KEMANDIRIAN PESANTREN MELALUI PENDIDIKAN LIFE SKILL(Studi di Pondok Pesantren Manahijussadat Cibadak lebak Banten) Nursalamah Siagian1 Abstrak Tulisan ini menyajikan hasil penelitian tentang pendidikan life skill di Pondok Pesantren modern Manahijussadat, Cibadak, Lebak, Banten. Ada 6 macam life skill yang dilaksanakan, yaitu peternakan/ penggemukan sapi, tata boga, koperasi pesantren perikanan, pertanian dan pos kesehatan pesantren. Keenam macam life skill itu dipilih berdasarkan keinginan KH Sulaiman Effendi memadukan unsur-unsur alam sebagai sumber belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa life skill yang diikuti santri tidak diorientasikan untuk usaha pesantren, melainkan lebih ditekankan kepada memberi bekal keterampilan kepada santri. Kata Kunci : Pendidikan, Life Skill, Kemandirian A. Pendahuluan Sudah tidak diragukan lagi bahwa pesantren memiliki kontribusi nyata dalam pembangunan pendidikan. Apalagi dilihat secara historis, pesantren memiliki pengalaman yang luar biasa dalam membina dan mengembangkan masyarakat. Bahkan, pesantren mampu meningkatkan perannya secara mandiri dengan menggali potensi yang dimiliki masyarakat di sekelilingnya. Hal ini mengindikasikan, bahwa pesantren yang asli Indonesia (indigenous) itu (Azra,200 :108) mampu melakukan penyesuain dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Seiring dengan berjalannya waktu perkembangan kebudayaan dan peradaban dunia telah melahirkan suatu perubahan dalam semua aspek, termasuk dalam struktur social, kultur dan sistem pendidikan pesantren. Modernisasi sistem pendidikan di pesantren yang telah mempengaruhi fungsi pesantren : baik sebagai lembaga pendidikan, keagamaan maupun sosial memang tidak bisa dihindari, oleh karena itu pesantren kemudian dijadikan sebagai agen perubahan (agen of change) yang diharapkan dapat berperan sebagai dinamisator dan katalisator penggerak pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menyongsong era global. Fenomena ini menunjukkan bahwa pesantren mampu melakukan adaptasi sesuai dengan kemajuan jaman dan kebutuhan masyarakat. (An-Nahidi, 2010: 37) Di antara Penyesuaian yang dilakukan pesantren adalah dengan memasukkan pendidikan keterampilan hidup ke dalam system pendidikannya. Secara legalitas dan faktual pendidikan kecakapan hidup di pesantren sudah merupakan keniscayaan. Pendidikan kecakapan hidup sebenarnya bukan hal yang baru bagi pesantren, sebab sejak dahulu jenis pendidikan ini menjadi andalan pesantren. Namun, dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat pada era ini, pendidikan kecakapan hidup yang dilaksanakan secara tradisional dilingkungan pesantren perlu mendapat sentuhan teoritis dan teknis, sehingga para alumni lembaga pesantren dalam era global ini mampu bersaing dengan para alumni 1
Peneliti Balitbang Jakarta
lembaga pendidikan lainnya dalam berebut lapangan pekerjaan yang semakin lama semakin kuat. ( Sultho, 2003 : 163 ) Secara yuridis formal pengembangan pendidikan kecakapan hidup (vokasional) sesungguhnya sudah diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 15 dan 18. Pada pasal 15 disebutkan bahwa “Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan dan khusus”. Kemudian PP No.19 tahun 2005 tentang standar pendidikan nasional Pasal 13 ayat (1) dinyatakan bahwa “kurikulum untuk SMP/MTs/SMPLB atau bentuk lain yang sederajat, SMA/MA/SMALB atau bentuk lain yang sederajat, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat dapat memasukkan pendidikan kecakapan hidup. Atas dasar tersebut, maka baik sekolah formal maupun non-formal memiliki kepentingan untuk mengembangkan pembelajaran berorientasi kecakapan hidup, dipertegas lagi PP No. 19 tahun 2005 Pasal 13 ayat (3) bahwasannya pendidikan kecakapan yang sebagaimana dimaksud dalam ayat- ayat sebelumnya dapat merupakan bagian dari kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, pendidikan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, pendidikan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, kelompok mata pelajaran estetika, atau kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan. Dengan demikian dalam setiap kelompok mata pelajaran hendaklah diintegrasikan aspek -aspek life skills pada setiap muatan pembahasannya. Beberapa Pesantren di Provinsi Banten sudah melaksanakan pendidikan life skill salah satunya adalah Pesantren Manahijussadat Cibadak Lebak Banten. Sejak awal berdirinya pesantren ini sudah memberikan pendidikan life skill bagi