BAB. I
PENDAHULUA N
A. Latar Belakang
Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan dan kemungkinan yang lebih baik di masa mendatang, hal ini telah
mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap
setiap
gerak
langkah
dan
perkembangan
dunia
pendidikan.Pendidikan salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kualitas hidup manusia,
pada intinya
bertujuan untuk memanusiakan
manusia, mendewasakan ,serta merubah perilaku, serta meningkatkan kualitas menjadi lebih baik. Pada kenyataannya pendidikan bukanlah sutau.
upaya yang sederhana, melainkan suatu kegiatan yang dinamis dan penuh tantangan. Sebagaimana yang tertuang dalam Undang- Undang Nomor 02 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 4 menyatakan " Pendidikan
Nasional
bertujuan
mencerdaskan
kehidupan
bangsa dan
mengembangkan manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan."
Pembangunan
sumber daya manusia (SDM) mempunyai peranan
sangat penting bagi kesuksesan dan kesinambungan pembangunan suatu
bangsa. Oleh karena itu pembangunan dan peningkatan sumber daya
manusia mutlak diperlukan . dalam konteks pembangunan sumber daya manusia, pendidikan
memiliki posisi staregis, karena
pendidikan
pada
dasarnya meruapakan proses mencerdaskan kehidupan bangsa dan pengembangan manusia Indonesia seutuhnya.
Senada dengan hal tersebut diatas, bahwa pembangunan pendidikan merupakan bagian dari pembangunan bangsa yang diarahkan untuk
meningkatkan daya manusia.
harkat dan martabat manusia melalui peningkatan sumber Lebih lanjut
dikemukakan dalam GBHN 1999- 2004
dinyatakan : mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara terarah, terpadu, dan menyeluruh berbagai upaya proaktif dan reaktif
oleh
seluruh komponen bangsa agar generasi muda berkembang secara
optimal dengan hak dukungan dan lindungan sesuai dengan potensinya. Mengingat betapa pentingnya pendidikan, maka pendidikan telah diupayakan dalam berbagai bentuk dan jenjang kependidikan, sebagaimana
dalam USPN
Nomor 02 Tahun 1989 Pasal 12 ayat (1)
yaitu jenjang
pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi. Dimana salah satu bentuk satuan
pendidikan
pada jenjang pendidikan dasar adalah
Sekolah
Lanjutan
Tingkat Pertama (SLTP).
Sekolah sebagai institusi (lembaga) pendidikan , merupakan wadah tempat proses pendidikan dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan
dinamis.Dalam kegiatnnya, sekolah adalah tempat yang bukan hanya sekedar tempat berkumpulnya guru dan murid, melainkan berada dalam satu
tatanan sistem yang rumit dan sating berkaitan, oleh karena itu sekolah dipandang sebagai suatu organisasi yang membutuhkan pengelolaan. Lebih dari itu, kegiatan inti
organisasi sekolah adalah mengelola sumber daya
manusia (SDM) yang diharapkan menghasilkan lulusan berkualitas, sesuai dengan tuntutan kebutuhna masyarakat, serta pada gilirannya lulusan sekolah diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada
pembangunan
bangsa.
Salah satu permasalahan
pendidikan yang dihadapi
oleh bangsa
Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan , antara lain
melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualitas guru, pengadaan buku
dan alat pelajaran.perbaikan sarana prasarana , serta peningkatan mutu manajemen sekolah.
Namun
berbagai
indikator peningakatan mutu
pendidikan belum menunjukan peningkatan yang merata. Ada tiga factor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami
peningkatan
secara
Umaedi.M.Ed. 2000)
pendidikan
merata,
Sebagaimana
dikemukakan
oleh
(Drs.
