Kepala MAmoMA
Hologram Retak
Summary Teater Automne 2085 kelompok nomaden puppet
p.2
Hologram retak buah karya proyek jangan panjang
p.3
Perjalanan pertunjukan, Pesan filosofis seniman
p.4
Proses kreasi: materi musikal, materi scenography
p.5
Materi visual
p.6
Distribusi
p.7
Peta perjalanan Perancis-Indonesia
p.8-9
Influence yang mempengaruhi
p.10
Konseptor karya, Arnaud Delicata
p.11
Tim kreasi
p.12-16
Teater Automne 2085 kelompok nomaden, puppet
Kelompok ini terbentuk tahun 2006 menyusul pertemuan Júlia Kovács dan Arnaud Delicata. Keduanya adalah lulusan ESNAM (Sekolah Tinggi Seni Pewayangan) Charleville-Mézières.
Setelah menciptakan dua buah pertunjukan, mereka bepergian dengan mobil karavan tahun 2008 untuk memainkan kedua pertunjukan tersebut sepanjang jalan yang membawa mereka sampai ke Indonesia. 17 negara dilewati dalam dua tahun, di antaranya: Hungaria, Bosnia, Turki, Armenia dan India. Dua seniman ini tinggal di Indonesia sejak Juni 2010 hingga November 2012 sembari mempelajari seni pertunjukan Jawa di ISI Solo dan bekerja sama dengan seniman setempat. Mereka tak henti-hentinya memperkenalkan karya pertunjukan mereka yang telah diperkaya oleh pengalaman baru ini. Tahun 2013, keduanya kembali ke Prancis lewat udara untuk bekerja sama dengan Teater de Nuit dan Teater bayangan dan boneka yang berada di daerah Drôme selama dua musim. Júlia berperan sebagai dalang dan Arnaud sebagai konsultan penyutradaraan dan fotografer. Dari April hingga September 2013, mereka ikut serta dalam proyek MASQ di Indonesia yang dipentaskan di Taman Budaya Yogyakarta. Pertunjukan ini dipentaskan oleh komponis Mas Mo’ong untuk memenuhi syarat tugas akhir pascasarjana. Sederhana tapi penuh tuntutan itulah pendekatan seni pewayangan mereka : hidup atau mati ! Poros penelitian mereka adalah membicarakan yang tak terlihat, menghidupkan yang lumpuh mempertanyakan kehidupan ganda yang tak terpisahkan antara puppeteer dan puppet. 2
Perjalanan pertunjukan Hologram Emlősök Nyelvtana Maret-Agustus 2006 TUZRAKTER (Budapest, Hongaria) September 2006 SOPEC (Charleville-Mézières, Perancis) November-Januari 2007 SIRALY (Budapest, Hongaria) Mei 2007 REPETASAROK (Budapest) Septembre-Octobre 2007 STATION VASTEMONDE (Saint-Brieuc, Perancis) Maret 2008 Théâtre des Tharabates (Binic, Perancis) Hologram Aperçu September 2008 TUZRAKTER (Budapest, Hongaria) Oktober 2008 Théâtre MERLIN (Budapest) Desember 2008 SIRALY Babel festival (festival de marionnette pour adultes) (Budapest) Februari 2009 GÖDÖR (Budapest) Juli 2009 Kehancuran de l’hôtel Osmice (Sarajevo, Bosnia) September 2009 Bilgi University (Istanbul, Turki) Oktober 2009 NPAK Armenian center of contemporary and experimental Art (Erevan, Armenia) April 2010 Namdev Auditorium Pune (Pune, India) November -Desember 2010, Janvier- Février 2011 İSİ Institut d’Arts Indonésiens Surakarta, Mojosongo Galeria (Central Java, Indonesia) Hologram Gaung Maret 2011 LİP Centre Culturel Français de Jogjakarta (Jawa Tengah , Indonesia) Juni 2012 Bandung International Puppet Festival (Jawa Barat, Indonesia) Oktober 2012 Omah Sinten (Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia)
