Presiding Konfercnsi National Matematiba XIV ; [2008]
Kemanipuan Pemecahan Masalah Geometri Siswa SMP
Menggunakan Pembelajaran Matematika Bersetting Kooperatif Choi'is Sc 'dijah*) Abstract. The purpose of this study are to know the achievement of geometry problem solving using cooperative mathematics instruction; what the problem solving achievement of 85% of the students can be increased by using cooperative mathematics instruction. This study is conducted at one class VII of Junior High School in Malang, 2007. The instilments of this study are problem sheet of geometry problem solving achievement anu the rubric scoring, and observation guide of cooperative mathematics instruction. This study is classroom action research that has 2 cycles. The techniques of data gathering are observation, interview, problem solving achievement test, and field notes. We use observation guide of cooperative mathematics instruction to know the implementation of the cooperative mathematics instruction and the rubric scoring to know geometry problem solving achievement of the students. This study found that geometry problem solving achievement of the students can be increased using cooperative mathematics instruction, more than 85% of the students can be increased using cooperative mathematics instruction. Key words: mathematics instruction, cooperative, geometry problem solving achievement
Berdasarkan pengamatan penulis di kclas VII SMP yang menjadi subjek penelitian ini pada
April-Mei 2006
dan pcngalaman guru matematika di sekolah ini terungkap bahwa
pelajaran matematika lopik geometri merupakan topik yang dianggap sulil bagi siswa. . Rata-rata tcs kemampuan pemecahan masalah matematika topik geometri untuk siswa kelas VII relatif lebih rendah dioanding rata-rata tcs kemampuan pemecahan masalah matematika topik yang lain. Kemampuan pemecahan masalah topik geometri mclandasi kemampuan ruang, kemampuan bernalar, dan bahkan kemampuan berpikir kritis dan logis. Siswa di sekolah ini pada umumnya kurang mampu menyelesaikan soal-soal matematika
yang merupakan soal pemecahan masalah. Siswa umumnya hanya suka mengerjakan soalsoal rutin, yaitu soal-soal yang sudah tahu prosedur pengerjaannya atau soal-soal yang
sudah "diberitahu" cara pengerjaannya melalui contoh-contoh. Sebagaimana dimaklumi bahwa yang dimaksud dengan kemampuan pemecahan masalah matematika adalah
kemampuan untuk menyelesaikan soal atau pcrtanyaan malcmatika, dalam hal ini geometri
739
(Program Studi iMiujistcr-PcuJidi^ni <Matematil{a Program ipasciisanana 'Oniveisitas Sriivijaya
Protidiny Konfferenti National Matematiba XIV
>0(J !
*) Choirs Sa'dijah adalah dosen Pendidikan Malcmatika FMIPA Universitas Negeri Malang
yang tidak bersifat rutin. Artinya, soal atau pertanyaan tcrscbut tidak dapat dijawab dengan prosedur rutin. Dengan kata lain, siswa tidak mempunyai strategi tcrtcntu yang segera dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Menurut pandangan konstruktivis, prinsip utama konstruktivis adalah pengelahuan dibangun secara aktif oleh individu. Dari basil penelitian Sa'dijah (2000, 2001, 20042007), pembelajaran beracuan konstruktivis riapa' mcningkatkan pemahaman matematika. Sedangkan menurut beberapa ahli dan beberapa penelitian, pembelajaran konstruktivis
dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah (anlara lain Mikusa, 1999; NCTM, 1980, 1990; Slavin,1995; Sa'dijah, 2005, 2006; Wheatlcy, 1991: Wilson, 1996; Woolfolk. 1998)
Salah satu pembelajaran yang beracuan konstruktivis adalah pembelajaran
kooperatif. Banyak penelitian menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif menunjukkan hasil belajar lebih tinggi daripada kelas konvensional (Slavin, 1995). Selanjutnya, dalam penelitian ini dipilih pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think, Pair. Share) dengan alasan bahwa pembelajaran ini memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk member! siswa waktu lebih banyak untuk bcrpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Di samping itu tipe ini relatif lebih sederhana dibanding tipe lain karena tidak menyita wakla yang lama untuk mengatur tempat duduk. tidak begitu rumil dalam menentukan kelompok. Pembelajaran ini melatih siswa untuk berani berpendapat dan menghargai teman.
