KONDISI HUTAN MANGROVE DI SEKITAR LAGOON KAWASAN PARIWISATA NUSA DUA TAHUN 2015
Oleh Anak Agung Gde Raka Dalem
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA Kampus Unud Bukit Jimbaran, Badung, Bali 2015
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena penelitian tentang mangrove di sekitar lagoon kawasan pariwisata Nusa Dua telah diselesaikan tepat pada waktunya. Penelitian mangrove ini dilaksanakan dalam rangka untuk mengetahui kondisi lingkungan di kawasan pariwisata Nusa Dua, khusunya di sekitar unit pengolahan limbahnya/lagoon.
Penelitian ini memberikan infromasi tentang kondisi lingkungan di kawasan pariwisata Nusa Dua. Hal ini mendukung visi ITDC di dalam mewujudkan kawasan yang berkelas dunia dan berwawasan lingkungan (green resort).
Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini. Kami juga mohon masukan kepada semua pihak yang telah membaca laporan penelitian ini. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi para pembaca.
Bukit Jimbaran, 30 Desember 2015 Tim Peneliti
i 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ 2 DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 3 BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 4 1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 4 1.2 Tujuan ............................................................................................................................... 5 BAB II. METODE PENELITIAN ......................................................................................... 6 2.1 Lokasi dan Luas Sampel Penelitian ................................................................................... 6 2.2 Waktu Penelitian ............................................................................................................... 6 2.3 Metode Penelitian .............................................................................................................. 7 BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 8 BAB IV. SIMPULAN DAN REKOMENDASI .................................................................... 18 4.1 Simpulan ........................................................................................................................... 18 4.2 Rekomendasi ................................................................................................................... 18 BAB V. BIBLIOGRAFI ...................................................................................................... 19
ii
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Hutan mangrove merupakan vegetasi peralihan yang habitatnya terletak antara darat dan laut. Vegetasi ini sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, seperti iklim, curah hujan, keadaan laut serta keadaan substrat (Sandi, 1984). Ekosistem mangrove menggambarkan sebuah kekayaan dan keragaman sumberdaya alam. Hutan kini diakui merupakan perlindungan utama bagi lingkungan pesisir/pantai (Kitamura et al., 1997). Hutan mangrove memiliki biodiversitas dan germ plasm yang tinggi. Habitat hutan mangrove banyak dimanfaatkan oleh organisme antara lain mamalia, amfibia, reptilia, aves, pisces, dan hewan arthropoda. Fauna tersebut memanfaatkannya sebagai tempat mencari makan (feeding ground), tempat bertelur dan memijah (spawning ground), mengasuh dan membesarkan anak (nursery ground) dan tempat berlindung yang aman bagi berbagai larva ikan, kerang, dan kepiting dari predator (Indas, 2003). Di samping itu ekosistem ini menyimpan potensi ekonomi yang bernilai tinggi dan tidak bisa diabaikan. Pemanfaatan mangrove sebagai bahan kosmetik, bahan makanan, pewarna kain, bahan arang, dan sebagainya merupakan contoh yang sudah sering di dengar. Menarik untuk diteliti bagaimana kehidupan vegetasi mangrove Tahura Ngruah Rai yang berada di sekitar kawasan pariwisata Nusa Dua, khususnya yang berdekatan dengan atau di sekitar lagoon. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah pengolahan limbah di lagoon ITDC Nusa Dua menyebabkan kerusakan pada ekosistem mangrove atau tidak.
4
1.2 Tujuan Tujuan penelitian mangrove ini adalah: untuk mengetahui keanekaragaman tumbuhan mangrove, dan menjelaskan kondisi mangrove di sekitar lagoon Nusa Dua tahun 2015.
5
BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Luas Sampel Penelitian Lokasi penelitian mangrove adalah di Tahura Ngurah Rai yang berdekatan dengan lagoon Kawasan Pariwisata Nusa Dua, Bali dan sekitarnya. Lokasi penelitian secara rinci adalah sebagai berikut: Penelitian mangrove dilakukan pada 4 (empat) stasiun/lokasi pengamatan di hutan mangrove Tahura Ngurah Rai di dekat lagoon Nusa Dua.
