KEPEMIMPINAN VISIONER MENURUT ISLAM DAN INTERNALISASINYA DALAM KONTEKS KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA MASYARAKAT LAMPUNG Oleh : Aguswan Khotibul Umam STAIN Jurai Siwo Metro E-mail:
[email protected]
Abstrak Tidak dapat dipisahkan antara kemakmuran suatu masyarakat dengan peran pemimpin yang ideal dan progresif.Lahirnya pemimpin Islam yang ideal dan progresif tidak jauh dari peran perkembangan pendidikan Islam yang maksimum dalam kehidupan masyarakat dan generasi Islam.Kepemimpinan yang progrsif merujuk pada nilai dasar organisasi yang dibuat dan di percaya oleh anggotanya.Hal tersebut dimaksudkan untuk menciptakan suatu atmosfer kepemimpinan dan pembaharuan yang efektif menuju ke arah yang lebih baik. Seorang Muslim yang menjadi pemimpin yang visioner seharusnya melakukan hal-hal sebagai berikut: (a) menunjukkan peran kepemimpinan yang baik, (b) mengikuti nilai-nilai kepemimpian Nabi Muhammad SAW, (c) mengamalkan prinsip amar maa’ruf nahi mungkar, (d) mengamalkan kaidah hidup yang sebenarnya, ( e) menjalankan tugasnya sebagai pemimpin, (f) menegakkan keadilan, (g) menunjukkan perilaku pemimpin yang ideal dan dapat menjadi teladan yang baik. Berdasarkan pada teori kepemimpinan tersebut, seorang pemimpin di Lampung semestinya ialah pemimpin yang visioner, transformatif, religious dan menjadi pelopor serta teladan yang mengintegrasikan nilai-nilai Islam berdasarkan kepemimpinan visioner dalam kehidupan kebudayaan masyarakat di Lampung. Seorang pemimpin Lampung yang visioner seharusnya mengimplementasikan tradisi dan nilai budaya Lampung seperti Piil Pesengiri, Sakai Sambayan, Nemui Nyimah, Nengah Nyapur, dan Bejuluk Beadek. Kata kunci: Kepemimpinan, vionarer, Islam, Lampung, kebuudayaan dan nilai. Abstract Prosperity of a society and the role of ideal and progressive leader are inseparable. The born of ideal and progressive Islamic leaders be separated form the role of maximum Islamic education development within life of society and Islamic generation. Progressive leadership refers to value based organization that is created and believed by its members. It is aimed at creating an atmosphere of effective leadership and reform for the bettement. A moslem who becomes a visioner leader should do following: a) show a role of good leadership, b) follow the leadership values of prophet Muhammad SAW, c) enforce the principle of amar ma’ruf nahi mungkar, d) enforce the true rule of life, e) do his obligation as a leader, f) do justice, and g) show the behavior of ideal leader and become a good precedent. Based on the existence of the leader theory, a leader in Lampung sholud be a visionary leader, transformative, relegious and became a pionner and a model as a leader who integreates the values of Islam according to the visionary leadership in the cultural life of societeies in Lampung. A visioner leader in Lampung should implement of
Lampung tradition and cultural value such as Piil Pesingiri, Sakai Sambayan, Nemui Nyimah, Nengah Nyapur, dan Bejuluk Beadek. Keywords: Leadership, visionary, Islam, Lampung, culture, value. A.
Pendahuluan Keberhasilan untuk menuju kehidupan masyarakat yang madani dalam
kehidupan manusia mutlak ditentukan oleh peran dari sumber daya manusia yang baik dan berkualitas,
baik pada level masing-masing individu, level keluarga, level
kelompok masyarakat maupun sebagai suatu bangsa. Setiap individu dituntut untuk dapat menjalin kerjasama (kooperatif) yang profesional dan proporsional, melakukan proses kompetisi secara sehat dan adil dalam kancah kehidupan sosial, ekonomi, politik, budaya dan agama, sehingga proses transformasi nilai religious, akhlak, norma, etika, humanis dapat berjalan sebagaimana mestinya. Sebagaimana dikemukan oleh Abudin Nata (2003) bahwa masa depan umat manusia di abad 21 ini di tentukan oleh eksistensi SDM secara fungsional di tengah kehidupan global yang kompetitif. Setiap manusia harus beraktualisasi sesuai dengan kualitas dan profesionalitas SDM yang ia miliki,
sehingga mampu bersaing dalam
kancah kompetisi bebas di era globalisasi yang sangat agresif ini. Selain itu, manusia dituntut untuk eksis dan berjuang untuk hidup (survive) dalam era tersebut, yakni mereka dapat merubah tantangan menjadi peluang, dan merubah peluang itu secara produktif. Sebab kehidupan masa depan membutuhkan SDM yang kreatif, inovatif, dinamis, terbuka, bermoral baik, mandiri atau penuh percaya diri, menghargai waktu, mampu berkomunikasi dan memanfaatkan peluang serta menjadikan orang lain sebagai mitra.1 Kehidupan masyarakat yang sejahtera, tidak lepas dari peran para pemimpin yang ideal dan visioner dalam segala sendi kehidupan masyarakat. Lahirnya pemimpinpemimpin Islam yang ideal dan visioner ini tidak lepas dari peran pengembangan pendidikan Islam secara maksimal dalam kehidupan masyarakat dan generasi muslim. Abudin Nata (2003) menjelaskan bahwa pendidikan Islam sebagai sub sistem
1Nata, A, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 170.
