Ulu<muna< Vol 1 No 1Juni 2015
KONDISI SOSIAL BUDAYA DALAM PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM AL- SHA
Pendahuluan
maka
dapat
dinyatakan
hukum
pembentukan
islam berkembang mulai dari masa
dan perkembangan hukum Islam,
Rasulullah, masa sahabat, periode
telah tercatat secara detail bahwa
tadwin/
Dalam
hukum
sejarah
islam
perkembangan signifikan.
Hal
telah
mengalami
yang ini
sangat
dapat
dalam
literatur-literatur
yang
menjelaskan
1
taqlid ,
dan
sampai
pada
periode masa
sekarang. Menurut Abdul Wahhab Khalla
dilihat sejarah
kodifikasi
pada
periode
Rasulullah
hanya
historisitas
hukum islam secara konperehensif. Apabila dilihat dari periodesasinya,
1
„Abdul Wahab Khalla
Kondisi Sosial Budaya Dalam Perkembangan Hukum Islam Al- Sha
| 64
Ulu<muna< Vol 1 No 1Juni 2015 terdapat
dua
sumber
hukum
(perundang-undangan);
yaitu
mereka
tidak
ketetapan
hukumnya
dalam
Qur‟an,
Rasulullah saw. sendiri (Sunnah).
keterangan dalam sunnah. Dan jika
Apabila
menemukannya
peristiwa
memerlukan
ketetapan
atau
suatu
ada
yang hukum,
pertanyaan,
permintaan
fatwa
dan
semacamnya,
maka
Allah
menurunkan Rasulullah
kepada
saw.
Rasulullah tersebut
wahyu
Kemudian
menyampaikan kepada
wahyu
umatnya.
Dan
mereka
al-
wahyu Ilahi (al-Qur‟an) dan ijtihad terjadi
maka
mendapatkan
dalam
mencari sunnah,
maka mereka menetapkan hukum tersebut. mereka
Selanjutnya, tidak
apabila
menemukannya
dalam sunnah, maka para sahabat melakukan
ijtihad
mengqiyaskannya hukum
dengan
dengan
yang
telah
ketetapannya dalam nas{.
wahyu inilah yang menjadi undang-
suatu ada
3
Sumber-sumber hukum
pada
undang yang wajib diikuti. Apabila
masa tadwin ini ada empat yaitu;
Allah tidak menurunkan wahyu-Nya,
(1)
maka Rasulullah melakukan ijtihad
Ijma‟,
sendiri. Hasil ijtihad inilah yang
metode qiyas atau ijtihad dengan
kemudian menjadi ketetapan atau
salah satu dari metode istimbat{.
undang-undang yang harus diikuti.2
Senada
Adapun sumber hukum pada
al-Qur‟an, dan
(4)
dinyatakan
oleh
dalam
(2)
Muh{ammadan
sahabat.
dan
Apabila
(3)
Ijtihad
terjadi
suatu
bukunya
klasik
maka
oleh
al-Sha
ketetapan
fatwa
dalam
Joseph “The
4
yang Schacht
Origins
of
yang
dikembangkan
meliputi
empat
al-
sumber yaitu; (1) al-Qur‟an, (2)
mereka
Sunnah Nabi, yaitu suri teladannya,
mendapatkan ketetapan hukumnya
(3) Ijma‟ atau konsensus komunitas
di dalam nas{ al-Qur‟an itu, maka
ortodoks dan (4) Qiyas atau metode
mereka
menerapkan
hukum
analogi. Pokok-pokok teori tersebut
tersebut.
Akan
apabila
Qur‟an.
hukumnya
mencari
apa
dengan
menyatakan bahwa sumber hukum yang
ahli
Ijtihad
(3)
Jurisprudence”
peristiwa baru atau persengketaan, para
Sunnah,
dengan
masa sahabat yaitu; (1) al-Qur‟an, Sunnah,
(2)
Apabila
tetapi,
3 2
Ibid., 13.
4
Ibid., 48. Ibid.,81.
Kondisi Sosial Budaya Dalam Perkembangan Hukum Islam Al- Sha
| 65
Ulu<muna< Vol 1 No 1Juni 2015 5
dibangun oleh al-Sha
Dengan
demikian dalam makalah ini akan dikembangkan
tentang
Hijriah (767-820 M), berasal dari keturunan bangsawan Quraish.9
pemikiran
Sebenarnya kampung halaman
al-Sha
Imam
Biografi Al-Sha
Palestina, tetapi di Mekah (Hijaz).
Imam Sha
Sha
bukan
di
Gaza
Dahulunya Ibu dan Ayah beliau
Abu< Abd Allah6 Muh{ammad bin Idris
dating
bin Al-„Abbas bin „Uthman bin Sha
keperluan,
bin Al-Sa
lama kemudian beliau lahir. Ketika
Yazid
masih kecil beliau ditinggal wafat
bin
Ha<shim
bin
„Abd
al-
ke
Gaza dan
suatu
kemudian
oleh
bin Kila
keadaan yatim. Maka yang menjadi
Luay bin Gha
tumpuan dalam hidupnya adalah
bin
Ibunya sendiri.10
bin
Kina
bin
sehingga
tidak
Mutt{alib bin ‟Abdu Manaf bin Qus{ay
al-Nadar
Ayahnya
untuk
dalam
Khuzaimah bin Mudrakah ibnu Ilya<s
Sedang apabila ditilik secara
bin Mudar bin Niza
nasab dari ibunya, dalam hal ini
7
Nasab
dengan
nabi
„Adnan bin Ud bin Udad. beliau
bertemu
Muh{ammad
pada
Abd
Manaf,
terdapat
dua
pendapat
yaitu;
pertama, adalah ibu Imam Sha
suku
Uzdi.
Pendapat
ini
termasuk kakek yang ke 9 dari
dikuatkan oleh Imam Sha
Imam Sha
yang dinukil oleh Ibnu Abd al-
dari Nabi Muh{ammad.
