Muhammad Waston Al Hikami
KESADARAN TRANSENDENTAL SEBAGAI PILAR UTAMA PENDIDIKAN BERWATAK DALAM UNTAIAN NASEHAT LUQMAN AL HAKIM Muhammad Waston Al Hikami Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga e-mail:
[email protected]
Abstract Luqman the Wise, one of man who is mentioned in the Holy Qur`an, is not a prophet neither messenger of God. He is just an ordinary man like us. What differing between us and him is the noble idea of this man regarding the way he educates his children. Luqman educated his children by planting the consciousness of God in the heart of his children. By this awareness, children will raise not only with strong intellectual ability but also beautiful manners, respecting values of humanities and coloring their live with high values of moralities. This article explores Luqman wise words that were recorded in Surah Luqman verses 13 until 19 and evaluates the key success of Luqman’s education system. Compared to modern concept of character education, Luqman method was in accordance with its spirit and goal. Furthermore, the writer found that the core value which is always exists and building all Luqman’s wise words is the consciousness of the existence of God. In Islamic perspective, this transcendental awareness is the basic value for all process of character building in creating good habituation and manner known as akhlaaq al kariimah. Keywords: Luqmanul Hakim, character education, akhlaaqul kariimah Pendahuluan Luqman adalah seorang manusia biasa. Ia bukanlah seorang Nabi, bukan pula seorang Rasul. Namun namanya diabadikan dengan tinta emas dalam lembaran-lembaran kitab suci Al Qur`anul Karim, sebuah kitab suci paripurna yang akan terus dibaca oleh milyaran ummat manusia hingga akhir zaman nanti.
MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
1
Kesadaran Transendental Sebagai Pilar Utama Pendidikan Berwatak Dalam Untaian Nasehat Luqman Al Hakim
Al Qur`an menceritakan kisah keluarga Luqman sebagai sosok keluarga ideal yang mampu menjalani hidup sarat dengan nilai-nilai moralitas sehingga layak dijadikan role model bagi penyelenggaraan madrasah pendidikan setiap keluarga muslim. Kisah sukses Luqman dalam
meramu
formula
pendidikan
terbaik
bagi
anak-anaknya
mengantarkannya kepada kedudukan tertinggi yang hanya mungkin diraih oleh seorang manusia pilihan dari golongan bukan Nabi dan Rasul. Kepadanya, Tuhan memberikan gelar mulia sebagai “Sang Bijaksana” atau Al Hakim. Namanya kemudian diabadikan menjadi sebuah surat di dalam Al Qur`an dan nasehatnya terus didengar serta dipelajari oleh setiap insan yang ingin mewujudkan kesuksesan pendidikan dalam hidup berkeluarga. Jauh
sekian
abad
setelah
Luqman
mengakhiri
madrasah
kehidupannya, seorang pedagog berkebangsaan Jerman, FW. Foerster yang hidup di abad ke-19, berpikir mengenai esensi pendidikan seorang manusia yang seharusnya lebih menekankan pada dimensi etis-spiritual. Ide Foerster ini di kemudian hari dikenal sebagai pendidikan berkarakter. Dunia pendidikan waktu itu seolah telah jengah melihat output proses pendidikan yang hanya dapat menghasilkan manusia-manusia cerdas dan bernalar namun sangat kering jiwanya serta jauh dari nilai-nilai moralhumanisme yang merupakan inti suatu kebudayaan maupun tatanan masyarakat. Tren pendidikan karakter di abad 19 tersebut terus bergulir dan disempurnakan hingga banyak diadopsi oleh sistem pendidikan di banyak negara, termasuk Indonesia. Dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003, Pemerintah Indonesia dengan gamblang mencantumkan fungsi utama sistem pendidikannya yaitu untuk melakukan pembentukan 2
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Muhammad Waston Al Hikami
manusia-manusia Indonesia yang tidak hanya cerdas namun juga berwatak atau berkarakter. “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Pembentukan karakter yang merupakan salah satu tujuan dari pendidikan nasional tersebut tentu sedikit banyak terinspirasi oleh tren pendidikan karakter yang mulai bergema di dunia Barat sejak abad ke-19. Namun akan sangat disayangkan jika model pendidikan tersebut hanya latah mengikuti tren yang ada di dunia Barat tanpa mengetahui esensi dan kompatibilitas dengan budaya lokal Indonesia. Dalam rangka formulasi pendidikan karakter yang tepat untuk masyarakat Indonesia itulah kiranya akan sangat tepat jika digali lebih dalam khasanah wacana keislaman yang merupakan unsur pembentuk budaya bangsa Indonesia. Terlebih pendidikan karakter (character education) jelas memiliki akar dukungan dari literatur-literatur keislaman seperti tampak melalui nasehat Luqman dalam Al Qur`an Surah Luqman ayat 12 hingga 19.
Pembahasan A. Nasehat Luqman yang Terdapat dalam Al Qur`an Dalam perspektif pendidikan Islam, kitab suci Al Qur`an merupakan sumber hukum sekaligus sumber ilmu pengetahuan yang penuh dengan pelajaran, hikmah dan teladan. Salah satu isi pokok dari Al
MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
3
Kesadaran Transendental Sebagai Pilar Utama Pendidikan Berwatak Dalam Untaian Nasehat Luqman Al Hakim
Qur’an adalah kisah perjalanan kehidupan para Nabi dan Rasul serta orang-orang saleh dari umat-umat sebelum Nabi Muhammad. Tuhan menceritakan kisah seorang saleh bernama Luqman yang sangat bijaksana dalam memberikan pendidikan kepada anak-anaknya. Seperti diceritakan dalam Tafsir Al Qur`anul `Adzim (lebih dikenal dengan Tafsir Ibnu Katsir) bahwa Luqman adalah seorang budak berkebangsaan Ethiopia yang bekerja sebagai tukang kayu. Meski jika diukur dari kedudukan sosial di mata manusia Luqman mungkin sangat rendah kedudukannya, namun Islam telah jauh berpikir maju pada masa itu bahwa stratifikasi sosial seseorang tidak bisa diukur hanya dari suku bangsanya, warna kulitnya maupun pekerjaannya. Prinsip-prinsip universal humanisme melalui nilai kesetaraan (egalite) yang baru dikenal oleh dunia Barat dalam Revolusi Perancis abad ke-17 ternyata jauh telah disinggung oleh Islam pada abad ke-6 Masehi. Tuhan memaparkan nasehat-nasehat bijaksana sang budak nan hitam legam tersebut dalam Surah Luqman ayat 13 hingga 19 yang pada intinya memuat sepuluh nasehat edukatif sejalan dengan semangat pendidikan karakter di era modern saat ini. Kesepuluh nasehat tersebut dipaparkan sebagai berikut:
1.
Tidak Menyekutukan Tuhan ُ َوإِذْ قَا َل لُ ْقمٰ نُ ِِل ْبنِ ِهۦ َوه َُو يَ ِع ى َِل َّ َظهۥُ ٰيبُن ُ َل ﴾٣١:َع ِظي ٌم ﴿لقمان ظ ْل ٌم Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (Surah Luqman: 13) ِّ ِ ال َش ْرك
4
إِ َّن
َّ ِب ۖ ِاَّلل
تُ ْش ِر ْك
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Muhammad Waston Al Hikami
Luqman mengatakan bahwa sebesar-besar kedzaliman dan kemungkaran adalah menyekutukan Tuhan. Dalam studi keislaman, perspektif ini disebut sebagai tauhid. Inti dari Islam adalah ketauhidan kepada Tuhan yakni hanya mengibadahi satu tuhan dan tidak menduakan-Nya atau menyekutukan-Nya. Dalam ayat lain Tuhan berfirman bahwa Ia akan mengampuni segala macam dosa sesuai dengan yang dikehendaki kecuali dosa menyekutukan-Nya (syirik). Nasehat Luqman akan nilai-nilai tauhid ini menjadi nasehat pertama sekaligus mendudukkannya sebagai yang paling utama untuk diberikan kepada anaknya. 2.
Berbuat Baik kepada Kedua Orang Tua َعلَ ٰى َو ْه ٍن َو ِفصٰ لُهۥ ُ ِفى اْلنسٰ نَ ِب ٰو ِلدَ ْي ِه َح َملَتْهُ أ ُ ُّمهۥُ َو ْهنًا َّ َو َو ِ ْ ص ْينَا ْ َ َ ﴾٣١:ير ﴿لقمان ُ ص ِ ى ال َم َّ َعا َمي ِْن أ ِن ا ْش ُك ْر ِلى َو ِل ٰو ِلدَيْكَ إِل Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”( Surah Luqman: 14) Berbuat baik kepada orang tua adalah pilar pendidikan dasar dalam
keluarga. Banyak orang tidak menyadari bahwa pendidikan dasar sesungguhnya dimulai dari keluarga, bukan dari jenjang Sekolah Dasar (elementary school). Banyak pula orang yang tidak menyadari bahwa sejatinya guru pertama bagi seorang anak adalah ibunya sendiri, sebagaimana ungkapan peribahasa Arab al umm madrasatul ula (ibu adalah madrasah pertama). Lantas bagaimana pendidikan itu akan berhasil jika si murid tidak menghormati dan menghargai sang guru?
MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
5
Kesadaran Transendental Sebagai Pilar Utama Pendidikan Berwatak Dalam Untaian Nasehat Luqman Al Hakim
Untuk itulah sebagai pendidik pertama, maka orang tua sudah seharusnya dihormati dan hargai, terlebih ibu. 3.
Ketaatan kepada Kedua Orang Tua Harus Dilandasi oleh Ketaatan kepada Tuhan Meski manusia harus taat dan patuh serta menghormati kedua
orang tua, namun semua itu tidak boleh melebihi ketaatan dan kepatuhan kepada Tuhan. Tidak boleh taat kepada orang tua jika mereka menyuruh berbuat kemungkaran dengan melawan perintah Tuhan. Nasehat Luqman tersebut terangkum dalam Surah Luqman ayat 15 sebagai berikut: ْس لَكَ ِب ِهۦ ِع ْل ٌم فَ ََل ت ُ ِط ْع ُه َما ََو ِإن ٰج َهدَاك َ َعلَ ٰ ٰٓى أَن ت ُ ْش ِركَ ِبى َما لَي َ َ ً َّ ْ ْ ُّ ُ ُ َّم ى ل إ ََا ن أ ن م َ ي ب َ ْ ب ت ا و ۖ ا ف و ر ع م ا ي ن د ال ى ف ا م ه ِ ِ ص ُْ َ ِْ َ َ َ ۖ َو َ َ َِ َ ُ اح ْب َّ ِ َ ُ ُ ﴾٣١:ى َم ْر ِجعُ ُك ْم فَأنَبِِّئ ُ ُكم بِ َما ُكنت ُ ْم تَ ْع َملونَ ﴿لقمان َّ َإِل Artinya: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik…”(QS. Luqman: 15). 4.
Mengikuti Jalan Orang-orang yang Kembali kepada Tuhan ِع ْل ٌم فَ ََل ْس لَكَ بِ ِهۦ ََوإِن جٰ َهدَاك َ َ علَ ٰ ٰٓى أَن ت ُ ْش ِركَ بِى َما لَي َ ََا ْْ ِاح ْب ُه َما فِى الدُّ ْنيَا َم ْع ُروفًا ۖ َواتَّب ِ ص َ َبِي ََ َم ْن أن َ َ ت ُ ِط ْع ُه َما ۖ َو ﴾٣١:ى َم ْر ِجعُ ُك ْم فَأُنَ ِِّبئ ُ ُكم ِب َما ُكنت ُ ْم تَ ْع َملُونَ ﴿لقمان ى َّ َُ ُ َّم ِإل َّ َِإل Artinya: “…dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Luqman: 15) Dalam ayat ini Luqman memberikan sebuah nasehat kepada
anaknya agar ia mengikuti jejak orang-orang yang kembali kepada Tuhan, yakni para Nabi dan Rasul serta orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, yang selalu bertaubat kepada Allah SWT, yang telah diberi petunjuk oleh Tuhan yaitu mereka yang tetap dalam agama Tuhan yang lurus. 6
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Muhammad Waston Al Hikami
5.
Tuhan akan Membalas Semua Perbuatan Manusia ص ْخ َرةٍ أَ ْو ى إِنَّ َها ٰٓ إِن ت َكُ ِمثْقَا َل َحبَّ ٍة ِ ِّم ْن خ َْرد َ ٍل فَتَ ُكن فِى َ َّ َٰيبُن ْ َ َ َّ َّ يف ِإ َّن ت ِب َها ت أ ْو فِى ِ ض يَأ ِ فِى السَّمٰ ٰو َُّللا ٌ َّللاَ لَ ِط ِ ْاْل ْر ﴾٣١:ير ﴿لقمان ٌ َِخب Artinya: “(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (Surah Luqman: 16) Lagi-lagi Luqman menjelaskan bahwa kekuasaan Tuhan di atas
segala-galanya. Luqman mencoba mengingatkan bahwa apapun yang dilakukan manusia maka itu semua akan dipertanggung jawabkan kepada Sang Pencipta. Tuhan akan membalas segala perbuatan baik itu pelanggaran
terhadap
aturan-Nya
ataupun
kepatuhan
untuk
melaksanakan aturan Tuhan. Dalam ayat lain, Tuhan berfirman: ﴾٧:فَ َمن َي ْع َم َْ ِمثْقَا َل ذَ َّر ٍة َخي ًْرا َي َرهۥُ ﴿الزلزلة ﴾٨:َو َمن يَ ْع َم َْ ِمثْقَا َل ذَ َّرةٍ ش ًَّرا يَ َرهۥُ ﴿الزلزلة Artinya: “Maka Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula”. (Surah Al Zalzalah: 7-8) 6.
Menegakkan Sholat ص ِب ْر ِ ص َل ٰوة َ َوأْ ُم ْر ِب ْال َم ْع ُر ْ وف َوا ْنهَ َع ِن ْال ُمنك َِر َوا َّ ى أَقِ ِم ال َّ َٰيبُن ُ ٰ َ ْ ْ ﴾٣٧:ور ﴿لقمان صابَكَ ۖ إِ َّن ذلِكَ ِم ْن َ َما ٰٓ أ ِ َعز ِم اْل ُم Artinya: “Hai anakku, dirikanlah shalat …” (Surah Luqman: 17) َعلَ ٰى
Shalat adalah manifestasi dari pemahaman yang benar akan eksistensi Tuhan. Seseorang yang yakin terhdap firman Tuhan tentu akan menjalankan segala perintah yang Tuhan berikan padanya, termasuk diantaranya shalat. Tuhan berfirman dalam Surah Al Ankabut: 45, MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
7
Kesadaran Transendental Sebagai Pilar Utama Pendidikan Berwatak Dalam Untaian Nasehat Luqman Al Hakim
صلَ ٰوة َ تَ ْن َه ٰى َى ِإلَيْكَ ِمن ِ ُ اتْ َُ َما ٰٓ أ َّ صلَ ٰوة َ ۖ إِ َّن ال َّ ب َوأ َ ِق ِم ال ِ ْال ِك ٰت َ وح ْ َ َّ َّللاِ أ ْكبَ ُر ۗ َو َّ شا ٰٓ ِء َوال ُمنك َِر ۗ َولَ ِذ ْك ُر َ َْع ِن ْالفَح َصنَعُون ْ ََّللاُ َي ْعلَ ُم َما ت ﴾١١:﴿العنكبوت Artinya: ”Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” Selain merupakan perwujudan ketundukan hamba terhadap Tuhan, shalat juga berfungsi sebagai pencegah perbuatan keji dan munkar. Ini berarti dengan mengerjakan shalat yang baik dan benar maka kualitas karakter serta kepribadian seorang muslim akan terus menigkat. 7.
Amar Ma`ruf Nahi Munkar َعلَ ٰى صبِ ْر ِ صلَ ٰوة َ َوأْ ُم ْر بِ ْال َم ْع ُر ْ وف َوا ْنهَ َع ِن ْال ُمنك َِر َوا َّ ى أَقِ ِم ال َّ َٰيبُن ُ ٰ َ ْ ْ ٰٓ َما ْ َّ ﴾٣٧:ور ﴿لقمان م اْل م ز ع ن م ل ذ ن إ ۖ ب ا ص أ َِك َك ِ َ َ ِ َ ِ ُ ِ Artinya: “… dan perintahkan hal yang ma`ruf serta cegahlah dari perbuatan munkar” (Surah Luqman: 17) Terdapat banyak perintah di dalam Al Qur`an untuk senantiasa
berbuat amar ma`ruf nahi munkar. Dua komponen ini sangat penting dalam Islam karena dengannya akan menghasilkan dorongan yang kuat kepada setiap oang Islam untuk mendakwahkan agama yang dianutnya. Dalam perspektif pendidikan, diakui pula bahwa setiap manusia pada hakekatnya adalah seorang pendidik. Amar ma`ruf nahi munkar berarti merupakan upaya penyadaran dan wujud peran pendidik yang senantiasa harus melekat di dalam dirinya. Al Qur`an dengan jelas memerintahkan peran tersebut, وف َو ْلت َ ُكن ِ ِّمن ُك ْم أ ُ َّمةٌ َيدْعُونَ ِإ َلى ِ ْال َخي ِْر َو َيأ ْ ُم ُرونَ ِب ْال َم ْع ُر ْ ﴾٣۰١:ُه ُم ْال ُمف ِلحُونَ ﴿آل عمران َع ِن ْال ُمنك َِر ََوأ ُ ۟و ٰ ٰٓلئِك Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. (Surah Ali Imran: 104). ََو َي ْن َه ْون
8
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Muhammad Waston Al Hikami
8.
Bersabar terhadap Apa yang Menimpa Kita Nasehat Luqman setelah memerintahkan anaknya untuk shalat dan
berbuat baik serta mencegah kemungkaran adalah bersabar. َعلَ ٰى صبِ ْر ِ صلَ ٰوة َ َوأْ ُم ْر بِ ْال َم ْع ُر ْ وف َوا ْنهَ َع ِن ْال ُمن َك ِر َوا َّ ى أَقِ ِم ال َّ َٰيبُن ُ ٰ َ ْ ْ ٰٓ َما ْ َّ ﴾٣٧:ور ﴿لقمان م اْل م ز ع ن م ل ذ ن إ ۖ ب ا ص أ ََ َك ِ َِك ِ َ ِ ُ ِ Artinya: “Dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (Surah Luqman: 17) Nasehat ini menyiratkan upaya penyadaran tentang hasil dari suatu proses. Terkadang memang segala upaya yang dilakukan oleh seseorang, menghasilkan sesuatu yang tidak sesuai dengan yang diinginkannya. Bagi orang yang beriman, segala macam cobaan merupakan bentuk ujian dari Tuhan yang harus dialami setiap insan. Di sinilah diperlukan kesabaran. 9.
Tidak Menyombongkan Diri Sifat takabur atau merasa besar di hadapan manusia adalah sifat
yang dibenci oleh Tuhan, karenanya Luqman berpesan, ض َم َر ًحا ِ ْاْل َ ْر
اس َو َِل ت َْم ِش فِى ِ َّص ِ ِّع ْر َخدَّكَ ِللن َ ُ َو َِل ت ُ ْ ُ َ َّ ﴾٣٨:ور ﴿لقمان خ ف ل َا ت خ م َ ك َُِّل ي ُِحب ٍ ُ ٍ Artinya: “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Surah Luqman: 18) َّ ِإ َّن ََّللا
ۖ
10. Bersikap Pertengahan dalam Segala Hal dan Berakhlak Mulia ت ُض ِمن ِ ص ٰو َص ْوتِك ْ صدْ فِى َم ْشيِكَ َوا ْغض ْ َ إِ َّن أَنك ََر ْاْل ِ َوا ْق َ ُص ْوت ﴾٣١:ير ﴿لقمان َ َل ِ ْال َح ِم Artinya: “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (Surah Luqman: 19)
MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
9
Kesadaran Transendental Sebagai Pilar Utama Pendidikan Berwatak Dalam Untaian Nasehat Luqman Al Hakim
Nasehat Luqman yang terakhir merupakan upaya penjagaan kepribadian mulia yang merupakan buah dari kokohnya ilmu pengetahuan serta keyakinan terhadap Tuhan. Tuhan tidak menghendaki sikap berlebih-lebihan juga tidak menginginkan untuk bersikap meremehkan dalam segala hal termasuk juga dalam perkara-perkara yang menurut penilaian sebagian orang dianggap kecil seperti sikap berjalan, berbicara, dan sebagainya. Luqman mengajarkan bahwa perilaku atau akhlak yang baik kepada Tuhan dibuktikan dengan perilaku baik kepada sesama. Dengan demikian, manusia akan mencapai derajat keberhasilan dalam pendidikan ketika ia mampu menampakkan akhlak yang baik, akhlak yang mulia.
B. Kesadaran Transendental sebagai Pembentuk Karakter Mulia (Akhlaaqul Kariimah) Surat Luqman ayat 12 s.d 19, semuanya diwarnai dengan muatan tauhid yang sangat kental. Muatan kesadaran Illahiah. Kalimat yang digaris bawahi berikut ini memiliki kesamaan, yakni Luqman mendidik supaya anaknya sadar akan eksistensi Tuhan. Kesadaran akan keberadaan Tuhan (kesadaran transendental), bahwa Tuhan akan membalas, maha mengawasi, maha halus, dan sebagainya menghasilkan perilaku yang berdasarkan atas aturan Tuhan. Jika anak sadar bahwa segala sesuatu harus ia pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan, maka perilakunya akan didasari atas moralitas keagamaan yang akan membentuk karakter/watak dalam kepribadiannya.
10
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Muhammad Waston Al Hikami
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (Surah Luqman: 13) “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”( Surah Luqman: 14) “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik”(QS. Luqman: 14). Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Luqman: 15) “(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (Surah Luqman: 16) “Hai anakku, dirikanlah shalat …” (Surah Luqman: 17) ”Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” dan perintahkan hal yang ma`ruf serta cegahlah dari perbuatan munkar” (Surah Luqman: 17)
MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
11
Kesadaran Transendental Sebagai Pilar Utama Pendidikan Berwatak Dalam Untaian Nasehat Luqman Al Hakim
“Dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (Surah Luqman: 17) “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Surah Luqman: 18) “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (Surah Luqman: 19) Kesimpulan Luqman adalah seorang manusia biasa. Ia bukanlah seorang Nabi, bukan pula seorang Rasul. Namun namanya diabadikan dengan tinta emas dalam lembaran-lembaran.
Daftar Pustaka Al Qur’an dan Terjemahnya. 2001. Asy-Syarif Medinah Munawwaroh PO.BOX 6262. Saudi Arabia Haas, P.M. 1990. Introduction: Epistemic Community and International Policy Coordination. International Organization 46, 1-35.... http://www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/web/pages/urgensi.html
12
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Siti Zulaicha
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE LIYE Siti Zulaicha Instansi
Abstract This study aims to find the values of moral education (ahklaq) and describe the characteristics of the characters who appear in the Hafalan Shalat Delisa novel and its relevance in the current era of globalization. It is a library research, whereas the data collection uses documentary method, data analysis uses content analysis. The results obtained from this study are: (1) moral values education contained in the novel include the educational value towards: a) God (prayer, dhikr, and pray to Allah, upright accept acts of God, fear of God’s torture, and fear of losing the God’s grace), b) family (mutual respect, devotion, love and care for his family), c) self or ahklaq Mahmudah namely: (impatient, upright, gratitude, optimism, mutual help, hard work, and discipline) and ahklaq madzmumah (ignorant, stubborn, lying and jealousy) d) family (conjugal affection rights, the rights of the husband and wife together, birul walidain) e) environment (nurture and care all created by Allah SWT well). (2) Characteristics of the existing characters in the novel such as Delisa, the errant six years old girl who has different characteristics with children in her age in the case of curiosity, the character Ummi Salamah is a wife as well as good mother (shalihah) who possess high discipline in educating her children. (3) The relevance of educational values in globalization era is the importance of moral education. Through the character education curriculum as well as moral education as early as possible either at home, school, environment, and society to overcome moral decadence. Keywords: moral education, novel, Hafalan Shalat Delisa Pendahuluan Pada dasarnya pendidikan akhlak menempati posisi sangat penting dalam Islam, karena kesempurnaan seseorang tergantung kepada kebaikan dan kemuliaan akhlaknya. Manusia yang dikehendaki Islam MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
13
Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye
adalah manusia yang memiliki akhlak yang mulia, manusia yang seperti inilah yang akan mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat (Azmi, 2006:54 ). Akhlak yang baik tidak akan terwujud pada seseorang tanpa adanya
pembinaan
yang
dilakukan.
Oleh
karena
itu
perlu
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari ( Azmi, 2006:54 ). Dalam konsep pendidikan akhlak segala sesuatu itu dinilai baik dan buruk, terpuji atau tercela, semata-mata berdasarkan Al-Qur‟an dan Hadits. Ajaran akhlak dalam Islam bersumber dari wahyu Allah SWT yang termaktub dalam Al-Qur‟an dan Hadits (Azmi, 2006: 75 ). Imam al-Ghazali: Artinya: "Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan." (Al-Ghazali, 1989:58). Islam menginginkan suatu masyarakat yang berakhlak mulia. Akhlak mulia ini sangat ditekankan karena di samping akan membawa kebahagiaan bagi individu, juga sekaligus membawa kebahagiaan bagi masyarakat pada umumnya. Dengan kata lain,akhlak utama yang ditampilkan
seseorang
,
tujuannya
adalah
untuk
mendapatkan
kebahagiaan di dunia dan akhirat ( Azmi, 2006:60 ). Dewasa ini ahklaq sering dikaitkan dengan pendidikan karakter yang merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Karakter dapat juga diartikan sama dengan akhlak dan
14
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Siti Zulaicha
budi pekerti, sehingga karakter bangsa identik dengan akhlak bangsa atau budi pekerti bangsa. Wynne (1991) mengemukakan bahwa karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” (menandai) dan memfokuskan pada bagaimana menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-hari. Oleh sebab itu,seseorang yang berperilaku suka menolong dikatakan, baik, jujur dan suka menolong dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter baik/mulia begitu juga sebaliknya. Adanya krisis etika dan moral dewasa ini seperti meningkatnya kekerasan pada remaja, penggunaan kata-kata yang memburuk, meningkatnya penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas, kaburnya batasan moral baik-buruk, rendahnya rasa tanggung jawab dan rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru. Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, bahkan juga krisis etika dan moral dalam beragama lantas memunculkan pertanyaan tentang peranan dan sumbangan Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam membentuk etika dan moral. Walaupun
variabel
perkembangan
permasalahan
tersebut
sesungguhnya sangat kompleks, namun seringkali secara langsung maupun tidak langsung dihubungkan dengan permasalahan pendidikan agama di sekolah. Pertanyaan seperti ini dianggap sah-sah saja karena sumber dari berbagai permasalahan tersebut adalah akibat adanya krisis etika dan moral, sedangkan tugas pokok pendidikan agama adalah membentuk anak didik memiliki moralitas dan akhlak budi pekerti yang mulia. Pendidikan adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karena pendidikan merupakan kebutuhan penting MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
15
Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye
bagi kehidupan manusia yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan juga merupakan proses pembentukan kepribadian. Dengan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manusia yang berkualitas dan bertanggung jawab. Sebagaimana
dipaparkan
dalam
Undang-Undang
Sistem
Pendidikan Nasional nomor 20 Tahun 2003 bab VI pasal 13 yaitu tentang jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya, pendidikan sebagaimana disebutkan dalam ayat (1) diselenggarakan dengan sistem terbuka melalui tatapan muka atau melalui jarak jauh. Jadi pendidikan tidak hanya berlangsung di sekolah formal tetapi juga dapat berlangsung di luar sekolah nonformal. Ada banyak cara menyampaikan nilai-nilai pendidikan akhlak, salah satunya yang digunakan oleh Tere-Liye lewat karya sastranya berupa novel berjudul Hafalan Shalat Delisa (HSD). Dimana novel ini adalah sebuah novel yang di dalamnya banyak terdapat pesan pendidikan yang dapat dipetik. Dalam novel ini diceritakan tentang seorang anak perempuan berumur enam tahun. Awalnya Delisa menghafal bacaan shalat karena sekolahnya mengadakan ujian praktik dan demi hadiah yang dijanjikan Umminya. Sebagaimana dipaparkan dalam kutipan berikut: Delisa yang sedang duduk diayunan yang berada di bawah pohon jambu sambil menghafal do‟a iftitah. Delisa sedang berjuang menghafalkan bacaan shalatnya, ia kelihatan sibuk menghafal walau masih banyak yang kebolak-balik, tapi Delisa tetap semangat untuk menghafal dengan harapan akan lulus ujian praktik di sekolah dan mendapatkan hadiah kalung dari Ummi. Waktu berjalan begitu cepat, 16
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Siti Zulaicha
dengan adanya jembatan keledai teknik cepat menghafal bacaan shalat lebih cepat dan lancar (Liye, 2011:64). Minggu 26 Desember saat dimana hari yang akan diingat seluruh dunia dimana Delisa akan menghadapi ujian praktik shalat, Delisa bangun dengan semangat, bacaan shalat subuhnya pun sudah nyaris sempurna kecuali sujud, tiba-tiba bacaan sujudnya lupa tapi Delisa mengabaikan fakta itu, karena di sekolah dia masih banyak waktu untuk mengingatnya. Hadiah kalung yang membuat Delisa semangat sekolah, Delisa berangkat sekolah di antar Ummi salamah, ketika bel masuk anakanak berebutan masuk ke kelas (Liye,2011:65). Setelah lama menunggu tiba saatnya delisa untuk praktik shalat. Delisa mulai membaca taawudz, sedikit gemetar membaca basmallah, Delisa siap utuk shalat yang sempurna kepada Allah untuk pertama kalinya, Delisa akan khusuk. “Allahu-akbar” persis ketika ucapan itu hilang dari mulut Delisa, tiba-tiba tanah bergetar dahsyat, tepat ketika Delisa mengucap kata Wa-ma-maa-tii lantai sekolah bergetar hebat dan suara gemuruh air, tetapi Delisa khusuk melakukan shalatnya. Delisa tetap membaca bacaan shalatnya, air keruh mulai masuk kedalam mulutnya. Delisa di tengah sadar dan tidaknya ia ingin sujud dengan sempurna untuk pertama kalinya. Dua-pertiga malam, waktu yang mulai, waktu yang dijanjikan dalam ayat-ayat-Mu dan Delisa mendapatkan penjelasan itu lewat mimpi, mimpi yang sebenarnya akan ia ingat sepanjang hayatnya (Liye, 2011:66). Waktu satu minggu Delisa sudah nyaris hafal seluruhnya, shalatnya juga lebih khusuk. Sabtu sore, kelas TPA-nya belajar di luar disalah satu bukit yang ada di Lhok Nga. Setelah satu jam belajar mereka MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
17
Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye
menghentikan pelajarannya, mereka akan shalat berjama‟ah. Tanpa disadari, itulah shalat pertama Delisa yang akan sempurna, tak lupa satu bacaan pun, dan tak lalai satu gerakanpun. Beberapa saat kemudian Delisa selesai (Liye, 2011:250). Selepas shalat ashar yang penuh makna, Delisa mencuci kedua tangannya, ketika ujung jari Delisa menyentuh sejuknya air sungai, ketika itulah Delisa menatap kemilau kuning indah yang menakjubkan. Demi melihat cahaya itu Delisa menyebrangi sungai. Ya Allah, bukankah itu seuntai kalung? Seluruh persediaan tubuhnya bergetar ketika melihat kalung yang tersangkut ditangan yang sudah menjadi kerangka sempurna kerangka manusia. Delisa mendesis lemah “U-m-m-i” kemudia Delisa jatuh pingsan terjerambab kedalam sejuknya air sungai itu (Liye, 2011:264). Tere-Liye menggunakan media penyimpanan pesan-pesan yang ada di dalam Islam, salah satunya melalui karya sastranya berupa novel HSD. Novel HSD karya Tere-Liye adalah novel yang mengandung banyak sekali hikmah atau pesan pendidikan akhlak yang dapat dipetik. Dalam sampul dan cover novel hafalan shalat Delisa tersebut, ada beberapa komentar tokoh yang mengagumi novel tersebut. Habiburrahman El Shirazy, penulis novel best seller Ayat-Ayat Cinta memberikan komentar sebagai berikut: “Buku yang indah ditulis dalam kesadaran ibadah, buku ini mengajak kita untuk mencintai anugrah juga musibah, dan mencintai indahnya hidayah.” Taufik Ismail, penyair yang memberi komentar sebagai berikut: “Novel bacaan shalat anak 6 tahun dengan latar bacaan tsunami ini sangat mengharukan, nilai keikhlasan dengan halus
18
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Siti Zulaicha
dijalani pengarangnya kedalam plot cerita dunia kanak-kanak ini, saya membacanya dengan sentimental, karena setelah bacaan tsunami bolakbalik ke Lhok Nga itu.” Ahmadun Yosi Herfanda, sastrawan dan redaktur sastra Republika memberikan komentar sebagai berikut: “novel ini disajikan dengan gaya sederhana namun sangat menyentuh, penulis berhasil menghadirkan tokoh-tokoh dan suasana yang begitu hidup, islami, dan luar biasa, pantas dibaca oleh siapa saja yang ingin mendapatkan pencerahan rohani”. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti nilai akhlak yang terdapat dalam novel tersebut, dengan judul “Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Pada Novel Hapalan Shalat Delisa Karya Tere Liye ”
Permasalahan 1. Apa sajakah nilai-nilai pendidikan ahklak yang dapat dipetik dalam novel HSD karya Tere Liye ? 2. Bagaimana karakteristik tokoh yang ditampilkan dalam novel HSD karya Tere Liye ? 3. Adakah relevansi antara nilai-nilai pendidikan ahklaq dalam novel HSD di era globalisasi saat ini ?
Tinjauan Pustaka Untuk menafsirkan
menghindari maksud
yang
terjadinya
kesalahpahaman
terkandung
dalam
judul
dalam penelitian
kependidikan ini, maka penulis menegaskan istilah sebagai berikut:
MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
19
Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye
A. Nilai pendidikan akhlak Nilai adalah kualitas suatu hal itu dapat disukai, diinginkan berguna atau dapat menjadi objek kepentingan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (1989: 534). Nilai adalah suatu yang berharga bermutu,
menunjukkan
kualitas,
dan
berguna
bagi
manusia
(http://www.uzey.blogspot.com), pendidikan akhlak terdiri dari dua kata yaitu pendidikan dan akhlak. Pendidikan menurut adalah suatu proses pendewasaan diri melalui pengajaran dan latihan (Poerwadarminta, 1985:702). Sedangkan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan baik atau buruktanpa memerlukan pemikiran dan pertibangan (Ibrahim, 1972:202). Jadi nilai pendidikan aklak adalah pengarahan tentang apa dan bagaimana yang seharusnya dilakukan oleh seorang manusia dari perbuatan mereka.
