KOMISI DAERAH REDD+ PROVINSI JAMBI DOKUMEN RISALAH EKSEKUTIF
EKSEKUTIF RI STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
0
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ PROVINSI JAMBI 2012 – 2030 DOKUMEN RISALAH EKSEKUTIF TIM PENYUSUN: Erwin A Perbatakusuma Ir. Ainul Irfan, MTP Lindawati Emmy Primadona Ibnu Andrian Ratna Akiefnawati
Dr. Muhammad Ridwansyah Ir. Wahyu Widodo Diki Kurniawan Mulya Sakti Desri Erwin Alfiansyah
REVIEWER: Rachmat Hidayat
Gamma Galudra
Dr. Bambang Purwantara
Prof. Dr. Hariadi Kartodihardjo
Imron Rosadi
Dr. Bramasto Nugroho
Dr. Bambang Irawan
Zulfira Warta
KKI-WARSI
SEAMEO BIOTROP
BAPPEDA PROVINSI JAMBI UNIVERSITAS JAMBI
WORLD AGROFORESTRY CENTER INSTITUT PERTANIAN BOGOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR WORLD WIDEFUND FOR NATURE INDONESIA
KOMISI DAERAH REDD+ PROVINSI JAMBI Bekerjasama dengan: Satuan Tugas Persiapan Kelembagaan REDD+ Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan Komunitas Konservasi Indonesia WARSI Zoological Society of London – Indonesia Program Fauna & Flora International - Indonesia Program World Agroforestry Center –ICRAF PT. REKI (Restorasi Ekosistem Indonesia) Universitas Jambi
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
1
c 2012 Komisi Daerah REDD+ Provinsi Jambi Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang.
Sitasi : Perbatakusuma, EA, Ridwansyah, M, Irfan, A, Akiefnawati, R, Widodo, W, Kurniawan, D, Primadona, E, Shakti, M, Andrian, I, Erwin, D, Lindawati, dan Alfiansyah (Eds.) 2012. Strategi dan Rencana Aksi Provinsi (SRAP) REDD+ Provinsi Jambi 2012 -2030. Dokumen Risalah Eksekutif. Komisi Daerah REDD+ JAMBI. Jambi.
Edisi pertama, Desember 2012 Diterbitkan dan diperbanyak pertama kali oleh: KOMDA REDD+ Provinsi Jambi Biro Ekonomi Pembangunan dan Sumber Daya Alam Sekretariat Daerah Provinsi Jambi Jalan. Ahmad Yani No.1 Telanaipura Kota Jambi Indonesia T +62 (0741) 60593 F +62 (0741) 60400 Semua pandangan yang termaktub dalam dokumen ini merupakan hasil olah pemikiran para penulis dan tidak mewakili pandangan lembaga-lembaga penulis maupun penyandang pendanaan dokumen ini.
Komisi Daerah (Komda) REDD+ JAMBI adalah institusi terbuka berbasis multi-pihak yang merupakan representasi dari instansi lingkup Pemerintah Provinsi Jambi dan organisasi-organisasi lembaga konservasi non- Dibentuk melalui Keputusan Gubernur Jambi No. 356/Kep.Gub/Ekbang &SDA/2011 dengan mengemban misi untuk menginisiasi, mempersiapkan dan memajukan pembangunan kesejahteraan rendah karbon di Provinsi Jambi melalui penerapan skema REDD+ (reducing emission from deforestation and forest degradation). KOMDA REDD+ JAMBI berkantor di Kota Jambi dengan wilayah kerja meliputi seluruh wilayah administrasi Provinsi Jambi.
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
2
1.
PENDAHULUAN
1.1.
Panel Antar Pemerintah untuk Perubahan Iklim (Inter governmental Panel on Climate Change – IPCC) memperkirakan bahwa sekitar 1,6 milyar ton karbon diemisikan setiap tahunnya akibat alih-guna lahan, yang sebagian besar adalah akibat deforestasi hutan tropis dan Indonesia sebagai salah satu pemilik hutan tropis terluas di dunia, pada pertemuan COP 15 UNFCCC di Copenhagen Tahun 2009, telah menegaskan komitmennya untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) paling tidak sebesar 26% dengan sumber pendanaan sendiri dan bahkan 41% dengan dukungan negara lain pada tahun 2020. Sektor kehutanan ditargetkan memberikan andil yang terbesar terhadap penurunan emisi dimaksud yakni antara 14,0% hingga 35,8%. Komitmen Pemerintah Indonesia ini ditetapkan dalam Peraturan Presiden No. 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca. Selanjutnya komitmen ini ditindaklanjuti oleh Pemerintah Provinsi di seluruh Indonesia, termasuk Provinsi Jambi dengan menerbitkan Peraturan Gubernur Jambi No.36 Tahun 2012 tentang Rencana Aksi Daerah Penurunan Gas Rumah Kaca.
1.2.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 421/Kpts-II/1999, kawasan hutan Provinsi Jambi meliputi luas ± 2.179.440,00 hektar atau 42,73% dari keseluruhan luas daratan Provinsi Jambi. Pada tahun 2010, kawasan hutan yang masih memiliki tutupan hutan hanya mencakup 29 % atau 1.401.000 hektar dan sisanya merupakan kawasan hutan tanpa tutupan hutan (Kementerian Kehutanan, 2011). Hutan primer dan sekunder yang tersisa meliputi luasan secara berurutan adalah 285.000 hektar dan 1.006.300 hektar dan sebagian besar kawasan hutan dengan tutupan hutan atau 540.100 hektar berlokasi di Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Kementerian Kehutanan, 2012). Keberadaan hutan di Provinsi Jambi memiliki makna konservasi yang strategis baik bagi Indonesia maupun dunia terutama dengan keberadaan hutan alam pada empat kawasan Taman Nasional yakni, Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang telah ditetapkan sebagai Lokasi Warisan Peradaban Dunia (World Heritage Sites); Taman Nasional Berbak yang merupakan lokasi lahan basah Konvensi Ramsar dengan bentang alam hutan rawa gambut yang relatif utuh dan terluas di Asia Tenggara; Taman Nasional Bukit Dua Belas dan, Taman Nasional Bukit Tiga Puluh . Kenyataan ini, memposisikan Provinsi Jambi sangat penting peranannya sebagai pengimbang siklus karbon dan reservoir keanekaragaman hayati global.
1.3.
Sama halnya dengan provinsi lainnya di Indonesia, Provinsi Jambi mengalami tekanan kegiatan penggunaan lahan, alih-guna lahan dan kehutanan (Land use, landuse change and forestry – LULUCF) yang menyebabkan terjadinya emisi karbon dan menjadi kontributor terhadap pemanasan global. Laju deforestasi di Provinsi Jambi di dalam dan diluar kawasan hutan mencapai 76.522 hektar pertahun, sementara laju degradasi hutan mencapai 9.431 hektar per-tahun pada periode 2006 – 2009 (Kementerian Kehutanan, 2011). Faktor pendorong deforestasi dan degradasi hutan ini, secara umum diidentifikasi selain direncanakan seperti eksploitasi berlebihan dan konversi hutan alam serta lahan gambut di hutan produksi menjadi Hutan Tanaman Industri, perkebunan kelapa sawit, pembangunan infra struktur dan pertambangan minerba secara terbuka, juga ada yang dikategorikan tidak
EKSEKUTIF RI STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
1
direncanakan, seperti penebangan liar, kebakaran serta perambahan hutan di hutan konservasi, hutan lindung, hutan produksi dan hutan restorasi ekosistem. 1.4.
Penggunaan Lahan, alih guna lahan dan hutan serta lahan gambut sejauh ini adalah kontributor terbesar terhadap emisi Jambi, mewakili sampai dengan 85 persen total emisi provinsi. Emisi-emisi yang berasal dari LULUCF dan lahan gambut tersebut dihasilkan oleh deforestasi dan perusakan hutan, juga dari pembakaran dan dekomposisi gambut. Apabila tidak terdapat perubahan dalam cara pengelolaan sektor-sektor tersebut, emisi netto Provinsi Jambi diperkirakan akan meningkat sampai dengan 30 persen antara tahun 2005 dan 2030 - dari 57 CO2e meningkat menjadi 74 Mega ton CO2e, terutama dari peningkatan emisi yang berasal dari lahan gambut yang telah rusak dan juga karena konversi hutan alam untuk perkebunan kelapa sawit, perkebunan rakyat, Hutan Tanaman Industri, penebangan kayu dan pertambangan.
1.5.
Provinsi Jambi memiliki peluang besar untuk menurunkan emisi GRK nya lebih dari 55 Mega ton CO2e dan diantaranya 47,3 Mega ton CO2e atau 86% dari konservasi lahan gambut dan LULUF sampai tahun 2030 atau rata-rata 1,58 Mega ton CO2e pertahun. Dari peluang penurunan ini, 48 persen atau 26,4 Mega ton CO2e dapat diupayakan melalui konservasi lahan gambut dan 38 persen atau 20,9 MtCO2e berasal dari sektor lahan, alih guna lahan dan kehutanan (LULUF). Ada lima peluang penurunan karbon terbesar yang mewakili lebih dari 85 persen total potensi pengurangan emisi di Jambi, meliputi: a)
Mencegah pembakaran hutan dan lahan gambut (15,3 Mega ton CO2e penurunan emisi tahunan hingga tahun 2030); b) Mengurangi deforestasi hutan dengan kebijakan-kebijakan alokasi dan penggunaan lahan yang lebih efektif dan meningkatkan produktivitas pertanian berkelanjutan (14,5 Mega ton CO2e penurunan emisi tahunan hingga tahun 2030); c) Merehabilitasi lahan gambut yang tidak digunakan atau terdegradasi (10 Mega ton CO2e); d) Mengelola hutan secara lestari (4 Mega ton CO2e penurunan emisi tahunan hingga tahun 2030); dan e) Reboisasi Hutan (2 Mega ton CO2e penurunan emisi tahunan hingga tahun 2030); 1.6.
Pada tahun 2010, Pemerintah Provinsi Jambi telah mendeklarasikan kebijakan “kesejahteraan rendah karbon” untuk menangani masalah dilematis tersebut di atas. Hal ini sekaligus meluruskan pemikiran, bahwa program pengurangan emisi karbon tidak harus mengorbankan pertumbuhan ekonomi daerah. Penyusunan Strategi dan Rencana Aksi (SRAP) Reduction Emission from Deforestation and Degradation (REDD+) Provinsi Jambi merupakan bagian menyiapkan serangkaian strategi dan rencana aksi untuk mengwujudkan kebijakan “kesejahteraan rendah karbon” dengan usaha penurunan emisi deforestasi dan degradasi hutan yang bersumber dari sektor kehutanan, alih guna lahan dan lahan gambut.
1.7.
Satuan Tugas Persiapan Kelembagaan REDD+ (Satgas REDD+) telah menetapkan Strategi Nasional (Stranas REDD+) dan Rencana Aksi Nasional (RAN REDD+). Provinsi Jambi
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
2
merupakan salah satu dari 11 provinsi di Indonesia yang ditunjuk sebagai Provinsi Percontohan untuk menerapkan skema REDD+ dalam mendukung pencapaian target penurunan emisi di Indonesia. Satgas REDD+ telah memberi mandat kepada Provinsi Jambi untuk mengembangkan Strategi dan Rencana Aksi Provinsi REDD+ (SRAP REDD+) sebagai penjabaran dalam kerangka menjalankan Stranas REDD+ dan RAN REDD+. Penyusunan SRAP REDD+ terintegrasi dengan kebijakan daerah yang ada, antara lain: Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Jangka Menengah daerah (RPJPD dan RPJMD) serta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jambi dan RAD-GRK. 1.8.
Fokus program REDD+ yang tertuang dalam SRAP REDD+ Jambi disebut dengan akronim PRO CIPTA KARBON JAMBI 2030 atau padanan dari “Program Kesejahteraan Rendah Emisi Karbon Hutan Provinsi Jambi Tahun 2012 - 2030. Program ini adalah solusi inovatif dalam pemecahan masalah secara bersama-sama dan pengembangan langkah-langkah inovasi baru untuk penanggulangan perubahan iklim sekaligus mensejahterakan masyarakatnya, melestarikan keanekaragaman hayati dengan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan yang rendah emisi.
1.9.
SRAP REDD+ Jambi disusun dengan maksud dan tujuan sebagai berikut: a) Menguraikan lebih lanjut dokumen Strategi Nasional dan Rencana Aksi Nasional (Stranas dan RAN REDD+) yang dituangkan dalam strategi dan rencana aksi pada tataran provinsi Jambi; b) Menjelaskan strategi dan rencana aksi untuk keberhasilan pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara langsung dan tidak langsung menurunkan emisi karbon dari sektor alih guna lahan, kehutanan dan lahan gambut di Provinsi Jambi untuk jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek; c) Menjadi dasar dan arahan kerangka kerja dan prioritas sektor yang terkait dengan upaya menyelesaikan masalah pencapaian keberhasilan Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) dan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK); dan d) Menkonsolidasikan program sektor berbasis hutan dan lahan guna menemukan proses dan pendekatan yang efektif untuk memecahkan masalah-masalah dicapainya pengendalian deforestasi dan degradasi hutan dan lahan serta lahan gambut; Tujuan penyusunan SRAP REDD+ Jambi adalah tersedianya dokumen Strategi dan Rencana Aksi REDD+ untuk menjadi pedoman arahan kebijakan dalam jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek bagi provinsi dan kabupaten/kota dalam upaya penurunan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan, konservasi karbon, peningkatan cadangan karbon hutan dan pengelolaan hutan lestari.
