Keterlibatan Nyai dalam Pemberdayaan …
KETERLIBATAN NYAI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI PESANTREN NURUL JADID Siti Mahmudah Noorhayati Dosen STAIT Sahid Bogor Abstrak Berbagai pola dan hubungan dalam pemberdayaan perempuan telah dilakukan oleh nyai di Pondok Pesantren Nurul Jadid agar masyarakat di sekitar pesantren memiliki tingkat kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dan terbebas dari sistem patriarkhi dan dominasi peran laki-laki. Oleh sebab itu, maka pertanyaan yang muncul, yaitu: bagaimanakah polaketerlibatan nyai dalam pemberdayaan perempuan di Pondok Pesantren Nurul Jadid? Simpulan dari tulisan ini menyatakan bahwa pola keterlibatan Nyai dalam pemberdayaan perempuan terdiri dari lima aspek: bidang pendidikan; bidang sosial; bidang ekonomi; bidang politik; bidang keagamaan; dan bidang kesehatan. Kata kunci: Pemberdayaan perempuan, Keterlibatan nyai. Latar Belakang Salah satu faktor munculnya perhatian yang cukup besar di seluruh dunia terhadap perempuan adalah adanya kesadaran mengenai nasib dan kondisi perempuan yang tertindas dan mengalami perlakuan yang kurang adil. Padahal hampir semua masyarakat yang ada menganut sistem patriarkhi, sehingga seakanakan sudah menjadi hukum alam bahwa perempuan lebih rendah derajatnya dari laki-laki dan harus tunduk kepada kekuasaan laki-laki demi terciptanya kehidupan keluarga dan masyarakat yang harmonis.1 Anehnya, kondisi dan nasib perempuan yang kurang menguntungkan tersebut sering dilegetimasi dengan dalil-dalil agama yang kadang sarat dengan muatan politis, sehingga agama dijadikan topeng untuk melanggengkan status quo dan hegemoni patriarkhi. Akibatnya, kaum perempuan terus berada pada posisi yang marginal dan subordinat di bawah laki-laki. 1Bandingkan
dengan Ashghar Ali Engineer, "Perempuan dalam Syari'ah Perspektif Feminis dalam Penafsiran Islam" dalam Jurnal Ulumul Qur'an, No. III, Vol: IV (1995), 58.
Al-Mashraf, Vol.1, No. 1 Oktober 2014
115
Siti Mahmudah Noorhayati
Maka, wajar jika kondisi masyarakat yang kurang menghargai perempuan, akhirnya melahirkan kesadaran baru (new consciousness) akan perlunya reformasi pola hubungan laki-laki dan perempuan ke arah yang lebih adil dan bernuansa kesetaraan (equality). Akhirnya, muncullah gerakan feminisme2 yang dilandasi oleh semangat memperjuangkan keadilan, persamaan dan kebebasan yang tertuang dalam pemberdayaan perempuan dan emansipasi gender. Dalam hal ini, nyai di Pondok Pesantren Nurul Jadid memainkan peranannya dalam melahirkan kesadaran baru tersebut. Berbagai pola dan hubungan dalam pemberdayaan perempuan sedikit banyak telah dilakukan agar masyarakat di sekitar pesantren memiliki tingkat kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dan terbebas dari sistem patriarkhi dan dominasi laki-laki. Beberapa peranan nyai dalam pemberdayaan perempuan ini terwujud dalam berbagai aspek, baik dalam sistem pendidikan, ekonomi, politik, budaya, kesehatan, bahkan agama dengan harapan perempuan pada umumnya, khususnya di sekitar pesantren Nurul Jadid dapat memainkan peranannya sebagai masyarakat yang seutuhnya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka pertanyaan dalam tulisan ini adalah bagaimana pola keterlibatan Nyai dalam pemberdayaan perempuan di Pondok Pesantren Nurul Jadid? Metode Penelitian Penelitian ini adalah sebuah kasus yang terbatas lokus dan tempus kejadiannya, sehingga hanya dapat diteliti dengan menggunakan metode kualitatif, karena metode tersebut berusaha untuk menghasilkan data deskriptif berupa narasi tentang fenomena yang diamati. Penelitian ini dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu.3 Tujuannya untuk mengetahui pola keterlibatan nyai dalam pemberdayaan perempuan di Pondok Pesantren Nurul Jadid. Dengan Feminisme dapat diartikan sebagai suatu paham yang diilhami oleh kesadaran akan penindasan dan pemerasan terhadap perempuan, baik di keluarga, masyarakat maupun di tempat kerja, serta adanya tindakan sadar perempuan atau laki-laki untuk mengubah keadaan tersebut. Lihat Kamla Bashin dan Nighat Said Khan, Persoalan Pokok Mengenai Feminisme 2
dan Relevansinya, terj. S. Herlina (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995), 5.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Cet. XI (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 131 3
