Kondisi FOSS di Indonesia
Dokumen ini dilisensikan sebagai FDL (Free Documentation License) dari GNU atau CC BY-SA dari Creative Commons License
“Bebas dibaca, diedit, dan disebarluaskan”
Garis Besar • Review: Open Source - Free Software - FOSS • Model dan Contoh Bisnis FOSS • Industri dan Komunitas FOSS di Indonesia • Status Implementasi dan Tantangannya • Summary: Trend Pengguna - Hambatan - Saran
Yang Bukan FOSS adalah ...
PCSS: Proprietary / Closed Source Software. Tersedia source code tapi pemilik lisensi-nya melarang orang lain mengubah, atau menyebarluaskan, atau menggunakan untuk halhal tertentu seperti bisnis, instalasi nuklir, dsb. Shareware dan Freeware: software gratis yang tidak menyediakan source code, atau menyediakan source tapi tidak boleh diubah. Turunan FOSS (dikembangkan dari FOSS) yang telah diubah jadi tidak FOSS.
Kapan FOSS Mulai Ada? • Software pada awalnya semua Open Source. • Akhir 1970-an terjadi desakan pebisnis software agar software ditutup dan hanya menjadi milik pengembang (UU Hak Cipta Software, 1980). • Awal 1983 muncul gerakan untuk kembali ke awal bahwa software harusnya Open Source (Richard Stallman dkk. dengan GNU dan FSF). • 1991: Lahir Linux yang membuat FOSS popular. • Akhir 1990-an muncul gerakan Open Source sebagai alternatif gerakan Free Software, karena Free sering disalahartikan sebagai gratis.
Model Bisnis Berbasis FOSS • Biaya pengembangan FOSS seperti Linux dan OpenOffice ditanggung oleh banyak perusahaan, pemerintah, NGO, & personal. • Dukungan resmi (development, support, training) dapat diberikan oleh banyak pihak (tidak hanya pemilik lisensi atau vendor). • Bisnis FOSS tidak tumbuh dari penjualan izin (lisensi), tapi dari jasa pengembangan, support, training, konsultan, packaging, sistem embedded, asesoris (buku, majalah, CD/DVD), dan implementasi/integrasi.
Contoh Bisnis di atas FOSS 1. Jasa berbasis kompetensi FOSS tanpa punya produk. Contoh: Linuxcare, dll. (Umumnya perusahaan ICT di Indonesia). 2. Jasa berbasis produk dan branding: Pengembang distro, support, training, sertifikasi, dll. Contoh: RedHat, SUSE, Mandriva, Ubuntu, dll. 3. Witget Frosting: Jual hardware dg FOSS. Contoh: Dell, HP, IBM, Nokia, Android, dll. 4. Accessorizing: buku, CD, boneka, dll. Contoh: O'Reilly, InfoLINUX, GudangLinux, dll.
Contoh Bisnis Kombinasi 1. Loss Leader: Melepas versi FOSS untuk mendapatkan pemasukan dari produk proprietary yang sejenis. Contoh: Mozilla 2. Memberikan software, menjual merek. Contoh: OpenOffice.org (Oracle), Android (Google), dll. 3. Dual Licensing. Contoh: MySQL, PJSIP, OpenOffice-StarOffice, dll. 4. Dual Mission. Contoh: Sendmail, Alfresco, dll. 5. Proprietary di atas FOSS: Oracle (Linux dan Enterprise Applications), dll.
Industri dan Komunitas FOSS • Pengembang: perusahaan, pemerintah, organisasi non perusahaan/pemerintah, lembaga pendidikan, dan perorangan), misal Jatis, LIPI, BPPT, YPLI, Linuxindo, Intercitra, VoipRakyat, dll. • Pengguna: perusahaan, pemerintah, ngo/lsm, lembaga pendidikan, dan perorangan), misal Telkom, Samudera Indonesia, Garuda, dll. • Pendukung: pembuat hardware (misal IBM, Intel, AMD, Samsung, Nokia, dll.), pengembang proprietary untuk sistem FOSS (misal Oracle), penyedia dukungan teknis, pelatihan, buku, dll.
Bentuk Komunitas FOSS (1) Komunitas berbasis wilayah: KPLI (Kelompok Pengguna Linux Indonesia), yang ada di hampir semua provinsi dan kota besar dengan struktur datar, KSL (Komunitas Studi Linux di sekolah dan kampus), Komunitas di institusi, dll.
●
Komunitas berbasis distro: Ubuntu (ubuntu id.org), openSUSE (opensuse.or.id), Fedora (fedora.or.id), BlankOn (blankonlinux.or.id), Mandriva, Slackware, Igos Nusantara, dll.
