KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI JALUR CIPADARANTEN 1 PUSAT PENDIDIKAN KONSERVASI ALAM BODOGOL (PPKAB), RESORT BODOGOL, TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO Oleh: Isniatul Wahyuni (E34120017), Rizki Kurnia Tohir1) (E34120028), Yusi Widyaningrum1) (E34120048), Ulva Prabawati1) (E34120051), Raina Lydiasari1) (E34120116) 1) Departeman Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. 1)
ABSTRACT Wildlife is one of the important factors in wildlife conservation activities. Inventory of wildlife in response to the importance of the database or the information carried out with the aim to find out all the information relating to the species of wildlife that can be used to define a strategy for the conservation of certain types of wildlife . Bird has a multifunctional role in the environment , one of which is in the seed dispersal and seed crops . The method used is the IPA ( Point of Abundance Index ) and MacKinnon . Implementation of the observations made by the silence at a certain point and then record the encounter of the bird within a certain time period and specific area with a circular plot . Radius of observation for each observation point as far as 50 meters to the distance between a point 100 meters and a span of observation for 10 minutes . Observation methods used during the observation that MacKinnon method ( method list of bird species ) that is by registering a bird species using a list of types . The lines obtained Cipadaranten 1 9 species of birds . species richness index was moderate , relatively low diversity index , evenness index relatively evenly and greatest dominance on the type of regular glasses of 42.86 % . And in the afternoon observations obtained index is high species richness , diversity index is low , relatively evenly evenness index and dominance of the largest on the type of regular glasses of 62.07 % . Keyword : Birds, Inventory, Mackinnon Method, Relative of Abundance. PENDAHULUAN Informasi mengenai satwaliar merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan konservasi satwaliar. Inventarisasi satwaliar sebagai jawaban atas pentingnya database atau informasi tersebut dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui semua informasi yang berkaitan dengan spesies satwaliar yang dapat digunakan untuk menetapkan strategi konservasi bagi jenis satwaliar tertentu. Burung mempunyai peranan multifungsi di lingkungan, salah satunya adalah dalam penyebaran biji dan benih tanaman. Bodogol adalah pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB) yang sudah ada sejak tahun 1998. Organisasi ini merupakan hasil kerjasama antara tiga lembaga, yaitu : Conservation International Indonesia (CII), Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Yayasan Alam Mitra Indonesia. Luas areanya mencakup 200 hektar. Di Bodogol terdapat berbagai macam satwaliar termasuk diantaranya jenis burung yang langka yaitu Elang Jawa (Nisaetus bartelsi). Praktikum inventarisasi satwaliar di Bodogol merupakan salah satu sarana bagi mahasiswa untuk untuk menerapkan metode inventarisasi jenis burung.
