TINJAUAN
A.
PUSTAKA
-
I t i k Alabio (Anas platyrhynchos borneo)
K l a s i f i k a s i menurut P e t t i n g i l l (1970) a d a l a h seper-
ti berikut
:
Klas
: Aves
Sub-klas
:
Neornithes
Super-order : Neognathae Order
:
Sub-order
: Anseres
Family
: Anatidae
Sub-family
: Anatinae
Genus dan spesies
:
Anseriformes
Anas platyrhynchos borneo
I t i k Alabio d i s e b u t s e s u a i dengan nama k o t a
Alabio
d i p r o p i n s i Kalimantan S e l a t a n , t e r l e t a k d i daerah rawa k i r a - k i r a 1 2 km d i s e b e l a h s e l a t a n k o t a Amuntai, a t a u k i r a - k i r a 130 km. d i s e b e l a h u t a r a k o t a Banjarmasin,
Asal
-
u s u l yang t e p a t d a r i i t i k Alabio i n i belum d i k e t a h u i secara pasti. Chavez dan Lasmini (1978) melaporkan tentang s u a t u
-
t e o r i sementara y a i t u diduga bahwa i t i k Alabio dibawa k e
Kalimantan bersamaan dengan entok ( i t i k Muscovy) d a r i da erah Meksiko.
U a l t e r s e b u t didasarkan pada bentuk tubuh
i t i k Alabio t e r s e b u t sangat s e r u p a dengan i t i k l i a r yang t e r d a p a t d i Meksiko
.
--
Robinson e t a1. (1977), kemudian Chavez dan Lasmini (1978) menjelaskan bahwa c i r i - c i r i i t i k Alabio
betina
berwarna t o t o $ c o k l a t , warna spekulum biru-kehijauan dis e r t a i puncak k e p a l a benvarna c o k l a t kelam dan bagian a-
-
tas d a r i b o l a mata berwarna s a n g a t cerah dengan g a r i s ke l a m yang menyerupai a l i s mata.
Paruhnya berwarna jingga
-
kusam dengan b i n t i k hitam d i ujungnya dan kakinya berwar na jingga pula. I t i k Alabio j a n t a n , puncak kepalanya berwarna cok
-
l a t kelam mengkilap, d i s e r t a i p u t i h s e p e r t i kalung dibag i a n depan l e h e r , d i b a g i a n dads berwarna c o k l a t keunguan dengan b u l u badan berwarna k e l a b u p u c a t dan c o k l a t muda, d i s e r t a i b i r u k e h i j a u a n yang mengkilap, kemudian bulu ekornya berwarna hitam,
Paruh dan kakinya berwarna seru-
p a dengan i t i k Alabio b e t i n a .
Sikap badan i t i k Alabio
t i d a k setegak i t i k Tegal, akan t e t a p i tubuhnya l e b i h ge-
sam -
muk dan pada umur dewasa kelamin s e k i t a r enam bulan, i t i k Alabio b e t i n a mempunyai b e r a t badan a n t a r a 1.500 p a i 1.600 gram.
D i d a e r a h a s a l n y a y a i t u Kalimantan S e l a t a n , i t i k A-
-
labio dipelihara secara tradisional ekstensif oleh p e t e r nak d i daerah pedalaman tanah rawa, sedangkan d i daerah t e p i rawa
pemeliharaan b e r s i f a t i n d u s t r i i n t e n s i f .
--
Kingston e t a1. (1979) melaporkan bahwa i t i k Alabio yang d i p e l i h a r a i n t e n s i f , b e r t e l u r untulc masa yang l e b i h lama d a r i i t i k yang d i p e l i h a r a s e c a r a e k s t e n s i f .
Gambar 1.
Gambar i t i k Alabio j a n t a n dan b e t i n a dewasa (sumber : B a l i t n a k , C i a w i ) .
A.
I t i k Alabio j a n t a n dewasa warna kelam d i daerah puncak k e p a l a d& s e r t a i warna p u t i h melingkar l e h e r dan warna bulu ekor yang kehitaman den melengkung k e a t a s , merupakan o i r i - o i r i i t i k J a n t a n yang mulai t e r l i h a t s e t e l a h berumur empat minggu.
