perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KETULUSAN HATI TOKOH DALAM NASKAH DRAMA RAMBAT-RANGKUNG KARYA TRISNO SANTOSA (Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh: SYAFAAT ASTIYANTO C0108055
SASTRA DAERAH FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO 1. Setiap orang dari kamu adalah pemimpin dan kamu bertaggung jawab terhadap kepemimpinan itu (HR Tirmizi, Abu Dawud, Shalih Bukhari, dan Shahih Muslim) 2. Dan kita pasti akan kembali ke Tuhan kita (QS Az Zukhruf : 14).
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Bapak dan Ibu Tercinta Adikku Wisnu Sahabat KKTT WISWAKARMAN Almamaterku commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Penulis mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Ketulusan Hati Tokoh dalam Naskah Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa.” Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mengalami kesulitan. Dalam mencapai hasil yang sedemikian penulis dibantu oleh banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan skripsi. 2. Drs. Supardjo, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang selalu memberikan motivasi dan semangat. 3. Prof. Dr. Sumarlam, M.S., Selaku pembimbing akademik yang selalu mengingatkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 4. Drs. Aloysius Indratmo, M.Hum, Selaku Pembimbing pertama, dengan penuh kesabaran memberi petunjuk dan koreksi hingga penyusunan skripsi ini terselesaikan.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Bapak Sahid Teguh widodo, S.S, M.Hum, Ph.D, selaku Pembimbing kedua yang dengan sabar memberi koreksi, arahan dan nasihat kepada penulis hingga penyusunan skripsi ini sampai selesai. 6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Sastra Daerah yang telah memberikan bekal ilmunya kepada penulis 7. Kepala dan Staff Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa atas fasilitas penyediaan referensi dan pelayanan yang baik sehingga memberikan kelancaran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Bapak dan Ibu atas pengorbanan yang tanpa lelah demi membahagiakan putranya ini. 9. Bapak Trisno Santosa, S.Kar, M.Hum selaku penulis naskah drama RambatRangkung yang telah memberi ijin kepada penulis untuk dapat menggunakan naskah drama Rambat-Rangkung sebagai objek penelitian. 10. Para Sahabat Bono, Adhit, Wibi, Susi, Riyan, Mas Ucup, Mas Wisnu, Mbak Iffa, Mas Panca, Mas Armat Tato, Mas Alfat, Icip, Mumu, dan teman-teman di KKTT WISWAKARMAN. Terima kasih atas kebersamaan selama ini, kegilaan dan kekonyolan bersama kalian tidak bisa dilupakan. 11. Iyan, Anung, Rendra, Roga, Bangun, Guntur dan teman-teman Sastra Daerah angkatan 2007, 2008, dan 2009. Terima kasih atas dukungan dan semangat kalian.
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Surakarta, Januari 2013
Penulis
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………. ii HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………...iii HALAMAN PERNYATAAN ……………………………………………..iv HALAMAN MOTTO ……………………………………………………… v HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………….. vi KATA PENGANTAR ……………………………………………………. vii DAFTAR ISI ………………………………………………………………. x DAFTAR SINGKATAN ………………………………………………… xiii ABSTRAK ………………………………………………………………... xiv ABSTRACT ………………………………………………………………. xv SARI PATHI ………………………………………………………………. xvi BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1 A. Latar Belakang Masalah …………………………………………… 2 B. Rumusan Masalah …………………………………………………. 6 C. Tujuan Penelitian ………………………………………………….. 6 commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………… 7 E. Sistematika Penulisan ……………………………………………... 8 BAB II LANDASAN TEORI …………………………………………… A. Pengertian Drama …………………………………………………
9 9
B. Pendekatan Struktural …………………………………………….. 12 C. Pendekatan Psikologi Sastra ……………………………………… 19 D. Psikologi Cinta …………………………………………………… 21 E. Motivasi ………………………………………………………….. 24 BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………
26
A. Bentuk Penelitian ………………………………………………… 26 B. Sumber Data dan Data …………………………………………… 27 C. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………….. 27 D. Teknik Analisis Data …………………………………………....... 28 E. Validitas Data ……………………………………………………... 29 BAB IV PEMBAHASAN ………………………………………………..
30
A. Latar Belakang Penciptaan Naskah Drama Rambat- Rangkung …. 30 B. Unsur-unsur yang membangun Naskah Drama Rambat- Rangkung.. 33 1. Tema …………………………………………………………... 33 2. Alur (Plot) ……………………………………………………... 35 3. Penokohan …………………………………………………….. 39 4. Amanat ………………………………………………………... 59 commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Latar (Setting) ………………………………………………… 60 6. Cakapan ……………………………………………………… 63 7. Konflik (Tikaian) ……………………………………………… 68 C. Cinta dan Ketulusan yang tumbuh dalam Tokoh Naskah Drama Rambat-Rangkung ………………………………………………… 70 1. Rambat ………………………………………………………... 70 2. Rangkung ……………………………………………………… 74 3. Wa Sri …………………………………………………………. 76 4. Ganggeng …………………………………………………….. 78 5. Gleyong ………………………………………………………. 79 6. Motivasi ………………………………………………….……. 80 7. Simpulan Analisis Psikologi Sastra …………………………… 84 D. Nilai yang terkandung dalam naskah Drama Rambat-Rangkung …. 85 BAB V PENUTUP ……………………………………………………….. 90 1. Simpulan …………………………………………………………... 90 2. Saran ………………………………………………………………. 92 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 93 LAMPIRAN ………………………………………………………………. 95
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR SINGKATAN ASKI
: Akademi Seni Karawitan Indonesia
DIY
: Daerah Istimewa Yogyakarta
PORSENI : Pekan Olahraga dan Kesenian SLTA
: Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
SMA
: Sekolah Menengah Atas
SMP
: Sekolah Menengah Pertama
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK SYAFAAT ASTIYANTO. C0108055. 2013. Ketulusan Hati Tokoh dalam Naskah Drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa (Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra). Skripsi : Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Rambat-Rangkung merupakan judul sebuah naskah drama karangan Trisno Santosa. Drama berbahasa jawa ini berjalan hanya dalam satu babak dari awal hingga akhir cerita. Rambat-Rangkung menceritakan kisah percintaan dan perjuangan. Banyak nilai-nilai yang bisa diambil dari cerita drama Rambat-Rangkung. Rumusan masalah penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah Latar Belakang Penciptaan Naskah Drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa?(2) Bagaimanakah Unsur-Unsur yang Membangun Drama Rambat-Rangkung Karya Trisno Santosa? (3) Bagaimanakah Cinta dan Keiklasan yang Tumbuh dalam Tokoh Drama Rambat-Rangkung Karya Trisno Santosa? (4) Apa Nilai-nilai yang terdapat dalam Drama Rambat-Rangkung Karya Trisno Santosa?. Adapun tujuan penelitian ini adalah (1) Mengungkapkan Latar Belakang Penciptaan Naskah Drama Rambat-Rangkung Karya Trisno Santosa (2) Mendeskripsikan Unsur-unsur yang Membangun Drama Rambat-Rangkung Karya Trisno Santosa (3) Mendeskripsikan Cinta dan Keiklasan yang Tumbuh dalam Tokoh Drama Rambat-Rangkung Karya Trisno Santosa (4) Mengungkapkan Nilai-nilai yang terdapat dalam Drama Rambat-Rangkung Karya Trisno Santosa. Pendekatan yang digunakan adalah Psikologi Sastra. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural, teori psikologi cinta dan motivasi. Teori tersebut digunakan ntuk mengungkapkan keiklasan dan ketulusan dalam diri para tokoh naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa. Manfaat penelitian ini adalah secara teoretis, penelitian ini diharapkan menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang studi karya sastra dari segi psikologi. Secara praktis, penelitian ini dapat menambah khasanah penelitian khususnya penelitian naskah drama. Jenis penelitian ini adalah penelitian sastra melalui deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah naskah drama Rambat-Rangkung dan pengarang yaitu Trisno Santosa. Data dalam penelitian ini adalah teks drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa dan hasil wawancara. Hasil dari penelitian ini adalah (1) Pengarang ingin menyampaikan keteguhan hati dan rela berkorban (2) Dari segi struktural, drama Rambat-Rangkung menunjukkan kesatuan yang utuh dan antar unsur-unsur ada keterkaitan (3) dari Segi Psikologi Sastra dapat mengungkap sikap ketulusan, keiklasan, dan pengorbanan (4) Terdapat nilai-nilai moral yaitu sikap bertanggung jawab, rela berkorban, dan kebijaksanaan
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT SYAFAAT ASTIYANTO. C0108055. 2013. Characters in the drama sincerity Rambat-Rangkung (psychology literature review). Essay : Javanese Literature Faculty of Literature and Art of Sebelas Maret University Surakarta. Rambat-Rangkung is the title of a play written by Trisno Santosa. Javalanguage drama is running just one round from beginning to end. Rambat-Rangkung tells the story of love and struggle. Many of the values that can be taken from a drama Rambat-Rangkung The problem statement of this research are : (1) How is the background of the creation of Rambat-Rangkung script writen by Trisno Santosa? (2) What are the elements constructRambat-Rangkung script writen by Trisno Santosa? (3) How is the love and the sincerity grow up in the figure of Rambat-Rangkung script writen by Trisno Santosa? (4) what are the values contained in Rambat-Rangkung script writen by Trisno Santosa? The purposes of this research are : (1) to reveal the background of the Rambat-Rangkung creation; (2) to describe the elements of Rambat-Rangkung script of play; (3) to Describe the love and sincerity grow up in the figure of the play; (4) to reveal the values contained in the script of play Rambat-Rangkung writen by Trisno Santosa. This research uses Psychology of Literature. The theory employed in this study is Psychology of Love and Motivation. The theory are used to reveal the sincerity and honesty in the figure of the Rambat-Rangkung script of play written by Trisno Santosa. The theoritical significant of this research is expected to give further knowledge especially in literature from psychological view and the practical benefits of this research is to give further information in the research of script play. This research is a qualitative descriptive since the resource of the data is the Rambat-Rangkung script of play writen by Trisno Santosa. The data of this research are Rambat-Rangkung script and the result of interview. The result of this research are : (1) the writer wants to deliver the sincerity and the honesty (2) the script of Rambat-Rangkung, from the structural aspect, show the unity among te elements (3) from the Psychologi of Literature aspect, this research reveal the sincerity, honesty, and sacrifice (4) There are some moral values such as, the responsibility, the sincerity and the wisdom.
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SARI PATHI SYAFAAT ASTIYANTO. C0108055. 2013. Ketulusan Hati Tokoh dalam Naskah Drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa (Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra). Skripsi : Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Rambat-Rangkung inggih mênika judul drama anggitanipun Trisno Santosa. Drama kanthi basa Jawa mênika namung setunggal babak. Rambat-Rangkung nyariosakên babagan trêsna lan kaiklasan. Kathah nilai-nilai ingkang kakandhut wontên ing drama Rambat-Rangkung. Prêkawis ingkang dipunrêmbag salêbêting panalitèn mênika antawisipun (1) kados pundi dhasaripun nganggit naskah drama Rambat-Rangkung (2) Kados pundi struktural drama Rambat-Rangkung anggitanipun Trisno Santosa? (3) kados pundi trêsna lan kaiklasan ingkang tuwuh salêbêting tokoh (4) Mênapa Nilai ingkang kakandhut salêbêting drama Rambat-Rangkung anggitanipun Trisno Santosa? Ancasipun panalitèn inggih mênika (1) Ngandharakên dhasaripun nganggit naskah drama Rambat-Rangkung (2) Ngandharakên struktural drama RambatRangkung anggitanipun Trisno Santosa (3) Ngandharakên trêsna sarta kaiklasan ingkang tuwuh salêbêting tokoh drama Rambat-Rangkung anggitanipun Trisno Santosa (4) Ngandharakên nilai ingkang kakandhut salêbêting drama RambatRangkung anggitanipun Trisno Santosa. Tinjauan ingkang dipunginakakên inggih mênika Psikologi Sastra. Teori ingkang dipunginakakên salêbêting panalitèn inggih mênika teori cinta sarta motivasi. Teori mênika diginakakên kangge ngandharakên trêsna sarta kaiklasan wontên ing salêbêting tokoh naskah drama Rambat-Rangkung. Paedahipun panalitén mênika ingkang teoritis kangge nambah khasanah kawruh, khususipun panalitén sastra saking tinjauan psikologi. Ingkang Praktis, panalitèn mênika sagêd nambah khasanah panalitén, khususipun panalitén naskah drama. Wujud panalitèn inggih mênika panalitèn sastra kanthi migunakakên kualitatif deskriptif. Sumber data wontên salêbêting panalitèn inggih mênika naskah drama Rambat-Rangkung. Data wontên ing panaliten inggih mênika teks drama RambatRangkung. Wontên panalitèn punika sagêd kapêndhêt sêkawan prêkawis (1) Ingkang Nganggit mêdharakên prêkawis kaiklasan sarta pangorbanan (2) Saking struktural, naskah Rambat-Rangkung mênika mujudakên unsur-unsur ingkang wutuh (3) Saking Psikologi Sastra sagêd ngandharakên sipat tulus, iklas (4) Wontên nilai-nilai moral inggih mênika tanggung jawab, kawicaksanan.
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Rambat-Rangkung merupakan judul naskah drama karangan Trisno Santosa. Naskah yang memiliki tebal empat puluh halaman tersebut diterbitkan oleh Taman Budaya Jawa Tengah pada tahun 2011. Awal peneliti mengetahui naskah drama Rambat-Rangkung pada acara Pergelaran Sastra Jawa Bedhah Naskah RambatRangkung yang diadakan di Taman Budaya Jawa Tengah, Surakarta. Rambat-Rangkung menceritakan tentang kisah percintaan antara pemuda bernama Rambat dengan gadis cantik bernama Rangkung. Rambat hanya satusatunya pemuda yang tetap mencintai Rangkung setelah diketahui ternyata Rangkung bukan wanita sempurna seperti yang diharapkan para pemuda karena keadaannya yang cacat. Awalnya banyak pemuda tertarik kepada Rangkung dan ingin melamarnya, akan tetapi rasa ketertarikan itu hilang seketika setelah diketahui keadaan Rangkung yang cacat. Tidak halnya dengan Rambat yang tetap mencintai Rangkung apa adanya. Dari kisah percintaan tersebut dapat diketahui tentang keteguhan hati dan keiklasan. Naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa berjalan dalam satu babak. Awal hingga akhir cerita, setting atau latar tidak berubah. Permasalahan yang
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
ditonjolkan dalam naskah drama Rambat-Rangkung adalah soal percintaan dan kesetiaan. Drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa pernah dipentaskan beberapa kali oleh kelompok seni yang ada di kota Solo, diantaranya : 1. Tanggal 17 November 2011 pernah dipentaskan oleh Paguyuban Ketoprak Surakarta di Wisma Seni Taman Budaya Jawa Tengah. 2. Tanggal 15 Februari 2012, Kelompok teater SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta juga pernah menampilkan drama Rambat-Rangkung. 3. Yang terakhir kelompok pemuda dari kampung Margorejo Surakarta mementaskannya pada tanggal 16 Agustus 2012 untuk memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia. Segi pengarang, Trisno Santosa merupakan salah satu pengarang drama yang terkenal terutama di kota Surakarta. Trisno Santosa sampai sekarang juga masih produktif dan aktif menulis terutama naskah drama ketoprak. Karya-karya beserta tahun penciptaannya antara lain : 1.
Bargawa (1986)
2.
Wangsapati Prajurit Diponegaran (1986)
3.
Sang Pembayun (1989)
4.
Karebet Tundhung (1990)
5.
Wong Agung (1990)
6.
Jenggit Cembeng (2002)
7.
Pedhut Majapahit (2002)
8.
Setya Tuhu (2003)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
9.
Sayempraba (2004)
10. Lungset (2005) 11. Boma Rangsang (2005) 12. Lurah Ganjur (2006) 13. Kidung Ati Abdi (2007) 14. Bocah Sapu-sapu (2008) 15. Semar-Samar (2010) 16. Rambat-Rangkung (2011) 17. Kang Ala Ketara (2012) Trisno Santosa juga merupakan pengarang dan sutradara drama yang berprestasi. Prestasi yang pernah diraihnya adalah sebagai berikut : 1. Sutradara terbaik lomba sandiwara bahasa Jawa SLTA se-Jawa Tengah (2002). 2. Penulis terbaik untuk lomba sandiwara berbahasa Jawa SLTA se-Jawa Tengah (2002). 3. Sutradara terbaik festival ketoprak se-Jawa Tengah (2004). 4. Juara harapan satu penulisan naskah berbahasa Jawa se-Jawa Tengah (2004). Penelitian dengan objek naskah drama dalam bidang sastra di jurusan Sastra Daerah tidak sebanyak penelitian dengan objek prosa dan sastra lisan yang mendominasi di almari penyimpanan skripsi. Penelitian sebelumnya yang pernah menggunakan objek drama antara lain : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
1. Penelitian dari Henry Pangestu jurusan Sastra Daerah angkatan 1999 dengan judul “Respon Sosial Tokoh-tokoh tentang Kesenjangan Sosial dalam Naskah Drama Stop (Suk-suk Peng) Karya Bambang Widodo S.P. (Sebuah Tinjauan Sosiologi Sastra).” 2. Penelitian dari Sruti Respati, jurusan Sastra Daerah angkatan 2000 dengan judul “Analisis Frustasi Tokoh Kanjeng dalam lakon Rol karya Bambang Widodo S.P. (Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra).” 3. Penelitian dari Christina Puri Pamitkasih, jurusan Sastra Daerah angkatan 2006 dengan judul “Keluhuran Cinta Kasih dalam Drama Radio Nglinggihi Klasa Gumelar karya Retno Hartiningsih (Sebuah Pendekatan Psikologi Sastra).” 4. Penelitian dari Yustinus Tri W dengan judul “Nilai Estetika dan Kritik Sosial dalam drama Cluring karya Joko Bibit Santosa (Sebuah Tinjauan Struktur Drama).” 5. Penelitian dari Rizki Proborani, jurusan Sasrta Daerah angkatan 2007 dengan judul “Profil Tokoh Bambang dalam Drama Radio Kalimput ing Pedhut karya Retno Hartiningsih (Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra).” Peneliti menggunakan pendekatan Psikologi sastra untuk mengkaji naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa. Penelitian Psikologi sastra memiliki peranan penting dalam penelitian sastra karena adanya beberapa kelebihan yaitu untuk mengkaji lebih mendalam
aspek
perwatakan dan membantu untuk
menganalisis karya sastra yang kental dengan masalah-masalah psikologis (Endraswara, 2008:12). Daya tarik psikologi sastra ialah pada masalah manusia yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
melukiskan potret jiwa. Tidak hanya jiwa sendiri yang muncul dalam sastra, tetapi juga bisa mewakili jiwa orang lain (Minderop, 2010:59). Teori cinta dari R. J. Strenberg digunakan untuk mengungkapkan bagaimana cinta itu tumbuh dari dalam diri tokoh sentral dan utama naskah drama RambatRangkung karya Trisno Santosa. R.J. Strenber mengungkapkan ada tiga dimensi cinta meliputi keintiman, hasrat, dan komitmen. Dari ketiga dimensi tersebut dapat diketahui bagaimana cinta yang tumbuh dalam diri tokoh, apakah cinta yang tumbuh hanya berdasarkan nafsu tanpa memiliki komitmen, dan cinta yang tumbuh berdasar ketulusan dan memiliki komitmen. Teori Motivasi Abraham Maslow juga digunakan dalam penelitian ini. Teori motivasi digunakan untuk mengetahui motivasi tokoh dalam membela tanah air dari penjajahan Belanda. Isi cerita dari Rambat-Rangkung tersebut sesuai dengan pendekatan yang digunakan yaitu Psikologi Sastra untuk mengungkapkan bagaimana timbulnya rasa cinta, pengorbanan dan kasih sayang. Oleh karena itu penelitian ini diberi judul Ketulusan Hati Tokoh dalam Naskah Drama Rambat-Rangkung Karya Trisno Santosa (Sebuah Pendekatan Psikologi Sastra).
