5 Kepemimpinan Manajerial dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Tinggi; Tela’ah Kritis Augustus E. Osseo Asare
Mujib Ustmani* * Universitas Darul ’Ulum Jombang
[email protected]
Abstract This critical study examines the relationship between efficiency and effectiveness of the quality management practices adopted by the UK, how quality management practices and the relationship between management efficiency "and" effectiveness of leadership "in the UK. Well as the relationship between the degree of effectiveness and efficiency of quality management practices will provide the framework conceptual work that will enable academics and practitioners to critically reflect on the efficiency and effectiveness of teaching and research quality improvement decisions and actions to ensure the successful implementation of TQM best practices and evaluate managerial leadership in higher education. Kata Kunci: Kepemimpinan, Mutu, Pendidikan Tinggi.
Pendahuluan Pertimbangan penulis menelaah artikel ini dengan tema Managerial leadership for total quality improvement in UK higher education 1 adalah Manajerial kepemimpinan dalam manajemen mutu implementasi total (TQM) memiliki peranan penting dalam sebuah organisasi ataupun dalam lembaga pendidikan baik lembaga pendidikan Islam maupun lembaga umum. Gerakan
1
Augustus E. Osseo-Asare, Managerial Leadership For Total Quality Improvement in UK Higher Education (Sunderland: The TQM Magazine International Journal Vol. 19 No. 6, University of Derby- Emerald Group Publishing, 2007), hlm. 541-560.
240
Edukasi, Volume 01, Nomor 02, Nov 2013: 239-266
mutu terpadu (TQM) dalam pendidikan masih tergolong baru, hanya ada sedikit literatur yang memuat referensi tentang hal ini sebelum tahun 1980-an. Inisiatif untuk menerapkan metode ini berkembang lebih dahulu di Amerika baru kemudian di Inggris, namun baru di awal 1990-an kedua negara tersebut betulbetul dilanda gelombang metode ini. Ada banyak gagasan yang dihubungkan dengan mutu juga dikembangkan dengan baik oleh institusi-institusi pendidikan tinggi dan gagasan-gagasan mutu tersebut terus menerus diteliti dan diimplementasikan di sekolah-sekolah.Peningkatan mutu menjadi semakin penting bagi institusi yang digunakan untuk memperoleh kontrol yang lebih baik melalui usahanya sendiri.Institusi-institusi harus mendemonstrasikan bahwa mereka mampu memberikan pendidikan yang bermutu pada peserta didik. Bagi setiap institusi, mutu adalah agenda utama dan meningkatkan mutu merupakan tugas yang paling penting. Walaupun demikian, sebagian orang ada yang menganggap mutu sebagai sebuah konsep yang penuh dengan tekateki.Mutu dianggap sebagai suatu hal yang membingungkan dan sulit untuk diukur. Mutu dalam pandangan seseorang terkadang berbeda dengan mutu dalam pandangan orang lain. Sehingga tidak aneh jika ada dua pakar yang tidak memiliki kesimpulan yang sama tentang bagaimana cara menciptakan institusi yang baik. Seseorang bisa mengetahui mutu ketika mengalaminya, tetapi tetap merasa kesulitan ketika ia mencoba mendeskripsikan dan menjelaskannya. Satu hal yang bisa diyakini adalah mutu merupakan suatu hal yang membedakan antara yang baik dan yang sebaliknya. Bertolak dari kenyataan tersebut, mutu dalam pendidikan akhirnya merupakan hal yang membedakan antara kesuksesan dan kegagalan. Sehingga, mutu jelas sekali merupakan masalah pokok yang akan menjamin perkembangan sekolah dan meraih status di tengah-tengah persaingan dunia pendidikan yang kian bersaing. Strategi yang dikembangkan dalam penggunaan manajemen mutu terpadu dalam dunia pendidikan adalah; institusi pendidikan memposisikan dirinya sebagai institusi jasa atau dengan kata lain menjadi industri jasa, yakni institusi yang memberikan pelayanan (service) sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pelanggan (customer).Jasa atau pelayanan yang diinginkan oleh pelanggan
Kepemimpinan Manajerial dalam Meningkatkan Mutu… – Mujib Ustmani
241
tentu saja merupakan sesuatu yang bermutu dan memberikan kepuasan kepada mereka. Maka pada saat itulah dibutuhkan suatu system manajemen yang mampu memberdayakan institusi pendidikan agar lebih bermutu, dengan meneliti artikel ini kita dapat mengetahui bagaimana manajerial kepemimpinan dalam mutu implementasi total (TQM) di Inggris, dan untuk mengetahui tentang bagaimana untuk mempertahankan praktek manajemen dan kepemimpinan terbaik untuk perbaikan kualitas total dalam pendidikan tinggi. Rincian fokus pada tema kali ini yang penulis kaji atau kritisi adalah; Kepemimpinan, Total Quality Manajemen (TQM), Efisiensi dan Efektivitas, Originalitas, Sistematika, Bahasa, Metode Penelitian, Implikasi dan Pandangan Islam terhadap Kepemimpinan.
Gambaran Umum Artikel Augustus E. Osseo Asare Tujuan dari penelitiannya adalah untuk meneliti hubungan antara derajat efisiensi dan efektivitas dalam praktek manajemen mutu yang diadopsi oleh Inggris, bagaimana
praktek manajemen mutu yang serta hubungan antara
“efisiensi manajemen" dan "efektivitas kepemimpinan" di Inggris. Serta hubungan antara derajat efektivitas dan efisiensi praktek manajemen mutu akan menyediakan kerangka kerja konseptual yang akan memungkinkan akademisi dan praktisi untuk mencerminkan kritis pada "efisiensi" dan "Efektifitas" pengajaran serta keputusan penelitian peningkatan kualitas dan tindakan untuk memastikan sukses pelaksanaan praktek TQM terbaik juga mengevaluasi kepemimpinan manajerial dalam pendidikan tinggi Inggris, dan merekomendasikan penguatan asosiasi antara kriteria melalui perbaikan terus-menerus dalam efisiensi dan efektivitas pengajaran dan praktek peningkatan kualitas penelitian. Kepentingan dari penelitiannya adalah untuk meningkatkan kesadaran akan
peran
penting
manajerial
kepemimpinan
dalamimplementasi
total
manajemenmutu (TQM) di Inggris pada lembaga pendidikan tinggi, dan untuk mendorong penelitian lebih lanjut tentang bagaimana untuk mempertahankan praktek manajemen dan kepemimpinan terbaik untuk perbaikan kualitas total
242
Edukasi, Volume 01, Nomor 02, Nov 2013: 239-266
dalam pendidikan tinggi. Sebuah tinjauan kritis terhadap literatur tentang kepemimpinan manajerial menyediakan ruang lingkup teoritis yang menyebabkan penetapan penelitian.Tujuannya adalah dicapai melalui survei akademisi dan nonakademisi yang bertanggung jawab untuk mengajar dan penelitian peningkatan kualitas pada sebuah sampel dari 42 Perguruan Tinggi di Inggris antara periode 2000 dan 2005. Menurut pandangan Drucker (1979) tentang "manajemen", Adair (1983) tentang "kepemimpinan", dan Leithwood (1999) tentang "kepemimpinan manajerial". Drucker melihat "Manajemen" sebagai fungsi serta kedudukan sosial dan otoritas dari orang-orang yang debit2. Drucker menekankan pada "perilaku" dari manajer dalam sebuah karya lingkungan dapat dikaitkan dengan definisi Adair tentang "kepemimpinan" sebagai kombinasi persuasi dan paksaan yang membuat orang melakukan hal-hal yang mereka tidak mungkin jika tidak dilakukan. "kepemimpinan manajerial" istilah seperti yang digunakan oleh Leithwood
dan
Mullins
mengintegrasikan
"manajemen
dan
perilaku
kepemimpinan", kecenderungan untuk menekankan hubungan timbal balik antara "manajemen" dan "kepemimpinan" dan untuk melihat mereka lebih sebagai sinonim3.