Luas Sampel Penelitian mangrove adalah 4.800 meter persegi (terdiri dari 12 plot masingmasing berukuran 20 m x 20 m). 2.2 Waktu Penelitian Kegiatan Penelitian Mangrove Di sekitar lagoon Kawasan Nusa Dua Tahun 2015 ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan, antara bulan Oktober – Desember 2015.
2.3 Metode Penelitian 2.3.1 Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperti yang tercantum pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Bahan dan Alat yang Dipergunakan dalam Penelitian
No.
Alat/Bahan
Satuan
1
Alkohol 70 %
5 liter
Sebagai pengawet sampel
2
Cetok
2 buah
Menggali sedimen
3
Sekop
1 Buah
Menggali sedimen
4
Kwadrat
1x1m
Alat ukur titik sampling benthos
5
Kamera
1 buah
Mengambil gambar
6
Ember
1 buah
Tempat pengumpulan sampel
7
Meteran
10 meter
Mengukur vegetasi mangrove
8
Pinset
2 buah
Fungsi
Mengambil sampel 6
9
Botol dan
sampel
24 buah
Wadah sampel benthos
kantong
plastik
2.3.2 Metoda Penelitian & Analisis Data Pemantauan mangrove dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lokasi serta penentuan indeks diversitas tumbuhan mangrove. Sebaran lokasi dan jumlah stasiun penelitian: di sekitar ruas jalan yang berbatasan dengan hutan mangrove dan sekitar lagoon Nusa Dua dengan loaksi penelitian pada 4 (empat) stasiun.
Sampel ditentukan secara acak sebanyak 3 (tiga) plot berukuran 20 m x 20 m di setiap lokasi atau stasiun penelitian, tersebar di 4 (empat) lokasi penelitian, yaitu Stasiun I adalah di selatan jalan pintas By Pass Ngurah Rai-Tanjung Benoa, Stasiun II di utara jalan pintas By Pass Ngurah Rai dan Tanjung Benoa, Stasiun III di barat lagoon sekitar overflow hasil olahan air limbah di lagoon, serta Stasiun IV di barat laut/utara lagoon di dekat kolam aerasi. Di setiap sampel, jenis, jumlah dan tutupan vegetasi dicatat. Kemudian data ditabulasi dan dianalisis indeks diversitasnya (H’), dengan menggunakan rumus Minus ∑ ni/N x ln (ni/N), dimana: ni adalah nilai penting jenis ke-i, N adalah jumlah nilai penting seluruh sampel dalam populasi. Indeks diversitas diklasifikasikan sebagai berikut. Jika H < 1 maka indeksnya rendah, antara 1 dan 3 sedang, dan lebih besar dari 3 diklasifikasikan sebagai tinggi. Di samping itu juga dilakukan pengamatan langsung secara umum terhadap kondisi mangrove di lokasi penelitian.
7
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini telah berhasil diidentifikasi 9 jenis mangrove yaitu Aegiceras sp. Avicennia marina, Bruguiera sp., Excoecaria agallocha, Lumnitzera racemosa, Rhizophora apiculata, Rhizophora lamarci, Rhizophora mucronata, dan Sonneratia alba, serta 10 jenis tumbuhan asosiasi, yang biasanya hidup di daratan tetapi bisa ditemukan di hutan mangrove, yaitu asem kranji, bekul, Deris trifolia, gamal, ketapang, ket-ket, lamtoro, mengkudu, santen, dan waru. Indeks diversitas (keanekaragaman) mangrove dalam penelitian ini adalah antara 1 dan 3, yaitu 2,19 yang termausk klasifikasi sedang (lihat Tabel 3.1a). Hasil penelitian mangrove secara keseluruhan disajikan dalam Tabel 3.1a. Tabel 3.1a. Data Sampel Mangrove Gabungan Tahun 2015 No
1 2 3 4 5 6 7
8
9 10
11 12
13
Nama Jenis
Aegiceras sp. Asem Keranji* Avicennia marina Bekul* Bruguiera sp. Deris trifolia* Excoecaria agallocha Gamal (Gliricidea sepium)* Ketapang (Terminali a sp.)* Ketket* Lamtoro (Leucaena sp.)* Lumnitzera racemosa Mengkudu (Morinda sp.)*