8
Lahir di
Gaza, Palestina pada tahun 150
Hakam,
bahwa
Imam
Sha
berkata padanya, “ibuku dari Uzdi, Ummu
Habi
al-Uzdiyah”,
pendapat ini yang mashur.11 Imam Ibnu 5
Joseph Schacht, The Origins of Muhammadan Jurisprudence, Terj. Joko Supomo (Yokyakarta: Insan Madani, 2010),3. 6 Sirajuddin Abbas, Sejarah dan Keagungan Madhab Imam Shafi’i,< (Jakarta: Pustaka Tarbiyah, 2006), 19 7 Muhammad al-Biqa‟i<, Di<wa
hajar
al-„Asqala
berkata
yang dinukil dari Zakariya< bin Yahya al-Sa<ji<, menukil dari Muh{ammad bin binti al-Sha
9
Ahmad Nahrawi<, „Abd al-Sala<m, AlIma<m al-Sha
Kondisi Sosial Budaya Dalam Perkembangan Hukum Islam Al- Sha
| 66
Ulu<muna< Vol 1 No 1Juni 2015 meninggal (Muh{ammad bin Idri<s) di
bapak, namun saya mencukupkan
Mesir. Ibunya dari suku Uzdiyah
dari arah bapak saja yang tergolong
anak dari „Abasah bin „Umar bin
dari keturunan Quraish”.14
„Usma
Pendapat
inilah
yang
12
benar.
Ibu al-Sha
Pendapat yang kedua tergolong
al-Basha
al-Mari<si<
ketika
pendapat yang sedikit dan jarang.
merupakan
Diriwayatkan oleh Ha
Mu‟tazilah. Disamping itu, Ibu al-
Alla
Sha
Fat{imah binti Abd Alla
kritis
H{usain bin al-H{asan bin „Ali< bin Abi<
keputusan
T{a
mengkritik keputusan hakim-hakim
Subki< dalam karyanya (T{abqa
Mekah untuk melakukan pemisahan
Sha
dua orang saksi perempuan karena
al-Kubra<).
mengunggulkan Pendapat Karena
pendapat
ini.
sangat
ditolak.
kedua dianggap
dengan
13
pengakuan
bertentangan Imam
Sha
persaksian
adalah
dalil
terhadap
menurutnya sesuai
kuat
keputusan-
hakim,
dia
keputusan
dengan
akhirnya
pernah
ini
tidak
al-Qur‟an
dan
hakim
menyetujuinya.
sendiri, “bahwa ibunya dari Uzdi”. Padahal
pendukung
itu
tersebut
15
Pada diri Imam Sha
keistimewaan
yang
sudah
yang paling kuat. Menurut Ahmad
ditampakkan secara isha
Nahrawi< Abd al-Sala<m ketika al-
beliau kelak akan menjadi orang
Subki< merasa lemahnya pendapat
besar
yang
kontribusi terhadap konstelasi dunia
dia
berkata “maksudku
unggulkan, dalam
lalu
dia
al-Niha
hanyalah
ingin
menjelaskan bahwa kemuliaan dua
islam.
yang
dapat
Terdapat
memberikan
dua
peristiwa
penting patut dicermati bersamaan dengan
kelahiran
beliau
yaitu;
sisi nasab Imam Sha
12
Ibid., 24 Ima<m al-Subki<, T{abqa
14
Ahmad Nahrawi< Abd al-Sala<m, Imam Sha
Kondisi Sosial Budaya Dalam Perkembangan Hukum Islam Al- Sha
| 67
Ulu<muna< Vol 1 No 1Juni 2015 pertama, lahirnya beliau bersamaan dengan
kepulangan
dua
“Di kuttab saya mendengarkan guru membacakan ayat-ayat kepada anak-anak dan saya langsung dapat menghafalnya. Sementara anak-anak menulis pelajaran, saya sudah menghafal semuanya begitu guru selesai mendektekannya. Oleh karena itu seorang gurunya pernah berkata, “saya tidak halal mengutip apapun darimu.”
ulama
besar, Imam Abu< Hani
Imam
Ibnu
Jurer
al-Makki<
seorang mufti Hijaz ketika itu.16 Kedua sewaktu masih berada dalam kandungan, ibunya bermimpi bahwa sebuah bintang telah keluar dari perutnya, naik membumbung tinggi, hingga bintang itu pecah bercerai
berai
dan
menerangi
daerah-daerah
terkemuka
Jaringan Intelektual
dengan
diawali
membaca
al-Qur‟an.
Ia
dan bisa
menyelesaikan hafalan al-Qur‟annya dalam usia tujuh tahun di kuttab, lembaga pendidikan terendah yang ada
pada
masa
itu.
Karena
ingatannya sangat kuat, ia selalu menghafal setiap pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Ia sendiri pernah bercerita:
pada
waktu
itu
di
Mekah, dari Shibl Ibn „Abba
al-Sha
belajar
menghafal
dengan rangkaian sanad lengkap; Isma’i
sekelilingnya.17
Pendidikan
Bacaan al-Qur‟an dipelajarinya
berserakahan
18
Ma‟ru
al-Qur‟an,
melengkapi
ilmunya
al-Sha
mendalami bahasa dan sastra Arab. Untuk itu ia pergi ke pedesaan (ba
fasih
bahasanya.19
Dari
sinilah al-Sha
Imam al-Nawawi, Tahdhibu al-Asma’ wa al-Lugaht, jilid 17 (al-Munirah, tt), 45 17 Roibin, Sosiologi Hukum Islam: Telaah Sosio-Historis Pemikiran Imam Sha
bahasa
Arab
dengan
baik
dan
mengusainya. Kemudian
setelah
itu
ia
memperdalam ilmu fiqih, dengan
19
Ibid.,17.
Kondisi Sosial Budaya Dalam Perkembangan Hukum Islam Al- Sha
| 68
Ulu<muna< Vol 1 No 1Juni 2015 belajar kepada para ulama yang
Ra‟yi.
ada di Mekah, seperti Muslim Ibn
hukum
Kha
Dalam
islam
menafsirkan
lebih
pada
22
kontekstual.
Mekah pada waktu itu, S{afya
Al-Sha
„Uyainah (w. 198) dan beberapa
dapat
guru lainnya di kota itu.20
memadukan
Al-Sha
artian
mensintesiskan
pendapat
antara
yang
atau
pendapat-
sampaikan
Muslim Ibn Kha
ulama
kemudian ia diberikan izin untuk
mengutamakan teks, dan banyak
berfatwa.
digunakan oleh maz{hab Ma
Setelah
meminta
itu
al-Sha
kepadanya
untuk
ahlu
oleh
al-Hadi |
pendapat-pendapat
yang
yang
lebih
membuat surat pengantar kepada
moderat dan kontekstual, dalam hal
Malik Ibn Anas, imam tanah Hijrah
ini dibawa oleh maz{hab hanafi<.
