DRAFT TECHNICAL NOTES (WORKING GROUP 4):
KONDISI EKSISTING, PERMASALAHAN DAN SOLUSI PERLINDUNGAN PANTAI MANADO BERDASARKAN HASIL KAJIAN SEL DAN PEMODELAN PERUBAHAN GARIS PANTAI Dr. Peter Karl Bart Assa, ST., M.Sc1), Hendrie J. Palar, ST., MPSDA2) Ir. M. Ichsan Jasin, M.Agr3), Ir. J. Mamoto, M.Agr4) Virginia Lolong, ST5), Natalia Kasenda, ST5), Imelda Talimbo, ST5) 1)
Lektor Kepala Rekayasa Pantai dan Muara, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Unsrat 2) Lektor Pengelolaan SDA, Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Manado 3) Lektor Rekayasa Pantai dan Muara, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Unsrat 4) Lektor Kepala Rekayasa Pantai dan Muara, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Unsrat 5) Fresh Graduated S1Teknik Sipil Unsrat bidang Rekayasa Pantai dan Muara
1. Latar Belakang Indonesia memiliki sekitar 17.508 pulau, baik besar maupun kecil, dan garis pantai sepanjang 95.181.km. Dengan fakta geografis demikian, Indonesia kemudian dikenal sebagai salah satu negara mega-biodiversity—suatu tingkat kandungan keanekaragaman hayati yang tinggi terutama di pesisir dan laut, bahkan negara yang memiliki garis pantai terpanjang ke-dua1 di dunia setelah Canada. Dengan potensi besar yang dimiliki ini, maka tidak mengherankan banyak kota-kota besar dan strategis berada dan berkembang pesat di daerah pesisir pantai. Akibatnya populasi penduduk dan kegiatan pembangunan di daerah pesisir menjadi semakin pesat pula. Pesatnya pembangunan untuk berbagai peruntukan seperti pemukiman, perikanan, pelabuhan, obyek wisata dan lain-lain, yang cenderung didominasi oleh pembangunan secara struktur keras (hard structures), menyebabkan tekanan ekologis terhadap ekosistem dan sumberdaya pesisir dan laut. Semakin besar tekanan ekologis yang terjadi akan semakin mengancam keberadaan dan kelangsungan ekosistem dan sumberdaya pesisir, laut dan pulau-pulau kecil yang berada disekitarnya. Kecenderungan yang memprihatinkan adalah kerusakan lingkungan pesisir dan lautan yang justru disebabkan oleh paradigma dan praktek pembangunan yang selama ini diterapkan belum sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Tekanan ekologis akibat tingginya kuantitas pembangunan secara struktur keras tersebut juga sangat berpotensi terjadi dalam proses pembangunan di wilayah pesisir dalam teluk Manado. Komponen teluk yang dapat menjadi korban tekanan ekologis antara lain adalah wilayah yang telah dikategorikan sebagai wilayah konservasi Taman Nasional Bunaken (TNB) berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan RI 1
Ref: http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_countries_by_length_of_coastline.
Nomor:730/Kpts-II/1991, tanggal 15 Oktober 1991 seluas 89.065,00 ha. Wilayah ini meliputi 5(lima) pulau terkenal Bunaken, Manado Tua, Siladen, Mantehage, dan Nain, daerah pesisir utara Molas, Meras, Tongkeina, Tiwoho, daerah pesisir selatan Poopoh sampai ke Popareng, dan 21(dua puluh satu) desa/kelurahan lintas kabupaten dan kota Manado, antara lain Malalayang dan Kalasey. Dengan potensi yang dimiliki tersebut, kota Manado dengan visi kota ekowisatanya harus mulai menerapkan strategi pembangunan kawasan pesisir pantai dengan prinsip pembangunan yang terpadu dan berkelanjutan. Pengabaian akan prinsip ini akan mengancam keberadaan dan kelangsungan ekosistem dan sumberdaya pesisir Teluk Manado, bahkan menjadi penyebab kerusakan parah pada segmen-segmen pantai baik di dalam maupun di luar kawasan teluk Manado. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan pembangunan wilayah pantai teluk Manado secara terpadu dan berkelanjutan, maka salah satu dokumen yang sangat dibutuhkan untuk diadakan adalah suatu cetak biru Master Plan Pembangunan Wilayah Pantai Manado. Dokumen ini harus dirancang berisi berbagai hasil kajian yang holistik tentang kelautan dengan mengintegrasikan setiap kepentingan dalam keseimbangan antar dimensi yang meliputi dimensi-dimensi ekologis, sosial, sektoral, disiplin ilmu dan para pemangku kepentingan (stakeholders). Sebagai langkah awal terhadap harapan disusunnya master plan pembangunan wilayah pantai Manado, dan yang merupakan salah satu kontribusi sivitas akademika dan alumni Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi bagi Pemerintah Kota Manado, maka disusunlah catatan teknis (Technical Notes) dengan judul “Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Solusi Perlindungan Pantai Manado Berdasarkan Hasil Kajian Sel dan Pemodelan Perubahan Garis Pantai di Teluk Manado” ini. Diharapkan catatan teknis ini minimal dapat menjadi sebuah pertimbangan bagi pemerintah kota Manado dalam menyusun strategi pengelolaan kawasan pantai Manado secara terpadu dan berkelanjutan. Technical Notes ini disusun berdasarkan data-data yang tersedia, baik data sekunder maupun primer berupa hasil survey lapangan dan hasil analisis hidrooseanografi termasuk pemodelan perobahan garis pantai yang dilaksanakan oleh tim peneliti rekayasa pantai dan muara Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi. Referensi data dilengkapi juga dengan hasil kajian tentang pengaruh reklamasi terhadap perobahan garis pantai di teluk Manado oleh tim peneliti Politeknik Negeri Manado. 2. Gambaran Umum Kota Manado Kota Manado adalah kota pantai yang terletak pada posisi geografis 124°40' 124°50' BT dan 1°30' - 1°40' LU. Secara administratif Kota Manado telah mengalami dua fase perkembangan kota, yaitu fase sebelum perluasan memiliki luas wilayah 2.359 Ha, yang terdiri dari 3 kecamatan dengan 46 kelurahan dan fase kedua setelah ada perluasan yang diatur dalam PP No. 22 Tahun 1988 dimana luasnya menjadi 15.726 Ha yang terdiri dari 5 kecamatan dengan 46 kelurahan dan 22 desa. Pada tahun 2000, Pemerintah Kota Manado melalui PERDA No. 4 dan 5 tahun 2000 telah melakukan perubahan status desa menjadi kelurahan dan pemekaran wilayah, yaitu dari 5 menjadi 9 kecamatan dan dari 68 kelurahan / desa menjadi 87 Kelurahan.
