ISLAM KÂFFAH : TINJAUAN TAFSIR Q.S. AL-BAQARAH: 208 Oleh: Ahmadiy Dosen Program Studi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir Fakultas Syari’ah dan Hukum UNSIQ Email:
[email protected] Abstract Mukti Ali emphasizes the importance of seeing Islam kâffah. In this relationship Mukti Ali says, if we see Islam just of one facet, we will only see one dimension and phenomenons that is multi facet, even if we see it is correct. The Islam terminologicals has comprehended kâffah, which is Islam grasp that done by komprehensif's. Nasruddin Razak also opines that understanding Islam kâffah are important, so that could become qualified followers of the religion and for growing regarding attitude for other religion followers. That trick also been sailed through in the effort avoid misunderstanding that can evoke attitude and life pattern gets incorrect religion. Keyword: Islam, Religion, Kâffah.
A. Pendahuluan
dalam kitab suci Al-Qur`an dan as-Sunnah
Suatu hal yang sering kita ungkapkan bahwa Islam adalah agama bagi seluruh
(Mahmud Aziz Siregar, 1999: 127). Agama Islam yang dibawa oleh Nabi
umat manusia, karena Rasulullah sebagai
Muhammad
pembawanya diutus bagi seluruh manusia
tentang
(Abu Zahrah, 1994: 21). Islam diciptakan
akhlak karimah, perintah dan larangan
sebagai
agama
keimanan,
ajaran-ajaran
ibadah,
muamalah,
Allah
yang
yang telah jelas nashnya, dan para ulama
manusia
yang
telah bersepakat terhadap kebenarannya.
berakal, dan tidak dibebani agama Islam
Misalnya beriman bahwa Allah adalah
bagi mereka yang tidak mempunyai akal
Tuhan yang maha Esa, Nabi Muhammad
sehat (Moh. Rifa’i, 1994: 11).
merupakan utusan Allah untuk seluruh
dibebabankan
oleh
meliputi
kepada
Agama, religi, dîn, selalu diartikan sebagai
suatu
sistem
keimanan
dan
umat manusia, shalat lima waktu dan puasa Ramadhan farḍu ain, khamar dan
peribadatan terhadap Zat yang maha
judi haram,
mutlak, serta aturan-aturan dan kaidah
agama Islam lainnya
yang mengatur hubungan antar manusia
dalam aturan-aturan formal agama Islam
dan hubungan manusia dengan alam.
itu sendiri. Tulisan ini mengangkat tema
Sebagai agama wahyu, ajaran agama
Islam Kâffah dari sudut pandang tafsir
Islam bersumber dari pengetahuan dan
terhadap Q.S. Al-Baqarah 208.
pemberitahuan Ilahiyah yang terkandung
serta
ketentuan-ketentuan yang termaktub
Vol. II No. 02, November 2016
B. Hasil Temuan dan Pembahasan
mengamalkan
1. Islam Kâffah
menolak
Kâffah adalah menyeru umat Islam
sebagian
atau
yang lain.
Ia
ajarannya
dan
mengabaikan
sebagian
dapat juga
bermakna
agar dalam gerak hidup dan kehidupan
masuklah kamu semua Kâffah tanpa
ditujukan
kecuali, jangan seorang pun diantara
untuk
sepenuhnya
berbakti
kepada Allah dengan segala keikhlasan
kamu
(Wali al-Fattah, 1995: xiii). Kata as-Silm
kedamaian
dalam surat
2006: 448).
Islam.
al-Baqarah: 208
Maksud
ayat
adalah
ini
yang
tidak (Islam)
masuk
kedalam
(Quraish
Shihab,
adalah,
“Masuklah kalian kedalam semua ajaran Islam”. Maka dari itu, dakwahkanlah Islam dan amalkanlah secara total. Tidak dibenarkan mengambil satu bagian dan meninggalkan sebagian yang lain.
Ada yang membaca “salmi” dan ada pula “silmi” kâffah (secara keseluruhan) “hal” dari Islam artinya kedalam seluruh syariatnya
tanpa
kecuali
(al-Mahally,
1990: 112).
