PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS MAHASISWA PBSI UNIVERSITAS SANATA DHARMA ANGKATAN 2014
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh : Fendi Eko Prabowo 111224075
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTO
Tak Ada yang Perlu Kau Kalahkan Kecuali Dirimu Sendiri. (Archer-Fate Stay Night) Jika Kamu Takut Membuat Dirimu Berisiko, maka Kamu Takkan Mampu Menciptakan Masa Depan untuk Dirimu. (Luffy-One Piece)
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada orang tua dan keluargaku.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 26 Februari 2016 Penulis,
Fendi Eko Prabowo
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama
: Fendi Eko Prabowo
Nomor Mahasiswa
: 111224075
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: “KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS MAHASISWA PBSI UNIVERSITAS SANATA DHARMA ANGKATAN 2014” Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan, dalam bentuk media lain, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 26 februari 2016
Yang menyatakan,
Fendi Eko Prabowo
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK Prabowo, Fendi Eko.2016. Kesantunan Berbahasa dalam Kegiatan Diskusi Kelas Mahasiswa PBSI Universitas Sanata Dharma Angkatan 2014. Skirpsi.Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian ini membahas tentang kesantunan berbahasa di ranah pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk tuturan yang santun dan tidak santun berdasarkan prinsip kesantunan berbahasa, serta mendeskripsikan penanda kesantunan berbahasa mahasiswa PBSI Universitas Sanata Dharma angkatan 2014 dalam kegiatan diskusi kelas. Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif, karena penelitian ini berisi gambaran kesantunan berbahasa mahasiswa dalam kegiatan diskusi kelas yang diperoleh langsung di prodi PBSI Universitas Sanata Dharma angkatan 2014. Data diambil selama bulan Februari dan Maret tahun 2015. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik rekam dan catat. Data kemudian diidentifikasi dan dianalisis menggunakan prinsip kesantunan dari kaidah kesantunan Leech dan strategi kesantunan Brown dan Levinson. Peneliti menemukan bentuk tuturan yang santun dan tidak santun dalam diskusi kelas mahasiswa PBSI angkatan 2014 berdasarkan prinsip kesantunan. Bentuk tuturan santun adalah tuturan yang mematuhi prinsip kesantunan, yakni 22 pematuhan terhadap maksim Leech, dengan rincian 8 tuturan pada maksim kebijaksanaan, 5 tuturan pada maksim kedermawanan, 6 tuturan pada maksim pujian dan 3 tuturan pada maksim kesepakatan, dalam setiap pematuhan tersebut juga telah mematuhi strategi kesantunan Brown dan Levinson, dengan 21 tuturan mematuhi kesantunan positif dan 1 tuturan kesantunan negatif. Bentuk tuturan yang tidak santun adalah tuturan yang melanggar prinsip kesantunan, yakni 48 pelanggaran terhadap maksim Leech, dengan rincian 11 tuturan pada maksim kebijaksanaan, 9 tuturan pada maksim kedermawanan, 11 tuturan pada maksim pujian, 4 tuturan pada maksim kerendahan hati, 5 tuturan pada maksim kesepakatan dan 8 tuturan pada maksim kesimpatisan, dalam setiap pelanggaran tersebut juga terjadi pelanggaran terhadap strategi kesantunan Brown dan Levinson, strategi yang dilanggar adalah strategi kesantunan positif. Dari tuturan yang telah dianalisis, peneliti menemukan bentuk-bentuk tuturan yang santun dan tidak santun kemudian menemukan penanda kesantunan berbahasa dalam kegiatan diskusi kelas mahasiswa PBSI angkatan 2014.
Kata kunci: kesantunan berbahasa, prinsip kesantunan berbahasa, bentuk tuturan santun, bentuk tuturan tidak santun, penanda kesantunan berbahasa
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Prabowo, Fendi Eko. 2016. Language Politeness in Class Discussions of the PBSI Students of Sanata Dharma University, Class of 2014. Thesis.Yogyakarta. Indonesian Language and Literature Education Study Program,teachers‟ Training and Education Faculty, Sanata Dharma University, Yogyakarta. This research discussed language politeness in the realm of learning. This research was aimed to describe polite speeches an impolite speeches based on language politeness principles and to describe language politeness markers of PBSI students of Sanata Dharma University class of 2014 in class discussions. The research was a descriptive qualitative research because this research was a description of students‟ language politeness in class discussions taken directly in PBSI study program of Sanata Dharma University, class of 2014. The data were collected in February and March 2015. The research data were collected using recording and note-taking techniques. The recording technique was used to rewrite an object in the forms of speeches produced in class discussions. The notetaking technique was used to minimize the loss of data. Then, the data were identified and analyzed using Leech‟s rules of politeness and Brown and Levinson‟s politeness strategy. The researcher found some polite and impolite speeches in class discussions of the PBSI students, class of 2014 based on the language politeness principles. Polite speeches were speeches that met the politeness principles, i.e. 22 adherences to the maxims of Leech, consisting of 8 speeches to the maxim of wisdom, 5 speeches to the maxim of generosity, 6 speeches to the maxim of compliment, and 3 speeches to the maxim of agreement. Each adherence was in accordance with the Brown and Levinson‟s politeness strategy in which 21 speeches were in positive politeness and 1 speech was in negative politeness. Impolite speeches were speeches that did not meet the politeness principles, i.e. 48 misuses to the maxim of Leech consisting of 11 speeches to the maxim of wisdom, 9 speeches to the maxim of generosity, 11 speeches to the maxim of compliment, 4 speeches to the maxim of humility, 5 speeches to the maxim of agreement, and 8 speeches to the maxim of sympathy. Each misuse was in accordance with the misuse of the Brown and Levinson‟s politeness strategy, in which the strategy broken was the strategy of positive politeness. From the analyzed speeches, the researcher found kinds of polite speeches and impolite speeches and then found the language politeness markers in PBSI students‟ class discussions, class of 2014. Keywords: language politeness, language politeness principles, kinds of polite speeches, kinds of impolite speeches, language politeness markers.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rakmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kesantunan Berbahasa dalam Kegiatan Diskusi Kelas Mahasiswa PBSI Universitas Sanata Dharma Angkatan 2014”. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan lancar. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang selama ini memberikan bantuan, bimbingan, nasihat, motivasi, dorongan, dukungan doa, dan kerja sama yang tidak ternilai harganya dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rohandi, Ph.D., selaku dekan FKIP Universitas Sana Dharma Yogyakarta. 2. Dr. Yuliana Setiyaningsih selaku Kaprodi PBSI yang telah memberikan motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi. 3. Prof Dr. Pranowo, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah mengorbankan waktu, pikiran, tenaga, kesabaran, dan motivasi selama membimbing penulis. 4. Seluruh dosen PBSI yang telah memberikan banyak ilmu penegtahuan dan wawasan kepada penulis selama belajar di Prodi PBSI, sehingga penulis memiliki bekal menjadi pengajar yang cerdas, humanis, dan professional. 5. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah menyediakan bukubuku sebagai penunjang penulis menyelesaikan skripsi. 6. Karyawan sekretariat PBSI yang telah membantu penulis dalam hal meneyelesaikan skripsi.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Orang tua saya, Bapak Tohar dan Ibu Sugiyanti yang telah memberikan doa, semangat, dan memotivasi penulis dari awal hingga akhir penulisan skripsi. 8. Sahabat-sahabatku, Wahyu Krisna, Petrus Danang, Yunus Bayu, Andi Marwanto yang telah memberikan motivasi, semangat, dan kerjasamanya. 9. Teman-teman PBSI angkatan 2011 yang banyak memberikan masukan, informasi, serta dukungan kepada penulis. 10. Semua pihak yang telah membantu penulis sampai menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Karena itu, saran dan kritik sangat diharapkan bagi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat menjadi kajian yang bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.
Yogyakarta, 26 Februari 2016 Penulis,
Fendi Eko Prabowo
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
iv
MOTO ...............................................................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..........................................................
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ....................................... vii ABSTRAK ........................................................................................................ viii ABSTRACT .......................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR ......................................................................................
x
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................
1
1.1
Latar Belakang ......................................................................................
1
1.2
Rumusan Masalah .................................................................................
5
1.3
Tujuan Penelitian ..................................................................................
5
1.4
Ruang Lingkup......................................................................................
5
1.5
Manfaat Penelitian ................................................................................
6
1.6
Batasan Istilah .......................................................................................
7
1.7
Sistematika Penyajian ...........................................................................
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................
9
2.1
Penelitian yang Relevan ........................................................................
2.2
Kajian Teoretis
9
2.2.1 Kesantunan Berbahasa ................................................................. 10 2.2.1.1 Pragmatik ........................................................................ 10 2.2.1.1.1 Konteks ............................................................ 12
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.2.1.1.2 Tindak Tutur .................................................... 15 2.2.1.1.3 Kaidah Kesantunan Berbahasa ........................ 22 1. Grice ............................................................. 23 2. Brown dan Levinson .................................... 27 3. Geoffrey Leech ............................................ 31 2.2.1.2 Diskusi ............................................................................ 42 2.3
Kerangka Berfikir ................................................................................. 47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 49 3.1
Jenis Penelitian...................................................................................... 49
3.2
Sumber Data dan Data Penelitian ......................................................... 50
3.3
Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 50
3.4
Instrumen Penelitian ............................................................................. 51
3.5
Teknik Analisis Data............................................................................. 52
3.6
Triangulasi Data .................................................................................... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................. 55 4.1
Deskripsi Data ....................................................................................... 55
4.2
Analisis Data ......................................................................................... 57 4.2.1 Analisis Pematuhan Data Tuturan Diskusi Kelas Mahasiswa PBSI Angkatan 2014 Berdasarkan Prinsip Kesantunan .............. 57 4.2.1.1 Pematuhan Maksim Kebijaksanaan ................................. 57 4.2.1.2 Pematuhan Maksim Kedermawanan ............................... 66 4.2.1.3 Maksim Pujian ................................................................ 72 4.2.1.4 Maksim Kesepakatan ...................................................... 78 4.2.2 Analisis Pelanggaran Data Tuturan Diskusi Kelas Mahasiswa PBSI Angkatan 2014 Berdasarkan Prinsip Kesantunanan .......... 82 4.2.2.1 Pelanggaran Maksim Kebijaksanaan ............................... 82 4.2.2.2 Pelanggaran Maksim Kedermawanan ............................. 90 4.2.2.3 Pelanggaran Maksim Pujian ............................................ 97 4.2.2.4 Pelanggaran Maksim Kerendahan Hati ...........................102 4.2.2.5 Pelanggaran Maksim Kesepakatan ..................................106
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.2.2.6 Pelanggaran Maksim Kesimpatisan ................................110 4.3
Pembahasan...........................................................................................119 4.3.1 Tuturan Santun .............................................................................120 4.3.2 Tuturan Tidak Santun ..................................................................128 4.3.3 Penanda Ketidaksantunan berbahasa ...........................................139 4.3.4 Penanda Tuturan Santun ..............................................................146
BAB V PENUTUP .............................................................................................152 5.1
Simpulan ...............................................................................................152
5.2
Saran .....................................................................................................154
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................156 LAMPIRAN-LAMPIRAN ...............................................................................158 Lampiran 1. Transkrip Tuturan Diskusi Kelas ....................................................159 Lampiran 2. Data Triangulasi Prinsip Kesantunan Berbahasa............................191 Lampiran 3. Surat Penelitian dan Triangulasi .....................................................313
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel 1. Pematuhan Prinsip Kesantunan Berbahasa dan Strategi Kesantunan......................................................................................................... 56 Tabel 2. Penyimpangan Prinsip Kesantunan Berbahasa dan Strategi Kesantunan......................................................................................................... 57
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Bahasa merupakan sarana manusia untuk berkomunikasi. Dengan begitu,
bahasa mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia, karena manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu berinteraksi dengan sesamanya. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Dalam berkomunikasi, menurut Hendrikus (1991: 40) manusia melakukan proses pengalihan makna antar pribadi atau tukarmenukar berita dalam sistem informasi, dengan demikian manusia seharusnya menggunakan bahasa yang santun, karena dalam proses komunikasi tidak hanya satu pihak yang terlibat. Dengan berbahasa santun, seseorang mampu menjaga harkat dan martabat dirinya dan menghormati mitra tutur sehingga proses komunikasi bisa berjalan dengan lancar. Sebenarnya santun tidaknya tuturan dapat diketahui dari pilihan kata dan gaya bahasanya. Lebih spesifik Leech membuat penanda yang dapat dijadikan penentu santun tidaknya pemakaian bahasa. Penanda tersebut terlihat pada prinsip kesantunan berbahasa yang dikemukakan oleh Leech dalam Rahardi (2005: 59-65) yakni maksim kebijaksanaan “tact maxim”, maksim kedermawanan “generosity maxim”, maksim penghargaan “approbation maxim”, maksim kesederhanaan “modesty maxim”, maksim permufakatan “agreement maxim”, maksim kesimpatisan “sympathy maxim”.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
Dalam tuturan bahasa Indonesia, sebenarnya tuturan sudah dianggap santun jika penutur menggunakan kata-kata yang santun, tuturannya tidak mengandung ejekan secara langsung, tidak memerintah secara langsung, serta menghormati orang lain. Oleh karena itu, kesantunan berbahasa ini perlu dikaji guna mengetahui seberapa banyak kesalahan atau penyimpangan kesantunan berbahasa pada manusia ketika berkomunikasi satu sama lain. Kesalahankesalahan atau penyimpangan dalam berbahasa secara santun sering terjadi dalam kehidupan manusia, karena manusia selalu melakukan komunikasi dan berinteraksi satu sama lain dengan bahasa sebagai sarana. Komunikasi dan interaksi tersebut bisa terjadi dimana saja dan kapan saja, baik lingkup formal maupun nonformal. Terlebih di perguruan tinggi yang merupakan lingkungan pendidikan masih sering dijumpai kesalahan atau penyimpangan dalam berbahasa santun, hal itu dapat dilihat dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Bahasa
merupakan
cermin
kepribadian
seseorang ketika
sedang
berkomunikasi atau berinteraksi. Penutur bisa beranggapan bahwa tuturannya sudah santun, padahal bagi mitra tutur belum tentu tuturan itu santun. Kasus – kasus seperti inilah yang membuat kesantunan berbahasa menjadi penting untuk dikaji dan diketahui agar komunikasi berjalan lancar dan tidak menimbulkan kesalahpahaman. Dalam kegiatan perkuliahan, keterampilan berbicara tentu sangat diperlukan karena setiap mahasiswa haruslah dapat berbicara dengan baik agar proses pembelajaran di kelas berjalan lancar, selain itu berbicara juga merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai setiap mahasiswa terlebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
jurusan bahasa Indonesia. Dalam perkuliahan, tentunya kesempatan berbicara diberikan kepada mahasiswa lebih banyak, dibandingkan waktu di sekolah dasar atau menengah. Kegiatan pembelajarannya pun banyak yang berhubungan dengan berbicara,
seperti
berdiskusi,
debat,
wawancara,
mengungkapkan
atau
menyanggah gagasan, dsb. Dilihat dari hal tersebut jelas terlihat pentingnya keterampilan berbicara bagi mahasiswa. Salah satu permasalahan yang ditemukan dalam perkuliahan terkait keterampilan berbicara yakni diskusi. Menurut Parera (1988: 183) diskusi merupakan satu bentuk pembicaraan secara teratur dan terarah, dimana terjadi proses saling bertukar pikiran secara lisan. Akan tetapi, pada kenyataanya sering muncul penggunanan bahasa-bahasa yang kurang santun dalam mengemukakan atau menyanggah gagasan. Apalagi dalam lingkup perkuliahan tentu banyak mahasiswa dengan latar belakang dan budaya yang berbeda. Jadi sering dijumpai penggunanan bahasa yang dikira santun oleh penutur tetapi justru sebaliknya oleh mitra tutur. Oleh sebab itu, dalam kegiatan perkuliahan yang mayoritas dosen menggunakan teknik berdiskusi ketika pembelajaran, diperlukan cara berdiskusi yang santun dan pilihan kata yang tepat atau santun ketika berbicara kepada orang lain, agar bisa saling menghormati dan kegiatan berdiskusi berjalan lancar tidak menjurus ke arah debat karena kedua hal tersebut berbeda. Berdasarkan pengamatan dan wawancara beberapa dosen, pada saat kegiatan perkuliahan terutama ketika berdiskusi, masih sering dijumpai kesalahan atau penyimpangan dalam berbahasa mahasiswa. Ketika kegiatan berdiskusi dimulai ternyata masih banyak yang tidak memperhatikan kesantunan berbahasa,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
meskipun ada beberapa yang memperhatikannya. Di dalam proses diskusi, biasanya terdapat dua kelompok yakni yang menyajikan masalah yang akan dibahas dan yang menanggapi (peserta diskusi). Kenyataanya, kedua kelompok ini justru kurang saling menghargai. Masih banyak dijumpai tuturan yang tidak santun, bahkan ada yang berupa sindiran, ejekan atau bantahan yang kasar dan membuat diskusi tidak berjalan dengan semestinya forum formal. Berdasarkan pengamatan terhadap mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma angkatan 2014, jurusan ini dapat digunakan sebagai objek penelitian. Mahasiswa masih sering menggunakan bahasa yang tidak santun ketika terjadi proses diskusi, diskusi adalah keterampilan berbicara yang harus dikuasai mahasiswa jurusan ini, karena berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa. Namun, penelitian yang akan dilakukan cenderung ke mahasiswa angkatan baru, hal ini dikarenakan ketidaktahuan tata cara berdiskusi yang santun dan tuturan yang santun. Apalagi mahasiswa angkatan baru tentu masih terbawa suasana sekolah dan mudah terpengaruh ragam bahasa yang tidak santun dan rentang umur yang masih muda, jadi mereka akan lebih mudah terpenngaruh. Oleh karena itu, peneliti akan menganalisis penggunaan dan penyimpangan prinsip-prinsip kesantun berbahasa pada kegiatan diskusi kelas, khususnya pada keterampilan berbicara teknik diskusi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan utama dalam penelitian ini adalah “Kesantunan Berbahasa dalam Kegiatan Diskusi Kelas Mahasiswa PBSI Universitas Sanata Dharma Angkatan 2014”. Berdasarkan rumusan masalah utama tersebut, disusun submasalah sebagai berikut: a) Bagaimanakah kesantunan berbahasa dalam tuturan kegiatan diskusi kelas mahasiswa PBSI Universitas Sanata Dharma angkatan 2014 berdasarkan prinsip kesantunan ? b) Apa sajakah penanda kesantunan berbahasa yang ada dalam tuturan kegiatan diskusi kelas mahasiswa PBSI Universitas Sanata Dharma angatan 2014 ?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Mendiskripsikan
kesantunan
berbahasa
dalam
tuturan
mahasiswa
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma angkatan 2014 pada kegiatan diskusi kelas. b) Mendiskripsikan penanda kesantunan berbahasa dalam tuturan mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma angkatan 2014 pada kegiatan diskusi kelas.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian ini memiliki empat ruang lingkup, diantaranya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
a) Penelitian ini hanya mendiskripsikan kesantunan berbahasa dan penyebab ketidaksantunan berbahasa dalam tuturan mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma angkatan 2014 pada kegiatan diskusi kelas. b) Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. c) Kegiatan diskusi kelas yang diteliti hanya mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma angkatan 2014 d) Waktu penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yaitu februari – maret 2015
1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai kesantunan berbahasa dalam suatu lingkungan atau forum formal seperti kegiatan diskusi kelas pada mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan untuk lebih memehami bidang pragmatik khususnya mengenai kesantunan berbahasa. Penelitian ini juga dapat menjadi acuan dalam penelitian-penelitian bidang pragmatik. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini dapat digunakan untuk melatih keterampilan berbicara, khususnya berbahasa secara santun dalam proses komunikasi di lingkup formal (pembelajaran), serta memberikan gambaran mengenai diskusi yang lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
1.6 Batasan Istilah a. Tuturan Tuturan adalah semua bentuk bahasa lisan yang diucapkan ketika terjadi proses komunikasi. Penutur dan mitra tutur dalam bahasa lisan disini adalah mahasiswa. b. Pematuhan kesantunan berbahasa Pematuhan kesantunan berbahasa adalah bentuk sebuah tuturan yang dianggap santun dengan didasarkan pada prinsip kesantunan. c. Pelanggaran kesantunan berbahasa Pelanggaran kesantunan berbahasa adalah bentuk sebuah tuturan yang dianggap tidak santun dengan didasarkan pada prinsip kesantunan. d. Indikator kesantunan berbahasa Indikator kesantunan berbahasa dalam Pranowo (2012: 100) penanda yang dapat dijadikan penentu apakah pemakaian bahasa Indonesia si penutur itu santun ataukah tidak. Penanda-penanda tersebut dapat berupa unsur kebahasaan maupun non kebahasaan. e. Diskusi kelas Diskusi kelas merupakan kegiatan bertukar pendapat yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang melibatkan para siswa. Tujuan kegiatan diskusi ini adalah untuk memecahkan suatu masalah secara bersama-sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
1.7 Sistematika Penyajian Sistematika penyajian ini terdiri dari Bab I, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab V, dan Daftar Pustaka. Bab I yaitu mengenai pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II yaitu kajian pustaka yang menguraikan kerangka teori. Bab III yaitu metodologi penelitian. Bab ini berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan metode dalam penelitian, yaitu (1) jenis penelitian, (2) sumber data, (3) teknik pengumpulan data, (4) instrumen penelitian, (5) teknik analisis data, (6) triangulasi data. Bab IV yaitu hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini berisi tentang analisis data dan pembahasan. Bab ini menguraikan deskripsi data dan pembahasan hasil data sesuai dengan rumusan masalah yang sudah ditentukan. Bab V berisi kesimpulan, implikasi, dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini akan menguraikan penelitian yang relevan, landasan teori, dan kerangka berpikir. Penelitian yang relevan berisi tentang tinjauan terhadap topik-topik sejenis yang dilakukan oleh peneliti-peneliti yang lain. Landasan teori berisi tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan analisis dari penelitian ini yang terdiri atas teori pragmatik, konteks, tindak tutur, teori kesantunan, dan uraian tentang diskusi. Kerangka berpikir berisi tentang acuan teori yang berdasarkan pada penelitian yang relevan dan landasan teori untuk menjawab rumusan masalah. 2.1 Penelitian yang Relevan Untuk mendukung proses pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan, terdapat dua penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh
Oktafiana Kurniawati
yang berjudul
Analisis
Pemanfaatan Prinsip Kesantunan Berbahasa Pada Kegiatan Diskusi Kelas Siswa Kelas XI SMAN 1 Sleman. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini Oktafiana mendiskripsikan pemakaian prinsip kesantunan berbahasa dan pemanfaatannya dalam kegiatan diskusi siswa kelas 2 SMA. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada pengkajian kesantunan berbahasa, sedangkan perbedaannya terletak pada objek penelitiannya. Penelitian dari Oktafiana ini bersumber pada tuturan dari siswa kelas 2 SMA, sedangkan penelitian saya bersumber pada tuturan dari mahasiswa angkatan 2014, dari uraian di atas membuktikan bahwa penelitian
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
ini belum pernah dikaji dan penelitian ini layak untuk diangkat sebagai penelitian. Penelitian relevan yang kedua adalah penelitian dari Puspa Rinda Silalahi yang berjudul Analisis Kesantunan Berbahasa Siswa/i Di Lingkungan Sekolah SMPN 5 Binjai. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini, Puspa mendeskripsikan semua tuturan yang terjadi di lingkungan sekolah baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada pengkajian kesantunan berbahasa, sedangkan perbedaannya terletak pada objek penelitiannya. Penelitian dari Puspa bersumber dari semua tuturan yang terjadi di SMPN 5 Binjai baik di kelas maupun di luar kelas, sedangkan penelitain saya bersumber dari tuturan diskusi yang terjadi di dalam kelas. 2.2 Kajian Teoritis 2.2.1
Kesantunan Berbahasa Kesantunan berbahasa merupakan salah satu bidang kajian dalam
pragmatik, dimana pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur kepada mitra tutur. Dari hal tersebut, maka ketika seseorang mengkaji mengenai kesantunan berbahasa berarti juga membicarakan mengenai pragmatik. 2.2.1.1 Pragmatik Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca) atau dapat dikatakan bahwa pragmatik adalah studi tentang maksud penutur. Thomas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
mendefinisikan pragmatik sebagai makna dalam interaksi. Menurutnya suatu makna bukanlah yang melekat pada suatu kata, tetapi merupakan proses dinamis yang melibatkan penutur dan petutur, konteks tuturan, dan makna potensial dari suatu tuturan (1996: 22). Konteks tuturan yang dimaksud telah tergramatisasi dan terkondifikasikan sedemikian rupa sehingga sama sekali tidak dapat dilepaskan begitu saja dari struktur kebahasaannya. Karena yang dikaji adalah makna bahasa, pragmatik dapat dikatakan sejajar dengan semantik. Akan tetapi, kedua disiplin ilmu ini memiliki perbedaan yang mendasar. Semantik menelaah makna sebagai relasi dua segi (diadic relation), sedangkan pragmatik menelaah makna sebagai relasi tiga segi (triadic relation). Makna yang dikaji semantik adalah makna linguistik (linguistic meaning) atau makna semantik (semantic sense), sedangkan makna yang dikaji pragmatik adalah maksud penutur (speaker meaning) atau (speaker sense) Parker dalam I Dewa Putu Wijana (1996: 3). Analisis tuturan (1) dan (2) di bawah ini mengilustrasikan pernyataan tersebut. (1) “Rokok saya habis.” (2) “Joko, helmnya di mana?” Dilihat secara struktural, kedua tuturan itu masing-masing adalah tuturan berita dan pertanyaan. Secara semantis, tuturan (1) bermakna ‟seseorang yang kehabisan rokok‟ dan tuturan (2) bermakna ‟helmnya berada di mana‟. Tuturan (1) menginformasikan sesuatu kepada lawan tutur,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
sedangkan penutur dalam tuturan (2) ingin mendapatkan informasi dari mitra tuturnya. Kedua tuturan itu bila dianalisis secara pragmatis dengan mencermati konteks pemakaiannya akan didapatkan hasil yang berbeda. Misalnya, tuturan (1) dituturkan oleh seorang pemuda kepada temannya yang sama-sama perokok sewaktu akan merokok. Tuturan tersebut dituturkan bukan semata-mata untuk menginformasikan sesuatu, tetapi dimaksudkan untuk meminta sebatang rokok kepada temannya. Demikian pula halnya bila tuturan (2) dituturkan oleh seorang bapak kepada anaknya, tuturan itu tidak dimaksudkan untuk mendapatkan informasi dari lawan tutur, melainkan dimaksudkan untuk menyuruh mitra tutur mengambilkan helm. Jadi dapat dikatakan bahwa dalam melakukan studi pragmatik, seseorang
harus
mengupayakan
maksud
dari
penutur,
baik
yang
diekspresikan secara tersurat maupun yang diungkapkan secara tersirat di balik tuturan, juga konteks yang terjadi saat tuturan berlangsung. Konteks diperlukan oleh pragmatik. Tanpa konteks, analisis pragmatik tidak akan berjalan, karena daya pragmatik itu bergantung pada konteks yang berlangsung pada waktu tuturan diujarkan dalam sebuah peritiwa tutur. 2.2.1.1.1
Konteks
Konteks ialah situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi (Mulyana: 2005: 21). Konteks dapat dianggap sebagai sebab dan alasan terjadinya suatu pembicaraan atau dialog. Segala sesuatu yang berhubungan dengan tuturan, sangat bergantung pada konteks yang melatarbelakangi peristiwa. Pentingnya konteks dalam pragmatik ditekankan oleh Wijaya (1996: 2) yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
menyebutkan bahwa pragmatik mengkaji makna yang terikat konteks, dan oleh Searle, Kiefer dan Bierwich dalam Nadar (2009: 5) yang menegaskan bahwa pragmatics is concerned with the way in which the interpretation of syntactically defined expression depend on the particular conditions of their use in the context (Pragmatik berkaitan dengan interpretasi suatu ungkapan yang dibuat mengikuti aturan sintaksis tertentu dan cara menginterpretasi unkapan tersebut tergantung pada kondisi-kondisi khusus penggunaa ungkapan tersebut dalam konteks). Jadi dalam melakukan studi pragmatik ataupun bidang kajian pragmatik, harus diperhatikan antara penutur, mitra tutur dan konteks. Dimana ketiga hal ini tidak dapat dipisahkan dalam studi pragmatik. Ringkasnya, Leech (1993: 8) mendefinisikan pragmatik sebagai “studi makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar”. Leech (1993: 19–21) mengungkapkan bahwa situasi ujar/tutur terdiri atas beberapa aspek. 1. Penutur dan mitra tutur Aspek-aspek yang perlu dicermati dari penutur dan mitra tutur adalah jenis kelamin, umur, daerah asal, tingkat keakraban, dan latar belakang sosial budaya lainnya yang dapat menjadi penentu hadirnya makna sebuah tuturan. 2. Konteks tuturan Konteks tuturan dalam penelitian linguistik mencakup semua aspek fisik dan seting sosial yang relevan dari sebuah tuturan. Konteks yang bersifat fisik disebut koteks (cotext), sedangkan konteks seting sosial disebut konteks. Dalam kerangka pragmatik, konteks merupakan semua latar belakang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
pengetahuan yang diasumsikan dimiliki dan dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur, serta yang mendukung untuk menginterpretasikan maksud penutur dalam tuturannya. 3. Tujuan tuturan Bentuk-bentuk tuturan muncul karena dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan tertentu. Dengan kata lain, penutur dan mitra tutur terlibat dalam suatu kegiatan yang berorientasi pada tujuan tertentu. Secara pragmatik, satu bentuk tuturan dapat memiliki maksud dan tujuan yang bermacam-macam. Sebaliknya, satu maksud atau tujuan tuturan akan dapat diwujudkan dengan bentuk tuturan yang berbeda-beda. 4. Tuturan sebagai bentuk tindakan Pragmatik menangani bahasa dalam suatu tingkatan yang lebih konkret dibandingkan dengan gramatika. Tuturan disebut sebagai suatu tindakan konkret (tindak tutur) dalam suasana tertentu. Segala hal yang berkaitan dengannya, seperti jati diri penutur dan mitra tutur yang terlibat, waktu, dan tempat dapat diketahui secara jelas. 5. Tuturan sebagai produk tindak verbal Tuturan pada dasarnya adalah hasil tindak verbal dalam aktivitas bertutur sapa. Oleh sebab itu, tuturan dibedakan dengan kalimat. Kalimat adalah entitas produk struktural, sedangkan tuturan adalah produk dari suatu tindak verbal yang muncul dari suatu pertuturan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
2.2.1.1.2
Tindak Tutur
Dalam usaha untuk mengungkapkan diri mereka, orang-orang tidak hanya menghasilkan tuturan yang mengandung kata-kata dan struktur-struktur gramatikal saja, tetapi mereka juga memperlihatkan tindakan-tindakan melalui tuturan itu (Yule, 2006: 81). Tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan disebut tindak tutur. Tindakan yang ditampilkan dengan menghasilkan suatu tuturan akan mengandung tiga tindak saling berhubungan. (1) Tindak lokusi, yang merupakan tindak dasar tuturan atau menghasilkan suatu ungkapan linguistik yang bermakna. (2) Tindak ilokusi, ditampilkan melalui penekanan komunikatif suatu tuturan. Kita membentuk tuturan dengan beberapa fungsi di dalam pikiran. Misalnya, kita menuturkan untuk membuat suatu pertanyaan, tawaran, penjelasan atau maksud-maksud komunikatif lainnya dari kalimat atau ujaran yang kita sampaikan kepada lawan tutur kita. (3) Tindak perlokusi merupakan akibat dari tuturan yang memiliki fungsi dari penutur, dengan bergantung pada keadaan, penutur berasumsi bahwa mitra tutur atau pendengar akan mengenali akibat yang ditimbulakan (misalnya untuk menerangkan aroma, atau meminta pendengar untuk meminum kopi yang telah dibuat). Menurut George Yule (2006: 92-94), jenis-jenis tindak tutur ada 5 jenis yaitu, deklarasi, resentatif, ekspresif, direktif, dan komisif. 1. Deklarasi Deklarasi ialah jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
Contoh: Wasit : "Anda ke luar!". Contoh di atas menggambarkan, penutur harus memiliki peran institusional khusus, dalam konteks khusus, untuk menampilkan suatu deklarasi secara tepat. Pada waktu mengubah deklarasi penutur mengubah dunia dengan kata-kata. 2. Representatif Representatif ialah jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan (termasuk dalam modus berita). Pernyataan suatu fakta, penegasan, kesimpulan, dan pendeskripsian. Contoh: "Chomsky tidak menulis tentang kacang". Pernyataan di atas merupakan pernyataan suatu fakta dan penegasan, bahwa Chomsky diyakini oleh penutur tidak menulis tentang kacang. Pada waktu menggunakan sebuah representatif, penutur mencocokan kata-kata dengan dunia (kepercayaannya). 3. Ekspresif Ekspresif ialah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Tindak tutur ini mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, atau kesengsaraan. Contoh: "Sungguh saya minta maaf". Pada contoh tersebut, tindak tutur itu disebabkan oleh sesuatu yang dilakukan oleh penutur atau pendengar, tetapi semuannya menyangkut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
pengalaman
penutur.
Pada
waktu
menggunakan
ekspresif
penutur
menyesuaikan kata-kata dengan dunia (perasaannya). 4. Direktif Direktif ialah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Jenis tindak tutur ini menyatakan apa yang menjadi keinginan penutur. Tindak tutur ini meliputi; perintah, pemesanan, permohonan, pemberian saran, yang bentuknya dapat berupa kalimat positif dan negatif. Contoh: Dapatkah anda meminjami saya sebuah pena? Contoh di atas merupakan permohonan dari penutur terhadap mitra tutur. Pada waktu menggunakan direktif penutur berusaha menyesuaikan dunia dengan kata (lewat pendengar). 5. Komisif Komisif ialah jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk meningkatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang. Tindak tutur ini menyatakan apa saja yang dimaksudkan oleh penutur. Tindak tutur ini dapat berupa janji, ancaman, penolakan, ikrar, dan lain sebagainya. Tindak tutur ini dapat ditampilakan sendiri oleh penutur sebagai anggota kelompok. Contoh: "Saya akan kembali". Contoh di atas merupakan tindak tutur yang berupa janji. Pada waktu menggunakan komisif, penutur berusaha untuk menyesuaikan dunia dengan kata-kata (lewat penutur).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
Sejalan dengan itu Searle dalam Leech (1993: 163) mengklasifikasikan tindakan ilokusi berdasarkan pada berbagai kriteria. Secara garis besar, kategori Searle dalam Leech (1993: 164-165) ialah sebagai berikut. 1. Asertif Pada ilokusi ini penutur terikan pada kebenaran tuturan yang diujarkan. Tuturan ilokusi ini misalnya, menyatakan, mengusulkan, membual, mengeluh, mengemukakan pendapat, melaporkan. 2. Direktif Ilokusi ini bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan petutur. Ilokusi ini misalnya, memesan, memerintah, memohon, menuntut, memberi nasehat. 3. Komisif Pada ilokusi ini penutur sedikit banyak terikan pada suatu tindakan di masa depan. Ilokusi in misalnya, menjajikan, menawarkan, berkaul.jenis ilokusi ini tidak mengacu pada kepentingan penutur, tetapi pada kepentingan petutur. 4. Ekspresif Ilokusi ini berfungsi untuk mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Ilokusi ini misalnya, mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memberi maaf, mengecam, memuji, mengucapkan belasungkawa, dan sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
5. Deklarasi Jika pelaksanan ilokusi ini berhasil maka akan mengakibatkan adanya kesesuaian antara isi tuturan dengan kenyataan. Ilokusi ini misalnya, mengundurkan diri, membabtis, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, mengucilkan/membuang, mengangkat (pegawai) dan sebagainya. Kelima fungsi umum tindak tutur beserta sifat-sifat kuncinya terangkum dalam tabel berikut Yule (2006: 94-95). Tabel 1 5 Fungsi Umum Tindak Tutur Tipe tindak tutur
Arah penyesuaian
P=penutur X=situasi
Deklarasi
Kata mengubah dunia
P menyababkan X
Ref\presentatif/ Asertif
Kata disesuaikan dengan dunia
P menyakini X
Ekspresif
Kata disesuaikan dengan dunia
P merasakan X
Direktif
Kata disesuaikan dengan kata
P menginginkan X
Komisif
Kata disesuaikan dengan kata
P memaksudkan X
Terdapat 3 bentuk struktural, yakni : deklaratif, interogatif, dan imperatif. Selain itu juga terdapat tiga fungsi komunikasi, yakni : pernyataan, pertanyaan, perintah. Jika terdapat hubungan antara struktur dengan fungsi, maka terdapat suatu tindak tutur langsung dan apabila ada hubungan tidak langsung antara struktur dengan fungsi maka terdapat suatu tindak tutur tidak langsung (Yule, 2006: 92-94).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
Contoh: Konteks : Kamar Putri begitu kotor, terlihat kertas-kertas berserakan dan lantai yang berdebu. 1. Bersihkan kamarmu! (tindak tutur langsung) 2. Apa tidak malu jika nanti temanmu datang ke kamar? (tindak tutur tidak langsung) 3. Biasanya kamar anak perempuan selalu bersih. (tindak tutur tidak langsung) Putu Wijana dan Rohmadi (2009: 28-30) membagi tindak tutur berdasarkan kesesuaian maksud pembicara dengan makna kata-kata yang menyusunnya, yang dimaksud disini adalah tindak tutur literal dan non literal : 1. Tindak tutur literal adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya (makna secara semantis). 2. Tindak tutur nonliteral adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama atau berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Contoh tindak tutur literal: Konteks : Ketika melewati rumah Reno, Siti melihat mobil Reno yang telah selesai dicucinya. Wahyu : wah, mobilmu bersih sekali. Contoh tindak tutur nonliteral: Konteks : Reno mengendarai mobilnya saat hujan turun dan melewati jalanan yang becek. Wahyu : wah, mobilmu bersih sekali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
Terdapat beberapa macam tindak tutur lainnya yang timbul karena adanya persinggungan atau keterkaitan antara tindak tutur langsung-tidak langsung dengan tindak tutur literal-tidak literal. Bentuk-bentuk tindak tutur tersebut antara lain: 1. Tindak Tutur Langsung Literal Tindak tutur langsung literal adalah tindak tutur yang modus tuturan (berkaitan dengan jenis kalimat yang digunakan) memiliki makna yang sama dengan maksud penuturnya. Contoh : Konteks : Didalam kelas, para siswa membuat gaduh saat pelajaran berlangsung. Guru : Anak-anak diam! 2. Tindak Tutur Tidak Langsung Literal Tindak tutur tidak langsung literal adalah tindak tutur yang diungkapkan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud pengutaraannya, tetapi makna kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan apa yang dimaksudkan penutur. Contoh : Konteks : Nia dan Riri akan melakukan perjalanan menuju rumah Reno, padahal cuaca saat itu mendung dan angin berhembus sangat kencang. Nia : Ri, dengan cuaca yang seperti ini, tidak mungkin kita melakukan perjalanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
3. Tindak Tutur Langsung Tidak Literal Tindak tutur langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan, tetapi kata-kata yang menyusunnya tidak memiliki makna yang sama dengan maksud penuturnya. Contoh: Konteks : Riri dan Reno sedang duduk berdua di kantin. Riri sedang serius menghabiskan makanannya, tetapi Reno asik mencurahkan isi hatinya kepada Riri. Riri : Bicara saja terus! 4. Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal Tindak tutur tidak langsung tidak literal merupakan tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang hendak diutarakan. Contoh : Konteks: Pukul 07:30 WIB, Nia baru sampai kelas. Padahal pelajaran sudah dimulai pukul 07:00 WIB. Dosen : Sekarang jam berapa ? 2.2.1.1.3
Kaidah Kesantunan Berbahasa
Ada berbagai ukuran untuk menilai atau mengukur apakah sebuah tuturan dinilai santun atau tidak. Selain unsur bahasa, unsur di luar bahasa sangat berpengaruh dalam penentuan kesantunan berbahasa ini. Pranowo (2012: 51) mengungkapkan beberapa alasan mengapa fenomena kesantunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
dan ketidaksantunan terus terjadi di masyarakat, antara lain (1) tidak semua orang memahami kaidah kesantunan, (2) ada yang memahami kaidah tetapi tidak mahir menggunakan kaidah kesantunan, (3) ada yang mahir menggunakan kaidah kesantunan tetapi tidak mengetahui bahwa yang digunakan adalah kaidah kesantunan dan (4) tidak memahami kaidah kesantunan dan tidak mahir dalam kesantunan. Kaidah dalam kesantunan memang sulit dibuat, karena jika kaidah kesantunan disusun, dalam praktiknya akan banyak dilanggar sehingga kaidah menjadi tidak efektif dan tidak fungsional. Kelaziman yang dipakai oleh para pakar pragmatik untuk menyebut istilah kaidah digunakan istilah lain, seperti prinsip (Grice,1975), keteraturan (Brown dan Levinson,1978), maksim (Leech, 1983). Beberapa parameter yang dibuat para pakar pragmatik untuk mengetahui kesantunan tersebut akan diuraikan pada bagian di bawah ini. 1. Prinsip Kerja Sama Grice Agar tuturan dapat diterima secara efektif, peserta tutur patut mempertimbangkan secara seksama aspek-aspek pragmatik yang terlibat atau mungkin terlibat dalam suatu proses komunikasi. Pertuturan akan berlangsung dengan baik apabila penutur dan lawan tutur dalam pertuturan itu menaati prinsip-prinsip kerja sama seperti yang dikemukakan oleh Grice dalam Chaer (2010: 34). Dalam kajian pragmatik, prinsip itu disebut maksim, yakni berupa pernyataan ringkas yang mengandung ajaran atau kebenaran. Setiap penutur diharapkan untuk menaati empat maksim kerjasama, yaitu maksim kuantitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
(maxim of quantity), maksim kualitas (maxim of quality), maksim relevansi (maxim of relevance), dan maksim cara (maxim of manner). Grice menjabarkan prinsip kerja sama menjadi empat maksim dan beberapa submaksim seperti di bawah ini. 1. Maksim kuantitas: Berilah jumlah informasi yang tepat. (a) Buatlah sumbangan Anda seinformatif mungkin. (b) Jangan membuat sumbangan Anda lebih informatif daripada yang diinginkan. 2. Maksim kualitas: Cobalah membuat sumbangan atau kontribusi Anda merupakan suatu yang benar. (a) Jangan katakan apa yang Anda yakini salah. (b) Jangan katakan apa yang Anda tidak tahu persis. 3. Maksim relasi: Jagalah kerelevansian. 4. Maksim cara: Tajamkanlah pikiran. (a) Hindarilah ketidakjelasan ekspresi. (b) Hindarilah ketaksaan (ambiguitas). (c) Berilah laporan singkat (hindarilah laporan yang bertele-tele). (d) Tertib dan rapilah selalu. Berikut uraian maksim-maksim kerja sama satu per satu oleh Chaer (2010: 34-38). 1) Maksim Kuantitas Maksim kuantitas menjelaskan bahwa setiap penutur diharapkan memberi informasi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
Bagian-bagian tuturan yang sama sekali tidak mengandung informasi yang sungguh-sungguh diperlukan mitra tutur akan dapat menandai pelanggaran maksim ini bila dipaksa untuk disampaikan. Jadi, jangan berlebihan. Contoh: A : Ayam saya sudah bertelur B : Ayam saya yang betina telah bertelur Tuturan A di atas telah menaati maksim kuantitas, sedangkan tuturan B tidak, karena berlebihan. Dengan adanya kata betina pada tuturan B yang sebenarnya tidak perlu, karena semua ayam yang bertelur sudah pasti betina. Jadi, kata betina pada tuturan itu memberi informasi yang tidak perlu. 2) Maksim Kualitas Maksim kualitas menjelaskan bahwa setiap peserta tutur diharapkan menyampaikan sesuatu yang benar-benar nyata atau hal yang sebenarnya, hal yang sesuai dengan data dan fakta. Contoh: 1) A: Coba kamu Ahmad, kota Makassar ada di mana ? B: Ada di Sulawesi selatan, Pak. 2) A: Deny, siapa presiden pertama Republik Indonesia ? B: Jendral Suharto, Pak! A: Bagus, kalau begitu Bung Karno adalah presiden kedua, ya. Tuturan (1) sudah menaati maksim kualitas karena kata Makassar memang berada di Sulawesi Selatan. Namun, pada tuturan (2) A memberikan kontribusi yang melanggar maksim kualitas dengan mengatakan Bung Karno
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
adalah presiden kedua Republik Indonesia. Karena dengan kontribusi A yang melanggar itu, kemudian B secara cepat akan mencari jawaban mengapa A membuat pernyataan yang salah itu. 3) Maksim Relevansi Maksim relevansi menjelaskan bahwa setiap peserta percakapan hendaknya memberikan kontribusi yang relevan dengan sesuatu yang sedang dipertuturkan. (1) A: Bu, ada telepun untuk ibu ! B: Ibu sedang di kamar mandi, Nak. (2) A: Pak, tadi ada tabrakan bajaj dan bemo di depan apotek B: Mana yang menang ? Pada tuturan (1) sepintas jawaban B tidak berhubungan, namun bila disimak baik-baik hubungan itu ada. Jawaban (1) B mengimplikasikan atau menyiratkan bahwa saat itu si B tidak dapat menerima telepon secara langsung karena sedang berada di kamar mandi. Maka B secara tidak langsung meminta agar si A menerima telpon itu. Bandingkan dengan komentar (2) B terhadap si A tidak ada relevansinya, sebab dalam peristiwa tabrakan tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah. Kedua pihak sama-sama mengalami kerugian. 4) Maksim Cara Maksim cara menjelaskan bahwa setiap peserta percakapan hendaknya selalu bertutur sapa secara langsung, secara jelas, tidak berlebih-lebihan, dan runtut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
Contoh: (1) A: Kamu datang ke sini mau apa ? B: Mengambil hak saya. (2) A: Barusan kamu dari mana ? B: Dari belakang, habis b-e-r-a-k Pada tuturan (1) tidak menaati maksim cara karena bersifat ambigu. Kata hak saya bisa mengacu pada hak sepatu bisa juga pada sesuatu yang menjadi miliknya. Sedangkan pada tuturan (2) termasuk menaati maksim cara yaitu dengan mengeja huruf demi huruf kata berak. Hal ini dilakukan untuk menghindari pengucapan kata tabu dan menjaga kesopanan. Leech dalam Nadar (2008: 28) berpendapat bahwa prinsip kerja sama yang ditawarkan oleh Grice (1975) tidak selalu dapat menjawab pertanyaan mengapa dalam penuturan peserta tutur cenderung menggunakan cara yang tidak langsung untuk menyatakan apa yang mereka maksudkan, sehingga tidak mengindahkan maksim yang terdapat dalam prinsip kerja sama Grice tersebut. Melihat hal tersebut, ada beberapa pakar linguis yang menelaah, tetapi tidak berteori, tentang ilokusi tidak langsung itu dalam kaitannnya dengan kesantunan berbahasa. Linguis yang mengaitkan dan berteori tentang kedua hal tersebut adalah Brown dan Levinson (1978) dan Leech (1983). 2. Teori kesantunan Brown dan Levinson Teori kesantunan berbahasa menurut Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 49) berkisar atas nosi muka (face). Semua orang yang rasional mempunyai muka (tentunya dalam arti kiasan) dan muka itu harus dijaga,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
dipelihara, dihormati, dan sebagainya. Muka di dalam pengertian kiasan ini dikatakan terdiri atas dua wujud, yaitu muka positif dan muka negatif. Muka positif mengacu pada citra diri seseorang bahwa segala yang berkaitan dengan dirinya itu patut dihargai (yang kalau tidak dihargai, orang yang bersangkutan akan
dapat kehilangan mukanya). Muka negatif mengacu pada citra diri
seseorang yang berkaitan dengan kebebasan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kemauanya (jika dihalangi, orang yang bersangkutan dapat kehilangan muka). Menurut Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 51), sebuah tindak tutur dapat merupakan ancaman terhadap muka. Tindak tutur seperti ini oleh Brown dan Levinson disebut sebagai face-threatening act (FTA), yang menyebabkan penutur (yang normal, rasional dan sehat pikiran) harus memilih strategi dengan mempertimbangkan situasi atau peritiwa tuturnya, yaitu kepada siapa ia bertutur, dimana, tentang apa, untuk apa, dan sebgainya. Penutur
menentukan
strategi
ini
dengan
“menghitung”
tingkat
keterancaman muka berdasarkan jarak sosial penutur-penutur, besarnya perbedaan kekuasaan antara keduanya, serta status relativ jenis tindak tutur yang diujarkan penutur di dalam budaya yang bersangkutan. Penutur menentukan strategi ini dengan mempertimbangkan skala atau parameter kesantunan seperti yang akan diuraikan dalam subbab di bawah. Strategi kesantunan positif dirinci ke dalam lima belas subkategori. Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55) mengilustrasikan semua strategi tersebut dengan tuturan-tuturan di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
1) Memperhatikan kesukaan, keinginan, dan kebutuhan pendengar Contoh: “Aduh…baru potong rambut ya.” 2) Melebihkan perhatian, persetujuan, dan simpati kepada pendengar Contoh: “Wah…vas bunganya bagus sekali ya. Beli di mana?” 3) Mengintensifkan perhatian pendengar dengan pendramatisiran peristiwa atau fakta Contoh: “Saya turun tangga, dan tahu apa yang aku lihat....semua berantakan.” 4) Menggunakan penanda identitas kelompok (bentuk sapaan, dialek,jargon atau slang) Contoh: “Gimana Sam? Jadi ngikut nggak?” 5) Mencari persetujuan dengan topik yang umum atau mengulang sebagian atau seluruh tuturan. Contoh: A: “Panasnya bukan main ya…” 6) Menghindari ketidaksetujuan dengan pura-pura setuju, persetujuan yang semu, menipu untuk kebaikan, pemagaran opini Contoh: A: “Besok tolong ini diselesaikan semua ya?” B: “Baik.”(Padahal sebenarnya tidak mau menyelesaikan) 7) Menunjukkan hal-hal yang dianggap mempunyai kesamaan melalui basabasi Contoh: “Gimana, kemarin kamu nonton tinju, kan?” 8) Menggunakan lelucon Contoh: “Motormu yang sudah butut itu sebaiknya untukku saja.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
9) Menyatakan paham atas keinginan pendengar Contoh: “Aku tahu kamu tidak menyukai pesta. Tapi yang ini sangat luar biasa…datang ya.” 10) Menawarkan, berjanji Contoh: “Aku pasti akan mengirimkannya minggu depan. Jangan kuatir.” 11) Bersikap optimis Contoh: “Nggak masalah. Semua ini akan dapat diatasi dengan baik.” 12) Melibatkan penutur dan petutur dalam aktivitas Contoh: “Sebaiknya, kita istirahat dahulu.” 13) Memberi atau meminta alasan Contoh: “Mengapa kamu nggak jadi datang ke rumahku?” 14) Menyatakan huhbungan secara timbal balik Contoh: “Aku akan menyelesaikan ini untukmu, kalau kamu mau membuatkan aku masakan yang lezat.” 15) Memberi hadiah kepada petutur Contoh: “Saya akan membantumu pada setiap waktu. Strategi kesantunan negatif dirinci ke dalam delapan subkategori. Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 52-53) mengilustrasikan semua strategi tersebut dengan tuturan-tuturan di bawah ini 1) Menggunakan ujaran tidak langsung Contoh: Bolehkah saya minta tolong Ibu mengambilkan buku itu ? 2) Pertanyaan kalimat berpagar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
Contoh: Saya sejak tadi bertanya-tanya dalam hati, apakah Bapak mau menolong saya? 3) Bersikap pesimis Contoh: Saya ingin minta tolong, tetapi saya takut Bapak tidak bersedia. 4) Meminimalkan paksaan Contoh: Boleh saya mengganggu Bapak sebentar ? 5) Memberi penghormatan Contoh: Saya memohon bantuan Ibu, saya tahu Ibu selalu berkenan membantu orang. 6) Meminta maaf Contoh: Sebelumnya saya minta maaf atas kenakalan anak saya ini, tetapi.. 7) Pakailah bentuk impersonal yaitu dengan tidak menyebutkan penutur dan lawan tutur. Contoh: Tampaknya meja ini perlu dipindahkan. 8) Menyatakan tindakan pengancaman muka sebagai aturan yang bersifat umum. Contoh: Penumpang tidak diperkenankan merokok di dalam bus. 3. Kaidah Kesantunan Leech Berbeda dengan Grice, Brown dan Levinson, Leech (1993: 161) melihat sopan santun dari sudut pandang petutur dan bukan dari sudut pandang penutur. Leech (1993: 166) menyatakan bahwa tuturan yang sopan bagi petutur atau pihak ketiga bukan merupakan tuturan yang sopan bagi penutur, begitu pula sebaliknya. Prinsip kesantunan Leech berhubungan dengan dua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
pihak, yaitu pihak diri dan lain. Diri ialah penutur dan lain adalah petutur, dalam hal ini lain juga dapat menunjuk kepada pihak ketiga baik yang hadir maupun yang tidak hadir dalam situasi tutur Leech (1993: 206). Leech merumuskan prinsip kesantunannya dalam enam maksim. Keenam maksim tersebut adalah sebagai berikut. 1. Maksim kebijaksanaan (tact maxim) a. Buatlah kerugian orang lain sekecil mungkin b. Buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin 2. Maksim Kedermawanan (Generosty Maxim) a. Buatlah keuntungan diri sendiri sekecil mungkin b. Buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin 3. Maksim Pujian (Approbation Maxim) a. Kecamlah orang lain sedikit mungkin b. Pujilah orang lain sebanyak mungkin 4. Maksim Kerandahan Hati (Modesty Maxim) a. Pujilah diri sendiri sedikit mungkin b. Kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin 5.