Mullins
(2005)
menjelaskan
konsep
"kepemimpinanmanajerial
"manajer dalam posisi kepemimpinan diharapkan untuk "Melakukan hal yang benar". Menurut Osseo-Asare4 Penjelasan Mullin ini, menunjukkan hubungan fungsional
yang ada antara "Kepemimpinan efektifitas" dan "efisiensi
manajemen". Dalam konteks pendidikan, menunjukkan bahwa, staf di posisi kepemimpinan dengan tanggung jawab untuk peningkatan kualitas memiliki tanggung jawab ganda. Pertama, mereka diharapkan untuk menjadi "efektif" pemimpin dalam memutuskan pengajaran yang tepat dan sasaran mutu penelitian peningkatan, dan kedua "efisien"manajer dalam sumber cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kecenderungan meningkatnya dari menekankan keterkaitan antara "manajemen" dan "kepemimpinan" mendasari
2
Drucker, P.E., The Practice of Management (London: Heinemann Professional, 1989),
3
Fullan, M, Leading in a Culture of Change, Jossey-Bass (San Francisco, CA, 2001),t.h. Osseo-Asare, Managerial Leadership…, hlm. 151.
hlm. 14. 4
Kepemimpinan Manajerial dalam Meningkatkan Mutu… – Mujib Ustmani
243
asumsi bahwa tidak ada kepemimpinan tunggal atau manajemen yang tepat untuk semua situasi, yang menyebabkan perkembangan gaya model kepemimpinan situasional. Ini menunjukkan bahwa kepemimpinan yang sesuai atau gaya manajemen adalah kombinasi dari perilaku hubungan dan tugas perilaku yang didefinisikan Mullins (2005) sebagai berikut: Perilaku hubungan adalah sejauh mana pemimpin terlibat dalam komunikasi dua arah dengan bawahan, mendengarkan mereka, dan memberikan dukungan dan dorongan. Perilaku pemimpin sejauh mana menugaskan, memberikan arah bagi tindakan bawahan, menetapkan tujuan untukmereka, dan mendefinisikan peran mereka dan bagaimana untuk melakukan itu semua5. Perilaku hubungan dan tugas menurut definisi Novak (2002) tentang kepemimpinan dalam pendidikan tinggi sebagai hubungan pribadi dan profesional antara mereka yang memegang posisi kepemimpinan dan staf bawahan mereka dengan tujuan membawa keluar yang terbaik pada orang lain. Hubungan dan tugas perilaku juga mendukung Leithwood (1999)
mendefinisikan
"kepemimpinan
manajerial"
sebagai
berikut:
Kepemimpinan manajerial mengasumsikan bahwa fokus dari pemimpin seharusnya pada fungsi, tugas dan perilaku dan jika fungsi-fungsi ini dilakukan oleh orang yang berkompeten dalam organisasi akan difasilitasi6. Keterkaitan antara "hubungan" dan "tugas" perilaku dalam definisi di atas adalah didasarkan pada karya-karya Bass (1960), Adair (1983) dan McGregor (1987) yang menunjukkan bahwa perilaku kepemimpinan yang efektif dipertunjukkan ketika perilaku dimaksudkan "fungsional". Beberapa penulis termasuk
Drucker7
percaya
bahwa
kepemimpinan
terdiri
dari
sifat
karakteristiktertentu yang terwariskan dan tidak dapat diajarkan atau dipelajari, dalam kontras langsung ke fungsional atau kelompok, pendekatan kepemimpinan yang mengasumsikan bahwa keterampilan kepemimpinan dapat dipelajari dan dikembangkan8, meskipun banyak jenis kepemimpinan.
5
Mullins, L.J, Management and Organizational Behaviour, 7th ed (London: Financial Times/Prentice-Hall, 2005), hlm. 301. 6 Leithwood, (1999), hlm. 14. 7 Drucker, P.E., The Practice of Management (London: Heinemann Professional, 1989), hlm. 156. 8 Whitehead, M, Everyone’s a leader now (Supply Management, 25 April 2002), hlm. 2224.
244
Edukasi, Volume 01, Nomor 02, Nov 2013: 239-266
Perilaku penelitian studi oleh Blake dan McCanse (1985) dan McGregor (1987) menunjukkan ada kesepakatan umum bahwa "tugas" dan "orang" adalah dua fungsi utama dimensi kepemimpinan manajerial. Pekerjaan oleh Adair (1983) yang kemudian berkolaborasi oleh Kotter (1990) menunjukkan ada kebutuhan bagi
mereka
dalam
posisi
kepemimpinan
untuk
sengaja
belajar
dan
menyempurnakan perilaku hubungan yang tepat dalam memerintah untuk membuat mereka lebih efektif dalam mempengaruhi perilaku tugas,dalam rangka mencapai peningkatkan hasil kinerja. Kebutuhan ini, ditambah dengan kebutuhan untuk menggunakan bawahan Staf yang efektif, menyebabkan studi dari modelkepemimpinan "transformasional" (Burns, 1987). Yukl (1994) dan Taffinder berpendapat bahwa model kepemimpinan adalah baik diinginkan dan diperlukan dan akan memungkinkan organisasi bercita-cita untuk menjadi yang terbaik untuk memimpin perubahan bukan hanya mengikutinya. Kepemimpinan yang efektif dan praktek manajemen yang efisien sangat penting jika HEIs untuk mencapai tujuan keseluruhan mereka dengan menyediakan tenaga kerja terampil yang dibutuhkan untuk ekonomi dan pembangunan sosial di abad kedua puluh satu 9.Karya-karya Spanbauer (1989), Doherty (1994), dan Clayton (1995) mengidentifikasi kepemimpinan sebagai bahan yang paling penting untuk implementasi TQM.
Metode Penelitian Artikel Augustus E. Osseo Asare Sebuah survei lintas-lembaga yang melibatkan pengumpulan data dari akademisi dan bertanggung jawab untukmengajarpeningkatan mutu riset di nonakademisi, sampel (n) dari 42 Lembaga Perguruan Tinggi di Inggris dilakukan antara periode 2000 dan 2005 sebagai bagian dari penelitian doktor yang sukses. Teknik Convenience sampling yang digunakan untuk memilih sampel HEIs terdiri dari campuran pra-1992 dan pasca-1992 universitas di Inggris. Campuran dari 126 kuesioner dan 25 wawancara semi-terstruktur digunakan untuk mengeksplorasi dan menggambarkan sifat hubungan antara "efisiensi manajemen" dan
9
Bush, T, Theories of Educational Leadership and Management, 3rd ed (London: Sage Publications, 2003), hlm. 17.
Kepemimpinan Manajerial dalam Meningkatkan Mutu… – Mujib Ustmani
"Kepemimpinan
efektif"
dalam
HEIs
berpartisipasi.
245
Kuesioner
10
administrasi diikuti oleh wawancara semi-terstruktur daridurasi 60-90 menit. Tujuan keseluruhan dari menggunakan campuran kuesioner dan wawancara untuk pengumpulan data adalah untuk melakukan pelacakan temuan yang berbeda terhadap satu sama lain dengan menggunakan beberapa set data dari berbagai sumber seperti yang direkomendasikan oleh Jick11. Dalam rangka untuk mempelajari sifat hubungan antara "efektivitas kepemimpinan" dan "efisiensi manajemen", responden diwawancarai diminta untuk mengevaluasi mengajar mereka dan praktik manajemen kualitas penelitian dalam hal sejauh yang mereka anggap praktik di lembaga mereka sebagai "praktek terbaik". Didefinisikan sebagai kualitas praktek manajemen yang dinilai secara bersamaan sebagai memiliki "tinggi" derajat penting "dan" tinggi "tingkat efektivitas dengan" nilai evaluasi persentase " dalam kisaran (70-79) persen. Tabel II, yang disajikan sebagai bagian dari analisis data menunjukkan kumpulan dari delapan kategori praktek manajemen mutu dievaluasi selama survei. Penggunaan dua variabel "tingkat kepentingan" dan "tingkat efektivitas" sebagai evaluasi scoring tingkat scaled responsea, tingkat pentingnya derajat efektivitas.