Diketengahkan oleh Ibn Jarir dari
yang diterjemahkan
Ikrimah, katanya: “Berkata Abdullah bin
dengan kedamaian atau Islam, makna
Salam, Tsa’labah, Ibn Yamin, serta Asad
dasarnya
dan Useid bin Ka’ab, Said bin Amar dan
Kata as-Silm
adalah
damai
atau
tidak
mengganggu. Kedamaian oleh ayat ini
Qeis bin Zaid,
diibaratkan berada suatu wadah yang
golongan
dipahami dari kata fi, yakni dalam; orang
hari sabtu adalah hari besar kami, maka
yang
biarkanlah
Yahudi:
Rasulullah,
untuk
memasukkan totalitas dirinya
kedalam
bahwa taurat itu adalah kitabullah, maka
wadah itu secara menyeluruh, sehingga
biarkanlah kami membacanya diwaktu
semua kegiatannya berada dalam wadah
malam” maka turunlah surat al-Baqarah:
atau koridor kedamaian. Ia damai dengan
208 (al-Mahally, 1990: 203).
keluarganya,
dengan
seluruh
kami
“Wahai
dari
diminta
dirinya,
beriman
mereka semua
merayakannya,
dan
Menurut suatu riwayat, sekelompok
manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan
kaum
serta alam raya, wal hasil Kâffah, yakni
hendak beriman, namun meminta agar
secara menyeluruh tanpa kecuali.
dibiarkan merayakan hari Sabtu dan
Ayat beriman
ini agar
menuntut
setiap
melaksanakan
menghadap
Rasulullah
yang
mengamalkan kitab Taurat pada malam
seluruh
hari. Mereka menganggap bahwa hari
ajaran Islam, jangan hanya percaya dan
188
Yahudi
Sabtu
merupakan
hari
yang
harus
Islam Kâffah
Vol. II No. 02, November 2016
dimuliakan, dan kitab Taurat adalah kitab
laku, tetaplah kalian menjalankan ajaran-
yang diturunkan oleh Allah juga. Maka
ajaran Islam sejak hari ini dan seterusnya,
turunlah surat al-Baqarah ayat 208, agar
jangan
tidak
salah satu dari syariat-syariatnya. Bahkan
mencampur
baurkan
agama
(Shaleh, dkk. 2002: 68).
sekali-kali
kalian
melepaskan
ambillah Islam secara keseluruhan dan
Istilah Kâffah disebutkan dalam al-
pahamilah
maksud
Islam
yang
Baqarah: 208. Menurut bahasa, artinya
sebenarnya. Dalam setiap tingkah laku
utuh, integral. Adapun yang dimaksud
dan menghadapi setiap masalah, pakailah
adalah memahami dan mengikuti Islam
nash-nash Al-Qur`an dan sunnah-sunnah
secara
Rasulullah,
utuh
sepotong
dan
atau
menyeluruh,
secara
tidak
parsial (Ahsin
lalu
nash
(kedalam
memperdulikan
kedalam
Islam
secara
utuh
secara dan
menyeluruh)
syariat-syariatnya
Hasanain
Muhammad
Makluf, 1996: 20).
Kaaffatan, artinya menuruti hukumhukum
Allah
secara
keseluruhan,
dilandasi dengan berserah diri, tunduk dan ikhlas kepada Allah. Di antara pokokpokok berserah diri kepada Allah ialah cinta
damai
dan
meninggalkan
pertempuran diantara orang-orang yang sehidayah. Perintah yang terdapat pada ayat ini, menunjukkan arti tetap dan abadi.
Tetaplah
kalian
berserah
diri
kepada Allah sepenuhnya. Hal ini senada dengan firman Allah: “Hai
Nabi,
bertakwalah
kepada
Allah……..” (al-Ahzab: 1) Makna ayat; wahai orang-orang yang beriman dengan sepenuh hati dan tingkah
Islam Kâffah
atau
dalil
sunnah
dalil-dalail
saja
tanpa
nash
atau
sunnah lainnya, sebab mungkin berselisih faham dengan hujjah yang dipakainya. Dan
setiap
anjurannya. Jangan mengambil satu dalil
Wijaya, 2006: 143). Fissilmi Kâffah Islam
amalkanlah
hal
perpecahan
ini
bisa
dan
percekcokan
semakin
seru
diantara
akhirnya
kehancuranlah
menimbulkan yang
kalian bagi
dan kalian
semua. Sudah seharusnyalah bagi kita kaum muslimin, berpegangan pada tali persatuan Islam (al-Maraghi, 1984: 212). Menurut Syaukani,
penafsiran
pada
lubuk
Imam hati
as-
sekalian
golongan, baik disebut kafir atau musyrik ataupun dia ahlul kitab, ataupun bahkan orang
munafik,
namun
dilubuk
hati
mereka tetap ada iman pada Allah. Orang musyrik dalam hati mereka masih tetap mengakui percaya pada Allah.