B.
I t i k Alabio b e t i n a dengan p o s i s i b e r d i r i t i d a k t e r l a l u tegak dan warna paruh same dengan warna kc k i s e r t a bulu b e r b i n t i k o o k l a t adalah o i r i - o i r i d a r i i t i k betina.
-
Samosir dan Simanjuntak (1984) melaporkan adanya ke untungan pemeliharaan itik secara intensif jika
diban-
-
dingkan dengan pemeliharaan secara ekstensif dan semi-in tensif, yaitu antara lain : 1.
Produksi telur lebih tinggi, karena cara pemeliharaannya dan makanannya yang disediakan lebih baik.
2.
Pencegahan penyakit lebih mudah dikontrol, sehingga angka kematiannya relatif rendah.
3.
Pemeliharaan cukup dalam kandang , tanpa memerlukan kawasan untuk tempat pelepasan dan penggiringan.
4.
Kehilangan itik dan telur relatif tidak terjadi, karena itik tersebut' tidak dilepaskan keluar kandang. Chavez dan Lasmini (1978) melaporkan bahwa produksi
telur yang dicapai oleh itik Alabio melalui pemeliharaan secara intensif, sebanyak
-
226,OO + 3,20 butir selama 11
bulan dengan berat telur rata-rata adalah gram.
-
60.50 +
--
0,60
Oleh Kingston et a1.(1979), dilaporkan bahwa pro-
duksi telur itik Alabio adalah rata-rata sebanyak butir dalam waktu 360 hari.
Hasil pemeliharaan
ekstensif yang dilaporkan oleh Robinson
&.(1977)
hadap itik Alabio yang dipelihara di daerah tanah
245
secara
-
ter raw8
Kalimantan Selatan, produksi telurnya mencapai sebanyak 600 butir dalam waktu tiga tahun. Sampai saat kini, distribusi itik Alabio telah menoepai pulau Jawa, yaitu terutama di daerah Jawa Barat,
sedangkan Balai Penelltian Ternak dl Ciawi telah memelihara itik Alabio secara intensif dan mengembang-biakkan melalui Inseminasi Buatan.
Hasil keturunannya disebar
-
luaskan dl aekitar Java Barat dan juga dipakai sebagai hewan peroobaan dalam bidang biologi, peternakan dan kedokteran hewan.
Jika dibandingkan dengan ltik lokal la-
innya, maka itik Alabio lebih tepat dipakai sebagai w a n percobaan karena bentuknya lebih eeragam dan
he-
angka
kematlannya juga relatif lebih keoil aerta cenderung le-
-
bih balk dipelihara secara intensif seperti yang dilapor kan oleh Chavez dan Lasmini (1978). Haail laporan feasibility study dalam rsngka intensifikasi peternakan itik (Direktorat Jendral Peternakan, 1979) menunjukkan bahrra jangkauan pemasaran am& itik Alabio dari Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, telah mencapai kota Magelang, Cirebon dan kota lain nya dl Jawa Barat.
Angka kematian yang dilaporkan pads
itik Alabio betina muda oukup keoil, yaitu
mencapai
0,99 5 dan pada itik betina dewasa adalah 6.90 % dengan dengan sistem pemeliharaan seoara tradisional, sedangkan angka kematian yang diperoleh melalui pemeliharaan secaPro
-
sentase dari angka kematian tersebut mempengaruhi pros
-
ra intensif adalah lebih kecil atau mencapai 1 5.
pek dari potensi peternakan itik Alabio didalam penyesuaian dirl terhadap lingkungannya.
Struktur dan fungsi alat reproduksi betina
B.
tur dan fungsi alat reproduksi betina pada itik, menyeru .
Sturkie dan Mueller (1976) melaporkan bahwa struk
pai struktur dan fungsi alat reproduksi betina pada ayam (Gallus domesticus).
