ME D I A I N FORMA S I & EDU KA S I R S CM
AMANKAH PEMERIKSAAN DENGAN RADIASI? Pelayanan Jantung Terpadu RSCM-FKUI
foto-foto: berbagai sumber
KEMBANGKAN LAYANAN DENGAN SANTUN DAN SPESIAL
KENALI GEJALA PENYAKIT JANTUNG SEJAK DINI
10
SEPUTAR OSTEOPOROSIS SILENCE DISEASE
12
Dr. TITUT: PEMBENAHAN DAN PERBAIKAN BERKESINAMBUNGAN
MENGENAL KEPRIBADIAN ANTISOSIAL
14
EDISI KELIMA 2016
Salam Parandika
3 7
foto: hollywoodfl.org
8 3 FOKUS
Pelayanan Jantung Terpadu (PJT) RSCM-FKUI Kembangkan Layanan Santun dan Spesial
7 PROFIL
Fasmed: Pembenahan dan Perbaikan Berkesinambungan
8
TANYA-JAWAB
Salam hangat pembaca setia Buletin Halo Cipto
S
egala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, sehingga Buletin Halo Cipto edisi kelima dapat diterbitkan. Sudah semestinya rumah sakit memberikan pelayanan prima baik kepada pelanggan internal maupun eksternal, karena industri RS bergerak di bidang jasa. Jika layanan yang mereka rasakan positif, maka potensi untuk words of mouth, artinya pelanggan yang merasa puas akan memberikan testimoni kepada orang lain, demikian pula sebaliknya. Melihat pentingnya hal itu Unit Pelayanan Jantung terpadu (PJT) senantiasa mengembangkan pelayanan yang prima dan layaknya hotelnya berbintang lima, serta tanpa diskriminasi. Hal ini memotivasi unit lain tentang perlunya pelayanan yang paripurna dan excellent. Tak hanya itu, Redaksi juga menampilkan beberapa artikel dan informasi menarik, seperti waspada osteoporosis, kenali gejala penyakit jantung sejak dini, mengenal kepribadian antisosial, dan lain-lain. Akhir kata, Redaksi mengucapkan selamat membaca dan selamat berkarya. Salam Redaksi
Hindari Gratifikasi
10 INFO
Kenali Gejala Penyakit Jantung Sejak Dini
12 PENYAKIT
Seputar Osteoporosis Silence Disease
14 JIWA
Mengenal Kepribadian Antisosial
16 INFO 20 2
Halo Cipto Media Cetak Periodik Internal RSCM Terbit Pertama Kali DESEMBER 1999
Amankah Pemeriksaan Dengan Radiasi?
Pembina Direktur Utama RSCM Direktur Pengembangan & Pemasaran RSCM
ALBUM
Pemimpin Redaksi Linda Amiyanti, Skp.MKes
HALO CIPTO
EDISI KELIMA 2016
Tim Penyunting Rahajeng Kartika Sari, SKM Bekti Utami Yani Astuti, SKM, M.Kes M. Hatta, SKM, MM.Kes Vera Eka. P Ns. Arifah, SKep, M.Kes Bambang Ariyanto Penerbit Instalasi Promosi Kesehatan Rumah Sakit RSCM Jakarta Alamat Redaksi Instalasi Promosi Kesehatan RSCM Jl. Diponegoro 71 Jakarta Pusat 10430 Kotak Pos 1086 Telp. 62-21 1500135 Pst. 2907 Email:
[email protected]
fokus
PJT KEMBANGKAN LAYANAN DENGAN SANTUN DAN SPESIAL Pasien BPJS kadang mendapat pelayanan yang kurang maksimal. Tapi di instalasi perawatan yang satu ini, selain tenaga medisnya hingga berlatar belakang pendidikan internasional, juga sikapnya sangat santun pada pasien. Bahkan pasien dimuliakan layaknya hotel melayani tamunya, termasuk pasien BPJS pun dilayani dengan senyum oleh tenaga medis berdasi.
F
asilitas medis yang satu ini adalah Unit Pelayanan Jantung Terpadu (PJT) di RSCM. Tak hanya pelayanan yang ramah, tapi peralatannya juga canggih, tak kalah dengan di luar negeri. Tak heran banyak pasien yang terkesan mendapat pelayanan di instalasi ini. Bahkan tidak ada tempat lain yang melayani pasien dengan penyakit jantung betul-betul tergabung di satu lokasi seperti di PJT. Dan jangan tertipu dengan tempatnya yang tidak wah. Karena PJT merupakan integrated cardiovascular center, tidak hanya untuk jantung saja. Jadi apapun yang berhubungan
dengan jantung dan pembuluh darah, maka PJT adalah pusatnya, one stop services. FASILITAS PJT yang menempati Gedung CMU1 RSCM memang berbagi ruangan dengan divisi lain, yakni ginjal, perina, dan laboratorium. Tapi jangan cepat memandang sebelah mata. Karena PJT memiliki ruang lengkap. Ada ruang tindakan, cath lab yang akhir tahun ini jumlahnya akan menjadi tiga. Juga ada dua fasilitas kamar operasi, sedangkan ruang perawatan Cardiac Intensive Care Unit (CICU) terdapat tujuh plus satu bed. Bukan delapan bed, kare-
na satu dikhususkan untuk emergency. Kepala PJT, dr. Eka Ginanjar menyebutkan, pencapaian sekarang masih akan terus digenjot. Karena targetnya empat tahun lagi atau tahun 2020, PJT akan tinggal landas untuk bersaing di dunia internasional. Di tahun 2020 itu, PJT ditargetkan sudah punya semua fasilitas dan semua kemampuan untuk bisa bersaing, tidak hanya lokal di Indonesia tapi juga regional bahkan internasional. “Jadi kita memandang saingan kita bukan rumah sakit-rumah sakit yang ada di Indonesia, tapi rumah sakit di Singapura, Malaysia, Thailand, dan lain sebagainya,” ulas dr. Eka Ginanjar.
Kegiatan echocardiografi (poliklinik)
HALO CIPTO
EDISI KELIMA 2016
3
fokus Untuk mencapai hal itu, PJT sudah tinggal penyempurnaan fasilitas saja. Sementara dari segi kemampuan SDM di PJT RSCM sudah bertaraf internasional. Oleh karena sudah dimulai sejak 13 tahun yang lalu dengan hanya beberapa petak ruangan, serta berpindahpindah, tapi kemudian mulai mengisi ruangan tetap di gedung CMU-1, dan terus berkembang pesat. Pada 2011 bergabung ke PJT. Tahun 2013-an bergabung lagi ke pelayanan PJT, pelayanan Bedah Vaskular, Bedah Saraf dan Radiologi Intervensi dan yang terakhir bergabung adalah Neurologi Intervensi. Bahkan ke depan beberapa pelayanan dari berbagai bidang sudah siap mengisi pelayanan di PJT. Untuk Bidang Kardiovaskular sendiri sudah dipersiapkan dengan membentuk timtim terintegrasi seperti heart failure team yang dapat melaksanakan transplantasi jantung. Ada Electrophysiology Team yang dalam waktu dekat menjadi Pioneer Cardiac Resynchronization Therapy (CRTD) Center bagi ASEAN. Karena mengikuti tugas RSCM sebagai pusat rujukan nasional, maka PJT juga merupakan pusat rujukan di bidang Kardiovaskular. Tidak hanya jantung, tapi terintegrasi dengan bidangbidang lain yang ada di RSCM. Hal ini yang membedakan PJT-RSCM dengan center lain. “Jadi saat ini kekuatan kita, ya tadi lantai 2 (terdapat CICU, dua OK, dan dua Cath Lab yang akan menjadi tiga), lalu lantai 4 untuk poli unit, lantai 5 ruang rawat, lantai 9 kerumahtanggaan. ICCU posisinya di dekat IBP,” jelas dr. Eka Ginanjar. “Kita punya selasar untuk dipakai
senam setiap hari. Lokasinya memang tidak layak tapi sangat berguna untuk rehabilitasi pasien setelah operasi atau setelah serangan jantung. Kita dengar pasien-pasien sedang menjalani rehabilitasi jantung di selasar lantai 2, pagipagi,” tambahnya. Selain fasilitas, PJT juga didukung tenaga ahli di bidangnya. PJT memiliki dokter kardiologi anak, dokter kardiologi dewasa, lalu ada anestesi kardiologi dan juga bedah torak kardiovaskular. Sekarang PJT memiliki rehab medik yang bergabung secara terintegrasi. PJT sendiri tupoksinya menjadi pusat pelayanan kardiovaskular, sekaligus pusat pendidikan, dan penelitian di bidang kardiovaskular yang terintegrasi dengan bidang-bidang atau divisi-divisi yang ada di RSCM. PASIEN PUAS Sebagai tempat pelayanan utama kardiovaskular, PJT dirancang harus mampu melebihi harapan pasien, sehingga PJT melayani dengan fasilitas, teknologi, dan kemampuan nomor satu atau tersier. Pembedaannya, PJT melakukan pelayanan dengan sentuhan hati, melakukan “hospitality” selayaknya di hotel. Dokter Eka Ginanjar menggambarkan, pelayanan yang ingin dilakukan PJT adalah untuk membuat pasien betul-betul puas. Pasien bukan hanya datang, periksa, pulang, dan selesai. “Tapi PJT ingin pasien datang dan terkesan serta bercerita mendapatkan pengalaman berkesan oleh pelayanan PJT karena anaknya bisa sembuh, suaminya bisa sembuh, dan dengan pelayanan yang seamless, nyaman, dengan staf yang memang canggih, aman, pro-
Tenaga medis PJT RSCM
4
HALO CIPTO
EDISI KELIMA 2016
