1
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENYELENGGARAKN PENDIDIKAN SEKOLAH SATU ATAP DI KECAMATAN KUALA MANDOR
Indah Yuliastuti, M. Syukri, H. Martono Program Magister Administrasi Pendidikan FKIP Untan, Pontianak Email:
[email protected] Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan kepemimpinan kepala sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan Sekolah Satu Atap di Kecamatan Kuala Mandor Kabupaten Kubu Raya. Peneliti mengunakan metode deskriptif dengan pendekatan peneliti Kualitatif dengan mengambil kasus di SD N 21 Kuala Mandor B dan SMP N 5 Kuala Mandor B dalam mengimpletasikan kebijakan SD – SMP Satu Atap di Kecamatan Kuala Mandor B Kabupaten Kubu Raya. Hasil peneliti di temukan bahwa berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan hasilnya, maka kepemimpinan kepala Sekolah dalam Menyelenggarakan pendidikan sekolah satu atap di Kecamatan Kuala Mandor Kabupaten Kubu Raya dengan Mengambil Kasus pada SD N 21 dan SMP N 5 Kuala Mandor B dapat di tarik kesimpulan : 1.) Perumusan visi dan Penjabaran misi dilakukan oleh kepala sekolah dengan melibatkan para guru dan pegawai yang selanjutnya disetujui melalui rapat dewan guru dan pegawai. 2.) Gaya Kepemimpinankepala sekolah dalam menyusun perencanaan program sekolah merupakan deskripsi dari gaya kepemimpinan Transformasional. 3.) Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam perencanaan program sekolah yang telah di susun mencerminkan gaya kepemimpinan Transformasional. Kata Kunci : Kepemimpinan, Kepala Sekolah, Menyelenggarakan Pendidikan Abstract : The purpose of this study was to reveal the principal's leadership in education at the District School One Roof Kuala Mandor, Kubu Raya. Researcher uses descriptive method with qualitative research approach by taking the case in SD N 21 Kuala Mandor B and SMP N 5 Kuala Foreman B in policy mengimpletasikan SD - SMP One Roof in District Overseer B Kuala Kubu Raya. The researchers' work is found that based on the findings of the study and discussion of the results, the leadership of the School of the Organizing school education one roof in the district of Kuala Mandor Kubu Raya to Take Case to SD N 21 and SMP N 5 Kuala foreman B can be deduced: 1. ) The formulation of the vision and mission translation done by the principal to engage teachers and employees were subsequently approved by the board meeting of teachers and employees. 2.) Style Kepemimpinankepala schools in planning school program is a description of a transformational leadership style. 3.) The Principal Leadership Style in planning school programs that have been collated reflect the transformational leadership style. Keywords : Leadership , Principal , Education Organizing
2
K
epemimpinan merupakan faktor penentu keberhasilan sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya. Sebuah Organisasi menjadi besar dan berpengaruh banyak disebabkan karena pemimpinya. Tidak sedikit organisasi atau bahkan Negara lebih dikenal nama dan kiprah pemimpinnya dari pada organisasi atau Negara mana ia berasal. Sekolah sebagai sebuah organisasi yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan sangat memerlukan sosok kepala sekolah sebagai seorang pemimpin yang mampu mempengaruhi dan menggerakkan seluruh warga sekolah dan stakeholders untuk bekerja sama mencapai tujuan sekolah. Kepemimpinan yang kuat dari seorang kepala sekolah akan sangat menentukan apakah sekolah menjadi organisasi yang efektif sehingga mampu mencapai tujuan sekolah atau terus berkutat menjadi lembaga pendidikan yang statis dan gagal dalam mencapai tujuannya. Hal ini tentu merupakan suatu fenomena yang tidak dikehendaki, terlebih sekolah sebagai lembaga pendidikan mengemban amanah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Seorang kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah dengan pengaruh yang dimilikinya bertanggung jawab untuk menggerakkan orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya yaitu seluruh warga sekolah seperti guru, pegawai, dan siswa untuk bekerja sama mencapai tujuan sekolah. Seluruh warga sekolah bersinergi dan berkontribusi untuk memberikan pelayanan pendidikan terbaik kepada peserta didik sehingga visi dan misi sekolah yang merupakan gambaran ideal sekolah yang mereka idamkan dapat terwujud. Sekolah yang mampu mewujudkan tujuannya merupakan sekolah efektif. Keefektifan sebuah sekolah merupakan tolak ukur kepemimpinan seorang kepala sekolah. Keefektifan sekolah menggambarkan kualitas pelayanan pendidikan yang dapat diberikan oleh institusi pendidikan tersebut. Keberadaan kepala sekolah sebagai pemimpin merupakan faktor penting terwujudnya keefektifan sebuah sekolah. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Edmonds pada sekolah sekolah yang sukses di New York (Sagala, 2010:90) berkesimpulan” bahwa tidak akan pernah dijumpai sekolah yang baik dipimpin oleh “kepala sekolah yang mutunya rendah.” Hal ini menunjukkan bahwa sekolah yang baik pasti dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang baik pula. Kualitas Kepala Sekolah sebagai pemimpin dapat dilihat dalam berbagai aspek kepemimpinan. Mulyasa (2009: 115) berpendapat bahwa “ kemampuan kepala sekolah sebagai leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan, dan kemampuan berkomunikasi.” Irawati A Kahar (2008:26) juga mengemukakan tentang aspek aspek kepemimpinan yang digambarkan sebagai “ Pimpinan yang dapat, (1) Memberikan, mengembangkan dan menyebarkan visi (visioner), (2) sebagai komunikator, (3) menjadi agen perubahan (change agent), (3) sebagai pelatih (coach), dan menganalisa pemanfaatan teknologi informasi. Di era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti sekarang ini, yang ditandai dengan perubahan yang cepat dan mendasar hampir pada semua aspek kehidupan, termasuk dunia pendidikan, kepala sekolah mesti
3
merespon secara cepat dan tepat perkembangan yang ada di lingkungan sekitar sekolah, termasuk di dalamnya memenuhi kebutuhan para stakeholders. Oleh karena itu, diperlukan seorang pemimpin yang matang, cerdas, berani, yang mampu melihat ke depan ( visioner), responsive, dan antisipatif. Sosok pemimpin seperti ini merupakan dambaan setiap orang, sehingga dapat membawa sekolah kearah yang lebih maju. Sekolah sebagai pencetak sumber daya manusia dihadapkan pada situasi yang tidak ada pilihan lain di dalam menghadapi situasi perubahan yang pesat ini kecuali harus segera tanggap dan merespon secara cepat dan tepat. Situasi yang sulit bukanlah sebagai hambatan, namun dipandang sebagai tantangan dan kesempatan untuk melangkah maju. Dalam kondisi demikian institusi sekolah memerlukan sosok pemimpin yang tepat. Kebijakan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun yang dicanangkan oleh Pemerintah telah menetapkan target pencapaian bahwa penuntasan wajib belajar 9 tahun harus tercapai selambat-lambatnya tahun 2008/2009. Tolok ukur untuk ketuntatasan tersebut ditetapkan bahwa pada tahun 2008/2009 minimal Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP secara nasional telah mencapai 95%. Dalam usaha penuntasan wajib belajar 9 tahun tersebut, berbagai usaha telah dilakukan pemerintah antara lain dengan mengembangkan berbagai model alternatif penyelenggaraan sekolah. Pola wajib belajar saat itu yang gencar dikembangkan adalah SMP Reguler, SMP terpadu, SMP kecil, SMP terbuka, Kejar paket B, dan Pondok Pesantren. Namun dengan pola wajib belajar yang ada saat itu, ternyata masih banyak tamatan SD/MI yang tidak dapat melanjutkan sekolah ke jenjang SMP/MTs karena mereka berada di daerah-daerah terisolir, terpencil, dan terpencar. Sehubungan dengan masalah tersebut, maka muncul pemikiran perlunya dikembangkan SD-SMP Satu Atap – SMP dibuka di SD yang memiliki lulusan dan belum tertampung dengan memanfaatkan sarana /prasarana yang telah ada dan/atau dengan melengkapi sarana/prasarana yang belum ada agar pendidikan SMP dapat diselenggarakan. SD-SMP satu Atap merupakan kategori sekolah reguler namun jumlah siswanya sedikit, sekitar 30 anak. Oleh karena siswanya sedikit, maka pembangunan unit sekolah baru (USB) dipandang tidak efisien, apabila membuka SMP terbuka, tidak ada SMP terdekat yang bisa dijadikan sebagai induknya, sedangkan bila dibuka program paket B tidak ada pamong belajarnya. Pemerintah terus berupaya mencari terobosan dalam mencapai target pemenuhan program wajib belajar tersebut. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama Departemen Pendidikan Nasional memulai inovasi pendidikan dengan mendirikan SD-SMP Satu Atap. Pengembangan SD-SMP Satu Atap yang mulai dirintis pada tahun 2004 dalam bentuk verifikasi kelayakan ke sekitar 450 lokasi di seluruh propinsi dan kabupaten yang mengusulkan. Berdasarkan hasil verifikasi tersebut pada tahun 2004 telah ditetapkan 360 lokasi, dan pada tahun pelajaran 2005/2006 sekolahsekolah tersebut telah operasional. Sejak tahun 2004 melalui mekanisme yang ditetapkan, Direktorat Pembinaan Sekolaah Menengah Pertama menetapkan lokasi-lokasi baru pengembangan SD-SMP Satu Atap di seluruh Indonesia setiap tahunnya (Depdiknas, 2008:1)
4
Sebagaimana disampaikan sebelumnya bahwa latarbelakang didirikannya Sekolah SD-SMP Satu Atap oleh pemerintah adalah untuk mengatasi permasalahan dalam penyelenggaraan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun terutama yang terjadi di daerah-daerah terpencil, sehingga dicarikan solusinya berupa pendirian sekolah-sekolah SD-SMP Satu Atap di daerah tersebut. adapun tujuan didirikannya Sekolah SD-SMP Satu Atap adalah untuk “(1) Meningkatkan daya tampung; (2) Meningkatkan mutu; (3) Meningkatkan partisipasi masyarakat; (4) Mempercepat penuntasan program wajib belajar 9 tahun; (5) Mendekatkan SMP dengan tempat konsentrasi lulusan SD/MI yang tidak terjangkau.”