1
KERASIONALAN PENGGUNAAN OBAT ISPA PADA ANAK DI RSUD PULANG PISAU
KARYA TULIS ILMIAH Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi Program Studi DIII Farmasi
OLEH :
AKHIR RIUNISA 11.71.13128
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI DIII FARMASI 2014
1
2
ii2
3
3
iii
4
4 iv
5
5v
6
6 vi
7
MOTTO Mereka bicara tentang apa yang mereka lihat dan dengar tetapi hanya diri sendiri yang bisa merasakan dan pribadi kita itu adalah mutiara yang tak ternilai Bermimpilah hari ini, Besok akan datang masa depan LEMBAR PERSEMBAHAN Yang Utama Dari Segalanya...... Kata pertama yang saya ucapkan ALLHAMDULILLAH ,Terimakasih Ya Allah atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya KTI yang sederhana ini dapat terselesaikan…. Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan kusayangi. Kedua Orang Tuaku Ayahanda SYAHRIL dan Ibunda KAMALA SE,…… Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan Karya Tulis Ilmiah ini kepada Ibu dan Ayah yang telah memberikan kasih sayang, materi, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga. Untuk Ibu dan Ayah yang selalu membuatku termotivasi dan selalu menyirami kasih sayang, selalu mendoakanku, selalu menasehatiku menjadi lebih baik, Terima Kasih Ibu.... Terima Kasih Ayah... My Brother…… Untuk kakak ku Salamet Riady, Amd.,Ak dan Adikku Sabniansyah, Terima kasih atas doa, semangat dan bantuan kalian selama ini……… Dosen Pembimbing Akademik ku…… Ibu Rusdiyah Fatatik, M.Si. Terima kasih atas semua nasehat dan bimbingannya bu,,,,, Dosen Pembimbing Tugas Akhirku..... Ibu Dewi Sari Mulia., S.Farm., M.Si., Apt, Selaku pembimbing I, dan Ibu Widya Ayu V., S.Farm., Apt, Selaku pembimbing II, Terima kasih banyak bu karena telah memberikan bimbingan, arahan dan motivasi dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini….. Seluruh Dosen Pengajar DIII Farmasi…... Terima kasih banyak untuk semua ilmu, didikan dan pengalaman yg sangat berarti yang telah kalian berikan kepada kami… My friend’s……. Buat teman-teman seangkatan ku (Luna, Winiey T. Wahyuni, Tika,) dan buat ka Yolanda, ka Widya, Terima kasih atas semangat dan dukungan dari kalian “They are my best friend”..... My Sweet Heart Sebagai tanda cinta kasihku… Terima kasih atas kasih sayang, perhatian, dan kesabaranmu yang telah memberikanku semangat dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, semoga engkau pilihan yang terbaik untuk menjadi imamku dan masa depanku….. .”your dreams today, be your future tomorrow”.
7 vii
8
RINGKASAN AKHIR RIUNISA, Kerasionalan Penggunaan Obat ISPA pada Anak di RSUD Pulang Pisau. Program Studi DIII Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya, 2014. Rasionalitas penggunaan obat khususnya obat-obat ISPA merupakan faktor penting yang harus dipahami oleh Tenaga Kesehatan khususnya Tenaga Medis dan Tenaga Farmasi. Penggunaan obat yang rasional akan memberikan jaminan kepada pasien bahwa obat yang didapat oleh pasien sudah sesuai dengan kondisi dan penyakit yang diderita serta menunjang upaya pemulihan kesehatan. Pemulihan kesehatan dapat dilakukan dengan penggunaan obatyang rasional mencakup kriteria seperti obat yang benar, indikasi yang tepat, penderita yang tepat, dosis yang tepat, dan cara pemberian informasi yang tepat. Kriteria-kriteria tersebut menunjukkan bahwa pemakaian obat diberikan secara efektif dan efisien. Infeksi Saluran Pernafasan Akut atau yang sering disebut ISPA merupakan infeksi yang terdapat pada Saluran Nafas Atas maupun Saluran Nafas Bagian Bawah. Penyakit infeksi ini dapat menyerang semua umur.Akan tetapi, anak-anak, bayi dan balita paling rentan untuk terinfeksi penyakit infeksi ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran rasionalitas penggunaan obat-obat ISPA di Rumah Sakit Umum Daerah Pulang Pisau khususnya pada Poli Anak. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan retrospekif, populasi dalam penelitian ini sebanyak 151 resep pasien umum Rawat Jalan pada Poli Anak di RSUD Pulang Pisau. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan table Krecjie Morgan, menurut table Krecjie Morgan jika populasi 151 maka sampel berjumlah 108 resep. Sampel dalam penelitian ini adalah resep yang mengandung obat ISPA di RSUD Pulang Pisau pada pasien umum Rawat Jalan pada Poli Anak periode Januari sampai Desember 2013. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasionalitas penggunaan Obatobat ISPA di RSUD Pulang Pisau pada Januari sampai Desember 2013 pada masing–masing kriteria yaitu Tepat Diagnosa 100%, Tepat Indikasi Penyakit 100%, Tepat Pemilihan Obat 98,09%, Tepat Dosis sebesar 86,62%, dan Tepat Cara Pemberian obat 100%, . Kata kunci : Rasionalitas, Pasien Poli Anak, Obat ISPA
8
viii
9
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr.Wb……… Alhamdulillahirobbil‟alamin puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Kerasionalan Penggunaan Obat ISPA Pada Anak di RSUD Pulang Pisau”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi di Program Studi DIII Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Drs. H. Bulkani, M.Pd, Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. 2. Bapak dr. H. Fery Iriawan, M.P.H, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. 3. Ibu Rabiatul Adawiyah, S.Farm., Apt, selaku Ketua Program Studi DIII Farmasi Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. 4. Ibu Rusdiyah Fatatik, M.Si. Selaku dosen pembimbing akademik. 5. Ibu Dewi Sari Mulia., S.Farm., M.Si., Apt, Selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan dan motivasi dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini. 6. Ibu Widya Ayu V., S.Farm., Apt, Selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan dan motivasi dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini. 7. Bapak dosen penguji Utama Guntur Satrio P., S.Farm., M,Si., Apt terima kasih atas bimbingannya. 8. Ibu dosen penguji Rezqi Handayani., S.Farm., M.P.H., Apt terima kasih atas bimbingannya.
9 ix
10
9. Saya hanturkan terima kasih kepada selaku Direktur RSUD Pulang Pisau dr. Ellyana, MM yang banyak memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah saya. 10. Saya hanturkan terima kasih kepada Ibu Carolina S.Farm., Apt selaku Kepala Instalasi Farmasi RSUD Pulang Pisau yang banyak memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah saya. 11. Kedua Orang tua yang saya cintai Syahril dan Kamala, SE. yang penuh pengertian tidak hentinya memberikan nasehat, do‟a dan dukungan kepada penulis selama mengikuti pendidikan dan penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini. 12. Kepada kakakku Salamet Riadi dan Adikku Sabniansyah yang memberikan do‟a dan dukungan semangat kepada penulis selama menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 13. Teman-temanku Mahasiswa UM Palangkaraya khususnya teman-teman seperjuangan Jurusan Farmasi angkatan 2011, yang selalu memberi support kepada penulis. 14. Semua pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan karya tulis ini. Sebagai manusia biasa, penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu segala kritik dan saran yang konstruktif penulis harapkan untuk kesempurnaan dalam penulisan selanjutnya. Semoga karya tulis lmiah ini bernilai ibadah disisi Allah SWT dan dapat memberikan sumbangan bermanfaat dalam pembangunan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Farmasi Kesehatan. Amin…. Wassalam….
Palangka Raya,
Desember 2014
Penulis,
10 x
11
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................
i
LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................. ii LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iii LEMBAR PENGUJIAN .................................................................................... iv PERNYATAAN ..................................................................................................
v
RIWAYAT PENYUSUN ................................................................................... vi LEMBAR PERSEMBAHAN ............................................................................ vii RINGKASAN ..................................................................................................... viii KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv BAB I
BAB II
PENDAHULUAN ..............................................................................
1
A. Latar Belakang..............................................................................
1
B. Identifikasi Masalah .....................................................................
4
C. Rumusan Masalah ........................................................................
4
D. Batasan Masalah ...........................................................................
4
E. Tujuan Penelitian ..........................................................................
5
F. Manfaat Penelitian ........................................................................
5
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................
6
A. Rumah Sakit .................................................................................
6
1. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit .............................................
6
2. Klasifikasi Rumah Sakit.........................................................
7
B. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) ......................................... 10 1. Pengertian Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)................. 10 2. Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) ...................... . 10 3. Tugas dan Tanggung Jawab IFRS ......................................... 11 4. Lingkup Fungsi IFRS ............................................................. 12
11 xi
12
C. Obat .............................................................................................. 13 a. Pengertian Obat Secara Umum ............................................. 13 b. Pengertian Obat Secara Khusus ............................................ 13 D. Kerasionalan Penggunaan Obat .................................................... 14 E. ISPA ............................................................................................. 16 1. Definisi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) ................. 16 2. Etiologi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) ............................. 21 3. Cara Penularan ISPA.............................................................. 21 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ISPA .............................. 22 5. Pencegahan ISPA ................................................................... 23 F. Definisi Anak................................................................................ 23 G. Gambaran Umum RSUD Kabupaten Pulang Pisau...................... 24 1. Sejarah dan Perkembangan RSUD Kabupaten Pulang Pisau 24 2. Visi dan Misi RSUD Kabupaten Pulang Pisau ...................... 25 3. Motto RSUD Kabupaten Pulang Pisau .................................. 25 4. Tugas dan Pokok RSUD Kabupaten Pulang Pisau ................ 25 5. Fasilitas Pelayanan RSUD Kabupaten Pulang Pisau ............. 26 BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 27 A. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................... 27 B. Metode Penelitian ......................................................................... 27 C. Populasi dan Sampel..................................................................... 27 D. Instrumen Penelitian ..................................................................... 28 E. Variabel dan Definisi Operasional Variabel ................................. 28 F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 29 G. Teknik Analisa Data .................................................................... 29 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................... 31 A. Hasil Penelitian ............................................................................. 31 B. Pembahasan .................................................................................. 34
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 39
12 xii
13
A. Kesimpulan ................................................................................... 39 B. Saran ............................................................................................. 39 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
13 xiii
14
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Penggunaan Obat ISPA pada Anak sesuai Usia ................................... 31 Tabel 2. Frekuensi Jenis Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Didiagnosa pada Pasien Anak .............................................................. 32 Tabel 3. Hasil Penilaian Rasionalitas Penggunaan Obat – Obat ISPA pada Resep Pasien Rawat Jalan Pada Poli Anak sesuai dengan Kriteria (POR) .................................................................................................... 33
14 xiv
15
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.
Gambar RSUD Pulang Pisau ...................................................... 41
Lampiran 2.
Surat Penelitian ............................................................................ 42
Lampiran 3.
Surat Penerimaan Penelitian ........................................................ 43
Lampiran 4.
Sumber Daya Manusia RSUD Pulang Pisau ................................ 44
Lampiran 5.
Sepuluh Penyakit Terbanyak Instalasi Rawat Jalan RSUD Pulang Pisau Tahun 2013 ............................................................. 46
Lampiran 6.
Sepuluh Penyakit Terbanyak Poli Anak RSUD Pulang Pisau Tahun 2013 .................................................................................. 47
Lampiran 7.
Sepuluh Penyakit Terbanyak Poli Anak RSUD Pulang Pisau Tahun 2012 .................................................................................. 48
Lampiran 8.
Rekam Medik RSUD Pulang Pisau ............................................. 49
Lampiran 9.
Dokumentasi
Saat
Penelitian
di
RSUD
Kabupaten
Pulang Pisau ................................................................................. 50 Lampiran 10. Dokumentasi Saat Penelitian di RSUD Kabupaten Pulang Pisau ............................................................................................ 51 Lampiran 11. Lembar Resep .............................................................................. 52 Lampiran 12. Tabel Kriteria Penggunaan Obat Rasional (POR) ....................... 53 Lampiran 13. Tabel Untuk Mengetahui Maksud dari Kriteria POR (Modul Penggunaan Obat Rasional Kementerian RI Tahun 2012 ........... 83 Lampiran 14. Tabel Krecjie Morgan .................................................................. 84 Lampiran 15. Jadwal Penelitian.......................................................................... 85
15 xv
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Hidup sehat merupakan hak yang dimiliki oleh setiap manusia yang ada di dunia ini, akan tetapi diperlukan berbagai cara untuk mendapatkannya. Sebagai upaya untuk mewujudkan Visi Indonesia Sehat 2010, pemerintah telah menyusun berbagai program pembangunan dalam bidang kesehatan antara lain kegiatan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) baik yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif disemua aspek lingkungan kegiatan pelayanan kesehatan (Meadow dan Simen 2002). Menurut WHO (2003) Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sendiri merupakan salah satu penyakit penyebab kematian anak di seluruh dunia. Salah satu contoh pada penyakit infeksi penggunaan antibiotik mempunyai peranan penting dalam proses penyembuhan. Penggunaan antibiotik hendaknya digunakan secara rasional karena mempunyai dampak yang besar salah satunya yaitu terjadinya resisten terhadap antibiotik bila digunakan secara tidak rasional. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2002 menyebutkan bahwa penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Indonesia selalu menempati urutan pertama penyebab kematian yang sering terjadi pada anak. Selain itu ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di Rumah Sakit yang ada di Indonesia. Penyakit saluran pernafasan pada anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa. Infeksi saluran Pernafasan Akut (ISPA) dapat menyebabkan demam, batuk, pilek dan sakit tenggorokan. Episode penyakit batuk pilek pada Anak di Indonesia diperkirakan sebesar 3 sampai 6 kali per tahun. Ini berarti seorang anak rata-rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun. Sebagai kelompok penyakit, ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di sarana kesehatan. Sebanyak 40%-60% kunjungan berobat di Puskesmas dan 15%-30% kunjungan berobat di bagian
1
2
Rawat Jalan dan Rawat Inap Rumah Sakit disebabkan oleh ISPA (Depkes, 2000). Penyakit ISPA juga merupakan masalah kesehatan utama masyarakat. Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada tahun 2010 menempati urutan tertinggi dari 10 besar jenis penyakit di Provinsi Kalimantan Tengah, dengan jumlah kasus penyakit terbanyak yang berjumlah 137.672 kasus. Pelayanan kefarmasian saat ini telah bergeser orientasinya dari drug oriented
menjadi
Patient
oriented
yang
berdasarkan
pada
konsep
“ Pharmaceutical Care”. Yang dimaksud dengan Pharmaceutical care adalah tanggung jawab farmakoterapi dari seorang farmasis untuk mencapai dampak tertentu dalam meningkatkan kualitas hidup Pasien Peran farmasis diharapkan tidak hanya menjual obat tetapi lebih kepada menjamin tersedianya obat yang berkualitas, mempunyai efikasi, jumlah yang cukup, aman, nyaman bagi pemakaiannya dan harga yang wajar serta pada saat pemberiannya disertai informasi yang cukup memadai, diikuti pemantauan pada saat penggunaan obat dan akhirnya di evaluasi. Pekerjaan kefarmasian dilakukan berdasarkan pada nilai ilmiah, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, dan perlindungan serta keselamatan Pasien atau masyarakat yang berkaitan dengan sediaan farmasi yang memenuhi standart dan persyaratan keamanan, mutu, dan kemanfaatan (ISFI, 2004). Banyak pengobatan yang diterima anak tidak sesuai dengan kondisi anak tersebut, sehingga hal ini dapat mengakibatkan penggunaan obat yang tidak rasional. Menurut WHO (2002) pengobatan yang ideal untuk anak adalah sesuai dengan umur, kondisi psikologis dan berat badan anak. Selama ini pemberian dosis pada anak tidak disesuaikan dengan kondisi umur anak. Hal ini tentu saja merugikan bagi pasien anak. Tubuh anak sendiri memiliki respon yang berbeda terhadap obat dibandingkan tubuh orang dewasa. Pembentukkan organ yang masih kurang sempurna pada anak menyebabkan terjadinya respon yang berbeda terhadap obat. Anak membutuhkan pengobatan yang sesuai dengan umur, serta kondisi psikologis anak agar efek terapi yang diinginkan dapat tercapai.