fesional, dan lain-lain,” ujarnya. Langkah realnya dari upaya itu, PJT melakukan beberapa inovasi. Salah satu contohnya dalam pelayanan, PJT membuat sistem antrean. Sejak dulu PJT menjadi pioneer karena menerapkan sistem computerize. Dengan sistem perjanjian itu, pasien yang datang cukup menekan tombol masuk dari mana, dan pool telah disediakan senyaman mungkin. Pasien juga diatur kedatangannya supaya tidak antre, dan tidak menumpuk. Penambahan fasilitas yang dipunyai seperti di bidang elektrofisiologis, juga alat 3D mapping paling canggih yang bisa mendeteksi masalah-masalah aritmia. PJT memiliki tenaga ahli, peralatan yang paling canggih, dan pemeriksaan yang advanced. Sehingga pasien yang datang jika sudah selesai tidak perlu ke mana-mana lagi. “Pasien yang datang ke RS memang sekedar butuh pertolongan. Saya (pasien, Red) sakit minta pertolongan. Pasien mengharapkan sembuh. Tapi bagaimana membuat pasien nyaman untuk bisa mendapatkan kesembuhan tersebut. Itulah tujuan PJT,” ujar dr. Eka Ginanjar. “Jadi kita memberikan pelayanan dari hati. Selalu, moto kita adalah melayani dengan hati. Sehingga pasienpasien itu merasa dirinya tidak sebagai orang sakit yang minta pertolongan, tapi juga sebagai tamu yang diagungkan di sini. Nah, kita bukan transaksional, loe jual gue beli. Tapi ini adalah hubungan sama-sama antara RS dengan pasien, hubungan dokter dengan pasien, yang kalau saya bilang, seperti hubungan keluarga. Karena moto kami selalu melayani dengan hati,” tambah dr. Eka Ginanjar. Dokter Eka menegaskan, untuk pelayanan ramah seperti itu tidak membutuhkan cost ekstra. Karena senyum saja kepada pasien, sudah bisa memberikan perbedaan. Terlebih di PJT semua karyawan telah diajarkan bagaimana melayani pasien dengan sabar, dengan senyum, dan hal itu sudah satu hal yang menambah poin. Semua karyawan punya prinsip pasien harus dilayani seperti tamu di
Fisoterapi rehab jantung
hotel, dan bukan sebagai pasien yang butuh pertolongan. Pasien BPJS yang complain pun harus dilayani dengan sepenuh hati. Selain itu, untuk pasien juga disediakan banyak fasilitas. Di PJT, pasien tinggal datang ambil obat pulang tidak perlu bolak-balik. Bahkan jika membutuhkan fotokopi untuk persyaratan administrasi pun disediakan. Pasien tidak harus mondar-mandir, karena semua kebutuhannya dipenuhi di satu tempat. “Makanan ringan pun ada, yah kecilkecil, tapi itu sebagai service kita. Memang pinginnya dengan tempat yang nyaman, luas, dingin, tapi saat ini saya bilang kita terbentur pada fasilitas yang ada, jadi dengan yang kita punya segini kita buat semaksimal mungkin,” kata dr. Eka Ginanjar. Lalu bagaimana hasilnya? “Alhamdullilah respon dari pelanggan cukup baik. Jadi di hari-hari tertentu karyawan pakai dasi. Pasien BPJS itu dilayani orang berdasi, ini khan suatu sentuhan yang berbeda. Pasien merasa dilayani, bukan merasa sebagai “loe butuh gue”. Tapi kita layani. Walaupun pasien BPJS, kita layani sama, pasien umum kita la-
yani sama. Semua kita layani sama,” tegasnya. Lalu bagaimana karyawan di PJT bisa melakukan pelayanan hebat seperti itu? Dr. Eka Ginanjar mengaku bersyukur PJT dianugerahi karyawankaryawan yang luar biasa dengan lingkungan yang sangat mendukung. “Saya sangat terbantu dengan teman-teman yang memang bisa dirasakan, bahkan beberapa cerita orang
sebelumnya di luar masuk ke PJT budayanya berbeda,” katanya. “Memang kita kerja keras, bahkan kadang lemburnya lebih banyak dari gak lemburnya. Tetapi semangat dan cita-cita kita sama-sama untuk menolong memberikan yang terbaik, menciptakan pelayanan kardiovaskular yang dapat bersaing di dunia internasional,” tambahnya. Dokter Eka Ginanjar menjelaskan, diberlakukannya budaya kerja keras, budaya dialogis dan budaya saling berkomunikasi menjadi kunci keberhasilan. Melalui budaya kerja itu apapun dicari solusinya. Dan menjauhi sifat menyalahkan. Kalau memang ada kesalahan, maka diperbaiki bersama-sama. Bahkan OB sekali pun dipersilahkan mengemukakan usulan. Dan PJT selalu terbuka untuk perbaikan. “Jadi temanteman dipersilahkan mengusulkan, bahkan sempat kita dorong harus ada usulan setiap minggu, kita tempel di mading, cuma memang tidak terlalu berjalan, tapi dengan budaya memberikan usulan hal-hal perbaikan sudah terbentuk,” tegas dr. Eka Ginanjar. “Jadi orang tidak takut bicara. Sebaiknya begini, pintu dibeginiin, nah itu enak ngomong karena kalau ada kesalahan kita saling perbaiki. Budaya itu memang tantangan dan harus dijaga, tapi menurut kami yang paling menantang di PJT ini fasilitas. Lihat saja kantornya begini, sempit dan sebagainya,” tambahnya.
Kegiatan Cath lab PJT
HALO CIPTO
EDISI KELIMA 2016
5
fokus Ia menegaskan, gedung yang kini ditempati, yakni CMU-1 masih menjadi tantangan terbesar. Padahal PJT sebagai revenue center sudah sepatutnya mendapat perhatian yang lebih sekaligus betul-betul menjadi “mesin” uangnya RSCM. Karena bagaimana pun, mesin uang tetap penting supaya rumah sakit bisa berjalan lancar. Alhamdullilah alat-alat kesehatan sudah mulai pelan-pelan terpenuhi, tetapi untuk gedung masih sempit, dan ruang rawat juga sangat terbatas. PJT sendiri sudah berupaya mengembangkan fasilitas yang ada dan berkoordinasi dengan direksi. Termasuk rencana bergabung dengan CMU 3. PJT berharap di 2020 saat launching sudah betul-betul bisa bersaing. Karena dibandingkan dengan tamu yang pernah datang, seperti RS Wahidin Makassar memiliki PJT dengan delapan lantai. RS Malang memiliki empat lantai dan gedung sendiri. Sedangkan RS Hasan Sadikin bahkan punya gedung sendiri dengan lima lantai. “Kita yang sebagai pioneer PJT masih berjuang, mudah-mudahan bisa terwujud dalam waktu yang sesuai dengan target kita, 2020,” harapnya. PENGGABUNGAN Sementara penggabungan poli, diagnostik, tindakan, operasi, rawat telah terbukti memberikan efisiensi. Apalagi kalau bisa mendapat ruangan yang lebih luas akan membuat pasien semakin nyaman. Tapi kondisinya sekarang pasien sudah padat. Akhirnya, PJT mengambil solusi. Pasien dibuat sistem perjanjian datang pagi, dan ada yang datang sore. Jadi pasien tidak menumpuk datang di pagi hari. Dr. Eka Ginanjar menyebutkan saat ini sedang dicoba, dan masih butuh waktu. Karena mengubah sekian banyak orang untuk bisa datang sore dan yakin masih dilayani, merupakan tantangan tersendiri. Orang yang datang sore masih takut, obat sudah habis dan segala alasan lain. Dan hal itu pelan-pelan harus perlu diyakinkan. Namun beberapa pasien sudah mulai merasakan perbedaannya. Janji jam 12.00 dan datang cukup jam 10.00. Se6
HALO CIPTO
TEE poliklinik
hingga tak perlu lagi datang dari subuh selain itu lalu lintas juga sudah lancar, tidak macet. “Masalah lain untuk sebagian pasien yang membawa kendaraan atau mobil adalah lahan parkir. Ikut penggabungan ini adalah suatu langkah yang besar dan banyak manfaatnya. Cuma memang tidak diikuti oleh fasilitas yang cukup. Idealnya adalah tempatnya memang ada. Tapi kalaupun tidak ada ya ada plan untuk ke sana,” ujar dr. Eka Ginanjar. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PJT juga melakukan pendidikan. Proses pendidikan ini oleh departemen dan divisi, di mana dua bagian itu yang punya bisnis proses di bidang pendidikan dan pelatihan. “Jadi sekarang banyak orang mengirim ke kita untuk belajar cardiovaskular dari sisi keperawatan. Jadi pelatihan dan keperawatan. Langkahnya FP, car-
EDISI KELIMA 2016
diovascular, perawat, habis itu lanjut ke cath lab, intensive care dan seterusnya. Sudah rutin dari mana-mana dikirim, dari Aceh, dari Lombok ada, Kalimantan, pernah di sini,” ujarnya. Namun, siswa didik itu punya budaya kerja yang bermacam-macam. Oleh karena itu, PJT melakukan sistem orientasi. Tujuannya agar budaya baik RSCM bisa tertular ke peserta didik supaya mereka merasakan infinite experience, pengalaman yang tidak terlupakan tidak hanya pada pasien, tapi juga siswa di bidang pendidikan. Diharapkan budaya di PJT dapat berkembang di tempat mereka masing-masing. Untuk penelitian di PJT juga sangat men-support. Permintaan data, pendampingan, dan bahkan jika SDM ditarik untuk jadi anggota tim penelitian pun sangat didukung. Syaratnya hanya satu, yaitu sudah lolos kerja etik dari RSCM.