Dari penelitian Sa'dijah (2005), pembelajaran kooperatif tipe TPS ini dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah aritmetika sosial siswa SMPN 2Malang. Siswa belajar memecahkan masalah matematika dimulai pada lahap Think yaitu siswa memikirkan pemecahan masalah secara individu dull., kemudian siswa bekerja secara
kooperatif berpasangan dengan teman scbangkunya, yaitu pada tahap Pair, untuk mendiskusikan pemecahan masalah yang lelah dipikirkan secara individu. Terbukti dan
penelitian di SMPN 2ini anak tidak malu mengemukakan idc, gagasan, pendapat untuk memecahkan masalah matematika kepada temannya sewak.u mereka berada pada
kelompok kecil. Hasil wawancara menunjukkan bahwa anak dapat leluasa mengemukakan apa yang dipikirkannya untuk memecahkan masalah matematika apabila anak tersebut 740
(Program Studi 'MagisterPetufidtfan Mateiiiatw
' (program ipascasarjana 'Universitas Smtyaya
M'
Protiding Konfcrcnti National Matemallba XIV
[2008]
merasa nyaman, tidak takut salah atau disalahkan. Hal ini dapat diterapkan pada saat anak
belajar secara kooperatif pada kelompok kecil terlebih dahulu. Setelah itu anak diberi kcsempatan belajar mengemukkan ide, gagasan, pendapat untuk memecahkan masalah matematika pada tahap Share, berbagi pada teman sekelasnya. Berdasarkan pengalaman
penelitian di SMPN 2 ini, dalam penelitian tindakan kelas ini dipilih alternatif pendekatan ini untuk dapat meningkatkan pemecahan masalah geometri siswa SMP yang menjadi subjek penelitian ini
Dari latar belakang masalah tersebut, yaitu bahwa geometri dianggap sulit oleh siswa, siswa SMP yang menjadi subjek penelitian ini mempunyai kemampuan yang kurang
dalam pemecahan masalah terutama pada topik geometri, sedangkan pembelajaran matematika beracuan konstruktivis dengan setting kooperatif, yang selanjutnya disebut
pembelajaran matematika bcrsetting kooperatif menawarkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika, maka dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian dengan meiierapkan pembelajaran matematika bcrsetting kooperatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah geometri bagi siswa kelas VII SMP yang menjadi subjek penelitian ini.
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran matematika (Foster, 1993:23) antara lain bahwa: anggota-anggota kelompok memahami bahwa mereka bagian dari tim dan semua anggota tim bekerja untuk tujuan yang sama. Pembelajaran kooperatif tipe TPS {Think, Pair, Share) awalnya dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas
Maryland. Langkah-langkah model pembelajaran ini sebagai berikut. Think (berpikir), yaitu guru menyediakan kegiatan untuk siswa berupa tugas, pertanyaan, atau masalah. Siswa mcmikirkan tugas, pertanyaan, atau masalah tersebut secara mandiri; pair
(berpasangan), yaitu siswa berpasangan mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi ide atau jawaban; dan share (berbagi), yaitu siswa secara berpasangan berbagi pada seluruh kelas tentang apa yang telah mereka diskusikan. Siswa lain menanggapi. Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Pada akhir siklus I dikaji keterlaksanaan
pembelajaran nritematika bcrsetting kooperatif dan kemampuan pemecahan masalah geometri serta peningkatannya. Hasil pengkajian ini digunakan sebagai bahan percncanaan
clan pclaksanaan tindakan pada siklus II. Tujuan penelitian ini sebagai berikut. Mengkaji bagaimana kemampuan pemecahan masalah geometri siswa dan peningkatannya 741
•/V.f.\i/H>7ii./i Mii.iisti'i •I'l-ii.t'iJikoit •U.itfimttik.i ri.'./MI/l •/'.MuMill/ilHil ' '»IMVI\|/i|V.V//II'I/i/V'»
Presiding Konferensi National Muternatiba XIV