(Madinah), maka ia dibuatkan surat pengantar tersebut. Sehingga al-
Adapun secara lengkap yang menjadi
guru
al-Sha
adalah
Sha
sebagai
Ibn Anas sebagai ahlu al-Hadi
Muslim Ibn Kha
23
berikut: (1)
Abu<
Kha
Ibn
al-Quraishi< al-Makhzu<mi< (w.179 H).
al-
Dia merupakan ahli fiqih terkemuka
Sha
di kota Mekah, sehingga dipercaya
ketika ia berada di berada di Hijaz.
menjadi
Karena
Hijaz
Muh{ammad S{ufya
merupakan tempat para nabi dan
Ku
disitu berkembang para ahlu al-
Dia seorang ahli hadis yang dikenal
Hadi
dengan ke‟aliman, kezuhudan dan
Dalam Khaldu
Muqaddimah
dinyatakan
memang
Hukum
bahwa
di
islam
yang
mufti
Mekkah.
berkembang banyak mengandalkan
kewarannya.
dalil secara tekstual. Dan ketika ia
paling
berada
yang
fatwa karena alat ijtihadnya paling
(rasio),
lengkap. (3) Daud Ibn „Abd al-
karena disana berkembang ahlu al-
Rahma
di
diandalkan
Irak, adalah
maka ra‟yu
layak
Dia
juga
(2) Abu<
dalam
dianggap
memberikan
22 20
Ibid.,18. 21 Huda{ri Bik, Ta
Ibn Khaldu
Kondisi Sosial Budaya Dalam Perkembangan Hukum Islam Al- Sha
| 69
Ulu<muna< Vol 1 No 1Juni 2015 Guru-guru Imam Sha
adalah guru al-Sha
mempunyai
Maji
disipilin ilmu di atas berpengaruh
Dia adalah salah satu guru al-Sha
positif
dalam bidang hadis. (5) Ma
keilmuannya
yang
cukup
Anas (w. 179 H). Imam Da
konperehensif
meliputi;
hadis,
Hijrah ini merupakan guru Imam
tafsir, dan fiqih. Hal ini menjadi
Sha
akan lebih memantapkan perannya
bidang
sebagai pendiri maz{hab fiqih yang
hadis
dan
mengantarkan mencapai bidang
fiqih
Imam
yang
(6)
terhadap
kapasitas
merupakan
dalam
fiqih yang ada sebelummya; yaitu
Ibra
Ibn
sintesis
macam
Sha
kesempurnaan
fiqih.
berbagai
dari
maz{hab
maz{hab Hanafi dan maz{hab Maliki.
Muh{ammad al-Asla<mi< (w. 183 H).
Sedangkan murid-murid Imam
Dia adalah salah satu guru Imam
Sha
Sha
Abu< Thaur Ibra
Muh{ammad
al-
Kalbi< al-Baghda
Dara<wardi< (w. 187 H). Dia adalah
Ahmad Ibn Hanbal wafat 241 H., Al-
salah satu guru Imam Sha
Hasan Ibn Muh{ammad al-Za‟fara
bidang hadis. (8) Abu< Isha
al-Baghda
Ibn Sa‟ad (w. 183 H). Dia adalah
al-Hasan Ibn „Ali< al-Kara
„Abd
al-„Azi<s
guru Imam Sha
pernah
Shan‟a. Sha
menjadi
Dia
adalah
dalam
hakim
guru
bidang
di
Imam
fiqih.
(11)
Muh{ammad Ibn Hasan al-Shaiba
hakim
merupakan dalam
guru
bidang
memperkenalkan maz{hab Hanafi.
di
al-Raqqa
ini
Imam
Sha
fiqih
yang
kepadanya
Adapun Sha
di 25
adalah:
murid-murid Mesir
yang
Imam terkenal
Al-Rabi‟ bin Sulaiman al-
Muradi yang datang bersama-sama Imam Sha
bagdad
Buwait{i
wafat
nama
219
H.,
lengkapnya
AlAbu
Ya‟ku
24
Zainul Mahmudi, Sosiologi Fikih Perempuan, 28-29. 25 Sirajuddin Abbas, Sejarah dan Keagungan Madhab Imam Shafi’i<, 181.
Kondisi Sosial Budaya Dalam Perkembangan Hukum Islam Al- Sha
| 70
Ulu<muna< Vol 1 No 1Juni 2015 wafat
232
H.,
Al-MUzani
nama
mu‟amalah. Dan yang terpenting
lengkapnya Abu< Ibrahim Isma‟il bin
lagi
Yahya al-MUzani wafat 264 H., Al-
(menggali sebuah hukum).
dalam
istinbat{
al-Ahka<m
Rabi‟in bin Sulaiman al-Jizzi wafat
Adapun karya-karya al-Sha
256 H., Harmalah bin Yahya al-
yang termashhur adalah sebagai
Tujibi wafat 243 H., Yu
berikut: pertama, Al-Risa
A‟ala wafat 264 H., Muh{ammad bin
al-Risa
Abd Allah bin Abd Hakam wafat 268
Fiqh
H., Abd Al-Rahman bin Abd Allah
secara
bin Abd Hakam wafat 268 H., Abu<
bahwa Imam Sha
Bakar al-Humaidi wafat 129 H.,
pertama yang melakukan kodifikasi
Abdul AZiZ bin Umar wafat 234,
kaidah-kaidah us{u
Abu Utsman Muh{ammad bin Sha
ini
(anak kandung Imam Sha
tentang karya us{u
H., Abu Hanifah al-Aswani orang
Sha
Mesir berasal Qibth wafat 271 H. dan banyak lagi yang lainnya.
pertama
yang
resmi.
yang
Dapat
menjadi
Pembuatan menyusul
dikodifikasi dikatakan
bukti
kitab
adanya
ini
nyata
adalah
permintaan
seorang ahli fiqh, „Abd al-Rahma
Ibn Mahdi< kepada
Dalam sejarah, Imam Sha
banyak
menciptakan
rekor
Imam
Sha
ketika ia berada di Baghdad untuk menulis
kitab
yang
menjelaskan
terhadap dunia islam. Hal ini dapat
ilmu-ilmu yang berkaitan dengan al-
kita buktikan melalui buah karyanya
Qur‟an,
sunnah,
yang
istihsa
nasi
agung
memberikan terhadap islam.
