IDENTIFIKASI DAN SKRINING KETAHANAN VARIETAS/KLON UBIKAYU TERHADAP PENYAKIT LELES DI LAPANG Nasir Saleh*, Muji Rahayu dan Muslikul Hadi Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian P.O. Box 66 Malang 65101, tlp.0341 801468 * E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penyakit leles merupakan penyakit penting dan banyak menimbulkan kerugian pada tanaman ubikayu. Hasil identifikasi patogen yang berhasil diisolasi dari sampel tanaman sakit leles dari Lampung terdapat empat jenis jamur (Fusarium sp., Aspergillus sp. Cunninghamella sp. dan Dematiaceae), dan hasil inokulasi pada tanaman ubikayu menunjukkan jamur Fusarium sp. merupakan salah satu penyebab penyakit leles pada ubikayu. Evaluasi ketahanan 20 varietas dan klon ubikayu di KP Pekalongan, Lampung Timur, dengan infeksi alami menunjukkan bahwa varietas UJ-5, Malang-4, Adira-4, klon CMM 02038-7, CMM 02048-6, CMM 03028-4, CMM 03008-11, CMM 03080-8, OMM 9908-4, dan Darulhidayah dikategorikan sangat tahan, sementara varitas UJ-3, klon CMM 03636-7, dan CMM 02035-3 bereaksi sangat peka. Varietas CMM 03005-12 tahan, varietas Butoijo dan klon CMM03098-8 agak tahan, serta Malang-6, CMM 02033-1, dan CMM 03021-6 bersifat peka, dan CMM 03095-21 agak peka. Terdapat korelasi negatif yang sangat nyata (R=-0,85058) antara persentase tanaman terserang leles dengan hasil umbi. Tujuh varietas/klon ubikayu (UJ-5, Adira-4, Malang-4, klon CMM 02038-7, CMM 03008-11, CMM 03005-12, dan OMM 9908-40 yang hasilnya tinggi juga tahan terhadap penyakit leles. Uji ketahanan penyakit leles dengan inokulasi tunggal jamur Fusarium sp. tidak selaras dengan uji di lapang (inokulum alami) yang terdiri atas beberapa jamur tular tanah. Kata kunci: Manihot esculenta, skrining ketahanan, leles
ABSTRACT Identification and field screening of cassava varieties/clones resistance to leles disease. Leles disease is considered as the most important disease and causes significant yield losses in cassava. Identification of pathogens isolated from the infected plants obtained from Lampung indicated the presence of four fungi namely: Fusarium sp., Aspergillus sp. Cunninghamella sp. and Dematiaceae. Inoculation of these fungi on cassava plants proved that Fusarium sp. is one of the causal agent of the leles disease. Field evaluation of the 20 cassava varieties/clones at Pekalongan, East Lampung indicated that UJ-5, Malang-4, Adira-4, klon CMM 02038-7, CMM 02048-6, CMM 03028-4, CMM 03008-11, CMM 03080-8, OMM 9908-4, and Darul hidayah were categorized as higly resistant, while varieties UJ-3, klon CMM 03636-7, and CMM 02035-3 were highly susceptible. Variety CMM 03005-12 was resistant, Butoijo variety and CMM 03098-8 clone were moderately resistant, and Malang-6, CMM 02033-1, and CMM 03021-6 were susceptible, CMM 03095-21 was moderately susceptible. There was a negative corelation (R=-0.85058) between number of palnts infected by leles disease and tuber yield. Seven high yielding varieties (UJ-5, Adira-4, Malang-4, clone CMM 02038-7, CMM 03008-11, CMM 03005-12, and OMM 9908-40) were also resistant to the leles disease. Resistance screening employing a single pathogen, Fusarium sp. in greenhouse was not reliable to the field screening using natural infection consisting several soil fungi pathogens. Keywords: Manihot esculenta, resistance screening, leles disease
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013
537