1.10. Penyusunan SRAP REDD+ Provinsi Jambi mengacu pada beberapa prinsip sebagai berikut: a)
SRAP REDD+ JAMBI merupakan salah satu kebijakan daerah dalam mengupayakan pembangunan berkelanjutan pada tingkat provinsi;
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
3
b)
SRAP REDD+ JAMBI merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Rencana Pembangunan Daerah Provinsi Jambi, Stranas REDD+ serta menguatkan peurunan emisi RAN-GRK dan RAD-GRK; c) SRAP REDD+ JAMBI tidak menghambat upaya-upaya pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan, serta konsisten memprioritaskan peningkatan kesejahteraan rakyat dan konservasi keanekaragaman hayati serta perlindungan jasa lingkungan esensial; d) SRAP REDD+ JAMBI merupakan rencana aksi penurunan emisi dari sektor alih guna lahan, kehutanan dan lahan gambut yang terintegrasi antara satu bidang dengan bidang lainnya (cross sectoral issues) dengan memperhatikan seluruh aspek pembangunan berkelanjutan; e) SRAP REED+ JAMBI merupakan bagian kontribusi Provinsi Jambi beserta Kabupaten dan Kota terhadap komitmen Pemerintah Indonesia dalam menurunkan emisi GRK global dengan menurunkan emisi sebesar 26% dengan usaha sendiri dan 41% dengan dukungan internasional ; f) SRAP REDD+ JAMBI dalam proses dan hasil pelaksanaannya menuju 3E+ yaitu Efektif, Efisien dan Ekuititas (berkeadilan) serta memberikan manfaat dampingan (co-benefit); g) SRAP REDD+ JAMBI dalam pelaksanaannya menghasilkan manfaat-manfaat dampingan (co-benefits) bagi pengentasan kemiskinan masyarakat, kelestarian keanekaragaman hayati, perlindungan jasa lingkungan, perbaikan tata kelola sektor kehutanan dan lahan gambut serta penguatan hak-bak-masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam; h) SRAP REDD+ JAMBI merupakan pendekatan baru dalam rencana pembangunan daerah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang optimal dengan lebih memperhatikan upaya penurunan emisi karbon; i) SRAP REDD+ JAMBI mengupayakan kompensasi atas perlindungan jasa lingkungan atau Payment Environmental Services (PES); j) SRAP REDD+ JAMBI disusun melibatkan para pemangku kepentingan pada sektor pembangunan di daerah dan berbagai unsur masyarakat lokal untuk memperkaya substansi SRAP REDD+, meningkatkan kepemilikan, dukungan dan keterlibatan dalam pelaksanaan rencana aksi; k) SRAP REDD+ disusun untuk pencarian serta percepatan penyelesaian sumber masalah (troubleshooting/ debottleneking) yang menjadi penghambat pencapaian keberhasilan pelaksanaan REDD+ serta menguatkan percepatan pencapaian target penurunan emisi yang telah ditetapkan dalam RAN-GRK dan RAD-GRK, sehingga usulan program dan kegiatan memiliki perbedaan dengan RAD-GRK, tetapi dengan tujuan yang sama yaitu penurunan emisi karbon ; l) SRAP REDD+ JAMBI dapat diukur, dilaporkan dan diverifikasi hasil kinerjanya mengikuti Sistem MRV (Measurement, Reporting, Verification) yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah maupun secara internasional. 1.11 Ruang lingkup SRAP REDD+ meliputi :
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
4
a)
Pengembangan, perubahan atau atau penyempurnaan prasyarat yang harus dipenuhi dalam penerapan REDD+ pada penguatan kelembagaan, pelibatan pemangku kepentingan, mekanisme insentif positif dan kerangka pengaman; b) Penguatan kondisi pemungkin penerapan REDD+ untuk menciptakan dan perbaikan berbagai aspek kebijakan tata kelola di sektor berbasis kehutanan, lahan serta lahan gambut; c) Perbaikan dalam arti perubahan dan penyempurnaan investasi pembangunan yang lebih rendah karbon ; d) Pelaksanaan pengukuran, pelaporan dan pelaksanaan verifikasi; e) Meliputi seluruh fungsi hutan-hutan produksi, lindung dan konservasi, lahan berhutan termasuk yang berada di Areal Penggunaan Lain (APL) dan lahan gambut serta kawasan yang dikuasai masyarakat adat /lokal, termasuk kawasan yang dimanfaatkan untuk perkebunan, pertambangan dan aktivitas pertanian serta lahan pemukiman di seluruh wilayah Provinsi Jambi. 1.12 Dasar hukum yang menjadi acuan dalam penyusunan SRAP REDD+ Jambi adalah sebagai berikut 1) 2) 3) 4) 5) 6)
7)
8)
9) 10) 11)
Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Ketetapan MPR Nomor IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam; Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya ; Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Framework Convention on Climate Change ; Undang-undang No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang; Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan Kyoto Protocol to The United Nations Framework Convention on Climate Change (Protokol Kyoto atas Kerangka Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa Bangsa tentang Perubahan Iklim); Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang; Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika; Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan;
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
5
12)
13) 14) 15)
16) 17) 18) 19) 20) 21) 22) 23) 24) 25) 26)
2.
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota; Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; Peraturan Pemerintah No 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam; Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi. Peraturan Presiden No. 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Sumatera; Peraturan Presiden No. 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca; Peraturan Presiden No. 71 tahun 2011 tentang Inventarisasi Gas Rumah Kaca; Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung; Keputusan Presiden RI No. 25 Tahun 2011 tentang Satuan Tugas Persiapan Kelembagaan REDD+ ; Instruksi Presiden RI No. 10 Tahun 2011 tentang Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut; Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.20/Menhut-II/2012 tentang Penyelenggaraan Karbon Hutan; Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi; Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jambi Tahun 2010 – 2015; Peraturan Gubernur Jambi No.36 Tahun 2012 tentang Rencana Aksi Daerah Penurunan Gas Rumah Kaca; Keputusan Gubernur Provinsi Jambi No. 386/Kep-Gub/Ekbang&SDA/2011 tentang Komisi Daerah REDD+ Provinsi Jambi.
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI
2.1
Visi PRO CIPTA KARBON JAMBI 2030 adalah terwujudnya pertumbuhan ekonomi rendah emisi karbon berbasis pengelolaan sumberdaya hutan dan lahan gambut yang berkelanjutan bagi kesejahteraan masyarakat dan kelestarian keanekaragaman hayati.
2.2
Misi PRO CIPTA KARBON JAMBI 2030, meliputi: 1) Memantapkan struktur, proses dan fungsi lembaga REDD+ di daerah guna mengefektifkan upaya pengurangan emisi karbon dari deforestasi dan degradasi hutan, konservasi karbon, peningkatan cadangan karbon dan pengelolaan hutan lestari; 2) Menguatkan sistem informasi dan perencanaan pembangunan daerah, khususnya kegiatan berbasis lahan, hutan dan lahan gambut yang berorientasi pada pengurangan
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
6
emisi karbon dari deforestasi dan degradasi hutan, konservasi karbon, peningkatan cadangan karbon dan pengelolaan hutan lestari; 3) Menyempurnakan peraturan/perundangan dan meningkatkan penegakan supremasi hukum di daerah pada bidang pengelolaan hutan dan lahan gambut serta penggunaan lahan guna pengurangan emisi karbon dari deforestasi dan degradasi hutan ; 4) Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (pengetahuan, keterampilan, sikap dan budaya kerja) dan sumber daya finansial para pengelola sumberdaya hutan serta pengguna lahan, agar upaya pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan dapat berjalan secara lebih efektif, efisien, berkeadilan dan menghasilkan manfaaat dampingan (co-benefits), yaitu pelestarian keanekaragaman hayati dan jasa lingkungan, perbaikan tata kelola sumber daya hutan dan lahan gambut serta peningkatan hak-hak kelola sumber daya alam masyarakat lokal. 2.3
2.4
Misi-misi tersebut di atas akan ditempuh dengan pencapaian tujuan jangka pendek (20122015), tujuan jangka menengah (2012-2020) dan jangka panjang (2012-2030) dengan rincian sebagai berikut : 1)
Tujuan Jangka Pendek (2012-2015): Perbaikan kondisi tata kelola, kelembagaan, tata ruang serta iklim investasi secara strategis di Provinsi Jambi dan kabupaten/kota, agar dapat mendukung pencapaian komitmen provinsi dan Indonesia dalam pengurangan tingkat emisi Gas Rumah Kaca sebesar 7,9 Mega ton CO2e , khususnya dari sektor alih guna lahan, kehutanan dan lahan gambut;
2)
Tujuan Jangka Menengah (2012-2020): Terlaksananya pertumbuhan ekonomi rendah emisi karbon dengan tata kelola sumberdaya lahan, hutan dan lahan gambut yang baik sesuai kebijakan dan tata cara yang dibangun, dan mekanisme keuangan yang telah ditetapkan dan dikembangkan agar dapat memberikan kontribusi yang nyata dan benar terhadap target penurunan emisi nasional sebesar 26-41% pada tahun 2020;
3)
Tujuan Jangka Panjang (2012-2030): Hutan dan lahan gambut yang berada di Provinsi Jambi menjadi kawasan penyimpan karbon (net carbon sink) pada tahun 2030 sebagai hasil pelaksanaan kebijakan pertumbuhan ekonomi rendah emisi karbon yang benar dan berkeadilan untuk keberlanjutan fungsi dan jasa ekosistem hutan, kelestarian keanekaragaman hayati guna mendukung kelangsungan pembangunan ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat jangka panjang di Provinsi Jambi.
Strategi pelaksanaan PRO CIPTA KARBON JAMBI 2030 dilaksanakan secara paralel, simultan dan terintegrasi, yakni: a) Strategi Pemenuhan Pra-Syarat Penerapan REDD+; b) Strategi Penguatan Kondisi Pemungkin REDD+; c) Strategi Investasi Rendah Emisi Karbon ; dan d) Strategi MRV (Measurement, Reporting, Verification) REDD+.
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
7
2.5
Hasil yang diharapkan dengan implementasi keempat komponen strategi di atas dalam pelaksanaan PRO CIPTA KARBON JAMBI 2030 adalah 1) 2) 3)
4)
5)
Terpenuhi pra-syarat penerapan REDD+di Provinsi Jambi; Terpenuhi penguatan kondisi pemungkin bagi penerapan REDD+di Provinsi Jambi; Terlaksananya pengurangan emisi dan peningkatan cadangan karbon sekitar 7,9 mega ton CO2e selama periode lima tahun kedepan dari sektor perubahan lahan, kehutanan dan lahan gambut melalui investasi rendah karbon berbasis lokasi; Terlaksananya manfaat dampingan (co-benefits) REDD+ berupa terpeliharanya keanekaragaman hayati, terlanjutkannya pertumbuhan ekonomi masyarakat dan terlindunginya fungsi daerah aliran sunga edan jasa lingkungan;dan Terlaksananya dan berjalannya Sistem Pengukuran, Pelaporan dan Verifikasi (MRV) yang transparan, lengkap, konsisten, akurat, dan dapat diperbandingkan.
2.6 Landasan landasan berpikir penyusunan SRAP REDD+ Jambi sebagaimana pada Gambar 1 PERATURAN/DINAMIKA POLEKSOSBUD VI SI
MISI
Mitigasi C02e : Pertumbuhan rendah Karbon
Penyempurnaan sistim informasi dan perencanaan
Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Hutan dan Lahan Gambut Berkelanjutan
Pemantapan Struktur, Proses dan Kelembagaan
Kelestarian Keanekaragaman hayati
Kesejahteraan Masyarakat
TUJUAN Jangka Pendek 2012 - 2014
Jangka Menengah 2012 - 2020
Pemenuhan Pra Syarat SRAP Penguatan Kondisi Pemungkin SRAP Investasi Rendah Emisi Karbon SRAP
Penyempurnaan Peraturan dan Penegakan Hukum Peningkatan Kapasitas Sumber Daya
STRATEGI DASAR DAN RENCANA AKSI
Jangka Panjang 2012 - 2030
Pengukuran, Pelaporan, Verifikasi SRAP
ISU EMISI KARBON DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT PROVINSI JAMBI
GAMBAR 1 Diagram Landasan Berpikir SRAP REDD+ Mengaitkan Hubungan Antara Visi, Misi dan Tujuan dalam Rangka Menetapkan Strategi dan Rencana Aksi (SRAP) Provinsi Jambi
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
8
2.7 Penyusunan SRAP REDD+ Jambi bertumpu pada penyelesaian ”akar masalah” yang telah diperoleh dari analisis permasalahan per-sektor. Tahapan dan rangkuman hasil analis dalam merumuskan rencana aksi disajikan pada Gambar 2 dan Tabel 1. Tabel, 2, Tabel 3, Tabel 4, serta Tabel 5 ditampilkan rumusan rencana-rencana aksi untuk melaksanakan strategi-strategi pemenuhan pra-syarat REDD+, penerapan REDD +, penguatan kondisi pemungkin REDD+, investasi rendah emisi karbon ; dan MRV REDD+. Selanjutnya, pada Tabel 6 disajikan Rencana Aksi Prioritas Provinsi Jambi (Project Pipeline) terkait menyelesaikan akar-akar masalah prioritas antar sektor.
ANALISIS AKAR PERMASALAHAN
Sektor Lahan Gambut (Isu Utama)
Sektor Pertambangan (Isu Utama)
Sektor Perkebunan (Isu Utama)
Sektor Kehutanan (Isu Utama)
Sektor Lain Tata Ruang, Infra-struktur (Isu Utama)
Pemetaan Akar Permasalahan Sektor Pembangunan
Analisis Prioritas Akar Masalah Sektor Pembangunan
GAMBAR 2. Tahapan dalam Penetapan Strategi danRencana Aksi REDD+ Provinsi Jambi
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
9
TABEL 1. Pengelompokan Isu-isu Deforestasi dan Degradasi Hutan Sektoral Berbasis Lahan, Hutan dan Lahan Gambut
N0.
TEMATIK ISU UTAMA Deforestasi/Lokus
SEKTOR
Direncanakan 1.
Kehutanan
1.
2.
Eksploitasi berlebihan dan konversi hutan alam dan lahan gambut di hutan produksi menjadi Hutan Tanaman Industri (9 kabupaten); Pengambilan kayu alam untuk kebutuhan bahan baku industri (pulp, kertas dan pertukangan) (9 Kabupaten)
Degradasi Hutan/Lokus Tidak Direncanakan
1. Perambahan hutan oleh penduduk migran secara masif dan konflik tenurial dikawasan hutan (7 kabupaten)
Direncanakan 1. Kurangnya keberhasilan penanaman dalam reboisasi dan rehabilitasi hutan dan lahan (9 kabupaten);
Tidak Direncanakan 1. Perambahan hutan di kawasan hutan konservasi, hutan lindung, kawasan restorasi ekosistem oleh penduduk migran (9 kabupaten);
2. Kurang berhasil efektifitasnya Pengelolaan kawasan Hutan Lindung, Hutan Konservasi (Tahura, Taman Nasional, Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Hutan restorasi ekosistem (9 kabupaten); 3. Pemberian IUPHHKHutan alam (Muaro Jambi, Bungo) 4. Menurunkan status fungsi kawasan hutan (9 Kabupaten)
2
Lahan Gambut
1.
2.
Pembangunan Kanal di lahan gambut oleh perusahaan dan pemilik modal ( Tanjabbar, Tanjabtim dan Muara Jambi) ; Pembuatan kanal untuk perluasan lahan pertanian yang disponsori pemerintah (Tanjabtim, Tanjabar, Muaro Jambi) Pembuatan kanal untuk perluasan Tanjabar, Muaro Jambi) dan lahan pertanian oleh masyarakat (Tanjabtim)
1. Kebakaran lahan dan hutan gambut (Tanjabtim,Tanjabar , Muaro Jambi); 2. Perambahan hutan oleh penduduk migran secara masif dan konflik tenurial dikawasan lahan gambut (Tanjabar, Tanjabtim, Muaro
Alih fungsi hutan bakau untuk tambak skala besar (Tanjabtim)
1. Pemberian IUPHHK-Hutan alam di Hutan Gambut (Muaro Jambi)
EKSEKUTIF RI STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
10
3.
3.
Perkebunan
4.
Pertambangan
5
Pekerjaan Umum
1. Ekspansi dan konversi hutan alam dan lahan gambut untuk perkebunan sawit skala besar oleh pemilik HGU
1. 1.
6.
7
Jambi)
1. Konversi lahan berhutan untuk perkebunan sawit kopi, kayu manis skala kecil oleh masyarakat lokal/ migran;
Ekspansi dan konversi hutan untuk kawasan pertambangan batubara secara terbuka `(9 kabupaten) Pengembangan infrastruktur jalan melalui hutan alam (9 Kabupaten)
1.
Konversi hutan yang dialokasikan untuk program transmigrasi dan Kawasan Terpadu Mandiri (KTM) (9 kabupaten)
1.
