KOMUNIKASI NONVERBAL DALAM MOTIF BATIK JEMBER DAN BATIK BONDOWOSO (STUDI ETNOGRAFI) Teguh Hari Widodo* Hery B. Cahyono ** *Alumni FISIP Universitas Muhammadiyah Jember **Staf Pengajar FISIP Universitas Muhammadiyah Jember Abstrak Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Nonverbal adalah tingkah laku atau gerak tubuh. Jadi komunikasi nonverbal adalah proses penyampaian pesan komunikator kepada komunikan melalui gerak tubuh (nonlisan). Komunikasi nonverbal dalam motif batik Jember dan batik Bondowoso ini mengacu kepada batik itu sendiri. Jember dan Bondowoso memang sama-sama didominasi oleh suku Madura, akan tetapi pemilihan motif batik sangat berbeda. Pemilihan sendiri lebih mengacu kepada hasil tani dari kedua tempat dan juga ingin mencari identitas supaya masyarakat lebih gampang membedakannya. Teori yang dipakai adalah teori dari komunikasi Etnografi komunikasi dan penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, dengan teknik purpossive sampling. Dan juga menggunakan teknik pengumpulan data, berupa teknik observasi nonpartisipan dan wawancara terbuka dengan narasumber. Makna yang terkandung adalah Jember penghasil tembakau, dan menjadi icon kota Jember sendiri logo untuk Pemkab dan UNEJ (Universitas Jember). Dan Bondowoso dengan daun singkong, yang menjadi bahan baku pembuat makanan khasnya yakni tape. Hasil penelitian bahwa motif batik Jember dan batik Bondowoso samasama didominasi oleh suku Madura, akan tetapi memiliki motif yang berbeda, antara motif tembakau dan motif daun singkong. Kata Kunci : Komunikasi Nonverbal, Motif Batik Jember dan Batik Bondowoso
Abstract Communication is the process of delivering a message from the communicator to communicant. Is nonverbal behavior or gestures. So nonverbal communicationis the process of delivering a message to the communicant communicator via gestures (nonverbal). Nonverbal communication in Jember batik and batik Bondowoso refers to it self. Jember and Bondowoso are both dominated by Madurese, but the selectionis very different motif. Self-selection refers more to farm produce from both places and also want to find the identity of the people that set it apart easier. The theory used is the theory of communication and communication Ethnographi cresearchuses descriptive qualitative research method, the purpossive sampling technique. And also use data collection techniques, such as nonparticipant observation and interview techniques with open source. The meaning is Jember tobacco, and an icon for the city of Jember regency own logo and UNEJ (Universitas Jember). And Bondowoso with cassava leaves, which became his trademark raw material food that tape. The results that Jember batik and batik Bondowoso equally dominated byMadurese, but have different motives, the motives of tobacco and cassava leaf motif. Key Words: Nonverbal Communication, Batik and Batik Bondowoso Jember
Jurnal Politico
PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu icon atau identitas yang menjadi kebanggaan kita sebagai warga negara Indonesia adalah ciri khas pakaian yang beranekaragam dan varian warna yang menunjukkan identitas kedaerahan disetiap kepulauan yang ada, salah satunya adalah Batik. Sejak 2 Oktober 2009, batik Indonesia sudah menjadi warisan dunia dan telah diakui oleh badan organisasi dunia PBB yakni UNESCO yang menaungi tentang pengetahuan dan budaya dari seluruh dunia. Batik Indonesia juga pernah diakui dan di klaim oleh Malaysia, bahwa batik adalah warisan dari negara Malaysia. Maka seiring dengan perkembangan otonomi daerah. Disetiap daerah sekarang ini sedang mencari identitas daerahnya masing-masing. Salah satunya dengan membuat motif batik dengan ciri khasnya masing-masing. Disetiap daerah pasti memiliki kekayaan alam ataupun ciri khas. Entah dari hasil bumi atau hasil tani, kebiasaan masyarakat, makanan khas dan lain-lain. Maka dari itu otonomi daerah sangat berpengaruh kepada perkembangan daerah itu sendiri. Jember dan Bondowoso sama-sama didominasi oleh suku Madura, akan tetapi memiliki motif batik yang berbeda. Perkembangan batik juga menyebabkan perkembangan bisnis yang ada di kabupaten Jember dan kabupaten Bondowoso. Toko-toko ataupun gerai-gerai yang menjual berbagai macam motif batik telah tersedia. Mulai dari batik cap hingga batik tulis. Bisnis dengan membuka toko-toko ataupun gerai-gerai batik ini menyebabkan persaingan antara pemilik maupun desainer antara yang satu dengan yang lainnya. Pemilik dan desainer berlomba-lomba membuat kreasi baru dengan model dan motif yang berbeda. Agar terlihat masih eksklusif dan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
Jurnal Politico
TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Komunikasi merupakan hal yang pasti dilakukan oleh manusia dalam kehidupannya, demikian juga dengan hewan. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dalam menjalani kehidupannya. Bahkan seorang bayi pun sudah dapat melakukan komunikasi, seperti ketika ia menangis itu bias jadi menandakan bahwa ia sedang lapar atau tidak nyaman. Maka jelaslah bahwa komunikasi adalah hal penting yang harus dipelajari dan dipahamai. Setiap perilaku dapat menjadi komunikasi bila kita memberi makna terhadap perilaku orang lain atu perilaku kita sendiri. Setiap orang akan sulit untuk tidak berkomunikasi karena setiap perilaku berpotensi untuk menjadi komunikasi untuk ditafsirkan. Definisi Komunikasi: Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa latin communico yang artinya membagi (Cherry, dalam Stuart yang dikutip Cangara,yang dikutip Ujang Saefullah 2007). Berarti membagi gagasan, ide atau pikiran antara seseorang dengan yang lain. Dalam definisi kontemporer, komunikasi merujuk pada cara berbagi pikiran, makna, pesan dianut secara sama. Sedangkan dalam makna lain, komunikasi yang dalam bahasa Inggris communication dan dalam bahasa Belanda communicate, berasal dari bahasa latin, yaitu dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini berarti sama dalam makna (Effendi dalam Ujang Saefullah 2007). Kata lain yang serupa dengan komunikasi adalah komunitas (community) yang juga menekankan pada kesamaan dan kebersamaan. Tanpa komunikasi maka tidak akan terbentuk komunitas. Komunikasi didefinisikan secara luas sebagai ‘berbagi pengalaman’. Secara terminologis, para ahli telah mendefinikan komunikasi dalam berbagai prespektif. Dalam prespektif filsafat,
komunikasi dimaknai untuk mempersoalkan apakah hakikat komunikator/komunikan, dan bagaimana ia menggunakan komunikasi untuk berhubungan dengan realitas lain di alam semesta (Rakhmat, dalam Ujang Saefullah). Dari prespektif psikologi, Hovland, Janis, dan Kelly (dalam, Rakhmat, yang dikutip Ujang Saefullah 2007) mendefinisikan sebagai “the process by which an individual (the communicator) transmits stimulus (usually verbal) to modify the behavior of other individuals (the audience)”. Maksudnya, proses di mana seorang individu (komunikator) menyampaikan stimulus untuk mengubah tingkah laku orang lain (komunikan). Kemudian dalam prespektif sosiologi, Collin Cherry (dalam buku severin 2005) mendefinisikan komunikasi sebagai usaha untuk membuat satuan sosial dari individu dengan menggunakan bahasa atau tanda, menganggap bahwa komunikasi sebagai proses interaksi antara orang untuk tujuan integrsi intrapersonal dan interpersonal. mengartikan komunikasi sebagi proses untuk mengubah kelompok manusia menjadi berfungsi (Rakhmat, 2007: 8). Ketiga pendapat ini menunjukkan bahwa sosiologi meneliti komunikasi dalam konteks interaksi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan kelompok. Tujuan kelompok itu dibangun dengan melakukan interaksi social antara satu kelompok dengan kelompok yang lain. Proses Komunikasi Komunikasi merupakan sebuah proses pernyataan, maka proses komunikasi dibagi dalam dua tahap (Effendy:2009:10-16) 1. Proses komunikasi secara primer yang merupakan proses penyampaian pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Dalam proses komunikasi secara primer ini tidak dapat dipungkiri bahwa bahasa memegang peranan yang sangat penting, terlebih dengan adanya
2.
bahasa sebagai simbol dapat menciptakan komunikasi yang efektif karena dengan adanya bahasa makna akan lebih mudah diterima daripada penggunaan simbolsimbol yang lain. Terkait dengan pernyataan tersebut Wibur Shramm menyatakan, bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of refrence). Yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection experience and meanings) yang pernah diterima komunikan. Proses kounikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Meski proses komunikasi jenis ini dapat menjangkau jutaan komunikan hanya dengan satu pesan namun proses komunikasi jenis ini dipandang tidak efektif karena umpan balik (feedback) yang diterima bersifat tertunda, sehingga komunikator tidak dapat mengetahui kerangka acuan komunikan. Proses komunikasi ini kerap atau dan biasanya terjadi dalam komunikasi massa.
Unsur-unsur yang Mendukung Proses Komunikasi Dalam proses komunikasi terdapat beberapa unsur yang menunjang terjadinya proses komunikasi, diantaranya adalah: 1. Sender adalah orang yang menyampaikan pesan 2. Encoding adalah penyandian sebagai proses pengalihan pikiran kedalam bentuk lambang 3. Message adalah pesan yang disampaikan oleh komunikator, yang merupakan seperangkat lambang makna
Jurnal Politico
4. Media adalah saluran atau perantara komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan 5. Decoding adalah proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya. 6. Reciver adalah komunikan yang menerima pesan dari komunikator. 7. Response adalah tanggapan, seperangkat reaksi komunikan setelah diterpa pesan. 8. Feedback adalah umpan balik, tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator. 9. Noise adalah gangguan yang tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikator yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator. Dengan adanya unsur-unsur tersebut maka perlu komunikasi dapat mengukur sejauh mana keefektifan komunikasi yang dilakukan. Hal ini dikatakan demikian karena dalam sebuah organisasi, komunikan memegang peranan yang sangat penting, bukan hanya sebagai proses interaksi antar anggota namun juga sebagai sarana penyampaian pesan berupa kebijakan. Komunikasi dalam sebuah organisasi juga berperan sebagai sarana kontrol terhadap kebijakan organisasi yang dijalankan. Komunikasi Nonverbal (Deddy Mulyana 2011, 341-342) Pada awal abad ke-20, seekor kuda Jerman bernama Hans yang dimiliki seorang guru sekolah dilatih perhitungan sederhana, misalnya menghitung benda benda yang diperlihatkannya kepadanya dihadapan khalayak. Hasil perhitugannya ditunjukannya denagn menggaruk tanah. Hans belajar penambahan, perkalian, pengurangan, dan pembagian. Ia pun bahkan dapat menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan pecahan. Dihadapan khalayak penonton, Hans dapat dapat memberikan jawaban yang benar mengenai jumlah penonton, menghitung jumlah benda,
