KO-OPERASI DAN PARTISIPASI: PERANAN KEGIATAN PEMASARAN DAN KOMITMEN ANGGOTA DALAM ORGANISASI
YUDI SUTARSO
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
KO-OPERASI DAN PARTISIPASI : PERANAN KEGIATAN PEMASARAN DAN KOMITMEN ANGGOTA DALAM ORGANISASI ∗)
Abstract Co-operation in organization marketing is the extra-role behaviors of members that attract member’s involvement in planning, designing, and delivering the organization products and services. In the behavior perspective, it is an indicator of marketing performance. Customers or a member in organization who is doing such behaviors is assumed to provide great contributions for organization who is doing such behaviors is assumed to provide great contributions for organization marketing success. The objective of this research is to examine the model of the effect of marketing activities and organizational commitment on members, co-operation and participation. A Structural Equation Models (SEM) was used to test the hypothesized structural relationships among the constructs. The findings confirmed previous studies that cooperation is affected positively and directly by marketing activities. In addition, indirect affect of marketing activities on co-operation was mediated by normative and affective commitment. Managerial implication from the findings is also discussed.
Keywords : participation, co-operation, normative commitment, affective commitment, relationship marketing.
A. Pendahuluan Ko-operasi menunjukkan situasi dimana masing-masing pihak dalam suatu interaksi secara bersama-sama bekerjasama dalam rangka mencapai tujuan bersama (Anderson dan Narus 1990; Morgan dan Hunt 1994). Dalam pemasaran produk barang, ko-operasi seringkali diinterpretasi dan diaplikasikan dalam hubungan pemasar dengan saluran distribusi, yang terminologi kooperasi lebih sering digantikan dengan koordinasi. Dalam perspektif ini ko-operasi yang efektif dengan saluran distribusi atau jaringan akan meningkatkan efektivitas persaingan diantara jaringan, sehingga ko-operasi akan dapat meningkatkan kesuksesan kegiatan pemasaran produk (Morgan dan Hunt 1994). Posdakoff dan Mackenzie (1994) dalam studi pada efektivitas salesman memberikan terminologi ko-operasi ini dengan organisational citizenship behaviors (OCB), yaitu perilaku yang terpisah (extra-role behavior) dari tanggungjawab resmi seseorang yang dipercaya secara langsung akan meningkatkan efektifitas fungsi organisasi secara keseluruhan, tanpa mempengaruhi kinerja seseorang tersebut. Dalam studi tersebut peneliti mengklasifikasi OCB menjadi kegiatan sportmanship, civic virtue, helping, altruism, courtesy, peacemaking, dan cheerleading. Dari hasil studinya peneliti menyimpulkan bahwa perilaku ekstra peran ini memberikan kontribusi penting pada keseluruhan kinerja organisasi. Selain itu, dalam kajian pemasaran organisasi khususnya dalam perspektif membership relationship, ko-operasi bersama partisipasi dan retensi diakui menjadi kunci kesuksesan kegiatan pemasaran (Gruen Summers dan Acito 2000). Dalam hal ini partisipasi merupakan satu sisi kontinum dimana pada kontinum yang lain adalah ko-operasi. Atau dengan kata lain ko-operasi adalah merupakan partisipasi aktif (proactif) seseorang pada kegiatan pencapaian tujuan organisasi.
∗)
Penulis mengucapkan terimakasih kepada BM. Purwanto MBA, PhD (UGM) atas masukan bagi penelitian ini, dan kepada P3M STIE Perbanas Surabaya sebagai sponsor penelitian ini.
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
Ko-operasi semakin mendapat tempat dalam kajian pemasaran sebagai akibat heterogenitas kebutuhan konsumen, persaingan dan meningkatnya keinginan konsumen dalam menentukan nilai (produk) apa yang seharusnya ditawarkan oleh pemasar. Selain bahwa kondisi tersebut memandu pemasar untuk meningkatkan hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Program pemasaran tidak saja ditujukan untuk mendapatkan pelanggan saja, namun lebih dari itu pemasar harus pula memikirkan bagaimana mempertahankan pelanggan agar tetap berhubungan dengan pemasar. Penelitian yang dipublikasikan menyangkut tema ko-operasi adalah penelitian yang dilakukan oleh Gruen, Summers, & Acito (2000). Dalam penelitian ini, peneliti mengambil obyek penelitian organisasi profesional National Association of Life Underwriter (NALU), yaitu organisasi agen penjualan asuransi jiwa di Amerika Serikat. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengembangkan dan menguji model yang menjelaskan bagaimana organisasi menggunakan sekumpulan aktivitas relationship marketing (RM) untuk menciptakan dan memelihara komitmen organisasional anggota dan mempengaruhi perilaku keanggotaan yang salah satunya adalah kooperasi (coproduction) dan partisipasi, sehingga akan sesuai dengan harapan dari organisasi (Gruen, Summers, dan Acito 2000). Dengan menggunakan metode analisis Structural Equation Model (SEM), peneliti menemukan hasil bahwa kinerja jasa pokok dan kerjasama dengan pihak luar yang dilakukan oleh organisasi mempengaruhi pada partisipasi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kualitas dan kuantitas kinerja jasa pokok organisasi yang dilakukan oleh NALU, maka akan meningkatkan partisipasi anggota. Sekalipun tidak dihipotesiskan sebelumnya, komitmen normatip dan aktivitas pengembangan keterkaitan anggota memiliki pengaruh positip terhadap ko-operasi. Sedangkan ukuran cabang, sebagai variabel kontrol juga memiliki pengaruh negatif pada ko-operasi dan partisipasi. Dari uraian diatas, peneliti ingin menyampaikan bahwa dalam pemasaran organisasi, khususnya organisasi keanggotaan, hal terpenting dalam kegiatan pemasaran adalah meningkatkan ko-operasi dan partisipasi anggota. Hal ini penting mengingat ko-operasi akan bisa memandu pemasar dalam menentukan jasa atau layanan macam apa yang seharusnya diberikan kepada anggota. Yang hal tersebut dalam perspektif RM menjadi bagian dari usaha mempertahankan pelanggan (Berry 1985), atau meningkatkan status pelanggan menjadi partners (Kotler 2000). Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran dari aktifitas pemasaran dalam mempengaruhi tingkat ko-operasi dan partisipasi anggota dalam organisasi. Peneliti dalam hal ini mengambil obyek penelitian organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Organisasi ini adalah organisasi ektrauniversiter yang berdiri pada 5 Februari 1947 berasas Islam dan lebih merupakan organisasi kader. HMI dalam perjalanan selanjutnya telah menjadi organisasi mahasiswa tertua dan terbesar di Indonesia, yang jangkauan penyebarannya telah menyebar hampir ke seluruh kampus dan kota penting di Indonesia (Ashar 2002; Karim 1996). Disamping HMI juga telah berhasil menelorkan kader-kadernya hingga menjadi tokoh-tokoh nasional yang berperan penting dalam kegiatan politik, pendidikan, agama, kemasyarakatan dan kegiatan sosial yang lainnya. Sebagai bahasan penting dalam memediasi peranan kegiatan pemasaran dalam kaitan dengan kooperasi dan partisipasi, akan juga dikaitan dalam penelitian peranan komitmen organisasional, khususnya komitmen afektif dan komitmen normatip. Pembahasan dalam artikel ini akan diawali dengan kerangka konseptual sebagai basis untuk menyusun hipotesis penelitian. Selanjutnya akan dibahas pendekatan penelitian ini dalam metodologi penelitian, operasionalisasi dan pengukuran, analisis data, temuan dan pembahasan. Pada bagian akhir pembahasan ini akan diuraikan implikasi manajerial dan keterbatasan dari penelitian.
