║Journal Caninus Denstistry Volume 2, Nomor 1 (Februari 2017): 31 - 39
Konsentrasi Hambat Minimum Dan Konsentrasi Bunuh Minimum Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum Sanctum L.) Terhadap Pertumbuhan Candida Albicans Silvia Desmara, Sri Rezeki, Sunnati Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala
ABSTRAK Kemangi (Ocimum sanctum L.) merupakan tumbuhan yang memiliki kualitas minyak esensial yang baik. Minyak esensial Ocimum sanctum L. banyak mengandung eugenol yang berperan aktif sebagai zat antifungal dan mampu menghambat pertumbuhan jamur yang telah resistensi terhadap obat anti jamur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap pertumbuhan C. albicans. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris dengan desain postest only control group dengan 4 kelompok perlakuan, 1 kelompok kontrol negatif (akuades) dan 1 kelompok kontrol positif (nistatin). Parameter yang diamati adalah jumlah rata-rata koloni (CFU). Data dianalisis dengan one way ANOVA yang kemudian dilanjutkan dengan uji menggunakan uji Kruskal-Walls dengan post hoc uji Mann-Whitney. Hasil menunjukkan semua konsentrasi berbeda bermakna dengan kontrol negatif, sedangkan konsentrasi ekstrak 100% dibandingkan dengan kontrol positif tidak ada perbedaan bermakna.. Ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan C. albicans yaitu KBM sebesar 25% dengan pengenceran ekstrak etanol, sedangkan dengan akuades terdapat KHM sebesar 25% . Kata kunci: Kandidiasi oral, daun kemangi (Ocimum sanctum L.), Candida albicans ABSTRACT Basil (Ocimum sanctum L.) is a plant that has a good quality essential oils. The essential oil Ocimum sanctum L many contain eugenol which plays an active role as an antifungal agent and is able to inhibit the growth of fungi that have resistance to antifungal drugs. This study aims to determine the effect of extracts of basil (Ocimum sanctum L.) on the growth of C. albicans. This research was a laboratory experimental with posttest only control group design with 4 treatment groups, one negative control group (distilled water) and one positive control group (Nystatin). The parameters measured were the Colony Forming Unit (CFU). Data were analyzed by one-way ANOVA followed by a test using the Kruskal-Walls with post hoc Mann-Whitney test. Result showed that all concertations significantly different with negative control, while at 100% concertation compared to positive control did not showed significant difference. Extracts of basil (Ocimum sanctum L.) has an influence on the growth of C. albicans that is MFC at 25% the ethanol extract dilution, whereas with distilled water contained MIC 25%. Key words : Candidiasis oral, basil (Ocimum sanctum L.), Candida albicans
PENDAHULUAN Insidensi dan prevalensi infeksi jamur telah meningkat sejak tahun 1980-an, khususnya pada pasien dengan imunocompromised. (cit. Arendrup dkk, 2005; Espinel-ingroff dkk, 2009) Lebih dari 90% infeksi jamur pada manusia disebabkan oleh Candida albicans (C. albicans), Candida glabrata, Candida parapsilosis, Candida tropicalis, dan Candida krusei (cit. Pfaller dkk, 2007).1 Selain itu, C. albicans merupakan infeksi nosokomial urutan keempat di beberapa rumah sakit Amerika Serikat dengan
tingkat mortalitas hingga 50%2 dan penyebab 52% kasus kandidemia antara tahun 2000 dan 2005.3 Menurut penelitian yang dilakukan di Italia selama 16 tahun pada 394 kasus kandidemia diperoleh 44,2% C. albicans dan 55,8% non-albicans dengan tingkat mortalitas 28,2%.4 Candida albicans ditemukan di rongga mulut pada lebih dari 75% pada populasi (cit. Ruhnke M, 2002)2 atau hampir 50% populasi dunia (cit. Scully C, 2008).5 Candida albicans adalah spesies Candida tersering penyebab
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 1 : 3 1 - 3 9 | 31