B. Rumusan Masalah Perumusan masalah ini diperlukan agar sebuah penelitian tidak meluas dari apa yang seharusnya dibahas dan lebih terfokus. Permasalahan tersebut nantinya akan diteliti untuk mencari pemecahan masalah. Perumusan masalah tersebut adalah : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
1. Bagaimanakah latar penciptaan naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa? 2. Bagaimanakah unsur-unsur yang membangun naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa? 3. Bagaimana rasa cinta dan keiklasan yang timbul dalam diri tokoh naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa? 4. Apa nilai-nilai yang terdapat dalam naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang terdapat di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengungkapkan latar penciptaan naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa. 2. Mendeskripsikan unsur-unsur yang membangun naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa. 3. Menjelaskan rasa cinta dan keiklasan yang timbul dalam diri tokoh naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa. 4. Mengungkapkan nilai-nilai yang terdapat dalam naskah drama naskah RambatRangkung karya Trisno Santosa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini akan didapat hasil tentang deskripsi unsur-unsur struktural, rasa cinta dan kasih sayang yang timbul dari tokoh serta mengungkapkan makna dan nilai yang terkandung dalam naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis Penelitian ini menggunakan kajian teori struktural, teori psikologi sastra, dan teori psikologi cinta. Maka dari itu secara teoretis penelitian ini diharapkan akan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang studi karya sastra dari segi psikologis. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah penelitian terhadap Sastra Jawa, khususnya penelitian naskah drama. Selain penelitian ini dapat dipakai data bagi penelitian lain dengan pendekatan yang berbeda.
E. Sistematika Penulisan Agar diperoleh suatu pembahasan yang jelas, maka dibawah ini disampaikan sistematika penulisan penelitian yang akan dilakukan, sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN meliputi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
BAB II LANDASAN TEORI meliputi Pengertian Drama, Pendekatan Struktural, dan Pendekatan Psikologi Sastra BAB III METODE PENELITIAN meliputi Jenis dan Bentuk Penelitian, Sumber Data dan Data, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data dan Validitas Data. BAB IV PEMBAHASAN yang membahas strukturalisme drama, cinta dan pengorbanan yang tumbuh dalam diri tokoh, dan nilai yang terkandung dalam naskah drama Rambat-Rangkung. BAB V PENUTUP meliputi Kesimpulan dan saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Drama Kata drama berasal dari bahasa Yunani draomai yang berarti berbuat, berlaku bertindak, atau beraksi (Soediro Satoto, 1991:5). Drama berarti perbuatan, tindakan, atau bereaksi. Dalam kehidupan sekarang, drama mengandung arti yang lebih luas ditinjau apakah drama sebagai salah satu genre sastra, ataukah drama itu sebagai cabang kesenian yang mandiri. Drama naskah merupakan salah satu genre sastra yang disejajarkan dengan puisi dan prosa (Herman J. Waluyo, 2001:3). Drama mengutamakan perbuatan, gerak, yang merupakan inti hakikat setiap karangan yang bersifat drama. Maka tidak heran kalau Moulton (dalam Soediro Satoto, 1991:3) mengatakan bahwa “Drama adalah hidup yang ditampilkan dalam gerak” (life presented in action). Jika dalam sastra jenis prosa menggerakkan fantasi pembaca, maka dalam jenis drama pembaca melihat kehidupan manusia diekspresikan secara langsung di muka sendiri. Ataupun Bathazar Verhagen yang mengemukakan bahwa “drama adalah kesenian melukis sifat dan sikap manusia dengan gerak”. Menurut
Atar Semi (1993:156) drama adalah cerita atau tiruan
perilaku manusia yang dipentaskan. Riris K. Sarumpet (1997:21), dalam Istilah Drama dan Teater membataskan drama sebagai berikut, drama adalah ragam sastra dalam bentuk dialog yang dimaksudkan untuk dipertunjukkan di atas pentas. Secara
commit to user 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
lebih khusus, drama menunjuk pada lakon yang serius dapat berakhir suka maupun duka dengan masalah yang serius juga (Soediro Satoto, 1989:3). Japi Tambajong (1981:33-34) mengklasifikasikan drama menjadi 5 jenis, yaitu sebagai berikut: 1.
Tragedi (duka ria), drama yang melukiskan kisah sedih yang besar dan agung. Tokoh-tokohnya
terlibat
dalam
bencana
yang
besar.
Penulis
naskah
mengharapkan agar penonton memandang kehidupan secara optimis. 2.
Komedi (drama ria), drama ringan yang sifatnya menghibur dan di dalamnya terdapat dialog kocak yang sifatnya menyindir dan biasanya berakhir dengan kebahagiaan. Lelucon bukan tujuan utama dalam komedi, tetapi drama ini bersifat humor dan pengarangnya berharap akan menimbulkan kelucuan atau tawa riang.
3.
Melodrama, lakon yang sangat sentimental, dengan tokoh dan cerita yang mendebarkan hati dan mengharukan.
4.
Tragikomedi, dua paras perasaan yang digabungkan, tragedi dan komedi
5.
Dagelan (farce), disebut juga banyolan. Seringkali drama ini disebut drama komedi murahan atau komedi picisan. Dagelan adalah drama kocak dan ringan, alurnya tersusun berdasarkan arus situasi dan tidak berdasarkan arus situasi. Isi cerita dagelan biasanya kasar, lentur dan fulgar. Drama adalah sejumlah kejadian yang mengikat dan menarik hati. Tujuan
drama bukanlah untuk dibaca seperti orang membaca novel atau puisi. Drama yang sebenarnya adalah kalau naskah drama itu telah dipentaskan. Tetapi bagaimanapun, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
naskah tertulis drama selalu dimasukkan sebagai karya sastra (Jacob Sumarjo, Saini KM, 1991 : 31). Drama adalah karya sastra yang mengungkapkan cerita lewat dialog para tokoh. Tujuan pokoknya menggambarkan kehidupan dengan mengemukakan konflik dan emosi melalui dialog. Sebagai karya sastra, bahasa drama adalah bahasa sastra karena itu sifat konotatif juga dimiliki. Pemakaian lambang, kiasan, irama, pemilihan kata yang khas, dan sebagainya berprinsip sama dengan karya sastra yang lain, akan tetapi karena yang ditampilkan drama adalah dialog maka bahasa drama tidak sebeku bahasa puisi, dan lebih cair dari bahasa prosa (Herman J. Waluyo, 2006:3). Penghayatan naskah drama lebih sulit daripada naskah prosa dan puisi. Naskah drama berupa dialog yang membutuhkan ketekunan untuk memahami isi drama. Drama memiliki kekhususan dibanding dengan genre puisi ataupun genre yang lainnya. Kesan dan kesadaran terhadap drama lebih difokuskan pada bentuk karya yang bereaksi langsung secara kongkret. Drama tidak bisa dikatakan sebagai puisi ketika mencoba mendekatinya, karena puisi penekanannya sebagai hasil cipta instuisi imajinasi penyairnya. Membaca puisi, pembaca berusaha menghubungkan imajinasinya dengan instuisi penyair melalui sajak-sajak yang ditulis oleh penyair. Di pihak lain ketika membaca novel ataupun cerpen, pembaca berhadapan dengan suatu dunia rekaan yang dibentuk berdasarkan proses imajinatif yang kemudian dipaparkan secara naratif oleh pengarangnya. Kekhususan drama disebabkan tujuan drama ditulis pengarangnya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
tidak hanya berhenti sampai pada tahap pembeberan peristiwa untuk dinikmati secara artistik imajinatif oleh pembacanya, namun mesti diteruskan untuk kemungkinan dapat dipertontonkan dalam suatu penampilan gerak dan perilaku yang dapat disaksikan (Hasanuddin, 2009:2).
B. Pendekatan Struktural Langkah awal dalam meneliti karya sastra adalah dengan pendekatan struktural sebelum melakukan pendekatan selanjutnya. Pendekatan struktural sebagai cara untuk memahami karya sastra berdasarkan unsur-unsur pembentuk drama menghasilkan makna menyeluruh antara lain tema, amanat, penokohan, alur, setting (latar), tikaian atau konflik, dan cakapan (Soediro Satoto, 1991:41). Pendekatan struktural dapat juga dinamakan dengan pendekatan obyektif. Struktur merupakan komponen paling utama, dan merupakan prinsip kesatuan lakuan dalam drama. Sistematika pembicaraannya dilakukan dalam hubungannya dengan alur (plot) dan penokohan (karakterisasi). Perwujudannya dapat berupa gerak atau cakapan (dialog, monolog). Analisis struktural karya sastra dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan atas unsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. Analisis struktural pada dasarnya bertujuan untuk memaparkan secermat mungkin fungsi dan ketertarikan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah keseluruhan. Analisis struktural tidak cukup dilakukan hanya dengan mendata unsur tertentu sebuah karya fiksi. Namun yang lebih penting adalah menunjukkan bagaimana hubungan antar unsur itu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
dan sumbangan apa yang diberikan terhadap suatu estetik dan makna keseluruhan yang ingin dicapai (Burhan Nurgiyantoro, 2007:37). Menurut Rahmat Joko Pradopo (1995:108) bahwa usaha untuk mamahami struktur sebagai suatu kesatuan yang utuh (tidak terpisah) seseorang harus mengetahui unsur-unsur pembentuknya yang saling berhubungan satu sama lain. Sebuah struktur terbentuk dari serangkaian unsur-unsurnya (Sangidu, 2004:16). Peneliti menggunakan teori pendekatan struktural dari Soediro Satoto yang terdiri dari tema, amanat, penokohan, alur, setting (latar), tikaian atau konflik, dan cakapan. 1. Tema Tema merupakan gagasan pokok yang terkandung dalam drama (Herman J. Waluyo, 2001:24). Sedangkan menurut Soediro Satoto (1991:42) tema adalah gagasan, idea atau pikiran utama dalam karya sastra baik terungkap secara tersirat maupun tersurat. Tema tidak sama dengan pokok masalah atau topik. Tetapi tema dapat dijabarkan ke dalam beberapa pokok. Tema berhubungan dengan premis dari drama tersebut yang berhubungan pula dengan nada dasar dari sebuah drama. Dalam drama, tema akan dikembangkan melalui alur dramatik dalam plot melalui tokohtokoh protagonis dan antagonis dengan perwatakan yang memungkinkan konflik dan diformulasikan dalam bentuk dialog. Dialog tersebut mengejawantahkan tema dari lakon/naskah. Konflik batin dalam drama harus benar-benar dihayati oleh pembaca. Dengan tema yang kuat, pembaca akan lebih mudah dan cepat menangkap dan menafsirkan tema yang dimaksud oleh pengarang. Tema merupakan sruktur dalam dari sebuah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
karya sastra. Tema juga behubungan dengan sudut pandang, sudut darimana pengarang memandang dunia ini. Sudut pandang sering dihubungkan pula dengan sebagai apakah pengarang berperan dalam cerita itu. Dalam drama, pengarang dapat berperan sebagai orang yang terlibat gagasannya dialog dan drama, dapat pula sebagai penyaji alternatif-alternatif. Suatu cerita yang baik dan berbobot terbentuk karena ada tema/topik yang dibicarakan. Suatu karya sastra tidak hanya untuk didengar, dibaca, atau dilihat saja, akan tetapi ada sesuatu hal yang bisa diambil manfaatnya. Sesuatu tersebut dapat mengenai masalah kehidupan atau komentar tentang hidup, seperti percintaan, kesedihan, ketakutan, spiritual, dan sebagainya. 2. Amanat Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca melalui ceritanya (Burhan Nurgiyantoro, 2007:322). Nilai-nilai yang ada di dalam cerita rekaan bisa dilihat dari diri sastrawan dan pembacanya. Amanat dapat juga diartikan sebagai gagasan yang mendasari karya sastra, pesan, perintah, keterangan, wejangan, dan kepercayaan yang disampaikan pengarang kepada pembaca (Wahyudi Siswanto, 2008:162). Teknik penyampaian pesan tersebut dapat secara langsung maupun tidak langsung, secara tersurat maupun tersirat, atau secara simbolik. Jika tema dalam drama merupakan ide sentral yang menjadi pokok persoalannya, maka amanat merupakan pemecahannya. Jika tema sebuah drama merupakan pertanyaan, maka amanat yang terkandung di dalamnya merupakan jawaban (Soediro Satoto, 1991:4344).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
Amanat yang ada dalam drama harus dicari oleh pembaca atau penonton. Sebuah karya sastra pasti ada amanat yang ingin disampaikan kepada pembaca. Amanat sebuah drama akan lebih mudah dihayati penikmat, jika drama itu dipentaskan (Herman J. Waluyo, 2001:28). Setiap pembaca dapat menafsirkan amanat sebuah karya sastra menurut dirinya sendiri karena tema bersifat obyektif. 3. Alur (plot) Plot merupakan jalinan cerita atau kerangka awal hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antar dua tokoh yang berlawanan (Herman J. Waluyo, 2001:8). Konflik itu berkembang karena kontradiksi para pelaku. Sifat dua tokoh itu bertentangan. Konflik itu semakin lama semakin meningkat untuk kemudian mencapai titik klimaks. Setelah klimaks konflik akan menuju penyelesaian. Apa yang disebut plot atau alur dalam sebuah cerita memang sulit dicari. Plot tersembunyi di balik jalan cerita. Dalam mengikuti cerita itulah akhirnya dapat menemukan plotnya. Sebuah plot bisa menelurkan beberapa jalan cerita. Jalan cerita hanyalah manifestasi atau bentuk jasmaniah dari plot (Jakob Sumardjo, 2007:39). Stanton mengatakan bahwa alur atau plot adalah rangkaian kejadian atau peristiwa dalam suatu cerita. Plot merupakan cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu dihubungkan sebab-akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya sebuah peristiwa (dalam Burhan Nurgiantoro, 2007:113). Gustaf Freytag (dalam Herman J. Waluyo, 2001:8) memberikan unsur-unsur plot itu lebih lengkap, yang meliputi hal-hal berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
a. Exposition atau Pelukisan Awal Dalam tahap ini pembaca diperkenalkan dengan tokoh-tokoh drama dengan watak masing-masing. Pembaca mulai mendapat gambaran tentang lakon yang dibaca. b. Komplikasi atau Pertikaian Awal Konflik mulai menanjak akan tetapi konflik belum mancapai klimaks dan lakon belum selesai. c. Klimaks atau Titik Puncak Cerita Konflik yang meningkat itu akan terus sampai mencapai klimaks atau titik puncak atau kegawatan dalam cerita. d. Resolusi atau Penyelesaian atau Falling Action Dalam tahap ini konflik mereda atau menurun. Tokoh-tokoh yang memanaskan situasi atau meruncigkan konflik telah mati atau menemukan jalan pemecahan. e. Catastrhope atau Denounment atau Keputusan Drama-drama modern akan berhenti pada klimaks, seperti halnya adegan tancep kayon dalam wayang kulit. Dalam tahap ini, ada ulasan pendapat terhadap seluruh kisah lakon itu. 4. Penokohan Tokoh merupakan pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita (Wahyudi Siswanto, 2008:142). Sedangkan menurut Herman. J. Waluyo (2001:14) penokohan erat hubungannya dengan perwatakan. Penokohan di sini adalah proses menampilkan tokoh sebagai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
pembawa peran watak tokoh dalam pementasan lakon, penokohan harus mampu menciptakan citra tokoh. Karenanya tokoh-tokoh harus dihidupkan (Soediro Satoto, 1989:43). Susunan tokoh (drama personal) adalah daftar tokoh-tokoh yang berperan dalam drama itu. Beberapa jenis pelaku atau aktor berdasarkan peranannya dalam cerita yang biasa dipergunakan dalam drama diantaranya adalah : a. Tokoh Antagonis, tokoh penentang arus cerita. b. Tokoh Protagonis, tokoh yang mendukung cerita. c. Tokoh Thragonis, tokoh pembantu baik tokoh antagonis maupun untuk tokoh protagonis. Ada juga klasifikasi tokoh berdasarkan peranannya dalam lakon serta funginya, maka terdapat tokoh-tokoh seperti berikut : a. Tokoh sentral, yaitu tokoh-tokoh yang paling menentukan gerak lakon. b. Tokoh utama, yaitu tokoh pendukung atau penantang tokoh sentral. c. Tokoh pembantu, yaitu tokoh-tokoh yang memegang peran pelengkap atau tambahan dalam mata rantai cerita (Herman J Waluyo, 2006 :16). Tokoh dalam suatu drama juga harus memiliki watak. Watak para tokoh digambarkan dalam tiga dimensi, yaitu : a. Keadaan Fisik, meliputi umur, jenis kelamin, ciri-ciri tubuh, raut muka, dan sebagainya. b. Keadaan Psikis, meliputi : watak, kegemaran, mentalitas, standar moral, temperamen, ambisi, keadaan emosi, dan sebagainya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
c. Keadaan Sosiologis, meliputi : jabatan, pekerjaan, kelas sosial, agama, dan sebagainya. 5. Setting (latar) Setting atau tempat terjadinya cerita sering pula disebut latar cerita. Adanya latar cerita menjadi lebih hidup dan jelas karena dapat diketahui kapan, di mana, dan bagaimana suatu cerita itu berlangsung. Atar semi (1993:46) berpendapat bahwa latar atau landas tumpu cerita adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi. Penentuan ini harus secara cermat sebab drama naskah harus juga memberikan kemungkinan untuk dipentaskan (Herman J. Waluyo, 2001:23). Setting biasanya meliputi tiga dimensi, yaitu : 1. Tempat 2. Waktu 3. Sosial Setting juga berarti apakah lakon terjadi di waktu siang, pagi, sore atau malam hari. Siang atau malam di desa atau di kota akan berbeda pula keadaannya. Waktu juga disesuaikan dengan ruang dan tempat. Tempat dapat berarti ruang dalam rumah atau luar rumah, tetapi juga berarti dapat lebih mendetail, ruang yang bagaimana yang dikehendaki penulis lakon. Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang behubungan dengan kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
6. Tikaian atau Konflik Hakikat lakon sebagai “closet drama” (drama baca) yang lebih dapat dikenali lewat struktur dramatik adalah tikaian atau konflik. Seorang pengkaji dan peneliti sastra akan lebih melihat tikaian atau konflik sebagai hakikat drama. Dalam praktek tikaian atau konflik tidak harus diikuti oleh cakapan atau lakuan, konflik ini berada dalam diri tokoh, biasa disebut pembatinan. Tikaian atau konflik bisa terjadi antar manusia, manusia dengan alam semesta, dan bahkan manusia dengan Tuhannya. Terjadi antar individu dan individu dengan kelompok, dan antar kelompok. Manusia adalah sumber dari segala tikaian atau konflik. 7. Cakapan Kata cakap berarti, omong atau bicara. Bercakap-cakap berarti omong-omong atau berbicara. Dalam drama, cakapan yang terjadi antara dua orang atau lebih disebut dialog (Soediro Satoto, 1991:63). Menurut Herman J. Waluyo ciri khas suatu drama adalah naskah itu berbentuk percakapan
atau
dialog.
