0
KOMPONEN KARAKTER (Thomas Lickona) Oleh: Kuncahyono Pasca UM
(Kompasiana, 2010) Melihat kondisi bangsa saat ini dimana banyak terjadi penyimpangan moral di kalangan remaja dan generasi muda, maka perlu adanya sebuah solusi bijak yang mampu mengatasi permasalahan ini hingga sampai ke akar-akarnya. Menurut penulis pendidikan merupakan media yang sangat efektif dalam mengatasi permasalahan dekadensi moral pada remaja dan generasi muda Indonesia sekarang ini. Salah satunya adalah melalui pendidikan moral di sekolah dan perguruan tinggi. Thomas Lickona dianggap sebagai pengusungnya melalui karyanya yang sangat memukau, The Return of Character Education sebuah buku yang menyadarkan dunia barat secara khusus dimana tempat Lickona hidup, dan seluruh dunia pendidikan secara khusus dimana tempat Lickona hidup, dan seluruh dunia pendidikan secara umum, bahwa pendidikan karakter adalah sebuah keharusan. Inilah awal kebangkitan pendidikan karakter. Dalam pendidikan karakter, Lickona (1992) menekankan pentingnya tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang mental dan moral action atau perbuatan moral. Hal ini diperlukan agar anak mampu memahami, merasakan dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai kebajikan. Berdasarkan ketiga komponen ini dapat dinyatakan bahwa karakter yang baik didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan perbuatan kebaikan. Bagan dibawah ini merupakan bagan keterkaitan ketiga kerangka pikir ini.
1
SIKAP MORAL Kata Hati Rasa Percaya Diri Empati Cinta Kebaikan Pengendalian Diri Kerendahan Hati
KONSEP MORAL Kesadaran Moral Pengetahuan Nilai Moral Pandangan ke Depan Penalaran Moral Pengambilan Keputusan Pengetahuan Diri
Karakter/Watak
PERILAKU MORAL Kemampuan Kemauan Kebiasaan
Bagan 1. Komponen karakter (Lickona, 1992)
Adapun penjelasan dari komponen-komponen tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Moral knowing adalah pengertian atau pemahaman moral ini seringkali disebut dengan penalaran moral atau pemikiran moral atau pertimbangan moral hal
2
yang penting untuk diajarkan, terdiri dari enam hal, yaitu: moral awareness (kesadaran moral), knowing moral values (mengetahui nilai-nilai moral), perspective taking, moral reasoning, decision making dan self knowledge (Kesuma, 2012: 71-79)). a) Moral awareness (Kesadaran Moral) Definisi: Melek moral atau ketajaman (dalam menangkap/melihat) moral, antonimnya adalah buta moral. Ini adalah kemampuan menangkap isu moral, yang sering implisit dari suatu objek/peristiwa. Dalam bahasa Lickona sendiri, kesadaran moral adalah kemampuan: “...to use their intelligence to see when a situation requires moral judgment and then to think carefully about what the right course of action is. “ (...menggunakan kecerdasan mereka untuk melihat kapan sebuah situasi mempersyaratkan pertimbangan moral dan kemudian berpikir secara cermat tentang apa tindakan yang sebaiknya). Pengalaman belajar: dengan hidup dalam lingkungan orang-orang yang melek moral (conditioning). Hasil belajar: dapat mengidentifikasi isu moral dari sebuah peristiwa. Dapat mengeplisitkan isu moral dari sebuah peristiwa. b) Knowing moral values (Mengetahui Nilai-Nilai Moral) Definisi: ethical literacy, literasi etis, kemampuan hasil belajar teori-teori tentang berbagai nilai etis, seperti: menghargai kehidupan dan kebebasan, bertanggung jawab terhadap orang lain, kejujuran, toleransi, sopan santun, disiplin diri, integritas (teguh pada prinsip moral), kebaikan hati, berbelas kasih dan keberanian. Pengalaman belajar: melalui pengalaman belajar kognitif C1, C2, C3 (mengingat, memahami, menerapkan) tentang teori-teori nilai, dapat disebut sebagai pengajaran nilai-nilai. Diskusi-diskusi peristiwa konkret yang melibatkan isu nilai dapat meningkatkan kognisi nilai-nilai pada tataran aplikasi. Hasil belajar: menyebutkan nilai moral tertentu. Menginterpretasi nilai moral dari suatu peristiwa atau komunikasi. c) Perspective taking (Memahami Sudut Pandang Orang Lain)