kandidiasis oral dan denture stomatitis (DS). Candida albicans ditemukan sekitar 80% dari mikroorganisme yang diisolasi dari lesi oral (cit. Martinez dkk, 2013; Pereira dkk, 2013).6 Perawatan kandidiasis oral dapat diberikan baik secara topikal maupun sistemik, antara lain nistatin, amfoterisin B, klotrimazol, ketokonazol, flukonazol, dan itrakonazol.7 Amfoterisin B memiliki efek samping kulit panas, keringatan, sakit kepala, demam, lesu, anoreksia, kejang dan penurunan fungsi ginjal. Efek samping klotrimazol dapat terjadi rasa terbakar, eritema, edema, gatal dan urtikaria. Ketokonazol memiliki efek samping seperti mual dan muntah, sakit kepala, nyeri perut, gusi berdarah, erupsi kulit dan trombositpnea. Nistatin dapat menimbulkan efek samping mual, muntah, dan diare ringan. Itrakonazol dapat menimbulkan efek samping berupa mual dan muntah pada 10%-15% pasien.8 Sebagian kecil obat yang digunakan untuk pengobatan anti jamur bersifat fungistatik dan telah mengalami resistensi sehingga diperlukan pengobatan alternatif (cit. De Oliveira dkk, 2006).1 Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui efektifitas antifungal minyak esensial dari tanaman herbal yang memiliki khasiat sebagai antifungal (cit. Ahmad A dkk, 20011; Pinto E dkk, 2013)9 Menurut World Association Organization (WHO) sekitar 80% penduduk Afrika lebih memilih tumbuhan sebagai obat dibandingkan obat-obatan sintetik (cit. WHO, 2002; Wilcox dkk, 2004).10 Sekitar 3000 minyak esensial telah diisolasi dari 2000 spesies tanaman dan menunjukkan adanya peningkatan produksi dan konsumsi minyak esensial di seluruh dunia (cit. Djilani and Dicko, 2012).11 Daun kemangi mengandung senyawa tanin, flavonoid, steroid, dan minyak esensial yang terdiri dari sinalol, linalool, eugenol, dan asam monosinat (cit. Sutrisna dkk, 2009).12 Efektifitas minyak esensial dan komponen-komponenya terhadap obat anti jamur merupakan hal yang penting dalam melawan biofilm C. albicans yang telah resistensi dengan cara menghambat membran ergosterol dan mengganggu jalur sinyal morfogenesis yeast menjadi hifa.11 Daun Ocimum sanctum L. juga menghambat pertumbuhan beberapa jamur dengan Konsentrasi Hambat Minumum (KHM) 150.00±025.00 pada Trichophyton mentagrophytes, 400.00±00.00 g/ml pada
Trichophyton rubrum, 400.00±25.00 g/ml pada Microsporum gypseum, 400.00±00.00 g/ml pada Microsporum nanum dan 383.33±52.04 g/ml pada Epidermophyton flocossum.13 Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh, KHM dan KBM ekstrak daun Ocimum sanctum L. terhadap pertumbuhan C. albicans. BAHAN DAN METODE Jenis penelitian ini penelitian eksperimental laboratoris dengan desain postest only control group untuk mengetahui pengaruh, KHM dan KBM ekstrak daun Ocimum sanctum L. terhadap pertumbuhan C. albicans. Sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah C. albicans strain ATCC 10231 yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Unsyiah. Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Ocimum sanctum L. Sebanyak 10 kg yang berasal dari Desa Cot Keueng, Kec. Kuta Baro, Kab. Aceh Besar. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Timbangan digital, Colony counter, Gelas ukur (merk Pyrex), Labu erlenmeyer (merk Pyrex), Vortex, Cawan petri, Kertas saring no. 1 (merk Whatman), Jarum ose, Rotary vacum evaporator, Pinset, Pipet tetes, Pipet eppendorf + tip, Blender, Tabung reaksi, Kaca preparat, Batang sebar / L, Mikroskop cahaya (merk Olympus), Sterilisator, Lampu spiritus, Autoklaf (merk ALP), Inkubator (merk Memmert), Spektrofotometer, Kamera (merk Cannon Digital), dan Alat tulis. Bahan-bahan yang digunakan adalah Sarung tangan, Masker, Etanol 96% sebanyak 10 ml, Kertas label, Sabouraud Dextrose Agar (SDA), 80 ml n-Hexana, 40 ml dichloromethana, Akuades sebanyak 1 ml, Larutan NaCl 0,9%, Nistatin suspensi oral 100.1000 IU/ml, Aluminium foil, dan Brom-cresol purple. CARA PENELITIAN Pembuatan Ekstrak Daun Ocimum sanctum L. Prosedur dilakukan dalam 3 tahap, yaitu: persiapan bahan, ekstraksi daun Ocimum sanctum L., dan distilasi.58 Pada tahap persiapan bahan, daun Ocimum sanctum L. yang segar ditimbang sebanyak 1 kg dan dicuci sampai bersih dengan menggunakan air mengalir.