Jurnal Politico
dan memberitahukan tanggal berapapun yang ditanyakan padanya. Hans ternyata “cerdas”, padahal ia tidak menguasai bahasa verbal. Ia hanya memberikan jawaban yang benar atas suatu pertanyaan sejauh penanya mengetahui jawabannya dan sejauh berada didekat manusia. Apa rahasianya? Ternyata semua penanya, khususnya pemiliknya sekaligus gurunya, memberi hans isyarat-isyarat halus yang menunjukkan kapan ia harus berhenti menggaruk tanah. Tubuh penanya itu akan lebih santai, wajahya tampak lega dan membuat sedikit gerakan kepala yang merupakan tanda bagi Hans untuk menggerakkan kakinya. Seorang peneliti memutuskan menguji Hans dengan menempatkan pelatih pada posisi yang tidak memungkinkan kuda itu melihatnya. Semua kemampuan bahasa Hans menghilang, dan ia tidak lagi mampu menjawab satu pertanyaan pun. Ia sepenuhnya bergantung pada ekspresi wajah dan isyarat tubuh gurunya yang bahkan tidak disadarinya, untuk menjawab setiap pertanyaan. Meskipun Hans cerdas, jelas ia tidak memiliki kemampuan verbal. Akan tetapi, ia mendemonstrasikan pentingnya komunikasi nonverbal. Menurut Knapp dan Hall (Deddy Mulyana 2011, 342-343), isyarat nonverbal, sebagaimana simbol verbal, jarang punya makna denotatif yang tunggal. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah konteks tempat perilaku berlangsung. Misalnya melihat mata orang lain dapat berarti afeksi dalam satu situasi dan agresi dalam situasi lain. Makna isyarat nonverbal akan semakin rumit jika kita mempertimbangkan berbagai budaya. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter (Deddy Mulyana 2011, 343-344), komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh
individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima; jadi definisi ini mencakup perilaku yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan; kita mengirim banyak pesan nonverbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bermakna bagi orag lain. Sebagaimna kata-kata kebanyakan isyarat nonverbal juga tidak universal, melainkan terikat oleh budaya, jadi dipelajari, bukan bawaan. Sedikit saja isyarat nonverbal yang merupakan bawaan. Kita semua lahir dan mengetahui bagaimana tersenyum, namun kebanyakan ahli bahwa dimana, kapan, dan kepada siapa kita menunjukkan emosi ini dipelajari, dan karenanya dipengaruhi oleh konteks dan budaya. Klasifikasi Komunikasi Nonverbal Menurut R L. Birdwhistell (Deddy Mulyana 2011, 351-353), 65% dari komunikasi tatap-muka adalah nonverbal, sementara menurut Albert Mehrabian, 93% dari semua makna sosial dalam komunikasi tatap-muka diperoleh dari isyarat-isyarat nonverbal. Dalam pandangan Birdwhistell, kita sebenarnya mampu mengucapkan ribuan suara vokal, dan wajah kita dapat menciptakan 250.000 ekspresi yang berbeda. Secara keseluruhan, seperti dikemukakan para pakar, kita dapat menciptakan sebanyak 700.000 isyarat fisik yang terpisah, demikian banyak sehingga upaya untuk mengumpulkannya akan menimbulkan frustasi. Seperti bahasa verbal, bahasa nonverbal suatu kelompok orang juga tidak kalah rumitnya. Bahasa Tubuh (Deddy Mulyana 2011, 353) Bidang yang menelaah bahasa tubuh adalah kinesika (kinesics), suatu istilah yang diciptakan seorang perintis studi bahasa nonverbal, Ray L. Birdwhistell. Setiap anggota tubuh seperti wajah (termasuk senyuman dan pandangan mata), tangan, kepala, kaki, dan bahkan tubuh secara
keseluruhan dapat digunakan sebagai isyarat simbolik. Karena kita hidup, semua anggota badan kita senantiasa bergerak. Lebih dari dua abad yang lalu Blaise Pascal menulis bahwa tabiat kita adalah bergerak; istirahat sempurna adalah kematian. Penampilan Fisik (Deddy Mulyana 2011, 391-392) Perhatian pada penampilan fisik tampaknya Universal. Sekitar 40.000 tahun lalu orang-orang purba mengguakan tulang untuk dijadikan kalung dan hiasan tubuh lainnya. Bukti-bukti arkeologis menunjukkan bahwa sejak saat itu orang-orang sangat peduli dengan tubuh mereka. Mereka mengecatnya, mengikatkan sesuatu padanya, dan merajahnya untuk terlihat cantik. Mengecat wajah masih lazim di beberapa bagian Afrika, Amerika Selatan, beberapa suku Indian Amerika dan suku Aborigin di Australia. Lipstik yang digunakan kaum wanita sebenarnya mempunyai sejarah yang panjang. Wanita wanita zaman primitif menghiasi wajah mereka dengan tattoo atau coreng moreng lainnya. Busana Nilai-nilai agama, kebiasaan, tuntutan lingkungan (tertulis atau tidak), nilai kenyamanan, dan tujuan pencitraan, semua itu mempengaruhi cara kita berdandan. Bangsabangsa yang memiliki empat musim yang berbeda menandai perubahan musim itu dengan perubahan cara mereka berpakaian. Di India dan Myanmar, busana bisnis lebih casual dari pada Eropa. Seringkali mereka mengenakan busana tradisional, seperti yang juga di lakukan orang Arab ketika mereka berbisnis dengan orang luar. Setiap fase penting dalam kehidupan sering ditandai dengan pemakain busana tertentu, seperti pakaian tradisional ketika anak lelaki di sunnat, toga ketika kita diwisuda, pakaian pengantin ketika kita menikah, dan kain kafan ketika kita meninggal.
