Komunikasi Partisipatif pada Program Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) Peran pendamping, perangkat kelurahan serta tokoh masyarakat mempengaruhi aktvitas komunikasi yang berlangsung dengan sesama partisipan di kegiatan Posdaya Kenanga. Komunikasi pada Posdaya Kenanga diikuti dan dilakukan pengamatan secara langsung diberbagai kegiatan komunikasi yaitu rapat rencana kerja kegiatan Posdaya Kenanga dan Focused Group Discussion (FGD) serta rapat evaluasi kegiatan Posdaya Kenanga. Rapat kerja dan FGD diikuti sebanyak dua kali selama penelitian berlangsung, yaitu rencana kerja Posdaya Kenanga untuk 3 tahun kedepan dan FGD mengenai aspirasi masyarakat dan rapat evaluasi kegiatan Posdaya Kenanga. Informasi pendukung dan pembanding dilakukan untuk mengetahui komunikasi yang berlangsung selama kegiatan dilaksanakan dengan wawancara mendalam dan pengamatan berperan serta kepada partisipan yaitu kader, pendamping, perangkat kelurahan dan tokoh masyarakat. Rapat dilaksanakan dengan agenda menyusun rencana kerja Posdaya Kenanga untuk 3 tahun kedepan dilaksanakan di pelataran Masjid Nurul Yaqin pada hari Jumat, 2 September 2010 pukul 14.00 sampai dengan 16.00 WIB. Rapat seharusnya dilaksanakan pukul 13.00 WIB atau setelah shalat Jumat sesuai dengan undangan yang disampaikan kepada kader, dikarenakan hujan maka rapat ditunda pukul 14.00 WIB. Peserta rapat terdiri dari kader Posdaya Kenanga serta pendamping dari pihak P2SDM LPPM IPB. Jumlah peserta rapat sebanyak 15 orang yang terdiri dari 11 orang kader dan 4 orang pendamping dari P2SDM LPPM IPB. Sebelum menyusun rencana kerja kegiatan Posdaya Kenanga, perlu dijelaskan bahwa rapat yang dilaksanakan di pelataran Masjid Nurul Yaqin tidak membedakan posisi tempat duduk atau hijab antara kader dan pendamping baik laki-laki maupun perempuan, sehingga penyusunan rapat kerja diikuti seluruh kader dan pendamping secara fisik saling bertatap muka. Rencana kerja Posdaya Kenanga untuk 3 tahun kedepan dilakukan karena Posdaya Kenanga baru dibentuk di RW 05 Kelurahan Situgede pada tanggal 21 Mei 2010 berdasarkan SK Kelurahan Situgede. Rapat dibuka dan diarahkan oleh Koordinator Posdaya Kenanga, selanjutnya rapat diserahkan kepada pihak P2SDM LPPM IPB selaku pendamping untuk membantu dan mengarahkan kader menyusun rencana kerja Posdaya Kenanga.
104
Penyusunan rencana kerja diawali dengan pertanyaan oleh pendamping Ibu Mnt mengenai hambatan yang dirasakan kader di kegiatan Posdaya Kenanga. Hambatan yang dirasakan kader yaitu masih sedikitnya jumlah masyarakat yang ingin menjadi kader sehingga kader di Posdaya Kenanga belum lengkap dan masih menduduki pekerjaan yang ganda, seperti ibu Jwh selain sebagai Bendahara Posdaya Kenanga juga merangkap sebagai kader Bina Keluarga Remaja (BKR) di Posyandu Kenanga, dikarenakan sedikitnya jumlah masyarakat yang mau dan mampu menjalani kegiatan sebagai kader. Minimnya jumlah kader di Posdaya Kenanga dikarenakan tidak banyak dari masyarakat
yang
bersedia
menjadi
kader
untuk
membantu
sesama
masyarakatnya dengan ikhlas dan sukarela. Masyarakat cenderung melakukan pekerjaan untuk mendapatkan insentif atau uang. Rencana kerja Posdaya Kenanga di mulai dari bidang kesehatan, yang menaungi Posyandu dan Posbindu Lansia. Posyandu dan Posbindu Lansia telah melakukan aktivitas sebelum tergabung dengan Posdaya Kenanga. Posyandu dan Posbindu Lansia dimulai pada tahun 2000 dengan fasilitas yang belum lengkap, seperti belum memiliki tempat tidur untuk pemeriksaan, belum memiliki timbangan lansia, belum memiliki alat pengukur tekanan darah dan belum ada pemberian PMT untuk balita maupun lansia. Kegiatan yang dilaksanakan Posyandu dan Posbindu sebelum bergabung dengan Posdaya Kenanga antara lain pemeriksaan balita dan ibu hamil serta lansia setiap hari Rabu dan Kamis di minggu ke II setiap bulannya, memiliki bidan dan mantri yang dapat membantu memeriksakan kondisi kesehatan masyarakatnya, dan olah raga masyarakat setiap hari Minggu di lapangan RW 05. Rencana kerja yang dibuat oleh kader Posdaya Kenanga untuk bidang kesehatan meliputi pemenuhan PMT untuk balita dan lansia dengan mencari donatur dari masyarakat yang bersedia memberikan PMT setiap bulannya atau dari uang “keropak” masyarakat ketika mengunjungi Posyandu dan Posbindu yang digulirkan kembali untuk PMT, mengaktifkan kembali senam lansia satu bulan sekali yang sempat terhenti, pengadaan alat tekanan darah dan timbangan lansia yang belum dimiliki di Posyandu dan Posbindu, pengadaan Kartu Menuju Sehat untuk lansia agar dapat memantau kondisi kesehatan para lansia yang memeriksakan diri ke Posbindu, pengadaan Alat Permainan Edukatif (APE) untuk Bina Keluarga Balita yang dilaksanakan Posyandu untuk saling berbagi
105
mengenai tumbuh kembang anak, emosi anak, dan bakat anak dan pengadaan termometer. Penyusunan rencana kerja bidang kesehatan tidak hanya dilakukan oleh kader bidang kesehatan yang didominasinya ibu-ibu, tetapi kader dari bidang lain laki-laki atau pun perempuan turut memberikan saran untuk bidang kesehatan, seperti yang disampaikan oleh kader bidang pendidikan: “Untuk senam lansia perlu di buat seragam olah raganya, biar lansianya jadi semangat gitu pas senamnya” (Rhd). Usulan yang disampaikan Bapak Rhd disambut tawa seluruh kader dan pendamping yang menghadiri rapat kerja tersebut. Masukan yang disampaikan oleh Bapak Rhd menunjukkan bahwa seluruh kader terlibat dalam penyusunan rencana kerja kegiatan Posdaya Kenanga untuk tiga tahun kedepan, tidak hanya masing-masing kader yang melakukan penyusunan rencana kerja. Tidak adanya pemisahan atau hijab tempat duduk antara laki-laki dan perempuan serta tidak adanya batasan dalam menyampaikan pendapat membuat seluruh kader mengetahui rencana kegiatan Posdaya Kenanga di masing-masing bidang. Sehingga tidak mementingkan kebutuhan di masing-masing bidang, melainkan ikut memberikan masukan untuk kepentingan bersama di Posdaya Kenanga. Kegiatan pendidikan yang ada di RW 05 hanya Taman Pedidikan Agama (TPA) Nurul Yaqin. Adanya Posdaya Kenanga, bidang pendidikan membentuk PAUD yang belum ada di RW 05. Dibentuknya PAUD dikarenakan belum adanya pendidikan untuk anak dibawah usia 5 tahun, TPA Nurul Yaqin merupakan pendidikan yang diikuti oleh anak-anak usia Sekolah Dasar yaitu usia 5 hingga usia 12 tahun. Sebelumnya PAUD di RW 05 sudah pernah ada, tetapi terhenti karena alasan tertentu. Dibentuknya PAUD Kenanga diharapkan dapat membantu anak-anak balita yang berusia di bawah 5 tahun untuk mau sekolah dan belajar. Pembelajaran yang dilakukan di PAUD ditekankan pada bermain sambil belajar, anak-anak diharapkan merasa senang saat belajar. Materi belajar yang disampaikan di PAUD Kenanga antara lain mengenal huruf, mengenal angka, mengenal warna, mengenal buah, mengenal binatang dan mengenal jenis kendaraan. Pendidikan di PAUD Kenanga tidak ditekankan untuk bisa membaca dan menulis, seperti penuturan pendamping berikut: “PAUD itu sifatnya hanya belajar untuk mengenal dahulu, mengenal huruf, angka, warna bukan untuk mengajarkan membaca dan tulis. Kalau mereka (anak-anak) sudah mengenal huruf, angka dan warna tadi dan orang tuanya ada rezeki bisa melanjutkan ke TK yang memang diajarkan untuk membaca dan menulis” (Mnt).
