Teknologi/ Matematika)
6. Rosiana Pratama Efendi (Fakultas Dakwah dan Komunikasi/ KPI) Waktu dan Tempat
: 31 Juli 2016 dan 17 September 2016/ Student
Center
Narasumber 1: Dwi (FDK UIN Jakarta) Pertanyaan Latar Belakang Q: Apakah alasan yang membuat anda tertarik untu ber-hijab cosplay pertama kali? A: alasannya ya mungkin karena hobi dan suka sama hal yang begituan. Awalnya ragu takut ditolak banyak orang tapi apresiasinya lumayan dan seneng juga dapet banyak temen yang pengertian. Daya tarik, lebih ke penasarankarena suka mencoba hal baru Q: adakah pengaruh yang ditimbulkan dari persepsi orang lain saat bercosplay terhadap diri anda di kehidupan sehari-hari? A: orang lain khususnya temen-temen di kampus pada manggil dwi-chan. Jadi lucu gitu sih, sering juga ditanya-tanya mereka “kenapa suka gituan sih, wi? Kan modalnya lumayan”. Aku Cuma jawab, “namanya juga hobi” Pertanyaan psikologis Q: bagaimana watak anda pada kehidupan sehari hari dan pada saat bercosplay? A: kalo dalam kehidupan sehari-hari sih orangnya lebih ke cerewet, lebih aneh sikapnya, terus suka jailin orang. Kalo saat bercosplay sih biasanya sesuai sama karakter yang lagi di cosplay-in, misalnya karakter yang sekarang tuh lebih ke pendiem, suka senyum. Tapi senyumnya tuh senyum palsu.
Q: Apa yang membuat anda bahagia juga sedih saat bercosplay dan di luar bercosplay? A: bahagianya sih pas pengen ngebuat alat-alatnya, pas prosesnya. Terus pas hariharinya mau selesai berasa engga rela gitu. Q: bagaimana pengaruh kesan atau persepsi orang lain saat anda bercosplay terhadap diri anda di kehidupan nyata ? A: kemarin sih pas cosplay di event ennichisai yang lihat seneng semua, banyak applause, banyak yang di wawancarain juga. Ngebuat lebih percaya diri aja dan diterima. Q: apa yang dapat membuat anda cemas saat bercosplay dan di luar bercosplay? A: takut waktu itu di mal pastikan banyak yang liat, sinis gitu. Terus deg-degan, bisa enggak nih. gitu Pertanyaan Sosial Q: bagaimana orang lain memandang anda dalam kegiatan sehari-hari dan saat anda bercosplay? A: kalo di luar cosplay sih orang lain mandang saya ya biasa aja. Pas lagi cosplay ya pada keget juga. “ini dwi, kok gini sih?” biasanya lo cerewet kok jadi diem? Q: apakah mereka menghargai atau merendahkan anda di kehidupan nyata atau saat anda sedang bercosplay? A: merendahkan paling orang-orang yang pasti terlalu “kok kayak gini sih? Kan engga boleh pake hijab. Denger-denger dari orang sih, belum pernah denger sendiri. ini juga bukan yang pertama kali saya ber-cosplay, yang pertama tuh pas ada event-event JDC ikut jadi cosplaynya Silica, terus ikut GGO jadi Asuna dan sekarang jadi Shinoa. Q: apakah mereka membenci atau meyukai anda di kehidupan nyata atau saat anda sedang bercosplay? A: pasti ada, tatapan-tatapan sinis gitu. Peratanyaan Fisik Q: Bagaimana pandangan anda terhadap penampilan anda pada kehidupan sehari-hari dan saat anda bercosplay?
A: sehari-hari ya biasa, kayak jilbab, kaos sama celana panjang udah keluar, kalo neg-cosplay harus pake make up pake segala macem, ribet banget. Kalo misal sehari-hari ya biasa aja. Q: apakah anda merasa pantas dengan penampilan anda sehari-hari dan apakah anda juga merasa pantas dengan penampilan anda saat bercosplay? A: kadang-kadang sih kalo bercosplay sesuai dengan karakter kita, ada juga yang bertolak belakang. Kalo misalnya “ah gue mau cosplay ini” tapi tanya dulu ke orang “ eh cocok engga?” kalo engga cocok ya udah ganti. Pertanyaan identitas Q: bagaimana cara anda mempertahankan identitas anda sebagai seorang muslimah dalam kehidupan sehari-hari dan saat bercosplay? A: sebisa mungkin kita menunjukan kalo kita muslim, ya kita pake jilbab. Pastinya tetep sholat, sebelum make up kita wudhu dulu Q: tahukah anda batasan-batasan berpakaian bagi wanita dalam Islam? Apakah anda masih dalam koridor penamiplan yang disayaratkan dalam Islam? A: tahu, ini sebenernya roknya engga panjang sebetis (sambil ngasih liat rok cosplay yang sedang dipakai). Ini tuh sebenernya roknya di atas lutut yang pendek banget, terus bajunya yang ngepas banget dibuat agak longgarin, terus roknya juga panjangin. Q: bagaimana anda menyisipkan nilai-nilai rukun Iman, Islam dan menghadirkan Allah dalam setiap kegiatan sehari-hari juga saat bercosplay? A: sebisa mungkin kita tetap tertutup tapi sesuai dengan apa yang di cosplay-kan gitu. Karakternya, sifat-sifatnya dan baju-bajunya kita harus kreasi dengan hijab Q: Apakah anda bangga menjadi seorang muslimah yang bercosplay atau dalam kata lain hijab cosplayer? A: bangga sih, pas di panggung ennichisai pas AFAID naik panggung terus banyak yang applause juga. Tapi kalo bareng-bareng percaya diri, kalo sendirisendiri kadang ngerasa “kok gue sendiri ya pake jilbab terus nge-cospalya, gimana ya pandangan orang-orang?” gitu Q: bagaimana pendapat teman, guru atau keluarga anda di kehidupan nyata dan saat anda menjadi cosplayer?
