Jurnal komunikasi, ISSN 1907-898X Volume 8, Nomor 1, Oktober 2013
Komunikasi Politik di Era Media Sosial
Faridhian Anshari Staff Pengajar STT PLN Jakarta
Abstract The development of communication technology has penetrated the lives of human beings. One form of communication is the development of new media technologies who gave birth to social media. Political world is also not free from the influence of new media and social media. Social media are like two sides of a coin for political actors. On the one hand, the success by using social media is getting positive support. But on the other hand failure by using social media is the risk by damaging the image. This paper discusses the challenges and opportunities of social media on political actors. Exposure to the use of social media in political communication becomes the first part of this paper. The second section discusses the challenges faced by political actors in the 2.0 era. The third section gives an offer opportunities for political actors in the utilization of social media. There is also the fourth and final section is a conclusion that contains what should be done by political actors to minimize the risks and maximize the opportunities offered by social media. Keywords: internet, new media, social media, political communication
Abstrak Perkembangan teknologi komunikasi telah merambah kehidupan umat manusia. Salah satu bentuk perkembangan teknologi komunikasi adalah media baru (new media) yang kemudian melahirkan media sosial. Dunia politik juga tak lepas dari pengaruh perkembangan media baru dan media sosial. Media sosial ibarat dua sisi mata uang bagi para aktor politik. Di satu sisi keberhasilan memanfaatkan media sosial dapat memungkinkan aktor politik mendapatkan dukungan positif. Tapi di sisi lain kegagalan memanfaatkan media sosial berisiko merusak citra yang dia miliki. Tulisan ini membahas mengenai tantangan dan peluang dari media sosial terhadap para aktor politik. Pemaparan penggunaan media sosial dalam komunikasi politik menjadi bagian pertama dari tulisan ini. Bagian kedua membahas tentang tantangan yang dihadapi oleh para aktor politik di era 2.0 ini. Bagian ketiga memberikan tawaran peluang bagi aktor politik dalam pemanfaatan media sosial. Ada pun bagian keempat atau terakhir merupakan kesimpulan yang berisi apa yang sebaiknya dilakukan oleh para aktor politik untuk meminimalkan risiko dan memaksimalkan peluang yang ditawarkan oleh media sosial. Kata kunci: internet, media baru, media sosial, komunikasi politik
91
Jurnal komunikasi, ISSN 1907-898X Volume 8, Nomor 1, Oktober 2013
Pendahuluan
dengan cepat dan bersifat interaktif.
Perkembangan
teknologi
Dengan karakteristiknya itu tidak sedikit
komunikasi telah merambah kehidupan
aktor
umat
memanfaatkan
manusia.
Salah
satu
bentuk
politik
di
sejumlah
media
negara
sosial
proses
komunikasi
kampanye politik. Selain itu media baru
adalah media baru (new media) yang
mampu untuk menjaring pemilih muda
kemudian melahirkan media sosial (social
dan biayanya murah (“Aktor Politik Wajib
media). Kehadiran media sosial juga
Manfaatkan Media Sosial”, ugm.ac.id, 7
mempengaruhi bidang politik. Studi di
Juni 2013).
perkembangan
Amerika
teknologi
media
Partai politik di Indonesia sudah
efektif.
banyak yang memiliki akun Facebook,
Sebelum era media sosial, politisi di
Twitter, dan YouTube, di samping website
Negeri Paman Sam sudah memanfaatkan
resmi parpol (“Parpol Serius Garap Media
internet
berkampanye.
Sosial”, Kompas.com, 29 Mei 2013).
(Chavez, 2012; Stietglitz & Dang Xuan,
Sementara politisi-politisi masing-masing
2012).
memiliki akun pribadi seperti Menteri
sosial
Serikat
alat
menunjukkan
kampanye
untuk
media
yang
Komunikasi
dan
menggunakan SMS dan Twitter untuk
Sembiring
(twitter
mendulang suara. Ini merupakan kali
Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo
pertama media sosial digunakan untuk
(twitter @KRMTRoySuryo). Bahkan akun
berkampanye
twitter
Di Ghana, dua kandidat presiden
di
negara
tersebut.
