Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
KONDISI PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Oleh : Ayu Kurnia Sari, SE. M.Si, Ak. CA ABSTRAK Kondisi financial distress dapat dikenali lebih awal sebelum terjadinya dengan menggunakan suatu model sistem peringatan dini (early warning system). Model ini dapat digunakan sebagai alat untuk mengenali gejala awal kondisi financial distress untuk selanjutnya dilakukan upaya memperbaiki kondisi sebelum sampai pada kondisi krisis atau kebangkrutan. Tujuan penelitian ini adalah Untuk membuktikan secara empiris mengenai kondisi prediksi Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur. Rumusan Penelitian ini adalah Apakah model pendekatan dapat memprediksikan kondisi Financial Distress di Perusahaan Manufaktur? Hipotesis dalam penelitian ini adalah Model pendekatan dalam penelitian ini dapat memprediksikan kondisi Financial Distress di Perusahaan Manufaktur. Rancangan penelitian ini menggunakan kuantitatif dimana data sekunder yang berasal dari laporan keuangan periode 2007-2008 di perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif. Kesimpulan penelitian ini Perusahaan yang mengalami FD pada tahun 2007-2008 terdapat 27 perusahaan yang diantaranya terdapat dari kelompok industri yakni ada dari perusahaan garmen, alas kaki, rokok, makanan dan minimum, otomotif dan komponennya dan sebagainya. Dan Perusahaan FD diukur dari rasio keuangan diantaranya rasio profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, arus kas dan aktifitas. Kata kunci : Rasio Keuangan, Financial Distress perusahaan. Menurut Harahap (2002:105) bahwa: ”Laporan keuangan menggambarkan kondisi BAB 1 PENDAHULUAN keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau 1.1 Latar belakang Masalah jangka waktu tertentu”. Masalah yang sekarang Model dalam penelitian ini dihadapi oleh perusahaan manufaktur menggunakan beberapa rasio yang adalah melemahnya nilai tukar digunakan untuk mengukur Rupiah menjadi Rp. 13.500,- per 1 kemampuan perusahaan sehat atau USD. Melemahnya membuat tidak sehat khususnya pada perusahaan manufaktur disebagian perusahaan manufaktur yang wilayah Indonesia terancam gulung terdaftar di Bursa Efek Indonesia tikar hal ini dapat berakibat buruk (BEI). Rasio adalah suatu angka bagi perekonomian di Indonesia. Hal yang menunjukkan hubungan antar hasil meningkatnya pengangguran. suatu unsur dengan unsur lainnya Sedangkan menurut Harahap (2002: dalam laporan keuangan. Laporan 298), memberikan batasan sebagai keuangan merupakan media yang berikut: “Rasio keuangan adalah paling penting untuk menilai prestasi angka yang diperoleh dari hasil dan kondisi ekonomis suatu
1
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti)”. Menurut sumber dari hasil wawancara CNN Indonesia yakni Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan 3.293 masalah pengelolaan keuangan negara sepanjang paruh kedua 2014, dengan estimasi dampak finansial mencapai Rp 14,74 triliun. Dari ribuan kasus tersebut, negara telah dirugikan sebesar Rp 1,42 triliun. Sisanya masih berstatus potensi kerugian negara sebesar Rp 3,77 triliun, dan kekurangan penerimaan senilai Rp 9,55 triliun. BPK sebelumnya telah memeriksa 651 objek pemeriksaan dan menemukan sebanyak 7.789 masalah ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan senilai Rp 40,55 triliun. Dan dari masalah ketidakpatuhan tersebut, sebanyak 3.293 masalah berdampak pada pemulihan keuangan negara, daerah, atau perusahaan senilai Rp 14,74 triliun," ujar Ketua BPK Harry Azhar Azis di Gedung Dewan Perwakilan Berdasarkan klasifikasi objek pemeriksaan, sebanyak 135 objek berada pada lingkungan pemerintah pusat. Sementara jumlah terbesar ada pada pemerintahan daerah dan BUMD sebanyak 479 objek, sedangkan 37 objek merupakan BUMN dan badan lainnya. Kualitas audit yang didasarkan dari hasil audit yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) tidak dapat menjamin kelangsungan perusahaan mendatang. Hal ini dikarenakan kualitas audit yang dilaporkan hanya melaporkan satu tahun audit sehingga tidak dapat menjamin kelangsungan perusahaan