2
pendidikan nasional memiliki peluang yang besar dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional serta menyiapkan SDM bangsa yang berkualitas. Karena pendidikan Islam adalah pendidikan yang seimbang dalam mempersiapkan anak didik, yaitu anak didik yang tidak hanya mampu mengembangkan kreatifitas intelektual dan imajinasi secara mandiri, tetapi juga memiliki ketahanan mental spiritual serta mampu beradaptasi dan merespon problematika yang dihadapinya sesuai dengan kerangka dasar ajaran Islam.2 Pendidikan Islam berperan penting dalam mempersiapkan calon pemimpin yang visioner, di bawah bimbingan para guru, dosen dan praktisi pendidikan yang visioner pula, serta mendapatkan tauladan dari pemimpin-pemimpin di negeri ini pada semua sektor kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan beragama. Al munawar (2005) menjelaskan bahwa para pemimpin masa depan dilahirkan dan dibentuk melalui suatu proses belajar di sekolah dan kehidupan sosial. Pemimpin tidak lagi dimonopoli oleh paham garis keturunan pemimpin, tetapi kepemimpinan lebih dimengerti sebagai pekerjaan (job), tanggung jawab (responbility), dan peran (role), yang dalam intensitasnya merupakan urusan individual dan ada dalam diri semua orang. Artinya semua orang memiliki peran dan eksistensi sebagai pemimpin.3 Setiap pemimpin dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berorganisasi, berbangsa dan bernegara, dituntut untuk memiliki ketajaman visi dan kedalaman nilai serta normatif, sehingga setiap anggotanya dapat berkesinambungan dalam mengikuti dinamika perubahan zaman. Artinya secara prinsip, peran pemimpin visioner sangat menentukan kesinambungan dan kesejahteraan suatu komunitas kehidupan. Tuntutan kepemimpinan di lapangan yaitu seorang pemimpin harus menjadi pimpinan yang ideal, yang harus dapat menjabarkan visi dan misi kepemimpinannya ke dalam program kerja yang nyata, rasional dan operasional. Sodiqin (2009) menyebutkan bahwa banyak sekali visi dan misi yang mandul dan tidak menjadikan inspirasinya dalam memimpin. Kondisi ini menghawatirkan karena visinya hanya sebagai simbol semata.4
2Ibid,
h. 171.
3Almunawar,
S. A., Aktualisasi Nilai-Nilai Qur’ani dalam Pendidikan Islam, (Ciputat: PT.Ciputat Press, 2005). h. 66. 4Sodiqin, A. Medik, no. 3 September-Desember, 2009, h. 26.
3
Pemimpin dalam kancah kehidupan masyarakat harus memampu menjadi teladan sekaligus mengakomodir berbagai macam perbedaan pada aspek nilai- nilai religiusitas maupun nilai-nilai adat, sosial budaya serta nilai-nilai kearifan lokal yang masih dipegang teguh oleh semua lapisan masyarakat. Namun kenyataanya, banyak sekali kasus-kasus pergesekan dan pergolakan sosial yang terjadi dalam pola kepemimpinan di daerah yang terkadang dikaitkan dengan isu SARA (suku, agama dan ras). Solusi yang bisa dilakukan oleh para pemimpin untuk dapat menciptakan harmonisasi di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang majemuk, spesifikasinya kepada para pemimpin yang memegangi Islam sebagai religinya yaitu dengan cara memahami arti kepemimpinan visioner dalam Islam sekaligus dapat melakukan proses internalisasi dan memadukannya dengan nilai-nilai sosial budaya dan kearifan lokal yang dimiliki masyarakat. 5 Nurcholis Madjid menyebut pemimpin yang menjadi inspirasi teladan pada bawahannya tercermin ketika pemimpin itu menjadi lambang harapan bersama, sumber kesadaran arah (sense of direction) dan sumber kesadaran tujuan (sense of purpose). Boleh jadi ini aspek kepemimpinan yang terpenting dan sekaligus teramat sulit untuk kita temukan kini. Banyak pemimpin di negeri ini yang gagal menjadi sumber inspirasi keteladanan. Mereka tidak sanggup berdiri di barisan terdepan dalam memberi teladan dari dirinya dan lingkungan kekuasaannya yang terdekatnya. Pemimpin yang inspiratif, semestinya sanggup secara otentik menunjukkan ketulusan satunya ucapan dengan tindakan, satunya seruan dengan pelaksanaan, satunya tekad dengan perbuatan. Kehidupan masyarakat di Propinsi Lampung, terutama pada kehidupan sosial budaya asli masyarakat Lampung adalah masyarakat Islam yang religius dan memiliki nilai-nilai luhur budaya lokal yang terus diwariskan kepada generasi-kegenerasi. Pola pewarisan tersebut bisa melalui nasehat dan pemahaman kepada generasi mudanya dan akan memiliki daya transformasi nilai yang lebih baik jika dapat diteladankan oleh para pemimpin di Propinsi Lampung, baik pemimpin pemerintahan maupun pemimpin-pemimpin dalam lingkungan organisasi sosial kemasyarakatan. Melalui tulisan ini, dijabarkan tiga hal yaitu: (1) arti kepemimpinan visioner, (2) kepemimpinan