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
3
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
B. Tinjauan Teoritis Partisipasi. Partisipasi dalam organisasi dapat didefinisikan sebagai tingkat konsumsi layanan atau jasa yang dihasilkan organisasi oleh anggotanya (Gruen, Summers, dan Acito 2000). Pengertian ini serupa dengan konsumsi dalam pemasaran produk jasa. Dalam pemasaran jasa, saat seseorang mengkonsumsi jasa bersamaan dengan saat pemasar memproduksi jasa, sehingga konsumsi jasa bisa berinteraksi dengan produksi jasa. Nicholson (1978) dalam penelitiannya memberikan kesimpulan bahwa partisipasi dalam suatu organisasi akan terpola dalam satu rentang kontinum. Yaitu dari keterlibatan aktif langsung dalam kepemimpinan organisasi pada satu sisi, hingga partisipasi pasif yang sekedar membaca publikasi organisasi pada sisi kontinum yang lain ( Kalloway dan Berling 10993). Dalam kaitan dengan kontinum tersebut, yang dimaksud partisipasi dalam penelitian ini adalah partisipasi dalam pengertian pasif. Studi terhadap partisipasi khususnya mengenai anteseden partisipasi dapat dijumpai pada beberapa penelitian. Fuller (2001) dalam penelitiannya menemukan bahwa partisipasi dipengaruhi oleh perceived union support dengan peran mediasi dari komitmen organisasional. Penelitian lain yang mengungkap fenomena partisipasi adalah yang dilakukan oleh Gruen, Summers, dan Acito (2000). Dimana mereka menyimpulkan bahwa partisipasi dipengaruhi secara langsung oleh kinerja jasa pokok organisasi dan kerjasama dengan agen luar, dan secara tidak lengsung dipengaruhi oleh aktivitas RM melalui peran mediasi dari komitmen afektif dan komitmen berkesinambungan. Secara khusus dalam kaitan tersebut, meningkatnya komitmen organisasional akan meningkatkan partisipasi melalui:1) meningkatnya kecenderungan untuk menginterpretasikan bahwa keuntungan dan kerugian organisasi adalah merupakan keuntungan dan kerugian sendiri, 2) menciptakan bias evaluasi positip dalam menilai langkah dan karakteristik organisasi; dan 3) meningkatkan internalisasi nilai organisasi (Eisenberger, Huntington, Hutchinson,dan Sowa 1986 dalam Feller 2001). Hipotesis 1 :
Tingkat aktivitas RM dalam organisasi memiliki pengaruh positip terhadap tingkat partisipasi dari anggota organisasi.
Ko-operasi. Morgan dan Hunt (1994) memberikan pengertian co-operation sebagai situasi dimana setiap pihak dalam organisasi terlibat secara bersama-sama untuk mencapai tujuan organisasi. Terminologi ini serupa dengan coproduction, yang didefinisikan sebagai tingkat keterlibatan anggota dalam menghasilkan produk, jasa atau dalam pemasaran organisasi (Gruen, Summers, dan Acito 2000). Serupa juga dengan terminologi consumer involvement (Sheth dan Parvatiyar 1995) yang menyatakan perlunya keterlibatan konsumen dalam desain, pengembangan dan proses pemasaran perusahaan. Dalam hal ini konsumen memiliki keterlibatan tinggi dalam desain dan proses pengembangan produk baru, dalam pelatihan dan kompensasi karyawan, dan dalam meninjau strategi pemasaran dan strategi penjualan. Dengan demikian pemasar akan bisa membangun apa yang disebut ”rewarding relationship” dengan konsumen (Sheth dan Parvatiyar 1995). Dimana dalam hal ini, pelanggan tidak hanya dapat menyediakan informasi kepada perusahaan, namun pelanggan sendiri akan memiliki komitmen pada penawaran produk atau jasa dari organisasi atau perusahaan. Studi mengenai ko-operasi menunjukkan antaseden ko-operasi yang dapat ditemui, yaitu antara lain, komitmen dan kepercayaan (Morgan dan Hunt 1994), aktivitas RM dan komitmen organisasional (Gruen, Summers, dan Acito 2000). Hipotesis 2 :
Tingkat aktivitas RM dalam organisasi memiliki pengaruh positip terhadap tingkat kooperasi dari anggota organisasi.
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
4
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
Komitmen afektif. Allen dan Meyer (1990) mendefinisikan komitmen afektif sebagai keterikatan emosional pada organisasi karena kuatnya individu mengidentifikasi dengan, terlibat dalam dan senang menjadi anggota suatu organisasi. Komitmen afektif muncul dan berkembang oleh dorongan adanya kenyamanan, keamanan dan manfaat lain yang dirasakan dari suatu organisasi yang tidak diperolehnya dari tempat atau organisasi yang lain. Semakin nyaman dan tinggi manfaat yang dirasakan oleh anggota maka semakin tinggi komitmen seseorang pada organisasi yang dipilihnya. Allen dan Meyer (1990) menjelaskan bahwa pandangan ini serupa dengan beberapa definisi dan konseptualisasi lain misalnya : 1) cohesion commitment, sebagai keterikatan individu dengan emosi kelompok; 2) partisan, keterikatan afektif individu pada tujuan dan nilai organisasi, pada satu peran dalam kaitan dengan tujuan dan nilai, dan pada organisasi itu sendiri; dan 3) organizational commitment sebagai kekuatan relatip individu mengidentifikasai dengan dan terlibat dalam organisasi. Penelitian menyangkut komitmen afektif, dapat dijumpai beberpa penelitian, dimana komitmen afektif berpengaruh positip pada partisipasi (Fuller 2001) dan ko-operasi (Gruen, Summers dan Acito 2000). Hipotesis 3 :
Tingkat komitmen afektif anggota dalam organisasi memiliki pengaruh positip terhadap tingkat a) partisipasi, dan b) ko-operasi dari anggota organisasi.