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 1 : 3 1 - 3 9 | 32
Kemudian 1 kg daun Ocimum sanctum L. dikeringkan selama 7 hari pada temperatur ruangan kemudian dihaluskan hingga diperoleh bubuk halus, selanjutnya diekstraksi dengan metode maserasi yaitu dengan merendam bubuk tersebut dengan larutan 80 ml n-Hexana dan 40 ml dichlorometana dalam labu erlenmeyer selama 72 jam, setelah itu dilakukan penyaringan dengan kertas saring no. 1 (merk Whatman) sampai didapatkan filtrat, kemudian filtat didistilasi selama 3 jam dengan suhu vakum evaporator 2530 ºC, kemudian didapatkan ekstrak kental daun Ocimum sanctum L. (100%). Setelah itu dilakukan penimbangan sampai diperoleh berat konstan.53 Uji Fitokimia Uji fitokimia fraksi daun Ocimum sanctum L. dilakukan untuk mengetahui adanya kandungan beberapa senyawa kimia, yaitu:14–17 1. Uji flavonoid dilakukan dengan meletakkan beberapa tetes Magnesium dan HCl pada ekstrak. Setelah beberapa menit adanya perubahan warna merah muda menunjukkan adanya kandungan flavonoid.14 2. Uji tanin dan fenol dilakukan dengan meletakkan FeCl3 2% sebanyak 2 ml ke ekstrak. Adanya perubahan warna biru kehijauan atau hitam menunjukkan adanya kandungan tanin.15 3. Uji saponin dilakukan dengan meletakkan 20 ml air ke ekstrak sebanyak 2 ml kemudian dikocok menggunakan tabung selama 15 menit. Terbentuknya busa pda tabung tersebut menunjukkan adanya kandungan saponin.15 4. Uji alkaloid dilakukan dengan meletakkan beberapa tetes Dragendroff’s reagent (solution of Potassium Bismuth Iodide) ke ekstrak, adanya perubahan warna menjadi merah menunjukkan adanya alkaloid dan Wagner’s reagent (Iodine in Potassium Iodide), adanya perubahan warna menjadi coklat kemerahan menunjukkan adanya alkaloid.15 5. Uji eugenol dilakukan dengan mentetesi 1 tetes minyak atsiri ekstrak kemangi ke masing-masing dua gelas objek. Pada salah satu gelas objek ditambahkan setetes larutan NaOH 3 %. Kemudian dijenuhkan dengan KBr serbuk. Tutup dengan kaca preparat. Amati kristal Natrium Eugenolat yang terbentuk di bawah mikroskop. Pada gelas objek yang lain tambahkan 2 tetes larutan
FeCl3. Amati perubahan warna yang terjadi. Eugenol menunjukkan cairan bening sampai kuning muda.16 6. Uji minyak atsiri dilakukan dengan mengambil larutan uji sebanyak 1 ml di pipet lalu diuapkan di atas cawan porselin hingga diperoleh residu. Hasil positif minyak atsiri ditandai dengan bau khas yang dihasilkan oleh residu tersebut. (cit. Ciulei, 1984).17 Pembuatan Media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) Bubuk SDA dilarutkan dan dipanaskan dalam 1000 ml akuades pada labu erlenmeyer. Lalu bungkus dengan aluminium foil dan disterilkan pada autoklaf dengan suhu 121ºC selama 15 menit.18 Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Daun Ocimum sanctum L. Ekstrak kental daun Ocimum sanctum L. (konsentrasi 100%) yang diencerkan dengan menggunakan etanol 96%, kemudian dihomogenkan dengan menggunakan vortex hingga diperoleh konsentrasi 25%, 50%, dan 75%, adapun rumus pengenceran yang digunakan adalah:
C1.V1 = C2.V2
Keterangan: C1 : konsentrasi awal V1: volume awal C2 : konsentrasi akhir V2 : volume akhir Kultur Candida albicans Kultur C. albicans dilakukan pada media SDA untuk dikultur. Setelah itu diinkubasi dengan suhu 37 ºC selama 48 jam.19 Kultur dilakukan dengan teknik goresan T (streak T) dengan cara membagi petri disk menjadi 3 bagian menggunakan spidol. Pertama-tama pijari jarum ose menggunakan lampu spiritus dan ditunggu dingin, lalu mengambil 1 ose biakan murni untuk diinokulasi pada daerah 1 dengan goresan zig-zag dan goresan dibuat sepadat mungkin. Lalu dilanjutkan pada daerah 2 dengan goresan zigzag (tegak lurus pada goresan pertama) dengan goresan yang lebih renggang dari daerah goresan 1dan sebanyak 2-3 goresan pertama harus dikenakan pada daerah goresan 1. Selanjutnya pada daerah 3 lakukan hal serupa yaitu goresan zig-zag tegak lurus terhadap daerah 2 dengan goresan yang lebih renggang dari daerah goresan 2. Cawan petri yang sudah digores biakan C.