kontribusi
dapat
pemikiran
perkembangan
Tidak
yang
sehingga
sedikit
ulama
rujukan,
mengadopsi serta mengaplikasikan sumbangsih berbagai
pemikirannya
sendi
menyangkut
dalam
kehidupan,
persoalan
qiyas,
mansu
cacat
dan
permasalahan-
hukum
para
mengambil
hadis
ijma‟,
baik
ibadah
maupun segala macam persoalan
26
Zainul Mahmudi, Sosiologi Fikih Perempuan,30. Memang ada riwayat yang menyatakan bahwa Abu< Yu<suf dan Muhammad telah mengkodifikasikan kaidah-kaidah us{u
Kondisi Sosial Budaya Dalam Perkembangan Hukum Islam Al- Sha
| 71
Ulu<muna< Vol 1 No 1Juni 2015 permasalahan ikhtila
para
menjawab
dijadikan
permintaan
tersebut
dengan menulis kitab al-Risa
Al-Umm.
dikatakan
27
Sulit
bahwa
al-Umm
ulama
Sha
dan
rujukan
pengembangan
dalam
kitab-kitab
fiqih
yang dikarang oleh ulama-ulama maz{hab Sha
merupakan karangan Imam Sha
Ketiga, Ah{ka<m al-Qur’a
sendiri, karena diriwayatkan bahwa
Sha
isi
Imam Sha
kitab
al-Umm
pendapat-pendapat
merupakan Sha
yang membedah tentang hukum-
yang didektekan kepada muridnya,
hukum al-Qur‟an yang perlu kita
kemudian
ketahui
para
Imam murid
tersebut
menurut
pentahqiqnya,
menyusun pendapat-pendapat yang
„Abd
didektekan kepada mereka dalam
Hukum-hukum
sebuah kitab yang disebut dengan
secara
al-Umm. Murid yang meriwayatkan
terperinci.
pendapat-pendapat
Sha
bertujuan untuk memudahkan para
tersebut bernama al-Rabi<‟ Ibn „Abd
pencari ilmu yang ingin mengetahui
al-Jabba
pendapat-pendapat
pada tahun 270 H. Dia tidak hanya
Kitab
meriwayatkan memberikan
Imam
pendapat
komentar
mengenai
masalah
membahas
permasalahan t{aha
fiqih;
ibadah,
segala masalah
al-Ahwa
al-
kitab
ini
Sha
menguraikan Sha
dalam
al-Fiqhnya.
Semua
tersebut
Keempat,
secara
Imam
Imam us{u
dibedah
tidak
dengan ayat al-Qur‟an.
induk dalam masalah fiqih Sha
tersebut
juga
pendapat
Kitab al-Umm merupakan kitab
al-Kha
Penulisan
ini
melainkan
pendapat-pendapat tersebut.
„Abd
ringkas,
saja
28
Kitab
al-Gha
diperkuat 30
Musnad
al-Sha
Kitab ini merupakan kitab hadis yang
dikumpulkan
Sha
oleh
hadis-hadis
Imam
yang
telah
Shakhsiyyah, mu‟amalah, peradilan
dikumpulkan disusun berdasarkan
sebagainya.29
urutan-urutan kitab fiqih. Pertama-
dan
lain
Kitab
ini
kemudian dijadikan pedoman oleh 27
Ibid.,276. 28 Ibid.,277. 29 Abu< „Abdullah Muh{ammad Ibn Idri<s alSha
tama
Imam
masalah
Sha
ibadah
menguraikan
yang
meliputi
30
Zainul Mahmudi, Sosiologi Fikih Perempuan,33.
Kondisi Sosial Budaya Dalam Perkembangan Hukum Islam Al- Sha
| 72
Ulu<muna< Vol 1 No 1Juni 2015 wud{u,
menghadap
ketika
Kitab ini sangat perlu dipelajari
s{alat, s{alat, ima<mah, s{alat jum‟at,
oleh para pemerhati hadis, ketika
s{alat
Kemudian
mengalami
penyebutan
memahami
„i
dan
dilanjutkan
kiblat
Zakat.
dengan
kesulitan beberapa
dalam
hadis
atau
hadis-hadis yang berkenaan dengan
bilamana menemukan hadis yang
masalah mu‟amalah, seperti jual
secara literal bertentangan. Maka
beli dan gadai. Kemudian masalah-
dengan mempelajari kitab ini akan
masalah ahwa
menemukan
masalah
hudu
diuraikan
kesulitan
secara
bergantian,
sehingga
menemukan
31
pemahaman suatu hadis.
yang
terkesan kurang sistematis.
suatu
yang
solusi
dialami.
titik
dari
Dengan
temu
dalam
Kelima, Ikhtila
Selain kitab yang disebutkan di
ini merupakan karya Imam Sha
atas masih banyak lagi kitab-kitab
yang
karya
berisi
tentang
kumpulan
Imam
Sha
baik
yang
hadis-hadis yang secara redaksional
terpublikasikan maupun yang tidak.
kelihatan bertentangan. Hadis-hadis
Diantara
tersebut kemudian diuraikan oleh
adalah:
Imam
Buwaithi<,
Sha
mengenai
duduk
kitab-kitab
33
Al-Hujah,
tersebut
Al-Imla’,
Mukhtas{ar
Al-
al-Muza
perkaranya
masing-masing,
Ibtha
sehingga
uraiannya
al-‘Ilmi,
dengan
kita
Mukhtas{ar
al-Buwaithi<,
yang
Harmalah, Jami’i< MUzanni al-Kabi
terkandung dalam kedua hadis atau
Jami’i< Muzanni al-S{a
lebih
al-Qiblatain,
dapat
mengetahui
maksud
yang
kelihatannya
bertentangan
dan
pertentangan
tersebut.
hilanglah Kitab
ini
Qassamah,
Pemikiran
kitab-kitab
Sha
t{aha
hingga
dari
masalah masalah
32
peradilan.
Metode (istinba
31
Abu< „Abdullah Muh{ammad Ibn Idri<s alSha
Al-Jizyah,
Al-
Qita
ahli
Islam
Al-
Baghyi<.
juga diuraikan berdasarkan susunan fiqih,
Al-‘Amali<,
Hukum
istinba
dengan
istinba
hukum al-Sha
yang digunakan oleh Imam Abu< 33
Sirajuddin Abbas, Sejarah dan Keagungan Madhab Imam Shafi’i<, 142143.