Burung termasuk dalam kelas Aves terdiri dari 27 ordo, 155 suku, dan 8580 jenis (Peterson 1970). Di Indonesia terdapat 1540 jenis dan di Jawa dapat ditemukan sekitar 289 jenis (MacKinnon 1993). Burung memiliki kemampuan terbang, berbulu, mampu bermigrasi dan bersosial (Peterson 1970). Burung tergolong hewan berdarah panas. Keberadaan burung di Jawa berpengaruh terhadap kondisi perekonomian yaitu sebagai, 1) hama pertanian, contohnya burung gagak, burung bondol, dan burung manyar, 2) jenis yang menguntungkan, contohnya burung elang, burung bentet dan burung kapinis, 3) bahan makanan, contohnya burung puyuh, 4) perdagangan burung peliharaan, contohnya burung beo, burung tekukur, dan burung kutilang (MacKinnon 1993). Jumlah satwaliar pada habitatnya merupakan salah satu bentuk keanekaragaman sumberdaya alam hayati (biodiversity) karena itu perlu dilakukan usaha perlindungan. Sebelum melakukan usaha perlindungan perlu diketahui jumlah dan sebaran di habitatnya. Penentuan jumlah satwaliar tersebut dapat dilakukan dengan berbagai metoda sampling yang memudahkan kita untuk melakukan perhitunan populasinya. Walaupun belum dapat diketahui jumlahnya secara pasti, namun metode ini merupakan cara untuk mendata
populasi mendekati jumlah sebenarnya di habitat hidup satwaliar. Adapun yang menjadi tujuan dari praktikum ini adalah menerapkan metode inventarisasi burung menggunakan metode Point of Abundance dan MacKinnon di Bodogol dan memperoleh database mengenai keanekaragaman jenis burung di Bodogol. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Praktikum pengamatan burung dilaksanakan pada tanggal 13 Desember 2014 di Jalur Cipadaranten 1 Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB), Resort Bodogol, Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango. Pengamatan dilakukan pada pagi hari pukul 06.30-08.30 WIB dan sore hari pukul 15.00-17.00 WIB. Alat dan bahan Alat dan bahan yang digunakan selama praktikum adalah meteran gulung, buku panduan lapang burung SKJB, binokuler, tallysheet, dan alat penunjuk waktu. Metode Pengambilan Data Metode yang digunakan adalah IPA (Index Point of Abundance) dan MacKinnon. Pelaksanaan pengamatan dilakukan dengan diam pada titik tertentu kemudian mencatat perjumpaan terhadap burung dalam rentang waktu tertentu dan luas area tertentu dengan plot berbentuk lingkaran. Radius pengamatan untuk setiap titik pengamatan sejauh 50 meter dengan jarak antar titik 100 meter dan rentang waktu pengamatan selama 10 menit.
Analisis Data Hasil data yang didapat dianalisis menggunakan indeks kekayaan jenis Margalef, indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, indeks kemerataan dan dominansi. Indeks kekayaan Margalef (Dmg) 𝑆−1 𝐷𝑚𝑔 = ln(𝑁) dengan : Dmg : indeks kekayaan Margalef S : jumlah jenis yang ditemukan N : jumlah individu seluruh jenis Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H′). 𝐻 ′ = − ∑ 𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖 ni 𝑝𝑖 = N dengan : H′ : Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener ni: Jumlah individu jenis ke-i N : Jumlah individu seluruh jenis Indeks kemerataan (E)
r=50 mm 100 m
menemukan jenis ke 11 maka jenis ke 11 dimasukan kedalam daftar selajutnya. Pencatatan dihentikan bila tidak ada lagi pertambahan jenis, hasil yang didapat sudah menggambarkan jumlah jenis burung dikawasan tersebut (MacKinnon et al 2010). Metode Mackinnon ini dapat menghasilkan data jenis burung dalam suatu kawasan, sehingga data hasil dari penelitian dapat digunakan sebagai dasar manajemen/ pengelolaan suatu kawasan.
𝐸=
1000
Gambar 1 Ilustrasi penggunaan kombinasi metode mm IPA dan metode jalur. Pengambilan data dengan menggunakan metode MacKinnon (metode daftar jenis burung) yaitu dengan cara mendaftar suatu jenis burung dengan menggunakan daftar jenis (Mackinnon et al 2010). Pengamatan dilakukan dengan cara berjalan dengan kecepatan konstan disepanjang jalur penelitian. Setiap jenis burung yang ditemukan diidentifikasi jenisnya. Burung-burung hasil pengamatan dan telah diidentifikasi dimasukkan kedalam suatu daftar yang mencatat jenis-jenis burung yang teramati, setiap jenis hanya dicatat satu kali untuk setiap daftar, setiap daftar terdiri dari maksimal 10 jenis. Jika telah mencapai 10 jenis dan