5 Suhari Pane, Kepemimpinan visoner:rakyat rindu pimpinan visioner. http://www.waspada.co.id/. diunduh 15 Juni 2011.
4
visioner menurut Islam, dan (c) internalisasi dan relevansi kepemimpinan visioner menurut Islam dengan kepemimpinan pada budaya masyarakat Lampung.
B. Arti Kepemimpian Visioner Menurut Barna visi adalah suatu gambaran mental yang jelas mengenai masa depan yang lebih baik yang dikaruniakan kepada orang tertentu karena pemahamannya yang akurat terhadap arti dan makna kehidupan, citra dan pesan diri serta kepekaan terhadap situasi yang ada. Visi dan misi seharusnya mampu menjadi “sumber inspirasi, inovasi, kreatifitas, dedikasi, produktifitas bagi para pemimpin dan setiap orang.6 Menurut
Kusnoto
kepemimpinan
visioner
yaitu
kepemimpinan
yang
berdasarkan visi. Kemampuan untuk melihat realitas, memberi pemimpin keyakinan diri yang dibutuhkan untuk mencurahkan perhatiannya secara terus-menerus untuk meyakinkan orang lain bahwa visi tersebut akan menjadi kenyataan. Dalam konteks ini, visi merupakan kekuatan dalam (inner force) yang memberikan energi kepada pemimpin untuk bertindak. 7 Lebih lanjut Kusnoto menjelaskan bahwa pengembangan organisasi dipengaruhi oleh komitmen akan nilai-nilai yang melatar belakanginya. Pemimpin merupakan orang yang paling ahli dalam mempromosikan dan melindungi nilai-nilai tersebut. Pemimpin yang berhasil adalah mereka yang mampu mempersonifikasikan nilai-nilai yang dianutnya serta menghidupkan nilai-nilai tersebut dalam organisasinya.8 Menurut Kotter kepemimpinan yang baik ialah ketika pemimpin itu mampu: (1) menggerakkan orang pada satu arah yang benar-benar merupakan minat jangka panjang
mereka, (2) tidak menyia-nyiakan sumber daya yang langka, (3) tidak
membangun sisi gelap keberadaan mereka sebagai manusia. Pemimpin harus memahami bahwa kepemimpinan merupakan pengembangan visi dan strategi, maka perlu orang-orang yang relevan di belakang strategi-strategi ini, serta secara intensif dilaksanakan pemberdayaan SDM organisai untuk membuat visi ini berhasil secara maksimal.9
6Ibid. 7Kusnoto,
H. , The Best Manajement Practice, (Jakarta: PT Gramedia, 2001), h. 41. h. 39-40. 9Kotter, J. P., The Leadership Factor (terjemahan: Hari Suminto), (Jakarta: PT Premlindo, 1997), h. 16-17. 8Ibid,
5
Lebih lanjut Kotter menjelaskan tentang kepemimpinan visioner, bahwa suatu gaya kepemimpinan yang dijalankan seorang pemimpin harus berdasarkan pada visi organisasi berbasis nilai yang diciptakan dan diyakini oleh anggotanya demi menciptakan
iklim
kepemimpinan
yang
efektif
dan
terjadinya
perubahan.
Kepemimpinan efektif akan tercapai jika memperhatikan 2 (dua) hal penting yaitu: 1) membuat agenda untuk perubahan yang mencakup: (a) suatu visi yang dapat dan seharusnya menjadi seperti apa bentuk organisasi tersebut; (b) suatu visi yang memperhitungkan minat jangka panjang; (c) strategi untuk mencapai visi, dan (d) strategi yang memperhitungkan semua kekuatan organisasi dan lingkungan yang relevan, dan 2) membangun jaringan pelaksanaan yang kuat, meliputi: (a) hubungan yang
mendukung
dengan
sumber
kekuatan
utama
yang
diperlukan
untuk
melaksanakan strategi; (b) hubungan yang cukup kuat untuk mendatangkan kerjasama, kerelaan, dan kerjasama tim, (c) kelompok inti yang bermotivasi tinggi, dan (d) suatu kelompok inti yang membuat visi ini menjadi kenyataan.10 Nanus menyebutkan bahwa: 1) kepemimpinan yang visioner membutuhkan empat keseimbangan: (a) mampu berhubungan secara terampil dengan para staf dan karyawan (dalam organisasi) yang mengharapkan bimbingan, dorongan dan motivasi; b) mampu memanfaatkan lingkungan eksternal secara maksimal dan berhubungan secara terampil dengan pihak-pihak di luar organisasi yang mempengaruhi keberhasilan organisasi; c) mampu membentuk dan mempengaruhi semua aspek operasi organisasi termasuk pencapaian visi, kualitas sistem pengendalian, struktur organisasi, dan sistem informasi; d) mampu dan cerdik dalam menyiasati masa depan, yakni memperkirakan dan menyiapkan diri atas perubahan yang terjadi akibat globalisasi, reformasi dan pelaksanaan pemerintahan terhadap organisasi yang dipimpinnya dimasa depan; 2) kepemimpinan visioner mampu menghubungkan visi orang-orang lain (karyawan) melalui cara-cara persuasif yang dapat mempengaruhi mereka untuk mengubah persepsi mereka tentang apa yang penting bagi mereka dan bagi organisasi; 3) Kepemimpinan visoner memiliki keahlian dan otoritas untuk mengendalikan perubahan baik secara langsung maupun tidak langsung; 4) kepemimpinan visioner menjalin hubungan yang komunikatif dengan bawahan serta
10Ibid,
h. 20.
