Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
KINERJA ANGGOTA DPRD MASA BAKTI 2009-2014 DALAM MENGHASILKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) KOTA PONTINAK TAHUN 2011 Oleh: BARLIY BRASILA NIM. E43011032 Program Studi Ilmu Pemerintahan Faklultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Pontianak Tahun 2016 Email:
[email protected]
Abstrak DPRD telah menargetkan 29 Peraturan Daerah (Perda) pada Program legislasi Daerah (Prolegda) 2011, namun target tersebut masih belum terealisasi hal ini disebabkan rendahnya kemampuan (ability) dan motivasi (Motivasion) anggota DPRD dalam menghasilkan Peraturan Daerah (Perda). Tujuan dari penelitian ini menjelaskan faktor yang menyebabkan rendahnya kinerja anggota DPRD dalam menghasilkan Peraturan Daerah (Perda) pada Program Legislasi Daerah (Prolegda) tahun 2011. Teori yang digunakan dalam menganalisis masalah tersebut adalah teori David (dalam mangkunegara 2005:13-14) yaitu faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (Motivasion). Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif bentuk deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa rendahnya kinerja anggota DPRD dalam menghasilkan Peraturan Daerah (Perda) pada Program Legilsasi Daerah (Prolegda) tahun 2011 disebabkan, faktor kemampuan terdiri dari faktor kemampuan anggota DPRD rendah dalam melakukan lobi politik ke internal DPRD dan pemerintah Kota Pontianak dalam melaksanakan fungsi legislasi, faktor kemampuan anggota DPRD rendah dalam menguasai subtansi dan bahasa hukum Peraturan Daerah (Perda), walaupun ada program bimtek (bimbingan teknis) serta ahli pakar yang membantu proses pembuatan Peraturan Daerah (Perda), selain itu faktor kemampuan anggota DPRD dalam menyalurkan aspirasi rendah pada Peraturan Daerah (Perda) inisiatif yang mereka targetkan dan dihasikan pada Program Legislasi Daerah (Perda) tahun 2011, kemudian faktor motivasi anggota DPRD rendah dalam menghasilkan Peraturan Daerah (Perda), maka menyebabkan kinerja anggota DPRD rendah dalam menghasilkan Peraturan Daerah (Perda). Saran dari hasil penelitian ini adalah sebaiknya, anggota DPRD menunjukan kemampuan berpolitik sebagai insan politik, memahami peran penting program bimbingan teknis, meningkatkan peran perwakilan dengan membuat Peraturan Daerah (Perda) inisiatif lebih ditingkatkan, kemudian ketua fraksi sebaiknya menunjukan kepemimpinan dengan melakukan pendekatan secara emosional untuk membangun motivasi anggota DPRD. Kata-kata Kunci: Kinerja, anggota DPRD, Peraturan Daerah (Perda), dan Program Legislasi Daerah (Prolegda).
Abstract Regional Representative Council it has been targeting 29 Regional Regulations on Regional Legislation Program in 2011, however these target not the matter caused low by ability and motivation People’s Regional Representative Council in the produce Regional Regulations. The purpose of this research explains the factors that lead to low performance of People’s Regional Representative Council in producing Regional Regulation on legislative area program in 2011. The researcher used David’s theory in problem analyze (in Mangkunegara 2005:13-14) that is factors of ability and motivation. This research was used qualitative research in the descriptive. The results of this research shows that low performance of People’s Regional Representative Council in producing Regional Regulation on Regional Legislation Program in 2011 caused by factor capacity of People’s Regional Representative Council is low in political lobbiying to People’s Regional Representative Council internal and the city government in implementing legislation function, low capability factors People’s Regional Representative Council in mastering the substance and legal language Regional Regulation, although there is a program (Technical Guidance) and experts
1 BARLIY BRASILA NIM. E43011032 Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Untan
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
that help the process of making the Regional Regulation, besides factor of capacity People’s Regional Representative Council in channeling of aspirations low on the Regional Regulation initiative they are targeting and generated on Regional Legislation Program in 2011, then low motivation factor People’s Regional Representative Council in producing Regional Regulation, it causes low performance of People’s Regional Representative Council in producing Local Regulation. Suggestions from this research is the ability of People’s Regional Representative Council showed political skill in politics as individuals, understanding the important role of technical guidance program, increasing the role of representatives to create a Regional Regulation initiative more enhanced, then chairman faction showed leadership with should approach them emotionally to build motivation People’s Regional Representative Council. Keywords: Performance, People’s Regional Representative Council, Regional Legislative Program.
undang,
A. PENDAHULUAN
Regulations, and Regional
penyusunan
Prolegda
Kabupaten/Kota di laksanakan oleh DPRD DPRD merupakan lembaga legilastif
Kabupaten/Kota
daerah dalam penyelenggranaan otonomi
Kabupaten/Kota,
daerah peran DPRD sangat strategis. Kota
legislasi daerah) Kabupaten/Kota ditetapkan
Pontianak telah mengalami kemajuan yang
dalam jangka waktu 1 tahun berdasarkan
sangat pesat dalam pembangunan daerah,
skala prioritas Rancangan Peraturan Daerah
perlu adanya Peraturan Daerah (Perda)
Kabupaten/Kota.
sebagai penopang pembangunan daerah
dan
Sebagai
Pemerintah
Prolegda
melaksanakan
(Program
fungsi
Kota Pontianak Peraturan Daerah (Perda)
legislasi,
merupakan produk dari otonomi daerah atau
Pontianak,
Program Legislasi Daerah (Prolegda), dalam
menyelesaikan Perda dari pihak pemerintah
kandungan undang-undang otonomi daerah
daerah (eksekutif) maupun dari hak ini
proses
daerah
inisiatif DPRD (legislatif) yang sudah di
(Perda), pasal 140 UU No 32 Tahun 2004
targetkan bersama, agar kinerja DPRD
tentang pemerintahan daerah menyatakan
sebagai lembaga yang memproduksi Perda
Rancangan Peraturan Daerah (Perda) berasal
terlihat di mata masyarakat kota Pontianak.
dari
Mengenai kinerja anggota DPRD dalam
pembentukan
DPRD
dan
peraturan
Gubernur
atau
Bupati/Walikota. Lebih lanjut Pasal 40 UU No. 12 Tahun 2011 tentang Peraturan Perundang-
kinerja lembaga DPRD kota di
harapkan
mampu
menghasilkan Perda kota Pontianak, peneliti memperoleh
data
Peraturan
Daerah
(PERDA) yang di hasilkan oleh anggota 2
BARLIY BRASILA NIM. E43011032 Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Untan
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
masa
bakti
2009-2014
pada
Prolegda
(Program Legislasi Daerah) 2011, berikut:
Kota Pontianak tidak sesuai dengan Prolegda (Program Legislasi Daerah) Tahun 2011.”