B. Novel Hafalan Delisa Novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus (Semi, 1988:32). Jadi, Novel HSD adalah karya sebuah sastra karya Tere-Liye yang isinya mengajarkan kepada pembaca tentang kasih sayang, keikhlasan, dan ketabahan.
Metode Penelitian Penelitian ini digolongkan dalam penelitian kepustakaan (library research) karena data yang diteliti berupa naskah-naskah, atau majalahmajalah yang bersumber dari khasanah kepustakaan (Arikunto, 2002 : 54) 20
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Siti Zulaicha
Pembahasan A. Nilai-nilai Pendidikan Akhlaq dalam Novel HSD 1.
Ahklaq Terhadap Allah SWT
a.
Taqwa Yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Lebih lanjut, Thabbarah mengatakan bahwa makna asal dari taqwa adalah pemeliharaan diri. Diri tidak perlu pemeliharaan kecuali terhadap apa yang dia takuti. Yang paling ditakuti adalah Allah SWT. Taqwa didefinisikan yakni memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintahNya dan menjauhi segala larangan-Nya. Rasa takut itu memerlukan ilmu terhadap yang ditakuti. Oleh sebab itu yang berilmu akan takut kepadaNya. Pada hakikatnya taqwa adalah seseorang memelihara dirinya dari segala sesuatu yang mengundang kemarahan Tuhannya dan dari segala sesuatu yang mendatangkan mudharat, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Sementara dalam Surat Ali Imran ayat 134-135 disebutkan ciri-ciri orang yang bertaqwa, yaitu: (1) Dermawan ( menafkahkan hartanya baik waktu lapang maupun sempit ), (2) mampu menahan hawa nafsu. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Yang dimaksud perbuatan keji (faahisyah) ialah MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
21
Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye
dosa besar yang mana mudharatnya tidak hanya menimpa diri sendiri tetapi juga orang lain, seperti zina, riba. Menganiaya diri sendiri ialah melakukan dosa yang mana mudharatnya hanya menimpa diri sendiri baik yang besar atau kecil. Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hakekat taqwa adalah memadukan secara integral aspek iman, islam, dan ihsan dari diri seorang manusia. Dengan demikian orang yang bertaqwa adalah orang yang dalam waktu bersamaan menjadi mukmin, mukmin dan muhsin. Salah satu tanda orang yang bertaqwa adalah melaksanakan shalat tepat pada waktunya dan pada novel HSD dapat kita lihat seperti kutipan berita berikut: Adzan shubuh dari meunasah terdengar syahdu. Bersahut-sahutan satu sama lain. Menggetarkan langit-langit Lhok Nga yang masih gelap. Tapi jangan salah, gelap-gelap begini kehidupan sudah dimulai. Remaja tanggung sambil menguap menahan kantuk mengambil wudhu. Anak laki-laki bergegas berjamaah memakai sarung kopiah. Anak gadis menjumput lipatan mukena putih dari atas meja. Bapak-bapak membuka pintu rumah menuju meunasah. Ibu-ibu membimbing anak kecilnya bangun shalat berjamaah. “Ashsholaatu khoirum minan naum!” (Liye, 2011:1)
Dari kutipan diatas sangat terlihat bahwa shalat merupakan wujud ibadah yang mana diwajibkan untuk semua orang muslim baik tua ataupun muda bahkan dikala sehat ataupun sakit. Allah memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka beribadah bukan berati Allah membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah 22
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Siti Zulaicha
yang yang membutuhkannya. Karena ketergantungan mereka kepada Allah. Barang siapa yang menolak beribadah kepada-Nya, tetapi melenceng dari garis syariatnya ia adalah bidah sedangkan jika sebaliknya, maka ia akan dikatakan mukmin muwahhid (yang mengesakan Allah). Ibadah adalah perkara tauqifiyyah maka dari itu, ibadah merupakan sarana yang tepat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Begitu pula apa yang dilakukan oleh warga Lhok Nga yang merupakan salah satu nama desa kecil di tepi pantai Aceh. Aceh merupakan penduduk yang didominasi menganut agama islam paling banyak maka tidak salah jika Aceh dijuluki dengan “Serambi Mekah” maka tak heran jika subuh itu mereka nampak melaksanakan ibadah shalat. b.
Cinta dan Ridho Cinta adalah kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati
yang menyebabkan seseorang terpaut hatinya kepada apa yang dicintainya dengan penuh semangat dan rasa kasih sayang. Cinta dengan pengertian demikian sudah merupakan fitrah yang dimiliki setiap orang. Islam tidak hanya mengakui keberadaan cinta itu pada diri manusia, tetapi juga mengaturnya sehingga terwujud dengan mulia. Bagi seorang mukmin, cinta pertama dan yang utama sekali diberikan kepada Allah SWT. Sebagaimana Allah SWT berfirman: “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah”. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
23
Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye
kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat siksaan-Nya. Konsekuensi cinta kepada Allah SWT adalah mengikuti semua yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Cinta kepada Allah SWT itu bersumber dari iman. Semakin tebal iman seseorang semakin tinggi cintanya kepada Allah. Bahkan bila disebut nama Allah, hatinya akan bergetar. “U-m-mi…” “Ya,ada apa,Sayang ?” “Delisa…D-e-l-i-s-a cinta Ummi …Delisa c-i-n-t-a Ummi karena Allah!” Ia pelan sekali mengatakan itu. Kalah oleh desau angin pagi Lhok Nga yang menyelisik kisi-kisi kamat tengah. Tetapi suara itu bertenaga tapi menggetarkan hati, terdengar jelas di telinga kanan Ummi. Kalimat yang bisa meruntuhkan tembok hati. Ummi Salamah terpana. Ya Allah ,kalimat itu sungguh indah.Ya Allah …kalimat itu membuat hatinya leleh seketika . Delisa cinta Ummi karena Allah tasbih Ummi terlepas.Matanya berkaca-kaca.Ya Allah,apa yang barusan dikatakan bungsungnya ? Ya Allah dari mana Delisa dapat ide untuk mengatakan kalimat seindah itu. Tangan Ummi sudah gemetar menjulur merengkuh tubuh Delisa (Liye, 2011:6). Dari kutipan diatas terlihat bahwa Delisa gadis kecil berusia enam tahun akan tetapi mampu mengeluarkan kata-kata yang indah. Walaupun sebenarnya kata-kata itu merupakan ajaran ustadz Rahman guru ngajinya akan tetapi kita dapat mengambil contoh bahwa berahklaq kepada Allah SWT salah satunya adalah mencintai sesuatu hal hanya karena Allah semata.
24
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Siti Zulaicha
Manusia yang paling bahagia di akhirat adalah yang paling kuat kecintaannnya kepada Allah SWT semata. Menurutnya, ar-ru‟yah (melihat Allah) merupakan puncak kebahagiaan dan kesenangan. Bahkan, kenikmatan surga tidak ada artinya. Mencintai Allah tidak sebatas melakukan ibadah mahdah saja, akan tetapi meliputi ibadah sosial, termasuk mu‟amalah. Jadi, cinta kepada Allah bisa diwujudkan dalam bentuk cinta kepada manusia seperti kepada ibu, bapak ataupun saudara kita yang lainnya. Jika dengan Umi ia hanya berkata demi hadiah coklat berbeda ketika ia berkata pada Abi. Hal ini terlihat pada halaman lain: “A-b-i,,,” delisa berkata lemah. Tersendat. Ia ingin menangis lagi. Abi menoleh, menghentikan ayunannya, menatap wajah bungsunyayang begitu dekat dengan mukanya.“Abi...A-b-i.. D-el-i-s-a c-i-n-t-a abi karena Allah!” kalimat itu meluncur saja dari mulut Delisa. Meluncur dari hati Delisa tanpa tertahankan. Tercipta tanpa mengharapkan sebatang coklat dan cukup menghancurkan tembok hati (Liye, 2011:195). Sejalan dengan cinta, seorang Muslim haruslah dapat bersikap ridha dengan segala aturan dan keputusan Allah SWT. Artinya dia harus dapat menerima dengan sepenuh hati, tanpa penolakan sedikitpun, segala sesuatu yang datang dari Allah SWT dan Rasul-Nya. Dengan keyakinan seperti ini dia juga akan rela menerima segala qadha dan qadar Allah terhadap dirinya. Dia akan bersyukur atas segala kenikmatan, dan akan bersabar atas segala cobaan. Demikianlah sikap cinta dan ridha terhadap Allah SWT. Dengan cinta kita mengharapkan ridha-Nya. Berbahagialah orang yang dapat mencintai Allah dengan sebenar-benarnya cinta. Dalam hapalan shalat
MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
25
Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye
Delisa cinta pada Allah benar-benar ia tunjukkan. Seperti kutipan dibawah ini: Bagi Delisa kehidupan mudah kembali. Bagi Delisa semua ini sudah berlalu. Bagi Delisa semua ini sudah berlalu. Bagi Delisa hari lalu sudah tutup buku. Ia siap meneruskan kehidupan. Tak ada yang perlu dicemaskan. Tak ada yang perlu ditakutkan. Delisa siap menyambung kehidupan; meski sedikitpun ia belum mengerti apa itu hakikat hidup dan kehidupan (Liye, 2011:157). Dari kutipan cerita diatas menjelaskan bahwa Delisa kecil sudah mulai menerima apa yang telah terjadi. Ia sudah menerima apa kehendak Allah dan menerima kenyataan bahwa ia harus kehilangan kedua orang tuanya yaitu Ummi dan Abi, Fatimah, Aisyah dan Zahra saudaranya. Awalnya ia sangat sedih karena bencana tersebut merebut semua yang ia miliki akan tetapi setelah lambatlaun ia sadar bahwa Allah masih sayang padanya karena ia masih punya Abi yang sangat baik hati. Sikap ridha merupakan hal sangat penting karena sifat ini menunjukkan bukti seseorang mengimani rukun iman yang ke-6, yaitu percaya pada takdir Allah SWT. Ibu-ibu di sebelah ranjang Delisa mengucap salam. Shalat malamnya usai. Tahajud-nya sudah selesai. Ia menangis tersedan. Tak ada yang bisa mengembalikan waktu!. Tidak ada yang bisa memutar ulang nasib,hidup dan kehidupan.Ibu-ibu itu setelah sekian lama, tangisnya mareda, menghela nafas dalam (Liye, 2011:127). Kutipan diatas menjelaskan bahwa ibu-ibu korban tsunami juga sudah mulai menerima dengan bencana yang telah terjadi. Pada awalnya korban yang masih hidup pasti sangat berat karena, mereka sudah tidak punya apa-apa lagi jangankan harta keluargapun mereka tidak punya karena sangat kecil kenungkinan keluarga mereka salamat. Akan tetapi 26
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Siti Zulaicha
seiring berjalannya waktu mereka di tenda pengungsian korban-korban yang masih selamat mulai menata kehidupan mereka lagi. Tak hentihentinya mereka menangis atas apa yang terjadi. Akan tetapi jawaban atas semua masalah yang mereka hadapi hanyalah Allah SWT yakni dzat yang maha berkehendak. c.
Ikhlas Secara etimologis ikhlash (Bahasa Arab) berakar dari kata
khalasha dengan arti bersih, jernih, murni; tidak bercampur. Ikhlas yakni dimaksud dengan beramal semata-mata mengharapkan ridha Allah SWT. Dalam bahasa populernya ikhlas adalah berbuat tanpa pamrih, hanya semata-mata mengharapkan ridha Allah SWT. Hal ini dapat dijelaskan atas tiga unsur yakni: 1) Niat Ikhlas Dalam Islam faktor niat sangat penting. Apa saja seorang Muslim haruslah berdasarkan niat mencari ridha Allah SWT, bukan berdasarkan motivasi lain. Sepanjang mengaji, Delisa juga tak sabar menunggu pengajian TPA-nya usai; bahkan tidak memperhatikan banyak saat Ustadz Rahman sibuk bercerita tentang ikhlas dan tulus . Iklas dan tulus? Ah, delisa tidak mendengarkan. Ia sibuk membayangkan hadiah yang akan ia dapat (Liye, 2011:57). Jika kita akan melakukan sesuatu hendaknya disertai dengan niat yang ikhlas yakni tidak mengharapkan sesuatu balasan apapun kecuali hanya ridha Allah SWT, Allah akan mengganjar kita dengan pahala akan tetapi, Delisa justru hanya mengharapkan kalung untuk hadiah bacaan shalatnya dan mengharapkan sebatang coklat dengan membohongi uminya, tentunya hal semacam ini sangat tidak benar karena ridha Allah juga merupakan ridha orang tua sehinga bersikaplah dengan baik MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
27
Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye
terhadap orang tua dan janganlah kita melakukan pekerjaan hanya demi mengharapkan sesuatu. 2) Beramal dengan Sebaik-baiknya Niat yang ikhlas harus diikuti dengan amal yang sebaik-baiknya. Seorang muslim yang mengaku ikhlas melakukan sesuatu harus membuktikannya dengan melakukan perbuatan itu sebaik baiknya. Seperti pada kutipan berikut ini: “Dan penjelasan itu ternyata betul-betul dimasukkan dalam hati oleh Delisa esok sorenya, saat ia main lagi dengan temantemannya di lapangan pasir tersebut, Delisa dengan “ihklas” menjadi kiper” (Liye, 2011: 175). Pada awalnya Delisa tidak mau bermain bola karena ia selalu hanya menjadi kiper. Walupun seorang perempuan nia memang sangat suka bermain bola. Baginya menjadi kiper membosankan karena ia tiak bisa menjadi penyerang. Akan tetapi dengan nasihat abinya Delisa akhirnya menerima menjadi pemain dengan posisi apapun. 3) Pemanfaatan Hasil dengan Tepat “Sungguh Delisa tidak mengerti apa maksud penjelasan kak Ubai. Bukankah Delisa sudah ihklas menghapal bacaan shalatnya. Tidak ada paksaan sama sekali. Delisa juga sudah tulus menghapal bacaan shalat itu” (Liye, 2011: 246). Dalam kutipan diatas menunjukkan bahwa Delisa sudah mulai belajar mengerti apa makna ihklas itu. Dan buah keihklasan itu pasti ada. Seperti menyangkut pemanfaatan hasil yang diperoleh, misalnya menuntut ilmu. Setelah seorang muslim berhasil melalui dua tahap keikhlasan, yaitu niat ikhlas karena Allah SWT dan belajar dengan rajin, tekun, dan disiplin, maka setelah berhasil mendapatkan ilmu tersebut, maka bagaimana dia memanfaatkan ilmunya dengan tepat. Hanya dengan 28
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Siti Zulaicha
keikhlasanlah semua amal ibadah akan diterima oleh Allah SWT. Rasulullah
SAW
bersabda,
yang
artinya:
“Selamatlah
para
mukhlisin.Yaitu orang-orang yang bila hadir tidak dikenal, bila tidak hadir tidak dicari-cari. Mereka pelita hidayah, mereka selalu selamat dari fitnah kegelapan…” Seorang mukhlis tidak akan pernah sombong kalau berhasil, tidak putus asa kalau gagal. Tidak lupa diri menerima pujian dan tidak mundur dengan cacian. Sebab dia hanya berbuat semata-mata mencari keridhaan Allah SWT. Lawan dari ikhlas adalah riya. Yaitu melakukan sesuatu bukan karena Allah, tapi karena ingin dipuji atau karena pamrih lainnya. Seorang yang riya adalah orang yang ingin memperlihatkan kepada orang lain kebaikan yang dilakukannya. Sifat riya adalah sifat orang munafik. Rasulullah SAW menamai riya dengan syirik kecil. Riya atau syirik kecil akan menghapus amalan seseorang. Dalam sebuah hadist yang panjang Rasulullah saw menggambarkan bahwa di akhirat nanti ada beberapa orang yang dicap oleh Allah SWT sebagai pendusta, ada yang mengaku berperang pada jalan Allah hingga mati syahid, padahal dia berperang hanya karena ingin dikenal sebagai seorang pemberani; ada yang mengaku mendermakan hartanya untuk mencari ridha Allah SWT, padahal dia hanya ingin disebut dermawan; dan sebagainya. Amalan semua orang itu ditolak Allah SWT dan mereka dimasukkan neraka dan menyebabkan seseorang tidak tahan menghadapi tantangan dan hambatan dalam beramal. Dia akan cepat mundur dan patah semangat apabila ternyata tidak ada yang memujinya. Dia akan cepat kehabisan stamina; nafasnya tidak panjang dalam berjuang. Sebaliknya bila menerima pujian dan sanjungan dia akan cepat sombong dan lupa diri. Kedua hal tersebut jelas sangat merugikannya. Berbeda dengan orang ikhlas, tidak terbuai MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
29
Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye
dengan pujian dan tidak patah semangat dengan kritikan. Staminanya beramal dan berjuang sangat kuat. Nafasnya panjang. Dan lebih dari itu, dia senantiasa diridhai oleh Allah. d.
Khauf dan Raja‟ Khauf adalah kegalauan hati membayangkan sesuatu yang tidak
disukai yang akan menimpanya, atau membayangkan hilangnya sesuatu yang disukainya. Dalam Islam rasa takut harus bersumber kepada Allah. Karena hanya Allah SWT yang berhak ditakuti. “ Aisyah hanya diam.Ummi kan pernah bilang, sayang... jangan pernah lihat hadiah dari bentuknya,tapi lihat niatnya ...Abi kan juga sering bilang- Kalau kamu lihat hadiah dari niatnya, insyaAllah hadiahnya terasa lebih indah...Ah iya, bukankah Ustadz Rahman juga pernah bilang: kita belajar shalat itu hadiah nggak sebanding dengann kalung... Hadiahnya sebanding dengan surga...” (Liye ,2011:33). Pada bait diatas dijelaskan bahwa Aisyah yang takut kalau kalung Delisa lebih baik dibandingkan kalung miliknya. Selain itu ia juga memiliki kegaulauan hati jika tidak dipinjami sepeda adiknya Delisa seperti berikut: Aisyah mengangkat hidung dan bibirnya. Berpikir. Me-nyeringai. Tetapi bagaimana kalau Delisa tidak mau meminjami sepedanya?.”Kak aisyah, tenang saja. Nanti Delisa kasih kasih pinjam,deh!”Delisa sudah berseru duluan. Seperti sudah besar gayanya (Liye, 2011:34). Kedua sifat diatas tentunya merupakan sifat yang tidak baik. Orang yang sering galau dan takut kehilangan apa yang dimiliki akan menjadikan hati tidak tentram. Ia akan merasa takut jika apa yang sudah ia miliki hilang. Bahkan sifat ini dapat menjadikan seseorang menjadi kufur nikmat. Allah tidak akan senang jika melihat hambanya takut 30
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Siti Zulaicha
kehilangan apa yang telah ia miliki. Dan tidak seharusnya Aisyah sebagai kakak Delisa bersikap demikian. Karena dia mengenal Allah SWT (ma‟rifatullah). Takut seperti ini dinamai khauf al‟ Arifin. Semakin sempurna pengenalannya terhadap Allah semakin bertambah takutnya. Rasullullah saw adalah hamba Allah yang paling mengenal-Nya, oleh sebab itu beliaulah orang yang paling takut terhadap Allah dibandingkan siapapun. Beliau besabda: “Sesungguhnya aku orang yang paling mengenal Allah di antara kalian, diantara kalian dan aku pulalah yang paling takut di antara kaliankepada-Nya”(HR.Tirmidzi). Selain itu dosa-dosa yang dilakukannya, karena takut azab Allah SWT. Seharusnya Aisyah haruslah berani menyatakan kebenaran, dan memberantas kemungkaran secara tegas tanpa harus takut pada makhluk yang menghalanginya. Keberanian seperti itulah yang dimiliki oleh para Rasul dalam penyampaian ajaran Allah. Menyadarkan manusia untuk tidak meneruskan kemaksiatan yang telah dilakukannya serta menjauhkannya dari segala macam bentuk kefasikan dan hal-hal yang diharamkan oleh Allah. Orang yang yang takut kepada Allah bukanlah orang yang bercucuran air matanya lalu ia mengusapnya, melainkan orang yang takut kepada Allah ialah orang yang meninggalkan segala sesuatu perbuatan yang ia takuti hukumnya. Raja‟ adalah memautkan hati kepada sesuatu yang disukai pada masa yang akan datang. Raja‟ harus didahului dengan usaha yang sungguh-sungguh. Harapan tanpa usaha namanya omong kosong dan seseorang haruslah memiliki cita-cita mendatang. Seorang mukmin haruslah bersikap raja‟, berbuat amal saleh semata-mata untuk mengharap ridha Allah. Bila menyadari akan MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
31
Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye
kesalahan segeralah bertaubat dan meminta maaf pada-nya, janganlah berputus asa untuk mencari rahmat serta ridha-Nya, karena sifat putus asa merupakan sikap-sikap orang kafir: “ Nah,kalau bukan untuk kalung,kamu nggak sepantasnya cemburu dengan hadiah adikmu, kan? Ah iya,besok-lusa kita kan bisa ketempat Koh Acan lagi, masing-masing nanti belu huruf untuk kalungnya...F untuk Fatimah.Z untuk Zahra dan A untuk Aisyah-“ (Liye, 2011:34). Pada kutipan diatas dijelaskan bahwa setelah Aisyah cemburu karena takut Delisa adiknya dibelikan kalung lebih bagus darinya ia kemudian marah pada adiknya . akan tetapi, dengan bujukkan Umminya akhirnya ia sudah tidak marah karena ia juga berharap mendapat kalung yang sama seperti milik adiknya setidaknya liontin berbentuk huruf A untuk Aisyah. Seseorang hendaknya boleh bersikap raja‟ atau mengharapkan sesuatu akan tetapi, haruslah disertai dengan usaha yang sungguhsungguh. Delisa pun juga demikian ia sangat sulit menghapal bacaan shalat dan masih sering kebolak-balik yang ada akhirnya gadis kecil ini berharap dapat segera memakai kalung hadiah hapalan shalatnya. Kauf dan raja‟ harus berlangsung sejalan dan seimbang dalam diri seorang Muslim. Kalau hanya membayangkan azab Allah seseorang akan berputus asa untuk dapat masuk surga, sebaliknya bila hanya membayangkan rahmat Allah semua merasa masuk surga. Rasullulah SAW bersabda “Kalau seorang mukin mengetahui siksaan yang ada di sisi Allah maka tidak seorang pun dapat berharap masuk surga. Dan jika orang kafir mengetahui rahmat yang ada di sisi Allah tidak seorang pun berputus asa untuk msuk surga.” (HR. Muslimin).
32
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Siti Zulaicha
e.
Tawakal Tawakkal merupakan kesungguhan hati dalam bersandar kepada
Allah Ta‟ala untuk mendapatkan kemaslahatan serta mencegah bahaya, baik menyangkut urusan dunia maupun akhirat. Tawakkal juga bearti membebaskan hati dari segala ketergantungan kepada selain Allah dan menyerahkan keputusan segala sesuatu kepada-Nya. Allah Ta‟ala berfirman yang artinya, “Dan barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan jadikan baginya jalan keluar dan memberi rizqi dari arah yang tiada ia sangka-sangka, dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, maka Dia itu cukup baginya.” (At-Tholaq :2-3). f.
Syukur Suatu sikap atau perilaku memuji, berterima kasih dan merasa
berhutang budi kepada Allah atas karunia-Nya, bahagia atas karunia tersebut dan mencintai-Nya dengan melaksanakan ketaatan kepada-Nya. Syukur adalah salah satu sifat yang merupakan hasil refleksi dari sikap tawakal. ”Abi jatuh terduduk. memujiMu. Sujud syukur. Matanya basah. Abi tadi takut sekali. Semua kenangan itu kembali saat dia duduk berdiam dilorong sepi ini. Abi gentar sekali . Sedikitpun tidak bisa membayangkan apa yang akan ia lakukan jika delisa pergi setelah semua sudah amat menyakitkan. Sungguh akan semakin menyakitkan jika bungsunya juga ikut pergi. Abi lirih mengucap syukur. Ubai tersenyum tipis meraih bahu abi. Membantu berdiri (Liye, 2011:230). g.
Taubat Taubat berakar dari kata tâba yang berarti kembali. Orang yang
bertaubat kepada Allah SWT adalah orang yang kembali dari sesuatu menuju sesuatu; kembali dari sifat-sifat yang tercela menuju sifat-sifat
MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
33
Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye
yang terpuji, kembali dari larangan Allah menuju perintah-Nya, kembali dari maksiat menuju taat, kembali dari segala yang dibenci Allah menuju yang diridhai-Nya, kembali dari saling yang bertentangan menuju ke yang saling menyenangkan, kembali kepada Allah setelah meninggalkaNya dan kembali taat setelah menentang-Nya. Sebagaimana kutipan pada HSD berikut ini: Ya Allah, tubuh itu bercahaya. Berkilau-menakjubkan. Lihatlah! Lebih indah dari tujuh pelangi dijadikan satu (Liye, 2011:108). Esok shubuh. Prajurit Smith akan mendatangi ruangan mushala yang terdapat di kapal induk itu. Patah-patah dibimbing Sersan Ahmed mengambil air wudhu. Lantas bergetar menahan tangis mengucap shahadat. Esok pagi prajurit Smith memutuskan untuk menjalani hidup baru. Bukan soal pilihan agamanya-karena itu datang memanggilnya begitu saja, tetapi lebih karena soal bagaimana ia menyikapi kehilangan selama ini. Penerimaan yang tulus.(Liye, 2011:114).
2.
Ahklaq Terhadap Diri Sendiri
a.
Shidiq Shidiq (ash sidqu) artinya benar atau jujur, lawan dari dusra atau
bohong (al-kazib); seorang muslim dituntut selalu berada dalam keaadaan benar lahir dan batin; benar hati (shidq al-qalb),benar perkataan (shidq al-amal). Antara hati dan perkataan harus sama, tidak boleh berbeda, apalagi antara perkataan dengan perbuatan. Benar hati, apabila hati dihiasi dengan iman kepada Allah SWT dan bersih dari segala macam penyakit. Benar perkataan, apabila semua yang diucapkan adalah kebenaran bukan kebatilan. Dan benar perbuatan ,apabila semua yang dilakukan sesuai dengan syari‟at Islam. 34
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Siti Zulaicha
Rasullulah SAW memerintahkan semua muslim untuk selalu shidiq, karena sifat shidiq membawa kepada kebaikan dan kebaikan akan mengantar ke surga. Sebaliknya beliau melarang umatnya berbohong, karena kebohongan akan membawa kepada kejahatan dan kejahatan akan berakhir di neraka. Kita sebagai orang yang beriman harus bersifat jujur dan orang yang tidak mau berkata jujur maka ia termasuk sebagai orang pembohong. Seperti apa yang dilakukan delisa yang mana telah berbohong pada Ummi dan kakak-kakaknya bahwa coklat yang ia dapat karena hadiah ia pintar padahal ia mendapat coklat itu dari perintah ustadznya bahwa bagi siapa yang mampu bilang “cinta Ummi “ karena Allah hingga nenangis maka ia akan mendapat coklat sebagai berikut: Urusan cokelat sebenarnya tidak terlalu membebani Delisa lagi. Ia sudah mengaku kepada Kak Aisyah, Kak Zahra, dan Kak Fatimah. Ia memberikan pengakuan sendirian. Datang kepemakaman massal. Menggurat nama-nama kakaknya. Meletakkan tiga tangkai bunga mawar biru. Lantas terbata mengaku soal tersebut. Itu kebiasaan Delisa Delisa belakangan ini. Setiap minggu pagi pergi ke pemakaman massal. Minta maaf dengan sungguh-sungguh. Berjanji tidak akan berbohong lagi (Liye, 2011:184-185).
b.
Amanah Amanah artinya dapat dipercaya, seakar dengan kata iman.
Semakin menipis keimanan seseorang semakin pudar pula sifat amanah pada dirinya. Antara keduanya terdapat kaitan yang sangat erat sekali. Rasullulah bersabda:
MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
35
Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye
“Tidak sempurna iman seseorang yasng tidak amanah,dan tidak (sempurna) agama orang yang tidak menunaikan janji.”(HR.Ahmad) Amanah dalam arti sempit adalah memelihara titipan dan mengembalikannya kepada pemiliknya dalam bentuk semula. sedangkan dalam bentulk luas amanah mencakup banyak hal dan amanah taklif merupakan amanah yang paling besar. Ya Allah, amanah itu berat sekali. Dia harus menjadi Abi, Ummi, kakak, sekaligus teman untuk Delisa. Jangankan untuk urusan yang lebih rumut, soal memasakkan makanan yang halal dan Thayib-pun dia tidak bisa. Makanan yang thayib ya Allah! Dan dia tak kunjung bisa berdamai dengan semua perasaan kehilangan ini. Tak kunjung bisa melupakan semuanya. Lemah. Hatinya Lemah sekali. Seiring tertelungkup mengadu kepadaMu. Mengadu semua penderitaan yang tak kunjung berubah menjadi angin sejuk (Liye, 2011:192). c.
Istiqomah Secara etimologis, istiqomah berasal dari kata istaqama-
yastaqimu ,yang bearti tegak lurus (al- Munjid,1986:663). Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 34:1990) diartikan sebagai sikap teguh pendirian. Dalam termilogi akhlaq, istiqamah dapat dikatakan sebagai sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan. Seperti ayat dibawah ini: Artinya: ”katakanlah: Saya beriman kepada Allah, kemudian istiqamahlah!”(HR. Muslim). “Ummi, Delisa ingin ikut!” Ummi Tiur beranjak duduk, lembut mengelap air mata Delisa. Mencium kening Delisa penuh makna. Berbisik lemah “ Delisa harus tinggal, sayang...” Delisa mau ikut! Delisa harus 36
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Siti Zulaicha
menyelesaikan salat itu sayang...Delisa ingin ikut Delisa tidak mau sendirian (Liye,2011:88). Dalam kutipan itu juga dijelaskan bahwa Delisa sering bermimpi bertemu dengan kakak-kakaknya, Tiur temannya dan ummi Tiur seta Bu guru Nur. Akan tetapi hampir semuanya mengatakan agar Delisa mau meneruskan hapalan shalatnya, Delisa seperti harus menuntaskan apa yang selama ini diamanahkan padanya yaitu menyelesaikan bacaan shalatnya karena sempat tertunda akibat bencana tsunami. d.
Iffah Secara etimologi, iffah adalah bentuk masdar dari affa-
ya‟iffu;iffah yang bearti menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik. Dan juga bearti kesucian tubuh (Munawwir, 1984:186). Secara terminologi, iffah adalah memelihara kehormatan diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak, dan menjatuhkannya. e.
Mujahadah Menurut Raid abdul Hadi dalam bukunya yang berjudul
“mamarat al-haq”, berasal dari kata jahada-yujahidu-mujahadajihad yang berarti mencurahkan segala kemampuan (badzlu al-wus‟i) (alMunjid:106). Dalam segala kemampuan untuk melepaskan dalam konteks ahklaq, mujahadah adalah mencurahkan segala kemampuan untuk melepaskan diri dari segala hal yang menghambat pendekatan diri terhadap Allah SWT, baik hambatan yang bersifat internal maupun eksternal. Untuk itu diperlukan perjuangan yang sungguh-sungguh yang mana disebut mujahadah SWT.
MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
37
Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye
Dan
dari
sebagian
hambaMu
ada
yang
tetap
terjaga
mengingatmu... bersimpuh mengadu kepadaMu. Wahai yang paling berhak menerima tumpahan air mata. Meminta petunjuk padaMu ,wahai yang memiliki pertanda. Meminta penjelasan padaMu,wahai yang memiliki rahasia langit,bumi dan diantara kedua-duanya (Liye, 2011:191) f.
Syaja’ah Syaja‟ah artinya berani, bukan berani dalam arti siap menantang
siapa saja tanpa mempedulikan apakah dia berada di pihak yang benar atau yang salah, akan tetapi berani yang berlandaskan kebenaran yang dilakukan dengan penuh pertimbangan. Keberanian tidaklah ditentukan oleh kekuatan fisik akan tetapi kekuatan hati dan pikiran. Delisa sudah lelah menangis. Air matanya sudah habis sepanjang hari. Tujuh hari tujuh malam ia terkapar. Ia tidak takut lagi menatap sepinya kota. Tidak takut lagi menatap gelapnya malam. Bahkan Delisa tidak peduli dengan hujan deras yang turun tiap malam. Mengeriputkan badan kecilnya (Liye, 2011:101). g.
Malu Malu (al-haya‟) adalah sifat atau perasaan yang menimbulkan
keengganan melakukan sesuatu yang rendah atau tidak baik. Orang yang memiliki rasa malu,apabila melakukan hal yang tidak patut rendah atau tidak baik dia akan terlihat gugup atau mukanya merah. Sebaliknya orang yang tidak punya rasa malu, akan melakukannya dengan tenang tanpa ada rasa gugup sedikitpun. h.
Sabar Secara etimologis, sabar (ash-shabr) bearti menahan dan
mengekang. Sabar juga wujud dari akhlak mulia terhadap diri sendiri.
38
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Siti Zulaicha
Sabar berarti menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharap ridho dari Allah Swt (al-Qardlawi, 1989: 8). Sabar adalah suatu kondisi mental dalam mengendalikan nafsu yang tumbuhnya atas dorongan ajaran agama. Dengan kata lain, sabar ialah tetap tegaknya dorongan agama berhadapan dengan dorongan hawa nafsu. “Sabar...anakku! Allah akan membalas semua kesabaran dengan pahala yang besar!”(Liye, 2011:156). i.
Pemaaf Pemaaf adalah sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan
orang lain tanpa ada sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk membalas. Alam bahasa Arab sifat pemarah tersebut disebut dengan alafwu yang secara etimologis bearti kelebihan atau yang berlebih. Yang berlebih seharusnya diberikan agar keluar. Dari pengertian mengeluarkan yang berlebih itu , kata al-af”wu kemudian berkembang maknanya menjadi dihapus. Dalam konteks bahasa ini memaafkan bearti menghapus luka atau bekas-bekas luka yang ada di dalam hati. Mengaku ke kakak-kakaknya soal kenakalan Umam selama itu, yang membuat mereka berenam akhirnya dimarahi semalama. Mengaku ke kakak-kakaknya soal kenakalan Umam selama ini. Dia merobek buku Kak Tiro. Sengaja memecahkan tugas keramik Kak Umar. Mengembosi ban motor Kak Pasat. Ya, dia bisa mengaku banyak hal disini. Dan kakak-kakaknya pasti akan mendengar. Memaafkannya (Liye, 2011:218). 3.