Jumlah penduduk kota Manado pada tahun 2008 menurut Sulut dalam Angka tahun 2009 adalah 429.149 jiwa dengan tingkat kepadatan sebesar 2.717,68 jiwa per km2. Angka ini menunjukkan bahwa kepadatan penduduk kota sangat tinggi. Hal itu sangat dimungkinkan karena kota manado merupakan ibukota propinsi Sulawesi Utara yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat. Sebagai kota pantai, kota Manado memiliki garis pantai sepanjang kira-kira 18,7 km termasuk garis pantai di Pulau Bunaken, Pulau Manado Tua, dan Pulau Siladen. Pada sepanjang garis pantai yang membatasi daratan Kota dan Laut Teluk Manado, terdapat 5 (lima) sungai yang bermuara, yaitu Sungai Tondano, Sungai Tikala, Sungai Bailang, Sungai Sario dan Sungai Malalayang.
Sulawesi
Gambar 1 Peta Kota Manado2
3. Kondisi Umum Hidro-Oseanografi di Teluk Manado 3.1 Angin dan Gelombang Kecepatan angin yang dipakai dalam peramalan gelombang untuk semua lokasi studi didapatkan dari pencatatan angin BMG Winangun untuk tahun 1995 s/d 2005. Angin dominan berasal dari arah Utara dan Selatan. Prosentase kecepatan angin terbesar >22 knot adalah 3.1 %. Data angin tersebut kemudian perlu dikoreksi terhadap berbagai kondisi mengingat pencatatan dilakukan di darat, sedangkan peramalan yang dihitung terjadi di laut dalam. Berdasarkan hasil analisis, kecepatan angin dominan sebesar 37.7% adalah berkisar 7-11 knot.
2
Ref: Dinas Tata Kota Manado
Tinggi gelombang yang akan terbentuk sangat dipengaruhi oleh besarnya kecepatan angin dan panjang fetch di daerah yang ditinjau. Dengan peramalan menggunakan metode SMB dihasilkan tinggi gelombang yang terjadi di Teluk berkisar antara 2 cm sampai 350 cm (3,5 m). Tinggi gelombang yang paling banyak terjadi pada kisaran 25 cm sampai 100 cm. Gelombang dominan terjadi dari arah Utara. Gelombang terbesar berdurasi 6 jam terjadi pada bulan Desember dengan ketinggian 3,5 m dengan periode 7,396 detik dari arah Barat. 3.2 Pasang Surut dan Muka Air Penting Fluktuasi gelombang pasang surut yang berlangsung di Teluk Manado relatif seragam pada setiap titik pengamatan di mana saja, sehingga satu titik pengamatan dapat dijadikan referensi pasang surut untuk pantai di mana saja dalam teluk. Dalam hal ini data pasang surut yang digunakan adalah hasil SID Pengaman Pantai Manado Tua dan Bunaken3 pada titik pengukuran di Pulau Manado Tua. Namun demikian untuk memastikan validitas data pasut P. Manado Tua tersebut, maka dilakukan pengujian elevasi LWS dan HWS dengan pengukuran pasut selama 25 jam pada saat full moon atau purnama penuh yang dilakukan di pantai Malalayang. Untuk mengetahui kondisi elevasi penting tertinggi dan terendah dalam 10(sepuluh) tahun, maka diperlukan peramalan selama 10 tahun dari rentang waktu pasut 30 hari menggunakan metode admiralty, dengan hasil S0=+1.20 m, elevasi HWS tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar +2.45 m (+1.25 m dari MSL), dan LWS terendah terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar + 0.04 m (1.16 m dari MSL). Dari hasil perhitungan dapat pula diambil kesimpulan tentang tipe pasang surut, yaitu tipe Campuran Semi Diurnal, dengan index Formzhal 0.35.
Gambar 2. Elevasi Penting Muka Air Laut di Teluk Manado
3
Ref: SID Pengaman Pantai Pulau Manado Tua dan Bunaken. Balai Wilayah Sungai Sulawesi I, 2006.
3.3 Pengaruh Sea Level Rises (SLR) terhadap Muka Air Desain Peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer yang menyebabkan kenaikan suhu bumi, berakibat pula terhadap kenaikan muka air laut (Sea Level Rises). Di dalam perencanaan bangunan pantai kenaikan muka air laut karena pemanasan global harus diperhitungkan. Data CMIP3 sebagai bagian dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), yang diolah oleh tim peneliti dalam Working Group 5 memberikan perkiraan besarnya kenaikan sampai tahun 2100 adalah sebesar 0.2 m. Itu artinya rata-rata kenaikan per tahun sebesar kira-kira 0.2 cm. Sehingga untuk perencanaan dengan return period datangnya gelombang maksimum selama 25 tahun, tinggi kenaikan muka air laut dapat diperkiraan terjadi sebesar 18 cm atau 0,18 m. Dengan wave setup terhitung sebesar 0,35 m dan HWS 2,43 m, maka muka air desain adalah sebesar +2,96 m dari muka air terendah atau LWS. 4. Sel, Karakteristik dan Kondisi Oceanografis Pantai Manado Berdasarkan kajian sel pantai, maka garis pantai Manado dapat di bagi dalam 3(tiga) sel dan beberapa sub sel pantai (Gambar 3) berawal dari patung boboca Kalasey dan berakhir di Nusantara Diving Centre Molas dengan panjang pantai tinjauan adalah 9984 m. Pada sel pantai tersebut terdapat beberapa sub sel yang dikelompokkan berdasarkan batas-batas antar sungai. Berikut ini adalah ilustrasi pembagian sel pantai dan gambaran tiap sel pantai Manado.
