Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 02 Juli
2015
KONSEP DAN TEORI BELAJAR DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM
Abstract In fact, on Islamic education, Islamic people can’t later from various theory and concept of Western learning. This matter as undoubtedly of intercultural influence and civilization each other. Just only, have to be understood to Islamic people that by paradigmatic, Islamic learniong concepts is differ with western learning concepts. The fundamental matter which differentiate concept of learning education between Islam and West is tauhid concept. Finally, ultimate goal of Islamic learning is perfect personality (insan kamil), that is godly mankind in really proportion (haqqa tuqatihi). Keywords: Teori Belajar Barat, Teori Belajar Islam, Pendidikan Islam
22
Konsep dan Teori Belajar dalam Perspektif Pendidikan Islam................Anhar
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 02 Juli 2015
Pendahuluan Konsep tentang belajar telah ada sepanjang sejarah manusia. Meskipun pada masa-masa yang jauh belum dirumuskan, tetapi dengan mudah dapat diungkap pada masa kini. Hal demikian karena belajar adalah aktivitas mental manusia, yang tidak mungkin dipisahkan dari kehidupan manusia. Namun seiring dengan perkembangan ilmu psikologi, konsep dan teori belajar semakin berkembang. Pendidikan Islam, setidaknya bagi pemikir pendidikan Islam, memiliki konsep dan teori belajar yang berkarakteristik dan memiliki spesifikasi yang khas. Kekhasan itu sebagai konsekuensi asas dan sumber pendidikan Islam yang didasarkan kepada Alquran dan as-Sunnah. Jika ditelusuri lebih jauh, karakteristik khas konsep dan teori belajar dalam Islamdidasarkan kepada tauhid. Tauhid inilah pembeda paling pokok dan dasar teori dan konsep belajar pendidikan Islam dengan pendidikan umum. Tulisan ini akan mencoba menjelaskan beberapa konsep dan teori belajar perspektif pendidikan Islam. Namun agar kajian ini lebih komprehensif, terlebih dahulu dijelaskan epistemologi dan teori belajar dalam perspektif pemikir Barat. Belajar dan Teori Belajar 1. Belajar Belajar (learning) adalah salah satu topik paling penting dalam kajian psikologi dewasa ini, meskipun konsep belajar itu sendiri sulit didefinisikan. American Heritage Dictionary mendefinisikan belajar sebagai berikut: ‚To gain knowledge, comprehension or mastery through experience or study‛ (untuk mendapatkan pengetahuan, pemahaman, atau penguasaan melalui pengalaman atau studi). Namun kebanyakan psikologi meganggap defenisi ini tidak bisa diterima sebab ada istilah yang samar didalamnya, seperti pengetahuan, pemahaman, dan penguasaan. Menurut Hergenhann dan Olson, sepanjang beberapa tahun belakangan ini ada kecendrungan untuk menerima defenisi belajar yang merujuk pada perubahan pada prilaku yang dapat diamati. Salah satu defenisi yang paling popular adalah defenisi yang dikemukakan olek Kimble yang mendefenisikanbelajar sebagai perubahan yang relative permanent di dalam behavioral potentiality (potensial behavioral) yang terjadi sebagai akibat dari reinforced practice (praktik yang diperkuat). Meskipun cukup popular, defenisi ini
Konsep dan Teori Belajar dalam Perspektif Pendidikan Islam................Anhar
23
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 02 Juli
2015
tidak diterima secara universal.1 Penjelasan berikut merupakan pokok-pokok pikiran ketidaksepakatan terhadap defenisi Kimble ini. Pertama, belajar diukur berdasarkan perubahan dalam prilaku; dengan kata lain, hasil dari belajar harus selalu diterjemahkan ke dalam prilaku atau tindakan yang dapat diamati. Setelah menjalani proses belajar, pembelajar (learner) akan mampu melakukan sesuatu yang tidak bisa mereka lakukan sebelum mereka belajar. Kedua, perubahan behavioral ini relative permanent; artinya hanya sementara dan tidak menetap. Ketiga, perubahan prilaku itu tidak selalu terjadi secara langsung setelah proses belajar selesai. Kendati ada potensi untuk bertindak secara berbeda, potensi untuk bertindak ini mungkin tidak akan diterjemahkan ke dalam bentuk prilaku secara langsung. Keempat, perubahan prilaku (atau potensi behavioral) berasal dari pengalaman atau praktik (latihan). Kelima, pengalaman atau praktik harus diperkuat, artinya hanya respon-respon yang menyebabkan pengetahuanlah yang akan dipelajari. Meskipun istilah imbalan (reward) dan penguatan (reinforcement) kerap dianggap sama, namun setidaknya ada dua alasan mengapa anggapan itu kurang tepat. Pavlov, misalnya, suatu penguat (reinforcer) didefinisikan sebagai unconditioned stimulus, yakni setiap stimulus yang menimbulkan reaksi alamiah dan otomatis dari suatu organisme. Dalam riset Pavlovian, stimuli seperti larutan asam atau sentrum listrik tak jarang dipakai sebagai unconditional stimuli. Stimuli ini bisa disebut sebagai penguat, namun sulit dianggap sebagai imbalan, jika imbalan itu dianggap sebagai sesuatu yang dinginkan. Penganut Skinnerian juga tidak mau menyamakan penguat dengan imbalan. Menurut mereka, penguat akan memperkuat setiap prilaku yang secara langsung mendahului kejadian penguat. Sebaliknya imbalan biasanya dianggap sebagai sesuatu yang diberikan atau diterima hanya untuk prestasi yang layak pencapaiannya membutuhkan waktu dan energi, atau diberikan untuk tindakan yang dianggap diinginkan oleh masyarakat. Lebih jauh, karena prilaku yang diingikan itu biasanya sudah ada sebelum prilaku tersebut diakui lewat pemberian imbalan, maka imbalan itu tidak bisa dikatakan memperkuat prilaku itu. Jadi menurutpenganut Skinnerian, penguat akan memperkuat prilaku, namun imbalan tidak. Skinner (1986) mengelaborasi poin ini sebagi berikut: Efek penguatan [dari penguat] akan hilang…ketika penguat disebut imbalan. Orang diberi imbalan, tetapi prilaku diperkuat. Jika, misalnya saat Anda sedang berjalan-jalan di jalanan, Anda menunduk lalu menemukan uang, dan jika uang itu memperkuat tindakan Anda, maka Anda akan cenderung sering-sering B.R. Hergenhann dan Mattew HLM. Olson, Theories of leraning (teori belajar), Ed.7, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 2. 1
24
Konsep dan Teori Belajar dalam Perspektif Pendidikan Islam................Anhar
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 02 Juli 2015
menundukkan kepala selama beberapa waktu, namun kita tidak bisa mengatakan bahwa Anda diberi hadiah karena menundukkan kepala. Seperti ditunjukkan oleh akar sejarah dari kata ini, imbalan mengimplikasikan konpensasi, sesuatu yang berkaitan dengan pengorbanan atau usaha. Kita memberi bintang jasa kepada pahlawan, gelar kepada mahasiswa, hadiah kepada pemenang, namun imbalan itu tidak secara langsung bergantung kepada apa-apa yang baru saja mereka lakukan, namun pada umumnya imbalan itu dianggap tidak pantas diberikan jika tidak ada usaha untuk meraihnya.2 Hergenhann dan Olson keberatan dengan istilah di atas dan tidak akan menyamakan istilah imbalan dengan penguatan. Kecuali istilah imbalan yang dipakai di sini sejalan dengan definisi Skinner di atas, istilah penguat atau penguatan akan dipakai secara eksklusif. Menurut mereka definisi belajar dari Kimble menyedikan kerangka yanga bagus untuk mendiskusikan sejumlah isu penting yang harus dihadapi saat kita mencoba mendefinisikan apa itu belajar. 2. Teori Belajar a. Teori Fungsionalistik Domain 1) Koneksionisme Thorndike menyebut asosiasi antara kesan inderawi dan impuls dengan tindakan sebagai ikatan/kaitan atau koneksi. Cabang-cabang asosiasionisme sebelumnya telah berusaha menunjukkan bagaimana ide-ide menjadi saling terkait; jadi pendekatan Thorndike cukup berbeda dan dapat dianggap sebagai teori belajar modern pertama. Penekanannya pada aspek fungsional dari prilaku terutama dipengaruhi oleh Darwin. Teori Thorndike bisa dipahami sebagai kombinasi dari asosiasionisme, Darwinisme, dan metode ilmiah. 2) Pemilihan dan Pengaitan Menurut Thorndike bentuk paling dasar dari proses belajar adalah trialand-error learning (belajar dengan uji coba), atau yang disebutnya sebagai selecting and connecting (pemilihan dan pengaitan). Dia mendapatkan ide dasar ini melalui eksprimen awalnya, dengan memasukkan hewan ke dalam perangkat yang telah ditata sedemikian rupa sehingga ketika hewan itu melakukan jenis respons tertentu ia bisa keluar dari perangkat itu. Perangkat dimaksud yakni sebuah kotak kerangkeng kecil dengan satu galah yang diletakkan di tengan atau sebuah rantai yang di gantung dari atas.
