THE SUN Vol. 2(1) Maret 2015
KETERATURAN SHOLAT LIMA WAKTU DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA Faradimah, Musrifa’tul Uliyah1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya1 ABSTRACT The decrease of adaptation ability to the enviromental stress and change often cause psycosocial disorder; one of it is depression. A strong faith and believe in God and religious experience of an elderly (lansia) are religious factor that influences depression to elderly. The goal of this research is to know the relationship between the regularity of sholat lima waktu and the level of depression of elderly at UPT Pelayanan Lanjut Usia Pasuruan in Babat, Lamongan. The method used in this research is Analytical Correlational with the Cross Sectional approach. The population of this research is 39 elderlies. By using simple random sampling, it is obtained that 35 elderlies are corresponding. The independent variable is The regularity of Sholat Lima Waktu and the dependent variable is Level of depression. The istrument used is quisionare papers and observation. The analysis is using SPSS statistic test with the level of significance p < a = 0,05. From the research, it is obtained that 18 respondents of elderly (51%) perform sholat irregularly. 17 respondents (49%) perform sholat regularly with normal level of depression. With the level of significance p = 0,0000 < a = 0,05 that H0 is refused and H1 is accepted, it means that there is a significant relationship between the regularity of sholat lima waktu and the level of depression of elderly. The conclusion of the reseach is there is a significant relationship between the regularity of sholat lima waktu and the level of depression of elderly. It is suggested to family and nursing home organizer that they should present guidance and support intensively to the elderly that covers religious and group activities in order to increase the health of elderly mentally and spiritually. Keywords: Regularity of sholat, Level of depression, Elderly
keidupan yang akan djalani semua individu yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan (Lilik Ma’rifatul Azizah, 2011). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui Hubungan Keteraturan Sholat Lima waktu Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia Di UPT Pelayanan Lanjut Usia Pasuruan diBabat Lamongan
PENDAHULUAN Salah satu hasil pembangunan kesehatan di Indonesia adalah meningkatnya angka harapan hidup (Life expectancy). Dilihat dari sisi ini, pembangunan kesehatan di Indonesia sudah cukup berhasil karena angka harapan hidup bangsa kita telah meningkat secara bermakna. Namun disisi lain dengan meningkatnya angka harapan hidup ini membawa beban bagi masyarakat karena populasi penduduk lanjut usia (Lansia) meningkat. Hal ini berarti kelompok resiko dalam masyarakat kita menjadi lebih tinggi. Meningkatnya populasi lansia bukan hanya fenomena di Indonesia saja, tetapi juga secara global (Notoatmodjo, 2007). Lanjut usia (Lansia) adalah bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
METODE Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang tealh di tetapkan dan berperan sebagai pedoman/penuntut penelitian pada seluruh proses penelitian(Nursalam dkk, 2008). Berdasarkan tujuan penelitian, desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah “Analitik Corelational” dimana
30
THE SUN Vol. 2(1) Maret 2015
Tabel 1 Karakteristik Responden Umur 61 – 63 Tahun 64 – 66 Tahun 67 – 69 Tahun 70 – 72 Tahun 73 – 75 tahun 76 – 78 tahun 79 – 81 Tahun Jenis Kelamin Laki – laki Perempuan Agama Islam Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi Tidak Sekolah Pekerjaan Pegawai Negeri sipil Pegawai swasta Wiraswasta Tani Tidak Bekerja Keteraturan Sholat Lima Waktu Teratur Tidak Teratur Tingkat Depresi Normal / Tidak ada depresi Depresi Ringan Depresi Sedang / Berat
Jumlah (n) 8 3 6 9 3 4 2
Prosentase (%) 23 % 9% 17 % 26 % 9% 11 % 6%
24 11
69 % 31 %
35
100 %
8 4 4 0 19
24% 11 % 11 % 0% 54 %
0 6 11 10 8
0% 17 % 31 % 29 % 23 %
17 18
49 % 51 %
17 17 1
49 % 49% 3%
Tabel 2 Hubungan Keteraturan Sholat Lima Waktu Dengan Tingkat Depresi pada Lansia No.