Alih fungsi hutan yang sah melalui RTRW Provinsi /RTRW Kabupaten (11 Kabupaten/Kodya)
Transmigrasi
Tata Ruang
Pengembangan infrastruktur Pelabuan Ujung Jabung di lahan gambut terkait MP3EI (Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia) (Tanjabtim);
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
11
PERKEBUNAN Ekspansi Perkebunan Kelapa Sawit Skala Besar
KEHUTANAN
PERTAMBANGAN Ekspansi Kawasan Pertambangan Batubara
Perambahan hutan oleh penduduk migran Kebakaran hutan Pengelolaan hutan belum efektif dan tidak ada unit pengelola hutan di lapangan
Kelangkaan kepemimpinan
Eksploitasi berlebihan IUPHHK-HA dan IUPHHK-HTI
Beroreintasi target finansial
KONVERSI LAHAN BERHUTAN DAN LAHAN GAMBUT DIRENCANAKAN DAN TIDAK DIRENCANAKAN
Tidak patuh prinsip-prinsip pembangunan berkelanjuutan Transmigrasi Kawasan Terpadu Mandiri
Kebutuhan pasokan global : sawit, kayu, kertas, bubur kayu
Rencana pembangunan infra struktur pelabuan laut
DEFORESTASI DAN DEGRADASI HUTAN DIRENCANA KAN / TIDAK DIRENCANA KAN
Kebakaran dan Pembakaran Lahan /Hutan Gambut
Pembangunan Jalan Ekonomi Melalui Kawasan Hutan
Pengeringan rawa gambut melalui pembuatan kanal Alih fungsi hutan melalui mekanisme Rencana Tata Ruang
LAIN-LAIN
LAHAN GAMBUT
GAMBAR 3 Analisis Tulang Ikan (fish bond analysis) Deforestasi dan Degradasi Hutan di Provinsi Jambi
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
12
Tabel 2. Matrik Rencana Aksi Pemenuhan Pra-Syarat SRAP REDD+ Jambi
SEKTOR - ISU – STRATEGI – RENCANA AKSI
PILAR STRANAS REDD+
INDIKATOR KINERJA
I.1 Masih lemahnya kapasitas kelembagaan untuk percepatan penanganan REDD+ daerah S.1 Menguatkan peranan dan ruang lingkup tugas Komisi REDD+ Jambi Berfungsinya lembaga REDD di tingkat provinsi dengan Peraturan Gubernur pada tahun 2013 I.2 Masih lemahnya kerangka hukum penerapan SRAP REDD+ Jambi
INSTANSI
6
0
6
0
6
L,E
6
L,E
6
L,E
Mene ngah
Panjang
P2
A.1 Mempercepat pembentukan landasan hukum dan pedoman yang kuat untuk pelaksanaan REDD+
Tersedianya Peraturan Gubernur tentang SRAP REDD+ Jambi pada tahun 2013 I.3 Belum tersedianya mekanisme pendanaan berkelanjutan dan pembagian manfaat dan insentif yang adil dalam implementasi REDD+ S.1 Menyusun mekanisme pendanaan berkelanjutan dan pembagian manfaat dan insentif A.1 Mengembangkan skema penggalangan sumber dana dan melakukan upaya penggalangan dana secara progresif A.2 Mengembangkan formulasi dan mekanisme pasar karbon sukarela atau pembayaran berbasis kinerja
LOKASI INDIKATIF
Pendek
P1
A.1 Memantapkan dan memfungsikan lembaga REDD+ Provinsi Jambi
S.1 Memperkuat kerangka hukum dan pedoman penerapan SRAP REDD+
TATA WAKTU
Tersediannya skema penggalanagan dana SRAP REDD+ pada tahun 2015 Adanya formulasi dan mekanisme pasar karbon sukarela dan pembayaran berbasis kinerja pada tahun 2013
P1
EKSEKUTIF RI STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
13
SEKTOR - ISU – STRATEGI – RENCANA AKSI
INDIKATOR KINERJA
PILAR STRANAS REDD+
TATA WAKTU
LOKASI INDIKATIF
INSTANSI
6
L,E
6,15
L, A, D,E,G,K
6,15
L,A,D,E,G,K
6.15
L,K
6
L, E,K
Pendek
A.3 Mengembangkan skema investasi dan distribusi dana dan manfaat yang diterima kepada para pemangku kepentingan
Tersedianya skema investasi dan distribusi dana dan manfaat pada tahun 2013
A.4 Mengembangkan mekanisme kerangka pengaman (safeguard) dan PADIATAPA
Tersedianya mekanisme yang disepakati penerapan Kerangka Pengaman dan PADIATAPA
S1. Membentuk dan mengembangkan metodologi MRV A.1. Menyusun metodologi MRV berbasis ilmiah A.2. Menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis penetapan REL dan sistem MRV A.3. Pengembangan jejaring MRV A.4. Mengembangkan dan penerapan informasi Satu Atap, Satu Data dan Satu Peta untuk perencanaan tata guna lahan, keruangan dan MRV REDD+
Adanya metodologi MRV yang rasIonal dan terukur pada tahun 2013 Tersedianya dokumen Juklak dan Juknis penetapan REL dan sistem MRV pada tahun 2013 Terjaminnya kelancaran koordinasi dan komunikasi MRV Tersedianya sistem dan data spasial yang akurat, lengkap dan kredibel pada tahun 2015
Mene ngah
Panjang
P1
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
14
Tabel 3. Matrik Rencana Aksi Penguatan Kondisi Pemungkin SRAP REDD+ Jambi
SEKTOR - ISU – STRATEGI – RENCANA AKSI
INDIKATOR KINERJA
PILAR STRANAS REDD+
TATA WAKTU
LOKASI
INSTANSI
SEKTOR KEHUTANAN I.1. Eksploitasi berlebihan IUPHHK-Hutan Alam dan IUPHHK- Hutan Tanaman Industri S.1. Moratorium perijinan baru IUPHHK-Hutan Alam dan IUPHHK- Hutan Tanaman Industri A.1 Melakukan re-klasifikasi dan pertukaran Adanya pertukaran lahan lahan (land swap) kegiatan hutan tanaman menjadi fungsi hutan dan industri lahan yang bernilai konservasi karbon tinggi pada tahun 2015 S.2 Penguatan sistem Pengelolaan Hutan Produksi lestari. (PHPL) dan Sertifikasi Verifikasi Legalitas Kayu A.1 Penguatan sistem Pengelolaan Hutan Produksi lestari. (PHPL) dan Verifikasi Legalitas Kayu
A.2 Perlindungan pasar terhadap komoditi lokal
Adanya Peraturan Gubernur dan Peraturan Bupati tentang Jaminan Keberlanjutan Usaha Ekonomi Lokal pada yahun 2015 Adanya jaminan stabilitas pasar komoditi lokal pada tahun 2015
1,2,3,5
A, H,L
A AA
P4
1,2,3,5
Adanya peningkatan pemberian Sertifikat PHPL dan SLVK kepada 6 pemegang IUPHHK-Hutan Alam dan IUPHHK-Hutan Tanaman Industri pada tahun 2015
1.2 Penebangan liar S.1 Penguatan ekonomi lokal masyarakat di dalam dan sekitar hutan A.1 Pengembangan jaminan keberlanjutan usaha ekonomi lokal berbasis lahan dan hutan.
P2
A
P3 0,12
0,12
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
I,K L, M, E
I,K L, M, E
15
Diimplementasikannya teknologi pendukung berbasis kearifan lokal oleh komunitas pada tahun 2015 S2. Penguatan kelembagaan resolusi konflik tenurial
A.3 Pengembangan teknologi pendukung yang berbasis kearifan lokal.
0,12
I,K L, M, E
P1
Peraturan Gubernur tentang lembaga resolusi konflik (arbitrase) pada tahun 2013
0,12
A, G,H,I,K,L
Dilaksanakannya pelatihan bagi 200 fasilitator resolusi konflik di Jambi sampai dengan tahun 2015 S3. Mendorong percepatan perluasan skema Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) A.1. Kaji ulang perizinan pemanfataan hutan Dicabutnya perizinan skala skala besar yang non aktif. besar (kawasan hutan, perkebunan, pertambangan) yang tidak aktif pada tahun 2015 A.2. Pencadangan kawasan untuk PHBM (hutan Adanya penerbitan Desa, HKM) Keputusan Menteri Kehutanan baru tentang pencadangan kawasan PHBM (Hutan Desa, HKM,) pada 2020 A.3 Penyiapan kelembagaan dan peningkatan Dilaksanakannya pelatihan kapasitas organisasi masyarakat lokal dan pendampingan bagi 50 organisasi masyarakat pelaksana PHBM sampai tahun 2020 S.4 Sinkronisasi data dan peta pemanfaatan kawasan hutan
0,12
A, G,H,I,K,L
0,12
A,I,K,L
A.1 Pembentukan dan pengembangan kelembagaan resolusi konflik tenurial ( arbitrase) dengan nenerapkan prinsip PADIATAPA.. A.2 Meningkatkan rekuitmen dan kapasitas fasilitator resolusi konflik tenurial
A1. Membangun dan mengembangkan Pusat Data : Satu Atap, Satu Data, Satu Peta
Adanya peraturan gubernur ten-tang peta yang komprehensif pada tahun 2015
P2
0,12
A,I,K,L
0,12
A,I,K,L
0,12
A,E,G,H,I, L
P2
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
16
A.2. Pengembangan sistem aksesibilitas (transparasi) terhadap data dan informasi oleh para pihak
Adanya Peraturan Gubernur tentang Data Publik Sumberdaya Alam.
S.5 Mendorong kepastian dan keadilan hak tenurial A.1. Percepatan dan perbaikan proses Adanya pelibatan para pihak pengukuhan kawasan hutan. dalam pengukuhan kawasan hutan. Pada tahun 2015 A.2.Pemetaaan partisipatif tingkat desa Menurunnya jumlah kasus tumpang tindih/ klaim/konflik lahan. Pada tahun 2015 S.6. Penyiapan Sistem Pengaman (safeguards) Adanya Peraturan Sistem Pengaman Sosial dan Lingkungan pada tahun 2015 I.3 Pengelolaan kawasan hutan belum efektif (Hutan Konservasi , Hutan Lindung, Hutan Restorasi Ekosistem ) dan belum ada unit pengelola hutan di lapangan S.1 Pengoptimalan industri Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
0,12
A,B,C,E,F, L
0,12
I,K,L
1,2,3,4, 5,7,8,9, 10 1,2,3,4, 5,7,8,9, 10 1,2,3,4, 5,7,8,9, 10
A,G,H,I,J, K,LM,N
1,2,3,5, 7,8,9,1 0 1,2,3,5,
A,E,G,H,I K,N
P5
P4
A.1. Pengembangan kelembagaan koperasi HHBK, disertai dengan insentif permodalan dan pemasaran hasil
Terdapat 150 kelembagaan HHBK yang kuat dan mandiri pada tahun 2015.
A.2. Pengembangan teknologi HHBK yang mudah, murah dan dapat diaplikasikan.
Diadopsinya tehnologi HHBK oleh kelompok pengelola usaha HHBK.
A.3. Pengembangan sentra komoditi HHBK dan teknologi pendukung komoditi.
Adanya 15 sentra produksi dan pemasaran HHBK di Jambi sampai tahun 2020
A.2. Penyusunan prosedur dan mekanisme pelaksanaan resolusi konflik
Adanya prosedur dan mekanisme pelaksanaan
A,E,G,H,I, L
P2
A.1. Pengembangan kriteria dan indikator dengan PADIATAPA.
S.2 Penyiapan sistem keamanan tenurial di Hutan Konservasi, Hutan Lindung, Hutan Restorasi Ekosistem A.1. Pengembangan prinsip, kriteria dan indikator Adanya kriteria dan resolusi konflik tenurial indikator resolusi konflik tenurial pada tahun 2015
0,12
A,G,H,I,J, K,L,N A,G,H,I,J, K,L,N
F2
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
A,E,G,H,K
17
A.3. Pengembangan peraturan kelembagaan resolusi konflik tenurial
7,8,9,1 0
,N
0,1,23, 45,,7,8
A,B,G,H,I, K,L
0,1,23, 45,,7,8
A,B,G,H,I, K,L
0,1,23, 45,,7,8
A,B,,H,I,K ,L
0,1,23, 45,,7,8
A,B,,H,I,K ,L
resolusi konflik pada tahun 2015 Adanya Peraturan Gubernur tentang Resolusi Konflik pada tahun 2015.
I.4. Kebakaran hutan dan lahan S1. Membangun Database Kebakaran dan sarana pemadam kebakaran
P4
A.1. Identifikasi titik dan faktor penyebabnya kebakaran hutan.
Tersedianya peta rawan kebakaran di Jambi pada tahun 2013 A.2. Membuat peta kebakaran hutan. Terbangunnya sistem peringatan dini (early warning system) pada tahun 2013 A.3. Identifikasi, seleksi dan pengadaan sarana Adanya peningkatan sar ana Pemadam kebakaran yang tepat guna dan prasarana pada tahun 2015 S.2. Membangun kelembagaan penang gulangan kebakaran hutan di tingkat tapak. A.1. Membangun mekanisme keterlibatan Adanya peningkatan peran masyarakat dalam penanggulangan ke masyarakat dalam pe-bakaran hutan. nanggulangan kebakaran hutan pada tahun 2015 SEKTOR PERKEBUNAN I.5 Ekspansi Perkebunan Kelapa Sawit di lahan gambut S1. Pemberdayaan ekonomi lokal bagi masyarakat dalam dan sekitar Hutan A.1. Penyediaan jaminan permodalan dan Adanya pemberian jaminan Pemasaran per-modalan bagi masyarakat pada tahun 2015 A.2. Pengembangan teknologi berbasis lokal. Diimplementasikannya teknologi berbasis lokal pada tahun 2015 A.2 Perlindungan pasar terhadap komoditi lokal Adanya jaminan stabilitas pasar komoditi lokal pada tahun 2015
P3
0,12
I,K L, M, E
0,12
I,K L, M, E
0,12
I,K L, M, E
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
18
S2. Pengembangan mekanisme perizinan perkebunan.yang baik A.1. Identifikasi dan pengelolaan HCVF dalam AMDAL. A.2. Pengembangan kriteria dan indikator kesesuaian lahan penanaman A.3. Transparansi sistem perizinan oleh Bupati. A.4 Melakukan re-klasifikasi dan pertukaran lahan (land swap) kegiatan perkebunan kelapa sawit
Adanya revisi Peraturan Pemerin-tah tentang AMDAL pada tahun 2015 Adanya revisi Per-aturan Menteri tentang Kriteria dan Indikator kesesuaian lahan tanam pada 2015 . Adanya lembaga pengendali pemanfaatan lahan multipihak.pada tahun 2015 Adanya pertukaran lahan menjadi fungsi hutan dan lahan yang bernilai konservasi karbon tinggi pada tahub 2015
Adanya Peraturan Gubernur/ Bupati/Walikots yang mengakui hak a-tas tanah masyarakat . A.2. Pemetaan partisipatif Dilaksanakannya pemetaan apada tahun 2015rtisipatif di seluruh desa lingkup kawasan HGU pada 2020 S4. Penguatan Perkebunan Rakyat dan Pelibatan Masyarakat
A.5 Pelaksanaan CSR untuk penunjang in -frastruktur perkebunan rakyat.