H′ ln(𝑆)
dengan: E : Indeks kemerataan jenis H′: Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener S : Jumlah jenis yang ditemukan Indeks ini menunjukkan pola sebaran satwa, yaitu merata atau tidak. Jika nilai indeks kemerataan relatif tinggi, keberadaan setiap jenis satwa dalam kondisi merata. Besaran nilai E≈0 kemerataan spesies rendah, artinya kekayaan individu yang dimiliki masing-masing spesies sangat jauh berbeda. E=1 menunjukkan kemerataan antarspesies relatif merata atau jumlah individu masing-masing relatif sama (Fachrul 2012). Indeks dominansi jenis (D) 𝑛𝑖 𝐷 = 𝑥 100 % N
dengan : D : indeks dominansi ni : jumlah individu suatu jenis N : jumlah individu seluruh jenis
pengamatan. Pada daftar jenis 1 ditemukan 4 jenis burung sedangkan pada daftar jenis 2 ditemukan 5 jenis burung yang baru. Jenis burung yang ditemukan pada kedua daftar adalah burung madu sriganti, burung alap-alap capung, dan burung kacamata biasa. Penambahan jenis burung dapat digambarkan pada gambar grafik 1 terlihat dari garis kurva yang menanjak sehingga jumlah burung yang ditemukan sebanyak 9 jenis. Nilai indeks kelimpahan relatif dapat diperoleh melalui persamaan antara jumlah perjumpaan jenis burung di lokasi pengamatan dalam daftar jenis dengan jumlah daftar seluruhnya. Burung yang memiliki indeks kelimpahan relatif sebesar 100% adalah burung burung madu sriganti, burung alap-alap capung, dan burung kacamata biasa karena ditemukan di kedua daftar jenis.
HASIL Tabel 1 menunjukkan indeks kekayaan sebesar 3,72 kekayaan jenis tergolong sedang, indeks keanekaragaman sebesar 1,16 tergolong sedang, indeks kemerataan sebesar 0,83 tergolong tinggi dan dominansi terbesar pada jenis kacamata biasa sebesar 42,86 %. Tabel 2 mendeskripsikan indeks kekayaan sebesar 5,70 kekayaan jenis tergolong tinggi, indeks keanekaragaman sebesar 1,10 tergolong sedang, indeks kemerataan sebesar 0.62 kemerataan tergolong tinggi, dan dominansi terbesar pada jenis kacamata biasa sebesar 62,07 %. Tabel 3 menggambarkan pertambahan jenis burung yang ditemukan selama dua kali T abel 1 Indeks kekayaan, indeks keanekaragaman, indeks kemerataan dan dominansi pengamatan pagi. Jenis Jumlah D (%) Dmg H' 22,86 Burung madu sriganti 5 Burung madu sriganti 3 Alap-alap capung 1 2,86 31,42 Srigunting kelabu 2 Srigunting kelabu 1 Srigunting kelabu 2 Srigunting kelabu 2 Srigunting kelabu 3 Srigunting kelabu 1 Kacamata biasa 15 42,86 3,72 1,16 Jumlah 35 100,00 3,72 1,16
E
0,83 0,83
Tabel 2 Indeks kekayaan, indeks keanekaragaman, indeks kemerataan dan dominansi pengamatan sore. Jenis Jumlah D(%) Dmg H' E Layang-layang 7 24,14 Burung madu sriganti 1 3,45 Alap-alap capung 1 3,45 5,70 1,10 0,62 Cabai bunga api 1 3,45 Kacamata biasa 18 62,07 Kipasan bukit 1 3,45 Jumlah 29 100,00 5,70 1,10 0,62 Tabel 3 Daftar burung ditemukan. Daftar jenis 1 Burung madu sriganti (Nectarinia jugularis) Burung alap-alap capung (Microhierax fringillarius) Burung srigunting kelabu (Dicrurus leuchopaeus) Burung kacamata biasa (Zosterops palpebrosus)
Daftar jenis 2 Burung wallet linchi (Collocalia linchi) Burung cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) Burung kacamata biasa (Zosterops palpebrosus) Burung madu sriganti (Nectarinia jugularis) Burung alap-alap capung (Microhierax fringillarius) Burung kipasan bukit (Rhipidura euryura) Burung cabai bunga api (Dicaeum trigonostigma) Burung pelanduk semak (Malacocincla sepiarium)
Grafik 1 menggambarkan kurva penambahan jenis burung yang ditemukan di jalur Cipadaranten 1.