Maksim Kesepakatan (Agreement Maxim) a. Usahakan agar ketaksepakatan antara diri dan lain terjadi sesedikit mungkin b. Usahakan agar kesepakatan antara diri dan lain terjadi sebanyak mungkin
6.
Maksim Simpati (Sympathy maxim)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
a. Kurangi rasa antipati antara diri dan lain hinggga sekecil mungkin b. Tingkatkan rasa simpati sebanyak-banyaknya antara diri dan lain. Berikut uraian setiap maksim kesopanan itu. 1) Maksim kebijaksanaan Maksim kebijaksanaan mengharuskan penutur untuk meminimalkan kerugian orang lain atau memaksimalkan keuntungan orang lain. Maksim ini dilaksanakan dengan bentuk tuturan impositif dan komisif. Tuturan impositif adalah bentuk tuturan yang digunakan untuk menyatakan perintah. Tuturan komisif adalah tuturan yang berfungsi untuk menyatakan janji, penawaran, dll. Berkaitan dengan itu, Leech (1993: 168) mencontohkan beberapa tuturan di bawah ini secara berurutan berdasarkan tingkat kesantunannya. Ketaklangsungan (1) Answer the phone. (Angkat telepon) (2) I want you to answer the phone. (Saya ingin kamu angkat telepon?) (3) Will you answer the phone? (Maukah Anda mengangkat telepon?) (4) Can you answer the phone? (Dapatkah Anda mengangkat telepon?) (5) Would you mind answering the phone? (Apakah Anda keberatan mengangkat
Kurang Sopan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
telepon?) (6) Could you possibly answer the phone? (Apa mungkin Anda mengangkat telepon?) Lebih Sopan Keenam tuturan itu digunakan untuk memerintah mitra tutur mengangkat telepon. Namun, tuturan (6) memiliki kadar kesantunan tertinggi daripada kelima tuturan lainnya. Penutur telah meminimalkan kerugian orang lain dan memaksimalkan keuntungan orang lain melalui pemilihan tuturan tersebut. 2) Maksim Kedermawanan Maksim kedermawanan mengharuskan penutur untuk meminimalkan keuntungan diri sendiri dan memaksimalkan kerugian diri sendiri. Maksim ini diutarakan dengan tuturan impositif dan komisif. Sebagai ilustrasi atas pernyataan itu, Leech (1993: 210) memberikan contoh tuturan berikut. (1) Could I borrow this electric drill? „Dapatkah saya pinjam bor listrik ini?‟ (2) Could you lend me this electric drill? „Dapatkah kamu meminjamkan bor listrikmu kepada saya?‟ Tuturan (1) lebih santun daripada tuturan (2). Tuturan (1) secara halus telah menghilangkan acuan pada kerugian mitra tutur dengan menggunakan kata saya daripada kata kamu. Hal itu disebabkan oleh berpusatnya maksim ini kepada konsep diri atau penutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
3) Maksim Pujian Maksim pujian mengharuskan penutur untuk meminimalkan kecaman terhadap orang lain, tetapi harus memaksimalkan pujian kepada orang lain itu. Maksim ini diungkapkan dengan bentuk tuturan ekspresif dan asertif. Sebagai ilustrasi, Leech (1993: 212) memberikan contoh tuturan di bawah ini. (1) What a marvellous meal you cooked. „Masakanmu enak sekali‟. (2) What an owful meal you cooked. „Masakanmu sama sekali tidak enak‟. Tuturan (1) dianggap lebih sopan daripada tuturan (2). Tuturan (1) mengungkapkan sebuah pujian, sedangkan tuturan (2) mengecam kepada mitra tuturnya. Contoh dalam bahasa Indonesia dapat dipertimbangkan melalui tuturan (3). Tuturan ini diungkapkan seorang istri kepada suaminya yang telah membantu untuk memasak. (3) “Bapak memang tidak hanya pandai mengasuh anak-anak, tetapi juga pandai membantu ibu di dapur.” 4) Maksim Kerendahan Hati Maksim
kerendahan
hati
mengharuskan
penutur
untuk
meminimalkan pujian kepada dirinya, tetapi harus mengecam diri sendiri sebanyak mungkin. Seperti halnya maksim pujian, maksim ini juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
diungkapkan dengan bentuk tuturan ekspresif dan asertif. Untuk itu, Leech (1993: 214) mencontohkan dengan tuturan berikut. (1) Please accept this small as a token of our esteem. „Terimalah hadiah yang kecil ini sebagai tanda penghargaan kami‟. Tuturan (1) sesuai dengan maksim ini karena penutur telah meminimalkan pujian atau kemurahan hati diri sendiri. Hal ini dapat dibandingkan dengan contoh dalam bahasa Indonesia berikut. (2) “Maaf Pak, semoga Bapak sudi menerima kenang-kenangan yang tidak berharga dari kami semua yang merasa berhutang budi atas kebaikan Bapak membimbing kami selama ini.” Tuturan (2) dituturkan seorang kepala desa kepada wakil dari rombongan penyuluh pertanian. Peristiwa itu terjadi saat rombongan penyuluh akan meninggalkan desa tempat mereka berpraktik. 5) Maksim Kesepakatan Maksim kesepakan mengharuskan seseorang untuk memaksimalkan kesepakatan dengan orang lain dan meminimalkan ketidaksepakatan dengan orang lain. Maksim ini diungkapkan dengan bentuk tuturan asertif. Leech (1993: 217) memberikan contoh sebagai ilustrasi maksim ini. (1)
A:
It was an interesting exhibition, wasn’t it? „Pamerannya menarik, bukan?‟
B:
No, it was very uninteristing. „Tidak, pamerannya sangat tidak menarik‟.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
Jawaban (B) terasa kurang santun karena melanggar maksim kesepakatan yang menggariskan agar memaksimalkan kesepakatan dengan orang lain. Hal ini dapat dipertimbangkan dengan contoh berikut. (2)
A : “Ujiannya tadi sulit sekali, ya?” B : “Betul, kepalaku sampai pusing.”
Jawaban
(B)
telah
mematuhi
maksim
ini
dengan
cara
memaksimalkan kesepakatan dengan (A). 6) Maksim Kesimpatian Maksim kesimpatian mengharuskan penutur dan mitra tutur memaksimalkan rasa simpati dan meminimalkan rasa antipati di antara mereka. Maksim ini diperlukan untuk mengungkapkan suatu kesantunan karena setiap orang perlu bersimpati terhadap prestasi yang dicapai atau musibah yang melanda orang lain. Maksim ini diungkapkan dengan bentuk tuturan asertif. Leech (1993: 219) mencontohkan ucapan selamat berikut untuk menunjukkan kepatuhan terhadap maksim simpati. (1) I’m delighted to hear about your cat. „Saya senang sekali mendengar tentang kucingmu‟. Penutur mengucapkan selamat atas kemenangan kucing temannya yang menjuarai kontes kucing. Contoh dalam bahasa Indonesia dapat dipertimbangkan tuturan berikut. (2) “Sabar dan tawakal, ya. Kami yakin pada ujian tahun depan kamu akan dapat menyusul kami.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
Tuturan (2) merupakan ucapan simpati dari penutur kepada salah seorang temannya yang gagal ujian masuk perguruan tinggi. Dengan melihat paparan di atas, kini dalam menentukan santun tidaknya suatu tuturan dapat diketahui, yakni dengan melihat kaidah kesantunan dari Grice, Brown dan Levinson juga Leech. Akan tetapi, dalam kenyataannya prinsip-prinsip kerjasama Grice tidak selalu dapat menjawab pertanyaan mengapa dalam penuturan peserta tutur cenderung menggunakan cara yang tidak langsung untuk menyatakan apa yang mereka maksudkan dan juga prinsip nosi muka (face) dari Brown dan Levinson masih kurang terperinci jadi tidak mudah untuk dipahami. Melihat hal tersebut, maka kaidah kesantunan berbahasa dari Leech masih dianggap yang paling lengkap, paling mapan dan relatif paling komprehensif. Dengan menerapkan kaidah kesantunan dari Leech, maka diharapkan suatu tuturan dapat menjadi lebih santun dan proses komunikasi pun dapat berjalan dengan lebih baik. Sejalan dengan ukuran untuk menentukan kesantunan berbahasa, Leech kembali membuat ukuran kesantunan yang dinamakan dengan skala kesantunan. Dalam Rahardi (2005: 66-68) dijelaskan bahwa dalam model kesantunan Leech, setiap maksim interpersonal itu dapat dimanfaatkan untuk menentukan peringkat kesantunan sebuah tuturan, berikut penjelasan mengenai skala kesantunan dari Leech: 1. Cost benefit scale atau skala kerugian dan keuntungan, menunjuk kepada besar kecilnya kerugian dan keuntungan yang diakibatkan oleh sebuah tindak tutur pada sebuah pertuturan. Semakin tuturan tersebut merugikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
diri penutur, akan semakin dianggap santunlah tuturan itu. Demikian sebaliknya, semakin tuturan itu menguntungkan diri penutur akan semakin dianggap tidak santunlah tuturan itu. 2. Optionality scale atau skala pilihan, menunjuk kepada banyak atau sedikitnya pilihan (options) yang disampaikan si penutur kepada si mitra tutur di dalam kegiatan bertutur. Semakin pertuturan itu memungkinkan penutur atau mitra tutur menentukan pilihan yang banyak dan leluasa, akan dianggap semakin santunlah tuturan itu. Sebaliknya, apabila pertuturan itu sama sekali tidak memberikan kemungkinan memilih bagi si penutur dan si mitra tutur, tuturan tersebut dianggap tidak santun. 3. Indirectness scale atau skala ketidaklangsungan menunjuk kepada peringkat langsung atau tidak langsungnya maksud sebuah tuturan. Semakin tuturan itu bersifat langsung akan dianggap semakin tidak santunlah tuturan itu. Demikian sebaliknya, semakin tidak langsung, maksud sebuah tuturan, akan dianggap semakin santunlah tuturan itu. 4. Authority scale atau skala keotoritasan menunjuk kepada hubungan status sosial antara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam pertuturan. Semakin jauh jarak peringkat sosial (rank rating) antara penutur dan dengan mitra tutur, tuturan yang digunakan akan cenderung menjadi semakin santun. Sebaliknya, semakin dekat jarak peringkat status sosial di antara keduanya, akan cenderung berkuranglah peringkat kesantunan tuturan yang digunakan dalam bertutur itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
5. Social distance scale atau skala jarak sosial menunjuk kepada peringkat hubungan sosial antara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam sebuah pertuturan. Ada kecenderungan bahwa semakin dekat jarak peringkat sosial di antara keduanya, akan menjadi semakin kurang santunlah tuturan itu. Demikian sebaliknya, semakin jauh jarak peringkat sosial antara penutur dengan mitra tutur, akan semakin santunlah tuturan yang digunakan itu. Dengan perkataan lain, tingkat keakraban hubungan antara penutur dengan mitra tutur sangat menentukan peringkat kesantunan tuturan yang digunakan dalam bertutur. Selain menggunakan kaidah dan skala kesantunan untuk mengukur suatu tuturan, seperti halnya bidang kajian lain dalam menentukan kesantunan berbahasa
juga
diperlukan
indikator-indikator,
terutama
mengenai
penggunaan kata (diksi). Pranowo (2009 :104) memberikan saran agar tuturan dapat mencerminkan rasa santun, misalnya: 1) Gunakan kata “tolong” untuk meminta bantuan pada orang lain. 2) Gunakan kata “maaf” untuk tuturan yang diperkirakan akan menyinggung perasaan lain. 3) Gunakan kata “terima kasih” sebagai penghormatan atas kebaikan orang lain. 4) Gunakan kata “berkenan” untuk meminta kesediaan orang lain melakukan sesuatu. 5) Gunakan kata “beliau” untuk menyebut orang ketiga yang dihormati. 6) Gunakan kata “bapak/ibu” untuk menyapa orang ketiga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
Dengan adanya indikator kesantunan dalam berkomunikasi, maka diharapkan
kajian
mengenai
kesantunan
dapat
dilakukan
dengan
mengimplementasikannya ke dalam bidang lain seperti halnya pendidikan, karena pada dasarnya bidang kajian kesantunan berbahasa bahkan pragmatik jarang diimplementasikan ke dalam bidang pendidikan padahal pengaruhnya akan baik. Implementasi indikator kesantunan dalam berkomunikasi digunakan agar kegiatan berbahasa dapat mencapai tujuan. Lebih jelasnya Pranowo (2009: 110) menguraikan hal-hal yang perlu diperhatikan agar komunikasi dapat mencapai tujuan, yakni sebagai berikut. 1) Perhatikan situasinya. 2) Perhatikan mitra tuturnya. 3) Perhatikan pesan yang disampaikan. 4) Perhatikan tujuan yang hendak dicapai. 5) Perhatikan cara menyampaikan. 6) Perhatikan norma yang berlaku dalam masyarakat. 7) Perhatikan ragam bahasa yang digunakan. 8) Perhatikan relevansi tuturannya. 9) Jagalah martabat atau perasaan mitra tutur. 10) Hindari hal-hal yang kurang baik bagi mitra tutur (konfrontasi dengan mitra tutur). 11) Hindari pujian untuk diri sendiri. 12) Berikan keuntungan pada mitra tutur. 13) Berikan pujian pada mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
14) Ungkapkan rasa simpati pada mitra tutur. 15) Ungkapkan hal-hal yang membuat mitra tutur menjadi senang. 16) Buatlah kesepahaman dengan mitra tutur. Berdasarkan kaidah, skala dan indikator kesantunan yang telah dijelaskan di atas, maka kesantunan dapat diukur atau diketahui, begitu halnya dengan kegiatan pembelajaran diskusi kelas, karena dalam proses diskusi terdapat interaksi dan tuturan serta konteks sehingga dapat dianalisis mengenai kesantunan berbahasa (tuturan santun dan tidak santun) dan penanda kesantunan berbahasa dalam kegiatan pembelajaran yakni diskusi kelas. 2.2.1.2 Diskusi Diskusi merupakan sarana untuk bertukar pikiran, dengan melibatkan beberapa atau bahkan banyak orang. Menurut Sukiat (1979: 6) diskusi adalah suatu percakapan terarah dengan tujuan untuk bertukar pendapat, atau pandangan-pandangan
dan
pengalaman-pengalaman
terhadap
suatu
permasalahan, dimana pendapat yang berbeda-beda itu dapat berpadu menjadi satu menuju pada pemecahan masalah yang dihadapi. Diskusi banyak dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran, karena dengan diskusi dapat menambah pengetahuan, informasi, meluaskan pengalaman bahkan membuka pendangan baru para peserta diskusi yang terlibat. Disamping itu, dengan diskusi dapat menjadi tempat peserta diskusi untuk berkoordinasi karena adanya kontak dan komunikasi. Dengan adanya kontak dan komunikasi, maka dalam diskusi diharapkan para peserta yang telibat dapat menggunakan tuturan yang santun, agar proses diskusi dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
berjalan dengan baik dan tidak menimbulkan kesalahpahaman yang mengakibatkan perpecahan. Akan tetapi, masih saja banyak dijumpai tuturan yang tidak santun pada saat diskusi sehingga proses diskusi menjadi kacau dan tidak terarah. Pemilihan kata dan gaya bahasa dalam tuturan menjadi sangat penting untuk diperhatikan bagi penutur dan mitra tutur. Agar diskusi bisa berlajan lebih santun, dapat digunakan pendapat dari Pranowo (2012: 59-67) berikut. 1) Penutur berbicara wajar dengan akal sehat. Bertutur secara santun tidak perlu dibuat-buat, tetapi sejauh penutur berbicara secara wajar dengan akal sehat, tuturan akan terasa santun. Tuturan dapat dikatakan santun karena penutur berbicara secara “prasaja”, tidak dilebih-lebihkan dan tidak ada motivasi untuk menggurui, mendikte, apalagi menyinggung perasaan orang lain. 2) Penutur mengedepankan pokok masalah yang diungkapkan. Setiap bertutur, penutur hendaknya selalu mengedepankan pokok masalah yang diungkapkan, kalimat tidak perlu berputar-putar agar pokok masalah tidak kabur. Tuturan menjadi santun jika penutur ketika mengemukakan pokok masalah memang hanya khusus yang berkaitan dengan pokok masalah. 3) Penutur selalu berprasangka baik kepada mitra tutur. Komunikasi akan selalu berkadar santun jika penutur selalu berprasangka baik kepada mitra tutur, sehingga tidak ada alasan bagi penutur akan menjatuhkan mitra tuturnya. 4) Penutur bersikap terbuka dan menyampaikan kritik secara umum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
Komunikasi akan terasa santun jika penutur berbicara secara terbuka dan seandainya menyampaikan kritik disampaikan secara umum, tidak ditujukan secara khusus pada person tertentu. Dengan demikian, komunikasi yang santun tidak harus menghindari penyampaian kritik. 5) Penutur menggunakan bentuk lugas, atau bentuk pembelaan diri secara lugas. Komunikasi dapat dinyatakan secara santun jika penutur menggunakan bentuk tuturan yang lugas, tidak perlu ditutup-tutupi, meskipun kadangkadang mengandung sindiran. 6) Penutur mampu membedakan situasi bercanda dengan situasi serius. Komunikasi masih akan terasa santun jika penutur mampu membedakan tuturan sesuai dengan situasinya. Meskipun masalah yang dibicarakan bersifat serius, tetapi jika penutur mampu menyampaikan tuturan itu dengan nada bercanda, komunikasi menjadi lancar dan masih santun. Dengan memperhatikan pendapat dari Pranowo di atas, diharapkan proses diskusi yang terjadi dalam pembelajaran akan lebih santun dibandingkan sebelum-sebelumnya. Dengan demikian proses diskusi akan berjalan dengan lancar dan tidak menimbulkan perdebatan. Apabila semua yang terlibat dalam diskusi dapat menggunakan hal tersebut, maka diskusi secara santun bisa terjadi dan hal ini akan sangat membantu proses pembelajaran tersebut karena hal ini juga sejalan dengan prinsip kesantunan. Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, bahwa dalam berdiskusi tidak hanya melibatkan satu orang, dan orang-orang tersebut memiliki perannnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
masing-masing. Menurut Henrikus (1991: 96), setidaknya dalam diskusi ada pemimpin diskusi (moderator), dan peserta diskusi, di mana setiap dari mereka memiliki tugas dan aturan tersendiri. Tugas dan aturan tersebut sebutkan dalam Parera (1988: 186-188), yakni : 1. Tugas dan aturan pemimpin diskusi (moderator) Tugas dari pemimpin diskusi (moderator): 1. Menjelaskan tujuan dan maksud diskusi. 2.
Menjamin pelangsungan diskusi secara teratur dan tertib.
3.
Memberikat stimulasi, anjuran, ajakan, agar setiap peserta benar-benar mengambil bagian dalam diskusi tersebut.
4.
Menyimpulkan dan merumuskan setiap pembicaraan, serta kelak membuat beberapa kesimpulan persepakatan dan persetujuan bersama.
5.
Mempersiapkan laporan kelak.
Adapun aturan dari pemimpin diskusi (moderator), yaitu: 1.
Berkepribadian.
2.
Mempunyai pengertian dan simpati terhadap orang lain.
3.
Mempunyai sensitivitas (mengerti dan merasakan).
4.
Tidak memihak.
5.
Mempunyai perasaan humor, melucu.
6.
Inteligen dan berkemampuan untuk memutuskan.
7.
Mempunyai bakat untuk menjiwai sesuatu.
8.
Berbakat berbicara dan mendengarkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
2. Tugas dan aturan peserta diskusi, yaitu: Tugas dari peserta diskusi: 1.
Menunjukkan solidaritas dan partisipasi.
2.
Menjaga suasana yang nyaman dan segar untuk diskusi.
3.
Membuat beberapa usul dan sugesti (saran).
4.
Memberikan pendapat dan informasi.
5.
Meminta pendapat dan informasi sebanyak mungkin.
6.
Mengajukan pertanyaan dan meminta dasar pendirian seseorang.
7.
Mengajukan keberatan dan mengajukan contoh serta bukti.
8.
Mengusulkan kesimpulan, meminta kesimpulan, dan juga dapat menyimpulkan bersama.
9.
Memusatkan perhatian dalam diskusi.
Adapun aturan dari peserta diskusi : 1.
Peserta diskusi tidak boleh bersikap agresif dan reaksioner.
2.
Peserta diskusi tidak boleh bersikap menutup diri, takut mengeluarkan pendapat.
3.
Peserta diskusi tidak boleh terlalu banyak bicara, berbelitbelit atau bicara berbisik-bisik dengan teman atau rekan samping.
4.
Menunjukkan sikap acuh tak acuh.
Dari tugas dan aturan yang telah disebutkan di atas, jika dicermati maka keterampilan berbicara amatlah diperlukan, baik bagi pemimpin diskusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
(moderator) maupun peserta diskusi. Jika salah satu dari keduanya atau bahkan keduanya berbicara sesuka hatinya, maka kegiatan berdiskusi dapat gagal atau tidak berjalan dengan lancar. Itulah yang sering terjadi dalam proses diskusi, terlebih diskusi di dalam kelas (pembelajaran). Dengan kata lain, kesantunan dalam berdiskusi sangatlah dibutuhkan, agar arah pembicaraan bisa jelas dan saling menghargai satu sama lain. 2.3 Kerangka Berpikir Penelitian
Penggunaan
dan
Penyimpangan
Prinsip
Kesantunan
Berbahasa dalam Diskusi Kelas Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Angkatan 2014 ini menganalisis penggunaan dan penyimpangan prinsip kesantunan berbahasa pada kegiatan diskusi kelas, mahasiswa angkatan 2014. Data berupa tuturan percakapan yang terjadi pada saat kegiatan diskusi kelas yang melanggar dan mematuhi maksim-maksim kesantunan. Ada pengukur kesantunan yang digunakan untuk menentukan tuturan pada pelaksanaan kegiatan diskusi, yakni maksim-maksim kesantunan berbahasa dari Leech dan strategi kesantunan Brown dan Levinson.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
Kesantunan Berbahasa dalam Diskusi Kelas Mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Angkatan 2014
Tuturan yang terjadi pada saat diskusi kelas, mahasiswa PBSI angkatan 2014
Kajian pragmatik
Kaidah kesantunan Leech
Strategi kesantunan Brown & Levinson
Prinsip kesantunan
Pematuhan dan pelanggaran
Tuturan Santun
Tututran Tidak santun
Kesantunan berbahasa dalam diskusi kelas mahasiswa PBSI angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam metode penelitian ini akan dibahas mengenai lima hal, (1) jenis penelitian, (2) sumber data penelitian, (3) teknik pengumpulan data, (4) instrumen penelitian, (5) teknik analisis data. Kelima hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 3.1 Jenis Penelitian Penelitian kesantunan berbahasa pada kegiatan diskusi kelas mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Angkatan 2014
ini, menggunakan jenis penelitian yaitu metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Metode deskriptif, yaitu metode paparan hasil temuan berdasarkan fakta yang ada atau fenomena yang diperoleh berdasarkan data yang dikumpulkan dari lapangan. Menurut Catherine Marshal dalam Sarwono (2006: 193) penelitian kualitatif didefinisikan sebagai suatu proses yang mencoba untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai kompleksitas yang ada dalam interaksi manusia. Sejalan dengan hal ini, Moleong (2006: 6) berpendapat bahwa penelitian kualitatif dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, tidakan, dll secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Pendekatan deskriptif kualitatif yang diamksud adalah penelitian yang akan memberikan berbagai
penggunaan
tuturan
dan
49
kesantunan
berbahasa,
serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
mengidentifikasi
penggunaan
dan
penyimpangan
prinsip
kesantunan
berbahasa dalam kegiatan diskusi kelas mahasiswa pendidikan bahasa dan sastra Indonesia. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, karena data yang digunakan sebagai objek dalam penelitian yaitu berupa tuturan akan kesantunan berbahasa yang ada. 3.2 Sumber Data dan Data Penelitian Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, maka dalam melakukan penelitian ini sumber data yang akan digunakan adalah tuturan yang ada pada saat diskusi kelas berlangsung. Data penelitian berupa tuturan dari kelompok penyajii dan peserta diskusi yang terlibat. 3.3 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik rekam dan catat. Teknik rekaman digunakan untuk menyalin ulang suatu objek, yakni berupa tuturan dalam diskusi kelas yang sedang berlangsung, sedangkan teknik catat disini digunakan untuk mencatat tuturan yang terjadi dan untuk meminimalisasi kehilangan data, karena apabila rekaman kurang jelas maka dapat diperjelas dengan catatan itu. Data diperoleh dengan mengkombinasikan kedua teknik tersebut. Data kemudian diidentifikasi dan dianalisis menggunakan kajian kesantunan berbahasa dan prinsip-prinsip kesantunan berbahasa. Hasilnya kemudian dianalisis apakah ada penggunaan kesantunan berbahasa dan penyimpangan prinsip-prinsip
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
kesantunan berbahasa, sehingga dapat diketahui tingkat kesantunan berbahasa pada objek penelitian. 3.4 Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian adalah alat ukur, yaitu dengan instrumen penelitian ini, dapat dikumpulkan data sebagai alat untuk menyatakan besaran atau presentase serta lebih kurangnya dalam bentuk kualitatif atau kuantitatif Mardalis (1990: 60). Adapun instrumen yang akan digunakan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan berbekal pengetahuan pragmatik dan kesantunan berbahasa. Peneliti sebagai penutur bahasa Indonesia dan ahli dalam bidang pragmatik dan kesantunan berbahasa memiliki bekal intelektual maupun intuitif yang cukup memadai untuk mendapatkan data penelitian yang sesuai dengan yang dibutuhkan. Sebagai bekal pengumpulan data, peneliti melengkapi diri dengan format pengumpulan data sebagai berikut: 1. Data pematuhan prinsip kesantunan berbahasa dalam kegiatan diskusi kelas mahasiswa PBSI Universitas Sanata Dharma angkatan 2014 Data tuturan: ………………………………………………………………………………… …………... Konteks tuturan: ………………………………………………………………………………… …………… Analisis:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
………………………………………………………………………………… ……………
2. Data pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa dalam kegiatan diskusi kelas mahasiswa PBSI Universitas Sanata Dharma angkatan 2014 Data tuturan: ………………………………………………………………………………… …………... Konteks tuturan: ………………………………………………………………………………… …………… Analisis: ………………………………………………………………………………… ……………
3.5 Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan-bahan agar dapat dipresentasikan semuanya kepada orang lain (Bogdan & Biklen, 1982).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
Dalam penelitian kualitatif, data dianalisis pada saat pengumpulann data dan setelah selesai pengumpulan data. Prosedur analisis data kualitatif dibagi dalam lima langkah, yaitu: 1) mengorganisasi data, 2) membuat kategori, menentukan tema dan pola; 3) menguji hipotesis yang muncul dengan menggunakan data yang ada, 4) mencari eksplanasi alternatif datadan 5) menulis laporan. Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dengan langkah sebagai berikut. 1. peneliti mengidentifikasi data 2. peneliti mengklasifikasi data 3. peneliti mengintepretasi (pemaknaan) data 4. peneliti mendeskripsikan data Data dalam penelitian ini berupa tuturan yang terjadi selama kegiatan diskusi kelas berlangsung, diidentifikasi berdasarkan indikator kesantunan berbahasa berdasarkan tuturannya. 3.6 Triangulasi Data Penelitian kesantunan berbahasa dalam kegiatan diskusi kelas mahasiswa PBSI Universitas Sanata Dharma angkatan 2014 menggunakan teknik triangulasi untuk memeriksa keabsahan data yang telah diperoleh dari hasil penelitian. Menurut Lexy J. Moleong (2006: 330), triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data. Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
penelitian ini, peneliti membuat triangulasi dengan tujuan untuk melakukan pengecekan terhadap validitas dan keterpercayaan hasil temuan. Triangulasi dalam penelitian ini menggunakan teknik pemeriksaan yang memanfaatkan keahlian peneliti lain untuk membantu mengurangi ketidakcermatan dalam langkah pengumpulan data. Peneliti lainnya yang melakukan pengecekan dalam triangulasi penelitian ini ialah Ibu Dr. Yuliana Setiyaningsih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data Data penelitian berupa tuturan dari kegiatan diskusi kelas mahasiswa PBSI Universitas Sanata Dharma angkatan 2014 dengan jangka waktu bulan Februari sampai Maret 2015. Jumlah data yang dianalisis sebanyak 70 tuturan. Data dianalisis berdasarkan prinsip kesantunan dengan kaidah kesantunan menurut Leech (1993) juga konsep muka dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 49-55). Data tersebut digolongkan menjadi dua, yaitu pematuhan dan pelanggaran terhadap prinsip kesantunan. Peserta diskusi maupun kelompok penyaji dapat memanfaatkan diskusi kelas ini untuk saling bertukar pikiran dan wawasan dengan cara memberi pendapat, kritik, pujian, simpati tentang hal yang didiskusikan. Oleh karena itu, dalam kegiatan diskusi kelas ini baik peserta diskusi maupun kelompok penyaji dapat memberikan tanggapan balik satu sama lain. Peneliti mengelompokkan data yang dianalisis itu berdasarkan kaidah yang ditetapkan oleh Leech (1993), juga Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 49-55) serta didukung dengan diksi yang mencerminkan kesantunan dari Pranowo (2012: 104). Peneliti menggunakan kaidah kesantunan dari Leech karena sub maksim dari Leech sesuai dengan apa yang harus diperhatikan ketika diskusi kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
Diskusi yang baik seharusnya dapat memperhatikan dan menggunakan maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan dan maksim simpati sesuai dengan sub maksim dari Leech (1993), kemudian untuk mendukung analisis peneliti juga menyertakan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 52-55) untuk mengukur tingkat keterancaman muka, karena suatu tuturan bisa terlihat santun dari salah satu kaidah kesantunan namun juga harus dicermati maksud dari tuturan tersebut apakah mengancam muka atau tidak karena hal itu juga mempengaruhi apakah sebuah tuturan itu dapat dikatakan santun atau tidak. Penggunaan diksi yang digunakan penutur untuk mengungkapkan sebuah tuturan juga dicermati dengan diksi kesantunan dari Pranowo (2012: 104). Jadi, dalam setiap analisis tuturan peneliti menggunakan prinsip kesantunan yang diambil dari kaidah dan pandangan ahli tersebut. Berikut ini deskripsi data yang digunakan dalam penelitian. 4.1 Tabel: Pematuhan prinsip kesantunan berbahasa No.
Jenis maksim
Strategi kesantunan
Jumlah
1.
Maksim kebijaksanaan
Kesantunan positif
8
Kesantunan positif 2.
4
Maksim kedermawanan Kesantunan negatif
1
3.
Maksim pujian
Kesantunan positif
6
4.
Maksim kesepakatan
Kesantunan positif
3
Jumlah
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
4.2 Tabel: Pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa No.
Jenis maksim
Strategi kesantunan
Jumlah
1.
Maksim kebijaksanaan
Kesantunan positif
11
2.
Maksim kedermawanan
Kesantunan positif
9
3.
Maksim pujian
Kesantunan positif
11
4.
Maksim kerendahan hati
Kesantunan positif
4
5.
Maksim kesepakatan
Kesantunan positif
5
6.
Maksim kesimpatisan
Kesantunan positif
8
Jumlah
48
4.2 Analisis Data
Hasil penelitian terhadap kesantunan berbahasa dalam diskusi kelas mahasiswa PBSI Universitas Sanata Dharma angkatan 2014 adalah sebagai berikut. 4.2.1 Analisis pematuhan data tuturan diskusi kelas mahasiswa PBSI angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma berdasarkan prinsip kesantunan.
4.2.1.1 Pematuhan Maksim Kebijaksanaan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijaksanaan dapat diartikan sifat atau kepandaian dalam menggunakan akal budinya (pengalaman dan pengetahuannya), arif, tajam pikiran dan mempunyai kecakapan atau berhatihati apabila menghadapi kesulitan. Ketika bertutur, sifat bijaksana juga harus diperhatikan agar proses komunikasi antara penutur dan mitra tutur dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
berjalan dengan lancar dan terasa santun. Gagasan untuk bertutur santun ini dikemukakan oleh Leech (1993) ke dalam 6 maksim, salah satunya maksim kebijaksanaan dimana
penutur diharuskan untuk meminimalkan kerugian
orang lain atau memaksimalkan keuntungan orang lain agar tuturan menjadi santun. Maksim kebijaksanaan mengamanatkan bahwa hendaknya penutur harus mengurangi keuntungan dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan bagi orang lain ketika bertutur. Maksim ini kebanyakan diungkapkan dengan tuturan impositif dan komisif. Ujaran impositif adalah ujaran yang digunakan untuk menyatakan perintah atau suruhan, sedangkan ujaran komisif adalah ujaran yang berfungsi untuk menyatakan kesanggupan atau kesediaan penutur. Dengan berpedoman pada maksim ini, diharapkan proses komunikasi dapat berjalan dengan baik dan tidak ada rasa saling menyakiti antara penutur maupun mitra tutur. Dalam lingkup formal, pematuhan terhadap maksim ini sering dijumpai, salah satunya dalam proses pembelajaran diskusi kelas seperti di bawah ini: 1)
Penyaji : Selamat pagi teman-teman, kami dari... Peserta diskusi : (ramai) Penyaji : Hallo teman-teman ? bisa dimulai ? Peserta diskusi : Iyaa dimulai wae hahahaha.... Penyaji :Terimakasih atas waktu dan kesempatannya, kami harap kalian memperhatikan ya, karena diskusi ini penting bagi kita semua jadi mohon kerjasamanya ya, oh ya sebelumnya disini kami dari kelompok 3 akan mempresentasikan hasil diskusi kami, kami akan menjelaskan perbedaan mendasar dari fon, fonemik dan fonem. Konteks: Penutur adalah seorang penyaji. Tuturan terjadi di dalam kelas yang ditujukan kepada seluruh mitra tutur (peserta diskusi) ketika akan memulai jalannya diskusi kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
2)
Peserta diskusi : Ini saya buka di buku dan di slide kalian kok berbeda ya ? penulisan pesolek di buku dan slide tidak sama, yang benar yang mana ? Penyaji : Ohh iya mas halaman berapa ? Peserta diskusi : Ini 53, Penyaji : Iya jadi pesolek ehh, ehh iya maaf kami salah, penulisan kami salah, makasih mas atas masukan dan pembenarannya bagi kelompok kami. Konteks: Penutur adalah seorang penyaji. Tuturan terjadi di dalam diskusi kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari penyaji ketika mendapat sanggahan dari peserta diskusi bahwa yang ditayangkan di slide berbeda dengan yang ada di buku acuan.
3)
Penyaji 1 : Mungkin menurut kelompok kami seperti itu hubungan antara moral hidup dan bunuh diri. Untuk yang selanjutnya akan dijelaskan oleh teman saya. Penyaji 2 : Baik terimakasih mas Thomas, saya akan menjelaskan mengenai faktor-faktor penyebab bunuh diri. Yang pertama depresi, 60% dari semua kasus bunuh diri dilakukan oleh orang yang mengalami gangguan suasana hati atau depresi. Konteks: Penutur adalah seorang penyaji. Tuturan terjadi di dalam diskusi kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari penyaji terhadap penyaji lain di kelompoknya yang mempersilahkannya untuk melanjutkan penjelasan materi diskusi presentasi ketika sedang berlangsung.
4)
Peserta diskusi 1 : Pertanyaan saya belum dijawab loh... Peserta diakusi 2 : Uwes uwes put Penyaji : Oh ya mohon maaf, tadi pertanyaan dari Putri ternyata memang belum kami jawab, kami lupa dan akan saya jawab sekarang, sambil kelompok selanjutnya mempersiapkan presentasi ya. Peserta diskusi 1 : Nahh too emang belom kok Konteks: penutur adalah seorang penyaji. Tuturan adalah tanggapan penutur (penyaji) atas pernyataan dari salah satu peserta diskusi yang merasa pertanyaannya belum dijawab.
Data tuturan (1) dituturkan oleh seorang penyaji ketika akan memulai jalannya proses diskusi dalam mata kuliah fonologi kelas B. Tuturan mengandung tindak tutur komisif, yakni tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk meningkatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang. Tindak tutur ini menyatakan apa saja yang dimaksudkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
oleh
penutur.
Penutur
(penyaji)
menyatakan
kesediaanya
untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, dengan tuturan itu penutur bermaksud untuk memberitahukan kepada peserta diskusi bahwa diskusi kelas akan segera dimulai, sehingga peserta diskusi dapat menyesuaikannya. Penutur menggunakan diksi yang
mencerminkan kesantunan ketika
menuturkan pesannya yakni “terima kasih” yang berarti mencerminkan rasa hormat kepada mitra tutur (peserta diskusi), selain itu dalam pengucapannya pun dengan nada yang enak didengar. Hal ini tentunya juga mematuhi prinsip kesantunan Leech (1993: 168), khususnya maksim kebijaksanaan yakni tuturan haruslah membuat keuntungan orang lain sebesar mungkin, yang terlihat dalam tuturan “terimakasih atas waktu dan kesempatannya, disini kami dari kelompok 3 akan mempresentasikan hasil diskusi kami”. Dengan menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan “terimakasih atas waktu dan kesempatannya”, penutur bermaksud untuk menghormati mitra tutur (peserta diskusi) yang telah datang untuk mengikuti diskusi kelas, walaupun pada awalnya mitra tutur (peserta diskusi) tidak mendengarkan dan tidak peduli
pada kelompok
penyaji, bahkan
menertawakan penutur (penyaji). Cara bertutur dalam data tuturan (1) juga memperlihatkan bahwa penutur (penyaji) telah menggunakan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), dimana penutur menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif yakni melebihkan pengertian dan keinginan kepada pendengar. Penutur mencoba untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
menunjukkan pengertiannya terhadap mitra tutur sehingga mitra tutur akan merasa lebih dihormati, disini penutur mencoba menghargai apa yang dilakukan mitra tutur walaupun apa yang dilakukan justru mengganggunya untuk memulai diskusi. Melihat hal tersebut, penutur tidak terpancing emosi ketika menanggapinya, justru dengan santai dan hal ini akan meminimalkan pertentangan. Hal ini juga akan memberikan keuntungan kepada mitra tutur yakni perasaan senang mengikuti diskusi kelas ini karena sangat dihormati dan dihargai kedatangannya, selain itu penutur telah menunjukkan kedekatan dan solidaritas dengan mitra tutur karena bagaimana pun mereka teman satu kelas dan akan lebih baik jika menghindari pertentangan sehingga proses diskusi kelas dapat berjalan dengan lancar karena adanya rasa solidaritas. Selanjutnya data tuturan (2), dituturkan oleh seorang penyaji ketika diskusi kelas memasuki sesi tanya jawab pada mata kuliah fonologi kelas B. Tuturan tersebut mengandung tindak tutur komisif, yakni tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk meningkatkan dirinya terhadap tindakantindakan di masa yang akan datang. Tindak tutur ini menyatakan apa saja yang dimaksudkan oleh penutur. Penutur (penyaji) bersedia menerima masukan dari peserta diskusi dan mengakui kesalahannya dengan maksud untuk menghargai masukan dari peserta diskusi sehingga nantinya apabila ada yang memberi saran lagi, peserta diskusi tidak ragu-ragu karena direspon dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
Penutur menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan dalam tuturannya yakni “terima kasih” ditujukan kepada mitra tutur (peserta diskusi) yang sudah meralat penulisannya di powerpoint dan “maaf” yang ditujukan kepada seluruh peserta diskusi karena kelompok penutur (penyaji) melakukan kesalahan dalam hal penulisan. Tuturan tersebut juga mematuhi prinsip kesantunan Leech (1993: 168), dengan maksim kebijaksanaan yakni membuat keuntungan orang lain sebesar mungkin, terlihat dalam tuturan “ehh iya maaf kami salah, penulisan kami salah, makasih mas atas masukan dan pembenarannya bagi kelompok kami”, jelas terlihat bahwa penutur (penyaji) bersedia
menerima dan mengakui kesalahannya dengan begitu akan
memberikan efek positif dan keuntungan bagi mitra tutur karena mitra tutur akan merasa pendapatnya benar dan itu akan menjaga muka positif mitra tutur di depan peserta diskusi yang lain serta merasa dihargai (direspon dengan baik). Cara bertutur dalam data tuturan (2) juga mencerminkan penggunaan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), dimana penutur menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif yakni melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur. Penutur (penyaji) mencoba untuk menghargai tindakan yang dilakukan mitra tutur (peserta diskusi), dengan menghargai apa yang dilakukan mitra tuturnya (peserta diskusi) yakni memberikan masukan untuk kelompok penyaji dengan begitu akan memberikan efek positif dan keuntungan bagi mitra tutur karena mitra tutur akan merasa pendapatnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
benar dan dihargai, hal ini akan membuat proses diskusi menjadi semakin lancar dan kondusif karena meminimalkan pertentengan. Data tuturan (3) dituturkan oleh seorang penyaji kepada penyaji lain dalam kelompoknya untuk memberikan kesempatan penyaji lain menjelaskan materi pada mata kuliah teologi kelas P. Tuturan tersebut mengandung tindak tutur komisif, yakni tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk meningkatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang. Tindak tutur ini menyatakan apa saja yang dimaksudkan oleh penutur. Penutur (penyaji) menyatakan kesediaanya untuk melanjutkan menjelaskan materi yang sedang didiskusikan, tuturan tersebut dimaksudkan untuk menghargai penyaji lain yang sudah mempersilahkannya untuk melanjutkan materi. Selanjutnya data tuturan (3) dianggap santun karena mematuhi prinsip kesantunan Leech (1993: 168), yakni maksim kebijaksanaan karena tuturan tersebut membuat keuntungan bagi orang lain, terlihat dalam tuturan “baik terimakasih mas Thomas, saya akan menjelaskan mengenai faktor-faktor penyebab bunuh diri”, dimana penutur (penyaji) bermaksud untuk menghargai mitra tutur (penyaji lain dikelompoknya) yang telah memberikan kesempatan untuk menjelaskan materi diskusi, dengan saling menghargai maka akan terjadi solidaritas dan jalannya proses diskusi akan berjalan dengan baik. Data tuturan (3) semakin santun karena didukung dengan penggunaan diksi yang mencerminkan kesantunan Pranowo (2012: 104) “terimakasih” dan “mas” yang dapat diartikan bahwa penutur (penyaji)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
menghargai kesempatan yang diberikan dan menghormati mitra tutur yang dianggap lebih tua darinya dengan mengucapkan “mas” dan juga kata tersebut sering dijumpai dalam budaya jawa yang menandakan bahwa penutur menghormati mitra tutur walaupun mitra tutur mungkin tidak lebih tua dari penutur. Cara bertutur dalam data tuturan (3) juga mencerminkan penggunaan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), dimana penutur menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif yakni melibatkan penutur dan mitra tutur dalam aktivitas. Tuturan tersebut membuat penutur menjadi terlibat dalam kegiatan diskusi dan mendapat kesempatan untuk menjelaskan materi diskusi, dengan begitu penutur akan bisa menjelaskan materi dan kemampuannya akan dilihat oleh dosen sehingga mendapatkan nilai, maka dengan adanya solidaritas tentu akan membuat proses diskusi menjadi semakin baik dan solid. Selanjutnya data tuturan (4), dituturkan oleh seorang penyaji untuk menanggapi pernyataan dari seorang peserta diskusi ketika diskusi telah selesai pada mata kuliah teori sastra kelas B. Tuturan tersebut mengandung tindak tutur komisif, yakni tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk meningkatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang. Tindak tutur ini menyatakan apa saja yang dimaksudkan oleh penutur. Penutur (penyaji) mengakui bahwa salah satu pertanyaan dari peserta diskusi belum terjawab, padahal proses diskusi sudah selesai dan peserta diskusi sudah lupa akan hal itu. Ketika mengungkapkannya, penutur menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
diksi yang mencerminkan kesantunan yakni “mohon maaf” kepada mitra tutur (peserta diskusi) karena lupa menjawab salah satu pertanyaan yang diajukan ke kelompoknya. Hal ini tentunya mematuhi prinsip kesantunan Leech (1993: 168), dengan maksim kebijaksanaan yakni membuat keuntungan orang lain sebesar mungkin, terlihat dalam tuturan “mohon maaf, tadi pertanyaan dari Putri ternyata belum kami jawab, kami lupa dan akan saya jawab sekarang”, dalam tuturan penutur bersedia mengakui bahwa ada salah satu pertanyaan yang belum dijawab padahal proses diskusi sudah selesai. Dilihat dari cara bertuturnya,
tuturan tersebut juga mencerminkan
penggunaan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), dimana penutur menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif yakni melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati. Penutur mencoba untuk menghargai dan menerima pernyataan dari mitra tutur bahkan membenarkan pernyataannya sehingga melindungi muka positif mitra tutur, dimana muka positif yaitu keinginan setiap orang untuk dihargai hal-hal yang dilakukannya. Penutur
mencoba menggunakan
kesantunan positif dengan membenarkan pernyataan mitra tuturnya, dengan begitu penutur akan memberikan efek positif dan keuntungan bagi mitra tutur karena hal tersebut membuat mitra tutur merasa dihargai dan dihormati oleh kelompok penyaji, juga mitra tutur akan senang karena pernyataanya memang benar tidak seperti yang dikatakan peserta diskusi lainnya yang mengatakan sudah dijawab. Hal ini akan membuat proses diskusi menjadi baik karena adanya rasa saling menghargai dan meminimalkan terjadinya pertentangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
4.2.1.2 Pematuhan Maksim Kedermawanan Kedermawanan mempunyai arti sebagai kebaikan hati terhadap sesama manusia atau kemurahan hati (KBBI). Melihat hal ini, apabila suatu tuturan memperhatikan kebaikan hati atau kemurahan hati maka dapat dipastikan proses komunikasi dapat berjalan dengan lebih baik, karena bila antara penutur dan mitra tutur sama-sama berbaik hati maka tuturan tidak akan melukai satu sama lain. Leech mempunyai gagasan agar tuturan terasa santun salah satunya dengan memperhatikan arti kedermawanan, yakni tuturan haruslah membuat keuntungan diri sendiri sekecil mungkin dan buatlah kerugian
diri
sendiri
sebesar
mungkin
yang
dinamakan
maksim
kedermawanan (kerendahan hati), dengan mematuhi prinsip ini maka tuturan dapat menjadi lebih santun baik dalam lingkup sehari-hari maupun formal. Maksim kedermawanan mengamanatkan agar penutur mau merugi atau membuat keuntungan diri sendiri sekecil mungkin. Penutur yang mampu mematuhi maksim ini akan dianggap orang yang tahu sopan santun, pintar menghargai orang lain, dan jauh dari prasangka buruk lawan tuturnya. Berbeda dengan maksim kebijaksanaan, tuturan ini biasanya diujarkan dengan ujaran ekspresif dan asertif. Ujaran ekspresif adalah ujaran yang digunakan untuk menyatakan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan sedangkan ujaran asertif adalah ujaran yang lazim digunakan untuk menyatakan kebenaran tuturan yang diujarkan. Apabila dalam suatu proses komunikasi mempunyai kecenderungan untuk mematuhi maksim ini, maka dpat dipastikan proses komunikasi dapat berjalan dengan lebih baik karena baik penutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
maupun mitra tutur ada keinginan untuk saling menghargai dan tidak akan menyakiti satu sama lain. Pematuhan terhadap maksim ini banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari atau lingkup formal, dalam lingkup formal pematuhan terhadap maksim ini sering dijumpai, salah satunya pada proses pembelajaran diskusi kelas seperti di bawah ini: 12)
Penyaji : Ya terimakasih, mungkin masih ada yang ingin ditanyakan ? oh ya mbak silahkan Peserta diskusi : Saya cuma mau tanya apakah di makalah dicantumkan daftar pustakanya ? soalnya kan itu di slide tidak ada, dan seharusnya kan tetap harus di cantumkan menurut saya dan kalian mengambil dari buku atau internet atau dari mana, ya terimakasih Penyaji : Ohh iya maaf, kami lupa mencantumkan sumbernya, kami mengambil dari internet dan juga buku tapi kami lupa cantumkan itu mbak di slide, kalau di makalah ada kok mbak dan ini kesalahan kami, makasih mbak sudah mengingatkan. Konteks: Penutur adalah seorang penyaji. Tuturan terjadi di dalam diskusi kelas yang ditujukan kepada mitra tutur (peserta diskusi) ketika sesi tanya jawab masih berlangsung.