116 Al-Mashraf, Vol.1, No. 1 Oktober 2014
Keterlibatan Nyai dalam Pemberdayaan …
demikian, maka gabungan antara pendekatan rasionalitas dan fenomenologis lebih sesuai untuk diterapkan.4 Informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah Nyai Pondok Pesantren Nurul Jadid yang terjun dalam pemberdayaan perempuan; Keluarga nyai Pondok Pesantren Nurul Jadid; Masyarakat di sekitar Pondok Pesantren; Perempuan-perempuan yang menjadi target dalam pemberdayaan perempuan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data literer dari bahan kepustakaan, baik berupa buku, jurnal, maupun majalah ilmiah. Sesuai dengan jenis, ciri-ciri dan sumber data, maka pengumpulan data dalam penelitiannya terdiri dari beberapa teknik, yaitu: Pertama, Observasi. Dalam penelitian ini, makasud dari observasi adalah melakukan pengamatan terhadap gejala-gejala atau peristiwa yang terjadi pada objek.5 Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti adalah pengamatan tersembunyi (covered) dan pengamatan terbuka (over). Sedangkan yang perlu diamati adalah kondisi dari objek penelitian dan para pelaku dengan harapan diperoleh data secara valid. Kedua, Interview. Yaitu pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pengumpul data kepada subjek atau informan,6 yaitu para nyai. Sedangkan metode dalam interview ini bisa berupa interview terpimpin atau guided interview, yaitu sebuah wawancara yang dilakukan dengan menggunakan pedoman yang sudah dipersiapkan oleh peneliti terlebih dahulu; atau interview tidak terpimpin, yaitu sebuah wawancara yang dilakukan secara bebas dalam penelitian untuk memperoleh data-data yang diinginkan. Ketiga, dokumentasi. Selain dua metode yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini juga menggunakan metode dokumentasi. Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian.7 Dokumen yang diteliti tidak hanya dokumen resmi, namun bisa juga Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000), 12. 5 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jld. II (Yogyakarta: Y.P. Fakultas Psikologi UGM, 1981), 136. 6 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), 67. 7 Ibid, 69. 4
Al-Mashraf, Vol.1, No. 1 Oktober 2014
117
Siti Mahmudah Noorhayati
berupa buku harian, surat pribadi, laporan, catatan khusus dalam pekerjaan sosial, dan lain sebagainya.8 Sedangkan analisis data berlangsung bersamaan dengan proses pengumpulan data. Strategi analisis bertolak dari data dan bermuara pada simpulan-simpulan umum.9 Berdasarkan strategi analisis data yang digunakan, maka analisis data dilakukan secara induktif. Sejarah Pondok Pesantren Nurul Jadid Pada tanggal 1 Januari 1959 bertepatan dengan 1 Muharram 1403, di desa Karanganyar kecamatan Paiton kabupaten Probolinggo ditetapkan sebagai tanggal berdirinya Pondok Pesantren Nurul Jadid. Pada waktu itu, pengasuh pertama dipimpin oleh KH. Zaini Mun'im (1959-1976) dengan dibantu oleh beberapa pengurus senior. Selanjutnya, sejalan dengan perjalanan waktu dan usia, generasigenerasi penerus KH. Zaini Mun'im-pun mengambil peran dalam melanjutkan roda dinamika pesantren, hal ini terlihat dalam pergantian pengasuh pada tubuh lembaga tersebut, seperti pengasuh kedua yang diteruskan oleh putra pertama KH. Zaini Mun'im, KH. Muhammad Hasyim Zaini (1976-1984). Pengasuh ketiga dipimpin oleh putra ketiga KH. Zaini Mun'im, Drs. KH Abd. Wahid Zaini, SH (1984-2000). Sedangkan pengasuh keempat adalah putra kelima KH. Zaini Mun'im, KH. Muh. Zuhri Zaini, BA (2000-sekarang).10 Sejak didirikan sampai terjadinya perubahan pengasuh, Pondok Pesantren Nurul Jadid telah mengalami banyak perubahan, perkembangan dan kemajuan yang pesat. Khusus pada masa kepengasuhan KH. Muh. Zuhri Zaini, telah dilakukan reorientasi manajerial dan pola pengembangan penyelenggaraan pendidikan serta pola pembinaan santri. Dalam bidang manajerial, dilakukan perubahan struktur kepemimpinan dan pengurus yang lebih bersifat struktural-fungsional, pembenahan administrasi dengan penerapan sentral data yang serba menggunakan tehnik komputer. Pola Burhan Bungin (ed.), Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), 178. 9 Ibid., 209. 10Team, Brosur Panduan Pondok Pesantren Nurul Jadid (Paiton: Biro Umum Pondok Pesantren Nurul Jadid, 1998), 2. Lihat juga Team Penyusun. Profil Pondok Pesantren Nurul Jadid.Probolinggo: Koordinatorat, 2001, 1. 8