Prolegda (Program Legislasi Daerah)
Mamfaat teoritis dari penelitian ini
Kota Pontianak Tahun 2011, anggota DPRD
dapat di jadikan gambaran pemikiran,
menargetkan Perda berjumlah 29 Perda
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
tetapi yang terealisasi dari 29 Perda tersebut,
serta
hanya 14 Perda. Oleh karena itu maka perda
perkembangan
yang tercapai target sekitar 49 % pada
khusunya berkaitan dengan Kinerja anggota
Prolegda (Program Legislasi Daerah) Kota
DPRD
dalam
Pontianak Tahun 2011. Sumber Sekretariat :
Daerah
(Perda).
DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah)
penelitian ini diharapkan dapat memberi
Kota Pontianak (2014).
manfaat, hasil penelitian ini di harapkan
memberi
sumbangan Ilmu
pada
Pemerintahan,
menghasilkan Manfaat
Peraturan
praktis
dari
Data yang di peroleh oleh peneliti
menjadi sumbangan pemikiran atau masukan
tersebut, menunjukan bahwa kinerja anggota
yang bermamfaat, bagi Lembaga DPRD agar
DPRD
kinerja lembaga DPRD dalam menghasilkan
masa
bakti
2009-2014
dalam
menghasilkan Peraturan Daerah (Perda)
Peraturan Daerah (Perda) lebih produktif.
pada tahun 2011, ada permasalahan serta ada faktor penyebab kinerja anggota DPRD dalam menghasilkan Perda tidak sesuai
B. TINJAUANPUSTAKA
dengan target Perda pada Prolegda (Pogram Legislasi Daerah). Oleh karena itu maka peneliti
tertarik
Kinerja Lembaga DPRD
melakukan
kinerja organisasi adalah totalitas
penelitiandengan judul Skripsi “Kinerja
hasil kerja yang dicapai suatu organisasi.
Anggota DPRD masa bakti 2009-2014
Tercapainya tujuan organisasi tidak telepas
dalam
dari sumber daya manusia yang di miliki
menghasilkan
untuk
1.
Peraturan
Daerah
(Perda) Kota Pontianak Tahun 2011.”
organisasi yang digerakan pegawai yang
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka fokus penelitian ini
berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
lebih di titik beratkan pada “Kinerja anggota DPRD
masa
bakti
2009-2014
dalam
menghasilkan Peraturan Daerah (Perda)
Gibson (dalam Pasolong, 2014:176) berpendapat “kinerja seseorang di tentukan oleh
kemampuan
dan
motivasi
untuk 3
BARLIY BRASILA NIM. E43011032 Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Untan
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
melaksanakan pekerjaan, di katakan bahwa
c)
Bermamfaat bagi masyarakat termasuk
pelaksana pekerjaan di tentukan antara
merekayasa
motivasi.” lebih lanjut Menurut pendapat
engineering) menuju ke arah yang
Davis (dalam Mangkunegara 2005:13-14)
dicita-citakan dalam arti positif.
ada beberapa faktor yang mempengaruhi
Faktor
dilaksanakan
Kemampuan
(Ability)
(social
d) Produk hukum (Perda) tersebut dapat
kinerja, berikut: a)
masyarakat
yaitu
dengan
dukungan
partisipasi masyarakat luas.
Secara pisikologis, kemampuan (ability)
Lebih
lanjut
menurut
pendapat
terdiri dari kemampuan potensi, skill
Manim, Przeworski, dan Stokes (dalam
dengan pendidikan yang memadai, yang
Irianto 2005:80), mengatakan untuk menilai
di miliki pimpinan dan kariyawan
kinerja anggota DPRD dalam melaksanakan
sehingga
fungsi
mempermudah
mencapai
untuk jabatan dan ketrampilan dalam melakukan pekerjaan b) Faktor
Motivasi
(Motivation)
legislasi,
sebagaimana
yang
di
jelaskan berikut ini: a)
yaitu
Responsivitas anggota
yaitu legislatif
kemampuan dalam
sikap (attitude) pimpinan dan kariyawan
mentranformasikan berbagai aspirasi
terhadap situasi kerja di lingkungan
masyarakat dan kebijakan publik.
organiasasinya. Mererka bersikap positif
b)
Reliabilitas yaitu kemampuan anggota
terhadap situasi kerja akan menunjukan
legislatif dalam mentranformasikan isu
motivasi kerja
tinggi dan sebaliknya
dan program yang mereka tawarkan
jika mereka bersikap negatif terhadap
pada saat kampanye ke dalam suatu
situasi kerja akan menunjukan motivasi
kebijakan.
kerja rendah.
c)
Selanjutnya menurut Wasistiono dan Wiyoso (2009:78) mengatakan
Akuntabilitas
yaitu
kemampuan
anggota legislatif dalam bertindak
dalam
sesuai dengan aspirasi masyarakat dan
menjalankan fungsi legislasi kinerja DPRD
kepentingan untuk terpilih kembali
harus berbobot kualitasnya, yaitu:
pada pemilihan berikutnya.
a)
Memenuhi rasa keadilan masyarakat.
b) Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat.
4 BARLIY BRASILA NIM. E43011032 Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Untan
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
Subjek dari penelitian ini adalah 5
Gambar 1 Proses Alur Pikir Penelitian
Orang
anggota
Banleg
DPRDKota
Kinerja Anggota DPRD masa bakti 2009-2014 dalam menghasilkan
Pontianak masa bakti 2009-2014, Sekwan
Daerah (PERDA) Kota Pontianak Tahun 2011
DPRD Kota Pontianak, Kepala Bagian
Masalah: Kinerja anggota DPRD masa bakti 2009-2014 dalam menghasilkan Peraturan Daerah (Perda), tidak sesuai dengan target Prolegda (Program Legislasi Daerah) 2011.