2
3
Rumah Sakit Umum Daerah Pulang Pisau khususnya pada Poli Anak dalam melakukan pelayanannya berhubungan erat dengan pemberian obatobatan, berdasarkan hal tersebut maka obat-obatan yang diberikan kepada Pasien Rawat Jalan khususnya pada Anak di Rumah Sakit Umum Daerah Pulang Pisau, dalam hal penggunaannya harus diberikan sesuai dengan standar pemberian obat bagi pasien yang secara efektif dan efisien. Ketepatan penggunaan dan pemberian dosis obat kepada pasien oleh dokter sesuai dengan kebutuhan klinis (sesuai dengan penyakit yang diderita) merupakan salah satu faktor penting karena pasien membutuhkan jaminan bahwa obat yang diberikan dan dikonsumsinya sesuai dengan kondisi kesakitannya, guna mempercepat upaya pemulihan kesehatan. Laporan penyakit terbanyak tahun 2012 pada Poli Anak di RSUD Pulang Pisau 10 besar penyakit anak tahun 2012 yang ditangani yaitu: 1) ISPA, 2) Tonsilofaringitis akut, 3) Rhinitis Alergi, 4) Rinobronchitis akut, 5 Bronchitis, 6) GEA, 7) Pneumonia, 8) Asma, 9) Commond Cold, dan 10) Observasi Febris. Jika dilihat gambaran 10 besar penyakit anak di Poli Anak di RSUD Pulang Pisau Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut merupakan penyakit terbanyak yang di derita oleh anak. Peneliti tertarik untuk meneliti di RSUD Pulang Pisau karena RSUD Pulang Pisau merupakan rumah sakit satu-satunya yang ada di Kabupaten Pulang Pisau yang menjadi tempat tujuan masyarakat untuk mendapatkan pengobatan. Dalam hal pengobatan berhubungan erat dengan pemberian resep yang diberikan oleh dokter khususnya resep obat ISPA untuk pasien anak. Pemberian obat terhadap pasien anak harus benar-benar diperhatikan karena anak sangat rentan terhadap pemakaian obat sehingga perlu diberikan secara efektif dan efisien. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Kerasionalan Penggunaan Obat ISPA pada Anak di RSUD Pulang Pisau”.
3
4
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Penggunaan obat terhadap suatu kasus penyakit akan lebih baik dan bermanfaat jika benar-benar memenuhi kriteria kerasionalannya. 2. ISPA salah satu penyebab utama kematian pada anak di bawah 5 tahun. 3. Anak membutuhkan pengobatan yang sesuai dengan umur, serta kondisi psikologis anak agar efek terapi yang diinginkan dapat tercapai. 4. Data laporan 2012 pada Poli Anak di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pulang Pisau menunjukkan bahwa penyakit infeksi termasuk pada penyakit terbanyak yang diderita oleh anak. C. Batasan Masalah Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah penelitian rasionalitas dilakukan pada Poli Anak di RSUD Pulang Pisau tentang penyakit ISPA pada resep pasien umum rawat jalan pada Poli Anak periode bulan Januari sampai Desember 2013. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu bagaimana kerasionalan penggunaan obat-obat ISPA pada Poli Anak di Rumah Sakit Umum Pulang Pisau dengan indikator menurut WHO (1985) di dalam modul penggunaan obat rasional yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2012 yaitu Tepat Diagnosa, Tepat Indikasi Penyakit, Tepat Pemilihan Obat, Tepat Dosis dan Tepat Cara Pemberian Obat. E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran rasionalitas penggunaan obat-obat ISPA di Rumah Sakit Umum Daerah Pulang Pisau khususnya pada Poli Anak Menurut WHO (1985) di dalam modul penggunaan obat rasional yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2012 yaitu Tepat Diagnosa, Tepat Indikasi Penyakit, Tepat Pemilihan Obat, Tepat Dosis dan Tepat Cara Pemberian Obat.
4
5
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi RSUD Pulang Pisau: Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan Evaluasi terhadap Rasionalitas Penggunaan Obat ISPA pada anak. 2. Manfaat Bagi Peneliti : a. Dapat
menambah
ilmu
pengetahuan
dan
wawasan
mengenai
Rasionalitas penggunaan obat ISPA pada anak. b. Sebagai suatu bentuk kepedulian terhadap permasalahan dalam pelayanan kesehatan yang terjadi khususnya mengenai Rasionalitas penggunaan obat ISPA pada anak. 3. Manfaat Bagi Pembaca : Diharapkan
dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta
dapat dijadikan bahan acuan dan perbandingan untuk penelitian yang berhubungan ataupun sejenis.
5
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah Institusi Pelayanan Kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan Rawat Inap, Rawat Jalan, dan Gawat Darurat. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 1999 Rumah Sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan yang dapat diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta. ditandai dengan pelayanan kesehatan yang kompleks, padat pakar dan padat modal. Rumah Sakit berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar dan rujukan serta upaya kesehatan penunjang. Upaya kesehatan dilakukan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat melalui pemeliharaan, peningkatan kesehatan (Promotif), pencegahan penyakit (Preventif), penyembuhan penyakit (Kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Rumah Sakit selain memiliki fungsi sosial, juga untuk kegiatan pendidikan dan pelatihan. Penelitian dan pengembangan teknologi di bidang kesehatan. Agar Rumah Sakit mampu melaksanakan fungsi yang kompleks, Rumah Sakit harus memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) Profesional dibidang teknis medis maupun administrasi kesehatan agar dapat memberikan pelayanan yang berkualitas. 1. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
6
7
Berdasarkan Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009, Rumah Sakit Umum mempunyai fungsi : a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit. b. Pemeliharaan
dan
peningkatan
kesehatan
perorangan
melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna. c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan. d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan dibidang kesehatan. 2. Klasifikasi Rumah Sakit Siregar dan Amalia (2004) menyatakan bahwa Rumah Sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria sebagai berikut: a. Berdasarkan Kepemilikan Klasifikasi berdasarkan kepemilikan terdiri atas Rumah Sakit Pemerintah. Di Negara ini Rumah Sakit Pemerintah terdiri atas Rumah Sakit Vertikal yang langsung dikelola oleh Departemen Kesehatan, Rumah Sakit Pemerintah Daerah, Rumah Sakit Militer, dan Rumah Sakit BUMN. Rumah Sakit lain berdasarkan kepemilikan ialah Rumah Sakit yang dikelola oleh masyarakat atau swasta. Rumah Sakit Swasta ini terdiri atas Rumah Sakit Bisnis dan Rumah Sakit Nirlaba. Rumah Sakit Hak Milik adalah Rumah Sakit Bisnis yang tujuan utamanya adalah mencari laba (profit). Rumah Sakit yang berafiliasi dengan organisasi keagamaan pada umumnya beroperasi bukan untuk maksud membuat laba, tetapi adalah nirlaba. Rumah Sakit Nirlaba mencari laba sewajarnya saja, dan laba yang diperoleh rumah sakit ini digunakan sebagai modal peningkatan sarana
7
8
fisik,
perluasan
dan
penyempurnaan
mutu
pelayanan
untuk
kepentingan penderita. b. Berdasarkan Jenis Pelayanan Klasifikasi berdasarkan jenis pelayanannya. Rumah Sakit terdiri atas Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus. Rumah Sakit Umum memberi pelayanan kepada berbagai penderita dengan berbagai jenis kesakitan, memberi pelayanan diagnosis dan terapi untuk berbagai kondisi medik, seperti penyakit dalam, bedah, pediatrik, psikiatri, ibu hamil, dan sebagainya. Rumah Sakit Khusus adalah Rumah Sakit yang memberi pelayanan diagnosis dan pengobatan untuk penderita dengan kondisi medik tertentu baik bedah maupun non seperti Rumah Sakit Kanker, bersalin, psikiatri, pediatric, mata, lepra, tuberkolosis, ketergantungan obat, rumah sakit rehabilitasi dan penyakit kronis. c. Berdasarkan Lama Tinggal di Rumah Sakit Klasifikasi berdasarkan lama tinggal di Rumah Sakit terdiri atas Rumah Sakit perawatan jangka pendek dan jangka panjang. Rumah Sakit perawatan jangka pendek adalah Rumah Sakit yang merawat penderita selama rata-rata kurang dari 30 hari, misalnya penderita dengan kondisi penyakit akut dan kasus darurat, biasanya di rawat di Rumah Sakit kurang dari 30 hari. Rumah Sakit Umum pada umumnya adalah Rumah Sakit perawatan jangka pendek karena penderita yang dirawat adalah penderita kesakitan akut yang biasanya pulih dalam waktu kurang dari 30 hari. Sebaliknya, Rumah Sakit jangka panjang adalah Rumah Sakit yang merawat penderita dalam waktu rata-rata 30 hari atau lebih. Penderita demikian mempunyai kesakitan jangka panjang, seperti kondisi psikiatri. d. Berdasarkan Kapasitas Tempat Tidur Rumah Sakit pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan kapasitas tempat tidur sesuai pola berikut:
8
9
1) Di bawah 50 tempat tidur 2) 50-99 tempat tidur 3) 100-199 tempat tidur 4) 200-299 tempat tidur 5) 300-399 tempat tidur 6) 400-499 tempat tidur 7) 500 tempat tidur dan lebih e. Berdasarkan Afiliasi Pendidikan Rumah Sakit berdasarkan afiliasi pendidikan terdiri atas dua jenis, yaitu Rumah Sakit Pendidikan dan Rumah Sakit Non Pendidikan. Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah sakit yang melaksanakan program pelatihan residensi dalam medik, bedah, pediatrik, dan bidang spesialis lain. Dalam Rumah Sakit demikian, residen melakukan pelayanan/perawatan dibawah pengawasan Staf Medik Rumah Sakit. Rumah Sakit yang tidak memiliki program pelatihan residensi dan tidak ada afiliasi rumah sakit dengan Universitas disebut Rumah Sakit Non Pendidikan. f. Berdasarkan Status Akreditasi Rumah Sakit berdasarkan status akreditasi terdiri atas Rumah Sakit yang telah diakreditasi dan Rumah Sakit yang belum diakreditasi. Rumah Sakit telah diakreditasi adalah Rumah Sakit yang telah diakui secara formal oleh suatu badan sertifikasi yang diakui, yang menyatakan bahwa suatu Rumah Sakit telah memenuhi persyaratan untuk melaksakan kegiatan tertentu. g. Berdasarkan Fasilitas dan Kemampuan Pelayanan Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi rujukan, Rumah Sakit Umum diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit:
9
10
a. Rumah Sakit Umum kelas A, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan subspesialistik luas. b. Rumah Sakit Umum kelas B, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurangkurangnya sebelas spesialistik dan subspesialistik luas. c. Rumah Sakit Umum kelas C, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar. d. Rumah Sakit Umum kelas D, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar. B. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) 1. Pengertian Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu unit atau bagian disuatu rumah sakit dibawah pimpinan seorang Apoteker dan dibantu oleh beberapa
orang
Apoteker
yang
memenuhi
persyaratan
peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional, tempat dan fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang terdiri atas pelayanan paripurna, mencakup perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan kesehatan atau sediaan farmasi, dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita Rawat Inap dan Rawat Jalan, pengendalian mutu, dan pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di Rumah Sakit (Siregar, 2003). 2. Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) Tujuan kegiatan IFRS antara lain: a. Memberikan manfaat kepada penderita di Rumah Sakit, sejawat profesi kesehatan, dan kepada profesi farmasi oleh Apoteker Rumah Sakit yang kompeten dan memenuhi syarat. b. Membantu dalam penyediaan perbekalan yang memadai oleh Apoteker Rumah Sakit yang memenuhi syarat.
10
11
c. Menjamin praktik profesional yang bermutu tinggi melalui penetapan dan pemeliharaan standar etika profesional, pendidikan dan pencapaian dan melalui peningkatan kesejahteraan ekonomi. d. Meningkatkan penelitian dalam praktik Farmasi Rumah Sakit dan dalam ilmu farmasetika pada umumnya. e. Menyebarkan pengetahuan Farmasi dengan mengadakan pertukaran informasi antara para Apoteker Rumah Sakit, Anggota Profesi, dan Spesialis. f. Memperluas dan memperketat kemampuan Apoteker Rumah Sakit untuk
secara efektif mengelola suatu pelayanan farmasi yang
terorganisasi, mengembangkan dan memberikan pelayanan klinik, melakukan dan berpartisipasi penelitian klinik dan dalam program edukasi
untuk
praktisi
kesehatan,
penderita,
mahasiswa,
dan
masyarakat. g. Meningkatkan pengetahuan dan pengertian praktik Farmasi Rumah Sakit kotemporer bagi masyarakat, Pemerintah, Industri Farmasi, dan Profesional Kesehatan lainnya. h. Membantu menyediakan personal pendukung yang bermutu untuk IFRS. i. Membantu dalam pengembangan dan kemajuan profesi kefarmasian (Siregar, 2003). 3. Tugas dan Tanggung Jawab IFRS Tugas dan Tanggung Jawab IFRS adalah melakukan pengelolaan mulai dari perencanaan, pengadaan, peracikan, pelayanan langsung kepada penderita sampai dengan pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan dalam rumah sakit baik untuk penderita Rawat Jalan, Rawat Inap maupun untuk semua unit termasuk poliklinik Rumah Sakit. IFRS bertanggung jawab mengembangkan suatu pelayanan farmasi yang luas dan terkoordinasi dengan baik dan tepat, untuk memenuhi kebutuhan berbagai bagian/unit diagnosis dan terapi, unit pelayanan Keperawatan, Staf Medik, dan Rumah Sakit keseluruhan untuk kepentingan pelayanan penderita yang lebih baik.