mendatang. Dalam penelitian sebelumnya yakni penelitian yang dilakukan oleh Eko Budi Setyarno, Indira Januarti Dan Faisal dari Universitas Diponegoro dibahas mengenai Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya. Pertumbuhan Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern adapun hasil dari penelitian ini adalah menunjukkan bahwa kondisi keuangan ( Altman Z - Score ) dan sebelumnya laporan audit berpengaruh secara signifikan akan keprihatinan opini audit . Di samping itu, kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh pada kelangsungan opini audit. Selain itu penelitian yang pernah dilakukan oleh Miratul Atiqah, Agus Purwanto Pengaruh Risiko Litigasi Terhadap Manajemen Laba Dengan Kualitas Audit Sebagai Variabel Moderating menyatakan bahwa risiko litigasi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba dan hasil tes moderating menunjukan bahwa kualitas audit mempunyai pengaruh negative terhadap hubungan risiko litigasi dan manajemen laba. Kondisi financial distress dapat dikenali lebih awal sebelum terjadinya dengan menggunakan suatu model sistem peringatan dini (early warning system). Model ini dapat digunakan sebagai alat untuk mengenali gejala awal kondisi financial distress untuk selanjutnya dilakukan upaya memperbaiki kondisi sebelum sampai pada kondisi krisis atau kebangkrutan 1.2 Pentingnya penelitian ini untuk dilaksanakan adalah : Untuk mengetahui kondisi financial distress pada perusahaan manufaktur
2
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
sebagian aktiva lancar. Variasi dalam pengukuran likuiditas tidak semata-mata menggunakan set lancar sebagai sumbernya tetapi menggunakan arus kas operasi. Penggunaan arus kas operasi dianggap lebih mengena, walaupun pada prakteknya pengukuran dengan aktiva lancar masih sering dilakukan karena lebih mudah menghitungnya.
1.3 Rumusan Masalah 1. Apakah model pendekatan dapat memprediksikan kondisi Financial Distress di Perusahaan Manufaktur? 1.4 Hipotesis 1. Model pendekatan dalam penelitian ini dapat memprediksikan kondisi Financial Distress di Perusahaan Manufaktur.
Rasio-rasio antara lain:
1.5 Tujuan Penelitian Untuk membuktikan secara empiris mengenai model pendekatan kondisi prediksi Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur.
likuiditas
1) Current ratio, yaitu perbandingan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar dengan tujuan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva lancar perusahaan mampu untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya;
1.7 Luaran Penelitian : 1. Bahan Ajar 2. Jurnal Ilmiah 3. Sebagai bahan diskusi dengan mahasiswa.
2) Quick ratio atau acid test ratio, seperti current ratio namun menghilangkan unsur persediaan dan pos-pos aktiva lancar yang berada di bawah tingkat likuiditasnya seperti prepaid expenses dan aktiva lancar lainnya.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasio Keuangan a. Rasio likuiditas Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendek. Dalam rutinitas seharihari, likuiditas antara lain akan tercermin dalam bentuk kemampuan perusahaan dalam membayar kreditor tepat waktu atau membayar gaji tepat waktu.
b. Rasio aktivitas/turnover/asset utilization Perusahaan menggunakan aktiva dalam rangka menciptakan pendapatan (sales, revenue). Aktiva secara umum adalah bentuk investasi. Setiap bentuk investasi memerlukan dana. Dana diperoleh dari sumber dana, bisa berbentuk utang atau modal dari pemilik. Setiap sumber dana menimbulkan biaya. Biaya inilah yang
Pengukuran likuiditas biasanya mengaitkan kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang tersedia untuk melunasinya. Lingkup pengukuran bisa seluruh aktiva lancar atau
3
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
disebut sebagai biaya modal atau cost of capital. Oleh karena itu setiap investasi, apakah itu dalam bentuk aktiva lancar atau tetap, perlu dilihat sampai seberapa jauh peranannya dalam mendukung terciptanya penjualan.
1)
2)
1)
2)
Rasio-rasio profitabilitas antara lain: 1) Return on sales atau profit margin, yaitu perbandingan antara laba bersih dengan jumlah penjualan selama setahun yang menunjukkan tingkat profitabilitas laba tertentu terhadap penjualan; 2) Return on assets, yaitu perbandingan antara laba bersih dengan jumlah penjualan selama setahun yang menunjukkan ukuran tingkat laba terhadap aktiva yang digunakan dalam menghasilkan laba tersebut.
