Mariati Daeli / Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah Dalam Melaksanakan Pembelajaran
100
Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah Dalam Melaksanakan Pembelajaran Mariati Daeli*, Timotius Gulo Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Sanata Dharma, Kampus III Universitas Sanata Dharma, Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta * e-mail:
[email protected]
Abstrak – Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keyakinan guru IPA Sekolah dalam melaksanakan pembelajaran di Kabupaten Nias Barat. Jumlah subyek pada penelitian ini adalah 53 guru IPA yang terdiri dari 32 guru IPA SMA dan 21 guru IPA SMP.. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu persepsi guru terhadap pembelajaran dan keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa guru IPA memiliki rata-rata skor persepsi sebesar 84,68 % dan rata-rata skor keyakinan sebesar 76,16 %. Sehingga dapat dikatakan bahwa persepsi dan keyakinan guru IPA Sekolah Menengah dalam melaksanakan pembelajaran tergolong baik. Dengan menggunakan uji T dua kelompok dependent maka ada perbedaan yang signifikan antara persepsi guru terhadap pembelajaran dan keyakinan guru IPA Sekolah Menengah dalam melaksanakan Pembelajaran di Kabupaten Nias Barat. Kata kunci: Pembelajaran, persepsi, keyakinan, guru IPA
I. PENDAHULUAN Pada tahun ajaran 2013/2014, setiap sekolah di Indonesia diwajibkan untuk mengimplementasikan kurikulum 2013. Kurikulum ini juga dipersiapkan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang produktif kreatif, inovatif, dan beerkarakter. Hal ini salah satu upaya pemerintah untuk memperbaiki sistem pendidikan. Namun, kebanyakan sekolah belum siap dengan pergantian kurikulum ini karena kurangnya sarana dan prasarana serta kebanyakan guru belum siap menerapkan tuntutan dari kurikulum 2013. Apapun kurikulumnya harus didukung oleh guru profesional, karena mereka merupakan garda terdepan dan ujung tombak implementasi kurikulum dan pembelajaran yang berhadapan langsung dengan peserta didik [1]. Sehingga keberhasilan suatu pendidikan di sekolah salah satu kuncinya adalah keberhasilan guru dalam menyajikan materi pelajaran dan dapat memfasilitasi siswanya untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa guru memiliki peran penting dalam pendidikan sebab guru yang mengajar, membimbing dan mendidik siswa. Sebagai pengajar, guru dituntut mempunyai kewenangan mengajar berdasarkan kualifikasinya sebagai tenaga pengajar. Sebagai tenaga pengajar, setiap guru harus professional dalam bidang pengajaran. Dengan kemampuan tersebut guru dapat melaksanakan perannya sebagai fasilitator, pembimbing, penyedia lingkungan, model, motivator, agen perkembangan kognitif dan manajer [2]. Di dalam aktivitas pembelajaran, guru memegang peranan sentral, ia memegang kendali. Pembelajaran bersifat interaktif atau satu arah, didominasi ceramah atau berisi kegiatan eksploratif oleh siswa, berpusat pada materi atau pada siswa, tergantung dari perencanaan yang dilakukan oleh guru. Guru dapat membuat pembelajaran sangat menarik atau membosankan, guru juga dapat mengarahkan para murid mempelajari suatu materi secara