Di
presiden
Informatika
RI
Tifatul
@tifsembiring),
Susilo
Bambang
(@sbyudhoyono)
berstatus
Zimbabwe, partai oposisi menggunakan
Yudhoyono
website untuk menyebarkan pesan yang
verified account, yang artinya sudah
mengecam pemerintah berkuasa. Selain
mendapatkan
itu
Masyarakat
Twitter. Politisi lain yang memiliki akun
membentuk jaringan untuk memonitor
twitter misal Prabowo (@Prabowo08) dan
pemungutan suara di 11 ribu bilik suara
Wiranto (@wiranto1947). Program kerja,
melalui SMS dan MMS. Hasilnya calon
pendapat mengenai isu terkini, atau
petahana (incumbent) Robert Mugabe
pembicaraan-pembicaraan yang sifatnya
kalah, tetapi intervensi Mugabe membuat
ringan,
Pemilu diulang dan dia menang (Riaz,
masyarakat,
2010).
umumnya
Lembaga
Menurut
Swadaya
Silih
Agung
Wasesa,
verifikasi
menanggapi adalah tercantum
dari
pihak
mention
dari
hal-hal
yang
dalam
linimasa
Twitter para tokoh politik tersebut.
kehadiran media baru berbasis digital
Media sosial memang menawarkan
membuat informasi politik tidak hanya
peluang bagi para aktor politik untuk bisa
semakin masif,tetapi juga terdistribusi
menjaring pemilih, berinteraksi secara langsung
dengan
publik
sekaligus 92
Faridhian Anshari, Komunikasi Politik di Era Media Sosial
membentuk perbincangan yang “akrab”
berdialog langsung dengan masyarakat
dengan publik. Tetapi di sisi lain, media
dan
sosial juga dapat membuat aktor politik
Kemampuan menciptakan ruang dialog
menjadi bahan tertawaan atau bahkan
antara
caci maki dari publik. Sebuah pertanyaan
menarik minat pemilih pemula/pemilih
kritis diajukan oleh Momoc (2011) terkait
muda membuat media sosial semakin
manfaat media sosial di ranah politik.
penting bagi politisi (Stieglitz & Dang-
Secara
Xuan, 2012)
spesifik,
Momoc
membahas
membentuk politisi
diskusi
dengan
politik.
publik
serta
mengenai
kampanye.
Apakah
dengan
Sebelum menggunakan media sosial
mengincar
audiens
online,
apakah
para politisi sudah menggunakan internet
internet bisa membantu politisi untuk
untuk
mendapatkan
menjadi
pemilih
dalam
jumlah
berkampanye. cara
yang
Internet potensial
bisa dalam
besar? Apakah hal tersebut bisa berhasil
mendobrak politik demokrasi massa yang
jika
opresif yang menyuarakan suara dari
politisi
tersebut
tidak
memiliki
kredibilitas di dunia riil?
bawah ke atas, yang kerap dengan power yang
dimiliki,
dimanfaatkan
Pengaruh Media Sosial terhadap
penguasa
Komunikasi Politik
golongannya. Internet diharapkan bisa
Pengaruh media sosial dalam dunia politik khususnya dalam hal komunikasi politik, terutama dalam kampanye Pemilu (Chavez, 2012; Riaz, 2010; Stietglitz & Dang-Xuan, 2012). Penting bagi institusi politik untuk berpartisipasi aktif dalam komunikasi
politik
yang
berbasiskan
media sosial, terutama dalam kampanye Pemilu.
Media
sosial
selanjutnya
menggambarkan sebagai sarana ideal dan basis informasi untuk mengetahui opini publik politik,
tentang selain
kebijakan untuk
dan
posisi
membangun
dukungan komunitas kepada politisi yang tengah berkampanye. Sejumlah penelitian menunjukkan politisi di seluruh dunia telah mengadopsi media sosial untuk menjalin hubungan dengan konstituen,
untuk
oleh
menjadi
media
kepentingan
bagi
mengalirnya
informasi dua arah yang interaktif antara politisi
dan
pendukungnya.