B.F. Skinner, ‚What is Wrong Daily Life in the Western World?‛ American Psichologist, 1986, hlm. 569. 2
Konsep dan Teori Belajar dalam Perspektif Pendidikan Islam................Anhar
25
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 02 Juli
2015
Hewan bisa keluar dengan mendorong galah atau menarik rantai itu. Namun ada tata situasi yang mengharuskan hewan melakukan serangkaian respons yang kompleks sebelum ia bisa keluar kotak. Respons yang berbeda dilakukan dalam waktu yang berbeda-beda dalam percobaan Thorndike ini, namun idenya tetap sama-hewan itu harus melakukan tindakan tertentu sebelum ia dapat keluar dari kotak. Kutipan di bawah ini diambil dari Animal Inteligence yang menunjukkan contoh percobaanya dengan kotak teka teki. Semua prilaku kucing, kecuali kucing nomor ke-11 dan 13, selalu sama. Ketika dimasukkan ke dalam kotak, seekor kucing akan menunjukkan tanda-tanda gelisah dan muncul dorongan untuk keluar dari kerangkeng. Ia berusaha menerobos lewat pintu; ia mencakar dan menggigit kerangkeng atau kawat; ia menjulurkan cakarnya keluar dari sela-sela kerangkeng dan mencoba mencakar segala sesuatu yang diraihnya; ia terus berusaha seperti itu seperti saat dia menemukan sesuatu yang agak longgar dan goyah; ia akan mencakar benda-benda di dalam kotak. Ia tidak memperhatikan makanan yang ada di luar kotak, tetapi nampaknya dia secara naluriah ingin membebaskan diri dari kerangkeng itu. Daya juangnya luar biasa. Selama delapan atau sepuluh menit ia mencakar dan menggigit tanpa henti. Kucing nomor 13, seekor kucing tua, dan kucing nomor 11, kucing yang malas sekali, prilakunya berbeda. Mereka tidak berjuang keras atau terus- menerus. Kadang-kadang mereka bahkan tiak berjuang sama sekali. Karenanya mereka perlu dikeluarkan dari kotak beberapa kali, untuk diberi makan. Jadi kemudian mereka mengasosiasikan tindakan memanjat kotak dengan makan. Sejak itu mereka akan berusaha keluar setiap kali dimasukkan ke dalam kotak. Tetapi mereka tetap berjuang dengan keras seperti kucing-kucing lainnya. Dalam masing-masing kasus, entah dorongan untuk berjuang itu adalah akibat dari reaksi naluriah untuk keluar atau akibat dari asosiasi, tampaknya dorongan itulah yang membuat kucing bisa keluar dari kotak. Kucing yang mencakar-cakar seluruh sisi kotak kemungkinan besar akhirnya akan mencakar pula galah atau tombol yang membuka pintu. Dan pelan-pelan, semua dorongan tindakan yang membuahkan hasil ke dalam kotak, akan segera mencakar tombola tau galah itu. 3 Jadi entah untuk mendapatkan sepotong ikan atau demi keluar dari kerangkeng, semua binatang yang ditelitinya belajar melakukan apapun yang diperlukan untuk keluar dari kotak. 3
26
Thordike, Animal Inteligence. New York: Macmillan, hlm. 35-40.
Konsep dan Teori Belajar dalam Perspektif Pendidikan Islam................Anhar
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 02 Juli 2015
Thorndike menyebut waktu yang dibutuhkan hewan untuk memecahkan problem sebagai fungsi dari jumlah kesempatan yang harus dimiliki hewan untuk memecahkan problem. Setiap kesempatan adalah usaha coba-coba, dan upaya percobaan berhenti saat si hewan mendapatkan solusi yang benar. Grafik untuk situasi semacam ini ditunjukkan di gambar berikut. Dalam eksperimen dasar ini, Thorndike secara konsiten mencatat bahwa waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah (variable terikat) menurun secara sistematis, seiring dengan bertambahnya upaya percobaan yang dilakukan hewan; artinya semakin banyak kesempatan yang dimiliki hewan, semakin cepat ia akan memecahkan problem. 4 3) Belajar adalah incremental, bukan insightful (bukan langsung ke pengertian mendalam) Dengan mencatat penurunan gradual dalam waktu untuk mendapatkan solusi sebagai fungsi percobaan suksesif, Thorndike menyimpulkan bahwa belajar dapat bersifat incremental (inkremental/ bertahap) bukan insightful (langsung ke pengertian). Dengen menunjukkan kata lain belajar dilakukan dalam langkah-langkah kecil yang sistematis, bukan langsung melompat ke pengertian mendalam. 5 Dia mencatat bahwa jika belajar adalah insightful, grafik akan menunjukkan waktu untuk mencapai solusi tampak relatif stabil dan tinggi pada saat hewan dalam keadaan belum belajar. Pada saat hewan mendapat pengertian mendalam untuk memecahkan masalah, grafiknya akan langsung turun dengan cepat dan akan tetap di titik itu selama durasi percobaan. Gambar di atas juga menunjukkan tampilan grafik jika belajar langsung menghasilkan pengertian. 4) Belajar tidak Dimediasi oleh Ide. Berdasarkan risetnya Thorndike (1998) juga menyimpulkan bahwa belajar adalah bersifat langsung dan tidak dimediasi oleh pemikiran atau penalaran: Kucing tidak melihat situasi, apalagi memikirkan situasi, lalu memutuskan apa yang mesti dilakukan. Kucing langsung melakukan aktivitas berdasarkan pengalaman dan reaksi naluriah terhadap situasi ‚ terpenjara saat lapar dengan makanan berada di luar kerangkeng‛ bahkan setelah sukses sekalipun, kucing tidak menyadari bahwa tindakannya akan membuatnya mendapatkan makanan dan karenanya memutuskan untuk melakukannya lagi dengan dengan segera, namun ia bertindak berdasarkan dorongannya. 4
Hergenhann Olson, hlm.61. Ibid. hlm.62.
5
Konsep dan Teori Belajar dalam Perspektif Pendidikan Islam................Anhar
27
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 02 Juli
2015
Di tempat lain, Thorndike (1911) mengemukakan hal serupa dalam percobaan monyet. Ia menjelaskan: Dalam mendiskusikan fakta-fakta ini, kita mungkin pertama-tama menjelaskan salah satu pendapat popular, bahwa belajar adalah dengan penalaran (reasoning). Jika kita menggunakan kata penalaran dalam makna psikologis teknisnya sebagai fungsi untuk mendapatkan konklusi melalui persepsi relasi, perbandingan dan inferensi; jika kita menganggap isi mental di dalamnya sebagai perasaan akan relasi, persepsi dan kesamaan, gagasan abstrak dan umum, dan penilaian, maka kita tidak menemukan bukti adanya penalaran dalam prilaku monyet terhadap mekanisme yang dipakai, dan fakta ini membantah argumen tentang penalaran itu, seperti juga dalam kasus kucing dan anjing. Terdapat argumen bahwa keberhasilan hewan dalam menangani peralatan mekanis mengimplikasikan bahwa hewan itu memikirkan propertiproperti mekanisme, namun argumen ini tidak bisa diperthankan lagi saat kita menemukan bahwa dengan pemilihan aktivitas-aktivita naluriah umum hewan itu sudah cukup untuk menghasilkan solusi yang berkaitan dengan galah, kait, tombol, dan sebagainya. Juga ada bukti positif dari tidak adanya fungsi penalaran umum.6 b. Teori Asosiasianistik Dominan 1) Eksitasi (Kegairahan) dan Hambatan Menurut Pavlov, dua proses dasar yang mengatur semua aktivitas sistem saraf sentral adalah excitation (eksitasi) dan inhibition (hambatan). Babkin mengatakan: Dua konsep dasar dari Pavlov mengenai properti fungsional dari sistem saraf dan cerebral cortex pada khususnya, adalah bahwa mereka didasarkan pada dua proses yang sama-sama penting: proses eksitasi (kegairahan) dan proses hambatan. Sering kali dia membandingkan sistem saraf dengan dewa Yunani kuno bernama Janus yang memiliki dua wajah yang menghadap arah berlawanan. Eksistasi dan hambatan adalah sisi-sisi dari proses yang sama; keduanya selalu ada secara bersamaan, namun proporsinya bervariasi setiap saat, kadang yang satu lebih menonjol, dan kadang yang satunya lagi yang lebih menonjol. Secara fungsional cerebral cortex adalah, menurut Pavlov, sebentuk Thorndike, Animal, hlm. 184-186.
