KESENIAN PEK BUNG TRI MANUNGGAL SARI DI DUSUN GEDONGSARI KELURAHAN WIJIREJO KECAMATAN PANDAK KABUPATEN BANTUL
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga untuk Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum)
Oleh: Sulikah NIM.: 11120113
JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2016
ii
iii
iv
MOTTO
“Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan, jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan, tapi lihatlah sekitar anda dengan penuh kesadaran”
“Ketika anda tidak pernah melakukan kesalahan, itu artinya anda tidak pernah berani untuk mencoba”
“Lebih baik salah keras daripada betul tapi tidak kedengaran” (Mario Teguh)
v
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, skripsi ini saya persembahkan kepada:
Bapak Sukirno dan Mamak Saminem yang tiada henti-hentinya mendo’akan, memberi nasehat dan dukungan Kakakku tersayang yang selalu mendo’akan dan memberi semangat serta seluruh keluarga Teman-teman Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam angkatan 2011 Almamaterku Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
vi
ABSTRAK Kesenian yang ada di Indonesia terdiri dari berbagai macam ragam. Seperti halnya di Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya di Kabupaten Bantul juga terdapat beraneka ragam kesenian. Salah satu kesenian yang hidup dan berkembang di Kabupaten Bantul adalah kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari. Kesenian Pek Bung adalah salah satu jenis musik dengan menggunakan alat musik dari bambu dan tembikar. Asal nama kesenian musik Pek Bung berasal dari suara bambu menghasilkan nada yang berbunyi pek dan suara karet ban yang dipasang pada tembikar (klenting) dan mengeluarkan suara bung. Maka kemudian jenis musik ini disebut dengan nama musik Pek Bung. Dusun Gedongsari, Desa Wijirejo, Pandak, Bantul berusaha untuk tetap melestarikan kesenian ini melalui Paguyuban Pek Bung dengan nama paguyuban Tri Manunggal Sari. Keunikan dalam musik Pek Bung ini adalah jenis musik yang dimainkan menggunakan peralatan lokal tradisional yang dipadukan dengan alat musik modern seperti menggunakan klenthing, bas sebul bambu, kentongan, marakas, kodok ngorek, triangle garputala, kendhang klenthing, keyboard, serta cuk dan cak. Lagu-lagu yang dinyanyikan dalam Pek Bung adalah lagu lagu keroncong, langgam dan sholawat. Musik ini nampak harmonis walaupun alat yang dimainkan sangat sederhana. Dalam penelitian ini, peneliti menarik sebuah pokok permasalahan yang diteliti, yaitu: bagaimana sejarah berdirinya kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari, bagaimana proses jalannya pertunjukan kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari dan apa saja nilai dan fungsi yang terkandung di dalam pertunjukan kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari? Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori Fungsionalisme Malinowski yaitu bahwa segala aktivitas kebudayaan itu sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri makhluk manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupannya. Kesenian sebagai contoh dari salah satu unsur kebudayaan misalnya, terjadi karena mula-mula manusia ingin memuaskan kebutuhan nalurinya akan keindahan. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode wawancara, metode observasi dan dokumentasi, sehingga penelitian ini diharapkan memperoleh data yang benar dan sesuai kenyataan, agar tercapai penelitian yang valid. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari, Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul memiliki beberapa nilai dan fungsi yang terkandung di dalamnya,yaitu nilai Islam, nilai sosial, nilai budaya. Sedangkan fungsinya yaitu fungsi Islam, fungsi ekonomi, fungsi hiburan, dan fungsi sosial. Kata Kunci: Kesenian, Pek Bung, Nilai dan Fungsi
vii
PEDOMAN TRASLITERASI ARAB-LATIN1
1. Konsonan Huruf Arab
Nama
Huruf Latin
Nama
Alif
Tidak dilambangkan
Ba Ta
Tidak dilambangkan B T
Tsa Jim
Ts J
ẖa
ẖ
Kha Dal Dzal Ra Za Sin Syin
Kh D Dz R Z S Sy
Te dan es Je Ha (dengan garis di bawah) Ka dan ha De De dan zet Er Zet Es Es dan ye
Shad Dlad Tha Dha „ain
Sh Dl Th Dh „
Es dan ha De dan el Te dan ha De dan ha Koma terbalik di atas
Ghain
Gh
Ge dan ha
Fa
F
Ef
Qaf
Q
Qi
Kaf
K
Ka
Lam
L
El
Mim
M
Em
Nun
N
En
1
Be Te
Pedoman Akademik dan Penulisan Skripsi Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (Yogyakarta: Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, 2010), hlm. 44-47.
viii
Wau
W
We
Ha
H
Ha
lam alif
La
El dan a
Hamzah
‟
Apostrop
Ya
Y
Ye
Nama
Huruf Latin
Nama
fatẖah Kasrah Dlammah
A I U
A I U
Nama
Gabungan Huruf
Nama
fatẖah dan ya
Ai
a dan i
fatẖah dan wau
Au
a dan u
Nama
Huruf Latin
Nama
Fatẖah dan alif Kasrah dan ya Dlammah dan wau
Â
a dengan caping di atas
Î
i dengan caping di atas
Û
u dengan caping di atas
2. Vokal a. Vokal Tunggal Tanda
b. Vokal Rangkap Tanda
Contoh: : ẖusain : ẖauli 3. Maddah Tanda
4. Ta Marbuthah
ix
a. Ta Marbuthah yang dipakai di sini dimatikan atau diberik harakat sukun, dan transliterasinya adalah / h /. b. Kalau kata yang diakhiri dengan ta marbuthah diikuti oleh kata yang bersandang / al /, maka kedua kata itu dipisah dan ta marbuthah ditransliterasi dengan / h /. Contoh: : Fâtimah : Makkah al-Mukkaramah 5. Syaddah Syaddah / tasydid dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang bersaddah itu. Contoh: : rabbanâ : nazzala 6. Kata Sandang Kata Sandang “ “ dilambangkan dengan “ al “, baik yang diikuti dengan huruf syamsiyah maupun yang diikuti dengan huruf qamariyah. Contoh: : al-syamsiyah : al-ẖikmah
x
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan pencipta dan Pemelihara alam semesta ini, serta Sang maha pengasih dan penyayang. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpahkan kepada Baginda Rasulullah SAW, manusia pilihan pembawa rahmat bagi seluruh alam, yang selalu kita nantikan safaatnya sampai hari akhir. Berkat rahmat, karunia dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari Di Dusun Gedongsari Kelurahan Wijirejo Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul”. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan tahap akhir pendidikan Sarjana Strata Satu (SI) di Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud sesuai yang diharapkan tanpa adanya bantuan yang berharga dari berbagai pihak, baik berupa bantuan moril dan spiritual. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan ucapan terima kasih sedalam-dalamnya kepada: 1. Dekan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2. Ketua Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
xi
3. Ibu Siti Maimunah, S.Ag., selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dengan baik. 4. Bapak Badrun M. Si., selaku Pembimbing Skripsi penulis, yang telah mencurahkan waktu, tenaga dan ilmunya dalam mendampingi penulis dengan penuh kesabaran untuk menyelesaikan skripsi ini. 5. Seluruh staf pengajar Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, khususnya staf pengajar Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam. 6. Seluruh karyawan dan karyawati di lingkungan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta atas bantuan mereka selama ini. 7. Kedua orangtuaku Bapak Sukirno dan Mamak Saminem yang selalu mendo‟akan dan memberi semangat dan dukungan kepada penulis. Selanjutnya, untuk Kakakku Nur Saleh, terima kasih atas perhatian, motivasi dan canda tawanya yang selalu menghibur penulis. 8. Teman-temanku SKI 2011, baik yang berkonsentrasi budaya maupun sejarah. Ayu, Chocho, Vika, Bintang, Yuni, Dewi, Tia, Uwik, Rina, dan temen-temen yang tidak bisa disebutkan satu persatu, kalian adalah temen-temen senasib seperjuangan. 9. Teman-teman Komunitas Mahasiswa Sejarah dan Komunitas Mahasiswa Bantul terima kasih atas kebersamaannya. 10. Sahabat-sahabat penulis di posko KKN Kempong. Mbak Elis, Linda, Tyas, Fitri, Lakso, El dan Topan semoga persahabatan kita tak akan pernah terlupakan sampai kapan pun.