Pesan filosofis seniman Jalan penyutradaraan saya adalah ingin menunjukkan suatu gambaran layaknya yang terlihat dari sebuah bingkai jendela yang di dalamnya tergambar kilatan citra diri melalui kaca yang akan menyemai keraguan hal-hal yang sepatutnya ada di dalam atau di luar. Penonton sebaiknya didampingi dalam “keadaan ketidakpastian”. Temukan suasana ringan yang diperlukan untuk menyeimbangkan antara kekasaran, kelembutan, dan kenyamanan. Jika penantian dan kelambanan dapat terjejalkan, maka kemudian diperlukan kejutan, ketakjuban atau mungkin keterpikatan. Saling terikat selama latihan untuk menghadirkan kenyataan di atas pentas. Salah satu cara adalah sentakan memasuki cerita, atau kehadiran sebuah nada pengiring yang terus-menerus secara terpisah, sesekali diterangi lampu sorot. Sorot mata, pahatan kepala patung MAmoMA menembus benakku dan ketenangan yang mengikutinya menciptakan momen penanaman dasar dan tak dapat dibedakan. Sebuah sensasi yang berinteraksi dengan pertanyaanku tentang penempatan yang mungkin terjadi antara seni wayang dan aktornya. Ketulusan pengembalian momen inilah yang menjadi puncak dari pertunjukan tersebut : titik paradoks dari penderitaan ekstrim karena kehilangan seseorang yang dicintai, ketiadaannya yang meraja dan menggiring pada situasi lepas kendali, dengan kesadaran mencerahkan untuk berevolusi dengan tenang dan stabil. Tanpa mistis, tapi dengan kepingan indah pada dunia yang tak terlihat. Dengan kata lain, subjek yang ditawarkan tidaklah boleh keputusasaan melainkan energi dari keputusasaan tersebut. 4
Proses kreasi Materi musikal Saat awal-awal pertunjukan, dari kejauhan terdengar musik yang berdurasi pendek, gerakan-gerakan awal dibuat dalam keheningan. Tiap penonton menciptakan musik mereka sendiri. Kemudian kita berlatih tentang sistem penangkap suara yang terdapat di beberapa elemen scene berbeda yang dapat mengumpulkan suara-suara dan mengubahnya secara langsung. Bisikan ritmis akan muncul, diikuti oleh alunan kidung ninabobo dari Hongaria. Kami telah mencoba perpaduan yang lebih komplit dengan dua musisi Indonesia dan konseptor bunyi Italia : Mo’ong, gitaris, menjajal berbagai kunci tertentu, mengubah cara main alat musik gamelan. Hamrin Samad memainkan suling, sejenis flute yang khas dari pulau Sulawesi, dan kecapi instrumen berdawai. Keduanya merupakan lulusan ISI Surakarta. Davide Grosso adalah konseptor bunyi asal Italia. Ketiganya ini merupakan lulusan ISI Surakarta. Sekarang, kami ingin memperdalam karya musikal baru ini dengan mengundang dua musisi baru untuk bergabung : Cécile Bellat alias Liz Bastard, seniman Prancis, yang akan masuk dalam grup dan membawa bakat biolanya yang lembut, puisi-puisinya dan suaranya dan Vicki Unggul Bramantyo konseptor bunyi yang kami temui dalam proyek MASQ. Demikian nyata bahwa alunan musik dimainkan langsung dan setelah diperkaya oleh gerakan-gerakan yang lahir dalam kesunyian, alunan musik tadi akan menanamkan kembali di sana apa yang dimunculkannya : distorsi, superposisi, solo instrumental.
Materi di atas panggung Adegan-adegan berlangsung di tempat-tempat yang tak dapat diidentifikasi secara simbolis, kita berada dalam ruang mental MamoMA, ruang-ruang yang kosong dari kompisisinya hingga ia berdiri, lalu terkilir. Ruang yang dipenuhi oleh kekiniannya dan kenangan masa lalunya di sekitar jendela yang dapat dipindahkan, digantung, dan dapat diubah menjadi meja. Adegan baru membuka sebuah ruang bermain dalam skala yang lebih kecil. Kerja panggung yang harus dijalankan adalah membentuk sistem jam pasir dengan bandul pemberat. Dua belas corong kaca, identik bentuknya, terisi pasir akan berfungsi sebagai bandul pemberat. Ketika corong-corong tersebut kosong dan bobotnya berkurang, maka mereka akan membuat turun dan timbul benda-benda yang dihubungkan oleh benang. Jam pasir dengan bandul pemberat ini akan dibuat dan diuji-coba oleh Julien Espagne dan Francis Aubiron, perajin kaca berkebangsaan Prancis yang tinggal di Yogyakarta. Kaca yang mudah pecah dan teknik pencahayaannya akan menjadi pusat penelitian.
