Kliping Penerapan Etika Bisnis Dalam Beriklan Tugas Etika Bisnis Dosen : Iga Aju Nitya Dharmani, SE., MM.
OLEH: HADI PURWOKO NIM : 01210069
MANAJEMEN UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA FAKULTAS EKONOMI 2012
1. Pengantar Hampir setiap hari kita dibanjiri oleh iklan yang disajikan media‐media massa, baik cetak maupun elektronik. Akibatnya seakan‐akan upaya pemenuhan kebutuhan hidup sehari‐hari untuk sebagian besarnya dikondisikan oleh iklan. Memang, inilah sebenarnya peran yang diemban oleh iklan, yakni sebagai kekuatan ekonomi dan sosial yang menginformasikan konsumen perihal produk‐produk barang dan jasa yang bisa dijadikan sebagai pemuas kebutuhan. Dalam peran seperti inilah, di mana pun juga, kita bisa dengan mudah menemukan iklan‐iklan mulai dari yang paling sekuler sampai kepada informasi mengenai aktivitas‐aktivitas keagamaan, perjalanan ziarah, dan sebagainya. Tanpa kita sadari, iklan ternyata sungguh‐sungguh ditampilkan sebagai kekuatan ekonomi dan sosial yang mempengaruhi sebagian besar hidup kita, terutama sehubungan dengan upaya mendapatkan barang dan jasa pemuas kebutuhan. Apalagi iklan‐iklan tersebut disiarkan lewat media radio atau ditayangkan lewat layar televisi. Keadaan semacam ini yang membuat kita tidak hanya tidak sadar bahwa iklan sedang “menjajah” kita, tetapi juga tidak peka terhadap kenyataan bahwa iklan sedang menggerogoti nilai‐nilai moral dan agama yang selama ini kita junjung tinggi. Untuk hal yang terakhir ini kita paling‐paling hanya bisa sampai pada tingkat sopan‐santun, dan bukannya sebuah kesadaran etis untuk memprotes iklan‐iklan yang tidak bermoral tersebut. Karya tulis ini semata – mata hanya dibuat untuk memenuhi tugas etika bisnis serta membahas apa saja kelebihan and kekurangan sebuah produk iklan, tidak aad unsure untuk menjatuhkan sebuah produk atau perusahaan yang memasang iklan yang akan saya bahas di dalam karya tulis ini. 2. Definisi Iklan Menurut Thomas M. Garret, SJ, iklan dipahami sebagai aktivitas‐aktivitas yang lewatnya pesan‐pesan visual atau oral disampaikan kepada khalayak dengan maksud menginformasikan atau memengaruhi mereka untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi, atau untuk melakukan tindakan‐tindakan ekonomi secara positif terhadap idea‐idea, institusi‐institusi tau pribadi‐pribadi yang terlibat di dalam iklan tersebut. Sebagai kekuatan utama ekonomi, iklan justru menjadi sarana yang efektif bagi produsen untuk menstabilkan atau terus meningkatkan penawaran barang dan jasa. Sementara konsumen dengan sendirinya juga membutuhkan iklan, terutama ketika mereka hidup dalam sebuah masyarakat yang ditandai oleh pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat, sebuah masyarakat konsumtif dengan tingkat permintaan akan barang dan jasa yang yerus meningkat.