Dens
Frek
Dom
Doms Rel (%)
Frek Rel (%)
Dom Rel (%)
NP
Hitung Indeks Diversita s ke-i
172
5
1245,85
23,72
8,62069
4,79080
37,1356
-0,25861
48
4
138,954
6,621
6,89655
0,53434
14,0516
-0,14338
8 1
2 1
96,2646 15,9
1,103 0,138
3,44828 1,72414
0,37018 0,06114
4,92190 1,92321
-0,06743 -0,03237
3
2
36,9883
0,414
3,44828
0,14224
4,00430
-0,05761
2
1
1,13432
0,276
1,72414
0,00436
2,00436
-0,03346
2
1
33,38
0,276
1,72414
0,12836
2,12836
-0,03511
5
1
41,5978
0,690
1,72414
0,15996
2,57375
-0,04082
7 1
5 1
115,950 3,62866
0,966 0,138
8,62069 1,72414
0,44588 0,01395
10,0321 1,87602
-0,11363 -0,03173
133
5
914,921
18,34
8,62069
3,51825
30,4838
-0,23235
11
2
211,264
1,517
3,44828
0,81240
5,77792
-0,07607
3
2
42,9967
0,414
3,44828
0,16534
4,02741
-0,05787 8
14 15 16 17 18 19
Rhizophora apiculata Rhizophora lamarci Rhizophora mucronata Santen* Sonneratia alba Waru * Total
55
8
2226,81
7,586
13,7931
8,56300
29,9423
-0,23001
1
1
22,47
0,138
1,72414
0,08641
1,94848
-0,03271
100 1
3 1
14918,1 9,91062
13,79 0,138
5,17241 1,72414
57,3665 0,03811
76,3320 1,90018
-0,34825 -0,03206
171 1 725
12 1 58
5926,33 2,5 26005,0
23,59 0,138 100,0
20,6897 1,72414 100,00
22,7892 0,00961 100,00
67,0651 1,8717 300,00
-0,3349 -0,03167 -2,19
*tumbuhan asosiasi; Dens = densitas, Frek = Frekuensi, Dom = Dominansi (dalam m2), Dens Rel = Densitas Relatif, Frek Rel = Frekuensi Relatif, Dom Rel = Dominansi Relatif; NP = Nilai Penting; Indeks diversitas (H’) = 2,19
Hasil ini (indeks diversitasnya) relatif sama dengan data tahun sebelumnya (2014) dimana indeksnya juga dalam klasifikasi sedang, namun dengan nilai sedikit lebih rendah, yaitu 1,938 (Tabel 3.1.b).
Tabel 3.1b. Data Mangrove Gabungan dari 4 Stasiun Sampling di Sekitar ITDC Nusa Dua Tahun 2014 No
Nama Jenis
Dens
Dens Rel
Dom
Dom Rel
Frek
Frek Rel
INP
Hitung Indeks diversita s ke-i
1
Sonneratia caseolaris
1
0,518
740096
3,413
1
2,941
6,872
-0,087
2
Sonneratia alba
76
39,37 8
149701 31
69,027
12
35,294
143,700
-0,353
2
1,036
33004
0,152
2
5,882
7,071
-0,088
23
11,91 7
208507 4
9,614
4
11,765
33,296
-0,244
1
0,518
4300
0,020
1
2,941
3,479
-0,052
1
0,518
2905
0,013
1
2,941
3,473
-0,052
45
23,31 6
142926
0,659
2
5,882
29,857
-0,230
1
0,518
14850
0,068
1
2,941
3,528
-0,052
10
5,181
117700 0
5,427
2
5,882
16,491
-0,159
6
3,109
711000
3,278
1
2,941
9,328
-0,108
3 4 5 6 7 8 9 10
Aegiceras sp. Rhizophora apiculata Aegiceras corniculatum Xylocarpus granatum Avicennia officinalis Avicennia sp. Lumnitzera racemosa Excoecaria agallocha
9
11 12 13 14 15 16
Lumnitzera sp. Bruguiera gymnorrhiza Rhizophora mucronata Avicennia marina Rhizophora stylosa Heritiera littoralis Jumlah
3
1,554
226000
1,042
1
2,941
5,538
-0,074
2
1,036
20000
0,092
1
2,941
4,070
-0,058
9
4,663
547500
2,525
2
5,882
13,070
-0,137
11
5,699
788500
3,636
1
2,941
12,276
-0,131
1
0,518
12000
0,055
1
2,941
3,515
-0,052
1
0,518
212000
0,978
1
2,941
4,437
-0,062
193
100,0 00
216872 86
100,000
34
100,000
300,000
-1,938
Indeks diversitas =1,938 (sedang); Dominansi dalam cm2; Sumber : Wahyudi (2014)
Secara keseluruhan dari hasil pengamatan penulis permasalahan yang ada di sekitar hutan mangrove adalah adanya sampah termasuk juga buangan bongkaran sisa bangunan. Sampah, terutama sampah plastik sangat tidak baik bagi kelestarian lingkungan, karena selain merusak nilai estetika, juga menimbulkan polusi terhadap tanah.