5
Materi visual Jam-jam pasir akan menumpahkan pasir ke pentas dan ke jendela-meja, membentuk posisi-posisi geometris yang harus diatur dan dipasang. Keinginan menghadirkan seorang pelukis di panggung juga menjawab kebutuhan adegan dramatis. Benar-benar jauh, adegan pengiring ini dapat menjadi kunci cerita, dalam tinjauan di tengah panggung, postur si pelukis dapat mengaburkan atau menjelaskan batas-batas yang maya dan yang nyata. Pada akhir pertunjukan, penonton akan diundang untuk menjawab rasa penasarannya dengan mendekati lukisan-lukisan tersebut supaya mengintip pembuatannya. Mereka akan melewati panggung tempat yang baru saja menayangkannya, untuk kembali dalam waktu nyata dan keseharian, namun penuh daya. Lukisan dari Pascal Laloy, yang merupakan perpaduan antara goresan kasar dan halus, akan menjadi obyek sempurna untuk menjaga penonton selalu dalam “keadaan tidak pasti” yang diinginkan.
6
Bosnia di saat musim panas 2009 Mamoma di gedung hancur Osmice Tanah tak bertuan Instalasi Kemandirian, kreasi black box
Hongaria di saat musim dingin 2009 Mamoma di jendela Pertemuan dengan I.O.N (musisi) Penyesuaian sensor bunyi
Perancis 2008 Pertemuan dengan Mamoma Pertemuan dengan Pascal Laloy di natas panggung
Turki di saat musim gugur 2009 Mamoma eksperimen dengan pelajar Fakultas Seni Pertunjukan di Universitas Bilgi di Istanbul
Armenia di saat musim dingin 2010 Ruang kenangan untuk Mamoma Kerapuhan sebuah kaca Penyesuaian dengan topeng
India di saat musim semi 2010 Mamoma dan sebuah jejek dari jam pasir kaca
Indonesia 2010-2013 Menjinakan Mamoma Pergerakan pertama dengan musikal bersama Davide Grosso Pertemuan dengan musisi Indonesia
Mengapa Hologram pecah?
Sesaat setelah membaca sebuah pidato yang disampaikan oleh Claude LeviStrauss pada acara seremonial di College de France tanggal 25 Januari 1999 dalam rangka perayaan ulang tahunnya yang ke-90, “Montaigne mengatakan bahwa penuaan mengurangi kita setiap hari dan mengiris-iris kita sehingga saat kematian menghampiri, kita hanya tersisa seperempat manusia atau setengah manusia saja. Montaigne meninggal pada usia 59 tahun dan tentunya tidak pernah tahu penuaan ekstrim yang saya alami ini. Pada umur setua ini yang tak pernah saya bayangkan dapat tercapai dan yang menjadi satu dari beberapa hal yang paling mengejutkan dalam eksistensi saya, saya merasa layaknya hologram pecah. Hologram ini tidak lagi memiliki kesatuan utuhnya, namun seperti pada semua hologram, setiap bagian yang tersisa masih menyimpan citra dan representasi lengkap dari semua. Dengan demikian, adakah saat ini sebuah Aku nyata untuk diri saya, yang bukan lagi hanya seperempat atau separuh manusia dan Aku maya yang masih menyimpan ide segar tentang semuanya. Aku maya sedang menyusun buku, mulai menentukan bab per bab dan berkata kepada Aku nyata, “Sekarang, kamu lanjutkan.” Kemudian Aku nyata, yang tidak mampu lagi, berkata kepada Aku maya, “Itu urusanmu. Hanya kamulah yang bisa melihat keseluruhannya.” Hidup saya saat ini berlangsung dalam dialog yang sangat aneh. Berkat kehadiran anda dan kesetiakawanan anda, saya sangat berterimakasih sebesarbesarnya kepada anda karena telah menghentikan sejenak dialog ini yang memungkinkan kepada kedua “Aku” tersebut untuk bertemu kembali. Saya tahu bahwa Aku nyata akan terus melebur sampai kehancurannya yang terakhir, tapi saya sangat berterimakasih sebesar-besarnya pada anda yang telah mengulurkan tangan buat saya, telah memberikan saya perasaan, sejenak saja, bahwa dia tidaklah begitu.”