PENDAHULUAN Dalam beberapa tahun terakhir, petani ubikayu di Lampung, Jawa Timur dan Jawa Tengah melaporkan adanya penyakit “leles” yang ditandai oleh akar, batang dan umbi tanaman busuk dan tanaman menjadi layu dan mati. Apabila tanaman terserang pada umur tua, umbi yang dihasilkan menjadi busuk. Di Indonesia, timbulnya penyakit dengan gejala busuk umbi/akar pada ubikayu oleh bakteri di Kediri telah dilaporkan oleh De Kruiff (1910 cit. Semangun 1991). Selain defoliasi dan layu, penyakit ini ditandai oleh pembusukan umbi yang dimulai dari ujung. Seringkali pembusukan tidak terjadi pada semua umbi dan tanaman masih bertahan hidup. Penyakit layu yang disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum pada ubikayu juga dilaporkan merusak pertanaman ubikayu di Lampung, Jawa Barat, dan Jawa Tengah (Nishiyama et al. 1980). Rahayu et al. (2011) melaporkan bahwa umbi dan perakaran tanaman ubikayu Mukibat yang busuk di KP Genteng, Banyuwangi dapat diisolasi jamur Fusarium sp., Cladosporium dan Aspergillus spp. Namun berdasarkan hasil uji patogenisitas terbukti jamur Fusarium sp. merupakan penyebab penyakit busuk pangkal batang, akar dan umbi ubikayu tersebut. Hardaningsih et al. (2012) melaporkan bahwa dari bagian pangkal batang, perakaran dan umbi ubikayu busuk yang berasal dari Lampung berhasil diisolasi jamur Botryodiplodia sp., Fusarium sp., Colletotrichum sp., dan Sclerotium rolfsii. Di luar negeri penyakit busuk pada pangkal batang, perakaran dan umbi ubikayu secara umum dikenal dengan nama cassava root rot. Penyakit busuk akar dan umbi tersebut juga merupakan penyakit penting di negara-negara penghasil ubikayu di Afrika (Nigeria, Cameroon, Benin, Ghana), Asia (RRC, Malaysia) dan Amerika Latin (Kuba). Di Indonesia, penyakit busuk umbi tersebut selalu berasosiasi dengan beberapa jamur dari genus Botryodiplodia, Fusarium, Phytophthora, Sclerotium, Aspergillus, dan Macrophomina (Guo et al. 2012, Onyeka et al. 2005, Msikita et al. 1996; 2005, Asiama et al. 1998, Messiga et al. 2004, Bandyopadhjay et al. 2006, Sylvester et al. 2010). Informasi ketahanan varietas/klon ubikayu terhadap penytakit leles belum ada. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengetahui ketahanan varietas/ klon ubikayu terhadap infeksi penyakit leles di lapang.
BAHAN DAN METODE Identifikasi Penyakit “Leles”, Busuk Batang dan Umbi Identifikasi jamur dilakukan berdasarkan ciri dan karater fenotopik/morfologis secara makroskopis (visual) maupun mikroskopis di bawah mikroskop. Isolat jamur ditumbuhkan pada media malt extract agar (MEA) dalam cawan petri berdiameter 9 cm. Isolat diinokulasikan sebanyak tiga titik pada setiap cawan, kemudian diinkubasikan selama tujuh hari pada suhu 25oC secara terbalik dalam kondisi gelap. Untuk pengamatan mikroskopis, koloni yang ditumbuhkan pada media MEA 25o C dibuat preparat dengan 60% (v/v) lactic acid sebagai mounting medium. Beberapa tetes alkohol juga ditambahkan pada preparat untuk menghilangkan gelembung udara. Pengamatan mikroskopis menggunakan mikroskop cahaya Olympus BX53 dengan pembesaran hingga 1000x menggunakan minyak imersi. Dokumentasi mikroskopis menggunakan kamera Olympus DP 26 yang terhubung dengan komputer. Identifikasi morfologi berupa pengamatan makroskopis dan mikroskopis mengikuti panduan Barnett (1955), Domssch et al., 1980, Ellis (1971), Samson et al. (1995), Barnett & Hunter (1998), dan Gandjar et al. (1999).
