KERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN
: PEMBINAAN DAN PEMBINAAN DAN PERIKANAN
PEKERJAAN : PENGERUKAN KOLAM PPI KUMAI
I.
PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. MAKSUD DAN TUJUAN C. RUANG LINGKUP PEKERJAAN
II. PEMAHAMAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA A. B. C. D. E.
TENAGA AHLI JANGKA WAKTU PELAKSANAAN PELAPORAN PEMBIAYAAN ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAN
III. SPESIFIKASI TEKNIS A. PEKERJAAN BETON B. PEKERJAAN GALIAN UNTUK PENGERUKAN C. PENUTUP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu program pembangunan Pemerintah dalam bidang Perikanan adalah Peningkatan hasil perikanan tangkap. Kotawaringin Barat merupakan wilayah yang sangat strategis untuk terus dikembangkannya program perikana tangkap mengingat wilayah ini sebagian besar merupakan wilayah pesisir sehingga berpotensi terhadap sumber daya kelautan dalam bidang perikanan tangkap. Pemerintah Daerah, Propinsi juga Pemerintah pusat sudah melaksanakan pembangunan dalam hal peningkatan hasil perikanan tangkap.Salah satunya adalah telah dibangunnya Pangkalan Pendaratan Ikan di kecamatana Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat. Namun pembangunan tersebut masih harus dilengkapi oleh sarana-sarana penunjang lainnya,. Disamping itu saranasarana dasar yang sudah ada juga banyak mengalami kerusakan sehingga perlu dilaksanakan pekerjaan rehabilitasi/perbaikan terhadap bangunan-bangunan yang telah mengakami kerusakan. Maka dari itu Pemerintah Daerah Khususnya Dinas Kelutan dan Perikanan Kabupaten Kotawaringin Barat berencana membangun tambahan sarana penunjang dan merehab beberapa sarana dasar di Pangkalan Pendaratan Ikan Kumai. Pada Tahun 2011 ini Pemerintah telah menganggarkan dana untuk pengembangan Pangkalan Pendaratan Ikan Kumai, dan program ini nantinya akan termasuk dalam kegiatan Peningkatan Perikanan Tangkap, untuk pekerjaan Pengerukan Kolam
PPI Kumai. Pemerintah
Daerah terus berupaya untuk terus meningkatkan hasil perikanan tangkap, karena ikan merupakan produk unggulan mengingat ikan darat banyak disenangi masyarakat Kotawaringin Barat dan Harganya relative mahal.
B. Maksud Dan Tujuan Maksud Pekerjaan Pembangunan/Rehabilitasi Siring PPI Kumai ini adalah : 1. Melaksanakan Program dari Kementerian Kelautan dan Perikanan khususnnya dalam hal Peningkatan Perikanan Tangkap sesuai dengan peraturan yang berlaku. 2. Melengkapi fasilitas dan sarana-sarana baik itu sarana penunjang maupun sarana dasar/ pokok sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Sedangkan tujuan dari kegiatan dan pekerjaan ini adalah : 1. Melaksanakan rancang bangun/konstruksi khususnya yang berhubungan dengan pekerjaan pembangunan
kawasan
Pangkalan
Pendaratan
Ikan
dengan
mengikuti
standar-
standar/ketentuan yang diberikan. 2. Memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi pengguna dermaga PPI kumai mengingat lokasi dermaga dikeruk hingga menjadi dalam sehingga memudahkan kapal merapat ke dermaga sesuai yang diinginkan.
C. Ruang Lingkup Pekerjaan Ruang lingkup Pekerjaan Pengerukan Kolam PPI Kumai ini adalah : 1. Melakukan koordinasi dengan pihak pengelola khususnya dengan Pihak dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Kotawaringin Barat. 2. Membuat rancangan kerja/metode pelaksanaan yang sesuai dengan pekerjaan agar pekerjaan yang dilaksanakan hasilnya memuaskan. 3. Melaksanakan rancang bangun pekerjaan fisik berupa Pengerukan Kolam PPI Kumai kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan . 4. Mengkaji dan menyusun kembali rencana detail yang meliputi : a. Gambar site plan yang akan dikembangkan b. Gambar – gamar detail konstruksi ukuran Kertas A3 c. Perhitungan rencana anggaran biaya (RAB)
BAB II PEMAHAMAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA
A.
Tenaga Ahli Untuk dapat melaksanakan kegiatan Fisik yang sesuai dengan ruang lingkup diatas, dibutuhkan tenaga ahli sebagai berikut : 1. Ahli Teknik Sipil, yang bertugas mengawasai jalannya pekerjaan atau sebagai pengawas teknis, yang mempunyai pengalaman minimal 1-3 tahun 2. Mandor Bertugas memobilisasi, mengatur dan mengarahkan para tenaga kerja agar pekerjaan fisik sesuai instruksi dari pengawas teknis. 3. Kepala Tukang dan Tukang Bertugas melaksanakan pekerjaan fisik sesuai dengan gambar dan spek yang berdasarkan instruksi dari pengawas ataupun mandor lapangan. 4. Operator(jika diperlukan) Bertugas menjalankan peralatan yang digunakan apabila pelaksanaan pekerjaan tersebut menggunakan peralatan khusus.