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 1 : 3 1 - 3 9 | 33
albicans ditutup rapat kemudian diinkubasi di dalam inkubator selama 48 jam (2 hari) pada suhu 37ºC.20 Pewarnaan Gram Untuk memastikan bahwa mikroorganisme yang tumbuh adalah benar C. albicans, maka perlu dilakukan konfirmasi awal dengan melakukan pewarnaan Gram. Pewarnaan Gram diawali dengan mengambil 1 jarum ose koloni C. albicans yang telah dikultur dan diolesi pada kaca preparat, lalu dikeringkan dan difiksasi diatas api spiritus. Preparat tersebut ditetesi larutan kristal violet sebagai pewarna utama, setelah dibiarkan selama 1 menit preparat dicuci dengan air mengalir. Setelah itu, larutan lugol ditetesi pada preparat, setelah dibiarkan selama 1 menit preparat dicuci dengan air mengalir, kemudian ditetesi dengan etanol 96% sedikit demi sedikit sehingga etanol yang jatuh berwarna bening, lalu preparat dicuci kembali dengan air mengalir.setelah dicuci, preparat diberi tetesan larutan safranin dan dibiarkan selama 1 menit, kemudian dicuci dengan air mengalir. Preparat kemudian dikeringkan menggunakan kertas tisu dengan cara menempelkan kertas tisu di samping ulasan. Setelah kering preparat selanjutnya diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000x untuk konfirmasi warna C. albicans.20,21 Uji Fermentasi Kemudian dilanjutkan uji fermentasi terhadap bahan pembenihan karbohidrat (glukosa, maltosa, sukrosa, laktosa) dan ditambah Brom-cresol purple sebagai indikator. Terbentuknya asam pada reaksi fermentasi ditandai dengan adanya perubahan warna kuning pada indikator. Terbentuknya gas diketahui dengan menggunakan tabung durham yang diletakkan terbalik dalam tabung reaksi, ruang kosong dalam tabung durham menunjukkan adanya gas.20 C. albicans menunjukkan adanya fermentasi asam dan gas pada glukosa dan maltosa, terbentuknya asam pada sukrosa dan pada laktosa tidak ada reaksi fermentasi.22 Pembuatan Suspensi Candida albicans Pembuatan suspensi dilakukan dengan mengambil C. albicans dengan menggunakan jarum ose, kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang sudah berisi NaCl 0,9%, kemudian dihomogenkan. Suspensi C. albicans
disesuaikan dengan alat spektrofotometer yang kekeruhannya setara dengan Mc. farland 0,5 (1,5 x 106 CFU/ml) dengan panjang gelombang 530 nm.23 Pengeceran Bertingkat Candida albicans Pengenceran dilakukan dengan cara mengambil 1 ml suspensi C. albicans yang telah dilakukan pengukuran dengan spektrofotometer menggunakan pipet eppendorf, lalu dicampurkan dengan larutan 9 ml NaCl sehingga diperoleh larutan dengan tingkat pengenceran 10-1. Larutan pada tingkat pengenceran 10-1 diambil sebanyak 1 ml dan dihomogenkan dengan 9 ml NaCl, sehingga diperoleh larutan dengan tingkat pengenceran 10-2, begitu seterusnya sampai tingkat pengenceran 10-6. Masing-masing suspensi sebanyak 0,1 ml disebarkan dan diratakan pada cawan petri berisi media SDA dengan menggunakan batang sebar.24 Setiap suspensi diinkubasikan pada suhu 37ºC selama 24 jam dan diamati jumlah koloninya. Jumlah koloni C. albicans yang dipilih memiliki jumlah koloni antara 30-300 koloni.20 Uji Aktivitas Antifungal Ekstrak Daun Ocimum sanctum L. Menggunakan Metode Dilusi dengan Standart Plate Count (SPC) Pengaruh, KHM, dan KBM pada penelitian ini didapatkan dengan enam kelompok perlakuan yang terdiri dari satu kelompok kontrol positif (nistatin suspensi oral 100.000 IU/ ml), satu kelompok kontrol negatif (akuades) dan empat kelompok perlakuan. Suspensi C.albicans yang digunakan untuk uji aktivitas antifungal adalah berdasarkan SPC yaitu berjumlah 30-300 koloni.20 Kelompok perlakuan 1 terdiri dari 1 ml ekstrak daun Ocimum sanctum L. dengan konsentrasi 25 % ditambahkan dengan 0,1 ml suspensi C. albicans. Kelompok perlakuan 2 terdiri dari 1 ml ekstrak daun Ocimum sanctum L. dengan konsentrasi 50 % ditambahkan dengan 0,1 ml suspensi C. albicans. Kelompok perlakuan 3 terdiri dari 1 ml ekstrak daun Ocimum sanctum L. dengan konsentrasi 75 % ditambahkan dengan 0,1 ml suspensi C. albicans. Kelompok perlakuan 4 terdiri dari 1 ml ekstrak daun Ocimum sanctum L. dengan konsentrasi 100 % ditambahkan dengan 0,1 ml suspensi C. albicans. Kelompok kontrol positif (K+) terdiri dari 1 ml nistatin ditambahkan dengan 0,1 ml suspensi C. albicans.