Komitmen normatip. Komitmen normatip dapat dilihat sebagai kepercayaan akan satu tanggungjawab pada suatu organisasi. Wiener (1982) melihat komitmen merupakan tekanan normatip yang terinternalisasi secara total untuk bertindak sejalan dengan tujuan dan kepentingan organisasi, dan mengesankan bahwa individu menunjukkan perilaku hanya karena mereka percaya bahwa hal tersebut adalah sebagai suatu hak dan tanggung jawab moral untuk melakukan (Allen dan Mayer 1990). Dalam kaitan tersebut, sesuatu yang mendorong anggota untuk tetap berada dan memberikan sumbangan pada keberadaan suatu organisasi, baik materi maupun non materi, adalah adanya kewajiban moral, yang mana seseorang akan merasa tidak nyaman dan merasa bersalah jika tidak melakukan sesuatu bagi organisasi. Greenberg (2000) memberikan gambaran atas pengertian komitmen ini dengan tingkat keinginan individu untuk terus bekerja dalam organisasi karena merasa ada tekanan dari pihak lain. Sehingga dengan definisi ini, individu berada dalam organisasi disebabkan adanya suatu keharusan. Studi mengenai pengaruh komitmen normatip pada perilaku keanggotaan khususnya menyangkut aspek ko-operasi dalam suatu organisasi, dapat dikaji dari temuan penelitian Morgan dan Hunt (1994). Dalam penelitian tersebut komitmen organisasional berpengaruh positip pada perilaku ko-operasi dari anggota dalam organisasi. Hipotesis 4 :
Tingkat komitmen normatip anggota dalam organisasi memiliki pengaruh positip terhadap tingkat ko-operasi dari anggota organisasi.
Aktivitas RM. Terminologi RM pertama kali diperkenalkan oleh Berry pada tahun 1983 dalam konteks pemasaran jasa (Berry 1995; Bitner 1995; Gronroos 1993), meskipun sebenarnya maksud yang terkandung dalam RM telah lama diperkenalkan dan dikaji oleh beberapa peneliti dan akademisi. Bogozi telah memperkenalkan esensi RM pada tahun 1974 dalam artikelnya berjudul “What is a Marketing Relationship?” (Bogozi 1995), Ryans dan Witink (1977) menyarankan pada perusahaan jasa untuk memberikan perhatian cukup pada loyalitas konsumen, dan Levitt (1981) dalam studinya menekankan kebutuhan untuk secara konsisten melakukan usaha resselling bagi perusahaan jasa (Berry 1995). Beberapa definisi RM telah dikemukakan oleh berbagai pihak dengan penekanan dan konteks yang berbeda-beda. Maksud dan arti RM Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
5
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
dalam area pemasaran jasa, misalnya, oleh Berry diartikan sebagai menarik, memelihara, dan meningkatkan hubungan dengan pelanggan (Berry 1995; Morgan dan Hunt 1994). Aksioma fundamental dalam RM ini adalah bahwa konsumen menyukai pengurangan pilihan dengan mejadi loyal secara terus menerus kepada seorang pemasar (Sheth dan Parvatiyar 1995). Terhadap perspektif RM yang diajukan oleh Berry, beberapa akademisi dan peneliti pemasaran memberikan perspektif yang melengkapi definisi tersebut. Gronroos menambahkan perspektif partnerships dengan bukan pelanggan (nonconsumer partnerships), saling menguntungkan, pemenuhan janji dan keuntungan. Sehingga dengan perpektif tersebut definisi RM berkembang menjadi membangun, memelihara dan meningkatkan hubungan dengan pelanggan dan pihak lain yang berhubungan, untuk mendapatkan laba, sehingga tujuan masing-masing pihak dapat dipenuhi secara memuaskan (Berry 1995, Gronroos 1993). Sebagian besar studi mengenai RM berkaitan dengan hubungan antara anggota saluran distribusi (Brown, Lusch, dan Nicholson 1995; Kumar, Scheer, dan Steenkamp 1995b; Morgan dan Hunt 1994). Dalam studi tersebut perhatian dari hubungan jangka panjang lebih ditekankan kepada hubungan pemasar dengan para penyalur atau organisasi saluran distribusi. Sehingga pemahaman mengenai pendekatan RM lebih banyak berkembang pada sektor ini. Dalam upaya untuk menyeimbangkan perkembangan kajian RM agar mampu menjangkau lebih banyak aspek, maka perlu di lakukan studi RM pada jenis yang lain. Misalnya, studi RM dalam kaitan dengan organisasi keanggotaan (membership organization), yaitu RM yang dikembangkan dengan penekanan pada menciptakan dan mempertahankan hubungan pemasar organisasi dengan anggotanya dalam organisasi Aktivitas RM dilakukan oleh pemasar guna memberikan manfaat atau nilai dengan mengharap akan terjadi hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan dengan pelanggan atau konsumen. Bentuk aktivitas RM beragam dan sangat tergantung pada jenis penawaran yang berikan oleh pemasar. Penawaran atau produk dalam pemasaran dapat berupa barang, jasa, ide, personality, organisasi, dan tempat (Houston dan Gassenheimer 1987; Kotler 2001). Masingmasing penawaran tersebut memiliki perbedaan dalam kaitan dengan bauran aktivitas RM yang diperlukan. Salah satu konseptualisasi aktivitas RM yang muncul dalam literatur pemasran adalah bauran aktivitas RM yang terdiri dari lima aktivitas pokok (Gruen, Summers, dan Acito 2000). Kelima aktivitas tersebut terdiri dari, antara lain : 1) kinerja jasa pokok, pengakuan atas kontribusi, pengembangan keterkaitan anggota, desiminasi pengetahuan organisasi, dan kerjasama dengan agen luar. Kelima kegiatan RM tersebut lebih sesuai dan aplikatif bagi usaha pemasar dalam memasarkan penawaran organisasi. Penawaran organisasi merupakan jenis penawaran kepada pasar sasaran, dengan tujuan agar mereka bersedia menjadi anggota dan tetap mempertahankan keanggotaan dalam suatu organisasi. Sehingga yang dimaksudkan pelanggan dalam pengertian ini adalah seseorang yang menjadi anggota organisasi. Dengan demikian secara sederhana aktivitas RM dalam konteks ini dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh pengurus atau pengelola suatu organisasi untuk menarik anggota baru dan sekaligus mempertahankan keanggotaan anggota lama dalam suatu organisasi, sehingga terjalin hubungan jangka panjang antara organisasi dengan anggotanya. Dalam konteks organisasi, telah banyak penelitian yang membuktikan pengaruh antaseden aktivitas RM terhadap berbagai aspek. Morgan dan Hunt (1994) dalam kajian membuktikan keterkaitan antara aktivitas RM, komitmen, kepercayaan dan berbagai konsekuen yang ditimbulkan. Dari penelitian tersebut aktivitas RM berpengaruh tidak langsung antara lain pengaruh negatif kepada keinginan untuk keluar dan pengaruh positip pada ko-operasi. Gruen, Summers, dan Acito (2000) memberikan pembuktian atas pengaruh aktivitas RM dan komitmen organisasional terhadap perilaku keanggotaan. Hipotesis 5 :
Tingkat aktivitas RM dalam organisasi memiliki pengaruh positip terhadap a) komitmen afektif dan b) komitmen normatip dari anggota organisasi.
