THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING TYPE NUMBERED HEADS TOGETHER ON THE HUMAN SKELETAL SYSTEM CONCEPT AT THE 4TH CLASS OF SD NEGERI GUHA ON GUNUNGTANJUNG DISTRICT IN TASIKMALAYA REGENCY
Abstract The teacher is one of the main supporting factors in the process of learning that can direct potential student, because the teachers have a very important role in creating student achievement. The role of teachers as educators and mentors in the learning process are expected to be able to establish potential students. In addition, the application of the learning model used affects the success of the learning process. As with any application of the cooperative learning model type NHT can improve the study result of student. Keywords : teacher, learning process, numbered head together, study result
1
UJI COBA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA KONSEP SISTEM RANGKA MANUSIA DI KELAS IV SD NEGERI GUHA KECAMATAN GUNUNGTANJUNG KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN AJARAN 2012/2013
Asep Syahrul, Hernawan
Abstrak Dalam pelaksanaan proses pembelajaran guru merupakan salah satu faktor pendukung yang utama yang dapat mengarahkan potensi peserta didik, karena dalam proses pembelajaran guru memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan prestasi peserta didik. Peran guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam proses pembelajaran diharafkan mampu membangun potensi yang dimiliki peserta didik. Selain itu juga penerapan model pembelajaran yang digunakan berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Seperti halnya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Kata kunci
: proses pembelajaran, numbered head together, hasil belajar
Pendahuluan A. Latar Belakang Proses pembelajaran pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Peranan seorang guru memiliki pengaruh yang sangat besar dalam suatu proses pembelajaran dan merupakan suatu kesatuan yang harus ada dalam proses pendidikan. Namun akan tidak sesuai hasilnya apabila peranan seorang guru tidak diimbangi dengan minat dan keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran. Pencapaian hasil pembelajaran yang optimal dalam kegiatan belajar mengajar khususnya mata pelajaran IPA, merupakan suatu hal yang menjadi harapan semua pihak, terutama guru dan peserta didik yang sedang belajar. Dalam proses pembelajaran, peserta didik dituntut aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Untuk itu guru yang bertugas sebagai pengajar harus memiliki inovasi dan kreatifitas dalam menentukan model pembelajaran yang sesuai dan dapat menciptakan situasi menyenangkan serta kondisi kelas yang kondusif sehingga peserta didik termotivasi untuk belajar aktif dan proses belajar mengajar dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Hal ini dapat terjadi dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif yang sesuai dengan konsep yang akan disampaikan. 2
Salah satu model pembelajaran kooperatif yang akan digunakan adalah tipe numbered heads together. Model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together merupakan model pembelajaran kelompok yang mengggunakan nomor di setiap anggota kelompok. Model pembelajaran ini senantiasa menyenangkan dan mengarahkan peserta didik untuk mendapatkan kesempatan sharing ide-ide pada anggota kelompok. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas IV SD Negeri Guha Kecamatan Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya, diperoleh keterangan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran IPA masih banyak mengalami kesulitan, di antaranya peserta didik sulit untuk memahami konsep pembelajaran yang diajarkan oleh guru, karena proses pembelajaran yang digunakan kurang menarik dan bervariasi. Selain itu juga situasi dan kondisi kelas yang kurang efektif dalam proses pembelajaran karena jumlah peserta didik di kelas IV SD Negeri Guha Kecamatan Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya sangat banyak dengan jumlah 39 peserta didik, sehingga dalam proses penyampaian pembelajaran memerlukan model pembelajaran yang bervariasi yang mampu mengkondisikan peserta didik ke dalam proses pembelajaran yang efektif. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1. apakah penerapan model pembelajaran kooperatif mempengaruhi hasil belajar peserta didik?; dan 2. apakah model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together cocok diterapkan pada konsep Sistem Rangka Manusia di kelas IV SD Negeri Guha Kecamatan Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya? C. Tujuan Adapun tujuan dari penulisan ini antara lain: 1. Memberikan suatu gambaran baru pada proses pembelajaran dengan penerapan suatu model pembelajaran kooperatif; 2. Memberikan gambaran mengenai kecocokan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together. D. Manfaat Adapun manfaat yang dapat diperoleh adalah: 1. Secara teoritis, dapat menambah pengetahuan mengenai gambaran penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together; dan 2. Secara praktek, dapat memberikan suatu gambaran konstruktif terhadap proses pelaksanaan pembelajaran.