santri-santrinya dengan menjadikan alam sebagai sumber belajar. Salah satu misi yang ingin dicapai pesantren Manahijussadat adalah mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dalam berbagai bidang dan kecakapan hidup (life skill) sesuai dengan kebutuhan dan tantangan zaman. Pendidikan life skill yang dilaksanakan di Pesantren Manahijussadat hingga saat ini belum dieksplorasi secara mendalam. Untuk itu perlu dilakukan penelitian guna memberitahukan mengenai latar belakang bagaimana pelaksanaan life skill di Pesantren Manahijussadat Cibadak Lebak Banten. Hal ini diperlukan sebagai model bagi pesantren lainnya yang ingin mengembangkan pendidikan life skill, sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan mutu pengelolaan dan layanan pendidikan pesantren dan diniyah. a. Kerangka Konsep Brolin ( 2002 dalam Nanang, 2012:113) mengemukakan, bahwa kecakapan hidup adalah interaksi dari berbagai pengetahuan dan kecakapan sehingga seseorang mampu hidup mandiri. Kecakapan hidup tidak hanya memiliki kemampuan melakukan pekerjaan tertentu (vocational job), melainkan juga memiliki kemampuan dasar pendukung secara fungsional seperti membaca, menulis, dan berhitung, merumuskan dan memecahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam kelompok, dan menggunakan teknologi. Sementara team Broad Base Education Depdiknas ( dalam Jamal Ma’mur, 2009 : 30 ) mendefenisikan life skill sebagai kecakapan yang dimiliki oleh seseorang agar berani dan mau menghadapi segala permasalahan kehidupan dengan aktif dan proaktif sehingga dapat menyelesaikannya.
Life skills merupakan kemampuan yang diperlukan sepanjang hayat, kemampuan berkomunikasi yang efektif, kemampuan bekerja sama, menjadi warga negara yang bertanggung jawab, memiliki kecakapan untuk bekerja, memiliki karakter, dan cara-cara berfikir analitis dan logis (Komariah, 2003:43). Selanjutnya Komariah juga menjelaskan bahwa cakupan life skills amat luas, meliputi keterampilan, berkomunikasi, keterampilan mengambil keputusan, keterampilan mengelola waktu dan sumber, serta keterampilan merencanakan. Pengembangan program life skills pada umumnya bersumber pada kajian bidang: dunia kerja (the world of work), keterampilan hidup praktis (practical living skills), pengelolaan dan pertumbuhan SDM (personal growth and management), dan keterampilan sosial (social skills) Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa pendidikan kecakapan hidup merupakan kemampuan individu untuk menyelesaikan berbagai persoalan hidup dan kehidupan. Direktorat Pendidikan Menengah Umum (2002) membagi life skill kedalam empat jenis (Anwar,2006 : 28). Yakni 1. Kecakapan personal mencakup kecakapan mengenal diri dan kecakapan berpikir rasional. 2. Kecakapan sosial 3. Kecakapan akademik 4. Kecakapan Vokasional Kecakapan personal dan kecakapan sosial disebut sebagai kecakapan yang bersifat umum (kecakapan hidup generic/general life skill). Kecakapan ini diperlukan bagi siapa pun baik yang sedang menempuh pendidikan maupun yang telah dan tidak bekerja. Sementara dua life skill lainnya (kecakapan akademik dan kecakapan vokasional) disebut life skill yang bersifat spesifik ( specific life skill) yang diperlukan seseorang untuk menghadapi problema di bidang tertentu. Kecakapan akademik merupakan pengembangan dari kecakapan berpikir rasional namun lebih mengarah kepada kegiatan yang bersifat akademik. Kecakapan ini mencakup kecakapan melakukan identifikasi variable dan menjelaskan hubungannya pada suatu fenomena tertentu. Kecakapan vokasional atau yang sering disebut dengan kecakapan kejuruan merupakan kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu di masyarakat. Dalam praktik pengembangannya, penekanan pendidikan kecakapan hidup tetap mempertimbangkan tingkat perkembangan peserta didik sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan. Kecakapan hidup pada TK dan sekolah dasar (SD) berbeda dengan sekolah menengah pertama (SMP), demikian pula kecakapan hidup pada sekolah menengah pertama berbeda dengan sekolah menengah atas (SMA), bergantung kepada tingkat perkembagan psikologis dan fisiologis peserta didik. Dalam penelitian ini life skill yang dimaksud lebih difokuskan pada jenis terakhir yakni kecakapan vokasional. Penelitian ini berusaha melihat bagaimana sebuah lembaga pendidikan membekali peserta didik dengan kecakapan vokasional yang pada gilirannya dapat mengantarkan peserta didik memenuhi kebutuhan dunia kerja, sekaligus untuk menunjang kemandirian pondok.