xii
11. Sahabat-sahabatku Puput, Tipuk, Nur, Surya dan Danang Romadhoni yang telah meluangkan waktunya untuk menemani penulis dalam melakukan penelitian di lapangan. 12. Bapak Agus Wijanarka, Pardiono, Syawal, Margono, dan anggota kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari lainnya, Staf Kelurahan Wijirejo dan tokohtokoh masyarakat yang telah membantu dalam memberikan data-data sumber penulis butuhkan dalam penulisan skripsi ini. Atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak di atas penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga mereka semua senantiasa mendapatkan rahmat dan hidayah dari Allah SWT. Namun demikian, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Yogyakarta, 14 Desember 2015 2 Maulud 1437 H Penulis
Sulikah NIM: 11120113
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ................................................. ii HALAMAN NOTA DINAS ......................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv HALAMAN MOTTO ................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi ABSTRAK ..................................................................................................... vii PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ........................................ viii KATA PENGANTAR ................................................................................... xi DAFTAR ISI .................................................................................................. xiv DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii BAB I :
PENDAHULUAN A. B. C. D. E. F. G.
Latar Belakang Masalah .......................................................... Batasan dan Rumusan Masalah .............................................. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................ Tinjauan Pustaka ..................................................................... Landasan Teori ........................................................................ Metode Penelitian ................................................................... Sistematika Pembahasan .........................................................
1 5 6 7 11 14 17
BAB II : GAMBARAN UMUM DUSUN GEDONGSARI A. B. C. D. E.
Letak dan Kondisi Geografis .................................................. Kondisi Keagamaan ................................................................ Kondisi Pendidikan ................................................................. Kondisi Ekonomi .................................................................... Kondisi Sosial Budaya ............................................................
19 22 25 27 30
BAB III : DESKRIPSI KESENIAN PEK BUNG TRI MANUNGGAL SARI A. Sejarah Berdirinya Kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari Dusun Gedongsari .............................................................................. 33 B. Prosesi Pertunjukan Kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari 38
xiv
1. Persiapan ........................................................................... a. Setting ......................................................................... 1. Tempat Pertunjukan .............................................. 2. Waktu .................................................................... b. Personil atau Pemain ................................................... c. Peralatan ...................................................................... 1. Klenthing ................................................................ 2. Kendhang .............................................................. 3. Kodok Ngorek ....................................................... 4. Marakas ................................................................. 5. Triangle Garputala ............................................... 6. Kentongan ............................................................. a. Kentongan Kerep ............................................ b. Kentongan Arang ............................................ c. Kentongan Imbal ............................................. 7. Bas Sebul Bambu .................................................. 8. Cuk dan Cak .......................................................... 9. Keyboard ............................................................... d. Kostum ........................................................................ e. Tata Rias ..................................................................... 2. Pelaksanaan .......................................................................
38 39 39 40 40 41 41 42 43 43 44 44 45 45 46 47 47 48 49 50 50
BAB IV : DINAMIKA KESENIAN PEK BUNG TRI MANUNGGAL SARI A. Perkembangan Kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari ........ B. Nilai-nilai Kesenian Pek Bung ................................................ 1. Nilai Islam ......................................................................... a. Nilai Aqidah ................................................................ b. Nilai Syariah ............................................................... 2. Nilai Sosial ........................................................................ 3. Nilai Budaya ..................................................................... C. Fungsi Kesenian Pek Bung ..................................................... 1. Fungsi Agama (Islam) ....................................................... 2. Fungsi Ekonomi ................................................................ 3. Fungsi Hiburan .................................................................. 4. Fungsi Sosial .....................................................................
59 65 66 67 68 71 72 75 75 76 77 78
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................. 80 B. Saran ....................................................................................... 83 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 84 LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xv
DAFTAR TABEL
Tabel I
Jumlah Penduduk Gedongsari Berdasarkan Agama ..................... 22
Tabel II
Jumlah Fasilitas Keagamaan Dusun Gedongsari .......................... 24
Tabel III Jumlah Penduduk Gedongsari Berdasarkan Pendidikan ............... 26 Tabel IV Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ....................... 28
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Daftar Informan
Lampiran 2
Foto Dokumentasi
Lampiran 3
Susunan Pengurus Paguyuban Kesenian Pek Bung “Tri Manunggal Sari”
Lampiran 4
Lagu-lagu Kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari
Lampiran 5
Peta Dusun Gedongsari
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia.1 Kebudayaan itu adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.2 Kesenian merupakan bagian dari kebudayaan. Kesenian adalah hasil ekspresi manusia yang mengundang keindahan.3 Kepulauan Indonesia didiami oleh bermacam-macam suku yang telah luluh menjadi satu bangsa, yakni bangsa Indonesia. Di samping keragaman suku, terdapat pula keragaman kebudayaan, adat istiadat, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.4 Ketika manusia masih hidup dalam kelompok-kelompok kecil yang hidup di daerah-daerah pedesaan dan pertanian yang tradisional, kesenian lebih mampunyai fungsi sosial. Juga dalam melakukan berbagai upacara, kesenian memainkan peranan yang penting dan banyak orang dapat ikut serta 1
Soemarno, Ringkasan Sejarah Budaya (Yogyakarta: Mitra Gama Widya, 1987),
hlm. 5. 2
Harsojo, Pengantar Antropologi (Jakarta: Putra A Bardin, 1977), hlm. 92. Soemarno, Ringkasan, hlm. 6. 4 Ibid., hlm. 159. 3
1
2
dalam kesenian itu. Kesenian seperti itu dapat kita sebut kesenian rakyat. Cirinya ialah, bahwa nilai yang terjalin dalam kesenian rakyat itu merupakan refleksi dari cara hidup sehari-hari.5 Kesenian tradisional yang tumbuh sebagai bagian dari kebudayaan masyarakat tradisional di wilayah itu. Dengan demikian ia mengandung sifat-sifat atau ciri-ciri yang khas dari masyarakat petani yang tradisional pula.6 Seni pertunjukan adalah seni yang ditunjukkan oleh pelakunya. Seni pertunjukan meliputi: seni musik, seni tari dan seni teater. Salah satu bentuk seni pertunjukan adalah seni musik. Seni musik, yaitu ungkapan batin yang dinyatakan dengan irama nada yang melodis.7 Musik daerah atau musik tradisional adalah musik yang lahir dan berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia. Ciri khas pada jenis musik ini terletak pada isi lagu dan instrumen (alat musiknya). Musik tradisi memiliki karakteristik yang khas, yakni syair dan melodinya menggunakan bahasa dan gaya daerah setempat.8 Kesenian tradisional yang hidup dan berkembang di Kabupaten Bantul antara lain kethoprak, wayang wong, karawitan, jathilan, reog, sholawatan dan Pek Bung. Semua kesenian tersebut masih ada dan tetap dilestarikan oleh masyarakat pemiliknya. Salah satu kesenian tradisional yang dijadikan objek penelitian ini adalah kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari di Dusun Gedongsari, Wijirejo, Pandak, Bantul.