Rasio aktivitas dibagi kedalam dua kelompok yaitu: short-term activity, berorientasi pada operasi rutin perusahaan diwakili kemampuan perusahaan dalam rangka mengendalikan piutang, persediaan, dan utang usaha; dan long-term activity, lebih berorientasi pada penggunaan aktiva tetap. Rasio-rasio aktivitas antara lain: Receivable turnover, yaitu perbandingan antara jumlah penjualan dengan rata-rata piutang dagang selama setahun yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menangani penjualan kredit dan kebijakannya; Total asset turnover, yaitu perbandingan antara jumlah penjualan dengan rata-rata jumlah aktiva selama setahun yang menunjukkan seberapa baik dukungan seluruh aktiva untuk memperoleh penjualan.
d. Rasio solvabilitas Penggunaan utang jangka pendek akan mempengaruhi likuiditas. Penggunaan jangka panjang akan mempengaruhi solvency (solvabilitas). Pada akhirnya utang jangka panjang yang jatuh tempo akan mempengaruhi likuiditas juga. Solvabilitas menyangkut struktur modal dan pengaruh beban tetap (bunga) terhadap laba perusahaan. Rasio solvabilitas, disebut juga rasio leverage, menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan hutang jangka panjang.
c. Rasio profitabilitas Rasio profitabilitas atau disebut juga rasio rentabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, dan sebagainya.
Rasio-rasio solvabilitas antara lain: 1) Debt to total capital, yaitu perbandingan seluruh utang baik jangka pendek maupun jangka
4
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
panjang dengan total sumber dana yaitu utang ditambah modal sendiri; 2) EBIT interest coverage atau times interest earned, yaitu perbandingan antara laba sebelum beban bunga dan pajak dengan beban bunga untuk mengetahui sampai seberapa jauh laba tersebut dapat digunakan untuk menutup bunga.
3) Cash flow per share, mengukur seberapa besar jumlah kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi yang tersedia untuk pemegang saham biasa (Davila, 1996: 6);
e. Rasio arus kas Rasio arus kas cukup dominan dalam pengukuran kebangkrutan dan financial distress. Hal ini wajar ketika perusahaan mulai bermasalah dengan pembayaran utang, maka arus kas menjadi dominan sebagai alat ukurnya. Prihadi (2009: 108) mengelompokan rasio arus kas menjadi dua, yaitu: a. Efficiency ratio, yang menjelaskan seberapa baik perusahaan menghasilkan arus kas dengan perhatian utama pada arus kas operasi; b. Sufficiency ratio, yang menjelaskan kecukupan dari arus kas untuk memenuhi kebutuhan perusahaan. Rasio-rasio arus kas antara lain:
2.2 Financial Distress Financial distress (selanjutnya dalam penelitian ini disingkat menjadi FD) adalah suatu konsep luas yang terdiri dari beberapa situasi di mana suatu perusahaan menghadapi masalah kesulitan keuangan. Istilah umum untuk menggambarkan situasi tersebut adalah kebangkrutan, kegagalan, ketidakmampuan melunasi hutang, dan default. Insolvency dalam kebangkrutan menunjukkan kekayaan bersih negatif. Ketidakmampuan melunasi utang menunjukkan kinerja negatif dan menunjukkan adanya masalah likuiditas. Default berarti suatu perusahaan melanggar perjanjian dengan kreditur dan dapat menyebabkan tindakan hukum.
4) Cash flow return on equity, mengukur seberapa besar jumlah kas dari aktivitas operasi yang dihasilkan dari penggunaan modal sendiri (Davila, 1996: 6).