106
Bidang pendidikan juga merencanakan untuk membuat perpustakaan atau taman bacaan warga, dikarenakan selama ini belum dimiliki RW 05. Masyarakat
mengharapakan
dibentuknya
taman
bacaan
warga
atau
perpustakaan dapat meningkatkan minat baca masyarakat selain untuk menambah pengetahuan dan wawasan juga untuk mengisi waktu luang yang bermanfaat. Pengadaan buku untuk perpustakaan dan taman bacaan warga dikoordinir dengan mencari bantuan dari donatur ataupun pihak lainnya. Setelah bidang pendidikan merencanakan kegiatan untuk 3 tahun kedepan, bidang ekonomi merencanakan untuk memperkenalkan home industry dodol talas lebih jauh lagi melalui pameran dan lokakarya. Home industry dodol talas sudah berjalan sejak tahun 2001 dan sudah banyak dari masyarakat yang mengenal dodol talas “Sawargi”. Tidak hanya dodol talas yang diproduksi oleh home industry “Sawargi” melainkan kerupuk talas, kerupuk wortel, dan asinan wortel seperti penuturan kader berikut ini: “Sekarang kan dodol talas sudah banyak yang tahu karena sudah sering ikut pameran, tetapi kita juga pengen untuk memperkenalkan yang lainnya seperti kerupuk talas, kerupuk wortel dan asinan wortel” (Asn). Bidang ekonomi selain memajukan home industry “Sawargi” juga membentuk Lembaga Keuangan Mikro (LKM), berupa simpan pinjam untuk menambah dan membantu usaha produktif masyarakat RW 05. Sebelumnya, LKM di RW 05 sudah pernah ada, namun karena pengurusan yang tidak maksimal serta proses pengembalian yang tidak lancar sehingga LKM terhenti. LKM yang direncanakan oleh kader dan pendamping Posdaya Kenanga adalah LKM yang tidak ada riba atau bunga, melainkan sistem bagi hasil sehingga peminjam tidak terbebani dengan bunga. Besaran biaya peminjaman pada LKM disesuaikan dengan usaha produksi yang dijalankan oleh peminjam, jika skalanya usaha produksi yang dijalankan sudah besar, peminjaman diberikan sebesar yang diinginkan, begitupun dengan skala usaha produksi kecil diberikan peminjaman sesuai dengan kebutuhannya, kisaran pinjaman pada LKM ditentukan di bawah 1 juta rupiah. Bidang terakhir yang melakukan rencana kerja adalah bidang lingkungan. Bidang lingkungan merencanakan kegiatan yang pernah dilakukan sebelum ada Posdaya Kenanga diaktifkan kembali seperti Gerakan untuk Lingkungan Sehat (GEuLIS), pelatihan kompos dan biopori. GEuLIS merupakan kegiatan yang
107
membuat kerajinan anyaman dari bahan ramah lingkungan seperti bungkus indomie, bungkus kopi, agar ibu-ibu dan remaja putri dapat memanfaatkan waktu luang, menambah kreatifitas yang bernilai ekonomi. Ibu-ibu yang pernah mendapatkan pelatihan GEuLIS di Pejaten Jakarta hendaknya mampu “menularkan” ilmu yang didapat di pelatihan kepada ibu-ibu dan remaja putri lainnya. Pelatihan kompos dan biopori pernah dilakukan yaitu untuk pelatihan kompos diikuti oleh 12 orang dari masing-masing RW di Kelurahan Situgede, dari RW 05 diwakilkan oleh 3 orang. Setelah diberikan pelatihan kompos tidak ada lagi kegiatan “perpanjangan tangan” dari yang mengikuti pelatihan kompos ke masyarakat RT lain di RW 05. Bidang lingkungan merencanakan agar setiap rumah mampu membuat pupuk kompos sendiri dari sampah rumah tangga masing-masing, tentunya dengan melakukan pemisahan sampah terlebih dahulu yaitu sampah kering dan sampah basah. Pengelolan kompos yang diawali dari rumah tangga sangat efektif untuk menjaga kelestarian lingkungan, seperti yang dijelaskan kader Posdaya Kenanga bidang lingkungan berikut: “Di Situgede ini tidak ada tempat pembuangan sampah, jadi selama ini warga mengumpulkan sampah yang ada kemudian dibakar bahkan ada yang membuang sampah rumah tangga di Sungai Cisadane, di Setu. Kalau di bakar, dilempar ke sungai, dilempar ke situ, itukan merusak lingkungan, maka dari itu hendaknya masyarakat disekitar sini membuat pupuk kompos sendiri dari sampah yang ada dirumah tangga masing-masing, selain menjaga kelestarian lingkungan juga bisa dijualkan, dapat uang, tetapi ya itu harus ada yang memulai dulu sebagai contohlah. Kalau sudah ada yang contohin, mudah-mudahanlah masyarakat sini mau mencoba karena sudah liat manfaatnya” (Ade). Pelatihan biopori telah diperkenalkan kepada masyarakat di RW 05, dan antusias masyarakat mengikuti pelatihan biopori sangat baik. Pelatihan biopori diawali dengan memperkenalkan alat yaitu bor tanah untuk membuat lubanglubang dengan kedalaman 30 cm dan diameter 10 cm. Biopori memiliki manfaat ganda dibandingkan pengelolaan kompos, biopori selain membuat lubang untuk menambah resapan air pada saat musim kering atau kemarau sampah organik yang ada di dalam lubang biopori sudah menjadi kompos dan bisa digunakan untuk pupuk tanaman hias dan tanaman obat keluarga. Pelatihan biopori hanya sekali dilakukan dan belum ada yang dipraktekkan oleh masyarakat di RW 05. Diharapkan kegiatan yang pernah dilakukan namun belum diterapkan dapat dilanjutkan dengan kehadiran Posdaya Kenanga di RW 05 Situgede.
108
Rapat rencana kerja kegiatan Posdaya Kenanga untuk tiga tahun kedepan di pending (tunda) karena waktu menunjukkan pukul 15.30 WIB serta adzan ashar telah berkumandang. Rapat yang dilaksanakan di pelataran masjid, menjadikan para kader dan pendamping melaksanakan shalat ashar berjamaah. Seusai shalat ashar, rapat dilanjutkan dengan Foccused Group Discussion (FGD) yang diarahkan oleh Bapak Pdj selaku Kepala P2SDM LPPM IPB. Agenda yang dibahas dalam FGD adalah untuk mengetahui aspirasi masyarakat (kader) mengenai kehadiran Posdaya Kenanga di lingkungan RW 05. Permasalahan yang ada di lingkungan RW 05 dan cara mengatasi permasalahan tersebut menjadi pertanyaan pembuka dalam FGD yang disampaikan oleh Bapak Pdj kepada kader. Satu persatu kader menyampaikan permasalahan yang ada di wilayah Situgede meliputi 1) pola pikir masyarakat yang masih rendah sehingga cenderung menilai program ataupun kegiatan yang ada merupakan pemberian bantuan dan dana, 2) kesadaran masyarakat yang kurang dalam hal kesehatan lingkungan dibuktikan dengan banyaknya sampah yang berserakan di halaman rumah dan jalan raya Kelurahan Situgede dan masih membuang sampah disembarang tempat seperti di sungai atau di setu, dikarenakan Kelurahan Situgede belum memiliki tempat pembuangan sampah akhir dan 3) peluang usaha dan ekonomi yang kurang karena tidak adanya Balai Latihan Kerja (BLK) dan sebagai besar mata pencaharian masyarakat Situgede adalah petani dan buruh tani. Lembaga yang ada di Kelurahan Situgede antara lain karang taruna, Lembaga Keuangan Mikro (LKM), Lembaga Pemeberdayaan Mayarakat (LPM), Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM), Posyandu, Posbindu, dan Pengajian mingguan. Tidak semua aktivitas kelembagaan yang ada aktif dilaksanakan, beberapa diantara terhenti seperti karang taruna,
dan LKM. Aktivitas
kelembagaan yang aktif dilaksanakan di Situgede adalah BKM, Posyandu, Posbindu dan Pengajian mingguan. Aktifnya kelembagaan tersebut dipengaruhi beberapa faktor yaitu: 1) Ketua BKM, Bapak Skn adalah masyarakat yang aktif dalam
kegiatan
di
lingkungannya
dan
Kelurahan
Situgede
disamping
pekerjaannya yang sebagai guru olahraga SMA Kornita, Ketua RW 05 dan Koordinator Posdaya Kenanga, 2) Kader di Posyandu dan Posbindu RW 05 terlibat aktif dalam PKK Kelurahan, 3) Masyarakat RW 05 memiliki antusias yang tinggi dalam setiap kegiatan agamaan seperti pengajian yang dilaksanakan
109
setiap hari Kamis di Masjid Nurul Yaqin dengan mendatangkan penceramah yang berbeda-beda tiap minggunya. Suasana FGD semakin sore terasa semakin santai antara kader dan pendamping namun tetap fokus. Para kader dengan bebas mengutarakan jawaban yang diajukan Bapak Pdj tanpa ada intervensi dan dominasi dalam menyampaikan pendapat terhadap pertanyaan yang diajukan. Selanjutnya Bapak Pdj
menanyakan
respon
masyarakat
terhadap
program
pemberdayaan
masyarakat yang ada di wilayah Situgede. Disampaikan oleh Koordinator Posdaya Kenanga bahwa respon masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakat yaitu kebanyakan program yang telah selesai dilaksanakan masyarakat yang terlibatpun selesai dalam melakukan kegiatan tersebut sehingga tidak ada keberlanjutan dari masyarakat untuk meneruskan kegiatan yang sudah dilaksakan. Partisipasi atau keterlibatan masyarakat RW 05 dalam program pemberdayaan masyarakat sangat baik karena sikap saling tolong menolong dan kegotongroyongan masih dilaksanakan untuk saling membantu satu sama lain. Berbeda di Kelurahan Situgede, seperti yang disampaikan salah satu kader kegiatan gotong royong sulit dilakukan, misalnya saja kegiatan bersih lingkungan disekitar Kantor Kelurahan Situgede yang dilaksanakan satu bulan sekali setiap hari Minggu, masyarakat dari RW 05 yang paling banyak terlibat, masyarakat dari RW lain sedikit sekali. Kebersihan lingkungan di sekitar Kantor Kelurahan Situgede merupakan tanggung jawab semua masyarakat, semua RW dan semua RT yang ada di Kelurahan Situgede. Kenyataan di atas juga disampaikan oleh kader yang menyatakan bahwa: “Pada umumnya masyarakat Situgede itu sulit sekali untuk melakukan kerjasama, sehingga RW 05 yang terdekat dengan Kantor Kelurahan Situgedelah yang aktif dan rajin mengikuti kegiatan yang ada di Kelurahan Situgede. Sebagian besar yang aktif terlibat dalam PKK kelurahan adalah ibu-ibu dari di RW 05” (Gst). Pertanyaan inti dari FGD disampaikan Bapak Pdj yaitu apa yang diketahui oleh kader tentang Posdaya. Koordinator Posdaya Kenanga mengatakan bahwa Posdaya adalah wadah bagi kegiatan-kegiatan yang sudah ada di RW 05, membentuk kegiatan yang belum ada di RW 05 serta mengaktifkan kembali kegiatan yang sempat terhenti. Kader dari bidang kesehatan juga menyampaikan pendapatnya bahwa:
110
“Posdaya itukan bukan saingan untuk program yang sudah ada justru program yang sudah ada karena posdaya diwadahi misalnya di KWTnya jadi sudah dirangkum menjadi suatu rangkaian, ibaratnya kegiatan yang sudah ada itu mutiaranya, Posdaya itu rantainya jadi disatukan menjadi keserumahan gitu kan. Jadi program yang sudah ada karena ada posdaya kita tingkatkan, kalau emang program yang belum ada kita bentuk, yang tadinya ada vakum, diaktifkan lagi gitu” (Asn). Harapan dari kader dengan adanya Posdaya Kenanga di RW 05 yaitu 1) dapat meningkatkan kesehatan masyarakat, 2) meningkatkan taraf hidup masyarakat dan 3) masyarakat dapat mandiri dengan memiliki usaha produksi sendiri seperti home industry. Koordinator Posdaya Kenanga juga mengatakan bahwa dengan adanya Posdaya Kenanga kinerja program lain tetap berjalan melakukan aktivitas masing-masing serta hambatan yang dialami dalam pengembangan Posdaya Kenanga belum terlihat jelas dan belum konkrit, kendala yang terjadi hanya jumlah kader yang masih sedikit dan terbatas sehingga kader masih melaksanakan kegiatan lebih dari satu bidang, namun hal itu bukan hambatan yang mengganggu aktivitas kegiatan Posdaya Kenanga. Partisipasi masyarakat terhadap Posdaya Kenanga menjadi pertanyaan FGD yang terakhir. Masyarakat di RW 05 dalam sikap kegotongroyongan dan tolong menolong masih baik untuk saling membantu satu sama lain. Partisipasi masyarakat RW 05 terhadap Posdaya Kenanga yaitu terlibat dalam gotong royong secara fisik dan gotong royong dalam materi. Gotong royong secara fisik dilakukan saat kerja bakti kebersihan lingkungan di sekitar RW 05 setiap minggunya sedangkan gotong royong dalam materi yaitu menjadi donatur untuk kegiatan Posdaya Kenanga seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk balita di Posyandu. Rapat rencana kerja dan FGD aspirasi masyarakat berjalan lancar dan fokus serta keterlibatan kader dalam menyusun rencana kerja, menyampaikan masukan, kritik serta pendapat sangat antusias. Setiap kader memiliki hak untuk bersuara tanpa ada intervensi dan dominasi dari Koordinator Posdaya Kenanga, sesama kader, maupun pendamping. Pertanyaan terakhir mengenai partisipasi masyarakat menjadi penutup dari kegiatan rapat rencana kerja serta FGD aspirasi masyarakat. Kegiatan FGD yang semula diarahkan oleh Bapak Pdj selaku Kepala P2SDM LPPM IPB dan pendamping diserahkan kembali kepada Koordinator
Posdaya.
Rapat
ditutup
mengucapkan hamdalah (Alhamdulliah).
pada
pukul
16.30
WIB
dengan
111
Rapat kedua yang diikuti adalah rapat evaluasi kegiatan Posdaya Kenanga setelah satu tahun. Rapat dilaksanakan di teras rumah Koordinator Posdaya Kenanga pada hari Sabtu tanggal 14 Mei 2011 pukul 16.00 WIB. Rapat evaluasi hanya dihadiri oleh kader di semua bidang yang ada di Posdaya Kenanga seperti bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lingkungan. Tepat pukul 16.00 WIB rapat dibuka oleh bendahara Posdaya Kenanga dengan mengucapkan salam dan Bismillahirrahmanirrahim.
Gambar 6 Posisi Tempat Duduk Peserta Rapat
112
Selanjutnya rapat diserahkan kepada Koordinator Posdaya Kenanga untuk melanjutkan rapat dengan agenda evaluasi kegiatan Posdaya Kenanga di masing-masing bidang. Sebelum evaluasi dimulai dari masing-masing bidang, Bapak Skn selaku Koordinator Posdaya Kenanga menjelaskan kembali mengenai Posdaya berikut ini: “Posdaya adalah forum silaturahmi, komunikasi, advokasi dan wadah kegiatan penguatan fungsi-fungsi keluarga secara terpadu. Ada inpresnya No 3 tahun 2010, instruksi presiden ya langsung itu mengembangkan Posdaya. Posdaya bertujuan untuk menanggulangi kemiskinan dan menjadikan masyarakat itu mandiri secara terpadu. Posdaya itu tidak mengganggu kegiatan yang sudah ada tetapi mewadahi semua kegiatan yang sudah berjalan” (Skn). Setelah menjelaskan sekilas mengenai Posdaya, Koordinator Posdaya Kenanga selanjutnya melakukan evaluasi kerja di masing-masing kegiatan Posdaya Kenanga. Kesempatan pertama diberikan Koodinator kepada bidang pendidikan, yaitu Ibu Ynh untuk menyampaikan evaluasi kerja kegiatan di bidang pendidikan. Berikut petikan dialog antara Ibu Ynh sebagai kader bidang pendidikan (KP) dengan Koordinator Posadaya Kenanga (Ko): KP
Ko KP
Ko KP Ko
: PAUD sudah berjalan selama 6 bulan, ada dua kelompok belajar usia 2 sampai 5 tahun, waktu belajar dari hari Senin sampai Rabu dari jam 9 sampai jam 11. Jumlah murid yang ada di PAUD kurang lebih ada 50 anak dibagi dengan dua kelompok, tutornya empat orang. Trus sarana dan prasarana, untuk APE kita sudah ada sebagian, kemarin kita udah dapat semacam proposal ke pemda dapat uang sebesar 1 juta udah kita beliin “tape” sisanya untuk tahun ajaran baru pak, kita mau nambah permainan lagi. Kemarin juga kita udah SK kelurahan udah ada, untuk SK dari Diknas kita sudah coba kesana kemarin, kita diminta persyaratan-persyaratannya : Apa syaratnya katanya? : Syaratnya ijazah dari tutor pengelola, trus minta surat izin dari tempat yang kita tempatinkan. Untuk tahun ajaran baru sudah mulai buka, kemarin sudah ada 2 orang yang daftar ya tetapi karena memang itu anak-anak, disuruh masuk aja dulu untuk pengenalan biar nanti waktunya nggak kaget lagi. : Ada kendalanya? : Kendalanya sih, selama ini ada ga bu yah, (“banyak” sambut suara dari kader yang lain diiringi tawa, pasti ada, sarana prasarana) : terutama sarana ya. Bidang kesehatan selanjutnya menyampaikan evaluasi kerja kegiatan
yang telah dilaksanakan. Berikut kutipan penjelasan evaluasi kegiatan bidang kesehatan yang disampaikan oleh Ibu Asn selaku ketua Posyandu: “Bidang kesehatan dilakukan untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat umum secara optimal yang terutama untuk kesehatan ibu dan anak. Perjalanan kita di kesehatan itu di Posyandu dan
113
Posbindu sudah rutin ya melaksanakannya. Dana sehat sudah 80 %, KB sudah 80% keatas. Program pengembangan sudah banyak seperti BKB, BKL, BKR kemudian ada dana sehat, catatan TOGA, pendataan Filariasis, ibu hamil juga menambah ada 6 orang. Di Lansia juga kehadiran lansia mencapai 70%-75% dibandingkan yang lainnya karena Posyandu kita udah mandiri Posbindu kita juga udah mandiri karena ditunjang dana sehat. Masalah kesehatan anak belum ada Bawah Garis Merah (BGM). Kendala di kita pasti ada ya, tetapi kesadaran masyarakat sudah baik untuk penimbangan, KB juga” (Asn). Saat evaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan, kader dari bidang lingkungan berhalangan hadir, dan bidang lingkungan belum memiliki kegiatan yang dilaksanakan. Berhalangan hadir dalam rapat telah disampaikan oleh kader bidang lingkungan kepada Koordinator Posdaya Kenanga dan kader bidang lingkungan telah membuat rencana kerja untuk kegiatan di bidang lingkungan. Rencana kerja yang disiapkan kader lingkungan disampaikan oleh Koordinator Posdaya Kenanga (Ko) namun dalam menyampaikan rencana kerja lingkungan ada beberapa masukan dari kader (K) berikut kutipannya: Ko
: Bidang lingkungan sudah menyiapkan rencana kerja yaitu 1) Akan dibuatnya kebun bergizi, karena wajib disetiap rumah harus ada kebun bergizi walaupun ga ada halaman minimal pake polybag. Jangan selalu manja untuk membeli sayur jadi nanti kalau mau masak tinggal ngambil. Insya Allah nanti disini dijadikan pembibitan, demplot bibit nanti masyarakat yang mau nanam tinggal ngambil disini. Lahan disini yang luas (perkarangan rumah Koordinator Posdaya Kenanga)dari pada tumbuh ilalang nanti dibikin demplot pembibitan, semua macam sayuran nanti ada, jadi nanti masyarakat silahkan ngambil kesini nanti diurus dirumahnya masing-masing karena tujuan Posdaya seperti itu untuk menjadikan masyarakat itu mandiri. Jadi lahan sedikit apapun harus dimanfaatkan, jadi untuk kita menambah gizi keluarga, 2) Akan memperbaiki saluran-saluran air, 3) membuat kompos. (ada masukan dari kader kesehatan untuk bidang lingkungan supaya dilakukannya biopori)
K Ko
: yang biopori itu pak,diprogramkan : Iya, biopori memang diprogramkan, karena nanti kita dikasih alatnya dari IPB, karena di kita di Kelurahan kalo ga salah ada yah. (kader bidang ekonomi menjelaskan)
K
Ko
: Dulukan waktu jaman saya (RW) tiap RT dikasih satu orang satu, itu satu RW dapat 4, RW satu RT seorang satu, iya pak Rhd satu, tapi udah lama atuh meureun, lupa meureun. Di saya masih ada. : Nanti kedepan, hasil dari biopori itu adalah untuk pupuk tanaman.