Jurnal Politico
Karakteristik Fisik (Deddy Mulyana 2011, 397-399) Seorang pria berwajah klimis boleh jadi pertanyaan kepada pria lain yang berjenggot, “Mengapa Anda Berjenggot”? padahal pertanyaan “Mengapa Anda berwajah Klimis?” sama sahnya untuk diajukan kepadanya. Pria muslim berjenggot sering dipersepsi sebagai fanatik dan fundametalis, tetapi tahukah anda bahwa wajah klimis konon melambangkan wajah-wajah para atlet Yunani. Karakeristik fisik seperti daya tarik, warna kulit, rambut, kumis, jenggot, dan lipstik jelas dapat mengkomunikasikan sesuatu. Suatu studi menunjukkan bahwa daya tarik fisik merupakan ciri yang penting dalam banyak teori kepribadian, meskipun bersifat implisit. Orang yang menarik secara fisik secara ajeg dinilai lebih pandai bergaul, luwes, tenang, menarik, hangat secara seksual, responsif, persuasif, dan berhasil dalam berkarier daripada orang yang tidak menarik. Wajah wanita kebarat-baratan (Deddy Mulyana 2011, 398) dengan hidung mancung, dagu lancip, dan kulit putih, kini menjadi dambaan banyak wanita Indonesia. Wajah indo yang kini sering muncul dalam film layar lebar dan sinetron kita dalam tiga dekade terakhir ini, seperti Meriam Bellina, Sophia Latjuba, Bella Saphira, Wulan Guritno, Tamara Bleszynski adalah idola penonton wanita kita. Dengan menampilkan wajah Eurasia itu, wanita kita dapat mengidentifikasi diri dengan si tokoh dan hal ini diasumsikan dapat menjadi pemicu yang membuat film atau sinetron laku di pasaran. Ironisnya, bahkan film Roro Mendut garapan Amy Prayono tahun 1983 yang didasarkan novel Y.B Mangunjiwa, juga diperankan oleh Meriam Bellina. Padahal, Roro Mendut dilukiskan sebagai wanita Jawa asal pesisir yang “berkulit seperti kayu jati muda dan hitam manis”. Diam (Deddy Mulyana 2011, 424-427) Ruang dan waktu adalah bagian dari lingkungan kita
Jurnal Politico
yang juga dapat diberi makna. John Cage mengatakan, tidak ada sesuatu yang disebut ruang kosong atau waktu kosong. Selalu ada sesuatu untuk dilihat, sesuatu untuk di dengar. Sebenarnya, bagaimanapun kita berusaha untuk diam, kita tidak dapat melakukannya. Amatullah (Jyly) Armstrong, seorang sufi wanita Astralia, mengatakan bahwa musik terindah baginya adalah keheningan malam saat ia berdoa kepada Allah. Penyanyi dan penulis lagu Paul Simon, mungkin paling diingat karena lagunya “The Sound of Silent” (Suara Diam). Bagi sebagian orang, judul lagu yang dinyanyikan Simon dan Garfunkel ini tampaknya mengandung kata-kata yang bertentangan, namun lagu itu menunjukkan kekuatan diam ketika kita berkomunkasi. (Deddy Mul Etnografi Komunikasi Setiap masyarakat memiliki sistem komunikasi sendiri-sendiri, maka dengan sendirinya demi kelangsungan hidupnya, setiap masyarakat dapat membentuk kebudayaannya. Kebudayaan mencakup semua hal yang dimiliki bersama oleh suatu masyarakat. Suatu kebudayaan mangandung pola kebiasaankebiasaan suatu masyarakat, seperto dalam bidang ekonomi, religi, hukum, kesenian, dan lain sebagainya (Kuswarno.2008.8-9). Dari sekian banyak kegunaan budaya, para pakar antropologi budaya percaya bahwa bahasalah yang memegang peranan utama dalam perkembangan budaya manusia. Kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang realita yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya, sangat tergantung pada bahasa. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif, yakni metode penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi,
berbagai situasi atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada dimasyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi ataupun fenomena tertentu (Bugin:2007:68). Meskipun metode deskriptif kualitatif masih dipengaruhi oleh format penelitian deskriptif kuantitatif, namun terdapat perbedaan yang sangat mendasar diantara keduanya yakni: apabila deskriptif kuantitatif hanya meneliti pada ranah permukaan sehingga hasil penelitiannya pun bersifat global dan memiliki kevalidan yang rendah. HASIL DAN PEMBAHASAN Batik Labako desa Sumberpakem, Sumberjambe Bapak Mawardi, yang merupakan turunan ketiga dalam memproduksi usaha batik tulis miliknya dan hampir sebesar 80% merupkan pesanan. Awal usahanya dimulai pada tahun sebelum 60’an, yang pertama kalinya dirintis oleh neneknya sendiri. Dalam usahanya, pasti ada pasang surut, itu juga yang dialami oleh batik tulis Labako, pernah sempat vakum selama 5 tahunan tidak memproduksi. Kendala awal yang dialami oleh batik tulis Labako adalah masalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang rata-rata tidak mengerti budaya pembatikan itu sendiri. Namun dengan seiring dengan berjalannya waktu masyarakat di sekitar batik tulis Labako itu sendiri mulai mengerti dan paham cara membatik dengan benar. Batik tulis Labako sendiri saat ini memperkerjakan kurang lebih hampir 40an pekerja, yang tentu saja mempunyai tugas yang berbeda-beda, diantaranya adalah yang nyolet 7 orang, proses pencelupan 3 orang, proses penggambaran 2 orang, dan proses pembatikan 30an orang lebih.