Hasil Temuan Artikel Hasil Temuan dari penelitian ini dalam kualitas manajemen praktek berpartisipasi Inggris sebagaimana disajikan dalam penelitian ini membawa ke depan kebutuhan untuk mendorong pengembangan lebih lanjut dari konsep "kepemimpinan manajerial" di lingkungan pendidikan. Misi dan pemangku kepentingan. Meskipun semua 42 berpartisipasi Inggris HEIs dalam survei ini secara eksplisit menyatakan mereka ada bukti misi bahwa keseimbangan yang tepat antara pengajaran dan penelitian ada Delapan (8) kategori TQM praktek terbaik,
penyebab
kelemahan
di
"manajemen
efisiensi"dan
"efektivitas
kepemimpinan"yang berkaitan dengan kualitas manajemen praktek di Inggris HEIs : 10
Kuisioner administrasi terlampir pada Artikel asli. Jick, T.D, Mixing qualitative and quantitative methods: triangulation in action Vol. 24 No. 4 (Administration Science Quarterly, 1979), hlm. 602. 11
246
1
Edukasi, Volume 01, Nomor 02, Nov 2013: 239-266
Misi, kebijakan, strategi, tujuan, meskipun semua 42 berpartisipasi dalam Inggris HEIs, dalam survei ini memiliki eksplisit menyatakan misi mereka, ada bukti bahwa hak keseimbangan antara pengajaran dan penelitian sulit untuk mencapai ketika datang ke masalah alokasi pendanaan publik dan perekrutan staf;
2
Komunikasi infrastruktur internal tidak didasarkan pada praktek-praktek terbaik Infrastruktur ICT dan tidak menyokong peningkatan kualitas kegiatan Pelaporan Sistem Terpadu yang tidak berhasil dilaksanakan;
3
Staf pemberdayaan dan motivasi saran yang ditawarkan oleh staf untuk meningkatkan
kualitas
akademisnya
tidak
digunakan,
staf
tidak
diperbolehkan otonomi atas pengajaran dan metode penelitian, bukti antara tanggung jawab staf dan otoritas dalam struktur formal untuk manajemen mutu; 4
Staf dukungan dan dorongan bawahan tidak diberikan umpan balik tepat waktu pada kinerja dan efisien alokasi sumber daya yang tersedia, staf tidak terlibat dalam berbagi praktik yang baik dan dalam upaya untuk menghilangkan praktik-praktik yang lemah staf tidak terlibat dalam mengurangi beban kerja dengan menyelaraskan tanggung jawab staf dengan kebijakan peningkatan kualitas dan strategi dengan sistem penghargaan;
5
Stakeholder kebutuhan dan harapan tidak semua manajer berkualitas dalam kepemimpinan secara pribadi dan aktif bekerja sama dengan kanselir, dekenat, dan kepala departemen untuk memastikan bahwa peningkatan kualitas kebijakan, strategi, tujuan dan sasaran didasarkan pada kebutuhan dan harapan mahasiswa, pemerintah, pengusaha dan potensi stakeholder lainnya;
6
Proses kepemilikan dan perbaikan tugas, kegiatan, dan fungsi membuat suatu proses yang tidak baik kurang didokumentasikan, deskripsi pekerjaan menunjukkan tumpang tindih yang luas pada staf kerja, yang sebenarnya diharapkan untuk melaksanakan spesifikasi pekerjaan yang tidak efektif sesuai dengan kemampuan individu sehingga menjadi efektif,
Kepemimpinan Manajerial dalam Meningkatkan Mutu… – Mujib Ustmani
247
sebagai akibatnya ada kurangnya kontinuitas dalam aliran sumber daya untuk manajer dan staf; 7
Data, informasi, kecerdasan, pengetahuan pengelolaan, sering penggunaan statistik tidak akurat dan tidak relevan data / informasi untuk pengambilan keputusan tidak bersumber dan keluar dari tanggal informasi yang berlebihan, akibat dari kebijakan yang lemah mengenaipengumpulan data, penyimpanan,
pencarian,
dan
ketidakmampuan
manajemen
untuk
mengurangi tingkat pergantian staf, sehingga staf denganketerampilan yang relevan mengambil tawaran yang lebih baik di lembaga saingan, kurangnya departemen pemasaran khusus terpisah dari bisnis atau manajemen sekolah telah menyebabkan pemasaran yang lemah, intelijen sistem pendekatan pengetahuan mengelola didasarkan terutama pada retrospektif ketimbang pada kedua retrospektif dan prospektif data; 8
Mempertahankan kerangka proses yang tidak terdokumentasi dengan baik, adanya dasar yang sistematis untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan memilih tugas dan kegiatan untuk meningkatkan kinerja proses, kurangnya pemantauan rutin kinerja proses tingkat staf, meningkatnya omset berarti staf yang efektif dan relevan. Proses keterampilan manajemen tidak selalu ada, untuk mempertahankan awal proses perbaikan tanpa harus restart. Staf pemberdayaan dan dukungan sebagian besar responden diwawancarai mengakui bahwapemberdayaan staf sangat penting, namun menurutnya, dalam lingkungan di mana sebagian besar akademisi membenci praktek resmi struktur kepemimpinan hirarki dimaksudkan untuk memberdayakan staf hanya sebuah alat yang tidak efektif.
Kesimpulan Artikel Dari review diatas penulis menyimpulkan bahwa "kepemimpinan manajerial" dalam pendidikan tinggi ada tiga hal. Pertama, mengkomunikasikan pernyataan yang jelas tentang "misi".Kedua, keberhasilan pelaksanaan "proses inti" dengan bantuan dari staf diberdayakan dibantu oleh data tepat waktu, informasi, intelijen dan pengetahuan tentang praktik terbaik, untuk memberikan superior hasil bagi mahasiswa dan stakeholder lainnya dan akhirnya "Hasil kinerja
248
Edukasi, Volume 01, Nomor 02, Nov 2013: 239-266
kelembagaan yang Baik". Ketiga, mencerminkan konteks pendidikan tinggi di Inggris dan menggabungkan faktor penentu keberhasilan ditemukan di lingkungan HEIs Inggris beroperasi. Gambar 4 menyajikan model multi-dimensi konseptual untuk "kepemimpinanmanajerial " didasarkan pada tiga prinsip dasar di atas. Dalam lingkungan ketidakpastian tentang tingkat dana alokasi dan kelangkaan sumber daya, kepemimpinan manajerial disengaja mengadopsi pendekatan
untuk
meningkatkan
efisiensi
manajemen
dan
efektivitas
kepemimpinan. Kualitas manajer di posisi kepemimpinan karenanya harus secara pribadi dan secara aktif terlibat dalam memutuskan "pengajaran-penelitian campuran"; menerapkan sistemkomunikasi terintegrasi, didasarkan pada "fakta" bukan "salah informasi", dan menggunakan penuh potensi staf pada semua tingkat lembaga. Ini panggilan untuk manajemen dan gaya kepemimpinan berdasarkan pemberdayaan, motivasi, dukungan, dan dorongan daripada pemeriksaan yang berlebihan dan pengendalian staf yang justru mengurangi staff ratio turnover, meningkatkan semangat dan motivasi staf, mengurangi frustrasi, kerja-beban dan ketidakpuasan staf. Area penelitian lebih lanjut sebuah ukuran sampel dari 42 lebih dari 120 HEIs Inggris mungkin tidak cukup representatif untuk membenarkan generalisasi dari beberapa temuan nasional. Internasional generalisasi dari temuan akan membutuhkan ukuran sampel yang akan diperluas untuk mencakup lembaga lainnya dari negara dengan penilaian setara sistem pendidikan yang lebih tinggi seperti Amerika Serikat dan negara persemakmuran. Uji statistik dalam penelitian ini menunjukkan hubungan antara manajemen atau praktik kepemimpinan dan tingkat yang diinginkan pengajaran dan penelitian "kualitas perbaikan"di Inggris HEIs adalah longgar digabungkan. Atribut kami ini sebagian fakta bahwa asosiasi ini tidak dipahami dengan baik dan sayangnya kurang diteliti, terlihat olehfakta bahwa praktek kualitas "lemah" manajemen masih bertahan dan tidak berhasil diubah menjadi "terbaik" praktik TQM.