6
meyakinkan bawahan bahwa kepentingan mereka menjadi bagian dari visi organisasi serta memiliki andil untuk mengimplementasikannya, 5) kepemimpinan visioner selalu menunjukkan inisiatif dan kemauan besar mewujudkan visi. Mereka digerakkan oleh orientasi kepada prestasi dan memiliki ambisi, energi, ketekunan serta sikap pro aktif dalam kadar yang tinggi, 6) kepemimpinan visioner tidak melihat kekuasaan sebagai hal statis yang harus dipertahankan melainkan sesuatu yang bisa diciptakan dan didistribusikan kepada bawahan tanpa mengurangi kekuasaannya sendiri, 7) kepemimpinan visioner mampu: (a) membangun kepercayaan diri para bawahannya, (b) mengkomunikasikan suatu keyakinan akan kemampuan mereka untuk sukses, (c) memberikan atau mendelegasikan wewenang; (d) menciptakan tantangan; (e) mengembangkan akuntabilitas di lingkungan organisas; (f) menerima umpan balik; (g) memberi imbalan terhadap pencapaian visi organisasi. 11 Berdasarkan penjabaran kepemimpinan visioner yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa untuk mengelola visi dan misi diperlukan kepemimpinan visioner. Kepemimpinan tersebut memiliki sikap, nilai, kemauan, keterampilan dan perilaku organisasi, serta melihat kedepan bagi kemajuan organisasi. Mariane dan Bush menjelaskan bahwa pemimpin visioner yaitu pemimpin yang bekerja berdasarkan visi yang jelas. Visi adalah gambaran masa depan organisasi yang diperoyeksikan. Hal ini berkaitan erat dengan tujuan organisasi yang diekspresikan dalam istilah-istilah nilai (value) dan menjelaskan arah organisasi yang diinginkan, serta pemimpin tersebut harus mampu memberikan inspirasi para anggotanya.12 Kusnoto menjelaskan bahwa pemimpin visioner yaitu pemimpin yang menjadikan nilai organisasi sebagai pijakan. dimensi kritis dari efektifitas
Nilai-nilai yang dimaksudkan yaitu
kepemimpinan karena merupakan dasar untuk
meyakinkan anggota dalam mengarahkan prilaku anggota organisasi. Pengembangan organisasi dipengaruhi oleh komitmen akan nilai-nilai yang melatarbelakanginya. Pemimpin merupakan orang yang paling ahli dalam mempromosikan dan melindungi nilai-nilai
tersebut.
Pemimpin
yang
berhasil
adalah
mereka
yang
mampu
11Burt Nanus, Visionary Leadership: Creating a Compelling Sense of Direction for Your Organization (San Francisco, CA: Jossey-Bass Publishers, 1992), h. 23. 12Mariane, C & Bush, T, Leadership and Strategic, (London: Sage Publication, 2000), h. 10.