3
Pembahasan A. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Dalam upaya peningkatan hasil belajar peserta didik, guru harus mampu menciptakan suatu proses pembelajaran yang dapat memotivasi peserta didik untuk belajar, karena dengan adanya motivasi akan akan tibul suatu harapan dan keinginan dari diri peserta didik untuk belajar. Memotivasi peserta didik untuk belajar tentunya merupakan salah satu tujuan seorang guru dalam proses pembelajaran. Dibawah ini merupakan beberapa penjelasan tentang belajar. Menurut Travers (Suprijono, Agus, 2010:2) bahwa “Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku”. Skiner (Sagala, Syaiful, 2011:14) “Belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif”. Menurut Slameto (2010:2) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”. Menurut Gagne (Suprijono, Agus, 2010:2) “Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang diacapai seseorang melalui aktivitas. Dari beberapa uaraian tersebut, belajar menunjukan suatu proses perubahan kepribadian seorang individu menuju ke arah yang lebih baik dan perubahan tersebut ditunjukkan dalam bentuk kemajuan tingkah laku melalui pengetahuan, keterampilan, sikap, kebiasaan, pemahaman, dan daya pikir yang diperoleh dari pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam hal ini tentunya berkaitan erat dengan cara mengajar seorang guru, karena cara mengajar berpengaruh besar terhadap hasil pembelajaran, seperti yang dikemukakan oleh Howard, Alvin W (Slameto, 2010:32) “Mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitude, ideals (cita-cita), appreciations (penghargaan) dan knowledge”. Dari uraian tersebut berarti mengajar merupakan suatu proses yang dilakukan guru terhadap peserta didik untuk menyampaikan pengetahuan dengan berbagai interaksi dalam proses pembelajaran untuk mencapai hasil yang maksimal. Selain itu juga, untuk mencapai keberhasilan hasil belajar peserta didik diperlukan seorang guru yang mampu membimbing peserta didik kedalam proses pembelajaran secara aktif. Karena Peranan seorang guru dalam proses pembelajaran sangat berpengaruh pada hasil belajar peserta didik. Untuk menciptakan proses pembelajaran yang aktip diperlukan penerapan model pembelajaran kooperatif yang proses pembelajaran berpusat pada peserta didik, sehingga peserta didik dapat mengemukakan pendapat atau gagasan nya. Dengan demikian secara tidak langsung proses pembelajaran seperti itu akan memotivasi peserta didik untuk lebih interaktif. Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya menjelaskan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama 4
lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan model pembelajaran yang mengacu pada metode pengajaran di mana peserta didik bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Dalam penerapan pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan bersama. Menurut Suprijono, Agus (2010:54) “Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentukbentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan guru”. Menurut Lie, Anita (Isjoni, 2010:23) menyebutkan cooperative learning dengan istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu “Sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur”. Menurut Slavin (Isjoni 2010:15) menyebutkan “Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen”. Menurut Isjoni (2010:23) Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Berdasarkan beberapa definisi tersebut, belajar dengan model pembelajaran kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi peserta didik berani mengemukakan pendapat, menghargai pendapat teman, dan saling memberikan pendapat karena pembelajaran kooperatif dilaksanakan dengan bekerja sama dan saling tolong menolong. B. Kecocokan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Dalam penelitian ini proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together.. Menurut Huda, Miftahul (2011:130) Model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together merupakan model pembelajaran kelompok yang mengggunakan nomor di setiap anggota kelompok, model pembelajaran ini senantiasa menyenangkan dan mengarahkan peserta didik untuk mendapatkan kesempatan sharing ide-ide pada anggota kelompok masing-masing. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together menurut Huda, Miftahul (2011:138) adalah: 1. peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok, masing-masing peserta didik dalam kelompok diberi nomor; 5