0,1,23, 45,,7,8
I,H,IL,O
0,1,23, 45,,7,8
I,H,IL,O
0,1,23, 45,,7,8
I,H,IL,O
0,1,23, 45,,7,8
B,N,I
0,12
B, N, I
0,12
B,N,I
0,12
M,L
0,12
H,L,G
0,12
B,I,L
0,12
B,J,L
0,12
B,J,L
P2
S3. Memastikan keamanan tenurial. A.1. Penguatan hak atas tanah
A.1. Jaminan permodalan dan pasar komoditas perkebunan rakyat. A.2. Peningkatan teknologi perkebunan rakyat. A.3 Penerapan PADITAPA dalam proses perizinan perkebunan skala besar A.4 Pengembangan kebijakan plasma yang lebih berpihak.
P2
Adanya distribusi permodalan bagi petani Adanya implementasi tenologi perkebunan. Terselenggaranya proses PADIATAPA Adanya revisi Peraturan Menteri tentang Plasma pada thuan 2015 Adanya peningkatan dan perbaikan infrastruktur penunjang perkebunan
P3, P5
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
19
rakyat 2015
SEKTOR PERTAMBANGAN I.6 Ekspansi Kuasa Pertambangan Batubara S.1 Perbaikan peraturan terkait Wilayah Usaha Pertambangan (WUP) A.1. Revisi peraturan WUP yang memastikan adanya PADIATAPA . A.2 Pengembangan sistem perizinan efektif, efisien dan transparan A.3. Identifikasi dan pengelolaan HCVF dalam Amdal. A.4. Pengembangan kriteria dan indikator kesesuaian lahan untuk pertambangan
A.2. Pemetaan partisipatif
0,12
C,L
0,12
C,L
0,12
CI,,LG,H
0,12
C,I, L,G,H
0,12
C, , I, N,O
0,12
C, ,I,N,O
0,12
C,J,O
P2
Adanya Peraturan Gubernur/ Bupati/Walikots yang mengakui hak atas tanah masyarakat pada tahun 2015 Dilaksanakannya pemetaan partisipatif di seluruh desa di wilayah usaha pertambangan pada tahun 2015
S3. Pengembangan program CSR hijau A.1. Pengembangan kebijakan CSR yang lebih memberdaya-kan masyarakat.
Adanya revisi Peraturan Peme-rintah tentang WUP pada tahun 2015 Adanya peraturan perizinan pertambangan yang tranparan pada tahun 2015 Adanya revisi peraturan pemerintah tentang AMDAL 2015. Adanya revisi peraturan kriteria dan indikator kesesuaian lahan pada tahun 2015
S2. Memastikan keamanan tenurial A.1. Penguatan hak atas tanah
P2,P5
P3 Seluruh perusahaan pertambngan di Jambi menerapkan kebijakan untuk pemberdayaan masyarakat pada tahun
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
20
2015 A.2. Pelaksanaan CSR untuk penunjang infra struktur ekonomi rakyat.
Adanya pembangunan infrastruktur penunjang oleh perusahaan pada tahun 2015
0,12
C,J,O,K
SEKTOR LAHAN GAMBUT I.5 Kebakaran lahan gambut S1. Membangun database kebakaran lahan gambut
P3
A.1. Identifikasi titik dan faktor penyebabnya kebakaran lahan gambut
Tersedianya peta rawan kebakaran di Jambi pada tahun 2013 A.2. Membuat peta kebakaran hutan. Terbangunnya sistem peringatan dini (early warning system) pada tahun 2013 S.2. Membangun kelembagaan penang gulangan kebakaran hutan di tingkat tapak. A.1. Membangun mekanisme keterlibatan Adanya peningkatan peran Masyarakat dan keterpaduan dalam masyarakat dan penanggulangan kebakaran hutan di lahan keterpaduan penanganan gambut penanggulangan kebakaran hutan pada tahun 2015 I.6 Rencana pengembangan infrastruktur pelabuan laut
P3
S.1 Mengurangi dampak sosial dan lingkungan
P2
A.1 Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis S.3 Memastikan berjalannya kegiatan konservasi dan pembasahan kembali lahan gambut A.1 Rehabilitasi lahan gambut terdegradasi dengan jenis pohon adapatif lahan gambut
Rekomendasi perbaikan kebijakan pembangunan infrastruktur pata tahun 2015 P3 Adanya keberhasilan penanaman pohon di lahan gambut terdegradasi pada
1,2,3
A,,G,H,I,K ,L
1,2,3
A,G,H,I,K, L
1,2,3
A,,H,I,K,L
1
E,H,I,O
1,2,3
A, I, ,K,,0
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
21
tahun 2015 A.2 Penambangan kanal untuk keseimbangan hidrologi lahan gambut
Adanya stabilitas ketinggian permukaan air gambut pada tahun 2015
1,2,3
A, I, ,K,,0
3,4,5,7,8 ,9
E,H,I,O
2, 3,5, 4
E,H,I,O
SEKTOR LAINNYA I.7 Pembangunan Transmigrasi Kawasan Terpadu Mandiri melalui konversi hutan S.1 Mengurangi dampak sosial dan lingkungan Transmigrasi Kawasan Terpadu Mandiri A.1 Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Rekomendasi perbaikan Strategis kebijakan pembangunan infrastuktur transmigrasi pada tahun 2014 I.8 Pembangunan infrastruktur jalan raya memotong kawasan hutan alam S.2 Mengurangi dampak sosial dan lingkungan infrastruktur jalan raya memotong kawasan A.1 Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Rekomendasi perbaikan Strategis kebijakan pembangunan infrastuktur jalan raya pada tahun 2014
P2
P2
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
22
TABEL 4 Matrik Rencana Aksi Investasi Rendah Emisi Karbon SRAP REDD+ Jambi SEKTOR - ISU – STRATEGI – RENCANA AKSI
INDIKATOR KINERJA
PILAR STRANAS REDD+
TATA WAKTU
LOKASI
INSTANSI
0,12,13
A,E,H,I, L
1,2,3
A, L,J, M
1,2,3
A,M
2,,3
A ,J,L,M
2,,3
A,,J,L,M
1,2,3
A,J,L,0
Pendek
Menengah
Panjang
SEKTOR KEHUTANAN I.1. Eksploitasi berlebihan IUPHHK-Hutan Alam dan IUPHHK- Hutan Tanaman Industri S1. Memperbaiki tata kelola hutan produksi A.1. Mendorong perbaikan peraturan Adanya revisi Peraturan perizinan IUPHHK- HA dan IPHHK_HTI Pemerintah tentang sistem perizinan pengelolaan hutan pada tahun 2015. A.2 Memastikan dukungan teknis Adanya pemenuhan sertifikasi SVLK dan FSC persyaratan sertifikasi pemerintah dalam Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) dan Sertifikasi Verifikasi Legalitas Kayu (SLVK) atau sertifikat Forest Stewardship Council (FSC) atas inisiatif sendiri di 2 lokasi pada tahun 2015 A.3. Mempercepat optimalisasi Penaksiran potensi tegakan huPemanfaatan data IHMB. tan lebih rasional di 2 lokasi pada tahun 2015 A.4 Memastikan dukungan dukungan Adanya penerapan RIL yang kebijakan bagi praktek-praktek baik dan konsisten di 2 lokasi pembalakan kayu berdampak rendah pada tahun 2012 (RIL) A.5 Mengkaji dan menginisiasi peluang bagi Adanya alokasi pencadangan pengembangan kawasan dengan fungsi lokasi hutan dengan fungsi restorasi ekosistem atau fungsi restorasi ekosistem atau fungsi perlindungan lainnya di hutan produksi pengelolaan HCVF di 2 lokasi pada tahun 2015 A.6 Perbaikan Perencanaan Tata Guna 1. Adanya dukungan teknis Lahan dan Tata Kelola Hutan dan peningkatan kapasitas Tanaman Industri bagi para pengelola HTI
P3
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
23
SEKTOR - ISU – STRATEGI – RENCANA AKSI
INDIKATOR KINERJA
PILAR STRANAS REDD+
TATA WAKTU Pendek
Menengah
Panjang
LOKASI
INSTANSI
0,1,2,3,5,7,8,1 3
A,L,M
9
A, F,I,K,L,M
13
A
dalam upaya pemenuhan kriteria PHPL dan SLVK pada tahun 2015 dan 2020 2. Adanya kerjasama antara pemegang ijin dan pemerintah daerah dalam skema land-swap untuk pengalihan pengembangan HTI ke lahan kritis/ terdegradasi di tanah non gambut, khususnya bagi areal yang ijinnya belum disetujui atau belum berproduksi pada tahun 2015 dan 2020 3. Terlindunginya kawasan dengan nilai konservasi tinggi berbasis pada kegiatan HCVF sesuai PHPL pada tahun 2015 dan 2020 I.2 Penebangan Liar S.1 Percepatan pembentukan KPH Model Hutan Produksi A.1 Pembentukan dan berfungsinya KPH Terbentuknya dan Model disertai kelengkapan sarana dan berfungsinya 6 (enam) unit Prasarana KPH Model Hutan Produksi dengan kelengkapan sarana dan prasarananya pada tahun 2015 S.2 Percepatan pembentukan Hutan Kemasyarakatan (HKM) sebagai resolusi konflik tenurial di Hutan Produksi dan Hutan Lindung A.1. Penunjukan areal kerja HKM Tersedianya data bagi perencanaan alokasi areal pengembangan HKM seluas 25.000 hektar pada tahun 2015 A.2 Penguatan kebijakan HKM melalui Adanya revisi kebijakan penerbitan Kepres/Inpres/SKB percepatan pencapaian
P3
P2
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
24
SEKTOR - ISU – STRATEGI – RENCANA AKSI Menteri untuk percepatan pencapaian target HKM A.3 Pembuatan peta jalan dan strategi provinsi pencapaian target HKM A.4. Peningkatan dukungan sumber daya manusia dan finansial untuk fungsi fasilitasi dan pendampingan. A.5 Pembuatan desk layanan penetapan areal kerja penyelenggaraan hutan kemasyarakatan tingkat provinsi
INDIKATOR KINERJA
PILAR STRANAS REDD+
TATA WAKTU
LOKASI
INSTANSI
0
A, L
13
A,L,
0
A,E,F,I,M
13
A,L
9
A, I, K
1.2,3,4,5,7,8,9, 10
A, F,I,L,M
0
A,I
13
A
0
A,E,I
Pendek
Menengah
Panjang
target HKM pada tahun 2015
Adanya peta jalan dan strategi provinsi pada tahun 2015 Adanya dukungan sumber daya manusia dan finansial pada tahun 2015 Adanya desk layanan penetapan areal kerja penyelenggaraan hutan kemasyarakatan pada tahun 2015 A.6 Reformasi tata penyelenggaraan Adanya revisi pemangkasan hutan kemasyarakatan, khususnya proses pengurusan ijin dalam proses pengurusan izin penetapan areal kerja pada penetapan areal kerja tahun 2015 A.7. Penyiapan kelembagaan dan peAdanya kelembagaan HKM ningkatan kapasitas masyarakat. yang handal dan professional pada tahun 2015 S.3 Percepatan perluasan pembentukan dan penguatan pengelolaan Hutan Desa A.1. Penunjukan pencadangan areal kerja Tersedianya data bagi perencaHutan Desa naan alokasi areal pengembangan Hutan Desa seluas 150.000 hektar pada tahun 2015 A.2 Percepatan penerbitan Rencana Adanya peningkatan Pengelolaan Hutan Desa penerbitan Rencana Pengelolaan Hutan Desa A.3 Penguatan kebijakan Hutan Desa Adanya revisi kebijakan melalui penerbitan Kepres/Inpres/ percepatan pencapaian SKB Menteri untuk percepatan target Hutan Desa pada tahun pencapaian target Hutan Desa 2015 A.4 Pembuatan peta jalan dan strategi Adanya peta jalan dan strategi provinsi pencapaian target Hutan Desa Hutan Desa provinsi pada tahun 2015
P2
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
25
SEKTOR - ISU – STRATEGI – RENCANA AKSI
INDIKATOR KINERJA
Adanya dukungan sumber daya manusia dan finansial Hutan Desa pada tahun 2015 Adanya desk layanan penetapan areal kerja penyelenggaraan hutan desa pada tahun 2015 A.7 Reformasi tata penyelenggaraan Adanya revisi pemangkasan Hutan desa , khususnya alam proses proses pengurusan ijin pengurusan izin penetapan areal penetapan areal kerja hutan kerja desa pada tahun 2015 A.8. Penyiapan kelembagaan dan peAdanya kelembagaan Hutan ningkatan kapasitas masyarakat. Desa yang handal dan profesional S.4. Mempercepat optimalisasi industri Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) A.1. Pengembangan kelembagaan koperasi Terdapat 150 kelembagan HHBK, disertai dengan insentif HHBK yang kuat pada tahun permodalan dan pema-saran. 2015. A.2. Pengembangan teknologi HHBK yang Diadopsinya teknologi HHBK mudah, murah dan dapat oleh kelompok penge-lola. diaplikasikan. A.3. Pengembangan sentra komoditi HHBK Adanya 10 sentra HHBK di dan teknologi pendukung komoditi. Jambi pada tahun 2015 S.5. Percepatan kepastian hak tenurial masyarakat A.1. Percepatan pengukuhan kawasan Dilaksanakan pengukuhan hutan. kawasan hutan di Provinsi Jambi, mencakup kawasan hutan lindung, hutan produksi, hutan konservasi pada tahun 2015. A.2. Peningkatan kapasitas fasilitator Dilaksanakannya pelatihan bagi resolusi konflik. 200 fasilitator resolusi konflik di Jambi pada tahun 2015 A.3. Pembentukan dan berfungsinya Adanya peraturan gubernur kelembagaan resolusi konflik tenurial tentang kelembagaan resolusi provinsi konflik provinsi pada tahun
PILAR STRANAS REDD+
A.5. Peningkatan dukungan sumber daya manusia dan finansial untuk fungsi fasilitasi dan pendampingan. A.6 Pembuatan desk layanan provinsi penetapan areal kerja penyelenggaraan hutan desa
TATA WAKTU
LOKASI
INSTANSI
0,13
A
0
A
13
A
9
A, I, K
12
A, I, K,L,M
12
A, I, K,L,M
12
A, I, K,L,M
Pendek
Menengah
Panjang
P3
P3
12
A
12
A, I, N,O
0
A, I, N,O
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
26
SEKTOR - ISU – STRATEGI – RENCANA AKSI
INDIKATOR KINERJA
2015 S.6. Aklerasi pembentukan dan berfungsinya KPH Model di Hutan Produksi A1. Pembentukan kelembagaan dan Terbentuknya dan pengadaan sarana serta prarana KPH berfungsinya 13 unit KPH Model di Provinsi Jambi pada tahun 2015 dan tahun 2020 SEKTOR PERKEBUNAN I.3 Ekspansi perkebunan kelapa Sawit di lahan gambut S.1 Aklerasi penyempurnaan perencanaan dan tata kelola perkebunan Sawit A.1 Perbaikan Perencanaan Tata Guna 1. Adanya dukungan teknis Lahan dan Tata Kelola Perkebunan dan peningkatan kapasitas Kelapa Sawit dan Hutan Tanaman bagi para pengelola kebun Industri dalam upaya pemenuhan kriteria ISPO dan RSPO pada tahun 2015 2. Adanya kerjasama antara pemegang ijin dan pemerintah daerah dalam skema land-swap untuk pengalihan pengembangan perkebunan kelapa sawit ke lahan kritis atau terdegradasi, khususnya bagi areal yang ijinnya belum disetujui atau belum berproduksi pada tahun 2015 3. Terlindunginya kawasan dengan nilai konservasi tinggi berbasis pada kegiatan HCVF sesuai dengan kriteria ISPO dan RSPO pada tahun 2015
PILAR STRANAS REDD+
TATA WAKTU Pendek
Menengah
Panjang
LOKASI
INSTANSI
P3
1,2,3,4,5,7,8,9, 10
A, L, 0
1,2,3,5
A,B,J,L,N
P3
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
27
SEKTOR - ISU – STRATEGI – RENCANA AKSI
INDIKATOR KINERJA
Adanya pemberian insentif bagi perkebunan rakyat yang berkelanjutan dan rendah emisi pada tahun 2015 S2. Pengembangan kelembagaan tenurial kolektif untuk penanganan konflik perkebunan sawit dengan masyarakat A.1. Penguatan kapasitas desa dalam Adanya pendampingan dan pengelolaan tenurial. pelatihan bagi seluruh desa pada tahun 2015 dan 2020 A.2. Perlindungan kawasan kelola Adanya Peratuan masyarakat lokal/adat. Gubernur/Bupati/Walikota yang melindungi kawasan kelola masyarakat lokal/ adat pada tahun 2015 dan 2020 SEKTOR PERTAMBANGAN I.4 Ekspansi kuasa pertambangan bataubara S.1 Pengembangan kelembagaan tenurial kolektif untuk penanganan konflik pertambangan batubara dengan masyarakat A.1. Penguatan kapasitas desa dalam Adanya pendampingan dan pengelolaan tenurial. pelatihan bagi seluruh desa pada tahun 2015 dan 2020 A.2. Perlindungan kawasan kelola Adanya Peratuan masyarakat lokal/adat. Gubernur/Bupati/Walikota yang melindungi kawasan kelola masyarakat lokal/ adat pada tahun 2015 dan 2020 SEKTOR LAHAN GAMBUT