5
Harsojo, Pengantar, hlm. 233. Umar Kayam, Seni, Tradisi, Masyarakat (Jakarta: Sinar Harapan, 1981), hlm. 60. 7 Suwaji Bastomi, Wawasan Seni (Semarang: IKIP Semarang, 1992), hlm. 42-43. 8 Arya Dani Setyawan, “Strategi Pengelolaan Kesenian Kerakyatan Indonesia Studi Kasus Pada Kesenian Kerakyatan “Pek Bung” Desa Wijirejo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta”, Tesis (Yogyakarta: Institut Seni Indonesia Yogyakarta, 2013), hlm. 15. 6
3
Kesenian Pek Bung adalah salah satu jenis musik tradisional dengan menggunakan alat musik dari bambu dan tembikar. Asal nama kesenian musik Pek Bung berasal dari suara bambu menghasilkan nada yang berbunyi pek dan suara karet ban yang dipasang pada tembikar (klenthing) dan mengeluarkan suara bung. Maka kemudian jenis musik ini disebut dengan nama musik Pek Bung. Kesenian Pek Bung berdiri pada tahun 19479 dengan pendiri pertama yaitu oleh bapak Suratiman yang merupakan salah satu masyarakat asli Wijirejo dari Dusun Pedak.10 Musik ini berjaya pada tahun 1960 sampai dengan 1965. Namun dengan berjalannya waktu serta adanya ketidakstabilan kondisi negara di tahun 1965 karena muncul G30S-PKI, maka berdampak berhentinya kesenian ini. Masuknya Pek Bung ke Dusun Gedongsari bermula dari beberapa pemain/personil dari Dusun Gedongsari berlatih kesenian Pek Bung di Dusun Pedak.11 Setelah dirasa bisa, kemudian Bapak Syawal, Agus Wijanarka dan Ngadwanto menginspirasi untuk mendirikan kesenian Pek Bung di Dusun Gedongsari yang diberi nama Tri Manunggal Sari. Semenjak itulah pertama kali kesenian Pek Bung berkembang di Dusun Gedongsari hingga saat ini. Kesenian tradisional ini mengalami perkembangan alat musik dengan ditambahkan alat musik modern.
9
Nur Iswantara dan Raudal Tanjung Banua, Ragam Seni Pertunjukan Musik Tradisional di Daerah Istimewa Yogyakarta (Yogyakarta: UPTD Taman Budaya, 2013), hlm. 19. 10 Ibid., hlm. 20. 11 Wawancara Bapak Pardiono pada hari Minggu tanggal 25 Oktober 2015, pukul 16.30 WIB.
4
Kesenian Pek Bung adalah suatu dakwah Islam yang disajikan dalam bentuk kesenian. Sajian kesenian ini ditunjukkan dengan lagu-lagu yang diiringi dengan musik yang mengumandangkan dakwah Islam dan sholawat Nabi. Sajian lagu dan musik yang ditampilkan dalam kesenian ini sangat menarik dengan busana yang memikat para penonton untuk menikmati kesenian ini. Kesenian Pek Bung ini sering tampil dalam acara-acara seperti dalam pesta pernikahan, khitanan, merti dusun dan acara pertunjukan lainnya. Adapun kostum yang digunakan kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari, yaitu baju lurik khas Jawa untuk pemain musik dan baju Surjan untuk penyanyi laki-laki, dilengkapi dengan mengenakan celana panjang berwarna hitam yang dibalut dengan jarik sampai paha bagi pemain musik, untuk penyanyi laki-laki dibalut jarik sampai bawah lutut, pada bagian kepala setiap pemain musik dan penyanyi laki-laki memakai blangkon yang menggunakan sliwir panjang di belakang. Sedangkan kostum untuk penyanyi perempuan adalah kebaya dan jarik. Pada prosesi pertunjukannya, sebelum pertunjukan dimulai terlebih dahulu para pemain melakukan do’a bersama yang dipimpin oleh ketua kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari dengan membaca Basmalah kemudian dilanjutkan dengan membaca surat al-Fatihah secara bersama-sama. Dalam pertunjukannya penyanyi menyanyikan lagu keroncong, langgam dan sholawat. Lagu sholawat yang dinyanyikan seperti tombo ati, pepeling, sholawat menggunakan bahasa Arab yang diiringi dengan instrumen musik tradisional dan modern. Dalam lagu yang dinyanyikan, terdapat beberapa
5
pesan-pesan dakwah. Pesan yang diharapkan mampu mempengaruhi segi kognitif para pemain dan penontonnya, terutama dalam hal pengetahuan keagamaan. Dalam prosesinya menggunakan alat musik tradisional dan modern yang berupa klenthing, bas sebul bambu, kentongan, marakas, kodok ngorek, triangle garputala, kendhang klenthing, keyboard serta cuk dan cak, hal ini yang menjadi keunikan tersendiri dari kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari.12 Selain itu terdapat nilai-nilai dan fungsi-fungsi yang terkandung dalam pertunjukan kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari. Nilai-nilainya seperti nilai Islam, nilai sosial, nilai budaya. Sedangkan fungsi-fungsinya seperti fungsi Islam, fungsi ekonomi, fungsi hiburan dan fungsi sosial.
B. Batasan dan Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini dibatasi pada permasalahan tentang hal-hal yang terkait dengan nilai dan fungsi yang terkandung dalam kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari di Dusun Gedongsari. Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana sejarah berdirinya kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari Dusun Gedongsari, Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul? 2. Bagaimana prosesi jalannya pertunjukan kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari Dusun Gedongsari, Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul?
12
Wawancara Bapak Agus pada hari Selasa tanggal 7 Juli 2015, pukul 20.00 WIB.
6
3. Nilai dan fungsi apa saja yang terdapat di dalam pertunjukan kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari Dusun Gedongsari, Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapat gambaran tentang kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari, tetapi secara khusus penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mendeskripsikan sejarah berdirinya kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari Dusun Gedongsari, Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul. 2. Untuk menjelaskan prosesi keseluruhan jalannya pertunjukan dari kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari Dusun Gedongsari, Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul. 3. Untuk mengetahui nilai dan fungsi yang terdapat di dalam pertunjukan kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari Dusun Gedongsari, Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul. Adapun kegunaan penelitian ini adalah: 1. Untuk memberikan inspirasi dan gambaran terhadap hasil-hasil budaya masa lalu yang berkaitan dengan kesenian Pek Bung. 2. Untuk menjadi acuan dalam upaya mengembangkan diri dan pelestarian seni budaya.