10)
Penyaji : Sebelumya saya mohon maaf, soalnya saya itu agak susah mengatakan huruf “f” dan “ep”, jadi apabila nanti salah mohon maaf. Nah yang pertama ponemik itu . . . Peserta diskusi : Hahaha po po Penyaji : Jangan diketawain Konteks: Penutur dan mitra tutur berada dalam suatu diskusi kelas. Tuturan merupakan pernyataan dari penutur (penyaji) untuk menjelaskan kekurangannya yakni dalam hal menyebutkan huruf kepada seluruh peserta diskusi.
13)
Penyaji : Apakah ada yang mau bertanya lagi ? ohh ya yang dibelakang Peserta diskusi : Saya mau menambahkan saja, coba di slide ke 2 apa 3 tadi, nah ya itu, apakah benar cara kalian menulis kutipan seperti itu ? Penyaji : Yang mana mbak, ohh iya iya itu kesalahan kami, kami kurang cermat dalam menulis kutipan, terimakasih atas pembenarannya mbak, apakah ada lagi ? Konteks: Penutur adalah seorang penyaji. Tuturan terjadi di dalam diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
tanggapan penutur (penyaj) terhadap masukan dari mitra tutur (peserta diskusi). Data tuturan (12) dituturkan oleh seorang penyaji ketika diskusi kelas memasuki sesi tanya jawab pada mata kuliah teologi moral kelas P. Tuturan tersebut mengandung tindak tutur asertif yakni mengandung ujaran yang lazim digunakan untuk menyatakan kebenaran tuturan yang diujarkan. Penutur (penyaji) menyatakan bahwa memang kelompoknya melakukan kesalahan dengan tidak mencantumkan daftar pustaka di slidenya. Terlihat bila tuturan tersebut justru akan membuat kerugian bagi penutur sendiri bahkan juga bagi kelompoknya, karena memberikan jawaban yang sesuai fakta itu bisa memberikan ancaman bagi penutur, akan tetapi penutur bersedia mengakui hal tersebut tanpa adanya paksaan dari pihak lain. Data tuturan (12) dianggap santun karena mematuhi prinsip kesantunan Leech (1993: 210) yakni maksim kedermawanan, dimana tuturan haruslah membuat keuntungan diri sendiri sekecil mungkin dan membuat kerugian diri sendiri sebesar mungkin, terlihat dalam tuturan “Ohh iya maaf, kami lupa mencantumkan sumbernya, kami mengambil dari internet dan juga buku tapi kami lupa cantumkan itu mbak di slide, kalau di makalah ada kok mbak dan ini kesalahan kami, makasih mbak sudah mengingatkan”, dengan mengakui bahwa penyaji dan kelompoknya melakukuan kesalahan dengan tidak mencantumkan daftar pustaka di slidenya, terlihat bahwa itu akan merugikan bagi dirinya sendiri karena bisa mendapatkan nilai kurang dari dosen. Cara bertutur dalam data tuturan (12) juga mencerminkan penggunaan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
dimana penutur menjaga muka positif dirinya dan kelompoknya dengan menggunakan kesantunan postif yakni memberi alasan. Penutur mencoba untuk memberi alasan dan menyelamatkan muka dirinya juga kelompoknya agar tidak disalahkan atas kelalaian kelompok tidak mencantumkan sumber materinya. Selain itu, penutur (penyaji) juga menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan Pranowo (2012: 104) yakni “maaf” dan “terimakasih” yang mencerminkan kesantunan dan rasa hormat kepada mitra tutur (peserta diskusi) yang sudah mengingatkan kesalahan yang telah dibuat kelompok penyaji, sehingga membuat tuturan tersebut menjadi semakin santun. Data tuturan (10), dituturkan oleh seorang penyaji ketika akan memulai menjelaskan materi diskusi mata kuliah fonologi kelas B. Tuturan tersebut mengandung tindak tutur asertif yakni mengandung ujaran yang lazim digunakan untuk menyatakan kebenaran tuturan yang diujarkan. Penutur (penyaji) mengemukakan bahwa dirinya mempunyai kekurangan dalam mengucapkan huruf “f” dan bersedia mengakui kekurangannya sebelum memulai menjelaskan materi. Data tuturan (10) dipandang sebagai bentuk tuturan yang santun karena menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan dalam berbicara yakni “mohon maaf”, hal ini dimaksudkan penutur (penyaji) agar mitra tutur (peserta diskusi) berkenan dan mengerti akan kekurangan dari penutur (penyaji). Ketika menuturkan kekurangannya, penutur mematuhi prinsip kesantunan Leech (1993: 210), khususnya maksim kedermawanan yakni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
membuat keuntungan diri sendiri sekecil mungkin dan membuat kerugian diri sendiri sebesar mungkin, terlihat dalam tuturan “sebelumnya saya mahon maaf, soalnya saya itu agak susah mengatakan huruf “f” dan “ep”, jadi apabila nanti salah mohon maaf”, dengan mengakui kekurangannya tersebut, tentu itu akan merugikan bagi penutur karena memberikan jawaban sesuai dengan fakta itu bisa mengancam mukanya sendiri apalagi dalam hal kekurangannya, hal itu terlihat dari reaksi yang diberikan mitra tutur yakni menertawakannya, namun penutur dengan lapang dada tidak marah kepada mitra tutur dan melanjutkan menjelaskan materi. Cara bertutur dalam data tuturan (10) juga mencerminkan penggunaan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 52-53), dimana penutur menjaga muka negatif penutur sendiri, muka negatif adalah muka yang terancam, dengan mengakui kekurangannya sendiri maka akan mengakibatkan muka penutur akan terancam karena bisa saja dijadikan bahan guyonan oleh mitra tutur dan mukanya akan jatuh. Penutur meminta maaf akan kekurangannya kepada mita tutur dengan tujuan agar apa yang diucapkannya nanti apabila salah dapat dimaklumi dan dimengerti dan dengan tuturan yang demikian, penutur berkeinginan agar ia dihargai dengan membiarkannya bebas melakukan tindakan dalam hal mengucapkan huruf “f” dan apabila nantinya ada salah kata tidak ditertawakan lagi. Penutur mencoba menggunakan kesantunan negatif dengan meminta maaf kepada mitra tuturnya akan kekurangan yang dimiliki dan berharap agar dirinya bisa dengan bebas ketika mengucapkan huruf “f” walaupun salah setidaknya mitra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
tutur tidak menertawakannya dan berharap mitra tutur menghargai kekurangannya dengan begitu proses diskusi bisa berjalan dengan lancar. Data tuturan (13), dituturkan oleh seorang penyaji ketika sesi tanya jawab diskusi kelas mata kuliah teori sastra kelas B. Tuturan tersebut mengandung tindak tutur asertif yakni mengandung ujaran yang lazim digunakan untuk menyatakan kebenaran tuturan yang diujarkan. Penutur (penyaji) menyatakan bahwa telah terjadi kesalahan penulisan yang dilakukan oleh dirinya dan kelompoknya. Hal itu bisa merugikan dirinya sendiri dan kelompoknya, karena kesalahan dalam hal penulisan kutipan itu sesuatu yang kurang bisa diterima oleh dosen karena sudah pernah diajarkan, terlihat di akhir presentasi dosen memberitahu kelompok tentang kesalahan penulisan yang dibuat kelompok itu. Data tuturan (13) dianggap santun karena mematuhi prinsip kesantunan Leech (1993: 210) yakni maksim kedermawanan, dimana tuturan haruslah membuat keuntungan diri sendiri sekecil mungkin dan membuat kerugian diri sendiri sebesar mungkin, terlihat dalam tuturan “yang mana mbak ? ohh iya iya itu kesalahan kami, kami kurang cermat dalam menulis kutipan, terimakasih atas pembenarannya mbak, apakah ada lagi ?”, dengan mengakui telah terjadi kesalahan tentu itu akan merugikan dirinya sendiri karena bisa membuat nilai kurang di mata dosen pengajar. Melihat hal itu, penutur justru dengan rendah hati meminta maaf kepada mitra tutur dengan menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan Pranowo (2012: 104) yakni “maaf”, dengan begitu penutur telah mencerminkan rasa hormat kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
mitra tutur (peserta diskusi) dan menambah nilai kesopanannya, sehingga proses diskusi akan menjadi semakin berjalan dengan lancar. Cara bertutur dalam data tuturan (13) juga menunjukkan bahwa penutur menggunakan strategi kesantunan Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), dimana penutur menjaga muka positif dirinya dan kelompoknya dengan menggunakan kesantunan positif yakni memberikan alasan kepada mitra tutur. Penutur
mencoba untuk menyelamatkan muka dirinya dan
kelompoknya agar tidak disalahkan atas kesalahan yang terjadi. Selain itu, penutur (penyaji) juga menggunakan diksi yang santun Pranowo (2012: 104) yakni “maaf” dan “terimakasih” yang mencerminkan kesantunan dan rasa hormat kepada mitra tutur (peserta diskusi) yang sudah mengingatkan kesalahan yang telah dibuat kelompok penyaji, sehingga membuat tuturan tersebut menjadi semakin santun.
4.2.1.3 Pematuhan Maksim Pujian Maksim pujian adalah maksim yang menuntut kesediaan penutur untuk selalu memberikan pujian atas keberhasilan atau kelebihan mitra tutur. Pada maksim ini aspek negatifnya yang lebih penting yaitu jangan mengatakan halhal yang tidak menyenangkan mengenai orang lain terutama mengenai mitra tutur, dengan begitu diharapkan proses komunikasi dapat berjalan dengan lebih baik karena mitra tutur akan merasa senang dan tidak saling menyakiti. Apabila dalam tuturan sehari-hari dapat memaksimalkan maksim ini maka proses komunikasi dapat menjadi santun. Sifat suka memuji orang lain akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
dimuliakan namanya sebagai orang yang santun. Tidak perlu menunggu seseorang melakukan hal yang sangat hebat dan berpengaruh terhadap banyak orang, dengan hal-hal kecil pun seseorang layak untuk diberikan pujian dari penutur, misalnya “wahh, penjelasan materi dari kelompokmu hebat ya, sangat jelas bagi saya dan dose pun berkata demikian”. Tuturan seperti itu sudah dapat dianggap santun karena memberikan rasa senang dengan memuji mitra tutur. Tuturan haruslah membuat mitra tutur merasa senang dengan apa yang diucapkan penutur dengan begitu penutur dapat diakatakan menjadi orang yang santun. Banyak hal yang dapat membuat mitra tutur merasa senang salah satu yaitu dengan memberinya pujian, dengan memberi pujian berarti penutur menghargai apa yang telah dicapai atau dilakukan mitra tutur jadi dapat dikatakan pujian adalah salah satu indikator tuturan dapat dikatan santun. Leech (1993) membuat gagasan mengenai tuturan yang santun salah satunya dengan memaksimalkan pujian terhadap orang lain yakni maksim pujian, dalam maksim ini penutur dituntut untuk selalu memberikan pujian atas keberhasilan atau kelebihan mitra tutur. Maksim ini aspek negatifnya yang lebih penting yaitu jangan mengatakan hal-hal yang tidak menyenangkan mengenai orang lain terutama mengenai mitratutur, dengan begitu diharapkan proses komunikasi dapat berjalan dengan lebih baik karena mitra tutur akan merasa senang dan tidak saling menyakiti. Seperti halnya dalam percakapan sehari-hari baik formal mau pun non formal sering dijumpai tuturan samacam itu baik yang mematuhi atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
pun yang melanggar, dalam lingkup formal pematuhan terhadap maksim ini dapat dijumpai, salah satunya dalam proses pembelajaran diskusi kelas seperti di bawah ini: 14)
Peserta Diskusi 1 : Eee mungkin saya bisa sedikit membantu kelompok, karena dulu saya di SMA dari jurusan bahasa dan mengerti akan hal tersebut Peserta Diskusi 2 : Wuissss, wuihhh hebat (tepuk tangan) Peserta Diskusi 1 : Yaya sudah makasih, saya lanjutkan yaa... Konteks: Penutur dan mitra tutur berada dalam diskusi kelas dalam sesi tanya jawab. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (peserta diskusi 1) terhadap pernyataan dari mitra tutur (peserta diskusi 2) ketika ingin membantu kelompok menjawab pertanyaan.
15)
Peserta diskusi : Sebelumnya mari kita beri applouse buat kalompok ini karena penjelasannya begitu jelas dan lengkap menurut saya. Penyaji : Iya terimakasih banyak Konteks: Penutur adalah peserta diskusi. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (peserta diskusi) terhadap presentasi yang telah dilakukan oleh kelompok penyaji.
16)
Penyaji : Ya jadi seperti itu, apa sudah dimengerti ? Peserta diskusi : Ohh ya, terimakasih penjelasan dari teman Ann, saya rasa penjelasannya sangat baik dan lengkap dan pertanyaan saya sudah terjawab. Konteks: Penutur adalah peserta diskusi. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (peserta diskusi) terhadap jawaban dari mitra tutur (penyaji) setelah selesai menjawab pertanyaannya.
Data tuturan (14), dituturkan oleh salah seorang peserta diskusi ketika sesi tanya jawab diskusi kelas mata kuliah teori sastra kelas B. Tuturan tersebut mengandung tindak tutur ekspresif yakni tindak tutur yang menyatakan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Penutur mengungkapkan rasa kagumnya kepada mitra tutur (peserta diskusi 1) karena dia mengetahui jawaban yang tidak dapat dijawab oleh kelompok penyaji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
ketika sesi tanya jawab dan ternyata dia berasal dari sekolah jurusan bahasa, berbeda dengan kebanyakan peserta diskusi yang lain. Ketika mengungkapkan kekagumannya, penutur (peserta diskusi 2) telah mematuhi prinsip kesantunan Leech (1993: 212) yakni maksim pujian, dimana penutur memberikan pujian atas kelebihan mitra tutur, terlihat dalam tuturan “wuisss, wuihh hebat”, meskipun tuturan tersebut tidak menggunakan diksi yang santun, tetapi tetap dinilai santun karena kalimat tersebut mendorong peserta diskusi lain untuk ikut memuji mitra tutur dan hal itu dibuktikan dengan tepuk tangan dari peserta diskusi yang lain, selain itu juga menimbulkan rasa senang bagi mitra tutur. Pujian seperti itu sudah cukup untuk bersikap santun kepada mitra tutur (peserta diskusi 1) karena menimbulkan rasa senang dengan apa yang dikatakan penutur. Cara bertutur dalam data tuturan (14) juga mencerminkan penggunaan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), dimana penutur menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif yakni membesar-besarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur. Penutur mencoba untuk memberikan perhatian lebih atas tuturan yang dituturkan oleh mitra tuturnya. Tuturan tersebut memperlihatkan bahwa penutur mencoba menggunakan kesantunan positif dengan membesar-besarkan perhatian dan simpati kepada mitra tutur dengan memberikan sugesti kepada peserta diskusi lain untuk memberikan tepuk tangan seperti yang dilakukannya, dengan begitu mitra tutur merasa sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
senang bahwa apa yang dilakukannya dihargai oleh semua peserta diskusi yang lain. Selanjutnya data tuturan (15), dituturkan oleh seorang peserta diskusi ketika presentasi selesai dan akan memasuki sesi tanya jawab pada mata kuliah teori sastra kelas B. Tuturan tersebut mengandung tindak tutur asertif yakni mengandung ujaran yang lazim digunakan untuk menyatakan kebenaran tuturan yang diujarkan. Penutur menyatakan bahwa presentasi dari kelompok penyaji begitu jelas dan lengkap ketika sesi tanya jawab akan dimulai. Hal ini tentu membuat kelompok penyaji menjadi senang karena mendapat apresiasi positif dari mitra tutur (peserta diskusi). Data tuturan (15) dianggap santun karena mematuhi prinsip kesantunan Leech (1993: 212) yakni maksim pujian, dimana penutur memberikan pujian atas kelebihan mitra tutur, terlihat dalam tuturan “sebelumnya mari kita beri applouse buat kelompok ini, karena penjelasannya begitu jelas dan lengkap”, penutur menyatakan bahwa presentasi dari kelompok penyaji jelas dan lengkap bahkan meminta peserta diskusi lain untuk memberikan applouse, hal ini tentunya semakin membuat kelompok penyaji senang dan bahagia karena penjelasannya dapat dimengerti dan diterima dengan baik oleh mitra tutur, dengan memaksimalkan pujian maka tuturan dari penutur (peserta diskusi) tersebut termasuk tuturan yang santun. Cara bertutur dalam data tuturan (15) juga mencerminkan penggunaan strategi kesantunan Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), dimana penutur menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
positif yakni membesar-besarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur. Penutur mencoba untuk memberikan perhatian dan bersimpati kepada apa yang telah dilakukan mitra tuturnya, penutur mengatakan bahwa presentasi dari kelompoknya sangat bagus dan lengkap dalam menjelaskan materi, dengan begitu mitra tutur akan merasa senang karena apa yang dilakukannya dan kelompoknya sangat dihargai dan dengan begitu jelas akan meminimalkan pertentangan sehingga diskusi kelas menjadi lebih baik lagi karena dapat memotivasi kelompok lain. Selanjutnya data tuturan (16) dituturkan oleh salah seorang peserta diskusi ketika sesi tanya jawab diskusi kelas mata kuliah teori sastra kelas B. Tuturan tersebut mengandung tindak tutur ekspresif yakni tindak tutur yang menyatakan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Penutur (peserta diskusi) menunjukkan sikapnya ketika penutur (peserta diskusi) merasa pertanyaannya sudah dijawab dengan sangat baik oleh penyaji ketika sesi tanya jawab. Ketika menyampaikan pendapatnya, penutur (peserta diskusi) telah mematuhi prinsip kesantunan Leech (1993: 212) yakni maksim pujian, dimana penutur memberikan pujian atas keberhasilan mitra tutur, terlihat dalam tuturan “terimakasih penjelasan dari teman Ann, saya rasa penjelasannya sangat baik dan lengkap”, penutur (peserta diskusi) mengatakan bahwa penjelasan dari mitra tutur (penyaji) sangat baik dan lengkap dan pastinya hal tersebut membuat mitra tutur (penyaji) menjadi senang karena telah berhasil menjawab pertanyaan penutur (peserta diskusi).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
Penutur (peserta diskusi) memberikan pujian atas jawaban penyaji tersebut, dengan begitu penutur telah bertutur santun karena sesuai dengan maksim pujian, selain itu penutur menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan Pranowo (2012: 104) yakni “terimakasih” untuk memulai dan memanggil mitra tutur dengan sebutan “teman” yang membuat mereka menjadi merasa lebih dekat serta saling menghormati satu sama lain, hal tersebut semakin menambah nilai kesantunannya. Cara bertutur dalam data tuturan (16) juga mencerminkan penggunaan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), dimana penutur menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif yakni membesar-besarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur. Penutur mencoba untuk memberikan perhatian dan bersimpati kepada apa yang telah dilakukan mitra tuturnya, dengan memberikan pujian atas apa yang dilakukannya yakni menjawab pertanyaan dengan sangat baik dan lengkap. Hal itu membuat muka positif mitra tutur akan terjaga di mata dosen dan para peserta diskusi yang lain dengan adanya pengakuan dari penutur bahawa jawaban yang diberikan sudah baik dan lengkap, dengan begitu mitra tutur akan merasa senang dan puas karena jawabannya dapat diterima dengan baik.
4.2.1.4 Pematuhan Maksim Kesepakatan Maksim kesepakatan diartikan sebagai maksim yang menuntut penutur untuk sebanyak mungkin bersepakat dengan mitra tutur dan mengurani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
ketaksepakatan. Seseorang yang dapat menaati maksim ini dapat dipandang sebagai orang yang santun dan selalu memperhatikan topik pembicaraan, dengan menaati maksim ini maka percekcokan dapat diminimalisir. Misalnya dalam proses komunikasi antar penutur dan mitra tutur tidak sepaham, diharapkan mereka tidak saling berkonfrontasi agar hubungan tetap baik dan harmonis
bahkan
dianjurkan
untuk
diam
atau
senyum
daripada
berkonfrontasi. Tidak dipungkiri kadang antara penutur dan mitra tutur mempunyai pendapat atau argumen yang berbeda, tetapi alangkah baiknya jika dapat saling berpikir jernih dan mencari titik tengahnya agar menemukan suatu kesepakatan. Tentulah dengan hal tersebut proses komunikasi akan berjalan dengan lebih baik dan tidak menimbulkan konflik, maka dari itu maksim kesepakatan ini perlu diketahui dan ditaati. Ketika proses komunikasi terjadi, sering terjadi konflik atau pertentangan antar pribadi maupun kelompok. Kenyataan tersebut bisa disebabkan karena pandangan atau argumen yang berbeda satu sama lain dan tidak ada yang mau mengalah seperti kasus gubernur jakarta dan DPRD jakarta yang tak kunjung usai berkonflik. Pertanyaannya, mengapa mereka tidak duduk berdampingan dan mencari titik tengahnya daripada saling mempertahankan argumen masing-masing. Itulah contoh realita yang ada dalam masyarakat kita, yang berpangkat saja seperti itu apalagi yang rakyat biasa. Hal tersebut salah satu kasus yang dapat dikatakan melanggar maksim kesepakatan, dimana dalam maksim ini dijelaskan bahwa buatlah kesepakatan sebanyak mungkin dengan mitra tutur maka tuturan tersebut dapat menjadi santun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
Begitu pula dalam komunikasi sehari-hari juga dapat ditemukan pematuhan dalam maksim ini, mereka yang berlapang dada dan mau mengalah, seperti halnya yang ditemukan peneliti di dalam proses pembelajaran diskusi kelas berikut ini: 20)
Penyaji : Jadi seperti itu penjelasan dari saya, jadi antara pantomim dan drama itu berbeda Peserta diskusi 2 : Sebelumnya saya memeperkenalkan diri dulu, nama saya Danea, saya sependapat dengan jawaban dari petrus tadi bahwa pantomim itu berbeda dengan drama, namun perbedaan yang signifikan itu dibagian apa ya ? Konteks: Penutur adalah seorang peserta diskusi. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (peserta diskusi) ketika menanggapi jawaban mitra tutur (penyaji).
Data tuturan (20) dituturkan oleh salah seorang peserta diskusi ketika sesi tanya jawab diskusi kelas mata kuliah teori sastra kelas B. Tuturan tersebut mengandung tindak tutur asertif yakni mengandung ujaran yang lazim digunakan untuk menyatakan kebenaran tuturan yang diujarkan. Penutur (peserta diskusi) menyatakan bahwa dirinya sependapat dengan jawaban mitra tutur (penyaji) walaupun sebenarnya ada hal yang masih kurang sependapat ketika sesi tanya jawab berlangsung. Data tuturan (20) dipandang sebagai bentuk tuturan yang santun karena mengusahakan kesepakatan antara penutur (peserta diskusi) dengan mitra tutur (penyaji), dengan hal itu baik penutur (peserta diskusi) maupun mitra tutur (penyaji) sama-sama menerima dan tidak menimbulkan perdebatan. Hal itu sejalan dengan prinsip kesantunan dari Leech (1993: 217) khususnya maksim kesepakatan yakni membuat kesepakatan diri dan orang lain sebanyak mungkin, terlihat dalam tuturan “saya sependapat dengan jawaban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
dari Petrus tadi bahwa pantomim itu berbeda dengan drama, namun perbedaan yang signifikan itu dibagian apa ya ?”, sebenarnya penutur (peserta diskusi) masih belum puas dengan jawaban mitra tutur (penyaji), akan tetapi penutur (peserta diskusi) mengawali tuturannya dengan mengatakan sependapat dan hal ini menjadikan tuturan tersebut enak didengar dan terasa santun karena penutur (peserta diskusi) berusaha menghargai dan menerima jawaban dari mitra tutur (penyaji) dan tidak mengatakan ketidaksetujuannya secara langsung sehingga tidak mengancam muka mitra tuturnya. Cara bertutur dalam data tuturan (20) juga mencerminkan penggunaan strategi kesantunan Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), dimana penutur menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif yakni membesar-besarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur. Penutur mencoba untuk memberikan perhatian dan bersimpati kepada apa yang telah dilakukan mitra tuturnya, dengan begitu penutur akan melindungi muka positif mitra tuturnya. Penutur mencoba menggunakan kesantunan positif dengan memberikan persetujuan terhadap apa yang telah dijelaskan oleh mitra tutur meskipun sebenarnya masih ada keraguan dalam benak penutur, dengan begitu muka mitra tutur akan aman di mata dosen maupun peserta diskusi yang lain karena jawabannya masih dapat diterima walaupun masih kurang. Penutur telah mengusahakan kesepakatan dengan mitra tutur dan secara tidak langsung penutur telah menyelamatkan muka mitra tutur juga telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
bertutur santun kepada mitra tutur dan hal itu akan menambah solidaritas diantara keduanya sehingga tidak terjadi pertentangan sehingga diskusi bisa dilanjutkan dengan lancar.
4.2.2 Analisis pelanggaran data tuturan diskusi kelas mahasiswa PBSI angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma berdasarkan prinsip kesantunan
4.2.2.1 Pelanggaran Maksim Kebijaksanaan Tuturan harus membuat keuntungan bagi mitra tutur dan membuat kerugian mitra tutur sekecil mungkin, begitulah maksud dari maksim kebijaksanaan (Leech). Leech beranggapan bahwa dengan menerapkan maksim tersebut, tuturan akan berjalan dengan lebih baik. akan tetapi pada kenyataannya masih sering dijumpai pelanggaran terhadap pandangan Leech ini, terlebih dalam lingkup sehari-hari dimana tuturan diujarkan secara spontan. Ujaran yang terjadi dalam percakapan sehari-hari terkesan wajar jika banyak pelanggaran terhadap maksim ini, akan tetapi di lingkup formal ternyata juga banyak dijumpai pelanggaran terhadap maksim ini, seperti halnya yang ditemukan peneliti di dalam proses pembelajaran diskusi kelas berikut ini: 23)
Peserta diskusi : Lho lha itu sama kayak yang tadi ! (memotong penjelasan penyaji) Penyaji : Nggak, bisa saya teruskan dulu ? Konteks: Penutur dan mitra tutur berada dalam sebuah diskusi kelas. Tuturan merupakan sanggahan dari penutur (peserta diskusi) terhadap penjelasan dari mitratutur (penyaji) yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
dianggap sama seperti materi yang sudah dijelaskan sebelumnya ketika mitratutur (penyaji) masih menjelaskan materi.
24)
Penyaji : Opo eneh ? Peserta diskusi : Responnya ? Penyaji : yo kui, responnya kita menangkap itu bo ! Konteks: Penutur dan mitra tutur berada dalam diskusi kelas dalam sesi tanya jawab. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (penyaji) terhadap pertanyaan dari mitra tutur (peserta diskusi) yang belum puas akan jawaban dari penutur (penyaji).
25)
Penyaji : Menurut KBBI novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dengan Peserta Diskusi : Kurang cepat !! Penyaji : Ohh iya iyaa saya ulangi Konteks: Penutur dan mitra tutur berada dalam sebuah diskusi kelas dalam sesi tanya jawab. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (peserta diskusi) saat mitra tutur (penyaji) menjelaskan materi diskusi.
26)
Penyaji : Prosa berasal dari bahasa itali Peserta Diskusi 1 : Ssstt ssstt pinjem bolpen (volume keras) Peserta Diskusi 2 : Iya iya bentar Penyaji : Bisa dilanjutkan ? Konteks: Penutur dan mitra tutur berada dalam sebuah diskusi kelas. Tuturan merupakan perkataan penutur (peserta diskusi 1) terhadap mitra tutur (peserta diskusi 2) ketika penyaji sedang menjelaskan materi.
Data tuturan (23) dituturkan oleh salah seorang peserta diskusi ketika penyaji sedang menjelaskan materi diskusi kelas mata kuliah teologi moral kelas Q. Tuturan tersebut mengadung tindak tutur asertif yakni mengandung ujaran yang lazim digunakan untuk menyatakan kebenaran tuturan yang diujarkan. Penutur menyatakan bahwa penjelasan dari mitra tutur (penyaji) sama seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, berdasarkan kebenaran yang diyakini penutur (peserta diskusi) ketika penyaji masih menjelaskan materi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
diskusi. Tuturan tersebut bisa menimbulkan keraguan bagi peserta diskusi yang lain. Meragukan akan sesuatu hal dapat membuat seseorang menjadi emosi, kemudian bisa menyebabkan pertentangan antara penutur dan mitra tutur, selain itu memberikan jawaban sesuai dengan fakta itu bisa mengancam muka seseorang. Tuturan (23) dianggap tidak santun karena melanggar prinsip kesantunan Leech (1993: 168) yakni maksim kebijaksanaan, dimana penutur seharusnya membuat keuntungan bagi mitra tutur bukan sebaliknya, tuturan “Lho lha itu sama kayak yang tadi !”, dalam tuturan tersebut terlihat bahwa penutur (peserta diskusi) justru menimbulkan kerugian bagi mitra tutur (penyaji), itu dibuktikan ketika mitra tutur (penyaji) belum selesai menjelaskan dan penutur (peserta diskusi) memotong pembicaraannya tanpa didahului dengan diksi halus, misalnya “maaf” atau nonverbal misalnya “mengacungkan jari”, selain itu juga akan menimbulkan keraguan bagi peserta diskusi yang lain. Hal itu juga menimbulkan efek buruk bagi mitra tutur (penyaji) yakni bisa membuat konsentrasinya terganggu dan tersingung itu dibuktikan dengan tanggapan dari penyaji yang menuturkan “nggak, bisa saya teruskan dulu ?” dengan nada agak keras dari sebelumnya yang menandakan bahwa mitra tutur (penyaji) merasa terganggu bahkan emosi dengan tuturan penutur (peserta diskusi) dan hal ini jelas bertentangan dengan maksim kebijaksanaan. Dilihat
dari
cara
bertuturnya,
penutur
secara
terang-terangan
mengungkapkan pendapatnya secara langsung dengan memotong penjelasan dari penyaji yang belum selesai dengan begitu penutur jelas mengancam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
muka mitra tuturnya. Hal ini bertentangan dengan strategi kesantunan Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), dimana penutur seharusnya menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif yakni membesar-besarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur. Namun, tuturan tersebut justru memperlihatkan bahwa penutur membuat mitra tuturnya terpojok dan menimbulkan keraguan bagi peserta diskusi yang lain dan terlihat bahwa penutur tidak menghargai atau memberikan simpati terhadap apa yang telah dilakukan oleh mitra tuturnya. Tuturan tersebut juga memperlihatkan bahwa penutur tidak menjaga muka mitra tuturnya, dengan begitu muka mitra tutur akan jatuh di mata dosen maupun peserta diskusi yang lain karena penutur secara terangterangan menyanggah penjelasan dari mitra tuturnya, dengan begitu bisa memicu ketidaksepakatan dan pertentangan sehingga diskusi bisa menjadi kacau. Penutur boleh saja mengungkapkan pendapatnya namun tetap memperhatikan sopan santun dengan menghargai apa yang telah dilakukan mitra tuturnya yakni telah berusaha menjelaskan dan mempersiapkan materi diskusi. Data tuturan (24) dituturkan oleh seorang penyaji ketika diskusi kelas memasuki sesi tanya jawab pada mata kuliah fonologi kelas B. Tuturan tersebut mengandung tindak tutur direktif, yakni tindak tutur yang berfungsi untuk mendorong pendengar untuk melakukan sesuatu. Tindak tutur ini berupa perintah, permohonan, pemesanan, dll. Penutur secara tidak langsung memerintah mitra tutur (peserta diskusi) untuk tidak kembali bertanya dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
menerima penjelasan darinya, hal ini akan menimbulkan efek kerugian bagi mitra tutur (peserta diskusi) yakni tidak jadi melanjutkan pertannyannya dan merasa diremehkan atau direndahkan karena penutur menggunakan bahasa nonformal. Tuturan (24) telah melanggar prinsip kesantunan Leech (1993: 168) yakni maksim kebijaksanaan, dimana tuturan seharusnya menguntungkan mitra tutur dan membuat kerugian pada diri sendiri bukan sebaliknya, tuturan “opo eneh ? yo kui, responnya kita menangkap itu bo !” diucapkan dengan nada yang kurang enak didengar. Tuturan itu memperlihatkkan bahwa penutur (penyaji) justru merugikan mitra tutur (peserta diskusi), mitra tutur (peserta diskusi) merasa jawabannya belum sepenuhnya terjawab dan ingin memperjelasnya, akan tetapi penutur (penyaji) mengatakan “opo eneh ? “ dan “yo kui !” dimana kedua diksi tersebut tidak halus dan tidak santun karena dalam lingkup formal dan dikatakan dengan nada yang kurang enak didengar (tekanan naik), jadi bisa diartikan merendahkan mitra tutur (peserta diskusi) bahkan dapat memancing emosi mitra tutur. Hal ini menjadikan proses komunikasi terhenti, mitra tutur merasa tidak senang karena jawabannya tidak terjawab dan justru diberi tanggapan negatif dari penutur (penyaji) dan jelas bahwa tuturan tersebut tidak santun. Tuturan seperti itu dapat menjatuhkan muka mitra tutur dihadapan dosen maupun peserta diskusi yang lain. Cara bertutur dalam data tuturan (24) memperlihatkan bahwa penutur telah melanggar strategi kesantunan Brown dan Levinson dalam Chaer (2010:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
53-55), dimana penutur seharusnya berusaha menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif yakni membesar-besarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur, tetapi dalam tuturan tersebut jelas terlihat bahwa penutur tidak memberikan simpati kepada mitra tutur yang belum puas akan jawaban yang diberikan justru seperti mengejek mitra tutur dan penutur juga tidak berusaha membeuat persetujuan justru membuat pertentangan yang dapat memancing emosi mitra tuturnya. Seharusnya penutur dapat lebih bijak menanggapi pertanyaan dari mitra tuturnya agar tidak menimbulkan sakit hati dan memancing emosi karena situasi yang kondusif diperlukan agar diskusi bisa berjalan dengan baik. Data tuturan (25) dituturkan oleh seorang peserta diskusi ketika penyaji sedang menjelaskan materi diskusi pada mata kuliah teori sastra kelas B. Tuturan tersebut mengandung tindak tutur direktif yakni tindak tutur yang berfungsi untuk mendorong pendengar untuk melakukan sesuatu. Tindak tutur ini berupa perintah, permohonan, pemesanan, dll. Penutur (peserta diskusi) mengatakan bahwa penjelasan dari penutur (penyaji) “kurang cepat!!” yang sebenarnya tuturan tersebut dimaksudkan penutur untuk menyuruh mitra tutur (penyaji) menjelaskan materi dengan lebih pelan. Data tuturan (25) dianggap tidak santun karena melanggar prinsip kesantunan Leech (1993: 168) yakni
maksim kebijaksanaan, tuturan
seharusnya menguntungkan mitra tutur dan membuat kerugian pada diri sendiri, terlihat dalam tuturan “kurang cepat!!” dengan nada yang keras dan kurang enak didengar. Tuturan tersebut memperlihatkan bahwa penutur justru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
menimbulkan kerugian bagi mitra tutur (penyaji), itu dibuktikan ketika mitra tutur (penyaji) sedang menjelaskan materi dan penutur (peserta diskusi) langsung berteriak “kurang cepat!!” tanpa didahului dengan diksi halus, misalnya “maaf” sehingga bagi penutur (penyaji) akan menimbulkan efek buruk yakni bisa membuat tersingung dan proses diskusi bisa menjadi kacau. Data tuturan (25) juga dimaksudkan untuk menyindir mitra tutur (penyaji) yang menjelaskan materi terlalu cepat dan hal itu bisa menjatuhkan muka mitra tutur dihadapan dosen dan peserta diskusi yang lain karena jika dilihat cara penutur menuturkannya, penutur telah melanggar strategi kesantunan Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), dimana penutur seharusnya dapat menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan posirif yakni membesar-besarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur, dimana muka positif yaitu keinginan setiap orang untuk dihargai hal-hal yang dilakukannya. Tuturan seperti itu, membuat mitra tutur menjadi tertekan dan bisa terpancing emosinya karena penutur tiba-tiba menyela pembicaraanya tanpa didahului diksi yang mencerminkan kesantunan Pranowo (2012: 104), seperti ”maaf” atau “tolong” agar tidak menyakiti hati mitra tuturnya. Tuturan tersebut juga memperlihatkan bahwa penutur tidak menghargai atau memberikan simpati terhadap apa yang telah dilakukan oleh mitra tuturnya, penutur boleh saja berpendapat tetapi juga harus memperhatikan kesantunan agar tidak menyakiti dan terjadi pertentangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
Data tuturan (26) dituturkan oleh seorang peserta diskusi ketika penyaji sedang menjelaskan materi diskusi kelas mata kuliah retorika kelas A. Tuturan tersebut mengandung tindak tutur direktif, yakni tindak tutur yang berfungsi untuk mendorong pendengar untuk melakukan sesuatu. Tindak tutur ini berupa perintah, permohonan, pemesanan, dll. Penutur (peserta diskusi 1) meminta kepada mitra tutur (peserta diskusi 2) untuk meminjamkannya bolpoin saat penyaji sedang menjelaskan materi dan dengan volume yang keras. Tuturan dari penutur (peserta diskusi) itu tentu menimbulkan kerugian bagi penyaji, itu dibuktikan ketika penyaji menjelaskan materi dan penutur justru mengatakan “pinjam bolpen” dengan volume yang dapat didengar oleh penyaji dan peserta diskusi yang lain. Mitra tutur (penyaji) merasa terganggu dengan hal tersebut dengan mengatakan “bisa dilanjutkan ?” yang dimaksudkan agar penutur (peserta diskusi 1) tidak mengganggunya dengan tuturan seperti itu. Hal tersebut tentunya melanggar prinsip kesantunan Leech (1993: 168) terutama maksim kebijaksanaan, yakni tuturan seharusnya menguntungkan mitra tutur dan membuat kerugian pada diri sendiri sebesar mungkin, namun dalam tuturan ini justru sebaliknya, dalam tuturan “Ssstt ssstt pinjem bolpen!!”, walaupun sebenarnya diksi itu masih dapat dikatakan santun, akan tetapi dikatakan pada saat penyaji masih berbicara (memotong pembicaraan) dan dengan volume yang keras sehingga hal itu jelas mengganggu jalannya diskusi yang menjadikan tuturan tersebut menjadi tidak santun. Penutur boleh saja meminjam sesuatu, tetapi harus memperhatikan konteks situasinya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
misalnya pada saat jeda diskusi atau dengan volume yang lembut sehingga tidak terdengar sampai ke penyaji jadi penyaji tidak akan terganggu dengan tuturannya. Terlihat jika penutur menggagu mitra tuturnya seperti itu, jelas hal ini akan membuat muka mitra tuturnya terancam karena mengganggu dan dapat menyebabkan hilangnya konsentrasi untuk menjelaskan materi, hal itu juga membuat diskusi terhenti. Ketika bertutur seharusnya penutur memperhatikan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), dimana penutur seharusnya dapat menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif yakni membesar-besarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur. Pada tuturan tersebut, penutur terlihat tidak memberikan perhatian terhadap mitra tutur yang sedang menjelaskan materi di depan bahkan tidak memberikan simpati atas apa yang dilakukan mitra tutur yang telah susah payah mempersiapkan materi dan menjelaskan, penutur justru dengan santainya meminjam bolpoin ke temannya dengan volume yang keras dan membuat mitra tutur menghentikan penjelasannya bahkan menjadi emosi dengan penutur. Hal seperti ini seharusnya tidak terjadi saat diskusi kelas berlangsung karena akan sangat mengganggu dan membuat diskusi terhenti.
4.2.2.2 Pelanggaran Maksim Kedermawanan Tuturan haruslah membuat keuntungan bagi diri sendiri sekecil mungkin dan membuat kerugian diri sendiri sebesar mungkin atau dapat dikatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
tuturan haruslah memiliki rasa hormat kepada orang lain agar tidak menyakiti hati lawan tuturnya, begitulah maksud dari maksim kedermawanan (Leech). Ketika proses komunikasi terjadi, penutur dan mitra tutur dapat menerapkan atau memaksimalkan maksim ini, dengan begitu diharapkan tuturan akan menjadi santun dan tidak akan saling menyakiti satu sama lain. Namun, tidak semua penutur dan mitra tutur mengerti maksim ini baik secara sadar maupun spontan, akibatnya sering dijumpai pelanggaran terhadap pandangan Leech ini. Proses komunikasi yang terjadi di lingkup percakapan sehari-hari akan terkesan wajar jika banyak pelanggaran terhadap maksim ini namun, di lingkup formal ternyata juga dijumpai pelanggaran terhadap maksim ini, seperti halnya yang ditemukan peneliti di dalam proses pembelajaran diskusi kelas berikut ini: 34)
Peserta Diskusi : Hahahaha galau Penyaji : Ya itu ya, sudah ketawanya ?!! Yang selanjutnya yang kesembilan memiliki riwayat keluarga bunuh diri. Konteks: Penutur adalah seorang penyaji. Penutur dan mitra tutur berada dalam sebuah diskusi kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (penyaji) terhadap tuturan yang diucapkan oleh mitratutur (peserta diskusi).
35)
Penyaji : Baik saya akan menjawab pertanyaan dari puput, begini menurut kelompok kami itu hal yang luar biasa ya, itu hal yang sangat konyol, karena mereka melakukan tindakan melawan norma-norma yang sudah ditetapkan, misalnya orang tuanya bunuh diri terus apa yang dilakukan anak-anaknya ? jadi itu hal yang menyimpang menurut kelompok kami. Apakah ada tanggapan ? Peserta Diskusi 1: Dong ra ? dong ra ? ra dong hahaha Peserta Diskusi 2: Ojo koyo ngono to ! yaya mengerti Konteks: Penutur dan mitra tutur berada dalam diskusi kelas dalam sesi tanya jawab. Tuturan merupakan tanggapan dari mitra tutur (peserta diskusi 1) terhadap pertanyaan yang sebenarnya ditujukan kepada mitra tutur (peserta diskusi 2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
36)
Penyaji : Maksudnya ? Peserta diskusi : Jangan dipotong, ini belum selesai ! Jadi apakah jika dilakukan euphanasia itu tidak melanggar moral hidup ? kan jika hidup memberatkan tapi jika dilakukan menghilangkan nyawa dan itu melanggar perintah Allah. Konteks: Penutur adalah seorang penyaji. Penutur dan mitra tutur berada dalam sebuah diskusi kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (penyaji) ketika mitra tutur meminta penegasan terhadap penjelasan dari penutur (penyaji).
Data tuturan (34) dituturkan oleh seorang penyaji ketika penyaji sedang menjelaskan materi diskusi kelas mata kuliah teologi moral kelas Q. Tuturan tersebut mengandung bentuk tindak tutur ekspresif yakni tindak tutur yang menyatakan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Penutur (penyaji) mengutarakan sikapnya terkait tuturan yang diucapkan oleh mitra tutur (peserta diskusi) kepadanya, tuturan itu dirasa mengejeknya dan langsung ditanggapi dengan tuturan yang kurang enak didengar bagi mitra tutur (peserta diskusi). Data tuturan (34) dianggap tidak santun karena melanggar prinsip kesantunan Leech (1993: 210) yakni maksim kedermawanan, dimana tuturan seharusnya membuat kerugian bagi diri sendiri sebesar mungkin. Tuturan yang dianggap tidak santun itu terlihat dalam tuturan “ ya itu ya, sudah ketawanya ?!!” yang kurang enak didengar dan mempunyai kesan marah karena dengan notasi yang tinggi. Kesan itu yang menyebabkan penutur melanggar maksim kedermawanan. Sebenarnya diksi yang digunakan adalah diksi santun akan tetapi dalam pengucapannya disertai notasi yang tinggi, kesan penutur memarahi mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
Hal itu jelas telah meminimalkan rasa hormat kepada orang lain dan merugikan mitra tutur (peserta diskusi) karena menimbulkan rasa tidak menyenangkan, sehingga melanggar maksim kedermawanan dan dapat dikatakan tidak santun. Penutur seharusnya bisa menjaga emosi dan menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan Pranowo (2012: 104), misalnya dengan kata “maaf” dan dengan notasi yang rendah agar terasa lebih santun. Penutur bisa menjatuhkan muka mitra tuturnya dengan tuturan yang seperti itu, seharusnya penutur bisa memaksimalkan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), dimana penutur seharusnya dapat menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif yakni membesar-besarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur. Penutur terlihat tidak memberikan perhatian terhadap mitra tutur yang sebenarnya hanya ingin mencairkan suasana dengan mengulang kata yang diucapkan penutur yakni “galau” karena kata tersebut dirasa lucu dan jarang terdengar ketika diskusi. Penutur boleh tidak suka dengan apa yang dikatakan mitra tutur, tetapi harus memperhatikan kesantunan misalnya dengan nada yang tidak sekeras itu dan lebih baik lagi bila disertai diksi yang mencerminkan kesantunan Pranowo (2012: 104), misalnya “maaf” atau “tolong” yang akan membuat tuturannya terasa lebih santun dan tidak akan mengancam muka mitra tuturnya. Melihat tanggapan yang diberikan penutur, bisa saja mitra tutur menjadi tersinggung dan enggan memberikan perhatian kepada penutur saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
menjelaskan materi karena sudah tidak suka dengan sikap penutur dan hal seperti itu bisa mengganggu jalannya diskusi karena adanya ketidaksenangan dan kurangnya solidaritas. Selanjutnya data tuturan (35) dituturkan oleh seorang peserta diskusi ketika sesi tanya jawab dalam mata kuliah teologi moral kelas P. Tuturan tersebut mengandung bentuk tindak tutur ekspresif yakni tindak tutur yang menyatakan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Penutur (peserta diskusi 1) mengutarakan sikapnya terkait tuturan yang dilontarkan oleh penyaji untuk peserta diskusi 2. Tuturan tersebut dimaksudkan untuk mengejek mitra tutur (peserta diskusi 2) yang dapat dilihat dalam tuturan “dong ra ? dong ra ? ra dong hahaha” dan bagi mitra tutur (peserta diskusi 2) tuturan itu menimbulkan rasa tidak senang dan langsung ditanggapinya dengan tuturan “ojo koyo ngono to, yaya mengerti” dengan notasi keras yang menandakan bahwa mitra tutur tidak suka dengan tuturan penutur bahkan bisa menimbulkan emosi. Data tuturan (35) dianggap tidak santun karena melanggar prinsip kesantunan Leech (1993: 210) yakni maksim kedermawanan, dimana tuturan seharusnya dapat memaksimalkan rasa hormat kepada orang lain. Tuturan tersebut justru dapat mengakibatkan perasaan negatif bagi mitra tutur (peserta diskusi 2) yakni membuat tersinggung dan menjatuhkan muka mitra tutur, hal itu dibuktikan dengan respon dari mitra tutur (peserta diskusi 2) yang mengatakan “ojo koyo ngono to, yaya mengerti” yang berarti jangan seperti itu, saya itu mengerti. Hal ini mencerminkan bahwa mitra tutur (peserta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
diskusi 2) tidak senang dengan tuturan penutur (peserta diskusi 1) dan merasa diremehkan karena dianggap tidak mengerti dengan jawaban akan pertanyaannya, dengan tuturan seperti itu secara tidak langsung dapat merendahkan dan tidak menghormati mitra tutur (peserta diskusi 2) karena selain mengejek, tuturan tersebut juga menggunakan bahasa daerah dan dilingkup formal itu kurang tepat, sehingga tuturan tersebut semakin tidak santun. Cara bertutur dalam data tuturan (35) juga berlawanan dengan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), dimana penutur seharusnya dapat menjaga muka positif mitra tuturnya dengan menggunakan kesantunan positif yakni membesar-besarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur, akan tetapi dalam tuturan tersebut penutur justru merendahkan mitra tutur sehingga mengancam muka mitra tutur karena dianggap tidak mengerti
dengan jawaban yang diberikan
penyaji. Penutur jelas akan membuat mitra tuturnya kehilangan muka di hadapan dosen dan para peserta diskusi yang lain dengan tuturan yang seperti itu. Penutur seharusnya tidak bertutur seperti itu, karena mitra tutur sudah bertanya kepada penyaji itu artinya sudah ada usaha dari mitra tutur untuk menanyakan hal yang belum diketahuinya bahkan belum tentu penutur tahu dengan jawaban yang diberikan. Data tuturan (36) dituturkan oleh seorang penyaji ketika diskusi memasuki sesi tanya jawab pada mata kuliah teori sastra kelas B. Tuturan tersebut mengandung tindak tutur ekspresif yakni tindak tutur yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
menyatakan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Penutur (penyaji) mengutarakan sikapnya terkait tuturan yang diucapkan oleh mitra tutur
(peserta
diskusi)
yang
memotong
penjelasannya.
