KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN SUHU DI RUMAH SAKIT JITRA BHAYANGKARA BENGKULU Septi Andrianti STIKES Bhakti Husada Bengkulu Jl. Kinibalu 8 Kebun Tebeng Telp (0736) 23422 Email :
[email protected] ABSTRACT Data were obtained from the medical record in the hospital lotus Jitra Bhayangkara in 2011 as many as 39 people in 2012 as many as 38 people who had gastroenteritis, in 2013 there were 55 children aged 3-5 years gastroenteritis patients. The research problem is the increasing number of gastroenteritis in preschool children in the Jitra Hospital Bhayangkara Lotus Bengkulu. The purpose of this study was known effect of warm compresses to decrease the temperature of preschool children with febrile gastroenteritis in space lotus Jitra hospital Bhayangkara Bengkulu. Type of study is a type of research used experimental design or design of the one gruop pre-post test design (the one gruop before-after test design. Sampling technique in this study is accedental sampling techniques. Average mean temperature before compress warm in the hospital lotus Jitra Bhayangkara Bengkulu is 38.44 ° C with a standard deviation of 0.519. while the average mean temperature in the room after a warm compress lotus Jitra hospital Bhayangkara Bengkulu 37.0 ° C with a standard deviation of 0.497. well as the results of tests between the temperature before and after the warm kopres done very segnifikan changes to p value is 0.000. There is the influence of warm compresses to decrease fever temperature preschool children with gastroenteritis in space lotus Jitra hospital Bhayangkara Bengkulu. There is a value effect of warm compresses to decrease fever temperature preschool children with gastroenteritis in space lotus Jitra hospital Bhayangkara Bengkulu. Hospitals are advised to Bengkulu to provide a warm compress alternatively decrease fever temperature children Keywords: warm compresses, temperature fever PENDAHULUAN Angka kematian akibat gastroentritis di Indonesia pada tahun 2008 masih sekitar 7,4%. Sedangkan angka kematian akibat gastroentritis persisten lebih tinggi yaitu 15%. Makanan yang tidak dicerna dan tidak diserap usus akan
menarik air dari dinding usus. Di lain pihak, pada keadaan ini proses transit di usus menjadi sangat singkat sehingga air tidak sempat diserap oleh usus besar. Hal inilah yang menyebabkan tinja berair pada gastroenteritis (Sudoyo, 2009).
8
Survey morbiditas yang dilakukan oleh Kemenkes RI tahun 2010, menemukan angka kejadian gastroentritis di Indonesia adalah berkisar 200-374 per 1000 penduduk. Sedangkan menurut SKRT 2008, angka kematian akibat gastroentritis 23 per 100.000 penduduk dan angka kematian akibat gastroentritis pada balita adalah 75 per 100.000 balita (Maryunani, 2010). Kondisi gastroentritis merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia dewasa ini dan menimbulkan morbiditas yang bermakna. Hal ini merupakan masalah yang sangat serius yang harus mendapatkan penanganan yang sangat tepat beberapa rumah sakit Indonesia, data menunjukkan bahwa kasus gastroentritis merupakan penyakit yang pertama (Hendrawanto, 2006). Gastroentritis merupakan salah satu penyakit pencernaan yang ditandai dengan buang air besar atau berak-berak atau menceret, dengan atau tanpa darah dan muntahmuntah. Anak dikatakan Gastroentritis jika berak-berak cairan yang frekuensinya lebih sering dari biasanya yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari (Suriadi, 2010). Indonesia penyakit gastroentritis seringkali disebabkan oleh perilaku kebersihan perorangan yang kurang baik dan umumnya ibu ataupun angota keluarga tidak mengetahui bagaimana cara merawat anak yang menderita gastroentritis dirumah sehingga seringkali penanganan anak gastroentritis baru dilakukan ketika keadaan anak tidak bisa diatasi lagi dirumah sehingga anak yang menderita gastroentritis harus dirawat dirumah sakit karena
