KINERJA DITCHER DENGAN PENGERUK TANAH UNTUK BUDIDAYA TEBU LAHAN KERING
Oleh : ARI SEMBODO F14101098
2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
KINERJA DITCHER DENGAN PENGERUK TANAH UNTUK BUDIDAYA TEBU LAHAN KERING
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh : ARI SEMBODO F14101098
2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
KINERJA DITCHER DENGAN PENGERUK TANAH UNTUK BUDIDAYA TEBU LAHAN KERING
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh : ARI SEMBODO F14101098 Dilahirkan pada tanggal 18 Maret 1983 Di Pemalang Tanggal Lulus : 1 September 2006 Disetujui, Bogor, September 2006
Dr. Ir. I Nengah Suastawa, MSc
Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II Mengetahui,
Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS Ketua Departemen Teknik Pertanian
ARI SEMBODO. F14101098. Kinerja Ditcher Dengan Pengeruk Tanah Untuk Budidaya Tebu Lahan Kering. Di bawah bimbingan Dr. Ir. I Nengah Suastawa, MSc dan Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS. RINGKASAN Tanaman tebu pada lahan kering akan tumbuh baik apabila mempunyai sistem irigasi dan drainase yang baik. Air dapat dengan segera dialirkan ke lahan bila dibutuhkan dan juga dapat segera dikeluarkan dari lahan bila berlebih. Sistem drainase yang kurang baik akan menurunkan kualitas tumbuh tanaman dan memperburuk kondisi lahan untuk pengoperasian peralatan. Ditcher adalah suatu alat/implemen yang berfungsi untuk membuat saluran drainase. Saluran drainase dibuat untuk dapat menyalurkan air irigasi dan air hujan ke seluruh juring tanaman. Pembuatan saluran drainase ini meliputi : got mujur (sejajar arah juring tanam) dan got malang (melintang juring tanam). Pembuatan got malang seringkali menimbulkan masalah, yaitu tertutupnya bagian cekungan guludan oleh tanah hasil pembuatan got. Penutupan cekungan guludan dapat menimbulkan pembusukkan bibit tebu, terutama saat musim penghujan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja Ditcher dengan mekanisme pengeruk untuk budidaya tanaman tebu lahan kering. Rancang bangun dan perbaikan ditcher dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya Pertanian. Uji fungsional dan struktural dilakukan di Laboratorium Lapangan Departemen Teknik Pertanian, Leuwikopo, Darmaga – Bogor dan pengujian lapangannya dilakukan di PT. PG. Jatitujuh, Majalengka. Alat ukur yang digunakan pada pengujian ditcher adalah reliefmeter, pengukur sudut, penggaris, patok, stopwatch, dan alat ukur lainnya. Lahan uji dibuat agar memenuhi batasan kondisi lahan tebu aktual di PG. Jatitujuh. Lahan uji yang digunakan, sebelumnya diadakan pengukuran kadar air, kerapatan isi tanah (bulk density), tahanan penetrasi tanah, kohesi, dan sudut gesekan dalam. Pengukuran yang dilakukan pada pengujian ditcher antara lain: (a) pengukuran tahanan tarik, (b) perubahan kondisi guludan (c) kecepatan maju pembuatan saluran, (d) kedalaman saluran, dan (e) pengukuran kapasitas lapang dan slip roda traksi. Lahan uji Leuwikopo mempunyai kadar air rata-rata sebesar 29.58% dan kerapatan isi tanah rata-rata sebesar 0.97 g/cm3. Pengukuran tahanan tarik dilakukan dalam 30 kali pembacaan dalam jarak 25 m. Tahanan tarik (draft) ratarata yang dihasilkan sebesar 289.17 kgf. Kecepatan maju traktor rata-rata 0.31 m/s. Kedalaman saluran yang dibuat oleh ditcher rata-rata sebesar 11 cm dari cekungan guludan. Kadar air rata-rata di lahan uji B PG. Jatitujuh sebesar 15.03% dengan kerapatan isi tanah sebesar 1.01 g/cm3. Tahanan tarik ditcher rata-rata yang didapatkan adalah sebesar 660.78 kgf dengan kecepatan maju traktor ratarata sebesar 0.57 m/s. Kedalaman saluran rata-rata sebesar 8 cm dari cekungan guludan. Pengujian ditcher di lahan Leuwikopo menggunakan roda pengeruk yang berdiameter 32.4 cm dan panjang lengan 27.5 cm. Pada saat pengoperasian ditcher terjadi slip roda traksi yang cukup tinggi sehingga mengurangi ketinggian guludan. Bentuk guludan yang berubah karena slip roda traksi berpengaruh pada
hasil pengerukan oleh pengeruk. Modifikasi dilakukan pada roda pengeruk dengan membesarkan diameter dan lengan pemegang. Slip roda traksi yang terjadi pada pengoperasian ditcher di lahan percobaan Leuwikopo dengan menggunakan roda pengeruk besar dan lengan panjang untuk roda kiri sebesar 39.43% dan untuk roda kanan sebesar 35.73%. Slip roda traksi di lahan uji B PG. Jatitujuh, untuk roda kiri 62.87% dan roda kanan 63.38%. Kapasitas lapang teoritis (KLT) pada lahan uji Leuwikopo didapatkan sebesar 3.72 ha/jam, dan pada lahan pengujian PG. Jatitujuh didapatkan KLT 6.85 ha/jam.
RIWAYAT HIDUP Nama
lengkap
penulis
adalah
Ari
Sembodo,
dilahirkan di Pemalang pada tanggal 18 Maret 1983. Merupakan anak ketiga dari pasangan Kamsi dan Tirokhmi. Pada tahun 1995 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Sokawangi 1, kemudian lulus dari SLTP N 2 Taman pada tahun 1998 dan pada tahun 2001 lulus dari SMU N 1 Pemalang. Pada tahun itu juga penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI di Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Penulis mengambil sub program studi Teknik Mesin Budidaya Pertanian pada tahun 2003. Selama masa kuliah penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan, yaitu menjadi pengurus HIMATETA (Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian) tahun 2003/2004 dan 2004/2005 dan ikut dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan lainnya. Pada tahun 2005 penulis melakukan praktek lapang di PT. Rajawali II, Unit PG. Tersana Baru, Cirebon dengan judul ”Aspek Keteknikan Pertanian di PT. Rajawali II, Unit PG. Tersana Baru, Cirebon, Jawa Barat”. Sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian, penulis melakukan penelitian yang berjudul ”Kinerja Ditcher dengan Pengeruk Tanah untuk Budidaya Tebu Lahan Kering”.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YME yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul Kinerja Ditcher dengan Pengeruk Tanah untuk Budidaya Tanaman Tebu Lahan Kering. Dalam skripsi ini dijelaskan mengenai uji kinerja ditcher dengan pengeruk tanah. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian penulis selama kurang lebih lima bulan, terhitung mulai dari bulan Februari 2006 hingga Juli 2006. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari pihak-pihak yang senantiasa membantu penulis selama penelitian. Kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penulisan skripsi, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. I Nengah Suastawa, MSc., selaku dosen pembimbing akademik atas segala perhatian, arahan dan nasehatnya selama penulis melakukan penelitian dan dalam menyelesaikan penulisan skripsi. 2. Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS., selaku dosen pembimbing kedua atas arahan dan bantuan pemikiran dalam penyempurnaan penulisan skripsi. 3. Prof. Dr. Ir. Asep Sapei, MS, selaku dosen penguji atas segala kritik dan saran dalam penyempurnaan penulisan skripsi. 4. Bapak Abbas Mustofa, Bapak Parma dan Bapak Bandi atas segala bantuannya selama penulis melakukan penelitian. 5. PT. Rajawali Nusantara Indonesia (PT. RNI), atas kesempatan dan bantuan finansial selama penelitian. 6. Ayah, ibu dan kakak penulis atas doa restu dan dukungan moral maupun materi selama penulis melakukan studi di IPB. 7. Bang Samsoel, Alam, Azmi, dan Keket (DILA Crew), Wildan, Tatang dan Komenk (APIC Crew), Wahyu dan Herlin (SIGAP Crew). 8. Cici Retno Wijayanti yang telah memberikan semangat, doa, dan dukungan selama penelitian dan penyusunan skripsi ini. 9. Kawan-kawan TEP’38 dan TEP’39 (Karim, P_ri, Ateu, DeNies, Ukie, dkk) atas segala bantuannya selama penulis belajar di IPB. Bogor, September 2006 Penulis
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv DAFTAR TABEL ............................................................................................. . v DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................vi DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................viii I. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1 A. Latar Belakang .............................................................................................. 1 B. Tujuan ........................................................................................................... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 3 A. Budidaya Tebu .............................................................................................. 3 B. Drainase ........................................................................................................ 3 C. Furrower ....................................................................................................... 5 D. Kinematika dan Mekanisme Batang Hubung (Pengeruk)............................. 7 E. Traktor Roda-4 .......................................................................................... 8 F. Sifat Fisik dan Mekanik Tanah ................................................................... 9 G. Tahanan Tarik (Draft) ................................................................................. 10 III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................................. 12 A. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 12 B. Alat dan Bahan ............................................................................................ 12 C. Tahapan Penelitian ...................................................................................... 14 D. Prosedur Penelitian...................................................................................... 16 V. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 30 A. Hasil Kalibrasi Load Cell ............................................................................ 30 B. Kondisi Tanah ............................................................................................. 30 C. Profil Hasil Pengoperasian Ditcher dengan Pengeruk Tanah ..................... 34 D. Tahanan Tarik (Draft) Ditcher dengan Pengeruk Tanah ............................ 41 E. Slip Roda Traksi dan Kapasitas Lapang ..................................................... 42 VI. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 44 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 45 LAMPIRAN ......................................................................................................... 47
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.
Spesifikasi traktor roda 4 yang digunakan dalam pengujian di lahan uji Leuwikopo ....................................................... 13
Tabel 2.
Pengukuran yang dilakukan pada tiap lahan uji.................................. 15
Tabel 3.
Kadar air dan bulk density .................................................................. 31
Tabel 4.
Kohesi dan sudut gesekan dalam pada Lahan Percobaan Jatitujuh dan Leuwikopo ................................................... 33
Tabel 5.
Hasil pengukuran penampang potongan ditcher dengan pengeruk tanah ........................................................................ 35
Tabel 6.
Slip roda traksi dan kecepatan maju.................................................... 43
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.
Pembuatan saluran drainase dengan menggunakan ditcher .............. 2
Gambar 2.
Tanaman Tebu................................................................................... 3
Gambar 3.
Saluran drainase .............................................................................. . 5
Gambar 4.
Penampang ditcher .......................................................................... 6
Gambar 5.
Tipe Ditcher yang sudah ada .......................................................... 7
Gambar 6.
Ditcher tipe lengan ayun ................................................................. 7
Gambar 7.
Traktor yang digunakan dalam pengujian lapang .......................... 13
Gambar 8.
Ukuran guludan dan alur baris tanaman.......................................... 14
Gambar 9.
Skema tahapan penelitian ................................................................ 15
Gambar 10. Ditcher dengan pengeruk tanah yang diuji ..................................... 16 Gambar 11. Peralatan
pengukur
profil
guludan
dan
sudut
pemotongan ditcher dengan pengeruk tanah .................................. 16 Gambar 12. Cara mengkalibrasi Loadcell .......................................................... 17 Gambar 13. (a) Load cell dan (b) Handy strain meter ........................................ 18 Gambar 14. Cara memperoleh bentuk guludan agar sesuai dengan yang diharapkan .............................................................................. 19 Gambar 15. Peralatan Pengukuran kadar air dan kerapatan isi tanah ................. 20 Gambar 16. Pengukuran tahanan penetrasi tanah ............................................... 21 Gambar 17. Penetrometer dengan ujung cone .................................................... 21 Gambar 18. Pengukuran tahanan geser tanah dan tahanan gesek tanah-baja ........................................................................................ 22 Gambar 19. Peralatan pengukuran tahanan geser tanah dan gesek tanah-baja ........................................................................................ 22 Gambar 20. Posisi loadcell dalam pengujian di lapangan .................................. 23 Gambar 21. Kondisi awal guludan ...................................................................... 25 Gambar 22. Pengukuran kecepatan maju traktor pada saat pengolahan ............. 25 Gambar 23. Pengukuran kedalaman saluran ....................................................... 26 Gambar 24. Pengukuran profil guludan setelah pengoperasian ditcher dengan pengeruk tanah dengan reliefmeter..................................... 27 Gambar 25. Pengukuran sudut potongan ditcher dengan pengeruk tanah .......... 27
Gambar 26. Pengukuran jarak tempuh 5 putaran roda traksi .............................. 28 Gambar 27. Grafik hubungan beban terhadap regangan loadcell....................... 30 Gambar 28. Grafik hubungan penetrasi tanah dengan kedalaman tanah ............ 32 Gambar 29. Kondisi kelengketan tanah pada ditcher ......................................... 33 Gambar 30. Profil saluran trapesium yang telah dihasilkan oleh ditcher dengan pengeruk tanah .................................................................... 34 Gambar 31. Profil penampang hasil pengoperasian ditcher dengan pengeruk tanah di lahan uji A Jatitujuh (roda besar, lengan panjang) ........................................................................................... 36 Gambar 32. Profil penampang hasil pengoperasian ditcher dengan pengeruk tanah pada lahan uji A Jatitujuh ...................................... 36 Gambar 33. Profil penampang hasil pengoperasian ditcher dengan pengeruk tanah di Leuwikopo (roda kecil, lengan pendek) ........... 37 Gambar 34. Profil penampang hasil pengoperasian ditcher dengan pengeruk tanah pada lahan Leuwikopo (roda kecil, lengan pendek) ............................................................................................ 38 Gambar 35. Profil penampang guludan hasil pengoperasian ditcher dengan pengeruk tanah di Leuwikopo (roda besar, lengan panjang) .......................................................................................... 38 Gambar 36. Profil penampang guludan hasil pengoperasian ditcher dengan pengeruk tanah pada lahan Leuwikopo (roda besar, lengan panjang) ........................................................................................... 39 Gambar 37. Longsoran tanah hasil ditcher dengan pengeruk tanah .................. 40 Gambar 38. Profil melintang pada lahan pengujian Jatitujuh ............................. 40 Gambar 39. Profil melintang pada lahan pengujian Leuwikopo dengan roda pengeruk berdiameter kecil dan lengan roda pendek ...................... 40 Gambar 40. Profil melintang pada lahan pengujian Leuwikopo dengan roda pengeruk berdiameter besar dan lengan roda panjang .................... 41 Gambar 41. Pengukuran tahanan tarik (draft) ................................................... 42 Gambar 42. Pengukuran kecepatan maju, slip roda traksi, dan kapasitas lapang ............................................................................................. 43
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Cara pengukuran dan perhitungan kadar air dan kerapatan isi tanah ............................................................................................... 47 Lampiran 2. Cara perhitungan kohesi tanah dan sudut gesekan dalam .............. 48 Lampiran 3. Cara perhitungan adhesi tanah dan sudut gesekan tanah-baja ........ 49 Lampiran 4 Kalibrasi loadcell ........................................................................... 50 Lampiran 5. Data penguuran kadar air dan kerapatan isi tanah (bulk density) Lahan pengujian Leuwikopo .......................................................... 51 Lampiran 6. Data pengukuran penetrasi small cone pada lahan uji Leuwikopo . 54 Lampiran 7. Data Pengukuran Tahanan Tarik dengan roda pengeruk besar dan berlengan panjang ........................................................................... 56 Lampiran 8. Tinggi profil guludan pada lahan pengujian A PG. Jatitujuh (Roda besar, lengan panjang) .................................................................... 57 Lampiran 9. Data pengukuran slip roda traksi dan kecepatan maju ................... 66 Lampiran 10. Data hasil pemotongan tanah oleh ditcher pada lahan Leuwikopo 67 Lampiran 11. Perhitungan Kapasitas Lapang ........................................................ 69
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Tanaman tebu pada lahan kering akan tumbuh dengan baik apabila memiliki sistem irigasi dan drinase yang baik. Air dapat dengan segera dialirkan ke lahan bila dibutuhkan dan juga dapat dikeluarkan dari lahan bila berlebih. Sistem drainasi yang kurang baik akan menurunkan kualitas tumbuh tanaman dan memperburuk kondisi lahan untuk pengoperasian peralatan. Ditcher adalah suatu alat/implemen yang berfungsi untuk membuat saluran drainase. Saluran drainase dibuat untuk dapat menyalurkan air irigasi dan air hujan ke seluruh juring tanaman. Saluran drainase atau got yang biasa dibuat pada lahan tebu meliputi : got mujur (sejajar arah juring tanam) dan got malang (melintang juring tanam). Pada budidaya tebu, got malang dimaksudkan untuk mendapatkan seluruh jalur juring tanam dan tidak memakan banyak lahan karena posisinya yang melintang terhadap juring tanam dan arahnya mengikuti lebar lahan bukan panjang lahan, sehigga pembuatan got malang lebih sering dilakukan daripada got mujur. Seringkali pada pembuatan got malang, masalah yang timbul selanjutnya adalah tertutupnya bagian terendah guludan yang akan mengalirkan air. Kondisi tertutupnya bagian ini, akan menyebabkan tergenangnya bibit tebu dan sangat dimungkinkan terjadinya pembusukan bibit tebu terutama saat terjadi hujan. Ditcher dengan pengeruk dibuat untuk dapat mengurangi penumpukan tanah pada bagian terendah guludan (Gambar 1). PT. PG. Jatitujuh adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam budidaya tebu yang telah menerapkan sistem drainase dengan alur sehingga mempermudah proses drainase dan irigasi. Pembuatan saluran drainase ini biasanya menggunakan ditcher atau rotary ditcher. Pada pengoperasian dan perawatannya, ditcher lebih mudah daripada rotary ditcher. Dari hasil kerjanya, rotary ditcher lebih unggul dari pada ditcher.
tanah yang menghalangi alur antar guludan guludan
Gambar 1. Pembuatan saluran drainase dengan menggunakan ditcher.
B. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja ditcher dengan pengeruk tanah untuk membuat saluran drainase pada budidaya tanaman tebu lahan kering.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Budidaya Tebu Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu tanaman penting sebagai penghasil gula. Tebu termasuk kelas Monokotiledon, ordo Glumaceae, famili Gramineae, kelompok Andropogoneaae, genus Saccharum (Sudiatso, 1982). Menurut Barnes dalam Sudiatso (1982) iklim berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan hasil tebu, rendemen dan gula. Tanaman tebu tumbuh baik di daerah beriklim panas di tropika dan subtropika di sekitar khatulistiwa sampai garis isotherm 20 oC, yakni kurang lebih diantara 39o LU sampai 35o LS. Muller dalam Sudiatso (1982), menyatakan bahwa data rata curah hujan tahunan yang baik bagi pertumbuhan tebu antara 1800- 2500 mm. Dalam masa pertumbuhan tanaman tebu membutuhkan banyak air. Sedangkan menjelang tebu masak untuk di panen, dikehendaki keadaan kering tidak ada hujan, sehingga pertumbuhannya terhenti. Buruknya drainase tanah mengakibatkan berlimpahnya kation tereduksi dan gas metan dapat merupakan racun bagi tanaman tebu (Notojoewono, 1970). Gambar 2 menunjukkan contoh tanaman tebu.
Gambar 2. Tanaman tebu B. Drainase Drainase merupakan usaha membuang kelebihan air yang tidak diperlukan lagi oleh tanaman untuk meningkatkan hasil atau produktivitas pertanian. Sumber kelebihan air dapat berasal dari air hujan, air susupan, irigasi yang kurang efisien, pengaruh artesis, dan banjir. Faktor-faktor yang mempengaruhi drainase meliputi faktor tanah, jenis tanaman, iklim, topografi dan kedalaman muka air tanah (Wijanto, 1988). Air yang berlebihan akan
mengakibatkan tanah tanaman dan tanah yang diolah akan tergenang, yang dapat menyebabkan kerusakan. Jadi di daerah-daerah yang demikian, air berlebih harus dibuang ke daerah-daerah yang lebih rendah yang memerlukan pengairan (Sosrodarsono, 1980). Menurut Schwab et al. (1981) metode yang dipakai untuk mengeringkan lahan dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu: drainase permukaan (surface drainage) dan drainase bawah permukaan (sub-surface drainage). Drainase permukaan (surface drainage) mengalirkan kelebihan air yang tergenang di atas permukaan tanah. Schwab et al. (1981), menyatakan bahwa pemilihan sistem didasarkan pada keadaan topografi lahan dan jenis pengelolaan tanaman. Dimana sistem yang digunakan tersebut harus : 1. Layak untuk suatu sistem pertanian 2. Mempunyai kapasitas pengaliran yang cukup 3. Arah aliran kelebihan air mulai dari lahan menuju saluran tanpa bahaya erosi dan pengendapan 4. Tidak menggangu operasi peralatan. Penggunaan drainase permukaan tanah sebagai sistem drainase memberikan keuntungan sebagai berikut : 1. Mempunyai kapasitas menyalurkan air yang cukup 2. Mudah dikerjakan dengan biaya yang relatif murah 3. Dapat dibuat dengan cara mekanis atau tenaga manusia Di samping memberikan keuntungan, drainase permukaan juga memberikan beberapa kerugian antara lain: luas lahan akan berkurang, operasi traktor dan alat-alat pertanian akan terganggu serta diperlukan pemeliharaan yang teratur. Tanaman tebu menghendaki drainase perakaran yang baik. Bagi daerahdaerah yang bertanah poros dan mempunyai muka air tanah dalam (≥ 1m), biasanya tidak dijumpai masalah drainase. Masalah ini timbul terutama di daerah tanah berat, muka air tanah yang dangkal dan daerah yang datar dimana pembuangan air selalu jadi masalah.