Dialog dalam
sebuah
drama
harus
benar-benar
memperlihatkan pembicaraan tokoh-tokoh dalam kehidupan sehari-hari. Ragam bahasa dalam dialog tokoh-tokoh drama adalah bahasa lisan yang komunikatif dan bukan ragam tulis. Hal ini disebabkan karena drama adalah potret kenyataan. Di samping dalam hal ragam, maka diksi hendaknya dipilih sesuai dengan dramaticaction dari plot itu. Diksi berhubungan dengan irama lakon, artinya panjang pendeknya kata-kata dalam dialog dipengaruhi terhadap konflik yang dibawakan lakon. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
C. Pendekatan Psikologi Sastra Psikologi yang berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan logos yaitu ilmu mengarahkan perhatiannya kepada manusia sebagai obyek studi, terutama pada sisi perilaku (behavior atau action) dan jiwa (psyche). Berdasarkan pengertian singkat tersebut bisa dipahami formulasi-formulasi yang secara singkat dikategorikan menjadi: (1) Ilmu atau kajian ilmiah tentang perilaku manusia. (2) Ilmu atau kajian ilmu tentang jiwa manusia. Sebagai disiplin ilmu yang memfokuskan studi pada perilaku manusia, psikologi dikategorikan sebagai behavavioral science atau ilmu perilaku. Psikologi sebagai suatu ilmu, yaitu psikologi merupakan ilmu pengetahuan tentang kejiwaan. Menurut Sartain, psikologi merupakan ilmu jiwa yang ilmiah, yang sensitif. Karena itu dalam mempelajari psikologi harus dari sudut ilmu, psikologi sebagai suatu science (dalam Bimo Wagito, 1992:2). Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Pembaca dalam menanggapi karya tidak akan lepas dari kejiwaan masingmasing (Suwardi Endraswara, 2008:96). Karya sastra yang dipandang sebagai fenomena psikologis akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh juga kebetulan teks berupa drama maupun prosa. Sedangkan jika berupa puisi, tentu akan tampil melalui larik-larik dan pilihan kata yang khas. Menurut Wellek dan Warren (1990:23) psikologi dalam karya sastra bukanlah sesuatu yang sama sekali baru, karena tokoh-tokoh dalam karya sastra harus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
dihidupkan, diberi jiwa. Pengarang baik sadar maupun tidak sadar memasukkan jiwa manusia ke dalam karyanya. Hal ini akan terlihat dalam diri tokoh cerita dan lingkungan cerita dimana cerita tersebut terjadi. Daya tarik psikologi sastra ialah pada masalah manusia yang melukiskan potret jiwa. Tidak hanya jiwa sendiri yang muncul dalam sastra, tetapi juga bisa mewakili jiwa orang lain (Minderop, 2010:59). Tanpa kehadiran psikologi sastra dengan berbagai acuan kejiwaan, kemungkinan pemahaman sastra akan timpang. Setidaknya sisi lain dari sastra akan terpahami secara proporsional dengan psikologi sastra (Endraswara, 2008:7). Menurut Sangidu (2004:30) psikologi sastra adalah suatu disiplin imu yang memandang karya sastra sebagai suatu karya yang memuat peristiwa-peristiwa kehidupan manusia yang diperankan oleh tokoh-tokoh yang di dalamnya atau mungkin juga diperankan oleh tokoh faktual.
D. Psikologi Cinta Naskah drama Rambat-Rangkung mengisahkan bagaimana para pemuda jatuh cinta kepada satu gadis yang sama karena kecantikan wajahnya. Akan tetapi tidak ada yang tahu bagaimana keadaan dari sang gadis tersebut yang kakinya cacat. Setelah diketahui jika sang gadis tersebut cacat, beberapa pemuda yang awalnya suka berubah perasaannya terhadap sang gadis tersebut. Tetapi tidak dengan tokoh bernama Rambat yang tetap mencintai sang gadis tersebut dengan tulus hati.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
Rasa cinta tersebut perlu didefinisikan dengan cara memahami mengapa timbul cinta dan apakah terdapat bentuk cinta yang berbeda. Gairah cinta dari cinta romantis tergantung pada si individu dan objek cinta adanya nafsu dan keinginan untuk bersama-sama. Perasaan cinta bervariasi dalam beberapa bentuk, intensitas pengalaman memiliki rentang dari yang terlembut sampai kepada yang amat mendalam, derajat tensi dari rasa sayang yang paling tenang sampai pada gelora nafsu yang kasar. Jika demikian, esensi cinta adalah perasaan tertarik kepada pihak lain dengan harapan sebaliknya. Cinta diikuti oleh perasaan setia dan sayang. Ada yang berpendapat bahwa cinta tidak mementingkan diri sendiri, bila tidak demikian berarti bukan cinta sejati (Minderop, 2010:44). Sternberg dalam teorinya (dalam Robert A. Baron dan Donn Byarne, 2005:29) mengemukakan bahwa cinta memiliki tiga dimensi yaitu gairah/nafsu (passion), keintiman (intimacy), dan komitmen/keputusan (commitment/decision). 1. Gairah/nafsu Dimensi ini menekankan pada intensnya perasaan serta perasaan (keterbangkitan) yang muncul dari daya tarik fisik dan gaya tarik seksual. Pada jenis cinta ini, sesorang mengalami ketertarikan fisik secara nyata, selalu memikirkan orang yang dicintainya sepanjang waktu, melakukan kontak mata secara intens saat bertemu, mengalami perasaan indah seperti melambung ke awan, mengagumi serta terpesona dengan pasangan, detak jantung meningkat, mengalami perasaan sejahtera, memiliki energi yang besar utuk melakukan sesuatu demi orang yang dicintainya, tentu saja merasa bahagia. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
2. Keintiman Dimensi ini tertuju pada kedekatan perasaan antara dua orang dan kekuatan yang mengikat mereka untuk bersama. Sebuah hubungan akan mencapai keintiman emosional jika kedua belah pihak saling mengerti, terbuka dan saling mendukung, serta bisa berbicara apapun tanpa merasa takut ditolak. Mereka mampu saling memaafkan dan menerima. 3. Komitmen/keputusan Pada dimensi ini, seseorang berkeputusan untuk tetap bersama dengan seorang pasangan dalam hidupya. Komitmen ini dapat bermakna mencurahkan perhatian, melakukan sesuatu untuk menjaga suatu hubungan tetap langgeng, melindungi hubungan tersebut dari bahaya, serta memperbaiki jika hubungan dalam keadaa kritis (Sarlito W. Sarwono dkk, 2009:71-72). Ketiga komponen yang telah disebutkan di atas haruslah seimbang untuk dapat menghasilkan hubungan cinta yang memuaskan dan bertahan lama. Dari ketiga dimensi cinta tersebut bisa menghasilkan tujuh jenis hubungan : 1. Rasa suka (liking) = keintiman saja (pertemanan sejati tanpa nafsu atau komitmen jangka panjang) 2. Cinta roamantis (romantic love) = keintiman + nafsu (saling tertarik satu sama lain secara fisik dan emosional tanpa komitmen ) 3. Tergila-gila (infatuation) = nafsu saja (cinta pada pandangan pertama yang penuh nafsu dan bersifat obsesif tanpa adanya keintiman atau komitmen) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
4. Cinta tolol (fatuous love) atau nafsu = komitment (komitmen berdasarkan nafsu tanpa
adanya
waktu
untuk
berkembangnya keintiman, hubungan dangkal seperti perkawinan mendadak) 5. Cinta karib (companionate love) = keintiman+komitmen (pertemanan jangka panjang dengan komitmen seperti pada perkawinan dimana nafsu sudah hilang) 6. Cinta kosong (empty love) = keputusan/komimen saja (keputusan untuk mencintai orang lain tanpa keintiman atau nafsu) 7. Cinta sempurna (cinta yang lengkap yang terdiri dari tiga komponen, suatu keadaan yang sudah ideal).
E. Motivasi Psikologi tidak hanya mempelajari apa yang dilakukan orang tetapi juga mengapa
dia
melakukannya,
“mengapa”
itu
disebut
motive.
Pengalaman
menunjukkan bahwa untuk memahami seseorang tidaklah cukup dengan mengamati tindak perbuatannya saja, tetapi hal-hal yang melatar belakanginya melakukan sesuatu (Dimyati Mahmud, 1990:195) Abraham Maslow dalam Albertine Minderop (2007:98) menyebutkan teori motivasi ada lima tingkat : 1. Kebutuhan Fisiologis Kebutuhan dasar atau kebutuhan pokok manusia, meliputi makan, air udara, tidur dan seks. Pemuasan untuk kebutuhan ini sangat penting untuk kelangsungan hidup. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
2. Kebutuhan Rasa Aman Kebutuhan akan jaminan stabilitas, perlindungan, ketertiban. Ketidakpastian yang dihadapi manusia membuat manusia menccapai jaminan keamanan, perlindungan, dan ketertiban menurut kemampuannya. 3. Kebutuhan Rasa memiliki dan Cinta Kebutuhan yang dapat dicapai dengan cara menggabungkan diri dengan suatu kelompok atau perkumpulan. Untuk memuaskan kebutuhan ini dapat membangun suatu hubungan yang akrab dan penuh perhatian dengan orang lain. 4. Kebutuhan Rasa Penghargaan Kebutuhan rasa penghargaan dibagi menjadi dua yaitu penghargaan yang berasal dari orang lain dan penghargaan terhadap diri sendiri. Penghargaan yang berasal dari orang lain adalah yang utama. Penghargaan dari orang lain berdasarkan reputasi, kekaguman, status, popularitas, dan keberhasilan dalam masyarakat. Apabila merasakan suatu perasaan dari dalam atau penghargaan diri akan merasa yakin dan aman akan diri sendiri. 5. Kebutuhan Aktualisasi Diri Kebutuhan manusia yang tertinggi. Seseorang akan mampu mencapai kebutuhan ini apabila mampu melewati masa-masa sulit yang berasal dari diri sendiri dan orang lain. Hambatan dari diri sendiri misalnya ragu-ragu, takut, malu dan sebagainya. Yang menjadi penghambat dari luar misalnya tidak adanya kesempatan dan diskrimainasi dari lingkungan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
BAB III METODE PENELITIAN Dalam pengertian yang lebih luas metode dianggap
sebagai cara yang
strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah yang sistematis untuk memecahkan masalah sebab-akibat berikutnya. Metode merupakan cara kerja yang bersistem untuk memulai pelaksanaan suatu kegiatan penelitian guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Metode dapat juga dipahami sebagai cara kerja untuk mencari kebenaran berdasarkan disiplin ilmu yang bersangkutan (Sangidu, 2004 : 13). Penelitian adalah cara yang dipilih peneliti untuk memperoleh pengetahuan dan rumusan untuk memahami fenomena yang digunakan untuk meneliti persoalan yang bisa mencapai hasil yang diharapkan. Penelitian adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan masalah dengan dukungan data sebagai landasan dalam mengambil kesimpulan (Rachmat Joko Pradopo, 2001).
A. Jenis Penelitian dan Bentuk Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian sastra. Penelitian sastra merupakan pencarian pengetahuan yang memberi makna dengan hati-hati dan kritis secara terus-menerus terhadap masalah sastra. Penelitian sastra pada dasarnya sama dengan kritik sastra yang membedakan adalah jangkauannya. Bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Bersifat deskriptif artinya data terurai dalam bentuk kata-kata atau gambar-gambar, bukan angka-angka. Data pada commit to user 26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
umumnya berupa pencatatan, foto-foto, rekaman, dokumen, atau catatan-catatan resmi lainnya (Atar Semi, 1993:18). Penelitian sastra lebih banyak berupa penelitian perpustakaan (Library research). Penelitian perpustakaan yaitu penelitian yang dilakukan di kamar kerja peneliti atau di perpustakaan yang terdapat data dan objek penelitian yang dapat diperoleh.
B. Sumber Data dan Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah naskah drama Rambat-Rangkung. Data dalam penelitian ini berupa teks yang berupa struktur drama yang dibangun oleh unsur-unsur instrinsik dalam karya sastra seperti tema, alur, penokohan, amanat, latar, konflik dan dialog serta aspek-aspek psikologi sastra dari drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa.
C. Teknik Pengumpulan Data Berdasarkan data yang digunakan, maka teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Analisis Isi atau Content Analysis. Teknik Content Analysis atau analisis isi, yaitu menganalisis isi yang terdapat dalam karya sastra. Analisis isi merupakan metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpukan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen ( Lexy J. Moleong, 2007 : 163 ).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
D. Teknik Analisis Data Judul penelitian ini adalah Ketulusan Hati Tokoh dalam Naskah Drama Rambat-Rangkung Karya Trisno Santosa (Sebuah Pendekatan Psikologi Sastra), maka teknik analisa data yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: Pertama, tahapan ini dimulai dengan membaca dan mengelompokkan data berdasarkan deskripsi data, kemudian disajikan dalam analisis struktural yang membangun naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa yaitu tema, amanat, penokohan, alur, konflik, setting dan dialog serta analisis psikologi sastra meliputi perasaan cinta dan motivasi yang tumbuh dalam tokoh naskah drama Rambat-Rangkung. Kedua, langkah selanjutnya yaitu proses penyederhanaan dan membatasi pertanyaan-pertanyaan pokok yang perlu dijawab dalam penelitian. Ketiga, Pengumpulan data selesai, penelitian mulai melakukan usaha untuk menarik kesimpulan dan verifikasinya berdasarkan semua hal yang terdapat pada reduksi maupun sajian datanya. Menurut Sutopo (2002 : 95), proses ini disebut model analisis intereaktif. Penarikan kesimpulan merumuskan apa yang sudah didapatkan dari reduksi ataupun kegiatan pengumpulan data. Verifikasi dan kesimpulan adalah mengecek kembali (diverivikasi) pada catatan yang telah dibuat oleh peneliti dan selanjutnya membuat kesimpulan sementara (Sangidu, 2004 : 178).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
E. VALIDITAS DATA Penelitian terhadap karya sastra yang telah dilakukan, data-data yang telah dikumpulkan diusahakan kemantapannya, dalam arti harus diupayakan peningkatan validitas data yang diperoleh. Dalam penelitian ini digunakan triangulasi data. Menurut Lexy J. Moleong (2007:178), triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data yaitu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
BAB IV PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Penciptaan Naskah Drama Rambat-Rangkung Karya sastra dan pengarang memiliki suatu hubungan yang erat. Bukan saja hubungan yang menyebabkan timbulnya karya sastra, tetapi merupakan sebuah hubungan yang dapat mencerminkan segi-segi kejiwaan, pandangan sosial, ataupun filsafat hidup yang ada dalam diri pengarang yang terdapat dalam hasil karyanya. Aspek-aspek yang berhubungan dengan diri pengarang perlu untuk diungkapakan, karena kedudukannya memegang peranan yang penting dalam sebuah penelitian sastra. Pengarang dalam menghasilkan karya-karya sastranya, memiliki suatu kebebasan untuk mengembangkan perasaan, pikiran, dan fantasinya untuk disusun dan diungkapkan hingga menjadi sebuah cerita, cerita itu juga akan dipengaruhi oleh pengalaman dan pandangannya. Trisno Santosa lahir di Yogyakarta 54 tahun yang lalu. Pada tahun 1982 waktu masih menjadi mahasiswa di jurusan Pedalangan ASKI Surakarta bergabung dengan teater Gapit. Awalnya berperan sebagai dalang dalam naskah Gandrung Kecepit karya Sarwaka Tesar, kemudian ditunjuk sebagai tokoh Pelok dalam naskah Suk Suk Peng menggantikan salah satu pemain Teater Gapit yang terkena sangsi tidak diperbolehkan berkegiatan di lingkungan ASKI Surakarta, dan sejak saat itu nama “Pelok” melekat seolah-olah menghapus nama aslinya. commit to user
30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
Bambang Widaya (sutradara teater Gapit) kemudian selalu menunjuk Trisno Santosa untuk mendukung naskah-naskah karyanya, dalam naskah Rol Trisno ditunjuk sebagai Salamun, Leng sebagai Pak Rebo, Reh sebagai Jana Buntet, Tuk sebagai Lik Bisma, dan Dom sebagai Pak Lakon. Kehadiran Trisno Santosa di teater Gapit juga ikut membantu teman-temannya pada waktu membuat dialog naskah agar lebih Jawani. Trisno Santosa sejak kecil sudah akrab dengan dunia ketoprak, wayang orang, wayang kulit, dan wayang golek Yogyakarta karena memang cucu seorang dalang wayang golek dari Sentolo, Kulon Progo, Yogyakarta. Dunia panggung di kampung, di tempat orang hajat, maupun acara tujuh belasan adalah medan seni yang ikut membentuknya. Trisno Santosa sejak kecil juga sudah sering ikut lomba kesenian dan meraih prestasi, diantaranya : 1. Tahun 1972, saat Sekolah Dasar bersama teman-temannya menjadi juara satu karawitan Porseni se-DIY. 2. Tahun 1974 ketika SMP juara tiga Tari Gaya Surakarta Hari Pendidikan Nasional se-DIY. 3. Tahun 1978 menjadi juara satu Tari Gagah Gaya Surakarta pada Porseni se-DIY. Prestasi Trisno Santosa dalam hal drama baik sebagai penulis, sutradara, maupun pemain juga sangat bagus. Di antaranya : 1. Tahun 1989 menjadi sutradar terbaik dalam festival ketoprak se-Jawa Tengah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
2. Tahun 1992 menjadi sutradara terbaik dalam festival ketoprak se-eks karesidenan Surakarta. 3. Tahun 1995 menjadi Punakawan terbaik di festival WOPA. 4. Tahun 2002 manjadi sutradara dan penulis terbaik lomba sandiwara berbahasa Jawa SLTA se-Jawa Tengah. 5. Tahun 2004 sutradara terbaik festival ketoprak se Jawa Tengah. 6. Tahun 2007 menjadi juara harapan I penulisan naskah Sandiwara berbahasa Jawa se Jawa Tengah. Selain menjadi pengarang drama bahasa Jawa dan sutradara, Trisno Santosa juga menjabat sebagai Dosen di jurusan Seni Pedalangan, Institut Seni Indonesia Surakarta. Naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa ini adalah karya fiksi. Asal nama Rambat-Rangkung diambil dari nama gending sekaten. Kedua nama tersebut saling berhubungan yang meyimbolkan akan kebersamaan dan kesetiaan. Setting atau latar perang Diponegoro digunakan pengarang dalam naskah drama Rambat-Rangkung yang bertempat di lereng bukit Menoreh. Tidak ada alasan khusus kenapa pengarang membuat latar cerita seperti itu. Latar dalam cerita drama Rambat-Rangkung bertujuan untuk membangun struktur dan karakter, bagaimana orang-orang bersikap ketika keadaan di sekitarnya sedang tidak aman. Problematika percintaan menjadi dasar dalam menciptakan drama RambatRangkung ini. Rasa ketertarikan kepada lawan jenis terkadang hanya melihat dari fisik semata tanpa melihat keadaan seutuhnya. Pengarang melalui drama RambatRangkung ini ingin mengungkapkan cinta yang tulus dan bisa menerima kekurangan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
kepada orang yang dicintai. Tergambar dalam tokoh Rambat yang dengan tulus dan iklas menerima Rangkung yang memiliki kecacatan fisik. Sikap Rambat berbeda dengan pemuda-pemuda lain yang hanya melihat Rangkung dari kecantikan wajah saja dan setelah diketahui Rangkung adalah gadis cacat, para pemuda yang awalnya suka kepada Rangkung menjadi berubah perasaannya. Pengarang juga menyampaikan pesan moral dalam naskah drama RambatRangkung. Pengarang menyampaikan pesan kepada pemuda untuk tidak menyianyiakan waktu. Akan lebih baik jika waktu tersebut digunakan untuk melakukan halhal yang positif dan dapat berguna bagi diri sendiri dan masyarakat.