JDIH (Jaringan dokumentasi dan informasi
Peraturan
Hukum dan 1 orang Staf Bagian Hukum
hukum) Sekda Kota Pontianak. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dibantu dengan alat bantu penelitian
Pendapat Davis (dalam Mangkunegara 2005:13-14) tentang:
berupa tape recorder, camera, dan fotocopy. Dalam
Faktor Kemampuan (Ability) dan Faktor Motivasi (Motivation)
penelitian
ini,
peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara dan dokumentasi. Untuk
Output: Peraturan Daerah (Perda) yang di hasilkan pada Prolegda (Program Legislasi Daerah) Kota Pontianak Tahun 2011
menganalisis data, peneliti menggunakan teknik
analisis
datadalam
kualitatif
merupakan proses menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan. Analisis
data
menurut
pendapat
Moleong (2013:288) Secara umum proses
C. METODE PENELITIAN
teknik analisis datanya mencakup reduksi Jenis penelitian yang peneliti lakukan merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Lokasi yang menjadi tempat
penelitian
Kantor
DPRD
Kota
Pontianak, Jl sultan Abdurrahman No.I A Pontianak. Waktu yang digunakan untuk menyusun skripsi ini dari pengajuan judul, konsultasi, hingga penelitian dimulai pada mei 2015 hingga maret 2016.
data, kategorisasi data, sintesisasi dan akhiri dengan menyusun hipotesis kerja. Adapun untuk mengecek dan memeriksa keabsahan data penelitian ini menggunakan pendapat yang
di
sampaikan
oleh
Moleong,
(2013:332) dalam menggunakan triangulasi dilakukan dengan cara mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan, mengeceknya ke berbagai sumber, dan memafaatkan berbagai
5 BARLIY BRASILA NIM. E43011032 Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Untan
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
metode agar pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan.
a. Kemampuan lobi politik ke internal DPRD dan pemerintah Kota Pontianak. Menurut pendapat Wasistiono dan Wiyoso
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
(2009:213)
mengatakan
bahwa
dalam melaksanakan fungsi legilsasi yang Penelitian ini yang dilakukan di
dilakukan oleh anggota DPRD ada suatu
Kantor DPRD Kota Pontianak dengan
negosiasi politik atau lobi politik baik ke
permasalahan yang dikaji dalam penelitian
pemerintah
ini adalah kinerja anggota DPRD masa bakti
negosiasi atau lobi politik dilakukan agar
2009-2014 dalam menghasilkan Peraturan
dalam melaksanakan tugas dan fungsi DPRD
Daerah (Perda) tidak sesuai pada Prolegda
berjalan lancar. Dalam melalukan lobi
(Program Legislasi daerah) tahun 2011.
politik
Kemudian untuk menganalisis permasalahan
melaksanakan fungsi legislasi telah di atur
tersebut peneliti menggunakan teori David
dalam kandungan UU MD3 No 27 tahun
(dalam mengkunegara 2005:13-14) tentang
2009, melakukan lobi politik bisa lewat
faktor
perseorangan, gabungan faksi, komisi dan
yang
mempengaruhi
kinerja
ke
maupun
internal
internal
kemudian
DPRD
lobi
politik
DPRD,
untuk
organisasi yaitu faktor kemampuan (Ability)
banleg,
yang
dan faktor motivasi (Motivation)
dilakukan DPRD ke pemerintah, DPRD kinerja
tidak ada mekanisme atau payung hukum
DPRD masa bakti 2009-2014
yang mengatur, oleh karena itu DPRD
menghasilkan Peraturan Daerah Kota
mengikuti arahan dan keinginan pemerintah.
Pontianak.
Untuk melakukan lobi politik ke internal
Faktor
penyebab
anggota
rendahnya
DPRD terkait Perda inisiatif DPRD dan pemerintah
1. Kemampuan (ability)
terkait
Perda
dari
pihak
Faktor Kemampuan yaitu kemampuan
pemerintah, agar terealisasi sesuai dengan
intelektual yang di dasari pendidikan yang
target pada Prolegda, ada beberapa faktor
memadai dimiliki oleh pimpinan dan
hambatan dalam merealisasi Perda inisiatif
anggota
pada Prolegda 2011.
DPRD,
Kemampuan
terdiri dari:
tersebut
Seperti pernyataan wawancara yang disampaikan oleh Bapak Mansyur. AR,S.Ag, 6
BARLIY BRASILA NIM. E43011032 Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Untan
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
(F-Golkar/Ketua
Banleg),
menyatakan
bahwa:
pertahun 2011”(Sumber: Kamis 17-122015, jam 11:30 WIB).
“Kami melakukan lobi politik sudah
Pernyataan
wawancara
yang
di
baik tetapi tidak terlalu dominan karena
sampaikan oleh Sekwan sama seperti Kepala
sudah diatur dalam UU MD3 No 27 Tahun
bagian hukum setda Kota Pontianak, Ibu
2009, terkait perda inisiatif kami namun lobi
Zetmawati,S.H,MH menyatakan bahwa : “Anggota DPRD selalu menerima
yang dilakukan ke pemkot tidak ada aturan yang mengatur bisa dilakukan lobi atau
baik
tidak, tetapi kami selalu mengikuti kemuan
pemerintah kota, tetapikan perda dari
dari pemerintah, yang menjadi hambatan
pemerintah itu tidak bisa semua di capai
dalam lobi politik itu kondisi keuangan
sesuai dengan prolegda karena pemkot
daerah
membuat
dan
waktunya
panjang
dalam
dan
mengapresiasi
perda
berdasarkan
dari
kebutuhan
pembahasan, oleh karena itu maka kami
masyarakat, dan lagi pembuatan perda
memilih
berdasarkan
waktunya
panjang
Kota
hambatan
kalau
perda
kebutuhan
prioritas masyarakat
Pontianak.”(Sumber: Senin 16-11- 2015,
tidak”(Sumber:
jam 09:00 WIB)
12:30 WIB).
