KESIAPAN CALON GURU SD PADA MATERI MATEMATIKA DALAM MENGHADAPI KURIKULUM 2013
Yetti Ariani, Masniladevi, dan Yullys Helsa Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP UNP E-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK: Kebijakan publik dibuat oleh pemerintah bertujuan untuk memberdaya, mensejahterakan atau mengatasi masalah yang dihadapi oleh masyarakat atau pemerintah. Perubahan kebijakan pada aspek pendidikan di Indonesia pada sepuluh tahun terakhir sebanyak tiga kali yaitu, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan sekarang ini muncul kurikulum 2013 yang lahir berdasarkan peraturan presiden nomor 8 tahun 2012 yaitu tentang KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia). Kebijakan-kebijakan pendidikan Indonesia cenderung tentatif, suka coba-coba, dan sering berganti istilah, tiap ganti pemerintahan dan menteri maka akan ganti kebijakan tanpa arah dan tujuan yang jelas. Berpijak pada kebijakan di atas, seolah-olah seorang warga negara Indonesia dapat dengan pasti, mudah, dan lancar saja untuk memenuhi kebutuhan pendidikannya. Namun dalam kenyataannya, tidaklah demikian. Faktanya, masih banyak warga negara Indonesia yang belum mendapat pendidikan. Alasannya beragam, diantaranya, alasan ekonomi, alasan kondisi geografis, atau alasan mentalitas. Tulisan ini merupakan kajian teoritis, dimana mengembangkan nalar deskriptif serta penjabaran dari points penting dan perlu diperhatikan dari statements yang terjadi dalam kebijakan pelaksanaan Kurikulum 2013. PGSD UNP sebagai salahsatu pencetak calon pendidik di Sekolah Dasar sudah mulai berbenah, khususnya pada mata kuliah pendidikan matematika untuk mendukung pelaksanaan kurikulum 2013 di SD. Kata kunci : Kebijakan, Kurikulum, dan PGSD UNP
Pendidikan di Indonesia pada saat sekarang selalu berbenah dan mengalami perkembangan kearah penyempurnaan, salah satunya adalah peyempurnaan kurikulum, kurun waktu 10 tahun terakhir kurikulum sudah mengalami perubahan kebijakan sebanyak tiga kali yaitu, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan sekarang ini muncul kurikulum 2013 yang lahir berdasarkan peraturan presiden nomor 8 tahun 2012 yaitu tentang KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia). Kebijakan publik dibuat oleh pemerintah bertujuan untuk memberdaya, mensejahterakan atau mengatasi masalah
yang dihadapi oleh masyarakat atau pemerintah. Untuk itulah, pemerintah membuat bermacam-macam kebijakan yang berkenaan dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dengan demikian, kebijakan publik dimaksudkan memberikan manfaat kepada masyarakat. Salah satu aspek kehidupan yang diatur oleh kebijakan publik adalah aspek pendidikan yang dilaksanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional Negara Republik Indonesia. Dua kebijakan yang menjadi topnews di dunia pendidikan Indonesia pada tahun ini yaitu Perubahan Kurikulum 2013 dan keputusan Mahkamah Konstitusi yang memvonis bahwa proyek Rintisan
166
167, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
Sekolah Bertaraf Internasional dan Sekolah Bertaraf Internasional bertentangan dengan UUD 1945 (kompas.com). Kedua perkara ini menarik perhatian masyarakat luas terutama karena nalarnya dinilai bertentangan dengan pemahaman umum mengenai tujuan pendidikan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Salah satu di antara banyak pokok keberatan, baik terhadap Kurikulum 2013 maupun proyek RSBI/SBI, meskipun dimaksudkan untuk peningkatan kualitas, pada praktiknya penghapusan bahasa daerah dan penggunaan bahasa Inggris justru dinilai melemahkan jati diri bangsa. Perubahan kurikulum ini tentu saja akan dilaksanakan mulai dari SD, SMP dan SMA, pada Perguruan Tinggi pun kurikulum 2013 akan disesuaikan, terkhusus bagi program studi yang mencetak