KOMPOSISI BUTIRAN PASIR SEDIMEN PERMUKAAN SELAT BENGKALIS PROPINSI RIAU oleh: Devy Yolanda Putri 1), Rifardi 2)
1)
Alumni Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru
2)
Dosen Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru
Abstrak Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Mei-Juni 2012 di Perairan Selat Bengkalis, bertujuan untuk mengetahui material penyusun sedimen secara horizontal di Perairan Selat Bengkalis. Sampel diambil menggunakan Eckman Grab dari 7 titik stasiun kemudian dianalisis untuk menentukan komposisi dan kandungan bahan organik pada sedimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi sedimen di Perairan Selat Bengkalis tersusun atas lithogenous (batuan, mika, dan kuarsa) dan biogenous (serasah, foraminifera, dan molusca). Komposisi lithogenous khususnya batuan mendominasi di perairan dan keberadaannya merata pada setiap stasiun. Persentase tertinggi terdapat pada lokasi yang dekat dengan daratan dan merupakan salah satu daerah yang mendapatkan pengaruh arus pasang pertama kali sehingga diduga material yang terbawa arus pasang dari Selat Malaka dan arus surut dari Sungai Pakning tertumpuk di sekitar stasiun ini. Selain itu, jenis batuan juga dapat berasal dari hasil erosi dan kegiatan antropogenik di pinggir sekitar perairan. Persentase lithogenous yang terendah terdapat pada daerah yang dekat dengan kawasan mangrove dimana pada stasiun ini tinggi akan komposisi biogenous khususnya serasah karena banyak mendapat suplai bahan organik sertas arus yang lemah mengakibatkan serasah mengendap dengan baik di daerah ini. Kandungan bahan organik sedimen pada stasiun yang dekat dengan kawasan mangrove tertinggi diantara stasiun lainnya karena mendapatkan suplai bahan organik dari kawasan mangrove di sekitar perairan dan arus yang lemah di pinggir perairan menyebabkan bahan organik dapat mengendap dengan baik. Sedangkan stasiun yang mengandung bahan organik terendah berada pada stasiun yang dekat Selat Malaka, ini diduga material yang terbawa arus pasang tidak banyak mengandung bahan organik . Sementara pada stasiun yang dekat dengan Sungai Siak dan Sungai Pakning mengandung bahan organik yang cukup tinggi, hal ini diduga bahwa aliran sungai membawa banyak kandungan bahan organik. Kata kunci : komposisi, arus pasang surut, sedimen horizontal, Selat Bengkalis
1. PENDAHULUAN Perairan selat, pesisir dan laut merupakan perairan yang mempunyai nilai sumberdaya hayati yang tinggi, namun tinggi juga resiko terhadap perubahan lingkungan yang disebabkan oleh aktifitas manusia, baik yang berasal dari daratan disekitarnya maupun yang dilakukan diperairan itu sendiri. Ekosistem Selat Bengkalis dipengaruhi oleh berbagai aktifitas baik aktifitas dari manusia maupun dari perairan itu sendiri secara alamiah. Menurut Fajri (2004) perairan Selat Bengkalis memiliki fenomena yang kompleks, karena banyak proses-proses alam yang terjadi dan aktifitas manusia yang berlangsung disana.
Padatnya aktifitas pelayaran, pola sirkulasi arus dan masuknya bahan organik yang berasal dari kawasan mangrove merupakan aktifitas yang menyebabkan terjadinya perubahan ekosistem di selat ini. Salah satunya perubahan yang terjadi adalah abrasi dan pendangkalan (sedimentasi). Masuknya berbagai macam partikel dari aktifitas-aktifitas tersebut mempengaruhi sedimen penyusun di perairan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis material penyusun sedimen secara horizontal di Perairan Selat Bengkalis.
2. METODOLOGI Metode yang digunakan adalah metode survey, dimana pengambilan sampel dan pengukuran kualitas perairan (salinitas, pH, suhu, kedalaman, kecerahan, dan kecepatan arus) dilakukan di Perairan Selat Bengkalis pada bulan Mei-Juni 2012. Sedangkan analisis sampel di Laboratorium Terpadu Ilmu Kelautan, Laboratorium Ekologi Perairan serta Laboratorium Kimia Pangan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Sampel diambil menggunakan Eckman Grab dari 7 stasiun yang titiknya ditentukan menggunakan GPS. Posisi masing-masing titik stasiun dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1. Tabel 1. Titik Koordinat Pengambilan Sampel Stasiun Lintang Utara 1 2 3 4 5 6 7
o
01 35’44” 01o32’56” 01o31’39” 01o29’42” 01o27’49” 01o26’54” 01o24’45”
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Bujur Timur 101o57’58” 102o58’38” 102o59’57” 102o03’43” 102o04’56” 102o06’39” 102o07’26”
Analisis sampel dilakukan untuk menentukan komposisi dan bahan organik pada sedimen. Dimana analisis komposisi sedimen merujuk pada (Rifardi, 2008a) sedangkan analisis bahan organik menggunakan prosedur Tech (1986) dengan rumus: Zat Organik Total = (a - c) x 100% a- b Dimana : a = berat cawan dan sampel sedimen sebelum pembakaran atau pengeringan (gram) b = berat cawan (gram) c = berat cawan dan sampel setelah pembakaran (gram)
setelah
Setelah data diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran dilapangan ditabulasi dan dibahas secara deskriptif. Kemudian data sebaran komposisi dan kandungan bahan organik diplotkan dalam peta dengan menggunakan program ArcView 3.2.