Dijelaskan juga bahwa alat repro
duksi sebelsh kiri saja yang dapat berkembang
-
dan ber-
fungsi, sedangkan di bagian kanan rudimenter. Ovarium kiri terletak didekat caput renalis
einis-
ter dan terikat pada dinding tubuh oleh ligamentum mesovarii
A. ovarica dan
dan mendapatkan aliran darah dari
cabang dari
A.
renolumbalis sinister
(Nalbandov
James, 1949 dan NAA, yang dikutip oleh Baumel Saluran alat reproduksi terdiri dari magnum, isthmus, uterus dan vagina.
dan
et a.1979).
infundibulum,
Menurut
NU,
yang
--
dikutip oleh Baumel et al. (1979) dikatakan bahwa infundibulum mendapatkan aliran darah dari cranialis, magnum ,dari
A.
-A.
oviduc talis
oviductalis cranialis acesso-
-
ria, isthmus dari A. oviductalis media, uterus dari A. uterina lateralis ran darah dari
ef
-
medialis dan vagina mendapatkan ali
&. vaninalis.
Aitken (1971) melaporkan bahwa saluran alat repro duksi pada unggas yang aktif berproduksi bisa panjang 80 cm, sedangkan pada saluran
alat
mencapai reproduksi
yang tidak aktif hanya mempunyai ukuran panjang 14 cm hingga 19 cm.
-
sekitar
Kemudian dijelaskan bahwa saluran alat reproduksi terss but, walaupun terbagi atas bagian-bagian yang mempunyai fungal tersendiri dalam proses pembentukan telur, akan tetapi secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang sallng mempengaruhi.
Percobaan dengan memasukkan benda
asing kedalam salah satu baglan dari saluran tersebut, ternyata mempengaruhi fungsi bagian yang lain. Peranan dari masing-masing bagian pada salwan
a-
lat reproduksi didalam proses pembentukan lapisan pada telur dijelaskan oleh Koch, yang disunting oleh DeVries (1973), juga oleh Aitken (1971) dan Sturkie dan Mueller (1976). adalah sebagai berikut : 1.
Infundibulum Merupakan bagian ujung kranial dari saluran
alat
rong dan mempunyai fungsi antara lain sebagai tempat pe nnmpungan eel telur pada proses ovulasi, tempat terjadi reproduksi betina pada unggas yang berbentuk seperti co
nya fertillsasi dan pembentukan sebaglan dari telur.
chalaza
Pada alat reproduksi yang aktif, maka bagian 1-
ni mempunyai ukuran panjang hingga sembilan cm.
Waktu
yang dibutuhkan telur untuk meliwati bagian in1
adalah
sekitar 18 menit. 2.
Magnum merupakan bagian dari saluran alat reproduksi yang
paling panjang, yaitu mencapai 32 cm pada
keadaan
Magnum berfungsi member1 l a p i s a n albumin
sedang a k t i f . pa9a t e l u r .
Mukosa magnum amat t e b a l dan banyak mengan-
dung k e l e n j a r .
-
Waktu yang dibutuhkan t e l u r untuk meliwa
t i bagian i n i adalah s e k i t a r dua hingga t i g a j a m . 3.
Isthmus Berukuran panjang s e k i t a r 10 om pada a l a t reproduk-
s i yang a k t i f .
-
Pada bagian i n i t e r j a d i pembentukan s e l a
p u t dalam kerabang k u l i t t e l u r dan s e d i k i t albumin t e l u r . Waktu yang dibutuhkan t e l u r untuk meliwati bagian i n 1 adalah s a t u Jam 14 menit. 4,
Uterus
-
Disebut juga sebagai k e l e n j a r k u l i t t e l u r karena pa da bagian i n i t e r j a d i p r o s e s pembentukan kerabang kulit telur.
dan
Uterus yang panjangnya s e k i t a r 11 om meru-
palcan bagian yang menyerupai kantong yang l e b a r dan mempunyai l a p i s a n o t o t s e r t a mukosa yang cukup t e b a l .
Pada
-
a l a t reproduksi y&ng sedang a k t i f , t e r l i h a t l a p i s a n muko
sa u t e r u s yang t e b a l dan b e r l i p a t - l i p a t ngandung k e l e n j a r .
s e r t a banyak me-
-
Waktu yang dibutuhkan t e l u r untuk me
nempati bagian i n 1 adalah 20 j a m 46 menit. 5.