538
Saleh et al.: Ketahanan varietas/klon ubikayu terhadap penyakit leles di lapang
Evaluasi Ketahanan Varietas/Klon Ubikayu terhadap Penyakit “Leles” Percobaan lapang. Percobaan dilakukan di daerah endemi penyakit “leles” di Lampung Timur dengan infeksi secara alami. Bahan yang dievaluasi adalah 20 varietas/klon harapan ubikayu menggunakan rancangan acak kelompok, diulang tiga kali. Setiap varietas/klon ditanam sebanyak masing-masing 25 tanaman/petak berukuran 5 m x 4 m dengan jarak tanam 1 m x 0,8 m. Varietas pembanding yang digunakan adalah UJ-3 (rentan) dan UJ-5 (tahan). Pemupukan yang digunakan adalah 300 kg Urea+200 kg SP36+150 kg KCl/ha. Pengamatan dilakukan terhadap persentase tanaman yang terserang “leles” dari masing-masing petak, diamati pada umur 3, 5, 7 dan 9 bulan. Berdasarkan persentase kerusakan tanaman, status ketahanan vatietas/klon ubikayu dikategorikan menjadi sangat tahan (0-10%), tahan (>10-20%), agak tahan (>20-30%), agak peka (>30-40%), peka (>41-60%), dan sangat peka (>60-100%). Hasil dan komponen hasil diamati saat panen pada umur 10 bulan. Percobaan laboratorium/rumah kaca. Inokulum jamur yang dominan adalah Fusarium, selanjutnya dibiakkan dalam media padat berupa nasi jagung untuk bahan inokulasi pada tanah di polybag. Tanah dimasukkan dalam polybag dengan volume 5 –6 kg/polybag, disemprot dengan basamid (pestisida) dan diperam selama 2 minggu dalam kondisi tertutup plastik. Setelah itu masing-masing polybag diinkulasi dengan inokulum Fusarium yang diletakkan pada lubang tanam (dosis inokulum padat 10 gram/pot). Stek ubikayu ukuran 25 cm, dari 15 klon harapan, sebelum ditanam terlebih dahulu disterilkan dengan NaOCl 0,05% dengan cara direndam selama 15 menit, kemudian dibilas dengan aquades. Setelah itu stek ditiriskan di atas kertas koran. Stek ditanam pada polybag dengan satu tanaman/polybag, setiap klon ditanam 5 stek sebagai ulangan. Selanjutnya tanaman uji tersebut diletakkan dalam kolam dangkal (ketinggian air sekitar 10 cm), di luar rumah kaca (semi lapangan). Pemeliharaan tanaman meliputi pengairan secara intensif agar tanah selalu lembab, dan pengendalian hama tungau menggunakan insektisida Kelthane. Pengamatan dilakukan terhadap 1) jumlah tunas tumbuh per stek, 2) jumlah tunas layu , dan 3) umbi busuk (%).
HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Patogen Hasil isolasi dari sampel bagian tanaman ubikayu (pangkal batang, akar dan umbi) yang menunjukkan gejala penyakit leles dari daerah Pekalongan, Lampung Timur, secara konsisten diperoleh empat isolat jamur. Isolat tersebut diidentifikasi di Laboratorium Mikologi Balitkabi Malang dan Laboratorium Mikologi Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada dan Laboratorium Mikologi, Bidang Mikrobiologi Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cibinong Fusarium sp., Aspergillus sp. Cunninghamella sp. dan Dematiaceae. Hasil inokulasi pada batang dan umbi ubikayu di laboratorium menunjukkan jamur Fusarium sp. mampu menginfeksi batang/stek dan umbi ubikayu, sehingga dapat disimpulkan bahwa jamur Fusarium sp. merupakan salah satu penyebab penyakit leles pada tanaman ubikayu. Secara makroskopis, koloni pada media MEA tampak seperti kapas, berwarna putih agak krem kecoklatan. Secara mikroskopis hifa terlihat transparan (hyaline), bersepta Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013
539
(monocytic), tidak ditemukan struktur clamp connection, hifa berukuran lebar 4-7 μm. Konidiofor dapat bercabang atau tidak bercabang dan membawa fialid. Mikrokonidia berbentuk membulat, bulat telur, elips hingga silindris, berukuran 4-10 x 2-5 μm. Makrokonidia yang dihasilkan, berbentuk fusiform, sedikit membengkok, memiliki sel kaki (pedicellate) pada bagian posterior, bersepta 3-5 (umumnya bersepta 3), berukuran 28-45 x 4-6 μm. Selama tujuh hari inkubasi tidak ditemukan struktur klamidospora.
Ketahanan Varietas/Kon Ubikayu terhadap Penyakit Leles Percobaan di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di KP Pekalongan, Lampung Timur jumlah tanaman yang terserang penyakit leles berkisar antara 1,3374,66%. Berdasarkan persentase tanaman terserang, maka varietas UJ-5, Malang-4, Adira-4, klon CMM 02038-7, CMM 02048-6, CMM 03028-4, CMM 03008-11, CMM 03080-8, OMM 9908-4, dan Darul hidayah tergolong sangat tahan, sementara UJ-3, CMM 03636-7, dan CMM 02035-3 bereaksi sangat peka. Varietas CMM 03005-12 bersifat tahan, varietas Butoijo dan klon CMM03098-8 agak tahan, dan Malang-6, CMM 02033-1, dan CMM 03021-6 bersifat peka, dan CMM 03095-21 bersifat agak peka (Tabel 1). Tabel 1. Persentase serangan dan ketahanan varietas/klon ubikayu terhadap penyakit leles di KP Pekalongan, Lampung Timur MT 2012. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
UJ-5
Tanaman sakit (%) 1,33 f
Malang-6
45,34 bc
Varietas/klon
Ketahan an
No.
ST
11.
CMM 03028-4
Tanaman sakit (%) 1,33 f
R
12.
CMM 03095-21
31,99 cde
Varietas/klon
Ketahan an ST AR
Malang-4
2,54 f
ST
13.
CMM 03008-11
1,33 f
ST
Adira-4
5,33 ef
ST
14.