7
mempersonifikasikan nilai-nilai yang dianutnya serta menghidupkan nilai-nilai tersebut dalam organisasinya.13 Siagian menjelaskan bahwa pemimpin visioner yaitu pemimpin yang dapat mentrasformasikan nilai visi yang dimilikinya kepada seluruh anggotanya. Proses transformasi nilai ini dilakukann melalui empat tahap yaitu: a) berbagi visi, dimana para anggota organisasi akan menerima tantangan visi yang jelas, jika visi itu bermakna bagi mereka dan diyakini akan memperbaiki kondisi masyarakat, b) memberdayakan individu, para anggota perlu merasa bahwa mereka berkepentingan dalam terwujudnya visi baru tersebut dan bahwa mereka berpartisipasi dalam merumuskannya, c) pengakuan kerja, suatu visi yang efektif harus menentukan tujuan untuk kinerja yang menantang, tetapi sekaligus menyediakan saluran umpan balik yang aktual, obyektif dan tepat waktu, d) menghargai kinerja, suatu visi yang efektif menghargai kinerja yang memuaskan dan penghargaan dimaksud mencakup pula dukungan manajemen kepada para bawahannya mengambil resiko, memberikan kebebasan bertindak tindakan itu mungkin berakibat pada kesalahan
meskipun
dan menyediakan informasi guna
mendukung pengambilan keputusan hingga pada tingkat yang paling bawah.14 Pemimpin visioner dalam proses pengorganisasian anggotanya harus mampu menjalin harmonisasi dan komunikasi untuk menggalang komitmen organisasi, sebab visi organisasi hanya akan berhasil jika semua anggotanya memiliki komitmen yang kuat dalam mewujudkan komitmen organisasi yang telah disepakati. Kusnoto menyebutkan bahwa dalam mengkomunikasikan visi organisasi ini memerlukan keterampilan tersendiri. Komunikasi pemimpin yang efektif yaitu disertai penampakan nilai-nilai dan keyakinan yang kuat. Hal ini akan merangsang munculnya keyakinan terhadap arah yang ditempuh organisasi dan
memotivasi secara positif
setiap anggota organisasi. Pemimpin dituntut untuk mampu menyampaikan “konsep masa depan yang jelas” yang mudah dipahami, serta mampu membangkitkan semangat orang lain agar menjiwai visi tersebut”.15 Pemimpin visioner secara efektif harus mampu mentransformasikan berbagai perubahan rasional dalam organisasinya. Pemimpin visioner dapat menunjukkan 13Kusnoto,
H. , The Best Manajement, h. 39-40. S. P, Teori Pengembangan Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1998). 15Kusnoto, H. , The Best Manajement, h. 61. 14Siagian,
8
karakteristik pemimpin yang transformis. Mariena dan Bush menyebutkan ada 4 ciri pemimpin yang transformis yaitu: a) memberikan stimulant ketertarikan pada kolega dan bawahan untuk melihat kinerja mereka dari perspektif baru, b) membangun kesadaran terhadap misi dan visi organisasi, c) mengembangkan kemampuan kolega dan bawahan pada tingkat yang lebih tinggi, dan d) memberikan motivasi pada para kolega dan anggota
untuk memperhatikan dampak hasil kerja mereka terhadap
keuntungan yang didapat oleh kelompoknya. 16 Pemimpin visioner yang berkarakteristik transformis, menurut Komariah dan Triatna yaitu: a) pemimpin yang memiliki wawasan jauh ke depan dan berupaya memperbaiki dan mengembangkan organisasi bukan untuk saat ini tetapi di masa dating, b) pemimpin sebagai agen perubahan dan bertindak sebagai katalisator, yaitu yang memberi peran mengubah sistem ke arah yang lebih baik, berusaha memberikan reaksi yang menimbulkan semangat dan daya kerja cepat semaksimal mungkin, selalu tampil sebagai pelopor dan pembawa perubahan. 17 Berdasarkan uraian di atas maka dapat dijelaskan bahwa seorang pemimpin visioner yang berkarakteristik transformis yaitu mempunyai tujuan dan visi misi yang jelas, serta memiliki gambaran yang menyeluruh terhadap organisasinya di masa depan. Pemimpin dalam hal ini berani mengambil langkah-langkah yang tegas tetapi tetap mengacu pada tujuan yang telah ditentukan guna keberhasilan organisasinya. Hubungan
kerjasama
dan
komunikasi
dengan
bawahan
selalu
diperhatikan,
memperhatikan perbedaan individual bawahan mengenai pelaksanaan kerja maupun kreatifitas kerja masing-masing bawahan dalam mencapai produktivitas tertentu. Pemimpin berani mengambil kebijakan yang berhubungan dengan peningkatan motivasi bawahan dengan pemberian imbalan dan penghargaan sesuai dengan taraf kesanggupan bawahan dalam menyelesaikan suatu tugas yang dibebankan kepadanya. Gaya kepemimpinan transformasional mempunyai karakteristik transparansi dan kerjasama. Yuliawani, dkk menyebutkan tentang ciri dari gaya kepemimpinan transformasional, yaitu: a) adanya kesamaan yang paling utama, yaitu jalannya organisasi tidak digerakkan oleh birokrasi, tetapi oleh kesadaran bersama, b) para 16Mariane, 17
C & Bush, T, Leadership, h. 23. Komariah, A & Triatna, C , Visionary Leadership; Menuju Sekolah Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara,
2006)h. 78.