118 Al-Mashraf, Vol.1, No. 1 Oktober 2014
Keterlibatan Nyai dalam Pemberdayaan …
pengembangan pe-nyelenggaraan pendidikan yang digalakkan berorientasi kepada pola pendidikan terpadu dan integral antara pendidikan umum dan pendidikan pesantren. Sedangkan pola pembinaan santri diarahkan pada pengembangan pola pembinaan yang terspesifikasi berdasarkan kurikulum pesantren yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan pendidikan santri.11 Dalam mengembangkan programnya, Pondok Pesantren Nurul Jadid menerapkan pola manajerial terpadu (integral) yang tersusun secara sistematis dengan tujuan untuk memudahkan menerapkan program secara efektif dan efisien. Adapun struktur kepengurusan Pondok Pesantren Nurul Jadid terdiri dari beberapa elemen, yaitu: Dewan Pertimbangan, Pengasuh, Ketua Yayasan, Pengawas, Koordinatorat, Biro Kepesantrenan, Biro Pendidikan, Biro Keuangan, dan Biro Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (BPPM).12 Sedangkan pendidikannya dimulai dari Pendidikan Anak Usia Dini, TK, MINM, MTsNJ, SMPNJ, SMANJ, SMKNJ, MANJ, IAINJ, STIKES NJ, STTNJ, hingga Pascasarjana IAI Nurul Jadid. Para santri putra dan putri yang ditempatkan dibeberapa asrama santri putra dan putri yang terintegral dengan masyarakat sekitar dan dibawah pengawasan pengasuh dan koordinator dalem (wilayah) yang pimpin oleh para kiai/lora dan nyai. Selain berperan membimbing para santriwan dan santriwati, kiai/lora dan nyai pesantren juga disibukkan dengan kegiatan kemasyarakatan. Pola Keterlibatan Nyai dalam Pemberdayaan Masyarakat Beberapa keterlibatan Nyai dalam kegiatan kemasyarakatan yang telah dilakukan di Pondok Pesantren Nurul Jadid diantaranya adalah: Pertama, bidang pendidikan. Sebagai “community based education and broad based education” program pendidikan dapat diselenggarakan oleh berbagai bentuk lembaga, organisasi, dan komunitas belajar.13 Terlepas itu terorganisir secara formal maupun non formal. Penyusun, Profil, 1. Profil, 2. 13 Direktorat Pendidikan Kesetaraan, Acuan Pelaksanaan Pendidikan Kesetaraan Program Paket A, B dan C (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional, 2006). 11
12Penyusun,
Al-Mashraf, Vol.1, No. 1 Oktober 2014
119
Siti Mahmudah Noorhayati
Pendidikan merupakan salah satu proses pemberdayaan (إنشاء )الشيء إلى كماله حاال فحاال.14 Oleh karena itu perhatian terhadap pendidikan menjadi penting terutama jika dikaitkan dengan proses pemberdayaan perempuan dan emansipasi gender. Artinya, ketika kaum perempuan menghendaki adanya kemajuan pada diri mereka, baik pola pikir ataupun kepribadian maka melalui bidang inilah proses penyadaran bisa terwakili. Nyai Hamidah serta nyai Bisyaroh merupakan ikon nyai yang intens di bidang kependidikan. Nyai Hamidah, misalnya, yang selama ini intens berkecimpug dalam pembinaan di TK Bina Anaprasa, baru-baru ini bersama-sama dengan masyarakat mendirikan PAUD Anak Saleh (Pendidikan Anak Usia Dini) sebagai wujud kesadaran diri pentingnya pendidikan di usia dini. Dengan menerapkan beberapa program pengembangan bakat dan kreativitas anak, upaya nyai ini mendapatkan respon yang luar biasa dari masyarakat sekitar, terbukti tahun pertama dibukanya PAUD pada tahun 2006 mampu menyedot perhatian orangtua untuk mendaftarkan anaknya hingga mencapai 43 anak, angka yang tidak sedikit mengingat PAUD adalah sistem pendidikan yang masih asing bagi ibu-ibu yang sebagian besar berpendidikan akhir setingkat SLTP. Bukti kepedulian nyai dalam memberdayakan kaum perempuan pada bidang ini adalah menarik masyarakat sekitar dan santri yang mempunyai kredibilitas belajar-mengajar untuk menjadi tenaga edukatif di PAUD. Dan ternyata dari keenam tenaga edukatif yang masuk sebagian berasal dari perempuan masyarakat sekitar dan santri PP. Nurul Jadid yang sempat mendapatkan sistem penggodokan atau stadium general terlebih dahulu. Di antara sekolah-sekolah yang ada di lingkungan PP. Nurul Jadid memang hanya PAUD saja yang secara total dan komprehensip di bawah pengelolaan pihak perempuan yaitu nyai. Namun demikian, nyai bersama-sama segenap lapisan masyarakat berusaha memegang kepercayaan ini sebagai wujud adanya pengakuan atas kemauan dan kemampuan bagi kaum perempuan.