B. Unsur-unsur yang Membangun Struktur Naskah Drama Rambat-Rangkung Bagian ini mengungkapkan unsur-unsur yang membangun struktur naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa. Berdasar analisis instrinsik yang telah dilakukan, struktur naskah Rambat-Rangkung dibangun unsur-unsur yang antara lain tema, penokohan, latar/setting, amanat, alur, cakapan, dan konflik. 1. Tema Naskah drama Rambat-Rangkung bertemakan cinta kasih tidak bersyarat yang bisa menerima apa adanya. Naskah drama Rambat-Rangkung menceritakan tentang kisah percintaan antara Rambat dan Rangkung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
Rangkung memiliki wajah yang cantik, akan tetapi tidak ada yang mengetahui jika Rangkung adalah gadis yang cacat. Kecantikan wajah Rangkung membuat setiap pemuda suka kepadanya, salah satu diantaranya adalah Rambat. Ketertarikan Rambat dapat diketahui dari sikapnya yang setiap hari berkunjung di warung makan tempat Rangkung berjualan dan menjadi pembeli yang paling lama jika sudah berada di warung makan tersebut. Wa Sri yang curiga dengan Rambat, mendesaknya dengan berbagai pertanyaan. Rambat mengaku jika dirinya ada sesuatu hal yang ingin disampaikan yaitu ingin menyampaikan perasaan cinta kepada Rangkung. Wa Sri memberi kesempatan kepada Rambat untuk mengungkapkan perasaan kepada Rangkung. Rambat tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut, dengan memberanikan diri Rambat melamar Rangkung. Rangkung yang juga menyukai Rambat tidak serta merta menerima lamaran tersebut. Wa Sri sebagai orang tua Rangkung menyuruh Rambat membawa orang tuanya jika bersungguh-sungguh melamar Rangkung. Rambat bersedia dan pulang memanggil ayahnya. Beberapa lama kemudian Rambat datang bersama orang tuanya yang juga seorang pemimpin prajurit. Ayah Rambat, Den Sasra memberitahu kepada warga jika tempat pengungsian sudah diketahui oleh Belanda dan menyuruh para warga untuk bersiap-siap berpindah tempat. Rambat yang khawatir dengan Rangkung langsung menariknya dari tempat duduk. Semua orang menjadi kaget melihat kaki Rangkung yang ternyata cacat. Para pemuda yang pada awalnya berebut mendapatkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Rangkung menarik diri karena ketidak sempurnaan fisik Rangkung. Tidak halnya dengan Rambat, Rambat tetap mencintai Rangkung bagaimanapun keadaannya. 2. Alur (Plot)
a. Eksposition atau Pelukisan awal Rangkung : Iya wa, iya. Wa aku ora susah, atiku seneng waton cedhak terus karo Wa Sri kok Wa Sri : Gek-gek malah kowe ki mikir cah lanang. Rangkung : Wa, kowe ki kok aneh-aneh ta Wa. Wong lanang ngendi sing gelem tak pikir, aneh Wa kanggoku. Wa Sri : Lho ya ora aneh kok. Lawong kowe ki ya wis prawan, mangka ya ayu, lha sapa ngerti nek wis ana priya sing nyedhaki kowe, njur kowe mikir, njur sangga uwang teruuuussss kaya iki mau. Rangkung : Ora kok Wa. Ora. Wa Sri : Wangsulanmu ki mung ora, ora, ora thok-thok. Eh kosik…ngko gek kowe mikir priya sing nek jajan mrene ora mulih-mulih kae. (halaman 5-6) Terjemahan : Rangkung : Iya Wa, iya. Wa aku tidak sedih, aku senang kalau bisa dekat dengan Wa Sri kok. Wa Sri : jangan-jangan kamu sedang memikirkan laki-laki. Rangkung : Wa, kamu kok aneh-aneh saja. Laki-laki mana yang mau ku pikirkan, aneh Wa Buatku. Wa Sri : Lho ya tidak aneh. kamu kan sudah dewasa, cantik juga, siapa tahu ada laki-laki yang mendekatimu, terus kamu memikirkannya, kemudian melamun terus kayak tadi. Rangkung : Tidak kok Wa, tidak. Wa Sri : Jawabanmu dari tadi cuma tidak dan tidak. Sebentar…kamu pasti memikirkan laki-laki kalau membeli disini tidak pulang-pulang. Dialog tersebut menggambarkan Rangkung sedang merasakan jatuh cinta dengan seorang laki-laki. Rangkung selalu melamun dan ada yang sedang dipikirkannya. Hal tersebut diketahui oleh Wa Sri yang selalu memperhatikan tingkah laku Rangkung. Wa Sri merasa khawatir dengan sikap Rangkung. Setelah didesak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
dengan berbagai pertanyaan, Rangkung mengaku jika dirinya sedang memikirkan Rambat, laki-laki yang disukainya. Rangkung merasa rendah diri dengan keadaan fisiknya yang tidak sempurna seperti wanita kebanyakan, namun Wa Sri tetap meyakinkan Rangkung untuk tidak rendah diri. Wa Sri juga memberi nasihat kepada Rangkung untuk tetap menjaga kehormatannya sebagai seorang wanita. Untuk melindungi kehormatan Rangkung, Wa Sri membuat peraturan bagi pembeli laki-laki di warung makannya untuk tidak boleh terlalu mendekati Rangkung. Rambat, laki-laki yang disukai Rangkung juga menjadi orang yang harus menurut perintah yang dibuat Wa Sri.
b. Komplikasi atau Pertikaian Awal Peristiwa dimulai ketika Rambat, pemuda yang disukai Rangkung datang ke warung makan. Ada niat lain yang ingin disampaikan Rambat selain untuk membeli makanan di warung makan tersebut. Rambat kaget ketika membeli di warung makan tersebut karena tidak biasanya ada peraturan yang tidak memperbolehkan pembeli terlalu mendekati Rangkung. Akan tetapi, demi bisa bertemu dan bisa melihat Rangkung, Rambat mematuhi peraturan yang dibuat Wa Sri. Wa Sri sudah curiga dengan Rambat yang selalu datang paling awal dan pulang paling akhir jika membeli di warung makannya, langsung memberi pertanyaan kepada Rambat. Rambat kemudian mengaku jika dirinnya ingin menyampaikan sesuatu hal kepada Rangkung. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
Wa Sri kemudian mengijinkan Rambat untuk menyampaikan perasaannya kepada Rangkung. Rambat tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dengan sebuah tembang macapat Asmaradana, Rambat mengeluarkan apa yang dipendamnya selama ini. Rangkung tidak menolak lamaran Rambat, akan tetapi juga tidak begitu saja menerimanya karena hal ini bukan sekedar permainan saja. Wa Sri sebagai orang tua Rangkung menyuruh Rambat membawa orang tuanya jika niatnya melamar Rangkung itu sungguh-sungguh. Rambat bersedia dan pulang memanggil ayahnya.
c. Klimaks atau Titik Puncak Cerita Keadaan memuncak yaitu ketika Ganggeng, Gleyong, dan Glombyor, pemuda yang memiliki perilaku kurang baik datang ke warung makan tempat Wa Sri dan Rangkung berjualan. Sama halnya dengan Rambat, mereka juga memiliki rasa suka terhadap Rangkung. Awal mula kedatangan ketiga pemuda tersebut hanya untuk membeli makanan. Keadaan memanas ketika salah satu dari pemuda tersebut menyatakan ingin melamar Rangkung. Hal tersebut membuat dua pemuda lain marah. Pertikaian antara mereka bertiga tidak bisa dihindari. Mereka saling pukul dan tendang demi memperebutkan cinta Rangkung. Bekel Rangga, seorang utusan keraton Yogyakarta datang ketika terjadi perkelahian, kemuadian Bekel Rangga melerai perkelahian tersebut. Bekel Rangga memberi nasihat kepada ketiga pemuda itu, hal tersebut membuat ketiga pemuda itu marah. Salah satu dari mereka memukul Bekel Rangga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
dari belakang hingga membuat Bekel Rangga tidak sadarkan diri. Ketiga pemuda, Wa Sri, dan Rangkung khawatir akan peristiwa yang telah terjadi. Mereka takut jika Bekel Rangga meninggal dan bisa membuat mereka dihukum. d. Resolusi atau Penyelesaian atau falling action Penyelesaian dari drama ini, setelah Bekel Rangga tidak sadarkan diri, Rambat datang bersama ayahnya yaitu Den Sasra. Den Sasra melihat ada yang tidak wajar di sekitar warung makan tersebut. Ketiga pemuda tadi bertingkah aneh, mereka bermain kuda-kudaan dengan tubuh Bekel Rangga yang terus dipegangi agar tidak terlihat seperti orang mati. Ketiga pemuda tersebut mengatakan kepada Den Sasra jika Bekel Rangga sedang mabuk. Den Sasra menyuruh ketiga pemuda tersebut untuk membiarkan Bekel Rangga tergeletak. Den Sasra kemudian memberi tahu jika Belanda sudah mengetahui jika dusun Lengkong menjadi tempat pengungsian. Den Sasra mengajak mereka untuk pindah ke tempat pengungsian yang lebih tinggi dan aman. Rambat sangat mengkhawatirkan Rangkung. Tanpa berpikir panjang, Rambat menarik Rangkung dari tempat duduknya. Hal tersebut membuat mereka kaget karena mengetahui jika Rangkung hanya memiliki satu kaki atau cacat. Ketiga pemuda yang awalnya memperebutkan cinta Rangkung, menarik diri dan rasa ketertarikan kepada Rangkung menjadi hilang. e. Catastrophe atau Denounment atau Keputusan Akhir dari cerita, ketika ketiga pemuda menarik diri untuk mendapatkan cinta Rangkung, Rambat tetap mencintai Rangkung walaupun keadaannya yang tidak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
sempurna. Rambat mencintai Rangkung tidak hanya dilihat dari segi fisik semata, Rambat bisa menerima Rangkung apa adanya. Tidak lama setelah itu Bekel Rangga sadar, hal tersebut membuat ketiga pemuda tadi kaget dan takut karena mereka mengira sudah meninggal. Bekel Rangga memarahi ketiga pemuda itu lagi, dan menjelaskan ke Den Sasra bahwa dia tidak mabuk tetapi mencoba melerai perkelahian. Bekel Rangga kemudian mengajak ketiga pemuda itu untuk ikut melawan Belanda karena memiliki ilmu beladiri. Ketiga pemuda tersebut bersedia. Tidak hanya mereka saja, Rambat, Rangkung, dan Wa Sri juga bersedia ikut perang dan mengusir Belanda dari Pulau Jawa. 3. Penokohan Ada delapan tokoh yang dikaji dalam tahap ini. Kedelapan tokoh tersebut adalah Rambat, Rangkung, Wa Sri, Ganggeng, Gleyong, Glombyor, Den Sasra, dan Bekel Rangga. a. Rangkung Rangkung merupakan tokoh sentral dalam naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa. 1) Keadaan Fisik : Rangkung adalah gadis yang berusia 20 tahun. Kutipannya terdapat dalam petunjuk teknis : Rangkung
: Prawan ayu 20 tahun sukunipun buntung sisih. (halaman 3)
Terjemahan : Rangkung : Gadis cantik berusia 20 tahun kakinya cacat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Selain masih muda, Rangkung memiliki wajah yang cantik. Kecantikannya dapat membuat setiap laki-laki tertarik kepadanya, dan dapat membuat para laki-laki tersebut saling beradu otot untuk bisa mendapatkan cintanya. Kutipannya adalah : Wa Sri :
Lho ya ora aneh kok. Lawong kowe ki ya wis prawan, mangka ya ayu, lha sapa ngerti nek wis ana priya sing nyedhaki kowe---. (halaman 5)
Terjemahan : Wa Sri : Ya tidak aneh. karena kamu itu sudah tumbuh menjadi gadis cantik, lha siapa tahu ada laki-laki yang mendekati kamu---. Rangkung memang cantik wajahnya, akan tetapi tidak banyak yang mengetahui jika Rangkung ternyata gadis yang cacat. Kutipannya adalah : Rangkung : Kang Rambat kaya ngene kahananku…mesthine kowe bakal gela yen arep ngepek bojo aku, merga aku dudu wanita sempurna kaya lumrahe wanita sing wutuh, aku wong gothang kang. (halaman 33) Terjemahan : Rangkung : Mas Rambat, beginilah keadaanku…Kamu pasti akan menyesal kalau ingin menikahiku, karena aku bukanlah wanita sempurna seperti yang lain, aku cacat mas. Dari dialog tersebut, Rangkung menceritakan tentang keadaan fisiknya kepada Rambat, laki-laki yang akan menikahinya. Keadaan Rangkung yang cacat telah diketahui oleh banyak orang, termasuk para pemuda yang awalnya menyukai kecantikan wajahnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
2) Keadaan Psikis Keadaan Rangkung yang cacat sempat membuatnya menjadi rendah diri. Kutipannya adalah : Rangkung : Ah si Wa ki lho, kok mesthi ngono, senengane ngumbulngumbulke aku terus lho, aku rak wong gothang ta Wa, bapak ora duwe, ibu ora duwe, ora sampurna---. (halaman 6) Terjemahan : Rangkung : Ah si Wa bisa aja, passti begitu, sukanya menyanjung aku terus, aku itu cacat Wa, bapak tidak punya, ibu juga tidak punya---. Rangkung merasa rendah diri ketika Wa Sri mengatakan jika banyak laki-laki yang suka kepadanya, akan tetapi Wa Sri tetap meyakinkan Rangkung untuk tidak merasa rendah diri kepada orang lain karena Rangkung memiliki wajah cantik walaupun memiliki kaki yang cacat. Rangkung memiliki sifat penyayang. Sejak kecil Rangkung dirawat oleh Wa Sri, yang bukan orang tua kandungnya, walau begitu Rangkung tetap menyayangi Wa Sri. Kutipannya adalah : Rangkung : Ora Wa, ya mung rasaku ki aku mesakke karo Wa Sri, kabeh gawean sing nandangi Wa Sri, aku ora isa ewang-ewang. (halaman 4) Terjemahan : Rangkung : tidak Wa, hanya saja aku itu kasihan sama Wa Sri, semua pekerjaan yang melakukan Wa Sri, aku tidak bisa membantu apa-apa. Dari kutipan tersebut tersirat jika Rangkung menyayangi Wa Sri. Rangkung merasa sedih dan kasihan dengan Wa Sri yang menyelesaikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
semua pekerjaannya sendiri. Rangkung tidak bisa membantu karena keadaan fisiknya. 3) Keadaan Sosial Rangkung hanya dari golongan rakyat biasa. Sehari-harinya Rangkung berjualan di sebuah warung yang menjual makan dan minum bersama Wa Sri. Kutipannya adalah : Wa Sri :
Aku ki nggagas kait mau kok ora entuk-entuk wangsulan, lawong dodol kok polatane suntrut ketok susah---. (halaman 4)
Terjemahan : Wa Sri :
Aku itu memperhatikan dari tadi kok tidak dapat jawaban, jualan kok raut wajah terlihat susah---.
Kutipan tersebut menggambarkan Wa Sri yang sedang berbicara dengan Rangkung. Wa Sri merasa heran dengan raut muka Rangkung yang terlihat sedih pada saat berjualan. b. Rambat Rambat merupakan tokoh sentral dalam naskah drama Rambat-Rangkung selain Rangkung. 1) Keadaan Fisik Rambat digambarkan sebagai pemuda yang masih berusia 22 tahun. Kutipannya adalah : 01. Rambat : Nemneman bagus umur 22 tahun. (halaman 3) Terjemahan : 01. Rambat : Pemuda tampan berusia 22 tahun. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
Kutipan tersebut terdapat dalam petunjuk teknis yang mendeskripsikan setiap tokoh yang ada dalam naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa. Rambat digambarkan memiliki wajah yang tampan seperti deskripsi dalam petunjuk teknis di atas. Terdapat juga dalam kutipan : Wa Sri : Lha rak apa ta---ya genah wangun lan pantes, sing lanang ya bagus, sing wadon ya ayu. (halaman 8) Terjemahan : Wa Sri : Lha Gak apa-apa kan---ya pantas, yang pria tampan, yang wanita cantik. Kutipan tersebut merupakan dialog dari Wa Sri yang memberi keyakinan kepada Rangkung. Dialog Wa Sri tersebut menyebutkan sing lanang ya bagus, yang artinya yang pria tampan. Yang dimaksud dengan pria dalam dialog Wa Sri tersebut adalah Rambat. 2) Keadaan Psikis Rambat digambarkan memiliki sifat yang sabar. Dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut : Wa Sri : Iki enek peraturan anyar, pokoke enek watese nyedhak warung ora kena nglangkahi garis iki. Rambat : Adate rak ya ora ngono ta Wa. Wa Sri : Mulane tak kandakake yen peraturan anyar, wiwite ya lagi dina iki. Rambat : apa sebabe kok ndadak nganggo aturan anyar ta Wa, mbok wis kaya adate wae. Sing jajan arep mrana-mrene ben sakarepe. Wa Sri : Woooo ho ho, teneh kepenaken sing jajan isa pandhang sana pandhang sini. Ora isa…nek gelem ya ngono kuwi nek ora gelem ya goleka warung liyane. Rambat : Kok nganeh-anehi ta Wa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
Wa Sri : Aneh ya ben, beda ya ben. Ning iki servis dan peraturan warung kene. Lenggah sing kepenak, trus aba arep dhahar apa…Ngunjuk apa…tak ladeni. Rambat : Ya ya. Aku manut peraturan timbang ora entuk jajan, ora sida nyawang---. (halaman 11-12) Terjemahan : Wa Sri : Sekarang ada peraturan baru, pokoknya ada batas untuk masuk warung ini tidak boleh melebihi garis. Rambat : Biasanya tidak begitu ta Wa Wa Sri : Makanya ku katakana peraturan baru, mulai baru hari ini. Rambat : Apa sebabnya harus ada peraturan baru ini Wa, biarkan saja seperti biasa yang ingin membeli mau kesana-kesini terserah. Wa Sri : Wooooo ho ho, keenakan yang mau beli bisa lirik sana lirik sini. Tidak bisa…kalau tidak mau ya cari warung lain saja. Rambat : Kok aneh ta Wa. Wa Sri : Biarkan. Tapi ini peraturan warung ini. duduk yang manis, makan apa, minum apa, ku layani. Rambat : Ya ya, aku patuh daripada tidak boleh membeli tidak bisa memandang---. Kutipan di atas menunjukkan dialog antara Rambat dengan Wa Sri. Wa Sri membuat peraturan baru untuk pembeli di warung makannya. Setiap pembeli tidak boleh terlalu mendekat ke warung. Wa Sri membuat peraturan tersebut untuk melindungi Rangkung dari para pemuda yang mencoba mendekatinya. Rambat termasuk orang yang harus mematuhi peraturan tersebut. Dari kutipan dialog di atas, tersirat jika Rambat memiliki sifat yang sabar. Rambat menurut dengan peraturan yang dibuat oleh Wa Sri. Rambat juga pemuda yang teguh pendiriannya. Rambat tetap mencintai Rangkung disaat pemuda lain mundur untuk mendapatkan cinta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
dari Rangkung karena telah diketahui keadaan Rangkung yang kakinya cacat. Kutipannya adalah : Rambat :
---aku nresnani kowe ora mung nresnani cuwilaning ragamu, nanging tresnaku marang kowe sawutuhe kahananmu. (halaman 34) Terjemahan : Rambat : ---aku mencintaimu tidak hanya dari fisikmu, akan tetapi cintaku kepadamu seutuhnya keadaanmu.