Gambar 3 Pembagian Sel Pantai di Teluk Manado4
4
Ref: Hasil Kajian dan Peta Google Earth
4.1 Sel Pantai 1 Sel ini memanjang dari NDC (Nusantara Diving Centre) hingga pelabuhan ikan Tuminting, disamping muara Sungai Bailang, dengan panjang garis pantai adalah ±720 m. Karakteristik morfologi sel pantai 1 adalah kombinasi pantai berlumpur dan pantai berpasir. Sekitar 370 m pesisir pantai ini ditumbuhi oleh tanaman bakau (mangrove) atau tergolong pantai berlumpur, dan sisanya merupakan pantai berpasir. Sebelah utara NDC adalah tumbuhan bakau (mangrove) sampai sekitar 5,6 Km panjangnya menyusur pantai. Sedangkan sebelah selatan NDC terdapat pula tumbuhan bakau, namun lebih banyak didominasi oleh pantai berpasir berwarna kehitaman.
Gambar 4 Kondisi sub sel pantai 1, sebelah utara dan selatan NDC Molas
Dari hasil pengamatan kondisi eksisting dan wawancara yang dilakukan, diperoleh beberapa keterangan lain sebagai berikut: Terdapat daerah yang baru di reklamasi, yang menjorok sekitar 60 m ke laut arah barat daya, di dalam kompleks Barracuda Resort atau NDC Molas. Di beberapa titik pada areal tumbuhnya Mangrove terlihat sampah bertebaran di mana-mana. Letak pemukiman warga yang berjarak minimal 150 meter dari garis pantai. Kondisi Mangrove yang ada dalam kondisi baik.
Kelandaian pantai berkisar di antara 1/50 s/d 1/100, sehingga menyebabkan rentang panjang daerah pasang surut mencapai ± 100 hingga 200 meter. Terdapat muara Sungai Bailang dengan tipe muara adalah wave dominated estuary. Latar belakang pantai adalah pohon-pohon kelapa, beberapa rumah warga, dan tempat wisata Nusantara Diving Centre (NDC). Sementara itu, hasil analisis beberapa faktor hidro-oseanografi pada sel pantai 1 menunjukkan hal-hal sebagai berikut: Berdasarkan perhitungan fetch dengan titik tinjau sel pantai 1, gelombang dominan diindikasi berasal dari arah Barat dengan kondisi tinggi gelombang terbesar terjadi pada bulan Desember sebesar 46.154%. Selain arah Barat, terdapat pula arah lain yang kurang dominan yakni arah Barat Laut, Barat Daya, dan Selatan. Gelombang maksimum untuk arah Barat laut terjadi pada bulan April (1.705%). Untuk arah Barat daya, gelombang maksimum berada pada bulan Mei (3.182%). Sedangkan untuk arah Selatan maksimum terjadi pada bulan Juli dengan 6.324%. Tinggi gelombang laut dalam maksimum yang terjadi di sepanjang tahun adalah sebesar 3.1 m dari arah barat. Kedalaman dan tinggi gelombang pecah maksimum diakibatkan oleh gelombang arah barat yaitu masing-masing sebesar db=2,5 m dan Hb=2,25 meter. Perkiraan angkutan sedimen sejajar pantai adalah 76.428,51 m3/tahun yang merupakan jumlah angkutan sedimen dari arah Utara sebesar 17.993,29 m3/tahun dan sebanyak 58.435,22 m3/tahun dari arah Selatan. Dalam Gambar 3 arah angkutan ditandai dengan tanda panah. Angkutan sedimen bulanan terbesar terjadi pada bulan Desember, sedangkan paling sedikit terjadi pada bulan April. Angkutan sedimen tegak lurus pantai dari arah barat daya sebesar 1.125.148,78 m3/tahun meninggalkan pantai. Angkutan sedimen terbesar terjadi pada bulan Desember, dan terkecil pada bulan Mei. Melihat jumlah perkiraan angkutan sedimen pertahun antara angkutan sejajar pantai dan angkutan tegak lurus pantai, kondisi pantai pada sel pantai 1 cenderung tererosi.