6
28
Konsep dan Teori Belajar dalam Perspektif Pendidikan Islam................Anhar
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 02 Juli 2015
mosaik, yang terdiri dari titik-titik eksitasi dan hambatan yang terus menerus berubah.7 Pavlov berspekulasi bahwa setiap kejadian di lingkungan berhubungan dengan beberapa titik di otak dan saat kejadian ini dialami, ia cenderung menggairahkan atau menghambat aktivitas otak. Jadi, otak terus menerus dirangsang atau dihambat, tergantung pada apa yang dialami organisme. Pola eksitasi dan hambatan yang menjadi karakteristik otak ini oleh Pavlov disebut cortical mosaic (mozaik kartikal). Mozaik kartikal pada satu momen akan menentukan bagaimana organisme merespon lingkungan. Setelah ekternal atau internal berubah, mozaik kartikal akan berubah dan prilaku juga berubah.8 2) Stereopsis Dinamis Ketika kejadian terjadi secara langsung konsisten dalam suatu lingkungan, mereka akan memiliki neurologis, dan respons terhadap mereka akan lebih mungkin terjadi dan lebih efisien. Jadi, respons terhadap lingkungan yang sudah dikenal akan makin cepat dan otomatis. Ketika ini terjadi, dynamic stereotip (stereotip dinamis) dikatakan telah terjadi. Secara garis besar, streotip dinamis adalah mozaik kortikal yang menjadi stabil karena organisme berada dalam lingkungan yang dapat diprediksi selama priode waktu tertentu yang lumayan panjang. Selama pemetaan kortikal ini dengan akurat merefleksikan lingkungan dan menghasilkan respons yang tepat, maka segala sesuatu akan baik-baik saja. Tetapi jika lingkungan berubah secara radikal, organisme mungkin kesulitan dibentuk, dan itu bukan tugas mudah.9 3) Iradiasi dan Konsentrasi Pavlov menggunakan istilah analyzer untuk mendiskripsikan jalur dari satu reseptor indrawi ke area otak tertentu, suatu analyzer terdiri dari reseptor indrawi, jalur sensoris dari reseptor ke otak, dan area otak yang diproyeksikan oleh aktivitas seonsoris. Informasi sensoris (indrawi) yang diproyeksikan (diteruskan) ke beberapa area otak akan menimbulkan eksitasi di area itu. Pada awalnya terjadi irradiation of excitation (iradiasi eksitasi); dengan kata lain, eksitasi ini akan meluber ke area otak lain didekatnya. Ini adalah proses yang dipakai Pavlov untuk menjelaskan generalisasi. Dalam contoh generalisasi, dicatat bahwa ketika hewan dikondisikan untuk merespons nada berfrekuensi 2,000-cps, ia akan hanya merespons nada itu, tetapi juga nada lain yang terkait dengannya. Besaran respons akan ditentukan oleh kemiripan antara nada yang disajikan dan CS ( conditioned B.P. Babkin, Pavlov: A Biography, (Chicago: University Of Chicago Press), hlm. 313. Ibid., hlm. 189. 9 Ibid., hlm. 189. 7 8
Konsep dan Teori Belajar dalam Perspektif Pendidikan Islam................Anhar
29
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 02 Juli
2015
stimulus) aktual yang dipakai selama
training. Semakin besar kemiripannya,
10
semakin besar CS-nya. Penjelasan Pavlov tentang generalisasi adalah bahwa implus neural berjalan dari reseptor - dalam kasus ini dari telinga-ke area tertentu di dalam otak yang bereaksi terhadap nada 2.000.-cps. Aktivitasnya yang disebabkan oleh nada 2.000-cps akan memancar dari lokasi ini ke daerah didekatnya. Pavlov mengasumsikan bahwa nada yang paling dekat dengan 2.000-cps diresepsentasikan dalam daerah otak yang dekat dengan area yang menerima nada 2.000-cps. Saat nada menjadi semakin berbeda, daerah otak yang meresepsentasikannya akan semakin jauh dari area yang menerima 2.000-cps. Selain itu Pavlov mengasumsikan bahwa eksitasi akan hilang karena jarak. Eksitasi paling kuat terjadi di poin yang berkorespondensi dengan CS dan paling lemah di area yang paling jauh. Karenanya, asosiasi bukan hanya terjadi antara CS dan US (Unconditioned Stimulus), tetapi juga dengan sejumlah stimuli yang berhubungan dengan CS yang direpresentasikan di daerah otak di sekitarnya. Selain hopotesis bahwa eksitasi meluber, atau menyebar ke daerah sekitarnya, Pavlov juga menunjukkan, melalui generalisasi, bahwa hambatan juga meluber.11 4) Pengkondisian Eksitatoris dan Inhibitoris Pavlov mengidentifikasi dua tipe umum dari pengkondisian yang berasal langsung dari diskusi di atas. Yang pertama, excitatory conditioning, akan tampak ketika pasangan CS-US menimbulkan suatu respons; sebuah bell (CS) yang dipasangkan berulang kali dengan makanan (US) sehingga penyajian CS akan menerbitkan air liur (CR); satu nada (CS) dipasangkan berulang kali dengan tiupan angin (US) langsung ke mata (yang menyebabkan mata secara reflex berkedip (UR) sehingga penyajian CS saja akan menyebabkan mata berkedip. Conditioned inhibition tampak ketika training CS menghambat atau menekan suatu respons. Misalnya, Pavlov berspekulasi bahwa pelenyapan mungkin disebabkan oleh munculnya hambatan setelah CS yang menimbulkan respons itu diulang tanpa satu penguat. (Riset terkini, yang akan ditunjukkan secara ringkas, mengindikasikan bahwa interpretasi pelenyapan ini tidak tepat). Prosedur standar untuk menghasilkan hambatan yang dikondisikan adalah menyajikan satu CS (satu nada, misalnya) yang dipasangkan dengan US dan menghadirkan CS
Ibid., hlm. 189 Ibid., hlm. 191.
10 11
30
Konsep dan Teori Belajar dalam Perspektif Pendidikan Islam................Anhar
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 02 Juli 2015
majemuk atau gabungan (nada dengan cahaya) yang tidak dipasangkan dengan US.12 Prinsip Belajar dalam Perspektif Islam (Prinsip Metode Pembelajaran Tilawah, Ta’lim, dan Tazkiyah) Secara asasi dan fundamental, pendidikan Islam tentu amat berbeda dengan pendidikan Barat yang hanya didasarkan kepada kedah-kaedah rasionalisme dan empirisme. Pokok perbedaan fundamental itu, ialah pendidikan Islam menjadikan wahyu sebagai dasar atau asas pendidikan. Hal mana telah dikesampingkan dalam pendidikan Barat. Dengan demikian, konsep dan teori pendidikan-sudah pasti juga-konsep dan teori belajar dalam pendidikan Islam didasarkan kepada Alquran dan Hadis Nabi Muhammad saw. Di bawah ini penulis akan mencoba memaparkan analisis tentang konsep dan teori belajar barat sebagai dipaparkan di atas, kemudian mencoba menunjukkan aspek-aspek fundamental konsep dan teori belajar menurut pendidikan Islam. 1. Konsep Pendidikan Islam tentang Belajar a. Konsep Tujuan Belajar Apa yang hendak dicari dalam belajar? Pertanyaan yang semakna dengan itu; Apa tujuan penguasaan terhadap ilmu dan berbagai keterampilan yang menjadi objek belajar manusia? Bahkan, kita sampai kepada pertanyaan yang paling pokok; Apa tujuan keseluruhan berbagai pembinaan aktivitas mental dan
12
Kita menyebut nada sebagai A+ untuk menunjukkan bahwa ia selalu disajikan bersama US, dan nada majemuk dengan AX- untuk menunjukkan bahwa kombinasi nada/cahaya tidak dipasangkan dengan A+/ AX-, selama tahap pertama training, baik itu A+ maupun AXmenghasilkan CR. Setelah training diteruskan, terjadi diskriminasi; setelah presentasi A saja (A+) muncul respons, tetapi tidak muncul respons setelah AX-. Jadi AX- dan X itu sendiri menjadi penghambat yang dikondisikan. Tipe lain dari hambatan yang didokumendasikan oleh Pavlov mengungkapkan bahwa pengkondisian bukan stimuli yang murni mekanis dan pasti terhadap respons. Jika, misalnya setelah anjing mengeluarkan respons berliur secara stabil terhadap satu nada, dengan satu stimulus baru (hambatan eksternal) yang dipasangkan dengan nada, respons berliur tidak terjadi. External inhibition (hambatan eksternal) adalah istilah yang dipakai Pavlov untuk mendeskripsikan efek disruptif yang terjadi ketika stimulus baru disajikan bersama dengan CS yang sudah ada. Tetapi, efeknya tidak terbatas hanya pada eksitasi yang dikondisikan. Jika CS adalah penghambat yang dikondisikan, pengenalan stimulus yang tak terduga bersama dengan CS akan menghasilkan disinhibition yang merupakan disrupsi (gangguan) terhadap hambatan yang dikondisikan . dengan kata lain, jika memasangkan satu stimulus baru dengan penghambat yang dikondisikan, penghambat akan gagal untuk menghambat. Ibid., hlm. 192.