1 2 Total
Keteraturan Sholat 5 Waktu Teratur Tidak Teratur
Tidak Depresi 17 0 17
% 49 0 49
Tingkat Depresi Depresi % Depresi Ringan Sedang/Berat 0 0 0 17 49 1 17 49 1
korelasi ini pada hakikatnya merupakan penelitian/penelaah hubungan antara dua variable pada satu situasi/sekelompok subjek (Notoatmojo, 2003). Dengan pendekatan “Cross sectional” artinya
%
Total Jumlah %
0 3 3
17 18 35
49 51 100
Suatu penelitian dimana data yang menyangkut variabel bebas atau resiko dan variabel terikat atau variabel akibat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan. (Notoatmojo, 2003). 31
THE SUN Vol. 2(1) Maret 2015
yang berarti H1 diterima, artinya ada hubungan yang signifikan antara Keteraturan Sholat Lima Waktu Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial lanjut Usia Pasuruan di Babat lamongan dengan derajat hubungan kuat.
HASIL Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukkan bahwa hampir setengahnya Responden lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan di Babat Lamongan berumur 70 – 72 Tahun yaitu sebanyak 9 orang (26%) sedangkan sebagian kecil responden lanjut usia berumur 79 - 81 Tahun yaitu sebanyak 2 orang (6%) dari 35responden. Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar Responden lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan di Babat Lamongan berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 24 orang (69 %) dan hampir setengahnya responden berjenis kelamin Laki - laki yaitu sebanyak 11 orang (31%) dari 35 responden. Berdasarkan tabel 1 di atas bahwa sebagian besar Responden lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan di Babat Lamongan Tidak sekolah yaitu sebanyak 19 orang (54 %) dan tidak satupun responden lanjut usia berlatar pendidikan Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 0 orang (0 %) dari 35 responden. Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukkan bahwa hampir setengahnya Responden lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan di Babat Lamongan berlatar pekerjaan wiraswasta yaitu sebanyak 11 orang (31%) dan tidak satupun responden lanjut usia berlatar pekerjaan Pegawai Negeri Sipil yaitu sebanyak 0 orang (0%) dari 35 responden. Berdasarkan table 1 di atas menunjukkan bahwa hampir setengah responden lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan di Babat Lamongan yang Tidak mengalami depresi dan Depresi ringan yaitu sebanyak 17 orang (49%) dan sebagian kecil responden lanjut usia yang mengalami depresi depresi berat yaitu sebanyak 1 orang (3%) dari 35 responden. Berdasarkan uji statistik ChiSquare test untuk mengetahui Hubungan Keteraturan Sholat Lima Waktu dengan Tingkat Depresi pada lansia menunjukan hasil dengan signifikansi ρ = 0,000 α < 0,05 dengan r = 0,707 sehinga H0 di tolak dan berdasarkan korelasi Chi-Square test
PEMBAHASAN Berdasarkan table 1 hasil penelitian di dapatkan setengah responden lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan Di Babat Lamongan sholatnya tergolong tidak teratur yaitu sebanyak 18 orang (51%) dan hampir setengah responden lanjut usia sholatnya tergolong teratur yaitu sebanyak 17 orang (49%) dari 35 responden. Saat itu pengalaman terpisah dari ikatan spiritual seperti tidak dapat mengikuti kegiatan keagamaan serta tidak dapat berkumpul dengan anggota keluarga atau teman dekat yang biasannya memberikan dukungan setiap saat juga dapat berisiko terjadinya perubahan fungsi spiritual (Achir Yani, 2002). Bahwa saat manusia telah mencapai usia 65 tahun keatas maka manusia akan menghadapi sejumlah permasalahan. Permasalahan pertama adalah penurunan kemampuan fisik hingga kemampuan fisik berkurang, aktivitas menurun, sering mengalami gangguan kesehatan yang menyebabkan mereka kehilangan semangat (Jalaluddin 2009). Lansia yang tidak teratur dalam menjalankan sholat lima waktu di sebabkan karena tidak mengikuti kegiatan kerohanian atau keagamaan, Tidak pernah mendapatkan pendidikan keagamaan sejak dini dari orang tua atau keluarga maupun dari bangku sekolah padahal keluarga merupakan lingkungan terdekat bagi semua orang, dari kejadian tersebut maka lansia berfikir bahwa Tuhan tidak mencintai mereka. Adanya pengawasan dan motivasi dari pengurus panti, mengadakan kegiatan dan bimbingan kerohanian/keagamaan (Pengajian rutin) yaitu seminggu tiga kali, di wajibkan untuk melakukan sholat 32
THE SUN Vol. 2(1) Maret 2015