14Insya
al-syai’ ila kamalih halan fahalan. Lihat dalam Abd. Halim Soebahar, ”Pemberdayaan Mutu Pendidikan Dasar Dalam Konteks Otonomi Daerah di Kabupaten Bondowoso”, dalam Fenomena Jurnal Penelitian Stain Jember, Vol. 2, No. 3, November 2003.
120 Al-Mashraf, Vol.1, No. 1 Oktober 2014
Keterlibatan Nyai dalam Pemberdayaan …
Kemudian nyai Bisyaroh, dua tahun terakhir ini juga merintis berdirinya TPQ di lingkungan PP. Nurul Jadid yang kemudian diberi nama Taman Pendidikan al-Qur'an Nurul Jadid. Sebelumnya pendidikan serupa sudah pernah ada namun tidak mampu bertahan lama karena sistem menejemennya yang kurang matang. TPQ Nurul Jadid yang berada di bawah pengawasan nyai Bisyaroh ini mengadopsi pola-pola baru yang lebih fleksible dan tidak membuat anak jenuh. Dalam perkembangannya, TPQ yang memiliki jumlah santri 33 dan tenaga pengajar yang terdiri dari sembilan (9) orang ini juga didominasi oleh kaum perempuan yang berasal dari kalangan perempuan sekitar dan sebagian lagi dari kalangan santri. Berangkat dari peningkatan kwalitas dan kwantitas SDM, TPQ Nurul Jadid ini selalu melakukan perbaikan dan penataan administrasi dan menejerial sehingga pada tahun ini TPQ Nurul Jadid masuk menjadi salah satu TPQ se Kec. Paiton Probolinggo yang mendapatkan kucuran dana dari pemerintah Kabupaten Probolinggo. Sepintas dapat kita temukan adanya keseriusan kaum perempuan di lingkungan PP. Nurul Jadid dalam mengembangkan potensi baik SDA maupun SDM. Tentunya ini menjadi catatan sejarah tersendiri sebagai proses pemberdayaan perempuan dan emansipasi gender di lingkungan PP. Nurul Jadid. Mereka merupakan perempuan yang mengaktualisasikan diri dalam mewujudkan aspirasi secara mandiri. Mengingat dua item tersebut terkait pada kegiatan akademik maka untuk menunjang sukses dan lancarnya program pendidikan ini, nyai menggunakan jasa atau bekerjasama dengan PSW yang setidaknya memiliki arah dan tujuan yang sama. Kedua, bidang sosial. Secara umum kegiatan filantropi dan mobilisasi sumber daya di Indonesia telah berkembang pesat dalam sepuluh tahun terakhir. Namun, pengelolaan dan pendayagunaan dana sosial juga belum memperhatikan kepentingan dan isu-isu perempuan. Berbagai organisasi sosial belum banyak menggali potensi kaum perempuan dalam kegiatan kedermawanan. Nyai Masruroh, yang dikenal sebagai induk penggalang dana dengan network yang luas mampu menjembatani keresahan sosial yang ada di lingkungan PP. Nurul Jadid. Beliau mampu menyedot donatur tetap dan tidak tetap untuk pengembangan fisik maupun non fisik di PP. Nurul Jadid. Tidak hanya itu, bersama-sama dengan nyai
Al-Mashraf, Vol.1, No. 1 Oktober 2014
121
Siti Mahmudah Noorhayati
lainnya, beliau mengagendakan jadwal pembagian bunga-bunga sosial secara rutin, seperti; santunan anak yatim piatu, para janda, orangtua jompo, beasiswa pendidikan, paket lebaran untuk para khadam dan masyarakat di lingkungan PP. Nurul Jadid. Terlaksananya kegiatan tersebut tentunya dilaksanakan secara terorganisir melalui wadah yang sudah mapan seperti Ikatan Perempuan Yayasan Nurul Jadid (IPYNJ) yang mempunyai agenda atau program kerja seperti tersebut di atas. Ketiga, bidang ekonomi. Sebagai bidang penggerak roda kehidupan, bidang ekonomi merupakan sektor yang paling sensitif dan krusial untuk mendapatkan perhatian. Sementara itu, perekonomian di Indonesia sendiri semakin terpuruk. Melihat kenyataan seperti itu, nyai bersama-sama dengan masyarakat dan santri mensiasati dan berusaha menambah bekal berupa ketrampilan (life skills). Hal itu bertujuan agar mereka dapat hidup secara mandiri di tengah-tengah masyarakat.15 Penambahan dan pemberian life skills itu, terutama juga untuk mengantisipasi