Ketika
mengungkapkannya, penutur (penyaji) menggunakan notasi yang tinggi dan kurang enak didengar, dengan begitu data tuturan (36) dianggap tidak santun karena melanggar prinsip kesantunan Leech (1993: 210) yakni maksim kedermawanan, dimana tuturan seharusnya dapat memaksimalkan rasa hormat kepada orang lain. Tuturan yang dianggap tidak santun itu terlihat dalam tuturan “jangan dipotong, ini belum selesai !!”, yang kurang enak didengar dan mempunyai kesan marah karena dengan notasi yang tinggi. Kesan itu yang menyebabkan penutur melanggar maksim kedermawanan karena jelas tidak menghormati mitra tutur (peserta diskusi). Sebenarnya diksi yang digunakan adalah diksi santun akan tetapi dalam pengucapannya disertai notasi yang tinggi, kesan penutur memarahi mitra tutur. Hal itu jelas telah meminimalkan rasa hormat kepada orang lain, sehingga melanggar maksim kedermawanan dan dapat dikatakan tidak santun. Penutur seharusnya bisa menjaga emosi dan menggunakan diksi yang lebih halus, misalnya dengan kata “maaf atau “tolong” agar terasa lebih santun dan proses diskusi dapat berjalan dengan lebih kondusif. Cara bertutur dalam data tuturan (36) juga berlawanan dengan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), dimana penutur seharusnya dapat menjaga muka positif mitra tuturnya dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
menggunakan kesantunan positif yakni membesar-besarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur, akan tetapi dalam tuturan tersebut penutur justru mempunyai kesan memarahi mitra tutur yang ingin meminta kejelasan akan jawabannya sehingga mengancam muka mitra tutur. Penutur tentu akan memberikan kesan yang buruk bagi mitra tutur dengan tuturan seperti itu dan bisa mengakibatkan mitra tuturnya bahkan peserta diskusi yang lain tidak akan kembali bertanya karena terkesan tidak dihormati. Sebenarnya penutur bisa saja mengatakan itu tetapi bisa lebih halus dan didahului dengan diksi yang mencerminkan kesantunan dan tetap menjaga muka positif mitra tutur agar proses komunikasi berjalan kondusif.
4.2.2.3 Pelanggaran Maksim Pujian Tuturan harusnya tidak berisi kecaman atau hal-hal yang tidak menyenangkan bagi orang lain tetapi berisi pujian. Pujian merupakan salah satu indikator sebuah tuturan dapat dikatakan santun dan termasuk salah satu maksim yang digagas oleh Leech, jika dalam proses komunikasi antara penutur dan mitra tutur menerapkan maksim ini tuturan akan menjadi santun dan tidak akan menyakiti orang lain. Namun, tidak semua penutur dan mitra tutur mau mamatuhi maksim ini, karena kebanyakan orang mempunyai sifat iri hati atau dengki dengan keberhasilan atau kelebihan orang lain, akibatnya masih dijumpai pelanggaran terhadap maksim ini. Ketika percakapan sehari-hari, terkesan wajar jika banyak pelanggaran terhadap maksim ini karena bersifat non formal, akan tetapi di lingkup formal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
ternyata juga dijumpai pelanggaran terhadap maksim ini, seperti halnya yang ditemukan peneliti di dalam proses pembelajaran diskusi kelas berikut ini: 43)
Penyaji : Ya silahkan mbak kalau mau bertanya Peserta diskusi : Terimakasih atas kesempatannya. Oke terimakasih atas presentasi yang sangat singkat dan membingungkan ini, kalian disini justru menjelaskan mengenai anak bukan keseluruhan keluarga, sementara judulnya kan keluarga, itu gimana ? makasih Konteks: Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur berada dalam diskusi kelas dalam sesi tanya jawab. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (peserta diskusi) terhadap presentasi yang telah dilakukan oleh kelompok penyaji.
44)
Penyaji : Ya siapa yang mau bertanya ? ohh ya mas silahkan pertanyaannya. Peserta Diskusi: Jadi begini, sejujurnya saya gak paham dengan presentasi dari kelompok ini, antara judul dan pembahasan tidak sesuai. Judulnya kan peranan keluarga, nah yang di jelaskan kelompok justru peran anak, anak dan anak. Konteks: Penutur adalah seorang peserta diskusi. Tuturan adalah tanggapan dari penutur yang ditujukan kepada kelompok penyaji ketika akan memulai sesi tanya jawab.
Data tuturan (43) dituturkan oleh seorang peserta diskusi ketika memasuki sesi tanya jawab dalam mata kuliah teologi moral kelas P. Tuturan tersebut merupakan bentuk tindak tutur ekspresif yakni tindak tutur yang menyatakan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Penutur menyatakan bahwa presentasi dari kelompok penyaji sangatlah singkat dan membingungkan. Hal ini tentunya melanggar kesantunan berbahasa, karena dirasa mencaci dan membuat perasaan tidak senang bagi mitra tutur (kolompok penyaji). Tuturan “Oke terimakasih atas presentasi yang sangat singkat dan membingungkan ini” terasa kurang santun, walaupun disitu penutur
menggunakan
diksi
yang mencerminkan
kesantunan
yakni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
“terimakasih” akan tetapi terasa kurang santun karena bermaksud menyinggung mitra tutur (kelompok penyaji). Penutur
telah
melanggar
maksim
Leech
(1993:
212)
dalam
menyampaikan pesannya khususnya maksim pujian, yakni tuturan seharusnya meminimalkan kecaman terhadap orang lain, akan tetapi penutur dengan jelas mengatakan kekurangan dari mitra tutur (kelompok penyaji). Sebenarnya tuturan tersebut tidak salah, tetapi karena isi tuturannya cenderung menjelekkan atau memojokkan kelompok penutur (peserta diskusi) maka tuturan tersebut menjadi tidak santun, hal itu bisa berakibat buruk bagi penutur (peserta diskusi) karena akan menimbulkan keraguan bagi mitra tutur (kelompok penyaji) yang lain, selain itu juga bisa membuat tersinggung dan bisa mengacaukan jalannya diskusi. Tuturan yang seperti itu, jelas menjatuhkan muka mitra tutur (kelompok penyaji) di depan dosen dan peserta diskusi yang lain. Memang tidak ada yang menyalahkan apabila di dalam sebuah diskusi ada ketidak setujuan, akan tetapi seharusnya penutur tidak mengatakannya secara terang-terangan seperti itu karena mungkin bagi peserta diskusi yang lain akan berbeda pendapat dengannya. Tuturan tersebut memperlihatkan bahwa penutur tidak berusaha menjaga muka positif mitra tuturnya dan jelas bertentangan dengan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55) yang telah memberi strategi kesantunan, salah satunya dengan menggunakan kesantunan positif yakni menghindari ketidaksetujuan dengan pura-pura setuju, jika penutur menggunakan strategi kesantunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
tersebut pasti tuturannya dapat menjaga muka positif mitra tutur (kelompok penyaji) dan tidak menimbulkan pertentangan, dengan begitu proses diskusi akan jauh lebih baik karena adanya rasa saling mengerti dan menghormati. Data tuturan (44) dituturkan oleh seorang peserta diskusi ketika memulai sesi tanya jawab dalam mata kuliah teologi moral kelas P. Tuturan tersebut merupakan bentuk tindak tutur ekspresif yakni tindak tutur yang menyatakan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Penutur (peserta diskusi) menyatakan bahwa dirinya tidak mengerti dengan penjelasan dari kelompok penyaji, menurutnya antara judul dan pembahasan tidak sesuai. Ketika menyampaikan pendapatnya, tuturan dari penutur (peserta diskusi) terasa kurang santun karena cenderung memojokkan kelompok penyaji, terlihat dalam tuturan “sejujurnya saya gak paham dengan presentasi dari kelompok ini, antara judul dan pembahasan tidak sesuai”. Tuturan tersebut bisa diartikan memojokkan atau menjelekkan kelompok penyaji dan hal ini melanggar maksim Leech (1993: 212) maksim pujian, yakni tuturan seharusnya meminimalkan kecaman terhadap orang lain, akan tetapi
penutur
(peserta
diskusi)
secara
terang-terangan
menyebut
pembahasannya tidak sesuai dan tuturan yang seperti itu jelas akan menjatuhkan muka mitra tuturnya, padahal penjelasan dari mitra tutur belum tentu tidak sesuai karena antara penutur (peserta diskusi) dengan peserta diskusi lain pastilah berbeda pendapat dan mungkin ada peserta diskusi yang paham. Tuturan yang diungkapkan penutur (peserta diskusi) ini tentu akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
memberikan efek buruk bagi kelompok penyaji dan hal ini membuat tuturan tersebut tidak santun. Cara bertutur dalam tuturan tersebut juga tidak mencerminkan penggunaan strategi kesantunan Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55). Penutur seharusnya bisa menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif yakni melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati. Namun, tuturan penutur tersebut justru tidak menghargai apa yang telah dilakukan mitra tuturnya yakni menyajikan materi padahal mitra tutur telah berusaha sebaik mungkin untuk menjelaskannya. Penutur justru menjatuhkan muka positif mitra tuturnya dimana muka positif yaitu keinginan setiap orang untuk dihargai hal-hal yang dilakukannya. Pada tuturan, penutur tidak menjaga muka positif mitra tuturnya justru menjatuhkanya di depan dosen dan peserta diskusi yang lain, dengan begitu penutur akan memberikan efek negatif dan kerugian bagi mitra tutur yakni menimbulkan keraguan bagi peserta diskusi lain dan dapat membuat dosen menilai buruk terhadap mitar tutur. Apabila hal seperti ini terus terjadi, bukan tidak mungkin akan menimbulkan pertentangan dan mengganggu proses jalannya diskusi dimana sebenarnya dalam diskusi harus ada saling mengerti dan tidak saling menjatuhkan seperti halnya debat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
4.2.2.4 Pelanggaran Maksim Kerendahan Hati Maksim
kerendahan
hati
menuntut
kesediaan
penutur
untuk
meminimalkan pujian terhadap diri sendiri dan kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin. Pelaku yang dapat menaati maksim ini akan dianggap sebagai pribadi yang rendah hati dan tidak sombong. Komunikasi haruslah dapat memaksimalkan maksim ini agar tidak dinilai sombong dan disukai banyak orang, jika dalam tuturan sehari-hari dapat memaksimalkan maksim ini maka proses komunikasi dapat menjadi santun dan terhindar dari sifat antipati. Ketika bertutur, seseorang haruslah suka merendah atau mengecam dari pada memuji diri sendiri dengan begitu maka pandangan orang lain akan baik. Tentulah sulit untuk merendah bahkan mengecam diri kita sendiri, apalagi jika kita mendapatkan suatu prestasi atau keberhasilan. Sebagai manusia tentulah seseorang ingin terlihat lebih baik daripada yang lain dan hal tersebut dapat dinilai sombong oleh orang lain. Ketika percakapan seharihari tentulah jarang ditemukan seseorang yang bertutur dengan mengecam atau merendahkan diri sendiri kecuali untuk mereka yang mempunyai jabatan tinggi baik dalam lingkup formal maupun non formal, dalam lingkup formal misalnya pelanggaran terhadap maksim ini dapat dilihat dalam proses pembelajaran diskusi kelas seperti di bawah ini: 54)
Penyaji : Apakah ada yang masih mau bertanya ? ngak ada ya ? woow bagus berarti presentasi dari kelompok kami ya. Konteks: Penutur dan mitra tutur berada dalam suatu diskusi kelas. Tuturan merupakan pernyataan dari penutur (penyaji) kepada seluruh mitra tutur (peserta diskusi) mengenai presentasi yang sudah dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
55)
Penyaji : Sebentar jawaban dari mas ato masih kami cari Peserta diskusi: Pertanyaan saya bagus jadi sulit ditemukan jawabannya Konteks: Penutur dan mitra tutur berada dalam suatu diskusi kelas. Tuturan merupakan tanggapan penutur (peserta diskusi) terhadap pernyataan yang diutarakan mitra tutur (penyaji).
Data tuturan (54) dituturkan oleh seorang penyaji ketika akan membuka sesi tanya jawab dalam mata kuliah fonologi kelas B. Tuturan tersebut mengandung tindak tutur ekspresif yakni bentuk tindak tutur yang menyatakan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Penutur menyatakan bahwa presentasi dari kelompoknya bagus setelah melihat tidak ada peserta diskusi yang bertanya lagi. Tuturan semacam itu dianggap tidak santun karena melanggar prinsip kesantunan Leech (1993: 214) yaitu maksim kerendahan hati, dimana tuturan seharusnya memuji diri sendiri sedikit mungkin, terlihat dalam tuturan “woow
bagus berarti presentasi dari
kelompok kami ya”, tuturan tersebut sebenarnya tidak salah tetapi karena tuturan tersebut memuji kelompok penutur (penyaji) itu sendiri jadi tuturan tersebut menjadi kurang santun, seharusnya tuturan itu tidak memuji diri sendiri melainkan memuji mitra tutur agar tuturan menjadi lebih santun. Tuturan yang seperti itu dapat menimbulkan kesan sombong dari para peserta diskusi. Presentasi dari kelompoknya sebenarnya belum tentu bagus, hanya karena tidak ada yang bertanya jadi dikatakan bagus oleh penutur sendiri, bahkan tidak ada yang bertanya mungkin karena penjelasan dari kelompok penyaji yang tidak jelas jadi peserta diskusi bingung mau bertanya apa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
Cara bertutur yang seperti itu, justru akan menjatuhkan muka penutur itu sendiri karena penutur terkesan sombong, dan sifat sombong itu akan memberikan kesan negatif bagi penutur itu sendiri, seharusnya penutur dapat menyelamatkan mukanya sendiri dihadapan dosen dan peserta diskusi yang lain dengan strategi kesantunan Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 5355). Penutur seharusnya bisa menjaga muka positif dirinya sendiri dengan menggunakan kesantunan positif yakni melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati. Tuturan yang demikian justru akan menjatuhkan muka positifnya sendiri karena bersikap sombong, seharusnya penutur lebih memperhatikan mitra tuturnya dan berfikir mengapa tidak ada yang bertanya atau mungkin apa yang dijelaskannya kurang dapat dipahami sehingga tidak ada yang bertanya bukannya malah dengan bangga mengakui presentasinya sendiri bagus seperti itu. Penutur
seharusnya
dapat
memberikan
perhatian
juga
mencari
persetujuan dan simpati mitra tuturnya misalnya penutur bisa bertanya apakah presentasinya sudah dimengerti atau belum, dengan begitu pasti ada beberapa mitra tutur yang akan menjawab dan proses diskusi pun tidak terhenti. Beberapa hal tersebut memperlihatkan bahwa tuturan dari penutur itu tidak sejalan dengan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), selain itu juga melanggar maksim kerendahan hati karena berlaku sombong dan jelas tuturan tersebut dapat dikategorikan tidak santun dan dapat menimbulkan pertentangan dalam diskusi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
Data tuturan (55) dituturkan oleh seorang peserta diskusi ketika diskusi memasuki sesi tanya jawab dalam mata kuliah fonologi kelas B. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur ekspresif yakni bentuk tindak tutur yang menyatakan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Penutur mengatakan bahwa pertanyaan yang dia ajukan sangatlah bagus sehingga sulit ditemukan jawabannya oleh mitra tutur (penyaji). Tuturan seperti itu, dipandang sebagai tuturan yang kurang santun karena penutur cenderung memuji dirinya sendiri. Hal ini jelas melanggar maksim kerendahan hati Leech (1993: 214) yakni tuturan seharusnya memuji diri sendiri sedikit mungkin, terlihat dalam tuturan “Pertanyaan saya bagus jadi sulit ditemukan jawabannya”, dalam tuturan tersebut penutur (peserta diskusi) merasa pertanyaan yang dia ajukan itu bagus dan secara terang-terangan mengatakannya, dengan begitu bisa menimbulkan rasa tidak senang dari para peserta diskusi lain bahkan dinilai sombong. Mitra tutur (penyaji) bisa saja memang kesulitan menjawab pertanyaan tersebut tapi alangkah lebih baik jika penutur (peserta diskusi) tidak menanggapinya secara berlebihan, karena dengan begitu kesannya menjadi tidak santun. Cara bertutur dalam tuturan tersebut juga mencerminkan bahwa penutur tidak menggunakan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55). Entah secara sadar atau tidak, dengan tuturan yang seperti itu penutur justru menjatuhkan mukanya sendiri dihadapan dosen maupun peserta diskusi yang lain, karena mereka beranggapan bahwa penutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
itu sombong tidak hebat seperti yang dikatakannya sendiri. Citra diri penutur dihadapan mitra tuturnya akan tercoreng karena sifat sombong tidak disenangi banyak orang. Penutur seharusnya bisa menjaga muka positif dirinya sendiri dengan menggunakan kesantunan positif yakni melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati. Tuturan yang demikian memperlihatkan bahwa penutur tidak memberikan simpati kepada penyaji yang sedang berusaha mencari jawabannya dan mengusahakan persetujuan dengan penyaji agar tidak terjadi pertentangan. Lebih baik merendahkan diri daripada menyombongkan diri apalagi hal ini di dalam lingkup formal diskusi jadi sikap seperti itu bisa membuat diskusi kacau karena dalam diskusi seharusnya ada rasa saling mengerti dan simpati agar terjadi kesepakatan bersama.
4.2.2.5 Pelanggaran Maksim Kesepakatan Maksim kesepakatan adalah maksim yang menuntut penutur untuk sebanyak
mungkin
bersepakat
dengan
mitra
tutur
dan
mengurani
ketaksepakatan. Seseorang yang dapat menaati maksim ini dapat dipandang sebagai orang yang santun dan selalu memperhatikan topik pembicaraan, sebaliknya jika melanggar maksim ini bisa menimbulkan konflik bahkan keributan. Komunikasi yang terjadi antara penutur dan mitra tutur tentunya ingin berjalan dengan baik dan harmonis, akan tetapi pada kenyataannya kadang antara penutur dan mitra tutur mempunyai pendapat atau argumen yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107
berbeda dan tidak mau mengalah, alangkah baiknya jika dapat saling berpikir jernih dan mencari titik tengahnya agar menemukan suatu kesepakatan. Tentulah dengan hal tersebut proses komunikasi akan berjalan dengan lebih baik dan tidak menimbulkan konflik, dalam tuturan sehari-hari misalnya seperti yang ditemukan peneliti dalam diskusi kelas seperti di bawah ini : 58)
Penyaji : Apa ada tanggapan ? Peserta diskusi : Ya saya tidak setuju bila jihad adalah jalan hidup, kebanyakan dari orang yang berjihad itu karena dicuci otaknya oleh seseorang, jadi saya tidak sependapat, bagaimana menurut kelompok ? Konteks: penutur adalah seorang peserta diskusi. Tuturan adalah sanggahan dari penutur (peserta diskusi) terhadap jawaban dari mitra tutur (penyaji).
59)
Penyaji : Jadi seperti itu perbedaan antara novelet dan cerpen menurut saya, bagaimana mbak ? Peserta diskusi : Saya tidak setuju, jika seperti itu maka perbedaan novelet dan cerpen itu apa ? coba jelaskan dengan lebih detail ! Konteks: penutur adalah peserta diskusi. Tuturan adalah sanggahan dari penutur (peserta diskusi) terhadap penjelasan dari mitra tutur (penyaji).
Data tuturan (58) dituturkan oleh seorang peserta diskusi ketika diskusi memasuki sesi tanya jawab dalam mata kuliah teologi moral kelas Q. Tuturan tersebut merupakan bentuk tindak tutur asertif yakni mengandung ujaran yang lazim digunakan untuk menyatakan kebenaran tuturan yang diujarkan. Penutur (peserta diskusi) menyatakan bahwa jawaban dari mitra tutur (penyaji) tidak sesuai dengan apa yang ditanyakan dan meminta kejelasan. Data tuturan (58) dipandang sebagai bentuk tuturan yang tidak santun karena meminimalkan kesepakatan antara penutur dengan mitra tutur. Hal tersebut menjelaskan bahwa antar manusia mempunyai pengetahuan sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108
pendapatnya berbeda dan dapat menimbulkan perdebatan padahal dalam diskusi seharusnya ada sikap saling mengalah untuk menemukan solusi atau jawaban. Penutur melanggar prinsip kesantunan Leech (1993: 217) khususnya maksim kesepakatan yakni usahakan kesepakatan diri dan orang lain sebanyak mungkin, yang terlihat dari tuturan “saya tidak setuju bila jihad adalah jalan hidup, kebanyakan dari orang yang berjihad itu karena dicuci otaknya oleh seseorang, jadi saya tidak sependapat”, alangkah lebih baik jika penutur mengawalinya dengan diksi yang mencerminkan kesantunan Pranowo (2012: 104) seperti “maaf” atau dengan nada yang enak didengar, mungkin tuturan tersebut akan terasa lebih santun dan bagi mitra tutur (penyaji) lebih enak didengar sehingga dapat megusahakan kesepakatan antara dua belah pihak sehingga tidak terjadi pertentangan. Cara bertutur yang seperti itu tentunya memperlihatkan bahwa penutur telah mengancam muka mitra tuturnya karena mengatakan ketidaksetujuan secara langsung dan jelas bertentangan dengan strategi kesantunan yang diusulkan oleh Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), mengenai strategi menjaga muka positif mitra tuturnya. Penutur seharusnya bisa menjaga muka positif mitra tuturnya dengan menggunakan kesantunan positif yakni menghindari ketidaksetujuan dengan pura-pura setuju jadi penutur boleh saja tidak sependapat akan tetapi tidak secara terang-terangan mengatakan hal tersebut, misalnya saja dengan mengatakan ”terimakasih atas jawabannya, saya mengaerti, tetapi saya masih kurang sependapat, apakah kelompok bisa menjelaskannya lagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
mengenai jihad ? atau mungkin ada anggota kelompok yang lain yang mau menambahkan?” dengan tuturan seperti itu, penutur bisa mengungkapkan ketidaksetujuannya dan juga tetap menjaga muka positif mitra tuturnya dan terasa lebih santun. Namun, dengan tuturan pada data (58) penutur dengan jelas menyatakan ketidaksetujuannya dan menandakan bahwa penutur tidak mengusahakan kesepakatan dengan mitra tutur sehingga dapat terjadi pertentangan yang dapat mengganggu jalannya proses diskusi. Data tuturan (59) dituturkan oleh seorang peserta diskusi ketika diskusi memasuki sesi tanya jawab dalam mata kuliah teori sastra kelas B. Tuturan tersebut merupakan bentuk tindak tutur asertif yakni mengandung ujaran yang lazim digunakan untuk menyatakan kebenaran tuturan yang diujarkan. Penutur (peserta diskusi) menyatakan bahwa jawaban dari mitra tutur (penyaji) tidak jelas berdasarkan kebenaran dari penutur ketika sesi tanya jawab. Data tuturan (59) melanggar prinsip kesantunan Leech (1993: 217) khususnya maksim kesepakatan, yakni mengusahakan kesepakatan diri dan orang lain sebanyak mungkin, namun tuturan dari penutur (peserta diskusi) justru sebaliknya, terlihat dalam tuturan “saya tidak setuju, jika seperti itu maka perbedaan novelet dan cerpen itu apa ? coba jelaskan dengan lebih detail !”, dalam tuturan tersebut penutur menggunakan notasi tinggi dan kurang enak didengar, bahkan seakan membentak mitra tutur (penyaji) sehingga dapat menimbulkan efek negatif bagi mitra tutur (penyaji) yakni rasa tertekan dan mengancam muka mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
Penutur mengancam keselamatan muka mitra tutur berarti penutur telah melanggar strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), dimana penutur seharusnya dapat menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif yakni membesar-besarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur. Tuturan yang demikian, memperlihatkan bahwa penutur tidak berusaha mengusahakan persetujuan dengan mitra tutur bahkan tidak memberikan simpati terhadap mitra tutur yang sudah berusaha menjawab pertanyaan dengan sebaik mungkin. Penutur memang boleh berbeda pendapat dalam sebuah diskusi kelas, akan tetapi tetap harus menghargai pendapat orang lain dan dapat menerimanya, apabila tidak setuju haruslah disampaikan dengan tuturan yang lebih santun agar tidak terjadi pertentangan, bagaimanapun diskusi adalah wadah untuk bertukar pikiran agar mencapai suatu kesepakatan bersama. Penutur boleh saja tidak sependapat dengan mitra tutur, tetapi dalam mengungkapkannya perlu diperbaiki lagi dalam memilih diksi dan notasi karena bisa jadi mitra tutur akan sakit hati atau tertekan dengan tuturan yang seperti itu dan akan dipandang tidak santun oleh mitra tutur yang lain terlebih bagi muka mitra tuturnya.
4.2.2.6 Pelanggaran Maksim Kesimpatisan Simpati dapat diartikan sebagai keikutsertaan seseorang merasakan perasaan (senang,susah dsb) orang lain. Seseorang yang dapat bersimpati terhadap orang lain dipandang sebagai seseorang yang dapat memahami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111
perasaan orang lain. Rasa simpatik juga harus diperhatikan ketika proses komunikasi berlangsung agar proses komunikasi antara penutur dan mitra tutur dapat berjalan dengan lancar dan terasa santun. Leech mempunyai gagasan agar bertutur santun dengan memperhatikan rasa simpatik seseorang yakni maksim kesimpatisan. Maksim ini diungkapkan dengan tuturan asertif dan ekspresif, dalam maksim ini penutur diharapkan dapat mengurangi rasa antipati antara diri dan orang lain dan meningkatkan rasa simpati sebanyak mungkin. Melihat hal tersebut diharapkan dalam bertutur baik penutur maupun mitra tutur saling memahami perasaan satu sama lain sehingga tuturan menjadi santun. Maksim kesimpatisan mengharuskan penutur dan mitratutur untuk memaksimalkan rasa simpati dan meminimalkan rasa antipati di antara mereka. Maksim ini diperlukan untuk mengungkapkan suatu kesantunan karena setiap orang perlu bersimpati terhadap prestasi atau musibah yang melanda orang lain. Kenyataanya orang sulit untuk memperlihatkan rasa simpati terhadap prestasi atau musibah orang lain, padahal sikap simpati dapat menjadi indikator bahwa seseorang memiliki sikap santun terhadap mitra tutur. Rasa simpati perlu di terapkan dalam proses komunikasi seharihari agar komunikasi dapat berjalan dengan lebih baik dan sebagai makhluk sosial seseorang haruslah peduli terhadap sesamanya, akan tetapi pelanggaran terhadap maksim ini masih sering dijumpai baik di lingkup formal maupun non formal. Dalam lingkup formal pelanggaran terhadap maksim ini masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112
sering dijumpai, salah satunya dalam proses pembelajaran diskusi kelas seperti di bawah ini: 63)
Peserta Diskusi : Hahaha, eaa, eaa, itunya di klik, eaaa Penyaji : Nahh, ininya gak mau Peserta Diskusi : Aaa ininya gak mau (menirukan) Penyaji : Sebentar sebentar Konteks: Penutur dan mitra tutur berada dalam sebuah diskusi kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari peserta diskusi (mitra tutur) saat media powerpoint mengalami gangguan tidak dapat di klik (di tekan tombol next).
64)
Penyaji : Ya selanjutnya adalah alur, alur adalah rang.... rang... (diam) Peserta Diskusi: Hasyah hasyah hyaaa hyaaaa Penyaji : Rangkaian, iya rangkaian jalan cerita dan disusun berdasarkan ururtan waktu. Konteks: Penutur dan mitra tutur berada dalam sebuah diskusi kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari mitra tutur (peserta diskusi) ketika penutur (penyaji) lupa dalam menjelaskan materi.
65)
Penyaji 1 : Ya selamat siang teman-teman, ya kami dari kelompok 6 akan mempresentasikan tentang unsur-unsur ekstrinsik drama, sebelumnya kami ingin perkenalan dulu dari yang paling kanan Penyaji 2 : Oke yang pertama saya akan menjelaskan tentang Peserta Diskusi: Hahahahahhahaha perkenalan perkenalan Konteks: Penutur dan mitra tutur berada dalam sebuah diskusi kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari mitra tutur (peserta diskusi) atas kekeliruan yang dilakukan oleh penutur (penyaji) ketika akan memulai jalannya diskusi kelas.
66)
Penyaji : Lalu apa sih hubungan antara bunuh diri dengan moral hidup ? ini sebelumnya moral, moral itu apa ? moral sendiri berasal dari bahasa latin yakni moremm, eh morest ..... Peserta Diskusi : Hahaha morem opo morest ? hahahaha Konteks: Penutur dan mitra tutur berada dalam sebuah diskusi kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari mitra tutur (peserta diskusi) atas kesalahan yang dilakukan oleh salah sorang penyaji ketika menyebutkan istilah latin.
Data tuturan (63) dituturkan oleh beberapa peserta diskusi ketika diskusi akan dimulai oleh kelompok penyaji dalam mata kuliah retorika kelas A.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113
Tuturan tersebut merupakan bentuk tindak tutur ekspresif yakni tindak tutur yang menyatakan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Penutur (peserta diskusi) mengutarakan sikapnya ketika mengetahui mitra tutur (penyaji) mengalami kesusahan ketika mempersiapkan presentasi dengan mengucapkan “Hahaha, eaa, eaa, itunya di klik, eaaa” yang dapat diartikan mengejek mitra tutur (penyaji) tersebut dan hal itu juga mencerminkan bahwa penutur (peserta diskusi) tidak mempunyai rasa simpati kepada yang dialami mitra tutur (penyaji). Data tuturan (63) dianggap tidak santun karena melanggar prinsip kesantunan Leech (1993: 219) yakni maksim kesimpatisan, dimana penutur tidak meningkatkan rasa simpati kepada mitra tutur. Tuturan yang dianggap kurang santun tercermin dari tuturan “ hahaha, eaa, eaa, itunya di klik, eaa...”, hal itu akan menimbulkan perasaan negatif kepada penutur (penyaji) yakni bisa membuat grogi, tidak tenang dan panik yang bisa membuat proses diskusi menjadi tidak lancar. Tidak hanya itu mitra tutur (peserta diskusi) juga menirukan perkataan dari penutur “aaa ininya gak mau” dengan nada mengejek dan justru tidak membantu untuk memperbaiki powerpointnya, hal itu juga mencerminkan bahwa mitra tutur (peserta diskusi) tidak memberikan simpati kepada penutur (penyaji) yang sedang mengalami kesusahan dan denagn cara bertutur seperti itu, penutur telah mengancam muka mitra tuturnya karena dapat membuat mitra tutur kehilangan fokus dan diskusi bisa menjadi kacau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114
Cara bertutur seperti itu berlawanan dengan strategi kesantunan yang dikemukakan Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), dimana penutur seharusnya dapat menjaga muka positif mitra tuturnya dengan menggunakan kesantunan positif yakni membesar-besarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur, akan tetapi dalam tuturan tersebut penutur justru mengejek mitra tutur yang sedang mengalami kesusahan sehingga mengancam muka mitra tutur karena bias dianggap tidak mempersiapkan presentasi dengan sebaik mungkin oleh dosen maupun peserta diskusi yang lain. Tuturan yang demikian memperlihatkan bahwa penutur membuat mitra tuturnya kehilangan muka di hadapan dosen dan para peserta diskusi yang lain. Penutur seharusnya tidak bertutur seperti itu, karena mitra tutur sudah berusaha mempersiapkan materi begitu juga dengan powerpoint untuk diskusi kelas akan tetapi kesalahan itu sebenarnya adalah kesalahan teknis dan bisa menimpa siapa saja bahkan tidak disengaja oleh mitra tutur. Seharusnya penutur dapat menjaga muka mitra tuturnya agar terlihat santun dan diskusi bisa berjalan dengan lancar misalnya dengan membantu mitra tutur bukan malah mengejeknya. Bercanda atau bergurau memang tidak disalahkan akan tetapi harus melihat kontek situasi yang tepat jika tidak, bisa terjadi seperti tuturan di atas yakni mengancam muka mitra tuturnya. Data tuturan (64) dituturkan oleh beberapa peserta diskusi ketika penyaji sedang menjelaskan materi diskusi dalam mata kuliah teori sastra kelas A.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115
Tuturan tersebut mengandung tindak tutur ekspresif yakni tindak tutur yang menyatakan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Penutur (peserta diskusi) menyatakan sikapnya ketika mengetahui penutur (penyaji) lupa akan materi yang akan dijelaskan dengan mengucapkan “hasyah hasyah hyaaa hyaaa” yang berarti mengejek penutur (penyaji) tersebut dan hal itu mencerminkan bahwa mitra tutur (peserta diskusi) tidak memberikan simpati kepada penutur (penyaji) yang melakukan kesalahan. Hal tersebut jelas melanggar prinsip kesantunan Leech (1993: 219) yakni maksim kesimpatisan, dimana tuturan seharusnya terdapat rasa simpati sebanyak-banyaknya dan dapat dikatakan kurang santun. Tuturan yang dianggap kurang santun itu tercermin dari tuturan “ hasyah hasyah hyaaa hyaaa”, selain dengan diksi yang tidak santun tuturan tersebut juga akan menimbulkan perasaan negatif kepada penutur (penyaji) yakni bisa membuat grogi, tidak tenang, panik dan lupa akan materi yang seharusnya dijelaskan yang bisa membuat proses diskusi menjadi tidak lancar. Seharusnya ketika mengetahui mitra tutur (penyaji) membuat kesalahan, penutur (peserta diskusi) seharusnya membantu jika bisa atau lebih baik diam agar mitra tutur (penyaji) tenang dan dapat mengingat materinya kembali, namun disini penutur justru mengejek mitra tutur. Cara bertutur dalam data tuturan (64) dapat mengancam keselamatan muka mitra tutur dan penutur telah melanggar strategi kesantunan Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), dimana penutur seharusnya dapat menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116
yakni membesar-besarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur. Tuturan yang demikian, memperlihatkan bahwa penutur tidak memberikan simpati terhadap apa yang dialami mitra tutur. Seharusnya ketika mitra tutur lupa akan materi yang akan dijelaskan, penutur tidak mengganggunya karena manusia bisa saja lupa apalagi mengenai materi yang akan dijelaskan karena harus menghafal banyak materi dan akan lebih baik jika penutur bisa membantunya mengingat bukannya mengejek seperti tuturan di atas yang semakin membuatnya grogi dan tidak tenang, dengan begitu muka mitra tutur bisa jatuh di mata dosen maupun peserta diskusi karena dianggap tidak menguasai materi dan mengganggu jalannya proses diskusi. Data tuturan (65) dituturkan oleh seorang peserta diskusi ketika diskusi akan dimulai oleh kelompok penyaji dalam mata kuliah teori sastra kelas B. Tuturan tersebut mengandung tindak tutur ekspresif yakni tindak tutur yang menyatakan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Penutur (peserta diskusi) menunjukkan sikapnya ketika mengetahui mitra tutur (penyaji) melakukan kekeliruan kerika akan memulai jalannya diskusi, mitra tutur (penyaji) langsung menjelaskan materi padahal disuruh anggota yang lain untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu, melihat hal tersebut penutur (peserta diskusi) justru menertawakannya sehingga mitra tutur (penyaji) menjadi malu dan hal ini mengganggu jalannya diskusi kelas. Data tuturan (65) dianggap tidak santun karena melanggar prinsip kesantunan Leech (1993: 219) yakni maksim kesimpatisan dimana tuturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117
seharusnya memperbanyak rasa simpati kepada orang lain. Penutur (peserta diskusi) justru tidak memberikan simpati terhadap kekeliruan yang dilakukan oleh mitra tutur (penyaji) dan malah menertawakannya. Hal ini menimbulkan efek negatif bagi mitra tutur (penyaji) yakni menjadi malu bahkan menundukkan kepala dan hal ini agak menghambat jalannya diskusi karena penutur sempat diam beberapa saat sampai mitra tutur (peserta diskusi lain) berhenti tertawa. Tuturan “hahahahaha” bukanlah tuturan yang salah, tetapi karena tertawanya cenderung mengejek (apresiasi negatif) dan dengan konteks situasi yang tidak tepat maka terasa kurang santun karena menertawakan kekeliruan orang lain di depan banyak orang dan jelas itu dapat menjatuhkan muka mitra tutur, hal ini mengganggu jalannya diskusi kelas karena menjadi terhenti, meskipun hanya tertawa namun jika dilihat hal itu bisa mengancam muka mitra tuturnya karena mengakibatkan rasa malu bahkan sampai tertunduk. Tertawa bukanlah hal yang salah jika dalam konteks dan situasi yang tepat misalnya saat bercanda akan tetapi hal ini terjadi di saat diakusi kelas yang seharusnya meminimalkan bercanda dan lebih serius. Cara bertutur seperti ini jelas dapat menjatuhkan muka mitra tutur dan berlawanan dengan strategi kesantunan Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), dimana penutur seharusnya dapat menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif yakni membesar-besarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118
Tuturan yang seperti itu, memperlihatkan bahwa penutur tidak memberikan simpati terhadap apa yang dialami mitra tutur dan seharusnya ketika mitra tutur melakukan kesalahan tidak langsung ditertawakan karena hal terebut akan merugikan mitra tutur. Mitra tutur mungkin kurang fokus sehingga langsung menjelaskan materi bukannya memperkenalkan diri terlebih dahulu seperti yang diminta, akan tetapi bukan berarti penutur bisa menertawakannya karena menjatuhkan muka penutur dimata dosen dan peserta diskusi yang lain bahakn sampai mitra tutur tertunduk malu dan jelas hal yang demikian tidak mencerminkan kesantunan atau solidaritas. Selanjutnya data tuturan (66) dituturkan oleh seorang peserta diskusi ketika penyaji sedang menjelaskan materi diskusi dalam mata kuliah teologi moral kelas P. Tuturan tersebut mengandung tindak tutur ekspresif yakni tindak tutur yang menyatakan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Penutur (peserta diskusi) mengutarakan sikapnya ketika mengetahui mitra
tutur
(penyaji)
melakukan
kesalahan
dengan
mengatakan
“hahaha....morem opo morest ?” yang berarti menyindir mitra tutur (penyaji) tersebut dan hal itu juga mencerminkan bahwa penutur (peserta diskusi) tidak memberikan simpati kepada mitra tutur (penyaji) yang melakukan kesalahan. Data tuturan (66) dianggap tidak santun karena melanggar prinsip kesantunan Leech (1993: 219) yakni maksim kesimpatisan, dimana tuturan seharusnya memperbanyak rasa simpati kepada orang lain. Tuturan yang dianggap kurang santun itu terlihat dari tuturan “ hahaha....morem opo morest
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119
? haha”, dimana hal itu dapat menimbulkan perasaan negatif kepada mitra tutur (penyaji) yakni bisa membuat keraguan bagi mitra tutur dan kehilangan konsentrasi, bahkan bisa tidak tenang dan panik sehingga bisa memancing emosi yang bisa membuat proses diskusi menjadi tidak lancar dan menjadi tidak santun. Cara bertutur dalam tuturan (66) jelas dapat menjatuhkan muka mitra tutur dan berlawanan dengan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), dimana penutur seharusnya dapat menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif yakni membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur. Tuturan yang demikian, memperlihatkan bahwa penutur tidak memberikan simpati atau pun perhatian terhadap apa yang dialami mitra tutur. Seharusnya ketika mitra tutur lupa akan materi yang dijelaskan, penutur tidak mengejeknya bahkan lebih baik diam agar mitra tutur kembali berkonsentrasi dan ingat akan materi yang dijelaskan sehingga proses diskusi tidak terhenti dan berjalan lancar samapai akhir, dengan begitu pertentangan pun dapat diminimalkan dan akan ada rasa saling menghargai satu sama lain yang membuat diskusi menjadi efektif untuk bertukar pikiran.
4.3 Pembahasan Pada subbab ini, peneliti akan menjelaskankan data-data hasil penelitian yang secara keseluruhan diambil dari proses analisis data sebelumnya. Penjelasan dalam subbab ini berhubungan dengan pematuhan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120
pelanggaran terhadap prinsip kesantunan dari Leech (1993), juga konsep muka dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 49-55), pada kegiatan diskusi kelas mahasiswa PBSI Universitas Sanata Dharma angkatan 2014 yang dibagi menjadi dua kelompok, yakni tuturan santun dan tuturan tidak santun. Adapun kaidah kesantunan Leech (1993) terbagi dalam enam maksim dan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 52-55) terbagi atas kesantunan positif dan kesantunan negatif, dimana kesantunan positif terbagi atas 15 strategi dan kesantunan negatif terbagi atas 8 strategi, selain itu peneliti juga memaparkan penanda ketidaksantunan dalam kegiatan diskusi kelas mahasiswa PBSI Universitas Sanata Dharma angkatan 2014. Bentuk tuturan santun adalah tuturan yang mematuhi prinsip kesantunan dan bentuk tuturan yang tidak santun adalah tuturan yang melanggar prinsip kesantunan.
4.3.1 Tuturan Santun Dalam penelitian ini, peneliti menemukan pematuhan terhadap prinsip kesantunan dari kaidah kesantunan Leech (1993) yang terbagi atas enam maksim serta strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 52-55), yang terbagi atas kesantunan positif dan negatif. Adapun pematuhan terhadap kaidah kesantunan Leech (1993) peneliti menemukan empat maksim yang dipatuhi yakni maksim kebijaksanaan, kedermawanan, pujian serta kesepakatan, dan tidak menemukan pematuhan terhadap maksim
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121
kerendahan hati dan kesimpatisan, namun peneliti menemukan pelanggaran terhadap keenam maksim tersebut di dalam kegiatan diskusi kelas, selain itu peneliti juga menemukan pematuhan dan pelanggaran terhadap strategi kesantunan khususnya kesantunan positif. Pematuhan terhadap prinsip kesantunan yang pertama yakni maksim kebijaksanaan. Peneliti menemukan sekurang-kurangnya delapan tuturan dari tuturan yang diambil dalam kegiatan diskusi kelas mahasiswa PBSI angkatan 2014. Kedelapan tuturan tersebut dikatakan mematuhi maksim kebijaksanaan karena tuturan tersebut sesuai dengan apa yang diharuskan pada maksim kebijaksanaan yakni tuturan haruslah membuat kerugian orang lain sekecil mungkin dan buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin. Pematuhan
tersebut
dapat
dijelaskan
sebagai
berikut:
penutur
menghormati mitra tutur yang datang untuk mengikuti diskusi kelas sehingga menimbulkan rasa senang bagi mitra tutur karena sangat dihargai kedatangannya, penutur menerima pendapat dan masukan dari mitra tuturnya tanpa didasari rasa emosi, penutur menghargai kesempatan yang diberikan oleh mitra tuturnya, penutur mau mengakui kesalahan yang dituduhkan tanpa paksaan dari mitra tuturnya. Selain mematuhi maksim kebijaksanaan dari Leech (1993: 168), semua data tuturan tersebut juga dimaksudkan untuk menjaga muka mitra tuturnya, dengan begitu terlihat bahwa penutur telah memaksimalkan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 52-55), terutama menggunakan strategi kesantunan positif. Penutur menggunakan kesantunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122
positif untuk menjaga muka positif mitra tuturnya, kesantunan positif lebih banyak digunakan daripada kesantunan negatif, dimana kesantunan positif yang banyak digunakan dalam tuturan yang mematuhi maksim kebijaksanaan yakni (1) memperhatikan kesukaan, keinginan, dan kebutuhan lawan tutur, (2) membesar-besarkan perhatian, persetujuan, dan simpati kepada lawan tutur, (3) melibatkan penutur dan lawan tutur dalam aktivitas. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa dalam diskusi kelas mahasiswa PBSI angkatan 2014 telah mematuhi maksim Leech (1993) dan juga memaksimalkan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 52-55). Tuturan yang didapatkan sesuai dengan maksim kebijaksanaan yakni tuturan haruslah membuat kerugian orang lain sekecil mungkin dan buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin dan berusaha menjaga muka mitra tuturnya dengan memaksimalkan strategi kesantunan positif dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), seperti yang sudah peneliti jelaskan sebelumnya. Jadi data tuturan yang mematuhi maksim kebijaksanaan dapat dikatakan santun, terlebih dalam data tuturan tersebut juga menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan dari Pranowo (2012: 104) sehingga semakin terasa santun.