B. Jangka Waktu Pelaksanaan Waktu yang diperkukan untuk menyelesaikan kegiatan ini 120 (seratus dua puluh ) hari kalender dengan rincian pelaksanaan pekerjaan sebagai berikut: JANGKA WAKTU PELAKSANAAN NO
URAIAN PEKERJAAN
BULAN I I
I
PEK. PERSIAPAN
II
PEK. TANAH
III
PEK. SIRING
IV
PEK. LAINNYA
II
III
BULAN II IV
I
II
III
BULAN III IV
I
II
III
BULAN IV IV
I
II
III
C. Pelaporan Laporan – laporan dalam pekerjaan Fisik Pengerukan Kolam PPI Kumai di Kecamatan Kumai menjadi 3 laporan :
IV
1. Laporan Harian, ini berisikan rangkuman kegiatan yang dilaksanakan setiap harinya. 2. Laporan Mingguan, yang berisikan kemajuan pekerjaan setiap minggunya. 3. Laporan Bulanan, yang berisikan rekapitulasi dari laporan kemajuan setiap minggunya yang dirangkum menjadi laporan bulanan. 4. Asbuilt drawing merupakan gambar desain akhir yang disesuaikan dengan kondisi akhir dilapangan.
D. Pembiayaan Biaya untuk melaksanakan pekerjaan ini berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK) dengan Shearing Dana Alokasi Umum (DAU) yang tersedia dalam Dokumen Anggaran Satuan kerja(DASK) Tahun Anggarana 2011.
E. ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN
DIREKTUR
Pengawas
Logistik/Supply
Mandor
Kepala Tukang Tukang Pekerja
BAB III SPESIFIKASI TEKNIS I. PEKERJAAN BETON I.1.
Bahan-Bahan I.1.1.
Semen Portland A. Persyaratan Semua semen harus semen portland yang disesuaikan dengan persyaratan dalam standart Indonesia NI.8. B. Pemeriksaan dan Pengujian 1. Contoh pemeriksaan dan pengujian dari semua semen harus dilaksanakan oleh Direksi, dan contoh pemeriksaan dan pengujian demikian harus sesuai dengan NI.8. Kontraktor harus memberitahukan kepada Direksi kapan dan dimana semen itu dihasilkan dan direksi senantiasa berhak untuk memeriksa bahan-bahan, hasil pemeriksaan analisa oleh laboratorium pemeriksaan yang diadakan ditempat penimbunan semen dan mengambil contoh-contoh dari semen untuk pemeriksaan. Kontraktor harus bersedia untuk memberi bantuan yang dibutuhkan bagi Engineer untuk mengambil contoh-contoh. 2. Direksi dapat memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada setiap waktu sebelum dipergunakan. Semen yang tidak dapat diterima oleh pemeriksaan demikian harus tidak dipergunakan atau diafkir. Jika semen yang dinyatakan tidak memuaskan dan telah dipergunakan untuk beton, spesi atau spesi injeksi, maka spesi atau spesi injeksi demikian harus diperintahkan untuk dibuang dan diganti dengan memakai semen yang telah disetujui atas beban kontraktor. 3. Silinder atau kubus contoh dari beton atau luluh yang dipakai dalam pekerjaan sewaktuwaktu dapat diminta oleh Direksi untuk tujuan pemeriksaan. Kontraktor harus menyediakan semua semen dan beton yang dibutuhkan untuk pemeriksaan tanpa pembeban biaya pada Employer/Pemilik Proyek. 4. Semen dapat ditolak penggunaannya atas kebijaksanaan Direksi apabila ia tidak berhasil untuk mendapatkan spesifikasi-spesifikasi yang diperlukan. Semen dapat diterima berdasarkan hasil penyelidikan selama tujuh hari, disertai riwayat kualitas dari penghasilan semen selama 12 bulan terakhir atau hasil penyelidikan selama 23 hari pada daftar penyelidikan biasa harus disetujui sebelum dikapalkan dari pabrik.
C. Tempat Penyimpanan 1. Kontraktor harus menyediakan tempat penyimpanan semen/gudang. Tempat tersebut yang baik serta memudahkan pekerjaan semen, dan terlindung terhadap kelembaban dan mendapat udara. Gudang-gudang semen harus kebal terhadap iklim, harus berlantai kuat serta dijamin selalu kering dibuat dengan jarak minimal 30 cm dari tanah, harus cukup besar untuk memuat semen dalam jumlah cukup besar untuk mencegah kelembaban atau kemacetan dalam pekerjaan dan harus mempunyai ruang lantai yang cukup untuk menyimpan tiap muatan semen yang baru datang secara terpisah dan memberikan jalan yang mudah untuk mengambil contoh, menghitung sak-sak dan memindahkannya. Hendaknya semen dalam sak jangan sampai ditumpuk lebih tinggi dari 2 meter.
2. Untuk mencegah semen dalam sak disimpan terlalu lama sesudah penerimaan Kontraktor hendaknya mempergunakan semen sak-sakan menurut urutan kronologis yang diterima dalam pekerjaan. Tiap kiriman semen sak-sakan harus disimpan sedemikian sehingga mudah dibedakan dari kiriman lainnya. Semua sak kosong harus disimpan dengan rapih atau diberi tanda yang telah disetujui direksi. Timbangan-timbangan yang baik dan diteliti harus diadakan oleh Kontraktor untuk menimbang semen didalam gudang dan dimanapun diperkerjakan dan juga harus dilengkapi dengan segala timbangan untuk keperluan penyelidikan. 3. Kontraktor harus mengambil penjaga gudang yang cakap, mengawasi gudang-gudang semen dan mengadakan catatan-catatan yang cocok dari penerimaan dan pemakaian semen seluruhnya. Tindasan dari catatan-catatan harus disediakan untuk direksi bila dikehendakinya, yang menunjukkan secara mendetail sebagaimana dikehendakinya, yang menunjukan secara mendetail sebagaimana dikehendakinya, jumlah dari semen yang dipergunakan selama hari itu ditiap bagian pekerjaan. D. Pengukuran dan Pembayaran Harga-harga yang ditawarkan Bill of Quantities, untuk jenis pekerjaan yang perlu, dimana termasuk juga semen harus memuat harga pembelian dari semen, pengangkutan, pembongkaran, penyimpanan dan penempatan pada tempat-tempat dari pemakaian terakhir untuk beton, spesi pasangan siaran atau lain jenis pekerjaan. Pembayaran terpisah tidak dapat dibenarkan untuk semen yang digunakan beton yang terbuang, semen yang terbuang, hilang atau tidak dibukukan karena akibat dari pemborosan atau ketidakterampilan, semen yang terpakai sebagai pengganti kerusakan beton, semen yang digunakan dalam beton tambahan sebagai akibat dari keteledoran, penyalahgunaan atau penggalian yang tidak perlu. Semen yang digunakan untuk beton yang dituangkan oleh Kontraktor untuk perluasan bangunan atau dimanapun juga, dengan tujuan atau memberi kemungkinan atau memudahkan pekerjaannya. Semua biaya dari semen yang ada harus dimasukkan dalam harga satuan yang diajukan dalam harga penawaran untuk barang-barang yang diperlukan dimana semen akan dipakai. I.1.2.