Menurut Wardojo (1996) pembuatan saluran drainase dimulai dari pembuatan got keliling berukuran 60 – 90 cm dengan kedalaman 100 – 120 cm. Kemudian got mujur yang berukuran 60 – 80 cm dengan kedalaman 50 – 75 cm. Jarak antar got mujur ini 50 – 125 m. Tegak lurus dengan got mujur dibuat got malang dengan ukuran 40 – 50 cm dengan kedalaman 30 – 40 cm. Jarak antar got malang ini adalah 10 m. Gambar 3 menunjukkan contoh saluran drainase yang biasa dibuat pada lahan plant cane PG. Jatitujuh, Majalengka.
Gambar 3. saluran drainase.
C. Furrower Menurut Boers (2003), fungsi furrower antara lain membuat alur, menutup benih dan membuat alur untuk irigasi. Furrower terutama digunakan di daerah tropis dan subtropis karena banyak tanaman yang tumbuh di daerah tersebut, seperti kapas, jagung, kentang, tebu dan sayuran, dibudidayakan dalam suatu alur baris tanaman. Kelebihan furrower antara lain : a) dapat digunakan untuk satu atau lebih alur baris, b) dapat menggunakan hewan maupun traktor sebagai tenaga penarik, c) dapat dikombinasikan dengan implemen yang lain, dan d) dapat digunakan sebagai alat penyiang. Bagian-bagian furrower adalah sebagai berikut: mata bajak yang berfungsi sebagai ujung bajak yang memulai menembus tanah, pisau bajak yang berfungsi untuk membelah, singkal majemuk yang berfungsi untuk mengangkat dan membalik tanah ke kanan dan ke kiri, rangka batang penarik yang berfungsi sebagai tempat menempelnya bajak dan berhubungan dengan kerangka utama.
Gill dan Berg (1968), menyatakan bahwa mekanisme pengolahan tanah merupakan sebab dan akibat dari aksi dan reaksi antara alat dan tanah yang diolah. Pada dasarnya mekanisme pengolahan tanah adalah memotong, mengangkat, menggeser, membalik dan menghancurkan tanah. Sedangkan akibat yang timbul sebagai reaksi dari tanah berupa gerakan meluncur, menggeser, memberi beban, terbalik, pecah dan hancur serta dalam kondisi tertentu terjadi kelengketan antara tanah dan bajaknya. Daywin et al. (1985), menyatakan bahwa terdapat empat perilaku yang menggambarkan proses pengolahan tanah yaitu gesekan antara tanah dan metal, keruntuhan geser tanah, gaya percepatan gerak tanah dan tahanan pemotongan tanah. Hasil akhir dari pengolahan tanah berupa kondisi tanah dan tenaga untuk menggerakkan alatnya. Secara keseluruhan tenaga yang diperlukan dalam pengolahan tanah meliputi tenaga untuk pemotongan tanah, tenaga untuk mengatasi gaya kohesi dan gaya geser termasuk di dalamnya pemampatan, penggeseran, pembalikan dan penghancuran tanah, dan tenaga untuk mengatasi gaya gesek antara tanah dan bajak, tanah dan land side (Baver et al. 1972). Gill dan Berg (1968), menyatakan bahwa faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap tenaga dalam pengolahan tanah adalah tegangan normal pada permukaan bajak, luas permukaan bajak, sudut kemiringan bajak dengan permukaan horizontal, serta sudut geser tanah di permukaan bajak. Gambar penampang furrower dalam bentuk gambar teknik seperti terlihat pada Gambar 4. Adapun tipe ditcher yang sering dipakai di PG. Jatitujuh seperti pada Gambar 5. Gambar 6 merupakan ditcher jenis baru yaitu ditcher tipe lengan ayun yang diuji kinerjanya.
Gambar 4. Penampang ditcher.
(a) Ditcher satu mata
(b) Rotary Ditcher
Gambar 5. Tipe Ditcher yang sudah ada.
Gambar 6. Ditcher tipe lengan ayun. D. Kinematika dan Mekanisme Batang Hubung (Pengeruk) Kinematika adalah ilmu yang mempelajari tentang suatu gerak tanpa memandang gaya penyebabnya, sedangkan rantai kinematik adalah gabungan dari batang hubung dan sambungan yang saling terkait untuk menghasilkan gerakan teratur sebagai produk dari gerakan sumber (Norton, 1992). Norton (1992) menyatakan bahwa: 1. Gerakan rotasi murni adalah gerakan suatu benda kaku yang hanya memiliki satu titik (pusat putaran). Pusat putaran tersebut tidak bergerak terhadap rangka acuan. Gerakan setiap titik pada benda tersebut akan menggambarkan busur dari lingkaran-lingkaran yang mengelilingi pusat putaran. Garis acuan yang melalui pusat lingkaran dan setiap titik pada benda hanya akan membedakan sudutnya saja.
2. Gerakan translasi murni adalah gerakan suatu benda kaku dimana seluruh titik
pada
benda
tersebut
bersifat
paralel.
Garis
acuan
yang
menggambarkan pergerakan benda tersebut berupa garis lurus tetapi tidak mengalami perubahan sudut. 3. Gerakan kompleks adalah gerakan gabungan secara bersamaan antara gerakan rotasi dan translasi. Garis acuan yang terbentuk pada benda menunjukan perubahan posisi secara linier dan orientasi sudutnya. Norton (1992) menyatakan Mekanisme merupakan suatu alat pengubah gerakan menjadi pola tertentu yang diinginkan dan biasanya melipatgandakan gaya yang kecil. Mekanisme adalah rantai kinematik yang setidaknya memiliki satu batang penghubung (linkage) yang bersifat sebagai ground atau terikat pada rangka. Batang penghubung diasumsikan sebagai benda kaku yang setidaknya memiliki dua titik hubung atau nodes.
E. Traktor Roda-4 Traktor roda-4 merupakan penarik, penggerak dan penyalur daya bagi alat pengolahan tanah atau implemen. Daywin et al. (1999) menyatakan bahwa, kapasitas lapangan pengolahan tanah dikelompokkan menurut 3 jenis traktor, yaitu traktor kecil (mini) dengan daya lebih kecil dari 15 kW, traktor sedang daya 22 kW sampai 34 kW, traktor besar dengan pembagian 50 kW sampai 60 kW, 60 kW sampai dengan 90 kW dan dengan daya lebih besar dari 90 kW dan khusus untuk traktor roda rantai. Untuk kelompok traktor mini, pengolahan tanah umumnya menggunakan bajak pisau berputar, baik untuk sawah maupun tanah kering. Sedangkan traktor roda empat yang lebih besar dayanya, daya yang diperoleh seluruhnya untuk pengolahan tanah kering dengan menggunakan bajak piringan untuk pengolahan tanah primer dan dengan garu piring untuk pengolahan tanah sekunder. Menurut Koga (1988), traktor yang biasa digunakan di lahan pertanian adalah traktor empat roda dan traktor dua roda (traktor tangan). Penggunaan traktor di lahan biasanya disesuaikan dengan luas lahan, kondisi tanah, dan jenis kegiatannya.
F. Sifat Fisik dan Mekanik Tanah Tanah merupakan media tumbuh bagi tanaman. Hardjowigeno (1995) menyatakan bahwa definisi ilmiah tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara, dan merupakan media untuk tumbuhnya tanaman. 1. Kadar Air Das (1993), menyatakan bahwa kadar air tanah didefinisikan sebagai perbandingan antara berat cair dan berat butiran padat dari volume tanah yang diselidiki. Kadar air sangat berkaitan dengan kelas drainase tanah, yaitu mudah tidaknya air hilang dari dalam tanah. Air terdapat di dalam tanah karena ditahan (diserap) oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau keadaan drainase yang kurang baik (Hardjowigeno, 1987). 2. Kerapatan Isi Tanah Metode pengukuran kerapatan isi tanah tergantung dari massa suatu tanah yang sudah diketahui volumenya terlebih dahulu (Davies et al., 1993). Kerapatan isi tanah menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori-pori tanah. Kerapatan isi tanah menunjukkan kepadatan tanah. Semakin padat suatu tanah maka semakin tinggi kerapatan isinya, yang berarti semakin sulit meneruskan air atau ditembus oleh akar tanaman (Hardjowigeno, 1995). 3. Struktur Tanah Menurut Hardjowigeno (1995), struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butiran-butiran tanah. Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran dan kemampuan (ketahanan) yang berbeda-beda. Faktorfaktor yang mempengaruhi struktur tanah diantaranya adalah bentuk, ukuran, dan komposisi mineral dari butiran tanah serta sifat fisik dan komposisi air tanah (Das, 1993). Tanah yang berstruktur baik (granuler atau remah) mempunyai tata udara yang baik, unsur-unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah (Hardjowigeno, 1995). Menurut Ashari (1995), struktur tanah menentukan penyusunan pertikel tanah menjadi agregat. Struktur tanah penting dalam lahan
pertanian karena menentukan aerasi tanah, pergerakan air tanah dan penetrasi akar tanaman. Tanah dengan granulasi tinggi (remah) mempunyai aerasi yang baik dan dapat mengikat air dengan baik karena memiliki banyak ruang pori mikro. 4. Tahanan Penetrasi Tanah Kekuatan tanah adalah kemampuan dari suatu tanah untuk melawan gaya yang bekerja, atau dikatakan juga sebagai kemampuan suatu tanah untuk mempertahankan diri dari deformasi atau regangan (Mandang dan Nishimura, 1991). Tahanan penetrasi dapat dijadikan ukuran untuk menggambarkan besarnya kemampuan tanah yang diperlukan oleh peralatan pertanian untuk bekerja atau akar tanaman untuk menembus tanah. Nilai tahanan penetrasi diukur dengan menggunakan penetrometer dengan parameter cone index (indeks kerucut), yaitu suatu indeks untuk menyatakan kemampuan tanah melawan atau menahan gaya penetrasi dari suatu kerucut. Indeks kerucut tanah menunjukkan tingkat kekerasan tanah dan untuk mengetahui ada tidaknya lapisan kedap pada kedalaman tertentu. Faktor yang mempengaruhi nilai cone index adalah kerapatan isi, kadar air dan jenis tanah. Devies et al. (1993), menyatakan bahwa tahanan penetrasi tanah sangat tergantung pada kadar air tanah dan biasanya digunakan sebagai pembanding antara tempat-tempat yang berbeda pada areal lahan yang sama pada hari yang sama. G. Tahanan Tarik (Draft) Setiap alat pengolah tanah dalam operasinya pasti akan mengalami tahanan tarik tanah sebagai reaksi tanah akibat beban dari alat tersebut. Pada operasi di lapangan tahanan tarik yang dialami oleh suatu alat besarnya adalah sama dengan besar gaya yang diberikan pada tanah dengan arah yang berlawanan dengan gerak maju alat. Dengan demikian tahanan tarik dapat didefinisikan sebagai komponen gaya horizontal yang sejajar garis tegak alat penarik dengan arah berlawanan (Kepner et al., 1978). Tarikan pada suatu alat (implemen) diartikan sebagai total gaya yang digunakan pada implemen oleh suatu unit tenaga tarik. Selanjutnya Kepner et al.,(1978) mengartikan besar
tahanan tarik dalam tiap luas pengolahan tanah sebagai tahanan tarik spesifik, sedangkan tahanan tarik yang tegak lurus arah gerak dinamakan side draft. Tahanan tarik merupakan komponen gaya horizontal dari gaya tarik (pull) sejajar gerak maju alat yang diusahakan pada implemen oleh suatu unit tenaga. Sedangkan tahanan tarik spesifik merupakan tahanan tarik per satuan luas penampang bajak dan dinyatakan dalam satuan N/m2. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya tahanan tarik tanah antara lain lebar implemen, kedalaman olah, kondisi tanah, dan kecepatan maju (Upadhyaya et al., 1984 diacu dalam Al-Janobi et al., 1998). Kondisi tanah yang mempengaruhi besarnya tahanan tarik adalah tekstur tanah, kandungan air tanah, vegetasi yang tumbuh dan porositas tanah. Kandungan air tanah mempengaruhi besarnya tahanan tarik. Peningkatan kandungan air tanah akan membuat tahanan tarik tanah turun hingga titik tertentu kemudian akan meningkat kembali (Upadhyaya et al., 1984 diacu dalam Al-Janobi et al., 1998). Faktor bentuk alat yang mempengaruhi besarnya tahanan tarik adalah berat alat, lebar implemen, bentuk implemen, ketajaman alat dan kualitas bahan. Tahanan tarik merupakan penjumlahan dari gaya-gaya untuk mengatasi kohesi, adhesi, tahanan terhadap kompresi, geseran dan gesekan antara permukaan tanah dengan alat (Baver et al., 1972).
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2006 sampai dengan bulan Juli 2006. Rancang bangun dan perbaikan ditcher dengan pengeruk tanah dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya Pertanian. Uji fungsional dan struktural dilakukan di Laboratorium Lapangan Departemen Teknik Pertanian, Leuwikopo, Darmaga, Bogor. Pengujian lapangannya dilakukan di PT. PG. Jatitujuh, Majalengka.
B. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (a) Satu unit Ditcher dengan pengeruk tanah (b) Peralatan pengukuran kondisi tanah yang terdiri dari: • Perlengkapan pengambilan contoh tanah (ring sample) • Pnetrometer tipe SR-2 (lengkap dengan kerucut, gelang geser, gelang gesek dan lengan torsinya) • Oven pengering tanah • Timbangan • Reliefmeter • Pengukur sudut potongan (c) Instrumen pengukuran beban yang terdiri dari: • Load cell (Kyowa, LT-5TSA71C) • Handy-Strain Meter (UCAM-1A) • Kawat seling sebagai penghubung (d) Peralatan pengukuran kapasitas lapangan ditcher dengan pengeruk tanah, terdiri dari: • Stopwatch • Pita ukur (5 m dan 50 m) • Patok • Penggaris stainless steel (60 cm dan 100 cm)
• Dua unit traktor roda-4, merk Deutz dengan masing-masing bertenaga 70 hp (Leuwikopo) (Gambar 7). Spesifikasi traktor yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1. • Dua unit traktor roda-4, merk Massey Ferguson dan John Deere yang masing-masing bertenaga 110 hp (PG. Jatitujuh).
(a) Lahan Uji Leuwikopo
(b) Lahan uji PG. Jatitujuh
Gambar 7. Traktor yang digunakan dalam pengujian lapangan. Tabel 1. Spesifikasi traktor roda 4 yang digunakan dalam pengujian di lahan uji Leuwikopo Merk, model
Deutz, D7260
Negara Pembuat
Jerman
Tenaga
70 hp
Berat
2430 kg
Berat Roda Depan
930 kg
Berat Roda Belakang
1480 kg
Panjang
3960 mm
Lebar
1940 mm
Tinggi
1800 mm
Lebar roda belakang
438 mm
Tebal roda belakang
378 mm
Diameter roda belakang
1490 mm
Lebar jejak roda belakang
500 mm
C. Tahapan Penelitian Pada tahap pertama, dilakukan persiapan ditcher dengan pengeruk tanah oleh perancang di Laboratorium Lapangan Leuwikopo. Persiapan selanjutnya adalah persiapan lahan uji di laboratorium lapangan Leuwikopo. Persiapan lahan uji ini meliputi pembajakan 1 dengan alat bajak piring, pembajakan 2 dengan alat bajak piring, penggaruan dengan alat garu piring, dan pembentukan guludan dengan alat furrower. Pada proses pembentukan guludan dibuat sedemikian rupa sehingga mendekati kondisi guludan aslinya yaitu dengan jarak antar puncak guludan sebesar 135 cm, dan ketinggian guludan 30 cm (Gambar 8). Persiapan lahan selanjutnya adalah di PG. Jatitujuh, dimana lahan yang akan digunakan untuk pengujian ditcher dengan pengeruk tanah ini dipersiapkan oleh pihak PG. Jatitujuh. Pada persiapan lahan ini diukur juga kondisi tanah yang terdiri dari kadar air tanah lahan uji, kerapatan isi tanah (bulk density), tahanan penetrasi tanah, kohesi dan adhesi tanah lahan uji. 135 cm
30 cm
Gambar 8. Ukuran guludan dan alur barisan tanam. Pada tahap kedua, dilakukan pengambilan data uji kinerja (kapasitas lapangan dan draft) ditcher dengan pengeruk tanah. Pada tahap ini juga diukur hasil pengolahan ditcher dengan pengeruk tanah yang terdiri dari bentuk dan ukuran saluran (ditch), dan bentuk dan ukuran guludan. Pada tahap ketiga, dilakukan analisis data hasil pengujian. Dari hasil analisis tersebut akan dihitung kapasitas lapangan dan draft dari ditcher dengan pengeruk tanah, kondisi tanah lahan uji, dibuat grafik bentuk dan ukuran saluran, bentuk dan ukuran guludan. Untuk lebih jelasnya tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 9.
Mulai
Persiapan ditcher dengan pengeruk tanah
Persiapan lahan uji Leuwikopo, terdiri dari Pengolahan tanah (bajak, garu, pembentukan guludan), kondisi tanah (kadar air, bulk density, tahanan penetrasi tanah, kohesi dan adhesi tanah
Pengujian kinerja, terdiri dari : kapasitas lapangan dan draft, kondisi tanah lahan uji, bentuk dan ukuran saluran, bentuk dan ukuran guludan.
Persiapan lahan uji PG. Jatitujuh, terdiri dari Pengolahan tanah (bajak, garu, pembentukan guludan), kondisi tanah (kadar air, bulk density, tahanan penetrasi tanah, kohesi dan adhesi tanah
Pengujian kinerja, terdiri dari : kapasitas lapangan dan draft, kondisi tanah lahan uji, bentuk dan ukuran saluran, bentuk dan ukuran guludan.
Analisis data
Analisis data
Gambar 9. Skema tahapan penelitian. Adapun perlakuan percobaan yang dilakukan pada 2 lahan uji, yaitu Leuwikopo dan PG. Jatitujuh disajikan dalam Tabel 2. Pengukuran tidak semua dilakukan mengingat situasi dan kondisi masing-masing lahan uji. Tabel 2. Pengukuran yang dilakukan pada tiap lahan uji Lahan uji
Leuwikopo A PG. Jatitujuh B PG. Jatitujuh
Roda pengeruk
Draft
Profil guludan
Bentuk saluran
Besar Kecil Besar Kecil Besar Kecil
v v v -
v v v -
v v v -
Keterangan: v = dilakukan pengukuran = tidak dilakukan pengukuran
Pengukuran Kadar air/ Kap. bulk lapangan density v v v v v -
Tahanan penetrasi
Kohesi, adhesi
v
v
-
v
v
v
D. Prosedur Penelitian 1. Persiapan Ditcher dengan Pengeruk Tanah dan Alat Ukur Persiapan ditcher dengan pengeruk tanah (Gambar 10) dilakukan oleh para
perancang
di
Laboratorium
Lapangan
Leuwikopo.
Proses
perancangan dan pembuatan prototype ini dilakukan sejak bulan Desember 2005. Persiapan alat ukur yang dilakukan adalah pembuatan alat reliefmeter dengan bahan rangka dari aluminium berbentuk C dengan panjang 160 cm, lebar 6 cm, dan tinggi 10 cm. Kaki reliefmeter terbuat dari besi dengan diameter 19 mm dan panjang 110 cm sebanyak 2 buah. Pin yang digunakan dari bahan stainless steel dengan diameter 4 mm dan panjang 90 cm sebanyak 30 buah. Jarak antar pin yang digunakan adalah 5 cm (Gambar 11(a)).
Rangka ditcher Pengeruk Roda mekanisme
Gambar 10. Ditcher dengan pengeruk tanah yang diuji.
(a) Reliefmeter
(b) Alat pengukur sudut
Gambar 11. Peralatan pengukur profil guludan dan sudut pemotongan ditcher dengan pengeruk tanah.
