Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh dan Seluruh Jajarannya
Mengucapkan:
Selamat Menunaikan Ibadah Haji Tahun 1431 H/2010 M Semoga Memperoleh Haji Mabrur Kepala
Drs. H. A. Rahman TB, Lt.
DAFTAR ISI
Laporan Utama :
Haji Cukup Sekali
Hal. 6
Prof. DR. Muslim Ibrahim, Ketua MPU Aceh
Prioritaskan yang Belum Pernah Haji Hal. 11
Daud Pakeh, Kabid Haji Kanwil Kemenag Aceh
Tidak Ada Larangan Haji Lebih dari Sekali
Hal. 12
Irfan M. Nur,
Drs. Tgk. H. Ameer Hamzah,
Kesenjangan Makin Terasa
Rindu Haji Berkali-kali Hal. 10
Hal. 13
Tarmizi A. Hamid
Pemerintah Harus Tegas Hal. 13
Tafsir:
Manusia Terindah
M. Yusuf Ishaq (Yusis)
Pengabdian untuk Dakwah Islam, Lewat Seni Qasidah Hal. 49
Hal. 25
Konsultasi BP4:
Talak Kinayah Lifestyle
Hal. 42
Penanggulangan Penyakit Campak pada Anak Hal. 45
Majalah Santunan Kantor Kementerian Agama Provinsi Aceh Pembina: Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh Penanggungjawab: Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh Dewan Pengarah: Drs. H. Taufiq Abdullah; Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd; H. Abrar Zym, S.Ag; Drs. H. Asy’ari Basyah; Drs. Saifuddin AR; H. Aska Yunan, S.Ag. Pemimpin Umum: Drs. H. Zuardi Zain Pemimpin Redaksi: Juniazi Wakil Pemimpin Redaksi: Muzakkir Sekretaris Redaksi : Khairuddin Aba Wakil Sekretaris Redaksi: Jabbar Sabil Redaktur: Mulyadi Nurdin; Ridwan Qari; Juhaimi; Taharuddin, Wiswadas; Azhar; Khairul Saleh; Abdullah AR; Muhammad Yakub Yahya; Suri Arniansyah; Alfirdaus Putra. Pemimpin Usaha: Imran Wakil Pemimpin Usaha: Zulfahmi Keuangan: Munawar; Elia Fajri Sirkulasi: Darwin; Jatu Rahmi Rahayu Iklan: Hartati; Yenni Yusnita Layout: Tim Santunan Staf Redaksi Fadhlan Mursal; Saiful Mahdi; Amwar Citra H Alamat Redaksi: Jl. Tgk. Abu Lam U No. 9 Banda Aceh E-mail:
[email protected] Hotline-SMS: 0852-7775-9339. Untuk distribusi, harap menghubungi No. HP. 085277529295 (Darwin). Iklan; HP. 08126935043 (Hartati).
Salam Redaksi
Naik Haji Cukup Sekali
A
lhamadulillah, tahun ini Menteri Agama RI, Bapak H. Suryadharma Ali, menambah kouta haji untuk Provinsi Aceh 1152 orang. Dengan demikian--sampai dengan majalah ini naik cetak--jumlah Jamaah Calon Haji (JCH) Provinsi Aceh tahun 1432 H/2011 M yang sudah melunasi BPIH sebanyak 4858 orang. Jumlah ini meningkat dibanding beberapa tahun sebelumnya, di mana Aceh hanya mendapatkan kouta sebanyak 3.599 orang JCH setiap tahun. Benar, di satu sisi masyarakat Aceh patut bersyukur dengan adanya tambahan kouta haji tahun ini. Namun di lain pihak, penambahan kouta haji tahun ini belum memberi pengaruh secara signifikan pada jumlah daftar tunggu (waiting list) Aceh saat ini yang sudah mencapai 38 ribu orang lebih. Artinya, JCH yang mendaftar saat ini harus menunggu minimal sembilan atau sepuluh tahun ke depan, untuk bisa berangkat naik haji. Dapat dibayangkan, jika JCH saat ini berumur 50 tahun, pada umur 59 tahun baru dapat berangkat. Begitu pula jika umurnya saat ini 60 tahun, kemungkinan umur 69 tahun baru berangkat. Sebuah penantian panjang. Maaf, itu pun jika ada umur masih panjang. Persoalan waiting list ini, sebetulnya tidak hanya dialami Provinsi Aceh-walau pun jumlah jamaah dan lamanya menunggu tidak sama--namun secara nasional provinsi yang lain juga mengalami hal serupa. Sebut saja, Sulawesi Utara, Kalimantan Tengah, Sumatera Barat. Untuk naik haji, tetap saja harus menunggu! Menyikapi kondisi ini, pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama, terus berpikir mencari solusi tentang masalah ini. Salah satunya, pemerintah setiap tahun meminta tambahan kouta haji kepada Kerajaan Arab Saudi dan tahun ini kouta haji untuk Indonesia ditambah 10 ribu orang. Itu pun belum menjawab persoalan waiting list yang dialami oleh hampir seluruh provinsi di tanah air. Sementara JCH dan masyarakat terus menuntut penambahan kouta haji setiap tahun. Logikanya, bagaimana pemerintah menambah kouta haji nasional, sementara Arab Saudi tidak memberi tambahan kouta. Harapan masyarakat dan harapan Pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama, tentunya sangat dipahami. Pemerintah diminta membuat regulasi dan aturan main yang ketat dan tegas, untuk mengerem membludaknya minat masyarakat 4
muslim menunaikan ibadah haji setiap tahun. Sebetulnya, beberapa langkah strategis telah dilakukan pemerintah dalam hal ini, seperti menambah setoran awal BPIH, dari Rp. 20 juta menjadi Rp. 25 juta, melarang anak-anak di bawah 17 tahun menunaikan ibadah haji. Menghimbau mereka yang sudah pernah haji untuk tidak mendaftar lagi naik haji, dan seterusnya. Namun itu pun belum menyelesaikan masalah yang ada. Regulasi pun sudah, seperti Undang-undang Nomor 13 tahun 208 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, PP, dan Peraturan Menteri, dan seterusnya. Intinya, pemerintah sudah berusaha memberikan pelayanaan haji setiap tahun secara maksimal dan optimal. Ide supaya pemerintah berlaku tegas dalam hal pendaftaran haji ini, termasuk melarang keras mereka yang sudah pernah haji untuk berhaji lagi, juga ada benarnya. Barangkali ini salah satu cara untuk mengerem membludaknya minat masyarakat beribadah haji. Dalam sejumlah dalil nas, dan referensi yang kita baca juga demikian. Haji diwajibkan kepada orang Islam yang sudah mampu dan sekali seumur hidup. Barangkali, ide berhaji cukup sekali seumur hidup ini patut disosialisasikan di tengah masyarakat muslim. Sehingga, dengan demikian memberi kesempatan kepada yang lain untuk lebih cepat berangkat dan tidak perlu menunggu dalam waktu lama. Sudah pasti, harapan masyarakat tentunya harapan kita semua, persoalan daftar tunggu yang begitu panjang dan lama segera mendapat jalan keluarnya. Sehingga dengan tidak perlu menunggu waktu lama, niat dan cita-cita masyarakat untuk melaksanakan rukun Islam kelima ke tanah suci ini segera terwujud. Untuk pelaksanaan haji tahun 2011 ini, harapan kita berjalan dengan lancar. Persoalan klasik yang sering muncul setiap tahun dalam penyelenggaraan ibadah haji, seperti masalah pemondokan, katering dan transportasi, tahun ini semoga dapat ditekan dan berjalan dengan baik. Khususnya soal pemondokan di Mekah yang merupakan komponen penting dan bahkan dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan penyelenggaraan ibadah haji setiap tahun. Selamat Menunaikan Ibadah Haji kepada seluruh Jamaah Calon Haji Provinsi Aceh tahun 2011. Semoga dapat melaksanakan seluruh rukun dan wajib haji serta mendapat pahala haji mabrur. Amin ya rabbal ’alamin. n juniazi
Santunan OKTOBER 2011
Kapan Dana Sertifikasi Cair? Assalamu’alaikum Wr. Wb. Bapak Kakanwil… Saya guru di Aceh Tenggara, mengajar di salah satu madrasah swasta di Aceh Tenggara, di Kutacane. Yang hendak saya tanyakan kepada Bapak: 1.Kapankah dicairkan dana tunjangan sertifikasi guru yang melalui DIPA Kantor Kemenag Aceh Tenggara? soalnya Pak Kakanwil, rekan kami yang sudah sertifikasi yang satker nya di MAN Lawe Sigala Kutacane sdh menerima dana tersebut, yang pertama 6 bulan dan yang kedua 3 bulan. Kenapa ada pembedaan? 2. Saya lulus sertifikasi kouta 2009 dan sudah pernah menerima dana
tersebut untuk tahun yang lalu, tapi mengapa yang namanya NRG menjadi permasalahan saat ini? menurut hemat saya, itu bukan alasan yang logis pak Kakanwil, saya minta kepada Bapak tolong berikan penjelasan dan juga solusinya kepada kami. Wassalam Nama dan alamat ada pada redaksi.
Kemana Uang Makan Kami? Pak Assalamu’alaikum Wr. Wb. Bapak Kakanwil Yth. Saya mewakili kawan-kawan CPNS Tahun 2010 Kabupaten Bireuen
memohon penjelasan, kenapa uang makan kami tidak dibayarkan, padahal kami sudah aktif bertugas sejak 2 Mei 2011. Ketika kami tanyakan kepada pejabat di Kementerian Agama Bireuen, kami diminta “berpuasa” sampai 31 Desember 2011. Padahal, kawan-kawan kami yang lulus sebagai CPNS di Kantor Kementerian Agama Kabupaten / Kota di tempat lainnya sudah menerima uang makan mereka. Lalu apa bedanya CPNS Kemenag Bireuen dengan CPNS di Kemenag lain? Mohon sulusi dan penjelasan dari Bapak, atas perhatian Bapak kami ucapkan terima kasih. Wassalam Nama dan alamat ada pada redaksi
BIRO DAERAH MAJALAH SANTUNAN: Kota Banda Aceh Yusri, Said Mahfud, Aceh Barat Narjun Ikhsan, Merahwan, Simeulu Drs. H. Yusman, Iskandar, Aceh Barat Daya Zubaili, Fajrina, Nagan Raya Muhammad Juned, Taufiq, Aceh Tengah M. Ramli, SH, Hasanah, Gayo Lues Ibrahim, S.Ag, Munirullah, S.Sos.I, Pidie Drs. Ilyas Muhammad, Syuib, S.Ag, Kota Lhokseumawe T. Helmi, S.Sos, Umar Dani, Aceh Besar Nasrullah, Amirullah, Kota Sabang H. Khairuddin, S.Ag, Eriadi, ST, Aceh Jaya Taisir, S.TH, Rahmat, Aceh Selatan Drs. Bukhari Harun, Ainul Marziah, Aceh Tenggara Syaiful, S.HI, Razali, Aceh Timur Jakfar, S.Sos.I, Hermansyah, Aceh Tamiang Muhammad Sofyan, Jumini, Kota Langsa M. Dahlan Ary, Apmilina Sari, Aceh Utara Drs. Kasmidi, A. Hadi, Aceh Singkil Ghazali, S.Ag, Widiastuti, Bener Meriah Drs. H. Hamdani, Ambiya Yusri, Bireuen Ismuar, S.Ag, Mursyidah.
Redaksi hanya memuat surat, email, atau sms yang menyertakan identitas yang jelas, dan disampaikan dalam bahasa yang sopan. Demikian untuk dimaklumi. Santunan OKTOBER 2011
5
LAPORAN UTAMA
Dirangkum oleh Mulyadi Nurdin
Haji Cukup Sekali Ada yang menginginkan agar haji dibolehkan sekali seumur hidup. Namun pemerintah belum melarang secara resmi.
P
agi itu di akhir bulan Syawal, semilir angin menyisir kota Banda Aceh, matahari bersinar dengan cerahnya, semua warga Ibukota Provinsi Aceh tersebut kembali beraktifitas dengan ceria, namun tidak demikian dengan Tarmizi A Hamid (43 tahun), lelaki itu sedang dilanda kebingungan karena baru saja mendapat kabar bahwa mertuanya yang berusia 65 tahun tidak bisa berangkat haji tahun ini, malah menurut nomor antrian yang ada, beliau akan berangkat pada tahun 2016. Sambil meneguk kopi Ulee kareng di warkop SMEA yang menjadi langganannya, ia berusaha untuk mendapatkan cara mempercepat proses keberangkatan mertuanya yang sudah sakit-sakitan tersebut. “Mertua saya sudah mendaftar sejak tahun 2009, baru bisa berangkat tahun 2016, lima tahun ke depan,” keluhnya. Namun usaha itu selalu gagal karena sistem antrian haji tidak
6
bisa ditoleransi, begitulah kira-kira jawaban yang ia dapatkan dari petugas di Kantor Kementerian Agama di mana pun. Yang membuatnya makin gelisah adalah banyaknya jamaah haji yang berkali-kali berangkat ke tanah suci, sehingga membuat kesempatan ibadah bagi yang lain makin susah. “Selama ini terkesan siapa saja boleh mendaftar haji, walau pun sudah berkali-kali naik haji sebelumnya,” ujarnya kesal sambil kembali meneguk kopi kental kesukaannya. Ia juga sudah berusaha untuk melunasi setoran haji ketika mendengar adanya kuota tambahan bagi Aceh yang mengutamakan orang usia lanjut, namun ia tak yakin mertuanya bisa berangkat mengingat banyaknya jumlah jamaah lansia yang juga masuk daftar tunggu. Akhirnya ia hanya bisa pasrah. Kegelisahan Tarmizi A Hamid tersebut menjadi cerminan kondisi jamaah calon haji dan keluarganya yang masuk Santunan OKTOBER 2011
dalam daftar tunggu (waiting list) di seluruh Indonesia, namun hingga kini tindakan pemerintah untuk melarang haji lebih dari sekali belum dilakukan dengan berbagai pertimbangan. Harus Ada Prioritas Walaupun kebijakan khusus belum ada, namun sebaiknya ibadah haji diutamakan bagi yang belum pernah berhaji dan yang sudah berusia lanjut. Demikian pendapat Ketua MPU Aceh, Muslim Ibrahim ketika ditanya Santunan. Menurutnya prioritas harus diberlakukan, jika hal itu mungkin dilakukan, supaya adanya pemerataan dalam ibadah haji. “Prioritaskan yang belum pernah naik haji,” ujarnya kepada Santunan (23/9) saat dihubungi melalui telepon selular miliknya. Hal serupa juga diungkapkan oleh Kabid Haji Kanwil Kemenag Aceh, Daud Pakeh. Menurutnya sebaiknya setiap orang mencontoh Rasulullah
Laporan Utama Senada dengan itu warga Ulee Kareng Banda Aceh, Irfan M Nur mengharapkan supaya ada kesadaran bagi yang sudah naik haji untuk memberi kesempatan kepada yang lain. “Seharusnya orang yang sudah naik haji mengalah dong, kasih kesempatan bagi yang belum pernah,” ujar pria yang bekerja di bidang multimedia tersebut.
saw. yang berhaji hanya sekali dalam hidupnya. “Berikan kesempatan bagi orang yang belum pernah berhaji. Dan bila kita kembali kepada sejarah Rasulullah saw., Rasulullah saw. sendiri tidak melakukan ibadah haji berkali-kali, kecuali umrah yang beliau lakukan 3 kali,” jelasnya seraya memberi contoh.
Tidak bisa dilarang Walaupun wacana pembatasan haji cukup sekali diutarakan oleh berbagai pihak, pada prinsipnya ibadah itu tidak boleh dilarang, karena merupakan hak setiap umat Islam. Begitu pendapat Ketua MPU Aceh, Muslim Ibrahim kepada Santunan. “Tidak boleh dilarang, karena itu merupakan hak setiap orang,” tegasnya. Begitu juga pendapat Kabid Haji Kanwil Kemenag Aceh, Daud Pakeh, menurutnya keinginan orang untuk naik haji tidak boleh dilarang, walau pun pemerintah sudah menghimbau supaya mendahulukan orang lain yang belum pernah. “Untuk orang beribadah kita tidak bisa melarang, makanya pemerintah menetapkan dan memberikan seruan, berikan kesempatan bagi orang yang
belum pernah berhaji,” jelasnya. Sementera itu Drs. Tgk. H. Ameer Hamzah, Dosen IAIN Ar-Raniry Banda Aceh mempersilakan untuk haji berkali-kali asal ada perbaikan perilaku di tengah masyarakat setelah haji. “Silakan haji sekali atau lebih, plus umrah lagi. Silakan antar dan jemput jamaah setiap tahun, asal semakin sering menyaksikan jamaah haji, semakin sering naik turun pesawat ke Tanah Haram, kian bagus dan elok perangai kita,” harapnya. Walau harapan untuk pembatasan haji datang dari berbagai kalangan, namun pemerintah hingga kini belum mengeluarkan larangan tersebut. Begitu lah ditegaskan Kabid Haji Kanwil Kemenag Aceh, Daud Pakeh. “Dalam aturan, untuk menunaikan ibadah haji memang sekali seumur hidup, tetapi aturan untuk melarang orang untuk tidak melakukan haji lagi itu tidak ada,” pungkas Daud Pakeh. Secara aturan memang tidak boleh melarang siapa pun untuk ibadah haji, hanya saja diperlukan upaya untuk melerai daftar tunggu yang makin panjang supaya masyarakat, seperti halnya Tarmizi A Hamid, tidak lagi menunggu dalam kegundahan. n mulyadi nurdin
JADWAL PEMBERANGKATAN DAN PEMULANGAN EMBARKASI BANDA ACEH (BTJ) TAHUN 1432 H/2011 M KLO TER 1
2
3
PEMBERANGKATAN
NOMOR SEAT
KOMPOSISI JAMAAH
Masuk Asrama: Tgl. 1 Oktober 2011 Pkl. 16:00 WIB Berangkat: Tgl. 2 Oktober 2011 Pkl. 16:00 WIB
PETUGAS KOTA BANDA ACEH
JUMLAH
325
Masuk Asrama: Tgl. 2 Oktober 2011 Pkl. 16:00 WIB Berangkat: Tgl. 3 Oktober 2011 Pkl. 16:00 WIB
PETUGAS ACEH BESAR
5 320
JUMLAH
325
Masuk Asrama: Tgl. 3 Oktober 2011 Pkl. 16:00 WIB Berangkat: Tgl. 4 Oktober 2011 Pkl. 16:30 WIB
PETUGAS ACEH UTARA
5 320
JUMLAH
5 320
325
1 s.d 5 6 s.d 325
1 s.d 5 6 s.d 325
1 s.d 5 6 s.d 325
PEMULANGAN
PETUGAS
PEMONDOKAN DI MEKKAH
Dari Jeddah: Tgl. 11 Nopember 2011 Pkl. 12:30 WAS Tiba di Tanah Air: Tgl. 12 Nopember 2011 Pkl. 01:00 WIB
1. Drs. H. Cut Ali Manyak, MM (TPHI) 2. H. Qaharuddin Kombih, S.Ag (TPIHI) 3. Dr. Koestendrina Marina Dewi (Dokter) 4. Zulhilmi (Paramedis) 5. Idian Fiani (Paramedis)
Nomor Maktab : 41
Dari Jeddah: Tgl. 12 Nopember 2011 Pkl. 12:30 WAS Tiba di Tanah Air: Tgl. 13 Nopember 2011 Pkl. 01:00 WIB
1. H. M. Rijal, S.Ag (TPHI) 2. H. Umar Nafi, M.Pd (TPIHI) 3. Dr. Teuku Yusrizal Yusuf (Dokter) 4. Saiful Azhar (Paramedis) 5. Azizah (Paramedis)
Nomor Maktab : 26
Dari Jeddah: Tgl. 13 Nopember 2011 Pkl. 12:30 WAS Tiba di Tanah Air: Tgl. 14 Nopember 2011 Pkl. 01:00 WIB
1. H. Asnawi, S.Ag (TPHI) 2. Prof. Dr. Jamaluddin Idris, M.Ed (TPIHI) 3. Dr. Lies Sulyani Sulaiman (Dokter) 4. Gunawan Usman Amin (Paramedis) 5. Azizah Nyak Ibrahim (Paramedis)
Nomor Maktab : 22
Santunan OKTOBER 2011
Wilayah : Misfalah
Wilayah : Jarwal
Wilayah : Jarwal
7
Laporan Utama 4
5
6
7
8A
8
Masuk Asrama: Tgl. 4 Oktober 2011 Pkl. 15:00 WIB Berangkat: Tgl. 5 Oktober 2011 Pkl. 15:00 WIB
PETUGAS ACEH TIMUR ACEH SELATAN GAYO LUES
5 143 130 47
JUMLAH
325
Masuk Asrama: Tgl. 5 Oktober 2011 Pkl. 10:00 WIB Berangkat: Tgl. 6 Oktober 2011 Pkl. 09:45 WIB
PETUGAS LANGSA ACEH TENGGARA BENER MERIAH
5 168 95 57
JUMLAH
325
Masuk Asrama: Tgl. 6 Oktober 2011 Pkl. 17:00 WIB Berangkat: Tgl. 7 Oktober 2011 Pkl. 18:00 WIB
PETUGAS PIDIE PIDIE JAYA
5 220 100
JUMLAH
325
Masuk Asrama: Tgl. 7 Oktober 2011 Pkl. 16:00 WIB Berangkat: Tgl. 8 Oktober 2011 Pkl. 16:00 WIB
PETUGAS ACEH TENGAH NAGAN RAYA ABDYA
5 112 110 98
JUMLAH
325
Masuk Asrama: Tgl. 8 Oktober 2011 Pkl. 08:00 WIB Berangkat: Tgl. 9 Oktober 2011 Pkl. 08:00 WIB
PETUGAS LHOKSEUMAWE BANDA ACEH SIMEULUE
5 291 133 26
JUMLAH
455
Masuk Asrama: Tgl. 8 Oktober 2011 Pkl. 09:00 WIB
PETUGAS ACEH UTARA BANDA ACEH ACEH JAYA ACEH BESAR
5 125 84 77 34
JUMLAH
325
PETUGAS ACEH BARAT ACEH TAMIANG SINGKIL/ SUBULUSSALAM JUMLAH
325
PETUGAS BIREUN
5 320
JUMLAH
325
Berangkat: Tgl. 09 Oktober 2011 Pkl. 08:15 WIB 9
Masuk Asrama: Tgl. 09 Oktober 2011 Pkl. 17:00 WIB Berangkat: Tgl. 10 Oktober 2011 Pkl. 18:00 WIB
10
8
Masuk Asrama: Tgl. 10 Oktober 2011 Pkl. 16:00 WIB Berangkat: Tgl. 11 Oktober 2011 Pkl. 16:00 WIB
1 s.d 5 6 s.d 148 149 s.d 278 279 s.d 325
Dari Jeddah: Tgl. 14 Nopember 2011 Pkl. 12:30 WAS Tiba di Tanah Air: Tgl. 15 Nopember 2011 Pkl. 01:00 WIB
1. Tgk. H. Anas, S.HI (TPHI) 2. Drs. H. Umar Ali (TPIHI) 3. Dr. Sri Hariaty (Dokter) 4. Armiyadi (Paramedis) 5. Zul Amna (Paramedis)
Nomor Maktab : 51
1 s.d 5 6 s.d 173 174 s.d 268 269 s.d 325
Dari Jeddah: Tgl. 15 Nopember 2011 Pkl. 15:15 WAS Tiba di Tanah Air: Tgl. 16 Nopember 2011 Pkl. 03:45 WIB
1. Drs. H. Hamdani (TPHI) 2. Drs. H. Marzuki Anshari (TPIHI) 3. Dr. Tengku Zulfah (Dokter) 4. Rakiin (Paramedis) 5. Nurala (Paramedis)
Nomor Maktab : 33
1 s.d 5 6 s.d 225 226 s.d 325
Dari Jeddah: Tgl. 16 Nopember 2011 Pkl. 17:00 WAS Tiba di Tanah Air: Tgl. 17 Nopember 2011 Pkl. 05:30 WIB
1. H. Yasih, S.Ag (TPHI) 2.H. T. Maimun Ali, Lc (TPIHI) 3. Dr. Marsirita Phonna (Dokter) 4. Baijuri (Paramedis) 5. Nahrisah (Paramedis)
Nomor Maktab : 34
1 s.d 5 6 s.d 117 118 s.d 227 228 s.d 325
Dari Jeddah: Tgl. 17 Nopember 2011 Pkl. 14:30 WAS Tiba di Tanah Air: Tgl. 18 Nopember 2011 Pkl. 03:00 WIB
1.Drs. H. Djulaidi (TPHI) 2. Drs. H. Rusydy (TPIHI) 3. Dr. Yunalis (Dokter) 4. Sawaluddin (Paramedis) 5. Tapsiah Bancin (Paramedis)
Nomor Maktab : 23
1 s.d 5 6 s.d 296 297 s.d 429 430 s.d 455
Dari Jeddah: Tgl. 18 Nopember 2011 Pkl. 11:45 WAS Tiba di Tanah Air: Tgl. 18 Nopember 2011 Pkl. 00:15 WIB
1. H. Hasbullah, S.Ag (TPHI) 2. H. Syarifuddin, S.Ag (TPIHI) 3. Dr. Elvi Suryana (Dokter) 4. Teuku Alamsyah (Paramedis) 5. Hj. Aminah Abdul Gani (Paramedis)
Nomor Maktab : 46
1 s.d 5 6 s.d 130 131 s.d 214 215 s.d 291 292 s.d 325
Dari Jeddah: Tgl. 18 Nopember 2011 Pkl. 07:15 WAS
1. Drs. H. Zulkarnaini, M.Ag (TPHI) 2. Drs. H. Yuslim (TPIHI) 3. Dr. Emi Hartati (Dokter) 4. Muslim (Paramedis) 5. Suarni (Paramedis)
Nomor Maktab : 17
5 175 131
1 s.d 5 6 s.d 180 181 s.d 311 312 s.d 325
1. H. Muhammad, MA (TPHI) 2. Drs. H. M. Arif Idris, MA (TPIHI) 3. Dr. Andrian Abdul Gani (Dokter) 4. T. Nazaruddin Diwarna (Paramedis) 5. Hj. Siti Fatimah (Paramedis)
Nomor Maktab : 67
14
Dari Jeddah: Tgl. 19 Nopember 2011 Pkl. 17:00 WAS Tiba di Tanah Air: Tgl. 20 Nopember 2011 Pkl. 05:30 WIB
Dari Jeddah: Tgl. 20 Nopember 2011 Pkl. 14:30 WAS Tiba di Tanah Air: Tgl. 21 Nopember 2011 Pkl. 03:00 WIB
1. H. Iqbal Muhammad, M.Ag (TPHI) 2. Drs. H. Zulhelmi A. Rahman, M.Ag (TPIHI) 3. Dr. Darmawanti Mahyuddin (Dokter) 4. Azhari (Paramedis) 5. Erlin Hendriati (Paramedis)
Nomor Maktab : 09
1 s.d 5 6 s.d 325
Tiba di Tanah Air: Tgl. 19 Nopember 2011 Pkl. 19:45 WIB
Santunan OKTOBER 2011
Wilayah : Bakhutmah
Wilayah : Hafair
Wilayah : Syari’ Mansuor
Wilayah : Jarwal Mahbas Jin
Wilayah : Misfalah
Wilayah : Ma’abdah
Wilayah : Bakhutmah
Wilayah : Mahbas Jin
Laporan Utama 11
12
Masuk Asrama: Tgl. 11 Oktober 2011 Pkl. 17:00 WIB Berangkat: Tgl. 12 Oktober 2011 Pkl. 16:45 WIB
PETUGAS BANDA ACEH PIDIE ACEH BESAR
5 174 92 54
JUMLAH
325
Masuk Asrama: Tgl. 12 Oktober 2011 Pkl. 17:00 WIB
PETUGAS SABANG PIDIE PIDIE JAYA ACEH TENGAH ACEH TIMUR ACEH TAMIANG LANGSA GAYO LUES
5 57 100 60 41 39 13 6 2
JUMLAH
323
Berangkat: Tgl. 13 Oktober 2011 Pkl. 18:00 WIB
13
Masuk Asrama: Tgl. 14 Oktober 2011 Pkl. 07:00 WIB Berangkat: Tgl. 15 Oktober 2011 Pkl. 07:45 WIB
PETUGAS ACEH BESAR ACEH UTARA BENER MERIAH ACEH SELATAN BIREUN ACEH TENGGARA ACEH BARAT DAYA NAGAN RAYA BANDA ACEH LHOKSEUMAWE ACEH JAYA JUMLAH
14
Masuk Asrama:
PETUGAS ACEH BARAT
Berangkat:
5 88 79 68 42 40 28 27 25 16 14 14
1 s.d 5 6 s.d 179 180 s.d 271 272 s.d 325
Dari Jeddah: Tgl. 21 Nopember 2011 Pkl. 22:15 WAS Tiba di Tanah Air: Tgl. 22 Nopember 2011 Pkl. 10:45 WIB
1. Drs. H. Hamdan (TPHI) 2. Drs. H. Faisal (TPIHI) 3. Dr. H. Bukhari (Dokter) 4. Feri Irawan (Paramedis) 5. Ainal Mardhiah (Paramedis)
Nomor Maktab : 01
1 s.d 5 6 s.d 62 63 s.d 162 163 s.d 222 223 s.d 63 264 s.d 302 303 s.d 315 316 s.d 321 322 s.d 323
Dari Jeddah: Tgl. 22 Nopember 2011 Pkl. 17:00 WAS
1. Drs. H. Mukzi (TPHI) 2. DR. H. Muhammad AR, M.Ed (TPIHI) 3. Dr. Hendra Kurniawan (Dokter) 4. Aprijal (Paramedis) 5. Nasruddin Nas Usman (Paramedis)
Nomor Maktab :
1 s.d 5 6 s.d 93 94 s.d 172 173 s.d 240 241 s.d 282 283 s.d 322 323 s.d 350 351 s.d 377 378 s.d 402 403 s.d 418 419 s.d 432 433 s.d 446
Dari Jeddah: Tgl. 24 Nopember 2011 Pkl. 13:15 WAS Tiba di Tanah Air: Tgl. 25 Nopember 2011 Pkl. 01:45 WIB
1. H. Abrar Zym, S.Ag (TPHI) 2. H. Syarbaini, SH (TPIHI) 3. Dr. Abdul Mukti Muhammad Yunus (Dokter) 4. H. M. Jafar M (Paramedis) 5. Armansyah (Paramedis)
1 s.d 5 6 s.d 61
Dari Jeddah:
1. 2. 3. Dr. Adi Suprijadi M. Badrudin (Dokter) 4. Chandra Putra (Paramedis) 5. Rina Nanik Yulianti (Paramedis)
Tiba di Tanah Air: Tgl. 23 Nopember 2011 Pkl. 05:30 WAS
Wilayah : Mahbas Jin
Wilayah :
Nomor Maktab : Wilayah :
446 5 56
Tiba di Tanah Air: JUMLAH
Nomor Maktab :
Wilayah :
Banda Aceh, 05 Oktober 2011 a.n. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh Kabid. Penye. HAZAWA dto Drs. H. M. Daud Pakeh NIP. 196012311990011001
Santunan OKTOBER 2011
9
Laporan Utama
Drs. Tgk. H. Ameer Hamzah, Dosen Mata Kuliah Sejarah Kebudayaan Islam
Rindu Haji Berkali-kali Jika kita belum pernah haji, memang kita boleh bilang: rukun Islam kelima itu, cukup sekali. Namun kita simak, siapa pun yang sudah pernah ke Tanah Suci, selalu rindu ingin kembali. Lihatlah petugas haji, dari tim Dinas Kesehatan dan pendamping Kemenag misalnya, selalu ingin menjadi petugas saban tahun, dengan seleksi yang ketat berulang kali. Sebab panggilan haji itu memang hak semua Muslimin dan Muslimat, asal memiliki tekad, semangat,
10
dan modal. Pemerintah lewat kuota dan prioritas, boleh saja membatasi, tapi nyatanya ada saja jalan bagi kita untuk berulang kali naik haji. Saya mungkin di antara jamaah yang naik haji pertama kali, yang diawali dengan kisah unik, tak disangka-sangka. Tiba-tiba ada hamba Allah yang membantu perjalanan haji, saat jamaah lain relatif sudah usai manasik dan nyaris mau berangkat, beberapa tahun lalu. Juga selama di Tanah Suci, sebagaimana jamaah lain, saya punya jadwal tersendiri di luar kebiasaan jamaah lain, yang tentu mendorong kami, lagilagi ingin ke sana. Alhamdulillah, benar saja, beberapa tahun lalu, saya kembali haji. Silakan haji sekali atau lebih, plus umrah lagi; silakan antar dan jemput jamaah setiap tahun, asal semakin sering menyaksikan jamaah haji; semakin sering naik turun pesawat ke Tanah Haram, kian bagus dan elok perangai kita. Hujjaj (para haji atau hajjah) itu aset ummat. Kita yang berangkat dengan susah payah: uang sendiri, hadiah, biaya dinas, atau tim petugas dan medis itu, harusnya menjadi pioner peruSantunan OKTOBER 2011
bahan masyarakat. Seharusnya kita, sekembali ke kampung halaman, sakit atau sehat, menjadi penyeru dakwah umat. Kita teladankan pada diri, keluarga, dan masyarakat pengorbanan Ibrahim as., kesetiaan Ismail as, kepasrahan Hajar as, atau kejujuran Muhammad saw. Kita yang haji seyogyanya menjadi panutan dan teladan umat yang memang sedang krisis panutan dan gersang teladan. Kita harus bisa jadi tempat ditanyai sebagian dari persoalan hidup, dan tak salah juga sebagai orang yang diminta pinjaman modal hidup. Menurut tetangga yang belum ke sana, daftar tunggu atau belum masuk daftar, kita yang sudah haji, telah menyaksikan langsung tem-pat-tempat suci, dari ihram, thawaf, sa‘i, wuquf, Mudzalifah, Mina, jamarah, masjidmasjid, maqam Rasul dan sahabat, hingga ‘monumen’ sebagai simbol di situ lah Islam dulu dirintis. Jadi, haji dan hajjah itu aset bangsa yang perlu dibina. Pemerintah dan swasta memang telah banyak membantu penyelenggaraannya. Pemerintah seharusnya juga membina mental jamaah pasca naik haji, biar terjamin kemabrurannya, supaya ongkos yang selangit itu tak menguap percuma seiring dengan mengudara dan mendarat di embarkasi dan debarkasi. Pemerintah dan masyarakat, maunya juga menciptakan sistem dan susana dalam sosial, ekonomi, budaya, bahkan birokrasi yang mendukung akhlak mulia para haji yang tersebar di beragam profesi. Sehingga menjadi duta-duta kenabian dan kerasulan di daerah masing-masing. Saudara dan tetangga pantas juga memelihara nama baik para haji, tapi kita yang haji duluan menjaganya.