10
Arnaud Delicata, puppeteer, sutradara Lahir di kota Saint-Brieuc tahun 1977. Di kala senggang semasa kanak-kanak dia menghabiskan waktunya berkeliling jalanan dengan seorang pelukis tua aquarel untuk melukis pepohonan di tempat, pemandangan laut dan kapel-kapel di pesisir Côtes d’Armor. Dia memulai belajar teater di usia 8 tahun setelah mengenyam pengalaman menjadi aktor cilik di film besutan John Berry, Voyage à Paimpol. Di konservatori Saint-Brieuc, dia juga mempelajari notasi musik dan memainkan piano. Di SMA, pria ini membentuk kelompok teater, lalu mengikuti suatu proyek yang berdurasi setahun dalam teater italia bereputasi skala nasional nasional Saint-Brieuc La Passerelle. Bentuk proyek ini adalah pelatihan penulisan naskah bersama Françoise Chaxel yang menghasilkan suatu teks, Un printemps s’est noyé dans la mer, lalu dipentaskan oleh Luc Quistrebert. Tak lama setelah itu, dia bermain dalam les Bonnes yang ditulis Jean Genet bersama teater Totem dan turut serta dalam penampilan seniman rupa Luc Perrot NETRE. Menjadi pemain teater profesional pada usia 16 tahun bersama Teater de la Chimère (dari kota Lorient) selama 4 tahun, dia kemudian berkeliling Prancis denagn teater keliling ini dan pada periode yang bersamaan, dia juga melanjutkan studi formalnya jarak jauh dan akhirnya menyelesaikan baccaulaureat bidang sastra, ujian sebagai syarat masuk universitas. Dia kemudian turut serta dalam proyek teater boks dan bermain di depan publik pesta rave yang diselenggarakan dalam sebuah gedung teater bawah tanah, Teater Juke Box (di kota Brest). Dia juga bertemu kembali dengan Luc Quistrebert dan kelompok Van Hai Vong Théâtre des Zéphyres (di kota Rennes). Di usia 23 tahun, dia membuat boneka yang dimainkan dengan benang. Setelah proses pembuatan yang panjang, dia pergi bermain di jalanan dan berkelana hingga Transylvania bertemu orang-orang Gipsi. Dalam perjalanan, dia berkutat kembali dalam dunia lukis dan tulisan, hasilnya sebuah cerita Le brouillon apprivoisé coretancoretan jinak. Pengalamannya di bidang pertunjukan boneka, membawanya ke dalam suatu bidang penulisan yang disebut “écriture du plateau”. Penulisan ini bersifat minimalis dalam dialog, berintikan permainan bunyi teater, dan berujung pada penulisan l’asymptote, naskah untuk kaki boneka, kepala di lantai dan tas plastik. Kemudian dia memutuskan melanjutkan studinya dan masuk ke ESNAM di Charleville Mézières. Ia kemudian mempelajari pentingnya kepresisian dalam sebuah akhir karya dramaturgi bersama Daniel Lemahieu dan Sylvie Baillon. Dia juga membuka dan memastikan bidang-bidang yang mungkin digarap dalam teaterposdramatik dengan Zaven Paré atau Jean-Pierre Larroche, satu lagi, Claire Heggen mengajarinya tentang tuntutan dalam melatih tubuh dan gerakan. Lulus tahun 2005, dia bersama Júlia Kovàcs mendirikan La Cie Automne2085, teater nomaden wayang dan materi. Mereka menciptakan dua pertunjukan yang dimainkan saat perjalanan panjang mereka menuju Indonesia dengan melewati 17 negara dan melalui jalan darat dengan mengendarai mobil karavan dalam dua tahun. Tiba di Indonesia tahun 2010, dia belajar gamelan di ISI Surakarta dan berkolaborasi dengan seniman setempat memainkan bentuk-bentuk pertunjukan kontemporer. Dia mengembangkan pertunjukan wayang Gaung di kota Yogyakarta yang dinamis dan aktif. Tahun 2013, dia kembali ke Prancis melalui jalur udara untuk mengiringi Teater de nuit dalam penyutradaraan L’enfant de la Haute mer. Di tahun yang sama dari bulan April hingga September, dia kembali ke Indonesia untuk membantu melahirkan kreasi MASQ yang dipentaskan di Taman Budaya Yogyakarta. Saat ini dia sedang mengerjakan pembuatan wayang dan penulisan naskah untuk karya berjudul L’Hologramme brisé yang menyatukan berbagai bidang seni: lukis, musik, teater dan puppeteer