Kondisi Sosial Budaya Dalam Perkembangan Hukum Islam Al- Sha
| 73
Ulu<muna< Vol 1 No 1Juni 2015 Hanifah dan Imam Ma
Muh{ammadan
yang
digunakan
merupakan
jalan
Jurisprudence”
Imam
Sha
menyatakan bahwa sumber hukum
tengah
antara
yang
klasik
al-Sha
yang
dikembangkan
keduanya,
antara
kelompok
oleh
rasionalis
dan
kelompok
sumber yaitu; (1) al-Qur‟an, (2)
tradisionalis.
Sejak
awal
meliputi
empat
Sha
Sunnah Nabi, yaitu suri teladannya,
telah mempelajari fiqih tradisionalis
(3) Ijma‟ atau konsensus komunitas
kepada sumber pertamanya, yaitu
ortodoks dan (4) Qiyas atau metode
Imam Ma
analogi. Pokok-pokok teori tersebut
fiqih rasionalis kepada murid setia
dibangun oleh al-Sha
Abu< Hanifah, yaitu Muh{ammad Ibn al-H{asan
al-Shaiba
di
Iraq.
Keempat tersebut
35
sumber
telah
hukum
disebutkan
pula
Dengan mempelajari kedua metode
dalam berbagai literatur dan telah
istinba
menjadi
hukum
ini
memberikan
sumber
hukum
yang
pengetahuan kepada Imam Sha
muttafaq yakni telah disepakati oleh
bahwa
masing-masing
para
keduanya
mempunyai
dari
ulama‟.
Diantaranya
dalam
kelebihan
bukunya Prof. Dr. Abdul Wahab
dan kelemahan. Oleh karena itu dia
Khallaf yang menyebutkan tentang
tidak
sumber hukum islam yang telah
mengikuti
salah
satu
dari
kedua metode tersebut, tetapi dia
disepakati
menciptakan
sumber
metode
istinba
hukum baru yang berbeda dengan
kitab al-Risa
menggunakan
yang
telah
disebutkan.
Sumber hukum pertama,yaitu al-Qur’an.
Secara
bahasa,
al-
Qur‟an adalah bentuk masdar dari hukum
oleh
hukum
keempat
36
keduanya. Metode istinba
sebagaimana
al-Sha
yang
kata
yaitu
bacaan, berbicara apa yang tertulis
sumber
(qa-ra-a)
قرأ
padanya,
yang
menelaah.
hukum (Mas{a
secara
disepakati yaitu al-Qur‟an, Sunnah,
mendefinisikan,
istilah,
para
artinya
Sedangkan ulama
“al-Qur‟an
us{u
Ijma‟ dan Qiyas. Joseph Schacht dalam 34
bukunya
“The
Origins
Zainul Mahmudi, Sosiologi Fikih Perempuan,38-39.
of
35
Joseph Schacht, The Origins of Muhammadan Jurisprudence, 3. 36 „Abdul Wahab Khallaf, Sejarah Pembentukan dan Perkembangan Hukum Islam, 81.
Kondisi Sosial Budaya Dalam Perkembangan Hukum Islam Al- Sha
| 74
Ulu<muna< Vol 1 No 1Juni 2015 firman
Allah,
baik
dan
konteks kalimat. Kedua, „A<m Z<{a
maknanya yang diturunkan kepada
yang di dalamnya ada lafaz{ kha<s,
Rasulullah
sehingga
saw.
lafaz{
dalam
bentuk
arti
yang
dimaksudkan
bahasa arab, merupakan mu‟jizat
adalah sebagian yang dicakup dari
dalam setiap surah-surahnya, yang
lafaz{ a<m. Ketiga, ‘A<m Z<{a
ditulis dalam mushaf, yang dinukil
dimaksudkan
secara
sebenarnya
mutawatir,
ibadah
bagi
yang
merupakan
sebagai „a<m
Z{a
kha<s, itu
tidak
membacanya,
memaksudkan kepada kha<s, tetapi
dimulai dari surah al-Fatihah dan
konteks kalimat itulah menunjukkan
37
ditutup dengan surah an-Nas.
kekhususannya.
Al-Qur‟an merupakan sumber
Menurut al-Sha
hukum yang pertama dan utama,
tetap pada keumumannya selama
tidak ada sumber hukum lainnya
tidak ada takhs{is{, jika ada kalimat
yang dapat mengungguli al-Qur‟an
yang
atau menyamainya. Karena semua
maka ketika itu kalimat tersebut
dalil
dianggap
kha<s,
karena
harus merujuk pada kandungan al-
mukhas{s{is{
adalah
memecah
Qur‟an. Dan yang lebih penting lagi
kepada
al-Qur‟an merupakan petunjuk bagi
lafaz{ „a<m menurut al-Sha
seluruh
karena
bukan umum, tetapi mengandung
didalamnya berisi tentang hukum-
arti khusus, oleh karena dila
hukum shara‟ dan hukum-hukum
makna
„a<m
sosial lainnya, serta mengandung
adalah
dila
hukum
umat
yang
berkembang
manusia,
38
mu‟jiZat.
menjadi:39
(mukhas{s{is{),
bagian-bagian
kepada yang
fungsi „a<m
kecil.
Arti
makna
„a<m
z{anni<
dan
dila
Imam Sha
mentakhs{is{
pertama,
ahad.40
‘A<m
Z{a
Sumber Sunnah
kedua,
menurut
al-Sunnah.
bahasa
berarti
jalan dan kebiasaan yang baik atau 37
Manna al-Qat{t{a
yang jelek; jalan yang terpuji atau yang tercela.41 Dalam istilah shara‟,
40
Ibid.,268. Nur al-Din < Ithr, Manhaj al-Naqdi fi< ‘Ulu<m al-H{adi |
Kondisi Sosial Budaya Dalam Perkembangan Hukum Islam Al- Sha
| 75
Ulu<muna< Vol 1 No 1Juni 2015 sunnah ialah segala sesuatu yang
mempunyai makna yang terbatas
diperintahkan,
perbuatan-perbuatan Nabi.44
dilarang
dan
dianjurkan oleh nabi, baik berupa
Tidak
dapat
disangkal
lagi
perkataan maupun perbuatannya.
bahwa
Dengan
dalil
merupakan sumber hukum kedua
hukum shara‟ disebutkan al-Kitab
setelah al-Qur‟an. Hadis merupakan
dan
penjelasan
demikian
apabila
al-Sunnah,
maka
yang
dimaksudkan adalah al-Qur‟a
42
Istilah sunnah dapat
dinyatakan sama dengan hadis. Menurut Joseph Schacht, orang
masih
sunnah
dari
bersifat artian,
hukum
yang
hadis
al-Qur‟an umum
Dalam penjelas
atau
yang
(mujmal).
perkara-perkara dipandang
(baya
butuh
maka
secara
yang membatasi pengertian sunnah
praktis hal ini akan dijelaskan oleh
adalah al-Sha
hadis.
pengertian sunnah hanya terbatas
Menurut
Wael
B.