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 1 : 3 1 - 3 9 | 34
Kelompok kontrol negatif (K-) terdiri dari 1 ml akuades ditambahkan dengan 0,1 ml suspensi C. albicans. Kemudian masing-masing tabung diambil 0,1 ml suspensi dengan menggunakan pipet Eppendorf dan ditanam dengam metode spread plate pada media SDA, kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 48 jam, koloni yang terbentuk pertumbuhannya dihitung dengan colony counter. Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dari ekstrak daun Ocimum sanctum L. adalah yang menunjukkan jumlah koloni C. albicans paling sedikit pada SDA dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) adalah pada SDA yang sama sekali tidak terdapat pertumbuhan C. albicans.21 Analisis Data Penelitian ini selanjutnya dianalisa dengan menggunakan uji menggunakan uji Kruskal-Walls kemudian dilanjutkan post hoc uji Mann-Whitney untuk melihat KHM dan KBM dengan bantuan perangkat SPSS (Statistical Package for The Social Sciences). HASIL PENELITIAN Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Ocimum sanctum L. yang diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan larutan 80 ml n-Hexana dan 40 ml dichlorometana. Hasil ekstraksi yang didapat sebanyak 27 gr ekstrak kental daun Ocimum sanctum L. (konsentrasi 100%) Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak daun Ocimum sanctum L. mengandung senyawa tanin, fenol, minyak esensial, eugenol, steroid, dan terpenoid. (Tabel 1) Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Daun Ocimum sanctum L. Kandungan Kimia Hasil Uji Flavonoid Tanin + Fenol + Saponin Alkaloid Minyak esensial + Eugenol + Steroid + Terpenoid +
Hasil kultur C. albicans pada media SDA setelah diinkubasi dengan suhu 37º C selama 48 jam menunjukkan koloni berwarna krem keputihan. Hasil pewarnaan Gram diperoleh koloni berbentuk budding (tunas) berwarna ungu yang diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya pada pembesaran 1000x. Hasil uji fermentasi karbohidrat (glukosa, maltosa, sukrosa, laktosa) yang sudah ditambahkan Brom-cresol purple ditemukan bahwa glukosa dan maltosa menunjukkan perubahan warna menjadi kuning yaitu terbentuknya asam dan gas, pada sukrosa hanya menunjukkan adanya asam sedangkan pada laktosa tidak menghasilkan asam maupun gas. Hal ini menunjukkan bahwa spesies tersebut adalah C.albicans. Suspensi C. albicans yang telah disesuaikan dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 530 nm (1,5 x 106 CFU/ml) yang kekeruhannya setara dengan Mc. Farland 0,5. Pengenceran bertingkat Candida albicans dilakukan sebanyak 6 kali, pada pengenceran 103 ditemukan jumlah koloni sebanyak 120 koloni/cawan sehingga dipilih untuk pengujian sampel karena memenuhi kriteria jumlah koloni yaitu 30-300 koloni/cawan. Pengujian KHM dan KBM ekstrak daun Ocimum sanctum L. terhadap pertumbuhan C. albicans dilakukan pada media SDA dengan pengulangan sebanyak 3 kali. Pada konsentrasi 25% tidak ada koloni yang tumbuh sama seperti yang dihasilkan oleh kontrol positif (nistatin suspensi oral 100.000 IU/ml), sementara jumlah rata-rata koloni yang tumbuh pada kelompok kontrol negatif (akuades) yaitu sebanyak 193 x 104 CFU/ml. (Tabel 2) Tabel 2. Jumlah koloni C.albicans setelah pengujian dengan Ekstrak Daun Ocimum sanctum L. dengan berbagai konsentrasi Kelompok Perlakuan 25% 50% 75% 100% Akuades (K-) Nistatin suspensi oral
Jumlah Koloni (CFU/ml) P1 P2 P3 0 0 0 0 118 0
0 0 0 0 238 0
0 0 0 0 225 0
Jumlah Rata-rata Koloni (CFU/ml) 0 0 0 0 193x104 0
Keterangan: + : Ada kandungan; - : Tidak ada kandungan
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 1 : 3 1 - 3 9 | 35
Tabel 3. Jumlah koloni C.albicans setelah pengujian dengan Ekstrak Daun Ocimum sanctum L. dengan pengenceran pelarut akuades.
Kelompok Perlakuan 25% 50%
Jumlah Koloni (CFU/ml) Akuades 262 x 104 247 x 104
Keterangan:CFU/ml Colony Forming Unit/ml
Uji statistik penelitian ini menggunakan one way ANOVA dengan syarat terdiri atas lebih dari dua kelompok, distribusi data normal, dan varian data sama (homogen). Penelitian ini memiliki 6 kelompok dengan 4 kelompok perlakuan dan 2 kelompok kontrol. Uji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk menghasilkan sebaran data normal pada p>0,05. Hasil uji menunjukkan bahwa data tidak homegen, maka dilakukan uji alternatif menggunakan uji Kruskal-Wallis dengan post hoc uji Mann-Whitney.
