Kompilasi berita Media oleh HH
U
ntuk anda yang ingin berjuang menentang keserakahan sekelompok kecil orang kaya yang didukung negara guna merusakkan ibu pertiwi, kami
siapkan
kompilasi sejumlah pemberitaan media yang kiranya memberikan anda
informasi dasar. Tentu anda sendiri bisa melakukan sport di dunia maya untuk mendapatkan lebih banyak lagi dan syering dengan rekan-rekan anda. Dari referensi yang diberikan pada daftar kepustakaan hasil studi tentang tambang, anda bisa telusuri segala informasi yang bisa anda cari sendiri. Anda tentu membutuhkan investigasi yang jauh lebih sistematik, agar anda tahu apa yang sedang anda perjuangkan. Bahan terbagi atas 3 bagian: 1) Hasil studi tentang tambang, khususnya tambang biji besi di Sikka & Ende. Termasuk dalam kelompok ini juga data dari pihak pemerintah tentang potensi tambang 2) Berita Media tentang pro-kontra pertambangan biji besi di Sikka 3) Berita Media tentang pro-kontra tambang biji besi di wilayah lain di Flores Catatan. Gambar-gambar yang dimuat dalam laporan hasil studi, tidak semuanya dapat dicopy. Karena itu, anda tidak akan mendapatkannya secara lengkap. Selamat membaca. Wairklau, 19 April 2012 HH.
2
3
INVENTARISASI DAN EKSPLORASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SIKKA DAN KABUPATEN ENDE PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KERJASAMA DIM – KORES FASE I, TAHUN ANGGARAN 2003 Oleh : Franklin SUBDIT. MINERAL LOGAM
ABSTRACT The geology of the survey area consists of Miocene volcanics of Kiro Formation and Tanahau Formation and intrusive of granodiorite and quartz diorite, Pliocene Laka Formation, and Quaternary volcanics. Based on whole chemistry result of four volcanic rocks from this area indicates the rocks belong to calk-alkaline – tholeitic type. Most of base metal mineralization was hosted in andesitic to dacitic tuff of Kiro Formation and Tanahau Formation and intrusive of granodiorite with the occurrences of structure controlled epithermal type and porphyry (?) mineralization. The structures controls indicate based on Photogeological study using satellite imagery revealed the prominent direction of NNW to NNE in the distribution of lineaments and fracture traces in the whole survey area. The mineralization of the area appears to have a closed relation with NW-SE and NE-SW fault systems. Indications of primary gold and base metal mineralization were caught at several places in the survey area. The indications are; occurrence of gold in pan concentrates, distribution of quartz floats, and outcrops of quartz veins. 21 samples of quartz vein and disseminated wall rocks were collected from all over the survey area and provided for assaying. The analytical rock results for copper are high values (2%), but gold were disappointing showing very low values (50 ppb). The fluid inclusion data of the Sikka-Ende area indicate that the main base metal (Cu-Pb-Zn) and gold mineralization was led by the boiling coupled with later cooling and dilution of ore fluids. The inclusions are divided into high temperature type and low temperature type, and are the result of different processes of mineralization. In the mineralization process, the temperature of formation was estimated as 320 °C in the early stage and 170 °C in the late stage, and the pressure of formation was estimated as 10 to120 bars. Through the geochemical soil prospecting 4 gold/base metal anomalous zones were defined as follows, 1) Au-Cu-Mo anomaly around Lowo Deba and Ag-Pb-Zn anomaly, NE extension of Lowo Deba at block A in Wai Wajo area 2) Cu-Pb-Zn anomaly between Diang Gajah and Lia Kutu-Ghera at block C in Wai Wajo area 4
3) Au-Ag-Cu, Pb-Zn, and Mo anomaly in Lowo Polu-Lowo Pelongo in Magepanda area 4) Au-Ag, Cu-Zn and Pb-Mo anomalies in Keli Ndati and Kogogamba in Ratenggo area.
SARI Geologi daerah penyelidikan disusun oleh batuan gunungapi Miosen Formasi Kiro dan Formasi Tanahau, granodiorit dan diorit kuarsa,Batuan sedimen Formasi Laka Pliosen serta batuan gunungapi Kuarter.Batuan gunungapi di daerah ini termasuk tipe kalk-alkalin – toleitik Mineralisasi di daerah ini umumnya ditemukan pada tufa andesitik Formasi Kiro dan tufa dasitik Formasi Tanahau serta terobosan granodiorit yang menunjukkan tipe epitermal dan porfiri? serta dikontrol oleh struktur. Berdasarkan studi fotogeologi, struktur yang dominan serta berhubungan dengan mineralisasi adalah NW-SE dan NE-SW. Indikasi emas dan logam dasar ditemukan dibeberapa tempat pada pendulangan, urat kuarsa apungan dan singkapan. Dari 21 conto batuan yang dianalisis menunjukkan kandungan tembaga yang cukup tinggi (2%) sementara emas hanya menunjukkan kandungan 50 ppb. Studi inklusi fluida pada empat conto urat kuarsa di daerah penyelidikan menunjukkan mineralisasi Cu-Pb-Zn dan Au terbentuk pada zona boiling dan mempunyai dua temperatur pembentukan mineralisasi yaitu yang bertemperatur rendah (170 °C) dan bertemperatur tinggi (320 °C) serta tekanan formasi diperkirakan antara 10 sampai 120 bar. Geokimia prospeksi conto tanah di daerah ini menunjukkan ada empat zona anomali logam dasar dan emas yaitu 1) Anomali Au-Cu-Mo sekitar Lowo Deba dan anomali Ag-Pb-Zn, ke arah NE Lowo Deba pada blok A di daerah Wai Wajo 2) Anomali Cu-Pb-Zn antara Diang Gajah dan Lia Kutu-Ghera di blok C daerah Wai Wajo 3) Anomali Au-Ag-Cu, Pb-Zn, dan Mo di Lowo Polu-Lowo Pelongo daerah Magepanda 4) Anomali Au-Ag, Cu-Zn and Pb-Mo di Keli Ndati dan Kogogamba daerah Ratenggo.
1. PENDAHULUAN Salah satu kegiatan yang, telah dilaksanakan oleh Proyek Inventarisasi dan Evaluasi Bahan Galian Mineral Indonesia pada T.A. 2003 ini diantaranya melakukan inventarisasi dan eksplorasi mineral logam di Wilayah Penugasan Pertambangan (WPP) yang tertuang dalam SK Gubernur Nusa Tenggara Timur Nomor : 290/KEP/HK/2002 tertanggal 11 November 2002 terletak di daerah Kabupaten Sikka dan Ende, NTT. Kegiatan eksplorasi ini dalam rangka realisasi kerjasama teknik bilateral antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Republik Korea yang masing-masing diwakili oleh Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) dan Korea Resources Corp. (KORES/Korea). Kerjasama tersebut tertuang dalam Nota Kesepahaman (MOU) yang pada tanggal 7 Juni 2002 telah ditandatangani antara Dirjen Geologi dan Sumber Daya Mineral dengan KORES dan ditindaklanjuti oleh penandatanganan Scope of Work
5
antara Direktur Inventarisasi Sumber Daya Mineral dengan KORES pada tanggal 13 Agustus 2002. Daerah tersebut dipilih karena berdasarkan hasil penyelidikan terdahulu menunjukkan adanya mineralisasi yang cukup potensial serta mengingat endapan logam dasar dan logam mulia terutama emas merupakan salah satu komoditi andalan bagi pertumbuhan ekonomi nasional, maka penyelidikan ini penting untuk membantu pemerintah daerah setempat dalam rangka usaha menginventarisasi potensi sumber daya mineral di daerahnya masing-masing.
1.1 Lokasi Daerah Penyelidikan Daerah kegiatan inventarisasi dan eksplorasi secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Sikka dan Ende (Gambar 1dan 2) dengan luas wilayah kerja ± 77.250 Ha.
2. GEOLOGI REGIONAL Pulau Flores terbentuk pada kala Cenozoik yang merupakan bagian dalam busur gunungapi Banda berkomposisi kalk-alkalin dan masih aktif sampai saat ini. Busur ini terbentuk cukup luas akibat subduksi kerak samudera Indonesia ke arah utara. Bentuk pulau Flores sekarang ini telah berubah menjadi suatu lengkungan ke arah timur akibat tubrukan dengan tepi benua Australia – New Guinea. Analisis stratigrafi (Gambar 3) dan magmatik memperlihatkan bahwa Pulau Flores merupakan suatu pulau yang muda yang diperkirakan terbentuk pada Miosen Tengah Oligosen Atas (Hendaryono, 1998). Daerah Flores barat ditempati cukup luas oleh lava basaltik – andesitik dan breksi yang berselingan dengan tufa pasiran serta pasir tufaan dari Formasi Kiro (Tmk) dan Formasi ini menjemari dengan batuan gunungapi tua(Tlmv) Miosen bawah sebagai batuan tertua di Flores barat. Di atas Formasi ini diendapkan selaras Formasi Tanahau Miosen Awal (Tmt) terdiri dari lava riolitik, breksi, tufa dan tufa kaca. Kedua Formasi ini diterobos oleh granodiorit Miosen Tengah (Tmg). Berikunya diendapkan Formasi Laka (Tmpl) Miosen Ahir – Pliosen terdiri dari perselingan tufa dengan batupasir tufaan, batugamping pasiran dan batupasir tufaan. Kedudukan Formasi ini menjemari dengan Formasi Waihekang (Tmpw). Di atas Formasi ini diendapkan batuan gunungapi Kuarter (Qtv), terdiri dari lava, breksi dan aglomerat. Satuan batuan termuda adalah aluvium dan endapan pantai (Qac) terdiri dari kerakal, kerikil, pasir dan lumpur serta diendapkan tidak selaras di batuan yang lebih tua.
2.1 Tektonik dan Struktur Regional Sejarah tektonik Pulau Flores dimulai dengan adanya penunjaman lempeng Samudera Hindia ke arah utara – timurlaut di bawah paparan Sunda yang menerus ke arah timur dari Sumatra dan Jawa sekitar 10 juta tahun yang lalu, membentuk busur kepulauan dan Busur Banda. Aktivitas gunungapi yang berhubungan dengan busur tersebut membentuk komposisi batuan terutama andesitik dan basaltik (Gambar 4). 6
Perpindahan yang cepat lempeng Australia/PNG ke arah utara menyebabkan tubrukan dengan bagian timur busur banda yang terjadi pada 3 juta tahun yang lalu, menghasilkan dua formasi busur kepulauan yaitu busur dalam yang membentuk jalur magmatik dan busur luar yang membentuk jalur kepulauan. Struktur yang terbentuk selama penunjaman lempeng samudera mempunyai kesamaan arah dengan terbentuknya struktur sebelum dan sesudah tubrukan dengan lempeng Australia yaitu NW – SE dan NE – SW yang berpasangan dan sejajar dengan busur E – W, sementara N – S kemungkinannya merupakan patahan normal.
2.2 Mineralisasi Sebagaimana telah dibahas oleh para pakar Geologi terdahulu (J.A. Katili,1975; Hamilton,1970; J.C. Carlile & Mitchelle,1994), rangkaian gunung api yang berasal dari busur magmatik Sunda-Banda yang membujur dari P. Sumatera, P. Jawa, Kepulauan Nusa Tenggara Timur dan berakhir di Kepulauan Banda, merupakan tempat kedudukan mineralisasi logam mulia dan logam dasar yang sangat potensial di Indonesia (Gambar 5). Tipe cebakan mineralisasi logam yang terbentuk pada kedua lingkungan busur ini adalah berbeda. Tipe Epitermal bersulfida rendah (low sulphides epithermal type) umumnya terjadi pada lingkungan pengendapan Kontinen, seperti yang ditemukan di Sumatera dan sebagian Jawa-Barat serta sebagian di Jawa-Tengah. Sedangkan ke arah Indonesia bagian timur (Jawa-Timur, Kepulauan di Nusa Tenggara Timur dan Kepulauan Banda) yang umumnya telah dipengaruhi oleh pengendapan busur-kepulauan, banyak ditemukan mineralisasi tembaga dan emas tipe porfiri dan tipe epitermal bersulfida tinggi seperti yang ditemukan di Batu Hijau (P.Sumbawa) di daerah P. Lombok, P. Sumbawa dan P. Wetar dan indikasi mineralisasi logam dasar ( massive sulphide ) bentukan laut dangkal di P. Flores.
2.3 Penyelidik Terdahulu Daerah Wai Wajo telah diselidiki oleh Direktorat Sumberdaya Mineral pada tahun 1999 dan tahun 2002 (Franklin, dkk), sedangkan daerah Ratenggo diselidiki pada tahun 2000 (Akih Sumpena, dkk). Hasil penyelidikan menyimpulkan bahwa daerah Wai Wajo mengindikasikan adanya zona-zona mineralisasi logam dasar di sejumlah tempat seperti Lowo Mego, Lowo Diang Gajah, Lowo Ghera, Lowo Soko dan Lowo Pelongo. Indikasi ini ditunjang oleh hasil analisis kimia batuan yang menunjukkan kandungan terbaiknya untuk logam Cu: 98480 ppm; Pb: 114 ppm; Zn: 18980 ppm; Mn: 2129 ppm; Mo: 20 ppm; Au: 530 ppb; Ag: 12 ppm dan As: 530 ppm. Sementara itu hasil dari paritan uji sepanjang 50 meter di Lowo Deba menunjukkan kadar terbaiknya 1 m @ 50 ppb Au; 6980 ppm Cu dan di parit uji Lowo Diang Gajah menunjukkan kadar terbaiknya untuk 1 m @ 28 ppb Au dan 9391 ppm Cu. Dari hasil geokimia tanah yang diambil pada punggungan dan spur-spurnya di daerah Feondari dan sekitarnya pada tahun 2002, disimpulkan bahwa ada zona anomali logam dasar dan emas di sekitar Lowo Deba, Feondari dan Lia Kutu (lowo Diang Gajah) dengan nilai latar belakang Au: 3 ppb dan Cu: 28,7 ppm. 7
Untuk daerah Ratenggo, berdasarkan hasil penyelidikan tahun 2000 menyimpulkan adanya indikasi mineralisasi logam dasar dan emas berdasarkan hasil analisis kimia dari penyontoan endapan sungai aktif dan batuan di sejumlah tempat seperti di Wologai dan Lowo Lise – Ratenggo yang menunjukkan kandungan unsur dari sedimen sungai Cu: 90 ppm; Au: 20 ppb, dan dari batuan Cu: 0.024 %; Au: 0.44 ppm. Berdasarkan hasil-hasil temuan tersebut, maka zona-zona mineralisasi dan zona-zona anomali sedimen sungai seperti yang telah disebutkan di atas menjadi target untuk ekplorasi yang lebih detail seperti misalnya geokimia tanah bersisitem atau geokimia tanah pada punggungan dan spur-spurnya.
3. HASIL PENYELIDIKAN Dari enam formasi batuan dan batuan terobosan yang menyusun daerah penyelidikan, hanya tiga jenis batuan yang memegang peranan penting sebagai tempat kedudukan mineralisasi dan zona prospek endapan logam dasar beserta mineral ikutannya. Ketiga jenis batuan tersebut adalah tufa andesitik Formasi Kiro, tufa lapili dasitik Formasi Tanahau dan batuan terobosan granodiorit(Gambar 6 - 8) Tufa andesitik yang dominan menutupi daerah penyelidikan umumnya telah mengalami ubahan dan pemineralan. Hasil studi petrografi menunjukkan batuan ini telah mengalami gejala deformasi yang diduga akibat tektonik atau disebabkan oleh terobosan batuan beku granitik – granodioritik, sehingga beberapa mineral menunjukkan gejala retakan-retakan yang diisi oleh mineral mineral lain seperti karbonat dan aktinolit serta beberapa mineral telah terubah antara lain plagioklas terubah menjadi karbonat – lempung – serisit dan opak mineral (KWA – 1/p; KWA – 2/p dan KWB – 1/p). Akibat adanya tektonik dan terobosan batuan beku tersebut, menyebabkan batuan ini termineralisasi dan dari hasil pengamatan lapangan menunjukkan tufa andesitik tersilisifikasi mengandung pirit, kalkopirit, galena, sfalerit seperti pada conto KWA – 2/A, KWA – 4/A, KWA – 12/A, KWB – 1/A dan KWC – 5/A. Hasil analisis kimia conto-conto batuan tersebut menunjukkan kandungan terbaik Cu: 1147 ppm dan Au: 52 ppb. Urat-urat kuarsa sering ditemukan memotong batuan tufa andesitik ini, dan terbentuknya urat-urat tersebut diduga diakibatkan oleh adanya patahan geser sinistral atau dextral yang membentuk jog-jog dilasi yang berfungsi sebagai perangkap mineralisasi berarah timurlaut – baratdaya seperti yang diukur di Lowo Deba. Hasil analisis conto urat-urat tersebut menunjukkan kandungan logam terbaiknya untuk Cu: 1577 ppm dan Au: 20 ppb (KWA – 13/A). Hal yang sama juga ditemukan pada tufa dasitik Formasi Tanahau. Pada satuan batuan ini, ubahan yang berkembang baik terutama klorit, epidot dan kalsit serta di beberapa tempat dijumpai serisit, kaolinit dan kuarsa. Zona ubahan tersebut pada umumnya terisi oleh mineralisasi pirit, kalkopirit, sfalerit dan galena (KWC – 6/A).
8
Di daerah Ratenggo (Keli Ndati), dijumpai mineralisasi dasitik yang terbreksikan dengan diameter 25 – 30 meter dan panjangnya 150 – 200 meter. Zona mineralisasi ini mengandung dominan pirit dan bercak-bercak kalkopirit serta galena. Sementara itu di daerah Mageapanda di Lowo Pelongo, tufa lapili dasitik yang telah diterobos oleh granodiorit dan diterobos lagi oleh dyke andesit dan basalt telah menghasilkan zona mineralisasi yang intensif dan zona tersebut juga terbentuk akibat dipengaruhi oleh dua struktur patahan geser sinistral yang membentuk jog-jog dilasi. Pengamatan lapangan menunjukkan panjang zona ini hampir 250 meter dengan lebar kurang lebih 100 meter. Mineralisasi yang teramati pada batuan ini antara lain pirit dominan, sedikit kalkopirit, sfalerit dan pirrotit. Granodiorit yang ditemukan di daerah Wai Wajo dan Magepanda umumnya telah terubah dan pada bagian yang mengalami ubahan ditemukan mineral serisit, kaolinit dan klorit serta dipotong oleh urat kuarsa – magnetit – kalkopirit. Ubahan serta pemineralan yang terjadi kemungkinannya disebabkan oleh dyke-dyke andesit dan basalt yang menerobos batuan granodiorit ini. Hasil analisis kimia dari conto batuan ini menunjukkan kandungan Cu: 1480 ppm dan Au: 32 ppb (KWC – 1/A). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Formasi Kiro dan Formasi Tanahau serta batuan terobosan granodiorit merupakan tempat kedudukan mineralisasi dan zona endapan logam dasar – logam emas yang prospek serta tempat-tempat kedudukannya umumnya dikontrol oleh struktur patahan timurlaut – baratdaya atau patahan normal utara – timurlaut. Mineralisasi di daerah penyelidikan umumnya ditemukan pada batuan gunungapi Formasi Kiro, batuan gunungapi Formasi Tanahau dan batuan intrusi yang telah terubah (Gambar 10 – 14)). Batuan Formasi Kiro yang termineralisasi tersebut paling umum dijumpai pada satuan tufa andesitik yang telah tersilisifikasi, sedangkan pada satuan batuan lainnya seperti lava andesitik atau batupasir tufaan sangat jarang ditemukan. Sementara itu di batuan Formasi Tanahau, satuan batuan termineralisasi yang umum dijumpai yaitu pada tufa dasitik serta tufa breksi/lapili dasitik tersilisifikasi. Satuan ini menjadi tempat kedudukan mineralisasi disebabkan sifat-sifat fisik dan sifat kimianya yang dimungkinkan masuknya larutan hidrotermal yang berekasi dengan batuan samping selanjutnya mengendapkan mineral-mineral logam pada temperatur dan tekanan yang sesuai. Hal yang sama terjadi di batuan intrusi seperti yang teramati di granodioritik. Tempat-tempat kedudukan mineralisasi ini umumnya pada zona-zona ubahan, seperti pilik, propilik, advanced argilik dan argilik yang terjadi karena pengaruh larutan hidrotermal yang naik bersama-sama intrusi granitik – granodioritik atau disebabkan juga oleh pengaruh dyke-dyke andesitik – basalt yang terbentuk akibat adanya strukturstruktur patahan geser sinistral dan dextral berarah timurlaut – baratdaya serta utara – timurlaut. Pemineralan yang terbentuk pada satuan batuan tersebut di atas dikontrol oleh patahan yang umumnya adalah tipe tersebar, pengisian rekahan dan urat-urat kuarsa. Hasil pengamatan lapangan mineral-mineral yang umum ditemukan adalah pirit, kalkopirit, sfalerit, galena dan oksida besi. 9
Hadirnya mineral-mineral sekunder ini semakin memperkaya kandungan logam, dan kondisi tersebut mencerminkan mineralisasi yang telah terbentuk kemudian dipengaruhi oleh adanya sirkulasi air meteorik yang membawa unsur-unsur seperti Cu yang kemudian bereaksi membentuk mineral ubahan yang kaya akan unsur/logam tembaga seperti yang ditemukan di blok A dan blok C dengan hasil analisa conto batuan KWC – 1/A yang mengandung Cu: 19480 ppm dan Au: 32 ppb dan KWA – 12/A, Cu: 1147 ppm dan Au: 3 ppb. Urat-urat kuarsa yang ditemukan di lapangan umumnya terbentuk memotong batuan tufa andesitik, tufa breksi/lapili dasitik dan granodiorit dengan dimensi bervariasi yaitu lebar 1 – 2 cm sampai 2 meter dan arah umumnya mengikuti arah patahan geser. Hasil analisis kimia conto-conto urat tersebut, mengandung logam Cu yang cukup siknifikan seperti pada conto KWA – 13/A, Cu: 1577 ppm dan Au: 20 ppb, KWA – 4/A, Cu: 1374 ppm dan Au: 52 ppb. Studi mineragrafi pada conto urat (KWA – 5M; KWA – 3M dan KWA – 7M) menyimpulkan mineral-mineral yang ditemukan pada conto tersebut terdiri dari pirit, kalkopirit, kovelit, kalkosit dan oksida besi diperkirakan masiih terbentuk dalam kisaran tipe epitermal atau mungkin mendekati zona epitermal bawah. Studi inklusi fluida pada conto urat KWW – 4RF telah menyimpulkan bahwa di daerah penyelidikan (utamanya di blok A, Wai Wajo) proses pembentukan mineralnya mempunyai dua tipe yaitu mineralisasi temperatur rendah diwakili oleh Ag – Pb – Zn dan mineralisasi temperatur tinggi diwakili oleh Au – Cu – Zn – Mo. Yang masih menjadi pertanyaan adalah ketidak hadiran logam emas pada pengamatan mineragrafi, apakah hal tersebut disebabkan oleh kecilnya kandungan emas pada batuan/urat kuarsa ataukah zona mineralisasi emas di daerah penyelidikan ini sudah sampai pada tingkat paling bawah, sehingga yang tersisa adalah zona mineralisasi logam dasar? (Gambar 9). Berdasarkan data geokimia tanah yang telah diolah menyimpulkan bahwa daerah Ratenggo, Wai Wajo dan Magepanda menunjukkan adanya anomali logam dasar diikuti oleh logam emas. Hal ini didasarkan dari hasil perhitungan kombinasi unsur-unsur logam melalui pendekatan statistik (Gambar 7). Dari penyontoan sistem grid di blok A, B dan C memperlihatkan adanya perbedaan kombinasi unsur-unsur terutama di blok B, sementara perbedaan kombinasi antara blok A dan C tidak begitu kontras. Perbedaan tersebut diduga terkait oleh kondisi geologi dan struktur yang terbentuk di daerah tersebut. Analisis statistik di blok A dan C memperlihatkan kedua daerah tersebut merupakan zona prospek logam dasar serta emas dan itu ditunjukkan dari hasil analisis kima batuan yang menghasilkan kandungan tembaga cukup tinggi yang berasal dari tufa dan batuan intrusi serta urat kuarsa yang berasosiasi dengan kedua batuan tersebut. Di daerah Ratenggo, hasil perhitungan statistik mengasilkan anomali gabungan unsurunsur yang masih bersifat regional. Meskipun demikian hasil analisis urat kuarsa telah 10
mengarakan adanya zona anomali logam dasar yang berasosiasi dengan logam emas seperti yang ditemukan di Keli Ndati dan Kogogamba. Jadi kedua daerah tersebut perlu diusulkan untuk diselidiki pada penyelidikan selanjutnya. Situasi yang sama juga di jumpai di daerah Magepanda seperti di Lowo Pelongo dan Lowo Polu yang mengindikasikan adanya zona mineralisasi sulfida berdasarkan hasil uji statistik yang menghasilkan anomali gabungan unsur-unsur logam dasr. Mineralisasi ini diduga terkait dengan intrusi granodiorit dan kembali diterobos oleh intrusi retas andesit
3.1 Daerah Prospek Dari hasil penyelidikan Eksplorasi Mineral Logam yang telah dilaksanakan di daerah Wilayah Penugasan Pertambangan Wai Wajo Kabupaten Sikka dan Ratenggo Kabupaten Ende ini telah ditemukan indikasi mineralisasi logam di beberapa tempat yang patut untuk ditindaklanjuti. Daerah atau tempat-tempat tersebut antara lain (Gambar 15) : Daerah Ratenggo :
Gn. Keli Ndati, mineral utama pirit tersebar dan pengisian rekahan/retakan, beberapa kalkopirit dan sfalerit pada batuan dasit terbreksikan. Ubahan yang terbentuk antara lain propilitik dari kumpulan (klorit, epidot, kalsit, kuarsa) di beberapa tempat ditemukan ubahan argilik (serisit, klorit, kuarsa). Panjang zona mineralisasi diperkirakan 200 – 250 meter. Kogogamba, mineral pirit dan sedikit arsenopirit bersama urat-urat kuarsa halus pada batuan induk tufa dasitik. Tebal urat 1 – 2 cm pada zona setebal 1 – 1,5 meter berarah U 200° T/90°, tersingkap ± 10 meter. Ubahan yang terbentuk klorit, epidot, kuarsa serta limonitik kuat.
Daerah Wai Wajo :
Wolo Desa/Lowo Deba, mineral utama pirit tersebar dan pengisian rekahan/retakan, beberapa kalkopirit, galena, sfalerit, kovelit dan bornit pada batuan tufa andesitik tersilisifikasi. Di beberapa tempat ditemukan kontak tufa andesitik tersilisifikasi dengan urat kuarsa termineralisasi pirit, kalkopirit, galena, sfalerit. Lebar urat 1 – 2 meter, berarah U 85° T/79°. Ubahan yang teramati adalah, argilik, propilitik dan pilik. Panjang zona mineralisasi ± 700 – 800 meter. Desa Lia Kutu/Lowo Diang Gajah, mineral kalkopirit, bornit, covelit, malakit sedikit galena dan pirit dalam bentuk tersebar serta stockwork pada granodiorit yang telah mengalami ubahan serisit ( kaolinit, K-felspar, kuarsa sekunder dan magnetit). Panjang zona mineralisasi diperkirakan 150 – 200 meter. Desa Lia Kutu/Lowo Mera, mineral pirit, kalkopirit, bornit, kovelit, sedikit galena dan sfalerit bersama-sama urat-urat halus pada breksi andesitik, lava andesitik yang telah mengalami ubahan serisitik (kaolinit, kuarsa). Panjang zona mineralisasi diperkirakan 500 – 600 meter. Desa Ghera/Lowo Sanga, mineral pirit dan kalkopirit sedikit galena tersebar dalam breksi andesitik yang telah mengalami ubahan klorit, epidot, pirit dan granodiorit yang telah mengalami ubahan serisit, kaolinit, kuarsa. Panjang zona mineralisasi diperkirakan 400 – 500 meter. 11
Desa Ghera/Lowo Dagegoge, mineral pirit sedikit kalkopirit, galena bersama urat kuarsa arah U 310 – 320° T; U 110°T/80° pada batuan granodiorit yang telah mengalami ubahan serisit, kaolinit, klorit. Mineral pirit, kalkopirit bersama urat kuarsa berarah U 45 – 50°T/65° pada batuan tufa breksi andesit yang telah mengalami ubahan klorit, epidot, kalsit. Mineral pirit, kalkopirit tersebar dalam granodiorit yang telah mengalami ubahan serisit, kaolinit, kuarsa. Panjang zona mineralisasi diperkirakan 400 – 500 meter.
Daerah Magepanda :
Lowo Magepanda, mineral arsenopirit, pirit sedikit kalkopirit dan sfalerit dalam bentuk tersebar dan pengisian rekahan pada tufa lapili dasitik, tufa andesitik yang telah mengalami ubahan klorit, epidot, kuarsa dan granodiorit serta breksi andesit yang telah mengalami ubahan serisit, kaolinit, kuarsa. Panjang zona mineralisasi diperkirakan 200 – 250 meter dengan lebar kurang labih 90 – 100 meter. Lowo Polu, mineral arsenopirit, pirit sedikit kalkopirit dalam bentuk tersebar dan mengisi rekahan pada dasit, tufa dasitik yang telah mengalami ubahan klorit, epidot, kalsit, kuarsa sedikit serisit dan kaolinit. Panjang zona mineralisasi diperkirakan 400 – 500 meter.