Faktor pertama, kebijakan dan penyelenggaraan
nasional menggunakan
fungtion atau input-output
pendidikan education production
analysis yang tidak dilaksanakan secara
konsekwen. Pendekatan ini melihat bahwa lembaga pendidikan
berfungsi
sebagai pusat produksi yang apabiia dipenuhi semua input (masukan) yang dipelukan dalam kegiatan produk tersebut,
maka lembaga ini 'akan
menghasilkan output yang dikehendaki. Pendekatan ini menganggap bahwa apabiia input pendidikan seperti pelatihan guru, pengadaan guru dan alat peralatan, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan lainnya dipenuhi maka mutu pendidikan (output) akan terjadi. Dalam kenyataannya, mutu pendidikan tidak terjadi. Mengapa ? Karena selama ini dalam menerapkan pendekatan educaton production fungtion terlalu memusatkan pada input dan kurang memperhatikan pada output pendidikan. Kedua, penyelenggaraan
Faktor
sentralistik,
sehingga menempatkan
pendidikan
nasional
seraca
sekolah sebagai penyelenggara
penddikan jangan tergantung pada putusan birokrasi yang mempunyai jalur yang sangat panjang dan kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan
kondisi sekolah setempat. Dengan demikian sekolah
kehilangan kemandirian , motivasi dan inisiatif untuk mengembangkan dan memajukan bimbingannya termasuk peningkatan mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional. Faktor ketiga, peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini kurang optimal. Partsisipasi masyarakat selama ini bersipat dukungan input (dana), bukan pada proses
pendidikan ( pengambilan keputusan,monitoring, evaluasi dan akuntabilitas). Berkaitan dengan akuntabilitas, sekolah tidak mempunyai beban untuk
mempertanggung jawabkan hasil pendidikan pada masyarakat, khususnya
orang tua siswa, sebagai salah satu pihak utama yang berkepentingan dengan pendidikan (stakeholder)
Dengan mencermati kondisi tersebut, maka kepala sekolah sebagai manajer
pendidikan
harus
mempunyai
kemampuan,
kemauan
keterampilan dalam melaksanakan fungsi manajemen pendidikan.
dan
Ada
3
(Tiga) keterampilan yang harus dimiliki oleh manajmer Pendidikan yaitu : (1) keterampilan Konsep, (2) keterampilan untuk bekerja sama, (3) Keterampilan Teknik untuk menggunakan pengetahuan, metode, Teknik dan perlengkapan untuk menyelesaikan tugas. Betapapun
sempurnanya
atau
baiknya
kurikulum,
tersediannya
fasilitas pengajaran yang memadai, tetapi jika kepala sekolah hanya merasa sebagai pelaksana saja, tidak mampu melaksanakan tugasnya sebagai
pemimpin pendidikan, maka keberhasilan peningakatan mutu pendidikan di sekolah akan sulit terwujud.
Senada dengan hal tersebut dia atas, bahwa upaya peningkatan
mutu pendidikan melibatkan semua personil sekolah, yang dalam prosesnya menuntut
komitmen
sekolah.Tumbuhnya
bersama
komitmen di
terhadap
kalangan
mutu
personil
pendidikan
sekolah
di
melalui
kepemimpinan kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan.
Peranan penting kepala sekolah sebagaimana tertuang dalam PP Nomor 28 tahun1990 Pasal 12 ayat (1) sebagai berikut:
"Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan
pendidikan , administras sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana prasarana."
Dalam petunjuk pelaksanaan Kurikuium dipaparkan tugas dan tanggung jawa kepala sekolah dipaparkan sebagai berikut:
Kepala keseluruhan
Sekolah
bertugas
dan
bertanggung
jawab
terhadap
kegiatan sekolah. Kegiatan meliputi teknis dan administrasi
pendidikan, lintas program dan lintas sektoral dengan mendayaguankan sumber-sumber yang ada di sekolah agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien ( Juklak Kurikuium 1994)
Sedangkan peranan kepala sekolah berdasarkan Kepmendikbud Rl Nomor 0296/0/ 1996 yang dikenal dengan konsep kepemimpinan pendidikan versi Depdikbud adalah : 1) Sebagai educator/pendidik 2) sebagai manajer 3).Sebagai Administrator, 4) Sebagai supervisor, 5) Sebagai Leader / pemimpin 6) Sebagai Inovator, 7) Sebagai Motivator.