Sejak dulu pesantren senantiasa mengalami pembaruan sebagai respon pesantren terhadap perubahan yang terjadi di sekelilingnya. Beberapa pesantren memasukkan beberapa pelajaran umum ke dalam kurikulumnya, ada pula yang melaksanakan sejumlah kegiatan ekstrakurikuler seperti olahraga dan kesenian, bahkan terdapat pesantren yang memperkenalkan latihan keterampilan (vokasional) dalam sistem pendidikannya. Latihan keterampilan tersebut diberikan kepada santrinya terkait dengan timbulnya gagasan mengenai kemandirian santri setelah menyelesaikan pendidikannya di pesantren. Sebut saja Persarekatan Ulama di Jawa Barat yang memberikan latihan keterampilan vokasional bagi para santrinya (Azra, 2000:100-101). Lebih lanjut Azra (2000: 102) mencatat bahwa pada masa kesulitan ekonomi yang dihadapi Indonesia sekitar 1950-1960 pembaruan pesantren banyak berkenaan dengan pemberian keterampilan, khususnya dalam bidang pertanian. Hal itu diharapkan dapat menjadi bekal bagi para santri, selain untuk menunjang ekonomi pesantren sendiri. Tebuireng misalnya, mengarahkan santrinya untuk terlibat dalam kegiatan vokasional seperti penanaman padi, kelapa, kopi, dan lain-lain yang hasil penjualannya digunakan untuk membiayai pesantren. Kemandirian pesantren seperti yang tergambar di atas memang sudah terbentuk sejak pesantren berdiri. Pesantren pun dikenal sebagai lembaga pendidikan Islam yang paling mandiri. Kemandirian ini menjadi doktrin kiai pada santri. Oleh karena itu kiai memandang perlu memberikan pelajaran keterampilan agar santri mampu hidup mandiri ditengah masyarakat, serta untuk membuka wawasan berpikir keduniaan (Qomar, 2006: 134). b. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif berupa studi kasus. Sumber data digali dan dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan pihak yang terkait dengan pendidikan life skill yakni pimpina pondok pesantren dan guru pendidikan kecakapan hidup. Sedangkan observasi dilakukan terhadap berbagai aktivitas pendidikan kecakapan hidup yang diajarkan. Telaah dokumen juga dilakukan untuk melihat sejarah dan profil Pondok Pesantren Manahijussadat. Penelitian difokuskan pada latar belakang pendidikan kecakapan hidup untuk mendukung kemandirian Pesantren dan bagaimana pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup di Pondok Pesantren Manahijussadat. c. Hasil Penelitian 1. Profil Pesantern Manahijussadat Pesantren Manahijussadat didirikan oleh K.H. Sulaiman Effendi, seorang tokoh agama yang sebelumnya mengajar di Pondok Pesantren Darul Qalam, Tangerang, selama 13 tahun. Beliau mendapatkan banyak informasi tentang Kabupaten Lebak dengan segala kekurangannya, yaitu kemiskinan dan kebodohan. Dalam pengamatannya, Lebak merupakan salah satu daerah yang rawan dengan masuknya budaya asing. Oleh sebab itu, ia berkeinginan kuat mendirikan lembaga pendidikan berbentuk pesantren dalam rangka membangun dan berperan aktif membina sumber daya manusia, khususnya di Kabupaten Lebak.