Zona-zona mineralisasi tersebut dapat dilihat pada gambar 7. Daerah-daerah lainnya meskipun menunjukkan adanya indikasi mineralisasi namun tidak begitu kuat dibandingkan zona-zona mineralisasi yang telah disebutkan di atas; kalaupun ada yang menarik, zona tersebut masuk dalam kawasan hutan lindung atau hutan konservasi
4. KESIMPULAN Kompilasi data dan informasi serta interpretasi landsat citra mengenai geologi dan sumber daya mineral telah dilakukan selama berlangsungnya eksplorasi mineral fase pertama di daerah Sikka dan Ende. Di samping itu pemetaan geologi regional dan penyontoan geokimia tanah untuk melokalisir daerah zona mineralisasi dan anomali untuk penyelidikan fase berikutnya juga telah dilakukan. Hasil yang diperoleh pada fase pertama ini menunjukkan adanya indikasi tembaga, timbal dan seng yang prospek serta didukung oleh munculnya indikasi zona anomali logam dasar dan logam mulia di batuan gunungapi, batuan terobosan serta batuan piroklastik Tersier di daerah penyelidikan. Data-data untuk mendukung indikasi tersebut telah diuji melalui analisis kimia pada conto urat kuarsa, batuan termineralisasi, studi inklusi fluida dan pemetaan zona alterasi yang berhubungan dengan struktur geologi serta analisis kimia tanah berikut uji statistiknya. Dengan hasil-hasil tersebut dapat disimpulkan serta diidentifikasikan beberapa zona prospek antara lain : a) b) c) d)
Prospek Keli Ndati untuk mineralisasi tembaga dan seng pada zona alterasi Prospek Kogogamba untuk mineralisasi tembaga dan seng pada zona alterasi Prospek Lowo Polu untuk mineralisasi tembaga pada zona alterasi Prospek Magepanda/Lowo Pelongo untuk mineralisasi tembaga dan seng pada zona alterasi 12
e) Prospek Wolo Desa/Lowo Deba untuk mineralisasi tembaga, timbal dan seng pada zona alterasi f) Prospek Lia Kutu/Ghera untuk mineralisasi tembaga, timbal dan seng pada zona alterasi Kalkopirit dan sfalerit kerap ditemukan di dalam urat kuarsa di daerah penyelidikan tetapi anomali geokimianya relatif rendah. Untuk anomali tembaga telah terdeteksi di Lia Kutu – Ghera dan potensi tembaganya cukup tinggi. Berdasarkan hasil pembahasan potensi bahan galian di Kabupaten Ende dan Kabupaten Sikka, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Hasil inventarisasi dan evaluasi data sekunder yang dituangkan dalan peta digital (GIS) sebaran lokasi mineral dan tabel sumberdaya mineral, maka sebaran titik lokasi keterdapatan bahan galian mineral logam dan non-logam untuk tiap kabupaten diperoleh hasil sebagai berikut :
Jumlah lokasi potensi bahan galian di Kabupaten Ende sebanyak : 44 titik lokasi, yang terdiri dari : o Mineral Logam sebanyak : 2 titik lokasi o Mineral Non Logam sebanyak : 42 titik lokasi Jumlah titik lokasi potensi bahan galian di Kabupaten Sikka sebanyak : 8 titik lokasi, yang terdiri dari : o Mineral Logam sebanyak : 2 titik lokasi
Mineral Non Logam sebanyak : 6 titik lokasi
Daftar pustaka 1. Ahrens, L.H., 1954. Lognormal distributions of the elements. Geochim. Cosmochim. Acta 5, p. 49 – 73. 2. Bandi, S.Djaswadi, S.L.Gaol. 1994, Laporan Pendahuluan Penyelidikan Mineral Logam di Daerah Wolowaru Kab. Ende, Flores - Nusa Tenggara Timur. Proyek Eksplorasi Bahan Galian Logam, SubDirektorat Eksplorasi Mineral Logam, Direktorat Sumberdaya Mineral Bandung. 3. Budhi Priatna, et.al, 2000, Laporan Eksplorasi Geofisika Mineral Logam di Daerah Wai Wajo, Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur, TA. 2000, Direktorat Sumber Daya Mineral Bandung. 4. Franklin dkk, 1999, Eksplorasi Logam Mulia dan Logam Dasar di Daerah Wai Wajo dan Sekitarnya Kabupaten SIKKA – Nusa Tenggara Timur. Proyek Eksplorasi Bahan Galian Mineral Indonesia. SubDirektorat Eksplorasi Mineral Logam, Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung. 5. Franklin dkk, 2002, Inventarisasi Endapan Molibdenum dan Logam Dasar Serta Mineral Logam Ikutannya di Daerah Wai Wajo Kabupaten SIKKA Provinsi Nusa Tenggara Timur, Proyek Eksplorasi Bahan Galian Mineral Indonesia. SubDirektorat Eksplorasi Mineral Logam, Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung.
13
6. Hamilton, W.B., 1979, Tectonics of the Indonesian region. Prof.Paper 1078, U.S.Geol.Surv. Washington, DC, 345 pp. 7. Hendaryono, 1999, Geologie de I’ile de Flores . Apports a l’etude de la geodynamique de l’archipel indonesien oriental. 200 p. ISBN 2-904431-21-7. Resume Francais, indonesien. 8. Katili.J.A., 1975, Volcanism and plate tectonics in the Indonesia Island arc, Tectonophysics, 26,p 165 – 188. 9. J.C, Carlile; A.H.G. Mitchelle, 1994, Journal of Geochemical Exploration 50. 91 - 142 pp. 10. N.Suwarna,S.Santosa, Koesoemadinata., 1990, Geologi Lembar Ende 1:250.000, Nusa Tenggara Timur., Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung. 11. 11. PT.Nusa Lontar Mining, 1987, Contract of Work, First Relinquishment Report, Nusa Tenggara Timur, Indonesia (9757). 12. Sumpena, A. dkk, 2000, Eksplorasi Mineral Logam Mulia dan Logam Dasar Daerah Rotenggo dan Sekitarnya Kabupaten Ende Nusa Tenggara Timur. Proyek Eksplorasi Bahan Galian Mineral Indonesia, SubDirektorat Eksplorasi Mineral Logam, Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung. 13. Tudor, A, 1999, First Relinguishment Report and Upgrade from general Survey Period to Exploration Period, Internal Flores Barat Mining (FBM) report. 14. Tukey, J.W., 1977. Exploratory Data Analysis. Addison-Wesley, Reading, Mass. 506 pp. 15. Van Bemmelen, R.W., 1949, The Geology of Indonesia. Vol.IA, 1st Edition. Govt.Printing office, The Hague, pp 104-136.
14
PENYELIDIKAN ENDAPAN PASIR BESI DI DAERAH PESISIR SELATAN ENDE -FLORES PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Bambang N. W Sub Dit. Mineral Logam SARI Pasir besi merupakan salah satu bahan baku dasar dalam industri besi baja dimanaketerdapatannya di Indonesia banyak dijumpai di daerah pesisir seperti di pesisir Jawa, Sumatera,Sulawesi dan Nusatenggara. Salah satu indikasi adanya pasir besi tersebut yaitu tetdapat di daerah pantai selatan Ende, Nusa Tenggara Timur.Penyelidikan yang telah dilakukan oleh tim eksplorasi dari Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral tahun 2006 diketahui ada empat sektor sebaran pasir besi yang dianggap cukup luas. Empat sektor tersebut terdapat pada Desa Rapo Rindu, Bheramari, Ruku Ramba dan Ondorea. Darisegi pembentukannya endapan pasir besi di daerah ini memiliki umur relatif muda. terbentuknyaendapan ini diduga adalah dari pelindihan dan pencucian yang berjalan secara intensif, dibeberapalokasi ditemukan adanya gundukan pasir besi dengan konsentarsi magnetit tinggi. Hasil analisis laboratorium fisika mineral terhadap sampel-sampel pasir besi tersebut menunjukkan menunjukkan nilai derajat ( MD) berkisar 10 % hingga 50 . Sedangkan hasil analisis kimia menunjukkan nilai Fetotal tertinggi mencapai 37,10 % dan terendah 4,43%. Secara umum kadar(Fe total) berkisar 10 hingga 25%. Berdasarkan hasil studi lapangan (survey permukaan dan pemboran ) dan analisis laboratoriumdiketahui endapan pasir besi tersebut mengalami penurunan kadar ke arah barat (Sektor Ondorea)sedangkan kearah timur mengalami peningkatan kadar (sektor Rapo Rindu, Bheramari, Ruku Ramba). Model sebaran endapan pasir besi di pesisir selatan Ende adalah melensis dimana ke arah barat,kandungan magnetitnya berkurang dengan bertambahnya pasir karbonat (berwarna putihkecoklatan) sedangkan kearah timur kandungan magnetitnya bertambah hal ini diperkuat denganhasil analisis laboratorium. Beberapa faktor yang menyebabkan pola sebaran lapisan di satu daerah berbeda denganlainnya :
Batuan induk, sebagai sumber untuk terbentuknya endapan pasir besi. Faktor fisika - kimia seperti suhu, erosi dan transportasi sungai, arus laut bawah laut dan sungai sebagai media transportasi dan akumulasi material.
Faktor topografi (kemiringan), berperanan penting tempat akumulasi pasir besi
Hasil perhitungan diketahui sumber daya hypotetik seluruhnya sebesar 57.134.358,4 ton konsentrat. 15
PENDAHULUAN Pasir besi sebagai salah satu bahan bakuutama dalam industri baja dan industri alatberat lainnya di Indonesia, keberadaannya akhir-akhir ini memiliki peranan yang sangat penting. Berbagai permintaan dari berbagai pihak meningkat cukup tajam. Potensi dan sebaran pasir besi di Indonesia banyak di jumpai di berbagai pulau seperti di pantai barat Sumatra, pantai selatan Jawa, Kalimantan, Sulawesi, kawasan Nusatenggara, Kepulauan Maluku. Namun demikian sejauh ini kegiatan eksplorasi dan inventarisasi berkaitan dengan endapan besi tersebut belum dilakukan secara menyeluruh, dan sistimatis. Berdasarkan kejadiannya endapan besi dapat dikelompokan menjadi tiga jenis.Pertama endapan besi primer, terjadi karena proses hidrotermal, kedua endapan besi laterit terbentuk akibat proses pelapukan, dan ketiga endapan pasir besi terbentuk karena proses rombakan dan sedimentasi secara kimia dan fisika. Salah satu potensi endapan besi (pasir besi) yang dijumpai di Kepulauan Indonesia di antaranya terdapat di Pantai selatan Ende ,Flores, Nusa Tenggara Timur di mana secara geologi keterdapatan ini sangat dimungkinkan Hasil penyelidikan tinjau yang di lakukan di beberapa tempat di pesisir selatan Sikka dan Ende menunjukkan nilai kadar Fetotalnya mencapai 63% dengan TiO2 1%. Rata-rata kadar Fetotal nya diatas 56% dengan TiO2 <2%, (Bambang N.W., 2005). Daerah kajian endapan pasir besi secara geografis terletak antara 121,45° ~ 121,65°BT dan 8,80° ~ 8,85° dan secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Ende,Kabupaten Ende, Flores. (Gambar 1) Maksud dari kajian ini adalah untuk mengetahui gambaran global keberadaan potensi sumber daya pasir besi di daerah pantai selatan Kabupaten Ende, Flores yang diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi investor yang berminat untuk terjun dalam usaha di bidang pertambangan khususnya pasir besi.
Gambar 1. Lokasi daerah penyelidikanPasir besi di Pesisir selatan Ende
16
Metoda Metoda penyelidikan yang dilakukanya itu penyelidikan lapangan antara lainpemetaan geologi permukaan, pengukuran dengan menggunakan alat ukur TO, pemboran menggunakan hand auger serta sampling untuk analisis laboratorium.
Penyelidikan Lapangan Pemetaan permukaan bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh hubungan antarageologi dipermukaan dan sebarannya denganpembentukan endapan pasir besi di daerahtersebut. Pengamatan dilakukan terutama padadaerah pantai dan sekitarnya. Pengukuran (dengan teodolit jenis TO) dilakukan untuk membuat baseline dan crossline titik-titik pemboran. Tujuannya adalah untuk menentukan penempatan posisi titik bor. Penentuan posisi titik pertama sebagai acuan dalam pengukuran dilakukan dengan GPS. Pemboran dilakukan pada daerah pantai mengandung pasir besi dengan interval panjang (baseline) 400 meter dan lebar (crossline) 200 meter. Pekerjaan pemborandilakukan dengan bor tangan (hand auger) jenis ‚Doomer‛ yang dilengkapi dengan casing Ø 2,5 inchi. Metoda preparasi hasil pemboran adalah sbb : conto-conto pasir besi yang terletak diatas permukaan air tanah diambil dengan sendok pasir (sand auger) jenis ‚Ivan‛ Ø 2,5inchi, sedangkan conto pasir besi yang terletak di bawah permukaan air diambil dengan bailer. Conto diambil untuk setiap kedalaman1,50 meter atau kurang dan dibedakan antara conto dari horizon A (diatas permukaan airtanah), conto horizon B (antara permukaan airtanah dan air laut) dan conto dari horizon C (yang terletak di bawah permukaan air laut). Reduksi conto di kerjakan dengancara ‚increment ‛ berdasarkan J.I.S. ( Japanese Industrial Standard ), dimana conto asli ditampung ke dalam baki kayu berukuran 90 x60 x 2 cm. Pertama conto dari kedalaman tiap1,5 m atau kurang diaduk-aduk hingga homogen, kemudian diratakan sampai setinggi permukaan baki, setelah itu conto dibagi-bagi menjadi beberapa bagian yang sama. Dari tiap bagian masing-masing diambil setengahnya dengan sendok increment berukuran 3 cm x 3 cm x 2 cm. Proses increment ini dilakukan empat lima kali, hingga diperoleh conto seberat sekitar 2 kg. Sisa terakhir dari proses increment tiapkedalaman dari satu lubang bor tersebut dikumpulkan untuk dijadikan sebagai conto komposit. ‚ Increment ‛ juga diberlakukan pada conto tersebut. Pekerjaan Laboratorium Tahap berikutnya adalah pemisahan fraksi magnetit dari non magnetit dilakukan dengan magnet batang 300 gaus secara berulang-ulang sebanyak 7 kali untuk mendapatkan konsentrat yang cukup bersih. Setelah konsentratnya diperoleh, dilakukan penimbangan. Dengan membandingkan berat konsentrat dan berat asal, maka didapat nilai MD (magnetic degree), dengan menggunakan rumus : Berat konsentrat MD = ------------------------- -- X 100 % Berat asal
17
Untuk mengetahui kualitas kandungan besi kadar pada tiap sampel pasir besi tersebut dilakukan analisa unsur Fe2O3, Fe3O4, Fetotal, TiO 2 dan H2O terhadap sampel yang sudahmenjadi konsentrat. Adapun endapan pasir besi yang dimasukan ke dalam perhitungan sumber daya terukur adalah yang mempunyai MD > 7% untuk kuat magnet 300 gauss. Sumber daya terukur total dihitung dengan cara menjumlahkan sumber daya tiap lubang bor. Sumber daya konsentrat tiap lubang dihitung dengan rumus
C = (L X t) X MD X SG
Keterangan : C = L = t = MD = SG =
Sumber daya dalam ton Luas areal pengambilan bor dalam M² Tebal endapan dalam meter Magnetic Degree dalam % Berat Jenis
Geologi Menurut N. Suwarna, dkk (1990) geologi di daerah penelitian dan sekitarnya adalah sebagai berikut : Formation Kiro (Tmk) Merupakan batuan tertua yang terdapat didaerah ini, berumur Miosen Awal, terdiri breksi, warna kelabu tua-kelabu muda, komponen andesit, basal, berukuran 0,5 – 5cm, lava, bersusunan andesit- basal, kelabu muda ~ kehijauan dan kehitaman, porfir,sebagian terkersikan, terkalsitkan dan terkhloritkan, kekar lapis, sebagian bersisipan breksi, tufa pasiran dan batu pasir tufaan,sisipan warna kelabu, berlapis 25° – 50° arah jurus barat lauttenggara, tebal satuan sekitar 1000 meter – 1500 meter. Batuan ini tersebar terutama di sekitar Kali Kiro, Desa Walogai, Keli Wumbu, dan Mbotu Mapolo, sebagiandijumpai dipantai selatan Ende. Formasi ini ditumpangi secara tidak selaras diatasnya oleh Formasi Nagapanda. Formasi Nangapanda (Tmn) Terdiri dari batu pasir, batu tufa berlapis,dan breksi. batu pasir, hijau, halus ~ kasar,menyudut tanggung – membundar, padat, berlapis baik.; Breksi, merupakan breksi vulkanik, bersifat andesitik-basaltik, dengan ukuran komponen bervariasi dari beberapa cm hingga 30 cm. Tebal singkapan mencapai 30cm. Formasi ini membentuk morfologi yang cukup kasar dengan ketebalan diperkirakan sekitar 2000 meter dan menjemari dengan Formasi Kiro di bagian timur.
18
Formasi Tanahau (Tmt) Lava, breksi. Lava, berkomposisi dasitik, setempat struktur bantal. Breksi terdiri dari komponen bersifat dasitik dengan semen tufa pasiran terkersikkan dan termineralkan. Batuan Intrusi Diorite (Tdi), dasit (Tda), dan andesit(Ta) berumur Miosen Bawah, diorite kuarsa(Tmd) and granodiorit (Tg) Miosen Tengah. Intrusif sebagai stok, retas dan sill, pad abeberapa tempat dibuktikan dengan sifat sirkular kecil. Batuan intrusi andesit lokal terdapat di pantai selatan Ende. Product Volcanik tua (QTv) Satuan ini adalah produk dari active volcanoes G. Beliling, Tedeng, dan Todo dibagian barat Flores, di bagian tengah Flores, terutama terdiri dari sisipan breksi, lava dan tuff dengan dominant andesit ~ basal, umur Pliosen. Product Volcanik muda (Qhv) Secara tidak selaras menumpangi satuan yang lebih tua, terutama terdiri dari material vulkanik yang tidak terkonsolidasi G. Wai Sano sebagai hasil erupsi, terdiri dari lahar, breksi, lava, bomb, lapilli, tuff, tuff pasiran dan pumice, komposisi andesit-basal berumur Holosen. Endapan Teras pantai (Qct) Satuan ini secara tidak selaras menumpangi satuan lebih tua, terdiri dari sisipan konglomerat dan batu pasir kasar agak sedikit karbonatan, umur Holosen. Endapan Aluvial dan endapan pantai (Qa) Terdiri dari material rombakan sungai karena pengangkatan terdiri dari kerikil, kerakal dan pasir, terutama terjadi pada sungai besar dekat pantai berupa endapan teras.
Struktur Geologi Struktur geologi yang dijumpai di daerah pesisir selatan khusunya Ende adalah lipatan, sesar dan kelurusan. Arah struktur timurlaut-baratdaya, beberapa memiliki arah baratlaut-tenggara. Batuan yang mengalami perlipatan secara kuat pada Formasi Nangapanda dengan kemiringan perlapisan dari 15˚~ 50˚. Struktur terjadi pada Formasi Kiro dan Nangapanda yang merupakan formasi tertua. Sumbu lipatan sinklin yang memiliki arah baratdaya –timurlaut. Selain struktur lipatan di kawasan ini juga ditemukan struktur sesar. Jenis sesar yang berkembang adalah sesar normal dan sesar geser. Sesar normal berarah baratlaut-tenggara dan timurlaut – baratdaya. Sesar ini terdapat pada batuan Miosen dan Plio – Plistosen, 19
diperkirakan terjadi pada Plistosen. Sesar geser teramati pada Formasi Kiro dan Formasi Nangapanda. Gambaran umum geologi serta urut-urutan stratigrafi regional dapat dilihat pada gambar 2 dan gambar 3. Gambar 2. Peta geologi regional daerah Flores
Gambar 3 Stratigrafi regional daerah penyelidikan
20
Mineralisasi Pembentukan endapan pasir besi memilikiperbedaan genesa dibandingkan denganmineralisasi logam lainnya. Pembentukanpasir besi adalah merupakan produk dariproses kimia dan fisika dari batuan yangmenengah hingga basa atau dari batuanbersifat andesitik hingga basaltik. Proses inidapat dikatakan merupakan gabungan dariproses kimia dan fisika. Di daerah pantai selatan Kabupaten Ende,endapan pasir pantai di perkirakan berasaldari akumulasi hasil desintegrasi kimia danfisika seperti adanya pelarutan, pengahncuranbatuan oleh arus bawah laut, pencucian secaraberulang ulang, transportasi danpengendapan. Menurut Subandoro dan Pudjowaluyo(1972) di Pulau Flores secara umum terletak pada busur batuan vulkano-plutonik yangmasih aktif mirip dengan Pulau Jawa dimanaendapan besi mengandung titan ditemukansepanjang pantai selatan. Agaknya batuanvolkanik Flores adalah merupakan sumberutama pasir besi pantai yang ada sekarang.
HASIL PENYELIDIKAN Dalam penyelidikan lapangan diperolehdata sbb :
Jumlah titik pemboran sebanyak 45 titik. Jumlah kedalaman pemboran adalah 111,6 meter. Jumlah conto terambil sebanyak 90 conto.
Berdasarkan pada kriteria kelayakanpengukuran dan titik pemboran, penyelidikan di kawasan ini di lakukan pada empat sektor yaitu : 1. Sektor Rapo Rindu, pengukuran dan pemboran dilakukan di daerah Rapo Rindu, km 18 arah barat Kota Ende. Hasilnya 14 titik ; 8 titik baseline dan 6 titik crossline 2. Sektor Bheramari, pengukuran dan pemboran dilaksanakan di sebelah timur Rapo Rindu ± 14 km arah barat Kota Ende. Hasil pemboran 6 titik : 3 titik baseline dan 3 titik crossline 3. Sektor Ruku Ramba, Pengukuran dan pemboran dilakukan, km 10 arah barat Kota Ende. Hasil pemboran 9 titik ; 5 titik baseline dan 4 titik crossline 4. Sektor Ondorea, terletak di bagian barat daerah penyelidikan, tepatnya di km 23 arah barat Kota Ende. Hasil pemboran 14 titik ; 7 titik baseline dan 7 titik crossline. Penyelidikan laboratorium diperoleh hasil sebagai berikut : MD berasal dari lokasi OR 7/A1 sebesar 52,17%, ASG 3,84. Sedangkan MD terendahter dapat di lokasi RA8/B yaitu sebesar 2,59 , ASG 2,74 terdapat pada lokasi RA8/B. Nilairata-rata MD umumnya berkisar 10 % ~ 30 %.Untuk masing-masing sektor nilai tertinggidan terendah sbb :
21
Secara keseluruhan nilai rata-rata dari sektor Rapo Rindu MD 20,84 % dan ASG 3,245; Bheramari MD 20,68 % dan ASG 3,19; Ruku Ramba MD 20,69 % dan ASG3,15 dan sektor Ondorea memiliki MD 13,75% dengan ASG 3,193. Nilai Fetotal tertinggi dan terendah untuk masing-masing sektor : Sektor Raporindu Fetotal nilai tertinggi 22,35% dan terendah 4,43%; Bheramari Fetotal nilai tertinggi 22,69% terdapat pada BM2/B dan terendah 9,23% pada BM 1/A1. Ruku Ramba Fetotal nilai tertinggi 31,39% terdapat pada lokasi RR 3/2/A2 dan terendah 10,86% terdapat pada lokasi RR 1/2/B. Sedangkanuntuk sektor Ondorea Fe total nilai tertinggi37,10 % terdapat pada OR7/A1 dan nilaiterendah 8,92 % pada OR 5/2/A1. Adapun nilai Fetotal rata-rata masing-masing sektor ; Raporindu 23,96 %,Bheramari 15,37 %, Ruku Ramba 18,14%dan Ondorea 19,74 %. Nilai TiO2 pada umumnya menunjukkan dibawah 2%, kecuali di beberapa lokasi seperti di BM2/2/A2 TiO2 = 2,35%, RA 4/A1= 2,27%, RR3/2/A2 TiO2 = 2,52%, OR 7/A1TiO2 = 4,97%, OR6 /A1 = 3,41%, dan OR7/2/A1 = 5,22% dari hasil analisis menunjukkan nilai TiO2 diatas 2 banyak terdapat di sektor Ondorea atau sektor OR. Gambaran sebaran masing-masing sektordapat dilihat pada Gambar 4 – 7. Perhitungan potensi dilakukan dengan metoda ‚Area of influence‛ dengan prinsip bahwa satu lubang bor memiliki daerah pengaruh ½ jarak terhadap lubang bor di sampingnya, hasil perhitungan disajikan dalam tabel-1.
Gambar 4 Peta Lokasi Hasil Pemboran Sektor I Rapo Rindu (RA)
22
Gambar 5 Peta Lokasi Hasil Pemboran Sektor II Bhera Mari (BM)
Gambar 6 Peta Lokasi Hasil Pemboran Sektor III Ruku Ramba (RR)
23
Gambar 7 Peta Lokasi Hasil Pemboran Sektor IV Ondorea (RA)
Beberapa gambar & tabel tidak bisa dicopy
PEMBAHASAN Dari hasil survey lapangan dan analisis laboratorium diketahui di sepanjang pantai selatan Kabupaten Ende empat daerah atau sektor yang dianggap paling memungkinkan untuk terbentuknya akumulasi endapan pasirbesi yaitu sektor Rapo Rindu, Bheramari, Ruku Ramba dan Ondorea. Pada sektor 1(Rapo Rindu/RA), ketebalan lapisan kaya besi magnetit terdapat pada RA6, mengalami menipis pada RA5 dan RA4. Pada RA2 ketebalan lapisan mengandung besi magnetit mulai menebal kembali. Sedangkan ke arah barat (RA7 dan RA8) terjadi menipis lapisanmengandung magnetit secara drastis. Ke arah timur yaitu pada sektor Ruku Ramba, pola perlapisan yang mengandung pasir besi magnetit dari RR1~ RR5 mengalami menebalan, ini terutama terlihat terutama pada titik bor RR5. Ketebalan lapisan mengandung magnetit di sektor ini mencapai 3,2 meter. Sedangkan di sektor Ondorea penipisan lapisan terjadi ke arah barat ditandai dengan adanya deplesi lapisan pasir magnetit serta meningkatnya lapisan pasir kuarsa/gamping. Ciri fisik dipermukaan ditandai dengan warna putih yang dominan. Hasil analisis laboratorium umumnya menunjukkan bentuk garis linier baik pada sektor Rapo rindu, Ruku ramba maupun Ondorea. Ini menunjukkan hubungan sejajar antara
24
kandungan nilai pasir magnetit dengan Fe Total nya. Dimana jika kandungan pasir bermagnet di suatu daerah dominan maka nilai derajat secara otomatis kemagnetan tinggi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan pola sebaran lapisan di satu daerah berbeda dengan daerah lainnya (melensis misalnya). Faktor-fkator / parameter tersebut diataranya :
Batuan induk, merupakan sumber asal untuk terbentuknya endapan pasir besi. Faktor penghancuran fisika - kimia seperti suhu, erosi dan transportasi sungai, arus laut bawah laut dan sungai sebagai sebagai media transportasi dan akumulasi material. Faktor topografi (kemiringan), memegang peranan penting sebagai tempat akumulasi endapan pasir besi disuatu tempat (basin).
Jadi adanya bentuk dan pola sebaran endapan pasir besi yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lain dimana terjadi pengayaan misalnya, ini sangat di tentukan oleh faktor/parameter tersebut diatas. Sebagai contoh di sektor Rapo Rindu akumulasi pasirbesi relatif lebih banyak dibandingkan dengans ektor lainnya. Tetapi sebaliknya di sektor Ondorea pasir besi berkurang ke arah baratdengan meningkatnya pasir dari batuan karbonat. Gambaran global polapembentukan tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini (Gambar 9).
KESIMPULAN Keterdapatan endapan pasir besi dikawasan pesisir selatan Kabupaten Ende diperkirakan merupakan endapan yang terbentuk dari akumulasi hasil disintegrasi fisika dan kimia batuan vulkanik tua didaerah ini yang bersifat, dari kisaran dasitik hingga basaltik. Secara fisik endapan pasir besi di daerah pesisir selatan Ende relatif muda dimana prosesnya diduga dari pelindihan dan pencucian yang berjalan cukup secara intensif sampai sekarang sehingga di beberapa lokasi menghasilkan konsentrat magnetit yang tinggi. Model endapan pasir besi yang terdapat dipesisir selatan Ende diperkirakan bentuk melensis dimana ke arah barat, kandungan magnetitnya berkurang dengan bertambahnya pasir karbonat (berwarna putih kecoklatan) sedangkan kearah timur kandungan magnetitnya bertambah hal ini diperkuat dengan hasil analisis laboratorium. Hasil gabungan data pemboran dan analisis laboratorium diketahui potensi endapan pasir besi berurutan dari yang besar terdapat pada sektor Rapo Rindu, Bheramari,Ruku Ramba dan Ondorea dengan jumlah sumber daya hypotetik seluruhnya sebesar 57.134.358,4 ton konsentrat.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak Direktur, serta semua pejabat terkait dilingkungan jajaran Pusat Sumber Daya Geologi yang telah memberikan bantuan 25
kepada kami berupa kesempatan, dorongan dan saran sehingga terwujudnya tulisan ini. Koreksi dan saran kami nantikan guna penyempurnaan tulisanini.
DAFTAR PUSTAKA Bambang N. Widi., 2005, Laporan HasilPenyelidikan Tinjau Endapan Pasir Besi di Kabupaten Sikka, Nusa TenggaraTimur. PT. Ever Mining. Bambang W., Kisman, A. Said, Soepriadi,Budiharyanto, 2005, Eksplorasi Logam Besi di Pesisir Selatan Kabupaten Ende,Provinsi Nusa Tenggara Timur, Direktorat Inventarisasi Sumber DayaMineral, Bandung. Bandi, S.Djaswadi, S.L.Gaol, 1994, LaporanPendahuluan Penyelidikan Mineral Logam di Daerah Wolowaru Kab. Ende,Flores - Nusa Tenggara Timur , DirektoratSumberdaya Mineral, Bandung. Franklin dkk., 1999, Eksplorasi Logam Mulia dan Logam Dasar di Daerah Wai Wajo dan Sekitarnya Kabupaten SIKKA – NusaTenggara Timur , Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung. Suwarna N., S. Santosa, S. Koesoemadinata.,1990,Geologi Lembar Ende 1:250.000, Nusa Tenggara Timur , Pusat Penelitiandan Pengembangan Geologi Bandung. Subandoro dan Pudjowaluyo, 1978, Iron Sand Occurrences In The Coastal Areas of Flores, Mineral Resources In AsianOffshore Areas , CCOP , Singapore. Van Bemmelen, R.W., 1949, The Geology of Indonesia. Vol. IA,1st Edition . Govt.Printing office, The Hague, pp 104-136
26
EKSPLORASI PASIR BESI DI KABUPATEN MANGGARAI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Franklin Kelompok Program Penelitian Mineral Logam
S A R I Kabupaten Manggarai merupakan salah satu daerah yang dilalui oleh jalur magmatik Sunda – Banda yang secara tidak langsung implikasinya merupakan salah satu tempat kedudukan mineralisasi logam yang potensil salah satunya adalah pasir besi. Hasil penyelidikan yang telah dilakukan di daerah Nangarawa seluas 3 Km x 40 m sejajar garis pantai, ketebalan rata-rata lapisan pasir yang mengandung besi 2,23 m, persentase kemagnetan 5,65 % dan berat jenis 3,11 telah menghasilkan sumber daya terunjuk sebesar 343.300 ribu ton pasir besi. Sumber daya ini masih dimungkinkan bertambah lagi mengingat belum seluruhnya diselidiki terutama ke arah barat. Apabila hasil analisis kimia menunjukkan kadar besi total kurang lebih 56 % Fe, maka potensi sumber daya pasir besi di daerah ini cukup prospek untuk dikembangkan mengingat permintaan pasar yang jatuh pada kisaran angka tersebut cukup banyak.
PENDAHULUAN Makalah ini merupakan penjabaran serta interpretasi data lapangan yang mencakup data geologi, dan pemboran di daerah Nangarawa Kabupaten Manggarai Flores Nusa Tenggara Timur yang di perkirakan merupakan daerah potensi endapan pasir besi. Hasil penyelidikan ini didasarkan pada studi kuantitatif pada batuan dan karateristik mineral seperti misalnya melalui pemetaan geologi, analisis ayak serta komparasi data hasil penyelidikan tahun 2005. Penyelidikan yang telah dihasilkan ini bukan dimaksudkan untuk dipakai sebagai perbandingan terhadap keterdapatan endapan pasir besi beserta mineral ikutannya di daerah-daerah lainnya. Daerah penyelidikan terletak pada koordinat UTM 245.578,2 mN dan 9.020.206,6 mE dengan luas kurang lebih 343.300 meterpersegi (Gb.1). Penerbangan domestik tersedia dari Bandung/Jakarta ke ibukota kabupaten Manggarai dan dilanjutkan dengan kendaraan roda empat ke Desa Nangarawa kurang lebih tiga jam.