Hadi Purwoko (01210069)
2
Di sini sebenarnya iklan melakonkan tiga peran sekaligus. Pertama, iklan informatif. Jenis iklan ini bertujuan untuk menginformasikan secara objektif kepada konsumen kualitas dari barang tertentu yang diproduksi, nilai‐lebih dari barang tersebut, fungsi‐fungsinya, harga serta tingkat kelangkaannya. Kedua, iklan persuasif atau sugestif. Jenis iklan ini tidak sekadar menginformasikan secara objektif barang dan jasa yang tersedia, tetapi menciptakan kebutuhan‐kebutuhan akan barang dan jasa yang diiklankan. Kalau pada iklan informatif yang mau dicapai adalah bagaimana masyarakat bisa memenuni kebutuhannya, maka pada iklan persuasif justru kebutuhan akan barang dan jasa itu sendiri yang hendak diciptakan. Dan demi tujuan‐tujuannya tidak jarang jenis iklan ini mengutamakan unsur‐unsur perasaan dan bersifat irasional, karena pesan‐pesannya sunguh‐sungguh menggerakkan perasaan‐perasaan, imajinasi‐imajinasi, serta realitas bawah‐sadar manusia. Dan ketiga, iklan kompetitif. Meskipun meliputi juga iklan informatif dan persuasif, jenis iklan ini lebih dimaksud untuk mempertahankan serta memproteksi secara kompetitif kedudukan produsen di hadapan pelaku produksi lainnya. Masyarakat kemudian diharapkan memiliki semacam tingkat “kesetiaan” yang relatif tinggi dan tetap selaku pemakai barang dan jasa yang dihasilkan oleh satu pelaku produksi tertentu saja. 3. Keuntungan dan Kerugian Iklan Mengikuti dokumen yang dikeluarkan oleh komisi kepausan bidang komunikasi sosial mengenai etika dalam iklan,[6] paling kurang ada empat keuntungan dan ketugian yang bisa diperoleh dari iklan, yakni keuntungan dan kerugian di dalam bidang ekonomi, politik,kultural dan agama, serta moral. Keempat hal tersebut akan dideskripsikan berikut. a. Bidang ekonomi Dalam kerangka tindakan ekonomi secara luas, iklan merupakan sebuah jaringan kerja yang amat kompleks karena melibatkan produsen (pemasang iklan), pembuat iklan (advertiser), agen‐agen, media iklan, para peneliti pemerintah, maupun masyarakat itu sendiri. Maka keuntungan‐keuntungan maupun kerugian‐kerugian di bidang ekonomi juga berpengaruh secara langsung terhadap para pelaku ekonomi itu. b. Bidang Politis Seringkali juga media massa menampilkan atau menayangkan iklan‐iklan politik. Ini bisa menguntungkan semua pihak sejauh tidak dipakai semata‐mata demi kepentingan tiranis pihak penguasa, tetapi sebagai ekspresi daru sebuah kehidupan politik yang demokratis. Artinya, dengan iklan politik, masyarakat tidak hanya mendapatkan informasi perihal segala kebiakan yang tengah dn akan diambil pemerinth, tetapi juga—sebagai konsekuensi—semakin meningkatnya partisipasi masyarakat dalam kehidupan politik, yakni dalam menentukan pilihan‐pilihan politisnya. Hadi Purwoko (01210069)
3
c. Bidang Kultural Secara ideal harus dikatakan bahwa iklan semestinya dikemas sebegitu rupa supaya tidak hanya bernilai secara moral, tetapi juga intelektual dan estetis. Selain itu, para pemasang iklan juga mesti mempertimbangkan kebudayaan dari masyarakat yang menjadi “sasaran” iklan. Prinsip umum yang dianut adalah bahwa masyarakat harus selalu diuntungkan secara kultural. Hal ini hanya bisa terwujud kalau isi iklan bukan merupakan cerminan dari kehidupan glamor kelompok kecil masyarakat kaya atau pun masyarakat dunia pertama yang wajib diimitasi secara niscaya oleh mayoritas masyarakat miskin atau pun masyarakat dunia ketiga, tetapi merupakan cerminan dan dinamisme kehidupan masyarakat miskin itu sendiri, karena iklan menginformasikan barang dan jasa yang sungguh‐sungguh mereka butuhkan, dan itu berarti sesuai dengan stadar hidup mereka. Prinsip yang secara etis dipegang teguh adalah bahwa iklan tidak harus pertama‐tama menciptakan kebutuhan‐kebutuhan baru, atau mengekspos pola kehidupan baru yang malah mengasingkan masyarakat dari kebudayaannya sendiri.