Ahlul
kitab, baik Yahudi atau Nasrani telah diajar oleh agama mereka percaya pada Allah, Cuma pusaka tua menyembah berhala berat sekali melepaskan. Orang
189
Vol. II No. 02, November 2016
munafik,
lidah
mereka
mengakui
baik mereka seluruhnya bersatu didalam
beriman, namun hati mereka tidak mau
Islam. Tetapi kalau kaafatan kita jadikan
percaya.
lebih
hal dari as-Silmi atau Islam itu sendiri,
mendalam, merekapun merasakan salah
berarti sebagai sebagai seruan kepada
mereka menjadi munafik. Maka menurut
sekalian
ayat
kepada
beriman kepada
sajalah
mereka Islam janganlah masuk separoh-
kedalam Islam, jangan lagi berpecah-
separoh, sebahagian-sebahagian, bahkan
pecah
masukilah keseluruhannya.
Tetapi
ini,
seluruhnya,
kalau
tuhan
menyeru
lebih baik
juga
dikaji
dibawa
masuk
hawanafsu
dan
kehendak masing-masing. As-Silmi,
yang
telah
Allah
mengaku
supaya
kalau
Kaaffatan menjadi hal dari as-Silmi al-
itu sendiri. Jika kita ingat ayat yang
Kisa’i, pada asal lughat-nya boleh dibaca
sebelumnya, yang menerangkan bahwa
dengan huruf sin yang difathahkan (as-
ada manusia yang telah menjual diri
Salmi). Dan boleh dibaca as-Silmi. Arti
kepada
kedua bacaan ini ialah satu saja yaitu
ridha Allah. Menjual diri kepada Allah
Islam yang berarti menyerah diri dengan
niscaya tidak boleh tanggung-tanggung
tulus
melainkan
ikhlas.
Musalamah
menurut
orang
penafsiran
Dan
berarti
yang
berarti
juga
al-
suasana
perdamaian diantara dua pihak
yang
telah
Allah,
karena
keseluruhannya.
mengakui
menerima
mengharapkan
beriman
Islam
Kita
kalau
dan
telah
sebagai
agama,
selama ini belum damai. Maka jika
hendaklah seluruh isi Al-Qur`an
dituruti tafsiran as-Saukani, berarti orang
tuntunan Nabi diakui dan diikuti. Semua
yang beriman atau
diakui
ahlul kitab
atau
kbenarannya,
dengan
dan
mutlak.
munafik, yang selama ini seakan-akan
Meskipun belum dikerjakan semuanya.
menentang tuhan dan tuhanpun murka
Sekali-kali janganlah diakui ada satu
kepada
peraturan lain
mereka,
agar
mereka
rujuk
yang lebih
pada
itu
peraturan
tuhan, supaya tuhanpun memberi ampun
hendaklah melatih diri, agar sampaipun
mereka.
kita
menutup
meninggal
Dalam
dari
kembali kepada Allah, berdamai terhadap
Lalu datang kalimat kaafatan yang
Islam.
baik
mata
dunia,
menjadi
dimaksud
(HAMKA, 1996: 160-161).