3. HASIL Komposisi Sedimen Hasil analisis fraksi pasir pada sedimen permukaan di masing-masing stasiun penelitian didapatkan jenis komposisi sedimen yaitu lithogenous (batuan, mika, dan kuarsa) dan biogenous (serasah, foraminifera, dan molusca). Persentase komposisi dan bahan organik dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Persentase Komposisi Sedimen Stasiun 1 2 3 4 5 6 7
Komposisi (%) Lihtogenous Biogenous 67,6 32,4 78,2 21,8 68,4 31,6 34,2 65,8 68,4 31,6 63 37 62,4 37,6
Bahan Organik (%) 2,24 1,50 1,07 10,88 2,60 3,54 5,80
Berdasarkan Tabel 2, komposisi lithogenous khususnya batuan mendominasi perairan dan keberadaannya merata di setiap stasiun. Persentase tertinggi terletak pada Stasiun 2 dengan persentase 68,8% dan terendah pada Stasiun 4 dengan persentase 26,4%. Sedangkan untuk mika dan kuarsa memiliki persentase yang rendah dimana persentase mika dan kuarsa yang tertinggi pada Stasiun 1, dengan persentase mika 6,3% dan persentase kuarsa 9,1%. Walaupun Stasiun 2 rendah akan jenis komposisi batuan, namun pada stasiun ini tinggi akan jenis biogenous khususnya serasah dengan persentase 62,2% dan keberadaannya merata pada setiap stasiun. Untuk persentase foraminifera dan molusca sangat sedikit dan keberadaannya tidak merata dimana hanya terdapat pada beberapa stasiun. Persentase foraminifera dan molusca tertinggi pada Stasiun 4 dengan persentase foraminifera 0,8% sedangkan persentase molusca 2,8%. Sebaran persentase komposisi sedimen di perairan Selat Bengkalis dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Sebaran Komposisi Sedimen Permukaan di Perairan Selat Bengkalis
Bahan Organik Sedimen Bahan organik yang terdapat di Perairan Selat Bengkalis berkisar 1,07% - 10,88%. Untuk lebih jelas, sebaran bahan organik dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Sebaran Bahan Organik pada Sedimen Permukaan
Fraksi Sedimen Permukaan Hasil analisis fraksi sedimen di perairan Selat Bengkalis menunjukkan bahwa perairan ini terdiri dari tiga jenis fraksi yaitu kerikil, pasir, dan lumpur. Namun fraksi yang mendominasi di setiap stasiunnya adalah fraksi pasir. Persentase fraksi kerikil berkisar 0-17,84% dimana persentase yang terendah pada Stasiun 2, 3, dan 5 sedangkan persentase yang tertinggi pada Stasiun 4 dengan persentase 17,84%. Untuk persentase fraksi pasir berkisar 80-96,72% dimana persentase tertinggi pada Stasiun 2 dan terendah pada Stasiun 4. Sedangkan persentase fraksi lumpur berkisar 2,1618,42% dimana Stasiun 4 adalah persentase terendah dan Stasiun 3 adalah persentase yang tertinggi. Tipe fraksi sedimen di perairan ini didominasi oleh pasir pada setiap stasiun.