Laporan Utama
Prof. DR. Muslim Ibrahim, Ketua MPU Aceh
Mabrur itu bisa diukur. Kita jaga indera terutama lidah kita, sebagaimana larangan (haram) untuk mengucapkan kata-kata jorok di saat ihram dan luar ihram, juga saat shalat. Kita jujur sebagaimana kejujuran Muhammad (alAmin) sebelum dan setelah jadi nabi, sehingga kafir pun mengangkatnya sebagai hakim saat hajarul aswad (batu hitam di sudut Ka‘bah) diangkat kembali ke pojoknya. Kita ajarkan ketabahan dan ketegaran menghadapi krisis sebagaimana ketabahan dan ketegaran Siti Sarah as dalam mendidik dan mencari setetes air buat putra semata wayangnya, Ismail as. Tata lah qalbu dan niat kita sehingga setan tidak bisa sekali jua menceraiberaikan program dan aksi kita, sebagaimana penolakan atas ajakan setan kepada Ibrahim, Ismail, dan Sarah as. Kita lempar setan yang bersarang di hati kita dengan zikir yang kontinyu, pikir yang islami, rasa yang empati, karya yang beradab, dan gaya hidup yang bersahaja. Pola pikir dan perasaan kita yang humanistik dan optmistik sebagaimana inti khutbah dari haji perpisahan Nabi saw. (wada‘), mesti kita pupuk. Seruan Islam itu bukan untuk saling dendam, rasialis, menjajah, berperang, atau memposisikan manusia dalam kelas dan kasta. Rasulullah saw. menekankan sekali universalisme dan humanisme manusia, jauh sebelum ada deklarasi HAM dewasa ini. Dinamika syu‘uban yang berarti suku atau suku bangsa, (qaba’il) yang bermakna kabilah, sub dari suku-suku, atau marga, dibenam dalam persaudaraan Islam yang lebih universal. nyakub
Prioritaskan yang Belum Pernah Haji Waiting List haji yang sangat panjang ikut dikomentari oleh ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Prof. DR. Muslim Ibrahim, menurutnya prioritas sebaiknya diberikan kepada orang yang belum pernah naik haji supaya adanya pemerataan. “Prioritaskan yang belum pernah naik haji,” ujarnya kepada Santunan (23/9), melalui telepon selular. Walau demikian Ketua MPU juga menegaskan tidak boleh melarang seseorang untuk naik haji berkali-kali karena itu merupakan hak setiap orang
Santunan OKTOBER 2011
Islam. “Haji merupakan hak setiap umat Islam,” tegasnya. Ia juga berharap, pemerintah dalam mengelola haji dapat melihat kondisi ril masyarakat. Kalau memang kenyataannya peluang untuk haji berkali-kali mungkin dilaksanakan, maka boleh dibuka peluang kepada yang pernah haji, demikian juga sebaliknya. “Peluang haji berkali-kali bisa saja diizinkan, misalnya ketika ada penambahan kuota” sambungnya memberikan contoh. n mulyadi nurdin, jabbar sabil
11
Laporan Utama
Daud Pakeh, Kabid Haji Kanwil Kemenag Aceh
Tidak Ada Larangan Haji Lebih dari Sekali
A
da kesan dalam masyarakat bahwa orang yang pergi haji adalah orang-orang yang sama, apakah Ada kebijakan khusus tentang hal tersebut? Dalam aturan untuk menunaikan ibadah haji memang sekali seumur hidup, tetapi aturan untuk melarang orang untuk tidak melakukan haji lagi itu tidak ada. Cuma salah satu hal yang diatur oleh sistem pada saat pelunasan jamaah haji itu, tahap pertama yang sudah pernah berhaji itu dengan sendirinya tidak keluar nama, pada tahap kedua baru diberikan kesempatan bagi yang sudah berhaji. Bagaimana cara mengetahui orang yang sudah berhaji ini? Sekarang dengan Sistem Komputer Haji Terpadu (SISKOHAT) itu jelas, siapapun yang akan mendaftar dapat diketahui apakah pernah berhaji atau belum, datanya akan keluar di menu. Adakah prioritas bagi orang yang lanjut usia jika ia mendaftar bersama orang-orang yang muda? Sistem yang sudah ada sesuai dengan ketentuan yang berlaku di SISKOHAT bahwa tidak ada prioritas orang tua dan orang muda, akan tetapi pada tahap pelunasan tahap ketiga tahun ini, yang merupakan kuota tambahan, ada kebijakan pemerintah memprioritas jamaah lanjut usia, mungkin aspirasi dan sebagainya, maka diprioritaskan bagi orang tua yang diurut bukan berdasarkan nomor porsi, tapi diurut menurut usia tertinggi ke terendah, maka mucullah di Aceh usia tertinggi dari 111 tahun dan usia terendah 78 tahun. Kebijakan ini sudah dimulai dari tahun yang lalu, tahun yang lalu kebijakannya tidak ditentukan nomor urutnya berdasarkan usia, tetapi ditentukan usianya priritas 60 tahun ke atas. Itu diatur dalam peraturan Menteri Agama nomor 11 tahun 2010 dan peraturan tersebut tahun ini juga berlaku.
12
Ketentuannya adalah, yang pertama berusia 60 tahun ke atas, yang kedua belum pernah berhaji, ketiga penggabungan suami isteri. Dalam tambahan kuota tersebut juga termasuk di dalamnya penggabungan suami istri yang salah satunya telah mendapat kuota pada tahap pelunasan pertama dan kedua. Ini menjadi prioritas dengan catatan ada barang bukti seperti Kartu Keluarga (KK) dan Akte nikah, dan lain-lain. Kenapa waktu pelunasan kuota tambahan ini diberikan sangat singkat? Pemerintah Arab Saudi baru menandatangani hitam di atas putih tam-bahan kuota yang 10 ribu untuk Indo-nesia pada tanggal 13 September, maka Menteri Agama membagikan kuota ini untuk seluruh provinsi itu pada 14 September, sementara jadwal pem-berangkatan, mulai 1 Oktober jamaah kloter 1 masuk Asrama, waktu yang sangat singkat. Menurut perhitungan tidak akan mungkin lagi kita kejar waktu untuk menyiapkan dokumen perjalanan haji. Kedutaan Arab Saudi memberikan batas waktu tanggal 1 Oktober pemeriksaan untuk haji reguler tutup, inilah yang kita kejar. Tidak semua kuota tambahan terisi, ini nanti dibawa ke mana kuota tambahan ini, dihilangkan atau diupayakan daftar ulang? Secara aturan UU nomor 13 tahun 2008 dan Perpres yang mengatur tentang haji menyebutkan bahwa bagi yang tidak sanggup melunasi biaya pada tanggal yang sudah ditentukan, kuota tersisa menjadi kuota Nasional dan menjadi kewenangan Menteri Agama. Kuota sisa yang tidak tercover pada tahap pelunasan kedua tahun ini, satu pun tidak diambil Pusat, semuanya dikembalikan ke daerah lagi, ditambah dengan 7 ribu
Santunan OKTOBER 2011
kuota tambahan yang diberikan Arab Saudi untuk jamaah reguler, maka menjadi 9.326 orang, inilah yang dibagi untuk seluruh provinsi termasuk Aceh yang mendapat 1.152 calon jamaah. Ada keinginan dari masyarakat, bagaimana seandainya diberlakukan aturan haji dibolehkan sekali saja sampai habisnya waiting list. Untuk orang beribadah kita tidak bisa melarang, makanya pemerintah menetapkan dan memberikan seruan, berikan kesempatan bagi orang yang belum pernah berhaji. Dan bila kita kembali kepada sejarah Rasulullah, Rasulullah sendiri tidak melakukan ibadah haji berkali-kali, kecuali umrah yang beliau lakukan 3 kali. Dan kita berharap kepada masyarakat agar tidak berbangga dengan melakukan ibadah haji yang berkali-kali, karena lebih banyak kepentingan lain kalau kita lihat dari segi agama. Masih banyak anak-anak yatim yang membutuhkan santunan. Itu lebih aula dibandingkan dengan haji. Kalau saya berpendapat ketimbang seseorang berkali-kali naik haji yang pahalanya sesuai janji Rasulullah haji mabrur itu balasannya syurga, tetapi menyantuni anak yatim itu pahalanya adalah mereka akan duduk dalam syurga bergandengan dengan Rasulullah saw. n mulyadi, darwin, fadhlan
Laporan Utama
Tarmizi A. Hamid, Kolektor Naskah Kuno Aceh
Pemerintah Harus Tegas Panjangnya antrian haji (waiting list) di Aceh membuat Tarmizi A. Hamid, Kolektor Manuskrip Aceh ini ikut prihatin. Menurutnya banyak orang yang patut diutamakan berangkat haji harus menunggu, sedangkan yang masih muda bisa berangkat karena lebih dulu mendaftar. Menurutnya Pemerintah harus lebih tegas dalam menerapkan kriteria siap saja yang menjadi prioritas dalam berhaji. “Selama ini terkesan siapa saja boleh mendaftar haji, walau pun sudah berkali-kali naik haji sebelumnya, banyak orang kaya yang mendaftar berkali-kali yang luput dari sensor pemerintah,” keluhnya.
Pria yang sehari-hari aktif di Majelis Adat Aceh tersebut juga memberi contoh mertuanya yang sudah berusia 80 tahun yang menurut waiting list baru bisa berangkat pada tahun 2016. “Bayangkan kalau lima tahun lagi baru bisa berangkat bagi orang uzur dengan usia 80 tahun, di mana nilai keadilan jika pemerintah tidak tegas, sedangkan orang yang masih segar-bugar bisa berangkat tahun ini,” ujarnya kesal. Menurutnya ketegasan pemerintah akan membuat ibadah haji lebih manusiawi dan memenuhi rasa
keadilan dalam beribadah. “Kalau perlu pemerintah tidak mengizinkan haji lebih dari sekali,” pungkasnya.n mulyadi nurdin
Irfan M. Nur, Wiraswasta
Kesenjangan Makin Terasa “Kesenjangan sosial makin terasa di tengah masyarakat,” Ujar Irfan M. Nur yang sehari-hari bekerja di studio Glamour Digital Banda Aceh. Menurut pria yang menekuni bidang fotografi ini menumpuknya daftar tunggu haji di Aceh sebagai cerminan rendahnya nilai solidaritas di dalam masyarakat. “Ada orang yang sudah berkali-kali naik haji, sementara yang lain belum pernah sekali pun,” ujarnya. Di samping itu juga ada kesan orang yang sudah pernah naik haji tidak mau mengalah untuk saudaranya yang belum pernah berhaji sama sekali. “Seharusnya orang yang sudah naik haji mengalah dong, kasih kesempatan bagi yang belum pernah,” harapnya. Masih menurut Irfan, secara etika dalam hidup bermasyarakat kita seharusnya menjaga nilai-nilai solidaritas supaya kesenjangan tidak
terlalu mencolok di dalam masyarakat. “Dalam agama kita diajarkan, kalau memasak kuah saja dianjurkan supaya dibagi-bagi kepada tetangga, tidak dimakan sendiri, seharusnya demikian juga dengan haji, jangan diborong oleh orang yang sudah pernah kesana” tambahnya. Irfan juga mengingatkan para calon haji supaya mempelajari kembali hukum menunaikan ibadah haji, menurutnya haji yang diwajibkan hanya sekali, selebihnya tidak wajib lagi. “Menurut pesan Guree sewaktu saya mengaji dulu, Haji pertama hukumnya wajib, haji kedua hukumnya sunat, haji ketiga hukumnya makruh, lalu haji keempat bagaimana hukumnya?,” tambah Irfan mempertanyakan. Ia juga mengusulkan supaya orang yang sudah berhaji dapat memanfaatkan harta yang dimilikinya Santunan OKTOBER 2011
untuk ibadah dengan cara lain selain haji, seperti membantu fakir miskin, anak yatim, lembaga pendidikan, dan pembangunan sarana ibadah. nmulyadi nurdin 13
Ruang Hazawa
Laporan Abdullah AR
Rintihan Kakek-Nenek
September 2011, merupakan bulan dengan tingkat kesibukan yang lumayan padat di Bidang Penyelenggaraan Haji Zakat dan Wakaf, hal yang sama juga dialami oleh teman-teman di seksi penyelenggara haji dan umrah Kabupaten/kota di seluruh Provinsi Aceh. Pelunasan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji sebagai konsekuensi keluarnya Perpres tentang BPIH tahun 2011, penyusunan kelompok terbang, pengurusan paspor jamaah, visa, dan bahkan yang paling menyita energi bercampur haru, adalah ketika Allah mengabulkan usaha, dan doa masyarakat Aceh dalam memperjuangkan penambahan quota sebanyak seribu orang lebih. Tentang yang terakhir, menjadi menarik diangkat, karena ternyata dengan penambahan quota sebanyak 14
seribu seratus lima puluh dua orang, termasuk di dalamnya empat puluh orang tersisa yang tidak malunasi biaya tahap kedua. Menteri Agama mempersyaratkan, bahwa 50% di antaranya, atau sekitar lima ratus tujuh puluh enam orang (hampir dua Kloter), terdiri dari jemaah uzur yang usianya di atas 79 tahun, (untuk Aceh, bahkan ada yang mencapai usia 111 tahun). Sedangkan sisanya diperuntukkan untuk penggabungan suami isteri, atau orang tua dengan anak yang salah satunya telah melunasi BPIH tahun berjalan, serta pendamping jemaah yang telah uzur. Tak dapat dibayangkan ada dua kelompok terbang gabungan jamaah uzur secara keseluruhan, tentu saja secara medis, kasat mata, dan realita di lapangan, hal ini akan Santunan OKTOBER 2011
menyulitkan. Sebab menunaikan ibadah haji identik dengan aktifitas yang membutuhkan mobilitas tinggi, sehingga membutuhkan energi yang memadai, fisik yang kuat, dan semangat beribadah yang prima. Satu-satunya yang dimiliki oleh jamaah uzur kita adalah semangat. Kita meyakini bahwa tambahan quota haji untuk Provinsi Aceh dengan angka yang fantastis merupakan buah dari senandung lirih doa tulus yang keluar dari hati yang suci. Karena itu, mengayomi, membimbing, dan menghantar mereka menggapai citacita haji mabrur, jauh lebih sulit, dan penuh tantangan pula. Dengan pertimbangan itu pulalah Bapak Kakanwil Kementerian Agama merasa perlu mencurahkan energi lebih banyak ketika harus memutuska siapa petugas yang akan diutus untuk menjadi petugas mendampingi jamaah uzur kita tersebut, semoga saja petugas yang ditunjuk akan dapat memberikan secercah harapan bagi zuyufurrahman dalam usahanya menggapai haji mabrur, bukankah doa mereka akan didengar Allah? Bukankah haji yang mabrur balasanya syurga? Bukankah Syurga itu sebaik-baik tempat kembali? Kepada para petugas yang akan mendampingi jamaah, baik yang bertugas di embarkasi, debarkasi mau pun yang menemani mereka sampai ke Tanah Haram, kami ucapkan selamat dan semoga agar apa yang diabdikan menjadi amalan yang bernilai pahala di sisi Allah swt. Amin.n
Ruang Pekapontren
Laporan Zarkasyi
Pesantren dan Modernitas Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional yang mampu eksis di tengah perubahan zaman. Eksistensi pesantren di tengah dunia modern tentu sangat diharapkan, lebih-lebih sebagai benteng dari perkembangan itu sendiri. Malik Fajar, saat menjabat sebagai Menteri Pendidikan, pernah membanggakan kemandirian pesantren. Ia mengatakan bahwa kemandirian pesantren lebih unggul ketimbang perguruan tinggi yang terkesan “wah”. Sekaligus menjadi lembaga yang paling bertanggungjawab terhadap membludaknya penggangguran. Kemandirian pesantren tentu satu kebanggaan tersediri bagi pesantren sebagai institusi pendidikan. Pesantren hendaknya mampu menjadi lembaga mandiri yang tidak bergantung kepada bantuan dan uluran tangan pihak lain. Pesantren diharapkan mandiri dengan pengembangan ekonomi yang berbasis pesantren. Tidak hanya kemandirian ekonomi yang menjadi tantangan pesantren, perkembangan sistem pendidikan juga menjadi persoalan besar yang dihadapi. Zamaksyari Dhofier, peneliti pesantren, mengatakan bahwa berkembangnya PTAI, atau STAI di pesantren merupakan suatu perkembangan yang sangat penting bagi peradaban Indonesia di masa yang akan datang. Berkembangnya kampus di pesantren akan memperkuat identitas pesantren sebagai pusat peradaban ma-
nusia. Namun, persoalan lain timbul dengan munculnya kampus di pesantren. Pesantren kadang lalai dengan perguruan tinggi yang dikelolanya. Sehingga mengabaikan perannya sebagai lembaga tafaqquh fiddin. Persoalan besar yang menjadi tantangan bagi pesantren adalah modernisasi yang tidak dibarengi dengan kesiapan menghadapi segala kemungkinan buruk sebagai akibat dari perkembangan modernisasi itu sendiri. Di samping itu, upaya memodernisasikan institusi pesantren juga mendapat hambatan dari komunitas pesantren yang masih tidak sepaham dengan modernisasi institusi. Terutama mereka yang masih bertahan pada orisinalitas pondok pesantren. Berpijak pada sebuah kaidah ushul Santunan OKTOBER 2011
fiqh, ”mempertahankan tradisi lama yang baik, dan mengadopsi tradisi baru yang lebih baik,” kiranya patut menjadi landasan pengembangan pesantren dalam menghadapi tantangan modernitas. Jika ada yang baru dan dapat membantu perkembangan pesantren mengapa tidak diadopsi. Sama juga dengan mempertahankan tradisi lama yang masih relevan, merupakan keniscayaan. Singkatnya, modernisasi merambah dunia pendidikan, tidak terkecuali dunia pesantren. Dibutuhkan kekuatan dan kesiapan untuk menghadapi tantangan modernitas yang akan merambah pesantren. Serta tidak menutup mata untuk mengadopsi hal baru yang akan meningkatkan kualitas dan eksistensi pesantren nantinya. n 15
Ruang Urais
Laporan Alfirdaus Putra
Enam Bulan, 1.623 Pasangan Cerai
Semester pertama 2011, terdata 1.623 pasangan suami istri di Aceh bercerai. Dalam catatan Mahkamah Syar’iyyah (MS) Aceh, perceraian terjadi antara lain karena 14 alasan, ketidakharmonisan dalam rumah tangga, kurang tanggung jawab, kekerasan dalam rumah tangga, krisis moral, poligami, masalah ekonomi, nikah di bawah tangan, jarak usia yang terlalu jauh, dan gangguan pihak ketiga. Melalui data yang dipublikasikan oleh MS Aceh, lewat mahkamahsyariahaceh. go.id, Santunan mencatat, dari angka yang telah diputuskan oleh seluruh MS di Aceh di atas, perceraian paling banyak terjadi di wilayah MS Takengon (239 kasus atau 14,72%). Posisi kedua dari kota “Petro Dolar” Aceh Utara (131 peristiwa atau 8,07%). Berturut-turut Pidie (124 atau 7,64%), Kota Langsa (121 atau 7,45%), Kota Juang Bireuen (118 atau 7,27%), dan Aceh Tamiang di posisi keenam (114 atau 7,02%). Penyebab perceraian, dari 1.623 kasus enam bulan di awal 2011, faktor ketidakharmonisan dalam rumah tangga menduduki peringkat pertama (695
atau 42,82%). Selanjutnya, tidak ada tanggung jawab menempati urutan kedua (621 atau 38,26%), faktor ekonomi pada posisi ketiga (99 atau 6,1%), dan gangguan pihak ketiga (74 kali atau 4,5%). Uniknya, hampir 60 persen justru istri yang menceraikan suami (gugat cerai). Hanya 40 persen suami yang menceraikan. Bahkan secara nasional angka ini lebih tinggi, hampir 70 persen perceraian itu gugat cerai, dan 30 persen cerai gugat. Hal ini terungkap dari laporan Direktur jenderal Bimas Islam, Nasaruddin Umar di Jakarta sebelum pemilihan Keluarga Sakinah Teladan Tingkat Nasional di Jakarta. Dia menyebutkan bahwa tingginya angka perceraian yang diminta oleh istri karena perempuan semakin pintar, semakin mapan, dilindungi oleh berbagai UU, dan semakin sadar akan perlunya menyuarakan kesetaraan gender dan hak-haknya, dan tentunya tidak terlepas dari faktor-faktor lainnya. 21.043 Pernikahan Selama semester pertama 2011 Santunan OKTOBER 2011
ini, melalui data pernikahan pada Bidang Urusan Agama Islam (Urais) Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Santunan mencatat 21.043 peristiwa pernikahan terjadi di seluruh Provinsi Aceh. Pernikahan terbanyak (2.649) dari Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh Timur (2.042), dan dari Kabupaten Pidie (1.869). Apabila diprosentasekan jumlah perceraian berbanding dengan jumlah pernikahan yang terjadi pada semester pertama 2011, maka tidak kurang 7,71% perceraian terjadi semester pertama ini dibandingkan peristiwa nikah. Angka ini sungguh lumayan tinggi untuk daerah Aceh yang notabene-nya adalah wilayah percontohan Syariat Islam. Hj. Zuryani, Kasi Keluarga Sakinah, menyebutkan bahwa Kemenag RI secara umum dan Kementerian Agama Provinsi Aceh secara khusus telah mengeluarkan berbagai kebijaksanaan untuk menekan angka perceraian. Di antaranya, setiap pasangan yang akan menikah harus terlebih dahulu mendapatkan sertifikat kursus calon pengantin. Kemenag berharap, dengan adanya syarat “suscatin” (kursus calon pengantin) dapat memberi pemahaman yang baik tentang hak dan kewajiban suami istri sebelum mengarungi bahtera rumah tangga. Kemenag melalui Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP 4) Provinsi Aceh juga telah membuka konsultasi keluarga melalui majalah bulanan Santunan, atau masyarakat dapat berkonsultasi langsung tentang berbagai permasalahan keluarga di Sekretariat BP 4 pada setiap KUA Kecamatan, Kemenag Kabupaten/Kota dan Kanwil Kemenag Aceh. Diharapkan dengan adanya kebijakan ini, angka perceraian di Aceh dapat dikurangi. n 16
Ruang Penamas
Laporan Azhar
Penamas Adakan Pembinaan Penyuluh di Subulussalam
Tanggal 19-21 September 2011 lalu, Bidang Penamas Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh mengadakan Pembinaan Penyuluh Agama Islam Fungsional di Subulussalam. Kegiatan yang bertema “Melalui Pembinaan Penyuluh Agama Islam, Kita Wujudkan Penyuluh yang Profesional“ ini mengambil tempat di Hotel Grand Mitra. Kegiatan ini diikuti oleh 40 peserta dari berbagai Kecamatan di Kabupaten Subulussalam. Melalui kegiatan ini, para peserta diharapkan dapat menghayati nilai pengabdian dalam tugasnya sebagai penyuluh Agama Islam. Oleh karena itu, dalam kegiatan ini juga dimasukkan materi tentang Tantangan Dakwah Islam di Perbatasan. Drs. H. Bukhari, MA, dalam paparan materinya, menyampaikan fakta riskannya pendangkalan akidah di daerah perbatasan Aceh. Hal ini
menjadi tanggung jawab, dan PR kita bersama, meski pun secara fungsional tugas ini menjadi tupoksi (tugas pokok dan fungsi) dari para penyuluh. Dari itu kesuksesan tugas penyuluh menuntut adanya kerjasama dari
Santunan OKTOBER 2011