itu
kamis
yang
menjadi
menurut 17-12-2015,
saya jam
Selanjutnya pernyataan wawancara
Berdasakan hasil wawancara yang
anggota DPRD, tidak jauh bedanya dengan
diatas dari anggota DPRD, Sekwan dan
pernyataan yang disampaikan oleh Sekwan
Kepala bagian hukum setda Kota Pontianak,
DPRD Kota Pontianak, Ibu Ade Halida
kemampuan lobi politik anggota DPRD ke
Yafilus, S.sos, menyatakan bahwa:
pemerintah dalam pembuatan perda sudah
“Lobi politik ke berbagai fraksi atau
baik selain itu anggota DPRD menyerah
ke pemerintah Kota Pontianak baik, dalam
sepenuhnya keputusan kepada pemerintah
melaksanakan fungsi legislasi tetapikan
terkait perda dari pemkot. Namun faktor
karena waktu pembuatan lama dan panjang
penghambat Perda 2011 yaitu waktu yang
dalam menghasilkan Perda itu menjadi
panjang dan lama, dan anggaran. Adapun
faktor
DPRD
waktu yang panjang dan lama pembuatan
maupun pemkot, namun kalau anggaran
Perda di lingkungan DPRD (terkait Perda
daerah tidak karena sudah ditetapkan
insiatif) dan pemerintah (terakit Perda
penghambat
Perda
dari
pemkot sehingga menyebabkan perda dari 7 BARLIY BRASILA NIM. E43011032 Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Untan
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
pemerintah telat masuk ke DPRD yang
pembuatan Peraturan Daerah (Perda) ada
tetapkan jadwal pembahasan di DPRD,
kelancaran serta tidak menghambat kinerja
kemudian anggaran yang kurang dalam
legislasi. Namun anggota DPRD tidak
pembuatan perda inisiatif muapun pemkot
semua
yang di sampaikan oleh anggota DPRD,
kemampuan
namun pernyataan tersebut berbeda dengan
raperda atau bahasa hukum raperda, karena
yang disampaikan oleh Sekwan dan Kepala
anggota
bagian hukum Setda Kota Pontianak, bahwa
belakang pendidikan dari tamatan SMA,
anggaran sudah baik untuk digunakan dalam
S1,S2 sosial politik, hukum, pendidikan,
pembuatan Perda. Dengan waktu yang
ekonomi dan lain sebagainya.
panjang
dalam
pembuatan
Perda
di
anggota
DPRD
dalam
DPRD
mempunyai
menguasai
berbagai
subtansi
macam
latar
Seperti penyataan disampaikan oleh
lingkungan DPRD dan pemerintah, sehingga
Bapak
Mujiono,
S.Pd.S.Mn
(F-
telat masuk ke DPRD, oleh karena itu maka
PAN/Anggota Banleg), menyatakan bahwa:
DPRD dan pemkot memilih perda yang
“Penguasaan subtansi raperda baik,
paling prioritas atau yang paling dibutuhkan
walaupun ada sebagai yang kurang mampu
oleh masyarakat pada prolegda 2011, selain
menguasai subtansi raperda, tetapi itu bisa
itu
ada
di atasi karena ada pihak ke 3 Staf ahli,
dalam
pakar, akademisi yang membantu dan
juga
pemerintah
pemborosan
tidak
anggaran
ingin
daerah
pembuatan Perda.
bahkan di bantu oleh teman-teman fraksi yang
b. Kemampuan Menguasai Subtansi Raperda atau Bahasa Hukum Raperda Menurut pendapat Deden Mariana dan
Caroline
mengatakan
Paskarina sebagai
(2008:276-277)
legislator
DPRD
memiliki kemampuan legal drafting atau kemampuan pembuatan Perda. Lembaga DPRD, dalam menjalankan fungsi legislasi anggota
DPRD
harus
mempunyai
kemampuan menguasai subtansi raperda atau bahasa hukum raperda, agar dalam
mempunyai
kompetensi
masing-
masing” (Sumber: Senin 16-11-2015,jam 12:30 WIB). Pernyataan
wawancara
yang
sampaikan anggota DPRD sama seperti Sekwan DPRD Kota Pontianak Ibu Ade Halida Yafilus, S.sos menyatakan bahwa: “Baik,
tetapi
mereka
saling
membantu jika ada sebagian anggota DPRD yang kurang mampu menguasai subtansi perda dan juga di bantu staf ahli, pakar akademisi dan juga mereka itu ada program 8
BARLIY BRASILA NIM. E43011032 Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Untan
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
bimtek
atau
bimbingan
teknik
setiap
legislatif memilik kemampuan menyerap,
tahunya, .”(Sumber: Kamis 17-12-2015, jam
menghimpun, dan menyalurkan berbagai
11:00 WIB).
aspirasi masyarakat dalam kebijakan publik.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dari anggota DPRD dan Sekwan,
Kemampuan
tersebut
di
lakukan
oleh
bahwa
anggota DPRD saat kegiatan luar ruang atau
kemampuan menguasai subtansi dan bahasa
masa reses, kemudian dalam melaksanakan
hukum perda, sudah baik dikarenakan rata-
kegiatan reses anggota DPRD mendengar
rata pendidikan anggota DPRD S1 dari
keluhan dan keinginan aspirasi masyarakat
berbagai latar belakang pendidikan, sosial,
Kota Pontianak, kemudian aspirasi tersebut
politik, hukum dan lainya, yang berarti
di salurkan lewat fraksi komisi dan banleg
sudah cukup baik dalam menguasai subtansi
untuk di jadikan Perda inisiatif.
perda,
selain
di
Seperti penyataan wawancara yang
(program
disampaikan Bapak Drs. Herman Hofi.
bimbing teknik), program bimtek adalah
M,MBA. M.Hum. M.Si (F-PPP/Anggota
program
Banleg), menyatakan bahwa:
mempunyai
itu
anggota
program
DPRD
bimtek
kepelatihan
penyusunan
Perda
anggota DPRD serta staf ahli, pakar dan akademisi
dalam membuat
perda atau
“Kami menyalurkan aspirasi baik, keluhan, keinginan, aspirasi
masyarakat
disebut dengan Jasa legal drafter, selain itu
Kota Pontianak selalu kami tampung,
anggota DPRD saling membantu jika ada
tetapikan tidak semua kami salurkan ke
sebagian anggota lain yang tidak mampu
perda inisiatif kami saring di fraksi maupun
menguasai subtansi perda, dengannya saling
komisi yang mana aspirasi yang paling
membantu
menonjol
sesama
lingkungan
anggota
kerja
DPRD
DPRD,
di
di
semua
aspirasi.
Aspirasi
akan
masyarakatkan homogen tidak semua bisa
mempermudah kerja anggota dalam fungsi
kami penuhi tergantung kondisi keuangan
legislasi DPRD.
daerah, waktunya panjang, seperti tadi itu aja yang menghambat.” (Sumber: Senin 16-
c. Kemampuan Masyarakat Menurut Przeworski 2005:80)
dan
Menyalurkan
Aspirasi
11-2015 jam 13:00 WIB.) Penyataan wawancara anggota DPRD
pendapat Stokes
mengatakan
(dalam bahwa
Manim, Irianto anggota
tidak jauh bedanya
seperti
pernyataan
Sekwan DPRD Kota Pontianak Ibu Ade Halida Yafilus S.sos menyatakan bahwa: 9
BARLIY BRASILA NIM. E43011032 Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Untan
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
“Kemampuan
dalam
menyalurkan
cukup agar semua perda bisa terealisasi
aspirasi baik, mereka menyalurkan aspirasi
sesuai dengan target pada prolegda 2011,
dalam bentuk perda inisiatif, perda inisiatif
namun sekwan mengatakan yang berbeda
di Prolegda itulah bentuk aspirasi, tapi tidak
bahwa anggaran sudah baik dalam membuat
semua perda inisiatif mereka terealisasi
perda.