4. PEMBAHASAN Komposisi Sedimen Komposisi yang paling mendominasi di perairan ini adalah lithogenous khususnya batuan sehingga keberadaan jenis batuan ini merata di setiap stasiun penelitian. Komposisi batuan yang paling tertinggi terdapat pada Stasiun 2 dengan persentase 68,8% dan struktur pasir dengan butiran halus. Stasiun ini terletak di dekat pinggir perairan sehingga banyak mendapat pengaruh dari daratan. Selain itu, arus pasang dari Selat Malaka dan arus surut dari Sungai Pakning yang membawa material diduga mengakibatkan pengendapan batuan tertumpuk pada stasiun ini. Pada stasiun lainnya juga terdapat jenis komposisi batuan namun persentase di stasiun lain tidak terlalu tinggi dan ukuran butiran sedimen di stasiun tersebut tidak halus seperti Stasiun 2. Ini dapat disebabkan karena energi dari masing-masing sumber aliran yang membawa suplai material masuk ke perairan semakin lama semakin kecil sesuai dengan jarak transfor sedimen sehingga sedimen dapat terdeposisi. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Davis dalam Rifardi (2003) bahwa sistem transportasi dan deposisi sedimen dipengaruhi oleh kekuatan aliran yang membawa partikel-partikel sedimen tersebut, dimana fraksi sedimen yasng berukuran besar hanya mampu dipindahkan oleh energi aliran yang besar juga dan sebaliknya. Keberadaan mika berkisar 2,4-6,3% dan kuarsa 4,1-9,1%, terdapat di dalam perairan dengan jumlah yang kecil. Hal ini diduga keberadaan mika dan kuarsa di alam sedikit mengikuti keadaan alamiah dari lingkungan sekitar. Namun tingginya komposisi jenis batuan di beberapa stasiun, tidak terjadi pada Stasiun 4 dimana komposisi yang tertinggi adalah jenis biogenous (serasah) dengan persentase 62,2%. Letak stasiun di dekat pinggir perairan dan juga terdapat kawasan mangrove di daratan mengakibatkan tingginya suplai serasah yang masuk di perairan. Sedangkan jenis foraminifera dan molusca persentasenya sangat rendah diantara yang lain. Kemungkinan ini terjadi selain dari aktifitas pola arus pasang dan surut, juga dapat diakibatkan oleh aktifitas manusia yang tinggal di pinggir perairan dan aktifitas pelayaran yang membawa material masuk ke perairan sehingga mengendap di dasar. Bahan Organik pada Sedimen Berdasarkan hasil analisis bahan organik pada sedimen didapat persentase bahan organik berkisar 1,07-10,88%. Persentase tertinggi pada Stasiun 4 yang berada di dekat daratan kawasan mangrove dan ukuran butiran sedimennya kecil. Ukuran butiran sedimen yang halus akan lebih mudah menyerap kandungan bahan organik dibanding dengan ukuran yang kasar, maka dari pada itu fraksi lumpur lebih kaya akan unsur hara dibanding dengan fraksi pasir atau kerikil. Pada Stasiun 1, 2, dan 3 persentase bahan organik rendah atau sedikit disebabkan energi arus yang membawa material besar sehingga butiran sedimen tidak dapat mengakumulasi bahan organik dengan baik dan tidak adanya sumber bahan organik dari alam yang dibawa oleh arus pasang dari Selat Malaka. Sedangkan pada Stasiun 5, 6, dan 7 persentase bahan organiknya cukup tinggi dibanding dengan Stasiun 1, 2, dan 3. Ini diduga karena material yang mengandung bahan organik banyak dibawa oleh aliran Sungai Pakning dan Sungai Siak dibandingkan dengan material yang dibawa oleh aliran Selat Malaka. Menurut Arifin (2008) bahan organik yang masuk dalam perairan tidak hanya berasal dari suplai serasah mangrove dan material yang dibawa oleh arus, tetapi juga dapat berasal dari aktifitas antropogenik yang ada di sekitar perairan yng kemudian diabsorbsi oleh sedimen.
5. KESIMPULAN
Kesimpulan Sedimen di perairan Selat Bengkalis tersusun oleh lithogenous (batuan, mika, dan kuarsa) dan biogenous (serasah, foraminifera, dan molusca). Secara keseluruhan komposisi lithogenous khususnya jenis batuan yang mendominasi. Komposisi jenis batuan tertinggi terdapat pada Stasiun 2 dan
terendah pada Stasiun 4. Pada Stasiun 4 yang mendominasi adalah komposisi biogenous jenis serasah. Kandungan bahan organik yang tertinggi terdapat pada Stasiun 4 yang suplainya berasal dari kawasan mangrove dan kegiatan antropogenik di sekitar perairan. Saran
Untuk mengetahui sumber dari sedimentasi yang terjadi di suatu perairan Selat Bengkalis, disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan tentang tema yang sama dengan cakupan wilayah penelitian keseluruhan perairan Selat Bengkalis. DAFTAR PUSTAKA Arifin, B. 2008. Karakteristik Sedimen ditinjau dari Aktifitas Anthropogenik di Perairan Dumai. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. 71 halaman. (Tidak diterbitkan). Fajri, N. E. 2004. Studi Model Matematik Perubahan Batimetri (Studi Kasus Selat Bengkalis). Lembaga Penelitian. UNRI. Pekanbaru. 36 hal. (Tidak diterbitkan). Rifardi. 2003. Sediment Characteristics based on the Seasonal Changing from Kampar River in the Vicinity Area of Society Activities. Jurnal Ilmu Perairan. Pusat Penelitian Kawasan Pantai dan Perairan Lembaga Penelitian Univ. Riau. I (2) : 8-16. , 2008a. Tekstur Sedimen, Sampling dan Analisis. Unri Press. Pekanbaru. 101 halaman. Tech, T. 1986. Recommended Protocols for Measuring Conventional Sediment Variabels in Puget Sound, Final Report TC-3991-04 for U. S. Environmental Protection Agency, Region 10, Seattle, WA. 22pp (partial).