Ahklaq Terhadap Keluarga
a.
Hak, Kewajiban dan Kasih Sayang Suami Isteri Salah satu tujuan perkawinan dalam Islam adalah untuk mencari
ketentraman atau sakinah. Selain itu yang berperan membuat keluarga menjadi sakinah ada dua factor, pertama mawaddah, kedua rahmah. MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
39
Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye
Dalam bahasa Indonesia padanan kedua kata itu adalah kasih factor sebagaimana terlihat dalam terjemahan ayat di atas. Tapi kalau ada yang bertanya apa beda antara kasih mungkin tidak semua kita bisa dengan tepat dan cepat bisa menjelaskannya. Menurut hemat penulis-merujuk beberapa sumber-mawaddah, lahir dari sesuatu yang bersifat jasmani (kecantikan, kegagahan), sedangkan rahmah lahir dari sesuatu yang bersifat rohani (berhubungan batin). b.
Hak-hak Bersama Suami Isteri Dalam hubungan suami isteri di samping hak masing-masing ada
juga hak bersama yaitu (1) hak tamattu‟ badani (menikmati hubungan sebadan dan segala kesenangan badani lainnya), (2) hak saling mewarisi (3) hak nasab anak dan (4) hak muasyarah bi al ma‟ruf (saling menyenang dan membahagiakan). Seperti contoh kutipan dibawah ini: “Assalammu‟alaikum...” Meski barusan habis menatap tajam Aisyah, suara Ummi terdengar sumringah sekali ketika mengangkat telepon itu. Seperti biasa kalau berbicara lewat telepon dengan Abi, Ummi hanya tersipu, lantas menjawab lembut”tapi Abikan di sana bisa merasakan kalau Ummi sedang tersenyum, sayang...Ah Delisa nanti kalau kamu sudah besar kamu bakal tahu. Istri yang baik selalu bersikap sungguh-sungguh melayani suaminya... Liye,2011:29). 4.
Birul Walidain Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa Allah SWT
menempatkan perintah untuk birrul walidain langsung sesudah perintah untuk beribadah kepada-nya, maka sebaliknya Allah SWT pun menempatkan uququl walidain sebagai dosa besar yang menempati ranking mendurhakai kedua orang tua. Istilah inipun berasal langsung dari Rasulullah saw sebagaimana disebutkan dalam salah satu hadits. 40
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Siti Zulaicha
Dosa-dosa besar adalah: mempersekutukan Allah, durhaka kepad kedua orang tua, membunuh orang dan sumpah palsu” (HR. Bukhari). Durhaka kepada kedua orang tua adalah dosa besar yang sangat dibenci oleh Allah swt, sehingga azabnya disegerakan Allah di dunia ini. Semua dosa-dosa diundurkan oleh Allah (azabnya) sampai waktu yang dikehendaki-Nya kecuali durhaka kepada kedua orang tua, maka sesungguhnya Allah menyegerakan (azabnya) untuk pelakunya di waktu hidup di dunia ini sebelum dia meninggal. Ummi sedang mengaji; mengajari Cut Aisyah dan Cut Zahra. Sedangkan Fatimah membaca Al-Quran sendiri. Tidak lagi diajari Ummi. Ah, kak Fatimah bahkan setahun terakhir sudah khatam dua kali. Ini jadwal rutin mereka setiap habis shubuh. Belajar ngaji dengan Ummi, meskipun juga belajar ngaji TPA dengan Ustadz Rahman di Meunasah (Liye, 2011:5). . B. Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Ahklaq dalam Novel HSD di Era Globalisasi Saat Ini Pada dasarnya pendidikan ahklaq sangatlah penting dalam kehidupan. Era globalisasi yang ada dihadapan saat ini tidak dapat dihindari. Dalam bidang sosial, pengaruh globalisasi semakin merusak nilai-nilai kemanusiaan. Dengan situasi ini,muncul segala sesuatu yang bersifat global harus disesuaikan dengan keinginan negara. Globalisasi memberi peluang dan fasilitas yang luar biasa bagi siapa saja. Pendidikan ahklaq juga penting sebagai pondasi awal penanaman nilai kepada penerus bangsa. Bahkan pendidikan karakter yang sudah dicanangkan menunjukkan bahwa pendidikan ahklaq penting bagi dunia pendidikan sebagai langkah dalam menanggulangi adanya dekadesi moral. Nilai-nilai karakter juga hampir mirip dengan ruang lingkup pendidikan ahklaq. Seperi nilai-nilai perilaku manusia dalam MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
41
Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye
hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan Salah satu contoh nilai karakter dalam hubungan dengan tuhan adalah nilai religius dengan kata lain, pikiran,perkataan dan tindakan seseorang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan atau ajaran agama. Sedang nilai karakter yang berhubungan dengan diri sendiri adalah jujur,bertanggung jawab, disiplin, kerja keras dan cinta ilmu. Melalui revitalisasi dan penekanan karakter di berbagai lembaga pendidikan, baik formal maupun non formal diharapkan bangsa Indonesia mampu menjawab berbagai tantangan dan permasalahan yang rumit dan komplek. Istilah karakter berkaitan erat dengan personality (kepribadian) seseorang, sehingga ia bisa disebut orang yang berkarakter. Tujuan pendidikan karakter yang mana saat ini sudah dimasukkan dalam kurikulum sangat berperan dalam penanaman ahklaq mulia. Melalui pendidikan karakter, diharapkan peserta didik mampu mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi ahklaq-ahklaq mulia sehingga dapat terwujud dalam kehidupan sehari-hari. Nilai pendidikan ahklaq yang termaktup dalam novel HSD tentunya merupakan salah satu contoh penyampaian penanaman nilai ahklaq yang saat ini sudah jarang kita jumpai. Tidak hanya menyuguhkan bagaimanakah mendidik seorang anak sejak kecil dengan baik akan tetapi juga menghadirkan beberapa karakter kepribadian yang luhur. Kita sering melihat bahwa saat ini anak-anak sudah mulai tidak memperhatikan pendidikan agama. Televisi dan game merupakan makanan sehari-hari dan mengesampingkan kebutuhan agama pada anak. Surau dan masjid 42
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Siti Zulaicha
sepi, para kaula muda mengumbar aurat serta orang tua tidak memperhatikan perilaku mereka dilingkungan luar. Nilai pendidikan ahklaq kepada Allah merupakan hal pertama yang perlu ditanamkan seperti shalat dan mengaji. Dalam novel HSD dijelaskan betapa Delisa sangat susah dalam menghapal bacaan shalatnya. Padahal usia anak-anak adalah usia yang tepat dalam mengasah otak serta mudahnya ilmu masuk. Akan tetapi justru saat ini anak-anak dicekoki oleh lagu-lagu dewasa dan bukan mengaji tetapi mengutamakan les musik, drum band dan lainnya. Selain hal diatas ahklaq pada diri sendiri seperti kejujuran. Tawakkal, amanah dan iffah saat ini sudah mulai pudar. Hal ini sangat terlihat dengan banyaknya pemimpin bangsa yang tidak jujur dan tidak amanah. Padahal kepercayaan sudah diberikan rakyat pada mereka. Ahklaq pada lingkungan yakni kita sebagai manusia haruslah menjaga dan merawat alam justru malah membuat alam rusak. Serta ahklaq pada keluarga yakni menghargai hak dan kewajiban suami isti, menghormati orang tua jurtru saat ini banyak pasangan yang merusak mahligai perkawinan dengan perselingkuhan dan banyak anak yang tidak menghormati orang tua justru tega membunuhnya. Disinilah pendidikan ahklaq penting bagi kehidupan manusia. Selain sebagai perisai tentu semakin meningkatnya baik ahklaq dalam berbagai aspek tetunya hal ini dapat meningkatkan moral bangsa yang berbudi luhur. Dan yakinlah Allah tidak akan memberi azab misalnya bencana, sakit serta musibah asal kita mampu menjadi orang yang bersyukur atas nikmatNya.
MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
43
Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye
“Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barang siapa yang kufur (tidak bersyukur), (sesuatu) lagi Mahamulia” (QSAn-Naml[27]:40 Terkadang ada seseorang yang dapat menjalin hubungan baik dengan Tuhannya, tetapi ia bermasalah dalam menjalin hubungan dengan sesamanya. Atau sebaliknya, ada orang yang dapat menjalin hubungan secara baik dengan sesamanya, tetapi ia mengabaikan hubungannya dengan Tuhannya. Tentu saja kedua contoh ini tidak benar. Yang seharusnya dilakukan adalah sebesar apapun dosa yang telah diperbuat anak adam, jika dilakukan secara bersamaaan namun karena kemurahanNya, Dia menyatakan diri-Nya sebagai Syakirun 'Alim (QS Al-Baqarah [2]: 158), dan Syakiran Alima (QS An-Nisa' [4]: 147), yang keduanya berarti, Maha Bersyukur lagi Maha Mengetahui, dalam arti Allah akan menganugerahkan tambahan nikmat berlipat ganda kepada makhluk yang bersyukur. Ahklaq memiliki dua sasaran : pertama, ahklaq dengan Allah. Kedua, ahklaq dengan sesama mahkluq. Oleh karena itu, tidak benar kalau masalah ahklaq hanya dikaitkan dengan masalah hubungan anatara manusia saja. Atas dasar itu, maka benar akhklaq adalah aqidah dan pohonnya adalah syariah. Ahklaq itu sudah menjadi buahnya. Buah itu akan rusak jika pohonnya rusak, dan pohonnya akan rusak jika akarnya rusak. Oleh karena itu akar, pohon,dan buah harus dipelihara dengan baik. Penulis melihat adanya implementasi ahklaq islam terhadap pilar karakter mulia yang saat ini juga menjadi acuan di sekolah-sekolah. Seperti cinta Allah, amanah, santun, kasih sayang, adil, rendah hati , percaya diri dan toleransi. Dan seluruh karakter ini juga tercermin dalam 44
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Siti Zulaicha
novel HSD. Dengan era globalisasi yang semakin maju hendaknya pesan moral yang disampaikan baik melalui media cetak maupun elektronik diharapkan mampu menjadi tauladan yang dapat mengatasi masalah dekadesi moral yang semakin berkembang.
Kesimpulan Nilai-nilai Pendidikan ahklak yang dapat dipetik dari novel Hapalan Shalat Delisa Karya Tere Liye di antaranya adalah: nilai pendidikan ahklak tehadap Allah ( shalat,dzikir, dan berdoa, kepada Allah, ihklas menerima takdir Allah, takut akan siksaan Allah, dan takut akan kehilangan rahmat Allah), nilai pendidikan ahklak pada diri sendiri atau ahklak mahmudah yaitu: (sabar, ihklas, syukur, optimis, tolong menolong, kerja keras, dan disiplin) serta ahklak madzmumah (jahil, bandel, berdusta dan pencemburu) ahklak terhadap keluarga ( hak kasih sayang suami istri, hak-hak bersama suami istri, birul walidain) serta nilai pendidikan ahklak pada lingkungan (memelihara serta merawat semua ciptaan Allah SWT dengan baik dan bencana alam yang sering terjadi sebenarnya adalah disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri).
MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
45
Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Pada Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye
Daftar Pustaka Al-Ghazali & Muhammad, Abi Hamid. 1989. Ihya „Ulum Addin. Beirut: Dar al Fikr Arikunto & Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Darwis,(multiply.com). 7 juli 2009. Hapalan shalat Delisa, diakses 9 juli 2012. Muhammad, Azmi. 2006. Pembinaan Akhlak Anak Usia Dini Pra Sekolah. Yogyakarta: Belukar Poerwadarminto. 1985. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
46
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Qumi Laila
STIMULASI KECERDASAN SPIRITUAL ANAK PADA PERIODE PENDIDIKAN PRANATAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM Qumi Laila Instansi
Abstract People in the world are provided with intelligence by the Lord, the intelligence is exactly what can make the difference between humans and other creatures. There are many kinds of intelligence that was found by experts, including three intelligence (Q), namely IQ, EQ, SQ. In general, people are more likely to pay attention to intelligence (IQ), when there is more intelligence main EQ. Along with developmental era, EQ also felt less able to provide meaning in human life, and finally found the type of supreme intelligence that is SQ or Spiritual Intelligence. Spiritual Intelligence spiritual been bestowed by God when humans are not born, but the need for stimuli that serves to maintain and develop that intelligence. The stimulation done by parents, especially the mother as the person most close and interact most with the fetus. This research discussed spiritual intelligence in Islam and how to stimulate spiritual intelligence in the perspective of Islam. It is a library research; the authors use content analysis to analyze the content of the various literature which may include books, journals, articles from the internet, and thesis. And finally this research lead to the conclusion that parents can stimulate spiritual intelligence in children who are still in the prenatal period, to perform or to practice diligently, diligently worship, reading the Qur'an, dhikr, play religious songs or sholawat to the child in the womb, noble, telling tales of the Prophet to the child in the womb. Keywords: spiritual intelligence, prenatal education, Islamic perspective Pendahuluan Manusia adalah makhluk sempurna yang dikaruniai oleh Allah seuatu kecerdasan.Dengan kecerdasan yang dimiliki, manusia dapat berfikir dan memecahkan persoalan yang dihadapinya. Dalam dunia sains
MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
47
Stimulasi Kecerdasan Spiritual Anak Pada Periode Pendidikan Pranatal Dalam Perspektif Islam
telah lama dikenal istilah Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient). IQ diperkenalkan oleh William Stern dan mejadi sebuah patokan bagi sukses atau tidaknya seseorang, padahal menurut seorang psikolog yang bernama Daniel Goleman IQ hanya menyumbangkan 5-10 % bagi kesuksesan hidup (Taufiq, 2004:15). Banyak masyarakat mengira jika seseorang memiliki IQ yang tinggi berarti dia memiliki peluang sukses yang lebih besar dari pada orang yang memiliki IQ yang lebih rendah. Padahal dalam kehidupan nyata orang yang secara akademis memiliki nilai yang tinggi dan berprestasi belum tentu mendapatkan pekerjaan yang layak yang sesuai kapabilitas mereka. Hal tersebut membuktikan bahwa orang yang ber-IQ tinggi tidak menjamin akan mendapatkan kesuksesan dalam hidupnya. Masyarakat pada umumnya masih menekankan pentingnya nilai dan makna rasional murni yang menjadi tolak ukur IQ dalam kehidupan seharihari, akan tetapi kecerdasan tidak akan berarti apa-apa bila emosi yang berkuasa (Goleman, 1997:5). Kecerdasan Emosional merupakan suatu bentuk kecerdasan dalam pengolahan emosi, menurut Daniel Goleman pencetus kecerdasan emosional, keberhasilan seseorang ditentukan oleh 20% IQ dan 80% EQ (Lutfil, 2011:95), oleh sebab itu EQ dipandang lebih penting eksistensinya dibanding dengan IQ. Selain dua kecerdasan di atas ditemukan lagi sebuah konsep kecerdasan yang tidak hanya berkutat pada ranah otak dan emosi saja, tapi lebih jauh lagi kecerdasan ini merupakan kecerdasan yang mempunyai esensi yang lebih dalam tentang makna hidup seseorang. Kecerdasan tersebut yakni kecerdasan spiritual (SQ). Kecerdasan spiritual merupakan serangkaian kecerdasan yang ada pada diri manusia, yaitu IQ, EQ, SQ. Kecerdasan spiritual adalah suatu kemampuan untuk memberikan makna spiritual 48
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Qumi Laila
terhadap
pemikiran,
perilaku
dan
kegiatan
serta
mampu
mengkombinasikan 3 kecerdasan yang lain secara komprehensif. Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan yang menyinergikan 2 kecerdasan lain secara komprehensif (Ginanjar, 2007:47). Konsep Kecerdasan spiritual atau Spiritual Quotient (SQ) pertama kali dicetuskan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall, mereka mendefinisakan kecerdasan spiritual sebagai bentuk dari kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value (Ginanjar, 2004:47). Zohar berpendapat bahwa pengenalan diri terutama kesadaran diri adalah suatu kesadaran internal otak, Zohar juga berpendapat bahwa proses yang berlangsung pada otak sendirilah tanpa pengaruh panca indra dan dunia luar yang membentuk kesadaran sejati manusia (Taufiq, 2004:27).x Dengan SQ manusia mampu memandang kehidupan dengan penuh makna, tidak sebatas ukuran materiil saja yang dicari akan tetapi kehidupan imateriil yakni kepercayaan kepada Tuhannya. Orang yang cerdas secara spiritual membentuk suatu kesadaran bahwa eksistensinya tidak terjadi begitu saja dan bukan merupakan suatu kebetulan akan tetapi dia sadar sepenuhnya bahwa eksistensinya di dunia merupakan maha karya dari sang pencipta (Taufik, 2009:37). SQ tidak terbatas hanya pada pemberian makna dalam setiap kegiatan atau perbuatan yang dilakukan oleh seseorang akan tetapi SQ adalah kemampuan memberikan makna spiritual dalam setiap apa yang dia perbuat dan yang dia kerjakan, ada suatu hubungan yang integral antara apa yang terjadi dalam kehidupan manusia dengan campur tangan yang Maha Kuasa. Pada masa modern ini banyak terjadi degradasi moral pada masyarakat, banyak terjadi kasus pembunuhan, bunuh diri, perampokan karena kemiskinan dan lain sebagainya, Hal tersebut terjadi tentunya disebabkan tidak MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
49
Stimulasi Kecerdasan Spiritual Anak Pada Periode Pendidikan Pranatal Dalam Perspektif Islam
adanya nilai spiritual yang tertanam dalam diri manusia, bukan hanya terbatas bahwa nilai spiritual itu berkaitan dengan pengetahuan seseorang terhadap suatu permasalahan agama akan tetapi jauh lebih penting nilai spiritual itu adalah tentang bagaimana seseorang memahami dan melaksanakan agama. SQ tidak dapat datang dengan begitu saja pada diri manusia akan tetapi perlu suatu proses untuk bisa cerdas secara spiritual yakni dengan pendidikan.xxxi Pendidikan sangat diperlukan untuk mengurangi dan mencegah dekadensi moral pada diri manusia. Pendidikan dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, tidak terbatas pada suatu instansi kelembagaan saja akan tetapi pendidikan juga dapat diperoleh dari lingkungan. Lingkungan pendidikan yang paling utama adalah lingkungan keluarga terutama orang tua karena orang tua mempunyai intensitas komunikasi dan interaksi yang paling banyak dengan anak atau seseorang sejak kecil sebelum mereka mengenal pendidikan dari lingkungan luar (masyarakat dan sekolah). Pendidikan dalam keluarga tidak terbatas ketika anak sudah dilahirkan ke dunia maupun setelah dia dewasa akan tetapi pendidikan sudah dapat diberikan sejak masa pranatal atau masa sebelum kelahiran anak. Penelitianpenelitian yang dilakukan oleh para ilmuan dari luar negeri menumbangkan asumsi masyarakat bahwa pendidikan hanya dapat diberikan setelah anak sudah dilahirkan. Dua orang pakar yang pertama kali mendirikan pelatihan pranatal adalah F. Rene Van De Carr dan Marc Lehrer (1999:39), melalui penelitian mereka diketahui bahwa pada periode pranatal pendidikan sudah dapat diberikan, janin yang ada dalam kandungan dapat merespon apa yang diberikan kepadanya. Dari hasil penelitian mereka diketahui bahwa anak yang pada saat dalam kandungan mendapatkan stimulasi 50
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Qumi Laila
pranatal maka setelah dia dilahirkan anak tersebut menjadi pribadi yang lebih perhatian dan memperhartikan apa yang disampaikan orang tuanya. Stimulasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk merangsang kemampuan dasar anak agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal (yundahamasah.blogspot.com).Dalam periode pranatal sangat penting memberikan stimulasi – stimulasi kepada janin, stimulasi tersebut dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung, stimulasi langsung adalah stimulasi yang dilakukan secara langsung kepada sang janin, sedangkan stimulasi tidak langsung dapat berupa berjalannya aktifitas otak yakni dengan belajar atau berfikir yang dilakukan oleh seorang ibu (Suherman & Rizki, 2010:63). Seperti apa yang disampaikan F. Rene Van De carr dan Marc Lehrer (1999:40), dalam bukunya yang telah diterjemahkan yakni Cara Baru Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan yakni sebagai berikut Banyak orang tua yang mengikuti Pendidikan Pralahir memberitahukan kepada kami bahwa dengan memberikan perhatian penuh selama dilakukannya stimulasi, sekalipun hanya dua menit atau kurang, mengajarkan pelajaran penting bagi mereka, yaitu bahwa stimulasi membuat mereka siap dan merasa senang memenuhi kebutuhan bayi mereka setelah dilahirkan. Dalam Islam, pendidikan pranatal bahkan dimulai sebelum masa kehamilan. Pendidikan pranatal sudah dapat dilakukan sejak masa prakonsepsi yaitu dalam masa dalam memilih jodoh. Seperti apa yang disabdakan oleh Rasulullah SAW:xxxiii Artinya: Dari Abi Hurairoh, dari Nabi Muhammad SAW bersabda: Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya, maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung� (HR. Ibnu Majjah) MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
51
Stimulasi Kecerdasan Spiritual Anak Pada Periode Pendidikan Pranatal Dalam Perspektif Islam
Hadits tersebut menjelaskan kepada kita untuk memilih jodoh karena agamanya. Hal tersebut lebih penting dari pada hal-hal yang lain seperti karena kecantikannya dan karena hartanya. Orang tua yang memiliki akhlak yang baik tentu akan menurunkan sifat baiknya tersebut kepada sang anak. Sebagai contoh, orang tua yang berbakti kepada orang tuanya dimungkinkan akan menurunkan sifat-sifat berbaktinya tersebut kepada anak-anak mereka melalui gen-gen yang disumbangkan. Sedangkan jika ditinjau dari segi paedagogis dan lingkungan, orang yang berbakti kepada orang tuanya tentu akan mendidik anak-anaknya untuk berbakti kepada orang tuanya juga (Munir, 2007:159). Perilaku atau tindakan yang dilakukan oleh orang tua tentu akan berpengaruh terhadap perkembangan anak yang masih berada dalam kandungan atau masih dalam masa pranatal. Perilaku yang dapat mempengaruhi hal tersebut adalah perilaku secara fisik dan psikhis (spiritual), atau perilaku jasmani dan rohani. Perilaku-perilaku tersebut dapat berakibat baik secara langsung maupun tidak langsung (Mansur, 2004:200). Ayah dan ibu memiliki peran dalam memberikan pengaruh secara genetik kepada anak. Penelitian pernah dilakukan pada sebuah keluarga di New York seperti yang dikutip dalam buku �Mendidik Anak Sejak dalam Kandungan� karya yang telah diterjemahkan yang ditulis oleh Muhammad Baqir Hujjati, penelitian dilakukan oleh Gedard terhadap seorang prajurit Amerika yang menikah dengan wanita yang lemah secara mental, keluarga tersebut menghasilkan keturunan yang kurang baik, keturunan mereka ada yang menjadi pelaku criminal, pelacur, mengalami cacat mental. Penelitian yang kedua dilakukan pada keluarga yang sama akan tetapi dari istri yang berbeda. Prajurit tersebut menikah kembali dengan wanita terhormat dan keturunan yang 52
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Qumi Laila
dihasilkan adalah keturunan yang berkualitas baik kecuali tiga orang, diantaranya menjadi dokter, hakim, guru. Jelas dari hasil penelitian ilmiah di atas bahwa kondisi kepribadian maupun kecerdasan seseorang mempunyai andil yang besar bagi terbentuknya karakter seorang anak. Tidak cukup dengan sifat luhur dan kecerdasan dari orang tua saja yang diperlukan untuk memperoleh anak yang cerdas secara spiritual perlu adanya treatmen yang harus diberikan selama anak dalam kandungan. Dalam perspektif agama Islam pendidikan pranatal adalah salah satu pendidikan yang sangat diperhatikan. Perhatian Islam terhadap pendidikan pranatal seperti halnya tentang mewajibkannya Islam kepada para suami untuk menafkahi isterinya yang mengandung walaupun sudah ditalak tiga. Nafkah suami memang telah gugur ketika sudah dijatuhkannya talak tiga akan tetapi nafkah yang diwajibkan kepada seorang suami tersebut ialah bertujuan untuk menafkahi anak yang sedang dikandung (Munir, 2007:154) Perhatian Islam
terhadap
pendidikan pranatal yang lain adalah diperbolehkannya seorang ibu yang tengah hamil untuk tidak berpuasa pada bulan Romadhon karena dikhawatirkan dapat membahayakan kondisi janin dan dapat diganti dengan membayar fidyah, selain hal tersebut Islam juga memerintahkan untuk menunda hukuman bagi wanita yang sedang hamil karena dikhawatirkan dapat membahayakan keadaan janin dalam kandungan (Munir, 2007:154) Selama periode pranatal orang tua hendaknya memberikan pendidikan tentang agama, misalnya dengan memperdengarkan ayat-ayat al-Qur’an, berzikir, sholawat dan amalan-amalan Islam lainnya sehingga nilai-nilai spiritual sudah tertanam sejak anak masih dalam kandungan dan mempelajari kitab suci al-Qur’an dengan mendalam akan MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
53
Stimulasi Kecerdasan Spiritual Anak Pada Periode Pendidikan Pranatal Dalam Perspektif Islam
mengembangkan kecerdasan spiritual pada anak (Muallifah, 2009:185). Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita temui ulama-ulama besar atau kyai-kyai pemimpin pesantren merupakan keturunan dari seseorang yang menguasai ilmu agama, juga memiliki kecerdasan secara spiritual, dan tentu saja hal tersebut akan berpengaruh terhadap keturunannya. Bertolak dari latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang tema di atas dan penulis mengangkat sebuah judul penelitian
yaitu
“METODE
STIMULASI
KECERDASAN
SPIRITUAL ANAK PADA PERIODE PENDIDIKAN PRANATAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM”
Permasalahan Berangkat dari latar belakang di atas maka penulis merumuskan beberapa rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana konsep kecerdasan spiritual dalam perspektif Islam? 2. Bagaimana metode stimulasi kecerdasan spiritual anak pada periode pendidikan pranatal dalam perspektif Islam?
Tinjauan Pustaka Untuk menghindari kemungkinan terjadi kesalahan pemahaman atau pemahaman yang berbeda dengan maksud penulis mengenai judul dari penelitian ini perlu adanya penjelasan dari beberapa istilah dari judul penelitian ini Istilah yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai berikut: A. Metode Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai yang dikehendaki (Depdiknas, tt:740) 54
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Qumi Laila
B. Stimulasi Kecerdasan Spiritual Kecerdasan Spiritual terdiri dari dua suku kata yang masingmasing mempunyai makna tersendiri yakni: 1. Kecerdasan : kesempurnaan perkembangan akal budi 2. Spiritual: berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani, batin) (Depdiknas, 2000:263)li Kecerdasan spiritual adalah pengetahuan akan kesadaran diri, makna hidup, tujuan hidup atau nilai-nilai tertinggi (Taufiq, 2009 : 4) Kecerdasan Spiritual sejati adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, tidak saja terhadap manusia tetapi juga dihadapan Allah (M. Suyanto, 2006:1) C. Anak Yang dimaksud dengan anak adalah keturunan dari ayah dan ibu. D. Periode Periode adalah masa atau waktu E. Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dan akhlak mulia (Maslikhah, 2009:130-131). F. Pranatal Pranatal adalah masa sebelum kelahiran seorang anak atau masa dalam kandungan. Pranatal dalam pandangan psikologi adalah aktivitasaktivitas manusia sebagai calon suami istri yang berkaitan dangan hal-hal sebelum melahirkan yang meliputi sikap dan tingkah laku dalam rangka
MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
55
Stimulasi Kecerdasan Spiritual Anak Pada Periode Pendidikan Pranatal Dalam Perspektif Islam
memilih pasangan hidup agar lahir anak sehat jasmani dan rohani (Mansur, 2004:17). G. Perspektif Islam Perspektif adalah pandangan atau sudut pandang ( Kamus Lengkap Bahasa Indonesia: 647). Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengatur hubungan manusia dengan Allah, dan hubungan dengan sesama manusia (Peperonity.com). Jadi yang dimaksud Perspektif Islam di sini adalah suatu masalah atau persoalan yang ditinjau dari sudut pandang Islam.
Metode Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini menggunakan metode library research yaitu suatu research kepustakaan (Hadi, 1981:9) atau penelitian yang dilakukan dengan cara menggali informasi dari literature-literatur yang dapat berupa buku, majalah, jurnal, internet dan sebagainya.
Pembahasan A. Pendidikan Pranatal dalam Perspektif Islam Manusia dipandang sebagai makhluk yang harus dididik yang disebut �homo educandum�, yang membedakan manusia dengan binatang adalah manusia tergolong sebagai �animal educabic� yaitu sebangsa binatang yang dapat dididik sedangkan binatang adalah makhluk yang hanya dapat dilakukan �dressure� yaitu dilatih untuk dapat melakukan sesuatu yang bersifat statis, sehingga fungsi dari pendidikan adalah memanusiakan manusia karena manusia tanpa pendidikan tidak dapat menjadi manusia sebenarnya (M. Arifin 1997:2122). 56
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Qumi Laila
Pendidikan yang harus diberikan peratama kali kepada anak atau obyek pendidikan adalah pendidikan keluarga, keluarga khususnya ayah dan ibu memiliki kontribusi yang besar bagi perkembangan pendidikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk merangsang kemampuan dasar anak agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal (yundahamasah.blogspot.com), sedangkan stimulasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah merangsang janin dalam kandungan supaya janin tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Kecerdasan Spiritual anak, sebelum dia memperoleh pendidikan dari milliu yang lain seperti masyarakat dan sekolah. Seperti firman Allah yang termaktub dalam Qur’an surat at-Tahrim (66:6) yaitu: ۟ ُٰ ٰٓيأَيُّ َها الَّذِينَ َءا َمن اس ً س ُك ْم َوأ َ ْه ِلي ُك ْم ن ُ ََّارا َوقُودُهَا الن َ ُوا قُ ٰٓو ۟ا أَنف ٰٓ ٰ ٌ َ ٌ َّ َّ َّللاَ َما ٰٓ أ َم َر ُه ْم َصون ُ ارة ُ َعلَ ْي َها َملئِكَة ِغ ََلظ ِشدَاد ٌ ِل يَ ْع َ َو ْال ِح َج ﴾١:َو َي ْف َعلُونَ َما يُؤْ َم ُرونَ ﴿التحريم Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. Dalam surat tersebut dijelaskan bahwa orang tua mempunyai kewajiban untuk memelihara atau menjauhkan dirinya dan keluarganya dari api neraka, yakni salah satunya dengan memberikan pendidikan agar keluarga atau anaknya bisa mengerti mana perbuatan yang baik dan yang buruk. Menurut Ahmad Tafsir (2001:74) tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak disebabkan setidaknya oleh dua hal yaitu yang pertama karena kodrat orang tua, orang tua ditakdirkan menjadi orang tua untuk anak-anaknya dengan demikian mereka ditakdirkan juga untuk bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan untuk anak-anaknya. MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
57
Stimulasi Kecerdasan Spiritual Anak Pada Periode Pendidikan Pranatal Dalam Perspektif Islam
yang kedua adalah disebabkan karena kepentingtan orang tua, yaitu orang tua berkepentingan terhadap kemajuan perkembangan anaknya. Islam mewajibkan kaumnya untuk melaksanakan pendidikan, dan pendidikan yang diberikan tidak sekedar pendidikan dari masa anak-anak sampai dewasa, akan tetapi pendidikan sudah bisa diberikan walaupun sang anak belum dilahirkan. Sejak abad 15 Islam telah mengenal konsep pendidikan seumur hidup (Life long Education) yaitu pendidikan yang dilakukan mulai dari kandungan sampai pendidikan untuk orang tua. Pendidikan pranatal dimulai bahkan sejak sebelum kehamilan sang ibu, proses pendidikan sebelum masa kehamilan tersebut meliputi, Pertama, adalah hal-hal yang bersangkutan dimulai dari masa konsepsi sampai masa kelahiran, dan yang kedua adalah yang berhubungan dengan pemilihan jodoh, karena kualitas calon ayah dan calon ibu akan berpengaruh besar pada perkembangan sang anak (Munir, 2007:151). Allah SWT telah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Baqarah (221): ۟ َو َِل ت َن ِك ُح ٌُّمؤْ ِمنَة ٌَو َْل َ َمة ِِّمن َخي ٌْر َحت َّ ٰى يُؤْ ِم َّن ت وا ِ ْال ُم ْش ِر ٰك ۟ َُحتَّ ٰى يُؤْ ِمن ۟ َو َِل تُن ِك ُح وا وا ۗ َولَ ْو أ َ ْع َجبَتْ ُك ْم ُّم ْش ِر َك ٍة َْال ُم ْش ِركِين ٰٓ ٰ ُ َ َخي ٌْر ِ ِّمن ُّم ْش ِركٍ َولَ ْو أ ْع َجبَ ُك ْم ۗ أ ۟ولئِكَ يَدْعُونَ ِإلَى َولَعَ ْبد ٌ ُّمؤْ ِم ٌن ُْال َجنَّ ِة َو ْال َم ْغ ِف َر ِة ِبإِذْ ِن ِهۦ ۖ َويُ َب ِِّين َّ ار ۖ َو َء ٰاي ِت ِۦه َّللاُ َيدْع ُٰٓو ۟ا ِإلَى ِ َّالن َّ ﴾٢٢٣:اس لَعَل ُه ْم يَتَذَ َّك ُرونَ ﴿البقرة ِ َِّللن Artinya: Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.�
58
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Qumi Laila
Dalam ayat tersebut kita diperintahkan untuk tidak menikah dengan orang yang berbeda keyakinan dan akhlaknya dengan kita orang Islam. Karena baik buruknya akhlak anak sangat dipegaruhi oleh akhlak yang dimiliki orang tua, dan keyakinan oran tua terhadap suatu agama akan berpengaruh dengan keyakinan anak terhadap agama yang dianutnya. Mansur (2004 : 201-202) menjelaskan tentang perilaku edukatif yang dapat dilakukaqn oleh orang tua yang menginginkan anaknya kelak memiliki perilaku yang baik, perilaku edukatif ini berupa perilaku edukatif secara fisik dan psikis. Edukasi secara fisik dapat dilakukan dengan mencegah kondisi fisik yang tidak menguntungkan dan menjaga kondisi badan, sedangkan edukasi psikis dapat dilakukan dengan meciptakan kondisi psikis ibu yang menguntungkan, menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan stress pada sang ibu karena hal tersebut akan sangat berpegaruh pada sang janin.