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
6
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
Gambar 1. Hipotesis Penelitian H5(+)
Affective Commitment
H3a(+) H3b(+)
Participation Relationship Marketing Activities
H1(+)
H2(+)
H6(+)
Cooperation Normative Commitment
H4(+)
Keterangan : Model diadopsi dari Konseptualisasi Gruen, Summers dan Acito 2000.
C. Metodologi Desain dan Lingkup Penelitian. Desain penelitian adalah merupakan kerangka kerja atau cetak biru yang berguna sebagai pedoman utama dalam melakukan kegiatan penelitian (Malholtra 1999). Penelitian ini merupakan penelitian expost facto dalam perspektif keterlibatan peneliti dalam mempengaruhi variabel penelitian, penelitian kausal atau pengujian hipotesis (hypothesis testing) (Sekaran 2000) dalam perspektif tujuan penelitian, dan penelitian crosssectional dalam perspektif waktu penelitian (Cooper dan Emory 1995). Penelitian ini tunduk pada beberapa batasan lingkup penelitian, yaitu meliputi :1) obyek dari penelitian ini adalah organisasi kemahasiswaan ekstrauniversiter yaitu HMI pada tingkat komisariat, yaitu tingkatan terendah dalam struktur organisasi HMI; 2) penyebaran wilayah dari obyek penelitian ini adalah mencakup duabelas cabang HMI di sebelas kota yang berada di Jawa Timur, Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta., dan 3) survei penelitian ini dilakukan mulai bulan April hingga Oktober 2002. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data. Sumber data penelitian ini adalah sumber data primer yang dalam hal ini adalah responden. Pendekatan pengumpulan data adalah dengan pendekatan komunikasi yang dilakukan melalui tanya-jawab (questioning) dan mencatat respon mereka untuk dianalisis. Pendekatan ini sering disebut dengan metode survei (Aaker, Kumar, dan Day 2001; Indriantoro dan Supomo 1999) atau Direct Questioning Technique (Crask, Fox, dan Stout 1995). Dalam melakukan survei, peneliti menggunakan teknik mail survey, yang hal ini secara prinsip dikarenakan responden penelitian menyebar secara luas sehingga cukup sulit untuk dijangkau dan dengan mail survey responden bisa menjawab dengan lebih leluasa. Unit analisis atau agregasi data dalam penelitian ini adalah organisasi (komisariat). Data penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua kelompok data, yaitu yang berasal dari organisasi atau ketua (pemasar) dan yang berasal dari anggota (pelanggan). Sampel dan Metode Pengambilan Sampel. Penelitian ini menggunakan metode konvenien dalam pengambilan sampel, yaitu metode sampel non-probabilistik yang tidak dibatasi (unrestricted) (Cooper dan Schindler 2001), dimana anggota sampel dipilih karena mereka mudah dijangkau (Crask, Fox, dan Stout 1995) atau mudah didapatkan (Craig dan Douglas 2000). Motode ini sekalipun memiliki kekurangan lemah dalam merepresentasi populasi (Aaker, Kumar dan Day 2001; Craig dan Douglas 2000; Crask, Fox , dan Stout 1995), kurang reliabel (Cooper Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
7
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
dan Scindler 2001) dan kurang akurat, namun kelebihan metode ini adalah waktu pelaksanaan penelitian yang dapat dicapai dengan relatif cepat dan dengan biaya yang relatif murah (Indriantoro dan Supomo 1999). Alasan prinsip pemilihan metode ini adalah adanya kesulitan menentukan sampling frame penelitian. Responden. Penelitian ini melibatkan 151 organisasi yang direncanakan, dimana peneliti mengirimkan lima kuesioner kepada masing-masing organisasi tersebut. Sebanyak 105 organisasi mengembalikan kuesioner dengan jumlah kuesioner kembali keseluruhan sebanyak 468 kuesioner. Dari jumlah tersebut, layak analisis sebanyak 102 komisariat dengan 422 kuesioner. Berdasar jenis kelamin responden dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu responden ketua terdiri dari 93 laki-laki dan 9 wanita, sedangkan responden anggota terdiri dari 201 laki-laki dan 119 wanita. Berdasarkan asal cabang, responden penelitian ini dapat dibedakan menjadi duabelas asal cabang HMI di sebelas kota di Jawa Timur, Jawa Tengah dan DI. Yogyakarta. Sebagian besar responden berasal dari cabang besar seperti Surabaya (21,6 %), Yogyakarta (19,6%), dan Surakarta (11,8 %). Sedangkan apabila dilihat dari lamanya menjadi anggota, sebagian besar responden berasal dari kelompok anggota yang menjadi anggota HMI selama satu tahun (25,6 %) dan dua tahun (32,2%).