4.2 Sel Pantai 2 Sel pantai 2 memanjang dari Pelabuhan ikan Tuminting sampai pada Kawasan Mega Mas, tepatnya di belakang Multimart Mega Mas. Panjang daerah tinjauan untuk Sel Pantai 2 adalah ± 4700 meter. Berdasarkan analisis hidrooseanografi diperoleh hasil sebagai berikut: Gelombang maksimum berasal dari arah Barat pada bulan Desember (25.625%). Kondisi tinggi gelombang maksimum hanya berkisar 0.94% dari arah Barat Laut terjadi pada bulan April dan Oktober, setinggi 3,1 m. Angkutan sedimen sejajar pantai total pada sel pantai 2 adalah 12180,50 m3/tahun dari arah Utara ke Selatan akibat pengaruh gelombang arah Barat
Laut dan -12444,98 m3/tahun dan -13875,77 m3/tahun dari arah selatan akibat gelombang arah Barat dan Barat Daya. Volume angkutan Sedimen tegak lurus pantai total adalah sebanyak 739610,21 m3/tahun menuju pantai (Net Onshore). Cenderung tidak tererosi namun berpotensi abrasi, meskipun sepanjang sel telah dibangun Seawall pengaman jalan boulevard. Sel pantai 2 ini secara morfologis dapat dibagi menadi 2 sub sel, yakni sub-sel 2A dan sub-sel 2-B yang dipisahkan oleh muara sungai Tondano. a) Sub-sel Pantai 2-A Morfologi pantai pada sub-sel 2-A tergolong pantai berpasir hitam. Panjang daerah pesisir pantai di sub-sel 2-A ini adalah ± 2750 m, memanjang dari Pelabuhan ikan Tuminting (Sungai Paniki) sampai di muara Sungai Tondano. Informasi lain mengenai pantai berdasarkan pengamatan lapangan yang dilakukan adalah sebagai berikut: • Berm pantai agak curam dan di atasnya berdiri pemukiman warga. Cenderung beresiko terabrasi oleh gelombang pasang atau storm surge. • Bentuk garis pantai agak melengkung tapi cenderung rata • Latar belakang pantai adalah daerah pemukiman warga, jalan raya Bolevard II, dan juga Pelabuhan ikan. Tidak begitu jauh dari pesisir pantai, terdapat juga beberapa rumah ibadah dan perkantoran pemerintah. • Di sekitar koordinat 1⁰31’07,8” N dan 124⁰50’41,60” E, yaitu di segmen daerah pemukiman Tumumpa, kondisi pantai telah terabrasi akibat gelombang/ombak di waktu air pasang. • Pantai tempat bermuaranya Sungai Tondano. Tipe muara adalah wave dominated estuary dengan kondisi angkutan sedimen sungai cukup tinggi sehingga berpotensi tinggi sebagai penyebab pendangkalan pelabuhan Manado. Sementara itu, kondisi gelombang terefraksi berdasarkan analisa yang dilakukan pada sub-sel pantai 2-A adalah sebagai berikut:
Kedalaman dan tinggi gelombang pecah maksimum akibat gelombang dari arah Barat Laut, yaitu masing-masing sebesar, db = 0,85 m dan Hb = 1,25 m Volume angkutan sedimen sejajar pantai dari arah Utara ke Selatan akibat gelombang arah Barat Laut sebesar 16989,65 m3/tahun, dan akibat gelombang arah Barat Daya sebesar 13875,77 m3/tahun. Total angkutan sedimen sejajar pantai pada sub-sel 2-A adalah sebesar 30865,42 m3/tahu. Angkutan sedimen maksimum terjadi pada bulan Desember. Volume angkutan sedimen tegak lurus pantai akibat pengaruh gelombang arah Barat sebesar 739610,21 m3/tahun atau 0,28087 m3/detik menuju pantai (Net onshore).
Dari data angkutan sedimen dapat disimpulkan bahwa pantai cenderung tidak tererosi, namun berpotensi abrasi karena tinggi gelombang laut yang besar pada musim badai.
Gambar 5 Kondisi sub-sel pantai 2-A b) Sub-sel Pantai 2-B Panjang daerah pesisir pantai di sub-sel 2-B ini adalah ± 1890 m, yaitu dari Sungai Tondano sampai Kawasan Mega Mas, tepatnya di belakang Multimart. Morfologi pantai pada sub-sel 2-B tergolong pantai berpasir, tetapi sebagian besar daerah pesisir pantainya telah direklamasi. Informasi lain yang dapat dikumpulkan dari survei yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Pantai berpasir halus berwarna kecoklatan yang dipengaruhi oleh angkutan sedimen Sungai Tondano. Berm pantai agak curam Bentuk memanjang pantai cenderung lurus. Sebagian besar latar belakang pantai telah tertutup dengan Kawasan Bussiness on Boulevard yaitu Kawasan Mega Mas, Kawasan bisnis ITC Marina Plaza, dan Blue Banter. Di bagian utara terdapat pelabuhan Manado yang bersisian dengan Sungai Tondano. Ada dermaga kecil di kawasan Marina Plaza dan Kawasan Mega Mas, serta terdapat dermaga besar di daerah Pelabuhan Manado.
Terdapat wisata kuliner maupun perkantoran swasta di pesisir pantai yang telah direklamasi. Daerah reklamasi dilindungi dengan seawall batu pecah rubblemound, dimana tepat pada sisi belakang seawall adalah jalan pantai kawasan Mega Mas.
Gambar 6 Kondisi sub-sel pantai 2-B Sementara itu, kondisi gelombang terefraksi dan angkutan sedimen berdasarkan analisa yang dilakukan pada sub-sel pantai 2-B adalah sebagai berikut:
Kedalaman dan tinggi gelombang pecah maksimum akibat gelombang dari arah Barat masing-masing sebesar, db = 1,8 m dan Hb = 2,2 m Volume angkutan sedimen sejajar pantai terbesar Selatan ke Utara akibat pengaruh gelombang arah Barat Laut dan Barat masingmasing sebesar 12180,50 m3/tahun dan 12444,98 m3/tahun. Total angkutan sedimen sejajar pantai pada sub-sel 2-A adalah sebesar 24625,47 m3/tahun. Angkutan sedimen maksimum terjadi pada bulan Desember.