Persiapan selanjutnya adalah pembuatan/persiapan alat ukur lainnya seperti pengukur sudut (aluminium bentuk panjang 110 cm, lebar 15 mm, dengan ditempeli penggaris busur) (Gambar 11(b)), penggaris stainless (60 cm dan 100 cm), patok, stopwatch dan alat ukur lainnya. Persiapan instrumen sebelum pengujian lapangan juga dilakukan proses pengkalibrasian load cell dan strain amplifier (Gambar 12). Load cell dihubungkan dengan handy strain meter, kemudian digantungkan ke sebuah crane, lalu load cell
tersebut diberi beban. Load cell yang
digunakan adalah tipe Kyowa, LT-5TSA71C (Gambar 13(a)). Handy strain meter yang digunakan adalah tipe Kyowa, UCAM-1A (Gambar 13(b)). Pembebanan pada load cell dilakukan secara bertahap. Pada masing-masing pembebanan yang diberikan, hasil yang terbaca pada handy strain meter dicatat. Pembebanan dilakukan dua kali dengan cara pembebanan terbalik. Hasil yang didapatkan kemudian diolah sehingga diperoleh persamaan hubungan beban (N) dan regangan pada load cell (με).
Crane
Rantai
Load cell
Beban
Kabel Handy strain meter
Gambar 12. Cara mengkalibrasi Loadcell.
(a)
(b)
Gambar 13. (a) Load cell dan (b) Handy strain meter. 2. Persiapan Lahan Uji Sebelum pengujian kinerja ditcher dengan pengeruk tanah dilakukan, terlebih dahulu dilakukan persiapan lahan uji. Persiapan lahan uji yang dimaksud adalah pembuatan lahan uji agar sesuai dengan kondisi kerja ditcher. Persiapan lahan uji ini dilakukan di lahan uji Leuwikopo dan lahan uji PG. Jatitujuh. Lahan yang akan diuji ini dibajak dengan menggunakan alat bajak piring. Pembajakan dilakukan sebanyak 2 kali, dimana arah pembajakan-2 melintang arah pembajakan-1. Waktu yang diperlukan antara pembajakan-1 dan pembajakan-2 adalah sekitar 3 – 7 hari, bergantung kondisi cuaca setempat. Proses pembiaran lahan ini agar kondisi
tanah
hasil
pembalikkan
oleh
pembajakan-1
mengalami
pengeringan, sehingga mempermudah proses pembajakan-2. Setelah pembajakan-2 dilakukan, lahan uji dibiarkan selama 3-7 hari agar mengalami proses pengeringan. Kegiatan selanjutnya setelah pembajakan2 dilakukan adalah penggaruan dengan alat garu piring. Kegiatan selanjutnya setelah tanah hasil penggaruan kering adalah pengkairan (pembuatan guludan) dengan menggunakan furrower. Setelah 3-7 hari kegiatan pengkairan ini dilakukan berarti lahan uji telah siap. Pada persiapan lahan uji di Leuwikopo, bentuk dan ukuran guludan disesuaikan dengan kondisi sebenarnya di lahan uji PG. Jatitujuh dengan tinggi guludan sekitar 30 cm dan jarak antar puncak guludan 135 cm.
Sehingga setelah dilakukan pengkairan, guludan disesuaikan ukurannya dengan cara dicangkul (Gambar 14).
Tengah guludan
Cekungan guludan
Mal guludan
Puncak guludan
Gambar 14. Cara memperoleh bentuk guludan agar sesuai dengan yang diharapkan. 3. Pengukuran Kondisi Tanah Sebelum Percobaan Parameter-parameter yang diukur untuk mengetahui kondisi tanah sebelum dilakukan percobaan adalah kadar air, kerapatan isi tanah (bulk density), tahanan penetrasi tanah, kohesi, sudut gesekan dalam, adhesi, dan sudut gesek tanah-baja. a. Kadar air dan kerapatan isi tanah (bulk density) Pengukuran kadar air tanah dilakukan dengan mengambil contoh tanah dengan perlengkapan pengambil contoh tanah (ring sample) pada puncak guludan, tengah guludan dan cekungan guludan. Pengambilan contoh tanah dilakukan pada 5 titik pengukuran secara acak pada masing-masing titik pengambilan pada guludan. Pengukuran kerapatan isi tanah (bulk density) dilakukan dengan mengambil contoh tanah pada masing-masing titik pengambilan sebanyak 5 titik. Pengambilan dilakukan dengan menggunakan pengambil contoh tanah (ring sample). Gambar 15 menunjukkan peralatan pengambilan contoh tanah. Cara pengukuran dan perhitungan kadar air dan bulk density disajikan dalam Lampiran 1.
Ring sample
Gambar 15. Peralatan pengukuran kadar air dan kerapatan isi tanah. Kadar air dan kerapatan isi tanah ditentukan dengan persamaan sebagai berikut (Sapei et al., 1990) : KA =
mb − m k x 100%............................................................. (1) mk
di mana : KA = kadar air tanah basis kering (%),
mb = massa tanah basah (g), mk = massa tanah kering (g). ρd =
mk ................................................................................... (2) V
di mana : ρd = kerapatan isi tanah (g/cm3),
mk = massa tanah kering (g), V = volume tanah (cm3). b. Tahanan penetrasi tanah Tahanan penetrasi diukur dengan menggunakan penetrometer (tipe SR-2) yang dilengkapi dengan penampang kerucut. Luas penampang dasar kerucut yang digunakan adalah 2 cm2 dengan sudut kerucut 300. Pengukuran tahanan penetrasi dilakukan hingga kedalaman yang dianggap mewakili kedalaman olah ditcher dengan pengeruk tanah, yaitu dilakukan pada empat titik pengukuran masing-masing pada kedalaman 0 - 60 cm pada tiap-tiap 5 cm, dan sebanyak 20 kali ulangan tiap kedalamannya (Gambar 16). Tahanan penetrasi dihitung dengan rumus:
Tp =
98 F p Ak
.............................................................................(3)
dimana: Tp = tahanan penetrasi (kPa), Fp = gaya penetrasi terukur pada penetrometer ditambah dengan berat penetrometer (kgf) dan Ak = penampang kerucut (2 cm2) Gambar 17 menunjukkan peralatan pengukuran tahanan penetrasi tanah yang digunakan. Peralatan yang digunakan pada pengukuran tahanan penetrasi tanah adalah penetrometer dengan ujung cone.
Gambar 16. Pengukuran tahanan penetrasi tanah.
Gambar 17. Penetrometer dengan ujung cone.
c. Kohesi, sudut gesekan dalam, adhesi, dan sudut gesek tanah-baja Pengukuran tahanan geser tanah dilakukan dengan gelang geser dan lengan torsi untuk mendapatkan nilai kohesi tanah. Pengukuran dilakukan pada puncak guludan dan pada cekungan guludan. Pengukuran tahanan gesek tanah-baja dilakukan dengan gelang gesek dan lengan torsi untuk mendapatkan nilai adhesi tanah. Seperti halnya pengukuran tahanan geser untuk mendapatkan nilai kohesi, pengukuran ini juga dilakukan pada puncak guludan dan cekungan guludan. Cara perhitungan kohesi, sudut gesekan dalam, adhesi dan sudut gesek tanahbaja disajikan pada Lampiran 2 dan Lampiran 3. Gambar 18 menunjukkan proses pengukuran tahanan geser tanah dan tahanan gesek tanah-baja untuk mendapatkan nilai kohesi dan adhesi tanah. Peralatan yang digunakan seperti pada Gambar 19.
Gambar 18. Pengukuran tahanan geser tanah dan tahanan gesek tanah-baja.
(a) Penetrometer dengan gelang gesek
(b) Penetrometer dengan gelang geser bersirip
Gambar 19. Peralatan pengukuran tahanan gesek tanah dan geser tanah-baja.
4. Pengujian Kinerja Ditcher dengan Pengeruk Tanah Pengukuran yang dilakukan saat pengolahan tanah berlangsung antara lain: (a) pengukuran tahanan tarik, (b) perubahan kondisi guludan (tanah) sebelum dan setelah dilintasi roda traktor, setelah dilintasi roda pengeruk, dan sebelum dan sesudah proses pengerukan tanah oleh pengeruk, (c) kecepatan maju pengolahan, (d) kedalaman pengolahan, dan (e) pengukuran kapasitas lapangan dan slip roda traksi. a. Pengukuran tahanan tarik Ditcher dengan pengeruk tanah hasil rancangan digandengkan pada traktor roda empat (disebut traktor-2). Selanjutnya traktor-2 digandengkan pada traktor roda empat lainnya (disebut traktor-1) yang menarik traktor-2. Gaya tarik traktor diukur dengan sebuah load cell yang dipasangkan pada kawat penarik yang menghubungkan antara traktor-1 dan traktor-2 (Gambar 20). Pada pengujian selanjutnya, Ditcher dengan pengeruk tanah langsung diturunkan sehingga langsung memotong tanah sedalam 10 cm pada alur tanam dan 40 cm pada puncak guludan, dan pengeruk juga akan langsung bekerja sesuai dengan tinggi rendahnya guludan yang ada. Titik tarik bagian depan traktor-2 dibuat sama tinggi dengan titik gandeng (drawbar) traktor-1 sehingga arah tarikan menjadi horizontal.
Handy-strain meter Traktor-1
Load cell
Guludan
Traktor-2
Ditcher dengan pengeruk tanah
Gambar 20. Posisi load cell dalam pengujian di lapangan
Berdasarkan sistem pengukuran tahanan tarik, sinyal gaya tarik yang dialami oleh load cell dialirkan menuju handy-strain meter. Data yang terbaca pada handy-strain meter dicatat untuk kemudian diolah. Tahanan tarik pengolahan merupakan selisih dari gaya tarik ketika Ditcher dengan pengeruk tanah dioperasikan dengan gaya tarik Ditcher dengan pengeruk tanah saat tidak dioperasikan. Tahanan tarik dihitung dengan rumus: Ps = P1 - Ptr
............................................................................... (4)
dimana: Ps = tahanan tarik Ditcher dengan pengeruk tanah (N) P1 = tahanan tarik yang terukur saat percobaan (N) Ptr = tahanan gelinding traktor ketika ditcher dengan pengeruk tanah tidak dioperasikan (N). Pengukuran tahanan gelinding traktor tanpa pengolahan dilakukan dengan cara traktor-2 + ditcher dengan pengeruk tanah diangkat dan ditarik oleh traktor-1. Pengukuran tahanan gelinding traktor ini dilakukan sebanyak tiga kali ulangan kemudian dirata-ratakan. Pengukuran tahanan tarik dilakukan dalam 3 lintasan dengan panjang lintasan masing-masing 25 m. b. Perubahan kondisi guludan (tanah) Keadaan tanah guludan sebelum dilakukan pemotongan oleh ditcher dengan pengeruk tanah dengan arah melintang arah guludan mempunyai ketinggian rata-rata 30 cm. Keadaan ini akan berubah selama proses pembuatan saluran drainase. Perubahan kondisi tanah ini disebabkan adanya pemadatan tanah oleh roda traktor, pembuangan tanah oleh ditcher dengan pengeruk tanah dan kondisi setelah proses pengerukan. Pengukuran perubahan kondisi tanah ini dilakukan dengan menggunakan reliefmeter. Pengukurannya sendiri dilakukan pada saat kondisi awal
guludan, kondisi tanah setelah terlintas roda pengeruk, dan kondisi tanah setelah dilakukan pengerukan tanah oleh pengeruk. Kondisi guludan awal sebelum pengoperasian Ditcher dengan pengeruk tanah seperti pada Gambar 21. Puncak guludan
PG. Jatitujuh
Alur tanam
Leuwikopo
Gambar 21. Kondisi awal guludan. c. Pengukuran kecepatan maju pengolahan Kecepatan maju pengolahan diukur dengan cara mengukur waktu tempuh traktor pada jarak tempuh 25 m dengan menggunakan stopwatch (Gambar 22). Kecepatan maju dihitung dengan rumus:
v=
s ..................................................................................................... (5) t
dalam hal ini:
v = kecepatan maju pengolahan (m/detik), s = jarak tempuh (25 m) dan t = waktu tempuh pada jarak s (detik). Lintasan roda traktor
Arah maju traktor
Traktor
Patok
25 m
Patok
Gambar 22. Pengukuran kecepatan maju traktor pada saat pengolahan.
d. Pengukuran bentuk dan ukuran saluran Pengukuran kedalaman pengolahan aktual diukur dengan cara memasukkan penggaris ukur (ukuran 100 cm) tegak ke dalam alur pengolahan sehingga ujung penggaris menyentuh dasar alur yang keras. Selain pengukuran kedalaman juga dilakukan pengukuran sudut kemiringan saluran, lebar saluran dalam, dan lebar saluran luar (Gambar 23). Lahan yang diperlukan dalam pengujian kira-kira seluas 200 m2. Saluran drainase yang diukur dengan ukuran yang diharapkan antara lain: lebar saluran bagian bawah (35 - 40 cm) dan bagian atas (±90 cm), serta kedalaman saluran (±40 cm dari puncak guludan) dan sudut potong yang diperoleh + 58o. Pengukuran pengolahan ini dilakukan pada 10 titik pada masing-masing lintasan. Pengukuran profil guludan dilakukan dengan menggunakan alat reliefmeter dengan cara meletakkan reliefmeter pada bagian yang akan diukur, reliefmeter harus dalam kondisi datar (lihat penyifat datar) dan pin menempel pada tanah (tidak menggantung). Pengukuran profil guludan ini dilakukan untuk mengukur kondisi guludan awal, kondisi guludan setelah pengoperasian ditcher dengan pengeruk tanah, kondisi guludan setelah terlintas oleh roda pengeruk, dan kondisi guludan melintang saluran hasil
ditcher dengan pengeruk tanah (Gambar 24). Gambar 25 menunjukkan proses pengukuran sudut potongan ditcher dengan pengeruk tanah dengan menggunakan peralatan pengukur sudut.
(a) Lahan Uji Leuwikopo
(b) Lahan uji PG. Jatitujuh
Gambar 23. Pengukuran kedalaman saluran.
(a) Lahan Uji Leuwikopo
(b) Lahan uji PG. Jatitujuh
Gambar 24. Pengukuran profil guludan setelah pengoperasian ditcher dengan pengeruk tanah dengan reliefmeter.
Gambar 25. Pengukuran sudut potongan ditcher dengan pengeruk tanah. e. Pengukuran kapasitas lapangan, dan slip roda traksi Pengukuran kapasitas lapangan teoritis dan kapasitas lapangan efektif didapatkan dengan pengukuran waktu mulai bekerja dan waktu selesai bekerja ditcher dengan pengeruk tanah dan luas lahan yang diolah. Slip roda traksi diukur dengan cara mengukur jarak yang ditempuh dalam lima putaran roda traksi di lapangan saat pengoperasian ditcher dengan pengeruk tanah kemudian dibandingkan dengan jarak tempuh lima putaran roda traksi di lahan keras (aspal) (Gambar 26). Pengukuran slip roda traksi dilakukan pada tiap lintasan dan slip untuk roda kiri dan kanan pengukurannya dilakukan secara terpisah. Pengukuran dilakukan dengan mengukur 1 tingkat kecepatan dengan 10 kali ulangan kecepatan maju
pengolahan. Diukur juga lebar pengolahan, waktu belok, luas lahan diolah, sehingga akan didapatkan kapasitas lapangan teoritis dan kapasitas lahan efektif. Pengukuran slip roda, dilakukan dengan mengukur jarak tempuh 5 kali putaran roda dengan beban dan mengukur jarak tempuh 5 kali putaran roda tanpa beban, kemudian slip roda traktor dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut : ⎛S Srd = 1 − ⎜⎜ i ⎝ So
⎞ ⎟⎟ x 100.............................................................. (6) ⎠
di mana :
Srd = Slip roda traksi (%), So = jarak tempuh teoritis 5 kali putaran roda, Si = jarak tempuh 5 kali putaran roda sebenarnya.
1
2
3
4
5
Jarak tempuh 5 putaran roda traksi Gambar 26. Pengukuran jarak tempuh 5 putaran roda traksi. Parameter yang diukur dalam pengukuran kapasitas lapangan adalah : (a) kapasitas lapangan teoritis, dengan cara mengukur kecepatan maju traktor dan jarak antar saluran, (b) kapasitas lapangan efektif, dengan cara mengukur luas lahan dan waktu kerja, dan (c) slip roda. Luas lahan yang digunakan pada pengukuran kapasitas lapangan adalah 100 m x 100 m. Pengukuran waktu kerja dilakukan pada saat traktor roda 4 mulai membuat saluran sampai selesai pembuatan saluran pada tiap jarak 30 m, sedangkan pengukuran kecepatan maju dilakukan dengan mengukur waktu tempuh
traktor roda 4 berjalan sepanjang 25 m. Efisiensi kerja dapat dihitung dengan rumus :
Eff =
KLE x 100% .................................................................... (7) KLT
KLT = v x s ............................................................................... (8) KLE =
Lt ................................................................................. (9) tt
di mana : Eff
= efisiensi kerja (%)
KLT = kapasitas lapangan Teoritis (ha/jam) KLE = kapasitas lapangan Efektif (ha/jam) v
= kecepatan maju (m/s)
s
= jarak antar saluran (m)
Lt
= luas total (m2)
tt
= waktu total (s)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Kalibrasi Load Cell
Hasil kalibrasi load cell merupakan hubungan antara regangan (µε) dengan beban (kgf) (Gambar 27). Data lengkap mengenai hasil kalibrasi disajikan pada Lampiran 4. Dari hasil kalibrasi tersebut diperoleh persamaan linier dan regresi yang menyatakan hubungan antara kedua parameter tersebut yaitu : y = 1.9627x + 0.7476 ........................................................................... (10) R2 = 0.9989 ........................................................................................... (11) Di mana : y = beban yang diterima load cell (kgf)
Beban (kg)
x = regangan pada load cell (µε)
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
y = 1.9627x + 0.7476 R2 = 0.9989
kurva pengukuran Linear (kurva pengukuran) 0
10
20
30
40
50
Regangan load cell (με)
Gambar 27. Grafik hubungan beban terhadap pembacaan pada loadcell.
B. Kondisi Tanah 1. Kadar Air
Tanah yang digunakan sebagai lahan pengujian adalah lahan pada Laboratorium Lapangan Departemen Teknik Pertanian (di Leuwikopo). Hasil pengamatan kondisi lahan meliputi pengukuran kadar air, pengukuran kerapatan isi tanah yang disajikan pada Tabel 3. Kadar air rata-rata untuk puncak guludan, tengah guludan (antara puncak dan cekungan), dan cekungan guludan berturut-turut adalah 29.01%, 29.72%,
dan 30.02%. Sedangkan kerapatan isi tanah pada tingkat kedalaman tersebut masing-masing 0.99 g/cm3 untuk puncak guludan, 0.92 g/cm3 untuk tengah guludan, dan 1.02 g/cm3 untuk cekungan guludan, sehingga rata-rata kerapatan isi tanahnya adalah 0.98 g/cm3. Data lengkap pengukuran disajikan pada Lampiran 5. Tabel 3. Kadar air dan bulk density Lahan Leuwikopo A Jatitujuh B Jatitujuh
Posisi (guludan) Puncak Tengah Cekungan Puncak Cekungan Puncak Cekungan
Kadar Air (%) 29.01 29.72 30.02 17.40 24.27 10.21 19.84
Bulk Density (gram/cc) 0.99 0.92 1.02 0.89 1.08 0.90 1.12
Pada pengujian di lahan PG. Jatitujuh, Majalengka didapatkan nilai kadar air rata-rata pada lahan pengujian A sebesar 17.40% pada puncak guludan dan 24.27% pada cekungan guludan. Kerapatan isi tanahnya adalah 0.89 g/cm3 pada puncak guludan, dan 1.08 g/cm3 pada cekungan guludan, sehingga rata-rata kerapatan isi tanah pada lahan pengujian A PG Jatitujuh adalah 0.98 g/cm3. Pada pengujian di lahan B PG. Jatitujuh didapatkan nilai kadar air rata-rata pada puncak guludan sebesar 10.21%, dan 19.84% pada cekungan guludan. Kerapatan isi tanah lahan pengujian B PG. Jatitujuh didapatkan nilai rata-rata sebesar 0.90 gr/cm3 pada puncak guludan, dan 1.12 g/cm3 pada cekungan guludan, sehingga nilai rata-rata kerapatan isi tanah lahan pengujian B adalah 1.01 g/cm3.
2. Tahanan Penetrasi Tanah
Hasil pengukuran tahanan penetrasi tanah pada lahan percobaan Leuwikopo, lahan pengujian A, dan lahan pengujian B PG. Jatitujuh, Majalengka dilakukan dengan menggunakan penetrometer sampai kedalaman 60 cm. Data dan perhitungan tahanan penetrasi tanah dengan small cone disajikan pada Lampiran 6.