●
Bentuk Komunitas FOSS (2) Komunitas berbasis aplikasi: OpenOffice (http://groups.yahoo.com/group/oooindo/), Java, PHP, Inkscape, Gimp, Blender (www.blenderindonesia.org), dll.
●
Komunitas berbasis usaha/institusi: AOSI (Asosiasi Open Source Indonesia) dan AWALI (Asosiasi Warnet Linux dan Open Source Indonesia).
●
Komunitas berbasis pendidikan: ICT Center, SMK, Jardiknas, Klub Guru, dll.
●
AOSI & AWALI AOSI telah menghimpun sekitar 40 institusi, mulai dari vendor besar (IBM, Sun), operator telematika (Telkom, Indosat), perusahaan regional dan lokal (Jatis, Mugen, Linuxindo, dll.), lembaga pendidikan (POSSUI, NF, dll.) hingga organisasi non profit (YPLI, ODC, dll.) Ada pebisnis FOSS belum bergabung AOSI.
●
AWALI menghimpun ratusan warnet dan internet cafe yang menggunakan sistem operasi Linux dan FOSS lainnya. Belum termasuk anggota AWARI non AWALI.
●
Survey 1: Mengapa Bergabung dalam Komunitas FOSS? • Untuk belajar atau meningkatkan kompetensi di bidang ICT, misal sebagai programmer, tester, maitainer, document writer, dll. termasuk belajar berkolaborasi. • Untuk mendapatkan penghasilan (pekerjaannya membuat software, memberi support, mengajar, termasuk software open source yang dikembangkan perusahaan atau pemesan). • Untuk membantu dan mendapatkan bantuan orang lain agar software yang digunakannya cepat berkembang dan matang.
Survey 2: Alasan Memilih FOSS • Kebutuhan untuk menggunakan software legal (awam: berlisensi) sehingga aman dan tenang. • Menghemat biaya TI, terutama biaya lisensi, sehingga laba meningkat atau kerugian kecil. • Standar terbuka, interoperabilitas, dan security. • Fleksibilitas untuk memilih vendor TI. • Memenuhi kebutuhan lokal (misalnya kapasitas hardware yang sangat minimum).
Survey 3: Tantangan Implementasi FOSS • Tim TI ragu-ragu untuk berubah dan belajar lagi. • Penolakan dari pengguna, terutama yang lebih tua umurnya atau yang tidak suka perubahan. • Pengguna sudah terlanjur biasa menggunakan produk lain sehingga OSS terasa asing dan sulit, dalam pengertian karena berbeda/berubah. • Kebijakan pemerintah yang kurang mendukung, misalnya ada software pemerintah yang harus dijalankan dengan sistem operasi proprietary.
Trend Penggunaan FOSS • Semakin banyak perusahaan migrasi ke FOSS karena 5 alasan (hasil survey 2), PLUS teknologinya dapat dikuasai secara internal, lebih aman terhadap virus, dan sesuai Open Standard. • Pemerintah telah menyatakan migrasi ke software legal dengan prioritas FOSS mulai 2009 hingga paling lambat 31 Desember 2011. • Prosesor makin murah, internet makin merata, bekerja dapat menggunakan perangkat mobile dan cloud, biaya lisensi jadi sensitif, konsep FOSS jadi pilihan. Hasilnya: Android di atas 52%.
Hambatan Sosialisasi FOSS • Masih ada ketergantungan terhadap software proprietary dengan berbagai alasan, misal ada software/hardware yang tidak dapat dijalankan dengan sistem operasi FOSS (RKAKL, Pajak, Bea-Cukai, dll.) • Kurang promosi pendukung FOSS karena kurang koordinasi antar pihak, termasuk pemerintah. Sebaliknya, banyak promosi negatif terhadap FOSS, seperti FOSS tidak disupport, dll. • Salah faham terhadap FOSS: menganggap FOSS pasti gratis dan tidak pro bisnis.
Saran-saran • Memperbanyak pengenalan FOSS dengan cara menginstal Linux di semua komputer yang ditemui di pemerintah, bisnis, dan pendidikan. • Pastikan tidak ada software proprietary kecuali sangat terpaksa, misal karena menunggu software FOSS pengganti selesai dibuat atau menunggu hardware ditukar-tambah/diganti. • Mengeluarkan peraturan yang mewajibkan FOSS karena FOSS bersifat netral terhadap vendor dan FOSS menghemat devisa negara (uang tidak ke luar negeri) meskipun tetap ada pengeluaran.