sesuai target, proses pembuatan perda inisiatif
itu
panjang
itulah
menjadi
hambatan tetapi kalau anggaran bukan, termasuk hambatan” (Sumber: Kamis 1712-2015, jam 11:30 WIB).
diatas dari anggota DPRD dan Sekwan, bahwa
kemampuan
dalam
menyalurkan aspirasi anggota DPRD, sudah baik tetapi tidak semua aspirasi masyarakat dijadikan perda karena aspirasi masyarakat di setiap daerah pemilihan berbeda-berda, oleh karena itu maka aspirasi tersebut, di kaji dalam forum rapat kerja DPRD sebelum dijadikan perda inisiatif. Kemudian anggota DPRD
melihat,
aspirasi
yang
paling
menonjol atau yang paling diinginkan oleh mayoritas masyarakat di jadikan Perda pada prolegda 2011. Namun dari semua raperda inisiatif tidak semuanya bisa dijadikan perda, karena ada faktor penghambat seperti waktu yang panjang dalam pembuatan, sehingga
menyebabkan
Perda di lakukan oleh alat kelngkapan Dewan
Berdasarkan hasil wawacara yang
mengatakan
d. Kemampuan Sosialisasi Raperda dan Perda Kegiatan sosialisasi Raperda dan
jadwal
dalam
pembuatan terbengkalai, selain itu anggaran yang diperlu dalam pembuatan perda, dalam pembuatan perda diperlukan anggaran yang
atau Bandleg, kegitan tersebut
dilakukan
di luar ruangan sama seperti
kegiatan reses. Kemudian anggota DPRD hanya mensosialisasi Raperda dan Perda inisiatif kalau Perda pemkot, pemkot yang mempunyai melaksakan DPRD
kewenangan. kegiatan
harus
Dalam
tersebut
memiliki
anggota
kemampuan
sosialisasi atau berinterkasi langsung dengan masyarakat kota pontianak secara face to face, tanya, jawab dengan masyarakat, memberi penilaian kritis, mengeluarkan opini, memberi dukungan dan lain-lain, terhadap keputusan politik anggota DPRD. Seperti penyataan wawancara Bapak Alpian Aminardi, S.H,M.H (F-PKB/Anggota Banleg), menyatakan bahwa: “Kemampuan
kami
dalam
mensosialisasi raperda dan perda baik, sosialiasi raperda dan perda di lakukan 2 tahap, pertama raperda dulu di sosialisasi ke dua perda, kami melakukan sosialisasi 10
BARLIY BRASILA NIM. E43011032 Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Untan
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
perda ini hanya perda inisatif, dalam
e. Kemampuan Keuangan Daerah
kegiatan tersebut kami selalu berdialog dengan baik kepada masyarakat keluhan selalu kami tanggapi dengan baik.”(Sumber:
Pernyataan wawancara oleh anggota DPRD, sama seperti pernyataan yang di oleh
Sekwan
DPRD
kota
pontianak Ibu Ade Halida Yafilus, S.sos “ kemampuan sosialisasi reperda dan perda inisiatif sudah dilaksnakan secara baik, tidak ada masalah, walaupuan kadang masyarakat minta aneh-aneh, tetapi tetap mereka tanggapi secara baik.”(Sumber:
Berdasarkan hasil wawancara yang anggota
DPRD
dan
Sekwan bahwa kemampuan anggota DPRD dalam melakukan sosialisasi sudah baik, tidak
ada
permasalahan
dalam
mensosialisasi raperda dan perda, anggota DPRD selalu menerima pertanyaan, keluhan dan sebagianya dari masyarakat. Namun tidak semua aspirasi masyarakat dalam melakukan sosialisasi raperda dan perda, dimasukan
sebagai
Legislasi
Daerah),
perlukan karena dalam menghasilkan Perda (Peraturan Daerah) di perlukan biaya yang besar, untuk keperluan pelaksanaan fungsi legislasi, seperti biaya perjalanan dinas atau
materi
akademisi
dan
sebagainya. Legislasi
ahli
Pada
pakar Prolegda
Daerah)
2011
dan
lain
(Program
ada
beberapa
sejumlah Peraturan Daerah (Perda) yang tidak
terselesaikan
dikarenakan
faktor
ketidak mampuan keuangan daerah.
Kamis 17-12-2015 jam 11:30 WIB)
dari
(Program
studi banding, biaya mendatangakan para
menyatakan bahwa:
disampaikan
Progleda
kemampuan keuangan daerah sangat di
Selasa 9-12-2015 jam 12:30 WIB)
sampaikan
Dalam melakasakan fungsi legislasi pada
pembuatan
raperda dan perda, karena masukan-masukan dari masyarakat ada yang bertentangan dengan materi pembahasan raperda dan perda yang anggota DPRD sosialisasikan.
Seperti
perntayatan
wawancara
Bapak Alwi Almutahar, S.sos, M.Si. (FPAN/Anggota Banleg) menyatakan bahwa: “Anggaran
adalah
faktor
yang
menghambat dalam menghasilkan perda pada tahun 2011, perlu adanya biaya sanagt mahal, sekitar ratusan juta untuk keperluan seperti biaya mengundang akademisi, bimtek dan lain sebagainya.”(Sumber: Selasa 9-122015 jam 14:00 WIB). Pernyataan wawancara oleh anggota DPRD berbeda, dengan yang disampaikan oleh Sekwan DPRD Kota Pontianak Ibu Ade Halida Yafilus, S.sos menyatakan bahwa: “Menurut saya anggaran bukan faktor penghambat dalam menghasilkan perda, 11
BARLIY BRASILA NIM. E43011032 Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Untan
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
anggran sudah ditetapkan pada tahun 2011,
bahwa kemampuan keuangan daerah bukan
faktor penghambat hanya waktu pembuatan
faktor
panjang, oleh karena itu maka
walaupun membutuhkan biaya yang mahal.
kita
penghambat
Perda,
membuat perda berdasarkan yang paling
Faktor
prioritas dari semua prioritas.”(Sumber:
pembuatan yang panjang sehingga telat
Kamis 17-12-2015 jam 11:30 WIB).
masuk sesuai dengan jadwal di DPRD. Oleh
Sementara
dikarenakan
waktu
wawancara
karena itu maka hanya Perda yang paling
oleh Sekwan sama seperti yang disampaikan
prioritas dari semua Perda yang di hasilkan
oleh Kepala bagian hukum Setda Kota
pada Prolegda.