CMM 03080-8
2,66 f
ST
CMM 03636-7
69,34 ab
SR
15.
CMM 03005-12
14,66 def
T
CMM 02038-7
1,33 f
ST
16.
CMM03098-8
26,66 cdef
AT
CMM 02033-1
42,66 bcd
R
17.
Butoijo
26,66 cdef
AT
CMM 02035-3
74,66 a
SR
18.
OMM 9908-4
4,00 ef
ST
CMM 02048-6
5,33 ef
ST
19.
Darul hidayah
1,33 f
ST
CMM 03021-6
44,00 bc
R
20.
UJ-3
74,66 a
SR
KK BNT 0,05
24,23
Keterangan: ST=sangat tahan, AT=agak tahan, AR=agak rentan, T= tahan, R = rentan, SR= sangat rentan
Komponen hasil dan hasil umbi. Tanaman tertinggi diperlihatkan oleh klon CMM 03036-7 (281,7 cm), tidak berbeda nyata dengan CMM 02035-3 (266,7 cm) dan varietas UJ-5 (248,8 cm) dan terendah pada varietas Butoijo (145,7 cm) yang tidak beda nyata dengan OMM 9908-4 (147,7 cm), UJ-3 (157,3 cm) dan CMM 02048-6 (166,7 cm). Varietas dan klon lain berada di antara kedua kelompok tersebut. Jumlah umbi besar tertinggi terdapat pada varietas UJ-5 (8,53), tidak berbeda nyata dengan klon CMM 03008-11 ( 8,47), Malang-4 (7,47), OMM 9908-4 (6,82), CMM 03005-12 (6,73), Adira-4 (6,67), dan CMM 02038-7 (6,53). Bobot umbi/5 tanaman tertinggi terdapat pada UJ-5 (15,33 kg), tidak berbeda nyata dengan Malang-4 (15,67 kg), CMM 03008-11 (15,67 kg), Adira-4 (14,67 kg), OMM 9908-4 (13,90 kg), dan CMM 03005-12(13,83 kg). Bobot umbi 5 tanaman terendah pada klon CMM 02035-3 (6,50 kg), yang tidak berbeda nyata dengan CMM 03098-8 (6,73 kg), CMM 03028-4, (9,77 kg), CMM 03095-21 (9,40 kg) dan CMM
540
Saleh et al.: Ketahanan varietas/klon ubikayu terhadap penyakit leles di lapang
02048-6 (11,17 kg). Sejalan dengan bobot umbi pada 5 tanaman, maka berat umbi/petak tertinggi juga terdapat pada klon CMM 03008-11 (68,57 kg) yang tidak berbeda nyata dengan varietas UJ-5 (65,00 kg), Malang-4 (64,50 kg), Adira-4 (56,90 kg) dan klon CMM 03005-12 (56,67 kg), sementara terendah pada klon CMM 02035-3 (1,33 kg), varietas UJ3 (6,83 kg) dan klon CMM 03636-7 (7,50 kg) (Tabel 2). Hasil umbi tertinggi diberikan oleh UJ-5, Malang-4, Adira-4, klon CMM 02038-7, CMM 03008-11, CMM 03005-13, dan OMM 9908-4. Apabila dikaitkan dengan persentase tanaman yang terinfeksi penyakit leles (Tabel 1), terlihat varietas/klon ubikayu yang rentan dan sangat rentan terhadap infeksi penyakit leles, maka hasil umbi per petak juga sangat rendah, karena banyak tanaman yang mati sehingga jumlah tanaman yang dipanen per petaknya juga sangat rendah. Analisis korelasi antara persentase tanaman terserang penyakit leles dengan hasil umbi per petak menunjukkan korelasi negatif yang sangat nyata ( R=-0,85058 **). Tabel 2. Komponen hasil dan hasil ubikayu di KP. Pekalongan, Lampung Timur. MT 2012 No.