Kepemimpinan Manajerial dalam Meningkatkan Mutu… – Mujib Ustmani
249
Telaah Kritis Penulis 1. Kelebihan Kelebihan dari hasil penelitian jurnal tersebut adalah penelitian ini menggunakan hasil survei penelitian empiris yang dilakukan antara tahun 2000 s.d 2005 untuk menyelidiki sifat hubungan antara manajemen efisiensi dan efektivitas kepemimpinan yang berkaitan dengan praktek manajemen mutu, dalam sampel dari 42 lembaga perguruan tinggi di Inggris, dengan tujuan meningkatkan kesadaran dan memperdalam pemahaman tentang peran strategis dari kepemimpinan manajerial dalam sukses implementasi TQM di Inggris HEIs, dan untuk mendorong penelitian lebih lanjut tentang cara mempertahankan peningkatan kualitas akademik melalui keberhasilan pelaksanaan manajemen dan kepemimpinan praktik terbaik. Total Quality Managemen (TQM) merupakan salahsatu pola manajerial dalam upaya merespon masyarakat yang cepat dan terus menerus(continue). Konsep ini menawarkan pendekatan baru dalam mengelola lembaga pendidikan tinggi dan keutuhan dalam manajemen menjadi ciri utama TQM.Sebenarnya, TQM dikembangkan dari pemikiran system thinking yang muncul pada tahun 1950, juga dimulai oleh dunia industri yang selanjutnya dijabarkan dan diaplikasikan menjadi TQM. Dalam TQM tidak dikenal sistem pemisahan yang kaku antara think (yang dilakukan oleh pihak manajemen) dan action (yang diemban oleh karyawan). TQM mengandung dua aspek kajian, pertama kajian dalam dataran konsep suatu pendekatan dalam menjalankan bisnis atau usaha yang berupaya memaksimalkan daya saing melalui penyempurnaan secara terus-menerus atas produk jasa, manusia, proses, dan lingkungan organisasi atau lembaga, dan kedua kajian mencakup cara penyampaiannya, yang mencakup pada sepuluh karakteristik dari TQM yaitu berfokus pada pelanggan (internal dan eksternal); berobsesi tinggi pada kualitas; menggunakan pendekatan ilmiah; menyempurnakan kualitas secara berkesinambungan; pendidikan dan pelatihan; menerapkan kebebasan yang terkendali; memiliki kesatuan tujuan; serta melibatkan dan memberdayakan karyawan. Kedua aspek tersebut harus
250
Edukasi, Volume 01, Nomor 02, Nov 2013: 239-266
menjadi kesatuan yang utuh sehingga usaha dalam mencapai tujuan dapat diperoleh secara optimal. Implementasi TQM dalam dunia pendidikan (perguruan tinggi) memang belum banyak dilakukan, bahkan ada sementara kalangan yang meragukan efektifitas TQM dalam dunia pendidikan.Sementara kalangan yang lain menganggap TQM sebagai suatu harapan yang cerah bagi dunia pendidikan.
Aplikasi TQM dalam dunia pendidikan (perguruan tinggi)
mengundang perdebatan.Beberapa pengamat mempertanyakan kelayakan dan kesesuaian konsep TQM dengan karakteristik perguruan tinggi (Taylot, Hill, dan MC Cullon, 1993).Pengamat tersebut berargumen bahwa TQM merupakan konsep yang sulit untuk dievaluasi dalam dunia pendidikan (pendidikan tinggi).Sedangkan Holmes dan Gerard (1995) berpendapat bahwa TQM mungkin cocok untuk fungsi pendukung (support function), tapi kurang cocok untuk fungsi pengajaran dan pembelajaran yang merupakan inti dari sebuah perguruan tinggi.Setidaknya ada empat bidang utama dalam perguruan tinggi yang dapat mengadopsi prinsip-prinsip TQM.Bidang pertama, penerapan TQM untuk peningkatan fungsi administrasi dan operasi atau secara luas untuk mengelola universitas secara keseluruhan.Kedua, mengintegrasikan TQM dalam kurikulum, ketiga, penggunaan TQM dalam pengajaran di kelas.Keempat, menggunakan TQM untuk mengelola aktifitas riset universitas. Kehadiran
TQM
berdampak
pada
perubahan
manajemen
konvensional.Demikian halnya dengan manajemen pada perguruan tinggi. Terdapat lima tantangan pokok yang dikaji dan dikelola secara strategik dalam rangka menerapkan konsep TQM dalam dunia perguruan tinggi yakni berkenaan dengan dimensi kualitas fokus pada pelanggan, kepemimpinan, perbaikan berkesinambungan, manajemen SDM, manajemen berdasarkan fakta. Sebagai salah satu bentuk jasa yang melibatkan tingkat interaksi yang tinggi antara penyedia dan pemakai jasa. Menurut Zethaml, Parasuraman, dan Barry dalam Kotler mengidentifikasikan lima dimensi pelayanan yaitu;
Kepemimpinan Manajerial dalam Meningkatkan Mutu… – Mujib Ustmani
251
kehandalan, kepastian, berwujud fasilitas dan peralatan fisik serta penampilan karyawan yang professional, empati – tingkat perhatian pribadi terhadap para pelanggan, dan kepekaan. Lebih lanjut Fandy menjelaskan bahwa terdapat lima dimensi pokok yang menentukan kualitas perguruan tinggi, yaitu ; Pertama, keandalan (reliability) yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera atau tepat waktu, akurat, dan memuaskan. Pelanggan tidak ingin waktunya dihabiskan hanya untuk menunggu.Karena waktu bagi pelanggan sangat berharga, setiap menitnya memiliki makna yang berarti yang ingin dilaluinya dengan penuh senang hati. Beberapa contoh di antaranya penawaran mata kuliah yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan (misalnya tuntutan keterampilan, profesi, dan dunia kerja); jadwal perkuliahan dan ujian yang akurat; proses perkuliahan yang berlangsung lancar; penilaian yang fair dalam perkuliahan,dll. Kedua, daya tangkap (responsiveness), yaitu kemampuan atau kesediaan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan layanan dengan tanggap.Membiarkan pelanggan menunggu untuk alasan yang tidak jelas dapat menimbulkan persepsi yang negative terhadap kualitas. Dengan demikian rektor, pembantu rektor, dekan, ketua jurusan, dan para pejabat struktural lainnya harus mudah ditemui, begitu pula dengan dosen harus mudah ditemui mahasiswa untuk kepentingan konsultasi, proses belajar mengajar hendaknya diupayakan intensif dan memungkinkan mahasiswa untuk mengembangkan seluruh kapasitasnya, fasilitas pelayanan yang ada (perpustakaan, laboratorium, ruang olah raga, dll) harus mudah diakses oleh setiap insan kampus; prosedur administrasi penerimaan mahasiswa baru harus sederhana tidak birokrasi atau berbelit-belit dan lainlain. Dalam hal ini terjadi service failure, kemampuan untuk melakukan perbaikan secara tepat dan profesional bisa menciptakan persepsi kualitas yang sangat positif.Ketiga, jaminan (assurance) yaitu mencakup pengetahuan, kompetensi, kesopanan, respek terhadap pelanggan, dan sifat dapat dipercaya dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan.Sebagai contoh seluruh jajaran (dosen, asisten, dan karyawan) harus benar-benar orang yang kompeten dibidangnya, reputasi perguruan tinggi yang positif
252
Edukasi, Volume 01, Nomor 02, Nov 2013: 239-266
dimata masyarakat, sikap, dan perilaku seluruh jajaran mencerminkan profesionalisme dan kesopanan, dll.Keempat, empati, yang meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para pelanggan. Misalnya dosen-dosen yang mengenal nama mahasiswa yang menempuh mata kuliah yang diasuhnya; dosen pembimbing akademik benar-benar berperan sesuai dengan fungsinya; setiap dosen bisa dihubungi dengan mudah baik dihubungi di ruang kerja, via telepon, dll. Kelima, bukti langsung (tangibles) meliputi fasilitas
fisik,
perlengkapan,
karyawan
atau
dosen
dan
sarana