114
Bidang ekonomi di Posdaya Kenanga belum berjalan, sehingga belum ada evaluasi terhadap bidang ekonomi. Namun, bulan depan ibu-ibu sanggup untuk menjalankan LKM syariah, bukan LKM riba. LKM syariah diawali oleh masyarakat, dari masyarakat, dan untuk masyarakat. Setiap peminjam di LKM tidak akan dikenakan bunga, misalkan meminjam uang Rp.200.000,00 maka dikembalikan Rp. 200.000,00. Masalah LKM syariah menjadi pembicaraan menarik sesama kader, berikut kutipan dialog antara kader bidang pendidikan (KP), bendahara (B), dan Koordinator Posdaya Kenanga (Ko) Ko
KP B Ko KP
B KP B Ko
: Misalkan melakukan peminjaman ke LKM Posdaya Kenanga, nanti tidak dikasih bunga jadi pinjam dua ratus kembali dua ratus jadi terserah yang minjemnya mau ngasih berapa tapi jangan dipaksa. : Tetap ngasih tapi jangan dipaksa maksudnya : Seikhlasnya. : Karena maksudnya nanti riba. : Nggak soalnya jangan sampe seperti gini gitu ya, jangan ada buntut bunganya atau yang lainnya, sekedar ngasihlah gitu, mending kalo orangnya ngerti gitu kan. : Nggak Insya Allah kita kasih tau aja. : Iya ngasih, ngasih berapa saja. : Ga ada persen-persenan berapa peminjaman. : Kemaren ibu-ibu sudah sepakat, kemaren ibu-ibu karena pas arisan nanti yang bapak-bapak akan diundang, ibu-ibu arisan sepakat perbulan simpanan wajib Rp. 3000,00 dan simpanan pokok Rp.10.000,00. Karena kata ibu-ibu lebih baik gitu daripada nanti banyak bank-bank keliling. Setelah dilakukan evaluasi di seluruh bidang kegiatan Posdaya Kenanga,
Koordinator menyampaikan informasi mengenai rencana pengembangan dan peningkatan ekonomi keluarga khususnya kerajinan dan produk yang dapat dinikmati masyarakat RW 05. Peningkatan ekonomi keluarga dilakukan untuk pemberdayaan masyarakat dengan melaksanakan usaha produksi yang dapat dijangkau masyarakat dan berkelanjutan. Masyarakat diarahkan untuk mampu melakukan usaha sendiri guna memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga masing-masing, misalkan dengan memproduksi sate jamur yang dijual dengan harga Rp. 1000,00 dapat dijangkau oleh masyarakat dan produksi berjalan terus menerus. Setelah penjelasan Koordinator Posdaya Kenanga mengenai rencana peningkatan ekonomi keluarga, kader bidang ekonomi (KE) dan kader (K) lainnya memberikan masukan dan pendapat dan berikut kutipannya: KE
: Sebetulnya kalau kita mau mencari uang atau yang semacam kerajinan-kerajinan, gini ya yang pernah saya alami itu yang sampai sekarang udah gampang pemasarannya ya, kalau kerajinankerajinan yang lainnya itukan pasar yang sulit ya kan, kita bisa produksi tapi pasarnya susah. Contohnya mungkin semacam
115
K KE K KE
misalkan kayak dodol, kita bisa produksi tiap hari bu ya, tapi gak bisa masarin tiap hari ya. : ya, iya makanya kita pesanan aja. : Sekarang kalo jamur nih produksi tiap hari saya sanggup tiap hari : Tapi pelakunya gitu kan : Iya jadi kalo dijamur ini bukan saya omong kosong gitu, asal ada dananya pasarnya udah terbuka lebar, ga usah kita bikin yang macam-macam misalkan kayak kripik, kayak krispi itu pasarnya susah. Yang paling gampang jamur segar aja udah dibawa kepasar udah, kayak saya yang sekarang setiap hari. Cuma mungkin nanti secara terpisah ini punya Posdaya nanti saya yang ngebinanya, bisa begitu. Kalau mau mengajukan proposal tapi jangan tanggungtanggung, sekalian misalkan disini bikin kumbungnya sama isinya berapa ribu nah nanti dikelola bareng-bareng. Itumah setiap hari hasilin uang, itumah ga usah kita bikin apa nih kita susah-susah misalkan “euweuh numelina” (ga ada yang belinya) capek-capek. (disambut tawa para kader)
KE
K
Ko KE
: Saya sekarang bu ya punya pasar jamur 1 kuintal, saya cuma sanggup paling 30 kg- 20 kg itupun dua tiga orang, coba. Ini udah pasarnya udah terbuka lebar. Cuman kendala ya itu emang kalo di jamur modalnya besar terus terang aja. Karena saya sendiri juga pengorbanan saya selama 2 tahun 50 juta habis saya terus terang saja, baru ketemu. Jadi baru ketemu dijamur itu gampang diproduksi tapi jadinya yang susah. Jamur itu peluangnya besar, sebenarnya saat ini orang-orang kaya yang berusaha jamur itu, terus terang aja jadi karena emang modalnya besar ya, jadi karena yang mampu ya tingkat-tingkat atas aja. : Kita ga usah takut dengan modal sebesar itu, kalau kita misalkan mulai dengan kecil-kecilan juga bisa artinya mau setiap rumah juga bisa. Bisa secara pribadi masing-masing bisa atau kita mau berkelompok bisa cara kerjanya gimana, itumah banyak peluang. Jadi kalo masalah pasarnya jangan khawatir gitu saya udah punya. : Itu tiap hari “baraha” (berapa) pak ngirim? : Punya saya sekarang paling 12 kg, punya Hn 10 kg, dari Cangkrang juga ada tuh pak ngirim ke saya, paling sehari 30 kg-40 kg. Kalau jamur mah ga ada istilah hari libur ya, jadi dia mau hari Minggu kek tanggal merah dia mah waktunya panen kita harus panen tetap, diterima atau nggak, kecuali hari raya idul fitri dua minggu sebelum dan dua minggu sesudah ga ada pedagangnya jadi pada libur. Diakhir obrolan mengenai peluang usaha jamur, Bapak Rhd selaku kader
bidang pendidikan (KP) memberikan masukan, dan ditanggapi oleh Koordinator Posdaya Kenanga (Ko) dan kader (K) berikut kutipannya: KP
: Assalamulaikum wr wb. Jadi dari apa yang tadi diungkapkan para kader, maksud kita disinikan mengevaluasi. Jadi kita sejauh ini karena awalnya program kita belum tau belum tertulis gitukan, kalau mengevaluasi itukan berarti program-program apa yang telah tercapai dan apa yang belum tercapai. Ini berarti kan kita hanya pengalaman yang terjadi karena program itu belum dituangkan dalam
116
Ko KP
K KP
sebuah tulisan gitu ya. Nah ini saran saya kedepan gitu ya, jadi nanti perbidang nanti membuat program setahun kedepan, jadi apa-apa pencapaian selama setahun kedepan, itukan namanya program. : Ya, betul-betul. : Nanti mungkin tahun berikutnya kita dievaluasi, dalam bidang itukan ada misalkan poin ini-poin ini pencapaian, nanti rencana kerja nya bulan ini gitukan trus sampe setahun itu. Nah disitu kan kita ketahuan bidang apa yang belum tercapai, poin apa yang belum tercapai, itu apa kendalanya gitukan, nah nanti kita nanti kesananya akan berhasil. Karena selama ini kita berjalan begitu saja, karena program kita tidak ada walaupun intinya program yang sudah tinggal mengkolaborasikan dengan program yang ada itu kan tetap harus tercantum. Atau mungkin ada bidang lain yang misalnya termasuk ke bidang itu tetapi orang lain kita bisa ambil sebagai fasilitator dengan memberikan bimbingan. Jadi usulan saya kedepan seperti itu, jadi nanti kita setiap bidang itu memegang program setahun Posdaya Situgede RW 05 itu oh ini nih gitu kan, nanti kita mengevaluasi oh ini kiranya belum tercapai nih, bagaimana cara untuk mencapai ini, apakah misalkan dana kurang ya nanti kita cari bagaimana gitukan. Jadi mungkin itu ya saran saya. : Kalau di Posyandu kita sudah punya program pak. : Bagus gitu, kan selama ini yang tau hanya Posyandu saja, kami tidak tau gitu ya nanti kita saling tuker informasi mengenai program masing-masing gitu ya. Nanti ada evaluasi keseluruhan untuk mengetahui persentase Posdaya Situgede tahun ini adalah sekian persen, sekian persen yang belum tercapai gitu ya. Ya mungkin itu saja masukan dari saya kurang lebihnya mohon maaf. Assalamualikum wr wb. Koordinator memberikan tanggapan terhadap masukan dari Bapak Rhd
kader bidang pendidikan. Kedepannya Posdaya Kenanga Situgede dipilih oleh Pemerintah Kota Bogor dan IPB untuk melaksanakan P4 (Pusat Pelatihan Posdaya Pedesaan). Dari 68 Kelurahan yang ada di Kota Bogor, Posdaya Bina Sejahtera Pasir Mulya dan Posdaya Kenanga Situgede yang terpilih untuk melaksanakan kegiatan P4. Kedepannya saran yang disampaikan oleh Bapak Rhd sebagai kader pendidikan memang dilakukan untuk pengembangan P4, di Posdaya Kenanga. setiap bidang mempunyai rencana kerja yang ditempel di Sekretariat Posdaya Kenanga. Setiap rencana kerja kegiatan bidang Posdaya Kenanga langsung tersambung dengan internet, sehingga masyarakat yang berada jauh diluar Kota Bogor dapat melihat profil, rencana kerja, program bidang Posdaya Kenanga melalui internet. Koordinator Posdaya Kenanga juga menjelaskan ada “Kombudaya” yaitu komputer Posdaya untuk masyarakat. Masyarakat RW 05 dapat berlatih komputer dan dapat melihat perkembangan Posdaya yang ada di Indonesia. Posdaya Kenanga hendaknya memperbaiki kinerja di bidang masing-masing, bidang yang belum memiliki program harus
117