Kepemimpinan
pendidikan
pada
hakekatnya
adalah
proses
menggerakan, mempengaruhi, memberi motivasi, dan mengarahkan orangorang di dalam organisasi dalam hal ini adalah lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah dirmuskan sebelumnya. Dalam kepemimpinan
ada tiga
unsur
yang terkait yaitu : (1) Orang lain yaitu pengikut atau
bawahan yang terkait, (2) Kekuasaan yang dimiliki oleh pimpinan, (3)
Pengaruh yang diberikan dalam proses kepemimpnan (Stoner 1987). Ukuran keberhasilan kepala sekolah
adalah dengan mengukur belajar
dalam menjalankan
tugasnya
kemampuannya di dalam menciptakan "Iklim
mengajar ' dengan mempengaruhi, mengajak dan memotivasi
guru.murid dan personil lainnya untuk menjalankan tugas masing-masing
dengan baik dan benar. Sehingga upaya terciptanya iklim belajar mengajar yang kondusif hal ini tidak terlepas dari kapasitas kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan. di sekolah. Dalam kaintannya sebagai seorang pemimpin pendidikan diharapkan
dapat memahami hal-hal sebagaimana
dikutip oleh Abdul Aziz wahab (1996 ) yaitu :
1. Seorang pemimpin yang memiliki pengetahuan yang luas tentang teori pendidikan.
2. Kemampuan menganalisa situasi sekarang berdasarkan apa yang seharusnya.
3. Mampu mengidentifikasi masalah.
4. Mampu mengkonseptuatkan arah baru untuk perubahan.
Sedangkan peranan kepala sekolah selaku pemimpin pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan
seperti yang disarankan oleh
Sellis (1994) antara lain : 1. Mempunyai visi atau daya pandang yang jauh dan mendalam dalam tentang mutu yang terpadu bagi lembaganya maupundirinya.
2. Mempunyai komitment yang jelas
pada proses peningkatan
mutu/
kualitas.
3. Mengkomunikasikan peran yang berkaitan dengan mutu.
4. Meyakinkan kebutuhan
peserta didik sebagai pusat perhatian
kegiatan dan kebijaksanaan lembaga/ sekolah.
5. Meyakinkan
kepada
para
pelanggan(siswa,
orang
tua,
dan
masyarakat) bahwa terdapat "channel ' cocokuntuk menyampaikan harapan dan keinginan.
6. Pemimpin melakukan pengembangan staf.
7. menjamin stuktur organisasi yang menggambarkan tanggung jawab yang jelas.
8. Mengembangkan komitment untuk mencoba menghilangkan
setiap
penghalang, baik yang bersipat organisasi maupun budaya.
9. Mengembangkan mekanisme yang cocok untuk melakukan monitoring dan evaluasi.
Bila dilihat dari pengelolaan sekolah, pada hakikatya meliputi kgiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan atau pembinaan sumber daya yang meliputi manusia, program pendidikan
fasilitas
( Engkoswara 2000;43). Ketiga
atau sumber belajar, dan
kegiatan ini merupakan fungsi
pokok Administrasi Pendidikan , yang satu sama lain tidak dapat dipiahkan dalam pegelolaan sekolah.
Beban dan tanggung jawab ketiga kegiatan tersebut berada ditangan kepala sekolah,
oleh
karena
itu
kepala sekolah
merupakan
personil
penanggung jawab tertinggi terhadap pelaksanaan tugas pendidikan di sekolah. Sebagai kepala sekolah yang mempunyai kedudukan tertingi di
sekolah , hendaknya dapat mempengaruhi guru dan personil lainnya di sekolah,
serta berusaha menciptakan
suasana yang dapat membuat
bawahannya bekerja dengan giat dan penuh tanggung jawa guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan peserta didik dapat mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien maka seluruh sumber
sumber daya pendidikan yang ada disekolah perlu dikelola dan diberdayakan seoptiman mungkin.Sumber daya tersebut terdiri dari manusia, uang,sarana dan prasarana serta pengelolaannya. Hal ini hanya dapat dicapai bila kepala sekolah mempunyai kemampuan dan kemauan untuk menjalankan fungsifungsi manajemen pendidikan dengan baik. Oleh karena itu kepala sekolah hendaknya memiliki
visi dan misi kelembagaan , kemampuan konseptunal,
memiliki keterampilan dan seni dalam huungan antar manusia, menguasai aspek-aspek substantif dan teknis pekerjaannya, memiliki semangat untuk
maju, memiliki semangat untuk mengabdi serta memiliki karakter yang diterima oleh lingkungannya (Djam'an Satori : 1999 ;5). Sejalan dengan pendapat tersebut diatas, untuk mencapai manajemen yang propesional difokuskan kepada manusiannya dalam hal ini manajer pendidikan.Terdapat
beberapa
landasan
dalam
mngembangkan
manajemen
pendidikan
professional yaitu :