Júlia Kovács, puppeteer (pemain boneka), puppet manufacturer (pembuat boneka) Dia adalah wanita berkebangsaan Hongaria, lahir di Budapest pada tahun 1982. Awal karirnya menjadi seorang puppeteer (pemain boneka) mungkin dimulai berkat hadiah dari Kakeknya yaitu sebuah wayang Jawa asli yang dibawa dari perjalanan sang Kakek. Wayang Jawa tersebut memberikan kesan dan ketertarikan yang mendalam pada dirinya. Masa kecil Julia dan masa remajanya sudah banyak di isi dengan bebagai macam praktek kesenian, dimulai dengan bermain piano, fine-arts, tari dan teater. Dia juga mengikuti pembelajaran di sebuah sekolah yang menggunakan metode eksperimental. Setelah lulus SMA dia mencari jalan untuk bisa menggabungkan semua kegiatan kesenian yang di cintainya, akhirnya dia menemukan bahwa puppet-art (seni boneka) adalah sebuah media yang sempurna untuk berkarya dan melakukan perjalanan berkesenian dalam dirinya untuk menjalani kehidupanya dengan utuh. Pada tahun 2002 dia bergabung dengan ESNAM (National School of Puppet Arts) dan bertemu dengan para pengajar, pemain puppet (boneka) yang luar biasa dan ahli, tahun 2005 dia berhasil menyelesaikan studinya dengan predikat terbaik. Tepat setelah kelulusannya hingga tahun 2008, dia menciptakan sebuah topeng dari kulit bersama gurunya yang bernama Francis Debeyre seorang master topeng, untuk Théâtre de la Licorne in Lille. Dia juga bekerja sebagai puppeteer (pemain boneka) dalam sebuah pertunjukan Perpetuum Mobile of the Théâtre de Nuit, dan di dalam kesamaan tentang tujuan berkesenian dia menciptakan “Theater Automne 2085”, yang merupakan sebuah perusahaan teater boneka nomaden dan menggunakan berbagai macam material sebagai puppet, dimana bentuk puppet tidaklah puppet itu sendiri melainkan material-material lain diluar itu adalah puppet yang bisa diamainkan. Bersama-sama mereka berdua menciptakan dua buah karya pertunjukan puppet the Neighbours dan Aperçu, kemudian mereka melakukan perjalanan dengan menggunakan van dari Benua Eropa menuju ke arah timur dengan membawa dan mempertunjukan kedua Karya mereka di 17 negara yang dilewatinya dan kemudian sampailah di Indonesia. Mereka mendapatkan beasiswa untuk belajar di ISI Surakarta (Solo) selama dua tahun dan berkolaborasi dengan musisi Indonesia pada proyek-proyek yang berbeda. Sejak November 2012, setelah kembali dari perjalanan yang memakan waktu selama empat tahun, dia melakukan tur selama dua tahun dengan the shadow-play yang bernama l’Enfant de la Haute Mer of Théâtre de Nuit (Teater bayangan dan berbagai macam figur, Prancis). Sepanjang karirnya, Julia telah bekerja pada dimensi manufaktur (puppet,topeng, dan various scenic dan marionnettiques objects) serta interpretasi dan pementasan. 12
Mo’ong, Komposer, musisi Lahir di Bangkok pada tahun 1985, Dia adalah komposer (penggarap) dengan gaya musik eksperimental. Dia mengawali karir bermusiknya dengan belajar musik klasik Barat di Yogyakarta dengan instrumen mayor Contra Bass. Kemudian di dalam perjalanan bermusiknya dia memutuskan untuk kembali dan mempelajari musik tradisi jawa yang merupakan akar tradisi budayanya. Dia melanjutkan studinya di Program Pascasarjana ISI Surakarta (Solo) dengan jurusan Penciptaan Seni Musik dan mendapatkan gelar Magister Seni pada tahun 2013 dengan sebuah Karya pertunjukan musik yang berjudul “MASK” di bawah bimbingan Rahayu Supanggah. Selama masa studinya Mo’ong juga telah terlibat di berbagai macam proyek kesenian baik dalam tingkat nasional maupun internasional (komposer musik untuk beberapa pertunjukan teater, puppet-plays, perfomance) dia juga pernah menjadi gitaris dalam sebuah band yang beraliran Blues dengan nama “Mo’ong And Friends”, saat ini Mo’ong masih melanjutkan risetnya dan mempelajari lebih dalam tentang musik gamelan Jawa untuk di eksplor dan di garap menggunakan gaya