Pasir, Kerikil dan Bahan Bangunan, Penembokan/Plesteran Umum A. Scope Pekerjaan Semua bahan pasir kerikil dan bahan-bahan bangunan tembok yang dipakai untuk semua bangunan dan pekerjaan yang akan dilaksanakan termaktub yang dipakai untuk semua bangunan dan pekerjaan yang akan dilaksanakan termaktub dalam dokumen kontrak dan untuk semua tujuan yang bersangkutan dan yang mungkin dikehendaki oleh direksi, harus terdiri dari bahan-bahan yang terperinci disini dan harus sesuai dengan standar yang ada. B. Pengangkutan dan Penyimpanan 1. Kontraktor harus mengangkut, membongkar, mengerjakan dan menimbun semua pasir, kerikil dan bahan-bahan plesteran dan penembokan sebagaimana diminta untuk melaksanakan pekerjaan bangunan dan bangunan diperinci disini. Segala cara yang dilaksanakan oleh Kontraktor untuk pembongkaran, pemuatan, pengerjaan, dan penimbunan pasir, kerikil dan bahan-bahan bangunan penembokan sewaktu-waktu harus mendapatkan persetujuan dari direksi. 2. Tempat dan pengaturan dari semua daerah penimbunan harus mendapat persetujuan dari Direksi. Kontraktor harus membersihkan bahkan memperbaiki saluran, bangunan, semua tempat untuk penimbunan dan harus mengatur semua pekerjaan penimbunan pasir, kerikil dan batu, sehingga pemisahan dan penyerahan akan terjadi sedikit mungkin dan bahan yang ditimbun tidak akan kena tanah atau bahan lain pada waktu ada banjir ataupun air rembesan. Kontraktor diminta untuk menanggung sendiri segala biaya untuk pengolahan kembali pasir, kerikil ataupun bahan pasangan batu, yang terpisah atau kotor karena timbunan yang tidak sempurna dan lalai dalam pencegahan yang cukup.
3. Kontraktor harus mengatur semua pekerjaan penimbunan dengan cara yang sedemikian dengan menaruh semua bahan, langsung ditimbun dalam letak terakhir dan dengan lapisan tidak lebih dari 1,25 m. C.
Pasir 1. (a) ”Pasir Buatan” Pasir dihasilkan oleh mesin pemecah batu untuk pekerjaan spesifik (b) “Pasir Alam” Pasir yang disediakan oleh Kontraktor dari sungai atau pasir alam lain yang didapat dengan persetujuan direksi. 2. Pasir alam harus dibersihkan oleh Kontraktor dari semua tumbuhan-tumbuhan dan dari bahan-bahan yang tidak dikehendaki dan segala macam tanah, pasir dan kerikil yang tidak dapat dipakai, harus disingkirkan. Timbunan harus diatur dan dilaksanakan sedemikian rupa, hingga tidak merugikan kegunaan dari timbunan. Bahannya harus diayak dan dicuci sebagaimana diperlukan untuk menghasilkan pasir alam sesuai dengan ketentuanketentuan yang ditetapkan disini. 3. Kebersihan dan Kualitas Pasir dan kerikil halus harus bersih dan bebas dari gumpalan tanah liat, gumpalangumpalan kecil dan lunak dari tanah karang, alkali bahan-bahan organik tanah liat, dan halhal yang merugikan dari substansi yang merusak. Jumlah persentase dari segala macam substansi yang merugikan beratnya tidak boleh lebih dari 5 %, kerikil yang halus seharusnya tajam berbentuk kubus, keras padat dan awet. 4. Gradasi untuk Beton Segala pasir yang akan dipakai untuk produksi beton dengan spesifikasi ini harus pasir alam dan bila terpaksa dikehendaki harus campuran dalam proporsi (bandingan) yang tepat dari pasir alam. Pasir harus mempunyai “modus kehalusan butir” antara 2 sampai 32 atau jika diselidiki dengan saringan PBI 1971 atau dengan ketentuan sebagai berikut :
Saringan No.
Persentase Satuan Timbangan Tertinggal di Saringan
4 8 16 30 50 100 PAN
0 – 15 6 – 15 10 – 25 10 – 30 15 – 35 11 – 20 3–7 Jika persentase satuan tertinggal dalam saringan No. 16 adalah 20 % atau kurang, batas maksimum untuk persentase satuan dalam saringan No. 8 dapat baik sampai 20 %.
Hubungan nomor saringan dengan besarnya lobang saringan : Saringan No.
Besarnya Lobang Saringan (mm)
4 8 10 12 16 20 30 40 50 60 80 100 200
4,6 2,38 2,00 1,68 1,19 0,84 0,59 0,42 0,297 0,25 0,177 0,149 0,074 5. Pasir untuk spesi / mortar yang digunakan untuk plesteran, pasangan batu atau batu cetak harus pasir alam, bila diselidiki dengan saringan standar harus sesuai dengan ketentuanketentuan berikut :
Saringan No.