[2008]
menggunakan pembelajaran matematika bcrsetting kooperatif; apakah lebih dari 85% dan subjek penelitian dapat ditingkatkan kemampuan pemecahan masalah geometri melaliu pembelajaran matematika bcrsetting kooperatif. PROSEDUR PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada satu kelas VII siswa SMP yang menjadi subjek
penelitian ini tahun 2007. Perangkat penelitian ini adalah Lembar Kegiatan Matematika untuk Siswa topik Segicmpat. Instrumen penelitian ini soal kemampuan pemecahan masalah topik geometri beserta rubrik kemampuan pemecahan masalah, dan pedoman observasi kcterlaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TPS. Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif. Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Pelaksanaan
penelitian ini melibatkan I dosen pendidikan matematika Universitas Negeri Malang. I orang guru matematika SMP yang menjadi subjek penelitian ini. dan 2orang mahasiswa pendidikan matematika UM.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: observasi (pengamatan). wawancara, tes kemampuan pemecahan masalah, serta catatan lapangan. Pengamatan dilakukan oleh tim peneliti. Dalam pelaksanaan pengamatan digunakan pedoman
pengamatan dalam bentuk formulir dan catatan lapangan. Teknik ini digunakan untuk mengamati pelaksanaan tindakan. Wawancara dilakukan (jika dipcrlukan) untuk melengkapi data dari pekerjaan siswa dalam mengerjakan tugas unjuk kerja. Pengkajian pada hasil pekerjaan siswa dalam mengerjakan keimmpuan pemecahan masalah dapat
digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam kemampuan pemecahan masalah
• geometri. Catatan lapangan dilakukan untuk melengkapi data yang diperolch'dari hasil pengamatan berdasarkan pedoman pengamatan..
Untuk mengkaji kcterlaksanaan pembelajaran dilakukan pengamatan berdasarkan
pedoman pengamatan kcterlaksanaan pembelajaran. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah geometri dilakukan penilaian kemampuan pemecahan masalah geometri dengan menggunakan rubrik skoring, data yang diperoleh dianalisis secara deskriptip. Selanjutnya, kriteria peningkatan kemampuan pemecahan masalah sebagai berikut. Lebih dari 85% subjek penelitian yang mempunvai kemampuan
pemecahan masalah di bawah memuaskan akan meningkat. misalnya jika pada awal tindakan siklus Imempunyai kemampuan pemecahan masalah kurang memuaskan maka 742
Program Studi 'Magister
(program (Pascasarjana Vniversttas Mi uijaya
Presiding Konferemi National Matemafttba XIV
[2008]
pada akhir siklus tindakan akan meningkat menjadi paling tidak satu tingkat lebih tinggi yaitu mempunyai kemampuan pemecahan cukup memuaskan.
Tabel 1 Kriteria Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah pada Awal dan Akhir Tindakan Awal tindakan
Akhir tindakan
Kilning memuaskan (Rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah < 2,00) Cukup Memuaskan (Rata-rala skor kemampuan pemecahan masalah 2,00 2,49) Memuaskan (Rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah 2,50 - 3,49) Sangat Memuaskan (Rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah 3,50 4,00) Pada akhir tindakan siklus I dikaji
Cukup
mcmuaskan/Mcmuaskan/Sangat
memuaskan
Mcmuaskan/Sangat memuaskan
Memuaskan/Sangat memuaskan Sangat memuaskan
peningkatan kemampuan pemecahan masalah
geometri, apakah minimum 85% subjek penelitian yang mempunyai kemampuan pemecahan masalah di bawah memuaskan akan meningkat. Demikian juga dikaji kcterlaksanaan pembelajaran matematika bcrsetting kooperatif. Hasil kajian ini untuk refleksi tindakan pada siklus II. Apabila pada akhir siklus I ternyata sudah atau belum