9
pelaku lebih mementingkan kepentingan organisasi daripada kepentingan pribadi, dan (c) adanya partisipasi aktif dari para pengikut atau orang yang dipimpinnya.18 Lebih lanjut Komariah dan Triatna menjelaskan bahwa seorang pemimpin transformasional memandang nilai-nilai organisasi sebagai nilai-nilai luhur yang perlu dirancang dan ditetapkan oleh seluruh staf sehingga para staf mempunyai rasa memiliki dan komitmen yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya. Tugas pemimpin yaitu mentransformasikan nilai organisasi untuk membantu mewujudkan visi organisasi. Seorang transformasional adalah seorang yang mempunyai keahlian diagnosis, selalu meluangkan waktu dan mencurahkan perhatian dalam upaya untuk memecahkan masalah dari segala aspek dengan tetap mampu mengakomodir semua kepentingan anggota. 19 C. Kepemimpinan Visioner dalam Islam Menurut Islam semua orang adalah pemimpin dan selalu ditekankan untuk amanat terhadap apa yang dipimpinnya dan semua pemimpin akan dituntut pertanggungjawabannya dihadapan Alloh SWT. Pemimpin yang memperoleh amanat baik dengan cara mengajukan diri sebagai pemimpin maupun karena diangkat atau ditunjuk untuk melaksanakan jabatan pimpinan suatu lembaga pemerintahan atau organisasi kemasyarakatan, spesifikasinya bagi seorang pemimpin muslim seharusnya dapat menunjukkan pola kepemimpinan yang visioner dan berkarekter transformis yang dilandasi nilai-nilai kepemimpinan dalam Islam. Beberapa nilai-nilai kepemimpinan dalam Islam yang perlu diperhatikan yaitu: Pertama, seorang pemimpin muslim visioner harus mengetahui pentingnya peran seorang pemimpin dalam suatu organisasi. Sebagaimana hadist Nabi Muhammad SAW bahwa” Jika terdapat tiga orang dalam perjalanan, maka hendaklah mereka mengangkat salah satu diantara mereka untuk menjadi pemimpin” (HR Abu Dawud). Pentingnya keberadaan seorang pemimpin serta eksistensinya juga disebutkan dalam Al Qur’an: QS. An.am, 165; Al Anbiya, 72-73, Al Baqarah: 124.
18
Bustari, http://eprints.uny.ac id/2916/1/5. diunduh 15 Juni 2011. A & Triatna, C , Visionary, h. 78.
19Komariah,
10
Kedua,
pemimpin
muslim
visioner
harus
dapat
mencontoh
dan
menginternalisasikan nilai-nilai kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dalam proses berorganisasinya meliputi: (a) sifat “sidik”, jujur, benar dan selalu menjaga diri dari perbuatan salah dan tercela, (b) sifat “fathonah”, cerdas, memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas, intelektual dan profesional, (c) sifat “amanah”, kredibilitas dan dedikasinya diakui, terpercaya dan legal; d) sifat “tabligh”, yaitu komunikator yang komunikatif yang didasari nilai-nilai kebenaran Islam. Ketiga, pemimpin muslim visioner harus dapat menunjukkan prinsip amar ma’ruf nahi mungkar, yaitu dapat menunjukkan visi untuk menegakkan kebenaran dan mencegah kemungkaran secara maksimal. Sebagaimana disebutkan dalam QS Ali Imran, (104), “Hendaklah ada di antara kamu umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada perbuatan baik dan mencegah perbuatan yang mungkar”. Terdapat pula pada QS. Ali Imran, (110), yaitu “ Dan kamu adalah umat yang dilahirkan untuk manusia,agar kamu menyuruh mengerjakan kebaikan dan mencegah perbuatan yang jahat”. Keempat, pemimpin muslim visioner yang memahami dan melaksanakan kewajiban untuk menegakkan kebenaran. Seperti terdapat dalam QS, Al Isra’ (81), “Katakanlah ya Muhammad!, “telah datang kebenaran (Islam) dan telah lenyap yang bathil (kekafiran), sesungguhnya yang bathil itu akan lenyap”. Juga terdapat dalam QS Ali Imran, (60), yaitu “Kebenaran itu dari Tuhanmu, karena itu janganlah engkau termasuk salah seorang yang ragu-ragu dalam menegakkan kebenaran”. Kelima, pemimpin muslim visioner yaitu pemimpin yang mengetahui dan melaksanakan kewajiban untuk menyampaikan amanah kepemimpinan kepada anggotanya secara baik. Disebutkan dalam QS. An Nisa’ (58), “Sesungguhnya Alloh memerintahkan kamu untuk menyampaika amanat kepada yang berhak menerimanya”. Keenam, pemimpin muslim visioner yaitu pemimpin yang mengetahui dan melaksanakan kewajiban untuk menegakkan keadilan. Disebutkan dalam QS. An Nisa, (58) yaitu “Jika kamu menghukum di antara manusia, hendaklah menghukum (mengadili) dengan adil” dan juga pada QS. Al A’raf, (29), yaitu “Katakanlah ya Muhammad, Tuhanku memerintahkan kalian untuk berlaku adil”. Ketujuh, pemimpin Islam yang visioner harus selalu menunjukkan kualitas kepemimpinan ideal dan menjadi tauladan bagi seluruh anggotanya. Sebagaimana disebutkan al-Farabi bahwa di antara sifat-sifat pemimpin ideal ialah: a) lengkap