A: kalau orang tua sih, aku engga bilang kalo aku ikut gini-gini-an. Kalo tementemen, pengen minta foto, soalnya hampir tau semua malah. Di kelas aku dipanggil Dwi-chan malah. Kalo dosen statistika manggil aku kawaii karena aku kelepasan ngomong bahasa Jepang. Q: apakah bercosplay mempengaruhi diri anda di kehidupan nyata? A: karakternya sih engga mempengaruhi, jadi masing-masing. Cosplaynya gimana, akunya gimana. Narasumber 2: Tina (Tarbiyah UIN Jakarta) Pertanyaan latar belakang Q: Apakah alasan yang membuat anda tertarik untu ber-hijab cosplay pertama kali? A: pertamanya tertarik cosplay aja kak. Pas ke event kadang envy liat orang bisa cosplay keren. Dan aku selalu ngejar foto kan kalau ke event. Nah, tertarik untuk cosplay dan mikir-mikir sih jilbabnya mau dikemanain. Awalnya sebelum aku gabung sama anak ONS udah pernah punya kostum tapi engga versi hijab dan wig, tapi lengan panjang tertutup gitu dan engga pernah aku pakai event. Tertarik karena hijab cosplay bisa mewujudkan keinginan awal aku cosplay dan engga ngebuat aku pakai kostum yang terbuka, tetap tampil muslimah gitu sih kak. Q: adakah pengaruh yang ditimbulkan dari persepsi orang lain saat bercospay terhadap diri anda di kehidupan sehari-hari? A: ada sih kak, jadi lebih hati-hati bersikap dan berpikir untuk engga buang-buang waktu, karena ada seseorang yang bilang secara langsung ke aku, kalau aku ngecosplay Cuma buang-buang waktu dan malah engga fokus kuliah. Pertanyaan psikologis Q: bagaimana watak anda pada kehidupan sehari hari dan pada saat bercosplay? A: aku tuh rada pendiam, kalo dengan orang baru itu susah akrab. Kalo sama temen-temen di IOC sih udah lumayan akrab, soalnya sering bareng. Q: Apa yang membuat anda bahagia juga sedih saat bercosplay dan di luar bercosplay? A: bahagia kalau urusannya lancar, terus kalo tugas juga lancar, bahagia juga kalau punya temen yang engga “wacana” doang. Terus kalo sedih biasanya karena
nunggu kelamaan, terus engga pasti. Kalo pas lagi nge-cosplay bahagianya kalau bisa make-up sesuai sama karakternya, terus dapet cos-maker yang harganya engga mahal, ya kayak hitu. Sedihnya sih kalo dengar kata-kata yang engga enak di denger. Q: apa yang dapat membuat anda cemas saat bercosplay dan di luar bercosplay? A: kalau lagi nge cosplay cemasnya tuh mikirin waktu buat pulang, terus kalo omongan orang sih biarin aja, engga usah dimasukin ke hati. Pertanyaan Sosial Q: bagaimana orang lain memandang anda dalam kegiatan sehari-hari dan saat anda bercosplay? A: di luar nge-cosplay sih orang-orang ya cuek aja, sebenernya kalo pas ngecosplay takut di bilang out of character sih, takutnya dibilang “kok lo jauh banget sih dari karakter yang lo cosplay-in” Q: apakah mereka menghargai atau merendahkan anda di kehidupan nyata atau saat anda sedang bercosplay? A: kalau untuk temen sih mereka ngehargain, ada orang lain yang minta foto juga seneng sih. Tapi ada juga yang ngeliat aneh. Pernah ngerasain sendiri juga sama yang ngeliatinnya aneh gitu. Q: apakah mereka membenci atau meyukai anda di kehidupan nyata atau saat anda sedang bercosplay? A: kalau untuk secara langsung bilang benci atau engga suka sih engga pernah,. Tapi pas di comic fest kemarin ketemu juga sama yang hijab tapi dia engga dimodifikasi, hijabnya make hijab biasa doang. Dia ngomong, “ka, keren yaa bisa nge-cosplay”. Dia muji doang sih, aku engga kenal juga sama orang itu. Peratanyaan Fisik Q: Bagaimana pandangan anda terhadap penampilan anda pada kehidupan sehari-hari dan saat anda bercosplay? A: simple, pake kerudung, biasa aja sih. Pas ngecosplay “Kayaknya bukan gue.” sebenernya kadang engga pede sih takut gitu Q: apakah anda merasa pantas dengan penampilan anda sehari-hari dan apakah anda juga merasa pantas dengan penampilan anda saat bercosplay?
