KETERSEDIAAN TEKNOLOGI DAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KEDELAI DI LAHAN PASANG SURUT JAMBI Jumakir, Jon Hendri dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi ABSTRAK Pertanaman kedelai di Provinsi Jambi sebagian besar diusahakan pada lahan pasang surut yang terletak di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Kontribusi luas panen dan produksi kedelai di Provinsi Jambi berasal dari lahan pasang surut sebesar 66,18 persen. Hal ini menunjukkan bahwa lahan pasang surut memiliki potensi untuk pengembangan kedelai dan didukung oleh sumber daya alam atau agroekosistem yang cocok, sumber daya manusia dan ketersediaan teknologi. Inovasi teknologi mendukung peningkatan produktivitas kedelai melalui pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT)
telah tersedia berupa varietas unggul baru Anjasmoro dengan potensi hasil lebih dari 2 t/ha. Pemupukan 50 kg/ha Urea, 75 kg/ha SP36 dan 50 kg/ha KCl, dolomit 300 kg/ha dan pupuk kandang 1000 kg/ha. Peningkatan produktivitas kedelai perlu didukung komponen teknologi lainnya seperti tata air mikro, pengendalian hama/penyakit, panen dan pasca panen. Untuk mengoptimalkan peningkatan produkivitas dan pengembangan kedelai kedepan perlu memperhatikan keberadaan sarana pendukung khususnya benih yang berkualitas, sarana produksi berupa pupuk anorganik, pupuk organik, dolomit, pestisida, herbisida tepat waktu, jumlah dan tepat jenis. Penyediaan modal usahatani berupa kredit usahatani dan pemasaran hasil agar harga yang diterima petani cukup menguntungkan secara finansial. Kata kunci : Kedelai, Ketersediaan teknologi dan Produktivitas, Lahan pasang surut
ABSTRACT Soybean planting in Jambi Province dominant was planted on tidal swamp land Tanjung Jabung Timur District. Contribution of harvest area and production in Jambi Province from tidal swamp land about 66,18 percent. Its showed that tidal swamp land has potency to development of soybean and be supported by the availability of natural resources or agroecosystem compatibility, human resource and technologies. Technology innovations support of soybean increasing productivity by integrated plant management as New superior varieties, ameliorant and ferilizer (50 kg/ha urea, 75 kg/ha SP 36/ha, 50 kg/ha KCl, 300 kg/ha dolomite and 1000 kg/ha nature pattern), micro water management, pest and disease control, harvest and post harvest. In the future, soybean increasing productivity and development optimalization needs seed qualities, organic and anorganik fertilizer, dolomite, pesticide and herbicide. Farming modals preparation as credit and markeing so price was accepted by farmer profit financial. Key words: Soybean , Technologies and Productivity, Tidal swamp land
1
PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditi pangan utama yang diperlukan sebagai pangan murah dan bergizi, pakan ternak serta bahan baku industri. Kebutuhan akan komoditi kedelai terus meningkat dari tahun ketahun sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan gizi makanan. Kedelai merupakan sumber bahan makanan yang mengandung protein tinggi, rendah kolesterol dan harga terjangkau (Departemen Pertanian, 2007). Perhatian pemerintah terhadap kedelai semakin meningkat dengan terus meningkatnya konsumsi kedelai nasional dari tahun ke tahun sebagai bahan pangan, bahan baku industri maupun sebagai pakan ternak. Kebutuhan kedelai pada tahun 2008 telah mencapai 2,2 juta ton, sementara produksi dalam negeri hanya 35-40 persen sehingga kekurangannya dipenuhi dari impor (Deptan, 2008). Oleh karena itu, pemerintah terus berupaya meningkatkan produksi kedelai di dalam negeri dan bertekad akan meningkatkan produksi kedelai nasional untuk menuju swasembada kedelai pada tahun 2015 (Balitkabi, 2006). Lahan pasang surut di Provinsi Jambi terdapat di dua Kabupaten yaitu Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur. Pada masa yang akan datang, peran lahan rawa ini semakin penting akibat telah beralihnya lahan sawah ke usaha non pertanian. Diperkirakan total lahan sawah yang telah beralih fungsi ke usaha non pertanian tiap tahunnya tidak kurang dari 30.000 ha (Nasoetion, 1994). Hasil penelitian Ismail et al. (1993) menunjukkan bahwa lahan rawa ini cukup potensial untuk usaha pertanian baik untuk tanaman pangan, perkebunan, hortikultura maupun usaha peternakan. Kedepan lahan rawa ini menjadi sangat strategis dan penting bagi pengembangan pertanian sekaligus mendukung ketahanan pangan dan usaha agribisnis (Alihamsyah, 2002). Di Provinsi Jambi lahan pasang surut telah lama diusahakan oleh penduduk lokal maupun penduduk transmigrasi. Tanaman pangan yang berkembang pesat diusahakan selain padi adalah tanaman palawija khususnya kedelai. Tanaman kedelai di lahan pasang surut terluas diusahakan di Kecamatan Rantau Rasau Kabupaten Tanjung Jabung Timur, namun produktivitasnya