D. Operasionalisasi dan Pengukuran Partisipasi dioperasionalisasi sebagai tingkat sejauh mana anggota mengkonsumsi layanan yang disediakan oleh organisasi (Gruen, Summers, dan Acito 2000). Dalam pengukuran konstruk ini, peneliti mengadopsi item pertanyaan dari penelitian Gruen, Summers, dan Acito (2000). Penelitian ini menggunakan enam item pertanyaan untuk responden ketua komisariat dan anggota, dengan metode multiple rating list scale, dengan enam skala yang merentang dari “tidak pernah” dan “tidak ada” dengan skor satu, hingga “sangat sering” dan “sangat tinggi”dengan skor enam. Hasil pengukuran konstruk ini menghasilkan koefisien Cronbach’s Alpha sebesar 0.8319, koefisien reliabilitas konstruk sebesar 0.836, dan koefisien variance extracted sebesar 0.719. Ko-operasi dioperasionalisasi sebagai tingkat keterlibatan anggota dalam menghasilkan produk, jasa atau dalam pemasaran organisasi (Gruen, Summers, dan Acito 2000). Selanjutnya dihasilkan lima item pertanyaan untuk responden ketua komisariat dan anggota, dengan metode respon : rating scale, format respon : rating frequency, jumlah skala : enam scale, teknik rating : multiple rating list scale, dan rentang skala dari “tidak pernah” hingga “sangat sering”. Selain itu konstruk ini juga diukur dengan menggunakan skala rasio. Hasil pengukuran konstruk ini menghasilkan Cronbach’s Alpha sebesar 0.8024, reliabilitas konstruk sebesar 0.804, dan variance extracted sebesar 0.578. Komitmen normatip (NC) dioperasionalisasi sebagai tingkat keterikatan anggota secara psikologis dengan organisasi karena adanya kewajiban moral untuk memelihara hubungan dengan organisasi (Allen dan Meyer 1990; Gruen, Summers, dan Acito 2000). Komitmen afektif (AC) dioperasionalisasi sebagai tingkat keterikatan anggota secara afektif atau emosi dengan organisasi karena individu secara kuat mengidentifikasi dengan, terlibat dalam dan menikmati menjadi anggota dalam organisasi (Allen dan Mayer 1990; Gruen, Summers, dan Acito 2000). Dalam pengukuran kedua konstruk ini, peneliti mengadopsi item pertanyaan yang dikembangkan oleh Allen dan Mayer (1990) dan Gruen, Summers, dan Acito (2000). Atas kedua konstruk ini peneliti menggunakan 16 item pertanyaan dengan teknik pengukuran likert scale sumated rating, dengan lima skala yang merentang dari yang terendah “sangat tidak setuju”, hingga yang tertinggi “sangat setuju.” Pengukuran konstruk ini menghasilkan koefisien cronbach’s alpha sebesar 0.8426 (NC) dan 0.8028 (AC), koefisien reliabilitas konstruk sebesar 0.850 (NC) dan 0.810 (AC), dan perhitungan variance extracted menghasilkan koefisien 0.538 (NC), 0.520 (AC). Selain pengukuran dengan cronbach’s alpha, reliabilitas konstruk dan variance extracted, keseluruhan konstruk juga diuji melalui peggunaan validitas pengukuran dengan metode validitas konvergen. Hasil uji validitas konvergen terhadap keseluruhan konstruk dengan Confirmatory Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
8
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
Factor Analysis menghasilkan koefisien regression weight yang signifikan dan atau critical ratio (C.R) yang nilainya lebih besar dari nilai t-tabel. Disamping pada akhir pengukuran untuk kepentingan analisis digunakan skor komposit tunggal, dengan menggunakan rata-rata skor pada masing-masing variabel.
E. Analisis dan Pembahasan Proses analisis terhadap data penelitian diawali dengan evaluasi terhadap asumsi dalam Structural Equation Model (SEM). Evaluasi asumsi SEM mencakup evaluasi atas ukuran sampel, normalitas data, kemungkinan adanya outlier dan multikolinieritas. Evaluasi terhadap ukuran sampel, dalam penelitian ini menggunakan 102 sampel, sehingga menunjukkan terpenuhinya kecukupan jumlah sampel (Hair, Anderson, Tatham, dan Black 1998). Evaluasi atas terpenuhinya asumsi normalitas data dalam penelitian ini menggunakan pedoman uji statistik, yaitu nilai skewness dan kurtosis. Dari pengujian normalitas data penelitian ini diperoleh gambaran bahwa secara univariat tidak ada data konstruk yang memiliki nilai kritis lebih dari kurang lebih 2.58. Sedangkan secara multivariat, ada indikasi bahwa data penelitian tidak berdistribusi normal (kurtosis = 3.976). Namun demikian, asumsi normalitas secara multivariat yang tidak terpenuhi dalam penelitian ini terpaksa diabaikan. Evaluasi atas terpenuhinya asumsi outliers dalam penelitian ini menggunakan kriteria outlier multivariat. Uji outlier multivariat dalam penelitian ini menggunakan jarak Mahalonobis pada tingkat satu permil (p<0.001), dengan menggunakan χ2 pada derajat bebas sebesar jumlah variabel (20.517) (Ferdinand 2000). Dari perhitungan SEM ditemukan adanya indikasi outlier dalam data (anggota sampel no 16), namun peneliti tetap mempertahankan data tersebut mengingat eleminasi anggota sampel tersebut justru menimbulkan outlier baru. Evaluasi terhadap adanya multikolinieritas data dilakukan dengan melihat determinan matrik kovarians. Nilai determinan penelitian ini menunjukkan nilai yang jauh dari nol (1,2194e-003), sehingga dapat disimpulkan tidak ada indikasi terjadinya multikolonieritas dalam data penelitian. Estimasi model dilakukan setelah tahap evaluasi asumsi SEM, yang selanjutnya menginterpretasi hasil estimasi model tersebut. Dari estimasi model awal (Tabel 1) didapatkan nilai χ2 sebesar 1.547 dengan d.f. sebesar 3, dan beberapa nilai kriteria goodness-of-fit. Nilai indeks dari kriteria goodness-of-fit telah memenuhi nilai yang direkomedasikan, misalnya GFI = 0.994, AGFI = 0.970, CMIN/DF = 0.516, CFI = 1,000 dan NFI = 0.991. Atas dasar penilaian terhadap koefisien tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa model yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima. Selanjutnya peneliti memperhatikan indek modifikasi dari outmut estimasi model, selain juga signifikansi pada masing-masing cabang dalam model. Dari indeks modifikasi dalam output estimasi tidak ditemukan modifikasi yang layak dilakukan, namun dari signifikansi dari masing-masing cabang diketahui ada cabang yang sinifikansinya sangat kecil. Cabang tersebut adalah secara berurutan dari terkecil ke yang terbesar aktivitas RM ke ko-operasi (0.494), komitmen normatip ke ko-operasi (0.186), dan aktivitas RM ke partisipasi (0.155). Terhadap cabang yang tidak signifikan, peneliti melakukan eleminisi secara berurutan hingga menghasilkan model yang dapat diterima dan signifikansi cabang dalam model yang cukup (Tabel 2). Tabel 1. Hasil Estimasi Model Awal Structural Relationship