A: kalau di postifi-in pantes-pantes aja. Pernah sih ngerasa engga PD juga. Padahal ini bukan yang pertama kali juga aku nge-cosplay, kalo yang pake hijab baru yang ONS ini, sebelumnya sih nge cosplay tapi engga pake hijab dan belum masuk IOC juga. Pertanyaan identitas Q: bagaimana cara anda mempertahankan identitas anda sebagai seorang muslimah dalam kehidupan sehari-hari dan saat bercosplay? A: kalau menurut aku sih, IOC itu beda banget sama komunitas luar, yang bebas terus peraturan Yang engga boleh pacaran sesama member atau ngeledekin terlalu parah. Nah menurut aku tuh kayak ngelindungin kita banget. Yaa, jadi karakter islaminya tetap terjaga. Q: tahukah anda batasan-batasan berpakaian bagi wanita dalam Islam? Apakah anda masih dalam koridor penamiplan yang disayaratkan dalam Islam? A: iya tahu, ya kalau menurut aku sih masih yaa. Yang dipake sekarang juga masih (sambil memperlihatkan kostum yangg dipakai). Soalnya kan jilbab masih menutupi, baju kita engga ketat. Q: bagaimana anda menyisipkan nilai-nilai rukun Iman, Islam dan menghadirkan Allah dalam setiap kegiatan sehari-hari juga saat bercosplay? A: pas ngecosplay kita masih ngajak dan diajak sholat, biasanya diakalinnya tuh ngambil wudhu dulu sebelum make up. Dan kita kan engga boleh bersentuhan sama lawan jenis juga pas lagi nge-cosplay, jadi masih bisa sholat. Q: Apakah anda bangga menjadi seorang muslimah yang bercosplay atau dalam kata lain hijab cosplayer? A: Bangga Q: bagaimana pendapat teman, guru atau keluarga anda di kehidupan nyata dan saat anda menjadi cosplayer? A: wah, kalau orang tua engga tau, engga izin orang tua sih, belum bilang. Lagian kayaknya orang tua engga paham banget sama cosplay. Kalau temen, ada yang tau. Waktu kemarin sih ketemu katanya, “keren tau”. Tapi, sama temen yang jauh bukan sahabat, takut sih. Takut dibilang aneh. Q: apakah bercosplay mempengaruhi diri anda di kehidupan nyata?
A: sedikit sih, mungkin semenjak aku nge-cosplay. Baru sih baru dari semester 3. Semenjak tertarik cosplay aku jadi pengen beli make up, pengen belajar dandan, terus belajar cara-cara bikin karakter biar mirip. Terus makin percaya diri juga. Q: perbedaan cosplay biasa dengan hijab cosplay? A: kalo hijab cosplay kan aslinya roknya pendek tapi kalo di hijab misal roknya pendek dia make celana atau nanti roknya dipanjangin. Terus kalo bajunya terbuka, diakalinnya make manset, engga ketat. Kalo dari simbol-simbol sih sama kalo kita ngebuat kostum Narasumber 3: Nada (FSH UIN Jakarta) Pertanyaan latar belakang Q: Apakah alasan yang membuat anda tertarik untu ber-hijab cosplay pertama kali? A: pertama ya karena saya berhijab, dan dulu saya ingin sekali bercosplay. Cuma dulu kan engga ada tuh hijab cosplay. Dan pas diajakin untuk cosplay berhijab ttentu aja mau. Q: adakah pengaruh yang ditimbulkan dari persepsi orang lain saat bercospay terhadap diri anda di kehidupan sehari-hari? A: kan ada orang-orang yang ngedukung itu, jadi semangat banget mau ngecosplay karakter lain. Tapi juga kadang ada hater hijab cosplay itu kadang sedikit bikin engga PD (Percaya Diri). Cuma karena temen-temen dari komunitas nyemangatin, jadi engga begitu terpengaruh banget Pertanyaan psikologis Q: bagaimana watak anda pada kehidupan sehari hari dan pada saat bercosplay? A: watak saya di luar cosplay sih kekanak-kanakan, Cuma kalau kata teman teman sih bisa memimpin misal di kelompok. Kalau di coslpay yang dipilih yang saya suka, tergantung sih. Kalau yang ini (ONS maksudnya) berbanding terbalik banget, dulu pernah nge cosplay, sukanya sama karakter yang imut-imut gitu. Ceria juga, percaya diri. Q: Apa yang membuat anda bahagia juga sedih saat bercosplay dan di luar bercosplay?
A: sedih itu kalau saya harus sendirian, bahagia tuh kalo udah bareng temanteman. Kalau lagi ngecosplay sedihnya kalo costumnya engga sesuai harapan, atau make up nya engga sesuai sama ekspektasi kita lah. Bahagianya juga kalau dapet dukungan dari orang-orang sekitar. Q: apa yang dapat membuat anda cemas saat bercosplay dan di luar bercosplay? A: misal sekarang, kan kita ber-tim yak, kadang satu tim itu engga bisa kumpul jadi satu, jadi kurang lengkap. Padahal kan pinginnya kita harus lengkap. Tapi sayangnya engga bisa lengkap. Cemasnya karena kurang uang kali yaa, tapi kalo untuk beli kostum sih selalu ada dan bebrapapun engga ada penyesalan. Pertanyaan Sosial Q: bagaimana orang lain memandang anda dalam kegiatan sehari-hari dan saat anda bercosplay? A: kalau kata temen-temen mereka biasa bilang kalau ada saya pasti bikin ketawa, soalnya saya “engga jelas” anaknya. Kadang suka bikin heboh sendiri dan tanpa sadar di tonton sama temen-temen yang lain. Q: apakah mereka menghargai atau merendahkan anda di kehidupan nyata atau saat anda sedang bercosplay? A: kalau dari saya, justru mereka bilang, “Ih keren banget sih lo bisa cosplay”. Padahal kata saya biasa aja, temen-teman saya tuh kayak terkagum-kagum, “eh bagi dong fotonya, gue mau liat foto lo. Nanti foto bareng dong.” Saya ngerasa kaget, sampai segitunya mereka ngedukung saya. Q: apakah mereka membenci atau meyukai anda di kehidupan nyata atau saat anda sedang bercosplay? A: kalo di depan kita sih bilangnya pada suka semua sih. Peratanyaan Fisik Q: Bagaimana pandangan anda terhadap penampilan anda pada kehidupan sehari-hari dan saat anda bercosplay? A: penamilan saya tuh, “ancur” kalo kata saya. Engga syar’i. Biasa aja. Yaa walaupun saya aluumni pondok tapi engga syari juga, senyamannya saya make jilbab ya gitu.