ditingkat petani relatif masih rendah yaitu rata-rata kurang dari 1 ton/ha
(Jumakir dan Endrizal, 2003). Hasil survei kegiatan ex-ante di Kecamatan Rantau Rasau dan Berbak Kabapaten Tanjung Jabung Timur tahun 2007 yang dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) menunjukkan bahwa produktivitas kedelai di lahan pasang surut tergolong rendah, yaitu antara 0,7 hingga 1,3 t/ha. Rendahnya produktivitas kedelai di lahan pasang surut di Jambi disebabkan oleh ketersediaan benih bermutu
2
terbatas, waktu tanam (pada saat tanam lahannya masih tergenang air atau setelah tanam tidak ada hujan), kekeringan/tata air, pemupukan kurang, hama penyakit (kususnya hama ulat grayak intensitas serangannya cukup tinggi), pasca panen kurang baik dan harga rendah (Jumakir dan Endrizal, 2003; Taufiq et al. 2007). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian telah menghasilkan berbagai inovasi teknologi yang mampu meningkatkan produktivitas kedelai, diantaranya varietas unggul yang sebagian telah dikembangkan oleh petani. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Badan Litbang Pertanian juga telah menghasilkan dan mengembangkan melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang ternyata mampu meningkatkan produktivitas kedelai dan efisiensi input produksi (Deptan, 2008). Selanjutnya Badan Litbang Pertanian melalui Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (BALITKABI) telah merakit teknologi produksi kedelai yang lebih hemat input untuk lahan pasang surut, lahan sawah dan lahan kering sehingga diharapkan akan meningkatkan keuntungan usahatani. Dengan penggunanan varietas unggul baru yang adaptif dan teknologi yang tepat diantaranya pemupukan, ameliorasi, dan penggunaan pupuk kandang hasil kedelai di lahan sawah dan lahan kering masam dapat mencapai lebih dari 2,0 ton/ha (Balitkabi, 2007). Sedangkan dari hasil penelitian PTT kedelai di lahan pasang surut Jambi produksi kedelai mencapai 2,11 t/ha (Taufiq et al. 2007). Peningkatan produksi dan produktivitas kedelai sangat penting dalam rangka meningkatkan pendapatan petani dan mendorong pertumbuhan ekonomi dipedesaan. Upaya tersebut memerlukan sentuhan inovasi teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat yaitu secara teknis dapat diterapkan, secara sosial budaya dapat diterima dan secara ekonomis menguntungkan. Makalah ini bertujuan menginformasikan inovasi teknologi kedelai ( penggunaan benih bermutu, varietas unggul, pemupukan, ameliorasi dan pupuk kandang) dan peningkatan produktivitas kedelai di lahan pasang surut Jambi dalam rangka mendukung upaya pemerintah menuju swasembada kedelai. POTENSI LAHAN PASANG SURUT Lahan pasang surut di Propinsi Jambi sebagian besar terdapat di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur sedangkan areal pasang surut yang merupakan sentra produksi kedelai termasuk dalam Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Luas wilayah admistratif Kabupaten Tanjung Jabung Timur 5.445 km2 meliputi enam wilayah Kecamatan yaitu Muara
3
Sabak, Mendahara, Dendang, Rantau Rasau, Nipah Panjang dan Sadu. Batas wilayah sebelah utara dengan Laut Cina Selatan, sebelah selatan dengan Kabupaten Muaro Jambi dan Provinsi Sumatera Selatan, sebelah barat dengan Kabupaten Tanjabbar dan Kabupaten Muaro Jambi, sebelah timur dengan laut Cina Selatan. Luas areal potensial untuk pengembangan komoditas pertanian diperkirakan 200.000 ha dari luas tersebut potensi untuk tanaman pangan 90.000 ha. Kabupaten Tanjung Jabung Timur merupakan Kabupaten yang memberikan kontribusi terbesar beras dan kedelai di Propinsi Jambi (Pemda Tanjabtim, 2003). Wilayah Rantau Rasau secara geografis terletak antara 01 o 06’20”-01o13’33” dan 104o01’22”-104o09’06” BT. Iklimnya type B berdasarkan klasifikasi iklim Schmit dan Ferguson dengan bulan basah antara 8-10 bulan dan bulan kering 2-4 bulan. Secara administratif letak wilayah Kecamatan Rantau Rasau berbatasan dengan : sebelah utara dengan Taman Nasional Berbak, sebelah Timur dengan Kecamatan Dendang, sebelah Selatan dengan Kecamatan Muara Sabak dan sebelah barat dengan Kecamatan Nipah Panjang. Areal pasang surut yang sesuai untuk pengembangan tanaman kedelai adalah wilayah yang memiliki tipe genangan air B, C dan D dengan sistem surjan dan hamparan. Provinsi Jambi diperkirakan memiliki lahan rawa seluas 684.000 ha. Dari luasan tersebut berpotensi untuk pengembangan pertanian 246.481 ha terdiri dari lahan lahan rawa pasang surut 206.832 ha dan lahan non pasang surut seluas 40.521 ha (Bappeda, 2000). Potensi pengembangan dan peningkatan produksi kedelai cukup besar dan bisa dilakukan melalui peningkatan intensitas tanam dan perbaikan pengelolaan atau pemanfaatan areal yang belum tergarap melalui penerapan inovasi teknologi dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT). Tabel 1. Potensi lahan pasang surut di Provinsi Jambi Potensi Lahan Lahan rawa - Rawa pasang surut - Sudah dikembangkan - Belum dikembangkan tapi sudah dimanfaatkan - Lahan tidur Sumber: Bappeda (2000)