PROFIL
Unit Fasilitas Medik
S
PEMBENAHAN DAN PERBAIKAN BERKESINAMBUNGAN
etiap unit dalam industri rumah sakit menghadapi berbagai tantangan. Seperti sistem pendataan, dan sumber daya manusia. Sehingga diperlukan strategi jitu dalam menghadapi tantangan itu. Unit Fasilitas Medik RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yang berdiri Februari 2016 melakukan berbagai langkah krusial. “Prioritas kami adalah pembenahan. Banyak sekali yang harus di benahi terkait dengan belum terdapatnya data inventaris alat medik yang tertata. Dilakukan penataan ulang dimulai dengan menghitung kembali jumlah seluruh alat medik, pengkategorisasian alat dan history dari seluruh alat medik yang ada di lingkungan RSCM semaksimal mungkin. Data inventori tersebut disusun dalam bentuk data elektronik,” ungkap dr. Indrati Suroyo, SpRad (K), kepala Unit Fasilitas Medik (Fasmed) yang akrab dipanggil dr. Titut. Menurutnya langkah ini untuk mengetahui secara terus menerus status alat medik di seluruh Rumah Sakit agar senantiasa seluruh alat medik dalam keadaan siap pakai dan aman digunakan. Mulai dari terdatanya kegiatan pemeliharaan, baik mandiri maupun kontrak kerja sama dengan vendor, periode kalibrasi maupun tindaklanjut laporan terhadap adanya komplain alat medik. Tambah dr. Titut, pihaknya juga melakukan pemetaan SDM guna pemenuhan kebutuhan akan tenaga elektromedik di unit layanan. Telah dilakukan penambahan tenaga elektromedik, namun masih belum memenuhi kriteria ideal jumlah SDM elektromedik untuk ribuan alat medik yang ada di RSCM. Dampak yang dirasa adalah input data ke dalam sistem elektronik untuk memudahkan penilaian keadaan alat medik belum dapat optimal karena SDM yang masih kurang. Sebagai tindaklanjut juga dilakukan kerja sama RSCM dengan Poltekes Jakarta II Juru-
san Teknik Elektromedik dengan dikirimnya mahasiswa untuk PKL di RSCM. “SDM jumlahnya terbatas, Akibatnya mereka tak sempat memasukkan data ke sistem. Akhirnya data yang ada di komputer tidak seimbang dengan data di lapangan,” ungkap dr. Titut. INOVASI Dokter Titut menekankan kepada timnya untuk memikirkan ide kreatif dan inovatif untuk menciptakan efisiensi dan menghadapi tantangan unit. Dokter Titut berpedoman pada sejumlah faktor, diantaranya memahami karakteristik dari Unitnya. Jawabannya Unit ini bekerjasama dengan Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) untuk membuat laboratorium kalibrasi. Sehingga kalibrasi untuk alat sederhana sebut saja tensimeter dapat dilakukan oleh RSCM. “Alat medik itu harus dilakukan uji kesesuaian secara periodik. Jika hasilnya tidak sesuai alat tersebut tidak dapat digunakan dan harus diperbaiki. Disisi lain BPFK harus melayani kalibrasi untuk Rumah Sakit diseluruh wilayah Indonesia. Dia (BPFK, Red) sendiri juga kekurangan tenaga, akibatnya proses kalibrasi tidak tepat waktu. Akhirnya kita kerja sama dengan BPFK untuk pembuatan laboratorium kalibrasi mandiri yang Insya Allah akan terea-
lisasi tahun depan,” katanya. LINGKUP TUGAS Unit yang berkantor di Gedung Radiologi lantai 3 ini memiliki tugas yang beragam. Mulai dari perencanaan, pemeliharaan, kalibrasi hingga pengasetan alat medik. “Saat pengadaan alat medik, Fasmed bertugas sebagai advisor, kita bantu user menelaah. Apakah suatu alat medik memang sangat diperlukan di unit kerjanya di RSCM ini? Kita tidak memiliki kewenangan dalam memutuskan apakah alat medik tersebut akan dibeli atau tidak, tetapi membantu dalam tatalaksana pengadaannya. Pada proses pengadaan, Fasmed mengawal sampai dengan alat tersebut diadakan dan saat instalasi, kita pun menjadi pengawasnya untuk uji fungsi, uji coba, training, sampai dengan menyerahkan ke user kita dampingi, “ jelas dr. Titut,”.
HALO CIPTO
Kegiatan pengecekan alat
EDISI KELIMA 2016
7
TANYA & JAWAB
HINDARI GRATIFIKASI Oleh: Hermansyah Usman Kepala Unit Pengendalian Gratifikasi RSCM
S
aya sebagai seorang staf medis yang berhubungan dengan pelayanan pasien, ingin mengembangkan knowledge dengan mengikuti seminar yang bertaraf internasional. Ada kalanya pihak farmasi atau sponsor menawarkan untuk membiayai kegiatan seminar, sementara anggaran dari unit kerja belum tersedia. Ada beberapa yang ingin saya tanyakan, diantaranya:
ma secara resmi oleh Aparatur Kementerian Kesehatan sebagai wakil resmi instansi dalam suatu kegiatan dinas, sebagai penghargaan atas keikutsertaan atau kontribusinya dalam kegiatan tersebut b. Gratifikasi yang tidak dianggap suap tidak terkait kedinasan Pasal 6 Gratifikasi yang Tidak Dianggap Suap terkait kedinasan sebagaimana dimaksud Pasal 5 huruf a meliputi Gratifikasi yang diperoleh dari namun tidak terbatas pada : a. pihak lain berupa cinderamata dalam kegiatan resmi kedinasan seperti rapat, seminar, workshop, konferensi, pelatihan atau kegi-
inspektorat.jatengprov.go.id
1. Apakah diperbolehkan seorang dokter menerima tawaran mengikuti seminar dalam rangka meng-update wawasan atau bidang keilmuan yang terus berkembang? 2. Bagaimanakah batasan gratifikasi dalam masalah ini?