kommunikasi.Misalnya berupa kampus, computer, perpustakaan, ruang kuliah, ruang dosen, ruang seminar, kantin, tempat parkir, bookstore, jurnal ilmiah, sarana ibadah, keterampilan, dan busana staf, dll. Urutan kelima dimensi di atas didasarkan pada derajat kepentingan relatifnya dimata pelanggan.Dimensi-dimensi digunakan pelanggan untuk menilai kualitas jasa (service quality), yang didasarkan atas perbandingan antara jasa yang diharapkan (expected service) dan jasa yang dipersepsikan (perceived
service).Gap
diantara
jasa
yang
diharapkan
dan
yang
dipersepsikan merupakan ukuran kualitas jasa.Oleh sebab itu, perguruan tinggi harus meningkatkan kerjanya dalam setiap dimensi dan tidak melakukan overpromise dalam penyampaian informasi kepada para calon mahasiswa, orang tua
mahasiswa, dosen, dan karyawan
menimbulkan
yang
harapan
muluk-muluk/tidak
realitas
sehingga dan
sulit
direalisasikan. Perguruan tinggi sebagai organisasi maka tidak terlepas dari sebuah sistem, yang mana didalam sistem itu terdapat beberapa elemen yang menentukan kelangsungan dan keberhasilan perguruan tinggi, diantaranya adalah pelanggan.Pelanggan atau klien.Dalam organisasi manajemen peningkatan mutu pelanggan atau klien adalah seseorang yang menerima produk atau jasa layanan.Jadi, pelanggan tidak berada secara eksternal terhadap organisasi tetapi berada pada setiap tahapan yang mempersyaratkan penyempurnaan hasil sebuah produk atau pemberian layanan. Hal ini menggambarkan terdapat mata rantai dari klien, yang keterkaitannya bersama
Kepemimpinan Manajerial dalam Meningkatkan Mutu… – Mujib Ustmani
253
dengan proses. Manajemen mutu mempersyaratkan organisasi melakukan penggalian dengan bertanya atau mendengarkan, yang tentunya kepada klien yang tepat.Dalam hal ini diperlukan umpan balik yang untuk menjamin bahwa layanan yang dikerjakan memang tepat.Hal-hal yang mencakup di dalam MPM terhadap pelanggan adalah nilai-nilai organisasi, visi dan misi yang perlu dikomunikasikan, yang dikerjakan dengan memperhatikan etika dalam pengambilan keputusan dan perencanaan anggaran. Murgatroyd dan Morgan dalam Willem Mantja mengemukakan empat gagasan dasar yang sentral bagi keefektifan sistem pendidikan ;Pertama, adalah lembaga pendidikan merupakan mata rantai yang menghubungkan pelanggan (customer, klien) dan pemasok (supplier). Selain dalam hal ini, perguruan
tinggi
dalam
realitanya
adalah
suatu
organisasi
yang
mengendalikan mata rantai para klien. Para tenaga pengajar (guru/dosen) adalah pemasok layanan terhadap peserta didik (mahasiswa) dan para orang tua; pemerintah (Depdikbud/Depag) merupakan pemasok layanan terhadap para tenaga pengajar (dosen), administrator adalah pemasok layanan kepada tenaga pengajar, dan para guru memberikan layanan satu terhadap yang lain. Ada pelanggan eksternal (ialah mereka yang memiliki tuntutan atau kepentingan layanan dari sekolah/PT).disamping itu, ada juga pemasok eksternal suatu layanan terhadap sekolah. Semua itu adalah hubungan pelanggan-pemasok yang dibatasi oleh organisasi yang dinamai lembaga (sekolah/perguruan tinggi).Kedua, yang merupakan gagasan kunci adalah bahwa semua hubungan antara pelanggan dan pemasok (apakah itu internal atau eksternal) ditengahi oleh proses. Ketiga, orang dapat melakukan proses adalah mereka yang dekat dengan pelanggan dalam proses tersebut. Hal itu, menyatakan yang bersifat piramid terbalik : pada puncak adalah para pelanggan, ditengah adalah para guru, dan di bawah adalah para menejer senior. Di tengah (jantung) organisasi terletak kliennya, yakni para orang tua dan peserta didik. Tanpa hal itu sebenarnya tidak ada sekolah.Keempat, proses penting bagi para menejer di sekolah adalah tingkatan dan catatan guru, karena merekalah yang paling dekat dengan pelanggan dan kinerja mereka dalam proseskurikulum, evaluasi reflektif, evaluasi formatif dan
254
Edukasi, Volume 01, Nomor 02, Nov 2013: 239-266
sumatif dan memelihara serta menyimpan catatan penting merupakan hal yang sentral bagi tugas-tugas persekolahan. Sebaliknya mereka memberi dukungan dalam pekerjaan mereka melalui bantuan para guru, pustakawan sekolah, dan para pegawai tata usaha, yang juga sebaliknya, memperoleh dukungan dari penyelenggara administrasi sekolah dari tim manejer. Ini adalah customer driven hierarchyyang terdapat di dalam sekolah. Kepuasan pelanggan merupakan faktor penting dalam TQM. Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seorang yang berasal dari perbandingan antara kesan terhadap kinerja (atau hasil suatu produk dan harapan-harapannya).Berangkat dari definisi di atas kepuasan kesan merupakan fungsi dari kesan kinerja dan harapan. Jika kinerja di bawah harapan, pelanggan tidak puas.Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan puas.Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang.Oleh sebab itu identifikasi pelanggan perguruan tinggi dan kebutuhan mereka merupakan aspek krusial. Ivancevich menyatakan bahwa langkah pertama dalam menerapkan TQM adalah memandang mahasiswa sebagai pelanggan yang harus dilayani.Pandangan ini dikenal secara luas, tapi tidak diterima secara universal.Salah satu pihak yang mengajukan keberatan atas pendangan ini adalah Wambsganss dan Kennett. Mereka mengungkapkan bahwa secara tradisional, para mahasiswa dianggap sebagai pelanggan karena mereka yang “membayar SPP” dan menerima jasa yang ditawarkan (pendidikan). Universitas atau fakultas tidak akan ada tanpa mereka. Akan tetapi menurut mereka TQM bukanlah konsep tradisional.Justru memakai akhir (end user) yang harus menjadi fokus utama perguruan tinggi.Atas dasar itu, mereka menegaskan bahwa future employer merupakan pelanggan utama bagi perguruan tinggi. Pelanggan yang lebih komprehensif dikemukakan oleh Lewis dan Smith (1994).Keduanya mengajukan kerangka identifikasi pelanggan yang ditinjau dari tiga perspektif, yaitu pelanggan internal (akademik dan administratif), pelanggan eksternal langsung, dan pelanggan eksternal tidak langsung.Pelanggan internal akademik meliputi mahasiswa, staf pengajar, program, dan departemen dalam program akademik suatu kampus yang
Kepemimpinan Manajerial dalam Meningkatkan Mutu… – Mujib Ustmani
255
mempengaruhi program tertentu.Pelanggan internal untuk administrasi meliputi mahasiswa, karyawan, dan unit departemen atau devisi yang mengawasi suatu pelayanan atau aktivitas. Pelanggan eksternal langsung terdiri atas employers para mahasiswa dan PT lain yang menjadi penerima mahasiswa (untuk keperluan studi lanjut) dan jasa PT tertentu. Sedangkan pelanggan eksternal tidak langsung meliputi legislature bodies, masyarakat yang dilayani, BAN (Badan Akreditasi Nasional), alumni dan donator yang mempengaruhi keputusan dan operasional PT. Pelanggan ini harus diprioritaskan karena pelanggan internal dan eksternal langsung merupakan penerima langsung dari program, pelayanan, dan riset akademik yang berkualitas dari suatu perguruan tinggi. Sementara pelanggan eksternal tidak langsung juga pelu dilayani dengan baik, karena mereka memiliki kendali financial dan akreditasi. Mutu tidaknya suatu proses belajar mengajar didefinisikan menurut persepsi pelanggan. Di kelas, siswa/mahasiswa merupakan pelanggan dari guru/dosen; karena siswa/mahasiswa orang yang menerima
langsung
layanan
pembelajaran.Siswa/mahasiswa
bukan
merupakan unsur utama dalam menentukan suatu sistem pendidikan, namun siswa/mahasiswa harus diminta pertimbangannya untuk menentukan sistem tersebut. 2.