Luas (ha) 246.481 206.862 79.954 74.521 52.337
Dilihat dari luas panen kedelai di Provinsi Jambi dan produksi kedelai yang diperoleh menunjukan bahwa dari beberapa kabupaten yang ada di Provinsi Jambi, Kabupaten Tanjung
4
Jabung Timur yang termasuk lahan pasang surut memberikan kontribusi yang cukup besar dibanding kabupaten lainnya yaitu sebesar 57,56 persen (Tabel 2 ). Tabel 2 . Luas panen dan produksi kedelai di Provinsi Jambi tahun 2002-2006 No 1. 2. 3 4 5 6 7 8. 9. 10
Kabupaten
Kerinci Merangin Sarolangun Batanghari Muara jambi Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Barat Tebo Bungo Kota Jambi Jumlah Tahun 2006 Tahun 2005 Tahun 2004 Tahun 2003 Tahun 2002 Sumber : BPS Provinsi Jambi. 2006
Luas (ha) 34 171 50 1 144 1732 89 320 96 -
panen
2617 2191 1815 2912 3460
Rata-rata produksi (t/ha) 11,11 14,50 10,77 10,65 11,41 13,43 12,06 12,14 12,10 1
Produksi (ton)
13,06 13,07 13,95 13,71 10,90
3.443 2.863 2532 3992 3.772
38 248 54 1 164 2.326 107 389 116 -
KETERSEDIAAN TEKNOLOGI DAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS Upaya yang dilakukan untuk pengembangan tanaman kedelai di lahan pasang surut melalui pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT). Prinsip dasar PTT adalah : a) bersifat spesifik lokasi, b) melalui pendekatan partisipatif, c) mengintegrasikan komponen teknologi yang memberikan pengaruh secara sinergis dan bersifat dinamis dapat berubah sesuai dengan kebutuhan. Balitkabi (2006) bahwa proses produksi melalui PTT yang memadukan beberapa komponen teknologi dan aspek produksi yang bersinergis sesuai kondisi setempat diyakini mampu meningkatkan produktivitas kedelai secara efisien sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Paket teknologi PTT kedelai meliputi persiapan lahan, varietas unggul, penanaman, perbaikan lahan/amelioran lahan, pemupukan, penggunaan pupuk kandang, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit serta panen/prosesing. PTT bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani melalui penerapan teknologi yang cocok untuk kondisi setempat yang dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil serta menjaga kelestarian lingkungan (Deptan, 2007). Masalah dan introduksi teknologi budidaya kedelai di lahan pasang surut tertera pada Tabel 3. Teknologi untuk mendukung pengembangan kedelai telah tersedia
5
dan sudah diaplikasikan serta siap diimplementasikan dilapangan dengan sasaran produksi lebih dari 2 ton/ha. Tabel 3. Masalah dan introduksi komponen teknologi budidaya kedelai di lahan pasang Surut Jambi Masalah 1. Drainase
Kondisi saat PRA Panjang saluran drainase 6-8 m
2. Kesuburan
-pH tanah sangat masam (ph 4,7) -kandungan N 0,1%, P17,4ppm P2O5, K 0,1me/100g dan Mgdd 0,44me/100g termasuk rendah -kandungan Aldd 2,7me/100g dan kejenuhan Aldd tinggi (37,3%) 3. Hama/Penyakit -Hama utama ulat grayak -Penyakit utama layu Jamur 4. Varietas/Benih Sudah menggunakan varietas unggul tapi mutu benih kurang baik, benih berasal dari hasil panen sendiri atau dibeli dari petani lain Sumber: Deptan (2008)
Introduksi Teknologi PTT Memperdalam saluran drainase dan panjangnya dikurangi menjadi4-5 m -Ameliorasi lahan dengan pupuk kandang (1t/ha) dan dolomit 0,3 t/ha -Pemupukan NPK dosis 22,5 kg N, 36 kg P2O5, 45 kg K2O per ha
-Pengendalian dengan pesitisida sesuai PHT -pengendalian dengan fungisida Menggunakan varietas unggul Anjasmoro dengan mutu tinggi, daya tumbuh > 85%
Penataan Lahan dan Tata Air Penataan lahan dan sistem tata air merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pengembangan pertanian dilahan pasang surut dalam kaitannya dengan optimalisasi pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya lahan. Lahan pasang surut dapat ditata sebagai sawah, tegalan dan surjan disesuaikan dengan tipe luapan air dan tipologi lahan serta tujuan pemanfaatannya (Tabel 4). Sistem tata air yang yang teruji baik dilahan pasang surut adalah sistem aliran satu arah (one way flow system) dan sistem tabat (dam overflow). Penetapan sistem tata air disesuaikan dengan tipologi lahan dan tipe luapan air serta komoditas yang diusahakan. Pada lahan tipe luapan air A dengan sistem aliran satu arah, sedangkan tipe luapan air B diatur dengan sistem satu arah dan tabat. Tipe luapan air C dan D dengan sistem tabat dengan pintu stoplog.