Plastik ini sulit terurai dan
mengganggu sirkulasi air dalam tanah serta mengganggu penetrasi akar terhadap tanah. Floating material dari olahan STP sudah ditampung di sekitar lagoon sehingga tidak mencemari lingkungan sekitar (hutan mangrove).
Perbaikan terhadap penampungan ini
sudah dilakukan pada akhir tahun 2015. Sludge dari STP sudah dikelola sendiri oleh ITDC di sekitar lagoon.
Dapat dikatakan bahwa dari luar kawasan dapat mencemari hutan mangrove dengan sampah dan buangan bangunan, walaupun hal ini sebenarnya dilarang. Di samping itu, terkait dengan pohon mangrove, dapat disampaikan bahwa pohon mangrove yang tumbang hanya ditemukan 1-2 pohon saja, kemungkinan disebabkan oleh faktor alam, bukan karena sengaja ditebang/ditumbangkan.
Pada Stasiun I (selatan jalan, di sekitar aliran sungai barat daya lagoon), teramati empat jenis mangrove, yaitu Aegiceras spp., Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata dan Sonneratia alba. Pada stasiun ini, nampak vegetasi mangrovenya cukup lebat dan baik, didominasi oleh Aegiceras spp. dengan jumlah individu 144 pohon dalam 3 plot ukuran 20 m x 20 m, sedangkan data pada tahun 2014 (Wahyudi, 2014) didominasi oleh Avicennia ofiicinalis.
10
Tabel 3.2a. Vegetasi Mangrove Stasiun I (Selatan Jalan) di Sekitar Aliran Sungai Barat Daya Lagoon Nusa Dua Tahun 2015 No 1 2 3 4
Nama Jenis Aegiseras spp. Rhizophora apiculata Rhizophora mucronata Sonnerathia alba Total
Jml Individu 144 6 20 39 209
Frek 2 1 1 3 7
Dom 561,8638 132,107 0,35325 584,012 1278,336
Tabel 3.2b. Vegetasi Mangrove Stasiun I (Selatan Jalan) di Sekitar Aliran Sungai Barat Daya Lagoon Nusa Dua Tahun 2014 No 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama Jenis Sonneratia caseolaris Sonneratia alba Aegiceras sp. Rhizophora apiculata Aegiceras corniculatum Xylocarpus granatum Avicennia officinalis Avicennia sp. Jumlah
Jml Individu 1 22 2 4
Dom 740.096 3.595.280 33.004 104.894
Frek 1 3 2 1
1 1 38 1 70
4.300 2.905 126.126 14.850 4.621.455
1 1 1 1 11
Sumber: Wahyudi (2014); Dom, adalah dominansi dalam cm 2
Adanya aliran air sungai di sekitar Stasiun I ini memberikan peluang pada Aegiceras spp., yang terdiri dari Aegiceras corniculatum dan Aegiceras floridum untuk berkembang dengan cukup baik. Namun tantangannya adalah sampah masuk melalui aliran sungai ini. Ini mengotori hutan amngrove. Di lokasi ini tidak ditemukan penebangan mangrove tetapi ada sampah dan sisa bangunan dibuang oleh masyarakat atau pihak luar kawasan. Penghijauan nampak dilakukan di lokasi ini, khususnya di bagian pertengahan karena vegetasinya nampak masih belum tinggi dan beberapa nampak masih dibantu dengan penyangga sehabis ditanam, terutama yang dekat jalan raya masih ada yang kosong. Namun jika kita masuk ke bagian agak ke dalam (ke selatan), vegetasinya sudah cukup lebat dan tumbuhannya relatif lebih tinggi.