11
12
Jadi, IFRS adalah satu-satunya unit di Rumah Sakit yang bertugas dan bertanggung jawab sepenuhnya pada pengelolaan semua aspek yang berkaitan dengan obat, pembekalan kesehatan yang beredar dan digunakan di Rumah Sakit (Siregar, 2003). 4. Lingkup Fungsi IFRS Untuk melaksanakan tugas dan pelayanan farmasi yang luas, IFRS mempunyai berbagai fungsi yang dapat digolongkan menjadi fungsi non klinik dan fungsi klinik. a. Fungsi Non Klinik Fungsi Non Klinik biasanya tidak memerlukan interaksi dengan profesional, kesehatan lain, sekalipun semua pelayanan farmasi harus disetujui oleh Staf Medik melalui Panitia Farmasi dan Terapi (PFT). Lingkup fungsi Farmasi Non Klinik yaitu perencanaan, pengadaan, pembelian, produksi, penyimpanan, pengemasan dan pengemasan kembali, distribusi, pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan di Rumah Sakit secara keseluruhan. b. Fungsi Klinik Fungsi Klinik adalah fungsi yang secara langsung dilakukan sebagai bagian terpadu dari perawatan penderita atau memerlukan interaksi dengan profesional kesehatan lain yang secara langsung terlibat dalam pelayanan penderita. Lingkup fungsi Farmasi Klinik mencakup fungsi Farmasi dalam program Rumah Sakit, yaitu: Pemanfaatan Terapi Obat (PTO), Evaluasi Penggunaan Obat (EPO), pelayanan di unit perawatan kritis, pemeliharaan formularium, penelitian, informasi obat, pelaporan reaksi merugikan, panitia Farmasi, Unit Gawat Darurat (Siregar, 2003).
12
13
C. Obat a) Pengertian Obat Secara Umum Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyatakan obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. b) Pengertian Obat Secara Khusus Obat secara khusus dapat dibagi menjadi obat jadi, obat paten, obat baru, obat asli, obat tradisional, obat esensial, dan obat generik. Obat jadi, adalah obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk serbuk, tablet, pil, kapsul, suppositoria, cairan, salep, atau bentuk lainnya yang ditetapkan pemerintah. Obat paten, yaitu obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama pembuat yang diberi kuasa dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang memproduksinya. Obat baru, yaitu obat-obat yang berisi zat, baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat seperti lapisan, pengisi, pelarut pembantu, atau komponen lain yang belum dikenal sehingga tidak diketahui khasiat dan kegunaannya (Syamsuni, 2006). Obat asli, yaitu obat yang didapat langsung dari bahan-bahan alamiah Indonesia, diolah secara sederhana berdasarkan pengalaman dan digunakan dalam pengobatan tradisional. Obat tradisional, yaitu obat yang di dapat dari bahan alam (mineral, tumbuhan, atau hewan), diolah secara sederhana berdasarkan pengalaman dan digunakan dalam pengobatan tradisional. Obat esensial, yaitu obat yang paling banyak dibutuhkan untuk layanan kesehatan masyarakat dan tercantum dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Obat generik, yaitu obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam Farmasi Indonesia untuk zat berkhasiat yang dikandungnya (Syamsuni, 2006).
13
14
D. Kerasionalan Penggunaan Obat Menurut WHO (1985) didalam modul penggunaan obat rasional yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2012 bahwa penggunaan obat dikatakan rasional apabila pasien menerima obat yang sesuai dengan kebutuhan klinis untuk periode waktu yang adekuat dengan biaya yang terendah bagi pasien dan masyarakat. Secara praktis, penggunaan obat dikatakan rasional apabila memenuhi kriteria sebagai berikut : a.
Tepat Diagnosis Penggunaan obat disebut rasional jika diberikan untuk diagnosis yang tepat. Jika diagnosis tidak ditegakkan dengan benar, maka pemilihan obat akan terpaksa mengacu pada diagnosis yang keliru tersebut. Akibatnya obat yang diberikan juga tidak akan sesuai dengan indikasinya.
b.
Tepat Indikasi Penyakit Setiap obat memiliki spektrum terapi yang spesifik. Antibiotik, misalnya diindikasikan untuk infeksi bakteri. Dengan demikian, pemberian obat ini hanya dianjurkan untuk pasien yang memberi gejala adanya infeksi bakteri.
c.
Tepat Pemilihan Obat Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis ditegakkan dengan benar. Dengan demikian, obat yang dipilih harus yang memiliki efek terapi sesuai dengan spektrum penyakit dan selalu waspada terhadap kemungkinan pasien alergi terhadap obat-obat tertentu.
d.
Tepat Dosis Dosis, cara dan lama pemberian obat sangat berpengaruh terhadap efek terapi obat. Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat yang dengan rentang terapi yang sempit, akan sangat berisiko timbulnya efek samping. Sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak akan menjamin tercapainya kadar terapi yang diharapkan.
14
15
e.
Tepat Cara Pemberian Obat antasida seharusnya dikunyah dulu baru ditelan. Demikian pula dengan pemberian tablet sulfaferrosus seharusnya tidak boleh diberikan bersama susu.
f.
Tepat Interval Waktu Pemberian Cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan praktis, agar mudah ditaati oleh pasien. Makin sering frekuensi pemberian obat per hari (misalnya 4 kali sehari), semakin rendah tingkat ketaatan minum obat. Obat yang harus diminum 3 x sehari harus diartikan bahwa obat tersebut harus diminum dengan interval setiap 8 jam.
g.
Tepat Lama Pemberian Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya masingmasing. Untuk Tuberkulosis dan Kusta, lama pemberian paling singkat adalah 6 bulan. Lama pemberian kloramfenikol pada demam tifoid adalah 10-14 hari. Pemberian obat yang terlalu singkat atau terlalu lama dari yang seharusnya akan berpengaruh terhadap hasil pengobatan.
h.
Waspada Terhadap Efek Samping Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi, karena itu muka merah setelah pemberian atropin bukan alergi, tetapi efek samping sehubungan vasodilatasi pembuluh darah diwajah.
i.
Tepat Penilaian Kondisi Pasien Respon individu terhadap efek obat sangat beragam. Hal ini lebih jelas terlihat pada beberapa jenis obat seperti teofilin dan aminoglikosida. Pada penderita dengan kelainan ginjal, pemberian aminoglikosida sebaiknya dihindarkan, karena risiko terjadinya nefrotoksistas pada kelompok ini meningkat secara bermakna.
j.
Pemberian Obat Yang Efektif, Aman, Mutu Terjamin Serta Tersedia Setiap Saat Dengan Harga Yang Terjangkau. Untuk efektif dan aman serta terjangkau, digunakan obat-obat dalam daftar obat esensial. Pemilihan obat dalam daftar obat esensial
15
16
didahulukan dengan mempertimbangkan efektivitas, keamanan dan harganya oleh para pakar di bidang pengobatan dan klinis. Untuk jaminan mutu, obat perlu diproduksi oleh produsen yang menerapkan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) dan dibeli melalui jalur resmi. Semua produsen obat di Indonesia harus dan telah menerapkan CPOB. k.
Tepat Informasi Informasi yang tepat dan benar dalam penggunaan obat sangat penting dalam menunjang keberhasilan terapi.
l.
Tepat Tindak Lanjut Pada
saat
memutuskan
pemberian
terapi,
harus
sudah
dipertimbangkan upaya tindak lanjut yang diperlukan, misalnya pasien tidak sembuh atau mengalami efek samping. m. Tepat Penyerahan Obat Penggunaan obat rasional melibatkan juga Tenaga Kefarmasian sebagai penyerah obat dan pasien sendiri sebagai konsumen. Proses penyiapan dan penyerahan harus dilakukan secara tepat, agar pasien mendapatkan obat sebagaimana harusnya. n.
Pasien Patuh Terhadap Perintah Pengobatan Yang Dibutuhkan. Jenis dan/atau jumlah obat yang diberikan terlalu banyak, frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering, jenis sediaan obat terlalu beragam, pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi, pasien tidak mendapatkan
informasi/penjelasan
yang
cukup
mengenai
cara
minum/menggunakan obat serta timbulnya efek samping. E. ISPA 1. Definisi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Istilah ISPA yang merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut diperkenalkan pada tahun 1984. Istilah ini merupakan padanan dari istilah Inggris acute respiratory infections. ISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan Akut adalah suatu kelompok penyakit yang menyerang saluran pernafasan. Secara anatomis, ISPA dapat dibagi dalam dua bagian
16
17
yaitu ISPA Atas dan ISPA Bawah, dengan batas anatomis adalah suatu bagian dalam tenggorokan yang disebut epiglotis (Maryunani, 2010). a. Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Atas terdiri dari: 1. Radang tenggorokan (faringitis) Inflamasi faring dan jaringan limfoid sekitarnya akibat infeksi bakteri atau virus. Penyebab infeksi berasal dari virus dan bakteri group A beta hemolytic streptococci (streptococcus pyogenes, group A streptococcus/GAS). Gejala yang timbul akibat virus dan bakteri tersebut adalah sakit tenggorokan, kesulitan menelan, demam, sulit membedakan gejala klinis infeksi karena virus atau bakteri. Infeksi karena group A Streptococcus GAS ditandai dengan pembengkakan kelenjar limfa, tidak batuk, demam>380C. Terapi pertama faringitis dapat diobati secara simtomatis. Terapi kedua menggunakan GAS faringitis : penisilin. a. Untuk anak < 12 tahun penisilin V, 2x 250/hari, 10 hari atau benzatin penisilin im 25000-50000 unit/kg, dosis tunggal. b.
Untuk dewasa penisilin V 500mg 2x 250/hari, 10 hari.
Terapi ketiga untuk yang alergi terhadap penisilin dapat diberikan eritromisin estolat 20-30 mg/kgbb/hr atau eritromisin etilsuksinat 4050 mg/kgbb/hr dibagi dalam 2 sampai 4 dosis selama 10 hari. Terapi keempat menggunakan antibiotik lain seperti : amoksisilin, ampisilin, sefalosporin, eritromisin sulfisoksazol (ISO Farmakoterapi, 2008). 2. Tonsilofaringitis akut Penyakit ini banyak dijumpai pada anak-anak, paling sering disebabkan oleh berbagai jenis Streptococcus. Pada pemeriksaan patologi anatomis ditemukan jaringan faring dan tonsil membengkak berwarna kemerahan karena peradangan, dan dalam kripta terdapat banyak leukosit, sel epitel yang sudah mati, dan kuman patogen.
17
18
Gejala yang timbul seperti nyeri tenggorokan, mulut berbau, nyeri menelan, kadang disertai otalgia (sakit ditelinga), demam tinggi dan pembesaran kelenjar submandibula. Pada pemeriksaan tenggorokan ditemukan farings
yang hiperemik, pembesaran tonsil, disertai
hiperemia, kadang didapatkan bercak kuning keabu-abuan yang dapat meluas membentuk seperti membran. Bercak menutupi kripta dan terdiri dari leukosit, sel epitel yang sudah mati dan kuman patogen (keadaan ini sering diduga sebagai difteria). Penatalaksaan medis dapat dilakukan dengan istirahat ditempat tidur sampai demam hilang, diet makanan lunak, antibiotik harus adekuat, obat kumur untuk membersihkan eksudat (Ngastiyah, 2005). 3. Rhinitis alergi Rinitis alergi dapat dibagi menjadi spesifik yang penyebabnya debu rumah, atau ditempat lainnya, bulu binatang, asap rokok, kabut, tepung sari, makanan, mainan, dan sebagainya. Dan non spesifik yang disebabkan oleh gangguang metabolik, gangguan saraf otonom yang berpusat di talamus, hipotalamus, dan nukleus basalis. Gejala berupa hidung tersumbat, beringus, gatal pada hidung, tinitus (rasa ada dengung ditelinga), rasa penuh ditelinga dan postnasal drip. Gejala umum dapat berupa kelainan pada gastrointestinal seperti muntah, mual, obstipasi, kembung, atau kadang diare. Juga dapat terjadi gelisah, mudah tersinggung, nyeri otot (mialgia) dan nyeri pada sendisendi dan sebagainya. Penatalaksaan medis dapat berupa pemberian antihistamin, kortikosteroid, obat tetes hidung vasokonstriktor. Pengobatan secara spesifik terhadap alergen tertentu setelah uji kerentanan (Ngastiyah, 2005). 4. Rhinofaringitis Flu yang dalam bahasa medisnya disebut Rhino-faringitis akut merupakan suatu kumpulan gejala yang disebabkan peradangan selaput lendir (mukosa) hidung dan tenggorokan. Penyakit ini disebabkan oleh
18
19
agen infeksi umumnya adalah virus, dan juga bakteri. Setiap kali terjadi di musim pancaroba, pada individu yang banyak beraktivitas malam hari dan kurang tidur, kehujanan, kelelahan, kurang makan makanan yang bergizi, kurang olahraga. Jadi pada kejadian flu, selain disebabkan agen infeksi yang ditularkan dari penderita flu, faktor daya tahan tubuh memegang peranan sangat penting. Secara umum dapat dikatakan bahwa agen-agen infeksi penyebab flu itu terdapat pada udara bebas di mana saja tempat kita menarik nafas, jadi faktor kesegaran tubuh yang akan menjadi penentu apakah kita akan menderita sakit atau tidak. Adapun beberapa gejala flu yang sering dijumpai sebagai berikut : tenggorokan perih terutama saat bangun pagi dan malam menjelang tidur, batuk, pilek, ingus dari encer hingga kental dan kuning, bersin,hidung mampet, mata perih dan merasa silau, agak demam, nafsu makan menurun, sakit perut, kembung, sakit kepala ringan hingga vertigo, badan terutama sendi-sendi pegal (Kurniawan, 2008). b. Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Bawah terdiri dari: 1. Bronkhitis akut Bronkhitis akut pada bayi dan anak yang biasanya bersama juga dengan trakeitis, merupakan penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) bawah yang sering dijumpai. Penyebab utama penyakit ini adalah virus. Batuk merupakan gejala yang menonjol dan karena batuk berhubungan dengan Infeksi Saluran Pernafasan Atas, berarti bahwa peradangan tersebut meliputi laring, trakea, dan bronkus. Gangguan ini sering juga disebut laringotrakeobronkitis akut atau croup dan sering mengenai anak sampai umur 3 tahun dengan gejala suara serak, stridor, dan nafas berbunyi. Penyebab bronkitis akut yang paling sering adalah virus seperti rhinovirus, respiratory sincytial virus (RSV), Virus Influenza, Virus parainfluenza dan coxsackie virus. Bronkitis akut sering terdapat pada anak yang menderita morbili, pertusis, dan infeksi Mycoplasma
19
20