6
Tabel 4. Acuan penataan lahan masing-masing tipologi lahan dan tipe luapan air di lahan pasang surut. Tipologi Lahan
Tipe luapan air A
Potensial
Sawah
B Sawah/surjan
Sulfat masam
Sawah
Sawah/surjan
Sawah/surjan/tegalan
Bergambut
Sawah
Sawah/surjan
Sawah/tegalan
Gambut dangkal Sawah Sawah/surjan Gambut sedang konservasi Gambut dalam Konservasi Salin Sawah/tambak Sawah/tambak Sumber ; Widjaya Adhi (1995) dan Alihamsyah et al. (2000)
C Sawah/surjan/tegalan
Sawah/tegalan Tegalan/perkebunan Tegalan/perkebunan -
D Sawah/tegalan/ kebun Sawah/tegalan/ kebun Sawah/tegalan/ kebun Tegalan/kebun Perkebunan Perkebunan -
Persiapan Lahan/Pengelolaan Lahan Persiapan lahan dilakukan dengan olah tanah atau tanpa olah tanah (TOT) yaitu jerami diterbas setelah panen padi kemudian dihamparkan dan dibiarkan selama 3 hari agar kering. Setelah kering jerami tersebut dibakar dan disemprot dengan herbisida. Hasil penelitian Balittra (2001), menunjukkan bahwa perlu atau tidaknya dilakukan pengolahan tanah pada lahan pasang surut sangat tergantung kepada kondisi lahannya. Walaupun pengolahan diperlukan tapi tidak harus dilakukan setiap musim tanam karena pengolahan tanah yang dilakukan selang dua musim tanam tidak menurunkan hasil.
Varietas Varietas unggul baru (VUB) yang dianjurkan adalah Anjasmoro, Tenggamus, Kaba, Sinabung, Lawit dan Menyapa, Baluran, Merubetiri. Dari beberapa VUB tersebut yang adaptif dan disenangi petani adalah Anjasmoro. Sebelum tanam benih diperlakukan dengan insektisida berbahan aktif fipronil untuk mencegah serangan lalat kacang. Penanaman dengan cara ditugal 2 biji/lobang dan jarak tanam 40 cmx15 cm. Dari hasil penelitian sebelumnya dengan menggunakan varietas Wilis diperoleh produksi kedelai berkisar 1,3-1,6 t/ha (Sastraadmadja et al. 2000). Sedangkan hasil uji adaptasi beberapa varietas/galur kedelai di lahan pasang surut Jambi tahun 2004 memberikan hasil yang cukup baik yaitu diperoleh produksi tertinggi 1,83 t/ha (galur MSC 9234) diikuti oleh Varietas Tenggamus 1,75 t/ha (Tabel 5)
7
Tabel 5. Pengujian beberapa varietas/galur kedelai di lahan pasang surut Jambi Varietas/Galur
Vigor
Lawit 1 Menyapa 1 Tenggamus 1 Sibayak 2 MSC9234-12-3 2 B4F4HW-169-160 1 B4F4HW-192-01-321 2 B4F4HW-192-01-333 2 MSC9112-b-4 1 Sumber: Bobihoe et al. (2004)
Tinggi tanaman (cm) 65,71abc 73,40a 58,40bcd 55,13cde 42,73e 47,83de 50,67de 56,40cde 71,20ab
Jumlah polong isi (%) 93,92ef 93,92ef 95,47bc 95,83ab 95,88a 94,46cde 95,18cd 94,16cd 93,84f
Jumlah polong hampa (%) 6,08ab 6,08ab 4,53ab 4,17a 4,12a 5,54ab 4,85ab 5,84ab 6,16 b
Berat 100 biji (gr)
Hasil (t/ha)
9,87 8,80 9,23 8,97 13,30 11,17 10,33 9,80 10,83
1,38 1,55 1,75 1,38 1,83 1,60 1,31 1,56 1,22
Sedangkan dari hasil pemuliaan partisipatif tanaman kedelai dilahan pasang surut Jambi pada musim kemarau 2008 (Tabel 6), menunjukkan beberapa varietas/galur kedelai pertumbuhan dan hasilnya baik yaitu varietas Tenggamus 2,04 t/ha dan diikuti oleh varietas Anjasmoro 1,96 t/ha, Kaba 1,91 t/ha dan Wilis 1,85 t/ha (Yardha et al. 2008).