PILAR STRANAS REDD+
A.2. Pengembangan insentif perkebunan rakyat yang berkelanjutan dan rendah emisi
I.5 Kebakaran dan pembakaran lahan gambut S.1. Aklerasi peningkatan sarana dan prasarana pemadam kebakaran A.1. Identifikasi, seleksi dan pengadaan Adanya peningkatan sarana saranapemadam kebakaran yang tepat dan prasarana pada tahun 2015 guna A.2 Penambatan kanal dan pembasahan Adanya bendungan-bendungan kembali rawa gambut untuk penambat air rawa pada tahun mengurangi tingkat kebakaran lahan 2015 dan 2020
TATA WAKTU Pendek
Menengah
Panjang
LOKASI
INSTANSI
12
B, L
12
A,I,K,L,N
12
A,I,K,L,N
,12
C,L,N,I,K
`12
C,L,N,I,K
1,2,3
A,H,I,K,L
1,2,3
A,H,I,K,L
P1
P1
P3
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
28
SEKTOR - ISU – STRATEGI – RENCANA AKSI gambut A.3 Rehabilitasi lahan gambut terdegradasi bekas kebakaran
INDIKATOR KINERJA Adanya penambahan luasan kawasan yang terehabilitasi di lahan ganbut pada tahun 2015
PILAR STRANAS REDD+
TATA WAKTU Pendek
Menengah
Panjang
LOKASI
INSTANSI
1,2,3
A,H,I,K,L
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
29
Tabel 5. Matrik MRV (Measurement, Reporting and Verification) SRAP REDD+ Provinsi Jambi SEKTOR - ISU – STRATEGI – RENCANA AKSI
INDIKATOR KINERJA
S.1. Membangun Sistem Informasi Safeguard (SIS). A.1. Membangun sistem informasi Sosial dan Ada penjelasan tentang Ekonomi sekitar hutan. keterhubungan hutan dengan Sosial dan Budaya dan Ekonomi A.2. Membangun sistem informasi Jasa Ada penjelasan tentang Lingkungan. keterhubungan hutan dengan fungsi jasa lingkungan A.3. Melaksanakan monitoring pendorong Ada penjelasan tentang deforestasi dan degradasi hutan. pemicu deforestasi dan degaradasi hutan di Provinsi Jambi S.2. Pengukuran faktor emisi dari tutupan lahan, hutan dan lahan gambut. A.1. Pembuatan Petunjuk Teknis Pengukuran Dokumen formal tentang Emisi Prosedur baku tersedia. Kualifikasi Penyusun dan Lembaga tersedia. A.2. Pengukuran cadangan karbon dan serapan Nilai cadangan C dan serapan CO2 tersedia di CO2 untuk tiap tutupan lahan secara berkala. level Kabupaten dan Provinsi. A.3. Membangun dan menghimpun Dokumen berisi persamaan, Persamaan Alometri sumber/referensi, informasi statistik, lokasi di Provinsi Jambi dan tempat lain tersedia. A.4 Membangun dan monitoring Reference Data dan hasil estimasi REL Level. Provinsi dan Kabupaten tersedia. A.5. Peningkatan kapasitas pengukuran emisi Keberadaan Training Pengukuran Emisi, MRV yang diikuti dan
PILAR STRANAS REDD+
TATA WAKTU Mene Pan Pendek ngah jang
LOKASI INDIKATIF
INSTANSI
P1
0,12
A,E,LG,H
0,12
A,EL,G,H
0,12
A,E,L,G,H
0,12
A,E,L,G,H
0,12
A,E,L,G,H
0,12
A,E,L,G,H
0,12
A,E,L,G,H
0,12
A,E,L,G,H
P1
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
30
dilaksanakan. S.3 Pengukuran dan pemantauan perubahan tutupan hutan, lahan dan lahan gambut A.1. Pengadaan peta thematik dan citra Citra satelit dan interpretasi Berkala tersedia secara reguler A.2. Peningkatan kapasitas pengukuran Keberadaan Training Pengukuran Emisi, MRV yang diikuti dan dilaksanakan. A.3. Pembuatan Petunjuk Teknis Pengukuran Dokumen formal tentang Prosedur baku tersedia. Kualifikasi Penyusun dan Lembaga tersedia. A.4. Pembuatan Peta dan statistik tutupan Statistik perubahan tutupan hutan dan hutan ber-kala. lahan, hutan dan lahan gambut tersedia secara berkala. A.5. Pembuatan Peta Emisi/ Peta Cadangan Peta Emisi dan Cadangan Karbon Karbon tersedia. A.6. Penentuan laju deforestasi dan degradasi Laporan defores-tasi dan Hutan negrada-si tersedia seca-ra berkala. Keterangan Tabel: KODE 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
DESKRIPSI : : : : : : : : : : : : : :
Pemerintah Provinsi Tanjung Jabung Timur Tanjung jabung Barat Muaro Jambi Batanghari Tebo Kota Jambi Sarolangun Bungo Merangin Kerinci Kota Sungai Penuh Semua Kabupaten/Kota Pemerintah Pusat
KODE A B C D E F G H I J K L M N 0
DESKRIPSI : : : : : : : : : : : : : : :
Bidang Kehutanan Bidang Perkebunan Bidang Pertambangan dan energi Bidang Lingkungan Hidup Bidang Perencanaan Pembangunan Bidang Pertanian Sektor Perguruan Tinggi Sektor Lembaga Penelitian Sektor Lembaga Swadaya Masyarakat Sektor Swasta Sektor Organisasi Masyarakat Lokal Komisi Daerah/Lembaga REDD+ Sektor Disperindagkop Sektor Pertanahan Lainya
P1
KODE P1 P2 P3 P4 P5
0,12
A,E,L,G,H
0,12
A,E,L,G,H
0,12
A,E,L,G,H
0,12
A,E,L,G,H
0,12
A,E,L,G,H
0,12
A,E,L,G,H
DESKRIPSI : : : : :
Kelembagaan dan Proses Kerangka Hukum /peraturan Program-program strategis Perubahan paradigm & budaya kerja Pelibatan para pihak
TATA WAKTU Pendek Menengah Panjang
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
2012 – 2015 2012 – 2020 2012 - 2030
31
Tabel 6. Akar Masalah Prioritas dan Rencana Aksi REDD+ Prioritas Antar Sektor (Project Pipeline) di Provinsi Jambi
No
Prioritas Inisiatif Propinsi
Isu Prioritas Antar Sektor: 1) Akses Terbuka (open access) terhadap sumber daya hutan, 2) Hak atas tanah dan hutan yang belum tuntas bagi semua pihak. Justifikasi Inisiatif dan Ruang Lingkup
Prioritas Intervensi Strategis Nasional
PILAR 1 : KELEMBAGAAN DAN PROSES, PILAR 5 : PELIBATAN PARA PIHAK DAN PILAR 3 : KERANGKA HUKUM/PERATURAN 1.
Pembentukan Lembaga REDD+ Provinsi untuk menguatkan peranan dan ruang lingkup tugas dan kerangka hukum Komisi REDD+ Jambi
Peraturan Presiden tentang Pembentukan Lembaga REDD+ Nasional, termasuk memberikan pedoman dan arahan kebijakan yang memadai dalam pembentukan Lembaga REDD+ Provinsi
1. Justifikasi. Dalam upaya mencapai keberhasilan tujuan pertumbuhan ekonomi rendah emisi karbon melalui penerapan penuh skema REDD+ memerlukan transformasi kerja yang besar, baik dalam pemerintahan maupun dalam masyarakat luas di Provinsi Jambi. Disisi lain memerlukan pendekatan penyelesaian lintas sektor, lintas pelaku dan lintas keahlian yang mengkoordinasikan berbagai instansi pemrintah, SKPD dan institusi lainnya yang penting untuk mencapai keberhasilan pencapaian visi dan tujuan SRAP REDD+ Jambi. Provinsi Jambi dihadapkan oleh tantangan prioritas masalah yang penting yaitu perubahan iklim dengan sumber daya yang terbatas, terutama, terbatasnya ketersediaan pendanaan dan keahlian manajemen yang diperlukan untuk melaksanakan perubahan transformatif tersebut. Disisi lain untuk dan menjalankan Strategi dan Rencana Aksi Provinsi REDD+ yang telah dibangun memiliki sifat “ halhal yang tidak biasa” (Business Un Usual) dan `debottlenecking`. Sehingga strategi dan rencana aksi (SRAP) akan berisi banyak hal yang membutuhkan peran lembaga dan/atau pihak yang relatif lebih mandiri dan profesional yang bukan bagian dari birokrasi pemerintahan. Untuk itu Komisi Daerah REDD+ Provinsi Jambi yang
EKSEKUTIF RI STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
34
No
Prioritas Inisiatif Propinsi
Isu Prioritas Antar Sektor: 1) Akses Terbuka (open access) terhadap sumber daya hutan, 2) Hak atas tanah dan hutan yang belum tuntas bagi semua pihak. Justifikasi Inisiatif dan Ruang Lingkup
Prioritas Intervensi Strategis Nasional
berbasis lintas-pelaku yang telah terbentuk perlu dikuatkan dalam mengorganisasi perencanaan dan pelaksanaan REDD+ dengan memberikan kewenangan, tanggung-jawab, fungsi dan tugasnya yang diperluas dan didukung oleh Kelompok Kerja REDD+ Kabupaten 2. Lokasi : Provinsi PILAR 5 : PELIBATAN PARA PEMANGKU KEPENTINGAN 2.
Penerapan Kerangka Pengaman, Padiatapa, dan mekanisme distribusi dan pembagian manfaat
1. Justifikasi REDD+ memiliki potensi untuk memberikan manfaat dampingan (co-benefits), selain mengurangi emisi Gas Rumah Kaca, termasuk emisi karbon hutan. Hal ini termasuk dampak positif terhadap perbaikan tata kelola sumber daya alam, keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan serta pengurangan kemiskinan dan penguatan hak-hak masyarakat adat. Dengan demikian, jika dirancang dengan baik dan benar, REDD dapat menghasilkan tiga keuntungan dari sisi iklim, keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan. Agar proyek dan program REDD+ bisa mendapatkan kredibilitas lokal, saat ini disadari bahwa upaya kesepakatan pemanfaatan sumber daya yang dihasilkan bisa bertahan lama maka perundingan yang dilakukan harus mengakui hak masyarakat adat dan lokal, yang menggantungkan diri pada wilayah hutan tertentu bagi penghidupan mereka. Bila tidak melakukan hal tersebut maka mungkin akan muncul konflik atau situasi yang tak setara, karena praktek-praktek penghidupan yang telah
1. Penetapan kebijakan nasional PRISAI (Principe, Criteria Safeguard Indonesia) dan PADIATAPA 2. Adanya kebijakan dan regulasi nasional yang mengatur mekanisme distribusi dan pembagian manfaat dan otoritas yang jelas. 3. Penyepakatan pendekatan dan model(model) PADIATAPA , dengan melibatkan para pihak 4. Penyebarluasan pendekatan dan model(model) PADIATAPA kepada para pihak dan lembaga terkait dan relevan 5. Mendorong pelaksanaan PADIATAPA oleh para pemrakarsa kegiatan apapun, termasuk kegiatan terkait pelaksanaan REDD+ 6. Identifikasi macam insentif, mekanisme, dan target untuk siapa masing-masing insentif dimaksud diperuntukan (=membangun sistem insentif) 7. Analisis aturan main transfer fiskal yang ada, sekaligus pemastian poin-poin yang tidak selaras dengan upaya REDD+ 8. Analisis dan penetapan arah penyelerasan, dan melaksanakan penyelerasan itu sendiri 9. Perombakan/penghapusan aturan-aturan / kebijakan yang bersifat dis-insentif
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
35
No
Prioritas Inisiatif Propinsi
Isu Prioritas Antar Sektor: 1) Akses Terbuka (open access) terhadap sumber daya hutan, 2) Hak atas tanah dan hutan yang belum tuntas bagi semua pihak. Justifikasi Inisiatif dan Ruang Lingkup
Prioritas Intervensi Strategis Nasional
mapan dan akses mereka terhadap sumber daya dihilangkan. Dengan demikian, identiifikasi tentang “siapa yang berhak atas tanah yang mana” adalah langkah vital dalam memfasilitasi proses penghormatan hak masyarakat adat dan masyarakat lokal atas Persetujuan Atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan (PADIATAPA) dalam proses REDD+. Kegiatan-kegiatan PADIATAPA akan meliputi :
10. Penyusunan, uji coba dan penetapan prinsip, kriteria dan indikator kerangka pengaman bidang sosial, lingkungan hidup dan budaya – dengan melibatkan para pemangku kepentingan 11. Penyusunan dan penetapan prosedur penilaian kerangka pengaman di atas, dengan melibatkan para pihak pemangku kepentingan 12. Penyusunan dan penyepakatan kerangka MRV yang mengakomodasi indikator kerangka pengaman dengan melibatkan para pemangku kepentingan pengelolaan sumber daya alam 13. Memastikan indikator kerangka pengaman masuk kedalam instrument MRV 14. Penetapan macam dan prakiraan besar manfaat jasa lingkungan yang potensial untuk didistribusikan, dengan melibatkan para pihak pemangku kepentingan Identifikasi dan penetapan sasaran pendistribusian yang tepat (benefeciaries) disertai pemastian landasan hak atas sumberdaya 15. Innventarisasi dan identifikasi lokasi sasaran bagi pendistribusian manfaat
1. Penyadartahuan konsep dan metoda pelaksanaan; 2. PADIATAPA kepada para pihak pemangku kepentingan; 3. Penyepakatan protokol pelaksanaan PADIATAPA dengan melibatkan para pihak pemangku kepentingan; 4. Penyebaran protocol pelaksanaan PADIATAPA kepada pihak yang lebih luas; 5. Implementasi protocol pelaksanaan PADIATAPA, termasuk monitoring, evaluasi dan pembelajarannya untuk langkah penyempurnaan Kelembagaan REDD+ Provinsi akan berfungsi menjadi instrumen pendanaan dan mekanisme pemantauan REDD+. Instrumen pendanaan REDD+, selain harus memenuhi standar akuntabilitas dan transparansi, harus juga dipastikan tidak akan mendatangkan dampak negatif dari sisi sosial dan lingkungan. Untuk memenuhi prasyarat itu, instrumen pendanaan membutuhkan Kerangka Pengaman ( “safeguards”) atau Kerangka Pengaman), agar REDD+ bisa berjalan. Kerangka Pengaman REDD+ dimajukan, karena adanya berbagai kekuatiran global muncul berkenaan dengan kemungkinan adanya dampak negatif kegiatan REDD+. Dampak-dampak negatif tersebut antara lain: konversi
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
36
No
Prioritas Inisiatif Propinsi
Isu Prioritas Antar Sektor: 1) Akses Terbuka (open access) terhadap sumber daya hutan, 2) Hak atas tanah dan hutan yang belum tuntas bagi semua pihak. Justifikasi Inisiatif dan Ruang Lingkup
Prioritas Intervensi Strategis Nasional
hutan alam menjadi hutan tanaman industri, perkebunan kelapa sawit atau bentuk pemanfaatan lainnya yang mempunyai keanekaragaman hayati yang rendah dan mengarah kepada kerusakan ekosistem dan kehilangan keanekaragaman hayati, hilangnya kawasan-kawasan tradisional yang mengarah pada penggusuran masyarakat adat, hilangnya hak-hak masyarakat terhadap lahan, wilayah dan sumberdaya, serta memunculkan terjadinya korupsi, nepotisme dan kolusi baru dalam penerapan REDD+. 2.