Data tuturan yang tidak
merugikan orang lain, berusaha menjaga muka positif mitra tutur dan menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan, data tuturan tersebut dikatakan santun karena mematuhi ketiga kaidah yang sudah dijelaskan sebelumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123
Pematuhan terhadap prinsip kesantunan yang kedua yakni maksim kedermawanan. Peneliti menemukan sekurang-kurangnya lima tuturan dari tuturan yang diambil dalam kegiatan diskusi kelas mahasiswa PBSI angkatan 2014. Kelima tuturan tersebut dikatakan mematuhi maksim kedermawanan karena tuturan tersebut sesuai dengan apa yang diharuskan pada maksim kedermawanan yakni tuturan haruslah membuat keuntungan diri sendiri sekecil mungkin dan membuat kerugian diri sendiri sebesar mungkin. Pematuhan tersebut dapat dijelaskan karena penutur mau mengatakan kebenaran (fakta) terkait kekurangan dan kesalahannya sendiri, dengan begitu jelas bahwa penutur akan merugikan dirinya sendiri, mengatakan sesuatu berdasarkan fakta itu dapat mengancam mukanya sendiri, terlebih dalam kegiatan diskusi yang dapat menentukan nilai dalam mata kuliah yang bersangkutan. Jelaslah data tuturan yang disajikan dalam analisis data di atas mematuhi maksim kedermawanan karena seperti yang sudah dijelaskan bahwa data tuturan membuat kerugian bagi penutur (dirinya sindiri). Jika dilihat, tuturan yang merugikan dirinya sendiri berarti dapat diartikan bahwa penutur ingin melindungi muka mitra tuturnya dengan mengancam mukanya sendiri. Penutur melindungi muka mitra tuturnya dengan begitu penutur telah memaksimalkan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 52-55), yakni strategi kesantunan positif juga kesantunan negatif. Penutur menggunakan kesantunan positif untuk menjaga muka positif mitra tuturnya, dimana kesantunan positif yang banyak digunakan dalam tuturan yang mematuhi maksim kedermawanan yakni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124
dengan memberikan pertanyaan atau alasan. Berbeda dengan maksim kebijaksanaan,
dalam
pematuhan
maksim
kedermawanan
peneliti
menemukan bahwa penutur mengancam mukanya sendiri, muka yang terancam adalah muka negatif. Untuk melindungi muka negatif, penutur dapat menggunakan kesantunan negatif. Kesantunan negatif yang banyak peneliti temukan dalam pematuhan maksim kedermawanan yakni meminta maaf dan menggunakan tuturan tidak langsung. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa dalam diskusi kelas mahasiswa PBSI angkatan 2014 telah mematuhi maksim Leech (1993) dan juga memaksimalkan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 52-55). Tuturan yang didapatkan sesuai dengan maksim kedermawanan
yakni tuturan haruslah membuat keuntungan diri sendiri
sekecil mungkin dan membuat kerugian diri sendiri sebesar mungkin. Penutur berusaha menjaga muka mitra tuturnya, bahkan dengan mengancam mukanya sendiri dengan memaksimalkan strategi kesantunan positif dan negatif dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 52-55), seperti yang sudah peneliti jelaskan sebelumnya. Jadi data tuturan yang mematuhi maksim kedermawanan dapat dikatakan santun, terlebih dalam data tuturan tersebut juga menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan dari Pranowo (2012: 104) sehingga semakin terasa santun. Data tuturan merugikan diri sendiri (penutur) dan berusaha menjaga muka mitra tutur serta menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125
data tuturan tersebut dapat dikatakan santun karena mematuhi ketiga kaidah yang sudah dijelaskan sebelumnya. Selanjutnya pematuhan terhadap prinsip kesantunan yang ketiga yakni maksim pujian. Peneliti menemukan sekurang-kurangnya enam tuturan dari tuturan yang diambil dalam kegiatan diskusi kelas mahasiswa PBSI angkatan 2014. Keenam tuturan tersebut dikatakan mematuhi maksim pujian karena tuturan tersebut sesuai dengan apa yang diharuskan pada maksim pujian yakni tuturan haruslah memperbanyak pujian untuk orang lain dan minimalkan kecaman kepada orang lain. Pematuhan tersebut dapat dijelaskan karena penutur mau mengakui kelebihan atau pencapaian mitra tuturnya dengan begitu akan menimbulkan rasa senang kepada mitra tutur dan tuturannya akan terasa santun. Terlebih hal ini terjadi di dalam diskusi kelas, dengan memberi pujian berarti penutur telah menjaga muka mitra tuturnya di mata dosen maupun peserta diskusi yang lain, dengan begitu mitra tutur bahakan kelompoknya akan mendapat penilaian yang bagus di mata dosen dan bukan tidak mungkin akan mempengaruhi nilainya. Memberikan pujian bagi mitra tuturnya tentu akan membuatnya senang, dengan begitu mukanya akan terselamatkan. Penutur melindungi muka mitra tuturnya dengan memberi pujian atas presentasinya dan ketika menjawab pertanyaan saat
diskusi
berlangsung, dengan begitu penutur telah
memaksimalkan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), yakni strategi kesantunan positif. Penutur menggunakan kesantunan positif untuk menjaga muka positif mitra tuturnya, dimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126
kesantunan positif yang banyak digunakan dalam tuturan yang mematuhi maksim kedermawanan adalah dengan membesar-besarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mitra tuturnya, hal itu terlihat dari proses analisis data di bagian sebelumnya. Penutur membesar-besarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mitra tuturnya tentu akan menimbulkan kesan baik dan membuat mitra tuturnya senang, dengan kesan itu cukup untuk mengatakan bahwa data tuturan tersebut santun. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa dalam diskusi kelas mahasiswa PBSI angkatan 2014 telah mematuhi maksim Leech (1993) dan juga memaksimalkan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 52-55). Tuturan yang didapatkan sesuai dengan maksim pujian yakni tuturan haruslah memperbanyak pujian untuk orang lain dan minimalkan kecaman kepada orang lain. Penutur berusaha menjaga muka mitra tuturnya dengan memaksimalkan strategi kesantunan positif dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), seperti yang sudah peneliti jelaskan sebelumnya. Jadi data tuturan yang mematuhi maksim pujian dapat dikatakan santun, terlebih dalam data tuturan tersebut juga menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan dari Pranowo (2012: 104) sehingga semakin terasa santun. Data tuturan memuji keberhasilan dan kelebihan mitra tuturnya dan berusaha menjaga muka mitra tutur serta menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan, maka data tuturan tersebut dikatakan santun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127
Pematuhan terhadap prinsip kesantunan yang keempat yakni maksim kesepakatan. Peneliti menemukan sekurang-kurangnya tiga tuturan dari tuturan yang diambil dalam kegiatan diskusi kelas mahasiswa PBSI angkatan 2014. Ketiga tuturan tersebut dikatakan mematuhi maksim kesepakatan karena tuturan tersebut sesuai dengan apa yang diharuskan pada maksim kesepakatan yakni mengusahakan agar ketidaksepakatan antara diri dan lain terjadi sedikit mungkin dan mengusahakan agar kesepakatan antara diri dan lain terjadi sebanyak mungkin. Pematuhan tersebut dapat dijelaskan karena penutur mau menerima jawaban dari mitra tuturnya meskipun jawabannya tidak sesuai dengan yang diingkan tetapi penutur tetap menerima dan mengusahakan kesepakatan, dengan begitu tidak akan terjadi pertentangan dan membuat rasa hormat kepada mitra tutur. Mengusahakan
kesepakatan
dengan
mitra
tuturnya
tentu
akan
memberikan efek positif terlebih dalam kegiatan diskusi kelas yakni meminimalkan pertentangan, dengan begitu baik penutur maupun mitra tutur sama-sama saling memahami dan menghormati sehingga tidak ada rasa saling menjatuhkan dan akan saling menyelamatkan mukanya, hal ini sesuai dengan temuan peneliti di bagian analisis data bahwa penutur melindungi muka mitra tuturnya dengan menerima jawaban yang diberikan walaupun belum sesuai dengan begitu penutur telah menyelamatkan muka mitra tutur di hadapan dosen dan peserta diskusi yang lain. Terlihat bahwa penutur telah memaksimalkan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), yakni strategi kesantunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128
positif. Penutur menggunakan kesantunan positif untuk menjaga muka positif mitra tuturnya, dimana kesantunan positif yang banyak digunakan dalam tuturan yang mematuhi maksim kesepakatan adalah dengan membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mitra tuturnya, hal itu terlihat dari proses analisis data di bagian sebelumnya. Di dalam data tuturan, penutur telah memberikan perhatian kepada jawaban yang diberikan mitra tuturnya, mengusahakan persetujuan dan bersimpati atas apa yang telah dilakukannya yaitu berusaha menjawab pertanyaan, dengan begitu tuturan tersebut dikatakan santun, juga ditambah dengan penutur menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan dari Pranowo (2012: 104) yang jelas membuat tuturan tersebut semakin dirasa santun.
4.3.2 Tuturan Tidak Santun Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, dalam penelitian ini peneliti menemukan pelanggaran terhadap prinsip kesantunan Leech (1993) yang terbagi atas enam maksim, serta strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 52-55) yang terbagi atas kesantunan positif dan negatif. Adapun pelanggaran terhadap kaidah kesantunan Leech (1993) peneliti menemukan enam maksim yang dilanggar yakni maksim kebijaksanaan, kedermawanan, pujian, kerendahan hati, kesepakatan, namun peneliti hanya menemukan empat pematuhan terhadap keenam maksim tersebut di dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129
kegiatan diskusi kelas, selain itu peneliti juga menemukan pelanggaran terhadap strategi kesantunan khususnya kesantunan positif. Pelanggaran terhadap prinsip kesantunan yang pertama yakni maksim kebijaksanaan. Peneliti menemukan sekurang-kurangnya sebelas tuturan dari tuturan yang diambil dalam kegiatan diskusi kelas mahasiswa PBSI angkatan 2014. Kesebelas tuturan tersebut dikatakan melanggar maksim kebijaksanaan karena tuturan tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharuskan pada maksim kebijaksanaan yakni tuturan seharusnya membuat kerugian orang lain sekecil mungkin dan buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin, namun yang ditemukan justru sebaliknya. Pelanggaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: penutur memotong penjelasan dari mitra tuturnya tanpa didahului dengan diksi
yang mencerminkan kesantunan atau pun nonverbal
“mengacungkan jari”, penutur tidak dapat menahan emosi, penutur tidak memperhatikan konteks situasi (formal atau nonformal). Selain melanggar maksim kebijaksanaan dari Leech (1993: 168), semua data tuturan tersebut juga dapat menjatuhkan muka mitra tuturnya, dengan begitu terlihat bahwa penutur tidak memaksimalkan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), terutama strategi kesantunan positif. Penutur seharusnya dapat menggunakan kesantunan positif untuk menjaga muka positif mitra tuturnya, namun penutur justru melakukan sebaliknya yakni tuturannya dapat menjatuhkan muka mitra tuturnya dan akan merugikan bagi mitra tuturnya. Kesantunan positif yang banyak dilanggar dalam tuturan yang melanggar maksim kebijaksanaan yakni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130
(1) memperhatikan kesukaan, keinginan, dan kebutuhan lawan tutur, (2) membesar-besarkan perhatian, persetujuan, dan simpati kepada lawan tutur, (3) melibatkan penutur dan lawan tutur dalam aktivitas. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa dalam diskusi kelas mahasiswa PBSI angkatan 2014 banyak yang melakukan pelanggaran terhadap maksim Leech (1993) dan juga tidak memaksimalkan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 52-55). Tuturan yang didapatkan justru berbanding terbalik dengan maksim kebijaksanaan yakni tuturan seharusnya membuat kerugian orang lain sekecil mungkin dan buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin juga berusaha menjaga muka mitra tuturnya dengan memaksimalkan strategi kesantunan positif dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), seperti yang sudah peneliti jelaskan sebelumnya. Namun, seperti yang telah dijelaskan bahwa banyak data tuturan yang merugikan dan menjatuhkan mitra tuturnya dengan begitu penutur jelas telah melanggar maksim kebijaksanaan dan tidak memaksimalkan strategi kesantunan, dengan begitu data tuturan tersebut tidak santun terlebih penutur juga tidak menggunakan diksi yang santun. Pelanggaran terhadap prinsip kesantunan yang kedua yakni maksim kedermawanan. Peneliti menemukan sekurang-kurangnya sembilan tuturan dari tuturan yang diambil dalam kegiatan diskusi kelas mahasiswa PBSI angkatan 2014. Kesembilan tuturan tersebut dikatakan melanggar maksim kedermawanan karena tuturan tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharuskan pada maksim kedermawanan yakni tuturan seharusnya membuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131
keuntungan diri sendiri sekecil mungkin dan membuat kerugian diri sendiri sebesar mungkin, namun yang ditemukan justru sebaliknya. Pelanggaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: penutur menyuruh mitra tutur dengan nada kasar, penutur tidak bisa membedakan situasi serius dan bercanda, penutur menggunakan diksi yang kurang tepat di lingkup formal, penutur tidak dapat menahan emosi. Selain melanggar maksim kedermawanan dari Leech (1993: 210), semua data tuturan tersebut juga dapat menjatuhkan muka mitra tuturnya, dengan begitu terlihat bahwa penutur tidak memaksimalkan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), terutama strategi kesantunan positif. Penutur seharusnya dapat menggunakan kesantunan positif untuk menjaga muka positif mitra tuturnya, namun penutur justru melakukan sebaliknya yakni tuturannya dapat menjatuhkan muka mitra tuturnya. Kesantunan positif yang banyak dilanggar dalam tuturan yang melanggar maksim kedermawanan yakni membesar-besarkan perhatian, persetujuan, dan simpati kepada lawan tutur. Penutur terlihat jelas tidak memberikan perhatian dan simpati kepada mitra tuturnya dengan begitu akan menimbulkan kesan tidak baik, dengan kesan tidak baik suatu tuturan dapat menjadi tidak santun. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa dalam diskusi kelas mahasiswa PBSI angkatan 2014 banyak yang melakukan pelanggaran terhadap maksim Leech (1993) dan juga tidak memaksimalkan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 52-55). Tuturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132
yang didapatkan justru berbanding terbalik dengan maksim kedermawanan yakni membuat keuntungan diri sendiri sekecil mungkin dan membuat kerugian diri sendiri sebesar mungkin juga berusaha menjaga muka mitra tuturnya dengan memaksimalkan strategi kesantunan positif dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), seperti yang sudah peneliti jelaskan sebelumnya. Namun, seperti yang telah dijelaskan bahwa banyak data tuturan yang merugikan dan menjatuhkan muka mitra tuturnya dengan begitu penutur jelas telah melanggar maksim kedermawanan dan tidak memaksimalkan strategi kesantunan, dengan begitu data tuturan tersebut tidak santun. Pelanggaran terhadap prinsip kesantunan yang ketiga yakni maksim pujian. Peneliti menemukan sekurang-kurangnya sebelas tuturan dari tuturan yang diambil dalam kegiatan diskusi kelas mahasiswa PBSI angkatan 2014. Kesebelas
tuturan tersebut dikatakan melanggar maksim pujian karena
tuturan tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharuskan pada maksim pujian yakni tuturan seharusnya dapat memperbanyak pujian untuk orang lain dan minimalkan kecaman kepada orang lain, namun yang ditemukan justru sebaliknya. Pelanggaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: penutur memojokkan mitra tutur, penutur menyatakan kekurangan mitra tutur secara terang-terangan, penutur tidak dapat menahan emosi. Selain melanggar maksim pujian dari Leech (1993: 212), semua data tuturan tersebut juga dapat menjatuhkan muka mitra tuturnya, dengan begitu terlihat bahwa penutur tidak memaksimalkan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), terutama strategi kesantunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 133
positif. Penutur seharusnya dapat menggunakan kesantunan positif untuk menjaga muka positif mitra tuturnya, namun penutur justru melakukan sebaliknya yakni tuturannya dapat menjatuhkan muka mitra tuturnya. Kesantunan positif yang banyak dilanggar dalam tuturan yang melanggar maksim pujian yakni menghindari ketidaksetujuan dengan pura-pura setuju dan membesar-besarkan perhatian, persetujuan, dan simpati kepada lawan tutur. Penutur secara terang-terangan mengatakan kekurangan mitra tuturnya dan hal itu jelas dapat memojokkan mitra tutur dan menjatuhkan mukanya di depan peserta diskusi maupun dosen, bahkan bisa memancing emosi mitra tutur karena dijelek-jelekkan dan jelas hal itu dapat mengganggu jalannya diskusi. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa dalam diskusi kelas mahasiswa PBSI angkatan 2014 banyak yang melakukan pelanggaran terhadap maksim Leech (1993) dan juga tidak memaksimalkan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 52-55). Tuturan yang didapatkan justru berbanding terbalik dengan maksim pujian yakni tuturan seharusnya dapat memperbanyak pujian untuk orang lain dan minimalkan kecaman kepada orang lain, juga berusaha menjaga muka mitra tuturnya dengan memaksimalkan strategi kesantunan positif dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), seperti yang sudah peneliti jelaskan sebelumnya. Namun, seperti yang telah dijelaskan bahwa banyak data tuturan yang merugikan dan menjatuhkan muka mitra tuturnya di depan dosen dan peserta diskusi yang lain dengan menyebutkan kekurangan mitra tuutr secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 134
terang-terangan, walaupun penutur menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan akan tetapi tuturan tersebut tetap tidak santun karena bersifat menjelek-jelekkan mitra tutur dan dapat memancing emosi mitra tuturnya. Pelanggaran terhadap prinsip kesantunan yang keempat yakni maksim kerendahan hati. Peneliti menemukan sekurang-kurangnya empat tuturan dari tuturan yang diambil dalam kegiatan diskusi kelas mahasiswa PBSI angkatan 2014. Keempat tuturan tersebut dikatakan melanggar maksim kerendahan hati karena tuturan tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharuskan pada maksim kerendahan hati yakni tuturan seharusnya memuji diri sendiri sedikit mungkin dan mengecam diri sendiri sebanyak mungkin, namun yang ditemukan justru sebaliknya. Pelanggaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: penutur tidak dapat menahan emosi dan penutur menyombongkan diri di depan mitra tutur, dengan menyombongkan diri tentu hal itu akan menimbulkan kesan negatif dari mitra tuturnya ditambah penutur tidak dapat mengontrol emosinya. Selain melanggar maksim kerendahan hati dari Leech (1993: 214), semua data tuturan tersebut juga dapat menjatuhkan mukanya sendiri, dengan begitu terlihat bahwa penutur tidak memaksimalkan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), terutama strategi kesantunan positif. Penutur seharusnya dapat menggunakan kesantunan positif untuk menjaga muka positif dirinya sendiri, namun penutur justru melakukan sebaliknya yakni tuturannya dapat menjatuhkan mukanya sendiri. Kesantunan positif yang banyak dilanggar dalam tuturan yang melanggar maksim
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 135
kerendahan hati yakni membesar-besarkan perhatian, persetujuan, dan simpati kepada lawan tutur. Penutur seharusnya dapat memberi perhatian kepada mitra tuturnya, memperhatikan kebutuhan mitra tuturnya bukan malah menyombongkan diri. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa dalam diskusi kelas mahasiswa PBSI angkatan 2014 banyak yang melakukan pelanggaran terhadap maksim Leech (1993) dan juga tidak memaksimalkan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55). Tuturan yang didapatkan justru berbanding terbalik dengan maksim kerendahan hati yakni tuturan seharusnya memuji diri sendiri sedikit mungkin dan mengecam diri sendiri sebanyak mungkin, juga berusaha menjaga muka mitra tuturnya dengan memaksimalkan strategi kesantunan positif dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), seperti yang sudah peneliti jelaskan sebelumnya. Namun, seperti yang telah dijelaskan bahwa data tuturan bersifat menyombongkan diri dah hal itu jelas bertentangan dengan maksim kerendahan hati, terlebih penutur juga tidak menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan, jadi data tuturan tersebut tidak santun. Pelanggaran terhadap prinsip kesantunan yang kelima yakni maksim kesepakatan. Peneliti menemukan sekurang-kurangnya lima tuturan dari tuturan yang diambil dalam kegiatan diskusi kelas mahasiswa PBSI angkatan 2014. Kelima tuturan tersebut dikatakan melanggar maksim kesepakatan karena tuturan tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharuskan pada maksim kesepakatan yakni tuturan seharusnya mengusahakan kesepakatan antara diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 136
dan dan lain sebanyak mungkin dan mengusahakan ketidaksepakatan sedikit mungkin, namun yang ditemukan justru sebaliknya. Pelanggaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: penutur tidak dapat menahan emosi dan penutur mengatakan ketidaksetujuan secara terang-terangan sehingga dapat memojokkan mitra tutur. Selain melanggar maksim kesepakatan dari Leech Leech (1993: 217), semua data tuturan tersebut juga dapat menjatuhkan muka mitra tuturnya karena berusaha memojokkan mitra tutur, dengan begitu terlihat bahwa penutur tidak memaksimalkan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), terutama strategi kesantunan positif. Penutur seharusnya dapat menggunakan kesantunan positif untuk menjaga muka positif mitra tuturnya, namun penutur justru melakukan sebaliknya yakni tuturannya dapat menjatuhkan muka mitra tuturnya. Kesantunan positif yang banyak dilanggar dalam tuturan yang melanggar maksim kesepakatan yakni menghindari ketidaksetujuan dengan pura-pura setuju dan membesarbesarkan perhatian, persetujuan, dan simpati kepada lawan tutur. Penutur secara terang-terangan mengatakan ketidaksetujuannya terhadap mitra tuturnya dan hal itu jelas dapat memojokkan mitra tutur dan menjatuhkan mukanya di depan peserta diskusi maupun dosen, bahkan bisa memancing emosi mitra tutur karena mitra tutur bisa merasa direndahkan dengan tuturan penutur. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa dalam diskusi kelas mahasiswa PBSI angkatan 2014 banyak yang melakukan pelanggaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 137
terhadap maksim Leech (1993) dan juga tidak memaksimalkan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 52-55). Tuturan yang didapatkan justru berbanding terbalik dengan maksim kesepakatan yakni tuturan seharusnya mengusahakan kesepakatan antara diri dan dan lain sebanyak mungkin dan mengusahakan ketidaksepakatan sedikit mungkin, juga berusaha menjaga muka mitra tuturnya dengan memaksimalkan strategi kesantunan positif dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), seperti yang sudah peneliti jelaskan sebelumnya. Namun seperti yang telah dijelaskan bahwa banyak data tuturan yang merugikan dan menjatuhkan muka mitra tuturnya di depan dosen dan peserta diskusi yang lain dengan menyebutkan ketidaksetujuannya dengan mitra tutur secara terang-terangan, walaupun penutur menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan akan tetapi tuturan tersebut tetap tidak santun karena dapat menjatuhkan mitra tutur dan dapat memancing emosi mitra tuturnya. Pelanggaran terhadap prinsip kesantunan yang keenam yakni maksim kesimpatisan. Peneliti menemukan sekurang-kurangnya delapan tuturan dari tuturan yang diambil dalam kegiatan diskusi kelas mahasiswa PBSI angkatan 2014. 16 tuturan tersebut dikatakan melanggar maksim kesimpatisan karena tuturan tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharuskan pada maksim kesimpatisan yakni tuturan seharusnya dapat mengurangi rasa antipati terhadap mitra tutur dan meningkatkan rasa simpati sebanyak mungkin. Pelanggaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: penutur mengejek mitra tuturnya dan penutur tidak dapat membedakan antara situasi serius dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 138
bercanda, dengan mengejek dan bercanda dalam konteks yang tidak tepat maka tuturan dapat menjatuhkan mitra tuturnya bahkan dapat memancing emosi. Selain melanggar maksim kesimpatisan dari Leech (1993: 219), semua data tuturan tersebut juga dapat menjatuhkan muka mitra tuturnya karena dapat menjatuhkan muka mitra tuturnya, dengan begitu terlihat bahwa penutur tidak memaksimalkan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), terutama strategi kesantunan positif. Penutur seharusnya dapat menggunakan kesantunan positif untuk menjaga muka positif mitra tuturnya, namun penutur justru melakukan sebaliknya yakni tuturannya dapat menjatuhkan muka mitra tuturnya. Kesantunan positif yang banyak dilanggar dalam tuturan yang melanggar maksim kesimpatisan yakni membesar-besarkan perhatian, persetujuan, dan simpati kepada lawan tutur. Penutur seharusnya memberikan perhatidan dan rasa simpati terhadap apa yang dilakukan atau dialami mitra tuturnya, bukan malah dibuat bahan bercanda. Tuturan yang bersifat seperti itu bisa memancing emosi mitra tutur karena mitra tutur bisa merasa tidak dihargai dengan tuturan penutur. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa dalam diskusi kelas mahasiswa PBSI angkatan 2014 banyak yang melakukan pelanggaran terhadap maksim Leech (1993) dan juga tidak memaksimalkan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 52-55). Tuturan yang didapatkan justru berbanding terbalik dengan maksim kesimpatisan yakni tuturan seharusnya dapat mengurangi rasa antipati terhadap mitra tutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 139
dan meningkatkan rasa simpati sebanyak mungkin, juga berusaha menjaga muka mitra tuturnya dengan memaksimalkan strategi kesantunan positif dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), seperti yang sudah peneliti jelaskan sebelumnya. Namun seperti yang telah dijelaskan bahwa data tuturan itu merugikan mitra tuutr karena ketika mitra tutur melakukan kesalahan justru malah dibuat bahan bercanda dan hal itu akan menjatuhkan muka mitra tuturnya di depan dosen dan peserta diskusi yang lain.
4.3.3 Penanda Ketidaksantunan Berbahasa Dari analisis data, peneliti menemukan penanda ketidaksantunan berbahasa dalam kegiatan diskusi kelas yang didapatkan dari data tututran yang melanggar prinsip kesantunan berbahasa, penanda ketidaksantunan tersebut mengakibatkan diskusi kelas menjadi terganggu bahkan terhenti. Ada lima penyebab ketidaksantunan berbahasa yang ditemukan peneliti. Pertama, penutur tidak bisa membedakan situasi serius dengan bercanda. Kedua, penutur tidak bisa mengendalikan emosinya. Ketiga, penutur mengkritik secara langsung. Keempat, penutur merendahkan mitra tutur. Kelima, penutur menyombongkan diri atau memuji diri di hadapan mitra tutur. Berikut penjelasannya.
1.
Pentutur tidak bisa membedakan situasi serius dengan bercanda Salah satu penyebab ketidaksantunan dalam bertutur ialah kurang
pahamnya penutur akan situasi yang sedang terjadi. Santun tidaknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 140
sebuah tuturan dapat ditentukan oleh situasi yang menyertainya, misalnya dalam proses diskusi adalah sebuah forum formal dan serius akan tetapi masih banyak dijumpai tuturan yang dimaksudkan untuk bercanda, misalnya mengejek mitra tuturnya. Jika mitra tutur menanggapinya dengan serius maka dapat menimbulkan pertentangan dan akan terjadi perdebatan. Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, peneliti masih menemukan tuturan yang seperti ini dan menyebabkan ketidaksantunan karena ketidakmampuan penutur untuk melihat situasi. 63)
Peserta Diskusi : Hahaha, eaa, eaa, itunya di klik, eaaa Penyaji : Nahh, ininya gak mau Peserta Diskusi : Aaa ininya gak mau (menirukan) Penyaji : Sebentar sebentar Konteks: Penutur adalah peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur (penyaji) berada dalam diskusi kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari peserta diskusi (mitra tutur) saat media powerpoint mengalami gangguan tidak dapat di klik (di tekan tombol next).
66) Penyaji
: Lalu apa sih hubungan antara bunuh diri dengan moral hidup ? ini sebelumnya moral, moral itu apa ? moral sendiri berasal dari bahasa latin yakni moremm, eh morest ..... Peserta Diskusi : Hahaha morem opo morest ? hahahaha Konteks: Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur (penyaji) berada dalam diskusi kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (peserta diskusi) atas kesalahan yang dilakukan oleh salah sorang penyaji ketika menyebutkan istilah latin.
Tuturan (63) dan (66) adalah contoh yang didapatkan peneliti dari kegiatan diskusi kelas, tuturan tersebut menunjukkan bahwa penutur tidak dapat melihat situasi yang sedang terjadi. Dalam tuturan tersebut terlihat bahwa mitra tutur melakukan kesalahan atau kesusahan akan tetapi penutur malah menanggapinya dengan bercanda, dengan begitu dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 141
membuat mitra tuturnya marah dan tersinggung yang dapat menimbulkan perdebatan. Tuturan tersebut tentu tidak membuat mitra tuturnya senang, bukannya membantu tapi malah mengejeknya. Hal tersebut tentu dapat menyebabkan ketidaksantunan berbahasa. 2.
Penutur tidak bisa mengendalikan emosinya Penyebab utama ketidaksantunan berbahasa ketika bertutur adalah
ketidakmampuan penutur mengendalikan emosinya, dengan berlandaskan emosi maka tuturan akan membuat mitra tuturnya tidak senang, bahkan bisa terjadi konflik. Pada beberapa tuturan yang telah diuraikan sebelumnya, terlihat bahwa ketidakmampuan penutur mengendalikan emosinya membuat proses diskusi (komunikasi) menjadi terganggu. 25) Penyaji
: Menurut KBBI novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dengan Peserta Diskusi : Kurang cepat !! Penyaji : Ohh iya iyaa saya ulangi Konteks: Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur (penyaji) berada dalam sebuah diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur saat mitra tutur (penyaji) menjelaskan materi diskusi.
36)
Peserta Diskusi : Maksudnya ? Penyaji : Jangan dipotong, ini belum selesai ! Jadi apakah jika dilakukan euphanasia itu tidak melanggar moral hidup ? kan jika hidup memberatkan tapi jika dilakukan menghilangkan nyawa dan itu melanggar perintah Allah. Konteks: Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur berada dalam diskusi kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (peserta diskusi) ketika mitra tutur (penyaji) meminta penegasan terhadap pertanyaan yang diajukan oleh penutur (peserta diskusi).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 142
Tuturan (25) dan (36) memperlihatkan bahwa penutur tidak dapat mengendalikan emosinya ketika merespon tuturan dari mitra tuturnya. Tuturan tersebut bernada marah dan akan membuat mitra tuturnya menjadi tidak senang karena ditanggapi dengan cara yang tidak menyenangkan. Tuturan seperti itu dapat menimbulkan pertentangan dan hal tersebut tentunya membuat tuturan tersebut menjadi tidak santun. 3.
Penutur mengkritik secara langsung atau terang-terangan Salah satu penyebab ketidaksantunan adalah dengan memberikan
kritik secara langsung. Memberikan kritik tentu akan menjatuhkan muka mitra tuturnya karena penutur akan mengatakan kekurangan dari mitra tuturnya. Melihat hal tersebut, ketika hendak memberikan kritik seharusnya dilakukan dengan hati-hati dan menggunakan diksi yang santun agar tidak menyakiti perasaan mitra tuturnya. Terlebih dalam kegiatan diskusi karena dalam diskusi kelas banyak peserta diskusi yang hadir bahkan dosen dan apabila kritik dikatakan secara langsung dan terang-terangan tentu akan merendahkan mitra tuturnya dihadapan peserta diskusi dan dosen yang hadir. Memberikan kritik adalah hal yang tidak salah karena pandangan dan pendapat orang pastilah berbeda-beda, namun harus memperhatikan juga kesantunannya agar tidak membuat yang dikritik menjadi sakit hati dan kehilangan muka. Banyak hal yang bisa dilakukan agar kritik menjadi lebih santun, misalnya memperhatikan penggunaan kata, situasi dan yang paling penting harus bisa menghargai. Berikut contoh yang ditemukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 143
peneliti dalam kegiatan diskusi kelas yang memperlihatkan kitdaksantunan karena mengkritik. 43)
Penyaji Peserta diskusi
: Ya silahkan mbak kalau mau bertanya : Terimakasih atas kesempatannya. Oke terimakasih atas presentasi yang sangat singkat dan membingungkan ini, kalian disini justru menjelaskan mengenai anak bukan keseluruhan keluarga, sementara judulnya kan keluarga, itu gimana ? makasih Konteks: Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur (penyaji) berada dalam diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur terhadap presentasi yang telah dilakukan oleh kelompok penyaji.
44) Penyaji
: Ya siapa yang mau bertanya ? ohh ya mas silahkan pertanyaannya. Peserta Diskusi : Jadi begini, sejujurnya saya gak paham dengan presentasi dari kelompok ini, antara judul dan pembahasan tidak sesuai. Judulnya kan peranan keluarga, nah yang di jelaskan kelompok justru peran anak, anak dan anak. Konteks: Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur (penyaji) berada dalam diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan adalah tanggapan dari penutur yang ditujukan kepada kelompok penyaji ketika akan memulai sesi tanya jawab.
Tuturan (43) dan (44) memperlihatkan bahwa penutur mengatakan kritiknya secara langsung dan terang-terangan, dengan begitu jelas hal tersebut akan merugikan mitra tutur dan menjatuhkan mukanya. Tuturan tersebut dimaksudkan penutur untuk mengkritik presentasi yang sudah dilakukan oleh mitra tuturnya, tentu saja tuturan tersebut membuat mitra tutur tidak senang karena merasa presentasinya tidak dihargai dan bisa menyebabkan perdebatan, hal itu membuat tuturan tersebut tidak santun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 144
4.
Penutur merendahkan mitra tutur Tuturan seharusnya dapat menjaga perasaan mitra tuturnya agar tidak
menimbulkan konflik. penutur dapat menjaga perasaan mitra tuturnya dengan cara menghargai aatas apa yang dilakukan mitra tuturnya, karena setiap orang pasti ingin dihargai oleh orang lain bukan malah merendahkannya. Tuturan yang merendahkan mitra tuturnya menandakan bahwa penutur tidak menghargai mitra tuturnya. 24)
Penyaji : Opo eneh ? Peserta diskusi : Responnya ? Penyaji : yo kui, responnya kita menangkap itu bo Konteks: Penutur adalah seorang penyaji. Penutur dan mitra tutur (peserta diskusi) berada dalam diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur terhadap pertanyaan dari mitra tutur (peserta diskusi) yang belum puas akan jawaban dari penutur.
35) Penyaji
: Baik saya akan menjawab pertanyaan dari puput, begini menurut kelompok kami itu hal yang luar biasa ya, itu hal yang sangat konyol, karena mereka melakukan tindakan melawan norma-norma yang sudah ditetapkan, misalnya orang tuanya bunuh diri terus apa yang dilakukan anak-anaknya ? jadi itu hal yang menyimpang menurut kelompok kami. Apakah ada tanggapan ? Peserta Diskusi 1 : Dong ra ? dong ra ? ra dong hahaha Peserta Diskusi 2 : Ojo koyo ngono to ! yaya mengerti Konteks: Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur berada dalam diskusi kelas dalam sesi tanya jawab. Tuturan merupakan tanggapan dari mitra tutur (peserta diskusi 1) terhadap pertanyaan yang sebenarnya ditujukan kepada mitra tutur (peserta diskusi 2).
Tuturan (24) dan (35) memperlihatkan bahwa penutur merendahkan mitra tuturnya, penutur tidak menhargai apa yang dilakukan oleh mitra tutur. Tuturan tersebut menggunakan diksi yang tidak santun bahakan diksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 145
daerah padahal ini terjadi di dalam diskusi dan forum formal. Tuturan (24) memperlihatkan bahwa penutur tidak menghargai ketika mitra tuturnya menanyakan
kejelasan
akan
materi
diskusi
dan
tuturan
(35)
memperlihatkan bahwa penutur tidak menghargai mitra tuturnya yang sedang mendapatkan jawaban atas pertanyaannya, dan kedua tuturan tersebut menggunakan diksi yang dapat dimaksudkan untukndahkan mitra tutur, dengan begitu tuturan tersebut tidaklah santun. 5.
Penutur menyombongkan diri atau memuji diri sendiri di hadapan mitra tutur Sombong atau memuji diri sendiri adalah hal yang tidak disukai
banyak orang, dengan berlaku sombong tentu akan membuat orang lain merasa tidak senang. Tuturan yang mengandung sifat sombong dapat dikatakan tidak santun karena membuat orang lain tidak senang dan jika disadari hal itu akan merusak citra dirinya bahkan mengancam mukanya sendiri, seperti yang peneliti temukan dalam kegitana diskusi kelas berikut. 54) Penyaji
: Apakah ada yang masih mau bertanya ? ngak ada ya ? woow bagus berarti presentasi dari kelompok kami ya.
55) Penyaji Peserta diskusi
: Sebentar jawaban dari mas ato masih kami cari : Pertanyaan saya bagus jadi sulit ditemukan jawabannya
Data tuturan (54) dan (55) jelas memperlihatkan bahawa penutur telah memuji dirinya sendiri. Hal itu tentunya akan membuat mitra tuturnya tidak senang. Pada tuturan (54) penutur mengungkapkan bahawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 146
presentasinya bagus karena tidak ada yang bertanya, seharusnya penutur berfikir dengan tidak ada yang bertanya mungkin saja presentasinya kurang jelas bukan malah memuji kelompoknya sendiri seperti itu. Data tuturan (55) juga memperlihatkan hal yang sama, seharusnya penutur berfikir mungkin pertanyaannya memang sulit ditemukan namun tidak harus diungkapkan secara berlebihan seperti itu, karena akan menimbulkan rasa tidak senang dari yang lain. Hal ini tentunya membuat tuturan tidak santun karena menimbulkan rasa tidak senang bagi mitra tutur dan mempunyai kesan tidak baik.
4.3.4 Penanda Tuturan Santun Dari
analisis
data
peneliti
tidak
hanya
menemukan
penanda
ketidaksantunan berbahasa, namun juga menemukan penanda kesantunan berbahasa. Penanda kesantunan berbahasa didapat dari tuturan yang mematuhi prinsip kesantunan berbahasa, penanda kesantunan dalam kegiatan diskusi kelas membuat kegiatan diskusi kelas menjadi kondusif dan berjalan dengan lancar. Peneliti menemukan tiga penanda kesantunan yang dapat membuat tuturan menjadi terasa santun ketika melakukan diskusi kelas. Pertama, mengungkapkan ketidaksetujuan tanpa memojokkan mitra tutur. Kedua, memberikan tanggapan positif terhadap mitra tutur. Ketiga, berhatihati dalam pemilihan kata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 147
1.
Mengungkapkan ketidaksetujuan tanpa memojokkan mitra tutur Tuturan dapat dikatakan santun apabila tuturan tersebut dapat menjaga
mitra tuturnya dengan tidak memojokkan mitra tuturnya ketika mengungkapkan
ketidaksetujuan terhadap suatu hal. Suatu tuturan
mungkin terdengar santun, tetapi karena isi tuturannya cenderung menjelekkan atau memojokkan mitra tuturnya maka tuturan tersebut menjadi tidak santun. Tuturan yang seperti itu, jelas menjatuhkan muka mitra tutur di depan mitra tuturnya yang lain, terlebih dalam kegiatan diskusi kelas yang melibatkan banyak orang. Memang tidak ada yang menyalahkan apabila di dalam sebuah diskusi ada ketidaksetujuan, akan tetapi seharusnya penutur juga berusaha menjaga muka mitra tuturnya sehingga dapat meminimalkan pertentangan. Seperti dalam tuturan. 20)
Penyaji
: Jadi seperti itu penjelasan dari saya, jadi antara pantomim dan drama itu berbeda Peserta diskusi 2 : Sebelumnya saya memeperkenalkan diri dulu, nama saya Danea, saya sependapat dengan jawaban dari petrus tadi bahwa pantomim itu berbeda dengan drama, namun perbedaan yang signifikan itu dibagian apa ya ? Konteks: Penutur adalah seorang peserta diskusi. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (peserta diskusi) ketika menanggapi jawaban mitra tutur (penyaji).
21) Penyaji
Peserta diskusi
: Demikian presentasi dari kelompok kami, silahkan bagi yang mau bertanya, kami buka 2 sesi dan setiap sesi 3 penanya, silahkan. Ya maria silahkan : Makasih atas kesempatannya, tadi kelompok menjelaskan mengenai unsur ekstrinsik karya sastra dan menurut saya sudah lengkap tatapi saya masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 148
kurang jelas yang kelompok jelaskan pas bagian yang psikologis itu, nah bisa diperjelas ? ya makasih Konteks: Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur (penyaji) berada dalam suatu diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur setelah dipersilahkan untuk bertanya Tuturan (20) dan tuturan (21) memperlihatkan bahwa penutur sebenarnya kurang setuju terhadap mitra tuturnya, namun penutur menyatakan bahwa dirinya sependapat dengan jawaban mitra tutur (penyaji), dengan tidak mengatakan ketidaksetujuannya secara terangterangan. Dengan begitu terlihat bahwa penutur tidak ingin memojokkan mitra tuturnya dan mneghargai mitra tuturnya dengan begitu penutur dapat menjaga muka mitra tuturnya dan hal ini akan sangat membantu proses diskusi menjadi semakin baik. 2. Memberikan tanggapan positif terhadap mitra tutur Memberikan
tanggapan
positif
ketika
berkomunikasi
dapat
meminimalkan terjadinya pertentangan. Selain itu juga dapat menjaga muka mitra tuturnya agar tidak tersinggung bahkan malu atas tanggapan yang diberikan penutur. Terlebih dalam proses diskusi yang jelas memberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan terhapa materi yang didiskusikan, dengan memberikan tanggapan positif tentu akan meminimalkan gesekan pada hubungan interpersonal satu sama lain. 15) Peserta diskusi
Penyaji
: Sebelumnya mari kita beri applouse buat kalompok ini karena penjelasannya begitu jelas dan lengkap menurut saya. : Iya terimakasih banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 149
Konteks: Penutur adalah seorang peserta diskusi. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (peserta diskusi) terhadap presentasi yang telah dilakukan oleh kelompok penyaji. 16) Penyaji : Ya jadi seperti itu, apa sudah dimengerti ? Peserta diskusi : Ohh ya, terimakasih penjelasan dari teman Ann, saya rasa penjelasannya sangat baik dan lengkap dan pertanyaan saya sudah terjawab. Konteks: Penutur adalah seorang peserta diskusi. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (peserta diskusi) terhadap jawaban dari mitra tutur (penyaji) setelah selesai menjawab pertanyaannya. Tuturan (15) dan (16) memperlihatkan bahwa penutur memberikan tanggapan positif terhadap apa yang sudah dilakukan mitra tuturnya, dengan begitu akan membuat perasaan mitra tuturnya senang dan meminimalkan terjadinya pertentangan. Dalam proses diskusi, tentunya hal seperti ini akan sangat bermanfaat, karena akan membuat diskusi menjadi semakin baik dengan adanya rasa saling menghargai. 3.
Berhati-hati dalam pemilihan kata Pemilihan kata menjadi hal yang penting ketika berkomunikasi.
Pemilihan kata yang salah dapat menyinggung atau menyakiti perasaan mitra tuturnya, maka dalam proses berkomunikasi seseorang harus berhatihati dalam memilih kata yang akan dia ungkapkan kepada mitra tuturnya. Terlebih dalam diskusi kelas, ketika memberikan tanggapan, kritik maupun
masukan,
jika
salah
memilih
kata
bisa
menimbulkan
kesalahpahaman. Dengan adanya kontak dan komunikasi, maka dalam diskusi diharapkan para peserta yang telibat berhati-hati dalam memilih kata yang akan dia ungkapkan, agar proses diskusi dapat berjalan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 150
baik dan tidak menimbulkan kesalahpahaman yang mengakibatkan diskusi terganggu. 5)
Peserta diskusi
: (ramaii)
Penyaji
: Maaf ya teman-teman tolong diperhatikan jangan ramai nanti mengganggu peserta diskusi yang lain Konteks: Penutur adalah seorang penyaji. Tuturan terjadi di dalam diskusi kelas. Tuturan merupakan tanggapan penutur ketika melihat diskusi sudah tidak kondusif karena banyak mitra tutur yang ramai. 7)
Penyaji
:
Silahkan apakah ada yang mau bertanya ? Ya Regina silahkan Peserta diskusi : Terimakasih, kelompok sudah memberi kesempatan kepada saya, begini menurut kelompok apa bedanya nilai moral dengan sopan santun ? sudah, makasih. Konteks: Penutur adalah seorang peserta diskusi. Tuturan terjadi di dalam diskusi kelas saat sesi tanya jawab. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (peserta diskusi) ketika penyaji memberikan kesempatan kepadanya untuk bertanya terkait materi yang didiskusikan.
Tuturan (5) dan (7) memperlihatkan bahwa penutur sangat berhati-hati dalam memilih kata ketika memberikan tanggapan. Dalam tuturan (5), penutur melihat bahwa peserta diskusi ramai dan dapat mengganggu diskusi kelas bahkan bisa merugikan perserta diskusi yang lain, penutur sangat berhati-hati dalam memilih kata agar dapat diterima mitra tutur dan agar mitra tutur mau mengerti perkataannya. Penutur menggunakan diksi yang santun yakni “maaf” dan “tolong” yang memperlihatkan bahwa penutur menghargai mitra tuturnya walaupun mitratuturnya ramai dan mengganggunya menjelaskan materi diskusi. Dengan kata yang santun, mitra tutur pun mengerti dan dapat melanjutkan diskusi dengan lebih baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 151
dan kondusif. Jadi pemilihan kata memang sangat perlu diperhatikan dalam kegiatan diskusi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan Berdasarkan analisis data tuturan dalam kegiatan diskusi kelas mahasiswa PBSI Universitas Sanata Dharma angkatan 2014, peneliti menemukan bentuk tuturan santun dan tidak santun berdasarkan prinsip kesantunan berbahasa. Bentuk tuturan santun adalah tuturan yang mematuhi prinsip kesantunan dengan kaidah kesantunan dari Leech dan strategi kesantunan Brown dan Levinson. Dalam analisis data, peneliti menemukan 22 pematuhan terhadap maksim Leech, dengan rincian 8 tuturan pada maksim kebijaksanaan, 5 tuturan pada maksim kedermawanan, 6 tuturan pada maksim pujian dan 3 tuturan pada maksim kesepakatan, dalam setiap pematuhan tersebut juga telah mematuhi strategi kesantunan Brown dan Levinson, dengan 21 tuturan mematuhi kesantunan positif dan 1 tuturan mematuhi kesantunan negatif. Tuturan yang mematuhi prinsip kesantunan tersebut dapat dikatakan tuturan santun dan tuturan tersebut membuat jalannya diskusi menjadi lebih kondusif. Selain itu, peneliti juga menemukan tuturan yang melanggar prinsip kesantunan berbahasa dan dapat dikatakan tidak santun. Bentuk tuturan yang tidak santun adalah tuturan yang melanggar prinsip kesantunan, tuturan tersebut melanggar kaidah kesantunan dari Leech dan strategi kesantunan Brown dan Levinson dengan rincian 48 pelanggaran terhadap maksim Leech,
152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 153
yakni 11 tuturan pada maksim kebijaksanaan, 9 tuturan pada maksim kedermawanan, 11 tuturan pada maksim pujian, 4 tuturan pada maksim kerendahan hati, 5 tuturan pada maksim kesepakatan dan 8 tuturan pada maksim kesimpatisan, dalam setiap pelanggaran tersebut juga terjadi pelanggaran terhadap strategi kesantunan Brown dan Levinson, dimana strategi yang dilanggar adalah strategi kesantunan positif. Hal tersebut jelas akan merugikan mitra tutur dan dapat mengganggu ketika diskusi kelas berlangsung. Di dalam proses diskusi, baik kelompok penyaji atau pun peserta diskusi seharusnya dapat saling mengerti sehingga tidak membuat kerugian bagi salah satu pihak, karena diskusi adalah proses saling bertukar pikiran dan membuat kedua belah pihak menang (win-win solution) untuk membahas atau memecahkan suatu masalah. Terlebih ketika terjadi pelanggaran terhadap prinsip kesantunan terlihat bahwa diskusi menjadi tidak kondusif bahkan terhenti. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, peneliti menemukan penanda ketidaksantunan berbahasa dalam kegiatan diskusi kelas yang didapatkan dari data tuturan yang melanggar prinsip kesantunan berbahasa, penanda ketidaksantunan tersebut mengakibatkan diskusi kelas menjadi terganggu bahkan terhenti. Ada lima penyebab ketidaksantunan berbahasa yang ditemukan peneliti. Pertama, penutur tidak bisa membedakan situasi serius dengan bercanda. Kedua, penutur tidak bisa mengendalikan emosinya. Ketiga, penutur mengkritik secara langsung. Keempat, penutur merendahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 154
mitra tutur. Kelima, penutur menyombongkan diri atau memuji diri di hadapan mitra tutur. Peneliti tidak hanya menemukan penanda ketidaksantunan berbahasa, namun juga menemukan penanda kesantunan berbahasa. Penanda kesantunan berbahasa didapat dari tuturan yang mematuhi prinsip kesantunan berbahasa, penanda kesantunan dalam kegiatan diskusi kelas membuat kegiatan diskusi kelas menjadi kondusif dan berjalan dengan lancar. Peneliti menemukan tiga penanda kesantunan yang dapat membuat tuturan menjadi terasa santun ketika melakukan diskusi kelas. Pertama, mengungkapkan ketidaksetujuan tanpa memojokkan mitra tutur. Kedua, memberikan tanggapan positif terhadap mitra tutur. Ketiga, berhati-hati dalam pemilihan kata.
5.2 Saran Penelitian ini masih banyak terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, peneliti mengajukan beberapa saran bagi para peneliti selanjutnya terutama yang melakukan penelitian yang sejenis. Saran dari peneliti adalah sebagai berikut. 1. Penelitian ini hanya membahas prinsip kesantunan dari kaidah Leech (1993) dan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 52-55), sebagai penentu kesantunan dalam berkomunikasi. Peneliti ingin jika ada penelitian yang sama, baiknya bisa menggunakan kaidah dari ahli yang lain, juga meneliti apakah ada hubungan atau kesamaan antara kaidah kesantunan dari ahli yang satu dengan yang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 155
karena pasti ada sesuatu yang sama dan berbeda yang pada akhirnya menentukan sebuah kesantunan. 2. Data yang diteliti sebaiknya tidak hanya dialog dalam suatu diskusi kelas, tetapi masih ada data lain yang bisa dijadikan objek penelitian seperti proses pembelajaran yang menggunakan teknik atau metode lain yang masih dalam lingkup formal. 3. Peneliti hanya menemukan strategi kesantunan positif dari Brown dan Levinson, sementara untuk kesantunan negatif hanya ditemukan satu penggunaan dan tidak menemukan pelanggarannya. Peneliti ingin jika ada penelitian yang sama sebaiknya memfokuskan pada strategi kesantunan negatif dari Brown dan Levinson karena masih sangat jarang dipakai dalam penelitian kesantunan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 156
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, dkk. 2010. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta. Hendrikus, Dori Wuwur. 1991. Retorika: Terampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi, Bernegosiasi. Yogyakarta: Kanisius. Kurniawati, Oktafiana. 2012. Analisis Pemanfaatan Prinsip Kesantunan Berbahasa pada Kegiatan Diskusi Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman. Skripsi S1. PBSI. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Leech, Geoffrey. 1993. The Principles of Pragmatics, diterjemahkan oleh M.D.D. Oka. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Mulyana. 2005. Kajian Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana. Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Nugarahani, Parida. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif: Teori dan Aplikasi. Surakarta: UNS Perss. Parera, Jos Daniel. 1988. Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta: Erlangga. Pranowo. 2012. Berbahasa secara Santun. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Silalahi, Puspa Rinda. 2012. Analisis Kesantunan Berbahasa Siswa/i Di Lingkungan Sekolah SMPN 5 Binjai. Skripsi S1. PBSI. Medan: Universitas Negeri Medan. Sukiat. 1979. Diskusi Kelompok. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Normalisasi Kehidupan Kampus. Tarigan, Henry Guntur. 1984. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 157
Wijana, I Dewa Putu dan Muhammad Rohmadi. 2011. Analisis Wacana Pragmatik, Kajian Teori dan Analisis. Yogyakarta: Yuma Pustaka. Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 158
LAMPIRAN 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 159
DATA TUTURAN DISKUSI KELAS MAHASISWA PBSI UNIVERSITAS SANATA DHARMA ANGKATAN 2014
Data Tuturan 1 Mata kuliah teori sastra (11 maret 2015) Penyaji
:
Selamat pagi teman-teman, kami dari...
Peserta diskusi
:
(ramai)
Penyaji
:
Hallo teman-teman ? bisa dimulai ?
Peserta diskusi
:
Iyaa dimulai wae hahahaha....
Penyaji
:
Terimakasih atas waktu dan kesempatannya, kami harap kalian memperhatikan ya, karena diskusi ini penting bagi kita semua jadi mohon kerjasamanya ya, kami dari keompok 1 akan mempresentasikan tentang prosa dan jenis jenisnya apa saja. Sebelum memulai presentasi, saya akan memperkenalkan anggota kami, namun ada salah satu dari kami yang tidak bisa hadir karena sakit. Langsung saja, secara etimologis prosa berasal dari bahasa italia,
Peserta diskusi
:
Hahahahhaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 160
Penyaji 1
:
Eh, dari bahasa latin maksudnya yang artinya cerita, dan prosa itu karangan bebas yang terikat oleh adanya rima dan sajak.