Q: apakah anda merasa pantas dengan penampilan anda sehari-hari dan apakah anda juga merasa pantas dengan penampilan anda saat bercosplay? A: pantaslah, makanya aku beransi ngecosplay. Pertanyaan identitas Q: bagaimana cara anda mempertahankan identitas anda sebagai seorang muslimah dalam kehidupan sehari-hari dan saat bercosplay? A: jaga jarak dari lawan jenis, malah terkadang yang lawan jenis itu pada paham sendiri, engga deket-deket kalau foto Q: tahukah anda batasan-batasan berpakaian bagi wanita dalam Islam? Apakah anda masih dalam koridor penamiplan yang disayaratkan dalam Islam? A: tahu, dan menurut saya sih masih. Masalahnya pakaian cosplay saya dan pakaian sehari-hari malah lebih ketat-an pakaian sehari-hari. terus jilbab saya juga engga pernah tuh sampai sini (nunjuk jilbab kostum yang sedang dipakianya yang sampai dibawah dada) Q: bagaimana anda menyisipkan nilai-nilai rukun Iman, Islam dan menghadirkan Allah dalam setiap kegiatan sehari-hari juga saat bercosplay? A: alhamdulillah, insya Allah. Salah satunya kita menyempatkan untuk sholat walaupun lagi nge cosplay dan engga ngebuka aurat juga. Q: Apakah anda bangga menjadi seorang muslimah yang bercosplay atau dalam kata lain hijab cosplayer? A: yang jelas bangga sih. Apalagi masih sedikit juga. Q: bagaimana pendapat teman, guru atau keluarga anda di kehidupan nyata dan saat anda menjadi cosplayer? A: saya sih tahu dari nyokap yaa. Kalo saya itu karena bercosplay yaa, kata nyokap tuh sangat ambisius sama hobi saya yaa. Dan mendukung sih, nyokap juga udah tahu dari awal kalo gue suka jejepangan kan dan dari awal juga gue bilang kalo mau ngecosplay. Tapi kata ibu kan kalo cosplay itu kan harus pake wig dan baju pendek-pendek, dan sekarang saya ngebuktiin ke ibu kalo cosplay tuh engga harus kayak gitu. Dan beliau bangga sih, tapi tetep ngingetin. Q: apakah bercosplay mempengaruhi diri anda di kehidupan nyata?
A: aku yang dulunya engga kenal nama make up dan engga bisa make up, pas ngecosplay jadi belajar-belajar make up sendiri. percaya diri pasti, ekspresif, kreatif juga sih. Soalnya kan pas ngecosplay juga kita dituntut kreasiin kostum Narasumber 4: Maya (FAH UIN Jakarta) Pertanyaan latar belakang Q: Apakah alasan yang membuat anda tertarik untu ber-hijab cosplay pertama kali? A: alasannya karena aku mau nyoba hal baru dalam kesukaan aku ini. pengen ikut berkreasi juga. Waktu itu liat foto hijab cosplay keren-keren banget, mereka engga menjadikan hijab itu sebagai batasan, tapi justru bisa bikin makin kreatif dan bisa jadi sarana dakwah juga tentang pentingnya hijab itu sendiri Q: adakah pengaruh yang ditimbulkan dari persepsi orang lain saat bercospay terhadap diri anda di kehidupan sehari-hari? A: pengaruhnya sih aku jaddi lebih PD (Percaya Diri) aja kali yaa. Jadi lebih berani gitu kalo ngomong di depan publik Pertanyaan psikologis Q: bagaimana watak anda pada kehidupan sehari hari dan pada saat bercosplay? A: aku pikir aku ramah, aku PD (percaya diri) orangnya, tapi pas nge-cosplay ya agak canggung dikit, takut ketauan temen. Q: Apa yang membuat anda bahagia juga sedih saat bercosplay dan di luar bercosplay? A: aku sedih kalo dicukein, aku udah ngomong panjang lebar tapi engga ditanggepin. Bahagia banget kalo ada yang aku ajak ngobrol terus nyambung, itu bahagia banget. Terus ketawa bareng. kalo pas ngecosplay ada yang tiba-tiba mencibir, ya aku bodo amatlah. Lebih banyak yang mengapresiasi jadi aku biasa aja. Q: apa yang dapat membuat anda cemas saat bercosplay dan di luar bercosplay? A: aku cemas kalo orang tua mikirin aku, abis kan kalo kaya gini kan aku pulangnya malem, engga enak. Kadang mereka mau tidur masih nungguin aku buat bukain pintu. Paling engga aku jam 9 harus udah sampai di rumah.