pneumoniae. Infeksi sekunder oleh bakteri dapat terjadi, namun ini jarang dilingkungan sosio-ekonomi yang baik. Faktor predisposisi terjadinya bronkitis akut adalah alergi, perubahan cuaca, polusi udara, dan infeksi saluran nafas atas kronik, memudahkan terjadinya bronkitis. Gejala yang ditimbulkan biasanya dimulai dengan tanda-tanda infeksi saluran pernafasan atas yang disebabkan oleh virus. Batuk mula-mula kering, setelah 2 atau 3 hari batuk mulai berdahak dan menimbulkan suara lendir. Pada anak dahak mukoid (kental) susah ditemukan karena sering ditelan. Mungkin dahak berwarna kuning dan kental tetapi tidak selalu berarti telah terjadi infeksi bakteri sekunder. Anak besar sering mengeluh rasa sakit retrosternal dan pada anak kecil dapat terjadi sesak nafas. Penatalaksaan
medis,
karena
penyebab
bronkitis
pada
umumnya virus maka belum ada obat kausal. Obat yang diberikan biasanya untuk penurun demam, banyak minum terutama sari buahbuahan. Obat penekan batuk tidak diberikan pada batuk yang banyak lendir. Dan lebih baik diberi banyak minum (Ngastiyah, 2005). 2. Bronkiolitis Bronkiolitis akut adalah suatu sindrom obstruksi bronkiolus yang sering diderita bagi atau anak berumur kurang dari 2 tahun, paling sering pada usia 6 bulan. Bronkiolitis akut sebagian besar disebabkan oleh respiratory syncyial virus (50%) (Ngastiyah, 2005). Gejala diawali dengan gelisah, demam rendah, batuk, ingusan. gejala dapat berkembang menjadi muntah, diare, pernafasan berbunyi, peningkatan laju pernafasan. Pernafasan lambat dan sulit dengan dada tertarik, hidung memerah (ISFI, 2008). Terapi anak harus ditempatkan dalam ruangan dengan kelembapan udara yang tinggi, sebaiknya dengan uap dingin, untuk mencairkan sekret bronkus yang liat. Atau dapat juga diberikan pengobatan inhalasi. Oksigen perlu diberikan. Perlu diberikan cairan
20
21
dengan elektrolit secara intravena untuk mengoreksi asidosis dan dehidrasi (Ngastiyah, 2005). 3. Rhinobronkitis Dalam banyak kasus penderita didapatkan asma bersama-sama rhinitis, infeksi virus saluran napas bagian atas mendahului eksaserbasi asma, rhinitis sebagai faktor risiko untuk asma dan infeksi sinusitis paranasal berkaitan dengan asma terutama pada pasien anak. Begitu eratnya hubungan asma dan rhinitis sehingga beberapa peneliti menyatakan keduanya merupakan kesatuan penyakit yang disebut rhinobronkitis atau United Airway Disease. Dalam menilai hubungan asma dan rhinitis yang merupakan satu kesatuan penyakit yang disebut rhinobronkitis, efek terapi secara tidak langsung memperkuat dugaan tersebut. Dua macam obat yang sering dipakai pada pengobatan rhinitis alergik yaitu kortikosteroid aerosol intranasal dan antihistamin (Juhli, 2007) 2. Etiologi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Etiologi ISPA terdiri dari lebih 300 jenis bakteri, virus, dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah Genus Streptokokus, Stafilokkokus, Pnemokokus, Hemofillus, Bordetella, dan Koneabakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain (Maryunani, 2010). 3. Cara Penularan ISPA ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernafasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluran pernafasannya. Terdapat faktor tertentu yang dapat memudahkan penularan. Kuman (bakteri dan virus) yang menyebabkan ISPA mudah menular dalam rumah yang mempunyai kurang ventilasi (peredaran udara) dan bayak asap (baik asap rokok maupun asap api). Selain itu orang bersin
21
22
atau batuk tanpa menutup mulut dan hidung akan mudah menularkan kuman pada orang lain (Maryunani, 2010). 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ISPA Menurut Maryunani (2010) faktor-faktor yang menyebabkan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada anak adalah sebagai berikut: a. Usia / Umur Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia dibawah 3
tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA dari pada usia yang lebih lanjut. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) banyak menyerang balita batasan 0-5 tahun, sebagian besar kematian balita di Indonesia karena ISPA. Balita merupakan faktor resiko yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). karena pada usia balita daya tahan tubuh mereka belum terlalu kuat. b. Jenis kelamin Meskipun cara keseluruhan di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia masalah ini tidak terlalu di perhatikan, namun banyak penelitian yang menunjukan perbedaan prevalensi penyakit ISPA terhadap jenis kelamin tertentu. c. Status Gizi Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien. Dengan makanan bergizi, tubuh manusia tumbuh dan dipelihara. Semua organ tubuh dapat berfungsi dengan baik. Bagian tubuh yang rusak diganti. Kulit dan rambut terus berganti, sel-sel tubuh
22
23
terus bertumbuh. Sel-sel tubuh memasak dan mengolah zat makanan yang masak agar zat makanan dapat dipakai untuk pekerjaan tubuh. d.
Status Imunisasi Pemberian imunisasi adalah suatu cara dengan sengaja memberikan kekebalan terhadap penyakit secara aktif sehingga anak dapat terhindar dari suatu penyakit. Oleh sebab itu anak yang tidak mendapat imunisasi lengkap akan lebih berisiko terkena ISPA dibandingkan dengan anak yang mendapat imunisasi lengkap.
e. Faktor Lingkungan Keadaan lingkungan berpengaruh terhadap kejadian penyakit termasuk ISPA. Keadaan lingkungan yang kotor khususnya perumahan yang kotor dan padat dapat akan memudahkan terjangkitnya berbagai penyakit, pembuangan air limbah, sampah dan kotoran yang tidak teratur dengan baik menyebabkan sampah dan kotoran terkumpul disekitar rumah. 5. Pencegahan ISPA Secara umum dapat dikatakan bahwa cara pencegahan ISPA adalah dengan hidup sehat, cukup gizi, menghindari polusi udara dan pemberian imunisasi lengkap (Maryunani, 2010).
F. Definisi Anak Menurut Habisuan (2010) menyatakan bahwa usia secara jelas mendefinisikan karakteristik yang memisahkan anak-anak dari orang dewasa. Namun, mendefinisikan anak-anak dari segi usia dapat menjadi permasalahan besar karena penggunaan definisi yang berbeda oleh beragam negara dan lembaga internasional. Department of Child and Adolescent Health and Development, mendefinisikan anak-anak sebagai orang yang berusia di bawah 20 tahun. Sedangkan The Convention on the Rights of the Child mendefinisikan anak-anak sebagai orang yang berusia di bawah 18 tahun. Menurut WHO (2003) dalam Habisuan mendefinisikan anak-anak antara usia 0–14 tahun karena di usia inilah risiko cenderung menjadi besar.
23
24
Menurut Badan Pusat Statistik dalam Habisuan menyatakan, komposisi penduduk Indonesia menurut kelompok umur terdiri dari penduduk berusia muda (0-14 tahun), usia produktif (15-64 tahun) dan usia tua (≥65 tahun). Masa perkembangan anak dibagi oleh banyak ahli dalam beberapa periode dengan tujuan untuk mendapatkan wawasan yang jelas tentang definisi dan perkembangan anak. Hal ini disebabkan karena pada saat-saat perkembangan tertentu anak-anak secara umum memperlihatkan ciri-ciri dan tingkah laku karakteristik yang hampir sama. Menurut
Kartono (1995) dalam Habisuan, periode perkembangan
anak terdiri dari masa bayi usia 0-1 tahun (periode vital), masa kanak-kanak usia 1-5 tahun (periode estatis), masa anak-anak sekolah dasar usia 6-12 tahun (periode intelektual) dan periode pueral usia 12-14 tahun (pra-pubertas atau puber awal). Adapun pengertian menurut Kartono dalam skripsi Habisuan menyatakan bahwa pengertian dari periode vital menurut usia dari 0-1 tahun adalah dimana masa bayi masih menyusui, periode intelektual menurut usia dari 6-12 tahun adalah masa mencoba, masa bermain dan masa sekolah, sedangkan pada periode pueral dari usia 12-14 Tahun adalah masa seorang anak mengalami masa pra-pubertas atau puber awal. G. Gambaran Umum RSUD Kabupaten Pulang Pisau 1. Sejarah dan Perkembangan RSUD Kabupaten Pulang Pisau. RSUD Pulang Pisau merupakan peningkatan dari Puskesmas Perawatan, dibangun atas inisiatif Bapak Bupati Pulang Pisau saat awal terbentuknya Kabupaten Pulang Pisau. Seiring dengan tuntutan kemajuan dunia kesehatan. RSUD Pulang Pisau perlu menata dan mempersiapkan diri untuk mempertahankan eksistensi dan rencana pembangunan kedepan. Yang terdiri dari pembenahan infrastruktur, melengkapi Dokter Spesialis yang kurang, menambah peralatan Medis modern sesuai dengan tuntutan masyarakat dan menata kelembagaan Rumah Sakit. Sehingga upaya pelayanan kesehatan dan rujukan bisa berjalan optimal.
24
25
Kabupaten Pulang Pisau terletak di daerah katulistiwa, yaitu antara 10-0˚ Lintang Selatan dan 110-120˚ Bujur Timur, dan memiliki letak yang sangat menghubungkan Provinsi Kalimantan Selatan dengan Provinsi Kalimantan Tengah. RSUD Pulang Pisau adalah Rumah Sakit satusatunya yang ada di Kabupaten Pulang Pisau yang terletak di Jl.Trans Kalimantan, Mantaren 1 Rey IV Kabupaten Pulang Pisau. RSUD Pulang Pisau merupakan tumpuan dan terjangkau bagi masyarakat, yang menuntut perbaikan disegala Aspek pelayanan berkesinambungan untuk menjadi suatu tuntutan untuk dilakukan dan diberikan oleh RSUD Pulang Pisau sehingga masyarakat atau pengguna jasa Rumah Sakit terpuaskan. Rumah Sakit Umum Daerah Pulang Pisau adalah Rumah Sakit kelas C. 2. Visi dan Misi RSUD Kabupaten Pulang Pisau Visi
: Mewujudkan Rumah Sakit Trauma Center terlengkap di Kalimantan Tengah.
Misi
: Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang professional dan bermutu dengan terus meningkatkan kualitas SDM, sarana dan prasarana.
3. Motto RSUD Kabupaten Pulang Pisau Capat nampayah, manyeneh, jeleng harikas, (Cepat Melihat, Mendengar, Langsung bertindak). 4. Tugas dan Pokok RSUD Kabupaten Pulang Pisau Untuk mengelola tugas Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pulang Pisau, maka Rumah Sakit mempunyai fungsi yaitu: a. Melaksanakan usaha pelayanan medis b. Melaksanakan pelayanan penunjang medis c. Melaksanakan pelayanan perawatan d. Melaksanakan usaha rekam medik e. Melaksanakan pengelolaan keuangan dan akutansi f. Melaksanakan pengelolaan pemeliharaan dan logistik g. Melaksanakan kegiatan pemasaran
25
26
h. Melaksanakan pembinaan rohani i. Melaksanakan pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) j. Melaksanakan perkembangan organisasi k. Melaksanakan pembinaan kesehatan umat l. Melaksanakan pembinaan kerja sama dengan pihak-pihak terkait termasuk Rumah Sakit Umum lainnya. 5. Fasilitas Pelayanan RSUD Kabupaten Pulang Pisau Rawat Jalan memberikan pelayanan sebagai berikut: 1. Instalasi Gawat Darurat 24 jam 2. Klinik Kebidanan dan Kandungan 24 jam. 3. Klinik Anak 4. Klinik Penyakit Dalam. 5. Klinik Bedah. 6. Klinik Jantung dan Pembuluh darah. 7. Klinik Umum 8. Klinik Akupuntur 9. Klinik Gizi. 10. Klinik Gigi dan Mulut. 11. Klinik Tumbuh Kembang. 12. Pojok TB 13. Pojok Malaria 14. Pojok ASI dan KB. (Profil RSUD Pulang Pisau)
26
27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Poli Anak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pulang Pisau yang dilaksanakan pada tanggal 16 Juni sampai 16 Juli 2014. B. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Non Eksperimental yaitu Penelitian Deskriptif dengan pendekatan Retrospektif. Retrospektif merupakan penelitian yang berusaha melihat ke belakang (backward looking), artinya pengumpulan data dimulai dari efek atau akibat yang telah terjadi (Notoatmodjo, 2005). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran rasionalitas penggunaan obat-obat ISPA pada Poli Anak di RSUD Pulang Pisau khususnya resep pasien umum Rawat Jalan pada Poli Anak periode Januari Sampai Desember 2013. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo,2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua resep pasien umum Rawat Jalan pada Poli Anak di RSUD Pulang Pisau yang menggunakan obat-obat ISPA yang menerima pengobatan dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2013 dengan jumlah populasi 151 resep. 2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan tabel Krecjie Morgan, menurut tabel Krecjie Morgan jika populasi 151 maka sampel berjumlah 108 resep. Sampel dalam penelitian ini adalah resep yang
27
28
mengandung obat ISPA di RSUD Pulang Pisau pada pasien umum Rawat Jalan pada Poli Anak periode Januari sampai Desember 2013. D. Instrumen Penelitian Instrumen adalah alat ukur atau alat pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Instrumen dalam penelitian di RSUD Pulang Pisau adalah Lembar kerja pasien Rawat Jalan dan resep khususnya resep umum Poli Anak. E. Variabel dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Variabel penelitian ini adalah gambaran rasionalitas penggunaan obat-obat
ISPA
pasien
rawat
jalan
pada
Poli
Anak
yang
menggunakan/menerima obat-obat ISPA yang berdasarkan obat yang diresepkan pada pasien umum rawat jalan pada Poli Anak dalam upaya pemulihan kesehatannya di RSUD Pulang Pisau periode Januari sampai Desember 2013. 2. Definisi Operasional Variabel a. Rasionalitas penggunaan obat-obat ISPA adalah jika obat ISPA yang diberikan sesuai dengan kriteria sebagai berikut: Tepat Diagnosa, Tepat Indikasi Penyakit, Tepat Pemilihan Obat, Tepat Dosis dan Tepat Cara Pemberian Obat yang diberikan pada pasien Poli Anak rawat jalan di RSUD Pulang Pisau. b. Obat - obat adalah obat yang digunakan untuk Infeksi Saluran Pernafasan Akut dan hanya dapat diserahkan dengan menggunakan resep dokter, serta dalam pengawasan tenaga kesehatan khususnya Tenaga Medis maupun Tenaga Farmasi di RSUD Pulang Pisau. c. Peresepan pasien umum Rawat Jalan pada Poli Anak adalah tindakan dari dokter untuk pasien umum pada Poli Anak Rawat Jalan di RSUD Pulang Pisau yang diwujudkan dalam bentuk resep. d. Pasien anak adalah pasien yang berusia 0 – 14 tahun yang merupakan pasien umum Rawat Jalan di RSUD Pulang Pisau yang diberikan obatobat ISPA.