fisik. (Lilik Ma’rifatul A, 2011). Sedangkan pada lansia yang mengalami depresi ringan di sebabkan karena lanjut usia tersebut mengalami suatu masalah mengenai perubahan psikososial dan emosialnya. Masalah tersebut dapat timbul karena konflik antara lanjut usia, kesibukan keluarga sehingga tidak ada yang merawat lansia menjadi alasan bagi keluarga untuk menitipkan lanjut usia ke institusi (panti), atau bahkan salah satu dari anggota keluarga memang sengaja menitipkan lansia ke panti (Kaplan at all, 2000). Keinginan setiap lanjut usia bahwa di saat melalui masa tua mereka ingin di urus oleh keluarga menjadi pupus karena pemindahan tanggung jawab dari keluarga ke panti sehingga lansia merasa bahwa keluarga sudah tidak menyayangi mereka. Selain itu kesulitan beradaptasi, bersosialisasi dengan lingkungan. Sehingga menjadi beban pikiran bagi lansia saat berada dipanti, mengalami kesedihan yang berlarut-larut dan mendalam, sering menangis, merasa kesepian, kehilangan rasa humor bahkan kehilangan kepuasan atas apa yang dilakukannya seperti kepuasan dalam aktivitas yang memerlukan tanggunga jawab (Nugroho, 2000) Sedangkan Lansia yang mengalami depresi berat juga di sebabkan karena sulit beradaptasi dengan lingkungan, sering terjadi konflik antar lansia, terjadi konflik dengan salah satu anggota keluarga di rumah, di tinggal meninggal oleh anaknya. Sehingga menjadi beban pikiran bagi lansia, mengalami kesedihan yang berlarut-larut dan mendalam, sering menangis, sering melamun, merasa kesepian dan kehilangan tujuan hidup (Karena peranannya sebagai orang tua telah berkurang). (Lubis,2009). Pada lansia yang normal atau tidak depresi berdasarkan observasi peneliti menunjukkan mereka mudah bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, mengobrol dengan sesama lansia, tetap semangat dalam melakukan aktivitas – aktivitas fisik seperti mandi, makan. Dan ikut serta
berjama’ah akan menjadikan lansia teratur dalam menjalankan sholat dan akan berfikir betapa pentingnya sholat dalam kehidupan mereka di usia yang sudah tidak muda lagi. Berdasarkan table 4.7 hasil penelitian di dapatkan bahwa hampir setengah responden lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan di Babat Lamongan yang Tidak mengalami depresi dan Depresi ringan yaitu sebanyak 17 orang (49%) dan sebagian kecil responden lanjut usia yang mengalami depresi berat yaitu sebanyak 1 orang (3%) dari 35 responden. Kelompok lansia dipandang sebagai kelompok masyarakat yang beresiko mengalami gangguan kesehatan fisik dan mental. Antara lain yang tersering adalah; Gangguan proses pikir, dementia, gangguan perasaan seperti depresi, dan harga diri rendah (Lilik Ma’rifatul Azizah, 2011). Menurut (Stanley & Beare, 2007) angka depresi meningkat secara drastic pada lansia yang tinggal di institusi, dengan sekitar 50-75% penghuni perawatan jangka panjang memiliki gejala depresi ringan sampai sedang. Saat manusia melalui masa tua menurut teori terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup sehingga dapat menyebabkan depresi. Faktor tersebut adalah faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis meliputi penurunan fungsi fisik atau penyakit fisik dan faktor psikologis meliputi stress yang menumpuk, hilangnya orang-orang yang di sayang (Keluarga yang jarang mengunjungi), kehilangan tujuan hidup (Karena peranannya sebagai orang tua telah berkurang). (Lubis,2009). Pada lansia yang normal atau tidak depresi di sebabkan karena faktor psikologis dan psikososial nya baik, mudah bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, masih mendapat dukungan dari keluarga. Lansia merasa nyaman dengan lingkungan yang ada di institusi daripada di lingkungan sebelumnya. Sehingga tetap semangat dalam melakukan aktivitas – aktivitas 33
THE SUN Vol. 2(1) Maret 2015
