1
PERILAKU MINUM TEH DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA SISWA-SISWI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 JORLANG HATARAN DESA DOLOK MARLAWAN KECAMATAN JORLANG KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 (Behavior of drinking tea and hemoglobin (Hb) levels of students in Vocational High School 1 Jorlang Hataran Marlawan Dolok village Jorlang sub-district Simalungun regency in 2012) Emma Bermila Bangun¹, Zulhaida Lubis², Albiner Siagian² ¹Alumni Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ²Staff Pengajar Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ABSTRACT Tea has a lot of the nutrients for body such as polyphenols, tannins, vitamins and minerals, but the function of tannins in tea can be a barrier to the absorption of iron when tea is consumed at meals. If the absorbtion of iron is impared and a little iron consumption, the body will have iron deficiency can lead to low hemoglobin levels or anemia. The purpose of this study is to determine the behavior of drinking tea and hemoglobin (Hb) levels of students in Vocational High School 1 Jorlang Hataran Marlawan Dolok village. This research is descriptive study. The population of this study were the students of class X, XI and XII The Vocational High School 1 Jorlang Hataran Marlawan Dolok village. Samples were taken 80 people with simple random technique. The data was collected using questionnaires with the form of 24-hour food recall. Results showed that behavior about tea and hemoglobin levels of students in The Vocational High School 1 Jorlang Hataran Marlawan Dolok village almost entirely at the level of moderate tea consumption was 73.80% and the rate of 23.70% by weight of tea consumption, with hemoglobin levels also largely normal and anemic as much as 83.05% in moderate tea consumption and 63.16% by weight of tea consumption. Based on the results of this study suggested to the students in The Vocational High School 1 Jorlang Hataran Marlawan Dolok village to reduce the consumption of tea, especially when in conjunction with eating and increased nutrient intake by choosing foods that are more diverse. keywords: tea consumptions, hemoglobin levels, vocational students Pendahuluan Salah satu masalah gizi pada remaja dan dewasa yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat adalah anemia gizi. Prevalensi anemia di dunia sangat tinggi, terutama di negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Prevalensi kejadian anemia di dunia pada tahun 2005 sebanyak 24,8 persen dari total penduduk dunia hampir dua milyar penduduk dunia (WHO,2008).
Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 prevalensi anemia pada tahun 2007 di DKI Jakarta sebesar 15 persen melebihi rata-rata prevalensi nasional (11,9%) dan prevalensi anemia tertinggi di DKI Jakarta pada tahun 2007 terdapat pada kelompok dewasa (59,1%) dan tertinggi kedua terdapat pada kelompok remaja (14,2%). Penelitian yang dilakukan di Indonesia, menunjukkan prevalensi
2
kejadian anemia remaja pada SMU Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus sebesar 36,8%, SMK Negeri I Metro Lampung sebesar 59,52%, SMA di Kabupaten Sukoharjo yang berada dikota sebesar 62,22% dan SMA yang berada didesa 79,06%, SD Kecamatan Kartasura kabupaten Sukoharjo sebesar 83,9%, dan SMA Negeri I Jatibarang Kabupaten Brebes sebesar 47,1% (Djariyanto, 2008). Kekurangan asupan zat gizi merupakan penyebab terjadinya anemia, selain itu ada faktor lain yaitu gangguan penyerapan zat besi yang berasal dari kebiasaan minum teh. Berdasarkan penelitian Besral dkk (2007), bahwa 49% responden memiliki kebiasaan minum teh tiap hari sehingga beresiko menderita anemia. Tanin yang terdapat di dalam teh merupakan penghambat penyerapan zat besi. Penyerapan zat besi sangat dipengaruhi oleh kombinasi makanan yang diserap pada waktu makan makanan tertentu, terutama teh kental yang akan menimbulkan pengaruh penghambatan yang nyata pada penyerapan zat besi (Soehardi, 2004). Senyawa tanin dari teh yang berlebihan dalam darah akan mengganggu penyerapan zat besi. Tubuh kekurangan zat besi maka pembentukan butir darah merah (hemoglobin) berkurang sehingga mengakibatkan anemia. Pengaruh pengahambatan tanin dapat dihindarkan dengan cara tidak minum teh setelah selesai makan agar tidak mengganggu penyerapan zat besi (de Maeyer, 1995). Menurut data Head of Researcher Brand Research, teh merupakan salah satu minuman yang paling populer di dunia. Indonesia merupakan negara penghasil teh terbesar keenam di dunia dengan tingkat konsumsi teh orang Indonesia mencapai 0.8 kg/kapita/tahun (Machmud, 2006).