Vagina
-
Merupakan bagian ujung kaudal saluran alat reproduk
s i yang berhubungan dengan kloaka,
Panjangnya mencapai
10 om, dan d l bagian i n 1 t e r d a p a t p r o s e s pemberian bahan yang melapisi
bagian l u a r k u l i t t e l u r dan
berf ungsi
sebagai b a k t e r i s i d , y a i t u mencegah dan membunuh
kuman
yeng masuk melalui k u l i t t e l u r t e r s e b u t . Waktu yang dibutuhkan mulai d a r i p r o s e s o v u l a s i Sam o
p a i p r o s e s o v i p o s i s i pada unggas b e r k i s a r a n t a r a hingga 24 j a m .
20 jam
-
Akan t e t a p i ada beberapa k e j a d i a n , m i s a l
nya pada i t i k Alabio mempunyai kemampuan b e r t e l u r due ks li dalam waktu 24 j a m ,
s e p e r t i yang dilaporkan oleh Cha-
vez dan Lasmini (1978).
C.
S t r u k t u r dan fungsi Glandula P i n e a l i s Glandula p i n e a l i s (NU,
1979) adalah s u a t u k e l e n j a r
endokrin yang t e r d a p a t d i daerah d o r s a l otak.
Breazile
(1979) melaporkan bahwa Glandula p i n e a l i s merupakan bagi
o
an dari e p i thalamus, sedangkan e p i thalamus merupakan bag i a n d a r i diencephalon. Nartwig (1980) menjelaskan bahwa bentuk Glandula nealis
pada unggas s e p e r t i tangkai dengan ujung
termi-
n a l yang b u l a t dan menonjol dan t e r l e t a k d i daerah Velum transversum
d i a n t a r a o t a k k e c i l dengan kedua hemispheri
um c e r e b r i . -
Ham (1957) menjelaskan bahwa bagian
terminal yang b u l a t d i s e b u t sebagai badan
ujung
pineal, se
-
dangkan bagian yang memaajang d i s e b u t sebagai tangkai pi neal. -
Pada badan p i n e a l t e r d a p a t dua macam s e l ,
yang pertama
yaitu
-
adalah s e l neuro-ektodermal t e r d a p a t d i ba
g i a n parenkhim yang l e b i h dikenal sebagai s e l
neuroglia.
Yang kedua a d a l a h s e l mesenkhim yang t e r d a p a t d i daerah kgpsula dan membentuk j a r i n g a n i k a t yang menutupi bagian parenkhim.
Pengamatan dengan memakai mikroakop
cahaya
terhadap s e l n e u r o g l i a ayam yang masih muda, dijumpai adanya dua macam s e l , y a i t u yang pertama d i s e b u t
sebagai
s e l ependimosit dengan bentuk yang panjang den i n t i n y a t e r l e t a k pada daerah b a s a l .
Yang kedua a d a l a h s e l hipen
d i m o s i t yang berbentuk l e b i h b u l a t dan pendek.
Sedang-
kan pada ayam yang sudah dewasa, kedua macam s e l d i atas t i d a k d a p a t dibedakan l a g i dan d i s e b u t sebagai s e l pinea l o s i t (Wight, 1971).
-
Quay dan Renzini, yang d i k u t i p o l e h Wight (1971) me laporkan bahwa pada t angkai p i n e a l t e r d a p a t s e r a b u t syar a f dan k a p i l e r darah yang b e r f u n g s i sebagai s l a t pembaw a rangsangan menuju badan p i n e a l dan pembawa hormon has i l s i d t e s i s d a r i s e l - s e l k e l e n j a r yang t e r d a p a t d i d a
l a m badan p i n e a l menuju k e p e r i f e r .
-
Oleh Hartwig (1980),
Shepherd (1983) d i l a p o r k a n bahwa pada tsngkai pineal dijumpai i n e r v a s i s e r a b u t s y a r a f s i m p a t i s yang b e r a s a l da-
ri Ganglion
c e r v i c a l l s superior.