Pertanyaan Sosial Q: bagaimana orang lain memandang anda dalam kegiatan sehari-hari dan saat anda bercosplay? A: temen-temen sekals ku sih pada tahu. Mereka ngeliat aku, ya aku asik, kata mereka yaa. Bukan kata aku. Soalnya kata mereka kau nyambung mau diajak ngobrol apa aja aku bisa. Soalnya aku mengikuti mereka juga, temen aku ada yang suka korea, aku suka. Suka jepang, suka thailand, aku juga suka. Jadi aku mengimbangi juga ke mereka. Q: apakah mereka menghargai atau merendahkan anda di kehidupan nyata atau saat anda sedang bercosplay? A: temen-temen aku mandang aku pas nge cosplay yaa keren gitu. Karena pas kemarin ennichisai mereka rela dateng Cuma buat ngeliat aku doang, terharu, senang akunya juga. Q: apakah mereka membenci atau meyukai anda di kehidupan nyata atau saat anda sedang bercosplay? A: aku engga pernah mendengar orang-orang membicarakan benci aku sih. Di depan aku mereka baik semua sih. Peratanyaan Fisik Q: Bagaimana pandangan anda terhadap penampilan anda pada kehidupan sehari-hari dan saat anda bercosplay? A: kalau aku, pernah aku pakai rok tapi jalannya tetap aaja kayak cowok. Aku sih cuek sama penampilan. Baju yang pertama aku lihat, yaa itu yang aku pakai. Q: apakah anda merasa pantas dengan penampilan anda sehari-hari dan apakah anda juga merasa pantas dengan penampilan anda saat bercosplay? A: aku ngerasa pantas karena aku ngerasa pantas. Pertanyaan identitas Q: bagaimana cara anda mempertahankan identitas anda sebagai seorang muslimah dalam kehidupan sehari-hari dan saat bercosplay? A: kita kan cosplay berhijab, ya pastinya kita pakai hijabnya sesuai syari, yang menutup dada, menutup aurat. Terus juga kalo misal kita lagi “turun” terus ada yang minta foto dan itu lawan jenis, ya kita tidak bisa, mmh berusaha tidak bersentuhan malah jangan bersentuhan.
Q: tahukah anda batasan-batasan berpakaian bagi wanita dalam Islam? Apakah anda masih dalam koridor penamiplan yang disayaratkan dalam Islam? A: iya tahu. Kalau menurut aku masih dalam koridor islam. Aku juga engga pernah sih pakai yang ketat-ketat dan ga suka juga. Aku juga biasa pakai jilbab yang segi empat dan dilipat biasa, beda ama cosplay yang sampai segini . ( sambil nunjukin jilbabnya yang samapi sebawah dada) Q: bagaimana anda menyisipkan nilai-nilai rukun Iman, Islam dan menghadirkan Allah dalam setiap kegiatan sehari-hari juga saat bercosplay? A: alhamdulillah selama cosplay engga ninggalin sholat. Yaaa kalo make up luntur bisa diperbaiki, tapi kalo sholat ditinggalkan kan tidak bisa di perbaiki. Q: Apakah anda bangga menjadi seorang muslimah yang bercosplay atau dalam kata lain hijab cosplayer? A: bangga. Karena kita menyebarkan trend positif Q: bagaimana pendapat teman, guru atau keluarga anda di kehidupan nyata dan saat anda menjadi cosplayer? A: kalau temen aku sih ngedukung banget. Yaa kayak yang tadi aku bilang “ih keren lo, akhirnya lo bisa juga ngelakuin yang kayak gitu”. Orangtua aku tau kalau aku suka jejepangan tapi mereka engga tau kalau aku ngecosplay, soalnya engga ada waktunya. Tapi nenek aku tau kok kalau aku ngecosplay, aku bilang aku pakai kostum sekarang. Q: apakah bercosplay mempengaruhi diri anda di kehidupan nyata? A: kalau aku mempengaruhi sih, jadi sekarang aku tahu ini namanya make up apa, ini make up apa gitu. Percaya diri dan Jadi lebih kreatif juga. Narasumber 5: Rosi (FDK UIN Jakarta) Pertanyaan latar belakang Q: Apakah alasan yang membuat anda tertarik untu ber-hijab cosplay pertama kali? A: sebenernya hijab cosplay itu keisengan yang tidak disengaja. Jadi ketika dwi dan teman-teman yang lain nyari member buat hijab cosplay, mereka nawarin ke rosi dan rosi terima begitu aja tanpa mikir. Dikirain ujungnya bakalan engga jadi, kan biasanya suka gitu talk more do less. Eh ternyata jadi dan serius. Karena
teman-teman serius dan engga mau ngecewain yang lainnya, jadi diseriusin deh hijab cosplaynya. Q: adakah pengaruh yang ditimbulkan dari persepsi orang lain saat bercosplay terhadap diri anda di kehidupan sehari-hari? A: sebenernya waktu cosplay beberapa ada yang nyindir sih, misalnya “wah owari no seraph versi insaf”dan lain-lain. Tapi kalo temen-temen yang rosi kenal, mereka pada interest dan appreciate kak. Ada yang beberapa malah kepengen nyoba cosplay jadinya. Pertanyaan psikologis Q: bagaimana watak anda pada kehidupan sehari hari dan pada saat bercosplay? A: realitanya aku introvert, suka-suka yang sendiri-sendiri, lebih diem aja, terus kurang PD gitu. Tapi karena cosplay emang diharuskan PD gitu, terus tementemennya pada asik-asik jadi terbawa suasan gitu. Kalo di karakter cosplay yang sekarang (ONS) kan poker face yaa, engga bisa kebaca, agak berbanding terbalik juga sih. Aku sih suka bersenang-senang sendiri gitu sih (sambil ketawa) Q: Apa yang membuat anda bahagia juga sedih saat bercosplay dan di luar bercosplay? A: di luar cosplay, misal engga ada temen yang mau diajak susah bareng. Makanya aku sering tarik dwi sama maya. Terus ya senengnya gitu, karenna mereka mau diajak susah bareng jadi aku bahagia juga. Pas lagi ngecosplay sedihnya, yaa karena engga bisa make up banget yaa, jadi minta dandanin sanasini. Aku negrasa, kok aku engga punya bakat banget jadi cewek. Bahagianya karena temen-temennya mau nolong, asik-asik, temen-temennya care gitu. Q: apa yang dapat membuat anda cemas saat bercosplay dan di luar bercosplay? A: apa ya, cemas kalau waktu yang bertabrakan aja sih gitu, misalnya cosplay kapan dan saat itu ada tugas yang penting juga. Padahal duaduanya pengen selesai bareng-bareng. Tugas jadi, cosplay juga jadi. Pertanyaan Sosial Q: bagaimana orang lain memandang anda dalam kegiatan sehari-hari dan saat anda bercosplay?