Hallaq,
pada prilaku Nabi Muh{ammad saw.,
dengan menukil pandangan Imam
berbeda dengan ulama sebelumnya
Sha
yang
pengertian
dengan sunnah yaitu mempunyai
secara umum, yaitu tradisi atau
hubungan yang harmonis. Sunnah
praktik-praktik
dapat
memberikan
dilakukan umum.
yang
biasa
masharakat
secara
43
sebagaimana Joseph
Margoliouth yang
dikutip
Schacht,
kesimpulan
oleh
al-Qur‟an.
Berikut
Ia
memberikan contoh pada masalah perkawinan. Perkawinan dijelaskan
memberikan
secara
sunnah
namun
bahwa
persoalan-
persoalan yang tidak dicantumkan dalam
Menurut
menjelaskan
umum
dalam
tentang
al-Qur‟an, bagaimana
merupakan sebuah dasar hukum
perkawinan dalam praktiknya tidak
yang semula bermakna kebiasaan
ditentukan
dalam
ideal
Kemudian
sunnahlah
menjelaskan
tentang
atau
masharakat,
kebiasaan dan
baru
normatif kemudian
al-Qur‟an. tata
yang cara
45
perkawinan tersebut. 42
Abu al-Husain Muslim bin al-Hajja<j alQushairi< al-Nasaiburi<, S{ahi
44
Ibid., 90. Wael B. Hallaq, A History of Islamic Legal Theories, Terj. E. Kusnadingrat 45
Kondisi Sosial Budaya Dalam Perkembangan Hukum Islam Al- Sha
| 76
Ulu<muna< Vol 1 No 1Juni 2015 Dalam
rincian
yang
lebih
tidak ditentukan atau suatu urusan
lengkap tentang hubungan sunnah
(masalah)
dan
masalah
al-Qur‟an,
mengemukakan sebagai turutan
as-Sha
fungsi
sunnah
(1)
Sebagai
berikut: bagi
hokum
yang
diantara yang
masalah-
diragukan
yang
belum ada ketetapannya dalam alQur‟an dan sunnah.48
telah
Adapun
contoh
ijma‟
yang
diatur dalam al-Qur‟an. (2) Sebagai
disepakati misalnya dalam masalah
penjelasan
atau
warisan, bagian untuk cucu dalam
al-
pembagian harta pusaka (fara
Qur‟an. Dan (3) sebagai tambahan,
dalam firman Allah surat al-Nisa‟
artinya mengatur hukum yang tidak
ayat 11:
berupa
batasan-batasan
rincian
atas
hukum
diatur dalam al-Qur‟an.46 Sumber hukum ketiga, Ijma’.
Ijma‟ secara bahasa pengertiannya
ialah ‘azm (cita-cita). Sedangkan secara
istilah,
kesepakatan
ijma‟
para
adalah
mujtahidin
diantara umat islam pada suatu masa setelah kewafatan Rasulullah saw. atas hukum shar‟i mengenai suatu kejadian atau kasus.47 Ada juga yang memberikan pengertian,
“Allah
dalam
yang
menggali
susah
payah
hukum-hukum
agama (mujtahid) diantara umat Muh{ammad
saw.
sesudah
beliau
meninggal dalam suatu masa yang
bagimu
tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu.
Yaitu
:
bagian
seorang anak lelaki sama dengan bagian
dua
orang
anak
49
perempuan”.
Dalam ayat ini tidak disebutkan
ijma adalah suatu kesepakatan bagi orang-orang
menshari'atkan
cucu, oleh sebab itu menurut ijma‟ ulama, cucu sama dengan anak, jika anak-anak tidak ada, maka cucu
memperoleh
bagian
waris
yang besarnya sebanyak anak lakilaki.
dan Abdul Haris bin Wahid (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), 37. 46 Lahmuddin Nasution, Pembaruan Hukum Islam Dalam Mazhab Syafi’i, 76. 47 Abdul Wahhab Khallaf, ‘Ilmu Us{u
Al-Sha
serta
berlaku
secara
luas
Nazar Bakry, Fiqh dan Us{u
Kondisi Sosial Budaya Dalam Perkembangan Hukum Islam Al- Sha
| 77
Ulu<muna< Vol 1 No 1Juni 2015 pada
semua
bidang.
pernyataannya
dalam
Seperti kitab
al-
hukumnya karena adanya segi-segi persamaan illat.52
Umm:
Kedudukan
qiyas
merupakan
sumber hukum keempat setelah al-
“Ijma‟ adalah hujjah atas segala sesuatunya karena ijma‟ itu tidak mungkin salah”50
Qur‟an, hadis, dan ijma‟. sangat
luas
53
Qiyas
cakupannya
dibandingkan dengan ijma‟, karena Sesuatu yang telah disepakati oleh generasi terdahulu, walaupun mereka tidak mengemukakan dalil Kitab atau Sunnah, dipandangnya sama dengan hukum yang diatur berdasarkan
Sunnah
disepakati.
yang
telah
Menurutnya,
kesempatan
atas
menunjukkan
suatu
bahwa
hukum
hukum
itu
dalam
selalu berbeda-beda.
Qiyas.