calon guru yang siap pakai nantinya, salahsatunya adalah Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang. Ironisnya yang terjadi adalah, ketika mahasiswa yang menyelesaikan pendidikan Strata 1 pada tahun 2013, mereka siap menembus dunia pendidikan hanya dengan aplikasi KTSP 2006. Hal ini dibuktikan dengan perkuliahan Pendidikan Matematika di Kelas Tinggi, pada mata kuliah ini mahasiswa memahami dan membuat RPP masih per mata pelajaran, sedangkan pada kurikulum 2013, sudah memakai tematik atau pembelajaran terpadu. Lulusan 2013 ini jelas-jelas belum siap dengan kurikulum yang akan dilaksanakan ketika mereka di lapangan nanti. Fenomena ini diyakini juga dirasakan oleh Perguruan Tinggi lain yang juga menghasilkan tenaga kependidikan. KAJIAN TEORI Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Masa usia sekolah dasar (SD) merupakan masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga
KTSP yang telah dilaksanakan semenjak tahun 2006, menunjukkan bahwa pelaksanaan tematik dapat membelajarkan peserta didik untuk lebih mudah mengenal dunia nyata dari permasalahan-permasalahan hidup yang kompleks, oleh sebab itu pengembangan kurikulum 2013 SD/MI yang telah disahkan oleh peraturan presiden nomor 8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) atau lebih dikenal dengan Indonesian Qualification framework. Dijelaskan oleh KKNI (2012:5) bahwa sembilan jenjang kualifikasi sumber daya manusia Indonesia yang produktif dimulai dari level 1 sampai 9. Deskripsi kualifikasi pada setiap jenjang KKNI secara komprehensif mempertimbangkan sebuah capaian pembelajaran yang utuh, yang dapat dihasilkan oleh suatu proses pendidikan baik formal, non formal, informal, maupun pengalaman mandiri untuk dapat melakukan kerja secara berkualitas. Pendidikan dasar yang terdiri dari SD dan SMP berada pada level 1, dimana untuk menanamkan berpikir komprehensif di SD perlu dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tematik integratif dari kelas I sampai kelas VI. Tulisan ini berisi refleksi pengalaman penulis sebagai tenaga pendidik di PGSD, FIP UNP dan penyuka dunia pendidikan terutama di bidang matematika, kurikulum 2013 akan segera dilaksanakan. Bagaimanakah kesiapan, proses, pengembangan kurikulum 2013 yang juga akan diintegrasikan kepada mata kuliah pendidikan matematika sekolah dasar pada jurusan PGSD, FIP UNP? kira-kira usia sebelas tahun atau dua belas tahun. Karakteristik utama siswa SD adalah mereka menampilkan perbedaanperbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, di antaranya kemampuan
Ariani, dkk, Kesiapan Calon Guru SD, 168
dalam kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik anak. Siswa SD mengembangkan rasa percaya dirinya terhadap kemampuan dan pencapaian yang baik dan relevan. Meskipun anak-anak membutuhkan keseimbangan antara perasaan dan kemampuan dengan kenyataan yang dapat mereka raih, namun perasaan akan kegagalan dapat memaksa mereka berperasaan negatif terhadap dirinya sendiri, sehingga menghambat mereka dalam belajar. Jean Piaget (dalam Pebriyenni, 2009:2) mengidentifikasikan tahapan-tahapan perkembangan intelektual yang dilalui anak, yaitu: 1. Tahap sensorik motor usia 0-2 tahun 2. Tahap operasional usia 2-6 tahun 3. Tahap operasional kongkrit usia 7-11 atau 12 tahun 4. Tahap operasional formal usia 11 atau 12 tahun ke atas. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa siswa SD berada pada tahap operasional kongkrit. Pada tahap ini, anak mengembangkan pemikiran logis, masih sangat terikat pada fakta-fakta perceptual; artinya, anak mampu berpikir logis, tetapi masih terbatas pada objekobjek kongkrit. Hal ini menunjukkan bahwa mereka mempunyai karakteristik sendiri, di mana dalam proses berpikirnya, mereka belum dapat dipisahkan dari dunia kongkrit atau hal-hal yang faktual.Untuk itulah guru atau calon pendidik harus memahami perkembangan siswa di sekolah dasar yang bertujuan untuk mengkombinasikan pendekatan, metode, strategi dan model yang cocok sehingga siswa mampu berpikir matematis sesuai dengan tahapan perkembangannya. Calon Guru Sekolah Dasar Pendidikan guru sekolah dasar memang berkaitan erat dengan sekolah dasar. Seorang guru sekolah dasar juga diharapkan memiliki sifat yang sabar dan penyayang karena yang dihadapi guru