agar mereka bisa menjadi ahli agama yang tidak gagap dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan kesejahteraan keluarga. Usaha jahit-menjahit dan bordir hingga mendirikan beberapa butik di lingkungan pesantren yang dikelola nyai di PP. Nurul Jadid dengan merekrut para perempuan sekitar dan santri sebagai pengrajinnya sudah bisa dinikmati oleh masyarakat di lingkungan PP. Nurul Jadid. Bahkan, jenis usaha ini berkembang pesat terbukti banyaknya permintaan pengiriman barang hingga ke luar kota. Adanya beberapa kantin milik masing-masing dhalem16 juga melibatkan perempuan sekitar dan santri (santri yang berstatus khadam). Dalam hal ini, nyai memberikan kewenangan penuh kepada mereka untuk mengelola jalannya usaha perkantinan. Di kantin ini juga diberlakukan sistem penitipan barang dagangan dengan sistem bagi hasil, dimana masyarakat sekitar bisa menitipkan jajanannya untuk dijual di kantin tersebut. Beberapa barang dagangan yang dititipkan sangat beragam, baik kue kering maupun kue basah seperti Kuntowijoyo, Paradigma Islam, Interpretasi untuk Aksi (Bandung: Mizan 1999), 262-263. 16Istilah dhalem adalah kata khusus yang dipergunakan untuk menyebut rumah kediaman nyai atau kiai.Hasil wawancara dengan Sa‟diyah dan Hosniyah, Masyarakat di sekit pesantren 15
122 Al-Mashraf, Vol.1, No. 1 Oktober 2014
Keterlibatan Nyai dalam Pemberdayaan …
gorengan, kue kukus, dan roti openan, disamping beberapa macam kerupuk dengan bentuk dan vasiasi yang beragam pula. Kemudian, ada beberapa nyai yang juga berinisiatip untuk membuat koperasi simpan pinjam. Mengingat lokasi PP. Nurul Jadid berada di wilayah geografis pertanian yang maju, maka didirikanlah koperasi simpan pinjam yang barangnya berupa pupuk dan baanbahan pertanian. Memang, tidak sepenuhnya koperasi jenis ini di bawah kendali nyai, namun ada beberapa nyai yang memang mempunyai kepuasan tersendiri terlibat dalam bidang tersebut bahkan pernah secara langsung terjun ke lapangan mencari stok pupuk ke produsen.17 Produksi industri kecil seperti; tempe dan tahu juga menggunakan jasa santri dan masyarakat setempat. Demikian halnya penggarapan tanah milik pesantren dan milik kiai pribadi diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat sekitar dengan sistem bagi hasil. Satu lagi home industri yang dikelola nyai dengan merekrut kaum perempuan sekitar adalah pembuatan kue kering. Home industri yang kemudian menamakan kelompoknya menjadi APIK ini bersifat musiman yaitu 4 bulan sebelum lebaran karena pembuatan kue kering ini sengaja untuk paket lebaran. Jumlah perempuan yang direkrut kurang lebih ada 19 orang yang kesemuanya memiliki keahlian di bidang pembuatan kue. Sistem penjualannya ditawarkan ke toko-toko, mini market dari tingkat daerah hingga luar daerah bahkan di beberapa mini market Surabaya. Dari tahun ke tahun permintaan untuk dikirim semakin meningkat bahkan untuk sempat kewalahan. Keempat, bidang politik. Dalam wacana Islam, politik (alsiyasah) secara sederhana dirumuskan sebagai cara mengatur urusanurusan kehidupan bersama untuk mencapai kesejahteraan di dunia dan kebahagiaan di akhirat ( تضريب الشؤن العامة لمصلحهم فى المعاش وسعادتهم )المعاد.18 Ia muncul dalam ruang domestik maupun ruang publik, ruang kultural maupun struktural, personal dan komunal. 17WawancaradenganNyai
Bisyaroh, seorang nyai yang memiliki etos kerja tinggi dan memiliki kepedulian terhadap hasil utama perekonomian masyarakat di sekitar PP. Nurul Jadid. 18Tadbir al-syu’un al-‘ammah li mashalihihim fi al-ma’ash wa sa’adatihim fi al ma’ad. Lihat dalam Husein Muhammad, Islam Agama Ramah Perempuan Pembelaan Kiai Pesantren (Yogayakarta: Fahmina Institute dan LKiS, 2004), 163.