dalam ibadah shalat yang berkaitan dengan kesehatan jiwa , antara lain: aspek olah raga. Dimana sholat merupakan teknik yang banyak dipakai dalam proses gangguan jiwa adalah pelatihan relaksasi atau “Relaxation Training” bila dikaitkan dengan shalat yang banyak rakaatnya, maka tidak dapat dipungkiri bahwa shalat pun akan dapat menghilangkan kecemasan atau depresi. Ternyata, shalat yang dilakukan dengan khusyuk, ikhlas, kontinyu dan penuh pengharapan akan ridho Allah SWT pada dapat mendatangkan rasa ketenangan dan ketentraman yang luar biasa. Suasana yang tenang dan sunyi tentu dapat menunjang konsentrasi, sehingga kekhusyukan dalam shalat lebih mudah didapat. Ketika membaca bacaan shalat dan do’a yang dipanjatkan dapat lebih mudah diresapi maknanya, maka terjadilah sentuhansentuhan dan ketenangan yang langsung diberikan oleh Allah SWT. Kita dapatkan kedamaian. Jadi, fisik dan batin kita tenang. Sehingga, shalat dapat menumbuhkan persepsi dan motivasi positif akan datangnya pertolongan Allah SWT. Reaksi emosi positif ini dapat menghindarkan reaksi stress yang lebih banyak disebabkan oleh faktor gagalnya sistem tubuh dalam mengendalikan stress yang disebabkan oleh permasalahan fisik ataupun psikis (Lingren dalam haryanto, 2005) Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan bahwa hampir setengah responden lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan Di Babat lamongan tidak mengalami depresi yaitu sebanyak 17 orang (49%) dan sholatnya tergolong teratur yaitu sebanyak 17 orang (49%). Lansia yang normal atau tidak depresi di sebabkan karena faktor psikologis dan faktor psikososial nya baik, masih mendapat dukungan dari keluarga akan berpengaruh terhadap pada aktivitas spiritualnya salah satunya yaitu melakukan sholat Lima waktu. Sebaliknya Lansia yang mengalami depresi ringan akan mengalami penurunan dalam melakukan
dalam kegiatan yang di adakan oleh panti. Sebaliknya lansia yang mengalami depresi akan kesulitan dalam beradaptasi, bersosialisasi dengan lingkungan, jarang keluar dari kamar, Sering terlihat diam yang berlarut-larut dan mendalam, sering menangis, tidak mau makan, kehilangan rasa humor dan tidak ikut dalam melakukan aktivitas. Sehingga untuk menurunkan tingkat depresi pada lansia perlu di maksimalkan kegiatan harian maupun kegiatan mingguan yang sudah ada. Khususnya dalam kegiatan yang dapat meningkatkan harga diri seperti kegiatan dalam membuat ketrampilan – ketrampilan yang diminati para lansia, kegiatan kerohanian / keagamaan. Serta support dari keluarga atau pengurus panti. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara keteraturan sholat lima waktu dengan Tingkat depresi di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan di Babat Lamongan dengan ρ = 0,000 < α 0,05. Artinya, semakin sholat lima waktunya teratur maka tingkat depresinya semakin berkurang. Sebaliknya semakin sholat lima waktunya tidak teratur maka tingkat depresinya cenderung semakin berat. Menurut Kaplan at all (1997), kira-kira 25 % komunitas lanjut usia dan pasien rumah perawatan ditemukan adanya gejala depresi pada lansia yang diakibatkan oleh kehilangan yang di sebabkan oleh kematian orang yang di cintai, hilangnya fungsi dan peran sosial, kurangnya dukungan sosial serta kurangnya aktivitas spiritual. Hasil penelitian Maselko (2007, dikutip dari Grohol, 2008) menemukan bahwa lansia yang tidak menghadiri pelayanan keagamaan memiliki kecenderungan sebesar 80% untuk mengalami depresi daripada yang menghadiri kegiatan keagamaan. Beberapa studi serupa lainnya menegaskan bahwa keterlibatan agama membantu mencegah depresi. Menurut Ancok & Suroso (2005) ada beberapa aspek terapeutik yang terdapat 34
THE SUN Vol. 2(1) Maret 2015
para lanjut usia, senam lansia, rekreasi bersama maksimal 1 tahun sekali, serta memaksimalkan kegiatan yang dapat meningkatkan keteraturan sholat lima waktu pada lanjut usia seperti meningkatkan kegiatan dan bimbingan kerohanian/keagamaan (Pengajian rutin) yaitu seminggu tiga kali, di wajibkan untuk melakukan sholat berjama’ah. Peneliti Selanjutnya di harapkan penelitian ini dapat di kembangkan pada penelitian lebih lanjut dalam bentuk penelitian eksperimental mengenai aktivitas atau kegiatan yang dapat menurunkan kejadian depresi serta meningkatkan keteraturan sholat lima waktu
aktivitas spiritual seperti tidak teratur dalam melakukan sholat lima waktu. Karena yang mengalami hal tersebut cenderung pasif. Kepasifan ini bisa dikarenakan berbagai macam faktor. Faktor yang sangat menonjol dalam permasalah ini adalah kesedihan yang di alami lanjut usia selama berada dipanti. Kesedihan yang mendalam dapat mempengaruhi Mood dan motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu sehingga seseorang yang mengalami perubahan Mood menjadi tidak berdaya dalam melakukan aktivitas karena tenggelam dalam perasaan sedihnya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Keteraturan Sholat Lima Waktu dengaan Tingkat Depresi Pada Lansia.