keterlambatan penanganan dirumah (Soebagyo, 2008) Gastroentritis dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Dengan gejala-gejala di antara lain gastroentritis sering, cair, kadang-kadang mengandung darah atau lendir, muntah, anorexia, nyeri perut (kolik), dehidrasi, demam, kadang-kadang disertai flu dan faringitis. Metode non farmakologis seperti kompres merupakan tindakan mandiri dari perawat, ekonomis dan tidak menimbulkan efek samping. (Soebagyo2007). Gabriel (2009), kompres hangat dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah dan meningkatkan sirkulasi oksigen pada area hipoksia sehingga dapat menurunkan intensitas nyeri. Pada inflamasi kompres hangat akan meningkatkan aliran darah dan melunakkan eksudat. Kompres hangat adalah member rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian yang memerlukan kompres hangat mempergunakan media panas dapat berupa buli-buli panas atau botol berisi air panas, uap panas, handuk panas, dan lain-lain (Gabriel, 2009). Kompres hangat bekerja dengan menggunakan sistem evaporasi, evaporasi adalah proses perubahan molekul di dalam keadaan cair (contohnya air) dengan spontan menjadi gas (contohnya uap air) Ketika kompres diletakkan pada bagian tubuh (kulit) maka pori-pori akan terbuka sehingga panas tubuh akan keluar dari sana bersamaan
2
dengan keringat, untuk itu pada pemberian kompres hangat harus lebih banyak minum, juga jangan menggunakan pakaian yang terlalu tebal karena proses evaporasi tidak berjalan dengan baik. Dampak penderita gastroentritis terjadi gangguan keseimbangan cairan, yang menyebabkan defisiensi sirkulasi perifer disertai jumlah volume darah yang menurun, aliran darah yang berkurang, hemokonsentrasi dan fungsi ginjal yang terganggu. Gejala-gejala ialah rasa lesu dan lemas, kulit yang basah, kolaps vena, trauma vena supervicial, pernafasan dangkal, nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah, oliguria dan kadang-kadang disertai muntah yang berwarna seperti air kopi akibat perdarahan dalam lambung. Akibatnya apabila keadaan terus progresif, maka penderita menjadi apatis, kemudian sopor, coma dan akhirnya dapat meninggal (Wong, 2009). Data Rekam Medik di ruang teratai sakit Jitra Bhayangkara pada tahun 2013 terdapat 55 orang anak usia 3-5 tahun penderita Gastroentritis (Profil Rumah Sakit Bhayangkara Bengkulu, 2013) Hasil observasi pada tanggal 21 April 2014 dari 4 orang pasien yang mengalami febris, 3 orang pasien mengalami penurunan panas kurang dari 3 hari dan 1 orang mengatakan
mengalami penurunan panas lebih dari 3 hari. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh kompres hangat terhadap penurunan suhu di ruang teratai rumah sakit jitra bhayangkara bengkulu. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan eksperimen dengan desain the one gruop pre-post test design (the one gruop before-after test design. Sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteritik yang dimiliki oleh populasi tersebut ( Sugiyono, 2011). Sampel penelitian ini tekhnik accedental sampling, sebanyak 15 orang, kriteria sampel : pada pasien yang mengalami peningkatan suhu tubuh, anak sudah diberi obat penurun panas, usia 3-6 tahun, berada diruang teratai. Penelitian ini dilaksanakan di ruang teratai rumah sakit Jitra Bhayangkara Bengkulu pada tanggal 7 Juni 2014. Teknik analisa data secara univariat dan analisis bivariat menggunakan uji Anova. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL
Tabel 1 Perbedaan Suhu Sebelum Dan Sesudah Kompres Hangat Di Ruang Teratai Rumah sakit Jitra Bhayangkara Bengkulu Suhu Std. Deviation Mean ρ Suhu sebelum 0,519 38,44 0,000 Suhu sesudah
0,497
3
37,0
Hasil rata-rata suhu sebelum pemberian kompres hangat didapat nilai 38,44 dengan standar deviasi 0,139, dengan hasil ukur suhu 37,8 °C dan terendah 39,2°C. Suhu sesudah kompres didapat nilai 37,0°C dengan standar deviasi 0497, hasil ukur paling tinggi adalah 36,5°C dan. 38 Berdasarkan tabel diatas rata-rata mean suhu sebelum kompres hangat adalah 37,98 °C dengan standar deviasi 0,519. Sedangkan rata-rata mean suhu sesudah kompres hangat adalah 36,74°C dengan standar deviasi 0,497. Serta hasil tes antara suhu sebelum & sesudah dilakukan kompres hangat mengalami perubahan yang sangat segnifikan untuk p value yaitu 0,000.
suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Upaya-upaya yang kita dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yaitu mengenakan pakaian yang tipis, banyak minum, air putuh banyak istirahat, beri kompres, beri obat penurun panas. Bila dilakukan kompres air hangat. Pusat pengatur suhu menerima informasi bahwa suhu tubuh sedang berada dalam kondisi hangat, maka tubuh jelas butuh untuk segera diturunka. Kompres air hangat memiliki beberapa keuntungan di samping mengurangi rasa dingin, air hangat juga menjadikan tubuh terasa lebih nyaman (Tuti, 2008). Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa suhu sesudah kompres di ruang teratai rumah sakit Jitra Bhayangkara Bengkulu didapat nilai 37,0°C dengan standar deviasi 0497, suhu sesudah kompres hangat di ruang teratai rumah sakit Jitra Bhayangkara Bengkulu dengan hasil ukur paling tinggi adalah 38,8 °C dan. 38,6°C. Tindakan kompres hangat merupakan salah satu tindakan mandiri dari perawat, tetapi sering diabaikan bahkan sering dibebankan pada keluarga pasien. Ketika terjadi demam, nilai pengatur suhu tubuh yang ada di hipotalamus akan meningkatkan nilai set-ponit. Kompres hangat dapat dilakukan dengan menempelkan kantong karet yang diisi air hangat atau dengan buli-buli panas atau handuk yang telah direndam di dalam air hangat
PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada saat penelitian didapatkan suhu anak 39,2oC, peneliti melakukan penurunan suhu tubuh dengan melakukan kompres setiap 20 menit sekali. Kompres dengan handuk kecil kemudian mengusap air hangat disekujur tubuh dengan handuk basah lalu keringkan. Diulangi beberapa kali hingga suhu tubuhnya turun. Kompres dilakukan pada daerah yang mengandung banyak pembuluh darah, Kompres dilakukan dengan melembabkan waslap karena dengan kelembapan mempunyai pengaruh terhadap penguapan keringat. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi
4
ke bagian tubuh dengan suhu air sekitar 50°-60°C, karena pada suhu tersebut kulit dapat mentoleransi sehingga tidak terjadi iritasi dan kemerahan pada kulit yang dikompres. Sebaiknya diikuti dengan latihan pergerakan atau pemijatan. Nurwahyuni, (2009) mengatakan yang menjelaskan bahwa terdapat mekanisme tubuh terhadap kompres hangat dalam upaya menurunkan suhu tubuh yaitu dengan pemberian kompres hangat pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke hipotalamus melalui sumsum tulang belakang. Hal ini sependapat dengan teori yang dikemukakan oleh Aden (2010) bahwa tubuh memiliki pusat pengaturan suhu (thermoregulator) di hipotalamus. Jika suhu tubuh meningkat, maka pusat pengaturan suhu berusaha menurunkannya begitu juga sebaliknya. Pelaksanaan kompres sebagai salah satu tindakan mandiri untuk menangani demam masih juga sering dilupakan, dan kalaupun dilaksanakan, kompres kebanyakan dilakukan di daerah dahi (frontal) padahal pada kenyataanya tubuh yang memiliki aliran vena besar lebih peka terhadap penurunan suhu tubuh, seperti leher, ketiak (Axila) (Suriadi, 2010). Selain itu juga pemberian kompres hangat dan kompres air biasah pada daerah axillaris lebih mudah dilakukan daripada pada daerah organ intra abdomen maupun daerah leher dan dahi (frontal) (Guyton 2010). Di samping itu lingkungan luar yang hangat akan membuat pembuluh darah tepi dikulit melebar atau mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga akan
mempermudah pengeluaran panas dari tubuh. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Ada pengaruh pemberian kompres hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada anak prasekolah dengan gastroentritis di ruang teratai rumah sakit Jitra Bhayangkara Bengkulu. SARAN Di harapkan perawat dapat memberikan dan meningkatkan penanganan keperawatan kepada pasien gastroenteritis terutama dengan peningkatan suhu yang dialami oleh pasien dan dapat menerapkan pemberian kompres hangat dalam penurunan suhu pasin DAFTAR PUSTAKA Aden. 2010.Seputar Penyakit dan Gangguan Lain Pada Anak. Yogyakarta: Hanggar Kreator Gabriel. 2009 Menjadi Dokter Bagi Anak Anda. Jogjakarta : Bahtera Buku. Guyton. 2010. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC Hendrawanto. 2006. llmu Penyakit Anak (diagnosa dan penatalaksanaan). Jakarta : Salemba Medik Kozier, 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis, Jakarta : EGC. Maryunani, 2010. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta : Trans Info Media
5
Nurwahyuni, 2009 Kesehatan Penting Untuk Anak, Yogyakarta,. Ar Ruzz Media Group. Profil Rumah Sakit Jitra Bhayangkara Bengkulu, 2013 Soebagyo, 2008. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: PGTKI Sugiono, 2011 Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Suriadi, 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak, Edisi 1, CV. Agung Seto Sudoyo, 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC Suyono, Slamet. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI Tuti. Penanganan pada anak sakit. Universitas Muhammadiyah Semarang. Karya Tulis Ilmiah Wong, 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
6