adalah anak yang masih muda. Siswa sekolah dasar umumnya masih berumur sekitar enam dampai dua belas tahun. Pada saat sekarang ini, semakin banyak peminat menjadi guru sekolah dasar. Hal ini dibuktikan dengan membanjirnya calon mahasiswa pada universitas-universitas baik negeri atau swasta yang memiliki jurusan pendidikan guru sekolah dasar. Selain itu, memang pada saat ini pemerintah kita dianggap lebih memperhatikan kesejahteraan guru. Pemerintah mulai meningkatkan usaha dalam pemberian gaji atau intensif bagi para guru. Sekarang banyak orang tua yang tidak ingin anak-anaknya salah masuk jurusan yang kurang pasti prospek kerjanya, maka banyak dari para orang tua yang mengarahkan para putra-putrinya untuk masuk ke jurusan PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar) Jurusan penghasil guru-guru SD di Indonesia. Kita tidak tau apa alasan yang melatarbelakanginya. Beberapa pendapat yang mungkin melatarbelakangi alasan masuk PGSD diantaranya yaitu: 1. cita-cita mejadi seorang guru SD 2. prospek kerja yang menjanjikan setelah lulus 3. kesejahteraan guru yang semakin baik 4. tunjangan profesi guru yang lumayan besar 5. isu pensiun guru SD masal di Indonesia 6. selain bekerja guru juga beramal dengan mendidik siswa (dunia akhirat) di atas adalah beberapa alasan yang melatarbelakangi masuk PGSD. Mungkin masih banyak alasan lain, tergantung dari individu yang bersangkutan. Hal yang terpenting dari semua alasan untuk menjadi seorang guru adalah untuk memajukan pendidikan di Indonesia dan membentuk kepribadian anak yang baik serta ikhlas dalam mengabdikan diri demi kemajuan anak. Semoga pendidikan
169, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
di negeri kita tercinta ini semakin baik. Dan semoga perguruan tinggi pencetak guru di Indonesia dapat mencetak guruguru yang berkualitas. Jangan cuma memperbanyak mahasiswa untuk mencari keuntungan belaka tetapi juga harus memperhatikan kualitas output mahasiswanya yang akan menjadi calon guru berkualitas kelak dikemudian hari. Proses untuk menjadi seorang guru sekolah dasar dimulai dengan menyelesaikan Sekolah Tinggi. Guru calon kemudian harus lulus dengan gelar dalam pendidikan dasar dari sebuah universitas terakreditasi dengan gelar sarjana. Sementara dalam proses mendapatkan bujangan itu guru masa depan yang paling mungkin harus menghabiskan setidaknya satu semester melakukan magang mengajar siswa. Sangat direkomendasikan bahwa lulusan kemudian mendaftarkan diri di sebuah program pengembangan profesional yang satu tahun panjang. Hal ini akan memberikan satu tambahan pengalaman menggabungkan pendidikan dengan tangan pengajaran tentang. Selain menyelesaikan persyaratan untuk menjadi seorang guru ditentukan oleh universitas, itu diperlukan oleh Dewan Negara Pendidikan bahwa semua guru sekolah dasar melengkapi persyaratan pendidikan dan lulus tes yang didasarkan pada keterampilan individu dalam keterampilan mengajar memegang, membaca, dan menulis. Penguasaan matematika yang kuat diperlukan sejak dini, karena matematika mendasari perkembangan teknologi modern yang berperan dalam berbagai disiplin, dan memajukan daya pikir manusia, melandari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Pendidikan matematika dalam hal meliputi bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit.