Tabel. 6. Pertumbuhan dan hasil kedelai dilahan pasang surut Jambi MK 2008 No
Varietas/Galur
Tinggi
Jumlah
Jumlah
Berat 100
Hasil
tanaman(cm)
cabang
polong isi
biji (gr)
(t/ha)
1
G100H/SHR-60-38
65,60
3,40
70,33
11,3
1,98
2
SHR/G100H-73
67,93
2,67
52,30
11,8
1,79
3
SHR/G100H-68
53,47
2,73
63,33
11,1
1,77
4
SHR/G100H-66
53,00
1,93
58,73
11,8
1,63
5
G100H/SHR-60-34
51,47
3,00
50,80
13,5
1,91
6
SHR/G100H-5
58,27
2,73
47,80
11,0
1,67
7
SHR/G100H-70
61,80
1,80
57,60
9,8
1,85
8
SHR/G100H-75
59,87
2,57
55,93
13,1
1,65
9
G100H/TGM-D-1-3
57,80
2,10
58,27
11,6
1,91
10
G100H/TGM-D-1-16
68,20
2,67
63,40
10,9
1,85
11
MYP/G100H-D-2
80,27
2,13
58,47
10,5
1,89
12
MYP/G100H-D-6
65,73
2,80
52,47
10,9
1,73
13
Wilis
76,53
2,53
51,93
11,2
1,85
14
Kaba
75,13
2,73
45,60
11,3
1,91
15
Anjasmoro
70,67
2,33
49,73
15,6
1,96
16
Tenggamus
77,47
2,90
75,07
9,9
2,04
Sumber: Yardha et al. 2008
8
Dari hasil pengkajian PTT kedelai dengan menggunakan varietas Anjasmoro diperoleh produksi sebesar 2,11 /ha lebih tinggi dibandingkan produksi melalui teknologi petani (Tabel 7 ). Varietas Anjasmoro merupakan varietas unggul baru untuk lahan rawa pasang surut dan banyak disenangi petani karena produksi tinggi dan bijinya besar. Tabel 7. Keragaan tanaman kedelai varietas anjasmoro melalui pendekatan PTT dan teknologi petani di lahan pasang surut Jambi MK 2007 Keragaan Tinggi tanaman (cm) Polong isi Polong hampa Berat 100 biji (gr) Hasil (t/ha) Sumber : Taufiq et al (2007)
PTT 59,3 56 3 14,02 2,11
Petani
Selisih absolut 8,1 4 0 2,14 1,31
51,2 52 3 11,88 0,8
Selisih relatif (%) 15,82 7,69 0 18,01 163,75
Balitkabi (2008), bahwa VUB Anjasmoro memiliki daya hasil 2,03-2,25 t/ha, tahan rebah, polong tidak mudah pecah dan moderat terhadap karat daun. Sifat-sifat penting beberapa varietas kedelai tertera pada Tabel 8.