7
3. Untuk menambah kepustakaan tentang kesenian yang ada pada masyarakat Indonesia.
D. Tinjauan Pustaka Berikut ini dikemukakan beberapa kajian literatur sebagai bahan atas terciptanya penelitian untuk memperdalam referensi dalam skripsi ini. Tesis yang ditulis oleh Arya Dani Setyawan, mahasiswa Pasca Sarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta, tahun 2013 berjudul “Strategi Pengelolaan Kesenian Kerakyatan Indonesia Studi Kasus pada Kesenian Kerakyatan “Pek Bung” Desa Wijirejo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta”. Dalam penelitian ini membahas tentang sejarah pengelolaan kesenian Pek Bung di Desa Wijirejo, peran pemerintah dalam upaya pelestarian kesenian Pek Bung di Desa Wijirejo, peluang dan hambatan pengelolaan kesenian Pek Bung dan merumuskan strategi dalam pengelolaan Pek Bung di Desa Wijirejo.13 Untuk mencari strategi pada kesenian Pek Bung di Desa Wijirejo disusun dengan analisis SWOT yaitu Strength (kekuatan) yang dimiliki oleh kesenian Pek Bung,14 Weakness (kelemahan) dari kelompok kesenian Pek Bung, Opportunity (peluang) yang dapat dimanfaatkan dan diperoleh dari sisi eksternal kelompok kesenian Pek Bung, Threats (ancaman) yang dihadapi oleh kelompok kesenian Pek Bung.15 Kemudian merumuskan strategi pengelolaan kesenian Pek Bung dengan menggunakan strategi SO, strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran suatu kelompok, yaitu dengan memanfaatkan 13
Arya Dani Setyawan, “Strategi”, hlm. 11. Ibid., hlm. 102. 15 Ibid., hlm. 103. 14
8
seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi SO menggunakan kekuatan internal kelompok untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi ST, strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki kelompok untuk mengatasi ancaman. Strategi ST menggunakan kekuatan internal kelompok untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Strategi WO, strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal. Srategi WT, strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman. Srategi WT bertujuan untuk mengurangi kelemahan internal dengan menghindari ancaman eksternal.16 Penelitian tersebut tidak membahas nilai Islam, nilai sosial, nilai budaya, fungsi Islam, fungsi ekonomi, fungsi hiburan dan fungsi sosial. Penelitian tersebut juga tidak membahas prosesi jalannya pertunjukan kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari. Penelitian tersebut lebih memfokuskan pada strategi pengelolaan pada kesenian Pek Bung di Desa Wijirejo. Bedanya dengan penelitian yang ditulis dalam penelitian ini adalah membahas sejarah berdirinya kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari, prosesi keseluruhan jalannya pertunjukan dari kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari, nilai dan fungsi yang terdapat di dalam pertunjukan kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari yang meliputi nilai Islam, nilai sosial, nilai budaya, fungsi Islam, fungsi ekonomi, fungsi hiburan dan
16
Ibid., hlm. 104.
9
fungsi sosial. Penelitian ini lebih memfokuskan pada nilai dan fungsi pada kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari di Dusun Gedongsari. Skripsi yang ditulis oleh Sripurwanti, mahasiswa Fakultas Seni Pertunjukan jurusan Seni Tari Institut Seni Indonesia Yogyakarta, tahun 1998 berjudul “Fungsi Kesenian Pek Bung Gema Putra bagi Masyarakat Dusun Jakeling, Sidorejo, Lendah, Kulon Progo”. Penelitian ini membahas tentang latar belakang, bentuk penyajian, dan fungsi kesenian Pek Bung Gema Putra.17 Kata Pek Bung dalam kesenian ini berasal dari kata pek yang merupakan hasil bunyi dari suara kendhang dan kata bung berasal dari hasil bunyi klenthing yang bagian atasnya ditutup dengan kulit/lulang.18 Kesenian ini menggunakan alat musik berupa klenthing, kecrek, marakas, seruling, kendhang dan saron.19 Lagu yang dinyanyikan dalam kesenian ini adalah lagu tongkat, lintang gumebyar, jamuran, lumbung desa, ronda, tari sahara, padang bulan, gotong royong dan candrane adikku yang diiringi dengan tari-tarian yang mencerminkan kehidupan sehari-hari.20 Fungsi kesenian ini meliputi fungsi upacara adat, fungsi sosial dan fungsi hiburan. Fungsi hiburan dalam penelitian ini adalah kesenian ini berfungsi untuk memenuhi kebutuhan akan kepuasan batin yaitu sebagai tontonan yang menghibur dan dapat memberikan perasaan tenang dan tentram.21 Fungsi sosialnya adalah sebagai wadah untuk
17
Sripurwanti, ”Fungsi Kesenian Pek Bung Gema Putra bagi Masyarakat Dusun Jakeling, Sidorejo, Lendah, Kulon Progo”, Skripsi (Yogyakarta: Institut Seni Indonesia Yogyakarta, 1998), hlm. 6. 18 Ibid., hlm. 13. 19 Ibid., hlm. 42. 20 Ibid., hlm. 33. 21 Ibid., hlm. 62.
10
memperkuat kerukunan warga dan menumbuhkan sikap gotong royong.22 Bedanya dengan penelitian yang ditulis adalah obyek yang diteliti berbeda. Arti kata Pek Bung yang diteliti berbeda. Dalam penelitian ini kata Pek Bung berasal dari kata pek yaitu hasil bunyi dari suara kentongan dan bung adalah hasil bunyi dari suara klenthing yang bagian atasnya ditutup dengan ban mobil bekas bagian dalam. Alat musik yang digunakan berbeda. Kesenian Pek Bung ini menggunakan alat musik berupa klenthing, marakas, kendhang klenthing, kentongan, kodok ngorek, triangle garputala, bas sebul bambu, keyboard serta cuk dan cak. Lagu yang dinyanyikan berbeda, lagu yang dinyanyikan dalam kesenian Pek Bung ini adalah lagu langgam, keroncong dan sholawat yang tidak diiringi tari-tarian. Penelitian ini membahas tentang fungsi Islam, fungsi ekonomi, fungsi hiburan dan fungsi sosial. Bedanya fungsi hiburan dalam penelitian ini, penonton merasa terhibur karena kesenian ini memperlihatkan keindahan suara vokal dan musik. Adanya perpaduan musik tradisional dan modern ini membuat kesenian ini terlihat menarik dan menghibur penonton. Kesenian ini digunakan sebagai sarana melepas lelah, menghilangkan stress dan bersantai ria. Fungsi sosial dalam penelitian ini juga berbeda karena penelitian ini menjelaskan adanya interaksi antara pemain musik dalam mengompakkan lagu dan musik, interaksi penyanyi dan penonton, interaksi antara penonton dan penonton. Penelitian ini juga membahas tentang nilainilai yang terkandung dalam kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari.
22
Ibid., hlm. 64.
11
Buku yang berjudul Ragam Seni Pertunjukan Tradisional di Daerah Istimewa Yogyakarta yang ditulis oleh Sumaryono, UPTD Taman Budaya Yogyakarta 2012, yang membahas berbagai seni pertunjukan tradisional di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam buku ini dibahas secara singkat tentang aspek-aspek pertunjukan, asal usul, kehidupan dan perkembangan kesenian Pek Bung Laras Wiji Sewu. Namun buku ini tidak membahas tentang kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari. Buku yang berjudul Ragam Seni Pertunjukan Musik Tradisional di Daerah Istimewa Yogyakarta yang ditulis oleh Nur Iswantara dan Raudal Tanjung Banua, UPTD Taman Budaya Yogyakarta 2013, yang membahas berbagai seni pertunjukan musik tradisional di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam buku ini dibahas secara singkat tentang kesenian Pek Bung di Dusun Pedak. Namun buku ini tidak membahas tentang kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari. Hasil-hasil penelitian tersebut di atas berbeda dengan skripsi ini karena disini penulis ingin lebih menekankan pada nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari dan fungsi yang terdapat di dalam pertunjukan kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari. Referensi di atas dapat menambah wawasan penulis dalam melakukan penelitian ini.