4.3 Sel Pantai 3 Sel pantai 3 terletak dari Kawasan Mega Mas, tepatnya di belakang Multimart Mega Mas sampai dengan Boboca Kalasey. Panjang daerah tinjauan untuk Sel Pantai 3 adalah ± 7.300 meter. Hasil analisis menunjukkan bahwa, Gelombang maksimum berasal dari arah Barat dan arah Utara. Panjang fetch terbesar dari arah Barat Laut yaitu 503.386 Km. Gelombang arah Barat terjadi pada Bulan Desember (28.873%) dan gelombang arah Utara terjadi pada bulan Februari (16.197%). Angkutan sedimen sejajar pantai total pada sel pantai 3 adalah 68010,12 m3/tahun akibat pengaruh gelombang dari arah Barat Laut dan 26935,39 m3/tahun akibat pengaruh gelombang dari arah Barat, dan 21486,59 m3/tahun dari arah Utara. Volume angkutan Sedimen tegak lurus pantai total adalah sebanyak 1655232,59 m3/tahun menuju pantai (Net Onshore). Sel pantai 3 ini dapat dibagi menjadi 3 sub sel yang dipisahkan oleh sungai Sario dan Sungai Malalayang, yakni sub-sel 3-A, sub-sel 3-B, dan sub-sel 3-C. a) Sub-sel Pantai 3-A Sub-sel 3-A berada kawasan Mega Mas hingga Sungai Sario merupakan sub-sel yang terkecil di Teluk Manado dengan panjang pesisir pantainya ± 950 m. Morfologi pantai pada sub-sel ini adalah pantai berpasir, dengan sebagian besar daerah pesisirnya telah direklamasi. Informasi lain yang dikumpulkan dari survey adalah sebagai berikut: • Berm Pantai cukup landai. • Bentuk memanjang pantai melengkung. • Latar belakang pantai adalah jalan raya utama Boulevard yang terlindung dengan concrete seawall dengan pengaman kaki stones rubble-mound. Kondisi seawall dan pengaman kaki masih berada dalam keadaan baik. • Di beberapa spot terdapat komplek wisata kuliner pesisir pantai. • Pesisir pantai masih termasuk kawasan Bussiness on Boulevard atau kawasan Mega Mas. Kondisi gelombang terefraksi dan angkutan sedimen berdasarkan analisa yang dilakukan pada sub-sel pantai 3-A adalah sebagai berikut. Kedalaman dan tinggi gelombang pecah maksimum diakibatkan oleh gelombang dari arah Barat masing-masing sebesar, db = 1,95 m, Hb = 2,25 m Volume angkutan sedimen sejajar pantai terbesar pada sub-sel 3-A akibat gelombang dari arah Barat Laut sebesar 13678,92 m3/tahun, sedangkan dari arah Barat sebesar -10340,19 m3/tahun. Total angkutan sedimen sejajar pantai pada sub-sel 3-A adalah sebesar
3338,73 m3/tahun ke arah Tenggara. Angkutan sedimen maksimum terjadi pada bulan Desember.
Gambar 7 Kondisi sub-sel pantai 3-A
b) Sub-sel Pantai 3-B Panjang garis pantai di sub-sel 3-B ini adalah ± 2220 m, memanjang dari Sungai Sario sampai dengan Sungai Malalayang. Berdasarkan survey dan pengamatan yang dilakukan diperoleh keterangan sebagai berikut.
Hampir keseluruhan wilayah garis pantai telah direklamasi. Terdapat muara sungai Sario dengan tipe muara wave dominated estuary. Kondisi mulut sungai baik, meskipun sedikit tertutup oleh littoral drift yang tipis. Sebagian besar latar belakang pantai tertutup oleh Kawasan Bisnis Manado Town Square, Manado Convention Centre,dan juga Kawasan Bahu Mall. Terdapat beberapa bagian jalan raya Boulevard menempel di bibir pantai dan terlindung oleh concrete seawall dengan pengaman kaki stone rubble-mound. Seawall pelindung Kawasan Bisnis umumnya terbuat dari Stone Rubble-Mound.
Terdapat spot wisata kuliner yang terlindung dengan seawall kombinasi pasangan batu dan concrete seawall dengan pengaman kaki stone rubble mound di bibir pantai areal pertokoan Bahu Mall. Kondisi seawall masih dan pengaman kaki masih terlihat baik.
Gambar 8 Kondisi sub-sel pantai 3-B Kondisi gelombang terefraksi dan angkutan sedimen berdasarkan analisa yang dilakukan pada sub-sel pantai 3-B adalah sebagai berikut. Kedalaman dan tinggi gelombang pecah maksimum diakibatkan oleh gelombang dari arah Barat masing-masing sebesar, db = 1,8 m dan Hb = 2,1 m Volume angkutan sedimen sejajar pantai terbesar pada sub-sel 3-A akibat gelombang dari arah Utara sebesar 21486,59 m3/tahun, sedangkan dari arah Barat sebesar -16595,20 m3/tahun. Total angkutan sedimen sejajar pantai pada sub-sel 3-A adalah sebesar 38081,79 m3/tahun ke Barat Daya. Angkutan sedimen maksimum terjadi pada bulan Desember. Volume angkutan Sedimen tegak lurus pantai total adalah sebanyak 587256,49 m3/tahun menuju pantai (Net Onshore).