(Depdiknas: 2008: 2) Kabupaten Pontianak yang merupakan kabupaten induk sebelum kabupaten Kubu Raya dibentuk, merupakan salah satu kabupaten di Kalimantan Barat yang mengusulkan untuk didirikan SD-SMP Satu Atap dan ditetapkan memperoleh bantuan bagi pendirian SD-SMP Satu Atap yang telah dapat menyelenggarakan pendidikan mulai pada tahun pelajaran 2005/2006. Salah satu kecamatan di Kabupaten Kubu Raya yang terdapat SD-SMP Satu Atap adalah di Kecamatan Kuala Mandor B. Penduduk kecamatan ini sebagian besar bermukim secara terpencar-pencar mengikuti aliran sungai. Sebagian besar transportasi masih mengandalkan transportasi air. Transportasi darat berupa jalan kondisinya masih sangat memprihatinkan. Jalan darat sebagian besar masih berupa jalan tanah dengan atau tanpa pengerasan, hanya sebagian kecil jalan telah rabat beton, namun lebarnya hanya berkisar antara 1 - 2,3 Meter. Jalan berasapal yang ada sebagian yang telah dirabat beton hanya terdapat di beberapa daerah yang dilalui oleh perusahaan kelapa sawit, itupun kondisinya sebagian besar rusak karena setiap hari dilalui oleh kendaraan besar yang bermuatan berat. Kondisi demikian mengakibatkan akses penduduk terhadap layanan pendidikan sangat minim. Sebagaian besar mereka hanya menamatkan SD dan kemudian banyak yang enggan melanjutkan karena jarak tempat tinggal mereka dengan SMP terdekat relatif jauh dan sulit ditempuh dengan jalan darat yang kondisinya masih memprihatinkan itu. Di Kecamatan Kuala Mandor B terdapat 2 (dua) SD-SMP Satu Atap yaitu SD Negeri 16 Penepat- SMP Negeri 2 Kuala Mandor B yang terletak di Dusun Karya Usaha Desa Kuala Mandor A dan SD Negeri 21 Kuala Mandor B –SMP Negeri 5 Kuala Mandor B yang terletak di Jalan Parit Pangeran Desa Kuala Mandor B. Sejak kedua sekolah tersebut didirikan sampai sekarang belum ada SMP yang berkembang dan memisahkan diri menjadi SMP regular sebagaimana yang terjadi pada SD_SMP satu atap yang berada di kecamatan lainnya di kabupaten Kubu Raya. Kondisi ini menarik perhatian peneliti untuk mengetahui lebih jauh penyelenggaraan sekolah SD-SMP satu atap di Kecamatan Kuala Mandor B. Peneliti telah melakukan studi pendahuluan pada kedua sekolah tersebut di atas. Diantara kedua sekolah tersebut, peneliti sangat tertarik dengan penyelenggaran sekolah Satu atap di SD Negeri 21 Kuala Mandor B dan SMP Negeri 5 Kuala Mandor B yang telah berdiri sejak tahun 2008. Dari studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan melalui kunjungan langsung ke Sekolah tersebut dan melakukan wawancara dengan kepala sekolah dan dua
5
orang guru terungkap beberapa fakta yang menarik sebagai berikut : 1.) Kepala sekolah memimpin dua satuan pendidikan sekaligus yaitu SD Negeri 21 Kuala Mandor B dan SMP Negeri 5 Kuala Mandor B. 2.) SMP Negeri 5 Kuala Mandor B belum memiliki tenaga guru PNS sama sekali, semua guru merupakan tenaga honor. 3.) Kedua Sekolah juga belum memiliki tenaga kependidikan (TU) PNS, untuk menangani kegiatan administrasi diangkat pegawai honorer. Hal tersebut cukup merepotkan kepala sekolah karena harus menangani masalah administrasi untuk SD dan SMP. Hal ini mengakibatkan kegiatan administrasi sekolah masih lemah, banyak dokumen administrasi yang belum dibuat karena keterbatasan tenaga dan waktu. 3.) Sebagian besar guru SD dan SMP (90%) berdomisili di Kota Pontianak. 4.) Sekolah mengalami kesulitan untuk membiayai keperluan operasional lainnya karena sebagian besar dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) SMP dipergunakan untuk untuk membayar guru dan pegawai honorer. 5.) Sarana dan prasarana pendukung pembelajaran masih terbatas, seperti belum adanya Laboratorium IPA beserta peralatannya, Laboratorium Komputer untuk pembelajaran TIK, proyektor, alat peraga pembelajaran lainnya serta jumlah buku teks yang masih belum cukup. 6.) Pengaruh negatif pergaulan siswa SMP dengan SD. 7.) Rendahnya kesadaran masyarakat akan pendidikan, mereka masih enggan untuk menyekolahkan anak-anaknya ke SMP, kebanyakan hanya tamat SD dan tidak melanjutkan lagi. Ada pula yang merantau ke luar propinsi untuk melanjutkan pendidikan ke pesantren. Namun di sisi lain ada beberapa fakta yang menarik yang peneliti temukan di lapangan seperti : 1.) Tingkat efektifitas kegiatan belajar mengajar di SD maupun di SMP mencapai rata-rata 85 %. 2.) Hasil Ujian Nasional SMP pada tahun pelajaran 2010/2011, dengan prestasi kelulusannya telah berhasil meluluskan siswa sebanyak 100 % . 3.) Para siswa SD dan SMP memiliki prestasi di bidang Olah raga mewakili kecamatan dalam ajang Olimpiade Olahraga Siswa pada tingkat Kabupaten. Dengan kondisi sekolah seperti di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut di sekolah tersebut. Berdasarkan fakta-fakta yang yang telah dipaparkan di atas, peneliti memandang bahwa di sini kepemimpinan kepala sekolah memegang peranan penting dalam menggerakkan roda organisasi pada kedua satuan pendidikan tersebut. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mendeskripsikan kepemimpinan kepala sekolah dalam menyelenggarakan sekolah satu atap di Kecamatan Kuala Mandor B Kabupaten Kubu Raya. Oleh karena itu Penelitian ini dilakukan secara menyeluruh dan optimal yang disesuaikan dengan butir-butir pada fokus masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya.