2. guru memberikan tugas/pertanyaan dan masing-masing kelompok mengerjakannya; 3. kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut; dan 4. guru memanggil salah satu nomor, peserta didik dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban hasil diskusi kelompok mereka. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan untuk menguji kecocokan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together, hasil belajar peserta didik di uji dengan mengunakan uji normalitas, homogenitas, dan uji t untuk untuk mengetahui apakah preetest sama dengan posttest dan untuk mengetahui apakah postest sama atau berbeda dengan kriteria ketuntasan minimal. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together kurang cocok diterapkan pada proses pembelajaran konsep Sistem Rangka Manusia di kelas IV SD Negeri Guha, Kecamatan Gunungtanjung, Kabupaten Tasikmalaya. Hal itu ditunjukkan dengan hasil belajar peserta didik yang proses pembelajarannya sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together tidak melebihi kriteria ketuntasan minimal yang telah ditentukan. Walaupun hasil belajar peserta didik pada konsep Sistem Rangka Manusia belum mencapai kriteria ketuntasan minimal akan tetapi hasil belajar peserta didik telah mengalami peningkatan. Berdasarkan pengamatan pada waktu pelaksanaan penelitian, proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together, merupakan hal yang baru yang diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas IV SD Negeri Guha, sehingga peserta didik kurang termotivasi dalam proses pembelajaran karena pada sebelumnya hanya menggunakan model pembelajaran langsung tanpa melibatkan peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran. Hal tersebut menyebabkan peserta didik merasa kaku terhadap proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together. Setelah melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together dapat diketahui kekurangan dan kelebihannya. Kekurangannya yaitu tidak semua peserta didik dipanggil ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusinya, karena keterbatasan waktu dan kurang kondusifnya proses pembelajaran sehingga peserta didik yang tidak dipanggil ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusi kurang memahami konsep yang diberikan. Adapun kelebihannya yaitu dapat meningkatkan percaya diri peserta didik untuk mengemukakan pendapat atau pertanyaan selama proses pembelajaran. Selain kelebihan dan kekurangan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together terdapat beberapa kendala sebagai berikut: 1. daya tangkap peserta didik yang bervariasi yaitu sebagian kecil memiliki daya tangkap yang baik dan sebagian besar memiliki daya tangkap yang kurang 6
baik sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama dalam menjelaskan tahapan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together; 2. kebiasaan peserta didik yang selalu gaduh saat KBM menciptakan suasana kelas yang kurang kondusif; dan 3. sulitnya pengelompokan peserta didik dalam proses pembelajaran karena peserta didik tidak terbiasa melakukan proses pembelajaran dengan cara berkelompok. Kesimpulan Berdasarkan uraian tersebut dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. guru memiliki peran penting dalam proses belajar mengajar untuk menciptakan suatu proses pembelajaran yang kondusif. 2. penerapan suatu model pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. 3. model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. 4. model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together kurang cocok diterapkan pada proses pembelajaran konsep Sistem Rangka Manusia di kelas IV SD Negeri Guha, Kecamatan Gunungtanjung, Kabupaten Tasikmalaya. Walaupun hasil belajar peserta didik pada konsep Sistem Rangka Manusia belum mencapai kriteria ketuntasan minimal akan tetapi hasil belajar peserta didik telah mengalami peningkatan. Saran Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. proses belajar mengajar di kelas hendaknya lebih bervariasi, sehingga peserta didik tidak merasa bosan dan jenuh ketika sedang berada di kelas, misalnya dengan menggunakan berbagai model pembelajaran seperti yang telah dilaksanakan dalam penelitian ini; 2. dalam penerapan model pembelajaran kooperatif khususnya model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together hendaknya guru membimbing proses diskusi lebih baik dan teratur sehingga sasaran dari diskusi dapat tercapai, dan guru juga diharapkan dapat mengalokasikan atau merencanakan waktu pada setiap langkahnya, agar proses pembelajaran dapat dioptimalkan; 3. untuk mengefektifkan proses pembelajaran hendaknya guru dapat memodifikasi mekanisme suatu model pembelajaran tanpa membuang unsur pokok model pembelajaran yang digunakan; dan 4. bagi peneliti selanjutnya, hendaknya mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together pada konsep atau materi yang lain. 7
Daftar Pustaka Hamalik, Oemar. (2010). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hernawan, Edi. (2011). Aplikasi Statistika untuk Penelitian. Tasikmalaya. Tidak Dipublikasikan Huda, Miftahul. (2011). Cooverative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Isjoni. (2011). Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Lie, Anita. (2010). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo Sagala, Syaiful. (2011). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Suprijono, Agus. (2010). Cooperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Riwayat Penulis Asep Syahrul Fadhillah, adalah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Siliwangi, angkatan 2009 yang sedang pelaksanaan penyusunan skripsi untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan (Lulus tahun 2013).
8