3. Bagaimana prosedurnya bila ingin mengikuti seminar dengan biaya pihak sponsor? Jawab : 1. Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor. 14 Tahun 2014 Tentang Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan Kementerian Kesehatan dalam Bab II Pasal 3 disebutkan kategori gratifikasi dibagi menjadi; a. Gratifikasi Yang Dianggap Suap b. Gratifikasi yang Tidak Dianggap Suap Pasal 5 Gratifikasi yang Tidak Dianggap Suap sebagaimana dimaksud Pasal 3 huruf b meliputi: a. Gratifikasi yang tidak dianggap suap terkait kedinasan yaitu pemberian yang diteri-
8
HALO CIPTO
EDISI KELIMA 2016
atan lain sejenis; b. pihak lain berupa kompensasi yang diterima terkait kegiatan kedinasan, seperti honorarium, transportasi, akomodasi dan pembiayaan sebagaimana diatur pada standar biaya yang berlaku di instansi pemberi, sepanjang tidak terdapat pembiayaan ganda, nilai wajar, tidak terdapat konflik kepentingan dan tidak melanggar ketentuan yang berlaku di instansi penerima; c. Sponsorship yang diberikan kepada instansi terkait dengan pengembangan institusi, perayaan tertentu yang dimanfaatkan secara transparan dan akuntabel Kemudian sesuai Keputusan Kementerian Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/306/2014 Tentang Petunjuk Teknis Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan Kementerian Ke-sehatan Bab II B Gratifikasi yang Tidak Dianggap Suap terkait kedinasan meliputi gratifikasi yang diperoleh dari namun tidak terbatas pada; Sponsorship yang diberikan kepada instansi terkait dengan pengembangan institusi, perayaan tertentu yang dimanfaatkan dan dipertanggungjawabkan secara transparan dan akuntabel baik ke internal maupun ke eksternal institusi, sebagai contoh penerimaan gratifikasi dan sponsor yang ditujukan untuk penelitian kepentingan pengembangan formularium, pengembangan alat kesehatan, penelitian yang berhubungan dengan uji coba penggunaan obat, mengikuti seminar nasional, internasional dan atau kegiatan lain yang sejenis, jika pengelolaannya melalui institusi. Terkait dengan pertanyaan, sesuai ketentuan yang telah disebutkan diatas maka mengikuti seminar dalam rangka menambah wawasan/ perkembangan ilmu pengetahuan Aparatur Kementerian Kesehatan, baik skala nasional maupun internasional sepanjang pengelolaannya melalui institusi dapat diper-
kenankan dan digolongkan sebagai Gratifikasi yang Tidak Dianggap Suap Terkait Kedinasan. 2. Batasan Gratifikasi a. Batasan Gratifikasi yang Tidak Dianggap Suap Terkait Kedinasan berupa sponsorship untuk kegiatan seminar, workshop, pelatihan dan atau kegiatan lain sejenisnya terbatas pada biaya registrasi, visa (untuk internasional), transportasi, akomodasi (hotel dan makan) bukan dalam bentuk uang tunai atau uang pengganti dengan nilai wajar, sesuai ketentuan yang berlaku di instansi pemberi, tidak ada konflik kepentingan dan tidak melanggar ketentuan yang berlaku di instansi penerima. b. Batasan Gratifikasi yang Tidak Dianggap Suap Terkait Kedinasan berupa sponsorship sebagai narasumber, pembicara, moderator, advisor dan sejenisnya dapat diberikan dalam bentuk uang tunai terbatas pada honorarium dengan nilai wajar sesuai ketentuan yang berlaku di instansi pemberi, tidak ada konflik kepentingan dan tidak melanggar ketentuan yang berlaku di instansi penerima. 3. Prosedur a. prosedur mengikuti seminar, workshop, pelatihan dan atau kegiatan lain sejenis dengan memperoleh dana dari pihak luar RSCM atau sponsorship, diatur dalam Standar Prosedur Operasional Bagian Pendidikan dan Pelatihan RSCM Nomor 136/ TU.K/79/VII/2015 b. prosedur memenuhi undangan dari pihak luar RSCM atau sponsorship sebagai narasumber, pembicara, moderator, advisor dan sejenisnya diatur dalam Standar Prosedur Operasional Bagian Pendidikan dan Pelatihan RSCM Nomor. 133/TU.K/79/ VII/2015 Jika saya ingin melakukan sosialisasi salah satu tindakan medis 1. Apakah diperbolehkan meng-
gunakan biaya dari pihak sponsor? 2. Bagaimana kiat menghindari gratifikasi di lingkungan RSCM? Jawab : 1. Penggunaan biaya dari pihak sponsor untuk tujuan sosialisasi salah satu tindakan medis dapat diperkenankan sepanjang pengelolaannya melalui institusi sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 14 Tahun 2014 dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/306/2014 Tahun 2014. Hal yang perlu dihindari adalah pemberian sponsor yang terkait dengan pemasaran atau penelitian untuk tujuan promosi produk. Oleh karenanya pemberian sponsor terkait dengan promosi produk meliputi promosi alat kesehatan, obat dan sejenisnya merupakan gratifikasi yang dianggap suap dan harus ditolak. Penggunaan biaya dari pihak sponsor, hanya mencantum logo perusahaan sponsor dapat diperkenankan. Dilarang mencantumkan nama dan atau merk produk, slogan produk dan atau pesan-pesan lainnya dengan tujuan promosi produk. 2. Kiat menghindari gratifikasi di lingkungan RSCM lain; a adanya komitmen dan integritas dari setiap pegawai di lingkungan RSCM mulai dari pegawai dengan jabatan terendah sampai jabatan tertinggi b pimpinan menjadi contoh yang baik bagi bawahan c menyadari menerima atau memberi gratifikasi (suap) adalah perbuatan tercela. d mulailah dari yang kecil, dari diri sendiri, TOLAK gratifikasi (suap) dalam bentuk apapun. e hindarkanlah mendahulukan kepentingan pribadi dalam segala urusan f menjalankan prinsip transparansi dalam segala urusan dan mempertanggungjawabkannya dalam bentuk akuntabilitas yang jelas.
HALO CIPTO
EDISI KELIMA 2016
9
INFO
KENALI GEJALA PENYAKIT JANTUNG SEJAK DINI Oleh: Resultanti dan Ika Prasetya Wijaya, Divisi Kardiologi, Dept. Ilmu Penyakit Dalam RSCM-FKUI
P
enyakit jantung merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak pada pasien dewasa. Namun, adanya kelainan jantung seringkali tidak disadari oleh pasien sehingga penyakit jantung terlambat didiagnosis dan pada akhirnya terlambat diobati. Oleh karena itu penting bagi kita untuk mengenali beberapa penyakit jantung yang umum dijumpai pada pasien dewasa. Dengan mengenali gejala dan tandanya, diharapkan penyakit jantung dapat ditangani lebih dini sehingga mampu menurunkan angka kematian akibat penyakit jantung. GAGAL JANTUNG Gagal jantung merupakan suatu kondisi dimana jantung tidak dapat memompa darah ke sel-sel tubuh dengan baik. Sel-sel tubuh kita memerlukan pompa jantung yang baik agar mendapatkan darah yang kaya oksigen dan nutrisi sehingga sel-sel tubuh dapat berfungsi secara normal. Oleh karena itu pasien gagal jantung akan memberikan gejala lemas dan se-
10
HALO CIPTO
foto: timedotcom files wordpress com
sak napas. Aktivitas sehari-hari seperti berjalan, naik tangga, atau membawa benda berat juga bisa menimbulkan keluhan sesak napas pada pasien gagal jantung. Bila tubuh tidak bisa mendapatkan darah dan oksigen yang cukup, maka sebagai kompensasi jantung akan membesar, otot jantung menebal, serta jantung memompa lebih cepat. Jantung yang membesar dan penebalan otot jantung pada awalnya akan membuat pompa jantung lebih kuat sehingga bisa memompa darah lebih baik ke sel-sel tubuh. Namun, bila jantung semakin membesar, akhirnya fungsi pompa jantung akan semakin menurun sehingga bisa dijumpai penumpukan cairan di paru atau bahkan gangguan irama jantung. Kompensasi lain yaitu dengan memompa jantung lebih cepat sehingga meningkatkan jumlah darah yang dipompa oleh jantung. Dengan pompa jantung lebih cepat maka akan meningkatkan denyut nadi dan pasien dapat mengeluhkan jantung berdebar-debar. Adanya kompensasi jantung terse-
EDISI KELIMA 2016
but menyebabkan pasien sering tidak merasakan keluhan selama beberapa tahun sampai akhirnya fungsi pompa jantung semakin menurun. Oleh karena itu penting untuk kontrol ke dokter secara rutin untuk memantau kondisi jantung pasien. Selain keluhan lemas dan sesak napas, pasien gagal jantung juga dapat mengeluh sesak bila berbaring dan bengkak di kedua tungkai bawah. Hal itu disebabkan oleh penumpukan cairan di paru dan di kedua tungkai bawah. Penumpukan cairan di paru dikenal dengan istilah edema paru dan bila tidak segera diobati dapat menyebabkan gagal napas bahkan sampai berhenti napas. Beberapa faktor risiko kejadian gagal jantung adalah penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi atau hipertensi, serangan jantung sebelumnya, dan diabetes. Apabila memiliki satu atau lebih faktor risiko tersebut maka harus ditatalaksana dengan baik untuk mencegah timbulnya gagal jantung. Hal itu dapat dilakukan dengan memperbaiki pola makan, aktivitas
GAGAL JANTUNG
JANTUNG NORMAL
Darah kaya oksigen dipompa ke seluruh tubuh
Berkurangnya volume darah yang dipompa jantung
Ventrikel kiri Ventrikel membesar
Septum foto: cirebonmedia.com
Perbedaan jantung normal dan gagal jantung: adanya pembesaran bilik jantung dan berkurangnya volume darah yang dipompa pada pasien gagal jantung
foto: myolivetree.com
PENYAKIT JANTUNG KORONER
fisik, dan memperbaiki gaya hidup. Pada pasien yang memiliki faktor risiko dan bahkan terdapat gejala-gejala gagal jantung, maka harus memberitahukan kepada dokter agar dilakukan evaluasi lebih lanjut. Terdapat beberapa pemeriksaan untuk mengevaluasi pasien gagal jantung, di antaranya pemeriksaan laboratorium darah, rontgent toraks, elektrokardiografi/ EKG, eko kardiografi, bahkan bisa sampai kateterisasi pembuluh darah jantung pada pasien yang dicurigai adanya sumbatan pembuluh darah koroner sebagai penyebab gagal jantung. Dari pemeriksaan tersebut bisa dipikirkan kemungkinan penyebab gagal jantung serta dapat menilai struktur dan fungsi pompa jantung. PENYAKIT JANTUNG KORONER Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah kondisi dimana terdapat plak di dalam pembuluh darah koroner sehingga aliran darah ke otot jantung berkurang. Keadaan tersebut bisa bersifat kronik maupun akut. Disebut kronik apabila adanya plak dalam waktu
Plak deposit lemak
Pembuluh darah normal
Pembuluh darah menyempit
Pembuluh darah koroner yang menyempit akibat adanya plak
lama, sehingga akan menyebabkan pembuluh darah koroner menjadi menyempit dan aliran darah ke otot jantung berkurang. Sedangkan kondisi akut apabila ada ruptur plak mendadak serta pembentukan trombus atau bekuan darah. Adanya plak akan menyebabkan ketidaksesuaian antara kebutuhan dan suplai oksigen di otot jantung. Gejala yang sering muncul pada pasien PJK adalah nyeri atau rasa tidak nyaman di dada akibat otot jantung tidak mendapatkan darah yang cukup. Nyeri bisa pula menjalar ke leher, rahang, bahu, punggung, atau lengan dan membaik dengan istirahat atau pemberian obat golongan nitrat. Keluhan nyeri dada biasanya muncul saat otot jantung membutuhkan darah lebih banyak dari biasanya, misalnya saat aktivitas fisik atau stres emosi. Namun, bila pembuluh darah jantung sudah sangat menyempit maka keluhan bisa timbul meskipun hanya dengan melakukan aktivitas fisik ringan. Pada pasien yang dicurigai adanya PJK dapat dilakukan evaluasi lebih
lanjut melalui beberapa pemeriksaan penunjang, yaitu laboratorium darah, EKG, ekokardiografi, treadmill test, hingga pemeriksaan kateterisasi pembuluh darah jantung. Faktor risiko PJK di antaranya adalah kadar kolesterol LDL yang tinggi, kolesterol HDL rendah, tekanan darah tinggi, riwayat sakit jantung di keluarga, diabetes, merokok, usia lebih dari 45 tahun pada laki-laki, pascamenopause pada perempuan, dan obesitas. Dalam menatalaksana PJK perlu diketahui, selain mengurangi gejala dan mencegah terjadinya komplikasi, pasien PJK juga perlu mengontrol faktor risiko yang ada. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah berhenti merokok, melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit dalam sehari, menurunkan berat badan dengan target indeks massa tubuh <25 kg/m2, dan batasi asupan lemak jenuh. Selain mengontrol faktor risiko yang sudah disebutkan, pasien PJK juga perlu mengontrol tekanan darah dan gula darah serta faktor psikososial seperti depresi dan cemas.