semua komponen, baik komponen aparatur Kementerian Agama, mau pun komponen masyarakat. Jadi para penyuluh tidak boleh merasa sendiri saja dalam mengemban amanah ini, tapi merupakan bentuk kerjasama lintas struktural, bahkan interdisipliner. Kabid Penamas Kanwil Kemenag Prov. Aceh, dalam wawancara dengan Santunan menyatakan, bahwa ke depan, pembinaan penyuluh harus ditingkatkan. Tidak hanya kemampuan berdakwah secara oral, tapi juga harus profesional secara ilmiah-akademik. Artinya, para penyuluh harus dilatih kemampuan ilmiahnya, “Penyuluh harus mampu menulis yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah-akademik,” pungkasnya. Peserta sangat antusias mengikuti kegiatan ini, berharap agar ke depan, mendapat pembinaan lebih baik.n
17
Ruang KUB
Laporan Muhammad Yakub Yahya
Pendidikan Multikultural dan Keramahtamahan
Prof. Dr. Warul Walidain AK, MA, salah satu narasumber dalam Workshop Pemuda Lintas Agama dan Workshop Pendidikan Multikultural 2011, mengajak peserta dan masyarakat, jika memang perlu, agar lebih sering memakai istilah ‘multikultural’ daripada kata ‘plural’. Multikultural, bukan hanya ‘warna kulit’ kita yang beragam, tapi juga budaya dan karya kita yang bervariasi, majemuk, banyak, atau ‘multiwarna’. Jadi, hampir sama juga dengan plural atau pluralisme, multikultural juga cenderung pada unity in diversity, Bhinneka Tunggal Ika. Hal yang sama juga, jika satu forum bersama Muslim dan non-Muslim, bagus jika sering memakai istilah “kawan kita yang beragama Budha, Hindu, dan lainnya”, daripada memakai kata ‘non-Islam’ atau ‘non-Muslim’. Ajakan agar toleransi berbahasa juga perlu diperhalus hari ini, agar semua elemen bangsa lebih akrab dan menjalin tali pertemanan, bukan lebih berlawanan. Jadi, dimohon pada pemerintah dan warga, misalnya dalam menyahuti Tahun Kunjungan Wisata, Banda Aceh dan Aceh, agar memakai istilah ‘mancanegara’, daripada kata 18
‘asing’ atau ‘orang asing’. Menanggapi pertanyaan seorang peserta dari Singkil, soal ‘pendidikan multikultural’ yang berbasis agama dan ‘pendidikan agama’ yang terkesan dipaksakan, hanya satu model dari satu agama pada peserta didik yang berlainan agama dengan gurunya di sekolah, misalnya kasus di Banda Aceh dan Singkil, guru besar IAIN Ar-Raniry itu menjelaskan, bahwa basis agama yang dimaksud di sini adalah dasar agama si guru dan murid yang bersangkutan. Serta meminta pihak Kemenag Aceh dapat menyahuti keberatan beberapa guru dan walimurid dari beberapa sekolah yang masih mengajarkan pendidikan agama pada murid, oleh guru yang bukan seagama dengan muridnya. Memang di Aceh lebih khusus dan dalam, diatur pendidikan yang berbasis Islam, karena di sini sedang diserukan Syariat Islam. Workshop yang diramaikan oleh lebih dari 55 unsur pemuda dan guru lintas agama, utusan dari kabupaten/ kota se Aceh itu, berlangsung di Hotel Kuala Raja Banda Aceh, sejak 28-30 September 2011. Sesi pertama sekaligus pembukaan program Santunan OKTOBER 2011
‘silaturrahmi dan diskusi lintas agama’, sebagai lanjutan dari beberapa agenda yang hampir serupa bulan-bulan itu, resmi dibuka oleh Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Aceh Drs. H. A. Rahman TB, Lt. Program Pembinaan KUB (Kerukunan Umat Beragama) 2011 yang dilaksanakan oleh Bagian Hukmas KUB Kanwil Kemenag Aceh itu, menampilkan sejumlah pemateri dari akademisi dan pejabat Kemenag. Selain Warul Walidain, Rektor Universitas Abulyatama Aceh, tampil juga antara lain Muhammad Sahlan Hanafiah, M.Si, Dosen Fakultas Ushuludddin IAIN ArRaniry, yang mengupas seputar solusi penanganan konflik. Sebelumnya juga diisi oleh Drs. Taharuddin, dari Bagian Mapenda Kanwil Kemenag Aceh, yang membahani peserta dari berbagai agama di Aceh itu, mengenai pendidikan multikultural dan hubungannya dengan program pemerintah. Multikultural hanya istilah yang baru dipoluperkan belakangan, menurut Prof. Warul. Namun praktek toleransi dan keterbukaan, sudah lama ada di Aceh, bahkan dalam Islam. Sejak di Madinah, salah satu ayat, misalnya QS. Al-Hujarat 13, telah menginstruksikan manusia agar saling tengang rasa, agar kita saling memahami dan menghormati. “Jika Jepang bangkit dan unggul dengan etos kerjanya usai bom atom, AS dengan state trust (power negara, percaya pada kekuatan bangsa), Cina dengan community trust (kekompakan masyarakat, yakin akan komunitas bangsa), Korea dengan society trust (percaya pada kekuatan sosialnya), maka kita mesti memelihara dan rawat keramahtamahan ini, bukan dengan marah dan bermuka masam,” ajak Warul Walidain, Ketua MPD (Majelis Pendidikan Daerah) Aceh. n
Peristiwa
Evaluasi Diri, Demi Kualitas dan Prestasi Santunan-Banda Aceh. Sabtu (10/9/2011), MAN Model Banda Aceh menyelenggarakan halal bil halal dengan seluruh keluarga besar MAN Model yang bertempat di Gedung PSBB, Banda Aceh. Turut hadir dalam kegiatan ini Bapak Kakanwil Kemenag Aceh, Drs. H. A. Rahman TB, Lt., Bapak Kabag TU Kanwil Kemenag Aceh, Drs. H. Taufiq Abdullah, Kakankemenag Kota Banda Aceh, Drs. H. Ramlan, dan sejumlah pejabat lainnya dari Bidang Mapenda Kanwil Kemenag Aceh. Ketua Komite MAN Model Banda Aceh, Bapak Sofyan A. Gani dalam sambutannya mengharapakan, dengan agenda semacam ini seluruh komponen yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan di Madrasah bisa menjaga kekompkan dan dapat mempertahankan kerjasama tim dalam rangka menjaga kualitas dan prestasi yang telah diperoleh MAN Model selama ini. Dalam release yang disampaikan kepada Santunan, Kepala MAN Model
Drs. Ridwan Alim mengungkapkan, pada momen tersebut juga dievaluasi kembali prestasi yang telah diraih oleh MAN Model Banda Aceh selama enam bulan ke belakang. Dengan memahami terget dan visi yang hendak diraih, serta memahami kelemahan dan kekurangan yang kita miliki, tentunya segenap komponen MAN Model Banda Aceh
akan lebih fokus dalam mememberikan perhatian terhadap program-program pengembangan MAN Model di masa yang akan datang. Dalam kesempatan halal bil halal ini, ceramah dan doa bersama dipimpin oleh Tgk. Islamuddin. Ditutup dengan dengan ramah tamah dan makan bersama. naba
MAN Model Banda Aceh Juara Cerdas Cermat Santunan-Banda Aceh. Siswa MAN Model Banda Aceh berhasil menjadi Juara I Cerdas Cermat (CC) yang diselenggrakan oleh KAPMI FAIR 2011. Selain juara, siswa-siswi MAN Model juga berhasil meraih juara I dan Juara II Lomba Menulis Artikel tingkat SLTA pada ajang yang sama. Pada even yang berbeda, siswa MAN Model juga berhasil meraih Juara II Cerdas Cermat Bela Negara tingkat SMA/MA/SMK se Kota Banda Aceh dan juara III Debat
Bela Negara yang dilaksanakan oleh Kodam Iskandar Muda pada Agustus/ Ramadhan yang lalu. Santunan OKTOBER 2011
Kepala MAN Model, Drs. Ridwan Ali, M.Pd, dalam release yang disampaikannya kepada Santunan mengatakan bahwa keberhasilan siswa-siswi MAN Model Banda Aceh dalam berbagai kegiatan lomba tingkat SMA/MA tersebut merupakan kebanggaan tersendiri bagi warga madrasah. Kita semua berterima kasih dan memberikan apresiasi kepada siswa yang yang telah berhasil meraih prestasi serta mengharumkan nama MAN Model Banda Aceh. naba 19
Peristiwa
FASI VIII, Aceh Rangking 11
Santunan-Jakarta. Beberapa cabang musabaqah yang diraih oleh delegasi Provinsi Aceh, dengan memenangkan Juara II, III, Harapan I, dan Harapan II, telah menempatkan posisi Aceh pada urutan 11 nasional. Prestasi delegasi Aceh lewat FASI (Festival Anak Shaleh Indonesia) ke VIII tahun 2011, yang berlangsung sejak 24-27 September itu, jelas satu kebanggaan tersendiri bagi provinsi, kabupaten/kota, pendamping, anak didik, walimurid, pengurus TPQ/TPA, dan panitia yang juga telah menyukseskan FASI ke VIII di Aceh sebelumnya di Asrama Haji. “Sebab, walaupun minim persiapan, anggaran, dan relatif sedikit perhatian dari banyak pihak untuk aspek agama semacam ini, anak-anak Aceh mampu meraih posisi ke 11 nasional, serta mengharumkan Aceh” ungkap H. Akhyar M.Ag, salah seorang panitia dari delegasi Aceh, juga masih Kasi Urais Kankemenag Kota Banda Aceh. “Saat pengumuman dibacakan dan acara tahunan itu pun resmi ditutup 20
oleh Menag RI, Suryadharma Ali, juara umum diraih oleh Jawa Timur,” sambung Akhyar (Sekum BKPRMI Aceh, kandidat doktor dari IAIN Ar-Raniry). Memang sebelum 2011, Aceh belum bisa meraih posisi setingkat itu. Bahkan sebelum ini, FASI tingkat provinsi dan kabupaten/kota dinilai relatif kurang maksimal dalam pelaksanaan dan anggaran, sehingga ada daerah tingkat dua, tidak rutin menggelar FASI, sebagaimana tekad dan program dari BKPRMI/LPPTKA Banda Aceh, yang hampir saban tahun ‘sukses’ menggelar acara untuk anak pengajian agama itu. Pun demikian, Darwati A. Gani, Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Aceh, yang ikut rombongan mendampingi dan terus menggalang dana untuk keberangkatan dan perbekalan peserta, untuk sekitar 50 anak didik dan selama acara di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, dinilai sukses membina pendidikan anak diniah di Aceh, serta ikut mendapat Anugerah Nasional atas “Kepedulian dan Partisipasi terhadap Pembinaan TK/TP Al-Qur`an”. Penghargaan diserahkan Wapres Prof. Santunan OKTOBER 2011
DR. Boediono, saat pembukaan FASI 2011, akhir bulan lalu. “Kita tentu ucapkan selamat buat anak-anak Aceh yang sudah kembali, juga kepada Ibu Darwati, sebagaimana juga isi ‘ucapan selamat’ yang berdatangan lewat iklan yang biayanya jutaan rupiah di media cetak itu. Padahal andai saja mau dialihkan dana ‘ucapan selamat’ itu ke alokasi lain, ‘infaq dewan ustadz/ah’, mungkin memadailah untuk kesejahteraan ustadzustdzah di Aceh, walau cuma buat beberapa bulan sahaja,” sindir Kabag Kemuridan dan Kabag Pengajaran TPQ Plus Baiturrahman, Amirullah Nurdin, ST dan Irwan Harief, SHI. Ketua Umum DPW BKPRMI (Badan Komunikasi Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia) Aceh H. Nasrudddin Ibrahim, MA yang juga Pembina LPPTKA (Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Taman Kanak-kanak Qur`an) BKPRMI Aceh menambahkan, para juara (20 finalis santriwan-santriwati Aceh) menempati urutan ke 11, di bawah Sumatera Barat, melalui Juara II (Mutiara Idhami, Zikratul Rina, dan Asmarindah dalam cabang CC dari TPA Miruek Taman Darussalam; Andria Saiful Adli dalam cabang kaligrafi putra; dan Anas Saddaq untuk cabang azan/iqamat). Juara III diraih Ihyauddin dalam cabang tilawah putra. Sedangkan Juara Harapan I diberikan kepada Diyaniati Chaniago (pidato Bahasa Arab putri), Lia Inayatul Maula (pidato Bahasa Indonesia putri), Seroja (tartil putri TPA), dan Maula Rafi dari TPQ Plus (mewarnai). Dan terakhir, sambung Nasruddin, Kepala MAN Sibreh (Kuta Malaka) itu, Juara Harapan II diberikan untuk Hazriandi Maha (cerita islami putra TQA), Dewi Fortuna, Maisarah, Aisyi Salsabila Eka Aprilia, dan Fathin Aliya Zahra (nasyid TKA). nyakub
Peristiwa
Sosialisasi Pengawasan dengan Pendekatan Agama Santunan-Banda Aceh. Bertempat di Hotel Grand Nanggroe, Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI mengadakan sosialisasi Pengawasan dengan Pendekatan Agama (PPA). Acara ini diselenggarakan dari tanggal 22 sampai dengan 25 September 2011. Peserta berjumlah 56 Orang, terdiri dari pejabat Esselon III dan IV dari Lingkungan kanwil Kementerian Agama, staf PPK, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota dan Kepala Madrasah. Itjen Kementerian Agama, DR. Munzir Suparta, MA mengharapkan
sosialisasi ini meruapakan upaya preventif bagi penyelewangan dan korupsi, Suparta juga mengharapkan bahwa kegiatan ini akan dapat menumbuhkan pemahaman bahwa Allah swt. selalu mengawasi. Tambah beliau, bahwa bekerja tidak hanya mengandalkan keikhlasan semata, tetapi juga tepat memahami aturan dan regulasi yang berlaku, dengan kegiatan ini pula dapat mengurangi kesalahan dalam penggunaan keuangan Negara. Kepada para peserta, Kakanwil mengharapkan ikut mensosialisasikan
program PPA kepada lingkungan kerjanya, agar aparatur di jajaran kementerian Agama, serta meningkatkan kinerja dan memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Kakanwil juga mengharapkan agar kegiatan ini dapat dilanjutkan di masa yang akan datang agar seluruh satker di lingkungan kanwil kementerian Agama dapat mengikuti sosialisasi PPA. Sosialisasi menjadi lebih menarik disajikan dengan menggunakan CD Interaktif dengan metode yang menyenangkan.nzarkasyi
Nomor 0812 8787 5679 Bukan Kakanwil Santunan-Aceh Besar. Akhirakhir ini banyak modus penipuan yang terjadi dengan mencatut nama-nama petinggi di daerah ini, seperti yang di alami Tgk. Shalahuddin pimpinan TPA al-Fata, Lembah Seulawah, beberapa waktu lalu, penipuan yang bermodus memberi bantuan ini mengaku dirinya sebagai Drs. H. A. Rahman TB, Lt. Ka. Kanwil Kemenag Provinsi Aceh. Hari kamis 22/09 Tgk. Shalahuddin mendatangi Kantor Wilayah Kemen-
terian Agama Provinsi Aceh yang sekaligus ingin menanyakan kebenaran berita tersebut, sebelumnya Tgk. Shalahuddin mengaku dirinya mendapatkan Short Message Service (SMS) oleh nomor (0812 8787 5679) yang mengaku dirinya Kakanwil yang isi intinya mendapatkan bantuan untuk TPA yang dipimpinnya. Namun aksi mereka gagal setelah pegawai hukmas Kemenag Aceh menelphon langsung ke nomor tersebut dan sempat berbicara
hingga terbukti ia bukan H. A. Rahman TB, Lt. yang sebenarnya. Selang beberapa hari kemudian kejadian yang sama juga di alami oleh beberapa TPA lainnya yang melaporkan hal serupa ke Hukmas Kanwil Kemenag Aceh. Di sisil ain pegawai Hukmas Kemenag Aceh mengharapkan kepada siapa saja yang mendapatkan sms semacam itu hendaknya konfirmasi lah terlebih dahulu sebelum mempercayainya.nlan
Kakanwil Peusijuk JCH dan Petugas Haji Santunan-Banda Aceh. Keluarga Besar Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh, Rabu (28/9) melaksanakan Peusijuek JCH dan Petugas Haji yang tahun ini berangkat menunaikan Ibadah Haji di lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Agama Aceh. Tahun ini Kanwil Kementerian Agama menugaskan lima
orang Petugas Haji, yang terdiri dari tiga petugas yang akan mendampingi Kelompok Terbang (Kloter) dan dua orang menjadi petugas haji non Kloter. Sementara 4 orang lagi adalah suami isteri Karyawan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh merupakan JCH mandiri. Secara keseluruhan, musim haji taSantunan OKTOBER 2011
hun ini, Embarkasi Banda Aceh memberangkatkan 75 orang petugas haji Kloter, yang terdiri dari 14 orang Tenaga Pemandu Haji Indonesia (TPHI), 14 orang Tenaga Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI), 14 Dokter, dan 28 Paramedis. Masing-masing Kloter akan diisi dengan 5 orang Petugas. naba 21
Peristiwa
Niat dan Tabungan, Rintis Jalan ke Tanah Suci
Santunan-Bireuen. Empat calon jamaah haji tahun 2011 yang berasal dari lingkungan Kantor Kementrian Agama Kabupaten Bireuen di-peusijuek (ditepungtawari) oleh Kasie Urais. Drs. H. Djamaluddin Idris di Kantor Kemenag setempat pada Kamis (15/9) yang disaksikan oleh seratusan PNS
kantor tersebut. Keempat calon haji tersebut ialah, Drs. H. Zulhelmi A. Rahman, M.Ag. (Ka. Kankemenag Bireuen), Zulfan, SE (Staf Peny. Haji dan Umrah), Sulaiman, S.Pd. (Kepala MAN Samalanga), dan Nurul Birri, S.Ag (Guru MTsN Samalanga). Dari keempat calon haji tersebut, dua di antaranya (Zulhelmi dan Zulfan) merupakan petugas haji. Zulhelmi sebagai petugas kloter serta Zulfan petugas haji nonregular. Petugas haji tersebut dibiayai oleh pemerintah setelah memenuhi syarat dan mengikuti serangkaian tes. Sedangkan dua calon jamaah lainnya Sulaiman dan Nurul Birri merupakan
pasangan suami istri yang menunaikan ibadah haji reguler tahun ini. Sebelum acara peusijuek dimulai, Kasubag Tata Usaha Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bireuen, H. Ismuar, S.Ag, mewakili seluruh jajaran keluarga besar pegawai dan karyawan Kemenag Bireuen mengucapkan selamat menunaikan ibadah haji kepada yang menunaikan, semoga selalu dalam lindungan Allah dan menjadi haji yang mabrur. Zulhelmi A.Rahman usai di-peusijuk memberikan kiat bagi PNS yang ingin menunaikan ibadah haji berdasarkan pengalaman pribadinya. “Mereka harus menabung sesuai kesanggupan, dan dilakukan secara berkesinambungan tiap bulan. Serta menargetkan kapan batas waktu pelunasan untuk mendapatkan nomor porsi naik haji. Jika gaji meningkat maka tabungan pun bisa diperbanyak. Yang paling utama adalah punya niat dan kemauan yang kuat,” jelasnya. nnajib/lan
Halal bi Halal, Ajang Silaturrahmi Santunan-Bireuen. Dalam kata sambutan (Kamis, 15/9) pada acara Halal bi Halal di Kantor Kemenag Bireuen, Kakankemenag Drs. H. Zulhelmi A. Rahman, M.Ag menyampaikan permohonan maaf kepada seratusan bawahannya yang hadir. Zulhelmi menyatakan, “Tak ada dendam di antara kita, dan tidak ada gading yang tak retak. Selaku manusia biasa serta pimpinan kantor dirinya juga tak luput dari dosa, melalui halal bihalal dirinya mohon maaf lahir dan batin jika ada kebijakan yang diputuskannya kurang memuaskan.” 22
Ketua panitia H. Ismuar, S.Ag dalam laporan panitia pelaksana menyampaikan bahwa acara yang dilaksanakan tersebut sebagai wahana untuk silaturrahmi, untuk saling maafmemaafkan menggingat masih dalam bulan Syawal serta masih suasana Idul Fitri. Mengisi acara tersebut panitia menghadirkan penceramah, yaitu Tgk. Dahlan Bentara, yang mengajak semua hadirin untuk menjaga diri yang telah suci setelah menjalankan ibadah puasa Ramadhan sebulan penuh. “Puasa telah mensucikan diri kita, mari kita jaga Santunan OKTOBER 2011
diri jangan kotor lagi seperti sebelum puasa,” ujar Tgk Dahlan dari atas panggung utama. Acara tersebut diikuti para Kasie, Kepala KUA Kecamatan, Kepala Madrasah, puluhan guru Kemenag serta beberapa pejabat dari luar Kemenag. Acara tersebut diakhiri dengan makan bersama yang selain diikuti oleh tamu dan para undangan, makan bersama pada agenda itu juga diramaikan oleh calon jamaah haji yang datang ke Kantor Kemenag untuk pengurusan administrasi sebelum berangkat ke tanah suci. nnajib/lan
Peristiwa
PIK Remaja Mandas Adakan Pelatihan Jurnalistik Santunan-Aceh Besar. Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK Remaja) Mandas mengadakan pelatihan jurnalistik untuk siswa MAN Darussalam kamis 15 September 2011 lalu. Pelatihan yang di adakan di aula Mandas dibimbing oleh wartawan Global Journal Aceh itu Selain mengikuti pelatihan para siswa-siswi sangat serius mengikuti acara yang merupakan hal baru bagi mareka. Menurut pembina PIK Remaja Mandas Musdiyas. S.Pd, pelatihan jurnalistik ini sangat bermanfaat karena dapat menumbuhkan minat tulis siswa. Sejak terbentuknya PIK Remaja di MAN Darussalam banyak program yang telah dijalankan lewat kerjasama dengan berbagai intansi pemerintah dan swasta seperti BKSPP, PA Aceh Besar, BKKBN Prov.Aceh, BNP Provinsi Aceh, Ayomi dan CAJP. Di
Santunan-Kota Jantho. Sesuai dengan DIPA Kankemenag Aceh Besar Tahun 2011, Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan dalam Kabupaten Aceh Besar mendapat bantuan barang inventaris berupa delapan unit komputer, 15 unit laptop, 23 unit printer dan 23 unit wireless. Bantuan inventaris ini diserahkan oleh Kasubbag TU Kankemenag Aceh
samping itu penyuluhan-penyuluhan oleh pendidik sebaya masih terus dilaksanakan di sekolah. Di PIK Remaja ini menangani bidang HIV/AIDS dan Narkoba, informasi seputar masalah HIV/AIDS
dan Narkoba akan disampaikan oleh pendidik sebaya dan konselor sebaya yang tergabung dalam organisasi PIK Remaja Mandas di bawah binaan BKSPP dan PA Aceh Besar dan BKKBN Provinsi Aceh.n my/lan
Printer dan Wireless buat KUA
Besar disela-sela rapat koordinasi KUA dan buka puasa bersama (Selasa, 15/8) lalu. Drs. M. Zain, M.Pd, Kasi Urais Kankemenag Aceh Besar dalam release yang disampaikannya kepada Satunan mengharapkan bantuan ini dapat digunakan secara maksimal oleh Ka KUA di seluruh Aceh Besar guna meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, khususnya pembinaan catin, keluarga
sakinah, dan pelayanan administrasi. “Dulu, dengan sarana dan fasilitas seadanya, para Kepala KUA Kecamatan sudah bisa bekerja dengan baik, mudah-mudahan keberadaan fasilitas penunjang ini bisa meningkatkan performa Kepala KUA di lapangan, selaku ujung tombak Kementerian Agama di tengah-tengah masyarakat,” harap M. Zain. naba
Isi Liburan dengan Lesson Study Santunan-Suka Makmur. Selama liburan Ramadhan yang lalu, guruguru di MTsN Keude Linteung Nagan Raya tidak ikut libur. Selama satu enam hari, dari 1-6 Agustus dewan guru aktif ikuti pelatihan Lesson Study yang dilaksanakan secara swadana oleh Madrasah.