Standardized Regression Weight
Unstandardized Regression Weight
C.R
Probability
Komitmen Normatip ← Aktivitas RM
0.665
0.680
7.486
0.000
Komitmen Afektif ← Aktivitas RM
0.753
0.771
9.193
0.000
Ko-operasi ← Komitmen Afektif
0.356
0.355
2..225
0.026
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
9
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 Partisipasi ← Komitmen Afektif
0.308
0.310
1.849
0.065
Partisipasi ← Aktivitas RM
0.236
0.243
1.423
0.155
Ko-operasi ← Aktivitas RM
0.131
0.134
0.684
0.494
Ko-operasi ← Komitmen Normatip
0.178
0.178
1.323
0.186
Goodness-of-fit Measures 2
χ – Chi-Square
1.547
Degree of Freedom
3
χ – Significance Probability
0.671
RMSEA
0.000
GFI
0.994
AGFI
0.970
2
2
Relative χ (CMIN/DF)
0.516
CFI
1.000
NFI
0.991
Hasil pengujian hipotesis dari masing-masing cabang dalam model dapat dideskripsikan secara berurutan berikut dibawah ini. Dalam konstruk perilaku ko-operasi, H2 yang mengajukan hipotesis terdapat pengaruh positip dari aktivitas RM ke ko-operasi, tidak mendapat pembuktian dan dukungan dalam penelitian ini. Namun demikian, H2b yang mengajukan hipotesis adanya pengaruh positip dari komitmen afektif ke ko-operasi, dalam penelitian ini dapat dibuktikan atau didukung (0.437; p<0.001). Demikian juga, H4 yang mengajukan hipotesis terdapat pengaruh positip dari komitmen normatip ke ko-operasi juga mendapatkan pembuktian dan dukungan (0.223;p<0.001). Hasil ini mengindikasikan bahwa komitmen afektif dan komitmen normatip benar-benar merupakan mediator bagi pengaruh kegiatan RM terhadap ko-operasi. Dengan kata lain, aktivitas RM tidak secara langsung mempengaruhi ko-operasi, namun dimediasi oleh komitmen organisasional. Dua hipotesis menyangkut konstruk partisipasi, memberikan hasil yang hampir serupa dengan konstruk ko-operasi. H1 yang mengajukan hipotesis terdapat pengaruh positip dari aktivitas RM ke partisipasi menunjukkan hasil yang tidak mendapatkan pembuktian dan dukungan. Hal serupa juga terjadi pada H3a yang mengajukan hipotesis ada pengaruh positip dari komitmen afektif ke partisipasi menunjukkan hasil yang dapat dibuktikan (0.503; p< 0.001). Hasil pada konstruk ini juga memberikan indikasi bahwa aktivitas RM tidak secara langsung mempengaruhi partisipasi. Namun pengaruh tersebut merupakan pengaruh tidak langsung dengan melalui peran mediasi komitmen afektif. Keseluruhan hipotesis menyangkut komitmen organisasional dari aktivitas RM mendapatkan dukungan dalam penelitian ini. Dapat dijelaskan bahwa aktivitas RM berpengaruh positip langsung kepada komitmen afektif (H3), dan komitmen normatip (H6). Koefisien terbesar adalah pengaruh aktivitas RM terhadap komitmen afektif (0.782; p< 0.001), dan komitmen normatip (0.666; p<0.001). Hal ini memberikan indikasi bahwa aktivitas RM dalam organisasi HMI memberikan pengaruh lebih besar pada keterikatan anggota pada organisasi atas dasar identifikasi dengan organsiasi, kesesuaian nilai dan kenyamanan berada dalam organisasi daripada dasar keterikatan yang lain.
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
10
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
Tabel 2. Hasil Estimasi Model Akhir Structural Relationship
Standardized Regression Weight
Unstandardized Regression Weight
C.R
Probability
Komitmen Normatip ← Aktivitas RM
0.666
0.682
7.510
0.000
Komitmen Afektif ← Aktivitas RM
0.782
0.779
9.403
0.000
Ko-operasi ← Komitmen Afektif
0.438
0.437
3.899
0.000
Partisipasi ← Komitmen Afektif
0.502
0.505
5.096
0.000
Ko-operasi ← Komitmen Normatip
0.223
0.223
1.983
0.047
Goodness-of-fit Measures 2
χ – Chi-Square
3.913
Degree of Freedom
5
χ – Significance Probability
0.0562
RMSEA
0.000
GFI
0.984
AGFI
0.952
2
2
Relative χ (CMIN/DF)
0.783
CFI
1.000
NFI
0.977
Temuan pertama dari penelitian ini adalah fenomena partisipasi dalam organisasi HMI. Partisipasi, sebagai tingkat konsumsi jasa atau layanan organisasi dalam HMI hanya dipengaruhi oleh komitmen afektif. Arti dari temuan ini adalah bahwa anggota dalam organisasi ikut terlibat secara pasif dalam organisasi lebih diakibatkan karena adanya kesesuaian nilai anggota dengan organisasi. Hasil temuan ini berbeda dengan dengan temuan dari penelitian sebelumnya (Gruen, Summers, dan Acito 2000). Dalam penelitian sebelumnya partisipasi dipengaruhi oleh tiga anteseden, yaitu aktivitas RM, komitmen afektif dan komitmen bekesinambungan. Penjelasan kontekstual yang dapat diberikan atas fenomena partisipasi dalam penelitian ini adalah adanya heterogenitas anggota organisasi dalam kaitan kepentingan berproses dalam HMI. HMI memang merupakan organisasi kemahasiswaan ekstrauniversiter yang berasaskan Islam, yang hal ini berimplikasi pada kemampuan akomodasi kepentingan anggota untuk syiar islam. Namun demikian HMI juga merupakan organisasi sekuler, sehingga menyediakan pula arena untuk mengakomodasi anggota dalam rangka pengembangan kemampuan berorganisasi, berpolitik dan berkembang secara intelektual. Bahkan HMI pada tingkat cabang memberikan peluang untuk membuka lembaga-lembaga kekaryaan yang mengakomodasi kepentingan berproses anggota (LEMI, LAPMI, dan sebagainya). Sehingga setiap stimulus berupa aktivitas RM selalu akan secara selektif disaring oleh kepentingan individu anggota, atau dengan kata lain tidak semua jasa organisasi yang ditawarkan dengan serta merta akan dikonsumsi oleh anggota. Temuan kedua penelitian ini adalah berkaitan dengan fenomena ko-operasi dalam HMI. Dalam penelitian sebelumnya (Gruen, Summers, dan Acito 2000), ko-operasi dipengaruhi oleh tiga anteseden, yaitu aktivitas RM, komitmen normatip dan komitmen afektif. Sedang dalam penelitian ini, ko-operasi dipengaruhi hanya oleh komitmen normatip dan komitmen afektif. Penjelasan potensial yang dapat diberikan dalam kaitan dengan komitmen normatip adalah adanya tanggungjawab terhadap kader yang dibina, motivasi normatip berupa pahala atau amal, Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