Persentase Timbangan Melalui Saringan
8 100
100 15 Dalam batas-batas tersebut diatas, pasirnya tentu bermutu baik dan juga kasar untuk digunakan untuk produksi pasangan batu. 6. Segala pasir alam dan pasir campuran harus disediakan untuk penyelidikan Direksi untuk menetapkan apakah pasir yang dihasilkan sesuai dengan permintaan dalam spesifikasi ini.
D. Agregat Kasar 1. Agregat kasar harus didapat dari sumber yang telah disetujui. Ini harus terdiri dari Agregat, atau batu pecahan atau bahan pengisi lain atau kombinasi dari ini semua seperti yang telah diperincikan. 2. Agregat kasar harus bersih dan bebas dari bagian yang halus, mudah pecah, tipis atau panjang bersih dari alkali, bahan-bahan organis, atau dari substansi yang rusak dalam jumlah yang merugikan. Besarnya prosentase dari semua substansi yang merusak dalam jumlah berapapun tidak boleh mencapai 3 % dalam beratnya. Agregat kasar harus berbentuk baik, keras, padat, awet dan tidak berpori-pori. 3. Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butir berada antara 5 mm sampai 70 mm, atau sampai ukuran dalam batas-batas sebagaimana diperinci untuk pekerjaan khusus. Agregat kasar harus mempunyai modulus kehalusan butir antara 6 sampai 7,5 atau bila diselidiki dengan saringan standar harus sesuai dengan Standar Indonesia untuk beton PBI 1971 (NI.2) 4. Agregat kasar harus sesuai dengan spesifikasi ini dan jika diperiksa oleh Direksi, tidak sesuai dengan ketentuan gradasi maka kontraktor harus menyaring kembali atau mengolah kembali bahannya atas bebannya sendiri, untuk menghasilkan agregat sampai disetujui direksi.
E. Pengukuran dan Pembayaran Harga satuan yang ditawarkan dalam Bill of Quantities untuk jenis pekerjaan dimana pasir, kerikil, tersangkut, harus meliputi harga pembelian, pengolahan (processing), pengangkutan, penimbunan/penyimpanan, menyaring dan mencuci kembali bila dikehendaki, dan menempatkan pada tempat dan pemakaian terakhir. Semua biaya untuk menyediakan pasir, kerikil dan bahan pasangan harus dirumuskan dalam harga satuan, yang diajukan dalam daftar penawaran untuk jenis pekerjaan yang dikehendaki, dimana bahan itu digunakan. I.1.3
Besi Tulangan Beton A.
Bahan (Material) dan Ukuran Batang 1. Semua besi tulangan beton harus baru dan dari mutu dan ukuran sesuai dengan Standar Indonesia untuk beton Ni.2, PBI 1971 dan harus disetujui oleh Direksi. 2. Jika diperlukan Kontraktor dapat meminta untuk memberikan surat keterangan tentang pengujian oleh pabrik dari semua baja tulangan beton yang disediakan untuk disetujui oleh Direksi.
B.
Pembengkokan/Pembentukan dan Pembersihan 1. Besi tulangan beton sebelum dipasang, harus bersih dari serpih-serpih, karat, minyak, gemuk dan pelapisan yang akan merusak atau mengurangi daya lekatnya. Dimana ada kemacetan dalam pengecoran beton, tulangan, akan diperiksa kembali dan bila perlu akan dibersihkan. Besi tulangan beton harus diserahkan dalam keadaan terikat kuat dalam bungkusan dan disimpan jauh dari permukaan tanah. 2. Besi tulangan beton harus dibengkokan/dibentuk dengan teliti sesuai dengan bentuk dan ukuran yang tertera pada gambar konstruksi yang diberikan kepada Kontraktor. Kontraktor harus mempersiapkan daftar pembengkokan tulangan dalam bentuk yang disetujui Direksi.
C.
Pemasangan 1. Besi beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan gambar / perhitungan dan dipastikan tidak terjadi pergeseran/pemindahan dengan pemakaian kawat pengikat tulangan beton atau alat-alat klem yang sesuai pada perpotongan/pertemuan-pertemuan tulangan dan rangka tulangan harus didukung oleh ganjel blok beton “precast” atau kursikursi besi/cakar ayam, perenggang (spacer) atau logam gantungan (metal hangers) sebagai yang dibutuhkan. Dalam segala hal untuk besi beton yang horizontal harus digunakan penunjang yang tepat, sehingga tidak akan ada batang yang turun. Dimana bagian penunjang menonjol diatas dasar beton yang direncanakan untuk menerima plesteran yang rata, penunjang ini harus dibuat dari logam yang tidak dapat berkarat (non corrodible). Kontraktor harus membuat atau menyediakan ganjelan balok beton menurut petunjuk Direksi. 2. Besi tulangan beton untuk plat (slab) langsung diatas tanah harus didukung dengan blok beton yang dicetak lebih dahulu. Permukaan dari blok beton harus horizontal berukuran kira-kira 7,5 cm x 10 cm. Baja tulangan untuk plat-plat yang lain dalam balok-balok harus ditunjang dengan kursi besi/cakar ayam. 3. Jarak terkecil antara batang paralel harus 1 diameter dari batang-batang, tetapi jarak terbuka sekali-kali jangan kurang dari 1,2 x ukuran terbesar dari agregat kasar.
D.
I.1.4.