3) Keadaan Sosial Setiap hari, sebelum berkunjung di warung makan Wa Sri dan Rangkung, Rambat selalu bekerja di sawah. Kutipannya adalah : Rambat : Aku wis ngelak Wa, macul wiwit bar subuh nganti yah mene durung dikirim wedang karo simbok. Mangka selak ngorong asad gurungku. (halaman 9) Terjemahan : Rambat : aku sudah haus Wa, mencangkul dari subuh sampai sekarang belum dikirimi minuman sama ibukku. Padahal tenggorokanku sudah kering. Rambat merupakan anak dari seorang pemimpin prajurit. Kutipannya adalah : Den Sasra : Ooo dadi kowe ta sing jenenge Wa Sri ki, aku ki rak dieret-eret Rambat dijak mrene. Wa Sri : Ha enggih…sing akon pancen kula. Pancen Rambat kula ken omong kalih bapakne, kula ya ora wedi dikandhakake bapakne wong tujuan kula niku apik, kekarepan kula niku becik ta den, nek wong ajeng ngepek uwong niku nggih onten tata kramane, ben ora natoni siji lan sijine. Den Sasra : Lha nek wis ketemu bapakne arep ngapa…arep tok kepiyekake…piye olehmu arep ngadhepi. Wa Sri : Lho nek bapake mriki, sapa bapake kula ya ora wedi---. Rambat : Lha ya iki bapakku Wa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Wa Sri
: Oalah sampeyan ta…kok ora ngendika mau-mau. (halaman 32-33)
Terjemahan : Den Sasra : Ooo kamu yang namanya Wa Sri, aku ini kan diajak Rambat suruh kesini. Wa Sri : Iya…yang menyuruh ya saya. Rambat saya suruh bilang ke bapaknya, saya ya tidak takut jika diadukan ke bapaknya karena tujuan saya ya baik, mangsut saya itu baik kan Den, kalau orang ingin melamar itu ada tatakramanya, biar tidak menyakiti antara yang satu dengan lainnya. Den Sasra : Kalau sudah ketemu mau apa, mau kamu apakan, bagaimana cara kamu menghadapinya. Wa Sri : Kalau bapaknya kesini, siapa bapaknya saya tidak takut. Rambat : Iya ini bapakku Wa Wa Sri : Ooo anda bapaknya…kok tidak bilang dari tadi.
Berdasar kutipan tersebut, Rambat memperkenalkan Den Sasra, ayahnya kepada Wa Sri. Den Sasra merupakan pemimpin prajurit dari keraton Yogyakarta.
c. Wa Sri Wa Sri adalah tokoh utama dalam naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa. 1) Keadaan fisik Wa Sri digambarkan sebagai wanita berusia 40 tahun. Kutipannya adalah : 04. Wa Sri : Tiyang estri 40 tahun. (halaman 4) Terjemahan : 04. Wa Sri : perempuan 40 tahun commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
Kutipan diatas terdapat dalam petunjuk teknis naskah drama RambatRangkung yang mendeskripsikan setiap tokoh. 2) Keadaan psikis Rangkung yang sejak kecil sudah menjadi yatim piatu dirawat oleh Wa Sri. Walau bukan anak kandungnya, Wa Sri tetap menyayangi Rangkung seperti anak kandung sendiri. Kutipannya adalah : Wa Sri : Wis ta, kowe ki ora susah melu mikir aku. Waton atimu kuwi seneng aku ya melu seneng. Awake dhewe ki rak mung urip wong loro. Nek kowe seneng aku ya seneng ning nek kowe susah aku ya melu nggrantes. (halaman 5) Terjemahan : Wa Sri : Sudahlah kamu tidak usah memikirkanku. Melihat kamu senang aku juga ikut senang. Kita kan hanya hidup berdua. Kalau kamu senang aku juga ikut senang, tapi kalau kamu sedih aku juga ikut sedih. Kutipan tersebut menyiratkan akan sifat Wa Sri yang begitu menyayangi Rangkung. Wa Sri ikut merasakan apa yang Rangkung rasakan, ketika Rangkung senang, Wa Sri ikut senang begitu juga sebaliknya. Sikap sayang Wa Sri juga ditunjukkan dengan membuat peraturan di warung makannya. Bagi setiap laki-laki yang membeli di warung makannya tidak boleh mendekati Rangkung. Hal tersebut menunjukkan Wa Sri begitu melindungi Rangkung. Wa Sri akan marah kepada siapa saja yang berani mencoba mendekat dan menyentuh Rangkung. Kutipannya adalah : Rangkung : Nya kang… Rambat : (arep nyedhak nampani) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
Wa Sri Rambat Wa Sri
Rambat
Wa Sri
: E e e e e, setop. Lenggah wae sing kepenak aku sing ngladeni. : Wah jan lakok peraturane keras temen ta Wa. : Weee hanek ora dikerasi bisa berabe no. Nganti tangane anakku Rangkung kesenggol terus mlonyoh, aku sing ketempuhan. : Wah mbok aja ngaya wara ta Wa, mosok mung tangan senggolan karo tangan isa dadi mlonyoh apa tanganku ki mawa apa piye. : Lo lo lo, jaga kemungkinan dong, sapa ngerti, anakku saiki ya wis gedhe, mbok menawa ana sing arep nyembranani, utawa arep main-main, jaman saiki kudu ngati-ngati. (halaman 13-14)
Terjemahan : Rangkung : Ini mas… Rambat : (akan mendekat dan menerima) Wa sri : E e e e e, berhenti. Duduk saja biar aku yang melayani. Rambat : Wah peraturannya ketat sekali Wa. Wa Sri : Kalau tidak dikerasi bisa bahaya. Kalau sampai tangannya anakku Rangkung tersentuh terus melepuh, aku yang bingung. Rambat : Wah jangan mengada-ada Wa, masak hanya tangan menyentuh tangan bisa melepuh apa tanganku ini bara api? Wa Sri : Lo lo lo, jaga kemungkinan, siapa tahu, anakku sekarang sudah besar, siapa tahu ada yang membahayakan, atau main-main, jaman sekarang harus hati-hati.
3) Keadaan sosial Wa Sri merupakan pemilik warung makan yang ada di dusun Lengkong. Setiap hari Wa Sri berjualan dengan Rangkung. Kutipannya adalah : Rambat ningalake warunge wa sri, banjur kesusul tekane para nomnoman sing kurang tata kramane, pating bedigas marahi mangkel sing padha weruh. (halaman 19)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Terjemahan : Rambat meninggalkan warungnya Wa Sri, kemudian disusul datangnya para pemuda yang krang memiliki sopan santun, seenaknya sendiri membuat risih yang melihat. Terdapat juga dalam kutipan : Wa Sri : Dha menenga tak omongi…warungku saiki ana aturan anyar sing kudu dha dinut, kudu diturut. (halaman 20) Terjemahan : Wa Sri : Semua diam aku ingin mengatakan sesuatu…warungku sekarang ada aturan baru yang harus dipatuhi. d. Ganggeng Ganggeng merupakan tokoh utama dalam naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa. 1) Keadaan fisik Ganggeng digambarkan sebagai pemuda yang berusia 27 tahun. Kutipannya sebagai berikut : 05. Ganggeng : Nemneman 27 tahun. (halaman 4) Terjemahan : 05. Ganggeng : Pemuda 27 tahun. 2) Keadaan Psikis Ganggeng adalah pemuda yang kurang memiliki tata krama. Kuipannya adalah : Ganggeng : Wa menenga, aja melu-melu, tak seblak dhewe mengko---. (halaman 25) Terjemahan : Ganggeng : Wa diam saja, tidak usah ikutan, ku hajar nanti kamu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
Dari kutipan di atas tersirat jika ganggeng tidak memiliki tata krama dilihat dari cara berbicaranya yang sangat kasar. Dengan orang yang lebih tua, Ganggeng berani mengancam dengan kata-kata kasar. Gangggeng juga memiliki temperamen yang tinggi, mudah emosi, dan menyelesaikan suatu masalah dengan adu fisik. Kutipannya adalah : Ganggeng :
---olehku ngesir Rangkung ki wis wiwit mbiyen sadurunge kowe dha tak jak mrene. Dha arep macemmacem isa tak sampluki dhewe. (halaman 23)
Terjemahan : Ganggeng : ---aku menaksir Rangkung itu sudah lama sebelum kalian ku ajak kesini. Ingin macam-macam bisa ku hajar kalian semua. Terdapat juga dalam kutipan : Ganggeng :
He iki perkarane dadi beda kowe umuk anake wong sugih, kowe nggembelo dupeh anak prajurit kena. Ning kuwi durung bisa ngrampungi perkara saiki ngeng wae, kabeh wis ngerti nek jebule kabeh ya kepengin ngalap Rangkung. Saiki ngene wae digawe sayembara sapa sing menang dhewe kerengan ya kuei sing wenang nembung Rangkung. (halaman 24)
Terjemahan : Ganggeng : He ini masalahnya sudah berbeda kalian berbohong anak orang kaya, menyombongkan anak prajurit boleh-boleh saja. Tapi itu belum bisa menyelesaikan masalah, sekarang begini saja, semua sudah tau ternyata kita semua ingin memiliki Rangkung. Sekarang begini saja, dibuat sayembara siapa yang menang berkelahi ya itu yang berhak melamar Rangkung. e. Glombyor Glombyor merupakan tokoh utama dalam naskah drama Rambat-Rangkung. Glombyor menjadi salah satu laki-laki yang menyukai Rangkung. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
1) Keadaan fisik Glombyor adalah pemuda yang berusia 25 tahun. Kutipannya adalah : 06. Glombyor : nemneman 25 tahun. (halaman 4) Terjemahan : 06. Glombyor : pemuda 25 tahun. Kutipan di atas terdapat dalam petunjuk teknis atau teks samping yang mendeskripsikan setiap tokoh naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa. 2) Keadaan Psikis Glombyor memiliki sifat yang kurang baik, kurang memiliki tata krama. Kutipannya adalah : Wa Sri
: He he heh stop mandheg, hop hop hop. Ayo mundur, mundur, mundur. Glombyor : apa aku dianggep rampok apa piye, tak seblak kawus kowe. (halaman 19) Terjemahan “ Wa Sri : He he heh berhenti. Ayo mundur, mundur, mundur. Glombyor : Apa aku dianggap rampok, ku hajar mati kamu. Kutipan tersebut menyiratkan jika Glombyor adalah pemuda yang kurang memiliki tata krama. Glombyor berani mengancam dan berbicara kasar kepada Wa Sri yang usianya jauh lebih tua. 3) Keadaan Sosiologis Glombyor merupakan anak orang yang berkecukupan. Kutipannya adalah : Glombyor : Ewa semono yen dadine tekan kene ngene ya ra papa, dadi malah gamblang, njur dha ngerti kabeh, dibacutake commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
ya ora papa ben saya cetha, iki gumantung karo sing nglakoni. Merga nek aku bab ragat, bab bandha donya, bab urip ing mbesuke wis ora bingung, malah bapakku ya wis nayogyani. (halaman 23)
Terjemahan ; Glombyor : jika begini jadinya sampai sini juga tidak apa-apa, jadi bisa jelas, dan menjadi tahu semua, dilanjutkan ya tidak apa-apa supaya semakin jelas, ini tergantung sama yang menjalaninya. Kalau bab harta benda di dunia, bab hidupku di masa yang datang sudah tidak khawatir, bapakku menyetujui.
Berdasarkan kutipan tersebut menunjukkan jika Glombyor adalah anak dari keluarga yang berkecukupan. Glombyor dengan bangga menyombongkan kekayaannya kepada kedua temannya ketika sedang berdebat memperebutkan Rangkung. f. Gleyong Gleyong merupakan tokoh utama dalam naskah drama Rambat-Rangkung. Seperti Glanggeng dan Glombyor, Gleyong menjadi salah satu laki-laki yang menyukai Rangkung. 1) Keadaan Fisik Gleyong digambarkan pemuda yang masih berusia 25 tahun. Kutipannya adalah : 07. Gleyong : Nemneman 25 tahun. (halaman 4) Terjemahan : 07. Gleyong : pemuda 25 tahun.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Kutipan tersebut merupakan petunjuk teknis yang mendeskripsikan tokoh naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa.
2) Keadaan Psikis Tidak berbeda jauh dengan Glanggeng dan Glombyor, Gleyong memiliki perilaku yang tidak jauh berbeda dengan kedua temannya tersebut. kutipannya adalah : RAMBAT NIGGALAKE WARUNGE WA SRI, BANJUR KESUSUL TEKANE PARA NOM-NOMAN SING KURANG TATA KRAMANE, PATING BEDIGAS MARAHI MANGKEL SING PADHA WERUH. (halaman 19) Terjemahan : Rambat meninggalkan warungnya Wa Sri, kemudian disusul datangnya para pemuda yang kurang memiliki tata krama, seenaknya sendiri dan membuat risi yang melihat. Kata Para nom-noman yang artinya para pemuda tersebut juga merujuk kepada Gleyong. Gleyong memiliki perilaku yang dapat membuat orang lain tidak simpatik. Gleyong juga memiliki sifat sombong. Gleyong berasal dari keluarga yang mampu, sehingga membuat dirinya merasa bisa melakukan apapun yang Gleyong inginkan. Kutipannya adalah : Gleyong : apa dianggep wong ora duwe dhuwit apa piye, nya…sadurunge aku mangan tak bayar dhisik, dhuwit iki nek mung nggo jajan neng kene isa njeblug wetenge isa turah. (halaman 19) Terjemahan : Gleyong : apa dianggap aku ini miskin, ini…sebelum aku makan ku bayar dulu, uang itu kalau hanya buat beli makan disini bisa sisa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
Wa Sri membuat peraturan untuk laki-laki yang membeli di warung makannya tidak boleh terlalu masuk ke dalam. Gleyong yang berniat mengambil makanan dihalang-halangi oleh Wa Sri, karena Wa Sri mengira Gleyong ingin mendekati anaknya, Rangkung. Hal tersebut membuat Gleyong kesal dan menyombongkan kekayaannya. 3) Keadaan Sosiologi Gleyong adalah pemuda dari golongan keluarga yang mampu. Kutipannya adalah : Gleyong : ---jarene mung dha arep jajan lakok malah dha tembungtembungan bojo. Lha nek ngono aku wingi malah wis rasanan karo bapak, nek Rangkung gelem tak pek bojo, bapak arep adol kebo seket nggo ragat mantenanku suk emben. Kebo skeet ki ora sithik---. (halaman 22-23) Terjemahan : Gleyong : ---katanya kesini hanya membeli makan lha ini malah saling melamar. Kalau begitu aku kemarin sudah berbicara dengan bapak, kalau Rangkung bersedia jadi istriku, bapak mau jual kerbau lima puluh untuk biaya pernikahanku nanti. Kerbau lima puluh itu tidak sedikit--. Kutipan di atas menyiratkan jika Gleyong adalah anak orang berkecukupan. Hal tersebut karena bapaknya merupakan prajurit keraton Yogyakarta. Kutipannya adalah : Gleyong
: Lho…nek perkara wong tuwa bapakku ya ora kalah, dhasare bapakku ki prajurit Ngayogyakarta, nek perkara urip sakbanjure wae ya ora bakal kerepotan, apa maneh kok mung ngukup wong loro Wa Sri karo Rangkung, lambok ngopeni wong sak desa wae kuat. (halaman 23)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
Terjemahan : Gleyong : Lho…kalau perkara orangtua bapakku ya tidak kalah, dasarnya bapakku adalah prajurit Yogyakarta, kalau masalah idup yang akan datang ya tidak kerepotan, apa lagi kalau hanya menghidupi dua orang Wa Sri dan Rangkung, orang satu kampung ku hidupi saja bisa.
g. Bekel Rangga Bekel Rangga adalah tokoh pembantu dalam naskah drama Rambat Rangkung. Bekel Rangga muncul pada pertengahan cerita drama Rambat-Rangkung. 1) Keadaan Fisik Bekel Rangga merupakan pria yang berusia 50 tahun. Kutipannya adalah : 03. Bekel Rangga : Lurah prajurit trampil perang 50 tahun. (halaman 3) Terjemahan : 03. Bekel Rangga : Pemimpin prajurit, terampil perang 50 tahun. Kutipan di atas merupakan petunjuk teknis yang ada dalam drama Rambat-Rangkung untuk mendeskripsikan setiap tokoh. 2) Keadaan Psikis Bekel Rangga memiliki sikap yang bertanggung jawab. Bekel Rangga ditugaskan untuk mengawasi dusun Lengkong. Pada saat dusun tersebut ada suatu masalah, Bekel Rangga merasa ikut bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah tersebut. Kutipannya adalah : Rangga : Sak karepmu olehmu ngarani, kok arani prajurit ya kena kok arani cah ngarit aku ya ora arep serik. Ning nek ana perkara neng desa Nglengkong kene aku diwajibke melu ngrampungi. Aku takon lha kok kowe dha kerengan ki karepmu apa? (halaman 26) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
Terjemehan : Rangga : Terserah kalian mau bilang apa, kamu bilang aku prajurit atau pengembala aku tidak akan marah. Tapi kalau ada masalah di desa Lengkong sini aku diwajibkan untuk ikut menyelesaikannya. Aku sekarang tanya kenapa kalian bertengkar, apa yang kalian inginkan?