membuat rencana kerja. Posdaya Kenanga Situgede dijadikan sebagai percontohan Posdaya di Kota Bogor harus siap untuk menerima kunjungan baik dari pemerintah kota, pemerintah daerah, Posdaya yang lainnya baik tingkat lokal maupun tingkat Nasional. Informasi yang ada mengenai Posdaya disampaikan di rapat evaluasi tersebut,
seperti rencana Pemerintah Kota dan Badan
Pemberdayaan
Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) untuk melakukan lomba Posdaya tingkat Kota Bogor yang dilaksanakan bulan Agustus. Salah satu syarat untuk mengikuti lomba Posdaya tingkat Kota Bogor adalah 50% dari jumlah KK harus mempunyai kebun bergizi di masing-masing rumah. Setiap rumah diharapkan memiliki kebun bergizi meskipun tidak memiliki halaman yang luas tetapi bisa di minimalisir dengan menggunakan polybag, seperti menanam tomat, dan cabai. Setiap tiga bulan sekali Posdaya Kenanga melaporkan hasil evaluasi kegiatan bidang masing-masing ke Kantor Kelurahan Situgede, BPMKB, IPB dan Dinas yang terkait. Posdaya Kenanga diharuskan untuk membuat profil mengenai Posdaya, untuk lebih diketahui dan dikenal oleh masyarakat Jawa Barat pada umumnya dan Kota Bogor khususnya. Rapat evaluasi dilanjutkan dengan penyampaian informasi kepada seluruh kader mengenai dijadikannya Posdaya Kenanga sebagai learning center (pusat pendidikan) untuk sekolah-sekolah yang magang mengenai Posdaya. Posdaya Kenanga Situgede juga digabungkan dengan Posdaya Agrowisata karena mempunyai Setu yang menjadi pusat wisata dan rekreasi bagi masyarakat Kota Bogor. Selain sebagai agrowisata Posdaya Kenanga juga memperkenalkan makanan ringan dari talas seperti dodol talas, kerupuk talas khas Bogor. Menyambut Posdaya Agrowisata, Ibu Asn menyampaikan pendapatnya untuk kesiapan dari Posdaya Kenanga sebagai Posdaya Agowisata berikut kutipannya” “Kita jangan hanya menampilkan misalkan olahan seperti dodol, jamur, dan sebagainya, seharusnya dari ciri khas dari kita itu ada keterampilan oleh-oleh Situgede. Sebenernya di Situgede itu kan kita banyak kijing nyak, kijing di setu, itu kijing itu kan bisa dibikin bunga dibikin apa. Bisa dikembangkan sebagai oleh-oleh khas dari Situgede. Jadi kalo datang ke Situgede tidak hanya beli jamur dan dodol bisa membeli oleh-oleh buah tangan keterampilan itu, bisa dari kerang juga” (Asn). Pendapat lain juga disampaikan oleh kader untuk Posdaya Kenanga ke depannya yaitu:
118
“Untuk kedepannya nih, karena tujuan Posdaya kan mensejahterakan warga gitu, jadi jangan sampai kalo ada sesuatu itu malah dibuat-buat gitu, kita berjalan dengan apa adanya, emang itu hasilnya manfaat gitu ya, toh buat apa sih isinya bagus-bagus gitu ya tapi ya kenyataanya ga ad, ya percuma gitu” (Rhd). “Tapi juga mungkin kayak rencana kita mau bikin simpan pinjam udah dibayangkan amat sangat ricuh. Karena apa, terus terang dikita itu dari dulu-dulu seperti itu, jadi kalo bisa mah harus ada kriterianya, seperti apa-seperti apa gitu” (Ysf). “Tapi kayaknya gini juga sih pak, Posdaya yang tau baru kita-kita aja, karena sosialisasinya belum ada, minimal kita (kader) harus sosialisasi ke warga jangan cuma kita aja yang tau” (Ynh). “Nantikan ada safari Posdaya tiap RT pak. Setiap RT harus menjelaskan kepada warganya apa itu Posdaya, kegiatannya apa saja gitu” (Skn). Rapat evaluasi dilakukan dengan santai, tidak formal namun tetap fokus. Suasana rapat berlangsung dengan keakraban dan diselingi gelak tawa oleh sesama kader. Menjelang akhir rapat masukan, pendapat, kritikan satu persatu disampaikan para kader untuk Posdaya Kenanga agar lebih baik kedepannya. Hari semakin sore serta waktu semakin mendekati waktu ibadah shalat magrib dan dari masjid telah terdengar suara mengaji maka rapat evaluasi diakhiri pada pukul 17.30 WIB serta ditutup dengan mengucapkan Alhamdulliah oleh peserta rapat. Memiliki Akses yang Sama Kader
di
Posdaya
Kenanga
memiliki
akses
yang
sama
untuk
berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi serta pengambilan keputusan. Akses yang terlihat di Posdaya Kenanga adalah semua kader diundang untuk menghadiri rapat rencana kerja Posdaya Kenanga dan rapat evaluasi. Kehadiran kader dalam rapat tidak hanya mendengarkan informasi yang disampaikan melainkan terlibat aktif dalam penyampaian pendapat, masukan, serta kritikan. Dari dua rapat yang diikuti, keterlibatan kader dalam rapat sangat aktif dalam menyampaikan pendapat, serta di dalam rapat tidak ada intervensi untuk bersuara dan dominasi dalam berbicara. Penyampaian pendapat, masukan dan kritik dilakukan oleh kader untuk kemajuan Posdaya Kenanga, sedangkan permasalahan, hambatan diselesaikan secara bersama dan setiap pengambilan keputusan selalu dimusyawarahkan bersama kader. Dalam musyawarah, kader yang hadir bukan hanya sebagai peserta rapat melainkan terlibat dalam berpendapat. Kader diberikan ruang
119
dalam pengambilan keputusan, karena Posdaya Kenanga tidak dilaksanakan oleh satu orang kader melainkan banyak kader yang mempunyai hak dalam keterlibatan disetiap bidang kegiatan Posdaya Kenanga. Berjalannya kegiatan dalam Posdaya Kenanga ditentukan oleh peran serta dari kader di bidang masing-masing. Kader yang aktif dalam kegiatan Posdaya Kenanga serta terlibat dalam rapat dan memberikan kontribusi pemikiran dan ide menjadikan nilai tambah bagi kader tersebut. Habermas dengan konsep ruang publik memandang penting aspek akses bagi semua warga negara dalam pembangunan. Ruang publik menurut Habermas adalah wahana di mana setiap kepentingan terungkap secara gamblang, setiap warga masyarakat sejatinya memiliki akses yang sama untuk berpartisipasi, kemudian mereka terdorong untuk mendahulukan kepentingan bersama dan mencapai konsensus mengenai arah masyarakat tersebut ke depan dan menemukan solusi bersama dalam memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi. Fungsi ruang publik hanya dapat dicapai ketika telah terciptanya “Situasi Berbicara yang Ideal”. Situasi yang ideal adalah keadaan di mana klaim-klaim yang diperdebatkan dapat dibicarakan dan diargumentasikan secara rasional. Ruang publik merupakan jembatan interaksi antara penguasa dan masyarakat. Kekuasaan mencapai legitimasi dan pengakuan masyarakat serta memahami arah yang diinginkan masyarakat melalui dialog dalam ruang publik. Sementara masyarakat dapat menyuarakan kepentingannya agar dapat diakomodir oleh penguasa. Melalui ruang publik individu-individu serta berbagai kelompok masyarakat berusaha memperjuangkan hak-hak yang menyangkut eksistensi dan aspirasi hidupnya melalui tawar menawar, kompromi, dan konsensus. Tindakan komunikatif terjadi apabila masyarakat terbebas dari segala bentuk dominasi yang dilakukan antara pihak-pihak yang setara. Akses yang sama pada setiap kader dikarenakan masing-masing kader memiliki
tujuan
untuk
membantu
masyarakat
dengan
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, memberikan pelayanan kepada masyarakat, serta untuk kemajuan di wilayahnya. Kader mempunyai semangat dan motivasi dalam kegotongroyongan
sesama
masyarakat
untuk
saling
tolong
menolong.
Keterlibatan kader dalam setiap rapat tidak hanya duduk, diam dan mendengar melainkan
memperjuangkan
kepentingan
kepentingan perorangan ataupun pribadi.
masyarakat
bersama
bukan
120
Tabel 7 Akses secara teoritis dan hasil temuan lapang Teoritis
Hasil Temuan Lapang
Masyarakat memiliki akses yang sama untuk berpartisipasi, kemudian terdorong untuk mendahulukan kepentingan bersama dan mencapai konsesus mengenai arah masyarakat tersebut ke depan dan menemukan solusi bersama dalam memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi.
Kader memiliki akses untuk terlibat dalam setiap forum rapat dan diskusi melalui undangan. Dalam rapat dan diskusi kader dapat menyelesaikan permasalahan, hambatan yang sedang dihadapi untuk keberlangsungan Posdaya Kenanga ke depannya.
Munculnya Heteroglasia Mengikuti rapat dan terlibat dalam pengamatan berperan serta terhadap pelaksanaan kegiatan di masing-masing bidang Posdaya Kenanga menunjukkan keberagaman dari kader, baik keberagaman usia, gender, pendidikan dan pekerjaan. Berikut kutipan penuturan Bapak Skn selaku Koordinator Posdaya Kenanga melihat keberagaman kader baik dari sisi pendidikan, pekerjaan, usia dan jenis kelamin: “Kita tidak pilih-pilih orang untuk jadi kader. Mau dia orang kaya, miskin, punya pekerjaan, tidak punya pekerjaan, jadi kader tujuannya membantu sesama masyarakat dengan ikhlas dan sukarela. Kita ga pilih-pilih untuk jadi kader, siapa yang mau dan mampu hayo” (Skn).