11
anggota badannya, b) baik daya pemahamannya, c)tinggi intelektualitasnya, d)pandai mengemukakan pendapatnya dan mudah dimengerti uraiannya, e) pencinta pendidikan dan gemar mengajar, f) tidak loba atau rakus dalam hal makanan, minuman dan wanita, g) pencinta kejujuran dan pembenci kebohongan, (h) berjiwa besar dan berbudi luhur, i) tidak memandang penting kekayaan dan kesenangan-kesenangan duniawi yang lain, j) pencinta keadilan dan pembenci perbuatan zalim, k)Tanggap dan tidak sukar diajak menegakkan keadilan dan sebaliknya sulit untuk melakukan tindakan keji dan kotor, dan
l) kuat pendirian terhadap hal-hal yang menurutnya harus dikerjakan, penuh
keberanian, tinggi antusiasme, bukan penakut dan tidak berjiwa lemah atau kerdil. 20 Abd al-Malik al-Juwaini. Al-Juwaini, yang juga dikenal sebagai Imam al-Haramain, dalam bukunya al-Irsyad menyebutkan kriteria seorang pemimpin ideal dalam Islam yaitu: a) mampu berijtihad sehingga dia tidak perlu lagi bertanya kepada orang lain dalam mengatasi problem-problem zamannya, b) mampu mengatasi perkara-perkara yang penting dan membetulkannya, c) tangguh dalam menyiapkan anggotanya dan mengatasi tugas-tugas penting, d) memiliki kejelian terhadap semua persoalan umat, dan e) berani bertindak dalam menjatuhkan hukuman dan sanksi secara benar dan adil. 21
D. Kepemimpinan Visioner dan Aplikasinya dalam Konteks Kepemimpinan pada Masyarakat di Lampung
Setiap pemimpin dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berorganisasi, berbangsa dan bernegara, dituntut untuk memiliki ketajaman visi dan dan kedalaman nilai serta normatif, sehingga setiap anggota masyarakatnya dapat berkesinambungan dalam mengikuti dinamika perubahan zaman. Seorang pemimpin sejati harus dapat mengikuti dinamika organisasi sesuasi tuntutan zaman dan konteks budaya masyarakat yang ada. A Hasyim Ali menjelaskan bahwa sebuah organisasi pada dasarnya akan selalu mengalami perubahan karena organisasi adalah sistem yang tebuka, yang selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Adanya perkembangan di berbagai kehidupan masyarakat menuntut sebuah organisasi 20 Sudrajat, A, Kepemimpinan dan artikel.http://www.google.co.id. diambil 15 Juni 2011. 21 Ibid.
masalah
Legitimasi
dalam
Perspektif
Islam,
12
untuk selalu mernyesuaikannya. Lingkungan umum organisasi dalam masyarakat meliputi faktor-faktor teknologi, ekonomi, hukum, politik, kependudukan, ekologi, dan kebudayaan. 22 Senada dengan ungkapan di atas, Komariah dan Cepi menjelaskan bahwa kepemimpinan merupakan faktor penggerak organisasi melalui penanganan perubahan dan manajemen yang dilakukannya sehingga keberadaan pemimpin bukan hanya sebagai simbol yang ada atau tidaknya tidak menjadi masalah tetapi keberadaannya memberi dampak positif bagi perkembangan organisasi. Artinya sangat dituntut bagi seorang pemimpin untuk eksis memainkan peranannya sebagai seorang pemimpin. Menurut Ritzer dan Goodman peran seorang pemimpin digambarkan sebagai interaksisosial yang bermain sesuai dengan apa-apa yang ditetapkan oleh budaya. Sesuai dengan teori peran, harapan-harapan peran merupakan pemahaman bersama yang menuntun seseorang untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan kondisi sosial budaya yang dimiliki. 23 Berdasarkan prespektif tentang eksistensi seorang pemimpin menurut teori peran, maka dapat dijelaskan bahwa seorang pemimpin di Lampung harus dapat mengakomodir harapan-harapan masyarakat lampung secara konfrehensif dengan mengedepankan kepemimpinan visioner yang transformis serta bagi seorang pemimpin muslim harus mampu mengelobarasi peran dan gaya kepemimpinannya sesuai dengan nilai-nilia kepemimpinan menurut Islam. Kaitannya dengan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal, berdasarkan teori peran maka pemimpin di Lampung harus menunjukkan eksistensi dan perannya untuk menjadi pelopor dalam usaha memahami budaya lampung dan akar budaya secara baik, dan menjadi pelopor sekaligus menjadi model (contoh) seseorang untuk berperilaku dalam gaya kepemimpinannya serta dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan kondisi sosial budaya yang dimiliki masyarakat Lampung. Internalisasi
kepemimpinan
visioner
menurut
Islam
dalam
konteks
kepemimpinan dan buadaya masyarakat Lampung dapat dilakukan oleh para pemimpin ideal di Lampung yaitu mereka yang dapat menjabarkan visi dan misi A. Hasymi Ali, Organisasi dan Manajemen 2, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), h. 89. Ritzer, G. & Goodman, D.J., Modern Sociological Theory, 6th Edition, (Jakarta: Prenada Media Group, 2003), h. 117. 22 23