A: kalau sendiri sih engga enak yaa. Tapi kalau ada teman-teman yang ternyata senang jadi kebawa senang gitu. Ehm, belum ada yang tau aku nge cosplay juga sih. Kalo di luar cosplay teman-temen aku pada biasa-biasa aja sih. Tergantung teman-temannya gimana. Aku ikut aja. Misalnya temen-temennya kalo bercanda pake bahasa-bahasa apa, ya ngikut. Kalo disini mereka kayak sok-sok imut, yaa ikut juga. Q: apakah mereka menghargai atau merendahkan anda di kehidupan nyata atau saat anda sedang bercosplay? A: aku sedih teman-teman aku engga ada yang tau jejepangan gitu. Engga ada yang tau cosplay itu apa, jadi mungkin walaupun aku nge-cosplay engga da yang tertarik gitu. Q: apakah mereka membenci atau menyukai anda di kehidupan nyata atau saat anda sedang bercosplay? A: pas ngecosplay mungkin kalau bisik-bisik sih ada. Kayak mba-mba Mall yang bilang mau ngaji atau apalah itu. Kalo realita sih, temen-teman aku suka-suka aja. Engga ada yang langsung bilang benci. Peratanyaan Fisik Q: Bagaimana pandangan anda terhadap penampilan anda pada kehidupan sehari-hari dan saat anda bercosplay? A: penampilan biasa aja, aku kan tomboy. Kalo make baju tuh yang bajunya gedegede, kerudung juga yang Cuma kerudung di lipat dua terus di lilit, udah selesai. Kadang kemeja sama levis, udah. Di bilang syari sampai dada juga, engga. Aku pakai rok paling kalo dosen ada yang nyuruh pake rok. Q: apakah anda merasa pantas dengan penampilan anda sehari-hari dan apakah anda juga merasa pantas dengan penampilan anda saat bercosplay? A: pantas, dan aku karena suka aja sama bajunya. Pertanyaan identitas Q: bagaimana cara anda mempertahankan identitas anda sebagai seorang muslimah dalam kehidupan sehari-hari dan saat bercosplay? A: kita memang pakaian sehari-hari engga syari, malah etrkesan tomboy. Tapi tetep make kerudungan dan make hijabnya tuh yang nutupin dada dan tetap
menutup aurat. Pakaiannya pun menutup aurat. Yaa walaupun harus di modifikasi dari karakter aslinya. Q: tahukah anda batasan-batasan berpakaian bagi wanita dalam Islam? Apakah anda masih dalam koridor penamiplan yang disayaratkan dalam Islam? A: insya Allah masih. Aku juga engga suka pakai yang ketat-ketat. Lebih suka yang kegedean gitu. Kalau pas cosplay jilbab bisa sampai bawah dada, tapi kalau sehari-hari pakai jilbab biasa aja. Q: bagaimana anda menyisipkan nilai-nilai rukun Iman, Islam dan menghadirkan Allah dalam setiap kegiatan sehari-hari juga saat bercosplay? A: alhamdulillah kita tetep sholat wlaupun lagi ngecosplay. Yaa kayak sekarang kan tadi make up tapi setelah itu sholat. Sebelum make up kita udah wudhu, jadi waktu sholat ya sholat jalan. Q: Apakah anda bangga menjadi seorang muslimah yang bercosplay atau dalam kata lain hijab cosplayer? A: Bangga. Q: bagaimana pendapat teman, guru atau keluarga anda di kehidupan nyata dan saat anda menjadi cosplayer? A: temen aku engga ada yang tahu, jadi aku biasa-biasa aja. Maksudnya identitas rosi sebagai cosplayer jadi belum ada yyang tau gitu. Oranggtua juga engga da yang tau, jadi Cuma teman-teman yang sekomunitas aja yang tau, kalau rosi kayak gini. Q: apakah bercosplay mempengaruhi diri anda di kehidupan nyata? A: Mempengaruhi dalam hal percaya diri sama kenal nama-nama make up sih. Narasumber 6: Rifka (SAINTEK UIN Jakarta) Q: bagaimana watak anda pada kehidupan sehari hari dan pada saat bercosplay? A: aku kalau di luar rumah lebih ekstrovert, banyak omong, bawel orangnya. Sedangkan kalau di dalem rumah introvert gitu jarang ngomong, pendiam. Mungkin karena engga ada teman curhat juga kali yaa. Kalau curhat sama orangtua agak kurang enak.