HALO CIPTO
EDISI KELIMA 2016
11
PENYAKIT
SEPUTAR OSTEOPOROSIS SILENCE DISEASE
Oleh: dr. Nyoman Murdana, SpKFR(K), dr. Siti Annisa Nuhonni, SpKFR(K), dan dr. Andi Dala Intan S, SpKFR, Departemen Rehabilitasi Medik RSCM-FKUI
O
steoporosis adalah suatu kelainan tulang yang ditandai dengan penurunan kekuatan tulang sehingga meningkatkan predisposisi seseorang terhadap risiko fraktur. Menurut kriteria World Health Organization, diagnosis osteoporosis didasarkan pada pengukuran kepadatan mineral tulang ( Bone Mineral Density/ BMD) dan kandungan mineral tulang Bone Mineral Content/ BMC). • Normal: Nilai BMD atau BMC >-1 SD • Massa tulang rendah (osteopenia): Nilai BMD atau BMC -1 s/d -2.5 SD • Osteoporosis: nilai BMD atau BMC -2.5 SD • Osteoporosis berat (established osteoporosis): nilai BMD atau BMC > -2.5 SD dengan adanya satu atau lebih fraktur.
rmasin com foto: banja
Gejala • Osteoporosis adalah silent disease sampai terjadinya fraktur. • Rasa sakit dan deformitas biasanya didapatkan di lokasi fraktur • Fraktur vertebra sering terjadi dengan trauma kecil, seperti batuk, mengangkat atau membungkuk. • Nyeri punggung akut mungkin berhubungan dengan fraktur kompresi vertebra dengan nyeri lokal ke daerah fraktur atau sesuai distribusi radikuler. • Nyeri punggung akut atau kronis pada pasien osteoporosis dengan riwayat fraktur vertebra mungkin berhubungan dengan fraktur baru, spasme otot atau sebab lain. • Pada fraktur vertebrae dapat ditemukan kifotik yang progresif yang progresif, sesak napas. Penyebab • Berkaitan dengan usia: kondisi post menopause, proses penuaan. • Berkaitan dengan endokrin: hipogonadisme, hipertiroid, hiperparatiroidisme, kelebihan hormone adrenokortikal, DM tipe II • Genetika : osteogenesis imperfekta, Ehlers-Danossyndrom, homocysteinuria. • Imobilisasi • Kelainan hematologi: multiple myeloma, mastositosis sistemik, Thalassemia.
12
HALO CIPTO
EDISI KELIMA 2016
• Obat-obatan: glukokortikoid, hormone tiroid, cyclosporine, obat anti konvulsan, aromatase inhibitor, terapi defisiensi androgen (pria) • Miscellaneous: rheumatoid arthritis
aktivitas kegiatan sehari-hari (AKS). • Fraktur pergelangan tangan biasanya sembuh sepenuhnya, tetapi beberapa orang mengalami nyeri kronis, deformitas, dan keterbatasan fungsional.
Faktor Risiko • Usia lanjut • Perempuan • Berat badan kurang • Ras Kaukasia dan Asia • Defisiensi estrogen • Riwayat fraktur sebelumnya • Gaya hidup tidak aktif • Intake kalsium rendah • Merokok • Alkoholisme • Obat-obatan seperti glukokortikoid, hormone tiroid yang berlebihan, siklosporin, obat anti kejang, inhibitor aromatase, terapi defisiensi androgen pada pria.
Pemeriksaan Penunjang • Pengukuran kepadatan tulang adalah standar untuk penilaian risiko, diagnosis, dan observasi pasien dengan osteoporosis. • Foto tunggal absorptiometry, dual-energy x-ray absorptiometry, kuantitatif computed tomography dan ultrasonografi kuantitatif. • Pemeriksaan laboratorium untuk menyingkirkan diagnosis banding osteoporosis dan untuk menyingkirkan osteomalasia, meliputi darah lengkap, fungsi hati dan ginjal, protein urin, dan konsentrasi hormone thyroidstimulating.
Pemeriksaan Fisik • Pada pemeriksaan pasien osteoporosis, penting untuk mendiagnosa penyebab yang bisa diobati dan bersifat reversibel, dan menilai faktor resiko terjadinya fraktur osteoporosis. • Pemeriksaan area yang sebelumnya mengalami fraktur (misalnya vertebra, hip, dan pergelangan tangan) untuk menilai deformitas dan keterbatasan fungsi. • Pengukuran tinggi badan harus dilakukan dan dievaluasi ulang pada kunjungan berikutnya. Keterbatasan Fungsional • Pada fraktur vertebra, keterbatasan fungsional awal berhubungan dengan nyeri akut dan kesulitan mobilisasi. Keterbatasan tahap lanjut berhubungan dengan berkurangnya tinggi badan, nyeri punggung kronis, kesulitan dalam mobilisasi, distensi perut dan sesak napas. • Keterbatasan fungsional setelah fraktur hip terkait dengan fungsi mobilisasi, kebutuhan jangka panjang penggunaan alat bantu dan menurunnya kemandirian. 50 persen orang dengan fraktur hip membutuhkan alat bantu permanen di dalam melakukan
Tujuan Tatalaksana Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (KFR) • Mencegah fraktur dan fraktur berulang • Stabilitas massa tulang atau peningkatan massa tulang • Mengurangi gejala dari fraktur dan defomitas • Mengoptimalkan fungsi fisik dan dan AKS Tatalaksana 1. Farmakologis • Kalsium :1.200-1.500 mg/hari • Vitamin D 800-1000 IU/hari • Terapi sulih hormone (hormon replacement therapy) • Kalsitonin (Miacalcin nasal spray) 200 unit 1x/hari • Teriparatide (Forteo) 20 mg subkutan setiap hari selama dua tahun • Bifosfonat (Alendronate, Risendronate, Ibandronate, dan lain-lain) harus diberikan pada waktu perut kosong dengan segelas penuh air putih untuk memaksimalkan penyerapan, dan pasien tidak boleh berbaring selama setidaknya 60 menit untuk menghindari efek samping esofagitis. Pasien dengan riwayat refluks
tidak boleh diberikan obatobatan ini. 2. Non farmakologis Diet makanan tinggi kalsium (produk susu dan olahannya), stop merokok 3. Rehabilitasi • Upaya rehabilitasi osteoporosis harus dimulai jauh sebelum terjadi fraktur. • Evaluasi kondisi rumah pasien untuk memastikan aman dan mengurangi risiko jatuh • Latihan untuk meningkatkan kekuatan, fleksibilitas, dan keseimbangan yang dapat membantu mencegah jatuh, dan meningkatkan kepadatan tulang. • Pemberian modalitas fisik untuk membantu mengurangi gejala dan keterbatasan fungsi yang ada. • Peralatan khusus, seperti paralel bar di kamar mandi, alat bantu ambulasi (cane/tongkat, walker, hingga kursi roda) 4. Pembedahan Tindakan dan stabilisasi adalah pengobatan terpilih untuk fraktur hip dan beberapa fraktur lain. Potensi Komplikasi Tatalaksana • Komplikasi tatalaksana dapat berhubungan dengan tindakan konservatif, fase penyembuhan, maupun obat yang digunakan untuk mencegah atau mengobati osteoporosis. • Kebanyakan fraktur osteoporosis terjadi pada pasien usia lanjut dan mengakibatkan hilangnya fungsi, kemandirian dan kebutuhan untuk perawatan jangka panjang. • Komplikasi pascaoperasi dan tindakan anestesi berupa imobilisasi lama, pneumonia, infeksi saluran kemih, konstipasi dan masalah pernapasan. • Komplikasi terapi sulih hormon meliputi risiko kanker payudara, penyakit jantung, trombo emboli dan kanker endometrium. Komplikasi obat osteoporosis memberikan gejala gastrointestinal, esofagitits, dan lain-lain. (berbagai sumber)
HALO CIPTO
EDISI KELIMA 2016
13
JIWA
MENGENAL KEPRIBADIAN ANTISOSIAL Oleh: dr. Sylvia Detri Elvira, SpKJ(K), Departemen Psikiatri RSCM - FKUI
T
idak jarang kita melihat dan tak sengaja mengamati adanya sikap atau perilaku teman atau orang lain yang –menurut kita tidak sesuai dengan norma dan aturan yang biasa dianut dalam lingkungan tempat kita berada. Misalnya, sewaktu masa kanak, ada teman yang dengan tenangnya tidak mengembalikan pensil atau penggaris yang dipinjamnya; atau ada teman melakukan “copy” dan “paste” tulisan temannya saat kita kuliah; atau ada seorang teman yang melakukan “mark up” saat membuat laporan kegiatan dan banyak contoh lainnya yang lebih menakutkan atau jauh dari norma dan kebiasaan (seperti yang kita lihat di televisi, misalnya melakukan kekerasan terhadap keluarga atau membunuh tanpa ada rasa menyesal, dan lain-lain). Melihat perilaku yang dilakukan teman tersebut, kita merasa tidak nyaman dan ingin menegur (mungkin ada juga yang kemudian langsung menegur). Namun banyak pertimbangan yang kita pikirkan untuk menegurnya, antara lain apakah teman tersebut dapat menerima teguran kita, tidak tersinggung atau marah? Sebaliknya, bila tidak ditegur, apakah ia akan melanjutkan perilaku tersebut dan menjadikannya sebagai kebiasaan? Bagaimana akibatnya bagi orang lain bila kebiasaan tersebut tetap