1. Manajer pendidikan harus memiliki semangat tinggi.
2. Manajer pendidikan harus mampu mewujudkan diri yang didasari keterkaitan dan keterpaduan (relevasi) dengan tuntutan lingkungan dan IPTEKS.
3. Manajer pendidikan yang mampu bekerjasama dengan profesi lain.
4. Manajer pendidikan yang memilki etos kerja yang tinggi.
5. Manajer pendidikan yang mempunyai kejelasan dan kepastiari pengembangan karier.
6. Manajer pendidikan yang berjiwa professional tinggi. 7. manajer pendidikan kesejahteraan lahir batin.
8. Manajer pendidikan yang mempunyai wawasan masa depan. 9. manajer pendidikan yang mampu melaksanakan fungsi
misi dan
perannya secara terpadu.
Berdasarkan uraian diatas, maka jelaslah bahwa kepemimpinan kepaia sekolah sebagai manajer pendidikan pendidikan dan upaya
sangat menentukan kualitas
peningkatan kualitas pendidikan merupakan tugas
yangsangatberat..
Desentralisasi
pengelolaan
pendidikan
menunjukan
adanya
pelimpahan wewenang dalam pengelolaan pendidikan dari pemerintah pusat ke daerah otonom, yang menenpatkan kabupaten/kota sebagai sentra desentralisasi. Pergeseran ini berkaitan erat dengan konsentrasi perumusan
kebijakan
dan pengambilan keputusan. Artinya, adanya wewenang yang
diberikan kepada hierarhi lebih bawah dalam perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan
merupakan ciri penting adanya desentralisasi.
Dalam pengelolaan pendidikan
di sekolah, ini berarti adanya pelimpahan
wewenang kepada masyarakat atau pihak-pihak yang berkepentingan
dengan pendidikan (stakeholder pendidikan) untuk ikut serta bertanggung jawab dalam memajukan sekolah. Apabiia dihubungkan dengan praktek
manajemen berbasis sekolah, maka terkandung adanya pelimpahan wewenang untuk perumusan kebijakan dan penetapan keputusan kepada
sekolah dan stakeholder-nya. Sehingga gagasan ini mengarah pada praktek otonomi pengelolaan sekolah. Kepentingan utama format otonomi sekolah
adalah tampilnya kemandirian
sekolah untuk meningkatkan kinerjanya
sendiri, dengan mengakomodasi berbagai potensi sumber daya sekolah, yang pada akhirnya ditujukan untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam wujud mutu hasil belajar para siswa.
Manajemen Berbasis Sekolah merupakan pendekatan politik untuk me-redesain dan memberikan kekuasaan
kepada sekolah untuk secara
sinergi memperbaki sekolah yang berorientasi pada peningkatan mutu.
Dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ,kepala sekolah dan guru memiliki kebebasan
yang luas dalam
mengelola sekolah tanpa
mengabaikan kebijakan dan prioritas pemerintah.
Dengan adanya kewenangan di sekolah, berarti pengelolaan dan pelaksanaan program
kegiatan sekolah berada pada keterampilan dan
kemampuan kepala sekolah serta sumber lain sebagai pendukung. Dilain fihak pelaksanaan manajemen berbasis sekolah menuntut adanya kesiapan sumber daya manusia. Kepala Sekolah hendaknya menyadari bahwa MBS
ini bukan semata-mata pemindahan wewenang ke sekolah tanpa adanya kesiapan sumber daya manusia. Dalam hal ini
MBS akan berhasil jika
ditopang oleh kemampuan propesional kepala sekolah dalam memimpin dan mengelola sekolah secara efektif dan efesien, serta mampu
12
menciptakan iklim organisasi di sekolah yang kondsif untuk proses belajar mengajar.