Data Tuturan 2 Mata kuliah fonologi (11 maret 2015) Peserta diskusi
: Ini saya buka di buku dan di slide kalian kok berbeda ya ? penulisan pesolek di buku dan slide tidak sama, yang benar yang mana ?
Penyaji
: Ohh iya mas halaman berapa ?
Peserta diskusi
: Ini 53
Penyaji
: Iya jadi pesolek ehh, ehh iya maaf kami salah, penulisan kami salah, makasih mas atas masukan dan pembenarannya bagi kelompok kami. Ya terimakasih, ada yang mau ngasih kritik dan saran lagi ? Gimana ada ngak ?
Penyaji
: Ya gak ada ya ? cukup bagus berarti presentasi dari kami soalnya gak ada yang mengkritik, sekian presentasi kami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 161
Data Tuturan 3 Mata kuliah teologi moral (3 maret 2015) Penyaji
: Iya morest, iya morest. Moral memuat dua segi yang berbeda
yakni
lahiriah
dan
batiniah,
batiniah
itu
berhubungan dengan hati kita dan lahiriah itu berhubungan dengan diri kita, apa yang akan kita lakukan seperti itu. Jadi moral itu itu membatasi hubungan antara hati dan perbuatan pikiran kita. Jadi dalam bunuh diri itu tidak ada keseimbangan antara kemauan hatinya dan perilaku yang akan dilakukan. Mungkin menurut kelompok kami seperti itu hubungan antara moral hidup dan bunuh diri. Untuk yang selanjutnya akan dijelaskan oleh teman saya. Penyaji 2
:
Baik terima kasih mas Thomas, saya akan menjelaskan mengenai faktor-faktor penyebab bunuh diri.
Data tuturan 4 Mata kuliah teologi moral (17 maret 2015) Peserta diskusi 1 :
Pertanyaan saya belum dijawab loh...
Peserta diskusi 2 :
Uwes uwes Put
Penyaji 2
Oh ya mohon maaf, tadi pertanyaan dari Putri
:
ternyata memang belum kami jawab, kami lupa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 162
dan akan saya jawab sekarang, sambil kelompok selanjutnya mempersiapkan presentasi ya. Peserta diskusi 1 :
Nahh to emang belom kok.
Dosen
Ya sudah sudah, saya menangkap kelompok ini
:
kurang konsisten terhadap apa yg dikaji ya, ya nanti saya akan menjelaskan pertanyaan yang belum terjawab ya, oke berikan applouse Data tuturan 5 Mata kuliah teori sastra (16 maret 2015) Peserta diskusi
:
Emm jadi intinya sama ? kan termasuk dalam nilai moral ?
Penyaji 1
:
Nah iya bisa dikatakan begitu, ya apakah ada yang lain ?
Peserta diskusi 1
:
(berdiri) ya saya
Peserta diskusi 2
:
Hahahaha (melihat ke arah penanya)
Penyaji 1
:
Maaf ya teman-teman, tolong diperhatikan jangan ramai nanti mengganggu peserta diskusi yang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 163
Data tuturan 6 Mata kuliah fonologi (3 maret 2015) Penyaji
:
Baik terimaksih buat teman Ann, dari yang kami baca di buku hal 32 itu ada contohnya juga bisa dilihat teman-teman. Jadi itu bukan semakna, itu berkaitan dengan makna, namun yang kita bahasa adalah bunyi jadi bisa ditanyakan ke kelompok selanjutnya ya. Jadi seperti itu jawaban dari kelompok kami mbak, apakah dapat diterima ? atau masih ada yang ingin ditanyakan ? Terimakasih teman-teman, saya selaku penyaji sangat senang sekali dengan antusiasme dari para teman-teman yang hadir dan memberikan pertanyaan juga masukan yang baik bagi kelompok kami, sekian dan terimakasih
Data tuturan 7 Mata kuliah teori sastra (16 maret 2015) Penyaji
:
Nah itu ada beberapa nilai yang ada dalam novel tersebut, bisa dilihat ya ada nilai moral, estetik dsb. Ya demikian presentasi dari kelompok kami, silahkan bagi teman-teman yang mau bertanya. Ya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 164
siapa lagi ? ada yang ingin bertanya lagi ? ya silahkan mbaknya dulu Peserta diskusi
:
Ya terima kasih kelompok sudah melakukan presentasi dengan baik, yang saya tanyakan apa bedanya nilai moral dan sopan santun ? atau apakah sama ? kalau beda apakah yang membedakan itu ?
Data tuturan 8 Mata kuliah fonologi (3 maret 2015) Penyaji
:
Jadi itu bukan semakna, itu berkaitan dengan makna, namun yang kita bahasa adalah bunyi jadi bisa ditanyakan ke kelompok selanjutnya ya. Jadi seperti itu jawaban dari kelompok kami mbak, apakah dapat diterima ? atau masih ada yang ingin ditanyakan ?
Peserta diskusi :
Ya ya sudah cukup, makasih
Data tuturan 9 Mata kuliah teori sastra (11 maret 2015) Penyaji
:
Ee sekian presentasi dari kelompok kami,
Peserta diskusi
:
Ehh udah selesai ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 165
Penyaji
:
Iya maaf sebelumnya kami kekurangan pustaka karena kami sulit mencarinya jadi contoh yang disajikan tadi masih kurang dan maaf tadi sebenarnya dalam pembahasannya agak terlalu lama, soalnya kata ibu Septi minggu lalu yang membahas akan ditunjuk dan terima kasih.
Data tuturan 10 Mata kuliah fonologi (3 maret 2015) Penyaji
:
Sebelumya saya mohon maaf, soalnya saya itu agak susah mengatakan huruf “f” dan “ep”, jadi apabila nanti salah mohon maaf
Peserta diskusi
:
Hahahaa
Penyaji
:
Nah ponemik itu....
Peserta diskusi
:
Hahahahaha po po
Penyaji
:
Jangan diketawain dong
Data tuturan 11 Mata kuliah fonologi (3 maret 2015) Penyaji 1
:
Ehh kok tidak bisa (powerpoint tidak bisa di klik)
Peserta disusi
:
Nah nah nah hahahaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 166
Penyaji 1
:
Maaf ibu Yuli dan teman-teman ada kesalahan teknis sedikit, mohon tunggu sebentar
Data tuturan 12 Mata kuliah teologi moral (17 maret 2015) Penyaji
:
Ya terimakasih, mungkin masih ada yang
ingin
ditanyakan ? oh ya mbak silahkan Peserta diskusi
:
Saya
cuma
mau
tanya
apakah
di
makalah
dicantumkan daftar pustakanya ? soalnya kan itu di slide tidak ada, dan seharusnya kan tetap harus di cantumkan menurut saya dan kalian mengambil dari buku atau internet atau dari mana, ya terimakasih Penyaji
:
Ohh iya maaf, kami lupa mencantumkan sumbernya, kami mengambil dari internet dan juga buku tapi kami lupa cantumkan itu mbak di slide, kalau di makalah ada kok mbak dan ini kesalahan
kami,
mengingatkan.
makasih
mbak
sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 167
Data tuturan 13 Mata kuliah teori sastra (16 maret 2015) Penyaji
:
Apakah ada yang mau bertanya lagi ? ohh ya yang dibelakang
Peserta diskusi
:
Saya mau menambahkan saja, coba di slide ke 2 apa 3 tadi, nah ya itu, apakah benar cara kalian menulis kutipan seperti itu ?
Penyaji
:
Yang mana mbak, ohh iya iya itu kesalahan kami, kami kurang cermat dalam menulis kutipan, terimakasih atas pembenarannya mbak, apakah ada lagi ?
Data tuturan 14 Mata kuliah teori sastra (16 maret 2015) Peserta Diskusi 1
:
Eee
mungkin
saya
bisa
sedikit
membantu
kelompok, karena dulu saya di SMA dari jurusan bahasa dan mengerti akan hal tersebut Peserta Diskusi 2
:
Wuissss, wuihhh hebat (tepuk tangan)
Peserta Diskusi 1
:
Yaya sudah makasih, saya lanjutkan yaa...
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 168
Data tuturan 15 Mata kuliah teologi moral (17 maret 2015) Peserta diskusi
:
Sebelumnya mari kita beri applouse buat kalompok ini karena penjelasannya begitu jelas dan lengkap menurut saya.
Penyaji
:
Iya terimakasih banyak
Data tuturan 16 Mata kuliah teori sastra (11 maret 2015) Penyaji
:
Ya jadi seperti itu, apa sudah dimengerti ?
Peserta diskusi
:
Ohh ya, terimakasih penjelasan dari teman Ann, saya rasa penjelasannya sangat baik dan lengkap dan pertanyaan saya sudah terjawab.
Data tuturan 17 Mata kuliah retorika (9 maret 2015) Penyaji
:
Eee
kemudian
selanjutnya
teman-teman
yg
memberikan tanggapan, ya yangg pertama suster, kedua Aan, Puput, Ino dan Ata, silahkan suster Peserta diskusi
:
Terimakasih atas kesempatannya, yang pertama teman-teman mari kita berikan applouse buat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 169
temen kita, karena saya pikir dalam waktu 1 minggu ini kalian bisa membuat video yang cukup bagus dan denagn tema yang cukup menarik. Saya rasa sudah bagus mengingat banyak tugas-tugas lain yang mengantri ya, dan kalian bisa membuat seperti itu jadi saya mengapresiasinya. Data tuturan 18 Mata kuliah retorika (9 maret 2015) Penyaji
:
Yang lain silahkan, Ohhh ya silahkan Petrus
Peserta diskusi
:
Terimakasih atas waktunya, videonya bagus sekali suaranya jelas hanya dibagian akhir tadi agak gak jelas, tapi kelompok ini kompak dan bagus,
masalah
formal
atau
tidaknya
itu
masukan bagi kelompok lain yang belum tampil tapi alangkah lebih bagusnya apabila tadi ditambahkan simpulan terkait bahan bahasan yang ada di talkshownya pasti akan lebih bagus, itu saja makasih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 170
Data tuturan 19 Mata kuliah teori sastra (16 maret 2015) Penyaji
:
Makasih
teman
Petrus
sudah
membantu
kelompok menjawab pertanyaan dan dengan jawaban yang bagus dengan literatur yang berbeda dengan yang kami pakai sehingga bisa saling melengkapi ya mas, hehe Peserta diskusi
:
Iya iya sama-sama
Data tuturan 20 Mata kuliah teori sastra (16 maret 2015) Penyaji
:
Jadi seperti itu penjelasan dari saya, jadi antara pantomim dan drama itu berbeda
Peserta diskusi
:
Sebelumnya saya memeperkenalkan diri dulu, nama saya Danea, saya sependapat dengan jawaban dari Petrus tadi bahwa pantomim itu berbeda dengan
drama,
namun
perbedaan
signifikan itu dibagian apa ya ?
yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 171
Data tuturan 21 Mata kuliah teori sastra (16 maret 2015) Penyaji
:
Demikian presentasi dari kelompok kami, silahkan bagi yang mau bertanya, kami buka 2 sesi dan setiap sesi 3 penanya, silahkan. Ya maria silahkan
Peserta diskusi
:
Makasih atas kesempatannya, tadi kelompok menjelaskan mengenai unsur ekstrinsik karya sastra dan menurut saya sudah lengkap tatapi saya masih kurang jelas yang kelompok jelaskan pas bagian yang psikologis itu, nah bisa diperjelas ? ya makasih
Data tuturan 22 Mata kuliah teori sastra (16 maret 2015) Penyaji
:
Selanjutnya, silahkan mas
Peserta diskusi
:
Terimakasih kesempatannya, oke sebenarnya penjelasan dari mbak Regina sudah jelas dan saya mengerti, tapi saya hanya ingin lebih diperjelas lagi bagian latar belakang pengarang, terimakasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 172
Data tuturan 23 Mata kuliah fonologi (3 maret 2015) Peserta diskusi
:
Lho lha itu sama kayak yang tadi ! (memotong penjelasan penyaji)
Penyaji
:
Nggak, bisa saya teruskan dulu ?
Data tuturan 24 Mata kuliah fonologi (3 maret 2015) Penyaji
:
Opo eneh ?
Peserta diskusi
:
Responnya ?
Penyaji
:
Yo kui, responnya kita menangkap itu bo !
Data tuturan 25 Mata kuliah teori sastra (11 maret 2015) Penyaji
:
Menurut KBBI novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dengan
Peserta Diskusi Penyaji
: :
Kurang cepat !! Ohh iya iyaa saya ulangi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 173
Data tuturan 26 Mata kuliah teori sastra (16 maret 2015) Penyaji
:
Prosa berasal dari bahasa itali
Peserta Diskusi 1
:
Ssstt ssstt pinjem bolpen (volume keras)
Peserta Diskusi 2
:
Iya iya bentar
Penyaji
:
Bisa dilanjutkan ?
Data tuturan 27 Mata kuliah fonologi (10 maret 2015) Penyaji
:
Ya sudah dijawab ya ? nah silahkan yang mau memberi saran, kritik atau
Peserta diskusi
:
Saya ! saya tadi belum dijawab, manfaat itu seperti apa dan buat apa !
Data tuturan 28 Mata kuliah fonologi (10 maret 2015) Penyaji
:
Ohh iya iya, kalau pengalamanku dalam pelajaran fonologi itu ya seperti yang dibilang mas Phillipus tadi, yah terimakasih mas philipus sarannya
Peserta diskusi 1
:
Loh ! itu pertanyaan ! (intonasi naik)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 174
Peserta diskusi 2
:
Hahahahaha
Data tuturan 29 Mata kuliah teologi moral (17 maret 2015) Penyaji
:
Mungkin ada sanggahan, atau masukan lain ? hehee.... ada gak ? gak ya ? ohh ya masnya yang dibelakang
Peserta diskusi 1
:
Aduh dia lagi (melihat ke orang yang ditunjuk penyaji)
Peserta diskusi 2
:
Hahahahaha
Data tuturan 30 Mata kuliah fonologi (10 maret 2015) Penyaji 1
:
Nah baik teman-teman yang selanjutnya akan dijelaskan oleh Valen
Peserta diskusi
:
Uhuyy hahaha (tepuk tangan)
Penyaji 2
:
Apasih !
Data tuturan 31 Mata kuliah fonologi (3 maret 2015) Penyaji
:
Apakah ada yang ingin bertanya ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 175
Opo ? (apa ?) (melihat ke peserta diskusi yang tunjuk tangan) Peserta diskusi 1 :
Hahahahaha
Peserta diskusi 2 :
Saya mau tanya loh
Data tuturan 32 Mata kuliah fonologi (3 maret 2015) Penyaji
:
Ya ya seperti itu, jadi dari menyimak dulu baru nanti ke ketiga itu sampai dia bisa memahami ucapan seseorang itu, jadi
Peserta diskusi
:
Lhah
trus
kalo
organisnya
?
(memotong
pembicaraan) Penyaji
:
Jadi ya, pie ? eh (melihat ke teman sekelompok)
Data tuturan 33 Mata kuliah fonologi (3 maret 2015) Penyaji
:
Apakah masih ada yang ingin ditanyakan ? Pie ? udah ya ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 176
Data tuturan 34 Mata kuliah teologi moral (3 maret 2015) Peserta Diskusi Penyaji
:
Hahahaha galau
:
Ya itu ya, sudah ketawanya ?!! Yang selanjutnya yang kesembilan memiliki riwayat keluarga bunuh diri.
Data tuturan 35 Mata kuliah teologi moral (3 maret 2015) Penyaji
:
Mereka melakukan tindakan melawan norma-norma yang sudah ditetapkan, misalnya orang tuanya bunuh diri terus apa yang dilakukan anak-anaknya ? jadi itu hal yang menyimpang menurut kelompok kami. Apakah ada tanggapan ?
Peserta Diskusi 1
:
Dong ra ? (mengerti tidak ?) dong ra ? (mengerti tidak ?) ra dong (tidak mengerti) hahaha
Peserta Diskusi 2
:
Ojo koyo ngono to ! (jangan seperti itu ya) yaya mengerti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 177
Data tuturan 36 Mata kuliah teologi moral (3 maret 2015) Penyaji
:
Peserta diskusi
Maksudnya ? :
Jangan dipotong, ini belum selesai ! Jadi apakah jika dilakukan euphanasia itu tidak melanggar moral hidup ? kan jika hidup memberatkan tapi jika dilakukan menghilangkan nyawa dan itu melanggar perintah Allah.
Data tuturan 37 Mata kuliah teologi moral (3 maret 2015) Penyaji
:
Intinya gini loh, gimana ya, ya orang bunuh diri atau euphanasia itu tergantung mental dan imannya
Peserta diskusi Penyaji
: :
Terus jawabannya ? Iya itu jawabannya mas, coba mas perhatikan baik-baik sebelum memberi sanggahan !
Data tuturan 38 Mata kuliah teologi moral (17 maret 2015) Peserta diskusi
:
Hubungan anak dengan orang tua itu yang baik seperti apa dan yg buruk seperti apa, terus jika ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 178
konflik
anatara orang tua dan
anak
gereja
memandanganya seperti apa, lalu kan di gereja dasar hidupnya kasih adalagi gak sih dasar yang lainnya ? atau syarat-syarat yang mendasar, ya baik seperti itu. Penyaji 1
:
Ee baik, koe do dong pertanyaane ora ? (kalian tahu pertanyaannya tidak ?)
Penyaji 2
:
Ora e, (tidak) hahaaha
Data tuturan 39 Mata kuliah fonologi (10 maret 2015) Peserta diskusi 1 :
Terus bekalnya ini untuk apa ?
Penyaji
Nah kalu itu saya juga kurang tahu mas,
:
bekalnya untuk apa ! nanti ditanyakan ke bu Yuli yaa Peserta diskusi 2
:
Hahahahaa
Data tuturan 40 Mata kuliah teori sastra (16 maret 2015) Peserta diskusi
:
Jadi tokoh protagonis, antagonis daan tritagonis harus ada ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 179
Penyaji
:
Peserta diskusi
Iya, biar ceritanya jadi lebih seru juga kan ?! :
Iya !
Data tuturan 41 Mata kuliah teologi moral (3 maret 2015) Peserta diskusi 1
:
Terus tadi kan ada yang dijelaskan oleh fiki mengenai akibat dari bunuh diri kan memberatkan keluarga
Fiki (penyaji)
:
Ehhh saya tidak begitu !!
Peserta diskusi 2
:
Hahahaha nah lohh piye (bagaimana ?)
Data tuturan 42 Mata kuliah fonologi (3 maret 2015) Penyaji
:
Nah ini adalah perbedan dari fonemik dan fonetik, sebelumnya ada yang tau gak perbedaan antara fonemik dan fonem ?
Peserta diskusi
:
Yo engak lah !! (ya tidak) hahahaha
Data tuturan 43 Mata kuliah teologi moral (17 maret 2015) Penyaji
:
Ya silahkan mbak kalau mau bertanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 180
Peserta diskusi
:
Terimakasih
atas
kesempatannya.
Oke
terimakasih atas presentasi yang sangat singkat dan membingungkan ini, kalian disini justru menjelaskan mengenai anak bukan keseluruhan keluarga, sementara judulnya kan keluarga, itu gimana ? makasih Data tuturan 44 Mata kuliah teologi moral (17 maret 2015) Penyaji
:
Ya siapa yang mau bertanya ? ohh ya mas silahkan pertanyaannya.
Peserta Diskusi
:
Jadi begini, sejujurnya saya gak paham dengan presentasi dari kelompok ini, antara judul dan pembahasan tidak sesuai. Judulnya kan peranan keluarga, nah yang di jelaskan kelompok justru peran anak, anak dan anak
Data tuturan 45 Mata kuliah retorika (9 maret 2015) Penyaji
:
Iya mbak puput silahkan
Peserta diskusi
:
Ohh ya, jadi menurut saya video tadi kurang jelas, audionya juga kurang jelas, jadi masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 181
kurang dan kalau bisa membuat videonya itu di tempat yang sepi biar gak ada suara lain yang masuk gitu Data tuturan 46 Mata kuliah teologi moral (17 maret 2015) Penyaji
:
Silahkan yang mau bertanya atau menambahkan, ya mas silahkan
Peserta diskusi
:
Begini saya cuma mau menambahkan kalau copy dari buku atau pun internet itu jangan lupa cantumkan sumber agar tidak jadi plagiat !
Penyaji
:
Oh iya mbak makasih
Data tuturan 47 Mata kuliah teologi moral (3 maret 2015) Peserta diskusi Penyaji
: :
(ramaii) Kalian bisa diam ngak ? kami sedang mencari jawabannya !
Data tuturan 48 Mata kuliah teori sastra (11 maret 2015) Peserta diskusi
:
Terus apa maksud dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 182
Penyaji
:
Iya maksudnya itu tadi, saya kan sudah menjelaskannya mas, makanya kalau dijelaskan jangan ramai sendiri !
Data tuturan 49 Mata kuliah retorika ( 9 maret 2015) Penyaji
:
Yah kami dari kelompok 1, disini kami mengambil tema video sebuah talkshow
Peserta diskusi
:
Apa ? kurang keras woy !!
Data tuturan 50 Mata kuliah teologi moral (17 maret 2015) Penyaji
:
Selanjutnya kami akan menjawab pertanyaan yang kedua, kita tuh ga tau soalnya kita disini belum berkeluarga !
Data tuturan 51 Mata kuliah retorika (9 maret 2015) Penyaji
:
Baiklah teman-teman ini adalah video hasil kerja kelompok
kami
dan
memperhatikannya ya (video diputar)
kami
harap
kalian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 183
Peserta diskusi :
Peteng peteng !! (gelap gelap)
Penyaji
Maaf ya memang agak gak jelas
:
Data tuturan 52 Mata kuliah teori sastra (11 maret 2015) Penyaji
:
Jadi maksudnya mas Phillipus itu menyanggah, memberi saran atau bertanya ?
Peserta diskusi
:
Ya saya bertanya tapi kan tadi jawaban anda belum bisa saya mengerti
Penyaji
:
Intinya unsur pembangun prosa dari luar !! (nada keras)
Peserta diskusi
:
Santai
Penyaji
:
Biar jelas !
Data tuturan 53 Mata kuliah teori sastra (16 maret 2015) Penyaji
:
Gimana mas apakah sudah paham ?
Peserta diskusi
:
Emmm itu kan unsur sosiologis tapi kok begitu ?
Penyaji
:
Lah emang begitu, gimana sih, dong gak sih ! (mengerti tidak ?)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 184
Data tuturan 54 Mata kuliah fonologi (10 maret 2015) Penyaji
:
Apakah ada yang masih mau bertanya ? ngak ada ya ? woow bagus berarti presentasi dari kelompok kami ya.
Data tuturan 55 Mata kuliah fonologi (10 maret 2015) Penyaji
:
Peserta diskusi
Sebentar jawaban dari mas Ato masih kami cari :
Pertanyaan saya bagus jadi sulit ditemukan jawabannya
Data tuturan 56 Mata kuliah teologi moral (3 maret 2015) Penyaji
:
Bisa dimengerti ya yang saya jelaskan ? saya rasa penjelasan saya sudah sangat jelas dan lengkap
Peserta diskusi
:
Iya iya
Data tuturan 57 Mata kuliah teori sastra (16 maret 2015) Penyaji
:
Ya demikian presentasi dari kelompok kami, kami rasa presentasi yang kami lakukan sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 185
sangat jelas ya teman-teman,
nah apakah ada
yang ingin bertanya ? Data tuturan 58 Mata kuliah teologi moral (3 maret 2015) Penyaji
:
Apa ada tanggapan ?
Peserta diskusi
:
Ya saya tidak setuju bila jihad adalah jalan hidup, kebanyakan dari orang yang berjihad itu karena dicuci otaknya oleh seseorang, jadi saya tidak sependapat
Data tuturan 59 Mata kuliah teori sastra (11 maret 2015) Penyaji
:
Jadi seperti itu perbedaan antara novelet dan cerpen menurut saya, bagaimana mbak ?
Peserta diskusi
:
Saya tidak setuju, jika seperti itu maka perbedaan novelet dan cerpen itu apa ? coba jelaskan dengan lebih detail !
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 186
Data tuturan 60 Mata kuliah teologi moral (3 maret 2015) Penyaji
:
Kalau menurut kami bisa juga, tapi itu lebih cenderung ke fanatik ke agamnya itu, jadi gimana ya
Peserta diskusi :
Eee itu perlu diralat ya, karena itu bukan dari agama tapi karena otaknya itu dicuci, jadi bisa diralat jangan menyalahkan agama !!
Data tuturan 61 Mata kuliah teori sastra (16 maret 2015) Peserta diskusi 1 :
Terimakasih
atas
menambahkan
waktunya,
kepada
saya
kelompok
ingin
mengenai
pertanyaan dari Raden, nah menurut buku Thew 1984 ya Peserta diskusi 2 :
Wuiss hahahahaa
Peserta diskusi 1 :
Sudah ? nah sebenarnya berbeda ya antara unsur ekstrinsik drama dan prosa, kalo prosa kita tidak mengalami atau melihat secara suprasegmental, sementara dalam drama itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 187
digunakan untuk mendukung drama, jadi buat kelompok mohon dibaca lagi di sumbernya ! Penyaji
:
Iya iya mas
Data tuturan 62 Mata kuliah teologi moral (17 maret 2015) Penyaji
:
Peserta diskusi
Jadi begitu presentasi dari :
Sebentar, saya tidak setuju dengan jawaban kelompok tadi mengenai keluarga, tadi yang dijelaskan malah kebanyakan tentang anak bukan keseluruhan keluarga itu apa.
Data tuturan 63 Mata kuliah teori sastra (16 maret 2015) Peserta Diskusi
:
Hahaha, eaa, eaa, itunya di klik, eaaa
Penyaji
:
Nahh, ininya gak mau
Peserta Diskusi
:
Aaa ininya gak mau (menirukan)
Penyaji
:
Sebentar sebentar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 188
Data tuturan 64 Mata kuliah teori sastra (16 maret 2015) Penyaji
:
Ya selanjutnya adalah alur, alur adalah
rang....
rang... (terdiam) Peserta Diskusi :
Hasyah hasyah hyaaa hyaaaa
Penyaji
Rangkaian, iya rangkaian jalan cerita dan disusun
:
berdasarkan urutan waktu Data tuturan 65 Mata kuliah teori sastra (16 maret 2015) Penyaji 1
:
Ya selamat siang teman-teman, ya kami dari kelompok 6 akan mempresentasikan tentang unsurunsur ekstrinsik drama, sebelumnya kami ingin perkenalan dulu dari yang paling kanan
Penyaji 2
:
Peserta Diskusi :
Oke yang pertama saya akan menjelaskan tentang Hahahahahhaha perkenalan perkenalan
Data tuturan 66 Mata kuliah teologi moral (3 maret 2015) Penyaji
:
Lalu apa sih hubungan antara bunuh diri dengan moral hidup ? ini sebelumnya moral, moral itu apa ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 189
moral sendiri berasal dari bahasa latin yakni moremm, eh morest ..... Peserta Diskusi :
Hahaha morem opo (apa) morest ? hahahaha
Data tuturan 67 Mata kuliah fonologi (10 maret 2015) Penyaji
:
Lalu ada huruf O, O kaya gini misal kata toko, loko, kalau untuk O separo gini
Peserta diskusi :
Hahahahaha separo wooo, bahasa Indonesia woii
Penyaji
Eh setengah maaf (tertunduk malu), lanjut ya
:
misalnya kata telepon Data tuturan 68 Mata kuliah teologi moral (3 maret 2015) Penyaji
:
Ohh ngak maaf kalau salah, kan kita masih membahas isis atau jihad ya, jadi tadi dikatakan menyangkut ke agama karena fanatiknya dan pemahamannya yang salah. Jadi isis itu loh, kalo isis itu kan meee... meee...
Peserta diskusi :
Hahahahahah menangis po ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 190
Data tuturan 69 Mata kuliah fonologi (10 maret 2015) Penyaji
:
Dalam huruf I itu ada dua huruf (menulis di papan) misalnya I,
I murni itu tandanya i kecil pake
kotakan gini Peserta diskusi :
Pake ? hahahahaha
Penyaji
Pakai maaf-maaf, misalnya kata I murni misalnya
:
kata ini, itu Data tuturan 70 Mata kuliah teologi moral (3 maret 2015) Penyaji
:
Peserta diskusi :
Yak masnya silahkan Wuiss Prapto nanya, Prapto nanya hahahaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 191
LAMPIRAN 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
TRIANGULASI Berikut ini merupakan tabulasi dan triangulasi data tuturan mahasiswa PBSI Universitas Sanata Dharma dalam kegiatan diskusi kelas, dari penelitian yang berjudul Kesantunan Berbahasa dalam Kegiatan Diskusi Kelas Mahasiswa PBSI angkatan 2014. Berilah tanda (V) pada kolom setuju apabila Anda setuju bahwa tuturan yang tercetak tebal merupakan tuturan yang sesuai dengan teori. Berilah tanda (X) pada kolom tidak setuju apabila Anda tidak setuju bahwa tuturan yang tercetak tebal merupakan tuturan yang tidak sesuai dengan teori. Maksim Kebijaksanaan dan Strategi Kesantunan
Data
Pematuhan
Tuturan
Konteks
Analisis
Kesesuaian dengan teori (Triangulator) Setuju
1.
Maksim Kebijaksanaan: Buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin Strategi kesantunan positif: o Melebihkan pengertian dan keinginan kepada pendengar
Penyaji
: Selamat pagi temanteman, kami dari... Peserta diskusi : (ramai) Penyaji : Hallo teman-teman ? bisa dimulai ? Peserta diskusi : Iyaa dimulai wae hahahaha.... Penyaji : Terimakasih atas waktu dan kesempatannya, kami harap kalian memperhatikan ya, karena diskusi ini penting bagi kita semua jadi mohon kerjasamanya ya.
Penutur adalah seorang penyaji. Tuturan terjadi di dalam diskusi kelas. Tuturan ditujukan kepada seluruh mitra tutur (peserta diskusi) ketika akan memulai jalannya diskusi kelas.
Penutur bermaksud untuk menghormati mitra tutur yang telah datang mengikuti diskusi kelas, hal ini akan memberikan keuntungan kepada mitra tutur yakni perasaan senang mengikuti diskusi kelas ini karena sangat dihormati dan dihargai kedatangannya. Terlebih penutur menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan yakni “terimakasih”. Selain itu, penutur telah menunjukkan kedekatan dan solidaritas dengan mitra
√
191
Tidak Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tutur karena bagaimana pun mereka teman satu kelas dan akan lebih baik jika menghindari pertentangan sehingga proses diskusi kelas dapat berjalan dengan lancar karena adanya rasa solidaritas. o Cara bertutur dalam tuturan tersebut juga menunjukkan, bahwa penutur menjaga muka positif mitra tuturnya dengan menggunakan kesantunan positif yakni melebihkan pengertian dan keinginan kepada pendengar. Penutur menunjukkan pengertianya kepada mitra tutur, sehingga mitra tutur akan merasa lebih dihormati. 2.
Maksim kebijaksanaan: Buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin Strategi kesantunan positif: o Melebihkan perhatian,
Peserta diskusi : Ini saya buka di buku dan di slide kalian kok berbeda ya ? penulisan pesolek di buku dan slide tidak sama, yang benar yang mana ? Penyaji : Ohh iya mas halaman berapa ? Peserta diskusi : Ini 53,
Penutur adalah seorang penyaji. Tuturan terjadi di dalam diskusi kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari penyaji ketika mendapat sanggahan dari mitra tutur (peserta diskusi) bahwa yang ditayangkan di slide berbeda dengan
Penutur bersedia menerima dan mengakui kesalahannya. Hal itu akan memberikan efek positif dan keuntungan bagi mitra tutur, karena mitra tutur akan merasa pendapatnya benar dan itu akan menjaga muka positif mitra tutur di depan peserta diskusi yang
√
192
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
persetujuan dan simpati kepada mita tutur
3.
Maksim kebijaksanaan: Buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin Strategi kesantunan positif: o Melibatkan penutur dan mitra tutur dalam aktivitas
Penyaji
: Iya jadi pesolek ehh, yang ada di buku acuan. ehh iya maaf kami salah, penulisan kami salah, makasih mas atas masukan dan pembenarannya bagi kelompok kami.
Penyaji 1 : Mungkin menurut kelompok kami seperti itu hubungan antara moral hidup dan bunuh diri. Untuk yang selanjutnya akan dijelaskan oleh teman saya. Penyaji 2 : Baik terimakasih mas Thomas, saya akan menjelaskan mengenai faktor-faktor penyebab bunuh diri.
Penutur adalah seorang penyaji. Tuturan terjadi di dalam diskusi kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari penyaji terhadap mitra tutur (penyaji lain di kelompoknya) yang mempersilahkannya untuk melanjutkan penjelasan materi diskusi presentasi ketika sedang berlangsung.
lain, serta merasa dihargai (direspon dengan baik). o Cara bertutur dalam tuturan tersebut, mencerminkan bahwa penutur menjaga muka positif mitra tuturnya dengan menggunakan kesantunan positif yakni melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur. Penutur mencoba untuk menghargai tindakan yang dilakukan mitra tutur yakni memberikan masukan untuk kelompok penyaji dengan begitu mitra tutur akan merasa pendapatnya benar dan dihargai. Penutur bermaksud untuk menghargai mitra tutur yang telah memberikan kesempatan untuk menjelaskan materi diskusi, dengan saling menghargai maka akan terjadi solidaritas dan jalannya proses diskusi akan berjalan dengan baik. Terlebih didukung dengan penggunaan diksi yang mencerminkan kesantunan
√
193
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
“terimakasih” dan “mas” dan dapat diartikan bahwa penutur menghargai kesempatan yang diberikan dan menghormati mitra tutur yang dianggap lebih tua darinya, dengan mengucapkan “mas” dan juga kata tersebut sering dijumpai dalam budaya jawa yang menandakan bahwa penutur menghormati mitra tutur walaupun mitra tutur mungkin tidak lebih tua dari penutur. o Cara bertutur dalam tuturan tersebut mencerminkan bahwa penutur menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif, yakni melibatkan penutur dan mitra tutur dalam aktivitas. Tuturan tersebut membuat penutur menjadi terlibat dalam kegiatan diskusi dan mendapat kesempatan untuk menjelaskan materi diskusi, dengan begitu penutur akan bisa menjelaskan materi dan kemampuannya akan dilihat 194
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
oleh dosen sehingga mendapatkan nilai. Dengan adanya solidaritas, tentu akan membuat proses diskusi menjadi semakin baik dan kondusif. 4.
Maksim kebijaksanaan: Buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin Strategi kesantunan positif: o Melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati
Peserta diskusi 1: Pertanyaan saya belum dijawab loh... Peserta diskusi 2: Uwes uwes put Penyaji : Oh ya mohon maaf, tadi pertanyaan dari Putri ternyata memang belum kami jawab, kami lupa dan akan saya jawab sekarang, sambil kelompok selanjutnya mempersiapkan presentasi ya. Peserta diskusi 1: Nahh too emang belom kok
Penutur adalah seorang penyaji. Tuturan terjadi di dalam diskusi kelas. Tuturan merupakan tanggapan penutur atas pernyataan dari mitra tuturnya (salah satu peserta diskusi) yang merasa pertanyaannya belum dijawab.
Penutur mengakui bahwa salah satu pertanyaan dari peserta diskusi belum terjawab, padahal proses diskusi sudah selesai dan peserta diskusi sudah lupa akan hal itu. Hal tersebut akan membuat keuntungan bagi mitra tutur, karena mitra tutur merasa dihargai dan dihormati oleh kelompok penyaji, juga mitra tutur akan senang karena pernyataanya memang benar tidak seperti yang dikatakan peserta diskusi lainnya yang mengatakan sudah dijawab. o Cara bertutur dalam tuturan tersebut memperlihatkan bahwa penutur menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif yakni melebihkan perhatian,
√
195
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5.
Maksim kebijaksanaan: Buatlah kerugian orang lain sekecil mungkin Strategi kesantunan positif: o Melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati
Peserta diskusi: (ramaii) Penyaji : Maaf ya temanteman, tolong diperhatikan jangan ramai nanti mengganggu peserta diskusi yang lain
Penutur adalah seorang penyaji. Tuturan terjadi di dalam diskusi kelas. Tuturan merupakan tanggapan penutur ketika melihat diskusi sudah tidak kondusif karena banyak mitra tutur (peserta diskusi) yang ramai.
persetujuan dan simpati. Penutur mencoba untuk menghargai dan menerima pernyataan dari mitra tutur bahkan membenarkan pernyataannya, sehingga melindungi muka positif mitra tutur. Penutur melihat bahwa situasi diskusi sudah tidak kondusif dengan adanya beberapa peserta diskusi yang ramai sendiri, padahal proses diskusi masih berlangsung. Hal tersebut akan membuat peserta diskusi yang lain merasa terganggu, bahkan juga bagi kelompok penyaji. Penutur ingin membuat diskusi kembali kondusif, dengan memberikan peringatan kepada peserta diskusi yang ramai dengan kata-kata halus dan diksi yang mencerminkan kesantunan “maaf”, yang menandakan bahwa penutur menghormati mitra tuturnya. Penutur tidak ingin peserta diskusi yang lain terganggu dan bagi
√
196
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6.
Maksim kebijaksanaan: Buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin
Penyaji
: Terimakasih temanteman, saya selaku penyaji sangat senang sekali dengan antusiasme dari para
Penutur adalah seorang penyaji. Tuturan terjadi di dalam sebuah diskusi kelas yang ditujukan kepada seluruh mitra
yang ramai pun agar memperhatikan, karena hal itu penting menyangkut materi kuliah bahkan nilai, dengan begitu penutur telah meminimalkan kerugian bagi mitra tuturnya. o Cara bertutur dalam tuturan tersebut memperlihatkan bahwa penutur menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif yakni melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati. Penutur terlihat memperhatikan semua peserta diskusi yang hadir dan memberikan simpati kepada peserta diskusi yang merasa terganggu dengan kelakuan peserta diskusi lain yang ramai, dengan pernyataan yang enak didengar sehingga peserta diskusi yang ramai juga merasa dihargai. Penutur bermaksud untuk menghormati partisipasi mitra tutur yang telah mengikuti diskusi kelas dengan antusias. Hal ini 197
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Strategi kesantunan positif: o Melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati
7.
Maksim kebijaksanaan: Buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin
Strategi kesantunan positif: o Melebihkan perhatian, persetujuan dan
teman-teman yang hadir dan memberikan pertanyaan juga masukan yang baik bagi kelompok kami, sekian dan terimakasih Peserta diskusi: Prokk prokk (tepuk tangan)
tutur (peserta diskusi) ketika akan mengakhiri jalannya diskusi kelas.
Penyaji
Penutur adalah seorang peserta diskusi. Tuturan terjadi di dalam diskusi kelas saat sesi tanya jawab. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (peserta diskusi) ketika penyaji memberikan kesempatan kepadanya untuk bertanya terkait materi yang didiskusikan.
Peserta diskusi
: Silahkan apakah ada yang mau bertanya ? Ya Regina silahkan : Terimakasih, kelompok sudah memberi kesempatan kepada saya, begini menurut kelompok apa bedanya nilai
akan memberikan keuntungan kepada mitra tutur, yakni perasaan senang mengikuti diskusi kelas ini karena sangat dihormati dan dihargai kehadiran dan partisipasinya ketika diskusi berlangsung. o Cara bertutur dalam tuturan tersebut memperlihatkan bahwa penutur menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif yakni melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati. Penutur mencoba untuk menghargai dan menghormati partisipasi dari peserta diskusi. Penutur bermaksud untuk menghargai mitra tutur yang telah memberikan kesempatan kepadanya untuk bertanya tentang materi diskusi. Penutur menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan “terimakasih”, yang dapat diartikan bahwa penutur menghargai kesempatan yang diberikan dan dengan
√
√
198
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
simpati
8.
Maksim kebijaksanaan: Buatlah keuntungan orang
moral dengan sopan santun ? sudah, makasih.
Penyaji
: Jadi seperti itu Penutur adalah seorang jawaban dari penyaji. Tuturan terjadi di dalam diskusi kelas kelompok
notasi yang enak didengar. Hal tersebut tentunya akan membuat keuntungan bagi mitra tutur, karena merasa dihormati dan dengan begitu proses diskusi dapat berjalan dengan baik karena adanya rasa saling menghormati dan menghargai. o Cara bertutur dalam tuturan tersebut memperlihatkan bahwa penutur menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif yakni melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati. Penutur mencoba untuk menghargai mitra tuturnya yang sudah memberikan kesempatan untuk bertanya, dengan kalimat yang santun dan enak didengar membuat mitra tutur merasa dihargai dan hal tersebut akan melindungi muka positifnya dihadapan peserta diskusi yang lain. Tuturan tersebut dimaksudkan penutur untuk kembali memberikan 199
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lain sebesar mungkin Strategi kesantunan positif: o Melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati
Peserta diskusi
kami mbak, apakah dapat diterima ? atau masih ada yang ingin ditanyakan ? terimakasih : ya ya sudah cukup, makasih
saat sesi tanya jawab. Tuturan ditujukan kepada mitra tutur (peserta diskusi) yang bertanya dan sudah dijawab oleh anggota penyaji yang lain.
kesempatan untuk mitra tutur yang bertanya, dengan begitu mitra tutur akan mendapatkan keuntungan yaitu dapat bertanya kembali apabila masih ada yang belum terjawab atau kurang diterima. Memberikan kesempatan adalah salah satu hal yang dapat memberikan keuntungan bagi mitra tuturnya, karena penutur tidak memaksakan mitra tutur untuk menerima begitu saja. Dengan begitu, proses diskusi akan berjalan dengan baik karena penutur selaku kelompok penyaji sangat memperhatikan mitra tuturnya. o Cara bertutur dalam tuturan tersebut memperlihatkan bahwa penutur menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif yakni melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati. Penutur mencoba untuk menghargai pertanyaan yang diajukan oleh mitra
√
200
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tuturnya, bahkan penutur memberikan kesempatan lagi kepda mitra tutur untuk bertanya dan hal tersebut jelas melindungi muka positif mitra tutur. Maksim Kedermawanan dan Strategi Kesantunan
Data
Pematuhan
Tuturan
Konteks
Analisis
Kesesuaian dengan teori (Triangulator) Setuju
9.
Maksim kedermawanan Buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin Strategi kesantunan positif: o Memberikan alasan
Penyaji
: Demikian presentasi dari kelompok kami, Peserta diskusi : Ehh udah selesai ? Penyaji : Iya maaf sebelumnya kami kekurangan pustaka karena kami sulit mencarinya jadi contoh yang disajikan tadi masih kurang dan maaf tadi sebenarnya dalam pembahasannya
Penutur adalah seorang penyaji. Tuturan terjadi di dalam diskusi kelas yang ditujukan kepada mitra tutur (peserta diskusi) ketika akan mengakhiri penjelasan materi dari kelompok penutur.
Penutur mengakui bahwa presentasi dari kelompoknya kurang dalam hal daftar pustaka dan pembagian dalam menjelaskan materi, terlihat bahwa itu akan merugikan bagi dirinya sendiri, karena bisa mendapatkan nilai kurang dari dosen dan juga dari peserta diskusi yang hadir. Tuturan tersebut juga
Tidak Setuju
√
201
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
agak terlalu lama, soalnya kata ibu Septi minggu lalu yang membahas akan ditunjuk dan terima kasih.
10.
Maksim kedermawanan Buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin
Penyaji
: Sebelumya saya mohon maaf, soalnya saya itu agak susah
Penutur adalah seorang penyaji. Penutur dan mitra tutur berada dalam diskusi kelas. Tuturan merupakan pernyataan dari
memperlihatkan bahwa penutur menghargai mitra tuutrnya, dengan menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan “maaf” dan “terimakasih” dan dengan pengucapan yang enak didengar. o Cara bertutur dalam tuturan tersebut dimaksudkan penutur untuk menjaga muka positif dirinya dan kelompoknya, dengan menggunakan kesantunan postif yakni memberi alasan. Penutur mencoba untuk memberi alasan mengapa pembahasan kelompoknya tadi agak terlalu lama dan kurang contoh karena referensinya sulit didapatkan. Penutur bersedia mengakui kekurangannya, hal itu tentunya akan 202
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Strategi kesantunan negatif: o Meminta maaf
mengatakan huruf “f” dan “ep”, jadi apabila nanti salah mohon maaf. Nah yang pertama ponemik itu . . . Peserta diskusi : Hahaha po po Penyaji : Jangan diketawain
penutur untuk menjelaskan kekurangannya yakni dalam hal menyebutkan huruf kepada seluruh peserta diskusi.
merugikan bagi penutur itu sendiri karena memberikan jawaban sesuai dengan fakta itu bisa mengancam mukanya sendiri. Hal itu terlihat dari reaksi yang diberikan mitra tutur yakni menertawakannya, namun penutur dengan lapang dada tidak marah kepada mitra tutur dan melanjutkan menjelaskan materi. o Cara bertutur dalam tuturan tersebut terlihat bahwa penutur menjaga muka negatif penutur sendiri, muka negatif adalah muka yang terancam. Penutur mencoba menggunakan kesantunan negatif dengan meminta maaf kepada mitra tuturnya akan kekurangan yang dimiliki dan berharap agar dirinya bisa
√
203
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11.
Maksim kedermawanan Buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin Strategi kesantunan positif: o Memberikan alasan
Penyaji
: Ehh kok tidak bisa (powerpoint tidak bisa di klik) Peserta diskusi : Nah nah nahh hahaha Penyaji : Maaf ibu Yuli dan teman-teman ada kesalahan teknis sedikit, mohon tunggu sebentar.
Penutur adalah seorang penyaji. Penutur dan mitra tutur (peserta diskusi) berada dalam diskusi kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur ketika terjadi kesalahan saat menayangkan powerpoint.
dengan bebas ketika mengucapkan huruf “f” , walaupun salah setidaknya mitra tutur tidak menertawakannya dan berharap mitra tutur menghargai kekurangannya, dengan begitu proses diskusi bisa berjalan dengan lancar. Penutur mengakui telah terjadi kesalahan, tentu itu akan merugikan dirinya sendiri karena bagi mitra tutur hal itu dianggap lucu dan langsung menertawakannya. Melihat hal itu, penutur justru dengan rendah hati meminta maaf kepada mitra tutur dengan menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan yakni “maaf”, dengan begitu penutur telah mencerminkan rasa
√
204
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
hormat kepada mitra tutur dan menambah nilai kesopanannya, sehingga proses diskusi akan menjadi semakin berjalan dengan lancar. o Cara bertutur dalam tuturan tersebut memperlihatkan bahwa penutur menjaga muka positif dirinya dan kelompoknya dengan menggunakan kesantunan positif, yakni memberikan alasan kepada mitra tutur. Penutur mencoba untuk menyelamatkan muka dirinya dan kelompoknya agar tidak disalahkan atas kesalahan yang terjadi, karena kesalahan pada powerpoint adalah kesalahan teknis dan bisa terjadi kepada siapa saja dan tidak disengaja, dengan 205
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12.
Maksim kedermawanan Buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin Strategi kesantunan positif: o memberikan alasan
Penyaji
: Ya terimakasih, mungkin masih ada yang ingin ditanyakan ? oh ya mbak silahkan Peserta diskusi: Saya cuma mau tanya apakah di makalah dicantumkan daftar pustakanya ? soalnya kan itu di slide tidak ada, dan seharusnya kan tetap harus di cantumkan menurut saya dan kalian mengambil dari buku atau internet atau dari mana, ya terimakasih Penyaji : Ohh iya maaf, kami lupa mencantumkan sumbernya, kami mengambil dari internet dan juga buku tapi kami lupa cantumkan
Penutur adalah seorang penyaji. Tuturan terjadi di dalam diskusi kelas yang ditujukan kepada mitra tutur (peserta diskusi) ketika sesi tanya jawab masih berlangsung.
begitu muka penutur bahkan kelompoknya akan terselamatkan Penutur bersedia mengakui bahwa memang kelompoknya melakukan kesalahan dengan tidak mencantumkan daftar pustaka di slidenya. Penutur tidak berusaha membela dan justru dengan gamblang mengakui bahwa itu kesalahan kelompoknya. Hal tersebut jelas bisa membuat kerugian bagi dirinya dan kolompoknya sendiri, mengingat hal itu bisa membuat penilaian dari dosen berkurang dan menimbulkan keraguan bagi peserta diskusi lain terhadap materi yang sudah dijelaskan. o Cara bertutur dalam tuturan tersebut memperlihatkan
√
206
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
itu mbak di slide, kalau di makalah ada kok mbak dan ini kesalahan kami, makasih mbak sudah mengingatkan.
13.