Al-Mashraf, Vol.1, No. 1 Oktober 2014
123
Siti Mahmudah Noorhayati
Sebagai hamba Tuhan, perempuan juga memiliki tanggungjawab kemanusiaan, memakmurkan bumi dan mensejahterakan manusia. Perempuan untuk terkait dengan tugas-tugas itu tidak dibedakan dari laki-laki, karena Tuhan memberikan kepada umat-Nya potensi dan al-ahliyyah untuk bertindak secara otonom dan bertanggungjawab dalam menunaikan amanah tersebut. Berdasarkan pengertian tersebut di atas, nyai tidak merasa ragu-ragu ketika mengikuti perhelatan politik dalam pemilihan anggota dewan dengan memberikan suara dukungan kepada calon dewan perempuan (ibu Tri Utami) yang notabene sebagai perwakilan dari kaum perempuan yang memiliki kemampuan dan kecerdasan yang bisa diandalkan. Meski nyai di PP Nurul Jadid tidak terjun secara langsung ke politik praktis, namun para nyai mendukung kaum perempuan untuk terjun ke politik praktis, politik struktural selagi untuk kepentingan masyarakat luas dan untuk masa depan yang panjang. Yang menjadi pertanyaannya kemudian adalah adakah politik praktis yang demikian? Satu yang menjadi harapan para nyai, kehadiran kaum perempuan secara lebih masif dalam panggung politik diharapkan mampu merumuskan kebijakan-kebijakan negara yang dapat memberdayakan kaum sejenisnya, menghapus kultur diskriminatif dan menghentikan kekerasan terhadap mereka yang masih terus berlangsung secara eskalatif baik di ruang keluarga maupun sosial. Berdasarkan keyakinan ini pula, maka pada pemilihan gubernur Jawa Timur 2008, beberapa nyai, seperti nyai Hamidah Wafi dan nyai Latifah Wafi, telah memberi dukungan kepada Ibu Khofifah Indar Parawansa sebagai calon gunernur Jawa Timur pada pemilihan 2008. Dukungan yang dilakukan oleh kedua nyai ini berbeda dengan yang dilakukan oleh beberapa kiai Nurul Jadid pada umumnya yang telah menjatuhkan pilihannya kepada pasangan Karwo dan Saifullah Yusuf. Jatuhnya pilihan dan dukungan yang diberikan kepada Indar Parawansa bukan semata-mata pengkultusan kepada perempuan. Tetapi karena adanya kesamaan greget dan motivasi yang secara kebetulan terlahir dari rahim organisasi yang sama yaitu FatayatMuslimat. Selain itu, juga karena adanya pemahaman terhadap teksteks suci yang menegaskan keharusan kerjasama antara laki-laki dan perempuan untuk pengaturan tugas-tugas dunia, menyerukan kebaikan dan menghapuskan kemunkaran (kerusakan sosial).
124 Al-Mashraf, Vol.1, No. 1 Oktober 2014
Keterlibatan Nyai dalam Pemberdayaan …
Terlepas dari semua itu, dalam pengakuannya, nyai Hamidah mengungkap satu alasan yang dijadikan landasan dalam mendukung perempuan aktif di pentas politik adalah balasan yang diberikan oleh Allah Swt bagi pekerjaan-pekerjaan politik yang juga diamanatkan kepada kaum perempuan sebagaiamana yang termaktub dalam QS. Ali- Imran; 195, al-Nahl; 97, al-Taubah;71. Kelima, bidang keagamaan. Meski bukan tanggungjawab mutlak bagi nyai dalam meningkatkan dimensi ketaqwaan umat pada Tuhannya, namun tak terbantahkan lagi peran nyai di bidang tersebut. Sebagai orang yang memiliki peran religius yaitu „pembahasa‟ ajaran agama kepada masyarakat dan peran sosial sebagai panutan masyarakat sekitarnya, maka nyai merasa memiliki tanggungjawab untuk menyampaikan misi-misi aqidah Islam. Nyai bersama-sama masyarakat mengadakan pengajian rutin seperti; pengajian malam Jum‟at, pengajian malam Selasaan, Khataman al-Qur‟an, baik di lingkungan desa maupun di acara keruhanian Ikatan Perempuan Yayasan Nurul Jadid (IPYNJ). Kesemua itu dimaksudkan untuk saling mengingatkan diri sendiri agar senantiasa mengingat Allah Swt., Tuhan pencipta alam. Keenam, bidang kesehatan. Kesehatan adalah satu hal yang tak ternilai bagi kelangsungan hidup manusia. Kemakmuran, kejayaan, harta dan tahta tiada artinya jika kesehatan lahir ataupun batin tidak menyertainya. Terkait dengan bidang kesehatan, nyai di PP. Nurul Jadid bekerjasama dengan BPA (Balai Pengobatan az-Zainiyah) yang berdiri di bawah naungan PP. Nurul Jadid. BPA ini memiliki beberapa ruang instalasi perawatan, seperti instalasi gawat darurat, instalasi pemeriksaan dan instalasi rawat inap. BPA adalah tempat dimana para santri dirujuk jika sedang sakit. Pemahaman akan pentingnya menjaga kesehatan nyai terapkan pertama sekali pada diri sendiri. Sebagaimana pengakuan Sofi,19 "seperti nyai Masruroh, beliau sangat menekankan pentingnya kebersihan baik kebersihan diri ataupun lingkungan. Bisa kita saksikan, betapa responnya nyai terhadap kebersihan dan keindahan. Dari sisi kepribadian, nyai selalu tampil segar, tidak tampak loyo 19Wawancaradengan
Sofia, salah satu pengurus di dalem timur (penyebutan untuk pondok putri komplek timur) asal Situbondo yang sudah 10 tahun lebih menimba dan mengabdikan diri di PP. Nurul Jadid.