Pontianak,
Ibu
pernyataan
penghambat
terealisasi
Zetmawati,
S.H,
MH,
menyatakan bahwa:
2. Faktor Motivasi (Motivasion)
“Faktor pengahambat hanya waktu
Faktor motivasi diartikan sebagai
panjang dan telat masuk ke DPRD kalauk
sikap pimpinan dan anggota DPRD terhadap
emampuan
situasi kerja, lingkungan organisasi dan
keuangan
daerah
tidak
bermasalah walaupun pembuatan 1 perda
iklim kerja. Faktor motivasi terdiri dari:
itu mahal dari 80 juta sampai 100 lebih, kita
a. Motivasi Pribadi Anggota DPRD
buat perda hanya berdasarkan prioritas
Menurut
pendapat
Mangkunegara
atau ambil perda yang paling penting dari
(2005:61) motivasi pribadi adalah terbentuk
semua yang di prolegda.”(Sumber: kamis
atas
17-12-2015, jam 12:30 WIB).
menghadapi situasi kerja organisasi atau
sikap
(attitute)
karyawan
dalam
Berdasarkan hasil wawancara yang
tuntutan organisasi. Motivasi anggota DPRD
disampaikan oleh anggota DPRD bahwa
ini muncul atas kesadaran diri masing-
kemampuan keuangan daerah adalah faktor
masing atau sikap diri sebagai wakil rakyat,
penghambat Perda tidak terealisasi pada
yang
Prolegda karena dalam pembuatan Perda
menjalankan amanah undang-undang dan
perlu biaya yang besar, 1 Perda yang di
bertanggung
hasilkan pada Prolegda membutuhkan dana
tujuan lembaga DPRD.
harus
bertanggung
jawab
dalam
jawab
dalam
menjalankan
sekitar ratusan juta. Namun hasil wawancara
Seperti pernyataan wawancara Bapak
yang disampaikan anggota DPRD berbeda
Alpian Aminardi, S.H,M.H (F-PKB/Anggota
dengan Sekwan, Kepala Bagian Hukum dan
Banleg), menyatakan bahwa:
Staf Bagian Hukum Setda Kota Pontianak 12 BARLIY BRASILA NIM. E43011032 Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Untan
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
“Motivasi kami sebagai wakil rakyat
anggaran pada tahun 2011 sudah cukup
ini tinggi, walaupun pembuatan perda lama
dalam pembuatan Perda. Karena adannya
dan
perda
faktor pemngahambat dalam pembuatan
tergantung kemampuan keuangan daerah
Perda pada Prolegda 2011, menyebabkan
menjadi hambatan kami, tetap kami jalani
anggota DPRD bekerja apa adanya, sesuai
karena fungsi legislasi adalah amanah yang
dengan proses yang di tempuh dalam
kami bebankan sebagai wakil rakyat.”
pembuatan Perda.
(Sumber: Selasa 9-12- 2015 jam 12:30 WIB)
b. Dukungan
panjang
serta
Pernyataan
pembuatan
wawancara
anggota
DPRD, tidak jauh berbeda pernyataan oleh
Organisasi
Lingkungan
Kerja DPRD Menurut
Mangkunegara
(2005:16)
Sekwan DPRD Kota Pontianak Ibu Ade
mengatakan bahwa dukungan organisasi
Halida Yafilus , S.sos, menyatakan bahwa:
sangat
“Motivasi
mereka
tinggi,
dalam
mempengaruhi
organisiasi.
Dukungan
kinerja
oganisasi
adalah
pembuatan perda juga kalau ada undang-
dukungan
undang turunan, permintaan dari rakyat,
kesempatan berbuat sesuatu, dan dukungan
dan
di
organisasi
meliputi
dukungan
kerjakan,
organisasi.
Dalam
menjalankan
lain
realisasikan
sebagainya tetap
sulit
mereka
untuk
organisasi
motivasi
yang
memberikan
struktur fungsi
tetapikan lagi-lagi karena waktu lama dan
legislasi, anggota DPRD perlu mendapatkan
panjang” (Sumber: Kamis 17-12-2015 jam
dukungan dari organisasi lingkungan kerja
11:30 WIB)
seperti
Berdasarkan hasil wawancara yang disampaikan
dari
anggota
DPRD
dukungan,
fraksi
dan
alat
kelengkapan dewan pimpinan DPRD, yang
dan
mampu menyeimbangi kerja anggota DPRD,
Sekwan, bahwa motivasi pribadi anggota
karena dalam melaksanakan fungsi legislasi
DPRD sangat baik dalam menjalakan fungsi
DPRD yang rumit perlu adanya dukungan
legislasi karena motivasi pribadi anggota
penuh di lingkungan kerja DPRD.
DPRD adalah amanah atau kewajiban
Pernyataan
wawancara
anggota DPRD, walaupuan terdapat adanya
Mujiono,
hambatan seperti waktu pembuatan yang
Banleg), menyatakan bahwa:
panjang dan lama, kemudian anggaran yang
S.Pd.S.Mn
Bapak
(F-PAN/Anggota
“Selama ini dukungan organisasi
kurang, dalam permbuatan Perda, namun
lingkungan
pernyataan yang disampaikan oleh Sekwan,
memberikan
kerja
baik,
kebutuhan
staf kami
selalu bahkan 13
BARLIY BRASILA NIM. E43011032 Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Untan
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
pimpinan DPRD, teman-teman fraksi, komisi
hasil pembuatan perda, tidak sesuai pada
,banleg selalu mendorong perda agar cepat
prolegda 2011.
di bahas dan realisasi, tetapi terkadang ada
c.