28
29
e. Poli Klinik Anak Rumah Sakit Umum Daerah Pulang Pisau adalah salah satu bagian layanan kesehatan yang dikhususkan bagi anak poliklinik ini menjadi lokasi penelitian dan pasien umum Rawat Jalan menjadi subyek penelitian. F. Teknik Pengumpulan Data Teknik
pengumpulan
data
pada
penelitian
adalah
dengan
mengumpulkan resep yang mengandung obat ISPA yang telah dilayani dari bulan Januari sampai Desember 2013, kemudian resep dicocokkan dengan data rekam mediknya. Setelah data diperoleh, data dibuat dalam bentuk tabel kemudian dianalisa dan dibuat pembahasan dan kesimpulannya. G. Teknik Analisa Data Sebagaimana telah dipaparkan diatas bahwa pembahasan dalam penelitian ini bersifat deskriptif oleh karena itu dalam menganalisa data maka peneliti mencoba menyimpulkan, menyusun data dan menginterpretasikan data yang diperoleh dilapangan dan kemudian ditarik kesimpulan. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif interpretatif yaitu metode yang menggunakan penelitian yang bersifat logis atau logika dalam memecahkan problem yang diteliti dan menggambarkan suatu fenomena sosial secara rinci yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya (Notoatmodjo, 2003). Teknis analisis data penelitian ini dimaksudkan hasil untuk melihat kerasionalan penggunaan obat-obat ISPA pada Poli Anak di RSUD Pulang Pisau pada resep pasien umum rawat jalan pada Poli Anak periode Januari sampai Desember 2013, digunakan rumus persentase yang digunakan sebagai berikut: P=
× 100%
Keterangan : P
= Persentase
f
= Jumlah resep yang rasional
n
= Jumlah resep (Sampel)
29
30
100%
= Bilangan tetap.
(Supardi, dalam Sugiyono, 2003 : 212)
30
31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh penulis terhadap pasien umum Rawat Jalan pada Poli Anak di RSUD Pulang Pisau yang merupakan upaya untuk menggambarkan kerasionalan penggunaan obat khususnya obat-obatan yang termasuk kategori obat-obatan ISPA khususnya pada anak. Berikut ini adalah gambaran secara ringkas tentang kondisi pasien Rawat Jalan pada Poli Anak, dengan mendistribusikannya dalam tabel sebagai berikut : Tabel 1. Penggunaan Obat ISPA pada Anak sesuai Usia. No.
Usia
Jumlah Sampel
Persentase
(Resep)
(%)
1.
3 bulan – 11 bulan
16
14,81
2.
1 Tahun – 3 Tahun
31
28,70
3.
4 Tahun – 6 Tahun
36
33,33
4.
7 Tahun – 9 Tahun
10
9,25
5.
10 Tahun – 12 Tahun
15
13,88
108
100
Jumlah
Sumber : Data terpilih Poli Anak , Januari – Desember 2013 Berdasarkan
tabel
diatas
dapat
diketahui
diagnosa
penyakit
berdasarkan resep pasien rawat jalan khususnya pada Poli Anak di RSUD Pulang Pisau, dengan diagnosa penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) lainnya berdasarkan usia yaitu Resep ISPA pada anak Usia 3 bulan 11 Bulan sebanyak 16 resep dengan persentase 14.81 % , Resep ISPA pada anak usia 1 Tahun - 3 Tahun sebanyak 31 resep dengan persentase 28,70 %, Resep ISPA pada anak usia 4 tahun - 6 Tahun sebanyak 36 resep dengan persentase 33.33 %, Resep ISPA pada anak usia 7 Tahun - 9 Tahun sebanyak
31
32
10 resep dengan persentase 9,25%, Resep ISPA pada anak usia 10 Tahun – 12 Tahun sebanyak 15 resep dengan persentase 13,88%.
Tabel
2.
Frekuensi Jenis Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Di diagnosa pada Pasien Anak.
No.
Jenis Penyakit
Frekuensi
Persentase (%)
1.
ISPA (disertai Komplikasi)
60
55,55
2.
Tonsilofaringitis
25
23,14
3.
Rhinofaringitis
3
2,77
4.
Rhinitis
5
4,62
5.
Bronkhiolitis
10
9,25
6.
Bronkhitis
3
2,77
7.
Rhinobronkhitis
2
1,85
108
100
Jumlah
Sumber : Data terpilih Poli Anak , Januari – Desember 2013 Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui diagnosa penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang terdiri dari Infeksi Saluran Bagian Atas yaitu Tonsilofaringitis, Rhinofaringitis, dan Rhinitis. Sedangkan Infeksi Saluran Bagian Bawah yaitu Bronkhiolitis, Bronkhitis dan Rhinobronkhitis. Pada diagnosa Penyakit ISPA terdapat 60 kasus penyakit dengan persentase 55,55%, Tonsilofaringitis terdapat 25 kasus penyakit dengan persentase 23,14%, Rhinofaringitis terdapat 3 kasus penyakit dengan persentase 2,77%, Rhinitis terdapat 5 kasus penyakit dengan persentase 4,62%, Bronkhiolitis terdapat 10 kasus penyakit dengan persentase 9,25%, Bronkhitis terdapat 3 kasus penyakit dengan persentase 2,77%, Rhinobronkhitis terdapat 2 kasus penyakit dengan persentase 1,85%.
32
33
Tabel 3. Hasil Penilaian Rasionalitas Penggunaan Obat – Obat ISPA pada Resep Pasien Rawat Jalan Pada Poli Anak sesuai dengan Kriteria (POR) Jumlah
No
Kriteria POR
Jumlah Obat
Rasional
N
%
Tidak Rasional N
%
1.
Tepat Diagnosa
314
314
100
0
0
2.
Tepat Indikasi Penyakit
314
313
100
0
0
3.
Tepat Cara Pemilihan Obat
314
308
98,09
6
1,91
4.
Tepat Dosis
314
272
86,62
42
13,37
5.
Tepat Cara Pemberian
314
311
100
0
0
Untuk mengetahui maksud dari kriteria POR dapat dilihat pada lampiran
33
34
B. Pembahasan Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pulang Pisau yang terletak di Jl.Trans Kalimantan, Mantaren 1 Rey IV Kabupaten Pulang Pisau. RSUD Pulang Pisau merupakan tumpuan dan terjangkau bagi masyarakat, yang menuntut perbaikan disegala Aspek pelayanan berkesinambungan untuk menjadi suatu tuntutan untuk dilakukan dan diberikan oleh RSUD Pulang Pisau sehingga masyarakat atau pengguna jasa Rumah Sakit terpuaskan. Rumah Sakit Umum Daerah Pulang Pisau adalah Rumah Sakit Kelas C yang berperan sangat penting dalam upaya memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat dan hal ini sejalan dengan tugas dan fungsi RSUD Pulang Pisau. Pada penelitian ini, peneliti melakukan identifikasi kerasionalan melalui pengamatan data resep dan Rekam Medis pasien Anak di RSUD Pulang Pisau kurang lebih selama 1 bulan, pengumpulan data dilakukan pada resep pasien umum Rawat Jalan pada Poli Anak di RSUD Pulang Pisau Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan retrospektif yaitu data yang diambil setelah peristiwa terjadi atau setelah pelayanan dilakukan. Populasi dalam penelitian ini adalah resep pasien umum rawat jalan pada Poli Anak di Rumah Sakit Umum Daerah Pulang Pisau yang menggunakan obat-obat ISPA yang menerima pengobatan dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2013 dengan jumlah populasi 151 resep. Pengambilan sampel pada penelitian adalah menggunakan tabel Krecjie Morgan, menurut tabel Krecjie Morgan jika jumlah populasi sebanyak 151 maka yang dijadikan sampel berjumlah 108 resep. Sampel dalam penelitian ini adalah resep pasien umum Rawat Jalan pada Poli Anak yang menggunakan/menerima
obat-obat
ISPA
dalam
upaya
pemulihan
kesehatannya di RSUD Pulang Pisau dari bulan Januari sampai Desember 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran rasionalitas penggunaan obat-obat ISPA di Rumah Sakit Umum Daerah Pulang Pisau khususnya pada Poli Anak berdasarkan WHO (1985) didalam modul
34
35
penggunaan obat rasional yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2012 antara lain Tepat Diagnosa, Tepat Indikasi Penyakit, Tepat Pemilihan Obat, Tepat Dosis dan Tepat Cara Pemberian Obat. Penelitian ini dilakukan dengan mencatat nama dan nomor Medical Record pasien pada Poli Anak Rawat Jalan, hal ini dilakukan bertujuan mempermudah penelitian mengambil data pada rekam medik. Data yang diambil pada rekam medik yaitu nomor Medical Record, nama pasien, umur, tanggal, pemeriksaan fisik, diagnosa, dan terapi. Berdasarkan diagnosa yang tertera pada status pasien anak dari Rekam Medik dari 108 resep didapat diagnosa penyakit yaitu Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang terdiri dari Infeksi Saluran Bagian Atas dan Infeksi Saluran Bagian Bawah. Diagnosa ISPA dengan persentase sebesar 55,55%, Infeksi Saluran Bagian Atas seperti Tonsilofaringitis dengan persentase 23,14%, Rhinofaringitis dengan persentase 2,77%, Rhinitis dengan persentase 4,62%, dan Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Bawah seperti Bronkhiolitis dengan persentase 9,25%, Bronkhitis dengan persentase 2,77%, dan Rhinobronkhitis dengan persentase 1,85%. Setelah dilakukan penilaian tentang kesesuaian penggunaan obat-obatan ISPA pada anak di RSUD Pulang Pisau pada pasien umum rawat jalan di Poli Anak dengan kriteria Penggunaan Obat Rasional (POR) yang meliputi Tepat Diagnosis, Tepat Indikasi Penyakit, Tepat Cara Pemilihan Obat, Tepat Dosis dan Tepat Cara Pemberian diperoleh hasil sebagai berikut: Hal ini terlihat dari kriteria POR yang pertama yaitu Tepat Diagnosa memperoleh kesesuaian 100%, dikatakan tepat diagnosa karena berdasarkan hasil resep pasien yang telah disesuaikan dengan data Rekam Medik menunjukkan bahwa Dokter melakukan pemeriksaan terhadap pasien dan memberikan hasil pemeriksaan bahwa pasien mengalami penyakit ISPA. Dari hasil diagnosa tersebut Dokter kemudian memberikan pemilihan obat yang sesuai dengan penyakit yang dialami pasien dan kondisi pasien saat berobat. Maka dari hasil tersebut menunjukkan bahwa Dokter memberi resep obat sudah sesuai dengan hasil diagnosanya.
35
36
Kriteria kedua yaitu Tepat Indikasi Penyakit diperoleh hasil 100% dari indikasi penyakit yang ada pada status pasien yang tertera dapat terlihat bahwa obat-obat yang diberikan seperti antibiotik Amoxicillin Sirup diberikan kepada pasien yang didiagnosa penyakit ISPA dan diberikan sesuai dengan usia pasien. hal ini terdapat pada lampiran resep nomor enam puluh satu, dikatakan tepat indikasi karena Amoxicillin merupakan antibiotik yang sering digunakan khususnya untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti Faringitis dan tonsillitis yang disebabkan oleh streptococcus pyogenes, Bronkhitis akut dan eksaserbasi akut bronkhitis kronik yang disebabkan oleh streptococcus. Kriteria ketiga yaitu Tepat Pemilihan Obat diperoleh hasil 98,09% hasil tersebut kurang dari 100%, dikatakan tidak tepat pemilihan obat disebabkan karena pemberian obat yang tidak tepat untuk usia pasien, contohnya pada lampiran resep nomor enam puluh tiga terdapat obat Cefixim yang diberikan kepada anak yang berusia 10 bulan, sedangkan obat Cefixim tidak dianjurkan untuk anak dibawah 2 tahun, karena pada umumnya obat Cefixim hanya diberikan untuk anak usia 2 tahun keatas diperkirakan 15 - 20 mg/BB anak. Kemudian dikatakan tidak tepat pemilihan obat disebabkan karena pemberian obat yang tidak tepat dengan diagnosa penyakit pasien, contohnya pada lampiran resep nomor seratus delapan terdapat obat Piracetam 200 mg dengan pemberian 3 x sehari 1 bungkus untuk usia anak 4 tahun, sedangkan obat Piracetam tidak dianjurkan untuk anak usia dibawah 16 tahun karena dapat mempengaruhi fungsi otak pada anak, hal ini yang menyebabkan mengapa obat Piracetam tersebut tidak tepat dengan diagnosa penyakit pasien, karena pada umumnya obat piracetam ini hanya digunakan untuk pengobatan stroke. Kriteria keempat yaitu Tepat Dosis diperoleh hasil 86,62 %, hasil tidak diperoleh 100% , dikatakan tidak tepat dosis karena pemberian dosis tidak disesuaikan dengan umur, dan berat badan anak tersebut. Contohnya pada lampiran resep obat nomor Sembilan puluh tiga seperti Parasetamol sirup untuk anak dibawah umur 6 tahun menggunakan sirup dengan dosis 1 sendok
36
37
teh dengan pemberian 3-4 kali sehari, tetapi Parasetamol sirup yang tertera pada resep tertulis penggunaan sirup 4 kali sehari dengan dosis ½ sendok teh hal ini menandakan bahwa dosis yang diberikan kurang dari dosis yang dianjurkan. Kriteria kelima yaitu Tepat Cara Pemberian diperoleh hasil 100%, hal ini terdapat pada lampiran resep nomor enam puluh satu, dikatakan tepat cara pemberian obat karena obat yang diberikan sudah sesuai dengan cara pemberiannya, seperti dalam resep tertulis obat F.G Troches digunakan dengan cara di hisap, maka dalam hal ini obat yang diberikan sudah sesuai dengan cara pemberiannya. Dari lima kriteria POR diatas ada empat kriteria yang hasilnya tidak 100% rasional, yaitu kriteria tepat indikasi penyakit, tepat cara pemilihan obat, tepat dosis dan cara pemberian. Hal ini dikarenakan adanya pemberian obat yang tidak sesuai dengan diagnosa/indikasi penyakit pasien, pemberian obat yang tidak sesuai dengan usia pasien, dan tidak tepat dosis dikarenakan dalam pemberian dosis tidak disesuaikan dengan usia dan berat badan anak. Faktor yang menunjang tercapainya penggunaan obat yang rasional adalah adanya komitmen dari Tenaga Kesehatan khususnya Dokter dan Tenaga Farmasi untuk menerapkan penatalaksanaan terapi obat dengan efektif dan efisien sesuai dengan diagnosa pasien. Hal ini juga ditunjang karena adanya komunikasi yang baik antar Tenaga Kesehatan tentang penggunaan obat yang rasional.