6
Kehadiran peneliti secara fisik dalam penelitian ini adalah sebagai instrument kunci (key instrument). Peneliti hadir di SD Negeri 21 dan SMP Negeri 5 Kuala Mandor B untuk melakukan pengamatan (observasi) secara langsung, melakukan wawancara dengan orang atau human instrument yaitu kepala sekolah, guru, Kepala TU, siswa, dan pengurus komite, mencatat secara mendetail, menganalisis berbagai dokumen yang ditemukan serta membuat laporan penelitian. Keterlibatan peneliti secara langsung dalam proses penelitian ini dimaksudkan untuk dapat menggali informasi sebanyak dan seobjektif mungkin sehingga hasil dari penelitian ini berupa kesimpulan terhadap permasalahan yang diteliti akan terjamin validitasnya. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Satu Atap SD Negeri 21 dan SMP Negeri 5 Kuala Mandor B di Kecamatan Kuala Mandor B Kabupaten Kubu Raya. Kegiatan observasi dan wawancara dilakukan dalam lingkungan sekolah tersebut, namun apabila nara sumber sulit untuk diwawancarai di lingkungan sekolah karena keterbatasan waktu mereka saat bekerja atau mengajar, peneliti berinisiatif mendatangi nara sumber di rumah mereka masing-masing dengan terlebih dahulu membuat kesepakatan waktu untuk bertemu sekaligus menanyakan alamat rumah yang akan didatangi. Instrumen utama penelitian adalah peneliti sendiri (key instrument). yang mana peneliti melakukan observasi dan wawancara langsung dengan nara sumber. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara mendalam (in-depth interview). Menurut Burhan Bungin (2007:108) wawancara mendalam diartikan sebagai suatu “Proses memperoleh keterangan untuk penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relative lama”. Teknik wawancara mendalam yang dilakukan peneliti dilakukan dengan tujuan untuk mengungkapkan berbagai hal yang diketahui oleh informan tentang kepemimpinan kepala sekolah dalam penyelenggaraan sekolah satu atap. Untuk membantu peneliti agar fokus pada permasalahan yang sedang diteliti, maka pada saat wawancara dpergunakan pedoman wawancara yang didalamnya terdapat beberapa pertanyaan terbuka. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan sebagaimana dikemukakan oleh Bungin (2008:134) yaitu “Tahap eksplorasi atau observasi umum, tahap eksplorasi terfokus, tahap pengumpulan data, dan tahap konfirmasi data”. Masing-masing tahap akan dilaksanakan secara berurutan dan konsisten, sehingga data yang diperoleh lengkap dan valid. Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Huberman (1992) yang mana aktivitas analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus. Pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas dan datanya jenuh. Aktivitas yang dilakukan pada analisis data meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan/verifikasi. Berikut ini ditampilkan
7
gambar model alir dari komponen analisis data yang akan dilakukan menurut Miles dan Huberman (1992:18)
Masa pengumpulan data ____________________ REDUKSI DATA ____________________________________________ Antisispasi Selama Pasca PENYAJIAN DATA ____________________________________________ Selama Pasca
ANALISIS
PENARIKAN KESIMPULAN /VERIVIKASI _____________________________________________ Selama Pasca Skema 2 Komponen-komponen Analisis Data Sumber : Miles dan Huberman Berdasarkan bagan alir tersebut di atas dapat dijelaskan proses analisis data yang dilakukan oleh peneliti terdiri dari tiga alur kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan simpulan/verivikasi yang akan dilaksanakan secara serempak. Pada kegiatan reduksi , data dipilih, dibuang yang tidak diperlukan (direduksi), kemudian dibuat penggolongannya dengan membuat kode untuk menyederhanakan data yang diperoleh sehingga mudah untuk dianalisis. Alur selanjutnya adalah penyajian data dalam bentuk yang mudah untuk dipahami seperti bagan, tabel maupun matriks yang dalam proses pelaksanaannya merupakan bagian dari analisis. Kegiatan selanjutnya adalah menarik kesimpulan atau verifikasi terhadap data yang telah dianalisis yang merupakan hasil penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dan hasil observasi atau pengamatan , berikut akan diuraikan temuan-temuan penelitian sebagai berikut : Perumusan visi dan penjabaran misi sekolah satu atap Perumusan visi dan penjabaran misi untuk SD Negeri 21 Kuala Mandor B telah dilakukan sejak tahun 2009 sebagaimana tercantum dalam dokumen kurikulum sekolah tahun pelajaran 2009/2010. Untuk perumusan visi dan penjabaran misi SMP Negeri 5 Kuala Mandor baru disusun pada tahun 2011 sebagaimana tercantum dalam
8