Beberapa pengertian mengenai financial distress telah dikemukakan oleh para peneliti. Foster (1986: 535) mendefinisikan FD sebagai “...severe liquidity problems that cannot be resolved without a sizable rescaling of the entity’s operations or structure”. (“masalah likuiditas yang parah yang tidak dapat diatasi tanpa melakukan perubahan ukuran yang besar terhadap operasi dan struktur perusahaan”). Selanjutnya Foster (1986: 536) menyebutkan beberapa indikator atau sumber informasi
1) Cash flow adequacy, mengukur secara agregat kemampuan arus kas dalam memenuhi kebutuhan yang meliputi pembelian aktiva tetap (aktivitas investasi), pembayaran dividen (aktivitas pendanaan), dan pembayaran utang jangka panjang (aktivitas pendanaan); 2) Cash flow to sales, mengukur seberapa besar setiap penjualan akan menjadi arus kas operasi;
5
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
mengenai kemungkinan terjadinya FD berupa:
Brigham dan Gapenski (1997: 1034) mendefinisikan FD berdasarkan tipenya sebagai economic failure, business failure, technical insolvency, insolvency in bankruptcy, dan legal bankruptcy. Penjelasan masing-masing tipe adalah sebagai berikut:
1) Analisis arus kas untuk periode sekarang dan yang akan datang; 2) Analisis strategi perusahaan yang mempertimbangkan pesaing potensial, Struktur biaya relatif, perluasan rencana dalam industri, kemampuan perusahaan untuk meneruskan kenaikan biaya, kualitas manajemen dan lain sebagainya; 3) Analisis laporan keuangan dari perusahaan serta perbandingannya dengan perusahaan lain; dan 4) Variabel eksternal seperti return sekuritas dan peringkat obligasi. Platt dan Platt (2002: 1) mendefinisikan bahwa FD adalah tahap penurunan kondisi keuangan yang dialami oleh suatu perusahaan, yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. Kondisi ini pada umumnya ditandai antara lain dengan adanya penundaan pengiriman, kualitas produk yang menurun, dan penundaan pembayaran tagihan dari bank. Apabila kondisi FD ini diketahui, diharapkan dapat dilakukan tindakan untuk memperbaiki situasi tersebut sehingga perusahaan tidak akan masuk pada tahap kesulitan yang lebih berat seperti kebangkrutan ataupun likuidasi.
1)
Economic failure adalah keadaan ketika pendapatan perusahaan tidak dapat menutupi total biaya, termasuk cost of capital-nya.
2)
Business failure didefinisikan sebagai bisnis yang menghentikan operasi dengan akibat kerugian kepada kreditur.
3)
Technical insolvency, perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban lancar ketika jatuh tempo.
4)
Insolvency in bankruptcy, perusahaan memiliki nilai buku hutang melebihi nilai pasar aset.
5)
Legal bankruptcy, perusahaan telah diajukan tuntutan secara resmi dengan undangundang.
Whitaker (1999: 2), menyebutkan bahwa suatu perusahaan sudah dapat dikatakan menderita kesulitan keuangan pada tahun pertama aliran kas kurang dari kewajiban jangka panjang yang jatuh tempo. Aliran kas didefinisikan sebagai pendapatan bersih ditambah beban-beban non kas. Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan umumnya mengalami penurunan dalam pertumbuhan, kemampulabaan, dan
6
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
aktiva tetap, serta peningkatan dalam tingkatan persediaan relatif terhadap perusahaan yang sehat (Kahya dan Theodossiou, 1999: 323). Di samping itu kesulitan keuangan dapat juga dilihat dari melemahnya kondisi keuangan, kreditur yang mulai mengambil tindakan, pemasok yang mungkin tak mengirim bahan baku secara kredit, investasi modal yang menguntungkan mungkin harus dilepas, dan pembayaran dividen yang terganggu (Keown et al., 1991: 481).
seperti turnover/total assets, revenues/turnover, ROA, ROE, dan profit margin. 3)
Corporate governance model, kebangkrutan disebabkan bauran aktiva dan struktur keuangan yang benar tapi dikelola dengan buruk. Ketidakefisienan ini mendorong perusahaan menjadi out of the market sebagai konsekuensi dari masalah dalam tata kelola perusahaan yang tak terpecahkan. Prediksi kesulitan keuangan dilakukan dengan menggunakan informasi kepemilikan. Kepemilikan berhubungan dengan struktur tata kelola perusahaan dan goodwill perusahaan.
Fachrudin (2008: 6) mengelompokkan penyebabpenyebab kesulitan keuangan sebagai berikut: 1)
2)
Neoclassical model, kebangkrutan terjadi jika alokasi sumber daya tidak tepat. Prediksi kesulitan keuangan dilakukan dengan menggunakan data neraca dan laporan laba rugi. Misalnya ukuran profitabilitas berupa return on assets dan ukuran solvabilitas berupa debt to assets ratio.