mendalam atau hanya belajar di permukaan saja, dan guru juga dapat mengatur agar murid hanya menghafalkan materi yang diajarkan atau menantang para murid berpikir kreatif menemukan solusi dari suatu persoalan. Hal ini dipaparkan untuk menunjukkan betapa peran guru bisa sangat menentukan kualitas pembelajaran [3]. Menyadari pentingnya peran guru dalam proses pembelajaran maka Dinas Pendidikan Kabupaten Nias Barat menjalin kerjasama dengan beberapa universitas terbaik untuk memberikan beasiswa kepada putra-putri Nias Barat terbaik yang ingin menjadi guru dengan tujuan kembali mengajar ke Nias Barat untuk meningkatkan mutu pendidikan. Kualitas pendidikan di Nias Barat hingga saat ini cukup memprihatinkan, masih banyak kekurangan dalam beberapa aspek misalnya saja kualitas pendidik. Pada awal 2016, Nias Barat dihebohkan dengan demonstrasi dari seluruh siswa SMA Negeri 2 Lolofitu Moi yang menuntut haknya untuk belajar karena sudah beberapa minggu guru tidak mengajar di kelas. Hal ini menimbulkan keraguan terhadap kesungguhan guru untuk mengajar, sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui persepsi guru terhadap pembelajaran dan bagaimanaa keyakinan dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian yang dapat memberikan gambaran tentang presepsi guru terhadap pembelajaran dan keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk itu penulis melakukan penelitian dengan judul: “Tingkat Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah dalam Melaksanakan Pembelajaran” di Kabupaten Nias Barat. II. LANDASAN TEORI A. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material fasilitas,
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXX HFI Jateng & DIY, Salatiga 28 Mei 2016 ISSN : 0853-0823
Mariati Daeli / Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah Dalam Melaksanakan Pembelajaran
perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran. Dari teori-teori yang dikemukakan banyak ahli tentang pembelajaran, Oemar Hamalik mengemukakan 3 (tiga) rumusan yang dianggap lebih maju [4], yaitu: 1. Pembelajaran adalah upaya mengorganisasikan lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik. 2. Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik. 3. Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari B. Prinsip Pembelajaran Kunci yang menentukan tujuan pemebelajaran adalah kebutuhan siswa, mata pelajaran atau bidang studi yang diajarkan, dan guru. Guru adalah sumber utama tujuan bagi para siswa yang diharapkan mampu menentukan pendidikan bermakna dan dapat terukur. C. Menjadi Guru IPA yang Profesional Trowbridge & Bybee, untuk menjadi guru yang profesional, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilatih oleh guru terus menerus, antara lain [5]: 1. Penguasaan bahan Guru IPA harus menguasai bahan yang mau diajarkan sehingga tidak menyebabkan miskonsepsi pada siswa. Sekarang ini banyak sumber belajar yang dapat digunakan untuk menambah pengetahuan seperti internet, buku-buku baru, seminar, lokakarya, dan bertanya kepada tenaga ahli. 2. Mengerti tujuan pengajaran IPA Guru IPA yang baik harus mengerti tujuan dari pengajaran IPA (Fisika, Kimia dan Biologi). Dengan mengert tujuannya, guru dapat mengarahkan siswa ke arah tujan dengan lebih efektif dan efesien. 3. Guru dapat mengorganisai pengajaranIPA Guru IPA yang baik dapat mempersiapkan pengajaran sesuai dengan tujuan. Ia juga mengerti cara mengajarkan bahan itu, dapat memilih evaluasi dan latihan yang akan diberikan kepada siswa selama proses pembelajaran. 4. Mengerti situasi siswa Pembelajaran akan sungguh mengena pada siswa dan menyenangkan siswa, bila situasi siswa diperhatikan. Maka guru perlu berusaha mengerti keadaan siswa. Beberapa situasi siswa perlu diketahui seperti: konsep awal siswa, pemikiran siswa, konsep yang telah dipunyai, perkembangan kognitif, moden, dan situasi psikologis siswa, dll. Guru perlu mengerti bagaimana siswa menanggapi pembelajarannnya. 5. Guru dapat berkomunikasi dengan siswa Guru perlu melatih diri berkomunikasi akrab dengan siswa. Hubungan yang akrab dengan siswa perlu dibangun, kemampuan memotivasi, memberikan semangat, menegur, menggerakkan siswa perlu dilatih. Ketrampilan untuk mendekati siswa, membantu siswa belajar, dan juga kemampuan mendengarkan apa yang dirasakan dan diinginkan siswa perlu dikembangkan. Kemampuan membuat siswa mengerti kesulitan siswa dalam belajar dan hidup pun perlu ditumbuhkan. 6. Guru menguasai berbagai metode