seluruh
kafir,
keseluruhan
musyrik,
munafik,
orang-orang yang telah masuk
ialah
Islam
yang
telah Kâffah
dan
Ayat tersebut menekankan supaya
Islam
orang-orang mukmin, baik yang baru saja
lebih dahulu, supaya mylai saat ini lebih
190
terakhir,
hendaknya
berarti semuanya atau seluruhnya. Yang dengan
orang
yang
masuk
Islam seperti halnya
seorang
Islam Kâffah
Vol. II No. 02, November 2016
Yahudi yang
bernama
Abdullah
bin
2. Islam Masa Depan
Salam, maupun ia seorang munafik yang masih
melakukan
hal-hal
yang
Islam dalam
menawarkan
menghadapi
ketenangan
setiap
guncangan
bertentangan dengan ajaran Islam supaya
perubahan (al-Baqarah: 61), dan agama
mereka taat melaksanakan ajaran Islam
ini mengandaikan kebahagiaan didunia
sepenuhnya,
setengah-setengah,
dan akhirat bagi pemeluknya (al-Baqarah:
jangan seperti mengerjakan ibadah puasa
201). Agama ini mengedepankan konsep
pada bulan Ramadhan tetapi shalat lima
kebaikan untuk semua (Ali Imran: 110),
waktu ditinggalkan, dan jangan bersifat
dan
sebagaimana yang digambarkan Allah di
dalam kehidupan yang pluralistic (al-
dalam Al-Qur`an tentang sifat-sifat orang
Kafirun: 1-6).
jangan
Yahudi:
mengembangkan
toleransi
positif
Pada sisi lain agama ini menekankan
“Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? (alBaqarah: 85). (Bustami Abdul Ghani, 1975: 347). Ketika Allah menyeru orang-orang
adanya etos kerja bagi setiap orang agar hidupnya bisa berkembang (al-Ashr: 13); al-Najm: 36-42, dan al-Jumu’at: 10). Sementara dilihat
dalam
etos
bagaiamana
ilmiah
kitab
dapat
suci
mukmin untuk masuk dalam Islam secara
menginformasikan
Kâffah, lalu Allah menyuruh hati-hati
menyuruh para Rasulnya agar senantiasa
(waspada) kepada mereka agar tidak
berdoa
mengikuti langkah-langkah setan. Dalam
pengetahuan
ayat ini (al-Baqarah: 208) hanya ada dua
berbagai
sabda
Rasulullah
arah. Masuk Islam secara Kâffah atau
urgensi
ilmu
pengetahuan
mengikuti
mengembangkan etos ekonomi (Syahrin
petunjuk
langkah-langkah atau
kesesatan,
setan,
Islam atau
bahwa
ini
demi
tuhan
peningkatan
mereka.
ilmu
Demikian
juga
mengenai dalam
Harahap, 1997: 9).
jahiliyah, jalan Allah atau jalan setan,
Jika berbicara mengenai agama yang
petunjuk Allah atau kesesatan setan.
akan berperan besar dimasa depan, mata
Dengan contoh ini seorang muslim harus
dunia tampaknya menoleh pada Islam. Ini
menemukan sikap
untuk
kenyataan, dan tentu kurang fair jika
tidak boleh ragu dan bingung antara
diklaim hanya sebagai sikap apologetis
beberapa jalan yang berbeda-beda dan
pendukung agama. Memang kata kunci
beberapa
yang
arah
jati dirinya,
yang
(Sayyid Qutub, Tt: 142).
berebeda-beda
diperhatikan
adalah
kesanggupan dan kearifan. Kesanggupan artinya,
Islam Kâffah
perlu
sangat
tergantung
pada
191
Vol. II No. 02, November 2016
kesanggupan
umatnya
untuk
kepribadian
mendaratkan
kesempurnaan
ajaran
membandingkannya dengan tokoh-tokoh
agama ini pada dataran kehidupan, bukan
besar pembaruan yang pernah hidup
hanya
ucapan.
dalam sejarah. Akhirnya ada satu cara
Sedangkan kearifan maksudnya, sejauh
lagi, ialah dengan mempelajari tokoh-
mana
tokoh
dalam
kearifan
membumikan humanis,
konsep
aspek
dan
dan
mereka
untuk
paling
dinamis,
kosmopolit
(memiliki
Rasul
Islam
Islam
dan
terkemuka
dan
membandingkannya dengan tokoh-tokoh utama
agama
maupun
lain.