dokumen kurikulum sekolah tahun pelajaran 2011/2012 dan dokumen Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) tahun 2011-2015. Gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam menyusun perencanaan program Sekolah Satu Atap Penyusunan perencanaan program untuk SD Negeri 21 Kuala Mandor B terdiri atas Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) dan analisis hari belajar efektif. RKAS disusun setiap tahun oleh kepala sekolah bersama-sama dengan seluruh dewan guru SD dalam forum rapat dan hasilnya dikomunikasikan dengan pihak pengurus komite sekolah. Dokumen perencanaan program untuk SMP Negeri 5 Kuala Mandor B terdiri atas Rencana Pengembangan Sekolah (RPS), Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) dan Kalender Pendidikan. RPS disusun pada tahun 2011, RKAS disusun setiap tahun oleh kepala sekolah bersama-sama dengan seluruh dewan guru SMP dan pegawai TU dalam forum rapat dan hasilnya dikomunikasikan dengan pihak pengurus komite sekolah. Pelaksanaan perencanaan program yang telah disusun dilakukan oleh kepala sekolah dengan mengajak seluruh warga sekolah untuk terlibat secara aktif sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Sebelum pelaksanaan kegiatan ,Kepala sekolah melakukan koordinasi dengan berbagai pihak untuk mengkomunikasikan kegiatan apa yang akan dilaksanakan baik secara individu sesuai dengan kedudukannya dalam struktur organisasi sekolah maupun melalui forum rapat guna membentuk kepanitian sebagai tim pelaksana nantinya. Selanjutnya kepala sekolah hanya memantau atau melakukan pengawasan terhadap jalannya kegiatan dan memberikan solusi apabila timbul permasalahan. Evaluasi terhadap jalannya kegiatan biasanya dilakukan pada rapat kerja rutin yang dilaksanakan pada bulan berikutnya setelah kegiatan selesai dilaksanakan. Evaluasi kegiatan tidak hanya berasal dari kepala sekolah namun juga berasal dari sesama guru dan pegawai tata usaha. Selanjutnya hasil evaluasi dipergunakan sebagai masukan untuk perencanaan dan perbaikan pelaksanaan kegiatan yang sama untuk tahun berikutnya. Proses pengambilan keputusan yang dilakukan kepala sekolah meliputi langkah-langkah (1) mengidentifikasi masalah; (2) menyampaikan wacana terkait dengan permasalaha kepada guru dan pegawai di luar forum rapat; (3) Menyampaikan kembali wacana terkait dengan masalah guna mendapatkan tanggapan berupa ide maupun saran untuk didiskusikan dalam forum rapat kerja; (4) Mengambil suatu keputusan sebagai hasil dari kesimpulan diskusi yang kemudian di catat dalam buku notulen rapat; (5) Melaksanakan hasil keputusan rapat; dan (6) mengevaluasi pelaksanaan hasil keputusan rapat. Pengambilan keputusan dilakukan kepala sekolah melalui forum rapat yang melibatkan berbagai pihak yang terkait dan kompeten dengan permasalahan yang akan diputuskan. Hasil keputusan yang telah diambil mengikat kepala sekolah, seluruh guru, pegawai, siswa, dan pengurus komite serta orangtua untuk dilaksanakan. Kesadaran dari para guru dan pegawai untuk menjalankan tugas sesuai dengan fungsi dan tanggung jawabnya masing-masing. Suasana kerja yang kondusif dan penuh dengan suasana kekeluargaan bahkan tidak ada gap atau
9
jurang pemisah diantara sesama guru dan pegawai yang berada di SD dengan rekan mereka para guru honor yang berada SMP. Dukungan dana dari orangtua siswa dalam membantu persiapan ujian nasional dan persiapan mengikuti berbagai pertandingan olahraga seperti O2SN dan Pekan Olahraga Pelajar. Selain itu ada pula berbagai faktor penghambat dalam penyelenggaraan sekolah yang dihadapi oleh kepala sekolah, yaitu sebagai berikut :Belum adanya satupun guru PNS yang ditempatkan di SMP Negeri 5 Kuala Mandor B menjadi permasalahan dalam pengawasan kualitas layanan pembelajaran dan pembiayaan operasional sekolah. Sekolah kekurangan tenaga tata usaha (TU). Kepala sekolah belum pernah mengikuti diklat atau pelatihan kepala sekolah, hal ini cukup menyulitkan bagi beliau untuk menjalankan tugas dan fungsinya sebagai kepala sekolah bagi 2 (dua) satuan pendidikan. Kesibukan kepala sekolah dalam berkomunikasi, berkoordinasi maupun mengikuti berbagai kegiatan lain di luar sekolah baik dalam kapasitasnya sebagai kepala SD Negeri 21 Kuala Mandor B maupun sebagai kepala SMP Negeri 5 Kuala Mandor B cukup menyita waktu dan tenaga sehingga banyak kegiatan internal sekolah yang harus ditunda seperti rapat kerja rutin setiap bulan yang pelaksanaannya sering tertunda beberapa kali sehingga cukup menyulitkan bagi kepala sekolah apabila ada hal-hal yang harus dibicarakan dan diputuskan melalui mekanisme rapat. Kepedulian orangtua terhadap proses pendidikan putra-putrinya masih sangat rendah. Banyak permasalahan siswa di sekolah yang berakar dari ketidakpedulian orang tua ini. Seperti Kekurangan sarana dan prasarana berupa Ruang laboratorium IPA, Laboratorium Komputer, Ruang Ketrampilan serta buku-buku pelajaran dan perpustakaan. Jalan menuju sekolah sebagian besar rusak, penuh lubang dan berdebu, hal ini menjadi tantangan keseharian bagi para guru yang umumnya berasal dari kota Pontianak untuk menempuh perjalanan ke sekolah. Pembahasan Melalui kajian dan pembahasan yang telah dilakukan, peneliti berharap dapat memberikan makna yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait baik langsung maupun tidak langsung dengan hasil penelitian ini. Perumusan visi dan penjabaran misi Sekolah Satu Atap di Kecamatan Kuala Mandor B Kabupaten Kubu Raya. Berdasarkan hasil wawancara dan penelaahan dokumen sekolah diperoleh informasi bahwa sekolah telah memiliki visi dan misi. SD dan SMP masing masing memiliki visi dan misi yang berbeda disesuaikan dengan kebutuhan dari masing-masing jenjang. Hal ini telah sesuai dengan Permendiknas No 19 Tahun 2007 tentang Standar pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang menetapkan bahwa setiap Sekolah/Madrasah merumuskan dan menetapkan visi dan misi serta mengembangkanya program Sekolah Satu Atap di Kecamatan Kuala Mandor B Kabupaten Kubu Raya Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa sekolah telah memiliki dokumen Rencana Pengembangan