Al-Mashraf, Vol.1, No. 1 Oktober 2014
125
Siti Mahmudah Noorhayati
ataupun menunjukkan ketidakbugaran fisik. Beliau itu rajin merawat diri. Dari sisi lingkungan, bisa kita lihat begitu bersihnya dalem nyai. Setiap sudut ruangan tertata apik dan menyejukkan. Nyai benar-benar care dalam persoalan ini"20 Upaya penyadaran pentingnya kesehatan yang dilakukan nyai di dalam pesantren (di kalangan santri), para nyai sangat menekankan akan kebersihan badan, yang dengan sendirinya akan membentuk kesadaran kebersihan lingkungan sekitar. Mulai dari mandi, kebersihan pakaian, memperhatikan penampilan supaya tetap segar dan bugar hingga olah raga atau senam. Memperhatikan kebersihan air dengan membuat piket berkala menyikat kamar mandi dan tandon secara bergilir, membuang sampah hingga pembuatan jadwal menu makanan bergizi meski tidak terlaksana secara to be continued. Diadakannya lomba kebersihan antar daerah, gang atau komplek juga menjadi satu indikasi tersendiri untuk menumbuhkan rasa gandrung terhadap kesehatan. Terbukti, bisa dipastikan 75% dari santri putri di PP. Nurul Jadid sadar akan pentingnya kesehatan. Sementara upaya penyadaran pentingnya kesehatan bagi masyarakat di lingkungan PP. Nurul Jadid, para nyai bersama kelompok masyarakat setempat mengadakan penghijauan dan tamanisasi di rumah sendiri-sendiri, mengadakan fogging untuk membunuh nyamuk di beberapa tempat yang disinyalir menjadi sarang nyamuk, yang didanai oleh Nyai Masruroh. Di samping itu, kebersihan makanan juga ditekankan dimana para ibu memiliki peran yang lebih besar dalam menentukan jenis makanan dan proses memasak. Bahkan untuk kasus di daerah Hasyimiyah, para wali santri dilarang membawa makanan yang pedas dan kecut (sejenis rujak) untuk anak-anaknya yang sedang mondok di daerah itu, dengan asumsi bahwa kedua jenis makanan itu akan mengganggu pencernaan dan kesehatan anak-anak. Diskusi atau seminar tentang kesehatan, seperti seminar tentang hak-hak reproduksi perempuan yang diprakarsi oleh nyai, seminar tentang kesehatan dan gizi bagi balita yang diadakan oleh nyai Hamidah Wafi yang bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kecamatan Paiton, hingga pup smear untuk para santri-pun pernah dilakukan oleh nyai yang bekerjasama dengan Balai Pengobatan Az-Zainiyah Nurul Jadid. Alasan yang paling mendasar diperhatikannya hal kesehatan 20
Wawancara dengan Zainiyah Aprillia.
126 Al-Mashraf, Vol.1, No. 1 Oktober 2014
Keterlibatan Nyai dalam Pemberdayaan …
adalah tak ada kenikmatan yang hakiki kecuali rizki sehat dengan diiringi kegiatan yang positif dan bermanfaat. Jargon al-Nadlafah min al-iman juga menjadi satu landasan bahwa orang beriman harus memperhatikan kebersihan dan kesehatan. Satu hal yang perlu digarisbawahi, terkait dengan peran nyai untuk internal santri sedikit banyak pada dasarnya memiliki ketidaksamaan. Mengingat PP. Nurul Jadid untuk bagian putri wilayahnya dibagi menjadi empat bagian, yaitu dhalem Barat, dhalem Timur, dhalem Selatan dan wilayah Panti Asuhan. Masing-masing dhalem dibawah pengawasan nyai yang bertempat tinggal di wilayah tersebut. Seperti, dhalem Timur dibawah pengawasan nyai Masruroh, dhalem Selatan dibawah pengawasan nyai Aisyah dan nyai Latifah, dhalem Barat dibawah pengawasan nyai Bisyaroh, nyai Zubaidah dan nyai Firdausiyah. Dengan pembagian wilayah tersebut di atas, secara otomatis wilayah kinerja nyai juga terbatas di masing-masing dhalem meski tidak ada ketetapan secara lisan maupun tulisan seperti itu. Sehingga, imbas dari kiprah nyai di berbagai sektor akan dirasakan sesuai dengan di mana santri tinggal. Di bidang kesehatan misalnya, santri yang tinggal di dhalem Barat, dhalem Selatan dan Panti Asuhan kurang memiliki kesadaran penuh akan pentingnya kesehatan sebagaimana kesadaran yang ditemukan pada santri di dhalem Timur, terbukti berbagai penyakit klasik yang biasanya tumbuh subur dan disandangkan untuk sebagian besar pesantren, seperti; kutu busuk, kudis dan penyakit kulit lainnya bisa dipastikan tidak ada di dhalem Timur, sebuah pemandangan yang berbeda di dhalem lainnya meski dalam hitungan yang sudah sangat minimal. Dari sekian penjabaran tentang proses pemberdayaan perempuan dan emansipasi gender di lingkungan PP. Nurul Jadid, tentu tidak terlepas dari berbagai kendala. Ada beberapa kendala yang dirasakan dari pihak nyai antara lain: masyarakat kurang sensitif terhadap persoalan aktual, kesadaran masyarakat di lingkungan pesantren masih terpetakan berdasarkan status pendidikan sehingga tidak semua kegiatan bisa dilaksanakan dengan sempurna, animo masyarakat naik turun, artinya awal kegiatan dilaksanakan secara massal dan penuh semangat dan aktif, namun di tengah perjalanan putus satu persatu, masyarakat menginginkan segera menikmati hasil tanpa mau peduli terhadap proses yang panjang.