Dalam pembelajarannya, peserta didik di sekolah dasar dikondisikan untuk memperoleh kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kemampuan memperoleh mengelola, dan memanfaatkan informasi dibutuhkan mampu bertahan hidup pada masa mendatang. Dengan demikian, Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut di atas. Pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya. Tujuan pembelajaran matematika di SD adalah (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah, (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) Memecahkan masalah, meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
Ariani, dkk, Kesiapan Calon Guru SD, 170
matematika, sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Pendekatan dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem) hendaknya dilakukan dalam setiap kesempatan pembelajaran konsep. Dengan demikian, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Peningkatkan keefektifan pembelajaran, digunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya. Demikianlah, guru hendaknya betul-betul memahami tujuan umum pembelajaran matematika tersebut, mengusai pola-pola pembelajaran, pemecahan masalah matematika dalam pembelajaran matematika dengan memahami masalah dengan: membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya; serta rambu-rambu pembelajaran metematika di SD, yang kesemuanya harus dipahami oleh guru SD dengan betul. Pembelajaran Tematik Pembelajaran bagi peserta didik di SD dilaksanakan dengan pembelajaran tematik. Menurut Rusman (2010:254) mengemukakan pembelajaran tematik adalah “pembelajaran terpadu yang menggunakan tema dan melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada perserta didik. Sejalan dengan itu, Depdiknas (2006:97) pendekatan tematik merupakan “pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa”. Selanjutnya Sutirjo (dalam B. Suryosubroto, 2009:133), menyatakan“ pembelajaran tematik merupakan salah satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema”.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema, untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran yang ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari sehingga memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. a. Karakteristik Pembelajaran Tematik Sebagai suatu model pembelajaran di SD, pembelajaran tematik memiliki karakteristik berpusat kepada peserta didik. Sebagaimana menurut pendapat Rusman (2010:259) sebagai berikut: (1) Berpusat pada peserta didik, pembelajaran tematik berpusat pada peserta didik (student centered), (2) memberikan pengalaman langsung, pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik (direct experiences), (3) pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, (4) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, (5) bersifat fleksibel, (6) hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik, (7) menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. Sebagai suatu proses, menurut Depdiknas (2006:6) pembelajaran tematik memiliki ciri khas antara lain: (1) pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia dini, (2) kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan peserta didik, (3) kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi peserta didik sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama, (4) membantu mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik, (5) menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui peserta didik dalam lingkungannya, (6) mengembangkan keterampilan sosial peserta didik seperti kerjasama,
171, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
toleransi, komunikasi, dan tanggapan terhadap gagasan orang lain. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik untuk mendapatkan pengalaman langsung dari konsep-konsep mata pelajaran yang telah disajikan. b. Manfaat Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik memiliki beberapa manfaat. Menurut Muslich (2008:164) manfaat pembelajaran tematik adalah: (1) peserta didik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu, (2) peserta didik mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama, (3) pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan, (4) kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain denga pengalaman pribadi siswa, (5)siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas, (6) siswa mampu lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, (7) guru dapat mengehemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus. Selanjutnya Rusman (2010:258) menyatakan manfaat pembelajaran tematik diantaranya: (1) dapat menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan, (2) peserta didik dapat melihat hubungan-hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai saranatau alat bukan tujuan akhir, (3) pembelajaran tidak terpecah-pecah karena siswa dilengkapi dengan pengalaman belajar yang lebih terpadu