10
Sekolah (RPS) yang merupakan rencana kerja jangka menengah dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) yang merupakan rencana kerja tahunan. Kedua dokumen rencana kerja tersebut disusun kepala sekolah bersama para guru dan pegawai , dan disetujui melalui rapat dewan guru dan tata usaha (pegawai), yang dalam proses pembahasannya memperhatikan pula aspirasi atau pertimbangan yang dikemukakan oleh komite sekolah. Hal tersebut telah sesuai dengan Permendinas No 19 Tahun 2007 tentang Standar pengelolan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang menyatakankan bahwa rencana kerja jangka menengah dan tahunan sekolah/madrasah 1) disetujui rapat dewan pendidik setelah memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah /madrasah dan disahkan berlakunya oleh dinas pendidikan kabupaten/kota. Pada sekolah/madrasah swasta rencana kerja ini disahkan berlakunya oleh penyelenggara sekolah/madrasah. 2) dituangkan dalam dokumen yang mudah dibaca oleh pihak-pihak yang terkait. Dibagian lain dalam peraturan tersebut juga menegaskan kembali bahwa rencana kerja empat tahunan dan tahunan disesuaikan dengan persetujuan rapat dewan pendidik dan pertimbangan komite sekolah/madrasah. Kedua dokumen rencana kerja tersebut disusun dengan kerja keras kepala sekolah yang belum pernah mengikuti pelatihan atau diklat kepala sekolah terutama yang berkaitan langsung dengan penyusunan perencanaan sekolah. Selain itu ketiadaan guru tetap yang berstatus PNS pada SMP N 5 Kuala Mandor B menjadi tantangan tersendiri bagi kepala sekolah untuk dapat mengajak dan memotivasi para bawahannya yang semuanya guru honorer untuk ikut berpartisipasi aktif dalam penyusunan RKS dan RKAS. Kondisi tersebut di atas menunjukkan kepemimpinan kepala sekolah yang memiliki kecenderungan mengambil gaya kepemimpinan transformasional yang digambarkan sebagai pemimpin yang mampu menginspirasi bawahannya untuk bertindak melebihi kepentingan pribadi mereka demi kebaikan organisasi sebagaimana dikemukakan oleh Stephen P. Robbins dan Mary Coulter (2007:193). Gaya Kepemimpinan kepala sekolah dalam melaksanakan perencanaan program Sekolah Satu Atap di Kecamatan Kuala Mandor B Kabupaten Kubu Raya. Berdasarkan hasil wawancara dan kajian dokumen diperoleh informasi bahwa dalam pelaksanakan perencanaan program yang telah disusun, kepala sekolah bersama guru dan pegawai membuat pedoman yang mengatur berbagai aspek pengelolaan yang dijadikan sebagai panduan bagi warga sekolah dalam melaksanakan tugas, pokok dan fungsi mereka masing-masing. Pedoman tersebut berupa : Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) SDN 21 Kuala Mandor B dan SMPN 5 Kuala Mandor B Kurikulum SDN 21 Kuala Mandor B terdiri atas bagian halaman pengesahan, daftar isi Kata pengantar, dan terdiri atas 5 bab, yaitu Bab I berupa pendahuluan yang berisi rasional dasar, visi, misi dan tujuan serta pengertian istilah, dan bab II berisi struktur dan muatan kurikulum, dan kalender pendidikan.Kurikulum SMPN 5 Kuala Mandor B terdiri atas bagian lembar pengesahan, kata pengantar, daftar isi, dan terdiri atas 5 bab, yaitu Bab I berupa pendahuluan, bab II berisi tentang Visi, misi dan tujuan sekolah, bab III berisi struktur dan muatan
11
kurikulum , bab IV berisi kalender pendidikan dan bab V penutup. Kalender pendidikan SDN 21 Kuala Mandor B dan SMPN 5 Kuala Mandor B kalender pendidikan termuat di dalam kurikulum yang berisi hari, tanggal kegiatan serta perhitungan hari efektif dalam satu semester dan dalam satu tahun. Struktur Organisasi sekolah Struktur organisasi sekolah berupa bagan yang di dalamnya berisi gambar yang dihubungkan dengan garis yang menunjukkan jabatan dan pola hubungan antar jabatan yang ada di sekolah tersebut beserta pencantuman nama pada setiap jabatan. Struktur organisasi telah dipasang pada dinding kantor. Pembagian Tugas guru dan pegawai. Pembagian tugas guru dan pegawai telah diuraikan secara terperinci sesuai tugas dan pokok dari masing-masing jabatan. Biaya operasional sekolah (BOS) Biaya operasional sekolah dijabarkan rencana penggunaannya dalam bentuk Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKAS) untuk setiap tahun pada masing-masing sekolah, yaitu SDN 21 dan SMPN 5 Kuala Mandor B. RKAS terdiri atas 13 golongan pengeluaran dan dibuat berdasarkan tahun kalender. Besarnya anggaran untuk masing-masing sekolah didasarkan atas jumlah siswa. Kecukupan biaya operasional sekolah (BOS) bagi SMPN 5 Kuala Mandor B dirasakan masih banyak mengalami kekurangan jika dibandingkan dengan