Akibat yang ditimbulkan dari kesulitan keuangan sebagai berikut: 1)
Financial model, bauran aktiva benar tapi struktur keuangan salah dan dihadapkan pada batasan likuiditas. Hal ini berarti bahwa walaupun perusahaan dapat bertahan hidup dalam jangka panjang tapi ia harus bangkrut juga dalam jangka pendek. Hubungan dengan pasar modal yang tidak sempurna dan struktur modal yang inherited menjadi pemicu utama kasus ini. Prediksi kesulitan keuangan dilakukan dengan menggunakan indikator keuangan atau indikator kinerja
2)
3)
7
Risiko biaya kesulitan keuangan mempunyai dampak negatif terhadap nilai perusahaan yang mengoffset nilai pembebasan pajak (tax relief) atas peningkatan level hutang; Jika pun manajer perusahaan menghindarkan likuidasi ketika terjadi kesulitan keuangan, hubungannya dengan supplier, pelanggan, pekerja, dan kreditor menjadi rusak parah; Suplier penyedia barang dan jasa secara kredit mungkin lebih berhati-hati, atau bahkan menghentikan pasokan sama sekali, jika mereka yakin tidak ada kesempatan peningkatan
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
4)
perusahaan dalam beberapa bulan. Pelanggan mungkin mengembangkan hubungan dengan suplier mereka, dan merencanakan sendiri produksi mereka dengan andaian ada keberlanjutan dari hubungan tersebut.
Adanya keraguan tentang kelangsungan hidup perusahaan tidak menjamin kontrak yang baik. Pelanggan umumnya menginginkan jaminan bahwa perusahaan cukup stabil untuk menepati janji.
2.5 Kerangka Konseptual
8
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
keuangan perusahaan tahun buku 2007-2008.
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Model yang digunakan untuk memprediksi financial distress adalah menggunakan deskriptif kuantitatif. Jenis penelitian ini menggunakan jenis kuantitatif. Dimana data berasal dari laporan
manufaktur
3.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perusahaan Manufaktur.
3.3 Definisi Operasional Variabel Tabel 3.1. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
No.
Variabel Penelitian
Definisi Operasional
Skala Penguku ran
1.
Kondisi financial distress (Y)
Perusahaan yang dalam dua tahun berturutturut memperoleh laba bersih negatif serta memiliki akumulasi defisit sebesar 50% atau lebih dari modal disetor dalam neraca perusahaan dua tahun berturut-turut dan/atau delisting oleh BEI karena kesulitan keuangan
2.
Profit margin (X1)
Rasio perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan nilai penjualan
Rasio
3.
ROA (X2)
Perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva. dan
Rasio
4.
DAR (X3)
Perbandingan antara total kewajiban atau hutang dengan total aktiva.
Rasio
5.
Current liablities to assets ratio
Perbandingan antara kewajiban lancar
Rasio
9
Nominal
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
No.
Variabel Penelitian (X4)
Definisi Operasional
Skala Penguku ran
dengan total aktiva.
6.
Current liablities to total liablities ratio (X5)
Perbandingan antara kewajiban lancar dengan total kewajiban.
Rasio
7.
EAR (X6)
Perbandingan antara ekuitas saham dengan total aktiva.
Rasio
8.
LTDER (X7)
Perbandingan antara kewajiban jangka panjang dengan ekuitas saham.
Rasio
9.
Times interest earned (X8)
Perbandingan antara laba sebelum beban bunga dan pajak dengan beban bunga.
Rasio
10.
Current ratio (X9)
Perbandingan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar.
Rasio
11.
Current assets to total assets ratio (X10)
Perbandingan antara aktiva lancar dengan total aktiva.
Rasio
12.
Net working capital to total assets ratio (X11)
Perbandingan antara modal kerja bersih (aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar) dengan total aktiva.
Rasio
13.
Net Fixed assets to total assets ratio (X12)
Perbandingan antara nilai bersih aktiva tetap dengan total aktiva.
Rasio
14.
Cash ratio (X13)
Perbandingan antara kas dan setara kas dengan kewajiban lancar.
Rasio
15.
Sales to assets
Perbandingan antara
Rasio
10
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
No.
Variabel Penelitian ratio (X14)
Definisi Operasional
Skala Penguku ran
penjualan dengan total aktiva.
16.
Sales to current assets ratio (X15)
Perbandingan antara penjualan dengan aktiva lancar.
Rasio
17.
CFTS (X16)
Perbandingan jumlah arus kas dari aktivitas operasi dengan penjualan.
Rasio
18
CFTL (X17)
Perbandingan jumlah arus kas dari aktivitas operasi dengan ratarata hutang.