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu factor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi.misi , tujuan dan sasaran sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara
terencana dan bertahap. Oleh karena itu kepala sekolah dituntut mempunyai
kemampuan manajerial dan kepemimpinan yang memadai agar mampu mengambil inisiatif/ prakarsa untk meningkatkan mutu pendidikan.
Sekolah dipandang sebagai suatu lembagga layanan jasa pendidikan dimana kepala sekolah adalah manajer pendidikan, kepala sekolah dituntut untuk bertanggung jawab atas seluruh komponen sekolah, dan harus
berupaya meningkatkan mutu pelayanan dan mutu hasil belajar yang berorientasi kepada pemakai, baik internal (siswa), mapun ekstemal
(masyarakat), pemerintah, maupun lembaga industri dan dunia kerja (stakeholders)
Manajemen berbasis sekolah dapat efektif diterapkan jika didukung oleh sistem berbagai kekuasaan (power sharing), antara pemerintah pusat, Pemerintah
Daerah dalam pengelolaan sekolah ditata secara rapih. Dan
Manajemen Berbasis Sekolah akan berhasil jika ditopang oleh kemampuan propesional Kepala
Sekolah dalam memimpin dan mengelola sekolah
secara efektif dan efesien, serta mampu menciptakan iklim organisasi disekolah yang kondusif untuk proses belajar mengajar.
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penelitian ini di
fokuskan pada
"Bagaimana Peranan Kepemimpinan Kepala Sekolah
dalam
Peningkatan
Upaya
Mutu Pendidikan
Melalui Konsep
Manajemen Berbasis Sekolah ".
Masalah tersebut dirumuskan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah kepala SLTPN di kecamatan Subang telah melakanakan peranannya sebagai Educator (pendidik) Pendidikan ?
2. Apakah Kepala SLTPN di kecamatan Subang telah melaksanakan peranannya sebagai manajer Pendidikan ?
3. Apakah Kepala SLTPN di kecamatan Subang telah melaksanakan peranannya sebagai Administrator Pendidikan ?
4. Apakah Kepala
SLTPN di kecamatan Subang telah melaksanakan
perannya sebagai Supervisor Pendidikan ?
5. Kegiatan apa saja yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatan mutu pendidikan Untuk
lebih
melalui konsep manajemen berbasis sekolah ?
jelasnya
tentang
dipormasikan pada pola sebagai berikut: X1
Y
variabel
penelitian
ini
dapat
14
Gambar.1.
Pariabel keterakaitan
antara kepemimpinan kepala sekolah
dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Keterangan :
X1
= adalah Peranan Kepemimpinan Kepala Sekolah
X2
= adalah Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah
Y
= adalah Peningkatan Mutu Pendidikan
Dari gambar diatas dapat diasumsikan bahwa Peranan Kepemimpinan Kepala sekolah dalam Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah dapat mempengaruhi peningkatan Mutu Pendidikan
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaomana peranan kepemimpinan kepala sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan dengan pendekatan manajemen berbasis sekolah. Pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) di kecamatan Subang . 2. Tujuan Khusus
Secara khsusus penelitian ini bertujuan untuk menjawab semua
permasalahan
yang
diajukan
dengan
proses
mengungkapkan/
mendeskripsikan serta mengevaluasi hal- hal sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana peranan
kepala sekolah
sebagai Educator ( pendidikan) dalam meningkatkan mutu pendidikan
15
2. Untuk mengetahui bagaimana peranan kepala sekolah sebagai manajer Pendidikan .
3. Untuk mengetahui bagaimana Peranan kepala sekolah sebagai Administrator pendidikan .
4. Untuk mengetahui bagaimana peranan kepala sekolah sebagai supervisor pendidikan .
5. Mengidentifikasi
upaya-upaya
yang
dilakukan
sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan
kepala dengan
pendekatan manajemen berbasis sekolah. D.