melampaui minimum 85% subjek penelitian yang mempunyai kemampuan pemecahan masalah di bawah memuaskan sudah meningkat, pembelajaran pada siklus II tetap dilaksanakan. Hal ini dilakukan untuk mengkaji peningkatan kemampuan pemecahan
masalah geometri dan keterlaksanaan pembelajaran matematikabcrsetting kooperatif. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut ini dibahas tentang pelaksanaan tindakan 'Ian kemampuan pemecahan
masalah geometri siswa scbelum tindakan, siklus I dan siklus II, serta analisis kcterlaksanaan pembelajaran matematika bcrsetting kooperatif. Pelaksanaan Tindakan dan Kemampuan Pemecahan Masalah Geometri Siswa Sebelum Tindakan
Scbelum pelaksanaan pembelajaran
fiklus
I pada
penelitian
ini
telah
dikomunikasikan kepada siswa bahwa pembelajaran geometri yang direncanakan pada 8
pcrtcmunn ta- depan adalah siswa mclakiikan kegiatan secara individu dulu, kemudian siswa mendiskusikan pekerjaan yang dilakukan secara individu tersebut dengan kelompok
743
•ProgramStiufi 'Miiiiister^'i'iuliili^aii 'Miili-iiiiiiiliii •i'it>,ff.jiij-/'.Mi.lA.H/.ui.i I'nt\ii\it,i\Sim i/.iv.i
Presiding Konfferensi National Matcmufciba XIV
(pasangan). Setelah itu salah satu atau hcberapa kelompok akan menjelaskan di kelas dan kelompok lain menanggapi.
Untuk mengetahui
kemampuan pemecahan masalah
scbelum pelaksanaan
pembelajaran matematika bcrsetting kooperatif, anak secara individu mengerjakan soal pemecahan masalah. Sclanjutnya scbelum tindakan pada Siklus I. dilakukan pembagian
kelompok untuk pelaksanaan pembelajaran matematika bcrsetting kooperatif. Siswa dibcri kcsempatan untuk duduk berpasangan. diusahakan tiap kelompok bcrbeda jcnis kelamin.
Kemudian guru mengamati apakah pasangan (kelompok) yang dibentuk oleh siswa tersebut sudah helcrogcn dilihal dari jcnis kelamin dan kemampuan inalcmalika sebelumnya. Tcrnyata guru perlu mendekati kepada dua pasang siswa untuk tukar
pasangan (kelompok) karena tcrnyata satu pasang siswa tersebut keduanya merupakan anak dengan kemampuan tinggi dan satu pasang siswa yang lainnya keduanya merupakan anak dengan kemampuan rendah. Setelah dilakukan pendekatan akhirnya mereka bertukar kelompok. Demikian juga karena ada 41 siswa maka ada kelompok 20 yang anggolanya terdiri dari 3 siswa yaitu 1 laki-laki dan 2 perempuan.Discpakati bahwa kelompok akan beranggotakan siswa yang sama selama pembelajaran geomeri yang direncanakan pada dclapan pertemuan ke depan.
Kemampuan Pemecahan Masalah Scbelum Tindakan
Sebelum tindakan, ternyata 16 dari 41 (39%) siswa masih mempunyai kemampuan
pemecahan masalah kurang memuaskan dan tidak ada yang mempunyai kemampuan pemecahan masalah sangat memuaskan.
Siklus I
Siklus I Pertemuan ke 1
Pada pertemuan ke 1siklus 1siswa belajar tentang pengertian jajargenjang. Guru memulai pembelajaran dengan mengaitkan pembelajaran matematika dengan kehidupan sehari-hari. Guru mengemukakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari anak-anak pernah makan "tempe". Anak diminta menggambar bentuk tempe yang khas, kemudian guru
mengarah pada bentuk jajargenjang yarg merupakan pembelajaran saat itu. Kemudian anak diminta menyebutkan benda-benda dalam Kehidupan sehari-hari yang bcrbentuk jajargenjang. Untuk memahami jajargenjang dan sifat-sifatnya maka anak diminta 744
•roijram Studi •MagisterQ'emtUikan Qdateniatifa (Proaram (Pascasarfana UniversitasSnuijaya
Prosidleg Kenfferenti National Matematlba XIV i [2008]
melakukan kegiatan secara individu dulu. Guru sebagai fasilator. Dari kegiatan ini anak telah belajar tentang sifat-sifat jajargenjang. Kemudian anak menulis kembali sifat-sifat jajargenjang tersebut dengan kalimat sendiri.