Kegiatan ini pelatihan ini difasilitasi oleh T. Khairul Mahfud, S.Ag dan Samsul Rizal, S.Pd.I, serta dipantau oleh Drs. Zulfikar selaku Pengawas Tingkat Menengah Kantor Kementerian Agama Kabupaten Nagan Raya. Kepala MTsN Keude Linteueng, Santunan OKTOBER 2011
Dra. Samsuni AH dalam siaran pers kepada Santunan mengungkapkan, bahwa pelatihan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas, untuk meng-up grade dan up date kemampuan guru di MTsN Keude Linteung dalam mengelola PBM di kelasnya masing-masing. naba 23
Peristiwa
Jangan Sembarang Menuduh Sesat Santunan-Bireuen. Puluhan guru balai pengajian dan pengurus remaja mesjid mengikuti penataran di Kantor Kemenag Kabupaten Bireuen. Acara itu digelar oleh Seksi Urusan Agama Islam (Urais) Kemenag Bireuen pada Selasa (23/8) dengan tajuk “Pembinaan Mental Keagamaan”. Kasie Urais Drs. H. Djamaluddin Idris mengatakan pembinaan mental tersebut ditujukan kepada guru pengajian dan remaja mesjid. Sebab merekalah yang berada di garis depan melawan arus aliran sesat. Diharapkan nantinya para guru balai pengajian dan remaja mesjid dapat memberikan pemahaman keagamaan yang benar kepada murid serta masyarakat di
daerahnya masing-masing. Selain menjelaskan masalah aliran sesat yang telah ditemukan di beberapa tempat di Aceh, Djamaluddin juga mengajak remaja mesjid untuk menghidupkan kembali kegiatan mengaji Alquran setelah shalat maghrib di mesjid atau meunasah desa. Ini perlu digalakkan kembali untuk menghilangkan kebiasaan masyarakat menonton televisi setelah maghrib Sementara itu, pemateri lainnya yang dihadirkan panitia, Pj. Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Kabupatan Bireuen Tgk. H. Hanafiah Hamzah, BA, mengamanatkan bahwa peserta tatar dapat diberi pemahaman untuk tidak sembarangan menuduh
seseorang sesat. Juga diselingi tanya jawab terkait tanda-tanda aliran yang dinyatakan sesat dan menyesatkan. Ketua Panitia Pelaksana Pembinaan Mental Keagamaan, Andre didampingi Drs. Ilyas, staf pada Kasie Urais, mengatakan bahwa peserta penataran tersebut terdiri dua unsur, dari balai pengajian dan remaja mesjid. “Sengaja kami undang dari remaja mesjid untuk menambah wawasan dan semangat mereka melakukan kegiatan keagamaan di mesjid mesjid,” jelasnya. Sebelum acara ditutup, panitia memberikan bingkisan kepada semua peserta berupa Alquran Juz ‘Amma dan beberapa buku tentang memakmurkan mesjid.n najib/lan
Betul Manasik, Mabrur Dipetik S a n t u n a n - Ku a l a S i m p a n g . Sabtu (10/9) lalu, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Aceh Tamiang H. T. Helmi, Sm. Hk, S.Ag resmi membuka acara manasik haji tingkat kecamatan Rayon 1 dan Rayon 2 dalam Kabupaten Aceh Tamiang. Pusat acara tahunan tersebut di Aula SMIP Kota Kuala Simpang. Acara untuk calon tamu Allah itu diikuti 132 calon jamaah haji yang tersebar dalam delapan kecamatan. Sedangkan empat kecamatan pemekaran include (masuk) dalam kecamatan induk dalam Kabupaten Aceh Tamiang. Kakanmenag dalam sambutannya menyampaikan bahwa pembinaan manasik bagi calon jamaah haji yang dilakukan pada tingkat kecamatan maupun kabupaten merupakan bahagian dari realisasi program kerja Kantor Kementerian 24
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Kecamatan Karang Baru Manyak Payed Bendahara Seruway Rantau Kota Kuala Simpang Kejuruan Muda Tamiang Hulu JUMLAH
Agama Kabupaten Aceh Tamiang dalam hal peningkatan mutu pelayanan ibadah haji. Dengan pembekalan ini diharapkan setiap tahunnya ada pembenahan di mana ada kekurangan. Kepala Kankemenag juga berpesan pada jamaah jangan ada perasaan bosan dalam mengikuti bimbingan/manasik haji. Walaupun terasa berat dan lelah, Santunan OKTOBER 2011
Jumlah Jamaah 43 08 13 6 21 22 05 14 132
karena persiapan yang matang dan betul akan memberikan buah atau hasil yang baik pula. Betul dalam manasik, insya Allah mabrur akan kita petik. “Kita harapkan calon jamaah haji Kabupaten Aceh Tamiang (dan daerah lainnya) akan menjadi haji dan hajjah yang mabrur dan mabrurah,” amin.n biro aceh tamiang/aba
Ta f s i r
Manusia Terindah (Penafsiran ayat 4 surat al-Tin) Oleh Jabbar Sabil, MA Allah berfirman:
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaikbaiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putusputusnya (Q.S. al-Tin [95]: 4-6). Umumnya para mufasir memaknai kata “fi ahsân taqwîm” dalam ayat di atas dengan arti rupa fisik manusia yang terbaik. Dalam Tafsir Jalâlayn yang merupakan tafsir tahlili, Jalaluddin al-Mahalli yang menafsirkan separuh terakhir tafsir ini mengatakan, bahwa kata “taqwîm” berarti penciptaan fisik manusia (ta‘dîl li shuratihi). Memang kebanyakan kitab tafsir mengartikan kata di atas sebagai fisik yang baik dari seluruh manusia. Bahkan Ibn ‘Abd alSalam memperjelas, bahwa di dalamnya termasuk Abu Jahal, Rasulullah saw., dan seluruh manusia. Kelihatannya kebanyakan mufasir terpaku pada makna literal kata di atas, yaitu berarti reka bentuk (tashwir). Akibatnya, makna kontekstual dari ayat ini menjadi terabaikan, bahkan oleh mufasir yang beraliran rasional, seperti al-Zamakhsyari. Dalam tafsirnya al-Kasysyâf, ia menafsirkan ayat ini sebagai penciptaan Nabi Muhammad saw. dalam rupa terindah (ahsân ta‘dîl
li syaklihi wa shuratihi), dan anggota tubuh yang indah (wa taswiyyah li a‘dha’ihi). Kelihatan al-Zamakhsyari justru kehilangan ciri rasionalnya dalam menafsirkan ayat ini. Jika diperhatikan, kata “tsumma” pada ayat berikutnya menunjukkan peralihan kepada kondisi yang jelek, lalu dalam ayat 6 dikecualikan orangorang yang beramal saleh. Maka kata amal saleh menunjukkan, bahwa peralihan itu bukan berarti perubahan jasmaniah seperti menjadi tua, dan lemah, tetapi kondisi kejiwaan seperti menjadi hina, dan bergelimang nista. Jadi menafsirkan kata “fi ahsân taqwîm” sebagai penciptaan manusia secara fisik-jasmaniah saja, terkesan mengandung kerancuan semantik. Dari itu, sebagian mufasir menafsirkan kata “fi ahsân taqwîm” secara moderat, yaitu mencakup penciptaan jasmani, dan rohani manusia. Penafsiran yang moderat (tawasuth/ pertengahan)--antara lain--dapat disimak dari al-Qurthubi dalam kitabnya al-Jâmi‘ li Ahkâm al-Qur’ân. Bagi alQurthubi, kata kata “fi ahsân taqwîm” berarti penciptaan manusia secara lahir dan batin, yaitu mencakup sifat-sifatnya yang baik dan mulia. Oleh karena itu, maksud kata “asfal al-sâfilîn” berarti tempat terendah, yaitu neraka sebagai tempat kembalinya. Jadi manusia yang diciptakan dalam fitrahnya yang mulia, lalu terjerumus dalam perbuatan hina, dan jatuh ke dalam neraka. Menarik untuk diangkat di sini, sebuah peristiwa yang menurut alSantunan OKTOBER 2011
Qurthubi bersumber dari al-Qâdhi alMuhassin. Diriwayatkan bahwa Isa ibn Musa al-Hasyimi adalah seorang yang sangat mencintai isterinya. Namun ironisnya, pada suatu hari ia berkata kepada isterinya, “jika kamu tidak tampil lebih cantik dari rembulan, maka kamu tertalak tiga.” Lalu si isteri segera menjauhinya, dan menolak berhubungan, “aku telah engkau talak tiga,” katanya. Maka malam itu pun menjadi malam terpanjang bagi Isa ibn Musa. Keesokan harinya, Isa segera menuju kediaman al-Manshur, dan menceritakan masalah yang dialaminya. Lalu al-Manshur menghadirkan sejumlah ahli fikih untuk meminta pendapat mereka. Para fukaha mengatakan talak itu jatuh, kecuali satu orang yang kelihatan diam saja, yaitu ahli fikih dari kalangan mazhab Hanafi. Lalu al-Manshur menanyainya, “kenapa kamu diam saja?” Maka ia mengucap basmalah, dan membacakan surat al-Tin. Setelah itu, ia berkata, “wahai Amirul Mukminin, manusia adalah sebaik-baik makhluk, tidak ada yang lebih baik darinya. Al-Manshur pun menoleh kepada Isa ibn Musa, “keputusannya seperti yang dikatakan pria ini, kembali lah kepada isterimu.” Putusan al-Mansur dalam kasus ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk terbaik dan tercantik secara lahir dan batin. Sebab jika dikatakan cantik secara fisik saja, tentu ada makhluk Allah yang lain yang lebih cantik. Tapi jika cantik secara batin, 25
Tafsir belum tentu ada makhluk Allah yang lain yang lebih cantik. Jadi kurang tepat jika dibatasi hanya dalam arti lahiriah fisik saja, maka ayat ini harus ditafsirkan secara moderat. Dari kalangan ulama masa kini, salah satu penafsiran moderat (pertengahan) dapat disimak dari Tafsir al-Wasîth, karya al-Thanthawi. Ia mengatakan, manusia diciptakan dalam sesempurna bentuk, dan akal yang bijaksana, lalu manusia jatuh dalam kondisi buruk. Oleh kebanyakan mufasir, ini diartikan sebagai kondisi tua dan lemah, sebagian yang lain mengatakan manusia jatuh ke tempat yang paling jelek, yaitu neraka Jahim. Namun bagi al-Thanthawi, kondisi dimaksud adalah akibat pengabaian akal yang merupakan fitrah, dan mengikuti hawa nafsu sehingga manusia jatuh menjadi lebih hina dari binatang. Secara redaksional (siyaq alkalam), penafsiran al-Thanthawi lebih mendekati sesuai dengan redaksi dalam jalinan antarayat di atas. Ini menjadi acuan untuk mengukur sikap moderat (tawâsuth) al-Thanthawi dalam penafsirannya, sebab sebagian ulama justru jauh meninggalkan makna literal, misalnya Ibn al-‘Arabi. Jika sebagian ulama terpaku pada makna literal sehingga meninggalkan konteks, Ibn al-‘Arabi dengan pendekatan tasawuf justru secara liberal meninggalkan makna literal. Akibatnya, ia juga meninggalkan konteks dari redaksi dan munâsabah ayat, dan melanglang jauh ke penafsiran metafisis secara intuitif. Menurut Ibn al-‘Arabi, Allah tidak menciptakan makhluk lain yang lebih mulia dari manusia. Oleh karena itu, kata “fi ahsân taqwîm” menunjukkan fitrah penciptaan manusia dengan sifat-sifat mulia. Misalnya sifat kuasa (qâdir), berkehendak (murîd), berbicara (mutakallim), mendengar (samî‘), melihat (bashîr), menata (mudabbir), bijaksana (hakîm), dan lain-lain. Bagi Ibn al-‘Arabi, ini semua merupakan sifat ketuhanan, dari itu disimpulkan bahwa manusia memiliki sifat ketuhanan. Lalu perbuatan buruk oleh sebagian manusia membuatnya jatuh dalam kehinaan, padahal ia memiliki potensi sifat ketuhanan yang membuatnya dapat naik menjadi lebih mulia dari malaikat. Kiranya dari sini lah muncul konsepsi hulul (bersatu 26
dengan Tuhan). Namun merujuk kepada redaksi ayat secara sintaksissemantik, penafsiran seperti ini justru terlihat rancu. Maka hal ini kembali menegaskan, bahwa penafsiran yang baik adalah yang moderat, yaitu pertengahan antara kecenderungan literal dan liberal. Dalam konteks penafsiran moderat/ tawâsuth, atau yang pertengahan, penulis melihat penafsiran yang proporsional dari Ibn ‘Asyur. Dalam kitab tafsirnya al-Tahrir wa al-Tanwir, ia menafsirkan kata “fi ahsân taqwîm” sebagai penciptaan manusia dalam fitrah yang salim, sehingga mampu memahami dalil keberadaan al-Khaliq, dan ke-Esaan-Nya. Dari sini terpahami secara implisit, bahwa keyakinan yang menyimpang dari tauhid, berarti telah
Allah menciptakan manusia dengan esensi yang sesuai untuk menata peradaban yang baik di muka bumi ini... keluar dari syariat Allah. Dari itu, wajar jika fitrah yang salim ini dipuji sebagai sebaik-baik ciptaan. Secara redaksional, kata “fi ahsân taqwîm” merupakan jawab sumpah, yaitu inti yang hendak ditegaskan lewat kalimat sebelumnya yang berupa sumpah. Penegasan lewat sumpah ini menunjukkan kedalaman nilai objek tersebut, bukan permasalahan ringan, tetapi membutuhkan pemikiran yang mendalam. Sebab dalam konteks teologi, pengingkaran seseorang terhadap ajaran tauhid, sama artinya mengingkari kenyataan; bahwa dirinya dilahirkan dengan membawa bekal fitrah yang salim. Padahal Allah telah menegaskan, bahwa Dia menciptakan manusia, sekaligus mekanisme kesinambungan keturunannya:
Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada malaikat: “Bersujudlah kamu kepada Adam.” (Q.S. al-A‘raf [7]: 11). Selain karena penegasan lewat sumpah, kata “taqwim” itu sendiri juga berarti menjadikan sesuatu dalam kondisi sebaik-baiknya (ja‘l al-syay’ fi qawâm). Maka taqwim pada diri manusia merupakan taqwim terbaik yang paling layak dengan kemanusiaannya, tentunya ini merupakan sesuatu yang khusus bagi manusia, tidak dimiliki oleh makhluk lain. Penggunaan huruf “fi“ pada kata “fi ahsân taqwîm” berarti “lil milki” menunjukkan kepemilikan potensi terbaik pada diri manusia. Maka ayat ini berarti, Allah menciptakan manusia dengan esensi yang sesuai untuk menata peradaban yang baik di muka bumi ini. Bukan penciptaan fisik yang baik, sebab fisik tidak berimplikasi bagi penataan kehidupan, juga tidak berkontribusi bagi kebaikan orang lain, dan tidak membawa kebaikan bagi alam ini. Jika diartikan sebagai penciptaan fisik saja, maka implikasinya hanya kepada kebaikan diri pribadi seseorang saja, padahal Rasulullah saw. bersabda:
Sesungguhnya Allah tidak menilai kebaikan jasad kamu, dan tidak menilai keindahan rupa kamu, tetapi menilai keindahan hatimu. (HR. Muslim). Dari itu, maksud kata “fi ahsân taqwîm” adalah kemampuan berfikir rasional manusia (fitrah akal salim), sebab akal yang sehat merupakan sumber perbuatan yang baik. Sementara anggota tubuh inderawi manusia merupakan alat, atau pelayan bagi akal, maka ia tidak ada hubungannya dengan maksud kata “fi ahsân taqwîm” dalam ayat di atas. Hal ini menjadi lebih jelas dalam lanjutan ayat: Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya. (Q.S. al-Tin [95]: 5). Jika yang dimaksud di sini adalah
Santunan OKTOBER 2011
Tafsir penciptaan fisik manusia secara jasmaniah, tentunya redaksi ayat tidak perlu sampai menggunakan penegasan dengan sumpah. Jadi penekanan dengan sumpah justru menjadi isyarat, bahwa yang dimaksud bukan sekedar perkara biasa yang dapat dipahami dengan mudah. Petunjuk bahwa yang dimaksud dalam ayat 4 surat al-Tin bukan lah perkara lahiriah biasa, semakin gamblang dalam ayat berikutnya:
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putusputusnya. (Q.S. al-Tin [95]: 6). Pengecualian dalam ayat ini menunjukkan tidak termasuknya orang beriman dan beramal salih dalam kalangan orang yang jatuh dalam kehinaan. Pengecualian ini tentu lah bukan karena rupa yang indah, tapi karena kemampuan mereka memanfaatkan akal sehat, sehingga terhindar dari jatuh dalam kehinaan. Dari argumentasi ini Ibn ‘Asyur menyimpulkan, bahwa maksud kata taqwim dalam ayat di atas adalah penciptaan fitrah akal salim manusia yang mampu membedakan iman dari kufur, dan baik dari buruk. Hal ini sebagaimana hadis Nabi saw.:
Setiap anak dilahirkan dalam kondisi fitrah, kemudian kedua orang tuanya lah yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Kembali kepada sumpah Allah dalam ayat di atas. Allah bersumpah dengan buah Tin, buah Zaitun, bukit Sinai, dan negeri yang aman (Mekah): Demi (buah) Tin dan (bah) Zaitun, dan demi bukit Sinai putusnya. (Q.S. al-Tin [95]: 1-3) Umumnya para mufasir mengartikan kata di atas dalam makna kebahasaannya, yaitu nama buah dan nama tempat. Kata al-tin dan al-zaytun berarti
nama jenis buah dalam penggunaannya secara hakiki, seperti yang ditafsirkan oleh Ibn ‘Abbas, Mujahid, al-Hasan, ‘Ikrimah, Nakha’i, dan lain-lain. Namun penempatan kata ini secara beriringan dengan nama tempat (bukit Sinai dan Mekah), menimbulkan kemungkinan nama buah itu dimaksudkan secara metafor (majazi). Maka Ibn ‘Abbas juga menafsirkan kata al-tin sebagai nama masjid Nabi Nuh as. yang dibangun di bukit Judi. Bisa jadi penyebutan nama bukit itu dengan kata al-tin disebabkan karena banyaknya pohon Tin yang tumbuh di sana. Ada pun kata alzaytun, menurut Ibn ‘Abbas menunjuk kepada bukit tempat dibangunnya Masjid al-Aqsha. Disebut al-zaytun karena bukit itu banyak ditumbuhi
...mereka yang meninggalkan fitrah akal sehat demi mengikuti hawa nafsu, otomatis derajatnya jatuh dalam kehinaan pohon Zaitun. Sementara itu, kata thuri sinin berarti sebuah bukit yang terletak di gurun Sinai, yaitu suatu tempat di antara Mesir dan Palestina. Lalu kata al-balad al-amin (negeri yang aman) adalah Mekah, disebut negeri yang aman, karena orang yang masuk ke dalamnya menjadi aman. Mengikuti penafsiran Ibn ‘Abbas, keempat kata sumpah dalam ayat merupakan isyarat kepada nama tempat di mana syariat Agama Allah diturunkan. Sebutan kata al-tin yang yang menurut Ibn ‘Abbas berarti masjid Nabi Nuh as., maka ini merupakan isyarat untuk ajaran tauhid dan syariat yang diturunkan kepada Nabi Nuh as. Kata al-zaytun yang diartikan bukit tempat didirikannya Masjid al-Aqsha, merupakan isyarat untuk syariat yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim as. Kata thuri sinin merupakan isyarat untuk syariat yang diturunkan kepada Nabi Musa as., dan kata al-balad almin merupakan isyarat kepada syariat Santunan OKTOBER 2011
Islam. Menurut Ibn ‘Asyur, syariat Nabi Isa as. tidak disebut di sini, karena ia merupakan penyempurna bagi Taurat, atau bisa saja sudah tercakup dalam sebutan kata al-tin, karena tempat berdirinya Masjid al-Aqsha juga merupakan tempat turunnya syariat Nabi Isa as. Semua kata sumpah dalam surat itu memiliki relevansi yang sama, sebab ajaran teologi semua nabi ini merupakan ajaran tauhid yang mengEsakan Allah, walau pun pada tataran furu’ syariat memiliki perbedaan. Dengan demikian, dalam surat al-Tin ini Allah bersumpah atas nama ajaran tauhid, lalu dinyatakan bahwa manusia diciptakan dalam sebaik-baik ciptaan “fi ahsân taqwîm.” Maka tepat lah jika kata “fi ahsân taqwîm” ditafsirkan sebagai penciptaan akal salim manusia, sebab akal sehat merupakan alat untuk memahami dan menerima ajaran tauhid. Dari itu dapat disimpulkan, bahwa fitrah penciptaan akal manusia lah yang membuat manusia memiliki potensi untuk menjadi mulia, atau jatuh dalam kehinaan. Bagi orang yang memanfaatkan akalnya untuk mendapatkan dalil keberadaan Allah dan ke-Esaan-Nya, maka ia menjadi makhluk mulia. Sebaliknya, mereka yang meninggalkan fitrah akal sehat demi mengikuti hawa nafsu, otomatis derajatnya jatuh dalam kehinaan. Sampai di sini dapat disimpulkan, bahwa derajat mulia-hinanya seseorang sangat ditentukan oleh kemampuan mempertahankan fitrah akal sehat. Sehingga hidupnya tidak berorientasi untuk melampiaskan hawa nafsu, dan menjadi lebih hina dari binatang. Lebih jauh lagi, jika hendak memperbaiki seseorang, masyarakat, atau bahkan sebuah bangsa, hal pertama yang harus dilakukan adalah memperbaiki fitrahnya, agar dapat keluar dari pola berfikir materialis yang sangat primitif. Seperti dinyatakan dalam surat al-Tin, semua manusia diciptakan sama, memiliki fitrah akal agar hidup mulia, namun kebanyakan manusia cenderung meninggalkan fitrah akal sehat sehingga jatuh dalam kehinaan, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh, mereka lah manusia terindah… Wallahu a‘lam. n Penulis adalah kandidat doktor PPs IAIN Ar-Raniry 27
Opini
Memenuhi Panggilan Nabi Ibrahim AS Oleh Mukhsinuddin MS, S,Ag
M
emasuki bulan Zulhijah, kita mengulang kembali sejarah Nabi Ibrahim as, dan anaknya Ismail as. Bagaimana keduanya patuh terhadap perintah Allah swt. tanpa ada keraguan sedikit pun untuk menyembelih anak tercinta. Begitu pun sang anak, dengan ikhlas berserah diri, tidak risau bahwa dirinya akan disembelih oleh sang ayah. Penyembelihan yang diperintahkan Allah kepada Nabi Ibrahim as. tercatat dalam surat al-Shaffat ayat 99-107. Dapat dipetik makna bahwa, ketika Ismail beranjak remaja, Nabi Ibrahim as. berkata kepadanya ”Wahai putraku, dalam mimpi aku melihat untuk mengorbankan kamu. Bagaimana pendapatmu anakku?” Wahai ayahku, laksanakan lah apa yang telah diperintahkan oleh Yang Maha Pencipta dan Maha Tahu, Insya Allah, ayah akan mendapatiku sebagai orang yang sabar.” Sampai lah saatnya melakukan tugas suci yang merupakan ujian terberat bagi Ibrahim as. Terjadi dialog singkat antara keduanya, ”Wahai ayahku, ikat lah kedua kaki dan tanganku, agar aku tidak meronta dan sakit. Asah lah pisau yang akan engkau gunakan untuk menyembelihku hingga benarbenar tajam, dan hendaklah engkau hentakkan dengan cepat ke leherku, agar jiwaku cepat meninggalkan tubuhku. Hindarkan lah pakaian ayah dari percikan darahku agar tak terkurangi belas kasihan kepadaku, dan agar ibuku tidak menjadi sedih lantaran melihat noda darahku. Sampaikanlah salamku untuk ibunda dan berikanlah pakaianku kepadanya untuk menentramkan jiwanya.” Nabi Ibrahim as. menyimak pesan putranya yang amat menyentuh kalbu, namun penuh ketegaran. Beliau berkata kepada putranya ”Wahai putraku, betapa kamu telah meringankanku dalam menunaikan tugas dan ujian dari Allah swt.” Ketika keduanya telah berserah diri kepada Allah, dan Ibrahim telah membaring-
28
kan putranya pada pelipisnya, lalu Kami memanggil Ibrahim, “Wahai Ibrahim engkau telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya Kami telah memberikan balasan kepada orangorang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini adalah sebuah ujian yang sangat nyata dan Kami menggantikannya dengan sembelihan yang besar (hewan lain)” (Q.S. 37: 103-107). Seekor domba besar dijadikan pengganti Ismail as. sebagai qurban yang (disembelih) oleh Nabi Ibrahim. Selanjutnya Allah swt. mengabadikan kisah Nabi Ibrahim AS dengan jalan memerintahkan generasi-generasi selanjutnya untuk berqurban dan memberikan salam kepadanya lewat ibadah Haji. Jadi ibadah Haji merupakan lambang, dan keteladanan untuk generasi berikutnya. Sehingga kita sadar untuk berqurban, dan melaksanakan ibadah Haji ke Baitullah. Penyembelihan hewan qurban yang kita lakukan pada setiap hari raya Idul Adha merupakan syiar dari keteladanan yang ditunjukkan Nabi Ibrahim as. bagi para generasi sesudahnya. Dalam sebuah riwayat disebutkan, ”Barangsiapa menyembelih hewan sebagai qurban, maka di akhirat kelak, hewan itu menjadi tunggangannya. Seekor biri-biri (kambing) adalah tunggangan untuk satu orang, dan seekor sapi adalah tunggangan untuk tujuh orang”(alHadis). Ini lah nilai transenden dari sembelihan hewan qurban. Problemnya sekarang, mengapa sedikit di antara kaum muslimin yang yang menaruh perhatian terhadap ”kenderaan ukhrawi” ini. Sementara untuk ”kenderaan duniawi” kita berlomba-lomba, dan mampu berkorban untuk yang mewah, sampai-sampai dengan cara kredit sekali pun. Jarang sekali kita mendengar di kalangan kita ada yang berupaya cicilan untuk pembelian hewan qurban sebagai ”kenderaan ukhrawi”. Mereka yang mendapat limpahan rizki dan nikmat Allah swt., tanamkan niat berqurban, Santunan OKTOBER 2011
sekaligus membantu fakir miskin dan anak yatim. Sekarang bagaimana kita merubah paradigma kita selama ini, untuk meningkatkan kualitas amal ibadah kita kepada Allah swt. Jangan tumbuhkan sifat kikir dan picik dalam hidup ini. Karena telah banyak bukti, bahwa semua yang duniawi adalah fana. Ajak lah diri kita ke dalam kelompok orangorang yang memahami, bahwa alam realitas ini merupakan sarana untuk menggapai kehidupan yang diridhai Allah swt. Bagi kita yang telah mampu menyembelih hewan qurban, terus tingkatkan ibadah kita kepada Allah. Bagi mereka yang belum mampu berqurban cita-citakan lah agar suatu saat nanti mampu menyembelih hewan qurban sebagaimana orang-orang yang telah berqurban. Ajaran Nabi Ibrahim as. yang juga dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. adalah ibadah haji. Bagi mereka yang telah mampu, sadari lah, bahwa Allah hanya mewajibkan pelaksanaan rukun Islam yang kelima ini sekali seumur hidup. Jika ada kemampuan dan kesempatan berikutnya, ibadah ini masih sunnah dilakukan. Tapi hari ini masih banyak saudara-saudara kita yang belum sekali pun melaksanakan panggilan Nabi Ibrahim as. ini. Maka berikan kesempatan kepada saudara kita yana belum mendapat kesempatan melaksanakan ibadah Haji. Ini merupakan tanda menyayangi sesama mukmin, karena banyak saudara kita yang masih berada dalam waiting list, menunggu bertahun-tahun. Pelaksanaan ibadah Haji merupakan kesempatan bagi orang-orang yang telah memenuhi panggilan nabi Ibrahim as. di Baitullah. Semoga menjadi Haji yang mabrur, dan sekembalinya nanti, menjadi orang yang amanah dan jujur, Amin. n Penulis adalah Guru Madrasah Terpadu Samatiga, dan Mahasiswa S2 Magister Manejemen, Kosentrasi SDM (STIMA IMMI)
Opini
Benarkah Nilai Rapor yang Anda Berikan Selama Ini? Oleh Mardin M.Nur
S
ebuah fenomena menarik dan perlu di cermati di lingkungan madrasah di Aceh adalah pelaksanaan evaluasi hasil belajar. Betapa tidak, hasil monitoring saya baru-baru ini ke bebarapa madrasah di Aceh baik Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah cukup mencengangkan sekaligus mengkawatirkan. Beberapa kepala madrasah, wakil kepala madrasah bidang kurikulum dan guru yang saya temui belum mengerti benar tentang bagaimana teknis penilaian hasil belajar dengan menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Ironisnya lagi semua guru yang saya temui, tidak bisa menunjukkan intrumen yang digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap peserta didiknya. Mereka tidak memiliki buku tagihan siswa. Bagaimana mungkin mereka metapkan nilai rapor atau laporan pendidikan anak didiknya. “Jadi, bagaimana cara anda menilai anak didik secara utuh? Bagaimana anda mengetahui nilai aspek kognitif, psikomotor dan afektif anak didik?,” ujar saya mencecar mereka. Sebagian guru-guru itu tidak bisa berkomentar apa-apa. Ada yang terdiam tanpa bergeming. Ada pula yang berusaha membela diri dengan menampakkan absensi harian siswa. “Ini absensi hadir dan bukan instrumen penilaian”, ujar saya. “Oke jika instrumen ini yang anda gunakan,
bagaimana anda menilai ketiga aspek di atas dan mana kolomnya?”, lanjut saya lagi. Mereka kelihatan tambah bingung dan tidak bisa berkomentar apa-apa lagi. Anehnya lagi, saya temui pula perbedaan persepsi yang tajam dan dualisme cara penilaian di satu madrasah. Bukan karena perbedaan ranah yang dinilai. Belum lagi tentang bentuk buku rapor yang terjadi perbedaan antar sekolah dan antar kabupaten kota? Kendati yang saya pantau hanya beberapa kabupaten kota, agaknya kejadian seperti itu bisa digeneralisasi. Boleh jadi semua guru madrasah di Aceh menghadapi dilema yang sama. Kerumitan di dalam melakukan evaluasi hasil belajar peserta didik. Saya benar-benar menjadi bingung. Kenapa bisa begitu ? Kenapa sistim penilaian tidak terstandarisasi? Kenapa lain guru peniliannya lain padahal mata Santunan OKTOBER 2011
pelajarannya sama? Tulisan yang singkat ini bukan bermaksud ingin mencari kambing hitam, siapa salah. Jika ini yang dilakukan, guru tentu akan menyalahkan Kepala Madrasahnya. Kepala Madrasah akan menyalahkan Kepala Kantor Kementerian Agamanya. Kepala Kantor akan menyalahkan Kepala Kantor Wilayahnya dan demikian seterusnya ke atas. Saat ini kita bukan bermaksud mencari itu. Dalam sistim manajemen, prestasi yang diperoleh adalah hasil kerja kolektif dan bukan individual. Demikian pula sebaliknya. Tulisan yang singkat ini bukan pula bermaksud menuntaskan segalanya. Paling tidak dibutuhkan beberapa tulisan untuk menuntaskan itu, karena persoalannya yang begitu luas, rumit dan komplek. Paling tidak diharapkan dapat menggugah para stakeholder yang ada guna melakukan langkah-langkah pembenahan dan penyempurnaan. Melihat kembali madrasah-madrasah yang ada dalam wilayah kerja masing-masing sembari melakukan pembenahan sambil jalan. Sebab apapun alasannya, proses pembelajaran tidak bisa ditangguhkan. Jika Allah mengizinkan, melalui Santunan tercinta ini saya bermaksud akan menulisnya secara berurutan. Diawali dari problema yang dihadapi guru dalam evaluasi, konsep dasar penilaian kelas, teknis penilaian, instrumen penilaian, langkah-langkah 29
Opini pelaksanaan penilaian, pengelolaan hasil penilaian, manfaat dan pelaporan hasil penilain serta buku laporan penilaian. Beberapa Persoalan Penilaian Dari hasil monitoring yang saya lakukan, ada beberapa persoalan yang dihadapi guru dalam melakukanpenilaian di madrasah. Pertama, tidak adanya instrumen penilaian atau buku tagihan siswa. Persoalan ini saya temui di semua madrasah yang dimonitoring. Kepala madrasah tidak mempersiapkannya. Akibatnya guru menggunakan instrumen yang dibuatnya sendiri. Bahkan ada yang menggunakan buku absensi sebagai instrumen. Guru yang kreatif bisa jadi mengolahnya dengan sistim komputerisasi. Namun guru yang malas, bisa jadi tidak membuatnya sama sekali. Dokumen penilaian tentu tidak akan terarsip dengan baik. Dampak lebih jauh, guru hanya akan mengambil nilai ujian akhir semester sebagai satusatunya bagian penilaian. Ini tentu amat membahayakan. Belum lagi jika ada protes dari orang tua peserta didik. Guru tidak akan bisa menunjukkan bukti otentik hasil penilaiannya. Padalah salah satu prinsip penilaian yang harus dijunjung tinggi adalah akuntabilitas baik dari segi teknis, prosedur dan hasilnya. Kedua, rumus yang digunakan tidak jelas. Banyak guru di madrasah tidak mengerti rumus mana yang digunakan dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar KTSP. Di antara guru ada yang menggunakan rumus tahun delapan puluhan dulu, nilai harian tambah dua kali nilai ujian dibagi tiga. Ada lagi yang menggunakan rumus nilai harian tambah nilai ujian prasemester tambah dua kali nilai ujian semester dibagi empat. Dan yang lebih unik lagi, nilai ujian semester yang diperoleh langsung masuk ke buku rapor sementara nilai harian peserta didik diabaikan. Ketiga, penilaian tidak dilakukan secara kontinyu. Tidakadanyainstrumen, berakibat langsung kepada kontinyuitas penilaian. Guru tidak melakukan penilaian secara kontinyu. Guru tidak mencatat berapa nilai pekerjaan rumah yang dilakukan peserta didik. Padahal peserta didik telah berupaya sekuat tenaga agar bisa mengerjakan tugastugas yang diberikan gurunya. Bisa jadi peserta didik mengerjakannya 30