Q: apakah bercosplay mempengaruhi diri anda di kehidupan nyata? A: kalau karakter sih engga deh kayaknya, karena aku cosplay hanya berkostum aja. Engga sampai mendalami karakter aslinya Q: Apa yang membuat anda bahagia juga sedih saat bercosplay dan di luar bercosplay? A: karena percintaan aja kal yaa. Selebihnya aku ngerasa seneng-senang ja Q: Bagaimana pandangan anda terhadap penampilan anda pada kehidupan sehari-hari dan saat anda bercosplay? A: karena udah tiga tahun engga pakai celan dan makai rok terus selama di MAN. Terus kebawa deh sampai kuliah, engga pernah pakai celana jadinya Q: bagaimana pendapat teman, guru atau keluarga anda di kehidupan nyata dan saat anda menjadi cosplayer? A: keluarga pada tau, Cuma respon mereka biasa aja, engga ngelarang juga. Teman tahu, paling mereka suka ngeledek aku aja, karena aku yang biasanya tomboy pas cosplay karakternya imut-imut gitu. Padahal aku emang suka yang karakternya lucu dan imut-imut. Q: Apakah anda bangga menjadi seorang muslimah yang bercosplay atau dalam kata lain hijab cosplayer? A: bangga karena bisa berkarya, setidaknya ada sesuatu yang bisa ditunjukin.
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA BERSAMA TEMAN DEKAT KEENAM HIJAB COSPLAYER Narasumber: Ica
(Teman Dekat Rosi)
Mega (Teman Dekat Mayya) Pipit
(Teman Dekat Tina)
Aida
(Teman Dekat Dwi)
Ayu
(Teman Dekat Nada)
Alifia (Teman Dekat Rifka) Waktu
: 20 Juli 2016
Narasumber: ICA Q: apa pendapat anda mengnai karakter Rosi sehari-hari? A: Oci ceria kalo lagi engga ada masalah. Mudah panik saat ada masalah kecil. Kalo masalahnya gede yang engg bisa ditanganin sendiri, ngeluapinnya dengan nangis dulu. Care sama temennya, tapi suka ngusilin temennya juga, sampe kadang bikin gondok. Mungkin dia caper biar temennya selalu ama dia. Maklumin sih anak tunggal Q: bagaimana pendapat anda mengenai Rosi yang menjadi hijab cosplayer? A: dia emang suka anime, terus pas join jadi cosplay bagus sih biar bayak kesibukan. Saya setuju Oci iku dalam hijab cosplay, karena kegiattan itu juga engga negatif buat dia. Yah paling sih oci jadi ribet dengan risk of cosplayer hijab Q:bentuk dukungan dan motivasi seperti apa yang anda berikan kepada Rosi saat dirinya sedang ber-hijab cosplay? A: saya kasih tanggapan positif dengan keinginan menjadi cosplay hijab dan nyemangatin pas ada event cosplay Q: apakah ada perbedaan karakter yang mencolok saat Rosi sedang menjadi hijab cosplayer dan kesehariannya? A: mungkin atmosphere ramai saat jadi cosplay hijab yang bikin dia jadi sedikit berbeda Q:pendapat anda mengenai hijab cosplay?
A: hijab cosplay menurut saya postif, karena sebagai umat muslim kita engga boleh keluar syariat.tapi namanya manusia ada rasa ketertarikan dengan naime yang kadang cukup besar untuk membuat diri ingin bergaya seperti karakter anime. Dari hijab cosplay kita juga bisa sambil menyebarkan ajaran islam bahwa islam sangat open mind tentang tren asal tetap di jalurnya. Jujur saya juga ada keinginan jadi cosplayer hijab. Narasumber: AIDA Q: apa pendapat anda mengnai karakter Dwi sehari-hari? A: dwi sehari-hari baik, enak diajak ngobrol, menurut saya dia termasuk mahasiswi pintar di kelas, Cuma gara-gara dia suka banget sama anime dan kejepangan jadi suka “lebay” sendiri kak. Suka joget-joget engga jelas kayak JKT 48, tiap pulang balik, dia kan selelu tuh sama saya, engga di lobi kampus, di busway juga Q: bagaimana pendapat anda mengenai Dwi yang menjadi hijab cosplayer? A: bagus kok dwi ikut cosplay, meyalurkan hobinya yang suka jepang lebih dalam. Di kelas yang tau tentang Jepang, dia deh orangnya. Engga diragukan Q:bentuk dukungan dan motivasi seperti apa yang anda berikan kepada Dwi saat dirinya sedang ber-hijab cosplay? A: ya selaku teman dekat dia saya support apa yang dwi lakuin. Kalo ikut cosplay hijab menurut saya bagus, ya setuju aja asal jangan ganggu aktivittas yang lain juga seperti kuliah atau yang lain. Tapi sejauh iini saya liat have fun aja kok kaa. Malah dia jauh lebih rajin dari saya dan temen yang lain Q: apakah ada perbedaan karakter yang mencolok saat Dwi sedang menjadi hijab cosplayer dan kesehariannya? A: kalau dwi sih engga berubah walau dia ikut cosplay hijab kok Q:pendapat anda mengenai hijab cosplay? A: menurut saya hijab cosplay salah satu kegiatan yang positif. Bagi mahasiswa khususnya muslimah yang suka dengan Jepang seperti Dwi. Mereka bisa menyalurkan hobi dan mengetahu banyak hal. Biasanyakan cosplay itu pakaiannyaterbuka, jadi karena adanya hijab cosplay ini membantu buat mahasiswa UIN yang ingin cosplay tanpa harus melepas jilbabnya, tanpa rasa malu dan ikut kekinian.