Al-Mashraf, Vol.1, No. 1 Oktober 2014
127
Siti Mahmudah Noorhayati
KESIMPULAN Bentuk-bentuk konkrit keterlibatan nyai dalam pemberdayaan perempuan dan emansipasi gender di Pondok Pesantren Nurul Jadid dan masyarakat desa setempat terdisi dari empat aspek, yaitu: bidang pendidikan seperti didirikannya PAUD Anak Saleh, TK Bina Anaprasa, TPQ Nurul Jadid, dan Madrasah Diniyah al-Hasyimiyah dibawah kontrol nyai; bidang sosial seperti jadwal pembagian bungabunga sosial secara rutin, antara lain; santunan anak yatim piatu, janda, orangtua jompo, beasiswa pendidikan, dan paket lebaran; bidang ekonomi seperti pengadaan pupuk guna peningkatan pertanian, usaha jahit-menjahit, bordir, pembuatan kue kering dan kue basah, koperasi simpan pinjam, industri pembuatan tahu tempe; bidang politik seperti mengikuti perhelatan politik dalam pemilihan anggota dewan dengan memberikan suara dukungan kepada calon dewan dan calon gubernur perempuan pada pemilihan gubernur Jawa Timur; bidang keagamaan seperti pengajian malam Jum‟at, malam Selasaan, Khataman, pengajian umum Hari Besar Islam; dan bidang kesehatan seperti pencegahan dan pengobatan, baik di pesantren maupun di sekitar pesantren. Pencegahan dan pengobatan itu berupa penyadaran kesehatan, menjaga kebersihan baik lingkungan maupun makanan, melakukan seminar kesehatan, pup smear, dan sebagainya.
128 Al-Mashraf, Vol.1, No. 1 Oktober 2014
Keterlibatan Nyai dalam Pemberdayaan …
DAFTAR PUSTAKA Arikunto,Suharsimi.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Cet. XI. (Jakarta: Rineka Cipta, 1998). Bashin, Kamla dan Nighat Said Khan. Persoalan Pokok Mengenai Feminisme dan Relevansinya, terj. S. Herlina (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995). Bungin (ed.), Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001). Direktorat Pendidikan Kesetaraan.Acuan Pelaksanaan Pendidikan Kesetaraan Program Paket A, B dan C (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional, 2006). Engineer, Ashghar Ali. "Perempuan dalam Syari'ah Perspektif Feminis dalam Penafsiran Islam" dalam Jurnal Ulumul Qur'an, No. III, Vol: IV.1995. Hadi, Sutrisno.Metodologi Research, Jld. II (Yogyakarta: Y.P. Fakultas Psikologi UGM, 1981). Kuntowijoyo.Paradigma Islam, Interpretasi untuk Aksi (Bandung: Mizan 1999). Muhadjir, Noeng.Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000). Muhammad, Husein.Islam Agama Ramah Perempuan Pembelaan Kiai Pesantren (Yogayakarta: Fahmina Institute dan LKiS, 2004). Soebahar, Abd. Halim. ”Pemberdayaan Mutu Pendidikan Dasar Dalam Konteks Otonomi Daerah di Kabupaten Bondowoso”, dalam Fenomena Jurnal Penelitian Stain Jember, Vol. 2, No. 3, November 2003. Soehartono, Irawan.Metode Penelitian Sosial (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999). Team Penyusun. Profil Pondok Pesantren Nurul Jadid (Probolinggo: Koordinatorat, 2001). Team, Brosur Panduan Pondok Pesantren Nurul Jadid (Paiton: Biro Umum Pondok Pesantren Nurul Jadid, 1998). WawancaradenganNyai Bisyaroh. wawancaradenganSa‟diyahdanHosniyah. Wawancaradengan Sofia. Wawancara dengan Zainiyah Aprillia.
Al-Mashraf, Vol.1, No. 1 Oktober 2014
129
Siti Mahmudah Noorhayati
130 Al-Mashraf, Vol.1, No. 1 Oktober 2014