PENYELIDIK TERDAHULU 27
Daerah Nangarawa telah diselidiki secara sistematik oleh Direktorat Sumber Daya Mineral pada tahun 2005 (kerjasama antara Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral ~ DIM dengan Pemerintah Kabupaten Manggarai) yang difokuskan pada inventarisasi sumber daya alam termasuk di dalamnya logam dasar dan logam mulia. Hasil inventarisasi menunjukkan kadar magnetit (Fe3O4)= 41%, piroksen = 42,5%, kuarsa= 11,5%, olivin= 3,5% dengan perkiraan endapan pasir besi lebar 300 meter dan panjang 3 kilometer. Berdasarkan data dan informasi tersebut, maka pada tahun 2006, daerah tersebur kembali diselidiki dengan metoda eksplorasi pemboran.
Hasil Penyelidikan Morfologi : Kondisi fisik daerah ini sebagian besar terdiri dari pegunungan dan perbukitan dengan kemiringan lebih dari 40° (70,45% dari total luas wilayah), sedang daerah yang agak landai kurang dari 15 persen. Di antara perbukitan yang agak landai, masyarakat setempat membuka areal persawahan, perladangan, perkebunan dan padang peternakan. Berdasarkan ketinggiannya luas wilayah yang mempunyai ketinggian > 1000 m mencapai 12,67%, ketinggian 500 – 1000 m 32,40%, ketinggian 100 – 500 m 40,62% dan 0 – 100 m 14,29%. Dari peta DEM dan kenampakan 3 dimensinya serta dari citra dan topografi, daerah pegunungan dijumpai di bagian tengah (foto 1 dan 2). Litologi - Batuan Hasil Gunungapi Tua (QTv) Satuan ini merupakan hasil kegiatan gunungapi aktif seperti G. Watueri serta G. Bajawa di Flores Tengah yang terutama terdiri dari perselingan breksi, lava dan tufa dengan komposisi utama andesit sampai andesit-basaltik. Di daerah penyelidikan satuan ini menutupi bagian tengah sampai kedataran yang lebih rendah dan satuan ini berumur Pliosen (Gb.2). Undak Pantai (Qct), Satuan ini menutup secara tidak selaras batuan yang lebih tua dan diendapkan hanya pada lembah besar Nangarawa. Satuan ini terdiri dari perselingan konglomerat dan batupasir kasar, sedikit gampingan. Endapan Pantai dan Aluvial (Qa), Endapan pantai dan alluvial Kuarter mengisi lembahlembah sungai terutama pada sungai-sungai besar Nangarawa dan undak yang terangkat. Satuan ini terdiri dari bahan-bahan yang kurang padat dan kompak yang berasal dari aliran sungai dengan ukuran bervariasi dari bongkah sampai lempung (Foto 3). SUMBER DAYA Luas Daerah Pengaruh : Panjang pantai 3000 meter, Lebar rata – rata 70 meter, jarak antar titik bor pada sumbu panjang 200 meter dan sumbu lebar 40 meter, maka luas daerah pengaruh = 343,300 meter persegi.
28
Penentuan Persentase Kemagnetan (MD) : Persentase kemagnetan ditentukan dengan membagi berat konsentrat yang dihasilkan dari pemisahan magnet dengan conto lapangan yang telah direduksi hingga menjadi 100 gr kemudian dikalikan 100 %, maka diperoleh harga MD atau dengan rumus dapat digambarkan sebagai berikut: MD = Berat Konsentrat/Berat conto hasil reduksi x 100 %. MD rata-rata yang diperoleh di lapangan adalah = 5,65 %
Pengukuran Dan Perhitungan Berat Jenis Pasir Besi : Analisis dilakukan dengan cara conto asli (crude sand) seberat 100 gram dimasukkan ke dalam air yang diketahui volumenya di dalam gelas ukur. Untuk memudahkan perhitungan ditetapkan volume 200 cc, apabila kenaikan air menjadi A cc, maka volume pasir yang dimasukkan = A – 200 cc. Jadi Berat jenis = 100/(A – 200) gram/cc. Hasil perhitungan menunjukkan Berat Jenis ratarata adalah = 3,11 ton/m3.
Sumber Daya Pasir Besi : Penentuan potensi endapan pasir besi dilakukan dengan metoda daerah pengaruh dengan menggunakan formula C = (L x t) x MD x SG C = sumber daya dalam ton L = luas daerah pengaruh dalam m2 t = tebal rata-rata endapan pasir besi dalam meter MD = prosentase kemagnetan dalam persen SG = Berat jenis dalam ton/m3
Berdasarkan formula tersebut sumber daya pasir besi di daerah Nangarawa dapat di tentukan yaitu : Luas daerah pemboran = 343.300 m2, Tebal rata-rata endapan pasir = 2,23 m, MD rata-rata = 5,65 %, SG rata-rata = 3,11. Jadi sumber daya pasir besi adalah C = 343.300 m2 x 2,23 m x 5,65/100 x 3,11 ton/m3 = 134.520,20 ton.
Potensi Logam Besi : Berdasarkan hasil analisis kimia kadar besi daerah Nangarawa adalah : %, maka potensi logam besi di Nangarawa adalah :
KESIMPULAN Hasil penyelidikan yang telah dilakukan di daerah ini seluas 3 Km x 40 m sejajar garis pantai, ketebalan rata-rata lapisan pasir yang mengandung besi 2,23 m, persentase kemagnetan 5,65 % dan berat jenis 3,11 telah menghasilkan sumber daya terunjuk sebesar 343.300 ribu ton pasir besi. Sumber daya ini masih dimungkinkan bertambah lagi mengingat belum seluruhnya diselidiki terutama ke arah barat (masuk kecamatan Borong). Apabila hasil analisis kimia yang sedang dalam proses menunjukkan kadar besi total kurang lebih 56 % Fe, maka potensi sumber daya pasir besi di daerah ini cukup prospek untuk dikembangkan mengingat permintaan pasar yang jatuh pada kisaran angka tersebut cukup banyak. Namun jika sebaliknya yang terjadi, maka sumber daya tersebut 29
dapat dipakai sebagai tambahan basis data daerah sambil menunggu perkembangan teknologi yang dapat mengolah bijih besi dengan spesifikasi kadar yang lebih rendah. ACUAN Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Manggarai, 2003: Laporan Akhir Inventarisasi dan Evaluasi Bahan Galian Mineral di Daerah Kabupaten Manggarai, provinsi Nusa Tenggara Timur. Franklin et.al., 2002, Joint Cooperation on Metallic Mineral Exploration in TebedoDalong-Bolol, Manggarai, NTT, DMRI-Kores. Pemerintah Kabupaten Manggarai, 2001, Manggarai dalam angka 2001, Manggarai.
30
POTENSI TAMBANG http://www.nttprov.go.id/bkpmd/web/index.php?hal=pottambang Sektor pertambangan dan energi di NTT belum memberikan sumbangan yang signifikan terhadap perekonomian, hal ini disebabkan karena potensi sector pertambangan dan energi yang ada di beberapa wilayah belum dikelola secara maksimal. Hampir di semua wilayah di NTT potensi bahan galian A dan B (mineral dan logam) seperti nikel, emas, tembaga, timah, pasir besi serta bahan galian C lainnya. Potensi energi terbarukan seperti matahari, angin, mikro hidro untuk pembangkit energi skala kecil memiliki potensi untuk dikembangkan, potensi panas bumi di Mataloko dan Ulumbu serta daerah-daerah lainnya di pulau flores memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi pembangkit tenaga listrik skala sedang dan besar. a. Potensi Pertambangan Umum Bahan Galian C 1). Barit Barit terjadi karena berasosiasi dengan batu lempung. Digunakan untuk lumpur pengeboran, industri cat, kertas dan plastic. Lokasi di Kabupaten Lembata dengan cadangan diperkirakan sebesar 62.500m3. 2) Aragonit Terjadi karena bersaosiasi dengan batu gamping. Berwarna coklat bening, bersifat transparan, kristalisasi, kondisi stabil dan berubah menjadi kalsit. Digunakan untuk bahan industri kosmetik. Lokasinya di Kabupaten Kupang dengan cadangan 7.360.562m3 Kabupaten Kupang - Cadangan : 7.360.562 m2 Kabupaten Sumba Timur - Cadangan : Tidak terdeteksi 3) Batu Gamping Merupakan batuan pospat yang sebagian besar tersusun oleh mineral kalsium karbonat (CaCo3). Digunakan untuk bahan baku terutama pembuatan semen Portland, industri keramik, obat-obatan, dall. Lokasi terbanyak di Kabupaten Manggarai dengan cadangan 5.558.771.299m3 Lokasi dan Cadangan Bahan Galian Batu Gamping No
Kabupaten
Cadangan
1.
Kupang
3.575.260.000 m2
2.
TTS
41.233.125 m2
3.
TTU
186.928.000 m2
4.
Belu
2.279.400.000 m2
5.
Alor
319.605.000 m2
6.
Lembata
262.380.000 m2 31
7.
Flores Timur
8.
Sikka
54.690.000 m2
9.
Ende
7.698.000 m2
10. Ngada
7.470.000 m2
37.000.000 m2
11. Manggarai
5.558.771.299 m2
12. Sumba Barat
4.708.606.782 m2
13. Sumba Timur
3.704.907.916 m2
Data : Dinas Pertambangan Provinsi NTT . 4) Batu hias/warna Merupakan batuan sediment Zeolin yang berwarna hijau pucat hingga coklat pucat dengan bentuk butir membulat tanggung yang diendapkan di daerah pantai sebagai proses abrasi dan transportasi. Digunakan untuk ornament dan taman. Lokasinya di Kabupaten Alor terbanyak dengan cadangan 26.000.000 m3
Lokasi dan Cadangan Bahan Galian Batu Warna No
Kabupaten
Cadangan
1.
Kupang
10.359.750 m2
2.
TTS
5.967.360 m2
3.
Alor
26.000.000 m2
4.
Ende
270.000 m2
5.
Sumba Timur
12.500 m2
Data : Dinas Pertambangan Provinsi NTT 5) Batu Sabak Berasal dari serpih atau lempung, berbutir halus dan kecil, umumnya berwarna abu-abu, hitam, ungu dan merah. Digunakan untuk papan tulis, bahan atap dan trotoar. Lokasinya di Kabupaten Sumba Timur, cadangan sebesar 616.605.800 m3 6) Batu setengah permata Merupakan mineral yang terbentuk secara alamiah, jarang ditemukan atau langka, keras indah dan tahan terhadap reaksi kimia. Keindahannya berkaitan erat dengan sifat-sifat optis dari batuan itu sendiri seperti daya dispersi (permainan warna). Lokasinya terdapat di Kabupaten TTU dengan cadangan sebesar 148...750 m3 7). Bentonit
32
Merupakan bahan galian yang terdiri dari lempung monmorilonit, mempunyai sifat mengembang apabila terkena air atau basah. Digunakan sebagai bahan pemutih/pemucat minyak kelapa, sebagai lumpur penahan lubang bor agar tidak runtuh, lokasi bahan galian di Kabupaten Ngada dengan cadangan sebesar 10.000 m3
8). Dolomit Disebut juga kapur magnesium (magnesium limestone), terjadi apabila beberapa unsure kalsit (Ca) dalam batu gamping di ganti oleh magnesium (mg), dengan susunan kima CaMg (Co 3)2 Dolomit merupakan bahan pembuat semen, bahan refraktori dalam tungku pemanas/tungku pencair, bahan pupuk (unsure Mg) dan pengatur Ph tanah, pengembangan dan pengisi cat, plastik dan kertas. Lokasinya terdapat di Kabupaten TTS dengan cadangan 14.976.000 dan Manggarai dengan cadangan 350.000.000 m3 9). Feldspar Merupakan pembentuk batuan seperti granit dan diorite, berwarna putih keabu-abuan, hijau muda, dan kuning kotor. Digunakan untuk bahan porselin dan bedak penggosok, sebagai fluk dalam industri keramik, gelas dan kaca, sebagai bahan pembuat semen, bahan refraktori dalam tungku pemanas/tungku pencair, bahan pupuk (unsure (Mg) dan pengatur Ph tanah, pengembangan dan pengisi cat, plastik dan kertas.
Lokasi dan Cadangan Bahan Galian Feldspar No
Kabupaten
Cadangan
1. Ende
2.000 m2
2. Sumba Timur 3. Manggarai
5.340.000 m2 456.462.499 m2
Data : Dinas Pertambangan & Energi Provinsi NTT . 10. Gipsum Terbentuk sebagai akibat evaporasi (penguapan) air laut, berwarna putih bening dengan sedikit pengotoran, kuning, abu-abu, merah dan jingga. Digunakan sebagai bahan campuran semen Portland, bahan pengisi dan penetral keasaman tanah. Cadangan bahan galian Gipsum paling banyak terdapat di Kabupaten Kupang, Alor, Flores Timur (daratan Flors pada Umumnya) dan Kabupaten TTU.
Lokasi dan Cadangan Bahan Galian Gipsum. No
Kabupaten
1.
Kupang
2.
TTU
Cadangan 11.214.800 m2 6.000 m2 33
3.
Alor
4.
Flores Timur
1.179.125 m2 182.850 m2
Data : Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTT 11). Kalsit Merupakan mineral dengan senyawa CaCo3, terdapat dalam bentuk kristal, banyak ditemukan di daerahsebaran batu gamping, dapat juga ditemukan dalam urat (Vein mineral) dalam gua kapur (Stalakit dan Stalagmit), mata air panas (sebagai travertine) dalam cangkang binatang koral, siput dan tiram (moluska), berwarna putih dan kuning, karet dan alat-alat optik. Cadangan bahan galian kalsit banyak terdapat di Kabupaten Kupang sebesar 8.656.875 m3 12) kaolin Merupakan massa batuan yang tersusun oleh mineral berukuran lempung dengan kualitas tinggi dan dengan kandungan besi yang rendah, dan berwarna putih. Digunakan dalam industrik keramik, cat, kosmetika, pasta gigi, detergen, farmasi, pestisida dll. Cadangan bahan galian kaolin banyak terdapat di kabupaten alor sebesar 2.550.000 m3 13) lempung Terjadi sebagai hasil pelapukan dari batuan asalnya (residual clay) ataupun karena proses transportasi dan diendapkan (sedimentary clay). Digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan semen portland dan dalam industri keramik, batu tahan api dll. Cadangan bahan galian ini banyak terdapat di kabupaten sumba timur sebesar 4.238.608.698 m3 14) Oker Merupakan endapan mineral yang berasosiasi dengan air panas dan banyak mengandung besi sehingga berwarna merah. digunakan sebagai zat perwarna dalam pembuatan cat dan tinta, industri kater dan kertas, .Permadani, tegel, bahan plastik serta sebagai bahan untuk logam dan gelas. Cadangan bahan galian oker banyak terdapat di Kabupaten Sumba Timur sebesar 2.534.614.750 m3. 15) Pasir Kuarsa Merupakan mineral sebagai bahan pembentuk batuan bersifat asam seperti granit berwarna putih bening, putih susu dan ungu (amethyst). Digunakan sebagai bahan dalam industri gelas/kaca, optic, keramik dan abrasit. Lokasi galian ini terdapat di Kabupaten Alor, dengan cadangan sebesar 1.250.000 m3. 16) Perlit Merupakan batuan yang terbentuk karena magma kental mencapai permukaan dingin dan membeku secara cepat dan berhubungan dengan suasana cair. Digunakan sebagai bahan 34
bangunan ringan (agregat konstruksi, campuran plester atau bangunan beton), bahan isolator, bahan saringan, bahan pengisi, bahan pembawa dan sebagai bahan peredam bunyi. Lokasi bahan galian ini terdapat di Kabupaten Lembata, dengan cadangan sebesar 17.370.000 m3. 17) Silika Merupakan mineral yang mengisi urat-urat pada batu gamping dengan warna abuabusampai coklat kotor dan merupakan pecahan konkoidal. Digunakan dalam industri metalurgi (refraktor), silikon, keramik, bahan abrasive dan permurnian logam. Lokasi cadangan bahan galian silica banyak terdapat di Kabupaten Manggarai sebesar 518.150.000 m3. 18) Toseki Merupakan hasil ubahan hidrotermal dan batuan tufa, berwarna putih agak kompak. Digunakan sebagai bahan baku dan campuran keramik, refraktor, isolator, dll. Cadangan bahan galian toseki ini banyak terdapat di Kabupaten Manggarai sebesar 13.365.000 m3. 19) Tras Terbentuk sebagai hasil pelapukan bahan muntahan gunung api seperti abu, tuf, dan pasir siliko. Digunakan sebagai bahan pembuatan batako dan bahan urugan, Cadangan bahan galian ini banyak terdapat di Kabupaten Manggarai sebesar 387.023.000 m3. 20) Zeolit Merupakan nama sekelompok mineral almino silisic acid yang mengandung unsur logam alkali seperti Al, Si, O, Na, K, Ca, dan Mg. Digunakan sebagai bahan bangunan dan ornament, pembuatan semen puzolland dan semen portland, bahan agregat ringan, bahan pengembang dan pengisi dalam industri kertas, karet dan plastik, sebagai pupuk dan makanan ternak, untuk mencegah pencemaran lingkungan dll. Potensi terbesar ada di Kabupaten Ende dengan cadangan sebesar 29.705.000 m3. 21) Andesit Merupakan batuan intermediate yang dihasilkan oleh pendinginan magma pada permukaan bumi ataupun yang dihasilkan oleh aktifitas gunung api seperti lava atau sebagai fragmen-fragmen pada batuan vulkanik, anglomerat dan lain-lain. Digunakan untuk pembuatan jalan/jembatan, untuk pondasi bangunan ataupun sebagai material konstruksi lainnya. Potensi bahan galian andesit di NTT terbesar terdapat di Kabupaten Lembata dengan cadangan diperkirakan sebesar 73.735.000 m3. 22) Basalt Terjadi kare4na pembekuan di permukaan bumi yang merupakan aliran lava atau bongkah, berwarna hitam digunakan sebagai bahan agregat dan pondasi bangunan. 35
Potensi ini banyak terdapat di Kabupaten Sumba Timur sebesar 307.020.000 m3. 23) Batu Apung Merupakan bahan yang dihasilkan oleh letusan gunung api afusir yang kaya akan silica atau buih kaca alam (rock froth), berwarna abu-abu terang hingga putih. Digunakan untuk bahan baku pembuatan ampelas untuk logam, montar dan beton, bata ringan, bahan tahan api, filter bahan cat, pasta gigi dan lain-lain. Bahan galian ini banyak terdapat di Kabupaten Lembata sebesar 22.425.000 m3. 24) Batu Pasir Marupakan batuan endapan klasik yang disemen dengan tuf, berwarna putih kekuningan, dan berbutir halus. Digunakan sebagai bahan penggosok (abrasive). Lokasi bahan galian ini terdapat di Kabupaten Kupang dengan cadangan sebesar 9.308.250 m3. 25) Dasit Merupakan batuan beku yang mengalami proses pendinginan/pembekuan magma relative dekat dengan permukaan bumi (merupakan batuan intrusi dengan tubuh magma yang besar), berbutir halus dan tekstur holokristalin. Digunakan sebagai bahan bangunan. Bahan galian ini banyak terdapat di Kabupaten Flores Timur sebesar 41.091.900 m3. 26) Diorit Merupakan batuan beku dalam yang mana mengalami proses pembekuan magma di bawah permukaan sebagai akibat terobosan magma, berwarna abu-abu, tektur holokristalin dan berbutir halus. Digunakan untuk bahan bangunan ubin/lantai, dinding dan ornament. Lokasi galian ini banyak terdapat di Kabupaten Sumba Timur dengan cadangan sebesar 2.639.319.165 m3. 27) Fuller Earth Merupakan jenis bahan galian yang digunakan untuk campuran semen, yang diagenesanya merupakan hasil dari pelapukan batu gamping yang mengalami proses pemadatan, tidak kompak dan bersifat lepas-lepas. Digunakan untuk campuran sewmen. Lokasi bahan galian ini terdapat di Kabupaten Manggarai dengan cadangan sebesar 132.300.500 m3. 28) Granodiorit Merupakan batuan beku dalam yang mengalami pembekuan magma di bawah permukaan bumi (intrusi magma), berwarna putih keabuan, holokristalin, tersusun atas mineral kwarsa feldspar. Potensi bahan galian ini terdapat di Kabupaten Sumba Timur dengan perkiraan cadangan sebesar 317.500.000 m3. 29) Granit 36
Merupakan batuan terobosan yang bersifat asam, berbutir kasar hingga sedang, berwarna terang (keabuan, kecoklatan dan kemerahan) terjadi sebagai hasil pembekuan magma di bawah permukaan bumi dengan temperature yang stabil. Digunakan untuk bahan baku pembuatan tegel, batu hias dll. Potensi bahan galian granit terdapat di Kabupaten Sumba Timur dengan perkiraan cadangan sebesar 343.227.666 m3. 30) Marmer Terbentuk sebagai proses malihan dari batuan gamping atau dolomite, dengan sifat fisik keras, padat, kristalin, berwarna putih, merah (teroksidasi oleh fe), berwarna hijau (mengandung serpentin) dan berwarna hitam (mengandung karbon). Digunakan untuk dinding bangunan, lantai dan ornament lainnya. Potensi ini terdapat di Kabupaten Manggarai, TTS dan TTU dengan cadangan sebesar 1.896.393.126 m3. 31) Sirtu Merupakan campuran material lepas yang berukuran pasir, kerikil dan kerakal. Digunakan untuk bahan bangunan pada campuran beton, material pondasi bangunan, pengeras jalan dll. Potensi dan cadangan galian ini banyak terdapat di Kabupaten Sumba Timur dengan cadangan sebesar 20.789.852 m3.
32) Tufa Merupakan batuan piroklasik (hasil gunung api) yang terdiri dari pasir dan abu yang mengalami pemadatan, terdiri atas fragmen gelas dan berbutir halus. Digunakan untuk kerajinan jambangan, vas bunga, pembersih minyak bumi kasar. Potensi galian ini banyak terdapat di Kabupaten Kupang dengan cadangan sebesar 149.400 m3.
37
Bahan Galian Golongan B http://distambenprovntt.com/index.php?page=BahanB Bahan galian Golongan B (Vital) yang berpotensi di Propinsi NTT adalah : No 1.
Bahan Galian Emas
Kabupaten TTS, TTU, Lembata, Sikka, Ngada, Manggarai Barat, Sumba Barat, Sumba Timur
2.
Mangan
Kupang, TTS, TTU, Manggarai
3.
Pasir Besi
Lembata, Sikka, Ende, Ngada, Sumba Barat
4.
Tembaga
TTS, TTU, Belu, Alor, Lembata, Ende
5.
Timbal
Alor, Lembata, Sumba Timur
KETERANGAN : EMAS 1. Terdapat di Desa Bijeli, Kecamatan Molo Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan. 2. Terdapat di Noel Toko, Kecamatan Miamafo Barat, Kabupaten Timor Tengah Utara. 3. Terdapat di Kecamatan Buyasuri, Kecamatan Omesuri dan Kecamatan Lebatukan, Kabupaten Lembata (Luas 358.203 Ha). 4. Terdapat di daerah Papang, P. Lainjawa, Wolo Besi, Wai Dewas, Lodo, Wae Teo, semenanjung Ontok dan Hunut, Menganumba, Poselik, Kuli Boko dan Mbay, Kabupaten Ngada. 5. Terdapat Di Tanah Darru, Kecamatan Umbu Ratunggai dan Lamboya, Kecamatan Walakaka, Kabupaten Sumba Barat. 6. Terdapat di Pegunungan Masu, Kecamatan Nggongi, Kabupaten Sumba Timur. MANGAN 1. Sungai Taemaman dekat Kampong Fatukoko, Fatu tuminu, Kecamatan Molo Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan. 2. Oe Ekam, Oe Bake, Kolbano dan Baboin, Kecamatan Amanuban, Kabupaten Timor Tengah Selatan. 3. Terdapat di Bonleo dan Noemuti, Kecamatan Miamafo Barat, Kabupaten Timor Tengah Utara. PASIR BESI 1. Terdapat di Desa Beur dan Gunung Kedang, Kecamatan Buyasuri, Kabupaten Lembata.
38
2. Terdapat di Pantai Utara dengan areal Kecamatan Talibura – Kecamatan Paga (Kandungan Fe : 5- - 94%), Kabupaten Sikka. 3. Terdapat di Sebelah Teluk Bamu Wilayah Desa Riung, Kecamatan Riung dan Wolo Besi, Wolo Mbopo dan Wolo Rinding, Kecamatan Riung, Kabupaten Ngada. 4. Terdapat di Pantai Utara Mamboro, Desa Wendewa dan Manuwalu, Kecamatan Mamboro, Kabupaten Sumba Barat. 5. Terdapat di Pantai Selatan – Pantai Nangakeo, Desa Bheramari, Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende. TEMBAGA 1. Terdapat Fatukole, Fatu Noelsusu, Sebot, Kecamatan Molo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan 2. Terdapat Fatukas, Kecamatan Molo Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan. 3. Terdapat Sungai Noel Baun Daerah Nipol, Kecamatan Amanuban Timur, Kabupaten Timor Tengah Selatan. 4. Terdapat Noel Uapnas dan Noel Bam (Teas), Kecamatan Amanatun Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan. 5. Terdapat Pantai Utara antara Desa Hadaweka dan Laramatang P. Lomblen, Kecamatan Labatukan, Kabupaten Lembata. 6. Terdapat Waipue Point dan Longohoni, Kecamatan Buyasuri, Kabupaten Lembata. 7. Terdapat di Wolowaru, Kecamatan Wolowaru, Kabupaten Ende. 8. Pantai Utara Dualek, Baikatan, Busumuit, Baburlapan, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu. 9. Pantai Utara Bineboma, Waisunak, Kecamatan Tasifeto Barat, Kabupaten Belu. 10. Pantai Utara Turanin, Raimea, Waekuli, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu. 11. Abbor, Kecamatan Malaka Timur, Kabupaten Belu. 12. Terdapat di Sungai Bomara, Sungai Brakbuku (Wakapair), Kecamatan Alor Barat Daya, Kabupaten Alor. TIMBAL 1. Terdapat di Hulu sungai W. Rango, Kecamatan Labatukan Pulau Lomblen, Kabupaten Lembata. 2. Terdapat ± 2 Km ke arah Tenggara Balauring, Kecamatan Omesuri Pulau Lomblen, Kabupaten Lembata. 3. Terdapat di Lailunggi, Ujung Selatan Bagaian Barat Pulau Sumba, Kecamatan Tabundung, Kabupaten Sumba Timur. T 4. Terdapat di Atnatang Buku, Desa Ombay, Kecamatan Pantai Timur, Kabupaten Alor.
39
Sumber Daya Alam Provinsi NTT http://www.indonesia.go.id/en/regional-government/east-nusa-tenggara-province/naturalresouces.html Menurut informasi, pada tahun 2006 terjadi peningkatan hasil panen, Peningkatan luas panen dan produksi diikuti oleh peningkatan produktifitas usaha, kecuali pada kedelai. Secara umum, kondisi ini menunjukkan terjadinya ekstensif kasi pertanian tanaman pangan yang disertai perbaikan metode clan teknologi pra panen. Dengan demikian, diharapkan kecenderungan perluasan areal panen yang disertai dengan perbaikan teknologi pertanian terus berkelanjutan sehingga menyediakan bahan pangan utama tidak hanya untuk konsumsi rumah tangga (food crops) melainkan juga bagi aktifitas yang mendatangkan uang tunai bagi petani (cash crops). A. Pertanian Produksi sub sektor tanaman pangan merupakan produksi utama bagi ketahanan pangan, pada umumnya dan kesejahteraan petani pada khususnya, karena bagi mayoritas keluarga petani, ketersediaan pangan serta kebutuhan hidup penting lainnya bergantung pada apakah produksi pangannya cukup untuk konsumsi keluarga dan untuk diperjual belikan guna memperoleh uang tunai. Terkait dengan hat tersebut, berbagai upaya dan kecenderungan perbaikan yang perlu ditingkatkan melalui program pemerintah dan masyarakat, produksi tanaman yang di hasilkan di provinsi ini adalah sumber karbohidrat (padi, jagung, kacang-kacang umbi-umbian) dan sumber protein nabati (sayur dan buah). Jika pada 2004, lima sayuran dengan produksi tertinggi adalah sawi, terung, bawang dan tomat, maka pada 2005 kacang tanah menduduki peringkat pertama, dan tomat produksi tertinggi. Selain sayur mayur, buah-buahan merupakan penyumbang utama protein nabati serta mineral-mineral yang penting untuk kesehatan tubuh. Secara agregat, sebelas komoditi buah-buahan yang dipantau memperlihatkan produksi yang positif dimana peningkatan produksi dari tahun 2004 ke tahun 2005 adalah 39,50%. Peningkatan produksi terendah adalah sirsak (12,18%), sedangkan jeruk (63,74%). Kondisi ini merupakan perbaikan produksi buah-buahan di Nusa Tenggara Timur. Selain ini, provinsi ini juga sedang melakukan menggalakkan pengembangan apel jenis Rome beauty yang berasal dari Timor Tengah Selatan, Pengembangan diharapkan dapat mengembalikan daya produksi apel sehingga suplai apel yang selama dua dasawarsa dimonopoli apel luar Nusa Tenggara Timur dapat diganti dengan produk lokal. B. Kehutanan Luas hutan adalah 1.808.990 hektar atau setara 30,34% luas daratan merupakan dampak deforestasi dimana eksploitasi hasil hutan dalam bentuk kayu berpacu terlalu cepat dibandingkan upaya-upaya reboisasi dan rehabilitasi hutan. Ekploitasi hasil hutan kayu, arang dan pohon mencapai 86.620,77 meter kubik, hasil hutan non kayu, kulit dan daun mencapai 29.777.185 ton, dan hasil perburuan (madu) 23.604 liter. 40
C. Kelautan dan Perikanan Sub sektor perikanan dan kelautan merupakan penyumbang protein hewani untuk konsumsi lokal masyarakat Nusa Tenggara Timur, pasar nasional bahkan pasar luar negeri untuk jenis ikan tertentu. Sub sektor perikanan mengalami penurunan kinerja yang signifikan ditandai oleh penurunan tangkapan ikan laut sebesar 87,90% dan ekspor 58,73%, serta penurunan potensi produksi dan produksi perikanan darat. D. Peternakan Sub sektor peternakan merupakan penyumbang protein hewani untuk kebutuhan masyarakat lokal maupun masyarakat di luar Nusa Tenggara Timur. Tujuh jenis ternak menunjukkan perkembangan populasi netto sebesar 1,87%, Kenaikan tertinggi di sumbangkan oleh kambing (3,85%) dan babi (3,37%), sedangkan pertumbuhan negatif disumbangkan oleh domba, perkembangan pengeluaran ternak, perdagangan antar pulau sapi sebagai ternak niaga utama mengalami penurunan sebesar 19,47%, sekalipun secara agregat pengantar ternak besar mengalami pertumbuhan sebesar 7,94%. Akan hasil pemotongan ternak, secara agregat terjadi kenaikan sebesar 1,89%. Jika dibandingkarn antara pengantar pemotongan, terlihat bahwa pemotongan sapi mengalami lonjakan yang lebih besar daripada pengantarpulauannya, hal ini menunjukkan daya serap daging sapi untuk pasar lokal mengalami peningkatan. E. Perkebunan Usaha tani tanaman perkebunana memiliki keunggulan tersendiri karena tahun produksinya yang panjang. Dalam kurun waktu 2004-2005, secara agregat terjadi pertambahan luas areal tanaman produktif sebesar 11,94%, dan pertambahan produksi sebesar 9,97%. Namun demikian, data menunjukkan bahwa terjadi sedikit penurunan luas panen untuk tanaman kopi, asam, dan lontar; tetapi untuk kopi dan asam, tidak diikuti dengan penurunan produksi. Penurunan produksi justru terjadi pada tanaman lain yakni kapuk dan tembakau. F. Pertambangan dan Energi Sub sektor pertambangan dan penggalian belum menjadi penyumbang dominan dalam pendapatan regional karena sejauh ini didominasi oleh komoditas bernilai rendah yakni batu karang, sirtu, pasir, batu pecah, batu gelondongan, batu warna dan batu kapur untuk kebutuhan konstruksi lokal. Potensi 2,79% pada 2005. selain deposit bernilai rendah, terdapat pula eksplorasinya panas bumi untuk pembangkit energi listrik di Flores, penambangan marmer di Timor dan penambangan biji besi di Sumba. BPS memperkirakan bahwa total ekspor NTT untuk batuan dan biji besi sekitar 43 ribu ton dengan nilai ekonomi 1,15 juta dolar Amerika. Eksplorasi panas bumi untuk pembangkit energi listrik telah sampai pada tahapan implementasi, sehingga diyakini akan meningkatkan daya dorong sub sektor pertambangan terhadap peningkatan energi dan listrik. Kendala yang dihadapi usaha penambangan deposit marmer adalah tingginya investasi, dan risikonya serta lemahnya 41
diplomasi sosial ekonomi antara masyarakat adat, pemerintah dan perusahaan penambang, mengakibatkan berhentinya dua buah tambang marmer di daratan Timor. Untuk penambangan biji besi di Sumba, kendala yang dihadapi adalah rendahnya skala usaha yang diterapkan sehingga tidak mencapai skala yang ekonomis. Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007).