Kekurangan a. Kepemimpinan Tinjauan literatur Literatur menunjukkan tidak ada definisi yang disepakati konsep "manajemen", "Kepemimpinan", dan "kepemimpinan manajerial." Kepemimpinan adalah suatu proses dimana individu mempengaruhi kelompok untuk mencapai tujuan umum (Northouse, P.G., 2003:3). Pengertian ini dipertajam oleh Dubrin bahwa kepemimpinan itu adalah kemampuan untuk menanamkan keyakinan dan memperoleh dukungan dari anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan itu ada pada diri pemimpin/ manajer.Dari aspek karakteristik dibedakan antara karakteristik pemimpin (leader) dengan karakteristik manajer. Luthans menegaskan bahwa karakteristik pemimpin di Abad XXI adalah: Innovates (menciptakan sesuatu yang baru),
256
Edukasi, Volume 01, Nomor 02, Nov 2013: 239-266
dikatakan oleh Elsbree dan Reutter sebagai ahli administrasi pendidikan mengemukakan, syarat-syarat bagi seorang pemimpin (pendidikan) yang baik harus memiliki: sifat-sifat personal dan sosial yang baik, kecakapan intelektual, latar belakang pengetahuan yang sesuai, filsafat pendidikan dan bimbingan, kecakapan dan sikap terhadap pengajaran dan teknikteknik mengajar, pengalaman
profesional dan nonprofesional, potensi
untuk mengembangkan profesinya, kesehatan fisik dan mental. Perlu
dibedakan
antara
tipe
dan
gaya
kepemimpinan.
Kepemimpinan seseorang dapat digolongkan ke dalam salah satu tipe dan mungkin setiap tipe bisa memiliki berbagai macam gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan lebih cenderung kepada situasi.Salah seorang pemimpin yang memiliki salah satu tipe bisa menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapi dalam melaksanakan kepemimpinannya. Ada beberapa tipe kepemimpinan yang kita kenal, diantaranya: tipe Otokratis, tipe Militeristik, tipe Paternalistik, tipe Kharismatik, tipe Demokratis. Fungsi dan peran pemimpin dalam lembaga pendidikan antara lain: sebagai pendidik (educator), sebagai manajer, sebagai Administrator, sebagai Supervisor, sebagai pemimpin (leader), sebagai Inovator. b. Total Quality Manajemen (TQM) Beberapa ahli managemen memberi definisi TQM (Total Quality Management) sebagai berikut: a) Menurut Edward Sallis bahwa; Total Quality Management is a philosophy and a methodologhy which assits institutions to manage change and to set their oum agendas for dealing whit the pletbora of new external pressures. Pengertian ini menekankan bahwa Total Quality Management merupakan suatu filsafat dan metodologi yang membantu berbgai institusi, terutama industri, dalam mengelola perubahan dan menyusun agenda masing-masing untuk menanggapi tekanan-tekanan faktor eksternal. b) Menurut Cafee dan Sherr menyatakan bahwa manajemen mutu terpadu adalah suatu filosofi komprehensif
tentang
kehidupan
dan
kegiatan
organisasi
yang
menekankan perbaikan berkelanjutan sebagai tujuan fundamental untuk
Kepemimpinan Manajerial dalam Meningkatkan Mutu… – Mujib Ustmani
257
meningkatkan mutu, produktivitas dan mengurangi pembiayaan . c) Hradesky; TQM is a philosophy, a set of tools, and a process whose output yield customer satisfaction and continuous improvement (Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas yang diinginkan dengan didasarkan pada kepuasan pelanggan), maka diperlukan manajemen yang tepat guna, yaitu Total Quality Manajement (TQM). Istilah utama yang terkait dengan kajian Total Quality Manajement (TQM) adalah continous improvement (perbaikan terus menerus) dan quality improvement (perbaikan mutu). Pada dasarnya Managemen Kualitas (Quality Management), Manajemen Kulaitas Terpadu (Total Quality Management = TQM) didefinisikan sebagai suatu cara meningkatkan performansi secara terus-menerus (continuous formanceimprovement) pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari organisasi, dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia . Dari beberapa definisi tersebut di atas, dapat diketahui bahwa Total Quality Manajement (TQM) memfokuskan pada suatu proses atau system pencapaian tujuan organisasi. Dengan dimulai dari proses perbaikan mutu, maka TQM diharapkan dapat mengurangi peluang membuat kesalahan dalam menghasilkan produk, karena produk yang baik adalah harapan para pelanggan. Jadi rancangan produk diproses sesuai dengan prosedur dan tekhnik untuk mencapai harapan pelanggan.Penggunaan metode ilmiah dalam menganalisis data diperlukan sekali untuk menyelesaikan masalah dalam peningkatan mutu.Partisipasi semua pegawai digerakkan agar mereka memiliki motivasi dan kinerja yang tinggi dalam mencapai tujuan kepusan pelanggan.Pengenalan
pelaksanaan TQM tidak luput dari
hambatan-hambatan yang dialami, khususnya untuk sektor pendidikan. Kenyataannya, pelaksanaan TQM merupakan pekerjaan yang berat dan memerlukan waktu lama untuk mengadakan perubahan budaya untuk quality improvement.TQM membu¬tuhkan suatu kepemimpinan dan merupakan tantangan dan perubahan yang luar biasa dalam dunia pendidikan.TQM memerlukan waktu yang lama dan ketaatan staf atau manajer senior dalam pelaksanaannya.