Konsep dan Teori Belajar dalam Perspektif Pendidikan Islam................Anhar
31
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 02 Juli
2015
pisik manusia? dalam Alquran dan Hadis terdapat jawaban pertanyaan dimaksud. Misalnya dalam surat Al-Baqarah/2:128:
‛128. Ya Tuhan Kami, Jadikanlah Kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu Kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada Kami caracara dan tempat-tempat ibadat haji Kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.‛ Kemudian, dalam surat Al-Baqarah /2 ayat 129-133:
‛Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (AsSunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan Sesungguhnya Dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku 32
Konsep dan Teori Belajar dalam Perspektif Pendidikan Islam................Anhar
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 02 Juli 2015
tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam". Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tandatanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan Kami hanya tunduk patuh kepadaNya". Kemudian, dalam surat Ali Imran/ ayat 101-102:
‛Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, Padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, Maka Sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam. Dalam sebuah hadis Rasulullah Saw bersabda:
ِ ِ ِ ال َعْب ُد اللَّ ِو بْ ُن َع ْم ٍرو ح و َحدَّثَنَا َ َال ق َ َت َم ْسُروقًا ق ُ ت أَبَا َوائ ٍل ََس ْع ُ ص بْ ُن ُع َمَر َحدَّثَنَا ُش ْعبَةُ َع ْن ُسلَْي َما َن ََس ْع ُ َحدَّثَنَا َح ْف ِ ِ ِ ٍ ش عن َش ِق ِيق ب ِن سلَمةَ عن مسر َ َوق ق َني قَ ِد َم َم َع ُم َعا ِويَة َ ال َد َخ ْلنَا َعلَى َعْبد اللَّو بْ ِن َع ْم ٍروح ْ َ ِ قُتَ ْيبَةُ َحدَّثَنَا َج ِر ٌير َع ْن ْاْل َْع َم ُْ َ ْ َ َ َ ْ ِ ُ ال رس ِ َال ََل ي ُكن ف ِ ِ َ إِ ََل الْ ُكوفَ ِة فَ َذ َكر رس صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َ َاح ًشا َوََل ُمتَ َف ِّح ًشا َوق َ ول اللَّو َ ول اللَّو ُ َ َ َال ق ْ َ ْ َ صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم فَ َق َُ َ ِ َح َسنَ ُك ْم ُخلُق ْ َو َسلَّ َم إِ َّن م ْن أ ْ َخ ََِيُك ْم أ ‛Telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Umar telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Sulaiman saya mendengar Abu Wa`il saya mendengar Masruq dia berkata; Abdullah bin 'Amru berkata. Dan diriwayatkan dari jalur lain, telah menceritakan kepada kami Qutaibah Konsep dan Teori Belajar dalam Perspektif Pendidikan Islam................Anhar
33
2015
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 02 Juli
telah menceritakan kepada kami Jarir dari Al A'masy dari Syaqiq bin Salamah dari Masruq dia berkata; "Kami pernah menemui Abdullah bin 'Amru ketika kami tiba di Kufah bersama Mu'awiyah, kemudian dia ingat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam seraya berkata; "Beliau tidak "pernah berbuat kejelekan dan tidak menyuruh untuk berbuat kejelekan. Lalu (Abdullah bin Amru) berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya orang yang terbaik di antara kalian ialah yang paling bagus akhlaknya."13 Hadis berikut:
ي عن سعِ ٍ ِ يد َع ْن قَتَ َادةَ َع ْن ُزَر َارةَ أ َّ َن َس ْع َد بْ َن ِى َش ِام بْ ِن َع ِام ٍر أ ََر َاد َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن الْ ُمثَ ََّّن الْ َعنَ ِز ُّ ي َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن أَِِب َعد ٍّ َ ْ َ الس ََل ِح والْ ُكرا ِع وُُي ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ وم َح ََّّت َيَُوت فَلَ َّما اى َد ُّ يع َع َق ًارا لَوُ ِبَا فَيَ ْج َعلَوُ ِِف ِّ َ َ َ َ الر َ أَ ْن يَ ْغُزَو ِِف َسب ِيل اللَّو فَ َقد َم الْ َمدينَةَ فَأ ََر َاد أَ ْن يَب َ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َخبَ ُروهُ أ َّ صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َن َرْى ً اسا ِم ْن أ َْى ِل الْ َمدينَ ِة فَنَ َه ْوهُ َع ْن َذل َ ط ِستَّة أ ََر ُادوا َذل َ ك َوأ ْ ك ِِف َحيَاة نَِ ِّ ِب اللَّو َ قَد َم الْ َمدينَةَ لَق َي أُنَ ً ِ وسلَّم فَنَ هاىم نَِ ِ اج َع ا ْمَرأَتَوُ َوقَ ْد َكا َن طَلَّ َق َها صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم َوقَ َ ُس َوةٌ فَلَ َّما َح َّدثُوهُ بِ َذل َ َ َ َ َ ُ ْ ُّ س لَ ُك ْم ِِفَّ أ ْ ِب اللَّو َ ك َر َ ال أَلَْي َ ِ ِ ِ ِ ُّ ك