Grafik pada Gambar 28 menunjukkan rata-rata terjadi peningkatan tahanan penetrasi pada lahan percobaan yang bervariasi. Pada puncak guludan lahan Leuwikopo terlihat bahwa tahanan penetrasi yang terjadi cenderung naik hingga kedalaman 40 cm dari permukaan tanah dan selanjutnya stabil pada kedalaman 40-60 cm. Tahanan penetrasi di lahan Leuwikopo juga demikian, dimana tahanan yang terjadi cenderung naik hingga kedalaman 35 cm kemudian stabil hingga kedalaman 55 cm dan turun pada kedalaman 60 cm dari permukaan tanah.
Tahanan penetrasi (kPa) 500
1000
1500
2000
Tahanan penetrasi (kPa) 2500
3000
0
0
0
10
10
20
20
Kedalaman (cm)
Kedalaman (cm)
0
30 40 50
1500
2000
2500
40 50 60
70
70 puncak guludan Jatitujuh (a) puncak guludan
1000
30
60
puncak guludan Leuw ikopo
500
(b) cekungan guludan Cekungan guludan Jatitujuh
Cekungan guludan Leuw ikopo
Gambar 28. Grafik hubungan penetrasi tanah dengan kedalaman tanah. Pada lahan percobaan yang dilakukan di PG. Jatitujuh, Majalengka, pada puncak guludan terlihat bahwa terjadi peningkatan tahanan yang tajam dari kedalaman 0-35 cm kemudian stabil dari kedalaman 35-60 cm dari permukaan tanah. Keadaan sebaliknya terjadi pada cekungan guludan lahan percobaan PG. Jatitujuh, di mana terjadi kenaikan tahanan penetrasi tanah pada kedalaman 0-15 cm untuk kemudian terjadi penurunan tahanan penetrasi hingga kedalaman 60 cm dari permukaan tanah. Naik turunnya tahanan penetrasi ini tidak lepas dari pengaruh kekerasan lapisan tanah, hal ini disebabkan oleh adanya pemadatan tanah oleh lalu lintas traktor ataupun alat pengolahan lahan lain serta tingkat aerasi dari tanah tersebut.
3. Kohesi dan sudut gesekan dalam
Nilai kohesi merupakan nilai gaya tarik-menarik antara molekul sejenis. Nilai adhesi merupakan nilai gaya tarik menarik antara molekul
beda jenis. Data hasil pengukuran menunjukkan bahwa rata-rata nilai kohesi pada lahan percobaan A PG. Jatitujuh pada puncak guludan dihasilkan 6.80 kPa dan pada cekungan guludan terjadi over (tidak terukur), artinya peralatan penetrometer yang dipakai tidak dapat menjangkau nilai beban yang terjadi. Pada lahan percobaan B PG. Jatitujuh nilai kohesi rata-rata pada puncak guludan didapatkan 6.14 kPa, dan 10.67 kPa untuk cekungan guludan. Pada pengujian di lahan uji Leuwikopo didapatkan nilai kohesi sebesar 4.93 kPa dan 2.93 kPa untuk puncak guludan dan cekungan guludan (Tabel 4). Nilai kohesi yang tinggi ini berarti ikatan antara tanah cukup kuat. Ikatan yang cukup kuat ini menyebabkan tingginya nilai tahanan penetrasi tanah terutama pada lahan pengujian PG. Jatitujuh. Gambar 29 menunjukkan kondisi kelengketan tanah pada ditcher.
Gambar 29. Kondisi kelengketan tanah pada bagian ditcher Tabel 4. Kohesi dan sudut gesekan dalam pada Lahan Percobaan Jatitujuh dan Leuwikopo Lahan uji A PG. Jatitujuh B PG. Jatitujuh Leuwikopo
Keterangan: Ov = tidak terukur
Posisi pada guludan Puncak Cekungan Puncak Cekungan Puncak Cekungan
τ1 (kPa) 12.22 23.59 13.61 17.14 11.51 14.13
τ2 σ1 (kPa) (kPa) 17.14 4.38 Ov 4.38 20.39 4.38 23.01 4.38 17.48 4.38 24.30 4.38
σ2 (kPa) 8.36 8.36 8.36 8.36 8.36 8.36
Ø (o) 51.03 Ov 59.59 55.88 56.31 68.63
Kohesi (kPa) 6.80 Ov 6.14 10.67 4.93 2.93
C. Profil Hasil Pengoperasian Ditcher dengan Pengeruk Tanah
Hasil pengukuran yang dilakukan pada lahan percobaan Leuwikopo dan lahan percobaan PG. Jatitujuh dapat dilihat pada Tabel 5. Sudut hasil potongan ditcher dengan pengeruk tanah didapatkan bahwa hasil rancangan lebih besar dibandingkan hasil percobaan lapangan. Saluran drainase yang dihasilkan berbentuk trapesium. Hal ini dapat terjadi karena sayap pada ditcher telah dilebarkan ke bawah sehingga menghalangi tanah untuk mengalir ke tepi dinding saluran drainase. Saluran drainase yang dihasilkan oleh ditcher dengan pengeruk tanah disajikan pada Gambar 30.
100 cm 113 cm 33 cm
37 cm
(a) Lahan Uji Leuwikopo
39 cm
37 cm
(b) Lahan uji PG. Jatitujuh
Gambar 30. Profil saluran trapesium yang telah dihasilkan oleh ditcher dengan pengeruk tanah. Pengukuran profil dilakukan pada bagian puncak dan cekungan guludan. Data hasil pengukuran profil saluran drainase disajikan pada Lampiran 10. Pada lahan uji Leuwikopo terlihat nilai rata-rata lebar bawah saluran adalah 37 cm, sementara nilai lebar bawah yang direncanakan yaitu 35 cm. Pada lebar atas saluran yang direncanakan adalah 90 cm, sedangkan lebar atas yang dihasilkan ditcher adalah 113 cm. Kedalaman yang dihasilkan pada puncak guludan sebesar 33 cm dan kedalaman pada cekungan guludan dapat mencapai 11 cm. Sudut potongan yang mampu dibuat ditcher adalah sebesar 53o pada kedua sisinya dengan arah horizontal tanah. Ada perbedaan sudut
yang dibentuk pada puncak dan cekungan guludan karena kondisi pengukuran dan alat ukur yang digunakan. Pada lahan uji A PG. Jatitujuh penampang saluran yang dihasilkan untuk lebar bawah saluran rata-rata sebesar 37 cm, nilai yang sama dengan lahan uji Leuwikopo. Pengukuran pada lebar atas saluran didapatkan nilai rata-rata sebesar 100 cm, mendekati lebar yang diharapkan sebesar 90 cm. Kedalaman saluran yang didapat adalah rata-rata sebesar 39 cm pada puncak guludan dan 8 cm pada cekungan guludan. Sudut potongan ditcher yang dihasilkan hampir sama nilainya dengan sudut potongan ditcher pada lahan uji Leuwikopo yaitu sekitar 56o - 60o. Pada lahan uji A PG. Jatitujuh kedalaman yang dihasilkan 39 cm mendekati kedalaman yang diharapkan yaitu 40 cm, hal ini dikarenakan traktor yang digunakan pada lahan uji A PG. Jatitujuh mempunyai pompa hidraulik pada lower link yang masih bagus sehingga dapat menekan Tabel 5. Hasil pengukuran penampang potongan ditcher dengan pengeruk tanah Lahan pengujian
Posisi pada guludan
Leuwikopo A PG. Jatitujuh
Puncak Cekungan Puncak Cekungan
Lebar penampang rata-rata (cm) Bawah Atas 39 113 35 82 38 100 36 85
Sudut potongan rata-rata (o) Kanan Kiri 53 53 56 59 56 57 58 60
Kedalaman rata-rata (cm) 33 11 39 8
Profil hasil pengerukan oleh pengeruk ditcher dengan pengeruk tanah didapatkan hasil pengerukan yang beragam. Pada lahan percobaan A PG. Jatitujuh dengan menggunakan roda pengeruk berdiameter besar dan berlengan panjang (Gambar 31), dimana kondisi awal guludan menyerupai segitiga, kemudian roda pengeruk yang menggusur guludan sehingga terdapat beda permukaan antara kondisi awal guludan dengan keadaan setelah terlintas roda pengeruk. Profil akhir setelah dikeruk oleh pengeruk didapatkan profil yang hampir sama dengan kondisi awal guludan (Gambar 32). Dari hasil pengukuran pada Lampiran 8 pada profil akhir guludan merupakan hasil pengukuran dengan titik terendah hasil pengerukan sehingga nilai pada profil akhir guludan harus ditambahkan nilai yang mewakili penambahan ketinggian antara tinggi awal
guludan dengan tinggi akhir guludan. Penambahan tinggi yang dimaksud adalah sebesar 9 cm. Nilai ini didapatkan dari nilai pada titik tertinggi guludan pada pengukuran melintang saluran pada puncak guludan dengan kedalaman saluran.
Gambar 31. Profil penampang hasil pengoperasian ditcher dengan pengeruk tanah di lahan uji A Jatitujuh (roda besar, lengan panjang). Profil akhir guludan dengan profil yang diinginkan terdapat selisih sekitar 13 cm. Kondisi ini dikarenakan profil pada pijakan roda pengeruk cenderung tergerus oleh roda pengeruk sehingga pengeruk tidak terangkat optimal. Kondisi tanah pada lahan uji yang gembur membuat tanah yang dikeruk dapat lolos disela-sela jari pengeruk yang lebar. Tanah yang seharusnya diseret dan dijatuhkan pada puncak guludan terlebih dulu jatuh sebelum puncak guludan dan cenderung memenuhi cekungan guludan. Profil aw al guludan
Profil akhir guludan
Profil pada pijakan roda pengeruk
Profil akhir guludan yang diinginkan
Ketinggian (cm)
60 50 40 30 20 10 0 0
10
20
30
Cekungan guludan
40
50
60
70
80
90
100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 Jarak (cm )
Gambar 32. Profil penampang guludan hasil pengoperasian ditcher dengan pengeruk tanah pada lahan uji A Jatitujuh. Pada pengujian awal di lahan Leuwikopo dengan roda pengeruk yang digunakan adalah yang berdiameter 32.4 cm dan panjang poros pemegang 27.5 cm (Gambar 33). Profil awal guludan dibuat sedekat mungkin dengan
kondisi data-data awal pada saat perancangan, yaitu tinggi guludan sebesar 32.8 cm dan jarak cekungan guludan dengan cekungan guludan sepanjang 135 cm Pada Gambar 35 terlihat bahwa antara kondisi awal guludan dengan setelah dilewati roda pengeruk terdapat beda tinggi yang besar.
Gambar 33. Profil penampang hasil pengoperasian ditcher dengan pengeruk tanah di Leuwikopo (roda kecil, lengan pendek). Hal ini disebabkan karena sebelum roda pengeruk melewati guludan tersebut, roda traktor terlebih dahulu menggerus ketinggian guludan. Kondisi yang sama terjadi pada saat pengoperasian ditcher dengan pengeruk tanah, dimana slip yang cukup tinggi sehingga ketinggian guludan menjadi semakin kecil. Kondisi ini akan sangat berpengaruh pada hasil pengerukan oleh pengeruk yang mengandalkan roda pengeruk. Hasil pengerukan yang terjadi akan mengikuti kondisi naik turunnya roda pengeruk. Kondisi turunnya ketinggian guludan oleh roda traktor, maka pijakan roda pengeruk juga semakin rendah dan terjadi penurunan juga pada hasil pengerukan oleh pengeruk. Pada titiktitik tertentu, terjadi pergeseran puncak dan cekungan guludan, dimana puncak dan cekungan guludan cenderung bergeser ke belakang seperti terlihat pada Gambar 34.
Profil aw al guludan
Profil akhir guludan
Profil pada pijakan roda pengeruk
Profil akhir guludan yang diinginkan
Ketinggian (cm)
60 50 40 30 20 10 0 0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290
Cekungan guludan
Jarak (cm )
Gambar 34. Profil penampang guludan hasil pengoperasian ditcher dengan pengeruk tanah pada lahan Leuwikopo (roda kecil, lengan pendek). Melihat dan mengamati kinerja yang terjadi pada pemakaian roda pengeruk berdiameter kecil dan berlengan pendek yang kurang optimal, maka dilakukan modifikasi. Modifikasi yang dilakukan adalah membesarkan diameter roda menjadi 40 cm dan memanjangkan lengan pemegang roda menjadi 67.5 cm. Modifikasi diameter roda ini dimaksudkan agar roda selalu mengikuti tinggi-rendahnya guludan sehingga naik-turunnya pengeruk dapat lebih optimal. Modifikasi panjang poros juga dilakukan agar posisi roda pengeruk berada pada kondisi awal guludan. Kondisi guludan yang belum terinjak roda traktor ini akan membuat mekanisme pengeruk dapat berjalan dengan baik.
(a) profil akhir pada cekungan
(b) kondisi guludan setelah pengoperasian ditcher Gambar 35. Profil penampang guludan hasil pengoperasian ditcher dengan pengeruk tanah di Leuwikopo (roda besar, lengan panjang). Hasil pengujian yang dilakukan terlihat bahwa hasil modifikasi ini hanya menurunkan ketinggian guludan beberapa cm saja (Gambar 35). Ketinggian puncak guludan yang dihasilkan oleh pengeruk hasil modifikasi ini pun meningkat menjadi sekitar 44 cm dari cekungan guludan. Gambar 36
menunjukkan profil penampang guludan hasil pengoperasian ditcher dengan pengeruk tanah pada lahan Leuwikopo dengan roda pengeruk berdiameter besar dan berlengan panjang.
Profil aw al guludan
Profil akhir guludan
Profil pada pijakan roda pengeruk
Profil akhir guludan yang diinginkan
Ketinggian (cm)
60 50 40 30 20 10 0 0
10
20
30
Cekungan guludan
40
50
60
70
80
90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 Jarak (cm)
Gambar 36. Profil penampang guludan hasil pengoperasian ditcher dengan pengeruk tanah pada lahan Leuwikopo (roda besar, lengan panjang) Pengukuran dengan posisi melintang saluran didapatkan hasil bahwa pembuangan tanah ke samping ditcher dengan pengeruk tanah kurang optimal mengingat banyak tanah hasil pemotongan ditcher yang masuk kembali ke dalam saluran yang dibuat (Gambar 37). Kondisi ini menyempitkan kembali lebar saluran bagian bawah yang telah dibuat oleh ditcher. Pada lahan uji PG. Jatitujuh (Gambar 38), pengukuran profil melintang pada puncak guludan belum sesuai dengan yang diharapkan. Pada pengukuran profil melintang pada cekungan guludan juga belum sesuai dengan yang diharapkan. Profil yang dimaksud adalah sudut potongan, lebar dan kedalaman saluran belum dapat dicapai dengan yang diharapkan. Kondisi pada cekungan seharusnya tidak terdapat tanah hasil pemotongan oleh ditcher karena kondisi ini akan mengganggu aliran air menuju saluran hasil ditcher jika terjadi kelebihan air pada cekungan guludan. Kondisi yang sama terjadi pada profil hasil pengujian dengan menggunakan roda pengeruk berdiameter kecil dan lengan roda pendek (Gambar 39). Pengujian dengan roda kecil dan berlengan pendek pada cekungan guludan masih terdapat tanah hasil pemotongan oleh ditcher yang cukup tinggi dan menutup alur tanam. Kasus yang sama juga terjadi pada
pengujian dengan menggunakan roda pengeruk berdiameter besar dan lengan roda panjang (Gambar 40).
Longsoran tanah masuk ke dalam saluran
Gambar 37. Longsoran tanah hasil ditcher dengan pengeruk tanah.
Profil melintang saluran pada puncak guludan
70.0
Ketinggian (cm)
60.0
Profil melintang saluran pada cekungan guludan
50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 0.0 0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
130
Jarak (cm )
Tengah saluran
140
Profil melintang saluran yang diinginkan pada puncak guludan Profil melintang saluran yang diinginkan pada cekungan guludan
Gambar 38. Profil melintang pada lahan pengujian Jatitujuh.
Profil melintang saluran pada puncak guludan 70.0
Profil melintang saluran pada cekungan guludan
Ketinggian (cm)
60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 0.0 0
10
Tengah saluran
20
30
40
50
60
70 Jarak (cm )
80
90
100
110
120
130
140
Profil melintang saluran yang diinginkan pada puncak guludan Profil melintang saluran yang diinginkan pada cekungan guludan
Gambar 39. Profil melintang pada lahan pengujian Leuwikopo dengan roda pengeruk berdiameter kecil dan lengan roda pendek.
Profil melintang saluran pada puncak guludan 70.0
Ketinggian (cm)
60.0
Profil melintang saluran pada cekungan guludan
50.0 40.0 30.0
Profil melintang saluran yang diinginkan pada puncak guludan
20.0 10.0 0.0 0
10
Tengah saluran
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
Profil melintang saluran pada cekungan guludan
Jarak (cm )
Gambar 40. Profil melintang pada lahan pengujian Leuwikopo dengan roda pengeruk berdiameter besar dan lengan roda panjang. D. Tahanan Tarik (Draft) Ditcher dengan Pengeruk Tanah
Pengujian ditcher dengan pengeruk tanah ini dikatakan berhasil karena ditcher dengan pengeruk tanah dan pengeruknya telah bekerja dengan baik meskipun hasil yang diharapkan belum didapatkan secara optimal. Pada pengujian tahanan tarik ditcher dengan pengeruk tanah ini pada lahan percobaan Leuwikopo digunakan dua buah traktor bertenaga 70 hp dengan merk Deutz. Pada lahan uji Leuwikopo didapatkan nilai draft sebesar 289.17 kgf. Pengujian dilakukan untuk penggunaan ditcher dengan roda pengeruk tanah berdiameter besar dan berlengan panjang. Pada pengukuran tahanan tarik di lahan uji PG. Jatitujuh digunakan traktor bertenaga 110 hp dengan merk Massey Ferguson sebagai penarik dan merk John Deere sebagai traktor penggandeng ditcher didapatkan nilai draft sebesar 660.78 kgf. Dari hasil perhitungan tahanan tarik ditcher tampak bahwa nilai draft yang terjadi di lahan uji Leuwikopo jauh lebih kecil dari nilai draft yang terjadi di PG. Jatitujuh. Hal ini dimungkinkan mengingat berat traktor uji untuk lahan uji PG. Jatitujuh yang jauh lebih berat, dan kondisi tanah pada lahan uji PG. Jatitujuh yang keras ditandai dengan tahanan penetrasi yang tinggi bila dibandingkan dengan kondisi tanah pada lahan uji Leuwikopo yang remah, gembur, dan kering. Data pengukuran tahanan tarik disajikan pada Lampiran 7. Gambar 41 menunjukkan proses pengukuran tahanan tarik ditcher pada lahan uji Leuwikopo dan lahan uji PG. Jatitujuh.
(a) Lahan Uji Leuwikopo
(b) Lahan uji PG. Jatitujuh
Gambar 41. Pengukuran tahanan tarik (draft)
E. Slip Roda Traksi dan Kapasitas Lapangan
Pengukuran slip roda traksi dan kecepatan maju pengolahan dilakukan setelah pengukuran tahanan tarik (Gambar 42). Slip roda traksi untuk landasan tanah atau lahan percobaan Leuwikopo diperoleh nilai untuk roda kanan ratarata sebesar 35.73% dan roda kiri rata-rata sebesar 39.43%. Pada pengujian kecepatan maju di landasan keras, dalam hal ini digunakan landasan aspal didapatkan nilai kecepatan rata-rata sebesar 0.53 m/detik. Kecepatan maju rata-ratanya pada lahan percobaan sebesar 0.31 m/detik. Slip roda traksi yang terjadi pada lahan uji B PG. Jatitujuh diperoleh nilai rata-rata sebesar 63.38% untuk roda kanan dan 62.87% untuk roda kiri. Kecepatan maju yang diperoleh pada landasan aspal rata-rata sebesar 0.74 m/detik dan untuk lahan tanah didapatkan nilai rata-rata sebesar 0.57 m/detik (Tabel 6). Data pengukuran slip roda traksi dan kecepatan maju disajikan pada Lampiran 9. Nilai slip yang tinggi terjadi pada lahan uji B PG. Jatitujuh, dikarenakan kondisi tanah lahan pengujian yang gembur dan kering dan kondisi tanah yang dipotong oleh ditcher yang keras sehingga menghasilkan nilai slip yang cukup tinggi walaupun roda traksi yang digunakan oleh traktor masih bagus. Berbeda dengan pengujian yang dilakukan di lahan uji Leuwikopo yang memiliki nilai slip roda traksi yang hampir setengahnya dari slip roda traksi pada lahan uji B PG. Jatitujuh. Untuk lahan uji Leuwikopo slip yang terjadi lebih kecil
mengingat kondisi lahan uji yang lebih padat walaupun roda traksi yang digunakan oleh traktor mulai gundul. Tabel 6. Slip roda traksi dan kecepatan maju Lahan uji Leuwikopo B PG. Jatitujuh
Slip (%) Kanan Kiri 35.73 39.43 63.38 62.87
Kecepatan maju (m/s) Aspal Lahan 0.53 0.31 0.74 0.57
Dari hasil pengujian yang dilakukan pada lahan Leuwikopo didapatkan Kapasitas Lapangan Teoritis (KLT) sebesar 0.558 ha/jam. Pada lahan pengujian di B PG. Jatitujuh didapatkan KLT sebesar 6.156 ha/jam. Kedua nilai efisiensi tersebut terlihat bahwa kondisi ini dipengaruhi oleh jenis dan kondisi roda traksi traktor serta kondisi tanah pada lahan uji. Cara perhitungan kapasitas lapangan teoritis ada pada Lampiran 11. Perhitungan kapasitas lapangan efektif tidak bisa dilakukan mengingat data yang didapatkan pada pengujian baik di lahan uji Leuwikopo dan lahan uji B PG. Jatitujuh tidak tersedia atau kurang memenuhi syarat. Perhitungan efisiensi juga tidak bisa dilakukan karena faktor-faktor pendukung perhitungan yaitu kapasitas lapangan teoritis dan kapasitas lapangan efektif yang tidak lengkap.