258
Edukasi, Volume 01, Nomor 02, Nov 2013: 239-266
Ketakutan terhadap metode atau cara baru merupakan hambatan yang besar dalam penerapan filosofi TQM. Takut akan ketidaktahuan, takut mengerjakan segala sesuatu dengan cara yang berbeda, takut percaya pada orang lain, takut membuat kesalahan, dan sebagainya. Seluruh staf tidak akan dapat memberikan yang terbaik bila mereka tidak dipercaya dan tidak didengarkan. TQM tidak dapat dipisahkan dari rencana strategis yang digunakan untuk mencapai misi organisasi.Oleh karena berbagai kesulitan dan hambatan dalam penerapan TQM tersebut, ada beberapa hal yang penting dan harus diperhatikan dalam menerapkan filosofi tersebut pada lembaga pendidikan. Menurut Sharples et al. (1994), yang paling penting dapat untuk melaksanakan TQM di lembaga pendidikan adalah Sebagai berikut: tanggungjawab dan dukungan (commitment), pendidikan dan pelatihan (education and training) , penerapan dan praktek (application and practice), standarisasi dan pengenalan (standardization and recognition), Selanjutnya, prinsip TQM yang dapat diterapkan di dunia bis¬nis dapat juga diterapkan di dunia pendidikan dan seringkali disebut dengan Total Quality Education atau Total Quality School. Yang paling penting adalah bagaimana kepemimpinan di sektor atau lembaga pendidikan tersebut memfokuskan
pada
sistem
daripada
mengejar
masalah-masalah
manajemen secara mikro.Jadi, kepemimpinan yang tang¬guh tersebut digunakan sebagai kekuatan dalam mengadakan perbaikan-per¬baikan sistem. Menurut Fusco (1994), karak-teristik atau syarat agar TQM dapat diterapkan di sektor atau lembaga pendidikan antara lain, lembaga pendidikan
tersebut
kepemimpinan
yang
harus kuat,
mempunyai
hal-hal
perbaikan-perbaikan
sebagai sistem
berikut: secara
berkesinambungan, metode statistik, memiliki visi dan nilai bersama. c. Efisiensi dan Efektifitas Pada artikel ini belum ada pengertian atau batasan dari pengertian efisiensi dan efektifitas yang peneliti maksud.Teori efisiensi adalah suatu ukuran atau ketepatan sasaran dari suatu proses/ kegiatan yang dilakukan. Efisiensi menurut K. Sengupta efisiensi dapat dibagi menjadi dua macam yaitu:
Kepemimpinan Manajerial dalam Meningkatkan Mutu… – Mujib Ustmani
259
1) Dari segi tekhnikal/ efisiensi dalam produksi, adalah merupakan ukuran dari kesuksesan perusahaan/ lembaga pendidikan dalam kemungkinan menghasilkan hasil/ output yang maksimum dari beberapa input yang diberikan. 2) Dari segi alokasi/ efisiensi biaya, adalah ukuran perusahaan/ lembaga pendidikan dalam pemilihan sekumpulan input yang optimum dengan acuan dari harga pasar untuk input tersebut. Hubungan antara efisiensi dan efektifitas sebagai berikut: Efisiensi dilihat dari beberapa variabel seperti biaya rendah, waktu singkat dan sebagainya dimana pencapaian hasil maksimum dari input-input yang ada.Efektif adalah tepat guna mengenai sasaran. 3) Originalitas:Pada
penelitian
ini
terdapat
originalitas
yaitu
menggunakan tingkat efisiensi dan efektivitas sebagai kriteria untuk mengevaluasi kepemimpinan manajerial dalam pendidikan tinggi Inggris, dan merekomendasikan penguatan asosiasi antara kriteria melalui perbaikan terus-menerus dalam efisiensi dan efektivitas pengajaran dan praktek peningkatan kualitas penelitian. 4) Bahasa: bahasa yang digunakan pada artikel ini ilmiah serta mudah difahami 5) Sistematika:Sistematika yang digunakan dalam jurnal ini juga lengkap serta sistematis, Isi jurnal ini mengemukakan beberapa teori terkait manajemen pendidikan,manajerial dan kepemimpinan serta TQM, namun masih terbatas dan memerlukan tambahan teori untuk menguatkan penelitian, pada penelitian ini juga memaparkan fakta/fenomena yang ada/ das sollen apa yang sesungguhnya terjadi, sehingga terjadi adanya kesenjangan atau masalah yaitu: kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa masih banyak dijumpai permasalahan-permasalahan pada jurnal ini juga dipaparkan pentingnya masalah yang diajukan melalui penelitian, yaitu: Penelitian ini berupaya mengkaji lebih jauh Pada penelitian ini ditunjukkan fakta-fakta yang mendukung baik yang berasal dari
260
Edukasi, Volume 01, Nomor 02, Nov 2013: 239-266
pengamatan, penelitian di 42 lembaga pendidikan perguruan tinggi Berdasarkan analisis tersebut, maka disimpulkan bahwa peneliti sudah sesuai dan benar dalam mengungkapkan isi jurnal. Tujuan Penelitian sudah sesuai, karena pada tujuan penelitian dirumuskan secara jelas dan dirumuskan secara konsisten dengan apa yang dikemukakan pada permasalahan yang terjadi. 6) Metode Penelitian a. Pendekatan dan Jenis Penelitian: Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ini sudah sesuai dengan judul yang ditetapkan peneliti karena mendeskripsikan data tentang suatu peristiwa, dan jenis penelitian studi kasus. b. Kehadiran Peneliti: kedudukan Peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai instrument utama dalam pengumpulan data. Di lapangan penelitian, peneliti berperan serta (partisipasi aktif) pada penelitian dan mengikuti secara aktif di 42 lembaga pendidikan perguruan tinggi di Inggris,
sudah sesuai, karena
menurut Sparadly ada 5 type partisipasi dan tingkat keterlibatan dalam sebuah penelitian: partisipasi pasif, partisipasi moderat, partisipasi aktif, partisipasi lengkap, non partisipasi. c. Lokasi Penelitian; Pada lokasi penelitian ini peneliti memaparkan lokasi, keunikan memilih tempat untuk penelitian. d. Jenis dan Sumber Data: Jenis data yang dikumpulkan peneliti dari 42 lembaga pendidikan perguruan tinggi di Inggris adalah analisis kata-kata, sumber tertulis berupa dokumentasi obyek penelitian untuk mendukung data primer sudah sesuai, karenamenurut Lexi Moleong jenis data sesuai dengan pendekatan kualitatif adalah kata-kata, tindakan, sumber data tertulis, table. Sumber data primer bersumber langsung dari sumber asli responden, sumber data primer berasal dari katakata dan tindakan baik yang diperoleh melalui wawancara
Kepemimpinan Manajerial dalam Meningkatkan Mutu… – Mujib Ustmani
261
maupun pengamatan. Sudah sesuai, menurut Wahid Murni Penelitian ini adalah data primer , karena data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya. Pada penelitian
ini perlu adanya Pengecekan Keabsahan
temuan peneliti perlu karena agar data ini dapat akurat, pengecekan
keabsahan
data
dapat
melakukan
dengan
menggunakan teknik perpanjangan kehadiran di lapangan, observasi diperdalam, triangulasi, pembahasan dengan teman sejawat. e. Hasil Temuan Peneliti telah mengemukakan dengan benar paparan data .Peneliti menyajikan penelitian kualitatif (studi kasus) dengan menggunakan tabel. Temuan Penelitian juga sudah sesuai dengan penelitian,karena temuan penelitian yang dikemukakan tetap harus merujuk pada permasalahan yang dituangkan dalam fokus penelitian yang telah disajikan pada penelitian. f. Implikasi: Adapun implikasi penelitian ini memahami sifat hubungan antara derajat efektivitas dan efisiensi praktek manajemen mutu akan menyediakan kerangka kerja konseptual yang akan memungkinkan akademisi dan praktisi untuk mencerminkan kritis pada "efisiensi" dan "Efektifitas" pengajaran dan keputusan penelitian peningkatan kualitas dan tindakan untuk memastikan sukses pelaksanaan praktek TQM terbaik, sedangkan implikasi pada dunia pendidikan pada umunya, tidak hanya pada perguruan tinggi diantaranya adanya TQM salah satu masalah penting di dalam dunia pendidikan adalah masih rendahnya mutu keluarannya. Indikator yang menjadi acuan untuk menguatkan pernyataan tersebut adalah Nilai Ebtanas Murni (NEM) yang secara umum belum terlalu menggembirakan.Upaya meningkatkan mutu pendidikan telah
262
Edukasi, Volume 01, Nomor 02, Nov 2013: 239-266
lama
diangkat
oleh
pemerintah
sebagai
salah
satu
kebijaksanaan pembangunan pendidikan, dengan membuat empat kebijaksanaan strategis yang terdiri atas perluasan kesempatan
belajar,
peningkatan
relevansi,
penyelenggara
meningkatkan serta
efisiensi,
pendidikan.