kebutuhan sekolah. hal ini disebabkan karena besarnya kewajiban yang harus dibayar sekolah untuk membayar tenaga guru yang semuanya masih berstatus sebagai guru honor atau guru tidak tetap (GTT). Sedangkan untuk kecukupan biaya oparasional sekolah (BOS) pada SDN 21 Kuala Mandor B dirasakan telah memadai karena jumlah siswa SD yang cukup banyak dibandingkan dengan jumlah siswa SMP serta kecilnya kewajiban sekolah untuk membayar gaji guru dan pegawai honor karena sebagian besar guru telah berstatus sebagai PNS. Kelima dokumen tersebut di atas telah berhasil disusun tersebut telah memenuhi ketentuan atau standar yang ditetapkan oleh pemerintah baik ditinjau dari substansi isinya maupun bentuk penulisannya meskipun cakupannya masih sederhana sesuai dengan kondisi sekolah. Keberadaan dokumen tersebut yang dihasilkan melalui proses kerjasama semua pihak yang terkait di sekolah menunjukkan kekuatan kepemimpinan dari kepala sekolah yang mampu mendorong bawahannya untuk bekerja optimal meskipun berada dalam kondisi yang penuh keterbatasan. Gaya kepemimpinan yang ditunjukkan oleh kepala sekolah cenderung pada kepemimpinan transformasional sebagaimana yang dikemukakan oleh Sudarwan Danim (2008:219) yang menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional ditunjukkan dengan kemampuan seorang pemimpin untuk bekerja dengan dan atau melalui orang lain untuk mentransformasikan secara optimal sumber daya organisasi dalam mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan target yang trlah ditetapkan. Keberadaan dokumen tersebut di atas juga telah sesuai dengan Permendiknas No 19 tahun 2007 tentang Standar pengelolan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang menyatakan bahwa (a) Sekolah/madrasah membuat dan memiliki pedoman yang mengatur berbagai aspek pengelolaan secara tertulis yang mudah dibaca oleh pihak-pihak yang
12
terkait, (b) Perumusan pedoman sekolah/madrasa :1) mempertimbangkan visi, misi, dan tujuan sekolah; 2) ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan masyarakat. (c) Pedoman pengelolaan sekolah/madrasah meliputi: 1) kurikulum tingkat satuan pendidikan KTSP); 2) kalender pendidikan/akademik; 3)struktur organisasi sekolah/madrasah; 4) pembagian tugas diantara guru ; 5) pembagian tugas diantara tenaga kependidikan; 6) peraturan akademik; 7) tata tertib sekolah/madrasah; 8) kode etik sekolah/madrasah; 9) biaya operasional sekolah/madrasah. Selain itu dalam realisasi/ pelaksanaan kegiatan program sekolah, kepala sekolah melibatkan semua pihak seperti guru, pegawai (TU), siswa, maupun komite sekolah. Pelibatan dalam pelaksanaan kegiatan disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi dari masing-masing individu yang ada di sekolah dan skala kegiatan yang akan dilaksanakan. Untuk kegiatan yang berskala besar biasanya melibatkan banyak personal yang diputuskan melalui rapat kerja rutin yang dijadwalkan setiap bulan, sedangkan untuk kegiatan yang berskala kecil dilakukan dengan koordinasi langsung dengan guru atau pegawai TU yang membidangi tugas tersebut. Hal tersebut sesuai dengan Permendiknas No 19 tahun 2007 tentang Standar pengelolan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang menerangkan bahwa pelaksanaan kegiatan sekolah/madrasah 1) dilaksanakan berdasarkan rencana kerja tahunan, 2) dilaksanakan oleh penanggung jawab kegiatan yang didasarkan pada ketersediaan sumber daya yang ada. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat kepemimpinan kepala sekolah satu atap di Kecamatan Kuala Mandor B Kabupaten Kubu Raya Faktor-faktor yang mendukung kepemimpinan kepala sekolah.1.) Kesadaran dari para guru dan pegawai untuk menjalankan tugas sesuai dengan fungsi dan tanggung jawabnya masing-masing. 2.) Suasana kerja yang kondusif. 3.) Dukungan dari orangtua siswa dan komite sekolah Faktor-faktor tersebut di atas terdapat beberapa kesesuaian dengan pendapat yang dikemukakan oleh Wahjosumidjo (2010:411-412) yang mengemukakan tentang adanya faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan kepemimpinan seorang kepala sekolah. Faktor internal antara lain (1) harapan dan prilaku atasan; (2) persyaratan tugas, (3) sarana, dana, fasilitas, prasarana dan suasana; (3) karakteristik, kepribadian, dan prilaku bawahan; (4) suasana kebijakan organisasi; dan (5) kepribadian; pengalaman masa lalu, kepribadian dari kepala sekolah yang bersangkutan. Adapun faktor eksternalnya terdiri dari beberapa variabel yaitu sosio cultural, teknologi, politik dan undang-undang, dan ekonomi. Faktor-faktor yang menghambat kepemimpinan kepala sekolah : 1.) Belum adanya satupun guru dan pegawai (TU) PNS yang ditempatkan di SMP menjadi permasalahan dalam pengawasan kualitas layanan pembelajaran dan pembiayaan operasional sekolah. 2.) Kepala sekolah belum pernah mengikuti diklat atau pelatihan khusus untuk diangkat menjadi kepala sekolah, hal ini menjadi kendala dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai kepala sekolah untuk memimpin sekaligus 2 (dua) satuan pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya.