101
Oleh karena situasi siswa yang bermacam-macam dan dirasakan dapat membantu siswa belajar juga bervariasi, maka menguasai metode yang bermacam – macam sangatlah penting bagi guru sehingga dapat membantu siswa lebih baik dan tepat. D.Keyakinan Guru IPA dalam Melaksanakan Pembelajaran Keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai suatu hal.[6]. Dari uraian tentang pembelajaran dan bagaimana menjadi guru IPA yang profesioal maka dapat dikatakan bahwa keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran merupakan suatu sikap yang meyakini bahwa ia dapat menjalankan perannya sebagai guru IPA dan mampu menerapkan unsur-unsur yang terkait untuk menjadi guru IPA professional sehingga bisa mengorganisasi, mempersiapkan dan membantu peserta didik menjadi lebih baik. Keyakinan guru yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang didasari pada persepsi guru itu sendiri. Menurut Borko, H. & Putnam, R.T aktivitas guru merupakan realisasi atau manifestasi dari apa yang ada di dalam ‘kepala guru’ [7] atau dengan kata lain, tindakan guru dalam kelas merupakan persepsi guru tentang pembelajaran. sehingga untuk mengetahui keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran maka perlu diketahui terlebih dahulu persepsi guru tersebut. Keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran sangat penting dalam memahami dan meningkatkan proses pendidikan [8]. III. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitaif deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk memberikan penjelasan/uraian akan suatu hal. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yang diperoleh dari analisis skor dari kuisioner yang diisi oleh responden. Subjek dalam penelitian ini melibatkan 53 guru IPA Sekolah Menengah di Kabupaten Nias Barat yang terdiri dari 21 guru IPA SMP dan 32 guru IPA SMA yang terdiri dari 17 sekolah. Tabel 1. Klasifikasi Item Kuesioner Persespi dan Keyakinan Guru dalam melaksanakan pembelajaran Aspek Jumlah Item Persepsi Keyakinan Pemahaman tentang 10 10 pembelajaran Penguasaan materi 6 6 Strategi pembelajaran 8 8 Interaksi dengan siswa 7 7 Pengelolaan kelas 4 4
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang terdiri dua bagian yaitu pernyataan tentang persepsi guru tentang pembelajaran dan keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Setiap bagian dari instrumen ini masing-masing terdiri dari 35 item pernyataan. Instrumen ini terdiri dari
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXX HFI Jateng & DIY, Salatiga 28 Mei 2016 ISSN : 0853-0823
Mariati Daeli / Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah Dalam Melaksanakan Pembelajaran
102
beberapa aspek yaitu (1) pemahaman guru tentang pembelajaran; (2) penguasaan materi; (3) strategi pembelajaran; (4) interaksi dengan siswa; dan (5) pengelolaan kelas, seperti pada Tabel 1. Pengumpulan data dilakukan dengan memberi kuesioner kepada guru untuk mengetahui persepsi guru terhadap pembelajaran dan keyakinan dalam melaksanakan pembelajaran. Hasil kuesioner diberi skor untuk pernyataan postif dan negatif adalah seperti pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Skor Setiap Item Pernyataan Jawaban Pernyataan positif Sangat setuju 4 Setuju 3 Tidak setuju 2 Sangat tidak 1 setuju