Tabel 8. Sifat-sifat penting beberapa varietas unggul baru kedelai. Varietas
Tinggi tanaman (cm) Anjasmoro 64-68 Tenggamus 67 Lawit 58 Menyapa 64 Baluran 60-80 Merubetiri 80-100 Sumber: Balitkabi (2008)
Umur bunga (hari)
Umur masak(hari)
Warna bunga
Bobot 100 biji (gr)
Hasil (t/ha)
35,7-39,4 35 40 41 33 33
82,5-92,5 88 84 85 80 95
ungu ungu ungu putih ungu ungu
14,8-15,3 11,0 10,5 9,1 15-17 13-14
2,03-2,25 2,22 1,93-2,07 2,03 2,5-3,5 2,5-3,0
Amelioran dan Pemupukan Pemberian bahan amelioran atau bahan pembenah tanah dan pupuk merupakan faktor penting unuk memperbaiki kondisi tanah dan meningkatkan produktivitas lahan. Bahan tersebut dapat berupa kapur atau dolomit maupun bahan organik atau abu sekam dan serbuk kayu gergajian. Ameliorasi lahan dilakukan dengan pupuk kandang dosis 1 t/ha dan dolomit dosis 300 kg/ha. Sebelum diaplikasikan, pupuk kandang dicampur rata dengan dolomit. Campuran pupuk kandang dengan dolomit tersebut diaplikasikan sesaat setelah tanam dengan cara disebar sepanjang baris tanaman sekaligus difungsikan untuk menutup lubang tanam. Pemberian dolomit
9
1 ton/ha dan pemupukan 50 kg/ha urea, 100 kg/ha SP36 dan 50 kg/ha KCl memberikan hasil kedelai 1,85 t/ha (Bobihoe et al. 2004). Sedangkan hasil penelitian PTT kedelai dilahan pasang surut Jambi bahwa dengan pemberian dolomit 1 t/ha dan pupuk kandang 300 kg/ha serta pemupukan 50 kg/ha urea, 100 kg/ha SP36 dan 50 kg/ha KCl diperoeh hasil 2,11 t/ha (Taufiq et al. 2007). Pengendalian OPT Hama utama yang menyerang tanaman kedelai adalah lalat kacang, ulat grayak,pengisap polong dan penggerek polong. Sedangkan penyakitnya adalah karat daun. Pengendalian hama/penyakit dilakukan pada saat tanaman berumur 7 hari (kira-kira setelah benih tumbuh membentuk sepasang daun pertama) dilakukan penyemprotan dengan insektisida berbahan aktif fipronil (Reagent) untuk mencegah serangan lalat kacang. Pengendalian hama dan penyakit selanjutnya dilakukan sesuai kondisi hama dan penyakit yang menyerang. Dosis pestisida sesuai anjuran formulator pestisida. Setiap penyemrotan dicampur dengan bahan perekat. Panen dan Pasca Panen Pengelolaan panen dan pasca panen bertujuan untuk menekan kehilangan hasil dan memperbaiki mutu hasil. Panen dilakukan jika polong sudah masak fisiologis, yang ditandai oleh kulit polong berwarna coklat dan daun-daun menguning dan rontok. Cara panen sesuai kebiasaan petani (dengan sabit). Setelah itu dijemur secukupnya dan kemudian di threser (dibijikan). Biji kemudian dijemur hingga kering (hingga mencapai kadar air biji 12% atau kurang) dan kemudian dibersihkan.
ANALISIS USAHATANI Hasil analsis usahatani PTT kedelai dilahan pasang surut dengan tipologi lahan sulfat masam potensial dan tipe luapan air C di Desa Bandar Jaya Kecamatan Rantau Rasau Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi disajikan pada Tabel 9. Usaha tani kedelai melalui PTT memberikan produksi lebih tinggi dibanding produksi dengan teknolgi petani, sehingga mempengaruhi penerimaan yang diperoleh petani. Teknologi PTT kedelai dengan produksi 2110 kg diperoleh penerimaan sebesar Rp 7.596.000 sedangkan teknologi petani hanya Rp 2.880.000 dan terjadi peningkatan sebesar Rp 4.716.000 atau 52,09 persen. Biaya produksi yang dikeluarkan melalui PTT kedelai lebih besar dibanding teknologi petani. Hal ini disebabkan penggunaan sarana produksi pmelalui PTT lebih lengkap dibanding
10
teknologi petani, seperti pupuk urea, SP36, KCl, pupuk kandang dan dolomit sedangkan teknologi petani tidak menggunakan pupuk KCl, pupuk kandang dan dolomit. Keuntungan yang diperoleh melalui PTT dan teknologi petani masing-masing Rp 3.465.986 dan Rp 944.600 dengan R/C ratio 1,84 dan 1,49. Tabel 9. Analisis usahatani kedelai dilahan pasang surut Jambi MK 2007 Uraian Produksi (kg/ha) Harga (Rp/kg) Penerimaan (Rp) Biaya produksi (Rp) Keuntungan (Rp) R/C ratio Sumber: Taufiq et al. (2007)
PTT 2110 3600 7.596.000 4.130.013 3.465.986 1,84
Petani 800 3600 2.880.000 1.935.400 944.600 1,49