E. Landasan Teori Kebudayaan merupakan seluruh sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
12
manusia.23 Kesenian merupakan bagian dari kebudayaan.24 Kesenian adalah hasil karya manusia yang mengandung dan mengungkapkan keindahan serta merupakan ekspresi jiwa dan budaya penciptanya. Meskipun demikian, sebuah karya seni tidak hanya mengandung nilai estetika semata tapi juga harus mengandung nilai-nilai moral. Nilai-nilai moral ini dapat membimbing dan mengarahkan manusia pada kegiatan-kegiatan yang baik. Dengan demikian kesenian dapat dikatakan bahwa di samping menyenangkan kesenian juga memberi kebanggaan bagi para pelaku. Kesenian Pek Bung sebagai salah satu kesenian yang juga merupakan sebuah unsur kebudayaan mengandung nilai dan fungsi yang luhur dalam masyarakat. Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicitacitakan dan dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat.25 Nilai merupakan sesuatu yang dipandang berharga oleh orang atau kelompok orang serta dijadikan acuan tindakan maupun pengarti arah hidup.26 Sedangkan fungsi merupakan kegunaan suatu hal bagi kehidupan suatu masyarakat.27 Teori
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
teori
fungsionalisme yang dikemukakan oleh Bronislow Malinowski yang menyatakan bahwa segala aktivitas kebudayaan yang dilakukan oleh
23
Soemarno, Ringkasan, hlm. 5. Ibid., hlm. 6. 25 Elly M. Setiadi, dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), hlm. 31. 26 Mudji Sutrisno Hendar Putranto, Teori-teori Kebudayaan (Yogyakarta: Kanisius, 2005), hlm. 67. 27 Umi Basiroh, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 245. 24
13
masyarakat sebenarnya mempunyai maksud untuk memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupannya.28 Teori tersebut digunakan untuk menjelaskan nilainilai yang terkandung dalam kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari, untuk mengukuhkan
keberadaan
nilai-nilai
Islam
dalam
masyarakat,
serta
memahami dan mengetahui fungsi kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan antropologi, yaitu pendekatan yang menggunakan nilai-nilai yang mendasari perilaku sosial masyarakat, status dan gaya hidup, sistem kepercayaan yang mendasari pola hidup dan sebagainya.29 Melalui pendekatan ini diharapkan dapat dihasilkan sebuah gambaran tentang kebudayaan masyarakat Dusun Gedongsari mengenai kesenian Pek Bung. Selain itu dapat menghasilkan sebuah penjelasan yang mampu mengungkap gejala-gejala dari suatu peristiwa yang berkaitan erat dengan waktu dan tempat. Kemudian dapat menjelaskan asal-usul dan segi dinamika sosial serta struktur sosial masyarakat. Dalam hal ini, penulis berusaha mempelajari sikap dan perilaku serta prinsip-prinsip kebudayaan masyarakat Dusun Gedongsari mengenai kesenian tradisional Pek Bung yang diperoleh dari observasi di lapangan.
28
Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi I (Jakarta: UI-Press, 1987), hlm.
171. 29
Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992), hlm. 4.
14
F. Metode Penelitian Penelitian merupakan suatu proses yang berawal dari minat untuk mengetahui fenomena tertentu yang selanjutnya menjadi gagasan, teori, konsep, pemilihan metode dan seterusnya, kemudian hasil akhirnya menghasilkan gagasan baru yang merupakan proses tiada hentinya.30 Oleh karena itu tujuan umum dalam penelitian adalah untuk memecahkan masalah, maka langkah-langkah yang harus ditempuh harus relefan dengan masalah yang telah dirumuskan.31 Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dan penelitian kepustakaan (library research) yang bersifat kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode budaya. Untuk sampai kepada tujuan penelitian, maka diperlukan seperangkat metode kerja yang komprehensif dan sistematis. Adapun tahapan-tahapan penelitian yang telah dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Observasi (Pengamatan) Metode observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara
30
Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi, Metode Penelitian Survey (Jakarta: LP3ES, 1989), hlm. 12. 31 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Daerah Istimewa Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1995), hlm. 61.
15
langsung.32 Metode observasi digunakan untuk mendapat gambaran umum tentang budaya kesenian Pek Bung. Di samping itu, metode observasi merupakan langkah yang baik untuk berinteraksi dengan masyarakat yang berkaitan dengan penelitian ini. Peneliti melihat secara langsung prosesi kesenian Pek Bung yang ada di Dusun Gedongsari. Peneliti mencatat peristiwa yang terjadi di lapangan dengan melihat hal-hal yang ada dalam setiap prosesi tersebut. Adapun yang menjadi obyek pengamatan ialah prosesi acara, perlengkapan dalam kesenian Pek Bung dan kegiatan masyarakat Dusun Gedongsari. Hal ini membantu dan mempermudah peneliti dalam membuat hasil penelitian. b. Interview (wawancara) Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara.33 Wawancara ini dilakukan oleh peneliti dengan pihak-pihak yang memiliki relevansi atau memiliki pengetahuan tentang kesenian Pek Bung seperti tokoh masyarakat, kepala desa, ketua paguyuban kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari serta elemen masyarakat lainnya.
32
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 93-94. 33 H. M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta, Kencana, 2007), hlm. 108.
16
c. Dokumentasi Dokumentasi adalah menganalisis data atau fakta yang disusun secara logis dari sejumlah bahan, baik tertulis maupun tidak tertulis yang memberikan informasi-informasi tertentu.34 Metode ini digunakan untuk memperoleh dan mengumpulkan data tertulis baik bersifat teoritik maupu faktual yang ada hubungannya dengan kesenian Pek Bung ini. Dokumentasi ini sangat penting karena bertujuan untuk memperoleh data tertulis maupun data tidak tertulis. Data tertulis diambil dari media cetak koran, majalah dan sebagainya. Sedangkan data yang tidak tertulis diambil dari pengambilan gambar atau foto ketika kesenian Pek Bung itu dilaksanakan. 2. Analisis Data Setelah data penelitian terkumpul, peneliti menyeleksi dan mengubah data mentah yang berasal dari catatan lapangan, kemudian memilah-milah data yang relevan dan melakukan analisis data terhadap data yang telah didapatkan. Analisis itu sendiri berarti menguraikan atau memisah-misahkan, maka menganalisis data berarti menguraikan data, sehingga berdasarkan data itu pada gilirannya dapat ditarik kesimpulan.35 3. Penulisan Laporan Penelitian Laporan ini merupakan tahap terakhir dari seluruh proses penelitian. Laporan penulisan dilakukan dengan memperhatikan aspek
34
Dudung Abdurahman, Pengantar Metode Penelitian (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2003), hlm. 12. 35 Ibid., hlm. 65.
17
kronologis berdasarkan pada kerangka penelitian dan perkembangan objek penelitian.