13
kepemimpinannya ke dalam program kerja yang nyata dan rasional dan operasional, serta dapat memadukan kedalaman nilai serta normatif baik dalam konsep nilai-nilai kepemimpinan dalam kajian religius maupun dengan norma adat, budaya dan kearifan lokal yang ada di Lampung. Internalisasi yang dapat dilakukan yaitu dengan menjadi pelopor sekaligus tauladan sebagai pemimpin ideal di Lampung dengan menunjukkan prilaku yang mencerminkan prinsip-prinsip kehidupan pada masyarakat Lampung, meliputi prinsip Piil Pesingiri, Sakai Sambayan, Nemui Nyimah, Nengah Nyapur, dan Bejuluk Beadek. 24 Prinsip-prinsip tersebut dapat ditunjukkan oleh pemimpin visioner yang baik di Lampung yaitu: a) Piil Pesingiri, pemimpin yang mampu menjaga harga diri, perilaku, sikap yang menjaga nama baik pribadi maupun masyarakatnya, b) Sakai Sambayan, pemimpin yang berjiwa dermawan, peduli atas kondisi masyarakatnya dengan mengedepankan nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa, c) Nemui Nyimah, pemimpin yang murah hati, ramah tamah serta menjaga sikap toleransi yang tinggi terhadap berbagai komunitas masyarakat yang hetrogen, d) Nengah Nyapur, yaitu pemimpin yang mampu menunjukkan sikap “well come”, terbuka dalam hal pergaulan sehingga dapat memiliki pengetahuan yang luas, serta aktif dalam setiap aktifitas kemasyarakat yang bernilai positif, e) Bejuluk Beadek, pemimpin yang mampu menunjukkan prilaku ideal sebagai pemimpin yang dicintai masyarakatnya sesuai dengan gelar nama yang disandangnya. Ia mampu mampu menjadi panutan dan suri tauladan untuk dirinya, keluarganya serta masyarakat dalam konteks kehidupan adat Lampung maupun dalam konteks kehidupan yang lebih luas yaitu masyarakat Lampung secara luas. Harapan untuk menciptakan masyarakat madani, masyarakat religius dan masyarakat berakhlak dan berbudaya santun akan terwujud dengan baik jika pemimpin dan penentu kebijakan di Lampung dapat menjadi pelopor sekaligus panutan bagi masyarakatnya sebagai pemimpin yang religius, pemimpin visioner yang transformis serta mampu menginternalisasikan nilai-nilai kepemimpinan dalam Islam dengan mengelobarasikannya dalam konteks budaya Lampung. E. Simpulan
24Pemda
Kota Metro, Peraturan Kota Metro No.11 tahun 2002 tentang hari jadi Kota Metro.
14
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa berdasarkan prespektif teori peran tentang eksistensi seorang pemimpin, maka seorang pemimpin di Lampung harus dapat mengakomodir harapan-harapan masyarakat lampung secara konfrehensif dengan mengedepankan kepemimpinan visioner yang transformis serta religius sekaligus sebagai pelopor dalam usaha memahami budaya lampung secara baik serta menjadi model (contoh) seseorang untuk berperilaku dalam gaya kepemimpinannya serta dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat Lampung. Internalisasi yang dapat dilakukan yaitu dengan menjadi pelopor sekaligus tauladan sebagai pemimpin yang prilakunya merupakan cerminan dari prinsip-prinsip budaya pada masyarakat Lampung, meliputi prinsip Piil Pesingiri, Sakai Sambayan, Nemui Nyimah, Nengah Nyapur, dan Bejuluk Beadek.
REFERENSI
Ali , Hasymi, Organisasi dan Manajemen 2, Jakarta : Bumi Aksara, 2007. Almunawar, S. A., Aktualisasi Nilai-Nilai Qur’ani dalam Pendidikan Islam, Ciputat: PT.Ciputat Press, 2005. Bustari, http://eprints.uny.ac id/2916/1/5. diambil 15 Juni 2011. Komariah, A & Triatna, C, Visionary Leadership; Menuju Sekolah Efektif, Jakarta: Bumi Aksara, 2006. Kotter, J. P., The Leadership Factor (terjemahan: Hari Suminto), Jakarta: PT Premlindo, 1997. Kusnoto, H, The Best Manajement Practice, Jakarta: PT Gramedia, 2001. Mariane, C & Bush, T., Leadership and Strategic, London: Sage Publication, 2000. Nanus, Burt, Visionary Leadership: Creating a Compelling Sense of Direction for Your Organization, San Francisco, CA: Jossey-Bass Publishers, 1992. Nata, A., Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Prenada Media, 2003. Pemda Kota Metro, Peraturan Kota Metro No.11 tahun 2002 tentang Hari Jadi Kota Metro. Siagian, S. P, Teori Pengembangan Organisasi, Jakarta: Bumi Aksara, 1998. Sodiqin, A., Medik, No. 3 September-Desember, 2009.
15
Sudrajat, A (2011), Kepemimpinan dan masalah Legitimasi dalam Perspektif Islam, artikel.http://www.google.co.id/ diambil 15 Juni 2011. Suhari
Pane. Kepemimpinan visoner:rakyat rindu http://www.waspada.co.id. diunduh 15 Juni 2011.
pimpinan
visioner.
16