Tabel 4. Hasil Uji Kruskal-Wallis
Nilai Signifikasi Pertumbuhan Candida albicans pada berbagai konsentrasi ekstrak dan kelompok control
0,005
Uji Kruskal-Wallis menunjukkan nilai p=0,005 yang artinya p<0,05. Hal ini menunjukkan ekstrak daun Ocimum sanctum L. berpengaruh terhadap pertumbuhan C. albicans (Tabel 5.5). Hasil analisis dengan uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa semua konsentrasi tidak berbeda bermakna dengna kontrol positif. Pada penelitian ini terdapat kesalahan pada prosedur pengenceran. Larutan pengencer seharusnya menggunakan akuades, tapi karena tidak menyatu dengan ekstraknya (tidak larut), maka diganti dengan etanol dan didapatkan hasil seperti table 2 Sehingga dilakukan pengulangan menggunakan sisa ekstrak, dibuat konsentrasi 50% dan 25% dengan pengenceran air.
Tabel 4. Hasil Uji Mann-Whitney ekstrak Daun Ocimum sanctum L. Terhadap Pertumbuhan C. albicans Nistatin suspensi oral Akuades (K-) 25% 50% 75% 100% Kel Perlakuan 100.000 IU/ml (K+) Akuades
-
0,037*
0,037*
0,037*
0,037*
0,037*
25%
1,000
-
1,000
1,000
1,000
1,000
50%
1,000
1,000
-
1,000
1,000
1,000
75%
1,000
1,000
1,000
-
1,000
1,000
100%
1,000
1,000
1,000
1,000
-
1,000
Nistatin suspensi oral 100.000 IU/ml (K+)
0,037*
1,000
1,000
1,000
1,000
-
Keterangan: * = p<0,05, terdapat perbedaan bermakna
PEMBAHASAN diekstrak dengan metode maserasi menggunakan larutan 80 ml n-Hexana dan 40 ml dichlorometana.25 Metode maserasi dipergunakan dalam penelitian ini karena
merupakan metode yang paling sederhana, murah, dan mudah. Prosesnya dengan menempatkan bahan tanaman atau bubuk kasar dalam wadah tertutup dan menambahkan pelarut untuk pencair. Proses ini didiamkan selama tujuh hari, dengan sesekali diaduk.26
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 1 : 3 1 - 3 9 | 36
Hasil uji fitokimia ekstrak Daun Ocimum sanctum L. pada penelitian ini menunjukkan adanya kandungan senyawa tanin, fenol, steroid, terpenoid, minyak esensial, dan eugenol. Hasil ini sesuai dengan penelitian Sutrisna dkk (2009) bahwa hasil skrining fitokimia daun kemangi mengandung tanin, steroid, terpenoid, minyak esensial, dan eugenol.27 Hasil kultur pada penelitian ini menunjukkan koloni C. albicans yang tumbuh berwarna krem keputihan, agak mengkilat dan halus. Hal ini sesuai pernyataan Kusumaningtyas (2014) bahwa koloni C. albicans berwarna krem, agak mengkilat dan halus (cit. Lodder, 1970).28 Kultur C. albicans dilakukan pada media SDA yang merupakan media selektif untuk pertumbuhan fungal karena konsentrasi dekstrosa yang tinggi dan pH yang bersifat asam. Penambahan antibiotik juga dilakukan pada media SDA untuk mencegah pertumbuhan bakteri agar media lebih selektif sehingga sangat baik digunakan untuk isolasi jamur.29 Penambahan glukosa pada media SDA sangat baik sebagai media pertumbuhan jamur.30 Pada penelitian teknik isolasi atau penanaman C. albicans dilakukan dengan cara Streak Plate Method (cara gores). Kesalahan yang muncul pada penelitian ini karena hasil kultur C. albicans bertumpuk pada satu daerah. Hal ini disebabkan oleh penggoresan yang tidak sempurna, sehingga menghasilkan koloni yang tidak terpisah. Untuk mencegah hal itu harus digunakan lempengan media agar yang benarbenar kering permukaannya (cit. Lay, 1994).31 Pada penelitian ini uji konfirmasi C. albicans dilakukan dengan perwarnaan Gram dan uji fermentasi karbohidrat. Hasil perwarnaan Gram menunjukkan koloni berwarna ungu dan berbentuk budding (tunas). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Haw dkk (2013) bahwa C.albicans berwarna ungu dan berbentuk budding (tunas).32 Pewarnaan Gram pada C. albicans dilakukan karena C. albicans memiliki struktur dinding yang mirip dengan bakteri Gram-positif yaitu memiliki peptidoglikan yang mampu menahan zat warna krital violet.33 Pada penelitian ini uji fermentasi menunjukkan glukosa dan maltosa menunjukkan perubahan warna menjadi kuning yaitu terbentuknya asam dan gas, pada sukrosa hanya menunjukkan adanya asam sedangkan pada laktosa tidak menghasilkan asam maupun gas.