Internet
menjanjikan memberikan forum yang seluas-luasnya
bagi
pengembangan
kelompok kepentingan dan sebagai sarana penyaluran
opini
Indonesia,
(Asih,
2011).
penggunaan
Di
internet
sebenarnya sudah dimulai sejak Pemilu 1997, di mana kontestan Pemilu saat itu: Golongan
Karya,
Partai
Demokrasi
dan
Partai
Persauan
Indonesia,
Pembangunan, masing-masing memiliki situs
resmi.
tersebut
Informasi
meliputi
dalam
program
situs partai,
pernyataan politik, susunan pengurus pusat/daerah, AD/ART, dan kesempatan dialog dengan pengurus. Pada Pemilu 2004 dan 2009 penggunaan internet 93
Jurnal komunikasi, Volume 8, Nomor 1, Oktober 2013
semakin meningkat pada partai politik,
belum dimanfaatkan dengan baik oleh
individu calon legislator, calon presiden
para aktor politik di Indonesia. Tantangan
dan calon wakil presiden (Putra, 2011).
pertama adalah hilangnya batas-batas
Keberhasilan menggunakan media
status sosial di dunia media sosial.
sosial dipandang sebagai salah satu faktor
Menurut Coutts & Gruman (2005: 254)
kesuksesan Barack Obama memenangi
dalam
pemilihan
dengan komputer, maka para peserta
presiden
Amerika
Serikat.
komunikasi
yang
Sekitar 30 persen pesan-pesan kampanye
komunikasi
Obama disampaikan melalui media baru
kesetaraan partisipasi yang lebih luas
(Riaz, 2010). Beberapa tahun sebelum
daripada tatap muka. Pendapat tersebut
Obama, terdapat nama Howard Dean
memang
yang
internet
komunikasi dalam organisasi. Namun
untuk meraih atensi publik AS. Namun
relevan apabila dibawa ke dalam konteks
saat itu Dean kandas di konvensi nasional
komunikasi politik di era media sosial.
Partai
Dengan adanya media sosial, maka para
mampu
memanfaatkan
Demokrat
(Chavez,
2012).
Di
akan
termediasi mendapatkan
mengacu
aktor
menggunakan blog dan Yahoo Groups
meskipun dia secara riil adalah pejabat
untuk mengkomunikasikan ide mereka
tinggi atau partai politik yang berkuasa,
dan
tetapi posisinya di media sosial akan
ide
orang
lain
Bagaimana dengan di Indonesia? Media sosial memang mulai dilirik dalam kurun waktu sekitar dua tahun terakhir.
pemilihan
dalam
gubernur
menyadari
para aktor politik harus siap-siap saja menghadapi kritik (bahkan beberapa di antaranya cenderung pedas) user lain. Media sosial merupakan rimba
Para pendukung Joko Widodo dan Basuki Purnama
harus
setara dengan user lain. Maka dari itu
(Gurevitch, et.al. 2009).
Tjahja
pun
aktivitas
Inggris, makin banyak anggota parlemen
mendengarkan
politik
pada
kampanye
DKI
Jakarta
raya, dan praktis tidak ada peraturan di dalamnya
(Fitch,
2009).
Apabila
untuk
tantangan itu tidak dihadapi dengan bijak,
kreatif
maka hasilnya aktor politik tersebut justru
mereka. Bahkan sempat ada game online
malah menjadi bahan cibiran di dunia
yang memiliki alur cerita seperti game
maya.
Angry Birds, dengan tokoh utama Jokowi.
bagaimana
memanfaatkan memposting
YouTube video
kampanye
Cukup
Yudhoyono,
Ibu
marak
diberitakan
Negara,
beberapa
kali
Ibu
Ani
terlibat
perdebatan –dan itu mengenai hal-hal Tantangan Media Sosial bagi Aktor
yang tidak substantif—dengan user lain di
Politik
Instagram. Selain itu para aktor politik
Di
bagian
sebelumnya
sudah
dipaparkan bahwa media sosial masih 94
tidak bisa lagi menggunakan media sosial sebagai sarana untuk “curhat”.
Faridhian Anshari, Komunikasi Politik di Era Media Sosial
Media sosial telah mengaburkan pemahaman
orang,
apakah
yang
mayoritas belum memaksimalkan media sosial
dan
media
baru.
Faktor
dikatakan tersebut merupakan sikap resmi
interaktifitas diabaikan. Dari 34 parpol
atau hanya ungkapan pemikiran atau
peserta Pemilu 2009, seluruhnya memiliki
perasaan dia sebagai pribadi. Sikap resmi
website. Sayangnya situs web tersebut
atau institutional rhetoric dan ungkapan
belum dimanfaatkan secara maksimal
pribadi
atau
everyday
talk
sering
sebagai media komunikasi dua arah.
tumpang tindih (Finet, 2001: 274-276).