Setelah anak mengerjakan kegiatan
tersebut secara individu anak diberi
kcsempalan untuk mendiskusikan dengan pasangan (kelompok). Kemudian salah satu kelompok maju menjelaskan ke depan kelas kemudian kelompok lain menanggapi. Siklus I Pertemuan ke 2
Pada pertemuan ke 2anak belajar menurunkan dan menghitung rumus keliling dan
luas jajargenjang. Sekarang anak secara individu melakukan kegiatan untuk menentukan keliling suatu bangun. Anak mengingat kembali bagaimana menentukan keliling suatu bangun.
Sclanjutnya anak belajar bagaimana menentukan luas jajargenjang. Setelah anak mengerjakan kegiatan tersebut secara individu anak diberi kesempatan untuk mendiskusikan dengan pasangan (kelompok). Kemudian salah satu kelompok maju menjelaskan ke depan kelas kemudian kelompok lain menanggapi. Siklus I Pertemuan kc3
Pada pertemua ke 3anak mengerjakan tugas berupa 4soal yang berkenaan dengan
jajargenjang secara individu dulu, kemudian mendiskusikan pekerjaan yang dikerjakan secara individu tcrscbut dengan kelompok (pasangan). Setelah itu salah satu dari kelompok
menjelaskan di kelas dan kelompok Iain menanggapi. Dalam mengerjakan soal tersebut anak menulis lebih dulu apa yang diketahui dan ditanyakan, kemudian menyelesaikan. Siklus I Pertemuan ke 4
Pada pertemua ke 4 anak mengerjakan 3 soal kemampuan pemecahan masalah
geometri secara individu. Dalam mengerjakan soal tersebut anak menulis lebih dulu apa yang diketahui dan ditanyakan, kemudian menyelesaikan.
745
.pni,jM»MA7ii./» W,j,f»W./ >r,'ii,li,ttkaii Malninitika 'I'lOfjiain 'I'tiM asatfaiui UmvasHasSimyaya
Presiding Konferentl National Matematika XIV ! [2008
1. Gambar di bawah ini adalah tanah yang ditananii rumput. Daerah yang diarsir adalah jalan. Tcntukan luas jalan tersebut!
8 m
.0 m
1m
2. Panjang alas suatu jajargenjang = 4p em dan tingginya = 3p cm. Jika luas jajargenjang adalah 192 cm". Tentukan tinggi jajargenjang tersebut.
3. Taman belakang rumah Ibu AM INA berbentuk seperti gambar berikut. Bagian taman yang berbentuk segitiga MIN luasnya 25 n\~ ditananii bunga mawar. Sedangkan dua pertiga bagian taman yang berbentuk jajargenjang AMNA dilanami rumput. Ilitunglah luas taman A
Ibu Amina yang ditanami rumput.
3
M
Kemampuan Pemecahan Masalah Setelah Tindakan Siklus I
Dari data tcrnyata 5 dari 41 (12%) subjek penelitian masih mempunyai kemampuan
pemecahan masalah kurang memuaskan dan sudah ada 7 dari 41 (17%) subjek penelitian
yang mempunyai kemampuan pemecahan masalah yang sangat memuaskan. Bila dilihat peningkatannya ternyata dari data tersebut sesuai dengan kriteria yang ditctapkan dalam
penelitian ini, terlihat bahwa pada akhir tindakan siklus I, masih 7 dari 41 (22%) dari
subjek penelitian yang kemampuan pemecahan masalah belum meningkat jika dibanding
kemampuan pemecahan masalah sebelum tindakan siklus I. Dengan kata lain, pada akhir tindakan siklus I masih 78% siswa yang berhasil ditimgkatkan kemampuan pemecahan
masalah (belum mencapai 85%) maka tindakan dilanjutkan siklus II.