Atas dasar tekad itu, maka pada 21 September 1996 dibuatlah akta notaris sebagai langkah awal administrasi pendirian Yayasan Manahijussadat. Berbekal uang sekitar enam juta rupiah, K.H. Sulaiman Effendi, sebagai orang yang dititipi amanat, memulai pembangunan Pondok Pesantren Manahijussadat diawali dengan pembebasan tanah seluas 5.000 meter persegi di Kampung Serdang, Desa Pasarkeong, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak. Bangunan pertama yang didirikan adalah sebuah masjid hasil sumbangan dari Lembaga Bantuan Islam Internasional (Haiah al-Ighatsah al-Islamiyah) yang berkedudukan di Jakarta. Pada tanggal 3 Agustus 1997 Pondok Pesantren Manahijussadat resmi dibuka dengan murid pertama berjumlah 13 orang dengan jumlah tenaga pengajar sebanyak 6 orang. Pengelolaan Pesantren Manahijussadat dilandasi apa yang disebut sebagai Panca Jiwa Pondok, yakni Keikhlasan, Kesederhanaan, Berdikari, Ukhuwah Islamiyyah, dan Kebebasan. Adapun motto yang digunakan pesantren ini ialah Berbudi Tinggi, Berbadan Sehat, Berpengetahuan Luas,dan Berpikiran Bebas. Pesantren Manahijussadat memiliki visi “Menjadikan Ponpes Modren Manahujussadat sebagai lembaga pendidikan Islam yang berperan dalam pembangunan bangsa dengan berbasis nilai-nilai Quran dan Hadis.” Misi yang ditetapkan untuk mewujudkan visi tersebut ialah: Mengembangkan sumberdaya insan yang seimbang antara intelektual, emosional dan spiritual dan mampu berkarya nyata, Mempersiapkan kader-kader Muslim masa depan yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), memiliki daya juang yang tinggi, mampu berkarya nyata secara efektif, kreatif, inofatif dan dinamik dengan landasan ketauhidan yang kuat, mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dalam berbagai bidang dan kecakapan hidup (life skill) sesuai dengan kebutuhan dan tantangan zaman. Tujuan yang hendak dicapai Pesantren Manahijussadat ialah mencetak khalifah (kader dan generasi handal) yang diharapkan: Memiliki keimanan kuat dan keilmuan yang bermanfaat, Berakhlak terpuji dan menjadi anak shaleh dan shalehah, Mampu membaca, memahami dan mengamalkan Quran dan kitab kuning, Memiliki keterampilan: a. Berbahasa Arab dan Inggiris, b Menggunakan komputer, c Bercocok tanam dan berternak, d. Berpidato dalam tiga bahasa, d. Terbiasa hidup mandiri dan sederhana, e. Terbiasa bekerja maksimal, f. Dapat kuliah di Perguruan Tinggi Negeri/Swasta, dalam dan luar negeri (dengan beasiswa bagi yang berprestasi dan berdedikasi. Pesantern Manahijussadat sampai saat ini telah memiliki jenjang pendidikan, yaitu : Madrasah Diniyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah dan Sekolah Menengah Kejuruan. Seluruh jenjang pendidikan di atas terakreditasi dengan status B. Tenaga pengajar di Pesantren Manahijussadat sebanyak 36 orang, terdiri dari 24 guru laki-laki dan 12 guru perempuan. 2 orang di antara mereka berstatus PNS, sedangkan sisanya adalah guru honor. Sebanyak 3 orang guru adalah lulusan S2, 11 lainnya lulusan S1, dan sisanya, 22 orang, lulusan SMA. Untuk tenaga pendidik yang belum memiliki gelar S1 diwajibkan kuliah, dengan mendapat bantuan beasiswa dari pesantren sebesar Rp. 500.000. Saat penelitian berlangsung ada 8 tenaga pendidik yang sedang kuliah S1 dan 1 orang sedang kuliah S2. Pada tahun pelajaran 2011/2012, jumlah keseluruhan peserta didik atau santri di Pondok Pesantren Modern Manahijussadat sebanyak 461 siswa, terdiri dari 219 siswa lakilaki dan 242 siswa perempuan. Berdasarkan jenjang pendidikan, santri tingkat Madrasah
Tsanawiyah sebanyak 219 siswa, santri tingkat Madrasah Aliyah 159 siswa, dan siswa Sekolah Menengah Kejuruan 82 siswa. Santri yang belajar di pesantren ini berasal dari berbagai wilayah di Banten, seperti Lebak, Pandeglang, Serang, Cilegon, dan Tangerang. Ada pula santri yang berasal dari wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, bahkan Sumatera Utara. Alasan santri memilih pesantren ini sebagai tempat menuntut ilmu adalah karena selain mengajarkan materi pelajaran madrasah, pesantren ini juga sangat menekankan penggunaan bahasa Arab dan bahasa Inggiris sebagai bahasa pengantar dalam proses pembelajaran dan bahasa percakapan sehari-hari, baik antara santri dengan ustazd maupun antar sesama santri. Penekanan bahasa Arab dimaksudkan agar santri memiliki dasar kuat untuk belajar agama, mengingat dasar-dasar