Varietas
1
UJ-5
Tinggi tanaman (cm) 248,8 abc
Jumlah umbi besar/tanaman
Jumlah umbi Kecil/tanaman
Bobot umbi 5 tanaman (kg)
8,53 a
3,80 abc
16,33 a
18
OMM 9908-4
147,7 jk
6,87 abc
2,00 c
19 20
Darul hidayah UJ-3
182,0 ghij 157,3 ijk
5,13 cdefg 4,73 defg
3,53 abc 2,93 abc
14,00 abcde 15,67 abc 14,67 abcd 11,50 bcdef 14,90 abcd 12,33 bcde 6,50 g 11,17 cdefg 9,17 efg 9,77 efg 9,40 efg 15,67 abc 11,67 bcde 13,83 abcde 6,73 fg 14,07 abcde 13,90 abcde 12,57 bcde 10,73 defg
KK (%)
10,17
20,83
39,38
BNT 0,05
34,53
2,04
2,19
2
Malang-6
239,7 bcd
6,20 bcde
1,93 c
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Malang-4 Adira-4 CMM 03636-7 CMM 02038-7 CMM 02033-1 CMM 02035-3 CMM 02048-6 CMM 03021-6 CMM 03028-4 CMM 03095-21 CMM 03008-11 CMM 03080-8
192,7 fgh 213,0 defg 281,7 a 184,3 ghi 232,3 bcde 266,7 ab 166,7 hijk 200,3 efgh 200,0 efgh 208,7 defg 225,7 cdef 198,7 efgh
7,47 ab 6,67 abcd 5,67 bcdef 6,53 abcd 5,87 bcde 5,20 cdefg 4,40 efg 5,80 bcdef 6,07 bcde 4,73 defg 8,47 a 6,40 bcde
3,13 abc 2,87 abc 3,87 abc 5,00 a 4,20 ab 3,73 abc 4,27 ab 2,13 bc 4,07 abc 3,40 abc 4,27 ab 3,47 abc
15
CMM 03005-12
180,7 ghij
6,73 abcd
4,00 abc
16
CMM03098-8
236,7 bcd
3,40 g
2,47 bc
17
Butoijo
145,7 k
3,80 fg
2,20 bc
Bobot umbi/plot ( kg) 65,00 ab
Kadar pati (%) 19,92 abc
20,33 fgh
17,93 cd
64,50 ab 56,90 abcd 7,50 ghi 59,80 abc 17,83 fgh 1,33 i 45,17 cde 31,27 ef 46,07 cde 22,53 fg 68,57 a 46,67 cd
19,78 abcd 20,49 ab 18,63 abcd 20,49 ab 18,85 abcd 19,92 abc 17,48 d 17,48 d 19,92 abc 20,75 a 19,33 abcd 19,78 abcd
56,67 abcd
17,48 d
24,00 f
19,55 abcd
43,67 de
18,63 abcd
52,00 bcd
19,07 abcd
49,00 cd 6,83 hi
19,78 abcd 18,15 bcd
23,28
23,54
9,90
4,88
15,29
Hasil ini menunjukkan bahwa penyakit leles pada ubikayu nyata menyebabkan pengurangan hasil umbi. Menurut Granada (1990), penyakit busuk akar yang disebabkan oleh asosiasi dua patogen Diplodia manihotis dan Fusarium oxysporium menyebabkan kematian stek sangat tinggi mencapai 80−90%. Di Interandean Valleys, Kolombia, daerah dataran tinggi berada 1000−1200 m dpl, dengan temperatur 18−24 oC, penyakit busuk akar yang disebabkan oleh jamur-jamur tanah termasuk Fusarium oxysporium menyebabkan kematian stek ubikayu 20−80%. Di Afrika Barat penyakit busuk umbi yang disebab-
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013
541
kan oleh Fusarium spp dan B. theobromae dapat mengakibatkan kerugian hasil hingga 80% (Onyeka et al. 2005c). Di Kongo, penyakit busuk umbi merupakan kendala utama produksi ubikayu. Kehilangan hasil berkisar antara 20−100% (Mwangi et al. 2004). Menurut Alvares et al. (2005), di Kolombia penyakit busuk umbi yang disebabkan oleh jamur Phytophthora spp. tersebar luas dan mengakibatkan kerugian hasil hingga 20%. Di Kuba, penyakit busuk umbi akibat infeksi jamur Phytophthora sp pada klon ubikayu yang rentan (klon Sernorita) dapat mengakibatkan kerusakan umbi 15-90%, tergantung musim (Montiel dan Isla 2000). Di RRC, jamur Phytophthora sp. dapat mengakibatkan 30% tanaman layu dan mati (Guo et al. 2012). Kadar pati tertinggi didapatkan pada klon CMM 03095-21 sebesar 20,75%, tidak berbeda nyata dengan klon CMM 02038-7 (20,49%), varietas Adira-4 (20,49%), varietas UJ5 (19,92%), klon 02035-3 (19,92%), CMM 03028-4 (19,92%), Malang-4 (19,78%), klon CMM 03080-8 (19,78%), Darul Hidayah (19,78 %), CMM 03098-8 (19,55%), dan CMM 03008-11 (19,33%). Kadar pati terendah terdapat pada klon CMM 02048-6 (17,48%), CMM 03021-6 (17,48%) dan CMM 03005-12 (17,48%). Analisis korelasi antara kadar pati dengan persentase tanaman yang teinfeksi leles menunjukkan hubungan yang negatif, namun tidak nyata (R=- 0,32832). Dari hasil percobaan di lapangan diperoleh tujuh varietas/klon ubikayu yang di samping tahan terhadap serangan penyakit leles juga berproduksi tinggi (Tabel 3), dan enam varietas/klon ubikayu konsisten mempunyai kadar pati tinggi. Tetapi tidak semua varietas/klon ubikayu yang mempunyai kadar pati tinggi tahan terhadap penyakit leles. Klon CMM 02035-3 yang mempunyai kadar pati tinggi, ternyata sangat rentan terhadap penyakit leles (Tabel 4). Tabel 3. Varietas/klon ubikayu berdaya hasil tinggi dan tahan penyakit leles di KP Pekalongan, Lampung Timur 2012. No.