sehingga akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang lebih terpadu, (4) memberikan penerapan-penerapan dunia nyata sehingga dapat memeper-tinggi kesempatan transfer belajar (transfer learning), (5) dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan materi pembelajaran akan semakin baik dan meningkat. Berdasarkan pendapat di atas, manfaat pembelajaran tematik adalah perhatian peserta didik lebih tepusat, pemahaman materi lebih mendalam dan berkesan, siswa belajar lebih bergairah karena berkomunikasi dengan dunia nyata, dengan digabungkan beberapa kompetensi dasar akan terjadi penghematan terhadap waktu. c. Prinsip Penentuan Tema Pemilihan tema merupakan prinsip utama dalam pembelajaran tematik. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih dan menetapkan tema yang dapat mempersatukan kompetensi dasar dan indikator pada setiap mata pelajaran diantaranya, menurut Rusman (2010:262) prinsip memilih tema adalah (1) tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri peserta didik serta terkait dengan cara dan kebiasaan belajarnya, (2) ruang lingkup tema harus disesuaikan dengan usia dan perkembangan peserta didik termasuk minat, kebutuhan dan kemampuannya, (3) penetapan tema dimulai dari lingkungan yang terdekat dan dikenali oleh peserta didik. BNSP (2006:11) meyatakan prinsip penentuan tema adalah: (1) memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan peserta didik, (2) dari yang termudah menuju yang sulit, (3) dari sederhana menuju yang kompleks, (4) dari yang konkret ke abstrak, (5) tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada peserta didik, (6) ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan
Ariani, dkk, Kesiapan Calon Guru SD, 172
perkembangan peserta didik, termasuk minat, kebutuhan dan kemampuannya. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan prinsip memilih tema adalah: tema yang dipilih dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan peserta didik, tema sesuai dengan minat, bakat dan perkembangan peserta didik, serta memungkinkan terjadinya proses berpikir. Kurikulum 2013 Sebelum kurikulum 2013, diberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pada kurikulum ini untuk SD ada 10 mata pelajaran, yaitu Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Matematika, Pendidikan Jasmani dan Olahraga Kesehatan (PJOK), Kesenian, Mulok (ada satu), dan Bahasa Inggris. Mata pelajaran SD pada kurikulum 2013 menjadi 6 mata pelajaran, yaitu Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, matematika, PPKn, PJOK, dan Seni Budaya. Bahasa Inggris di SD dapat dijadikan sebagai ekstrakurikuler. Pada kurikulum 2013 beberapa mata pelajaran di SD dihapus. Mata pelajaran yang dihapus di SD adalah IPA, IPS, Bahasa Inggris, dan Mulok. Mata pelajaran IPA dan IPS di SD diintegrasikan ke mata pelajaran lain. Pengintegrasian IPA dan IPS ini dapat ke mata pelajaran misal bahasa Indonesia, PJOK, PPKn, dan mata pelajaran lain sesuai dengan materi yang dibahas. Meskipun berkurang mata pelajarannya, namun jumlah jam di SD bertambah. Untuk SD kelas 1 dari 26 jam menjadi 30 jam per minggu. Untuk kelas 2 SD dari 27 jam menjadi 32 jam per minggu. Untuk kelas 3 SD dari 28 jam menjadi 34 jam per minggu. Sedangkan untuk kelas 4, 5, dan 6 dari 32 jam menjadi 36 jam per minggu. Durasi per jam pelajaran adalah 35 menit.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kebijakan publik dibuat oleh pemerintah bertujuan untuk memberdaya, mensejahterakan atau mengatasi masalah yang dihadapi oleh masyarakat atau pemerintah. Perubahan kebijakan pada aspek pendidikan di Indonesia pada sepuluh tahun terakhir sebanyak tiga kali yaitu, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan sekarang ini muncul kurikulum 2013 yang lahir berdasarkan peraturan presiden nomor 8 tahun 2012 yaitu tentang KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia). Secara teoritis dan normatif, policy content tersebut di atas kedengarannya sangatlah ideal dan akuntabel. Ia sangat membangkitkan gairah dan menjanjikan. Bahkan untuk menunjukan komitmen pemerintah terhadap kewajibannya serta untuk memastikan bahwa setiap warga negara Indonesia mendapatkan pendidikan, maka dibuatlah program wajib belajar untuk