d. Bidang Moral dan Agama Ajaran‐ajaran moral dan agama juga seringkali disampaikan lewat iklan. Ajaran‐ ajaran moral dan agama tersebut—kepatuhan kepada kehendak Yang Ilahi, toleransi, belaskasihan, pelayanan dan conta kasih kepada sesama yang lebih membutuhkan pertolongan, pesan‐pesan mengenai kesehatan dan pendidikan, dll—bertujuan untuk memotivasi masyarakat ke arah kehidupan yang baik dan membahagiakan. Masalah muncul ketika iklan bertentangan dengan ajaran‐ajaran moral dan agama. Bagi kaum moralis maupun agamawan, hal yang secara jelas bertentangan dengan aharan moral dan agama adalah pornografi dalam iklan. Mengapa demikian? Karena, menurut mereka, pornografi yang diekspos itu merupakan sisi gelap dari kodrat manusia—kaum agamawan menyebut sisi ini sebagai “gudang dosa”—dan pelecehan terhadap martabat manusia. Selain itu, iklan yang diwarnai oleh kekerasan juga bertentangan dengan ajaran moral serta agama, dengan alasan yang kurang lebih sama seperti pada pornografi.
Hadi Purwoko (01210069)
4
4. Fungsi Periklanan Periklanan dibedakan dalam dua fungsi : fungsi informatif dan fungsi persuasif. Tetapi pada kenyataannya tidak ada iklan yang semata‐mata informatif dan tidak ada iklan yang semata‐mata persuasif. 5. Beberapa Prinsip Moral yang Perlu dalam Iklan Terdapat paling kurang 3 prinsip moral yang bisa dikemukakan di sini sehubungan dengan penggagasan mengenai etika dalam iklan. Ketiga prinsip itu adalah: 1. masalah kejujuran dalam iklan / Prinsip kejujuran Prinsip ini berhubungan dengan kenyataan bahwa bahasa penyimbol iklan seringkali dilebih‐lebihkan, sehingga bukannya menyajikan informasi mengenai persediaan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh konsumen, tetapi mempengaruhi bahkan menciptakan kebutuhan baru. Maka yang ditekankan di sini adalah bahwa isi iklan yang dikomunikasikan haruslah sungguh‐sungguh menyatakan realitas sebenarnya dari produksi barang dan jasa. Sementara yang dihindari di sini, sebagai konsekuensi logis, adalah upaya manipulasi dengan motif apa pun juga. 2. masalah martabat manusia sebagai pribadi / Prinsip Martabat Manusia sebagai Pribadi Bahwa iklan semestinya menghormati martabat manusia sebagai pribadi semakin ditegaskan dewasa ini sebagai semacam tuntutn imperatif (imperative requirement). Iklan semestinya menghormati hak dan tanggung jawab setiap orang dalam memilih secara bertanggung jawab barang dan jasa yang ia butuhkan. Ini berhubungan dengan dimensi kebebasan yang justru menjadi salah satu sifat hakiki dari martabat manusia sebagai pribadi. Maka berhadapan dengan iklan yang dikemas secanggih apa pun, setiap orang seharusnya bisa dengan bebas dan bertanggung jawab memilih untuk memenuhi kebutuhannya atau tidak. Yang banyak kali terjadi adalah manusia seakan‐akan dideterminir untuk memilih barang dan jasa yang diiklankan, hal yang membuat manusia jatuh ke dalam sebuah keniscayaan pilihan. Keadaan ini bisa terjadi karena kebanyakan iklan dewasa ini dikemas sebegitu rupa sehingga menyaksikan, mendengar atau membacanya segera membangkitkan “nafsu” untuk memiliki barang dan jasa yang ditawarkan (lust), kebanggaan bahwa memiliki barang dan jasa tertentu menentukan status sosial dalam masyarkat, dll. 3. tanggung jawab sosial yang mesti diemban / Iklan dan Tanggung Jawab Sosial. Meskipun sudah dikritik di atas, bahwa iklan harus menciptakan kebutuhan‐ kebutuhan baru karena perananya yang utama selaku media informasi mengenai kelangkaan barang dan jasa yang dibutuhkan manusia, namun dalam kenyataannya sulit dihindari bahwa iklan meningkatkan konsumsi masyarakat. Artinya bahwa karena iklan Hadi Purwoko (01210069)