13
Hal tersebut belum sesuai dengan Permendiknas No 13 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Kepala Sekolah yang mensyaratkan bahwa kualifikasi khusus Kepala Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) adalah sebagai berikut : (1) Berstatus sebagai guru SD/MI; (2) Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SD/MI; dan (3) Memiliki sertifikat kepala SD/MI yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan Pemerintah. Adapun kualifikasi khusus kepala sekolah Menengah pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) adalah sebagai berikut : (1) Berstatus sebagai guru SMP/MTs; (2) Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMP/MTs; dan (3) Memiliki sertifikat kepala SMP/MTs yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan Pemerintah. Kondisi tersebut di atas sejalan dengan pendapat dari Wahjosumidjo (2010:460) yang mengemukakan tentang permasalahan yang dapat menghambat sekolah dalam upaya mencapai tujuannya yaitu permasalahan organisasi, pribadi kepala sekolah, tingkat kematangan bawahan yaitu guru, laboran, pustakawan, tenaga administrasi, para siswa, dan sebagainya. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan hasilnya, maka kepemimpinan kepala sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan sekolah satu atap di Kecamatan Kuala Mandor Kabupaten Kubu Raya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1.) Perumusan visi dan penjabaran misi dilakukan oleh kepala sekolah dengan melibatkan para guru dan pegawai yang selanjutnya disetujui melalui rapat dewan guru dan pegawai. 2.) Gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam menyusun perencanaan program sekolah seperti Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) yang merupakan rencana kerja jangka menengah dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) yang merupakan rencana kerja tahunan merupakan deskripsi dari gaya kepemimpinan transformasional. 3.) Gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam pelaksanakan perencanaan program sekolah yang telah disusun mencerminkan gaya kepemimpinan transformasional. Langkah pertama yang dilakukan kepala sekolah adalah dengan membuat pedoman berupa perencanaan sekolah berdasarkan visi, misi, dan tujuan sekolah yang penyusunannya dilakukan bersama guru, dan pegawai (TU). 4.) Proses pengambilan keputusan yang dilakukan kepala sekolah dilakukan dengan menerapkan langkah-langkah tertentu yang dipandang telah sesuai dengan kondisi sekolah. Saran Berdasarkan temuan penelitian, pembahasan hasil dan kesimpulan yang telah dikemukakan sebelumnya, secara khusus disampaikan saran kepada kepala sekolah satu atap di Kecamatan Kuala Mandor B Kabupaten Kubu Raya sebagai berikut : 1.) Kepala sekolah hendaknya berupaya mensosialisasikan
14
kembali visi dan misi yang telah dirumuskan secara intensif kepada semua pemangku kepentingan (stakeholders) khususnya warga sekolah sehingga semua pihak terkait tersebut mengetahui, memahami dan terdorong untuk mewujudkannya. 2,) Kepala sekolah sebaiknya terus berupaya mengusulkan permintaan akan tenaga guru dan pegawai PNS serta pemenuhan sarana pendidikan seperti Laboratorium IPA, laboratorium komputer, Ruang ketrampilan, buku-buku pelajaran dan perpustakaan untuk SMP kepada Dinas pendidikan Kabupaten Kubu Raya sebagai Instansi induk untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas di sekolah satu atap. 3.) Kepala sekolah hendaknya membuat langkah trobosan untuk dapat berkomunikasi dengan para orangtua siswa dalam memecahkan masalah kesiswaan, sehingga upaya meningkatkan prestasi siswa dapat didukung sepenuhnya oleh mereka. 4.) Kepala sekolah hendaknya secara pro aktif bersama pengurus komite sekolah, segera menjalin kemitraan dengan perusahaan sawit yang beroperasi di sekitar sekolah untuk membantu sekolah di dalam pemenuhan sarana dan prasarana DAFTAR RUJUKAN Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan public, dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana Danim, Sudarwan. 2002. Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia Departemen Pendidikan Nasional; Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah; Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama. 2008. Panduan Pelaksanaan Penyelenggaraan SD-SMP Satu Atap Kahar, Irawati,A. 2008. Konsep kepemimpinan dalam Perubahan Organisasi (Organizational Change) pada Perpustakaan Perguruan Tinggi. Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi vol 4. No . 1 Miles, Matthew B ; Huberman, Michael A. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Mulyasa,E. 2009. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah
15
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Robbins, P. Stephen & Coulter, Mary. 2007. Manajemen, Edisi kedelapan jilid 2. Jakarta: Indeks. Sagala, Syaiful. 2010. Manajemen Strategik dalam peningkatan Mutu Pendidikan: pembuka ruang Kreativitas, Inovasi, dan Perberdayaan Potensi Sekolah dalam Sistem Otonomi Sekolah . Bandung: Alfabeta. Wahjosumidjo. 2010: Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan permasalahannya. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada Widodo. 2011. Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Budaya Organisasi, dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru. Jurnal Pendidikan Penabur No. 17