B. Tahap Perkembangan Janin Menurut Islam Perkembangan bayi pada periode pranatal sangat penting fase kehidupan masa pranatal terdiri dari beberapa tahap perkembangan, akan tetapi yang membedakan perkembangan pada periode pranatal dengan periode–periode kehidupan yang lain adalah bahwa periode pranatal merupakan periode pertama dalam rentang kehidupan manusia, dan periode yang paling singkat dari seluruh periode perkembangan manusia (Sri Rumini & Siti Sundari, 2004:1). Menurut Baqir Hujjati (2008:140-143) membagi periode tahapan kehidupan janin kedalam 3 bagian yaitu:
MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
59
Stimulasi Kecerdasan Spiritual Anak Pada Periode Pendidikan Pranatal Dalam Perspektif Islam
1.
Tahapan ovum (Zigot) Pada minggu pertama ovum merupakan sesuatu yang terpisah dan
tidak berhubungan dengan rahim ibu. Ovum tidak mengalami pertambahan ukuran dan tidak menerima apapun dari si ibu. 2.
Tahapan �alaqah (embrio) Di akhir minggu kedua calon bayi telah melekatkan diri pada
rahim dan sudah ada interaksi antara rahim dan embrio, pada periode inil perkembangan tubuh mencapai 95%, pada masa ini janin manusia sudah dapat dibedakan dengan janin binatang 3.
Tahapan terakhir (janin) Dalam Islam disebut mudghah (sesegumpal darah), Dalam al-
Qur’an tahapan ini disebut dengan tahapan mudhghah atau segumpal darah dan masanya adalah 30 minggu sebelum kelahiran. Dalam periode ini lebih banyak mengarah pada pertumbuhan dalam ukuran, dengan kata lain pertumbuhan secara menyeluruh yakni tubuh janin semakin besar. Perkembangan-perkembangan pada periode pranatal tersebut sangat cepat, dalam waktu sembilan bulan banyak sekali perkembangan yang telah terjadi, dibandingkan dengan perkembangan pada periode pasca natal yang perkembangannya lebih lambat dari perkembangan periode pranatal. Oleh sebab itu maka hendaklah orang tua sebagai lingkungan yang paling sering berinteraksi dengan sang janin memberikan pendidikan semaksimal mungkin. Penelitian membuktikan bahwa hubungan yang terjalin baik antara ayah dan ibu sangat berkaitan dengan kemampuan bayi. Pendidik yang paling utama adalah ayah dan ibu terutama dalam kegiatan pendidikan pranatal. Maka perlu adanya kerjasama yang seimbang antara
60
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Qumi Laila
ayah dan ibu, selain itu peran keluarga sangat penting pula seperti yang disampaikan oleh F.Rene dan Mar Lehrer yaitu: Melibatkan seluruh kelurga dalam stimulasi membuahkan hasil positif. Pertama terciptanya kebersamaan dan kesan bahwa semua anggota yang terkecil sekalipun dari keluarga dapat membantu pendidikan sang bayi. Kedua, melaksanakan latihan-latihan ini degan membuat anggota keluarga menjadi guru yang lebih baik lebih pentingl bagi latihan - Latihan ini membuat setiap naggta keluarga mempunyai ikatan dengan sang bayi. Jadi tentu saja bukan ayah dan ibu yang harus ambil bagian dalam pendidikan pranatal. Baik kakek, nenek, kakak atau anggota
keluarga
yang
lain
harus
selalu
secara
intens
memberikanperhatian kepada sang janin. Dan hendaknya selama kehamilan tidak ada pertengkaran yang akan mengganggu ketenangan sang janin.
C. Prinsip dan Metode pendidikan pranatal Dalam melaksanakan pendidikan pranatal terdapat beberapa prinsip yang harus dipahami oleh orang tua prinsip-prinsip tersebut dikemukakan oleh Rene dan Lehrer (1999:50-52) yakni sebagai berikut: 1.
Prinsip kerjasama Pendidikan yang dilakukan harus tergabung dari kerjasama antar
keluarga dan tidak terbatas pada peran ayah atau ibu saja. 2.
Prisip ikatan cinta pranatal Latihan-latihan pendidikan pranatal membantu orang tua dalam
mempersiapkan mereka untuk menerima kehadiran sang anak. Hal ini mematahkan pendapat psikolog-psikolog terdahulu yang menyatakan
MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
61
Stimulasi Kecerdasan Spiritual Anak Pada Periode Pendidikan Pranatal Dalam Perspektif Islam
bahwa ikatan cinta antara orang tua dan anak belum terjalin sampai anak lahir. 3.
Prinsip stimulasi pranatal Seorang bayi belajar dari stimulus yang diberikan sejak saat di
dalam kandungan, stimulus tersebut dapat berupa sentuhan dan suara, bayi yang ada dalam kandungan akan merespon apa yang distimulasikan kepadanya
dengan
tendangan-tendangan
kecil.
Latihan
pranatal
memberikan stimulasi bagi otak dan perkembangan saraf bayi sebelum dilahirkan. 4.
Prinsip kecerdasan pranatal Latihan yang dilakukan pada masa ini memiliki potensi
mengajarkan bayi untuk menyadari bahwa tindakannya mempunyai efek,ketika bayi menendang kemudian dibalas ibu dengan sedikit tekanan di tempat yang sama dapat mempercepat bayi dalam belajar tentang sebab akibat setelah dilahirkan. 5.
Prinsip kecerdasan Program latihan pranatal mencakup latihan – latihan untuk
menarik minat bayi yang sedang berkembang, kecerdasan berkembang dari rasa tertarik pada hal yang terjadi dan mengapa terjadi. 6.
Prinsip mengembangkan kebiasaan-kebiasaan yang baik Kebiasaan-kebiasaan yang baik yang diajarkan orang tua terhadap
sang bayi seperti berbicara dengan baik akan dapat diterusakan sang bayi setelah lahir. 7.
Prinsip melibatkan kakak sang bayi Melibatkan kakak sang bayi sangat penting, karena anak-anak
tersebut akanyakin bahwa posisi mereka dalam keluarga aman walaupun waktu sang ayah dan ibu mereka terbagi dengan sang calon adik.xxxvii 62
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Qumi Laila
8.
Prinsip peran penting ayah dalam masa kehamilan Hubungan baik yang terjalin antara ayah dan anak dalam
kandungan akan menimbulkan efek yang sangat baik, dan sangat berkaitan dengan kemampuan social anak. Prinsip-prinsip diatas dapat membantu orang tua dalam mengambil sikap saat melakukan pendidikan pranatal. Dalam prinsipprinsip tersebut yang ditekankan bukan saja peran kedua orang tua melainkan juga diharapkan adanya kontribusi aktif keluarga sekitar dalam membantu pendidikan pranatal. Tidak harus melakukan latihanlatihan seperti yang dilakukan oleh kedua orang tua sang calon bayi, keluarga dapat membantu dengan mencurahkan perhatian dan kasih sayang terhadap kehadiran sang calon bayi. Dalam melaksanakan pendidikan ada beberapa syarat yang harus dilakukan oleh orang tua agar pendidikan yang dilaksanakan berjalan dengan baik (Uhbiyati, 2009:13-16): 1.
Taqwa kepada Allah SWT Orang tua sebagai pendidik utama bagi anak harus selalu
bertaqwa kepada Allah, dengan menjalankan perintah Allah dan menjauhi setiap larangan-Nya, agar sang anak juga dapat menjadi anak yang soleh seperti orang tuanya. 2.
Berakhlak mulia Anak pasti akan meniru apa yang diperbuat oleh orang tua karena
bagi sang anak orang tua adalah sosok sempurna yang menjadi panutanlxmereka, oleh sebab itu dalam kehidupan sehari-hari orang tua harus memberi contoh yang baik kepada anak dengan berakhlak yang mulia atau berperilaku yang baik. 3.
Ikhlas MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
63
Stimulasi Kecerdasan Spiritual Anak Pada Periode Pendidikan Pranatal Dalam Perspektif Islam
Orang tua sebagai pendidik dalam melaksanakan kewajibannya dalam mendidik anak harus selalu didasari rasa ikhlas yakni semata-mata karena Allah. Allah SWT berfirman: Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. (Hasbi, 2000:4659) 4.
Merasa yakin bahwa anak yang dikandung dapat menangkap didikan yang disampaikan pendidik Dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa roh atau nyawa yang
ditiupkan malaikat sudah mempunyai kognisi yang tinggi. Allah berfirman:
5.
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anakanak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (Hasbi, 2000:1508).x xxix Bercita-cita dan bertekat melakukan pendidikan anak dalam kandungan Orang tua harus memiliki cita-cita yang tinggi dan mempunyai
tekat kuat untuk melaksanakan pendidikan dalam kandungan, hal ini disebabkan karena pendidikan periode pranatal sangat membutuhkan dedikasi tinggi dan pengorbanan. Motivasi yang tinggi dan teguh akan menjadikan pendidik tidak mudah putu asa dan mudah menyerah. Syaratsyarat yang harus dipenuhi oleh orang tua di atas adalah dalam rangka supaya pendidikan yang diberikan oleh orang tua dapat maksimal, 64
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Qumi Laila
sehingga tujuan dari pendidikan pranatal untuk menciptakan generasi atau keturunan yang berkualitas dapat tercapai. Orang tua yang bertakwa ke pada Allah tentunya akan mengjarkan anak nya nilai-nilai yang mencerminkan ketakwaan, sehingga setelah anak dilahirkan sudah terbiasa dengan pendidikan tentang ketuhanan, begitu juga orang tua yang memiliki akhlak yang mulia, maka dia akan selalu menjaga sikap dan tingkah lakunya selama proses mendidik anak dalam kandungan, orang tua yang merasa ikhlas dalam mendidik anak nya walaupun secara fisik belum pernah bertemu, akan dirasakan oleh si anak. Karena apa yang dirasakan oleh orang tua dalam hal ini ibu turut dirasakan pula oleh janin yang dikandungnya, jika perasaan sang ibu senang atau ikhlas maka sang janin pun akan merespon dengan baik.
D. Metode Stimulasi Kecerdasan Spiritual dalam Periode Pendidikan Pranatal Perspektif Islam Kecerdasan spiritual sebenarnya adalah potensi yang dimiliki manusia bahkan sebelum dia dilahirkan kedunia. SQ telah hadir sejak Allah meniupkan roh pada janin dalam kandungan. kecerdasan spiritual mulai berfungsi sejak janin dalam kandungan berusia 100 hari (Yuwono, 2010:29). Hal tersebut berarti bahwa kecerdasan spiritual tidak hanya dimiliki oleh orang dewasa akan tetapi dalam banyak kasus anak-anak lebih menunjukkan kecerdasan spiritualnya dari pada orang dewasa (Taufik, 2009:9). Potensi tersebut dapat luntur seiring dengan pengaruh lingkungan tempat tinggal seseorang. Karena lingkungan sangat berpengaruh pada perkembagan pribadi seseorang. Seperti padangan dari teori naturalism yang diungkapkan oleh J.J. Rosseau, dia mengemukakan bahwa sebenarnya manusia itu terlahir dengan memiliki pembawaan MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
65
Stimulasi Kecerdasan Spiritual Anak Pada Periode Pendidikan Pranatal Dalam Perspektif Islam
yang baik, akan tetapi jika lingkungan tempatnya berinteraksi tidak kondusif, atau buruk maka pembawaan baik yang dibawa sejak kelahirannya akan luntur (Lilik dkk, 2008:36). Kecerdasan spiritual memang telah dibekalkan oleh Allah kepada manusi sejak manusia masih dalam kandungan, akan tetapi agar kecerdasan tersebut dapat terjaga dan kelak ketika anak sudah lahir akan dapat mempertahankan kecerdasan spiritual tersebut maka perlu adanya stimulasi yang dilakukan oleh orang tua kepada anak sejak dalam periode pendidikan pranatal. Tidak pernah ada kata terlalu dini untuk orang tua dalam memberikan pendidikannya sejak sang anak masih berada di rahim sang ibu. Yang pertama perlu dilakukan adalah menjaga kondisi kesehatan sang ibu baik secara fisik maupun psikis. Karena kondisi yang dialami oleh ibu yang sedang mengandung besar pengaruhnya terhadap keadaan sang janin. Seperti apa yang di jelaskan oleh Elizabeth (1978:52) “Favorable condition in the mother�s body foster the development of hereditary potential while unfavorable of condition can stunt their development.” Maksudnya
yaitu kondisi
ibu
yang menyenangkan atau
menguntungkan selama kehamilan dapat mempertinggi perkembangan, begitu pula sebaliknya, kondisi ibu yang tidak baik dapat menghalangi perkembangan (mengganggu pola perkembangan selanjutnya). Tidak terlalu awal juga untuk memberikan anak dasar spiritual, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk spiritual, kecerdasan spiritual diberikan kepada janin saat berusia seratus hari yaitu masa dimana Allah meniupkan ruh kepada janin tersebut. Dalam fenomena yang ada orang tua kurang memperhatikan stimulasi kecerdasan spiritual pada anakanaknya (rahmabluesky.wordpress.com) padahal hal ini sangat penting untuk perkembangan SQ anak-anak mereka.Maka hendaklah orang tua 66
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Qumi Laila
memberikan stimulasi sedini mungkin, bahkan sejak masa kehamilan. Proses kehamilan adalah suatu bagian dari perjalanan spiritual seorang ibu pada khususnya bersama dengan calon anaknya, dan untuk menjaga dan merangsang kecerdasan spiritual tersebut dapat dilakukan sejak periode pendidikan pranatal. Dalam periode pranatal ada beberapa cara untuk menstimulasi kecerdasan spiritual anak agar kelak ketika dilahirkan dapat berfungsi secara optimal. Dalam memberikan stimulasi kecerdasan spiritual anak yang harus dilakukan terlebih dahulu oleh orang tua adalah melakukan hal-hal yang dapat mengembangkan kecerdasan spiritual mereka, hal-hal yang dapat dilakukan adalah seperti pendapat Sukidi untuk mengasah kecerdasan spiritual dengan langkah– langkah sebagai berikut (sambasalim.com): 1.
Mengenali diri sendiri, orang yang tidak mengenali dirinya sendiri akan mengalami krisis makna hidup maupun krisis spiritual.
2.
Melakukan introspeksi diri
3.
Aktifkan hati secara rutin, dalam konteks agama dilakukan dengan mengingat Tuhan dengan cara berzikir, sholat, membaca al-qur’an dan sebagaiya
4.
Menemukan keharmoisan dan ketenangan hidup Dengan melakukan hal-hal diatas orang tua (ayah dan ibu) dapat mengembangkan kecerdasan spiritual. dan jika orang tua khususnya ibu melakukan hal-hal tersebut ketika proses kehamilan maka secara tidak langsung berdampak juga terhadap perkembangan kecerdasan spiritual anak. Karena apa yang dirasakan oleh sang ibu akan berdampak dengan keadaan sang janin. Begitu juga apa yang dikerjakan oleh ibu juga berpengaruh pada janinnya. Saat sang ibu membaca al-qur’an sang janin sudah dapat mendengarnya, maka hendaknya jika sang ibu MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
67
Stimulasi Kecerdasan Spiritual Anak Pada Periode Pendidikan Pranatal Dalam Perspektif Islam
akan sholat untuk mengusapusap perut nya sebagai ajakan kepada sang janin untuk beribadah kepada Allah, maka sang anak sudah terbiasa dengan amalan-amalan ibadah tersebut. Dan hatinya selalu terbuka dan aktif berhubungan dengan Allah, hal tersebut akan membantu dalam menjaga dan mengembangkan kecerdasan spiritual anak. Selain itu metode stimulasi langsung yang dapat diberikan pada anak dalam kandungan yaitu dengan melakukan hal-hal sebagai berikut (Uhbiyati, 2009:27-31): 1.
Menjalankan ibadah dengan tekun Segala bentuk ibadah baik itu bersifat wajib ataupun sunnah
seperti sholat, puasa, haji, zakat, bersedekah, dan yang lainnya dapat digunakan sebagai metode dalam memberika pendidikan dalam periode pranatal, dan sangat besar pengaruhnya terhadap sang janin, disamping melatih kebiasaan-kebiasaan, hal tersebut juga dapat menguatkan mental dan spiritual sang janin 2.
Membaca al-Qur’an Orang tua sang calon bayi hendaklan selalu menyenandungkan
ayatayat al-Qur’an, karena hal tersebut dapat memberikan rangsangan edukatif yang sangat positif terhadap bayi yang ada dalam kandungan sang ibu. 3.
Berzikir Zikir adalah aktivitas sadar yang dilakukan sebagai cara untuk
senantiasa menjaga interaksi dengan sang Tuhan. Dengan berzikir kita dapat mengisi pikiran dan hati kita sehingga peluang untuk memikirkan dan merasakan hal yang tidak baik hanya sedikit, karena sudah kita isi dengan berzikir. Menurut Abdul Wahid Hasan merasakan kehadiran 68
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Qumi Laila
Allah yang sangat dekat, saat berzikir, berdoa, dan aktivitas yang lain merupaakan alah satu langkah yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kecerdasan spiritual (sambasalim.com). oleh sebab itu maka orang tua (ayah dan ibu) harus selalu menjaga zikir untuk merangsang anak supaya terbiasa dengan zikir atau mengingat Allah. 4.
Berakhlak mulia Ibu yang tengah hamil harus menjaga akhlaknya dengan baik dan
berbudi luhur dimana hal itu akan memberikan pengaruh yang besar pada sisi mental dan kepribadian sang bayi dalam kandungan. Pendidikan akhlak mulia yang diberikan oleh orang tua kepada anak, dengan cara orang tua harus berprilaku yang mulia atau memiliki akhlak yang mulia sangat penting, hal ini berhubungan dengan kecerdasan spiritual, kecerdasan spiritual merupakan dasar pembentukan akhlak anak. Oleh sebab itu pendidikan ini sangat penting karena jika kita mengajarkan akhlak mulia pada sang janin itu berarti kita telah merangsang kecerdasan spiritual yang tertanam dalam diri anak. 5.
Memperdengarkan lagu-lagu rohani atau sholawat kepada anak dalam kandungan Memperdengarkan lagu-lagu menjadikan janin dalam kandungan merasa nyaman, membiasakan janin untuk mendengarkan musik juga dapat melatih ketrampilan kognitif dan motorik janin (Suherman, 2010:70). Selain itu janin dalam kandungan juga sudah dibiasakan menumbuhkan dimensi spiritual dalam jiwanya.xcv
6.
Menceritakan kisah-kisah teladan dari para Rasull kepada anak dalam Kandungan Menurut Nanang (2010), upaya menstimulasi kecerdasan spiritual dapat dilakukan dengan cara menceritakan kisah-kisah teladan supaya janin dalam kandungan sudah terbiasa MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
69
Stimulasi Kecerdasan Spiritual Anak Pada Periode Pendidikan Pranatal Dalam Perspektif Islam
dengan contoh-contoh kepribadian para tokoh yang baik. Rene dan Lehrer (1999:132) memasukkan sesi bercerita dalam bagian program pendidikan pranatal mereka. Bayi yag berada dalam rahim sudah mampu menangkap suara dan merasakan getaran dari tubuh sang ibu. Oleh sebab itu orang tua harus bijaksana dalam berkata, karena apa yang mereka ucapkan ditangkap atau direspon oleh sang janin dalam kandugan. Langkah-langkah di atas adalah upaya-upaya dan stimulasistimulasi yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk menjaga dan mengembangkan kecerdasan spiritual yang sebenarnya sudah tertanam pada jiwa sang anak meskipun belum dilahirkan. Ibu yang sedang mengandung dapat pula menstimulasi kecerdasan buah hatinya dengan mengasah kecerdasan spiritual nya terlebih dahulu, karena secera tidak langsug hal tersebut juga akan berpengaruh terhadap penjagaan dan pengembangan kecerdasan spiritual sang anak dalam kandungan.
Kesimpulan Setelah melakukan kajian terhadap literatrur-literatur baik berupa buku, jurnal, skripsi-skripsi, pembahasan yang dilakukan penulis pada bab depan maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan tentang hasil penelitian ini, yaitu: 1. Kecerdasan Spiritual (SQ) merupakan kecerdasan tertinggi dari dua kecerdaan lain yang ada pada diri manusia. Kecerdasan ini merupakan kecerdasan yang berkaitan dengan value atau nilai-nilai dalam kehidupan manusia. Kecerdasan spiritual dalam perspektif Islam merupakan kecerdasan yang menghubungkan manusia dengan
70
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Qumi Laila
Tuhannya, orang yang memiliki kecerdasan spiritual melaksanakan agamanya dengan baik.ii 2. Dari
penelitian
dapat
diambil
kesimpulan
bahwa
metode
menstimulasi kecerdasan spiritual anak dalam periode pranatal dapat dilakukan dengan hal-hal sebagai berikut: a. Menjalankan ibadah dengan tekun b. Membaca al-Qur’an c. Berzikir d. Memperdengarkan lagu-lagu rohani atau sholawat kepada anak dalam kandungan e. Berakhlak mulia f. Menceritakan kisah-kisah teladan dari para Rasull kepada anak dalam kandung
Daftar Pustaka Agustina, Ary Ginanjar. 2007. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ The ESQ Way 165. Jakarta: Arga. Ari Kunto, Suharsimi. 1990. Managemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Arifin. 1977. Hubungan Timabl balik Pendidikan Agama di Sekolah dan Keluarga (Sebagai Pola Pengembangan Metodologi). Jakarta: Bulan Bintang. Az-Zumaro, Lutfil Kirom. 2011. Aktifitas Energi Doa & Dzikir Khusus Untuk Kecerdasan Super (Otak + Hati). Jogjakarta: Diva Press. Badiah, Zahrotul. 2006. Peran Orang Tua dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional dan Spiritual Anak dalam Perspektif
MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
71
Stimulasi Kecerdasan Spiritual Anak Pada Periode Pendidikan Pranatal Dalam Perspektif Islam
Islam. Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga : Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga. Buzan, Tony. 2003.The Power Of Spiritual Intelligence, Sepuluh Cara Jadi Orang Yang Cerdas Secara Spiritual. Terjemahan oleh Alex dan Febrina. Jakarta: Gramedia Fajri, Em Zul dan Senja, Ratu Aprilia. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Jakarta: Difa Publisher Goleman, Daniel. 1997. Emotional Intelligence. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hadi, Sutrisno. 1981. Metodologi Research. Yogyakarta: Yayasan Penelitian Fakultas Psikologi UGM.. Hasbi, ash-Shiddieqy. 2003. Tafsir al-Qur�anul Majid An-Nur. Semarang: PT. Rineka Cipta Hujjati, MuhammadBaqir. 2008. Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan. Terjemahan oleh MJ. Bafaqih.Jakarta: Cahaya.
72
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Lukluil Makenun
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KEPRIBADIAN GENERASI MUDA DALAM KITAB AL-BARZANJI KARYA JA’FAR BIN HASAN Lukluil Makenun Instansi
Abstract This research is to know (1) How is the systematic writing the book AlBarzanji? (2) What educational value personality in the book AlBarzanji, and (3) how the relevance of educational values of personality in the book Al-Barzanji with modern life today? It is a kind of library research. The results showed that the book Al-Barzanji contains prayers of adoration and the telling of the history of the Prophet Muhammad commonly sung to the rhythm or tone. Al-Barzanji book tells about the life of Prophet Muhammad SAW i.e. genealogy, childhood, adolescence, adulthood, until he was appointed to be an apostle. It also tells of the properties owned by the noble Prophet Muhammad as well as various events to be used as an example of humanity. While the educational values of personality contained in the book is the patience to face trials, trust, tawadhu, simplicity, forgiveness, deliberation, cherish and love the weak. Education Relevance personality in the book Al-Barzanji have the appropriate suitability with personality education required by today's youth, both in educational value and educational purposes personality. If the educational value of personality in the book Al-Barzanji exemplified or taught to students, it will produce the young generation that is virtuous and lift this nation as a nation which Berzanjen reading of the al-Barzanji together constitute a very popular tradition. The activity is part of the repertoire of the typical boarding vibrant literary sustainable long ago and persisted until today. Keywords: personality education, Al-Barzanji, Ja’far bin Hasan Pendahuluan Kitab Al-Barzanji yang dikarang oleh Ja‟far al-Barzanji yang terlahir di daerah Barzinj (Kurdistan) merupakan salah satu karya sastra yang sudah ratusan tahun dipakai namun belum ada yang menggeser
MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
73
Nilai-Nilai Pendidikan Kepribadian Generasi Muda Dalam Kitab Al-Barzanji Karya Ja’far Bin Hasan
lewat keindahan kalimat-kalimat yang disusunnya sampai sekarang. Bagi yang paham bahasa Arab, tentu untaian kata-katanya sangat indah dan memukau. Umumnya, mereka terkesima dengan sifat-sifat Rasulullah yang memang sulit ditiru, indah, menarik dan mengharukan (Fattah, 2008: 302). Al-Barzanji berisikan tentang sejarah biografi Nabi Muhammad SAW, di dalamnya mengandung keunikan gaya serta memiliki irama yang khas, penuh metafora dan simbol. Dalam kajian sastra Arab, keunikan itu disebut al-Madaih alNabawiyah atau puisi-puisi kenabian (Wargadinata, 2010: 102). Banyak penyair Arab yang menjadikan sastra pujian sebagai bagian dari karya sastranya. Para penyair berlomba-lomba dalam menciptakan puisi pujian, yang akhirnya menjadikannya sebagai tradisi. Karya puisi itu bukan hanya sembarang puisi, melainkan puisi pujaan bagi Rasulullah SAW. Dalam sejarah sastra Islam, cukup banyak karya sastra berupa puisi pujaan bagi Rasulullah yang ditulis oleh para sastrawan maupun ulama dari masa-kemasa. Puisi-puisi pujian bagi Rasulullah lahir dengan maksud untuk mengungkapkan kepribadian Rasul yang agung dan sempurna dengan cara yang jelas dan mendetail. Tradisi ini lahir dari penghormatan dan rasa cinta kaum muslimin yang begitu mendalam kepada
junjungannya.
Bahkan
Allah
memuji
dengan
tegas
mengungkapkan kebesaran kepribadian hamba-Nya yang mulia itu dengan firman-Nya dalam Al-Qur‟an surat Al- Qalam ayat 4 : ﴾١:﴿القلم
َع ِظ ٍيم
ق ٍ ُلَ َعلَ ٰى ُخل
ََو ِإنَّك
“Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Al-Qur‟an dan terjemahnya, 2005: 451).
74
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Lukluil Makenun
Dalam catatan Annemarie Schimmel, penghormatan kepada Nabi dan perhatian kepada rincian yang paling kecil pun dari perilaku serta kehidupan pribadinya tumbuh sejalan dengan semakin jauhnya jarak waktu kehidupan kaum muslim dengan Nabi. Mereka ingin mengetahui lebih banyak lagi mengenai kepribadiannya, pandangan-pandangannya, dan perkataanperkataannya, untuk menyakinkan mereka bahwa mereka telah mengikutinya dengan cara yang benar (Schimmel, 1991: 52). Pengembangan moral adalah makna lain dari tradisi pembacaan kitab Al-Barzanji yang dilaksanakan oleh masayarakat. Dengan melakukan tradisi ini, masyarakat lebih mengenal dan mencintai Nabinya. Kalau seseorang sudah mengenal dan mencintai Nabinya, maka segala hal yang terkait dengan Nabi, terutama apa saja yang dilakukan oleh Nabi, akan diikutinya. Dalam kitab Qami‟tughyan disebutkan bahwa: (al-Bantani, t.t: 5) “Tanda orang yang mencintai Allah adalah mencintai al-Qur‟an dan tandanya orang yang mencintai keduanya adalah mencintai Nabi dan tanda mencintai Nabi Muhammad SAW adalah mencintai sunnah-sunnahnya.” Berangkat dari itu, penulis termotivasi untuk mengkaji lebih lanjut tentang nilai-nilai pendidikan kepribadian pada kitab Al-Barzanji karya Ja‟far bin Hasan.
Permasalahan Sebagai basic question atau pokok masalah pada permasalahan yang penulis angkat ini adalah: 1. Bagaimana sistematika penulisan kitab Al-Barzanji? 2. Bagaimana nilai-nilai pendidikan kepribadian generasi muda dalam kitab Al-Barzanji?
MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
75
Nilai-Nilai Pendidikan Kepribadian Generasi Muda Dalam Kitab Al-Barzanji Karya Ja’far Bin Hasan
3. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan kepribadian generasi muda dalam kitab Al-Barzanji dengan kehidupan modern saat ini?
Tinjauan Pustaka Untuk menghindari terjadinya telaah pustaka pengulangan hasil temuan yang membahas permasalahan yang sama dari seseorang baik dalam bentuk buku, kitab, dan dalam bentuk tulisan yang lainnya, maka penulis akan memaparkan beberapa buku yang sudah ada sebagai bandingan dalam mengupas permasalahan tersebut sehingga diharapkan akan muncul penemuan baru. Beberapa buku diantaranya: Pertama yaitu Abu Ahmad Abdul Hamid dalam karyanya Sabil al- Munji, berisi tentang komentar riwayat hidup Nabi Muhammad SAW dalam kitab Al-Barzanji. Kedua adalah Spiritualitas Salawat kajian Sosio-Sastra Nabi Muhammad SAW karya DR. H. Wildana Wargadinata, LC., M. AG. Buku ini adalah hasil penelitian tentang tradisi pembacaan al-Madaih al-Nabawiyah (Barzanji, Diba‟, Manaqib, Burdah). Ketiga Munyat al-Martaji fi tarjamah Maulid al-Barzanji (Harapan Bagi Pengharap dalam Riwayat Hidup Nabi Tulisan al-Barzanji) karya Asrari Ahmad. Berisi komentar dalam bahasa jawa tentang kehidupan Rasulullah SAW dalam kitab AlBarzanji. Keempat Tradisi Orang-Orang NU karya Munawir Abdul Fattah. Berisi tentang tradisi orang-orang NU salah satunya adalah barzanjen, hukum berzanjen dan tradisi barzanjen dalam ritual-ritual tertentu. Kelima ialah Maulid Nabi Menggapai Keteladanan Rasulullah SAW karya Ahmad Muthohar. Buku ini merupakan hasil penelitian yang mengupas tentang tradisi perayaan maulid Nabi di dunia Islam umumnya dan di Indonesia khususnya (termasuk di dalamnya Al-Barzanji dan Diba‟). 76
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Lukluil Makenun
A. Riwayat Hidup Kitab maulid Al-barzanji (dimana masyarakat menggunakan sebutan ini untuk menyebut secara umum kita-kitab maulud dan acara mauludan yang membaca kitab al-Maulud) disusun oleh Ja‟far bin Hasan bin „Abd al-Karim bin Muhammad al-Barzanji al-Kurdi (Sholikin, 2009: 59). Beliau dilahirkan pada hari Kamis awal bulan Dzulhijah tahun 1126 H (1711 M) di Madinah Al-Munawwaroh dan wafat pada hari Selasa, selepas Asar, 4 Sya‟ban tahun 1177 H (1766 M) di Kota Madinah dan di makamkan di Jannatul Baqi‟. Syaikh Ja‟far al-Barzanji adalah Mufti Syafi‟i Madinah, dan khatib masjid Nabawi Madinah, di mana seluruh hidupnya dipersembahkan untuk kota suci Nabi ini (Sholikhin, 2010: 472). Sayyid Ja‟far Al-Barzanji adalah seorang ulama besar keturunan Nabi Muhammad SAW dari keluarga Sa‟adah Al-Barzanji. Keluarga Barzanji merupakan salah satu dari keluarga yang sangat termuka di Kurdistan bagian selatan, sebuah keluarga ulama dan syaikh tarekat Qadiriyah (didirikan oleh Syeikh Abdul Qodir Jaelani (wafat 561 H/1166 H)) yang mempunyai pengaruh politik yang besar (Bruinessen, 1995: 95). Selain itu keluarga Al-Barzanji juga terkenal kemasyhurannya karena datuk-datuk Sayyid Ja‟far semuanya ulama termuka yang terkenal dengan ilmu dan amalnya, keutamaan dan keshalihannya. Beliau sendiri mempunyai sifat dan akhlak terpuji, jiwa yang bersih, sangat pemaaf dan pengampun, zuhud (menghindari sesuatu yang tidak bermanfaat), amat berpegang teguh pada Al-Quran dan sunnah, wara‟ (menjaga dan menghindari
hal-hal
yang
subhat),
banyak
berzikir,
senantiasa
bertafakkur, mendahului dalam membuat kebajikan bersedekah, dan pemurah. Nama nasabnya adalah Sayid Ja‟far ibn Hasan ibn Abdul MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
77
Nilai-Nilai Pendidikan Kepribadian Generasi Muda Dalam Kitab Al-Barzanji Karya Ja’far Bin Hasan
Karim ibn Muhammad ibn Sayid Rasul ibn Abdul Sayid ibn Abdul Rasul ibn Qalandar ibn Abdul Sayid ibn Isa ibn Husain ibn Bayazid ibn Abdul Karim ibn Isa ibn Ali ibn Yusuf ibn Mansur ibn Abdul Aziz ibn Abdullah ibn Ismail ibn Al-Imam Musa Al-Kazim ibn Al-Imam Ja‟far As-Sodiq ibn al-Imam Muhammad Al-Baqir ibn Al-Imam Zainal Abidin ibn AlImam Husain ibn Sayidina Ali r.a. Semasa kecilnya beliau telah belajar Al-Quran dari Syaikh Ismail Al-Yamani, dan belajar ilmu tajwid serta memperbaiki bacaan dengan Syaikh Yusuf As-So‟idi dan Syaikh Syamsuddin Al-Misri. Antara guruguru beliau dalam ilmu agama dan syariat adalah Sayid Abdul Karim Haidar Al-Barzanji, Syaikh Yusuf AlKurdi, Sayid Athiyatullah Al-Hindi. Selain itu, beliau juga belajar dengan Ulama-ulama terkenal, diantaranya adalah: 1. Syaikh Athaallah ibn Ahmad Al-Azhari, 2. Syaikh Abdul Wahab At-Thanthowi Al-Ahmadi, 3. Syaikh Ahmad Al-Asybuli (Firmansyah, 2010: 1-2). Sayid Ja‟far Al-Barzanji juga telah menguasai banyak cabang ilmu, antara lain: Shorof, Nahwu, Manthiq, Ma‟ani, Bayan, Adab, Fiqh, Usul Fiqh, Faraidh, Hisab, Usuluddin, Hadis, Usul Hadis, Tafsir, Handasah, A‟rudh, Kalam, Lughah, Sirah, Qiraat, Suluk, Tasawuf, Kutub Ahkam, Rijal, Mustholah. Beliau terkenal bukan saja karena ilmu, akhlak dan taqwanya, tapi juga dengan kemakbulan doanya. Penduduk Madinah sering meminta beliau berdoa untuk turun hujan pada musimmusim kemarau. Diceritakan bahwa suatu ketika di musim kemarau, beliau sedang menyampaikan khutbah jumatnya, seseorang telah meminta beliau beristisqa‟ memohon hujan. Maka dalam khutbahnya itu, beliau pun berdoa memohon hujan. Doanya terkabul dan hujan terus
78
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Lukluil Makenun
turun
dengan
lebatnya
sehingga
seminggu
(http://masafirulkhoonah.blogspot.com, 14 Jan B. Karya-Karya Ja’far bin Hasan Al-Barzanji Ja‟far bin Hasan Al-Barzanji adalah seorang penyair yang produktif. Banyak karya sastra, terutama syair yang telah digubahnya. Selain produktif, beliau juga sangat menekuni kemampuan sastranya. Terbukti, syair-syair gubahannya diakui memiliki nilai sastra yang sangat tinggi. Berikut ini adalah beberapa karya-karya sastra Ja‟far Al-Barzanji: 1.