c) Sub-sel Pantai 3-C Sub-sel 3-C terletak dari Sungai Malalayang sampai Boboca, Kalasey. Subsel ini merupakan sub-sel terpanjang di Teluk Manado ± 4000 m. Berdasarkan survey dan pengamatan yang dilakukan diperoleh keterangan sebagai berikut. • Secara geomorfologi dan profil pantai, maka pantai MalalayangKalasey dapat dikelompokkan dalam satuan pantai perbukitan landai dan profil pantai swell. Kondisi topografi pesisir, umumnya berbukit dengan kemiringan 1: 4 sampai 1:5 (H:V). • Posisi LLWL visual kira-kira berjarak 100 m dari garis pantai dan HHWL mencapai dekat elevasi mercu seawall existing, dengan beda tinggi pasut berkisar 1.5 s/d 2.0 m. • Melihat situasi dan kondisi garis pantainya, perwajahan pantai Malalayang-Kalasey dapat dibagi dalam beberapa segmen perwajahan yaitu, pantai bertebing, berbatu, pantai berpasir hitam dan mangrove yang koloninya sudah sangat kecil. • Secara visual arus sejajar pantai mengalir dari arah Barat ke Timur, yang ditandai dengan pola tumpukan sedimen pasir pada T-groin dengan posisi up-drift pada bagian Barat dan downdrift pada bagian timur. • Sebagian besar pesisir pantai dipergunakan sebagai kawasan wisata pemandian dan spot-spot kuliner, dan sebagiannya sebagai daerah permukiman. Letak garis pantai Malayang-Kalasey rata-rata berjarak hanya 50 m dari kaki tebing, dan bersisian dengan jalan arteri trans Sulawesi yaitu jalan yang menghubungkan kabupaten-kabupaten di propinsi Sulawesi Utara dengan propinsi lain yang berada di pulau Sulawesi. • Diduga efektifitas dan efisiensi beberapa bangungan T-groin yang sudah ada di ruas garis pantai Malalayang-Kalasey terganggu. Beberapa bangunan T-Groin menjadi kurang efektif karena dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini tidak nampak adanya penambahan pasir penutup groin yang siknifikan. Bahkan di beberapa lokasi groin isian pasir di belakang groin telah tergerus dan hilang akibat erosi dan terjangan gelombang badai saat musim barat. Besar dugaan hal ini dipengaruhi oleh perubahan fungsi sel pantai akibat pembangunan yang pesat di Kota Manado. • Seawall yang sudah ada di pantai malalayang juga terlihat mulai rusak (Gambar 8) karena gempuran gelombang dan di beberapa bagian garis pantai tebing-tebing pantai sudah mulai longsor akibat abrasi. Terutama pada bagian-bagian tertentu di mana hidup koloni mangrove, telah mulai rusak akibat abrasi tersebut. Bila hal ini dibiarkan maka besar kemungkinan abrasi akan masuk hingga ke wilayah jalan arteri, dan akan memutuskan jalan trans Sulawesi yang sangat vital ini.
Gambar 8 Kondisi Sub sel pantai 3-C Kondisi gelombang terefraksi dan angkutan sedimen berdasarkan analisa yang dilakukan pada sub-sel pantai 3-C adalah sebagai berikut. Kedalaman dan tinggi gelombang pecah maksimum diakibatkan oleh gelombang dari arah Barat Laut masing-masing sebesar, db = 0,8 m dan Hb = 1,25 m Volume angkutan sedimen sejajar pantai terbesar pada sub-sel 3-C akibat gelombang dari arah Barat Laut sebesar 54331,8 m3/tahun. Angkutan sedimen maksimum terjadi pada bulan Desember. Volume angkutan Sedimen tegak lurus pantai total adalah sebanyak 1067976.1 m3/tahun menuju pantai (Net Onshore). Sebuah fakta lain di lapangan seperti tergambar dalam Gambar 9 menunjukkan bahwa pada sisi barat groin terbentuk pola garis pantai penumpukan sedimen (updrift) dan pada sisi timur terbentuk pola garis pantai menjorok ke dalam(downdrift). Hal ini membuktikan bawah arah angkutan sedimen dominan dari tahun ke tahun berlangsung dari arah barat ke timur.
Gambar 9 Penumpukan sedimen di sebelah kiri T-Groin menyatakan arah angkutan sedimen di sel pantai 3 dari barat ke timur
5. Reklamasi dan Pengaruhnya terhadap Kestabilan Pantai di Teluk Manado Reklamasi dalam terminologi asalnya disebut dengan Land Reclamation atau reklamasi lahan, yang merupakan suatu proses untuk menciptakan lahan atau areal baru di laut, sungai atau pun danau. Reklamasi umumnya dilakukan dengan cara pengerukan areal-areal tertentu untuk ditimbun ke situs reklamasi, meskipun tidak jarang dilakukan pula dengan menggunakan material tanah sampah atau material padat polusif lainnya. Dalam perencanaan reklamasi seyogianya melibatkan banyak bidang secara multidisipliner, utamanya karena pelaksanaan reklamasi sering diikuti dengan munculnya berbagai permasalahan baik di daratan maupun di laut yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Tidak kurang dari ahli pantai dan muara, ahli drainase dan pengendalian banjir, ahli struktur dan geoteknik, ahli transportasi, ahli geologi, bahkan ahli-ahli lain di luar kepakaran Teknik Sipil, seperti pertanian, kelautan dan perikanan, lingkungan, dan lain-lain seyogianya terlibat. Dari sudut pandang bidang rekayasa pantai dan muara, kegiatan reklamasi mulai dari pekerjaan penimbunan sampai beroperasinya lahan reklamasi tersebut selalu akan menyebabkan perobahan pola hidrodinamika laut, di antaranya adalah arus dan gelombang, bahkan penurunan kualitas lingkungan di sekitarnya. Perobahan pola arus dan gelombang sangat berkemungkinan menyebabkan kerusakan parah pada sisi pantai lain yang berdekatan, seperti erosi dan/atau abrasi bilamana pelaksanaan reklamasi tidak didahului dengan survey, investigasi dan detail desain yang terencana baik. Hal ini disebabkan, karena secara prinsip, suatu garis pantai yang terlindung sebagian oleh bangunan massive, pada salah satu sisi di samping bangunan itu secara alamiah akan mengalami kemunduran atau tererosi, sedangkan sisi lainnya akan mengalami deposisi atau tertimbun sedimen. Oleh sebab itu, disamping perencanaan sistem pengaman pantai yang tepat, pemodelan pola arus, gelombang dan proses sedimentasi, serta kemungkinan perobahan garis pantai harus pula dilakukan agar