َعلَى أ َْعلَمِ َّ َّ َّ َّ ِ ِ ٍ ٍ صلى اللوُ َعلَْيو َو َسل َم فَ َق َ ال ابْ ُن َعبَّاس أَََل أ َُدل َ َوأَ ْش َه َد َعلَى َر ْج َعت َها فَأَتَى ابْ َن َعبَّاس فَ َسأَلَوُ َع ْن وتْر َر ُسول اللو َ ال من قَ َ ِ ِ ِ ِ ِ ِ أ َْى ِل ْاْلَر ِ ِ ت َخِ ِْبِِن بَِرِّد َىا َعلَْي َ اسأَ ْْلَا ُُثَّ ائْت ِِن فَأ ْ ك فَانْطَلَ ْق ُ ال َعائ َشةُ فَأِْتَا فَ ْ ض ب ِوتْ ِر َر ُسول اللَّو َ ْ صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم قَ َ َ ْ ِ ِ ِّيعتَ ْ ِ ول ِِف َىاتَ ْ ِ ني َشْيئًا ال َما أَنَا بَِقا ِرِِبَا ْل ِّ َِن نَ َهْيتُ َها أَ ْن تَ ُق َ استَ ْل َح ْقتُوُ إِلَْي َها فَ َق َ إِلَْي َها فَأَتَْي ُ ت َعلَى َحكي ِم بْ ِن أَفْ لَ َح فَ ْ ني الش َ ِ ِ ِ فَأَبت فِي ِهما إََِّل م ِ ت ضيِّا قَ َ ت لَنَا فَ َد َخ ْلنَا َعلَْي َها فَ َقالَ ْ استَأْذَنَّا َعلَْي َها فَأَذنَ ْ ال فَأَقْ َس ْم ُ ت َعلَْيو فَ َجاءَ فَانْطَلَ ْقنَا إِ ََل َعائ َشةَ فَ ْ ُ َْ َ ِ ِ ِ أ ِ ت َخْي ًرا ت َم ْن ِى َش ٌام قَ َ ك قَ َ يم فَ َعَرفَ ْتوُ فَ َق َ ت َم ْن َم َع َ ت َعلَْيو َوقَالَ ْ ال ابْ ُن َعام ٍر فَتَ َر َََّّ ْ ال َس ْع ُد بْ ُن ى َش ٍام قَالَ ْ ال نَ َع ْم فَ َقالَ ْ َ َحك ٌ ٍ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ت تَ ْقَرأُ قَ َ صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم قَالَ ْ ت يَا أ َُّم الْ ُم ْؤمن َ ت أَلَ ْس َ ُحد فَ ُق ْل ُ ني أَنْبئ ِيِن َع ْن ُخلُق َر ُسول اللَّو َ يب يَ ْوَم أ ُ ال قَتَ َادةُ َوَكا َن أُص َ الْ ُقرآ َن قُ ْلت ب لَى قَالَت فَِإ َّن خلُق نَِ ِ َح ًدا َع ْن صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم َكا َن الْ ُق ْرآ َن قَ َ ْ ُ َ ِّ ال فَ َه َم ْم ُ وم َوََل أ ْ ت أَ ْن أَقُ َ ِب اللَّو َ َسأ ََل أ َ ُ َ ْ ٍ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َّ َّ َّ َّ ِ ِ ت ل ق ل م ز م ل ا ا ه َي أ ا ي ُ أ ر ق ت ت س ل َ أ ت ل ا ق ف م ل س و و ي ل ع و ل ال ى ل ص و ل ال ول س ر ام ي ق ن ع يِن ئ ب ن َ أ ت ل ق ف ِل ا د ب ُث وت َم أ َّت ح ء ي ُ َ َْ َ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ ُّ َ ْ ُ َِّّ ُ ُ ْ ُ َ َش ْ َ َّ ُ َ َُّ َ َ َ ُ ْ ُ ْ َ ْ َ َ ُ ب لَى قَالَت فَإِ َّن اللَّو عَّز وجلَّ افْ ت ر ِ ِِ ِ السورةِ فَ َقام نَِ ِ َص َحابُوُ َح ْوًَل ْ ض قيَ َام اللَّْي ِل ِِف أ ََّوِل َىذه ُّ َ َ ُّ صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم َوأ ْ َ َ َ َ ََ َ ِب اللَّو َ َ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َّ ِ َّ َّ ص َار قيَ ُام اللْي ِل تَطَُّو ًعا بَ ْع َد الس َماء َح ََّّت أَنْ َزَل اللوُ ِف آخر َىذه ُّ ك اللوُ َخاِتَتَ َها اثْ َ ِْن َع َشَر َش ْهًرا ِف َّ َوأ َْم َس َ َّخف َ الس َورة الت ْ يف فَ َ ِ ِ ِ ِ ِ ال قُ ْلت يا أُمَّ الْمؤِمنِ ِ فَ ِر ٍ َ صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم فَ َقالَ ْ ُْ َ ت ُكنَّا نُع ُّد لَوُ س َوا َكوُ َوطَ ُه َورهُ فَيَْب َعثُوُ ني أَنْبِئ ِيِن َع ْن ِوتْ ِر َر ُسول اللَّو َ يضة قَ َ ُ َ ِ ِ ٍ ِ ِ ِ ِ ضأُ َويُ َ ِّ اللَّوُ َما َشاءَ أَ ْن يَْب َعثَوُ م ْن اللَّْي ِل فَيَتَ َس َّو ُك َويَتَ َو َّ س ف َيها إََِّل ِِف الثَّامنَة فَيَ ْذ ُكُر اللَّوَ َوََْي َم ُدهُ صلي ت ْس َع َرَك َعات ََل َُْيل ُ ِ ِ ِ صلِّي َويَ ْد ُعوهُ ُُثَّ يَْن َه ُ يما يُ ْسم ُعنَا ُُثَّ يُ َ وم فَيُ َ ض َوََل يُ َسلِّ ُم ُُثَّ يَ ُق ُ ص ِّل التَّاس َعةَ ُُثَّ يَ ْق ُع ُد فَيَ ْذ ُكُر اللَّوَ َوََْي َم ُدهُ َويَ ْد ُعوهُ ُُثَّ يُ َسلِّ ُم تَ ْسل ً ِ ك إِح َدى ع ْشرةَ رْكعةً يا ب ِن فَلَ َّما س َّن نَِ ِ ِ ِ رْك َعتَ ْ ِ َخ َذهُ اللَّ ْح ُم أ َْوتَ َر َ ُّ ني بَ ْع َد َما يُ َسلِّ ُم َوُى َو قَاع ٌد َوتلْ َ ْ َ َ َ َ َ ُ ََّ صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم َوأ َ ِب اللَّو َ َ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ الرْك َعتَ ْ ِ ب أَ ْن َح َّ صنيعو ْاْل ََّول فَت ْل َ صنَ َع ِِف َّ ِن َوَكا َن نَِ ُّ ك ت ْس ٌع يَا بُ ََّ صلَّى َ صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم إ َذا َ ِب اللَّو َ ني مثْ َل َ ب َسْب ٍع َو َ ص ََل ًة أ َ ي َدا ِوم علَي ها وَكا َن إِ َذا َغلَبو نَوم أَو وجع عن قِي ِام اللَّي ِل صلَّى ِمن النَّها ِر ثِْنَت ع ْشرَة رْكعةً وََل أَعلَم نَِِب اللَّ ِو صلَّى اللَّو علَيوِ َ ُ ْ ٌ ْ َ َ ٌ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ َ ْ ُ َّ ُ َْ َ ُ َ َ َْ َ ِ ٍ ت إِ ََل ابْ ِن َعبَّ ٍ اس ضا َن قَ َ صلَّى لَْي لَةً إِ ََل ُّ ص َام َش ْهًرا َكام ًَل َغْي َر َرَم َ ال فَانْطَلَ ْق ُ الصْب ِح َوََل َ َو َسلَّ َم قَ َرأَ الْ ُق ْرآ َن ُكلَّوُ ِِف لَْي لَة َوََل َ Hadis Sahih Bukhari No. 5569.