Grafik penambahan jenis 10
Jumlah
8 6 4 2 0 Daftar 1
Daftar 2
Gambar 1 grafik penambahan jenis. PEMBAHASAN Pengamatan burung dilakukan menggunakan metode Point of Abundance dan MacKinnon di Jalur Cipadaranten 1 dengan total panjang jalur 1.200 meter. Jalur Cipadaranten 1 merupakan jalur dengan jalan setapak menurun dan berkelok-kelok dengan tebing dan jurang di sebelah kanan dan kiri. Terdapat sebuah menara untuk mengamati burung ataupun mamalia. Jenis pohon yang mendominasi antara lain ganitri, rasamala, saninten, kaliandra, puspa, kayu afrika dan berbagai jenis tumbuhan bawah, semak dan paku-pakuan. Kondisi tajuk pohon rapat dan tinggi dan terdapat liana maupun epifit yang menempel pada pohon tersebut. Cuaca pada saat pengamatan pagi gerimis dan berkabut dan suhu udara sebesar 22 C. Sedangkan pada saat pengamatan sore cuaca mendung dan semoat terjadi gerimis dengan suhu udara 23 C. Metode pengamatan yang digunakan selama pengamatan yaitu metode MacKinnon (metode daftar jenis burung) yaitu dengan cara mendaftar suatu jenis burung dengan menggunakan daftar jenis (Mackinnon et al 2010). Metode pengamatan dilakukan dengan cara berjalan dengan kecepatan konstan disepanjang jalur penelitian. Setiap jenis burung yang ditemukan diidentifikasi jenisnya. Burung-burung hasil pengamatan dan telah diidentifikasi dimasukkan kedalam suatu daftar yang mencatat jenis-jenis burung yang teramati, setiap jenis hanya dicatat satu kali untuk setiap daftar, setiap daftar terdiri dari maksimal 10 jenis. Jika telah mencapai 10 jenis dan menemukan jenis ke 11 maka jenis ke 11 dimasukan kedalam daftar selajutnya. Metode Mackinnon dianalis dengan menggunakan kelimpahan relatif yaitu pencatatan dihentikan apabila sudah tidak ditemukan lagi penambahan jenis pada setiap pengamatan yang artinya sudah menunjukkan jumlah jenis dan
kelimpahan relatif di lokasi tersebut (Bibby et al 2000). Pertambahan jumlah jenis burung pada masing-masing daftar pencatatan pengamatan sebesar 5. Perbedaan kehadiran jenis burung ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan jenis tumbuhan, tingkat kenyamanan dan habitat pendukung yang berdekatan. Menurut faktor keamanan dari berbagai bentuk gangguan, struktur dan komposisi jenis vegetasi dan luas lokasi dapat mempengaruhi jumlah jenis burung pada suatu kawasan. Struktur vegetasi merupakan salah satu faktor kunci yang mempengaruhi kekayaan spesies burung pada tingkat lokal (Wiens 1989). Struktur vegetasi mempengaruhi pemilihan habitat oleh burung. Apabila habitat tidak lagi memenuhi kebutuhan hidup, maka burung tersebut akan berpindah. Tegakan yang cukup rapat membuat pengamat terbatas mengamati dan menemukan jenis burung yang ada. Penemuan jenis burung sangat berkaitan erat dengan kondisi habitatnya. Satwa akan memilih habitat yang memiliki kelimpahan sumberdaya bagi kelangsungan hidupnya, sebaliknya jarang atau tidak ditemukan pada lingkungan yang kurang menguntungkan baginya. Keadaan ini sangat jelas terlihat pada burung dalam hal pemilihan habitat yang sesuai. Selain itu, penyebaran burung