hukum Islam tertulis dalam bahasa Arab, sedangkan bahasa Inggris merupakan alat untuk mempelajari ilmu pengetahuan umum. Kurikulum yang digunakan di Pesantren Manahijussadat adalah kurikulum Pondok Modern Darussalam Gontor, dipadukan dengan kurikulum Kementerian Agama. Sedangkan untuk tingkat SMK, kurikulumnya merupakan perpaduan antara kurikulum Pondok Modern Darussalam Gontor dan Kementerian Pendidikan Nasional.. Kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan Pesantren Manahijussadat meliputi: Pramuka, Marawis, Futsal, Bola kaki, Bola Basket, Bola Volly, Komputer, Takraw, Marching Band dan pengajian Kitab kuning. Untuk mendukung keberhasilan kegiatan belajar mengajar, maka pesantren Manahijussadat menyediakan berbagai fasilitas yaitu ; Masjid (sebagai pusat kegiatan santri), asrama santri dan guru/ustadz, ruang belajar, ruang praktik dan aula serba guna, laboratorium Komputer Multimedia, laboratorium alam (Lahan Praktek), Poskestren (Pos Kesehatan Pesantren), lapangan olahraga (Bola Kaki, Volly, Takraw, Badminton, Basket, Tenis Meja, Futsal ), koperasi (Warung Serba ada), kantin dan BMT El-Manahij (melayani tabungan santri dan administrasi keuangan pesantren). 2. Pendidikan Kecakapan Hidup di Pesantren Manahijussadat. Memasuki komplek Pesantren Manahijussadat, kita akan dihadapkan dengan pemandangan kolam ikan berisi ikan patin dan juga ikan mas. Diatas kolam ikan terdapat saung bambu yang digunakan untuk tempat belajar. Disisi lain terdapat lapangan bola, tempat yang biasa digunakan santri bermain bola. Pesantren Manahijussadat ini konturnya berbukit. Tidak semua gedung dibuat dari semen dan batu bata. Sebagian masih menggunakan bambu dan kayu. Justru di situlah terasa makna kesederhanaan yang dibalut suasana alam yang indah dan asri. KH.Sulaiman Effendi memang memadukan unsur-unsur alam sebagai sumber belajar. Bagi beliau, ilmu yang terbentang luas di dunia ini haruslah ilmu yang bisa secara langsung dipelajari dan dipraktikkan. Pesantren harus mampu mengajarkan keterampilan hidup (life skills) yang bisa dirasakan langsung para santri. Prinsip hidup inilah yang kemudian mendasari Pak Kyai mengembangkan pendidikan kecakapan hidup pertanian dan peternakan dipesantrennya, berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua Yayasan Manahijussadat KH. Sulaiman Effendi ( 21 April 20120. Tanah perbukitan yang luas ditanami pohon kayu albasiah dan pohon jati. Diantara pohon-pohon ditanami rumput gajah sebagai pakan untuk peternakan sapi milik pesantren.
Dalam kesempatan lain ketua yayasan manahijussadat mengungkapkan bahwa pendidikan keterampilan sangat diutamakan di Pesantren Manahijussadat untuk membekali santri dengan berbagai kemampuan sesuai dengan tuntutan zaman, terutama yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja, melahirkan santri yang mempunyai jiwa mandiri dengan mengembangkan potensi alam yang ada dan jiwa kewirausahaan yang tinggi, dan bekerja keras, sesuai dengan slogan pondok yaitu “Malas Tergilas, Lambat Terbabat, Berhenti Mati.” Dan membuka orientasi baru dalam pandangan santri sehingga ketika sudah lulus dari pondok, mereka memiliki bekal untuk hidup di tengah masyarakat. Keterampilan diajarkan kepada santri selain untuk membekali santri juga untuk membantu mengembangkan usaha pesantren guna menopang kemandirian pesantren. Pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup di Pesantren Manahijussadat menggunakan model diskrit, yaitu pendidikan kecakapan hidup dipisahkan dan dilepaskan dari program kurikuler, kurikulum regular dan atau mata pelajaran (pembelajaran kurikuler). Pelaksanaannya berbentuk program ekstrakurikuler sehingga waktu penyelenggaraan tidak berbenturan dengan kegiatan pendidikan lain. Pendidikan kecakapan hidup dilaksanakan pada siang hari setelah jam pendidikan formal dan hari-hari libur atau jam kosong. Khusus pendidikan keterampilan tata boga sudah terjadwal tiga kali dalam seminggu, yaitu hari Selasa, Rabu dan Kamis. Pendidikan kecapan hidup (vokasional ) di Pesantren manahijussadat diwajibkan bagi santri SMK sementara untuk santri madrasah aliyahnya (MA) hanya sekedar tahu saja. Beberapa pendidikan lefi skill yang dikembangkan Pesantren manahijussadat adalah sebagai berikut : 3. Peternakan / Penggemukan Sapi dan domba Peternakan itu berawal dari program pemerintah yang disebut dengan LM3 