37
38
BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang rasionalitas penggunaan obatobat ISPA pada Poli Anak di RSUD Pulang Pisau dapat di tarik kesimpulan pada masing-masing kriteria sebagai berikut : 1. Kriteria rasionalitas tepat diagnosa didapat hasil persentase sebanyak 100%. 2. Kriteria rasionalitas tepat indikasi penyakit didapat hasil persentase sebanyak 100%. 3. Kriteria rasionalitas tepat pemilihan obat didapat hasil persentase sebanyak 98,09%. 4. Kriteria rasionalitas tepat dosis didapat hasil persentase sebanyak 86,62%. 5. Kriteria rasionalitas tepat cara pemberian obat didapat hasil persentase sebanyak 100%. B. Saran 1. Perlu adanya sosialisasi penggunaan obat yang rasional bagi tenaga kesehatan dan pasien yang ada dirumah sakit. 2. Kepada mahasiswa atau penelitian selanjutnya, agar dapat meneliti tentang rasionalitas penggunaan obat-obat ISPA pada Poli Anak di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pulang Pisau dengan kriteria lainnya yaitu : a. Tepat interval waktu pemberian. b. Tepat lama pemberian. c. Waspada terhadap efek samping. d. Tepat penilaian kondisi pasien. e. Tepat pemberian obat yang efektif, aman, mutu terjamin serta tersedia setiap saat dengan harga yang terjangkau.
38
39
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 1999. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1333/Menkes/SK/XII/1999 Tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 2000. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita. Dalam Hajrah. 2013. Ilmu Keperawatan Anak “Kwashiorkor Pada Anak”. Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan: UIN ALAUDDIN Makasar. Departemen Kesehatan RI. 2004. Standar Kompetensi Farmasis Indonesia. ISFI. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tentang Kesehatan. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 2008. ISO Farmakoterapi. ISFI. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tentang Rumah Sakit. Jakarta. Habisuan, W.S. 2010. Karakteristik Penderita Malaria Dengan Parasit Positif Pada Anak Diklinik Malaria Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatra Utara, Medan. Juhli.2007. Tata Laksana Rhibronchitis. (http://cpddokter.com/home/index.php?option=com_content&task=view& id=140&Itemid=38). Diakses pada tanggal 12 November 2014. Kartono. 1995. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Dalam Habisuan, W.S. 2010. Karakteristik Penderita Malaria Dengan Parasit Positif Pada Anak Diklinik Malaria Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatra Utara, Medan. Kurniawan. 2008. Tata Laksana Rhinofaringitis (http://bundanay.jurnal.com/2008_01_01_archive.html). Diakses Tanggal 17 Oktober 2014.
39
akut. Pada
40
Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Trans Info Media. Jakarta. Meadow, Sir Roy dan Simen. 2002. Lectus Notes Pediatrika. Dalam Hajrah. 2013. Ilmu Keperawatan Anak “Kwashiorkor Pada Anak”. Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan: UIN ALAUDDIN Makasar. Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Penerbit Buku Kedokteran. EGC, Jakarta. Notoatmodjo, S.2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. ____________.2005. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. ____________.2010, Metodologi penelitian kesehatan, Rineka Cipta. Jakarta. Siregar. 2003. Farmasi Rumah Sakit. Teori dan Penerapan. EGC. Jakarta. Siregar, C.J.P dan Amalia, L. 2004. Klasifikasi Rumah Sakit dan Penerapan. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta. Supardi. 2005. Metodologi Penelitian. Dalam Sugiyono. 2003. Statistika untuk penelitian. CV. Alfabeta. Bandung. Syamsuni, A. H. 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta. WHO. 1985. The Rational Use Of Drugs Report Of The Conference Of Experts Nairobi. Dalam Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Modul Penggunaan Obat Rasional. (http://Kemenkes.jurnal.com/home/index.php?option=com_content&task= view&id=140&Itemid=38). Diakses pada tanggal 20 November 2014. WHO. 2002. Treatment Of Respiratory Track Infections. Dalam Hajrah. 2013. Ilmu Keperawatan Anak “Kwashiorkor Pada Anak”. Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan: UIN ALAUDDIN Makassar. WHO. 2003. Respiratory Acute Infections. Dalam Trimutiara. 2010. Infeksi Saluran Pernafasan Akut. (http://trimutiara. blogspot. com/2010/04/ispa.html). Diakses Pada Tanggal 7 Desember 2014.
40
41
WHO. 2003. Making a difference: indicators to improve children’s environmental healt. Dalam Habisuan, W.S. 2010. Karakteristik Penderita Malaria Dengan Parasit Positif Pada Anak Diklinik Malaria Rayon Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2009. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatra Utara, Medan.
41
41 Lampiran 1. Gambar RSUD Pulang Pisau
41
42 Lampiran 2. Surat Penelitian
42
43 Lampiran 3. Surat Penerimaan Penelitian
43
44 Lampiran 4. Sumber Daya Manusia RSUD Pulang Pisau
JENIS TENAGA
NO 1
DOKTER DokterUmum Dokter Gigi
Jumlah
8 0
DokterSpesialis : 1. Anak 2. PenyakitDalam 3. Bedah 4. Kandungan. 5.Patologi Klinik S-1 Keperawatan S-1 SarjanaKesehatan Masyarakat : S-1 Gizi D-3 Keperawatan D-3 Farmasi Perawat( SPK/SPR) PerawatBidan /Bidan A/Bidan C D-3 Kebidanan Apoteker SAA / SMF D-3 Gizi D-3 Fisioterapi D-IV FISIO APRO / ATRO SPRG D-3 AnalisKesehatan D-IV analisKesehatan SarjanaKomputer SarjanaEkonomi D.III Komputer D 3 Akutansi D 3 manajement RS 44
1 1 1 1 1 4 4 0 1 17 5 6 1 13 1 1 3 2 1 3 3 2 2 1 3 1 1 1
Total
45
SMU/SMTA SMEA STM SD TENAGA KONTRAK
2 2 1 2 36
JUMLAH
45
132
46 Lampiran 5. Sepuluh Penyakit Terbanyak Instalasi Rawat Jalan RSUD Pulang Pisau Tahun 2013
NO 1
RSUD
PROVINSI
Hyper
Dyspepsia
Febris
BD
ISPA
TO
VE.VA.VL
Colic Ad
GEA
Diare
PULANG PISAU
KALIMANTAN TENGAH
24%
15%
14%
12%
7%
7%
7%
6%
5%
3%
10 Besar Penyakit Rawat Jalan 6%
5% 3%
24%
7% 7% 7%
15% 12%
14%
46
47
47
48
10 Penyakit Terbanyak Poli Anak RSUD Pulang Pisau Tahun 2012 180
162
160
Jumlah Orang
140 120 100 80 60
76
50 40
40
39
35
35 25
20 0
Penyakit
4848
20
19
49 Lampiran 8. Rekam Medik RSUD Pulang Pisau
4949
50 Lampiran 9. Dokumentasi Saat Penelitian di RSUD Kabupaten Pulang Pisau
50 50
51 Lampiran 10. Dokumentasi Saat Penelitian di RSUD Kabupaten Pulang Pisau
51 51
52 Lampiran 11. Lembar Resep
52 52
53 Lampiran 12. Tabel Kriteria Penggunaan Obat Rasional (POR)
No.
Nama Pasien Usia dan Berat Badan
Resep
Diagnosa Penyakit
R/ Ventolin Nebul No I R/ Salbutamol 2 mg No V
1.
2.
3.
An. Dwi Lestari 6 Tahun, 20 kg
An. Putri Cahaya 5 Tahun, 16,2 kg
MethylPrednisolon 4mg NoV (X) 3 x sehari 1 bungkus R/ Parasetamol Sirup I 3 x sehari 1 cth R/ Amoxicillin Sirup I 3 x sehari 1½ cth R/Parasetamol Sirup I 3 x sehari 1 cth R/ Cefadroxil Sirup I 3 x sehari 1 cth R/ Amoxicillin sirup 3 x sehari 10 ml R/ Ambroxol 30 mg 3 x sehari ½ tablet.
Ambroxol 30 mg Tab No V An. Hilmi 6 Tahun, 20,3 kg
Kriteria Penggunaaan Obat Rasional Tepat Tepat Tepat Tepat Cara Indikasi Pemilihan Diagnosis Dosis Pemberian Penyakit Obat
ISPA disertai
Komplikasi Rhinofaringitis akut ISPA
53
54
No. 4.
5.
Nama Pasien Usia dan Berat Badan An. Dinda 4 Tahun 16 kg
An. Jenifer 1 Tahun, 9 kg
Resep R/ Cefixim Sirup I 2 x sehari 1 cth R/ Mucos Drop I 3 x sehari 7,5 ml R/ Alco Sirup 3 x sehari 1 cth R/ Parasetamol Sirup 3 x sehari 5 ml R/ Ventolin Nebul I
An. Eva 2 Tahun, 12 kg
ISPA disertai komplikasi
R/ Parasetamol Sirup 1 x sehari 1 cth (jika demam) R/ Salbutamol 0.4 mg 2 Ambroxol 4 mg 1,3 (X) 3 x sehari 1 bungkus R/ Amoxsan Drop 3 x sehari 1 ml
6.
Diagnosa Penyakit
R/ Ambroxol 30 mg 3 x sehari 7,5 mg
ISPA disertai komplikasi
ISPA
54
Kriteria Penggunaaan Obat Rasional Tepat Tepat Tepat Tepat Cara Indikasi Pemilihan Diagnosis Dosis Pemberian Penyakit Obat
55
No.
Nama Pasien Usia dan Berat Badan
Resep
Kriteria Penggunaaan Obat Rasional Tepat Tepat Diagnosa Penyakit Tepat Tepat Cara Indikasi Pemilihan Diagnosis Dosis Pemberian Penyakit Obat
7. An. Andien 5 Tahun, 15,5 kg
R/ Ambroxol Tab No III
Methyl P Tab No VI
8.
An. Aulia 1 Tahun, 10,1 kg
An. Istiqomah 11 Tahun, 28,9 kg 9.
CTM
Tab No III
B6
Tab No III
Vit C
Tab No III
SL-QS (XII) 3 x sehari 1 bungkus R/ Ambroxol Sirup 2 x sehari ½ cth R/ Amoxicillin Sirup I 3 x sehari 10 ml
ISPA disertai Komplikasi
ISPA disertai Komplikasi
R/ Cefadroxil Sirup I 2 x sehari 1 cth
R/ Ambroxol 30 mg 3 x sehari ½ Tab
ISPA
55
56
Nama Pasien Usia dan Berat Badan
Resep
10.
An. Danish 11 Tahun, 28 kg
R/ Ambroxol 30 mg 3 x sehari ½ tab
11.
An. Riska 4 Tahun, 15 kg
R/ Cefilla Sirup I 2 x sehari 2,5 ml R/Salbutamol 2 mg tab No V
No.
12.
An. Rizky 5 Tahun, 14,7 kg
Ambroxol 30 mg tab No V Methyl Prednisolone 2 mg tab No V (X) 3 x sehari 1 bungkus R/ Tyriz Drop I 2 x sehari 2,5 ml R/ Ryvel Sirup 1 x sehari ¾ cth malam R/ Cefadroxil Sirup 2 x sehari 1 ¼ cth malam R/ Rhinofed Sirup 3 x sehari ¾ cth R/ L-Bio Sach 1 x sehari 1 sachet R/ Zinc Pro Sirup 2 x sehari 1 cth
Kriteria Penggunaaan Obat Rasional Tepat Tepat Diagnosa Penyakit Tepat Tepat Cara Indikasi Pemilihan Diagnosis Dosis Pemberian Penyakit Obat ISPA
Rhino tonsilofaringitis Akut
ISPA, Diare Kep Ringan.
56
x
x
57
No.
Nama Pasien Usia dan Berat Badan
Resep
13.
An. Akbar 4 Tahun, 10,12 kg
R/ Sanmol Sirup I 3 x sehari 1½ cth R/ Mucos Sirup I 3 x sehari 1 cth
14.
An. Dedie 11 Tahun, 31,1 kg
R/ Ibu Profen Sirup I 3 x sehari 1 cth R/ Cefadroxil Sirup I 2 x sehari 1 cth R/ Salbutamol 3 x sehari ½ tab
15.
An. Khoti 4 Tahun, 12,3 kg
17.
An. Reza 7 Tahun, 20,1 kg
An. Vionna 5 Tahun, 15,1 kg
Bronkhiolitis Derajat Ringan
R/Sanmol Sirup I 3 x sehari 1½ cth R/ Mucos Sirup I 3 x sehari 1 cth
16.
Kriteria Penggunaaan Obat Rasional Tepat Tepat Diagnosa Penyakit Tepat Tepat Cara Indikasi Pemilihan Diagnosis Dosis Pemberian Penyakit Obat Tonsilofaringitis Akut
R/ Ambroxol 7,5 ¼ Tab CTM ¼ Tab (XII) 3 x sehari 1 bungkus R/ Mucos Sirup I 3 x sehari 1 cth
Tonsilofaringitis Akut
ISPA
Bronkhitis
57
x
58
No. 18.
19.
20.
21.
22.
23.
Nama Pasien Usia dan Berat Badan An. Putri 4 Tahun, 12,1 kg
An. Ita 9 Tahun, 19,3 kg
An. Sofia 2 Tahun, 9,7 kg
An. Reza 5 Tahun, 14,7 kg
An. Suci 6 Tahun, 17 kg An. Marsha 12 Tahun, 34,2 kg
Resep R/ Salbutamol Sirup 3 x sehari 1 cth R/ Ambroxol Sirup 3 x sehari 1 cth R/ Alco Drop Sirup 3 x sehari 1 cth R/ Salbutamol 4 mg 3 x sehari ½ tab MethylPrednisolon 4 mg 3 x sehari ½ tab Cetirizine 5 mg 2 x sehari 1 tab R/ Ambroxol Sirup I 3 x sehari 1 cth R/ Ambroxol 30 mg 3 x sehari 7,5 mg
R/ Parasetamol Sirup I 3 x Sehari 1 cth R/ Ambroxol 30 mg 3 x sehari 7,5 mg R/ Ambroxol 30 mg 3 x sehari 7,5 mg R/ Cetrizine Sirup 2 x sehari 5 ml R/ Ambroxol Sirup 3 x sehari 1 cth
Diagnosa Penyakit
Kriteria Penggunaaan Obat Rasional Tepat Tepat Tepat Tepat Cara Indikasi Pemilihan Diagnosis Dosis Pemberian Penyakit Obat
Rhinobronkhitis akut
ISPA disertai komplikasi
ISPA disertai komplikasi
x
ISPA
ISPA
ISPA
58
59
No. 24.
25.
Nama Pasien Usia dan Berat Badan An. Rahayu 11 Tahun, 28,9 kg
An. Nur Okta Putri 10 Tahun, 26 kg
Resep R/ Amoxyclav Tab 3 x sehari ½ Tab R/ Rhelafen Sirup I 1 cth (jika demam) R/ Ambroxol Sirup I 3 x sehari 1 cth R/ Interpect Sirup I 3 x sehari ½ cth
Diagnosa Penyakit
Cetirizine 5 mg 6 Salbutamol 0,5 mg 3 (XII) 3 x sehari 1 bungkus
R/ Mucos Drop I 3 x sehari 7,5 ml R/ Alco Sirup 3 x sehari 1 cth R/ Parasetamol Sirup 3 x sehari 1 cth R/Ventolin Nebul I R/Cefixim Sirup I 2 x sehari 1 cth
Tonsilofaringitis Akut
R/ Cortamin Sirup 3 x sehari ½ cth R/ Trifed ¼ tab 3
26.