Usia (Tahun) 6% 35%
24%
31-40 41-50 51-60
35%
>61
Pekerjaan
Pendidikan 17%
6%
6% 6%
12%
SR SD SMP
53%
12%
6%
Ibu Rumah Tangga Guru
6% 53% 23%
SMA
Konsultan Wiraswasta
S1 S2
Gambar 7 Keberagaman kader di Posdaya Kenanga
Petani Jamur
121
Kader yang ada di Posdaya Kenanga memiliki latar belakang pendidikan, pekerjaan, usia yang berbeda serta kesetaraan gender. Perbedaan usia dapat dijembatani dengan saling mengisi kelemahan atau kekurangan kader satu sama lain, kader yang berusia diatas 40 tahun serta telah memiliki banyak pengalaman dalam kegiatan sosial kemasyarakatan dapat memberikan pengetahuan kepada kader yang masih muda, sedangkan kader yang lebih muda masih memiliki motivasi dan semangat untuk mengikuti kegiatan sosial kemasyarakatan. Perbedaan usia yang dimiliki masing-masing kader tidak menghalangi dalam melakukan aktivitas pada kegiatan Posdaya Kenanga. Sebesar 35% usia kader di Posdaya Kenanga berkisar antara usia 31-40 tahun dan 41-50 , 24% kader berusia antara 51-60 tahun dan kader yang berusia > 60 tahun sebesar 6%. Banyaknya kader yang berusia produktif yaitu antara 31-50 dan 41-50 tahun menunjukkan bahwa kader telah memiliki pengalaman, baik pengalaman menjalani hidup maupun pengalaman mengikuti aktivitas kemasyarakatan. Kegiatan Posdaya Kenanga dilaksanakan oleh perempuan dan laki-laki, ini menunjukkan bahwa kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan sudah diterapkan. Selama ini diketahui yang mendominasi menjadi kader dalam kegiatan sosial kemasyarakatan adalah perempuan, namun sekarang laki-laki terlibat menjadi kader dalam kegiatan sosial kemasyarakatan terutama dalam kegiatan Posdaya Kenanga. Kader di Posdaya Kenanga didominasi oleh perempuan sebesar 61% dan laki-laki sebesar 39%. Kesetaraan dan keadilan gender dilakukan dengan tidak memihak antara laki-laki dan perempuan. Antara laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan untuk memenuhi kebutuhan sosial, kebutuhan dasar, dan kebutuhan ekonomi. Dalam kegiatan Posdaya Kenanga keterlibatan kader laki-laki dan perempuan adalah sama, baik perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pengambilan keputusan. Kaum laki-laki ataupun perempuan dalam Posdaya Kenanga bukan hanya sebagai pelengkap melainkan pelaku dalam setiap kegiatan. Kesetaraan gender menciptakan keadilan struktur dalam masyarakat. Kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan dilakukan untuk peningkatan kesejateraan yang bersifat pemberdayaan guna terjadinya keseimbangan fungsi dan peranan antara laki-laki dan perempuan yang lebih kondusif. Pekerjaan yang dimiliki kader Posdaya Kenanga sangat beragam, mulai dari ibu rumah tangga, guru, wiraswasta, petani jamur sampai konsultan kehutanan. Bebagai macam pekerjaan yang dimiliki kader Posdaya Kenanga
122
mempunyai tujuan dan motivasi yang bermacam-macam dan berbeda untuk terlibat dalam Posdaya Kenanga. Memiliki pekerjaan tetap tidak menghalangi kader untuk aktif dalam kegiatan Posdaya Kenanga pada pelaksanaan kegiatan maupun rapat rutin. Keterlibatan kader dalam Posdaya Kenanga meskipun telah memiliki pekerjaan tetap diyakini untuk dapat mengenal lingkungan disekitar tempat tinggal, dapat bersosialisasi sesama masyarakat dan memiliki jiwa sosial untuk saling membantu sesama masyarakat di lingkungan tempat tinggal. Pekerjaan kader sebanyak 53% adalah sebagai ibu rumah tangga ini dikarenakan sebagian besar kader yang ada di Posdaya Kenanga adalah ibuibu, 23 % memiliki pekerjaan sebagai guru yang mayoritas laki-laki, sedangkan wiraswasta sebesar 12 % serta petani jamur dan konsultan masing-masing sebanyak 6%. Beragam perkerjaan yang dimiliki dapat saling mengisi antara sesama kader. Pekerjaan sebagai guru dan konsultan serta memiliki pendidikan perguruan tinggi dapat memberikan pandangan, pengetahuan, ide, saran, serta kritikan yang membangun untuk kegiatan Posdaya Kenanga. Akan tetapi pendidikan SMA serta bekerja sebagai ibu rumah tanggapun mampu memberikan informasi dan pengetahuan mengenai keadaan di lingkungan tempat tinggal ini dikarenakan ibu-ibu lebih banyak menghabiskan waktu dirumah sehingga mengetahui kondisi serta situasi yang terjadi di wilayah tempat tinggalnya. Pendidikan yang dimiliki oleh kader menentukan pekerjaan yang dimiliki. Sebagian besar kader memiliki pendidikan setara SMA sebesar 59%, SMP sebesar 17%, serta pendidikan perguruan tinggi S1 sebesar 18% dan S2 sebesar 6%. Pendidikan menentukan pola pikir dari kader dalam menyampaikan pendapat serta melakukan sosialisasi di lingkungannya. Sistem pembangunan diharapkan untuk selalu dilandasi dengan konsep heteroglasia dan menghargai keberagaman dari individu, kelompok ataupun komunitas yang berbeda dari variasi usia, gender, pendidikan, pekerjaan, ekonomi, agama dan faktor budaya yang dapat saling mengisi satu sama lain. Pada Posdaya Kenanga konsep heteroglasia terlihat pada kader di masingmasing bidang baik bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lingkungan. Berbagai macam latar belakang yang dimiliki kader tidak menghambat aktivitas dalam kegiatan Posdaya Kenanga. Semakin memiliki keberagaman kader satu sama lain meningkatkan saling menghargai sesama kader dan aktivitas kegiatan Posdaya Kenanga berjalan hamonis, selaras dan seimbang.
123
Tabel 8 Heteroglasia secara teoritis dan hasil temuan lapang Teoritis
Hasil Temuan Lapang
Pembangunan selalu dilandasi oleh berbagai kelompok dan komunitas yang berbeda-beda dengan berbagai variasi ekonomi, sosial, dan faktor budaya yang saling mengisi satu sama lain.
Keberagaman kader dalam Posdaya Kenanga terlihat dari usia, gender, pendidikan dan pekerjaan. Keberagaman dimanfaatkan oleh kader untuk saling berbagi informasi, pengetahuan dan pengalaman dengan kader lainnya.
Terjadinya Poliponi Poliponi merupakan bentuk tertinggi dari dialog, dimana masyarakat atau partisipan memberikan pendapat, masukan tanpa ada intervensi, tanpa ada penekanan suatu pandangan atas pandangan lain dan tidak dominasi dalam menyampaikan ide, saran dan kritik. Poliponi merupakan bentuk ideal dari komunikasi partisipatif dimana perbedaan suara atau pendapat terjadi dengan menghubungkan berbagai perlakuan komunitas. Kesatuan poliponi terbangun dari suatu proses dialog. Mengikuti rapat serta FGD di Posdaya Kenanga, dapat terlihat bahwa tidak ada dominasi kader dalam kegiatan rapat. Rapat merupakan forum dalam penyampaian
informasi,
penyampaian
ide,
pendapat,
saran
dan
kritik,
penyelesaian permasalahan yang terjadi dan pengambilan keputusan secara musyawarah. Dalam penyampaian suara, tidak ada intervensi terhadap kader baik intervensi dari sesama kader maupun dari pendamping. Keterbukaan dalam penyampaian suara memberikan hak yang sama kepada kader tanpa ada penekanan atas pandangan kader yang satu dengan pandangan yang lain. Penyampaian suara dalam rapat merupakan bentuk kontribusi kader terhadap perkembangan dan kemajuan dari kegiatan yang dilaksanakan di Posdaya Kenanga. Rapat rencana kerja kegiatan Posdaya Kenanga serta FGD mengenai aspirasi masyarakat konsep poliponi terlihat dalam forum. Banyak pendapat, masukan, ide yang disampaikan kader dalam rapat rencana kerja dan FGD. Dalam menyusun rencana kerja tiga tahunan, kader banyak memberikan kontribusi untuk kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan tiga tahun kedepan. Kader dibantu pendamping dari pihak P2SDM LPPM IPB dalam menyusun rencana kerja,
sehingga
rencana
kegiatan
yang
dilaksanakan
diarahkan
oleh
pendamping. Semua kader terlibat dalam menyusun rencana kerja, tidak ada pemaksaan pendapat dalam rapat rencana kerja sehingga antara kader saling
124
mengisi pendapat satu sama lain. Banyak keinginan yang disampaikan kader dalam rapat rencana kerja untuk kegiatan Posdaya Kenanga yang dilaksanakan. Terlihat dalam forum bahwa kader menginginkan kegiatan yang dilaksanakan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar seperti dengan dibentuknya PAUD, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi balita dan lansia yang berkesinambungan dan LKM yang berbasis syariah (bagi hasil) bukan dengan riba (bunga). Kegiatan FGD mengenai aspirasi masyarakat dilakukan bersamaan setelah penyusunan rencana kerja Posdaya Kenanga tiga tahun kedepan. FGD mengenai aspirasi masyarakat memfokuskan mengenai permasalahan yang terjadi di wilayah Situgede, kelembagaan yang ada, mengetahui Posdaya dari sisi kader serta manfaat dan harapan Posdaya bagi kader Situgede. FGD dipandu oleh pendamping yaitu pihak P2SDM LPPM IPB, namun dalam mengutarakan jawaban, pendapat, masukan, kritik serta ide antara kader dan pendamping tidak ada pembatas, antara kader dan pendamping sejajar sehingga tidak ada yang merasa “digurui” ataupun “menggurui”. Dalam FGD satu persatu kader antusias menyampaikan pendapat, pandangan mengenai permasalahan yang terjadi, kelembagaan yang ada, respon terhadap program pemberdayaan masyarakat, partisipasi masyarakat, apa itu Posdaya, manfaat Posdaya dan harapan terhadap Posdaya di lingkungan RW 05 Situgede. Dalam memberikan masukan, pendapat serta kritik kader tidak dipaksa untuk menyampaikan suara. Konsep poliponi lebih terlihat jelas saat rapat evaluasi Posdaya Kenanga dilaksanakan. Dalam rapat evaluasi kegiatan Posdaya Kenanga yang telah berjalan 1 tahun, kader memberikan pendapat serta saran di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lingkungan. Saat forum penyampaian kinerja masingmasing bidang di Posdaya Kenanga, kader yang tanpa ditanya terlebih dahulu atau dipancing oleh Koordinator Posdaya Kenanga selaku moderator dalam rapat langsung memberikan pandangan serta saran dalam pelaksanaan kegiatan Posdaya Kenanga setahun yang lalu. Bahkan terjadi pula “interupsi” atau sanggahan dari kader di rapat evaluasi kegiatan di masing-masing bidang Posdaya Kenanga. Interupsi yang terjadi merupakan bentuk tidak adanya intervensi atau penekanan dan pemaksaan dalam menyampaikan pendapat maupun saran. Penyampaian pandangan, saran, kritik serta interupsi merupakan proses belajar bagi kader untuk saling menghargai pendapat sesama kader, saling belajar dalam menyampaikan suara, saling mengetahui kegiatan yang
125
dijalankan di masing-masing bidang dan saling memberikan dukungan terhadap kegiatan yang dilaksanakan di Posdaya Kenanga. Tabel 9 Poliponi secara teoritis dan hasil temuan lapang Teoritis Bentuk tertinggi dari dialog dimana suara-suara yang tidak menyatu meningkat menjadi terbuka, memperjelas satu sama lain dan tidak menutup satu sama lain.