bermusiknya. Selain itu dia terus mencari sumber-sumber bunyi yang bisa di garap baik dari tradisoinal musik Nusantara yang kemudian dipadukan dengan penghasil bunyi lainya seperti elektronik musik dan benda-benda yang menghasilkan bunyi, menjadi sebuah bentuk komposisi musik. Hamrin Samad, musisi Lahir, di Pulau Selayar, pada tahun 1973. Mengenal musik sejak masih kanak -kanak dari ayahnya yang juga seorang pemusik tradisional sehingga di usia 9 tahun sudah mahir dalam memainkan alat musik gambus yang merupakan salah satu alat musik tradisional selayar. Menyelesaikan pendidikan di Universitas Negeri Makassar pada prodi sendratasik dan Institut Seni Indonesia Surakarta jurusan Penciptaan karya Seni. Terlibat sebagai pemusik pada pertunjukan Teater Tari Kontemporer I La Galigo Sutradara Robert Wilson yang dipentaskan di Singapura, Belanda, Barcelona, Madrid,Lyon France, Ravenna, NewYork, Australia, Jakarta, Milan,Taiwan, dan Makassar (2004 - 2011). mengikuti Festival Der Geister (Berlin 1999), Easter Festival di Cape Town (Afsel 2005), Oz Asia Festival di Adelaide dan Opera House Sydney (2007), Festival Tradisional (Malaysia 2008), Solo International Etnik Music (2010), serta pernah berkolaborasi dengan beberapa seniman dalam dan luar negeri di antaranya; Arie Van Duijn, Paulin D (Belanda), Ellin Krinsli, Jason L Kanter, Vicky (USA), Moisson Jean Luc (France), John Paul (Inggris), Ingeborg (Italia), dan Soeprapto Surya Dharma (Indonesia). Karya-karya; Ranting Bulan Sabit (1996), Balada Cinta Anak Laut (1996), Suara Leluhur Masa Datang (1998), Ziarah 1001 Pusara (1999), Mudik (2000), Wire Of Soul (2003), Gamang (2001), Intembula/Back To Mother’s Lap (2003), Dalam Bayang Balla Bulo (2005).Ketika Tubuh Bernyanyi (2011), Cerita Kecilku (2012), dan Tu Pa’biring (2013). Kini aktif sebagai tenaga pengajar pada Fakultas Seni dan Desain Univ. Negeri Makassar.
13
Marine Midy , actress Lahir di Paris pada tahun 1986, Dia telah mempelajari drama sejak duduk di bangku SMA dan bekerja dengan perusahaan La Rumeur, yang berbasis di sebuah pabrik dikonversi dalam teater. Dia juga bermain dalam l’Usine Hollander di dalam pertunjukan Si peu décidés and Atteintes à sa vie dengan sutradara Patrice Bigel. Dengan demikian, dia menemukan tari-teater, sebuah kehidupan teater-perusahaan, serta proses penciptaan seni. Dari sanalah muncul penelitian teater dan akademis tentang sebuah wilayah baru seni, dan bagaimana “ bermain di kota seperti bermain bersama di dalam sebuah teater”. Pada tahun 2008, dia memperoleh gelar Master di Conception dan Realisasi Proyek Budaya dari ERASMUS di UCL (Belgia) dengan jurusan sejarah seni. Dia menulis disertasinya tentang “Rehabilitasi ruang untuk menjadi sebuah tempat lahirnya kreasi artistik”. Sementara itu, dia bersama-sama mendirikan sebuah perusahaan teater yang bernama Terrain Vague, dimana tempat pementasanya dilakukan di ruang publik. Antara tahun 2005 dan 2012, dia bermain dalam semua acara dan pertunjukan dari perusahaan yang bekerja terutama di sekitar the Utopian Body of M Foucault. Pada tahun 2010, dia bekerja dalam sebuah proyek Snow White with Catherine Bay (Le Banquet at the Pompidou center and Fairy tale and contemporary art at the Maison de la Culture de Namur, Belgium). Dia berpartisipasi dalam sebuah lokakarya di pusat nasional seni sirkus (National Centre of Circus Arts). Dia adalah pemain di Balloon Chain by Robert Bose di Suoedte Festival di Portugal serta pada acara Seniman Estonia Kolektif Tanpa Grata (Estonian Artists Collective Non Grata) di Eropa dan Amerika Serikat. Dia juga bermain dalam beberapa film pendek seperti La Muette dari Sophie Chauvet. Dia menemukan seni pedalangan dan bertemu Arnoud dan Julia pada acara World Puppet Carnival in 2013 di Indonesia. Cécile BELLAT alias Liz BASTARD, musisi , aktris dan pelukis