14
HALO CIPTO
dilakukan? Apakah kemudian kita akan membiarkan hal yang merugikan orang lain tersebut tetap terjadi? Sebuah dilema yang sangat sulit dijawab. Bila kita mempunyai teman yang berperilaku seperti itu, di tempat kerja, tentu kita akan merasa tidak nyaman, terganggu serta bisa jadi merasa terancam bila teman tersebut melakukan pelbagai cara untuk mencapai tujuannya, tanpa mengindahkan peraturan yang ada serta perasaan teman-teman yang lain. Hal ini tentu dapat membuat keresahan dan merugikan ba-nyak orang. Lalu, tipe individu seperti apakah teman tersebut? Adakah namanya? Bagaimana ciri-cirinya agar dapat dikenali dan dicegah perilakunya yang merugikan tersebut? Apakah perilaku demikian sudah terlihat sejak masa kanak? Apakah penyebabnya sehingga ia menjadi demikian? Apakah dapat diobati? Akhir-akhir ini, kita lebih sering mendengar atau membaca istilah yang menggambarkan perilaku seseorang yang mirip dengan beberapa contoh di atas, yaitu Kepribadian Antisosial. Istilah Kepribadian antisosial {menurut the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM)} telah dikenal orang sejak lama. Nama lainnya yaitu kepribadian dissocial (menurut the International Statistical Classification of
EDISI KELIMA 2016
foto: disorder.net
Diseases and Related Health Problems (ICD), atau psikopat (psychopathy) atau sosiopat (sociopathy), yaitu ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Cirinya yaitu adanya perilaku yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang ada di masyarakat, mempunyai kepekaan moral dan hati nurani yang rendah, sering tidak menghargai atau melanggar hak-hak orang lain; biasanya ada riwayat perilaku kriminal, problem hukum atau perilaku impulsif dan agresif. Walau dicirikan oleh perilaku antisosial dan kriminal yang terus menerus, namun bukanlah sinonim dengan kriminalitas. Bagaimana tanda-tanda atau gejalanya untuk dapat mengenalinya? Terdapat beberapa ciri yang sering dijumpai pada individu dengan kepribadian antisosial, antara lain:
Gangguan kepribadian antisosial lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Pada populasi umum, angka kejadiannya 0,2-3,3 persen Sebagaimana gangguan Kepribadian yang lain, gangguan kepribadian ini akan menurun intensitasnya seiring dengan bertambahnya usia, dan gejalanya berkurang saat seorang individu memasuki rentang usia 40 atau 50 tahun. Bagaimana diagnosis Gangguan Kepribadian Antisosial ditegakkan? Diagnosis ditegakkan harus dengan hati-hati, karena individu ini dapat tampil charming (menarik) dan hangat,
foto: img.wallpaperfolder.com
• Tidak mampu mematuhi norma sosial, misalnya berulang kali melakukan tindakan yang menyebabkannya ditangkap (misalnya tindak kriminal) • Menipu dan berbohong yang berulang, memanfaatkan orang lain untuk keuntungan dan kesenangan pribadi. • Impulsif, tak mampu membuat rencana. • Iritabel dan agresif (acapkali mengancam atau berkelahi) • Ceroboh tanpa memerhatikan keselamatan diri dan orang lain. • Tidak mampu bertanggung jawab secara konsisten, diketahui dari kegagalan berulang untuk mempertahankan pekerjaan atau kewajiban finansial. • Kurangnya penyesalan, seperti yang ditunjukkan dengan menjadi acuh tak acuh atau berasionalisasi
ketika sakit, atau menganiaya. Gangguan Kepribadian antisosial, ditegakkan diagnosisnya bila pola perilaku antisosial sudah ada sejak usia 15 tahun (untuk gangguan kepribadian yang lain, diagnosis ditegakkan saat seseorang sudah berusia 18 tahun). Dari penelitian diketahui, ketika masih masa kanak, biasanya individu tersebut mengalami gangguan perilaku. Karena gangguan kepribadian mempunyai gambaran pola perilaku yang berlangsung lama, maka individu yang mengalaminya sering didiagnosis pada usia dewasa. Biasanya individu dengan gangguan Kepribadian antisosial tidak didiagnosis saat masih kanak atau remaja, karena anak atau remaja masih bertumbuh dan berkembang, masih memungkinkan terjadinya perubahanperubahan pada proses pematangan dan pembentukan kepribadiannya.
sehingga dapat menarik perhatian dan mengecoh yang memeriksanya. Juga dalam kehidupan sehari-hari, bila ada maksud dann tujuan yang ingin dicapai, ia dapat tampil “seolah” baik, hangat, menarik dan ringan tangan; namun bila sudah tercapai atau ada yang menghalangi, ia dapat murka dan melakukan segala cara untuk melenyapkan yang menghalanginya tersebut. Biasanya diagnosis ditegakkan oleh seorang profesional dalam kesehatan jiwa (psikiater atau psikolog klinis). Dokter umum juga mendapatkan pengetahuan ini semasa kuliah, namun untuk melakukan terapi, sangatlah sulit sehingga sebaiknya dirujuk. Tidak diperlukan pemeriksaan laboratorium (darah, urin, dan lain-lain) untuk menegakkan diagnosis. Pada umumnya, individu dengan gangguan Kepribadian antisosial tidak mencari pengobatan, demikian pula individu dengan gangguan Kepriba-
HALO CIPTO
EDISI KELIMA 2016
15
dian lainnya kecuali bila telah berdampak secara bermakna pada kehidupan pribadinya, biasanya bila kemampuan adaptasi dan kemampuan menghadapi stresnya telah menipis) Apakah penyebab seseorang mengalami gangguan kepribadian antisosial? Hingga saat ini, belum ada penelitian yang menemukan penyebab pastinya; yang diketahui yaitu adanya beberapa faktor yang saling berkontribusi, dengan model biopsikososial, yang terdiri atas faktor biologis dan genetik, faktor psikologis (kepribadian dan temperamen individu, dibentuk oleh lingkungan dan proses belajar untuk mencapai keterampilan dalam menghadapi stres), serta faktor sosial (seperti bagaimana seseorang berinteraksi dengan keluarga, teman-teman dan lingkungan terdekat) pada fase awal kehidupan. Jadi belum ada satu faktor yang bertanggungjawab–namun merupakan sesuatu yang kompleks dan saling berinteraksi antar ketiganya. Dari penelitian diketahui, bila seseorang mengalami gangguan kepribadian ini, terdapat risiko diturunkan kepada anak-anak 16
HALO CIPTO
mereka, walau risiko tersebut tidak tinggi. Pengobatannya Terapi pilihannya yaitu psikoterapi jangka panjang (catatan: psikoterapi adalah pengobatan yang dilakukan dengan cara-cara psikologik, dilakukan oleh orang yang terlatih, dalam hubungan profesional). Psikoterapi dapat dilakukan bila yang bersangkutan. mempunyai motivasi tinggi sedangkan pasien dengan gangguan kepribadian pada umumnya ”tidak merasa sakit” (merasa ia “baik-baik” saja, yang sakit adalah orang lain). Biasanya individu ini datang diantar oleh pasangan atau keluarga yang mengalami dampak dari perilaku yang bersangkutan. Obat dapat diberikan bila sangat diperlukan, misalnya individu dalam kondisi sangat cemas atau depresi atau kondisi krisis lainnya. Karena banyak individu dengan Gangguan Kepribadian antisosial juga menjadi penyalahguna zat psikoaktif (“narkoba’), seringkali diperlukan pengobatan khusus untuk mengatasi hal itu, termasuk obat pengendali mood (mood stabilizer) karena mood mereka sering tidak stabil.