Lembaga Mandiri Mengakar di Masyarakat, ini program dinas peternakan di bawah Menteri Pertanian. Pada tahun 2006 kita dapat program Penggemukan Domba, Penggemukan domba program LM3 ini melibatkan Santri dan Masyarakat sekitar. Keterlibatan Masyarakat adalah ketika pembinaan dan evaluasi kegiatan itu ada namanya sekolah lapangan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat, Karang taruna, dan Ketua Pemuda, agar masyarakat mengerti bagaimana beternak yang semestinya. (hasil wawancara dengan ketua yayasan pesantren manahijussadat tanggal 23 april 2012). Dan untuk penggemukan sapi asal mulanya budi daya sapi, dengan meminjam 9 sapi dari Bupati dan dibudi dayakan, karena tidak menguntungkan maka pada tahun 2010 menjadi penggemukan sapi. Untuk penggemukan sapi ini keterlibatan santri mulai dari memberi makan, membersihkan kandang sampai kepada pemasaran. Penggemukan sapi ini dinilai mudah Karena pesantren memiliki lahan untuk ditanami rumput gajah sebagai pakan ternak sapi. Dan yang difokuskan untuk ini adalah santri SMK. Peternakan penggemukan sapi yang dilaksanakan oleh Pondok Pesantren Modern Manahijussadat Serdang Desa Pasarkeong Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak memberikan potensi meningkatkan pendapatan/keuntungan setiap per enam bulan sebesar Rp. 24. 560.000,-dengan asumsi pertambahan berat badan sapi per ekor 0,7 kg/ekor. (Dokumen Lab. Alam/peternakan Ponpes Manahijussadat )
4. Koperasi Pesantren Koperasi Pondok Pesantren Manahijussadat merupakan koperasi yang menyuplay kebutuhan-kebutuhan para santri, seperti sabun mandi, sabun cuci, sikat gigi, pasta gigi, sandal jepit, baju koko, handuk dan alat-alat tulis seperti buku tulis, pensil, penggaris, bol poin, buku-buku pelajaran pesantren, dan sebagainya. sebagian besar pengelolaannya diserahkan kepada para santri. Mulai dari pengadaan barang, mengejek barang yang sudah laku terjual dan barang yang masih ada, perancanaan pembelian barang, sampai pada pelaporan keuangan seluruhnya dilakukan oleh para santri. Para pengasuh hanya berfungsi sebagai pengarah yang memberikan bimbingan dan bantuan jika para santri yang mengelola koperasi tersebut menghadapi masalah yang tidak mampu mereka pecahkan sendiri. Dan para santri yang mengelola koperasi tinggal dikoperasi dengan disediakan kamar yang diperuntukkan sebagai tempat tinggal mereka. Santri yang mengelola koperasi Manahijussadat adalah santri kelas V, sebanyak empat orang santri. Koperasi pesantren ini buka sebelum masuk kelas dan waktu istirahat. Untuk santri yang menjadi pengelola koperasi di pilih oleh ketua koperasi dan disetujui oleh pimpinan pondok untuk 1 tahun ajaran. Omzetnya rata-rata perhari sekitar Rp 1.000.000,sampai Rp 1. 500.000,5. Pos Kesehatan Pesantren Untuk Poskestren Manahijussadat ini dibangun dan mulai beroperasi sejak tahun 2009 berlokasi di Ponpes Manahijussadat, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak. dan pembangunannya berasal dari Bantuan Pemerintah Propinsi Banten. Pelayanannya tidak jauh berbeda dengan POSYANDU. Pos Kesehatan Pesantren merupakan salah satu wujud upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat di lingkungan Pesantren. Prinsipnya adalah dari, oleh dan untuk warga Pondok Pesantren, yang mengutamakan pelayanan Promotif (peningkatan) dan Preventif (pencegahan) tanpa mengabaikan aspek kuratif (pengobatan) dan rehabilitative( pemulihan kesehatan) dengan binaan Puskesmas Cibadak. Tujuan dari Poskestren ini adalah antara lain : a. Meningkatnya sikap dan prilaku hidup bersih dan sehat bagi warga Pondok Pesantren dan Masyarakat sekitar b. Meningkatnya peran serta warga pondok pesantren dan masyarakat sekitar dalam upaya penyelenggaraan kesehatan c. Terpenuhinya pelayanan kesahatan dasar bagi warga pondok Pesantren dan masyarakat sekitar. Santri yang terlibat dalam poskestren ini adalah 4 orang santri ,sebagai pengelolah santri diajari tentang obat-obat ringan seperti obat demam, sakit kepala, obat sakit gigi dan sebagainya. Untuk mengantisipasi kalau ada santri yang sakit dan bidan yang di poskestren sudah pulang maka santri yang terlibat bisa memberikan pertolongan pertama kepada santri dan masyarakat yang mau berobat. Warga masyarakat yang berobat di poskestren ini dikenakan biaya Rp. 4.000,- perorang. untuk santri dan masyarakat yang mempunyai kartu Jamsesmas di gratiskan.