Minum teh sudah menjadi tradisi di keseharian masyarakat Indonesia khususnya dan masyarakat Asia umumnya. Hampir setiap rumah menyimpan teh sebagai salah satu minuman favoritnya. Orang Indonesia terbiasa mengkonsumsi teh setelah makan. Bahkan ada kelompok masyarakat tertentu mengkonsumsi teh kental setiap hari. Hal ini tidak tepat karena konsumsi teh yang tidak tepat dapat menyebabkan anemia (Bambang, 2008). Jorlang Hataran Desa Dolok Marlawan merupakan sebuah desa yang berjarak ± 15 km menuju kebun teh Sidamanik, sebagaian dari masyarakat memperoleh teh dari kebun teh Sidamanik untuk dikonsumsi sehari-hari. Pola minum teh masyarakat Jorlang Hataran desa Dolok Marlawan adalah minum teh dipagi hari setelah makan, hal ini sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat ini karena teh selalu tersedia di setiap rumah tangga dan praktis dalam pembuatannya. Hasil survei awal di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Jorlang Hataran Desa Dolok Marlawan dengan melakukan wawancara yang dilakukan kepada sepuluh siswa, ternyata terdapat tujuh siswa yang memiliki kebiasaan minum teh sebelum dan sehabis makan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku minum teh dan kadar hemoglobin (Hb) pada siswasiswi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Jorlang Hataran Desa Dolok Marlawan Kecamatan Jorlang Kabupaten Simalungun pada tahun 2012. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk mendeskripsikan dan menggambarkan perilaku minum teh dan kadar hemoglobin (Hb) pada siswa-siswi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Jorlang Hataran Desa Dolok Marlawan Kecamatan Jorlang Kabupaten
3
Simalungun. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Jorlang Hataran Desa Dolok Marlawan Kecamatan Jorlang Kabupaten Simalungun pada bulan September Oktober 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMK Negeri 1 Jorlang Hataran Dolok Marlawan Kecamatan Jorlang Kabupaten Simalungun sebanyak 368 orang dengan jumlah sampel 80 orang yang dihitung dengan menggunakan rumus Natoatmojo tahun 1991. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana (Simple Random Sampling) yaitu dengan cara mengundi anggota populasi (lottery technique) yaitu langsung menunjuk siswa-siswi untuk diwawancara sesuai dengan daftar pertanyaan yang telah disediakan dan diukur kadar hemoglobinnya. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa daftar pertanyaan (kuesioner), formulir food recall 24 hours,dan alat pengukur kadar hemoglobin menggunakan alat test darah portable hemoglobin Hb digital. Adapun tahapan pelaksanaan penelitian ini adalah : 1. Memberikan penjelasan kepada responden tentang tujuan penelitian yang akan dilakukan, kemudian melakukan wawancara kepada responden untuk mengisi kuesioner yang berisi daftar pertanyaan yang berhubungan dengan perilaku minum teh. 2. Mengisi daftar food recall 24 hours dengan menanyakan makanan apa yang dikonsumsi responden dan berapa jumlah makanan yang dikonsumsi dalam 24 jam. 3. Kemudian mengukur kadar hemoglobin responden dengan menggunakan alat test darah portable hemoglobin Hb digital.
HASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku Minum Teh Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan, ternyata siswa-siswi SMK Negeri 1 Jorlang Hataran hampir seluruhnya berada pada tingkat konsumsi teh sedang sebanyak 59 orang (73,80%) dan tingkat konsumsi berat 19 orang (23,70%) yang dilihat dari frekuensi minum teh, jenis teh yang diminum, dan waktu minum teh. Frekuensi minum teh < 2 gelas per hari lebih dominan sebanyak 35 orang (43,75%) dikarenakan sisiwa-siswi masih menganggap minum teh dapat menambah berat badan karena adanya campuran seperti gula pada teh yang pada umumnya mereka campurkan kedalam teh. Untuk jenis teh yang diminum juga lebih banyak menggunakan teh celup sebanyak 47 0rang (58,75%) dibandingkan dengan teh bubuk yang dihasilkan oleh pabrik kebun teh Sidamaik, hal ini dikarenakan cara pembuatan teh yang lebih praktis menggunakan teh celup. Siswa-siswi yang minum teh pada saat makan sebanyak 38 orang (47,50%), banyaknya siswa-siswi yang mengkonsumsi teh pada saat makan ini dikarenakan masih kurangnya pengetahuan mereka terhadap dampak minum teh pada saat makan, sehingga sudah menjadi sebuah kebiasaan. Letak kebun dan pabrik teh Sidamanik yang berdekatan dengan SMK Negeri 1 Jorlang Hataran ternyata tidak mempengaruhi tingkat konsumsi teh siswa-siswi SMK Negeri 1 Jorlang Hataran, hal itu dapat dilihat dari tingkat konsumsi teh siswa-siswi yang paling dominan adalah tingkat konsumsi teh sedang. Tingkat konsumsi teh responden tersebut dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini :
4
Tabel 1. Distribusi Perilaku Minum Teh Siswa-Siswi di SMK Negeri 1 Jorlang Hataran Tahun 2012 Jumlah
Tingkat Konsumsi
N
%
Berat
19
23,70
Sedang
59
73,80
Ringan
2
2,50
80
100,00
Total
Asupan Zat Gizi Asupan zat gizi siswa-siswi dilihat dari wawancara yang dilakukan menggunakan tabel food recall 24 jam. Asupan zat gizi yang diperhatikan dari hasil recall 24 jam ini adalah hanya zat gizi yang mempengaruhi terjadinya anemia saja seperti zat besi, protein, asam folat, vitamin C dan vitamin E. Dari hasil food recall 24 jam yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa 80 siswasiswi yang diteliti sedikit mengonsumsi makanan yang mengandung zat gizi. Asupan zat gizi besi ternyata 100% siswa-siswi mengkonsumsi zat besi < 15 μg, hal ini tidak sesuai dengan standar angka kecukupan gizi besi bagi anak remaja 15 μg per orang per hari. Asupan gizi protein juga ternyata hanya 18,74% yang mengkonsumsi protein > 66 g, hal ini tidak sesuai dengan angka kecukupan protein 66 g per orang per hari. Asupan zat gizi asam folat siswasiswi juga seluruhnya < 125 μg yang menunjukkan bahwa asupan asam folat tidak sesuai dengan angka kecukupan asam folat 125 μg. Untuk vitamin C dan vitamin E juga masih sangat kurang dalam pemenuhan kebutuhan zat gizinya, terbukti dari 80 siswa hanya 6,25% yang kebutuhan vitamin C nya yang terpenuhi sedangkan vitamin E semuanya tidak terpenuhi kebutuhan zat gizinya, hal ini tidak sesuai dengan standar angka kecukupan gizi untuk vitamin C
sebanyak 60 μg dan vitamin E sebanyak 10 μg per orang per hari. Rendahnya asupan zat gizi siswasiswi SMK Negeri 1 Jorlang Hataran sangat kurang dikarenakan ketersediaan makanan tinggi zat gizi kurang dirumah mereka, selain itu ketersediaan makanan dikantin sekolah juga sangat sedikit yang mengandung zat gizi tinggi zat besi, protein, asam folat, vitamin C dan vitamin E. Kadar Hemoglobin Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa-Siswi SMK Negeri Jorlang Hataran Berdasarkan hasil penelitian dengan melakukan pengukuran kadar hemoglobin menggunakan alat test darah portable hemoglobin (Hb) digital, dapat dilihat bahwa kadar hemoglobin responden yang normal yaitu 19 orang (23,75%) dengan