42
POTENSI PERTAMBANGAN KABUPATEN ENDE
I. PENDAHULUAN Kabupaten Ende sebagai salah satu daerah yang terletak di pulau Flores memiliki banyak sekali Potensi Pertambangaan Bahan Galian Logam maupun Bahan Galian Non Logam yang tersebar di seluruh Kecamatan dan Desa / Kelurahan. Sebaran Potensi Pertambangan Bahan Galian Logam maupun Bahan Galian Non Logam yang dimiliki, telah diidentifikasi melalui Kegiatan Survey dan Pemetaan Logam oleh Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Ende yang bekerja sama dengan Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral Bandung pada Tahun Anggaran 2006 serta Kegiatan Survey dan Pemetaan Bahan Galian Non Logam oleh Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Ende yang bekerja sama dengan Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral Bandung pada Tahun Anggaran 2003. Hasil kegiatan tersebut adalah informasi tentang Jenis Pertambangan Bahan Galian Logam dan Bahan Galian Non Logam, Lokasi keterdapatannya serta deposit dan kualitasnya telah didapat melalui hasil Analisa Kimia, XRD, Analisa Petrografi, Poles Batuan dan Analisa Keramik. Kiranya Informasi yang disajikan ini dapat memberi nilai tambah bagi Kegiatan Pengusaha melalui Investor yang ingin melakukan Kegiatan Pertambangan di Kabupaten Ende.
II. POTENSI PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN LOGAM 1. ENDAPAN PASIR BESI a.
LOKASI SEBARAN
Sebaran Pasir Besi di Kabupaten Ende terdapat disepanjang pantai selatan yang memanjang dari Desa Pangamuna Kecamatan Nangapanda sampai Desa Wolotopo Kecamatan Ndona dengan berbagai karakteristik baik fisik maupun kandungan kimia mineralnya. Lokasi – lokasi yang cukup potensial untuk dikembangkan dengan berbagai tujuan produksi sesuai karakteristik pasir besinya adalah :
Pantai Pangamuna – Kec. Nangapanda Pantai Waturaja – Kec. Nangapanda Pantai Nangalala – Kec. Ende Pantai Nangaba – Kec. Ende Pantai Paupanda – Kec. Ende Selatan Pantai Wolotopo – Kec. Ndona
43
b.
KUALITAS DAN CADANGAN
Kualitas Pasir Besi di Kabupaten Ende bervariasi pada berbagai lokasi sepanjang pantai selatan, dengan kandungan Besi berkisar 20 % - 70 %, Titanium 1 % - 11 %, Hematit 1 % - 7 %. Sedangkan cadangan terduga pada masing – masing lokasi berkisar ± 240.000 m³ belum termasuk cadangan bawah lautnya. ( data di ambil dari laporan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Sumber Daya Geologi Bandung MINERAL LOGAM Dari hasil Survey dan Pemetaan Potensi Pertambangan Sumber Daya Mineral Logam di Kabupaten Ende yang dilakukan oleh Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Ende yang bekerjasama dengan Badan Geologi Pusat Sumber Daya Geologi Bandung pada Tahun Anggaran 2006 – 2007, terdapat beberapa indikasi mineralisasi yang ada di Kabupaten Ende yang merupakan daerah prospek yang perlu ditindaklanjuti dintaranya :
Zona daerah potensi mineralisasi Mn – Fe ( Mangan – Besi ) di daerah perbatasan antara Kecamatan Maukaro dan Kecamatan Ende, arah sebarannya baratlaut – tenggara yang diduga pada batuan gunungapi formasi kiro. Zona daerah potensi mineralisasi Tembaga di hulu sungai Enggasena, desa Mbotutenda, Kecamatan Ende ditunjukan hasil analisa kimia float batuan berkadar 46.560 ppm. Zona daerah potensi Besi disekitar Desa Fatamari, Kecamatan Lio Timur, diduga daerah kontak antara granodiorit dengan batuan gunung api, hasil analisa kimia biji besi disini menunjukan kadar yang cukup signifikan yaitu Fe total 68.79 % Zona mineralisasi Tembaga di bukit Kelindati, Desa Kebesani, Kecamatan Detukeli dengan ditunjukan hasil analisa kimia batuan berkadar 14.880ppm Cu. Zona daerah potensi mineralisasi Cu ( Tembaga ) di Tanjung ngalubu, Desa Aewora, Kecamatan Maurole, dengan arah sebaran barat – timur pada batuan gunung api formasi kiro dan formasi tanahau.
POTENSI PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN NON LOGAM Berdasarkan hasil Survey dilapangan, secara umum terdapat 16 Potensi Bahan Galian Non Logam dan diantaranya terdapat 5 Jenis Bahan Galian Unggulan, yang merupakan kosentrasi Tugas Dinas Pertambangan dan Energi kabupaten Ende kedepan untuk menyelidiki secara lebih rinci. 16 jenis Bahan Galian Non Logam adalah sebagai berikut : 1. Granit 9. Felspar 2. Zeolith 10. Pasir Kuarsa 3. Tras 11. Bentonit 4. Lempung 12. Batu Gamping 5. Andesit 13. Gipsum 6. Sirtu 14. Osidian 7. Toseki 15. Pasir 8. Kaolin 16. Kuarsit 44
Bahan Galian tersebut tersebar di 60 lokasi pada 17 Kecamatan di Kabupaten Ende. Uraian singkat masing – masing Bahan Galian Non Logam berdasarkan kualitas dan deposit sebagai berikut : 1). Granit. Secara Administrasi Bahan Galian Granit terletak di Kecamatan Wolowaru dan Kecamatan Wolojita.
Kualitas : Secara umum digunakan sebagai bahan bangunan dan batu hias (Ornamental stone )
Deposit : Sumber daya hipotetiknya mencapai 100.000.000 ton
Analisa Petrografi : Plagioklas (20%), Kuarsa (25%), Ortoklas (18%), Hornblende (5%), Biotit ( 5%), Mineral Opak (2%), Lepung ( 13%), Karbonat (5%), Serisit (3%), Epidot (1%) dal Klorit (3%).
2). Zeolith. Bahan galian Zeolith terdapat diwilayah Kecamatan Nangapanda, disebelah selatan sampai utara daerah Kecamatan Maukaro Kabupaten Ende. Lokasi Endapan Zeolith terdapat di :
Khekakado Desa Bheremari Aefua, Pu’u gawa Desa Ondorea Tendarea, Raporendu, Rukuramba, Kecamatan Ende Nabe dan Nggemo Desa Nabe, Kecamatan Maukaro Kualitas :
Zeolith berguna untuk bahan bangunan dan ornamen semen puzzolan, Bahan agregat ringan, Bahan pengembag dan pengisi tapal gigi, Bahan penjerni air, limbah dan kolam ikan, Makanan ternak, Pemurni gas metan, gas alam dan gas bumi, Penyerap zat ( logam ), Eacun dan lain – lain.
Deposit :
Sumber daya hipotetik endapan zeolith masing – masing lokasi adalah :
Kecamatan Nangapanda 13.002.500 ton Kecamatan Ende 1000 ton Kecamatan Maukaro 2000 ton Analiasa Petrografi
Mineral gelas (25%), Kuarsa (25%), Zeolith (34%), Lempung (15%)
45
SiO2 CAO MgO H2O
Analisa Kimia : 71.60 – 76.90 % AL2O3 : 10.12 – 12.43 % Fe2O3 : 1.65 – 2.69 % : 0.76 – 2.28 % NA2O : 0.86 – 2.14 % K2O : 0.95 – 4.09 % : 0.19 – 0.47 % MnO : 0.03 – 0.04 % TiO2 : 0.17 % : 1.59 – 2.50 %
3). Tras. Lokasi Tras terdapat di Kampung Wologai Tengah, Kecamatan Detusoko serta Desa Onelako, Kecapatan Ndona.
Kualitas.
Untuk endapan pembuatan Portland Puzzolan Cement dan Pembuatan Semen tras Kapur. Untuk Bahan Bata Cetak ( batako ) Untuk campuran pembuat beron ringan serta campuran plester. Untuk pembuatan genteng beron ringan.
Deposit.
Sumber daya hipotetik diperkirakan :
Wologai Tengah, Kecamatan Detusoko 2.000.000 ton Desa Onelako, Kecamatan Ndona 500 ton
4). Lempung. Bahan Galian Lempung terdapat di Desa Kebesani, Kecamatan Derukeli, dan Desa Onelako, Kecamatan Ndona.
Kualitas. o Untuk Pembuatan Keramik struktur seperti bata, genting dan gerabah. Deposit.
Sumber daya hipotetik diperkirakan : o o
Desa Kebesani, Kecamatan Detukeli 25.000 ton Desa Onelako, Kecamatan Ndona 2.000 ton Analisa Kimia
SiO2 : 37.8 % AL2O3 : 27.58 % Fe2O3 : 16.54 % CAO : 0.02 % NA2O : 0.43 % K2O : 0.14 % TiO2 : 0.17 % P2O5 : 0.18 % 5). Andesit. Terdapat di Desa Toberabu II Kecamatan Ende sepanjang 15 – 20 KM. 46
o o o o o o
Ndetundora I Kecamatan Ende Sokoria Kecamatan Ndona Timur Onelako Kecamatan Ndona Loboniki Kecamatan Maurole Tetandara Kecamatan Ende Selatan Kecamatan Nangapanda Kualitas :
Sebagai bahan untuk bangunan dan batu hias ( ornamental stone )
Deposit :
Sumber daya hipotetik sekitar 7.000.000. ton
Analisa Petrografi :
Mineral gelas (5%), Kuarsa (3%), Piroksen (15%), Lempung (17%), Klorit (18%), Plagioklas (50%), Mineral Opak (2%). 6). Sirtu. Sirtu adalah singkatan dari pasir dan batu karena komposisi ukuran yang tidak seragam. Sirtu terdapat dibeberapa daerah antara lain : o o o o o o o o
Sungai Lowo Lise, Desa Watuneso, Kecamatan Lio Timur Mbuliwaralau, Kecamatan Wolowaru Tendaleo, Kecamatan wewaria Wolojita Tanali, Kecamatan Wewaria Wolotopo, Kecamatan Ndona Roworena, Kecamatan Ende Kotabaru Deposit
Sumber daya hipotetik sirtu di masing – masing kecamatan adalah : - Kecamatan Lio Timur sebesar 200.000. ton - Kecamatan Ndona sebesar 500. ton - Kecamatan Ende 500. ton - Kecamatan Kota Baru sebesar 500. ton - Kecamatan Wolojita sebesar 150.000. ton - Kecamatan Wewaria sebesar 200.000. ton 7). Toseki Toseki atau batuan kuarsa-serisit terdapat didaerah Liabeke, Kecamatan Lio Timur, Kamubheka, Paupanda Desa mautenda Kecamatan Wewaria, Kecamatan Maurole, dan Saga, Kecamatan Ndona Timu. 47
Kualitas :
Sebagai bahan baku dan campuran keramik, refraktori, isolator dan lain – lain Bahan adonan badan keramik
Deporit
Jumlah sumber daya hipotetik dari masing – masing kecamatan adalah : - Kecamatan Lio Timur sebesar 600.000 ton - Kecamatan Maukaro sebesar 100 ton - Kecamatan Wewaria sebesar 5.000.000 ton - Kecamatan Maurole sebesar 7.100 ton - Kecamatan Ndona Timur sebesar 500.000 ton
Analisa Kimia:
SiO2 : 71.40 – 75 % AL2O3 : 12.83 – 13.17 % Fe2O3 : 1.68 – 3.75 % CAO : 0.93 – 1.40 % K2O : 0.95 – 2.18 % MgO : 0.44 – 1.30 % MnO : 0.06 – 0.08 % TiO2 : 0.20 - 0.40 % SO3 : 0.00 % Na2O : 2.57 % P2O5 : 0.17 – 0.17 % H2O : 0.62 – 1.80 % 8). Kaolin Terdapat didaerah kawasan Mutubusa Desa Sokoria, Kecamatan Ndona, Kopo Onr, Kecamatan Wolowaru, Detusoko Kecamatan Detusoko.
Kualitas. Bahan industri keramik, kertas, karet, plastik dan cat, terutama untuk bahan keramik halus. Deposit
- Kecamatan Ndona Timur sebesar 750 ton - Kecamatan Wolowaru sebesar 250 ton - Kecamatan Detusoko sebesar 800 ton
Analisa Kimia
SiO2 : 74.30 – 93.50 % AL2O3 : 3.16 – 15.78 % CaO : 0.00 – 0.34 % Na2O : 0.43 – 3.45 % MgO : 0.00 % MnO : 0.01 % H2O : 0.58 – 1.51 % P2O5 : 0.13– 0.17 %
Fe2O3 : 0.00 – 1.25 % K2O : 0.00 – 1.09 % TiO2 : 0.41 – 1.48 % SO3 : 0.00 %
9). Felspar. Terdapat didaerah Wolosoko, Kecamatan Wolowaru, Maubasa, Kecamatan Ndori.
Kualitas
48
Digunakan untuk industri gelas / kaca, industri keramik, industri karet dan cat sebagai pengisi.
Deposit.
Jumlah sumber daya hipotetik dari masing – masing kecamatan adalah : - Kecamatan Wolowaru sebesar - Kecamatan Lio Timur
2.000.000 ton 500 ton
Analisa Kimia.
SiO2 : 37.80 – 58.40 % AL2O3 : 14.77 – 15.74 % CaO : 2.22 – 14.53 % Na2O : 0.43 – 1.29 % TiO2 : 0.21 – 0.49 % P2O5 : 0.15– 0.16 %
Fe2O3 : 1.71 – 7.86 % K2O : 0.00 – 1.36 %
10). Pasir Kuarsa. Terdapat didaerah pantai Mausambi Kecamatan Maurole, Pantai Maujawa dan Tou Kecamatan Kotabaru.
Kualitas.
Digunakan untuk industri gelas, optik, keramik dan abrasit.
Deporit.
Kecamatan Maurole - Kecamatan Kotabaru sebesar
sebesar 3.000. ton
2.000.
ton
Analisa Kimia.
SiO2 : 68.70 % AL2O3 : 11.80 % Fe2O3 : 6.38 % CaO : 3.81 % Na2O : 2.14 % K2O : 0.68 % TiO2 : 0.53 % P2O5 : 0.19 % 11). Bentonit. Terdapat didaerah Paupanda, Kecamatan Wewaria.
Kualitas. o Digunakan untuk Lumpur Pemboran, Pencegah kebocoran dalam bangunan sipil basah dan campuran pembuata cat, lateks dan tinta cetak. o Bahan penyerap, zat perekat dan pekt makanan ternak. Deporit.
Sumber daya hipotetik
500. Ton 49
Analisa Kimia.
SiO2 : 64.80 % AL2O3 : 12.18 % Fe2O3 : 2.43 % CaO : 1.39 % Na2O : 1.29 % K2O : 1.36 % TiO2 : 0.34 % P2O5 : 0.16 % 12). Batu Gamping. Terdapat didaerah Kecamatan Nangapanda.
Kualitas.
Digunakan untuk bahan mentah semen, karbit, sebagai imbuh dalam pembuatan soda abu, penetral keamanan tanah, pupuk, industri keramik, bahan bangunan, bahan ornament, pengembang dan pengisi industri cat, kertas, karet, plastik, kosmetik dan lain – lain.
Deporit.
Dumber daya hipotetik sekitar
500 ton
Analisa Kimia. SiO2 : 2.83 % CaO : 52.74 % TiO2 : 0.00 % MnO : 0.02 %
AL2O3 : 0.60 % Na2O : 0.01 % P2O5 : 0.06 % H2O : 0.44 %
Fe2O3 : 0.33 % K2O : 0.04 % MgO : 0.68 % SO3 : 0.00 %
13). Gipsum. Terdapat di Maubasa Desa Ndori, Kecamatan Ndori, tersingkap didaerah sekuas 10 m2
Analisa Kimia.
SiO2 : 6.97 % AL2O3 : 1.29 % CaO : 29.79 % Na2O : 0.20 % H2O : 13.53 % SO3 : 38.88 %
Fe2O3 : 1.22 % K2O : 0.14 %
14). Obsidian. Terdapat di Tanjung Laja Desa Mausambi, Kecamatan Maurole.
Kualitas.
Untuk bahan penggosok, bahan saringan
Analisa Kimia. 50
SiO2 : 66.30 % CaO : 2.03 % TiO2 : 0.46 %
AL2O3 : 14.56 % Na2O : 3.43 % H2O : 2.49 %
Fe2O3 : 2.48 % K2O : 2.32 %
15). Pasir Vulkanik. Terdapat di Sokoria, Kecamatan Ndona Timur.
Kualitas.
Untuk campuran pembuat beton dan plester
Deporit.
Dumber daya hipotetik sekitar
200 ton
16). Kalsit. Terdapat didesa wonda, Kecamatan Ndori
Kualitas.
Bahan pembuat bata refraktori, bahan abrasive, penggosok, industi gelas dan keramik.
Analisa Kimia
SiO2 : 0.30 % AL2O3 : 0.33 % Fe2O3 : 0.02 % CaO : 53.50 % Na2O : 0.01 % K2O : 0.02 % P2O5 : 0.07 % HD : 43.44 % Dari 16 jenis Bahan Galian Non Logam hasil survey tersebut terdapat 5 jenis Bahan Galian Unggulan di Kabupaten Ende adalah sebagai berikut : - Zeolith ± 13.000.000. ton - Granit ± 100.000.000. ton - Tras ± 2.000.000. ton - Toseki ± 6.100.000. ton - Felspar ± 2.000.000. ton GAMPING KRISTALIN o
Sumber Batu Gamping Klastik yang mengalami proses metamor sehingga terjadi perubahan tekstur komposisi mineral menjadi batuan bertekstur metasedimen ( terubah sebagian menjadi batuan malihan / marmer )
o
Berdasarkan klasifikasi kuat tekan untuk lantai dan dinding menurut Standart Industri Indonesia ( SII ), maka Gamping Kristalin Nangapanda layak untuk dijadikan bahan keramik lantai atau dinding. o Kuat tekan untuk lantai ± 856 kg /M2 51
o o o o o o
Kuat Tekan untuk dinding ± 600 kg /M2 Ketahanan Aus untuk lantai 0.150 kg /M2 Ketahanan Aus untuk lantai 0.150 kg /M2 Penyerapan Air maksimum untuk lantai 0.75 kg /M2 Penyerapan Air maksimum untuk dinding 0.75 kg /M2 Kekekalan Bentuk : Tidak cacat
PENUTUP Demikian informasi yang dapat diberikan dengan harapan apabila ada investor berminat mengembangkan usaha dibidang Pertambangan Bahan Galian Logam maupun Non Logam dapat diinformasikan kembali pada Dinas Pertambangan dan Energi kabupaten Ende. Semoga informasi singkat ini dapat bermanfaat bagi investor dan masyarakat Kabupaten Ende ke depan. Ende, Mei 2008 Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Ende Drs. Ag. Thom R. Benge Pembina Tk. I Nip. 010 234 238
52
53
Izin Tambang Terkait Politik Rabu, 22 Februari 2012 | 02:51 WIB http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/02/22/02512569/Izin.Tambang.Terkait.Polit ik Jambi, Kompas - Maraknya penerbitan izin tambang batubara diduga terkait politik lokal, yaitu suksesi dan akhir masa jabatan kepala daerah di Jambi. Hasilnya, lebih dari 600 izin dengan skala keluasan 198 hektar ke bawah terbit dalam empat tahun terakhir. Anggota Komisi Tetap Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Provinsi Jambi, Husni Thamrin, mengatakan, izin tambang batubara marak dari tahun 2009 hingga 2011 pada wilayah Kabupaten Sarolangun, Tebo, Bungo, Batanghari, dan Muaro Jambi. Praktik pemberian izin tersebut bersamaan dengan momentum akhir masa jabatan dan suksesi kepala daerah. ‛Selama rentang waktu itu, pemilihan bupati berlangsung pada lima daerah terkait,‛ ujar Husni di Jambi, Selasa (21/2). Ia menjelaskan, proses pemberian izin tambang batubara pada skala keluasan di bawah 198 hektar lebih mudah. Pemohon tidak perlu menyertakan dokumen analisis mengenai dampak lingkungan (amdal), tetapi hanya dokumen upaya kelola lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan. Proses perizinan juga nyaris tak terpantau pemerintah provinsi. ‛Provinsi tidak mendapat laporan sama sekali mengenai izin yang diberikan di daerah,‛ tutur Husni. Kemudahan proses itulah yang mendorong bupati-bupati lama dan para calon petahana menerbitkan izin memperkuat dukungan ataupun pendanaan. Sebagaimana diketahui, Sukandar (Bupati Tebo), Abdul Fattah (Bupati Batanghari), dan Sudirman Zaini (Bupati Bungo) merupakan petahana. Pasca-pemilihan umum kepala daerah, menurut Husni, ternyata tidak ada lagi izin baru tambang batubara yang terbit. ‛Ini menguatkan bahwa pemberian izin diduga sangat terkait suksesi pilkada,‛ ujarnya. Sukandar mengatakan, setelah terpilih sebagai kepala daerah enam bulan lalu, dirinya mendapati ada penerbitan 60 izin baru tambang batubara. Izin keluar dalam rentang waktu satu tahun terakhir dan ditandatangani bupati terdahulu. Saat izin itu keluar, Sukandar masih menjabat sebagai wakil bupati dan tidak berwenang menandatangani penerbitan izin. ‛Pemberian izin sepenuhnya wewenang bupati.‛ Sejak menjadi Bupati Tebo, ia baru satu kali mengeluarkan izin peningkatan status eksplorasi menjadi eksploitasi. ‛Karena semua persyaratan telah dipenuhi investor,‛ ungkapnya.