Konsep dan Teori Belajar dalam Perspektif Pendidikan Islam................Anhar
13
34
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 02 Juli 2015
ِ َّك ََل َ فَ َحدَّثْتُوُ ِِبَ ِديثِ َها فَ َق َ َت أَقْ َربُ َها أ َْو أَ ْد ُخ ُل َعلَْي َها َْلَتَْيتُ َها َح ََّّت تُ َشافِ َه ِِن بِِو ق َ ت أَن ْ َص َدق ُ ت لَ ْو ُكْن ُ ت لَْو َعل ْم ُ ال قُ ْل َ ال ك َح ِديثَهو َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن الْ ُمثَ ََّّن َحدَّثَنَا ُم َعاذُ بْ ُن ِى َش ٍام َح َّدثَِِن أَِِب َع ْن قَتَ َادةَ َع ْن ُزَر َارةَ بْ ِن أ َْو ََف َ ُتَ ْد ُخ ُل َعلَْي َها َما َحدَّثْت ٍ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ يع َع َق َارهُ فَ َذ َكَر ََْن َوهُ و َحدَّثَنَا أَبُو بَ ْك ِر بْ ُن أَِِب َشْيبَةَ َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد َ َع ْن َس ْعد بْ ِن ى َشام أَنَّوُ طَلَّ َق ْامَرأَتَوُ ُُثَّ انْطَلَ َق إ ََل الْ َمدينَة ليَب ت إِ ََل َعْب ِد اللَّ ِو بْ ِن َ َيد بْ ُن أَِِب َعُروبَةَ َحدَّثَنَا قَتَ َادةُ َع ْن ُزَر َارَة بْ ِن أ َْو ََف َع ْن َس ْع ِد بْ ِن ِى َش ٍام أَنَّوُ ق ُ ِبْ ُن بِ ْش ٍر َحدَّثَنَا َسع ُ ال انْطَلَ ْق ِ ْ اق ِ َال فِ ِيو قَالَت من ِى َشام قُ ْلت ابن ع ِام ٍر قَال ِ ِ ٍ ََّعب يب َ َصتِ ِو َوق َّ يث بِِق َ اس فَ َسأَلْتُوُ َع ْن الْ ِوتْ ِر َو َس َ اْلَد ْ َ ُْ ُ ٌ ْ َ ْ َ ت ن ْع َم الْ َم ْرءُ َكا َن َعامٌر أُص ِ َّ ي وم أُح ٍد و حدَّثَنَا إِسحق بن إِب ر ِاىيم وُُم َّم ُد بن رافِ ٍع كِ ََل ُُها عن عب ِد َّ َخبَ َرنَا َم ْع َمٌر َع ْن قَتَ َاد َة َع ْن ُزَر َارَة بْ ِن أ َْو ََف أ َن ْ الرزَّاق أ َْ ْ َ َ َ ُ َ َْ َ ُ ْ َ َ َ َْ ُ ْ ُ َ ْ ِ ِ ٍ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ٍ َّ ال ابْ ُن ْ ص َ َت َم ْن ى َشا ٌم ق َّ ََخبَ َرهُ أَنَّوُ طَل َق ْامَرأَتَوُ َواقْ ت َ اْلَد ْ َيث ِبَْع ََّن َحديث َسعيد َوفيو قَال ْ َس ْع َد بْ َن ى َشام َكا َن َج ًارا لَوُ فَأ ِ َ ول اللَّ ِو صلَّى اللَّو علَي ِو وسلَّم ي وم أُح ٍد وفِ ِيو فَ َق ِ َع ِام ٍر قَال ِ ِ ُصيب مع رس يم بْ ُن أَفْ لَ َح أ ََما إِ ِِّن لَ ْو ْ َ َ ُ َ َ َ َ ت ن ْع َم الْ َم ْرءُ َكا َن أ َ ُ َ َْ َ َ َ ْ َ ُ ُ ال َحك ِ ِك ِِب ِديثو َ ت أَن ُ َعل ْم َ َ َ َُّك ََل تَ ْد ُخ ُل َعلَْي َها َما أَنْبَأْت Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna Al 'Anzi telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abu 'Adi dari Said dari Qatadah dari Zurarah, bahwa Sa'd bin Hisyam bin Amir hendak berangkat berperang fi sabilillah. Ia lalu tiba di kota Madinah dan hendak menjual lahan pilihannya di Madinah untuk ia belikan senjata dan kuda perang, supaya dapat memerangi Romawi hingga mati. Seketika ia tiba di Madinah, ia menemui beberapa orang Madinah. Rupanya mereka melarang menjual lahan miliknya, mereka lalu mengabarinya bahwa pada saat Nabiyullah masih hidup, enam orang berniat seperti itu, namun Nabiyullah shallallahu 'alaihi wasallam melarangnya, beliau bersabda: "Bukankah dalam diriku terdapat teladan yang baik untukmu?" Setelah mereka menceritakan hal itu kepada Sa'd, lantas Sa'd kembali merujuk isterinya yang sebelumnya telah dicerai, setelah itu ia bertanya kepada Ibnu Abbas tentang witir Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Ibnu Abbas menjawab; "Maukah kuberitahukan kepadamu kepada orang yang paling tahu tentang witir Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam? Sa'ad bertanya; "Siapa? Ibnu Abbas menjawab; " 'Aisyah, datanglah kepadanya, dan bertanyalah, setelah itu datanglah kekadaku, dan beritahukanlah jawabannya kepadaku." Maka aku berangkat menemuinya, dan kudatangi Hakim bin Aflah, dan kuminta dia untuk menemui 'Aisyah. rupanya dia menjawab; "Saya bukan orang yang dekat dengan Aisyah, sebab aku pernah melarang beliau Aisyah untuk berkomentar terhadap sesuatu mengenai dua kubu kaum muslimin yang bertikai. Ternyata Aisyah enggan, dan terus berkomentar tentang dua kubu tersebut." Sa'ad berkata; "Aku pun bersumpah atasnya, hingga Hakim bersedia untuk menemuinya. Kami terus berangkat menuju Aisyah, kami meminta ijin dan Aisyah memberi ijin kepada kami, akhirnya kami menemui beliau. 'Aisyah bertanya; "Apa benar ini Hakim?" Rupanya Aisyah mengenalnya. Hakim menjawab; "Benar." Aisytah bertanya; "Lalu siapa yang bersamamu?" Konsep dan Teori Belajar dalam Perspektif Pendidikan Islam................Anhar
35
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 02 Juli
2015
Hakim menjawab; "Dia adalah Sa'd bin Hisyam." Aisyah bertanya lagi; "Hisyam siapa?." Hakim menjawab; "Hisyam bin 'Amir." Akhirnya 'Aisyah tahu dan bersikap simpati terhadapnya sembari berujar; "Baiklah, kalau begitu." -Qatadah berkata; Hisyam bin Amir gugur ketika perang Uhud- lantas aku (Saad) bertanya; "Wahai Ummul mukminin, beritahukanlah kepadaku tentang akhlak Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam!.' 'Aisyah menjawab; "Bukankah engkau telah membaca Alquran?" Aku menjawab; "Benar, " Aisyah berkata; "Akhlak Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah Al Quran." Sa'd berkata; "Mendengar itu, aku hendak berdiri dan tidak akan bertanya lagi tentang sesuatu kepada seseorang hingga aku meninggal, kemudian muncul dibenakku, lalu aku bertanya; "Beritahukanlah kepadaku tentang shalat malamnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?" 'Aisyah balik bertanya; "Bukankah engkau pernah membaca surat Al Muzammil? Aku menjawab; "Benar" Kata Aisyah; "Allah Azza wa Jalla pernah mewajibkan qiyamullail (shalat malam) di awal surat ini turun, sehingga Nabiyullah shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabatnya mendirikannya selama setahun, dan Allah menahan penutupnya di langit selama dua belas bulan hingga Allah turunkan akhir surat ini sebagai bentuk keringanan, sehingga shalat malam menjadi sunnah setelah diwajibkan. Kata Sa'ad; "Wahai Ummul mukminin, beritahukanlah kepadaku tentang witir Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam! Jawabnya; "Kami dulu sering mempersiapkan siwaknya dan bersucinya, setelah itu Allah membangunkannya sekehendaknya untuk bangun malam. Beliau lalu bersiwak dan berwudhu` dan shalat sembilan rakaat. Beliau tidak duduk dalam kesembilan rakaat itu selain pada rakaat kedelapan, beliau menyebut nama Allah, memuji-Nya dan berdoa kepadaNya, kemudian beliau bangkit dan tidak mengucapkan salam. Setelah itu beliau berdiri dan shalat untuk rakaat ke sembilannya. Kemudian beliau berdzikir kepada Allah, memuji-Nya dan berdoa kepada-Nya, lalu beliau mengucapkan salam dengan nyaring agar kami mendengarnya. Setelah itu beliau shalat dua rakaat setelah salam sambil duduk, itulah sebelas rakaat wahai anakku. Ketika Nabiyullah berusia lanjut dan beliau telah merasa kegemukan, beliau berwitir dengan tujuh rakaat, dan beliau lakukan dalam dua rakaatnya sebagaimana yang beliau lakukan pada yang pertama, maka itu berarti sembilan wahai anakku. Jika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengerjakan shalat, maka beliau suka dikerjakan secara terus menerus (kontinyu). Jika beliau ketiduran atau sedang sakit sehingga tidak dapat melakukannya di malam hari, maka beliau shalat di waktu siangnya sebanyak dua belas rakaat, seingatku Nabiyullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah membaca satu mushaf (keseluruhan Alquran) dalam satu malam, tidak pula shalat malam hingga subuh, tidak pula pula puasa sebulan penuh selain bulan 36
Konsep dan Teori Belajar dalam Perspektif Pendidikan Islam................Anhar
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 02 Juli 2015