PERBENIHAN/PENANGKARAN BENIH Penggunaan benih bermutu varietas unggul kedelai masih sangat rendah < 10 % untuk itu diperlukan kegiatan mendorong pengadaan dan penyaluran benih bermutu varietas unggul dengan mengembangkan industri perbenihan (Deptan, 2007). Salah satu kendala dalam pengembangan kedelai di lahan pasang surut Jambi adalah terbatasnya ketersediaan benih bermutu (Jumakir dan endrizal, 2003). Pemakaian benih bermutu dapat menjamin produksi kedelai, namun dilapangan petani mengalami kesulitan untuk mendapatkan benih bermutu dan tepat waktu. Untuk mengatasi kendala tersebut dalam penyediaan benih bermutu perlu dibentuk penangkar benih yang memproduksi benih bermutu yang adapatif di lahan pasang surut. Alternatif lain adalah membina petani secara berkelompok atau perorangan menjadi penangkar benih atau menyedikan benih untuk keperluannya sendiri (Suwarno et al. 1992). Selanjutnya Deptan (2007), bahwa upaya peningkatan penggunaan benih bermutu varietas unggul dengan cara yaitu : 1) melaksanakan pengadaan dan penyaluran benih sebar (BR) melalui bantuan/pinjaman (guliran/subsidi benih), 2) pengembangan jabalsim kedelai (jalur arus benih antar lapang dan antar musim kedelai). Pengembangan benih kedelai sistem jabalsim di lahan pasang surut Jambi sudah dilakukan beberapa tahun silam dalam kegiatan ISDP Litbang dan BPSB Jambi dengan membina kelompok tani dan petani untuk menjadi penangkar benih sendiri dalam rangka meningkatkan produksi benih kedelai untuk memenuhi kebutuhan benih diwilayah lahan pasang surut dan diarahkan untuk mengatasi masalah kekurangan benih kedelai ditingkat petani. Pengembangan 11
sistem jabalsim dilakukan oleh petani dilahannya sendiri dan dilatarbelakangi oleh kekurangan benih kedelai yang terjadi setiap tahun sehingga tiap musim tanam kedelai terpaksa mendatangkan benih kedelai dari luar daerah/Provinsi serta kedalanya adalah waktunya tidak tepat. Rendahnya produksi kedelai disebabkan tidak tersedianya benih dalam waktu yang tepat baik mengenai jumlah, mutu maupun varietas yang sesuai dengan agroklimat setempat. Akibatnya petani sering melakukan penanaman dengan menggunakan benih hasil pertanaman pada musim tanam sebelumnya dan tidak jarang petani menggunakan benih yang dibeli di pasar. Upaya yang dilakukan untuk mendukung perbenihan kedelai bersertifikat dengan sistem jabalsim dilahan pasang surut adalah dengan penanaman kedelai pada kondisi optimal, pemusatan lokasi produksi dengan menempatkan lahan produksi pada satu hamparan yang cukup luas dalam kaitannya penerapan pengendalian mutu. Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi ketersediaan benih bermutu dengan melaksanakan kegiatan PTT kedelai oleh Balitkabi Malang yang bekerjasama dengan BPTP Jambi dan Dinas Pertanian Kabupaten Tanjung Jabung Timur (BPSB Jambi) pada MK 2007 seluas 3,5 ha dengan varietas Anjasmoro ( berasal dari Balitkabi Malang). Hasil panen pada kegiatan PTT kedelai dapat dijadikan benih pertanaman selanjutnya dan sebagian dibeli pihak swasta untuk pertanaman kedelai di Kabupaten Bungo sebanyak 2000 kg. Penangkaran benih yang dilakukan petani dengan menanam diluar musim tanam kedelai yaitu bulan Desember/Januari dan penanamannya dilakukan dilahan yang agak tinggi dengan tipe luapan air C atau D sehingga tidak tergenang atau terluapi air pasang. Kegiatan PTT MK 2008 yang dilaksanakan oleh Balitkabi Malang dan PBTP Jambi, benihnya berasal dari hasil penangkaran yang dilakukan oleh kelompok tani dengan luas tanam 10,5 ha. KESIMPULAN 1.
2.
3.
Peningkatan produktivitas kedelai di lahan pasang surut memiliki potensi dan prospek yang baik karena didukung oleh ketersediaan teknologi, sumber daya manusia dan agroekosistem yang cocok. Inovasi teknologi untuk mendukung peningkatan produktivitas dan pengembangan kedelai telah tersedia berupa varietas unggul baru Anjasmoro dengan potensi hasil lebih dari 2 t/ha. Pemupukan 50 kg/ha Urea, 75 kg/ha SP36 dan 50 kg/ha KCl, dolomit 300 kg/ha dan pupuk kandang 1000 kg/ha. Pengembangan VUB kedelai perlu didukung komponen teknologi lainnya seperti tata air mikro, pengendalian hama/penyakit, panen dan pasca panen. Untuk mengoptimalkan peningkatan produktivitas dan pengembangan kedelai kedepan perlu memperhatikan keberadaan sarana pendukung khusunya benih yang berkualitas, sarana
12
produksi berupa pupuk anorganik, pupuk organik, dolomit, pestisida, herbisida tepat waktu, jumlah dan tepat jenis. Penyediaan modal usahatani berupa kredit usahatani dan pemasaran hasil agar harga yang diterima petani cukup menguntungkan secara finansial.