Hampir di semua website parpol tidak
Seseorang akan salah persepsi apakah
tersedia
curhat yang dilakukan oleh aktor politik di
komunikasi dua arah. Kalau pun tersedia,
media sosial merupakan ungkapan dirinya
forum ini tidak dapat diakses. Facebook
sebagai pribadi atau mewakili institusinya.
dan Twitter yang digunakan oleh politisi
forum
yang
memungkinkan
di
dan partai politik ternyata isinya hanya
Indonesia masih belum menyadari bahwa
untuk menginformasikan hal-hal yang
dalam berkomunikasi di media sosial
baik-baik saja. Transaksi informasi yang
memerlukan
tersendiri.
terjadi didominasi oleh posting-posting
Kemampuan di sini tentu tidak hanya
yang disampaikan oleh simpatisan parpol
kemampuan teknis, tetapi mentalitas.
atau politisi. Politisi dan partai politik
Kehadiran media sosial menuntut para
sekadar latah menggunakan jejaring sosial
pelaku politik untuk beradaptasi. Namun
untuk berinteraksi. Media sosial masih
para
sering
dimanfaatkan sebagai media kampanye,
kesulitan dalam fase adaptasi ini (Chavez,
belum interaktif, belum aspiratif. Padahal
2012). Ada beberapa hal yang berkaitan
media sosial memiliki potensi sebagai
dengan
sarana
Persoalannya
pelaku
aktor
kemampuan
politik
“mentalitas
politik
tersebut
lama”
(old
mentalities) seperti yang disebutkan di yang
menggunakan
media
sosial.
mendengarkan
suara
masyarakat.
atas – dan hal ini umumnya dialami oleh organisasi
untuk
Di era interaktif digital, produksi pesan dan citra politik malah justru menjadi hal yang rawan untuk "diganggu".
Salah satunya adalah mengabaikan
Pelaku politik harus mempertimbangkan
sifat interaktif yang ada di media sosial.
kemungkinan bahwa pesan-pesan mereka
Dalam era politik kontemporer, politisi
akan dimodifikasi oleh pihak lain ketika
harus memikirkan audiens interaktif dan
pesan
kapasitas
media sosial. Lingkungan media digital
mereka
untuk
menjawab,
tersebut
disampaikan
melalui
dan
tidak menghargai integritas informasi:
memodifikasi pesan yang mereka terima.
ketika informasi itu sudah dipublikasikan
Penelitian Asih (2011) mengungkapkan
secara online, maka siapa pun bebas
bahwa
untuk memodifikasinya (Gurevitch, et.al,
menanggapi,
partai
mendistribusikan
politik
di
Indonesia
95
Jurnal komunikasi, Volume 8, Nomor 1, Oktober 2013
branding
2009). Para pengguna internet tak tertarik
lewat
untuk mencari rekam jejak atau program
Penelitian
yang ditawarkan oleh politisi. Sebaliknya,
kemampuan media sosial yang dalam
ada kecenderungan di masa kampanye
kesehariannya
Pemilu, internet justru digunakan untuk
bahasa
mengolok-olok politisi dan menyerang
pesan dapat menyebar luas kepada publik
politisi yang tidak disukai (Momoc, 2011).
(Aino Majja Toppi, 2012)
ini
dengan juga
lama.
dilengkapi
dapat
masyarakat
cara
oleh
menggunakan
sehingga
kualitas
Kesuksesan branding melalui media Media
Sosial
Sebagai
Sarana
Branding: Sebuah Tawaran
sosial ditentukan oleh pengelolaan media sosial secara up to date dan senantiasa menjaga komunikasi secara konsisten
Kelemahan partai politik dan politisi
dengan
menggunakan
di Indonesia adalah hanya “menyapa”
percakapan
yang
konstituen biasa/pendukung biasa setiap
dalam lingkungan masyarakat (Lipiainen
lima
menjelang
& Karjaluoto, 2012). Menjaga pengelolaan
pemilihan umum. Jika tidak mendekati
media sosial yang selalu up to date serta
pemilihan umum, partai atau politisi
melayani
hanya menyapa pendukung-pendukung
informasi tidaklah mudah. Konsistensi
yang
Padahal
menjadi kata kunci yang perlu dipahami
masyarakat biasa pun perlu disapa. Dalam
seluruh pihak. Selain itu politisi juga
tahun
kaya
proses
saja,
(Wasesa,
branding
dibutuhkan penyampaian
yakni
2011).
kepada
berbagai
cara
tantangan
memberikan
lain
terkait
penggunaan media sosial sebagai upaya pembentukan
tertanam ke benak publik. Salah satu cara
menampilkan
yang dianggap efektif dan efisien saat ini
harapan masyarakat (Guervitch, et.al.,
adalah melalui penggunan new media.