EDISI KELIMA 2016
Garis besar - Gangguan kepribadian antisosial merupakan suatu kondisi seseorang yang tidak mampu untuk menyesuaikan diri dengan norma dan aturan yang berlaku di masyarakat. Cirinya adanya pola perilaku yang cenderung melanggar hak-hak orang lain, kepekaan moral dan hati nurani yang rendah, biasanya ada riwayat perilaku yang kriminal, problem hukum atau perilaku impulsif dan agresif (walau tidak selalu). - Kecenderungan perilaku ini dapat terlihat sejak kanak dan remaja (berupa gangguan perilaku, misalnya melanggar aturan sekolah, mencuri, dan lain-lain.); perilaku ini dapat diamati oleh keluarga terdekat (orangtua dan saudara kandung). - Untuk mengubah perilakunya, diperlukan psikoterapi jangka panjang, dengan syarat motivasi Ybs tinggi untuk berubah, dan sangat jarang yang bersangkutan menyadarinya. - Bila ada di sekitar kita seseorang dengan perilaku sebagaimana disebutkan, sebaiknya kita waspada dan berhati-hati, jangan sampai orang tersebut merugikan banyak orang.
foto: s media cache ak0 pinimg com
foto: dpsikolog.com
JIWA
UNIT
PENGADAAN PANGAN DAN PENJAMINAN MUTU RSCM Oleh: Suharyati, SKM, MKM, RD & Mirna Sariningsih, SP, Unit Produksi Makanan RSCM
P
angan yang dipersiapkan dan diolah dengan baik sesuai standar dan kebutuhan pasien akan mempercepat proses penyembuhan. Penyediaan makanan di RSCM yang diselenggarakan oleh Unit Produksi Makanan menerapkan standar ISO 22000:2005 (Food Safety Management Systems), JCI ed.5 dan Permenkes RI No.78 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelayanan Gizi RS. Penyelenggaraan makanan rumah sakit merupakan rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan, pemasakan bahan makanan, distribusi dan pencatatan, pelaporan serta evaluasi. Bahan makanan diterima sesuai spesifikasi yang telah ditentukan. Dalam spesifikasi tersebut dicantumkan persyaratan kualitas seperti suhu pengiriman, kesegaran bahan, kebersihan, pengemasan, tanggal kadaluarsa, dan lain-lain. Setelah bahan diterima sesuai spesifikasi dan jumlah pesanan kemudian disimpan sesuai dengan jenis bahan. Bahan makanan kering disimpan di gudang kering de ngan suhu 20⁰C sampai 25⁰C dan kelembaban 80% hingga 90% yang dipantau setiap dua kali dalam se-
Ruang penyimpanan bahan pangan hewani
hari, bahan makanan sumber protein hewani di-simpan di coldroom freezer gudang hewani yang bersuhu -10⁰C hingga -5⁰C dan sayuran atau buah dengan suhu chiller 4⁰C sampai 10⁰C yang dipantau tiga kali dalam sehari. Bahan makanan tersebut disimpan dan dikeluarkan sesuai sistem First In First Out (FIFO), dan First Expired First Out (FEFO). Bahan makanan disimpan tidak menempel pada lantai, dinding atau langit-langit dengan ketentuan jarak bahan makanan dengan lantai: 15 cm, dengan dinding: 5 cm dan dengan langit-langit: 60 cm. Pramugudang memastikan, makanan yang disimpan dan dikeluarkan dalam kondisi baik dan tidak kadaluarsa. Dalam upaya pencegahan kontaminasi silang dilakukan pemisahan alat pemotong bahan seperti talenan dan pisau. Talenan dan pisau dibedakan berdasarkan warna, merah untuk daging dan ayam, hijau untuk ikan, biru untuk sayuran, orange untuk bumbu dan putih untuk buah. Bahan makanan dipersiapkan atau dipotong sesuai dengan standar porsi yang sudah ditentukan dan disesuaikan dengan jumlah pasien. Selain itu dilakukan pemisahan antara penyimpanan bahan makanan mentah dan makanan matang. Bahan makanan yang sudah dipersiapkan tersebut kemudian dikirim ke bagian pengolahan. Bahan makanan diolah atau dimasak berdasarkan menu dan standar resep yang berlaku. Menu dirancang dan diproduksi sesuai dengan bentuk dan jenis diet serta kebutuhan pasien. Rata-rata per hari makanan yang diproduksi sebanyak ± 2.050 porsi untuk makanan utama dan ± 1.700 porsi makanan selingan. Guna menjaga kualitas pemasakan, ditentukan standar suhu pemasakan. Setelah makanan matang, sebelum didis-
tribusikan dilakukan uji organoleptik terhadap rasa, warna, dan tekstur/ konsistensi masakan tersebut. Suhu makanan matang dipertahankan pada suhu ≥ 70⁰C dengan menggunakan alat bain marrie dan troly makanan berpemanas. Untuk memenuhi persyaratan mikrobiologis, angka kuman E. Coli pada makanan harus 0/gr contoh makanan, dilakukan sampling pemeriksaan setiap satu bulan sekali. Selain makanan, alat dan penjamah makanan juga diperiksa mikrobiologinya. Pada setiap waktu pemasakan, dipisahkan setiap menu masakan satu porsi sampel (contoh) makanan yang disimpan sebagai bank sampel retain food untuk konfirmasi bila tejadi gangguan atau tuntutan konsumen. Sampel tersebut disimpan pada suhu freezer -10 ⁰C sampai -5 ⁰C selama 3 x 24 jam. Pada semua tahapan penyelenggaraan makanan perlu diperhatikan higiene sanitasinya. Baik itu higiene tenaga penjamah, higiene peralatan maupun sanitasi air dan lingkungan. Penjamah makanan diwajibkan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang bersih, tidak memanjangkan kuku dan tidak dicat atau kutek, selalu menjaga kebersihan tangan dengan terbiasa mencuci tangan, menutup luka, tidak memakai perhiasan dan tidak menderita penyakit menular yang dibuktikan dengan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan setiap enam bulan sekali. Pembersihan area kerja dilakukan setiap hari untuk menjaga lingkungan tetap bersih, dan dilakukan pemeriksaan air setiap enam bulan sekali dalam menjaga kualitas air. Dengan demikian, mutu makanan selain bernilai gizi, bercita rasa, juga aman untuk dikonsumsi konsumen yang secara konsisten menerapkan standar yang diberlakukan.