Siklus II
Siklus II Pertemuan ke 5
Pada pertemuan kc 5 siklus II siswa be'ajar tertang pengcrtian persegipanjang. Guru memulai pembelajaran dengan i.iengaitkan pembelajaran matematika dengan 746
(Prey;-urn Studi Magister (pendidikan 'Matematifo " 'roaram irjana 'UniversitasSriiiniaya 'nigra (pascasanana
Protiding Kenferenti National Matematika KIV
[200S]
kehidupan sehari-hari. Guru mengemukakan bahwa dalam melakukan kegiatan jual beli biasa digunakan alat pemhayaran yang disebut uang. Berdasarkan bahan yang digunakan uang dibedakan atas dua macam, yaitu: uang logam dan uang kertas. Anak diminta menycbutkan bentuk uang kertas. \¥ en CD
o o
o
;•; BANK INDONESIA LIMAPULUHRIBU ft
Anak diminta mengganibar bentuk seperti gambar uang kertas tersebut. kemudian guru
mengarah pada bentuk persegipanjang yang me-upakan pembelajaran saat itu. Kemudian anak diminta menyebutkan benda-benda dalam kehidupan sehari-hari yang berbentuk
persegipanjang.Untuk memahami persegipanjang dan sifat-si fatnya maka anak diminta melakukan kegiatan secara individu dulu.
Dari kegiatan tersebut anak tela'1 belajar tentang sifat-sifat persegipanjang. Kemudian anak menulis kembali sini-sifat persegipanjang tersebut dengan kalimat sendiri.
Sclanjutnya setelah anak mengerjakan kegiatan tersebut secara individu anak diberi kcsempalan untuk mendiskusikan dengan pasangan (kelompok). Kemudian salah satu kelompok maju menjelaskan ke depan keias kemudian kelompok lain menanggapi. Siklus II Pertemuan ke 6
Pada pertemuan ke 6 anak belajar menurunkan dan menghitung ramus keliling dan luas persegipanjang. Anak mengerjakan kegiatan secara individu dulu, kemudian mendiskusikan pekerjaan yang dikerjakan secara individu tersebut dengan kelompok
(pasangan). Setelah itu salah satu dari kelompok menjelaskan di kelas dan kelompok lain menanggapi. Sekarang anak secara individu melakukan kegiatan untuk menentukan keliling suatu bangun. Anak mengingat kembali bahwa bagaimana menentukan keliling suatu bangun. Dari kegiatan tcrscbut anak menuliskan dengan kalimat sendiri tentang ramus keliling persegipanjang. Kemudian anak mengerjakan soal yang berkenaan dengan keliling persegipanjang.
Sclanjutnya, anak belajar tentang luas dae.ah persegi panjang. Anak mengingat kembali bahwa luas bangun datar adalah luas daerah yang dibatasi oleh sisi-sisinya. 747
./"HUf.i/M.V/Hi/l W.i./iWr; •rrii.liJik.ui M.ilcwaltko ipnuiiiim r.iAi./v./'/.i'/i''(hm,ei.Mtii.sSmvtjaya
Protiding A onf erenj." Motional Matcmatiba XIV
/wd:'
Dengan demikian luas persegipanjang ada'ah luas daerah yang dibalasi oleh sisi-sisi persegipanjang tcrscbut. {daerah arsiran) Untuk
menentukan
luas
daerah
persegipanjang
dapat
dilakukan dengan menghitung banyaknya persegi satuan yang ada dalam persegipanjang tersebut.
Anak diminta menjelaskan dengan kalimat sendiri bagaimana menghitung luas daerah persegipanjang. Kemudian anak mengerjakan soal yang berkenaan dengan luas persegipanjang.
Dari kegiatan tersebut anak telah belajar tentang keliling dan luas persegipanjang
Setelah anak mengerjakan kegiatan tersebut secara individu anak diberi kesempatan untuk mendiskusikan dengan pasangan (kelompok). Kemudian salah satu kelompok maju menjelaskan ke depan kelas kemudian kelompok lain menanggapi. Siklus II Pertemuan ke 7
Pada pertemua ke 7 anak mengerjakan tugas berupa 4 soal yang berkenaan dengan
persegipanjang secara individu dulu, kemudian mendiskusikan pekerjaan yang dikerjakan secara individu tersebut dengan kelompok (pasangan). Setelah itu salah satu dari kelompok menjelaskan di kelas dan kelompok lain menanggapi. Dalam mengerjakan soal tersebut anak menulis lebih dulu apa yang diketahui dan ditanyakan, kemudian menyelesaikan. Siklus II Pertemuan ke 8
Pada pertemuan ke 8 anak mengerjakan 3 soal berikut secara individu. Dalam mengerjakan soal tersebut anak menulis lebih dulu apa yang diketahui dan ditanyakan. kemudian menyelesaikan.