2009).
mengandalkan
dapat
agar
menghadapi
dalam
berkembang
efektif
Dengan
pesan
masyarakat,
publik
sedang
struktur
kemampuan
branding pribadi
Berdasarkan
yakni
sesuai
dengan
penelitian
yang
internet dalam menyebarkan pesan secara
berkembang, penggunaan media sosial
many to many, tokoh personal tersebut
mempunyai
secara cepat dapat merasakan efek positif
strategis. Secara garis besar keuntungan
yang diberikan oleh new media. Branding
yang
menggunakan new media yang diwakili
menggunakan media berbasis internet
oleh media sosial dapat berefek positif
adalah mudah, murah, praktis, dan efektif
untuk perusahaan maupun dalam kasus
(Anshari, 2013).
ini adalah personal. Hal ini didukung oleh
beberapa
dihasilkan
keuntungan
dari
branding
Konsep mudah yang diusung dari
kemampuan internet dalam menjangkau
penggunaan
masyarakat yang sebelumnya terabaikan
kemudahan yang ditonjolkan dari sistem
96
media
sosial
adalah
Faridhian Anshari, Komunikasi Politik di Era Media Sosial
internet dan penggunaan media sosial.
dan
Dengan sekali tekan “push” dari satu
informasi di media sosial.
tempat,
sebuah
pesan
dapat
ketelatenan
dalam
memberikan
cepat
Praktis juga menjadi keuntungan
menyebar dan dibaca serta diketahui oleh
tersendiri, sifat branding yang cukup
seribu bahkan seluruh orang. Bayangkan
praktis karena dapat menjangkau seluruh
dengan pengunaan branding model lama
kalangan, tanpa perlu mengkotak-kotak
yang memakan space di beberapa titik
an
pentig. Belum lagi harus menyebarknnya
dibandingkan
ke seluruh kota di Indonesia. Lewat media
branding
sosial, penyebaran cukup dari satu titik
konsentrasi serta jenis pesan yang akan
namun jangkauan langsung menyebar ke
disampaikan untuk golongan warga kelas
seluruh pelosok yang masih terjangkau
atas, kelas menegah, dan kelas bawah
daya internet.
yang belum mampu. Namun dengan
Harga yang harus dikeluarkan juga menjadi
pertimbangan
utama
warga.
jumlah
Cukup
praktis
dengan
old
yang
pengguna
fashion
harus
media
jika
memecah
sosial
di
dari
Indonesia yang mencapai angka 75 Juta
penggunaan media sosial sebagai alat
pengguna, jelas merupakan cara yang
branding. Cukup dengan mengoptimalkan
lebih praktis jika branding dipusatkan
peran fitur di media sosial, maka pesan
kepada penggunaan media sosial.
akan sampai dengan sendirinya kedalam benak
masyarakat.
kekuatan
internet
Hanya satu
dengan
pesan
dapat
Namun begitu dari sisi efektifitas belum
dapat
dilihat
dengan
tepat,
dikarenakan fokus dari penelitian ini branding
tersebar ke banyak pihak, sesuai dengan
bukanlah
sifat internet, yakni many to many.