Manfaat Penelitian 1 .Manfaat Teoritis
Secara teoritis Penelitian ini bermanfaat untuk dapat dijadikan bahan kajian
untuk mengembangkan konsep-konsep Administrasi Pendidikan,
terutama
mengenai
konsep
kepemimpinan
kepala
sekolah
dalam
peneliti
untuk
meningkatkan mutu pendidikan. 2. Manfaat Praktis
Secara Praktis, hasil penelitian ini bermanfaat untuk :
a. Peneltian ini diharapkan akan bermanfaat baik bagi
menambah wawasan , pengetahuan, sikap dan kemampuan dalam
menganalisis
kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan
mutu pendidikan.
16
b. Sebagai bahan informasi bagi kepala sekolah dalam upaya meningkatkan
mutu pendidikan melalui pendekatan manajemen
berbasis sekolah.
c. Sebagai bahan masukan bagi Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Subang dalam melaksanakan pembinaan terhadap kepala sekolah.
d. Sebagai bahan evaluasi
kinerja kepala sekolah dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan secara berkelanjutan. E. Metode Penelitian
Dalam
didasarkan
penelitian
kepada
ini,
menggunakan
metode
kualitatif,
hal
ini
rumusan masalah penelitian yang menuntut peneliti
melakukan eksplorasi dalam memahami dan menjelaskan masalah yang diteliti melalui hubungan yang intensif dengan sumber data, sedangkan untuk menjawab permasalahan secara teoritis digunakan studi kepustakaan, dengan harapan dalam penganalisaan akan lebih akurat.
Adapun instrumen atau alat pengumpul data yang digunakan terdiri dari observasi, wawancara dan studi dokumentasi.
F. Lokasi Penelitian dan Sampel Penelitian
Sesuai dengan masalah yang telah ditetapkan, maka penelitian ini mengambil lokasi di kecamatan subang Kabupaten Subang Jawa Barat.,
yaitu pada SLTP Negeri yang ada di kecamatan Subang. Sesuai dengan
karakteristik penelitian
kualitatif,
sample dalam
penelitian ini adalah "Purposive sampling " sebagaimana dikemukakan oleh
S.Nasution (1988 :32) menjelaskan bahwa penetuan unit sampel dianggap
17
telah memadai apabiia telah sampai taraf :redundancy " (ketuntatasan atau
kejenuhan), artinya meskipun responden bertambah bisadiprediksi tidak
akan diperoleh lagi tambahan informasi yang berati yang berarti. Sehingga jelas bahwa dalam penelitian ini sampel
tidak
dapat ditentukan
sebelumnya..
G. Kerangka Penelitian
Kerangka
penelitian
ini
mempokuskan
pada
peranan
kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui
pendekatan manajemen berbasis sekolah. Kepala sekolah merupakan penentu dalam meningkatkan mutu pendidikan pada SLTPN di kecamatan
Subang, peranan kepala sekolah dalam hal ini menunjuk pada kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai Educator, manajer, Administrator dan Supervisor . Dalam melaksanakan
tugas pokok tersebut kepala sekolah dipengaruhi oleh Gaya kepemimpinan dan bahkan factor lain yang mempengaruhi kepemimpinan (baik factor ekstemal maupun factor internal) setelah mengetahui tugas pokok dan fungsinya
maka
kepala
sekolah
mengidentifikasi
usaha-usaha
yang
dilaksanakan kepala sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan
yang dalam hal ini disesuaikan dengan
otonomi sekolah maka pada
akhirnya akan meningkatkan kinerja sekolah yang efektif. Dengan adanya
kinerja sekolah yang efektif, maka peningkatan mutu pendidikan akan tercapai.
Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi kepemimpinan
Pendidikan
2. Upaya Peningkatan Mutu
1. Tugas/Fungsi Kepala Sekolah a. Sebagai Edukator b. Sebagai Manajer c. Sebagai Administrator d. Sebagai Evaluator
Gaya Kepemimpinan
MBS
KERANGKA PENELITIAN
GAMBAR
Mutu
Sekolah
Hasil
Peningkatan
Kinerja