sampai larut malam dikarenakan ada beberapa guru yang memberikan tugas secara bersamaan. Upaya ini ternyata tidak dihargai guru sama sekali. Ironis memang. Demikian pula dengan nilai harian dan nilai yang lain. Semuanya tidak terdata dengan baik. Data yang diperoleh menjadi minim. Akibatnya, analisa pencapaian hasil belajar menjadi dangkal dan tidak sesuai dengan tahapan belajar yang dilalui. Keempat, penilaian tidak dilakukan secara komprihensip. Guru di madrasah belum melakukan penilaian secara komprihensif atau menyeluruh. Guru hanya menilai pada bagian-bagian tertentu saja. Umumnya guru menilai hanya pada ranah tertentu saja dan mengabaikan ranah lainnya. Padahal idealnya setiap kegiatan tatap muka, telah ditentukan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang harus dicapai. Telah ditentukan pula berapa standar minimum yang diharus dicapai peserta didik. Namun hal itu jarang dilakukan guru. Sebagian guru masih terpola dengan sistim penilaian tempoe doelu yang telah usang. Yang penting masuk mengajar, tanpa tujuan yang jelas. Akibat yang lebih jauh adalah prestasi belajar peserta didik tidak bisa dipotret secara utuh. Sehingga nilai yang diberikan pun adalah potret bagian tertentu dari peserta didik. Bukan potret komprihensif seorang peserta didik. Peran Kepala Madrasah Banyak kepala madrasah yang mengabaikan masalah ini. Tidak peduli bagaimana cara penilaian yang dilakukan guru. Apakah penilaian yang dilakukan telah sesuai dan terstandarisasi atau tidak. Bahkan yang ironis beberapa kepala madrasah yang saya wawancarai, justru tidak memahaminya sama sekali. Bagaimana membimbing gurunya? Pada umumnya kepala madrasah hanya meminta hasil akhir dari sebuah penilaian. Tidak peduli bagaimana guru memperolehnya. Apalagi umumnya kepala madrasah tidak pernah melakukan supervisi evaluasi hasil belajar. Kepala madrasah biasanya terperangkap dengan budaya serimonial alur penyerahan nilai. Dari guru, lalu dikumpulkan kepada yang membidangi kurikulum dan selanjutnya diserahkan kepada wali kelas. Wali kelas mengisinya ke dalam buku leger dan Santunan OKTOBER 2011
selanjutnya diisi ke dalam buku rapor. Usai pembagian rapor, berakhir pulalah seluruh pekerjaan semester itu. Gambaran di atas sungguh sesuatu yang salah besar. Sebagai top leader, kepala madrasah berperan penting. Kepala madrasah harus menguasai bagaimana cara melakukan evaluasi yang benar. Harus mampu menyiapkan instrumen yang dibutuhkan gurunya sehingga hasil penilaian yang diperoleh benar-benar valid, reliabel dan standar. Sehingga penetapan peserta didik berprestasi puncak benar adanya dan bukan salah orang. Karenanya, mari lakukan evaluasi diri. Tanyakan pada diri masing-masing, benarkah nilai rapor yang diberikan guru selama ini? Apakah teknis evaluasi yang digunakan guru-guru saya telah benar dan sesuai? Apa yang harus segera saya lakukan dan perbaiki? Dari mana saya mulai? Mulailah sekarang juga. Jangan anda tunda lagi. Lakukannlah supervisi menyeluruh tentang bagaimana cara guru anda melakukan evaluasi hasil belajar. Himpunlah seluruh instrumen yang digunakan dan cara penentuan hasil belajar peserta didik. Lalu pelajarilah!. Jika anda sendiri belum memahaminya, belajarlah. Bacalah buku-buku yang berkaitan dengan itu. Bisa juga belajar dengan kepala madrasah lain. Boleh juga melalui wadah Kelompok Kerja Kepala Madrasah (K3M). Selesaikanlah sampai tuntas dari awal sampai akhir. Penyelesaian persoalan ini jangan dilakukan sepotongsepotong. Misal instrumennya saja sedangkan bagaimana cara penggunaan dan pengolahannya tidak dilakukankan. Sebab masalah penilaian adalah masalah yang komplek dan krusial. Bukan hal yang spele. Karenanya seriuslah membenahinya, semoga anda sukses. (Bersambung) *Penulis adalah Kepala Madrasah Berprestasi Nasional tingkat MTs tahun 2000 dan tingkat MA tahun 2003, sekarang bekerja pada bidang Mapenda Kanwil Kementerian Agama Propinsi Aceh. n Penulis adalah Kepala Madrasah Berprestasi Nasional tingkat MTs tahun 2000 dan tingkat MA tahun 2003, sekarang bekerja pada bidang Mapenda Kanwil Kementerian Agama Propinsi Aceh
Opini
Mahasiswa, Ingat Pesan Ayah Oleh Muhammad Yakub Yahya
P
utra dan putri kita, mahasiswa baru, bulan-bulan ini sedang mengawali awal semester ganjil, tahun akademik 2011/2012. Adik leting yang masih manis-manis, tanpa banyak beban, mulai meramaikan perkuliahan. Di kampus biru atau dalam area gersang. Bersama kakak leting, yang sudah agak letih dan penuh beban. Senior mungkin akan segera ikut munaqasyah, yudisium, dan wisuda. Atau akan bergabung satu semester lagi bersama yunior. Buat perbaikan nilai C atau D. Sungguh IP (indeks prestasi) persemester, pertahun, penting dan perlu sekarang. Barangkali sepenting harga baju wisuda, kredit kereta ke kampus, ongkos ‘upah’ skripsi, dan biaya kuliah. Calon mertua yang berputra dan putri dua atau lebih pun, kini masih saja suka dan iseng menanyakan calon menantu: kerja di mana dan tamatan apa, bukannya menanyakan apakah ‘kawan’ anaknya itu taat beragama, sudah shalat, atau antum mengaji sama siapa dan kitab apa. Siapa kita, prestise kita separuh hidup mungkin dari prestasi kampus biru. Sekolah di konsentrasi, prodi (program studi) yang terakreditasi atau diakui. Namun keseluruhan bobot kita, bukan hanya nilai akademik yang kurang, cukup, baik, dan sangat baik semata. Biodata orang atau yang ‘jadi orang’ dulu mengabarkan kita, bahwa deretan angka bisu itu, belum menjamin sarjana yang cepat rampung kuliah sekalipun --3,5 tahun atau 4 tahun-- akan cakap memenej hidup. Bersama IPK (indeks prestasi kumulatif) sampai 3,9 misalnya. Itu jika tidak rajin berkiprah
dan menata hidup di luar kampus. Tentu saja sambilan dia dan rekan sebangkunya, berinteraksi bersama dosen dan asisten yang bersahaja atau ‘habis gaya’ di bangku kuliah. Orang sukses, sarjana yang sukses ialah yang piawai menyiasati situasi, tuntutan, dan materi. Di mana saja dia berasrama, kos, dan menumpang. Bersama warga dan tetua dusun dan gampongnya. Bukan mahasiswa dan mahasiswi yang hanya tahu jalan ke kampus, warung kopi, dan tempat fotocopi. Tak lazim seorang mahasiswa hanya paham dan rekam silabus dan roster ujian. Juga hafal kapan libur dan minggu tenang. Tapi yang diberi tabik dan tepuk tangan warga adalah buat dia yang mahasiswa, dia juga yang rajin gotongroyong. Senang jaga malam, ikut ta’ziah, dan azan. Takzim buat mahasiswa yang sepulang belajar, tulus mengajar. Dengan infaq dari wali murid ‘pelit’, yang alakadar itu. Untuk apa lulus istimewa atau cumlaede, jika usai baju toga dilipat, ijazah dilegalisir, lalu Santunan OKTOBER 2011
stres di depan kamar kos. Tak tahu mau ke mana, uang sedikit. Malu dan gengsi mau pulang kampung, sebab sarjana. Terkadang lebih mulia dan sehat akal pikiran ini, jika selama kuliah kita rintis jalan lain dengan organisasi dan aksi sosial. Ekstra kurikuler, bangun cepat, dan tak banyak tidur, biasa akan menuntun mahasiswa untuk mandiri. Usai bersalaman dengan dekan dan rektor, dan usai traktir makan-makan ‘syukuran’ tentunya. Kita yang dekat dengan orang ramai, biasa akan ada kompensasi lain yang tak terduga: mudah rezeki, ide banyak, banyak akal, atau banyak kucuran doa. Kita bisa saja kuliah di kampus dan ruko sewaan, kampus swasta dan negeri, tapi mesti selalu memupuk visi jauh ke depan. Asa dan hubungan mesti terus meninggi ke awan. Wawasan kita mesti sampai akhirat, ukhrawi: terhindar neraka dan ikut rombongan ke surga. Niat di lubuk hati ini tak boleh pupus --apatah lagi riya dan angkuh-- selama kita pergi dan pulang kuliah. Kita yang menuntut ilmu agama dan umum, di dayah dan di sekolah, jenjang diploma dan strata satu, tutorial dan doktoral, jika ikhlas dan meyakini ini tugas khalifah di bumi, moga kita selalu dalam catatan malaikat. Semua langkah berpahala, ibadah. Masuk deretan orang-orang yang berjihad. Orang yang merasa sedang dan masih belajar, walau sudah nikah, beranakcucu, dan tua renta, kendatipun punya santri dan dayah, mudah-mudahan Allah mudahkan jalan ke surga dan mudah diampuni-Nya. Orang tua atau bapak- ibu memang 31
Opini wajib mengirimkan dana dan untaian doa. Namun kontrol dan evaluasi setiap mudik ke kampung halaman, itu harus intens. Dari hati ke hati, kayak Ibrahim as dengan Ismail as. Seperti Lukman dan putranya, tidak menggurui. Sanksi tak akan mengirimkan uang lagi misalnya, jika prestasi kendur, itu masih perlu hari ini. Apresiasi dan pujian dari ibu-bapak, andai anak laki-laki dan perempuan yang kuliah di ibukota provinsi dan kota kabupaten itu terus maju, dan masih diceritakan kawan-kawannya dia lumayan bagus, juga mesti dihadiahkan buat ananda. Mungkin hadiah saat dia pulang kampung. Atau waktu ayah-ibu mengantar jamaah haji bulan depan. Di atas itu semua, ayah-ibu atau abu-ummi mesti awasi, diam-diam atau terang-terangan, gaya anak tercinta di perantauan. Dengan siapa anak bermain, makan, minum, mejeng, dan tidur jelang shubuh. Agar kelak jangan sampai jadi bumerang, penyesalan. Waktu orang tua ‘tidur’ lama di lahan kuburan. Di Aceh, sebagian ayah --sebagai kepala keluarga-- dicap dayyus oleh Nabi Muhammad Saw. Ini kalau masih saja membiarkan maksiat subur di rumah. Serta mempertontonkan dan menonton kedurhakaan istri dan anakanaknya di luar rumah. Si anak yang membuka aurat di luar rumah atau depan non-muhrim, pacaran model sekarang, tinggal shalat, tak mau mengaji, lantas tanpa ada teguran dan sanksi dari ayahandanya, sungguh ini saja cukup disebut ayah yang durjana (dayyus) --tipe ayah yang jangankan masuk, bau surga saja ‘haram’ diciumnya. Setiap rupiah, yang anda raih sendiri lewat usaha dan beasiswa atau kiriman abu, wahai mahasiswaku, akan disoalkan nanti. Mungkin itu untuk pulsa, rental, atau beli buku. Atau beli baju dan minyak lampu. Sungguh malang ayah ibu yang rutin mengirim uang ke rekening anaknya, tapi dia melacur, foya-foya, dan doyan merokok. Setiap kali ayah ibu mentransfer, yang tanpa perlu tahu mau dibelanjakan buat apa, akan menentukan masa depan anak di dunia. Tentu saja masa depan ayah-ibu di akhirat. Hasrat kita akan ingin celupan rahmat dan ridha Allah, tak boleh sirna dari hati sekejap pun. Anak siapa pun, asal dari mana pun, dan profesi apa pun. Artinya apa saja karya, karsa, dan kreativitas 32
kita, iringi dengan nama Allah. Buku judul apa pun yang kita baca, tak boleh alpa bismillaah. Bikin atau ‘menjiplak’ makalah sekalipun. Jika tidak dengan melibatkan Allah, dengan pintaan akan Rahman dan Rahim Allah, kita akan memetik hanya imbalan dunia (jika memang ada). Lantas di akhirat amalan kita nihil atau sia-sia belaka. Dosen wajib membahani dan menyemangati anak didik, cantik atau kurang menarik, agar tetap punya arah dan pandangan (visi). Visi kita, selalu dalam bingkai ibadah; jalan fî sabilillâh; sasarannya ridha Ilahi; ganjarannya pahala (al-ajr), dan membuahkan surga (a-jannah). Atau teladan jauh ke masa Nabi. Bukan materialis dan pragmatis, seperti insan Barat Tak sekadar tipuan bayang dunia. Kita boboti dia kiat, taktik, dan strategi (misi) selama di bawah pembimbingan. Warna yang kita bangun adalah mahasiswa yang islami dalam misi hidup muslimin-muslimat (amar bil ma‘rûf dan nahî ‘anil munkar). Apa pun mata kuliah kita ini, selalu mestinya di jalan dakwah. Metode jihad dengan banyak jalan. Salah satunya lewat kuliah. Misi dosen dan mahasiswa islami termuat dalam sifat Rasul, para Nabi: shidieq, amânah, tabhligh, dan fathânah. Jujur dan terpercaya dalam menyampaikan dan mengutip sepenggal kebenaran. Atau informasi (data, fakta, ilmu) disampaikan secara kredibel dan faktual. Misi atau kode etik mahasiswi lainnya, saat kita di kampus dan sepulang ke kamar kos adalah --sebagaimana pesan QS. al-Hujarat 1013: persaudaraan, persamaan; simpati dan toleransi; tidak senang menghujat, tak menyapa dengan nama miring; tak banyak prasangka, tak menfitnah, tak selalu mengorek kekurangan pihak lain. Anakku, mahasiswaku, “Orang yang berbicara kepada anda tentang orang lain disebut penggosip; orang yang berbicara kepada anda tenang dirinya adalah orang yang membosankan; sedangkan orang yang berbicara tentang anda adalah orang yang cerdas,” kata Lisa Kirk. Kata Lord Chesterfield, “Anakku, beginilah cara membuat orang menyukaimu. Buatlah setiap orang lebih menyukai dirinya, bahkan sedikit saja, dan aku berani menjamin bahwa ia akan sangat menyukaimu.” Semua dimulai dengan kata-kata. “Keramahan dalam Santunan OKTOBER 2011
tutur kata menciptakan percaya diri, keramahan dalam berpikir menciptakan kesempurnaan, keramahan dalam memberi melahirkan kasih,” ujar LaoTse. Pendekatan yang kita pakai selalu islami, sehingga dosen merasa berdosa jika kapasitas (anugerah) menulis dan mengajar tidak kita realisasikan. Kapasitas akademik tidak menjamin produktif menulis. Atau gelar yang disandang belum tentu bernas dan menarik hasil karyanya. Sebab sebagian hanya menulis untuk kewajiban kampus belaka. Membaca banyak, prasyarat menulis, juga untuk menyusun skripsi. Sehingga sebagian penulis yang produktif itu, bukan alumni kampus tertentu, atau tidak sempat diwisuda oleh rektorat. Padahal otak dan hatinya melebihi doktoral dan profesor. Di sini seakan sang otodidak (belajar, membaca sendiri) seakan lebih unggul. Padahal seharusnya, “Tugas pendidikan adalah menggantikan pikiran yang kosong dengan pikiran yang terbuka,” ujar Malcolm Forbes. Disambung oleh Finley Peter Dunne. “Kita bisa mengantar orang memasuki universitas, tetapi belum tentu bisa membuatnya berpikir.” Mahasiswaku, menunda adalah penyakit akut yang menimpa si pemalas. “Hari kerja pemalas adalah besok, hari ini libur,” ejek satu guru. Ini laksana tulisan ‘awas hutang’ di pintu toko orang pelit, “Hari ini kontan, besok boleh utang.” Hadapi dan terima kenyataan, bahwa kita lemah dan berkekurangan, nilai rendah, boleh perbaiki. Cet langét (utopia) perlu, tapi sadar bahwa kita tetap di bumi. “Kesempurnaan adalah penyakit yang mematikan,” ejek orang besar. Sebab tak ada yang sempurna di sini (dunia). Tipologi orang begini sulit maju, karena selalu takut gagal. “Orang jatuh karena berjalan, kita tak melihat orang tersandung karena duduk,” tutup satu pepatah. Perbaharui rasa ingin tahu, anakku. Lalu keprak sayap untuk hal baru, mahasiswaku. Supaya guru, dosen, abu, abi, ayah, bapak, atau papa, bisa senyum selalu. Begitulah sekelumit pesan abu (ayah), ingatlah. n Penulis ialah Dosen FT (Fakultas Tarbiyah) IAIN Ar-Raniry, FT Universitas Serambi Mekkah, dan FT STAI Al-Washliyah Banda Aceh.
Opini
Mendidik Seperti “Luqman” Oleh M. Hanafiah, S.Pd
A
llah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna dan melengkapinya dengan sifat yang unggul. Keunggulannya dibandingkan seluruh makhluk ditunjukkan oleh kemampuan intelektualnya yang khas dalam berpikir, dan kesiapannya untuk belajar mengembangkan diri dan budaya secara terus menerus. Manusia dalam perkembangannya selalu dipengaruhi oleh pola hidup orang-orang sekitar mereka. Orang tua merupakan pihak pertama yang bertanggungjawab dalam pembentukan karakter anak. Setelah anak dalam usia sekolah, maka tugas guru untuk mendidik, dan mengarahkan mereka menjadi manusia yang berkualitas baik segi akademik maupun nonakademik. Dalam khazanah Islam dikenal seorang tokoh istimewa dalam pendidikan. Wasiat-wasiatnya begitu penting dan agung untuk diterapkan dalam dunia pendidikan. Dialah Luqman alHakim. Luqmanul Hakim merupakan salah satu suri tauladan di antara para bapak yang sangat memperhatikan pendidikan anak. Baik pendidikan ruhiyah maupun jismiyah, mental maupun badan. Bahkan namanya menjadi salah satu nama surat di dalam Alquran. Pendidikan tauhid menempati kedudukan yang utama ajarannya. Larangan kemusyrikan harus tertanam jauh di dalam hati dan pikiran anak, sehingga anak mampu beramal hanya kepada Allah tanpa dicampuri dengan tujuan yang lain. Anak yang memiliki jiwa tauhid kuat, tidak akan mudah melakukan penyimpangan walau diiming-iming dengan harta sekali pun. Dia akan takut melakukan kecurangan karena takut akan murka Allah.
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya, “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) benar-benar kezaliman yang besar.” (Q.S. Luqman: 13). Luqmanul Hakim selalu mengajarkan kepada anak untuk berbuat baik kepada orang tua sejak sedini mungkin, karena orang tua adalah yang menyebabkan mereka ada di dunia ini. Mengucapkan terima kasih kepada seseorang yang telah berjasa adalah suatu sikap mulia. Pesan ini Allah abadikan dalam firman-Nya: “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambahtambah, dan menyapihnya dalam dua tahun”. (Q.S. Luqman: 14). Perkembangan dewasa ini, seorang anak tidak lagi menghargai orang tuanya. Rasa terima kasih telah hilang, tak jarang anak berani melawan bahkan memperbudak orang tuanya. Mereka seolah lupa bahwa Allah telah memberikan wasilah kepada orang tua sehingga mereka lahir, lalu mengasuhnya, membesarkannya dengan kasih sayang. Seorang guru wajib mengarahkan muridnya untuk terbiasa dengan ungkapan terima kasih baik kepada orang tua maupun orang-orang yang telah berjasa bagi mereka, termasuk sesama murid itu sendiri. Akan terjalin sebuah hubungan yang kuat jika di antara mereka telah ada rasa saling membutuhkan dan saling berterima kasih. Luqman juga selalu menganjurkan untuk berbuat baik, selalu menanamkan hidup shalih. Harus ditanamkan Santunan OKTOBER 2011
bahwa apa pun yang dilakukan akan diberikan imbalan yang setimpal walau sekecil apa pun. Setiap kebaikan akan memberikan dampak yang besar dalam perjalanan hidup. Sebaliknya, keburukan yang dilakukan akan berimbas pula bagi yang melakukan. Firman Allah: “(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau langit atau dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui.” (Q.S. Luqman: 16). Dalam Alquran Surat Luqman ayat 17 Allah memberikan gambaran tentang nasehat Luqman tentang keharusan melakukan shalat, mengerjakan kebaikan dan selalu sabar dengan berbagai ujian. “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabar lah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (Q.S. Luqman: 17). Akhlak adalah bunga diri seseorang. Sikap santun dan tawadhuk merupakan akhlak utama yang menjadikan anak disenangi dan dihormati. Orangorang yang sombong dan angkuh akan menjadi hinaan dan cacian. Pesan untuk selalu bersikap baik tertuang dalam firman Allah berikut: “Dan jangalah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong), dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan 33
Opini sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai”. (Q.S. Luqman: 18-19). Menjadi keharusan guru untuk selalu menyuruh anak didik mengerjakan yang baik dan mencegah yang mungkar. Penanaman nilai jauh lebih penting daripada pengetahuan. Dengan nilai itulah karakter anak akan muncul. Sementara tanpa pengajaran karakter, pengetahuan akan digunakan untuk memenuhi syahwatnya sendiri, tanpa mempedulikan orang lain. Pembentukan karakter ini tentu saja tidak semudah membalikkan telapak tangan. Terlebih dewasa ini dengan begitu gencarnya arus pengikis akhlak mengepung diri mereka. Tentu akan menjadi tugas berat bagi guru, namun dengan usaha yang gigih dan terus menerus akan mampu memberikan sedikit pencerahan ke depannya. Keteladanan guru di sekolah adalah metode yang paling efektif un-tuk menumbuhkan akhlaqul karimah pada anak. Guru harus menjadi model dalam pembelajaran pendidikan berkarakter. Kegiatan pembiasaan dapat diintegrasikan pada proses pembelajaran di sekolah. Misalnya; shalat berjamaah, membaca Alquran bersama, memberikan perhatian khusus prestasi anak, berterima kasih atas bantuan anak, gotong royong dan lain-lain. Guru langsung berperan aktif dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban tersebut, tidak hanya sebagai “penganjur yang baik” kepada anak didiknya. Menilik perkembangan dewasa ini, yang mana krisis moral melanda remaja, guru tidak hanya bisa tinggal diam dan saling menyalahkan. Guru dituntut mampu membentuk karakter generasi yang memiliki kemampuan yang handal. Kecenderungan tugas guru yang hanya mentransfer ilmu pengetahuan tanpa memperhatikan nilai-nilai moral yang terkandung dalam ilmu pengetahuan harus dihilangkan. Guru harus menerapkan pola pendidikan berkarakter dengan mengedepankan nilai moral dan akhlak dari pada peroleh angka-angka sebagai standarisasi kualitas pendidikan. n Penulis ialah Guru Ekonomi dan Koordinator Bengkel Tulis pada MAS Jeumala Amal, Kab. Pidie Jaya. Anggota FLP Cab. Sigli. 34
P dalam Meng
N
ikah atau perkawinan merupakan sebuah tradisi manusia yang telah ada sejak manusia itu diciptakan. Di samping itu, dalam Islam nikah merupakan sunnah Nabi yang harus diikuti oleh setiap umatnya. Ditinjau dari aspek biologis dan psikologis, nikah adalah kebutuhan hidup yang harus dipenuhi oleh setiap manusia normal. Sedangkan dari aspek sosiologis, nikah merupakan sebuah tatanan kehidupan masyarakat dalam membina kesinambungan generasi dan kehidupan. Pernikahan dalam Islam memiliki rukun-rukun dan syarat-syaratnya. Dalam Intruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, Buku I, Hukum Perkawinan BAB IV, pasal 14 disebutkan bahwa, rukun perkawinan adalah: (1) Calon suami/istri, (2) wali nikah, (3) dua orang saksi, dan (4) ijab dan kabul. Demikian juga yang terdapat dalam kitab-kitab fiqh munakahat. Untuk dapat bertindak sebagai wali nikah seseorang harus memiliki kriteria/syarat-syarat tertentu yang telah ditetapkan oleh para ulama berdasarkan Kitabullah dan Hadis Nabi. Rasulullah saw bersabda:
Tidak nikah (yang sah) tanpa wali dan dua saksi yang adil. (HR. al-Bayhaqi dan al-Daruquthni) Syarat-syarat wali nikah dalam Peraturan Menteri Agama RI Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah BAB IX, pasal 18 ayat 2 adalah sebagai berikut: (1) Laki-laki, (2) beragama Islam, (3) balig, (4) berakal, dan (5) dapat berlaku adil. Tidak ada perbedaan mendasar antara yang terdapat dalam Santunan OKTOBER 2011
kitab-kitab fiqh tentang syarat-syarat wali, maupun yang terdapat dalam peraturan pemerintah. Namun dalam peraturan pemerintah tidak disebutkan “merdeka” sebagai salah satu syarat wali, hal ini barangkali atas pertimbangan bahwa tidak terdapat lagi hamba sahaya di seluruh dunia, sehingga semua orang pada saat ini dalam keadaan “merdeka”. Perbedaan lain adalah pada kalimat “dapat berlaku adil” tanpa penjelasan, sedangkan dalam kitab-kitab fiqh ditulis dengan kata “adil” yang lawannya adalah “fasik”. Adapun yang dimaksud dengan “adil” itu adalah orang yang memenuhi lima syarat, yaitu: (1) Tidak pernah melakukan dosa besar, (2) tidak berkekalan dalam dosa kecil, (3) benar/ lurus pada akidah dan keyakinannya, (4) tidak lekas marah, dan (5) menjaga marwah/etika sesuai dengan posisi dan kedudukannya dalam masyarakat. Wali nikah secara tertib/berurutan adalah bapak, kakek (ayah bapak), saudara laki-laki seibu sebapak, saudara laki-laki sebapak, anak lakilaki saudara laki-laki seibu sebapak, anak laki-laki saudara laki-laki sebapak, paman (saudara laki-laki bapak) seibu sebapak, paman (saudara laki-laki bapak) sebapak, anak laki-laki paman (saudara laki-laki bapak) seibu sebapak, anak laki-laki paman (saudara laki-laki bapak) sebapak, dan maula mu’tiq/ bekas tuan hamba. Bila mempelai wanita seorang hamba sahaya yang telah dimerdekan dan tidak memiliki wali nasab/keturunan, maka bekas tuannya yang disebut dengan maula mu’tiq bertindak sebagai wali nikahnya. Mungkin saja pada saat ini wali maula mu’tiq ini tidak dapat ditemukan lagi. Selanjutnya wali hakim, yaitu Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan atau Penghulu yang ditunjuk secara resmi
Opini
eran Penghulu atasi Masalah Wali Fasik Oleh Sulaiman M. Thalib
oleh Pemerintah. Syarat-syarat wali sebagaimana yang telah disebutkan di atas pada umumnya mudah didapati pada setiap orang kecuali “adil”. Persyaratan “adil” ini pula yang telah menjadi pembicaraan yang tidak henti-hentinya, baik di kalangan fukaha, mau pun masyarakat umum. Jika syarat-syarat lain tidak didapati pada seorang wali, maka dengan mudah kewalian mempelai wanita berpindah kepada wali berikutnya atau wali hakim. Misalnya wali tidak berakal/ gila, tidak beragama Islam, atau pun belum balig, dengan demikian semua orang sepakat agar kewalian nikah dipindahkan kepada wali berikutnya, dan tidak ada yang cacat dalam pandangan hukum dan sosial. Ada pun ketika wali tidak adil/ fasik, maka untuk memindahkan kewalian nikah kepada wali berikutnya atau wali hakim menghadapi banyak pertimbangan, apalagi secara zahir tidak ada yang cacat atau kurang. Karena fasik merupakan suatu yang sangat rentan menghinggapi setiap orang, sementara sifatnya sangat abstrak. Oleh sebab itu para ulama mencari solusi yang objektif dan dapat dipertanggungjawabkan dalam menghadapi persoalan wali fasik. Jika wali nikah dalam keadaan fasik, seperti melakukan dosa besar, atau berkekalan dalam dosa kecil, maka solusi yang paling bijak adalah memin-
tanya untuk bertobat dengan tobat yang shahih. Jika wali tersebut telah bertobat, maka pada ketika itu juga ia dapat bertindak sebagai wali nikah, karena dengan bertobat ia tidak lagi disebut sebagai orang fasik. Pendapat ini dikemukankan oleh ulama-ulama terkemuka dalam kitab-kitab yang masyhur. Di antaranya dalam Kitab Tuhfatul Muhtaj, jilid VII, hlm. 259:
Menurut jumhur ulama syarat wali nikah adalah “tidak fasik”, bukan “adil”, walaupun di berbagai literatur ditulis “adil”, tetapi maksudnya adalah tidak fasik, sehingga apabila tobat sese-orang telah shahih, ia tidak lagi dinamai fasik. Sedangkan syarat kedua saksi adalah adil, dan jika saksi itu fasik maka baru dapat dikatakan adil setelah berlalu satu tahun dari tobatnya, dan selama masa tobatnya itu ia tidak pernah melakukan dosa besar dan tidak berkekalan dalam dosa-dosa kecil. Dengan sebab telah bertobatnya wali yang fasik, maka pernikahan tetap dapat dilakukan oleh wali nasab terdekat si wanita tanpa berpindah kepada wali berikutnya atau wali hakim, dan tidak ada sesuatu pun yang kurang menurut pandangan hukum Islam dan hukum sosial. Ada pun apabila wali yang fasik tersebut tidak mau bertobat maka kewalian nikah berpindah kepada wali yang jauh yang mencukupi syarat. Di samping itu, dapat juga diambil qaul dha’if yang menyatakan sah nikah dengan wali fasik. Menurut Abu Hanifah, fasik wali tidak membatalkan akad nikah, namun pengikut mazhab Syafi’i tidak perlu beralih kepada mazhab Hanafi karena ulama Syafi’iyyah ada juga yang berfatwa semacam itu Santunan OKTOBER 2011
–walaupun dianggap dha’if–, yakni orang fasik sah bertindak sebagai wali nikah. Di antara ulama tersebut adalah Ibn Shalah, Taqyuddin as-Subki, dan alAzra’i. Namun Ibn Shalah dan al-Subki memberi catatan, bahwa sah nikah dengan wali fasik apabila berpindah kepada wali hakim yang juga fasik. Namun untuk menghindari khilafiyah atau talfik mazhab, sebaiknya wali nikah yang fasik segera bertobat, karena tobat merupakan solusi bijak agar mempelai wanita dapat dinikahkan oleh wali terdekatnya tanpa harus berpindah kepada wali jauh atau berpegang kepada pendapat dha’if. Melalui solusi tobat wali ini, tidak ada yang cacat dalam pandangan hukum dan sosial. Aspek hukum sangat perlu diperhatikan karena berimplikasi kepada sah-tidaknya akad nikah. Selanjutnya berakibat pula pada halalharamnya hubungan kedua mempelai serta berdampak juga pada keturunan dari keduanya. Sedangkan aspek sosial adalah pandangan masyarakat, sebuah kehormatan dan martabat seorang ayah menikahkan anak perempuannya sendiri. Dalam kasus wali fasik, peran penghulu yang telah dipercaya oleh pemerintah untuk mencatat dan mengawasi peristiwa nikah agar sah menurut hukum syariah dan perundang-undangan yang berlaku sangat diperlukan. Apabila terindikasi wali nikah berstatus fasik, maka hendak lah penghulu segera melakukan upaya solutif, melaksanakan taubat sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuannya. Dengan demikian, pernikahan dapat terlaksana dengan sempurna tanpa ada yang perlu diragukan. Wallahu a’lam bish-Shawab. n Penulis ialah Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Trienggadeng, Kabupaten Pidie Jaya 35
Opini
Penjajahan Baru Di Negeri Indatu
R
asa geram masih membayangi pikiran kita sebagai umat Islam membaca tentang pemukulan khatib di Pidie beberapa waktu lalu. Aksi brutal yang mengadopsi sifat hewani telah menumbangkan khatib ketika sedang menyampaikan nasehat kepada umat. Suasana khusuk seketika menjadi gaduh setelah hujaman pukulan dan tendangan kepada khatib yang sedang membacakan khutbah di Mesjid Raya Keumala, Pidie. Mereka telah merusak reputasi Aceh di mata dunia dengan perilaku mereka yang beringas dan tidak berperikemanusiaan. Mesjid sebagai tempat beribadah umat Islam seolah tidak berharga di mata mereka. Terlepas dari materi khutbah yang disampaikan, yang jelas aksi beberapa anak manusia di Pidie kemarin telah melukai hati umat Islam di pelosok negeri. Mimbar yang biasanya digunakan untuk menyampaikan pesan agama seketika berubah menjadi “ring tinju“. Khatib ditendang dan dikeroyok di hadapan jemaah Jumat, sungguh kejadian yang luar biasa. Selama ini kita membanggakan Aceh sebagai pusat Islam di nusantara, namun nyatanya nilai-nilai Islam telah hilang di benak mereka. Semoga saja Allah swt. mengutuk perilaku mereka yang lebih pantas disebut sebagai dajjal. Sejarah membuktikan bahwa bangsa Yahudi adalah bangsa paling congkak di dunia sehingga Allah swt. melaknat mereka. Tetapi orang-orang Yahudi sangat cinta dan sayang kepada bangsanya (keturunan Yahudi). Aksi pemukulan terhadap khatib yang dilakukan oleh beberapa orang di Pidie telah mencoreng wajah umat Islam karena pelakunya juga kita yakini berKTP Islam. Jika Yahudi terlaknat saja mencintai dan menyayangi bangsanya kenapa mereka (pelaku pemukulan) malah menindas bangsanya sendiri yang notabene sebangsa dan seakidah? Merendahkan martabat Islam Diakui atau tidak penganiayaan khatib di Pidie telah merendahkan
36