11
Dalam penelitian tahun 2015 ini walaupun Aegiceras spp. nampak jumlah individunya terbanyak dalam sampel yang diteliti, namun dilihat dari frequensi kehadiran, ternyata Sonneratia alba-lah yang ada pada setiap plot sampel, arinya sebarannya lebih merata di Stasiun penelitian ini dibandingkan jenis lainnya, malahan melebihi frequensi kehadiran Aegiceras.
Gambar 3.1 Sampah di Mangrove Lokasi/Stasiun 1, Sampel 3 (Selatan Jalan)
12
Gambar 3.2 Penanaman Mangrove di Stasiun/Lokasi I, Sampel 2
Pada Stasiun II (Utara Jalan, di antara aliran sungai dan lagoon Nusa Dua), vegetasi mangrove nampak baik dan lebat. Sonneratia alba mendominasi dengan Nilai Penting 136,63% (Tabel 3.3a). Hal yang sama juga terjadi pada sampel tahun lalu (Tabel 3.3b).
Tabel 3.3a. Vegetasi Mangrove Stasiun II (Utara Jalan) di Antara Aliran Sungai dan Lagoon Nusa Dua Tahun 2015
No 1 2 3 4 5 6 7
Nama Jenis Aegiceras sp. Asem keranji* Bekul* Lamtoro* Mengkudu* Rhizophora apiculata Sonerathia alba Total *tumbuhan asosiasi
Jml Individu 28 3 1 2 1 29 93 157
Frek 3 3 1 2 1 3 3 16
Dom 683,9838 89,99963 15,9 533,0113 9,62 1350,791 3804,979 6488,285
Tabel 3.3b. Vegetasi Mangrove Stasiun II (Utara Jalan) di Antara Aliran Sungai dan Lagoon Nusa Dua Tahun 2014
13
No
1 2 3
Nama Jenis
Sonneratia alba Avicennia officinalis Rhizophora apiculata Jumlah
Jml Individu
Dom
Frek
28 7 16 51
7.223.016 16.800 615.630 7.855.446
3 1 1 5
Sumber: Wahyudi (2014); Dominansi dalam cm2 Sampah dan buangan bangunan juga nampak di lokasi Stasiun II (Utara Jalan). Di lokasi ini tidak ditemukan adanya mangrove yang tumbang. Penebangan mangrove juga tidak ditemukan. Penghijauan tidak ada di lokasi ini dan nampaknya tidak diperlukan, karena vegetasinya sudah lebat dan rata-rata banyak ada pohon Sonneratia alba yang tinggi.
Gambar 3.3 Baliho Ajakan Menyelamatkan Mangrove di Jalan Tembus By Pass Ngurah RaiTanjung Benoa (Lokasi II/Stasiun II)
14
Mangrove di Barat Lagoon (Stasiun III) nampak juga sangat bagus vegetasinya. Hanya ada ditemukan satu pohon tumbang dan tidak ada pohon yang ditebang. Sampah dan sisa bangunan di sini tidak sebanyak di lokasi/stasiun lain, kecuali untuk yang sampel paling selatan, yang berdekatan dengan jalan raya. Vegetasi mangrove di sini didominasi oleh Sonneratia alba. Sedangkan asosiasinya didominasi oleh asem kranji (lihat Tabel 3.4a).