jumlah 3 orang berjenis kelamin laki-laki dan 16 orang perempuan. Kategori yang tidak normal yaitu 61 orang (76,25%) dengan jumlah laki-laki 25 orang dan perempuan 36 orang. Perlu diketahui bahwa kadar hemoglobin yang dominan berada pada kategori tidak normal. Rata-rata kadar hemoglobin responden berdasarkan jenis kelamin tersebut dapat dilihat pada tabel 2 berikut: Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kadar Hemoglobin Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa-Siswi di SMK Negeri 1 Jorlang Hataran Tahun 2012 Kategori Kadar Hb Jenis Kelamin
Normal n
%
Tidak Normal n %
Total
Laki-laki
3
10,71
25 89,29
28 100,00
Perempuan
16 30,77
36 69,23
52 100,00
N
%
5
Kadar Hemoglobin Berdasarkan Perilaku Minum Teh Siswa-Siswi SMK Negeri Jorlang Hataran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa tingkat konsumsi teh berat terdapat 7 orang (36,84%) yang memiliki kadar hemoglobin normal dan 12 orang (63,16%) yang tidak normal, konsumsi teh sedang terdapat 10 orang (16,95%) yang memiliki kadar hemoglobin normal dan 49 orang (83,05%) yang tidak normal, sedangkan konsumsi teh ringan terdapat 2 orang (100%) yang memiliki kadar hemoglobin normal dan tidak ada yang memiliki kadar hemoglobin tidak normal. Perlu diketahui bahwa tingkat konsumsi teh yang paling dominan berada pada kategori konsumsi sedang sebanyak 59 orang dengan kadar hemoglobin 49 orang (83,05%) yang tidak normal. Kadar hemoglobin responden berdasarkan perilaku minum teh dapat dilihat pada tabel 3 berikut. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kadar Hemoglobin Berdasarkan Perilaku Minum Teh SiswaSiswi di SMK Negeri 1 Jorlang Hataran Tahun 2012 Kategori Kadar Hb Tingkat Konsumsi
Normal
DAFTAR PUSTAKA
n
%
Tidak Normal n %
Berat
7
36,84
12 63,16
19 100,00
Sedang
10 16,95
49 83,05
59 100,00
Ringan
2 100,00
0
yang paling banyak dikonsumsi adalah teh celup (55,00%), dan waktu konsumsi terbesar adalah pada saat makan (45,00%). 2. Kadar hemoglobin siswa-siswi di SMK Negeri 1 Jorlang Hataran berada pada kategori tidak normal atau anemia yaitu 61 orang (76,25%) dengan jumlah laki-laki 25 orang (89,29%) dan perempuan 36 orang (68,23%). 3. Perilaku minum teh siswa-siswi SMK Negeri 1 Jorlang Hataran hampir seluruhnya berada pada tingkat konsumsi teh sedang dan konsumsi teh berat, dengan kadar hemoglobin sebagian besar juga tidak normal atau anemia sebanyak 83,05% pada konsumsi teh sedang dan 63,16% pada konsumsi teh berat. 4. Asupan zat gizi siswa-siswi SMK Negeri 1 Jorlang Hataran khususnya yang berperan dalam pembentukan hemoglobin seperti Fe, protein, asam folat, vitamin C dan vitamin E berada pada kategori rendah karena berada dibawah standar angka kecukupan gizi.
0
Total N
%
Bambang, K . 2008. Prospek Teh Indonesia Sebagai Minuman Fungsional. http:scribd.com (28 Februari 2009).
2 100,00
Kesimpulan Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Konsumsi teh siswa-siswi di SMK Negeri 1 Jorlang Hataran berada pada tingkat konsumsi sedang (73,80%) dan frekuensi minum teh terbanyak yaitu < 2 gelas per hari (41,30%), jenis teh
de Maeyer, EM. 1995. Pencegahan dan Pengawasan Anemia Defisiensi Besi, diterjemahkan oleh Arisman, WHO, 3-29 dan 37-10. Djariyanto. 2008. Hubungan Antara Lama Menstruasi dan Kadar Hemoglobin pada Remaja SMA N 2 Sukoharjo. Skripsi Sarjana Universitas Muhammadiyah, Surakarta.
6
Departemen Kesehatan, 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia, Jakarta.
Soehardi,S. 2004. Memelihara Kesehatan Jasmani Melalui Makanan. ITB, Bandung.
Machmud, I. 2006. Cerita Tentang Teh di Indonesia : Peluang terbuka luas. http:/www.rsi.sg/indonesian/ruan g bisnis/html (17 Februari 2008).
WHO. 2008. Worldwide Prevalence Of Anemia 1993-2005. WHO Global Database on Anemia.