HALO CIPTO
EDISI KELIMA 2016
17
INFO
AMANKAH PEMERIKSAAN DENGAN RADIASI? Oleh: Dr. dr. Prijo Sidipratomo, SpRad(K), Depertemen Radiologi RSCM
foto: img.wallpaperfolder.com
K
emajuan radiologi telah berperan besar dalam re-volusi praktik kedokteran. Seperti ditemukannya multidetector CT, digital radiography, dan pencitraan nuklir telah mengubah praktik kedokteran. Pemeriksaan radiologi semakin lebih invasif dan mahal. Namun, peningkatan utilisasi radiologi ini juga menyebabkan meningkatkan risiko potensial akan kanker. Banyak faktor yang menyebabkan meningkatnya jumlah pemeriksaan atau prosedur radiologi, antara lain: teknologi yang semakin maju dan akurat; takut akan tuntutan hukum; meningkatnya kebutuhan untuk diagnosis yang cepat sementara jumlah pasien bertambah banyak; meningkatnya tuntutan pasien akan diagnosis; kurangnya pelatihan keselamatan radiasi bagi praktisi medis yang bukan radiolog. Untuk itu diperlukan pemahaman yang lebih baik tentang pemakaian radiasi. EFEK BIOLOGI RADIASI Tahun 2009, National Council on Radiation Protection and Measurements mempublikasikan data paparan radiasi pengion pada populasi di Amerika Serikat. Laporan tersebut menyatakan peningkatan sebanyak tujuh kali lipat paparan radiasi yang berasal dari pemeriksaan radiologi dibandingkan
18
HALO CIPTO
pada tahun 1980‐an. Radiasi pengion, terutama pada dosis tinggi telah diketahui meningkatkan risiko timbulnya kanker. Bahkan International Agency for Research on Cancer yang berada di bawah World Health Organization (WHO) sejak lama telah mengkategorikan X-ray sebagai karsinogen. Efek biologi radiasi terbagi menjadi efek deterministik dan efek stokastik. Efek deterministik adalah efek yang timbul setelah jumlah paparan radiasi melewati ambang batas dan terjadi akibat kerusakan atau kematian sel. Derajat beratnya efek deterministik akan bertambah seiring meningkatnya dosis radiasi. Efek deterministik dapat diperkirakan sehingga lebih mudah untuk dicegah. Efek determiniskin biasanya terbagi menjadi efek lokal (tissue-specific) dan efek seluruh tubuh (whole body). Efek lokal misalnya, katarak pada mata, kemerahan pada kulit, rambut rontok, nekrosis kulit, infertilitas. Sedangkan efek pada seluruh tubuh terjadi akibat radiasi dalam dosis yang sangat besar. Efek whole body radiation, misalnya kerusakan sumsum tulang, kerusakan mukosa saluran cerna, kerusakan sistem saraf pusat. Timbulnya kanker merupakan efek yang paling penting dan ditakuti dari radiasi. Data dari Radiation Effects Research Foundation pada populasi yang terpa-
EDISI KELIMA 2016
par radiasi bom atom di Hiroshima dan Nagasaki membuktikan, meningkatnya risiko kanker (leukemia, esofagus, colon, dan lain‐lain). International Commission of Radiological Protection (ICRP) menyatakan, mortalitas akibat kanker terkait paparan radiasi adalah sebesar 5 persen tiap satu Sievert (Sv). Penelitian lain menunjukkan, satu pemeriksaan CT scan yang memberikan paparan radiasi sebesar 10 mSv punya risiko 1:1000 menimbulkan kanker. Efek genetik (herediter), misalnya anak yang dilahirkan mengalami sindrom Down, juga termasuk dalam efek stokastik yang sifatnya random dan sulit diprediksi. United Nations Scientific Committee on the Effects of Atomic Radiation (UNSCEAR) dan ICRP menyatakan, risiko efek herediter antara 0,3 persen sampai 0,8 persen tiap satu Sievert (Sv). SUMBER PAPARAN RADIASI Paparan radiasi adalah penyinaran radiasi yang diterima manusia atau materi, baik disengaja atau tidak, yang berasal dari Radiasi interna maupun eksterna. Paparan radiasi terbagi dua kelompok, yaitu paparan eksternal dan internal. Paparan eksternal terjadi ketika seseorang menerima radiasi, tetapi bukan material radioaktif. Misalnya seseorang yang menjalani pemeriksaan CT-scan. Setelah orang tersebut menjauhi sumber radiasi atau mesin dimatikan, maka ia tidak lagi menerima radiasi. Paparan internal terjadi apabila material radioaktif diterima tubuh me-lalui menelan, menghirup, atau injeksi. Paparan internal akan berlangsung selama meterial radioaktif berada di tubuh. Kebanyakan radiasi yang diterima manusia berasal dari radiasi alam (background radiation) dan merupakan konsekuensi yang tidak dapat dihindari. Sumber radiasi alam antara lain gas
radon yang keluar dari bumi, bahan radioaktif alami dari batu dan dan ta-nah, serta sinar kosmik dari luar angkasa. Dosis radiasi normal yang berasal dari alam bervariasi dari satu daerah dan daerah lainnya. Di Amerika, umumnya tiap orang mendapatkan dosis radiasi yang berasal dari alam sebesar 3,1 mSv per tahun. RADIASI PADA ANAK Dampak radiasi pada anak lebih besar dibandingkan orang dewasa. Efek radiasi pada embrio dan fetus dapat bersifat segera (malformasi dan gangguan pertumbuhan janin) atau baru tampak setelah lahir berupa retardasi mental, mutasi genetik, dan keganasan. Risiko karsinogenesis dari radiasi pada anak di bawah 10 tahun hampir tiga kali lebih besar dibandingkan populasi umum. Hal itu disebabkan tingginya mitosis sel-sel anak; harapan hidup yang lebih panjang sehingga pada masa itu dapat timbul keganasan; kesulitan membatasi area paparan radiasi karena ukuran tubuh yang kecil. Anak perempuan lebih sensitif terhadap radiasi dibandingkan laki‐laki PROTEKSI RADIASI DAN REGULASI PEMERINTAH Keselamatan Radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk melindungi pasien, pekerja, anggota masyarakat, dan lingkungan hidup dari bahaya radiasi. Proteksi radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi pengaruh radiasi yang merusak akibat paparan radiasi. Paparan radiasi dapat diterima sebagai paparan kerja (diterima oleh pekerja radiasi) dan paparan medik (diterima oleh pasien sebagai bagian dari diagnosis atau pengobatan medik, dan orang lain sebagai sukarelawan yang membantu pasien). Keduanya memiliki nilai batas dosis yang tidak boleh dilewati. Nilai batas dosis adalah dosis terbesar yang diizinkan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) yang dapat diterima oleh pekerja radiasi dan anggota masyarakat dalam jangka waktu tertentu tanpa menimbulkan efek genetik dan somatik yang berarti akibat pemanfaatan radiasi. Keselamatan radiasi telah diatur
dalam Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 8 tahun 2011 dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 780/MENKES/PER/VIII/2008. Dalam permenkes dinyatakan, setiap penyelenggaraan pelayanan radiologi harus memperoleh izin dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dan selain itu, untuk dapat menyelenggarakan pelayanan radiodiagnostik dan radiologi intervensional, fasilitas pelayanan kesehatan harus memiliki izin penggunaan alat dari BAPETEN. Peraturan Kepala Bapeten menyatakan setiap orang atau badan yang akan menggunakan pesawat sinar‐X wajib memiliki izin dari Kepala BAPETEN dan memenuhi persyaratan Keselamatan Radiasi, yang meliputi: persyaratan menajemen, persyaratan proteksi radiasi; persyaratan teknik; dan verivikasi keselamatan. Dalam suatu instansi yang menyelenggarakan pelayanan radiologi, harus ada yang menjadi penanggung jawab keselamatan radiasi. Peraturan Kepala BAPETEN juga mengatur nilai batas dosis radiasi. Nilai batas dosis untuk pekerja Radiasi tidak boleh melampaui: a. Dosis efektif sebesar 20 mSv (duapuluh milisievert) per tahun rata‐ rata selama lima tahun berturut‐ turut b. Dosis efektif sebesar 50 mSv (lima puluh milisievert) dalam satu tahun tertentu c. Dosis ekivalen untuk lensa mata sebesar 150 mSv (seratus lima puluh milisievert) dalam satu tahun d. Dosis ekuivalen untuk tangan dan kaki, atau kulit sebesar 500 mSv (lima ratus milisievert) dalam satu tahun. Nilai Batas Dosis untuk anggota tidak boleh melampaui:
a. Dosis efektif sebesar 1 mSv (satu milisievert) dalam satu tahun; b. Dosis ekivalen untuk lensa mata sebesar 15 mSv (limabelas milisievert) dalam satu tahun; dan c. Dosis ekivalen untuk kulit sebesar 50 mSv (lima puluh milisievert) dalam satu tahun. Prinsip mengurangi paparan radiasi agar tidak melebihi nilai batas dosis didasarkan pada lima strategi utama, yaitu: meminimalnya waktu berada di dekat sumber radiasi; sejauh mungkin dari sumber radiasi; penggunaan shield; pengendalian kontaminasi; dan pelatihan atau edukasi. JUSTIFIKASI, OPTIMISASI, DAN LIMITASI Justifikasi berarti praktik kedokteran yang memaparkan pasien pada radiasi pengion tidak boleh dilakukan, kecuali memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan risiko radiasi. Sebelum pemeriksaan dengan radiasi, harus dipertimbangkan kebutuhan akan pemeriksaan radiologi, modalitas yang dipilih, dan pemberian informasi kepada pasien. Optimisasi berarti bahwa besarnya dosis yang diterima individu dan jumlah orang yang terpapar radiasi harus serendah mungkin (as low as reasonably achievable/ ALARA). Dengan pemahaman akan prinsip- prinsip di atas, maka dokter diharapkan dapat mempertimbangkan hal‐hal berikut sebelum meminta pemeriksaan radiologi: kondisi klinis pasien (apa keuntungan yang didapat dengan pemakaian radiasi); ketersediaan alat; tenaga yang terlatih; alternatif pemeriksaan. Secara umum pemeriksaan yang tak menggunakan radiasi harus dipertimbangkan dulu sebelum modalitas yang memakai radiasi.
Hubungan antara pemeriksaan radiologi, dosis radiasi, dan risiko kanker
HALO CIPTO
EDISI KELIMA 2016
19
album HARI DOKTER NASIONAL
Memeriahkan Hari Dokter Nasional, Senin (24/10/16), RSCM mengadakan berbagai kegiatan, seperti paduan suara, flashmob, dance cuci tangan, dan membagikan makanan sehat serta flyer gratis untuk pasien dan pengunjung RSCM. Acara ini diselenggarakan di beberapa lokasi. Misalnya Lobi utama, Lobi Gedung A, Lobi Kencana, Lobi Kiara dan Lobi Kirana. Humas/ Sulistiowati
ORIENTASI PPDS
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo sebagai rumah sakit rujukan nasional mengadakan acara orientasi bagi peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS). Acara ini dilaksanakan di Ruang Kuliah Bagian Diklat Gedung G-H lantai 2, Rabu (26/10/16).
Instalasi PKRS
SWISS STUDI BANDING DI RSCM
RSCM mendapat kunjungan dokter dari Negara Swiss. Kunjungan studi banding ini berlangsung selama satu hari, Kamis (20/10/16). Dalam acara ini, mereka mengunjungi beberapa unit pelayanan yaitu Radioterapi, Radiologi dan Patologi Klinik.
Humas/ Sulistiowati
20
HALO CIPTO
EDISI KELIMA 2016