Untuk bahan-bahan kain sendiri dikirim langsung dari Jogja, Solo, dan Pekalongan, kalau untuk Jember sendiri sifatnya hanya membantu. Kain sendiri memiliki tingkatan yang berbeda kualitasnya. Untuk yang murah sendiri namanya kain prima, setelah kain prima adalah kain primisima. Dan untuk kain yang kualitas bagus dan mahal adalah kain sutra. Batik tulis Labako hanya memproduksi batik tulis dan batik semi tulis. Batik semi tulis adalah proses pembuatan motif dengan cara ditulis dan dicap. Tidak memproduksi batik cap, karena menjaga kualitas. Selisih dari batik tulis dengan batik semi tulis sebesar 20 ribuan, sedangkan selisih untuk batik tulis dengan batik cap bisa mencapai 40 ribuan. Karena tingkat kerumitan batik tulis lebih sulit. Semenjak Malaysia mengklaim bahwa batik adalah salah satu warisan budayanya, sejak saat itulah batik tulis Labako dibanjiri permintaan secara tidak langsung omsetnya naik tajam karena dari pemerintah sendiri sangat mendukung. Awalnya batik tulis Labako diproduksi hanya untuk masyarakat pedesaan menengah kebawah. Tembakau, kakau, bambu, mangga, pohon kelapa itulah sebagian dari motif yang pernah dibuat oleh batik tulis Labako, dan masih banyak lagi motif lainnya. Semua motif yang pernah dibuat oleh batik tulis Labako telah di modifikasi agar terlihat baru, tetapi kadang juga mengikuti dan menyesuaikan permintaan pasar dan pembeli. Untuk warna sendiri batik tulis Labako mengikuti selera pasar dan pembeli, juga mengikuti trand tahunan. Misalnya pada tahun 2011 sampai dengan 2012 pembeli dan permintaan pasar sangat banyak menyukai warna ungu. Dan untuk tahun sekarang 2013 warna orange yang sangat disukai oleh permintaan pasar maupun pembeli. Agar pembeli tidak merasa bosan. Banyak juga instansi-instansi yang memesan batik tulis Labako, contoh misalnnya
Jurnal Politico
adalah dinas pariwisata, dinas peternakan dan masih banyak lagi. Ada juga lembaga militer yag memesan disini. Kodim dan ibu-ibu dharma wanita. Sampai saat inipun batik tulis Labako juga masih memproduksi untuk masyarakat kalangan bawah. Karena memenuhi permintaan pembeli dan di sekitar lingkungannya juga masih banyak yang menengah kebawah. Apalagi beberapa bulan kedepan Jember sendiri akan mengadakan event tahunan yakni Bulan Berkunjung Jember (BBJ) yang puncaknya adalah Jember Fashion Carnaval (JFC), jadi batik tulis Labako menerima banyak permintaan pesanan dari adanya event tahunan yang akan diadakan di Jember. Rumah Batik Rolla Ir. Iriane CHM. Rolla, Amd. Adalah pemilik dari rumah batik Rolla. Ibu yang memiliki dua anak perempuan ini merintis usaha batiknya dimulai dari tahun 2010. Iriane merintis usahanya sendiri, tidak dari turun-temurun seperti objek yang sebelum-sebelumnya yang telah diteliti. Semuanya, Iriane ciptakan sendiri, mulai dari sumber daya manusia (SDM) dan juga pemasarannya juga diciptakan sendiri. Awal mula dibangunnya usaha batik Rolla, Iriane juga mengalami kendala. Tidak hanya dari sumber daya manusia (SDM) melainkan dari mencari ciri khas dan moment. Karean batik Rolla memiliki motif yang berbeda dari batik yang lainnya, yakni membuat motif moment. Karena misi dari batik Rolla itu sendiri adalah membawa Kabupaten Jember dikenal luas. Dengan motif ciri khasnya yakni motif tembakau, batik Rolla juga sudah dikenal luas. Tidak hanya di Jember saja. Untuk segmentasi pasar, batik Rolla tidak membatasinya semua kalangan bisa menikmati batik Rolla. Artinya semua kalangan segmentasi masih bisa dijangkau. Mulai dari kalangan menengah keatas hingga menengah kebawah. Batik Rolla tidak selalu mengikuti trand pasar, tetapi membuat motifnya hanya melalui ikon
Jurnal Politico
daerahnya. Terkadang batik Rolla juga menerima pesanan, tetapi jika di galeri adanya motif itu yang dibuat ya itu yang dijual. Total untuk sumber daya manusia (SDM) atau pekerja mulai dari yang membuat batik tulis hingga membuat batik cap sekitar 155 orang. Dan itu belum termasuk penjahit yang bekerja sama dengannya. Batik Rolla memiliki penjahit khusus yakni masyarakat disekitarnya. Biasanya para pembeli datang langsung ke tempat batik Rolla, jarang sekali mengirim batiknya. Batik Rolla tidak hanya terkenal di dalam negeri melainkan beberapa kawan Eropa, Asia, Timur Tengah pernah datang ke galeri miliknya. Untuk kawasan Eropa salah satunya adalah Swiss, untuk kawasan Asia ada beberapa yakni Malaysia, China, Thailad, Vietnam dan masih banyak lagi. Batik Rolla hanya memproduksi batik tulis dan batik cap. Pada saat event JFC (Jember