G. Sistematika Pembahasan Untuk
mempermudah
pembahasan
dalam
skripsi
ini,
maka
sistematika pembahasan disusun sebagai berikut: Bab pertama, yaitu pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Bab ini merupakan kerangka dasar pemikiran dan kemudian menjadi pijakan dalam penelitian dengan objek kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari. Bab kedua, menguraikan tentang gambaran umum Dusun Gedongsari, Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul yang meliputi letak dan kondisi geografis, kondisi keagamaan, pendidikan, ekonomi dan sosial budayanya. Pembahasan ini dimaksudkan memberikan gambaran mengenai kondisi daerah dan kehidupan masyarakat Gedongsari. Bab ketiga, membahas tentang deskripsi kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari. Bahasan dalam bab ini menyangkut sejarah dan prosesi kesenian Pek Bung. Uraian bab ini menjelaskan secara lebih rinci dan mendalam tentang kesenian Pek Bung sebagai pengantar untuk mengungkap nilai dan fungsi dalam kesenian tersebut. Bab keempat, menjelaskan tentang perkembangan, nilai-nilai dan fungsi-fungsi dalam kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari Dusun
18
Gedongsari, Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul. Maksud dari pembahasan ini adalah untuk mengetahui perkembangan kesenian Pek Bung, nilai dan fungsi yang terkandung dalam kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari Dusun Gedongsari, Desa Wijirejo tersebut. Bab kelima, merupakan bab penutup dari hasil penelitian ini, terdiri atas kesimpulan yang berisi jawaban dari rumusan masalah dan saran yang berkaitan dengan penelitian ini.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari Dusun Gedongsari, Desa Wijirejo, berdiri pada tanggal 28 Desember 2009. Masuknya Pek Bung ke Dusun Gedongsari bermula dari beberapa pemain/personil dari Dusun Gedongsari berlatih kesenian Pek Bung di Dusun Pedak, Desa Wijirejo. Setelah dirasa bisa, kemudian Bapak Syawal, Agus Wijanarka dan Ngadwanto menginspirasi untuk mendirikan kesenian Pek Bung di Dusun Gedongsari. Mereka bersepakat untuk membuat dan membeli alat-alat kesenian Pek Bung dengan mengadakan iuran dari para warga yang tertarik untuk mengikuti kesenian Pek Bung. Setelah iuran awal sebagai modal terkumpul, mereka lalu membuat dan membelikan alat musik. Beberapa warga Dusun Gedongsari kemudian diajak untuk latihan kesenian Pek Bung. Lalu tokoh-tokoh tersebut mengadakan rapat bersama beberapa warga Dusun Gedongsari untuk mendirikan perkumpulan kesenian Pek Bung di Dusun Gedongsari yang diberi nama Tri Manunggal Sari. Prosesi jalannya pertunjukan diawali dengan berdo’a terlebih dahulu dengan membaca Basmalah, dan surat al-Fatihah demi kelancaran acara. Kemudian para pemain memasuki arena pertunjukan, acara pertunjukan diawali dengan memainkan musik tanpa diiringi lagu-lagu sebanyak dua kali.
80
81
Kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan lagu salam pembukaan yang berjudul
salam
bahagia
yang
mempunyai
maksud
memberi
salam
penghormatan kepada para hadirin. Selanjutnya menyanyikan lagu langgam, keroncong dan sholawat yang diiringi alat musik seperti kentongan, bas sebul bambu, kodok ngorek, klenthing, marakas, triangle garputala, keyboard, kendhang klenthing serta cuk dan cak. Kostum yang dipakai yaitu baju lurik khas Jawa untuk pemain musik dan baju Surjan untuk penyanyi laki-laki, dilengkapi dengan mengenakan celana panjang berwarna hitam yang dibalut dengan jarik sampai paha, untuk penyanyi laki-laki dibalut jarik sampai bawah lutut, pada bagian kepala setiap pemain musik dan penyanyi laki-laki memakai blangkon yang menggunakan sliwir panjang di belakang. Sedangkan untuk penyanyi perempuan adalah kebaya dan jarik. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya adalah: a. Nilai Islam yang terkandung di dalamnya yaitu sebelum pertunjukan, diawali dengan membaca Basmalah dan surat al-Fatihah secara bersamasama. Syair-syair yang dinyanyikan kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari memiliki pesan-pesan yang mengajak untuk bertakwa dan beribadah. b. Nilai sosialnya yaitu terjadinya kerja sama para pemain dalam mengompakkan aba-aba ketika memainkan alat musik dengan lagu yang dinyanyikan saat pertunjukan dan juga interaksi antara penyanyi dengan penonton. Terjalinnya tali persaudaraan, kebersamaan dan juga sebagai wahana silaturahmi bagi pelaku seni dan masyarakat.
82
c. Nilai budayanya yaitu unsur-unsur kesenian yang terdapat di dalam kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari, seperti lagu yang menggunakan bahasa Jawa, kostum yang menggunakan baju adat Jawa berupa baju Surjan, blangkon dan lain-lain serta memiliki alat musik gamelan yaitu kendhang, maka kesenian tersebut yang termasuk dalam unsur-unsur budaya Jawa. Selain itu adanya semangat keinginan untuk terus melestarikan budaya di daerah Gedongsari. Sedangkan fungsi-fungsinya adalah: a. Fungsi Islam yaitu Kesenian Pek Bung dalam pementasannya membawa misi dakwah agama Islam, yaitu melalui syair atau lagu-lagunya yang banyak mengandung ajakan untuk bertakwa, beribadah dan juga hal-hal positif lainnya. b. Fungsi
ekonomi
yaitu
adanya
pertunjukan
kesenian
Pek
Bung
dimanfaatkan oleh para pedagang makanan, minuman dan mainan untuk menambah penghasilannya karena banyaknya penonton yang menyaksikan pertunjukan. c. Fungsi hiburan yaitu warga masyarakat merasa terhibur karena kesenian Pek Bung memperlihatkan keindahan suara dan alunan musik, semangat, kekompakan antara para pemain musik dan pembawa lagu dapat bersatu dalam satu irama pertunjukan, masyarakat berkumpul menjadi satu, tertawa, dan menyanyi. d. Fungsi sosial yaitu terjadinya komunikasi antara pemain musik dalam mengompakkan lagu dengan musik dan interaksi penyanyi dengan
83
penonton. Interaksi juga terjadi antara warga masyarakat yaitu melalui komunikasi dengan saling berbincang-bincang satu sama lain. B. Saran Kesenian Pek Bung merupakan warisan budaya leluhur yang mempunyai nilai tinggi. Kesenian Pek Bung harus terus dijaga, dilestarikan dan dipelihara keberadaannya. Untuk itu perlu diadakan kajian yang lebih lanjut lagi, agar dapat dihayati nilai-nilai luhurnya. Bagi masyarakat umum, diharapkan untuk lebih dapat memberikan aspirasi yang positif kepada kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari. Kepada penulis berikutnya, diharapkan lebih mendalami tentang kebudayaan dan kesenian, karena dengan penelitian akan mengenalkan kepada masyarakat luas untuk lebih mengenalkan budaya dan kesenian tradisional.
DAFTAR PUSTAKA
Buku dan Skripsi Abdurahman, Dudung, Pengantar Metode Penelitian, Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2003. Ali, Mohammad Daud, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004. Basiroh, Umi. dkk., Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2005. Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Bastomi, Suwaji, Wawasan Seni, Semarang: IKIP Semarang, 1992. Bungin, H. M. Burhan, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana, 2007. Darmawan, Andy, dkk, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005. Gazalba, Sidi, Islam dan Kesenian, Relevansi Islam Dengan Seni Budaya Karya Manusia, Jakarta: Al Husna, 1988. Hakim, Thursan, Teknik Tercepat Belajar Bermain Keyboard, Depok: Kawan Pustaka, 2006. Harmunah, Musik Keroncong, Sejarah, Gaya dan Perkembangan, Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi, 1987. Harsojo, Pengantar Antropologi, Jakarta: Putra A Bardin, 1977. INDONESIA, Tata Kelakuan Di Lingkungan Keluarga dan Masyarakat Daerah Jawa Tengah, Jakarta: Dirjen Kebudayaan Depdikbud, 1989. Iswantara, Nur dan Raudal Tanjung Banua, Ragam Seni Pertunjukan Musik Tradisional di Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta: UPTD Taman Budaya, 2013.