54
Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Jambi Azwar Effendi mencatat, hingga saat ini ada 386 izin usaha pertambangan (IUP) di Provinsi Jambi, 261 IUP di antaranya untuk kegiatan eksplorasi, sedangkan 125 IUP lain telah berproduksi. Lembaga pengawas Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik mengatakan, pemerintah tengah berupaya mencari celah hukum untuk mendorong kontrol yang lebih ketat pada pemberian izin tambang di kota/kabupaten. Celah itu berupa lembaga pengawas di tingkat provinsi. ‛Masih ada celah yang sedang kami cek. Harus ada lembaga di provinsi yang mengawasi sehingga tidak bisa diterbitkan izin di kabupaten/kota tanpa ada inspektur tambang. Jadi, harus ada inspektur tambang jika mau mengeluarkan izin,‛ kata Jero Wacik. Pemerintah bertekad untuk merapikan tambang-tambang yang bermasalah di seluruh Indonesia. ‛Banyak sekali tambang yang bermasalah. Kami sedang berupaya memperbaiki peraturan-peraturannya,‛ ujar Jero Wacik. Sekretaris Perusahaan PT Aneka Tambang (Antam) Bimo Budi Satriyo, kemarin, di Jakarta, mengklaim, Antam selalu mengacu pada amdal, RKL dan RPL, serta praktik pertambangan yang terbaik (mining best practice). Selektif Bupati Ende Don Bosco M Wangge, Selasa, menyatakan, izin tambang yang dikeluarkan oleh Pemkab Ende dilakukan secara selektif dengan memperhatikan aspek kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. ‛Kami memberikan izin tambang secara selektif, seperti di daerah Wololele A yang kaya akan potensi emas, begitu juga di Boafeo di Kecamatan Maukaro yang memiliki kandungan mangan. Walau banyak perusahaan yang berminat, izin tidak kami berikan sebab itu di daerah hulu,‛ kata Don Bosco. Saat ini Pemkab Ende mengeluarkan 20 IUP untuk komoditas mangan, batuan zeolit, galena, galian C, bijih besi, dan pasir besi. Pemkab Tasikmalaya, Jawa Barat, menahan permohonan izin baru bagi penambangan pasir Galunggung dan pasir besi karena memicu bencana longsor dan banjir. Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Tasikmalaya H Miscbah menyatakan, hanya ada satu perusahaan tambang pasir besi yang beroperasi. Pada 2011, Pemkab Tasikmalaya menolak 40-an pengajuan izin baru. Warga desa nelayan di pantai selatan Kabupaten Blitar, Jawa Timur, juga mengeluhkan penambangan pasir besi yang merusak lingkungan dan tak memberikan kontribusi ekonomi bagi warga. Merusak pesisir Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Nusa Tenggara Timur Herry Naif di Kupang, kemarin, menyatakan, IUP No 184/HK/2011, tanggal 4 April 2011, yang diberikan 55
kepada PT Skyline Flores Adijaya untuk usaha pertambangan pasir besi dan SK No 67/HK/2010, tanggal 4 April 2010, yang diberikan kepada PT Greenlife Bioscience, sangat meresahkan warga. ‛Warga pesisir pantai Sika, dari Paga sampai wilayah Doreng Mapitama, mendesak pemerintah setempat agar membatalkan izin itu. Mereka sangat khawatir lahan pertanian mereka hilang,‛ kata Naif tentang ancaman kerusakan pesisir pantai Sika sepanjang 10.000 hektar. Tuntutan serupa muncul dari warga di Pulau Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, dan Desa Degeuwo, Kabupaten Paniai, Papua. Kondisi lingkungan Bangka makin rusak parah akibat maraknya pertambangan timah. Keresahan warga bertambah karena pertambangan makin meluas ke lautan. ‛Hutan yang ada di Bangka hanya tinggal 10 persen,‛ kata Isnaini, konsultan lingkungan di Bangka. Warga Desa Degeuwo, Kabupaten Paniai, meminta agar tambang emas di pinggiran Sungai Derewo ditutup. Ketua Aliansi Intelektual Suku Wolani, Moni, dan Mee Thobias Bagubau mengatakan, pertambangan tak memberikan manfaat bagi penduduk. Bupati Kabupaten Paniai Naftali Yogi berjanji akan menertibkan penambangan di Degeuwo lagi. Saat ini ada tiga perusahaan yang mengantongi izin usaha tambang di Degeuwo. (NIT/ITA/IRE/ODY/JOS/KOR/SEM/CHE/ATO/EVY)
56
SK Tambang tidak Bisa Dibatalkan Diposting oleh : Administrator - Sabtu, 25 Februari 2012 - 11:39:35 WIB http://www.victorynewsmedia.com/berita-655-sk-tambang-tidak-bisa-dibatalkan.html DESAKAN berbagai komponen di Sikka agar pemerintah mencabut izin eksplorasi mineral logam pasir besi dari PT Skyline Flores Adijaya, tidak menggoyahkan sikap Bupati Sosimus Mitang. Bupati menegaskan, SK bernomor 184/HK/2010 tersebut tidak akan dibatalkan. ‚SK itu tidak akan dibatalkan karena baru dalam tahap penjajakan atau penelitian,‛ tegas Bupati Sosimus kepada Wartawand di Gedung DPRD Sikka, Jumat (24/2) usai menghadiri sidang paripurna pendapat akhir frak si. Bupati menjelaskan, eksplorasi itu adalah sebuah uji coba yang diberikan kepada pengusaha untuk meneliti apakah di pantai selatan Sikka ada kandungan pasir besi atau tidak. ‚Sekarang sampel pasir besi yang telah diambil sementara diteliti oleh tim independen dari ITS Surabaya. Setelah itu investor menggelar hasilnya kepada pemerintah dan DPRD Sikka. Jadi belum bisa dikatakan tutup atau batal pemberian izin eksplorasi itu,‛ jelas Bupati. Menurutnya, dari hasil penelitian itu, pemerintah akan mengkaji apakah dibatalkan. ‚Sangat tergantung dari hasil presentasi dengan pemerintah, DPRD dan masyarakat tentang keuntungan dan kerugian hadirnya tambang, terhadap masyarakat, pemerintah maupun pengusaha. Pemerintah juga akan mempertimbangkan segala aspek tambang,‛ tegasnya. (yns/P-1))
57
Selektif Terbitkan Izin Investasi Senin, 27 Februari 2012 11:19 WITA http://kupang.tribunnews.com/read/artikel/74373/editorial/salam/2012/2/27/selektifterbitkan-izin-investasi DALAM lima tahun terakhir tercatat 99 investor atau pengusaha yang telah mengantongi izin usaha di sejumlah kabupaten/kota di wilayah Nusa Tenggara Timur, hanya lima investor yang benar-benar menanamkan modalnya di lima kabupaten/kota di NTT, yaitu Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Ngada, Sikka dan Sumba Barat. Sedangkan 94 investor lainnya tak ada kejelasan pengembangan usahanya di daerah ini. Begitu warta koran ini pekan lalu. Persoalannya, terutama tanah dan infastruktur. Persoalan itu sebetulnya masalah klasik yang terlalu sering dikeluhkan kalangan pengusaha, baik pengusaha yang sudah merealisasikan usahanya maupun mereka yang masih akan mengembangkan usahanya di NTT setelah mendapat izin persetujuan investasi dari pemerintah daerah. Karena itu, tidak heran jika di NTT cukup banyak "PT Akan" atau "Perseroan Terbatas Akan". Persoalan menonjol adalah masalah lahan usaha yang diklaim masyarakat sebagai tanah ulayat, belum ada pembebasan oleh pemerintah dan juga belum ada kesepakatan nilai ganti rugi. Pengklaiman lahan oleh kelompok masyarakat ini bukan hanya terhadap investor baru yang mau membuka usahanya, tetapi juga terhadap pengusaha yang mulai dan sudah merealisasikan usahanya. Dan, kelompok investor yang mengalami masalah seperti ini akhirnya memilih hengkang dari NTT dan memindahkan ekspansi usahanya ke daerah lain yang dianggap lebih nyaman dan aman untuk investasi. Salah satu contoh kasus di Kabupaten Sikka, meski pemerintah daerah sudah mengeluarkan izin usaha, tapi izin usaha yang dikeluarkan Bupati Sikka itu justru menuai masalah. Elemen masyarakat di Sikka menolak invetasi pertambangan mineral pasir besi dan pabrik pupuk di daerah itu dengan alasan akan merusak kawasan hutan. Selain itu, lahan di lokasi tambang merupakan tanah ulayat yang belum mendapat restu dari pemilik tanah.Gangguan seperti inilah yang membuat pengusaha asal luar NTT memilih untuk berinvestasi di daerah lain yang menurut mereka lebih nyaman dan aman, walaupun sudah mengantongi izin usaha di NTT. Ada beberapa kemungkinan sehingga investor tidak merealisasikan pengembangan usahanya. Pertama, bisa saja karena masalah lahan investasi dipersoalkan masyarakat ketika usaha yang dikembangkan mulai berjalan. Kenyataan itu sering terjadi selama ini. Kedua, masalah medan usaha atau topografi wilayah yang kurang didukung oleh ketersediaan infrastruktur jalan dan energi listrik untuk kebutuhan usaha. Ketiga, NTT hanya menjadi daerah izin investasi lalu investor menjaminkan izin usaha itu pada bank untuk kemudian mengembangkan usahanya di daerah lain. 58
Faktor lainnya investor dipersulit pejabat pada instansi tertentu. Seperti yang disampaikan oleh salah seorang pengusaha di Kota Kupang, Fredy Ongkosaputra, bahwa pejabat justru mempersulit investor dalam pengurus administrasi usaha, sehingga
pengusaha
membatalkan rencana investasinya di NTT. Agar ke depan tidak ada lagi investor yang hengkang atau tidak merealisasikan pengembangan usahanya di NTT setelah mendapat izin, maka hal penting yang harus diperhatikan oleh pemerintah daerah adalah pemberian atau penerbitan investasi harus selektif. Selektif di sini, antara lain pemerintah daerah perlu menginvestigasi lebih jauh tentang pengusaha bersangkutan sekaligus profil perusahaannya, dan komitmennya untuk menanamkan modalnya di daerah ini. Pemerintah daerah juga, terutama instansi yang berurusan dengan perizinan investasi harus profesional dalam bidang investasi. Selain itu, pemerintah daerah harus memperhatikan serius pengadaan infrastruktur dasar seperti jalan raya dan penerangan listrik di daerah-daerah sasaran investasi. Ketersediaan infrastruktur dasar yang memadai akan memudahkan investor untuk mengembangkan usahanya di daerah- daerah di wilayah NTT. Juga pemerintah daerah perlu turun tangan menyelesaikan konflik lahan antara masyarakat dengan investor. Sebab, selama ini ada sejumlah kasus lahan di lokasi pengembangan usaha investor yang dipersoalkan oleh masyarakat, investor sendiri yang berhadapan dengan masyarakat tanpa pendampingan dari pemerintah setempat.*
59
Diskusi Pertambangan Pasir Besi di Kabupaten Sikka [WalhiNews] 05 March 2012 Permasi dan LMND Kupang Selenggarakan Diskusi http://millis-saja.blogspot.com/2012/03/walhinews-diskusi-pertambangan-pasir.html
Menyikapinya adanya Surat Keputusan Pabrik dibarengi dengan Surat Keputusan Bupati akan adanya Tambang, yakni: SK. No. 67/Hk/2011 tanggal 2011 tentang Pembangunan Pabrik Pupuk kepada PT. Greenlife Bioscience dan SK Nomor 184/Hk/2010 tertanggal 31 Juli 2010 tentang Pertambangan Biji Besi kepada PT. Skyline Flores Adijaya seluas 10.000 (sepuluh ribu hektare) di sepanjang pesisir pantai selatan, yang meliputi 8 Kecamatan yakni: Paga, Mego, Tanawawo, Lela, Bola, Waiblama, Mapitara, Doreng), Perhimpunan Mahasiswa Sikka (Permasi) Kupang dan LMND menyelenggarakan diskusi seputar permasalahan tersebut dengan tema: "Pertambangan Pasir Besi di Sikka: Berkah atau Petaka". Diskusi yang menghadirkan puluhan anak Sikka dari berbagai organisasi kemahasiswaan di Sekretariat Permasi dengan menghadirkan dua nara sumber yakni Kornelis Moa Nita dan Herry Naif. Kornelis (Pemred Mingguan Berita Suara Flores) menyoroti pertambangan dari apek media. Bahwa, akhir-akhir ini ada kemajuan di dunia Media bahwa banyak kasus lingkungan menjadi topik aktual yang santer dibicarakan. Ini adalah sesuatu yang perlu diapreseasi berbagai pihak. Selain itu, diskusi soal pertambangan tergantung dari pemimpin. Banyak pemimpin yang ada di NTT kurang peduli dengan lingkungan. Karena itu, jualan sumber daya alam terus dilakukan tanpa mempertimbangkan berbagai media. Sedangkan Herry (Direktur WALHI) menyoroti pertambangan dari aspek lingkungan, sosial-budaya, politik dan kesehatan. Mengawali pertemuan itu diungkapkan mengenai tentang konsep pengelolaan sumber daya alam masyarkaat sikka. Bahwa sejak dahulu orang sikka punya kepedulian yang sangat tinggi, dimana ada kawasan opidun kare dunan (Kawasan larangan) Opidun kare taden (Kawasan cadangan, Nian Kuben Namang Pare (Kawasan kelola rakyat) Reping goit raen rahat (Kawasan kemiringan di atas 60 derat tidak boleh diganggu), dan lian puan wair matan (Kawasan mata air). Dalam seminar itu juga diungkapkan mengenai beberapa hal mengapa adanya pertambangan, Pertama, Pragmatisme Pemerintahan dalam Peningkatan Pendapatan Asli Daerah melalui pertambangan adalah leading sector ketimbang pertanian, peternakan dan pariwisata.Kedua, Biaya demokrasi di Indonesia mahal, sehingga ada proses perjudian antara pemodal dan calon penguasa. Ketiga, Keterdesakan ekonomi berakibat pada penggadaian Sumber-sumber Penghidupan Rakyat (tanah, hutan, air) untuk kepentingan modal. Kempat, ketidakpahaman rakyat tentang apa itu pertambangan dan dampakdampaknya? Kelima, Lemahnya kekuatan kelompok peduli lingkungan dan civil society (Mahasiswa, LSM, Pers dll). Keenam, akses dan kontrol rakyat terhadap sumber-sumber penghidupan diserahkan pada negara, tanpa berpandangan bahwa itu adalah hak warga negara dalam memenui kebutuhan hidupnya. Ketujuh, akses informasi publik terhadap 60
pertambangan masih sangat minim terutama dampak-dampak sebuah pertambangan. Kedelapan, kearifan lokal dalam pengelolaan Sumber Daya Alam ditinggalkan. Setelah mendengarkan presentasi dari kedua nara sumber dilakukan diskusi tanya jawab tentang pertambangan. Dari hasil diskusi itu para mahasiswa bersepakat menolak adanya pertambangan. Salah satu peserta (Remigius Nong) secara tegas menyatakan penolakan terhadap pertambangan tersebut. Karena itu dia mengajak para mahasiswa untuk memikirkan bagaimana strategi penolakan. Dan dia menyatakan bahwa dalam waktu dekat kami akan melakukan Diskusi seputar pertambangan di Paga (daerah pusat pertambanga) dengan melibatkan berbagai pihak. Kita mau tahu mengapa pemkab sikka mengeluarkan SK tersebut. Oleh karena itu kami mengharapkan dukungan dari kawankawan semua.
61
Pertambangan Pasir Besi di Sikka: Berkah atau Petaka http://rumahalir.or.id/2012/03/05/pertambangan-pasir-besi-di-sikka-berkah-atau-petaka/ Kupang, RumahAlir.or.id – Menyikapinya adanya Surat Keputusan Pabrik dibarengi dengan Surat Keputusan Bupati akan adanya Tambang, yakni: SK. No. 67/Hk/2011 tanggal 2011 tentang Pembangunan Pabrik Pupuk kepada PT. Greenlife Bioscience dan SK Nomor 184/Hk/2010 tertanggal 31 Juli 2010 tentang Pertambangan Biji Besi kepada PT. Skyline Flores Adijaya seluas 10.000 (sepuluh ribu hektare) di sepanjang pesisir pantai selatan, yang meliputi 8 Kecamatan yakni: Paga, Mego, Tanawawo, Lela, Bola, Waiblama, Mapitara, Doreng), Perhimpunan Mahasiswa Sikka (Permasi) Kupang dan LMND menyelenggarakan diskusi seputar permasalahan tersebut dengan tema: ‚Pertambangan Pasir Besi di Sikka: Berkah atau Petaka‛. Diskusi yang menghadirkan puluhan anak Sikka dari berbagai organisasi kemahasiswaan di Sekretariat Permasi dengan menghadirkan dua nara sumber yakni Kornelis Moa Nita dan Herry Naif. Kornelis (Pemred Mingguan Berita Suara Flores) menyoroti pertambangan dari apek media. Bahwa, akhir-akhir ini ada kemajuan di dunia Media bahwa banyak kasus lingkungan menjadi topik aktual yang santer dibicarakan. Ini adalah sesuatu yang perlu diapreseasi berbagai pihak. Selain itu, diskusi soal pertambangan tergantung dari pemimpin. Banyak pemimpin yang ada di NTT kurang peduli dengan lingkungan. Karena itu, jualan sumber daya alam terus dilakukan tanpa mempertimbangkan berbagai media. Sedangkan Herry (Direktur WALHI) menyoroti pertambangan dari aspek lingkungan, sosial-budaya, politik dan kesehatan. Mengawali pertemuan itu diungkapkan mengenai tentang konsep pengelolaan sumber daya alam masyarkaat sikka. Bahwa sejak dahulu orang sikka punya kepedulian yang sangat tinggi, dimana ada kawasan opidun kare dunan (Kawasan larangan) Opidun kare taden (Kawasan cadangan, Nian Kuben Namang Pare (Kawasan kelola rakyat) Reping goit raen rahat (Kawasan kemiringan di atas 60 derat tidak boleh diganggu), dan lian puan wair matan (Kawasan mata air). Dalam seminar itu juga diungkapkan mengenai beberapa hal mengapa adanya pertambangan, Pertama, Pragmatisme Pemerintahan dalam Peningkatan Pendapatan Asli Daerah melalui pertambangan adalah leading sector ketimbang pertanian, peternakan dan pariwisata.Kedua, Biaya demokrasi di Indonesia mahal, sehingga ada proses perjudian antara pemodal dan calon penguasa. Ketiga, Keterdesakan ekonomi berakibat pada penggadaian Sumber-sumber Penghidupan Rakyat (tanah, hutan, air) untuk kepentingan modal. Kempat, ketidakpahaman rakyat tentang apa itu pertambangan dan dampakdampaknya? Kelima, Lemahnya kekuatan kelompok peduli lingkungan dan civil society (Mahasiswa, LSM, Pers dll). Keenam, akses dan kontrol rakyat terhadap sumber-sumber penghidupan diserahkan pada negara, tanpa berpandangan bahwa itu adalah hak warga negara dalam memenui kebutuhan hidupnya. Ketujuh, akses informasi publik terhadap pertambangan masih sangat minim terutama dampak-dampak sebuah pertambangan. Kedelapan, kearifan lokal dalam pengelolaan Sumber Daya Alam ditinggalkan. Setelah mendengarkan presentasi dari kedua nara sumber dilakukan diskusi tanya jawab tentang pertambangan. Dari hasil diskusi itu para mahasiswa bersepakat menolak adanya pertambangan. Salah satu peserta (Remigius Nong) secara tegas menyatakan penolakan 62
terhadap pertambangan tersebut. Karena itu dia mengajak para mahasiswa untuk memikirkan bagaimana strategi penolakan. Dan dia menyatakan bahwa dalam waktu dekat kami akan melakukan Diskusi seputar pertambangan di Paga (daerah pusat pertambanga) dengan melibatkan berbagai pihak. Kita mau tahu mengapa pemkab sikka mengeluarkan SK tersebut. Oleh karena itu kami mengharapkan dukungan dari kawankawan semua. Herry Naif ( Direktur Walhi NTT) heribertus naif
63
Bupati Didesak Cabut SK Tambang Diposting oleh : Administrator - Selasa, 13 Maret 2012 - 14:31:28 WIB http://www.victorynewsmedia.com/berita-1893-bupati-didesak-cabut-sk-tambang.html Sikka FORUM Masyarakat Peduli Lingkungan (Formalin) mendesak Bupati Sikka mencabut izin eksplorasi pasir besi kepada PT Skyline Flores di delapan kecamatan di wilayah selatan Kabupaten Sikka. Desakan ini disampaikan Formalin ketika melakukan aksi damai di Gedung DPRD Sikka, Senin (12/3). Selama dua jam berorasi, Formalin meminta untuk berdialog dengan anggota DPRD Sikka. Karena tidak ada pihak DPRD yang mene mui, mereka menerobas masuk ke ruang sidang utama DPRD Sikka. Mereka kemudian diterima anggota DPRD Paulus Nong Susar, Yeny Kabupung, Agus Pora, dan Alfridus Melanus Aeng. Dalam pernyataan sikap Formalin, yang dibacakan Petrus Sandro Ikeng, antara lain, mendesak Bupati Sikka untuk segera mencabut SK No. 184/HK/2010 tentang Persetujuan Izin Uaha Pertambangan Eksplorasi Mineral Logam Pasir Besi kepada PT Skyline Flores Adijaya. Formalin juga meminta DPRD Sikka untuk segera membekukan SK Bupati Sikka tersebut. Formalin menyerukan kepada DPRD Sikka untuk lebih produktif dalam fungsi control dan fungsi pengawasan terhadap penyelenggara pemerintah tanpa tersubordinasi dan terkooptasi dengan jaringan penguasa. Forum ini memberikan batas waktu 5 x 24 jam, jika Bupati Sosimus Mitang tidak segera mencabut SK No. 184/HK/2010, maka mereka akan menduduki lokasi pertambangan tanpa batas waktu. Dalam dialog tersebut Paulus Nong Susar selaku pimpinan sidang menyampaikan, pihaknya sudah mengagendakan pada Banmus tanggal 17 Maret mendatang untuk membahas SK Bupati yang memberikan izin eksplorasi kepada PT. Skyline Flores Adijaya. ‚Sekarang kami yang hadir ini belum bisa menjanjikan mendukung SK Bupati atau tidak. Karena setiap keputusan adalah keputusan lembaga, yang akan dibahas oleh ke 30 anggota DPRD Sikka,‛ ujarnya. Sebelumnya Bupati Sikka Sosimus Mitang mengeluarkan SK No. 184/HK/2010 kepada PT Skyline Flores Adijaya untuk eksplorasi pasir besi di 8 kecamatan bagian selatan Kabupaten Sikka, dan SK No. 67/HK/2011 kepada PT. Greenlife Bioscience, bergerak dalam pengolahan pupuk hayati. (nus/E-1)
64
GEMPITA: Tolak Tambang! Tuesday, March 20, 2012 8:24 AM http://www.inimaumere.com/feeds/posts/default?orderby=updated Aksi penolakan terkait ijin pertambangan di pantai selatan Kabupaten Sikka terus berlanjut. Sabtu (17/3), elemen mahasiswa yang bergabung dalam Forum Gerakan Aliansi Masyarakat Peduli Tambang ( GEMPITA ) Sikka menggelar aksi penolakan izin ekplorasi yang dikeluarkan Bupati Sikka, Drs. Sosimus Mitang lewat Surat Keputusan (SK) 184/HK/2010. Izin ekplorasi penambangan tersebut meliputi Kecamatan Paga, Mego Lela, Bola, Doreng, Mapitara, Waigete dan Tanarawa. Aksi Gempita yang terdiri GMNI Cabang Sikka, LMND Eskot Kota, PRD Sikka, FORMALIN, FPPP Paga, FMPPS Sikka membentangkan spanduk penolakan di kantor DPRD Sikka. Dalam aksi damai tersebut mahasiswa memaparkan pernyataan sikap mereka. Gempita menolak keras pemberian ijin ekplorasi di wilayah selatan Kabupaten Sikka yang meliputi 8 kecamatan dengan luas tambang 10 ribu hektar kepada PT. Skyline Flores Adijaya. Gempita menilai pemberian ijin tersebut tidak sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 27 tahun 2007
tentang Pengelolaan wilayah Pesisir dan Pulau-pulau terkecil.
Gempita menduga pemberian ijin tersebut syarat akan kepentingan. Penolakan oleh kelompok masyarakat dan berbagai elemen mahasiswa menjadi topik hangat diberbagai media lokal dan forum diskusi pemuda Sikka di jejaring social. Usai kasus bansos yang masih dalam penyelidikan, kembali masyarakat Sikka dikejutkan oleh perijinan pabrik pupuk di Paga lewat SK. No. 67/Hk/2011 kepada PT. Greenlife Bioscience dan tambang biji besi di sepanjang pesisir pantai selatan Kabupaten Sikka lewat SK Nomor 184/Hk/2010 kepada PT. Skyline Flores Adijaya . Sosimus yang diminta tanggapannya terkait adanya protes dari elemen masyarakat dan mahasiswa di Sikka seperti dalam pemberitaan di Floresstar (19/3) menegaskan, pihaknya juga tidak ingin masyaralat Sikka dan lingkungan daerah tersebut terkena limbah sehingga perusahaan pupuk di Paga harus dihentikan guna dikaji mengenai analisa dampak lingkungan (Amdal). "Kalau tidak sesuai dengan perizinan keberadaan dua perusahaan yang ada di Sikka yang melakukan aktivitas ekplorasi biji besi dan perusahaan pupuk akan diberhentikan. Yang jelas kalau tidak sesuai dengan perizinan kita akan hentikan. Saya sudah minta dinas teknis untuk menghentikan semua kegiatan tersebut dan jangan ada kegiatan dilapangan sebelum ada pengkajian lebih dalam.Saya juga tak ingin lingkungan Sikka rusak," kata Bupati Sikka, Drs. Sosimus Mitan, Sabtu (17/3/20/1012) seperti ditulis harian Floresstar (19/3).
65
"Untuk perusahaan pupuk di Paga yang bernama PT. Green Life Bio Sciense yang bergerak dibidang pupuk, ijin yang kami berikan merupakan ijin lokasi dan IMB guna mendirikan mess bagi karyawannya. Selanjutnya kini ada dermaga lalu penggusuran lahan. Itu yang kami minta untuk dihentikan. Kalau ada aktifitas harus ada lapor bukan dikaji ijin lalu dilapangan ada kegiatan lain lagi tanpa izin. Buat dermaga itu harus ada izin dari Kementerian Perhubungan RI. Supaya tidak ada kepentingan banyak yang masuk dalam masalah ini maka itu saya sudah perintah hentikan aktivitas perusahaan pupuk di Paga. Kita kaji secara baik biji besi di Sikka dulu," kata Sosimus. Mengenai PT. Skyline Flores Adijaya yang bergerak di usaha eksplorasi pertambangan mineral biji besi di Sikka, Bupati Sosimus pun menegaskan aktivitasnya dan menunggu proses pemaparan hasil kerja
akan menghentikan
perusahaan yang ingin
memaparkan potensi dan penelitian tentang biji besi yang mereka teliti. "Untuk kepentingan masyarakat dan kebaikan bersama, dua aktivitas perusahaan itu di Sikka akan kami hentikaan sehingga jangan ada kepentingan lain masuk lalu masyarakat yang dirugikan," kata Sosimus. Wakil Bupati Sikka, dr. Wera Damianus, M.M saat dengar pendapat dengan DPRD Sikka juga mengatakan kalau pemerintah akan mengkaji dua SK tentang kegiatan dua perusahaan di Sikka. Pengkajian akan dilakukan dalam rangka melakukan merevisi keberadaan dua perusahaan jika menyalahi aturan tentu akan menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah. Mengenai SK yang menurut DPRD Sikka siluman dan meragukan, wabup mengatakan SK itu tidak siluman tapi pemerintah tidak menyampaikan SK itu kepada DPRD Sikka saja. Sementara dalam dengar pendapat di DPRD Sikka, Sabtu (17/3/2012) siang, yang dipimpin Ketua DPRD Sikka Rafael Raga beberapa anggota DPRD Sikka menolak keberadaan perusahaan tambang dan pupuk di Sikka. DPRD Sikka seperti dikuti dari floresstar, meminta Pemkab Sikka mengkaji dua SK yang memberikan izin dua perusahaan itu melakukan aktivitas di Sikka. ****************
66
Warga Paga Terbelah soal Tambang Pasir Besi Diposting oleh : Administrator - Rabu, 28 Maret 2012 - 12:43:28 WIB http://www.victorynewsmedia.com/berita-2984-warga-paga-terbelah-soal-tambang-pasirbesi.html
MASYARAKAT Kecamatan Paga, Kabupaten Sikka terpecah antara yang menerima atau menolak investasi tambang pasir besi dan pabrik pupuk hayati di wilayah mereka. Sebanyak 25 warga mendatangi DPRD Sikka, Selasa (27/3),. Mereka mendesak pemerintah segera menerbitkan izin operasional bagi PT Skyline Flores Jaya dan Green Life Bio Science untuk berinvestasi di bidang pertambangan pasir besi serta mendirikan pabrik pupuk di Paga. Bulan lalu, puluhan warga bersama tokoh adat dari wilayah yang sama, juga datang menemui DPRD Sikka untuk mendesak pemerintah menghentikan sementara aktivitas tambang pasir besi dan pendirian pabrik pupuk. Warga yang datang Selasa, menamakan diri Aliansi Pendukung Pembangunan Paga (APPP). Mereka mendesak pemerintah mempercepat proses izin dan memberikan rekomendasi kepada kedua perusahaan itu untuk segera beroperasi. Mereka meminta DPRD Sikka menyikapi pro kontra soal investasi tersebut secara arif. Ketua APPP, Herminegildus Beo mengatakan kehadiran kedua perusahaan tersebut membawa perubahan dan kesejahteraan pada masyarakat. ‚Kami berharap dan berjuang agar investor tetap eksis dan berinvestasi di Paga. Kami tidak rela perusahaan itu angkat kaki karena kehadirannya membawa perubahan dan kesejahteraan bagi kami,‛ kata Beo. Mereka diterima berdialog dengan Ketua DPRD Sikka, Rafael Raga dan Wakil Ketua, Felix Wodon, serta dua anggota dewan. Rafael Raga mengatakan dewan akan mengkaji pendapat dari dua kelompok masyarakat, yakni yang menolak dengan yang menerima kehadiran investor. ‚Dalam waktu dekat kami menyurati pihak perusahaan dan pemerintah agar mempresentasekan profile kedua perusahaan itu, sehingga kami bisa mengambil keputusan bersama,‛ katanya.(yns/D1/P-2)
67
Formallin Desak Bupati Sikka Cabut SK Pertambangan http://fdpms.wordpress.com/2012/04/05/formallin-desak-bupati-sikka-cabut-sk-pertambangan/ 5 April 2012 FDPMS News- BUPATI Sikka segerah cabut SK. 184 HK/2010 tentang Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi Mineral Logam Pasir Besi kepada PT Skyline Flores Adijaya di kabupaten Sikka. Demikian salah satu poin penting yang disampaikan oleh Forum Masyarakat Peduli Lingkungan (FORMALIN) Sikka dalam aksi damai Senin, 12/03/2012. Masa FORMALLIN bertolak dari perempatan TK. Pantirini menuju Polres Sikka, Bogor, Jln Anggrek, Eltari dan menuju kantor DPRD Sikka. Dalam perjalanan peserta aksi melakukan orasi secara bergantian dengan menggunakan satu buah pengeras suara. Tampak beberapa anggota Polres Sikka sementara berjaga-jaga dan menertibkan kendaraan yang lewat. Yoseph Ngaga atau akrab dipanggil Yoga Wora, Ketua FORMALIN dalam orasinya menjelaskan bahwa perhatian pertambangan akhir-akhir ini sedang terfokus pada belahan bumi NTT. Hal ini disebabkan karena kandungan sumber daya alam yang sangat potensial dan kualitas tinggi. Masyarakat NTT sepertinya sedang bermandikan hujan berkah menuju kesejahteraan setelah sekian lama menatap bongkahan batu bisu yang tak bernilai, batu kotor yang diinjak-injak, tiba-tiba berubah wujud menjadi uang. Mimpi dan iklim usaha yang sehat tidak menjadi sesuatu yang penting untuk dipedulikan akan tetapi hal yang diprioritaskan adalah memenuhi kebutuhan hari ini dengan mengorbankan kerusakan lingkungan hidup yang permanen, hilangnya sumber air, memotong keberlangsungan hidup generasi yang akan datang, sampai pada kehilangan nyawa akibat tertimbun tanah dan bebatuan. Demikian pula yang terjadi di bumi Nian Sikka sekarang ini, marak dengan desas desus mengenai SK Bupati SIKKA 184 HK 2010 tentang persetujuan Izin Usaha Pertambangan (IUP) eksplorasi mineral logam pasir besi kepada PT Skyline Flores Adijaya yang adalah fakta yang menyengsarakan rakyat dan menimbulkan persoalan horisontal dikalangan masyrakat Sikka. Tegasnya. Lebih lanjut, Yoga Wora menggambarakan bahwa pendirian PT Green Life Bioscince hanyalah sebagai tameng untuk membungkus sejuta kekilafan dibalik Pasir Besi. Rakyat kecil bagaikan kerbau di cocok hidung, dimana para pemangku kepentingan telah menawarkan jasa rakyat dengan tipuan rupiah. Tipuan lain berupa jaminan untuk memperoleh lapangan pekerjaan layak sehingga ekonomi masyarakat seputar wilayah pertambangan semakin meningkat atau masyarakat akan meningkat kesejahteraanya. Pengusaha dan pemerintah kabupaten tidak pernah menjelaskan kepada semua masyarakat akan dampak dari tambang itu sendiri.
68
Sekretaris FORMALIN, Petrus Sandro Ikeng menjelaskan dalam orasinya bahwa hal ini merupakan jebakan dasyat yang dibuat oleh para penguasa dengan mengolkan kepentingan prekrutan tenaga kerja. Oleh karena itu, Bupati harus segera cabut SK.184/HK/2010 ini karena dinilai hanya untuk menyengsarakan masyarakat. Sandro juga menegaskan bahwa pernyataan bupati sikka ‚SK Tambang tidak bisa dibatalkan karena masi dalam tahap penjajakan atau penelitian‛ adalah pernyataan yang tidak mempertimbangkan segala aspek kehidupan manusia. Jangan keluarkan pernyataan yang prematur atau cepat-cepat dengn tidak ada nilai tambah sama sekali, suara keras Sandro saat berorasi. Namun sayang, kedatangan FORMALIN hanya diterima oleh empat orang wakil rakyat, Paulus Nong Susar, Yeni Kabupung, Agus Pora, dan Alfridus Melianus Aeng. Dalam dialog bersama para wakil rakyat, sebelumnya salah satu peserta aksi membacakan pernyataan sikap dihadapan forum sidang DPRD Sikka. Dialog antar anggota forum dan anggota DPRD terlihat a lot karena ada peserta aksi yang bernada keras mempertanyakan soal kehadiran anggota dewan yang sangat sedikit padahal hari Senin merupakan hari kerja yang efektif. Paulus Nong Susar yang memamndu jalnya dialog ini menyampaikan bahwa asiprasi dari FORMALIN akan disampaikan kepada pimpinan DPRD Sikka dan akan diperjuangakn lebih lanjut. Secara pribadi anggota dewan yang hadir menolak keras pertambangan yang hadir di kabupaten Sikka karena hanya menimbulkan masalah baru di Sikka. Kedatangan Forum Masyarakat Peduli Lingkungan (FORMALIN) Sikka meminta kepada DPRD Sikka untuk mengambil langkah-langkah penyelamatan atas kasus pertambangan di kabupaten Sikka. Berikut pernyataan yang merupakan seruan FORMALIN Sikka. Pertama, mendesak BUPATI SIKKA untuk segerah mencabut SK.184/HK/2010 tentang persetujuan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi Mineral Logam Pasir Besi kepada PT Skyline Flores Adijaya. Kedua, meminta DPRD Sikka untuk segera membekukan SK.184/HK/2010 tentang persetujuan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi Mineral Logam Pasir Besi kepada PT Skyline Flores Adijaya. Ketiga, menyerukan kepada DPRD Sikka untuk lebih produktif dalam memainkan peranannya sebagai fungsi Kontrol dan Fungsi Pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan tanpa tersubordinat dan terkooptasi dengan jaringan penguasa. Keempat, mendesak pihak kepolisian untuk segera tangkap Saudara Sosimus Mitang selaku Bupati Sikka dan Saudara Muhamad Rafik selaku Pimpinan Perwakilan PT Skyline Flores Adijaya yang sudah melakukan pembohongan publk. Kelima, mendesak pihak penegak hukum untuk menegakkan kembali superemasi hukum dengan menggunakan hati nurani, berorientasi kepada kepentingan rakyat tanpa memandang bulu. (Red).