Qiyas
saja
lainnya
dan
mempersamakannya.51
Sedangkan
menurut
istilah,
mempersamakan
qiyas
adalah
hukum
suatu
perkara yang belum ada kedudukan hukumnya dengan suatu perkara yang
50
sudah
dalam
qiyas
setiap
orang
diperbolehkan untuk mengqiyaskan suatu
perkara
berdasarkan
pribadinya masing-masing asalkan sesuatu yang diqiyaskan terdapat illat yang sama dalam al-Qur‟an maupun hadis. Menurut Fathurrahman
Yahya
dan
sebagaimana
yang
ada
ada
empat
unsur
yang
menjadi
menurut
bahasa artinya mengukur sesuatu dengan
disharatkan
dikutip oleh Ngainun Na‟im, bahwa
Sumber hukum yang keempat, adalah
tidak
adanya kesepakatan ulama. Hanya
tidak semata-mata bersumber dari ra‟yu (pendapat), karena ra‟yu akan
qiyas
ketentuan
Abu< „Abdullah Muh{ammad Ibn Idri<s alSha
52
Ahmad Hanafi, Pengantar dan Sejarah Hukum Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), 63. 53 Ibid. hal ini juga dinyatakan oleh Abdul Wahhab Khallaf, bahwa qiyas merupakan sumber hukum keempat setelah al-Qur‟an, Sunnah dan Ijma‟ dan juga merupakan hujjah shar‟iyyah atas hukum-hukum mengenai perbuatan manusia (‘amaliyah). Dengan pengertian bahwa apabila terdapat suatu kasus atau kejadian yang tidak ada ketentuannya dalam nas{ dan ijma‟ maka qiyaslah yang dapat dijadikan sebagai rujukan, asalkan ada kesamaan illat. Ada juga menyatakan bahwa qiyas bukan merupakan hujjah shar‟iyyah atas hukum, ini merupakan pendapat dari madhhab niz{amiyah z{ahiriyah dan sebagian kelompok shi‟ah. Abdul Wahhab Khallaf, ‘Ilmu Us{u
Kondisi Sosial Budaya Dalam Perkembangan Hukum Islam Al- Sha
| 78
Ulu<muna< Vol 1 No 1Juni 2015 tolak
ukur 54
qiyas.
dalam
pemakaian
Pertama, as{al (pokok) yaitu
suatu peristiwa yang sudah ada ketentuan yang
hukumnya
dijadikan
mengqiyaskan
dalam
nas{
patokan
dalam
hukum
suatu
analogi.
Apabila
unsur-unsur maka
salah
tersebut
tidak
dapat
satu tidak
dari ada,
dinyatakan
55
sebagai analogi. Imam qiyas
Sha
sebagai
menggunakan
sumber
hukum
masalah. Ini disebut dengan ma’qis
karena menurutnya hukum-hukum
‘alaihi. Kedua, far‟u (cabang) yaitu
shari‟at
suatu peristiwa baru yang tidak ada
mengambil dari nas{-nas{ al-Qur‟an
ketentuan
dan
hukumnya
dalam
sehingga
memerlukan
penetapan
hukum.
nas{ dasar
Ini
disebut
dengan ma’qis.
tidak
mungkin
hadis.56
hanya
Kebutuhan
dan
permasalahan
yang
dihadapi
manusia
akan
terus
bertambah
seiring
dengan
perkembangan
asal
yaitu
zaman, sedangkan nas{ al-Qur‟an
shara‟
yang
dan hadis sudah berhenti dengan
ditetapkan oleh nas{ tersebut untuk
meninggalnya Nabi saw. Sehingga
menetapkan hukum cabang. Dan
kebutuhan
keempat, illat yaitu kesesuaian sifat
sangat
yang terdapat dalam hukum as{al itu
melenceng dari nas{ yang sudah
sama dengan sifat yang terdapat
ditetapkan.
Ketiga,
hukum
ketetapan
hukum
akan
qiyas
diperlukan
mutlak
asalkan
tidak
dalam peristiwa baru (cabang). Menurut
wael
B.
Hallaq,
diantara semua topik us{u
(qiyas)
penjelasan
yang
memberikan paling
luas.
Bahkan pembahasannya menempati sepertiga dari seluruh isi sebuah kitab. paling analogi
Yang
menjadi
utama ini
persoalan
dalam
adalah
masalah
unsur-unsur
Pemikiran Hukum Al-Sha
fenomena
ketika
pemikiran
hukum
yang
membahas al-Sha
Dia
menerapkan istinba
berbeda
dengan
Imam
maz{hab yang lain, yaitu mampu
terpenting yang harus ada dalam 55
54
Ngainun Na‟im, Sejarah Pemikiran Hukum Islam (Yokyakarta: Teras, 2009),37.
Wael B. Hallaq, A History of Islamic Legal Theories, 123. 56 Muhammad Fa
Kondisi Sosial Budaya Dalam Perkembangan Hukum Islam Al- Sha
| 79
Ulu<muna< Vol 1 No 1Juni 2015 mensintesiskan pemikiran dialami
atau
hukum
dan
memadukan yang
dipelajari.
pernah Terutama
maka tentunya hukum harus bisa menuntun supaya
perkembangan hukum
zaman,
tetap
diakui
ketika dia berada Iraq dan ketika
legalitasnya. Termasuk dalam hal
berada
ini
dalam
di
Mesir.
sejarah
Dalam
hal
pemikiran
ini
hukum
pemikiran
ketika
hukum
beliau
al-Sha
berada
di
Iraq
islam dikenal dengan Qaul Qadi<m
tentunya
dan Qaul Jadi
ketika dia berada di Mesir. Karena
dikeluarkan
ia
keadaan kultur sosial yang berbeda.
berada di Iraq (Baghdad) disebut
Kedua, Faktor Politik. Dalam
al-Sha
ketika
dengan Qaul Qadi<m.
akan
berbeda
dengan
Sedangkan
hukum islam, maka tidak terlepas
fatwa-fatwa yang dikeluarkan al-
dari campur tangan penguasa yang
Sha
memangku
disebut Qaul Jadi
Negara atau pemerintah. Tentunya
Adapun
penyebab
lahirnya
Qaul Qadi<m dan Qaul Jadi
beberapa
Faktor
faktor:
Sosial.