Varietas/klon
1. 2 3. 4. 5. 6. 7.
UJ-5 Malang-4 Adira-4 CMM 02038-7 CMM 03008-11 CMM 03005-12 OMM 9908-4
Hasil umbi (t/ha)
Ketahanan terhadap penyakit leles
65,00 64,50 56,90 59,80 68,57 56,67 52,00
ST ST ST ST ST T ST
Catatan: ST=sangat tahan, T=tahan; Klon OMM 9908-4 telah dilepas sebagai UK-2.
Selain nyata mengakibatkan pengurangan hasil, penyakit busuk akar/umbi juga berpengaruh terhadap kualitas umbi. Menurut Aigbe dan Remison (2010a, b), penyakit busuk umbi nyata menurunkan partisi bahan kering ke umbi, terutama pada varietas yang rentan. Klon TM-I1 yang rentan (kejadian umbi busuk 52,6% dan keparahan 21,3%) mempunyai partisi bahan kering 364 g ke umbi dibanding pada varietas TMS 4(2) dan TMS 30572 yang tahan (kejadian umbi busuk masing-masing 0% dan 6,4%), masingmasing mempunyai partisi bahan kering 804,1 g dan 667,0 g. Selain penurunan kadar pati, infeksi penyakit umbi juga mengakibatkan warna, tekstur dan bau makanan yang dihasilkan tidak disenangi oleh konsumen (Aigbe and Remison 2009).
542
Saleh et al.: Ketahanan varietas/klon ubikayu terhadap penyakit leles di lapang
Tabel 4. Varietas/klon ubikayu dengan kadar pati tinggi dan ketahanannya terhadap penyakit leles di KP Pekalongan, Lampung Timur 2012. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Varietas/klon CMM 03005-12 UJ-5 CMM 03008-11 CMM 02038-7 CMM 03028-4 CMM 02035-3
Kadar pati (%) 20,8 19,9 19,3 20,5 19,9 19,9
Ketahanan terhadap penyakit leles T ST ST ST ST SR
Catatan: T=tahan, ST= sangat tahan, SR= sangat rentan.
Percobaan laboratorium dan rumah kaca. Hasil penelitian di rumah kaca menunjukkan isolat Fusarium sp. pada uji penularan buatan (melalui stek dan tanah), menimbulkan gejala layu tunas dengan masa inkubasi sekitar 2 minggu. Gejala pada tunas berupa pucuk menguning (klorosis) dan lunglai. Pada tunas yang berkembang menjadi batang, terjadi perubahan warna batang menjadi menguning atau hijau pucat. Pada setiap klon terdapat 3-5 tunas yang dari setiap stek. Tabel 5. Intensitas tunas layu dan busuk umbi pada tanaman ubikayu di rumah kaca di Malang, 2012 No.
Klon
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
UJ 5 Malang 6 Malang 4 Adira 4 CMM 02048-6 CMM 03021-6 CMM 03028-4 CMM 03095-21 CMM 03008-11 CMM 03080-8 CMM 03005-12 Bujo ijo OMM 9908-4 Darul Hidayah UJ 3
Intensitas layu (%)
Kategori
Umbi busuk (%)
26,7
AT
90
34,3
AR
90
32,0
AR
95
32,0
AR
90
32,0
AR
90
40,0
AR
100
Mati
-
-
68,6
SR
90
64,0
SR
90
0
ST
100
8,0
ST
100
32,0
AR
100
13,3
T
90
32,0
AR
95
22,9
AT
90
Keterangan: AT=agak tahan, AR=agak rentan, ST=sangat tahan, T=tahan
Pada umur 5 minggu setelah tanam, penyakit tunas layu mencapai intensitas 68% (Tabel 5). Dengan bertambahnya umur tanaman, tingkat penularan penyakit semakin rendah. Di antara 15 klon yang diuji, terdapat satu klon yang mati atau tidak mampu bertunas, yaitu klon CMM 03028-4. Klon yang menunjukkan tahan hingga sangat tahan adalah UJ-5, CMM 03080-8, CMM 03005-12, dan OMM 9908-4. Klon yang sangat peka adalah CMM 03095-21 dan CMM 03008-11, sedangkan klon lainn agak rentan.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013
543
Tabel 6. Kategori ketahanan varietas/klon ubikayu terhadap penyakit leles di rumah kaca dan lapang No.