Seluruh
aliran-aliran
wawasan atau pengetahuan luas) dari
pemikiran
cara
ajaran agamanya, demi kebaikan untuk
ditawarkan Ali Syari’ati pada intinya
semua (Syahrin Harahap, 1997: 10).
adalah
metode
yang
perbandingan
(komparasi). Melaui perbandingan dapat 3. Metode Memahami Islam Kâffah Ali Syariati, Islam harus dilihat dari berbagai dimensi. Dalam hubungan ini ia
diketahui kelebihan dan kekurangan yang terdapat
diantara
berbagai
yang
dibandingkan. Ali Syari’ati juga menawarkan cara
mengatakan jika kita meninjau Islam dari satu sudut pandangan saja, maka yang
memahami
Islam
akan terlihat hanya satu dimensi saja dari
aliran.
mengatakan
gejalanya yang bersegi banyak. Mungkin
intelektual hari ini ialah mempelajari dan
kita berhasil melihatnya secara tepat,
memahami
Islam
namun
ingin
pemikiran
yang
keseluruhan
kehidupan
manusia,
tidak
cukup
memahaminya
bila
secara
kita
maupun
(Abuddin Nata, 2000: 104). Ali
Syari’ati
Ia
melalui
pendekatan
bahwa
sebagai
tugas
aliran
membangkitkan
masyarakat,
perseorangan dan
sebagai
lebih
lanjut
intelektual kita memikul amanah demi
berbagai
cara
masa depan umat manusia yang lebih
memahami Islam. Salah satu cara ialah
baik. Dengan kata lain Ali Syari’ati
dengan
mengajak
mengatakan,
ada
mengenal
Allah
dan
kepada
muslim
agama-agama lain. Cara lainnya ialah
dimilikinya
dengan mempelajari kitab Al-Qur`an dan
digunakan untuk memahami ajaran Islam
membandingkannya
dengan berpedoman pada
kitab-kitab
disiplin
intelektual
membandingkannya dengan sesembahan
dengan
dengan
seluruh
ilmu
masing-masing
agar
Al-Qur`an.
samawi (atau kitab-kitab yang dikatakan
Para
samawi) lainnya. Tetapi ada lagi cara
sendiri, sejarawan, budayawan, sastrawan
lain,
dan
192
yaitu
dengan
mempelajari
sosiolog,
yang
sebagainya
sebagaimana
dapat
Syari’ati
menggunakan
Islam Kâffah
Vol. II No. 02, November 2016
keahliannya
untuk
memahami
ajaran
kesatuan yang bulat tidak secara sebagian
Islam yang bersumber pada Al-Qur`an
saja. Memahami Islam secara parsial
dan Sunnah (Abuddin Nata, 2000: 104).
akan
Nasruddin Razak juga menawarkan metode pemahaman Islam secara Kâffah. Menurutnya
memahami
membahayakan,
menimbulkan
skeptis, bimbang dan penuh keraguan. Ketiga,
Islam
dipelajari
dari
Islam
secara
kepustakaan yang ditulis oleh pra ulama
agar
menjadi
besar, kaum zhu’ama dan sarjana-sarjana
pemeluk agama yang mantap dan untuk
Islam, karena pada umumnya mereka
menumbuhkan
meiliki pemahaman Islam yang
Kâffah adalah penting,
sikap
hormat
bagi
pemeluk agama lain. Cara tersebut juga
yaitu
ditempuh
menghindari
perpaduan ilmu yang terdapat dalam Al-
dapat
Qur`an dan Sunnah Rasulullah dengan
hidup
pengalaman yang indah dari praktek
dalam
upaya
kesalahpahaman
yang
menimbulkan
dan
sikap
pola
beragama yang salah. Nasruddin Razak mengajukan empat cara:
pemahaman
lahir
dari
ibadah yang dilakukan setiap hari. Keempat,
Pertama, Islam harus dipelajari dari
yang
baik,
Islam
dipelajari
dari
ketentuan normatif teologis yang ada
sumbernya yang asli yaitu Al-Qur`an dan
dalam
sunnah
dihubungkan dengan kenyataan historis,
Rasul.
Kekeliruan
memahami
Al-Qur`an,
baru
kemudian
Islam, karena orang hanya mengenalnya
empiris dan sosiologis yang ada
dari sebagian ulama dan pemeluknya
masyarakat. Dengan cara demikian dapat
yang telah jauh dari bimbingan Al-
diketahui
Qur`an
melalui
kesenjangan antara Islam yang berada
pengenalan dari sumber kitab-kitab fiqih
pada dataran normatif teologis yang ada
dan tasawuf yang semangatnya sudah
dalam Al-Qur`an dengan Islam yang ada
tidak
pada dataran histories, sosiologis, dan
dan
sesuai
sunnah,
dengan
atau
perkembangan
tingkat
kesesuaian
Kesalahan
atau
zaman. Mempelajari Islam dengan cara
empiris.