84
85
Kartodirjo, Sartono, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992. Kayam, Umar, Seni, Tradisi, Masyarakat. Jakarta: Sinar Harapan, 1981. Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta, 1980. Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi I, Jakarta: UI-Press, 1987. Lesar, Carry, Belajar Praktis Bermain Keyboard, Bandung: Nuansa Aulia, 2006. Maududi, Abu A’la, Dasar-Dasar Islam, terj. Achsin Mohammad, Bandung: Pustaka, 1984. Mukodi, Pendidikan Islam Terpadu Reformulasi Pendidikan di Era Global, Yogyakarta: Aura Pustaka, 2011. Med., Victor Ganap, Pengantar Kearah Apresiasi, Yogyakarta: Depdikbud, 1986. Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Daerah Istimewa Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1995. Nottingham, Elizabeth K., Agama dan Masyarakat: Suatu Pengantar Sosial Agama, terj. Abdul Muis Naharong, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993. Padmadarmaya, Pramana, Tata dan Teknik Pentas, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1983. Putranto, Mudji Sutrisno Hendar, Teori-teori Kebudayaan, Yogyakarta: Kanisius, 2005. Sedyawati, Edy, Sejarah Kebudayaan Jawa, Jakarta: Manggala Bhakti, 1993. Setiadi, Elly M. dkk., Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007. Setyawan, Arya Dani, ”Strategi Pengelolaan Kesenian Kerakyatan Indonesia Studi Kasus Pada Kesenian Kerakyatan “Pek Bung” Desa Wijirejo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta”, Tesis, Yogyakarta: Institut Seni Indonesia Yogyakarta, 2013. Singarimbun, Masri dan Sofyan Efendi, Metode Penelitian Survey, Jakarta: LP3ES, 1989.
86
Soedarsosno, Seni Pertunjukan Dari Perspektif Politik, Sosial dan Ekonomi, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2003. Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali, 1982. Soemarno, Ringkasan Sejarah Budaya, Yogyakarta: Mitra Gama Widya, 1987. Sripurwanti, ”Fungsi Kesenian Pek Bung Gema Putra bagi Masyarakat Dusun Jakeling, Sidorejo, Lendah, Kulon Progo”, Skripsi, Yogyakarta: Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Sumaryono, Ragam Seni Pertunjukan Tradisional di Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta: UPTD Taman Budaya, 2012. Suratmin dkk, Bentuk-Bentuk Peralatan Hiburan dan Kesenian Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990. Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke III, Jakarta: Balai Pustaka, 2007. Yudoyono, Bambang, Gamelan Jawa: Awal Mula, Makna dan Masa Depannya, cet. 1, Jakarta: PT. Karya Uni Press, 1984. Yunus.et al, Ahmad, Ensiklopedi Musik Indonesia, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1986. Yusuf, Mundzirin, dkk., Islam dan Budaya Lokal, Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005.
Internet: https://bravijaya.wordpress.com/kawruhjawa/cipta-rasa-karsa/ https://anas-elzakky.blogspot.co.id/2008/01/filosofi-blangkon/ https://ngajisyahadat.blogspot.co.id/2012/12/asyhadu-alla-ilahailallah-wa-asydau/
Lampiran 1 DAFTAR INFORMAN
No. Nama
Umur Jabatan/ Status (Tahun) 41 Ketua kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari 57 Anggota kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari (bagian musik) 69 Anggota kesenian (bagian musik)
1.
Agus Wijanarka
2.
Syawal
3.
Margono
4.
Istrimomukti
48
5.
Sutiman
60
6.
Siyam
56
7.
Pardiono
59
Alamat
Gedongsari, Wijirejo, Pandak, Bantul Gedongsari, Wijirejo, Pandak, Bantul Gedongsari, Wijirejo, Pandak, Bantul Anggota kesenian Gedongsari, (bagian penyanyi) Wijirejo, Pandak, Bantul Masyarakat/warga Gedongsari, sekaligus penikmat Wijirejo, Pandak, Bantul Kadus Dusun Gedongsari, Gedongsari Wijirejo, Pandak, Bantul Pembina kesenian Pek Pedak, Wijirejo, Bung Laras Wiji Sewu Pandak, Bantul
Lampiran 2 FOTO DOKUMENTASI
Gambar 1. Klenthing
Gambar 2. Kendhang klenthing (kiri), klenthing (kanan)
Gambar 3. Kendhang (kanan)
Gambar 4. Kodok ngorek
Gambar 5. Marakas
Gambar 6. Triangle garputala
Gambar 7. Kentongan kerep
Gambar 8. Kentongan arang (atas), kentongan imbal I (kiri), kentongan imbal II (kanan)
Gambar 9. Bas sebul bambu
Gambar 11. Keyboard (Sumber: Internet)
Gambar 10. cak (kiri), cuk (kanan) (Sumber: Internet)
Gambar 12. Latihan kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari
Gambar 13. Pertunjukan kesenian Pek Bung Tri Manunggal Sari
Gambar 14. Penyanyi dan penonton menyanyi bersama
Gambar 15. Interaksi antara para pemain musik
Lampiran 3
SUSUNAN PENGURUS PAGUYUBAN KESENIAN PEK BUNG “TRI MANUNGGAL SARI” GEDONGSARI RT 04 RW 19 WIJIREJO PANDAK BANTUL 55761
Pelindung
1. Lurah Desa Wijirejo 2. Dukuh Gedongsari
Pembina
1. 2. 3. 4.
Ketua
1. Agus Wijanarka 2. Wardilah
Sekretaris
1. Sri Lestari 2. Suroyo
Bendahara
1. Sudarmi 2. Mujiyono Ciptomuhdiharjo
Mardi Yuwana Ketua RW 19 Wijirejo Ketua RT 03 Gedongsari Ketua RT 04 Gedongsari
Seksi-Seksi Seksi Latihan
1. Syawal Margo Kariyono 2. Paitono Mugi Wartono 3. Supiyati
Seksi Pengembangan
1. Dwi Sujadmi 2. Tumiran
Seksi Sarana Prasarana / Inventaris
1. Rejo Suwito 2. Mardi Utomo 3. Boniran
Seksi Humas
1. Suroto 2. Sukijo 3. Sunardi 4. Mariyanto
Lampiran 4 LAGU-LAGU KESENIAN PEK BUNG TRI MANUNGGAL SARI SALAM BAHAGIA Salam dan bahagia Di Bhineka Tunggal Ika Kotanya tanah air Indah semua sekalian Oooohhh… Dan kami, kami menghaturkan Bila ada kesalahan kami Mohon maaf semuanya Oooohhh… Kami menyanyi dengan gembira Dan dipandu oleh orkes Pek Bung Tri Manunggal Sari namanya JENANG GULO Jenang gulo kowe ojo lali Marang aku iki cah ayu Nalikane nandang susah Sopo sing ngancani Dhek semono aku tetep tresno Lan tetep setyo cah ayu During nate gawe gelo Lan gawe kuciwo Ning saiki bareng mukti Kowe kok njur malah lali marang aku Sthik-sithik mesti nesu Terus ngajak padu jo ngono ojo ngono Opo kowe pancen ra kelingan Jamane dhek biyen cah ayu Nate janji bungah susah Podho dilakoni DINDA BESTARI Hati tenang melamun Oh dinda juwitaku Ingat beta riwayat yang dulu Waktu beta bertemu