(a) Lahan Uji Leuwikopo
(b) Lahan uji PG. Jatitujuh
Gambar 42. Pengukuran kecepatan maju, slip roda traksi, dan kapasitas lapangan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Alat yang telah dibuat ini telah berfungsi dengan baik meskipun belum optimal pada kondisi atau bentuk guludan yang berbeda dan lahan yang banyak mengandung sampah sisa tanaman tebu. 2. Hasil pengujian di lahan uji Leuwikopo menunjukkan bahwa ditcher dengan pengeruk tanah dapat membuat saluran drainase dengan profil saluran berbentuk trapesium dengan ukuran rata-rata lebar atas 113 cm, lebar bawah 37 cm dan kedalaman 33 cm. Untuk lahan uji A PG. Jatitujuh ukuran saluran rata-rata lebar atas 100 cm, lebar bawah 37 cm, dengan kedalaman 39 cm. 3. Pada lahan uji Leuwikopo didapatkan nilai draft sebesar 289.17 kgf, dan untuk lahan uji B PG. Jatitujuh nilai draftnya sebesar 660.78 kgf. 4. Slip roda traktor yang tinggi sekitar 35.73% (kanan) dan 39.43 (kiri) untuk lahan uji Leuwikopo dan 63.38% (kanan) dan 62.87% (kiri) untuk lahan uji PG. Jatitujuh. 5. Kapasitas Lapangan Teoritis (KLT) 0.558 ha/jam pada lahan pengujian Leuwikopo, dan untuk lahan pengujian PG. Jatitujuh didapatkan KLT 6.156 ha/jam. B. SARAN
1. Mengingat pengujian yang dilakukan hanya menggunakan satu tingkat kecepatan traktor, sebaiknya diujicobakan untuk tingkat kecepatan tertentu agar dihasilkan hasil pengolahan lahan yang optimal. 2. Pada percobaan dengan menggunakan roda pengeruk berdiameter besar hanya dicoba untuk satu pasang lubang pin, hendaknya diuji juga berbagai posisi lubang pin yang telah tersedia. 3. Perlu dilakukan kajian ulang pemakaian komponen yang digunakan, mengingat tingkat kekerasan tanah pada lahan percobaan yang cukup tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Janobi, K. A., P. B. McNulty. 1998. Potato Digging Orbital Vibration. J. Agric. Engn. Res., 29, hal 73-82 Anonim. 1982. Pedoman Budidaya Tebu Lahan di Lahan Kering. Yogyakarta : Lembaga Pendidikan Perkebunan Ashari, S. 1995. Hortikultura: Aspek Budidaya. UI-Press. Jakarta Baver, L. D., W. M. Gardner and W. R. Gardner. 1972. Soil Physics. John Willey and Sons, Inc., New York Das, Braja M. 1993. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis). Jakarta : Penerbit Erlangga Davies BD, Eagle, Finney B. 1993. Soil Management. Ipswich : Farming Press Daywin F. J., R.G. Sitompul., Imam Hidayat. 1993. Mesin-mesin Budidaya Pertanian. Bogor : JICA-DGHE/IPB PROJECT/ADAET, Institut Pertanian Bogor. Bogor Gill W. R., Vanden Berg G. E. 1968. Soil Dynamic in Tillage and Traction. United State of America : Agric. Res. Service. US department of Agriculture Gill W. R., A. C. Bailey and C. A. Reaves. 1982. Harrow Disk Curvatureinfluence on Soil Penetration. Trans of the ASAE, 25(5): 1173-1180 Hardiyatno HC. 1992. Mekanika Tanah I. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Hardjowigeno S. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta : Akademika Pressindo Humbert RP. 1968. The Growing of Sugarcane. New York : Elsevier Publishing Company Kepner, R., Bainer dan E. L. Barger. 1978. Principles of Farm Machinery. Second Edition. The AVI Publishing Company, Inc., Wesport, Connecticut Koga, Y. 1988. Farm Machinery. Vol. II. Farm Mechanization Course, Farm Machinery Design Course, Tsukuba International Agricultural Training Centre. Japan International Cooperation Agency. Tsukuba. Japan Mandang T, Nishimura I. 1991. Hubungan Tanah dan Alat Pertanian. Bogor : JICA-DGHE-IPB PROJECT/ADAET
Norton, R. L.1992. Design of Machinery: an Introduction to the Synthesis and Analysis of Mechanisms and Machines. 3rd Printing. New York. McGrawHill Notojoewono W. 1970. Tebu. Djakarta : PT. Soeroengan Sapei, A., M.A. Dhalhar, K. Fujii, S. Miyauchi, dan S. Sudou. 1990. Pengukuran Sifat-sifat Fisik dan Mekanik Tanah. JICA-DGHE/IPB Project: JTA-9a (132). Pengembangan Akademik Program Pasca Sarjana. FATETA. IPB. Bogor Schwab G. O., Richard K., Frevert and Talcott. 1981. Soil and Water Conservation Engineering. New York : John Wiley and Sons, Inc. Smith HP, Wilkes LH. 1976. Farm Machinery and Equipments. McGraw-Hill, Inc. Sosrodarsono, S., Kensaku T. 1980. Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta. Pradnya Paramitra. Sudiatso, S. 1982. Bertanam Tebu. Bogor: Dept. Agronomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Wardojo, C., Nugroho S. P. 1996. Konservasi Tanah Pada Budidaya Tebu Di Lahan Kering. Surakarta. Departemen Kehutanan. Wijanto. 1988. Desain Alat Penanam Tebu Mekanis. [Thesis]. Bogor : Fakultas Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor
Lampiran 1. Cara pengukuran dan perhitungan kadar air dan kerapatan isi tanah 1. Ring sampel (ring + tutup) ditimbang, dicatat dan diberi nomor kode. 2. Sampel tanah (ring + tutup + contoh tanah) ditimbang dan dicatat hasilnya sesuai nomor urut ring. 3. Contoh tanah dikeringkan dengan cara dipanggang dalam oven yang bersuhu 105 oC. 4. 24 jam kemudian sampel tanah yag telah dikeringkan (ring + tutup + contoh tanah) ditimbang kembali. 5. Kadar air tanah dihitung dengan cara : m tb − m tk x100 % m tk Di mana : KA =
KA
= kadar air (%);
mtb
= massa tanah basah (g)
mtk
= massa tanah kering (g)
6. Kerapatan isi tanah dihitung dengan cara : mtk Vr Di mana :
ρ=
Ρ
= Kerapatan isi tanah (g/cm3)
mtk
= massa tanah kering (g)
Vr
= volume ring sampel (cm3).
Lampiran 2. Cara perhitungan kohesi tanah dan sudut gesekan dalam 1. Permukaan tanah percobaan diratakan terlebih dahulu kemudian letakkan gelang geser yang dipasangkan pada penetrometer pada puncak guludan dan dasar guludan. 2. Gelang geser bersirip dipasangkan pada penetrometer. Gelang geser ditekan konstan pada tingkat beban 20 kgf, kemudian lengan torsi dipasang dan diputar hingga terjadi geseran pada tanah. Nilai torsi putar maksimum yang ditunjukkan oleh skala indikator torsi dicatat. 3. Pengukuran diulangi pada tingkat beban 40 kgf. 4. Tahanan geser untuk tiap tingkat beban dihitung dengan cara : ⎛
3Τ 3 3 ⎝ 2π r0 − r1
τ = 98 × ⎜⎜
(
)
⎞ ⎟⎟ ⎠
Dimana : τ : tahanan geser (kPa); Τ : torsi putar (kgf.cm); ro : jari-jari luar gelang geser bersirip (5 cm); r1 : jari-jari dalam gelang geser bersirip (3 cm). Dari data tahanan geser pada dua tingkat beban tersebut dapat dihitung nilai kohesi tanah (C) dan sudut gesekan dalam (ø) dengan rumus berikut : ⎛ τ 2 −τ1 ⎞ ⎟⎟ ⎝ σ 2 − σ1 ⎠
φ = tan −1 ⎜⎜
C = τ 1 − σ 1 tan φ
Dimana : τ1 : tahanan geser pada tingkat beban 20 kgf (kPa); τ2 : tahanan geser pada tingkat beban 40 kgf (kPa); σ1: tekanan normal-1= (20 kgf + berat penetrometer) dibagi luas penampang gelang; σ2: tekanan normal-2= (40 kgf + berat penetrometer) dibagi luas penampang gelang;
ø : sudut gesekan dalam C : Kohesi (kPa)
Lampiran 3. Cara perhitungan adhesi dan sudut gesekan tanah-baja 1. Permukaan tanah percobaan diratakan terlebih dahulu kemudian letakkan gelang gesek yang dipasangkan pada penetrometer pada puncak guludan dan dasar guludan yang telah rata. 2. Gelang gesek dipasangkan pada penetrometer. Gelang geser ditekan konstan pada tingkat beban 20 kgf, kemudian lengan torsi dipasang dan diputar hingga terjadi gesekan pada tanah. Nilai torsi putar maksimum yang ditunjukkan oleh skala indikator torsi dicatat. 3. Pengukuran diulangi pada tingkat beban 40 kgf. 4. Tahanan gesek untuk tiap tingkat beban dihitung dengan cara : ⎛
3Τ 3 3 ⎝ 2π r0 − r1
τ = 98 × ⎜⎜
(
)
⎞ ⎟⎟ ⎠
Dimana : τ : tahanan gesek (kPa); Τ : torsi putar (kgf.cm); ro : jari-jari luar gelang gesek (5 cm); r1 : jari-jari dalam gelang gesek (3 cm). Dari data tahanan gesek pada dua tingkat beban tersebut dapat dihitung nilai adhesi tanah-baja (C) dan sudut gesekan tanah-logam (ø) dengan rumus berikut : ⎛ τ 2 −τ1 ⎞ ⎟⎟ ⎝ σ 2 − σ1 ⎠
φ = tan −1 ⎜⎜
C = τ 1 − σ 1 tan φ
Dimana : τ1 : tahanan gesek pada tingkat beban 20 kgf (kPa); τ2 : tahanan gesek pada tingkat beban 40 kgf (kPa); σ1: tekanan normal-1= (20 kgf + berat penetrometer) dibagi luas penampang gelang; σ2: tekanan normal-1= (40 kgf + berat penetrometer) dibagi luas penampang gelang;
ø : sudut gesekan tanah-logam C : adhesi tanah-baja (kPa)
Lampiran 4. Kalibrasi Loadcell Beban (kg) Penambahan total 0.00
0.00
U1 -1
Berat (με) U2 U3 1
0
R 0.00
20.20
20.20
9
10
9
9.33
19.50
39.70
20
20
20
20.00
19.50
59.20
30
30
31
30.33
20.00
79.20
39
39
39
39.00
20.08
99.28
50
51
51
50.67
beban (kg)
Hubungan beban terhadap pembacaan load cell 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
y = 1.9627x + 0.7476 R2 = 0.9989
kurva pengukuran Linear (kurva pengukuran) 0
10
20
30
40
pembacaan load cell (με)
50
Lampiran 5. Data Pengukuran Kadar Air dan Kerapatan Isi Tanah (Bulk Density) Lahan Pengujian Leuwikopo Kode ring sample P1 P2 P3 P4 P5 T1 T2 T3 T4 T5 D1 D2 D3 D4 D5
Berat Basah+ring sample (gram) 201.90 206.20 211.40 203.90 204.30 211.00 203.40 189.10 188.40 194.10 219.80 200.40 206.70 218.20 197.40
Berat Kering+ring sample (gram) 163.00 164.40 176.80 163.90 157.60 168.30 162.70 153.80 151.70 155.90 172.20 159.80 167.30 171.60 154.00
Rata-rata
Berat ring sample (gram) 61.00 66.60 67.90 66.90 67.80 66.30 66.80 67.00 67.50 66.90 61.30 67.30 57.60 63.00 66.40
Volume ring sample (cc) 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Kadar air (%)
Bulk density (gram/cc)
27.61 29.94 24.11 29.20 34.21 29.51 29.80 28.91 30.36 30.03 30.03 30.50 26.43 30.03 33.13
1.02 0.98 1.09 0.97 0.90 1.02 0.96 0.87 0.84 0.89 1.11 0.93 1.10 1.09 0.88
29.01
0.99
29.72
0.92
30.02
1.02
Ket.
Puncak guludan
Tengah guludan
Cekungan guludan
Puncak guludan Tengah guludan
Cekungan guludan
Lampiran 5. (lanjutan) Data Pengukuran Kadar Air dan Kerapatan Isi Tanah Lahan Pengujian A PG. Jatitujuh, Majalengka Kode ring sample P1 P2 P3 P4 P5 D1 D2 D3 D4 D5
Berat Basah+ring sample (gram) 171.60 179.40 170.00 175.50 176.10 216.10 218.80 193.70 209.60 213.30
Berat Kering+ring sample (gram) 157.60 163.50 149.50 150.80 157.90 186.10 182.30 164.40 170.50 175.60
Berat ring sample (gram) 67.70 67.70 66.90 67.50 66.00 67.60 68.60 67.70 67.60 68.50
Volume ring sample (cc) 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Kadar air (%)
Bulk density (gram/cc)
13.47 14.23 19.88 22.87 16.53 20.20 24.30 23.25 27.54 26.04
0.90 0.96 0.83 0.83 0.92 1.19 1.14 0.97 1.03 1.07
17.40
0.89
24.27
1.08
rata-rata
Ket.
Puncak guludan
Cekungan guludan
Puncak guludan Cekungan guludan
Lampiran 5. (lanjutan) Data Pengukuran Kadar Air dan Kerapatan Isi Tanah Lahan Pengujian B PG. Jatitujuh, Majalengka Kode ring sample P1 P2 P3 P4 P5 D1 D2 D3 D4 D5
Berat Basah+ring sample (gram) 170.80 167.20 161.60 165.80 164.60 171.60 207.60 248.90 211.80 195.90
Berat Kering+ring sample (gram) 161.60 158.10 151.60 152.30 155.40 151.20 179.80 211.80 184.60 169.50
Berat ring sample (gram) 67.20 68.50 62.20 65.90 66.70 67.90 67.60 67.60 66.70 66.90
Volume ring sample (cc) 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Kadar air (%)
Bulk density (gram/cc)
8.88 9.22 10.06 13.51 9.40 19.67 19.86 20.46 18.75 20.47
0.94 0.90 0.89 0.86 0.89 0.83 1.12 1.44 1.18 1.03
10.21
0.90
19.84
1.12
rata-rata
Ket.