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Prahatamaputra (2009) bahwa hasil fermentasi C. albicans ditunjukkan dengan terbentunya asam dan gas pada glukosa, maltosa dan terbentuknya asam pada sukrosa dan tidak memfermentasi laktosa.34 Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa ekstrak daun Ocimum sanctum L. memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan C. albicans. Hal ini disebabkan kandungan zat-zat aktif yang terkandung dalam ekstrak daun Ocimum sanctum L. berperan sebagai antifungal. Ekstrak daun Ocimum sanctum L. memiliki efektifitas minyak esensial dan komponen-komponennya terhadap obat anti jamur yang merupakan hal penting dalam melawan biofilm C. albicans yang telah resistensi dengan cara menghambat C. albicans melalui membran ergosterol dan mengganggu jalur sinyal morfogenesis yeast menjadi hifa.11 Tetapi pada penelitian ini menggunakan pengenceran ekstrak dengan etanol sehingga tidak ada pertumbuhan koloni Candida albicans. Etanol memiliki sifat tidak berwarna, mudah menguap dan dapat bercampur dengna air.35 Pengenceran menggunakan pelarut akudes tidak dapat melarutkan ekstrak daun Ocimum sanctum L. Tetapi karena hasil menunjukkan tidak ada pertumbuhan koloni sama sekali dari konsentrasi terendah (25%). Maka dilakukan pengulangan penelitian dengan menggunakan pengenceran ekstrak dengan akuades sehingga ditemukan konsentrasi daya hambat sebesar 25%. Hal ini sesuai dengan penelitian Khoirani (2013) bahwa pengujian ekstrak daun kemangi dalam pelarut etanol dan air didapatkan bahwa ekstrak lebih terlarut di dalam etanol yaitu 69% ± 0,70%, sedangkan air sebesar 11,30% ± 2,92%. Hal ini menunjukan bahwa kandungan senyawa aktif yang terdapat di dalam ekstrak kemangi lebih banyak bersifat semi polar dan non polar.36 KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Ekstrak daun Ocimum sanctum L. berpengaruh terhadap pertumbuhan C. albicans. 2. Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) ekstrak daun Ocimum sanctum L. terhadap pertumbuhan C. albicans dengan pengenceran menggunakan pelarut 25%.
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 1 : 3 1 - 3 9 | 37
3.
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) ekstrak daun Ocimum sanctum L. terhadap pertumbuhan C. albicans dengan pengenceran menggunakan pelarut akuades 25%.
SARAN 1. Diharapkan dapat dilakukan penelitian efek ekstrak daun Ocimum sanctum L. terhadap C. albicans menggunakan metode ekstraksi lain seperti sokletasi dan perkolasi 2.
Diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai KHM dan KBM ekstrak daun Ocimum sanctum L. terhadap pertumbuhan C. albicans dengan konsentrasi yang lebih rendah.
10.
11.
12.
13.
DAFTAR PUSTAKA 1.
2.
3.
4.
5. 6.
7.
8.
9.
Sardi JCO, Scorzoni L, Bernardi T, et al. Candida species: current epidemiology, pathogenicity, biofilm formation, natural antifungal products and new therapeutic options. J Med Microbiol 2013; 62: 10–24. Mayer FL, Wilson D, Hube B. Candida albicans pathogenicity mechanisms. Virulence 2013; 4: 119–28. Pfaller M, Diekema D. Epidemiology of invasive mycoses in North America. Crit Rev Microbiol 2010; 36: 1–53. Caggiano G, Coretti C, Bartolomeo N, et al. Candida Bloodstream Infections in Italy: Changing Epidemiology during 16 Years of Surveillance. Biomed Res Int 2015; 10: 1– 10. Mobeen N. Oral Candidiasis-A Short Review. Int J Cur Res Rev 2014; 6: 89–92. Javed F, Samaranayakeb LP, Romanos GE. Treatment of oral fungal infections using antimicrobial photodynamic therapy: a systematic review of currently available evidence. Photochem Photobiol Sci 2014; 13: 726–34. Ghom AG, Ghom SA. Treatment of Oral Candidiasis. In: Textbook of Oral Medicice. India: Jaypee Brothers Medical Publishers PVT. Ltd., 2014, p. 159. Setiabudy R, Bahry B. Obat Jamur. In: Fakmakologi dan Terapi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005, pp. 571–81. Khan A, Ahmad A, Khan LA, et al.
14.
15.
16.
17. 18.
19.
20.
21.
22.