DAFTAR PUSTAKA Adi, A. W. 2004. Hubungan Shalat Dengan Kecemasan. Jakarta: Studia Press Agustian, ary ginanjar. 2001. Rahasia sukses membangun kecerdasan emosi dan spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient. Jakarta: Arga wijaya persada. Alif Mu’arifah & Sri Mulyani Martaniah. 2004. “Hubungan Keteraturan Menjalankan Sholat Dan Puasa Senin Kamis Dengan Agresivitas”, Indonesian psychological journal, Vol. 1, No.2 Al-Allamah, Sayid Muhammad bin Ahmad Asy-syathiri. 2011. Rahasia dan Hikmah Sholat 5 Waktu. Bandung: Cahaya Ilmu Al-Khuli, Hilmi. 2007. Menyingkap Rahasia Gerakan – Gerakan Sholat. Yogyakarta: Diva Press Ancok, J., & Suroso, F. (2005). Psikologi Islami: Solusi Islam atas ProblemProblem Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto.1998. Prosedur penelitian,Edisi revisi III. Yogyakarta: Rineka Cipta Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilm
KESIMPULAN Lanjut Usia yang berada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia pasuruan di Babat Lamongan dari setengah responden sholatnya tergolong tidak teratur. Lanjut Usia yang berada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia pasuruan di Babat Lamongan hampir setengah responden tidak mengalami depresi dan mengalami depresi ringan, terdapat hubungan antara keteraturan sholat lima waktu dengan tingkat depresi pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia pasuruan di Babat Lamongan. Institusi Pendidikan dengan hasil penelitian yang di peroleh ini adalah sebagai bahan informasi mengenai hubungan tingkat depresi dengan keteraturan sholat lima waktu pada lanjut usia sehingga dapat menjadi bahan pengajaran selanjutnya terutama dalam bidang keperawatan keluarga, keperawatan gerontik dan keperawatan jiwa. UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia pasuruan di Babat Lamongan dengan hasil penelitian yang di peroleh ini adalah sebagai bahan perbaikan program kegiatan di panti untuk mencegah dan mengurangi depresi yaitu dengan cara , membuat ketrampilan-ketrampilan yang diminati 35
THE SUN Vol. 2(1) Maret 2015
Kunjoro, Zainuddin Sri. 2002. Memahami Kepribadian Lansia. Jakarta Kurniawan, Yudha. 2010. Hubungan Tingkat Depresi Dengan Aktivitas Spiritual Pada Lanjut Usia Di Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya. Skripsi S1 Keperawatan, Universitas Muhammadiyah, Surabaya Marta, Ollyvia Freeska Dwi. 2012. Determinan Tingkat Depresi Pada lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia Jakarta selatan. Skripsi, Universitas Indonesia, Jakarta Mauk, L.Kristen & Schmidt. 2004. Nolak. Spiritual Care in Nursing Practice Philadelphia Lippincott William & Wilkins Marwiati. 2008. “Hubungan Mekanisme Koping Dengan terjadinya Depresi Pada lansia dipanti Wredha wening wardoyo ungaran Kabupaten Semarang”, Jurnal Ilmu Kesehatan, Vol.2, No.2 Muhyidin, Muhammad. 2008. Misteri Sholat Tahajjud. Yogyakarta: Diva Press Najieh, Ustadz Ahmad. 2011. Risalah Tuntunan Sholat. Surabaya: Garuda Press Notoatmodjo, Soekidjo. 2008. Metodologi penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nugroho, W. 2000. Keperawatan gerontik. Jakarta: EGC Nursalam. 2011. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba medika Potter, Perry. 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC Rofi’udin & Alim Zainuddin. 2004. Terapi Kesehatan Jiwa Melalui Ibadah Sholat. Jakarta: Restu Ilahi Sanusi,M. 2012. Berbagai Terapi Kesehatan melalui amalan – Amalan Ibadah. Yogjakarta: Najah Setyoadi, Chusnul Chuluq Ar, Kristien Teguh Wahyuni. “Hubungan Tipe