Hasil Temuan Lapang Kader memiliki hak yang sama untuk bersuara serta tidak ada intervensi dalam menyampaikan pendapat, saran dan kritik. Interupsi merupakan salah satu bentuk poliponi dalam Posdaya Kenanga.
Komunikasi melalui Dialog Dialog adalah interaksi yang terjadi antara pendengar dengan pembicara atau antara pemimpin rapat dengan peserta rapat secara keseluruhan. Makna dari dialog adalah mengenal dan menghormati pembicara lain atau suara lain. Dalam dialog setiap orang memiliki hak yang sama untuk bicara atau untuk didengar, dan mengharap bahwa suaranya tidak ditekan oleh orang lain atau disatukan dengan suara orang lain. Posisi tempat duduk kader dan pendamping dari pihak P2SDM LPPM IPB pada rapat rencana kerja kegiatan Posdaya Kenanga, FGD dan rapat evaluasi kegiatan Posdaya Kenanga memberikan kontribusi dan partisipasi dalam menyampaikan suara, karena tidak ada penghalang atau hijab antara kader dengan pendamping sehingga secara fisik atau tatap muka saling berhadapan. Peserta rapat atau kader tidak hanya hadir, mengisi daftar hadir dan menjadi pendengar saat rapat berlangsung. Tidak adanya penghalang atau hijab antara kader laki-laki dan perempuan mempunyai peluang dan hak yang sama untuk berbicara atau menyampaikan pendapat. Secara fisik saling bertatap muka antara
kader
laki-laki
dan
perempuan
serta
pendamping,
memberikan
kesempatan untuk menyampaikan pandangan, saran, kritik serta ide untuk kemajuan Posdaya Kenanga dan memperkecil terjadinya perselisihan pendapat. Aktivitas komunikasi dalam rapat yang diikuti baik rapat rencana kegiatan kerja Posdaya Kenanga, FGD dan rapat evaluasi kegiatan di Posdaya Kenanga menginginkan penyampaian masukan, pandangan, dan kritik dari kader. Dalam rapat rencana kerja proses dialog terjadi antara kader dan pendamping dari pihak P2SDM LPPM IPB saat penyusunan rencana kerja Posdaya Kenanga tiga tahun kedepan. Pihak P2SDM LPPM IPB sebagai pendamping selalu memberikan kesempatan kepada kader untuk menyampaikan keinginan mengenai yang dilaksanakan Posdaya Kenanga. Kesempatan yang diberikan oleh pendamping
126
dilakukan untuk melihat partisipasi, kemandirian kader dan pengambilan keputusan yang dilakukan. Komunikasi berupa dialog antara kader dan pendamping terlihat ketika pendamping memberikan saran dan pandangan mengenai kegiatan yang dilakukan. Focused Group Discussion untuk mengetahui aspirasi masyarakat dilaksanakan dengan proses dialog antara kader dan pendamping. Pertanyaan yang diajukan oleh pendamping dijawab oleh kader dengan rinci kemudian terjadi komunikasi timbal balik untuk mendapatkan jawaban yang lebih tepat dan fokus. Dalam FGD pendamping menggali informasi dari kader mengenai situasi dan kondisi sosial kemasyarakatan di Situgede melalui dialog. Melalui dialog, rasa saling menghargai serta berbagi informasi terjadi dengan santai tetapi tetap fokus. Suasana dalam FGD berjalan santai dan penuh keakraban, pendamping dan kader sangat aktif memberikan jawaban dari pertanyaan pendamping mengenai aktivitas sosial di Situgede tepatnya di RW 05. Keakraban antara kader dan pendamping dalam dialog menciptakan kepercayaan satu sama lain karena telah saling mengenal dan merupakan bagian dari rekan kerja. Rapat evaluasi yang diikuti menghasilkan proses dialog yang lebih aktif. Dalam mengevaluasi kegiatan, kader aktif dalam memberikan pandangan, saran dan kritik terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan. Koordinator Posdaya Kenanga selaku pemimpin rapat memberikan kesempatan kepada kader untuk menyampaikan
kegiatan
yang
telah
dilaksanakan
serta
yang
belum
dilaksanakan. Proses dialog dalam rapat evaluasi terlihat dalam menanggapi kegiatan yang belum dilaksanakan. Kegiatan yang belum dilaksanakan memiliki hambatan atau kendala sehingga diperlukan untuk saling memberikan masukan dan saran agar kegiatan dapat dilaksanakan. Dialog dalam menyelesaikan atau mengatasi hambatan atau kendala dilakukan untuk mencari kesepakatan antara sesama kader. Melalui dialog terjadi saling menghargai sesama kader dan saling memiliki kegiatan dalam Posdaya Kenanga sehingga menimbulkan rasa tanggung jawab sesama kader untuk menyelesaikan permasalahan. Dialog merupakan proses yang tepat dalam penyelesaian masalah, mengatasi kendala atau hambatan serta pengambilan keputusan. Dialog membentuk rasa keterdekatan, kepercayaan serta emosi antara kader. Dialog menciptakan peluang rasa saling mengenal, saling menghargai, dan saling membatu sesama kader. Keterlibatan hubungan interpersonal antara kader dan pendamping terjadi melalui dialog. Di dalam dialog setiap kader memiliki hak yang sama untuk
127
berbicara atau untuk di dengar dan berharap bahwa suara kader tidak ditekan atau disatukan dengan suara kader yang lain. Sejalan dengan pendapat Freire bahwa dialog merupakan keharusan bagi kemajuan antara “guru-murid”. Melalui dialog dan komunikasi, murid dianggap bertanggung jawab dalam proses pembelajaran dan menjadi critical co investigators
dalam
dialog
dengan
guru.
Konteks
rapat
dalam
forum
pemberdayaan, pemimpin rapat membuka ruang dialog sehingga komunikasi antara pemimpin rapat dan partisipan tidak terkesan menggurui dan berlangsung setara. Freire juga menegaskan bahwa dialog merupakan hal yang esensial pada proses penyadaran. Fraire menggarisbawahi potensi yang luas dari dialog adalah semangat mempertahankan kekuatan bahasa sebagai alat yang mampu menanamkan dominasi maupun kebebasan. Melalui dialog dapat membawa seseorang untuk memaknai dunia dan mendorong transformasi sosial dan pembebasan. Tabel 10 Komunikasi dialog secara teoritis dan hasil temuan lapang Teoritis Dialog adalah komunikasi transaksional dengan pengirim (sender) dan penerima (receiver) pesan saling berinteraksi hingga sampai pada makna-makna yang saling berbagi. Esensi dari dialog adalah saling mengenal dan menghormati pembicara lain atau suara lain, sebagai subyek yang otonom, tidak lagi hanya sebagai obyek komunikasi.
Hasil Temuan Lapang Kader melakukan dialog dalam setiap mengatasi permasalahan hingga pada pengambilan keputusan. Forum rapat dan diskusi yang secara fisik (bertatap muka) menimbulkan komunikasi timbal balik (dialog).