Puncak guludan
Cekungan guludan
Puncak guludan Cekungan guludan
Lampiran 6. Data Pengukuran Penetrasi Small Cone pada lahan uji Leuwikopo
Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata-rata Cone index (kPa)
5 10 8 4 10 2 6 6 6 4 2 42 12 12 10 22 34 26 24 26 18 5.8 22.6 384 1207
Keterangan: OV = tidak terukur
10 32 8 6 14 5 6 10 6 5 4 43 24 28 20 32 34 24 30 40 12 9.6 28.7 570 1506
15 34 18 11 22 6 6 18 10 8 6 40 32 28 28 40 34 42 27 32 20 13.9 32.3 781 1683
20 36 26 26 26 10 7 30 14 30 8 32 32 32 32 42 32 43 27 32 20 21.3 32.4 1144 1688
25 30 26 27 26 14 10 32 18 31 14 38 26 44 34 42 42 38 28 32 20 22.8 34.4 1217 1786
Kedalaman (cm) 30 35 22 22 26 26 28 28 26 27 17 22 14 22 36 38 20 39 34 40 24 42 38 36 32 40 54 46 34 44 32 34 44 46 40 40 30 30 38 38 21 21 24.7 30.6 36.3 37.5 1310 1599 1879 1937
40 22 24 28 27 30 38 39 40 42 42 28 40 44 42 40 44 40 30 32 21 33.2 36.1 1727 1869
45 18 24 28 27 OV 38 39 40 44 42 18 40 44 46 44 46 34 34 30 21 33.3 35.7 1733 1849
50 18 26 28 27 OV 38 39 40 44 44 18 40 44 44 44 44 34 34 32 21 33.8 35.5 1755 1839
55 18 27 28 27 OV 38 39 40 44 44 22 40 44 38 44 44 42 34 32 21 33.9 36.1 1761 1869
60 18 27 28 27 OV 38 39 40 44 44 26 40 44 0 44 44 42 39 32 21 33.9 33.2 1761 1727
Posisi
Puncak guludan
Cekungan guludan
Puncak guludan Cekungan guludan Puncak guludan Cekungan guludan
Lampiran 6. (lanjutan) Data Pengukuran Penetrasi Small Cone pada lahan uji B PG. Jatitujuh
Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata-rata Cone index (kPa)
5 6 7 8 9 12 6 10 8 8 12 44 48 22 37 26 41 43 47 29 40 8.6 37.7 521 1947
Keterangan: OV = tidak terukur
10 10 9 8 8 12 10 10 9 12 8 48 50 40 41 39 47 49 52 38 44 9.6 44.8 570 2295
15 30 28 18 26 14 24 27 20 22 29 48 50 38 43 43 45 46 52 40 47 23.8 45.2 1266 2315
20 30 29 42 28 24 27 29 26 29 32 38 OV 44 35 41 34 35 52 43 35 29.6 39.7 1550 2044
25 48 46 38 43 30 40 45 43 47 48 30 OV 48 31 46 29 30 OV 46 29 42.8 36.1 2197 1870
Kedalaman (cm) 30 35 50 50 48 52 OV OV 47 50 OV OV 49 52 46 53 48 52 48 54 50 50 30 50 OV OV 48 48 30 36 41 43 30 30 28 33 OV OV 48 47 32 33 48.3 51.6 35.9 40.0 2464 2630 1858 2060
40 50 52 OV 53 OV 52 54 54 52 52 30 OV 48 51 43 30 32 OV 49 30 52.4 39.1 2666 2017
45 50 53 OV 54 OV 51 54 53 53 54 30 OV 48 53 45 28 32 OV 50 30 52.8 39.5 2685 2035
50 50 55 OV 55 OV 53 54 53 55 56 30 OV 30 54 32 28 30 OV 34 34 53.9 34.0 2740 1766
55 50 55 OV 52 OV 53 54 53 55 56 30 OV 34 55 30 30 32 OV 33 32 53.5 34.5 2721 1790
60 50 55 OV 52 OV 53 54 53 55 56 30 OV 32 55 29 30 30 OV 32 32 53.5 33.8 2721 1754
Posisi
Puncak guludan
Cekungan guludan
Puncak guludan Cekungan guludan Puncak guludan Cekungan guludan
Lampiran 7. Data Pengukuran Tahanan Tarik dengan Roda Pengeruk Besar dan berlengan panjang Beban (kgf) Ulangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Rata-rata Draft
Lahan Leuwikopo Ditcher tidak dioperasikan
Ditcher dioperasikan
424.69 522.83 481.61 805.45 422.73 777.98 514.98 569.93 432.54 469.83 408.99 562.08 558.15 752.46 648.44 518.90 776.01 381.51 648.44 526.75 422.73 485.53 950.69 575.82 776.01 552.27 844.71 813.31 1044.90 874.15 618.15 289.17
827.04 1125.37 866.30 1082.20 697.51 1196.03 803.49 1078.27 723.02 836.86 999.76 550.30 1035.09 1408.00 648.44 887.89 650.40 1013.50 1011.54 899.66 842.75 791.72 689.66 842.75 836.86 1062.57 1095.93 1011.54 809.38 895.74 907.32
Lahan Jatitujuh Ditcher Ditcher tidak dioperasikan dioperasikan 913.40 1576.80 766.20 1780.92 744.61 1535.58 970.32 1643.53 1015.46 1694.56 986.02 1822.13 744.61 1828.02 1145.00 1500.25 1368.75 1566.98 905.55 1557.17 976.21 1835.87 1194.07 1794.66 1331.46 1771.10 1537.54 1592.50 1468.85 1576.80 781.90 1720.07 1160.70 1755.40 1366.79 1749.51 948.73 1847.65 783.86 1879.05 1341.27 1922.23 1064.53 1733.81 976.21 1751.48 931.07 1828.02 968.36 1912.42 752.46 1653.34 966.40 1631.75 1141.08 1488.47 1105.75 1604.27 1162.67 1788.77 1050.66 1711.44 660.78
Lampiran 8. Tinggi profil guludan pada lahan pengujian A PG. Jatitujuh (Roda besar, lengan panjang) U
Jarak (cm) 0
1
2
3
4
0. 0 2. 0 7. 6 0. 0 0. 0 1. 8 4. 8 0. 0 0. 0 0. 0 0. 0 6. 2 5. 0 0. 0 0. 0 0. 0 1. 8 0. 0 0. 0
5
10
15
3.8
5.2
8.5
5.5
10. 5
4.0 1.0
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
105
110
115
120
125
130
135
10. 3 17. 0
15. 6 18. 0
25. 0 24. 5 18. 5 24. 5 18. 2 25. 6 28. 0 16. 5 26. 5 18. 0 24. 0 21. 7 15. 8 25. 4 19. 7 23. 3
26. 3 25. 0 13. 5 29. 8 19. 8 26. 0 34. 5 16. 6 31. 2 19. 0 25. 5 23. 2 15. 3 30. 0 20. 1 24. 9
27. 5 26. 5 18. 3 34. 0 20. 0 28. 8 39. 5 28. 6 36. 8 19. 5 26. 6 24. 5 17. 8 35. 8 18. 7 27. 8
28. 0 30. 5 22. 1 40. 6 19. 8 29. 2 41. 5 27. 4 41. 2 20. 0 28. 8 25. 0 21. 1 39. 8 19. 0 29. 8
30. 2 33. 5 20. 3 43. 8 19. 6 30. 0 43. 0 31. 2 43. 0 19. 6 29. 6 29. 4 19. 0 44. 0 21. 0 30. 4
31. 2 35. 0 20. 5 45. 6 18. 0 31. 0 43. 5 30. 8 44. 8 19. 6 32. 5 29. 3 19. 8 46. 3 23. 2 33. 0
30. 8 37. 5 22. 2 47. 0 19. 0 31. 2 44. 5 28. 5 46. 5 18. 4 31. 6 29. 2 21. 2 48. 0 22. 0 31. 0
30. 8 38. 0 23. 0 48. 2 18. 5 32. 2 37. 0 25. 6 49. 0 17. 0 31. 0 32. 7 22. 8 48. 5 22. 3 30. 5
29. 0 36. 0 22. 3 47. 8 16. 5 29. 8 35. 0 23. 5 48. 2 17. 8 29. 2 20. 2 22. 8 46. 2 23. 7 28. 8
28. 3 28. 5 22. 0 46. 0 14. 0 25. 6 31. 0 23. 5 46. 0 16. 6 26. 2 25. 2 22. 6 44. 6 22. 5 25. 6
28. 0 25. 5 20. 8 42. 3 12. 3 25. 4 28. 0 23. 4 42. 3 15. 8 25. 5 20. 7 21. 8 43. 0 20. 5 24. 5
25. 2 22. 0 20. 5 40. 2 12. 0 22. 8 25. 5 23. 6 40. 2 14. 0 23. 0 20. 7 20. 3 39. 4 18. 5 21. 2
21. 8 18. 0 22. 2 36. 4 12. 0 20. 0 17. 5 21. 5 36. 4 14. 8 19. 0 17. 2 21. 8 35. 5 18. 5 18. 6
20. 3 15. 0 19. 6 34. 6 11. 2 16. 5 16. 0 20. 9 34. 6 13. 8 15. 6 13. 6 20. 1 33. 2 17. 0 14. 6
15. 4 11. 5 19. 0 32. 8 10. 0 11. 3 13. 0 20. 5 32. 8 13. 6 12. 3 11. 0 19. 0 33. 2 16. 3 11. 3
13. 2
12. 3
10. 8
6.5
5.0
0.0
AW
4.0
2.0
0.0
1.0
2.0
0.0
AK
18. 9 32. 4 11. 0
17. 6 30. 0
12. 8 29. 4
10. 2 31. 2
10. 0 30. 5
9.8
RD
29. 6
MLP
9.8
9.8
8.8
4.5
5.5
MLC
9.6
8.8
6.5
6.5
3.0
0.0
AW
5.5
6.0
3.5
3.5
2.5
0.0
AK
20. 2 32. 4 13. 4 10. 2
15. 6 30. 0 12. 3
13. 2 29. 4 11. 0
12. 3 31. 2
11. 2 30. 5
11. 5 29. 6
5.5
6.4
4.0
MLC
9.0
9.0
6.2
5.0
0.0
AW
4.2
AK
9.3
RD
30. 0
MLP
6.5
8.5
9.8
12. 6 10. 5
16. 8 15. 5 13. 5
18. 8 16. 8 14. 6
24. 6 22. 5 14. 3 22. 5 11. 2 22. 8 23. 5 12. 6 20. 6 17. 5 23. 0 15. 2 13. 4 23. 4 17. 0 22. 5 18. 2
21. 2
26. 7
30. 2
35. 7
37. 7
41. 7
38. 2
35. 7
32. 7
28. 7
23. 7
23. 7
12. 7
12. 7
2.7
5.2
4.7
4.0
1.2
3.7
-1.3
11. 8 21. 6
14. 5 25. 2
16. 0 30. 0
25. 8 34. 4
25. 5 39. 4
30. 0 42. 6
30. 0 44. 8
29. 0 46. 5
28. 5 47. 8
26. 8 47. 8
24. 6 47. 8
23. 0 43. 3
23. 0 41. 8
22. 5 38. 2
21. 0 35. 4
20. 0 34. 6
20. 3 33. 2
16. 0 31. 0
12. 0 29. 0
11. 0 29. 0
11. 0 28. 0
10. 4 28. 0
0.0
5.5
9.6
9.8
0.0
5.5
10. 5
17. 0
0.0
2.2
8.5
18. 0 10. 0 16. 4 17. 5
5.5 6.0 6.5 2.5
7.8
9.5
6.5
11. 0
8.8
7.5
9.8 10. 0 12. 5 9.8
8.2 17. 5 17. 0 19. 8 23. 0
6.4
9.8
15. 6 16. 6
1.2
4.5
11. 2
4.5
7.2
8.5
9.7
12. 2
13. 2
14. 2
18. 7
0.0
9.6
3.0
4.4
4.0
5.0
5.6
8.8
9.0
2.5
4.2
6.2
12. 2
12. 2
5.0
7.2
6.0
9.0
7.0
5.9
11. 5
16. 4
19. 4
2.0
Posis i
RD MLP
8.4
5.2
0.0
5.4
3.0
19. 6 32. 0 14. 7
15. 3 29. 0 11. 9
11. 8 31. 0 11. 0
11. 8 30. 2
10. 1 30. 0
8.3
5.7
6.2
MLC
9.8
8.6
7.5
5.5
2.5
0.0
AW AK RD MLP
5
6
7
8
9
0. 0 2. 5 3. 2 0. 0 0. 0 0. 0 3. 8 0. 5 0. 0 0. 0 0. 0 3. 5 6. 2 0. 0 0. 0 0. 0 2. 5 8. 8 0. 0 0. 0 0. 0 2.
0.0
3.0
8.5
6.4
7.8
10. 2
4.0
4.2
5.7
8.5
8.6
8.8
1.6
6.4
9.8
1.2
2.4
9.8
5.6
6.8
10. 0
5.5
6.0
6.7
5.6
7.5
8.0
2.2
4.0
8.0
0.0
0.0
5.6
5.0
6.0
9.0
12. 2
13. 2
14. 2 10. 0
5.4
9.8
0.0
2.0
5.5
6.5
4.8
8.5
13. 0
13. 4
3.5
6.4
8.2 10. 0 10. 4 15. 4 8.4
1.2
2.2
9.2
0.0
5.8
9.8
4.8
8.4
12.
14. 6 12. 3 10. 0 14. 4 12. 3 10. 5 13. 2 10. 8 15. 6 14. 4 10. 2 18. 7 10. 0 16. 2 13. 2 15. 8 19. 8 12. 1 16. 5 14. 0
17. 2 15. 6 15. 8 15. 7 11. 8 17. 4 15. 5 17. 3 23. 0 11. 2 17. 0 16. 4 24. 4 25. 6 14. 0 19. 4 14. 5
19. 6 21. 6 15. 2 13. 5 23. 6 18. 8 25. 4 17. 7 13. 5 21. 8 16. 8 23. 4 15. 2 14. 6 20. 5 19. 8 24. 4 26. 8 14. 5 20. 0 16. 4
14.
16.
20.
6.7
19. 3 19. 8 10. 9 9.8
19. 6 22. 5 18. 2 17. 5 26. 5 19. 6 25. 6 21. 6 18. 9 26. 5 20. 5 24. 4 21. 7 18. 7 23. 2 19. 8 25. 8 28. 8 16. 8 22. 0 19. 4
21. 0 24. 6 19. 7 17. 0 28. 8 20. 0 26. 0 24. 3 19. 5 26. 8 22. 2 25. 4 23. 2 19. 0 27. 5 20. 1 28. 6 24. 6 20. 1 26. 5 19. 4
22. 5 25. 8 19. 9 26. 5 33. 8 23. 2 27. 0 28. 7 24. 5 32. 0 24. 6 25. 8 24. 5 25. 4 33. 2 24. 5 28. 8 24. 0 25. 4 33. 0 23. 0
22. 5 26. 5 17. 7 26. 8 41. 0 23. 2 27. 5 31. 5 26. 8 38. 0 25. 6 26. 5 25. 0 28. 8 38. 4 25. 4 29. 0 26. 4 29. 8 42. 2 23. 5
22. 5 28. 8 20. 2 30. 2 42. 8 22. 8 28. 8 34. 6 29. 2 42. 2 25. 8 27. 3 29. 4 29. 0 44. 0 24. 5 29. 0 27. 8 30. 2 44. 0 23. 0
24. 3 29. 8 23. 7 30. 0 44. 5 24. 6 29. 5 33. 5 29. 0 45. 0 25. 0 26. 0 29. 3 29. 8 45. 2 24. 2 30. 1 30. 0 31. 2 45. 0 24. 4
23. 4 30. 5 30. 7 30. 0 46. 0 23. 8 30. 0 35. 0 29. 2 45. 0 24. 5 28. 2 29. 2 31. 5 48. 0 23. 5 31. 2 30. 0 32. 0 46. 5 24. 2
22. 5 35. 5 21. 2 29. 5 47. 0 23. 6 32. 2 32. 5 30. 2 47. 6 23. 2 32. 0 32. 7 29. 8 48. 5 23. 5 35. 4 30. 5 28. 7 47. 5 24. 0
22. 5 32. 3 22. 7 27. 8 46. 0 22. 2 31. 2 33. 0 26. 5 47. 0 21. 5 31. 2 20. 2 28. 8 46. 5 23. 0 32. 5 26. 5 27. 8 47. 0 24. 5
23. 4 29. 8 26. 7 26. 6 47. 0 24. 5 26. 5 32. 0 24. 3 46. 5 22. 6 27. 0 25. 2 22. 5 42. 0 23. 4 28. 4 24. 4 26. 6 47. 0 25. 4
21. 2 25. 6 22. 7 25. 0 45. 0 23. 2 25. 5 29. 5 23. 4 43. 2 22. 4 26. 5 20. 7 24. 5 41. 0 23. 2 25. 6 21. 6 26. 4 41. 2 22. 8
17. 8 24. 5 21. 0 25. 2 41. 2 18. 6 24. 3 26. 0 23. 0 41. 2 20. 2 23. 5 20. 7 26. 4 38. 2 20. 1 21. 1 19. 8 25. 8 39. 8 21. 2
18. 8 20. 2 14. 7 24. 4 38. 2 19. 0 19. 7 24. 0 22. 6 38. 0 18. 5 19. 0 17. 2 25. 0 33. 0 20. 0 20. 1 17. 8 25. 6 36. 5 20. 2
17. 6 15. 6 12. 7 21. 6 34. 2 16. 7 15. 6 18. 5 22. 0 37. 2 15. 6 16. 0 13. 6 23. 3 32. 8 18. 8 18. 4 14. 5 22. 8 35. 2 17. 5
16. 7 13. 2 10. 5 21. 8 30. 0 15. 6 14. 5 14. 5 21. 8 36. 5 14. 5 12. 3 11. 0 23. 0 31. 0 16. 6 14. 5 10. 0 22. 6 32. 0 16. 9
15. 4 11. 5
12. 5 10. 2
10. 9
7.6
6.6
4.2
MLC
9.5
6.6
6.2
0.0
AW
9.7 22. 2 30. 0 15. 6 12. 3 11. 7 21. 4 36. 5 13. 2 11. 8
1.7
2.2
1.4
4.9
0.0
AK
16. 5 29. 8 13. 0 10. 2 12. 0 15. 5 36. 0 12. 0 11. 5
14. 8 28. 0 11. 3
13. 2 28. 0
12. 3 27. 4
11. 5 26. 0
6.5
6.6
2.0
MLC
9.8
8.8
5.6
0.0
AW
8.0
3.3
0.5
0.0
AK
14. 5 35. 0 10. 5
13. 8 34. 5
8.8
6.5
RD
32. 0
32. 0
MLP
5.6
4.5
1.0
MLC
8.5
7.5
6.5
0.0
AW
4.2
AK
8.4
RD
22.
23.
24.
25.
28.
29.
31.
35.
36.
29.
29.
24.
20.
18.
14.
12.
8.4
5.2
0.0
5.4
3.0
22. 4 31. 0 14. 5 10. 8
18. 8 29. 6 12. 8 10. 0
15. 4 28. 0 11. 7
13. 5 30. 0
12. 0 29. 0
5.8
8.4
6.5
8.6
4.8
0.0
20. 4 31. 0 14. 5
18. 4 29. 0 12. 5
15. 0 32. 0 10. 0
12.
9.8
RD MLP
30. 0
MLP
6.8
2.5
MLC
4.1
0.0
AW
4.5
4.5
6.5
AK
14. 5 31. 0
10. 4 29. 0
4.8
RD
31. 2
MLP
6.6
5.6
4.5
MLC
8.8
5.4
0.0
AW
4
10
Ratarata
4. 6 0. 0 0. 0 1. 0 4. 6 7. 2 0. 0 0. 0 0. 0 2. 1 4. 2 1. 3 0. 0 0. 1
9.4 4.6
12. 5 7.8
0.0
1.2
0.0
1.8
4
5
4
5
1
2
4
4
5
0
2
0
1
8
4
6
4
7
5
8
4
13. 5 10. 0
16. 4 10. 0 16. 8
16. 5 16. 5 21. 0 16. 8 21. 5 26. 4 14. 4 21. 6 14. 4 23. 0 19. 7 13. 9 21. 7 16. 8
20. 1 18. 4 26. 4 20. 0 23. 6 26. 4 15. 5 23. 5 15. 4 24. 2 23. 2 17. 1 25. 0 19. 0
23. 3 21. 4 30. 2 21. 5 24. 8 21. 5 20. 1 28. 0 21. 1 25. 5 24. 6 17. 9 28. 9 20. 4
24. 6 25. 2 38. 0 24. 5 25. 0 21. 8 22. 2 35. 0 23. 0 26. 8 26. 4 24. 0 34. 6 22. 4
25. 6 27. 9 39. 2 25. 8 25. 0 24. 8 24. 0 41. 4 23. 8 27. 6 28. 4 26. 0 40. 1 22. 9
26. 5 29. 8 40. 2 23. 4 26. 0 28. 4 24. 5 42. 6 24. 6 28. 9 31. 1 27. 3 42. 9 22. 7
27. 6 33. 6 44. 8 23. 0 30. 2 29. 0 29. 8 46. 0 25. 0 30. 2 32. 3 28. 5 45. 2 23. 1
28. 4 32. 5 46. 5 22. 8 30. 0 32. 0 31. 5 47. 4 23. 8 30. 6 33. 5 28. 8 46. 7 22. 5
32. 4 32. 2 49. 0 22. 6 33. 5 33. 0 30. 5 47. 4 24. 8 32. 8 32. 6 28. 1 48. 0 22. 2
29. 0 29. 9 48. 4 22. 6 33. 0 24. 5 27. 8 46. 5 23. 5 31. 3 28. 0 26. 4 47. 1 21. 8
26. 8 28. 0 47. 5 23. 4 25. 4 23. 5 26. 3 45. 6 22. 4 27. 3 27. 2 24. 7 46. 0 21. 8
20. 0 26. 2 42. 0 24. 0 23. 4 21. 6 29. 8 42. 6 21. 4 25. 9 23. 4 24. 4 42. 6 20. 7
20. 6 25. 4 41. 2 20. 0 20. 1 20. 1 25. 8 39. 2 20. 8 23. 0 22. 0 23. 9 40. 2 18. 3
16. 4 24. 5 37. 0 16. 8 16. 5 16. 8 24. 6 35. 2 19. 8 19. 5 17. 2 23. 5 36. 4 17. 8
14. 8 23. 6 35. 4 14. 5 14. 4 14. 5 23. 0 33. 6 18. 4 16. 6 14. 6 21. 8 34. 6 16. 1
12. 4 20. 0 33. 2 13. 2 13. 8 13. 2 22. 3 31. 0 17. 7 13. 3 11. 0 21. 0 32. 7 15. 1
10. 6 18. 7 32. 0 14. 0 12. 4
5.4
0.0
17. 6 29. 8 11. 2 10. 6
14. 3 28. 0
2.5
6.5 18. 8 19. 4
18. 8 11. 5 20. 2 10. 4 19. 8 24. 5
6.0
6.4
15. 6 10. 4 12. 6 15. 5
17. 8 12. 6 18. 0 18. 9 10. 0 18. 3 14. 8
6.8
5.8
9.8
13. 4
14. 8
12. 4 15. 0
2.5
5.8
6.0
1.0
2.0
4.0
4.6
5.2
7.6
8.2
9.4
4.3
7.2
5.5 5.8 10. 0 11. 2 7.7
1.4
4.0
9.2
1.6
3.6
8.2
9.6 16. 1 12. 7
Keterangan: AW = Profil awal guludan AK = Profil akhir guludan RD = Profil guludan setelah terlintas roda mekanisme pengeruk MLP = Profil melintang got pada puncak guludan MLC = Profil melintang got pada cekungan
0.0
2.5
3.4
AK
8.8
6.5
4.3
RD
32. 0
31. 0
29. 0
MLP
8.8
5.8
4.6
4.0
MLC
8.8
5.6
2.0
0.0
AW
9.8
4.6
0.0
4.4
6.5
21. 0 30. 0 16. 5 11. 4
15. 8 29. 2 14. 5 10. 4
15. 0 29. 2 10. 4
14. 5 33. 2
10. 4 31. 2
6.8
AK
6.5
RD
27. 0
MLP
8.8
5.8
3.5
MLC
8.9
6.9
4.5
0.0
AW
8.2
5.2
1.8
20. 5 32. 1 14. 3
16. 7 30. 3 12. 3
13. 9 29. 9 10. 5
3.0
3.3
2.4
AK
12. 4 31. 0
10. 3 29. 9
8.3
RD
29. 2
MLP
6.9
5.7
3.7
MLC
Lampiran 8. Tinggi profil guludan pada lahan pengujian Leuwikopo (Roda kecil, lengan pendek) Jarak (cm)
U
1
2
0
5
10
0. 0 7. 5 1. 0 0. 0 0. 0 0. 0
0. 0 3. 0 2. 5 1. 0 1. 0 0. 5
2. 0 2. 0 1. 5 2. 0 3. 4 1. 0
2.
0.
0.
Posis i
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
105
110
115
120
125
130
135
5.0
10. 0
9.0
16. 5
27. 0 12. 0 15. 5 49. 5 21. 0 28. 0
27. 5 18. 5 16. 5 48. 7 20. 2 30. 5
27. 0 15. 5 17. 0 47. 7 18. 8 29. 5
27. 0 26. 0 14. 2 40. 0 17. 0 30. 0
26. 3 28. 0 14. 0 39. 2 16. 2 28. 0
26. 0 26. 0 14. 0 35. 5 16. 2 27. 5
23. 5 12. 0 12. 0 35. 2 15. 0 26. 3
20. 3 10. 0
5.5
4.5
2.5
1.0
AW
7.5
6.0
3.5
1.2
0.5
1.0
0.0
AK
15. 3 47. 9 18. 0 28. 3
26. 5 15. 0 16. 0 49. 5 21. 0 28. 5
10. 8
9.5
25. 0 16. 2 16. 0 49. 1 20. 2 28. 0
14. 2
5.0
22. 5 12. 0 14. 0 38. 0 16. 5 26. 5
17. 3
5.0
20. 0 16. 3 12. 0 28. 0 16. 0 24. 5
23. 5
6.0
17. 5 11. 5 10. 8 23. 5 15. 4 22. 5
8.3
6.8
8.0
3.0
0.8
0.5
0.0
0.0
RD
33. 6 16. 2 25. 8
31. 0 16. 0 24. 0
30. 0 15. 2 19. 5
29. 2 14. 5 18. 3
29. 2 10. 4 12. 5
28. 0
26. 0
27. 0
MLP
8.8
5.8
5.0
MLC
9.0
6.3
2.5
AW
8.8
13.