serangkaian
kegiatan
Musyawarah
Guru
pendidikan,
dan
Kemudian
penataran
Mata
mutu
guru,
Pelajaran
efektivitas mengadakan
pembentukan
Sejenis
(MGMP),
didirikannya Pusat Kegiatan Guru (PKG), Lembaga Balai Penataran Guru (BPG) dan lain sebagainya. Namun tidak serta merta persoalan tersebut bisa terselesaikan. Lalu di manakah letak kesalahannya ? Mengapa input yang begitu banyak dan berharga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produk pndidikan, khususnya di Indonesia ? Menurut Slamet PH (2000), sumber penyebab rendahnya kualitas pendidikan tersebut adalah aspek pengelolaan atau manajemen. Secara internal hal tersebut disebabkan oleh penerapan pendekatan input-output yang keliru. Terlalu mengedepankan aspek input pada penyelesaian hampir semua kasus pendidikan di sekolah. Seakan-akan mutu pendidikan akan meningkat dengan sendirinya apabila sejumlah input ditambahkan. Misalnya kekurangan guru, ditambah guru, membangun laboratorium, dan seterusnya. Ada satu faktor yang terlupakan, yaitu bagaimana
berbagai
berinteraksi
di
pendidikan
tinggi,
me¬ningkatkan performansi
input
dalam
proses
TQM
moral, organisasi,
tersebut
ini
belajar-mengajar. juga
mengurangi dan
dipertemukan
akan
biaya,
menanggapi
dan
Dalam
membantu memperbaiki kebutuhan
pelanggannya. Untuk itulah maka diperlukan efektivitas organisasi, partisipasi karyawan dalam penyelesaian masalah dan pembuatan keputusan, komunikasi efektif staf senior dan bawahannya, pendidikan dan pelatihan secara luas, desain
Kepemimpinan Manajerial dalam Meningkatkan Mutu… – Mujib Ustmani
263
yang baik dalam mengenal dan memberi penghargaan untuk memotivasi
karyawan,
visi
yang berorientasi
kualitas,
benchmarking sebagai alat dalam continuous improvement untuk mewujudkan mahasiswa yang peduli, berpengetahuan, dan dapat melayani masyarakat, serta dukungan dari pimpinan.
Kesimpulan Telaah Kritis Penelitian ini meneliti hubungan antara efisiensi dan efektivitas dalam praktek manajemen mutu yang diadopsi oleh Inggris, bagaimana
praktek
manajemen mutu yang serta hubungan antara efisiensi manajemen" dan "efektivitas kepemimpinan" di Inggris. Serta hubungan antara derajat efektivitas dan efisiensi praktek manajemen mutu akan menyediakan kerangka kerja konseptual
yang
akan
memungkinkan
akademisi
dan
praktisi
untuk
mencerminkan kritis pada efisiensi dan efektifitas pengajaran dan keputusan penelitian peningkatan kualitas dan tindakan untuk memastikan sukses pelaksanaan praktek TQM terbaik serta mengevaluasi kepemimpinan manajerial dalam pendidikan tinggi Inggris. Dalam jurnal ini terdapat kelebihan dan kekurangan, kelebihan penelitian ini meneliti 42 lembaga pendidikan tinggi di Inggris, dan sudah ada pembatasan 2000 dan 2005, sehingga dari hasil penelitian ini dapat digunakan rujukan dari praktek TQM, kekuranganya diantaranya teori/ kajian literatur yang dipaparkan terkait kepemimpinan, Total Quality Manajemen, serta Efisien dan efektifitas masih terbatas dan perlu adanya penambahan beberapa teori, sistematika jurnal ini sudah sistematis, bahasa yang dipergunakan meskipun ilmiah namun mudah dipahami, pada jurnal ini pun terdapat orisinalitas, metode penelitian jurnal ini ada beberapa yang sudah tepat namun ada beberapa yang masih perlu penambahan, adapun implikasi dalam dunia pendidikan TQM ini juga akan membantu me¬ningkatkan moral, mengurangi biaya, memperbaiki performansi organisasi, dan menanggapi kebutuhan pelanggannya. Untuk itulah maka diperlukan efektivitas organisasi, partisipasi karyawan dalam penyelesaian masalah dan pembuatan keputusan, komunikasi efektif staf
264
Edukasi, Volume 01, Nomor 02, Nov 2013: 239-266
senior dan bawahannya, pendidikan dan pelatihan secara luas, desain yang baik dalam mengenal dan memberi penghargaan untuk memotivasi karyawan, visi yang berorientasi kualitas.
Kepemimpinan Manajerial dalam Meningkatkan Mutu… – Mujib Ustmani
265
DAFTAR PUSTAKA Derm, Barret,. The TQM Paradigm Key Ideas That Make It Work.Portland. Oregon: Productivity Press. 1995. Drummond, H. The Quality Movement – What Total Quality Management Is Really All About. London: Kogan Page Limited. 1992. David, F. R. Strategic Management: Concepts and Cases, Ninth Edition. Singapore: Prentice Hall. 2003. Dubrin, A. J. Leadership: Research Findings, Practices, and Skills, ThirdEdition. Boston: Houghton Mifflin Company. 2001. Goetsch, David L., and Davis B. Stanley. Quality Management: Introduction to Total Quality Management for Production, Processing, and Services, Third Edition, Prentice-Hall. Inggris: New Jersey. 2000. Hadi Sutrisno. Metodologi Reseach II.Jakarta: Andi Ofset. 2006. Feigenbaum, A.V. Total Quality Control (3 rd edition). New York: McGrawHill. 1991. Hardjosoedarmo, Soerwarso. Total Quality Management, cetakan ke 10. Yogyakarta: Andi Ofset. 1999. Kotler, Philip. Marketing Management.Alih bahasa Agus Hasan. Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol, Jakarta: PT.Prenhallindo. 1980. Mantja, Willem. Jurnal Ilmu Pendidikan Manajemen Mutu Pendidikan. Januari, Volume 5. 2000. M. Zanuddin dan Muhammad Walid. Pedoman Penulisan Skripsi. Malang: Fakultas Tarbiyah UIN Malang. 2008. Moleong, Lexi J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2004. Northouse, P.G. Leadership: Theory and Practice, Third Edition. New Delhi: Response Book. 2003. Sallis, Edward. Total Quality Management In Education; Manajemen Mutu Pendidikan, (Penerjemah: Ahma Ali Riyadi dan Fahrurrozi), cetakan ke. V. Yogyakarta: IRCISoD. 2007. Syanto, Bagong. Metode Penelitian Sosial.Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana. 2007. Suyanto dan MS. Abbas. Wajah dan Dinamika Pendidikan Anak Bangsa, edisi pertamaJanuari.Yogyakarta: Adi Cita Karya Nusa. 2001. Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. Total Quality Management, cetakan ke. 10, Yogyakarta: Andi Ofset. 2003.
266
Edukasi, Volume 01, Nomor 02, Nov 2013: 239-266
Tenner, R. Arthur, Detoro J. Irving. Total Quality Management Three Steps To Continous Improvement. California.New York.Addison-Wesley Publishing Company. 2001. Tjiptono, Fandy. Aplikasi TQM Dalam Manajemen Perguruan Tinggi. Usahawan, Nopember, Vol 1. 1999. Veithzal Rivai. Educational Management: Analisis Teori dan Praktik. Jakarta: Rajawali Pers. 2009. Wiyono,
Trisno, Abdullah, Pius. Kamus Praktis.Surabaya: Arloka. 1994.
Lengkap
Bahasa
Indonesia
Woon, K.C. TQM Implementation: Comparing Singapore’s Service and Manufacturing Leaders. Singapore: Managing Service. 2000.