69
70
Tambang Biji Besi di Riung berpuncak dengan Pemblokiran Lokasi Tambang oleh Warga http://anggaokta.student.umm.ac.id/2010/01/30/tambang-biji-besi-di-riung-berpuncakdengan-pemblokiran-lokasi-tambang-oleh-warga/
Kabupaten Ngada adalah sebuah salah satu kabupaten di daratan Flores. Secara historis Kabupaten ini terdiri dari 3 suku besar, yakni Suku Ngada, Nagekeo dan Riung. Kabupaten ini terkenal subur dan merupakan dapur Flores. Malah hasil kopi petani sudah masuk sampai pada pasaran internasional. Dan, kabupaten ini hampir memiliki kondisi ekologi yang mirip dengan wilayah Manggarai, yang masih memiliki keseimbangan ekologi. Kini, Kabupaten Ngada dimekarkan lagi menjadi 2 wilayah otonom yakni kabupaten Ngada dan Nagekeo. Kabupaten Ngada masih melingkupi Riung dan Ngada. Dari pantauan, demokrasi di wilayah ini memiliki dinamika yang sangat tenang tidak sepeti wilayah Flores lainnya. Di kabupaten Ngada, ada kasus Cagar Alam Watu Ata yang sedang diadvokasi LAPMAS (anggota WALHI) sudah pada tingkat pembentukan forum multi pihak kehutanan (Masyarakat Adat, Dinas Kehutanan, LSM). Tujuannya adalah agar adanya pengelolaan yang berpihak pada rakyat dalam kawasan dengan memperhatikan aspek keseimbangan ekologi, serta melibatkan para pemangku kepentingan.Gambaran Umum tentang Wilayah Kasus Tambang Riung Riung adalah salah kecamatan di Kabupaten Ngada yang letaknya berbatasan dengan Kabupaten Nagekeo dan Kabupaten Manggarai Timur. Sebagian besar masyarakat Kecamatan Riung bermata pencaharian sebagai petani di daerah pengunungan dan nelayan di daerah pesisir. Kecamatan Riung cukup diandalkan oleh Pemerintah Kabupaten Ngada, sebab daerah ini sangat terkenal dengan Taman Laut Tujuh Belas Pulau dan Biawak Varanus Riungensis. Biawak ini hampir sama dengan komodo, namun ia memiliki postur tubuh yang lebih kecil dibanding dengan Komodo. Riung juga sering dikunjungi para wisatawan baik dari dalam negri maupun asing untuk mengunjungi daerah pariwisata tersebut. Memang, Riung belum memiliki nama yang terkenal seperti Taman Nasional Komodo, namun daerah ini memiliki Potensi Pariwisata yang bisa diemban. Akhir-akhir ini , Masyarakat Riung mulai resah dengan kebijakan PEMDA yang ingin menjadikan Riung sebagai areal pertambangan biji besi. Ada 4 (empat) titik yang akan dijadikan lokasi tambang; yakni Gunung Mbopok, Rendeng, Lowun dan Mbongbilang. Luas areal yang akan ditambang kurang lebih 1.395 hektare. Ada dua desa (Latung dan Sambinase) dan dua kelurahan (Kel. Benteng Tengah dan Kel.Nangamese) yang sedang 71
berada di lokasi. Selain itu lokasi ini juga adalah lokasi Cagar Alam yang harus dilindungi oleh siapa saja (Pos Kupang, 19 Januari 2010). Beberapa fakta diungkap warga bahwa Pemerintah Kabupaten Ngada telah memberi ijin penyelidikan kepada empat investor antara lain: 2004 PT. Bina Sempurna 2005-2006 PT. Lasindo 2007 PT. Kharisma 2009 PT. Graha Kencana Perkasa Respon Warga dan Para Pihak Menyikapi kasus ini, PERISAI (anggota WALHI NTT) mengadvokasi kasus tersebut. Ahmad Lezo (anggota Dewan Daerah) yang pernah dilaporkan mencemarkan nama baik Pemerintah Kabupaten Ngada, dimana Ahmad Lezo mengusir para pegawai Dinas Pertambangan Kabupaten Ngada yang mengunjungi lokasi untuk diadakan sosialisasi tentang pertambangan. Kini, Persatuan Riung Sariwu (PERISAI) masih tetap mengadvokasi kasus tersebut. 900 Warga Desa Latung, Kecamatan Riung Barat dan Wolomese (Kabupaten Ngada) telah memblokir lokasi tambang besi di gunung Mbopong (15/01/2010). Warga siaga di lokasi tambang dengan senjata tambang berupa tombak, parang, busur dan anak panah. (Pos Kupang, 16 Januari 2010). WALHI NTT telah berkoordinasi dengan Ahmad Lezo untuk beberapa informasi diharapkan informasi-informasi terbaru akan diperoleh untuk kepentingan Advokasi dan Kampanye public.
72
Musyawarah Warga Desa Latung
Kontroversi Pertambangan Biji Besi di Riung Oleh Frans Anggal http://frans-anggal.blogspot.com/2010/07/musyawarah-warga-desa-latung.html Acara perdamaian adat ‚rambu rangke‛ masyarakat Riung Seriwu yang diprakarsai dan difasilitasi Bupati Ngada Piet Yos Nuwa Wea di Riung, Sabtu 26 Juni 2010, tidak dihadiri warga Desa Latung. Pada hari itu, warga Desa Latung menggelar Musyawarah Masyarakat Tolak Tambang, yang dihadiri masyarakat Wangka, Ngera, Ria, Lengkosambi, serta JPIC OFM Indonesia dan Walhi NTT (Flores Pos Senin 5 Juli 2010). Sesepuh adat Hironimus Kasang mengatakan, musyawarah di Latung digelar tidak untuk menandingi ‚rambu rangke‛ yang diprakarsai dan difasilitasi bupati. Sebab, musyawarah sudah direncanakan dari jauh hari. Jadi, ‚Kegiatan kami jangan dinilai sebagai upaya pemboikotan kegiatan ‘rambu rangke’.‛ Sebagai boikot ‚rambu rangke‛, jelas tidak. Tapi sebagai tandingan ‚rambu rangke‛, kenapa tidak. Malahan, perlu . Sebab, kalau mau jujur, ‚rambu rangke‛ yang diprakarsai dan difasilitasi bupati itu tidak murni perdamaian adat. Malahan bukan perdamaian, kalau dilihat dari posisi pemrakarsa, fasilitator, dan pesertanya, sebagaimana diulas ‚Bentara‛ Flores Pos Jumat 2 Juli 2010. Pemrakarsa dan fasilitatornya, bupati: pendukung tambang. Tokoh adat yang hadir, dari suku Wua, Lio, Niki, Kraeng, dan Baar: pendukung tambang. Tokoh politik yang ikut menyaksikan, Ketua DPRD Kristoforus Loko: pendukung tambang. Semua mereka saling cocok. Tak ada cekcok. Maka, tidak ada yang perlu diperdamaikan. Dengan demikian, ajang itu bukan rekonsiliasi antar-pesengketa tambang, tapi konsolidasi antar-pendukung tambang. Dalam konsolidasi itu , bupati dan ketua DPRD terdepan. Keduanya bawakan sambutan. Isinya sama: membantah isu yang beredar. Bahwa, ‚rambu rangke‛ bukan ajang peresmian ekplorasi pertambangan biji besi di Riung (Flores Pos Kamis 1 Juli 2010). Secara verbal, isu terbantahkan. Tapi secara substansial, tidak. Sebab, kalau bukan peresmian, itu ajang apa? Perdamaian? Tidak juga. Itu ajang konsolidasi, langkah menuju peresmian, suatu ketika. Karena itu ajang konsolidasi pendukung tambang, maka wajar, sah, bahkan perlu barisan tolak tambang konsolidasikan diri. Dalam konteks inilah, pada hari yang sama di tempat
73
berbeda, warga Desa Latung menggelar Musyawarah Masyarakat Tolak Tambang. Jelas, ini tandingan terhadap ‚rambu rangke‛. Secara moral, yang dilakukan warga Desa Latung itu terhormat. Mereka jujur. Ajang itu mereka namakan lugas: Musyawarah Masyarakat Tolak Tambang. Mereka tidak berkamuflase. Mereka tidak bikin ‚rambu rangke‛ yang bukan ‚rambu rangke‛. Mereka tidak memperalat apalagi memperkosa ritus adat adiluhung demi memenuhi dahaga politik kekuasaan elite kabupaten. Mereka tidak rela ‚rambu rangke‛ direndahkan dari tuntunan menjadi sekadar tontonan Riung semestinya bersyukur punya kelompok kecil masyarakat seperti ini. Ketika daerah sudah dipimpin para oportunis, sejarah toh masih memberi peluang. Dan peluang itu ada pada mereka yang disebut ‚disiden‛. Mereka habitus kecil yang masih berpikir rasional dan sedang berusaha mengorganisasi diri. Daya tahan mereka harus didukung. Di sinilah peran Gereja, JPIC, LSM, dan lain-lain elemen civil society. Berharap pada wakil rakyat? Dalam kasus di atas, harapan itu sirna. Pada Musyawarah Masyarakat Tolak Tambang di Desa Latung, tak satu pun anggota DPRD hadir. Sebaliknya pada ‚rambu rangke‛ di Riung. Ketua DPRD hadir dan bawakan sambutan. Isinya sama dengan sambutan bupati. Sama-sama membantah sebuah isu. Koq sama, ya? Akur banget! “Bentara” FLORES POS, Selasa 6 Juli 2010
74
Senjakala Bupati Nuwa Wea (Kontroversi Pertambangan Biji Besi di Riung) oleh BENTARA pada 10 Juli 2010 pukul 23:47 · http://id-id.facebook.com/note.php?note_id=118792728167014
Bupati Ngada Piet Yos Nuwa Wea menegaskan, acara perdamaian adat ‚rambu rangke‛ antar-masyarakat Riung Seriwu yang difasilitasi pemkab bukan ajang peresmian ekplorasi pertambangan biji besi di Riung sebagaimana diisukan di tengah masyarakat. ‚Rambu rangke‛ digelar di halaman kantor camat Riung, Sabtu 26 Juni 2010. Ditandai penyembelihan kerbau jantan merah oleh bupati. Hadir, para petinggi pemerintah, DPRD, polres, dan para tokoh adat (Flores Pos Kamis 1 Juli 2010). Yang menarik di sini bukan isi pernyataan bupati. Pernyataannya benar. Tanpa dikatakan pun, ‚rambu rangke‛ jelas bukan peresmian pertambangan. Itu perdamaian adat. Mengapa pernyataan itu dilontarkannya, itu yang menarik. Jauh sebelum ‚rambu rangke‛ digelar, isu sudah beredar. Bupati akan resmikan ekplorasi pertambangan biji besi di Riung pada atau melalui ‚rambu rangke‛. Isu ini santer di kalangan masyarakat tolak tambang. Terutama pada masyarakat adat Ria-Latung yang tanah adatnya ‘akan’ dijadikan objek. Isu bukanlah berita. Sebab, isu itu tanpa verifikasi. Kendati demikian, isu selalu mudah dipercaya. Terutama pada masyarakat yang telah terkondisikan untuk mudah mempercayainya. Pengondisian bisa melalui berbagai cara, yang oleh Reuel L Howe dikategorikan sebagai perintang komunikasi. Bisa berupa bahasa, citra, kecemasan, bela diri, dan maskud berlawanan. Pada kasus ‚rambu rangke‛, yang menjadi perintang utama yang menyebabkan acara adat itu di-salah-isu-kan adalah dua hal ini. Citra bupati dan kecemasan masyarakat. Di kalangan masyarakat adat Ria-Latung, bupati telah tercitra sebagai pendukung tambang. Tahun 2009, ia memberi izin kuasa pertambangan kepada PT Graha Kencana Perkasa untuk eksplorasi bahan galian biji besi dan mineral serta pengikut lainnya. Masyarakat adat Ria-Latung menyatakan menolak. Mereka akan melawan tambang sampai titik darah penghabisan. Kendati demikian, masyarakat adat Ria-Latung cemas juga. Sebab, selain harus ‘melawan’ keputusan seorang bupati yang notabene punya aneka kekuatan, mereka harus berhadapan dengan masyarakat adat lain yang justru mendukung tambang. Suk u Wua, Lio, Niki, Kraeng, dan Baar. Hak atas tanah (bakal) lokasi tambang pun ‘diperebutkan’ melalui klaim-mengklaim.
75
Dalam kondisi seperti inilah ‚rambu rangke‛ digelar. Fasilitatornya bupati yang notabene pendukung tambang. Tokoh adat yang hadir pun berasal dari suku-suku pendukung tambang. Jadi, hadirinnya sudah cocok satu sama lain sebelum ‚rambu rangke‛ digelar. Sudah akur sebelum berdamai. Kalau sudah akur, apa yang mau perdamaikan? Tidak ada, bukan? Kalau tidak ada yang diperdamaikan maka yang digelar bukanlah perdamaian. Bukanlah rekonsiliasi. Bukanlah resolusi konflik. Tapi, konsolidasi. Mengompak-kuatkan barisan pendukung tambang. Dalam konteks pro-kontra, menguatkan yang pro sama dengan melemahkan yang kontra. Ini bentuk lain dari pemecah-belahan masyarakat. Dalam medan makna seperti itulah tersiar isu, ‚rambu rangke‛ yang difasilitasi bupati merupakan ajang peresmian ekplorasi pertambangan. Isu seperti itu salah, tapi tidak bisa dipersalahkan. Ia hanya konsekuensi logis dari apa yang dilakukan bupati. Yang kita sesalkan, justru di pengujung masa jabatannya, bupati menorehkan luka baru. Sebuah catatan buruk di senjakala kekuasaan. ‚Bentara‛ FLORES POS, Jumat 2 Juli 2010
76
Tambang & Risiko Asimetri Informasi Posted Thu, 19/08/2010 - 12:16 by itaibnu http://www.batukar.info/komunitas/articles/tambang-risiko-asimetri-informasi Oleh Ferdy HasimanKAMIS, 19 AGUSTUS 2010 | 00:20 WIB BEBERAPA tahun terakhir, investasi berskala raksasa mulai digelontorkan ke Propinsi NTT. NTT bukan hanya dikenal dengan tambang mangan di Pulau Flores, tetapi kaya akan biji emas, dan biji besi. Tambang emas dan biji besi ini terdapat di Sumba Barat dan Sumba Timur. Bukan hanya itu, di Blok Rote dan Blok Sabu, terdapat potensi minyak dan gas (migas) yang cukup besar untuk dieksplorasi. Tak pelak lagi, raksasa-raksasa nasional dan multinasional pun saling berebut-rebutan mendapat lahan garapan untuk menambang. Raksasa nasional yang familiar dikenal publik, misalnya, PT Merukh Enterprise. Merukh Enterprise adalah anak usaha PT Pukuafu Indah yang memiliki 20 persen saham di PT Newmont Nusa Tenggara (NTT). Sementara perusahaan-perusahaan lokal di Pulau Flores hampir pasti tidak dikenal track-record-nya. Selain pemain lokal, raksasa-raksasa multinasional, seperti Rio Tinto (Listing Bursa Teronto), San Miquel (Philipina) atau Salgacoar Mining (India). Singkatnya, NTT menjadi primadona baru bagi investor tambang pada tahun-tahun belakangan ini. Pertanyannya adalah mengapa perusahaan-perusahaan itu dengan mudah berekspansi ke Propinsi NTT? Paradigma pembangunan Penetrasi raksasa tambang di NTT hampir tak terbendung. Soalnya, pemerintah di NTT telah memilih paradigma ekonomi yang berpihak pada investasi skala raksasa. Paradigma investasi berskala raksasa ini memang sudah mulai diperkenalkan sejak Washington Conssensus (WC) pada tahun 1990-an. Isi WC adalah liberalisasi, privatisasi, dan deregulasi. Liberalisasi adalah minimalisasi peran negara dalam pasar. Negara-negara atau yang diwakili Pemda NTT wajib membuka diri terhadap investasi. Semua beban dalam bentuk tarif, pajak, royalti, harus ditiadakan. Sementara privatisasi adalah pengalihan perusahaan-perusahaan negara ke tangan pihak swasta. Segala bentuk jaminan sosial mulai dari jaminan kesehatan, pendidikan, jaminan bagi penganggur atau pekerja ditiadakan. Secara ringkas, tiga agenda ini menghendaki agar pemerintah keluar dari pasar. Tiga agenda di atas merupakan pintu masuk bagi berkembangnya investasi asing. Tolak ukur investasi yang dikehendaki dalam WC adalah investasi berskala raksasa, seperti pertambangan. WC percaya investasi berskala raksasa dapat mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan di negara-negara berkembang, tak terkecuali di NTT. Dengan masuknya raksasa-raksasa tambang NTT secara eksplisit telah memaklumatkan paradigma pembangunan yang diadopsi dari WC. Soalnya logika pemerintah mengatakan, NTT adalah daerah yang gersang dan tidak memungkinkan untuk tumbuhnya sektor pertanian, perikanan dan industri mikro-kecil lainnya. Atas dasar itulah tulisan Ignas Ladjang "Kegaduhan Seputar Masalah Tambang" semakin mengokohkan posisi pemerintah lokal mengadopsi pilihan pembangunan NTT berskala raksasa. Sektor mikro-kecil di mata pemerintah terbukti tidak memberi kontribusi apa-apa pada penerimaan daerah. Apalagi dengan otonomi daerah dana APBD untuk pemda semakin mengecil. Mengecilnya dana APBD membuat pemda harus mencari jalan untuk mengatasi defisit anggaran. Maka, satu-satunya jalan paling mudah mendapat dana adalah membuka diri terhadap investasi berskala besar, melalui sektor pertambangan. Lazimnya, sebelum 77
investasi besar itu datang, pemerintah harus memenuhi persyaratan yang harus dipenuhi agar investasi berjalan aman. Persyaratan itu berupa liberalisasi pasar. Dengan adanya liberalisasi pasar, pemerintah tidak memiliki kewajiban lagi menagih pajak, tarif, upah harus ditekan, izin konsesi harus dipermudah dan sederet aturan lain yang ramah terhadap investor (investor friendly). Semua persyaratan ini saya kira sudah dipenuhi Pemerintah NTT dan itu adalah sebuah pilihan yang sangat berisiko bagi kesejahteraan NTT ke depan. Mengapa berisiko? Ekonom J Stiglitz jauh-jauh hari berpesan, penetrasi asing dan investasi berskala raksasa sangat rentan terjadi asimeteri informasi. Asimetri informasi adalah informasi yang tidak sejajar diterima pelaku pasar. Itulah mengapa menjalankan bisnis di negara berkembang seperti Indonesia, apalagi NTT, sangat sulit. Soalnya informasi tidak dapat diterima dengan sempurna, karena umumnya di Indonesia, tak terkecuali di NTT, berkembang praktek bisnis yang tidak jujur. Menurut Stiglitz, asimetri informasi tidak akan terjadi tanpa ada asimetri kekuasaan. Artinya kekuasaan lebih memberi akses mudah kepada investor daripada rakyat miskin. Akses mudah dari pemerintah itu berupa pemberian supervisi dan aturan hukum lainnya. Akibatnya, pemerintah menjadi tidak transparan terhadap warga. Akibat ketidaktranspranan ini, aksi protes warga di NTT merebak. Merebaknya aksis protes ini karena warga tidak pernah mendapat pemahaman sempurna berupa sosialisasi bagaimana baik-buruknya sektor pertambangan. Memang dalam pemberitaan media, pemerintah telah melakukan MoU dengan investor secara transparan. Namun, dalam MoU itu rakyat tidak pernah dibeberkan secara mendetail informasi seputar sektor pertambangan itu. Akibat asimetri infomasi, aksi protes pun merebak. Protes warga muncul ketika mesin-mesin raksasa menggerus hak ulayat masyarakat adat. Namun, kesadarannya serba terlambat. Keterlambatan kesadaran ini bukan tanpa sengaja karena pemerintah sengaja menyembunyikan data dan informasi lengkap seputar pertambangan pada saat melakukan MoU dengan investor. Melihat realitas di atas, saya kira, masuknya investasi pertambangan di NTT justru merusak tatanan demokrasi pada tingkat lokal. Demokrasi memang kelihatan berjalan namun demokrasi yang mengabdi kepentingan bisnis. Risiko lebih lanjut terjadinya aktivitas pemburu rente dan korupsi di tingkat lokal meluas. Belum lagi jika melihat track record perusahaan yang berkiprah di NTT. Memang untuk perusahaan asing yang berkiprah di NTT sangat mudah dilacak pembukuannya, karena perusahaan-perusahaan itu tercatat di bursa Australia atau bursa Toronto. Namun hampir semua KP lokal di NTT sangat sulit dilacak neraca keuangannya. Karena semua KP adalah perusahaan privat. Lantas bagaimana publik mengakses informasi ke perusahaan-perusahaan itu? Berapa kapasitas produksi, berapa penjualan perusahaan setiap tahun, sehingga publik bisa mengetahui secara pasti berapa yang masuk ke PAD daerah dari sektor tambang. Selain itu publik semakin sulit melacak siapa pemilik KP, apakah raksasa bisnis dari Jakartakah atau pebisnis tingkat lokal. Karena sulit dideteksi, total aset perusahaan itu pun sulit diketahui. Maka, mereka semakin dibebaskan dari pembayaran pajak ke negara. Semuanya ini menjadi informasi yang sangat susah diakses. Asimetri informasi inilah yang memungkinkan pemda memiliki ruang untuk korupsi. Korupsi terjadi ketika akses dan sumber informasi ditutup rapat. Itulah nasib sebuah negara dan daerah yang telah 78
menjalankan resep liberalisasi pasar. Dengan kondisi carut-marut seperti ini, apa yang harus kita lakukan? Tambang bukan solusi Saya kira tambang bukan solusi membangun ekonomi NTT ke depan. Tambang tidak dapat memberdayakan partisipasi warga lokal. Partisipasi warga lokal ini, menurut hemat penulis, menutut pemerintah untuk memahami lebih bijaksana arti demokrasi ekonomi. Demokrasi ekonomi dibangun berdasarkan prinsip subsidiaritas dan solidaritas. Subsidiaritas artinya pemerintah memiliki kewajiban membantu masyarakat lemah, jika mereka tidak sanggup memenuhi kebutuhan hidup. Sementara apa yang dapat dikerjakan masyarakat tidak boleh diintervensi pemerintah. Demokrasi ekonomi ini menuntut pemerintah untuk responsif bahwa membangun daerah NTT bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi menjadi tanggung jawab bersama. Cara seperti apa? Partisipasi warga akan terealisasi jika pemerintah memiliki kehendak politik menggerakkan ekonomi mikro-kecil. Gerakan ekonomi mikro-kecil harus dibangun mulai dari pembangunan infrastruktur publik agar memudahkan rakyat mengakses ke pasar. Lebih jauh lagi, rakyat harus diupayakan untuk dapat mengakses ke sumber dana (bank) agar dapat mengembangkan usaha. Dengan gerakan seperti itu, pertumbuhan ekspor NTT ke depan bisa meningkat, budaya saving dan income masyarakat pun terus meningkat. Semuanya itu akan berjalan jika ditopang dengan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Gerakan ekonomi sektor riil ini sudah dikembangkan di negara-negara maju, seperti Jerman. Di Jerman, pemerintahnya sekarang mulai menggerakkan Mittelstand. Mittelstand adalah gerakan pembangunan sektor riil, seperti industri manufaktur dan industri kecil lainnya. Gerakan seperti ini semakin mengokohkan Jerman menjadi negara paling sukses menerapkan Ekonomi Pasar Sosial (EPS). Akhirnya tulisan ini ditujukan kepada publik di NTT, agar lebih cermat dan kritis memahami tulisan Ignas K Lidjang. Tambang bukan sebuah berkah bagi rakyat miskin, tetapi lebih sebagai kutukan. * Peneliti pada Indonesia Today, Jakarta & Penekun Masalah Neoliberalisme Sumber: http://pos-kupang.com/read/artikel/51725/editorial/opini/2010/8/19/tambangrisiko-asimetri-informasi
79
Leviathan Yang Menghibur posted by Kristo,OFM Opini Friday, January 14th, 2011 http://www.formaddantt.com/leviathan-yang-menghibur/36/
Animo pemerintah daerah (Pemda ) NTT terhadap tambang sangat besar. Pemda begitu optimis, tambang membawa berkah bagi jutaan rakyat NTT. Berbagai Peraturan daerah (Perda ) pun di rancang untuk memuluskan investasi pertambangan dan menarik minat investor untuk berinvestasi ke NTT. Pertanyaanya, benarkah tambang untuk rakyat? Hanya Menghibur Rakyat Pola pembangunan yang mengandalkan modal besar atau investasi asing kerap disebut trickle-down-effect (efek-tetesan-ke-bawah). Prinsipnya adalah pemerintah tidak perlu repotrepot mengeluarkan budget untuk pembangunan infrastruktur publik karena hanya akan menyebabkan defisit anggaran dan mengganggu pertumbuhan ekonomi. Untuk itu, pemerintah tidak perlu menagih pajak pada orang kaya, karena uang orang kaya berdampak pada tetesan ke bawah, melalui investasi. Investasi serentak akan menampung tenaga kerja dalam jumlah masif. Model pembangunan trickle-down-effect terlihat pada obesesi pemda menarik masuk perusahaan-perusahaan tambang. Perusahaan-perusahaan ini siap mengelolah Blok Migas di blok Sabu dan Blok Rote. Mengelolah areal pertambangan biji besi dan emas di Sumba Barat dan Sumba Timur dan mengeksplorasi mangan di daratan Flores dengan lahan garapan cukup luas. Untuk itu, Pemda sibuk melakukan propaganda pro tambang dan membangun opini ke masyarakat bahwa tambang menyejahterakan rakyat. Opini publik terlihat dari beberapa penulis yang mewakili Pemda. Mereka mengupas sisi-sisi positif sektor pertambangan tanpa sebuah data yang terukur dan berilusi, ‚jika tambang di dikelola secara profesional akan bermanfaat bagi rakyat‛. Mereka membandingkan keberhasilan tambang di beberapa belahan dunia, seperti tambang modern di kota Perth, Australia. Mereka lupa, tambang di Australia sudah terkanalisasi dan upah di perusahaan pertambangan itu rata-rata mencapai 69.000 dollar AS. Pemain tambang di Perth dikuasai raksasa pertambangan BHP Billiton, Rio Tinto, produsen Migas Chevron dan Woodside Petrolium. Meskipun demikian, pemerintah Australia tetap memiliki saham di perusahaan tambang, sehingga sistem regulasinya berjalan baik. Membandingkan model pembangunan yang sukses, ideal, di negara lain untuk dicangkokan di NTT disebut Zlavoj Zizek (2004) sebagai structure of fantasy. Model tambang yang mereka angkat dari negara lain tentu hanyalah sebuah ketakjuban memandang sebuah model tambang. Apa yang mereka fantasikan belum tentu sukses jika diterapkan di NTT. Seolah-olah semua negara atau daerah mengalami problem yang sama. Model pembangunan sektor pertambangan di Perth, belum tentu cocok jika diterapkan di NTT. Kita memang tidak kekurangan konsep di atas kertas. Yang kurang adalah kejujuran 80
dan kebersihan nurani. Akibatnya pelaksanaan investasi tambang menjadi masalah. Dari segi regulasi saja, disparitasnya sangat jauh. Mayoritas perusahaan tambang di Indonesia, tak terkecuali di NTT samasekali belum menjalankan amanat UU Minerba No.4 tahun 2009. Padahal dalam UU itu mewajibkan setiap KP/IUP melakukan reklamasi, sanksi administrasi bagi pelanggar, pelibatan masyarakat lingkar tambang dan sederetnya. Pemda boleh saja berkilah, tambang memiliki dampak positif bagi NTT, karena pemerintah akan menerima royalty dari pendapatan perusahaan. Merujuk ke aturan umum, ‚bagian pemerintah daerah hanya sekitar 7,5 persen dari royalti yang diserahkan perusahaan pertambangan, sedangkan sisanya dinikmati pemerintah pusat. Pemda lupa membuat kalkulasi bahwa secara akuntasi, rakyat sebenarnya lebih banyak menanggung cost daripada benefit. Dengan itu, janji-janji kesejahteraan rakyat dari tambang tak lebih sebagai leviathan yang menghibur. Istilah leviathan adalah percikan filosofis Thomas Hobbbes. Hobbes mengatakan, negara sama dengan leviathan atau monster raksasa yang menakutkan. Dalam Leviathan ia mengatakan, secara umum kekuasaan manusia adalah sari pati segala sarana yang dipakainya untuk meraih tujuan-tujuan di masa depan. Maka, hakikat kekuasan seperti rasa lapar dan saling memangsa-satu sama (homo homoni lupus ). Namun dibalik individu alamiah ini bertenggerlah kepentingan-kepentingan individu berjuis yang ingin mengejar kepentingan diri. Individu-individu ini bersembunyi dibalik keputusan pemerintah dan bahkan hadir dalam wajah penulis yang sangat antusias dengan tambang dan memberi gambaran ideal tentang tambang rakyat. Menurut mereka tambang rakyat perlu dibenahi mulai dari sisi manajemennya. Beberapa penulis di Koran ini dan Wakil Gubernur NTT menganjurkan agar masyarakat lingkar tambang menjadi pemagang saham (shareholder). Manajemen seperti itu khas yang anjuran para manajer perusahaan dan penggagas neoliberalisme yang sekarang mendapat hujatan banyak pihak. Bukankan manajemen tambang yang demikian sebagai upaya privatisasi perusahaan-perusahaan pada tingkat lokal? Mereka lupa membangun manajemen tambang seperti ini hanya memperparah masalah korupsi di NTT. Investor kerap memiliki strategi state-capture (kiat menyandra aparat publik ). Anjuran mereka tentu tidak sepenuhnya salah, namun pembagian saham perushaan tambang ke masyarakat di tengah keroposnya akuntabilitas dan transparansi badan publik menimbulkan monopoli. Maka, menerapkan gagasan neoliberalisme tanpa adanya jaring pengaman sosial, seperti pendidikan hanya membuat rakyat tetap menderita. Soalnya dibalik proyek itu terbersit proyek antropologis, manusia harus kompetitif, produktif dan rakyat NTT harus menjadi entrepreneurship (wirausahawan). Akibat langsung yang terlihat dengan mata telanjang bisa kita saksikan pada rakyat sekitar lingkar tambang. Rakyat NTT yang tidak berpendidikan dan tidak memahami dunia teknis pertambangan harus menjadi buruh kasar dengan imbalan upah rata-rata Rp 25.000 (pekerja perempuan) dan Rp 30.000 (pria). Semua itu sudah termasuk transportasi, makananan ataupun urusan kesehatan lainnya. Bukankah dengan cara seperti itu, perusahaan-perusahaan itu akan mendulang benefit besar, sementara cost harus ditanggung mahal oleh para buruh.