Pernyataan negatif 1 2 3 4
Data kuesioner yang telah diberi skor akan diklasifikasikan sesuai dengan aspek pembelajaran dan diinterpretasikan sesuai kriteria dengan interval tertentu seperti pada Tabel 3 berikut [9]. Tabel 3. Kualifikasi Skor Guru No 1 2 3 4 5
Interval 120-140 99-119 78-98 57-77 35-56
Skor (%) ≥86 71-85 56-70 41-55 ≥40
Kualifikasi Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persepsi Guru IPA Sekolah Menengah tentang Pembelajaran Berdasarkan hasil analisis data persepsi guru tentang pembelajaran, maka diperoleh hasil seperti pada Tabel 4 beikut. Tabel 4. Persepsi Guru terhadap Pembelajaran No 1 2 3 4 5
Aspek Pemahaman tentang pembelajaran Penguasaan materi Strategi pembelajaran Interaksi dengan siswa Pengelolaan kelas Rata-rata
Persepsi (%) 81,23 89,96 84,67 84.43 85.61 84,68
Dari tabel 4 diperoleh rata-rata skor persepsi guru terhadap pembelajaran sebesar 84,68 %. Berdasarkan tabel 3 yaitu klasifikasii skor guru maka dapat dikatakan bahwa persepsi guru tentang pembelajaran tergolong baik. Untuk setip aspek, persepsi guru memiliki persentase yang besar pada aspek penguasaan materi sebesar 89,96 %. Hal ini berarti guru IPA Sekolah Menengah di Kabupaten Nias Barat memiliki persepsi yang sangat baik pada aspek penguasaan materi. Pada aspek pemahaman tentang pembelajaran guru memiliki rata-rata skor sebesar 81,23 % maka dapat dikatakan
bahwa guru IPA Sekolah Menengah memiliki persepsi yang baik pada aspek pemahaman tentang pembelajaran. Pada aspek strategi pembelajaran, guru memiliki ratarata skor sebesar 84,67 % maka dapat dikatakan bahwa guru IPA Sekolah Menengah memiliki persepsi yang baik terhadap aspek strategi pembelajaran. Pada aspek interaksi dengan siswa, guru memiliki rata-rata skor sebesar 84,43 % maka dapat dikatakan bahwa guru IPA Sekolah Menengah memiliki persepsi yang baik terhadap aspek interaksi dengan siswa. Pada aspek terakhir yaitu pengelolaan kelas, guru memiliki rata-rata skor sebesar 85,61% maka dapat dikatakan bahwa guru IPA Sekolah Menengah memiliki pesepsi yang baik terhadap aspek pengelolaan kelas. Dari hasil analisis tersebut maka secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa guru IPA Sekolah Menengah di Kabupaten Nias Barat memiliki persepsi yang baik terhadap pembelajaran. B. Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah dalam Melaksanakan Pembelajaran Berdasarkan hasil analisis data keyakinanan guru dalam melaksanakan pembelajaran maka diperoleh hasil seperti pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Keyakinan Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran No Aspek Keyakinan (%) 1 Pemahaman tentang pembelajaran 75,47 2 Penguasaan materi 72,33 3 Strategi pembelajaran 62,56 4 Interaksi dengan siswa 75,74 5 Pengelolaan kelas 7842 Rata-rata 76,16
Dari Tabel 5 maka dapat dilihat bahwa keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran memiliki rata-rata skor sebesar 76,16 %. Dari klasifikasi skor Tabel 3 maka diperoleh bahwa guru memiliki keyakinan yang baik dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk setiap aspek pembelajaran, keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran memiliki persentase yang besar pada aspek pengelolaan kelas dengan rata-rata skor guru sebesar 78,42 % maka dapat dikatakan bahwa guru IPA Sekolah Menengah memiliki keyakinan yang baik dalam melaksanakan aspek pengelolaan kelas. Guru memiliki keyakinan paling rendah pada aspek strategi pembelajaran