Lokasi :
Tingkat Provinsi PILAR 1 : KELEMBAGAAN DAN PROSES , PILAR 2: KERANGKA HUKUM/PERATURAN 3.
Membentuk kelembagaan dan mengembangkan metodologi MRV
1. Justifikasi Dalam menerapkan skema REDD+, negara-negara yang berkeinginan kuat untuk melindungi hutan dari deforestasi dan degradasi hutan demi mengurangi emisi karbon global, maka negara-negara calon penerima insentif positif harus membangun lembaga dan sistem MRV di tingkat nasional maupun pada tataran sub nasional. Lembaga MRV dibutuhkan agar sistem monitoring kegiatan REDD+ lebih terukur, dapat dilaporkan dan terverifikasi dalam konteks pemberian insentif dari hasil kinerja dalam upaya REDD+. MRV merupakan rangkaian kegiatan untuk mengukur, melaporkan dan melakukan verifikasi pencapaian penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dari REDD+ secara berkala, sahih, akurat, terbandingkan, lengkap, konsisten dan transparan. Sistem MRV merupakan
Adanya Peraturan kelembagaan MRV Nasional yang otonom dan standardisasi di level nasional dengan metodologi yang handal untuk menjadi rujukan subnasional
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
37
No
Prioritas Inisiatif Propinsi
Isu Prioritas Antar Sektor: 1) Akses Terbuka (open access) terhadap sumber daya hutan, 2) Hak atas tanah dan hutan yang belum tuntas bagi semua pihak. Justifikasi Inisiatif dan Ruang Lingkup
Prioritas Intervensi Strategis Nasional
garansi bagi komitmen negara-negara peratifikasi UNFCCC, lembaga pendanaan, investor keuangan atau pembeli (buyers) dalam implementasi REDD+. Instrumen MRV REDD+ yang akan diterapkan di Provinsi Jambi meliputi semua aktifitas MRV yang terkait antara lain dengan (1) penurunan laju deforestasi; (2) penurunan laju degradasi hutan; (3) konservasi karbon; dan (4) peningkatan cadangan karbon melalui pengelolaan hutan lestari dan pengayaan simpanan karbon 2. Lokasi : Tingkat Provinsi, tingkat kabupaten dan tingkat tapak proyek PILAR 2: KERANGKA HUKUM/PERATURAN, PILAR 3 : PROGRAM STRATEGIS 4
Penguatan kelembagaan dan mekanisme resolusi konflik tenurial provinsi untuk mendorong kepastian hak dan keadilan tenurial
1.
Justifikasi
Lahan hutan dengan keragaman atas hak, status dan fungsinya telah menjadi suatumedan perebutan kepentingan yang pelik dan hingga saat ini masih belum terselesaikan. Konflik dan ketidaksepakatan tentang siapa yang seharusnya mengontrol dan mengelola hutan dan Kawasan Hutan negara merupakan sumber dari berbagai ketegangan, dan tidak jarang justru menyebabkan tindakan tindakan yang merusak. Asal-usul ketegangan ini terletak pada tafsir dari definisi dan lokasi hutan serta kewenangannya. Tafsir-tafsir yang berbeda menyebabkan perbedaan-perbedaan mendasar tentang peran kontrol terhadap sumberdaya hutan oleh pelaku dan lembaga yang berbeda. Konflik atas peran kontrol terhadap lahan
1. Mendorong kementerian terkait untuk menyusun kebijakan dan mekanisme penanganan konflik, termasuk penunjukkan leading sector untuk implementasinya 2. Revisi peraturan untuk dapat mengadopsi PADIATAPA 3. Penyiapan naskah akademik PP turunan dari UU 14/2008, melibatkan para pihak yang berkepentingan.
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
38
No
Prioritas Inisiatif Propinsi
Isu Prioritas Antar Sektor: 1) Akses Terbuka (open access) terhadap sumber daya hutan, 2) Hak atas tanah dan hutan yang belum tuntas bagi semua pihak. Justifikasi Inisiatif dan Ruang Lingkup
Prioritas Intervensi Strategis Nasional
dan sumberdaya alam yang disebabkan oleh ketidakjelasan hak-hak tenurial harus diselesaikan dengan usaha serius melalui strtategi tinddakan yang jelas.
4. Penyiapan naskah akademik PP turunan dari UU 14/2008, khusus tentang mekanisme dan kelembagaan penyelesaian konflik PSDA
Di Jambi konflik tenurial semakin meningkat karena ketidakjelasan tata batas kawasan hutan dan wilayah administrasi desa, dan terjadi ketimpangan pemanfaatan ruang dan pengelolaan SDA nya lebih banyak dikuasai oleh perusahaan pengembang Hutan Tanaman Industri, perkebunan kelapa sawit dan pertambangan batubara. Di sisi lain hak-hak masyarakat adat/lokal di dalam dan sekitar hutan belum diakui sepenuhnya oleh regulasi yang ada.
5. Identifikasi model-model penyelesaian konflik dan sekaligus mengembangan model generik penyelesaian konflik SDA
2.
6. Penyiapan kelembagaan penanganan konflik SDA dengan melibatkan para pihak yang berkepentingan 7. Revisi Keppres No 4/2009 (tentang BKPRN) untuk menguatkan fungsi BKPRN
Lokasi :
Tingkat Provinsi PILAR 3 : PROGRAM STRATEGIS, PILAR 2: KERANGKA HUKUM/PERATURAN 5.
Mendorong percepatan perluasan dan penguatan Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) untuk resolusi konflik tenurial dengan model Hutan Desa, HTR, HKm, Hutan Adat , Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Konservasi, Pola kemitraan, Desa Konservasi
1. Justifikasi Adanya kepastian hak dan akses masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan untuk meningkatkan partisipasi dan keberdayaan ekonominya. Disisi lain model PHBM yang ada akan dapat mengurangi konflik tenurial antara masyarakat lokal dengan perusahaan skala besar berbasis penggunaan lahan. Salah satu bentuk PHBM yang dikembangkan adalah Hutan Desa dan Hutan Adat. Jambi adalah provinsi yang memiliki pencadangan areal Hutan Desa terluas di Indonesia dari Kementerian Kehutanan sebesar 54.978 hektar. Dan diantaranya 5.919 hektar telah mendapat Keputusan Hak Pengelolaan Hutan Desa dari Gubernur Jambi. Kawasan-kawasan Hutan desa
1. Penyediaan jaminanm keamanan investasi pada restorasi ekosistem 2. Mengkaji kemungkinan pembukaan peluang investasi asing untuk kegiatan restorasi ekosistem 3. Penyediaan kepastian mekanisme perizinan perizinan pada kegiatan restorasi ekosistem agar biaya transaksinya dapat dikurangi. 4. Penguatan kebijakan kepastian hak atas lahan yang dikelola oleh Masyarakat
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
39
No
Prioritas Inisiatif Propinsi
Isu Prioritas Antar Sektor: 1) Akses Terbuka (open access) terhadap sumber daya hutan, 2) Hak atas tanah dan hutan yang belum tuntas bagi semua pihak. Justifikasi Inisiatif dan Ruang Lingkup
Prioritas Intervensi Strategis Nasional
tersebar pada 25 desa yang mencakup kabupatenkabupaten Merangin sebanyak 15 desa, Kabupaten Bungo dan Kabupaten Batanghari masing-masing sebanyak 5 desa. Sedangkan pengembangan Hutan Adat telah mencakup luasan areal 3.000 hektar yang meliputi 21 lokasi di Kabupaten-kabupaten Merangin, Sarolangun, Bungo dan Batanghari;
5. Inventarisasi lokasi yang memiliki kearifan lokal yang kuat untuk konservasi sekaligus pengembangan model generik untuk replikasinya
Saat ini di Provinsi Jambi memiliki potensi seluas 150.000 hektar untuk dicadangan sebagai Hutan Desa dan kawasan hutan produksi yang belum dibebani hak dan hutan lindung. Skema Desa Konservasi dan HKm, Kolaborasi Pengelolaan dan Pola kemitraan memilki potensi untuk diterapkan di kawasan Hutan Lindung dan hutan produksi terdegradsi, Hutan Konservasi dan Hutan Restorasi Ekosistem yang terdegradasi terutama dalam memanfaatkan secara lestari dan mengembangkan potensi jasa lingkungan dan ekonomi lokal yang berkelanjutan.
6. Penerapan model generik kearifan lokal untuk konservasi pada lokasi lain yang potensial untuk replikasi model 7. Memangkas proses perijinan dan membentuk pelayanan satu atap PHBM (Hutan Desa, HTR, HKm, Hutan Adat)
2. Lokasi : Kabupaten-kabupaten Kerinci, Bungo, Merangin, Muaro Jambi, Sarolangun, Tebo, Batanghari, Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur. PILAR 1 : LEMBAGA DAN PROSES 6.
Percepatan sinkronisasi data dan peta pemanfaatan kawasan hutan secara Satu Atap, Satu Data, Satu Peta
1. Justifikasi Dalam persiapan dan implementasi penuh REDD+ dibutuhkan kejelasan dan kepastian hak dan penggunaan kawasan hutan dan lahan. Sehingga dalam konteks perencanaan, penataan dan kepastian penggunaan
Mendorong pihak-pihak pada tataran nasional yang terkait dengan perpetaan untuk menetapkan mekanisme “one map initiative”
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
40
No
Prioritas Inisiatif Propinsi
Isu Prioritas Antar Sektor: 1) Akses Terbuka (open access) terhadap sumber daya hutan, 2) Hak atas tanah dan hutan yang belum tuntas bagi semua pihak. Justifikasi Inisiatif dan Ruang Lingkup
Prioritas Intervensi Strategis Nasional
ruang serta mencegah konflik pemanfaatan lahan, maka diperlukan pembenahan integrasi data, peta dan pemetaan dengan mewujudkan penggunaan satu data dan satu peta acuan untuk semua jenis perizinan pemanfaatan kawasan hutan dan/atau Areal Penggunaan Lain oleh semua Kementerian/ Lembaga (K/L), provinsi dan kabupaten yang memiliki kewenangan pemberian rekomendasi teknis dan izin pemanfaatan lahan. 2. Lokasi : Provinsi Jambi dan semua kabupaten/kota lingkup Provinsi Jambi. PILAR 3 : PROGRAM STRATEGIS, PILAR 2: KERANGKA HUKUM/PERATURAN 7
Aklerasi pembentukan dan berfungsinya KPH Produksi dan KPH Lindung
1. Justifikasi Diantara isu utama deforestasi dan degradasi hutan di Provinsi Jambi disebabkan faktor-faktor penebangan liar, kebakaran hutan dan perambahan hutan yang masif. Akar utamanya adalah a) masih adanya akses terbuka (open access) bagi para pengguna lahan , b) masih lemahnya koordinasi pengelolaan kawasan hutan lintas administrasi c) masih kurangnya pelibatan masyarakat lokal pengelolaan hutan. Pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) sebagai unit pengelolaan hutan terkecil adalah merupakan pilihan untuk mengatasi deforestasi dan degadasi hutan dan menurunkan tingkat emisi karbon. Saat ini di Provinsi Jambi telah ditunjuk oleh Menteri Kehutanan sebanyak 17 Unit, 3 diantaranya telah ditetapkan sebagai KPH Model. Tidak adanya KPH yang operasional terutama pada kawasan hutan yang “open access” menyebabkan
1. Inventarisasi hambatan pembangunan KPH di daerah 2. Mempertemukan pihak-pihak terkait untuk percepatan pembangunan KPH 3. Mendorong Kemenhut dan Kemendagri untuk membuat Kebijakan/peraturan implementasi PPKBLUD untuk KPH 4. Memfasilitasi KPH untuk segera dapat beroperasi (melaksanakan risalah hutan, menyusun rencanarencana pengelolaan hutan,pelaksanaan pengelolaan hutan, dsb) 5. Penguatan kapasitas KPH dalam penanganan konflik tenurial di wilayahnya 6. Konvergensi kegiatan pembangunan kehutanan di KPH-KPH yang telah terbentuk 7. Prioritasi pengukuhan kawasan hutan pada KPH yang telah terbentuk 8. Penguatan kemampuan KPH untuk monitoring dan
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
41
No
Prioritas Inisiatif Propinsi
Isu Prioritas Antar Sektor: 1) Akses Terbuka (open access) terhadap sumber daya hutan, 2) Hak atas tanah dan hutan yang belum tuntas bagi semua pihak. Justifikasi Inisiatif dan Ruang Lingkup
Prioritas Intervensi Strategis Nasional
kawasan ini rentan terhadap penebangan liar, perambahan hutan, kebakaran hutan dan okupasi kawasan hutan serta lemahnya penegakan hukum, Tanpa adanya pengelola hutan di tingkat tapak melalui KPH, maka kerusakan hutan sulit untuk dihentikan dan rehabilitasi hutan dan lahan kritis sulit untuk dipantau kemajuan dan akuntabilitasnya. Jika laju deforestasi dan degradasi hutan dan terus meningkat, maka akan semakin mengganggu ekosistem kehutanan yang berdampak kepada hilir, termasuk kegiatan penyelamatan tanah dan air yang berdampak lanjut kepada ketahanan pangan masyarakat.
evaluasi pelaksanaan kegiatanpemegang izin di wilayah kelolanya 9. Menyediakan payung hukum yang memungkinkan Pemerintah Daerah mengalihkan hak IUPHHK yang tidak aktif kepada KPH 10. Pembangunan KPH pada kawasan hutan yang berbatasan denganmasyarakat untuk meminimalisasi illegal encroachment
Kegiatan utama dalam pembentukan KPH ini terkait penerapan REDD+ adalah 1). kegiatan penurunan sumber emisi,(source), 2) kegiatan peningkatan dan perlindungan stok karbon (sink), 3) peningkatan efektivitas penegakan hukum di wilayah KPH dan penanganan kebakaran hutan, 4) kegiatan penyempurnaan pengelolaan gambut di kawasan hutan. 2.