6. Tata Boga Tata boga merupakan salah satu kegiatan kewirausahaan santri yang berfungsi sebagai peningkatan mutu life skill santri dan juga sebagai program peningkatan dana pesantren. Dimana dengan adanya kegiatan tata boga ini koperasai pesantren tidak perlu lagi mensuplay donat, roti dari luar pesantren untuk kebutuhan santri. Karena santriwan dan santriwati yang ada di pondok pesantren manahijussadat mukim semua. Pelaksanaan life skill tata boga ini adalah produksi pangan yang meliputi kebutuhan kehidupan sehari-hari, produk yang dikembangkan santri saat ini adalah Donat, dodol kacang hijau, susu kedelai, mi tiwa. Dan saat ini kami baru bisa produksi baru sekitar 3 kg sampai 5 kg, karena alat yang kami miliki adalah alat praktek yang hanya bisa produksi 5 kg. melihat hal tersebut kegiatan life skill tata boga ini perlu dikembangkan lagi oleh pesantren manahijussadat, sehingga para santri nantinya setelah menyelasaikan pendidikannya di pesantren bisa membuka lapangan pekerjaan baru bagi dirinya dan masyarakat.Peralatan kegiatan life skill tata boga ini merupakan bantuan dari Kemendiknas. Kegiatan life skill tata boga ini dilaksanakan 3 kali dalam seminggu yaitu hari Selasa, Rabu dan Kamis, sedangkan untuk tenaga pendidiknya guru dari SMKN Lebak, dan untuk pendamping dalam pelaksanaanya satu orang alumni lulusan SMK pondok Manahijussadat. Untuk pendidikan life skill tata boga ini guru memberikan teori dan langsung di praktekkan oleh para santri SMK Pondok Pesantren Manahijussadat. 7. Perikanan dan Pertanian Usaha bidang perikanan tidak menjadi potensi ekonomi pesantren karena kegiatan ini hanya sekedar pemeliharaan ikan untuk memenuhi kebutuhan dapur pesantren dan kepentingan untuk pembelajaran bagi santri. Begitu juga dengan pertanian hanya sekedar menanam tanaman palawija untuk memenuhi kebutuhan dapur pesantren, yaitu tanaman sayur-sayuran seperti kangkung, bayam, jagung manis, terong ungu dan cabe. Untuk tanaman cabe hasilnya tidak begitu memuaskan karena tidak ada tenaga propesional yang mengurusnya sehingga bibit cabe yang sudah ditanam banyak mati. Dan ini hanya sebagai lahan pembelajaran dan praktek bagi santri saja. B. Pembahasan Untuk melahirkan generasi yang mempunyai kompetensi unggul tidak cukup dengan memberikan bekal pengetahuan, namun harus dibarengi dengan kemampuan keterampilan agar mampu mencetak santri-santri yang mempunyai jiwa mandiri dengan mengembangkan potensi alam yang ada dan jiwa kewirausahaan yang tinggi, sehingga melahirkan santri yang mampu berkiprah baik kemampuan agama, ilmu pengetahuan dan ekonomi. Ada enam macam pendidikan life skill (vokasional) yang dikembangkan di Pesantren Manahijussadat yaitu penggemukan sapi, koperasi pesantren, pos kesehatan pesantren, tata boga, pertanian, dan perikanan. Dari 6 (enam) pendidikan kecakapan hidup yang dilaksanakan di Pesantren Manahijussadat ada 3 yang dijadikan usaha pondok yaitu penggemukan sapi, Koperasi dan Pos Kesehatan Pesantren. Usaha ini dikembangkan dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi pesantern dan meningkatkan kemandirian pesantren. Karena sebagian besar santri berasal dari keluarga yang tidak mampu secara financial
sehingga mereka tidak dapat membayar secara penuh iuran perbulan. Bahkan ada beberapa santri yang digratiskan. Melalui kegiatan keterampilan ini minat kewirausahaan para santri dibangun, agar jika keluar dari pesantren diharapkan bisa membekali para santri dengan berbagai keterampilan yang berguna bagi santri. Tingginya angka pengangguran menjadi alasan bagi pesantren manahijussadat untuk memberikan pendidikan keterampilan bagi santrinya, karena kalau dilihat dari segi ekonomi, para santri Manahijussadat berasal dari keluarga menengah ke bawah sehingga ada beberapa santri yang tidak bisa bayar iuran yang ditetapkan pesantren. Hal ini berpengaruh pada kemandirian pesantren. Terkait dengan life skill yang dilaksanakan di Pesantren manahijussadat jika dilihat dari jenisnya yakni penggemukan sapi, koperasi pesantren dan pos kesehatan pesantren sudah sesuai dengan keberadaan pesantren yang konturnya berbukit. Tanah perbukitan yang luas ditanami pohon kayu albasiah dan pohon jati. Diantara pohon-pohon ditanami rumput gajah sebagai pakan untuk peternakan sapi milik