anak yang berunur antara 7 sampai dengan 15 tahun untuk jenjang pendidikan dasar. Berpijak pada kebijakan di atas, seolah-olah seorang warga negara Indonesia dapat dengan pasti, mudah, dan lancar saja untuk memenuhi kebutuhan pendidikannya. Namun dalam kenyataannya, tidaklah demikian. Faktanya, masih banyak warga negara Indonesia yang belum mendapat pendidikan. Alasannya beragam, diantaranya, alasan ekonomi, alasan kondisi geografis, atau alasan mentalitas. Menurut Fatih (2010) sebagai alasan ekonomi, masih cukup banyaknya warga negara belum menikmati pendidikan sebab pendapatan suatu keluarga secara riil memang belum kondusif untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak mereka , walaupun hanya untuk pendidikan dasar. Program wajib belajar yang digadang-
173, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
gadang oleh pemerintah, dalam implementasinya, belum menjadi solusi yang berhasil guna. Ini karena kebijakan tersebut hanya berwujud pembebasan biaya pendidikan saja (SPP), sedangkan biaya lainnya, seperti, sepatu dan seragam sekolah, alat tulis-menulis serta buku masih harus ditanggung oleh pribadi siswa masing-masing. Walaupun ada Bantuan Operasional Sekolah, tetapi hal itu tidak memadai. Lebih dari itu, pembebasan biaya pendidikan hanya berlaku untuk sekolah negeri saja. Kendala ekonomi lainnya adalah, karena sulitnya mencari penghidupan, seringkali anak usia sekolah dieksploitasi oleh orang tua mereka untuk keperluan lain di luar keperluan sekolah. Fenomena yang ada pada masyarakat tidak hanya terlihat bagi siswa dan orang tua, namun berdampak juga kepada guru, seperti seperti proses sertifikasi guru. Menurut Fasli Jalal (2013): “Para siswa dari guru yang memiliki sertifikasi tidak memiliki hasil belajar siswa yang lebih baik dibandingkan dengan siswa dari guru tidak berserktifikasi.” Ini adalah bukti bahwa kualitas guru tidak dapat ditingkatkan melalui proses sertifikasi saja. Hal ini juga menggarisbawahi kenyataan bahwa dalam proses sertifikasi tidak terdapat perbedaan yang terlalu tinggi antara guru yang berkualitas tinggi dan guru yang berkualitas rendah karena pada kenyataanya hampir semua guru lulus sertifikasi. Kondisi lain pada saat ini, banyak ribuan guru IPA, IPS, dan TIK di SD bingung dan khawatir dengan pemberlakuan kurikulum 2013 ini. Lalu dikemanakan guru-guru tadi Apa lagi jika mereka sudah bersertifikasi. Seorang guru yang sudah bersertifikasi harus mengajar setidaknya 24 jam tegak pada bidangnya atau boleh mengajar mata pelajar yang serumpun dengan aturan tertentu.Guru bisa mengajar tidak 24 jam tegak namun
memiliki tugas lain yang diakui sebagai jam beban kerja sesuai dengan atruran tertentu. Sebelum pemberlakuan kurikulum 2013 saja banyak guru bersertifikasi yang kekurangan jam pada satuan kerjanya. Mereka harus bersaing dengan guru lain untuk mencari kekurangan jam sehingga menjadi 24 jam. Selain harus mencari ke sekolah lain, beberapa sekolah mempunyai trik lain misal yang semula dalam satu kelas jumlah siswanya empat puluhan kemudian disebarkan sehingga dalam satu kelas hanya tiga puluhan siswa. Misal semula dalam satu tingkatan ada 5 kelas menjadi 6 kelas. Ini untuk mengakali supaya guru-guru yang bersertifikasi bisa mengantongi 24 jam dalam seminggu. Jika pada kurikulum 2013 mata pelajaran IPA dan IPS di SD dihapus dan diintegrasikan ke pelajaran lain berarti guru yang mengajar IPA dan IPS harus ke mana? Apa lagi jika guru-guru tersebut sudah bersertifikasi. Di SD selain guru kelas, beberapa SD juga sudah ada guru mata pelajaran IPA dan IPS yang mengajar di kelas 4, 5, dan 6. Pendidikan Guru Sekolah Dasar mencetak para lulusan untuk menjadi guru di SD, sebagai pendidik dalam mata kuliah Pendidikan Matematika berusaha menyesuaikan perubahan yang ada pada kurikulum 2013 yang akan digunakan oleh peserta didik. Penguasaan matematika yang kuat diperlukan sejak dini, karena matematika mendasari perkembangan teknologi modern yang berperan dalam berbagai disiplin, dan memajukan daya pikir manusia, melandari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Pendidikan matematika dalam hal meliputi bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Dalam pembelajarannya, peserta didik di sekolah dasar dikondisikan untuk memperoleh kemampuan berpikir logis,
Ariani, dkk, Kesiapan Calon Guru SD, 174