Barbara, kozier, et al, edisi 7. 2010. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, praktik. Jakarta: EGC Darmojo, R.B & Martono, H. 2008. Geriatri (Ilmu Kesehatan usia Lanjut). Jakarta: FKUI Darmojo RB, Martono, HH. 2004. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), edisi ke-3. Jakarta: FKUI Ebersole, P., Hess, P., Touhy, T., & Jett, K. (2005). Gerontological nursing & healthy aging. 2nd ed. St. Louis: Mosby Elsevier El-Ma’rufie, Sabil. 2009. Energi Sholat. Bandung :PT.Mizan Pustaka Friedman, M.M. 1998. Keperawatan keluarga Teori Dan Praktek. Jakarta: EGC Gallo, Joseph. 1998. Buku Saku Gerontologi, edisi 2. Jakarta: EGC Haryanto, S. 2005. Psikologi Shalat. Kajian Aspek-Aspek Psikologis Ibadah Shalat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Hawari, Dadang. 1999. Al Qur’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima Yasa Hawari, Dadang. 2007. Sejahtera Di Usia Lanjut (Dimensi psikoreligi Pada Lanjut Usia /Lansia). Jakarta: FKUI Hidayat, A.Aziz Alimul. 2010. Metode Penelitian Kesehatan; Paradigma kualitatif. Surabaya: Health Book Publishing Hidayat, A.aziz Alimul. 2007. Metode penelitian Keperawatan Dan teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika H.Nugroho, Wahjudi, B.SC.,SKM. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta: EGC Imami, Walid Tanzil. 2010. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dan Koping Lansia Dengan Depresi Pada Lansia Di Desa Telaga Biru Kecamatan Bumi Bangkalan. Skripsi S1 Keperawaatan, Universitas Muhammadiyah, Surabaya 36
THE SUN Vol. 2(1) Maret 2015
kepribadian Dengan Kejadian depresi Pada lanjut Usia Di UPT Panti Sosial Lanjut Usia Pasuruan”. Sholeh, Moh.,Mushoffa, Aziz (ed.). 2002. Tahajud: Manfaat Praktis Ditinjau Dari Ilmu Kedokteran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan Forum Studi Himanda Soejono, Heriawan, Czeresna, dkk. . 2000. Pedoman Pengelolaan Kesehatan Pasien Geriatri, edisi : I. Jakarta : Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Stanley, Mickey.,Patricia gauntlet beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan gerontik, Edisi 2. Jakarta: EGC Syukra, Anita. 2012. Hubungan Antara Religiusitas dengan Kejadian Depresi Pada Lansia di Panti Tresna Werdha (PSTW) Sabai Nan Aluih Sicincin Kabupaten Padang Pariaman. Skripsi, Universitas Andalas, Sumatera Titik Nuryanti, Retno Indarwati, Setho Hadisuyatmana. 2012. ”Hubungan Perubahan Peran diri Dengan Tingkat Depresi Pada lansia Yang Tinggal Di UPT PSLU Pasuruan Babat lamongan”. Jurnal Penelitian, Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Kampus C, Surabaya Watson, R. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta: EGC http://keperawatan.unsoed.ac.id/sites/defau lt/files/BAB%20II_8.pdf di kutip pada tanggal 12 Februari 2013 jam 14.40 WIB http://www.anneahira.com/depresi-padalansia.htm di kutip pada tanggal 18 Maret 2013 jam 18.00 WIB http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345 6789/23218/7/Cover.pdf di kutip pada tanggal 18 Maret 2013 jam 18.00 WIB
37