DAFTAR PUSTAKA Alihamsyah, E E Ananto, H Supriadi, IG Ismail dan DE Sianturi. 2000. Dwi windu penelitian lahan rawa; mendukung pertanian masa depan. ISDP. Badan Litbang Pertanian. Bogor Alihamsyah T. 2002. Optimalisasi pendayagunaan lahan rawa pasang surut. Seminar Nasional optimalisasi Pendayagunaan Sumberdaya Lahan di Cisarua, 6-7 Agustus 2000. Puslitbang Tanah dan Agroklimat Balitkabi. 2006. Produksi kedelai melalui pendekatan pengelolaan sumberdaya dan tanaman terpadu (PTT). Padu-Padan dan Umpan Balik Litkaji di Puslitbangtan, Bogor 13-14 Desember 2005. Badan litbang. Puslitbangtan. Balitkabi Balitkabi. 2007. Panduan umum pengelolaan taanaman terpadu kedelai. Badan litbang. Puslitbangtan. Balitkabi. Malang Balitkabi. 2008. Deskripsi varietas unggul kacang-kacangan dan umbi-umbian. Malang Balittra. 2001. Laporan tahunan 2000. Balittra Kalimantan Selatan. Bappeda. 2000. Potensi, prospek dan pengembangan usahatani lahan pasang surut. Dalam Seminar Penelitian dan Pengembangan Pertanian Lahan Pasang Surut Kuala Tungkal , 27-28 Maret 2000. ISDP-Jambi BPS. 2006. Jambi dalam angka. Dinas pertanian Tanaman Pangan. Bappeda Provinsi Jambi Bobihoe J, Jumakir dan S Handoko. 2004. Penampilan galur harapan kedelai di lahan pasang surut Provinsi Jambi. Seminar Nasional Pengelolaan Lahan dan TanamanTerpadu (PLTT) dan Hasil-hasil Penelitian/Pengkajian Teknologi Pertanian Spesefik Lokasi. BPTP Jambi, Balittra, Badan Litbang Pertanian, Deptan. Busyra,BS., N Izhar, Mugiyanto, Lindawati dan Suharyon 2000. Karakterisasi zona agro ekologi (AEZ). Pedoman Pengembangan Pertanian di Propinsi Jambi. Instansi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Departemen Pertanian. 2007. Percepatan bangkit kedelai. Deptan. Direktorat Jenderal Tanaman pangan. Jakarta Departemen Pertanian. 2008. Panduan pelaksanaan sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu (SL-PTT) kedelai. Badan Litbang. Puslitbangtan. Balitkabi. Jakarta
13
Ismail IG, T Alihamsyah, IPG Widjaja Adhi, Suwarno, T Herawati, R Taher dan DE Sianturi. 1993. Sewindu penelitian pertanian di lahan rawa (1985-1993) Kontribusi dan prospek pengembangan. Swamps II. Badan Litbang Pertanian. Jakarta Jumakir dan Endrizal. 2003. Potensi produksi kedelai di lahan pasang surut wilayah Rantau Rasau Provinsi Jambi. Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian dan Pengkajian Teknologi Spesifik Lokasi. Jambi, 18-19 Desember 2003. BPTP dan Badan Litbang Daerah provinsi Jambi Nasoeion LI. 1994. Kebijakan pertanian nasional dalam mendukung pembangunan ekonomi: Pengalaman masa lalu, tantangan dan arah ke masa depan. Orasi Ilmiah (Guru Besar) tetap Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor Pemda Tanjabtim. 2003. Kebijakan penanganan dan pengembangan kawasan terpadu di daerah pasang surut Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi. Dalam Seminar dan Workshop Internasional, 17-19 Februari 2003. Jambi Satraatmadja S, E Tamara, Jumakir, DA Akhmad dan A Syariffudin. 2000. Teknologi pengelolaan lahan rawa pasang surut untuk pembangunan pertanian modern. Laporan Akhir Penelitian 1995-2000. Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu ISDP Jambi. Suwarno, T Suhartini dan I Sahi. 1992. Pengembangan varietas tanaman pangan untuk lahan pasang surut dan rawa. Bogor Taufiq A, Andi W, Marwoto, T Adisarwanto dan Cipto Prahoro. 2007. Verifikasi efektifitas teknologi produksi kedelai melalui pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) di lahan pasang surut Provinsi Jambi. Balitkabi. Malang Widjaya Adhi, IPG. 1995. Pengelolaan tanah dan air dalam pengembangan sumberdaya lahan rawa untuk usahatani berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Makalah Pada Pelatihan Calon Pelatih untuk Pengembangan Pertanian di Daerah Pasang Surut, 26-30 Juni. Karang Agung. Sumatera Selatan Yardha, Jumakir. M Adhie. 2008. Pemuliaan partisipatif tanaman kedelai. Laporan akhir BPTP Jambi.
14