Fasilitas Kerja DPRD
perbedaan pendapat dari masing-masing
Menurut David (dalam Mengkunegara
faksi di rapat pembahasan perda.” (Sumber:
2005:14) mengatakan bahwa fasilitas kerja
Senin 16-11-2015 jam 12:30 WIB)
merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
Pernyataan
wawancara
anggota
motivasi
kinerja organisasi, selanjutnya
DPRD, sama seperti Sekwan DPRD Kota
fasilitas kerja adalah sarana dan prasarana
Pontianak Ibu Ade Halida Yafilus, S.sos
kerja yang di berikan kepada anggota
menyatakan bahwa :
DPRD, agar anggota DPRD dapat bekerja
“Dukungan kerja
baik,.
organisasi
fungsi legislasi yang di berikan kepada
perbedaan
DPRD legislasi seperti ruangan kerja, kursi
pandangan dari fraksi, tapi perbedaan tidak
dan anggaran, anggaran termasuk fasilitas
jauh dalam menanggapi subtansi perda,
yang paling penting dalam melaksanakan
tetapi
selalu
fungsi legislasi, karena dalam pembuatan
mendukung penuh perda tersebut.”(Sumber:
perda pada Prolegda dibutuhkan anggaran
Kamis 17-12-2015 jam 11:30 WIB)
yang cukup, agar perda pada Prolegda 2011,
semua
perda
terkadang
dengan maksimal. Dalam melaksanakan
saat
pembahasan
Namun
lingkungan
terjadi
fraksi
di
DPRD
Berdasarkan hasil wawancara yang disampaikan Sekwan
dari
anggota
tersebut,
DPRD
bahwa
tercapai sesuai target.
dan
Seperti pernyataan wawancara yang
dukungan
disampaikan oleh Bapak Mansyur. AR,S.Ag
lingkungan kerja DPRD, sudah baik serta
(F-Golkar/Ketua
mendukung penuh fungsi legislasi DPRD.
bahwa:
Banleg),
menyatakan
Namun dalam dukungan lingkungan kerja
“Fasilitas kerja kami sudah memadai
DPRD tersebut peneliti melihat, bahwa
cukup baik, seperti yang disediakan ruang
dukungan dari berbagai fraksi menjadi
dan kursi meja dan lainnya, tetapi dari segi
masalah, karena terjadi perbedaan pendapat
anggaran kurang, kita dalam membuat
di forum rapat pembahasan perda, dan
perda itu perlu anggaran yang cukup.
menyebabkan
Anggaran ialah
waktu
yang
panjang
pembuatan perda, sehingga berdampak pada
fasilitas yang paling
penting dalam menghasil perda.”(Sumber: Senin 16-11-2015 jam 09:00 WIB) 14
BARLIY BRASILA NIM. E43011032 Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Untan
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
Pernyataan
wawancara
anggota
tunjangan memuaskan akan menghasilkan
DPRD tersebut tidak jauh berbeda, dengan
kerja yang baik, oleh sebab itu tunjangan
Sekwan DPRD Kota Pontianak Ibu Ade
legislasi
Halida Yafilus, S.sos, menyatakan bahwa:
mempengaruhi kinerja DPRD. Tunjangan
“Fasilitas
kerja
baik
termasuk
faktor
yang
dapat
semuanya
legislasi adalah upah atau imbalan yang
tersedia dari ruangan kerja dan yang
diberikan kepada anggota DPRD, yang telah
liannya, begitu juga anggaran, termasuk
bekerja keras dalam melaksanakan tugas dan
fasilitas penting dalam membuat perda juga
fungsi
sudah tersedia.”(Sumber: Kamis 17-12-
masyarakat. Tunjangan legislasi anggota
2015 jam 11:30 WIB)
DPRD sudah tercantum dalam gajih pokok
Berdasarkan hasil wawancara yang disampaikan
oleh
anggota
DPRD
dan
legislasi
kepentingan
atau sudah masuk dalam gajih pokok anggota DPRD perbulan.
Sekwan, bahwa fasilitas kerja DPRD sudah
Lebih lanjut Bapak Alwi Almutahar,
baik dari ruangan kerja, kursi, meja, dan staf
S.sos,
ahli. Namun fasilitas dari anggaran kurang
menyatakan bahwa:
atau minim, sehingga menghambat kinerja
demi
M.Si.
(F-PAN/Anggota
“Tunjangan
legisalsi
Banleg)
kami
sudah
anggota DPRD menghasilkan perda pada
masuk dan menyatu gajih pokok kami,dan
Prolegda 2011, tetapi pernyataan wawancara
itu sudah cukup dan baik untuk kami, yang
yang disampaikan oleh Sekwan berbeda
mana besaran sekitar Rp 1.50.000 untuk
dengan anggota DPRD, fasilitas semuanya
ketua dan wakil ketua Rp 1.20.000 dan
sudah tersedia dengan termasuk anggaran
anggota Rp. 90.000.” (Sumber: Rabu 10-12-
untuk pembuatan perda pada Prolegda 2011.
2015 jam 14:00 WIB) Berdasarkan hasil wawancara yang
d. Tunjangan Legislasi Menurut
pendapat
Mangkunegara
disampaikan
oleh
anggota
DPRD
(2005:24) bahwa gaji pokok, tunjangan kerja
tersebut.bahwa tunjangan legislsasi anggota
atau
DPRD
bonus
adalah
faktor
yang
sudah
cukup
dan
baik
serta
mempengaruhi motiviasi kerja organisasi.
memuaskan bagi masing-masing anggota
Tunjangan
dapat
DPRD, karena sudah menyatu dengan gajih
mempengaruhi motivasi kerja organisasi jika
pokok perbulan anggota DPRD, tunjungan
tunjangan tidak memuaskan menyebabkan
legislasi yang di berikan kepada anggota
hasil kerja rendah, dan sebaliknya jika
DPRD besaran ketua sebesar Rp 1.50.000
legislasi
juga
15 BARLIY BRASILA NIM. E43011032 Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Untan
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
wakil ketua Rp 1.20.000 dan anggota Rp.
rendahnya kinerja anggota DPRD
90.000.
masa
bakti
2009-2014
dalam
menghasilkan perda Kota Pontianak tahun 2011. E. PENUTUP b) Saran 1. Kemampuan (ability) terdiri dari:
a) Kesimpulan 1. Faktor kemampuan (ability) terdiri dari:
a. Dalam mengatasi kemampuan lobi politik, baiknya anggota DPRD
a. Faktor
kemampuan
anggota
sebagai
insan
politik
DPRD rendah dalam melakukan
memperlihatkan atau menunjukan
lobi politik ke berbagai faksi dan
kepiawaian dalam berpolitik atau
pemerintah, dalam melaksanakan
bernegosisasi
fungsi legislasi.
internal DPRD dan pemerintah
b. Faktor
kemampuan
anggota
agar
melakukan
subtansi dan bahasa hukum Perda,
teratasi.