Syawaahidul Ghufraan „ala Jaliyal Ahzan fi Fadhaa-il Ramadhan
2.
Mashaabiihul Ghurar „ala Jaliyal Kadar
3.
Taajul Ibtihaaj „ala Dhau-il Wahhaj fi Israa‟ wal mi‟raj
4.
Al birrul „Aajilu biijaabatisy Syaikh Muhammadin Ghofil
5.
Jaaliyatul Kidri biasmaa-i Askhaaabi Sayyidil Malaaika wal Basyar
6.
Wal Akhaduyayna Jaaliyatil Kurabi bi-Asmaa-i Sayyidil „Ajami wal
7.
Arabi fi Asma-il Badaryyina
8.
Arraudol Mu‟tharu fiima yukhaddisy Sayyiduna Muhammad minal Asy‟a
9.
Asysyaqaaiqul Atrajiyyatufi Manaqibil Asyraafil Barzanjiyyati
10. Al‟ariinu Liasmaa-is Sakhabatil Badariyyina 11. Fatkhur Rahmani „Ala Ajwibatis Sayyidina Ramadhana 12. Alfaidhul Latifa bi ijaabati Naaibi sar‟is Syarifi 13. Nahuudhul Laisa Lijawaabi Abiil Ghaisi (http://masaafirulkhoonah.blogspot.com, 14 Januari 2011). Beliau juga telah menulis buku yang dipersembahkan kepada Nabi, Qishshas Al-Mi‟raj, adalah buku yang kurang dikenal secara luas di Indonesia. Sedang karyanya yang benar-benar populer setelah kitab MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
79
Nilai-Nilai Pendidikan Kepribadian Generasi Muda Dalam Kitab Al-Barzanji Karya Ja’far Bin Hasan
Al- Barzanji adalah sebuah hagiografi (literatur tentang kehidupan dan legenda) Syaikh „Abd Al-Qadir, Lujain Al-Dani fi Manaqib „Abd AlQadir Al-Jilani, sebuah karya yang bahkan menembus sampai sudutsudut yang paling jauh di Nusantara (Bruinessen, 1995: 97).
C. Sejarah Kitab Al-Barzanji Kitab Al-Barzanji merupakan suatu doa-doa, puji-pujian dan penceritaan riwayat Nabi Muhammad SAW yang bisa dilantunkan dengan irama dan nada. Isi Al-Barzanji bertutur tentang kehidupan Nabi Muhammad SAW yakni silsilah keturunannya, masa kanak-kanak, remaja, dewasa hingga diangkat menjadi Rasul. Di dalamnya juga mengisahkan sifat-sifat mulia yang dimiliki Nabi Muhammad serta berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan umat manusia. Selanjutnya, umat Islam di Indonesia pada tanggal 12 Rabiul Awal dipandang sangat penting dan mempunyai nilai sejarah tersendiri bagi umat Islam, karena pada tanggal itulah Nabi Muhammad SAW dilahirkan. Sebab jika ditelusuri lebih jauh, Nabi Muhammad memiliki kedudukan yang sangat istimewa di kalangan umat Islam. Menurut Scimmel mengutip pendapat dari Arthur Jeffrey, bertahun-tahun yang lalu, mendiang Syaikh Musthafa Al- Maraghi berkata dalam kunjungannya kepada kawannya, uskup Anglikan di Mesir, bahwa penyebab penghinaan paling umum orangorang Kristen terhadap kaum Muslim yang dilakukan dengan tidak sengaja adalah karena mereka sama sekali tidak dapat memahami penghargaan sangat tinggi seluruh kaum Muslim yang ditujukan kepada Nabi mereka (Scimmel, 1991: 13). Selain itu, tonggak sejarah umat Islam sebenarnya dimulai dari lahirnya tokoh reformasi dunia, yaitu Nabi Muhammad SAW. Beliaulah 80
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Lukluil Makenun
yang membebaskan umat manusia dari kungkungan era jahiliyah menuju era pencerahan (tanwir) di bawah naungan nilai-nilai tauhid, syura, keadilan, egalitarianisme dan kemanusiaan (Mustaqim 2007: 37). Umat Islam merayakan hari kelahiran sang tokoh reformasi tersebut dengan penuh semangat, sebagai bentuk ekspresi rasa cinta (mahabbah) kepada Nabi dan sekaligus mengenang jas-jasa perjuangan beliau. Memuliakan Nabi, menghormati dan mencintai beliau, tidak dapat dipisahkan dari lubuk hati umat Islam di seluruh dunia. Annemarie Schimmel menceritakan fenomena penghormatan terhadap Nabi sebagai berikut: “Sebuah copy Al-Quran, yang kemudian ditulis pada abad kedua belas, di Iran Timur, dengan tulisan Kufi yang sederhana dan dari masa yang belakangan, mempunyai kekhasan yang mencolok: seluruh surah ke112, mengenai pengakuan akan Keesaan Allah, ditulis dengan hurufhuruf yang kuat dan jalin-menjalin, dan pada halaman lain, kata-kata Muhammad Rasul Allah, “Muhammad adalah utusan Allah”, seolaholah dibedakan dari yang lain-lainnya, di halaman itu dengan bentuk kaligrafinya yang menarik perhatian. Penulis yang tak dikenal itu telah mengungkapkan, dengan cara yang nyata, kedudukan utama Nabi dalam agama Islam.” (Scimmel, 1991: 13). Ungkapan penghormatan dan cinta kepada Nabi dari lubuk hati yang paling dalam, diwujudkan dalam bentuk karya sastra yang tidak pernah kering dalam Kesejarahan Islam. Sastra penghormatan kepada Nabi ini, kemudian dikenal dengan jenis sastra al-madaih al-nabawiyah. Sastra ini terus berkembang , tidak hanya di kawasan Arab dan Timur Tengah saja, melainkan juga berkembang di negara-negara Islam non Arab seperti Turki, Pakistan, dan bahkan Indonesia.
MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
81
Nilai-Nilai Pendidikan Kepribadian Generasi Muda Dalam Kitab Al-Barzanji Karya Ja’far Bin Hasan
D. Sistematika Kitab Al-Barzanji 1.
Seputar Nama Kitab Al-Barzanji Al-Barzanji adalah buku sastra yang memuat sejarah biografi
Nabi Muhammad SAW. Nama Al-Barzanji dibangsakan kepada nama penulisnya, yang diambil dari tempat asal keturunannya yakni daerah Barzinj (Kurdistan). Nama tersebut menjadi populer di dunia Islam pada tahun
1920an,
ketika
Syekh
Mahmud
Al-Barzanji
memimpin
pemberontakan Nasional Kurdi terhadap Inggris yang pada waktu itu menguasai Irak (Dahlan, 2001: 199-200). Karya tulisnya tentang maulid ada dua, yaitu yang dikenal di Indonesia dengan maulid Al-Barzanji natsr dalam bentuk prosa-lirik, dan maulid Al-Barzanji nadzam dalam bentuk puisi (Sholikin, 2010:472). Puisi adalah kata-kata yang berwazan dan berqafiah, sedang prosa adalah kata-kata yang tidak berwazan dan tidak berqafiah (Wargadinata, 2008: 163). Dalam ensiklopedi Islam di Indonesia disebutkan bahwa judul kitab Maulid karya Ja‟far Al-Barzanji adalah Qissat al-Maulid anNabawi (Cerita tentang Kelahiran Nabi) (Nasution, 1992:169), sedangkan menurut Abdul Aziz Dahlan berjudul „Iqd Al Jawahir (Kalung Permata) (Dahlan, 2001:199). Maulid karangan beliau ini adalah di antara kitab maulid yang paling tersohor dan paling luas tersebar ke pelososok negeri Arab dan Islam, baik di Timur maupun di Barat. Bahkan ramai kalangan Arab dan Ajam yang menghafalnya dan mereka membacanya dalam perhimpunanperhimpunan agama yang munasabah. Kandungannya merupakan khulashah ((ringkasan) sirah nabawiyyah yang meliputi kisah kelahiran beliau, masa remaja, pengutusan beliau sebagai Rasul, hijrah dan akhlaknya beliau.
82
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Lukluil Makenun
2.
Seputar Aspek Redaksional Karya Ja‟far Al-Barzanji merupakan biografi puitis Nabi
Muhammad SAW. Di dalam Al-Barzanji dilukiskan riwayat hidup Nabi Muhammad SAW dengan bahasa indah dalam bentuk puisi serta prosa (nasr) (Dahlan, 2001: 200). Bagian nasar terdiri atas 19 bagian, yang setiap bagiannya dibatasi dengan suatu jeda (fashilat) (Muthohar, 2011: 60). Sementara, bagian puisi (nadzam) terdiri atas 16 sub bagian dengan mengolah rima akhir “nun”. Secara umum, kitab Al-Barzanji ditulis dengan bentuk prosa berirama, yang setiap akhir kalimatnya diakhiri ta‟ marbuthah yang didahului ya‟ berharakat fathah. Penulisannya menggunakan gaya personifikasi pada beberapa sisi, dan memakai tasybih (penyerupaan) pada beberapa sisi yang lain (Muthohar, 2011: 60). Di antara contohnya adalah tatkala pemberian fashilah (jeda) pada setiap fragmen dalam prosanya, dengan ungkapan „ath-thirillahumma qabrahul karim, bi „arfin syadziyyin min shalatiw wa taslim (ya, Allah, bubuhkanlah bauan wangi pada kuburnya yang mulia, dengan bauan mewangi salawat dan salam sejahtera) (Muhammad, t.t: 10).
Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah studi kepustakaan atau library research. Tatang M. Arifin menyebutkan bahwa penelitian literer lebih dimaksudkan studi “kepustakaan” dan bukan studi “perpustakaan” (Arifin, 1990: 135). Dalam arti bahwa bahan atau data-data penulisan skripsi ini diperoleh dari penelitian buku-buku dan literatur-literatur yang berkenaan dengan topik yang sedang dibahas. Dengan cara demikian, maka penulis akan mendapatkan data-data serta informasi yang dapat
MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
83
Nilai-Nilai Pendidikan Kepribadian Generasi Muda Dalam Kitab Al-Barzanji Karya Ja’far Bin Hasan
dipertanggungjawabkan
secara
ilmiah.
Dalam
hal
ini
penulis
menggunakan: 1. Library Research yaitu suatu research kepustakaan (Hadi, 1991: 9). Penelitian ini menempuh langkah-langkah diantaranya: a. Mencari buku-buku yang ada kaitannya dengan penulisan ini. b. Mencari penyusunan dalam buku-buku, mulai buku pegangan sistematis, karangan kusus dan lain-lain. c. Menyusun catatan, kemudian dikonsultasikan atau dirujuk pada buku yang berkaitan 2. Metode Historis Yaitu metode yang digunakan untuk mengetahui perkembangan pemikiran tokoh yang bersangkutan, baik yang berhubungan dengan lingkungan historis dan pengaruh di dalamnya maupun dalam kehidupan sehari-hari (Winarno, 1989: 132). 3. Metode Analisis Metode ini adalah dimaksudkan untuk menganalisis bab per bab mencari pendidikan kepribadian yang terkandung di dalam kitab “AlBarzanji”. 4. Metode Induksi Metode ini berdasarkan pada analisis dari isi kitab tersebut, maka penulis mengambil kesimpulan dengan metode induksi.
Pembahasan A. Relevansi Nilai Pendidikan Kepribadian Generasi Muda Pendidikan merupakan bimbingan dan pertolongan secara sadar yang diberikan oleh pendidik kepada anak didik sesuai dengan perkembangan jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Mendidik 84
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Lukluil Makenun
generasi
muda
melalui
pembentukan
kepribadiaan
di
dalam
kehidupannya adalah bagian dari penanaman nilai-nilai hidup yang harus mendapatkan bimbingan sepenuhnya dari pendidik, karena menurut Islam, ketika anak dilahirkan anak dalam keadaan lemah dan fitrah. Kefitrahan penciptaan manusia dijelaskan dalam Al-Qur‟an surah Arrum ayat 30: ْ ِف َ ََّللاِ الَّتِى ف َّ َعلَ ْي َها اس ِّين َحنِيفًا َط َرت َ َّط َر الن ِ فَأَقِ ْم َوجْ َهكَ ِلل ِد ٰ ٰ ْ َ َّ اس َِل ق ِ َّذلِكَ ال ِدِّينُ القَيِِّ ُم َول ِك َّن أ ْكث َ َر الن َِّللا ِ َِل ت َ ْبدِي ََ ِلخ َْل ﴾١۰:َي ْعلَ ُمونَ ﴿الروم Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Al-Qur‟an dan terjemahnya, 2005: 325). Ayat di atas menjelaskan bahwa pada dasarnya anak lahir ke dunia telah membawa fitrah beragama, dan kemudian bergantung kepada orang tua (para pendidiknya) dalam mengembangkan fitrah itu sendiri sesuai dengan usia anak dalam pertumbuhannya. Anak merupakan anugerah dari Allah kepada manusia yang menjadi orang tua. Anak adalah seseorang yang akan bertanggung jawab dengan kehidupannya, janji gemilang bagi masa depan bangsa, negara dan penghibur orang tua. Mendidik merupakan upaya mempersiapkan dan membina supaya menjadi anggota masyarakat yang berguna dan menjadi insan yang soleh dalam hidupnya. Untuk menjadi insan soleh, maka sejak dini anak harus dibekali dengan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Setelah iman dan taqwa bersemayam pada anak maka perilaku yang ditampilakan akan mempengaruhi penyesuaian diri dengan dirinya maupun dengan masyarakat. Sehingga membawa ketenangan hidup, ketrentaman jiwa, MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
85
Nilai-Nilai Pendidikan Kepribadian Generasi Muda Dalam Kitab Al-Barzanji Karya Ja’far Bin Hasan
maupun kebahagiaan batin. Oleh karena itu orang tua harus bisa memahami dan mendidik anak sejak awal pertumbuhannya. Sedini mungkin, ruh anak harus disirami dengan air samawi agar dapat mengantarkan
pada
kematangan
kepribadian,
keutuhannya,
keseimbangannya dan mendorong manusia mengembangkan dirinya menuju kesempurnaan manusiawi. Dapat dilihat dalam kehidupan manusia sehari-hari bahwa manusia diciptakan oleh Allah tidak lepas dari keterkaitan
antar
manusia
yang
satu
dengan
yang
lainnya.
Kecenderungan mencontoh itu sangat besar peranannya pada anak-anak, sehingga sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan. Sesuatu yang dicontoh, ditiru atau diteladani itu mungkin bersifat baik dan mungkin juga bersifat buruk. Untuk itu bagi umat Islam, keteladanan yang paling baik dan utama ialah terdapat dalam diri pribadi Rasulullah SAW. seperti di dalam Al-Qur‟an surat Al-Ahzab ayat 21 disebutkan: ۟ َّللاِ أَُ َْوة ٌ َح َسنَةٌ ِلِّ َمن َكانَ يَ ْر ُج َّ َّللا َو ْال َي ْو َم وا َو ِل ُ فِى َر َ َّ ﴾٢٣:َ﴿اْلحزا
َل ُك ْم
ََكان
ْلَّقَد
ْٰ َّ يرا اِل ِخ َر َوذَك ََر ً َّللاَ َك ِث
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (Al- Qur‟an dan terjemahannya, 2005: 336). Potret keteladanan pada diri Rasulullah merupakan petunjuk bagi kaum muslim dalam menjalankan peranannya dalam melakukan amanah untuk mendidik anaknya. Jika dikaji lebih dalam, proses pendidikan berarti setiap pendidik harus berusaha menjadi teladan bagi anak didiknya. Teladan dalam semua kebaikan bukan teladan yang mengarah dalam hal keburukan, dalam pembinaan anak keteladanan sangat penting karena dalam interaksi pendidikan, anak didik tidak sekedar menangkap 86
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Lukluil Makenun
dan memperoleh makna suatu ucapan pendidikan, akan tetapi justru melalui keseluruhan pribadi, yang tergambar pada sikap dan tingkah laku para pendidiknya. Adapun nilai pendidikan kepribadian dalam kitab AlBarzanji kesesuaiannya dengan kepribadian yang dibutuhkan generasi muda sekarang adalah sebagai berikut: 1.
Kesabaran menghadapi cobaan Sabar merupakan kunci untuk meredakan setiap masalah. Di
mana setiap masalah selalu mengusik hati yang tenang menjadi resah dan gundah. Kebanyakan dari pemuda mempunyai sifat yang penuh ambisi, kemauan, dan idealisme yang tinggi. Pemuda juga senantiasa berpikir pendek dalam menghadapi suatu masalah. Maka sifat sabarlah yang mampu meredakan emosi dan menerangkan hati serta mampu menghadapi masalah dengan pikiran yang jernih. Di dalam kehidupan berbagai persoalan selalu menghampiri setiap manusia. Inilah cobaan dari Allah untuk hamba-Nya tidak terkecuali para pemuda. Bentuk cobaan tersebut bisa berupa pengangguran, kesenjangan sosial, pertikaian, penganiayaan, dan lain sebagainya, sebagai ujian bagi hambaNya untuk ditingkatkan derajatnya. Seberapa pun besanya cobaan tersebut bila dihadapi dengan sabar maka Allah akan memudahkannya. Sebagaimana Rasulullah SAW dalam menghadapi cobaan dan rintangan dari musuhnya kaum kafir Quraisy dalam menegakkan agama Islam. Dengan sifat sabar Rasulullah, akhirnya Islam dapat ditegakkan di kota Mekkah dan Madinah, begitu juga orang-orang yang menentangnya berbalik menyayanginya dan memuliakannya. 2.
Amanah Di masa sekarang sulit sekali mencari orang yang amanah (dapat
dipercaya) seakan tanpa berdusta dan berbuat curang manusia tidak bisa MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
87
Nilai-Nilai Pendidikan Kepribadian Generasi Muda Dalam Kitab Al-Barzanji Karya Ja’far Bin Hasan
meraih keuntungan dan kedudukan. Padahal sifat amanah sangat penting, karena sifat amanah dapat meninggikan derajat manusia dimata Allah dan hamba-Nya. Kita bisa mencontoh Rasulullah SAW ketika dipercaya untuk memimpin peletakkan hajar aswad. Di mana pada waktu itu terjadi pertikaian dari 4 (empat) suku yang hampir saja menimbulkan peperangan.
Dengan
dipercayakannya
Rasulullah
SAW
untuk
meletakkan atau memimpin peletakkan hajar aswad tersebut, maka Rasulullah dengan adil meletakkan hajar aswad di tengah kain persegi yang mempunyai 4 (empat) sisi. Dengan demikian, setiap pemimpin suku bisa mengangkat hajar aswad secara bersama-sama. Begitu juga ketika Rasulullah SAW berdagang, beliau tidak pernah membohongi Siti Khotijah sebagai pemilik barang yang didagangkannya, meskipun keuntungan dari berdagang berlipat-lipat. Maka sebagai pemuda sudah semestinya kita mencontoh sifat amanah Rasulullah SAW karena amanah menjadikan orang lain percaya kepada kita. Apabila orang lain sudah percaya tentunya berbagai kepercayaan akan diberikan kepada kita baik pekerjaan, kedudukan dan lain-lain. 3.
Tawadhu‟ Rasulullah SAW adalah pemimpin negara sekaligus pemimpin
agama, akan tetapi Rasulullah tidak pernah sombong melainkan selalu merendahkan diri. Meskipun jabatannya tinggi Rasulullah justru senang bergaul dengan orang fakir dan miskin. Sifat Rasulullah SAW yang demikian harus dipraktikkan oleh umat Islam khususnya pemuda. Sifat tawadhu‟ tidaklah mudah dilakukan. Oleh karena itu, butuh latihan secara terus menerus agar menjadi kebiasaan. Menghormati dan menghargai orang lain lebih baik dari pada menyombongkan diri yang hanya menimbulkan kemarahan orang lain. Allah SWT juga mencintai 88
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Lukluil Makenun
orang yang suka bertawadhu‟ daripada hamba yang berbuat sombong. Sifat yang sombong justru menjadi bumerang bagi diri individu karena sifat tersebut mengundang kebencian terhadap orang lain. Kebencian yang mendalam akan mengakibatkan seseorang melakukan kejahatan kepada orang yang dibenci. 4.
Kesederhanaan Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang berlebihan,
maksudnya Allah tidak suka kepada orang yang suka boros melainkan senang dengan orang yang berbuat hemat. Demikian juga, Allah tidak suka kepada orang yang hidup bermewah-mewahan melainkan cinta kepada orang yang hidup dengan kesederhanaan. Kesederhaan ini telah dicontohkan Rasulullah SAW. Beliau adalah orang yang sederhana yang hidup mandiri. Beliau tidak sungkan memakai baju bekas yang sudah rusak dan beliau juga tidak sungkan untuk menjahit bajunya sendiri. Contoh kesederhaan Rasulullah SAW perlu ditiru khususnya generasi pemuda. Jika para pemuda senang hidup sederhana maka akan membentuk kepribadian yang santun. Kesederhanaan menjadi penting mengingat kehidupan masa sekarang yang penuh dengan hura-hura dan arogan. Dengan hidup sederhana akan menjauhkan diri dari sifat pemborosan karena sifat pemborosan tidak mampu mengukur harta yang dimiliki. Sifat pemborosan juga tidak punya kendali terhadap keinginan dan kemauan yang timbul dari hawa nafsu. 5.
Pemaaf Ciri-ciri orang yang berjiwa besar adalah orang yang mampu
memaafkan kesalahan orang lain meskipun berat dirasakan. Sifat pemaaf adalah sifat yang mulia yang menjauhkan diri dari penyakit hati. Rasulullah SAW sudah sekian kali disakiti oleh orang-orang kafir MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
89
Nilai-Nilai Pendidikan Kepribadian Generasi Muda Dalam Kitab Al-Barzanji Karya Ja’far Bin Hasan
Quraisy bahkan beliau pernah diludahi dam dilempari kotoran, tetapi ketika orang yang menyakiti tersebut sakit, Rasulullah adalah orang yang pertama menjenguknya. Kedatangan Rasulullah SAW mengejutkan orang yang menjahatinya, ia pun merasa malu dan bersalah dan ketika orang yang sakit tersebut meminta maaf dengan segera Rasulullah langsung memaafkan tanpa menyimpan dendam sedikit pun. Kisah Rasulullah dapat dijadikan teladan bagi kaum muda agar menjadi orang yang besar hatinya dan mulia akhlaknya. Usia muda adalah usia yang mudah naik darah dalam arti mudah emosi dan marah dalam menghadapi masalah. Begitu juga ketika disakiti oleh orang lain, rasa sakit tersebut tidak akan bisa hilang sebelum terbalaskan. Tetapi jika dilatih dengan sifat pemaaf niscaya pemuda akan menjadi pemuda yang luhur dan disegani seperti halnya Rasulullah. 6.
Bermusyawarah Dalam
bermusyawarah
Rasulullah
SAW
mengajarkan
musyawarah yang demokratis. Rasulullah selalu memberi kesempatan kepada para sahabat untuk berpendapat mengenai suatu masalah yang bersifat ijtihad. Maksudnya ketika itu bukan dari Allah maka para sahabat diperkenankan menyumbangkan ide dan gagasannya seperti ketika Al-Farizi mengusulkan membuat parit dalam perang khandak. Setelah keputusan ditetapkan Rasulullah menyerahkan keseluruhannya kepada Allah SWT. Begitu indah musyawarah yang diajarkan Rasulullah SAW kepada kita, tiada kefanatikan yang menjerumus ke arah pertikaian. Sudah sepatutnya cara ini dipakai oleh setiap umat Islam. Memberikan kebebasan dalam berpendapat dan berpartisipasi kemudian setiap keputusan diakhiri dengan bertawakal kepada Allah SWT. Niscaya cara ini akan diterima oleh setiap insan dengan hati yang lapang dan gembira. 90
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Lukluil Makenun
7.
Menyayangi dan mengasihi orang yang lemah Dengan menanamkan sikap menyayangi dan mengasihi sejak dini
pada pemuda, diharapkan dalam kehidupannya menjadi pribadi yang optimis
dan
dapat
membantu
orang
lain
yang
membutuhkan
pertolongannya tanpa membedakan suku, ras, dan derajat orang lain. Dalam berbagai kesempatan, Rasulullah SAW sendiri tidak pernah membedakan siapa yang dikasihi dan disayanginya. Sebab kasih sayang itu merupakan tabiat beliau, bahkan tidak saja terhadap orang-orang Islam, namun juga kaum musyrikin.
B. Relevansi Tujuan Pendidikan Kepribadian Generasi Muda Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas, yaitu memiliki budi pekerti luhur dan moral yang baik di samping memiliki intelektual yang tinggi. Tujuan pendidikan yang diharapkan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan kepribadian
dan
keterampilan,
kesehatan
jasmani
dan
rohani,
yang mantap, mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan. Selain itu tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan seluruh aspek dalam diri manusia; aspek kepribadian, intelektual, fisik, dan mental-spiritualnya. Mengingat manusia adalah makhluk yang rasional (yang memiliki akal-budi dan MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
91
Nilai-Nilai Pendidikan Kepribadian Generasi Muda Dalam Kitab Al-Barzanji Karya Ja’far Bin Hasan
kehendak bebas), untuk dapat berkembang mencapai keutuhan dirinya sebagai manusia, ia harus dididik. Dalam pendidikan, aspek kepribadian merupakan aspek yang paling utama untuk dikembangkan, karena kepribadian menyangkut sikap dan tingkah laku yang baik, yang sesuai dengan keluhuran martabat manusia. Oleh sebab itu pendidikan harus selalu berusaha membentuk dan mengembangkan sikap dan tingkah laku yang baik dan benar, agar pendidik mampu mengantarkan anak didiknya menjadi generasi muda yang memiliki intelektual tinggi dan berkepribadian yang baik. Mengamati generasi muda yang memiliki karakteristik sedemikian rupa yang sebelumnya penulis telah uraikan pada bab di atas, maka relevansi tujuan nilai pendidikan kepribadian dalam kitab Al-Barzanji dengan kepribadian yang dibutuhkan generasi dewasa ini adalah terbentuknya secara terpola kepribadian utama manusia lebih-lebih generasi muda penerus bangsa agar memiliki akhlak mulia, budi pekerti luhur dan bertabiat terpuji dengan meneladani Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang dicontohkan oleh beliau semasa hidupnya. Sebagaimana firman Allah dalam QS. At-Tahrim ayat 6: ۟ ُٰ ٰٓيأَيُّ َها الَّذِينَ َءا َمن اس ً س ُك ْم َوأ َ ْه ِلي ُك ْم ن ُ ََّارا َوقُودُهَا الن َ ُوا قُ ٰٓو ۟ا أَنف ٰٓ ٰ ٌ َ ٌ َّ َّللاَ َما ٰٓ أ َم َر ُه ْم َصون ُ ارة ُ َعلَ ْي َها َملئِكَة ِغ ََلظ ِشدَاد ٌ َِّل يَ ْع َ َو ْال ِح َج ﴾١:َويَ ْفعَلُونَ َما يُؤْ َم ُرونَ ﴿التحريم Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” ( (Al-Qur‟an dan terjemahnya, 2005: 448). Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa kita disuruh menjaga diri kita dan keluarga kita dari api neraka. Maksud menjaga diri dan keluarga 92
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Lukluil Makenun
adalah dengan cara melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Dalam konteks ini ada dua hal yang pokok yaitu habluminallah dan hablum minannas. Hamblum minallah adalah hubungan manusia dengan Allah secara langsung dimana hak Allah lebih utama daripada hak manusia. Sedangkan hablum minannas adalah hubungan manusia dengan sesama manusia, dimana manusia mempunyai hak dan kewajiban terhadap orang lain. Kitab Al-Barzanji yang mengajarkan tentang keteladanan Rasulullah SAW dalam penelitian ini lebih kepada hablum minannas, yaitu meneladani sifat Rasulullah yang mengajarkan tata cara hidup baik sebagai individu maupun kolektif, baik sebagai pribadi, keluarga, masyarakat maupun negara. Akhlak Rasulullah adalah akhlak yang mulia, tutur katanya lembut, tingkah lakunya sopan dan kebijakannya selalu adil. Itulah yang membuat Rasulullah mudah diterima dan dicintai di mana pun beliau berada. Sesungguhnya akhlak Rasulullah inilah yang mengajarkan kepada kita agar mampu menjalin hubungan baik dengan sesama. Dengan akhlak yang baik seseorang akan dihormati dan disegani. Sedangkan untuk menjaga keluarga, orang tua diwajibkan memberikan pendidikan yang baik kepada anak-anaknya agar selamat di dunia dan akherat. Sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah, karena Rasulullah sendiri memberikan pendidikan kepada istri dan anaknya bahkan beliau adalah pendidik bagi umatnya. Pendidikan agar selamat di dunia tidak lain adalah pendidikan akhlak karena berhubungan dengan manusia, dan pendidikan akhlak yang paling baik adalah pendidikan akhlak Rasulullah SAW sedangkan agar selamat dari akherat maka pendidikan ubudiyah itu yang harus diberikan. Begitu banyak keteladanan Rasulullah yang diajarkan kepada kita sebagaimana yang ada di kitab Al-Barzanji. Sudah MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
93
Nilai-Nilai Pendidikan Kepribadian Generasi Muda Dalam Kitab Al-Barzanji Karya Ja’far Bin Hasan
sepatutnya generasi muda membentuk jamaah sholawat agar selalu senantiasa memuliakan Rasulullah dan meneladaninya.
C. Relevansi Pendidikan Kepribadian Generasi Muda dalam kitab Al- Barzanji pada Konteks Sekarang Kitab Al-Barzanji dalam bahasa aslinya (Arab) dibaca pada berbagai kesempatan, antara lain pada waktu peringatan maulid Nabi Muhammad SAW (hari kelahiran). Hari Senin, 12 Rabi‟ul al-Awwal (disebut juga dengan bulan Mulud), sudah dihafal oleh masyarakat. Perayaan maulid dianggap sangat penting oleh umat Islam, selain untuk mengenang jasa-jasa Nabi dalam menyebarkan ajaran agama, juga sebagai upaya untuk menjadikannya suri teladan. Tidak mengherankan bila dalam upacara peringatan itu hampir selalu diuraikan sejarah kehidupannya, atau mengutip sesuatu yang bersangkutan dengannya, sebagai ide moral dalam menjelaskan masalah-masalah kontemporer yang sedang dihadapi oleh umat Islam. Bahkan, pada mulanya maulid Nabi diperingati tidak hanya untuk mengenang jasa-jasanya, tetapi juga untuk membangkitkan semangat tentara Islam yang sedang menghadapi tentara Salib. Sehingga saat itu tentara Islam dapat merebut kembali Bait al- Muqaddas di Yerussalem yang beberapa tahun telah diduduki tentara Salib (Muthohar, 2011: 2). Selain pada waktu peringatan Maulud Nabi, Al-Barzanji juga sering dibaca ketika ada hajat pemberian nama bagi seorang bayi, acara khitanan, upacara pernikahan, upacara memasuki rumah baru, berbagai upacara syukuran, dan ritus peralihan lainnya, sebagai sebuah acara ritual yang dianggap dapat meningkatkan iman dan membawa banyak manfaat.
94
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Lukluil Makenun
Tradisi pembacaan Al-Barzanji dapat dilihat dari dua aspek manfaat: Pertama, aspek ibadah dan spiritual yang bertujuan untuk dzikrullah, mencari syafaat di hari kiamat, mengharap barakah, ungkapan cinta pada Rasul, penentram jiwa, penghormatan kepada Nabi, teladan moral, dan peningkatan spiritual. Kedua, aspek sosio kultural yang bertujuan untuk bersilaturrahim, guyub rukun, seni dan budaya Islam, sarana hiburan dan tradisi kampong halaman. Bila dikaji lebih dalam, kitab Al-Barzanji selain berisi tentang sejarah dan puji-pujian atas keutamaan Nabi Muhammad SAW di dalamnya juga terdapat nilai-nilai pendikan kepribadian yang perlu diteladankan pada generasi muda, antara lain kesabaran dalam menghadapi cobaan, amanah, tawadhu‟, kesederhanaan, pemaaf, suka bermusyawarah, menyayangi dan mengasihi orang yang lemah. Dewasa ini pendidikan kepribadian menjadi prioritas utama khususnya bagi anakanak dan remaja. Pendidikan kepribadian sebagai benteng dari pergaulan bebas yang mengarah dari penyimpangan-penyimpangan tatanan sosial serta norma-norma yang ada. Banyaknya pergaulan bebas dengan pengawasan yang serba terbatas menjerumuskan anak dalam pergaulan yang tidak sesuai dengan norma-norma Islam. Masa-masa yang seharusnya diisi dengan keindahan budi pekerti menjadi masa yang kelam yang kurang mengerti tatanan dan aturan. Di era modern seperti ini dengan teknologi yang serba canggih menyediakan fasilitas informasi yang serba mudah. Tanpa pendidikan kepribadian tentu anak tidak punya kendali dalam melangkah. Padahal teknologi seperti internet tidak hanya memberikan dampak positif, tetapi juga dampak negatif. Bila tidak ada pengawasan dari orang tua bukan tidak mungkin anak akan mengakses informasi yang buruk, seperti pornografi. Pendidikan kepribadian harus MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
95
Nilai-Nilai Pendidikan Kepribadian Generasi Muda Dalam Kitab Al-Barzanji Karya Ja’far Bin Hasan
ditanamkan sejak kecil baik dari keluarga, masyarakat dan sekolah, baik sekolah formal maupun non formal. Pendidikan kepribadian membekali peserta didik untuk dapat menjaga diri dari perbuatan-perbuatan yang buruk. Dengan demikian, sangat relevan jika pendidikan kepribadian dalam kitab Al-Barzanji diterapkan di masa sekarang. Di mana anak mulai kehilangan pegangan dalam menjalani hidup.