Oleh Khairil Miswar martabat umat Islam di hadapan orangorang nonmuslim. Sebagai umat Islam kita telah dipermalukan oleh aksi segenlintir orang yang dulunya pernah bercita-cita ingin mendirikan daulah Islam di Aceh. Islam tidak pernah mengajarkan kekerasan apalagi terhadap sesama muslim. Tidak sempurna iman seseorang apabila dia tidak mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri. Jika memang khatib bersalah dalam menyampaikan khutbah, tentunya kita memiliki solusi yang lebih beradab, tidak harus dengan pukulan dan tendangan. Kita semua yakin bahwa tidak ada satu agama pun di dunia yang membenarkan aksi kekerasan. Apalagi agama Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Jika khatib bersalah kita bisa menunggu sampai dia selesai berkhutbah, tidak harus memaksa dia turun apalagi jika khutbah belum sempurna. Bukan Cuma manusia tetapi seluruh makhluk di dunia ini akan mengutuk tindakan tersebut. Sebagai umat Islam kita harus mencegah perilaku ini agar tidak terulang kembali. Kezaliman Akan Runtuh Penulis tidak bermaksud memojokkan kelompok tertentu di Aceh. Namun masyarakat bisa menilai sendiri, dan pasti sudah mengenal siapa pelakunya. Setiap kezaliman harus dilawan tentunya dengan cara-cara yang beradab dan tidak keluar dari aturan Agama Islam. Kita semua yakin bahwa setiap kezaliman itu akan runtuh. Kita pasti ingat dengan kisah Firaun yang telah diabadikan dalam Alquran. Firaun memiliki kekuasaan dan kekuatan yang mungkin tidak tertandingi oleh negaranegara modern saat ini. Namun ketika keangkuhannya memuncak, apa yang terjadi? Dengan mudah Allah swt. menenggelamkannya di laut merah. Sekarang coba kita berfikir jernih. Apa kita merasa memilki kekuatan melebihi Firaun? Jika tidak, mulai sekarang berhentilah berbuat zalim agar terlepas dari siksaan Allah swt. Santunan OKTOBER 2011
Hukum Harus Ditegakkan Kasus kekerasan yang terjadi di Pidie beberapa Jumat lalu sepertinya tidak akan menjadi kasus pertama dan terakhir yang terjadi di Aceh. Kita terpaksa meyakini bahwa kasuskasus seperti ini akan terus terulang di Aceh, apabila tidak ditangani secara serius oleh semua pihak, khususnya kepolisian yang bertanggungjawab terhadap keamanan di Republik ini. Jika kasus seperti ini terus dibiarkan maka tidak mustahil calon-calon penjahat baru akan terus beraksi. Seorang penjahat akan merasa berani apalagi jika dia merasa dirinya terlindungi oleh hukum. Apalagi menjelang pemilukada di Aceh aksi kekerasan akan semakin memuncak apabila para penegak hukum lambat dalam bertindak. Jangan ada kata maaf bagi pelaku kejahatan apalagi jika kejahatannya membahayakan jiwa dan kehormatan orang lain. Kita berharap pihak Kepolisian lebih serius lagi dalam menangani kasus-kasus seperti ini. Siapapun pelakunya harus diberi sanksi yang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku di negeri ini. Informasi yang berkembang menyatakan bahwa aksi pemukulan khatib di Pidie juga melibatkan salah seorang anggota DPRK yang berasal dari partai ternama di Aceh. Meski pun dia seorang pejabat tetap harus diproses secara hukum agar masyarakat merasa nyaman dalam melakukan aktivitasnya. Kepada masyarakat diharapkan agar tidak membiarkan kejahatan terus terjadi di Aceh. Masyarakat harus melakukan perlawan dengan cara melaporkan setiap kejahatan kepada pihak Kepolisian. Dalam banyak hadis Rasulullah saw. memerintahkan kepada kita semua untuk mencegah setiap kemungkaran yang terjadi di lingkungan kita. Tentunya dengan cara-cara yang beradab dan tidak melanggar ketentuan syariat. Wallahu Waliyut Taufiq. n Penulis ialah Alumni IAIN ArRaniry, dan Sekjend Jeumpa Mirah, berdomisili di Bireuen
Opini
Protokol Pembangun Citra Instansi Oleh Amwar CHB
H
arapan semua orang untuk mendapatkan kesuksesan dalam sebuah hajatan, layaknya kenduri, seperti pernikahan, maulid atau pun kenduri lainnya. Si empunya hajatan pasti berharap agar acara ber-jalan dengan rapi, hikmat dan berakhir sukses. Kesuksesan itu, pasti dicapai setelah aturan-aturan yang disepakati, dikomunikasikan, dan dijalankan de-ngan benar, hal ini mutlak dijalankan. Contoh sederhana, apa jadinya jika dalam suatu pesta pernikahan tidak ada komunikasi antara kedua mempelai. Baju adat apa yang akan dipakai, waktu penerimaan linto/dara baro, susunan acara, dan sebagainya. Bila tidak dikomunikasikan terlebih dahulu, bisa jadi si linto baro dan dara baro akan memakai pakaian adat yang berbeda, linto/dara baro bisa datang di waktu yang berbeda. Begitu pula halnya pada acara-acara resmi di instansi kenegaraan, yang semuanya harus diatur dalam bingkai keprotokolan guna, menghindari miss communication, atau kesalahpahaman yang berakibat kekacauan. Keprotokolan merupakan serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan aturan dalam acara kenegaraan, atau acara resmi yang meliputi tata tempat, tata upacara, dan tata penghormatan sebagai bentuk penghormatan kepada seseorang, sesuai dengan jabatan dan/ atau kedudukannya dalam negara, pemerintahan, atau masyarakat. Seperti negara lainnya, kita juga memiliki aturan atau protokol sendiri yang sudah diatur dalam UU No. 9 Tahun 2010, menggantikan UU No. 8 tahun 1987. Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler Kementerian Luar Negeri (KLN) ditetapkan sebagai kepala protokol negara (chief of state protocol). Berdasarkan Keppres No. 32 tahun 1971, secara organisasi protokol negara bertanggungjawab langsung kepada presiden, dan secara substansi bertindak sebagai muara berbagai
hal yang berkaitan dengan protokol negara. Keprotokolan bukan hanya sekedar menjemput tamu di bandara, mengatur jamuan tamu lalu mengantarnya kembali ke bandara. Tapi mengatur semua lingkup kegiatan kenegaraan, seperti siapa pejabat yang didahulukan naik kendaraan, mengatur posisi kanan untuk menyambut pejabat, menempatkan posisi duduk pejabat dan lain sebagainya yang diatur dalam minute to minute. Protokol adalah kunci sukses-tidaknya suatu kegiatan kenegaraan. Orang yang bermain di balik layar, yang menata agar acara berjalan tertib, hikmat, rapi, lancar, teratur serta memperhatikan ketentuan dan kebiasaan yang berlaku yang beresensi pada tata cara, tata krama dan tradisi. Pengaturan tempat bagi pejabat negara, pejabat pemerintahan, perwakilan negara asing dan/atau organisasi internasional serta tokoh masyarakat. Dalam acara kenegaraan, atau acara resmi lainnya, pada hakekatnya mengandung unsur-unsur siapa yang berhak didahulukan, atau siapa yang memperoleh hak menerima prioritas dalam tata urutan (preseance). Tata upacara yaitu aturan untuk melaksanakan upacara dalam acara kenegaraan atau acara resmi. Acara kenegaraan adalah acara yang diatur dan dilaksanakan secara terpusat dihadiri presiden/wakil presiden serta pejabat negara dan undangan lainnya. Sedangkan acara resmi adalah acara yang bersifat resmi yang diatur dan dilaksanakan oleh pemerintah atau lembaga negara, dihadiri oleh pejabat negara, dan/atau pemerintah serta undangan lainnya. Aturan untuk melaksanakan pemberian hormat bagi pejabat negara, pejabat Pemerintahan, perwakilan negara asing dan/atau organisasi internasional, dan tokoh masyarakat tertentu dalam acara kenegaraan, atau acara Santunan OKTOBER 2011
resmi, disebut tata penghormatan. Bentuk-bentuknya adalah penghormatan dengan bendera negara, penghormatan dengan lagu kebangsaan, dan/ atau bentuk penghormatan lain sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kenapa penting memberikan penghormatan kepada simbol negara seperti Bendera Merah Putih, dan Lagu Indonesia Raya, semata-mata karena ORANG INDONESIA-nya, yang kita hormati adalah diri kita sendiri, rakyat Indonesia, berbangsa Indonesia, yang mempunyai wilayah yang membentang antara Sabang sampai Merauke, dan dari Pulau Miangas hingga Pulau Rote, yang mempunyai tata kenegaraan dan simbol negara. Untuk terlaksananya acara yang tertib, hikmat, rapi, lancar, dan teratur, sebagai Protokoler, sangat mutlak perlu adanya perencanaan pelaksanaan yang matang sekaligus diperlukan evaluasi setelah selesainya sebuah kegiatan, juga sangat diperlukan dukungan finansial yang mencukupi untuk kebutuhan acara. Begitu juga dengan dukungan pejabat-pejabat yang terlibat dalam kegiatan, mematuhi tata laksana keprotokolan yang sudah diatur. Tugas protokol tidak pernah lepas dari citra suatu instansi, karena kinerja suatu instansi akan selalu dinilai dari kinerja protokolernya. Hal ini tentu tidak mudah. Untuk itu, seorang protokoler dituntut untuk mendedikasikan diri dengan sepenuh hati, melatih integritas diri serta mengembangkan kemampuan diri baik dari sisi kepribadian, pengetahuan dan keterampilan. Lazimnya bertugas sebagai protokoler tidak ada jaminan akan menerima kata pujian tatapi jika gagal bersiap lah menerima caci, kata Harry R. J Kandou, Direktur Protokol Kementerian Luar Negeri RI saat ini. n Penulis ialah staf Subbag Hukmas dan KUB Kanwil Kemenag Aceh, pernah mengikuti Diklat Khusus Keprotokolan 37
Opini
Menata PNS berbasis Kinerja
B
erbagai upaya pemerintah dalam menata keberadaan pegawai negeri sipil (PNS) telah digulirkan melalui reformasi birokrasi dengan tujuan untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance). Sejumlah kebijakan telah digulirkan untuk menata aparatur pemerintah ini, mulai dari Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri bahkan Keputusan Bersama Menteri. Ini semua dalam rangka menata dan memaksimalkan tugas pokok dan fungsi Aparatur dalam melaksanakan fungsi public service. Penataan PNS selalu berbaringan dengan Reformasi Kelembagaan Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Ada komitmen pemerintah untuk menciptakan struktur organisasi Pemerintah yang minim struktur tapi kaya fungsi sebagaimana spirit Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Spirit PP No.41 Tahun 2007 sebenarnya kerisauan pemerintah pusat tentang membengkaknya jabatan struktural dan ini disikapi oleh Menteri Dalam Negeri dengan mengeluarkan Permendagri No. 12 Tahun 2008 tentang Analisis Beban Kerja. Ini semua dalam rangka menata kembali PNS. Berkaitan dengan keberadaan PNS sebagai kepanjangan tangan pemerintah dewasa ini, telah berkembang berbagai macam tanggapan. Ada tanggapan yang memberikan apresiasi kepada sejumlah instansi pemerintah yang menunjukkan keberaniannya untuk tidak mengajukan tambahan CPNS tahun ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam lingkungan birokrasi pemerintah telah dirasakan ada sejumlah persoalan yang perlu direvitalisasi dengan komitmen bersama seluruh jajaran pemegang kebijakan untuk menata PNS mulai dari pusat sampai jajaran pemerintah provinsi/kabupaten/kota. Akan tetapi, upaya menekan pembiayaan terhadap PNS ini menjadi kontra produktif, apa38
Oleh Muhammad Syarif bila di suatu sisi pemerintah dalam hal ini Kementerian Apatarur Negara dan Reformasi Birokrasi setiap tahun selalu membuka keran yang begitu lebar terhadap penambahan jumlah CPNS pada semua instansi pemerintah, baik pusat maupun daerah. Memotret sikilas tentang gebrakan Pemko Banda Aceh selama 3 Tahun terakhir tidak menerima PNS, yang diapresiasi oleh pemerintah pusat, bahkan hal ini menggugah Kementerian Dalam Negeri, Kementrian Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi serta Menteri Keuangan untuk menunda Formasi PNS Tahun 2012 dengan Surat Keputusan Bersama tiga Menteri tentang Penundaan PNS Tahun 2012. Dalam rangka menata birokrasi pemerintah yang efektif, penulis mendorong agar pemerintah berani menghentikan sementara penambahan kuota CPNS dalam beberapa tahun ke depan. Pendayagunaan aparatur yang telah ada harus ditata dan dioptimalkan sebaik mungkin. Apabila dipandang perlu penambahan PNS harus mengedepankan rasio kebutuhan organisasi dan beban tugas secara riil, bukan berdasarkan keinginan apalagi kepentingan politik sesaat. Disinilah menjadi Penting Dokumen Analisis Jabatan dan Analisis Beban Kerja pada masing-masing Pemerintah Daerah. Sehingga potret PNS dengan jelas di tampilkan dalam 2 Dokumen ini, sebagai dasar bagi pemerintah dalam menata aparatur. Secara pribadi, saya ingin katakan semangat Pemerintah Kota Banda Aceh dalam menekan jumlah PNS perlu didukung oleh semua komponen masyarakat Kota Banda Aceh. Bukankah ranah pekerjaan bukan hanya di ”dunia birokrasi”. Stigma kerja harus dirubah dari Pegawai Negeri Sipil menuju ”swastanisasi”. Maka dari itu saya juga berharap dunia akademisi dalam mencetak manusia harus berorientasi membuka lapangan kerja, bukan justru mengekor harus masuk pegawai. Santunan OKTOBER 2011
Untuk mewujudkan esensi birokrasi pemerintah yang efisien, efektif, dan mampu melaksanakan fungsinya dengan baik, ada beberapa strategi pembinaan terhadap PNS yang perlu dijadikan pedoman bagi pemegang kebijakan publik. Pertama, Pemerintah daerah harus bersikap tegas terkait moratorium PNS. Kedua, MENPAN & RB harus mengadakan pengkajian ulang secara menyeluruh terhadap kebutuhan PNS secara independen dengan mendata jumlah pegawai dengan memperhatikan beban tugas organisasi pemerintah. Bila diperlukan penambahan CPNS, jangan hanya memperhatikan kebutuhan yang diusulkan. Akan tetapi, harus berdasarkan Analisis Jabatan dan Analisis Beban Kerja. Baik jumlah maupun spesifikasi teknis yang dibutuhkan. Ketiga, Pemerintah Daerah dalam waktu dekat harus menuntaskan Dokumen Analisis Jabatan dan Analisi Beban Kerja dan ini harus benar-benar dibuat secara cermat, tugas ini harus disikapi Oleh SKPD yang membidangi Kepegawaian di Kabupaten/Kota (BKD/ BKPP) sebagai perpanjang tangan Kepala Daerah dalam rangka menata PNS di Kabupaten/Kota mau pun Provinsi. Keempat, mendorong Pensiun dini bagi PNS yang tidak produktif dan ini harus direspon dengan lahirnya regulasi tentang Pensiun Dini. Sehingga, PNS yang profesional dan memiliki kompetensi serta integritas yang tinggi layak dipertahankan sebagai PNS. Kelima, penegakan hukum yang tegas dan berkeadilan bagi aparatur yang melalaikan tugasnya demi kepentingan pribadi maupun kelompoknya. Semoga saja impian kita dalam menata PNS menuju profesional akan terwujud. Wallahu a‘lam bishawab. Penulis ialah Kasubbag Kelembagaan dan Tata Laksana pada Bagian Organisasi Setda Kota Banda Aceh
Kolom Budaya
Kesucian Haji Buk Hajah dan Pak Haji Oleh Nab Bahany As
D
alam hampir satu bulan menjelang musim haji, warga kampung disibukkan oleh jadwal peusijuek (menepungtawari) jamaah calon haji yang akan berangkat ke Tanah Suci Mekah untuk menunaikan ibadah rukun Islam kelima. Bayangkan, kalau dalam sebuah kampung, ada lima orang calon haji. Sudah tentu warga kampung harus meninggalkan pekerjaan lain untuk menepungtawari kelima calon jamaah haji yang jadwalnya mungkin tidak bersamaan. Belum lagi jamaah calon haji di kampung lain yang juga “wajib” mereka tepungtawari. Sebagai tradisi yang terus berkembang dalam masyarakat, seakan peusijuek calon haji merupakan bagian dari salah satu kewajiban. Bahkan turut menentukan keabsahan seseorang dalam melaksanakan rukun Islam yang kelima ini. Tak jarang seorang calon haji akan “merajuk” jika tidak didatangi orang untuk di-peusijuek sebelum keberangkatannya. Konon karena merasa tidak ada yang peduli, padahal ia hendak berangkat ke Tanah Suci. Secara objektif, ibadah haji diwajibkan bagi yang berkemampuan, baik secara finasial, atau pun kesehatannya secara fisik. Jadi, siapa pun yang merasa sudah memiliki kemampuan, silakan melaksanakan ibadah haji ke Baitullah. Lalu apa hubungannya dengan mengharap agar orang berduyun-duyun datang untuk menepungtawarinya? Kalau itu tujuan awal dari melaksanakan ibadah haji, itu namanya “ibadah
pamer.” Sebaliknya, jika setiap calon haji yang akan melaksanakan ibadah rukun Islam kelima “wajib” di-peusijuek lebih dulu, mengapa untuk orang yang melaksanakan empat rukun Islam lainnya tidak diawali dengan prosesi peusijuek lebih dulu? Bukankah keempat ibadah itu merupakan kesatuan ibadah dari rukun Islam? Secara sosial, tradisi peusijuek jamaah calon haji mungkin baik untuk kebersamaan. Karena dengan prosesi itu, sanak famili dan handai taulan dapat memberikan doa selamat kepada calon haji yang akan berangkat. Akan tetapi, yang mesti diwanti-wanti, jangan sampai untuk orang melaksanakan rukun Islam yang kelima ini--seakan-akan--bila tidak ditepungtawari lebih dulu, ibadah haji yang dilaksanakan tidak memberikan keafdhalan setelah ia kembali dari haji nantinya. Apalagi jika setelah kembali dari haji sampai memutuskan hubungan silaturrahim dengan tetangga, sanak famili, dan handai taulan, hanya gara-gara mereka tidak sempat hadir memberikan ucapan selamat dalam prosesi peusijuek ketika seseorang akan berangkat ke Tanah Suci. Kalau itu yang menjadi harapan, lalu di mana keikhlasan seorang Ibu Hajah dan Pak Haji? Anehnya lagi, makin tinggi status sosial seorang calon haji, makin ramai yang berdatangan melakukan peusijuek. Karena orang takut dengan status sosial yang disandangnya? Misalnya, seorang atasan akan menjadi calon haji tahun ini, Santunan OKTOBER 2011
maka seperti sudah menjadi kewajiban semua bawahannya harus melakukan peusijuek. Pertanyaan yang muncul, apakah prosesi peusijuek bagi calon jamaah haji merupakan sebuah budaya, atau keharusan dari petunjuk agama yang memang wajib dilakukan? Kalau itu sebuah tradisi yang dikaitkan dengan agama, mungkin itu baik dilaksanakan, tapi tidak mutlak harus dilakukan. Apalagi dalam hal ini kita masih melihat status sosial orang yang kita tepungtawari. Bila status sosialnya baik, ramai-ramai kita peusijuek. Sebaliknya, jika ia orang biasa yang telah diberikan kemampuan untuk berhaji oleh Allah, kita tidak antusias menepungtawari sebagaimana kita lakukan pada orang yang berkedudukan lebih tinggi. Ternyata, kita juga belum bisa berlaku adil dalam menghargai tamutamu Allah yang memenuhi panggilanNya. Ketidakadilan itu masih terekam dalam memori saya, ketika seorang calon haji tidak mendapat perlakuan peusijuek dari masyarakat kepadanya. Calon haji di era 1980-an ini, seorang perempuan yang hidup sendirian di sebuah rumah di kampungnya. Namanya Teungku Maneh. Rumah tempat tinggalnya terletak di sebuah kebun yang luas, yang di dalamnya tumbuh berbagai jenis tanaman yang 39
Kolom Budaya menghasilkan buah pada setiap musim. Karena hidup sendirian, rumah dan kebunnya yang luas tidak terurus. Paling seminggu sekali ia mengelilingi kebunnya untuk mengumpulkan buah kelapa yang jatuh dari pohon. Kelapa itu dikumpulkan untuk dijual pada orang yang memang sudah menjadi langganannya. Semua hasil penjualan kelapa dan buah-buahan lainnya ditabung dalam bentuk emas. Hingga sampai waktunya, emas yang dikumpulkan itu sudah mencukupi untuk naik haji. Lalu Teungku Maneh mendaftarkan diri sebagai seorang calon haji, di era 80-an. Sebelum keberangkatannya, masyarakat tidak begitu antusias merespon, walau Teungku Maneh akan menjadi salah satu dari jamaah calon haji di kampungnya, karena masyarakat di kampung tempat tinggalnya sudah terlanjur menganggap ia seorang yang kikir. Dengan kebunnya yang luas, dan hasil panen jenis buahan yang melimpah, tapi masyarakat yang ingin menikmati hasil buah kebunnya harus selalu membelinya. Karena itu, warga kampungnya tidak begitu peduli terhadap Teungku Maneh yang akan naik haji. Apalagi untuk menepungtawarinya. Sehingga perempuan yang sudah berusia lanjut
ini harus berangkat ke tanah suci dengan hanya diantar oleh beberapa keluarga dekatnya, melalui embarkasi haji Polonia Medan. Begitu kembali dari melaksanakan rukun Islam kelima ini, oleh sebagian warga kampungnya Teungku Maneh digelari panggilan “Haji Plök Köm.” Karena semua kaleng bekas makanan yang dikonsumsinya selama menunaikan ibadah haji dibawa pulang ke kampungnya untuk diperlihatkan pada orang yang datang mengunjunginya setelah kembali dari haji. Kita tidak tahu, mengapa orang sampai begitu sinis terhadap ibadah haji yang dilaksanakan Teungku Maneh, sampai ia digelar “Haji Plök Köm”. Padahal ia naik haji murni dari hasil hartanya sendiri. Tidak bercampur aduk dengan harta dari hasil syubhat. Apalagi tergolong riba yang diharamkan, yang sangat menentukan kemabruran ibadah haji seseorang. Bagaimana kita harus mendoakan seorang calon haji saat menepungtawarinya untuk menjadi haji yang mabrur, bila sumber rizki yang digunakan untuk melaksanakan ibadah haji masih bercampur aduk dengan yang batil? Karenanya, ukuran kemabruran haji seseorang--secara lahiriah--ditentukan oleh perenungan masing-masing
pribadi yang melaksanakan. Tingkat kesucian harta yang harus dijaga untuk mencapai kemabruran ibadah haji, menurut Abu Uteun Bayu, (Tgk. Abdul Hamid)—baca Ensiklopedi Ulama Aceh (2010) sampai pada cara bertani sawah. Misalnya, ketika sawah yang kita miliki sudah kering, lalu kita buka peunelah untuk mengaliri air ke sawah kita tanpa sepengetahuan pemiliknya, itu sama halnya dengan mencuri. Maka panen yang dihasilkan kemudian dijual untuk ditabungkan. Hingga suatu waktu uang hasil panen itu dikumpulkan dengan uang dari sumber rezeki lainnya sudah mencukupi untuk naik haji. Sejauh kita belum minta maaf pada pemilik sawah yang airnya kita curi tadi, maka harta yang kita gunakan untuk naik haji belum dapat digolongkan dalam tingkat kesucian yang sangat menentukan kemabruran ibadah haji yang dilaksanakan. Apalagi bila sumber harta yang digunakan menyangkut harta milik rakyat. Lalu bagaimana meminta maaf pada semua rakyat? Adakah cara agar rakyat memaafkan kita yang telah menggunakan hak mereka untuk naik haji?n Penulis adalah budayawan, tinggal di Banda Aceh.
Keluarga Besar Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pidie Jaya
Mengucapkan
Selamat Menunaikan Ibadah Haji Tahun 1431 H/2010 M
Semoga Memperoleh Haji Mabrur Kepala Drs. Ilyas Muhammad 40
Santunan OKTOBER 2011
Sains
Kandungan Mineral Air Zam-zam
S
alah satu oleh-oleh wajib yang dibawa pulang jamaah haji adalah air zam-zam. Keunikan air zam-zam ternyata bukan sekedar sebagai bagian dari sejarah Islam yang berakar pada peristiwa Nabi Ismail dan ibundanya, tapi juga menjangkau dunia sains modern, yaitu kandungan mineralnya yang luar biasa. Sebagai mata air yang tidak pernah putus dinikmati sepanjang tahun oleh puluhan juta manusia dari seluruh dunia, air zam-zam telah menjadi suatu keajaiban tersendiri bagi sebahagian besar manusia. Akan tetapi, ada juga sebahagian lainnya yang merasa iri dan dengki, mereka melempar isu bahwa air zam-zam justru berpenyakit,dalil yang mereka pergunakan adalah kedudukan Mekkah yang berada di dataran rendah lembah hijaz. Air zam-zam menurut mereka adalah air-air kotor dari seluruh dataran tinggi yang kemudian terkumpul di dasar lembah Mekkah yang lebih rendah. Isu ini sempat membuat panik kaum muslimin, khususnya yang berada di benua eropa. Untung saja, isu ini justru memicu para ahli untuk meneliti air zam-zam secara sungguh-sungguh. Benarkah air zam-zam tercemar dan mengandung penyakit atau tidak. Dari berbagai hasil penelitian yang dilakukan para ahli di lab-lab terkenal di dunia, terbukti bahwa air zam-zam steril dari pengaruh kuman dan penyakit sehingga aman untuk diminum. Lebih jauh, ternyata air zam-zam memiliki kandungan mineral yang sangat unik yang menjelaskan kenapa air zam-zam memiliki kemampuan untuk menyembuhkan bagi manusia yang mengkonsumsinya.
Berbeda dari air mineral yang umum dijumpai, air zam-zam mengandung elemen-elemen alamiah sebesar 2000 mg perliter. Biasanya air mineral alamiah (hard carbonated water) tidak akan lebih dari 260 mg per liter. Elemen-elemen kimiawi yang terkandung dalam air Zamzam dapat dikelompokkan menjadi : Yang pertama, positive ions seperti sodium (250 mg per liter), calcium (200 mg per liter), potassium (20 mg per liter), dan magnesium (50 mg per liter). Kedua, negative ions misalnya sulphur (372 mg per liter), bicarbonates (366 mg per liter), nitrat (273 mg per liter), phosphat (0.25 mg per liter) dan ammonia (6 mg per liter). Kandungan-kandungan elemenelemen kimiawi inilah yang menjadikan rasa dari air Zamzam sangat khas dan dipercaya dapat memberikan khasiat khusus. Sifat air zam-zam tidak akan membusuk dan menjadi apek. Rasa, warna dan baunya tidak pernah berubah sama sekali sebagaimana sifat madu lebah yang tidak terpengaruh oleh perubahan suhu. Berbeda jauh dari sifat berbagai jenis air lainnya, seperti air sungai, air laut, air hujan maupun air tanah. Yang demikian itu disebabkan zat-zat kimiawi air zam-zam itu sendiri yang sangat resisten terhadap serangan kuman, bakteri dan mikroba. Ini merupakan bagian kecil dari keistimewaan air zam-zam sebagaimana pernah disabdakan Rasulullah saw, “Sebaik-baik air di permukaan bumi adalah air zam-zam yang dapat dipakai sebagai makanan yang mengenyangkan dan sebagai obat dari berbagai penyakit.” (al-hadis). nkhairuddin, dari berbagai sumber.
Santunan OKTOBER 2011
41
Konsultasi BP4 Diasuh oleh Drs. H. Abdul Gani Isa, SH., M.Ag. (Ketua BP4 Provinsi Aceh)
Talak Kinayah Assalamu’alaikum wr. wb Saya sudah menikah delapan tahun lalu dan sudah dikarunia dua orang anak. Sejak kami membina rumah tangga tidak ada masalah, kami hidup rukun, dan damai sekalipun keluarga kami tergolong sederhana. Suami saya setiap hari mencari nafkah ke laut sebagai nelayan dan saya bekerja sebagai tukang jahit. Kami merasa sangat bahagia, kalaupun ada yang kurang kami saling pengertian, artinya kekurangan itu membuat kami terdorong untuk terus bekerja menurut keahlian kami masingmasing dan rezeki yang kami peroleh, merasa sudah sangat memadai sebagai karunia Allah. Kondisi keluarga sedikit goyah ketika saya hamil anak ketiga, suami saya sering diam, dalam semua hal, sepertinya ingin menang sendiri. Kurang mau mendengar keluhan saya selaku isterinya. Bila sebelumnya suka bermusyawarah, sekarang malah marahmarah, kadangkala terucap kata yang kurang pantas diucapkan, “menyesal aku kawin dengan kamu, dari pada hidup begini, aku lebih baik sendirian, tak usah ada isteri.” Sikap dan tindakan suami saya berubah cepat, tanpa sebab yang jelas, sehingga jiwa yang selama ini tenang menjadi gusar dan was-was. Pengasuh yth., pertanyaan saya, apakah ucapan suami saya seperti tersebut di atas dapat digolongkan kepada talak atau tidak. Selama ini saya sangat tertekan dengan sikap dari suami saya, untuk itu mohon penjelasan bapak sekaligus solusinya. Atas jawabannya saya mengucapkan terimakasih. Wassalam Anisah di Sabang Wa ‘alaikumussalam wr. wb Saudari Anisah di Sabang, hasil penelitian menyebutkan bahwa bila setiap perkawinan dari nol tahun sampai tujuh tahun berlangsung dengan stabil, tidak memunculkan masalah, maka setelah melewati masa 42
tersebut, biasanya keluarga itu akan terus langgeng dan harmonis. Namun teori itu tidaklah selalu benar. Bahkan ada keluarga yang setelah mengarungi puluhan tahun membina keluarga juga berakhir dengan perceraian. Diakui atau tidak, banyak keluarga muslim yang begitu mudah mengeluarkan kata yang seharusnya tidak diucapkan, apalagi berkaitan dengan masalah hukum. Secara umum sikap dan tindakan suami seperti itu terjadi karena ketidaktahuannya, baik karena latar belakang pendidikan yang rendah, mau pun dangkalnya pengetahuan di bidang agama. Di samping itu, karena kebiasaan seolah-olah tidak ada hubungan dengan masalah hukum, atau juga karena karakter yang didukung oleh kondisi oral masyarakat setempat, seperti kebiasaan masyarakat pesisir atau seumpamanya. Sehubungan dengan pertanyaan saudari, pengasuh menyampaikan beberapa hal, agar dapat memahami sekaligus menjadi pelajaran bagi suami anda. Pertama, dalam fiqih disebutkan bahwa kata-kata thalaq itu ada dua macam, yaitu sharih dan kinayah. Dikatakan sharih, bila seseorang mengatakan kepada isterinya “kamu saya talak”, artinya ia menggunakan dengan jelas kata talak. Dengan demikian secara hukum jatuh talak satu kepada isterinya. Ada pun dikatakan kinayah, tidak secara jelas menggunakan kata-kata talak. Kinayah identik dengan kata kiasan, misalnya seorang suami mengatakan kepada isterinya “mulai hari ini aku muak dan benci melihat wajahmu,” atau bisa juga dikatakan “pulang saja ke rumah orang tuamu,” atau juga dikatakan “aku menyesal menikah denganmu” dan seumpamanya. Bila ucapan tersebut diikuti dengan niat maka jatuh talak satu terhadap isterinya. Kedua, dengan terjadinya tala, baik sharih mau pun kinayah, seperti disebutkan, maka keduanya tidak dibenarkan lagi tinggal serumah, sebagai suami Santunan OKTOBER 2011
isteri, keduanya harus dipisahkan, sebelum suami rujuk kepadanya dalam masa iddah, atau bila masa iddah sudah berakhir, keduanya harus nikah kembali sesuai ketentuan rukun dan syarat nikah. Di samping itu, pengasuh juga mengharapkan agar masalah tersebut saudari hadapi dan disikapi dengan sabar, dan tenang, hindari sikap emosional. Karena bila anda juga bersikap kasar dan melawan, tidak menutup kemungkinan akan berdampak negatif, lebih memperburuk suasana, bahkan menimbulkan hal-hal yang tidak diingini di dalam keluarga. Lakukanlah dialog dengan suami anda secara sopan dan santun. Jelaskan pula bahwa kata-kata atau ucapan yang tidak senonoh seperti diutarakan di atas, sebaiknya janganlah di keluarkan, kepada anda sebagai isterinya, karena bisa berakibat jatuh talaq. Karena pengasuh yakin bahwa suami anda tidaklah ingin berpisah. Tetapi menurut yang pengasuh pahami, suami anda tidak memahami bahwa bila ia mengucapkan kata-kata tersebut berakibat putusnya hubungan suami isteri. Berilah keinsafan kepadanya dengan istighfar,dan kembali (rujuk) sembari memohon keampunan kepada Allah swt, atas kekhilafan dan ketidak tahuannya. Kalaupun suami anda terasa terbebani dengan tanggung jawab berupa nafkah, jelaskan secara terbuka, bahwa hal itu akan bisa ditanggulangi secara bersama Mudah-mudahan anda bisa hidup dengan tenang dan damai dengan suami beserta anak-anak yang masih membutuhkan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Untuk itu pula pengasuh menyarankan kepada anda berdua, dirikanlah shalat dengan disiplin dan dengan selalu belajar menambah ilmu baik dengan berguru maupun dengan membaca dan mendengar. Kiranya Allah memberkati keluarga dan rumah tangga anda, serta dijauhkan dari segala musibah dan bencana. Amin Ya Rabbal Alamin. n
Konsultasi Hukum Islam Diasuh oleh Drs. H. Ridwan Qari, M.Ag.