dipengaruhi oleh kesesuaian lingkungan, kompetisi serta seleksi alam. Pada penggunaan metode Point of Abundance pengamatan pagi diperoleh 4 jenis burung antara lain burung madu sriganti, alap-alap capung, srigunting kelabu, dan kacamata biasa. Sedangkan pada saat pengambilan data sore hari diperoleh 6 jenis yaitu layang-layang, burung madu sriganti, alap-alap capung, cabai bunga api, kacamata biasa, dan kipasan bukit. Pengamatan pagi besar indeks kekayaan sebesar 3,72 dengan kekayaan jenis tergolong
sedang sedangkan pada pengamatan sore diperoleh sebesar 5,70 dengan kekayaan jenis tergolong tinggi. Indeks keanekaragaman pada pengamatan pagi sebesar 1,16 tergolong sedang dan pengamatan sore diperoleh sebesar 1,10 juga tergolong sedang. Helvoort (1981) mengatakan bahwa terdapat hubungan antara keanekaragaman dengan keseimbangan jenis dalam satu komunitas. Apabila nilai keanekaragaman tinggi, maka keseimbangan antar jenis juga tinggi, tetapi tidak berlaku sebaliknya. Keseimbangan jenis tersebut dapat digunakan untuk melihat kondisi kestabilan hubungan dalam komunitas. Keanekaragaman yang tergolong rendah terjadi karena terdapat ketidaksesuaian habitat yang dibutuhkan satwa dengan habitat yang ada di jalus Cipadaranten 1. Pengamatan pagi indeks kemerataan diperoleh sebesar 0,83. Sedangkan pada pengamatan sore sebesar 0.62 dengan kemerataan hamper merata karena E≈0 kemerataan tergolong rendah dan E=1 kemerataan tergolong tinggi. Indeks kemerataan yang diperoleh sebesar 0,6 semakin mendekati Kemerataan jenis menunjukkan komposisi jumlah individu per jenis dalam suatu habitat tertentu. Semakin merata suatu persebaran satwa di suatu lokasi tertentu maka semakin baik pula kondisi lingkungan tersebut sehingga mampu mendukung kelangsungan hidup jenis burungburung di kawasan PPKAB Bodogol. Kondisi lingkungan yang stabil dapat mendukung kehidupan satwa terutama burung baik dalam hal ketersediaan air, pakan maupun tempat berlindung. Dominansi terbesar pada jenis burung kacamata biasa sebesar 42,86 % pada pengamatan pagi dan pengamatan sore dominansi terbesar juga diperoleh dari jenis burung kacamata biasa sebesar 62,07 %. Metode MacKinnon sangat efektif untuk melihat kelimpahan relatif jenis burung di suatu lokasi. Hal ini dikarenakan tidak adanya batasan waktu saat pengamatan. Daftar Mackinnon dipakai untuk menyampel keanekaragaman burung secara kualitatif untuk menggambarkan berbagai jenis burung. Metode ini sangat baik digunakan dalam menjelaskan kelengkapan relatif pada sampel keanekaragaman. Setelah memperoleh 10 jenis, maka dimulai daftar baru. Dibuat kurva dengan cara memplot angka kumulatif dari jenis-jenis yang ditemui berlawanan dengan angka jumlah daftar yang tebuat (Kemp dan John 2003). Beberapa jenis yang ditemukan melalui identifikasi suara (tidak langsung). Hal ini dikarenakan kondisi tajuk yang rapat dan tinggi sehingga kesulitan mengamati morfologi individu jenis tersebut. Kendala lain adalah ukuran burung yang kecil, intensitas cahaya rendah akibat cuaca mendung, sehingga jarak pandang terbatas.