Maksim kedermawanan Buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin Strategi kesantunan positif: o Memberikan alasan
Penyaji
: Apakah ada yang mau bertanya lagi ? ohh ya yang dibelakang Peserta diskusi : Saya mau menambahkan saja, coba di slide ke 2 apa 3 tadi, nah ya itu, apakah benar cara kalian menulis kutipan seperti itu ? Penyaji : Yang mana mbak, ohh iya iya itu kesalahan kami,
Penutur adalah seorang penyaji. Tuturan terjadi di dalam diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan merupakan tanggapan penutur (penyaj) terhadap masukan dari mitra tutur (peserta diskusi).
bahwa penutur menjaga muka positif dirinya dan kelompoknya dengan menggunakan kesantunan positif, yakni memberikan alasan kepada mitra tutur. Penutur mencoba untuk menyelamatkan muka dirinya dan kelompoknya agar tidak disalahkan atas kelalaian kelompok tidak mencantumkan sumber materinya. Penutur mengakui telah terjadi kesalahan penulisan yang dilakukan oleh dirinya dan kelompoknya. Hal itu bisa merugikan dirinya sendiri dan kelompoknya, karena kesalahan dalam hal penulisan kutipan itu sesuatu yang kurang bisa diterima oleh dosen karena sudah pernah diajarkan, terlihat di akhir
√
207
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kami kurang cermat dalam menulis kutipan, terimakasih atas pembenarannya mbak, apakah ada lagi ?
presentasi dosen memberitahu kelompok tentang kesalahan penulisan yang dibuat kelompok itu. Dalam mengungkapkannya, penutur juga menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan yakni “terimakasih”, dengan begitu penutur telah mencerminkan rasa hormat kepada mitra tutur dan menambah nilai kesopanannya. o Cara bertutur dalam tuturan tersebut memperlihatkan bahwa penutur menjaga muka positif dirinya dan kelompoknya dengan menggunakan kesantunan positif, yakni memberikan alasan kepada mitra tutur. Penutur mencoba untuk menyelamatkan muka dirinya dan 208
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kelompoknya agar tidak disalahkan atas kesalahan dalam penulisan kutipan.
Maksim Pujian dan Strategi Kesantunan
Data
Pematuhan
Tuturan
Konteks
Analisis
Kesesuaian dengan teori (Triangulator) Setuju
14.
Maksim Pujian Pujilah orang sebanyak mungkin Strategi kesantunan positif o Membesarbesarkan perhatian dan simpati kepada mitra tutur
Peserta Diskusi 1 : Eee mungkin saya bisa sedikit membantu kelompok, karena dulu saya di SMA dari jurusan bahasa dan mengerti akan hal tersebut Peserta Diskusi 2 : Wuissss, wuihhh hebat (tepuk tangan) Peserta Diskusi 1 : Yaya sudah makasih, saya lanjutkan yaa...
Penutur adalah seorang peserta diskusi. Tuturan terjadi dalam diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (peserta diskusi 1) terhadap pernyataan dari mitra tutur (peserta diskusi 2) ketika ingin membantu kelompok menjawab pertanyaan.
Tuturan tersebut tidak menggunakan diksi yang santun, tetapi tetap dinilai santun karena kalimat tersebut mendorong peserta diskusi lain untuk ikut memuji mitra tutur. Hal itu dibuktikan dengan tepuk tangan dari peserta diskusi yang lain, selain itu juga menimbulkan rasa senang bagi mitra tutur. Pujian seperti itu sudah cukup untuk
Tidak Setuju
√
209
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bersikap santun kepada mitra tutur (peserta diskusi 1), karena menimbulkan rasa senang dengan apa yang dikatakan penutur. o Cara bertutur dalam tuturan tersebut memperlihatkan bahwa penutur mencoba menggunakan kesantunan positif, dengan membesarbesarkan perhatian dan simpati kepada mitra tutur. Dengan memberikan sugesti kepada peserta diskusi lain untuk memberikan tepuk tangan seperti yang dilakukannya, mitra tutur merasa sangat senang bahwa apa yang dilakukannya dihargai oleh semua peserta diskusi yang lain, sehingga muka positifnya akan terjaga. 210
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15.
Maksim Pujian Pujilah orang sebanyak mungkin Strategi kesantunan positif o Membesarbesarkan perhatian dan simpati kepada mitra tutur
Peserta diskusi : Sebelumnya mari kita beri applouse buat kalompok ini karena penjelasannya begitu jelas dan lengkap menurut saya. Penyaji : Iya terimakasih banyak
Penutur adalah seorang peserta diskusi. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (peserta diskusi) terhadap presentasi yang telah dilakukan oleh kelompok penyaji.
Penutur menyatakan bahwa presentasi dari kelompok penyaji jelas dan lengkap, bahkan meminta peserta diskusi lain untuk memberikan applouse. Hal ini tentunya semakin membuat kelompok penyaji senang dan bahagia karena penjelasannya dapat dimengerti dan diterima dengan baik oleh mitra tutur, dengan memaksimalkan pujian maka tuturan dari penutur (peserta diskusi) tersebut termasuk tuturan yang santun. o Cara bertutur dalam tuturan tersebut memperlihatkan bahwa penutur mencoba untuk memberikan perhatian dan bersimpati kepada apa yang telah dilakukan mitra
√
211
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16.
Maksim Pujian Pujilah orang sebanyak mungkin Strategi kesantunan positif o Membesarbesarkan perhatian dan simpati kepada mitra tutur
Penyaji
: Ya jadi seperti itu, apa sudah dimengerti ? Peserta diskusi : Ohh ya, terimakasih penjelasan dari teman Ann, saya rasa penjelasannya sangat baik dan lengkap dan pertanyaan saya sudah terjawab.
Penutur adalah seorang peserta diskusi. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (peserta diskusi) terhadap jawaban dari mitra tutur (penyaji) setelah selesai menjawab pertanyaannya.
tuturnya. Penutur mengatakan bahwa presentasi dari kelompoknya sangat bagus dan lengkap dalam menjelaskan materi, dengan begitu mitra tutur akan merasa senang karena apa yang dilakukannya dan kelompoknya sangat dihargai, sehingga diskusi kelas menjadi lebih baik lagi karena dapat memotivasi kelompok lain. Penutur mengatakan bahwa penjelasan dari mitra tutur sangat baik dan lengkap, dan pastinya hal tersebut membuat mitra tutur menjadi senang karena telah berhasil menjawab pertanyaan penutur. Penutur memberikan pujian atas jawaban penyaji, dengan begitu penutur telah bertutur santun karena sesuai dengan
√
212
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
maksim pujian. Selain itu, penutur menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan yakni “terimakasih” untuk memulai dan memanggil mitra tutur dengan sebutan “teman” yang membuat mereka menjadi merasa lebih dekat serta saling menghormati satu sama lain, hal tersebut semakin menambah nilai kesantunannya. o Cara bertutur dalam tuturan tersebut memperlihatkan bahwa penutur mencoba untuk memberikan perhatian dan bersimpati kepada apa yang telah dilakukan mitra tuturnya. Dengan memberikan pujian atas apa yang dilakukannya yakni menjawab pertanyaan dengan sangat baik 213
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan lengkap. Hal itu membuat muka positif mitra tutur akan terjaga di mata dosen dan para peserta diskusi yang lain dengan adanya pengakuan dari penutur bahwa jawaban yang diberikan sudah baik dan lengkap, dengan begitu mitra tutur akan merasa senang dan puas karena jawabannya dapat diterima dengan baik. 17.
Maksim Pujian Pujilah orang sebanyak mungkin Strategi kesantunan positif o Membesarbesarkan perhatian dan simpati kepada mitra tutur
Penyaji
: Eee kemudian selanjutnya temen2 yg memberikan tanggapan, ya yangg pertama suster, kedua aan, puput, ino dan ata, silahkan suster Peserta diskusi: Terimakasih atas kesempatannya, yang pertama teman-teman mari kita berikan applouse buat temen kita, karena
Penutur adalah seorang peserta diskusi. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (peserta diskusi) terhadap video yang dibuat oleh kelompok mitra tutur (penyaji).
Penutur menyatakan bahwa video yang dibuat kelompok penyaji sangatlah bagus, mengingat hanya mempunyai waktu satu minggu. Penutur menambahkan, bahwa dalam satu minggu itu juga banyak tugas yang lain dan melihat hasil yang dibuat kelompok penyaji
√
214
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
saya pikir dalam waktu 1 minggu ini kalian bisa membuat video yang cukup bagus dan denagn tema yang cukup menarik. Saya rasa sudah bagus mengingat banyak tugas-tugas lain yang mengantri ya, dan kalian bisa membuat seperti itu jd saya mengapresiasinya.
sudah sangat bagus. Terlebih penutur meminta peserta diskusi lain untuk memberikan applouse, hal ini tentunya semakin membuat kelompok penyaji senang dan bahagia usahanya sangat dihargai dan diapresiasi dengan sangat baik oleh peserta diskusi. o Cara bertutur dalam tuturan tersebut memperlihatkan bahwa penutur mencoba untuk memberikan perhatian dan bersimpati terhadap apa yang telah dilakukan mitra tuturnya. Dengan memberikan pujian atas apa yang dilakukannya yakni membuat video presentasi dengan jangka waktu yang singkat yakni satu minggu. Hal itu 215
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18.
Maksim Pujian Pujilah orang sebanyak mungkin
Strategi kesantunan positif o Membesarbesarkan perhatian dan simpati kepada mitra tutur
Penyaji
:Yang lain silahkan, Ohhh ya silahkan Petrus Peserta diskusi: Terimakasih atas waktunya, videonya bagus sekali suaranya jelas hanya dibagian akhir tadi agak gak jelas, tapi kelompok ini kompak dan bagus, masalah formal atau tidaknya itu masukan bagi kelompok lain yang belum tampil tapi alangkah lebih bagusnya apabila tadi ditambahkan simpulan terkait bahan bahasan yang ada di talkshownya pasti akan lebih bagus, itu saja makasih.
Penutur adalah seorang peserta diskusi. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (peserta diskusi) terhadap video yang dibuat oleh kelompok mitra tutur (penyaji).
membuat muka positif mitra tutur akan terjaga di mata dosen dan para peserta diskusi yang lain. Penutur menyatakan bahwa video yang dibuat kelompok penyaji sangatalah bagus, baik dari segi suara dan tampilan, bahkan penutur membela kelompok penyaji mengenai lingkup formal atau nonformal yang banyak di kritik oleh peserta diskusi yang lain. Hal itu jelas sangatlah menyenangkan bagi kelompok penyaji, karena usahanya sangat dihargai dan diapresiasi bahkan diberi pembelaan oleh penutur. o Cara bertutur dalam tuturan tersebut memperlihatkan bahwa penutur mencoba untuk
√
216
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19.
Maksim Pujian Pujilah orang sebanyak mungkin Strategi kesantunan positif
Penyaji
: Makasih teman Petrus sudah membantu kelompok menjawab pertanyaan dan dengan jawaban yang bagus dengan literatur yang
Penutur adalah seorang penyaji. Tuturan terjadi dalam diskusi kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (peserta diskusi) atas bantuan dari mitra tutur (peserta diskusi) yang telah membantu menjawab pertanyaan
memberikan perhatian dan bersimpati kepada apa yang telah dilakukan mitra tuturnya, dengan memberikan pujian atas apa yang dilakukannya yakni membuat video untuk presentasi. Hal itu membuat muka positif mitra tutur akan terjaga di mata dosen dan para peserta diskusi yang lain, walaupun ada masukan dari penutur tetapi penutur memberikan banyak pujian sehingga akan membuat mitra tutur dan kelompoknya senang juga tidak menjatuhkan muka mitra tuturnya. Penutur mengatakan bahwa bantuan ketika menjawab pertanyaan yang menyulitkan kelompok penyaji sangat baik dan membantu 217
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
o Membesarbesarkan perhatian dan simpati kepada mitra tutur
berbeda dengan yang kami pakai sehingga bisa saling melengkapi ya mas, hehe Peserta diskusi : iya iya sama-sama
yang sulit dijawab oleh kelompok penyaji.
kelompoknya. Hal tersebut membuat mitra tutur menjadi senang, karena merasa sangat dihargai dan dengan tuturan yang diucapkan penutur membuat peserta diskusi yang lain memberikan applouse dan perhatian dari dosen, dengan begitu penutur telah bertutur santun karena sesuai dengan maksim pujian. Selain itu, penutur menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan yakni “terimakasih” untuk memulai dan memanggil mitra tutur dengan sebutan “teman” yang membuat mereka menjadi merasa lebih dekat serta saling menghormati satu sama lain, hal tersebut semakin menambah nilai kesantunannya.
√
218
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
o Cara bertutur dalam tuturan tersebut memperlihatkan bahwa penutur mencoba untuk memberikan perhatian dan bersimpati kepada apa yang telah dilakukan mitra tuturnya, dengan memberikan pujian atas apa yang dilakukannya yakni melengkapi jawaban penutur dengan sangat baik dan lengkap. Hal itu membuat muka positif mitra tutur akan terjaga di mata dosen dan para peserta diskusi yang lain dengan adanya pengakuan dari penutur bahwa jawaban yang diberikan baik dan sangat membantu penutur dan kelompoknya, dengan begitu mitra tutur akan merasa senang dan puas karena 219
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
jawabannya dapat diterima dengan baik. Maksim Kesepakatan dan Strategi Kesantunan
Data
Pematuhan
Tuturan
Konteks
Analisis
Kesesuaian dengan teori (Triangulator) Setuju
20.
Maksim Kesepakatan Buatlah kesepakatan diri dan orang lain sebanyak mungkin Strategi kesantunan positif: o Membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur
Penyaji
: Jadi seperti itu penjelasan dari saya, jadi antara pantomim dan drama itu berbeda Peserta diskusi : Sebelumnya saya memeperkenalkan diri dulu, nama saya Danea, saya sependapat dengan jawaban dari Petrus tadi bahwa pantomim itu berbeda dengan drama, namun perbedaan yang signifikan itu dibagian apa ya ?
Penutur adalah seorang peserta diskusi. Tuturan terjadi dalam diskusi kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (peserta diskusi) ketika menanggapi jawaban mitra tutur (penyaji).
Tuturan tersebut memperlihatkan bahwa sebenarnya penutur masih belum puas dengan jawaban mitra tutur, akan tetapi penutur mengawali tuturannya dengan mengatakan sependapat. Hal ini menjadikan tuturan tersebut enak didengar dan terasa santun, karena penutur berusaha menghargai dan menerima jawaban dari mitra tutur dan tidak mengatakan ketidaksetujuannya secara langsung,
√
220
Tidak Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sehingga tidak mengancam muka mitra tuturnya. o Cara bertutur dalam tuturan tersebut memperlihatkan bahwa penutur mencoba menggunakan kesantunan positif dengan memberikan persetujuan terhadap apa yang telah dijelaskan oleh mitra tutur, meskipun sebenarnya masih ada keraguan dalam benak penutur. Dengan begitu, muka mitra tutur akan aman di mata dosen maupun peserta diskusi yang lain, karena jawabannya masih dapat diterima walaupun masih kurang. Penutur telah mengusahakan kesepakatan dengan mitra tutur dan secara tidak langsung penutur telah menyelamatkan muka mitra tutur. Penutur juga telah 221
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21.
Maksim Kesepakatan Buatlah kesepakatan diri dan orang lain sebanyak mungkin Strategi kesantunan positif: o Membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur
Penyaji
: Demikian presentasi dari kelompok kami, silahkan bagi yang mau bertanya, kami buka 2 sesi dan setiap sesi 3 penanya, silahkan. Ya maria silahkan Peserta diskusi : Makasih atas kesempatannya, tadi kelompok menjelaskan mengenai unsur ekstrinsik karya sastra dan menurut saya sudah lengkap tatapi saya masih kurang jelas yang kelompok jelaskan pas bagian yang psikologis itu, nah bisa diperjelas ? ya makasih
Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur (penyaji) berada dalam suatu diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur setelah dipersilahkan untuk bertanya.
bertutur santun kepada mitra tutur dan hal itu akan menambah solidaritas diantara keduanya, sehingga tidak terjadi pertentangan sehingga diskusi bisa dilanjutkan dengan lancar. Tuturan tersebut memperlihatkan bahwa sebenarnya penutur masih ragu dan belum puas terhadap penjelasan dari kelompok penyaji, tetapi penutur mengawali tuturannya dengan mengatakan bahwa presentasi yang dilakukan kelompok penyaji sudah lengkap. Hal ini menjadikan tuturan tersebut enak didengar dan terasa santun, karena penutur berusaha menghargai dan menerima penjelasan yang sudah dilakukan oleh mitra tutur. Sebenarnya masih ada hal yang
√
222
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
belum dimengerti, namun tidak mengatakan ketidaksetujuannya secara langsung sehingga tidak mengancam muka mitra tuturnya. o Cara bertutur dalam tuturan tersebut memperlihatkan bahwa penutur mencoba menggunakan kesantunan positif dengan memberikan persetujuan terhadap apa yang telah dijelaskan oleh mitra tutur, meskipun sebenarnya masih ada yang kurang jelas bagi penutur. Dengan begitu, muka mitra tutur akan aman di mata dosen maupun peserta diskusi yang lain karena penjelasannya dan kelompoknya masih dapat diterima, walaupun masih kurang.
223
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22.
Maksim Kesepakatan Buatlah kesepakatan diri dan orang lain sebanyak mungkin Strategi kesantunan positif: o Membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur
Penyaji
: Selanjutnya, silahkan mas Peserta diskusi: Terimakasih kesempatannya, oke sebenarnya penjelasan dari mbak Regina sudah jelas dan saya mengerti, tapi saya hanya ingin lebih diperjelas lagi bagian latar belakang pengarang, terimakasih
Penutur adalah seorang peserta diskusi. Tuturan terjadi dalam diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (peserta diskusi) ketika dipersilahkan penyaji untuk memberi pertanyaan atau sanggahan.
Tuturan tersebut memperlihatkan bahwa mengusahakan kesepakatan atau sependapat dengan mitra tuturnya, padahal masih ada bagian yang belum dimengerti. Hal ini menjadikan tuturan tersebut enak didengar dan terasa santun, karena penutur berusaha menghargai dan menerima penjelasan dari mitra tutur dan tidak mengatakan ketidaksetujuannya secara langsung. o Cara bertutur dalam tuturan tersebut memperlihatkan bahwa penutur mencoba menggunakan kesantunan positif dengan memberikan persetujuan terhadap apa yang telah dijelaskan oleh mitra tutur, meskipun masih ada bagian yang belum
√
224
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dimengerti. Secara tidak langsung, muka mitra tutur akan aman di mata dosen maupun peserta diskusi yang lain, karena penjelasannya dikatakan sudah bagus, walaupun sebenarnya masih kurang. Penutur telah mengusahakan kesepakatan dengan mitra tutur dan secara tidak langsung penutur telah menyelamatkan muka mitra tutur. Penutur juga telah bertutur santun kepada mitra tutur.
225
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Maksim Kebijaksanaan dan Strategi Kesantunan
Data
Pelanggaran
Tuturan
Konteks
Analisis
Kesesuaian dengan teori (Triangulator) Setuju
23.
Maksim Kebijaksanaan Buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin Strategi kesantunan positif: o Membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur
Peserta diskusi : Lho lha itu sama kayak yang tadi ! (memotong penjelasan penyaji) Penyaji : Nggak, bisa saya teruskan dulu ?
Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur (penyaji) berada dalam diskusi kelas. Tuturan merupakan sanggahan dari penutur terhadap penjelasan dari mitratutur (penyaji) yang dianggap sama seperti materi yang sudah dijelaskan sebelumnya ketika mitratutur (penyaji) masih menjelaskan materi.
Tuturan tersebut memperlihatkan bahwa penutur menimbulkan kerugian bagi mitra tutur. Hal itu dibuktikan ketika mitra tutur belum selesai menjelaskan dan penutur memotong pembicaraannya tanpa didahului dengan diksi halus, misalnya “maaf” atau nonverbal misalnya “mengacungkan jari”. Selain itu juga menimbulkan efek buruk bagi mitra tutur, yakni bisa membuat konsentrasinya
Tidak Setuju
√
226
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terganggu dan tersingung. Hal itu dibuktikan dengan tanggapan dari mitra tutur yang menuturkan “nggak, bisa saya teruskan dulu ?”, dengan nada agak keras dari sebelumnya yang menandakan bahwa mitra tutur merasa terganggu, bahkan emosi dengan tuturan penutur, dan hal ini jelas bertentangan dengan maksim kebijaksanaan yang mengharuskan keuntungan bagi mitra tutur. o Penutur seharusnya menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif, yakni membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur. Namun, tuturan tersebut justru 227
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24.
Maksim Kebijaksanaan Buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin Strategi kesantunan positif: o Membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur
Penyaji : Opo eneh ? Peserta diskusi: Responnya ? Penyaji : Yo kui, responnya kita menangkap itu bo !
Penutur adalah seorang penyaji. Penutur dan mitra tutur (peserta diskusi) berada dalam diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur terhadap pertanyaan dari mitra tutur (peserta diskusi) yang belum puas akan jawaban dari penutur.
memperlihatkan bahwa penutur membuat mitra tuturnya terpojok dan menimbulkan keraguan bagi peserta diskusi yang lain, dan terlihat bahwa penutur tidak menghargai atau memberikan simpati terhadap apa yang telah dilakukan oleh mitra tuturnya. Tuturan tersebut diucapkan dengan nada yang kurang enak didengar bagi mitra tuturnya. Tuturan itu memperlihatkan penutur merugikan mitra tuturnya, karena mitra tutur merasa jawabannya belum sepenuhnya terjawab dan ingin memperjelasnya, tetapi penutur mengatakan “opo eneh ? “ dan “yo kui !” dimana kedua diksi tersebut tidak halus
√
228
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan tidak santun, karena dalam lingkup formal dan dikatakan dengan nada yang kurang enak didengar (tekanan naik). Jadi bisa diartikan merendahkan mitra tutur, bahkan dapat memancing emosi mitra tutur. Hal ini menjadikan proses komunikasi terhenti, mitra tutur merasa tidak senang karena jawabannya tidak terjawab dan justru diberi tanggapan negatif dari penutur dan jelas bahwa tuturan tersebut tidak santun. o Penutur seharusnya berusaha menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif yakni membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita 229
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25.
Maksim Kebijaksanaan Buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin Strategi kesantunan positif: o Membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur
Penyaji
: Menurut KBBI novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dengan Peserta Diskusi : Kurang cepat !! Penyaji : Ohh iya iyaa saya ulangi
Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur (penyaji) berada dalam sebuah diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur saat mitra tutur (penyaji) menjelaskan materi diskusi.
tutur. Namun, dalam tuturan tersebut jelas terlihat bahwa penutur tidak memberikan simpati kepada mitra tutur yang belum puas akan jawaban yang diberikan, justru seperti mengejek mitra tutur dan penutur juga tidak berusaha membuat persetujuan, justru membuat pertentangan yang dapat memancing emosi mitra tuturnya. Tuturan “kurang cepat!!” diucapkan dengan nada yang keras dan kurang enak didengar. Tuturan tersebut memperlihatkan bahwa penutur justru menimbulkan kerugian bagi mitra tutur. Hal itu dibuktikan ketika mitra tutur sedang menjelaskan materi dan penutur langsung
√
230
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berteriak “kurang cepat!!” tanpa didahului dengan diksi halus, misalnya “maaf” sehingga bagi penutur akan menimbulkan efek buruk yakni bisa membuat tersingung dan proses diskusi bisa menjadi kacau. o Penutur seharusnya dapat menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif, yakni membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur. Namun, tuturan tersebut justru dapat membuat mitra tutur menjadi tertekan dan bisa terpancing emosinya karena penutur tiba-tiba menyela pembicaraanya. 26.
Maksim Kebijaksanaan Buatlah
Penyaji
: Prosa berasal dari bahasa itali
Penutur adalah seorang peserta diskusi 1. Penutur dan mitra
Tuturan “Ssstt ssstt pinjem bolpen!!”, 231
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
keuntungan orang lain sebesar mungkin Strategi kesantunan positif: o Membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur
Peserta Diskusi 1: Ssstt ssstt pinjem bolpen (volume keras) Peserta Diskusi 2: Iya iya bentar Penyaji : Bisa dilanjutkan?
tutur (penyaji) berada dalam diskusi kelas. Tuturan merupakan perkataan penutur (peserta diskusi 1) terhadap peserta diskusi 2 ketika penyaji sedang menjelaskan materi.
sebenarnya menggunakan diksi yang masih dikatakan santun, tetapi dikatakan pada saat penyaji masih berbicara (memotong pembicaraan) dan dengan volume yang keras sehingga hal itu jelas mengganggu jalannya diskusi yang menjadikan tuturan tersebut menjadi tidak santun. Penutur boleh saja meminjam sesuatu, tetapi harus memperhatikan konteks situasinya, misalnya pada saat jeda diskusi atau dengan volume yang lembut sehingga tidak terdengar sampai ke penyaji, jadi penyaji tidak akan terganggu dengan tuturannya. Terlihat jika penutur menggagu mitra tuturnya seperti itu, dapat menyebabkan hilangnya konsentrasi
√
232
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
untuk menjelaskan materi, hal itu juga membuat diskusi terhenti dan jelas merugikan mitra tuturnya. o Penutur terlihat tidak memberikan perhatian terhadap mitra tutur yang sedang menjelaskan materi di depan, bahkan tidak memberikan simpati atas apa yang dilakukan mitra tutur yang telah susah payah mempersiapkan materi dan menjelaskan. Penutur justru dengan santainya meminjam bolpoin ke temannya dengan volume yang keras dan membuat mitra tutur menghentikan penjelasannya, bahkan menjadi emosi dengan penutur. Hal seperti ini seharusnya tidak terjadi saat diskusi kelas berlangsung, 233
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27.
Maksim Kebijaksanaan Buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin Strategi kesantunan positif: o Membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur
Penyaji
: Ya sudah dijawab ya ? nah silahkan yang mau memberi saran, kritik atau Peserta diskusi : Saya ! saya tadi belom dijawab, manfaat itu seperti apa dan buat apa !
Penutur adalah seorang peserta diskusi. Tuturan terjadi dalam diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan adalah tanggapan penutur terhadap pernyataan yang diberikan mitra tutur (penyaji).
karena akan sangat mengganggu dan membuat diskusi terhenti. Tuturan tersebut memperlihatkan bahwa penutur justru menimbulkan kerugian bagi mitra tuturnya. Hal itu terlihat dari tuturannya yang terlihat emosi dan kurang enak didengar, yang menandakan bahwa penutur tidak suka dengan apa yang dikatakan mitra tuturnya. Padahal, mungkin bisa saja mitra tutur lupa menjawab dan alangkah lebih baiknya jika tidak disertai emosi dan bisa menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan, misalnya “„maaf”, agar terlihat menghormati mitra tuturnya. Selain itu,
√
234
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
juga bisa menimbulkan keraguan bagi peserta diskusi yang lain. Hal itu juga menimbulkan efek buruk bagi mitra tutur, yakni bisa membuat konsentrasinya terganggu dan tersingung. Dibuktikan dengan tanggapan dari penutur, bahkan emosi dengan tuturan penutur dan hal ini jelas bertentangan dengan maksim kebijaksanaan yang mengharuskan keuntungan bagi mitra tutur. o Penutur seharusnya menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif yakni membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur. Namun, tuturan 235
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28.
Maksim Kebijaksanaan Buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin Strategi kesantunan positif: o Membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur
Penyaji
: Ohh iya iya, kalau pengalamanku dalam pelajaran fonologi itu ya seperti yang dibilang mas Phillipus tadi, yah terimakasih mas philipus sarannya Peserta diskusi 1: Loh ! itu pertanyaan ! (intonasi naik) Peserta diskusi 2: Hahahahaha
Penutur adalah seorang peserta diskusi. Tuturan terjadi dalam diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan adalah tanggapan penutur terhadap pernyataan yang diberikan mitra tutur (penyaji).
tersebut justru memperlihatkan bahwa penutur membuat mitra tuturnya terpojok dan menimbulkan keraguan bagi peserta diskusi yang lain. Tuturan tersebut diucapkan penutur dengan nada yang kurang enak didengar bagi mitra tuturnya. Terlihat jika penutur justru merugikan bagi mitra tutur, mitra tutur merasa penutur memberikan saran bagi kelompoknya, akan tetapi itu adalah pertanyaan dan langsung ditanggapi dengan tuturan yang mengandung emosi dan bernada kurang enak didengar. Tuturan tersebut dapat memancing emosi mitra tuturnya, karena mitra tutur mungkin kurang cermat terhadap apa yang
√
236
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
disampaikan oleh penutur dan tidak seharusnya langsung ditanggapi dengan emosi oleh penutur, bahkan tuturan tersebut menjadikan proses komunikasi terhenti. Mitra tutur merasa tidak senang, karena seakan dibentak oleh penutur dan membuat peserta diskusi yang lain menertawakannya, sehingga tuturan tersebut dinilai tidak santun. o Penutur seharusnya menjaga muka positif mitra tuturnya dengan menggunakan kesantunan positif, yakni membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur. Namun, tuturan tersebut justru memperlihatkan bahwa penutur dapat memancing emosi 237
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29.
Maksim Kebijaksanaan Buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin Strategi kesantunan positif: o Membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada
Penyaji
: Mungkin ada sanggahan, atau masukan lain ? hehee.... ada gak ? gak ya ? ohh ya masnya yang dibelakang Peserta diskusi 1: Aduh dia lagi (melihat ke orang yang ditunjuk penyaji) Peserta diskusi 2: Hahahahaha
Penutur adalah seorang peserta diskusi. Tuturan terjadi dalam diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan adalah tanggapan penutur ketika mengetahui penyaji menunjuk ke salah seorang peserta diskusi.
mitra tuturnya, karena mitra tutur mungkin kurang cermat terhadap apa yang disampaikan oleh penutur. Terlihat bahwa penutur tidak menghargai atau memberikan simpati terhadap apa yang telah dilakukan oleh mitra tuturnya. Tuturan tersebut membuat peserta diskusi yang lain menertawakannya dan hal tersebut membuat muka mitra tutur terjatuh. Tuturan tersebut memperlihatkan bahwa penutur merendahkan mitra tuturnya, ketika penyaji menunjuk peserta diskusi untuk bertanya penutur justru dengan lantang mengatakan “aduhh dia lagi”, yang dapat diartikan bahwa penutur merendahkan
√
238
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mita tutur
peserta diskusi yang bertanya entah dengan alasan apa. Parahnya lagi, dengan tuturan tersebut peserta diskusi langsung menertawakannya dan membuat peserta diskusi yang bertanya tertunduk malu. Hal tersebut jelas merugikan baginya, karena membuatnya malu dan merasa direndahkan padahal dia belum bertanya, sehingga seolah-olah pertanyaan dia ngawur atau jelek bagi peserta diskusi yang lain dan jelas hal tersebut tidak santun. o Penutur seharusnya menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif, yakni membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur. Namun, tuturan 239
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30.
Maksim Kebijaksanaan Buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin Strategi kesantunan positif: o Membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur
Penyaji 1
: Nah baik temanteman yang selanjutnya akan dijelaskan oleh Valen Peserta diskusi : Uhuyy hahaha (tepuk tangan) Penyaji 2 : Apasih !
Penutur adalah seorang peserta diskusi. Tuturan terjadi dalam diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan adalah tanggapan penutur ketika mengetahui penyaji mempersilahkan penyaji lain untuk menjelaskan materi diskusi.
tersebut justru memperlihatkan bahwa penutur tidak memberikan perhatian dan simpati kepada mitra tuturnya, terlihat ketika mitra tutur mau bertanya justru dikatakan “aduh dia lagi” yang jelas akan menjatuhkan muka mitra tuturnya di depan peserta diskusi yang lain, padahal mitra tutur belum mengungkapkan pertanyaanya. Tuturan tersebut memperlihatkan bahwa penutur justru menimbulkan kerugian bagi mitra tuturnya. Hal itu dibuktikan, ketika mitra tutur ditujuk untuk melanjutkan menjelaskan materi, lalu penutur langsung tertawa dan tepuk tangan padahal mitra tutur belum bicara apapun. Hal itu akan
√
240
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menimbulkan efek buruk bagi mitra tutur, yakni bisa membuat konsentrasinya terganggu dan tersingung. Hal itu dibuktikan dengan tanggapan dari mitra tutur yang menuturkan “apasih !”, dengan nada agak keras dari sebelumnya, yang menandakan bahwa mitra tutur merasa terganggu bahkan emosi dengan tuturan penutur. Hal ini jelas bertentangan dengan maksim kebijaksanaan yang mengharuskan keuntungan bagi mitra tutur. o Penutur seharusnya menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif, yakni membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita 241
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31.
Maksim Kebijaksanaan Buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin Strategi kesantunan positif: o Membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan
Penyaji
: Apakah ada yang ingin bertanya ? Opo ? (apa ?) (melihat ke peserta diskusi yang tunjuk tangan) Peserta diskusi 1 : Hahahahaha Peserta diskusi 2 : Saya mau tanya loh
Penutur adalah seorang penyaji. Tuturan terjadi dalam diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan adalah tanggapan penutur ketika ada salah seorang peserta diskusi yang ingin bertanya.
tutur. Namun, tuturan tersebut justru memperlihatkan bahwa penutur tidak memberikan simpati kepada mitra tuturnya. Penutur seakan merendahkan mitra tuturnya dihadapan peserta diskusi yang lain, karena mitra tutur belum berkata apa-apa dan langsung disoraki. Jelas hal tersebut akan menjatuhkan muka mitra tuturnya, karena dapat diartikan merendahkan mitra tutur. Tuturan seharusnya membuat keuntungan bagi orang lain, namun yang terlihat dalam tuturan tersebut justru tidak menguntungkan bagi mitra tuturnya. Terlihat ketika penutur mengatakan “opo ?” itu sudah salah, karena
√
242
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
simpati kepada mita tutur
menggunakan kata daerah dan bisa dirasa merendahkan mitra tuturnya. Terlebih peserta diskusi lain menjadi tertawa, padahal mitra tuturnya hanya ingin bertanya tetapi respon yang diberikan penutur kurang baik. o Penutur seharusnya berusaha menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif, yakni membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur. Namun, dalam tuturan tersebut jelas terlihat bahwa penutur tidak memberikan simpati kepada mitra tutur yang ingin bertanya. Penutur seakan mengejek mitra tutur dengan berkata “opo ?” yang dapat menjatuhkan 243
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
muka mitra tuturnya juga dapat memancing emosi mitra tutur. 32.
Maksim Kebijaksanaan Buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin Strategi kesantunan positif: o Membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur
Penyaji
:
Ya ya seperti itu, jadi dari menyimak dulu baru nanti ke ketiga itu sampai dia bisa memahami ucapan seseorang itu, jadi Peserta diskusi: Lhah trus kalo organisnya ? (memotong pembicaraan) Penyaji : Jadi ya, pie ? eh (melihat ke teman sekelompok)
Penutur adalah seorang peserta diskusi. Tuturan terjadi dalam diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan diucapkan ketika mitra tutur (penyaji) belum menyelesaikan penjelasannya.
Tuturan tersebut memperlihatkan bahwa penutur justru menimbulkan kerugian bagi mitra tutur. Hal itu dibuktikan, ketika mitra tutur belum selesai menjelaskan dan penutur memotong pembicaraannya tanpa didahului dengan diksi halus, misalnya “maaf” atau nonverbal misalnya “mengacungkan jari”. Efek buruk lain bagi mitra tutur, yakni bisa membuat konsentrasinya terganggu, bahkan menjadi bingung dan bertanya kekelompoknya. Hal itu membuat mitra tutur seakan tidak bisa menjelaskan dengan
√
244
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
baik, padahal itu bisa terjadi karena konsentrasinya terganggu dengan ucapan punutur yang tiba-tiba. o Penutur seharusnya menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif, yakni membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mitra tutur. Namun, tuturan tersebut justru memperlihatkan bahwa penutur membuat mitra tuturnya terkejut dan bingung, bahkan menimbulkan keraguan bagi peserta diskusi yang lain. Terlihat bahwa penutur tidak menghargai atau memberikan simpati, karena mitra tutur belum selesai menjelaskan dan 245
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33.
Maksim Kebijaksanaan Buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin Strategi kesantunan positif: o Membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur
Penyaji
: Apakah masih ada Penutur adalah seorang penyaji. yang ingin ditanyakan Tuturan terjadi dalam diskusi ? Pie ? udah ya ? kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan diucapkan penutur kepada seluruh peserta diskusi yang hadir.
langsung dipotong, hal itu jelas menjatuhkan muka positif mitra tuturnya. Tuturan tersebut memperlihatkan bahwa penutur seperti tidak memberikan kesempatan bertanya lagi bagi peserta diskusi yang hadir. Terlebih penutur menggunakan diksi yang kurang santun “pie?”, dan jelas kurang enak didengar bagi peserta diskusi. Hal itu tentunya berlawanan dengan maksim kebijaksanaan, yang seharusnya tuturan itu memberikan keuntungan bukan malah menutup kesempatan untuk bertanya dan berakibat merugikan bagi mitra tuturnya. o Penutur seharusnya menjaga muka positif mitra tutur dengan
√
246
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menggunakan kesantunan positif, yakni membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur. Namun, tuturan tersebut justru memperlihatkan bahwa penutur tidak ingin ada yang bertanya lagi dan seakan memaksa mitra tuturnya untuk menerima begitu saja apa yang sudah dijelaskan. Hal tersebut tidak menghargai atau memberikan simpati terhadap kehadiran mitra tuturnya.
247
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Maksim kedermawanan dan Strategi Kesantunan
Data
Pelanggaran
Tuturan
Konteks
Analisis
Kesesuaian dengan teori (Triangulator) Setuju
34.
Maksim kedermawanan Buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin Strategi kesantunan positif: o Membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur
Peserta Diskusi : Hahahaha galau Penyaji : Ya itu ya, sudah ketawanya ?!! Yang selanjutnya yang kesembilan memiliki riwayat keluarga bunuh diri.
Penutur adalah seorang penyaji. Penutur dan mitra tutur berada dalam diskusi kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (penyaji) terhadap tuturan yang diucapkan oleh mitratutur (peserta diskusi).
Tuturan “ ya itu ya, sudah ketawanya ?!!” terasa kurang enak didengar dan mempunyai kesan marah, karena dengan notasi yang tinggi. Kesan itu yang menyebabkan penutur melanggar maksim kedermawanan. Sebenarnya diksi yang digunakan adalah diksi santun, akan tetapi dalam pengucapannya disertai notasi yang tinggi, kesan penutur memarahi mitra tutur. Hal itu jelas telah meminimalkan rasa hormat kepada orang
Tidak Setuju
√
248
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lain dan merugikan mitra tutur karena menimbulkan rasa tidak menyenangkan, sehingga melanggar maksim kedermawanan dan dapat dikatakan tidak santun. o Cara bertutur seperti itu bisa menjatuhkan muka mitra tuturnya. Penutur boleh tidak suka dengan apa yang dikatakan mitra tutur, tetapi harus memperhatikan kesantunan, misalnya dengan nada yang tidak sekeras itu dan lebih baik lagi bila disertai diksi yang mencerminkan kesantunan misalnya, “maaf” atau “tolong” yang akan membuat tuturannya terasa lebih santun dan tidak akan mengancam muka mitra tuturnya.
249
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35.
Maksim kedermawanan Buatlah kerugian bagi diri sendiri sebesar mungkin Strategi kesantunan positif: o Membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur
Penyaji
: Mereka melakukan tindakan melawan norma-norma yang sudah ditetapkan, misalnya orang tuanya bunuh diri terus apa yang dilakukan anak-anaknya ? jadi itu hal yang menyimpang menurut kelompok kami. Apakah ada tanggapan ? Peserta Diskusi 1: Dong ra ? (mengerti tidak ?) dong ra ? (mengerti tidak ?) ra dong (tidak mengerti) hahaha Peserta Diskusi 2: Ojo koyo ngono to ! (jangan seperti itu) yaya mengerti
Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur berada dalam diskusi kelas dalam sesi tanya jawab. Tuturan merupakan tanggapan dari mitra tutur (peserta diskusi 1) terhadap pertanyaan yang sebenarnya ditujukan kepada mitra tutur (peserta diskusi 2).
Tuturan seharusnya membuat kerugian bagi diri sendiri sebesar mungkin, namun tuturan tersebut justru dapat mengakibatkan perasaan negatif bagi mitra tutur (peserta diskusi 2) yakni membuat tersinggung dan menjatuhkan muka mitra tutur. Hal itu dibuktikan dengan respon dari mitra tutur (peserta diskusi 2) yang mengatakan “ojo koyo ngono to, yaya mengerti” yang berarti jangan seperti itu, saya itu mengerti. Hal ini mencerminkan bahwa mitra tutur (peserta diskusi 2) tidak senang dengan tuturan penutur (peserta diskusi 1) dan merasa diremehkan, karena dianggap tidak mengerti dengan jawaban akan pertanyaannya.
√
250
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tuturan seperti itu secara tidak langsung dapat merendahkan dan tidak menghormati mitra tutur (peserta diskusi 2) selain mengejek, tuturan tersebut juga menggunakan bahasa daerah dan dilingkup formal itu kurang tepat, sehingga tuturan tersebut semakin tidak santun. o Penutur seharusnya dapat menjaga muka positif mitra tuturnya dengan menggunakan kesantunan positif, yakni membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur. Namun, dalam tuturan tersebut penutur justru merendahkan mitra tutur, sehingga mengancam muka mitra tutur karena dianggap tidak mengerti dengan 251
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36.
Maksim kedermawanan Buatlah kerugian bagi diri sendiri sebesar mungkin Strategi kesantunan positif: o Membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur
Penyaji : Maksudnya ? Peserta diskusi : Jangan dipotong, ini belum selesai ! Jadi apakah jika dilakukan euphanasia itu tidak melanggar moral hidup ? kan jika hidup memberatkan tapi jika dilakukan menghilangkan nyawa dan itu melanggar perintah Allah.
Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur berada dalam diskusi kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (peserta diskusi) ketika mitra tutur (penyaji) meminta penegasan terhadap pertanyaan yang diajukan oleh penutur (peserta diskusi).
jawaban yang diberikan penyaji. Penutur jelas akan membuat mitra tuturnya kehilangan muka di hadapan dosen dan para peserta diskusi yang lain dengan tuturan yang seperti itu. Tuturan “jangan dipotong, ini belum selesai !!”, terasa kurang enak didengar dan mempunyai kesan marah karena dengan notasi yang tinggi. Kesan itu yang menyebabkan penutur melanggar maksim kedermawanan, karena jelas tidak menghormati mitra tutur (peserta diskusi). Sebenarnya diksi yang digunakan adalah diksi santun, akan tetapi dalam pengucapannya disertai notasi yang tinggi, kesan penutur memarahi mitra tutur.
√
252
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37.
Maksim kedermawanan Buatlah kerugian bagi diri sendiri sebesar mungkin
Penyaji
: Intinya gini loh, gimana ya, ya orang bunuh diri atau euphanasia itu tergantung mental
Penutur adalah seorang penyaji. Penutur dan mitra tutur berada dalam diskusi kelas saaat sesi tanya jawab. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (penyaji)
Hal itu jelas telah meminimalkan rasa hormat kepada orang lain, sehingga melanggar maksim kedermawanan dan dapat dikatakan tidak santun. o Penutur seharusnya dapat menjaga muka positif mitra tuturnya dengan menggunakan kesantunan positif, yakni membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur. Namun, dalam tuturan tersebut penutur justru mempunyai kesan memarahi mitra tutur yang ingin meminta kejelasan akan jawabannya sehingga mengancam muka mitra tutur. Tuturan “coba mas perhatikan baik-baik sebelum memberi sanggahan !!”, terasa kurang enak didengar 253
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Strategi kesantunan positif: o Membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur
dan imannya Peserta diskusi : Terus jawabannya ? Penyaji : Iya itu jawabannya mas, coba mas perhatikan baikbaik sebelum memberi sanggahan !
ketika mitra tutur (peserta diskusi) menanyakan kejelasan akan jawaban dari penutur (penyaji)
dan mempunyai kesan marah dengan notasi yang tinggi. Kesan itu yang menyebabkan penutur melanggar maksim kedermawanan karena jelas tidak menghormati mitra tutur. Sebenarnya diksi yang digunakan adalah diksi santun, akan tetapi dalam pengucapannya disertai notasi yang tinggi, kesan penutur memarahi mitra tutur. Penutur seharusnya bisa menjaga emosi karena wajar apabila peserta diskusi kurang setuju dengan jawaban dari penyaji dalam suatu diskusi, karena diskusi adalah sarana untuk bertukar pikiran. o Penutur seharusnya dapat menjaga muka positif mitra tuturnya dengan menggunakan kesantunan positif,
√
254
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yakni membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mitra tutur. Di dalam tuturan tersebut, penutur justru mempunyai kesan memarahi mitra tutur yang hanya ingin menanyakan jawaban yang dirasa kurang jelas, namun penutur justru membentak dan menilai bahwa mitra tuturnya tidak memperhatikan sehingga mengancam muka mitra tuturnya. 38.
Maksim kedermawanan Buatlah kerugian bagi diri sendiri sebesar mungkin Strategi kesantunan positif: o Membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada
Peserta diskusi : Hubungan anak dengan orang tua itu yang baik seperti apa dan yg buruk seperti apa, terus jika ada konflik anatara orang tua dan anak gereja memandanganya seperti apa, lalu kan di gereja
Penutur adalah seorang penyaji. Penutur dan mitra tutur berada dalam diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (penyaji 1) yang ditujukan kepada mitra tutur (penyaji 2) ketika mendapat pertanyaan dari peserta diskusi
Tuturan seharusnya membuat kerugian bagi diri sendiri sebesar mungkin, namun tuturan tersebut justru dapat mengakibatkan perasaan negatif bagi mitra tutur , yakni membuat tersinggung dan menjatuhkan muka mitra tutur.
√
255
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mita tutur
Penyaji 1
Penyaji 2
dasar hidupnya kasih adalagi gak sih dasar yang lainnya ? atau syarat-syarat yang mendasar, ya baik seperti itu. : Ee baik, koe do dong pertanyaane ora ? (kalian tahu pertanyaannya tidak ?) : Ora e, (tidak) hahaaha
Ketika penutur mengatakan “koe dong pertanyaane ora ?”, hal itu bisa membuat mitra tutur tersinggung, karena bagi mitra tutur pertanyaan yang dia utarakan dianggap tidak jelas dan penutur menggunakan bahasa yang tidak santun bahkan membuat semua yang hadir menertawakannya. o Penutur seharusnya dapat menjaga muka positif mitra tuturnya dengan menggunakan kesantunan positif, yakni membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mitra tutur. Tuturan seperti itu secara tidak langsung dapat merendahkan dan tidak menghormati mitra tutur (peserta diskusi), karena selain mengejek, tuturan 256
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39.
Maksim kedermawanan Buatlah kerugian bagi diri sendiri sebesar mungkin Strategi kesantunan positif: o Membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur
Peserta diskusi 1: Terus bekalnya ini untuk apa ? Penyaji : Nah kalu itu saya juga kurang tahu mas, bekalnya untuk apa ! nanti ditanyakan ke bu Yuli ya Peserta diskusi 2 : Hahahahaa
Penutur adalah seorang penyaji. Penutur dan mitra tutur berada dalam diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (penyaji) ketika mitra tutur (peserta diskusi) menanyakan kejelasan akan jawaban dari penutur (penyaji)
tersebut juga menggunakan bahasa daerah dan dilingkup formal itu kurang tepat dan jelas akan menjatuhkan muka mitra tuturnya. Tuturan seharusnya membuat kerugian bagi diri sendiri sebesar mungkin, namun tuturan tersebut justru sebaliknya. Terlihat dari tuturan “Nah kalu itu saya juga kurang tahu mas, bekalnya untuk apa ! nanti ditanyakan ke Bu Yuli yaa, dengan tuturan seperti itu terlihat bahwa penutur tidak mau merugi atau menghormati mitra tuturnya. Seharusnya penutur bisa baik-baik ketika mengucapkannya, tidak dengan notasi yang keras dan terlihat meremehkan mitra tutur seperti itu.
√
257
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Terlebih peserta diskusi yang lain menertawakannya dan semakin membuat perasaan mitra tuturnya tidak senang dan hal tersebut menjadikan tuturan tidak santun. o Penutur seharusnya dapat menjaga muka positif mitra tuturnya dengan menggunakan kesantunan positif, yakni membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mitra tutur. Tuturan seperti itu tidak menghormati mitra tutur dan tidak memperlihatkan bahwa penutur tidak memberi perhatian dan simpati kepda mitra tutur yang menanyakan kejelasan. Tuturan tersebut terkesan meremehkan dan bisa menjatuhkan muka mitra tutur. 258
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40.
Maksim kedermawanan Buatlah kerugian bagi diri sendiri sebesar mungkin Strategi kesantunan positif: o Membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur
Peserta diskusi : Jadi tokoh protagonis, antagonis daan tritagonis harus ada ? Penyaji : Iya, biar ceritanya jadi lebih seru juga kan ?! Peserta diskusi : Iya !
Penutur adalah seorang penyaji. Penutur dan mitra tutur berada dalam diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (penyaji) ketika mitra tutur (peserta diskusi) menanyakan kejelasan akan jawaban dari penutur (penyaji)
Tuturan seharusnya membuat kerugian bagi diri sendiri sebesar mungkin, namun tuturan tersebut justru sebaliknya. Terlihat dari tuturan “iya, biar ceritanya jadi lebih seru juga kan, disertai dengan notasi tinggi sehingga membuat mitra tutur merasa tidak senang, karena mitra tutur meminta kejelasan tetapi direspon dengan tidak menyenangkan oleh penutur. Hal itu tentu menimbulkan perasaan tidak senang bagi mitra tutur dan menandakan bahwa penutur telah benar padahal bagi mitra tutur belum jelas, sehingga mitra tutur tidak melanjutkan untuk bertanya. o Penutur seharusnya dapat menjaga muka positif mitra tuturnya
√
259
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41.
Maksim kedermawanan Buatlah kerugian bagi diri sendiri sebesar mungkin Strategi kesantunan positif: o Membesarbesarkan perhatian,
Peserta diskusi 1 : Terus tadi kan ada yang dijelaskan oleh Fiki mengenai akibat dari bunuh diri kan memberatkan keluarga Fiki (penyaji) : Ehhh saya tidak begitu !!