• Sawah P.Ali berbentuk persegipanjang dengan perbandingan panjang dan lebarnya
adalah 4 : 3. Keliling sawah tersebut 140 m. Berapa biaya yang disiapkan oleh P.Ali
untuk persiapan musim tanam jika tiap m2 pada musim tanam dipcrlukan biaya Rp 15.000,00 untuk bibit, air, dan ongkos tanam?
• Kebun berbentuk persegipanjang, perbandingan panjang dan lebar kebun tersebut adalah 7: 5, di sekeliling kebun akan ditananii pohon pisang dengan jarak antar pohon 5 m. Luas daerah kebun itu adalah 3500 m2. Tentukanlah banyak pohon pisang yang diperlukan untuk mengelilingi kebun tersebut! 748
'rogram Studi iWagister(pendidikl>i" Maternity (program •I'asc'asarjana -UniversitasSnu ifiya
Presiding Konfferemi National Matematika XIV { [200S]
• Diketahui luas dan panjang sisi suatu persegipanjang ABCD berturut-turat 312 m2 dan 26 m. Suatu jajargenjang PQRS mempunyai luas dan panjang sisi yang sama dengan persegipanjang ABCD tersebut. Perbandingan sisi-sisi jajargenjang PQRS tersebut adalah 1 : 2. Hitunglah keliling jajargenjang PQRS.
Kemampuan Pemecahan Masalah Setelah Tindakan Siklus II
Dari data temyata bahwa pada akhir 'indakan siklus II tidak ada subjek penelitian yang masih mempunyai kemampuan pemecahan masalah kurang memuaskan dan sudah 14 dari 41 (34%) subjek penelitian yang mempunyai kemampuan pemecahan masalah sangat
memuaskan. Bila dilihat peningkatannya temyata dari data tersebut sesuai dengan kriteria •
yang ditetapkan, terlihat bahwa pada akhir tindakan siklus II, hanya 3 dari 41 (7%) dari subjek penelitian yang kemampuan pemecahan masalah belum meningkat jika dibanding kemampuan pemecahan masalah pada awal tindakan. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa kemampuan pemecahan masalah geometri siswa SMP yang menjadi subjek
penelitian ini dapat ditingkatkan melalui pembelajaran matematika bcrsetting kooperatif dan 93% (lebih dari 85%) subjek penelitian dapat ditingkatkan kemampuan pemecahan masalah geometri melalui pembelajaran matematika bcrsetting kooperatif. PENUTUP
Kesimpulan penelitian ini sebagai berikut: Kemampuan pemecahan masalah
geometri siswa SMP yang menjadi subjek penelitian ini dapat ditingkatkan melalui pembelajaran matematika bcrsetting kooperatif. Bila dilihat peningkatannya temyata pada akhir tindakan siklus I dan pada akhir tindakan siklus II siswa yang
kemampuan
pemecahan masalah dapat ditingkatkan melalui pembelajaran matematika bcrsetting kooperatif berturut-turat adalah 78% dan 93%; lebih dari 85% subjek penelitian dapat
ditingkatkan kemampuan pemecahan masalah geometri melalui pembelajaran matematika bcrsetting kooperatif; dan keterlaksanaan pembelajaran matematika bcrsetting kooperatif dari siklus 1 ke siklus 2 dan dari satu pertemuan ke pertemuan berikutnya cenderang
meningkat, awalnya cukup terlaksana kemudian terlaksana dengan baik.
749
Program Studi 'Magistet
Prodding Konfere-iu National Matamatlba XIV
I .»()t/ll
DAM AR PUSTAKA
Billstein, R. 1998. Assessment: The Stem Modei. Mathematics Teaching in The Middle School, 4(4).