Haji Berulang Kali Assalamualaikum Bapak pengasuh Yth, ada satu hal yang mengganjal di hati saya mengenai ibadah haji yaitu tentang orang yang berulangkali menunaikan ibadah haji. Apakah dianggap baik dan akan bertambah pahalanya bagi yang melakukannya. Lebih dari itu apa pula hukumnya? Abdullah, Banda Aceh. Jawaban: Bapak Abdullah yth, Allah swt. mewajibkan haji bagi setiap mukallaf (orang yang telah terkena beban kewajiban) dan mampu melaksanakannya hanya sekali seumur hidup. Ini yang dipahami oleh para ulama. Ada pun selebihnya dianggap sunnah dan taqarrub kepada Allah. Tidak ada dalil shahih yang membatasi jumlah pelaksanaan haji. Karena itu, masalah pengulangan haji dikembalikan kepada pertimbangan prioritas amalan dari orang mukallaf tersebut, baik dari sisi hartanya, kesehatannya dan kondisi orang-orang di sekelilingnya, dari kaum kerabat, dan kaum fakir untuk melakukan amalan yang bersifat tathawwu’ atau mendahulukan wajib. Umpamanya, apakah ia mengedepankan haji sunnah atau mengutamakan membantu fakir-miskin dengan mendistribusikan harta bagi kebaikan sosial yang sebenarnya hukumnya wajib. Hendaknya setiap orang mempertimbangkan kondisi amalan mana yang paling bermanfaat baginya di masa akhir, dan bagi masyarakatnya yang dapat dia sumbangkan berupa manfaat yang berkesinambungan untuk dirinya dibandingkan dengan amalan yang hanya bersifat satu kali kegiatan dan tidak menimbulkan keberlanjutan manfaat. Amalan seperti ini cukup banyak dan lebih baik dari haji berulang
kali yang hanya memberikan manfaat terbatas. Imam al-Ghazali dalam magnum opus-nya, Ihya’ Ulumuddin dengan keras mengkritik para haji, baik yang melakukannya untuk kali pertama, mau pun yang ingin mengulanginya. Terhadap mereka yang berangkat haji untuk kali pertama, al-Ghazali melontarkan kritiknya “di antara mereka banyak yang berangkat tanpa lebih dulu membersihkan jiwa dan hati. Mereka banyak yang mengabaikan aspek-aspek ibadah haji yang berdimensi psikis mau pun etis. Ketika tiba di Tanah Suci, mereka tak mampu menjaga kesucian diri untuk tidak menzalimi orang lain ketika thawaf, mengolok-olok, dan berkata keji.” Kritik yang disampaikan al-Ghazali itu, sebenarnya sangat relevan dan signifikan bagi kondisi bangsa yang kini dihadapkan pada persoalan kemiskinan akibat krisis berkepanjangan. Lalu, mungkinkah hukum haji ulang itu bergeser dari sunnah menjadi makruh, atau bahkan haram? Secara umum, ada beberapa alasan pengulangan pelaksanaan ibadah haji. Pertama, mengulangi haji semata-mata untuk memperbanyak amalan sunnah. Santunan OKTOBER 2011
Kedua, mengulangi karena haji yang pertama terasa belum sah lantaran ada beberapa syarat dan rukun yang mungkin tak sempat atau lupa dijalankan. Ketiga, mengulangi ibadah haji karena gengsi dan ikut-ikutan. Dua kategori terakhir itulah yang relevan dengan kritik alGhazali pada mereka yang kemaruk melaksanakan ibadah haji. Mayoritas umat Islam Indonesia, bahkan yang hidup di tengah komunitas Muslim mancanegara, sampai detik ini masih memutlakkan wajibnya haji pertama, dan sunnah bagi yang bermaksud mengulanginya. Pandangan ini, disebabkan mayoritas umat Islam tak memiliki pengetahuan cukup dalam memahami ajaran Islam secara benar, integral, dan komprehensif. Selama ini yang diketahui masyarakat, ibadah haji hukumnya wajib dan sunnah bagi yang mengulanginya. Mereka belum pernah menemukan hukum haji yang berulang kali itu, makruh, atau bahkan haram, misalnya. Para ulama menetapkan hukum wajib dan sunnah itu karena mendasarkan kepada nas yang dianggapnya qath’i (pasti). Ini sebagaimana firman-Nya, “Allah mewajibkan atas manusia untuk menyengaja bait (pergi ke Baitullah menunaikan ibadah haji) bagi yang mampu mengadakan perjalanan ke sana,” (QS Ali Imran: 97). Sedangkan penetapan hukum sunnah didasarkan pada hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, “Barangsiapa ingin menambah atau mengulangi ibadah haji itu hukumnya sunnah. “Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Jabir, Rasulullah saw. bersabda, “Tiada balasan apa pun bagi haji mabrur kecuali surga. Ditanya kepadanya, apa makna mabrur itu? Di43
KHI jawab, suka memberi makanan (bantuan sosial) dan selalu lemah lembut dalam berbicara.” Tak heran kalau Ibrahim bin Yazid al-Nakha’i, seorang tabiin yang lahir 46 H (666 M), dan hidup pada era pemerintahan Bani Umayyah, pernah mengeluarkan sebuah fatwa, “sedekah itu lebih baik daripada haji sunnah.” Dengan demikian, mengulangi ibadah haji sesudah haji pertama hukumnya makruh. Karena itu, pengulangan ibadah haji yang disebut oleh hadis di atas sebagai sunnah, bisa saja bergeser menjadi makruh, dan atau bahkan haram apabila realita bertentangan dengan maslahat (kebaikan) yang ditetapkan secara qath’i (pasti). Memelihara anak yatim dan menyan-tuni fakir miskin, yang disebut berkali-kali sebagai program pengentasan ke-miskinan oleh Alquran, merupakan mashlahat yang qath’i (pasti) dan amat mendesak ketimbang menunaikan haji sunnah yang berulang. Menyerahkan dan mendayagunakan haji sunnah (haji ulang) bagi mereka yang membutuhkan, jelas merupakan maslahat yang berimplikasi positif. Ini amat relevan dan signifikan buat kondisi bangsa Indonesia yang kini
secara objektif sedang dihadapkan pada persoalan kemiskinan akibat krisis berkepanjangan. Mengingat secara kuantitas umat Islam Indonesia mayoritas, maka problem kemiskinan merupakan urusan umat Islam itu sendiri. Karena itu, kepada muslim yang telah meraih gelar “haji” dan berkeinginan untuk melaksanakan lagi kali kedua dan seterusnya, sebaiknya berpikir. Secara kalkulasi pahala, memikirkan ulang keinginan berhaji juga bisa dijelaskan. Kalau saja kita berhaji tiga kali kemudian meninggal, maka tak ada lagi nilai tambah atau pahala bagi ibadah kita. Berbeda bila kita cukup berhaji sekali saja, lalu dana yang dua kali, didayagunakan untuk beasiswa bagi yang miskin, dan orangorang yang kreatif serta produktif, kita akan tetap memperoleh pahala yang selalu berkesinambungan, meski kita telah terbujur kaku di liang kubur. Memang, dalam Alquran ibadah haji yang dipelopori Nabi Ibrahim, wajib hukumnya. “Serukanlah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segala penjuru yang jauh,”(QS al-Hajj: 27). Dalam ayat lain Allah menyatakan,
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Tuhan,” (QS Ali Imran: 97). Namun sebagian besar kita mungkin cenderung memandang ibadah haji sebagai ritual individu, bukan ritual politik komunal. Sehingga dalam praktiknya seakan-akan suatu keimanan seseorang belum mumpuni kalau belum berhaji. Umat pun berlombalomba mengumpulkan uang dan habis hanya untuk biaya haji. Akhirnya, bila dana yang dikeluarkan untuk berhaji ulang, disalurkan guna menolong mereka yang membutuhkan, manfaatnya akan lebih besar. Dana yang tersalurkan akan menetes terus ke bawah, menyebar ke samping dan mengalirkan pahala berlimpah. Ganjarannya bukan 10, tapi lebih dari 700 kali lipat. Allah berfirman, “Perumpamaan (manfaat) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir biji yang menumbuhkan tujuh bulir, di mana pada setiap bulir mengandung seratus biji. Allah melipat gandakan bagi siapa saja yang dikehendakinya. Allah maha luas (karunia) dan maha tahu,” (QS Al-Baqarah: 261). Mari kita beamal secara prioritas. Wallahu a’lam..n
Keluarga Besar Kanwil Kementerian Agama Aceh Turut berdukacita atas berpulangnya ke rahmatullah
H. ABD. Muis Tambunan
(Mantan Kasi Pergurais Kandepag Aceh Timur) Lahir 7 September 1945, wafat 28 September 2011 (usia 66 tahun) Dikebumikan di Kota Langsa
dan
Arismi, S.Ag
Kasi Mapenda pada Kankemenag Aceh Selatan wafat 7 Oktober 2011, di Meukek, Kabupaten Aceh Selatan. Semoga keduanya mendapat tempat yang layak di sisi Allah swt. Amin. Kepala, Drs. H. A. Rahman TB, Lt. 44
Santunan OKTOBER 2011
Life Style
Penanggulangan Penyakit Campak pada Anak Oleh Dr. dr. Bakhtiar, Sp.A., M.Kes.
C
ampak merupakan penyakit menular yang sering menyerang anak-anak. Kasus penyakit ini sangat sering dilaporkan, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia. Menurut survey Kesehatan Rumah Tanpgga (SKRT), di Indonesia penyakit campak menduduki urutan ke-5 dalam kelompok penyakit pada bayi dan urutan ke-5 dalam kelompok 10 macam penyakit utama pada anak usia 1-4 tahun. Demikian juga dengan jumlah kejadian penyakit campak tergolong masih tinggi, yaitu sekitar 3000-4000 kasus pertahun antara tahun 1992 – 2002. Kasus penyakit ini terus mengalami peningkatan yang bahkan mencapai kejadian luar biasa, dengan peningkatan sampai 23 kali jumlah kasus sebelumnya per tahun dan bahkan sampai 174 kali pertahun. Umur terbanyak anak yang berusia kurang dari 12 tahun. Di berbagai belahan dunia juga dilaporkan hal yang sama, seperti negara-negara Eropa. Tahun 2011 saja, kasus penyakit campak telah melanda sejumlah negara-negara Eropa, dengan jumlah keseluruhan sampai awal tahun 2011 adalah sebanyak 65.000 kasus. Penyakit campak disebabkan oleh virus Morbili. Virus ini termasuk golongan virus RNA dari famili Paramyxoviridae. Virus morbili berbentuk bulat dengan tepi kasar dan bergaris tengah 140 nm (nanometer) dan dibungkus oleh selubung luar yang terdiri dari lemak dan protein. Pada temperatur kamar, virus morbili ini kehilangan 60 persen sifat infeksifitasnya. Virus ini tidak aktif pada suasana (pH) asam. Virus morbili termasuk ke dalam kelompok ether labile (tidak tahan terhadap ether) karena selubung luarnya terdiri dari lemak. Virus morbili juga dapat mati jika terpapar dengan ether 20% dan aseton 50%. Campak merupakan penyakit yang sangat menular. Cara penularannya adalah melalui udara pernafasan. Ketika seorang anak yang menderita campak batuk atau bersin, maka virus morbili yang ada dalam rongga mulut atau hidung akan tersembur ke udara. Anak-anak yang sehat yang ada di sekeliling anak yang sakit tersebut akan menghirup udara yang mengandung virus mobili
itu. Pada anak yang sehat tadi, virus yang terhirup dalam saluran pernafasan akan menempel dan berbiak pada epitel nasofaring (kerongkongan). Tiga hari kemudian, virus morbili akan mengalami perkembangbiakan dan berkelompok yang memasuki kelenjar limfe regional dan kemudian virus memasuki aliran darah. Virus akan menyerang hampir semua organ-organ tubuh. Adanya virus yang berkembang biak pada kerongkongan dan rongga hidung menyebabkan terjadinya peradangan, dan diikuti deengan adanya demam, batuk, dan pilek. Deman meningkat secara perlahanlahan. Demikian juga dengan batuk dan pilek, juga makin lama makin berat. Pada hari ke-10 sejak awal terjadinya infeksi, akan timbul bintik-bintik merah yang dimulai di daerah tengkuk dan kemudian menyebar keseluruh tubuh sampai ke ujung kaki. Setelah panas turun, bintik-bintik merah berubah menjadi hitam dan beberapa hari kemudian semuanya akan menghilang. Sebenarnya, perjalanan penyakit campak pada anak melalui 3 periode, yaitu masa inkubasi, prodromal, dan erupsi. Masa inkubasi, yaitu dari masuknya penyakit sampai muncul gejala awal, berlangsung selama 8 sampai 12 hari. Pada peride ini, gejala klinis atau keluhan dan tanda penyakit belum jelas. Selanjutnya, periode prodromal, yaitu masa dimana semua gejala-gejala menjadi dominan, berlangsung selama 2 sampai 4 hari. Dalam periode prodromal, sudah muncul gejala deman, batuk, pilek dan keluarnya air mata (lakrimasi). Kelenjar limfe pada sudut rahang juga kadang mengalami pembesaran, dan penderita juga dapat mengalami nyeri perut karena adanya gangguan pada kelenjar mesenterik dalam rongga perut (abdomen). Periode erupsi ditandai dengan keluarnya bintik-bintik merah pada daerah tengkuk. Periode ini dimulai 14 hari dari awal terjadinya infeksi. Dalam 24 jam kemudian, bintik-bintik merah menyebar keseluruh tubuh sampai ke kaki. Bintik-bintik merah yang ada pada tengkuk dan wajah mulai menghilang dalam 2-3 hari kemudian. Bintikbintik ini menghilang secara bertahap, yaitu pertama yang
Santunan OKTOBER 2011
45
Life Style ada pada tengkuk, wajah, badan dan kemudian terakhir yang ada pada ujung-ujung kaki. Karena virus penyebab campak menyebar hampir kesemua organ tubuh, maka banyak sekali komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit campak tersebut. Namun, komplikasi yang berat ini biasanya hanya terjadi jika seorang anak mengalami penyakit campak yang berat. Pada kasus ringan, jarang sekali terjadi komplikasi. Pada campak berat dapat dijumpai komplikasi berupa infeksi daerah laring (laringotrakheitis), radang paru (pneumonia), infeksi otak (ensefalitis), dan kelainan degeneratif yang berlangsung setelah jangka panjang yaitu SSPE (Subacute Sclerosing Panencephalitis). Laringitis timbul karena adanya bengkak dan peradangan daerah saluran nafas. Komplikasi ini bertambah sejalan dengan bertambahnya keluhan demam. Kalau komplikasi ini menjadi berat, maka akan terlihat beberapa tanda yaitu kesulitan bernafas, sesak, suara nafas mengorok. Ketika demam menurun, gejala-gejala ini menghilang. Radang paru merupakan komplikasi yang juga sangat sering terjadi. Komplikasi ini diakibatkan oleh masuknya kuman lainya seperti pneumokokus ke dalam jaringan paru, setelah terjadinya penyakit campak. Penyakit campak menyebabkan daya tahan tubuh menurun. Dengan demikian, kuman lainya yang ada di sekitar paru berubah menjadi infeksius. Sejumlah kuman lainnya yang ikut menyerang paru-paru adalah Stafilokokkus dan Hemophilus influenza. Jika kompikasi ini terjadi, maka pada anak yang menderita campak akan diikuti dengan terjadinya sesak nafas. Seorang anak yang menderita penyakit campak perlu segera diberi pengobatan atau perawatan untuk mencegah supaya tidak sampai terjadinya komplikasi. Anak penderita campak perlu diberi cairan yang cukup dengan cara banyak minum. Makanan yang cukup unsur-unsur gizi. Antibiotika tidak perlu diberikan jika tidak ada komplikasi terhadap paru (pneumonia=radang paru). Campak disebakan oleh virus morbili. Jadi virus ini tidak akan mati dengan antibiotik. Jika sudah terjadi komplikasi seperti radang paru, maka perlu segera diberikan antibiotik. Sebab, radang paru pada penderita campak bukan disebabkan oleh infeksi langsung virus Morbili, malainkan oleh infeksi sekunder oleh sejumlah bakteri lainnya seperti Hemophilus influenza, stafilokokkus, dan Pneumokokkus. Bakteri-bakteri tersebut akan mati kalau diberikan antibiotik. Pada penyakit campak perlu diberikan vitamin A. Tujuannya adalah untuk menunjang perbaikan selaput lendir yang rusak atau ikut mengalami peradangan. Penyakit campak termasuk penyakit yang dapat dicegah. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan 46
kejadian penyakit campak tersebut pada anak. Upaya tersebut misalnya pemberian imunisasi campak pada anak dengan tujuan membuat kekabalan tubuh terhadap virus morbili menjadi meningkat. Diharapkan, anak yang telah mendapat imunisasi campak tidak akan menderita penyakit campak meskipun terpapar dengan virus morbili ulang. Pemberian imunisasi campak ini dilakukan pada waktu anak telah berumur 9 bulan. Imunisasi campak ulangan dilakukan pada saat anak masuk sekolah dasar (usia anak sekitar 6 tahun). Imunisasi ulang dilakukan dengan tujuan membuat kekebalan menjadi lebih meningkat. Dalam penanggulangan penyakit campak pada anak, yang lebih penting adalah mendeteksi penyakit sedini mungkin, sehingga cepat mendapat pengobatan. Dengan langkah ini, sekurang-kurangnya dapat menhambat perjalanan penyakit menjadi lebih berat. Dengan demikian, sejumlah komplikasi tidak akan terjadi. Sebaiknya, anak yang menderita campak tidak boleh masuk sekolah. Sebab, jika anak yang menderita campak tetap masuk sekolah, maka anak tersebut akan menjadi sumber penularan terhadap semua anak lainnya terutama yang ada dalam satu kelas. Jika penyakit berat, maka selama perawatan di rumah sakit pun, anak tersebut harus diisolasi dalam ruang perawatan khusus, sehingga penularan tidak terjadi. Penanggulangan perluasan infeksi harus menjadi fokus perhatian pada anak yang menderita penyakit campak. Karena itu, anak dengan penyakit campak yang berat sebaiknya dirawat di rumah sakit dalam ruangan isolasi. Cara ini, disamping tidak menjadi sumber penularan bagi pasien lainnya juga untuk pemantauan, terutama kalau terjadi komplikasi. Pemantauan kemungkinan terjadinya komplikasi perlu ritin dilakukan. Sebagai contoh, pemantauan terhadap kemungkinan komplikasi ke paru-paru dapat dilihat dengan ada atau tidak muncul keluhan sesak. Komplikasi ke otak dapat dipantau dengan melihat tingkat kesadaran penderita. Jika penderita mulai memperlihatkan ke arah penurunan kesadaran (tidak sadar), maka kita dapat mencurigai kemungkinan adanya komplikasi ke otak, yaitu terjadinya kelainan yang disebut “ encephalitis (peradangan otak)”. Kasus komplikasi ini pada penderita campak memang sangat jarang. Namun jika terjadi dapat berakibat sangat fatal, yaitu penderita dapat meninggal. Jika tidak meninggal pun, maka penyembuhannya akan menyebabkan kecacatan, yaitu berupa kelumpuhan yang menetap, gangguan penglihatan atau dan penurunan tingkat kecerdasan.n Penulis ialah Dosen Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Unsyiah/ Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin, Banda Aceh.
Santunan OKTOBER 2011
Bahasa Arab Diasuh oleh Muzakkir, S.Ag
Santunan OKTOBER 2011
47
Bahasa Inggris
Shoes (Written by Mulyadi Idris, S.Ag., M.Hum) English Teacher at MAN Model Banda Aceh Do you know shoes? Of course everyone in the world knows about shoes but do we ever think about shoes? Or do we think shoes are boring? For most of you shoes are just something you wear on your feet. But for some shoes are almost an obsession. So for most people we consider shoes as a wonderful, fashionable accessory right. Well what if you didn’t have shoes? Had to walk everywhere bare footed. That is how it is for the people from the Tsunami Tragedy in Aceh and most of the children in Ethiopia have to live everyday. Shoes have been around for a long time. Possibly even 40,000 years. Back then I am sure things were much simpler. They only used one material and only made one style. They were just something to protect our feet not something to decorate our feet. Glossary: - - - - - -
48
boring (adj) : membosankan tie (v) : mengikat obsession (n) : obsesi afford (v) : mampu consider (v) : mempertimbangkan advent (n) : datangnya
The interesting story is a long time ago, people used to throw shoes at the bride and groom after the wedding because they thought it was a good luck. Some people still tie shoe to the back of the married couple’s car. Strange things happened at Anglo-Saxon weddings. The bride’s father used to give his daughter’s shoes to the groom. Then the groom used to touch the bride’s head with these shoes. This meant that the father no longer owned his daughter, she now belonged to the groom. Until recent years, shoes were not worn by most of the world’s population—largely because they could not afford them. Only with the advent of mass production, making shoes available very cheaply, has shoe-wearing become predominant. - - - - - -
bare footed (n) : tanpa alas kaki predominant (adj) : utamaprotect (v) : melindungi bride (n) : pengantin wanita groom (n) : pengantin pria wedding (n) : perkawinan to touch (v) : menyentuhkan