Rasio
3.4. Model yang digunakan Model yang digunakan dalam penelitian adalah Deskriptif. Model yang digunakan dapat memprediksi penelitian berdasarkan data time series. Data yang digunakan berdasarkan laporan keuangan periode tahun 2007-2008 di perusahaan manufaktur berdasarkan data yang diambil dari BEI.
a. Menurut sifatnya Data kuantitatif yaitu data dalam bentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan. Data kuantitatif yang digunakan adalah data ratio yaitu data yang jaraknya sama dan mempunyai nilai nol mutlak serta data ordinal yang berbentuk kategori untuk menunjukkan kriteria FD (1) dan NFD (0);
3.5. Rancangan Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yakni data rasio-rasio keuangan yang berasal dari laporan keuangan dan kinerja perusahaan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode pengamatan 2007 sampai dengan 2008. Data-data rasio keuangan yang digunakan sebagai variabel bebas berasal dari data dua tahun sebelum terjadinya FD. Selanjutnya data tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
b. Menurut sumbernya Data eksternal yaitu data yang diperoleh dari luar lingkungan penulis yang diperoleh melalui Pusat Referensi Pasar Modal pada BEI dan situs http://www.isx.co.id. c. Menurut cara memperolehnya Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak kedua yaitu Pusat Referensi Pasar Modal BEI dan situs http://www.isx.co.id bukan langsung dari perusahaan-
11
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
perusahaan yang menjadi sampel penelitian.
(PRPM) BEI serta mengunduh dari situs BEI di http://wwwd.isx.co.id.
3.6. Teknik Pengumpulan Data Karena data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, pengumpulan data dilakukan melalui teknik dokumentasi dari laporan keuangan dan laporan kinerja emiten yang ada di Pusat Referensi Pasar Modal
3.7. Teknik Analisis Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dengan membandingkan angka dari laporan keuangan setiap perusahaan manufaktur dengan melihat laporan keuangan yang mengalami kerugian dan diukur dengan rasio keuangan. beberapa kelompok yang menunjukan kondisi terjadinya financial distress (FD) dan tidak ada terjadinya Financial Distress (NFD) kelompok tersebut diantaranya sebagai berikut :
BAB 5 PEMBAHASAN
Berdasarkan dari hasil penelitian untuk perusahaan manufaktur menurut kelopok industry yang terdiri dari beberapa jenis perusahaan dapat diklasifikasikan bahwa ada Tabel 5.2. Perusahaan FD dan NFD menurut Kelompok Industri
No.
Jumlah Emiten dalam Kondisi
Kelompok Industri
FD
NFD
1.
Semen
-
2
2.
Keramik, Porselen, dan Kaca
2
2
3.
Logam dan Sejenisnya
2
7
4.
Kimia
-
4
5.
Plastik dan Kemasan
4
3
6.
Pakan Ternak
-
2
7.
Kayu dan Pengolahannya
1
-
8.
Pulp dan Kertas
2
1
9.
Otomotif dan Komponennya
1
5
10.
Tekstil dan Garmen
9
1
11.
Alas Kaki
2
1
12
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
12.
Kabel
-
2
13.
Aneka Indutri Lainnya
2
-
14.
Makanan dan Minuman
1
6
15.
Rokok
1
3
16.
Farmasi
-
7
17.
Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga
-
3
Jumlah
27
49
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur
Berdasarkan dari tabel di atas, perusahaan yang mengalami perhitungan perusahaan dalam financial distress dipacu karena masa tahun 2007 sampai tahun persaingan perdagangan yang 2008 perusahaan yang ada di Indonesia, selain itu mengalami financial distress banyak perusahaan yang lebih sedikit jika dibandingkan berhasil bangkit atau tidak dengan perusahaan yang tidak mengalami kondisi financial mengalami financial distress. distress. Hal ini dikarenakan beberapa Tabel 5.3. Rata-Rata Rasio Keuangan Perusahaan 2 Tahun Sebelum FD
1 Tahun Sebelum FD
FD
NFD
FD
NFD
Profit margin (X1)
(0.421 )
0,068
(0,18 7)
0,073
ROA (X2)
(0,436 )
0,154
(0,31 6)
0,160
DAR (X3)
1,332
0,443
1,340
0,434
Current liabilities to assets ratio (X4)
0,916
0,284
0,994
0,285
.
0,726
0,678
0,746
0,671
.
Current liabilities to total liablities ratio (X5) EAR (X6)
(0,332 )
0,557
(0,34 0)
0,594
N o Variabel Bebas . 1 . 2 . 3 . 4 5 6 .
13
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
2 Tahun Sebelum FD
1 Tahun Sebelum FD
FD
NFD
FD
NFD
LTDER (X7)
0,262
0,223
(0,19 2)
0,206
Times interest earned (X8)
(324,0 71)
3.704,6 91
169,2 30
4.001, 588
Current ratio (X9)
0,930
2,462
0,826
3,261
1
Current assets to total 0 assets ratio (X10) .