Lahir di Rennes pada tahun 1971 , ia belajar filsafat dan sastra modern sebelum melihat lebih jauh tentang duniawi dan puitis spheres ( teater dan seni visual ) untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh dunia di mana - dengan kesulitan besar - berdiri entah bagaimana manusia ... karya Nya instalasi visual dalam awal 2000-an kemudian kembali memberi - pertanyaan awal tentang keintiman , memori , keuniversalan sensasi , selalu ditandai dengan praktek yang terus menerus dan perlunya berlatih musik dan menulis. Dia memperoleh beasiswa pada tahun 2001 dan 2003 dari kota Rennes untuk belajar tentang praktek sampang/pernis kayu Vietnam , dan dia sempat memamerkan karya di Perancis dan Vietnam hingga 2010 . Pada saat yang bersamaan , dia bekerja mengenai foto dan video , dan ingin melakukan sebuah eksperimen alat bantu yang memungkinkan untuk melempar teduh , cairan dan kerudung sutra pada realitas dunia , menyadari di luar cermin , untuk mencapai sebuah metafisika bahwa dia mencari secara permanen dari sesuatu yang puitis dan menuliskan sesuatu kedalam bahasa musik. Dari sanalah , dapat melihat realitas dalam sebuah bagian , mencari banyak sekali kemungkinan , tangan-tangan di dalam lumpur dunia. Dari sanalah , mengangkat sebuah selubung realitas atau fiksi , seperti ia melihat mereka yang ketat satu sama lain . Dalam bidang seni pertunjukan , ia bereksperimen dalam beberapa bidang kesenian (acting, directing actors, writing and co-writing, scenography, sound design, assistant to the staging, costumes ..) Dia juga telah banyak berkolaborasi pada berbagai kesempatan dengan seniman - musisi dan penari dari Imperial Court of Hue ( Vietnam) dengan Perusahaan Van Hai Vong . Antara tahun 2006 dan 2012 kegiatan artistik berfokus di sekitar penulisan dan menciptakan musik dalam duo Rennes del Cielo ( Transmusicales pada tahun 2009 , Mythos pada tahun 2011 ) , dan sejak Maret 2012 dia melakukan solo karir ( dengan Sophie Hunger, Dominique A and Jean- Louis Murat) . Dia juga telah menyelesaikan lokakaryanya tentan sound - technic ( di Jardin Moderne Rennes ) dan lighting ( di Laval 6x4 ) . Pada akhirnya sejak 2011 dia tertarik dan belajar disiplin ilmu tentang teknik vokal dari India Kathakali, yaitu vokal Carnatic dan Kalaripayatt.
14
Vicki Unggul Bramantyo, Sound Designer Lahir di Bantul,Yogyakarta, Indonesia, pada tahun 1988. Dia bekerja di studio rekaman sendiri sebagai sound designer dan sound engineer. Dia bekerja terutama dengan musik elektronik, dan di retouch dari rekaman, tapi ia juga tertarik pada musik dunia. Dia bekerjasama dengan Mo'ong sejak tahun 2008, menjadi salah satu musisinya, dan bermain di komposisinya. Mereka mencari bersama-sama untuk menemukan kesepakatan antara tradisional musik Jawa (Nusantara) dan elektronik. Etienne Exbrayat , lighting engineer Lahir di Paris pada tahun 1979, Pria berkebangsaan Prancis ini adalah lulusan dari ENSAD ( National School of Applied Arts in Paris ) dengan jurusan video dan penelitian interaktif, dia mengeksplorasi berbagai bidang dalam kontruksi audiovisual : cinematographer , director, filmmaker ,visual artist and lighting designer, dari sana dia mengembanngkan pendekatan tunggal. Di mendapatkan pelatihan dari Marie- Hélène Pinon, Dominique Mabileau and Philippe Marioge dengan siapa dia telah memperkaya lini pemikirannya. Tata cahaya atau cahaya itu sendiri merupakan pusat penelitiannya, dia selalu mempertanyakan isu-isu dalam seni pertunjukan apa pun yang merupakan sebuah musium dari ruang dan waktu, apa pun hubungannya dengan publik. Dia juga bekerja dengan Yeux De l’Ouïe, le Cirque Baroque, la Cie Terrain Vague, le collectif BIB, Steven Bachimont, Jacques Châtelet, Jean-Marie Prouvèze. Davide Grosso, ethnomusicologist, sound designer Pria kelahiran Catania, Itali pada tahun 1985, sebagai musisi dan sound designer, dia telah terlibat selama bertahun-tahun dalam penelitiannya tentang noise, musik elektronik dan interaksi antara manusia/lingkungan dan manusia/mesin. Dalam karir akademisnya, dia membuat proyek tesis pertamanya yang berjudul : Noise. Manifesto for a new musical futurism . dia juga sudah banyak berpartisipasi dalam berbagai proyek eksperimental dan selalu mencoba mencampur atau mengabungkan suara atau sebuah bunyi yang dihasilkan dari panggung pertunjukan, lingkungan dan suara elektronik. 