81
Dengan pertimbangan itu, saya mengajak publik agar kritis menanggapi berbagai wacana pro-tambang di media. Lihat saja lagak para penulis pro-tambang yang sok menjadi dokter. Dokter yang dapat memberi obat penyembuhan dan memberikan pertolongan dalam bentuk sikap bersahabat. Seolah-olah rakyat bisa dimanipulasi dengan janji kesejahteraan dan menyulap ekonomi NTT menjadi lebih sejahtera. Lebih konyol lagi, para penulis pro-tambang dan pemerintah menghubungkan begitu saja secara eksak bahwa investasi tambang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sekian persen. Menurut saya, mereka bagaikan dokter yang hanya memberi obat penenang, karena memang rakyat sedang putus asa akibat beban hidup terlalu tinggi. Mereka lupa, perusahaan-perusahaan tambang rentan berprilaku spekulatif dan ponzi. Investor berwatak ponzi adalah investor yang mengandalkan pinjaman tanpa equitas memadai untuk membayar utang. Risikonya, barangkali untuk jangka pendek belum terasa, namun dalam jangka panjang bukan tidak mungkin, jika sesekali pemodal raksasa itu mengalami sakit parah karena beban utang, justru yang terkena getahnya adalah perekonomian NTT. Banyak fakta telah berbicara kepada kita. Pada saat krisis menerjang, perusahaan bermodal besar itu justru banyak memangkas karyawan dalam jumlah besar. Justru yang menyelamatkan ekonomi kita secara nasional adalah sektor UMKM. Secara nasional, populasi UMKM mencapai 50,7 juta atau 99,9% dari total usaha di Indonesia. Jumlah penyerapan tenaga kerja UMKM mencapai 91,8 juta atau 97,3% dari PDB. Pada skala lokal NTT, pertumbuhan ekonomi pada medio 2009 yang mencapai 4,8 persen itu justru ditopang UMKM (sektor pertanian, pariwisata, kehutanan dan koperasi)? Pemerintah memang mengklaim sektor UMKM sudah ditopang sistem perbankan yang sehat, namun tetap saja ketimpangan terus terjadi. Buktinya, meskipun jasa perbankan, seperti BRI, Bank NTT, Bank BNI, Bank Mandiri dan BPR Lugas Ganda, telah beroperasi di sana, namun rakyat tetap sulit mendapat akses kredit. Minimnya akses kredit karena dibatasi oleh ketiadaan agunan. Bank umumnya tidak mau memberikan kredit untuk modal awal usaha, tetapi hanya untuk usaha yang telah berjalan. Usaha yang dimaksud adalah kegiatan usaha non-pertanian. Kegiatan usaha bidang pertanian dianggap sebagai usaha ekonomi yang kelayakan kreditnya sangat rendah, sehingga sangat sulit bagi petani untuk mendapatkan kredit untuk budidaya pertanian atau usaha lainnya. Kondisi itu akan diperparah dengan munculnya sektor pertambangan. Dengan adanya investasi tambang di NTT, UMKM yang praktis memberi kontribusi ke pertumbuhan ekonomi akan ditinggal pergi sektor perbankan. Akibatnya, pertumbuhan ekspor mandek, budaya saving melemah dan income masyarakat terus merosot. Lantas bagaimana seharusnya membangun NTT? Ekonomi Berbasis Kawasan Pemerintah diharapkan dapat merancang model pembangunan solutif yang mampu merangkum kondisi lokal. Alasannya konteks sosial, politik dan budaya sangat dekat dengan ekonomi riil, seperti pertanian, perikanan atau peternakan. Sektor-sektor ini justru memberi peluang bagi penyerapan tenaga kerja dan secara perlahan dapat meredam gelombang urbanisasi besar-besaran warga NTT ke kota-kota besar atau ke negara lain, seperti Malyasia. Pembangunan sektor riil perlu juga memperhitungkan potensi setiap 82
daerah. Maka pembangunan ekonomi berbasis kawasan menjadi penting, karena daerah di NTT memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Manggarai misalnya, sebagai salah satu daerah sentra pertanian di pulau bunga. Tetapi area persawahan di sana hanya dapat panen dua kali setahun, inipun seringkali mengalami gagal panen. Bagi kebanyakan petani, hasil produksi padi sering tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sampai pada musim panen berikutnya. Mereka harus membeli kekurangan bahan pangan tersebut dari hasil penjualan tanaman perkebunan atau ternak babi dan ayam. Selain untuk membeli bahan pangan, hasil tanaman perkebunan biasanya juga digunakan untuk pembiayaan lainnya, seperti pendidikan anak dan pembangunan rumah, serta untuk biaya-biaya adat. Untuk mengisi kekurangan itu, pemda seharusnya memfasilitas tanah, irigasi untuk proses pertanian rakyat. Hal yang sama bisa diterapkan di daerah-daerah lain yang memiliki potensi untuk mengembangkan peternakan atau pariwisata. Lalu bagaimana carannya? Sisihkan Rp 1015 miliar APBD per tahun untuk proyek percontohan, pertanian, peternakan atau perikanan. Berbuatlah dari hal-hal kecil membangun perekonomian rakyat dan bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan nasib rakyat NTT akan berubah. (Ferdy Hasiman) Short URL: http://www.formaddantt.com/?p=36
83
Surat Terbuka Kepada Pemerintah Kabupaten Ngada, NTT Kamis, 08 September 2011 21:11 Ditulis oleh Hans Obor DARI ERHIMPUNAN PEMUDA MAHASISWA NGADA JAKARTA (PPMNJ) http://www.nttonlinenews.com/ntt/index.php?option=com_content&view=article&id=1064 9%3Asurat-terbuka-kepada-pemerintah-kabupaten-ngadantt&catid=35%3Aekonomi&Itemid=54 Bupati, Wakil Bupati beserta jajaran pemangku jabatan eksekutif di Kabupaten Ngada yang kami hargai, mencermati janji kampanye Pilkada Bupati dan Wakil Bupati terpilih serta visi dan misi terutama point pertama misi Bupati dan Wakil Bupati terpilih kami melihat bahwa Pemerintah Kabupaten Ngada pro lingkungan dan menolak Tambang. Hal ini pula yang selama ini melekat dalam pikiran dan hati terdalam masyarakat Ngada. Karena budaya masyarakat Ngada sangat menghargai alam, sehingga upaya pertambangan sudah ditentang oleh masyarakat. Catatan kami tanggal 3 Juni 2009 di Aula Kantor Camat Riung saat sosialisasi oleh PT. Graha Kencana Perkasa, masyarakat secara tegas menolak kehadiran tambang. PERISAI (Persekutuan Riung Seriwu) sebagai representasi dari masyarakat Riung - tanah ulayat/kesukuan yang berpotensi tambang - dalam surat resmi tanggal 23 Desember 2005 telah secara tegas menolak tambang di Tanah Riung. Tanggal 6 Juli 2011 Rembuk Nasional Masyarakat Adat Riung di Tado yang dihadiri oleh seluruh tetua adat se daratan Riung serta kepala-kepala desa, dan tokoh-tokoh masyarakat Riung, secara tegas menolak segala bentuk pembangunan yang merusak lingkungan di Riung termasuk Tambang. Namun sungguh sebuah Penipuan dan Pembohongan Kepada Masayarakat ketika saat ini Bupati dan Wakil Bupati telah dengan sengaja dan sembunyi-sembunyi mengizinkan pertambangan di Riung dengan mengeluarkan SK Pertambangan No.82/KEP/DESDM/2010 tanggal 25 Oktober 2010 kepada PT. Laki Tangguh Indonesia untuk explorasi Biji Besi seluas 12.319 Ha dan 18.603 ha. Kebohongan dan niat kotor ini semakin menjadi-jadi ketika Pemerintah Kabupaten Ngada merencanakan membangun Pelabuhan Bongkar Muat skala besar di Golo Ite – Riung (Pos Kupang, Senin 18 Juli 2011), yang jelas-jelas adalah wilayah Cagar Alam Laut 17 Pulau Riung. Sementara hanya berjarang + 20 KM sudah ada pelabuhan bongkar muat Marpokot di Mbay. Resiko kerusakan Taman Laut dan Terumbu Karangnya sudah pasti tak terelakan. Asset wisata bahari exotic sengaja akan dihancurkan oleh rencana pemerintah kabupaten yang kaget-kagetan ini.
84
Berdasarkan point-point diatas bersama seluruh kekuatan Masyarakat Ngada, Perhimpunan Pemuda Mahasiswa Ngada Jakarat (PPMNJ) menuntut kepada Pemerintah Kabupaten Ngada untuk : 1. Mencabut segala bentuk perijinan tambang yakni: SK No. 65/KEP/EKONOMI/2005 tanggal 21 Mei 2005 kuasa eksplorasi kepada PT. Merukh Flores Coal; SK No.135/KEP/DESDM/2009 tanggal 1 Juni 2009 kuasa eksplorasi kepada PT. Graha Kencana Perkasa dan yang terbaru adalah SK No.82/KEP/DESDM/2010 tanggal 25 Oktober 2010 kuasa explorasi kepada PT. Laki Tangguh Indonesia. 2. Menyatakan sikap secara terbuka tertulis dan berkekuatan hukum kepada masyarakat dan para investor bahwa Tambang Mineral (Galian A, B) tidak diperkenankan di Ngada. 3. Menghentikan rencana pembangunan dermaga bongkar muat di Riung. 4. Stop segala bentuk pembohongan terhadap Masyarakat. 5. Jika ke-empat point diatas tidak diindahkan oleh Pemerintah Kabupaten Ngada sampai tenggang waktu selambat-lambatnya 30 September 2011, PPMNJ mengajak seluruh masyarakat Ngada untuk mengajukan mosi tidak percaya kepada Bupati dan Wakil Bupati, karena sudah dengan sengaja membohongi, mencederai dan mengingkari janji kampanyenya. Jakarta, 6 September 2011, PERHIMPUNAN PEMUDA MAHASISWA NGADA JAKARTA (PPMNJ) Ketua, BRUNO WANGGOL; Sekretaris, APRIANUS ANGELO ZENGE DOE
85
Tambang Pasir Besi Mengancam Jalan Negara Samuel Oktora | Nasru Alam Aziz | Selasa, 13 Desember 2011 | 17:15 WIB http://regional.kompas.com/read/2011/12/13/17150739/Tambang.Pasir.Besi.Mengancam.Jal an.Negara ENDE, KOMPAS.com -- Aktivitas tambang pasir besi di kawasan Nangaba, Desa Rukuramba, Kecamatan Ende, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, dikhawatirkan dapat meningkatkan ancaman abrasi yang dapat merusak badan jalan negara. Area pertambangan itu terletak di daerah pesisir dan relatif dekat dengan badan jalan negara yang menghubungkan Ende-Nagekeo. "Kami memang tidak mempunyai kewenangan soal kegiatan tambang itu. Kewenangan kami hanya meliputi badan dan bahu jalan selebar 9 meter. Namun kalau sampai badan jalan ambles atau longsor karena abrasi, kami akan ajukan keberatan kepada perusahaan tambang," kata Kepala Satuan Kerja Pelaksana Jalan Nasional Wilayah IV, OH Tambunan, Selasa (13/12/2011) di Ende. Manajer PT Grand Victory Resources, Zulkifli DM ketika dikonfirmasi mengatakan, kekhawatiran itu terlalu berlebihan. Sebab, kata dia, jarak bibir pantai hingga badan jalan negara relatif jauh, yakni sekitar 100 meter.
86
Eksplorasi Pasir Besi di Ende Akhirnya Dihentikan Samuel Oktora | Agus Mulyadi | Kamis, 15 Desember 2011 | 20:29 WIB http://regional.kompas.com/read/2011/12/15/2029162/Eksplorasi.Pasir.Besi.di.Ende.Akhirn ya.Dihentikan ENDE, KOMPAS.com - Dua perusahaan tambang pasir besi yang beroperasi di Kabupaten Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, akhirnya bersedia menghentikan sementara kegiatan eksplorasi. Kedua perusahaan itu adalah PT Grand Victory Recources, yang memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) eksplorasi pasir besi periode 2010-2015. Mereka mendapatkan Wilayah IUP seluas 132 hektar (ha) di Kecamatan Ende Utara, Ende, dan Nangapanda. Perusahaan tambang lainnya, CV Rahmad Raya, yang juga mengantongi IUP eksplorasi dengan WIUP seluas 5,726 ha, di Desa Nggorea, Kecamatan Nangapanda. "Kami menerima surat dari Dinas Pertambangan beberapa hari lalu, sehingga kami baru dalam minggu ini menghentikan kegiatan," kata Manajer PT Grand Victory Recources, Zulkifli DM, Kamis (15/12/2011), di Ende. Sebelumnya, perusahaan asal Surabaya, Jawa Timur, itu tak mengindahkan surat imbauan dari Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Ende. Surat tersebut dikeluarkan 19 Oktober 2011, yang isinya meminta perusahaan tambang menghentikan sementara kegiatan eksplorasi mereka. Imbauan tersebut dikeluarkan, sehubungan dengan mencuatnya pro dan kontra di tengah masyarakat menyangkut tambang pasir besi. Pemerintah Kabupaten Ende pada 2010 telah mengeluarkan 20 IUP, termasuk izin eksplorasi pasir besi. Namun 20 IUP tersebut oleh sejumlah kalangan dianggap ilegal, karena Pemkab Ende mengeluarkan izin tambang itu mengacu pada Perda Kabupaten Ende No 28 Tahun 2002 tentang Pertambangan. Semestinya IUP yang dikeluarkan mengacu pada Undang-undang Nomor 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Sementara rancangan perda pertambangan yang baru, sebagai produk turunan dari undang-undang itu saat ini masih dibahas di DPRD Ende. Perusahaan diperbolehkan kembali beroperasi, setelah rancangan perda tentang pertambangan yang baru ditetapkan, sehingga ada kepastian hukum yang mengatur kegiatan tambang. 87
Semenara itu Pimpinan CV Rahmad Raya, Mohamad Pua Wajo, ketika dikonfirmasi mengatakan telah menghentikan eksplorasi. "Sebenarnya imbauan dari Dinas Pertambangan ini janggal. Izin sudah dikeluarkan, tapi kemudian tanpa alasan yang jelas kami diminta menghentikan sementara kegiatan eksplorasi. Padahal kami juga sudah menunggu lama izin ini. Kami sudah mengajukan izin tambang ini sejak tahun 2006," kata Mohamad. Secara terpisah, Direktur Pusat Kajian dan Advokasi Masyarakat (Pusam) Indonesia, Cesar Bara Bheri, menduga, Pemkab Ende mengeluarkan 20 IUP itu digunakan sebagai mesin uang untuk menghadapi pemilihan kepala daerah (pilkada) tahun 2013. Ada indikasi 20 IUP itu dikeluarkan terburu-buru, demi meraup dana dari investor untuk kepentingan modal bagi pejabat tertentu yang akan terjun dalam pilkada 2013. "Mengapa ranperda belum ditetapkan tapi izin sudah mendahului, kata Sesar mempertanyakan.
88
Mahasiswa Usung Peti Mati Tolak Tambang di Ende 10/01/2012 http://www.floresbangkit.com/2012/01/127/ ENDE, KOMPAS.com - Sekitar 50 mahasiswa berunjuk rasa di kantor Bupati Ende, di Flores, Nusa Tenggara Timur, Senin (9/1/2012) menolak tambang pasir besi. Mereka yang tergabung dalam Sekretariat Bersama Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) dan Gerakan Mahasiswa Pemuda Indonesia (GMPI) itu mengusung sebuah peti mati yang ditutup kain hitam, juga sebuah kayu salib. ‚Peti mati ini melambangkan telah matinya hati nurani pemimpin di daerah ini, karena mereka telah mengabaikan suara rakyat, dan ini juga menunjukkan arogansi bupati,‛ kata Ketua Presidium PMKRI Cabang Ende, Ferdinandus DY, Senin, di Ende. Mereka menuntut Bupati Ende Don Bosco M Wangge segera mencabut izin tambang biji dan pasir besi. Mereka menuntut pula, jika Don Wangge tak mencabut izin tambang agar mengundurkan diri sebagai bupati. Mahasiswa tak dapat bertemu bupati, karena bupati sedang berada di Jakarta.
89
Selamatkan Riung-NTT dari Ancaman Tambang Bijih Besi http://voicefromtheeast.org/2012/02/selamatkan-riung-ntt-dari-ancaman-tambang-bijihbesi/ Dari: Andri S wijaya 10 Februari 2012 Pesisir dan kawasan hutan desa Wangka, Ria dan Lengkosambi Kecamatan Riung Kebupaten Ngada NTT terancam tambang bijih besi. Melalui Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang dikeluarkan Bupati bernomer 82/KEP/DESDM/2010 untuk PT Laki Tangguh mendapatkan konsesi tambang bijih besi seluas 28.921 ha di kawasan Mbopok kecamatan Riung. Perusahaan kini mengajukan AMDAL dan meminta tanggapan masyarakat hingga 16 Fabruari 2012.Bulan lalu, 16 Januari 2012, perusahaan mengumumkan rencana penyusunan dokumen Amdal rencana kegiatan pertambangan bijih besi. Pengumumuman ini menyesatkan dan penuh kebohongan. Mereka menyatakan perusahaan tambang akan meningkatkan kesempatan kerja, pendapatan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi. Semantara dampak negatifnya hanya disebutkan konflik pemanfaatan lahan dan masalah sosial budaya masyarakat. Padahal eksploitasi tambang itu kelak akan membongkar kawasan Hutan Lindung dan Cagar Alam Wolotado, juga satu-satunya mata air warga, yaitu mata air Soer. Lebih dari 900 jiwa bergantung pada sumber air tersebut, juga lahan-lahan pertanian warga yang ditanami Jagung, Jambu Mete, Kemiri dan lainnya. Sejak tahun lalu, warga Riung sudah menolak segala bentuk tambang yang akan masuk ke kawasan mereka. Pada 11 Januari 2011 bertempat di desa Latung, mereka mengadakan upacara adat tolak tambang. Upacara ini juga didukung juga oleh warga desa Wangka, Ria, Lengkosambi. Mereka menyerukan Riung bukan untuk tambang, Tolak Tambang Harga Mati. Tambang bijih besi akan mengancam keselamatan warga yang sebagian bermata pencaharian petani dan nelayan. Pembongkaran kawasan tangkapan air dan sumbersumber air akan mengancam persediaan air minum warga, berpotensi longsor dan keringnya lahan-lahan pertanian. Limbah tambang dan debu akibat pembongkaran dan transportasi berpotensi mengganggu kesehatan warga. Pesisir juga akan tercemar dan menggangu penghidupan nelayan di sana. Sebenarnya, Riung tak hanya terancam tambang. Kawasan Riung secara sepihak ditetapkan menjadi kawasan lindung sejak 1983, diubah dan diperbaharui pada 1999. Petani dibatasi mengelola lahan karena sebagian besar berstatus hutan lindung, sementara hutan-hutan adat mereka diklaim sebagai hutan negara. Mereka bagai tamu di kampung
90
sendiri. Sementara perusahaan tambang justru mendapat kemudahan ijin menguasai ribuan ha lahan. Kami mendukung sikap masyarakat dan upaya penyelamatan kawasan Riung bebas dari pertambangan dan model pembangunan yang merusak lainnya. Flores, pulau kecil dengan luas hutan dan sumber-sumber air terbatas harusnya dilindungi, dijauhkan dari pertambangan yang merusak kawasan serapan, tangkapan hujan dan sumber air Kami menolak kehadiran pertambangan di Riung dan mendukung upaya warga Riung mengembangkan ekonomi berbasi pertanian berkelanjutan dan wisata ekologi Kami berjanji akan terus memperjuangkan dan melawan rencana jahat pemerintah dan perusahaan tambang yang mengancam keselamatan bersama dan keberlanjutan saudarasaudara kami di Riung, serta Flores pada umumnya.
91
Tambang Bijih Besi Bikin Warga Riung Bak Tamu di Kampung Sendiri Minggu, 12 Februari 2012 23:05 WIB "Mereka bagai tamu di kampung sendiri. Sementara perusahaan tambang justru mendapat kemudahan ijin menguasai ribuan hektar lahan." JAKARTA, Jaringnews.com - Warga pesisir dan kawasan hutan desa Wangka, Ria dan Lengkosambi di Kecamatan Riung, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur terancam dengan aktivitas pertambangan bijih besi. Bupati setempat mengeluarkan izin usaha pertambangan yang dituangkan dalam surat keputusan bernomor 82/KEP/DESDM/2010 untuk PT Laki Tangguh, yang mendapatkan konsesi tambang bijih besi seluas 28.921 hektar di kawasan Mbopok, Riung. Hal ini disampaikan Andrie S. Wijata, aktivis dari Jaringan Advokasi Tambang (JATAM). Dia melanjutkan, sejak sebulan yang lalu, PT Laki Tangguh melakukan analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) dan meminta tanggapan masyarakat setempat hingga 16 Februari 2012. "Perusahaan mengumumkan rencana penyusunan dokumen Amdal pertambangan bijih besi. Pengumuman ini menyesatkan dan penuh kebohongan. Mereka menyatakan perusahaan tambang akan meningkatkan kesempatan kerja, pendapatan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi. Sementara dampak negatifnya hanya disebutkan konflik pemanfaatan lahan dan masalah sosial budaya masyarakat," ujarnya kepada Jaringnews di sela-sela kampanye VOTE (Voice from The East) di Jakarta, Minggu (12/2). Justru, lanjut dia, eksploitasi tambang tersebut kelak akan membongkar kawasan Hutan Lindung dan Cagar Alam Wolotado, juga satu-satunya mata air warga, yakni mata air Soer. "Lebih dari 900 jiwa bergantung pada sumber air tersebut, juga lahan-lahan pertanian warga yang ditanami jagung, jambu mete, kemiri dan lainnya," ungkap Andrie. Dia menambahkan, tambang bijih besi akan mengancam keselamatan warga yang sebagian bermata pencaharian petani dan nelayan. Pembongkaran kawasan tangkapan air dan sumber-sumber air akan mengancam persediaan air minum warga, berpotensi longsor dan keringnya lahan-lahan pertanian. "Limbah tambang dan debu akibat pembongkaran dan transportasi berpotensi mengganggu kesehatan warga. Pesisir juga akan tercemar dan menggangu penghidupan nelayan di sana," papar dia. Menurut dia, berdasarkan data Jatam, kawasan Riung secara sepihak ditetapkan menjadi kawasan lindung sejak 1983, kemudian diperbaharui pada 1999. Petani dibatasi mengelola lahan karena sebagian besar berstatus hutan lindung, sementara hutan-hutan adat mereka diklaim sebagai hutan negara.
92
"Mereka bagai tamu di kampung sendiri. Sementara perusahaan tambang justru mendapat kemudahan ijin menguasai ribuan hektar lahan. Kami berjanji akan terus memperjuangkan dan melawan rencana jahat pemerintah dan perusahaan tambang yang mengancam keselamatan bersama dan keberlanjutan saudara-saudara kami di Riung, serta Flores pada umumnya," tegas Andrie. (Nvl / Nky)
93
Selamatkan Riung – Kabupaten Ngada - NTT dari Ancaman Tambang Bijih Besi! http://www.walhi.or.id/id/ruang-media/pernyataan-sikap/2163-selamatkan-riung-kabupaten-ngada-ntt-dari-ancaman-tambang-bijih-besi.html Nomor : 005/C-Walhi NTT/II/2012 Kupang, 15 Februari 2012 Lampiran : Perihal : Pernyataan Sikap Kepada Yth. Bupati Ngada Di Bajawa Salam Adil dan Lestari! Pesisir dan kawasan hutan desa Wangka, Ria dan Lengkosambi, Kecamatan Riung, Kebupaten Ngada, NTT terancam tambang bijih besi, melalui Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang dikeluarkan Bupati bernomor 82/KEP/DESDM/2010 untuk PT Laki Tangguh mendapatkan konsesi tambang bijih besi seluas 28.921 ha di kawasan Mbopok, kecamatan Riung. Perusahaan kini mengajukan AMDAL dan meminta tanggapan masyarakat hingga 16 Fabruari 2012. Bulan lalu, 16 Januari 2012, perusahaan mengumumkan rencana penyusunan dokumen Amdal rencana kegiatan pertambangan bijih besi. Pengumumuman ini menyesatkan dan penuh kebohongan. Mereka menyatakan perusahaan tambang akan meningkatkan kesempatan kerja, pendapatan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi. Semantara dampak negatifnya hanya disebutkan konflik pemanfaatan lahan dan masalah sosial budaya masyarakat. Padahal eksploitasi tambang itu kelak akan membongkar kawasan Hutan Lindung dan Cagar Alam Wolotado, juga satu-satunya mata air warga, yaitu mata air Soer. Lebih dari 900 jiwa bergantung pada sumber air tersebut, juga lahan-lahan pertanian warga yang ditanami Jagung, Jambu Mete, Kemiri dan lainnya. Sejak tahun lalu, warga Riung sudah menolak segala bentuk tambang yang akan masuk ke kawasan mereka. Pada 11 Januari 2011 bertempat di desa Latung, mereka mengadakan upacara adat tolak tambang. Upacara ini juga didukung juga oleh warga desa Wangka, Ria, Lengkosambi. Mereka menyerukan Riung bukan untuk tambang, Tolak Tambang Harga Mati. Tambang bijih besi akan mengancam keselamatan warga yang sebagian bermata pencaharian petani dan nelayan. Pembongkaran kawasan tangkapan air dan sumbersumber air akan mengancam persediaan air minum warga, berpotensi longsor dan keringnya lahan-lahan pertanian. Limbah tambang 94
dan debu akibat pembongkaran dan transportasi berpotensi mengganggu kesehatan warga. Pesisir juga akan tercemar dan menggangu penghidupan nelayan di sana. Sebenarnya, Riung tak hanya terancam tambang. Kawasan Riung secara sepihak ditetapkan menjadi kawasan lindung sejak 1983, diubah dan diperbaharui pada 1999. Petani dibatasi mengelola lahan karena sebagian besar berstatus hutan lindung, sementara hutan-hutan adat mereka diklaim sebagai hutan negara. Mereka bagai tamu di kampung sendiri. Sementara perusahaan tambang justru mendapat kemudahan ijin menguasai ribuan hektare lahan. Menyikapi adanya rencana pertambangan di Riung, Kabupaten Ngada, Maka kami Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) NTT ingin menggarisbawahi beberapa hal, diantaranya: Bahwa, kami mendukung sikap masyarakat dan upaya penyelamatan kawasan Riung bebas dari pertambangan dan model pembangunan yang merusak lainnya. Flores, pulau kecil dengan luas hutan dan sumber-sumber air terbatas harusnya dilindungi, dijauhkan dari pertambangan yang merusak kawasan serapan, tangkapan hujan dan sumber air. Bahwa, kami menolak kehadiran pertambangan di Riung dan mendukung upaya warga Riung mengembangkan ekonomi berbasis pertanian berkelanjutan dan wisata ekologi. Daerah ini adalah kawasan penyangga untuk pariwisata 17 pulau. Karena, pertambangan akan merusak daya dukung lingkungan dan berbagai ekosistem laut yang mendukung pariwisata 17 pulau. Bahwa, kami meminta Pemerintah Kabupaten Ngada untuk segera mencabut Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang dikeluarkan Bupati Ngada bernomor 82/KEP/DESDM/2010 untuk PT Laki Tangguh yang mendapatkan konsesi tambang bijih besi seluas 28.921 ha di kawasan Mbopok, kecamatan Riung. Bahwa, Kami meminta Pemkab Ngada untuk lebih serius mengurus pertanian, perkebunan kopi yang selama ini menopang kehidupan warga Ngada dari pada bermain dalam bidang pertambangan yang penuh mafia. Karena belum ada contoh pertambangan yang ramah lingkugnan dan memakmurkan rakyat Indonesia. Bahwa, kami berjanji akan terus memperjuangkan dan melawan rencana jahat pemerintah dan perusahaan tambang yang mengancam keselamatan bersama dan keberlanjutan saudara-saudara kami di Riung, serta Flores pada umumnya. Demikian pernytaan kami, atas perhatian diucapkan limpah terima kasih. Hormat Kami Herry Naif Direktur Eksekutif Daerah WALHI NTT Tembusan: Ketua DPRD Kabupaten Ngada Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Ngada 95
Tambang Pasir Besi Ancam Keberadaan Sumber Air Warga Riung – Ngada NTT Kamis, 16 Februari 2012 Ditulis oleh UyungSy - PME Indonesia http://pmeindonesia.com/berita-tambang/396-tambang-pasir-besi-ancam-keberadaansumber-air-warga-riung--ngada-ntt JAKARTA--Keberadaan tambang pasir besi PT. Laki Tangguh di Kecamatan Riung Kebupaten Ngada NTT , dinillai Jaringan Advokasi Tambang (Jatam), akan merusak Pesisir dan kawasan hutan desa Wangka, Ria dan Lengkosambi Kecamatan Riung Kebupaten Ngada NTT. Menurut koordinator Jatam Andrie S Wijaya, PT. Laki Tangguh mendapatkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang dikeluarkan Bupati bernomer 82/KEP/DESDM/2010 dengan luas konsesi 28.921 ha di kawasan Mbopok kecamatan Riung. " Perusahaan kini mengajukan AMDAL dan meminta tanggapan masyarakat hingga 16 Fabruari 2012.Bulan lalu, 16 Januari 2012, perusahaan mengumumkan rencana penyusunan dokumen Amdal rencana kegiatan pertambangan bijih besi. Pengumumuman ini menyesatkan dan penuh kebohongan," papar Andrie, saat ditemui PME, Jakarta, Kamis (16/02). Mereka menyatakan, lanjut Andrie, perusahaan tambang akan meningkatkan kesempatan kerja, pendapatan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi. Semantara dampak negatifnya hanya disebutkan konflik pemanfaatan lahan dan masalah sosial budaya masyarakat. Padahal eksploitasi tambang itu kelak akan membongkar kawasan Hutan Lindung dan Cagar Alam Wolotado, juga satu-satunya mata air warga, yaitu mata air Soer. Lebih dari 900 jiwa bergantung pada sumber air tersebut, juga lahan-lahan pertanian warga yang ditanami Jagung, Jambu Mete, Kemiri dan lainnya," tegasnya. Menurutnya, sejak tahun lalu, warga Riung sudah menolak segala bentuk tambang yang akan masuk ke kawasan mereka. Pada 11 Januari 2011 bertempat di desa Latung, mereka mengadakan upacara adat tolak tambang. Upacara ini juga didukung juga oleh warga desa Wangka, Ria, Lengkosambi. Mereka menyerukan Riung bukan untuk tambang, Tolak Tambang Harga Mati. Tambang bijih besi akan mengancam keselamatan warga yang sebagian bermata pencaharian petani dan nelayan. " Pembongkaran kawasan tangkapan air dan sumber-sumber air akan mengancam persediaan air minum warga, berpotensi longsor dan keringnya lahan-lahan pertanian. Limbah tambang dan debu akibat pembongkaran dan transportasi berpotensi
96
mengganggu kesehatan warga. Pesisir juga akan tercemar dan menggangu penghidupan nelayan di sana, " beber Andrie Andrie mengatakan, Sebenarnya, Riung tak hanya terancam tambang. Kawasan Riung secara sepihak ditetapkan menjadi kawasan lindung sejak 1983, diubah dan diperbaharui pada 1999. Petani dibatasi mengelola lahan karena sebagian besar berstatus hutan lindung, sementara hutan-hutan adat mereka diklaim sebagai hutan negara. Mereka bagai tamu di kampung sendiri. Sementara perusahaan tambang justru mendapat kemudahan ijin menguasai ribuan ha lahan. " Kami mendukung sikap masyarakat dan upaya penyelamatan kawasan Riung bebas dari pertambangan dan model pembangunan yang merusak lainnya. Flores, pulau kecil dengan luas hutan dan sumber-sumber air terbatas harusnya dilindungi, dijauhkan dari pertambangan yang merusak kawasan serapan, tangkapan hujan dan sumber air Kami menolak kehadiran pertambangan di Riung dan mendukung upaya warga Riung mengembangkan ekonomi berbasi pertanian berkelanjutan dan wisata ekologi,". Ungkapnya. Andrie berjanji akan terus memperjuangkan dan melawan rencana jahat pemerintah dan perusahaan tambang yang mengancam keselamatan bersama dan keberlanjutan Masyarakat di Riung, serta Flores pada umumnya.