3) Keadaan Sosiologi Bekel Rangga menjabat sebagai pemimpin prajurit dari keraton Yogyakarta. Kutipannya adalah : Rangga : O dadi kowe durung ngerti aku ki sapa ta, ditepungake aku iki Bekel Rangga saka Kraton Ngayogya sing dipasrahi bab katentremane desa Nglengkong kene. Dadi aku iki utusan saka kraton. Dene arang ketemu kowe neng kene merga gaweyanku ki ora mung ana wilayah kene thok. (halaman 26) Terjemahan : Rangga : O jadi kamu belum tahu siapa aku, perkenalkan aku Bekel Rangga dari Keraton Yogya yang ditugasi menjaga ketentraman dusun Nglengkong ini. Jadi aku ini utusan keraton. Karena jarang bertemu kalian karena pekerjaanku bukan hanya di wilayah sini saja. Bekel Rangga memperkenalkan dirinya kepada Ganggeng, Glombyor, dan Gleyong yang sedang berkelahi karena memperebutkan Rangkung. Bekel Rangga bermaksud untuk melerai perkelahian diantara pemudapemuda tersebut. Kutipan lain yang menggambarkan Bekel Rangga seorang prajurit adalah : Wa Sri : Loh piye ta? Aja padha sembrana…iki prajurit utusan saka kraton nek nganti kadenangan dening negara sing mateni mesthi mlebu kunjara---. (halaman 28) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
Terjemahan : Wa Sri : Loh bagaimana ini? jangan main-main…ini prajurit utusan keraton kalau sampai ketahuan siapa yang membunuh pasti akan dipenjara---.
Wa Sri sangat ketakutan ketika mengetahui Bekel Rangga pingsan. Wa Sri memperingatkan kepada ketiga pemuda yang telah membuat Bekel Rangga pingsan untuk tidak berbuat sesuka hati karena bisa dihukum jika perbuatan mereka diketahui. h. Den Sasra Berdasarkan klasifikasi peran dan fungsinya, Den Sasra adalah tokoh pembantu dalam naskah drama Rambat-Rangkung. Kemunculan Den Sasra dalam drama Rambat-Rangkung pada akhir-akhir cerita. 1) Keadaan fisik Petunjuk teknis mendeskripsikan jika Den Sasra adalah seorang pria berusia 40 tahun. Kutipannya adalah : 08. Den Sasra : Lurah prajurit wicaksana 40 tahun. (halaman 4) Terjemahan : 08. Den Sasra : Pemimpin prajurit bijaksana 40 tahun 2) Keadaan psikis Seperti tergambar kutipan petunjuk teknik di atas, Den Sasra memiliki sikap bijaksana. Selain terdapat dalam petunjuk teknis, kebijaksanaan dari Den Sasra tergambar pada kutipan : Den Sasra : Mengko kabeh ben dipernahke karo raka Rangga, sing baku aja padha tumindak dhewe-dhewe, nanging tetep commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
kudu nunggu dhawuhe Kanjeng Pangeran Dipanegara. (halaman 37) Terjemahan : Den Sasra : Nanti semua biar diatur oleh saudara Rangga, yang pasti jangan berbuat seenaknya sendiri, tetapi tetap harus menunggu perintah Kanjeng Pangeran Diponegoro.
Dari kutipan tersebut tersirat akan kebijaksanaan Den Sasra. Den Sasra memerintahkan para warga yang ikut berjuang melawan penjajah untuk tidak berbuat semaunya sendiri dan tetap menunggu perintah dari pemimpin, yaitu Pangeran Diponegoro. Sikap Den Sasra bisa menjadi contoh bagi masyarakat. Berpikir sebelum bertindak itu sangat penting. Perkelahian antar kampung, antar sekolah, antar ormas yang sering menjadi berita utama di media cetak maupun elektronik di tanah air bisa diminimalisir apabila setiap orang bisa menyikapi suatu masalah dengan bijak. 3) Keadaan Sosiologi Seperti Bekel Rangga, Den Sasra adalah seorang pemimpin prajurit. Kutipannya adalah : Rangga : He cah ngertia iki uga prajurit kaya dene aku, mung wae wilayah wewengkone wae sing seje. Yen kowe dha nggugu aku ayo melua nyuwitakake keprigelanmu dadi prajurit, dadi pandhereke Kanjeng Pangeran Dipanegara ing Ngayogyakarta sing kepengin nundhung Landa saka pulo Jawa. (halaman 36) Terjemahan : Rangga : He kalian ketahuilah dia juga prajurit seperti aku, hanya daerah dimana bertugas saja yang berbeda. Kalau kalian mau ayo ikutlah menunjukkan kehebatanmu jadi prajurit, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
jadi pengikut Pangeran Diponegoro di Yogyakarta yang ingin mengusir Belanda dari pulau Jawa. Kalimat iki uga prajurit yang artinya dia juga prajurit merujuk pada Den Sasra. Bekel Rangga memperkenalkan Den Sasra pada para warga yang belum tahu siapa dirinya karena memang daerah dimana Den Sasra bertugas bukan di dusun Nglengkong. 4. Amanat Amanat merupakan pemecahan dari tema yang merupakan ide sentral yang menjadi pokok persoalannya. Jika tema adalah sebuah pertanyaan, maka amanat yang terkandung di dalam karya sastra merupakan jawabannya. Naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa mengungkapkan tentang keteguhan dan kemantapan hati dalam menentukan sebuah sikap atau memilih. Hal tersebut tercermin dalam sikap Rambat yang tetap mencintai Rangkung disaat orang lain mundur untuk mendapatkan cinta Rangkung setelah diketahui Rangkung adalah gadis yang cacat. Dari sikap Rambat tersebut juga dapat diungkapkan bahwa dalam menilai orang lain tidak hanya dari bentuk luarnya saja. Amanat lain yang bisa diambil dalam naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa adalah keiklasan yang membawa pada kebahagiaan. Tercermin dalam diri Wa Sri yang menjadi orang tua angkat Rangkung. Wa Sri merawat Rangkung sejak kecil karena orang tua Rangkung meninggal dunia dalam serangan tentara Belanda. Wa Sri menganggap Rangkung sebagai anaknya sendiri. Pada saat Rangkung dilamar oleh Rambat, Wa Sri juga merasakan kebahagiaan. Rambat tidak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
hanya menjaga Rangkung yang akan menjadi istrinya, akan tetapi Wa Sri juga akan dirawat dan dijaga oleh Rambat dan tidak akan membedakan Wa Sri dengan ibu kandungnya. Rela berkorban demi tanah air juga menjadi amanat dalam naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa. Pada akhir cerita Den Sasra sebagai pemipin prajurit memberitahu kepada warganya untuk pindah tempat mengungsi. Den Sasra juga mengajak kepada warganya yang bersedia untuk ikut berperang. Semua tokoh dalam naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno santosa bersedia untuk menjadi prajurit bahkan Wa Sri seorang perawan tua dan Rangkung seorang gadis yang cacat.
5. Lattar atau Setting Naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa ini terjadi dalam satu babak saja. Latar atau setting yang ada dalam naskah drama Rambat-Rangkung tidak mengalami banyak perubahan. Sesuai dengan penjelasan di atas, maka secara berurutan akan dijabarkan latar yang digunakan dalam naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno santosa. a. Latar Tempat (1) Dusun Lengkong Dusun Lengkong merupakan tempat dimana para pengikut pangeran Diponegoro mengungsi. Terlihat dalam kutipan : “Nalika tumapaking perang Dipanegara wonten saperangan pandherek ingkang ngungsi ing dhusun Lengkong, sak kilen lepen Progo utawi sukuning pareden menoreh.” (halaman 1) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
Terjemahan : “Ketika terjadi perang Dipanegara ada beberapa pengikut yang mengungsi di dusun Lengkong,sebelah barat sungai Progo atau lereng bukit menorah.” Setting dusun Lengkong juga terlihat dalam kutipan berikut ini : Rangga : O dadi kowe durung padha ngerti aku ki sapa ta, ditepungake aku iki Bekel Rangga saka Kraton Ngayogya sing dipasrahi bab katentremane desa Nglengkong kene. (halaman 26) Terjemahan : Rangga : O jadi kalian belum tahu siapa aku, perkenalkan aku Bekel Rangga dari keraton Yogyakarta yang ditugasi menjaga ketentraman di desa Lengkong ini. (2) Warung makan Wa Sri dan Rangkung menjadi pemilik sekaligus penjual di warung makan.
Warung
makan
juga
menjadi
tempat
untuk
Rambat
menyampaikan perasaan cinta kepada Rangkung. Terlihat dalam kutipan : “…wonten warung sapinggiring margi, Wa Sri saha Rangkung nembe tata-tata daganganipun.” (Halaman 4) Terjemahan : “…ada warung di pinggir jalan, Wa Sri dan Rangkung baru menata dagangannya.” Setting Warung makan juga terlihat dalam petunjuk teknis yang menggambarkan Rambat berpamitan untuk memanggil ayahnya. Terlihat dalam kutipan : “Rambat ninggalake warunge Wa Sri, banjur kesusul tekane para nom-noman sing kurang tata kramane.” (Halaman 19) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
Terjemahan : “Rambat meninggalkan warungnya Wa Sri. Kemudian disusul dengan kedatangan para pemuda yang kurang tata kramanya. ” Setting warung makan mendominasi dalam naskah drama RambatRangkung. Awal hingga akhir cerita warung makan menjadi setting utama. Karena naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa ini hanya berjalan dalam satu babak dari awal hingga akhir cerita. b. Latar Waktu (1) Pagi Hari Setting pagi hari terlihat dalam petunjuk teknis untuk mengawali cerita yang menggambarkan Wa Sri dan Rangkung sedang menata dagangannya. Terlihat dalam kutipan berikut ini : “Nedhengipun srengenge gumatel wancinipun tiyang ingkang sami nyambut damel…” (Halaman 4) Terjemahan : “Matahari terbit waktunya orang-orang untuk bekerja…” Dari kutipan tersebut tersirat terjadi pada pagi hari. Terbitnya matahari menjadi tanda terjadinya setting pada pagi hari. (2) Siang hari Setting Siang hari juga terlihat dari percakapan antara tokoh. Kutipannya adalah : Ganggeng : Nganti awan cah-cah niki wau rak tesih onten mriki merga dha prei olehe nggarap sawah---. (halaman 31) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
Terjemahan : Ganggeng : Sampai siang anak-anak masih ada disini karena libur bekerja di sawah---.
c. Latar Sosial Latar sosial menggambarkan keadaan masyarakat pada suatu waktu dalam sebuah karya sastra. Latar sosial juga menjadi pendukung tokoh tampil dalam permasalahan dan penyelesaian. Naskah
drama
Rambat-Rangkung
karya
Trisno
Santosa
menggambarkan masyarakat pada masa Perang Diponegoro. Hidup di pengungsian merupakan keadaan masyarakat pada naskah drama RambatRangkung. Mereka mengungsi dari penjajahan Belanda. Hidup dalam pengungsian membuat para tokoh memiliki rasa kebersamaan. Saling tolong-menolong dan kerjasama digambarkan dalam naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa. Sama-sama merasakan penindasan Belanda membuat motivasi dari diri tokoh muncul untuk ikut berperang melawan penjajahan Belanda.
6. Cakapan Dialog dalam naskah drama Rambat-Rangkung mudah dipahami dan merupakan percakapan sehari-hari. Wa Sri
: aku ki nggagas kait mau kok ora entuk-entuk wangsulan, lawong dodol kok polatane suntrut ketok susah, sing uwis mbokya uwis, lelakon ki adile dilakoni ora sah dipikir banget-banget, kabeh wis ana sing ngatur, kabeh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
wis ana sing nata, awake dhewe rak mung kari nglakoni. Kowe ki nggagas apa? Rangkung : Wa Sri kok ngomong ngono ki ngapa ta Wa. Lawong aku ora nggagas apa-apa kok Wa. Wa Sri : Lha nek ora nggagas apa-apa kok kait mau tak sawang mung sangga uwang ora kesel-kesel. Genah ana sing digagas. Rangkung : Ora Wa, ya mung rasaku ki aku mesakke karo Wa Sri, kabeh gawean sing nandangi Wa Sri, aku ora isa ewang-ewang. Wa Sri : Wis ta, kowe ki ora susah melu mikir aku. Waton atimu kuwi seneng aku ya melu seneng. Awake dhewe ki rak mung urip wong loro. Nek kowe seneng aku ya seneng ning nek kowe susah aku ya melu nggrantes---. (halaman 4-5) Terjemahan : Wa Sri : aku itu dari tadi memperhatikanmu kok tidak dapat jawaban, jualan kok mukanya murung terlihat susah, yang sudah ya sudah, hidup itu dijalani tidak usah dipikir berat, semua sudah ada yang mengatur, kita hanya menjalankan saja. Kamu itu memikirkan apa? Rangkung : Wa Sri kok bilang gitu ada apa ta Wa. Padahal aku tidak memikirkan apa-apa. Wa Sri : lha kalau tidak memikirkan sesuatu kok dari tadi ku lihat hanya melamun saja. Pasti ada yang dipikirkan. Rangkung : tidak Wa, ya hanya saja aku merasa kasihan sama Wa Sri, semua pekerjaan yang menyelesaikan Wa Sri, aku tidak bisa bantu apa-apa. Wa Sri : sudahlah, kamu tidak usah memikirkanku. Kalau kamu senang aku ya ikut senang. Kita kan hanya hidup berdua saja. Kalau kamu senang aku ya ikut senang tapi kalau kamu susah aku juga ikut sedih---. Kutipan di atas merupakan penggalan dialog naskah drama RambatRangkung, dari kutipan tersebut terlihat bahasa yang digunakan merupakan bahasa keseharian dan tidak berbelit-belit. Menggunakan bahasa sehari-hari dimaksudkan untuk pembaca atau penonton dapat memahami jalannya drama baik sebagai sastra maupun seni. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
Ada kekurangan dalam dialog naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa yang diterbitkan oleh Taman Budaya Jawa Tengah Surakarta ini yaitu tanda jeda dan tanda baca yang masih kurang di beberapa dialog. Seperti terlihat dalam dialog : Rangkung : Wa Sri ki omong ngono ki ngapa ta Wa. Lawong aku ora nggagas apa-apa kok Wa. (Halaman 4) Terjemahan : Rangkung : Wa Sri kok bilang begitu ada apa Wa. Padahal aku tidak memikirkan apa-apa kok Wa. Dari dialog Rangkung Wa Sri ki omong ngono ki ngapa ta Wa, diakhiri dengan tanda baca titik (.). Seharusnya pada akhir kalimat diberi tanda tanya (?) karena merupakan kalimat tanya. Kekurangan juga terlihat dalam teks berikut ini : Gleyong : ---lawong saben dinane ya mrene, ya ora tau utang malah nek bayar kepara turah, ngapa ta Wa kok nganeh-anehi. (halaman 20) Terjemahan : Gleyong : ---setiap hari kalau beli disini tidak pernah hutang malah sisa, ada apa ta Wa kok aneh begini.
ya ora tau utang malah nek bayar kepara turah, seharusnya sebelum kata malah diberi tanda baca koma (,) untuk memperjelas penekanan pada kalimat. Akhir dari dialog tersebut ngapa ta Wa kok nganeh-anehi merupakan kalimat tanya, yang seharusnya diberi tanda tanya (?).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
Dialog berupa tembang macapat juga terdapat dalam naskah drama RambatRangkung karya Trisno Santosa. Kutipannya adalah : Rambat (nembang Asmaradana) : Mung sun pendhem jroning ati Ati kang anandhang branta Branta asmara tetakon Takon upayane tamba Tamba dadia sarana Sarana ngudi rahayu Bagya mulya salamiya Tresnaku tak gawa mati Kang tumuju marang sira Lamun tinampika inggong Luwong akrami bantala Pisah nyawa lawan raga Muktiya sira wong ayu Aja nggagas marang ingwang (Halaman 17) Terjemahan : Rambat (menyanyi Asmaradana) : Hanya bisa memendam dalam hati Hati yang sedang gelisah Gelisah karena asmara Bagaimana mengobatinya Obat yang bisa menjadi sarana sarana untuk mencari kebahagiaan Bahagia untuk selamanya Cintaku ku bawa mati Yang kutujukan untukmu Ketika aku ditolak Lebih baik mati Pisah raga dan jiwa Bahagialah wahai cantik Jangan menghiraukan aku Kutipan tembang tersebut adalah dialog Rambat. Rambat mengungkapkan cintanya melalui tembang macapat asmaradana kepada Rangkung. Seperti commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
kebanyakan drama tradisional ketoprak yang terdapat adegan gandrungan atau adegan percintaan antara laki-laki dan perempuan yang menggunakan tembang macapat untuk mengungkapkan perasaan cinta. Peribahasa juga terdapat dalam beberapa dialog para tokoh. Kutipannya : Wa Sri : Lha rak apa ta, ora lidhok ujare wong dhaplok. Ya genah wangun lan pantes. (halaman 8) Terjemahan : Wa Sri : Lha ya tidak apa-apa, orang tua ga pernah salah. Ya sangat pantas. Kata ora lidhok ujare wong dhaplok memiliki arti perkataan orang tua itu bisa dipercaya. Wa Sri memberi semangat moral kepada Rangkung yang merasa rendah diri ketika dirinya menyukai seorang laki-laki. Rangkung merasa tidak pantas mendapat seorang kekasih karena keadaan fisiknya yang tidak sempurna. Terdapat juga dalam dialog : Rangga : ---apa kowe kuwi ora rugi tenaga, tiwas gembrobyos kemringet gedhene nandhang tatu…kuwi jenenge rebutan kemiri kopong, rebut balung bebek. (halaman 27) Terjemahan : Rangga : ---apa kamu itu tidak rugi tenaga, kamu berkeringat terluka, itu namanya perbuatan sia-sia. Peribahasa dalam dialog tersebut adalah rebutan kemiri kopong, rebut balung bebek yang artinya melakukan hal yang sia-sia tidak ada gunanya. Bekel Rangga memperingatkan para pemuda yang sedang berkelahi karena berebut seorang wanita. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
7. Tikaian atau Konflik Rangkung yang merupakan tokoh sentral dalam naskah drama RambatRangkung pada awalnya tidak memiliki kepercayaan diri. Sikap itu diakibatkan karena keaadaannya yang cacat. Kutipan dialog dibawah ini menunjukkan konflik batin yang dialami oleh Rangkung karena keadaannya yang tidak sempurna : Rangkung : Ah, Si Wa ki lo, kok mesthi ngono, senengane ngumbulngumbulke aku terus lho, aku rak wong gothang ta Wa, bapak ora duwe, ibu ora duwe, ora sempurna, lawong arep ngad…. Wa Sri : Ssssttt (drijine ngacung ditempelake ngarepe lambene). Kabeh titahing gusti kuwi wis duwe garis dhewe-dhewe. Aku lan kowe kudu tansah nggedhekake rasa sokor marang sing gawe urip, dene awake dhewe isih dikeparengake melu ngenyam lakuning jaman. (halaman 6) Terjemahan : Rangkung : Ah si Wa, mesti kok begitu, senangnya menyanjung-nyanjung aku terus lho, aku itu kan cacat Wa, bapak tidak punya, ibu tidak punya, tidak sempurna, ingin berdi…. Wa Sri : Ssssttt (jarinya ditempelkan di depan bibirnya). Semua itu sudah digariskan sama Tuhan. Aku dan kamu harus selalu bersyukur kepada yang kuasa, karena kita masih bisa merasakan perjalanan hidup.