Foster, A. G. 1993. Cooperative Learningir the Mathematics Classroom. New York: McGraw Hill.
Lambdin, D.V. 1993. Monitoring Moves and Roles in Cooperative Mathematical Problem Solving. Focus on Learning Problems in Mathematics, 15 (2 &3), 48-64. Mikusa, M.G. & Lewcllcn, H. 1999. Now Here Is That, Authority on Mathematics Reform, Dr. Constructivist. The Mathematics Teacher, 92, 158-163.
NCTM. 1980. Problem Solving in School Mathematics. Reston: NCTM.
NCTM. 1990. "Constructivist Views on The Teaching and Learning of Mathematics". Journalfor Research in Mathematics Education. Reston, Virginia: NCTM.
Sa'dijah, C. 2000a. Pembelajaran Matematika Secara Konstruktivis (Suatu Upaya Meningkatkan Kebermaknaan Pemahaman Matematika Bagi Siswa). Makalah disajikan pada SeminarNasional Pengajaran Matematika Sekolah Menengah. Malang: 25 Maret.
Sa'dijah, C. 2000b. The Development of Mathematical Problem Solving Instruction
Model to Increase Critical Thinking. Makalah disajikan pada The 9"International Congress Mathematics Education, ICME 9, Makuhari-Tokyo: 2 Agustus. Sa'dijah, C. 2001. Pengembangan Pembelajaran Matematika Secara Konstruktivis Sebagai Upaya Meningkatkan Kebermaknaan Pemahaman Aljabar Siswa Kelas I SLTP.M&lang: LemlitUM. Sa'dijah, C. 2004. "Cooperative Learning dalam Pembelajaran Matematika". Makalah disajikan pada Workshop Pembelajaran Konstruktivis di FM1PA Universitas Negcri Malang Universitas Ncgcri Malang bekcrjasama dengan 1MSTEP-JICA, Malang, 29 Januari 2004
Sa'dijah, C. 2005. Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa yang Pembe/ajarannya Menggunakan Pembelajaran Matematika Beracuan Konstruktivisme. Malang: jurusan Matematika FMIPA UM.
Sa'dijah, C. 2006a. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Beracuan Konstruktivisme untuk Siswa SMP. Mathedu Jvrnal Pendidikan Matematika. I (2): 111-122.
Sa'dijah, C. 2006b. Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Peremption dan Siswa Laki-laki yang Pembelajaran Matematikanya Menggunakan Model Pembelajaran Matematika Beracuan Konstruktivisme. Disampaikan pada Konfcrensi Nasional Matematika 2006 di Universitas Negcri Semarang, 24-27 Juli. 750
•Program Studi 'Magister (pendidikan Matematty
' (program <Pascasarjana VniversilasSrHiijayo
I
I
Protidtijg Konferentl National Matematika XIV
[2008]
Sa'dijah, C. 2006c. Kemampuan KooperatifSiswa yang Pembelajaran Matematikanya Menggunakan Pendekatan KooperatifTipe IMPROVE. Disampaikan pada Konferensi Nasional Matematika 2006 di Universitas Negeri Semarang, 24-27 Juli.
Sa'dijah, C. 2007. Sikap Kritis dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
Perempuan yang Pembelajaran Matematikanya Menggunakan Pembelajaran Matematika Beracuan Konstruktivis. Jurnal MIPA dan Pembelajarannya. 36 (2) 133-146.
Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning: Theory, Research, andPractice. Boston: Allyn and Bacon.
Wheatley, G. 1991. Constructivist Perspective On Science And Mathematics
Learning. Journal of Research in Science Teaching, 1 (2), 197-223.
Wilson, B.G. 1996. Constructivistist Learning Environment. New Jersey: Education Technology Publiscation Englewood Cliffs.
Woolfolk, A.E. 1998. Educational Psychology. Seventh Edition. Boston: Allyn and Bacon.
751
ipiogram Studi 'MagistenPemtidikan 'Matematika 'hihfMM 'l\tMiisat]tiiui UuiveiMla.sSmvijaya