Fashion Carnavak) hanya dalam hitungan 2 jam batik Rolla telah meraih penjualan sekitar 48 juta. Orang atau masyarakat datang langsung ke galeri miliknya. Untuk event atau moment JFC (Jember Fashion Carnaval) batik Rolla membuat motif topeng. Motif topeng sendiri adalah ciri khas dari JFC (Jember Fashion Carnaval) tersebut. Ada juga motif alat musik, yakni gitar dan lainnya, artinya adalah musik khas dari Jember itu sendiri. Harga yang dipasang oleh batik Rolla adalah kisaran 100 ribu sampai dengan 250 ribu rupiah untuk batik cap sendiri. Kalau untuk batik tulis bisa mencapai harga 250 ribu hingga 3 juta rupiah, karena memiliki tingkat kesulitan yang berbeda antara batik cap dan batik tulis. Pengrajin Batik Bondowoso Adalah Yuke Yuliantaries, pemilik batik Sumbersari Maesan, Bondowoso ini memulai bisnis atau usahanya dari tahun 1984 awal mula di pegang oleh orang tuanya, namun sekarang bisnis ini di pegang oleh Yuke. Sedangkan
orang tuanya sendiri lebih mengurus sawah atau bercocok tanam. Karena Sumbersari terletak di tengah-tengah antara Jember dan Bondowoso, maka motif tembakau juga diproduksi. Karena motif tembakau adalah ciri khas dari batik Jember itu sendiri. Pada awalnya tahun 1984 masih berupa karang taruna. Karena seringnya ada pelatihan dari waktu ke waktu maka dibukalah bisnis atau usaha batik ini. Pada awal dibukanya banyak sekali kendala yang dihadapi oleh Yuke. Kendala yang pertama dihadapi oleh batik Yuke adalah masalah Sumber Daya Manusia (SDM) karena masyarakat sekitar masih belum terbiasa dengan budaya membatik, akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu. Masyarakat sekitar menjadi paham dan mengerti cara-cara atau budaya membatik. Karena background masyarakat disini adalah pertanian, jadi kalau untuk masalah atau urusan batik membatik masih awam dan belum terbiasa. Lalu kendala berikutnya yang dihadapi oleh batik Yuke adalah motif yang terbatas karena awal dimulainya usaha atau bisnis batik ini adalah motif yang itu-itu saja karena masih belum berkembang. Dan juga masalah atau kendala nama, awal mulanya masyarakat masih belum mengenal nama batik Yuke atau batik Sumbersari jadi berpengaruh terhadap tingkat pemasaran.Batik Sumbersari memiliki sejarah panjang. Karena batik disini dipegang atau dimiliki oleh dua generasi. Generasi yang pertama dipegang oleh ibu Lilik Suwondo yang memiliki segmen pasar tidak jelas, karena motif yang dibuat itu-itu saja dan pada akhirnya segmen pasar yang dituju adalah masyarakat kalangan menengah ke bawah. Tidak hanya itu Yuke juga melakukan perombakan di tubuh menejemennya, untuk desain yang awalnya dipegang oleh ayahnya, kini adik kandungnya sendiri yang memegang untuk urusan desain. Adalah Ifriko Desriandi lulusan arsitek di sebuah perguruan tinggi negeri
di Surabaya.Maka secara tidak langsung batik Sumbersari lambat laun mulai dikenal oleh masyarakat. Karena Yuke sendiri membuat motif batiknya tidak terbatas dan segmen pasar yang dituju adalah masyarakat kalangan menengah ke atas.Akan tetapi, usaha atau bisnis batik disini tidak selamanya mengalami kesuksesan yang mudah atau gampang. Pada saat krisis moneter yakni pada tahun 1997an batik Sumbersari mengalami kevakuman atau tidak memproduksi batiknya lagi. Kurang lebih selama satu sampai dengan dua tahun batik Sumbersari mengalami kevakumannya. Karena vakum itulah batik Sumbersari memproduksi batiknya hanya dengan by order karena tidak memilik stok. Untuk motif sendiri, batik Sumbersari tidak membatasi motif. Tidak hanya motif daun singkong yang menjadi andalannya, namun banyak sekali motif yang diminati oleh masyarakat termasuk motif flora, fauna dan motif “putri”. Sebenanya batik Bondowoso tidak memiliki khas sendiri, akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu dan banyaknya permintaan maka batik Bondowoso memilih motif yang mengikuti makanan khasnya yang banyak dijumpai yakni tape. Tape yang berbahan dasar singkong, maka sejak saat itulah batik Bondowoso memakai daun singkong sebagai motif khasnya. Namun tidak menutup kemungkinan membuat motifmotif yang lain agar pasar atau masyarakat tidak merasa bosan denan motif yang hanya itu-itu saja.Batik Sumbersari tidak memproduksi batik cap. Hanya memproduksi batik tulis saja, tetapi kadang permintaan pasar ingin motif dengan cara printing. Namun yang diutamakan batik Sumbersari adalah batik tulisnya. Karena ingin menjaga kualitas dari batik itu sendiri. Batik Sumbersari juga mengikuti trand pasar, tiap tahunnya batik disini memiliki mode atau trandnya sendiri. Kalau untuk warna, tahun lalu batik Sumbersari memilih warna orange sebagai warna tahun lalunya. Itu dilakukan agar