2006 Sound performance : Manifesto for a new musical futurism 2007 E.E.C. Contemporary Electronical Existentialism 2008 Meuhmur–Specific Place Performance (Atelier de la Vache Bleue, Paris) guitar and electronic music 2010 Conception and realization of the live sound track for the puppet-play Gaung of Theatre Autumn 2085. 2010 conception and realization of Wayang WUTO, mixture of Javanese shadow theater and live audiovisual interaction. Dia juga merupakan seorang etnomusikologi dan memperoleh kelulusanya dengan mengangkat tentang Tradisi Musik dari Pulau Madura, Indonesia pada tesisnya.Dia sangat memperhatikan tentang promosi musik dan hak-hak musisi, dia bekerja sebagai konsultan dari Dewan Musik Internasional (International Music Council) UNESCO / Paris. Pascal Laloy, pelukis Seorang pelukis yang merupakan anggota dari Maison des Artists in France, lahir pada tahun 1972 di St Malo, Prancis. Setelah mendapatkan lisensi seni rupa yang diperolehnya di tahun 1990, dia masuk University of Beaux Arts di Rennes dan secara paralel, mengajarkan seni rupa dalam struktur yang berbeda. Tertarik oleh publik untuk siapa saja yang berkreasi artistik dapat berubah penting dalam satu rekonstruksi, ia menciptakan sebuah lokakarya di dalam sebuah rumah sakit jiwa pada tahun 1999, yang berlangsung selama 7 tahun. Sejak tahun 2006, ia mendedikasikan diri sepenuhnya kepada lukisan, saat berkolaborasi dalam proyek-proyek artistik interdisipliner (teater, musik, menulis, dll). Pascal Laloy saat ini mengupayakan kekaryanya sebagai seorang pelukis, berlabuh pada sebuah figur manusia, dengan mempertanyakan identitas dan ketiadaan. Lukisanya hadir dalam berbagai koleksi di berbagai negara. 15
Francis Auboiron, Glassblower Francis mengembangkan minat pada sebuah seni kerajinan yang menggunakan bahan kaca dari usia 14 tahun ketika ia diperkenalkan glassblowing di Sekolah Seni dan Kerajinan Jean Monnet di Yzeure , Prancis . Dia mematangkan prakteknya di bawah asuhan seorang Master Glassblower yang bernama Regis Anchuelo, dan saat itu dia sebagai pekerja magang , kemudian diselang perjalananya sebagai pekerja magang akhirnya dia menjadi asisten sang Master. Menggabungkan kecintanya melakukan perjalanan dengan di ikuti karirnya yang menarik tentang glassblowing telah membawa Francis ke banyak tempat , baik di negara asalnya Perancis dan luar negeri, bekerja sama dengan sejumlah glassblowers profesional yang memberikan banyak pengetahuan baru kepada dirinya dengan beragam teknik yang berbeda di bidangnya . Dia mendapatkan kesempatan membuat kerajinan dengan keterampilannya dalam produksi kaca kualitas tingkat tinggi di tempat yang paling bergengsi di BACCARAT Art Crystalware. Dalam masa studinya tentang glassblowing di Novy vor , Republik Ceko , Francis selanjutnya mengembangkan pengetahuannya untuk menciptakan gelas tradisional dan antik bersama dengan penyulingan melalui pendinginan media glass tersebut dan teknik finishing . Selanjutnya saat dia berada di New York , Amerika Serikat, Francis terpengaruh seni yang lebih modern dari patung kaca pada konferensi dan lokakarya yang diselenggarakan oleh Glass Art Society. Baru-baru ini , Francis tinggal dan bekerja di Bali dan Yogyakarta , Indonesia , kemudian berkolaborasi pada beberapa proyek independen.