Ramadhan." Kata Sa'ad; "Setelah itu aku berangkat menemui Ibnu Abbas, aku lalu menceritakan kepadanya tentang haditsnya tersebut, Ibnu Abbas lalu berkata; "Aisyah benar." Kalaulah aku mendekatinya atau menemuinya, tentu aku menemuinya hingga berhadapan satu sama lain untuk menyampaikan hadits tersebut. Sa'ad melanjutkan; Aku berkata; "Sekiranya aku tahu bahwa engkau tidak menemuinya, tentu tidak aku ceritakan kepadamu hadits tersebut." Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsannana telah menceritakan kepada kami Mu'adz bin Hisyam telah menceritakan kepadaku Ayahku dari Qatadah dari Zurarah bin Abu Aufa dari Sa'id bin Hisyam, bahwa ia pernah mencerai isterinya, kemudian ia berangkat ke Madinah untuk menjual lahan pilihannya, lantas ia menyebutkan hadits yang serupa. Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Bisyr telah menceritakan kepada kami Said bin Abu Arubah telah menceritakan kepada kami Qatadah dari Zurarah bin Aufa dari Sa'd bin Hisyam bahwa ia mengatakan; aku pergi menemui Abdullah bin Abbas dan bertanya kepadanya tentang shalat witir, lalu ia menyebutkan hadis beserta kisahnya, dan dalam haditsnya, dia menyebutkan; Aisyah bertanya; 'Hisyam siapa?" Aku menjawab; "Ibnu 'Amir." Kata 'Aisyah; "Dia adalah sebaik-baik orang." Amir gugur dalam perang Uhud. Dan telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim dan Muhammad bin Rafi' keduanya dari Abdurrazaq telah mengabarkan kepada kami Ma'mar dari Qatadah dari Zurarah bin Aufa, bahwa Sa'd bin Hisyam adalah tetangganya, lantas Sa'd mengabarkan kepadanya bahwa ia telah mencerai isterinya dan ia kisahkan hadis semakna hadis Sa'id, dalam redaksinya disebutkan; Aisyah berkata; "Hisyam siapa?" Sa'd menjawab; "Hisyam bin Amir. Aisyah menjawab; "Dia adalah sebaik-baik orang, ia gugur ketika berperang bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada perang Uhud." Dan dalam hadits tersebut disebutkan; "Maka Hakim bin Aflah berujar; "Kalaulah aku tahu bahwa engkau tidak menemuinya, tentu aku tidak menceritakan hadits ini kepadamu." 14 Hadis:
ِول اللَّ ِو صلَّى اللَّو علَيو ِ ُ ال َر ُس َ َت ق َ َال ق َ َالر ََّْ ِن َع ْن أَبِ ِيو ق َ ََحدَّثَنَا ُسلَْي َما ُن بْ ُن َد ُاوَد ق َّ ال َحدَّثَنَا َعْب ُد ْ َال ِِل ُع ْرَوةُ إِ َّن َعائ َشةَ قَال َْ ُ َ ِ ِ ِ َّ وسلَّم ي ومئِ ٍذ لَت علَم ي هود أ ت ِِبَنِ ِيفيَّ ٍة َسَْ َح ٍة ُ ُ َ ُ ْ َ َ َْ َ َ َ ُ َن ِِف ديننَا فُ ْس َحةً إِ ِِّن أ ُْرس ْل ‛Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Daud, dia berkata; telah menceritakan kepada kami 'Abdurrahman dari ayahnya, dia berkata; 14
Hadis Muslim No-1233
Konsep dan Teori Belajar dalam Perspektif Pendidikan Islam................Anhar
37
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 02 Juli
2015
'Urwah telah berkata kepadaku; "Aisyah berkata kepadaku; Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Pada hari nanti orang-orang yahudi akan tahu bahwa dalam agama kami terdapat kelapangan karena saya diutus dengan agama yang lapang dan mudah." Hadis:
ِول اللَّ ِو صلَّى اللَّو علَيو ِ ُ ال َر ُس َ َت ق َ َال ق َ َالر ََّْ ِن َع ْن أَبِ ِيو ق َ ََحدَّثَنَا ُسلَْي َما ُن بْ ُن َد ُاوَد ق َّ ال َحدَّثَنَا َعْب ُد ْ َال ِِل ُع ْرَوةُ إِ َّن َعائ َشةَ قَال َْ ُ َ ِ ِ ِ َّ وسلَّم ي ومئِ ٍذ لَت علَم ي هود أ ت ِِبَنِ ِيفيَّ ٍة َسَْ َح ٍة ُ ُ َ ُ ْ َ َ َْ َ َ َ ُ َن ِِف ديننَا فُ ْس َحةً إِ ِِّن أ ُْرس ْل ‛Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Daud, dia berkata; telah menceritakan kepada kami 'Abdurrahman dari ayahnya, dia berkata; 'Urwah telah berkata kepadaku; "Aisyah berkata kepadaku; Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Pada hari nanti orang-orang yahudi akan tahu bahwa dalam agama kami terdapat kelapangan karena saya diutus dengan agama yang lapang dan mudah."15 Berlandas kepada ayat dan hadis di atas, maka fokus paling krusial dari tujuan belajar dalam pendidikan Islam adalah menjadi muslim hanif ( hanifan
musliman). Performance prilaku muslim hanif adalah akhlak al-karimah (ahklak mulia).dalam literatur tasauf, puncak kepribadian sebagai hasil dari proses belajar disebut sebagai insan kamil (manusia sempurna). Begitu pentingya fokus muslim hanif ini, Alquran membentangkanya kepada kita sebagai warisan terpenting para Nabi secra kontinu mulai Nabi Ibrahim a.s., hingga kepada Nabi terakhir Muhammad Saw. Kita kutip kembali pernyataan Alquran:
Dan Ibrahim telah Mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".16 Puncak dalam kemusliman itu sebagai mana ditunjukkna Ibrahim a.s., ketika ia dengan kepatuhan dan kepasrahan totalnya menunjukkan dirinya 15 16
38
Hadis Ahmad No- 23710 QS. Al-Baqarah/ 2:132-133
Konsep dan Teori Belajar dalam Perspektif Pendidikan Islam................Anhar
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 02 Juli 2015
dihadapan Allah sebgai personifikasi manusia yang telah benar-benar bertauhid. Secara literal, ia pasrah menyembilih ‚milik‛ yang paling dicintainya melibihi dirinya, yakni anaknya sendiri. Oleh karena Allah telah menyaksikan pertunjukan kemurnian tauhid ini, yang disebut dalam Alquran sebagai ujianyang benar nyata, maka Allah menebus Ismail a.s., dengan sembelihan yang besar (seekor domba). Dalam As-Shaffat 103-111 dijelaskan:
100.Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang Termasuk orang-orang yang saleh.101. Maka Kami beri Dia khabar gembira dengan seorang anak yang Amat sabar[1283].102. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar".103. tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). 104. dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim,105. Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu[1284] Sesungguhnya Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.106. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.107. dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar[1285].108. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang Kemudian,109. (yaitu)"Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim".110. Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.111. Sesungguhnya ia Termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.17 Keseluruhan aktivitas belajar dengan demikian harus melanjutkan pewarisan poin paling primer ini, yakni poin hanifan musliman. Jika tidak demikian, maka aktivitas belajar yang dilakukan tidak dapat disebut sebagai aktivitas belajar pendidikan Islam. sebagai simpul sub bahasan ini, penulis ingin menegaskan bahwa istilah bagi tujuan pendidikan Islam yang benar-benar Qur’ani adalah hanifan musliman. Istilah ini juga telah menjadi yang konseptual dan operasional yang disebut sebagai warisan kenabian
17
Q.S. As-Shaffat: 100-111
Konsep dan Teori Belajar dalam Perspektif Pendidikan Islam................Anhar
39
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 02 Juli
2015
b. Prinsip-prinsip Metodologis Belajar 1) Metode Pembelajaran Tilawah Tilawah artinya bacaan, dalam ayat-aya Alquran ditemukan sejumlah ayat yang memakai kosa kata yang seakar dengan kata tilawah. Keseluruhan kosa kata itu digunakan oleh Alquran dalam pengertian menyampaikan kembali wahyu yang diberikan kepada Nabi Muhammad Saw dengan tujuan memberi pelajaran dan peringatan kepada manusia seperti dalam Al-Kahfi/ 18 ayat 27,18 Al-Hajjayat 72, dan Az-Zumar ayat 71; membaca dengan makna beribadah, yakni membacanya dalam shalat sebagaimana dalam surat Al-Ankabut ayat 45; membaca dengan maksud mempelajari isi kandungannya secara sungguh-sungguh sebagaimana dibentangkan pada surat Al-Baqarah ayat 121;19 membaca Alquran dengan maksud taqarrub atau zikrullahsebagaimana diterangkan pada surat Ali Imran 133. Dengan demikian, metode tilawah yang dikehendaki Alquran tidak sekedar membaca dalam pengertian mengulang kembali bacaan yang telah dikuasai, tetapi lebih dari itu aplikasi bacaan dalam membentuk prilaku dan mengasah ketajaman spiritual. Ayat-ayat dimaksud sebagaimana dicantumkan berikut:
Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, Yaitu kitab Tuhanmu (Al Quran). tidak ada (seorangpun) yang dapat merobah kalimat-kalimatNya. dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain dari padanya.20
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Lihat Tafsir Al-Qurthubiy, juz 10, hlm. 389 Lihat Abu Ja’far al-Thabari, jami’ al-Bayan fi Ta’wil Al-Qur’an (Mu’assasah al-Risalah: Cet.I, 1420/2000), Juz 2, hlm. 506. 20 QS. Al-Kahfi/ 18:27 18 19
40
Konsep dan Teori Belajar dalam Perspektif Pendidikan Islam................Anhar
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 02 Juli 2015
Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.21
Orang-orang yang telah Kami berikan Al kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya[84], mereka itu beriman kepadanya. dan Barangsiapa yang ingkar kepadanya, Maka mereka Itulah orang-orang yang rugi.22 Maksudnya: tidak berobah dan mentakwilkan Al-kitab sehendak hatinya.