Ganglion i n i meneri-
-
m a s e r a b u t s y a r a f s i m p a t i s d a r i medulla a p i n a l i s d i bagi an cervical. Wight (1971) dan Hartwig (1980) melaporkan
bahwa
Glandula p i n e a l i s b e r a s a l d a r i l a p i s a n ektodermal. kembangan yang t e r l i h a t y a i t u pada embrio ayam
Per-
berumur
t i g a h a r i yang dimulai dengan penebalan bagian a t a p dari dienoephalon k e a r a h d o r s a l dan p o s t e r i o r menuj u transversum
.
Velum
Perkembangan s e l a n j u t n y a , t e r j a d i bentuk
v e s i k u l e r dan g l a n d u l e r d a r i l a p i s a n t e r s e b u t . Pengametan u l t r a s t r u k t u r terhadap
sel
pinea1osi.t
pads i t i k , memberikan gambaran bahwa badan s e l t e r s e b u t t e r d i r i atas; basal, l e h e r dan puncak s e l .
-
D i daerah ba
sal s e l p i n e a l o s i t dijumpai i n t i s e l dengan
nukleolus
yang cukup b e s a r dan j e l a s , kemudian sejumlah mitokondrA-
a s e r t a r e t i k u l u m endoplasmik h a l u s dan kasar, s e l a i n it u dijumpai alat g o l g i dan b u t i r - b u t i r ribosom
bebas,
D i daerah puncak s e l p i n e a l o s i t dijumpai mitokondria da-
-
lam jumlah yang banyak dan ukuran yang b e s a r , dan r e t i k u lum endoplasmik k a s a r dalam jumlah yang banyak, juga d i -
jumpai b u t i r - b u t i r ribosom bebas dalam sitoplasmanya. Jumlah dan ukuran mitokondria merupakan i n d i k a t o r untuk
-
menduga dan menenfukan a k t i v i t a s metabolisme d a r i sel p i n e a l o s i t ( W i g h t , 1971).
B e a t t i e dan G l e m y , yang d i k u t i p o l e h W i g h t (1971),
s u a t u anyaman dan merupakan r a n t i n g -
melaporkan bahwa Glandula p i n e a l i s rah yang membentuk
ranting dari
A.
A.
kaya akan k a p i l e r da
meningea p o s t e r i o r , sebagai oabang d a r i
carotis interna.
-
Pembuluh darah k a p i l e r t e r s e b u t , ma
suk m e l a l u i t a n g k a i p i n e a l dan membentuk anyaman yang am a t e r a t d i daerah badan p i n e a l .
Glandula pinealis sebagai kelenjar endokrin mensintqsis hormon melatonin yang berfungsi mengatur aktivitas biologi reproduksi (~ltmandan Dittmer, 1973 ; dan Hester, 1966 ; Binkley, 1980). porkan
bahwa
Glandula pinealis
Reiter
Wight (1971) mela-
mengambil
asam
amino
triptofan dari aliran darah untuk dipakai sebagai
bahan
--
dasar pembuatan hormon melatonin. Lovenberg et a1.(1967) menjelaskan bahwa tahap awal biosintesis melatonin dimulai dengan oksidasi triptofan menjadi 5-hidrokai-triptofan, yang dikatalisa oleh ensim triptofan hidroksilase. Snyder dan Axelrod (1964) melaporkan bahwa tahap
kedua
dari biosntesis melatonin adalah proses dekarboksilasi dari 5-hidroksi triptofan menjadi 5-hidroksi triptamin a 0
tau serotonin, yang dlkataliea oleh ensim L-amino dekarboksilase.
--
Weissbach et a1.(1960) menjelaskan bahwa pro
0
-
ses dari biosintesis selanjufnya adalah asetilaai seroto nin menjadi N-asetil serotonin, yang dikatalisa oleh ensim N-asetil transferase (NAT).
Kemudian oleh
Axelrod
dan Weissbach (1961), dilaporkan bahwa tahap akhir dari biosintesis tersebut adalah proses metilasi terhadap
N-
asetil serotoxiin menjadi 5-hidroksi N-asetil triptamin a 0
tau melatonin, yang dikatalisa oleh ensim hidroksi-indol 0-metil transferase (HIOMT). Proses biosintesis
melatonin di atas,disajikan da-
lam bentuk skema pada Lampiran 2.
D.