5
manusia “menumpuk” barang dan jasa pemuas kebutuhan yang sebenarnya bukan merupakan kebutuhan primer. Penumpukan barang dan jasa pada orang atau golongan masyarkat tertentu ini disebut sebagai surplus barang dan jasa pemuas kebutuhan. Menyedihkan bahwa surplus ini hanya dialami oleh sebagai kecil masyarakat. Bahwa sebagian kecil masyarakat ini, meskipun sudah hidup dalam kelimpahan, toh terus memperluas batasa kebutuhan dasarnya, sementara mayoritas masyarakat hidup dalam kemiskinan. Di sinilah kemudian dikembangkan ide solidaritas sebagai salah satu bentuk tanggung jawab sosial dari iklan. Berhadapan dengan surplus barang dan jasa pemuas kebutuhan manusia, dua hal berikut pantas dipraktekkan. Pertama, surplus barang dan jasa seharusnya disumbangkan sebagai derma kepada orang miskin atau lembaga/institusi sosial yang berkarya untuk kebaikan masyarakat pada umumnya (gereja, mesjid, rumah sakit, sekolah, panti asuhan, dll). Tindakan karitatif semacam ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa kehidupan cultural masyarakat akan semakin berkembang. Kedua, menghidupi secara seimbang pemenuhan kebutuhan fisik, biologis, psikologis, dan spiritual dengan perhatian akan kebutuhan masyarakat pada umumnya. Perhatian terhadap hal terakhir ini bisa diwujudnyatakan lewat kesadaran membayar pajak ataupun dalam bentuk investasi‐investasi, yang tujuan utamanya adalah kesejahteraan sebagian besar masyarakat. 6. Ciri‐ciri iklan yang baik • Etis: berkaitan dengan kepantasan. • Estetis: berkaitan dengan kelayakan (target market, target audiennya, kapan harus ditayangkan?). • Artistik: bernilai seni sehingga mengundang daya tarik khalayak. 7. Etika Iklan Secara Umum 9 Jujur : tidak memuat konten yang tidak sesuai dengan kondisi produk 9 Tidak memicu konflik SARA 9 Tidak mengandung pornografi 9 Tidak bertentangan dengan norma‐norma yang berlaku. 9 Tidak melanggar etika bisnis, ex: saling menjatuhkan produk tertentu dan sebagainya. 9 Tidak plagiat. Hadi Purwoko (01210069)
6
Berikut saya akan coba mengulas beberapa perbandingan iklan di media cetak & elektronik : 1. Iklan yang saya ambil dari media cetak Jawa Pos edisi Rabu 12 Desember 2012 Hal. 32
Ulasan : ¾ Pada iklan di halaman sebelumnya sudah memenuhi ciri iklan yang baik dari segi (Etis, Estetis, Dan Artistik). ¾ Prinsip – prinsip moral yang disampaikan oleh iklan tersebut : 9 masalah kejujuran dalam iklan / Prinsip kejujuran pada iklan “Gunung Sari Intan” dan “ Miami elektronik” sudah memenuhi prinsip tersebut dalam penetapan harga barang, tetapi iklan pada “Miami Elektronik” menyebutkan “ Tukarkan TV/AC/Lemari ES/ Mesin Cuci Lama Anda, Kami Hargai s/d Hadi Purwoko (01210069)
7
Rp. 700.000,‐ “ harusnya penjelasannya lebih spesifik, apakah kondisi barang yang boleh ditukar dalam kondisi masih baik atau kondisi barang yang sudah tidak dapat berfungsi dengan baik dapat ditukarkan juga. sehingga informasi yang di terima oleh pembaca menjadi lebih jelas. 9 masalah martabat manusia sebagai pribadi / Prinsip Martabat Manusia sebagai Pribadi Kedua iklan diatas cukup mampu membangkitkan “Nafsu” pembaca untuk membeli barang yang diiklankan diatas dengan memberikan penawaran yang menarik dengan syarat & ketentuan yang ditawarkan di iklan tersebut. 