Lokasi :
Kabupaten-kabupaten Kerinci, Bungo, Merangin, Muaro Jambi, Sarolangun, Tebo, Batanghari, Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur. PILAR 3 : PROGRAM STRATEGIS, 8.
Pemberdayaan ekonomi lokal bagi masyarakat dalam dan sekitar hutan
1.
Justifikasi
1.
Di Provinsi jambi, kantong-kantong kemiskinan lebih banyak terdapat pada masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar hutan. Sampai tahun 2007, jumlah desa
Merevisi kebijakan-kebijakan yang dapat mendistorsi pasar produk ekonomi lokal (integrasi vertikal, sertifikasi yang tidak memiliki kejelasan argument, perizinan, retribusi dan pajak)
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
42
No
Prioritas Inisiatif Propinsi
Isu Prioritas Antar Sektor: 1) Akses Terbuka (open access) terhadap sumber daya hutan, 2) Hak atas tanah dan hutan yang belum tuntas bagi semua pihak. Justifikasi Inisiatif dan Ruang Lingkup
Prioritas Intervensi Strategis Nasional
tertinggal tercatat 161 desa, terbanyak secara berurutan Kabupaten Merangin (36 desa), Kerinci (33 desa), Sarolangun (32 desa), Tebo (23 desa), Bungo (15 desa) dan Tanjung Jabung Timur (8 desa) (Agusta, 2007). Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi Jambi pada bulan Maret 2012 sebesar 271,67 ribu jiwa (8,42 persen). Pada bulan Maret 2012, persentase penduduk miskin perkotaan mencapai 10,44 persen sedangkan di perdesaan mencapai 7,52 persen.
2.
Mendorong pembangunan infrastruktur pedesaan
1.
Identifikasi lahan gambut yang perlu direhabilitasi
Provinsi Jambi menghadapi tantangan yang besar terkait pembangunan manusia yang berkelanjutan. Pendapatan rata-ratanya sepertiga lebih rendah dari rata-rata pendapatan Indonesia, dan sangat bergantung pada dua industri utama, yaitu pertanian, penggunaan lahan dan kehutanan yang berkontribusi atas sekitar 30 persen pendapatan dan 58 persen pekerjaan. Tetapi dengan cepat kehilangan lapangan pekerjaan sekitar 76.000 orang kehilangan lapangan pekerjaan bersih antara tahun 2003-2006, khususnya dari sektor kehutanan. 2. Lokasi Kabupaten-kabupaten Kerinci, Bungo, Merangin, Muaro Jambi, Sarolangun, Tebo, Batanghari, Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur PILAR 3 : PROGRAM STRATEGIS, PILAR 2: KERANGKA HUKUM/PERATURAN 9
Memastikan berjalannya kegiatan konservasi dan pembasahan kembali lahan gambut
1.
Justifikasi
Provinsi Jambi memiliki 736.244 hektar lahan gambut atau 11, 8 % dari luas lahan gambut di Sumatera yang
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
43
No
Prioritas Inisiatif Propinsi
Isu Prioritas Antar Sektor: 1) Akses Terbuka (open access) terhadap sumber daya hutan, 2) Hak atas tanah dan hutan yang belum tuntas bagi semua pihak. Justifikasi Inisiatif dan Ruang Lingkup
Prioritas Intervensi Strategis Nasional
luasnya 6.244.101 hektar atau 3.5 % yang dimiliki Indonesia. Pengelolaan lahan gambut di Provinsi Jambi saat ini dapat dikatakan sangat jauh dari prinsip perlindungan lahan gambut berkelanjutan. Lahan gambut tidak diperlakukan sebagai entitas khusus yang perlu dilindungi tetapi dianggap sebagai lahan biasa yang merupakan komoditas untuk mewadahi kegiatan perekonomian, seperti perkebunan sawit, pembangunan kanal irigasi, penebangan kayu, pembangunan infrastruktur, hutan tanaman industri. Padahal lahan gambut mempunyai peran penting dalam menjaga kestabilan ekosistem disebabkan besarnya daya menahan/menyimpan air, dan besarnya simpanan karbon ( C) di lahan gambut, serta tingginya biodiversitas spesifik lahan gambut. Apabila hutan gambut dikonversi, maka karbon yang tersimpan di dalamnya akan mengalami oksidasi karena dekomposisi dan kebakaran dan mengemisikan CO2, gas ruma kaca terpenting. Emisi C dari lahan gambut dianggap sebagai masalah global yang sangat serius karena jumlahnya bisa beberapa kali lebih tinggi dari emisi dari tanah mineral. Perizinan usaha pemanfaatan hutan dan hak guna usaha perkebunan di lahan gambut tidak mungkin dicabut, sehingga perusahaan didorong harus menerapkan teknis konservasi tanah dan air di lahan gambut, seperti canal blocking, rehabilitasi lahan gambut terdegradasi, penetapan areal konservasi pada gambut dalam, memastikan penerapan zero burning serta penegakan hukumnya dan mitigasi kebakaran lahan gambut
2.
Penegakan aturan (law enforcement) untuk zero burning policy pada usaha besarberbasis lahan
3.
Membangun sistem insentif untuk pengendalian kebakaran pada usaha skala kecil-mikro berbasis lahan
4.
Inventarisasi lahan-lahan gambut yang berpotensi memerlukan penggantian/swap
5.
Penataan/revitalisasi aturan main land swap yang memenuhi prinsip tatakelola
6.
Implementasi land swap atas hasil inventarisasi lahan lahan gambut yang memerlukan penggantian
7.
Inventarisasi hutan dan lahan gambut yang berpotensi terancam secara tepat dan efektif
8.
Memfasilitasi pihak-pihak terkait untuk melakukan land swapping dan alih fungsi ke Kawasan Konserrvasi
9.
Koordinasi dengan pemerintah daerah untuk pengendalian konversi lahan strategis (HCVF) di luar kawasan lindung
2. Lokasi:
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
44
No
Prioritas Inisiatif Propinsi
Isu Prioritas Antar Sektor: 1) Akses Terbuka (open access) terhadap sumber daya hutan, 2) Hak atas tanah dan hutan yang belum tuntas bagi semua pihak. Justifikasi Inisiatif dan Ruang Lingkup
Prioritas Intervensi Strategis Nasional
Kabupaten-kabupaten Muaro Jambi, Tanjung Jabung Timur, Tanjung Jabung Barat. PILAR 3 : PROGRAM STRATEGIS, PILAR 2: KERANGKA HUKUM/PERATURAN 10.
Mendorong peningkatan pengawasan perijinan pertambangan batubara dan mineral dan perbaikan peraturan terkait pertambangan minerba.
1.
Justifikasi
Dalam periode sampai tahun 2010 di Provinsi Jambi tercatat, 449 ijin usaha pertambangan batubara dengan luas 727.844 hektar, diantaranya 349.905 hektar atau 233 ijin terletak di kawasan-kawasan hutan lindung dan hutan produksi dan 105 ijin usaha seluas 7.388 hektar telah mengantongi ijin eksploitasi. Dampak pengembangan kawasan pertambangan adalah alih fungsi lahan pertambangan terbuka (open pit mining). Hal itu akan berdampak terhadap penurunan populasi flora dan fauna, penambahan lahan kritis dan menyusutnya areal lahan hutan meningkatnya kerawanan sosial berupa konflik tenurial, berkurangnya keanekaragaman hayati dan bertambahnya lahan kritis serta meningkatnya emisi karbon hutan.
b) c) d)
5. Inventarisasi izin-izin usaha pertambangan bermasalah, termasuk yang illegal dan melakukan tindakan hukum yang tepat dan memiliki efek jera Inventarisasi aturan main terkait perizinan dan menelaah substansinya,melakukan penyederhanaan
Untuk itu diperlukan kegiatan-kegiatan, yaitu a)
1. Pengembangan sistem perijinan yang transparan dan akuntabel 2. Penguatan kebijakan untuk penerapan best practice penambangan, termasuk pemberian sanksi atas pelanggarannya 3. Membangun sistem insentif untuk penerapan best practices, termasuk mengkaji penerapan Dana Jaminan Kinerja 4. Menurunkan biaya transaksi pada kegiatan penambangan
Penaatan terhadap rencana peruntukan kawasan hutan dan lahan gambut yang telah ditetapkan, izin KP dan/atau izin pinjam pakai tidak dikeluarkan dengan mengubah peruntukan lahan yang sudah ada; Penegakan hukum terhadap pemegang ijin KP yang melanggar ambang batas tingkat emisi dan kewajiban reklamasi; Penegakan hukum pertambangan tanpa izin Penerapan minimalisasi ‘open mining’ STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
45
No
Prioritas Inisiatif Propinsi
Isu Prioritas Antar Sektor: 1) Akses Terbuka (open access) terhadap sumber daya hutan, 2) Hak atas tanah dan hutan yang belum tuntas bagi semua pihak. Justifikasi Inisiatif dan Ruang Lingkup e)
Prioritas Intervensi Strategis Nasional
Penerapan perlindungan lahan gambut dalam izin KP
2. Lokasi Kabupaten-kabupaten Batanghari, Muaro Jambi, Tebo, Sarolangun, Bungo dan Merangin
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
46
2.8.
Untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi rendah emisi karbon diperlukan komitmen dan koordinasi yang kuat dari segenap komponen. Dari sudut pandang kelembagaan, dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi rendah emisi karbon memerlukan pendekatan lintas sektor, lintas penyelelesaian masalah dan lintas pelaku yang mampu mengkoordinasikan instansi vertikal dan SKPD Provinsi/Kabupaten. Untuk itu dibutuhkan perluasan kewenangan, ruang lingkup tugas dan fungsi organisasi Komisi Daerah REDD+ dengan mentranformasikan menjadi Lembaga REDD+ Provinsi.
2.9.
Dalam upaya untuk memperkuat lembaga REDD+ Provinsi Jambi, terdapat enam fungsi kerja yang harus dikuatkan dan dijalankan untuk mendukung keberhasilan pencapaian tujuan PRO CIPTA KARBON JAMBI 2030 yang mencakup : 1) Koordinasi dan distribusi finansial: menngkoordinasikan pembiayaan internasional untuk perjanjian REDD+, CER (Certified Emmsion Reduction) dan CDM (Clean Development Mechanism) serta mengelola dan mendistribusikan finansial secara transparan, adil, dan efisien ; 2) Pemantauan dan evaluasi: menetapkan garis dasar tingkat provinsi dan standar yang tepat untuk pengukuran, pelaporan, dan verifikasi (MRV); 3) Evaluasi Kebijakan dan perencanaan tata ruang: mengembangkan tanggapan pengaturan untuk mendukung pengurangan karbon dan menciptakan peluang akan sumber penghidupan yang berkelanjutan serta optimisasi alokasi lahan melalui perencanaan ruang dan penyelesaian perselisihan kepemilikan dan pengelolaan lahan berhutan dan lahan gambut; 4) Fasilitasi Pelibatan masyarakat: mengembangkan proses-proses untuk melibatkan masyarakat lokal, termasuk dalam upaya pembentukan dewan-dewan masyarakat lokal untuk memberikan masukan strategi dan memastikan ijin yang akuntabel dan transparan, mendorong perubahan perilaku menuju praktik-praktik yang berkelanjutan dan membangun penyelenggaraan masyarakat lokal; 5) Fasilitasi dukungan prasarana dan sarana: mengembangkan prasarana teknologi dan sistem. Misalnya: informasi pasar, suplai pemadam kebakaran, pendidikan, kesehatan dan prasarana keras misalnya: listrik, jalan untuk mendukung kegiatan penurunan emisi karbon dan sumber penghidupan yang berkelanjutan; 6) Mendukung sumber penghidupan yang berkelanjutan: mengembangkan strategi-strategi untuk mendukung pertumbuhan rendah emisi karbon.
EKSEKUTIF RI STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
47
Dewan Pengarah : Diketuai Gubernur Jambi Bupati/Walikota Perwakilan Lembaga REDD+ Nasional Perwakilan dari beberapa kementerian utama tingkat provinsi ( Kehutanan, Lingkungan Hidup, Bappeda, Pertanian, Pertambangan, Meteorologi dan Geofisika, Badan Penanggulangan Bencana ) Perwakilan Lembaga Swadaya Masyarakat Perwakilan Akademisi/Pakar/Lembaga Riset
Lembaga REDD+ Nasional
GAMBAR 4 Diagram Struktur Organisasi Lembaga REDD+ Jambi untuk Melaksanakan Pro Cipta Karbon Jambi 2030
2.10 Agar rencana aksi, program dan kegiatan REDD+ di Provinsi Jambi bisa mendapatkan kredibilitas lokal, diperlukan kepastian ruang kelola masyarakat adat dan lokal terutama yang menggantungkan hidupnya i pada wilayah hutan tertentu bagi penghidupan mereka. Identiifikasi tentang “siapa yang berhak atas tanah yang mana” adalah langkah vital dalam memfasilitasi proses penghormatan hak masyarakat adat dan masyarakat lokal dalam implementasi Proyek REDD+ diProvinsi Jambi dengan mengembangkan mekanisme Persetujuan Atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan (PADIATAPA). 2.11 Salah satu pilar dari kelembagaan REDD+ adalah tersedianya instrumen pendanaan dan mekanisme pemantauan. Instrumen pendanaan REDD+, selain harus memenuhi standar akuntabilitas dan transparansi, harus juga dipastikan tidak akan mendatangkan dampak negatif dari sisi sosial dan lingkungan. Untuk memenuhi pra-syarat tersebut, instrumen pendanaan membutuhkan Kerangka Pengaman (safeguards). Kerangka Pengaman REDD+ dimaksud dikedepankan dalam implementasi REED+ di Provinsi Jambi guna mencegah dampak negatif kegiatan REDD+ itu sendiri. Dampak-dampak negatif tersebut antara lain: konversi hutan alam dan lahan gambut menjadi hutan tanaman industri, perkebunan kelapa sawit atau bentuk pemanfaatan lainnya yang berdampak keanekaragaman hayati yang rendah dan mengarah kepada kerusakan ekosistem dan kehilangan keanekaragaman hayati, hilangnya kawasankawasan tradisional yang mengarah pada penggusuran masyarakat adat, hilangnya hak-hak
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
48
masyarakat terhadap lahan, wilayah dan sumberdaya, serta memunculkan terjadinya korupsi, nepotisme dan kolusi baru dalam penerapan REDD+.