Klon
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
UJ 5 Malang 6 Malang 4 Adira 4 CMM 02048-6 CMM 03021-6 CMM 03028-4 CMM 03095-21 CMM 03008-11 CMM 03080-8 CMM 03005-12 Bujo ijo OMM 9908-4 Darul Hidayah UJ 3
Kategori ketahanan di rumah kaca
Kategori ketahanan di lapang
AT AR AR AR AR AR SR SR ST ST AR T AR AT
ST R ST ST ST R ST AR ST ST T AT ST ST SR
Apabila hasil pengujian di rumah kaca tersebut dibandingkan dengan di KP. Pekalongan terlihat bahwa respon ketahanan di rumah kaca tidak selalu selaras dengan di lapangan (Tabel 6). Hal yang mencolok adalah varietas UJ-3 yang sangat rentan di lapang, bereaksi sangat tahan di rumah kaca. Sebaliknya, klon CMM CMM 03008-11 yang sangat rentan di rumah kaca menjadi sangat tahan di lapang. Demikian juga klon Darulhidayah yang agak rentan di rumahkaca, menjadi sangat tahan di lapang. Menurut Noerwiyati dan Rahayu (2004), berdasar uji laboratorium, varietas Darulhidayah rentan terhadap penyakit layu Fusarium. Hal ini mungkin disebabkan di rumah kaca hanya menggunakan satu jenis jamur (Fusarium sp.), sementara di lapang terdiri atas beberapa jenis jamur. Kondisi lingkungan tumbuh di rumah kaca dan lapang diduga juga berpengaruh terhadap tingkat ketahanan dan ekspresi gejala.
KESIMPULAN 1. Penyakit leles pada ubikayu berasosiasi dengan jamur Fusarium sp., Aspergillus sp. Cunninghamella sp. dan Dematiaceae. Jamur Fusarium sp. merupakan salah satu penyebab penyakit leles pada ubikayu. 2. Varietas UJ-5, Malang-4, Adira-4, klon CMM 02038-7, CMM 02048-6, CMM 03028-4, CMM 03008-11, CMM 03080-8, OMM 9908-4, dan Darulhidayah bersifat sangat tahan, sementara varitas UJ-3, klon CMM 03636-7, dan CMM 02035-3 sangat peka. Varietas CMM 03005-12 bersifat tahan, Butoijo dan klon CMM03098-8 agak tahan, dan Malang-6, CMM 02033-1, dan CMM 03021-6 peka, dan CMM 03095-21 agak peka. 3. Terdapat korelasi negatif yang sangat nyata (R=-0,85058) antara persentase tanaman terserang leles dengan hasil umbi. 4. Terdapat tujuh varietas/klon ubikayu (UJ-5, Adira-4, Malang-4, klon CMM 02038-7, CMM 03008-11, CMM 03005-12, dan OMM 9908-40) yang selain hasilnya tinggi juga tahan terhadap penyakit leles. 544
Saleh et al.: Ketahanan varietas/klon ubikayu terhadap penyakit leles di lapang
5. Uji ketahanan penyakit leles dengan inokulasi tunggal jamur Fusarium sp. tidak selaras dengan uji di lapang (inokulum alami) yang terdiri atas beberapa jamur tular tanah.