Santunan OKTOBER 2011
M. Yusuf Ishaq (Yusis), seniman qasidah Aceh.
Pengabdian untuk Dakwah Islam, Lewat Seni Qasidah
S
enin, 19 September 2011, dalam rangka memperingati Hari Kesenian Aceh, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh memberikan Anugerah Seni kepada beberapa seniman Aceh. Salah seorang penerima Anugerah Seni itu ialah M. Yusuf Ishaq yang lebih dikenal dengan nama Yusis. Bagaimana sukaduka yang dialaminya selama menekuni karir di bidang musik qasidah ini? Berikut petikan wawancaranya dengan Santunan. Latar belakang kemampuan seni Anda? Bakat dari kakek dan nenek. Konon cerita ummi saya, Abu Chik saya yang bernama Guru Insya (Muhammad Isa) menjabat sebagai kepala sekolah di Sekolah Rakyat (SR) Lueng Putu, Pidie. Dan beliau
tidak hanya sebagai kepala sekolah, tapi juga guru kesenian yang mahir bermain biola, akordion, dan seruling. Barangkali bakat ini pula yang turun kepada saya, dan ini pula yang saya turunkan kepada anak-anak saya. Dari pihak ayah juga demikian, ayah saya seorang qari, dan juga mubalig yang memiliki suara merdu. Jadi, Anda juga mahir memainkan alat musik gambus? Ya, keterampilan ini saya peroleh dari guru saya Baharuddin (alm.), berdomisili di Nisam, Aceh Utara. Guru saya yang lain adalah Pak Zubir (alm.), berdo misili di Kr ueng G e u kueh,
Santunan OKTOBER 2011
49
Tokoh Aceh Utara. Kedua guru saya itu membina saya saat bergabung dalam Orkes Gambus Lambaian Sukma, di Krueng Geukueh, pimpinan Pak Zubir (alm.), tahun 1971. Berkat ilmu itu, saya mampu membina Orkes Gambus Tunas Muda PGAP 4 Tahun, Dewantara, sejak 1972 sampai 1974. Di antara alat musik itu, bakat saya lebih menonjol pada alat musik seruling, saya dapat memainkan empat belas nada. Maksudnya? Seruling memiliki enam lubang, yang artinya memiliki tujuh nada. Melalui teknik tiupan, dan tekanan nada, saya mampu menghasilkan jumlah nada, dua kali nada dasarnya. Kemampuan saya ini sempat mendapat kehormatan, tampil di pembukaan MTQ Nasional ke 12, tahun 1981, di lapangan Blang Padang, Banda Aceh, sebagai peniup seruling “Gema Desah Arafah.” Grup qasidah yang Anda pimpin? Grup Qasidah Da’iyul Fata Grup, kami dirikan pada 15 Februari 1979, rekaman volume pertama dilakukan di Studio Robinson Medan, tanggal 14 Agustus 1979. Tidak terduga, di studio kami bertemu dengan Kanda Ibnoe Arhas, seniman Aceh yang sudah cukup tenar kala itu. Akhirnya beliau ikut membimbing kami dalam proses rekaman, dan setelah itu terus menjadi pembimbing Dai’iyul Fata dalam rekaman volume 2, tahun 1980, dan rekaman volume 3, tahun 1983. Hubungan dengan Ibnoe Arhas? Sepulang dari rekaman, di Lueng Putu saya bertemu Pak Ismail Itam (alm.) mantan kepala SMP Lueng Putu). Beliau memperkenalkan, bahwa sebenarnya Ibnoe Arhas adalah abang sepupu saya dari kakek kami di Teupin Raya yang hijrah ke Trieng Gadeng. Saya sangat kagum kemampuan beliau, tidak hanya vokal, tapi juga seni peran. Untuk konteks Aceh, karya beliau di bidang sandiwara bersama grup Sinar Harapan, atau Geulanggang Labu, cukup melegenda. Salah satu sandiwaranya yang sangat terkenal “buloh peurindu” dengan peran si Hamid, masih segar dalam ingatan saya. Mengapa anda memilih seni qasidah? Karena saya mengagumi lagu-lagu Alquran, lagu-lagu qasidah itu, latarbelakangnya adalah lagu-lagu Alquran. Para pencipta lagunya juga dari kalangan 50
qari-qariah seperti Ahmad Baqi, dan Hj. Nur Asiah Jamil, liriknya juga berisi himbauan dakwah Islam. Anda juga melatih qasidah? Saya melatih qasidah sejak tahun 1975, banyak suka duka saya alami, saya harus melatih kesabaran, dan mampu membawa suasana segar lewat humor. Secara tidak langsung, saya bahkan harus memahami psikologi, sebab saya melatih orang dengan berbagai karakter, latar pendidikan, dan tingkat umur. Untuk sebuah grup, biasanya saya minta peserta sejumlah dua kali jumlah anggota standar sebuah grup, sebab akan banyak yang tereliminir. Bisa saja karena kekurangan di kualitas suara, penampilan, dan keterampilan. Oleh karena itu, seleksi harus mengutamakan kemampuan ril peserta, “tidak berlaku KKN, ha ha ha.” Bagaimana Anda mendeteksi kualitas suara calon anggota grup? Ada dua standar seleksi, pertama untuk vokalis utama, kedua, untuk koor sebagai latar. Untuk mengetahui kualitas suara, terlebih dahulu kepada calon anggota diberikan materi sebuah
lagu yang ada suara rendah dan suara tinggi. Ada nada dasar dan reff-nya. Masa depan seni gambus di Aceh? Saya merasa seni gambus sudah kurang diminati, padahal musik jenis ini masih dalam batas-batas seni Islami. Saya tidak setuju dengan gambus modern yang terlalu vulgar memasukkan tarian. Menurut saya, jenis ini sudah keluar dari batas Islami. Sekarang saya prihatin, Aceh yang mendeklarasikan penerapan Syariat Islam ini justru tidak mempertahankan musik yang semestinya menjadi alternatif, di tengah gencarnya serbuan musik tidak Islami. Semestinya pemerintah memikirkan pemasyarakatan musik Islami sebagai alternatif. Apa harapan anda kepada generasi muda Aceh? Khususnya, untuk generasi muda Seuramoe Mekkah yang menerapkan syariat Islam, mari menggalakkan seni Islami seperti gambus ini, atau dicoba kreasi baru, dikolaborasikan dengan alat musik modern, dengan catatan, tetap tidak melanggar batas, dan etika Islam.njabbar sabil
Biodata Nama : M. Yusuf Ishaq, S.Pd.I (Yusis) Tempat dan Tanggal Lahir : Lueng Putu, Pidie, 17 Oktober 1957 Alamat : Jl. Salihin, Komp. BTN No. 26. Lamglumpang Ulee Kareng, Banda Aceh Nama Isteri : Nurhayati (almh. musibah tsunami) Anak : 1) Nanda Hijriyah (almh. musibah tsunami) 2) Ajral Muhsinin 3) Zahratul Islami (Ira Yusis) Pendidikan : 1) SD Negeri Lueng Putu, 1970 2) PGAP 4 Tahun Dewantara, 1974 3) PGAN 6 Tahun Beureuneun, 1976, 4) S1 STAI PTIQ Banda Aceh, 2009 Pekerjaan : 1) Guru MIN Banda Aceh I, Jambo Tape, 1982-1985 2) Guru MIN Seutui, 1985-1996 3) Guru MIN Ulee Lheu, 1996-1998 4) Guru MIN Banda Aceh I, 1998-2001 5) Staf di Bidang Penamas, Kanwil Depag Prov. Aceh, 2001-2009 6) Guru MTs Darul Ulum, 2010-sekarang. Penghargaan: 1) Penghargaan Seni dari Menteri Penerangan RI (Ali Murtopo), 1981 2) Penghargaan dari MUI Aceh (Prof. A. Hasjmy), 1983 3) Penghargaan Cipta Lagu Kebersihan, Walikota Banda Aceh (Baharuddin Yahya), 1985 4) Penghargaan Cipta Lagu Bandar Wisata Islami, Walikota Banda Aceh (Mawardi Nurdin), 2009 5) Anugerah Seni 2001 Disbudpar Aceh, 2011 Santunan OKTOBER 2011
TTS
TTS 017 Santunan Edisi Oktober 2011
Pertanyaan TTS Edisi Oktober 2011 Mendatar 4. Salah seorang Nabi yang membangun Ka’bah 8. Sanksi 9. Kaki langit 11. Salah satu aksara 12. Salah satu nama dari ilmu tauhid 13. Cita-cita (Arabic) 16. Keridhaan 17. Baitul…. : Rumah tua (Ka’bah) 18. Renungan 19. Rintangan (English)
Menurun 1. Mati kemaren 2. Bahasa Arabnya adalah Fida’ 3. Alat pemukul 5. Ormas ini berdiri tahun 1911 6. Badan Pengawas Pemilu 7. Ketua rombongan 10. Jamaah haji dalam satu pesawat 14. Global…. : Pemanasan global 15. Bulan bulat penuh Santunan OKTOBER 2011
51
Komputer
SAPK sebagai Solusi Kepegawaian Oleh Alfin Naharuddin Apa itu SAPK Badan Kepegawaian Negara (BKN) telah melaunching sebuah aplikasi kepegawaian SAPK (Sistem Aplikasi Pelayanan Kepegawaian) aplikasi ini berbasiskan web dan telah diterapkan secara nasional pada 25 Juli 2011 dan akan terintegrasi dengan layanan Tabungan Asuransi Pensiun (Taspen) hal ini diungkapkan oleh Deputi Informasi Kepegawaian BKN, Yulina Setiawati NN seperti dikutip dari web bkn.go.id. SAPK adalah sebuah aplikasi online yang dapat diakses dari mana saja oleh user yang mempunyai kewenangan dalam pengoperasiannya, SAPK meru-pakan aplikasi kepegawaian yang diperuntukkan sebagai sarana untuk mempermudah dalam pe-ngurusan kepegawaian Pegawai Negeri Sipil yang meliputi semua yang berkaitan dengan kebutuhan seorang pegawai. SAPK di Kementerian Agama Provinsi Aceh SAPK telah resmi digunakan di Kementerian Agama Provinsi Aceh setelah diadakan sosialisasi dan rapat koordinasi penerapan Sistem Aplikasi Pelayanan Kepegawaian (SAPK) yang selenggarakan oleh Kantor Regional VI BKN Medan pada tanggal 12 Agustus 2011. Hal ini membuat pihak kepegawaian Kementerian Agama Provinsi Aceh agak sedikit kewalahan dan bekerja ekstra keras dikarenakan berkaitan dengan usul Kenaikan Pangkat periode 1 Oktober 2011 yang sebagian besar telah selesai pemrosesan secara manual seperti periode-periode sebelumnya namun untuk periode 1 Oktober 2011 diharuskan memakai aplikasi SAPK ini dan harus disele-saikan dalam waktu lebih kurang satu bulan. Ini berarti harus memulai proses dari awal disamping mempelajari cara kerja aplikasi tersebut juga harus mengupdate data-data pegawai yang sedang diusulkan dikarenakan data pegawai yang ada di database BKN masih data lama yang rata-rata masih berstatus CPNS. Dengan upaya yang sungguh-sungguh dan kerjasama semua pihak akhirnya usul Kenaikan Pangkat periode 1 Oktober 2011 telah selesai diajukan ke BKN dengan menggunakan aplikasi SAPK. Untuk para PNS yang akan mengajukan usul Kenaikan Pangkat (KP) periode 1 April dan seterusnya disamping menyerahkan berkas sebagaimana biasanya, juga diharuskan 52
menyertakan kelengkapan sebagai berikut: • SK CPNS • SK 100% • Ijazah pengangkatan pertama • Ijazah penyesuaian pangkat bagi yang telah melakukan penyesuaian Untuk keakurasian data PNS dan kelancaran proses pengajuan usul KP disarankan memasukkan berkas disertai Surat Pengantar dari Kankemenag Kabupaten / Kota ke Kanwil pada masing-masing periode: • Periode Kenaikan Pangkat 1 April pada bulan Desember s/d Januari • Periode Kenaikan Pangkat 1 Oktober pada bulan Mei s/d Juni Cara Kerja SAPK SAPK sebagai aplikasi yang berbasis web yang menggunakan database terintegrasi secara nasional mengharuskan pengguna memakai jaringan internet dalam pengoperasiannya, cukup dengan PC/laptop yang terhubung dengan internet dan telah terinstal sebuah browser, plug in Adobe Flash Player dan Adobe Acrobat Reader maka seorang user sudah bisa bekerja menggunakan SAPK. Dengan hadirnya SAPK ini diharapkan dapat mewujudkan basis data kepegawaian yang uptodate disetiap instansi pusat maupun daerah sehingga diharapkan dapat meningkatkan pelayanan di bidang kepegawaian secara profesional, transparan, objektif dan dengan sebuah standart pelayanan yang sama.nalfin
• • • •
• Alamat SAPK: https://sapk.bkn.go.id Kumpulan Buku Petunjuk Aplikasi SAPK dan HRMA http://bkn.go.id/in/kumpulan-buku-petunjuk-aplikasisapk-dan-hrma.html kumpulan Buku Saku Penggunaan SAPK http://bkn.go.id/in/kumpulan-buku-saku-penggunaansapk.html Help Desk SAPK http://bkn.go.id/in/satuan-tugas-penerapan-sistemaplikasi-pelayanan-kepegawaian.html Panduan Setting Koneksi SAPK http://bkn.go.id/in/panduan-setting-koneksi-sapk.html
Santunan OKTOBER 2011
Korpri & DW
Bapetarum PNS Tambah Bantuan jadi 15 Juta
S
antunan-Jakarta. Badan Pertimbangan Tabungan Perumahan Pegawai negeri Sipil (Bapertarum - PNS) mulai tahun 2011 ini akan menambah bantuan uang muka dan bantuan sebagian biaya membangun rumah bagi para pegawai negeri sipil (PNS) di seluruh Indonesia menjadi 15 juta rupiah. Sebelumnya bantuan yang diberikan oleh Bapertarum - PNS untuk bantuan uang muka kepada para abdi negara tersebut hanya berkisar 1,2 juta sampai dengan 1,8 juta rupiah. Namun demikian, pemerintah ke depan juga akan berupaya untuk menaikkan iuran PNS sehingga bantuan uang muka yang diberikan ke depan akan lebih besar lagi. Bantuan uang muka tersebut nantinya diharapkan bisa menunjukkan eksistensi Bapertarum-PNS serta meringankan PNS dalam memiliki rumah. Demikian disampaikan oleh Menteri Negara Perumahan Rakyat (Menpera) Suharso Monoarfa selaku Ketua Harian Bapertarum-PNS kepada sejumlah wartawan usai menyaksikan penandatanganan perjanjian kerjasama tambahan bantuan uang muka dan tambahan bantuan sebagian biaya membangun antara Bapertarum PNS dengan Bank Tabungan Negara (BTN) dan Bank Bukopin di Ruang Prambanan, Kantor Kemenpera, Jakarta 11 September 2011. “Jumlah PNS yang belum mempunyai rumah saat ini sekitar 1,3 juta orang. Bantuan uang muka ini diharapkan bisa memberikan keringanan PNS untuk memiliki rumah. Selain itu, eksistensi Bapertarum - PNS juga bisa dirasakan secara langsung oleh PNS di seluruh Indonesia,” ujar Menpera. Kepala Sekretariat Tetap Bapertarum - PNS, Mohammad Yasin Kara menyatakan, dana yang terkumpul dari iuran
PNS yang dikelola oleh bapertarum - PNS saat ini berjumlah sekitar Rp 6,2 Triliun. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, dari bunga hasil pengelolaan dana tersebut setiap 12 bulan Bapertarum - PNS bisa membantu pembiayaan perumahan bagi PNS sebanyak 40.000 unit rumah. “Salah satu kendala PNS dalam membeli rumah adalah minimnya uang muka yang dimiliki. Oleh karena itu, saya harap bantuan dari Bapertarum PNS ini bisa dimanfaatkan sebaik mungkin oleh PNS yang bersangkutan,” ujarnya. Tambahan bantuan uang muka dan bantuan sebagian biaya membangun, imbuh Yasin Kara, merupakan tambahan bantuan dana yang bersumber dari iuran Taperum - PNS yang terkumpul dari seluruh PNS yang harus dikembalikan dengan tingkat suku bunga paling tinggi 6 persen. Pegawai Negeri Sipil yang mengajukan bantuan ini harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan, yaitu membayar iuran Taperum - PNS, untuk PNS Golongan I, II, III memiliki masa kerja paling singkat 5 tahun, belum pernah menerima dan memanfaatkan layanan Taperum - PNS, belum memiliki rumah. Khusus untuk permohonan biaya sebagian biaya membangun harus memiliki tanah yang dibuktikan dengan bukti kepemilikan hak atas tanah yang sah, mengisi serta mengajukan formulir permohonan tambahan bantuan serta persyaratan lain yang berlaku di bank pelaksana. “Kami juga akan melakukan kerjasama dengan bank-bank lain, khususnya bank yang telah bekerjsama dengan Kemenpera untuk menyalurkan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) sehingga bisa lebih luas menjangkau PNS di daerah,” katanya.n (http://www.rumahdanproperti.com)
Santunan OKTOBER 2011
53
Ensiklopedi Bahasa di Aceh
Bahasa di Aceh Oktober 2011 NO.
Bahasa Indonesia
BAHASA ACEH
BAHASA GAYO
BAHASA ANEUK JAMEE
BAHASA ALAS
BAHASA LAMAMEK SIMEULUE
BAHASA DEVAYAN SIMEULUE
BAHASA SINGKIL
BAHASA PAKPAK BOANG SINGKIL
BAHASA TAMIANG HULU
BAHASA KLUAT
BAHASA HALOBAN
1
Paruh
Abah
Paroh
Muncung
Uncum
Pakuk
Turuk
Muncung
Pagut
Paghoh/ muncong
Uncum
Tourouk
2
Bulu
Bulei
Jangut
Bulu
Khume
Bulu
Buok
Wuk
Buk
Bulu
Bubuk
Wok
3
Jengker
Lambeng
Gelmeng
Ganggah
Belimbing
Dadung
Tadung
Bkhimbing
Bekhimbing
Balong
Belimbing
Tuga
4
Tulang
Tuleung
Tulen
Tulang
Tulan
Dela
Sot
Tulan
Tulan
Tulang
Tulan
Sot
5
Daging
Asoe
Dengke
Daging
Jukut
Nehi
Bantai
Suka
Suka
Daging
Jukut
Dageng
6
Sayap
Sayeup
Kepek
Sayok
Kabeng
Gafi
Ambek
Kaweng
Kabeng
Sayap
Kabong
Anggep
7
Kuku
Ukei
Kukut
Kuku
Seliwen
Denap
Tenap
Sesilu
Sesilu
Kuku
Sliwon
Tenap
8
Berkicau
Imeusu
Gerico
Bakicau
Mekicou
Umide
Umella
Mesora
Mesikha
Bekico
Mesaro
Umella
9
Sisik
Sisek
Sisik
Sisiak
Sisik
Unap
Unap
Sisig
Sisik
Saghang
Sisik
Sesek
10
Sarang
Umpung
Umah/rense
Sarang
Asakh
Utuk
Sonnor
Wekas
Asakh
Sisik
Asar
Songor
11
Sangkar
Jeuntra
Penjere/ tarak
Sangkak
Kas/aci
Sangkak
Sangkak
Kandang prik
Jebag
Sangkogh
Kandang
Khadang
12
Telur
Boh
Tenaroh
Talue
Telukh
Nadulo
Antek
Tlor
Tekhung
Telogh
Terie
Antek
13
Eram
Keumarom
Ngeram
Orom
Mekhem
Meinekhep
Mansehep
Ekhem
Ekhem
egham
Merom
Menyekhep
14
Menetas
Ceh
Mumecah
Manateh
Mecah
Manutuk
Manutuok
Mnaper
Menapekh
meneteh
Mikbik
Malanak
15
Umpan
Umpeun
Pakan
Umpan
Empan
Lakhe
Befel
Nakan
Empan
Umpan
Mpan
Wewel
Tangkup
Tangkup
Tangkap
Cikop
Tangkok
16
Tangkap
Drop
Tengkam
Tangkok
Tangkap
Dapek
Tangkok/ ra’dak
17
Cakar
Gareueh
Garut/ rangut
Cakar
Gakhuk
Khalok
keker
Khaok
Cakakh
Cakogh
Rangus
Tenap
18
Mematuk
Choh/ patok
Munyicok/ munitok
Mancotok
Patuk
Mapakuk
Manuruk
Mematug
Matuki
Memicok
Nyatuk
Manorok
19
Berterbangan
Ipo
Temerbang/ mutayang
Batabangan
Ngkabangen
Tabang
Tot umabang
Kekawangn
Mekabengen
betoghbangan
Kabangan
Umabang
20
Jinak
Seuiet
Jinak
Jinak
Jinak
Aluhu
Maerop-erop
Lmuk
Melemug
Jinak
Nyinak
Jinak
Database ensiklopedia Bahasa di Aceh ini dibuat berdasarkan kontribusi dari para pembaca Majalah Santunan di berbagai wilayah di Provinsi Aceh. Penulisan kata-kata sesuai dengan sumbangan kontributor. Untuk partisipasi kirimkan sms ke 085277759339 dengan menyertakan padanan kata dalam bahasa daerah yang anda kuasai. Kontributor Edisi Juli: Bahasa Gayo-Erqi Albandary, Bahasa Aneuk Jamee-Andri Rahman, Bahasa AlasHasanuddin, Bahasa Sigulai Lamamek-Aji Asmanuddin, Bahasa Devayan-Mirati Adim, Bahasa SingkilHendra Sudirman, Bahasa Pak-pak Boang-Sulaeman Ar, Bahasa Tamiang hulu-Lukmanul Hakin, bahasa Kluet-H. Bahrum Basyah, bahasa Haloban-ikhsan Padanan kata untuk edisi berikutnya: Dorong, Seret, Geser, Jepit, Buka, Tutup, Lubang, Jera/Kapok, Robek, Retak, Congkel, Angkat, Sesak, Batuk, Pedih, Luka, Darah, Pingsan, Sekarat, Jengkel. 54
Santunan OKTOBER 2011
Sastra
Nostalgia Bulan Lalu
By Samsudin
T
akbir bersahutan, mengingatkanku beberapa puluh tahun yang lalu, saat aku dipapah ayah menuju Mesjid Kampung Tua. Satu persatu warga keluar dari rumahnya, jaraknya berjauhan, menapaki jalan tikus, kiri kanannya dipenuhi tumbuhan ilalang. “Jadeh tanyo uroe raya,” ingat ibuku. Ayah tidak menyahut. Ayah sibuk menyibak ranting-ranting daun yang condong di sepanjang jalan sambil menelusuri jalan yang menyerupai “sinamuek” --tempat lalu lalang kerbau turun menuju sungai-- dan kilauan senter warga sesekali terlihat dari sela-sela dedaunan pepohonan. Kami dan warga berjalan beriringan menuju mesjid tua, tapi kerapkali mereka tidak kelihatan karena semak-semak dan jalan yang meliuk-liuk, seakan-akan kami hanya berjalan sekeluarga saja. Sahutan takbir mengintip keheningan. Kedamaian dan rasa bahagia memenuhi ruang kalbu. Karena keesokan harinya bisa pakai baju baru. Mengunjungi rumah Teungku, rumah guru dan wali kelas satu. Ayah dan ibuku sesekali mendesis mengikuti lantuan merdu irama takbiran seiring melangkah satu demi satu. Dan kami pun tiba. Mesjid yang lantainya berupa tanah yang digelari tikar pandan putih dipenuhi jamaah. Dengan tertib mereka berganti-gantian membaca bait-bait takbir dengan penuh kusyuk. Begitulah gambaran masa kanakkanak dulu. Terlukis begitu jernih dalam ingatanku. Saat kepolosan dan jiwa nan masih belum ternodai. Kegembiraan, kegirangan, dan rasa bahagia menutupi semua masalah yang meluluhlantakkan lingkungan, tetap tersenyum, menepis berbagai persoalan. Demikianlah masa kanak-kanak itu. Sekaranglah hari yang kukenang itu…
Takbir silih berganti susul menyusul menggenapi kemeriahan Hari Raya Idul Fitri ini. Tapi aku bukan lagi dalam papahan ayah, bukan pula dalam gendongan ibu. Aku sudah berumur 40 tahun. Persis seusia ayahku memapahku saat dulu. Saat ia menjulangkan aku di atas pundaknya. Saat ibuku memanjakanku. Saat mereka memuji-mujiku karena menarik hatinya ketika aku memakai pakaian baru. Saat kami bersalaman di pagi itu. Saat indah-indahnya masa itu. Jalan-jalan kecil itu hanya tinggal sebuah kenangan. Aku sudah tinggal di kota, yang jalannya beraspal licin,
riuh dan hiruk pikuk kenderaan pawai takbiran memenuhi jalan. Cahaya senter tiada terlihat lagi, terangnya lampu merkuri menerangi jalan hingga ke lorong-lorong. Takbiran pun dimeriahkan secara marathon dengan kenderaan berpawai mengelilingi kota. Akan tetapi semangatku menjadi kerdil ketika keesokan harinya sang khatib membuka kembali lembaran hidupku. Diceritakan tentang kasih sayang orang tua pada anaknya. Tibatiba rasa sesak mengganjal dadaku. Aku telah kehilangan segalanya. Perjalanan waktu telah menghapus cerita indah. Kesibukanku telah menodai cinta Santunan OKTOBER 2011
mereka. Ayah dan ibuku hanya tinggal seorang diri. Kuyakin pertemuan setahun sekali takkan membuat hatinya puas merasakan cinta. Mungkin hatinya terkatup tak berani berkata, “Mengapa engkau begitu tergopohgopoh menemuiku.” Makanya mereka memilih diam daripada berkata-kata demi mengusik kesenangan yang aku nikmati selama ini. Wejangan sang khatib semakin lama semakin membuat aku tersiksa. Jantungku berdegup kian kencang. Penyesalan datang sangat tiba-tiba, aku ingin berteriak sekuat tenaga di tengah heningnya kekusyukan para jamaah. Khatib itu telah memaksaku untuk memutar kembali kisah-kisah indah bersama ayah ibuku. Lagi-lagi aku jatuh pada suasana yang tidak mungkin memaafkan diriku sendiri. Aku terpukul, tiada berguna… Tetesan bening tak kuasa kubendung, meleleh dingin di wajahku yang keram. Kesalahan di mana aku tidak tau kapan aku perbuat. Dosa-dosa di mana aku tidak mengetahui kapan aku lakukan. Tidak mungkin kutunda lagi. Selesai shalat ‘Id aku sekeluarga akan terbang menuju mereka. Aku ingin mencium pipinya, ingin merangkul tubuhnya. Semua itu sesuatu yang tidak pernah sekali pun aku lakukan. Mungkinkah aku melakukannya ini untuk pertama kali? “Kali ini aku tidak punya rasa malu lagi, akan kulakukan. Kucium, kudekap sepuas-puasnya.” Di sepanjang perjalanan aku mengingat-ingat semua nasehat khatib, sehingga batinku terisi penuh sesak dan tumpang tindih, membuat suasana hatiku semakin panas, bergelora dengan bermacam kisah saat-saat dulu bersama. Sorenya kami sampai. Mereka sudah berdiri di depan pintu. Segera 55
Sastra kuturun dari kereta. Menghampirinya, dan kuraih tangan ibu. Aku tak kuat menahan rasa. Meledak lah perasaan itu sehingga kurangkul mereka kedua-duanya, dan entah apa kata yang kuulang-ulang saat itu. Hanyut lah aku dalam pelukan keduanya. Tercium dari mereka bau keringat yang menerbangkan jiwaku jauh menuju masa kanak-kanak dulu. Yaitu bau keringat kelelahan, karena aku meminta, bersenda, bahkan memaksanya untuk diberikan sesuatu. Bau keringat pengorbanan karena masalah-masalah yang sering aku lakukan. Keringatnya karena kecapaian dalam menjaga, memelihara, mencari dan mengobati. Keringat kasih sayang
orang tua pada anak-anaknya. Kuraba pundak-pundak mereka di mana dulunya aku sering mendudukinya, sekarang sudah berubah menjadi tulang-tulang kerdil yang berbalut kulit. Otot-otot mereka yang gagah sudah berubah menjadi lentur dan lunglai. Kedua rangka tubuh yang kini berada di hadapanku semua tidak bisa lagi banyak menaruh harapan. Tidak mungkin aku memintanya untuk dipapah kembali, ditimang dan digendong. Semua keadaan sudah berubah. “Mereka hampir tiada berguna lagi,” lirihku dalam hati. Air mataku berderaian memikirkan itu, kata-kata tiada lah guna jika kuungkapkan. Tak mungkin ada perben-
daharaan kata-kata yang dapat mewakili segenap perasaan yang kurasa. Tak ada lembaran-lembaran yang mampu menampung segala keresahan ini. Aku hanya diam seribu bahasa, tetapi hatiku telah menulis hikmah yang tiada terkira banyaknya. Demikian juga mereka. Kutahu lebih banyak lagi yang mereka rasakan dibanding dengan aku. Kuyakin masing-masing mereka merasakan keindahan itu dan merahasiakan satu sama lain hingga sampai nanti. September 2011 Penulis ialah Guru MIS Nurul Falah, Meulaboh. n
Menikah
Ilustrasi Kehidupan
Wahai pemuda wahai pemudi Janganlah engkau membujang sendiri Ikutlah akan Sunnah Nabi Dengan menikah hidup jadi mandiri
Kerutan dunia semakin menyusut Lalu lalang manusia tiada limitnya Semua terasa fatamorgana Seakan semu dalam kehidupan
Menikah jangan takut tak ada rejeki Pasti mendapat berkah dari Ilahi Karena Allah maha memberi Pandai-pandailah mensyukuri Ketika akad diucapkan Hilanglah janji semu Dua insan bersatu dalam ikatan Menempuh hidup baru Menikah itu sesuatu yang pasti Membuat hati tentram abadi Terus membekali diri Menjadi pemuda sejati Kelak suatu hari nanti Bahagia telah menanti Menjadi penenang setiap hati Ceria senang selalu mewarnai Hidup hanya sekali Begitu banyak problema dihadapi Baik petang atau pagi Bersabar dalam menjalani Menikahlah Untuk mandiri dan mendewasakan diri. Saifullah, S.Hum Staf KUA Kec. Geuredong Pase, Kab. Aceh Utara 56
Realita hidup terasa hampa Tanpa jejak ‘tuk melangkah Redaksi arah semakin gelap Tanpa cahaya menerangi Kerinduan Nan Fitri
Dekapan kasih Mu Engkau ulurkan lewat ramadhan lalu Engkau limpahkan dalam cahaya fitri untuk bebaskanku dari cengkraman kehinaan menuju kemenangan yang hakiki begitu agung, dalam buaian cinta suci dahaga lapar menjadi saksi upaya raihan rinduku akan cinta Mu sepanjang bulan terbaik yang berlalu di hari nan suci ini kutadahkan kedua tangan untuk memohon ampunan atas dosa dan khilaf yang selalu ku perbuat
Munawarah Fadhli
Kelas XII IPA 3 MAS Jeumala Amal Anggota Bengkel Tulis Jeumala Santunan OKTOBER 2011
Destinasi pemikiran terasa pucat Tiada warna ‘tuk melengkapi Kehausan jiwa tanpa iman Terasa hidup bagai dicabik Heningan hati semakin kering Linangan air mata tak dapat membasahi Dinding hidup yang terasa pucat Harus merangkak dalam kesunyian Di kala nuansa jejak telusuri hari Hidup harus merengkuh lembinglembing rintangan
Jannatun Makwa
Siswa kelas XII IPA 3 MAS Jeumala Amal Lueng Putu Kab. Pidie Jaya.
Ensiklopedi
MASJID AL-KAUTSAR, ACEH BARAT
Sejarah Ringkas Masjid al-Kautsar Mesjid al-Kautsar terletak di Desa Pungkie, Kecamatan Kaway XVI, Kabupaten Aceh Barat. Berjarak sekitar 20 kilometer dari Meulaboh, ibukota Kabupaten Aceh Barat. Jarak ini dapat ditempuh dengan perjalanan darat dalam waktu tempuh sekitar satu jam. Masjid yang didirikan pada tahun 1913 ini berdiri kokoh di pinggir sungai, Krueng Meureubo. Dengan posisi ini, masjid seluas 10 x 14 meter ini mendapatkan sumber air melimpah untuk kebutuhan bersuci jamaahnya. Masjid al-Kautsar didirikan pada tahun 1913. Posisinya berada di tengah perumahan penduduk sehingga sangat efektif untuk menyelenggarakan segala kegiatan, baik keagamaan mau pun sosial. Pendirinya adalah Teungku Abdurrahman, berasal dari Pidie, tapi lebih dikenal dengan sapaan Teungku Syik Kuala Manyeu. Beliau merantau sampai ke Pungkie menyebarkan syiar Islam. Sebelum menetap di Pungkie beliau sempat berdomisili di Gampong
Kuala Manyeu, itulah kenapa beliau disapa Teungku Syik Kuala Manyeu. Luas masjid semi permanen ini adalah 10 x 14 meter, pondasinya terbuat dari semen, bagian atas dindingnya terbuat dari papan kayu. Dinding bagian bawah terbuat dari batu hancuran yang ditempelkan dengan semen, lantainya juga dibuat dari semen. Pada mulanya masjid ini tidak memiliki kubah. Lalu pada tahun 1957, masjid ini diberi kubah oleh Pemangku Bupati Aceh Barat/Wedana, yaitu Abdul Karim Abdullah. Masjid al-Kautsar didirikan di atas tanah bekas aliran sungai Krueng Meureubo. Sampai sekarang masih terlihat tanda-tanda bekas aliran sungai yang berpindah sejauh lebih kurang 100 meter dari lokasi masjid. Menurut masyarakat setempat, perpindahan aliran sungai itu terjadi karena makbulnya doa Teungku Syik Kuala Manyeu. Alkisah, pada waktu hendak mendirikan masjid, masyarakat terkendala oleh kesulitan lokasi untuk pertapakan
masjid. Lalu Tgk. Syik Kuala Manyeu menggelar doa bersama. Beberapa lama kemudian aliran sungai pun bergeser sehingga lokasi yang tersedia mencukupi untuk pertapakan masjid. Sejak dari pendiriannya, masjid ini menjadi pusat kegiatan keagamaan dan sarana ibadah bagi masyarakat yang berdomisili di empat belas gampöng (desa) sekitar masjid. Desa-desa ini masuk dalam wilayah kemukiman Tanjöng, Meulaboh. Hal ini berlangsung dari tahun 1913 sampai tahun 1951, terutama dalam kegiatan Salat Jumat dan peringatan hari-hari besar Islam seperti maulid. Setelah Teungku Syik Kuala Manyeu meninggal, masyarakat juga menggelar kegiatan tambahan di masjid ini untuk mengenang jasa Teungku Syik Kuala Manyeu. Bagi masyarakat, beliau adalah seorang guru, dan pembimbing umat. Setelah tahun 1951, perkembangan penduduk menuntut pendirian masjidmasjid baru sehingga masyarakat tidak perlu menempuh jarak yang demikian jauh untuk menunaikan ibadah Salat Jumat. Masyarakat sekitar mesjid umumnya petani yang taat beragama dan kuat mempertahankan kehidupan adat istiadat Aceh. Masjid ini dulunya merupakan pusat pendidikan yang disebut dayah/pesantren, yaitu Dayah Babul Huda. Pendidikan yang digelar adalah setingkat ibtidaiyah, dan pendidikan untuk anak-anak yang belajar Alquran dan kitab-kitab jawi bertulisan Arab-Melayu.
Rubrik ini diangkat berdasarkan buku Masjid Bersejarah di Nanggroe Aceh, jilid II, diterbitkan oleh Bidang Penamas Kantor Wilayah Kementerian Agama Aceh, 2010. Santunan OKTOBER 2011
57
Galeri Dua orang petugas memapah Jamaah Calon Haji Uzur untuk naik ke pesawat di Bandara Sultan Iskandar Muda, 2 Oktober 2011.
Ketua Kloter BTJ-001 Tahun 1432 H/2011 M berfoto bersama Kakanwil dan Sejumlah PPIH Embarkasi Aceh sebelum naik ke pesawat haji, 2 Oktober 2011.
Pelaksanaan manasik di salah satu masjid di Kabupaten Aceh Barat Daya, 9 Septemper 2011.
Satu persatu JCH Aceh Kloter BTJ-002 Asal Aceh Besar menaiki Tangga Pesawat Haji di Bandara Sultan Iskandar Muda, 3 Oktober 2011.
Sejumlah Undangan menghadiri Pembukaan Acara PPA di Hotel Grand Nanggroe, 22 September 2011.
Sekelompok Santri Markaz al-Ishlah, Lueng Bata, Banda Aceh, turut melepas keberangkatan JCH BTJ-001 Banda Aceh dengan membaca doa dan melantunkan shalawat, 2 Oktober 2011.
58
Santunan OKTOBER 2011
Direksi, dan seluruh karyawan karyawati
PT. ATRABU TOUR & TRAVEL Aceh Darussalam
Mengucapkan
Selamat Menunaikan Ibadah Haji Semoga Memperoleh Haji Mabrur Direktur Utama, H. Arifin Ibrahim, BBA Jalan Mohd. Jam No. 40, Banda Aceh. Telepon 0651-31330, 23631, Email.atrabutour @yahoo.com
Redaksi Majalah Santunan Kementerian Agama Provinsi Aceh
Mengucapkan
Selamat Menunaikan Ibadah Haji Semoga menjadi Haji Mabrur Pemred
Juniazi