demikian akan menjadikan orang tersebut
mempelajari Islam, menurut Nasruddin
sebagai pemeluk Islam yang sinkretisme,
Razak, ialah dengan jalan mempelajari
yakni tercampur dengan hal-hal yang
kenyataan ummat Islam, bukan agama
tidak Islami, jauh dari ajaran Islam yang
Islam
murni.
konservatif
yang
sementara
di
dipelajarinya.
sebagian
golongan
orang
Sikap Islam,
Kedua, Islam harus dipelajari secara
keterbelakangan di bidang pendidikan,
integral, tidak dengan cara parsial, artinya
keawaman, disintegrasi, dan kemiskinan
dipelajari secara Kâffah sebagai satu
masyarakat
Islam Kâffah
Islam
itulah
yang
dinilai
193
Vol. II No. 02, November 2016
sebagai
Islamnya
kesimpulan
sendiri.
tentang
Mengambil
citra
Islam
masyarakat. Inilah sebabnya orang lalu mempunyai kesan bahwa Islam sudah
berdasarkan sampel yang tidak valid dan
ketinggalan zaman
tidak representatif dapat menyebabkan
dengan
wajah Islam tampil kurang pas atau
seharusnya
bahkan tidak sesuai dengan kenyataan di
kemajuan dan agama mengantarkan kita
lapangan.
Untuk
kepada
misalnya
mengapa
mencitrakan tidak
Islam
menyertakan
dan
tidak
pembangunan.
Pembangunan
membawa
kita
kebahagiaan.
pembangunan
tidak
sejalan
kepada
Agama akan
tanpa
maju,
dan
sampel dari kalangan Islam yang maju,
pembangunan tanpa agama akan salah
berpendidikan tinggi, penuh kedamaian,
arah (Syahrin Harahap, 1997: 6).
mimiliki kekayaan dan sebagainya. Bagimanapun
kajian
Ali
mengatakan
bahwa
yang
pendekatan ilmiah-cum doktriner harus
bersifat empiris, historis, dan sosiologis
kita pergunakan, pendekatan scientific-
tentang Islam tetap diperlukan, karena
cum suigeneris harus kita terapkan. Inilah
tanpa kajian semacam ini kita tidak akan
yang Mukti Ali maksud dengan metode
pernah tahu secara pasti, apakah ajaran
sintesis
Islam
untuk
Mukti Ali melihat bahwa Islam sebagai
diamalkan oleh Allah dan Rasul-Nya
sebuah agama dapat digunakan metode
sudah benar-benar diamalkan atau belum
doktriner
dan
(Nasrudin Razak, 1973: 62).
sebagai
sebuah
yang
juga
Mukti
diperintahkan
(perpaduan,
penggabungan).
untuk
melihat
Islam
ilmu,
dapat
disiplin
Mukti Ali mengatakan bahwa selama
digunakan metode ilmiah, dan itulah yang
ini pendekatan terhadap agama Islam
selanjutnay disebut dengan pendekatan
masih
sintetis.
sangat
pincang.
Ahli-ahli
ilmu
pengetahuan, termasuk dalam hal ini para oreintalis, metode
mendekati ilmiah
dengan
melihat Islam secara
kâffah.
Dalam
Penelitiannya
hubungan ini Mukti Ali mengatakan,
menarik tetapi sebenarnya mereka tidak
apabila kita melihat Islam hanya dari satu
mengerti secara Kâffah. Yang mereka
segi saja, maka kita hanya akan melihat
ketahui
(segi-segi
satu dimensi dan fenomena-fenomena yang
luar) dari Islam. Sebaliknya para ulama
multi faset, sekalipun kita melihatnya itu
sudah terbiasa memahami Islam dengan
betul. Islam menurutnya harus dipahmai
cara doktriner dan dogmatis, yang sama
secara Kâffah, yaitu pemahaman Islam
sekali
yang
hanya
tidak
saja.
Islam
Mukti Ali menekankan pentingnya
eksternalitas
dihubungkan
dengan
kenyataan-kenyataan yang hidup didalam
194
dilakukan
secara
komprehensif
(Abuddin Nata, 2000: 110).