pesantren. Dengan berbagai jenis kegiatan keterampilan di pesantren Manahijussadat dapat memberi manfaat, baik bagi pondok, santri dan masyarakat sekitar. Manfaat tersebut antara lain : bagi santri kegiatan keterampilan ini memberikan bekal /ilmu keterampilan kepada santri untuk menghadapi kehidupan kelak setelah terjun di masyarakat, bagi pondok, membantu pembangunan sarana prasarana pesantren seperti penambahan ruang belajar dan menambah keuangan dapur pesantren, bagi masyarakat sekitar dengan adanya pos kesehatan di pesantren Manahijussadat memudahkan masyarakat sekitar untuk berobat kerena Puskesmas terdekat sekitar 3 Kilometer dari perkampungan sekitar pesantern (wawancara dengan ketua yayasan pesantren manahijussadat, bapak KH. Sulaiman Effendi, tanggal 22 April 2012). Hal ini sejalan dengan apa yang di programkan pendidikan kecakapan hidup diarahkan untuk memecahkan masalah pengangguran dan kemiskinan, serta dalam pemilihan keterampilan yang akan dipelajari didasarkan pada kebutuhan masyarakat, potensi local, dan kebutuhan pasar, diharapkan akan memberi manfaat bagi peserta didik, masyarakat, dan bagi pemerintah : ( Direktur Dikmas, 2002) 1. Manfaat bagi peserta didik : 1) memiliki keterampilan, pengetahuan, dan sikap sebagai bekal untuk mampu bekerja atau berusaha sendiri, 2) memiliki penghasilan yang mampu menghidupi dirinya dan keluarganya, 3) Menularkan/memberikan kemampuan yang dirasakan bermanfaat pada orang lain, 4) Meningkatkan kemampuan diri, keluarga dan lingkungannya. 2. Manfaat bagi masyarakat : 1) mengurangi pengangguran, 2) menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain, 3) mengurangi kesenjangan social 3. Manfaat bagi pemerintah : 1) Meningkatkan SDM di daerah, 2) mencegah urbanisasi, 3) menumbuhkan kegiatan usaha ekonomi masyarakat dan 4) menekan kerawanan social. C. Penutup 1. Kesimpulan Program pendidikan kecakapan hidup atau keterampilan vokasional yang diselenggarakan Pesantren Manahijussadat dilatarbelakangi keinginan pimpinan pondok, KH.
Sulaiman Effendi, untuk memadukan unsur-unsur alam sebagai sumber belajar. Karena, menurut beliau, ilmu yang terbentang luas di dunia ini haruslah ilmu yang bisa secara langsung dipelajari dan dipraktikkan. Pesantren harus mampu mengajarkan keterampilan hidup yang bisa dirasakan langsung oleh santri. Sekaligus guna mendukung ekonomi pesantren di tengah kesulitan financial pesantren dalam rangka menunjang kemandirian pondok. Enam jenis pendidikan keterampilan hidup yang diselenggarakan Pesantren Manahijussadat yaitu usaha penggemukan sapi, koperasi, pos pelayanan kesehatan, tata boga, perikanan dan pertanian. Ada 3 yang dijadikan usaha pondok yaitu penggemukan sapi, Koperasi dan Pos Kesehatan Pesantren. 2. Saran Untuk meningkatkan kualitas program kecakapan hidup di pesantren, beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain ialah Menjalin kerja sama untuk meraih dukungan dari berbagai pihak, baik instansi pemerintah maupun perusahaan swasta; merekrut tenaga profesional sebagai pembina kegiatan; serta membangun jaringan untuk pemasaran produk.
DAFTAR PUSTAKA Asmani,Jamal Ma’mur.2009 Sekolah life skill:lulus siap kerja. Yogjakarta: Diva Press. Azra,Azyumardi. 1999.Pendidikan Islam:Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta: LogosWacana Ilmu. Cet 2 An-Nahidi, Ahmad Nunun, dkk, Oteritas pesantren dan perubahan sosial, Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, Jakarta 2010, Anwar. 2006. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life skills Education). Bandung: CV. Alfabeta. Cet-2. Direktur Dikmas. 2002, pendidikan kecakapan hidup (life skill) program untuk menanggulangi pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Jakarta Departemen Pendidikan Nasional. 2007.Konsep Pengembangan Model Integrasi Kurikulum Pendidikan Kecakapan Hidup, Jakarta: Depdiknas Fatchurochman,Nanang 2012.Pendidikan Madrasah Berbasis Entrepreneurship.Depok, Lendean Hati Pustaka. Renstra Pembangunan Pendidikan Islam 2010 – 2014 Dirjen Pendis Kementrian Agama Qomar, Mujamil. 2006. Pesantren: Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi. PT. Gelora Aksara Pratama. UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003. 2008. Jakarta: Redaksi Sinar Grafika. Cet. Pertama.