58
Faktor
yang
sebagai
paling
praktik
pimpinan
mendominasi
dalam
kenegaraan
adalah
persoalan politik. Politik penguasa dapat
menjadi
penentu
sosial menjadi penentu terhadap
perpengaruh
perkembangan
perkembangan dan pemberlakuan
hukum
islam.
besar
atau
terhadap
yang
hukum
islam.
terjadi dalam suatu komunitas akan
hukum
yang
menyebabkan
Sha
Karena
hukum
perubahan
sosial
perkembangan
islam
dilakukan
mengalami
dimana
dia
perubahan. Jadi, perubahan hukum
berada
di
disebabkan oleh perubahan yang
berada di Mesir.
terjadi kehidupan
juga
Termasuk
dalam
perkembangan
sosial.
Apalagi
masharakat yang sudah modern,
berada, Iraq
istinba
al-
baik
ketika
maupun
ketika
Ketiga, Faktor Budaya. Faktor budaya
juga
menjadi
penentu
perkembangan hukum islam. Imam Sha
57
Lahmuddin Nasution, Pembaruan Hukum Islam Dalam Mazhab Syafi’i, 173. 58 Roibin, Sosiologi Hukum Islam: Telaah Sosio-Historis Pemikiran Imam Sha
tahapan dan merasakan beberapa tempat yang secara kultur budaya sangat
berbeda.
sekian
kali
Dia
mengalami
perpindahan
Kondisi Sosial Budaya Dalam Perkembangan Hukum Islam Al- Sha
tempat
| 80
Ulu<muna< Vol 1 No 1Juni 2015 mulai dari Mekah, Madinah, Iraq,
“Sesungguhnya
kemudian kembali lagi ke Madinah,
untuk umat ini orang yang akan
kmudian hijrah ke Yaman, setelah
memperbaharui
itu
kembali
ke
Iraq
lagi
dan
yang
berbeda
berpengaruh
terhadap
ini
akan
pemikiran
Menurut
mengutus
agamanya
awal seratus tahun”.
kemudian ke Mesir. Maka tentunya kultur
Allah
Ibn
setiap
59
Hajar,
maksud
hadis ini adalah bahwa pada seratus tahun
pertama,
Allah
mengutus
hukum al-Sha
„Umar Ibn „Abd al-„Azi<s dan seratus
muncullah
tahun kedua, Allah mengutus Imam
dua
qaul,
yaitu
qaul
Qadi<m dan qaul Jadi
Sha
Pro dan Kontra Pemikiran Al-
sama
yaitu
menyebarkan
sunnah dan melenyapkan bid‟ah.
Sha
Banyak lagi para ulama yang
Para mengalami
ulama
tentunya
perbedaan
dalam
mengakui Sha
akan
dalam
kebaikan hal
Imam
karya
dan
menanggapi masalah pemikiran al-
pemikiran-pemikirannya.
Sha
Diantaranya
yaitu;
Imam
membaca dari beberapa literatur,
Muslim
Kha
al-Zanji<,
bahwa Imam Sha
„Uyainah, Khalifah Haru
merupakan
seorang yang didambakan oleh para generasi
sesudahnya,
utamanya
maz{hab
sha
Sehingga
Ibn
Ma
dan banyak lagi yang lainnya.60 Menurut
Joseph
Schacht,
menyatakan bahwa Imam Sha
mereka membuat beberapa karya
tergolong
ulama
klasik.
Dia
yang berupa yang isinya tentang
merupakan
orang
pertama
yang
pendapat-pendapat Imam Sha
membatasi
Ibn Haja
tentang
batasan-
batasan Sunnah. Menurut al-Sha
beberapa hadis untuk menunjukkan
Sunnah
bahwa kehadiran Imam Sha
praktik-praktik yang dilakukan Nabi
dunia
saja,
merupakan
“utusan”
Allah
untuk memperbaharui agama yang
hanya
padahal
sangatlah
luas
dibatasi cakupan yaitu
pada Sunnah
mencakup
dipeluk masharakat. Arti hadisnya sebagai berikut:
59
Abu< „Abdullah Muh{ammad Ibn Idri<s alSha
Kondisi Sosial Budaya Dalam Perkembangan Hukum Islam Al- Sha
| 81
Ulu<muna< Vol 1 No 1Juni 2015 segala
kebiasaan
ideal
atau
(Mas{a
61
Qur‟an, Sunnah, Ijma‟ dan Qiyas.
kebiasaan normatif masharakat.
Pro dan kontra pemikiran alSha
juga
terlihat
dari
cara
Keempat
al-Ahka<m) sumber
yaitu; inilah
alyang
menjadi pedoman al-Sha
berpikirnya yang berbeda terkait
menghadapi
persoalan-persoalan
dengan qaul Qadi<m dan qaul Jadi
hukum
berkembang
Dalam
kehidupan masharakat.
pemikirannya,
Qadi<m
terlihat
longgar,
dan
terlihat
lebih
pada
terlihat
ketika
qaul
ketat.
qaul
yang
dalam
lebih
Pembahasan yang tidak kalah
Jadi
pentingnya, dalam artikel ini juga
Hal
ini
dibahas
tentang
faktor-faktor
disebabkan oleh kondisi sosio-kultur
munculnya Qaul Qa
yang berbeda.
Jadi
atas, bahwa
sosial,
politik
dan
budaya.
Penutup Dari
faktor
uraian
maka Imam
pembahasan
dapat
di
disimpulkan
Sha
merupakan
seorang tokoh panutan yang dapat
Daftar Pustaka
dijadikan rujukan dalam melakukan istinba
karya
monomentalnya
al-
Risa
pembahasan
secara
lengkap dan sistematis persoalanpersoalan us{ul al-Fiqh. Disamping istinba
Abbas, Sirajuddin. Sejarah dan Keagungan Madhab Imam Sha
Huda{ri.Ta
Biqa’
61
Joseph Schacht, The Origins of Muhammadan Jurisprudence, 90. Kondisi Sosial Budaya Dalam Perkembangan Hukum Islam Al- Sha
| 82
Ulu<muna< Vol 1 No 1Juni 2015 Hallaq, Wael B. A History of Islamic Legal Theories, Terj. E. Kusnadingrat dan Abdul Haris bin Wahid (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001. Hanafi, Ahmad. Pengantar dan Sejarah Hukum Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1970), 63. Khaldu
Nawawi (al), Imam. Tahdhibu alAsma’ wa al-Lugaht, jilid 17. al-Munirah, tt. Qat{t{a
Nasaiburi< (al), Abu al-Husain Muslim bin al-Hajja<j alQushairi<. S{ahi
Kondisi Sosial Budaya Dalam Perkembangan Hukum Islam Al- Sha
| 83