Hubungan a n t a r a cahaya dengan f u n g s i Glandula pinealis
-
Menurut Huygen, yang d i k u t i p o l e h Sears dan Zemansky (1962) menyatakan bahwa cahaya sebagai s u a t u gerakan ge-
lombang yang mempunyai panjang gelombang t e r t e n t u , dapat dipantulkan, d i b i a s k a n dan difokuskan o l e h l e n s a dipolarisasikan,
serta
Sumber cahaya b i s a b e r a s a l d a r i s i n a r
-
matahari, s i n a r lampu dan n y a l a a p i yang mempunyai b e s a r an I n t e n s i t a s cahaya dinyatakan dalam satuan ukuran
lu-
men p e r s t e r a d i a n a t a u l i l i n . Cahaya merupakan unsur yang amat mendukung kehidup-
an s u a t u mahluk, karena s e l a i n menghasilkan e n e r g i
juga
memberikan penerangan yang amat dibutuhkan bagi k e g i a t a n mahluk hidup t e r s e b u t .
Adanya i n t e r a k s i a n t a r a
cahaya
dengan kehidupan s u a t u mahluk, disebabkan karena' mahluk hidup t e r s e b u t mempunyai r e s e p t o r yang peka t erhadap cahaya.
Salah s a t u r e s e p t o r yang peka terhadap
pengaruh
cahaya, adalah .mata.
-
King dsn McLelland (1975) menerangkan bahwa mata me
luar
rupakan r e s e p t o r oahaya yang menerima s i n a r d a r i dan menyampaikan kedalam o t a k melalui aistem syaraf.
-
Su
a t u percobaan dilakukan dengan membuat buta kedua
belah
mata ayam sangat menghambat pertumbuhan f i s i k dan
alat
reproduksinya.
-
Hartwig (1980) melaporkan bahwa s e l p i n e
a l o s i t yang t e r d a p a t didalam badan p i n e a l merupakan
sel
fotosensor yang amat peka terhadap rangsangan cahaya dari l u a r yang d i t e r i m a o l e h r e t i n a m a t s .
-
Cahaya d a r i l u a r yang d i t e r i m a o l e h r e t i n a , akan men
-
j a d i s u a t u rangsangan cahaya menuju t r a k t u s retino-hipo
thalamus, s e l a n j u t n y a rangsangan cahaya t e r a e b u t d i t e r u s kan menuju badan-badan syaraf yang banyak berkelompok d i daerah d o r s a l chiasma optikum yang disebut nukleua suprakiasmatik.
r a f yang t e r d a p a t d i daerah otak depan sebelah medial, nuju ke kornua l a t e r a l i s dari medulla s p i n a l i s dan
dite-
ruskan menuju Ganglion c e r v i c a l i s s u p e r i o r , kemudian l a l u i sis-
me
Rangsangan cahaya d i t e r u s k a n o l e h serabub sya
serabut syaraf simpatis dilanJutkan
me-
menuju
-
Glandula p i n e a l i s (Dollah, 1982 dan Shepherd, 1983).
Ske
m a j a l u r p e r j a l a n a n rangsangan cahaya, pada Lampiran 1. R e i t e r dan Heater (1966) melaporkan bahwa cahaya dap a t mempengaruhi s i n t e s i s dan pengeluaran hormon d a r i badan p i n e a l
y a i t u hormon melatonin, karena cabaya
menpengaruhi pengeluaran norepineprin
dapat
yang t e r d a p a t
da uj u g - u j u g serabut syaraf simpat i s dari Ganglion v i c a l i e s u p e r i o r yang menuju ke tangkai p i n e a l .
pa-
=-
Minneman
dan Wurtman (1974) melaporkan bahwa I n t e n s i f a s cahaya juga mempengaruhi a k t i v i t a s d a r i Glandula p i n e a l i s , s i n t e s i s ensim N-asetil b a t sehingga berkurang.