Jurnal Politico
supaya pembeli atau masyarakat yang ingin membeli tidak merasa bosan.Keunggulan dari batik Sumbersari adalah dalam memproduksinya, hanya memproduksi motif itu satu kali (only one product) supaya masih terkesan eksklusif dan tidak banyak orang yang memiliki, kualitas yang diutamakan.Pada tahun 2009 batik Sumbersari pernah bekerja sama dengan Djarum Kudus, karena sama-sama memiliki satu visi dan benang merahnya yakni tembakau. Dari perbankan juga pernah menjalin kerja sama. Untuk pemesan sendiri, selain daerah tapal kuda (Jember, Bondowoso, Situbondo, Banyuwangi, Lumajang dan lainlain) batik Sumbersari juga pernah mengirim dan memerima pesanan dari Jogja, Solo, Surabaya, Jakarta, bahkan dari luar pulau Balikpapan, Papua juga Kutai Kartanegara. Untuk Kutai sendiri batik sumbersari memilik potensi pasar yang khusus. Balikpapan dengan motif beruang madu, Kutai dengan motif putri, naga dan masih banyak lagi.Ada juga beberapa dari instansi-instansi tertentu yang memesan batik kepadanya dengan motif ciri khasnya dari instansi tersebut. Dinas peternakan dengan motif hewan kerbau atau sapi. Sekolah musik dari Jakarta dengan motif gitar. Untuk event Jember Fashion Carnaval batik Sumbersari meraup keuntungan yang sangat besar dari event tahunan tersebut. Karena dari beberapa instansi atau dinas-dinas tertentu akan datang langsung ke galeri batik Sumbersari yang terletak di kecamatan Maesan. Motif Motif batik Jember diinspirasikan oleh potensi sumberdaya alam yang ada di Jember seperti tembakau, kakao, buah naga, kopi, bambu, burung dan kupu-kupu.Akan Tetapi bentuk daun tembakau menjadi ciri khas yang paling dominan. Motif batik jember tidak lagi mengikuti pakem motif batik seperti motif batik Solo, Jogja dan Pekalongan akan tetapi lebih mengarah pada motif. Sehingga motif ini dapat
Jurnal Politico
menarik minat wisatawan untuk menggunakan batik jember. Motif tembakau lah yang mejadi ciri khas batik Jember, atau yang mendominasi. Tetapi motif dengan perayaan atau event tertentu juga menjadi ciri khasnya sekarang, Seorang pengusaha batik Jember, Iriane, mengatakan banyak tamu luar negeri yang membeli batik Jember dengan corak tembakau. "Yaaa kalau.. Motif yang paling disukai dan banyak dipesan pembeli dari luar negeri yakni tembakau, tapi motif lainnya seperti kopi, kakao dan buah naga juga mulai dipesan dan juga event tahunan yang sudah mendunia yakni Jember Fashion Carnaval (JFC). Untuk JFC sendiri kita pakai motifnya yaitu motif topeng." tutur pemilik rumah produksi batik "Rolla" itu. Sedangkan untuk motif batik Sumbersari (Bondowoso) memilih daun singkong sebagai ciri khasnya. Akan tetapi batik Sumbersari juga pernah memproduksi batik dengan motif daun tembakau, itu dikarenakan Sumbersari sendiri terletak di tengah-tengah kabupaten Jember dan kabupaten Bondowoso.“...berhubung Sumbersari ini letaknya di tengah-tengah antara Bondowoso dan Jember maka kami juga memproduksi batik dengan motif daun tembakau, dimana motif tembakau ini adalah ciri khas dari batik Jember...” kata Yuke. Makna Batik Jember dengan motif daun tembakau, karena Jember adalah penghasil daun tembakau yang sudah dikenal dipasar dunia yakni Eropa, misalnya Brehmen, Jerman, Belanda dan lainlain. Tembakau adalah ciri khas dari Jember, selain untuk motif batik. Tembakau dipilih untuk logo Pemkab Kota Jember. Dan salah satu kampus Universitas Negeri di Jember juga menggunakan logo atau lambang daun tembakau. Itu membuktikan bahwa Jember adalah kota tembakau dan tembakau adalah ciri khas Jember. Pemilihan motif tidak serta merta dari permintaan pasar, akan tetapi Jember sendiri
adalah memang penghasil tembakau yang sudah mempunyai pasar sendiri. Jadi motif tembakau dipilih karena dari awal tembakau memang sudah menjadi primadona hasil yang melimpah di kabupaten Jember. "...Jember merupakan salah satu kabupaten yang dikenal sebagai produsen tembakau, sehingga tidak heran para perajin batik di kabupaten ini berusaha mempertahankan motif tembakau sebagai motif batik khas Jember.." kata Mawardi Di indonesia ada beberapa tempat penghasil bahan baku rokok, yaitu tembakau, salah satunya adalah Jember, Jawa Timur. Daerah ini adalah penyumbang komoditas tembakau di indonesia, yaitu tembakau yang berfungsi sebagai pembungkus luar dari cerutu.Jika berjalan-jalan di pedesaan di Jember, kanan-kiri