11
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
dan dorongan pengembangan diri melalui “proses” serta self of belonging anggota kepada organisasi mengakibatkan seseorang untuk selalu menyumbangkan karya kerjanya dalam organisasi. Dalam kaitan dengan komitmen afektif, dapat dijelaskan bahwa identifikasi seseorang dengan HMI, kesesuaian tujuan dengan nilai pribadi, kenyamanan menjadi anggota cenderung mendorong seseorang untuk aktif dalam organisasi. Anggota yang menjadi panitia atau pengurus lebih didorong oleh karena mereka membutuhkan dan menginginkannya. Absennya pengaruh langsung dari aktivitas RM terhadap ko-operasi kemungkinan disebabkan oleh pola hubungan yang bukan semata-mata transaksional antara anggota dan organisasi. Pengorbanan dalam aktivitas kepanitiaan atau kepengurusan bukan karena faktor eksternal, yaitu sebagai balasan atau harga dari jasa organisasi, namun lebih sebagai kebutuhan dan keinginan anggota sendiri (internal factors). Pola hubungan antara anggot dan organisasi bukanlah transaksional, namun lebih sebagai hubungan simbiosis mutualisme atau saling menguntungkan kedua belah pihak. Temuan ketiga yang didapatkan adalah aktivitas RM secara simultan berpengaruh lengdung kepada komitmen afektif dan komitmen normatif. Temuan ini konsisten dengan temuan dari penelitian Gruen, Summers dan Acito (2000). Dalam perspektif model penelitian, fenomena ini dapat dijelaskan bahwa aktivitas RM dalam HMI mampu menjadi media untuk menentukan tingkat komitmen organisasional anggota. Yaitu bahwa peningkatan kinerja organisasi dalam menyediakan layanan pada anggota, stimulasi anggota untuk meningkatkan silaturahmi anggota, desiminasi pengetahuan organisasi, pengakuan atas kontribusi anggota bisa menjadi penentu dalam meningkatkan keterkaitan afektif dan normatip anggota pada organisasi. Pada sisi kinerja organisasi dalam merencanakan dan menyampaikan jasa organisasi (kinerja jasa inti), organisasi akan mendapat manfaat dari peningkatan kegiatan tersebut dengan meningkatnya keterikatan afektif dan normatip anggota. Meningkatnya jasa dan layanan akan menjadikan anggota nyaman atau senang pada organisasi, disamping justru mereka akan meningkat tanggungjawab normatipnya pada organisasi. Meningkatnya kegiatan stimulasi silaturahmi anggota juga akan meningkatkan keterikatan normatip karena meningkatnya keterikatan akan meningkatkan untuk mengembangkan tanggungjawab pada anggota lain dalam kelompok, dan peningkatan interaksi akan meningkatkan rasa memiliki antar anggota. Pada sisi desiminasi pengetahuan organisasi, meningkatnya pengetahuan mengenai organisasi dari anggota akan mendekatkan organisasi dengan anggota, dimana hal ini merupakan faktor yang akan menentukannilai bagi anggota. Disamping proses sosialisasi organisasi juga akan memandu anggota dalam kegiatannya dalam mencapai tujuan organisasi.
F. Implikasi dan Keterbatasan Penelitian ini memberikan beberapa implikasi mendasar pada organisasi. Pertama, fenomena partisipasi dalam HMI yang gejalanya berbeda dengan yang ada dalam organisasi profesional (Gruen, Summers, dan Acito 2000), berimplikasi pada perlunya penciptaan dan pemanfaatan institusi baru yang semakin beragam untuk menampung semua kebutuhan anggota dalam berproses di HMI. Heterogenitas anggota justru akan bermanfaat untuk meningkatkan perkembangan aktivitas organisasi. Hal ini berarti peningkatan kuantitas jasa organisasi untuk memenuhi kebutuhan anggota mutlak diperlukan. Meningkatkan partisipasi melalui kegiatan yang sesuai dengan identitas, karakteristik dan nilai-nilai anggota merupakan metode utama agar tujuan HMI tercapai. Kedua, ko-operasi sebagai aktivitas utama bagi organisasi HMI yang melibatkan pelanggan (anggota) dalam desain dan penciptaan jasa organisasi melalui kepanitian dan kepengurusan perlu dikembangkan. Arah pengembangan akan lebih berguna jika menggunakan stimulasi silaturahmi antara anggota HMI agar tercipta self of belonging, dan memunculkan kaderisasi informal. Disamping juga perlu ekstensifikasi desiminasi pengetahuan organisasi melalui penerbitan atau media lain agar setiap anggota memahami nilai-nilai organisasi secara lebih mendalam. Yang tak kalah pentingnya juga adalah menggagas formula baru bagi upaya Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
12
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
memberikan pengakuan kepada anggota yang berkontribusi kepada organisasi. Pengakuan ini menjadi penting mengingat pengakuan adalah merupakan signal yang nampak sebagai perwujudan komitmen dari organisasi kepada anggota (Shore dan Tetrik 1991 dalam Gruen, Summers, dan Acito 2000). Ketiga, pengaruh aktivitas RM terhadap komitmen organisasional di HMI berimplikasi pada perlunya organisasi mengembangkan kegiatan RM untuk membangun dan meningkatkan komitmen organisasional. Tingginya pengaruh pada komitmen afektif menunjukan bahwa keterikatan anggota pada organisasi lebih karena kesesuaian nilai, dan karakateristik organisasi dengan nilai anggota. Hal ini merupakan sinyal yang baik, yang mengindikasikan perlunya HMI menjaga kekhususan yang dimiliki sekarang. Selain juga penting untuk tetap melihat ancaman dari pesaing. Sebab sangat mungkin jika ternyata muncul organisasi yang memiliki karakteristik yang serupa atau menawarkan jasa organisasi yang serupa pula dengan organisasi HMI, maka hal ini akan berpengaruh pada pergeseran komitmen organisasional dari anggota. Selain hal tersebut, penelitian ini tunduk pada beberapa keterbatasan, yaitu pertama, pengambilan sampel yang digunakan dengan menggunakan pendekatan non-probabilitas dengan metode konvenien akan mengurangi representasi populasi, akurasi dan kemampuan penelitian ini untuk digeneralisasikan. Pendekatan ini dipilih oleh peneliti disebabkan karena kesulitasn dalam menemukan sampling frame oleh tidak tersedianya data populasi (Pandhazur dan Schmelkin 1991). Kedua, peneliti hanya menggunakan pengukuran setiap konstruk melalui pengukuran data persepsi dan perilaku dari dua sumber data, yaitu anggota dan ketua komisariat, sehingga tingkat akurasi penelitian dalam mengungkap fakta dan informasi dalam organisasi akan sangat terbatas.©