3
Definisi: kemampuan menerima sudut pandang orang lain, memahami situasi sebagaimana orang lain berpikir, mereaksi, dan berperasaan. Pengalaman belajar: dengan mempraktikkan pengambilan perspektif (sudut pandang) orang lain pada para siswa. Menganalisis sudut pandang orang lain atau budaya lain. Hasil belajar: menginterpretasi secara objektif perasaan dan pikiran orang lain. Menerjemahkan perasaan dan pikiran orang lain. Mengekstrapolasi perasaan dan pikiran orang lain (kemampuan (C2) dari Bloom: interpretasi, translasi, dan ekstrapolasi). d) Moral reasoning (Penalaran Moral) Definisi: memahami makna apa itu bermoral dan mengapa harus bermoral. Ini adalah kemampuan analisis hubungan (C4) dari Bloom. Pengalaman belajar: melalui belajar kognitif C4 (analisis) tentang perbuatan bermoral. Hasil belajar: menyediakan alasan atas semua perbuatan moral. Menjelaskan alasan atas suatu perbuatan moral. Menginterpretasi alasan dari suatu perbuatan moral (kemampuan (C2) dari Bloom: interpretasi dan C6 kreasi) e) Decision making (Pembuatan Putusan) Definisi: proses seseorang dalam memiliki dan menentukan sebuah keputusan. Biasanya orang menghadapi masalah atau dilema moral. Apa pilihan saya? Apa konsekuensi yang mungkin terjadi dari berbagai tindakan bagi orang yang terkena pengaruh putusan saya? Pengalaman belajar: mengalami secara simultif konflik atau dilema nilai, dapat juga konflik nilai yang dialami orang lain, kemudian membuat putusan nilai, dan mengkajinya. Hasil belajar: memiliki putusan nilai lengkap dengan konsekuensinya yang sudah terkaji secara baik, atas konflik nilai yang tersedia (kemampuan (C6) dari Bloom: kreasi). f) Self knowledge (Pengetahuan Diri) Definisi: kemampuan melihat kembali perilaku sendiri dan mengevaluasinya.
4
Pengalaman belajar: dilakukan dengan meminta siswa membuat jurnal etis/akhlak/budi pekerti dengan mencatat kejadian-kejadian moral dalam kehidupan mereka. Apa saja respon-respon mereka dalam kejadian moral tersebut, dan adakah respon ini dapat dipertanggungjawabkan secara etis. Hasil belajar: perkembangan kejujuran individu dalam melihat diri sendiri. Perkembangan upaya-upaya mengatasi kelemahan diri. 2. Moral feeling adalah aspek yang lain yang harus ditanamkan kepada anak yang merupakan sumber energi dari diri manusia untuk bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip moral. Dalam hal ini lebih menekankan pada kesadaran akan hal-hal yang baik dan tidak baik. Terdapat 6 hal yang merupakan aspek emosi yang harus mampu dirasakan oleh seseorang untuk menjadi manusia berkarakter, yakni conscience (nurani), self esteem (percaya diri), empathy (merasakan penderitaan orang lain), loving the good (mencintai kebenaran), self control (mampu mengontrol diri) dan humility (kerendahan hati). a) Hati Nurani (conscience) Definisi: nurani memiliki dua sisi: sisi kognitif yaitu pengetahuan tentang apa yang baik dan sisi emosional yaitu merasa wajib melakukan apa yang baik. Pengalaman belajar: berlatih menghadapi kasus-kasus yang menuntut individu mengekspresikan nuraninya melalui stimulasi yang mendorong individu mengekspresikan nuraninya dan diskusi tentang kasus-kasus penggunaan atau pengabaian nurani. Hasil belajar: kapasitas untuk merasa bersalah dan merasa wajib untuk perbuatan moral. Pada tataran lebih rendah ekspresi-ekspresi nurani ini melalui kata-kata. b) Self Esteem (percaya diri) Definisi: kemampuan merasa bermartabat karena memiliki kebaikan atau nilai luhur. Pengalaman belajar: perbuatan baik yang dilakukan seseorang sering membuat orang merasa senang atau bahagia karena melakukannya.