20.
23.
22.
27.
29.
28.
24.
22.
23.
17.
16.
10.
7.5
7.0
5.2
4.5
2.0
0.5
2.0
AK
1.7 5.5 6.2 3.0 2.0
4.0
6.8
15. 6 10. 4 11. 5
17. 8 12. 6 13. 5
10. 0 21. 6 14. 4 19. 5
5.0
4.8
8.3
9.0
3
4
5
6
5
0
0
3. 5 0. 0 0. 0 1. 0 0. 0 2. 0 0. 0 0. 0 0. 0 0. 0 1. 2 0. 0 0. 0 2. 0 0. 0 4. 5 0. 0 0. 0 0. 0 0. 0 2. 0
3. 5 2. 0 1. 2 1. 0 1. 0 2. 5 1. 0 1. 4 0. 5 0. 5 1. 5 1. 5 1. 0 3. 5 2. 0 3. 2 2. 2 1. 6 0. 0 2. 0 3. 1
4. 5 3. 5 4. 6 3. 0 3. 0 3. 2 2. 4 4. 8 2. 0 2. 5 2. 2 2. 8 6. 5 3. 0 2. 5 3. 2 4. 0 5. 6 0. 0 4. 0 4. 5
5.4 4.5 7.0
3.6
7.8
14. 5 12. 2
17. 0 15. 6 13. 2 15. 0
20. 0 20. 0 17. 0 18. 0 11. 0 21. 0 17. 5 15. 0 17. 8
6.6
8.4
16. 0 13. 2 12. 5 13. 6
19. 8 18. 8 10. 0 18. 0 10. 3 19. 0 17. 2 15. 5 19. 4
11. 2 24. 0 20. 0 20. 3 21. 5 11. 5 25. 2 17. 8 19. 3 22. 0 10. 9 23. 2 20. 2 12. 5 21. 6 11. 2 24. 5 18. 2 17. 5 22. 2
9.8
9.6
9.8
6.0
6.8
8.9
14. 0 10. 0
16. 5 15. 8 13. 0 14. 5
3.0
8.0
3.0
6.0
3.4 3.8 6.8 6.0
9.5
4.0
8.8
3.5
4.0
5.4
9.0
7.6
11. 5
15. 0 14. 2
2.0
5.0
7.5
3.3
6.6
14. 4
4.0
4.0
7.0
8.0
9.0
8.8
10. 0
2.0
4.0
5.4
7.0
4.4
6.5
0
0
8
8
0
0
5
0
0
0
0
0
12. 6 30. 0 19. 8 24. 0 25. 8 12. 3 32. 0 18. 9 25. 0 26. 0 11. 5 30. 2 20. 5 17. 0 27. 0 12. 8 30. 0 18. 8 20. 5 25. 8 11. 5
14. 5 38. 8 20. 2 24. 2 29. 0 14. 5 37. 8 22. 5 26. 5 29. 8 13. 5 36. 8 20. 8 19. 5 27. 8 13. 8 35. 8 19. 8 25. 5 27. 6 13. 6
16. 4 44. 7 21. 0 27. 3 31. 0 15. 6 45. 0 22. 5 29. 5 31. 2 15. 0 44. 6 21. 8 25. 5 31. 2 14. 7 42. 0 20. 8 27. 5 28. 0 15. 4
16. 0 46. 5 22. 0 28. 2 30. 2 16. 2 47. 8 22. 5 31. 0 31. 2 15. 4 47. 5 21. 8 31. 0 32. 0 17. 2 44. 0 20. 2 28. 0 30. 0 16. 4
16. 0 47. 0 19. 0 30. 0 26. 8 17. 0 48. 0 20. 0 31. 0 30. 0 16. 0 49. 0 21. 0 30. 5 30. 6 17. 2 44. 8 20. 5 30. 0 29. 8 17. 4
14. 3 46. 5 18. 6 30. 0 29. 0 17. 2 47. 5 19. 2 34. 5 28. 4 17. 6 48. 2 20. 0 32. 0 29. 2 14. 6 49. 0 20. 8 31. 5 28. 6 15. 8
16. 4 46. 3 18. 2 28. 5 29. 0 17. 5 46. 7 16. 8 37. 2 27. 5 18. 0 45. 8 17. 5 31. 0 27. 8 16. 5 46. 5 17. 8 34. 0 28. 0 16. 8
16. 8 44. 7 17. 5 29. 5 25. 5 17. 2 43. 7 17. 0 35. 8 26. 0 18. 4 44. 2 16. 8 32. 0 25. 4 17. 8 42. 8 17. 2 33. 5 25. 6 16. 8
15. 4 38. 0 17. 2 30. 2 25. 4 15. 4 37. 0 17. 5 36. 5 24. 6 15. 6 36. 0 16. 8 30. 5 23. 5 13. 2 38. 8 16. 4 34. 0 24. 4 15. 8
13. 5 37. 0 16. 8 30. 3 22. 0 13. 2 36. 8 16. 2 36. 8 21. 8 14. 8 35. 0 14. 5 29. 5 22. 4 13. 8 35. 4 15. 8 30. 5 23. 0 16. 0
13. 0 36. 6 16. 8 27. 5 21. 5 12. 8 36. 0 15. 5 32. 8 21. 0 14. 6 33. 0 15. 5 29. 0 21. 6 15. 6 32. 5 16. 5 29. 5 22. 3 15. 2
12. 0 35. 0 16. 8 26. 0 22. 0 10. 2 34. 6 14. 8 28. 0 20. 0 10. 3 32. 0 15. 0 28. 5 19. 8 14. 2 30. 2 15. 8 28. 5 20. 0 11. 0
5 7.8
6.6
9.0
4.5
1.0
2.5
1.6
0.0
RD
32. 2 16. 2 23. 0 16. 5
30. 0 15. 4 20. 5 15. 0
30. 0 13. 2 16. 5 13. 0
27. 5 11. 5 12. 5 12. 8
27. 8 11. 2
24. 6
25. 0
26. 4
MLP
9.0
8.0
8.0
MLC
5.5
3.0
1.5
0.0
AW
7.0
6.0
4.0
3.5
AK
9.4
8.8
6.5
5.8
4.6
4.0
2.2
0.0
RD
32. 8 14. 6 24. 5 17. 0
29. 8 14. 6 23. 0 16. 2
27. 0 14. 2 21. 5 12. 0
25. 0 13. 0 18. 5 10. 0
25. 0 10. 0 17. 3
24. 5 10. 0
26. 4
28. 4
MLP
9.8
9.8
MLC
7.5
6.5
3.5
AW
6.4
5.5
2.5
AK RD
8.8
9.8
7.4
6.5
5.8
4.5
2.6
1.5
0.0
29. 0 14. 8 19. 5 16. 4
29. 0 14. 2 15. 0 15. 0
27. 6 13. 0 11. 5 11. 6
25. 0 12. 5 10. 0
24. 5 12. 0
24. 8 11. 6
25. 8 11. 2
25. 0 10. 0
8.5
4.0
1.5
0.0
AW
8.6
6.6
4.5
3.0
AK
8.7
8.2
7.0
5.5
4.3
2.3
2.0
0.0
RD
29. 8 15. 2 28. 5 15. 4 10. 2
29. 6 14. 0 26. 0 14. 8
28. 0 12. 5 23. 0 12. 6
25. 6 11. 8 21. 0 10. 0
25. 6 11. 2 16. 5
24. 0 10. 8 11. 5
25. 4 10. 2
24. 6
MLP
9.6
MLC
7.0
4.5
AW
9.0
7.8
4.5
2.0
AK
7.7
6.8
3.5
3.5
2.1
0.0
0.0
RD
9.8
MLP MLC
7
8
9
10
0. 0 0. 0 0. 0 0. 0 4. 0 0. 0 0. 0 1. 0 0. 0 3. 0 0. 0 0. 0 0. 0 0. 0 2. 2 0. 0 0. 0 0. 0 0. 0 3. 8 0. 0
1. 0 2. 0 0. 5 4. 5 3. 1 2. 4 2. 2 1. 0 5. 5 2. 6 1. 1 3. 0 1. 0 1. 0 2. 5 2. 1 2. 4 0. 0 2. 0 3. 2 1. 0
2. 8 7. 2 2. 0 4. 5 2. 8 4. 6 4. 8 0. 5 6. 5 3. 2 3. 4 6. 2 2. 0 2. 5 1. 6 3. 3 4. 4 1. 0 4. 0 3. 2 3. 2
0.
0.
3.
4.5
7.0
3.0
3.0
2.6
5.5
7.6
9.4
10. 2
13. 0 10. 2
15. 0 14. 5
3.0
6.0
8.4
6.5
15. 0
17. 2 15. 8 10. 0 18. 0
22. 2 18. 9 17. 0 24. 0 12. 6 25. 6 17. 6 19. 0 23. 0 11. 4 25. 5 18. 8 17. 5 21. 5 11. 4 22. 5 19. 0 16. 4 20. 0
4.0
5.4
7.7
9.8
9.8
4.6
15. 0
17. 8
20. 5
22. 5
26. 8 19. 6 21. 0 26. 4 12. 8 27. 0 18. 8 21. 0 25. 6 12. 4 29. 8 19. 8 20. 3 26. 6 13. 4 27. 0 20. 0 20. 0 25. 0 11. 5 26. 6
9.6
12.
13.
18.
20.
20.
5.5 9.2 6.0 5.0 2.8 5.5 9.4
16. 0 12. 8
16. 8 14. 2
7.0
9.0
5.5
13. 0
3.2
7.0
13. 2 11. 0
16. 0 13. 5 10. 0 10. 5
21. 6 18. 7 14. 0 18. 0 11. 2 19. 8 17. 0 14. 0 17. 0
4.5
5.5
7.4
8.8
4.4
5.4
6.5
9.4
15. 8 12. 2
17. 8 14. 2 10. 5 11. 0
21. 2 16. 6 15. 0 19. 0
4.5 8.6
5.4
5.0
34. 6 20. 2 23. 0 27. 8 14. 5 33. 8 20. 2 26. 5 27. 0 13. 6 35. 6 21. 2 23. 6 28. 4 15. 4 33. 5 21. 0 21. 5 26. 4 13. 0 33. 8
43. 8 21. 5 25. 0 29. 0 16. 0 40. 0 21. 5 29. 0 27. 0 15. 0 39. 8 21. 8 25. 5 28. 6 16. 0 40. 0 22. 0 24. 0 27. 0 15. 6 42. 0
45. 5 21. 8 27. 0 31. 5 17. 0 44. 8 21. 5 31. 0 30. 0 16. 2 45. 6 21. 6 26. 6 29. 8 17. 8 47. 2 21. 8 25. 5 27. 0 15. 9 45. 0
46. 8 20. 0 29. 0 28. 4 17. 4 45. 5 21. 5 30. 5 28. 8 16. 4 48. 8 21. 4 30. 5 30. 1 17. 8 47. 0 20. 0 28. 1 29. 8 16. 4 46. 5
50. 2 19. 2 31. 0 27. 0 17. 4 48. 8 19. 8 31. 0 28. 0 17. 0 48. 8 18. 9 29. 0 29. 6 17. 8 47. 6 20. 0 30. 2 28. 4 17. 0 48. 8
48. 8 19. 0 31. 5 26. 4 17. 0 46. 8 19. 2 30. 0 26. 0 17. 0 48. 8 18. 6 28. 8 25. 8 16. 4 49. 8 20. 0 32. 5 26. 0 17. 4 48. 5
44. 0 18. 7 31. 0 24. 8 17. 0 45. 8 18. 0 30. 5 25. 0 16. 4 44. 0 18. 2 27. 6 24. 0 17. 0 45. 6 19. 8 31. 1 25. 8 18. 7 47. 0
37. 4 18. 0 31. 0 23. 6 16. 4 43. 6 17. 8 31. 0 25. 5 14. 4 44. 0 17. 5 27. 5 24. 0 15. 4 40. 0 17. 5 32. 2 25. 2 15. 8 42. 5
36. 8 18. 8 30. 0 22. 0 16. 0 39. 0 15. 0 27. 5 23. 4 13. 2 38. 8 17. 2 27. 5 22. 6 13. 4 36. 8 18. 8 32. 6 23. 0 13. 6 40. 0
35. 5 16. 5 27. 0 21. 0 13. 4 38. 0 16. 0 26. 5 22. 0 12. 5 37. 0 15. 8 26. 8 20. 0 13. 2 32. 5 16. 6 30. 0 17. 6 12. 4 38. 8
34. 6 14. 0 24. 5 18. 6 11. 2 37. 0 16. 2 25. 5 16. 5
32. 0 14. 0 21. 5 15. 3
29. 0 13. 2 19. 0 14. 3
28. 5 13. 0 17. 0 12. 4
26. 4 12. 2 10. 0 10. 4
26. 8 11. 2
25. 6 10. 2
27. 0
26. 5
MLP
9.8
8.8
MLC
6.0
3.0
1.5
0.5
AW
7.8
6.8
5.4
0.0
AK
9.4
6.4
5.5
3.2
5.4
2.1
1.0
0.0
RD
33. 0 15. 8 22. 0 15. 4
30. 2 13. 0 20. 5 13. 2
29. 0 12. 8 19. 0 10. 0
27. 4 12. 4 10. 0
27. 0 11. 8 15. 0
25. 4 11. 2
27. 0 10. 0
26. 8
MLP
9.8
MLC
5.0
2.0
0.0
AW
9.8
8.4
6.4
3.5
1.0
AK
9.0
8.6
7.4
7.4
3.5
2.4
1.8
36. 8 15. 8 25. 5 16. 0 11. 4 33. 8 15. 6 32. 4 15. 4 10. 4 38. 8
34. 0 16. 0 22. 6 15. 5
32. 0 14. 5 20. 5 12. 0
28. 5 14. 0 18. 2 11. 0
24. 6 13. 2 14. 3
25. 0 11. 6 11. 5
26. 0 10. 2
1.3
0.0
RD
27. 6
25. 8 10. 2
8.8
5.4
2.0
AW
9.0
8.8
4.8
2.5
2.0
AK
21.
22.
23.
20.
19.
18.
17.
16.
15.
14.
15.
14.
9.2
MLP MLC
6.8
6.8
5.6
4.5
4.0
3.2
2.2
0.0
32. 6 14. 8 25. 6 14. 0
29. 6 14. 5 22. 6 12. 0
28. 0 13. 2 17. 5 11. 5
25. 6 12. 5 18. 6
25. 8 12. 0 14. 7
25. 4 11. 2 13. 4
26. 5 10. 5
26. 5 11. 0
RD
4.5
3.7
AW
9.8
8.6
6.4
2.5
1.0
AK
9.4
7.8
6.6
5.6
3.6
2.4
1.1
0.0
RD
35. 8
33. 5
31. 2
26. 4
26. 6
26. 4
26. 4
26. 5
MLP
13.
13.
12.
12.
11.
10.
9.4
MLC
MLP MLC
0
0
8
0. 4
0. 8 2. 2 2. 8 1. 5 1. 6
1. 7 3. 2 3. 0 3. 2 5. 1
1 ratarata
2. 7 0. 0 0. 0
0
2
8
2
6
8
5
5
0
2
8
0
2
8
4
0
5
8
5
6
2
6
8
10. 7 11. 7
14. 7 16. 3
18. 0 19. 6 11. 1 23. 9 18. 6
21. 3 23. 8 12. 3 28. 7 19. 3
23. 9 25. 6 14. 0 35. 9 20. 4
26. 5 26. 6 15. 5 43. 0 21. 3
28. 1 28. 1 16. 4 46. 3 21. 7
29. 5 27. 6 16. 8 47. 3 20. 4
30. 4 26. 9 16. 4 48. 5 19. 7
31. 2 26. 4 17. 0 47. 7 18. 6
30. 8 24. 2 17. 3 45. 0 17. 9
31. 0 24. 4 15. 2 39. 7 17. 2
29. 9 23. 1 14. 2 37. 5 16. 5
28. 3 21. 0 13. 7 35. 5 16. 0
26. 9 17. 6 11. 2 34. 8 15. 4
23. 3 14. 6
20. 8 12. 8
17. 8 10. 7
14. 4
11. 3
7.0
3.9
1.8
AW
9.0
7.3
5.4
3.4
1.7
AK
8.8
7.4
6.9
4.5
3.4
2.4
1.3
0.0
RD
32. 5 15. 2
30. 4 14. 3
28. 8 13. 5
26. 3 12. 6
26. 3 11. 4
25. 5 10. 5
26. 3
26. 4
MLP
9.5
9.2
MLC
120
125
130
135
5.5
4.5
2.5
1.0
AW
1.0
AK
9.2
RD
3.9
7.4
4.4
6.2
3.6
4.8
7.4
9.8
13. 5 11. 2
16. 6 14. 1
20. 2 17. 5
5.3 8.3
Keterangan: AW = Profil awal guludan AK = Profil akhir guludan RD = Profil guludan setelah terlintas roda mekanisme pengeruk MLP = Profil melintang got pada puncak guludan MLC = Profil melintang got pada cekungan
Lampiran 8. Tinggi profil guludan pada lahan pengujian Leuwikopo (Roda besar, lengan panjang) U
1
Jarak (cm) 0
5
10
15
0.0
0.0
2.0
5.0
2
3.8
7.6
10. 0 12. 0 15. 0 12. 0 10. 2
0.0
4.0
6.0
7.5
12. 0
13. 5
12. 5
12. 7
0.0
3.0
20
25 9.0 15. 5 17. 4 17. 8 14. 5
0.0
2.4
4.4
10. 2
0.0
0.0
1.0
3.0
6.0
8.4
0.0
5.8
10.
14.
16.
17.
Posis i
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
105
110
115
16. 5 16. 0 21. 0 21. 6 15. 8 10. 0
17. 5 18. 0 21. 8 23. 5 19. 0 16. 4
20. 0 21. 0 23. 0 28. 0 20. 0 20. 0
22. 5 23. 5 25. 0 38. 0 21. 0 21. 5
23. 5 24. 6 26. 3 40. 0 22. 0 24. 0
25. 0 26. 5 27. 0 47. 0 21. 8 25. 5
26. 5 29. 8 27. 0 48. 0 20. 0 28. 1
27. 0 28. 6 26. 5 49. 0 20. 0 30. 2
27. 5 27. 0 27. 5 48. 7 20. 0 32. 5
27. 0 24. 0 28. 0 45. 0 19. 8 31. 1
27. 0 23. 0 25. 2 40. 0 17. 5 32. 2
26. 3 22. 0 25. 0 39. 2 18. 8 32. 6
26. 0 20. 2 25. 0 35. 5 16. 6 30. 0
23. 5 17. 8 23. 0 35. 2 15. 6 32. 4
20. 3 16. 5 19. 3 33. 6 14. 8 25. 6
17. 3 15. 5 17. 8 31. 0 14. 5 22. 6
14. 2 14. 5 19. 0 30. 0 13. 2 17. 5
10. 8 10. 5 14. 0 29. 2 12. 5 18. 6
8.8
5.8
4.6
11. 8 29. 2 12. 0 14. 7
11. 5 28. 0 11. 2 13. 4
10. 2 28. 0 10. 5
28. 0 11. 0
4.5
3.7
AW
18.
18.
20.
22.
25.
28.
30.
29.
27.
25.
25.
21.
18.
16.
15.
13.
10.