Ocimum sanctum (L.) essential oil and its lead molecules induce apoptosis in Candida albicans. Res Microbiol 2014; 20: 1–9. World Health Organization. Bulletin of The World Health Organization. In: Herbal Medicine Research and Global Health: An Ethical Analysis. 2008, pp. 577–656. Raut JS, Karuppayil SM. A status review on the medicinal properties of essential oils. Ind Crops Prod 2014; 62: 250–64. Restiyani D, Yuniarni U, Hazar S. Uji aktivitas anti inflamasi dari ekstrak etanol herba kemangi terhadap tikus jantan wistar. In: Prosiding Penelitian SPeSIA. Universitas Islam Bandung, 2015, pp. 1–7. Balakumar S, Rajan S, Thirunalasundari T, et al. Antifungal activity of Ocimum sanctum Linn. (Lamiaceae) on clinically isolated dermatophytic fungi. Asian Pac J Trop Med 2011; 654–7. Mustika AD. Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Etanol Daun Kemangi Terhadap Pertumbuhan Salmonella typhi Secara In Vitro. Universitas Tanjungpura, 2014. Ntezurubanza L, Scheffer J, Looman A. Composition of the essential oil of Ocimum canum grown in Rwanda. Pharm Weekbl Sci 1985; 7: 273–7. Raaman N. Phytochemical Technique. New Delhi: New India Publishing Agency, 2006, pp. 9–24. National Library of Medicine. Eugenol. National Institues of Health. Astarina N, Astuti K, Warditiani N. Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol Rimpang Bangle (Zingiber purpureum Roxb.). Universitas Udayana, 2013. Maharani S, Santoso O. Pengaruh pemberian larutan ekstrak Siwak (Salvadora persica) pada berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan Candida albicans. In: Jurnal PDGI. 2012, pp. 61–4. Kurtzman C, Fell J, Boekhout T. The Yeast: A Taxonomic Study. San Diego: Elsevier, 2011, p. 100. Bibiana W. Analisa Mikroba di Laboratorium. PT. Raja Grafindo Persada, 1994, p. 20,38,51. Brooks G, Butel J, Morse S. Medical Mycology. In: Jawetz, Melnick & Adelberg’s Medical Microbiology. United States of America: McGraw Hill, 2010, p. 694.
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 1 : 3 1 - 3 9 | 38
23. Parija S. Textbook of Microbiology & Immunology. India: Elsevier, 2009. 24. Chess B. Laboratory Applications microbiology. New York: McGraw-Hill, 2012. 25. Singh S, Tewari G, Pande C, et al. Variation in essential oil composition of Ocimum americanum L. from north-western Himalayan region. J Essent Oil Res 2013; 25: 278–90. 26. Singh J. Maceration, Percolation and Infusion Techniques for the Extraction of Medicinal and Aromatic Plants. In: Extraction Technologies for Medicinal and Aromatic Plants. Italy: United Nations Industrial Development Organization and the International Centre for Science and High Technology, 2008, pp. 67–82. 27. Sutrisna E, Wahyuni E. Potensi efek antipiuretik daun kemangi (Ocimum Sanctum.L) dan daun dewa (Gyrnura pseudochia (L). Pharmacon 2009; 1: 9. 28. Kusumaningtyas E. Mekanisme Infeksi Candida albicans Pada Permukaan Sel. In: Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis. Kalimantan Tengah: Badan Litbang, 2014, pp. 305–315. 29. Conda. Sabouraund Dextrose Agar (European Pharmacopeia). Pronadisa Micro Mol Biol; 1–2. 30. Getas IW, Wiadnya IBR, Waguriani LA. Pengaruh Penambahan Glukosa dan Waktu Inkubasi Pada Media SDA (Sabaroud Dextrose Agar) Terhadap Pertumbuhan Jamur Candida albicans. Media Bina Ilm 2014; 8: 51–7. 31. Anonymous. Panduan Praktikum Mikrobiologi. Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, 2016, p. 32. 32. Haw B, Asma I, Eugene O, et al. Phenotyping Identification of Candida albicans for Production of in House Helicase for Nucleic Acid-based Detections for Fast Diagnosis. RJPBCS 2013; 4: 576– 83. 33. Haw B, Venugopal B, Eugene O, et al. Isolation and identification of Candida albicans to produce in house helicase for PCR. In: Proceedings of The 2nd Annual International Conference Syiah Kuala University. Banda Aceh: Uninet Biosciences Conference, 2012, pp. 1–6. 34. Prahatamaputra A. Karakteristik Jamur
Candida albicans Berbasis Fermentasi Karbohidrat Pada Air Bak WC Sekolah Menengah di Kelurahan Alalak Utara. J Wahana-Bio 2009; 2: 1–13. 35. Anonymous. Ethanol Science & Technology. In: Etanol-Blended Fuels. United States: Nebraska Ethanol Board, p. 12. 36. Khoirani N. Karakterisasi Simplisia dan Standardisasi Ekstrak Etanol Herba Kemangi (Ocimum americanum L.). UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 1 : 3 1 - 3 9 | 39