Adanya Karnaval Konsep karnaval pada komunikasi pembangunan membawa ritual seperti permainan, parodi, dan hiburan. Karnaval pada komunikasi partisipatif adalah melakukan kegiatan dengan tidak formal dan diselingi humor. Anggota komunitas di dorong berpartisipasi dalam karnaval secara bebas. Karnaval tidak memiliki sanksi resmi. Ini merupakan lawan dari sesuatu yang serius dan otoratif dari Negara, agama, politik, dan doktrin-doktrin ekonomi. Karnaval dan pembangunan bermain secara berdampingan, masing-masing saling mengartikulasikan dan mengisi. Bahasa dan gaya dari komunikasi karnaval selalu berdasarkan pengalaman khalayak yang tidak dimediasi, menggunakan kosakata yang umum, fantastik, dan berbau pengalaman dari mereka. Karnaval menciptakan hubungan
128
interpersonal dan mempererat rasa kekeluargaan dan persaudaraan satu sama lain. Konsep karnaval pada Posdaya Kenanga dilakukan oleh bidang kesehatan, ekonomi, dan lingkungan. Karnaval yang digunakan merupakan bentuk untuk saling mengisi satu sama lain sehingga menimbulkan keakraban. Di bidang kesehatan karnaval terlihat setiap H-1 sebelum pelaksanaan kegiatan Posyandu dan Posbindu setiap bulannya. Pada hari sebelum penimbangan balita, periksa kondisi kehamilan serta periksa kondisi lansia, para kader melakukan kerja bakti kebersihan di Posyandu dan Posbindu. Kerja bakti dilakukan oleh semua kader, seperti menyapu, mengepel, mengelap kaca, membersihkan rumput serta menyapu halaman Posyandu dan Posbindu. Selain kerja bakti kebersihan para kader juga mempersiapkan peralatan yang akan digunakan seperti timbangan tripod, menyiapkan daftar balita dan ibu hamil, dan menyiapkan materi penyuluhan yang disampaikan. Kegiatan kerja bakti kebersihan dan persiapan peralatan dilakukan secara gotong royong dengan santai dan penuh canda tawa, ini dilakukan agar pekerjaan selesai dengan cepat dan tidak merasa capek. Bidang ekonomi memiliki konsep karnaval dalam melakukan kegiatannya seperti pembuatan dodol talas dan pengemasan dodol talas. Pembuatan dodol talas biasanya dilakukan sebanyak 3 hingga 5 orang. Proses pembuatan dodol memakan waktu yang lama yaitu sekitar 3 hingga 4 jam dan harus diaduk terus menerus. Pembuatan dodol talas harus dilakukan dengan santai, ada hiburan dan canda tawa, agar tidak jenuh, capek dan bosan. Berikut penuturan Ibu Jwh mengenai hiburan dalam pembuatan dodol talas: “Kalo ga diimbangi dengan ngobrol, ngelucu, denger lagu udah mah ngantuk, pegel ngaduk terus dan capeknya berasa. Kalo rame kayak gini kan (sambil ketawa) capeknya ga kerasa, tau-tau udah mateng aja dodolnya” (Jwh). Penuturan Ibu Asn mengungkapkan bahwa dalam pengemasan dodol jika tidak diselingi hiburan merasa bosen, berikut kutipannya: “Kalo bungkusin dodol dengan serius, ga ada ngobrol, ga ada yang usil, ga ada yang ngelucu, pegelnya berasa. Lah yang dibungkus kecil-kecil pastikan lama bungkusnya dan cepet capek. Tapi kan kalo ada yang ngobrol, ngelucu rame lah gitu jadi ga berasa gitu, satusatu lama-lama beres bungkusinnya” (Asn). Bidang lingkungan memiliki kegiatan kerja bakti kebersihan lingkungan satu minggu sekali dan satu bulan sekali. Satu minggu sekali dilaksanakan setiap
129
hari Jumat yang dinamakan “jumsih” (Jumat Bersih), sedangkan yang satu bulan sekali dilaksanakan setiap hari Minggu. Kegiatan jumsih dilaksanakan oleh ibuibu sedangkan yang hari Minggu dilaksanakan oleh seluruh warga baik laki-laki maupun perempuan. Dalam kegiatan jumsih dan kerja bakti hari Minggu selain untuk menjaga kebersihan lingkungan juga untuk mempererat tali kekeluargaan sesama warga RW 05. Kegiatan jumsih dan kerja bakti lingkungan dilakukan sengan santai, tidak formal dan diselingi obrolan. Melalui kegiatan kebersihan lingkungan juga dapat mengetahui kondisi keadaan lingkungan dan masyarakat sekitar
tempat
tinggalnya.
Kegiatan
kebersihan
lingkungan
meliputi
membersihkan saluran air, menyapu jalan dan halaman, membakar sampah, dan membabat rumput. Tabel 11 Karnaval secara teoritis dan hasil temuan lapang Teoritis
Hasil Temuan Lapang
Karnaval bersifat permainan, parodi dan hiburan bersama-sama. Proses ini dilakukan dengan tidak formal dan biasanya juga diselingi humor dan canda tawa. Karnaval tidak memiliki sanksi resmi.
Berlaku pada kegiatan bidang ekonomi, lingkungan dan kesehatan. Dilakukan dengan santai, tidak formal dan ada hiburan, diselingi obrolan dan canda tawa agar tidak capek dan bosan.
Ikhtisar Komunikasi partisipatif yang meliputi akses, heteroglasia, poliponi, dialog dan karnaval terjadi dalam kegiatan Posdaya Kenanga. Kader di Posdaya Kenanga memiliki akses yang sama untuk berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi serta pengambilan keputusan. Akses yang terlihat di Posdaya Kenanga adalah semua kader diundang untuk menghadiri rapat rencana kerja Posdaya Kenanga dan rapat evaluasi. Kehadiran kader dalam rapat tidak hanya mendengarkan informasi yang disampaikan melainkan terlibat aktif dalam penyampaian pendapat, masukan, serta kritikan. Kegiatan Posdaya Kenanga menunjukkan keberagaman dari kader, baik keberagaman pendidikan, pekerjaan, usia dan gender. Pada Posdaya Kenanga konsep hereoglasia terlihat pada kader di masing-masing bidang baik bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lingkungan. Berbagai macam latar belakang yang dimiliki kader tidak menghambat aktivitas dalam kegiatan Posdaya Kenanga. Memiliki keberagaman kader, meningkatkan saling menghargai sesama kader dan aktivitas kegiatan Posdaya Kenanga berjalan hamonis, selaras dan seimbang.
130
Keterbukaan dalam penyampaian suara memberikan hak yang sama kepada kader tanpa ada penekanan atas pandangan kader yang satu dengan pandangan yang lain. Penyampaian suara dalam rapat merupakan bentuk kontribusi kader terhadap perkembangan dan kemajuan dari kegiatan yang dilaksanakan di Posdaya Kenanga. Interupsi dalam rapat merupakan bentuk tidak adanya intervensi atau penekanan dan pemaksaan dalam menyampaikan pendapat maupun saran. Mengutarakan jawaban, pendapat, masukan, kritik serta ide antara kader dan pendamping tidak ada pembatas, antara kader dan pendamping sejajar sehingga tidak ada yang merasa “digurui” ataupun “menggurui”. Dalam rapat rencana kerja proses dialog terjadi antara kader dan pendamping dari pihak P2SDM LPPM IPB saat penyusunan rencana kerja Posdaya Kenanga tiga tahun kedepan. Komunikasi berupa dialog antara kader dan pendamping terlihat ketika pendamping memberikan saran dan pandangan mengenai kegiatan yang dilakukan. Dialog dalam menyelesaikan atau mengatasi hambatan atau kendala dilakukan untuk mencari kesepakatan antara sesama kader.
Melalui dialog terjadi saling menghargai dan saling memiliki kegiatan
dalam Posdaya Kenanga sehingga menimbulkan rasa tanggung jawab sesama kader untuk menyelesaikan permasalahan. Konsep karnaval pada Posdaya Kenanga dilakukan oleh bidang kesehatan, ekonomi, dan lingkungan. Karnaval bidang kesehatan dilakukan pada H-1 pelaksanaan Posyandu dan Posbindu dengan membersihkan lingkungan sekitar Posyandu dan Posbindu sebelum dilakukan penimbangan balita, periksa kondisi kehamilan dan periksa kondisi kesehatan lansia setiap bulannya. Di bidang ekonomi konsep karnaval telihat pada saat proses pembuatan dodol talas dan pengemasan dodol talas. Serta di bidang lingkungan konsep karnaval terlihat pada saat kebersihan lingkungan mingguan “jumsih” (Jumat Bersih) dan kerja bakti kebersihan lingkungan sebulan sekali setiap hari Minggu.
Tabel 12 Matriks komunikasi partisipatif pada Posdaya Kenanga Akses
Heteroglasia
Partisipasi Keberagaman: - Perencanaan - Usia - Pelaksanaan 31-41 : 35% - Evaluasi 41-50 : 35% - Pengambilan 51-60 : 24% Keputusan >61 : 6% Diundang Rapat - Gender Laki-laki : 39% Perempuan: 61% - Pendidikan SR : 6% SD : 6% SMP : 12% SMA : 53% S1 : 17% S2 : 6% - Pekerjaan IRT : 53% Guru : 23% Konsultan : 6% Wiraswasta: 12% Petani : 6%
Poliponi
Dialog
Karnaval
Tidak ada Intervensi dan dominasi dalam: - memberikan pendapat - memberikan saran - memberikan kritik Kader memiliki hak yang sama dalam bersuara
Tidak ada penghalang antara kader perempuan dan lakilaki memberikan peluang dan hak yang sama utuk berbicara dan didengar. Saling bertatap muka secara fisik menimbulkan komunikasi timbal balik (dialog). Sesama kader menciptakan kepercayaan dan saling menghargai satu sama lain. Menciptakan kesepakatan dalam mengatasi hambatan, penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan. Membentuk rasa kedekatan dan emosi antara kader.
Menciptakan keakraban masing-masing kader. Dilakukan dengan santai, tidak formal, ada hiburan, diselingi obrolan dan canda tawa agar tidak capek dan bosan. Karnaval dilaksanakan bidang kesehatan, ekonomi dan lingkungan. Bidang kesehatan kerja bakti bersih-bersih lingkungan sekitar Posyandu. Bidang ekonomi saat proses pembuatan dan pengemasan dodol talas. Bidang lingkungan dengan kerja bakti kebersihan mingguan dan bulanan.
131