dengan rata-rata skor 62,56 %, maka dapat dikatakan bawah guru IPA Sekolah Menengah memiliki keyakinan yang cukup dalam melaksanakan aspek strategi pembelajaran. Pada aspek pemahaman tentang pembelajaran, guru memiliki rata-rata skor keyakinan sebesar 75,47 % maka dapat dikatakan bahwa guru IPA Sekolah Menengah memiliki keyakinan yang baik dalam melaksanakan aspek pemahaman tentang pembelajaran. Pada aspek penguasaan materi, guru memiliki rata-rata skor keyakinan sebesar 72,33 % maka dapat dikatakan bahwa guru IPA Sekolah Menengah memiliki keyakinan yang baik dalam melaksanakan aspek penguasaan materi. Pada aspek interaksi dengan siswa, rata-rata skor keyakinan guru sebesar 75,74 % maka dapat dikatakan bahwa guru IPA Sekolah Menengah memiliki keyakinan yang baik
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXX HFI Jateng & DIY, Salatiga 28 Mei 2016 ISSN : 0853-0823
Mariati Daeli / Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah Dalam Melaksanakan Pembelajaran
dalam melaksanakan aspek interaksi dengan siswa. Dari hasil analisis maka secara keseluruhan keyakinan guru IPA Sekolah Menengah di Kabupaten Nias Barat tergolong baik dalam melaksanakan pembelajaran. C. Perbandingan Persepsi Guru tentang Pembelajran dan Keyakinan dalam Melaksanakan Pembelajaran Pada Tabel 6 dapat dilihat rata-rata skor pada setiap aspek persepsi guru terhadap pembelajaran dan keyakinan dalam melaksanakan pembelajaran. Tabel 6. Persepsi dan Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah terhadap Pembelajaran No Aspek Persepsi Keyakinan (%) (%) 1 Pemahaman tentang pembelajaran 81,23 75,47 2 Penguasaan materi 89,96 72,33 3 Strategi pembelajaran 84,67 62,56 4 Interaksi dengan siswa 84,43 75.74 5 Pengelolaan kelas 85,61 78,42 84,68 76,16 Rata-rata
Gambar 1. Grafik persepsi dan keyakinan guru IPA Sekolah Menengah terhadap pembelajaran
Dari Tabel 6 dan Gambar 1 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan rata-rata skor persepsi guru terhadap pembelajaran lebih besar dari pada rata-rata skor keyakinan dalam melaksanakan pemnbelajaran. Dari keseluruhan aspek terdapat dua aspek yang memiliki perbedaan paling besar antara persepsi dan keyakinan. Kedua aspek tersebut yaitu aspek strategi pembelajaran dan penguasaan materi. Pada aspek strategi pembelajaran, rata-rata skor persepsi guru sebesar 84,67 % berada pada kualifikasi baik dan rata-rata skor keyakinan dalam melaksanakan aspek ini sebesar 62,56 % berada pada kualifikasi cukup. Pada aspek penguasaan materi, ratarata skor persepsi sebesar 89,96 % berada pada kualifikasi sangat baik dan rata-rata skor keyakinan dalam melaksanakan aspek ini sebesar 72,33 % berada pada kualifikasi baik. Untuk mengetahui apakah ada beda dari rata-rata skor berdasarkan persepsi terhadap pembelajaran dan keyakinan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Maka dianalisis menggunakan uji beda T-Test untuk dua
103
kelompok dependen. Hasil analisis uji beda dapat dilihat pada Tabel 7 Tabel 7. Hasil Uji T Paired Samples Test Paired Differences t Mean
10,05
Df
Sig. (2tailed)
Std. Std. Error Deviation Mean 9,10415
1,25055
-8,040
52
0,000