perencana dapat menentukan bentuk terbaik dari daerah yang akan direklamasi untuk mengurangi resiko terjadinya kemunduran atau kerusakan garis pantai di tempat lain. Disamping itu, dalam pelaksanaan analisis geomorfologi pantai dan hidrodinamika laut harus pula didukung dengan data-data hasil analisis drainase dan pengendalian banjir perkotaan, bilamana reklamasi dilaksanakan di pesisir perkotaan ataupun permukiman. Dalam keadaan ideal, sebuah kota yang berpotensi mengalami perluasan lahan dengan reklamasi harus mempunyai cetak biru master plan yang berwawasan jauh ke depan dengan memperhitungkan faktor pengaruh terhadap reklamasi mulai dari bagian hulu sampai ke hilir wilayah sungai-sungai yang bermuara ke daerah reklamasi. Karena pada kenyataannya hampir semua daerah reklamasi yang ada di Indonesia sangat rentan terhadap kejadian banjir dan genangan di musim penghujan. Hal ini terjadi karena waktu dan panjang perjalanan aliran semakin lama dan jauh menuju pelepasan akhir di laut, serta sistem drainase dan penanggulangan banjirnya tidak terencana dengan baik. Reklamasi pantai di Teluk Manado, menurut sejarahnya sudah berjalan cukup panjang sejak tahun 1996, dan hingga akhir-akhir ini pekerjaan reklamasi di Teluk Manado masih saja berlangsung. Terlepas dari anggapan kelayakan pekerjaan reklamasi ini dilakukan di teluk Manado, yang pasti dari sudut pandang geomorfologi dan hidrooseanografi pantai, reklamasi yang selama ini dilakukan telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan pantai maupun perairan di Teluk Manado. Sejauh mana dampak yang ditimbulkan khususnya terkait masalah perubahan garis pantai di Teluk Manado, maka tim Working Group 5 telah melakukan analisis perobahan garis pantai sepanjang garis pantai di Teluk Manado dan spesifik ruas pantai Malalayang dan Kalasey. Analisis perubahan garis pantai dilakukan dengan mempergunakan alat bantu software Genesis, dengan input data gelombang hasil hindcasting gelombang berdasarkan 10 tahun data angin, dan garis pantai initial tahun 1995 dan terukur tahun 2005. Keterbatasan software Genesis membatasi juga panjang garis pantai Teluk Manado yang dianalisis, yaitu dimulai dari titik pada muara Sungai Bailang hingga pantai Kalasey pada segmen restoran tepi pantai. Hasil simulasi yang merupakan prediksi perubahan garis pantai, secara berurut ditampilkan dalam gambar-gambar di bawah ini. Hasil analisis khusus pada grid 0 s/d 500 (Gambar 13) pada sub sel pantai 3-C dan didukung oleh bukti-bukti hidro-oseanografis (lihat penjelasan Gambar 9) khususnya di segmen sel pantai 3-C dapat dikatakan bahwa reklamasi pantai Kalasey cenderung berdampak tererosi atau bahkan terabrasinya pantai Malalayang. Hal ini dapat dijelaskan bahwa, semakin besar struktur keras dibangun dan jauh menjorok ke laut, akan mengakibatkan semakin tinggi dan cepatnya longshore current yang terjadi mengalir dari arah barat menuju timur di pantai Kalasey-Malalayang, dan berpeluang besar menjadikan kondisi pantai Malalayang sebagai segmen downdrift tererosi.
Daerah Garis Pantai yang di Reklamasi (relatif tidak ada perubahan garis pantai
Gambar 10 Hasil Prediksi Perubahan Garis Pantai Teluk Manado dengan K1 (0.001) & K2 (0.0005)
Gambar 11 Hasil Prediksi Perubahan Garis Pantai Grid 1 s/d 1500 pada Sub sel pantai 3-C
Gambar 12 Hasil Prediksi Perubahan Garis Pantai Grid 1500 s/d 3000 pada Sub sel pantai 3-C
Gambar 13 Detail Hasil Prediksi Perubahan Garis Pantai Grid 0 s/d 500 pada Sub sel pantai 3-C, Pantai Kalasey
Gambar 14 Detail Hasil Prediksi Perubahan Garis Pantai pada Grid 500 s/d 1200 pada Sub sel pantai 3-C, Segmen Rumah Makan
Gambar 15 Detail Hasil Prediksi Perubahan Garis Pantai pada Grid 1800 s/d 2450 pada Sub sel pantai 3-C, Segmen Groin Malalayang
Keterangan lain berkaitan dengan hasil analisis yang ditunjukkan oleh sebagian gambar hasil simulasi perubahan garis pantai di atas adalah sebagai berikut: − Reklamasi pantai Manado di sepanjang jalan Boulevard dalam pandangan baik secara teknis maupun kenyataan proses hidrooseanografis memberikan efek kerusakan pantai yang sangat siknifikan terhadap pantai Malalayang, dengan tingkat kerusakan abrasif sedang hingga berat. Arah arus sejajar pantai yang datang dari arah Barat dan Timur dan terjangan bersudut gelombang pasang atau pun storm surge terhalang oleh bangunan-bangunan tetap pelindung areal reklamasi, sehingga meskipun tidak besar menyebabkan terjadinya gerusan pada sisi downdrift terhadap arah arus di pantai Malalayang. − Kerusakan parah tebing pantai Malalayang akibat abrasi lebih diakibatkan oleh terjangan gelombang pasang dan storm surge. Arah gelombang yang datang membentuk sudut dengan pantai memberikan efek merusak yang cukup besar pada sisi downdrift suatu garis pantai yang terlindung bangunan massive. − Pembangunan T-Groin yang awalnya bertujuan untuk mengembalikan garis pantai akibat kerusakan yang terjadi karena abrasi tidak cukup efisien bahkan pada bagian-bagian tertentu di antara Groin Seri tersebut nampak garis pantai justru mundur karena erosi. 6. Rekomendasi Penanganan Sel Pantai di Teluk Manado Dari pengamatan dan analisis karakteristik sel pantai dan simulasi perobahan garis pantai di atas ditemukan beberapa jenis kerusakan dan penyebab-penyebabnya. Untuk mengatasi permasalahan kerusakan tersebut, secara ringkas diberikan rekomendasi penanganan secara tabel sebagai berikut: Tabel 1 Rekomendasi Penanganan Sel Pantai di Teluk Manado Sel Permasalahan da Karakteristik Usul Penanganan Pantai Penyebab 1