menggunakan media sosial. Efektifitas
Namun masih banyak juga tokoh politik
baru
yang
fashion
pemilihan tokoh politik tersebut. Namun
branding dengan pemasangan baleho,
dari banyaknya penelitian serta contoh
spanduk, hingga poster yang menonjolkan
studi kasus yang terjadi di lapangan, dapat
kemampuan
yang
dilihat bahwa penggunaan media sosial
ditawarkan oleh dirinya jika terpilih. Hal
sebagai sarana branding dapat berjalan
ini dikarenakan banyak tokoh politik yang
mulus. Dengan mengambil contoh studi
masih percaya bahwa pemilih yang tinggal
kasus pemilihan gubernur DKI Jakarta
di pelosok tidak mahir dan belum paham
pada tahun 2012, yang meloloskan Jokowi
akan penggunaan internet. Bayangkan
– Ahok sebagai pemenenang. Proses
dengan penggunaan media sosial, berapa
kampanye hingga branidng yang mereka
harga
Biaya
jalankan banyak menggunakan bantuan
sejenisnya
media sosial seperti facebook, twitter,
dapat diminimalisir dengan ketetpatan
hingga youtube. Sehingga tidk salah jika
mengedepankan
yang
pemasangan
serta
bisa
old
kelebihan
di
spanduk
hemat. dan
efektifitas
dapat
diukur
dari setelah
usainya
97
Jurnal komunikasi, Volume 8, Nomor 1, Oktober 2013
ada
kemungkinan
branding
yang
audience. Dikarenakan pengguna media
dijalankan dengan media sosial dapat
sosial masih besar diangka pengguna
menuai hasil yang positif.
remaja
yang
kelak
menjadi
pemilih
pemula, maka bahasa yang digunakan Penutup
adalah bahasa keseharian anak muda,
Banyaknya
keuntungan
yang
atau dapat dikatakan sebagai bahasa gaul.
ditawarkan dalam pengunaan media sosial
Bahasa
yang
diguakan
dalam
sebagai ajang branding tokoh politik, juga
penyampaian pesan sebaiknya adalah
tidak boleh lepas dari beberapa kunci
bahasa yang digunakan juga oleh audience
penting yang harus tetap diperhatikan.
sehari-hari.
Dikarenakan
termasuk
kalimat baku dapat dilebur menajdi lebih
untuk
lentur. Seperti salah satunya contoh
berkomunikasi dengan audience serta
penggunaan kata “tidak” dapat diganti
calon pemilihnya, maka sisi komunikasi
dengan kata “ngga”. Bahasa yang tidak
harus
didalamnya.
baku akan cepat melebur dan beradaptasi
Dalam hal ini, variabel yang dibutuhkan
dengan masyarakat, sehingga isi pesan
adalah kandungan message atau pesan
dapat lebih tercapai.
sebagai
media
salah
selalu
sosial
satu
alat
terkanding
Penggunaan
kata
serta
yang ingin di sampaikan kepada khalayak
Selain penggunaan bahasa yang
harus sesuai dengan target yang ingin
sesuai dengan situasi lingkungan sekitar,
dicapai. Hal lain yang juga menjadi
gambar yang berbau motivasi serta unik
variabel adalah sisi komunikatif atau
juga sebaiknya ikut disertakan dalam
terciptanya komunikasi dua arah dengan
pesan tersebut. Ada baiknya jangan hanya
audience sebagai calon pemilih.
menyampaikan kelebihan seorang tokoh
Ada kalanya sebuah tim sukses
secara
terang-terangan,
namun
tokoh politik tertentu terlalu terburu-buru
disampaiakn lewat kandungan tulisan
dan cepat dalam menyampaikan pesan
pesan. Seperti kata-kata motivasi, yang
lewat media sosial tanpa memperhatikan
secara tersirat menggambarkan bahwa
beberapa
Terkadang
tokoh tersebut mempunyai jiwa yang
hanya masalah kuantitas pesan yang
bijak. Penyampaian pesan, seharusnya
diperhatikan tanpa melihat sisi kualitas
tersirt untuk menggambarkan kandungan
atau kandungan pesan. Kampanye diri
pesan itu sendiri.
kaedah
tertentu.
atau branding yang disampaikan lewat
Lifestyle atau gaya hidup juga
pesan di media sosial harus sesuai dengan
menjadi salah satu jalan untuk masuk dan
keinginan serta target audience. Seperti
cepat beradaptasi dengan audience. Lewat
twitter, path, dan facebook pesan yang
tampilan
disampaiakan harus mempunyai bahasa
dijamannya, sebuah pesan akan cepat
yang selaras dengan masing-masing targe
masuk ke benak audience. Kita ambil
98
pesan
yang
sedang
trend
Faridhian Anshari, Komunikasi Politik di Era Media Sosial
contoj
penggunaan
video
You
Tube
memperdulikan masukan maupun kritik
“Parodi One Direction” yang ditujukan
dari audience sebagai si penerima pesan.