3. PENGUKURAN, PELAPORAN DAN VERIFIKASI 3.1 MRV (Measurement, Reporting and Verification) merupakan rangkaian kegiatan untuk mengukur, melaporkan dan melakukan verifikasi pencapaian penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dari REDD+ secara berkala, sahih, akurat, terbandingkan, lengkap, konsisten dan transparan. Sistem MRV merupakan garansi bagi komitmen negara-negara peratifikasi UNFCCC, lembaga pendanaan, investor keuangan atau pembeli (buyers) dalam implementasi REDD+. Target dari sistem MRV ini adalah inventarisasi gas rumah kaca dari kegiatan REDD+ yang dilaporkan ke Sekretariat UNFCCC. 3.2 Instrumen MRV REDD+ yang akan diterapkan di Provinsi Jambi meliputi semua aktifitas MRV yang terkait antara lain dengan (1) penurunan laju deforestasi; (2) penurunan laju degradasi hutan; (3) konservasi karbon; dan (4) peningkatan cadangan karbon melalui pengelolaan hutan lestari dan pengayaan simpanan karbon (misal perlindungan dan reboisasi hutan terdegradasi). Secara sederhana, ringkasan kerangka pikir untuk pengukuran karbon dalam sistem MRV sebagaimana terlihat pada Gambar 5 di bawah ini.
4.
PENGARUSUTAMAAN DAN PENGADMINISTRASIAN SRAP REDD + PADA KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH
4.1
Sejalan dengan program-program yang dikembangkan, tampak bahwa orientasi utama RPJMD, Renstra SKPD Provinsi Jambi dan RAD-GRK Jambi terfokus pada Pilar 3 (Program Strategis dalam Stranas REDD+), baik yang terkait dengan konservasi dan rehabilitasi, usaha-usaha kehutanan, pertanian dan pertambangan, serta pengelolaan lansekap berkelanjutan. Secara keseluruhan dapat diinterpretasikan bahwa RPJMD dan Renstra SKPD yang terkait dengan pengelolaan hutan dan lahan menjabarkan arahan nasional. Adapun masalah dalam pengarusutamaan dan pengadministrasian SRAP REDD+ pada kebijakan pembangunan daerah antara lain:
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
49
LOKASI TIPE LAHAN
Lahan Hutan, Lahan Pertanian , Lahan Basah, Pemukiman, Padang Rumput dan Areal Penggunaan Lainnya
PENGUKURAN
PELAPORAN
VERIFIKASI
Stok karbon periodik, Biofisik, Ancaman & Resiko, Sosesbud, Tata Kelola
LEMBAGA INDEPENDEN MAMPU
PENCAPAIAN TARGET PENURUNAN EMISI
GAMBAR 5. Diagram Kerangka Pikir Panduan Pengukuran Karbon Instrumen MRV REDD+
1) Belum secara kuat menetapkan masalah-masalah pokok yang dihadapi untuk mencapai sasaran-sasaran yang tertuang dalam RPJMD Jambi maupun RAD-GRK Jambi; 2) Rencana kerja SKPD Provinsi Jambi sektor terkait lahan, hutan dan lahan gambut, baik dalam bentuk program atau kegiatan belum didasarkan pada prioritasnya secara keruangan dan penyelesaian pada fokus tematik dan lokus akar permasalahan prioritas;. 3) Belum menempatkan perubahan paradigma dan budaya kerja serta partisipasi publik sebagai agenda penting dalam perencanaan pembangunan daerah pada sektor berbasis lahan. 4.2
SRAP REDD+ JAMBI tidak memisahkan penanganan masalah sektor kehutanan dan lahan gambut dengan sektor pembangunan non kehutanan dan koordinatif untuk pencarian serta penyelesaian sumber masalah (troubleshooting/ debottleneking) serta menguatkan percepatan dan keberhasilan pencapaian target penurunan emisi yang telah ditetapkan STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
50
dalam RAN-GRK dan RAD-GRK, Kendati usulan program dan kegiatan memiliki perbedaan dengan RAD-GRK tetapi tujuan yang sama yaitu penurunan emisi, khususnya emisi yang bersumber lahan, alih guna lahan, kehutanan dan lahan gambut, baik 26% dengan usaha sendiri dan pencapaian target 41% dengan bantuan internasional. 4.3
Pengarusutamaan SRAP REDD+ dilakukan antara lain melalui proses formal maupun informal, seperti dalam proses Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) dari tingkat Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Desa dengan memanfaatkan masa reses dan hearing dengan Dewan Perwakilan rakyat Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota serta kepada sektor swasta, lembaga non pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya. Alur proses Internalisasi SRAP REDD+ dalam Alur Pembangunan Daerah diperlihatkan dalam Gambar 6.
DOKUMEN RAD GRK
DOKUMEN SRAP REDD+
DOKUMEN LAIN TERKAIT REDD+ (LSM, SWASTA, AKADEMIK)
GAMBAR 6 Diagran Alur Proses Internalisasi SRAPP REDD+ Jambi dalam Proses Pembangunan Daerah
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
51
5.
SUMBER PEMBIAYAAN , SKEMA DAN PENYALURAN DANA
5.1
Sumber pembiayaan program pada tahap percontohan berasal dari pendanaan dalam negeri yang dapat berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), investasi swasta (perbankan dan non-perbankan), dana corporate social responsibility (CSR), ataupun pendanaan luar negeri yang dapat berasal dari bantuan/hibah luar negeri, baik dalam bentuk bilateral maupun multilateral dan bantuan dari lembaga donor/ perorangan/komunitas.
5.2
PRO CIPTA KARBON JAMBI 2030 sepenuhnya menolak sumber pembiayaan yang berasal dari hutang pemerintah maupun hutang swasta terkait implementasi REDD+ di Provinsi Jambi.
5.3
Jenis sumber pendanaan sangat mempengaruhi bentuk skema pendanaan yang harus digunakan. Tiga alternatif skema pendanaan yang dapat digunakan adalah: 1) On-budget & on-treasury, di mana para donor memakai sistem pengaturan dana pemerintah Indonesia dalam pemberian dananya; 2) On-budget & off-treasury, di mana dana diberikan di luar skema pengelolaan Bendahara Negara (KPPN), tetapi pendanaannya tetap harus dilaporkan ke dalam sistem anggaran pemerintah; dan 3) Off-budget & off-treasury, di mana donor tidak menggunakan sistem anggaran pemerintah Indonesia dan tidak memberikan dananya melalui KPPN.
5.4
Apabila mengikuti mekanisme klasifikasi kegiatan NAMA’s maka sumber pembiayaan REDD+ dapat dikategorikan sebagai berikut : 1) Untuk mendukung kegiatan penurunan gas rumah kaca sebesar 26% Pendanaan untuk kegiatan ini sering disebut sebagai Unilateral NAMA’s dengan arti pendanaan berasal dari pendanaan dalam negeri yang menjadi prioritas utama dalam pendanaan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang dapat berupa rupiah murni sesuai dengan rancangan RPJMD 2010- 2015. Meskipun begitu, komitmen 26% yang dilakukan dengan upaya sendiri (unilateral) tidak hanya meliputi pendanaan pemerintah pusat, melainkan termasuk sumber pendanaan dalam negeri lainnya, seperti APBD, hutang pemerintah, investasi swasta (perbankan dan non-perbankan), serta corporate social responsibility (CSR); 2) Untuk mendukung kegiatan penurunan gas rumah kaca hingga 41% Sumber dana yang diperlukan untuk mendukung penurunan emisi di kategori ini berasal dari bantuan/hibah luar negeri baik dalam bentuk bilateral maupun multi lateral, sehingga kategori ini dikenal dengan Supported NAMA’s.
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
52
3) Untuk mendukung kegiatan penurunan gas rumah kaca lebih dari 41% Sedangkan sumber pembiayaan dari kategori kegiatan ini berasal dari kredit karbon atau carbon credit. Mekanisme kredit karbon ini masih dalam tahap pengembangan. 5.5
Pada tahun pertama, antara USD 19 juta sampai dengan USD 39 juta akan diperlukan untuk menetapkan fungsi-fungsi kesiapan dasar untuk mendukung pertumbuhan rendah karbon. Dari tahun 2012-2030, biaya yang mengalir untuk mendukung pelaksanaan pengurangan karbon dan peluang-peluang sumber penghidupan yang berkelanjutan akan meningkat secara bertahap dan mencapai antara USD 373 juta sampai dengan USD 676 juta pada tahun 2030, dengan mengasumsikan tercapainya pengurangan potensial penuh 55 Mt CO2e. Meskipun keseluruhan pendanaan yang diperlukan berjumlah besar, biaya per tCO2e yang dikurangi relatif rendah. Sebagai contoh, pada tahun 2030, biaya pengurangan penuh per tCO2e yang dikurangi (termasuk biaya pelaksanaan) berkisar antara USD 6,8 sampai dengan USD 12,3 . Kurva Biaya Global McKinsey mengestimasikan biaya teknis saja di luar biaya pelaksanaan mencapai sekitar USD 3,75 per tCO2e yang terkurangi.
6.
PENUTUP
6.1
Pemerintah Provinsi Jambi meyakini bahwa peluang keberhasilan konservasi hutan melalui penerapan REDD+ lebih besar dibandingkan dengan pendekatan-pendekatan konservasi sebelumnya, dengan beberapa alasan sebagai berikut: Pertama, walaupun sebagian besar tindakan REDD+ hampir sama dengan pendekatan konservasi hutan sebelumnya, tetapi ada unsur-unsur yang sunguh-sungguh baru yaitu imbalan berbasis kinerja. Imbalan internasional dan nasional akan semakin dikaitkan dengan kinerja dan hasil yang terukur, sehingga mengubah insentif bagi semua pemangku kepentingan dengan cara yang belum pernah dicoba sebelumnya pada skala nasional maupun provinsi. Kedua, sebagian masyarakat internasional telah menunjukkan kemauan kuat untuk memberi imbalan insentif positif kepada REDD+. Lebih banyak pendanaan kemungkinan berasal dari sumber dana publik dan barangkali dari penjualan kredit REDD+ di pasar karbon internasional, bergantung pada kesimpulan dari perjanjian UNFCCC dan keputusan Uni Eropa dan setiap negara mengenai penyertaan kredit REDD+ sebagai penggantian kerugian. Besarnya pembiayaan dapat mencukupi untuk memberi imbalan jerih payah keseimbangan ekonomi politis pengelolaan hutan dari yang mendorong deforestasi dan degradasi ke caracara lainnya yang mendukung pelestarian dan pemulihan hutan. Ketiga, banyak negara berkembang, termasuk Indonesia yang menunjukkan kemauan kuat untuk mengatasi masalah deforestasi dan degradasi hutan, dan untuk memperlakukan REDD+ menjadi bagian pembangunan ekonomi rendah emisi karbon. Kecocokan antara “kesediaan masyarakat internasional untuk membayar” dan “kesediaan nasional dan/ atau daerah untuk menjalankan” ini sangat penting bagi keberhasilan REDD+, baik di ajang perundingan maupun pelaksanaannya. STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
53
Keempat, banyak organisasi dan perorangan sedang mengamati REDD+, dan mewaspadai kemungkinan dampak yang merugikan dalam hal keefektifan, efisiensi dan kesetaraan dalam penerapan skema REDD+. Pelaku sektor swasta juga peka terhadap risiko ini yang terkait dengan nama baik mereka atas keterlibatan dalam REDD+. Perhatian yang lebih daripada sebelumnya ini seharusnya membantu membatasi salah-urus dana REDD+ dan korupsi, dan memberi peringatan dini atas dampak merugikan bagi masyarakat dan ekosistem alamiah yang rentan. Secara keseluruhan, berbagai bukti ilmiah menunjukan untuk kita bersama merasa optimis sambil tetap waspada, bahwa REDD+ memang dapat diwujudkan di lembaga nasional/daerah, kebijakan dan kegiatan di tingkat tapak. Kelima, diperlukan serangkaian transformasi perubahan yang difokuskan kepada kebijakan sektor penggunaan lahan, hutan dan lahan gambut, baik di pusat maupun di daerah. Pembaruan ini berkaitan antara lain dengan konsistensi kebijakan, dan operasionalisasi kebijakan yang baik dengan mempertimbangkan akumulasi praktek dan interaksi sosial yang terjadi di daerah sebagai respon dalam implementasi kebijakan dimaksud. Keseluruhan orientasi dan fokus ini tentu berimplikasi bagi perlunya penguatan sistem dan mekanisme perencanaan baik di pusat maupun di daerah; termasuk di dalamnya pembaruan kerangka pikir perencana dan sekaligus pengambil kebijakan. Berbagai tawaran arah pembaruan di atas, bagaimanapun, akan berimplikasi pula pada pentingnya upaya perbaikan dan peningkatan kapasitas kelembagaan, baik dari sisi sumber daya manusia, sumber daya informasi-teknologi serta sumber daya finansial yang ketiganya diharapkan mumpuni untuk secara operasional mewujudkan berbagai perubahan dan implikasi kebijakan tersebut. 6.2
Guna memastikan terlaksananya upaya tindak lanjut SRAP REDD+ Jambi, dalam pengertian bahwa kegiatan yang telah ditetapkan dalam SRAP REDD+ Jambi dapat terimplementasikan sesuai visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan, maka dibutuhkan penyelesaian persoalan tata kelola sumber daya alam sedemikian rupa, sehingga mampu menjadi menjadi kebutuhan kolektif para pihak berkepentingan di daerah lingkup Provinsi Jambi untuk menjadi agenda bersama pembaharuan. Salah satu pintu masuk yang paling krusial adalah mentransformasi tata-kelola yang mencakup penguatan sistem dan mekanisme, serta sekaligus produk perencanaan daerah sebagai bagian dari upaya pembaruan mekanisme atau proses dan substansi kebijakan pembangunan sumber daya alam berbasis lahan dan kehutanan.
6.3
Dengan berbagai implikasi dan saran tindak lanjut di atas, besar harapan berbagai strategi, dan rencana aksi dalam SRAP REDD+ Jambi yang telah diuraikan ke dalam sejumlah program dan kegiatan benar-benar dapat berperan sebagai instrumen penentu, pemenuhan prasyarat dan penguatan kondisi pemungkin dan bahkan sebagai pembuka sumbat masalah (debottlenecking) untuk penerapan REDD+ di Provinsi Jambi bagi tercapainya berbagai sasaran pengurangan emisi sebagaimana telah ditargetkan baik dalam RAN-GRK maupun RAD-GRK serta perolehan manfaat dampingan (co-benefits) dari aspek-aspek perlindungan jasa lingkungan esensial, kelestarian keanekaragaman hayati hutan tropis, pengurangan kemiskinan masyarakat, perbaikan tata kelola sumber daya alam serta peningkatan hak-hak kelola masyarakat dalam mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan.
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
54
6.4
Berbagai rencana aksi sebagaimana telah tertuang dalam SRAP REDD+ Jambi, beberapa tampak bersifat “cara tidak biasa” (Business Un-Usual), terlebih apabila diukur dalam kerangka piker, paradigm, perilaku serta budaya kerja yang melatari kinerja pembangunan saat ini, baik di daerah maupun secara nasional. Kalau arah dan semangat perubahan ini disepakati menjadi agenda tekad bersama (common agenda), maka cara tak biasa tersebut menjadi tidak saja kepedulian bersama dan kepercayaan para pihak (mutual trust), tetapi harus sudah menjadi kebutuhan bersama (collective needs) untuk melakukan tindakan bersama (collective actions) dalam mengwujudkan visi bersama (shared vision) yang telah disepakati dalam SRAP REDD+ Provinsi Jambi.
STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
55
MENUJU PRO CIPTA KARBON 2030
KOMISI DAERAH REDD+ Provinsi Jambi Biro Ekonomi Pembangunan dan Sumber Daya Alam Sekretariat Daerah Provinsi Jambi Jalan. Ahmad Yani No.1 Telanaipura Kota Jambi Indonesia T +62 (0741) 60593 F +62 (0741) 60400 STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ JAMBI |
56