Pengukuran dan Pembayaran Harga satuan yang ditawarkan oleh Bill of Quantities untuk jenis-jenis pekerjaan yang dimintakan, dimana tulangan beton tersangkut adalah meliputi harga pembelian dari besi beton, pengangkutan, penyimpanan dan pemasangan pada tempat-tempat terakhir pada bangunan-bangunan beton bertulang dan pekerjaan lain. Tidak diadakan pembayaran terpisah untuk besi beton yang terbuang, hilang ataupun tidak terhitung sebagai akibat dari handling yang tidak benar, penggantian besi beton untuk beton bertulang yang rusak atau besi beton yang dipakai oleh Kontraktor dengan tujuan untuk memungkinkan atau memudahkan pekerjaan pembangunan. Segala biaya untuk menyediakan besi beton demikian harus dimasukkan dalam harga satuan yang diajukan dalam Bill of Quantities untuk jenis-jenis pekerjaan yang sesuai dimana besi beton akan dipakai.
Air Air yang dipakai semua beton, spesi/mortel dan spesi injeksi harus bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik basah, garam dan kotoran-kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak. Air tersebut harus diuji oleh Direksi untuk menetapkan sesuai tidaknya dengan ketentuan-ketentuan ini.
I.1.5.
I.2.
Bahan-bahan Lain A.
Kayu atau Kayu Bangunan 1. Kayu bangunan harus dihasilkan dari sumber yang disetujui. 2. Kayu bangunan harus dari kualitas yang baik dan betul-betul kuat. Kayu bangunan harus mempunyai tekstur yang sama, serta lurus, bersih dari retak yang terbuka, lubang pemboran, serangan jamur, pembusukan, bintik-bintik lapuk, pilihan, pecah dan kerusakan serta kejelekan-kejelekan lainnya. 3. Semua ciri-ciri lainnya yang harus diikuti, seperti mata-mata kayu Wanolak dan penyimpanan dan mutu keawetan serta kelas kekuatan harus sesuai dengan ketentuanketentuan dari Standar Indonesia untuk kayu NI.5 atau sebagaimana dispesifisir oleh Direksi. 4. Kayu untuk pintu dan stoplogs harus dari kayu belian dan berasal dari tempat yang disetujui.
B.
Pengukuran dan Pembayaran Semua biaya untuk mendapatkan bahan bangunan termasuk angkutan, penyimpanan harus dimasukkan dalam harga satuan, yang ditawarkan dalam Bill of Quantities untuk jenis-jenis pekerjaan yang sesuai, dimana bahan-bahan tersebut akan digunakan.
Beton I.2.1.
Scope Pekerjaan 1. Semua beton yang dikehendaki untuk digunakan bagi semua bangunan yang akan dikerjakan dengan spesifikasi ini dan untuk semua maksud yang berhubungan dengan sebagaimana diminta oleh Direksi harus terdiri dari bahan-bahan yang terperinci dan harus dicampur dengan perbandingan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang tersebut disini. Peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang disebutkan disini akan berlaku kecuali bila secara khusus diubah oleh Direksi. 2. Setiap syarat dan ketentuan yang tidak termaktub disini harus sesuai dengan Standar Indonesia untuk beton NI.2 PBI 1971.
I.2.2.
Bahan 1. Semua portland harus sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam pasal 3.2.1. 2. Semua besi beton harus sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam pasal 3.2.3. 3.
Semua pasir dan agregat kasar yang digunakan dalam beton, spesi/mortel dan spesi injeksi dalam spesifikasi ini harus disediakan oleh Kontraktor sesuai dengan syarat-syarat dalam pasal 3.2.2. Air yang dipakai harus sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan dalam pasal 3.2.4.
4. I.2.3.
KLS.
Kelas dan Mutu Beton 1. Kelas dan mutu dari beton harus sesuai dengan Standar Beton Indonesia NI.2 PBI 1971, menurut tabel dibawah ini : MUTU
b’k
b’m
(kg/cm2)
S = 46
Kategori dari bangunan
Pengawasan terhadap
(tujuan)
Kualitas agregat
Kekuatan tekanan
(kg/cm2) I
BO
-
-
Non strukturil
Pemeriksaan dengan mata
Tidak ada pengujian
II
BI
-
-
Stukturil
Pemeriksaan dengan teliti
Tidak ada pengujian
K-125
125
200
Strukturil
Pengujian mendetail dengan analisa ayakan
Pengujian akan diadakan
b’k adalah kekuatan tekan karakteristik yang ditentukan dari hasil-hasil sejumlah besar percobaan-percobaan benda-benda uji hasil mana diperkenankan hanya 5 % daripadanya mungkin berada dibawah harga tersebut. b’m adalah harga kekuatan tekan rata-rata. I.2.4.
Komposisi/Campuran Beton 1. Beton harus dibentuk dari semen portland, pasir, kerikil/batu pecah, air seperti yang ditentukan sebelumnya, semuanya dicampur dalam perbandingan yang serasi dan diolah sebaik-baiknya. 2. Untuk beton mutu “B” campuran yang biasa untuk pekerjaan non strukturil dipakai perbandingan dari semen portland, terhadap pasir dan agregat kasar tidak boleh kurang dari 1 : 8. Banyaknya semen untuk tiap m3 sedikitnya harus 225 kg. 3. Untuk beton mutu BI dan K-225, campuran nominal dari semen portland, pasir dan kerikil/batu pecahan harus digunakan dengan perbandingan volume 1 : 2 : 3 atau 1 : 1 ½ : 2 ½ . Banyaknya semen untuk tiap m3 beton harus antara 300 sampai 325 kg. 4. Tingkat agregat yang kasar untuk kelas II – derajat K.125 dan untuk kelas II – derajat K.225 beton harus berada dalam batas yang ditentukan dalam NI.2 1875, klausul 3.4. dan Kontraktor harus memperoleh derajat yang patut apabila perlu oleh Engineer, dengan mengkombinir ukuran agregat yang proporsionil, agar diperoleh derajat yang sepatutnya. 5. Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk berbagai pekerjaan (sesuai kelas mutu) harus dipakai dari waktu ke waktu selama berjalannya pekerjaan, demikian juga pemeriksaan terhadap agregat dan beton yang dihasilkan. Perbandingan campuran dan faktor air semen yang tepat akan ditetapkan atas dasar beton yang dihasilkan, juga mempunyai kepadatan yang tepat, kekedapan, awet dan kekuatan yang dikehendakim dengan tidak memakai semen terlalu banyak.