8.0
6.5
5.6
4.6
2.2
AK
MLP MLC
11. 0
0
5
9
8
8
0
0
6
6
8
6
6
0
5
2
0
0
20. 0 18. 0 17. 7 19. 5 16. 8 18. 4 20. 6
24. 2 30. 0 18. 0 24. 5 20. 5 22. 2 30. 2 18. 0 20. 3 19. 0 24. 2 30. 8 13. 2 24. 0 21. 0 22. 1 30. 0 11. 2 21. 0 20. 5 24. 5
26. 4 39. 6 19. 0 26. 5 23. 6 24. 5 39. 5 18. 5 23. 6 24. 5 26. 8 40. 0 15. 0 24. 2 25. 4 24. 3 39. 5 12. 5 26. 5 26. 5 26. 4
26. 8 44. 0 18. 0 28. 3 26. 6 26. 2 47. 5 21. 5 25. 5 26. 8 27. 2 48. 2 16. 5 27. 3 28. 8 25. 5 45. 8 13. 0 29. 0 27. 8 26. 6
27. 4 46. 8 19. 0 28. 0 27. 8 26. 4 48. 0 17. 0 26. 6 29. 8 28. 8 48. 6 16. 5 28. 2 30. 2 26. 0 48. 5 15. 6 31. 0 29. 8 28. 4
28. 0 49. 0 19. 0 28. 5 30. 0 26. 8 48. 8 22. 9 30. 5 31. 6 28. 8 49. 8 19. 0 30. 0 31. 5 26. 4 49. 5 18. 5 30. 5 30. 0 29. 8
28. 0 48. 0 19. 0 28. 0 28. 4 26. 8 48. 8 19. 0 29. 0 31. 2 27. 8 48. 0 20. 0 30. 0 31. 2 28. 0 47. 0 20. 3 31. 0 30. 8 29. 0
28. 0 44. 0 19. 0 30. 5 28. 0 28. 4 47. 8 21. 5 28. 8 29. 6 27. 6 46. 8 21. 8 28. 5 29. 5 28. 0 46. 2 20. 3 30. 0 29. 8 28. 8
28. 0 42. 0 14. 5 29. 5 26. 5 29. 4 46. 8 20. 5 27. 6 28. 8 26. 0 45. 8 22. 0 29. 5 27. 0 30. 1 42. 0 23. 2 30. 5 28. 8 27. 6
26. 4 39. 0 18. 0 30. 0 24. 4 27. 0 41. 8 19. 8 27. 5 25. 6 24. 6 39. 2 23. 5 30. 2 25. 8 27. 7 38. 5 24. 6 31. 0 26. 5 26. 8
26. 0 35. 8 16. 2 28. 0 21. 0 26. 0 39. 8 19. 0 27. 5 21. 2 25. 0 39. 0 20. 0 30. 3 23. 2 26. 0 36. 2 23. 5 27. 5 24. 6 24. 4
24. 2 33. 2 15. 5 27. 5 20. 1 25. 4 36. 5 18. 5 26. 8 20. 8 24. 2 34. 2 20. 0 27. 5 20. 0 25. 2 34. 2 23. 0 26. 5 22. 2 23. 5
22. 3 33. 0 14. 0 26. 3 19. 0 23. 4 34. 2 19. 0 25. 5 20. 0 20. 4 33. 0 20. 0 26. 0 20. 0 24. 2 33. 8 22. 2 25. 5 20. 2 22. 1
18. 4 32. 8 11. 5 25. 8 17. 0 20. 0 34. 6 24. 0 22. 6 19. 5 18. 8 30. 0 20. 0 23. 0 18. 2 21. 2 32. 2 21. 3 22. 0 17. 9 18. 8
17. 8 30. 4
16. 4 29. 6
3.0
4.0
4.0
3.0
9.0
11. 0
0.0
6.0
8.0
13. 5 10. 0
0.0
1.0
2.0
2.0
4.0
4.2
3.5
5.8
8.8
9.0
12. 5
16. 0
1.0
1.0
2.0
1.0
6.0
4.6
14. 0
3.0
8.2
0.0
1.2
2.5
3.6
0.0 5.0
8.0 5.0
8.6 4.0
15. 6 10. 0 14. 2
6.0
5.6
9.6
10. 0 13. 6 18. 8
14. 0 16. 8 20. 4
19. 0 18. 7 22. 5
7.0 14. 0 16. 4 13. 5
6.5
3.0
8.8 17. 0 17. 8 18. 8 19. 8
4.5
4.0
1.0
6.5 13. 0 15. 6 16. 4 16. 8
21. 4 22. 2 17. 0 22. 5 19. 8 20. 0 26. 4 12. 0 17. 5 18. 8 20. 8 25. 8 10. 0 20. 3 19. 5 20. 2 24. 8
10. 0 14. 5
0.0
1.0
6
0 18. 0 16. 5 18. 5 13. 5 10. 0 16. 8 14. 8
0.0
0.0
5
5
0.5
0.0
4
5 13. 8
0.0
0.0
3
0 13. 0
15. 4 10. 0 17. 8 11. 5 16. 5 14. 6 13. 0
0.0
12. 0
3.0 9.4 8.0
4.8 8.0
0.0
3.8
7.6
9.6
0.0
1.0
1.8
4.8
5.2
1.0
1.0
0.5
4.5
5.5
10. 5 12. 8
12. 5 16. 4
0.0 6.8
1.5 7.4
6.6 8.8
5.0
7.8
10. 5 15. 5 19. 0 15. 6
15. 0 16. 8 20. 2 21. 2
15. 0 28. 0
12. 0 27. 6
10. 0 27. 0
9.0
8.2
RD
26. 0
27. 0
MLP
8.5
6.0
5.0
5.0
7.0
5.5
6.8
MLC
24. 0 15. 0 19. 2 33. 0 19. 5 20. 5 16. 8 16. 8 30. 2 20. 0 20. 5 15. 4 18. 8 30. 8 21. 3 20. 5 14. 8 16. 8
19. 5 13. 0 18. 4 32. 4 15. 0 18. 2 13. 5 15. 0 30. 6 16. 5 16. 5 14. 6 16. 2 30. 2 17. 0 19. 0 13. 2 14. 8
18. 3 10. 0 15. 8 31. 6 13. 0 14. 3 12. 5 14. 2 28. 8 14. 5 12. 5 10. 0 13. 3 30. 0 16. 8 10. 0
12. 5
9.0
6.3
2.5
AW
9.0
8.0
4.0
2.0
AK
14. 6 30. 2 12. 5 11. 5 10. 8 13. 0 26. 8 13. 0
12. 0 29. 5
8.8
6.0
RD
28. 2
26. 5
MLP
9.0
7.2
7.0
MLC
8.8
5.4
2.0
AW
2.0
1.5
AK
9.6
5.4
RD
25. 6
25. 0
MLP
9.0
7.0
MLC
3.0
1.5
0.0
AW
9.8
8.0
4.5
2.2
AK
12. 0 29. 2 12. 2 15. 0
10. 0 27. 2
8.2
3.2
RD
25. 0
25. 2
MLP
9.6
8.8
7.8
MLC
5.0
2.0
0.0
AW
5.5
10. 5 10. 1 27. 0 10. 2
9.8
8.8
8.4
3.2
1.5
AK
12. 5
10. 0
8.4
5.0
4.4
RD
7
0.0
2.0
5.0
8.8
15. 2
0.0
3.0
5.6
6.6
8.8
0.0
0.5
2.0
0.0
3.5
4.0
5.0
9.8 14. 2 13. 8 5.0
5.6
5.0
8.8
9.8
0.0
1.5
6.0
9.2
0.0
2.0
2.0
2.6
0.5
2.0
0.0
6.8
8.8
8.8
10. 2
13. 0
0.0
5.0
5.6
8.8
2.0
3.5
3.0
2.0
8.8
10. 2
9.8
6.0
6.5
9.8
12. 5
0.0
4.0
4.8
7.6
0.0
2.6
3.5
3.8
0.0
8.0
3.8
8.8
11.
0.0
2.0
4.0
14. 2 10. 2
16. 8 10. 4
19. 8 16. 6 12. 2 7.7
8.0
3.0
5.0
6.5
0.0
1.6
3.5
5.8
14.
9.5
7.5 15. 8 16. 5 15. 2 12. 5 20. 0 18. 0 19. 0
0.0
9.6
9.9
5.0 12. 2 14. 5 14. 2 5.2
7.8 14. 0 16. 6 20. 1 20. 5 11. 2 10. 0 16. 6 19. 8 23. 0
29. 0 14. 6 25. 0 19. 8 22. 1 28. 8 12. 2 21. 0 19. 8 24. 6 27. 2 14. 0 17. 0 22. 2 23. 0 27. 2 13. 0 20. 5 22. 3 24. 8 35. 8
15. 5 20. 0 20. 2 22. 2
9.0 15. 0 18. 8 17. 8 11. 2
6.8
24. 5 11. 2 19. 3 18. 0 20. 2 23. 8
5.6
7.0 13. 6 16. 8 10. 5 10. 5
5.8
20. 8 10. 2 15. 0 15. 0 18. 0 19. 2
17. 0 18. 8 22. 2 22. 0 12. 5 12. 5 17. 8 20. 4 24. 2 10. 8 17. 5 21. 2 22. 2 28. 5
6.0
2.2
0.0
9.5
12. 8 15. 5
0.0
0.0
10
6.0
11. 0
0.0 9
7.8 13. 2 12. 0 16. 4 15. 8
0.0
8
17. 2
34. 8 16. 8 26. 5 26. 7 24. 4 35. 6 12. 6 23. 0 28. 7 25. 8 34. 0 16. 5 19. 5 26. 8 23. 0 34. 6 14. 5 25. 5 28. 8 26. 6 40. 2
40. 0 17. 8 29. 5 29. 6 25. 4 43. 2 15. 2 25. 0 30. 0 27. 8 40. 2 18. 8 25. 5 30. 5 24. 2 44. 5 16. 6 27. 5 31. 2 27. 7 45. 2
46. 5 18. 6 31. 0 31. 8 26. 0 47. 0 17. 0 27. 0 31. 0 28. 8 46. 0 18. 8 31. 0 30. 8 26. 0 48. 0 17. 5 28. 0 31. 6 28. 8 46. 8
46. 5 20. 2 31. 0 31. 8 26. 5 46. 0 16. 9 29. 0 30. 0 29. 8 42. 6 20. 6 30. 5 30. 0 26. 0 47. 8 17. 6 30. 0 31. 0 26. 4 47. 0
45. 0 21. 6 34. 5 32. 0 28. 8 44. 8 21. 6 31. 0 29. 8 27. 6 41. 5 21. 2 32. 0 28. 7 26. 5 48. 8 18. 0 31. 5 27. 2 26. 0 46. 2
44. 6 22. 5 37. 2 28. 0 29. 4 43. 8 22. 6 31. 5 26. 8 27. 0 40. 6 22. 5 31. 0 25. 6 26. 5 47. 2 20. 0 34. 0 26. 6 26. 0 44. 8
43. 2 23. 2 35. 8 25. 6 29. 4 42. 0 20. 3 31. 0 25. 8 26. 6 39. 8 22. 8 32. 0 22. 4 29. 8 44. 0 21. 5 33. 5 25. 8 25. 5 44. 2
38. 5 24. 6 36. 5 23. 2 27. 0 41. 2 23. 8 31. 0 25. 4 24. 8 38. 5 22. 0 30. 5 21. 5 28. 0 39. 8 23. 0 34. 0 23. 6 25. 2 39. 2
37. 5 20. 0 36. 8 22. 0 26. 8 40. 5 22. 3 30. 0 20. 0 24. 6 36. 0 21. 2 29. 5 20. 5 27. 7 36. 8 24. 0 30. 5 22. 0 24. 6 38. 2
33. 6 20. 2 32. 8 21. 0 26. 4 34. 6 22. 0 27. 0 18. 6 24. 2 33. 2 20. 6 29. 0 18. 4 27. 7 34. 8 23. 2 29. 5 20. 0 24. 0 36. 6
32. 6 20. 6 28. 0 18. 8 22. 2 33. 8 21. 0 24. 5 16. 6 22. 0 34. 8 20. 0 28. 5 16. 5 24. 5 33. 2 23. 0 28. 5 18. 8 20. 0 34. 5
31. 8 19. 8 24. 5 16. 6 21. 5 32. 8 20. 0 21. 5 15. 2 18. 0 32. 6 19. 0 19. 5 13. 5 20. 5 32. 1 22. 0 28. 5 16. 8 18. 4 33. 8
30. 2 18. 0 23. 0 15. 8 18. 0 31. 2 19. 5 19. 0 12. 3 17. 7 30. 7 18. 5 15. 0 13. 0 18. 8 30. 2 21. 5 26. 0 14. 5 17. 2 33. 6
29. 5 15. 6 21. 5 12. 6 16. 8 29. 8 17. 0 17. 0
16.
17.
19.
20.
21.
21.
23.
24.
27.
24.
20.
19.
17.
29. 9 12. 3 18. 5
28. 4 10. 2 17. 3
27. 8
27. 6
24. 0
MLP
9.2
8.0
8.5
MLC
7.5
6.5
3.5
AW
9.4
8.7
6.6
3.8
1.0
AK
15. 8 28. 0 16. 5 10. 0
12. 0 28. 0 14. 0
9.0
8.0
7.0
RD
28. 0 13. 6
27. 0 10. 0
25. 0
MLP
9.0
MLC
6.0
3.0
1.5
0.5
AW
3.2
AK
9.4
6.6
6.6
2.5
2.0
15. 5 28. 6 15. 8 11. 5 10. 0 16. 8 29. 5 18. 9 23. 0 13. 0 15. 5 32. 7
12. 5 28. 4 13. 6 10. 0
10. 4 29. 5 10. 0
11. 0 29. 2 10. 0
9.4
5.5
RD
28. 4
28. 0
MLP
9.0
7.8
MLC
8.5
4.0
1.5
0.0
AW
7.8
5.5
5.5
4.8
1.8
AK
16. 6 28. 5 15. 5 21. 0 12. 8 13. 4 30. 8
12. 5 28. 2 14. 8 16. 5 12. 8 11. 2 30. 2
12. 5 25. 6 11. 8 11. 5
9.8
4.5
RD
26. 0 10. 2
27. 0
MLP
8.0
MLC
7.0
4.5
AW
9.8
8.8
5.8
AK
15.
13.
10.
9.8
4.5
5.0
RD
29. 5
27. 8
26. 8
MLP
9.8
10.
10.
MLC
0.4 0.0 ratarata
6.6
0.8
1.7
5.0
7.8
8.6
10. 6
3.9
7.4
10. 0 12. 5
14. 3 15. 0 12. 9
10. 7 15. 0 17. 6 16. 7
7.9
8.9
0.0
3.3
5.8
8.3
0.0
2.9
4.3
6.4
14. 7 17. 0 19. 7 20. 7 10. 4
5
5
5
8
0
0
2
6
0
0
0
0
0
0
0
2
2
0
18. 0 18. 9 21. 2 24. 6 12. 3
21. 3 20. 7 23. 5 29. 7 14. 9
23. 9 25. 7 25. 3 37. 6 16. 3
26. 5 28. 2 26. 4 43. 9 17. 7
28. 1 29. 7 27. 4 47. 3 18. 1
29. 5 30. 6 27. 6 47. 5 19. 5
30. 4 29. 8 27. 5 46. 7 20. 2
31. 2 27. 9 27. 7 45. 5 21. 2
30. 8 26. 1 28. 0 43. 5 21. 1
31. 0 24. 5 26. 3 39. 6 22. 1
29. 9 21. 8 25. 6 37. 9 21. 2
28. 3 19. 9 25. 0 34. 6 20. 4
26. 9 18. 4 22. 4 33. 8 19. 5
23. 3 16. 6 19. 5 32. 6 19. 1
20. 8 14. 6 17. 9 31. 1 17. 8
17. 8 12. 4 16. 4 30. 3 15. 0
14. 4
11. 3
Keterangan: AW = Profil awal guludan AK = Profil akhir guludan RD = Profil guludan setelah terlintas roda mekanisme pengeruk MLP = Profil melintang got pada puncak guludan MLC = Profil melintang got pada cekungan
0
2
7.0
3.9
1.8
AW
4.2
2.2
AK
8.3
5.8
RD
27. 0
26. 3
MLP
8.8
8.3
MLC
9.7
8.7
7.1
14. 3 29. 3 13. 3
12. 0 28. 7 11. 4
10. 4 27. 9 10. 1
Lampiran 9. Data Pengukuran slip roda traksi dan kecepatan maju Jarak 5 putaran roda (m) Lahan uji
Leuwikopo
Jatitujuh
Ulangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Aspal Roda Roda kanan kiri 21.3 20.1 19.6 18.4 20.2 19.5 19.0 18.4 18.6 17.9 21.6 21.0 18.6 18.8 19.8 19.8 21.0 20.2 20.2 19.6 26.2 26.3 25.4 25.8 25.6 25.0 26.9 27.4 26.0 26.4 25.5 25.7 25.7 25.6 26.3 26.1 25.7 25.9 26.0 26.2
Lahan Roda Roda kanan kiri 13.0 11.1 12.4 11.2 11.5 11.0 12.0 10.5 13.2 12.3 14.2 13.5 13.5 12.0 12.6 11.5 12.8 11.6 13.0 12.5 8.8 8.9 9.5 9.8 10.0 10.2 8.7 8.0 9.6 9.8 8.5 8.7 11.2 11.5 10.4 10.6 9.8 10.2 8.4 8.8
Waktu tempuh 25 m (detik)
Slip (%) Roda kanan 38.92 36.73 43.07 36.84 29.03 34.26 27.42 36.36 39.05 35.64 66.41 62.60 60.94 67.66 63.08 66.67 56.42 60.46 61.87 67.69
Ratarata
35.73
63.38
Roda kiri 44.78 39.13 43.59 42.93 31.28 35.71 36.17 41.92 42.57 36.22 66.16 62.02 59.20 70.80 62.88 66.15 55.08 59.39 60.62 66.41
Ratarata
39.43
62.87
Aspal 50 48 52 46 39 44 51 46 45 51 30 36 25 33 35 38 37 39 33 39
Lahan 73 86 75 80 90 88 86 70 75 77 35 40 45 42 43 44 49 50 52 43
Kecepatan maju (m/det) Aspal 0.50 0.52 0.48 0.54 0.64 0.57 0.49 0.54 0.56 0.49 0.83 0.69 1.00 0.76 0.71 0.66 0.68 0.64 0.76 0.64
Ratarata
0.53
0.74
Laha n 0.34 0.29 0.33 0.31 0.28 0.28 0.29 0.36 0.33 0.32 0.71 0.63 0.56 0.60 0.58 0.57 0.51 0.50 0.48 0.58
Ratarata
0.31
0.57
Lampiran 10. Data hasil pemotongan tanah oleh ditcher pada lahan Leuwikopo
Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Rata-rata
Lebar penampang (cm) Bawah Atas 34 120 35 115 34 130 37 105 38 110 47 104 35 110 49 104 41 103 36 126 38 113 36 119 42 118 39 113 39 107 37 104 46 126 38 108 39 109 41 117 37 80 35 85 30 90 33 80 37 79 30 75 36 77 33 85 38 77 30 87 36 82 34 79 34 87 39 85 35 85 38 83 38 86 33 81 35 83 34 80 39 113 35 82
Sudut potongan (o) Kanan 47 52 53 55 57 56 56 55 54 54 48 53 56 52 55 55 53 53 52 52 56 55 60 57 56 60 56 52 65 57 53 53 57 55 59 54 54 56 55 53 53 56
Kiri 50 45 48 54 55 53 53 52 58 56 49 52 57 53 53 49 56 56 55 53 60 60 58 60 65 55 56 61 55 63 57 60 60 60 57 59 56 62 61 58 53 59
Kedalaman (cm) 41 34 36 38 25 29 25 33 33 34 27 36 36 29 34 37 35 33 34 33 14 21 11 18 14 16 9 10 8 12 12.7 14.1 10.2 9.6 7.3 9.4 9.7 8.3 9.3 4.7 33 11
Posisi
Puncak guludan
Cekungan guludan
Puncak guludan Cekungan guludan
Lampiran 10. (Lanjutan). Data hasil pemotongan tanah oleh ditcher pada lahan A PG. Jatitujuh Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata-rata
Lebar penampang (cm) Bawah Atas 37 117 44 111 36 113 39 108 39 108 37 116 43 109 41 125 41 123 42 128 36 84 34 81 34 87 37 86 37 83 35 83 33 85 46 85 34 86 34 86 38 100 36 85
Sudut potongan (o) Kanan 52 56 49 53 53 55 52 57 57 51 54 59 55 57 57 63 61 56 56 59 56 58
Kiri 53 50 58 55 55 52 51 53 56 56 57 64 59 60 60 56 63 63 62 56 57 60
Kedalaman (cm) 39.4 36.9 41.2 38.1 37.6 38.5 36.5 38.3 40 41 10 11.5 10.1 8.7 9.2 6.8 3.2 9.2 6.4 5.8 39 8
Posisi
Puncak guludan
Cekungan guludan
Puncak guludan Cekungan guludan
Lampiran 11. Perhitungan Kapasitas Lapang Kapasitas Lapangan pada Lahan Uji Leuwikopo
Kecepatan maju di lahan = 0.31 m/s Kecepatan maju normal = 0.53 m/s Jarak antar saluran KLT
=5m
= kecepatan maju x jarak antar saluran = 0.31 m/s x 5 m = 1.55 m2/s = 0.558 ha/jam
Kapasitas Lapangan pada Lahan Uji Jatitujuh
Kecepatan maju di lahan = 0.57 m/s Kecepatan maju normal = 0.74 m/s Jarak antar saluran KLT
= 30 m
= kecepatan maju x jarak antar saluran = 0.57 m/s x 30 m = 17.1 m2/s = 6.156 ha/jam