Mereka itu tidak sama; di antara ahli kitab itu ada golongan yang Berlaku lurus[221], mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang).23 Golongan yang di maksud dalam ayat di atas adalah ahli kitab yang telah masuk agama Islam
Dan apabila dibacakan di hadapan mereka ayat-ayat Kami yang terang, niscaya kamu melihat tanda-tanda keingkaran pada muka orang-orang yang kafir itu. Hampir-hampir mereka menyerang orang-orang yang membacakan ayat-ayat Kami di hadapan mereka. Katakanlah: "Apakah akan aku kabarkan kepadamu yang lebih buruk daripada itu, Yaitu
QS. Al-Ankabut/ 29:45 QS. Al-Baqarah/2:121. 23 QS. Ali Imran / 3:113 21 22
Konsep dan Teori Belajar dalam Perspektif Pendidikan Islam................Anhar
41
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 02 Juli
2015
neraka?" Allah telah mengancamkannya kepada orang-orang yang kafir. dan neraka itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali24.
Orang-orang kafir dibawa ke neraka Jahannam berombong-rombongan. sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah pintupintunya dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "Apakah belum pernah datang kepadamu Rasul-rasul di antaramu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan Pertemuan dengan hari ini?" mereka menjawab: "Benar (telah datang)". tetapi telah pasti Berlaku ketetapan azab terhadap orangorang yang kafir.25 2) Metode Pembelajaran Ta’lim Istilah ta’lim telah digunakan sejak priode awal pendidikan Islam, tetapi istilah teknis untuk suatu aktivitas belajar mengajar.26 Kata ta’lim secara bahasa bermakna pengajaran atau pendidikan. Istilah ta’lim sendiri tidak di jumpai dalam Alquran.27 Alquran dalam beberapa tempat menggunakan kata yang seakar dengan kata ta’lim, misalnya kata ‘allama dalam surat Al-Baqarah/2 ayat 31, AlJumu’ah ayat 2, dan Ar-rahman/ 55 ayat dan 4 dalam pengertian mentransper ilmu dan menginternalisasi nilai. Sehingga manusi mendapat ilmu pengetahuan yang berguna untuk tugas kekhalifahannya dan terbimbing kepada agama yang benar (ad-din al-qayyim).28 Di antara ayat-ayat dimaksud sebagaimana kutipan berikut:
QS. Al-Hajj/22:72 QS. Az-Zumar/ 39:71 26 Dja’far Siddik, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Cipta Pustaka Media, 2006) hlm.19 27 Lihat Muhammad Fu’ad ‘abdal-Baqi, mu’jam al-mufahras lil al-fazh Al-Qur’an al-karim 28 Lihat juga QS. Ar-Ruum/30:30 24 25
42
Konsep dan Teori Belajar dalam Perspektif Pendidikan Islam................Anhar
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 02 Juli 2015
‛dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"29
‛Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (AsSunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.30
‛Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.31
2. yang telah mengajarkan Al Quran. 3. Dia menciptakan manusia. 4. mengajarnya pandai berbicara. 3) Metode Pembelajaran Tazkiyah Sebagaimana kata ta’lim, kata tazkiyah juga tidak di jumpai dalam 32 Alquran. kata ini bermakna penyucian, sebagai lawan dari tadsis (pengotoran).33 QS. Al-Baqarah/ 2:31 QS. Al-Baqarah/ 2:129 31 QS. Al-Baqarah/ 2:151 32 Lihat Muhammad Fu’ad ‘abd al-baqi, ibid. 33 Lihat QS. Al-Syams/91: 7-10:10 dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),8. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.9. sesungguihnya 29 30
Konsep dan Teori Belajar dalam Perspektif Pendidikan Islam................Anhar
43
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 02 Juli
2015
Alquran menggunakannya dalam pengertian mensucikan diri manusia dari dosa sebagaimana dalam surat Al-Baqarah/2 ayat 129,151, dan 174, Al-Jum’ah/62 ayat 2, dan As-Syam/91 yata 9-10, dan lain-lain. Dalam literatur tasauf dijumpai istilah tazkiyah al-nafs artinya penyucian jiwa melalui maqamat (tahapan) pendakian spiritual.34 Tazkiyat al-nafs adalah salah satu konsep yang menjadi milik khas dan inhern dalam pendidikan islam. Konsep seperti ini tidak dijumpai dalam pendidikan Barat. Itulah sebabnya, dalam pendidikan Islam, disamping aktivitas bina al-‘aql dan bina’ al-‘ilm, juga sama pentingnya bina’ al-qalb.35 Berikut dicantumkan ayat –ayat yang mengandung kosa kata yang seakar dengan kata tazkiyah:
‛Sesungguhnya orang-orang yang Menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, Yaitu Al kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api[109], dan Allah tidak akan berbicara[110] kepada mereka pada hari kiamat dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang Amat pedih.36
beruntunglah orang yang mensucikan (zakka) jiwa itu. 10. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (dassaa). 34 Lihat misalnya Al-Qusyairi, Risalah Qusyairiyahlm. 35 Dalam konsep tujuan pendidikan Islam dikenal konsep adhaf al-‘aqliyyah (tujuan pendidikan intelek), ahdaf al-ruhaniyah (tujuan pendidikan ruhani), ahdaf al-jismiyah (tujuan pendidikan jasmani), dan ahdaf al-ijtima’iyah (tujuan pendidikan sosial). Keempat konsep ini bersepadu untuk mencapai ahdaf al-ulya (tujuan pendidikan tertinggi) yakni kesemputrnaan manusia dalam merealisasikan hidup dann kehidupannya untuk mempro;leh rida Allah melalui kegiatan beriman, berilmu, dan beramal. Lihat Dja’far Siddik, hlm. 51. 36 QS. Al-Baqarah/2:174
44
Konsep dan Teori Belajar dalam Perspektif Pendidikan Islam................Anhar
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 02 Juli 2015
‛Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.37 Penutup Pendikan Islam sesungguhnya memiliki bahan yang cukup kaya. Bahan primernya adalah Alquran dan Hadis Nabi Saw. Sedangkan bahan sekundernya adalah ayat-ayat kauniyah yang terbentang pada diri manusia dan alam jagat raya. Bahan-bahan primer itu tidak saja berbentuk konsep global, tetapi juga konsep prtaktis-operasional. Hal mana tidak dimiliki oleh pendidikan Barat. Bahanbahan dimaksud menyimpan perbendaharaan konsep, paradigma, teori dan aplikasi yang maha kaya tentang pendidkan Islam. Pembicaraan tentang konsep dan teori belajar dalam perspektif Islam, secara global dapat dipetakan ke dalam tiga konsep yang saling kait yakni konsep dan teori belajar yang dimiliki sasaran kepada pencapaian ahdaf al-ruhainiyah, ahdaf al-‘aqliyah, ahdaf al-jismiyah, dan ahdaf al-ijtima’iyah. Keempat sasaran belajar ini diorientasikan untuk mencapai ahdaf al-‘ulya ( insan kamil atau muslim hanif). Wallahu a’lam Referensi B.R. Hergenhann dan Mattew H. Olson, Theories of leraning (teori belajar), Ed.7, Jakarta: Kencana, 2008, B.F. Skinner, ‚What is Wrong Daily Life in the Western World?‛ American Psichologist, 1986. Thordike, Animal Inteligence. New York: Macmillan. B.P. Babkin, Pavlov: A Biography, Chicago: University Of Chicago Press. Lihat Au Ja’far al-Thabari, Jami’ al-Bayan fi Ta’wil Alquran Mu’assasah al-Risalah: Cet.I, 1420/2000. Dja’far Siddik, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Cipta Pustaka Media, 2006. Muhammad Fu’ad ‘abdal-Baqi, Mu’jam al-mufahras lil al-fazh Alquran al-karim
37
QS. Al-Jum’ah/62:2
Konsep dan Teori Belajar dalam Perspektif Pendidikan Islam................Anhar
45