An. Lyla 4 Tahun, 12,2 kg
Kriteria Penggunaaan Obat Rasional Tepat Tepat Tepat Tepat Cara Indikasi Pemilihan Diagnosis Dosis Pemberian Penyakit Obat
Tonsilofaringitis Akut
ISPA disertai Komplikasi
59
60
No. 27.
Nama Pasien Usia dan Berat Badan
Resep
An. Arif 11 Tahun, 27,9 kg
R/Cefadroxil Sirup 2 x sehari 1 cth
29.
30.
31.
Bronkhiolitis Derajat Ringan
R/ Salbutamol 3 x sehari ½ tab
R/ Cefixim Sirup I 2 x sehari ½ cth R/ Salbutamol 0,4 mg 2 Ambroxol 3,5 mg 1 Methyl Prednisolone 0,5 mg 1 tab Tonsilofaringitis Akut (X) 3 x sehari 1 bungkus R/ Tiriz Drop I 1 x sehari 0,2 ml By. Muhammad R/ Cefilla Sirup I Latif 2 x sehari ½ cth (2,5 ml) Bronkhitis Akut 8 bulan, 7 kg
x
x
R/ Ibu Profen Sirup 3 x sehari 1 cth
28.
Diagnosa Penyakit
Kriteria Penggunaaan Obat Rasional Tepat Tepat Tepat Tepat Cara Indikasi Pemilihan Diagnosis Dosis Pemberian Penyakit Obat
By. Alif 3 Bulan, 5,2 kg
By. Sylvia 3 bulan, 5 kg
R/ Cefilla Sirup I 2 x sehari ½ cth (2,5 ml)
An. Salsabila 4 tahun, 12,1 kg
R/ Cefixim Sirup 2 x sehari 1 cth
Bronkhiolitis
ISPA
60
61
No. 32.
33.
34.
Nama Pasien Usia dan Berat Badan By. M. Latif 10 Bulan, 8,9 kg
Resep
An. Nia Kurnia 5 Tahun, 14,9 kg
R/ Ambroxol Sirup I 3 x sehari ½ cth R/ Alco Sirup I 3 x sehari ½ cth R/ Ambroxol 30 mg No X 3 x sehari ½ Tab
An. Andien 1 Tahun, 7,3 kg
R/ Ambroxol Tab No III Cetirizine Tab No III Efedrin
35.
An. Davin 1 Tahun 3 Bulan, 9,4 kg
Tab No III (XII) 3 x sehari 1 bungkus R/ Alco Drop I 3 x sehari 1,2 ml R/ Salbutamol 0.6 mg 3 Ambroxol 6 mg 2 Methyl Prednisolone 2 mg 5 (X) 3 x sehari 1 bungkus
Diagnosa Penyakit
ISPA
Kriteria Penggunaaan Obat Rasional Tepat Tepat Tepat Tepat Cara Indikasi Pemilihan Diagnosis Dosis Pemberian Penyakit Obat x
x
ISPA
ISPA disertai Komplikasi
ISPA disertai komplikasi
61
62
No. 36.
Nama Pasien Usia dan Berat Badan An. Tania 8 Tahun, 28 kg
Resep
Diagnosa Penyakit
R/ Sanmol Tab No x 3 x sehari ½ Tab (u/demam) R/ L-Bio No X R/ L- Zink No I 1 x sehari 2 cth
37.
An . Ika 1 Tahun, 8,4 kg
39.
An. Alisa P. 4 Tahun, 12,3 kg
An. Yogi 7 Tahun, 20,1 kg
x
x
R/ Domperidon Sirup No I 3 x sehari 1 cth (u/muntah)
R/ Tyriz Sirup 1 x sehari ½ cth
R/ Amoxicillin Sirup 3 x sehari 1 cth 38.
ISPA, Diare Kep Ringan.
Kriteria Penggunaaan Obat Rasional Tepat Tepat Tepat Tepat Cara Indikasi Pemilihan Diagnosis Dosis Pemberian Penyakit Obat
R/ Rhelafen Sirup I 3 x sehari 1 cth R/ Imunos Sirup 2 x sehari 1 cth R/ Rhelafen Sirup I 3 x sehari 2 cth R/ Cefilla Sirup I 2 x sehari 1 cth R/ Apialis Sirup I 1 x sehari 1 cth
ISPA
Tonsilofaringitis akut
` Tonsilofaringitis akut
62
x
x
x
63
No. 40.
41.
Nama Pasien Usia dan Berat Badan An. Risca 4 Tahun, 19,8 kg
By. M. Alif 7 Bulan, 7,7 kg
Resep
Diagnosa Penyakit
R/ Amoxicillin Sirup I 3 x sehari ½ cth R/ CTM V Ambroxol
V
PCT
V
(X) 3 x sehari 1 bungkus R/ Tyriz Drop I 1 x sehari 0,25 ml R/ Ambroxol 8 mg Salbutamol ¼ Tab Prednison ½ Tab (X) 3 x sehari 1 bungkus
42.
An. Desy 10 Tahun, 30 kg
ISPA disertai komplikasi
R/ Ambroxol Sirup I 3 x sehari ¾ cth R/ Methyl Prednisolon 16 mg XX 4 x sehari ½ Tab R/ Trifed Sirup I 3 x sehari 1 cth
Tonsilofaringitis Akut
Kriteria Penggunaaan Obat Rasional Tepat Tepat Tepat Tepat Cara Indikasi Pemilihan Diagnosis Dosis Pemberian Penyakit Obat x
Tonsilofaringitis Akut
R/ Intrus Sirup I „ 2 x sehari 1 cth
63
x
64
No. 43.
Nama Pasien Usia dan Berat Badan An. July 6 Tahun, 19,9 kg
Resep R/ Ambroxol sirup I add : Domperidon Tab No V Metyl P. No V Cetirizine No V 3 x sehari 1 cth
44.
An. Andien 1 Tahun, 8 kg
R/ GG
Diagnosa Penyakit
ISPA disertai komplikasi
Tab No IV
Cetirizine Tab No V Methyl P. Tab No V Ambroxol Tab No III (X) 3 x sehari 1 Pc
45.
46.
47.
An. Lapi 6 Tahun, 20,2 kg
R/ Parasetamol Sirup I 3 x sehari 1½ cth R/ Ambroxol Sirup I 3 x sehari 1 cth
ISPA disertai komplikasi
ISPA
An. Jeny 7 Tahun, 20,1 kg
R/ Ambroxol Sirup I 3 x sehari 1 cth
ISPA
An. Tia 5 Tahun, 17 kg
R/ Ambroxol Tab 30 mg 3 x sehari 1 tab
ISPA
Kriteria Penggunaaan Obat Rasional Tepat Tepat Tepat Tepat Cara Indikasi Pemilihan Diagnosis Dosis Pemberian Penyakit Obat
64
x
65
No. 48.
49.
Nama Pasien Usia dan Berat Badan An. Ayu dwi 5 Tahun, 18,1 kg
An. Ajiansyah 4 Tahun, 17,9 kg
Resep R/ Parasetamol Sirup I 3 x sehari 1½ cth R/ Cefadroxil Sirup I 3 x sehari 1¼ cth
Diagnosa Penyakit
Bronkhiolitis derajat ringan
R/ Ambroxol 6 mg 3 Tab
ISPA disertai komplikasi
Pseudofedrin 7,5 mg SL-QS (XV)
51.
R/ Domperidon Sirup I 3 x sehari 1 cth R/ Parasetamol Sirup I 4 x sehari 1 cth R/ Cefadroxil Sirup I 2 x sehari1 cth Methyl P. 1 mg
50.
Kriteria Penggunaaan Obat Rasional Tepat Tepat Tepat Tepat Cara Indikasi Pemilihan Diagnosis Dosis Pemberian Penyakit Obat
An. Cahaya 2 Tahun, 17,5 kg
R/ Apialys Sirup I 2 x sehari 1 cth R/ Vitaplex Sirup 1 x sehari 1 ets
An. Tiara 1 Tahun, 8,1 kg
R/ Cotrimoxsazole Sirup I 2 x sehari 1 cth
Tonsilofaringitis
ISPA
65
66
No. 52.
53.
54.
Nama Pasien Usia dan Berat Badan An. Renda 3 Tahun, 8,2 kg
Resep R/ Cefadroxil Sirup I 2 x sehari 1 cth R/ Ambroxol Sirup I 3 x sehari ½ cth R/ Vitaplex Sirup I 1 x sehari 1 cth
An. Dimas Sidiq 4 Tahun, 12,3 kg
R/ Cotrimoksazole Sirup I 2 x sehari 1 cth
An. Denis 4 Tahun, 13 kg
R/ Cotrimoxsazole Sirup I 2 x sehari 1 cth R/ Vitaplex Drop I 2 x sehari 1 cth
Diagnosa Penyakit
ISPA
An. Wendy 5 Tahun, 13,5 kg
R/ Cefilla Sirup I 2 x sehari ¾ cth R/ Cetirizine Sirup I 1 x sehari ½ cth
ISPA
No.
An. Najwa 2 Tahun, 17,5 kg
Nama Pasien Usia
R/Mucos Sirup I 3 x sehari 1 cth Resep
Tonsilofaringitis akut
R/ Ambroxol Sirup I 3 x sehari 1 cth 56.
ISPA
R/ Ambroxol Sirup 3 x sehari ½ cth 55.
Kriteria Penggunaaan Obat Rasional Tepat Tepat Tepat Tepat Cara Indikasi Pemilihan Diagnosis Dosis Pemberian Penyakit Obat
x
x
Bronkhitis akut
Diagnosa 66
Kriteria Penggunaaan Obat Rasional
67 dan Berat Badan
57.
58.
59.
60.
61.
An. Alvin 7 Tahun, 19 kg
An. Farakiya 1 tahun, 7,7 kg An. Ahmad AlGifari 2 Tahun, 10 kg An. Fahrika 8 Tahun, 27,2 kg
An. Noven 3 Tahun, 8,2 kg
Penyakit
R/ Ambroxol 7,5 ¼ Tab CTM ¼ Tab (XII) 3 x sehari 1 bungkus
ISPA
R/ Cetirizine Sirup 1 x sehari ½ cth R/ Ambroxol Sirup I 3 x sehari ½ cth
ISPA
R/ Rhelafen Sirup I 3 x sehari ½ cth
Tonsilofaringitis
R/ Ambroxol 30 mg 3 x sehari ½ Tab R/ Ibu Profen I 3 x sehari ½ ets R/ PCT ½ Tab Ambroxol 1/4 Tab CTM ⅓ Tab (XII) 3 x sehari 1 tab R/ Amoxicillin Sirup I 3 x sehari 1 cth R/ F.G Troches No X 3 x sehari ½ (hisap)
Tepat Diagnosis
Tepat Indikasi Penyakit
Tepat Pemilihan Obat
Tepat Dosis
Cara Pemberian
x
x
x
x
ISPA
ISPA disertai Komplikasi
67
68
No.
62.
63.
64.
65.
Nama Pasien Usia dan Berat Badan
Resep
An. Ahmad 1 Tahun, 7 kg
R/ Cefadroxil Sirup I 3 x sehari ½ cth
By.. Fajar 10 Bulan, 9 kg
An. Yepta 4 Tahun, 17,6 kg
By. Aulia 11 Bulan, 9,6 kg
R/ Cefixime Sirup I 2 x sehari ½ cth R/ Cetirizine 2,5 mg (4) Methyl Prednisolon 1 mg (4) Pseudofedrin 7,5 mg (XVI) 2 x sehari 1 bungkus R/ Ambroxol 12 mg (6) Methyl Prednisolon 1,5 mg (6) Cetirizine 10,5 mg (XVI) 4 x sehari 1 bungkus R/ Azitromicin 70 mg (V) 1 x sehari 1 bungkus R/ Salbutamol 1 mg (4) Methyl P. 0,6 mg (2,4) Ambroxol 5 mg (2,6) (XVI) 4 x sehari 1 bungkus
Diagnosa Penyakit Rhino tonsilofaringitis akut
Tonsilofaringitis akut
ISPA disertai Komplikasi
Kriteria Penggunaaan Obat Rasional Tepat Tepat Tepat Tepat Cara Indikasi Pemilihan Diagnosis Dosis Pemberian Penyakit Obat
68
x
x
Tonsilofaringitis
x
69
No. 66.
67.
Nama Pasien Usia dan Berat Badan An. Anwar Aditya 7 Tahun, 19,2 kg
An. Tania 9 Tahun, 28 kg
Resep R/ Lapixime Sirup I 2 x sehari 1 cth R/ Interpect Sirup I 3 x sehari ¾ cth R/ Cetirizine Sirup I 1 x sehari 1 cth R/ Methyl Prednisolon No X 4 x sehari ½ Tab
Diagnosa Penyakit
Kriteria Penggunaaan Obat Rasional Tepat Tepat Tepat Tepat Cara Indikasi Pemilihan Diagnosis Dosis Pemberian Penyakit Obat
Tonsilofaringitis akut
x
R/ Ambroxol Sirup I 3 x sehari 1 cth R/ Salbutamol 4 mg
x
Methyl Prednisolon 4 mg
x
Cetirizine 5 mg (XVI) 4 x sehari 1 cap
ISPA disertai komplikasi
R./ Ibu Profen Tab 400 mg X 4 x sehari ¾ tab
69
x
70
No. 68.
Nama PasienUsia dan Berat Badan An. Indi 6 Tahun, 20,9 kg
Resep R/ Cetirizine 5 mg (8) Ambroxol 10 mg (5)
Salbutamol 1,7 mg (7)
R/ Alxyl Forte Sirup I 2 x sehari 1 cth
R/ Ventolin Nebul I R/ Salbutamol 0,8 mg (6,5 tab) Lameson 1 mg (4 tab) Cetirizine 2,5 mg (4 tab) SL-QS (XVI) 4 x sehari 1 bungkus
Methyl Prednisolon 2 mg (8) (XVI) 4 x sehari 1 bungkus
69.
By. Aulia Rahmah 3 Bulan, 5,7 kg
Diagnosa Penyakit
Kriteria Penggunaaan Obat Rasional Tepat Tepat Tepat Tepat Cara Indikasi Pemilihan Diagnosis Dosis Pemberian Penyakit Obat
ISPA disertai komplikasi
ISPA disertai Komplikasi
70
71
No. 70.
71.
72.
73.