untuk memilih Jokowi dn Ahok untuk
Hal ini dapat dilihat dari banyaknya status
Jakarta baru. Video yang sudah di tonton
atau
orang hingga 10 juta kali ini, jelas
beberapa
mewakili lifestyle generasi muda sebagai
mengedepankan tulisan terkait dirinya,
pemilih baru. Tiga kunci utamanya yakni:
dan terlihat jarang menulis status yang
Video unik (parodi), lagu milik boyband
menyertakan
yang tengah naik daun One Direction, dan
audience mupun followers yang sudah
You Tube.
bertanya
tweet
di
media
tokoh
sosial
politik
balasn
atau
twitter
yang
mention
memberi
lebih
untuk
masukan.
You tube jelas menjadi wakil
Komunikasi yang baik dalam media sosial
media sosial dalam menyampaiakn pesan
memang harus selalu berbentuk dua arah.
lewat cara lain bukan hanya dalam bentuk
Namun yang terkadang menjadi kendala
tulisan kepada audience. Sedangkan pesn
adalah,
berbed yang ditawarkan adalah lewat
diberikan untuk kritikan yang diajukan
video unik, dimana rata-rata pengguna
oleh para audience. Sehingga terkadang
you tube lebih tertarik membuka youtube
terkesan, menghiraukan masukan dan
untuk browsing video unik serta lucu.
kritik yang diajukan oleh audience.
betuk
balasan
yang
harus
Parodi yang menjadi ciri khas lawakan
Didalam penyampaian komunikasi
Indonesia tahun 90an awal ditonjolkan
dua arah yang menggunakan balasa pesan
dlam bentuk lagu dan musik terpopuler
dari audience, juga tetap diperhatikan
pada saat itu. Sedangkan One Direction
bahasa
dengan lagunya yang berjudul What
digunakan.
Makes You Beautiful menjadi lagu paling
susunan kalimat, akan menggambarkan
populer dan di cari sepanjang tahun 2011.
karakter
Sehingga langkah yang diambil oleh tim
kedepannya, rangkaian kalimat tersebut
sukses Jokowi dengan membrandingkan
dapat membawa pandangan atau citra
lewat parodi lagu di Youtube menjadi
yang
salah satu titik balik penting dalam
disalahartikan oleh audience sehingga
kemenangan
mengakibatkan cercaan serta hujatan yang
Jokowi
Ahok
menjadi
gubernur DKI.
serta
rangkaian
Karena sang
positif
kata
lewat
tokoh
atau
yang
beberapa
politik.
bahkan
Serta
dapat
terus menerus oleh audiene, yang lebih
Selain penggunaan bahasa, sisi komunikatif juga perlu dijangkau oleh
dikenal
dengan
nama
media
sosial
bullying.
para tokoh politik yang membrandingkan
Sedangkan
peluang
lain
yang
dirinya lewat media sosial. Terkadang
dapat
pesan yang disampaikan hanya berbentuk
melalui branding lewat media sosial
komunikasi
adalah
satu
arah
tanpa
dijadikan
penelitian
pengukuran
lanjutan kecepatan 99
Jurnal komunikasi, Volume 8, Nomor 1, Oktober 2013
dapat
to Organizations” dalam Applied
dihitung dari penelitian secara kuantitatif
Social Psychology: Understanding
dan kualitatif. Hal lain yang belum diteliti
and Addressing Scial and Practical
lanjut adalah pengukran jumlah pesan
Problems. Frank W. Schneider, et.al
yang harus disampaiakan setiap harinya,
(Eds). Thousand Oaks: SAGE.
penyampaian
pesan,
sehingga
agar dapat dilihat sisi efektifnya.
Fitch, Kate. 2009. “Making friends in the Wild
DAFTAR PUSTAKA
West:
Singaporean
public
relations practitioners’ perceptions of working in social media” dalam
Anshari,
Faridhian.
Streaming
2013.
Sebagai
“Radio
6(2),
hal
1-14
Alternatif
http://www.prismjournal.org/filead
Corporate Branding. Studi Kasus
min/Praxis/Files/globalPR/FITCH.
Radio
pdf , diakses 3 Februari 2013
Streaming
Elti
Channel
Sebagai Corporate Branding ELTI Yogyakarta
Tahun
2012.
Tesis
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Jurusan
Komunikasi.
Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Finet,
Dayna.
2001.
“Sociopolitical
Environments and Issues” dalam The
New
Organizational
Handbook
of
Communication:
Advances in Theory, Research, and Methods. Fredric M. Jablin & Linda
Asih, Irsanti Widuri. 2011. “Media Sosial dan Politik: Sarana E-Democracy
L. Putnam (Eds). Thousand Oaks: SAGE
atau Sekadar Pepesan Kosong?”
Guervitch, Michael. , Coleman, Stephen.,
dalam Proceeding Semnas FISIP-
Blumler, Jay G. 2009. “Political
UT,
hal.452-465.
Communication -- Old and New
http://www.pustaka.ut.ac.id/dev25/
Media Relationships” dalam The
pdfprosiding2/fisip201131.pdf,
ANNALS of the Amreican Academy
diakses 21 Juli 2013
of Political and Social Science 625,
Chavez,
Jonathan.
2012.
#Fail:
The
Misuse of Social Media Campaign in
the
2012
US
Presidential
hal.164-182. http://www.ensani.ir/ , diakses 21 Juli 2013 Lipiainen, Heini dan Karjaluotto, Heikki.
Campaign.
2012. “Suggestions For B2B Brand
http://www.tcd.ie/policy-
On Surviving In The Digital Age.”
institute/assets/pdf/PL_Chavez_Ma
Journal University of Helsinki. Vol
rch12.pdf, diakses 22 Juli 2013
3, hal. 1-6.
Coutts, Larry M., & Gruman, Jamie A. 2005. “Applying Social Psychology 100
PRism
Momoc, Antonio. 2011. “New Media and Social
Media
in
the
Political
Faridhian Anshari, Komunikasi Politik di Era Media Sosial
Communication” dalam The 6th Edition
of
The
International
Toppi, Aino Maijja. 2012. “Corporate Brand
Communication
Through
Conference European Integration-
Social Media In industrial Setting.”
Realities and Perspectives, hal.556-
Journal University of Honolulu. Vol
562. http://www.proceedings.univ-
2. Hal 36-45.
danubius.ro/index.php/eirp/article/ view/797/725, diakses 21 Juli 2013
Wasesa,
Silih
Branding
Agung. &
2011.
Public
Political Relations.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Putra, Afdal Makkuraga. 2011. “Media Baru dan Fenomena Komunikasi Politik pada Pemilukada di Propinsi
Berita
Banten 2011” dalam Jurnal UMN
“Media Sosial Strategis Jaring Pemilih
Volume III Nomor 2 Desember,
Pemula”. Antara, Senin 3 Juni 2013,
hal.23-34.
14:43 WIB
http://library.umn.ac.id/jurnal/pub
http://www.antaranews.com/berita
lic/uploads/papers/pdf/b7eba2c9e4
/378094/media-sosial-strategis-
4a4aa1e8ce3b833fefde3b.pdf,
jaring-pemilih-pemula, diakses 21
diakses 22 Juli 2013
Juli 2013
Riaz, Saqib. 2010. “Effects on New Media Technologies on Political Communication” dalam Journal of Political Studies, Vol. 1, Issue 2 University of the Punjab Lahore, hal. 161-173. http://pu.edu.pk/images/journal/p ols/Currentissue-pdf/saqib10.pdf, Stieglitz, Stefan & Dang-Xuan, Linh. 2012. media
Kompas.com, 29 Mei 2013, 09:07 WIB http://nasional.kompas.com/read/2 013/05/29/09070488/Parpol.Seriu s.Garap.Media.Sosial, diakses 21 Juli 2013 “Aktor Politik Wajib Manfaatkan Media
diakses 21 Juli 2013 Social
“Parpol Serius Garap Media Sosial”.
and
political
Sosial”. www.ugm.ac.id, 7 Juni 2013. http://ugm.ac.id/id/berita/7884-
communication: a social media
aktor.politik.wajib.manfaatkan.medi
analytics
a.sosial, diakses 21 Juli 2013
framework.
http://www.researchgate.net/public ation/235632721_Social_Media_an d_Political_Communication__A_Social_Media_Analytics_Frame work/file/79e41512111a26d3f3.pdf , diakses 21 Juli 2013 101
Jurnal komunikasi, Volume 8, Nomor 1, Oktober 2013
102