Hati rindu berduri Sayang tidak tersampai Retak patah jiwa tak bernyali Ingat dinda bestari Maafkan dindaku Beta lama tak bersua Karna sedang membela negara Yang terserang bahaya Do’a puji juwita Ku harapkan bersama Sampaikanlah dindaku segera Untuk medan taruna SHOLAWAT NABI Allahumma sholli wa sallim ‘ala, Sayyidina wa Maulana Muhammadin ‘Adada ma fi’ilmillahi sholatan, Daimatan bidawami mulkillahi TAMBA ATI Tamba ati iku lima sak wernane, Kaping pisan maca qur’an lan maknane Kaping pindo shalat wengi lakonana, Kaping telu wong kang sholeh kumpulana Kaping papat kudu weteng ingkang luwe, Kaping lima zikir wengi ingkang suwe Salah sawijine, sapa bisa ngelakoni, Mugi mugi gusti allah ngijabahi PEPELING Wis wancine tansah dielingake Wis wancine podo nindaake Adzan wus kumandhang wayahe sembahyang Netepi wajib dawuhe pangeran Sholat dadi cagak ing agomo Limang wektu kudu tansah dijogo Kanthi istiqomah lan sing tumakninah Luwih sampurno yen berjama’ah Subuh Luhur lan ‘Asar Sholat sayekti ngadohke tindak mungkar Maghrib lan ‘Isya’ jangkepe Prayogane ditambah sholat sunate Jo sembrono iku printah agomo
Ngelingono neng ndonya mung sedelo Sabar lan tawakal pasrah sing kuoso Yen kepengin mbesok munggah suargo LUNGITING ASMORO Seprene nggonku ngenteni janji Iki prasetyaning ati Kadung tresno ning sliramu dhuh cah bagus Ra eling dino lan wektu Neng ati katon ra biso ilang Soyo suwe soyo ra karuan Snadyan mung tansah anggadhang Aku samar yen sliramu ra kelingan Wong bagus tak anti-anti Jo pijer semoyo wae Aku tresno karo kowe Tegane atimu soyo gawe loro iku ra prayogo Aku ora bakal mundur Aku ora bakal mlayu Yen durung nyanding sliramu Ukuraning tresno dudu bondho Nanging lungiting asmoro GETHUK Sore-sore padang bulan Ayo konco podo dolanan Rene-rene bebarengan Rame-rame e..do gegojegan Kae-kae rembulane Yen disawang kok ngawe-awe Koyo-koyo ngelingake Konco kabeh ojo turu sore-sore Gethuk, asale soko telo Moto ngantuk, iku tambane opo? Ach ach..halah gethuk asale soko telo Yen ra petuk atine rodo gelo Jo ngono mas Ojo-ojo ngono Kadung janji mas Aku mengko gelo
CAPING GUNUNG Dhek jaman berjuang Njur kelingan anak lanang Mbiyen tak openi Ning saiki ono ngendi Jarene wis menang Keturutan sing digadhang Mbiyen ninggal janji Ning saiki opo lali Neng nggunung Tak cadhongi sego jagung Yen mendhung Tak silihi caping nggunung Sukur biso nyawang Nggunung deso dadi rejo Bene ora ilang Nggone podho loro lopo BENGAWAN SOLO
Bengawan Solo… Riwayatmu ini Sedari dulu jadi… Perhatian insani Musim kemarau… Tak s’brapa airmu Di musim hujan air… Meluap sampai jauh Mata airmu dari Solo Terkurung gunung seribu Air meluap sampai jauh Akhirnya ke laut Itu perahu… Riwayatmu dulu Kaum pedagang Naik itu perahu MAWAR BIRU Tumetesing waspaku Ora tega rasaning atiku Ninggalake…sliramu Priya idhamanku Tansah katon esemmu Ngawe-awe rasaning atiku
Ngelingake… Nalika bareng mlaku-mlaku Ora nyana ora ngira, yen ngene dadine Aku kudu melu, Ndherek’ake rama lan ibuku Mulih nyang ndesaku Wekasan mung welingku Aku nitip kembang mawar biru Openana minangka Tandha katresnanku SELENDANG SUTERA Selendang putera Tanda mata darimu Telah kuterima Sebulan yang lalu Selendang sutera Mulai di saat itu Turut serentak Di dalam baktimu Ketika lenganku Terluka para Selendang suteramu Turut berjasa Selendang sutera Kini pembalut luka Cabik semata Tercapai tujuannya TIWUL GUNUNGKIDUL Tak pikir kowe wis lali mas, Karo aku cah gunung kidul.. Iling iling panggonane dhuwur, Tlalah ngayogja sak wetan bantul.. Sing kondhang dik gaplek lan thiwul, Watu lintang opo watu dapur.. Babagan seni ojo maido, Akeh sing kondhang akeh sing misuwur.. Krakal baron lan kukup, Iku kabeh papan wisoto dhik.. Sadeng opo wediombo, Cekak’e ora bakal kuciwo.. Sinden mas ketoprak’e E e campursari gunung gunung kidul..
Thiwul mas gunung kidul, Sing pasti ulen aku ora ngibul.. SAMBEL KEMANGI Enake jangan asem kecut Sambele kemangi Mangane bubar nyambut gawe Nadyan lawuh tempe neng sehat awake Segere ngombe banyu kendi Rokok nglinting dewe Nadyan mung manggon ono ndeso Nyatane ayem tentrem kumpul sak keluwargo Aku nrimo watone pokok seger waras Kayaku lumpukno kanggo ngragati sawah Ugo tuku bibit lan rabuk’e Mangan sakbendinane sego sambel kemangi Enak opo wong urip ono ing alam dunyo Yen wegah rekoso urip ora biso mulyo Kudangane romo lan ibune Sregepo nyambut gawe ojo lali gustine ENGGAL BALI Wis mestine nasibku, Aku ditinggal bojoku Awan bengi, mung tansah kelingan Turu ijen pikiranku melayang Arep mangan ora doyan Arep turu tansah klisikan Gawang-gawang esemu sayang Nggonku mikir, nganti koyo wong edan Mas, ning endi pindahmu Ning ngendi papanmu Kok ora kirim warto Opo wis keno godha Mas, enggal ndang balio Aku sing ning ndeso Tansah kangen sliramu Tansah nunggu tekamu PRAHU LAYAR Yo konco ning nggisik gembiro Alerap lerap banyune segoro
Angliyak numpak prau layar Ing dino minggu keh pariwisoto Galo praune wis nengah Byak byuk byak banyu binelah Ora jemu jemu karo mesem ngguyu Ngilangake roso lungkrah lesu Adik njawil mas, jebul wis sore Witing kalopo katon ngawe awe Prayogane becik balik wae Dene sesuk esuk Tumandang nyambut gawe GAMBANG SULING Gambang suling, Kumandhang suarane Thulat thulit kepenak unine Uuu…uuu…uuu…uuu…unine mung Nrenyuhake baa…reng Lan kentrung ke…tipung suling Sigrak kendhangane OJO DIPLEROKI P: Mas mas mas ojo dipleroki Mas mas mas ojo dipoyoki Karepku njaluk di esemi L: Tingkah lakumu kudu ngerti coro Ojo ditinggal kapribaden ketimuran P: Mengko gek keri ing jaman L: Mbokyo sing eling P: Eling bab opo L: Iku budoyo P: Pancene bener kandamu
Lampiran 5 PETA DUSUN GEDONGSARI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri Nama Tempat, Tanggal Lahir Nama Ayah Nama Ibu Asal Sekolah Alamat E-mail No. HP
: Sulikah : Bantul, 30 Oktober 1991 : Sukirno : Saminem : SMA N 3 Bantul : Jogonandan, Triwidadi, Pajangan, Bantul :
[email protected] : 085643646146
B. Riwayat Pendidikan 1. Taman Kanak-kanak PKK 73 2. SD N Manukan 3. SMP N 1 Pajangan 4. SMA N 3 Bantul 5. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
tahun lulus 1998. tahun lulus 2004. tahun lulus 2007. tahun lulus 2010. tahun lulus 2016.
C. Pengalaman Organisasi 1. PMR unit 13 Bantul SMA N 3 Bantul Tahun 2008-2009. 2. Komunitas Mahasiswa Sejarah Tahun 2012-2013. 3. Komunitas Mahasiswa Bantul Tahun 2013. 4. Sekretaris dan Bendahara Karang Taruna Jati Sumunar Tahun 2008-2010.
Yogyakarta, 14 Desember 2015
Sulikah