Wa Sri yang tidak ingin melihat anaknya sedih memberi nasihat dan meyakinkannya. Hal tersebut dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada Rangkung. Konflik juga terjadi antar sesama teman. Ketiga pemuda bernama Ganggeng, Glombyor, dan Gleyong yang pada awalnya hanya membeli makanan di warung makan Wa Sri menjadi bertengkar karena berebut seorang wanita yaitu Rangkung. Kutipannya adalah : Ganggeng : menenga dhisik Wa iki seje perkarane. Iki perkara lakuning urip, pancen kudu ngene lakune. Kabeh wis dha lali kanca. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
Glombyor : Lha apa rumangsamu aku wedi apa piye, kowe menangan ki rak beteke durung tau ketemu aku. Rak durung tahu nyobaku ta? Wa Sri : Sabar ya aja dha kaya ngono. Glombyor : Wis ben Wa aja melu-melu Ganggeng ki durung ngerti sapa aku. Ganggeng : Ra sah kakean cangkem le yen pancen cah kendel ayo dijajal. ( halaman 24)
Terjemahan : Ganggeng : Diam dulu Wa ini beda masalahnya. Ini masalah hidup, memang harus begini menjalaninya. Semua sudah lupa akan pertemanan. Glombyor : Lho apa kamu kira aku takut, kamu jadi jagoan karena belum pernah berhadapan dengan ku. Belum pernah kan? Wa Sri : Sabar ya jangan begitu. Glombyor : Sudah biarkan Wa jangan ikutan, Ganggeng itu belum tahu siapa aku. Ganggeng : Tidak usah banyak omong kalau kamu berani ayo maju.
Konflik bertambah ketika Bekel Rangga seorang utusan keraton Mataram datang yang berniat untuk melerai perkelahian. Bekel Rangga memberi nasihat kepada ketiga pemuda tersebut akan tetapi nasihat Bekel Rangga tidak menjadikan masalah selesai, hal tersebut membuat ketiga pemuda menjadi marah dan menghajar Bekel Rangga sampai pingsan. Ketiga pemuda dan Wa Sri menjadi khawatir akan hal tersebut. Mereka takut jika Bekel Rangga mati dan mereka bisa terkena hukuman.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
C. Cinta dan Ketulusan yang Tumbuh pada Tokoh Naskah Drama Rambat-Rangkung Pada tahap ini akan dijabarkan bagaimana rasa cinta, kasih sayang dan pengorbanan bisa tumbuh pada diri para tokoh dalam naskah drama RambatRangkung karya Trisno Santosa. Ada lima tokoh yang diungkap bagaimana rasa cinta, kasih sayang dan keiklasan kelima tokoh tersebut tumbuh, diantaranya adalah Rambat, Rangkung, Wa Sri, Ganggeng, dan Gleyong. Pemilihan kelima tokoh tersebut didasarkan pada beberapa alasan. Rambat dan Rangkung dipilih selain karena menjadi tokoh sentral, sikap ketulusan dan keiklasan mereka menarik untuk dikaji lebih mendalam. Wa Sri menjadi tokoh utama dalam naskah drama RambatRangkung, sikap keiklasan dari Wa Sri yang membuatnya terpilih untuk dikaji. Jika ketiga tokoh yang tersebut sebelumnya memiliki ketulusan dan pengorbanan, berbeda dengan tokoh Ganggeng dan Gleyong yang memiliki rasa tertarik hanya dari segi fisik luar saja sehingga kedua tokoh tersebut menarik untuk dikaji akan perasaan yang tumbuh dalam diri kedua tokoh tersebut. 1. Rambat Rambat merupakan tokoh sentral naskah drama Rambat-Rangkung. Rambat menjadi salah satu pemuda yang menyukai Rangkung. Rambat : kok nganeh-anehi ta Wa. Wa Sri : Aneh ya ben, beda ya ben. Ning iki servis dan peraturan warung kene. Lenggah sing kepenak, trus aba arep dhahar apa… ngunjuk apa… tak ladeni. Rambat : Ya ya. Aku tak manut peraturan timbang ora entuk jajan, ora sida nyawang. Yen ngono aku tak ngombe teh nasgithel. (halaman 12-13) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
Terjemahan : Rambat : Kok aneh ta Wa. Wa Sri : Mau aneh, mau beda biarkan. Tapi ini sudah jadi peraturan warung ini. duduk yang jenak, terus ingin makan dan minum apa, ku layani. Rambat : Ya ya. Aku nurut peraturan daripada tidak boleh membeli, tidak jadi memandang. Kalau begitu aku minum teh.
Gairah tumbuh dari Rambat, Gairah menunjukkan akan adanya rasa ketertarikan secara fisik, kagum, terpesona dan selalu ingin dekat dengan orang yang dicintainya. Tergambar dari kutipan tersebut jika Rambat selalu ingin dekat dengan Rangkung. Walau Wa Sri membuat peraturan bagi para laki-laki yang membeli di warung makannya untuk tidak boleh mendekati Rangkung, Rambat tetap menuruti peraturan tersebut. Rambat rela melakukan apa saja agar bisa melihat Rangkung secara dekat. Perasaan senang dan bahagia bisa dirasakan Rambat jika bertemu dengan Rangkung. Hal tersebut menunjukkan adanya gairah yang tumbuh dari diri Rambat. Kutipannya adalah : Rambat
: (Nyedhaki Rangkung) Kung sakjane yen aku teka mrene ki rasane atine piye. Rangkung : Rasane ya seneng ta kang. Rambat : Seneng. Mati aku…(Ngglethak) Rangkung : Kosik…kok njur ngglethak…kosik ta tak terusne omonganku.. Rambat : Lho lha piye ta? Rangkung : Seneng merga kowe mrene rak mesthi jajan, daganganku ana sing nukoni, dadi atiku seneng dagangan pangananku sing tak dol isa entek ora nyisa. Rambat : Oooo ngono ta. Tak arani senenge atimu ki kaya atiku nek kepethuk kowe, rasane ki ora isa tak gambarke (Rambat lali arep nglanggar janji nyedhaki Rangkung Wa Sri mggethak saka kadohan). (halaman 15-16) Terjemahan : Rambat : (mendekati Rangkung) Kung sebenarnya kalau aku kesini itu rasanya bagaimana. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
Rangkung : Rasanya ya senang. Rambat : Senang. Mati aku…(jatuh) Rangkung : sebentar dulu…kok malah jatuh…ku lanjutkan dulu ceritaku… Rambat : lha bagaimana? Rangkung : senang karena kamu kesini kan pasti beli makanan, daganganku ada yang beli, jadi aku senang kalau daganganku bisa habis. Rambat : Ooooo begitu. Ku kira senangnya hatimu seperti hatiku kalau bertemu kamu, rasanya tidak bisa ku gambarkan (Rambat lupa dan hampir melanggar janji untuk tidak mendekat ke Rangkung, Wa Sri membentak dari kejauhan). Gairah pada diri Rangkung menimbulkan rasa untuk selalu dekat secara emosional dengan orang yang dicintainya yaitu Rangkung. Kutipannya adalah : Wa Sri
: Wangsulanmu ki mung ora, ora, ora thok-thok. Eh kosik…ngko gek kowe mikir priya sing nek jajan mrene ora mulih-mulih kae. Rangkung : Sapa ta Wa, sing endi, lawong priya sing sok jajan mrene ki akeh, pirang-pirang, sing tuwa ya ana, sing enom ya ana. Wa Sri : mongsok sing tuwa, ya mesthi sing tak batin ya sing enom, sing kira-kira bobote timbang karo ayumu. Rangkung : Ah si Wa ki lo, kok mesthi ngono, senengane ngumbulngumbulke aku terus lho---. (halaman 6) Terjemahan : Wa Sri : jawabanmu hanya tidak tidak terus. Sebentar…janganjangan kamu memikirkan pria yang kalau beli disini tidak pulang-pulang itu. Rangkung : Siapa Wa, yang mana, yang beli disini kan banyak, yang tua yang muda semua ada. Wa Sri : Masak yang tua, ya pasti yang muda, yang kira-kira seimbang sama kecantikanmu. Rangkung : ah si Wa , pasti menyanjung-nyanjung terus---.
Wa Sri sedang membicarakan Rambat yang selalu lama jika sudah berada di warung makan. Setiap hari Rambat menyempatkan untuk datang ke warung makan tempat Wa Sri dan Rangkung berjualan dan Rambat menjadi pembeli yang paling commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
lama berada di warung makan tersebut. Sikap Rambat tersebut menggambarkan kesungguhan cinta yang ada pada dirinya. Rambat selalu ingin berada dekat dengan Rangkung. Gairah dan kesungguhan yang tumbuh dalam diri Rambat tetap ada. Hal tersebut dapat diketahui dari sikapnya yang tetap mencintai Rangkung walau telah diketahui keadaan Rangkung yang ternyata cacat. Apabila ketertarikan Rambat kepada Rangkung hanya didasari pada kecantikan wajah dan tidak mempedulikan keadaan yang lain tentu ketertarikan yang ada dalam diri Rambat akan menjadi hilang. Kutipannya adalah : Rangkung : Kang Rambat kaya ngene kahananku…mesthine kowe bakal gela yen arep ngepek bojo aku, merga aku dudu wanita sing sempurna kaya lumrahe wanita sing wutuh, aku wong gothang kang. Rambat : Kung, aja keladuk ati kejeron penampa…aku nresnani kowe ora mung nresnani cuwilaning ragamu, nanging tresnaku marang kowe tresna sakwutuhe kahananmu. (halaman 34) Terjemahan : Rangkung : Mas Rambat beginilah keadaanku, pastinya kamu akan menyesal ingin melamar aku, karena aku bukan wanita yang sempurna seperi wanita lainnya, aku cacat. Rambat : Kung, jangan kuatir…aku mencintaimu bukan karena wajah saja, akan tetapi bagaimanapun keadaanmu aku tetap mencintaimu. Dari kutipan tersebut menunjukkan akan kesungguhan Rambat kepada Rangkung. Kesungguhan Rambat mendorong akan adanya komitmen dalam dirinya. Rambat berkeputusan untuk tetap bersama dengan Rangkung yang sejak awal sudah dipilihnya dan tetap menjaga hubungan dengan menikahi Rangkung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
Wa Sri
Rambat
: kuwi tenan lho…mulane kowe ndang tak kon ngejak wong tuwamu ki mergane wong tuwamu ya ben ngerti, ben gamblang sakabehe ora ana sing ditutup-tutupi. : Wis tak kandhakake ing ngarep yen aku ora mung nresnani cuwilaning raga, nanging sak wutuhe klebu pangrengkuhku marang kowe Wa. (halaman 34)
Terjemahan : Wa Sri : benarkah…makanya aku menyuruhmu mambawa orangtuamu supaya tahu semuanya tidak ada yang ditutup-tutupi. Rambat : sudah ku katakan tadi kalau cintaku tidak setengahsetengah, tetapi seutuhnya menjadi tanggungjawabku termasuk kamu Wa.
Rambat benar-benar serius ingin menikah dengan Rangkung. Keseriusannnya juga tergambar jika Rambat akan merawat Wa Sri yang menjadi orang tua Rangkung. Cinta yang tumbuh pada Rambat merupakan cinta sempurna. Gairah dan keintiman bisa berkembang sejalan dan memunculkan komitmen untuk tetap menjaga sebuah hubungan yaitu menikah dengan Rangkung. 2. Rangkung Awal cerita Rangkung sedang melamun dan membuat Wa Sri khawatir. Wa Sri yang merawat Rangkung sejak kecil mengetahui jika Rangkung sedang memikirkan seorang laki-laki. Setelah terus didesak dengan berbagai pertanyaan, Rangkung mengaku jika dirinya sedang memikirkan Rambat. Wa Sri Rangkung Wa Sri Rangkung Wa Sri
: Oooo ngerti aku. Hahahaha candhak saiki. : Ngerti apa ta Wa, ngerti piye? : Wis genah iki, wiiiiis ngerti aku. : genah piye ta Wa, kok malah gawe bingung lo Wa kowe ki. : Olehmu sangga uwang mau genah mikir priya sing jenenge ngango Mbat..mbat…alah sapa kae…naaaa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
Rangkung Wa Sri Rangkung Wa Sri Rangkung Wa Sri Rangkung Wa Sri
Rambat, hayo ha a ta aja mukir kowe, aja goroh. Aku wis isa mbedhek. : Wa Sri ki lo senengane kok mbedhek-mbedhek. : Lo aku ki wis tuwa, wis okeh mangan uyah, senadyan mbedhek ning ya nganggo dasar. : Dasare apa Wa. : Pancasila. : Si Wa ki kok mesthi waton wangsulan. : dasare pengalaman. Aku ki tau enom nek kowe rak durung tau tuwa---. : Upama tenan ngono kira-kira piye Wa, wangun lan pantes apa ora? : Lha rak apa ta, ora lidhok ujare wong dhaplok. Ya genah wangun lan pantes, sing lanang ya bagus, sing wadon ya ayu. (halaman 7-8)
Terjemahan : Wa Sri : Ooooo sekarang aku tahu. Hahahaha ketemu sekarang. Rangkung : Tahu apa wa, bagaimana ? Wa Sri : sudah pasti ini, aku tahu. Rangkung : pasti bagaimana Wa, kok malah membuat bingung. Wa Sri : ketika melamun tadi pasti kamu memikirkan pria yang namanya pakai Mbat…mbat…alah siapa…naaaa Rambat, hayo mengaku saja jangan mengelak. Aku sudah bisa menebak. Rangkung : Wa Sri itu kok senangnya nebak-nebak. Wa Sri : karena aku sudah tua, sudah pengalaman, walaupun nebak tapi pakai dasar. Rangkung : Dasar apa Wa Wa Sri : Pancasila Rangkung : Si Wa pasti asal-asalan kalau menjawab. Wa Sri : Dasarnya ya pengalaman. Aku itu pernah muda kalau kamu kan belum pernah tua. Rangkung : Seumpama iya kira-kira bagaimana Wa, pantas tidak? Wa Sri : Lha ya gak apa-apa. Ya pasti pantes, yang pria ganteng, yang wanita cantik.
Sikap Rangkung yang gelisah memikirkan Rambat menandakan dirinya sedang mengalami kerinduan yang dalam. Rasa rindu kepada orang yang dicintai menandakan tumbuhnya hasrat pada diri Rangkung. Hasrat yang ada dalam diri commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
Rangkung mendorong seseorang untuk melakukan kedekatan secara emosional dengan orang yang disukainya. Setiap hari Rambat selalu berkunjung ke warung makan tempat Rangkung berjualan. Setiap hari Rambat dan Rangkung bertemu yang membuat cinta tumbuh diantara keduanya. Komitmen muncul pada diri Rangkung pada saat Rambat melamarnya. Komitmen mendorong seseorang untuk tetap menjaga hubungan dengan orang yang dicintainya. Rangkung menerima lamaran dari Rambat yang ingin menikahinya. 3. Wa Sri Keintiman tumbuh pada diri Wa Sri. Wa Sri merasa kasihan dengan Rangkung dan dengan ikhlas merawat Rangkung yang telah menjadi yatim piatu. Kutipannya adalah : Kawontenanipun Rangkung jebul sukunipun bunting satunggal karana kenging alangan nalika mlajar dipun oyak dening Walandi, saha bapak ibunipun pejah kenging mimis. Dene Rangkung lajeng diopeni dening Wa Sri, ingkang sejatosipun mboten wonten gegayutan sedherek kulawarganipun Rangkung. (halaman 3) Terjemahan : Ternyata keadaan Rangkung kakinya cacat karena mendapat musibah ketika lari dikejar Belanda, baoak ibunya meninggal terkena peluru. Dan Rangkung dirawat oleh Wa Sri, yang tidak memiliki hubungan keluarga dengan Rangkung. Keintiman terdorong karena mengalami hal yang sama, dimana Wa Sri dan Rangkung sama-sama menjadi korban penjajahan Belanda. Setelah adanya keintiman, tumbuhlah komitmen. Komitmen dapat berarti mencurahkan perhatian dan saling melindungi untuk menjaga dan melindungi Rangkung. Wa Sri membuat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
peraturan bagi pembeli laki-laki di warung makannya. Setiap pembeli dilarang untuk mendekat dan memegang Rangkung. Wa Sri : Iki enek peraturan anyar, pokoke enek watese nyedhak warung ora kena nglangkahi garis iki. (halaman 11) Terjemahan : Wa Sri : sekarang ada peraturan baru, pokoknya ada batasnya mendekat warung tidak boleh melangkahi garis ini. Wa Sri begitu sayang dan perhatian dengan Rangkung. Pada saat Rangkung terlihat cemas karena memikirkan sesuatu, Wa Sri ikut merasakannya. Kutipannya adalah : Wa Sri :
Wis ta, kowe ki ora susah melu mikir aku. Waton atimu kuwi seneng aku ya melu seneng. Awake dhewe ki rak mung urip wong loro. Nek kowe seneng aku ya seneng ning nek kowe susah aku ya melu nggrantes. (Nangis) Huh u huhu. (halaman 5)
Terjemahan : Wa Sri :
Sudahlah, kamu tidak usah ikut memikirkanku. Kalau kamu senang aku ya ikut senang. Kita kan Cuma hidup berdua. Kalau kamu senang aku juga senang tapi kalau kamu sedih aku juga ikut sedih. (Menangis) Huh u huhu.