Islam Kâffah
Vol. II No. 02, November 2016
C. Simpulan
Islam
Apabila Islam dilihat hanya dari
Umat Islam wajib berikhtiar agar
satu segi saja, maka kita hanya akan
dalam
melihat
keseluruhannya
berlaku
satu
dimensi dan
fenomena-
pada masing-masing pribadi, lalu kepada
fenomena yang multi faset, sekalipun kita
masyarakat, lalu kepada Negara, agar
melihatnya itu betul. Islam harus dipahmi
kemudian Islam dalam keseluruhannya
secara kâffah, yaitu pemahaman Islam
dapat berdiri dalam kehidupan. Kondisi-
yang dilakukan secara komprehensif.
kondisi tertentu yang dialami oleh umat Islam
berupa
kurangnya
kemiskinan, disintegrasi,
pendidikan,
keterbelakangan, sikap
konservatif
dan
Memahami Islam secara Kâffah adalah penting, agar menjadi pemeluk agama
yang
mantap
menumbuhkan
sikap
dan
untuk
hormat
bagi
keawaman sebagian umat Islam semua
pemeluk agama lain. Cara tersebut juga
berupa
ditempuh
warisan
peninggalan
kaum
dalam
upaya
penjajah. Dengan rahmat kemerdekaan
kesalahpahaman
yang
ini umat Islam telah bangkit bekerja keras
menimbulkan
dan
memodernisasi
beragama yang salah.
diri
sesuai
dengan
tuntunan Al-Qur`an dan as-Sunnah.
sikap
menghindari dapat pola
hidup
***
DAFTAR PUSTAKA Abu Zahrah. 1994. Dakwah Islamiah. Bandung: Remaja Rosdakarya. Amin, Masyhur. dkk. 1994. Aqidah Akhlak, Yogyakarta: Kota Kembang.
Harahap, Syahrin. 1997. Islam Dinamis (Menegakkan Nilai-nilai Ajaran AlQur`an Dalam Kehidupan Modern di Indonesia). Yogyakarta: Tiara Wacana.
Amrullah, Haji Abdulmalik Abdulkarim (HAMKA). 1966. Tafsir al-Azhar. Jakarta: Yayasan Nurul Islam.
Makhluf, Hasanain Muhammad. 1996. Kamus Al-Qur`an. Bandung: Gema Risalah Press.
al-Fattaah, Wali. 1995. Khilafah ‘ala Minhajin Nubuwwah (Jalan Keluar Penyatuan Kaum Muslimin). Bogor: al-Amanah.
al-Mahalliy, Jalaluddin. dkk. 1990. Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul Ayat. Bandung: Sinar Baru.
Gani, Bustami A. dkk. 1975. Al-Qur`an dan Tafsirnya. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf UII. Al-Islam, 23 April 2010, Edisi 503/XV
Islam Kâffah
al-Maraghi, Ahmad Mushthafa. 1984. Terjemah Tafsir al-Maraghi, Jilid 2. Semarang: Toha Putra. Nata, Abuddin. 2000/ Metodologi Studi Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
195
Vol. II No. 02, November 2016
Qutub, Sayyid. Tt. Fi Zhilalil Qur`an, Juz 1, Kairo: Dar Ihya’ al-Kutub alArabiyah. Razak, Nasruddin. 1973. Dienul Islam. Bandung: Alma’arif. Rifai, Moh. dkk. 1994. Aqidah Akhlak. Semarang: CV Wicaksana.
Turunnya Ayat-ayat Bandung: Diponegoro.
Al-Qur`an).
Shihab, Quraish. 2006. Tafsir al-Misbah (Pesan, Kesan dan Keserasian AlQur`an), Vol. 1. Jakarta: Lentera Hati.
Siregar, Mahmud Aziz. 1994. Islam untuk Berbagai Aspek Kehidupan. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Sitompul, Agussalim. 2008. Usahausaha Mendirikan Negara Islam dan Pelaksanaan Syariat Islam di Indonesia. Jakarata: Misaka Galiza.
Shaleh, K.H.Q. dkk. 2002. Asbabun Nuzul (Latar Belakang Historis
Wijaya, Ahsin. 2006. Kamus Ilmu AlQur`an. Jakarta: Amzah.
196
Islam Kâffah