0,356
0,543
0,352
0,571
1
Net working capital to 1 total assets ratio (X11) .
(0,525 )
0,259
(0,56 5)
0,286
1
Net Fixed assets to total 2 assets ratio (X12) .
0,546
0,395
0,544
0,397
Cash ratio (X13)
0,096
0,582
0,038
0,596
Sales to assets ratio (X14)
0,670
1,353
0,672
1,393
Sales to current assets ratio (X15)
2,168
2,649
2,134
2,611
CFTS (X16)
(0,011 )
0,073
(0,04 5)
0,078
CFTL (X17)
0,060
0,298
(0,02 3)
0,191
N o Variabel Bebas . 7 . 8 . 9 .
1 3 . 1 4 . 1 5 . 1 6 . 1 7 .
Sumber: hasil laporan keuangna Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa rata-rata rasio profitabilitas perusahaan, yang diwakili rasio Profit
margin (X1), dan ROA (X2) satu tahun maupun dua tahun sebelum terjadinya financial distress memiliki rasio negatif
14
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
dan lebih kecil bila dibandingkan dengan perusahaan yang tidak mengalami financial distress pada tahun yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa kemampulabaan perusahaan yang akan mengalami financial distress cenderung mengalami penurunan.
lebih buruk dibandingkan dengan perusahaan yang tidak mengalami financial distress. Peningkatan klaim pihak ketiga pada perusahaan yang mengalami financial distress, sebagaimana diuraikan pada paragraf sebelumnya, juga diikuti dengan likuiditas yang lebih kecil. Hal ini bisa dilihat dari rasio-rasio Current ratio (X9), Current assets to total assets ratio (X10), Net working capital to total assets ratio (X11), dan Cash ratio (X13) perusahaan yang mengalami financial distress lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang tidak mengalami financial distress.
Struktur pendanaan perusahaan perusahaan yang mengalami financial distress memiliki rasio yang lebih besar dan kecenderungan meningkat dibandingkan dengan dengan perusahaan yang tidak mengalami financial distress. Hal ini dapat dilihat dari rasiorasio DAR (X3), Current liabilities to assets ratio (X4), dan Current liabilities to total liabilities ratio (X7) yang menunjukkan indikasi bahwa klaim jangka pendek pihak ketiga terhadap aktiva pada perusahaan yang mengalami financial distress lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang tidak mengalami financial distress. Kondisi sebaliknya terjadi pada rasio EAR (X6), LTDER (X7), dan Times interest earned (X8). Perusahaan yang mengalami financial distress memiliki angka yang lebih kecil dibandingkan perusahaan yang tidak mengalami financial distress. Namun demikian rasio keuangan yang lebih kecil ini mengindikasikan hal yang sama dengan empat rasio struktur pendanaan sebelumnya bahwa perusahaan yang mengalami financial distress memiliki rasio keuangan yang
Rasio aktivitas yang menunjukan efektivitas penggunaan aktiva perusahaan dalam menghasilkan laba pada perusahaan financial distress lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang tidak mengalami financial distress. Hal ini bisa dilihat dari rasio Sales to assets ratio (X14) dan Sales to current assets ratio (X15) memiliki angka relatif lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang tidak mengalami financial distress. Kondisi ini sejalan dengan perbandingan profitabilitas perusahaan sebagaimana diuraikan pada paragraf sebelumnya. Hal serupa juga terjadi pada rasio arus kas, yang diwakili dengan rasio CFTS (X16), dan CFTL (X17), perusahaan yang mengalami financial distress memiliki rasio yang relatif
15
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang tidak mengalami financial distress. Hal ini bisa dipahami bahwa perusahaan yang sudah mengarah pada kondisi financial distress ditandai dengan rendahnya perolehan arus kas dari aktivitas operasional untuk keperluan pelunasan hutang jangka pendeknya. Sebagai perbandingan angka rata-rata rasio keuangan di atas, maka berikut ini disajikan data ukuran pemusatan lainnya yaitu median rasio keuangan. BAB 6 SIMPULAN SARAN
untuk perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi sebaiknya perusahaan mengurangi aset dan meminimalisir biaya. 2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA Almilia, Luciana Spica dan Emanuel Kristajadi, Desember, 2003. Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Volume 7, Nomor 2, Yogyakarta: UII.