Faktor air semen dari beton (tidak terhitung air yang dihisap oleh agregat) tidak boleh melampaui 0,55 (dari beratnya) untuk kelas III dan jangan melampaui 0,60 (dari beratnya) untuk kelas lain-lainnya. Pengujian dari beton akan dilakukan oleh Engineer dan perbandinganperbandingan campuran harus diubah jika perlu untuk tujuan atau penghematan yang dikehendaki, kegairahan bekerja, kepadatan, kekedapan, awet atau kekuatan dan Kontraktor tidak berhak atas penambahan kompensasi disebabkan perubahan yang demikian. I.2.5.
Perlengkapan Mengaduk Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian yang cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah dari masing-masing bahan pembentukan beton. Perlengkapan-perlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya selalu harus mendapatkan persetujuan Engineer.
I.2.6.
Mengaduk 1. Bahan-bahan pembentukan beton harus dicampur dan diaduk dalam mesin pengaduk beton yaitu “Batch Mixer” atau “Portable Continuous Mixer” selama sedikitnya 5 menit sesudah semua bahan (kecuali untuk air dalam jumlah yang penuh) adalah Mixer. Waktu pengadukan ditambah, bila mesin pengaduk berkapasitas lebih besar dari 1,5 m3, Direksi berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengna susunan kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dari adukan ke adukan, kecuali bila dimintakan adanya perubahan dalam komposisi atau konsistensi. Air harus dituangkan lebih dahulu dan selama pekerjaan mencampur. Pengadukan yang berlebih-lebihan (lamanya) yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki tidak diperkenankan. 2. Penyampuran dengan tangan diperkenankan apabila pada lokasi-lokasi tertentu sebuah Portable Mixer tak mungkin dipergunakan menurut pandangan Engineer. Untuk mempermudah pencampuran ini Kontraktor akan membuat beton masif dengan ketebalan tidak kurang dari 5 cm, licin, rata dengan luas 2 cm2, diliputi dengan parapet setinggi 10 cm. Semua kondisi hand mixing adalah sama seperti 3.7.1.
I.2.7. Suhu Suhu beton sewaktu dicor/dituang, tidak boleh lebih dari 32 oC dan tidak kurang dari 4,5 oC. Bila suhu dari beton yang ditaruh berada antara 27oC dan 32 oC, beton harus diaduk ditempat pekerjaan untuk kemudian langsung dicor. Bila beton melebihi 32oC, sebagai yang ditetapkan oleh Direksi, Kontraktor harus mengambil langkah-langkah yang efektif, umpamanya mendinginkan agregat, mencampur air dan mengecor pada waktu malam hari bila perlu, mempertahankan suhu beton, untuk dicor pada suhu dibawah 32oC. I.2.8. Cetakan 1. Cetakan haruslah sesuai dengan berbagai bentuk, bidang-bidang, batas-batas dan ukuran dari hasil beton yang diinginkan sebagaimana pada gambar-gambar atau seperti ditetapkan direksi. 2. Cetakan untuk mencetak beton dan membuatnya menurut model yang dikehendaki harus digunakan bila perlu. Cetakan dapat dibuat dari lembaran plywood, papan kayu yang dipasrah halus, dalam keadaan baik sebagaimana dikehendaki untuk menghasilkan permukaan yang sempurna. 3. Permukaan yang rata dari beton adalah yang dikehendaki dimanapun juga dari bagian jalan air. Cetakan untuk permukaan yang demikian dapat dibuat dari kayu dan harus benar-benar berbentuk dan berukuran yang dikehendaki dan berkekuatan dan kekakuan yang tetap pada tempat dan bentuknya selama pembebanan dan berlangsungnya pekerjaan vibrasi pemadatan beton.
4.
5.
Semua cetakan yang dibangun harus teguh. Alat-alat dan usaha yang sesuai dan cocok untuk membuka cetakan-cetakan tanpa merusak permukaan dari beton yang telah selesai harus tersedia. Sebelum beton dicor, permukaan dari cetakan harus diminyaki dengan minyak yang biasa diperdagangkan yang mencegah secara efektif lekatnya beton, semua material untuk melepaskan lekatan harus dipakai hanya setelah disetujui oleh Direksi. Penggunaan minyak cetakan harus hati-hati untuk kontak dengan besi beton yang mengakibatkan kurangnya daya lekat. Semua cetakan harus betul-betul teliti dan aman pada kedudukannya sehingga dicegah pengembangan atau lain gerakan selama penuangan beton. Penyangga cetakan (perancah) harus bersandar pada pondasi yang baik sehingga tidak akan ada kemungkinan penurunan cetakan selama pelaksanaan.