Tabel 7 merupakan hasil uji beda untuk melihat apakah ada perbedaan antara perbedaan rata-rata skor persepsi dan keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah dalam melaksanakan pembelajaran. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPPS pada Tabel 7 diketahu nilai t = -8,040, p = 0,000 < α = 0,05 maka hasilnya siginifikan. Berarti dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara persepsi terhadap pembelajaran dan keyakinan guru IPA Sekolah Menengah dalam melaksanakan pembelajaran. Dengan adanya perbedaan antara keduanya variabel ini maka hal ini bertentangan pada pernyataan. Borko, H. & Putnam, R.T yang menyatakan bahwa aktivitas guru merupakan realisasi atau manifestasi dari apa yang ada di dalam ‘kepala guru’ [7]. Dengan kata lain, aktivitas guru merupakan penerapan dari apa yang dipikirkannya atau dalam penelitian ini disebut persepsi. Ketidakseimbangan persepsi guru tentang pembelajaran dengan keyakinan dalam melaksanakan bias diakibatkan oleh beberapa hal. Berdasarkan pengalaman sekolah di Nias Barat dan saat proses pengambilan data, kemungkinan ketidakseimbang antara kedua variabel ini dikarenakan karena kekurang fasilitas sehingga apa yang dianggap baik oleh guru tidak dilaksanakan pada proses pembelajaran, dan juga guru kebanyakan tidak kreatif untuk mengatasi keterbatasan fasilitas di Sekolah. V. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Persepsi guru IPA Sekolah Menengah terhadap pembelajaran di Kabupaten Nias Barat tergolong baik dengan rata-rata skor sebesar 84,68 %. 2. Tingkat keyakinan guru IPA Sekolah Menengah dalam pelaksanaan pembelajaran di Kabupaten Nias Barat tergolong baik dengan rata-rata skor sebesar 76,16 %. 3. Ada perbedaan antara persepsi dan keyakinan guru IPA Sekolah Menengah di Kabupaten Nias Barat tentang pembelajaran. Perbedaan tersebut sangat besar pada aspek strategi pembelajaran dan penguasaan materi. Persepsi guru terhadap pembelajaran lebih baik dari pada keyakinannya dalam melaksanakan pembelajaran. UCAPAN TERIMA KASIH Keberhasilan dalam persiapan, pelaksaan penelitian dan penyusunan makalah ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari beberapa pihak yaitu:
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXX HFI Jateng & DIY, Salatiga 28 Mei 2016 ISSN : 0853-0823
Mariati Daeli / Keyakinan Guru IPA Sekolah Menengah Dalam Melaksanakan Pembelajaran
104
1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan tulisan ini. 2. Kelompok Tim Penelitian (Otami Hia dan Agus Petra Gulo) yang bersama-sama saling membantu dan mendukung selama menyelesaikan penelitian ini.
[2] [3]
[4] [5] [6] [7]
[9]
TALIS, Creating Effective Teaching and Learning Environments: Teaching Practices, Teacher’ Belief and Attitudes, 2009,pp.89. Suparno, Pengantar Statistik untuk Pendidikan dan Psikolgi, Universitas Sanata Dharma, 2010.
TANYA JAWAB
PUSTAKA [1]
[8]
Mulyasa, Guru dalam implementasi kurikulum 2013, remaja rosdakarya, 2014. Suyanto, dkk. Menjadi Guru Profesional, Esensi, 2012. Sarkim T. Pedagogical Content Knowlegde: Sebuah Konstruk untuk Memahami Kinerja Guru di Dalam Pembelajaran, Yogyakarta, April 2015,pp.1. O. Hamalik, Proses Belajar Mengajar. PT. Bumi Antariksa, 2006 Suparno, Metodologi Pembelajaran Fisika. Universitas Sanata Dharma, 2013 Dani. V, Filsafat Ilmu Pengetahuan Komunikasi: Suatu Pengantar, Jakarta, 2008 Borko, H. & Putnam, R.T., 1995, Expanding a Teacher’s Knowledge Base: A Cognitive Psychological Perspective on Professional Development, pada T.R. Guskey & M. Huberman (Editor), Professional Development in Education: New Paradigms and Practices, (pp. 35–66), New York: Teachers College Press.
Abdul H. Odja (UNG) ? 1. Sampelnya apakah terpisah atau sampelnya sama, tapi tujuannya berbeda ?. 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengarui. Mariati Daeli (USD Yogyakarta) √ 1. Berbeda. 2. Keterbatasan kami: Ada fasilitas yang kurang, tapi guru kurang menyediakan
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXX HFI Jateng & DIY, Salatiga 28 Mei 2016 ISSN : 0853-0823