Tabel 3.4a. Mangrove di Barat Lagoon thn 2015 (Stasiun III)
No 1 2 3 4 5
Nama Jenis Asam Keranji* Avicennia marina Bruguiera sp. Gamal (Gliricidea sepium)* Ketapang (Terminalia catapa)* Lamtoro (Leucaena 6 leucocephala)* 7 Lumnitzera racemosa 8 Rhizophora apiculata 9 Sonneratia alba Total *tumbuhan asosiasi; Dom dalam m2
Jml individu 45 8 2 5 2
Frek 1 2 1 1 3
Dom 48,95456 96,26455 31,27833 41,59779 60,602
9 10 12 27 120
1 1 2 3 15
130,6319 205,5415 645,2533 1391,921 2652,045
Kondisi yang sama juga ada pada data 2014, dimana Sonneratia alba mendominasi pada Stasiun III (Tabel 3.4b).
Tabel 3.4b. Mangrove di Stasiun 3, di Sekitar Lagoon (Sebelah Barat Kolam Aerasi dan Dekat Over Flow Kolam Sedimentasi) Tahun 2014 No 1 2 3 4 5 6
Nama Jenis Sonneratia alba Rhizophora apiculata Avicennia marina Rhizophora stylosa Lumnitzera racemosa Heritiera littoralis Jumlah
Jml Individu 14 3 11 1 9 1 39
Dom 2.643.585 936.550 788.500 12.000 1.023.000 212.000 5.615.635
Frek 3 1 1 1 1 1 8
Sumber : Wahyudi (2014); Dominansi dalam cm2 15
Pada Stasiun IV (Barat Laut/Utara lagoon) vegetasi mangrove juga nampak bagus serta tidak ada yang tumbang, padahal berbatasan dengan lagoon. Hal ini menunjukkan penanganan limbah di lagoon sudah berjalan baik, sehingga tidak mencemari lingkungan sekitarnya. Penampung bahan apung yang diangkat dari limbah di STP sudah diperbaiki sekitar akhir tahun 2015. Rhizophora mucronata yang memiliki daun yang lebar serta akar tunjang mendominasi stasiun/lokasi ini dengan 80 pohon per 3 plot sampel. Dari segi asosiasi, Lamtoro nampak cukup banyak.
Tumbuhan asosiasi merupakan tumbuhan darat yang
kebetulan ditemukan di sekitar hutan mangrove.
Tabel 3.5a. Mangrove di Stasiun IV (Barat Laut-Utara Lagoon) Tahun 2015 No 1 2 3 4 5
Nama Jenis
Bruguiera sp. Deris trifolia* Excoeraria agallocha Ketapang (Terminalia catapa)* Ketket* Lamtoro (Leucaena 6 leucochepala)* 7 Lumnitzera racemosa 8 Mengkudu (Morinda citrifolia)* 9 Rhizophora apiculata 10 Rhizophora lamarci 11 Rhizophora mucronata 12 Santen* 13 Soneratia alba 14 Waru (Hibiscus stiliaceus)* Total *tumbuhan asosiasi
Jml Individu 1 2 2 5 1
Frek
Dom
1 1 1 2 1
5,71 1,134325 33,38 55,34825 3,628663
122 1 2 8 1 80 1 12 1 239
2 1 1 2 1 2 1 3 1 20
251,2778 5,72265 33,37673 98,65615 22,47 14917,79 9,910625 145,4157 2,5 15586,32
16
Gambar 3.4 Mangrove Lokasi 1 Sampel 3 (Selatan Jalan)
Kondisi ini hampir sama dengan kondisi tahun 2014. Namun data saat itu menunjukkan Rhizophora apiculata yang mendominasi dengan 22 pohon. Tabel 3.5.b. Vegetasi Mangrove Stasiun IV (di Barat Laut –Utara Lagoon Nusa Dua) Tahun 2014 No
1 2 3 4 5 7 6
Nama Jenis
Sonneratia alba Lumnitzera racemosa Excoecaria agallocha Lumnitzera sp. Bruguiera gymorrhiza Rhizophora apiculata Rhizophora mucronata Jumlah
Jml Individu
Dom
Frequensi Kehadiran (dari 3 plot)
12 1 6 3 2 22 9 55
1.504.250 154.000 711.000 226.000 20.000 428.000 547.500 3.590.750
3 1 1 1 1 1 2 10
Dom dalam cm2; Sumber : Wahyudi (2014)
17
BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI 4.1 Simpulan Dalam penelitian ini telah berhasil diidentifikasi 9 jenis mangrove serta 10 tumbuhan asosiasi. Indeks diversitas (keanekaragaman) mangrove dalam penelitian ini adalah 2,19 yang termasuk klasifikasi sedang. Hasil ini relatif sama dengan data tahun sebelumnya (2014) dimana indeksnya juga termasuk sedang, namun dengan nilai sedikit lebih rendah, yaitu 1,938.