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kemmapuan memperoleh mengelola, dan memanfaatkan informasi dibutuhkan mampu bertahan hidup pada masa mendatang. Dengan demikian, Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut di atas. Pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya. Solusi yang terbaik menghadapi persoalan ini adalah, manajemen yang tangguh. Diharapkan, kurikulum ini mampu mencapai tujuan pembelajaran. Kurikulum juga disesuaikan dengan materi yang diberikan kepada mahasiswa. Pembelajaran terintegratif di kelas rendah, belum terealisasi dengan baik, masih banyak guru dilapangan masih menggunakan pembelajaran tematik msh menggunakan cara yang sama,,misalkan msh banyak sekolah di sumatera barat khususnya dirapor msh dipisah-pisah mengenai materi pembelajaran, jadi pembenahan tidak hanya dalam materi saja,,tapi pengembangan penilaian tentang tematik terintegratif perlu diperhatikan. Khusus kesiapan pembelajaran matematika, mengkombinasikan media dalam pembelajaran integratif. Masih banyak yang tidak tahu bagaimana pembelajaran tematik yang sebenarnya. Ada beberapa cara yang dilakukan pemerintah Finlandia sehingga menjadikan pendidikan terbaik di dunia
(http://sbelen.wordpress.com/), antara lain: (1) Untuk tiap bayi yang lahir kepada keluarganya diberi maternity package yang berisi 3 buku bacaan untuk ibu, ayah, dan bayi itu sendiri. Alasannya, PAUD adalah tahap belajar pertama dan paling kritis dalam belajar sepanjang hayat. Sebesar 90% pertumbuhan otak terjadi pada usia balita dan 85% brain paths berkembang sebelum anak masuk SD. (2) Kegemaran membaca aktif didorong. Finlandia menerbitkan lebih banyak buku anak-anak daripada negeri mana pun di dunia. Guru diberi kebebasan melaksanakan kurikulum pemerintah, bebas memilih metode dan buku teks. (3) Stasiun TV menyiarkan program berbahasa asing dengan teks terjemahan dalam bahasa Finish sehingga anak-anak bahkan membaca waktu nonton TV. (4) Pendidikan di sekolah berlangsung rileks dan masuk kelas siswa harus melepas sepatu, hanya berkaus kaki. Belajar aktif diterapkan guru yang semuanya tamatan S2 dan dipilih dari the best ten lulusan universitas. (5)Orang Finlandia merasa lebih terhormat jadi guru daripada jadi dokter atau insinyur. (6) Frekuensi tes benar-benar dikurangi. Ujian nasional hanyalah Matriculation Examination untuk masuk PT. (7) Sekolah swasta mendapatkan dana sama besar dengan dana untuk sekolah negeri. (8) Sebesar 25% Kenaikan pendapatan nasional Finlandia disumbangkan oleh meningkatnya mutu pendidikan. (9) Dari negeri agraris yang tak terkenal kini Finlandia maju di bidang teknologi. Produk HP Nokia misalnya merajai pasar HP dunia. Itulah keajaiban pendidikan Finlandia. Bagaimana dengan Indonesia, pada awalnya banyak yang berpendapat karena Finlandia adalah Negara yang kecil jika dibandingkan dengan Indonesia? Bukan masalah banyaknya penduduk suatu Negara yang menentukan mutu pendidikan, namun system. Akhirnya semua
175, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
mengakui bahwa sistem pendidikan Finlandia yang terbaik di dunia karena kebijakan-kebijakan pendidikan konsisten selama lebih dari 40 tahun walau partai yang memerintah berganti-ganti. Secara umum kebijakan-kebijakan pendidikan China dan Korea Selatan (dan Singapura) juga konsisten dan hasilnya terlihat sekarang. PENUTUP Kesimpulan Namun demikian, yang pasti apapun pendapat dan masukan baik yang
negatif dan positif yang terjadi di masyarakat terhadap kurikulum baru yang akan di terapkan ini, patut untuk di terima sebagai masukan yang membangun, karena tujuan dari penerapan kurikulum 2013 ini adalah untuk menciptakan penyempurnaan dari kurikulum-kurikulum yang sudah ada sebelumnya. Sehingga dunia pendidikan di Indonesia bisa melahirkan bibit-bibit unggul dan memberikan sumbangsih yang lebih besar lagi kepada kemajuan dunia perekonomian dan pemerintahan di Indonesia.
DAFTAR RUJUKAN Al Fatih, Andy, 2010, Implementasi Kebijakan dan Pemberdayaan Masyarakat, Bandung Baker, Colin. 2001. Foundations of Bilingual Education and Bilingualism. Clevedon. Clarkson. P. C. 1992. Language and mathematics: A comparison of bilingual and monolingual students of mathematics. Educational Studies in Mathematics, 23 (4), 417430 Depdiknas, 2009. Panduan Penyelenggaraan Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional. Jakarta: Depdiknas.
Hartono, Yusuf. 2010. RSBI (Sebuah Refleksi). Disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika, IMPoME Pascasarjana UNSRI (1 Mei 2010). Skelton, Martin. 2002, Defining ‘international’ in an international curriculum, London. http://edukasi.kompas.com/read/2013/01/1 4/13503414/RSBI.Rusak.Sudah.Ba ngsa.Ini diakses 20 Januari 2013. http://sbelen.wordpress.com/2012/08/08/m engapa-mutu-pendidikanfinlandia-terbaik-di-dunia/diakses 20 Januari 2013.