Kesimpulan Setelah penulis menguraikan tentang nilai-nilai pendidikan kepribadian dalam kitab Al-Barzanji maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1.
Kitab Al-Barzanji disusun oleh Ja‟far bin hasan, beliau adalah putra „Abd al-Karim bin Muhammad al-Barzanji. Nama Al-Barzanji dibangsakan kepada nama penulisnya, yang diambil dari tempat asal keturunannya yakni daerah Barzinj (Kurdistan). Kitab Al-Barzanji terdiri dari dua bentuk yaitu nasr dan nadzam. Bagian nasar terdiri atas 19 bagian, yang setiap bagiannya dibatasi dengan suatu jeda (fashilat). Sementara, bagian puisi (nadzam) terdiri atas 16 sub bagian dengan mengolah rima akhir “nun”. Kitab tersebut seluruhnya menceritakan pujian dan riwayat hidup Nabi Muhammad SAW.
2.
Nilai pendidikan kepribadian dalam kitab Al-Barzanji meliputi, Kesabaran menghadapi cobaan, amanah, tawadhu‟, kesederhanaan, pemaaf, bermusyawarah, menyayangi dan mengasihi orang yang lemah. Sedangkan tujuan dari pendidikan kepribadian dalam kitab Al-Barzanji adalah membentuk serta mempola kepribadian utama manusia lebih-lebih generasi muda penerus bangsa agar memiliki
96
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Lukluil Makenun
akhlak mulia, budi pekerti luhur dan bertabiat terpuji dengan meneladani Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang dicontohkan oleh beliau semasa hidupnya. 3.
Pendidikan kepribadian dalam kitab Al-Barzanji mempunyai relevansi yang tepat dengan pendidikan kepribadian yang dibutuhkan oleh
generasi
muda
sekarang.
Baik
nilai-nilai
pendidikan
kepribadian maupun tujuan pendidikan kepribadian. Jika nilai pendidikan kepribadian dalam kitab Al- Barzanji diteladankan atau diajarkan pada anak didik, maka akan 4.
melahirkan generasi muda yang berbudi luhur dan mengangkat bangsa ini sebagai bangsa yang berbudi. Pendidikan kepribadian harus ditanamkan sejak kecil baik dari keluarga, masyarakat dan sekolah, baik sekolah formal maupun non formal. Di mana anak mulai kehilangan pegangan dalam menjalani hidup.
Daftar Pustaka Achmadi. 2005. Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme Teosentris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Adib, Muhammad. 2009. Burdah Antara Kasidah Mistis dan sejarah. Yogyakarta: PT LkiS Printing Cemerlang. Ahmadfillah. 2010. Sejarah Al-Barzanji (online).(http://majelisrasulullahbuleleng. Woerdpress.com, diakses 14 mei 2011). Ahmadi, Wahid. 2004. Risalah Akhlak: Panduan Perilaku Muslim Modern. Solo Era Intermedia. Al-Bantani, Nawawi. Tt. Qami’ Tughyan.Semarang: Griya Putra. Arifin, M. 1987. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Arifin, Tatang M. 1990. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rajawali, Jakarta. Bakker, Anton. 1984. Metode-Metode Filsafat. Jakarta: Ghalia Indonesia. MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
97
Nilai-Nilai Pendidikan Kepribadian Generasi Muda Dalam Kitab Al-Barzanji Karya Ja’far Bin Hasan
Bruinessen, Martin van. 1995. Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat: Tradisitradis Islam di Indonesia. Bandung: Mizan. Dahlan, Abdul Aziz. 2001. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve. Daroeso, Bambang. 1986. Dasar dan Konsep Pendidikan moral Pancasila. Semarang: Aneka Ilmu. Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terejemahnya. Bandung: Diponegoro. Fattah, Munawir Abdul. 2008. Tradisi Orang-Orang NU. Yogyakarta: Pustaka Pesantren. Firmansyah, Luqman, 2010. Biografi Pengarang Kitab Al-Barzanji (Syaikh Ja’far Barzanji), (online), (http://masdurohman.blogspot.com./2010/12/biografi-pengarangkitabmaulid. html, diakses 17 Januari 2011). Hadi, Sutrisno. 1991. Metodologi Research. jilid 1. Yogyakarta: Andi Offset. http://masaafirulkhoonah.blogspot.com//2010/08/Sayyid-Jafar-alBarzanji.html, diakses 14 Januari 2011. Hurlock, Elizabeth B. 1989. Perkembangan Anak, Jilid 2, Terj. Meitasari Tjandrasa. Jakarta: Erlangga. Husein, Ibnu. 2004. Pribadi Muslim Ideal. Semarang: Pustaka Nuun. Ilyas, Yunahar. 2007. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI).
98
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Rudi Triyo Bowo
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI PERINGATAN TAHUN BARU HIJRIYAH Rudi Triyo Bowo Instansi
Abstract The purpose of this study was to determine the history of the new year hijriyah implemented, the stage of the ritual and the perception of the community about the new year ritual hijriyah as well as to determine the values of Islamic education in the new year hijriyah in the TRAJI village, Parakan district, Kab. Temanggung. The research is conducted qualitatively. The research results showed that the originator of the new year hijriyah tradition held in the TRAJI village is mastermind Garu, the ritual is the preparation stage; done before the carnival, implementation; start of carnival and ritual ceremony performed in the spring Sidukun, cover; the whole ritual procession in covered with leather puppet performances. The perception of most people around to believe that by implementing the new year ritual in hijriyah will bring blessing and favor and if not held tradition else something bad will happen. Values of Islamic education in the tradition of the hijriyah new year in the TRAJI village is the educational value of history, the advice of kindness, unity and integrity as well as the educational value of local wisdom. The value of unity is very important given the villagers of TRAJI which consists of various religions and beliefs, it can be an example in inter-religious harmony in the life of the nation. Keywords: educational values, tradition, new year of hijriyah
Pendahuluan Indonesia merupakan negara yang penduduknya terdiri dari berbagai macam agama, suku, bangsa, adat, keyakinan dan kebudayaan. Mereka tersebar diseluruh wilayah Indonesia mulai dari ujung Sabang sampai Merauke. Salah satu suku yang ada di negara ini adalah suku
MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
99
Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Peringatan Tahun Baru Hijriyah
Jawa. Suku Jawa merupakan salah satu suku yang mempunyai berbagai macam kekayaan dan keunikan dalam melaksanakan adat istiadat serta kebudayaan mereka. Salah satu kebudayaan jawa yang dilaksanakan secara teratur adalah peringatan tahun baru hijriyah. Dalam kepercayaan orang jawa, tahun baru Hijriyah yang jatuh pada malam 1 Muharram atau sering disebut dengan malam 1 Sura memiliki makna spiritual sebagai perwujudan perubahan waktu yang diyakini akan berdampak pada kehidupan manusia (Sholikhin, 2010: 12). Pada tanggal tersebut juga merupakan salah satu hari besar bagi umat Islam dan di tetapkan sebagai hari libur nasional (Partokusumo, 1995: 236). Menurut pandangan hidup orang Jawa saat-saat terjadinya perubahan tahun baru tersebut, diperlukan suatu laku ritual yang berupa introspeksi diri. Secara historis peringatan 1 Muharram merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem nilai mistik dan keyakinan orang Jawa (Sholikhin, 2010: 4). Bagi sebagian besar orang, khususnya orang Jawa malam 1 Muharam atau 1 Sura mempunyai arti dan nilai yang di anggap penting dan sakral. Nilai adalah suatu konsep abstrak mengenai masalah dasar yang sangat penting dan bernilai dikehidupan manusia atau sebuah konsep mengenai penghargaan tinggi yang diberikan oleh warga masyarakat kepada beberapa masalah pokok dikehidupan keagamaan yang bersifat suci sehingga menjadi pedoman bagi tingkah laku keagamaan warga masyarakat bersangkutan (TPKBBI, 2008: 615). Tahun baru Hijriyah dirayakan oleh sebagian umat Islam dengan berbagai acara yang berbeda dari tempat satu dengan tempat yang lain. Salah satu daerah yang mempunyai tradisi perayaan yang unik adalah Desa Traji, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung. Satu sura 100
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Rudi Triyo Bowo
dilaksanakan dengan tradisi ritual upacara adat Kirab Pengantin dan pagelaran wayang kulit. Pelaksanaan upacara adat Kirab Pengantin dilakukan setiap tanggal 1 Muharram/Sura pukul 18.00 WIB. Pada saat itulah Kepala Desa
layaknya sepasang pengantin dikirab menuju
Sendhang Sidhukun. Selanjutnya pada malam tanggal 2 Sura dilaksanakan ritual pagelaran wayang kulit semalam suntuk. Pagelaran wayang kulit merupakan puncak dalam tradisi ritual upacara adat Kirab Pengantin 1 Sura di Desa Traji. Menurut Masyarakat setempat tradisi ini bermula dari kisah legenda dalang wayang kulit yang bernama Ki Dalang Garu dari Desa Beringin yang didatangi orang berpakaian bangsawan yang memintanya mementaskan wayang kulit pada malam 1 Sura. Konon orang yang berpakaian bangsawan kerajaan tersebut adalah penunggu dari sendang Sidukun (Prasurvei, 22 Oktober 2014) Walaupun tidak mengetahui asal mula dan kapan di mulainya tradisi tersebut masyarakat desa Traji, mereka rutin memperingat malam 1 Muharram dengan hikmat dan penuh kepercayaan. Menurut Pak Suwari selaku juru kunci Sendang Sidukun tradisi upacara adat Kirab Pengantin 1 Muharram di Desa Traji ini bersifat turun temurun dan ini merupakan perwujudan interaksi antara budaya Islam dan budaya Jawa. Tradisi upacara adat Kirab Pengantin 1 Muharram Desa Traji memiliki akar sejarah yang panjang, tetapi untuk sementara ini belum ada sumber baik lisan ataupun tertulis yang mampu memberikan keterangan kapan tradisi upacara adat 1 Sura di Desa
Traji itu mulai berlangsung
(Prasurvai, 22 Oktober 2014). Dari berbagai macam alasan dan uraian di atas penulis tertarik dan ingin mengangkatnya dalam bentuk skripsi dengan judul “nilai-nilai MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
101
Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Peringatan Tahun Baru Hijriyah
pendidikan Islam dalam tradisi peringatan tahun baru hijriyah (studi perspektif pada masyarakat desa Traji kecamatan Parakan kabupaten Temanggung)”.
Permasalahan Di dalam merumuskan fokus penelitian, perlu adanya sistematika analitik untuk mencapai sasaran yang menjadi objek kajian, sehingga pembahasan akan lebih terarah pada pokok masalah. Hal ini dimaksudkan agar terhindar dari pokok masalah yang tidak ada kaitannya. Adapun fokus penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah sejarah peringatan tahun baru hijriyah di Desa Traji, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung? 2. Bagaimanakah tahapan ritual peringatan tahun baru hijriyah di Desa Traji, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung? 3. Bagaimana persepsi masyarakat sekitar tentang ritual peringatan tahun baru hijriyah di Desa Traji, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung? 4. Adakah nilai-nilai pendidikan Islam dalam peringatan tahun baru hijriyah di Desa
Traji, Kecamatan Parakan, Kabupaten
Temanggung?
Tinjauan Pustaka Untuk menhindari kekaburan dan salah dalam penafsiran serta memahami makna dari istilah yang digunakan penulis maka penulis memberikan beberapa pengertian yang terkandung, yaitu:
102
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Rudi Triyo Bowo
A. Nilai Pendidikan Islam Nilai adalah suatu konsep abstrak mengenai masalah dasar yang sangat penting dan bernilai dikehidupan manusia atau sebuah konsep mengenai penghargaan tinggi yang diberikan oleh warga masyarakat kepada beberapa masalah pokok dikehidupan keagamaan yang bersifat suci sehingga menjadi pedoman bagi tingkah laku keagamaan warga masyarakat bersangkutan (TPKBBI, 2008: 615). Menurut Surayin (2007: 374) nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda atau hal untuk memuaskan manusia. Nilai juga diartikan kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dihargai, dan dapat menjadi objek kepentingan (Sjarkawi, 2009: 29). Menurut Sudirman Dkk (1991: 04), “Pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental”. Sedangkan menurut Roqib (2009: 21), pendidikan Islam adalah proses perubahan menuju arah yang lebih positif dalam pengembangan jasmaniah dan rohaniah berdasarkan atas ajaran Islam untuk mencapai kepribadian muslim yaitu kepribadian yang di dalamnya tertanam nilainilai Islami sehingga perilakunya sesuai dengan ajaran Islam. Dari berbagai pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa nilai pendidikan islam adalah suatu konsep mengenai masalah dasar yang sangat penting dan bernilai yang melekat dan sejalan dengan pendidikan sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam ajaran islam.
MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
103
Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Peringatan Tahun Baru Hijriyah
B. Tradisi Peringatan Tahun Baru Hijriyah Tradisi adalah adat kebiasaan turun temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan dalam masyarakat (TPKBBI, 2008: 959). Tradisi juga dapat di artikan sebagai wujud gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai budaya, norma-norma, hukum serta aturan yang satu dengan yang lain
berkaitan
menjadi
suatu
sistem
yaitu
simtem
budaya
(Koentjaraningrat, 2003: 239). Dalam hal ini tradisi tidak dapat di pisahkan dari budaya yang di laksanakan suatu sistem tersebut. Peringatan tahun baru hijriyah adalah memperingati pergantian tahun hijriyah yang dilakukan setiap awal tahun. Sedangkan kalender tahun hijriyah adalah tahun yang berdasarkan penanggalan perputaran rotasi bulan terhadap bumi sering di sebut juga dengan tahun Qamariyah. Tahun hijriyah diawali dengan bulan Muharam, yang oleh Sultan Agung dinamakan sebagai bulan Sura. Dalam sistem Islam sendiri, bulan ini di pandang sebagai bulan haram atau bulan suci. Pada bulan ini larangan perang terhadap kaum kafir Quraisy di cabut. Bagi kaum Syiah, muharam merupakan bulan ratapan atas kematian Husein bin Ali bin Abi Tholib (Sholikhin, 2010: 23)
Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang berbentuk kualitatif yaitu penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik, bahwa datanya ditanyakan dalam keadaan sewajarnya atau sebagaimana adanya (natural setting) dengan tidak merubah dalam bentuk simbolsimbol
atau
bilangan
sehingga
dalam
penelitian
ini
peneliti
menggambarkan peristiwa maupun kejadian yang ada dilapangan tanpa
104
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Rudi Triyo Bowo
mengubahnya menjadi angka maupun simbol (Nawawi, dan Martini, 1996: 174) Sedangkan
pendekatan
penelitian
yang
dipakai
adalah
pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dan orang-orang dan perilaku yang dapt diamati dan diarahkan pada latar alamiah dan individu tersebut secara holistik (menyeluruh) (Moleong, 2002).
Pembahasan Kumpulan data yang dianalisa dalam skripsi ini bersumber dari hasil wawancara dengan masyarakat setempat yang penulis anggap mampu untuk memberikan keterangan yang relevan, dilengkapi dengan dokumen yang ada. Mengacu pada fokus penelitian dalam skripsi ini, maka penulis akan menganalisa dan menyajikanya secara sistematis tentang tradisi peringatan tahun baru hijriyah dan nilai-nilai yang terdapat dalamnya. Setelah terjun kelapangan di desa Traji, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung. Penulis menemukan bentuk-bentuk tradisi peringatan tahun baru hijriyah dihubungkan dengan kajian teori, maka hasilnya sebagai berikut: A. Analisis Hasil Temuan 1.
Persepsi Masyarakat tentang Tradisi Peringatan Tahun Baru Hijriyah Dari sebagian besar pendapat para tokoh dan warga yang kami
wawancarai, mereka menyatakan bahwa tradisi peringatan tahun baru hijriyah merupakan tradisi yang harus dilesatarikan/dibudayakan.
MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
105
Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Peringatan Tahun Baru Hijriyah
Salah satunya diutarakan oleh bapak Sukri (salah satu warga desa traji). Hampir semua warga desa Traji mempercayai kalau tidak diadakannya ritual satu sura maka akan terjadi sesuatu yang buruk seperti gagal panen ataupun kecelakan. Sebaliknya apabila masyarakat melakukan ada kepercayaan akan diberi kemudahan dalam berbagai urusan seperti panen yang melimpah ataupun keselamatan. Begitu juga dengan apa yang disampaikan oleh ibu Nafiah (salah seorang warga desa Traji). Ada kepercayaan kalau tidak melaksanakan ritual tahun baru hijriyah maka sesuatu yang buruk akan menimpa. Oleh karena itu semua warga desa Traji kompak melaksanakan ritual tersebut. Hampir semua narasumber yang berasal desa Traji ataupun masyarakat sekitar desa Traji yang penulis wawancarai mempercayai bahwa peringatan tradisi satu sura dapat memberi keberkahan begitu juga sebaliknya apabila tidak dilaksanakan maka sesuatu yang burukakan terjadi. Selain itu tradisi peringatan tahun baru hijriyah di desa Traji sangat banyak sekali manfaat serta banyak sekali nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Tradisi tersebut juga sebagai sarana pemersatu masyarakat khususnya masyarakat desa Traji yang terdiri dari berbagai macam agama dan keyakinan. Seperti apa yang dikatakan oleh mbah Suwari (juru kunci sendang Sidukun). Masyarakat desa Traji itu terdiri dari berbagai macam agama dan kepercayaan, ada yang Islam, Kristen, Budha dan ada juga yang kepercayaan jawa atau kejawen. Dengan adanya peringatan tahun baru hijriyah dapat mempersatukan seluruh warga desa Traji ini. Tradisi peringatan tersebut menjadi salah satu contoh kecil persatuan yang dapat dijalin dalam bermasyarakat, dalam skala yang lebih besar persatuan dan kesatuan dapat diterapkan dalam kehidupan 106
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Rudi Triyo Bowo
bernegara, sehingga negeri ini akan tercipta keadaan yang tenteram, tenang dan damai. 2.
Bentuk Pelaksanaan Tradisi Peringatan Tahun Baru Hijriyah Dari berbagai macam sumber yang ditemukan dan orang yang
penulis wawancarai, tradisi peringatan tahun baru hijriyah di desa Traji kecamatan Parakan kabupaten Temanggung sudah berlangsung lama dan dilaksanakan secara turun-temurun. Tidak ada yang tahu kapan tradisi tersebut di mulai, akan tetapi masyarakat sekitar mempercayai bahwa apabila tidak diadakan tradisi tersebut maka akan terjadi sesuatu yang buruk. Menurut mbah Suwari selaku juru kunci sendang, “salah satu hal yang terpenting dalam ritual tersebut adalah kita sebagai makhluk bertuhan apabila kita memohon sesuatu hanya kepada Tuhan, sedangkan semua ritual tersebut hanya sebagai sarana permohonan kita”. Ritual peringatan ini dilaksanakan setiap tahunnya pada tanggal satu Muharram atau satu sura dimulai sekitar pukul 18.00. Rombongan yang terdiri dari kepala desa dan istrinya yang berpakaian layaknya pengantin diikuti pengiring dan juga gunungan besar, dikirab mulai dari kantor kepala desa menuju sendang Sidhukun. Disendang inilah berbagai macam ritual dilaksanakan sampai akhirnya gunungan yang dikirab tersebut diperebutkan oleh para pengunjung yang hadir dalam prosesi ritual tersebut. Selanjutnya sekitar pukul 00.00 WIB ritual dilanjutkan ke makam mbah Adam Muhamad beliau adalah tokoh penyebar agama islam di desa Traji. Ritual di akhiri di suatu tempat yang bernama Gumuk Guci. Pada malam kedua dilaksanakan pertunjukan wayang kulit, pertunjukan wayang tersebut sebagai penutup dari berbagai macam MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
107
Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Peringatan Tahun Baru Hijriyah
rangkaian ritual yang dilaksanakan dalam peringatan tahun baru hijriyah di desa Traji. Selain sebagai penutup pertunjukan tersebut berisi berbagai macam nasehat untuk masyarakat khususnya masyarakat desa Traji. Lakon atau cerita yang wajib dalam pertunjukan ini adalah nambak atau membendung maksudnya masyarakat dinasehati agar bisa membendung hawa nafsunya.
B. Nilai-nilai Pendidikan dalam Tradisi Peringatan Tahun Baru Hijriyah di Desa Traji, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung Dalam setiap tradisi atau budaya tentunya ada nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Begitu pula pada tradisi peringatan tahun baru hijriyah ini. Dari hasil penelitian penulis dan dikaitkan dengan teori, banyak sekali nilai-nilai yang terkandung di dalam tradisi Peringatan tahun baru hijriyah ini. Nilai-nilai tersebut antara lain : 1.
Nilai Pendidikan tentang Sejarah Dalam tradisi peringatan tahun baru hijriyah ini terdapat nilai
pendidikan sejarah yang tinggi. Yaitu sejarah Sunan Kalijaga yang pernah singgah di desa Traji. Nilai-nilai sejarah ini bisa dilihat dari cerita perjuangan Sunan Kalijaga dalam dakwah Islamnya. Selain itu bisa dilihat juga dari peninggalan-peninggalannya yang berupa petilasan yang ada di daerah Traji sebagai warisan budaya. 2.
Nilai Pendidikan Nasehat Kebaikan Nilai pendidikan nasehat kebaikan, terutama dalam pagelaran
wayang nampak sekali pada cerita yang didalamnya disisipkan nilai-nilai pendidikan Islam. Pada lakon nambak manusia disuruh untuk membendung hawa nafsunya. Selain itu pada lakon-lakon lainnya 108
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Rudi Triyo Bowo
disisipkan nilai-nilai pendidikan terutama agar menghormati orangtua, senantiasa bersyukur, senantiasa bersabar atas segala cobaan dan masih banyak lainnya. 3.
Nilai Pendidikan Persatuan dan Kesatuan Masyarakat desa Traji terdiri dari berbagai macam agama dan
latar belakang yang beragam. Tradisi peringatan tahun baru hijriyah yang diselenggarakan di desa Traji ternyata dapat berperan untuk menggalang persatuan dan kesatuan warga setempat. Nilai persatuan dan kesatuan dapat dilihat pada waktu pelaksanaan upacara. Masyarakat melakukan gotong-royong dengan membersihkan fasilitas umum berupa sendang, jalan, makam dan lingkungan. Mereka melakukannya secara suka rela, hal tersebut dapat menjadi ciri khas warga masyarakat untuk dapat dilestarikan dan dipertahankan. 4.
Nilai Pendidikan Kearifan Lokal Tradisi Peringatan tahun baru hijriyah
yang dilakukan
masyarakat desa Traji mempunyai kearifan lokal tradisi yang dapat dilestarikan. Sebelum pelaksanaan peringatan tahun baru hijriyah diadakan
kerja
bakti
membersihkan
sendang atau
kolam
seta
membersihkan lingkungan. Dengan mengamati berbagai kegiatan yang ada pada acara adat peringatan tahun baru hijriyah di desa Traji tersebut kiranya dapat kita ambil maknanya: a. Adanya rasa taqwa dan hormat terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Ini dapat dilihat adanya kegiatan doa bersama dalam kenduri yang dilakukan di kantor Kepala Desa secara bersama sebelum acara dilaksanakan sebagai ungkapan syukur dan mohon pertolongan agar acara berjalan lancar.
MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
109
Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Peringatan Tahun Baru Hijriyah
b. Adanya
rasa
kebersamaan
persatuan,
gotong-royong
berarti
menghilangkan individualisme dan egoistis. Ini dapat kita lihat dalam kerja sama dalam mempersiapkan segala sesuatu berkaitan dengan pelaksanaan peringatan tahun baru hijriyah. c. Mengajarkan tentang kesehatan, kebersihan dan keindahan yang bisa kita lihat adanya pelaksanaan kebersihan sendang atau kolam, jalanjalan, lingkungan dan lain-lain, sehingga akan membuat keindahan di samping kesehatan.
Namun demikian, kegiatan peringatan tahun baru hijriyah selain mengandung nilai-nilai positif juga masih banyak hal-hal yang kurang sesuai dengan ajaran Islam, diantaranya adalah a.
Masyarakat masih mengikuti tradisi nenek moyang atau orang terdahulu yang masih sangat kental dengan kepercayaan Hindu dan Budha serta Animisme dan Dinamisme. Hal ini menunjukkan bahwa ada kepercayaan yang dapat menjerumuskan manusia kepada penyekutuan terhadap Allah SWT dengan selain-Nya. Hal tersebut seharusnya perlu dipertimbangkan secara matang sehingga nilai-nilai Islam lah yang harus dikembangkan melalui peringatan tahun baru Hijriyah. Apabila hal ini dipahami oleh generasi penerus secara turun temurun dapat menyebabkan hilangnya nilai-nilai aqidah, berganti pada nilai-nilai takhayul
yang berkembang dalam
masyarakat. Disisi lain Allah SWT berfirman dalam surah An-Nisa ayat 48 َّ َّللاَ َِل يَ ْغ ِف ُر أَن يُ ْش َركَ بِ ِهۦ َويَ ْغ ِف ُر َما د ُونَ ٰذلِكَ ِل َمن إِ َّن َّ َو َمن يُ ْش ِر ْك ِب ﴾١٨:َع ِظي ًما ﴿النساء اَّللِ فَقَ ِد ا ْفت ََر ٰ ٰٓى ِإُْ ًما شا ٰٓ ُء َ َي Artinya: 110
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Rudi Triyo Bowo
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar (Kementrian Agama RI, 2013: 48) b.
Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan peringatan tahun baru hijriyah dan pertunjukan wayang kulit di Desa Traji mencapai Rp. 54.000.000,-. Ini merupakan biaya yang cukup besar. Alangkah lebih baiknya iuran warga masyarakat tersebut digunakan untuk hal-hal yang bersifat positif dan mengandung nilai-nilai ibadah seperti memperbaiki masjid/musholla, santunan yatim piatu, atau shodaqoh jariyah lainnya, sehingga dalam setiap tahun apabila dapat terkumpul sejumlah uang dengan nilai tersebut dapat memperbaiki kualitas ummat dalam mendukung kegiatan keagamaan.
c.
Dalam pelaksanaannya peringatan tahun baru hijriyah di desa Traji menyebabkan kemacetan. Hal itu berlangsung hampir setengah bulan, bahkan saat pelaksanaan kirap kendaraan tidak bisa bergerak sama sekali dikarenakan sangat penuh masyarakat yang mengikuti prosesi ritual atupun hanya sekedar melihat-lihat prosesi ritual. Salah satu hiburan yang ada pada pasar malam tersebut ada
kegiatan permainan perjudian, berupa permainan mancing hadiah ataupun lempar kolong berhadiah
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan observasi di atas, maka penulis dapat menyimpulkan hasil penelitian tentang tradisi peringatan tahun
MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
111
Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Peringatan Tahun Baru Hijriyah
baru hijriyah di Desa Traji, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung adalah sebagai berikut : 1.
Sejarah dilaksanakan peringatan tahun baru hijriyah di Desa Traji, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung adalah peristiwa yang dialami oleh dalang Garu. Menurut dalang Garu, ia pernah diundang untuk mementaskan wayang kulit, namun setelah selesai beliau tidak menemukan siapa yang mengundangnya. Keesokan harinya beliau melaporkan kejadian tersebut kepada pemerintah desa, sejak kejadian tersebut tradisi peringatan tahun baru hijriyah dilaksanakan hingga sekarang.
2.
Dalam pelaksanaan tradisi peringatan tahun baru hijriyah ada serangkaian tahapan prosesi yang dilakukan oleh warga masyarakat antara lain:
a.
Persiapan Dalam
tahap
ini
masyarakat
membentuk
panitia
untuk
pelaksanaan acara. Tugas panitia disini adalah mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan acara, mulai dari perizinan, pencarian dana, pembuatan sesaji sampai mempersiapkan dan mengatur acara pendukung lainnya. b.
Pelaksanaan Acara kirap dilaksanakan malam satu Muharram atau satu Sura
sekitar pukul 18.00. Sebelum acara dilaksanakan, dilakukan doa agar acara dapat berjalan lancar. Kemudian dilaksanakan acara kirab yang dimulai dari kantor kepala desa menuju sendang Sidukhun. Sesampainya rombongan tiba di Sendang, mereka disambut oleh para pemuka dan juru kunci sendang. Selanjutnya dilakukan ritual sebagai berikut: 1) Kidung Jawi (kidung dhandang gula) 112
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Rudi Triyo Bowo
2) Kacar-Kucur 3) Doa keselamatan bersama yang dipimpin oleh kaur keagamaan. 4) Membagikan sesaji kepada pengunjung untuk diperebutkan. 5) Rombongan melanjutkan sesaji ke sendang kali jaga. Sekitar jam 00.00, rombongan menuju ke makam mbah Kyai Adam Muhamad, selanjutnya rombongan melanjutkan acara sesaji ke Gumuk Guci. c.
Penutup Setelah prosesi ritual malam satu Sura selesai, pada malam kedua
dipergelarkan tontonan wayang kulit semalam suntuk dengan lakon atau cerita sesuai permintaan masyarakat. 3.
Persepsi masyarakat sekitar tentang ritual peringatan tahun baru hijriyah
di
Desa
Traji,
Kecamatan
Parakan,
Kabupaten
Temanggung, sebagian besar masyarakat sekitar mempercayai bahwa dengan melaksanakan ritual peringatan tahun baru hijriyah akan mendatangkan keberkahan dan kebaikan dan apabila tidak diadakan tradisi tersebut maka sesuatu yang buruk akan menimpa. 4.
Nilai pedidikan yang dapat dipahami oleh masyarakat dari upacara adat peringatan tahun baru hijriyah di desa Traji antara lain :
a.
Nilai pendidikan tentang sejarah
b.
Nilai pendidikan nasehat kebaikan
c.
Nilai
pendidikan
persatuan
dan
kesatuan
serta
gotong
royong/kerjasama. d.
Nilai pendidikan kearifan lokal. Namun demikian, kegiatan peringatan tahun baru hijriyah di desa
Traji juga terdapat hal-hal yang kurang sesuai dengan ajaran islam, diantaranya adalah: MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
113
Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Peringatan Tahun Baru Hijriyah
1.
Masyarakat masih mengikuti tradisi nenek moyang atau orang terdahulu, yang menunjukkan bahwa masyarakat masih melestarikan budaya leluhur yang menyekutukan Allah SWT. Hal tersebut perlu dihindari sehingga tidak menimbulkan persepsi yang dapat menyebabkan timbulnya syirik oleh generasi penerus.
2.
Budaya pemborosan, yaitu mengumpulkan iuran warga hanya untuk menyelenggarakan pertunjukan wayang kulit, padahal sebaiknya iuran itu dapat digunakan untuk kemaslahatan seperti memperbaiki musholla/masjid, santunan yatim piatu atau kegiatan shodaqoh jariyah lain, yang lebih memiliki nilai ibadah serta memberikan nilai pendidikan bagi masyarakat.
3.
Dalam pelaksanaannya peringatan tahun baru hijriyah di desa Traji menyebabkan kemacetan berlangsung hampir setengah bulan, bahkan saat pelaksanaan kirap kendaraan tidak bisa bergerak sama sekali dikarenakan sangat penuh masyarakat yang mengikuti prosesi ritual atupun hanya sekedar melihat-lihat prosesi ritual.
4.
Masih adanya permainan/perjudian yang memberikan dampak negatif bagi masyarakat, terutama generasi penerus.
114
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Rudi Triyo Bowo
Daftar Pustaka Achmadi. 1987. Ilmu Pendidikan Islam. Salatiga: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo salatiga. _________. 1992. Islam sebagai Paradigma Ilmu pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media. Ahid, Nur. 2010. Pendidikan Keluarga dalam Perspektif Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Amin, Darori. 2002. Islam dan kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Gama Media. Azra, Azumardi. 1999. Esei-esei intelektual Muslim dan Pendidikan Islam. Jakarta: Logos wacana Ilmu. Darmadi, Hamid. 2009. Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung: Alfabeta. Kementrian Agama RI. 2003. Al-Qur`an Al-Karim Tajwid dan Terjemah. Surabaya: Halim. Krisna Bayu Adji, dkk. 2013. Majapahit Menguak Majapahit Berdasarkan Fakta Sejarah. Yogyakarta: Araska. Koentjoningrat, dkk. 2003. Kamus Istilah Antropologi. Jakarta: Progres. Khazin, Muhyiddin. 2004. Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta: Buana Pustaka. Langgulung, Hasan. 1992. Asas-Asas Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna. Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. ________. Lexy. J. 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nawawi, Hadari. 1993. Pendidikan dalam Islam. Surabaya: Al-Ikhlas. Nawawi, Haidari, dan Nini Martini, 1996, Penelitian Terapan, Yogyakarta: Gajahmada University Press Karkono Kamjaya Partokusumo. 1995. Kebudayaan Jawa, Perpaduannya dengan Islam. Yogyakarta: IKAPI DIY. Roqib, Moh. 2009. Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Lkis Printing Cemerlang Sagala, Syaiful. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat. Jakarta: Nimas Multima.
MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
115
Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Peringatan Tahun Baru Hijriyah
Sholikhin, Muhammad. 2010. Misteri Bulan Suro Perspektif Islam Jawa. Yogyakarta: Penerbit Narasi. Sjarkawi. 2009. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: Bumi Aksara. Subyantoro, Arif. FX. Suwarto. 2006. Metode dan Teknik Penelitian Sosial. Yogyakarta: Penerbit Andi. Sudirman Dkk. 1991. Ilmu Pendidikan. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya. Surayin. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Yrama Widya. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa. Wahyana Giri. 2010. Sajen dan Ritual Orang Jawa. Yogyakarta: Narasi. Zuriah, Nurul. 2007. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Janggala diunduh tanggal 18Agustus 2015 pukul 15.00 https://id.wikipedia.org/wiki/Majapahit diunduh tanggal 18Agustus 2015 pukul 15.30
116
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Nur Anisah
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF KI HAJAR DEWANTARA Nur Anisah Instansi
Abstract The purpose of this study was to determine the concept of character education in the perspective of Ki Hajar Dewantara and their implications in education today. This research was focused on the literary reference books and relevant sources. The data were taken by library research and qualitative approach literature which is a purely literary study, using the method of documentation to find the data on things or variables in the form of notes such like books, magazines, documents, regulations, daily notes, meeting notes, journals and so on. The research found that Ki Hajar Dewantara respected by the people as well his enemy, because he has extensive knowledge and unique thinking. Ki Hajar Dewantara gives hope for the bottom to be able to get an education as well as the national spirit culture homage to his educational concept. Ki Hajar Dewantara has among systems, which educators have a very important role, namely as role models and mentors for the students, so that parents and teachers are required to behave well in front of their students. As pointed out above, it is important to writers to contribute in the form of suggestion, such as Ki Hajar Dewantara’ concept of thought has an applicable relevant concept in the purpose of building and maintaining character education up to now. Keywords: character education, educational concept, Ki Hajar Dewantara Pendahuluan Bangsa Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya sejak 17 Agustus 1945, akan tetapi hingga saat ini kondisi bangsa Indonesia masih mengkhawatirkan. Kurang lebih sudah
hampir 70 tahun bangsa
Indonesia menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara bebas dari penjajah tetapi Indonesia memiliki kondisi yang unik dilihat dari MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
117
Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara
perkembangannya sampai saat ini. Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali konteks sosial dan budaya yang terus berkembang sampai saat ini, dilihat dari kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia dapat dikategorikan sangat melimpah disertai dengan letak kepulauan yang berada di garis khatulistiwa, tanah subur, air melimpah, udara segar, kekayaan sumber energi dan mineral melimpah di dalam tanah dan laut semuanya memberikan keunikan terhadap bangsa ini. Keunikan lainnya dapat kita lihat dari kondisi yang ada, dirasakan, dan telah menjadi ciri khas bangsa ini. Seharusnya dengan kondisi sosial budaya dan kekayaan alam yang melimpah, rakyat Indonesia dapat merasakan kehidupan yang makmur dan sejahtera dari waktu ke waktu. Kenyataan yang dialami oleh bangsa ini menunjukkan kondisi yang berbeda dengan logika kekayaan sosial, budaya dan alam. Kondisi yang dialami menunjukan bahwa kekayaan alam tereksploitasi besar-besaran, pembangunan
industri
terjadi
terus-menerus,
dan
pergantian
pemerintahan terus berlangsung dari waktu ke waktu secara damai, tetapi kebanyakan rakyat Indonesia belum mendapatkan dan mengalami kehidupan yang makmur dan sejahtera. Bukan musuh bersenjata yang menjadi lawan bangsa ini, akan tetapi pribadi bangsa dalam menghadapi arus globalisasi yang menerjang bangsa ini. Kekuatan globalisasi menurut para ahli bertumpu pada empat kekuatan global, yaitu: kemajuan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni (IPTEKS), terutama dalam bidang informasi dan inovasi-inovasi baru di dalam teknologi yang mempermudah kehidupan manusia, perdagangan bebas yang ditunjang oleh kemajuan IPTEKS, kerjasama regional dan internasional yang telah menyatukan kehidupan bersama dari bangsabangsa tanpa mengenal batas negara, meningkatnya kesadaran terhadap 118
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Nur Anisah
hak-hak asasi manusia serta kewajiban manusia di dalam kehidupan bersama, dan sejalan dengan itu semakin meningkatnya kesadaran bersama dalam demokrasi. Era globalisasi sekarang, bangsa Indonesia dihadapkan pada fakta yang tidak dapat diingkari yaitu revolusi teknologi, transportasi, informasi, dan komunikasi. Kata kunci globalisasi adalah kompetisi, dalam kompetisi yang keluar sebagai pemenang adalah yang terbaik dari sisi pengetahuan, teknologi, jaringan, kualitas produk, pelayanan, dan integritas (Azizy, 2004: 26). Indonesia dalam konteks pengetahuan dan teknologi masih berada jauh di bawah negara-negara maju, Indonesia menjadi bangsa konsumen yang senang menikmati produk globalisasi. Globalisasi di Indonesia telah mengubah berbagai aspek kehidupan dalam berbagai bidang, perubahan tersebut mendatangkan berbagai dampak baik positif maupun negatif dalam bidang pendidikan. Salah satu contoh, peran pemuda dalam masa kini sangat berbeda jauh dengan peranan pemuda pada era sebelumnya. Pemuda masa kini hidup dalam dunia yang serba pragmatis sebagai dampak dari globalisasi yang memasuki budaya Indonesia melalui perkembangan teknologi dan informasi yang sangat memikat. Globalisasi tidak selalu mendatangkan dampak negatif seperti tersebut di atas, akan tetapi globalisasi di Indonesia lebih banyak mendatangkan dampak negatif seperti pola hidup masyarakat yang menjadi lebih konsumtif, hedonis, dan matrealistik. Akibatnya pemuda masa kini belajar hanya untuk meraih hasil yang baik dengan mengandalkan segala cara tidak terkecuali mencontek yang sudah menjadi budaya bagi siswa yang hanya mementingkan nilai dari pada ilmu, hal tersebut menunjukan akhlak generasi muda Indonesia yang bobrok. Faktanya Indonesia menrupakan salah satu negara yang mana MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
119
Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara
penduduknya mayoritas beragama Islam, dan dalam Islam terkandung semua tata cara hidup termasuk pedoman berperilaku dan bersikap. Dasar pendidikan akhlak adalah al-Qur’an dan al-Hadits, karena akhlak merupakan sistem moral yang bertitik pada ajaran Islam. AlQur’an dan al-Hadits sebagai pedoman hidup umat Islam menjelaskan kriteria baik dan buruknya suatu perbuatan. Al-Qur’an sebagai dasar akhlak menjelaskan tentang kebaikan Rasulullah SAW sebagai teladan bagi seluruh umat manusia. maka selaku umat Islam sebagai penganut Rasulullah SAW sebagai teladan bagi seluruh umat manusia, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. 33/Al-Ahzab : 21 يرا ُ لَّقَدْ َكانَ لَ ُك ْم فِي َر ً ِسنَةٌ ِلِّ َمن َكانَ َي ْر ُجوا هللاَ َو ْال َي ْو َم اْْل َ ِخ َر َوذَك ََر هللاَ َكث َ َو ِل هللاِ أَُ َْوة ٌ َح }12{ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. Perilaku dan sikap bangsa Indonesia di kalangan generasi muda, khususnya anak didik perlu terus diperkuat sehingga dapat melahirkan generasi muda yang handal dan memiliki karakter yang kuat, salah satunya
dengan
menumbuhkan
minat
baca
untuk
menambah
pengetahuan. Hal itu penting agar bangsa Indonesia dapat berkembang dan sejajar dengan bangsa-bangsa asing dalam pergaulan internasional, namun
tidak
larut
dalam
arus
globalisasi.
Bangsa
Indonesia
membutuhkan lima karakter untuk dapat menampilkan jati dirinya dan bersaing dengan bangsa lain. Karakter bangsa yang bermoral (religius). Bangsa ini harus sarat dengan nilai-nilai moral dan etika keagamaan sebagai sebuah pandangan 120
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Nur Anisah
dan praktik, karakter bangsa yang beradab. Beradab dalam arti luas, menjadi
suatu
bangsa
yang memiliki
karakter berbudaya dan
berperikemanusiaan. Karakter bangsa yang bersatu, dimana didalamnya termasuk menegakkan toleransi, tidak mungin Indonesia dapat bersatu tanpa adanya toleransi, keharmonisan, dan persaudaraan. Karakter bangsa yang berdaya, dalam arti yang luas berdaya berati menjadi bangsa yang berpengetahuan, terampil, berdaya saing secara mental, pemikiran maupun teknis. Daya saing bukan hanya sekedar dalam arti materi dan mekanik, melainkan dalam makna secara mental, hati dan pikiran. Karakter bangsa yang berpartisipasi. Partisipasi amat diperlukan untuk menghapus sikap masa bodoh, mau enaknya saja, dan tidak pernah peduli dengan nasib bangsa Indonesia. Karakter partisipasi ditandai dengan penuh peduli, rasa dan sikap bertanggung jawab yang tinggi serta komitmen yang tumbuh menjadi karakter dan watak bangsa Indonesia (Ismadi. 2014: 29). Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan dalam pidatonya menyinggung minat baca masyarakat Indonesia yang masih sangat rendah, yakni 0,001 persen dari data United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO). Melalui persoalan minat baca tersebut, Anies Baswedan juga menyayangkan Indonesia tidak belajar dari buku berjudul “Sekolah Taman Siswa” karangan Ki Hajar Dewantara. Bapak Menteri kecewa karena buku Ki Hajar Dewantara tersebut telah dujadikan referensi di Finlandia akan tetapi di Indonesia buku tersebut tidak dibaca, dalam buku tersebut salah satunya Ki Hajar Dewantara telah menuliskan tentang kondisi belajar yang menyenangkan. Bung Anies mengatakan bahwa pemerintah Finlandia telah mengikuti pandangan Ki Hajar Dewantara dengan mengubah sistem MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
121
Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara
belajar
dan
situasi
di
sekolah
menjadi
lebih
nyaman
dan
menggembirakan, berbeda dengan sekolah dan instansi pendidikan di Indonesia yang peserta didiknya lebih banyak merasa stres saat belajar (Belarminus. 2014: 2). Kementrian Pendidikan Nasional (KEMENDIKNAS) sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan di Indonesia memandang pendtingnya pendidikan karakter dalam diri anak didik agar dapat menjadi bekal kelak di masa depan dalam menggapai cita-cita anak bangsa. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi : “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
bertujuan
untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” UU SISDIKNAS No 20 tahun 2003, menerangkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk “mengembangkan kemampuan dan membentuk watak yang bermartabat”, dimana dalam proses pendidikan harus ditanamkan nilai-nilai moral. Penanaman nilai moral tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah tetapi juga keluarga dan lingkungan masyarakat, karena dalam proses pembelajaran tidak hanya berlangsung di sekolah. Ki Hajar Dewantara membedakan lingkungan pendidikan menjadi tiga, yang
dikenal dengan Tri Pusat Pendidikan, yaitu
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Lingkungan keluarga jika ditinjau dari ilmu sosiologi, keluarga adalah 122
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Nur Anisah
bentuk masyarakat kecil yang terdiri dari beberapa individu yang terikat oleh suatu keturunan, yakni kesatuan dari bentuk-bentuk kesatuan masyarakat. Keluarga tempat anak diasuh dan dibesarkan, berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangannya baik secara fisik maupun mental. Lingkungan sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan karena pengaruhnya sangat besar pada jiwa anak. Maka disamping keluarga sebagai pusat pendidikan, sekolah pun mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan untuk pembentukan pribadi anak. Sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak terutama untuk
kecerdasannya.
Lingkungan
masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal anak, juga meliputi temanteman anak di luar sekolah. Kondisi orang-orang di lingkungan desa atau kota tempat tinggal anak juga turut mempengaruhi perkembangan jiwanya (Yuwono, 2015: 3). Konsep Ki Hajar Dewantara tentang Tri Pusat Pendidikan yang menunjukan bahwa proses pembelajaran tidak harus berlangsung di sekolah, akan tetapi dapat dilakukan dimana pun dan oleh siapa pun. Dalam pembelajaran ditekankan pentingnya penanaman nilai moral dan karakter agar dapat membentuk kemampuan dan watak peradaban bangsa yang bermartabat sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Ki Hajar Dewantara
dengan
sistem
among,
menegaskan
bahwa
dalam
pembelajaran tidak melulu harus mengedepankan hasil akan tetapi prosesnya. Sistem among menuntut pamong (pendidik) untuk menjadi seorang teladan bagi peserta didiknya, karena anak didik lebih cenderung mencontoh apa yang dilihatnya dari pada apa yang didengarnya.
MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
123
Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara
Cara mengajar dengan menggunakan metode among berarti mengajar dengan terbuka, penuh kasih sayang, bebas dan melindungi siswa dengan kenyamanan pikiran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Teknik mengajar dalam sistem among lebih cenderung menggunakan permainan, Ki Hajar Dewantara menganjurkan para pamong untuk mengajak siswanya belajar sambil bermain agar suasana belajar tidak terlalu serius dan pikiran anak dapat terbuka sehingga materi ajar dapat tersampaian dengan sukses. Ki Hajar Dewantara menyatakan sistem pendidikan di Indonesia mencontoh sistem pendidikan barat, yang dasar-dasarnya adalah perintah, hukuman dan ketertiban. Sebagai penopang pendidikan, dasar-dasar tersebut akan memunculkan kehidupan yang penuh perkosaan atas kehidupan batin anak-anak. Dampaknya terhadap anak-anak adalah rusaknya budi pekerti yang disebabkan selalu hidup dalam paksaan dan hukuman (Belamirnus, 2014: 1). Dampak lainnya adalah turunnya semangat berkreasi dan berinovasi dalam kompetisi yang ketat, kemudian dikalahkan oleh semangat konsumerisme, hedonisme, dan permisifisme yang instan dan menenggelamkan. Untuk itu dibutuhkannya generasi penerus yang beriman, bertaqwa, berilmu pengetahuan luas, bertanggung jawab
dan
mempunyai
keinginan
untuk
memperbaiki
dan
menyumbangkan sesuatu yang bisa dia berikan untuk negara yang dicintainya. Pemaparan di atas menunjukan pentingnya pendidikan karakter bagi anak baik di keluarga, sekolah maupun di lingkungan masyarakat secara intensif dengan keteladanan, kearifan, dan kebersamaan. Pentingnya pendidikan karakter untuk diserukan dengan dahsyat agar lahir kesadaran bersama untuk membangun karakter generasi muda 124
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Nur Anisah
bangsa yang kokoh. Sehingga, generasi penerus bangsa ini tidak terombang-ambing oleh modernisasi yang menjanjikan kenikmatan sesaat serta mengorbankan kenikmatan masa depan yang panjang dan abadi. Pioner dalam kesadaran pendidikan karakter adalah lembaga pendidikan, dikarenakan lembaga pendidikan lebih dahulu mengetahui dekadansi moral dan bahaya modernisme yang ada di depan mata generasi masa depan bangsa. Terlebih, untuk masyarakat yang tidak siap menghadapi keduanya, khususnya dalam aspek moral, mental, dan kepribadian, selain aspek pengetahuan dan teknologi. Kesadaran pendidikan karakter dari sekolah diharapkan menyebar kepada keluarga, masyarakat, media massa, dan seluruh lapisan bangsa ini. Sehingga, terjadi kesinambungan kekuatan dalam membangun bangsa ini demi lahirnya kader-kader masa depan yang berkarakter, serta berkepribadian kuat dan cermat. Salah satu tokoh yang memiliki semangat pendidikan karakter adalah Ki Hajar Dewantara, terlahir dengan nama Raden Mas Suwardi Suryaningrat pada 2 Mei 1889 di Yogyakarta, Ki Hajar Dewantara merupakan keturunan dari bangsawan Yogyakarta. Perjuangan Ki Hajar Dewantara sarat akan nilai-nilai karakter yang dibutuhkan oleh bangsa ini, mulai dari pergantian namanya dari Raden Mas Suwardi Suryaningrat menjadi Ki Hajar Dewantara, semata-mata agar beliau lebih mudah diterima di lingkungan masyarakat biasa. Asas Tamansiswa yang dia bawa, serta konsep dan pemikiran pendidikan yang ia ajarkan di bumi pertiwi. Ki Hajar Dewantara melihat pendidikan mampu mengubah watak dan sikap bangsa untuk menjadi bangsa yang mempunyai derajat yang tinggi dan sejajar dengan bangsa lain. Artinya
Ki Hajar Dewantara sudah memandang pentingnya
pendidikan karakter saat belum ada yang mempublikasikan nilai karakter MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
125
Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara
sebagaimana sekarang ini, beliau sudah melangkah disepan kita membawa konsep pendidikan karakter. Berdasarkan ulasan di atas, pentingnya pendidikan karakter yang ditekankan oleh Ki Hajar Dewantara bagi anak agar dapat menjadi generasi penerus bangsa yang memiliki prinsip, tidak mudah goyah jika dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang melanda negeri Indonesia tercinta. Sanggup memegang teguh nilai-nilai luhur dan taat pada agama, sehingga akan membawa Indonesia menjadi bangsa yang maju dan sejahtera. Pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan karakter sejalan dengan sistem pendidikan yang sedang digadang-gadang oleh pemerintah, yang tidak mengedepankan nilai akademik saja. Maka penulis tertarik untuk mengangkatnya sebagai bahan penulisan skripsi yang berjudul “Pendidikan Karakter dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara”
Permasalahan 1. Bagaimana konsep pendidikan karakter? 2. Bagaimana konsep pendidikan karakter menurut Ki Hajar Dewantara? 3. Bagaimana implikasi konsep pendidikan karakter menurut Ki Hajar Dewantara?
Tinjauan Pustaka Penegasan istilah dalam penelitian ini sangat diperlukan agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda dengan maksud penulis, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah lain adalah didalam judul ini. Istilah yang perlu penulis jelaskan sebagai berikut : 126
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Nur Anisah
A. Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan dengan sadar untuk mendatangkan perubahan sikap dan perilaku seseorang melalui pengajaran dan latihan (Ensiklopedi Nasional Indonesia: 365). Proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dan usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 263). B. Karakter memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan dan perilaku atau bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen,
watak
(Pusat
Bahasa
Departemen
Pendidikan
Nasional). C. Pendidikan karakter dalam penelitian ini merupakan suatu usaha yang direncanakan secara bersama yang bertujuan menciptakan generasi penerus yang memiliki dasar-dasar pribadi yang baik, baik dalam pengetahuan, perasaan, dan tindakan. Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengarahkan peserta didik pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai-nilai keluhuran. Ajaran yang berupa hal positif yang dilakukan guru dan berpengaruh kepada peserta didik yang diajarnya (Samani, 2012: 243).
Metode Penelitian Metode penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kajian pustaka atau sering disebut penelitian pustaka, yaitu menghimpun data dengan cara menggunakan bahan-bahan tertulis, seperti : buku, artikel, surat kabar,
MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
127
Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara
majalah dan dokumen lainya, yang sekiranya memiliki hubungan dengan tema penelitian.
Pembahasan A. Analisi Data 1. Pengertian pendidikan karakter Definisi pendidikan karakter cukup beragam sesuai dengan versi
dan
sudut
pandang
keilmuan
tertentu,
pendidikan
merupakan proses untuk mengubah jati diri seorang peserta didik untuk lebih manju (Listyarti, 2012: 2). Sedangkan karakter berasal dari bahasa inggris character, artinya watak. Ki Hajar Dewantara
menyatakan bahwa pendidikan adalah sebuah
tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar anak-anak sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Ki Hajar Dewantara telah jauh berpikir dalam masalah pendidikan karakter, mengasah kecerdasan budi sungguh baik, karena dapat membangun budi pekerti yang baik dan kokoh, hingga dapat mewujudkan kepribadian (persoonlijkhheid) dan karakter (jiwa yang berasas hukum kebatinan). Jika itu terjadi orang akan senantiasa dapat mengalahkan nafsu dan tabiat-tabiatnya yang asli bengis, murka, pemarah, kikir, keras, dan lain-lain (Tamansiswa. 1977: 24). Pendidikan
karakter
merupakan
perpaduan
antara
kecerdasan ilmu dan kecerdasan berperilaku (akhlak), dimana di dalamnya terdapat unsur yang penting yaitu nilai moral yang 128
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Nur Anisah
mengatur hubungan antara individu dengan Sang Pencipta, individu dengan sesama manusia dan lingkungan. Akhlak Akhlak berasal dari Bahasa Arab yakni bentuk jamak dari kata khulk yang berarti budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat (Nata, 2001: 3). Pendidikan karakter dalam perspektif Ki Hajar Dewantara adalah daya dan upaya yang dilakukan untuk memajukan bertumbuhnya budipekerti, kekuatan batin, karakter, pikiran dan tubuh anak agar dapat mencapai kesempurnaan hidup, yaitu kehidupan dan penghidupan anak-anak peserta didik dapat selaras dengan dunianya. Keseimbangan cipta, rasa dan karsa juga menjadi salah satu indikasi tujuan pendidikan, yang merupakan penerapan dari pembelajaran aktif. Berdasarkan pengertian pendidikan karakter yang diberikan oleh Ki Hajar Dewantara dan beberapa tokoh seperti John Dewey, Montessori, Megawangi, Lickona, Ghaffar, Kertajaya, Amin, Damayanti maka peneliti dapar melihat ada beberapa konsep kesamaan diantara tokoh-tokoh tersebut. Konsep tersebut adalah pendidikan berangkat dari sebuah proses, hal tersebut dapat peneliti pahami dari pengertian yang diajukan oleh para tokoh melalui kalimat pola untuk membentuk, proses pembaharuan,dan proses yang terjadi secara terus menerus. Selain itu pendidikan merupakan suatu upaya pembentukan watak tidak hanya menghasilkan teori tapi juga dapat dipraktikan dalam kehidupan nyata, dan tidak hanya berorientasi pada nilai bagus, serta bertujuan untuk menghasilkan anak didik yang dapat berperilaku mencerminkan nilai karakter yang terpuji. MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
129
Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara
2.
Konsep Pemikiran tentang Pendidikan Karakter Berdasarkan
uraian
pembahasan
konsep
pendidikan
karakter Ki Hajar Dewantara dan para ahli pada bab III diatas dapat ditarik benang merah bahwa ; a.
Tujuan pendidikan Pendidikan karakter menurut Ki Hajar Dewantara adalah membangun anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir batin, luhur akal budinya serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa, tanah air serta manusia pada umumnya dan sifatnya itu kontinuitas, konvergensi dan konsentris (Suparlan. 1984 : 109). Sedangkan tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
bertujuam
untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat ditarik benang merah
bahwa
tujuan
pendidikan
nasional
merupakan
pengembangan dari konsep Ki Hajar yang mengusung keluhuran budi sebagai hasil dari pendidikan. b. Dasar pendidikan karakter Agama Islam meninggikan derajat orang yang menuntut ilmu, seperti dalam firman Allah Swt. Q. S. Al-Mujadillah: 11 ; 130
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Nur Anisah
سحِ هللاُ لَ ُك ْم َوإِذَا َّ َيَاأَيُّ َها الَّذِينَ َءا َمنُوا إِذَا قِي ََ لَ ُك ْم تَف َ س ُحوا يَ ْف َ س ُحوا فِي ْال َم َجا ِل ِس فَا ْف ُ ش ُزوا فَان ُ قِي ََ ان ٍ ش ُزوا يَ ْرفَِْ هللاُ الَّذِينَ َءا َمنُوا ِمن ُك ْم َوالَّذِينَ أُوتُوا ْال ِع ْل َم دَ َر َجا ت َوهللاُ بِ َما }22{ ُُير ُ ت َ ْع َملُونَ َخ ِب Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Ayat di atas menjelaskan keutamaan menuntut ilmu bagi orang muslim, karena ilmu merupakan salah satu amal yang akan dibawa manusia hingga mati. Maka sebagai orang yang beriman hendaklah berlomba-lomba dalam menuntut ilmu agar dapat bermanfaat di dunia dan akhirat. Pada masa penjajahan Ki Hajar Dewantara menganggap bahwa pendidikan kolonial tidak dapat memberikan peri kehidupan bersama, sehingga membuat rakyat Indonesia selalu bergantung
pada
penjajah.
Pendidikan
nasional
yang
dimaksudkan Ki Hajar Dewantara adalah suatu sistem pendidikan baru yang berdasarkan kebudayaan sendiri dan mengutamakan kepentingan masyarakat (Djumur, 1974: 174). Dasar pendidikan yang digunakan oleh Ki Hajar Dewantara adalah pancadharma, yaitu kemerdekaan, kodrat alam, kebudayaan, kebangsaan dan kemanusiaan. Trikon Ki Hajar Dewantara dapat dijadikan sebagai dasar pengembangan
MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
131
Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara
pendidikan.
Dalam
pengembangan
pendidikan
harus
berkelanjutan dari budaya sendiri dan terus-menerus menuju ke asah kemajuan (kontuinitas) menuju kearah kesatuan kebudayaan dunia (konvergensi) dan tetap terus mempunyai sifat kepribadian dan ciri khas budaya sendiri dalam lingkungan kemanusian sedunia (konsentrisitas). Penjabaran dari konsep tersebut antara lain yaitu terdapat dalam pancasila yang dijadikan dasar negara, selain itu juga tertulis
dalam
pembukaan
UUD
1945,
yang
mana
menerangkan pentingnya mencerdaskan generasi bangsa dan menghasilkan generasi yang cerdas secara ilmu dan perilaku.
c. Prinsip pendidikan karakter Ki Hajar Dewantara berkeyakinan bahwa perjuangan pergerakan tidak akan berhasil tanpa kepandaian, karena pengetahuan merupakan kunci untuk meraih keberhasilan. Prinsip Ki Hajar Dewantara dalam mencerdaskan rakyat adalah pertama, keseimbangan antara cipta, rasa dan karsa, kedua mendidik rakyat agar berjiwa kebangsaan dan berjiwa merdeka, serta menjadi kader-kader yang sanggup dan mampu mengangkat derajat nusa dan bangsanya sejajar dengan bangsa lain yang merdeka. Ketiga, melibatkan tripusat pendidikan untuk menghasilkan generasi yang cerdas secara ilmu dan akhlaknya. Ki Hajar Dewantara telah menciptakan sistem pendidikan yang merupakan sistem pendidikan perjuangan. Falsafah pendidikannya adalah menentang falsafah penjajahan
132
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Nur Anisah
dalam hal ini falsafah Belanda yang berakar pada budaya Barat. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan secara umum sebagai daya upaya untuk mewujudkan perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelektual) dan jasmani anak, menuju ke arah masa depan yang lebih baik. Kedewasaan akan tercapai pada akhir windu ketiga, yaitu tercapainya kesempurnaan hidup selaras dengan alam anak dan masyarakat. pendidikan tidak hanya dilakukan di sekolah, tapi dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, dalam kegiatan formal maupun non formal, karena pengalaman merupakan guru terbaik dalam hidup. Pendidikan karakter memiliki prinsip mengidentifikasi karakter secara komprehensif agar mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku, yang merupakan implikasi dari cipta, rasa dan karsa Ki Hajar Dewantara. Menciptakan lingkungan pendidikan yang memiliki kepedulian yang melibatkan tripusan pendidikan, kareba lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat merupakan lingkungan hidup anak (Asmani, 2011: 56). d. Metode pendidikan karakter Proses pendidikan karakter didasarkan pada totalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif dan psikomotorik) dan fungsi totalitas sosiokultural dalam konteks interaksi dalam keluarga, satuan pendidikan (sekolah), dan masyarakat. berdasarkan totalitas psikologis dan sosiokultural pendidikan karakter dapat MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
133
Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara
dikelompokan sebagai berikut ; pertama, olah hati, olah pikir, olah rasa/karsa, dan olah raga. Sesuai dengan penyataan Ki Hajar
Dewantara
bahwa
pendidikan
itu
merupakan
keseimbangan cipta, rasa, dan karsa. Kedua, beriman dan bertaqwa, jujur, amanah, adil, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, dan rela berkorban.
Ki Hajar Dewantara mengungkapan dalam
tulisannya bahwa pendidikan itu akan menuntun manusia menuju kemajuan tetapi tidak melupakan Yang Maha Pencipta. Ketiga, ramah, toleran, saling menghargai, peduli, suka menolong, gotong royong, mengutamakan kepentingan umum, kerja keras, dan beretos kerja. Pusat pendidikan bukan hanya ada di sekolah dan di dalam keluarga tetapi juga di dalam masyarakat, dimana anak akan belajar tentang lingkungan sekitarnya dan beradaptasi. Ki Hajar Dewantara dalam Trisentra pendidikannya yaitu, lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat (Listyarti, 2012: 8). Metode pendidikan karakter yang diusung oleh Ki Hajar Dewantara adalah metode among, dimana pendidik hanya berperan
sebagai
pembimbing
yang
mengarahkananak
didiknya dan menjadi fasilitator belajar bagi muridnya. Sedangkan peserta didik dijadikan pusat pembelajaran karena siswa diminta untuk mencari sendiri apa yang akan dipelajari, dan guru hanya membantu memberi arahan. Dalam pendidikan sekarang lebih dikenal dengan pembelajaran aktif, dimana pembelajara dilakukan oleh siswa, materi berasal dari siswa dengan bimbingan guru, dan untuk siswa. 134
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Nur Anisah
Pendidik juga berperan dalam memberi dorongan atau motivasi pada anak agar lebih rajin dalam melaksanakan tugas, dan yang paling penting harus dapat dijadikan teladan bagi anak didiknya. Ahli menyatakan bahwa pendidik atau guru yang
dalam
bahasa
jawa
berarti
digugu
lan
ditiru
sesungguhnya menjadi jiwa bagi pendidikan karakter itu sendiri. Guru yang sifat hakikatnya hijau akan “beranak hijau”, dan guru yang sifat hakikatnya hitam akan “beranak hitam”, karena guru merupakan keteladanan yang dijadikan bagi anak didiknya. e. Materi pendidikan karater Pendidik harus memahami tentang kondisi psikis dari peserta didik dengan tujuan bahwa ketika materi pendidikan karakter disampaikan harus dapat dipahami dan dicerna secara utuh. Ki Hajar Dewantara menyatakan dalam pelaksanaan pendidikan karakter haruslah sesuai dengan tingkatan umur para peserta didik, agar tujuan pendidikan dapat tercapai yaitu terbentuknya generasi muda yang cerdas intelektual dan budi pekertinya. Ki Hajar Dewantara membagi empat tingkatan dalam pengajaran pendidikan karakter, yaitu taman indria/ anak, taman muda, taman dewasa, taman madya dan taman guru. Dalam konteks kekinian direalisasikan dalam pendidikan sekarang yaitu Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Perguruan Tinggi. Masing-masing jenjang memiliki konsep yang hampir sama, yang membedakan hanya unsur pendalaman materi, MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
135
Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara
semisal di Taman Kanak-kanak peserta didik telah dikenalkan pada perilaku mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa (religius), dengan berdoa sebelum dan sesudah pelajaran. Di perguruan tinggi juga terdapat nilai religius tetapi konteksnya lebih mendalam seperti tasawuf, maksudnya sama yaitu mendekatkan diri pada Allah Swt tetapi lebih mendalam pemahamannya. Berdasarkan uraian di atas secara garis dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya keterikatan yang erat antara konsep pendidikan karakter Ki Hajar Dewantara dan para tokoh pendidikan. Sebelum pendidikan karakter booming pada tahun 2013 dalam kurikulum 2013, Ki Hajar Dewantara telah melangkah dengan konsep pendidikan karakter yang mengusung antara keseimbangan kecerdasan ilmu dan akhlak peserta didik sehingga dapat menghasilkan generasi yang cerdas dan memiliki budi pekerti yang baik serta karakter yang religius, berani, tegas dan berpendirian teguh 3. Relevansi Pendidikan Karakter KHD dalam Pembentukan Karakter Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan yaitu ; “Menuntun segala kekuatan kodrat jang ada pada anakanak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya” (Tamansiswa, 1977 : 20). ”Pendidikan, umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak; dalam pengertian Taman siswa tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-bagian itu 136
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Nur Anisah
agar supaya kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya”( Tamansiswa, 1977: 14). Berdasarkan uraian diatas pendidikan karakter menurut Ki Hajar Dewantara adalah membangun anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir batin, luhur akal budinya serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa, tanah air serta manusia pada umumnya dan sifatnya itu kontinuitas, konvergensi dan konsentris (Suparlan. 1984 : 109). Sedangkan tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuam untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat ditarik benang merah bahwa tujuan pendidikan nasional merupakan pengembangan dari konsep Ki Hajar yang mengusung keluhuran budi sebagai hasil dari pendidikan. Dalam konsep Ki Hajar Dewantara yang menjadi pokok utama dalam pembentukan karakter adalah budi pekerti dan akhlak, dimana peserta didik menerapkan dari apa yang telah diterima dari lingkungan keluarga, sekolah dan juga masyarakat. Bukan hanya secara teori melainkan pada penerapannya dan juga prosesnya.
MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
137
Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara
Pembentukan karakter pada anak harus dimulai dari lingkungan keluarga yang mana merupakan lingkungan pertama, karena dalam keluarga anak mendapat pendidikan. Sebagian besar dari kehidupan anak adalah dalam lingkungan keluarga, sehingga pendidikan paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga. Selanjutnya dalam lingkungan sekolah seorang pendidik atau guru yang oleh Ki Hajar Dewantara disebut dengan pamong berperan cukup penting dalam pembentukan karakter anak, karena kedudukan pendidik adalah sebagai teladan bagi anak didiknya, sehingga guru yang memiliki karakter baik tentu anak didiknya akan berperilaku baik, karena anak mencontoh dari apa yang mereka lihat. Semboyan Ki Hajar Dewantara ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri handayani, mengungkapkan pentingnya peran pendidik dalam proses pembentukan karakter, karena anak didik berada dalam usia yang labil sehingga mudah terpengaruh oleh hal-hal yang ada disekitarnya. Jadi sebagai seorang pendidik yang pasti harus dapat memberikan dan dijadikan teladan dan panutan bagi anak didiknya. Selain itu juga harus dapat memotivasi anak didiknya, memberikan dorongan baik secara moral ataupun material. Dan yang tidak kalah penting pendidik juga harus dapat bergaul dengan baik bersama anak didiknya, jangan sampai terdapat sekat antara pendidik dan anak didiknya sehingga tidak terjalin komunikasi yang baik. Konsep tripusat pendidikan Ki Hajar Dewantara juga memiliki kontribusi yang tinggi dalam pembentukan karakter anak, karena melalui pusat-pusat pendidikan inilah anak dapat 138
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Nur Anisah
memperoleh pembelajaran baik secara sengaja maupun tidak sengaja yang berupa pengalaman. Dan konsep tripusat pendidikan ini masih relevan diterapkan pada masa kini, terbukti dari lingkungan keluarga memiliki peran sebagai peletak dasar pendidikan akhlak dan pandangan agama, seddangkan sekolah merupakan
pendamping
yang berjalan
beriringan
dengan
pendidikan keluarga sedangkan masyarakat merupakan pelengkap bagi pendidikan keluarga dan sekolah. B. Implikasi Pendidikan Karakter KHD terhadap Pendidikan Nasional 1. Pendidikan karakter dalam pembentukan moral anak bangsa Pendidikan
karakter
menjadi
kebutuhan
mendesak
mengingat degradasi moral yang dialami generasi penerus bangsa ini. Pendidikan karakter diharapkan mampu membangitkan kesadaran
bangsa
Indonesia
untuk
membangun
fondasi
kebangsaan yang kokoh. Dalam dunia pembelajaran untuk menghadapi
berbagai
tantanfan
yang
muncl
seiring
perkembangan zaman, UNESCO memberikan resep berupa empat pilar belajar yaitu, belajar untuk mengetahui learning to know, belajar untuk bekerja learning to do, belajar untuk hidup berdampingan learning to live together, dan belajar untuk menjadi manusia seutuhnya learning to be (Suyono, 2011: 29). Hasil penelitian banyak yang membuktikan bahwa karakter dapat mempengaruhi kesuksesan seseorang. Di antaranya, hasil penelitian di Harvard University, USA, yang menyatakan bahwa ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill), tetapi oleh MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
139
Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara
kemampuan mengolah diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan bahwa kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20% oleh hard skill dan sisanya 80% oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung oleh kemampuan soft skill daripada hardskill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan (Asmani. 2011: 48 ). Ki Hajar Dewantara mengungkapkan dalam tulisannya perlunya menguasai diri atau mengelola diri (zelfbeheersching) yang disebutkan sebagai tujuan pendidikan. Karakter akan timbul dari bersatunya gerak fikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan yang lalu menimbulkan tenaga. Dengan adanya karakter tiap-tiap manusia berdiri sebagai manusia merdeka, yang dapat menguasai diri sendiri, inilah manusia beradab dan itulah maksud dan tujuan pendidikan dalam garis besarnya (Tamansiswa. 1977: 25). Berdasarkan penyataan di atas dapat ditarik benang merah bahwa penguasaan diri adalah sesuatu yang penting dalam suatu proses pendidikan. Secara garis besar pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam pendidikan adalah ; a. Pendidikan merupakan suatu proses Ki Hajar Dewantara menegaskan bahwa pendidikan tidak hanya berorientasi pada nilai akan tetapi pada proses pembelajaran tersebut. Anak didik tidak hanya paham teori tetapi dapat mempraktikan apa yang telah dipelajarinya dalam kehidupan nyata yaitu dalam bersikap dan berperilau kesehariannya. Sehingga mengajarkan kepada anak dalam 140
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Nur Anisah
belajar tidak hanya untuk mendapat nilai yang bagus tetapi juga harus paham dan dapat menerapkan apa yang telah dipelajari serta mengamalkannya. b. Tripusat pendidikan Mencerdaskan generasi penerus bangsa bukan hanya merupakan tugas dari lembaga pendidikan atau sekolah, melainkan lingkungan
tugas
bersama
pendidikan
antara dan
lingkungan
lingkungan
keluarga,
masyarakat.