transferase
karena
-
(NAT) menjadi terham
-
Oleh karena a k t i v i t a s s i n t e s i s Glandula p i n e a l i s dipenga r u h i oleh cahaya, maka dengan demikian b e r a r t i cahaya da p a t mempengaruhi jwnlah dan a k t i v i t a s hormon
melatonin
yang d i s i n t e s i s o l e h k e l e n j a r t e r s e b u t . Binkley (1975), melaporkan bahwa cahaya dapat menurunkan a k t i v i t a s ensim N-asetil t r a n s f e r a s e ,
sedangkan
-
penurunan a k t i v i t a s ensim t e r s e b u t dapat menurunkan a k t i . v i t a s s i n t e s i s hormon melatonin sehingga yang diproduksi menjadi l e b i h k e c i l ,
jumlah
hormon
Swenson (1977) ju-
ga t e l a h menjelaskan bahwa cahaya dapat menurunkan
ju-
-
lah hormon melatonin dalam darah dan memacu kegiatan bio
l o g i reproduksi pada hewan ternak.
Oleh karena
cahaya
dapat menghambat produksi hormon melatonin, kemudian
o-
--
l e h Ralph (1980) dan Bacon e t a1.(1981) dilaporkan bahwa hormon melatonin dapat menghambat a k t i v i t a s k e l e n j a r hip o f i s i s a n t e r i o r , s e r t a oleh White e t a1. - (1980)
e g. (1978),
Martin
dilaporkan bahwa hormon melatonin dapat me-
nimbulkan hambatan bagi pengeluaran
l u t e i n i z i n g hormone
r e l e a s i n g hormone (LHRH) pada hipothalamus, malra b e r a r t i bahwa penurunan jumlah hormon melatonin t e r s e b u t j u s t r u
memacu hormon-hormon reproduksi menjadi a k t i f , dan sebag a i akibatnya adalah perkembangan a l a t reproduksi l e b i h cepat t e r j a d i ,
-
Beberapa h a s i l p e n e l i t i a n yang mendukung pendapat d i
atas a n t a r a l a i n o l e h Lecyk (1963), dilaporkan bahwa
pe-
-
nyinaran pada t i k u s - t i k u s muda dapat mempercepat t e r c a p a i
nya dewasa kelamin.
--
Alleva e t a1.(1968), s e r t a
da -
Srida
r a n dan McCormack (1979) melaporkan bahwa penyinaran
p a t dipergunakan untuk mengatur k e j a d i a n o v u l a s i pada t i kus b e t i n a .
Johnston dan Zucker (1980), juga melaporkan
bahwa cahaya dapat mengatur perkembangan
s l a t reproduk-
s i t i k u s , m e l a l u i pengaturan pada p r o s e s o v u l a s i .
Pengaruh cahaya terhadap perkembangan a l a t reproduk -
s i hewan j a n t a n juga t e l a h d i t e l i t i dan d i l a p o r k a n Almeida dan Lincoln (1982), menjelaskan bahwa cahaya pada
oleh
pemberian
-
domba j a n t a n d a p a t mengatur k e g i a t a n
repro
duksinya, dengan mengetahui perubahan s e c a r a t e r a t u r dar i s e k r e s i hormon melatonin dan p r o l a k t i n .
a1. (1983) -
Whit s e t t
melaporkan bahwa penyinaran d a p a t
ef
merangsang
t e r c a p a i n y a dewasa kelamin pada t i k u s j a n t a n . Berdasarkan h a s i l p e n e l i t i a n
d i atas
dan pendapat
maka d a p a t d i k a t a k a n bahwa cahaya dapat mempengaruhi akt i v i t a s dan f u n g s i Glandula p i n e a l i s .
i n f o-r
Laporan d a r i bebe
r a p a h a s i l p e n e l i t i a n d i bawah i n i juga memberikan
masi bahwa cahaya d a p a t mempengaruhi s t r u k t u r
morfologi
d a r i Glandula p i n e a l i s .
--
Wurtman e t a1. (1964), melaporkan b a h w a pemberian c_a haya pada t i k u s dapat menyebabkan perubahan b e r a t Glandula p i n e a l i s .
dari
-
Wight (1971), melaporkan bahva penyi
naran d a p a t menyebabkan peningkatan jumlah b u t i r a n lemalc yang t e r d a p a t pada s i t o p l a s m a
sel pinealosit.
terutama
d i bagian
apek