Narasumber: MEGA Q: apa pendapat anda mengnai karakter Maya sehari-hari? A: maya itu asik, seru, terus selalu antusias kalau lagi cerita. Tapi kalau udah berurusan sama anime di laptopnya dia kayak punya dunia sendiri. kayak engga berasal dari bumi lagi Q: bagaimana pendapat anda mengenai Maya yang menjadi hijab cosplayer? A: hijab cosplay itu menarik, keren. Dan si Maya bisa menghayati perannya dengan baik. Jadi engga ada yang salah sih dengan itu Q:bentuk dukungan dan motivasi seperti apa yang anda berikan kepada Maya saat dirinya sedang ber-hijab cosplay? A: dateng ke tempat dia cosplay. Ingetin kalau mau cosplay barang-barang yang dibutuhin udah lengkap atau belum Q: apakah ada perbedaan karakter yang mencolok saat Maya sedang menjadi hijab cosplayer dan kesehariannya? A: sedikit. Dia menghayati perannya pas lagi di foto. Tapi kalo diajak ngobrol, dia tetaplah Maya. Q:pendapat anda mengenai hijab cosplay? A: keren! Karena cosplay engga harus mengumbar-ngumbar aurat Narasumber: AYU Q: apa pendapat anda mengnai karakter Nada sehari-hari? A: nada baik, dia juga pintar Q: bagaimana pendapat anda mengenai Nada yang menjadi hijab cosplayer? A: saya setuju kalau di cosplay diadain hijab cosplay. Kalau bisa diekspansiin tuh hijab cosplay. Masih minoritas menurut saya Q:bentuk dukungan dan motivasi seperti apa yang anda berikan kepada Nada saat dirinya sedang ber-hijab cosplay? A: supaya para anggotanya yang cosplay bisa mengembangkaan hijab cosplay. Sekalian menjalankan kewajiban kita sebagai umat muslim untuk menutup aurat Q: apakah ada perbedaan karakter yang mencolok saat Nada sedang menjadi hijab cosplayer dan kesehariannya? A: ada dikit sih, mungkin menyesuaikan dengan pakaiannya.
Q:pendapat anda mengenai hijab cosplay? A: saya suka dengan cosplay apalagi jika dicampur dengan hijab. Saya sangat setuju dengan hijab cosplay, bila perlu buat komunitas khusus untuk hijab cosplay. Narasumber: PIPIT Q: apa pendapat anda mengnai karakter Astina sehari-hari? A: astina orang yang baik, seru, kocak. Cuma terkadang dia orangnya tidak terlalu terbuka kalau tidak dipaksa untuk bercerita. Dan cenderung nyimpen masalahnya sendiri. dan lebih senang ngabisin waktu dengan hobinya Q: bagaimana pendapat anda mengenai Rosi yang menjadi hijab cosplayer? A: senang pas lihat dia jadi hijab cosplay, tambah cantik Q:bentuk dukungan dan motivasi seperti apa yang anda berikan kepada Rosi saat dirinya sedang ber-hijab cosplay? A: kalau aku kasi saran sih, yang penting kalau dia pakai jilbab itu sesuai sama aturan syari, tidak kkeleat batas Q: apakah ada perbedaan karakter yang mencolok saat Rosi sedang menjadi hijab cosplayer dan kesehariannya? A: astina jadi terlihhat lebih feminim, lebih cantik tentunya kalau pakai hijab dibanding kebalikannnya Q:pendapat anda mengenai hijab cosplay? A: menarik dan unik aja saat aku lihat astina jadi hijab cosplay Narasumber: ALIFIA Q: apa pendapat anda mengnai karakter Rifka sehari-hari? A: Engga terlalu feminin, kuat banget tenaganya apalagi kalau lagi bercanda, lucu banget kalau lagi ngasih guyonan tapi kadang juga engga lucu sama sekali. Kalau lagi bercosplay biasanya dia jadi jaga image gitu, karena situasi juga soalnya. Dan di rumah dia tuh, pendiam. Lebih banyak di kamar. Q: bagaimana pendapat anda mengenai Rifka yang menjadi hijab cosplayer? A: awalnya aneh kan, soalnya rifka pakainya hijab engga pakai wig gitu. Tapi ternyata seru dan lucu juga. Sekarang kalau liat rifka ngecosplay jadi “kawaii” gitu Q:bentuk dukungan dan motivasi seperti apa yang anda berikan kepada Maya saat dirinya sedang ber-hijab cosplay?
A: ngasih saran aja paling. Misal Rifka nanya, cocok atau lucu untuk dia cosplaykan atau tidak, yaa aku kasih masukan yang bagus dan cocok yang mana. Q: apakah ada perbedaan karakter yang mencolok saat Maya sedang menjadi hijab cosplayer dan kesehariannya? A: mungkin jadi lebih feminin dan imut yaa. Karena kebawa pas lagi jadi karakter nge-cosplay Q:pendapat anda mengenai hijab cosplay? A: awalnya aneh karena cosplay pakai hijab. Tapi semuanya ada positif dan negatifnya kan. Dan engga semua cosplayer harus seksi-seksi dan pendek-pendek bajunya. Yang muslim jadi bisa nunjukin hobinya seperti yang lain
FOTO KEGIATAN
Foto saat FGD berlangsung pada tanggal 6 September 2016 di UIN Jakarta. FGD digunakan untuk untuk mengumpulkan data pada penelitian kualitatif. FGD ini dilakukan kepada 6 orang anggota Hijab cosplay Islamic Otaku Community Episode UIN Jakarta.
Foto bersama acara IC Fest UIN Jakarta, 17 September 2016. IC Fest merupakan acara yang terakhir diikuti oleh peneliti dalam usahanya untuk mengmpulkan data mengenai hijab cosplay IOC episode UIN Jakarta.