Nama Pasien Usia dan Berat Badan By. Muhammad 8 Bulan, 7,9 kg
An. Leo Sebastian 10 Tahun, 32 kg An. Elisabet 5 Tahun, 17,8 kg
An. Pasya 2 Tahun, 7,1 kg
Resep
Diagnosa Penyakit
R/ Cefilla Sirup I 2 x sehari 0,8 cc R/ Vitaplex Drop I 1 x sehari 0,3 cc
Bronkhiolitis
R/Rhelafen Sirup I 3 x sehari 1½ cth R/ Cefadroxil Sirup I 2 x sehari 1 cth R/ Ambroxol Sirup I 3 x sehari 1 cth R/ Sanmol Sirup I 3 x sehari 1 cth R/ Sanmol Sirup I 4 x sehari 1 cth R/ Tyriz Sirup I 1 x sehari 1 cth R/ Vitacur Sirup I 1 x sehari 1 cth
Rhinobronkhitis akut
Kriteria Penggunaaan Obat Rasional Tepat Tepat Tepat Tepat Cara Indikasi Pemilihan Diagnosis Dosis Pemberian Penyakit Obat
ISPA
Rhinitis
71
72
No.
Nama Pasien Usia dan Berat Badan
Diagnosa Penyakit
Resep R/ Ambroxol 5 mg Methyl Prednisolon 0,8 mg
74.
75.
An. Permatasari 2 Tahun, 8 kg
An. Naila 6 Tahun, 20,5 kg
Cetirizine 2,5 mg (XVI) 4 x sehari 1 bungkus R/ Lapifed Sirup I 3 x sehari ½ cth R/ Pseudofedrin 7,5 mg Methyl P. 2 mg 6 Cetirizine
ISPA disertai Komplikasi
Tonsilofaringitis Akut
5 mg 6
SL-QS (XII) 4 x sehari 1 bungkus 76.
An. Julio 11 Tahun, 28,7 kg
R/ Cetirizine Tab No I 1 x sehari 1 tab R/ DMP Tab No V 3 x sehari ½ Tab
Rhinitis Alergi
72
Kriteria Penggunaaan Obat Rasional Tepat Tepat Tepat Tepat Cara Indikasi Pemilihan Diagnosis Dosis Pemberian Penyakit Obat
73
No.
77.
NamaPasien Usia dan Berat Badan
An. Rizky 3 Tahun, 19,3 kg
78.
An. Stevan 6 Tahun, 22 kg
Resep R/ Parasetamol Sirup 4 x sehari 1 cth (jika demam) R/ Ambroxol 5 mg (3) Cetirizine 2,5 mg Methyl Prednisolon 1,5 mg (6) (XVI) 4 x sehari 1 bungkus R/ Tocef Sirup I 2 x sehari 1 cth
Diagnosa Penyakit
Tonsilofaringitis akut
ISPA disertai komplikasi
R/ Sanmol Sirup I 4 x sehari 1¼ cth R/ Ambroxol 8 mg (4) Pseudofedrin 7,5 mg (2) Methyl P. 2 mg (8) SL-QS (XVI) 4 x sehari 1 bungkus
73
Kriteria Penggunaaan Obat Rasional Tepat Tepat Tepat Tepat Cara Indikasi Pemilihan Diagnosis Dosis Pemberian Penyakit Obat
x
74
No.
79.
80.
Nama Pasien Usia dan Berat Badan
An. Firdaus 12 Tahun, 33,9 kg
An. Fahry 12 Tahun, 35 kg
Resep
Diagnosa Penyakit
R/ Ambroxol tab 30 mg 3 x sehari ½ tab
R/ Methyl Prednisolon 16 mg (5) 1 x sehari 1 tab
Rhinitis alergi
R/ Cetirizine 10 mg VI 2 x sehari 1 tab
x
R/ Cefixime 100 mg XII 2 x sehari 1½ tab
x
R/ Ambroxol No X 3 x sehari ½ Tab R/ Methyl Prednisolon 16 mg Tab No III 1 x sehari 16 mg R/ Cetirizine Tab No X 1 x sehari 1 Tab
81.
R/ Rhelafen Sirup I 3 x sehari 1 cth R/ Amoxicillin Sirup I 3 x sehari 1 cth
Rhinitis alergi
R/ Cefixime Tab No XV 2 x sehari 1 Tab An. M. Rizky 3 Tahun, 18,9 kg
Tepat Diagnosis
Kriteria Penggunaaan Obat Rasional Tepat Tepat Tepat Cara Indikasi Pemilihan Dosis Pemberian Penyakit Obat
x
ISPA
74
75
No.
82.
83.
Nama Pasien Usia dan Berat Badan
An. M. Fatih 3 Tahun, 19,1 kg An. Abi 1 Tahun, 7,9 kg
R/ Ventolin Nebul I R/ Methyl Prednisolon 2 mg 3 x sehari 1 bungkus R/ Cetirizine Sirup I 2 x sehari ½ cth R/ Ambroxol Sirup I 3 x sehari ¾ cth R/ Parasetamol Sirup I 4 x sehari ½ cth R/ Ambroxol 2 mg CTM
84.
By. Ahmad 9 Bulan, 8,4 kg
Diagnosa Penyakit
Resep
ISPA
ISPA
⅓ Tab
Dexamethasone ⅓ Tab (XV) 3 x sehari 1 tab
ISPA disertai komplikasi
R/ Vitacur Sirup I 1 x sehari ½ cth
85.
By. Marsya 8 Bulan, 8 kg
R/ Cefilla Sirup I 2 x sehari ½ cth (2,5 ml)
Tepat Diagnosis
Bronkhiolitis
75
Kriteria Penggunaaan Obat Rasional Tepat Tepat Tepat Cara Indikasi Pemilihan Dosis Pemberian Penyakit Obat
x
76
No.
Nama Pasien Usia dan Berat Badan
Resep
Diagnosa Penyakit
R/ Methyl Prednisolon 5,25 mg Salbutamol 3,1 mg (12,4)
86.
An. Febri 10 Tahun, 35,7 kg
SL-QS (XVI) 4 x sehari 1 bungkus
Tonsilofarin gitis akut
R/ Cefadroxil Sirup I 2 x sehari 2 cth
87.
88.
An. Febrianto 3 Tahun, 12,4 kg
An. Wayan 1 Tahun, 8,1 kg
R/ Ventolin Nebul I R/ Methyl Prednisolon 2 mg (6) Salbutamol 1,8 mg (5) (XII) R/Ambroxol Sirup I 3 x sehari ½ cth R/ Cefadroxil Sirup I 2 x sehari 2 cth R/ Cefixime Sirup I 2 x sehari ½ cth
ISPA
ISPA
76
Tepat Diagnosis
Kriteria Penggunaaan Obat Rasional Tepat Tepat Tepat Cara Indikasi Pemilihan Dosis Pemberian Penyakit Obat
x
x
77
No.
89.
90.
91.
Nama Pasien Usia dan Berat Badan
By. Aulia 11 Bulan, 9,6 kg
An. M. Fashih. F 3 Tahun, 15,8 kg
An. Febi 10 Tahun, 37,9 kg
Resep R/ Ambroxol 4 mg Methyl Prednisolon 1,5 mg SL-QS (XVI) 4 x sehari 1 bungkus R/ Ambroxol Sirup 2 x sehari ¾ ets R/ Cefixim Sirup 2 x sehari ¾ ets R/ Ambroxol 12 mg (6,4) Methyl Prednisolon 4 mg (4) Salbutamol 3 mg (12) Cetirizine 5 mg SL-QS (XVI) 4 x sehari 1 bungkus
Diagnosa Penyakit
ISPA disertai Komplikasi
Kriteria Penggunaaan Obat Rasional Tepat Tepat Tepat Tepat Cara Indikasi Pemilihan Diagnosis Dosis Pemberian Penyakit Obat
x
Bronkhiolitis
Tonsilofaringitis akut
77
78
No.
92.
Nama PasienUsia dan Berat Badan
An. Fitri 3 Tahun, 7,6 kg
Resep
Diagnosa Penyakit
R/ Ventolin Nebul II
R/ Azitromicin 120 mg (IV) 1 x sehari 1 bungkus
/
R/ Methyl Prednisolon 2,75 mg
ISPA disertai Komplikasi
Salbutamol 1,75 mg (XVI) 4 x sehari 1 bungkus
93.
94.
An. Nur Asifah 2 Tahun, 8 kg
An. Dea 10 Tahun, 29,9 kg
Kriteria Penggunaaan Obat Rasional Tepat Tepat Tepat Tepat Cara Indikasi Pemilihan Diagnosis Dosis Pemberian Penyakit Obat
R/ Parasetamol Sirup I 4 x sehari ½ cth R/ Cetirizine Sirup I 1 x sehari ½ cth R/ Ambroxol Sirup I 3 x sehari ½ cth R/ Ambroxol Tab ⅓ CTM Tab ⅓ (XII) 3 x sehari 1 bungkus
Tonsilofaringitis akut
ISPA
78
x
x x
79
No.
95.
96.
97.
Nama PasienUsia dan Berat Badan
An. Ridwan 3 Tahun, 14 kg
An. Fitria 4 Tahun, 12,2 kg
An. M, Alfatoni 5 Tahun, 13,2 kg
Resep R/ Parasetamol Sirup I 4 x sehari 1 cth R/ Cefadroxil Sirup I 2 x sehari 1 ½ cth R/ Cetirizine Sirup I 2 x sehari ½ cth R/ Tocef Sirup I 2 x sehari ½ cth R/ Vitaplex Sirup I 2 x sehari 1 cth R/ Cefixime Sirup I 2 x sehari 1 cth R/ Cetirizine 2,5 mg (3) Methyl Prednisolon 4 mg (3)
Diagnosa Penyakit
Tonsilofaringitis akut
Rhinitis alergi
R/ Cetirizine 2 mg (3) Ambroxol 4,5 mg (2,25) By. M, Ath. Hari Raya 8 Bulan, 8,5 kg
Methyl Prednisolon 2 mg (7,5)
Tonsilofaringitis
(XII) 3 x sehari 1 bungkus
98.
Kriteria Penggunaaan Obat Rasional Tepat Tepat Tepat Tepat Cara Indikasi Pemilihan Diagnosis Dosis Pemberian Penyakit Obat
Bronkhiolitis
(XV) 3 x sehari 1 bungkus
79
80
No.
Nama PasienUsia dan Berat Badan
Resep
Diagnosa Penyakit
R/ Cefixime Sirup I 2 x sehari ½ cth R/ Ambroxol 5 mg Methyl Prednisolon 3 mg 99.
An. Finati 3 Tahun, 8 kg
Cetirizine 2,5 mg
Bronkhiolitis
Salbutamol 1,5 mg (XX) 4 x sehari 1 bungkus
100.
An. M. Fajar 1 Tahun, 9,4 kg
R/ Domperidon Sirup I 3 x sehari ½ cth R/ Ambroxol Sirup 3 x sehari ½ cth R/ Methyl Prednisolon 2 mg
ISPA disertai komplikasi
Pseudofedrin 7,5 mg (XVI) 4 x sehari 1 bungkus
101.
By. Gebi 10 Bulan, 9,1 kg
R/ Ambroxol 3,5 mg 1 Cetirizine 2,5 mg 3 (XI) 3 x sehari 1 bungkus
ISPA
80
Kriteria Penggunaaan Obat Rasional Tepat Tepat Tepat Tepat Cara Indikasi Pemilihan Diagnosis Dosis Pemberian Penyakit Obat
81
No.
102.
103. 104.
Nama Pasien Usia dan Berat Badan
An. Julia 12 Tahun, 36,7 kg An. Mutiara 5 Tahun, 12,9 kg By. Ovaja Imanuel 9 Bulan, 8,7 kg
Resep R/ Salbutamol 4 mg X 3 x sehari 1 R/ Ambroxol X 3 x sehari 1 R/ Ventolin Nebul I R/ Ambroxol Sirup I 3 xsehari 1 cth R/ Anafen Sirup I 4 x sehari 1 ets
Diagnosa Penyakit
ISPA disertai komplikasi ISPA
Tonsilofaringitis
R/CTM Tab No. V Ambroxol 30 mg Tab No V 105.
An. Rafi 4 Tahun, 12,3 kg
Ketricine Tab No. V Salbutamol Tab. No. V SL-QS (X) 3 x Sehari 1 bungkus
ISPA Disertai Komplikasi
81
Kriteria Penggunaaan Obat Rasional Tepat Tepat Tepat Tepat Cara Indikasi Pemilihan Diagnosis Dosis Pemberian Penyakit Obat
x
x
x
x
82
No.
106.
107.
108.
Nama Pasien Usia dan Berat Badan
An. Ridwan 3 Tahun, 8,2 kg
An. Fajar 7 Tahun, 20 kg
An. Tibi 4 Tahun, 18 kg
Resep
Diagnosa Penyakit
Kriteria Penggunaaan Obat Rasional Tepat Tepat Tepat Tepat Cara Indikasi Pemilihan Diagnosis Dosis Pemberian Penyakit Obat
R/ Cefixime Sirup I 2 x sehari ½ cth R/ Ambroxol 8 mg (4)
Pseudofedrin 7,5 mg
Cetirizine
2,5 mg (4)
Methyl P. 4 mg SL-QS (XVI) 4 x sehari 1 bungkus R/ Ibu Profen Sirup I 3 x sehari 1 cth R/ Cepadroxil sirup 2 x sehari ½ cth
R/ Anafen Sirup I 4 x sehari 2 cth R/ Tocef Sirup I 2 x sehari 1 cth R/ Piracetam 200 mg (X) 3 x sehari 1 bungkus
ISPA disertai komplikasi
ISPA
Bronkhiolitis derajat ringan
Jumlah 314 item obat
82
314
314
x
x
x
308
272
314
83 Lampiran 13. Tabel Untuk Mengetahui Maksud dari Kriteria POR (Modul Penggunaan Obat Rasional Kementerian RI Tahun 2012) No.
Kriteria POR
Arti Penggunaan obat disebut rasional jika diberikan untuk diagnosis yang tepat. Jika diagnosis
1.
Tepat Diagnosis
tidak ditegakkan dengan benar, maka pemilihan obat akan terpaksa mengacu pada diagnosis yang keliru tersebut. Akibatnya obat yang diberikan juga tidak akan sesuai dengan indikasi yang seharusnya.
2.
Tepat Indikasi Penyakit
Setiap obat memiliki spektrum terapi yang spesifik. Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis ditegakkan dengan benar.
3.
Tepat Cara Pemilihan Obat
Dengan demikian, obat yang dipilih harus memiliki efek terapi sesuai dengan spektrum penyakit dan selalu waspada terhadap kemungkinan pasien alergi terhadap obat-obat tertentu. Dosis, cara dan lama pemberian obat sangat berpengaruh terhadap efek terapi obat. Pemberian
4.
Tepat Dosis
dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat yang dengan rentang terapi yang sempit, akan sangat beresiko timbulnya efek samping. Sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak akan menjamin tercapainya kadar terapi yang diharapkan. Obat antasida seharusnya dikunyah dulu baru ditelan. Demikian pula antibiotik tidak boleh
5.
Tepat Cara Pemberian
dicampur dengan susu, karena akan membentuk ikatan, sehingga menjadi tidak dapat diabsorbsi dan menurunkan efektivitasnya.
83
84
84