DAN
Simpulan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : 1. Perusahaan yang mengalami FD pada tahun 2007-2008 terdapat 27 perusahaan yang diantaranya terdapat dari kelompok industri yakni ada dari perusahaan garmen, alas kaki, rokok, makanan dan minimum, otomotif dan komponennya dan sebagainya
________________ dan Winny Herdiningtyas, November, 2005. Analisis Rasio CAMEL terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan Periode 2000-2002, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Volume 7, Nomor 2, Yogyakarta: UII. ________________, Maret, 2006. Prediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Go-Public dengan Menggunakan Analisis Multinomial Logit, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume XII, Nomor 1, Semarang: STIE Stikubank.
2. Perusahaan FD diukur dari rasio keuangan diantaranya rasio profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, arus kas dan aktifitas. Saran 1. Diharapkan perusahaan yang dapat terus meningkatkan kualitas dan kuantitas penjualannya sehingga dapat membantu aliran kasnya. Dan
Altman, Edward I., September, 1968. Financial Ratios, Discriminant Analysis and the Prediciton of Corporate
16
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
Bankcruptcy, The Journal of Finance, Volume 23, Number 4, New York: American Finance Association.
Statement of Financial Accounting Concepts No. 1. Foster, George, 1986. Financial Statement Analysis, Second Edition, New Jersey: PrenticeHall International.
________________ dan Edith Hotchkiss, Desember, 2003. Corporate Financial Distress and Bancruptcy: Predict and Avoid Bankruptcy, Analyze and Invest in Distressed Debt, Third Edition, New Jersey: John Wiley and Sons, Inc.
Ghozali, Imam, April, 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hadad, Muliaman D., dkk, Juni, 2004. Model Prediksi Kepailitan Bank Umum di Indonesia, Jakarta: Bank Indonesia-Biro Stabilitas Sistem Keuangan.
Brahmana, Rayenda K., Oktober, 2007. Identifying Financial Distress Condition in Indonesia Manufacture Industry, eJournals Perhimpunan Pelajar Indonesia-United Kingdom, London.
Hair, Joseph F., et al., 2002. Multivariate Data Analysis, 5th Edition, New Jersey: PrenticeHall International.
Brigham, Eugene F. dan Louis C. Gapenski, 1997. Financial Management: Theory and Practice, Eight Edition, New York: The Dryden Press.
Harahap, Sofyan Syafri, 2006. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Edisi Kelima, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
________________ dan Philip R. Daves, 2003. Intermediate Financial Management, Eight Edition, Ohio: Thomson SouthWestern.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2007. Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Salemba Empat.
Davila, Antonio, Juni, 2006. Preapring and Using the Statement of Cash Flows, Boston: Harvard Business School Publishing. Fachrudin, Khaira Amalia, 2008. Kesulitan Keuangan Perusahaan dan Personal, Medan: USU Press.
Kahya, Emel dan Panayiotis Theodossiou, 1999. Predicting Corporate Financial Distress: a Time-Series CUSUM Methodology. Review of Quantitative Finance and Accounting, Boston: Kluwer Academic Publishers.
Financial Accounting Sandard Boards, 1978. Objective of Financial Reporting by Business Enterprises,
Keown, Arthur J., et al., 2001. Basic Financial Management, 5th Edition, New Jersey: Prentice-Hall Inc.
17
Jurnal Ilmiah Research Sains VOL. 2. NO. 3 September 2016
Lau, Ling, Amy Hing, 2007. A Five-States Financial Distress Predicitoin Model, Journal of eAccoutning Research, Volume 25, Number 1, Oklahoma: Blackwell Publishing Limited.
Bankruptcy, Review of Applied Economics, Volume, Number 2, Illinois. Prihadi, Toto, 2008. Deteksi Cepat Kondisi Keuangan: 7 Analisis Rasio Keuangan, Jakarta: PPM.
Miranti, Ermina, September, 2007. Mencermati Kinerja Tekstil Indonesia: Antara Potensi dan Peluang, Economic Review, Nomor 209, Jakarta: BNI.
Subramanyam, K.R., John J. Wild, dan Robert F. Halsey, 2005. terj. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Kedelapan, oleh Yanivi S. Bachtiar dan S. Nurwahyu Harahap, Jakarta: Salemba Empat.
Platt, Harlan D. dan Marjorie B. Platt, 2002. Predicting Corporate Financial Distress: Reflections on Choice-based Sample Bias, Journal of Economics and Finance, Illinois.
Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Bisnis, Edisi Kesembilan, Bandung: CV Alfabeta. Whitaker, Richard B., 1999. The Early Stages of Financial Distress, Journal Economics and Finance, Illinois.
________________, 2006. Uderstanding Differences Between Financial Ditress and
18