Pantai berpasir
Erosi pantai terutama pada daerah permukiman akibat terjadinya ketidakseimbangan angkutan sedimen sejajar dan tegak lurus pantai
Pembuatan Groin untuk menahan Erosi pantai
Pantai Mangrove
Penebangan mangrove yang tak terkendali, dan erosi akibat ketidakseimbangan angkutan sedimen sejajar dan tegak lurus pantai
Pelestarian dan pembudidayaan tanaman mangrove
Keterangan Penggunaan groin karena Erosi pantainya kecil
2-A
Pantai berpasir
Ancaman Erosi pantai
Pembuatan T-Groin atau nearshore breakwater untuk menahan Erosi pantai
Penggunaan T-Groin untuk menahan cross shore sedimen transpor
Pantai dengan bangunan revetment
Ancaman abrasi akibat gelombang pasang yang dapat merusak revetment
Perlu dilakukan pemeliharaan atau pembangunan kembali revetment
Dilakukan oleh pihak pengembang, atau bekerjasama dengan pemerintah
Pantai dengan bangunan penguatan tebing (revetment)
Ancaman abrasi terhadap bangunan revetment akibat gelombang pasang
Perlu dilakukan perbaikan atau pembangunan kembali revetment
dilakukan oleh pihak pengembang atau pemerintah
Wilayah Pelabuhan Manado
Bahaya pendangkalan kolam pelabuhan akibat sedimen dari sungai Tondano
Perlu dibangun Jetty panjang pembawa sedimen di mulut sungai Tondano dan rekonstruksi arah bukaan masuknya kapal ke pelabuhan untuk mengurangi sedimen masuk ke kolam pelabuhan
Dilakukan oleh PT. Pelindo atau pemerintah
3-A dan 3-B
Pantai dengan bangunan penguatan tebing (revetment) atau seawall
Bangunan pengaman pantai kurang stabil/kuat dan terancam rusak akibat abrasi
Perlu dibangun kembali mengikuti arahan SID Pantai Malalayang
Dilakukan oleh BWSS1 atau pemerintah propinsi/kota
3-C
Pantai berpasir Erosi dan abrasi dan atau berbatu pantai terutama pada daerah permukiman
Perlu dibangun Seawall sesuai arahan hasil SID Pantai Malalayang
Dilakukan oleh BWSS1 atau pemerintah propinsi/kota
2-B
Segmen groin seri
Kurang efektifnya fungsi groin dan masalah sempitnya kawasan wisata pemandian dan rekreasi pantai
Perlu dilakukan Beach Fill atau Beach Nourishment dengan pasir putih
Dilakukan oleh BWSS1 atau pemerintah propinsi/kota
Segmen Pantai ber mangrove
Pantai mangrove kritis akibat penebangan dan rusak akibat abrasi
Perlu dibangun Seawall dengan tetap mempertahankan mangrove yang ada
Dilakukan oleh BWSS1 atau pemerintah propinsi/kota
Sumber : Hasil Kajian
7. Kesimpulan dan Saran a. Kesimpulan 1. Berdasarkan analisis sel pantai, garis pantai di Teluk Manado dapat dibagi menjadi 3(tiga) sel pantai dengan bagian-bagian sub-sub selnya. 2. Secara umum kondisi sel pantai 1, meskipun cenderung abrasif tetapi masih dapat digolongkan sebagai pantai yang cukup stabil. Untuk meningkatkan kestabilan pantai di sel pantai 1 ini, maka garis pantai yang masih ditumbuhi oleh mangrove agar dilakukan konservasi kawasan bahkan membudidayakan tanaman mangrove di sana. Untuk kepentingan jangka panjang, perlu di bangun T-Groin seri untuk menahan erosi yang terjadi akibat ketidakseimbangan angkutan sedimen yang terjadi. 3. Kondisi sel pantai 2 cukup stabil namun perlu dibangun groin seri pada kawasan pantai berpasir dan perbaikan serta perawatan bangunan pengaman revetment yang telah ada. 4. Kondisi sel pantai 3a cukup stabil karena pembangunan reklamasi dan bangunanbangunan pengaman pantai untuk melindungi kawasan Business on Boulevard. Meskipun demikian konstruksi stone rubble-mound sebagai revetment pada beberapa segmen pantai, pelindung kompleks pertokoan dan mallage perlu diganti dengan konstruksi concrete seawall dengan crownwall. 5. Kondisi sel pantai 3b dan 3c kurang stabil, dalam beberapa segmen nampak abrasi dan erosi bahkan rusaknya bangunan pengaman pantai yang ada. Untuk itu pembangunan sistem perlindingan pantai menurut hasil SID Pengaman Pantai Malalayang perlu segera direalisasikan. Kondisi ini diperparah oleh terbangunnya kawasan reklamasi pantai boulevard. 6. Secara teknis reklamasi pantai Kalasey yang sementara berlangsung akan memperparah abrasi yang terjadi di pantai Malalayang. Bilamana pekerjaan ini tetap harus diselesaikan, maka diperlukan studi khusus tentang sistem pengaman pantai akibat reklamasi tersebut. 7. Kondisi lingkungan pada beberapa segmen dalam sel cenderung kotor dan tidak terawat, sehingga diperlukan pengelolaan pantai secara terpadu dan efisien demi terjaganya kebersihan dan keamanan kawasan pantai.
b. Saran 1. Pembangunan di Teluk Manado tidak dapat dipungkiri akan terus berlangsung. Agar setiap pelaksanaan pembangunan di kawasan pantai Teluk Manado tidak cenderung sangat merusak dan merugikan, maka pemerintah perlu membuat Master Plan Pengelolaan dan Sistem Perlindungan Pantai Terpadu Teluk Manado. 2. Studi untuk penyusunan Master Plan ini perlu diikuti dengan pula dengan penyusunan secara menyeluruh detail desain sistem pengaman pantai di Teluk Manado. Survey investigasi dan detail desain (SID) yang pernah di lakukan selama ini di teluk hanyalah SID bangunan pengaman pantai Malalayang, pulau Manado Tua dan Bunaken.