I.2.9. Pengecoran 1. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, besi tulangan beton, pemasangan instalasi yang ditanam, penyokongan dan pengikatan dan penyiapan-penyiapan permukaan yang berhubungan dengan pengecoran yang telah disetujui oleh Direksi. 2. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan pada tempat pengecoran beton (cetakan, lantai kerja) harus bersih dari air yang menggenang, reruntuhan atau bahan lepas. Permukaan-permukaan dengan bahan yang menyerap dengan rata hingga kelembaban (air) dari beton yang baru dicor tidak akan diserap. 3. Permukaan-permukaan beton yang lebih dahulu dicor pada mana beton baru akan dicor, permukaan mana telah begitu mengeras sehingga beton baru tidak akan berpadu dengan sempurna, ditentukan disini sebagai “Construction Joints” (hubungan konstruksi/pelaksana). Permukaan-permukaan Construction Joints harus bersih dan lembab ketika ditutup dengan beton baru atau adukan. Pembersihan harus berupa pembuangan semua kotoran, beton-beton yang mengelupas atau rusak, bahan-bahan asing yang menutupinya. Permukaan-permukaan Construction Joints harus dibersihkan dengan cara-cara yang disetujui dan kemudian dicuci seluruhnya dengan penyemprotan air dengan tekanan udara segera sebelum pengecoran beton baru. Pembersihan dan pencucian harus dilaksanakan pada kesempatan terakhir dari pengecoran beton. Semua genangan-genangan air harus dibuang dari permukaan Construction Joints sebelum beton baru dicor. 4. Semua Construction Joints atau expansion joints (siarmuai) seperti ditunjukkan pada gambar harus dibersihkan seluruhnya dari kelebihan-kelebihan beton atau material lain dengan menggaruk memahat atau cara lain yang disetujui oleh Engineer. 5. Cara-cara dan alat-alat yang digunakan untuk pengangkutan beton harus sedemikian sehingga beton dengan komposisi dan kekentalan yang diinginkan dapat dibawa ke tempat pekerjaan tanpa adanya pemisahan dan kehilangan bahan yang menyebabkan perubahan nilai slump. 6. Beton dicor hanya pada waktu Direksi atau wakilnya yang ditunjuk serta pengawas kontraktor yang setaraf ada di tempat kerja. Setelah permukaan disiapkan baik-baik, permukaanpermukaan Construction joints dimana beton baru akan dicorkan harus dilapisi dengan penutup yang terbuat dari adukan semen (air pasta semen) atau ditutup dengan lapisan spesi/mortel harus mempunyai perbandingan semen dan pasir seperti campuran beton yang bersangkutan kecuali ditentukan lain, demikian juga konsistensinya. Adukan harus dihamparkan merata dan harus rata juga pada permukaan-permukaan yang tidak beraturan. Beton harus segera dicor pada adukan yang baru (fresh). Dalam pengecoran beton pada construction joints yang telah terbentuk, penjagaan khusus harus dijalankan untuk menjamin agar beton yang baru menjadi rapat betul dengan permukaan joints (sambungan) dengan pembobokan dan peralatan dengan memakai alat-alat yang cocok. 7. Pencampuran/penumbukan kembali beton tidak diperkenankan. Beton yang sudah mengeras dalam hal mana pengecoran yang tepat tidak mungkin dijamin harus dibuang dan tidak dibayar untuk pekerjaan terbuang semacam itu. Dalam semua hal, beton tidak akan dituang/dicor harus diusahakan agar pengangkutannya ke tempat posisi terakhir sependek mungkin. Sehingga pada waktu pengecoran tidak mengakibatkan pemisahan antara kerikil dan spesinya.
8.
Kecuali ada penyetopan/pemotongan oleh hubungan (joints), semua penuangan beton harus selalu kira-kira berlapis-lapis horizontal dan umumnya tebalnya tidak lebih dari 50 cm. Direksi mempunyai hak untuk mengurangi tebal tersebut apabila pengecoran dengan tebal lapisanlapisan 50 cm tidak dapat memenuhi spesifikasi-spesifikasi ini. Semua intersection dari kontruksi dengan permukaan beton harus dibuat dengan lurus, rata atau tegak. Semua pertemuan/sambungan dan hubungan konstruksi dengan permukaan beton, harus dibuat menerus dan rata atau tegak jika tidak ditentukan di dalam kontrak, jumlah dan lokasi dari hubungan konstruksi harus dimintakan persetujuan Engineer. 9. Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan deras atau lama sedemikian sehingga spesi/mortel terpisah dari agregat kasar. Selama hujan, air semen atau spesi tidak boleh dihamparkan pada construction joints dan air semen atau spesi yang hanyut dan terhampar harus dibuang dan diganti sebelum pekerjaan dilanjutkan. Suatu pengecoran tersebut tidak boleh terputus sebelum bagian tersebut selesai. 10. Ember-ember/bocket beton yang dipakai harus sanggup menuang dengan tepat pada slump yang rendah dan memenuhi syarat-syarat campuran pada mana mekanisme pembuangan harus dibuat dengan kapasitas sedikitnya 0,35 m3 sekali tuang. Ember beton harus mudah untuk diangkat/diletakkan dengan alat-alatnya dimana diperlukan terutama bagi lokasi-lokasi yang terbatas. 11. Keadaan construction joints harus mendekati horizontal jika tidak ada ketentuan lain dari yang ditunjukkan pada gambar atau diperintahkan oleh Engineer. 12. Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai kepadatan maksimum yang mungkin, sehingga ia bebas dari kantong-kantong kerikil, dan menutup rapat-rapat pada semua permukaanpermukaan dari cetakan dan material yang dilekatkan. Dalam pemadatan setiap lapisan dari beton, kepala, alat penggetar (vibrator) harus dapat menembus dan menggetarkan kembali beton pada bagian atas dari lapisan yang terletak dibawah. Semua beton harus dipadatkan dengan alat penggetar type immersion beroperasi dengan kecepatan paling sedikit 7000 putaran per menit ketika dibenamkan dalam beton. I.2.10.