Dari kutipan tersebut perhatian Wa Sri terhadap Rangkung sangat besar. Kedekatan perasaan antara Wa Sri dan Rangkung menandakan adanya keintiman. Wa Sri juga sangat melindungi Rangkung. Terlihat dalam kutipan : Wa Sri : ---sapa ngerti, anakku saiki ya wis gedhe, mbok menawa ana sing arep nyembranani, utawa arep main-main, jaman saiki kudu ngati-ati. (halaman 14)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
Terjemahan : Wa Sri : ---siapa tahu, anakku sekarang sudah besar, siapa tahu ada yang membahayakannya, atau mau main-main, jaman sekarang harus hati-hati. Dari kutipan tersebut menunjukkan bagaimana sikap Wa Sri yang tidak ingin Rangkung mengalami kejadian yang dapat membahayakannya. Cinta yang tumbuh dalam diri Wa Sri adalah cinta karib. Cinta karib menunjukkan adanya komitmen dan keintiman tanpa adanya nafsu. 4. Ganggeng Kecantikan wajah Rangkung membuat para laki-laki jatuh hati padanya, Salah satu diantaranya adalah Ganggeng. Rasa ketertarikan tersebut menunjukkan adanya gairah dalam diri Ganggeng terhadap Rangkung. Gairah bisa muncul karena Ganggeng sering datang ke warung makan Rangkung. Gairah menunjukkan rasa untuk selalu dekat dengan Rangkung. Setelah diketahui bahwa Rangkung adalah gadis yang tidak sempurna secara fisik, rasa ketertarikan Ganggeng menjadi hilang. Ganggeng yang awalnya rela mati-matian demi mendapatkan cinta Rangkung seketika menjadi berubah perasaannya. Bahkan Ganggeng bersyukur tidak jadi melamar Rangkung. Kutipannya adalah : Ganggeng : Waaah tujune durung sida nembung. (halaman 34) Terjemahan : Ganggeng : Waaah untungnya tidak jadi melamar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
Kutipan tersebut menggambarkan jika Ganggeng hanya tertarik kepada Rangkung karena kecantikan wajahnya saja. Bisa dikatakan rasa yang tumbuh pada diri Ganggeng hanyalah nafsu saja, dan tidak bisa menerima Rangkung dengan keadaannya yang tidak sempurna. Gairah yang ada dalam diri Ganggeng menjadi hilang dan tidak ada komitmen dalam diri Ganggeng. Cinta yang tumbuh dalam diri Ganggeng jika diklasifikasikan dalam teori R.J Sternberg termasuk dalam golongan tergila-gila yang artinya nafsu saja yang berkembang tanpa adanya kesungguhan dan komitmen dalam membina suatu hubungan. 5. Gleyong Tidak berbeda dengan Ganggeng. Gleyong adalah salah satu laki-laki yang mengagumi kecantikan wajah Rangkung. Gleyong selalu ingin berdekatan dengan Rangkung yang artinya ada Gairah. Seringnya Gleyong berkunjung ke warung makan tempat Rangkung berjualan mengakibatkan gairah muncul dari diri Gleyong. Kutipannya adalah : Gleyong : ---lha nek ngono aku wingi wis rasan-rasan karo bapak, nek Rangkung gelem tak pek bojo, bapak arep adol kebo seket nggo ragat mantenanku karo Rangkung suk emben. (halaman 22) Terjemahan : Gleyong : ---Lha kalau begitu aku kemarin sudah berbicara dengan bapak, jika Rangkung bersedia jadi istriku, bapak akan menjualkan kerbau lima puluh untuk biaya pernikahanku dengan Rangkug nanti. Kutipan tersebut menunjukkan adanya ketertarikan dari Gleyong yang berencana menikahi Rangkung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
Akan tetapi rasa ketertarikan dari Gleyong hanya didasari nafsu saja. Kecantikan
wajah
Rangkung
membuatnya
rela
mati-matian
untuk
mendapatkannya. Setelah diketahui Rangkung memiliki kecacatan fisik, rasa ketertarikan itu menjadi hilang. Gleyong bersyukur dirinya belum sempat melamar Rangkung. Kutipannya adalah : Gleyong : Tujune durung sida adol kebo seket. (halaman 34) Terjemahan : Gleyong : untungnya tidak jadi jual kerbau lima puluh. Gleyong bersyukur tidak jadi menjual ternaknya. Sebelum mengetahui Rangkung memiliki cacat fisik, Gleyong memamerkan kekayaan kepada temantemannya dan akan menjual kerbau berjumlah lima puluh untuk biaya pernikahan dengan Rangkung. Kutipan di atas tergambar rasa ketertarikan Gleyong kepada Rangkung menjadi hilang. Hal tersebut menunjukkan ketidak sungguhan Gleyong kepada Rangkung, karena dari awal Gleyong hanya melihat Rangkung dari kecantikan wajahnya saja. Komitmen tidak ditemukan dalam diri Gleyong dan cinta yang tumbuh dalam diri Gleyong tergolong dalam tergila-gila yang artinya hanya nafsu yang ada, tanpa adanya kesungguhan dan komitmen.
6. Motivasi Motivasi untuk membela tanah air diwujudkan oleh tokoh naskah drama Rambat-Rangkung. Tokoh-tokoh tersebut adalah Rambat, Rangkung, dan Wa Sri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
a. Rambat Sikap rela berkorban untuk membela tanah air ditunjukkan oleh Rambat. Kutipannya adalah : Rambat
: Kula kalih adhi Rangkung niki nggih badhe tumut nyengkuyung sak saged-saged kula. (halaman 37)
Terjemahan : Rambat : Saya dan Rangkung juga akan ikut membantu sebisa saya. Dari kutipan tersebut menunjukkan ada aktualisasi diri, tanpa raguragu Rambat akan ikut berjuang melawan Belanda. Pencapaian aktualisasi diri Rambat tercapai setelah kebutuhan sebelumnya telah terpenuhi. Rambat merupakan anak dari seorang pemimpin prajurit keraton Yogyakarta. Status tersebut menunjukkan akan derajat Rambat di masyarakat yang berada di kalangan menengah ke atas. Kebutuhan fisiologi seperti makan, minum dan kebutuhan akan rasa aman sudah diperoleh dari kehidupan keluarganya. Kebutuhan akan rasa cinta dan saling memiliki Rambat didapat setelah Rangkung bersedia menerima lamarannya. Rambat bisa menerima keadaan Rangkung yang tidak sempurna seperti wanita lain. Dengan rasa seperti itu akan terjalin hubungan yang akrab dan penuh perhatian. Kebutuhan rasa penghargaan juga telah terpenuhi dari diri Rambat. Sebagai seorang laki-laki Rambat berhasil meyakinkan wanita yang dicintainya untuk dapat menerima lamarannya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
b. Rangkung Motivasi untuk membela Negara juga ditunjukkan oleh Rangkung. Walau dengan keadaan fisiknya yang tidak sempurna. Kutipannya adalah : Rangkung : Nggih den mboten ketang klungsu-klungsu kula nggih kepengin ndherek udhu (Halaman 37) Terjemahan : Rangkung : Iya den walaupun lambat, saya juga akan ikut serta. Kebutuhan fisiologis dari Rangkung sudah terpenuhi, karena Rangkung adalah penjual di warung makan. Rangkung mampu menjual makanan dan minuman ke orang lain, tentunya kebutuhan pokok untuk diri sendiri sudah terpenuhi. Kebutuhan rasa aman Rangkung juga telah terpenuhi. Sejak kecil Rangkung dirawat dan dibesarkan oleh Wa Sri. Wa Sri begitu menyayangi dan melindunginya. Begitu sayangnya, Wa Sri membuat peraturan yang tidak lazim bagi pembeli laki-laki di warungnya untuk melindungi Rangkung dari bahaya dan godaan laki-laki. Setelah dilamar Rambat, kebutuhan akan rasa memiliki dan cinta dapat telah terpenuhi dari diri Rangkung. Sikap Rambat yang tetap mencintai Rangkung walaupun keadaan fisiknya yang tidak sempurna dapat memberikan rasa cinta dan rasa saling memilki pada diri Rangkung. Hal tersebut juga dapat menumbuhkan pencapaian akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
rasa harga diri. Dengan fisik yang tidak sempurna masih ada laki-laki yang bersedia menikah dengannya. c. Wa Sri Wa Sri juga memiliki motivasi membela tanah air. Kutipannya sebagai berikut : Wa Sri : Nadyan kula arepa tuwa kula ya ora trima nek ditinggal teng mriki, ujube ati kula milih nundhung Landa tinimbang urip sengsara. (Halaman 37) Terjemahan : Wa Sri : Walaupun saya sudah tua juga tidak terima kalau hanya ditinggal di sini, saya lebih memilih ikut mengusir Belanda daripada hidup sengsara. Sikap tersebut menunjukkan akan adanya rasa memiliki dan cinta kepada bangsa dan tanah air, yang menandakan adanya aktualisasi diri. Wa Sri adalah pemilik warung yang menjual makanan dan minuman. Dari pekerjaannya tersebut Wa Sri dapat memenuhi kebutuhan fisiologisnya. Kebutuhan rasa aman Wa Sri juga telah terpenuhi, Wa Sri yang menjadi orang tua Rangkung juga akan dirawat oleh Rambat. Rambat berjanji menganggap Wa Sri seperti ibunya sendiri. Kutipannya : Rambat :
Wis tak kandhake ing ngarep yen aku ora mung nresnani cuwilaning raga, nanging sakwutuhe klebu pangrengkuhku marang kowe Wa. Ora arep tak bedak-bedakake antarane Wa Sri karo ibu sing nglairake aku. (halaman 34)
Terjemahan : Rambat : sudah ku katakan tadi kalau aku tidak hanya setengahsetengah, tetapi semua menjadi tanggung jawabku commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
termasuk Wa. Tidak akan ku bedakan Wa Sri dengan ibu kandungku.
7. Simpulan Analisis Psikologi Sastra Analisis psikologi sastra terhadap naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa telah penulis jabarkan satu demi satu. Dengan analisis Psikologi Sastra yang menggunakan teori dinamika cinta dari R.J Sternberg dan teori motivasi Abraham Maslow maka dapat diperoleh gambaran bagaimana sikap ketulusan dan pengorbanan dari masing-masing tokoh. Rambat merupakan tokoh sentral dalam naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa. Sikap keteguhan dan ketulusan hati Rambat dapat diketahui dengan teori cinta. Rambat merupakan salah satu pemuda yang tertarik akan kecantikan Rangkung. Setiap hari disempatkannya untuk berkunjung ke warung makan dimana Rangkung berjualan. Dari sikapnya tersebut membuktikan adanya kesungguhan cintanya kepada Rangkung. Rambat selalu ingin dekat dengan Rangkung karena telah ada rasa suka dari Rambat terhadap Rangkung. Setelah diketahui Rangkung adalah gadis yang cacat, Rambat tetap mencintainya. Kesungguhan cinta Rambat menimbulkan adanya komitmen. Komitmen ditunjukkan dengan melamar Rangkung. Tokoh selanjutnya adalah Ganggeng, Gleyong, dan Glombyor. Ketiga pemuda ini juga memiliki rasa ketertarikan terhadap Rangkung. Rasa ketertarikan tersebut menunjukkan adanya hasrat dalam diri mereka. Mereka bertiga ingin commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
selalu dekat dengan Rangkung karena dorongan hasrat yang kuat. Hasrat menunjukkan ketertarikan dari segi fisik. Semua berubah ketika mereka mengetahui jika Rangkung adalah gadis yang cacat. Mereka mundur untuk mendapatkan cinta Rangkung. Cinta yang tumbuh diantara mereka hanya didorong oleh nafsu dan tidak ada komitmen dalam diri mereka. Kasih sayang yang diberikan Wa Sri terhadap Rangkung menunjukkan adanya keintiman dan komitmen dalam diri Wa Sri. Adanya persamaan antara mereka membuat Wa Sri terikat suatu perasaan untuk hidup bersama. Saling mencurahkan perhatian dan saling menjaga ditunjukkan dan hal tersebut menunjukkan adanya cinta karib. Cinta karib adalah cinta yang berkembang karena adanya keiintiman dan komitmen.
D. Nilai-nilai yang Terkandung dalam Naskah Drama RambatRangkung Melalui karya sastra pengarang ingin menyampaikan ide, gagasan, dan pesan sosial
kepada masyarakat. Tokoh-tokoh yang ditampilkan pengarang dalam
naskah drama Rambat-Rangkung setidaknya dapat memberi manfaat bagi masyarakat. Bertolak dari analisis psikologi sastra, naskah drama RambatRangkung memiliki nilai bagi kehidupan masyarakat. Naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa mengungkapkan persoalan kisah hidup manusia. Drama tersebut mengisahkan tentang kehidupan masyarakat dalam pengungsian pada saat perang Diponegoro. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
Kisah percintaan dalam naskah drama Rambat-Rangkung begitu dominan. Cerita diawali ketika Rangkung sedang melamun. Rangkung memikirkan seorang laki-laki yang dicintainya. Tidak lama setelah itu Rambat, laki-laki yag dipikirkan Rangkung datang. Kedatangan Rambat ke warung makan tidak hanya untuk makan dan minum akan tetapi memiliki maksud lain yaitu untuk melamar Rangkung. Selain Rambat ada tiga pemuda lagi yang ingin melamar Rangkung. Dari semua pemuda yang ingin melamar Rangkung, hanya Rambat yang bertahan dan tetap memilih Rangkng menjadi pendamping hidup setelah diketahui Rangkung memiliki kekurangan fisik yaitu hanya memiliki satu kaki saja. Nilai moral yang terdapat dalam naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa adalah : 1. Ketulusan dan keiklasan hati Keteguhan hati dan keiklasan tergambar dari diri Rambat. Pada saat Rangkung telah diketahui sebagai gadis yang cacat Rambat tetap mencintainya dan tidak berpaling. Berbeda dengan tiga pemuda yang awalnya berebut cinta Rangkung, mereka mundur setelah mengetahui keadaan Rangkung yang tidak sempurna. Dari sikap Rambat dapat memberikan sebuah pesan akan kesetiaan dan keteguhan hati. Fisik tidak menjadi acuan bagi seseorang untuk menilai orang lain, karena fisik yang terlihat sempurna belum tentu sifatnya sesempurna fisiknya. Yang lebih penting dalam menilai seseorang adalah etika dan perilakunya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
Keiklasan hati juga terdapat dalam tokoh Wa Sri. Wa Sri yang dengan penuh kasih sayang membesarkan dan merawat Rangkung yang bukan anak kandungnya. Seseorang yang berbuat baik pada akhirnya pasti akan mendapatkan imbalan yang sesuai. Wa Sri mengalami hal tersebut, kasih sayangnya terhadap Rangkung mendapat imbalan. Pada saat Rambat menikahi Rangkung, Rambat juga berjanji akan merawat Wa Sri dan tidak akan membedakan dengan ibu kandungnya sendiri. 2. Sikap rela berkorban untuk tanah air Semua tokoh yang ada dalam naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa menunjukkan sikap yang sama. Den Sasra dan Bekel Rangga merupakan pemimpin prajurit utusan kraton Yogyakarta. Pada akhir cerita mereka memberitahu kepada warga tentang bahaya yang mengancam. Tempat yang menjadi pengungsian telah diketahui oleh Belanda. Kemudian mereka mengajak warga yang bersedia untuk ikut berperang melawan Belanda. Semua tokoh termasuk Glombyor, Gleyong, dan Glanggeng, tiga pemuda yang digambarkan memiliki etika kurang baik ikut berperang membela tanah air yang menjadi tempat mereka dilahirkan dan dibesarkan. Wa Sri yang merupakan perawan tua juga mengajukan diri untuk berperang, dan juga Rangkung yang memiliki kecacatan fisik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
3. Berhati-hati dalam berbuat Melalui tokoh Den sasra juga bisa memberi nilai bahwa dalam bertindak tidak boleh sesuka hati. Den Sasra memerintahkan semua warga untuk tetap menunggu komando dari pimpinan dan tidak boleh bergerak sendiri-sendiri dalam menghadapai tentara Belanda. Merancanakan hal sebelum bertindak sangat penting. Sesuatu hal yang direncanakan dengan matang pasti akan mendapatkan hasil yang memuaskan. Seperti pepatah Jawa yang mengatakan alon-alon waton kelakon, yang mengandung makna sebelum bertindak untuk merencanakan terlebih dahulu dengan matang bagaiman resiko yang akan didapat dan keuntungan yang bisa diraih untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan keinginan. 4. Tidak menyia-nyiakan waktu Diceritakan dalam naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa terdapat tiga pemuda yang memiliki etika yang kurang baik. Sikap para pemuda tersebut selalu membuat tidak nyaman bagi orang yang melihat. Tergambar jika para pemuda tersebut tidak menggunakan waktunya untuk halhal yang positif. Di sisi lain ada wanita tua yang selalu gigih dalam berjuang. Sebagai pemuda seharusnya malu melihat perjuangan hidup seorang wanita tua tersebut. 5. Menjaga amanah dan tanggung jawab Tokoh Bekel Rangga bisa menjadi contoh. Bekel Rangga merupakan pemimpin prajurit yang ditugasi untuk menjaga keamanan di dusun Lengkong. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
Pada saat terjadi suatu masalah Bekel Rangga merasa ikut bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah tersebut. Bekel Rangga tidak tinggal diam saat mengetahui para pemuda yaitu Ganggeng, Gleyong, dan Glombyor sedang bertengkar karena memperebutkan seorang gadis yaitu Rangkung. Bekel Rangga datang dan melerai perkelahian tersebut. Setelah melerai, Bekel Rangga memberi nasihat kepada para pemuda untuk menggunakan waktu mudanya dengan melakukan hal-hal yang positif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dilihat dari pembahasan bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan tentang latar penciptaan naskah drama Rambat-Rangkung, analisis struktural, analisis psikologi sastra, dan Nilai-nilai yang terkandung di dalam naskah drama Rambat-Rangkung sebagai berikut : 1. Ditinjau dari latar belakang penciptaan naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa, pengarang ingin menyampaikan tentang keteguhan hati dan pengorbanan. Pengarang ingin meyampaikan bagaimana seseorang harus memiliki kemantapan hati dalam menentukan suatu pilihan, saling tolong-menolong, dan rela berkorban. Naskah drama Rambat-Rangkung berlatar pada tempat yang sama dari awal hingga akhir atau hanya terjadi dalam satu babak saja. Trisno Santosa yang lebih banyak menulis naskah ketoprak dengan beberapa babak dan setting, menciptakan naskah drama Rambat-Rangkung dengan satu babak yang terinspirasi dari teater popular. 2. Ditinjau dari segi struktural, naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa ini menunjukkan kesatuan yang utuh dan antara unsur yang satu dengan yang lain ada keterkaitan. Unsur-unsur yang terdiri dari tema, alur, penokohan, latar/setting, dialog, amanat, dan konflik/kelakuan commit to user
90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
bersama-sama dapat membentuk makna totalitas. Tema cerita yang tersirat didukung
oleh
unsur
lainnya.
Naskah
drama
Rambat-Rangkung
menampilkan tentang pengorbanan dan ketulusan yang ada dalam diri tokoh. Alur ceritanya adalah alur lurus yang bergerak melalui peristiwaperistiwa yang berurutan. Watak dalam diri tokoh dapat ditampilkan pengarang melaui psikisnya. Latar atau setting yang digunakan meliputi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Amanat yang disampaikan terdapat dalam sikap tokoh hubungannnya dengan tokoh lain. Secara keseluruhan unsur-unsur yang membangun struktur naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa saling berkaitan dan saling mendukung. 3. Dari segi Psikologi Sastra, naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa ini mengungkapkan tentang keteguhan, kesetiaan, keiklasan dan pengorbanan. Sikap tersebut tergambar dalam diri Rambat. Rambat adalah salah satu pemuda yang mencintai Rangkung. Setelah diketahui Rangkung adalah gadis cacat, Rambat tetap mencintainya. Sikap Rambat tersebut menunjukkan bahwa dirinya memiliki sikap keteguhan hati dan tulus dalam mencintai orang lain. Sikap keiklasan juga ditunjukkan oleh tokoh Wa Sri. Wa Sri merupakan perawan tua yang merawat rangkung sejak kecil. Dengan ikhlas Wa Sri merawat Rangkung dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang seperti anak sendiri. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
4. Ditinjau dari segi nilai-nilai, naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa bagi masyarakat berpijak pada analisis psikologi sastra, dapat memberikan nilai yaitu bagaimana manusia harus memiliki keteguhan hati dan kemantapan hati dalam menentukan sebuah pilihan. Sikap rela berkorban dan saling tolong-menolong antar sesama juga disampaikan kepada masyarakat.
B. Saran Berdasarkan hasil analisis, penelitian memberikan hasil sebagai berikut: Pendekatan yang digunakan dalam analisis terhadap naskah drama Rambat-Rangkung adalah psikologi sastra. Peneliti berharap agar nantinya ada penelitian lain yang mampu meneliti naskah drama Rambat-Rangkung dengan pendekatan yang berbeda dan yang lebih menarik. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran tentang kehidupan yang dapat dijadikan teladan bagi masyarakat. Selain itu, dengan penelitian ini dapat menjaga data untuk penelitian lain yang objeknya sejenis.
commit to user