DAFTAR PUSTAKA Aigbe, S.O and S.U Remison. 2009.The influence of root rot incidence on cassava genotype on consumers acceptability on the gari produce from it. African J. Biotechnology 8(22): 61466150 Aigbe, S.O and S.U. Remison. 2010a. The influence of root rot on dry matter partition of three cassava cultivars planted in different agro-ecological environments. Asian J Plant Pathology 4(2): 82-89. __________________________. 2010b. The influence of root rot on root starch content of cassava in differential ecological environment of Nigeria. Nigerian Annal. Natural Sciences 10(1): 60-70. Alvarez, E., G. Liano, and J. Loke. 2005. Development of ecological practices to manage Phytophthora root rot of cassava (Manihot esculenta) CIAT. http//www.ciat,cigar.org// iprn/indexhtm. Asiama, Y. , G.A. Mbofung and DHAK Amewowor. 1998. Incidence of cassava root rot in Central regions of Ghana. J. Ghana Science Association 1(1): 40-49. Bandyopadhyay R, Mwangi M, Aigbe SO, Leslie JF. 2006. Fusarium species from the cassava root rot complex in West Africa. Phytopathology, 96:673-676. Barnett, H.L. & B.B. Hunter. 1998. Ilustrated genera of imperfect fungi. 4th ed. USA: Prentice Hall, Inc. Barnett, H.L. 1995. Ilustrated genera of imperfect fungi. 2nd ed. Minneapolis: Burgess Publishing Company. Domsch, K.H., Gams W. & Anderson T.H. 1980. Compedium of suil fungi. Vol 1. London: Academic Press. Ellis, M.B. 1971. Dematiaceous hyphomycetes. England: Commonwealth Mycological Institute. Gandjar, I., R.A. Samson, K. Van den Tweel-Vermeulen, A. Oetari & I. Santoso. 1999. Pengenalan kapang tropik umum. Jakarta: yayasan obor Indonesia. Granada, G. A. 1990. Review of the status of cassava production in Colombia with regard to sanitary problems. p:149 – 155. In S. K. Hahn and F. E. Caveness (Eds.). Integrated pest management for tropical root and tuber crops. International Institut of Tropical Agriculture. Ibadan, Nigeria. Guo, H., C.P. Li, T. Shi, C.J. Fan and G.X. Huang. 2012. First report of Phytophthora palmivora causing root rot of cassava in China. Plant Disease 96(7): 1072. Hardaningsih, S., N. Saleh dan M. Hadi. 2012. Identifikasi penyakit ubikayu di Provinsi Lampung. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi tahun 2011. Puslitbang Tanaman Pangan. 604-609. Messiga, A.J.N.A., M. Mwangi, R. Bandyopadhyay and C.Nolle. 2004. The status of fungal rots as a constraint to cassava production in the Pouma District of Cameroon.Proc. 9th Symp. ISTRC 31 October-5 November 2004. 4pp. Montiel, F.M. and H.L. Isla. 2000. Root rot of cassava (Manihot esculenta Crantz.) caused by Phytophthora sp. in Cuba. Centro Agricola 27(3): 85-86. Msikita, W., P.E. Nelson, J.S. Yaniniek, M. Ahounou and R. Fagbemisi.1996. First report of Fusarium moniliforme causing cassava root, stem and storage rot. Plant Disease 80: 823 (Abstract). Msikita, W., B. Bissang, B.D. James, H. Baimey, H.T. Wilkinson, M. Ahounou and R. Fagbemisi. 2005. Prevalence and severity of Natrassia mangifera root and stem rot pathogen in Benin. Plant Disease 89: 12-16.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013
545
Mwangi, M., R. Bandyopadhyay, A.G.O. Dixon and W. Tatahany. 2004. The status of fungal rot disease as constraint to cassava production and utilization in Eastern Democratic Republic of Congo. Proc. 9th Symp.ISTRC 31 October-5November 2004. 11 pp. Nishiyama, K., N.H. Achmad, W. Suparman, and T. Yamaguchi. 1980. Causal agents of cassava bacterial wilt in Indonesia. Contribution No.59. 19 pp Noerwijati, K. dan M. Rahayu. 2004. Ketahanan klon harapan ubikayu pada fase vegetatif terhadap penyakit layu yang disebabkan oleh Fusarium spp. hlm :284-291. Dalam : L. Soesanto (Penyunting). Prosiding simposium nasional I tentang Fusarium. Unsoed. Purwokerto. Onyeka, T.J., E.J.A. Ekpo and A.G.O. Dixon. 2005. Virulence and host-pathogen interaction of Botryodiplodia theobromae isolates of cassava root rot disease. J. Phytopathology 153(11); 7266-729. Onyeka, TJ, Dixon AGO, and Ekpo EJA. 2005. Assessment of laboratory methods for evaluating cassava genotypes for resistance to root rot disease. Mycopathologia. Vol. 159 (3):561-467. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15883733. Rahayu, M., Rajid, B.S., dan N. Saleh. 2011. Fusarium sp. Isolate Mukibat dan patogenisitasnya pada ubikayu. Seminar Akselerasi Inovasi Teknologi untuk mendukung peningkatan produksi aneka kacang dan umbi. Puslitbangtan. Hlm: 515-521. Samson, R.A., E.S. Hoekstra, J.C. Frisvad & O. Filtenborg. 1995. Introduction to food borne fungi. 4th ed. Netherland: Ponsen & Looyen. Semangun, H. 1991. Penyakit-penyakit tanaman pangan di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 449 hlm. Silvester, O., S.U. Aigbe and S.U. Remison.2010. Minor root rot pathogen of cassava (Manihot uslenta Crantz.) in Nigeria. Archives Phytopathology and Plant Protection 43(13): 13351341.
546
Saleh et al.: Ketahanan varietas/klon ubikayu terhadap penyakit leles di lapang