9 tanggung jawab sosial yang mesti diemban / Iklan dan Tanggung Jawab Sosial Kedua iklan diatas menurut saya belum memenuhi tanggung jawab sosial, karena didalam iklan tersebut hanya bertujuan untuk menarik pelanggan sebanyak – banyaknya. tanpa adanya alokasi untuk kegiatan sosial. Ulasan Etika Iklan Secara Umum Iklan diatas sudah memenuhi etika Iklan Secara Umum karena sudah Jelas dalam penyampaian harga, konten produknya sesuai, tidak ada unsur pornografi, tidak ada pelanggaran terhadap norma – norma yang berlaku, tidak melanggar etika bisnis dengan saling menjatuhkan perusahaan lain yang memiliki usaha serupa, dan tidak ada unsure plagiat didalam beriklan. Hadi Purwoko (01210069)
8
2. Iklan yang saya ambil dari media elektronik di Youtube :
Sumber : http://www.youtube.com/watch?v=bTtHzwlFUL4
Sumber: http://www.youtube.com/watch?v=wAdNXEGbllE ¾ Ulasan : Pada iklan di atas sudah memenuhi ciri iklan yang baik dari segi (Etis, Estetis, Dan Artistik). Hadi Purwoko (01210069)
9
¾ Prinsip – prinsip moral yang disampaikan oleh iklan tersebut : 9 masalah kejujuran dalam iklan / Prinsip kejujuran Pada kedua iklan tersebut sudah menerapkan kejujuran didalam penawaran produk bahwa dengan rajin mencuci tangan dan mandi menggunakan sabun tersebut, dapat mencegah berbagai penyakit dan menjadikan badan sehat karena produk tersebut telah di uji secara klinis. 9 masalah martabat manusia sebagai pribadi / Prinsip Martabat Manusia sebagai Pribadi Kedua iklan diatas tidak terlalu membangkitkan pembeli untuk membeli produk tersebut, karena iklan tersebut hanya menyampaikan anjuran untuk menggunakan sabun anti kuman baik itu mandi ataupun mencuci tangan dapan menjadikan hidup menjadi lebih sehat. 9 tanggung jawab sosial yang mesti diemban / Iklan dan Tanggung Jawab Sosial Kedua iklan diatas menurut saya sudah memenuhi tanggung jawab sosial karena iklan tersebut mengandung unsur ajakan kepada anak – anak untuk rajin mencuci tangan dan mandi menggunakan sabun anti kuman, agar terbebas dari kuman penyakit. yang pada intinya ingin menjadikan generasi anak – anak menjadi sehat dan sadar akan kebersihan. ¾ Ulasan Etika Iklan Secara Umum Iklan diatas sudah memenuhi etika Iklan Secara Umum karena sudah Jelas dalam penyampaian spesifikasi produk, konten produknya sesuai, tidak ada unsur pornografi, tidak ada pelanggaran terhadap norma – norma yang berlaku, tidak melanggar etika bisnis dengan saling menjatuhkan produk lain yang serupa, dan tidak ada unsure plagiat didalam beriklan. Hadi Purwoko (01210069)
10
7. Kesimpulan Dalam periklanan kita tidak dapat lepas dari etika. Dimana di dalam iklan itu sendiri mencakup pokok‐pokok bahasan yang menyangkut reaksi kritis masyarakat Indonesia tentang iklan yang dapat dipandang sebagai kasus etika periklanan. Iklan mempunyai unsur promosi, merayu konsumen, iklan ingin mengiming‐imingi calon pembeli. Karena itu bahasa periklanan mempergunakan retorika sendiri. Masalah manipulasi yang utama berkaitan dengan segi persuasif dari iklan (tapi tidak terlepas juga dari segi informatifnya). Karena dimanipulasi, seseorang mengikuti motivasi yang tidak berasal dari dirinya sendiri, tapi ditanamkan dalam dirinya dari luar. Maka di dalam bisnis periklanan perlulah adanya kontrol tepat yang dapat mengimbangi kerawanan tersebut. bukan hanya dari perusahaan yang ingin memasang iklan, tetapi juga meliputi agen –agen atau konsultan jasa periklanan. 8. Daftar Pustaka http://jeremiasjena.wordpress.com/2010/10/05/etika‐dalam‐iklan/ http://initugasku.wordpress.com/2010/03/03/%E2%80%9Cperiklanan‐dan etika%E2%80%9D/
Hadi Purwoko (01210069)
11