5
Hasil belajar: individu yang puas dengan dirinya sendiri dalaam perbuatan baik dan sebaliknya merasa tidak senang atau tidak bahagia dalam perilaku buruk. c) Empathy (merasakan penderitaan orang lain) Definisi: identifikasi diri pada keadaan orang lain atau pengalaman tidak langsung Pengalaman belajar: dapat melatih melakukan empati di bawah bimbingan guru, setelah berlatih guru dapat membimbing siswa untuk mendiskusikannya. Hasil belajar: mengungkapkan apa yang dirasakan orang lain, bertoleransi, dan menghargai perbedaan sikap. d) Loving the Good (mencintai kebenaran) Definisi: ketertarikan sejati atau tulus pada kebaikan. Pengalaman belajar: para guru dapat menerapkan dan mengembangkan program-program peer tutoring dan pelayanan masyarakat di sekolah Hasil belajar: upaya-upaya pribadi dan dalam kelompok untuk berbuat baik e) Self Control (mampu mengontrol diri) Definisi: emosi dapat menenggelamkan penalaran. Inilah pentingnya kontrol diri adalah sebuah kebajikan moral yang dapat membantu kita berperilaku moral/bermoral dan tidak bermoral. Pengalaman belajar: dalam bentuk menolak kesenangan atau kebencian demi kebaikan Hasil belajar: tekun belajar/bekerja, menunda kesenangan, tugas-tugas belajar diselesaikan dengan baik. f) Humility (kerendahan hati). Definisi: sisi afektif dari pengetahuan diri, yang terdiri dari keterbukaan yang sejati pada kebenaran dan kemauan untuk bertindak memperbaiki kesalahan-kesalahan kita. Pengalaman belajar: berlatih terbuka terhadap kebenaran, dari manapun sumbernya, dan mau memperbaiki kesalahan-kesalahan diri sendiri.
6
Hasil belajar: mengakui kebenaran pendapat orang lain, mengaku bersalah jika melakukan kesalahan, dan memberikan penghargaan terhadap pendapat orang lain. 3. Moral Action adalah bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Perilaku moral merupakan kemampuan untuk melakukan keputusan dan perasaan moral kedalam perilaku-perilaku nyata Perbuatan tindakan moral ini merupakan hasil (outcome) dari dua komponen karakter lainya. Untuk memahami apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik (act morally) maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter, yaitu kompetensi (competence), keinginan (will) dan kebiasaan (habit). a) Kompetensi (Competence) Definisi: kompetensi moral adalah kemampuan mengubah putusan dan perasaan moral menjadi tindakan moral yang efektif. Pengalaman belajar: Psikologiawan Ervin Staub menemukan bahwa anakanak memiliki pengalaman yang terbimbing dalam role playing. Dalam serangkaian situasi bermasalah, yang di dalamnya seorang anak membantu anak lainnya pada waktu berikutnya lebih mungkin (dibandingkan dengan anak-anak tanpa pengalaman yang demikian) untuk menyelidiki suara tangisan seorang anak dalam ruangan. Hasil belajar: kemampuan melaksanakan tindakan moral, berbuat baik dan membantu orang lain untuk berbuat baik. b) Keinginan (Will) Definisi: adalah inti dari keberanian moral Pengalaman belajar: siswa diminta untuk mencatat kemauan-kemauan moral apa saja yang tidak dipenuhinya, selanjutnya adalah praktik-praktik mewujudkan kemampuan tersebut. Hasil belajar: individu yang berupaya memiliki kemauan melakukan tindakan moral, berbuat adil sekalipun terhadap orang yang tidak disukainya. Berdisiplin melakukan suatu tindakan moral. c) Kebiasaan (Habit) Definisi: melakukan hal-hal yang baik oleh kekuatan kebiasaan
7
Pengalaman belajar: anak-anak membutuhkan sebagai bagian dari pendidikan moral mereka, banyak kesempatan untuk mengmbangkan kebiasaan baik, banyak praktik menjadi orang baik. Hasil belajar: kebiasaan dalam hal tertentu (biasa sopan santun, tolong menolong, adil, dan lain-lain.
8
DAFTAR RUJUKAN
Kesuma, Dharma, Cepi Triatna, dkk. 2012. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: Remaja Rosda Karya. Kompasiana. 2010. (online) http://edukasi.kompasiana.com/2010/07/10/memahami-pendidikan-moral190214.html, diakses tanggal 27 Februari 2014. Lickona, Thomas. 1991. Educating for Character How Our Scholls Can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantan Books Megawangi, Ratna. 2013. Pendidikan Karakter 3 M (Moral Knowing, Moral Feeling, dan Moral Action. (online) https://www.sahabatnestle.co.id/Page/anak/parenting/dunia/pendidikankarakter-3-m, diakses tanggal 27 Februari 2014.
9