Waktu dan Cara Pembukaan Cetakan 1. Waktu dan cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus dikerjakan dengan hati-hati untuk menghindarkan kerusakan pada beton. Beton yang masih muda tidak diijinkan untuk dibenahi. Segera sesudah cetakan-cetakan dibuang, permukaan beton harus diperiksa dengan hatihati, permukaan-permukaan yang tidak beraturan harus segera diperbaiki sampai disetujui Direksi. 2. Umumnya, diperlukan waktu minimum dua hari sebelum cetakan dibuka untuk dinding-dinding yang tidak bermuatan dan cetakan-cetakan samping lainnya, tujuh hari untuk dinding-dinding pemikul dan saluran-saluran.
II. PEKERJAAN GALIAN UNTUK PENGERUKAN KOLAM II.1 Umum Semua pekerjaan tanah dari beberapa bagian pekerjaan harus dilaksanakan menurut ukuran dan ketinggian yang ditunjukan dalam gambar-gambar, atau menurut ukuran dan ketinggian lain, sebagaimana mungkin akan diperintahkan oleh Direksi secara tertulis. Ukuran yang berdasarkan atau berhubungan dengan ketinggian tanah atau jarak yang ditunjukkan kepada Direksi lebih dulu sebelum memulai pekerjaan tanah pada setiap tempat. Yang dimaksud dengan “ketinggian tanah” dalam perincian adalah “permukaan tanah”, sesudah pembersihan lapangan dan sebelum pekerjaan tanah dimulai.
Semua penggalian dan pekerjaan tanah yang diperlukan harus dilaksanakan menurut Dokumen Kontrak dan semua hal-hal yang bersangkutan dengan hal tersebut, harus dilaksanakan sesuai dengan syarat-syarat dan petunjuk-petunjuk yang diberikan disini harus diterapkan, kecuali bilamana syarat dan petunjuk tersebut dirubah secara tertulis oleh Direksi untuk bagian-bagian pekerjaan tertentu. Penggalian dan pekerjaan tanah akan dilakukan baik secara mekanis maupun dengan tenaga manusia. Bagaimana di dalam dokumen kontrak, sistem yang dipilih akan ditentukan. II.2. 1.
Penggalian Semua penggalian harus dikerjakan menurut syarat-syarat dalam bab ini garis-garis serta tingkatan yang ditunjukan pada gambar atau ditentukan oleh Direksi. 2. Selama pekerjaan berjalan mungkin perlu atau diinginkan adanya perubahan oleh Direksi mengenai lereng atau dimensi penggalian sebagai perbaikan atau perubahan sesuai dengan spesifikasi ini. 3. Dimana penggalian tidak akan ditutupi oleh bangunan atau konstruksi lain yang diperlukan, mereka harus sepenuhnya dibuat menurut dimensi yang dimaksud dan harus diselesaikan menurut garis-garis dan tingkatan yang telah ditentukan. Penjagaan yang perlu, harus dilaksanakan terhadap bahan-bahan yang berada diatas atau dibawah garis penggalian agar keadaannya tetap baik. Semua dimaksud selain yang ditunjukkan disini, harus ditutupi kembali oleh kontraktor atas biayanya sendiri, jika diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan. II.3. 1. 2.
Penggalian Dengan Cara manual Penggalian semua bagian dari pekerjaan dengan cara manual harus dilaksanakan sebaik-baiknya di bawah pengawasan ahli dan hati-hati sesuai dengan spesifikasi ini dan gambar. Hasil galian dengan cara manual dibuang dalam lokasi siring beton. Untuk keperluan Direksi, kontraktor harus menyediakan sarana, kuli dan bahan lainnya dimana semua ini perlu untuk mengangkut Direksi atau wakilnya ke tempat pekerja untuk melaksanakan pengontrolan hasil penggalian yang dilaksanakan, semua tiang template, platform untuk meeting, peralatan, target, alat-alat pengukuran, pelampung-pelampung dan tanda-tanda ukuran ditambah lagi pemasangan titik-titik, garisgaris dan juga reference yang dibuat Direksi yang perlu untuk pekerjaan lay out untuk pekerjaan penggalian harus disediakan, dan dibuat serta dipelihara oleh Kontraktor. Semua kerusakan jalan inspeksi/tanggul saluran yang digali menjadi tanggung jawab Kontraktor. Kontraktor harus membuat pengaturan dan membayar semua biaya perbaikan kegagalan dalam mendapatkan prasarana yang cukup untuk mengadakan penggalian dengan cara manual tidak akan membebaskan Kontraktor dari tanggung jawabnya seperti yang disebutkan dalam Surat Kontrak.
III. PENUTUP 1. Bilamana pekerjaan selesai dan akan diserahkan sebagai penyerahan kedua, maka semua bangunan pembantu dan sampah-sampah harus dibersihkan dari lokasi pekerjaan sesuai dengan petunjuk teknis Direksi. 2. Untuk pekerjaan yang belum termasuk/belum disebutkan dalam uraian dan syarat-syarat pekerjaan ini atau tersebut dalam gambar, tapi menjadi bagian dari pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh pemborong untuk penyelesaian pekerjaan dengan baik sesuai dengan petunjuk Direksi.
3. Untuk hal-hal yang kurang dimengerti /kurang jelas tentang isi dari rencana kerja dan syarat-syarat ini dapat dinyatakan atau dijelaskan pada waktu rapat penjelasan pekerjaan/anwijzing.
Demikian Rencana Kerja dan syarat - syarat ini dibuat untuk dijadikan pedoman dan harus ditaati oleh pemborong dalam pelaksanaan pekerjaan ini.
mengetahui : Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Kotawaringin Barat
Ir. H. CHAIRIL ANWAR NIP. 19550620 198303 1 014
Pangkalan Bun, April 2011 Dibuat oleh: Pejabat Pembuat Komitmen
RUDOLF DITA, SP, M.Si NIP. 19610516 198203 1 001