akan terlihat, sawah, tapi bukannya sawah berisi padi-padian, tapi sawah berisi tembakau. Bahkan sampai-sampai lambang kota jember adalah daun tembakau.Batik khas Bondowoso mengusung konsep kontemporer, modern dan tradisional. Ciri khas motif yang dibuat yaitu motif singkong dan motif tembakau, mengacu kepada daerah asal pembuatan yaitu perbatasan Jember dan Bondowoso yang merupakan daerah penghasil singkong dan juga merupakan bahan dasar pembuatan makanan khas Bondowoso “tape” dan tanaman tembakau. Sementara kata Yuke “motif daun singkong sebagai ciri khas batik tulis Sumbersari memang dipertahankan. Tapi, pengembangan motif lain dari unsur flora dan fauna seperti capung, kupu-kupu dan bunga juga dilakukan agar tidak bosan dan lebih banyak dan kaya motif...” Batik khas Bondowoso dengan motif daun singkong ini juga merupakan pakaian khas “Kacong Jebbing” Bondowoso yang merupakan duta wisata kabupaten Bondowoso. Logo kabupaten Bondowoso juga menggunakan daun tembakau, itu karena Bondowoso juga penghasil tembakau. Akan tetapi singkong juga merupakan hasil tani yang
melimpah dari kabupaten Bondowoso. Singkong merupakan bahan baku pembuat makanan khas Bondowoso yakni tape. Bondowoso merupakan daerah yang termasuk wilayah Jawa Timur, daerah ini memiliki seni batik yang tidak kalah unik dengan batik yang ada di daerah lainnya. Batik bondowoso memiliki motifbatik yang khasdengan corak atau motif yang berbeda dengan batik biasanya, yang terinspirasi dari bentuk tanaman daun singkong dan daun tembakau, sehingga membuat batik ini terlihat sangat istimewa.Batik Sumbersari, kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, berupaya memperkenalkan batik kepada masyarakat internasional dengan memproduksi motif-motif tokoh (super hero), seperti batman, spiderman, superman dan lainnya. Tetapi untuk saat ini motif batik super hero diproduksi terbatas baru puluhan potong dan ternyata banyak diminati di Bondowoso dan sekitarnya. Padahal motif batik ini dirancang untuk pasar luar negeri agar batik semakin diminati masyarakat internasional. KESIMPULAN Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa pada masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan
Jurnal Politico
kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB. http://id.wikipedia.org/wiki/Batik. Batik Jember dan batik Bondowoso (Maesan, Sumbersari) memiliki motif dan makna yag berbeda, itu dilakukan supaya masyarakat luas bisa mengenal dan membedakan asal batik itu diproduksi. Batik Jember yang terkenal dengan motif daun tembakaunya, sedangkan batik Bondowoso terkenal dengan motif daun singkongnya.Berbeda karena Jember dan Bondowoso memiliki hasil tani yang berbeda pula. Jember yang mempunyai pasar dunia untuk tembakaunya, sedangkan Bondowoso hasil taninya berupa singkong, yang merupakan bahan baku pembuat tape yang merupakan makanan khas dari Bondowoso. Batik daerah ternyata tidak kalah bagus dengan batik-batik yang sudah memiliki nama, misalnya batik Jogja, batik Solo, batik Pekalongan dan lain-lain. Batik daerah yang memiliki ciri khas dengan motif yang unik juga justru diminati dan disukai oleh masyarakat luas.
Jurnal Politico
DAFTAR PUSTAKA Bugin, H.M.Burhan.2008. Penelitian Kualitatif: komunikasi, ekonomi,kebijakan publik dan ilmu sosial lainnya. Kencana Prenanda Media Group: Jakarta Effendy, Onong Uchjana. 2007. Dinamika Komunikasi. CV. Remadja Karya: Bandung Juariyah, Dra.Msi.2010.Diktat Teori Komunkasi. Universitas Muhammadiyah Jember: Tidak diterbitkan Krisyanto, Rachmat. S.os., M.Si.2009.Teknik Praktek Riset Komunikasi. Kencana: Jakarta Kuswarno, Engkus.Prof.,Dr.,M.S.2008.Etnografi Komunikasi.Widya Padjajaran. Bandung Mulyana, Deddy. Prof.,M.A.,Ph.D.2011. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Rosda:Bandung Mulyana, Deddy. Prof.,M.A., Ph.D. 2010. Komunikasi Antarbudaya. Remaja Rosdakarya.Bandung Severin, J Warner & Tankard, James W. Jr. 2005. Teori Komunikasi. Prenada Media: Jakarta Sihabudin, H. Ahmad.2011. Komunikasi Antarbudaya Perspektif Multidimensi. PT.Bumi Aksara:Jakarta Sugino.2005.Metode Penelitian Kualitatif.Alfa Beta: Bandung Suyanto, Bagong dan Sutinah.2007.Metode Penelitian:Berbagi Alternatif pendekatan. Kencana: Jakarta Yuwono, Untung.2007.Semiotika Budaya. PP Kemasyarakatan dan Budaya. Jawa Barat Sumber Lain : http://sumbersaribatik.wordpress.com/2009 http://produsenbatik.com/batik-bondowoso http://sucipramisti.blogdetik.com/2011 http://akharisyuli.blogspot.com/2010 http://id.wikipedia.org/wiki/Batik