97
Tambang Emas di Sumba Tengah, NTT Menguber Mimpi Mengubur Masa Depan REP | 21 February 2012 | 14:29 http://politik.kompasiana.com/2012/02/21/tambang-emas-di-sumba-tengah-ntt-mengubermimpi-mengubur-masa-depan/ Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi, Pemerintah daerah memiliki peran yang semakin penting dalam mempengaruhi kinerja perekonomian daerah. Iklim usaha yang kondusif dengan memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan lingkungan hidup di suatu daerah juga dapat dilihat sebagai prasyarat terselenggaranya suatu kegiatan perekonomian yang tidak memberi dampak kehancuran bagi kehidupan masyarakat yang hidup di tengah kekayaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup tersebut. Hal ini salah satunya sangat tergantung dari regulasi yang diciptakan oleh Pemerintah Daerah, sesungguhnya dapat mendorong atau sebaliknya menghambat penciptaan iklim usaha yang kondusif dalam konteks strategi peningkatan ekonomi,sosial dan lingkungan hidup terhadap masyarakat miskin. Sekilas Pertambangan di NTT Hiruk pikuk persoalan pertambangan di NTT sebenarnya sudah dimulai seabad yang lalu. Adalah seorang pedagang kompeni, JP Freijs pada tahun 1856 meniupkan angin surga. Dia yang baru mengunjungi Manggarai, Flores barat, mengatakan bahwa dalam perut pulau itu ada emas dan timah. Malah ada sebuah sungai yang tidak mengalirkan air, melainkan besi (ijzer rivier , sungai besi) di Manggarai. Dalam bukunya Flores In The 19th Century: Aspect if Dutch of Colonialism On A NonProfitable Island (1983), Districh Stevan menulis bahwa sebenarnya penguasa Belanda tidak terlalu berminat menguasai pulau Flores. Sebab pulau yang miskin itu tidak menghasilkan apa-apa. Kendati demikian, Belanda dengan VOC-nya tetap tergoda dengan laporan Freijs (1854-1855) bahwa di kawasan itu terdapat kandung logam (timah, emas, dan intan) yang besar. Pada tahun 1887-1891 lewat sebuah operasi militer, Belanda mengirim Tin Expeditie (ekpedisi timah) untuk membuktikan kebenaran laporan Freijs. Ternyata laporan tersebut bersumber pada interpretasi terhadap nama sungai ‚Wae Pesi‛ menjadi ‚Sungai Besi‛. Ekspedisi timah ini gagal total, namun telanjur menewaskan banyak penduduk Flores yang mengundang reaksi keras dari Parlemen Belanda. Ekspedisi timah di Flores harus segera dihentikan. Pada tahun 1905, atas alasan ketertiban hukum dan administrasi, Belanda memutuskan untuk menguasai Flores. Tahun 1909 secara de facto Belanda berhasil menguasai Flores dan Lembata. Dapat dibayangkan, seandainya ekspedisi itu berhasil menemukan mineral, maka Flores sudah mengalami nasib sama seperti Bangka Belitung. Kekayaannya akan dikeruk habis dan pulau itu hanya meninggalkan cerita.
98
Seabad kemudian, ternyata laporan Freijs terbukti benar. Flores, Lembata, juga Timor dan Sumba (Kepulauan Sunda kecil), ternyata kaya mineral. Potensi tambang di Provinsi ini mulai dilirik pada era 1970-an sampai 1980-an. Pada tahun-tahun ini, berbagai ekpedisi penelitian pertambangan baik dari dalam maupun luar negeri, sering kali keluar masuk di pulau-pulau kecil ini. Jo Castillo misalnya, pada tahun 1980-an melakukan penelitian di Ngada dan Manggarai dan menemukan potensi sejumlah mineral (emas, besi, Batu Barit, Mangan, dll). PT. Aneka Tambang, PT, Nusa Lontar Mining, dan PT. Flores Indah Mining, misalnya hadir di Flores tahun 1980. Tahun 1990-an, pemerintah memalui kementerian Pertambangan dan Energi juga sudah melakukan penelitian ke NTT (Pusat penelitian dan Pengembangan Geologi (1993). Akhirnya, era tahun 2000-an perusahaan pertambangan benar-benar mengepung NTT. Hampir semua Kabupaten di NTT tidak pernah luput dari incaran para investor pertambangan. Mineral mangan, emas, dan biji besi menjadi berkat untuk para investor dan kutuk bagi rakyat. Pertambangan Emas di Sumba Pos Kupang, Edisi Selasa, 09 Agustus 2011 yang lalu melansir berita ‘Saya Tak Berwenang Cabut Izin’ terhadap IUP Emas di kabupaten Sumba Timur. Pernyataan ini dilontarkan oleh orang nomor satu dikabupaten Sumba Timur ‘Sdr.Gidion Mbiliyora’ sesaat diambil keterangannya oleh wartawan Pos Kupang di Hotel Sasando Kupang terkait gelombang aksi protes yang semakin memanas di Sumba. Masyarakat rela mengorbankan waktu dan tenaganya untuk berjuang mengembalikan hak-hanya demi masa depan generasi penerus dan lingkungan hidup Sumba Timur. Adalah konyol dan sedikit kecewa dari penulis yang selama ini berjuang untuk mengusir para Monster Tambang dari Sumba khususnya dan NTT pada umumnya, ketika masih ada pemimpin di NTT ini yang masih mempertahankan kebijakan irasional dan konyolnya disaat masyarakat dengan semangat menolak kebijakan tersebut. Inkontekstual dan standart yang penulis maksudkan adalah mungkinkah mereka (Pro Tambang, red) sudah memahami dan mengerti akan prosentasi atau kuantitas keuntungan dan kerugian dari pertambangan dengan berpusat pada keberlangsungan hidup manusia dan lingkungan? Pernahkan mereka mengkaji secara detail akan keuntungan dari industri ekstraktif ini dan industri lainnya semisal pertanian, peternakan, perikanan, kelautan dll yang tidak merugikan lingkungan hidup, dan ekosistem yang ada? Patut disayangkan ketika seorang ‘Gidion Mbiliyora’ yang berkapasitas sebagai seorang bupati Sumba Timur mengeluarkan statement bahwasannya dia (Gidion Mbiliyora, red) tidak mempunya hak dan wewenang sedikitpun terkait kebijakan investasi pertambangan emas di Sumba. Pertanyaan penulis adalah, bukankah IUP yang dikeluarkan oleh Gubernur NTT, Frans Leburaya yang waktu memberikan IUP dengan No 322/KEP/HK/2009 tanpa mendapat rekomendasi dari bupati Sumba Tengan dan Sumba Timur? Dalam kesempatan yang berbeda, Timor Express (Sabtu, 11/2/2012) menurunkan berita ‚NTT Perlu Tambang‛. Gubernur dalam pernyataannya mengungkapkan bahwa selain potensi pariwisata, peternakan, kelautan/perikanan, potensi yang sangat besar dan perlu mendapatkan perhatian adalah potensi tambang. Gubernur NTT mengajak semua investor untuk berinvestasi di NTT termasuk investasi tambang. Statement ini disampaikan oleh 99
Gubernur sesaat menjadi pembicara pada Seminar dan Pameran Pangan Nasional bertajuk ‚Jakarta Food Security Summit 2012: Feed Indonesia Feed The World‛ yang digelar Kamar Dagang dan Industri (kadin) Indonesia di Jakarta Convention Center (JCC), Selasa, 7/2. Pernyataan yang dilontarkan oleh orang No 1 di NTT ini patut diapresiasi lantaran disaat gelombang aksi protes dimana-mana khususnya di Sumba semakin tinggi menuntut pencabutan IUP. Dan pada saat yang sama, gubernur NTT masih berani dan mampu melawan suara rakyat yang mempercayakan dia menjadi pemimpin di NTT. Hal ini berindikasi bahwa apa yang disampaikan oleh gubernur tersebut seyogianya tidak representative bahkan hanya mengakomodasi kepentingan kelompok tertentu saja. Realitas menunjukkan bahwa akhir-akhir ini, setelah masyarakat mengerti dan memahami akan dampak positif dan negative dari industri pertambagan, masyarakat ramai-ramai meninggalkan aktivitas kesehariannya hanya untuk berjuang mengembalikan hak-hak yang telah dirampas oleh pemimpinnya sendiri juga oleh para korporasi nakal dan serakah. Menolak Investasi Pertambangan Alasan penolakan terhadap investasi pertambangan di NTT khususnya di Sumba, bukan soal harga emas dan atau mangan yang relative murah dan tidak sesuai dengan UU Minerba dan regulasi lainnya, akan tetapi lebih dari pada itu masyarakat dan penulis menilai bahwa kerusakan terhadap lingkungan dalam skala besar (dampak ekologis). Hal ini menyangkut kerusakan terhadap tanah, rusaknya ekosistem hutan, tercemarnya air, hilangnya sumber mata air, rusaknya ekosistem sekitar lokasi tambang, terutama laut yang menjadi tempat pembuangan limbah dan efek bahan-bahan peledak yang dipakai, sambil bencana yang akan menyusul seperti banjir, longsor, kemarau panjang, dan kebakaran hutan. Ditilik dari sisi ekonomis, ongkos untuk memulihkan bencana kerusakan atau bencana lingkungan jauh lebih mahal ketimbang pendapatan daerah dari pertambangan, dampak kesehatan, tercemarnya air minum warga. Hujan deras telah menghanyutkan limbah mangan dari tempat penampungannya. Dampak lain yang bisa dilihat dengan hadirnya pertambangan juga menyangkut soal-soal Sosial – Budaya. Beberapa hal yang menjadi soal dalam lingkup sosial budaya antara lain adalah rentannya konflik horizontal di antara masyarakat, maupun konflik vertikal antara masyarakat dengan pemerintah setempat, dan juga kemungkinan konflik antara masyarakat lokasi tambang dengan pihak perusahaan, atau juga antara pihak perusahaan dengan karyawan. Klaim pemilikan tanah di antara para tuan tanah menjadi persoalan tersendiri, yang bukan tidak mungkin menjadi potensi konflik di antara para pemilik tanah ulayat. Belum lagi dengan keturunan para tuan-tuan tanah tersebut. Di antara masyarakat sekitar lokasi tambang pun, kemungkinan konflik bisa saja terjadi di antara kelompok pro tambang dan kontra tambang; kelompok yang diuntungkan oleh industri tambang dengan kelompok yang merasa dirugikan oleh industri tambang. Masih banyak alasan-alasan penolakan lain yang tidak kalah pentinganya yang belum diketahui atau sengaja tidak mau tahu oleh para pemimpin kita saat ini. Tawaran Strategis Presiden pertama RI, Bung Karno pernah berucap ‚apakah kita mau Indonesia merdeka yang kaum kapitalisnya merajalela, ataukah yang semua rakyatnya sejahtera, yang semua orang cukup 100
makan, cukup pakaian, hidup dalam kesejahteraan, merasa dipangku oleh Ibu Pertiwi yang cukup memberi sandang pangan kepadanya? (Soekarno, Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945). Berpegang pada pikiran tersebut dan setalah mengikuti alur kisah kehadiran, proses, kebijakan, manfaat, dampak (positif dan negatif) secara sosial, ekonomi, budaya dan religius, dari pertambangan yang kini sedang mengeksploitasi perut ‘ibu pertiwi’ Sumba, penulis dan masyarakat setidaknya mengharapkan pikiran cerdas dan konstruktif dari gubernur dan bupati se NTT khususnya bupati Sumba Tengah dan Sumba Timur untuk, Pertama, perlu mengkaji ulang kebijakan serta asumsinya bahwa pertambangan mendatangkan kesejahteraan bagi rakyat, karena faktanya tidak demikian, menimbang bahwa potensi pertanian, perdagangan, pariwisata, peternakan amat menjanjikan dan nyatanya memberi kontribusi besar bagi PAD maka pertambangan harus dicoret, dalam menentukan suatu kebijakan sudah sepatutnya pemerintah kabupaten dan provinsi mempertimbangkan dimensi sosial, budaya, ekonomi dan religius yang merupakan elemen dasar dari bangunan manusia. Kedua, Mengubah keyakinan palsu bahwa investor mendatangkan kesejahteraan bagi rakyat, tetapi memperlakukan dan membangun manusia sebagai pelaku pembangunan utama bagi kemajuan wilayahnya. Ketiga, Pembangunan yang bijak harus selalu bertumpu dan berangkat dari kecakapan nyata manusianya, sehingga tujuan pembangunan, yakni membangun manusia seutuhnya’ akan tercapai. Mengidealkan investor asing sebagai pelaku pembangunan demi kesejahteraan, bukan saja melecehkan kemampuan dan kecakapan dasar manusia, tetapi meminggirkan manusia Sumba sendiri sebagai subyek pembangunan, padahal manusia Sumba adalah investor utama dari kemajuan Sumba hingga kini. Keempat, Memajukan sektor-sektor ekonomi potensial riil Sumba sesuai dengan prioritas, urgensi dan kompetensi manusia Sumba sekarang ini. Kelima, Kekayaan alam yang belum dapat diolah manusia Sumba karena kompetensi serta keahliannya yang belum memadai, adalah warisan mengagumkan untuk generasi manusia Sumba di masa depan. Sumba bukan saja tanah warisan leluhur, tetapi terutama, tanah pinjaman dari anak cucu yang harus kita kembalikan kepada mereka. Akhirnya, “Manusia mengira boleh semaunya sendiri mendayagunakan bumi dan menikmati hasilnya, dengan menaklukannya tanpa syarat kepada kehendaknya sendiri, seolah-olah bumi tidak mengemban tuntutan serta maksud tujuannya semula yang diterimanya dari Allah dan yang manusia dapat mengembangkan tetapi tidak boleh mengkhianati” (Yohanes Paulus II, Centesimus Annus, 37).
101
Massa Memaksa Ketua DPRD Berdemo ke Kantor Bupati Ende 22/03/2012 http://www.floresbangkit.com/2012/03/massa-memaksa-ketua-dprd-berdemo-ke-kantorbupati-ende/ ENDE, FBC. Massa yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Nangaba Anti Tambang (AMANAT), berdemonstrasi di depan kantor DPRD dan kantor Bupati Kabupaten Ende, Senin (19/3) Di depan kantor DPRD massa melakukan orasi tolak tambang dan meminta DPRD untuk bersama-sama berdemo ke kantor Bupati Ende. Ketua DPRD Kabupaten Ende Ir. Marcel Petu, yang menemui massa, mengungkapkan, untuk berjuang bersama rakyat sudah menjadi bagian dari tugas DPRD. Namun menurutnya, apa yang disampaikan massa, lebih kepada persoalan mencabut ijin pertambangan dan ijin itu adalah ijin yang dikeluarkan oleh pemerintah. Marcel Petu menegaskan bahwa secara kelembagaan DPRD juga bersama instansi pengelola telah menyampaikan untuk mencabut ijin yang bersangkutan. Menanggapi ajakan massa agar besama berdemo ke kantor Bupati, pada kesempatan itu Marcel Petu meminta kepada massa untuk memberikan waktu agar dirinya dapat membicarakan bersama anggota DPRD lainnya. Namun massa tetap mendesak dan akhirnya Ketua DPRD dan beberapa anggota DPRD lainnya bersama massa menuju kantor Bupati dengan berjalan kaki. Di depan kantor Bupati Ende, massa kembali melakukan orasi tolak tambang. Selang beberapa menit kedatangan para demonstran, utusan Bupati menemui massa dan meminta untuk berdialog dan negosiasi melalui perwakilan. Namun massa menolak dan meminta Bupati mendatangi massa dan bertanggungjawab atas pemberian ijin pertambangan pasir besi di Nangaba Kecamatna Ende. Setelah gagal berunding, sekitar 30 menit, Bupati Ende Drs. Don Bosco M Wangge menemui massa. Di hadapan Bupati dan anggota DPRD, massa tetap melakukan aski teatrikal dan terus membacakan pernyataan sikap. Adapun tuntutan dari AMANAT yang ditujukan kepada Bupati antara lain, meminta Bupati segera mencabut Ijin Usaha Pertambangan (IUP) dan menghentikan kegiatan eksplorasi tambang pasir besi yang sedang beroperasi di Nangaba saat ini. Massa juga meminta Bupati untuk segera melakukan reklamasi dan penghijauan di sepanjang pantai Nangaba atas kerusakan lingkungan yang telah timbul dari aktivittas pertambangan selama ini.
102
Menanggapi tuntutan ini, Bupati mengatakan, telah mendengar pernyataan dari masyarakat Nangaba. Namun, menurut Bupati hingga saat ini masih dalam taraf eksplorasi bukan eksploitasi. ‛Kami masih membicarakan lebih lanjut. Kita masih menunggu hasil laporan lebih lanjut,‛ ungkap Bupati. Sebelum meninggalkan kantor Bupati, massa kembali membuat orasi dan pernyataan sikap serta berjanji akan datang dengan massa yang lebih besar hingga ijin eksplorasi dicabut. (NDO).
103
Warga Ngada Tolak Operasional Tambang Bijih Besi Tuesday, 03 April 2012 15:06 chun http://floresnews.com/fn1/index.php?option=com_content&view=article&id=4606:wargangada-tolak-operasional-tambang-bijih-besi-&catid=130:nasional&Itemid=404 Kupang, FloresNews.com - Puluhan orang yang tergabung dalam Forum Masyarakat Riung (FMR), Selasa (3/4), menggelar unjuk rasa menolak eksplorasi bijih besi di Riung, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT). Massa menggelar unjuk rasa di halaman Kantor Gubernur NTT dan mendesak Gubernur Frans Lebu Raya menekan Bupati Ngada Marianus Se agar mencabut izin usaha pertambangan (IUP) bijih besi tersebut. Bupati mengeluarkan IUP kepada PT Laki Tangguh asal Ngada sejak 2010 untuk eksplorasi dan eksploitasi bijih besi di wilayah itu. Lokasi pertambangan berada di Gunung Mbopok, Riung, yang masuk dalam kawasan hutan lindung. Jika pertambangan dipaksakan beroperasi, berpotensi merusak hutan dan mencemari air. "Eksplorasi dan eskploitasi yang dilakukan dikhawatirkan akan merusak ekosistem alam mengingat lokasi tambang berada di kawasan hutan lindung," kata Sekretaris FMR Yohanes Bakok. Menurutnya, kawasan hutan lindung seluas 28.000 hektare merupakan kawasan resapan air. Jika kawasan hutan rusak, yang terancam tidak hanya kehidupan masyarakat Riung, tetapi juga habitat dan ekosistem lainnya. Ia mengatakan, selama bertahun-tahun masyarakat Ngada mengantungkan hidup dari sektor pertanian, peternakan, dan perikanan. Oleh karena itu, tiga sektor tersebut seharusnya lebih banyak diberi perhatian daripada pertambangan. "Pulau Flores termasuk dalam zona bencana, sehingga semakin banyak eksploitasi dan eksplorasi tambang akan berdampak pada kerusakan alam," katanya. Asisten II Setda NTT Andre Jehalu yang menerima warga mengatakan segera menyampaikan tuntutan mereka kepada gubernur. "Kita terima tuntutan tertulis dari pengunjuk rasa untuk disampaikan kepada gubernur," katanya.(mi)
104
Izin Tambang di NTT untuk Ongkos Pilkada Wednesday, 04 April 2012 16:24 chun http://floresnews.com/fn1/index.php?option=com_content&view=article&id=4609:izintambang-di-ntt-untuk-ongkos-pilkada&catid=130:nasional&Itemid=404 Jakarta, FloresNews.com - Forum Pemuda Nusa Tenggara Timur (NTT) Penggerak Keadilan dan Perdamaian (Formadda NTT) menetang keras masuknya berbagai perusahaan tambang ke NTT, termasuk Chameleon Mining NL.Chameleon Mining dianggap bagian dari perusahaan tambang yang merusak wilayah NTT.‚Kami akan terus melakukan perlawanan sampai perusahaan itu pergi. Stop obrak-abrik dan bongkar bumi NTT,‛ kata Ketua Umum Formadda NTT, Yohanes Kristoforus Tara di Jakarta, Rabu (4/4). Ia mengemukakan perusahaan itu telah melakukan penipuan public dan kejahatan korporasi. Sebab Chameleon sesungguhnya telah melakukan akuisisi pada 3 Maret 2012 dan pada 3 April, perusahaan ini mengumumkan kepada publik lewat Bursa Efek Australia."Jelas ini melanggar ketentuan dan tidak tunduk pada peraturan perundanganundangan negara Indonesia. Oleh karena itu, kami mendesak Pemerintah Indonesia, khususnya Pemda NTT yang telah memberikan izin untuk segera mencabut lisensi dan IUP Chameleon," ujar Kristo yang juga seorang pastor. Chameleon Mining NL telah mengakuisisi 55 persen saham proyek mangan di Kupang, NTT. Dalam laporan tertulis kepada otoritas Bursa Austalia, Selasa, 3 April 2012, Chameleon mengatakan, proyek mangan ini awalnya dimiliki oleh perusahaan berbadan hukum Indonesia (MKI) dan berlokasi di Kupang.Chameleon telah membayar AS$ 3,5 million melalui anak usahanya yang mengakusisi 100 persen kepemilikan NTT Manganese Pty Ltd (NTT ). NTT Manganese memiliki 30 saham di PT Kupang Resources yang memiliki izin usaha pertambangan/lisensi (100 %) produksi pada proyek mangan di Kupang. Kepemilikan NTT Manganese pada proyek mangan itu dipegang oleh joint venture (JV) MKI. Joint Venture itu kemudian memiliki 55 % proyek mangan di Kupang dengan anggaran belanja sebesar A$ 6.5-juta. Kepemilikan JV dipegang oleh pemagang saham lokal asal Indonesia. Melalui HOA ini Chameleon akan menyelesaikan proses due diligence pada NNT Manganese, PT Kupang dan JV, sehingga segera mengekesekusi perjanjian jual-beli saham secara formal. Kepada public, Kristo menyerukan agar tidak mempercayai perusahan penipu seperti Chameleon. Lagi pula, dari hasil investigasi lapangan, hampir seluruh perusahaan pertambangan di NTT adalah illegal karena ditolak oleh masyarakat dan melawan UU Minerba No 4 tahun 2009 dan regulasi lainnya. Dia curiga Chameleon juga termasuk perusahan ilegal."Kami sekali lagi mendesak pemerintah untuk stop obral izin tambang di NTT. Bupati-bupati stop gadaikan tanah rakyat. Seluruh izin usaha pertambangan di NTT adalah produk politik saat anda melakukan deal-deal politik ongkos pilkada," tegasnya.(bsc)
105
Formadda Desak Bupati Cabut Izin Tambang Di NTT Jumat, 06 April 2012 Ditulis oleh UyungSy - PME Indonesia http://pmeindonesia.com/berita-tambang/483-formadda-desak-bupati-cabut-izin-tambangdi-ntt JAKARTA--Menanggapi persoalan pertambangan di Nusa Tenggara Timur (NTT), Forum Pemuda NTT Penggerak Keadilan dan Perdamaian (Formadda NTT) menetang keras masuknya berbagai perusahaan tambang ke NTT, termasuk Chameleon Mining NL yang telah mengakuisisi 55 % saham proyek mangan yang berlokasi di Kupang. ‚Kami akan terus melakukan perlawanan sampai perusahaan itu pergi. Stop obrak-abrik dan bongkar bumi NTT,‛ kata Ketua Umum Formadda NTT, Yohanes Kristoforus Tara, Kamis (05/04). Menurutnya, perusahaan ini telah juga melakukan penipuan public dan kejahatan korporasi. Sebab Chameleon telah melakukan akuisisi pada tanggal 3 Maret 2012 dan baru tanggal 3 April perusahaan ini mengumumkan kepada publik lewat Bursa Efek Australia. ‚Jelas ini melanggar ketentuan dan tidak tunduk pada peraturan perundangan-undangan Negara Indonesia. Oleh karena itu, kami mendesak Pemerintah Indonesia, khususnya Pemda NTT yang telah memberikan izin untuk segera mencabut lisensi dan IUP Chameleon,‛tegas Yohanes. Yohanes juga menghimbau masyarakat agar mempercayai perusahan tambang. dari hasil investgasi lapangan yang dilakukan Yohanes, hampir seluruh perusahaan pertambangan di NTT menurutnya adalah illegal, karena ditolak oleh masyarakat dan melawan UU Minerba No 4 tahun 2009 dan regulasi lainnya. ‚Kami sekali lagi mendesak pemerintah untuk stop obral izin tambang di NTT. Bupatibupati stop gadaikan tanah rakyat,‛ucapnya. ‚Seluruh izin usaha pertambangan di NTT adalah produk politik saat anda melakukan deal-deal politik ongkos pilkada. Dan di sanalah terbuka ruang bagi anda untuk melakukan kejahatan korupsi. Pemerintah di NTT memang telah kehilangan,‛tambah Yohanes. Sebagaimana direlease dalam The Indonesian Way, Selasa, 3 Maret 2012, Chameleon Mining NL telah mengakuisisi 55 % saham proyek mangan yang berlokasi di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Dalam laporan tertulis kepada otoritas Bursa Austalia, Selasa, 3 April 2012, Chameleon mengatakan, proyek mangan ini awalnya dimiliki oleh perusahaan berbadan hukum Indonesia (MKI ) dan berlokasi di Kupang. Persisnya di mana, Chameleon tidak menjelaskan secara detail. Perusahaan tambang ini hanya 106
mengatakan bahwa NTT telah terkenal di seluruh dunia sebagai daerah dengan bahan galian mangan berkadar tinggi (+46 %Mn). Chameleon telah melakukan pembayaran sebesar AS$3,5 million. Pembayaran ini dilakukan melalui anak usahanya yang akan mengakusisi 100 % kepemilikan NTT Manganese Pty Ltd (NTT ). NTT Manganese memiliki 30 saham di PT Kupang Resources yang memiliki ijin usaha pertambangan/lisensi (100 %) produksi pada proyek mangan di Kupang. Kepemilikan NTT Manganese pada proyek mangan itu dipegang oleh joint venture (JV) MKI. NTT Manganese kemudian akan memperbesar kepemilikan di Kupang JV. Joint Venture itu kemudian memiliki 55 % proyek mangan di Kupang dengan anggaran belanja sebesar A$ 6.5-juta. Kepemilikan JV dipegang oleh pemagang saham lokal asal Indonesia. Melalui HOA ini Chameleon akan menyelesaikan proses due diligence pada NNT Manganese, PT Kupang dan JV, sehingga segera mengekesekusi perjanjian jual-beli saham secara formal. Presiden Direktur Chameleon, Ben Elias mengatakan, tujuan joint Venture (JVI ini adalah agar sesegera mungkin melakukan program eksplorasi di daerah tersebut.
107
Tolak Tambang Harga Mati Minggu, 15 April 2012 http://kupang.tribunnews.com/2012/04/15/tolak-tambang-harga-mati POS KUPANG.COM, LABUAN BAJO --- Tolak tambang harga mati, itu kemauan masyarakat dan bukan kemauan pemerintah. "Cukup sudah tanah kami diobrak-abrik untuk kepentingan tambang, sudah cukup. Terima kasih kami kepada pemerintah." Demikian disampaikan Koordinator Gerakan Masyarakat Anti Tambang (Geram), Feri Adu, dalam aksi damai bersama Aliansi Masyarakat Peduli Perubahan (AMPP) Manggarai Barat (Mabar), di halaman depan kantor Bupati Mabar, Sabtu (14/4/2012). Aksi damai yang menghadirkan tokoh masyarakat dan ribuan massa dari 10 kecamatan di Kabupaten Mabar ini tiba di halaman kantor Bupati Mabar sekitar pukul 12. 30 Wita, karena masih menunggu rombongan massa dari seluruh penjuru Mabar. Sebelum menuju kantor Bupati Mabar, ribuan massa yang menggunakan sekitar 80 kendaraan pick up, truk dan bus mengelilingi Kota Labuan Bajo. Pembicara yang mewakili sekitar 4.000 orang itu menegaskan, Kabupaten Mabar sudah ditetapkan sebagai daerah dengan konsep pembangunan ramah lingkungan, sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah (Perda) Nomor 2 Tahun 2010. Kemudian dimasukkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Mabar, sehingga surat keputusan bupati, yang dalam urut-urutan tingkatan peraturan, berada di bawah Perda gugur dengan sendirinya. "Kabupaten Mabar sudah menetapkan program pembangunan yang ramah lingkungan, dengan pariwisata sebagai leading sektor, sehingga tidak boleh ada tambang di daerah ini. Kalau ada tambang, berarti sektor pariwisata akan mati. Sebab, sesuai fakta dalam sektor pertambangan, lebih dari 90 persen merusak lingkungan, dan membawa dampak yang negatif bagi kesehatan masyarakat sekitar lokasi tambang. Jadi, jangan sekali-kali tambang diadakan di daerah ini," tegas Adu. Geram juga mengkritisi kinerja Polres Mabar, yang dinilai melakukan tindakan pembiaran atas laporan masyarakat mengenai pengrusakan hutan lindung RTK 108 Bowo Sie Tebedo, alih fungsi tata ruang Batu Gosok, dari kawasan pariwisata produktif menjadi kawasan pertambangan, dan pengrusakan hutan lindung Puar Lolo, yang sudah dilaporkan oleh Geram dan Dinas Kehutanan Mabar, kepada Polres Mabar, namun sampai saat ini belum ada kejelasan penanganan ketiga kasus tersebut. Padahal, tiga kasus itu sudah dilaporkan Geram kepada Polres Mabar sejak 4 September 2009 lalu. "Kami menduga telah terjadi mafia kasus dalam proses penanganan ketiga kasus tersebut, dan pengabaian laporan masyarakat ini sudah menyebabkan hilangnya hak-hak dan kepastian hukum pengadu (Pasal 5 jo 17, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia). Padahal, pemenuhan hak-hak pengadu merupakan tugas dan 108
tanggung jawab pemerintah, dalam hal ini Polri (Pasal 28 UUD 1945 dan pasal 8 jo 71 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM," tegasnya. Setelah berorasi, 10 tokoh adat dari 10 kecamatan di Mabar, mewakili empat ribuan massa masuk menemui Bupati Mabar, Drs. Agustinus Ch. Dula, di depan ruang kerja Bupati Mabar menyampaikan dukungan mereka kepada pemerintah, guna membangun Kabupaten Mabar menjadi lebih baik ke depan. Di hadapan Bupati Agus, sejumlah tokoh masyarakat memberikan dukungan kepada pemerintah untuk melaksanakan pembangunan di Mabar hingga tahun 2015 mendatang. Karena seluruh masyarakat mendukung dan mengharapkan proses pembangunan yang baik ke depan, hingga ke pelosok-pelosok desa, tanpa harus membedakan antara desa yang satu dengan desa yang lain. Karena itu, para tokoh adat menegaskan, pembangunan masyarakat desa membutuhkan pembagian kue pembangunan yang merata dan adil. Bupati Agus, yang didampingi Danramil, Kapten (Inf), Sulaiman, Wakapolres Mabar, Kompol Rahmat Herman, dan Kasi Pidsus Kajari Labuan Bajo, kepada 10 tokoh adat dan puluhan warga yang ikut ke lantai dua kantor Bupati Mabar, menegaskan, ia dan Wakil Bupati, Drs. Maximus Gasa, M.Si, adalah Bupati dan Wakil Bupati Mabar hasil Pemilu Kada 2010 yang sah, dan akan memimpin Kabupaten Mabar hingga tahun 2015 mendatang. Agus mengucapkan terima kasih kepada para tokoh adat yang menyerahkan dua ekor ayam, satu botol bir, dan dua cincin untuk Bupati dan Wakil Bupati Mabar, sebagai simbol dukungan masyarakat adat kepada pemerintah, dalam membangun Kabupaten Mabar ke depan menjadi lebih baik. "Saya dan Pak Maxi Gasa (Wabup), ini Bupati dan Wakil Bupati Mabar periode 2010-2015. Hasil konsultasi kami ke Jakarta, kami ini pemerintahan yang sah, sehingga tidak akan ada penerbitan Surat Keputusan (SK) baru. Kami ini bupati dan wakil bupati untuk semua masyarakat Mabar," kata Agus, disambut tepukan tangan puluhan warga yang menyaksikan pertemuan Bupati Mabar dengan perwakilan massa di lantai dua kantor Bupati Mabar. Kepada para tokoh masyarakat perwakilan massa, Bupati Agus juga berpesan tidak melakukan demonstrasi anarkis, tapi dilakukan dengan damai sehingga tidak menimbulkan kerugian masyarakat sendiri. "Neka pande kacau pe'ang one/jangan buat kacau luar dalam," pinta Bupati Agus, dalam bahasa Manggarai. (meo)
Editor : alfred_dama Sumber : pos-kupang.com
109