Penutur adalah seorang penyaji. Penutur dan mitra tutur berada dalam diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (penyaji) ketika mitra tutur (peserta diskusi 1) menanyakan kejelasan akan jawaban dari penutur (penyaji)
dengan menggunakan kesantunan positif, yakni membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur. Tuturan seperti itu bisa membuat mitra tuturnya emosi dan bisa terjadi pertentangan. Hal tersebut juga memperlihatkan bahwa penutur meremehkan mitra tuturnya dihadapan peserta diskusi yang lain, karena dianggap tidak mengerti dan jelas itu akan menjatuhkan muka mitra tutur. Tuturan seharusnya membuat kerugian bagi diri sendiri sebesar mungkin, namun tuturan tersebut justru sebaliknya. Di dalam tuturan terlihat bahwa penutur mengelak ketika diminta
√ 260
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
persetujuan dan simpati kepada mita tutur
Peserta diskusi 2 : Hahahaha nah lohh piye (bagaimana ?)
kejelasan oleh mitra tutur, dan ketika ditunjuk langsung mengelak dengan mengatakan bahwa prnutur tidak mengatakan hal itu. Jelas bahwa penutur tidak mau merugi, bahkan tidak mengakui telah menjelaskan hal itu dan bagi mitra tutur bisa membuat perasaan tidak senang, karena ingin meminta kejelasan dan sudah memperhatikan malah dibantah penutur. Jelas hal tersebut membuat tidak menghargai mitra tuturnya, mungkin bisa diterima dahulu bukannya langsung dibantah seperti itu dan hal tersebut jelas tidak santun. o Penutur seharusnya dapat menjaga muka positif mitra tuturnya dengan menggunakan 261
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42.
Maksim kedermawanan Buatlah kerugian bagi diri sendiri sebesar mungkin Strategi kesantunan positif: o Membesar-
Penyaji
: Nah ini adalah perbedan dari fonemik dan fonetik, sebelumnya ada yang tau gak perbedaan antara fonemik dan
Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur berada dalam diskusi kelas ketika penyaji menjelaskan materi. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (peserta diskusi) ketika mitra tutur (penyaji) memberikan
kesantunan positif, yakni membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mitra tutur. Namun, tuturan tersebut justru menjatuhkan mitra tuturnya dihadapan peserta diskusi yang lain, karena penutur menyangkal tuduhan yang tujukan padanya. Hal tersebut tentu menimbulkan perdebatan dan muka mitra tutur akan jatuh, karena penutur langsung menyangkal tuduhan yang ditujukan padanya tanpa memperhatikan dulu apa yang dituduhkan padanya. Tuturan seharusnya membuat kerugian bagi diri sendiri sebesar mungkin, namun tuturan tersebut justru sebaliknya. Terlihat dari tuturan “yo ngak 262
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
besarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur
fonem ? Peserta diskusi : Yo engak lah !! (ya tidak) hahahaha
pertanyaan bagi seluruh peserta diskusi.
lah !! hahaha, padahal maksud dari mitra tutur adalah untuk memancing atau stimulus sebelum amsuk ke dalam materi. Namun, tanggapan dari penutur justru kurang baik, bukannya menjawab atau jika memang tidak tahu ya bilang tidak tahu tetapi tidak dengan notasi tinggi dan menertawakannya. Hal tersebut bisa membuat mitra tuturnya tersinggung, bahkan hilang konsentrasi untuk menjelaskan materi dan jelas membuat efek buruk bagi mitra tutur. o Penutur seharusnya dapat menjaga muka positif mitra tuturnya dengan menggunakan kesantunan positif, yakni membesarbesarkan perhatian,
√
263
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
persetujuan dan simpati kepada mitra tutur. Namun, tuturan tersebut langsung menjatuhkan mitra tuturnya. Mitra tutur hanya ingin menyanyakan mengenai materi yang akan dibahas, akan tetapi langsung direspon dengan kurang baik oleh penutur.
Maksim pujian dan Strategi Kesantunan
Data
Pelanggaran
Tuturan
Konteks
Analisis
Kesesuaian dengan teori (Triangulator) Setuju
43.
Maksim pujian Kecamlah orang lain sedikit mungkin
Penyaji
: Ya silahkan mbak kalau mau bertanya Peserta diskusi : Terimakasih atas kesempatannya. Oke terimakasih
Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur (penyaji) berada dalam diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur terhadap presentasi
Tidak Setuju
Tuturan seharusnya meminimalkan kecaman terhadap orang lain, tetapi penutur dengan jelas mengatakan 264
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Strategi kesantunan positif o Menghindari ketidaksetujuan dengan pura-pura setuju
yang telah dilakukan oleh atas presentasi kelompok penyaji. yang sangat singkat dan membingungkan ini, kalian disini justru menjelaskan mengenai anak bukan keseluruhan keluarga, sementara judulnya kan keluarga, itu gimana ? makasih
kekurangan dari kelompok mitra tutur. Sebenarnya tuturan tersebut tidak salah, tetapi karena isi tuturannya cenderung menjelekkan atau memojokkan kelompok mitra tutur, maka tuturan tersebut menjadi tidak santun. Hal itu bisa berakibat buruk bagi mitra tutur, karena akan menimbulkan keraguan bagi peserta diskusi yang hadir, selain itu juga bisa membuat tersinggung dan bisa mengacaukan jalannya diskusi. o Tuturan tersebut memperlihatkan bahwa penutur tidak berusaha menjaga muka positif mitra tuturnya dan jelas bertentangan dengan strategi kesantunan positif, yakni menghindari ketidaksetujuan
√
265
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44.
Maksim pujian Kecamlah orang lain sedikit mungkin Strategi kesantunan positif o Melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati
Penyaji
: Ya siapa yang mau bertanya ? ohh ya mas silahkan pertanyaannya. Peserta Diskusi: Jadi begini, sejujurnya saya gak paham dengan presentasi dari kelompok ini, antara judul dan pembahasan tidak sesuai. Judulnya kan peranan keluarga, nah yang di jelaskan
Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur (penyaji) berada dalam diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan adalah tanggapan dari penutur yang ditujukan kepada kelompok penyaji ketika akan memulai sesi tanya jawab.
dengan pura-pura setuju. Jika penutur menggunakan strategi kesantunan tersebut, pasti tuturannya dapat menjaga muka positif mitra tutur dan tidak menimbulkan pertentangan, dengan begitu proses diskusi akan jauh lebih baik karena adanya rasa saling mengerti dan menghormati. Tuturan tersebut bisa diartikan memojokkan atau menjelekkan kelompok penyaji, hal ini bertentangan dengan maksim pujian yang seharusnya meminimalkan kecaman terhadap orang lain. Namun, penutur secara terang-terangan menyebut pembahasannya tidak sesuai dan tuturan yang seperti itu jelas akan menjatuhkan muka mitra tuturnya,
√
266
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kelompok justru peran anak, anak dan anak.
padahal penjelasan dari mitra tutur belum tentu tidak sesuai karena antara penutur dengan peserta diskusi lain pastilah berbeda pendapat dan mungkin ada peserta diskusi yang paham. Tuturan yang diungkapkan penutur ini tentu akan memberikan efek buruk bagi kelompok penyaji dan hal ini membuat tuturan tersebut tidak santun. o Penutur seharusnya bisa menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif yakni melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati. Namun, tuturan tersebut justru tidak menghargai apa yang telah dilakukan mitra tuturnya, yakni menyajikan materi padahal mitra tutur telah berusaha sebaik 267
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45.
Maksim pujian Kecamlah orang lain sedikit mungkin Strategi kesantunan positif o Melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati
Penyaji Peserta diskusi
: Iya mbak puput silahkan : Ohh ya, jadi menurut saya video tadi kurang jelas, audionya juga kurang jelas, jadi masih kurang dan kalau bisa membuat videonya itu di tempat yang sepi biar gak ada suara lain yang masuk gitu
Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur (penyaji) berada dalam diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan adalah tanggapan dari penutur ketika diberi kesempatan untuk bertanya oleh mitra tutur (penyaji).
mungkin untuk menjelaskannya. Penutur justru menjatuhkan muka positif mitra tuturnya. Tuturan seharusnya meminimalkan kecaman terhadap orang lain, tetapi dalam tuturan tersebut terlihat bahwa penutur mengatakan kekurangan video yang dibuat mitra tuturnya dengan sangat terus terang. Tuturan tersebut tidak salah karena memang diminta untuk mengomentari, akan tetapi isi tuturannya cenderung menjelekkan atau memojokkan kelompok penutur, padahal sudah berusaha membuat video tersebut dalam waktu yang singkat. Tidak terlihat bahwa penutur menghargai
√
268
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46.
Maksim pujian Kecamlah orang lain sedikit mungkin Strategi kesantunan positif o Melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati
Penyaji
: Silahkan yang mau bertanya atau menambahkan, ya mas silahkan Peserta diskusi : Begini saya cuma mau menambahkan kalau copy dari buku atau pun internet itu
Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur (penyaji) berada dalam diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan adalah tanggapan dari penutur terhadap presentasi yang telah dilakukan oleh mitra tutur (penyaji) dan kelompoknya.
usaha yang sudah dilakukan mitra tutur dan kelompoknya. o Penutur seharusnya bisa menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif, yakni melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati. Namun, tuturan penutur tersebut justru tidak menghargai apa yang telah dilakukan mitra tuturnya, yakni menyajikan materi padahal mitra tutur telah berusaha sebaik mungkin untuk menjelaskannya. Tuturan seharusnya meminimalkan kecaman terhadap orang lain, tetapi dalam tuturan tersebut terlihat bahwa penutur mengatakan kesalahan mitra tuturnya dengan langsung. Sebenarnya itu hal yang bagus, karena penutur ingin
√ 269
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penyaji
jangan lupa cantumkan sumber agar tidak jadi plagiat ! : Oh iya mbak makasih
membenarkan mitra tuturnya, tetapi lebih baik dengan kalimat atau kata yang lebih halus, misalnya didahului kata “maaf” agar tidak membuat mitra tutur tersinggung, dengan begitu telah meminimalkan kecaman kepada mitra tutur. o Penutur seharusnya bisa menjaga muka positif mitra tuturnya dengan menggunakan kesantunan positif, yakni melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati. Namun, tuturan penutur tersebut justru tidak menghargai dan bersimpati terhadap apa yang telah dilakukan mitra tuturnya yakni menyajikan materi. Mitra tutur memang salah karena tidak mencantumkan 270
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sumber rujukan, akan tetapi hal itu mungkin karena lalai atau lupa dan tidak seharusnya penutur mengatakan kekurangan mitra tutur dengan begitu keras, bisa dengan nada yang enak didengar atau diawali dengan kata “maaf” sehingga menjaga muka positif mitra tuturnya. 47.
Maksim pujian Kecamlah orang lain sedikit mungkin Strategi kesantunan positif o Melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati
Peserta diskusi Penyaji
: (ramaii) : Kalian bisa diam ngak ? kami sedang mencari jawabannya !
Penutur adalah seorang penyaji. Penutur dan mitra tutur (peserta diskusi) berada dalam diskusi kelas ketika sesei tanya jawab. Tuturan adalah tanggapan dari penutur ketika melihat peserta diskusi yang ramai dan mengganggu kelompok penyaji.
Tuturan seharusnya meminimalkan kecaman terhadap orang lain, tetapi dalam tuturan tersebut terlihat bahwa penutur memarahi mitra tuturnya. Penutur tidaklah salah karena kelompoknya sedang mencari jawaban dan peserta diskusi malah ramai sendiri dan mengganggunya, tetapi caranya mengondisikan
√
271
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
peserta diskusi justru bisa membuat peserta diskusi tersinggung. Penutur seakan memarahi peserta diskusi karena penutur menggunakan notasi tinggi ketika ingin mengondisikan peserta diskusi. Seharusnya penutur menggunakan kata yang halus atau tidak dengan notasi tinggi seperti itu, agar peserta diskusi merasa dihargai dan akan menghargai kelompok penyaji juga sehingga tidak terjadi pertentangan. o Penutur seharusnya bisa menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif, yakni melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati. Namun, tuturan penutur tersebut justru bisa menyakitkan hati 272
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48.
Maksim pujian Kecamlah orang lain sedikit mungkin Strategi kesantunan positif o Melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati
Peserta diskusi Penyaji
: Terus apa maksud dari : Iya maksudnya itu tadi, saya kan sudah menjelaskannya mas, makanya kalau dijelaskan jangan ramai sendiri !
Penutur adalah seorang penyaji. Penutur dan mitra tutur (peserta diskusi) berada dalam diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan adalah tanggapan dari penutur ketika mitra tutur (peserta diskusi) menanyakan hal yang dianggap belum jelas baginya.
mitra tutur dan terlihat bahwa penutur tidak memberikan perhatian juga simpati terhadap mitra tuturnya. Tuturan tersebut jelas akan menjatuhkan muka positif mitra tuturnya, karena merasa dimarahi dan bisa membuat pertentangan. Tuturan seharusnya meminimalkan kecaman terhadap orang lain, tetapi dalam tuturan tersebut terlihat bahwa penutur memarahi dan menjatuhkan mitra tuturnya. Mitra tutur hanya ingin meminta kejelasan akan jawaban yang diberikan penutur, tetapi tanggapan dari penutur sangatlah kasar. Tuturan tersebut jelas menjatuhkan mitra tuutrnya karena dibilang ramai sendiri
√
273
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
atau tidak memperhatikan. Hal tersebut bisa membuat mitra tuturnya tersinggung, bahkan bisa emosi karena ingin meminta kejelasan tapi justru direndahkan. o Penutur seharusnya bisa menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif, yakni melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati. Namun, tuturan penutur tersebut justru tidak menghargai dan bersimpati terhadap apa yang telah dilakukan mitra tuturnya, yakni sudah memberi pertanyaan kepada kelompok penutur. Mitra tutur tidaklah salah untuk menanyakan kembali apa yang belum dimengerti olehnya, akan tetapi tanggapan 274
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49.
Maksim pujian Kecamlah orang lain sedikit mungkin Strategi kesantunan positif o Melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati
Penyaji
: Yah kami dari kelompok 1, disini kami mengambil tema video sebuah talkshow Peserta diskusi: Apa ? kurang keras woy !!
Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur (penyaji) berada dalam diskusi kelas ketika penyaji memulai menjelaskan materi diskusi. Tuturan adalah tanggapan dari penutur ketika penjelasan dari mitra tutur (penyaji) dianggap kurang keras.
dari penutur justru menyebutnya ramai sendiri, dan hal itu jelas akan menjatuhkan muka mitra tuturnya dihadapan dosen maupun peserta diskusi yang lain. Tuturan seharusnya meminimalkan kecaman terhadap orang lain, tetapi dalam tuturan tersebut terlihat bahwa penutur memarahi mitra tuturnya. Penutur tidaklah salah karena hanya mengungkapkan pendapatnya terhadap suara mitra tutur yang kurang keras. Namun, ketika menyampaikan pendapatnya penutur seakan memarahi mitra tuturnya, terlebih langsung memotong penjelasan dari mitra tutur tanpa didahului kata “maaf” atau “tolong”. Hal
√
275
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50.
Maksim pujian Kecamlah orang lain sedikit mungkin
Penyaji : Selanjutnya kami akan menjawab pertanyaan yang kedua, kita tuh ga tau soalnya kita disini belum berkeluarga !
Penutur adalah penyaji. Penutur dan mitra tutur (peserta diskusi) berada dalam diskusi kelas ketika penyaji memulai menjelaskan materi diskusi. Tuturan adalah tanggapan dari
tersebut bisa membuat pertentangan dan bisa mengacaukan jalannya diskusi kelas. o Penutur seharusnya bisa menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif, yakni melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati. Namun, tuturan penutur tersebut justru tidak menghargai mitra tutur yang sedang menjelaskan dan langsung berteriak kurang keras, padahal penutur bisa menggunakan tuturan yang lebih enak didengar, sehingga tidak menjatuhkan muka positif mitra tuturnya. Tuturan seharusnya meminimalkan kecaman terhadap orang lain, tetapi dalam tuturan tersebut terlihat bahwa penutur 276
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Strategi kesantunan positif o Melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati
penutur ketika mitra tutur (peserta diskusi) meminta kejelasan akan jawabannya.
seakan memarahi mitra tuturnya. Seharusnya, penutur bisa menyampaikan pendapatnya dengan lebih halus dan tidak dengan nada yang keras, karena dengan begitu akan memberikan efek negatif bagi mitra tuturnya. o Penutur seharusnya bisa menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif, yakni melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati. Namun, tuturan penutur tersebut justru tidak menghargai mitra tutur yang meminta kejalasan akan jawabannya. Seharusnya penutur bisa menggunakan tuturan yang lebih enak didengar, sehingga tidak menjatuhkan muka
√
277
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51.
Maksim pujian Kecamlah orang lain sedikit mungkin Strategi kesantunan positif o Melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati
Penyaji
: Baiklah temanteman ini adalah video hasil kerja kelompok kami dan kami harap kalian memperhatikannya ya (video diputar) Peserta diskusi: Peteng peteng !! (gelap gelap) Penyaji : Maaf ya memang agak gak jelas
Penutur adalah peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur (penyaji) berada dalam diskusi kelas ketika penyaji memulai diskusi. Tuturan adalah tanggapan dari penutur ketika mitra tutur (penyaji) melihat video yang dipresentasikan mitra tutur (penyaji).
positif mitra tuturnya. Tuturan seharusnya meminimalkan kecaman terhadap orang lain, tetapi dalam tuturan tersebut terlihat bahwa penutur merendahkan atau mengecam video yang telah dibuat mitra tuturnya. Penutur seharusnya tidak langsung mengatakan kekurangan video yang telah dibuat dengan susah payah oleh mitra tutur. Hal tersebut tentu merugikan mitra tutur dan terlihat tidak ada rasa simpati dari penutur. o Penutur seharusnya bisa menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif, yakni melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati. Namun, tuturan penutur
√
278
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52.
Maksim pujian Kecamlah orang lain sedikit mungkin Strategi kesantunan positif o Melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati
Penyaji
: Jadi maksudnya mas Phillipus itu menyanggah, memberi saran atau bertanya ? Peserta diskusi: Ya saya bertanya tapi kan tadi jawaban anda belum bisa saya mengerti Penyaji : Intinya unsur pembangun prosa dari luar !! (nada keras) Peserta diskusi : Santai Penyaji : Biar jelas !
Penutur adalah seorang penyaji. Penutur dan mitra tutur (penyaji) berada dalam diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan adalah tanggapan dari penutur ketika mitra tutur (penyaji) meminta kejelasan terhadap pertanyaan yang sudah diajukannya.
tersebut justru bisa menyakitkan hati mitra tutur dan terlihat bahwa penutur tidak memberikan simpati terhadap mitra tuturnya. Tuturan tersebut jelas akan menjatuhkan muka positif mitra tuturnya karena merasa direndahkan dan bisa membuat pertentangan. Tuturan seharusnya meminimalkan kecaman terhadap orang lain, tetapi dalam tuturan tersebut terlihat bahwa penutur memarahi dan menjatuhkan mitra tuturnya. Mitra tutur hanya ingin meminta kejelasan akan jawaban yang diberikan penutur, akan tetapi tanggapan dari penutur sangatlah kasar. Tuturan tersebut jelas menjatuhkan mitra
√
279
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53.
Maksim pujian Kecamlah orang lain sedikit mungkin
Penyaji
: Gimana mas apakah sudah paham ? Peserta diskusi : Emmm itu kan
Penutur adalah seorang penyaji. Penutur dan mitra tutur berada dalam diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan merupakan
tuutrnya. o Penutur seharusnya bisa menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif, yakni melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati. Namun, tuturan penutur tersebut justru tidak menghargai dan bersimpati terhadap apa yang telah dilakukan mitra tuturnya yakni sudah memberi pertanyaan kepada kelompok penutur. Mitra tutur tidaklah salah untuk menanyakan kembali apa yang belum dimengerti olehnya, akan tetapi tanggapan dari penutur justru tidak baik dan jelas akan merugikan mitra tutur. Tuturan seharusnya meminimalkan kecaman terhadap orang lain, tetapi 280
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Strategi kesantunan positif o Melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati
Penyaji
unsur sosiologis tapi kok begitu ? : Lah emang begitu, gimana sih, dong gak sih ! (mengerti tidak ?)
tanggapan dari penutur terhadap pertanyaan dari mitra tutur (peserta diskusi) yang meminta kejelasan dari jawaban penutur.
dalam tuturan tersebut terlihat bahwa penutur seakan memarahi mitra tuturnya. Mitra tutur hanya ingin meminta kejelasan akan jawaban yang diberikan penutur, tetapi tanggapan dari penutur sangatlah kasar. Tuturan tersebut jelas menjatuhkan mitra tuutrnya karena dianggap tidak mengerti. Hal tersebut bisa membuat mitra tuturnya tersinggung bahkan bisa emosi. o Penutur seharusnya bisa menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif yakni melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati. Namun, tuturan penutur tersebut justru tidak menghargai dan bersimpati terhadap apa yang telah
√
281
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dilakukan mitra tuturnya, yakni sudah memberi pertanyaan kepada kelompok penutur. Mitra tutur tidaklah salah untuk menanyakan kembali apa yang belum dimengerti olehnya, akan tetapi tanggapan dari penutur justru merendahkan mitra tutur karena dianggap tidak mengerti dengan apa yang telah dijelaskan.
Maksim Kerendahan Hati dan Strategi Kesantunan
Data
Pelanggaran
Tuturan
Konteks
Analisis
Kesesuaian dengan teori (Triangulator) Setuju
54.
Maksim kerendahan hati Pujilah diri sendiri sedikit mungkin
Penyaji
: Apakah ada yang masih mau bertanya ? ngak ada ya ? woow
Penutur adalah seorang penyaji. Tuturan merupakan pernyataan dari penutur (penyaji) kepada seluruh mitra tutur (peserta
Tidak Setuju
Tuturan seharusnya tidak memuji diri sendiri, namun dalam tuturan “woow bagus 282
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Strategi kesantunan positif o Melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati
bagus berarti presentasi dari kelompok kami ya.
diskusi) mengenai presentasi yang sudah dilakukan.
berarti presentasi dari kelompok kami ya”, terlihat tuturan tersebut memuji kelompok penutur itu sendiri, jadi tuturan tersebut menjadi kurang santun. Tuturan seperti itu dapat menimbulkan kesan sombong dari para peserta diskusi. Presentasi dari kelompoknya sebenarnya belum tentu bagus, hanya karena tidak ada yang bertanya jadi dikatakan bagus oleh penutur sendiri, bahkan tidak ada yang bertanya mungkin karena penjelasan dari kelompok penyaji yang tidak jelas, jadi peserta diskusi bingung mau bertanya apa. o Cara bertutur yang seperti itu, justru akan menjatuhkan muka penutur itu
√
283
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sendiri, karena penutur terkesan sombong, dan sifat sombong itu akan memberikan kesan negatif bagi penutur itu sendiri. Seharusnya penutur dapat menyelamatkan mukanya sendiri dihadapan dosen dan peserta diskusi yang lain dengan kesantunan positif, yakni melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati. 55.
Maksim kerendahan hati Pujilah diri sendiri sedikit mungkin Strategi kesantunan positif o Melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati
Penyaji
: Sebentar jawaban dari mas Ato masih kami cari Peserta diskusi: Pertanyaan saya bagus jadi sulit ditemukan jawabannya
Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur berada dalam diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan merupakan tanggapan penutur terhadap pernyataan yang diutarakan mitra tutur (penyaji).
Tuturan seharusnya maksimalkan pujian kepada mitra tutur bukan penutur sendiri, namun dalam tuturan tersebut terlihat bahwa penutur merasa pertanyaan yang dia ajukan itu bagus dan secara terang-terangan mengatakannya, dengan begitu bisa menimbulkan rasa tidak senang dari para
√
284
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
peserta diskusi lain bahkan dinilai sombong. Mitra tutur bisa saja memang kesulitan menjawab pertanyaan tersebut, tapi alangkah lebih baik jika penutur tidak menanggapinya secara berlebihan, karena dengan begitu kesannya menjadi tidak santun. o Tuturan tersebut juga mencerminkan bahwa penutur tidak menggunakan strategi kesantunan. Entah secara sadar atau tidak, dengan tuturan yang seperti itu penutur justru menjatuhkan mukanya sendiri dihadapan dosen maupun peserta diskusi yang lain, karena mereka beranggapan bahwa penutur itu sombong tidak hebat seperti yang dikatakannya 285
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56.
Maksim kerendahan hati Pujilah diri sendiri sedikit mungkin Strategi kesantunan positif o Melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati
Penyaji
: Bisa dimengerti ya yang saya jelaskan ? saya rasa penjelasan saya sudah sangat jelas dan lengkap Peserta diskusi: Iya iya
Penutur adalah seorang penyaji. Penutur dan mitra tutur (peserta diskusi) berada dalam diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan merupakan pernyataan dari penutur ketika selesai menjawab pertanyaan mitra tuturnya (peserta diskusi).
sendiri. Citra diri penutur dihadapan mitra tuturnya akan tercoreng karena sifat sombong tidak disenangi banyak orang. Tuturan seharusnya maksimalkan pujian kepada mitra tutur bukan penutur sendiri, namun dalam tuturan tersebut terlihat, bahwa penutur memuji penjelasannya sendiri dan seakan memaksa mitra tuturnya untuk menerima jawabannya tersebut. Tuturan tersebut juga bisa menimbulkan perasaan tidak senang bagi mitra tuturnya, karena terlihat sombong dan kurang enak didengar. o Tuturan tersebut juga mencerminkan bahwa penutur tidak menggunakan strategi kesantunan. Terlihat
√
286
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57.
Maksim kerendahan hati Pujilah diri sendiri sedikit mungkin Strategi kesantunan positif o Melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati
Penyaji : Ya demikian presentasi dari kelompok kami, kami rasa presentasi yang kami lakukan sudah sangat jelas ya teman-teman, nah apakah ada yang ingin bertanya ?
Penutur adalah seorang penyaji. Penutur dan mitra tutur (peserta diskusi) berada dalam suatu diskusi kelas ketika penutur selesai menjelaskan materi. Tuturan merupakan pernyataan penutur kepada mitra tutur (peserta diskusi) yang ingin bertanya.
penutur justru menjatuhkan mukanya sendiri dihadapan peserta diskusi yang hadir, karena mereka beranggapan bahwa penutur itu sombong. Citra diri penutur dihadapan mitra tuturnya akan tercoreng karena sifat sombong tidak disenangi banyak orang. Tuturan seharusnya maksimalkan pujian kepada mitra tutur bukan penutur sendiri, namun dalam tuturan tersebut terlihat bahwa penutur memuji penjelasannya sendiri dan kelompoknya, seakan sudah sangat bagus mereka menjelaskannya. Akan tetapi, tuturan tersebut kurang enak didengar karena presentasinya belum
√ 287
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mendapat tanggapan dan pertanyaan dari peserta diskusi dan dosen, jadi seakan sangat percaya disri dan sombong. o Cara bertutur seperti itu justru akan menjatuhkan muka penutur itu sendiri, karena penutur memuji dirinya sendiri dan terlihat sombong, sifat sombong itu akan memberikan kesan negatif bagi penutur itu sendiri. Seharusnya penutur dapat menyelamatkan mukanya sendiri dengan kesantunan positif yakni melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati.
288
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Maksim Kesepakatan dan Strategi Kesantunan
Data
Pelanggaran
Tuturan
Konteks
Analisis
Kesesuaian dengan teori (Triangulator) Setuju
58.
Maksim kesepakatan Usahakan kesepakatan diri dan orang lain sebanyak mungkin Strategi kesantunan positif o Menghindari ketidaksetujuan dengan pura-pura setuju
Penyaji
: Apa ada tanggapan ? Peserta diskusi : Ya saya tidak setuju bila jihad adalah jalan hidup, kebanyakan dari orang yang berjihad itu karena dicuci otaknya oleh seseorang, jadi saya tidak sependapat
Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur (penyaji) berada dalam diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan merupakan sanggahan dari penutur terhadap jawaban dari mitra tutur (penyaji).
Tuturan tersebut tidaklah salah, tetapi alangkah lebih baik jika penutur mengawalinya dengan diksi yang mencerminkan kesantunan, seperti “maaf” atau dengan nada yang enak didengar, mungkin tuturan tersebut akan terasa lebih santun. Bagi mitra tutur mungkin akan lebih enak didengar, sehingga dapat megusahakan kesepakatan antara dua belah pihak
Tidak Setuju
√
289
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sehingga tidak terjadi pertentangan. o Penutur telah mengancam muka mitra tuturnya, karena mengatakan ketidaksetujuan secara langsung dan jelas bertentangan dengan strategi kesantunan yang diusulkan oleh Brown dan Levinson mengenai strategi menjaga muka positif mitra tuturnya. Penutur seharusnya bisa menjaga muka positif mitra tuturnya dengan menggunakan kesantunan positif, yakni menghindari ketidaksetujuan dengan pura-pura setuju, jadi penutur boleh saja tidak sependapat akan tetapi tidak secara terangterangan mengatakan hal tersebut. 59.
Maksim kesepakatan Usahakan
Penyaji
: Jadi seperti itu perbedaan antara
Penutur adalah peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur (penyaji)
Tuturan tersebut memperlihatkan 290
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kesepakatan diri dan orang lain sebanyak mungkin Strategi kesantunan positif o Menghindari ketidaksetujuan dengan pura-pura setuju
novelet dan cerpen menurut saya, bagaimana mbak ? Peserta diskusi : Saya tidak setuju, jika seperti itu maka perbedaan novelet dan cerpen itu apa ? coba jelaskan dengan lebih detail !
berada dalam diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan adalah sanggahan dari penutur terhadap penjelasan dari mitra tutur (penyaji).
bahwa penutur menggunakan notasi tinggi dan kurang enak didengar ketika bertutur, bahkan seakan membentak mitra tutur. Tuturan tersebut dapat menimbulkan efek negatif bagi mitra tutur, yakni rasa tertekan, sehingga dapat meminimalkan terjadinya kesepakatan. Sebenarnya tidak setuju adalah hal wajar terlebih dalam diskusi kelas, akan tetapi ketika mengungkapkan ketidksetujuannya juga harus menghargai dan menghormati mitra tuturnya, tidak dengan disertai emosi agar bisa saling mengerti. o Penutur tidak berusaha mengusahakan persetujuan dengan
√
291
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60.
Maksim kesepakatan Usahakan ketaksepakatan diri dan orang lain sesedikit mungkin
Penyaji
: Kalau menurut kami bisa juga, tapi itu lebih cenderung ke fanatik ke agamnya itu, jadi
Penutur adalah peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur (penyaji) berada dalam diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan adalah sanggahan dari penutur terhadap penjelasan dari mitra
mitra tutur, bahkan tidak memberikan simpati terhadap mitra tutur yang sudah berusaha menjawab pertanyaan dengan sebaik mungkin. Penutur memang boleh berbeda pendapat dalam sebuah diskusi kelas, akan tetapi tetap harus menghargai pendapat orang lain dan dapat menerimanya, apabila tidak setuju haruslah disampaikan dengan tuturan yang lebih santun agar tidak menjatuhkan muka positif mitra tuturnya, bagaimanapun diskusi adalah wadah untuk bertukar pikiran agar mencapai suatu kesepakatan bersama. Tuturan tersebut memperlihatkan bahwa penutur menggunakan notasi tinggi dan kurang enak didengar ketika 292
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
gimana ya Strategi kesantunan positif o Menghindari ketidaksetujuan dengan pura-pura setuju
Peserta diskusi : Eee itu perlu diralat ya, karena itu bukan dari agama tapi karena otaknya itu dicuci, jadi bisa diralat jangan menyalahkan agama !!
tutur (penyaji).
bertutur, bahkan seakan membentak mitra tutur sehingga dapat menimbulkan efek negatif bagi mitra tutur yakni tersinggung. Penutur mengungkapkan ketaksepakatan dengan ucapan yang kurang baik, bukan dari segi kata tapi notasi tinggi yang digunakan, sehingga dapat meminimalkan terjadinya kesepakatan. o Penutur tidak berusaha mengusahakan persetujuan dengan mitra tutur, bahkan tidak memberikan simpati terhadap mitra tutur yang sudah berusaha menjawab pertanyaan dengan sebaik mungkin. Penutur dengan lantang langsung memotong penjelasan mitra tutur dan
√
293
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61.
Maksim kesepakatan Usahakan ketaksepakatan diri dan orang lain sesedikit mungkin Strategi kesantunan positif o Menghindari ketidaksetujuan dengan pura-pura setuju
Peserta diskusi 1: Terimakasih atas waktunya, saya ingin menambahkan kepada kelompok mengenai pertanyaan dari Raden, nah menurut buku Thew 1984 ya Peserta diskusi 2: Wuiss hahahahaa Peserta diskusi 1 : Sudah ? nah sebenarnya berbeda ya antara unsur ekstrinsik drama dan prosa, kalo
Penutur adalah peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur (peserta diskusi 2) berada dalam diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan adalah masukan dari penutur (peserta diskusi 1) kepada kelompok penyaji yang telah menjelaskan materi diskusi.
menyatakan ketidaksetujuannya. Dengan begitu terlihat jelas, penutur menjatuhkan muka positif mitra tuturnya secara langsung dan sangat merugikan mitra tuturnya. Hal tersebut bisa menimbulkan pertentangan dan mengganggu jalannya diskusi. Tuturan tersebut memperlihatkan bahwa penutur kurang sependapat dengan apa yang telah dijelaskan oleh kelompok penyaji, akan tetapi ketika menyampaikannya cenderung menjatuhkan kelompok penyaji. Sebenarnya hal tersebut bagus karena bisa melengkapi kelompok penyaji, tetapi cara menyampaikan
√
294
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penyaji
prosa kita tidak mengalami atau melihat secara suprasegmental, sementara dalam drama itu digunakan untuk mendukung drama, jadi buat kelompok mohon dibaca lagi di sumbernya ! : Iya iya mas
ketaksetujuannya kurang bisa diterima, karena menjatuhkan kelompok penyaji dan seakan tidak menghargai usaha penyaji yang sudah membuat bahan presentasi bagi seluruh peserta diskusi. o Penutur tidak berusaha mengusahakan persetujuan dengan mitra tutur bahkan tidak memberikan simpati terhadap mitra tutur. Penutur menyatakan secara terang-terangan ketidaksetujuannya dengan nada yang kurang enak didengar. Selain dapat menjatuhkan mitra tuturnya, tuturan tersebut juga bisa menimbulkan emosi bagi mitra tuturnya. Penutur memang boleh berbeda 295
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62.
Maksim kesepakatan Usahakan ketaksepakatan diri dan orang lain sesedikit mungkin
Penyaji
: Jadi begitu presentasi dari Peserta diskusi : Sebentar, saya tidak setuju dengan jawaban kelompok tadi mengenai keluarga, tadi Strategi kesantunan yang dijelaskan positif malah o Menghindari kebanyakan ketidaksetujuan tentang anak dengan pura-pura bukan setuju keseluruhan keluarga itu apa.
Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur (penyaji) berada dalam diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan merupakan sanggahan dari penutur terhadap penjelasan dari mitra tutur (penyaji).
pendapat dalam sebuah diskusi kelas, akan tetapi tetap harus menghargai pendapat orang lain dan dapat menerimanya. Tuturan tersebut tidaklah salah, karena ketidaksetujuan wajar terjadi di dalam kegiatan diskusi kelas, tetapi alangkah lebih baik jika penutur tidak langsung memotong tuturan dari mitra tuturnya. Akan lebih baik jika penutur mengawalinya dengan diksi yang mencerminkan kesantunan, seperti “maaf” atau dengan nada yang enak didengar, mungkin tuturan tersebut akan terasa lebih santun. o Penutur telah mengancam muka mitra tuturnya, karena mengatakan ketidaksetujuan secara langsung dan jelas
√
296
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bertentangan dengan strategi kesantunan yang diusulkan oleh Brown dan Levinson mengenai strategi menjaga muka positif mitra tuturnya. Penutur seharusnya bisa menjaga muka positif mitra tuturnya dengan menggunakan kesantunan positif, yakni menghindari ketidaksetujuan dengan pura-pura setuju. Jadi penutur boleh saja tidak sependapat, akan tetapi tidak secara terang-terangan mengatakan hal tersebut dan tidak dengan cara yang seperti penutur lakukan yakni memotong pembicaraan dari mitra tuturnya begitu saja, terlebih mitra tutur akan menutup jalannya proses diskusi. 297
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Maksim Kesimpatisan dan Strategi Kesantunan
Data
Pelanggaran
Tuturan
Konteks
Analisis
Kesesuaian dengan teori (Triangulator) Setuju
63.
Maksim kesimpatisan Tingkatkan rasa simpati sebanyakbanyaknya Strategi kesantunan positif o Membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur
Peserta Diskusi : Hahaha, eaa, eaa, itunya di klik, eaaa Penyaji : Nahh, ininya gak mau Peserta Diskusi : Aaa ininya gak mau (menirukan) Penyaji : Sebentar sebentar
Penutur adalah peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur (penyaji) berada dalam diskusi kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari peserta diskusi (mitra tutur) saat media powerpoint mengalami gangguan tidak dapat di klik (di tekan tombol next).
Tuturan tersebut dapat menimbulkan perasaan negatif kepada mitra tutur, yakni bisa membuat grogi, tidak tenang dan panik yang bisa membuat proses diskusi menjadi tidak lancar. Tidak hanya itu, penutur juga menirukan perkataan dari mitra tuturnya “aaa ininya gak mau”, dengan nada mengejek dan justru tidak membantu untuk memperbaiki powerpointnya. Hal itu mencerminkan
Tidak Setuju
√
298
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bahwa penutur tidak memberikan simpati kepada mitra tutur yang sedang mengalami kesusahan. o Cara bertutur seperti itu berlawanan dengan strategi kesantunan positif yakni membesar-besarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur. Penutur justru mengejek mitra tutur yang sedang mengalami kesusahan, sehingga mengancam muka mitra tutur, karena bisa dianggap tidak mempersiapkan presentasi dengan sebaik mungkin oleh dosen maupun peserta diskusi yang lain. Penutur seharusnya tidak bertutur seperti itu, karena mitra tutur sudah berusaha mempersiapkan materi begitu juga dengan powerpoint untuk diskusi kelas, 299
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64.
Maksim kesimpatisan Tingkatkan rasa simpati sebanyakbanyaknya Strategi kesantunan positif o Membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur
Penyaji
: Ya selanjutnya adalah alur, alur adalah rang.... rang... (terdiam) Peserta Diskusi : Hasyah hasyah hyaaa hyaaaa Penyaji : Rangkaian, iya rangkaian jalan cerita dan disusun berdasarkan urutan waktu
Penutur adalah peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur (penyaji) berada dalam diskusi kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur ketika mitra tutur (penyaji) lupa dalam menjelaskan materi.
akan tetapi kesalahan itu sebenarnya adalah kesalahan teknis dan bisa menimpa siapa saja bahkan tidak disengaja oleh mitra tutur Tuturan tersebut selain menggunakan diksi yang tidak santun, juga dapat menimbulkan perasaan negatif kepada penutur, yakni bisa membuat grogi, tidak tenang, panik dan lupa akan materi yang seharusnya dijelaskan yang bisa membuat proses diskusi menjadi tidak lancar. Seharusnya, ketika mengetahui mitra tutur membuat kesalahan, penutur membantu jika bisa atau lebih baik diam agar mitra tutur tenang dan dapat mengingat materinya kembali. Namun, penutur justru
√
300
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengejek mitra tutur. o Cara bertutur seperti itu dapat mengancam keselamatan muka mitra tutur. Penutur seharusnya dapat menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif yakni, membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur. Tuturan yang demikian, memperlihatkan bahwa penutur tidak memberikan simpati terhadap apa yang dialami mitra tutur justru mengejek mitra tutur yang salah atau lupa materi. 65.
Maksim kesimpatisan Tingkatkan rasa simpati sebanyakbanyaknya
Penyaji 1
: Ya selamat siang teman-teman, ya kami dari kelompok 6 akan mempresentasikan tentang unsurunsur ekstrinsik
Penutur adalah peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur berada dalam diskusi kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (peserta diskusi) atas kekeliruan yang dilakukan oleh mitra tutur (penyaji 2) ketika
Tuturan seharusnya dapat memperbanyak rasa simpati kepada orang lain, namun dalam tuturan tersebut penutur justru tidak memberikan simpati
√ 301
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Strategi kesantunan positif o Membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur
drama, sebelumnya akan memulai jalannya diskusi kami ingin kelas. perkenalan dulu dari yang paling kanan Penyaji 2 : Oke yang pertama saya akan menjelaskan tentang Peserta Diskusi: Hahahahahhaha perkenalan perkenalan
terhadap kekeliruan yang dilakukan oleh mitra tutur dan malah menertawakannya. Hal ini menimbulkan efek negatif bagi mitra tutur yakni menjadi malu, bahkan menundukkan kepala dan hal ini agak menghambat jalannya diskusi, karena mitra tutur sempat diam beberapa saat sampai peserta diskusi berhenti tertawa. Tertawa bukanlah hal yang salah, jika dalam konteks dan situasi yang tepat misalnya saat bercanda akan tetapi hal ini terjadi di saat diakusi kelas yang seharusnya meminimalkan bercanda dan lebih serius. o Cara bertutur seperti ini jelas dapat menjatuhkan muka mitra tutur dan berlawanan dengan 302
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
strategi kesantunan, dimana penutur seharusnya dapat menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif, yakni membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur. Tuturan yang demikian, memperlihatkan bahwa penutur tidak memberikan simpati terhadap apa yang dialami mitra tutur, dan seharusnya ketika mitra tutur melakukan kesalahan tidak langsung ditertawakan, karena hal terebut akan merugikan mitra tutur. 66.
Maksim kesimpatisan Tingkatkan rasa simpati sebanyakbanyaknya
Penyaji
: Lalu apa sih hubungan antara bunuh diri dengan moral hidup ? ini sebelumnya
Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur (penyaji) berada dalam diskusi kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (peserta diskusi) atas kesalahan yang
Tuturan seharusnya memperbanyak rasa simpati kepada orang lain, namun tuturan tersebut justru sebaliknya. Tuturan “ 303
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Strategi kesantunan positif o Membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur
moral, moral itu dilakukan oleh salah sorang apa ? moral penyaji ketika menyebutkan sendiri berasal istilah latin. dari bahasa latin yakni moremm, eh morest ..... Peserta Diskusi : Hahaha morem opo (apa) morest ? hahahaha
hahaha....morem opo morest ? haha”, dapat menimbulkan perasaan negatif kepada mitra tutur, yakni bisa membuat keraguan bagi mitra tutur dan kehilangan konsentrasi, bahkan bisa tidak tenang dan panik sehingga bisa memancing emosi yang bisa membuat proses diskusi menjadi tidak lancar. o Cara bertutur seperti itu jelas dapat menjatuhkan muka mitra tutur dan berlawanan dengan strategi kesantunan, dimana penutur seharusnya dapat menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif, yakni membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur. Tuturan yang
√
304
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
demikian, memperlihatkan bahwa penutur tidak memberikan simpati atau pun perhatian terhadap apa yang dialami mitra tutur. 67.
Maksim kesimpatisan Tingkatkan rasa simpati sebanyakbanyaknya
Strategi kesantunan positif o Membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur
Penyaji
: Lalu ada huruf O, O kaya gini misal kata toko, loko, kalau untuk O separo gini Peserta diskusi: Hahahahaha separo wooo, bahasa indonesia woii Penyaji : Eh setengah maaf (tertunduk malu), lanjut ya misalnya kata telepon
Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur (penyaji) berada dalam diskusi kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (peserta diskusi) atas kesalahan yang dilakukan oleh mitra tutur (penyaji) ketika menjelaskan materi diskusi.
Tuturan seharusnya dapat memperbanyak rasa simpati kepada orang lain, namun dalam tuturan tersebut penutur justru tidak memberikan simpati terhadap kesalahan yang dilakukan oleh mitra tutur dan malah menertawakannya. Hal ini menimbulkan efek negatif bagi mitra tutur, yakni menjadi malu dan hal ini agak menghambat jalannya diskusi, karena penutur sempat diam beberapa saat sampai mitra tutur berhenti tertawa. o Cara bertutur seperti itu jelas dapat menjatuhkan muka
√
305
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68.
Maksim kesimpatisan Tingkatkan rasa simpati sebanyakbanyaknya Strategi kesantunan positif o Membesarbesarkan
Penyaji
: Ohh ngak maaf kalau salah, kan kita masih membahas isis atau jihad ya, jadi tadi dikatakan menyangkut ke agama karena fanatiknya dan pemahamannya
Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur (penyaji) berada dalam diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur ketika mitra tutur (penyaji) lupa akan materi yang dijelaskan.
mitra tutur dan berlawanan dengan strategi kesantunan, dimana penutur seharusnya dapat menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif, yakni membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mitra tutur. Tuturan yang demikian, memperlihatkan bahwa penutur tidak memberikan simpati atau pun perhatian terhadap kesalahan yang dilakukan oleh mitra tutur. Tuturan seharusnya memperbanyak rasa simpati kepada orang lain, termasuk ketika orang lain berbuat salah. Namun, tuturan tersebut memperlihatkan bahwa penutur mengejek mitra tutur
√
306
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur
yang salah. Jadi isis itu loh, kalo isis itu kan meee... meee... Peserta diskusi : Hahahahahah menangis po ?
yang lupa akan materi diskusi yang dijelaskannya. Pastinya apa yang dilakukan oleh penutur dapat menimbulkan perasaan negatif kepada mitra tutur, yakni bisa membuat mitra tutur kehilangan konsentrasi dan memancing emosi yang membuat proses diskusi berjalan tidak lancar. o Cara bertutur seperti itu jelas dapat menjatuhkan muka mitra tutur dan berlawanan dengan strategi kesantunan, dimana penutur seharusnya dapat menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif, yakni membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mitra 307
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69.
Maksim kesimpatisan Tingkatkan rasa simpati sebanyakbanyaknya Strategi kesantunan positif o Membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur
Penyaji
: Dalam huruf I itu ada dua huruf (menulis di papan) misalnya I, I murni itu tandanya i kecil pake kotakan gini Peserta diskusi : Pake ? hahahahaha Penyaji : Pakai maaf-maaf, misalnya kata I murni misalnya kata ini, itu
Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur (penyaji) berada dalam diskusi kelas ketika mitra tutur menjelaskan materi. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (peserta diskusi) ketika mitra tutur (penyaji) salah menyebutkan kata.
tutur. Tuturan tersebut memperlihatkan bahwa penutur tidak memberikan simpati atau pun perhatian terhadap mitra tuturnya yang melakukan kesalahan. Tuturan seharusnya dapat memperbanyak rasa simpati kepada orang lain, namun dalam tuturan tersebut penutur justru tidak memberikan simpati terhadap kesalahan yang dilakukan oleh mitra tutur , bukannya dengan baik membenarkannya justru malah langsung menertawakannya. Melihat konteks situasi yang tidak tepat maka tuturan tersebut terasa kurang santun, karena menertawakan kesalahanan orang lain di depan banyak orang. o Cara bertutur seperti
√
308
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70.
Maksim kesimpatisan Tingkatkan rasa simpati sebanyakbanyaknya
Penyaji
: Yak masnya silahkan Peserta diskusi : Wuiss Prapto nanya, Prapto nanya hahahaha
Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur berada dalam diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (peserta diskusi) ketika mengetahui bahwa Prapto yang ditunjuk untuk bertanya oleh
itu jelas dapat menjatuhkan muka mitra tutur dan berlawanan dengan strategi kesantunan, dimana penutur seharusnya dapat menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif, yakni membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur. Tuturan yang demikian, memperlihatkan bahwa penutur tidak memberikan simpati atau pun perhatian terhadap kesalahan yang dilakukan oleh mitra tutur. Tuturan seharusnya dapat memperbanyak rasa simpati kepada orang lain, namun dalam tuturan tersebut penutur justru tidak memberikan simpati terhadap peserta 309
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Strategi kesantunan positif o Membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur
penyaji.
diskusi yang ining mengajukan pertanyaan. Peserta diskusi tersebut bahkan belum berkata apapun, tetapi penutur langsung mengatakan hal yang bisa dianggap merendahkan dan mengejeknya. Jelas hal tersebut tidak mencerminkan kesantunan. o Cara bertutur seperti itu jelas dapat menjatuhkan muka mitra tutur dan berlawanan dengan strategi kesantunan, dimana penutur seharusnya dapat menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif, yakni membesarbesarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mitra tutur. Tuturan yang demikian,
√
310
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memperlihatkan bahwa penutur tidak memberikan simpati atau pun perhatian terhadap mitra tuturnya.
Triangulator
Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd.
311
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 312
LAMPIRAN 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 313
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 314
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 315
BIODATA PENULIS
Fendi Eko Prabowo lahir di Temanggung, Jawa Tengah, tanggal 20 April 1993. Ia menyelesaikan pendidikan tingkat sekolah dasar di SD Negeri 1 Kalirejo, Kledung, Temanggung pada tahun 2004. Kemudian, ia melanjutnya studinya di SMP N 2 Kledung dan tamat pada tahun 2007. Pendidikan tingkat menengah atas ditempuhnya di SMA Negeri 4 Temanggung pada tahun 2010. Setelah menyelesaikan sekolah tingkat menengah atas, ia melanjutnya studi S1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Masa pendidikan S1 tersebut berakhir pada tahun 2016 dengan menyelesaikan skripsi Kesantunan Berbahasa dalam Kegiatan Diskusi Kelas Mahasiswa PBSI Universitas Sanata Dharma Angkatan 2014