KESIMPULAN Inventarisasi burung dilakukan dengan menggunakan metode MacKinnon yang dilakukan di jalur Cipadaranten 1 diperoleh 9 jenis burung. indeks kekayaan jenis tergolong sedang, indeks keanekaragaman tergolong rendah, indeks kemerataan tergolong merata dan dominansi terbesar pada jenis kacamata biasa sebesar 42,86 %. Dan pada pengamatan sore diperoleh indeks kekayaan jenis tergolong tinggi, indeks keanekaragaman tergolong rendah, indeks kemerataan tergolong merata dan dominansi terbesar pada jenis kacamata biasa sebesar 62,07. DAFTAR PUSTAKA Bibby C, Jones, Marsden. 2000. Teknik-teknik Ekspedisi Lapangan: Survei Burung. Bogor (ID): Birds Life International Indonesia Programme. Fachrul MF. 2012. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta (ID): PT Bumi Aksara. Helvoort B van. 1981. Bird Population in The Rural Ecosystem of West Java. Netherlands: Nature Conservation Departement. Kemp, Neville J dan John Burke Burnett. 2003. Kera ekor panjang (Macaca fascicularis) di pulau nugini : penilaian dan penatalaksanaan resiko terhadap keanekaragaman hayati. [laporan]. Papua (ID): IPCA bekerjasama dengan Universitas Cendrawasih Kurnia I. 2003. Studi keanekaragaman jenis burung untuk pengembangan wisata birdwatching di Kampus IPB Darmaga[skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. MacKinnon J. 1993. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali. Terj S Lusli dan YA Mulyani. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. MacKinnon J, Philips K, vanBalen B. 2010. Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Bogor (ID): Burung Indonesia. Peterson RT. 1970. The birds. Canada: Time Inc. Wiens JA. 1989. The Ecology of Bird Communities 1. Cambridge. Cambridge University Press.
LAMPIRAN Hari/ Tanggal Waktu Kelompok Cuaca Suhu
: Sabtu/ 13 Desember 2014 : 06.30-08.30 : 17 : Gerimis dan berkabut : 22oC
Tabel 1. Data pengamatan burung metode IPA pagi di jalur Cipadaranten 1. Waktu Jenis Jumlah Titik ke- Aktifitas 06.34 Burung madu sriganti 5 1 Makan 06.39 Burung madu sriganti 3 1 Makan 06.41 Burung alap-alap capung 1 2 Bertengger 06.58 Burung srigunting kelabu 2 3 Terbang 06.59 Burung srigunting kelabu 1 3 Terbang 07.06 Burung srigunting kelabu 2 4 Terbang 07.15 Burung srigunting kelabu 2 5 Terbang 07.27 Burung srigunting kelabu 3 6 Terbang 07.45 Burung srigunting kelabu 1 8 Terbang 07.50 Burung kacamata biasa 15 8 Terbang-bertengger Jumlah 35 Hari/ Tanggal Waktu Kelompok Cuaca Suhu
Jenis tumbuhan Kaliandra Kaliandra Pohon gundul Kaliandra
: Sabtu/ 13 Desember 2014 : 15.00-17.00 : 17 : Mendung : 23oC
Tabel 1. Data pengamatan burung metode IPA sore di jalur Cipadaranten 1. Waktu Jenis Jumlah Titik ke- Aktifitas 15.22 Burung layang-layang 7 2 Terbang 15.36 Burung madu sriganti 1 4 Bertengger 15.41 Burung alap-alap capung 1 4 Bertengger 16.02 Burung cabai bunga api 1 6 Terbang-bertengger 16.08 Burung kacamata biasa 18 6 Terbang-bertengger 16.22 Burung kipasan bukit 1 7 Terbang Jumlah 29
Jenis tumbuhan Kaliandra Kaliandra Kaliandra Kaliandra -
Pengolahan data Pengamatan sore burung alap-alap capung 1. Dominansi 𝑛𝑖 1 𝐷 = 𝑥 100 % = 𝑥 100% = 3,45% N 29 2. Indeks kekayaan jenis 𝑆−1 6−1 𝐷𝑚𝑔 = = = 5,70 ln(𝑁) ln(29) 3. Indeks Keanekaragaman 𝐻 ′ = − ∑ 𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖 = −Σ(0,34 + 0,12 + 0,12 + 0,12 + 0,30 + 0,12) = 1,10 4. Indeks Kemerataan H′ 1,10 𝐸= = = 0,62 ln(𝑆) ln(6)
DOKUMENTASI PENGAMATAN
Gambar 1. Alap-alap Capung
Gambar 2. Srigunting Kelabu