(bimbingan
teknik)
serta
b. Dalam
aktif
kemampuan
DPRD rendah dalam menguasai
walaupun ada program bimtek
secara
lobi
mengatasi
ke
dalam
politik
biasa
Kemampuan
ahli
menguasai subtansi dan bahasa
pakar yang membantu anggota
hukum Perda, baiknya anggota
DPRD dalam proses pembuat
DPRD memahami peran penting
Perda.
program bimbingan teknis atau
c. Faktor kemampuan menyalurkan
penyusunan legal drafting, bahwa
aspirasi dalam fungsi legislasi
kegiatan
terlihat rendah pada Perda inisiatif
menjawab persoalan kemampuan
yang
anggota DPRD dalam penguasan
mereka
target
dan
di
hasilkan pada Prolegda 2011. 2. Faktor motivasi (motivasion) anggota
tersebutlah
dapat
subtansi dan bahasa hukum Perda. c. Dalam
mengatasi
kemampuan
DPRD rendah dalam menghasilkan
menyalurkan aspirasi, sebaiknya
perda pada Prolegda 2011, oleh
anggota DPRD memperlihatkan
karena
peran
itu
maka
menyebabkan
perwakilan
dengan 16
BARLIY BRASILA NIM. E43011032 Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Untan
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
membuat Perda inisiatif ditingkatkan jumlah
atau
Perdanya
lebih
seimbang dari
pihak
pemerintah, oleh karena itu maka kemampuan dalam menyalurkan aspirasi
terlihat
di
mata
masyarakat Kota Pontianak. 2. Dalam
membangun
(motivasion)
anggota
motivasi
melakukan emosional
dengan
pendekatan bahwa
kewajiban,
dan
tanggung
Busroh, Daud, Abu. 2010. Ilmu Negara. Jakarta : Bumi Aksara. Darmawan, Ikhasn. 2013. Analisis Sistem Politik Indonesia. Bandung : Alfabeta DPRD Kota Pontianak, Sekretariat. 2014. Selayang Pandang DPRD Kota Pontianak. Pontianak : Sekretariat DPRD Kota Pontianak.
DPRD,
sebaiknya ketua fraksi menunjukan kepemimpinannya
Budiardjo, Miriam. 2014. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utara.
secara amanah, jawab
Hanggraeni, Dewi. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Irtanto, 2005. Dinamika Politik Lokal (Era Otonomi Daerah). Yogjakarta : Pustaka Belajar
sebagai wakil rakyat adalah aspek penting untuk membanguan motivasi anggota DPRD agar mempermudah kinerja
anggota
DPRD
dalam
menghasilkan Perda.
F. REFERENSI
Ahmadi, Rulam. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Yogjakarta:Ar-Ruzz Media. Abdullah, Rozali. 2005.Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung. Jakarta : RajaGrafindo Persada. Adisasmitra, Rahardjo. Manajemen Pemerintah Daerah. Yogjakarta : Graha Ilmu.
Isra, Saidi. 2010. Pergesaran Fungsi Legislasi Menguatnya Model Legislasi Parlementer dalam Sistem Presidensial Indonesia. Jakarta : RajaGrafindo Persada. Ibrahim, Amin. 2009. Administrasi Publik dan Bandung : Refika aditama
Pokok-Pokok Implementasi.
Kota Pontianak, BPS. 2014. Pontianak City In Figures. Pontianak : BPS Kota Pontianak Labolo, Muhadam, Ilham Teguh. 2015. Partai Politik dan Sistem Pemilihan Umum di Indonesia. Jakarta : RajaGrafindo Persada Moleong, Lexy J. 2013. Metode penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya. Mukthie, A. Fadjard. 2003. Reformasi Konstitusi dalam Masa Transisi Paradgmatik. Malang : InTrans Moeheriono. 2012. Indikator Kinerja Utama (IKU). Jakarta : Rajagrafindo Persada. 17
BARLIY BRASILA NIM. E43011032 Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Untan
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
Mangkunegara,A.A Anwar Prabu. 2005.Evalusi kinerja SDM. Bandung : Refika Aditama.
Thoha, Miftah. 2014. Birokrasi Politik & Pemilihan umum di indonesia. Yogjakarta : Prenadamedia Group.
Muluk, Khairul. 2007. Menguatkan Partisipasi Publik Dalam Pemerintahan Daerah. Malang : Bayumedia Publishing
Wahidin, Samsul. 2011. Konseptualisasi dan perjalanan Dewan Wakil Rakyat Republik Indonesia. Yogjakarta : Pustaka Belajar.
Mariana, Deden, Paskarnia, Caroline. 2008. Demokrasi dan Politik Desentralisasi. Yogjakarta : Graha Ilmu
_ _ _ _ _ _. 2005. Hukum Pemerintahan Daerah (Pendulum Otonomi Daerah dari Masa ke Masa). Yogjakarta : Pustaka Belajar.
Mayanti, Sedar. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia (Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil). Bandung : Refika Aditama Pasolong, Harbani. 2014. Teori Administrasi Publik. Bandung : Alfabeta. Syaukani. 2009. Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan. Yogjakarta : Pustaka Belajar Sugioyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta Supratikno, Hendrawan, Ihalauw, Joi, Jhon. 2006. Manajemen Kinerja Untuk Menciptakan Keunggulan Bersaing. Yogjakarta : Graha Ilmu Syaffiie, kencana, Inu. 2014. Proses Legislatif. Bandung : Refika Adiatma _ _ _ _ _ _. 2001. Ilmu Pemerintahan. Bandung : Refika Adiatma _ _ _ _ _ _. 2009. Sistem Pemerintahan Indonesia. Bandung : Refika Adiatma Sufianto, Dadang. 2015. Pengantar Ilmu Pemerintahan. Bandung : Pustaka Setia
Wasistiono, Sadu.,Wiyoso, Yonata. 2009. Meningkatkan kinerja Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Bandung : Fokus Media. Diambil pada tanggal 29 Agustus Tahun 2015 dari http:///BPS.pontianakkota.go.id Diambil pada tanggal 30 Juni Tahun 2015 dari http://DPRD.pontianakkota.go.id Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Undang-undang No 12 Tahun 2011 tentang Peraturan Perundang-undangan Pasal 40 Nomor 32 tahun 2004 menegaskan tentang kehadiran lembaga DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Undang-Undang No 32 Tahun 2004Pasal 140 ayat 1 tentang pemerintahan daerah menyatakan rancangan peraturan daerah (PERDA). Undang-Undang. No 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (MD3). Nela Dayani. Skripsi : 2012. Akuntabiltas Kinerja Anggota DPRD Daerah Pemilihan Satu Kabupaten Serang Tahun 2010-2011, 18
BARLIY BRASILA NIM. E43011032 Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Untan
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Sri Puji Nurhaya. Skripsi : 2009. Kinerja lembaga legislatif (Studi analisis kinerja DPRD medan 2004-2009), Universitas Sumatera Utara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departement Ilmu Politik Medan.
19 BARLIY BRASILA NIM. E43011032 Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Untan