Secara keseluruhan, dari hasil pengamatan peneliti, permasalahan yang ada di sekitar hutan mangrove adalah adanya sampah termasuk juga buangan pembongkaran bangunan. Sampah, terutama sampah plastik sangat tidak baik bagi kelestarian lingkungan, karena selain merusak nilai estetika, juga menimbulkan polusi terhadap tanah. Floating material dari olahan STP sudah ditampung di sekitar lagoon sehingga tidak mencemari lingkungan sekitar termasuk hutan mangrove. Sludge dari buangan STP sudah dikelola dan diolah sendiri oleh ITDC di sekitar lagoon. Pihak luar dapat mencemari hutan mangrove dengan sampah dan buangan bangunan, walaupun hal ini sebenarnya dilarang. Pohon mangrove yang tumbang hanya ditemukan 1-2 pohon saja, kemungkinan disebabkan oleh faktor alam, bukan karena sengajar ditumbangkan.
4.2 Rekomendasi
Perlu dilakukan penelitian berkelanjutan tentang mangrove untuk memonitor kondisi lingkungan di sekitar lagoon Kawasan Pariwisata Nusa Dua.
Perlu dilakukan pemasangan larangan membuang sampah dan sisa bangunan ke hutan mangrove. Hal ini meungkin dilakukan dengan bekerjasama dengan Dinas Kehutanan Provinsi/BKSDA.
Perlu dilakukan sosialisasi perlunya pelestarian lingkungan, khususnya hutan mangrove dan ekosistem lainnya di kawasan pariwisata Nusa Dua, kepada berbagai pihak di dalam kawasan maupun di luar kawasan.
18
BAB V BIBLIOGRAFI Arif, A. 2003. Hutan Mangrove Fungsi dan Manfaat. Kanisius. Yogyakarta. Bengen, D.G. 1999. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Berwick, N.L. 1983. Guidelines for the Analysis of Biphysical Impact to Tropical Coastal Marine Resousces. The Bombay Natural Hitory Society Centenary. Seminar Conservation Developing Countries. Bombay. Indas, Y. W. 2003. Budidaya Kepiting Ramah Lingkungan. (Online) Available at: http://kompas.com/cetak/031/22/naper/75406/htm (17 Mei 2013). Kitamura, S., C. Anwar, A. Chaniago, dan S. Baba. 1997. Buku panduan Mangrove di Indonesia: Bali & Lombok. JICA dan ISME. Michael, P. 1984. Ecological. Methods For Field And Laboratory Investigations. Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited. New Delhi. Murniati. 2010. Perbandingan luas tutupan spoon tiped setae maksiliped kedua pada Uca spp. (Brachyura: Ocypodidae). Fauna Indonesia. Naamin, N. 1991. Penggunaan Hutan Mangrove Untuk Budidaya Tambak Keuntungan dan Kerugian. Prosiding Seminar IV Ekosistem Hutan Mangrove. MAB Indonesia-LIPI, Bandar Lampung. Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. Third Edition. W.B. Saunders Company. Philadelphia-London-Toronto. Romimohtarto. 2001. Biologi Laut. Penerbit Djambatan. Jakarta. Rosenberg, M. S. 2001. Fiddler crab claw shape variation: a geometric morphometric analysis acros the genus Uca (Crustacea: Brachyura: Ocypodidae). Biological Jurnal of the Linean Society. 21 : 277-280 Sandi, I. M. 1984. Mangrove dan Tumbuhannya. Prosiding Seminar II Ekosistem Mangrove. Jakarta. Hal. 133 – 143. Wahyudi, I W. 2014. Laporan Mengrove dan Makrozoobenthos 2014. UNHI, Denpasar.
19