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah
anak pertama
mendapatkan pendidikan. Lingkungan keluarga yang utama, karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga. Ki Hajar Dewantara menegaskan pendidikan
bahwa anak
tugas
adalah
utama sebagai
dari keluarga
bagi
peletak
bagi
dasar
pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Lingkungan sekolah adalah pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan
tinggi. Pendidikan sekolah
berperan penting sebagai pendamping dari pendidikan dalam keluarga. Lingkungan keluarga dan sekolah tidak dapat terlepas dari tatanan
kehidupan sosial dalam masyarakat
dimana keluarga dan sekolah itu berada, hal tersebut menunjukan pentingnya pendidikan masyarakat sebagai pelengkap pendidikan anak dalam keluarga dan sekolah.
MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
141
Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara
c. Sistem among sebagai metode pembelajaran Kata among berasal dari bahasa jawa yang berarti menjaga anak kecil dengan penuh kecintaan, maksudnya memimpin atau memajukan anak-anak dengan menjaga jangan sampai mendesak pikiran, perasaan dan kemauan anak didik. Meskipun anak diberi kebebasan, tetapi tidak berarti menurut sekehendak hatinya. Sistem among mendidik anak dengan jiwa kekeluargaan. Tanggung
jawab
pendidikan
bukan
hanya
milik
lingkungan sekolah tetapi lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat juga berperan penting di dalamnya. Pertama, keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama dialamai oleh anak serta lembaga
pendidikan
yang bersifat
kodrati,
orang tua
bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh adn berkembang dengan baik. Kedua, tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta menanamkan budi pekerti yang baik, memperoleh kecakapan-kecakapan seperti membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain sifatnya mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membenarkan benar atau salah, dan sebagainya. Ketiga, masyarakat merupakan lingkungan keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah 142
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Nur Anisah
mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah. d. Trikon sebagai dasar pengembangan pendidikan Proses
pembelajaran
dalam
pendidikan
senantiasa
mengalami perkembangan, dimana perkembangan tersebut mengarah
pada
penyempurnaan
pendidikan
untuk
menghasilkan generasi yang bermutu tinggi. Ki Hajar Dewantara menyatakan perkembangan pendidikan dalam trikon yang berbunyi; “Bahwa dalam mengembangkan dan membina kebudayaan nasional, harus merupakan kelanjutan dari budaya sendiri (kontuinitas) menuju kearah kesatuan kebudayaan dunia (konvergensi) dan tetap terus mempunyai sifat kepribadian dalam lingkungan kemanusian sedunia (konsentrisitas). Dengan demikian jelas bagi kita bahwa terhadap pengaruh budaya asing, kita harus terbuka, disertai sikap selektif adaptif dengan pancasila sebagai tolak ukurnya” (Tamansiswa. 1977 : 206). Dalam perkembangannya pendidikan itu berkelanjutan dari
yang
terdahulu
sampai
sekarang
berlanjut,
menyempurnakan yang budaya terdahulu, dan menuju ke arah persatuan budaya dunia serta tidak ada unsur individual dalam pendidikan dan harus berjalan beriringan. Selain itu yang tidak penting adalah tidak boleh melupakan budaya sendiri dalam artian menjaga keaslian budaya sendiri dalam proses pendidikan.
MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
143
Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara
2. Penanaman pendidikan karakter di sekolah Pengembangan pendidikan karakter adalah keterkaitan antara komponen-komponen karakter yang mengandung nilainilai perilaku. Hal ini dapat dilakukan secara bertahap dan saling berhubungan antara pengetahuan nilai-nilai perilaku dengan sikap atau emosi yang kuat untuk melaksanakannya, baik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara (Asmani, 2011: 86). Pendidikan karakter tidak hanya melibatkan aspek moral knowing, tetapi juga moral feeling dan moral action. Ki Hajar Dewantara menerjemahkan langkah tersebut dengan konsep cipta, rasa dan karsa serta membaginya menjadi empat tingkatan dalam pengajaran pendidikan karakter, adapun materi pendidikan karakter tersebut yaitu ; a. Taman indria dan taman anak usia 5-8 tahun Tahap penanaman adab. Adab atau tata krama bisa dilihat dari cara seseorang dalam bertutur sapa, berinteraksi, bersikap, dan bersosialisasi. Pada tahap ini paling penting untuk menanamkan pendidikan keimanan, kejujuran, serta menghormati orang lain baik yang lebih tua ataupun muda. Diajarkan pula pada anak didik tentang pentingnya proses, baik dalam belajar maupun mendapatkan sesuatu, sehingga tidak mendidik anak untuk menjadi anak yang manja (Asmani, 2011: 90). Pendidikan agama pada tahap ini sangat menentukan pertumbuhannya di masa depan. Pendidikan agama bisa menjadi fondasi yang akan menyaring segala hal yang baru 144
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Nur Anisah
serta menjadi pijakan dalam menentukan pilihan dan membangun peradaban. b. Taman muda usia 9-12 tahun Tahap penanaman kepedulian, kepedulian berarti empati kepada orang lain yang diwujudkan dalam bentuk memberikan pertolongan sesuai dengan kemampuan. Anak diajarkan untuk menolong
temannya
yang
terkena
musibah,
misalnya
menjenguk teman yang sakit. Kepedulian ini sangat penting untuk menumbuhkan rasa persaudaraan dan kekeluargaan, serta menjauhkan diri dari sikap sombong, egois, dan individual.
Kepeduliaan
akan
menumbuhkan
rasa
kemanusiaan, kesetiakawanan, dan kebersamaan. Epeduliaan yang ditanamkan sejak kecil akan menjadi fondasi kokoh dalam melahirkan kemampuan kolaborasi dan kooperasi. Solokhin Abu Azzuddin menyatakan, empati merupakan kemampuan
dalam
memahami,
melayani,
dan
mengembangkan orang lain, serta mengatasi keragaman dankesadaran politis. Empati bukan sekedar simpati, tetapi menuntut aksi, bukan hanya belas kasihan dan juga butuh bukti (Asmani, 2011: 92). c. Taman dewasa usia 14-16 tahun Tahap
penanaman
kemandirian,
sikap
mandiri
merupakan pola pikir dan sikap yang lahir dari semangat yang tinggi dalam memandang diri sendiri. Beberapa nilai dalam kemandirian antara lain tidak menggantung pada orang lain, percaya kepada kemampuan sendiri, tidak merepotkan dan
MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
145
Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara
merugikan orang lain, berusaha mencukupi kebutuhan sendiri dengan semangat bekerja dan mengembangkan diri. Nilai kemandirian di dalamnya terdapat nilai kehormatan dan harga diri yang tidak bisa dinilai dengan sesuatu apapun, sebab apabila harga diri dan kehormatan seseorang tidak ada maka tamat sudah. Menumbuhkan kemandirian dalam diri anak didik bisa dilakukan dengan melatih anak bekerja dan menghargai
waktu.
Membangun
kemandirian
berarti
menanaman visi dalam diri anak, dalam kemandirian terdapat nilai-nilai agung yang menjadi pangkal kesuksesan seseorang seperti kegigihan dalam berproses, semangat tinggi, kreatif, inovatif, dan produktif, serta keberanian dalam menghadapi tantangan, optimis dan mampu memecahkan masalah (Asmani, 2011: 93). d. Taman madya dan taman guru usia 17-20 tahun Tahap
penanaman
pentinganya
bermasyarakat,
bermasyarakat adalah simbol kesediaan seseorang untuk bersosialisasi dan bersinergi dengan orang lain. Bermasyarakat berarti meluangkan sebagian waktu untuk kepentingan orang lain, bermasyarakat identik dengan bercengkerama, bergaul dan gotong royong. Dalam konteks pendidikan karakter, pola hidup bermasyarakat membutuhkan banyak tips sukses, salah satunya anak harus diajari bergaul dan berteman dengan anakanak yang mempunyai karakter baik, seperti disiplin, menghargai
waktu,
kreatif,
moralis,
dan
mencintai
pengetahuan. Anak dilatih untuk selektif dalam mencari teman agar tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas, berteman 146
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Nur Anisah
memang tidak perlu memilih-milih, tapi jangan asal berteman. Jadikan semua orang sebagai teman, tetapi jangan asal menjadikan semua sebagai sahabat karib. Ketika moralitas dan mentalitas ana masih labil, maka faktor seleksi menjadi penting. Namun, seleksi itu tidak boleh membuat garis antara seorang anak dengan teman-teman yang tidak menjadi pilihannya
keterampilan
sosial
merupakan
aset
sukses
kepemimpinan dan mempengaruhi orang lain (Asmani, 2011: 94). 3. Nilai karakter yang harus ditanamkan pada anak Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan, pendidikan informal sesungguhnya memiliki peran yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan. Selama ini pendidikan informal (terutama dalam lingkungan keluarga) belum memberikan
kontribusi
yang
berarti
dalam
mendukung
pencapaian kompetensi dan pembentukan karakter peserta didik. Kesibukan aktivitas kerja orang tua yang relatif tinggi, kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik anak di lingkungan keluarga, pengaruh pergaulan di lingkungan sekitar, dan pengaruh media elektronik ditengarai bisa berpengaruh negatif terhadap perkembangan dan pencapaian hasil belajar peserta didik. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di sekolah. Taman siswa adalah sekolah yang didirikan Ki Hajar Dewantara yang memiliki dasar pendidikan yang dikenal sebagai Pancadharma, yaitu MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
147
Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara
memberikan
kebebasan
perkembangannya
tanpa
mengembangkan
jasmani
kepada perintah dan
anak atau
rohani
didik
paksaan ke
dalam pendidik;
peradaban
dan
kebudayaan; mengusahakan pengaruh yang baik bagi kodrat alam anak; mengembangkan rasa kebangsaan dan hidup berbangsa; menumbuhkan dan memupukdasar-dasar perikemanusiaan yang merupakan sifat kebangsaan (Surjomihardjo. 1986: 10). Beberapa komponen penting yang harus ditekankan dalam pendidikan karakter adalah membentuk karakter yang baik yaitu moral knowing, moral feeling, dan moral action. Penanaman nilainilai pun harus dilakukan sejak dini, jika sejak dini anak tidak diajarkan nilai-nilai karakter maka ketika anak menginjak usia dewasa akan mengembangkan sikap cenderung ke arah negatif. Pendidikan karakter sangat efektif diterapkan di sekolah, hal ini mengingat ikatan legalitas formal di lembaga pendidikan formal sangat kuat, yang berbeda dengan pendidikan informal dan non formal. Walaupun demikian, pendidikan karakter di keluarga dan masyarakat juga sangat penting. Agama memberikan perhatian bersar terhadap peran orang tua dalam pendidikan karater anak, jika orang tua lengah maka anak bisa rusak moralnya. Lingkungan juga berpengaruh besar terhadap pendidikan karakter anak, dalam kitab Ta’limul Muta’allim
karya
Az-Zarnuji
disebutkan
bahwa
karakter
seseorang akan menjalar kepada temannya. Jika karakter itu positif maka teman pergaulannya mendapat dampak positif, namun jika negatif akan dibawa menuju lubang kehancuran moral yang sulit diobati. Oleh karena itu, sinergi dan kolaborasi antara 148
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Nur Anisah
keluarga, sekolah dan lingkungan merupakan keniscayaan yang tidak bisa ditunda-tunda (Asmani, 2011: 152). Nilai-nilai karakter yang harus ditanamkan kepada anak agar terbentuk karakter yang baik dan cara menginternalisasi nilai-nilai tersebut, yaitu ; a. Religius Nilai karakter pertama yang harus diajarkan adalah nilai yang menjadi pedoman hidup manusia, yaitu agama. Agama merupakan pedoman kehidupan yang mengatur seluruh sendisendi kehidupan manusia. Anak didik dengan berbagai macam latar belakang hidup keluarga membawa dampak pada kebiasaan yang berbeda satu sama lain. Membiasakan diri untuk berterima kasih dan bersyukur akan membawa pengaruh pada suasana hidup yang menyenangkan, ceria, dan penuh warna yang sehat dan seimbang. Untuk melatih hal ini sehingga dapat menjadi suatu kebiasaan yang dapat dilakukan sedini
mungkin
pada
masa
pendidikan
yaitu
dengan
membiasakan berdoa. Doa sebagai ungkapan syukur dan terima kasih atas hidup, atas teman-teman dan atas apapun yang terjadi dalam hidup. Memperkenalkan berdoa sebelum dan sesudah selesai pelajaran, sebelum dan sesudah makan, serta sebelum dan sesudah bangun tidur. Melalui kegiatan berdoa, sebelum melaksanakan suatu kegiatan, anak-anak dibiasakan dan diperkenalkan akan adanya kekuatan dan kekuasaan yang melebih manusia dan ini semua ada pada Tuhan Yang Mahakuasa yaitu Allah SWT. Pentingnya penanaman pada anak didik, keyakinan dan kepercayaan bahwa Tuhan adalah maha baik dan maha MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
149
Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara
segalanya, karena segala sesuatu yang dibutuhkan untuk hidup ada dalam alam semesta dan itu berasal dari Tuhan. Tersedianya segala kebutuhan dasar menusia dalam kehidupan, tanah yang subur dan indah, kekayaan alam yang melimpah ruah, dan berguna bagi kehidupan ini harus selalu dijaga dengan baik, dan senua berasal dari Tuhan Yang Mahakuasa, Tuhan Yang Mahapangasih dan Tuhan Yang Maha pemurah. Selain itu, anak-anak mulai diperkenalkan dengan harihari besar agama, dan diajak untuk menjalankannya dengan sungguh-sungguh sesuai dengan ajaran agamanya masingmasing. Melalui kegiatan mendongeng dan bercerita dapat diperkenalkan nilai-nilai agama yang ada di negara Indonesia tercinta ini. Anak-anak diajak untuk mengenal bermacammacam agama dan ditumbuhkan sikap saling menghormati satu sama lain antarpemeluk agama yang berbeda. Kegiatan sosial kemanusiaan menjadi tempat untuk mewujudkan religiusitas anak secara bersama deri berbagai macam agama dan keperceyaan yang ada. Kepekaan dan keterlabatan untuk membantu orang yang menderita merupakan panggilan bersama umat beragama. Jika seorang anak telah memiliki dasar agama yang baik, maka nilai-nilai yang lain akan mudah diterima dan diterapkan. b. Tanggung jawab, mandiri, disiplin, dan jujur Nilai-nilai ini penting agar nantinya anak didik bisa mandiri, disiplin dan bertanggung jawab pada dirinya sendiri terhadap apa yang dilakukan. Nilai dan prinsip kejujuran dapat ditanamkan pada diri siswa sejak kecil dalam lingkup keluarga, 150
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Nur Anisah
dalam konteks ini peranan orang tua dan guru sangat penting dalam
mencermati
perilaku
anak
didiknya.
Dalam
pelaksanaanya anak perlu diberi pemahaman dan penjelasan tentang arti dan manfaat kejujuran dalam kehidupan bersama. Selain itu, anak juga diajak berpikir dan bersikap atas pernyataan: bagaimana jika kondisi ketidakjujuran ada di tengah masyarakat. Melalui kegiatan-kagiatan yang kasat mata, sederhana, serta ada di sekitar sekolah dan keseharian siswa, anak diajak untuk mengambil sikap yang benar dalam masalah kejujuran. Nilai dan sikap kejujuran sangat terkait dengan nilai keadilan, kebenaran, dan tanggung jawab pada diri manusia. Salah satu kegiatan yang menuntut kemandirian dan tanggung jawab siswa adalah kegiatan ekstrakurikuler yang merupakan sarana dan wadah yang tepat untuk melatih kemandirian siswa. Melalui kegiatan ini siswa dilatih dan diberi kesempatan untuk mengeksplorasi kemampuan yang dimiliki Kegiatan
dan
mengembangkannya
ekstrakurikuler
sangat
seoptimal membantu
mungkin. proses
pengembangan ini, anak yang berbakat diberi kesempatan untuk mengembangkannya, baik dari sisi akademis maupun nonakademis. Kegiatan non akademis yang cukup menarik dan dikenali secara universal adalah kegiatan pramuka, kegiatan pramuka yang terencana akan membuat anak senang dan terlatih untuk dapat menyelesaikan persoalan, baik secara pribadi maupun bersama. Kemandirian bukan berarti tidak butuh orang lain, namun justru dalam kebersamaan dengan orang lain. MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
151
Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara
Setiap
kegiatan
yang
dilakukan
pasti
memiliki
konsekuensi, paling tidak dalam masalah pembagian waktu berkaitan dengan multi peran yang disandang setiap orang. Apabila siswa terlalu bersemangat untuk mengikuti banyak kegiatan maka ada konsekuensi yang dipikul, yaitu waktu untuk belajar, mempersiapkan ulangan, menjalankan peran dan tugas di rumah, dan lain sebagainya. Tanggung jawab tentu berkaitan dengan pelaksanaan kewajiban yang diemban seseorang. Guru dapat mengajak siswa untuk mengevaluasi dan mengkritisi kegiatan yang telah dipilihnya. c. Toleransi Toleransi
bisa
berarti
sikap
terbuka
dan
saling
menghargai dan menghormati terhadap perbedaan, hendaknya ditanamkan sejak dini pada anak. Arti kata toleransi adalah sikap terbuka dan menghargai perbedaan, anak dapat diperkenalkan konsep toleransi sejak dini. Peran penting orang tua dalam menanamkan toleransi kepada anaknya adalah menstimulasi anak agar agar siap menerima keberadaan orang lain dan memperkenalkan anak pada lingkungan sekitar. Lingkungan keluarga dan sekolah memegang peranan penting dalam dalam mengembangkan sikap tolerans, terutama anak pada masa sekarang yang dihadapkan dengan era globalisasi. Tips salam mengenalkan nilai toleransi kepada anak yaitu; tunjukan sikap menghargai orang lain dan orang tua atau guru memberikan contoh yang nyata (Mila. 2011: 2).
152
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Nur Anisah
d. Etika dan sopan santun Penanaman etika dapat dilakukan dengan mengajarkan sesuatu yang baik mulai dari masa kecil melalui latihanlatihan, misalnya cara berpakaian, cara berbicara, menghormati orang lain, cara makan dan minum dll. Disamping itu pemberian pemahaman pada anak tentang hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan, pemahaman tentang perbuatan baik dan perbuatan buruk, pemahaman tentang sopan santun, dan norma-norma yang berlaku. Selain memberikan pemahaman dapat juga dilakukan dengan memberi dan mengajak anak agar terbiasa berperilaku baik. e. Sosialis Proses
sosialisasi
merupakan
proses
pembelajaran
dimana anak anak belajar mengenal dan memahami nilai dan norma yang berlaku di lingkungan sekitar, baik itu lingkungan keluarga, sekolah atau masyarakat. Sosialisasi secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi tingkah laku, sikap dan sifat anak, dan nilai sosialis menjadi penting dan harus ditanamkan pada anak agar dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Dalam lingkungan keluarga contohnya dengan adanya waktu kumpul bersama agar terjalin komunikasi yang intens sehar minimal 30 menit. f. Gotong-royong dan tolong menolong Gotong royong merupakan budaya nenek moyang bangsa Indonesia, semangat gotong royong telah digunakan pada zaman
dalam
memperjuangkan
kemerdekaan
Indonesia
melawan penjajah. Pilar penting dalam keberhasilah rakyat MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
153
Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara
mendeklarasikan kemerdekaan adalah karena adanya semangat gotong royong yang ditanamkan. Penanaman nilai gotong royong menjadi menjadi senjata untuk membawa sebuah perubahan. Gotong royong yaitu sikap yang selalu kerja sama, bahu membahu satu sama lain dengan semangat persatuan agar segala permasalahan yang terjadi dapat terselesaikan. Ketika ada
seseorang
yang
membutuhkan
pertolongan,
maka
seseorang yang lainnya dengan segera melakukan tin dakan untuk menolongnya. Sikap gotong royong yang harus ditanamkan pada anak agar menciptakan kerukunan dan toleransi di tengah banyaknya perbedaan adalah memahami dan melaksanakan nilai-nilai yang terkandung didalamnya sehingga menciptakan kehidupan yang harmonis.
Kesimpulan 1. Raden Mas Soewardi Suryaningrat atau Ki Hajar Dewantara adalah bangsawan keraton Yogyakarta sekaligus masih berada dalam garis keturunan Sunan Kalijaga sehingga membuat Ki Hajar Dewantara menjadi keturunan bangsawan dan juga ulama. Kegemaran Ki Hajar Dewantara bergaul dengan masyarakat menengah ke bawah mendorongnya untuk membuang gelar bangsawannya dan merubah namanya menjadi Ki Hajar Dewantara agar dapat lebih merakyat dalam bergaul dengan lingkungan sekitarnya yang kebanyakan adalah rakyat biasa. 2. Ki Hajar Dewantara merupakan sosok pejuang sejati yang memiliki karakter yang teguh, dimana beliau rela mengorbankan segala baik ilmu, fikiran, tenaga dan materi yang dimilikinya demi membela 154
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Nur Anisah
tanah air tercinta Indonesia, dan demi mencerdaskan kehidupan rakyat Indonesia agar tidak senantiasa terjajah. Ki Hajar Dewantara berjuang sebagai pejuang bangsa, pendidik, budayawan maupun pemimpin rakyat, semata-mata dilakukan hanya untuk mencapai kesejahteraan bagi bumi pertiwi. 3.
Ki Hajar Dewantara yang mengartikan pendidikan karakter sebagai pola untuk membentuk peserta didik yang beradab, membangun watak manusia yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa, merdeka lahir batin, luhur akal budinya, cerdas dan memiliki ketrampilan, sehat jasmani dan rohani, sehingga bisa mewujudkan manusia yang mandiri serta bertanggung jawab terhadap kesejahteraan bangsa, negara dan masyarakat pada umumnya. Secara khusus pendidikan karakter merupakan proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam
hati,
cipta, rasa dan karsa. Pendidikan karakter juga dapat dimaknai sebagai perpaduan antara pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan
moral,
pendidikan
watak,
yang
bertujuan
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik atau buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati 4. Konsep pendidikan karakter Ki Hajar Dewantara yaitu ; Pertama, dikembangkan
sistem
pendidikan
berdasarkan
lima
asas
Ki
Hajar
pokok
Dewantara
yang
disebut
pancadharma Taman Siswa, yang meliputi: kemerdekaan, kodrat alam, kebudayaan, kebangsaan, dan kemanusiaan. Kedua, pokok ajaran yang menjadi tujuan Ki Hajar Dewantara adalah mendidik MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
155
Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara
rakyat agar berjiwa kebangsaan dan berjiwa merdeka, serta menjadi kader-kader yang sanggup dan mampu mengangkat derajat nusa dan bangsanya sejajar dengan bangsa lain yang merdeka dan membantu perluasan pendidikan dan pengajaran. Ketiga, Pendidikan karakter tidak hanya melibatkan aspek moral knowing, tetapi juga moral feeling dan moral action. Ki Hajar Dewantara menerjemahkan langkah tersebut dengan konsep cipta, rasa dan karsa serta membaginya menjadi empat tingkatan dalam pengajaran pendidikan karakter, adapun materi pendidikan karakter tersebut yaitu; taman Indria dan taman Anak (5-8 tahun), taman Muda (umur 9-12 tahun), taman Dewasa (umur 14-16 tahun), taman Madya dan taman Guru (umur 17-20). Keempat, Dalam proses tumbuh kembangnya seorang anak, Ki Hajar Dewantara memandang adanya tiga pusat pendidikan yang memiliki peranan besar, yang disebut dengan trisentra pendidikan, yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Dan ketiga aspek tersebut memiliki pengaruh yang sangat besar dalam proses pembentukan karakter pada anak. Ki Hajar Dewantara mengatakan perlunya penguasaan diri dalam diri anak untuk mengalahkan nafsu agar dapat terbentuk karakter anak yang beradab, orang yang memiliki kecerdasan budi pekerti akan senantiasa memikirkan dan mempertimbangkan terlebih dahulu sikap dan perilaku yang dilakukannya. Kecerdasan budi pekerti tersebut meliputi sikap, perilaku dan nilai-nilai yang dilakukan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi insan kamil. 156
Dalam
konteks
sekarang
telah
dikembangkan
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
oleh
Nur Anisah
Kementrian Pendidikan Nasional telah dirumuskan dalam 18 nilai karakter yang akan ditanamkan dalam diri peserta didik sebagai upaya membangun karakter bangsa, yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. 5. Implikasi pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam pembentukan moral generasi muda ; Pertama, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan adalah suatu proses bukan hanya sebuah hasil, yang diterapkan dalam pembelajaran aktif dimana siswa memahami teori dan juga mempraktekan apa yang sudah dipahaminya dalam kehidupan nyata. Kedua, sistem among Ki Hajar Dewantara dijadikan sistem pembelajaran di sekolah, karena pentingnya peran pendidik dalam suatu proses pembelajaran. Ketiga, Tripusat pendidikan Ki Hajar Dewantara merupakan lingkungan pendidikan yang efektif dimana lingkungan keluarga dijadikan sebagai peletak dasar pendidikan anak, sekolah sebagai
pendamping dalam
keluarga, dan masyarakat adalah pelengkap pendidikan. Keempat, Trikon Ki Hajar Dewantara dijadikan sebagai dasar pendidikan.
Daftar Pustaka Abrasyi, Athiyah. 1993. Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang. Anshori, Nasruddin. 2008. Pendidikan Berwawasan Kebangsaan. Yogyakarta: Lkis Pelangi Aksara.
MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
157
Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara
Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Jogjakarta: Diva Press. Ar-Rozi, May Mualifah. 2013. Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Konsep Pendidikan Budi Pekerti. STAIN Salatiga. Budiningsih, Asri. 2004. Pembelajaran Moral. Jakarta: Asdi Mahasatya. Damayanti, Deni. 2014. Panduan Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Pinang Merah. Darajat, Zakiah. 1968. Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang. Daroeso, Bambang. 1986. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang: Aneka Ilmu. Dewantara, BS. 1979. Nyi Hajar Dewantara. Jakarta: Gunung Agung. Desmon, Achmad. 2007. Ensiklopedia Peradaban Dunia. Jakarta: Restu Agung. Doni Kusuma. 2012, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. http//:pendidikankarakter/strategi/mendidik/anak/dizaman/global. Diunduh pada tanggal 8 September 2015. Dwiyanto, Djoko. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Pancasila. Yogyakarta: Ampera Utama. Echols, John. 2010. Kamus Inggris Indonesia. Cetakan XXIX. Jakarta: Gramedia. Ensiklopedia Nasional Indonesia Jilid 4. 2004. Jakarta : Delta Pamungkas Ismadi, Hurip Danu . 2014. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Kebudayaan. Jakarta: Gading Inti Prima. Isjoni. 2006. Pendidikan sebagai Investasi Masa Depan. Jakarta: Yayasan Obor. 158
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
Nur Anisah
Jumali. 2004. Landasan Pendidikan. Surakarta: Muhammadiyah University Press UMS. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2007. Nasional. Jakarta: Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan
Kesuma, Dharma. 2011. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya. Listiyani, Retno. 2012. Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif. Jakarta: Erlangga. Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa. 1977. Karya Ki Hajar Dewantara Bagian Pertama Pendidikan. Cetakan ke-2. Jogjakarta: Yayasan Persatuan Taman Siswa. Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa. 1994. Karya Ki Hajar Dewantara Bagian II Kebudayaan. Cetakan ke-2. Jogjakarta: Yayasan Persatuan Taman Siswa. Mila.
2012, Menanamkan Sikap Toleransi pada Anak. http://ahmadrasidi.blogspot.com. Diunduh pada 12 September 2015.
Munir, Abdullah. 2010. Pendidikan Karakter Membangun Anak Sejak dari Rumah. Yogyakarta: Pustaka Insani Madani. Nata, Abuddin. 2001. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Navis, AA. 1996. Filsafat dan Strategi Pendidikan M. Sjafei. Jakarta: Gramedia. Purwanto, Ngalim. 2007. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung: Rosdakarya. Rahma, Ulfi. 2010. Pendidikan Karakter dalam UU NO. 20 TAHUN 2003. Diunduh pada tanggal 29 September 2015.
MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
159
Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara
Robertus Belamirnus. 2014. (KOMPAS.com, Buku Ki Hajar Dewantara jadi Referensi di Finlandia). Diunduh pada tanggal 8 Agustus 2015. Saleh, Muwafik. 2002. Membangun Karakter dengan Hati Nurani. Jakarta: Erlangga. Soeratman, Darsiti. 1989. Ki Hajar Dewantara. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional. Subono. 2010, Ki Hajar Dewantara Pemikiran dan Pengabdiannya untuk Pendidikan Bangsa. http//yayasansoebono.org/. Diunduh pada tgl 25 Agustus 2015. Sukiman. 2004, Ki Hajar Dewantara. www.tamansiswa.org. Di unduh pada tanggal 14 Agustus 2015. Surjomiharjo, Abdurrachman. 1986. Ki Hajar Dewantara dan Taman Siswa dalam Sejarah Indonesia Modern. Jakarta: Sinar Harapan. Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta: ArRuzz. Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: Rosdakarya. Suyono. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya. Tim Dosen FIP. 1980. Pengantar Dasar-dasar Kependidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Wahab, Rochmat. 2009. Pendidikan Karakter Grand Design dan Nilainilai Target. Semarang: Aneka Ilmu. Wijaya, Cece. 1992. Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan Dan Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Zanoism. 2014, Konsep Pendidikan Menyenangkan. http//:edukasi kompasiana.com. Diunduh pada 28 Mei 2015.
160
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009
PEDOMAN PENULISAN Jurnal MUDARRISA hanya akan memuat artikel yang memenuhi ketentuanketentuan berikut ini: Artikel merupakan ringkasan karya ilmiah hasil penelitian yang belum pernah dipublikasikan atau tidak sedang dalam proses penerbitan. Artikel ditulis dalam Bahasa Indonesia, Inggris, atau Arab sebanyak minimal 15 halaman kuarto dengan spasi 1,5. Artikel dalam Bahasa Indonesia atau Inggris diketik dengan font Times New Roman ukuran 12 point, sedangkan dalam Bahasa Arab diketik dengan font Arabic Transparant ukuran 18 point. Artikel ditulis dengan sistematika sebagai berikut: 1. Judul (huruf kecil tebal kecuali huruf pertama pada setiap kata menggunakan huruf kapital dengan ukuran 14 point). 2. Identitas penulis (nama penulis tanpa gelar disertai nama instansi dicetak miring). 3. Abstrak dalam bahasa Inggris sebanyak 90-250 kata spasi 1 (memuat tujuan, metode, dan temuan). 4. Keywords dalam bahasa Inggris sebanyak tiga kata. 5. Pendahuluan. 6. Permasalahan. 7. Tinjauan pustaka (memuat penelitian sebelumnya yang relevan dan landasan teori). 8. Metode penelitian. 9. Pembahasan (memuat temuan penelitian dan analisis). 10. Kesimpulan. 11. Daftar pustaka. Mencantumkan identitas penulis yang terdiri dari nama dan alamat instansi. Kutipan ditulis dengan model bodynote, contoh: (Rosenberg, 1955: 29). Penulisan daftar pustaka mengikuti contoh berikut: Contoh buku: Rahman, Fazlur. 1985. Islam dan Moderrnity: An Intelectual Transformation. Chicago: Chicago University. Contoh jurnal : Dhofier, Zamakhsyari. 2002. Sekolah al-Qur’an dan Pendidikan Islam di Indonesia. Jurnal Ulumul Qur’an, Vol. III, No. 4: 20-35. Mencantumkan daftar pustaka yang hanya dikutip dalam artikel dan disusun secara alfabetis. Tabel dan gambar diberi nomor dan judul atau keterangan yang jelas, Penulisan transliterasi Arab menggunakan library of conggres (terlampir). Artikel dikirim dengan menyerahkan dua eksemplar print out disertai soft copy berupa CD atau attached file yang terformat MS Word (rtf). Penulis yang artikelnya dimuat akan mendapatkan imbalan berupa nomor bukti pemuatan sebanyak 3 (lima) eksemplar beserta cetak lepasnya. Artikel yang tidak dimuat akan dikembalikan.
MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009 _________________________
161
162
_________________________MUDARRISA, Vol. 1, No. 1, Juni 2009