Daftar Pustaka Aaker, David A., V. Kumar, dan George S. Day (2001), Marketing Research, Seventh Edition, New York, John Wiley & Sons, Inc. Allen, Natalie J. dan John P. Meyer (1990), “The Measurement and Antacedents of Affective, Continuance and Normative Commitment to the Organization,” Journal of Occupational Psychology, 63 (1), 118. Aswar, Saifudin (2001), Reliabilitas dan Validitas, Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Ashar, Syafruddin (2002),”Pamor Kepeloporan HMI,”Quo Vadis”?,” Kompas, 25 April,10. Bagozi, Richard P. (1995), “ Reflections on Relationship Marketing in Consumer Markets,” Journal of the Academy of marketing Science, 23 (Fall), 272–77. Barling, Julian, and Bill Wade (1990) “Predicting Employee Commitment to Company and Union : Divergent Models”, Journal of Occupational Psychology, 63, 49-61. Berry, Leonard L. (1995), ”Relationship Marketing of Service: Growing Interest, Emerging Perspectives,” Journal of the Academy of Marketing Science, 23 (Fall), 246–51. Brown, James R., Robert F. Lusch, dan Carolyn Y. Nicholson (1995), “Power and Relationship Commitment; Their Impact on Marketing Channel Member Performance,” Journal of Retailing, 71 (Winter), 363–92. Brown, Steven P. dan Robert A. Peterson (1993), “Antacedents and Consequences of Salesperson Job Satisfaction : Meta-Analysis and Assesment of Causal Effects,” Journal of Marketing Research, 30 (February), 63-77. Cooper, Donald R. dan Pamela S. Schundler (2001), Business Research Methods, Seven Edition, Mc. Grow Hill International Edition. Cortina, Jose M. (1993), “What is Coefisien Alpha ? An Examination of Theory and Aplications,” Journal of Applied Psychology, 78 (1), 98-104. Craig, C. Samuel, dan Susan P. Dauglas (2000), International Marketing Research, Second Edition, Chichester,John Wiley & sons, Ltd. Crask, M., R.J. Fox, dan R.G. Stout (1995). Marketing Research : Principle and Aplications, Englewood Gliffs, New Jersy : Prentice Hall International, Inc. Ferdinand, Augusty (2000), Structural Equation Modeling dalam Penelitian Manajemen, Semarang, Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur 13
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 Fuller Jr.,Jerry Bryan dan Kim Hester (2001),”Closer Look at the Relationship Between Justice Perceptions and Union Participation,” Journal of Applied Psychology, 86 (6), 1096–105. Gable, Robert K.,Marian B. Wolf (1993),”Instrument Development in the Affective Domain,” Boston, Kluwar Academic Publishers. Gronroos, Christian (1994), “From Marketing Mix to Relationship Marketing : Towards a Paradigm Shift in Marketing,” Management Decision, 32 (2), 4–20. ___________,(1995), “Relationship Marketing : The Strategy Continuum,” Journal of the Academy Marketing Science, 23 (Fall) 252-54. Gruen, Thomas W., John O. Summers, dan Frank Acito (2000), ”Relationship Marketing Activities, Commitment, dan Membership Behaviors in Profesional Associations,“ Journal of Marketing, 64 (July ), 34–49. Hair, Joseph F., Rilph E. Anderson, Ronald L. Tatham, dan William C. Black (1998), Multivariate Data Analysis, Fifth Edition, New Jersey, USA, Prentice-Hall Internatinal, Inc. Houston, Franklin, dan Julie Gassenheimer (1987), ”Marketing and Exchange,” Journal of Marketing, 51 (October), 3-18. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo (1999), “Metodologi Penelitian Bisnis : Untuk Akuntansi dan Manajemen,” Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta. Karim, M Rusli (1996), HMI MPO dalam Kemelut Modernisasi Politik di Indonesia, Mizan Pustaka, Jakarta, Indonesia. Kelloway, E. Kevin dan Julian Barling (1993), “Members’Participation in Local Union Activities: Measurement, Prediction, and Replication,” Journal of Applied Psychology, 78 (2), 262-79. Kumar, Nirmalya, Lisa K. Scheer, dan Jan Benedict E.M. Steenkamp (1995a), “The Effect of Suplier Fairness on Vulnerable Resellers,” Journal of Marketing Research, 32 (February), 54-65. ____,________,dan______(1995b), ”The Effect of Perceived Interdependence on Dealer Attitudes,” Journal of Marketing Research, 28 (February), 105-12. Malholtra, Naresh K (1999), “Marketing Research : An Applied Orientation” Third Edition, London, Prentice Hall International, Inc. Meyer, John P. dan Catharine A. Smith (1993), ”Commitment to Organizations and Occupations: Extension and Test of a Three-Component Conceptalization,” Journal of Applied Psychology, 78 (4), 538–57. Morgan, Robert dan Shelby D. Hunt (1994), ”The Commitment-Trust Theory of Relationship Marketing,” Journal of Marketing, 58 (July), 20–38. Peterson, Robert A (1994), “A Meta-Analysis of Cronbach’s Coefficient Alpha,” Journal of Consumer Research, 21 (Sept), 381–91. Purwanto, B.M. (2002),”The effect of Salesperson Stress Factors on Job Performance,” Journal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 17 (2), 150-169. Sekaran, Uma (2000), “Research Methods For Business: A Skill-Building Approach”, Third Edition, New York, John Wiley & Sons, Inc. Sheth, Jagdish N, dan Atul Parvatiyar (1995), ”Relationship Marketing in Consumer Market : Antecedent and Consequences,” Journal of the Academy of Marketing Science, 23 (4), 225–71. Shore, Lyn McFarlane (1991),”A Construct Validity Study of Survey of Perceived Organizational Support,” Journal of Applied Psychology,” 76 (5), 637–43. Shore, Lynn McFarlane, Shandy J. Wayne (1993), “ Commitment and Employee Behavior : Comparison of Affective Commitment and Continuance Commitment With Perceived Organizational Support,” Journal of Applied Psychology, 78 (5), 774–80.
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
14